kd 2 - 5
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar balakang
Pentingnya reaksi-reaksi dikenali sejak awal kimia. Reaksi oksidasi dan reduksi ialah
reaksi kimia yang di sertai dengan perubahan bilangan oksidasi. Reaksi redoks ada yang
berlangsung spontan ada juga yang berlangsung tidak sepontan. Reaksi redoks yang berlangsung
sepontan digunakan sebagai sumber arus yaitu dalam sel volta seperti baterai dan aki reaksi
redoks yang berlangsung non. Spontan dapat berlangsung dengan menggunakan arus listrik yaitu
dalam elektrolisis yang diterapkan dalam industry pengolahan aluminium dan pengolahan
lainnya.
Dalam oksidasi reduksi suatu intensitas diambil atau dibarikan dari dua zat yang bereaksi
situasinnya mirip dengan reaksi asam basa. Singkatnya reaksi oksidasi-reduksi dan asam basa.
Merupakan pasangan system dalam kimia reaksi oksidasi-reduksi dan asam basa memiliki nasib
sama, dalam hal keduannya digunakan dalam banyak praktek kimia sebelum reaksi ini
dipahami.
Perkembangan sel elektrik juga sangat penting penyusunan komponen reaksi oksidasi.
Reduksi merupakan praktek yang penting dan memuaskan secara intelektual. Sel dan elektrolisis
adalah contoh penting keduanya sangat erat dengan kehidupan sehari-hari dan dalam industry
kimia.
Oleh karena itu yang melatar belakangi percobaan ini untuk mengetahui dan dapat
memahami konsep reaksi oksidasi-reduksi dilakukan percobaan sederhana dan dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Tujuan percobaan
- Mengetahui hasil reaksi vitamin c ditetesi KMNo4 dan I2.
- Mengetahui normalitas KMNO4 setelah penitrasian H2C2O4 0,02 N.
- Mengetahui titrasi akhir titrasi pada percobaan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Redoks (reduksi/oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan hambatannya bilangan oksidasi
( keadaan oksidasi ) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia. Hal ini dapat berupa proses redoks
yang sederhana seperti oksidasi karbon yang menghasilkan karbon dioksida, ataureduksi karbon
oleh hydrogen yang menghasilka metana (CH4) ataupun ia dapat berupa proses yang kompleks
sseperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui rentetan transfer electron yang rumit.
a. Penemu oksigen
Karena udara mengandung oksigen dalam jumlah yang besar kombinasi antara zat dan oksigen
yakni oksidasi paling sering berlangsung di alam. Pembakaran dan perkataran logam pasti telah
menarik perhatian orang sejak dulu.
Reaksi perkaratan : 4Fe + 3O2 ==> 2Fe2O3
Namun, baru di akhir abad ke-18 kimiawan dapat memahami pembakaran dengan sebenarnya.
Pembakaran dapat di pahami hanya ketika oksigen di pahami.
Oksidasi : reduksi dan hydrogen
Oksidasi : mendorong hydrogen
Reduksi : menerima hydrogen
b. Peran hydrogen
Ternyata tidak semua reaksi oksidasi dengan senyawa organic dapat di jelaskan dengan
pemberian dan penerimaan oksigen. Misalnya walaupun reaksi untuk mensintesis aniline dengan
mereaksikan nitro benzene dan besi dengan kehadiran HCl adalah reaksi oksidasi reduksi dalam
kerangka pemberian dan penerimaan oksigen pembentuk CH3CH3 dengan penambahan
hydrogen pada CH2 = CH2, tidak melibatkan pemberian dan penerimaan oksigen. Namun 1
penambahan hydrogen berefek sama dengan pemberiaan oksigen. Jadi, etana di reduksi dalam
reaksi ini :
Oksidasi : reduksi dan hydrogen
Oksidasi : mendonorkan hydrogen
Reduksi : menerima hydrogen
c. Peran electron
Pembakaran magnesium jelas reaksi oksidasi reduksi yang melibatkan pemberian dan
penerimaan oksigen
2Ng + O2 ==> 2MgO
Reaksi antara magnesium dan klorin tidak di ikuti dengan pemberian dan penerimaan oksigen
Mg + Cl2 ==> MgCl2
Namun, mempertimbangkan valensi magnesium merupakan hal yang logis untuk mengangap ke
dua reaksi dalam kategori yang sama memang, perubahan magnesium Mg ==> Mg ####3,
umum unutk kedua reaksi dan dalam kedua reaksi magnesium dioksida dalam kerangka ini
keberlakuan yang lebih umum akan dicapai bila oksidasi-reduksi didefinisikan dalam rangka
pemberian dan penerimaan electron.
Oksidasi : reaksi electron
Oksidasi : mendorong electron
Reduksi : menerima electron
Oksidasi reduksi seperti dua sisi dari selembaran kertas, jadi tidak mungkin oksidasi atau reduksi
berlangsung tanpa disertai lawannya, bila zat menerima electron maka harus ada yang
mendonorkan electron tersebut. Dalam oksidasi reduksi, senyawa yang menerima electron dari
lawannya disebut oksidasi (bahan pengoksidasi) sebab lawannya akan teroksidasi. Lawan
oksidan yang medonorkan electron pada oksidan disebut dengan redukton ( bahan pereduksi )
karena lawannya oksidan tadi tereduksi suatu senyawa dapat berlaku sebagai oksidan dan juga
redukton. Suatu senyawa dapat berlaku sebagai oksidan dan juga redukton. Bila senyawa itu
mendonorkan electron pada lawannya, senyawa ini dapat menjadi redukton. Sebaiknya bila
senyawa ini muda menerima electron senyawa itu adalah oksidan.
d. Bilangan oksidasi
Bilangan oksidasi suatu unsure menyatakan banyaknya electron yang dapat dilepas di terima
maupun digunakan bersama dalam membentuk ikatan dengan unsure lain bilangan oksidasi
dapat berupa positif nol atau negative.
Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan unutk mengoksidasi senyawa lain di katakan
sebagai oksidatif dan dikenal sebagai oksidator atau agen oksidasi. Oksidator melepaskan
electron dari senyawa lain sehingga dirinnya sendiri tereduksi oleh karena ia “menerima” elktron
ia juga di sebut sebagai penerima electron. Oksidator biasannya adalah senyawa-senyawa yang
memiliki unsure. Unsure dengan bilangan oksidasi yang tinggi seperti H2O2, MNO4#,
CrO3,Cr2O##, O5Ou) atau senyawa, senyawa yang sangat elektro negative sehingga dapat
mendapatkan satu atau dua electron yang lebih dengan mengoksidasi sebuah senyawa (misalnya
oksigen ). Fluorin, klorin, dan bromine).
Untuk memperluas konsen bilangan molekul pada molekul poliatomik. Penting untuk
mengetahui distributor electron dalam molekul dengan akurat. Karena hal ini sukar, di putuskan
bahwa muatan formal di besikan pada tiap atom dengan mengunakan aturan tertentu dan
bilangan oksidasi di definisikan berdasarkan muatan formal untuk lebih jelaasnya lihat table 2.1
Table 2.1 bilangan oksidasi
No Keterangan Biloks Contoh
1
2
3
Unsure-unsur bebas
Unsure-unsur dalam
senyawa
Unsure-unsur
penyusun dalam ion
0
0
Sama dengan
muatan dalam
ionnya
Cu,Zn,Ni,Ag
H2SO4, NH4
Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa. Senyawa lain
dikatakan sebagai reduktif dan dikenal sebagai reduktor atau agen reduksi. Reduktor melepaskan
elektronnya kee senyawa lain sehinggga ia sendiri teroksidasi. Oleh karena itu is “mendonorkan”
elektrodanya ia juga di sebut sebagai penderma elektron. Senyawa-senyawa yang berupa sebagai
reduktor sangat bervariasi. Unsur-unsur logam seperti Li, Na, Mg, Fe, Zn dan Al dapat
digunakan sebagai reduktor logam-logam ini dapat memberikan elektrodannya dengan mudah.
Reduktor jenis lainnya adalah reagen transfer hibrida, misalnya NaBH4 dan L##, reagen ini
digunakan dengan luas dalam kimia organik, terutama dalam reduksi senyawa-senyawa karbonil
menjadi alcohol . metode reduksi lainnya yang juga berguna melibatkan gas hidrogen (H2)
dengan katalis paladium, platinum,atau riak reduksi katalitik ini utamanya di gunakan pada
reduksi ikatan rangkap dua atau tiga karbon-karbon cara yang mudah unutk melihat proses
redoks adalah redactor mentransfer elektronya ke teroksidasisehingga dalam reaksi , reduktor
melepaskan elektrondan teroksidasi dan oksidator mendapatkan electron dan tereduksi. Pasangan
oksidator dan reduktor yang terlibat dalam sebuah reaksi di sebut sebagai pasangan redoks
(petrucci, ralp H. 1999).
Penyusun persamaan reduksi oksidasi penyesun setengah reaksi dapat dengan mudah di
tentukan dengan setengah reaksi dan reaksi total.
a. Penyusun setengah reaksi oksidasi reduksi
1. Tuliskan persamaan perubahan oksidasi dan redukton
2. Setarakan jumlah hydrogen dari ke dua sisi persamaan dengan menambahkan sejumlah H2O
3. Setarakan jumlah hydrogen di ke dua sisi persamaan dengan menambahkan jumlah H+yang
tepat
4. Setarakan muatanya dengan menambahkan sejumlah electron sekali setengah reaksi telah di
susun mudah untuk menyusun persamaan reduksi oksidasi keseluruhan dalam osidasi reduksi
penerunan bilangan oksidasi oksidan dan kenaikan bilangan oksidasi redukton harus sama hal ini
sama dengan hubungan ekuivalen dalam reaksi asam basa.
b. Penyusunan reaksi oksidasi reduksi total.
1. Pilihlah persamaan untuk oksidasi dan reduktan yang terlibat dalam reaksi kalikan sehingga
jumlah electron yang terlibat sama.
2. Jumlah kan kedua reaksi (elektronya akan saling meniadakan)
3. Ion lawan yang mungkin muncul dalam oersamaan harus di tambahkan ke dua sisi bersamaan
sehingga kesetaraan bahan tetap di pertahankan.
Jumlah kuantitatif oksidan dan reduktan sehingga reaksi oksidasi reduksi lengkap mirip
dengan stoikiometri asam basa.
Stoikiometri oksidasi reduksi
nOMOVO = nRMRVR
Jumlah ekuantitatif oksidasi dan reduktor sehingga reaksi oksidasi di
setarakan
Keterangan : O = oksidasi
R = reduktor
n = perubahan bilangan oksidasi
M = konsentrasi mular
V = volume
Prinsip yang terlibat dalam titrasi oksidasi reduksi secara prinsip identik dengan
dalam titrasi asam basa. Dalam titrasi reduksi oksidasi pilihan indikatornya untuk menunjukan
titik akhir terbatas kadang hantar larutan di gunakan sebagai indicator berbagai maam senyawa
aromatic di reduksi oleh enzim untuk membentuk senyawa redikal bebas. Secara umum
penderma elektrodanya adalah berbagai jenis Havoenzim dan koenzimnya. Seketika terbentuk
radikal-radikal bebas anion ini akan mereduksi oksigen menjadi super oksida. Rekasi bersihnya
adalah oksidasi koenzim Havoenzim dan reduksi oksigen menjadi super oksida. Tingkah laku
katalitik ini di jelaskan sebagai siklus redoks (Keenam, 1984).
Redoks sering di hubungkan dengan terjadinya perubahan warna lebih sering dari
pada yang di amati dalam reaksi asam basa reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan
selalu terjadi perubahan bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsur dari reaksi kimia.
Penerjemaan reaksi redoks agak lebih sulit di tulis dan di kembangkan dari persamaan reaksi
biasa lainya. Karena, jumlah zat yang di pertukarkan dalam reaksi redoks sering kali lebih dari
satu sama lainya dengan persamaan reaksi lain. Persamaan reaksi redoks harus di seimbangkan
dari segi muatan dan materi pengembangan materi biasanya dapat di lakukan dengan mudah
sedangkan penyeimbangan muatan agak sulit karena itu perhatian harus di curahkan pada
penyeimbangan muatan. Muatan berguna untuk menentukan faktor stiokiometri menurut batasan
umum, reaksi redoks adalah proses serah terima elektron antara dua system redoks.
Oksidasi reduksi seperti dua sisi dari selembar kertas jadi tidak mungkin oksidasi
dari reduksi berlangsung tanpa di sertai lawanya. Bila zat menerima elektron maka harus ada
yang mendonorkan electron tersebut. Dalam oksidasi reduksi senyawa yang menerima electron
dari lawanya di sebut oksidan seban lawanya akan teroksidasi lawan oksidan yang mendonorkan
electron pada oksidan di sebut dengan reduktan karena lawan oksidan tadi tereduksi suatu
senyawa yang dapat berlaku selaku oksidan dan juga reduktan. Bila senyawa itu mudah
mendonorkan electron pada lawanya senyawa ini dapat menjadi reduktan sebaliknya bila
senyawa ini mudah menerima electron sennyawa itu adalah oksidan.
Ternyata tidak semua reaksi oksidasi dengan senyawa organic dapat di jelaskan
dengan pemberian dan penerimaan oksigen misalnya walaupun reaksi untuk mesentisis anlin
denga mereaksikan nitro benzene dan besi dengan kehadiraan HCl adalah reaksi oksidasi
pembentukan CH3CH3 dengan penambahan hydrogen pada CH2CH2 tidak melibatkan
pemberiaan dan penerimaan oksigen.
Oksidator melepaskan elektron dari senyawa lain sehingga dirinya sendiri
tereduksi. Oleh karena ia “menerima” elektron dapat disebut sebagai penerima elektron oksidator
biasanya adalah senyawa yang memiliki unsur-unsur dengan bilangan oksidasi yang tinggi.
Metode reduksi lainya yang juga berguna melibatkan gas hydrogen (H2) dengan
katalis poladium atau nikel reduksi katalitik ini utamanya di utamakan pada ikatan rangkap dua
atau tiga karbon-karbon cara yang mudah untuk melihat proses redoks adalah reduktor
mentransfer elektronya ke oksidator (Rivai, 1995).
BAB 3
METODELOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan bahan
3.1.1 Alat
- Tabung reaksi
- Beaker gelas
- Biuret
- Pipet tetes
- Labu erlenmayer
- Hot plate
- Gelas ukur
- Thermometer
- Rak tabung reaksi
- Pipet volume
3.1.2 Bahan
- Vitamin C
- Asam oksalat
- KMnO4
- H2C2O4 (0,01 M)
- H2SO4 (1 M)
- I2
- Tissue
- Kertas label
3.2 prosedur percobaan
3.2.1 Analisa kuantitatif vitamin C
- Diambil 20 tetes vitamin C di masukan ke dalam tabung reaksi
- Di tambahkan KMnO4 4 tetes
- Dikocok
- Di amati dan di catat perubahan yang terjadi
- Di ambil 20 tetes vitamin C di masukan ke dalam tabung reaksi
- Di tambahkan I2 sebanayak 2 tetes
- Di kocok
- Di amati dan di catat perubahan yang terjadi
3.2.2 Standarisasi larutan KMnO4
- diambil 10 ml H2C2O4 0,01 M dimasukkan dalam labu erlenmayer
- ditambahkan 2 ml H2SO4 1 M
- dipanaskan hingga suhu 60˚ - 70˚c
- dititrasikan dengan KMnO4 hingga titik akhir titrasi
- dicatat volume KMnO4 dan hitung konsentrasinya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Perlakuan Pengamatan
Analisis kuantitatif vitamin C
- diambil ± 20 tetes vitamin C dimasukkan dalam
tabung reaksi
- warna larutan kuning pekat
- ditambahkan KMnO4 4 tetes, dikocok
- diamati
- diambil ± 20 tetes vitamin C dimasukkan dalam
tabung reaksi
- ditambahkan I2, 2 tetes di kocok
- diamati
standarilisasi larutan KMnO4
- diambil 10 ml H2C2O4 0,01 M dimasukkan
kedalam erlenmayer
- ditambahkan 2 ml H2SO4 1 M
- dipanaskan hingga suhu 60o-70oC
- dititrasi dengan KMnO4 hingga titik akhir titrasi
(lembayung) 2,15 ml
- dicatat volume KMnO4
- warna larutan menjadi kuning muda
- warna larutan kuning pekat
- warna larutan kuning muda
- warna larutan setelah di tambahkan
KMnO4 lebih muda dari warna larutan
setelah I2
warna larutan kuning
- warna larutan menjadi merah
lembayung
V=2,15ml
N1=H2C2O4 N2=KMnO4
V1= 10ml V2=2,15ml
N1.V1 = N2.V2N2=N1V1V2=0,O1×102,15= 0,0465116 N
4.2 Reaksi
2.4.1. Reaksi KMnO4 + vitamin C
2.4.2. Vitamin C + I2
2.4.3. Reaksi KMnO4 + 5H2C2O4
4.3 Perhitungan
4.4 Pembahasan
prinsip percobaan reaksi oksidasi – reduksi adalah pemberian dan penerimaan elektron
atom ataupun ion. Dengan kata lain senyawa yang memiliki elektron lebih maka akan
didonorkan kepada senyawa yang kekurangan elektron begitu pula sebaliknya.
Fungsi reagen KMnO4 sebagai oksidator H2SO4 sebagai pemberi suasana, autokatalisator
dan autoindikator, I2 sebagai oksidator, autokatalisator dan autoindikator, H2C2O4 sebagai
reduktor fungsi perlakuan mengapa pada percobaan kuantitatif harus dipanaskan dengan suhu
60-70 c sebab bila larutan H2C2O4 dipanaskan dibawah suhu 60 c maka ketika larutan tersebut
dititrasi KMnO4. Pada suhu kurang dari 60 – 70 c akan menghasilkan endapan MnO4. Apabila
dipanaskan pada suhu diatas 70 c maka H2C2O4 akan terurai menjadi C02 dan H2O, hingga reaksi
berjalan lambat Oleh karena itu suhu optimal yang digunakan adalah 60-70oC.
Pada percobaan analisa kuantitatif vitamin C dilakukan 2 percobaan yang berbeda
percobaan pertama adalah pertama-tama diambil vitamin C sebanyak 20 tetes. Kemudian
kedalamannya ditambahkan 4 tetes KMnO4, maka akan menghasilkan titrat yang awalnya orage
tua menjadi orange muda. Dalam hal ini dapat terjadi demikian disebabkan KMnO4 mengalami
reduksi dan vitamin C dan kedalamannya ditambahkan 2 tetes I2 sebagai pengganti KMnO4
warna akan berubah warna menjadi yang awalnya orage tua menjadi warna orange muda. Sebab
I2 mengalami reduksi pada percobaan terakhir yaitu percobaan standarlisasi larutan KMnO4 pada
percobaan ini mula-mula diambil 10 ml H2C2 0,01 ml ditambahkan 2ml H2SO4 1 N. kemudiaan
dipanaskan pada suhu 60-70 ## dititrasi dengan KMnO4 hingga berubah warna menjadi merah
lembayung. Pada percobaan kali ini volume pentitrasi yang diperoleh adalah 2 ml sehingga dari
perhitungan dapat diketahui normalitasnya adalah sebesar 1 N berbeda dengan KMnO4 sebelum
dititrasi. Hal ini dapat terjadi karena konsentrasi KMnO4 sebelum titrasi merupakan konsentrasi
larutan, sedangkan konsentrasi KMnO4 setelah dititrasi merupakan titik ekuivalen.
Redoks adalah istilah yang menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi atom-atom dalam
sebuah reaksi kimia pengertian dan oksidasi dapat dijelaskan tiga konsep
a. konsep pengikat oksigen
berdasarkan konsep ini oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikat oksigen Oleh suatu zat dan
reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen dari suatu Zat
b. konsep pengikatan hidrogen
berdasarkan konsep ini oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan hidrogen Oleh suatu zat
dan redukai adalah reaksi pelepasan hidrogen dari suatu zat
c. Konsep ini berlaku umum tidak hanya melibatkan reaksi pengikatan atau pelepasan oksigen atau
elektron.
Faktor-faktor kesalahan sering terjadi dalam praktikum yaitu sebagai berikut.
Ketidaktepatan praktikan dalam melakukan pemanasan seharusnya 60-70% dapat menjadi
kurang atau lebih, kekurangtelitian dalam melakukan titrasi sehingga volume yang diperoleh
tidak sesuai keinginan, ketidaktepatan praktikan dalam pengambilan larutan.
KMnO4 adalah senyawa yang stabil yang menghasilkan larutan warna lembayung.
Semuanya merupakan zaty pengoksidasi yang kuat. KMnO4 merupakan zat pengoksida yang
penting yang dimana untuk analisa kimia biasanya digunakan pada larutan asam dimana senyawa
tersebut direduksi menjadi Mn2+. Sumber utama senyawa mangan adalah MnO2. Juka MnO2
dipanaskan dengan penambahan alkali dan zat pengoksidasi garam permanganat dapat terbentuk.
3MnO2 + 6KOH + KClO3 K2MnO4 + KCl + 3H2O
Reaksi penganganan bila direaksikan dalam suasuana asam, basa, netral
Basa
Autokatalisator adalah katalis yang dihasilkan oleh suatu preaksinya atau hasil reaksinya
contohnya: KMnO4 berwarna ungu bila direduksi berubah menjadi ion Mn2+ yang tidak berwarna
larutan I2 yang berwarna kuning coklat, titik akhir dapat diketahui dari awal terbentuknya atau
hilangnya warna kuning. Perubahan warna ini dipertajam dengan larutan amilum atau kloroform
atau karbon tetraklorida, ion permanganat dan asam oksalat sedangkan autoindikator adalah
terjadi apabila pereaksi mempunyai warna yang kuat kemudian warna tersebut hilang/berubah.
Apabila direaksikan dengan zat lain contohnya KMnO4 berubah menjadi ungu apabila direduksi
menjadi Mn2+ reaksi KMnO4 dan H2C2O4 reaksi ini makin lama makin cepat karena terbentuk
Mn2+ yang merupakan katalisator bagi reaksi tersebut. I2 atau CO yang bersifat inhibitor pada
reaksi
2H2(g) + O2 (g) → 2H2O(g)
Kekuatan oksidator yaitu logam-logam. Yang terletak disisi kiri H+ memiliki E° red
bertanda negatif. Semakin ke kiri nilai E° red semakin keci (semakin negatif). Hal ini
menandakan bahwa logam-logam tersebut semakin sulit mengalami reduksi akan meningkat dari
kanan ke kiri. Sebaliknya logam-logam yang terletak disisi kanan H+ memiliki E° red bertanda
positif. Semakin ke kanan nilai E° red semakin besar (semakin positif). Hal ini berarti bahwa
logam-logam tersebut semakin mudah mengalami reduksi dan sulit mengalami oksidasi.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Volume KMnO4 setelah dilakukan percobaan diperoleh V=2mL
Hasil yang dihasilkan Vitamin C ditambahkan KMnO4 maka menghasilkan titrat yang awalnya
orange tua menjadi orange muda atau tampak agak sedikit memudar atau bening. Begitu pula
pada saat ditetesi dengan I2.
Titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna larutan pada saat penambahan suatu
titran.
5.2 Saran
Agar tidak terbentuk endapan MnO2 maka titrasi dilakukan segera setelah pemanasan
selesai.
DAFTAR PUSTAKA
Keenan. 1989. Ilmu Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Pettrucci, Ralph H. 1995. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan. Jakarta: Erlangga
Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Erlangga
Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook