katarak

30
Laporan Kasus Ujian Keratitis Superfisialis Pembimbing : dr. AA. Ayu Ratnawati, Sp.M Disusun oleh : Monalisa (11.2013.095) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA JAKARTA,

Upload: monalisashia

Post on 12-Dec-2015

41 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

katarak

TRANSCRIPT

Page 1: katarak

Laporan Kasus Ujian

Keratitis Superfisialis

Pembimbing :

dr. AA. Ayu Ratnawati, Sp.M

Disusun oleh :

Monalisa (11.2013.095)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

JAKARTA,

2015

Page 2: katarak

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

UJIAN ILMU PENYAKIT MATA

BAYUKARTA EYE CENTER, KARAWANG

Nama : Monalisa

Nim : 11-2013-095

Tandatangan

............................................

Dr Penguji : dr.AA. Ayu. Ratnawati, Sp. M .............................................

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

Nama : Tn. YS

Umur : 24 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : PNS

Alamat : Karawang

Tanggal Pemeriksaan : 23 – 03 – 2015 jam 14.00

No CM : 2015008385

II. ANAMNESIS

Dilakukan Auto anamnesis pada tanggal 23 – 03 – 2015, jam 14.00

Keluhan Utama :

Kedua mata terasa mengganjal

Page 3: katarak

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke BKEC Karawang dengan keluhan kedua mata terasa mengganjal

sejak ± 7 hari. Pasien mengatakan terasa mengganjalnya seperti ada pasir atau debu pada

kedua matanya. Selain itu perasaan mengganjal pada kedua mata juga disertai mata

merah, berair terus-menerus, perih, silau, gatal dan penglihatannya agak kabur. Oleh

karena gatal, pasien sering mengucek-ngucek matanya. Keluhan tersebut tidak disertai

demam dan baru pertama kali dialami pasien. Pasien tidak mengeluh sakit kepala, tidak

ada trauma pada mata sebelumnya, tidak ada kelilipan benda asing, tidak ada riwayat

pemakaian kontak lensa dan kacamata, serta tidak mengeluarkan kotoran pada matanya.

Pasien juga sudah berobat ke dokter umum dan diberi obat tetes mata, tetapi belum ada

perbaikan sama sekali.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat DM (-)

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat infeksi mata sebelumnya (-)

Riwayat alergi (-)

Riwayat asma (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat DM (-)

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat alergi (-)

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini

Riwayat Penyakit Sosial Ekonomi :

Pasien seorang PNS, biaya pengobatan ditanggung sendiri. Kesan ekonomi cukup.

Page 4: katarak

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS GENERALIS

- Tensi (T) : 120/90 mmHg

- Nadi (N) : 80 kali / menit

- Suhu (T) : Afebris, 36,8C

- Respiration Rate (RR) : 18 x / menit

- Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

- Kesadaran : Compos mentis

- Status Gizi : Cukup

B. STATUS OPTHALMOLOGI

Keterangan : 1. Infiltrat berupa titik-titik pada permukaan kornea

2. Injeksi Siliar

OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)

20/50 Visus 20/50

PH 20/30 F2 Pinhole PH 20/30 F2

Edema (-), hiperemis(-),

nyeri tekan(-),

blefarospasme (+),

lagoftalmus (-),

ektropion (-),

entropion (-)

Palpebra

Edema (-), hiperemis(-),

nyeri tekan (-),

blefarospasme (+),

lagoftalmus (-)

ektropion (-),

entropion (-)

Edema (-),

injeksi konjungtiva (-),

Konjungtiva Edema (-),

injeksi konjungtiva (-),

1 2

Page 5: katarak

injeksi siliar (+),

infiltrat (-),

hiperemis (+),(+) pada

konjungtiva tarsal dan

forniks

injeksi siliar (+),

infiltrat (-),

hiperemis (+) pada

konjungtiva tarsal dan

forniks

Putih Sklera Putih

Sedikit keruh, edema (-),

keratik presipitat(-),

Arkus senilis (-), sikatriks (-)

infiltrat (+) berupa titik-

titik pada permukaan

kornea

Kornea

Sedikit keruh, edema (-),

keratik presipitat(-),

Arkus senilis (-), sikatriks (-)

infiltrat (+) berupa titik-

titik pada permukaan

kornea

kedalaman cukup

hipopion (-),

hifema (-)

Camera Oculi

Anterior

(COA)

kedalaman cukup

hipopion (-),

hifema (-)

Warna coklat,(-), edema(-),

sinekia anterior (-)Iris

Warna coklat,(-), edema(-),

sinekia anterior (-)

Regular, letak sentral, ϴ

3mm, refleks pupil langsung

(+), refleks pupil tidak

langsung (+)

Pupil

Regular, letak sentral, ϴ

3mm, refleks pupil

langsung (+), refleks pupil

tidak langsung (+)

Jernih Lensa Jernih

Jernih Vitreus Jernih

Tidak dilakukan Fundus Refleks Tidak lakukan

Tidak dilakukan Retina Tidak dilakukan

N TIO Digital N

lakrimasi (+) Sistem Lakrimasi lakrimasi (+)

Tidak dilakukan Tes flurosein Tidak dilakukan

Page 6: katarak

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Slitlamp :

Tampak kornea kiri terdapat infiltrat berupa titik-titik di permukaan kornea

yang terletak di sekitar central kornea. Juga tampak injeksi siliar, hiperemis

pada konjungtiva tarsal dan forniks, dan lakrimasi pada kedua mata.

V. RESUME

1. SUBJEKTIF

Pasien laki-laki umur 24 tahun datang dengan keluhan kedua mata terasa

mengganjal sejak 7 hari sebelum pemeriksaan.

Kedua mata terasa mengganjal seperti berpasir, matanya merah, berair terus-

menerus, nyeri, silau, gatal dan penglihatannya kabur.

Sudah diberi obat tetes mata dari dokter, belum ada perbaikan.

2. OBJEKTIF

OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)

20/50 Visus 20/50

PH 20/30 F2 Pinhole PH 20/30 F2

Edema (-), hiperemis(-), nyeri

tekan(-),

blefarospasme (+),

lagoftalmus (-),

ektropion (-),

entropion (-)

Palpebra

Edema (-), hiperemis(-),

nyeri tekan (-),

blefarospasme (+),

lagoftalmus (-)

ektropion (-),

entropion (-)

Edema (-),

injeksi konjungtiva (-),

injeksi siliar (+),

infiltrat (-),

hiperemis (+)

Konjungtiva

Edema (-),

injeksi konjungtiva (-),

injeksi siliar (+),

infiltrat (-),

hiperemis (+)

Sedikit keruh, edema (-),

keratik presipitat(-),

Arkus senilis (-), sikatriks (-)

infiltrat (+) berupa titik-titik

halus pada permukaan

Kornea

Sedikit keruh, edema (-),

keratik presipitat(-),

Arkus senilis (-), sikatriks (-)

infiltrat (+) berupa titik-titik

halus pada permukaan

Page 7: katarak

kornea yang tersebar di

sekitar sentral kornea

kornea yang tersebar di

sekitar sentral kornea

Lakrimasi(+) Sistem Lakrimasi lakrimasi (+)

VI. DIAGNOSA BANDING

ODS :

1. Keratitis pungtata

superficialis

2. Keratitis bakterial

3. Keratitis jamur

4. Keratitis alergika

5. Uveitis anterior

6. Gloukoma akut

VII. DIAGNOSA KERJA

ODS Keratitis punctata superficialis

Dasar diagnosis

Anamnesa :

Terdapat trias keratitis : mata merah, fotofobia disertai lakrimasi, dan rasa

mengganjal yang disertai blefarospasme.

Juga terdapat keluhan mata perih dan penurunan tajam penglihatan

Onset yang cepat

Pemeriksaan Fisik :

Pada pemeriksaan visus ODS didapatkan visus 20/50 dan dilakukan pinhole

didapatkan visus 20/30 F2. Dan pada pada pemeriksaan slitlamp tampak kornea ODS

terdapat infiltrat berupa titik-titik di permukaan kornea yang terletak di sekitar central

kornea. Juga tampak injeksi siliar, hiperemis pada konjungtiva tarsal dan forniks, dan

lakrimasi.

PENATALAKSANAAN

Page 8: katarak

Medikamentosa

- POLYNEL (Fluoromeholone + Neomycin sulfate) 2 tetes 4x/hari ODS

- LFX (levofloksasin) 2 tetes 4x/hari ODS

- HARVIS Salep (Acyclovir 30 mg 3%) 2x/hari ODS

- GLUKONS (Azetazolamid) 250 mg 1 x 1/2 tab perhari

Non-medika Mentosa

- Kurangi pajanan debu dan sinar matahari

- Kompres dingin

VIII. PROGNOSIS

OKULI DEKSTRA (OD) OKULISINISTRA(OS)

Quo Ad Visam : ad bonam ad bonam

Quo Ad Sanam : ad bonam ad bonam

Quo Ad Kosmetikam : ad bonam ad bonam

Quo Ad Vitam : ad bonam ad bonam

IX. USUL & SARAN

Usul :

Pewarnaan (gram dan giemsa) kerokan kornea

Kultur dan sensitivitas tes kerokan kornea

Fluoresein test

funduskopi

Tes Sensibilitas Kornea menilai nervus trigeminus

Saran :

Rajin memakai obat tetes sesuai instruksi dokter

Menggunakan pelindung / memakai kacamata agar terhindar terkena trauma debu dan fotofobia

Menjaga kebersihan mata, jangan dikucek-kucek atau dipegang-pegang. Jika

habis memegang mata yang sedang sakit harap cuci tangan.

Banyak istirahat dan konsumsi makanan yang bergizi dengan tujuan untuk

mencegah infeksi sekunder dan membantu proses penyembuhan.

Page 9: katarak

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA

Kornea (Latin Cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian mata

yang tembus cahaya. Kornea disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar

pada sambungan ini disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata – rata mempunyai tebal

550 μm dipusatnya ( terdapat variasi menurut ras); diameter horizontalnya sekitar

11,75mm dan vertikalnya 10,6 mm.

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar ke dalam :

1. Lapisan epitel (berbatasan dengan lapisan epitel konjungtiva bulbaris)

2. Membran Bowman

3. Stroma

4. Membran Descement

5. Endotel

Sumber – sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh - pembuluh darah limbus

(arteri ciliaris anterior), humor aqueous, dan air mata. Saraf - saraf sensorik kornea

didapat dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan

suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman dan

melepaskan selubung Schwannya.

Page 10: katarak

Transparasi kornea disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskularitas, dan

desturgensinya. Karena kornea avaskular, maka pertahanan sewaktu peradangan tak

dapat segera datang. Maka badan kornea, sel-sel yang terdapat di dalam stroma segera

bekerja sebagai makrofag baru kemudian disusul oleh pembuluh darah yang terdapat di

limbus dan tampak sebagi injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrat, yang

tampak sebagi bercak bewarna kelabu, keruh, dan permukaan yang licin. Kemudian

dapat terjadi kerusakan epitel dan timbul ulkus kornea yang dapat menyebar ke

permukaan dalam stroma. Pada peradangan yang hebat, toksin dari kornea dapat

menyebar ke iris dan badan siliar dengan melalui membran descemet dan endotel kornea.

Dengan demikian iris dan badan siliar meradang dan timbullah kekeruhan di cairan

COA, disusul dengan terbentuknya hipopion. Bila peradangan terus mendalam, tetapi

tidak mengenai membran descemet dapat timbul tonjolan membran descement yang

disebut mata lalat atau descementocele. Pada peradangan dipermukaan kornea,

penyembuhan dapat berlangsung tanpa pembentukan jaringan parut. Pada peradangan

yang lebih dalam, penyembuhan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut yang dapat

berupa nebula, makula, atau leukoma. Bila ulkusnya lebih mendalam lagi dapat timbul

perforasi yang dapat mengakibatkan endoftalmitis, panoftalmitis, dan berakhir dengan

ptisis bulbi.

Fungsi dari kornea adalah sebagai media refrakta dan sebagai bagian mata dengan

pembiasan sinar terkuat. 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar yang masuk dibiaskan

oleh kornea

KERATITIS

Keratitis adalah kondisi di mana terjadi proses peradangan pada kornea mata, yang

dapat disebabkan oleh banyak hal. Berbagai jenis infeksi, mata kering, trauma, dan

berbagai macam penyakit medis dapat menyebabkan keratitis. Bahkan pada beberapa

kasus keratitis tidak diketahui penyebabnya.

Tanda patognomik dari keratitis ialah terdapatnya infiltrat di kornea. Infiltrat dapat

ada di seluruh lapisan kornea, dan menetapkan diagnosis dan pengobatan keratitis. Pada

Page 11: katarak

peradangan yang dalam, penyembuhan berakhir dengan pembentukan jaringan parut

(sikatrik), yang dapat berupa nebula, makula, dan leukoma.

Adapun gejala umum adalah :

Keluar air mata yang berlebihan

Nyeri

Penurunan tajam penglihatan

Radang pada kelopak mata (bengkak, merah)

Mata merah

Sensitif terhadap cahaya

Karena kornea memiliki banyak serabut nyeri sehingga pada keratitis sering timbul

rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit ini diperberat oleh gesekan palpebra (terutama

palpebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Fotofobia terutama

disebabkan oleh kontraksi iris yang meradang. Selain itu, oleh karena kornea berfungsi

sebagai media untuk refraksi sinar dan merupakan media pembiasan terhadap sinar yang

yang masuk ke mata maka lesi pada kornea umumnya akan mengaburkan penglihatan

terutama apabila lesi terletak sentral dari kornea.

Keratitis dapat diklafikasikan berdasarkan lokasi, derajat penyakit dan etiologinyaBerdasarkan lokasi yang terkena :

1. Keratitis Epithelial (superficial)

2. Keratitis Subepithelial

3. Keratitis Stroma (Interstitial)

4. Keratitis Endotelial (Profunda)

Berdasarkan derajat penyakitnya :

1. Ringan

2. Sedang

3. Berat

4. Berhubungan dengan peradangan bagian lain dari mata

Keratokonjungtivitis (kornea dan konjungtiva)

Keratouveitis (kornea dan traktus uveal)

Berdasarkan etiologi:

1. Infektif

Page 12: katarak

- Keratitis Bacterial

o Staphylococcus epidermidis

o Staphylococcus aureus

o Sterptococcus pneumonia

o Koliformis

o Pseudomonas

o Haemophilus

o Enterobacteriaceae (termasuk Klebsiella, Enterobacter, Serratia, dan Proteus)

- Keratitis Viral (Herpes simpleks (HSV) tipe 1 dan tipe 2

o Herpes simpleks (HSV) tipe 1

o Herpes simpleks (HSV) tipe 2

- Keratitis Jamur

o Candida

o Fusarium

o Aspergillus

o Penicilium

o Cephalosporium

- Keratitis parasit (Acanthomoeba spp)

- Keratitis Interstisial

o Sifilis

o Tuberkulosa

o Lepra

2. Non infektif

Keratitis Pungtata Non- Viral

Disebabkan obat-obatan, alergi, dan lensa kontak

Keratitis Alergi

- Keratokonjungtivitis Flikten

- Keratokonjungtivitis Vernal

Keratitis Paparan

Karena gangguan lubrikasi mata dan proteksi palpebra pada kornea

Page 13: katarak

Terdiri atas:

- Keratitis Lagoftalmus : akibat kelopak mata tidak dapat menutup

sempurna sehingga terjadi kekeringan pada kornea

- Keratitis Neuroparalitik : gangguan pada Nervus Trigeminal sehingga

sensibilitas dan metabolisme kornea terganggu

- Keratitis pada keratokonjungtivitis sika : kekeringan permukaan kornea

karena gangguan sekresi air mata

Fotokeratitis

Akibat paparan sinar UV dari matahari atau lampu. Dapat sembuh

sendiri setelah 1-2 hari.

Page 14: katarak

Keratitis Superfisialis / Epithelial

Bentuk-bentuk klinik keratitis superfisialis antara lain adalah:

1. Keratitis punctata superfisialis

Berupa bintik-bintik putih pada permukaan kornea yang dapat disebabkan oleh

berbagai penyakit infeksi virus antara lain virus herpes simpleks, herpes zoster dan

vaksinia.

2. Keratitis flikten

Benjolan putih yang yang bermula di limbus tetapi mempunyai kecenderungan untuk

menyerang kornea.

3. Keratitis sika

Suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi kelenjar lakrimale atau

sel goblet yang berada di konjungtiva.

4. Keratitis lepra

Page 15: katarak

Suatu bentuk keratitis yang diakibatkan oleh gangguan trofik saraf, disebut juga

keratitis neuroparalitik.

5. Keratitis nummularis

Bercak putih berbentuk bulat pada permukaan kornea biasanya multiple dan banyak

didapatkan pada petani.

6. Keratitis profunda

Bentuk-bentuk klinik keratitis profunda antara lain:

- Keratitis interstisialis luetik atau keratitis sifilis congenital

- Keratitis sklerotikans.

KERATITIS PUNCTATA SUPERFISIALIS THYGESON

Keratitis pungtata merupakan keratitis yang terkumpul di daerah membran Bowman

dengan infiltrat berbentuk bercak-bercak halus dan bilateral rekuren menahun yang

jarang ditemukan, tanpa pandang jenis kelamin maupun umur. Keratitis ini disebut juga

dengan “Thygeson’s disease” karena ditemukan pertama kali oleh dr. Phillip Thygeson

di Amerika. Penyakit ini ditandai kekerutan epitel yang meninggi berbentuk lonjong dan

jelas, yang menampakkan bintik-bintik pada pemulasan dengan fluoresein, terutama di

daerah pupil. Kekeruhan ini tidak tampak dengan mata telanjang, namun mudah dilihat

dengan slit-lamp atau kaca pembesar. Kekeruhan subepitelial dibawah lesi epitel (lesi

hantu) sering terlihat semasa penyembuhan penyakit epitel ini.

Page 16: katarak

Etiologi

Belum ditemukan organisme penyebabnya, namun dicurigai virus. Pada satu kasus

berhasil diisolasi virus varicella-zoster dari kerokan kornea. Penyebab lainnya dapat

terjadi pada moluskulum kontangiosum, acne roasea, blefaritis neuroparalitik, trakoma,

trauma radiasi, lagoftalmos, keracunan obat seperti neomisin, tobramisin dan bahan

pengawet lainnya.

Manifestasi klinis

Pasien dengan keratitis pungtata superfisial biasanya datang dengan keluhan iritasi

ringan, adanya sensasi benda asing, mata berair, penglihatan yang sedikit kabur, dan

silau (fotofobia) . Lesi pungtata pada kornea dapat dimana saja tapi biasanya pada daerah

sentral. Daerah lesi biasanya meninggi dan berisi titik-titik abu-abu yang kecil. Keratitis

epitelial sekunder terhadap blefarokonjungtivitis stafilokokus dapat dibedakan dari

keratitis pungtata superfisial karena mengenai sepertiga kornea bagian bawah. Keratitis

epitelial pada trakoma dapat disingkirkan karena lokasinya dibagian sepertiga kornea

bagian atas dan ada pannus. Banyak diantara keratitis yang mengenai kornea bagian

superfisial bersifat unilateral atau dapat disingkirkan berdasarkan riwayatnya.

Penderita akan mengeluh sakit pada mata karena kornea memiliki banyak serabut

nyeri, sehingga amat sensitif. Kebanyakan lesi kornea superfisialis maupun yang  sudah

dalam menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit diperberat oleh kuman kornea

bergesekan dengan palpebra. Karena kornea berfungsi sebagai media untuk  refraksi

sinar dan merupakan media pembiasan terhadap sinar yang masuk ke mata maka lesi

pada kornea umumnya akan mengaburkan penglihatan terutama apabila lesi terletak

sentral pada kornea.

Fotofobia yang terjadi biasanya terutama disebabkan oleh kontraksi iris yang 

meradang. Dilatasi pembuluh darah iris adalah fenomena refleks yang disebabkan iritasi

pada ujung serabut saraf pada kornea. Pasien biasanya juga berair mata namun tidak

disertai dengan pembentukan kotoran mata yang  banyak kecuali pada ulkus kornea

yang  purulen. KPS ini juga akan memberikan gejala mata merah, silau, merasa kelilipan,

penglihatan kabur.

Dalam mengevaluasi peradangan kornea penting untuk membedakan apakah tanda

yang  kita temukan merupakan proses yang  masih aktif atau merupakan kerusakan dari

struktur kornea hasil dari proses di waktu yang lampau. Sejumlah tanda dan pemeriksaan

Page 17: katarak

sangat membantu dalam mendiagnosis dan menentukan penyebab dari suatu peradangan

kornea seperti: pemeriksaan sensasi kornea, lokasi dan morfologi kelainan, pewarnaan

dengan fluoresin, neovaskularisasi, derajat defek pada epitel, lokasi dari infiltrat pada

kornea, edema kornea, keratik presipitat, dan keadaan di bilik mata depan. Tanda-tanda

yang  ditemukan ini juga berguna dalam mengawasi perkembangan penyakit dan respon

terhadap pengobatan.

Terapi

Pasien diberi air mata buatan, tobramisin tetes mata, dan sikloplegik. Pemberian tetes

kortikosteroid untuk jangka pendek sering kali dapat menghilangkan kekeruhan dan

keluhan subjektif, namun pada umumnya kambuh. Prognosis akhirnya baik karena tidak

terjadi parut atau vaskularisasi pada kornea. Bila tidak diobati, penyakit ini berlangsung

1-3 tahun. Pemberian kortikosteroid topikal untuk waktu lama memperpanjang

perjalanan penyakit hingga bertahun-tahun dan berakibat timbulnya katarak teriduksi

steroid dan glaukoma.

Gambar:

Diagnosa Banding

Gejala Objektif Keratitis akut Uveitis akut Gloukoma akut

Page 18: katarak

Injeksi siliar +++ ++ +

Injeksi konjungtiva ++ ++ ++

Kekeruhan kornea +/+++ - +++

Kelainan pupil Normal / miosis Miosis iregular Midriasis non reaktif

Kedalaman BMD N N Dangkal

TIO Normal Rendah Tinggi

Sekret - - -

Tanda Keratitis / iritis Konjungtiva

Tajam penglihatan Turun nyata Normal

Silau Nyata Tidak ada

Sakit Sakit Pedes, rasa kelilipan

Mata merah Injeksi siliar Injeksi konjungtiva

Sekret Tidak ada Serous, mukos, purulen

Lengket kelopak Tidak ada Terutama pagi hari

Pupil Mengecil Normal

Komplikasi

Gangguan refraksi

Jaringan parut permanent

Ulkus kornea

Perforasi kornea

Endoftalmitis

Glaukoma sekunder

Kebutaan

Prognosis

Page 19: katarak

Prognosis akhirnya baik karena tidak terjadi parut atau vaskularisasi pada kornea. Bila

tidak diobati, penyakit ini berlangsung 1-3 tahun dengan meninggalkan gejala sisa.

Meskipun sebagian besar KPS memberikan hasil akhir yang baik namun pada

beberapa pasien dapat berlanjut hingga menjadi ulkus kornea jika lesi pada KPS tersebut

telah melebihi dari epitel dan membran bowman. Hal ini biasanya terjadi jika pengobatan

yang diberikan sebelumnya kurang adekwat, kurangnya kepatuhan pasien dalam

menjalankan terapi yang sudah dianjurkan, terdapat penyakit sistemik lain yang dapat

menghambat proses penyembuhan seperti pada pasien diabetes mellitus, ataupun dapat

juga karena mata pasien tersebut masih terpapar secara berlebihan oleh lingkungan luar,

misalnya karena sinar matahari ataupun debu.

Pemberian kortikosteroid topikal untuk waktu lama dapat memperpanjang perjalanan

penyakit hingga bertahun-tahun serta dapat pula mengakibatkan timbulnya katarak dan

glaukoma yang diinduksi oleh steroid.

Page 20: katarak

Daftar Pustaka

1. American Academy of Ophthalmology. Externa disease and cornea, San Fransisco

2006- 2007 : 8-12, 157-160

2. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta:

Widya Medika, 2000. Hal : 129 – 142

3. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes: Oftalmologi. Edisi kesembilan. Jakarta:

Erlangga, 2006. Hal: 67-71

4. Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. FKUI. Jakarta. 2006

5. Mansjoer, Arif M. 2001. Kapita Selekta edisi-3 jilid-1. Jakarta: Media Aesculapius

FKUI. Hal: 56

6. http://www.medicinenet.com

Page 21: katarak

Tugas

1. Virus dapat kelapisan stroma atau tidak ?

Virus tidak dapat mengenai lapisan stroma. Keratitis herpetika yang disebabkan oleh herpes simpleks dibagi dalam 2 bentuk yaitu epitelial dan stroma.

Pada yang epitelial kerusakan terjadi akibat pembelahan virus di dalam sel epitel,yang akan mengakibatkan kerusakan sel dan membentuk ulkus kornea superfisial.

Sedangkan pada yang stroma diakibatkan reaksi imunologik tubuh pasien sendiri terhadap virus yang menyerang. Karena kornea merupakan bangunan yang avaskuler,maka pertahanan pada waktu peradangan tidak bereaksi dengan cepat,seperti jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Sehingga badan kornea ,wandering cells dan sel – sel lainnya yang terdapat di dalam stroma kornea akan segera bekerja sebagai makrofag yang kemudian di susul dengan terjadinya dilatasi dari pembuluh darah yang terdapat di limbus dan akan tampak sebagai injeksi perikornea .Kemudian akan mengakibatkan timbulnya infiltrat.

2. Perbedaan infiltrate dan keratik presipitat ?Infiltrate adalah penetrasi interstitium jaringan atau bahan.Keratik presipitat adalah timbunan sel di atas endotel kornea