katarak
DESCRIPTION
katarakTRANSCRIPT
Laporan Kasus Ujian
Keratitis Superfisialis
Pembimbing :
dr. AA. Ayu Ratnawati, Sp.M
Disusun oleh :
Monalisa (11.2013.095)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA,
2015
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
UJIAN ILMU PENYAKIT MATA
BAYUKARTA EYE CENTER, KARAWANG
Nama : Monalisa
Nim : 11-2013-095
Tandatangan
............................................
Dr Penguji : dr.AA. Ayu. Ratnawati, Sp. M .............................................
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. YS
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Karawang
Tanggal Pemeriksaan : 23 – 03 – 2015 jam 14.00
No CM : 2015008385
II. ANAMNESIS
Dilakukan Auto anamnesis pada tanggal 23 – 03 – 2015, jam 14.00
Keluhan Utama :
Kedua mata terasa mengganjal
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke BKEC Karawang dengan keluhan kedua mata terasa mengganjal
sejak ± 7 hari. Pasien mengatakan terasa mengganjalnya seperti ada pasir atau debu pada
kedua matanya. Selain itu perasaan mengganjal pada kedua mata juga disertai mata
merah, berair terus-menerus, perih, silau, gatal dan penglihatannya agak kabur. Oleh
karena gatal, pasien sering mengucek-ngucek matanya. Keluhan tersebut tidak disertai
demam dan baru pertama kali dialami pasien. Pasien tidak mengeluh sakit kepala, tidak
ada trauma pada mata sebelumnya, tidak ada kelilipan benda asing, tidak ada riwayat
pemakaian kontak lensa dan kacamata, serta tidak mengeluarkan kotoran pada matanya.
Pasien juga sudah berobat ke dokter umum dan diberi obat tetes mata, tetapi belum ada
perbaikan sama sekali.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat DM (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat infeksi mata sebelumnya (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat DM (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat alergi (-)
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini
Riwayat Penyakit Sosial Ekonomi :
Pasien seorang PNS, biaya pengobatan ditanggung sendiri. Kesan ekonomi cukup.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
- Tensi (T) : 120/90 mmHg
- Nadi (N) : 80 kali / menit
- Suhu (T) : Afebris, 36,8C
- Respiration Rate (RR) : 18 x / menit
- Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
- Kesadaran : Compos mentis
- Status Gizi : Cukup
B. STATUS OPTHALMOLOGI
Keterangan : 1. Infiltrat berupa titik-titik pada permukaan kornea
2. Injeksi Siliar
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)
20/50 Visus 20/50
PH 20/30 F2 Pinhole PH 20/30 F2
Edema (-), hiperemis(-),
nyeri tekan(-),
blefarospasme (+),
lagoftalmus (-),
ektropion (-),
entropion (-)
Palpebra
Edema (-), hiperemis(-),
nyeri tekan (-),
blefarospasme (+),
lagoftalmus (-)
ektropion (-),
entropion (-)
Edema (-),
injeksi konjungtiva (-),
Konjungtiva Edema (-),
injeksi konjungtiva (-),
1 2
injeksi siliar (+),
infiltrat (-),
hiperemis (+),(+) pada
konjungtiva tarsal dan
forniks
injeksi siliar (+),
infiltrat (-),
hiperemis (+) pada
konjungtiva tarsal dan
forniks
Putih Sklera Putih
Sedikit keruh, edema (-),
keratik presipitat(-),
Arkus senilis (-), sikatriks (-)
infiltrat (+) berupa titik-
titik pada permukaan
kornea
Kornea
Sedikit keruh, edema (-),
keratik presipitat(-),
Arkus senilis (-), sikatriks (-)
infiltrat (+) berupa titik-
titik pada permukaan
kornea
kedalaman cukup
hipopion (-),
hifema (-)
Camera Oculi
Anterior
(COA)
kedalaman cukup
hipopion (-),
hifema (-)
Warna coklat,(-), edema(-),
sinekia anterior (-)Iris
Warna coklat,(-), edema(-),
sinekia anterior (-)
Regular, letak sentral, ϴ
3mm, refleks pupil langsung
(+), refleks pupil tidak
langsung (+)
Pupil
Regular, letak sentral, ϴ
3mm, refleks pupil
langsung (+), refleks pupil
tidak langsung (+)
Jernih Lensa Jernih
Jernih Vitreus Jernih
Tidak dilakukan Fundus Refleks Tidak lakukan
Tidak dilakukan Retina Tidak dilakukan
N TIO Digital N
lakrimasi (+) Sistem Lakrimasi lakrimasi (+)
Tidak dilakukan Tes flurosein Tidak dilakukan
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Slitlamp :
Tampak kornea kiri terdapat infiltrat berupa titik-titik di permukaan kornea
yang terletak di sekitar central kornea. Juga tampak injeksi siliar, hiperemis
pada konjungtiva tarsal dan forniks, dan lakrimasi pada kedua mata.
V. RESUME
1. SUBJEKTIF
Pasien laki-laki umur 24 tahun datang dengan keluhan kedua mata terasa
mengganjal sejak 7 hari sebelum pemeriksaan.
Kedua mata terasa mengganjal seperti berpasir, matanya merah, berair terus-
menerus, nyeri, silau, gatal dan penglihatannya kabur.
Sudah diberi obat tetes mata dari dokter, belum ada perbaikan.
2. OBJEKTIF
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)
20/50 Visus 20/50
PH 20/30 F2 Pinhole PH 20/30 F2
Edema (-), hiperemis(-), nyeri
tekan(-),
blefarospasme (+),
lagoftalmus (-),
ektropion (-),
entropion (-)
Palpebra
Edema (-), hiperemis(-),
nyeri tekan (-),
blefarospasme (+),
lagoftalmus (-)
ektropion (-),
entropion (-)
Edema (-),
injeksi konjungtiva (-),
injeksi siliar (+),
infiltrat (-),
hiperemis (+)
Konjungtiva
Edema (-),
injeksi konjungtiva (-),
injeksi siliar (+),
infiltrat (-),
hiperemis (+)
Sedikit keruh, edema (-),
keratik presipitat(-),
Arkus senilis (-), sikatriks (-)
infiltrat (+) berupa titik-titik
halus pada permukaan
Kornea
Sedikit keruh, edema (-),
keratik presipitat(-),
Arkus senilis (-), sikatriks (-)
infiltrat (+) berupa titik-titik
halus pada permukaan
kornea yang tersebar di
sekitar sentral kornea
kornea yang tersebar di
sekitar sentral kornea
Lakrimasi(+) Sistem Lakrimasi lakrimasi (+)
VI. DIAGNOSA BANDING
ODS :
1. Keratitis pungtata
superficialis
2. Keratitis bakterial
3. Keratitis jamur
4. Keratitis alergika
5. Uveitis anterior
6. Gloukoma akut
VII. DIAGNOSA KERJA
ODS Keratitis punctata superficialis
Dasar diagnosis
Anamnesa :
Terdapat trias keratitis : mata merah, fotofobia disertai lakrimasi, dan rasa
mengganjal yang disertai blefarospasme.
Juga terdapat keluhan mata perih dan penurunan tajam penglihatan
Onset yang cepat
Pemeriksaan Fisik :
Pada pemeriksaan visus ODS didapatkan visus 20/50 dan dilakukan pinhole
didapatkan visus 20/30 F2. Dan pada pada pemeriksaan slitlamp tampak kornea ODS
terdapat infiltrat berupa titik-titik di permukaan kornea yang terletak di sekitar central
kornea. Juga tampak injeksi siliar, hiperemis pada konjungtiva tarsal dan forniks, dan
lakrimasi.
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
- POLYNEL (Fluoromeholone + Neomycin sulfate) 2 tetes 4x/hari ODS
- LFX (levofloksasin) 2 tetes 4x/hari ODS
- HARVIS Salep (Acyclovir 30 mg 3%) 2x/hari ODS
- GLUKONS (Azetazolamid) 250 mg 1 x 1/2 tab perhari
Non-medika Mentosa
- Kurangi pajanan debu dan sinar matahari
- Kompres dingin
VIII. PROGNOSIS
OKULI DEKSTRA (OD) OKULISINISTRA(OS)
Quo Ad Visam : ad bonam ad bonam
Quo Ad Sanam : ad bonam ad bonam
Quo Ad Kosmetikam : ad bonam ad bonam
Quo Ad Vitam : ad bonam ad bonam
IX. USUL & SARAN
Usul :
Pewarnaan (gram dan giemsa) kerokan kornea
Kultur dan sensitivitas tes kerokan kornea
Fluoresein test
funduskopi
Tes Sensibilitas Kornea menilai nervus trigeminus
Saran :
Rajin memakai obat tetes sesuai instruksi dokter
Menggunakan pelindung / memakai kacamata agar terhindar terkena trauma debu dan fotofobia
Menjaga kebersihan mata, jangan dikucek-kucek atau dipegang-pegang. Jika
habis memegang mata yang sedang sakit harap cuci tangan.
Banyak istirahat dan konsumsi makanan yang bergizi dengan tujuan untuk
mencegah infeksi sekunder dan membantu proses penyembuhan.
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA
Kornea (Latin Cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian mata
yang tembus cahaya. Kornea disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar
pada sambungan ini disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata – rata mempunyai tebal
550 μm dipusatnya ( terdapat variasi menurut ras); diameter horizontalnya sekitar
11,75mm dan vertikalnya 10,6 mm.
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar ke dalam :
1. Lapisan epitel (berbatasan dengan lapisan epitel konjungtiva bulbaris)
2. Membran Bowman
3. Stroma
4. Membran Descement
5. Endotel
Sumber – sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh - pembuluh darah limbus
(arteri ciliaris anterior), humor aqueous, dan air mata. Saraf - saraf sensorik kornea
didapat dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan
suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman dan
melepaskan selubung Schwannya.
Transparasi kornea disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskularitas, dan
desturgensinya. Karena kornea avaskular, maka pertahanan sewaktu peradangan tak
dapat segera datang. Maka badan kornea, sel-sel yang terdapat di dalam stroma segera
bekerja sebagai makrofag baru kemudian disusul oleh pembuluh darah yang terdapat di
limbus dan tampak sebagi injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrat, yang
tampak sebagi bercak bewarna kelabu, keruh, dan permukaan yang licin. Kemudian
dapat terjadi kerusakan epitel dan timbul ulkus kornea yang dapat menyebar ke
permukaan dalam stroma. Pada peradangan yang hebat, toksin dari kornea dapat
menyebar ke iris dan badan siliar dengan melalui membran descemet dan endotel kornea.
Dengan demikian iris dan badan siliar meradang dan timbullah kekeruhan di cairan
COA, disusul dengan terbentuknya hipopion. Bila peradangan terus mendalam, tetapi
tidak mengenai membran descemet dapat timbul tonjolan membran descement yang
disebut mata lalat atau descementocele. Pada peradangan dipermukaan kornea,
penyembuhan dapat berlangsung tanpa pembentukan jaringan parut. Pada peradangan
yang lebih dalam, penyembuhan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut yang dapat
berupa nebula, makula, atau leukoma. Bila ulkusnya lebih mendalam lagi dapat timbul
perforasi yang dapat mengakibatkan endoftalmitis, panoftalmitis, dan berakhir dengan
ptisis bulbi.
Fungsi dari kornea adalah sebagai media refrakta dan sebagai bagian mata dengan
pembiasan sinar terkuat. 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar yang masuk dibiaskan
oleh kornea
KERATITIS
Keratitis adalah kondisi di mana terjadi proses peradangan pada kornea mata, yang
dapat disebabkan oleh banyak hal. Berbagai jenis infeksi, mata kering, trauma, dan
berbagai macam penyakit medis dapat menyebabkan keratitis. Bahkan pada beberapa
kasus keratitis tidak diketahui penyebabnya.
Tanda patognomik dari keratitis ialah terdapatnya infiltrat di kornea. Infiltrat dapat
ada di seluruh lapisan kornea, dan menetapkan diagnosis dan pengobatan keratitis. Pada
peradangan yang dalam, penyembuhan berakhir dengan pembentukan jaringan parut
(sikatrik), yang dapat berupa nebula, makula, dan leukoma.
Adapun gejala umum adalah :
Keluar air mata yang berlebihan
Nyeri
Penurunan tajam penglihatan
Radang pada kelopak mata (bengkak, merah)
Mata merah
Sensitif terhadap cahaya
Karena kornea memiliki banyak serabut nyeri sehingga pada keratitis sering timbul
rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit ini diperberat oleh gesekan palpebra (terutama
palpebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Fotofobia terutama
disebabkan oleh kontraksi iris yang meradang. Selain itu, oleh karena kornea berfungsi
sebagai media untuk refraksi sinar dan merupakan media pembiasan terhadap sinar yang
yang masuk ke mata maka lesi pada kornea umumnya akan mengaburkan penglihatan
terutama apabila lesi terletak sentral dari kornea.
Keratitis dapat diklafikasikan berdasarkan lokasi, derajat penyakit dan etiologinyaBerdasarkan lokasi yang terkena :
1. Keratitis Epithelial (superficial)
2. Keratitis Subepithelial
3. Keratitis Stroma (Interstitial)
4. Keratitis Endotelial (Profunda)
Berdasarkan derajat penyakitnya :
1. Ringan
2. Sedang
3. Berat
4. Berhubungan dengan peradangan bagian lain dari mata
Keratokonjungtivitis (kornea dan konjungtiva)
Keratouveitis (kornea dan traktus uveal)
Berdasarkan etiologi:
1. Infektif
- Keratitis Bacterial
o Staphylococcus epidermidis
o Staphylococcus aureus
o Sterptococcus pneumonia
o Koliformis
o Pseudomonas
o Haemophilus
o Enterobacteriaceae (termasuk Klebsiella, Enterobacter, Serratia, dan Proteus)
- Keratitis Viral (Herpes simpleks (HSV) tipe 1 dan tipe 2
o Herpes simpleks (HSV) tipe 1
o Herpes simpleks (HSV) tipe 2
- Keratitis Jamur
o Candida
o Fusarium
o Aspergillus
o Penicilium
o Cephalosporium
- Keratitis parasit (Acanthomoeba spp)
- Keratitis Interstisial
o Sifilis
o Tuberkulosa
o Lepra
2. Non infektif
Keratitis Pungtata Non- Viral
Disebabkan obat-obatan, alergi, dan lensa kontak
Keratitis Alergi
- Keratokonjungtivitis Flikten
- Keratokonjungtivitis Vernal
Keratitis Paparan
Karena gangguan lubrikasi mata dan proteksi palpebra pada kornea
Terdiri atas:
- Keratitis Lagoftalmus : akibat kelopak mata tidak dapat menutup
sempurna sehingga terjadi kekeringan pada kornea
- Keratitis Neuroparalitik : gangguan pada Nervus Trigeminal sehingga
sensibilitas dan metabolisme kornea terganggu
- Keratitis pada keratokonjungtivitis sika : kekeringan permukaan kornea
karena gangguan sekresi air mata
Fotokeratitis
Akibat paparan sinar UV dari matahari atau lampu. Dapat sembuh
sendiri setelah 1-2 hari.
Keratitis Superfisialis / Epithelial
Bentuk-bentuk klinik keratitis superfisialis antara lain adalah:
1. Keratitis punctata superfisialis
Berupa bintik-bintik putih pada permukaan kornea yang dapat disebabkan oleh
berbagai penyakit infeksi virus antara lain virus herpes simpleks, herpes zoster dan
vaksinia.
2. Keratitis flikten
Benjolan putih yang yang bermula di limbus tetapi mempunyai kecenderungan untuk
menyerang kornea.
3. Keratitis sika
Suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi kelenjar lakrimale atau
sel goblet yang berada di konjungtiva.
4. Keratitis lepra
Suatu bentuk keratitis yang diakibatkan oleh gangguan trofik saraf, disebut juga
keratitis neuroparalitik.
5. Keratitis nummularis
Bercak putih berbentuk bulat pada permukaan kornea biasanya multiple dan banyak
didapatkan pada petani.
6. Keratitis profunda
Bentuk-bentuk klinik keratitis profunda antara lain:
- Keratitis interstisialis luetik atau keratitis sifilis congenital
- Keratitis sklerotikans.
KERATITIS PUNCTATA SUPERFISIALIS THYGESON
Keratitis pungtata merupakan keratitis yang terkumpul di daerah membran Bowman
dengan infiltrat berbentuk bercak-bercak halus dan bilateral rekuren menahun yang
jarang ditemukan, tanpa pandang jenis kelamin maupun umur. Keratitis ini disebut juga
dengan “Thygeson’s disease” karena ditemukan pertama kali oleh dr. Phillip Thygeson
di Amerika. Penyakit ini ditandai kekerutan epitel yang meninggi berbentuk lonjong dan
jelas, yang menampakkan bintik-bintik pada pemulasan dengan fluoresein, terutama di
daerah pupil. Kekeruhan ini tidak tampak dengan mata telanjang, namun mudah dilihat
dengan slit-lamp atau kaca pembesar. Kekeruhan subepitelial dibawah lesi epitel (lesi
hantu) sering terlihat semasa penyembuhan penyakit epitel ini.
Etiologi
Belum ditemukan organisme penyebabnya, namun dicurigai virus. Pada satu kasus
berhasil diisolasi virus varicella-zoster dari kerokan kornea. Penyebab lainnya dapat
terjadi pada moluskulum kontangiosum, acne roasea, blefaritis neuroparalitik, trakoma,
trauma radiasi, lagoftalmos, keracunan obat seperti neomisin, tobramisin dan bahan
pengawet lainnya.
Manifestasi klinis
Pasien dengan keratitis pungtata superfisial biasanya datang dengan keluhan iritasi
ringan, adanya sensasi benda asing, mata berair, penglihatan yang sedikit kabur, dan
silau (fotofobia) . Lesi pungtata pada kornea dapat dimana saja tapi biasanya pada daerah
sentral. Daerah lesi biasanya meninggi dan berisi titik-titik abu-abu yang kecil. Keratitis
epitelial sekunder terhadap blefarokonjungtivitis stafilokokus dapat dibedakan dari
keratitis pungtata superfisial karena mengenai sepertiga kornea bagian bawah. Keratitis
epitelial pada trakoma dapat disingkirkan karena lokasinya dibagian sepertiga kornea
bagian atas dan ada pannus. Banyak diantara keratitis yang mengenai kornea bagian
superfisial bersifat unilateral atau dapat disingkirkan berdasarkan riwayatnya.
Penderita akan mengeluh sakit pada mata karena kornea memiliki banyak serabut
nyeri, sehingga amat sensitif. Kebanyakan lesi kornea superfisialis maupun yang sudah
dalam menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit diperberat oleh kuman kornea
bergesekan dengan palpebra. Karena kornea berfungsi sebagai media untuk refraksi
sinar dan merupakan media pembiasan terhadap sinar yang masuk ke mata maka lesi
pada kornea umumnya akan mengaburkan penglihatan terutama apabila lesi terletak
sentral pada kornea.
Fotofobia yang terjadi biasanya terutama disebabkan oleh kontraksi iris yang
meradang. Dilatasi pembuluh darah iris adalah fenomena refleks yang disebabkan iritasi
pada ujung serabut saraf pada kornea. Pasien biasanya juga berair mata namun tidak
disertai dengan pembentukan kotoran mata yang banyak kecuali pada ulkus kornea
yang purulen. KPS ini juga akan memberikan gejala mata merah, silau, merasa kelilipan,
penglihatan kabur.
Dalam mengevaluasi peradangan kornea penting untuk membedakan apakah tanda
yang kita temukan merupakan proses yang masih aktif atau merupakan kerusakan dari
struktur kornea hasil dari proses di waktu yang lampau. Sejumlah tanda dan pemeriksaan
sangat membantu dalam mendiagnosis dan menentukan penyebab dari suatu peradangan
kornea seperti: pemeriksaan sensasi kornea, lokasi dan morfologi kelainan, pewarnaan
dengan fluoresin, neovaskularisasi, derajat defek pada epitel, lokasi dari infiltrat pada
kornea, edema kornea, keratik presipitat, dan keadaan di bilik mata depan. Tanda-tanda
yang ditemukan ini juga berguna dalam mengawasi perkembangan penyakit dan respon
terhadap pengobatan.
Terapi
Pasien diberi air mata buatan, tobramisin tetes mata, dan sikloplegik. Pemberian tetes
kortikosteroid untuk jangka pendek sering kali dapat menghilangkan kekeruhan dan
keluhan subjektif, namun pada umumnya kambuh. Prognosis akhirnya baik karena tidak
terjadi parut atau vaskularisasi pada kornea. Bila tidak diobati, penyakit ini berlangsung
1-3 tahun. Pemberian kortikosteroid topikal untuk waktu lama memperpanjang
perjalanan penyakit hingga bertahun-tahun dan berakibat timbulnya katarak teriduksi
steroid dan glaukoma.
Gambar:
Diagnosa Banding
Gejala Objektif Keratitis akut Uveitis akut Gloukoma akut
Injeksi siliar +++ ++ +
Injeksi konjungtiva ++ ++ ++
Kekeruhan kornea +/+++ - +++
Kelainan pupil Normal / miosis Miosis iregular Midriasis non reaktif
Kedalaman BMD N N Dangkal
TIO Normal Rendah Tinggi
Sekret - - -
Tanda Keratitis / iritis Konjungtiva
Tajam penglihatan Turun nyata Normal
Silau Nyata Tidak ada
Sakit Sakit Pedes, rasa kelilipan
Mata merah Injeksi siliar Injeksi konjungtiva
Sekret Tidak ada Serous, mukos, purulen
Lengket kelopak Tidak ada Terutama pagi hari
Pupil Mengecil Normal
Komplikasi
Gangguan refraksi
Jaringan parut permanent
Ulkus kornea
Perforasi kornea
Endoftalmitis
Glaukoma sekunder
Kebutaan
Prognosis
Prognosis akhirnya baik karena tidak terjadi parut atau vaskularisasi pada kornea. Bila
tidak diobati, penyakit ini berlangsung 1-3 tahun dengan meninggalkan gejala sisa.
Meskipun sebagian besar KPS memberikan hasil akhir yang baik namun pada
beberapa pasien dapat berlanjut hingga menjadi ulkus kornea jika lesi pada KPS tersebut
telah melebihi dari epitel dan membran bowman. Hal ini biasanya terjadi jika pengobatan
yang diberikan sebelumnya kurang adekwat, kurangnya kepatuhan pasien dalam
menjalankan terapi yang sudah dianjurkan, terdapat penyakit sistemik lain yang dapat
menghambat proses penyembuhan seperti pada pasien diabetes mellitus, ataupun dapat
juga karena mata pasien tersebut masih terpapar secara berlebihan oleh lingkungan luar,
misalnya karena sinar matahari ataupun debu.
Pemberian kortikosteroid topikal untuk waktu lama dapat memperpanjang perjalanan
penyakit hingga bertahun-tahun serta dapat pula mengakibatkan timbulnya katarak dan
glaukoma yang diinduksi oleh steroid.
Daftar Pustaka
1. American Academy of Ophthalmology. Externa disease and cornea, San Fransisco
2006- 2007 : 8-12, 157-160
2. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta:
Widya Medika, 2000. Hal : 129 – 142
3. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes: Oftalmologi. Edisi kesembilan. Jakarta:
Erlangga, 2006. Hal: 67-71
4. Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. FKUI. Jakarta. 2006
5. Mansjoer, Arif M. 2001. Kapita Selekta edisi-3 jilid-1. Jakarta: Media Aesculapius
FKUI. Hal: 56
6. http://www.medicinenet.com
Tugas
1. Virus dapat kelapisan stroma atau tidak ?
Virus tidak dapat mengenai lapisan stroma. Keratitis herpetika yang disebabkan oleh herpes simpleks dibagi dalam 2 bentuk yaitu epitelial dan stroma.
Pada yang epitelial kerusakan terjadi akibat pembelahan virus di dalam sel epitel,yang akan mengakibatkan kerusakan sel dan membentuk ulkus kornea superfisial.
Sedangkan pada yang stroma diakibatkan reaksi imunologik tubuh pasien sendiri terhadap virus yang menyerang. Karena kornea merupakan bangunan yang avaskuler,maka pertahanan pada waktu peradangan tidak bereaksi dengan cepat,seperti jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Sehingga badan kornea ,wandering cells dan sel – sel lainnya yang terdapat di dalam stroma kornea akan segera bekerja sebagai makrofag yang kemudian di susul dengan terjadinya dilatasi dari pembuluh darah yang terdapat di limbus dan akan tampak sebagai injeksi perikornea .Kemudian akan mengakibatkan timbulnya infiltrat.
2. Perbedaan infiltrate dan keratik presipitat ?Infiltrate adalah penetrasi interstitium jaringan atau bahan.Keratik presipitat adalah timbunan sel di atas endotel kornea