kata pengantar - kementerian ppn/bappenas :: home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar...

161

Upload: vuongtram

Post on 01-May-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar
Page 2: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

KATA PENGANTAR

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan yang

diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang didasarkan

pada data dan informasi yang sudah dipublikasikan oleh Kementerian/Lembaga, dan instansi

internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan

beberapa Kementerian/Lembaga, pengamat, dan praktisi ekonomi.

Publikasi triwulan IV tahun 2016 ini memberikan gambaran dan analisa mengenai

perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia hingga triwulan IV tahun 2016. Dari sisi

perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan

negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi perekonomian

nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan IV tahun 2016

dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, perkembangan investasi dan kerja sama

internasional, industri dalam negeri, serta perekonomian daerah. Dalam publikasi ini juga

tersaji Policy Brief terkait kebijakan pemerintah dan kondisi ekonomi terkini.

Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak

perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang membangun dari

pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan penerbitan publikasi ini

dapat tercapai.

Jakarta, Maret 2017

Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS

Page 3: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

ii

Ringkasan Eksekutif

Pada triwulan IV tahun 2016, perekonomian negara-negara di berbagai kawasan

mulai membaik namun masih moderat. Perekonomian Amerika Serikat (AS) tumbuh

sebesar 1,9 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan triwulan III tahun 2016 yang

tumbuh sebesar 3,5 persen (YoY). Penurunan ini disebabkan oleh kinerja sektor

perdagangan, yaitu ekspor menurun sebesar 4,3 persen (YoY) dari triwulan III tahun

2015 yang mencapai 10,0 persen (YoY). Perekonomian Uni Eropa mulai mengalami

perbaikan secara bertahap dengan pertumbuhan sektor industri yang mencapai 3,2

persen (YoY) sampai bulan November 2016. Namun demikian, secara keseluruhan

tahun 2016, pertumbuhan ekonomi Uni Eropa menurun menjadi 1,6 persen (YoY)

dari tahun 2015 yang tumbuh sebesar 2,0 persen (YoY), disebabkan oleh ekspor dan

permintaan domestik yang menurun.

Pada triwulan IV tahun 2016, perekonomian Tiongkok tumbuh diatas ekspektasi

yaitu sebesar 6,8 persen (YoY), didukung oleh peningkatan konsumsi rumah tangga

sebesar 64,6 persen (YoY), pertumbuhan investasi properti sebesar 6,9 persen (YoY),

serta peningkatan fiskal dan stimulus kredit. Akan tetapi, investasi swasta

mengalami penurunan, jumlah utang rumah tangga melebihi 40 persen dari PDB,

dan depresiasi mata uang akibat terjadinya capital outflow.

Sementara itu, Perekonomian Indonesia tumbuh lebih rendah pada triwulan IV

tahun 2016, yaitu sebesar 4,9 persen (YoY). Namun secara kumulatif, pertumbuhan

ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi

dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar 4,9 persen (YoY). Pertumbuhan

tersebut dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global yang sudah menunjukkan

perbaikan walaupun pertumbuhannya belum merata. Dari sisi domestik,

pertumbuhan ekonomi didorong oleh membaiknya ekspor dan terjaganya

permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga yang tumbuh cukup kuat,

namun realisasi belanja pemerintah APBN lebih rendah dibandingkan triwulan yang

sama tahun sebelumnya akibat pemotongan anggaran. Sementara itu, inflasi hingga

akhir triwulan IV tahun 2016 sebesar 3,02 persen (YoY), dengan IHK 126,7 basis poin,

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pada triwulan IV tahun 2016, seluruh pulau mengalami pertumbuhan positif dengan

rata-rata pertumbuhan ekonomi paling tinggi di Maluku dan Papua. Sementara itu,

perkembangan kontribusi daerah terhadap PDB dari tahun ke tahun relatif tidak

banyak berubah. Kontribusi terbesar terhadap PDB dari triwulan I tahun 2010

Page 4: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

iii

sampai dengan triwulan IV tahun 2016 masih didominasi pulau Jawa, yaitu sebesar

58,0 persen.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV tahun 2016 mengalami suplus

sebesar USD4,9 miliar. Peningkatan kinerja tersebut didukung oleh menurunnya

defisit pada neraca transaksi berjalan dan surplus neraca transaksi modal dan

finansial yang cukup besar. Secara keseluruhan tahun 2016, NPI mengalami surplus

sebesar USD12,1 miliar atau meningkat signifikan dari tahun 2015 yang defisit

sebesar USD1,1 miliar.

Total ekspor Indonesia pada sampai dengan akhir triwulan IV tahun 2016 sebesar

USD144,4 miliar, mengalami penurunan sebesar 3,9 persen jika dibandingkan

dengan periode yang sama tahun 2015. Total impor sebesar USD135,7 miliar atau

menurun sebesar 4,9 persen (YoY). Sementara itu, cadangan devisa Indonesia pada

triwulan IV tahun 2016 mencapai sebesar USD116,4 miliar atau setara dengan 8,4

bulan impor.

Realisasi penerimaan perpajakan sampai akhir tahun 2016 sebesar 83,4 persen dari

target APBN-P, lebih rendah dibandingkan rata-ratanya selama 2011-2015 yang

mencapai 93,2 persen. Sejalan dengan hal tersebut, realisasi belanja negara juga

mengalami penurunan, yaitu mencapai Rp1.859,4 triliun atau 89,3 persen dari

target APBN-P. Penurunan tersebut karena diterapkannya kebijakan pemotongan

anggaran pada tahun 2016. Sementara itu, realisasi pinjaman luar negeri (neto)

selama 2016 mencapai negatif Rp14,6 triliun, lebih rendah dibandingkan realisasi

2015.

Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan IV tahun

2016 sebesar Rp58,1 triliun, tumbuh sebesar 25,8 persen dari realisasi triwulan IV

tahun 2015. Sementara itu, realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) triwulan IV

2016 sebesar USD7,5 miliar mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV tahun

2015, atau mengalami pertumbuhan negatif sebesar 5,5 persen (YoY).

Penjualan mobil pada triwulan IV tahun 2016 mencapai 280.994 unit atau tumbuh

sebesar 13,0 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2015. Pertumbuhan penjualan

mobil yang cukup tinggi tersebut disebabkan oleh peluncuran beberapa mobil tipe

baru dari produsen utama di Indonesia serta terjaganya daya beli masyarakat

Indonesia, terutama kalangan menengah atas. Secara kumulatif, penjualan mobil

pada tahun 2016 mengalami pertumbuhan sebesar 5,0 persen dibandingkan tahun

2015.

Page 5: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

iv

Sementara itu, penjualan motor pada triwulan IV tahun 2016 sebesar 1,5 juta atau

menurun 4,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2015, seiring dengan

daya beli masyarakat menengah bawah yang lebih rendah. Penjualan semen pada

triwulan IV tshun 2016 mencapai 17,3 juta ton, atau menurun sebesar 3,2 persen

(YoY). Keseluruhan tahun 2016, penjualan semen mencapai 62 juta ton atau

meningkat 1,3 persen (YoY) dibandingkan tahun 2015. Kondisi sektor yang

oversupply ditambah dengan persaingan sengit antar produsen semen Tier 1 dan

Tier 2, seperti Semen Indonesia dan Semen Conch, menjadi salah satu penyebab

penurunan pada triwulan IV. Selain itu, adanya cuaca buruk yang terjadi pada

sebagian wilayah Indonesia menjadikan pertumbuhan semen pada triwulan ini

menjadi semakin terkontraksi.

Page 6: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

v

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ......................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................xi

POLICY BRIEF .............................................................................................................. 3

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA ....................................................................... 14

Pertumbuhan Ekonomi........................................................................ 14

Tingkat Pengangguran ......................................................................... 16

Perkiraan Ekonomi Dunia .................................................................... 18

PERKEMBANGAN KEUANGAN INTERNASIONAL ............................................ 24

Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD ................................................. 24

Inflasi ................................................................................................... 25

Suku Bunga Kebijakan ......................................................................... 27

Cadangan Devisa ................................................................................. 29

PERKEMBANGAN HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL .............................. 30

Perkembangan Harga Internasional .................................................... 30

Harga Minyak Dunia dan Gas Alam ..................................................... 31

Harga Komoditas Utama Pangan ......................................................... 34

ISU TERKINI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL ................................... 35

Amerika Serikat Menarik Diri dari Trans Pasific Patnership (TPP) ...... 35

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL ....................................................... 36

Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia ............. 36

Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat

Keterangan Asal (SKA) ......................................................................... 37

Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia dengan

Negara-Negara Mitra FTA .................................................................... 38

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA ............................................................... 47

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA ......................................................... 47

PERKEMBANGAN EKONOMI DAERAH ........................................................... 54

PERKEMBANGAN HARGA KEBUTUHAN POKOK ............................................. 59

Perkembangan Harga Domestik .......................................................... 59

Indeks Harga Bahan Pokok Nasional ................................................... 61

INDEKS TENDENSI KONSUMEN ...................................................................... 62

INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN ................................................................... 63

PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI ............................................................. 65

Page 7: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

vi

Kondisi Bisnis Indonesia ...................................................................... 65

Pertumbuhan Industri Pengolahan ..................................................... 67

Data Penjualan Komoditas Industri Utama ......................................... 74

Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja Industri ................................ 77

Manufacturing Purchasing Manager Index ......................................... 78

KEUANGAN NEGARA ............................................................................................... 81

PENDAPATAN NEGARA .................................................................................. 81

BELANJA PEMERINTAH .................................................................................. 82

PEMBIAYAAN PEMERINTAH .......................................................................... 84

Posisi Utang Pemerintah ..................................................................... 85

Surat Berharga Negara (SBN) .............................................................. 86

Pinjaman Luar Negeri .......................................................................... 88

PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN ............................................................. 93

TRANSAKSI BERJALAN .................................................................................... 95

Perkembangan Ekspor ......................................................................... 95

Perkembangan Impor .......................................................................... 99

Perkembangan Neraca Perdagangan ................................................ 103

NERACA MODAL DAN FINANSIAL ................................................................ 111

CADANGAN DEVISA ..................................................................................... 112

PERKEMBANGAN INVESTASI................................................................................. 116

ISU TERKINI PERKEMBANGAN INVESTASI .................................................... 116

Indonesia Meluncurkan Inovasi Layanan Investasi 3 Jam

Sektor ESDM ...................................................................................... 116

PERKEMBANGAN INVESTASI ........................................................................ 117

REALISASI INVESTASI.................................................................................... 117

Realisasi Per Sektor ........................................................................... 118

Realisasi Per Lokasi ............................................................................ 120

Realisasi per Negara .......................................................................... 122

PERKEMBANGAN MONETER DAN KEUANGAN .................................................... 126

PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER ..................................................... 126

Tingkat Inflasi..................................................................................... 126

Nilai Tukar Rupiah ............................................................................. 129

Jumlah Uang Beredar ........................................................................ 130

Respon Kebijakan Moneter ............................................................... 131

SEKTOR PERBANKAN.................................................................................... 133

Page 8: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

vii

Kredit Usaha Rakyat .......................................................................... 136

Sektor Perbankan Syariah ................................................................. 137

Lampiran 1: Inflasi Domestik ................................................................................ 141

Lampiran 1: Inflasi Domestik ................................................................................ 142

Lampiran 2: Nilai Tukar Mata Uang ...................................................................... 143

Lampiran 3: Harga Komoditas Internasional ........................................................ 144

Lampiran 4: Harga Bahan Pokok Nasional ........................................................... 145

Page 9: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kontribusi Sektoral Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja di

Indonesia (%) .............................................................................................. 5

Tabel 2. Hasil Regresi Model dan Data Panel ............................................................ 7

Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF ............................................. 18

Tabel 4. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Menurut ADB (YoY) ....................... 22

Tabel 5. Tingkat Inflasi Global Triwulan IV Tahun 2016 (% YoY) ............................. 26

Tabel 6. Suku Bunga Kebijakan Beberapa Negara (persen) .................................... 28

Tabel 7. Posisi Cadangan Devisa Beberapa Bank Sentral (miliar USD) ................... 29

Tabel 8. Perkembangan Harga untuk Komoditas terpilih Periode Bulan

Januari-Desember Tahun 2016 ................................................................. 30

Tabel 9. Perkembangan Harga Minyak dan Gas Dunia .......................................... 32

Tabel 10. Status Perjanjian Ekonomi Internasional (per Desember 2016) .............. 36

Tabel 11. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia ............... 37

Tabel 12. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra

FTA di Kawasan Oseania (juta USD) .......................................................... 39

Tabel 13. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra

FTA di Kawasan Asia Selatan (juta USD) ................................................... 39

Tabel 14. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra

FTA di Kawasan Asia Tenggara (juta USD) ................................................ 40

Tabel 15. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra

FTA di Kawasan Timur Tengah (juta USD) ................................................ 42

Tabel 16. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra

FTA di Kawasan Asia Timur (juta USD) ..................................................... 42

Tabel 17. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra

FTA di Kawasan Afrika (juta USD) ............................................................. 43

Tabel 18. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra

FTA di Kawasan Eropa (juta USD) ............................................................. 44

Tabel 19.Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2014 –

Triwulan IV Tahun 2016 Menurut Lapangan Usaha (YoY) ........................ 50

Tabel 20. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2014 –

Triwulan IV Tahun 2016 (Persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY) ....... 53

Tabel 21. Koefisien Variasi Harga Antar Waktu Periode Bulan Januari-

Desember Tahun 2016 ............................................................................. 59

Tabel 22. Koefisien Variasi Harga Antar Wilayah Bulan Januari-Desember

Tahun 2016 ............................................................................................... 60

Tabel 23. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV

Tahun 2016 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya ...................... 62

Page 10: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

ix

Tabel 24. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia April 2016 – Januari 2017 ......... 64

Tabel 25. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan IV Tahun 2016 ............ 66

Tabel 26. Perkembangan Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan

Hibah Tahun 2011 – 2016 (triliun rupiah) ................................................ 81

Tabel 27. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa,

Tahun 2011-2016 (triliun rupiah) ............................................................. 83

Tabel 28. Perkembangan Realisasi Komposisi Pembiayaan APBN,

Tahun 2011-2016 (Rp triliun) ................................................................... 85

Tabel 29. Posisi Utang Pemerintah Pusat Tahun 2011-2016 (Rp triliun) ................. 85

Tabel 30. Perkembangan Realisasi Pembayaran Pokok dan Bunga Utang

Pemerintah Pusat ..................................................................................... 86

Tabel 31. Posisi Kepemilikan SBN Rupiah yang Diperdagangkan,

Tahun 2011 – 2016 (triliun Rupiah) .......................................................... 86

Tabel 32. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara

Tahun 2011 – 2016 (triliun Rupiah) .......................................................... 87

Tabel 33. Posisi Pinjaman Luar Negeri berdasarkan Kreditur (Rp Triliun) ............... 88

Tabel 34. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2015 –

Triwulan IV Tahun 2016 (Miliar USD) ....................................................... 94

Tabel 35. Perkembangan Ekspor Tahun 2016 .......................................................... 95

Tabel 36. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai Ekspor

Nonmigas Terbesar Sepanjang Januari-Desember Tahun 2016 ............... 97

Tabel 37. Golongan Barang dengan Volume Ekspor Nonmigas Terbesar

Bulan Januari-Desember Tahun 2016 ...................................................... 98

Tabel 38. Perkembangan Ekspor Nonmigas ke Negara Tujuan Utama

Sepanjang Tahun 2016 ............................................................................. 98

Tabel 39. Perkembangan Impor Hingga Tahun 2016 ............................................. 100

Tabel 40. Perkembangan Impor Nonmigas Menurut Golongan Barang

Terpilih Hingga Tahun 2016 .................................................................... 101

Tabel 41. Perkembangan Volume Impor Nonmigas Menurut Golongan

Barang Terpilih Hingga tahun 2016 ........................................................ 102

Tabel 42. Negara Utama Asal Impor Nonmigas Hingga Tahun 2016 ..................... 103

Tabel 43. Neraca Perdagangan Indonesia Hingga Tahun 2016 ............................. 103

Tabel 44. Neraca Perdagangan Indonesia-Tiongkok Hingga Tahun 2016 .............. 104

Tabel 45. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika Hingga Tahun 2016 ............... 104

Tabel 46. Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang Hingga Tahun 2016 ................. 105

Tabel 47. Neraca Perdagangan Indonesia-India Hingga Tahun 2016 .................... 105

Tabel 48. Neraca Perdagangan Indonesia-Thailand Hingga Tahun 2016 .............. 106

Tabel 49. Neraca Perdagangan Indonesia-Singapura Hingga Tahun 2016 ............ 106

Tabel 50. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan IV Tahun 2016 (persen) ........ 117

Page 11: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

x

Tabel 51. Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2010- Triwulan IV Tahun 2016 .......... 117

Tabel 52. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMA

Triwulan IV Tahun 2016 Berdasar Sektor ............................................... 119

Tabel 53. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2016 .............. 119

Tabel 54. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Triwulan IV

Tahun 2016 Berdasarkan Lokasi (Rp Triliun) .......................................... 120

Tabel 55. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Triwulan IV

Tahun 2016 Berdasarkan Lokasi (USD Milyar) ....................................... 121

Tabel 56. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2016 .............. 121

Tabel 57. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Triwulan IV

Tahun 2016 ............................................................................................. 122

Tabel 58. Tingkat Inflasi Domestik Triwulan IV Tahun 2016 .................................. 126

Tabel 59. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen ................................. 127

Tabel 60. Share Inflasi Kelompok Pengeluaran terhadap Pembentukan

Inflasi Bulanan ........................................................................................ 127

Tabel 61. Struktur Suku Bunga Operasi Moneter Bank Indonesia ......................... 132

Page 12: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Angka Kemiskinan Absolut ........................ 3

Gambar 2. Presentase Tenaga Kerja Miskin Berdasarkan Sektor

Tahun 2013 (%) ...................................................................................... 6

Gambar 3. Distribusi pendapatan Pekerja di Sektor Pertanian dan

Konstruksi Tahun 2011 .......................................................................... 8

Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV Tahun 2016 di Beberapa

Negara (YoY) ........................................................................................ 14

Gambar 5. Tingkat Pengangguran di Beberapa Negara ......................................... 17

Gambar 6. Apresiasi dan Depresiasi Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD

per akhir Oktober-Desember 2016 (% YtD) ........................................ 25

Gambar 7. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global ..................... 34

Gambar 8. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA

Preferensi ............................................................................................ 38

Gambar 9. Persentase Penggunaan SKA Nonpreferensi terhadap Total SKA

Nonpreferensi...................................................................................... 38

Gambar 10. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2014 –

Triwulan IV Tahun 2016 (Persen) ........................................................ 47

Gambar 11. Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi di Enam Pulau Besar di

Indonesia pada Triwulan I Tahun 2015 - Triwulan IV Tahun 2016

(Persen) ............................................................................................... 55

Gambar 12. Kontribusi di Enam Pulau Besar Indonesia terhadap PDB Pada

Triwulan I Tahun 2013 - Triwulan IV Tahun 2016 ................................ 56

Gambar 13. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Bahan Makanan .................. 62

Gambar 14. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I

Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2016 ................................................ 63

Gambar 15. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2012 –

Triwulan IV Tahun 2016 ....................................................................... 65

Gambar 16. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, persen) ............. 67

Gambar 17. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas

Tahun 2016 (YoY, persen) ................................................................... 68

Gambar 18. Komposisi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan

Non-Migas ........................................................................................... 70

Gambar 19. Ekspor Produk Industri ......................................................................... 71

Gambar 20. Nilai Investasi PMDN Sektor Industri (Rp miliar) ................................. 71

Page 13: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

xii

Gambar 21. Nilai Investasi PMA Sektor Industri (USD juta)..................................... 72

Gambar 22. Tenaga Kerja Sektor Industri ................................................................ 73

Gambar 23. Penjualan Mobil Triwulan IV Tahun 2016 ............................................ 74

Gambar 24. Penjualan Motor Triwulan Tahun IV 2016 ........................................... 75

Gambar 25. Penjualan Semen Triwulan Tahun IV 2016 (Ton) ................................. 76

Gambar 26. Kredit Modal Kerja Dan Investasi Triwulan IV Tahun 2016 .................. 77

Gambar 27. Prompt Manufacturing Index Indonesia .............................................. 78

Gambar 28. Perkembangan Penerimaan Uang Tebusan dan Deklarasi

Aset dari Tax Amnesty, ........................................................................ 81

Gambar 29. Perkembangan Komposisi Realisasi Belanja Negara,

Tahun 2011-2016 (triliun rupiah) ........................................................ 82

Gambar 30. Perkembangan Komposisi Realisasi Belanja Pemerintah

Pusat Tahun 2015 – 2016 .................................................................... 83

Gambar 31. Perkembangan Realisasi Defisit APBN, Tahun 2011 – 2017

(Rp Triliun) ........................................................................................... 84

Gambar 32. Komposisi Kepemilikan SBN oleh Asing berdasarkan Tenor

(% Total SBN) ....................................................................................... 88

Gambar 33. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2014 –

Triwulan III Tahun 2016 (Miliar USD) .................................................. 93

Gambar 34. Nilai dan Volume Ekspor Hingga Desember 2016 ................................ 95

Gambar 35. Nilai dan Volume Impor Hingga Desember 2016 ................................. 99

Gambar 36. Neraca Perdagangan Jasa Triwulan I Tahun 2015-

Triwulan IV Tahun 2016 (Miliar USD) ................................................ 107

Gambar 37. Neraca Perdagangan Jasa Perjalanan dan Transportasi

Triwulan I Tahun 2015-Triwulan IV Tahun 2016 ............................... 108

Gambar 38. Neraca Pendapatan Primer Triwulan I Tahun 2014-

Triwulan IV Tahun 2016 (USD Miliar) ................................................ 109

Gambar 39. Sebaran Tenaga Kerja Indonesia Berdasarkan Kawasan

Pada Tahun 2016 (dalam ribu jiwa) ................................................... 110

Gambar 40. Pendapatan Sekunder Triwulan I Tahun 2014-Triwulan IV

Tahun 2016 (Miliar USD) ................................................................... 111

Gambar 41. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I

Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2016 (Miliar USD) ......................... 111

Gambar 42. Nilai Tukar Rupiah terhadap USD (Rp/USD) ....................................... 129

Gambar 43. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100) .......................... 129

Gambar 44. Nominal Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100) ................... 130

Gambar 45. Perkembangan Uang Beredar Triwulan IV Tahun 2016 ..................... 131

Page 14: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

xiii

Gambar 46. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia .............................. 133

Gambar 47. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia ............... 134

Gambar 48. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya ............... 135

Gambar 49. Penyaluran KUR berdasarkan Sektor Ekonomi .................................. 136

Gambar 50. Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia ................... 137

Gambar 51. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan di Indonesia ..... 138

Gambar 52. Perkembangan Pembiayaan Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya ..... 139

Page 15: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

xiv

Page 16: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

1

Page 17: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

2

Page 18: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

3

POLICY BRIEF

Dampak Pertumbuhan Sektoral terhadap Pengurangan Kemiskinan

Oleh: Rufita Sri Hasanah, SE

Perencana Pertama – Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik

Studi ini bertujuan untuk mengetahui dampak pertumbuhan ekonomi sektoral

terhadap pengurangan kemiskinan dengan menggunakan analisis data panel pada

tingkat provinsi tahun 2001 hingga 2013. Selain itu, data Sakernas dan Susenas juga

digunakan untuk memperkaya hasil temuan. Hasil studi ini menunjukan bahwa cara

paling efektif dalam menanggulangi kemiskinan adalah fokus untuk mencari sumber

pertumbuhan di sektor pertanian dan konstruksi. Dalam kaitannya dengan besaran

elastisitas, pertumbuhan di sektor konstruksi memiliki dampak yang lebih besar

dibandingkan dengan sektor pertanian. Dalam jangka panjang, fokus pertumbuhan

dapat bergeser kepada sektor lain yang memiliki penyerapan tenaga kerja yang

besar di perekonomian dan tenaga kerja miskin yang terkonsentrasi, seperti sektor

perdagangan. Sehingga diharapkan pertumbuhan dapat dengan efektif bekerja

sebagai mesin untuk mengurangi kemiskinan dan mencapai pertumbuhan yang

berkualitas.

Pendahuluan

Krisis Keuangan Asia pada tahun 1998 memberikan pelajaran penting bahwa

pertumbuhan ekonomi merupakan syarat utama dalam mencapai kesejahteraan

masyarakat. Ketika pertumbuhan ekonomi pada tahun 1998 mengalami kontraksi

yang cukup dalam (13,3 persen, YoY), jumlah orang miskin meningkat hingga 49,5

juta jiwa dari 22,5 juta pada tahun 1996.

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Angka Kemiskinan Absolut

Sumber: BPS, diolah

Page 19: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

4

Studi dari Easterly dan Kraay (1999) dengan menggunakan regresi lintas negara

mengungkapkan bahwa kunci utama dalam mencapai pertumbuhan yang tinggi

adalah tercapainya stabilitas makroekonomi. Kestablian makroekonomi tidak hanya

penting untuk pertumbuhan, tetapi juga berpengaruh pada tingkat kemiskinan

suatu negara. Ketika terjadi ketidakstabilan makroekonomi, seperti tingginya tingkat

inflasi, orang miskin cenderung tidak dapat melindungi nilai riil pendapatan dan aset

mereka dari inflasi karena orang miskin cenderung untuk memegang aset keuangan

dalam bentuk tunai daripada aktiva berbunga. Sehingga ketika harga naik secara

terus menerus, secara tidak langsung akan mengikis upah riil dan aset mereka yang

pada akhirnya akan berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat miskin.

Walaupun pertumbuhan ekonomi merupakan mesin untuk mengurangi tingkat

kemiskinan, namun beberapa situasi berbeda dapat mempengaruhi efektivitas

penurunan kemiskinan. Ames dan Brown dalam laporan Macroeconomic Policy and

Poverty Reduction (2001) mengungkapkan dua faktor kunci yang menentukan

dampak pertumbuhan pada tingkat kemiskinan, yaitu pola distribusi pendapatan

dan pertumbuhan sektoral. Dalam kaitannya dengan distribusi pendapatan, jika

manfaat pertumbuhan ekonomi memiliki dampak pada pengurangan kemiskinan,

maka secara tidak langsung pertumbuhan ekonomi juga akan memperkecil

ketimpangan. Faktor lainnya, yaitu terkait dengan pertumbuhan sektoral. Teori

konvensional menjelaskan bahwa pertumbuhan di sektor-sektor ekonomi dimana

orang miskin terkonsentrasi akan memiliki dampak yang lebih besar pada

pengurangan kemiskinan daripada di sektor lain.

Berangkat dari gagasan teori tersebut, studi ini berusaha mengevaluasi efektivitas

pertumbuhan sektoral terhadap pengurangan kemiskinan di Indonesia dan

menganalisis lebih lanjut bagaimana pertumbuhan sektoral berkontribusi pada

pengurangan kemiskinan.

Pertumbuhan Ekonomi Sektoral dan Profil Sosial Ekonomi Indonesia

Komposisi distribusi sektoral Indonesia mengalami perubahan dari tahun 2000

hingga 2014. Pada tahun 2000, konstribusi sektor manufaktur terhadap

perekonomian Indonesia sebesar 27,8 persen, terus menurun hingga tahun 2014

menjadi sebesar 23,7 persen. Penurunan kontribusi industri terhadap PDB

merupakan hasil akhir dari berbagai penyebab menurunnya pertumbuhan industri

di Indonesia, salah satunya daya saing. Dalam laporan UNIDO (United Nations

Industrial Development Organization), daya saing industri manufaktur Indonesia

mengalami stagnasi dalam 20 tahun terakhir. Pada tahun 2013, Indonesia berada

pada posisi ke 42 dalam peringkat Competitive Industri Performance (CIP), menurun

Page 20: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

5

jika dibandingkan pada tahun 2000 yang berada di posisi 38. Hal yang sama juga

terlihat pada sisi penyerapan tenaga kerja. Tingkat penyerapan tenaga kerja di

sektor manufaktur pada tahun 2000 mencapai 13,0 persen menurun menjadi 12,1

persen di tahun 2013.

Sebaliknya, kontribusi sektor konstruksi terus menunjukan peningkatan hingga dua

kali lipat. Sektor kontruksi telah berkembang secara signifikan didorong oleh

pesatnya pertumbuhan pasar properti dalam negeri, investasi swasta, dan belanja

Pemerintah pada proyek infrastruktur. Berkembangnya sektor konstruksi ini serta

merta diikuti oleh meningkatnya penyerapan tenaga kerja pada sektor tersebut.

Perubahan komposisi sektoral terjadi pada sektor perdagangan dan pertanian. Pada

tahun 2000, sektor perdagangan memiliki kontribusi yang lebih besar daripada

sektor pertanian, namun pada tahun 2013 kontribusi sektor pertanian menjadi lebih

besar daripada sektor perdagangan. Kedua sektor tersebut menunjukan penurunan

kontribusi ekonomi dalam perekonomian. Berbeda dengan sektor pertanian,

penurunan kontribusi tidak serta merta menurunkan penyerapan tenaga kerja di

sektor perdagangan.

Tabel 1. Kontribusi Sektoral Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia (%)

Tahun

Pertanian Manufaktur Konstruksi Perdagangan

Share PDB

Tenga Kerja

Rasio Share PDB

Tenga Kerja

Rasio Share PDB

Tenga Kerja

Rasio Share PDB

Tenga Kerja

Rasio

2000 15,6 45,3 0,3 27,8 13,0 2,1 5,51 3,9 1,4 16,2 20,6 0,8

2004 14,3 43,3 0,3 28,1 11,8 2,4 6,6 4,8 1,4 16,1 20,4 0,8

2007 13,7 44,5 0,3 27,1 12,2 2,2 7,7 4,6 1,7 15,0 19,5 0,8

2009 15,3 43,7 0,4 26,4 12,4 2,1 9,9 4,5 2,2 13,3 19,9 0,7

2011 14,7 41,8 0,4 24,3 12,2 2,0 10,2 4,6 2,2 13,8 20,3 0,7

2013 14,4 41,2 0,4 23,7 12,1 2,0 10,0 4,4 2,3 14,3 20,9 0,7

*Share PDB menggunakan SNA 1993 dengan tahun dasar 2000 Sumber: BPS, diolah

Tingkat kemiskinan menunjukan tren penurunan dari tahun 2001 hingga 2013.

Penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan selama periode 12 tahun, yaitu

sebesar 7,0 persen. Kemiskinan di Indonesia merupakan suatu fenomena yang

terjadi khususnya di sektor pertanian. Pada tahun 2013, sebanyak 41, 2 persen

masyarakat Indonesia bekerja di sektor pertanian dan 59,8 persen tergolong miskin.

Umumya masyarakat miskin tersebut tinggal di daerah pedesaan.

Page 21: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

6

Gambar 2. Presentase Tenaga Kerja Miskin Berdasarkan Sektor Tahun 2013 (%)

Sumber: Sakernas, diolah

Bukti Empiris: Sektor Pertanian dan Konstruksi memiliki Dampak yang Signifikan

terhadap Pengurangan Kemiskinan

Model yang digunakan untuk mengestimasi dampak pertumbuhan ekonomi

sektoral terhadap pengurangan kemiskinan adalah sebagai berikut:

logdp = α + β1Logypertanian + β2logypertambangan + β3logymanufaktur + β4logykonstruksi +

β5yperdagangan + β6logyTransportasi + β7logypengangkutan + β8logykeuangan + β9logyjasa + ε

dimana dp merupakan perubahan tingkat kemiskinan dari tahun sebelumnya, yi

adalah pertumbuhan di 9 sektor dan ε merupakan eror. Untuk mengestimasi ini,

digunakan data panel dengan level provinsi dengan metode fixed effect.

Hasil regresi data panel ini menunjukan bahwa sektor pertanian dan konstruksi

memiliki dampak yang signifikan terhadap pengurangan kemiskinan. Kimenyi (2002)

menjelaskan bahwa terdapat dua kanal bagaimana pertumbuhan di sektor

pertanian memiliki dampak yang siginifkan dalam pengurangan kemiskinan.

Pertama, melalui keterkaitan produksi di sektor pertanian dan manufaktur.

Pertumbuhan di sektor pertanian akan menciptakan lapangan kerja dan pendapatan

yang lebih tinggi melalui penyediaan input untuk industri. Kedua, melalui

keterkaitan konsumsi. Peningkatan pendapatan dari pekerja di sektor pertanian

akan meningkatkan permintaan untuk produk non-pertanian.

Namun, penggunaan analisis data panel level provinsi pada model ini memerlukan

penyesuaian dalam analisis lebih lanjut. Datt dan Ravallion (1998) mengungkapkan

bahwa efek migrasi antar provinsi dan kondisi awal dari masing-masing provinsi

dapat mempengaruhi perubahan tingkat kemiskinan di setiap provinsi. Korelasi

antara pertumbuhan dan penurunan kemiskinan dapat saja tidak sesuai dengan

Pertanian; 59,8

Manufaktur; 7,9

Konstruksi; 1,2

Perdagangan; 21,8

Page 22: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

7

hipotesis awal. Hal ini dkarenakan jika suatu provinsi memiliki pertumbuhan yang

tinggi untuk jangka waktu yang lama yang kemudian menarik banyak orang miskin

ke Provinsi tersebut untuk bekerja di suatu sektor tertentu, tanpa

mempertimbangkan efek migrasi hasil regresi akan menghasilkan korelasi yang

positif antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan. Dengan kata lain, ada

kemungkinan bahwa efek dari pertumbuhan memiliki dampak migrasi yang lebih

besar dibandingkan dengan dampak kenaikan pendapatan. Hal ini sekaligus dapat

menjelaskan mengapa sektor manufaktur dalam regresi ini memiliki dampak yang

siginifikan (dengan tingkat keyakinan 90%), namun tidak serta merta menurunkan

kemiskinan. Selain itu, jauh lebih baik jika analisis dampak sektor manufaktur

terhadap kemiskinan menggunakan uji granger causality untuk mengetahui variabel

mana yang menggerakan variabel lain.

Tabel 2. Hasil Regresi Model dan Data Panel

Elastisitas pertumbuhan terhadap kemiskinan mengukur perubahan persentase

pada tingkat kemiskinan jika terdapat kenaikan sebesar satu persen pada

pertumbuhan sektoral ekonomi. Berdasarkan hasil regresi tersebut, satu persen

pertumbuhan pada sektor pertanian akan mengurangi kemiskinan sebesar 1,2

persen. Di sektor konstruksi, elastisitas pertumbuhan terhadap kemiskinan lebih

besar dimana satu persen pertumbuhan akan memberikan dampak pengurangan

kemiskinan sebesar 2,0 persen. Jika dilihat dari distribusi pendapatan, sektor

pertanian memiliki jumlah pekerja miskin 20 persen terbawah lebih banyak

dibandingkan dengan pekerja miskin di sektor konstruksi. Hal ini menjelaskan

mengapa elastisitas pertumbuhan terhadap kemiskinan di sektor konstruksi lebih

F test that all u_i=0: F(22, 15) = 1.62 Prob > F = 0.1701 rho .75324792 (fraction of variance due to u_i) sigma_e 1.1736374 sigma_u 2.0505602 _cons 5.368977 3.001235 1.79 0.094 -1.028005 11.76596logGDPServ~h -.1253816 .6400978 -0.20 0.847 -1.489718 1.238955logGDPFina~h -.6739203 .5803242 -1.16 0.264 -1.910852 .5630115logGDPTran~h -1.252337 1.186218 -1.06 0.308 -3.780701 1.276027logGDPTrad~h 1.038067 1.347573 0.77 0.453 -1.834216 3.91035LogGDPCons~h -2.045286 .9319923 -2.19 0.044 -4.031781 -.0587915logGDPUtil~s -.1839193 .634415 -0.29 0.776 -1.536143 1.168304logGDPManu~h 1.598098 .7560251 2.11 0.052 -.0133316 3.209527logGDPMini~h .7254251 .4561443 1.59 0.133 -.2468235 1.697674logGDPAgri~h -1.173082 .5499688 -2.13 0.050 -2.345313 -.0008516 logPovrate Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

corr(u_i, Xb) = -0.7678 Prob > F = 0.1065 F(9,15) = 2.04

overall = 0.1291 max = 3 between = 0.0111 avg = 2.0R-sq: within = 0.5506 Obs per group: min = 1

Group variable: kodeprovinsi Number of groups = 23Fixed-effects (within) regression Number of obs = 47

Page 23: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

8

besar dibandingkan dengan sektor pertanian. Kenaikan satu persen di pertanian

memiliki dampak yang lebih kecil karena kenaikan pendapatan memiliki efek yang

lebih kecil bagi para pekerja miskin di sektor pertanian untuk keluar dari garis

kemiskinan dibandingkan dengan sektor konstruksi.

Gambar 3. Distribusi pendapatan Pekerja di Sektor Pertanian dan Konstruksi Tahun 2011

Sumber: Sakernas 2011

Kesimpulan dan Rekomendasi Kebijakan

Studi singkat ini menunjukan pertumbuhan pada sektor konstruksi dan pertanian

dapat membantu mengurangi kemiskinan. Hasil studi ini menyarankan bahwa

sumber daya akan jauh lebih baik jika dialokasikan pada sektor yang memiliki

elastisitas pertumbuhan terhadap kemiskinan yang tinggi. Dalam jangka pendek,

pemerintah harus memprioritaskan kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan

produktivitas terbesar pada sektor konstruksi dan pertanian. Sementara dalam

jangka menengah dan panjang, kebijakan dapat bergeser untuk mencari sumber

pertumbuhan pada sektor yang banyak menyerap tenaga kerja dan pekerja miskin

terkonsentrasi, seperti sektor perdagangan sehingga diharapakan pertumbuhan

menjadi lebih berkualitas dan inklusif.

3,73 4,63

02468

101214161820

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Desil

14,4 14,4

0

5

10

15

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Desil

Garis Kemiskinan

Nasional

Garis Kemiskinan

Nasional

% %

Sektor Konstruksi Sektor Pertanian

Page 24: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

9

Referensi

Datt, Gaurav, dan Martin Ravallion. 1998. “Why Have some Indian States Done

Better than Others at Reducing Rural Poverty”. Economica 65: 17-38.

Easterly dan Kray. 1999. “Small States, Small Problems? Income, Growth, and

Volatility in Small States”. World Development Vol. 28: 2013-2027.

Izquierdo, Ames, et al. 2001. “Macroeconomic Policy and Poverty Reduction”.

International Monetary Fund.

Kimenyi dan Mwangi. 2002. “Agriculture, Economic Growth and Poverty Reduction”.

KIPPRA Occasional Paper No. 3. Kenya Institute for Public Policy Research and

Analysis: Nairobi.

Suryahadi, Suryadarma, dan Sumarto. 2006. “Economic Growth and Poverty

Reduction in Indonesia: The Effects of Location and Sectoral Components of

Growth”. SMERU Working Paper.

Page 25: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

10

Page 26: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

11

Page 27: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

12

Page 28: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

13

Perekonomian global mulai mengalami perbaikan

seiring perbaikan pertumbuhan ekonomi negara-

negara maju seperti Inggris dan Jepang, serta

beberapa negara emerging market seperti Tiongkok,

negara-negara Amerika Latin seperti Argentina dan

Brazil, dan Rusia. Pertumbuhan ekonomi dunia

masih didorong oleh pertumbuhan ekonomi negara-

negara berkembang serta pertumbuhan volume

perdagangan dunia yang meningkat yang didukung

oleh mulai membaiknya harga komoditas dunia

khususnya harga energi. Namun, walaupun

perekonomian global ini mengalami perbaikan,

tetapi pertumbuhannya masih lebih rendah 0,1

persen dari pertumbuhan tahun 2015 yang sebesar

3,1 persen (YoY).

Harga minyak dunia meningkat pada akhir

November dan awal Desember 2016 setelah negara-

negara OPEC melakukan kerja sama untuk

mengurangi produksi minyak hingga 1,2 juta barel

per hari. Negara Non-OPEC juga melakukan

perjanjian untuk mengurangi produksi minyak

hingga 558 ribu barel per hari. Harga minyak Brent

rata-rata mencapai 54,1 USD/barel pada Desember

2016, minyak WTI rata-rata mencapai 52,0

USD/barel dan harga minyak mentah Indonesia

meningkat mengikuti tren harga minyak mentah

dunia, rata-rata mencapai 50,1 USD/barel.

Harga gas alam mengalami peningkatan 8 persen

pada triwulan IV tahun 2016 karena tingginya

permintaan dan adanya pengurangan produksi

seperti Gorgon Project di Australia. Selain itu suhu

udara yang lebih dingin dari biasanya menyebabkan

permintaan gas alam semakin tinggi sehingga

mendorong peningkatan harga. Komoditas batu

bara mengalami peningkatan sebesar 38 persen

pada triwulan IV tahun 2016, seiring dengan

Harga komoditas energi mulai membaik dengan adanya perjanjian pengurangan jumlah produksi minyak oleh negara-negara OPEC dan Non OPEC.

Perekonomian global membaik seiring dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi yang moderat di negara-negara maju dan beberapa negara emerging market, serta harga komoditas khususnya energi yang mulai membaik.

Page 29: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

14

pengetatan penawaran oleh pemerintah Tiongkok

melalui menurunkan kapasitas produksinya.

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian negara-negara di berbagai kawasan

pada triwulan IV tahun 2016 mulai tumbuh membaik

namun masih moderat. Amerika Serikat (AS)

tumbuh sebesar 1,9 persen (YoY), lebih rendah

dibandingkan triwulan III tahun 2016 yang tumbuh

sebesar 3,5 persen (YoY). Penurunan ini disebabkan

oleh kinerja perdagangan ekspor Amerika Serikat

yang menurun menjadi 4,3 persen setelah

sebelumnya mencapai 10,0 persen pada triwulan III.

Hal ini terutama disebabkan oleh penurunan ekspor

kedelai. Sementara itu, impor Amerika Serikat

mengalami peningkatan 8,3 persen. Namun

demikian, pengeluaran konsumsi masih menguat

seiring dengan peningkatan upah dan rendahnya

tingkat pengangguran. Investasi tetap swasta

nonresidensial juga mengalami peningkatan

mencapai 2,4 persen sepanjang Oktober hingga

Desember 2016. Pada keseluruhan tahun 2016,

pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mencapai

1,6 persen (Gambar 4).

Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV Tahun 2016 di Beberapa Negara (YoY)

Sumber: Bloomberg (diolah)

2,0 2,6 2,0

0,9 0,8 1,4

3,5

1,9

1,3 1,61,6

1,7 1,7 1,6 1,6 1,7

7,0 7,0 6,9 6,8 6,7 6,7 6,7 6,8

-0,1

1,8 2,1

1,1 0,3 0,91,1

1,7

2,7

1,71,8

1,8 2,1 2,11,2

1,8

2,8 2,4

1,8 1,7 1,8 2,0

2,2 2,2

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

I II III IV I II III IV

2015 2016

Per

sen

tase

(%

)

Amerika Serikat Uni Eropa Tiongkok Jepang Singapura Inggris

Perekonomian Amerika Serikat tumbuh sebesar 1,9 persen (YoY) lebih rendah dari triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 3,5 persen akibat kinerja perdagangan yaitu adanya penurunan ekspor dan peningkatan impor.

Page 30: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

15

Di sisi lain, perekonomian Uni Eropa mulai

mengalami perbaikan secara bertahap dimana

sektor industri tumbuh mencapai 3,2 persen pada

bulan November 2016 (YoY) dengan meningkatnya

output industri di negara-negara Uni Eropa. Namun

demikian pertumbuhan ekonomi Uni Eropa

mengalami perlambatan dari tahun 2015 sebesar

2,0 persen menjadi 1,6 persen pada tahun 2016

karena ekspor dan permintaan domestik yang

menurun. Peningkatan harga-harga komoditas

mempengaruhi pendapatan riil rumah tangga dan

pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang semakin

menurun dan sejalan dengan penurunan

permintaan domestik.

Perekonomian Tiongkok mengalami pertumbuhan

diatas ekspektasi yaitu sebesar 6,8 persen pada

triwulan IV tahun 2016. Hal ini karena adanya

peningkatan kontribusi konsumsi rumah tangga

terhadap PDB sebesar 64,6 persen dan meningkat

4,9 persen (YoY), serta konsumsi per kapita

meningkat sebesar 8,9 persen. Investasi properti

juga menyumbang peningkatan pertumbuhan

sebesar 6,9 persen. Selain itu, fiskal dan stimulus

kredit menyumbang pertumbuhan ekonomi

terutama infrastruktur dan kredit rumah tangga.

Namun, jumlah utang rumah tangga mencapai lebih

dari 40 persen dari PDB atau meningkat 10 persen

dalam tiga tahun terakhir. Capital outflow di

Tiongkok memberikan dampak pada depresiasi

mata uang. Selama tahun 2016, mata uang Renminbi

mengalami depresiasi sebesar 7 persen terhadap

USD.

Sementara itu, perekonomian Jepang pada triwulan

IV tahun 2016 tumbuh sebesar 1,7 persen (YoY)

didorong oleh ekspor dan belanja modal. Ekspor

Jepang tumbuh 2,6 persen terutama ekspor mobil ke

Ekonomi Tiongkok tumbuh diluar ekspektasi menjadi 6,8 persen pada triwulan IV tahun 2016 karena adanya peningkatan konsumsi rumah tangga melalui kredit dan investasi.

Perekonomian Jepang tumbuh lebih tinggi dari perkiraan didorong oleh perbaikan kinerja ekspor dan investasi perumahan.

Perekonomian Uni Eropa mulai tumbuh perlahan menjadi 1,7 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2016 karena sektor industri, PMI manufaktur, dan peningkatan indeks keyakinan konsumen.

Page 31: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

16

Tiongkok dan Amerika Serikat serta ekspor barang-

barang elektronik ke Asia. Hal ini juga didukung

dengan pelemahan mata uang Yen terhadap USD

semenjak pemilihan umum Amerika Serikat bulan

November 2016. Konsumsi rumah tangga

mengalami perlambatan yang disebabkan oleh

adanya peningkatan harga terutama sayuran serta

kebijakan fiskal “abenomics” yang meningkatkan

pajak penjualan mulai tahun 2014, dari 5,0 persen

menjadi 8,0 persen. Selain itu peningkatan juga

terjadi pada investasi perumahan karena adanya

relaksasi moneter dan belanja modal yang

meningkat masing-masing 0,2 persen (QoQ) dan 0,9

persen (QoQ).

Tingkat Pengangguran

Pertumbuhan ekonomi dunia yang mulai membaik

pada triwulan IV tahun 2016 berdampak pada

penurunan tingkat pengangguran di beberapa

negara, meskipun masih fluktuatif. Tingkat

pengangguran di Amerika Serikat mengalami

penurunan menjadi 4,7 persen (Gambar 5) karena

peningkatan sebesar 156.000 pekerjaan non-farm

payroll dan tingkat upah yang meningkat.

Pengangguran di Singapura mengalami peningkatan

seiring dengan peningkatan jumlah angkatan kerja.

Penurunan jumlah tenaga kerja terjadi pada sektor

konstruksi dan kelautan.

Tingkat pengangguran di beberapa negara mulai menurun seperti di Amerika Serikat, negara-negara EU, dan Inggris.

Page 32: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

17

Gambar 5. Tingkat Pengangguran di Beberapa Negara

Sumber: Bloomberg (diolah)

Tingkat pengangguran di negara-negara EU (EU28)

pada triwulan IV tahun 2016 secara umum

mengalami penurunan menjadi sebesar 9,60 persen.

Hal ini karena reformasi tenaga kerja untuk

mengurangi pengangguran struktural di negara-

negara anggota EU. Tingkat pengangguran di Jerman

sebesar 4,1 persen sedangkan pengangguran di

Italia meningkat diluar ekspektasi menjadi 11,9

persen. Pengangguran di Brazil masih mengalami

peningkatan pada triwulan IV tahun 2016 menjadi

12,0 persen atau 12,3 juta orang. Hal ini disebabkan

resesi di Brazil yang menyebabkan banyak

perusahaan memberhentikan pekerja lebih dari 2,8

juta orang. Sedangkan pengangguran di Inggris

masih sebesar 4,8 persen karena tingkat upah

meningkat seiring dengan meningkatnya

pendapatan termasuk bonus pekerja sebesar 2,6

persen pasca referendum Brexit. Namun demikian

angka pekerja di Inggris mengalami penurunan

sebanyak 6.000 orang.

Tingkat pengangguran di EU menurun karena adanya reformasi tenaga kerja mengurangi pengangguran struktural

12,0

4,8

9,6

3,1

5,8

2,2

4,7

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016

Per

cen

tage

(%

)

Brazil

United Kingdom

Euro Area 10.93

Japan

Australia

Singapore

United States

Page 33: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

18

Perkiraan Ekonomi Dunia

Setelah pelemahan perekonomian sepanjang 2016

akibat kinerja perdagangan dan investasi yang

melemah, perekonomian dunia diperkirakan akan

membaik walaupun masih moderat pada tahun

2017. Perbaikan ini terutama terjadi pada negara-

negara emerging market and developing economies

(EMDEs). Kebijakan stimulus fiskal di Amerika Serikat

dan Tiongkok akan menyumbang pertumbuhan

ekonomi dunia, namun ketidakpastian kebijakan

terutama isu proteksionisme tetap akan

memberikan risiko penurunan pertumbuhan

ekonomi dunia. Perbaikan harga-harga komoditas

dunia diproyeksikan akan meningkat dan lebih stabil

tahun 2017 sampai tahun 2019 dan mendukung

pertumbuhan ekonomi di negara-negara EMDEs

terutama negara eksportir. Secara umum

pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan akan

meningkat secara moderat tahun 2017 dan proyeksi

ini tidak banyak berubah dari proyeksi triwulan III

tahun 2016.

Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF

WEO-IMF Realisasi Perkiraan

Kelompok Negara 2015 2016 2017 2018

Okt* Jan** Okt* Jan**

Dunia 3,2 3,1 3,4 3,4 3,6 3,6

Negara Maju 2,1 1,6 1,8 1,9 1,8 2,0

Amerika Serikat 2,6 1,6 2,2 2,3 2,1 2,5

Kawasan Eropa 2,0 1,6 1,5 1,6 1,6 1,6

Jerman 1,5 1,7 1,4 1,5 1,4 1,5

Inggris 2,2 2,0 1,1 1,5 1,7 1,4

Jepang 0,5 0,9 0,6 0,8 0,5 0,5

Negara Berkembang

4,0 4,1 4,6 4,5 4,8 4,8

Tiongkok 6,9 6,7 6,2 6,5 6,0 6,0

India 7,6 7,0 7,6 7,2 7,7 7,7

ASEAN-5 4,8 4,8 5,1 4,9 5,2 5,2

Amerika Latin dan Karibia

0,0 -0,7 1,6 1,2 2,2 2,1

Stagnansi perdagangan global, pelemahan investasi, ketidakpastian kebijakan menjadi tantangan terbesar bagi perekonomian dunia. Namun perbaikan secara moderat perekonomian dunia diperkirakan terjadi tahun 2017.

Page 34: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

19

WEO-IMF Realisasi Perkiraan

Kelompok Negara 2015 2016 2017 2018

Okt* Jan** Okt* Jan**

Brazil -3,8 -3,5 0,5 0,2 1,5 1,5

Sub Sahara Afrika 3,4 1,6 2,9 2,8 3,6 3,7

Afrika Selatan 1,3 0,3 0,8 0,8 1,6 1,6

Sumber: *World Economic Outlook, April 2016

**World Economic Outlook, Oktober 2016

Terpilihnya presiden baru Amerika Serikat, Donald

Trump, memberikan pengaruh terhadap proyeksi

perekonomian negara Amerika Serikat. Proposal

pemotongan pajak untuk perusahaan dan individu,

peningkatan pengeluaran untuk infrastruktur,

proteksi perdagangan dan imigrasi adalah kebijakan

yang berdampak besar terhadap perekonomian

Amerika Serikat kedepan. Kebijakan ekspansi fiskal

yang direncanakan pemerintah akan memberikan

dampak peningkatan pertumbuhan ekonomi dalam

jangka pendek. Dengan adanya stimulus fiskal

sebesar 1 persen dari PDB, diperkirakan dapat

meningkatkan pertumbuhan Amerika Serikat

sebesar 0,7 persen hingga 1,5 persen dalam dua

tahun. Dengan demikian pertumbuhan Amerika

Serikat (bila implementasi stimulus fiskal dilakukan

secara penuh dan pertimbangan dari kebijakan lain)

akan meningkat menjadi 2,2-2,5 persen tahun 2017

dan 2,5-2,9 persen tahun 2018.

Adanya ketidakpastian kebijakan termasuk

pemilihan di Amerika Serikat dan keputusan Inggris

keluar dari EU memberikan dampak pelemahan

investasi di kawasan Eropa. Namun, suku bunga

negatif yang disertai dengan program belanja aset

yang lebih besar oleh European Central Bank,

memberikan kemudahan biaya meminjam dan

memberikan dampak positif kepada alur

peminjaman. Inflasi di kawasan Eropa masih

dibawah target. Pertumbuhan ekonomi negara-

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat diperkirakan akan membaik seiring sektor manufaktur yang diprediksi akan meningkat dan kebijakan stimulus fiskal.

Investasi yang menurun karena ketidakpastian kebijakan, suku bunga negatif, pelonggaran kebijakan moneter dan Brexit berdampak pada perlambatan perekonomian negara kawasan Eropa pada 2017 dan mulai stabil pada 2018 dan 2019.

Page 35: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

20

negara kawasan Eropa tahun 2017 diproyeksi

melambat karena pelemahan peningkatan

pendapatan dan ketidakpastian kebijakan yang

meningkat.

Pertumbuhan ekonomi Jepang diperkirakan

mengalami perlambatan pada tahun 2017 karena

adanya penurunan ekspor ke negara-negara mitra

dagang utama, dan permintaan domestik yang juga

menurun. Perekonomian Jepang diperkirakan

tumbuh sebesar 0,8 persen (WEP Januari 2017). ADB

juga memprediksi perekonomian Jepang tumbuh

sebesar 0,8 persen pada tahun 2017 (Tabel 4).

Ketidakpastian perdagangan global dan kebijakan

lainnya yang merupakan dampak dari terpilihnya

presiden baru Amerika Serikat diperkirakan

berdampak pada faktor eksternal Jepang dan

pelemahan hingga dua kali lipat permintaan

domestik, yang dapatmenyebabkan perekonomian

Jepang diprediksi melemah tahun 2017. Selain itu

penuan populasi menjadi isu permasalahan yang

sedang dihadapi negara Jepang sehingga lebih

sedikit orang yang menyumbang untuk

pertumbuhan ekonomi menjadikan rencana

pemerintah Jepang menaikkan pajak konsumsi dari

8 persen menjadi 10 persen yang direncanakan pada

Oktober 2015 dan diundur menjadi April 2017 kini

diundur kembali hingga tahun 2019.

Perekonomian Jepang diperkirakan melambat pada tahun 2017 karena rencana peningkatan pajak konsumsi oleh pemerintah, penurunan pertumbuhan potensial karena penurunan angkatan kerja, perdagangan, dan permintaan domestik yang melemah.

Page 36: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

21

Pada tahun 2017, Tiongkok diperkirakan akan

tumbuh 6,5 persen mengalami pertumbuhan

ekonomi yang lebih rendah dari tahun 2016 namun

masih dalam pertumbuhan moderat. Hal ini karena

adanya permintaan eksternal yang melemah

sehingga menyebabkan penurunan ekspor

Tiongkok, ketidakpastian perdagangan dunia, dan

investasi swasta yang melemah. Investasi

pemerintah kemungkinan akan meningkat namun

investasi swasta akan cenderung menurun karena

iklim bisnis yang tidak baik dan ketidakpastian

ekspor. Selain itu penurunan penduduk usia kerja,

pelemahan konsumsi dan pelemahan ekspor

manufaktur dan investasi menjadi tekanan pada

perekonomian Tiongkok. Begitu juga

penyeimbangan antara investasi dan konsumsi serta

dari sektor industri ke sektor jasa juga diprediksi

masih moderat. Hal tersebut tergantung kepada

reformasi struktural pada BUMN dan restrukturisasi

perusahaan termasuk juga penurunan kelebihan

keuangan.

Perekonomian negara-negara di kawasan Amerika

Latin dan Karibia akan meningkat pada tahun 2017

menjadi 1,2 persen seiring dengan peningkatan

ekonomi Brazil yang merupakan negara dengan

perekonomian yang besar di wilayah tersebut. Selain

itu Amerika Selatan, Meksiko dan Amerika bagian

tengah juga akan mengalami peningkatan

pertumbuhan ekonomi. Beberapa negara juga

membuat kebijakan implementasi konsolidasi dan

reformasi fiskal yang akan mendorong investasi

masuk ke negara-negara Amerika Latin dan Karibia.

Aktivitas ekonomi juga akan didukung oleh ekspor

seiring dengan depresiasi yang terjadi.

Perekonomian negara Tiongkok diperkirakan masih berada pada tingkat moderat pada tahun 2017 karena permintaan eksternal yang masih lambat, ketidakpastian perdagangan dunia dan investasi swasta yang menurun.

Pertumbuhan ekonomi di kawasan Amerika Latin dan Karibia diperkirakan meningkat karena pertumbuhan positif di Brazil.

Page 37: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

22

Pertumbuhan ekonomi negara-negara Sub Sahara

Afrika diperkirakan mengalami peningkatan secara

moderat pada tahun 2017. Hal ini didorong oleh

adanya peningkatan pertumbuhan secara perlahan

terhadap konsumsi dan ekspor negara-negara Sub

Sahara Afrika. Begitu juga peningkatan harga

komoditas dunia yang mulai meningkat secara

perlahan. Namun demikian peningkatan harga

komoditas saat ini masih berada di bawah harga

komoditas tahun 2011. Hal ini menyebabkan terjadi

variasi pendapatan negara-negara di Sub Sahara

Afrika, dimana negara eksportir minyak akan

mengalami pertumbuhan ekonomi lebih lambat

dibandingkan dengan negara eksportir metal. Di

Afrika Selatan, tekanan inflasi dan tingkat

pengangguran yang meningkat menyebabkan

peningkatan pengeluaran konsumsi. Di Nigeria,

kenaikan harga minyak dunia secara perlahan

memperbaiki kondisi pertumbuhan ekonomi.

Sedangkan negara-negara pengekspor komoditas

pertanian seperti Ethiopia, Kenya, Rwanda, Senegal,

dan Tanzania terus meningkatkan pembangunan

infrastruktur dengan pembiayaan melalui public

private partnership.

Tabel 4. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Menurut ADB (YoY)

Pertumbuhan PDB (%)

2015

2016 2017

ADO ADOS

ADO ADOS

2016 2016

Asia 5,9 5,7 5,6 5,7 5,7

Asia Timur 6,1 5,8 5,8 5,6 5,6

Tiongkok 6,9 6,6 6,6 6,4 6,4

Jepang 0,6 0,6 0,6 0,5 0,8

Asia Selatan 7,0 6,9 6,6 7,3 7,3

India 7,6 7,4 7,0 7,8 7,8

ASEAN 4,4 4,5 4,5 4,6 4,6

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017 meningkat secara moderat diperkirakan terjadi di kawasan Sub Sahara Afrika seiring masih adanya stabilisasi harga komoditas dunia.

Page 38: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

23

Pertumbuhan PDB (%)

2015

2016 2017

ADO ADOS

ADO ADOS

2016 2016

Indonesia 4,8 5,0 5,0 5,1 5,1

Filipina 5,9 6,4 6,8 6,2 6,4

Thailand 2.8 3,2 3,2 3,5 3,5

Malaysia 2,1 2,1 2,1 2,5 2,5

Sumber: Asia Development Outlook Suplement Januari 2017

Perekonomian negara di kawasan Asia diperkirakan

akan mengalami peningkatan seiring dengan

proyeksi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia

Selatan dan Asia Timur yang meningkat.

Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Selatan

seperti India didukung oleh pengeluaran

pemerintah dan konsumsi masyarakat. Di Asia

Timur, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan

menurun namun masih dalam level moderat

menjadi 5,6 persen. Konsumsi privat dan jasa yang

didukung pertumbuhan upah serta penciptaan

lapangan pekerjaan menjadi sektor utama

penyumbang pertumbuhan di kawasan Asia Timur.

Pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Tenggara

diperkirakan meningkat pada tahun 2017 menjadi

4,6 persen didorong oleh konsumsi masyarakat dan

investasi infrastruktur serta inflasi yang rendah di

hampir seluruh wilayah serta proyeksi peningkatan

perekonomian Malaysia dan Filipina. Di Indonesia,

pertumbuhan diperkirakan tumbuh 5,1 persen

tahun 2017 seiring dengan adanya peningkatan

alokasi anggaran untuk pembangunan infrastruktur

serta investasi publik yang diprediksi akan terus

meningkat. Ekonomi Malaysia diprediksi akan

meningkat secara perlahan sepanjang tahun 2017

menjadi 4,4 persen seiring dengan perbaikan di

sektor industri utama yang meningkatkan

Perekonomian kawasan Asia tahun 2017 menurut ADB diprediksi meningkat seiring proyeksi peningkatan pertumbuhan di beberapa kawasan seperti Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Tenggara diperkirakan meningkat pada tahun 2017 menjadi 4,6 persen dengan didukung oleh konsumsi privat dan inflasi yang rendah di hampir seluruh wilayah serta proyeksi peningkatan perekonomian Malaysia dan Filipina.

Page 39: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

24

permintaan eksternal dan pengucuran anggaran

pada bulan Oktober yang memberikan dukungan

pada perekonomian domestik. Filipina akan

mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi

menjadi 6,4 persen tahun 2017 dengan permintaan

domestik yang meningkat, serta investasi yang akan

terus meningkat dalam rangka meningkatkan

infrastruktur publik dan memperbaiki iklim bisnis.

PERKEMBANGAN KEUANGAN INTERNASIONAL

Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD

Selama triwulan IV tahun 2016, mayoritas

pergerakan mata uang beberapa negara melemah

terhadap USD (Gambar 6 dan Lampiran 2), seiring

dengan sentimen terhadap peningkatan suku bunga

The Fed. Pada 14 Desember tahun 2016, The Fed

menaikan suku bunganya dan kemungkinan

kenaikan suku bunga the Fed ini akan dilakukan

kembali pada tahun 2017.

Sebaliknya, penguatan mata uang terhadap USD,

terutama secara year to date (YtD) dialami oleh Real

Brazil, Rand Afrika, Yen Jepang, Rubel Rusia, Rupiah

Indonesia, dan Baht Thailand. Penguatan mata uang

yang cukup tinggi terjadi pada Real Brazil mencapai

24 persen (YtD) pada akhir Desember tahun 2016

seiring dengan kondusifnya perekonomian Brazil

paska pemilihan presiden baru. Penguatan mata

uang juga terjadi pada Rupiah sebesar 6 persen (YtD)

(Gambar 6). Nilai tukar Rupiah menguat pada bulan

Desember seiring dengan aliran modal yang kembali

masuk terutama untuk pembelian Surat Utang

Negara (SUN).

Selama triwulan IV tahun 2016, mayoritas pergerakan mata uang berbagai negara melemah terhadap USD.

Penguatan mata uang terjadi pada Real Brazil, Rand Afrika, Yen Jepang, Rubel Rusia, Rupiah Indonesia, dan Baht Thailand.

Page 40: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

25

Gambar 6. Apresiasi dan Depresiasi Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD per akhir Oktober-Desember 2016 (% YtD)

Sumber: Bloomberg, posisi akhir bulan

Inflasi

Pada akhir triwulan IV tahun 2016, terjadi

peningkatan inflasi di negara maju seperti kawasan

Euro, Inggris, Jepang, dan Amerika Serikat (Tabel 5).

Peningkatan inflasi pada negara maju sebagian

besar disebabkan oleh peningkatan harga minyak

dunia. Di negara kawasan Euro peningkatan inflasi

berasal dari sektor energi seiring dengan

peningkatan harga minyak dunia. Sementara itu

peningkatan inflasi AS terutama didorong oleh

peningkatan pada personal consumption

expenditure (PCE). Peningkatan inflasi di Inggris

terutama didorong oleh meningkatnya harga

Secara YoY, pada akhir triwulan IV tahun 2016 inflasi negara-negara maju meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Page 41: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

26

pangan, transportasi udara, dan biaya bahan

mentah industri yang juga merupakan salah satu

akibat dari peningkatan harga energi dunia.

Sementara di Jepang, kenaikan inflasi dari triwulan

III ke triwulan IV terutama disebabkan oleh naiknya

harga bahan makanan segar (fresh foods).

Tabel 5. Tingkat Inflasi Global Triwulan IV Tahun 2016 (% YoY)

September

(1) Oktober

(2) November

(3) Desember

(4)

Perbandingan akhir Tw III dan IV tahun 2016 (%)

(4)-(1)

Indonesia 3,07 3,31 3,58 3,02 0,05

BRIC

Brazil 8,48 7,87 6,99 6,29 2,19

Russia 6,4 6,1 5,8 5,4 1,0

India 4,14 3,35 2,59 2,23 1,91

Tiongkok (Tiongkok) 1,9 2,1 2,3 2,1 0,2

ASEAN

Singapura -0,2 -0,1 0 0,2 0,4

Malaysia 1,5 1,4 1,8 1,8 0,3

Thailand 0,38 0,34 0,6 1,13 0,75

Filipina 2,3 2,3 2,5 2,6 0,3

Vietnam 3,34 4,09 4,52 4,74 1,40

Negara Maju

Kawasan Euro 0,4 0,5 0,6 1,1 0,7

Amerika Serikat 1,5 1,6 1,7 2,1 0,6

Inggris 1,0 0,9 1,2 1,6 0,6

Jepang -0,5 0,1 0,5 0,3 0,8

Keterangan: tingkat inflasi naik tingkat inflasi turun

Sumber: Bloomberg, data

Peningkatan inflasi pada negara berkembang

(emerging market) terutama dialami oleh negara-

negara kawasan ASEAN, yaitu: Singapura, Malaysia,

Thailand, Filipina, dan Vietnam. Peningkatan harga

energi di masing-masing negara merupakan salah

satu faktor peningkatan inflasi. Di sisi lain, ada

beberapa negara berkembang yang mengalami

penurunan laju inflasi (Tabel 5), yaitu: Indonesia,

Brazil, Rusia, dan India yang antara lain disebabkan

oleh rendahnya harga pada komoditas selain energi.

Mayoritas negara ASEAN juga mengalami peningkatan inflasi, kecuali Indonesia.

Page 42: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

27

Suku Bunga Kebijakan

Peningkatan suku bunga The Fed pada Desember

2016 merupakan kali kedua sejak tahun 2006.

Keputusan The Fed tersebut didasarkan pada

pertumbuhan ekonomi yang stabil dan tingkat

pengangguran yang semakin menurun menjadi 4,6

persen pada November 2016. Tingkat pengangguran

ini merupakan yang terendah di AS sejak Agustus

tahun 2007. Peningkatan suku bunga The Fed juga

didasarkan pada peningkatan inflasi AS yang

mencapai 1,7 persen pada November 2016 dan

kembali meningkat menjadi 2,1 persen pada

Desember 2016 (Tabel 5). Tingkat inflasi ini

diperkirakan telah mencapai tingkat non-

accelerating inflation rate of unemployment (NAIRU)

yang memberikan peluang besar The Fed untuk

melakukan normalisasi kebijakan suku bunganya.

Selama triwulan IV tahun 2016, European Central

Bank (ECB) tetap mempertahankan suku bunga

acuannya pada tingkat 0 (nol) persen. Akan tetapi,

ECB masih melanjutkan kebijakan stimulus moneter

melalui perluasan program quantitative easing-nya

hingga akhir tahun 2017 dengan pembelian obligasi

bulanan yang terbatas. Sama halnya dengan ECB,

Bank of Japan (BoJ) juga tetap mempertahankan

stimulus dengan tidak mengubah suku bunganya

pada tingkat -0,1 persen diiringi dengan target yield

obligasi tenor 10 tahun yang tetap. BoJ mulai

mengalihkan fokus stimulus moneter melalui jumlah

uang beredar untuk mengendalikan suku bunganya

dengan melakukan pembatasan pembelian obligasi.

Kebijakan ini memberikan dampak pada inflasi yang

meningkat 0,8 persen pada akhir triwulan IV tahun

2016 dibandingkan akhir triwulan III tahun 2016

(Tabel 6). Kebijakan untuk mempertahankan suku

bunga juga dilakukan oleh Bank of England yang

Sementara itu, ECB, BoJ, dan BoE memilih untuk menahan suku bunganya selama triwulan IV tahun 2016.

Pada triwulan IV tahun 2016, Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) mengambil langkah untuk kembali meningkatkan suku bunganya setelah Desember 2015.

Page 43: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

28

didasari pada kondisi ekonomi yang belum stabil di

tengah peningkatan suku bunga The Fed.

Sementara, People Bank of Tiongkok (PBoC) memilih

untuk mempertahankan suku bunganya. Suku

bunga saat ini dianggap sejalan dengan fundamental

ekonomi Tiongkok. Kebijakan moneter Tiongkok

diarahkan untuk lebih berhati-hati dalam

penyediaan likuiditas dengan mengandalkan

kebijakan operasi pasar terbuka dan instrumen

pinjaman jangka menengah dalam mengatur

likuiditasnya.

Tabel 6. Suku Bunga Kebijakan Beberapa Negara (persen)

Negara September Oktober November Desember

Amerika Serikat 0,50 0,50 0,50 0,75

Kawasan Eropa 0 0 0 0

Inggris 0,25 0,25 0,25 0,25

Jepang -0,10 -0,10 -0,10 -0,10

Tiongkok 4,35 4,35 4,35 4,35

Brazil 14,25 14,00 13,75 13,75

Meksiko 4,75 4,75 5,25 5,75

Turki 7,50 7,50 8,00 8,00

India 6,50 6,25 6,25 6,25

Indonesia 5,00 4,75 4,75 4,75

Australia 1,50 1,50 1,50 1,50

Korea Selatan 1,25 1,25 1,25 1,25

Sumber: Bank Indonesia

Bank sentral Australia, Korea Selatan, dan beberapa

bank sentral emerging market memutuskan untuk

tidak mengubah suku bunganya setelah The Fed

meningkatkan suku bunga pada Desember tahun

2016. Hal ini didasarkan pada prinsip kehati-hatian

bank sentral dalam merespon kebijakan suku bunga

global karena dianggap masih beresiko pada pasar

keuangan global. Sebaliknya, salah satu bank sentral

yang merespon peningkatan suku bunga The Fed

dengan menaikkan suku bunganya adalah The Bank

of Mexico. Bank sentral Meksiko menaikkan suku

PBoC memilih untuk menahan suku bunganya selama triwulan IV tahun 2016.

Sejumlah bank sentral, baik negara emerging market maupun negara maju juga memilih untuk tidak mengubah suku bunganya dalam merespon peningkatan The Fed Fund rate.

Page 44: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

29

bunga bulan Oktober dan November masing-masing

menjadi 5,25 dan 5,75 persen seiring dengan

peningkatan tekanan inflasi yang dialaminya.

Cadangan Devisa

Selama triwulan IV tahun 2016 terjadi tren

penurunan cadangan devisa di berbagai negara, baik

negara maju maupun emerging market (Tabel 7).

Pada negara maju, penurunan tertinggi secara QtQ

dialami oleh negara kawasan Euro dan Inggris. Pada

negara emerging market, penurunan tertinggi

secara QtQ dialami oleh Tiongkok dan Filipina.

Kondisi sebaliknya terjadi pada cadangan devisa

bank sentral Indonesia (BI) yang secara QtQ

mengalami peningkatan tipis sebesar 0,6 persen

dimana sebelumnya pada bulan Oktober dan

November tahun 2016 sempat menurun.

Peningkatan tersebut berasal dari penerbitan global

bonds dan penarikan pinjaman luar negeri

pemerintah, serta penerimaan pajak dan devisa

migas, yang melampaui kebutuhan devisa untuk

pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI

valas jatuh tempo.

Tabel 7. Posisi Cadangan Devisa Beberapa Bank Sentral (miliar USD)

Sep’16 Okt’16 Nov’16 Des’16 % QtQ

BRIC

Brazil 370,4 367,5 365,6 365,0 -1,5

Rusia 397,7 390,7 385,3 377,7 -5,0

India 372 366,2 361,1 358,9 -3,5

Tiongkok (Tiongkok) 3264,1 3216,3 3141,1 3097,8 -5,1

ASEAN-5

Indonesia 115,7 115,0 111,5 116,4 0,6

Malaysia 97,7 97,8 96,4 94,5 -3,3

Singapura 253,4 251,4 247,8 246,6 -2,7

Thailand 180,5 180,3 174,7 171,9 -4,8

Filipina 86,1 85,1 81,5 80,7 -6,3

Negara Maju

Jepang 1260,1 1242,8 1219,3 1216,9 -3,4

Pada triwulan IV tahun 2016, posisi cadangan devisa pada sebagian besar negara emerging market dan negara maju mengalami penurunan dibandingkan triwulan III tahun 2016.

Page 45: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

30

Sep’16 Okt’16 Nov’16 Des’16 % QtQ

Kawasan Euro 811,4 785,1 751,4 745,9 -8,1

Inggris 172,3 169,0 161,7 158,5 -8,0

Amerika Serikat 121,2 119,1 115,7 114,7 -5,4

Sumber: International Monetary Fund, official reserve assets.

PERKEMBANGAN HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL

Perkembangan Harga Internasional

Berdasarkan data harga komoditas internasional

yang didapat dari Commodity Markets Outlook Bank

Dunia Januari 2016, harga beberapa komoditas yang

di ekspor Indonesia mengalami penurunan sampai

akhir triwulan IV tahun 2016, diantaranya Mexican

Shrimp sebesar 22,0 persen, Nickel sebesar 19,1

persen, Coffee robusta sebesar 12,2 persen, Copper

sebesar 11,7 persen, dan Crude Oil sebesar 11,3

persen.

Sementara itu, beberapa komoditas sudah

mengalami kenaikan harga sampai dengan akhir

triwulan IV tahun 2016 diantaranya komoditas

Australian Coal dan Palm Oil yang harganya naik

berturut-turut sebesar 14,6 persen dan 12,4 persen

(YoY).

Tabel 8. Perkembangan Harga untuk Komoditas terpilih Periode Bulan Januari-Desember Tahun 2016

KOMODITAS Unit Okt-16 Nop-16 Des-16 Jan-Des 2016

ENERGI Coal, Australia ($/mt) 93,2 100,0 86,3 65,9

Crude Oil, West Texas ($/bbl) 49,9 45,6 52,0 43,2

PERTANIAN

Cocoa ($/kg) 2,7 2,5 2,3 2,9

Coffe, robusta ($/kg) 2,3 2,3 2,3 2,0

Palm Oil ($/mt) 716,0 751,0 788,0 700,0

Soybeans ($/mt) 403,0 412,0 420,0 406,0

Shrimp, Mexican ($/kg) 12,8 12,4 12,4 11,2

Woodpulp ($/mt) 875,0 875,0 875,0 875,0

Rubber*, Singapore/MYS ($/kg) 1,7 1,9 2,2 1,6

Sampai dengan akhir

triwulan IV tahun 2016,

sebagian besar harga

komoditas internasional

terpilih mengalami

kenaikan.

Page 46: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

31

KOMODITAS Unit Okt-16 Nop-16 Des-16 Jan-Des 2016

LOGAM & MINERAL

Copper ($/mt) 4.731,0 5.451,0 5.660,0 4.868,0

Iron ore ($/dmtu) 58,4 73,0 80,0 58,4

Nickel ($/mt) 9.595,0 11.129,0 10.972,0 9.595,0

Tin ($/mt) 20.100,0 21.126,0 21.204,0 17.934,0

Zinc ($/mt) 2.090,0 2.566,0 2.665,0 2.090,0

INFLASI Unit Okt-16 Nop-16 Des-16 Jan-Des 2016

ENERGI

Coal, Australia (%) 62,1 7,3 -13,7 14,6

Crude Oil, West Texas (%) 2,5 -8,6 14,0 -11,3

PERTANIAN

Cocoa (%) -13,7 -8,5 -7,3 -8,0

Coffe, robusta (%) 3,2 0,0 -1,7 -12,2

Palm Oil (%) 14,9 4,9 4,9 12,4

Soybeans (%) 3,3 2,2 1,9 4,1

Shrimp, Mexican (%) -10,9 -3,4 0,0 -22,0

Woodpulp (%) 0,0 0,0 0,0 0,0

Rubber*, Singapore/MYS (%) 5,7 12,7 19,3 2,5

LOGAM & MINERAL

Copper (%) -14,1 15,2 3,8 -11,7

Iron ore (%) 4,7 25,0 9,6 4,7

Nickel (%) -19,1 -99,9 98.489,3 -19,1

Tin (%) 25,1 5,1 0,4 11,6

Zinc (%) 8,2 22,8 3,9 8,2

Sumber : CMO Pink Sheet, World Bank

Harga Minyak Dunia dan Gas Alam

Pergerakan harga minyak mentah dunia pada

triwulan IV secara umum mengalami peningkatan

dari triwulan sebelumnya dengan harga rata-rata

mencapai USD49,1 per barel. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu dampak kesepakatan Negara-

negara OPEC pada tanggal 30 November 2016 untuk

mengurangi tingkat produksi sebesar 1,2 juta barel

per hari dan negara-negara Non OPEC mengurangi

produksi sebesar 558 ribu barel per hari. Selain itu,

berdasarkan proyeksi OPEC, permintaan minyak

Kondisi harga minyak mentah dunia pada triwulan IV mengalami peningkatan yang disebabkan oleh kesepakatan Negara-negara OPEC dan Non OPEC untuk mengurangi tingkat produksi tanggal 30 November 2016.

Page 47: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

32

mentah global Januari 2017 naik sebesar 0,01 juta

barel per hari menjadi 95,56 juta barel per hari dari

proyeksi bulan sebelumnya yaitu sebesar 95,55 juta

barel per hari. Faktor lainnya adalah menurut EIA

proyeksi pasokan minyak mentah Non OPEC tahun

2017 turun sebesar 0,20 juta barel per hari menjadi

57,00 juta barel per hari dari proyeksi bulan

sebelumnya sebesar 57,20 juta barel per hari.

Harga minyak mentah Indonesia mengikuti

pergerakan minyak mentah utama di pasar

internasional, karena kesepakatan negara-negara

Non OPEC seperti Rusia, Meksiko dan Oman

mengurangi produksi sebesar 558 ribu barel per

hari. Selain itu stok minyak mentah komersial

Amerika Serikat turun menjadi 486,1 juta barel dan

stok distillate turun 2,6 juta barel menjadi sebesar

151,6 juta barel (EIA, 2016). Untuk kawasan Asia

Pasifik, peningkatan harga minyak mentah juga

dipengaruhi oleh Plant Petrokimia terbaru di India,

kondisi geopolitik yang tidak stabil di Timur Tengah,

dan crude oil throughput kilang-kilang minyak di

Taiwan pada bulan Desember 2016 sebesar 890 ribu

barel per hari (Kementerian ESDM, 2017).

Tabel 9. Perkembangan Harga Minyak dan Gas Dunia

Harga Minyak Mentah dan Gas Dunia

Rata-rata Triwulanan Rata-rata Bulanan

2015 2016 2016

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Okt Nov Des

Minyak Mentah (USD/barel)

Crude Oil (Rata-rata) 51,6 60,5 48,8 42,2 32,7 44,8 44,7 49,1 49,3 45,3 52,6

Crude Oil; Brent 53,9 62,1 50,0 43,4 34,4 46,0 45,8 50,1 49,7 46,4 54,1

Crude Oil; Dubai 52,2 61,4 49,9 41,2 30,6 42,9 43,4 47,9 48,3 43,8 51,8

Crude Oil; WTI 48,6 57,8 46,4 42,0 33,2 45,5 44,9 49,2 49,9 45,6 52,0

Indonesian Crude Price Oil 51,6 60,5 45,9 40,2 30,2 42,1 41,3 46,1 45,8 42,4 50,1

Gas (USD/mmbtu)

Gas Alam (US) 2,8 2,7 2,8 2,1 2,0 2,1 2,9 3,01 2,50 3,58 3,26

Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM, EIA

Harga minyak ICP mulai mengalami peningkatan sejalan dengan harga minyak mentah utama di pasar internasional.

Page 48: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

33

Harga gas alam dunia masih terus meningkat hingga

triwulan IV tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh

melambatnya produksi dan meningkatnya konsumsi

gas alam terutama untuk sektor pembangkit listrik.

Selain itu permintaan yang tinggi terhadap gas alam

juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang sangat

dingin karena kondisi polar vortex. Ekspor gas alam

dari Amerika ke Asia pada bulan Desember 2016

juga meningkat menjadi sebesar 42,8 juta kubik

karena kondisi dingin di Asia yang meningkatkan

permintaan untuk penghangat ruangan.

Pada triwulan IV tahun 2016, harga gas alam mengalami peningkatan seiring dengan permintaan yang menguat, penurunan produksi, permintaan ekspor yang meningkat.

Page 49: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

34

Harga Komoditas Utama Pangan

Komoditas utama pangan yang disoroti perkembangan harganya pada periode triwulan IV tahun 2016, yaitu: beras, gula, gandum, jagung, dan kacang kedelai. Selama periode Oktober-Desember tahun 2016, indeks harga komoditas beras, gandum, kacang kedelai, dan jagung bergerak fluktuatif. Sementara itu, indeks harga gula bergerak menurun (Gambar 7). Harga gula internasional secara MtM mengalami penurunan, namun masih meningkat secara YtD maupun YoY (Lampiran 3), yang disebabkan oleh penurunan produksi akibat anomali cuaca di Brazil dan India, dua negara produsen gula terbesar di dunia. Hal ini membuat sebagian besar negara pengimpor gula terkena dampak termasuk Indonesia melalui peningkatan harga gula dalam negeri secara YtD dan YoY (Lampiran 3).

Gambar 7. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global

Sumber: Bloomberg, data diolah

(1 Januari 2016=100)

70

90

110

130

150

170

BERAS GULA GANDUM JAGUNG KACANG KEDELAI

Hingga akhir triwulan IV tahun 2016, pergerakan indeks harga komoditas pangan cukup berfluktuasi.

Page 50: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

35

ISU TERKINI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

Amerika Serikat Menarik Diri dari Trans Pasific Patnership (TPP)

Sesuai dengan kampanyenya untuk menarik

Amerika Serikat dari perjanjian TPP, tindakan

pertama Donald Trump setelah dilantik menjadi

Presiden Amerika Serikat adalah menyatakan secara

resmi mundur dari kesepakatan TPP yang diinisiasi

oleh Barack Obama. Kenyataan diatas menunjukkan

bahwa dalam hal perdagangan, Trump konsisten

dengan sikap oposisi terhadap perdagangan

multilateral, Trump lebih menyukai kesepakatan

perdagangan bilateral.

Segera setelah ditandatanganinya dekrit eksekutif

resmi untuk menarik Amerika Serikat keluar dari

TPP, opini umum internasional telah memberikan

reaksi yang saling bertentangan. Jepang

memberitahukan akan “menggunakan semua

kesempatan” untuk meyakinkan Presiden Donald

Trump bahwa keanggotaan Amerika Serikat sangat

diperlukan dalam TPP. Selandia Baru

memberitahukan bahwa negara ini sedang

membahas tentang “rencana B” terhadap TPP dan

mungkin akan ada keikutsertaan Tiongkok. Tiongkok

bersedia menjadi pengganti untuk memenuhi ruang

kosong itu, menjadi pemimpin kawasan dalam

menetapkan berbagai permufakatan perdagangan.

Dalam kenyataannya, walaupun tidak ikut serta

dalam TPP, Tiongkok terlibat dalam penyelesaian

Regional Comprehensive Economic Partnership

(RCEP).

Keluarnya Amerika Serikat dari TPP bukanlah titik

habis terhadap perjanjian perdagangan yang

ambisius ini. Mayoritas negara anggota TPP sedang

mempertimbangkan kemungkinan melanjutkan

perjanjian ini tanpa partisipasi Amerika Serikat. Akan

tetapi, penarikan Amerika Serikat dari TPP mungkin

Amerika Serikat

menarik diri dari

perjanjian TPP,

perekonomian AS

dibawah Trump akan

cenderung protektif.

Muncul kemungkinan

Tiongkok akan masuk

kedalam perjanjian

TPP.

Page 51: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

36

menimbulkan akibat-akibat negatif dalam jangka-

panjang, tidak hanya terhadap perekonomian

Amerika Serikat saja, tapi juga terhadap

perekonomian global, salah satunya adalah

kemungkinan Tiongkok untuk menerapkan hal yang

sama terhadap Amerika Serikat dan negara-negara

mitra dagangnya.

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia

Perkembangan perjanjian ekonomi internasional

yang dilakukan Indonesia dijelaskan pada tabel di

bawah.

Tabel 10. Status Perjanjian Ekonomi Internasional (per Desember 2016)

No PERJANJIAN EKONOMI STATUS

1 ASEAN-EU Free Trade Agreement (FTA) Negotiations launched

(the 7th round of negotiations)

2 ASEAN-Hong Kong, Tiongkok Free Trade Agreement Negotiations launched

(the 3rd round of negotiations)

3 Indonesia-India Comprehensive Economic Cooperation Arrangement

Negotiations launched

4 Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement

Negotiations launched (the 5th round of

negotiations)

5 Indonesia-European Free Trade Association Free Trade Agreement Negotiations launched (Notified to the WTO:

Early Notification)

6 Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement Negotiations launched

(the 2nd round of negotiations)

7 Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Negotiations launched

(the 13th round of negotiations)

8 Indonesia-Republic of Korea Free Trade Agreement Negotiations launched

(the 7th round of negotiations)

9 Indonesia-Chile FTA Negotiations launched

10 Indonesia-Turki FTA Proposed

(under consultation and stud)y

11 Indonesia-Peru FTA Proposed

(under consultation and study)

Page 52: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

37

No PERJANJIAN EKONOMI STATUS

12 Trade Preferential System of the Organization of the Islamic Conference

Signed but not yet In Effect

13 ASEAN Free Trade Area Signed and In Effect

14 ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement Signed and In Effect

15 ASEAN-India Comprehensive Economic Cooperation Agreement Signed and In Effect

16 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership Signed and In Effect

17 ASEAN-Tiongkok Comprehensive Economic Cooperation Agreement Signed and In Effect

18 ASEAN-Republic of Korea Comprehensive Economic Cooperation Agreement

Signed and In Effect

19 Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement Signed and In Effect

(under the review process)

20 Pakistan-Indonesia Free Trade Agreement Signed and In Effect

21 Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight Developing Countries

Signed and In Effect

Sumber: ARIC database, ADB; Ditjen KPI, Kemendag

Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA)

Tabel 11. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia

Periode SKA Preferensi

(%) SKA Nonpreferensi

(%) SKA Preferensi + SKA Non Preferensi

(%)

2012 45,4 11,8 57,2

2013 50,7 12,4 63,1

2014 50,6 11,9 62,5

2015 72,3 13,5 85,8

2016 57.2 12.6 69.8

Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag

Sepanjang tahun 2016, penggunaan SKA Preferensi

dan SKA Nonpreferensi mencapai 69,8 persen

terhadap total ekspor Indonesia dimana SKA

Preferensi mendominasi penggunaan SKA dengan

utilisasi 57,2 persen. Form A yang merupakan SKA

Preferensi atas Generalized System of Preferences

Certificate of Origin paling banyak dimanfaatkan

sepanjang tahun 2016 dengan tingkat utilisasi 15,8

persen. Pada kurun waktu yang sama Form B

mendominasi utilisasi penggunaan SKA

Nonpreferensi dengan tingkat utilisasi 11,6 persen

(Gambar 9).

Penggunaan SKA Preferensi

dan SKA Nonpreferensi

mencapai 69,8 persen

terhadap total ekspor

Indonesia pada tahun 2016.

Page 53: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

38

Gambar 8. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA Preferensi

Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag (diolah)

Gambar 9. Persentase Penggunaan SKA Nonpreferensi terhadap Total SKA Nonpreferensi

Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag (diolah)

Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA

Pada tahun 2016, Indonesia mengalami surplus

neraca perdagangan dengan Bangladesh, Brunei

Darussalam, Filipina, India, Iran, Jepang, Kamboja,

Korea Selatan, Laos, Mesir, Myanmar, Pakistan,

dan Turki. Sementara itu pada periode yang sama,

Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan

dengan Australia, Malaysia, Nigeria, Selandia

Baru, Singapura, Thailand, Tiongkok dan Vietnam.

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

2014 2015 2016

Share SKA Preferensi Terhadap Total Ekspor Indonesia (Tahunan)

Form A

Form E

Form D

Form AI

Form AK

2014 2015 2016

Form B 11,0% 12,3% 11,6%

Form ICO 0,8% 1,2% 1,0%

Form TP 0,0% 0,0% 0,0%

Form ANEXO III 0,0% 0,0% 0,0%

0,0%

3,0%

6,0%

9,0%

12,0%

15,0%

Share SKA Non-Preferensi Terhadap Total Ekspor Indonesia (Tahunan)

Indonesia mengalami surplus

neraca perdagangan dengan 13

negara mitra FTA (sebesar USD

20,6 miliar) dan defisit neraca

perdagangan dengan 8 negara

mitra FTA (sebesar USD24,2

miliar) pada tahun 2016.

Page 54: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

39

Tabel 12. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Oseania (juta USD)

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 13. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Asia Selatan (juta USD)

Uraian 2014 2015 Trend (%) 2011-2015

2016 Perubahan (%)

2016/2015

ekspor 1377,6 1340,8 1,8 1266,7 -5,5

migas 2,3 0,2 -4,3 0,7 238,3

non migas 1375,3 1340,6 1,8 1266,0 -5,6

impor 71,3 59,5 12,8 68,4 15,0

migas 0 0 0 0,0 0,0

non migas 71,3 59,5 12,8 68,4 15,0

neraca perdagangan 1306,3 1281,3 1,4 1198,3 -6,5

migas 2,3 0,2 0 0,7 238,3

non migas 1304 1281,1 1,4 1197,6 -6,5

ekspor 12249 11731 -2,7 10093,8 -14,0

migas 25,2 129 10,2 169,6 31,4

non migas 12223,7 11602 -2,8 9924,3 -14,5

impor 3952,1 2741,4 -9,5 2873,7 4,8

migas 388,2 75,7 -23,9 29,4 -61,1

non migas 3563,9 2665,7 -8,8 2844,2 6,7

neraca perdagangan 8296,9 8989,6 0,1 7220,1 -19,7

migas -363 53,3 0 140,1 162,9

non migas 8659,9 8936,2 -0,5 7080,0 -20,8

Uraian 2014 2015 Trend (%) 2011-2015

2016 Perubahan (%)

2016/2015

ekspor 4948,4 3702,3 -7,8 3198,7 -13,6

migas 1251,8 707,7 -24 538,3 -23,9

non migas 3696,5 2994,6 0,4 2660,4 -11,2

impor 5647,5 4815,8 -0,8 5257,1 9,2

migas 156,7 143,4 103,7 731,7 410,3

non migas 5490,8 4672,4 -1,3 4525,3 -3,1

neraca perdagangan -699,1 -1113,5 0 -2058,3 84,9

migas 1095,1 564,3 -27,2 -193,5 -134,3

non migas -1794,2 -1677,8 -3,9 -1864,9 11,2

ekspor 481,4 436,3 4,2 366,5 -16,0

migas 21,4 39,2 124,5 9,0 -77,1

non migas 460 397 3,7 357,6 -9,9

impor 836 637 -0,9 660,8 3,7

migas 0 8,6 0 0,0 -100,0

non migas 836 628,4 -1,1 660,8 5,2

neraca perdagangan -354,6 -200,8 -7,9 -294,3 46,5

migas 21,4 30,6 113,6 9,0 -70,7

non migas -376 -231,3 -7,2 -303,2 31,1

Page 55: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

40

Uraian 2014 2015 Trend (%) 2011-2015

2016 Perubahan (%)

2016/2015

ekspor 2045,3 1989,6 20,9 2018,2 1,4

migas 0 0 -82,3 0,0 0,0

non migas 2045,3 1989,5 21,1 2018,2 1,4

impor 159,4 174,5 -8,4 158,1 -9,4

migas 0 0 0 0,0 0,0

non migas 159,4 174,5 -7 158,1 -9,4

neraca perdagangan 1885,9 1815,1 26,5 1860,1 2,5

migas 0 0 0 0,0 0,0

non migas 1885,9 1815 26,2 1860,1 2,5

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 14. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Asia Tenggara (juta USD)

Uraian 2014 2015 Trend (%) 2011-2015

2016 Perubahan (%)

2016/2015

ekspor 100,3 91,2 4,3 90,0 -1,3

migas 0 0 0 0,1 0,0

non migas 100,3 91,2 4,3 90,0 -1,4

impor 594,3 131,4 -31,3 87,7 -33,2

migas 568,1 104,7 -34,2 79,7 -23,8

non migas 26,2 26,7 21,5 8,0 -70,0

neraca perdagangan -494 -40,2 -44,7 2,3 -105,7

migas -568,1 -104,7 -34,2 -79,7 -23,9

non migas 74,1 64,5 -0,1 82,0 27,1

ekspor 3887,8 3921,7 1,7 5270,8 34,4

migas 1 4,7 -44,9 14,0 198,1

non migas 3886,8 3917 1,8 5256,8 34,2

impor 699,7 683,1 -5,6 821,7 20,3

migas 1,6 3,1 -26,8 1,6 -47,7

non migas 698,1 680 -5,5 820,1 20,6

neraca perdagangan 3188,1 3238,6 3,6 4449,1 37,4

migas -0,6 1,6 0 12,4 674,3

non migas 3188,7 3237 3,7 4436,7 37,1

ekspor 415,8 429,7 14,6 425,4 -1,0

migas 0,1 0 -59,1 0,0 0,0

non migas 415,7 429,7 14,7 425,4 -1,0

impor 18,7 21,1 27,6 25,3 20,0

migas 0 0 0 0,0 0,0

non migas 18,7 21,1 27,6 25,3 20,0

neraca perdagangan 397,1 408,6 14,1 400,1 -2,1

migas 0,1 0 -59,1 0,0 0,0

non migas 397 408,6 14,2 400,1 -2,1

Page 56: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

41

Uraian 2014 2015 Trend (%) 2011-2015

2016 Perubahan (%)

2016/2015

ekspor 4,5 7,7 -17 5,9 -23,7

migas 0 0 0 0,0 0,0

non migas 4,5 7,7 -17 5,9 -23,7

impor 51,3 0,8 19,8 4,2 424,5

migas 0 0 0 0,0 0,0

non migas 51,3 0,8 19,8 4,2 424,5

neraca perdagangan -46,7 6,9 0 1,7 -75,7

migas 0 0 0 0,0 0,0

non migas -46,7 6,9 0 1,7 -75,7

ekspor 9730 7630,9 -8,4 7110,8 -6,8

migas 3332,8 1403,1 -3,2 1098,7 -21,7

non migas 6397,2 6227,8 -10,1 6012,0 -3,5

impor 10855,4 8530,7 -5 7199,5 -15,6

migas 5076,9 3551,3 -6,7 2469,4 -30,5

non migas 5778,5 4979,4 -3,7 4730,1 -5,0

neraca perdagangan -1125,4 -899,8 0 -88,7 -90,1

migas -1744,1 -2148,2 -10,9 -1370,7 -36,2

non migas 618,7 1248,4 -28 1281,9 2,7

ekspor 566,9 615,7 15,3 615,7 0,0

migas 0,6 2,2 22,6 12,3 461,2

non migas 566,4 613,4 15,2 603,3 -1,6

impor 122,1 160,4 25,6 113,4 -29,3

migas 0 0 0 0,0 0,0

non migas 122,1 160,4 25,6 113,4 -29,3

neraca perdagangan 444,8 455,3 12,6 502,2 10,3

migas 0,6 2,2 22,6 12,3 461,2

non migas 444,3 453 12,6 489,9 8,1

ekspor 16728,3 12632,6 -7,5 11211,1 -11,3

migas 6662,4 3971,6 -11,4 2502,5 -37,0

non migas 10065,9 8661 -5,3 8708,6 0,6

impor 25185,7 18022,5 -7,4 14493,7 -19,6

migas 15035,1 9047,2 -10,4 6876,3 -24,0

non migas 10150,5 8975,3 -3,6 7617,4 -15,1

neraca perdagangan -8457,3 -5389,9 -7 -3282,6 -39,1

migas -8372,7 -5075,6 -9,4 -4373,8 -13,8

non migas -84,6 -314,3 0 1091,2 -447,2

ekspor 5783,1 5507,3 -2,7 5392,4 -2,1

migas 780,2 906,8 2,7 783,7 -13,6

non migas 5002,9 4600,5 -3,5 4608,7 0,2

impor 9781 8083,4 -6,4 8662,9 7,2

migas 86,3 64,7 -20,2 62,2 -3,9

non migas 9694,8 8018,7 -6,2 8600,7 7,3

Page 57: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

42

Uraian 2014 2015 Trend (%) 2011-2015

2016 Perubahan (%)

2016/2015

neraca perdagangan -3997,9 -2576,1 -12,2 -3270,5 27,0

migas 693,9 842,1 7,1 721,5 -14,3

non migas -4691,8 -3418,2 -9,3 -3992,0 16,8

ekspor 2451,3 2740,2 3,9 3045,5 11,1

migas 14,9 3,3 -48,2 14,1 326,1

non migas 2436,3 2736,9 4,6 3031,4 10,8

impor 3417,8 3161,5 8,8 3228,4 2,1

migas 192,4 0,1 -66,6 53,2 53134,2

non migas 3225,4 3161,4 8,9 3175,2 0,4

neraca perdagangan -966,5 -421,4 91 -182,9 -56,6

migas -177,4 3,2 0 -39,2 -1324,1

non migas -789,1 -424,5 76,8 -143,7 -66,1

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah) Keterangan (*) : proporsi terhadap total ekspor ke ASEAN

Tabel 15. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Timur Tengah (juta USD)

Uraian 2014 2015 Trend (%) 2011-2015

2016 Perubahan (%)

2016/2015

ekspor 406,1 216,5 -24 235,2 8,6

migas 0 0 0 0,4 0,0

non migas 406,1 216,5 -24 234,8 8,5

impor 42,5 56,6 -58,5 103,3 82,5

migas 25,2 18 -66,4 75,0 316,4

non migas 17,4 38,6 -43,2 28,4 -26,5

neraca perdagangan 363,6 159,9 0 131,9 -17,5

migas -25,1 -18 -66,3 -74,6 314,4

non migas 388,7 178 -18,7 206,5 16,0

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 16. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Asia Timur (juta USD)

Uraian 2014 2015 Trend (%) 2011-2015

2016 Perubahan (%)

2016/2015

ekspor 23117,5 18020,9 -14,1 16102,0 -10,6

migas 8551,7 4924,8 -23,6 2889,1 -41,3

non migas 14565,7 13096,1 -8,1 13213,0 0,9

impor 17007,6 13263,5 -10 13023,4 -1,8

migas 69,4 30,8 -20,1 58,0 88,4

non migas 16938,2 13232,7 -10 12965,4 -2,0

Page 58: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

43

Uraian 2014 2015 Trend (%) 2011-2015

2016 Perubahan (%)

2016/2015

neraca perdagangan 6109,9 4757,4 -21,2 3078,6 -35,3

migas 8482,3 4894 -23,6 2831,1 -42,2

non migas -2372,4 -136,6 -38,1 247,5 -281,2

ekspor 10601,1 7664,4 -17,1 7005,4 -8,6

migas 4884,2 2224,8 -28,1 1744,3 -21,6

non migas 5716,9 5439,7 -7,8 5261,1 -3,3

impor 11847,4 8427,2 -8,4 6677,6 -20,8

migas 4091 2148,6 -16,4 765,4 -64,4

non migas 7756,4 6278,6 -4 5912,2 -5,8

neraca perdagangan -1246,3 -762,8 0 327,8 -143,0

migas 793,2 76,2 -60,5 978,9 1184,6

non migas -2039,5 -838,9 0 -651,1 -22,4

ekspor 17605,9 15046,4 -10 16769,6 11,5

migas 1146,9 1785,7 9,8 1672,8 -6,3

non migas 16459,1 13260,7 -11,4 15096,8 13,8

impor 30624,3 29410,9 2,8 30797,4 4,7

migas 162,8 186,1 -31,3 111,0 -40,4

non migas 30461,6 29224,8 3,3 30686,4 5,0

neraca perdagangan -13018,4 -14364,5 41,6 -14027,8 -2,3

migas 984,1 1599,7 34,6 1561,8 -2,4

non migas -14002,5 -15964,1 40,3 -15589,6 -2,3

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 17. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Afrika (juta USD)

Uraian 2014 2015 Trend (%) 2011-2015

2016 Perubahan (%)

2016/2015

ekspor 1341 1197,9 -0,3 1110,4 -7,3

migas 0 26,2 0 0,0 -100,0

non migas 1341 1171,7 -0,7 1110,4 -5,2

impor 145,9 243,1 0,6 351,4 44,5

migas 0 132,9 0 257,6 93,8

non migas 145,9 110,2 -14,1 93,8 -14,9

neraca perdagangan 1195,1 954,8 -0,6 759,1 -20,5

Page 59: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

44

migas 0 -106,7 0 -257,5 141,4

non migas 1195,1 1061,5 1,6 1016,6 -4,2

ekspor 648,8 445,7 3,7 310,8 -30,3

migas 0,3 0,3 87,7 0,2 -27,9

non migas 648,5 445,4 3,7 310,6 -30,3

impor 3306,3 1288,2 -2,9 1288,0 0,0

migas 3286,1 1284,5 -2,6 1280,1 -0,3

non migas 20,2 3,7 -33,2 7,9 113,2

neraca perdagangan -2657,5 -842,4 -5,1 -977,1 16,0

migas -3285,7 -1284,2 -2,6 -1279,9 -0,3

non migas 628,2 441,8 5,1 302,7 -31,5

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 18. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Eropa (juta USD)

Uraian 2014 2015 Trend (%) 2011-2015

2016 Perubahan (%)

2016/2015

ekspor 1446,1 1158,8 -3,6 1024,1 -11,6

migas 0 0 0 0,1 0,0

non migas 1446,1 1158,8 -3,6 1024,0 -11,6

impor 1030,6 249,8 -3,7 311,1 24,5

migas 770,4 0,1 -22,4 32,9 32816,7

non migas 260,2 249,7 -7,9 278,2 11,4

neraca perdagangan 415,5 909 -8,4 713,0 -21,6

migas -770,4 -0,1 0 -32,8 32730,5

non migas 1185,9 909,1 -2,4 745,8 -18,0

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)

Page 60: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

45

Page 61: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

46

Page 62: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

47

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA Perekonomian Indonesia pada triwulan IV tahun 2016

tumbuh sebesar 4,9 persen (YoY), lebih rendah

dibandingkan triwulan IV tahun 2015 yang tumbuh

sebesar 5,2 persen (YoY) dan triwulan III tahun 2016

sebesar 5,0 persen (YoY). Secara kumulatif, pertumbuhan

ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY),

sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang

tumbuh sebesar 4,9 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut

dipengaruhi oleh membaiknya kondisi perekonomian

global walaupun pertumbuhannya belum merata. Dari sisi

domestik, kinerja pertumbuhan ekonomi didorong oleh

membaiknya ekspor dan terjaganya permintaan domestik

terutama konsumsi rumah tangga yang tumbuh cukup

kuat, namun realisasi belanja pemerintah APBN lebih

rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya akibat pemotongan anggaran.

Gambar 10. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2014 - Triwulan IV Tahun 2016 (Persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 4,9 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2016 dan sebesar 5,0 persen (YoY) secara kumulatif pada tahun 2016.

5,1

4,9 4,95,0

4,84,7 4,8

5,2

4,9

5,2

5,04,9

4,0

4,5

5,0

5,5

I II III IV I II III IV I II III IV

2014 2015 2016

Page 63: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

48

Dari sisi lapangan usaha, sektor Informasi dan Komunikasi

tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 9,6 persen (YoY),

meningkat baik dibandingkan dengan triwulan IV tahun

2015 maupun triwulan III tahun 2016 yang masing-masing

sebesar 9,2 persen (YoY) dan 9,0 persen (YoY). Kinerja

tersebut didorong oleh peningkatan pendapatan data dan

internet Industri Telekomunikasi Indonesia.

Pada triwulan IV tahun 2016, Transportasi dan

Pergudangan tumbuh sebesar 7,9 persen (YoY) atau

meningkat dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2015

sebesar 7,7 persen (YoY), namun lebih rendah

dibandingkan triwulan III tahun 2016 yang tumbuh

sebesar 8,3 persen (YoY). Kinerja tersebut didorong oleh

meningkatnya kinerja Angkutan Udara.

Sementara itu, Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

tumbuh pada triwulan IV tahun 2016 sebesar 5,3 persen

(YoY), meningkat cukup signifikan dibandingkan triwulan

IV tahun 2015 dan triwulan III tahun 2016 yang sebesar 1,6

persen (YoY) dan 3,0 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut

didorong oleh peningkatan produktivitas tanaman pangan

akibat terjadinya curah hujan yang tinggi akibat La Nina.

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor tumbuh sebesar 3,9 persen (YoY) pada

triwulan IV tahun 2016 didorong oleh meningkatnya

penjualan mobil dan omset retail. Pertumbuhan tersebut

lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2015 maupun

triwulan III tahun 2016 yang masing-masing tumbuh

sebesar 3,7 persen (YoY) dan 3,6 persen (YoY). Komponen

Perdagangan Mobil, Sepeda Motor, dan Reparasinya

tumbuh sebesar 2,9 persen (YoY), lebih tinggi

dibandingkan triwulan IV tahun 2015 yang sebesar 2,3

persen (YoY), namun lebih rendah dibandingkan triwulan

III tahun 2016 yang sebesar 2,9 persen (YoY). Komponen

Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda

Motor yang tumbuh sebesar 4,1 persen (YoY), meningkat

dibandingkan triwulan IV tahun 2015 dan triwulan III

Dari sisi lapangan usaha Informasi dan komunikasi tumbuh paling tinggi, yaitu sebesar 9,6 persen (YoY).

Pada triwulan IV tahun 2016, Transportasi dan Pergudangan tumbuh sebesar 7,9 persen (YoY) didorong oleh meningkatnya Kinerja Angkutan Udara.

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor tumbuh lebih tinggi pada triwulan IV tahun 2016, didorong oleh meningkatnya penjualan mobil dan omset retail.

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan meningkat signifikan pada triwulan IV tahun 2016.

Page 64: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

49

tahun 2016 yang masing-masing tumbuh sebesar 4,0

persen (YoY) dan 3,8 persen (YoY).

Pertambangan dan Penggalian tumbuh signifikan pada

triwulan IV tahun 2016, yaitu sebesar 1,6 persen (YoY)

terutama didorong oleh peningkatan produksi komoditas

Pertambangan Bukan Migas. Pertumbuhan tersebut lebih

tinggi dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2015 yang

terkontraksi sebesar -6,0 persen (YoY) dan triwulan III

tahun 2016 yang tumbuh sebesar 0,3 persen (YoY).

Produksi beberapa komoditas tambang seperti emas dan

tembaga mengalami peningkatan seiring dibukanya keran

ekspor mineral olahan (konsentrat) yang bertujuan

membantu perusahaan tambang yang berproduksi namun

kesulitan untuk membangun pabrik smelter. Kontributor

lifting minyak terbesar adalah dari Kontrak Karya Kerja

Sama (KKKS) ExxonMobil Cepu Ltd, Blok Rokan, dan

Pertamina EP. Sementara itu, kontributor lifting gas

terbesar adalah Blok Mahakam, Berau, Pertamina EP,

Corridor dan Senoro-Toili.

Pengadaan Listrik dan Gas tumbuh sebesar 3,1 persen

(YoY), meningkat signifikan dibandingkan dengan triwulan

IV tahun 2015 yang hanya tumbuh sebesar 0,6 persen

(YoY), namun lebih rendah jika dibandingkan triwulan III

tahun 2016 yang sebesar 4,9 persen (YoY). Kinerja

tersebut didorong oleh beroperasinya lima pembangkit

listrik baru dengan kapasitas 300 Mega Watt (MW) di Nias,

Pontianak, Balai Pungut (Riau), Suge (Belitung), dan Paya

Pasir (Medan).

Pada triwulan IV tahun 2016, Real estate tumbuh sedikit

lebih tinggi yaitu sebesar 3,7 persen (YoY) dibandingkan

triwulan IV tahun 2015 yang sebesar 3,5 persen (YoY),

namun lebih rendah dari triwulan III tahun 2016 yang

sebesar 4,0 persen (YoY). Kinerja ini didorong oleh

meningkatnya permintaan ruang perkantoran dan

aktivitas pasar properti.

Pengadaan Listrik dan Gas tumbuh signifikan, yaitu sebesar 3,1 persen (YoY) didorong oleh beroperasinya lima pembangkit listrik baru dengan kapasitas 300 Mega Watt (MW).

Real estate tumbuh sebesar 3,7 persen (YoY) didorong oleh meningkatnya permintaan ruang perkantoran dan aktivitas pasar properti.

Pertambangan dan Penggalian tumbuh signifikan pada triwulan IV tahun 2016, yaitu sebesar 1,6 persen (YoY) yang didorong terutama oleh peningkatan produksi komoditas Pertambangan Bukan Migas.

Page 65: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

50

Tabel 19. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2016 Menurut Lapangan Usaha (YoY)

Uraian 2014 2015 2016

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

5,2 4,9 3,6 3,3 3,8 6,5 2,9 1,6 1,5 3,4 3,0 5,3

Pertambangan dan Penggalian

-1,2 0,7 0,7 1,5 0,6 -3,6 -4,4 -6,0 1,2 1,2 0,3 1,6

Industri Pengolahan 4,5 4,9 5,0 4,2 4,1 4,2 4,6 4,4 4,7 4,6 4,5 3,4

Pengadaan Listrik dan Gas 3,3 6,4 5,9 7,8 1,7 0,8 0,6 0,6 7,5 6,2 4,9 3,1

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

4,5 5,2 5,3 6,0 5,1 7,3 8,4 7,4 5,4 4,1 2,4 2,7

Konstruksi 7,2 6,5 6,5 7,7 6,0 5,4 6,8 7,1 6,8 5,1 5,0 4,2

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

6,1 5,1 5,2 4,4 3,8 1,6 1,4 3,7 4,1 4,1 3,6 3,9

Transportasi dan Pergudangan

7,0 7,6 7,7 7,2 5,8 5,9 7,3 7,7 7,9 6,9 8,3 7,9

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

6,4 6,4 5,8 4,6 3,3 3,7 4,4 5,7 5,7 5,0 4,7 4,5

Informasi dan Komunikasi 9,9 10,7 9,8 10,1 9,7 9,3 10,6 9,2 7,6 9,3 9,0 9,6

Jasa Keuangan dan Asuransi

3,6 5,5 1,9 7,9 8,6 2,6 10,4 12,8 9,3 13,6 9,0 4,2

Real Estat 4,7 4,9 5,1 5,3 4,5 4,3 4,1 3,5 4,9 4,8 4,0 3,6

Jasa Perusahaan 10,3 10,0 9,3 9,7 7,4 7,6 7,6 8,1 8,1 7,6 7,0 6,8

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

2,7 -2,5 2,4 6,8 4,7 6,3 1,3 6,3 4,6 4,4 3,8 0,3

Jasa Pendidikan 4,5 4,4 6,2 6,5 4,9 11,6 7,9 5,2 5,3 5,1 1,9 3,1

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

7,6 8,7 9,6 6,0 8,5 8,3 4,5 5,6 6,5 5,1 4,5 4,1

Jasa lainnya 8,4 9,5 9,5 8,4 8,0 8,1 8,1 8,2 7,9 7,9 7,7 7,7

PRODUK DOMESTIK BRUTO

5,1 4,9 4,9 5,0 4,8 4,7 4,8 5,2 4,9 5,2 5,0 4,9

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pada triwulan IV tahun 2016, Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum tumbuh sebesar 4,5 persen (YoY), lebih

rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2015 yang sebesar

5,7 persen (YoY) dan triwulan III tahun 2016 yang sebesar

4,7 persen (YoY). Kinerja tersebut didorong oleh adanya

liburan sekolah dan akhir tahun serta bertambahnya

kegiatan di destinasi wisata. Sementara itu, Jasa Keuangan

dan Asuransi tumbuh sebesar 4,2 persen (YoY), menurun

melambat signifikan dibandingkan dengan triwulan IV

tahun 2015 yang tumbuh sebesar 12,8 persen (YoY) dan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum serta Jasa Keuangan dan Asuransi tumbuh lebih rendah pada triwulan IV tahun 2016.

Page 66: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

51

triwulan III tahun 2016 yang tumbuh sebesar 9,0 persen

(YoY). Kinerja tersebut didorong oleh pertumbuhan

permintaan kredit baru dan penyaluran dana pihak ketiga.

Sementara itu, perlambatan kinerja Jasa Keuangan dan

Asuransi pada triwulan IV tahun 2016 disebabkan oleh

pertumbuhan Jasa Perantara Keuangan serta Asuransi dan

Dana Pensiun yang lebih rendah dibandingkan triwulan IV

tahun 2015 dan triwulan III tahun 2016.

Konstruksi juga tumbuh lebih rendah pada triwulan IV

tahun 2016 yaitu sebesar 4,2 persen (YoY), dibandingkan

triwulan IV tahun 2015 yang tumbuh sebesar 7,1 persen

(YoY) maupun triwulan III tahun 2016 yang tumbuh

sebesar 5,0 persen (YoY). Namun demikian, sepanjang

tahun 2016 sektor konstruksi dapat tumbuh sebesar 5,2

persen (YoY) yang salah satunya didorong oleh proyek

infrastruktur pemerintah, yaitu pembangunan pelabuhan

peti kemas Bungkutoto (Sulawesi Utara), groundbreaking

pengerjaan pembangkit listrik dengan total kapasitas

sekitar 10 ribu MW, dan 65 persen lahan siap dibangun

kereta cepat Jakarta-Bandung.

Industri Pengolahan tumbuh sebesar 3,4 persen (YoY),

lebih rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2015 yang

tumbuh sebesar 4,4 persen (YoY) dan triwulan III tahun

2016 yang tumbuh sebesar 4,5 persen (YoY). Industri

Batubara dan Pengilangan Migas tumbuh sebesar -0,7

persen (YoY), menurun signifikan dibandingkan triwulan

IV tahun 2015 dan triwulan III tahun 2016 yang masing-

masing sebesar 4,2 persen (YoY) dan sebesar 2,5 persen

(YoY). Sementara itu, pada triwulan IV tahun 2016

kelompok industri Nonmigas yang pertumbuhannya

menurun signifikan adalah Industri Pengolahan

Tembakau; Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik;

dan Industri Mesin dan Perlengkapan. Di sisi lain, Industri

Kimia, Farmasi dan Obat tradisional tumbuh lebih tinggi

baik dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya

maupun triwulan III tahun 2016.

Kinerja Industri Pengolahan tumbuh lebih rendah pada triwulan IV tahun 2016.

Konstruksi tumbuh lebih rendah pada triwulan IV tahun 2016 yaitu sebesar 4,2 persen (YoY), didorong oleh proyek infrastruktur pemerintah.

Page 67: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

52

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial tumbuh sebesar 4,1

persen (YoY), lebih rendah baik dibandingkan dengan

triwulan IV tahun 2015 yang tumbuh sebesar 5,6 persen

(YoY) maupun triwulan III tahun 2016 yang sebesar 4,5

persen (YoY). Sementara itu, Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan sosial tumbuh sebesar 0,3

persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2016. Pertumbuhan

ini menurun signifikan dibandingkan triwulan IV tahun

2015 dan triwulan III tahun 2015 yang masing-masing

sebesar 6,3 persen (YoY) dan 3,8 persen (YoY) karena

penyerapan belanja pegawai (APBN-P) yang lebih rendah

dibandingkan triwulan IV tahun 2015.

Dari sisi pengeluaran, Pengeluaran Konsumsi Lembaga

Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT)

merupakan komponen dengan pertumbuhan tertinggi,

yaitu sebesar 6,7 persen (YoY). Meskipun demikian,

kontribusinya tidak signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi. Pada triwulan IV tahun 2016, pertumbuhan

Pengeluaran LNPRT lebih rendah dibandingkan triwulan IV

tahun 2015 yang sebesar 8,3 persen (YoY), namun lebih

tinggi dari triwulan III tahun 2016 yang sebesar 6,6 persen.

Kinerja ini didorong oleh persiapan kegiatan pemilihan

kepala daerah (PILKADA) serentak di 101 daerah pada

bulan Februari 2017.

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga tumbuh sebesar

5,0 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut relatif tidak

berubah dari triwulan sebelumnya dan sedikit lebih tinggi

dibandingkan triwulan IV tahun 2015 yang sebesar 4,9

persen (YoY), didorong oleh pertumbuhan positif semua

kelompok pengeluaran, terutama Transportasi dan

Komunikasi. Pada triwulan IV tahun 2016, Pengeluaran

Konsumsi Rumah Tangga menjadi sumber pertumbuhan

utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV tahun

2016 dengan kontribusi sebesar 56,5 persen terhadap

PDB.

Dari sisi pengeluaran, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) merupakan komponen dengan pertumbuhan tertinggi, didorong oleh persiapan kegiatan pemilihan kepala daerah (PILKADA) pada bulan Februari 2017.

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY) didorong oleh pertumbuhan positif semua kelompok pengeluaran, terutama Transportasi dan Komunikasi.

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan sosial tumbuh lebih rendah pada triwulan IV tahun 2016.

Page 68: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

53

Tabel 20. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2016 (Persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY)

JENIS PENGELUARAN 2014 2015 2016

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 5,2 5,2 5,1 5,1 5,0 5,0 5,0 4,9 5,0 5,1 5,0 5,0

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 23,2 22,4 5,8 -0,5 -8,1 -8,0 6,6 8,3 6,4 6,7 6,6 6,7

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 6,1 -1,8 1,2 0,9 2,9 2,6 7,1 7,1 3,4 6,2 -2,9 -4,0

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 5,4 4,0 4,4 4,1 4,6 4,0 4,9 6,4 4,7 4,2 4,2 4,8

Ekspor Barang dan Jasa 3,1 1,5 4,9 -4,4 -0,7 -0,3 -0,9 -6,4 -3,3 -2,2 -5,6 4,2

Dikurangi Impor Barang dan Jasa 5,1 0,4 0,2 3,0 -2,6 -7,4 -6,6 -8,7 -5,1 -3,2 -3,7 2,8

PRODUK DOMESTIK BRUTO 5,1 4,9 4,9 5,0 4,8 4,7 4,8 5,2 4,9 5,2 5,0 4,9

Sumber : Badan Pusat Statistik Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) merupakan

sumber pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi sebesar

32,6 persen dari PDB pada triwulan IV tahun 2016. Pada

triwulan IV tahun 2016, PMTB tumbuh sebesar 4,8 persen

(YoY), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan

pada triwulan IV tahun 2015 yang sebesar 6,4 persen

(YoY), namun lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 4,2 persen (YoY). Pertumbuhan

ini didorong oleh pertumbuhan barang modal terutama

barang jenis kendaraan dan peralatan lainnya. Sementara

itu, barang modal jenis mesin mengalami kontraksi akibat

menurunnya produksi domestik dan impor barang modal.

Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah pada

triwulan IV tahun 2016 terkontraksi sebesar -4,0 persen

(YoY), terendah sejak triwulan I tahun 2010 yang sebesar

-5,2 persen (YoY). Kondisi ini akibat oleh adanya

pemotonggan anggaran belanja dalam APBN 2016 pada

awal semester II tahun 2016 yang menyebabkan

menurunnya realisasi belanja barang dan bantuan sosial.

Pada triwulan IV tahun 2016, Ekspor Barang dan Jasa

tumbuh positif untuk pertama kali sejak triwulan IV tahun

2014, yaitu sebesar 4,2 persen (YoY). Ekspor Barang

tumbuh sebesar 4,0 persen (YoY), meningkat signifikan

dibandingkan triwulan IV tahun 2015 maupun triwulan

sebelumnya yang terkontraksi sebesar -7,1 persen (YoY).

Sementara itu, Ekspor Jasa tumbuh sebesar 6,3 persen

Pada triwulan IV tahun 2016, Ekspor Barang dan Jasa tumbuh positif untuk pertama kali sejak triwulan IV tahun 2014, yaitu sebesar 4,2 persen (YoY).

Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah pada triwulan IV tahun 2016 tumbuh negatif sebesar -4,0 persen (YoY), terendah sejak triwulan I tahun 2010 yang sebesar -5,2 persen (YoY).

Pada triwulan IV tahun 2016, PMTB tumbuh sebesar 4,8 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan IV tahun 2015 namun lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.

Page 69: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

54

(YoY), meskipun sedikit lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 6,7 persen (YoY),

namun meningkat signifikan dibandingkan triwulan IV

tahun 2015 yang sebesar 0,1 persen (YoY). Kondisi ini

seiring dengan menguatnya perekonomian negara-negara

tujuan utama ekspor, yaitu Tiongkok, Amerika Serikat, dan

Jepang. Kontribusi Ekspor Barang dan Jasa terhadap

perekonomian Indonesia pada triwulan IV tahun 2016,

sebesar 19,1 persen.

Impor Barang dan Jasa tumbuh positif untuk yang pertama

kali sejak triwulan I tahun 2015, yaitu sebesar 2,8 persen

(YoY) seiring dengan membaiknya ekspor barang dan jasa.

Impor Barang meningkat signifikan dari triwulan IV tahun

2015 yang tumbuh negatif sebesar -8,4 persen (YoY) dan

triwulan III tahun 2016 yang sebesar -3,7 persen (YoY),

menjadi sebesar 2,7 persen (YoY) pada triwulan IV tahun

2016. Impor Jasa juga mengalami peningkatan yang

signifikan, yaitu dari sebesar -11,0 persen (YoY) pada

triwulan IV tahun 2015 dan sebesar -3,7 persen (YoY) pada

triwulan III tahun 2016 menjadi sebesar 3,3 persen (YoY).

PERKEMBANGAN EKONOMI DAERAH Pada triwulan IV tahun 2016, seluruh pulau mengalami

pertumbuhan positif dengan rata-rata pertumbuhan

ekonomi paling tinggi di Maluku dan Papua. Secara

keseluruhan, pertumbuhan ekonomi provinsi di wilayah

timur Indonesia mengalami peningkatan, sementara itu di

wilayah barat Indonesia mengalami penurunan meskipun

tidak signifikan. Rata-rata pertumbuhan di Maluku dan

Papua; Sulawesi; dan Jawa lebih tinggi dibandingkan rata-

rata pertumbuhan ke-33 provinsi. Sementara itu, ketiga

wilayah yang lain lebih rendah dibandingkan rata-rata

pertumbuhan ke-33 provinsi.

Impor Barang dan Jasa tumbuh positif untuk yang pertama kali sejak triwulan I tahun 2015, yaitu sebesar 2,8 persen (YoY) seiring dengan membaiknya ekspor barang dan jasa.

Pada triwulan IV tahun 2016, seluruh pulau mengalami pertumbuhan positif dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi paling tinggi di Maluku dan Papua.

Page 70: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

55

Pada triwulan IV tahun 2016, pertumbuhan di Maluku dan

Papua rata-rata tumbuh sebesar 14,7 persen (YoY),

meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan

IV tahun 2015 sebesar 9,9 persen (YoY) dan triwulan III

tahun 2016 yang sebesar 13,6 persen (YoY). Rata-rata

pertumbuhan ekonomi di Sulawesi adalah sebesar 6,8

persen (YoY), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan

IV tahun 2015 yang sebesar 8,4 persen (YoY) dan sedikit

lebih tinggi dibandingkan triwulan III tahun 2016 yang

sebesar 6,7 persen (YoY).

Sementara itu, rata-rata pertumbuhan ekonomi di Jawa

adalah sebesar 5,5 persen (YoY), sedikit lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2015 dan triwulan

III tahun 2016 yang sebesar 5,8 persen (YoY) dan 5,7

persen (YoY), Bali dan Nusa Tenggara pada triwulan IV

tahun 2016 adalah sebesar 4,9 persen (YoY), menurun

dibandingkan triwulan IV tahun 2015 dan triwulan III

tahun 2016 yang masing-masing sebesar 7,7 persen (YoY)

dan 5,1 persen (YoY).

Gambar 11. Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi di Enam Pulau Besar di Indonesia pada Triwulan I Tahun 2015 - Triwulan IV Tahun 2016 (Persen)

Sumber : Badan Pusat Statistik

3,5 3,0 3,14,5 4,2 4,5 4,0 4,5

5,3 5,2 5,5 5,8 5,4 5,8 5,7 5,5

9,9 10,2

14,0

7,76,6 6,9

5,1 4,9

2,1 1,50,4

1,5 1,9 1,42,3

1,3

7,48,6 8,3 8,4 7,8

8,5

6,7 6,8

1,5

10,4

3,7

9,9

2,0

-1,0

13,614,7

-3

0

3

6

9

12

15

18

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2015 2016

Sumatera Jawa Bali dan Nusa TenggaraKalimantan Sulawesi Maluku dan PapuaIndonesia

Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Maluku dan Papua; dan Sulawesi pada triwulan IV tahun 2016, masing-masing adalah sebesar 14,7 persen (YoY) dan 6,8 persen (YoY).

Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Jawa serta Bali dan Nusa Tenggara pada triwulan IV tahun 2016, masing-masing adalah 5,5 persen (YoY) dan 4,9 persen.

Page 71: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

56

Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Sumatera pada

triwulan IV tahun 2016 adalah sebesar 4,5 persen (YoY),

relatif sama dengan triwulan IV tahun 2016, namun lebih

tinggi dibandingkan triwulan III tahun 2016 yang tumbuh

sebesar 4,0 persen (YoY). Sementara itu, Kalimantan

tumbuh sebesar 1,3 persen (YoY), lebih rendah

dibandingkan triwulan IV tahun 2015 dan triwulan III

tahun 2016 yang tumbuh masing-masing sebesar 1,5

persen (YoY) dan 2,3 persen (YoY).

Gambar 12. Kontribusi di Enam Pulau Besar Indonesia terhadap PDB Pada Triwulan I Tahun 2013 - Triwulan IV Tahun 2016

Sumber : Badan Pusat Statistik

Perkembangan kontribusi daerah terhadap PDB dari

tahun ke tahun relatif tidak banyak berubah. Kontribusi

terbesar terhadap PDB dari triwulan I tahun 2010 sampai

dengan triwulan IV tahun 2016 didominasi pulau Jawa,

yaitu sebesar 58,0 persen. Kontribusi terbesar berikutnya

berturut-turut adalah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,

Bali dan Nusa Tenggara, serta Maluku dan Papua yang

masing-masing sebesar 22,0 persen, 8,2 persen, 6,1

persen, 3,1 persen dan 2,6 persen terhadap PDB pada

triwulan II tahun 2016. Secara keseluruhan, kontribusi

daerah terhadap PDB di wilayah timur Indonesia relatif

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2013 2014 2015 2016

Bali Nusra 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 2,9 3,0 3,0 3,0 3,1 3,1 3,1 3,1 3,2 3,1

Maluku dan Papua 2,4 2,1 2,3 2,6 2,3 2,2 2,4 2,3 2,3 2,4 2,3 2,4 2,3 2,3 2,5 2,6

Kalimantan 9,5 9,3 9,1 9,2 9,0 8,8 8,6 8,7 8,3 8,2 8,0 8,0 7,7 7,6 7,7 8,2

Sulawesi 5,3 5,5 5,6 5,5 5,4 5,5 5,7 5,8 5,7 5,9 6,0 6,0 5,9 6,1 6,1 6,1

Sumatera (RHS) 22,9 23,0 23,0 23,3 23,2 23,1 23,1 22,6 22,3 22,1 22,1 22,2 22,1 22,0 22,0 22,0

Jawa (RHS) 57,2 57,3 57,1 56,6 57,2 57,5 57,3 57,6 58,4 58,4 58,4 58,3 58,9 58,8 58,5 58,0

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0

2

4

6

8

10

12

14

Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Sumatera dan Kalimantan relatif lebih rendah pada triwulan IV tahun 2016.

Kontribusi terbesar terhadap PDB dari triwulan I tahun 2010 sampai dengan triwulan IV tahun 2016 didominasi oleh Pulau Jawa.

Page 72: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

57

sedikit meningkat, sementara di wilayah barat Indonesia

sedikit menurun.

Tiga provinsi penyumbang perekonomian terbesar di Jawa

adalah DKI Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat dengan

proporsi terhadap PDB masing-masing sebesar 17,2

persen, 14,5 persen dan 12,9 persen. Pada triwulan IV

tahun 2016, Jawa Barat merupakan provinsi dengan

pertumbuhan ekonomi tertinggi di Jawa, yaitu sebesar 5,8

persen (YoY). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2015 yang sebesar

5,3 persen (YoY), namun lebih rendah dari triwulan II

tahun 2016 yang sebesar 5,9 persen (YoY). Kontribusi Jawa

Barat terhadap perekonomian pada triwulan IV sedikit

menurun dibandingkan triwulan IV tahun 2015 yang

sebesar 13,0 persen dan triwulan III tahun 2016 yang

sebesar 13,1 persen.

Penyumbang perekonomian terbesar di Sumatera

berturut-turut adalah Riau, Sumatera Utara dan Sumatera

Selatan dengan kontribusi terhadap perekonomian

nasional masing-masing sebesar 5,5 persen, 5,0 persen

dan 2,8 persen. Pada triwulan IV tahun 2016, Jambi

merupakan provinsi dengan pertumbuhan yang paling

tinggi, yaitu sebesar 6,1 persen (YoY). Pertumbuhan

tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan IV

tahun 2015 dan triwulan III tahun 2016 yang sebesar 3,2

persen (YoY) dan 4,0 persen (YoY). Adapun kontribusi

Jambi terhadap PDB sebesar 1,4 persen pada triwulan IV

tahun 2016, meningkat tipis dibandingkan triwulan IV

tahun 2015 dan triwulan sebelumnya sebesar 1,3 persen.

Kalimantan Timur merupakan kontributor terbesar bagi

perekonomian di Kalimantan dengan kontribusi sebesar

4,3 persen terhadap perekonomian nasional. Pada

triwulan IV tahun 2016, Kalimantan Timur tumbuh

terkontraksi sebesar -1,85 persen (YoY) sehingga

Pada triwulan IV tahun 2016, Jawa Barat merupakan provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Jawa, yaitu sebesar 5,8 persen (YoY).

Jambi merupakan provinsi dengan pertumbuhan yang paling tinggi di Sumatera, yaitu sebesar 6,1 persen (YoY).

Page 73: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

58

menyebabkan menurunnya pertumbuhan Kalimantan

secara keseluruhan. Sementara itu, Kalimantan Tengah

merupakan provinsi dengan pertumbuhan paling tinggi

yaitu sebesar 8,6 persen (YoY), meningkat dibandingkan

triwulan IV tahun 2015 dan triwulan III tahun 2016 yang

sebesar 6,6 persen (YoY) dan 6,0 persen (YoY). Adapun

kontribusi Kalimantan Tengah terhadap perekonomian

Indonesia sebesar 0,9 persen, relatif tidak berubah dari

triwulan sebelumnya dan triwulan IV tahun 2015.

Sulawesi Tenggara tumbuh paling tinggi diantara provinsi

lain di Sulawesi yaitu sebesar 7,7 persen (YoY), lebih tinggi

dibandingkan triwulan IV tahun 2015 dan triwulan III

tahun 2016 yang sebesar 7,5 persen (YoY) dan 6,0 persen

(YoY). Sementara itu, kontribusi provinsi Sulawesi

Tenggara relatif kecil dibandingkan kontribusi provinsi lain

di Sulawesi, yaitu sebesar 0,8 persen pada triwulan IV

tahun 2016, relatif tidak berubah dibandingkan triwulan

IV tahun 2015 dan triwulan sebelumnya. Kontributor

terbesar dalam perekonomian Sulawesi adalah Sulawesi

Selatan, yaitu sebesar 2,9 persen terhadap perekonomian.

Sementara itu, Bali merupakan provinsi dengan

pertumbuhan ekonomi tertinggi di wilayah Bali dan Nusa

Tenggara yaitu dengan pertumbuhan sebesar 5,4 persen

(YoY). Pertumbuhan tersebut menurun baik dibandingkan

dengan triwulan IV tahun 2015 yang sebesar 6,1 persen

(YoY) dan triwulan III tahun 2016 yang sebesar 6,4 persen

(YoY). Adapun kontribusi Bali terhadap perekonomian

nasional sebesar 1,6 persen pada triwulan IV tahun 2016,

terbesar dibandingkan provinsi NTB dan NTT serta relatif

tidak berbeda dengan triwulan-triwulan sebelumnya.

Di wilayah Maluku dan Papua, Maluku Utara merupakan

provinsi yang memiliki pertumbuhan tertinggi yaitu

sebesar 6,6 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2016,

lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2015 yang

sebesar 6,0 persen (YoY) dan triwulan III tahun 2016 yang

sebesar 5,6 persen (YoY). Kontribusi provinsi Maluku

terhadap perekonomian nasional sebesar 0,2 persen,

Pada triwulan IV tahun 2016, Kalimantan Timur tumbuh terkontraksi sebesar -1,85 persen (YoY) sehingga menyebabkan menurunnya pertumbuhan Kalimantan secara keseluruhan.

Provinsi Sulawesi Tenggara tumbuh paling tinggi diantara provinsi lain di Sulawesi yaitu sebesar 7,7 persen (YoY).

Sementara itu, Bali merupakan provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di wilayah Bali dan Nusa Tenggara yaitu dengan pertumbuhan sebesar 5,4 persen (YoY).

Maluku Utara merupakan provinsi dengan pertumbuhan tertinggi pada triwulan IV tahun 2016.

Page 74: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

59

relatif kecil dan tidak berubah dibandingkan triwulan-

triwulan sebelumnya.

PERKEMBANGAN HARGA KEBUTUHAN POKOK

Perkembangan Harga Domestik

Sepanjang bulan Januari hingga Desember tahun 2016,

koefisien variasi harga antar waktu dari sepuluh

komoditas tertentu, rata-rata sebesar 2,8 persen atau

masih dibawah batas maksimal target 9,0 persen pada

tahun 2016 sesuai yang tertuang dalam RPJMN 2015-

2019. Komoditas gula pasir merupakan komoditas

penyumbang koefisien variasi harga antar waktu paling

tinggi dengan koefisien sebesar 7,9 persen. Sementara itu,

susu kental manis merupakan komoditas dengan koefisien

variasi antar waktu paling rendah dengan koefisien

sebesar 0,8 persen.

Tabel 21. Koefisien Variasi Harga Antar Waktu Periode Bulan Januari-Desember Tahun 2016

Komoditas Unit Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16 Jul-16

Beras Medium Rp/kg 10.842,0 10.935,0 10.898,0 10.580,0 10.588,0 10.592,0 10.617,0

Gula Pasir Rp/kg 13.025,0 13.099,0 13.067,0 13.223,0 15.517,0 16.188,0 15.890,0

Jagung Pipilan Rp/kg 6.890,0 7.194,0 7.194,0 7.065,0 7.180,0 7.175,0 7.195,0

Kedelai Impor Rp/kg 11.226,0 10.958,0 10.989,0 10.896,0 10.858,0 10.745,0 10.807,0

Tepung Terigu Rp/kg 9.036,0 9.092,0 9.081,0 9.036,0 9.003,0 9.026,0 9.176,0

Minyak Goreng Curah

Rp/ltr 10.419,0 10.561,0 10.819,0 11.263,0 11.443,0 11.472,0 11.254,0

Susu kental Manis Rp/385gr 10.288,0 10.242,0 10.221,0 10.330,0 10.296,0 10.341,0 10.368,0

Daging Ayam Ras Rp/kg 33.349,0 29.788,0 29.606,0 29.275,0 32.166,0 32.261,0 32.725,0

Daging Sapi Rp/kg 111.922,0 112.972,0 112.886,0 111.838,0 113.375,0 115.965,0 114.209,0

Telur Ayam Ras Rp/kg 25.034,0 23.877,0 21.863,0 22.303,0 23.791,0 23.921,0 24.119,0

Sepanjang bulan Januari-

Desember tahun 2016,

rata-rata koefisien variasi

harga antar waktu

sebesar 2,8 persen.

Page 75: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

60

Komoditas Unit Agust-16 Sep-16 Okt-16 Nop-16 Des-16 Standar Deviasi

Rata2 Jan-Des

2016

Koef. Variasi

Jan-Sept 2016

Beras Medium Rp/kg 12.500,0 10.597,0 10.696,0 10.661,0 10.731,0 130,0 10.693,5 1,2

Gula Pasir Rp/kg 5.000,0 14.575,0 14.354,0 14.180,0 14.199,0 1.134,1 14.375,5 7,9

Jagung Pipilan Rp/kg 10.000,0 7.128,0 7.020,0 7.100,0 7.098,0 92,3 7.118,3 1,3

Kedelai Impor Rp/kg 10.250,0 10.623,0 11.051,0 10.666,0 10.753,0 186,4 10.848,2 1,7

Tepung Terigu Rp/kg 10.000,0 8.951,0 8.974,0 8.877,0 9.007,0 79,1 9.016,1 0,9

Minyak Goreng Curah

Rp/ltr 9.500,0 11.766,0 11.448,0 11.648,0 11.754,0 457,1 11.291,8 4,0

Susu kental Manis

Rp/385gr 32.500,0 10.427,0 10.429,0 10.455,0 10.510,0 87,9 10.352,9 0,8

Daging Ayam Ras Rp/kg 110.000,0 30.816,0 30.155,0 29.664,0 33.506,0 1.542,1 31.214,2 4,9

Daging Sapi Rp/kg 22.500,0 113.712,0 113.770,0 113.961,0 114.653,0 1.174,0 113.658,6 1,0

Telur Ayam Ras Rp/kg 24.500,0 22.728,0 22.026,0 21.906,0 24.310,0 1.073,1 23.238,0 4,6

Rata-Rata 2,8

Sumber : Kementerian Perdagangan, diolah

Sepanjang bulan Januari hingga Desember tahun 2016,

koefisien variasi harga antar wilayah dari sepuluh

komoditas tertentu, rata-rata sebesar 14,3 persen atau

lebih besar 0,1 persen dari batas target maksimal 14,2

persen pada tahun 2016 sesuai yang tertuang dalam

RPJMN 2015-2019. Koefisien variasi harga antar wilayah

pada bulan Oktober merupakan yang tertinggi yaitu

sebesar 15,3 persen. Sementara itu, koefisien variasi

harga antar wilayah paling rendah dari sepuluh komoditas

tertentu pada bulan Februari dan Mei yaitu sebesar 13,6

persen.

Tabel 22. Koefisien Variasi Harga Antar Wilayah Bulan Januari-Desember Tahun 2016

Komoditas Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16 Beras Medium 11,4 12,2 12,5 13,6 12,6 12,5

Gula Pasir 6,1 5,6 6,0 6,4 7,1 7,4

Jagung Pipilan 22,1 23,2 23,1 21,8 22,9 23,1

Kedelai Impor 15,8 16,1 16,3 17,5 17,3 17,5

Tepung Terigu 14,0 13,4 13,6 14,4 15,5 14,9

Minyak Goreng Curah 13,6 12,6 11,7 10,0 10,1 10,9

Susu kental Manis 12,8 10,6 10,9 12,7 11,8 11,8

Sepanjang bulan Januari-

Desember tahun 2016

mencatatkan rata-rata

koefisien variasi harga

antar wilayah sebesar

14,3 persen.

Page 76: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

61

Komoditas Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16 Daging Ayam Ras 13,8 16,0 16,3 16,9 13,4 13,7

Daging Sapi 12,6 11,6 12,2 12,6 11,7 12,6

Telur Ayam Ras 15,6 15,2 20,3 18,8 14,0 15,9

Rata-Rata Per Bulan 13,8 13,6 14,3 14,5 13,6 14,0

Rata-Rata Jan-Des 2016 14,3

Komoditas Jul-16 Agust-16 Sep-16 Okt-16 Nop-16 Des-16

Beras Medium 14,5 13,5 13,3 13,7 13,6 14,0

Gula Pasir 9,6 8,8 8,0 8,8 9,7 8,5

Jagung Pipilan 24,3 25,4 23,3 23,5 24,3 24,4

Kedelai Impor 17,9 18,1 17,9 23,9 18,0 17,6

Tepung Terigu 14,9 14,9 14,4 14,8 14,1 12,6

Minyak Goreng Curah 11,8 8,7 10,0 10,0 10,1 9,7

Susu kental Manis 12,4 12,0 13,5 13,3 12,9 13,0

Daging Ayam Ras 14,6 16,7 13,4 14,6 14,4 16,4

Daging Sapi 12,6 12,3 11,9 11,9 11,8 12,3

Telur Ayam Ras 15,0 17,2 17,7 18,0 17,9 14,5

Rata-Rata Per Bulan 14,8 14,8 14,3 15,3 14,7 14,3

Rata-Rata Jan-Des 2016 14,3

Sumber : Kementerian Perdagangan, diolah

Indeks Harga Bahan Pokok Nasional

Selama periode Oktober-Desember tahun 2016, sebagian

besar pergerakan harga bahan pokok nasional

berfluktuatif (Lampiran 4), namun masih dalam batas

kendali Pemerintah. Peningkatan harga yang terlihat jelas

secara signifikan terjadi pada komoditas cabai merah

keriting dan cabai merah biasa (Gambar 13 dan Lampiran

4). Hal ini disebabkan oleh kondisi cuaca tidak menentu

yang membuat penurunan pasokan di pasar.

Pada triwulan IV tahun 2016, peningkatan harga komoditas tertinggi dialami oleh cabai merah (keriting dan biasa).

Page 77: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

62

Gambar 13. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Bahan Makanan (Beras, Gula Pasir, Bawang Merah, dan Cabai)

Sumber: Kementerian Perdagangan, data diolah

INDEKS TENDENSI KONSUMEN Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan IV tahun

2016 adalah sebesar 102,5. Hal ini menunjukkan

peningkatan kondisi ekonomi dan tingkat optimisme

masyarakat. Membaiknya kondisi ekonomi masyarakat

terutama didorong oleh meningkatnya pendapatan

rumah tangga dengan indeks sebesar 103,9 dan tingkat

konsumsi dengan indeks sebesar 103,8. Sementara itu,

daya beli masyarakat yang dilihat dari indeks pengaruh

inflasi mengalami penurunan, yaitu dengan nilai sebesar

98,7.

Tabel 23. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2016 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya

Variabel Pembentuk 2014 2015 2016

Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Pendapatan rumah tangga 113,5 106,1 96,6 104,4 108,4 103,1 102,4 105,0 110,0 103,9

Pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari

109,9 106,3 109,0 105,6 108,1 101,9 103,8 110,4 102,7 98,7

Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan (daging, ikan, susu, buah-buahan, dll) dan bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, kesehatan, dan rekreasi)

113,2 113,0 100,7 105,6 111,6 103,0 102,8 111,9 111,0 103,8

Indeks Tendensi Konsumen 112,4 107,6 100,9 105,2 109,0 102,8 102,9 107,9 108,2 102,5

Sumber: Badan Pusat Statistik

80,00

100,00

120,00

140,00

160,00

180,00

Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16

Beras Medium Gula Pasir Cabe Merah Keriting

Cabe Merah Biasa Bawang Merah

Kondisi ekonomi dan tingkat optimisme masyarakat pada triwulan IV tahun 2016 mengalami peningkatan.

Page 78: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

63

Pada triwulan I tahun 2017 pertumbuhan ITK diperkirakan

meningkat 3,3 persen (YoY) menjadi sebesar 106,3 basis

poin, lebih tinggi dari triwulan IV tahun 2016 yang sebesar

102,5 basis poin. Hal tersebut menunjukkan bahwa

kondisi ekonomi masyarakat diperkirakan akan membaik,

dengan tingkat optimisme masyarakat yang lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2016. Perkiraan

membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada triwulan I

tahun 2017 didorong oleh perkiraan peningkatan

pendapatan rumah tangga yaitu dengan indeks sebesar

106,2, serta meningkatnya rencana pembelian barang

tahan lama, rekreasi, dan pesta/hajatan dengan indeks

sebesar 106,6.

Gambar 14. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2016

Sumber: Badan Pusat Statistik *Data proyeksi

INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN Keyakinan konsumen pada bulan Januari 2017 masih

berada pada level optimis meskipun sedikit melemah dari

bulan Oktober 2016. Hal tersebut tercermin dari Indeks

Keyakinan Konsumen (IKK) bulan Januari 2017 yang relatif

lebih rendah dibandingkan bulan Oktober 2016, yaitu

sebesar 115,3 dari yang sebelumnya sebesar 116,8. Pada

bulan Januari 2017, IKK tumbuh sebesar 2,4 persen (YoY)

atau lebih rendah dibandingkan bulan Oktober 2016 yang

sebesar 17,6 persen (YoY). Menurunnya optimisme

masyarakat tersebut disebabkan oleh perkiraan kondisi

Pada triwulan I tahun 2017 pertumbuhan ITK diperkirakan meningkat 3,3 persen (YoY) menjadi sebesar 106,3.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*

2014 2015 2016 2017

Indeks Tendensi Konsumen 110,0 110,8 112,4 107,6 100,9 105,2 109,0 102,8 102,9 107,9 108,2 102,5 106,3

Kenaikan YoY (persen) (RHS) 5,1 2,6 0,4 -1,8 -8,3 -5,1 -3,0 -4,5 2,0 2,6 -0,7 -0,3 3,3

-10,0

-8,0

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

92,0

96,0

100,0

104,0

108,0

112,0

116,0

Keyakinan konsumen pada bulan Januari 2017 masih berada pada level optimis meskipun sedikit melemah dari bulan Oktober 2016, dengan IKK sebesar 115,3.

Page 79: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

64

ekonomi selama enam bulan mendatang yang

diperkirakan akan menurun, yang tergambar dari Indeks

Ekspektasi Konsumen (IEK) sebesar 126,4.

Tabel 24. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia April 2016 – Januari 2017

KETERANGAN 2016 2017

Apr Mei Juni Juli Aug Sept Okt Nov Des Jan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

109,0 112,1 113,7 114,2 113,3 110,0 116,8 115,9 115,4 115,3

Kenaikan (YoY) (persen) (RHS) 1,5 -0,6 2,2 3,9 0,6 12,8 17,6 11,8 7,3 2,4

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

94,7 96,5 99,9 101,2 97,2 96,0 103,2 102,8 102,9 104,2

Penghasilan saat ini 110,9 114,8 116,2 119,5 117,4 116,5 119,1 117,0 117,9 118,5

Ketersediaan lapangan kerja 80,0 80,7 87,0 85,8 79,0 79,5 89,0 87,8 88,6 88,8

Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama

93,2 94,0 96,3 98,3 95,3 92,1 101,6 103,5 102,1 105,4

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

123,2 127,7 127,6 127,1 129.5 124,0 130,4 129,0 128,0 126,4

Ekspektasi Penghasilan 137,7 141,3 138,4 139,2 142,0 138,9 140,5 141,4 141,2 142,9

Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja

105,0 110,8 115,6 110,5 111,1 104,7 114,5 110,5 110,4 111,3

Ekspektasi Kegiatan Usaha 126,9 130,9 128,7 131,7 135.3 128,3 136,2 135,0 132,3 125,1

Sumber: Bank Indonesia

Pada bulan Januari 2017, Indeks Kondisi Ekonomi (IKE)

mengalami peningkatan menjadi sebesar 104,2 yang

tertinggi sejak bulan Januari 2016. Peningkatan tersebut

didorong oleh meningkatnya persepsi konsumen

terhadap ketepatan waktu pembelian barang tahan lama

saat ini dibandingkan dengan enam bulan lalu. Indeks

ketepatan waktu pembelian barang tahan lama saat ini

dibandingkan dengan enam bulan lalu sebesar 105,4 yang

tertinggi sejak bulan Januari 2016. Sementara itu, indeks

penghasilan saat ini dan ketersediaan lapangan kerja

untuk bulan Januari 2017 adalah sebesar 118,5 dan 88,8

atau lebih rendah dari bulan Oktober 2016 yang sebesar

119,1 dan 89,0.

Indeks Ekpektasi Konsumen (IEK) terus mengalami

penurunan dari bulan Oktober 2016, yaitu menjadi

sebesar 126,4 pada bulan Januari 2017. Penurunan

tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya indeks

ekspektasi ketersediaan lapangan kerja dan ekspektasi

kegiatan usaha menjadi sebesar 111,3 dan 125,1 dari yang

sebelumnya sebesar 114,5 dan 136,2 pada bulan Oktober

Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) mengalami peningkatan menjadi sebesar 104,2, tertinggi sejak bulan Januari tahun 2016.

Indeks Ekpektasi Konsumen (IEK) terus mengalami penurunan dari bulan Oktober 2016, yaitu menjadi sebesar 126,4 pada bulan Januari 2017.

Page 80: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

65

2016. Sementara itu, indeks ekpektasi penghasilan terus

meningkat sejak bulan September 2016, menjadi sebesar

142,9 pada bulan Januari 2017.

PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI

Kondisi Bisnis Indonesia

Kondisi bisnis di Indonesia pada triwulan IV tahun 2016

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dengan

nilai ITB sebesar 106,70. Peningkatan terjadi hampir pada

semua lapangan usaha kecuali pada sektor Pertanian,

Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan. Peningkatan

kondisi bisnis tertinggi terjadi di lapangan usaha Jasa

Pendidikan dengan nilai ITB sebesar 112,17, sedangkan

peningkatan kondisi bisnis terendah terjadi pada lapangan

usaha Pertambangan & Penggalian dengan nilai ITB

sebesar 101,17.

Gambar 15. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2012 - Triwulan IV Tahun 2016

Sumber: BPS, diolah

Catatan: ITB berkisar antara 0 sampai dengan 200 dengan indikasi sebagai berikut:

a. Nilai ITB < 100 menunjukkan kondisi pada triwulan berjalan menurun dibanding triwulan sebelumnya b. Nilai ITB=100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan (stagnan)

dibanding triwulan sebellumnya c. Nilai ITB > 100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan lebih baik (meningkat)dibanding

triwulan sebelumnya d. * = Angka perkiraan

103,89

104,22

107,43

105,29

102,34

103,88

106,12

104,72

101,95

106,00107,24

104,70

103,42

105,46106,04

105,22

99,46

110,24

107,89106,70

105,81

95,00

97,00

99,00

101,00

103,00

105,00

107,00

109,00

111,00

113,00

Ind

eks

Triwulan

Kondisi bisnis di Indonesia

pada triwulan IV tahun 2016

meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya.

Page 81: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

66

Tabel 25. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan IV Tahun 2016

Variabel pembentuk ITB Trw IV-2016

No Sektor dalam ITB ITB Trw III-2016

ITB Trw IV-2016

Pendapatan Usaha

Penggunaan Kapasitas Produksi/

Usaha

Rata-Rata Jam

Kerja

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

108,93 97,57 - 97,57 -

2 Pertambangan dan Penggalian 102,26 101,17 101,83 101,20 100,61

3 Industri Pengolahan 103,97 102,53 103,10 101,62 102,44

4 Pengadaan Listrik dan Gas 109,19 111,69 117,31 119,23 103,85

5 Pengadaaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

110,27 109,25 111,11 105,56 109,26

6 Konstruksi 111,74 106,99 107,88 105,97 106,68

7 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

108,72 107,15 109,73 104,41 106,16

8 Transportasi dan Pergudangan 111,40 110,26 116,08 108,24 106,27

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

108,84 111,57 119,15 109,57 106,12

10 Informasi dan Komunikasi 111,03 108,82 110,56 114,69 104,90

11 Jasa Keuangan 111,53 109,82 107,34 105,04 113,90

12 Real Estate 108,81 109,53 109,76 108,54 109,76

13 Jasa Perusahaan 109,04 108,27 111,21 106,54 106,54

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

107,06 111,93 113,04 117,39 108,70

15 Jasa Pendidikan 103,39 112,17 105,51 107,09 119,84

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 110,45 110,68 112,16 120,27 105,41

17 Jasa Lainnya 110,74 110,78 112,09 107,69 110,99

Indeks Tendensi Bisnis 107,89 106,70 108,58 104,75 105,96

Sumber: Badan Pusat Statistik, diola

Page 82: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

67

Pertumbuhan Industri Pengolahan

Gambar 16. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik 2016, diolah

Grafik di atas menggambarkan pertumbuhan PDB

nasional dan industri manufaktur non migas tahun 2009-

hingga 2016. Pada triwulan IV tahun 2016, nilai tambah

sektor industri manufaktur non migas mencapai Rp575

triliun (Harga Berlaku) dengan pertumbuhan mencapai

angka 3,9 persen (YoY). Secara kumulatif, hingga triwulan

keempat tahun 2016, nilai tambah sektor industri

manufaktur mencapai Rp2.258 triliun (Harga Berlaku) dan

pertumbuhannya mencapai 4,42 persen. Sejak awal tahun

2016, pertumbuhan triwulan IV tahun 2016 tersebut

berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional, masing-

masing 4,9 dan 5,0 persen.

Perlambatan pertumbuhan industri manufaktur non

migas terus menyebabkan penurunan kontribusi sektor

industri pengolahan terhadap perekonomian nasional

sehingga hanya menjadi 20,5 persen setelah sebelumnya

sempat mencapai 23 persen pada tahun 2009. Secara

detail, sektor industri nonmigas menyumbang 18,2 persen

terhadap perekonomian nasional pada tahun 2016. Nilai

tersebut mengalami penurunan sejak tahun 2009 (19,5

persen) dan stagnan sejak tahun 2015 lalu.

Penurunan pertumbuhan dan kontribusi yang terus terjadi

dapat menjadi salah satu gejala dari deindustrialisasi dini

di Indonesia. Hal tersebut tidak boleh dibiarkan berlarut-

4,706,38 6,17 6,03

5,58

4,98 4,885,02

1,69 3,82

7,46 6,98

5,45

5,615,05

4,42

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Pertumbuhan PDB Nasional & Industri Manufaktur Non Migas 2009 - 2016 (%)

Pertumbuhan PDB Nasional Pertumbuhan Sektor Industri Manufaktur Non-Migas

Pada tahun 2016, PDB industri pengolahan non-migas atas dasar harga berlaku mencapai Rp2.258 triliun dan tumbuh sebesar 4,42 persen (YoY).

Page 83: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

68

larut karena sektor industri pengolahan merupakan sektor

pemberi kontribusi terbesar dalam perekonomian saat ini.

Realisasi kebijakan, seperti penurunan harga gas,

revitalisasi permesinan, kemudahan investasi, dan

kestabilan inflasi untuk menjaga daya beli masyarakat,

diharapkan mampu untuk mengangkat daya saing industri

nasional sekaligus kembali menjadikan sektor industri

pengolahan menjadi tulang punggung perekonomian

Indonesia.

Gambar 17. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Tahun 2016 (YoY, persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik 2016, diolah Grafik di atas menunjukkan pertumbuhan setiap

subsektor industri manufaktur nonmigas pada tahun

2016. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh subsektor

makanan minuman; industri kulit; dan industri kimia

farmasi yang tumbuh sebesar 8,46 persen, 8,15 persen,

dan 5,48 persen. Hal tersebut menunjukkan jika

pertumbuhan industri manufaktur masih didorong oleh

industri yang berbasis konsumsi dalam negeri.

Terdapat tiga subsektor yang memiliki pertumbuhan

negatif, yaitu industri karet (-8,34 persen), industri

pengolahan lainnya (-2,91 persen) dan industri tekstil (-

-8,34-2,91-0,13

0,470,76

1,64

1,80

2,16

4,34

4,52

5,05

5,46

5,48

8,15

8,46

4,42

Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik

Industri Pengolahan Lainnya

Industri Tekstil dan Pakaian Jadi

Industri Furnitur

Industri Logam Dasar

Industri Pengolahan Tembakau

Industri Kayu dll

Industri Kertas dll

Industri Barang Logam dll

Industri Alat Angkutan

Industri Mesin dan Perlengkapan

Industri Barang Galian bukan Logam

Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional

Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki

Industri Makanan dan Minuman

SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR NON MIGAS

Pertumbuhan Subsektor Industri Manufaktur Non-Migas 2016 Triwulan III

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh subsektor industri makanan dan minuman; industri kulit; industri kimia farmasi yang tumbuh sebesar 8,46 persen, 8,15 persen, dan 5,48 persen.

Page 84: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

69

0,13 persen). Tren pertumbuhan negatif yang dialami oleh

industri tekstil sejak akhir tahun 2014 lalu melambat

ketika memasuki tahun 2016, bahkan pada triwulan IV

tahun 2016 industri tekstil mengalami pertumbuhan

positif untuk pertama kali semenjak triwulan IV tahun

2014. Namun demikian, masih kalah bersaingnya industri

tekstil Indonesia dengan Vietnam dan Bangladesh di pasar

Eropa dan Amerika Serikat, serta permasalahan produk

tekstil impor, baik yang legal maupun ilegal, masih

membayangi pertumbuhan subsektor ini kedepannya.

Subsektor lainnya yang mengalami pertumbuhan negatif

adalah subsektor karet. Subsektor industri pengolahan

karet mengalami pertumbuhan yang negatif sejak

memasuki tahun 2016. Penurunan produksi akibat

perubahan musim, serta kesepakatan antar anggota

Tripartite Rubber Council (ITRC) melalui skema Agreed

Export Tonnage Scheme (AETS) untuk mengurangi jumlah

ekspor karet selama periode Maret-Agustus, serta kondisi

pohon karet yang sudah tua menjadi penyebab utama dari

pertumbuhan negatif subsektor karet tersebut. Meskipun

demikian, pada triwulan IV tahun pertumbuhan negatif

subsektor karet mengalami perlambatan. Hal tersebut

disebabkan terdapat kenaikan harga getah karet alam,

sehingga banyak petani karet yang kembali menaikkan

produksinya.

Memasuki tahun 2017, harga karet diharapkan akan tetap

mengalami kenaikan dengan masih berlakunya

pembatasan ekspor karet oleh ITRC. Namun, melemahnya

permintaan oleh Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang

serta usia pohon karet yang sudah tua dapat menjadi

risiko bagi pertumbuhan subsektor ini.

Page 85: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

70

Gambar 18. Komposisi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Non-Migas

Sumber: Badan Pusat Statistik 2016, diolah

Grafik di atas menunjukkan dekomposisi pertumbuhan

industri manufaktur nonmigas tahun 2016. Subsektor

industri makanan dan minuman masih menjadi subsektor

pemberi kontribusi terbesar bagi sektor industri

manufaktur non migas dengan kontribusi sebesar 60

persen. Alokasi belanja masyarakat yang mencapai 50

persen untuk makanan dan minuman menjadi penyebab

dari pesatnya pertumbuhan subsektor ini. Besarnya

kontribusi dari subsektor makanan dan minuman menjadi

salah indikator jika industri manufaktur di Indonesia

sangat mengandalkan konsumsi domestik. Menjaga

kestabilan inflasi dapat menjadi salah satu cara untuk

mendorong pertumbuhan manufaktur.

Namun demikian, besarnya kontribusi subsektor industri

makanan dan minuman juga dapat menjadi salah satu

indikator jika industri di Indonesia hanya mampu

mengembangkan sektor industri yang ringan (light

industry). Hal tersebut tidaklah cukup jika ingin

menjadikan sektor manufaktur menjadi roda

perekonomian Indonesia. Diperlukan kebijakan yang riil

dari pemerintah, seperti kemudahan investasi,

pemberian insentif pajak yang jelas, kebijakan tenaga

kerja yang tidak kaku, serta akses ke energi yang

kompetitif, untuk mendorong pertumbuhan subsektor

industri nonmigas lainnya sekaligus untuk menjadikan

2,66

0,490,48 0,03

0,210,55

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

Makanan &Minum

Barang Logam Alat Angkutan Logam Dasar Galian BukanLogam

Lainnya MANUFAKTURNon-MIGAS

Komposisi Pertumbuhan Industri Manufaktur Non-Migas 2016

Subsektor industri makanan dan minuman kembali menjadi penyumbang utama pertumbuhan sektor industri manufaktur.

Page 86: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

71

industri manufaktur sebagai motor penggerak ekonomi

Indonesia.

Gambar 19. Ekspor Produk Industri

Sumber: Badan Pusat Statistik 2016, diolah

Nilai ekspor produk industri pada triwulan IV tahun 2016

mencapai USD 29,9 miliar. Jumlah tersebut meningkat

sebesar 15,7 persen dibandingkan triwulan III tahun 2015

(YoY). Meskipun pada triwulan IV tahun 2016 ekspor

produk industri mengalami lonjakan pertumbuhan,

secara kumulatif, ekspor produk Industri pada tahun 2016

hanya mengalami peningkatan sebesar 1,1 persen

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Besi dan baja

(kode HS 72) serta ekspor kendaraan dan bagiannya (kode

HS 87) menjadi salah satu penyumbang kenaikan ekspor

produk industri.

Gambar 20. Nilai Investasi PMDN Sektor Industri (Rp miliar)

Sumber: BKPM, 2016, diolah

29941

15,7

-20,0-15,0-10,0-5,00,05,010,015,020,025,030,0

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2014 2015 2016 Ekspor Produk Industri (juta USD, sb. kiri, y-on-y)

Pertumbuhan Ekspor Produk Industri (persen, sb. kanan, y-on-y)

31374

20,76

-40-20020406080100120

05000

100001500020000250003000035000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2014 2015 2016

Nilai Investasi PMDN (sb. kiri)Pertumbuhan Nilai Investasi PMDN (persen, sb. kanan, y-on-y)

Nilai ekspor produk industri Indonesia triwulan IV tahun 2016 mencapai USD29,19 miliar.

Page 87: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

72

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Indonesia pada

triwulan IV tahun 2016 mencapai Rp31 triliun, tumbuh

sebesar 20,7 persen. Investasi terbesar terjadi pada sektor

industri farmasi (Rp12,8 triliun), Industri makanan

minuman (Rp8,0 triliun) dan Industri logam, mesin, dan

elektronik (Rp5,7 triliun). Secara kumulatif, pada tahun

2016, nilai investasi dalam negeri Indonesia mencapai

Rp106,7 triliun atau meningkat 20 persen dibandingkan

dengan tahun lalu. Sektor industri makanan dan minuman

(Rp32 triliun), sektor industri kimia dan farmasi (Rp30

triliun), dan sektor mineral nonlogam (Rp15,4 triliun)

menjadi tiga sektor terbesar yang melakukan investasi

pada tahun ini. Sementara itu, sektor barang dari kulit dan

alas kaki merupakan sektor dengan pertumbuhan

investasi terbesar pada tahun ini (11,78 persen).

Berdasarkan subsektor yang memiliki nilai investasi

terbesar, dapat dilihat jika industri di Indonesia

merupakan industri yang berorientasi domestik. Selain itu,

sebagian besar terjadi pada sektor yang bersifat light

industry. Sehingga Indonesia belum mampu untuk

mengembangkan industri yang memiliki tingkat

kompleksitas teknologi yang tinggi.

Gambar 21. Nilai Investasi PMA Sektor Industri (USD juta)

Sumber: BKPM, 2016, diolah

3594,8

18,47

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2014 2015 2016

Nilai Investasi PMDA (sb. kiri)Pertumbuhan Nilai Investasi PMDA (persen, sb. kanan, y-on-y)

Nilai investasi PMDN sektor industri tahun 2016 mencapai Rp106,7 triliun.

Page 88: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

73

Nilai penanaman modal asing (PMA) di sektor industri

Indonesia pada triwulan IV tahun 2016 mencapai USD3,5

miliar atau meningkat sebesar 18,5 persen dibandingkan

tahun sebelumnya. Investasi terbesar terjadi pada sektor

logam, mesin, dan elektronik (USD1,1 miliar), sektor kimia

dan farmasi (USD0,7 miliar), dan sektor makanan (USD0,5

miliar). Secara kumulatif, nilai investasi asing di Indonesia

pada tahun 2016 mencapai USD16,6 miliar atau

meningkat 44 persen dibandingkan tahun 2015 lalu.

Sektor logam, mesin, dan elektronik, sektor kimia dan

farmasi, serta sektor kertas dan percetakan menjadi

sektor yang memiliki nilai investasi asing terbesar.

Setelah mengalami pertumbuhan nilai investasi asing yang

negatif selama tahun 2014 dan 2015, pertumbuhan positif

ini menjadi pertanda jika investor asing mulai melihat

kondisi ekonomi Indonesia akan semakin membaik untuk

kedepannya. Salah satu contohnya adalah komitmen India

untuk melakukan investasi langsung untuk membangun

industri Farmasi di Indonesia. Selain India, beberapa

perusahaan asal Taiwan juga akan masuk di Indonesia

untuk membantu mengembangan industri komponen

kendaraan bermotor di Indonesia.

Gambar 22. Tenaga Kerja Sektor Industri

Sumber: BPS, diolah

15,54

1,9

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,5

13,0

13,5

14,0

14,5

15,0

15,5

16,0

Aug-10 Aug-11 Aug-12 Aug-13 Aug-14 Aug-15 Aug-16

Jumlah tenaga kerja sektor industri (Juta orang, sb. kiri)

Pertumbuhan jumlah tenaga kerja sektor industri (persen, sb. kanan, y-on-y)

Nilai investasi PMA sektor industri tahun 2016 mencapai USD 16,6 miliar.

Page 89: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

74

Jumlah tenaga kerja di sektor industri berdasarkan data

bulan Agustus tahun 2016 sebesar 15,5 juta atau

meningkat 1,9 persen dibandingkan bulan Agustus

sebelumnya. Pertumbuhan tersebut lebih baik

dibandingkan dengan bulan Agustus 2015 yang

mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0,1 persen.

Peningkatan tersebut disebabkan ada penambahan

penyerapan tenaga kerja sebesar 290 ribu tenaga kerja di

sektor industri pada tahun ini. Peningkatan tenaga kerja

yang terjadi di sektor industri, juga terjadi di sektor

lainnya, kecuali sektor konstruksi.

Data Penjualan Komoditas Industri Utama

Untuk mengetahui kondisi pembangunan, daya beli

masyarakat Indonesia, dan kondisi sektor sektor industri

secara keseluruhan, data penjualan mobil, motor, dan

semen merupakan indikator yang dianggap paling mampu

untuk menggambarkan kondisi tersebut. Data penjualan

mobil dan motor merupakan indikator untuk mengetahui

kondisi daya beli masyarakat kelas menengah atas dan

kelas menengah bawah. Sedangkan data penjualan semen

merupakan indikator yang digunakan untuk menunjukkan

kondisi pembangunan di Indonesia.

Gambar 23. Penjualan Mobil Triwulan IV Tahun 2016

Sumber: GAIKINDO 2016, diolah

280.994

13,0

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2014 2015 2016

Penjualan Mobil (Unit, sb. kiri)

Tenaga kerja sektor industri mencapai 15,54 juta.

Page 90: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

75

Penjualan mobil di triwulan IV tahun 2016 ini mencapai

280.994 unit atau tumbuh sebesar 13,0 persen

dibandingkan triwulan IV tahun 2015. Secara kumulatif,

penjualan mobil pada tahun 2016 mengalami

pertumbuhan sebesar 5 persen dibandingkan tahun 2015

lalu.

Peluncuran beberapa tipe baru dari produsen utama

mobil di Indonesia, serta terjaganya daya beli masyarakat

Indonesia, terutama kalangan menengah ke atas,

menyebabkan penjualan mobil di Indonesia kembali

membaik. Dengan tren positif yang terus berlangsung,

diharapkan penjualan mobil pada tahun 2017 akan

kembali stabil.

Gambar 24. Penjualan Motor Triwulan Tahun IV 2016

Sumber: GAIKINDO dan ASTRA 2016, diolah

Penjualan motor pada triwulan IV tahun 2016 kembali

mengalami pertumbuhan negatif, meski mengalami

perlambatan, hanya mencapai 1,5 juta atau menurun 4,8

persen dibandingkan triwulan IV tahun 2015. Secara

kumulatif, penjualan motor di Indonesia pada tahun 2016

hanya mencapai 5,9 juta atau menurun 8,4 persen

dibandingkan dengan penjualan Januari-Desember pada

2015 lalu.

1.579.888

-4,8

-35-30-25-20-15-10-5051015202530

-

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2014 2015 2016

Penjualan Sepeda Motor (Unit, sb. kiri)Pertumbuhan Penjualan Sepeda Motor (persen, sb. kanan, y-on-y)

Penjualan motor pada triwulan IV mencapai angka 1,5 juta unit atau mengalami penurunan sebesar 4,8 persen (YoY)

Penjualan mobil di triwulan IV tahun 2016 ini mencapai 280.994 unit atau naik sebesar 13,0 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2015

Page 91: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

76

Membaiknya harga komoditas menjadi salah satu

penyebab dari kenaikan pertumbuhan penjualan sepeda

motor pada triwulan IV tahun 2016 dibandingkan triwulan

sebelumnya. Namun demikian, kenaikan harga komoditas

belum mampu mengembalikan daya beli masyarakat ke

tingkat sebelumnya. Kenaikan harga komoditas yang

diprediksi terjadi pada tahun 2017 nanti diharapkan

mampu untuk meningkatkan kembali pembelian sepeda

motor oleh masyarakat Indonesia.

Gambar 25. Penjualan Semen Triwulan Tahun IV 2016 (Ton)

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI) 2016, diolah

Penjualan semen pada triwulan IV tahun 2016 mencapai

17,3 juta ton, turun sebesar 3,2 persen (YoY). Meskipun

mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan terakhir

2016, secara kumulatif penjualan semen pada tahun 2016

mencapai 62 juta ton atau meningkat 1,3 persen

dibandingkan tahun 2015 lalu.

Kondisi sektor yang oversupply ditambah dengan

persaingan sengit antar produsen semen Tier 1 dan Tier

2, seperti Semen Indonesia dan Semen Conch, menjadi

salah satu penyebab penurunan pada triwulan IV. Selain

itu, adanya cuaca buruk yang terjadi pada sebagian

wilayah Indonesia menjadikan pertumbuhan semen pada

triwulan ini menjadi semakin terkontraksi.

17

-3

-10

-5

0

5

10

15

,02,04,06,08,0

10,012,014,016,018,020,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2014 2015 2016

Penjualan Semen (Juta Ton, sb. kiri)

Pertumbuhan Penjualan Semen (persen, sb. kanan, y-on-y)

Penjualan semen di triwulan IV 2016 mencapai angka 17,3 juta ton.

Page 92: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

77

Selama tahun 2016, sekitar 25 persen penjualan semen

domestik disebabkan oleh realisasi proyek-proyek

infrastruktur pemerintah, terutama di luar Jawa. Pada

awal tahun 2017, pemerintah sudah melalukan tender

dengan nilai 30 persen untuk pembangunan infrastruktur,

sehingga diharapkan penjualan semen akan

meningkatkan konsumsi semen pada semester awal tahun

2017. Adanya kenaikan harga listrik pada tahun 2017 juga

dapat menjadi salah satu risiko bagi pelaku industri semen

dalam melakukan kegiatan produksinya.

Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja Industri

Gambar 26. Kredit Modal Kerja Dan Investasi Triwulan IV Tahun 2016

Sumber: Bank Indonesia 2016, diolah

Nilai outstanding loan untuk modal kerja per akhir

Desember 2016 adalah sebesar Rp537 triliun dan nilai

outstanding loan untuk kredit investasi adalah sebesar Rp

228 triliun. Pertumbuhan nilai outstanding loan kredit

modal kerja dan investasi antara Desember 2015 dan

Desember 2016 meningkat masing-masing sebesar 1,6

dan 3,7 persen.

Perlambatan pertumbuhan kredit perbankan, baik pada

kredit modal kerja ataupun kredit investasi, semakin

memberatkan pertumbuhan industri manufaktur. Salah

satu penyebab dari perlambatan kredit ini disebabkan

11,35

11,2

10,010,511,011,512,012,513,0

150250350450550650

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Au

g

Sep

t

Oct

No

v

Des Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

i

Juli

Agu

stu

s

Sep

tem

ber

Okt

ob

er

No

vem

ber

Des

emb

er

2015 2016

Posisi Kredit Modal Kerja Sektor Industri (Triliun Rp, sk. kiri)Posisi Kredit Investasi Sektor Industri (Triliun Rp, sb. kiri)Bunga Kredit Modal Kerja Bank Umum (%, sb. kanan)Bunga Kredit Investasi Bank Umum (%, sb. kanan)

Outstanding Kredit untuk sektor industri dan suku bunga kredit terus menurun.

Page 93: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

78

oleh meningkatnya NPL di sektor perbankan Indonesia.

Hal tersebut menjadikan sektor perbankan menjadi lebih

berhati-hati dalam memberikan kredit kepada sektor

tersebut.

Manufacturing Purchasing Manager Index

Gambar 27. Prompt Manufacturing Index Indonesia

Sumber: Bloomberg, diolah

Grafik diatas menggambarkan Manufacturing Purchasing

Manager Index (PMI) di Indonesia. Nilai PMI diatas 50

menunjukkan jika perusahaan di Indonesia masih akan

melakukan ekspansi untuk kegiatan usahanya. Sedangkan

jika PMI dibawah 50 menunjukkan jika perusahaan di

Indonesia sedang mengalami kontraksi. Nilai PMI ini juga

dapat dijadikan acuan untuk kondisi ekonomi suatu

negara.

Memasuki triwulan IV tahun 2016, nilai PMI Indonesia

kembali menurun menjadi dibawah 50. Secara rata-rata,

nilai PMI Indonesia selama triwulan IV tahun 2016 sebesar

49,1.

Nilai PMI yang berada di bawah 50 tersebut menunjukkan

jika terjadi perlambatan sektor manufaktur pada triwulan

IV tahun 2016 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Hal tersebut sesuai dengan pertumbuhan sektor

manufaktur yang lebih rendah dengan triwulan

sebelumnya. Meskipun demikian, peningkatan kapasitas

produksi dan meningkatnya kredit di sektor manufaktur

yang terjadi di sektor manufaktur masih memberikan

harapan jika sektor manufaktur akan kembali berekspansi.

46,0

47,0

48,0

49,0

50,0

51,0

52,0

53,0

Ap

r

May Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

De

c

Jan…

Feb

Mar

Ap

r

May Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

De

c

Jan…

Feb

Mar

Ap

r

May Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

De

c

Nilai PMI yang berada di atas 50 menunjukkan jika perusahaan masih menunjukkan keinginannya untuk melakukan ekspansi.

Page 94: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

79

Page 95: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

80

Page 96: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

81

KEUANGAN NEGARA

PENDAPATAN NEGARA Realisasi penerimaan perpajakan sampai akhir tahun

2016 mencapai 83,4 persen dari target APBN-P, lebih

rendah dibandingkan rata-rata selama tahun 2011-2015

(93,2 persen). Rendahnya realisasi penerimaan

perpajakan tersebut terutama disebabkan oleh

perlambatan penerimaan uang tebusan, yang hingga

akhir 2016 mencapai Rp107 triliun (64,9 persen dari

target) (Gambar 28).

Berbeda dengan penerimaan perpajakan, realisasi

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) menunjukan

kinerja yang positif. Realisasi selama 2016 mencapai

Rp262,4 triliun, lebih tinggi dari target APBN-P (Tabel 26)

Tabel 26. Perkembangan Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2011 – 2016 (triliun rupiah)

Keterangan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

APBN-P Real. sementara

Perpajakan 723,3 873,9 980,5 1.077,3 1.146,9 1.240,4 1.539,2 1.283,6 (83,4)

PNBP 268,9 331,5 351,8 354,8 398,6 255,6 245,1 262,4 (107,0)

Hibah 3,0 5,3 5,8 6,8 5,0 12,0 2,0 5,8 (295,2)

TOTAL 995,3 1.210,6 1.338,1 1.438,9 1.550,5 1.508,0 1.786,2 1.551,8

Sumber: Kementerian Keuangan

Gambar 28. Perkembangan Penerimaan Uang Tebusan dan Deklarasi Aset dari Tax Amnesty, Jul 2016 – Des 2016 (triliun rupiah)

Sumber: Kementerian Keuangan

Realisasi penerimaan perpajakan tahun 2016 mencapai 83,4 persen dari target APBN-P, disebabkan oleh perlambatan pada penerimaan uang tebusan.

Penerimaan Negara Bukan Pajak menunjukan kinerja yang positif.

Page 97: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

82

BELANJA PEMERINTAH Dengan adanya potensi shortfall akibat tidak tercapainya

target penerimaan perpajakan, pemerintah telah

menerapkan kebijakan pemotongan anggaran pada tahun

2016. Hal tersebut menyebabkan penurunan realisasi belanja

negara, yang mencapai Rp1.859,4 triliun atau 89,3 persen dari

target APBN-P. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan rata-

rata realisasi terhadap APBN-P selama periode tahun 2011-

2016 (95,1 persen). Penurunan terbesar terjadi pada belanja

pemerintah pusat yakni sebesar 12,0 persen dari target APBN-

P (Gambar 29).

Gambar 29. Perkembangan Komposisi Realisasi Belanja Negara, Tahun 2011-2016 (triliun rupiah)

*) Realisasi sementara Sumber: Kementerian Keuangan

Belanja Subsidi merupakan komponen belanja dengan

realisasi terbesar dibandingkan komponen belanja

Pemerintah Pusat lainnya. Selama tahun 2016 realisasi

belanja Subsidi mencapai Rp174,6 triliun atau 98,2 persen

dari target APBN-P. Sementara itu, Belanja Modal masih

menjadi komponen dengan proporsi terendah

dibandingkan komponen belanja Pemerintah Pusat

lainnya (Gambar 30).

883,7 1.010,6 1.137,2 1.203,6 1.183,3 1.148,6

411,3480,4

513,3573,7 623,1 710,9

2011 2012 2013 2014 2015 2016*

Pemerintah Pusat Transfer ke Daerah dan Dana Desa

Belanja subsidi menjadi komponen belanja Pemerintah Pusat dengan realisasi terbesar selama tahun 2016

Realisasi belanja negara mengalami penurunan dibandingkan rata-rata realisasi tahun 2011-2015

Page 98: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

83

Gambar 30. Perkembangan Komposisi Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2015 – 2016 (% terhadap APBN-P)

*) Realisasi sementara

Sumber: Kementerian Keuangan

Dana Perimbangan masih mendominasi Transfer ke

Daerah. Selama tahun 2016, realisasi Dana Perimbangan

mencapai Rp640,4 triliun. Dana Alokasi Umum (DAU)

masih menjadi komponen terbesar dengan realisasi

sebesar Rp385,4 triliun atau 100 persen dari target APBN-

P. Sementara itu, kebijakan pemotongan anggaran

menyebabkan penurunan pada realisasi Dana Alokasi

Khusus (Tabel 27).

Tabel 27. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa, Tahun 2011-2016 (triliun rupiah)

Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015 2016

APBN-P Real.

Sementara

Dana Perimbangan 347,2 411,1 430,4 477,1 485,8 705,5 640,4

Dana Bagi Hasil 96,9 111,3 88,5 103,9 78,1 109,1 90,5

Dana Alokasi Umum 225,5 273,8 311,1 341,2 352,9 385,4 385,4

Dana Alokasi Khusus 24,8 25,9 30,8 31,9 54,9 211,0 164,5

Dana Otonomi Khusus dan Keistimewaan DIY

10,4 12,0 13,6 16,6 17,7 18,8 18,8

Dana Otonomi Khusus 10,4 12,0 13,4 16,1 17,1 18,3 18,3

Dana Keistimewaan DIY 0,1 0,4 0,5 0,5 0,5

Dana Insentif Daerah 1,4 1,4 1,4 1,4 1,7 5,0 5,0

Dana Desa 20,8 47,0 46,7

TOTAL 359,1 424,4 445,3 495,0 525,9 776,3 710,9

Sumber: Kementerian Keuangan

DAU masih mendominasi realisasi Dana Perimbangan, sementara Dana Alokasi Khusus mengalami penurunan .

Page 99: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

84

PEMBIAYAAN PEMERINTAH Kebijakan pemotongan anggaran telah membantu

mengurangi tekanan defisit anggaran tahun 2016,

ditengah kondisi penerimaan perpajakan yang tidak

mencapai target. Realisasi defisit anggaran selama tahun

2016 mencapai Rp308 triliun atau 2,46 persen PDB

(Gambar 31).

Gambar 31. Perkembangan Realisasi Defisit APBN, Tahun 2011 – 2017 (Rp Triliun)

*) Realisasi sementara Sumber: Kementerian Keuangan

Dengan realisasi defisit tersebut, realisasi pembiayaan

tahun 2016 mengalami peningkatan dibandingkan tahun

2015, mencapai Rp330,3 triliun (lebih tinggi dibandingkan

target APBN-P). Dilihat dari sumbernya, pinjaman dalam

negeri masih mendominasi dengan realisasi sebesar

Rp344,9 triliun.

Sementara itu, realisasi pinjaman luar negeri (neto) selama

tahun 2016 mencapai negatif Rp14,6 triliun, lebih rendah

dibandingkan realisasi 2015. Penurunan tersebut terutama

disebabkan oleh peningkatan pembayaran cicilan pokok

(Tabel 28).

(84)

(153)

(212) (227)

(298) (308)

(1,14)

(1,86)

(2,33)(2,15)

(2,59)(2,46)

2011 2012 2013 2014 2015 2016*

Rp triliun % PDB

Realisasi pinjaman luar negeri (neto) selama tahun 2016, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015

Realisasi defisit anggaran tahun 2016 menurun dibandingkan tahun 2015.

Pinjaman dalam negeri masih mendominasi realisasi pembiayaan selama tahun 2016

Page 100: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

85

Tabel 28. Perkembangan Realisasi Komposisi Pembiayaan APBN, Tahun 2011-2016 (Rp triliun)

Jenis Pembiayaan 2011 2012 2013 2014 2015

2016

APBN-P Real.

sementara

I Pinjaman Dalam Negeri (Neto) 148,7 198,6 243,2 261,2 307,9 299,3 344,9

a. Perbankan 48,9 62,7 34,2 5,0 4,9 25,4 25,9

b. Non perbankan 99,8 135,9 209,0 256,2 303,0 273,9 319,0

II Pinjaman Luar Negeri (Neto) (17,7) (27,3) (5,9) (12,3) 15,3 (2,5) (14,6)

a. Penarikan (Bruto) 33,8 27,6 55,2 52,6 83,8 73,0 59,0

i. Pinjaman Program 15,3 15,0 18,4 17,8 55,1 35,8 35,3

ii. Pinjaman Proyek 18,5 12,6 36,8 34,8 28,7 37,2 23,6

b. Penerusan Pinjaman (4,2) (3,8) (3,9) (2,5) (2,6) (5,8) (4,8)

c. Pembayaran Cicilan Pokok (47,3) (51,1) (57,2) (62,4) (66,0) (69,7) (68,7)

TOTAL 131,0 171,3 237,3 248,9 323,1 296,7 330,3

Sumber: Kementerian Keuangan

Posisi Utang Pemerintah

Hingga akhir tahun 2016, utang pemerintah pusat

menurun dibandingkan target APBN-P, mencapai Rp3.467

triliun (lebih rendah dari target APBN-P). Surat Berharga

Negara (SBN) masih menjadi komponen utama dengan

proporsi 78,9 persen dari total utang pemerintah pusat.

Tabel 29. Posisi Utang Pemerintah Pusat Tahun 2011-2016 (Rp triliun)

2011 2012 2013 2014 2015

2016

APBN-P Real.

sementara

Pinjaman 621 617 710 678 755 740 733

SBN 1.188 1.361 1.661 1.931 2.410 2.761 2.734

TOTAL UTANG 1.809 1.978 2.371 2.609 3.165 3.501 3.467

PDB 7.832 8.616 9.525 10.543 11.541 12.627

% PDB (RHS) 23,1 23,0 24,9 24,7 27,4 27,7 27,5*

*) Menggunakan PDB pada APBN-P 2016 Sumber: Kementerian Keuangan

Realisasi utang pemerintah pusat yang lebih rendah

dibandingkan target APBN-P, berpengaruh terhadap

realisasi pembayaran pokok dan bunga utang pemerintah

pusat. Selama triwulan IV tahun 2016, realisasi

pembayaran pokok dan bunga utang mencapai Rp107,2

triliun, lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan III

Realisasi utang pemerintah pusat tahun 2016 lebih rendah dibandingkan target APBN-P

Terjadi penurunan realisasi pembayaran pokok dan bunga utang selama triwulan IV tahun 2016.

Page 101: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

86

tahun 2016 (Rp123,4 triliun). Secara umum, utang dalam

negeri masih mendominasi dengan proporsi 70,1 persen

dari total pembayaran pokok dan bunga (Tabel 30).

Tabel 30. Perkembangan Realisasi Pembayaran Pokok dan Bunga Utang Pemerintah Pusat

Tahun 2011 – 2016 (Rp triliun)

2011 2012 2013 2014 2015

2016

Q1 Q2 Q3 Q4

Luar Negeri 62,4 81,4 89,4 135,6 123,9 36,0 37,6 25,2 32,0

Pokok 38,4 51,1 57,2 96,4 78,9 22,3 27,4 9,3 22,3

Bunga 24,0 30,4 32,2 39,2 45,0 13,7 10,2 15,9 9,8

Dalam Negeri 145,5 192,9 183,7 234,9 258,4 126,4 74,8 98,2 75,2

Pokok 86,3 122,4 103,2 140,6 147,4 87,2 50,7 54,7 48,8

Bunga 59,2 70,5 80,5 94,2 111,0 39,2 24,1 43,4 26,4

TOTAL 207,9 274,4 273,1 370,5 382,3 162,4 112,4 123,4 107,2

Sumber: Kementerian Keuangan

Surat Berharga Negara (SBN)

Kepemilikan asing pada SBN masih dominan. Hingga

Desember 2016, kepemilikan asing pada SBN mencapai

Rp665,8 triliun atau 37,5 persen dari total SBN Rupiah

yang diperdagangkan. Hal ini mencerminkan tingkat

kepercayaan investor asing terhadap kondisi

perekonomian Indonesia masih cukup tinggi (Tabel 31).

Tabel 31. Posisi Kepemilikan SBN Rupiah yang Diperdagangkan, Tahun 2011 – 2016 (triliun Rupiah)

2011 2012 2013 2014 2015

2016

Desember %

Kepemilikan

Bank 265,0 299,7 335,4 375,6 350,1 399,5 22,5

Institusi Pemerintah 7,8 3,1 44,4 41,6 148,9 134,3 7,6

Nonbank 450,8 517,5 615,4 792,8 962,9 1.239,6 69,9

Reksadana 47,2 43,2 42,5 45,8 61,6 85,7 4,8

Asuransi 93,1 83,4 129,6 150,6 171,6 238,2 13,4

Asing 222,9 270,5 323,8 461,4 558,5 665,8 37,5

Dana Pensiun 34,4 56,5 39,5 43,3 49,8 87,3 4,9

Individu 32,5 30,4 42,5 57,8 3,3

Lain lain 53,2 64,9 47,6 61,3 78,8 104,8 5,9

Total 723,6 820,3 995,3 1.210,0 1.461,8 1.773,3 100,0

Sumber : Kementerian Keuangan

Kepemilikan asing pada SBN masih mendominasi.

Page 102: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

87

Sementara itu, realisasi SBN dengan denominasi valas

per Desember 2016 mencapai Rp719,8 triliun, lebih tinggi

dibandingkan posisi Desember 2015 (Rp658,9 triliun).

SBN berdenominasi USD masih mendominasi

keseluruhan SBN denominasi valas. Akan tetapi,

walaupun realisasi SBN valas meningkat, proporsi SBN

Rupiah masih lebih tinggi, yakni 71,2 persen dari total

SBN yang diperdagangkan (Tabel 32).

Tabel 32. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara Tahun 2011 – 2016 (triliun Rupiah)

JENIS SBN 31-Des-

2011 31-Des-

2012 31-Des-

2013 31-Des-

2014 31-Des-

2015 31-Des-

2016

I. Yang diperdagangkan

a. Surat Utang Negara (SUN) 684,6 757,2 908,1 1.099,3 1.302,6 1.527,6

Fixed Rate 517,1 610,4 751,3 946,0 1.162,9 1.407,5

Variable Rate 135,1 122,8 122,8 113,3 96,7 79,1

Zero Coupon 2,5 1,3

SPN 29,9 22,8 34,1 40,0 43,0 41,0

b. Surat berharga Syariah Negara (SBSN) 39,0 63,0 87,2 110,7 159,2 248,3

Fixed rate 37,7 62,8 78,5 100,0 150,2 240,6

SPN-Syariah 1,3 0,2 8,6 10,7 9,0 7,7

Total SBN Rupiah 723,6 820,3 995,3 1.210,0 1.461,8 1.775,9

SUN (dalam juta USD) 18,7 23,0 27,1 29,2 36,2 35,5

SBSN (dalam juta USD) 1,7 2,7 4,2 5,0 7,0 9,5

SUN (dalam juta JPY) 95,0 155,0 155,0 155,0 255,0 355,0

SUN (dalam juta EUR) 1,0 2,3 5,3

Total SBN Valas 195,6 264,9 399,4 456,6 658,9 719,8

TOTAL (yang diperdagangkan) 919,2 1.085,2 1.394,7 1.666,6 2.120,8 2.495,7

II. Yang tidak diperdagangkan

SPNS 5,1

SUP 244,6 240,1 234,9 229,1 222,6 197,5

SPN 22,4

SBR 2,4 2,4 3,9

SDHI 23,8 35,8 31,5 33,2 36,7 36,7

TOTAL (yang tidak diperdagangkan) 268,4 275,9 266,4 264,6 289,2 238,2

TOTAL SBN 1.187,7 1.361,1 1.661,1 1.931,2 2.410,0 2.733,8

Sumber: Kementerian Keuangan

Realisasi SBN valas mengalami peningkatan, didominasi oleh USD

Page 103: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

88

Dilihat dari tenornya, kepemilikan asing pada SBN

didominasi oleh tenor jangka panjang (diatas lima tahun).

Hingga Desember 2016, proporsi SBN bertenor diatas

lima tahun mencapai 73,4 persen dari keseluruhan

kepemilikan asing. Kondisi ini mengindikasikan masih

tingginya kepercayaan asing terhadap proyeksi

perkonomian Indonesia ke depan (Gambar 32).

Gambar 32. Komposisi Kepemilikan SBN oleh Asing berdasarkan Tenor (% Total SBN)

Sumber : Kementerian Keuangan

Pinjaman Luar Negeri

Hingga Desember 2016, realisasi pinjaman luar negeri

mencapai Rp728,1 triliun (turun 3,1 persen dari tahun

2015). Jepang masih merupakan negara kreditur utama,

dengan pemberian pinjaman sebesar Rp196,5 triliun atau

27 persen dari total pinjaman luar negeri. Sementara itu,

Bank Dunia masih menjadi lembaga kreditur utama,

dengan pinjaman sebesar Rp232,3 triliun atau 31,9

persen dari total pinjaman luar negeri (Tabel 33).

Tabel 33. Posisi Pinjaman Luar Negeri berdasarkan Kreditur (Rp Triliun)

NEGARA/KELOMPOK 2011 2012 2013 2014 2015 Des-16

Negara 406,8 384,3 423,5 381,8 390,8 358,5

a Jepang 280,6 256,2 255,0 213,4 216,2 196.5

b Perancis 23,8 24,1 31,5 32,0 33,7 8.4

c Jerman 20,4 20,1 24,2 22,0 23,0 25.3

d Korsel 7,0 6,6 12,2 15,2 19,8 19.7

e Tiongkok 8,0 7,6 10,8 11,6 13,0 13.6

f AS 16,1 15,2 19,9 19,9 21,2 12.1

g Australia 8,5 8,0 9,2 8,3 8,1 7.1

11,9 7,8 5,2 4,73,2 3,5

8,22,8 5,4 3,7 1,3 5,4

16,816,5 12,9 15,2 11,8

17,8

24,927,8 32,0 33,6

39,037,4

38,2 45,0 44,5 42,8 44,736,0

2011 2012 2013 2014 2015 Des-16

< 1 1 - 2 2 - 5 5 - 10 > 10

Kepemilikan asing masih didominasi oleh SBN bertenor diatas 5 tahun

Jepang dan Bank Dunia masih menjadi kreditur utama pinjaman luar negeri Indonesia

Page 104: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

89

NEGARA/KELOMPOK 2011 2012 2013 2014 2015 Des-16

h Spanyol 4,1 3,8 4,6 4,2 4,0 3.5

i Rusia 1,4 1,4 8,0 8,5 9,4 7.5

j Inggris 7,4 7,0 7,6 5,8 4,7 3.4

k Lainnya 29,6 34,3 40,6 40,9 37,8 61.4

Multilateral 213,0 230,1 288,3 292,3 360,0 369,5

a Bank Dunia 108,7 122,5 163,8 175,0 221,8 232.3

b ADB 97,9 100,4 114,6 107,4 127,0 125.1

c IDB 4,2 5,1 7,2 7,4 8,6 9.4

d IFAD 1,2 1,3 1,8 1,9 2,1 2.2

e EIB 0,5 0,6 0,6 0,5 0,4 0.3

f NIB 0,4 0,3 0,3 0,3 0,2 0.2

Suppliers 0,5 0,4 0,4 0,2 0,2 0,1

TOTAL 620,3 614,8 712,2 674,3 751,1 728,1

Sumber : Kementerian Keuangan

Page 105: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

90

Page 106: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

91

Page 107: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

92

Page 108: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

93

PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV

tahun 2016 mengalami suplus sebesar USD4,9 miliar.

meningkat dibandingkan triwulan IV tahun 2015 yang

surplus sebesar USD4,5 miliar, namun lebih rendah

dibandingkan triwulan III tahun 2016 dengan surplus

sebesar USD5,7 miliar. Hal ini didorong oleh menurunnya

defisit pada neraca transaksi berjalan dan surplus neraca

transaksi modal dan finansial yang cukup besar. Secara

keseluruhan, pada tahun 2016, NPI mengalami surplus

sebesar USD12,1 miliar, meningkat signifikan dari tahun

2015 yang defisit sebesar USD1,1 miliar.

Defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan IV tahun

2016 mengalami perbaikan menjadi sebesar USD1,8

miliar, lebih kecil dibandingkan dengan defisit pada

triwulan IV tahun 2015 dan triwulan III tahun 2016 yang

sebesar USD4,7 miliar. Sementara itu, neraca transaksi

modal dan finansial mengalami surplus sebesar USD6,8

miliar. Surplus tersebut relatif lebih rendah dibandingkan

surplus pada triwulan IV tahun 2015 yang sebesar USD9,2

miliar dan triwulan III tahun 2016 yang sebesar USD10,6

miliar.

Gambar 33. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan III Tahun 2016 (Miliar USD)

Sumber: Bank Indonesia

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV tahun 2016 suplus sebesar USD4,9 miliar.

Defisit neraca transaksi berjalan membaik menjadi sebesar USD1,8 miliar,dan neraca transaksi modal dan finansial surplus sebesar USD6,8 miliar.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2014 2015 2016

Transaksi Berjalan -4,9 -9,6 -7,0 -6,0 -4,3 -4,3 -4,2 -4,7 -4,7 -5,2 -4,7 -1,8

Transaksi Finansial 6,5 14,3 14,6 9,5 5,6 2,0 0,1 9,2 4,4 7,5 10,6 6,8

Neraca Keseluruhan 2,1 4,3 6,5 2,4 1,3 -2,9 -4,6 5,1 -0,3 2,2 5,7 4,5

Posisi Cadangan Devisa 102,6 107,7 111,2 111,9 111,6 108,0 101,7 105,9 107,5 109,8 115,7 116,4

90,0

97,5

105,0

112,5

120,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

Page 109: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

94

Sumber: Bank Indonesia

Tabel 34. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2015 – Triwulan IV Tahun 2016 (Miliar USD)

2015 2016

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

I. Transaksi Berjalan -4,3 -4,3 -4,2 -4,7 -4,7 -5,2 -4,7 -1,8

A. Barang 3,2 4,4 4,2 2,2 2,6 3,7 3,9 5,1

Ekspor 38,0 39,9 36,2 35,0 33,0 36,3 34,9 40,2

Impor -34,8 -35,6 -31,9 -32,8 -30,4 -32,5 -31,0 -35,2

1. Barang Dagangan Umum 2,8 4,1 4,2 2,3 2,3 3,5 3,7 5,2

- Ekspor, fob. 37,6 39,6 35,8 34,7 32,7 36,0 34,6 39,8

- Impor, fob. -34,8 -35,6 -31,7 -32,4 -30,3 -32,5 -30,8 -34,6

a. Nonmigas 3,9 5,9 6,2 3,0 3,2 5,0 5,0 6,4

- Ekspor, fob 33,1 34,7 32,0 30,7 29,8 32,8 31,3 36,3

- Impor, fob -29,1 -28,8 -25,9 -27,7 -26,6 -27,8 -26,3 -29,9

b. Migas -1,1 -1,9 -2,0 -0,7 -0,9 -1,4 -1,3 -1,1

- Ekspor, fob 4,5 4,9 3,8 4,0 2,9 3,2 3,3 3,5

- Impor, fob -5,6 -6,8 -5,8 -4,7 -3,8 -4,7 -4,6 -4,7

2. Barang Lainnya 0,4 0,3 0,1 -0,1 0,3 0,2 0,2 -0,2

- Ekspor, fob. 0,4 0,3 0,4 0,3 0,4 0,3 0,3 0,4

- Impor, fob. 0,0 0,0 -0,3 -0,4 0,0 -0,1 -0,1 -0,6

B. Jasa - jasa -1,8 -2,8 -2,3 -1,8 -1,0 -2,3 -1,6 -1,6

C. Pendapatan Primer -7,1 -7,2 -7,5 -6,6 -7,5 -7,9 -8,0 -6,3

D. Pendapatan Sekunder 1,4 1,4 1,3 1,4 1,2 1,2 1,0 0,9

II . Transaksi Modal 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

III . Transaksi Finansial 5,6 2,0 0,1 9,2 4,4 7,5 10,6 6,8

1. Investasi Langsung 2,3 4,0 1,6 2,8 3,1 3,3 6,5 2,2

2. Investasi Portofolio 8,5 5,5 -2,2 4,3 4,4 8,3 6,5 -0,4

3. Derivatif Finansial 0,1 0,0 0,2 -0,3 0,0 0,0 0,0 0,1

4. Investasi Lainnya -5,3 -7,5 0,4 2,3 -3,1 -4,0 -2,5 4,8

IV. Total (I + II + III ) 1,3 -2,3 -4,2 4,5 -0,3 2,3 5,9 4,9

V. Selisih Perhitungan Bersih 0,0 -0,6 -0,4 0,6 0,0 -0,1 -0,2 -0,4

VI . Neraca Keseluruhan (IV + V) 1,3 -2,9 -4,6 5,1 -0,3 2,2 5,7 4,5

Posisi Cadangan Devisa 111,6 108,0 101,7 105,9 107,5 109,8 115,7 116,4

Dalam Bulan Impor dan Pembayaran Utang Luar Negeri Pemerintah

6,6 6,8 6,8 7,4 7,7 8,0 8,5 8,4

Transaksi Berjalan (% PDB) -2,0 -2,0 -2,0 -2,2 -2,1 -2,3 -1,9 -0,8

Page 110: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

95

TRANSAKSI BERJALAN

Perkembangan Ekspor

Gambar 34. Nilai dan Volume Ekspor Hingga Desember 2016

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Nilai total ekspor Indonesia pada tahun 2016 sebesar

USD144.489,8 juta, mengalami penurunan sebesar 3,9

persen (YoY) jika dibandingkan dengan periode yang sama

tahun 2015. Sepanjang bulan Januari-Desember 2016 nilai

ekspor terendah pada bulan Juli tahun 2016 sebesar

USD9.530,8 juta.

Sementara itu pertumbuhan ekspor nonmigas pada tahun

2016 sedikit menurun dibandingkan tahun 2015, menjadi

sebesar -0,3 persen (YoY), karena penurunan

pertumbuhan sektor pertanian sebesar -7,8 persen (YoY)

dengan nilai ekspor sebesar USD3.436,2 juta, walaupun

kinerja sektor industri meningkat 76,0 persen (YoY)

mencapai nilai sebesar USD109.797,3 juta.

Tabel 35. Perkembangan Ekspor Tahun 2016

Komoditas Jan-Des

2013 Jan-Des

2014 Jan-Des

2015 Jan-Des

2016

Nilai Ekspor (USD Juta) 182.552,0 175.980,0 150.366,3 144.489,8

Migas 32.633,0 30.019,0 18.574,4 13.105,4

Minyak Mentah 10.205,0 9.528,0 6.479,4 5.196,7

Hasil Minyak 4.299,0 3.623,0 1.754,2 872,0

Gas 18.129,0 17.180,0 10.340,8 7.036,8

Non Migas 149.919,0 145.961,0 131.791,9 131.384,4

Pertanian 5.713,0 5.771,0 3.726,5 3.436,2

Industri 113.030,0 117.330,0 108.603,5 109.797,3

010.00020.00030.00040.00050.00060.000

03.0006.0009.000

12.00015.00018.000

Vo

lum

e (

Juta

Kg)

Nila

i (U

SD J

uta

)

Volume Nilai

Nilai total ekspor

Indonesia pada tahun

2016 sebesar

USD144.489,8 juta

dengan pertumbuhan

negatif sebesar 3,9

persen.

Page 111: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

96

Komoditas Jan-Des

2013 Jan-Des

2014 Jan-Des

2015 Jan-Des

2016

Pertambangan dan Lainnya 31.160,0 22.850,0 19.461,9 18.150,8

Pertumbuhan Ekspor* (%) -3,90 -10,97 -18,72 -3,91

Migas -11,70 -25,55 -35,60 -29,44

Minyak Mentah -17,00 -0,01 -39,99 -19,80

Hasil Minyak 3,30 -31,36 -68,34 -50,29

Gas -11,70 -29,56 -31,08 -31,95

Non Migas -2,00 -7,71 -15,68 -0,31

Pertanian 2,60 -0,57 -11,16 -7,79

Industri -2,70 -0,80 -13,73 1,10

Pertambangan -0,50 -33,30 -25,37 -6,74

Proporsi Ekspor (%) 100,0 100,0 100,0 100,0

Migas 17,9 17,1 12,4 9,1

Minyak Mentah 5,6 5,4 4,3 3,6

Hasil Minyak 2,4 2,1 1,2 0,6

Gas 9,9 9,8 6,9 4,9

Non Migas 82,1 82,9 87,6 90,9

Pertanian 3,1 3,3 2,5 2,4

Industri 61,9 66,7 72,2 76,0

Pertambangan 17,1 13,0 12,9 12,6

Sumber Pertumbuhan (%) -3,9 -11,0 -18,7 -3,9

Migas -2,1 -4,4 -4,4 -2,7

Minyak Mentah -1,0 0,0 -1,7 -0,7

Hasil Minyak 0,1 -0,6 -0,8 -0,3

Gas -1,2 -2,9 -2,1 -1,6

Non Migas -1,6 -6,4 -13,7 -0,3

Pertanian 0,1 0,0 -0,3 -0,2

Industri -1,7 -0,5 -9,9 0,8

Pertambangan -0,1 -4,3 -3,3 -0,8 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan (*): pertumbuhan year-on-year (YoY)

Sampai dengan akhir triwulan IV tahun 2016 nilai ekspor

nonmigas Indonesia untuk komoditas Lemak & minyak

hewan/nabati (HS-15) merupakan komoditas dengan nilai

ekspor terbesar, mencapai USD18.231,7 juta dengan

proporsi sebesar 13,9 persen terhadap total ekspor

nonmigas, meskipun mengalami pertumbuhan negatif

sebesar -2,3 persen. Sementara itu komoditas ekspor

nonmigas yang memiliki kinerja positif pada sepanjang

Perhiasan/Permata (HS-

71) diikuti oleh Ikan dan

Udang (HS-3) tumbuh

positif paling besar yaitu

15,9 persen (YoY) dan 9,1

persen (YoY).

Page 112: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

97

tahun 2016 adalah Perhiasan/Permata (HS-71) diikuti oleh

Ikan dan Udang (HS-3) yang secara berturut-turut tumbuh

sebesar 15,9 persen (YoY) dan 9,1 persen (YoY).

Selanjutnya komoditas dengan nilai pertumbuhan negatif

terbesar adalah Benda-benda dari besi dan baja (HS-73)

yaitu -16,9 persen (YoY), dan Kopi, Teh, Rempah-rempah

(HS-9) yaitu sebesar -13,6 persen (YoY).

Tabel 36. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai Ekspor Nonmigas Terbesar Sepanjang Januari-Desember Tahun 2016

HS Komoditas Nilai (Juta USD)

Pertumbuhan YoY (%)

Proporsi YoY (%)

2014 2015 2016 2015 2016 2015 2016

15 Lemak & minyak hewan/nabati 21.059,5 18.658,8 18.231,7 -11,4 -2,3 14,2 13,9

71 Perhiasan/Permata 4.648,2 5.494,8 6.368,7 18,2 15,9 4,2 4,8

87 Kendaraan dan Bagiannya 5.213,7 5.419,4 5.867,8 3,9 8,3 4,1 4,5

40 Karet dan Barang dari Karet 7.100,0 5.913,5 5.663,4 -16,7 -4,2 4,5 4,3

84 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik 5.969,1 5.215,1 5.450,8 -12,6 4,5 4,0 4,1

62 Pakaian jadi bukan rajutan 3.931,5 3.978,2 3.879,8 1,2 -2,5 3,0 3,0

26 Bijih, Kerak, dan Abu logam 1.918,6 3.378,4 3.567,7 76,1 5,6 2,6 2,7

3 Ikan dan Udang 3.111,9 2.658,6 2.900,6 -14,6 9,1 2,0 2,2

9 Kopi, Teh, Rempah-rempah 1.835,1 2.196,0 1.896,5 19,7 -13,6 1,7 1,4

73 Benda-benda dari Besi dan Baja 2.232,9 2.006,8 1.667,8 -10,1 -16,9 1,5 1,3

Total 10 Golongan Barang 57.020,5 54.919,7 55.494,7 -3,7 1,0 41,7 42,3

Total Lainnya 88.940,3 76.872,2 75.889,7 -13,6 -1,3 58,3 57,8

Total Ekspor Nonmigas 145.960,8 131.791,9 131.384,4 -9,7 -0,3 100,0 100,0 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Total volume ekspor nonmigas Indonesia sampai akhir

triwulan IV tahun 2016 sebesar 469.759,3 juta kg,

mengalami penurunan sebesar 7,4 persen (YoY).

Komoditas dengan volume ekspor terbesar sepanjang

tahun 2016 adalah Bahan Bakar Mineral (HS-27) dengan

volume 369.476,3 juta kg yang menyumbang proporsi

78,7 persen terhadap total volume ekspor nonmigas, serta

Lemak dan Minyak Hewan/Nabati (HS-15) dengan volume

26.584,5 kg yang menyumbang proporsi 5,7 persen

terhadap total volume ekspor nonmigas Indonesia. Dilihat

dari pertumbuhannya, Garam, Belerang, Kapur (HS-25)

mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 27,9

persen (YoY). Sementara itu, Lemak & minyak

hewan/nabati (HS-15) merupakan barang ekspor

Total volume ekspor

nonmigas Indonesia

sampai dengan akhir

triwulan IV tahun 2016

sebesar 469.759,3 juta

kg.

Page 113: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

98

nonmigas dengan penurunan volume ekspor paling tinggi

jika dibandingkan sembilan komoditas lainnya dengan

penurunan sebesar -12,2 persen (YoY).

Tabel 37. Golongan Barang dengan Volume Ekspor Nonmigas Terbesar Bulan Januari-Desember Tahun 2016

HS Komoditas

Volume Ekspor (Juta Kg) Pertumbuhan

YoY (%) Proporsi (%)

Jan-Des 2014

Jan-Des 2015

Jan-Des 2016*

Jan-Des

2015

Jan-Des

2016*

Jan-Des 2015

Jan-Des

2016*

27 Bahan bakar mineral 408.737,3 365.694,9 369.476,3 -10,5 1,0 72,1 78,7

15 Lemak & minyak hewan/nabati 26.510,7 30.275,9 26.584,5 14,2 -12,2 6,0 5,7

25 Garam, Belerang, Kapur 10.922,6 10.404,6 13.310,7 -4,7 27,9 2,1 2,8

26 Bijih, Kerak, dan Abu logam 10.347,4 5.196,4 6.080,8 -49,8 17,0 1,0 1,3

44 Kayu, Barang dari Kayu 6.314,1 5.850,5 5.694,6 -7,3 -2,7 1,2 1,2

23 Ampas/Sisa Industri Makanan 4.764,3 5.123,3 4.646,7 7,5 -9,3 1,0 1,0

48 Kertas/Karton 4.338,1 4.288,7 4.104,4 -1,1 -4,3 0,8 0,9

38 Berbagai produk kimia 4.430,6 3.438,4 3.670,5 -22,4 6,8 0,7 0,8

47 Bubur kayu/Pulp 3.515,9 3.406,7 3.539,9 -3,1 3,9 0,7 0,8 40 Karet dan Barang dari Karet 3.296,3 3.310,4 3.317,2 0,4 0,2 0,7 0,7

Total 10 Golongan Barang 483.177,4 436.989,7 440.425,6 -9,6 0,8 86,1 93,8

Total Lainnya 66.271,0 70.304,1 29.333,7 6,1 -58,3 13,9 6,2

Total Ekspor Nonmigas 549.448,5 507.293,7 469.759,3 -7,7 -7,4 100,0 100,0 *)Angka Sementara Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Sampai akhir triwulan IV tahun 2016, Amerika Serikat

merupakan negara tujuan utama ekspor nonmigas

terbesar Indonesia dengan nilai ekspor sebesar

USD15.684,3 juta serta Tiongkok dengan nilai sebesar

USD15.112,8 juta.

Perkembangan ekspor nonmigas ke-5 (lima) negara tujuan

utama tahun 2016 mengalami pertumbuhan negatif

sebesar -1,2 persen (YoY). Tiongkok merupakan negara

tujuan utama ekspor nonmigas yang mengalami

penurunan pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 14,0

persen (YoY).

Tabel 38. Perkembangan Ekspor Nonmigas ke Negara Tujuan Utama Sepanjang Tahun 2016

Negara Nilai (Juta USD)

Pertumbuhan YoY (%)

Proporsi (%)

2014 2015 2016 2015 2016 2015 2016

Amerika Serikat 16.458,9 15.306,9 15.684,3 -7,0 2,5 11,5 11,9

Tiongkok 15.856,8 13.255,4 15.112,8 -16,4 14,0 10,0 11,5

Jepang 14.565,7 13.089,4 13.212,5 -10,1 0,9 9,8 10,1

India 12.223,7 11.583,2 9.924,2 -5,2 -14,3 8,7 7,6

Perkembangan ekspor

nonmigas ke-5 (lima)

negara tujuan utama

pada tahun 2016 tumbuh

sebesar -1,2 persen (YoY).

Page 114: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

99

Negara Nilai (Juta USD)

Pertumbuhan YoY (%)

Proporsi (%)

2014 2015 2016 2015 2016 2015 2016

Singapura 10.065,9 8.617,8 8.725,5 -14,4 1,2 6,5 6,6

Total 5 Negara 69.171,0 61.852,8 62.659,3 -4,5 1,3 46,5 47,7

Total Lainnya 76.789,8 71.114,5 68.725,1 -7,4 -3,4 53,5 52,3 Total Ekspor Nonmigas 145.960,8 132.967,3 131.384,4 -8,9 -1,2 100,0 100,0

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Perkembangan Impor

Gambar 35. Nilai dan Volume Impor Hingga Desember 2016

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Sampai dengan akhir tahun 2016 nilai impor Indonesia

secara total adalah sebesar USD135.652,9 juta atau

menurun sebesar -4,9 persen (YoY). Penurunan nilai impor

tersebut disumbang oleh penurunan impor migas sebesar

-23,9 persen (YoY) dan impor nonmigas sebesar -1,0

persen (YoY).

Berdasarkan golongan penggunaan barang, impor bahan

baku merupakan komoditas dengan nilai impor terbesar

sampai dengan akhir tahun 2016 sebesar 100.945,9 juta.

Diikuti oleh impor barang modal dan barang konsumsi

dengan nilai berturut-turut sebesar USD22.355,3 juta dan

USD12.351,7 juta.

Dilihat dari sumbangannya impor bahan baku

memberikan sumbangan terbesar terhadap total impor

Indonesia sebesar 75,0 persen diikuti oleh barang modal

dan barang konsumsi sebesar 17,3 persen dan 7,6 persen.

Impor barang modal mengalami pertumbuhan negatif

03.0006.0009.00012.00015.00018.000

03.0006.0009.000

12.00015.00018.000

Vo

lum

e (

Juta

Kg)

Nila

i (U

SD J

uta

)

Volume Nilai

Sampai dengan akhir

tahun 2016 total impor

Indonesia sebesar

USD135.652,9 juta

dengan pertumbuhan

negatif sebesar 4,9

persen (YoY).

Page 115: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

100

sebesar -9,6 persen (YoY), diikuti penurunan impor bahan

baku sebesar -5,7 persen (YoY). Adapun impor barang

konsumsi mengalami peningkatan sebesar 13,6 persen

(YoY).

Tabel 39. Perkembangan Impor Hingga Tahun 2016

Komoditas 2013 2014 2015 2016

Nilai Impor (USD Juta) 186.628,3 178.178,8 142.694,8 135.652,9

Barang Konsumsi 13.138,9 12.667,2 10.876,5 12.351,7

Bahan Baku 141.957,2 136.208,6 107.081,0 100.945,9

Barang Modal 31.532,2 29.303,0 24.737,3 22.355,3

Migas 45.266,4 43.459,9 24.613,2 18.739,3

Minyak Mentah 13.585,8 13.072,5 8.063,3 6.730,6

Hasil Minyak 28.568,1 27.363,2 14.536,9 10.339,8

Gas 3.112,9 3.025,0 2.013,0 1.668,9

Non Migas 141.362,3 134.718,9 118.081,6 116.913,6

Pertumbuhan Impor* (%) -2,6 -4,5 4,9 -4,9

Barang Konsumsi -2,1 -3,6 -6,4 13,6

Bahan Baku 1,3 -4,0 8,3 -5,7

Barang Modal -17,3 -7,1 14,8 -9,6

Migas 6,4 -4,0 0,3 -23,9

Minyak Mentah 25,8 -3,8 -13,9 -16,5

Hasil Minyak -0,4 -4,2 12,1 -28,9

Gas 1,0 -2,8 -9,5 -17,1

Non Migas -5,2 -4,7 3,2 -1,0

Proporsi Impor (%) 100,0 100,0 100,0 100,0

Barang Konsumsi 7,0 7,1 7,6 9,1

Bahan Baku 76,1 76,4 75,0 74,4

Barang Modal 16,9 16,4 17,3 16,5

Migas 24,3 24,4 17,2 13,8

Minyak Mentah 7,3 7,3 5,7 5,0

Hasil Minyak 15,3 15,4 10,2 7,6

Gas 1,7 1,7 1,4 1,2

Non Migas 75,7 75,6 82,8 86,2

Sumber Pertumbuhan (%) -2,6 -4,5 4,9 -4,9

Barang Konsumsi -0,1 -0,3 -0,5 1,2

Bahan Baku 1,0 -3,1 6,2 -4,3

Barang Modal -2,9 -1,2 2,6 -1,6

Migas 1,5 -1,0 0,0 -3,3

Minyak Mentah 1,9 -0,3 -0,8 -0,8

Hasil Minyak -0,1 -0,6 1,2 -2,2

Gas 0,0 0,0 -0,1 -0,2

Non Migas -3,9 -3,6 2,7 -0,9 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Keterangan (*): pertumbuhan year-on-year (YoY)

Page 116: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

101

Pertumbuhan impor nonmigas pada tahun 2016 (YoY)

mengalami penurunan yaitu tumbuh sebesar -1,0 persen

(YoY) disebabkan oleh penurunan impor diberbagai

komoditas diantaranya penurunan Bahan Kimia Organik

(HS-29) sebesar -16,2 persen (YoY) dengan proporsi 4,1

persen, penurunan impor Kapal Laut dan Bangunan

Terapung (HS-89) sebesar -10,6 persen (YoY) dengan

proporsi 0,8 persen; serta penurunan Sisa Industri

Makanan (HS-23) sebesar -9,3 persen (YoY) dengan

proporsi 2,1 persen. Sementara itu pada periode yang

sama terdapat beberapa komoditas yang mengalami

pertumbuhan positif, diantaranya adalah Daging Hewan

(HS-02) sebesar 121,8 persen (YoY) dan Senjata/Amunisi

(HS-93) sebesar 91,3 persen (YoY).

Tabel 40. Perkembangan Impor Nonmigas Menurut Golongan Barang Terpilih Hingga Tahun 2016

HS Komoditas Komoditas

Pertumbuhan YoY (%)

Proporsi (%)

Jan-Des 2014

Jan-Des 2015

Jan-Des 2016*

Jan-Des 2015

Jan-Des 2016*

Jan-Des 2015

Jan-Des 2016*

85 Mesin dan Peralatan Listik 17.225,9 15.518,3 15.416,5 -9,9 -0,7 13,1 13,2 39 Plastik dan Barang dari Plastik 7.794,3 6.831,6 7.000,1 -12,4 2,5 5,8 6,0

29 Bahan Kimia Organik 7.078,9 5.715,5 4.790,9 -19,3 -16,2 4,8 4,1 10 Serealia 3.605,9 3.156,1 3.191,8 -12,5 1,1 2,7 2,7 23 Sisa Industri Makanan 3.273,8 2.734,6 2.479,9 -16,5 -9,3 2,3 2,1

90 Perangkat Optik 2.069,9 1.922,5 2.353,0 -7,1 22,4 1,6 2,0

89 Kapal Laut dan Bangunan Terapung

1.213,8 1.107,5 990,2 -8,8 -10,6 0,9 0,8

71 Perhiasan / Permata 87,4 765,1 894,6 775,6 16,9 0,6 0,8

2 Daging Hewan 448,1 261,3 579,6 -41,7 121,8 0,2 0,5 93 Senjata / Amunisi 379,0 291,8 558,3 -23,0 91,3 0,2 0,5

Total 10 Golongan Barang 43.176,8 38.304,3 38.254,9 -11,3 -0,1 32,4 32,7

Barang Lainnya 91.537,8 79.777,3 78.671,0 -12,8 -1,4 67,6 67,3

Total Impor Nonmigas 134.714,6 118.081,6 116.925,9 -12,3 -1,0 100,0 100,0 *)Angka Sementara

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Total volume impor nonmigas Indonesia sampai akhir

tahun 2016 sebesar 103.701,0 juta kg dan mengalami

peningkatan sebesar 5,0 persen (YoY). Komoditas dengan

volume impor terbesar adalah Serealia (HS-10) dengan

volume 13.013,6 juta kg dan menyumbang proporsi 12,5

persen terhadap volume impor nonmigas. Selanjutnya

komoditas dengan volume dan proporsi terbesar kedua

Pertumbuhan impor

nonmigas pada tahun

2016 mengalami

penurunan sebesar -1,0

persen (YoY).

Total volume impor

nonmigas Indonesia

sampai dengan akhir

tahun 2016 sebesar

103.701,0 juta kg.

Page 117: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

102

adalah Besi dan Baja (HS-72) dengan volume 13.012,8 juta

kg dan menyumbang proporsi 12,5 persen terhadap total

volume impor nonmigas Indonesia. Dilihat dari

pertumbuhannya, Gula dan Kembang Gula (HS-17)

merupakan barang impor nonmigas dengan peningkatan

pertumbuhan terbesar sebesar 39,9 persen (YoY).

Sementara itu, Garam, Belerang, Kapur (HS-25)

merupakan barang impor nonmigas dengan penurunan

volume impor paling tinggi jika dibandingkan dengan

sembilan komoditas lainnya dengan penurunan sebesar -

11,9 persen (YoY).

Tabel 41. Perkembangan Volume Impor Nonmigas Menurut Golongan Barang Terpilih Hingga tahun 2016

HS Komoditas Volume Impor (Juta KG)

Pertumbuhan YoY (%)

Proporsi (%)

Jan-Des 14

Jan-Des 15

Jan-Des 16*

Jan-Des 15

Jan-Des 16*

Jan-Des 15

Jan-Des 16*

10 Serealia 11.566,9 11.591,9 13.013,6 0,2 12,3 11,7 12,5

72 Besi dan Baja 12.388,1 11.644,8 13.012,8 -6,0 11,7 11,8 12,5

25 Garam, Belerang, Kapur 12.872,3 11.839,6 10.434,1 -8,0 -11,9 12,0 10,1

31 Pupuk 6.653,9 7.365,1 6.882,9 10,7 -6,5 7,5 6,6

23 Ampas / Sisa Industri Makanan 5.356,6 5.503,7 5.593,0 2,7 1,6 5,6 5,4

17 Gula dan Kembang Gula 3.278,4 3.753,1 5.250,4 14,5 39,9 3,8 5,1

26 Bijih, Kerak dan Abu Logam 3.975,1 5.556,2 5.192,3 39,8 -6,5 5,6 5,0

27 Bahan Bakar Mineral 2.704,1 3.222,6 4.302,2 19,2 33,5 3,3 4,1

39 Plastik dan Barang dari Plastik 3.718,9 3.798,7 4.228,5 2,1 11,3 3,8 4,1

29 Bahan Kimia Organik 4.764,9 4.619,6 4.130,8 -3,0 -10,6 4,7 4,0

Total 10 Golongan Barang 67.279,1 68.895,3 72.040,6 2,4 4,6 69,7 69,5

Total Lainnya 31.585,8 29.888,9 31.660,4 -5,4 5,9 30,3 30,5

Total Impor Nonmigas 98.864,9 98.784,2 103.701,0 -0,1 5,0 100,0 100,0

*)Angka Sementara

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Nilai impor nonmigas yang berasal dari 5 (lima) negara

utama asal impor sampai akhir tahun 2016 mengalami

penurunan sebesar 0,1 persen (YoY). Negara utama asal

impor nonmigas terbesar Indonesia adalah Tiongkok

dimana pada sepanjang bulan Januari sampai dengan

Desember 2016 nilai impor nonmigas dari Tiongkok

tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY) dengan nilai sebesar

USD30.689,5 juta.

Nilai impor nonmigas

yang berasal dari 5 (lima)

negara utama asal impor

sampai akhir tahun 2016

mengalami penurunan

sebesar 0,1 persen (YoY).

Page 118: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

103

Sementara itu nilai impor nonmigas Indonesia yang

berasal dari negara-negara di kawasan ASEAN

menyumbangkan proporsi sebesar 21,5 persen terhadap

total impor nonmigas Indonesia atau sebesar

USD25.140,0 juta sepanjang bulan Januari-Desember

2016.

Tabel 42. Negara Utama Asal Impor Nonmigas Hingga Tahun 2016

Negara Nilai Impor Nonmigas (Juta USD)

Pertumbuhan YoY (%)

Proporsi (%)

Jan-Des 2014

Jan-Des 2015

Jan-Des 2016

Jan-Des 2015

Jan-Des 2016

Jan-Des 2015

Jan-Des 2016

Tiongkok 30461,6 29.224,8 30.689,5 -4,1 5,0 24,7 26,2

Jepang 16938,2 13.232,7 12.926,8 -21,9 -2,3 11,2 11,1

Thailand 9694,8 8.018,7 8.601,2 -17,3 7,3 6,8 7,4

Singapura 10150,5 8.975,3 7.661,0 -11,6 -14,6 7,6 6,6

Amerika Serikat 8102,4 7.550,8 7.206,5 -6,8 -4,6 6,4 6,2

TOTAL 5 NEGARA 75.347,4 67.002,3 67.085,0 -11,1 0,1 56,7 57,4

TOTAL ASEAN 29942,8 26.023,9 25.140,0 -13,1 -3,4 22,0 21,5

TOTAL UNI EROPA 12609,8 11.236,5 10.657,4 -10,9 -5,2 9,5 9,1

TOTAL LAINNYA 16.818,9 13.818,9 14.031,2 -17,8 1,5 11,7 12,0 TOTAL NON MIGAS 134718,9 118.081,6 116.913,6 -12,3 -1,0 100,0 100,0

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Perkembangan Neraca Perdagangan

Neraca Perdagangan Barang

Sampai dengan akhir tahun 2016 Neraca Perdagangan

Indonesia mengalami surplus sebesar USD8.836,9 juta atau

mengalami kenaikan sebesar 15,2 persen (YoY), yang

didorong oleh surplus pada neraca perdagangan nonmigas

sebesar USD14.470,8 juta meskipun neraca perdagangan

migas defisit sebesar USD5.634,0 juta.

Tabel 43. Neraca Perdagangan Indonesia Hingga Tahun 2016

Nilai (Juta USD) MtM (%) YoY (%)

Okt-16 Nop-16 Des-16*

Jan-Des 15

Jan-Des 16*

Nop-16

Des-16*

Jan-Des 2016*

Ekspor Total (Juta USD) 12.742,6 13.503,6 13.828,7 150.366,3 144.489,8 6,0 2,4 -3,9

Ekspor Migas 1.055,9 1.103,0 1.250,1 18.574,4 13.105,4 4,5 13,3 -29,4

Ekspor Non Migas 11.686,7 12.400,6 12.578,6 131.791,9 131.384,4 6,1 1,4 -0,3

Impor Total (Juta USD) 11.507,2 12.669,4 12.782,5 142.694,8 135.652,9 10,1 0,9 -4,9

Impor Migas 1.545,1 1.724,1 1.701,9 24.613,2 18.739,4 11,6 -1,3 -23,9

Impor Non Migas 9.962,1 10.945,3 11.080,6 118.081,6 116.913,6 9,9 1,2 -1,0

Neraca perdagangan

total Indonesia pada

sampai akhir tahun 2016

mengalami surplus

sebesar USD8.836,9 juta.

Page 119: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

104

Neraca Perdagangan (Juta USD) 1.235,4 834,2 1.046,2 7.671,5 8.836,9 -32,5 25,4 15,2

Migas -489,2 -621,1 -451,8 -6.038,8 -5.634,0 27,0 -27,3 -6,7

Non Migas 1.724,6 1.455,3 1.498,0 13.710,3 14.470,8 -15,6 2,9 5,5 *)Angka Sementara

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Neraca perdagangan Indonesia-Tiongkok tahun 2016

mengalami defisit USD14.027,8 juta, yang disumbangkan

oleh defisit pada neraca perdagangan sektor nonmigas

sebesar USD15.589,6 juta yang lebih besar dari surplus

sektor migas sebesar USD1.561,8 juta.

Tabel 44. Neraca Perdagangan Indonesia-Tiongkok Hingga Tahun 2016

Nilai (Juta USD) MtM (%) YoY (%)

Okt-16 Nop-16 Des-16*

Jan-Des 15

Jan-Des 16*

Nop-16

Des-16* Jan-Des 2016*

Ekspor Total (Juta USD) 1.827,3 1.922,3 2.019,6 15.045,3 16.769,6 5,2 5,1 11,5

Ekspor Migas 115,2 110,1 156,3 1.785,7 1.672,8 -4,5 41,9 -6,3

Ekspor Non Migas 1.712,0 1.812,1 1.863,3 13.259,6 15.096,8 5,8 2,8 13,9

Impor Total (Juta USD) 2.525,8 3.098,5 3.126,8 29.410,9 30.797,4 22,7 0,9 4,7

Impor Migas 21,3 17,0 2,2 186,1 111,0 -20,2 -87,2 -40,4

Impor Non Migas 2.504,4 3.081,5 3.124,6 29.224,8 30.686,4 23,0 1,4 5,0 Neraca Perdagangan (Juta USD)

-698,5 -1.176,2 -1.107,2 -14.365,6 -14.027,8 68,4 -5,9 -2,4

Migas 93,9 93,1 154,1 1.599,7 1.561,8 -0,9 65,5 -2,4

Non Migas -792,4 -1.269,3 -1.261,3 -15.965,3 -15.589,6 60,2 -0,6 -2,4 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Neraca perdagangan Indonesia-Amerika tahun 2016

mengalami surplus sebesar USD8.846,0 juta. Hal tersebut

disumbangkan oleh surplus pada neraca perdagangan

sektor nonmigas sebesar USD8.481,5 juta yang lebih besar

dari surplus perdagangan sektor migas sebesar USD364,6

juta.

Tabel 45. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika Hingga Tahun 2016

Nilai (Juta USD) MtM (%) YoY (%)

Okt-16 Nop-16 Des-16*

Jan-Des 15

Jan-Des 16*

Nop-16 Des-16*

Jan-Des 2016*

Ekspor Total (Juta USD) 1.336,5 1.386,0 1.511,2 16.239,2 16.140,7 3,7 9,0 -0,6

Ekspor Migas 39,0 47,7 54,2 932,6 456,5 22,5 13,6 -51,1

Ekspor Non Migas 1.297,6 1.338,2 1.457,0 15.306,6 15.684,3 3,1 8,9 2,5

Impor Total (Juta USD) 656,1 605,8 664,4 7.593,2 7.294,7 -7,7 9,7 -3,9

Impor Migas 2,2 27,3 3,1 42,4 91,9 1.118,6 -88,6 116,6

Impor Non Migas 653,8 578,5 661,3 7.550,8 7.202,8 -11,5 14,3 -4,6 Neraca Perdagangan (Juta USD) 680,5 780,1 846,8 8.646,0 8.846,0 14,6 8,5 2,3

Neraca perdagangan

Indonesia-Tiongkok

tahun 2016 mengalami

defisit.

Neraca perdagangan

Indonesia-Amerika tahun

2016 mengalami surplus.

Page 120: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

105

Migas 36,7 20,5 51,1 890,2 364,6 -44,2 149,5 -59,0

Non Migas 643,7 759,7 795,7 7.755,8 8.481,5 18,0 4,7 9,4 *)Angka Sementara

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Neraca perdagangan Indonesia-Jepang tahun 2016

mengalami surplus sebsar USD3.078,6 juta, hal itu

disebabkan oleh surplus pada sektor nonmigas dan migas

secara berturut-turut sebesar USD247,5 juta dan

USD2.831,1 juta.

Tabel 46. Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang Hingga Tahun 2016

Nilai (Juta USD) MtM (%) YoY (%)

Okt-16 Nop-16 Des-16*

Jan-Des 15

Jan-Des 16*

Nop-16 Des-16* Jan-Des 2016*

Ekspor Total (Juta USD) 1.341,5 1.482,2 1.493,8 18.014,2 16.102,0 10,5 0,8 -10,6

Ekspor Migas 197,3 186,8 250,0 4.924,8 2.889,1 -5,3 33,8 -41,3

Ekspor Non Migas 1.144,2 1.295,4 1.243,8 13.089,4 13.213,0 13,2 -4,0 0,9

Impor Total (Juta USD) 7,1 8,5 3,3 61,6 13.023,4 20,2 -61,7 21.047,7

Impor Migas 3,6 4,3 1,6 30,8 58,0 20,2 -61,7 88,4

Impor Non Migas 3,6 4,3 1,6 30,8 12.965,4 20,2 -61,7 42.007,1 Neraca Perdagangan (Juta USD) 1.334,4 1.473,6 1.490,5 17.952,6 3.078,6 10,4 1,1 -82,9

Migas 193,7 182,5 248,3 4.894,0 2.831,1 -5,8 36,1 -42,2

Non Migas 1.140,6 1.291,1 1.242,2 13.058,6 247,6 13,2 -3,8 -98,1 *)Angka Sementara

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Neraca perdagangan Indonesia-India tahun 2016

mengalami surplus yaitu sebesar USD7.220,1 juta. Surplus

ini disumbangkan oleh surplus pada neraca perdagangan

sektor non migas sebesar USD7.080,0 juta yang lebih

besar dari surplus pada sektor perdagangan migas sebesar

USD140,1 juta.

Tabel 47. Neraca Perdagangan Indonesia-India Hingga Tahun 2016

Nilai (Juta USD) MtM (%) YoY (%)

Okt-16 Nop-16

Des-16*

Jan-Des 15 Jan-Des

16* Nop-

16 Des-16*

Jan-Des 2016*

Ekspor Total (Juta USD) 983,5 1.071,9 923,3 11.713,0 10.093,8 9,0 -13,9 -13,8

Ekspor Migas 1,7 3,7 0,1 129,0 169,6 112,0 -96,3 31,4

Ekspor Non Migas 981,8 1.068,2 923,2 11.584,0 9.924,3 8,8 -13,6 -14,3

Impor Total (Juta USD) 226,4 273,4 350,0 2.741,4 2.873,7 20,8 28,0 4,8

Impor Migas 1,0 8,5 0,9 75,7 29,4 751,4 -89,7 -61,1

Impor Non Migas 225,4 264,9 349,2 2.665,7 2.844,2 17,5 31,8 6,7

Neraca perdagangan

Indonesia-India tahun

2016 mengalami surplus.

Neraca perdagangan

Indonesia-Jepang sampai

tahun 2016 mengalami

surplus.

Page 121: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

106

Neraca Perdagangan (Juta USD) 757,1 798,5 573,3 8.971,6 7.220,1 5,5 -28,2 -19,5

Migas 0,7 -4,9 -0,7 53,3 140,1 -768,0 -84,7 162,7

Non Migas 756,4 803,4 574,0 8.918,3 7.080,0 6,2 -28,6 -20,6 *)Angka Sementara

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Neraca perdagangan Indonesia-Thailand tahun 2016

mengalami defisit sebesar USD3.270,5 juta. Hal tersebut

disumbangkan oleh defisit pada neraca perdagangan

nonmigas sebesar USD3.992,0 juta yang lebih besar dari

surplus neraca perdagangan migas sebesar USD721,5 juta.

Tabel 48. Neraca Perdagangan Indonesia-Thailand Hingga Tahun 2016

Nilai (Juta USD) MtM (%) YoY (%)

Okt-16 Nop-16 Des-16*

Jan-Des 15

Jan-Des 16*

Nop-16 Des-16* Jan-Des 2016*

Ekspor Total (Juta USD) 457,6 490,7 489,1 5.507,2 5.392,4 7,2 -0,3 -2,1

Ekspor Migas 32,9 76,9 96,0 906,8 783,7 133,4 24,8 -13,6

Ekspor Non Migas 424,6 413,9 393,1 4.600,5 4.608,7 -2,5 -5,0 0,2

Impor Total (Juta USD) 663,6 680,7 639,2 8.083,4 8.662,9 2,6 -6,1 7,2

Impor Migas 3,0 14,9 3,4 64,7 62,2 400,0 -77,2 -3,9

Impor Non Migas 660,6 665,9 635,8 8.018,7 8.600,7 0,8 -4,5 7,3 Neraca Perdagangan (Juta USD)

-206,0 -190,0 -150,1 -2.576,1 -3.270,5 -7,7 -21,0 27,0

Migas 30,0 62,0 92,6 842,1 721,5 106,9 49,3 -14,3

Non Migas -235,9 -252,0 -242,7 -3.418,2 -3.992,0 6,8 -3,7 16,8 *)Angka Sementara

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Neraca perdagangan Indonesia-Singapura tahun 2016

mengalami defisit sebesar USD3.282,6 juta. Defisit ini

disumbangkan oleh defisit pada neraca perdagangan sektor

migas sebesar USD4.373,8 juta yang lebih besar dari surplus

sektor nonmigas sebesar USD1.091,2 juta.

Tabel 49. Neraca Perdagangan Indonesia-Singapura Hingga Tahun 2016

Nilai (Juta USD) MtM (%) YoY (%)

Okt-16 Nop-16 Des-16*

Jan-Des 15

Jan-Des 16*

Nop-16 Des-16* Jan-Des 2016*

Ekspor Total (Juta USD) 1.019,9 933,7 979,5 12.603,2 11.211,1 -8,5 4,9 -11,0

Ekspor Migas 277,3 248,5 270,9 3.971,6 2.502,5 -10,4 9,0 -37,0

Ekspor Non Migas 742,7 685,2 708,6 8.631,6 8.708,6 -7,7 3,4 0,9

Impor Total (Juta USD) 1.254,3 1.394,8 1.494,7 18.022,5 14.493,7 11,2 7,2 -19,6

Impor Migas 554,4 706,7 629,0 9.047,2 6.876,3 27,5 -11,0 -24,0

Impor Non Migas 700,0 688,0 865,7 8.975,3 7.617,4 -1,7 25,8 -15,1

Neraca perdagangan

Indonesia-Singapura

tahun 2016 mengalami

defisit.

Neraca perdagangan

Indonesia-Thailand tahun

2016 mengalami defisit.

Page 122: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

107

Neraca Perdagangan (Juta USD)

-234,4 -461,1 -515,2 -5.419,3 -3.282,6 96,7 11,7 -39,4

Migas -277,1 -458,3 -358,1 -5.075,6 -4.373,8 65,4 -21,9 -13,8

Non Migas 42,7 -2,8 -157,1 -343,7 1.091,2 -106,6 5.451,4 -417,5 *)Angka Sementara

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Neraca Perdagangan Jasa

Pada triwulan IV tahun 2016, defisit neraca perdagangan

jasa mengalami perbaikan, yaitu menjadi sebesar USD 1,6

miliar. Defisit ini relatif tidak berubah dari triwulan

sebelumnya, namun lebih rendah dibandingkan triwulan

IV tahun 2015 yang sebesar USD1,7 miliar. Pada

keseluruhan tahun 2016, neraca jasa mengalami defisit

sebesar USD6,5 miliar, menurun 25,4 persen (YoY) dari

tahun 2015 yang sebesar USD8,7. Penurunan tersebut

didorong oleh menurunnya defisit pada kelompok jasa

biaya penggunaan hak kekayaan intektual dan bisnis

lainnya. Selain itu, penurunan defisit pada juga didorong

oleh meningkatnya surplus pada kelompok jasa

perjalanan.

Gambar 36. Neraca Perdagangan Jasa Triwulan I Tahun 2015-Triwulan IV Tahun 2016 (Miliar USD)

Sumber: Bank Indonesia

-2,0

-1,5

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2015 2016

Transportasi Perjalanan

Jasa Asuransi dan Dana Pensiun Biaya Penggunaan Hak Kekayaan Intelektual

Jasa Telekomunikasi, Komputer, dan Informasi Jasa Bisnis Lainnya

Pada triwulan IV tahun 2016, defisit neraca perdagangan jasa mengalami perbaikan, yaitu menjadi sebesar USD 1,6 miliar.

Page 123: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

108

Peningkatan surplus jasa perjalanan didorong oleh

meningkatnya ekspor jasa perjalanan meskipun diikuti

oleh kenaikan impor. Di sisi ekspor, peningkatan didorong

oleh tingginya jumlah wisatawan mancanegara (wisman)

yaitu sebanyak 3,0 juta orang. Jumlah tersebut lebih besar

dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2015 yang sebesar

2,5 juta orang maupun triwulan sebelumnya yang sebesar

2,9 juta orang. Wisman terbesar berasal dari Singapura,

Tiongkok, dan Malaysia. Sementara di sisi impor,

peningkatan didorong oleh jumlah wisatawan nasional

(wisnas) yang berpergian ke luar negeri sebanyak 2,2 juta

orang, atau meningkat sebesar 6,6 persen (YoY)

dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun

sebelumnya. Sementara itu, defisit jasa transportasi yang

lebih tinggi didorong oleh meningkatnya pembayaran

kargo sebagai dampak dari peningkatan ekspor. Selain itu,

meningkatnya defisit juga dipengaruhi oleh impor

transportasi penumpang yang lebih tinggi seiring

meningkatnya perjalanan ke luar negeri.

Gambar 37. Neraca Perdagangan Jasa Perjalanan dan Transportasi Triwulan I Tahun 2015-Triwulan IV Tahun 2016

Sumber: Bank Indonesia

-3,0 -2,0 -1,0 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

20

15

20

16

Impor Perjalanan Ekspor Perjalanan Impor Transportasi Ekspor Transportasi

Jasa perjalanan mengalami peningkatan surplus, sementara jasa transportasi mengalami peningkatan defisit.

Page 124: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

109

Neraca Pendapatan

Neraca Pendapatan Primer

Pada triwulan IV tahun 2016, neraca pendapatan primer

mengalami defisit sebesar USD6,3 miliar. Defisit tersebut

lebih rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2015 yang

sebesar USD6,6 miliar mapun triwulan sebelumnya yang

sebesar USD8,0 miliar. Peningkatan tersebut disebabkan

karena menurunnya pembayaran pendapatan investasi,

meskipun terjadi peningkatan pembayaran kompensasi

tenaga kerja. Pembayaran pendapatan investasi menurun

sebesar 4,0 persen (YoY) dibandingkan triwulan yang

sama tahun sebelumnya. Penurunan tersebut dipengaruhi

oleh pembayaran pendapatan investasi langsung dan

investasi portofolio untuk modal ekuitas dan utang

(bunga) yang masing-masing lebih rendah dibandingkan

triwulan IV tahun 2015. Sementara itu, pembayaran

pendapatan investasi lainnya mengalami peningkatan.

Gambar 38. Neraca Pendapatan Primer Triwulan I Tahun 2014-Triwulan IV Tahun 2016 (USD Miliar)

Sumber: Bank Indonesia

-10,0

-8,0

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2014 2015 2016

Pendapatan Investasi Pendapatan Investasi Langsung

Pendapatan Investasi Portofolio Pendapatan Investasi Lainnya

Pada triwulan IV tahun 2016, neraca pendapatan primer mengalami defisit sebesar USD6,3 miliar, lebih rendah dari triwulan IV tahun 2015 dan triwulan III tahun 2016.

Page 125: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

110

Neraca Pendapatan Sekunder

Neraca pendapatan sekunder pada triwulan IV tahun 2016

surplus sebesar USD0,9 miliar, lebih kecil dibandingkan

triwulan IV tahun 2015 yang sebesar USD1,4 miliar dan

triwulan III tahun 2016 yang sebesar USD1,0 miliar.

Penurunan surplus dipengaruhi oleh menurunnya

pengiriman TKI ke beberapa negara penempatan

khususnya di kawasan Timur tengah. Secara historis,

transfer terbesar berasal dari remitansi TKI yang bekerja

di kawasan Asia Pasifik diikuti kawasan Timur Tengah.

Gambar 39. Sebaran Tenaga Kerja Indonesia Berdasarkan Kawasan Pada Tahun 2016 (dalam ribu jiwa)

Sumber: Bank Indonesia

Penurunan penerimaan pendapatan sekunder sejalan

dengan implementasi kebijakan moratorium berdasarkan

Kepmenaker No.260/2015 tentang penghentian dan

pelarangan penempatan TKI pada pengguna

perseorangan di negara-negara kawasan Timur Tengah.

Penurunan surplus pada neraca pendapatan primer juga

disebabkan oleh meningkatnya pembayaran tenaga kerja

asing. Pada triwulan IV tahun 2016, pembayaran tenaga

kerja asing sebesar USD1,4 miliar, relatif tidak berubah

dari triwulan sebelumnya namun meningkat sebesar 19,5

persen (YoY) dari triwulan IV tahun 2015.

ASEAN; 1976,71

Asia Selain ASEAN; 369,65

Australia dan Oseania; 1,83

Timur Tengah; 1101,25

Afrika; 2,12Amerika; 12,43 Eropa; 7,53

Neraca pendapatan sekunder pada triwulan IV tahun 2016 surplus sebesar USD0,9 miliar.

Penurunan surplus pada neraca pendapatan primer juga disebabkan oleh meningkatnya pembayaran tenaga kerja asing.

Page 126: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

111

Gambar 40. Pendapatan Sekunder Triwulan I Tahun 2014-Triwulan IV Tahun 2016 (Miliar USD)

Sumber: Bank Indonesia

NERACA MODAL DAN FINANSIAL Pada triwulan IV tahun 2016 neraca transaksi modal dan

finansial surplus sebesar USD6,8 miliar. Surplus tersebut

relatif lebih rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2015

yang sebesar USD9,2 miliar dan triwulan III tahun 2016

yang sebesar USD10,6 miliar. Kinerja tersebut terutama

didorong oleh surplus investasi lainnya ditengah defisit

investasi portofolio dan lebih rendahnya surplus investasi

langsung.

Gambar 41. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2016 (Miliar USD)

Sumber : Bank Indonesia

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2014 2015 2016

Penerimaan 2,08 2,50 2,31 2,48 2,52 2,65 2,54 2,66 2,48 2,56 2,41 2,35

Pembayaran -1,0 -0,9 -1,1 -1,0 -1,0 -1,2 -1,2 -1,2 -1,2 -1,3 -1,3 -1,4

Pendapatan Sekunder 1,09 1,53 1,20 1,40 1,43 1,43 1,27 1,38 1,23 1,22 1,02 0,95

Pada triwulan IV tahun 2016 neraca transaksi modal dan finansial surplus sebesar USD6,8 miliar.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2014 2015 2016

Investasi Langsung 2,0 4,2 5,8 2,7 2,3 4,0 1,6 2,8 3,1 3,3 6,5 2,2

Investasi Portofolio 8,7 8,0 7,4 1,9 8,5 5,5 -2,2 4,3 4,4 8,3 6,5 -0,4

Investasi Lainnya -4,1 2,0 1,4 5,0 -5,3 -7,5 0,4 2,3 -3,1 -4,0 -2,5 4,8

-8-6-4-202468

10

Page 127: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

112

Pada triwulan IV tahun 2016, investasi langsung surplus

sebesar USD2,2 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan

surplus pada triwulan IV tahun 2015 yang sebesar USD2,8

miliar dan menurun signifikan dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar USD6,5 miliar. Penurunan

surplus tersebut terutama dipengaruhi oleh arus keluar

investasi langsung di sektor pertambangan.

Investasi portofolio pada triwulan IV tahun 2016 defisit

sebesar USD0,4 miliar, menurun signifikan dibandingkan

triwulan IV tahun 2015 dan triwulan III tahun 2016 yang

surplus sebesar USD4,3 miliar dan USD6,5 miliar. Kinerja

tersebut disebabkan oleh ketidakpastian perekonomian

global pada triwulan IV tahun 2016 pasca-Pemilihan

Presiden AS dan ekspektasi kenaikan Fed Fund Rate yang

menyebabkan keluarnya dana asing dari Indonesia.

Pada triwulan IV tahun 2016 investasi lainnya mengalami

surplus sebesar USD4,8 miliar, meningkat signifikan

dibandingkan triwulan IV tahun 2015 yang surplus USD2,3

miliar dan triwulan III tahun 2016 yang defisit USD2,5

miliar. Surplus tersebut terutama bersumber dari

penarikan simpanan sektor swasta domestik pada bank di

luar negeri yang diindikasikan sebagai masuknya dana

repatriasi dalam rangka program amnesti pajak, dan

penerimaan terkait pembayaran kembali pinjaman yang

pernah diberikan kepada nonresiden.

CADANGAN DEVISA Cadangan devisa Indonesia pada triwulan IV tahun 2016

mencapai USD116,4 miliar atau setara dengan 8,4 bulan

impor. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan

cadangan devisa pada triwulan IV tahun 2015 yang

sebesar USD105,9 miliar atau setara dengan 7,4 bulan

impor, dan triwulan III tahun 2016 yang sebesar USD115,7

miliar atau setara dengan 8,5 bulan impor.

Surplus investasi langsung pada triwulan IV tahun 2016 lebih rendah, yaitu sebesar USD2,2 miliar.

Investasi portofolio pada triwulan IV tahun 2016 defisit sebesar USD0,4 miliar, menurun signifikan dibandingkan triwulan IV tahun 2015 dan triwulan III tahun 2016.

Pada triwulan IV tahun 2016 investasi lainnya mengalami surplus sebesar USD4,8 miliar, meningkat signifikan dibandingkan triwulan IV tahun 2015 dan triwulan III tahun 2016 seiring masih berlanjutnya program pengampunan pajak.

Cadangan devisa Indonesia pada triwulan IV tahun 2016 mencapai USD116,4 miliar atau setara dengan 8,4 bulan impor.

Page 128: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

114

Page 129: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

115

Page 130: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

116

PERKEMBANGAN INVESTASI

ISU TERKINI PERKEMBANGAN INVESTASI

Indonesia Meluncurkan Inovasi Layanan Investasi 3 Jam Sektor ESDM

Pada tanggal 30 Januari 2017, Menteri Energi dan Sumber

Daya Mineral ESDM dan Kepala Badan Koordinasi

Penanaman Modal (BKPM) meluncurkan Layanan Cepat

Perizinan 3 Jam terkait infrastruktur di sektor Energi dan

Sumber Daya Mineral. Inovasi ini merupakan wujud upaya

pemerintah untuk terus meningkatkan investasi dengan

memberikan kemudahan bagi investor.

Layanan Investasi 3 Jam tersebut diharapkan dapat

mendukung pencapaian target investasi sektor ESDM

yang pada tahun 2017 diperkirakan sekitar USD43 miliar

atau Rp568 triliun. Pada tahun anggaran 2016, realisasi

investasi di sektor ESDM mencapai Rp 347,85 triliun atau

setara dengan USD26,76 miliar.

Jumlah perizinan yang dapat diproses pada layanan

investasi 3 jam tersebut adalah sebanyak 9 jenis izin yang

akan dilaksanakan dengan mekanisme Hadir, Serahkan,

Tunggu, dan Terima. Kesembilan izin tersebut terdiri atas

1 jenis izin kegiatan listrik dan 8 jenis kegiatan migas. Jenis

perizinan yang dilayani adalah Izin Usaha Penyediaan

Tenaga Listrik Sementara, Izin Usaha Sementara

Penyimpanan Minyak Bumi/BBM/LPG, Izin Usaha

Sementara Penyimpanan Hasil Olahan/CNG, Izin Usaha

Sementara Penyimpanan LNG, Izin Usaha Sementara

Pengolahan Minyak Bumi, Izin Usaha Sementara

Pengolahan Hasil Olahan, Izin Usaha Sementara

Pengolahan Gas Bumi, Izin Usaha Sementara Niaga Umum

Minyak Bumi/BBM, dan Izin Usaha Sementara Niaga

Umum Hasil Olahan.

Sumber: http://migas.esdm.go.id/post/read/kementerian-esdm-bkpm-

luncurkan-inovasi-layanan-investasi-3-jam-sektor-esdm

Layanan investasi 3 jam sektor ESDM di PTSP PUSAT BKPM akan dilaksanakan dengan mekanisme Hadir, Serahkan, Tunggu, dan Terima, dengan jumlah perizinan yang dapat diproses adalah sebanyak 9 jenis izin

Pemerintah meluncurkan Inovasi Layanan Cepat Perizinan 3 Jam untuk sektor Enerdi dan Sumber Daya Mineral.

Target investasi sektor ESDM diperkirakan mencapai Rp568 triliun

Page 131: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

117

PERKEMBANGAN INVESTASI Dalam perhitungan PDB sisi pengeluaran, komponen

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) triwulan IV

tahun 2016 tumbuh sebesar 4,8 persen (YoY) dibanding

periode yang sama tahun 2015 dan tumbuh sebesar 4,6

persen (QtQ) dibanding triwulan sebelumnya.

Tabel 50. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan IV Tahun 2016 (persen)

Q4-2015

(QtQ) Q4-2015

(YoY) Q4-2016

(QtQ) Q4-2016

(YoY) Pertumbuhan PDB -1,70 5,17 -1,77 4,94 Pertumbuhan PMTB (PDB Konstan) 4,00 6,43 4,56 4,80

a. Bangunan 5,73 7,78 4,84 4,07

b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri 1,52 5,21 10,04 -1,87

c. Kendaraan -7,62 7,31 2,59 27,44

d. Peralatan Lainnya 0,91 10,21 16,14 16,76

e. Sumber Daya Hayati 2,06 -8,25 4,45 4,27

f. Produk Kekayaan Intelektual -4,89 3,44 -20,54 2,46

Share PMTB terhadap PDB (harga berlaku) 34,24 33,53 a. Bangunan 26,00 25,29 b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri 3,39 3,10 c. Kendaraan 1,56 1,86 d. Peralatan Lainnya 0,55 0,60 e. Sumber Daya Hayati 1,94 1,90 f. Produk Kekayaan Intelektual 0,79 0,78

Sumber: BPS, diolah

Untuk komponen Pembentukan Modal Tetap Domestik

Bruto/PMTB, pertumbuhan triwulan IV tahun 2016 secara

lebih detil didorong oleh pertumbuhan Kendaraan sebesar

27,4 persen (YoY), Peralatan lainnya sebesar 16,8 persen

(YoY) dan Sumber Daya Hayati sebesar 4,3 persen (YoY).

Adapun sumbangan terbesar dalam komponen PMTB

pada triwulan IV tahun 2016 secara detil yaitu pada

Bangunan dengan sumbangan 25,3 persen.

REALISASI INVESTASI

Tabel 51. Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2010- Triwulan IV Tahun 2016

TAHUN PMDN PMA Pertumbuhan (YoY) (%)

(Rp Triliun) (USD juta) PMDN PMA

2010 60,6 16.214,8 60,4 49,9

2011 76,0 19.474,2 25,4 20,1

2012 92,2 24.564,7 21,3 26,1

2013 128,2 28.617,5 39,0 16,5

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto/PMTB pada triwulan IV tahun 2016 tumbuh sebesar 4,80 persen (YoY).

Page 132: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

118

TAHUN PMDN PMA Pertumbuhan (YoY) (%)

(Rp Triliun) (USD juta) PMDN PMA

2014 156,1 28.529,7 21,8 -0,3

2015 179,5 29.275,9 14,9 2,6

2015-TW IV 46,2 7.938,7 10,6 17,0

2016-TW IV 58,1 7.502,8 25,8 -5,5

Sumber: BKPM, diolah

Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) triwulan IV tahun 2016 sebesar Rp58,1 triliun,

lebih besar dari realisasi triwulan IV tahun 2015, atau

tumbuh sebesar 25,8 persen (YoY). Sementara itu,

realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) triwulan IV 2016

sebesar USD7.502,8 juta mengalami penurunan

dibandingkan triwulan IV tahun 2015, atau tumbuh

negatif sebesar -5,5 persen (YoY).

Realisasi Per Sektor Realisasi PMA pada triwulan IV tahun 2016 mengalami

penurunan atau tumbuh negatif sebesar -5,5 persen (YoY)

dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Kenaikan realisasi PMA terjadi di sektor sekunder dengan

pertumbuhan sebesar 10,9 persen (YoY), sedangkan

sektor primer dan tersier mengalami penurunan dengan

pertumbuhan negatif masing-masing sebesar -4,0 persen

(YoY) dan -23,7 persen (YoY). Untuk PMDN, kenaikan

realisasi didorong oleh pertumbuhan positif yang terjadi

di semua sektor. Kenaikan tertinggi terjadi di sektor

primer dengan pertumbuhan sebesar 173,9 persen (YoY),

sektor sekunder dan tersier yang mengalami

pertumbuhan sebesar 20,8 persen (YoY) dan 10,0 persen

(YoY) dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya. Berdasarkan sumbangannya, pada triwulan

IV tahun 2016, sektor sekunder adalah pemberi

sumbangan terbesar baik untuk PMA dan PMDN yaitu

sebesar 47,9 persen dan 54,0 persen.

Realisasi investasi untuk PMDN triwulan IV tahun 2016 mengalami pertumbuhan positif, sementara PMA mengalami pertumbuhan negatif.

Pertumbuhan YoY tertinggi pada PMA terjadi pada sektor sekunder, sedangkan pada PMDN terjadi di sektor primer.

Page 133: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

119

Tabel 52. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMA Triwulan IV Tahun 2016 Berdasar Sektor

Tahun PMA

Jumlah (USD juta)

PMDN Jumlah (Rp.

Triliun) Primer Sekunder Tersier Primer Sekunder Tersier

2010 3.013,6 3.357,6 9.843,6 16.214,8 12,3 25,5 22,8 60,6

2011 4.870,3 6.779,5 7.824,9 19.474,7 16,3 39,0 20,6 76,0

2012 5.933,1 11.770,0 6.861,7 24.564,7 20,4 49,9 21,9 92,2

2013 6.471,8 17.326,4 6.286,9 30.085,1 25,7 51,2 51,3 128,2

2014 6.991,3 13.019,4 8.519,0 28.529,6 16,5 59,0 80,6 156,1

2015 6.236,4 11.763,1 11.276,5 29.275,9 17,1 89,0 73,4 179,5

2015 TW IV 1.644,4 3.241,5 3.052,8 7.938,7 2,8 26,0 17,4 46,2

2016 TW IV 1.578,4 3.594,8 2.329,6 7.502,8 7,5 31,4 19,2 58,1

Pertumbuhan (YoY, %) -4,0 10,9 -23,7 -5,5 173,9 20,8 10,0 25,8

Share (%) 21,0 47,9 31,1 100,0 13,0 54,0 33,0 100,0

Sumber: BKPM, diolah

Berdasarkan sektor/bidang usaha, pada triwulan IV tahun

2016, lima sektor yang memberikan kontribusi terbesar

terhadap total realisasi PMA secara berurutan adalah

sektor Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin, dan

Elektronik dengan persentase sebesar 14,3 persen,

Pertambangan sebesar 14,3 persen, Listrik, Gas dan Air

sebesar 11,5 persen, Industri Kimia Dasar, Barang Kimia

dan Farmasi sebesar 9,9 persen dan Industri Perumahan,

Kawasan Industri dan Perkantoran sebesar 8,6 persen.

Untuk PMDN, kontribusi terbesar berasal dari Industri

Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi sebesar 22,1

persen, Listrik, Gas dan Air sebesar 19,7 persen, Industri

Makanan sebesar 13,8 persen, Industri Logam Dasar,

Barang Logam, Mesin dan Elektronik sebesar 9,9 persen

dan Konstruksi sebesar 8,3 persen.

Tabel 53. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2016 PMA PMDN

Sektor/Bidang Usaha USD juta

% Terhadap

total Sektor/Bidang Usaha

Rp. Triliun

% Terhadap

total

1 Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin, dan Elektronik

1.075,27 14,3 1 Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi

12,85 22,1

2 Pertambangan 1.074,34 14,3 2 Listrik, Gas dan Air 11,47 19,7 3 Listrik, Gas dan Air 862,54 11,5 3 Industri Makanan 8,02 13,8

4 Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi

745,90 9,9 4 Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin, dan Elektronik

5,73 9,9

Sektor dengan persentase realisasi terbesar untuk PMA adalah Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin, dan Elektronik dan untuk PMDN adalah sektor Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi.

Page 134: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

120

PMA PMDN

Sektor/Bidang Usaha USD juta

% Terhadap

total Sektor/Bidang Usaha

Rp. Triliun

% Terhadap

total

5 Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran

647,10 8,6 5 Konstruksi 4,81 8,3

Gabungan lainnya 3.097,64 41,3 Gabungan lainnya 15,22 26,2 Jumlah / Total 7.502,78 100,0 Jumlah / Total 58,11 100,0

Sumber: BKPM, diolah

Realisasi Per Lokasi Berdasarkan lokasi, realisasi PMDN mengalami

pertumbuhan positif sebesar 25,8 persen (YoY)

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pertumbuhan realisasi PMDN terbesar di Sumatera

dengan pertumbuhan sebesar 87,3 persen (YoY) diikuti

Kalimantan sebesar 28,0 persen (YoY). Sementara itu, Bali

& Nusa Tenggara, dan Papua mengalami penurunan

dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya. Berdasarkan kontribusinya, Jawa, Sumatera,

dan Sulawesi memberikan sumbangan terbesar pada

triwulan IV tahun 2016 yaitu 52,9 persen, 23,2 persen dan

13,3 persen.

Tabel 54. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Triwulan IV Tahun 2016 Berdasarkan Lokasi (Rp Triliun)

Tahun Lokasi

Total Sumatera Jawa

Bali & NT

Kalimantan Sulawesi Maluku Papua

2010 4,2 35,1 2,1 14,6 4,3 0,0 0,2 60,6 2011 16,3 37,2 0,4 13,5 7,2 0,0 1,4 76,0 2012 14,3 52,7 3,2 16,7 4,9 0,3 0,1 92,2 2013 22,9 66,5 4,4 28,7 3,6 1,1 0,9 128,2 2014 29,6 97,1 0,5 21,4 7,1 0,2 0,3 156,1 2015 37,8 103,8 2,9 20,0 13,7 0,0 1,3 179,5

2015 TW IV 7,2 27,4 1,4 3,8 6,1 0,0 0,3 46,2 2016 TW IV 13,5 30,7 1,3 4,8 7,7 0,0 0,1 58,1

Pertumbuhan (YoY, %) 87,3 12,0 -6,4 28,0 26,1 0,0 -79,8 25,8 Share (%) 23,2 52,9 2,3 8,3 13,3 0,0 0,1 100,0 Sumber: BKPM, diolah

Realisasi PMA triwulan IV tahun 2016 mengalami

penurunan dibanding periode yang sama tahun

sebelumnya, yaitu mengalami pertumbuhan negatif

sebesar -5,5 persen (YoY). Pertumbuhan negatif terjadi di

Jawa dan Kalimantan, sementara wilayah lainnya

mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan positif

Pada triwulan IV tahun

2016, realisasi PMDN

dengan pertumbuhan

terbesar berada

Sumatera, yaitu sebesar

87,3 persen (YoY).

Pada triwulan IV tahun

2016, pertumbuhan realisasi

PMA terbesar terjadi di

Papua.

Page 135: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

121

tertinggi di Papua sebesar 294,1 persen (YoY). Pada

triwulan IV tahun 2016 pulau Jawa, Sumatera, dan

Sulawesi memberikan kontribusi terbesar yaitu 47,1

persen, 17,3 persen dan 11,0 persen.

Tabel 55. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Triwulan IV Tahun 2016 Berdasarkan Lokasi (USD Milyar)

Tahun Lokasi

Total Sumatera Jawa

Bali & NT

Kalimantan Sulawesi Maluku Papua

2010 4,2 35,1 2,1 14,6 4,3 0,0 0,2 60,6

2011 16,3 37,2 0,4 13,5 7,2 0,0 1,4 76,0

2012 14,3 52,7 3,2 16,7 4,9 0,3 0,1 92,2

2013 22,9 66,5 4,4 28,7 3,6 1,1 0,9 128,2

2014 29,6 97,1 0,5 21,4 7,1 0,2 0,3 156,1

2015 37,8 103,8 2,9 20,0 13,7 0,0 1,3 179,5

2015 TW IV 0,9 4,0 0,3 1,9 0,6 0,1 0,2 7,9

2016 TW IV 1,3 3,5 0,2 0,8 0,8 0,1 0,7 7,5

Pertumbuhan (YoY, %) 43,3 -11,5 36,1 -59,6 44,0 110,5 294,1 -5,5

Share (%) 17,3 47,1 2,2 10,5 11,0 2,0 9,8 100,0

Sumber: BKPM, diolah

Berdasar lokasi menurut provinsi, pada triwulan IV tahun

2016 untuk PMA, dua dari lima besar lokasi investasi yang

diminati terletak di Pulau Jawa. Kedua lokasi tersebut

adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Papua, dengan

kontribusi realisasi PMA terbesar yaitu DKI Jakarta sebesar

15,8 persen.

Tabel 56. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2016

PMA PMDN

Lokasi (Provinsi) USD Juta % Thd Total Lokasi (Provinsi) Rp.

Triliun % Thd Total

DKI Jakarta 1.184,45 15,8 Jawa Tengah 14.17 24,4

Jawa Barat 1.085,47 14,5 Jawa Barat 8.10 13,9

Papua 707,51 9,4 Jawa Timur 7,52 12,9

Banten 647,68 8,6 Sulawesi Utara 4,91 8,4

Sulawesi Tengah 404,94 5,4 Lampung 4,61 7,9

Gabung lainnya 3.472,71 46,3 Gabung lainnya 18,80 32,5

Jumlah 7.502,76 100,0 Jumlah 58,1 100,0

Sumber: BKPM, diolah

Untuk PMDN, lima lokasi dengan realisasi paling besar

berturut-turut adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa

Timur, Sulawesi Utara, dan Lampung dengan sumbangan

terbesar berasal dari Jawa Tengah sebesar 24,4 persen

Pulau Jawa merupakan

lokasi PMDN dan PMA yang

paling diminati.

Page 136: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

122

dari total realisasi PMDN. Selanjutnya Lampung

memberikan sumbangan terbesar kelima yaitu sebesar 7,9

persen dari total realisasi PMDN.

Realisasi per Negara

Tabel 57. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Triwulan IV Tahun 2016

Negara Juta USD %Terhadap Total

Singapura 2.053,6 27,4

R. R. Tiongkok 1.075,5 14,3

Jepang 902,7 12,0

Amerika Serikat 731,5 9,7

Hong Kong 691,7 9,2

Gabung Lainnya 2.047,8 27,3

Jumlah 7.502,8 100,0

Sumber: BKPM, diolah

Pada triwulan IV tahun 2016, tiga negara asal investasi

PMA paling besar adalah Asia yaitu Singapura dengan nilai

investasi sebesar USD2.053,6 juta atau 27,4 persen dari

total realisasi PMA, Tiongkok dengan nilai investasi

sebesar USD1.075,5 juta (14,3 persen), dan Jepang

dengan nilai investasi sebesar USD902,7 juta (12,0

persen). Selanjutnya, negara asal realisasi PMA terbesar

keempat dan kelima adalah Amerika Serikat dengan nilai

investasi sebesar USD731,5 juta (9,7 persen) dan Hong

Kong dengan nilai investasi sebesar USD691,7 juta atau

9,2 persen dari total PMA.

Singapura merupakan negara asal investasi PMA terbesar pada triwulan IV tahun 2016

Page 137: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

123

Page 138: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

124

Page 139: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

125

Page 140: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

126

PERKEMBANGAN MONETER DAN KEUANGAN

PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER

Tingkat Inflasi

Tingkat inflasi tahunan (YoY) triwulan IV tahun 2016

menurun jika dibandingkan dengan akhir triwulan

sebelumnya, yaitu sebesar 3,02 persen dengan IHK 126,7.

Inflasi tahunan (YoY) Indonesia pada bulan Oktober-

Desember 2016 masing-masing sebesar 3,31 persen, 3,58

persen, dan 3,02 persen (Tabel 58). Penurunan inflasi

tersebut terutama karena terkendalinya harga bahan

makanan seiring dengan semakin terjaganya pasokan.

Inflasi pada akhir tahun 2016 merupakan inflasi terendah

sejak akhir tahun 2009. Sebaliknya, pergerakan inflasi

bulanan (MtM) selama triwulan IV tahun 2016, meningkat

masing-masing sebesar 0,14 persen, 0,47 persen, dan 0,42

persen dari Oktober-November (Tabel 58). Peningkatan

ini didorong oleh komponen inflasi bulanan harga diatur

pemerintah.

Tabel 58. Tingkat Inflasi Domestik Triwulan IV Tahun 2016

Persentase (%)

Oktober November Desember

Year-on-Year 3,31 3,58 3,02

Month-to-month 0,14 0,47 0,42

Tahun kalender 2,11 2,59 3,02

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Berdasarkan komponennya, secara tahunan (YoY), inflasi

terendah selama Oktober-Desember tahun 2016 dimiliki

oleh komponen inflasi harga diatur Pemerintah

(administered price), namun dengan tren yang cenderung

meningkat. Peningkatan inflasi harga diatur pemerintah

juga terjadi secara bulanan. Sebaliknya, rendahnya inflasi

akhir tahun 2016 karena inflasi harga bergejolak (volatile

food) yang cenderung menurun meskipun masih dalam

tingkat inflasi yang tinggi dibandingkan komponen inflasi

lainnya. Rendahnya inflasi pada akhir tahun 2016 juga

Terkendalinya inflasi tahunan didorong oleh stabilnya inflasi inti dan menurunnya tingkat inflasi pada volatile food.

Pergerakan inflasi (YoY) pada akhir triwulan IV tahun 2016 menurun dan terkendali pada kisaran 4±1 persen.

Page 141: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

127

didukung dengan kestabilan pada komponen inflasi inti

(Tabel 59).

Tabel 59. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen

Komponen YoY MtM

Oktober November Desember Oktober November Desember

Inti 3,08 3,07 3,07 0,1 0,15 0,23

Bergejolak 7,54 9,14 5,92 -0,26 1,84 0,47

Diatur pemerintah 0,17 0,09 0,21 0,57 0,13 0,97

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Selama bulan Oktober-November tahun 2016, kelompok

pengeluaran yang selalu menyumbangkan inflasi, yaitu:

kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga; kesehatan;

perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; transportasi,

komunikasi, dan jasa keuangan; serta makanan jadi,

minuman, rokok, dan tembakau (Tabel 60). Pada bulan

November 2016, seluruh kelompok pengeluaran

mendorong inflasi seiring dengan persiapan menjelang

perayaan Natal pada Desember 2016 dan Tahun Baru

2017. Pada bulan Desember 2016, hampir seluruh

kelompok pengeluaran menyumbang inflasi dengan share

yang lebih tinggi, kecuali pada kelompok sandang dan

bahan makanan. Kelompok bahan makanan memberikan

sumbangan inflasi yang semakin menurun mencapai 0,11

persen pada Desember 2016. Sebaliknya, kelompok

sandang memberikan sumbangan deflasi hingga 0,03

persen (Tabel 60).

Tabel 60. Share Inflasi Kelompok Pengeluaran terhadap Pembentukan Inflasi Bulanan

Kelompok Pengeluaran persentase (%)

Oktober November Desember

UMUM (headline) 0,14 0,47 0,42

Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan -0.01 0,01 0,2

Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga 0,01 0,0 0,01

Kesehatan 0,01 0,01 0,01

Sandang -0,02 0 -0,03

Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar 0,14 0,04 0,04

Berdasarkan kelompok pengeluaran, kelompok sandang memberikan sumbangan terendah terhadap pembentukan inflasi bulanan (MtM).

Page 142: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

128

Kelompok Pengeluaran persentase (%)

Oktober November Desember

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 0,04 0,05 0,08

Bahan Makanan -0,03 0,36 0,11

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Berdasarkan pulau, penyebaran inflasi tahunan (YoY) dan

bulanan (MtM) yang cukup rendah dialami oleh

kabupaten/kota yang berada di Pulau Jawa. Sebaliknya

inflasi (YoY dan MtM) tertinggi terjadi di Pulau Sumatera

dan Sulawesi. Inflasi (YoY) tertinggi selama Oktober-

Desember 2016 terjadi di Pulau Sumatera, dialami oleh

Kota Sibolga masing-masing pada Oktober-November

sebesar 9,12 persen (YoY) dan 9,35 persen (YoY), dan Kota

Pangkal Pinang, pada Desember sebesar 7,78 persen

(Lampiran 1 Bagian 1). Sama halnya dengan inflasi

tahunan, inflasi bulanan tertinggi juga dialami oleh

kabupaten/kota IHK di Pulau Sumatera dan Sulawesi,

yaitu Kota Sibolga pada bulan Oktober, Manado pada

bulan November, dan Lhokseumawe pada bulan

Desember (Lampiran 1 Bagian 2). Peningkatan inflasi di

Kota Sibolga dan wilayah Sumatera lainnya terutama

disebabkan oleh tingginya inflasi pada kelompok bahan

makanan, terutama komoditas cabai.

Sementara itu, rendahnya tingkat inflasi yang terjadi pada

mayoritas kabupaten/kota IHK di Pulau Jawa terutama

disebabkan oleh dukungan infrastruktur yang lebih

memadai dibandingkan kawasan di luar Pulau Jawa.

Keberadaan infrastruktur yang mendukung kelancaran

alur distribusi barang sangat penting dalam menekan

tingkat inflasi di suatu daerah. Fasilitas infrastruktur

mempermudah jalur perdagangan barang sehingga

mempercepat jalur distribusi dan meminimalkan biaya

distribusi barang terutama bahan makanan dengan

karakteristiknya yang tidak tahan lama.

Selama triwulan IV tahun 2016, secara YoY, penyebaran tingkat inflasi kabupaten/ kota IHK di Pulau Jawa cukup rendah dibandingkan inflasi di pulau dan kawasan lainnya.

Page 143: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

129

Nilai Tukar Rupiah

REER dan NEER ASEAN

Rata-rata nilai tukar selama triwulan IV tahun 2016 sedikit

melemah bila dibandingkan dengan posisi pada triwulan

III tahun 2016. Pada akhir Desember 2016, posisi nilai

tukar Rupiah terhadap USD sebesar Rp13.473 per USD.

Sementara itu, rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap USD

selama triwulan IV tahun 2016 sebesar Rp13.254 per USD,

melemah 0,9 persen dibandingkan triwulan sebelumnya

(Lampiran 2). Pelemahan nilai tukar Rupiah ini

dipengaruhi oleh sentimen negatif dari terpilihnya

Presiden baru AS dan rencana peningkatan suku bunga

The Fed. Namun, jika dibandingkan secara YtD maupun

YoY, Rupiah masih mempertahankan penguatannya

(Lampiran 2).

Gambar 42. Nilai Tukar Rupiah terhadap USD (Rp/USD)

Sumber: Bloomberg, data diolah.

Gambar 43. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100)

Sumber: Bank for International Settlements, data diolah.

11.000

12.000

13.000

14.000

15.000

Jan

-14

Mar

-14

Mei

-14

Jul-

14

Sep

-14

No

v-1

4

Jan

-15

Mar

-15

Mei

-15

Jul-

15

Sep

-15

No

v-1

5

Jan

-16

Mar

-16

Mei

-16

Jul-

16

Sep

-16

No

v-1

6

Jan

-17

80

90

100

110

120

INDONESIA THAILAND MALAYSIA FILIPINA SINGAPURA

Selama triwulan IV tahun 2016, secara nominal, nilai tukar Rupiah terhadap USD melemah 0,9 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.

Page 144: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

130

Secara riil maupun nominal, nilai tukar Rupiah relatif lebih

rendah dibandingkan negara sekawasan, namun

menunjukkan sedikit peningkatan memasuki akhir tahun

2015 (lihat Gambar 43 dan 44). Pada akhir triwulan IV

tahun 2016, nilai REER Indonesia meningkat, mencapai

96,01. Sejak akhir tahun 2015, nilai REER Indonesia secara

rata-rata selalu berada diatas nilai REER Malaysia. Pada

akhir Desember 2016, nilai REER negara kawasan ASEAN

tertinggi dimiliki oleh Filipina sebesar 112,81, disusul

Singapura sebesar 108,3. Rendahnya REER yang dimiliki

Indonesia ini memiliki dampak postif terhadap daya saing

perdagangan dibandingkan negara Filipina, Singapura,

dan Thailand.

Gambar 44. Nominal Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100)

Sumber: Bank for International Settlements, data diolah.

Jumlah Uang Beredar

Uang beredar dalam arti luas (M2) pada akhir triwulan IV

tahun 2016 sebesar Rp5.005 triliun, tumbuh lebih cepat

10,1 persen (YoY) dibandingkan pertumbuhan pada akhir

triwulan III tahun 2016 yang tumbuh sebesar 5,1 persen

(YoY) (Gambar 45). Percepatan tersebut bersumber dari

seluruh komponen M2, yaitu M1, uang kuasi, dan surat

berharga selain saham. Jika dilihat berdasarkan faktor

yang mempengaruhi, percepatan pertumbuhan uang

beredar terutama disebabkan oleh ekspansi operasi

70

75

80

85

90

95

100

105

110

115

INDONESIA THAILAND MALAYSIA FILIPINA SINGAPURA

Nilai tukar riil dan nominal Rupiah (REER dan NEER) tergolong rendah dibandingkan mata uang negara sekawasan.

Pertumbuhan uang beredar dalam arti luas (M2) pada akhir triwulan IV tahun 2016 meningkat menjadi 10,1 persen (YoY).

Page 145: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

131

keuangan Pemerintah Pusat yang tercermin dari

penurunan kewajiban dan peningkatan tagihan bersih

kepada Pemerintah Pusat. Sementara itu, pertumbuhan

kredit perbankan melambat, terutama terjadi pada

perlambatan Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi.

Gambar 45. Perkembangan Uang Beredar Triwulan IV Tahun 2016

Sumber: Bank Indonesia, data diolah.

Respon Kebijakan Moneter

Pada bulan Oktober 2016, BI kembali menurunkan BI 7

day reverse repo sebesar 25 basis poin menjadi 4,75

persen. Keputusan ini didasarkan pada ruang

pelonggaran moneter yang semakin terbuka seiring

dengan terus menurunnya tekanan inflasi. Keputusan

tersebut diharapkan dapat memperkuat pelonggaran

kebijakan makroprudensial dan penurunan Giro Wajib

Minimum (GWM) yang telah dilakukan sebelumnya

dalam rangka menstimulus pertumbuhan ekonomi.

Pada bulan November dan Desember 2016, BI

memutuskan untuk mempertahankan suku bunga

kebijakannya, sejalan dengan kehati-hatian Bank

Indonesia dalam merespons ketidakpastian pasar

keuangan global pasca pemilihan umum (Pemilu) di AS.

5,08%

7,55%

9,35%

10,08%

5,93%

10,27%

12,51%

17,28%

5,05%

6,82% 8,42% 7,93%

0,00%

2,00%

4,00%

6,00%

8,00%

10,00%

12,00%

14,00%

16,00%

18,00%

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Sep Okt Nov Des

M2 (triliun Rp) M1 (triliun Rp)

Uang Kuasi (triliun Rp) Pertumbuhan M2, %YoY

Pertumbuhan M1, %YoY Pertumbuhan Uang Kuasi, %YoY

Pada bulan Oktober, suku

bunga kebijakan turun 25

basis poin menjadi 4,75

persen.

Pada akhir tahun 2016, BI

merespon ketidakpastian

keuangan global dengan

mempertahankan suku

bunga.

Page 146: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

132

Peningkatan suku bunga Fed Fund rate pada Desember

2016 yang berpotensi meningkatkan cost of borrowing

juga menjadi pertimbangan BI dalam mempertahankan

suku bunganya sementara ini.

Tabel 61. Struktur Suku Bunga Operasi Moneter Bank Indonesia

Oktober

Tenor 7 hari 2

minggu

1

bulan

3

bulan

6

bulan

9

bulan

12

bulan

Term Structure

Operasi

Moneter

4,75% 4,95% 5,2 5,85% 6,05% 5,9% 6%

November

Term Structure

Operasi

Moneter

4,75% 4,95% 5,2 5,6% 5,8% 5,9% 6%

Desember

Term Structure

Operasi

Moneter

4,75% 4,95% 5,2 - 5,8% 5,9% 6%

Sumber: Bank Indonesia.

Ada tiga hal yang perlu dicermati terkait respon kebijakan

dalam meredam fluktuasi nilai tukar rupiah, yaitu: (i)

Mempercepat realisasi pembangunan infrastruktur untuk

menarik kembali kepercayaan investor dan membangun

persepsi positif pasar, sehingga sudden capital outflow

dapat dihindari; (ii) Meningkatkan ekspor produk

manufaktur, prioritas impor untuk barang modal yang

sifatnya produktif; (iii) Manajemen ekspektasi dengan

meningkatkan kualitas komunikasi publik untuk

menciptakan optimisme dan mengurangi rasa panik di

masyarakat.

Di bidang moneter, Pemerintah tetap siaga memantau fundamental ekonomi.

Page 147: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

133

Koordinasi kebijakan antara Pemerintah dan Bank

Indonesia akan terus ditingkatkan untuk menjaga

stabilitas makroekonomi. Ke depan, kebijakan moneter

tetap difokuskan untuk menjaga stabilitas makroekonomi

dan stabilitas sistem keuangan melalui penguatan bauran

kebijakan di bidang moneter, makroprudensial, dan

sistem pembayaran. Kebijakan moneter akan tetap secara

konsisten diarahkan untuk mengendalikan inflasi menuju

sasarannya dan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang

lebih sehat.

SEKTOR PERBANKAN

Gambar 46. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan : Data triwulan IV tahun 2016 merupakan data bulan November

Kondisi sistem keuangan masih tetap stabil dengan

ditopang oleh ketahanan sektor perbankan yang terjaga

hingga triwulan IV tahun 2016. Rasio kecukupan modal

(Capital Adequacy Ratio atau CAR) pada bulan November

2016 masih jauh di atas ketentuan CAR minimum yaitu 8,0

persen. Rasio CAR bahkan mengalami peningkatan yaitu

dari 22,6 persen pada triwulan III tahun 2016 menjadi 23,0

persen pada triwulan IV tahun 2016. Kondisi tersebut

mencerminkan daya tahan perbankan yang cukup solid

dalam mengatasi tekanan dan gejolak di perekonomian.

80

82

84

86

88

90

92

94

0

5

10

15

20

25

Q1

:20

13

Q2

:20

13

Q3

:20

13

Q4

:20

13

Q1

:20

14

Q2

:20

14

Q3

:20

14

Q4

:20

14

Q1

:20

15

Q2

:20

15

Q3

:20

15

Q4

:20

15

Q1

:20

16

Q2

:20

16

Q3

:20

16

Q4

:20

16

CA

R, N

PL

(pe

rse

n)

LDR CAR NPL

LDR

(pe

rse

n)

Penguatan koordinasi kebijakan antara Pemerintah dan Bank Indonesia mutlak dilakukan.

Kondisi sistem keuangan

tetap stabil dengan

ditopang oleh ketahanan

sektor perbankan.

Page 148: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

134

Dari sisi likuiditas, Loan to Deposit Ratio (LDR) mengalami

penurunan sebesar 101 bps, yaitu dari 91,7 persen pada

triwulan III tahun 2016 menjadi 90,7 persen pada triwulan

IV tahun 2016. Penurunan rasio LDR tersebut

mencerminkan adanya peningkatan fungsi intermediasi

perbankan. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non

Performing Loan/ NPL) mengalami peningkatan sebesar

8,0 bps. Pelemahan kondisi perekonomian menjadi salah

satu faktor rendahnya kemampuan borrowers untuk

membayar kredit, sehingga mendorong peningkatan NPL

perbankan. Rasio kredit bermasalah (NPL) meningkat dari

3,1 persen pada triwulan III tahun 2016 menjadi 3,2

persen pada triwulan IV tahun 2016. Akan tetapi, nilai

tersebut masih berada di bawah batas ketentuan yang

ditetapkan yaitu sebesar 5,0 persen.

Gambar 47. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan

Catatan : Angka triwulan IV 2016 merupakan angka bulan November

0

5

10

15

20

25

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

5.000

Q1

:20

13

Q2

:20

13

Q3

:20

13

Q4

:20

13

Q1

:20

14

Q2

:20

14

Q3

:20

14

Q4

:20

14

Q1

:20

15

Q2

:20

15

Q3

:20

15

Q4

:20

15

Q1

:20

16

Q2

:20

16

Q3

:20

16

Q4

:20

16

DPK Kredit Pertumbuhan DPK (yoy) Pertumbuhan Kredit (yoy)

DP

K, K

red

it (

trili

un

Rp

)

Per

tum

bu

han

(%)

Page 149: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

135

Pada triwulan IV tahun 2016, kegiatan intermediasi

perbankan menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik.

Hal tersebut terlihat dari adanya peningkatan jumlah

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang cukup signifikan dan

peningkatan jumlah kredit yang disalurkan walaupun

peningkatan jumlah kredit masih mengalami

perlambatan. DPK pada triwulan IV tahun 2016 sebesar

Rp4.734 triliun atau tumbuh sebesar 7,3 persen (YoY)

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu,

jumlah kredit tetap tumbuh meskipun masih mengalami

perlambatan, yaitu tumbuh sebesar 5,6 persen (YoY).

Perlambatan kredit ini sejalan dengan belum optimalnya

pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada

permintaan kredit.

Gambar 48. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan : Angka triwulan IV 2016 merupakan angka bulan November

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

Q1

:20

13

Q2

: 2

01

3

Q3

:20

13

Q4

:20

13

Q1

:20

14

Q2

:20

14

Q3

:20

14

Q4

:20

14

Q1

:20

15

Q2

:20

15

Q3

:20

15

Q4

:20

15

Q1

:20

16

Q2

:20

16

Q3

:20

16

Q4

:20

16

KI KMK KK Pertumbuhan KI Pertumbuhan KMK Pertumbuhan KK

KK

, KI,

KM

K (

trili

un

Rp

)

Pe

rtu

mb

uh

an(p

ers

en

)

Kegiatan intermediasi perbankan menunjukkan pertumbuhan yang baik, terlihat dari adanya peningkatan jumlah DPK dan kredit yang disalurkan oleh perbankan.

Page 150: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

136

Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit konsumsi (KK)

mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu mencapai

7,2 persen. Di sisi lain, Kredit Investasi (KI) dan Kredit

Modal Kerja (KMK) tetap tumbuh walaupun masih

mengalami perlambatan hingga triwulan IV tahun 2016.

Pertumbuhan Kredit Investasi mencapai 7,1 persen (YoY)

dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sedangkan

pertumbuhan Kredit Modal Kerja (KMK) sebesar 3,9

persen (YoY).

Kredit Usaha Rakyat

Gambar 49. Penyaluran KUR berdasarkan Sektor Ekonomi

Sumber: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Sampai dengan 31 Desember 2016, total penyaluran KUR

mencapai Rp94,3 triliun, penyaluran tersebut telah

melebihi target yang ditentukan yaitu Rp94 triliun. Jumlah

debitur pada tahun 2016 adalah 4,357 juta debitur. Total

kredit yang bermasalah (non perfroming loan) pada tahun

2016 hampir mendekati nol persen, yaitu sebesar 0,3

persen. Hal ini menunjukkan bahwa para debitur KUR

memiliki kemampuan yang baik dalam melunasi

pinjaman.

Pertanian Perikanan Industri Pengolahan Perdagangan Jasa-jasa Penempatan TKI

Perdagangan

Pertanian

Jasa-jasa

Perikanan 1%

Penempatan TKI0,2%

Kredit konsumsi mengalami

pertumbuhan yang cukup

signifikan, sedangkan kredit

investasi dan modal kerja

juga tetap tumbuh

meskipun masih mengalami

perlambatan.

Total penyaluran KUR

mencapai Rp94,3 triliun,

penyaluran tersebut telah

melebihi target yang

ditentukan yaitu Rp94

triliun.

Page 151: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

137

Hingga akhir tahun 2016, penyaluran KUR masih belum

merata. Sebagian besar KUR disalurkan untuk UMKM dan

koperasi di sektor perdagangan (66,0 persen volume KUR)

dan sektor pertanian (17,0 persen dari volume).

Berdasarkan sebaran wilayah, terdapat 5 provinsi di

Indonesia dengan penyaluran tertinggi diantaranya

adalah Jawa Tengah (Rp15,3 triliun), Jawa Timur (Rp12,7

triliun), Jawa Barat (Rp10,7 Triliun), Sulawesi Selatan

(Rp4,7 triliun) dan Sumatera Utara (Rp3,9 triliun).

Sektor Perbankan Syariah

Gambar 50. Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan : Angka triwulan IV 2016 merupakan angka bulan November

Ketahanan sektor perbankan syariah tercermin dalam

pertumbuhan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy

Ratio/CAR) yang meningkat pada triwulan IV tahun 2016.

Pada triwulan IV tahun 2016, rasio kecukupan modal

meningkat sebesar 47,0 bps menjadi 15,8 persen dan

masih jauh di atas peraturan penyediaan modal minimum

perbankan. Dari sisi likuiditas, rasio pembiayaan terhadap

Dana Pihak Ketiga (Financing to Deposit Ratio/FDR)

mengalami penurunan sebesar 139 bps menjadi 88,9

-20,00

-15,00

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

CAR NPF FDR

Ketahanan sektor perbankan syariah tetap terjaga diiringi dengan resiko likuiditas dan pembiayaan yang terkendali serta rasio kecukupan modal yang cukup tinggi

Page 152: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

138

persen. Penurunan tersebut mencerminkan bahwa resiko

likuiditas perbankan syariah masih terkendali. Sementara

itu, resiko pembiayaan bermasalah masih jauh di bawah

ketentuan maksimum rasio pembiayaan bermasalah (Non

Performing Financing/NPF). Pada triwulan IV tahun 2016

Non Performing Financing mengalami penurunan hingga

4,3 persen.

Gambar 51. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan di Indonesia

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan : Data triwulan IV tahun 2016 merupakan data bulan November

Kegiatan intermediasi perbankan mencatat pertumbuhan

yang sangat positif pada triwulan IV tahun 2016. Hal

tersebut dibuktikan oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga

(DPK) yang sangat signifikan disertai tingkat penyaluran

pembiayaan yang juga sangat tinggi. Hal ini dipicu oleh

pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah yang baru

saja mencapai 5,2 persen pada triwulan IV tahun 2016.

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan IV

tahun 2016 naik cukup drastis sebesar 22,6 persen

menjadi Rp270.480 miliar. Adapun jumlah pembiayaan

yang disalurkan kepada masyarakat juga mengalami

0

10

20

30

40

50

60

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

DPK Pembiayaan

Pertumbuhan DPK (yoy) Pertumbuhan Pembiayaan (yoy)D

PK

,Pe

mb

iayaan (M

iliar Rp

)

Pertu

mb

uh

an(%

)

Kegiatan intermediasi perbankan syariah mengalami kenaikan yang positif menyusul kenaikan jumlah DPK dan pembiayaan yang cukup tinggi.

Page 153: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

139

peningkatan yang cukup tinggi seiring pertumbuhan DPK

yang sangat signifikan. Pertumbuhan jumlah pembiayaan

naik menjadi Rp 240.381 miliar atau naik sebesar 14,95

persen.

Gambar 52. Perkembangan Pembiayaan Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan : Angka triwulan IV 2016 merupakan angka bulan November

Pada triwulan IV 2016, pertumbuhan Pembiayaan

Konsumsi (PK) mengalami peningkatan yang signifikan

dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun

sebelumnya. Jumlah Pembiayaan Konsumsi (PK) adalah

sebesar Rp 99.035 miliar dengan pertumbuhan sebesar

22,9 persen (YoY). Disisi lain, jumlah Pembiayaan

Investasi (PI) dan jumlah Pembiayaan Modal Kerja (PMK)

tumbuh normal dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pembiayaan Investasi tercatat sebesar Rp 57.171 miliar

dengan pertumbuhan sebesar 18,1 persen (YoY) dan

Pembiayaan Modal Kerja (PMK) berjumlah Rp 84.174

miliar dengan pertumbuhan sebesar 5,1 persen (YoY).

Pada triwulan IV tahun 2016, Pembiayaan Investasi (PI),

Pembiayaan Modal Kerja (PMK) dan Pembiayaan

Pembiayaan Investasi (PI)

dan Pembiayaan Modal

Kerja (PMK) mengalami

pertumbuhan dibandingkan

dengan tahun sebelumnya.

Sementara Pembiayaan

Konsumsi (PK) mengalami

pertumbuhan yang

signifikan.

-10

0

10

20

30

40

50

60

Q1

:20

13

Q2

: 20

13

Q3

:20

13

Q4

:20

13

Q1

:20

14

Q2

:20

14

Q3

:20

14

Q4

:20

14

Q1

:20

15

Q2

:20

15

Q3

:20

15

Q4

:20

15

Q1

:20

16

Q2

:20

16

Q3

:20

16

Q4

:20

16-10000

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

7000080000

90000

PI PMK PK

Pertumbuhan PI Pertumbuhan PMK Pertumbuhan PK

PK

,PI, P

MK

(Miliar R

p)

Pe

rtum

bu

han

(%)

Page 154: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

140

Konsumsi (PK) mengalami percepatan pertumbuhan.

Kondisi ini menyusul kenaikan jumlah pembiayaan yang

cukup signifikan. Pertumbuhan Pembiayaan Investasi (PI)

mengalami kenaikan sebesar 18,1 persen menjadi

Rp57.171 miliar. Pembiayaan Modal Kerja (PMK) juga

meningkat sebesar 5,1 persen. Sementara Pembiayaan

Konsumsi (PK) mengalami kenaikan yang cukup signifikan

dibandingkan dengan yang lain. Pembiayaan Konsumsi

(PK) pada triwulan IV tahun 2016 tumbuh sebesar 22,9

persen dibanding tahun sebelumnya menjadi Rp99.035

miliar.

Pembiayaan Investasi,

Pembiayaan Modal Kerja,

dan Pembiayaan Konsumsi

secara keseluruhan

mengalami percepatan

pertumbuhan dibanding

tahun sebelumnya. Adapun

Pembiayaan Konsumsi

mengalami kenaikan yang

cukup signifikan.

Page 155: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

141

Lampiran 1: Inflasi Domestik

Inflasi YoY 82 Kabupaten/ Kota Oktober-Desember 2016

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Sumatera

Jawa

Bali

Nusa Tenggara

Kalimantan

Sulawesi

Maluku

Papua

Page 156: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

142

Lampiran 1: Inflasi Domestik

Inflasi MtM 82 Kabupaten/ Kota Oktober-Desember 2016

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Sumatera

Jawa

Bali

Nusa Tenggara

Kalimantan

Sulawesi

Maluku

Papua

Page 157: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

143

Lampiran 2 : Nilai Tukar Mata Uang

Nilai Tukar Mata Uang per USD

Negara

Oktober 2016 November 2016 Desember 2016 Rata-rata

Triwulanan QtQ (%)

PAB MTM

(%) YTD (%)

YOY (%) PAB

MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

PAB

MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

Rupiah Indonesia 13.048,0 0,0 6,0 4,9 13.555,0 (3,7) 2,0 2,2 13.473,0 0,6 2,6 2,3 13.254,3 (0,9)

Lira Turki 3,1 (3,0) (5,6) (5,8) 3,4 (10,0) (15,0) (15,2) 3,5 (2,4) (17,1) (17,2) 3,3 (9,8)

Rand Afrika Selatan 13,5 1,8 15,5 2,6 14,1 (4,4) 10,4 2,5 13,7 2,6 13,2 12,6 13,9 1,1

BRIC

Real Brazil 3,2 2,2 24,0 20,7 3,4 (5,7) 17,0 14,2 3,3 4,0 21,7 21,7 3,3 (1,6)

Rubel Rusia 63,4 (0,8) 14,4 0,9 64,1 (1,1) 13,1 3,6 61,5 4,2 17,8 17,8 63,1 2,4

Rupee India 66,8 (0,3) (1,0) (2,3) 68,4 (2,4) (3,3) (2,5) 67,9 0,7 (2,6) (2,6) 67,4 (0,6)

Yuan Cina 6,8 (1,5) (4,2) (6,8) 6,9 (1,6) (5,7) (7,1) 6,9 (0,8) (6,5) (6,5) 6,8 (2,4)

ASEAN-6

Dolar Singapura 1,4 (2,0) 1,5 0,7 1,4 (3,0) (1,5) (1,6) 1,4 (0,9) (2,4) (2,0) 1,4 (4,1)

Ringgit Malaysia 4,2 (1,3) 2,4 2,5 4,5 (6,1) (3,9) (4,6) 4,5 (0,4) (4,3) (4,3) 4,3 (6,4)

Baht Thailand 35,0 (1,3) 2,9 1,7 35,7 (1,9) 0,9 0,3 35,8 (0,4) 0,6 0,5 35,4 (1,6)

Peso Filipina 48,5 0,0 (3,2) (3,3) 49,7 (2,5) (5,6) (5,0) 49,6 0,2 (5,4) (5,4) 49,1 (4,2)

Kyat Myanmar 1.289,0 (2,0) 1,5 (0,8) 1.313,0 (1,8) (0,4 (0,9) 1357,5 (3,3) (3,6) (3,5 1.306,8 (8,1)

Negara Maju

Euro 0,9 (2,3) 1,1 (0,2) 0,9 (3,6) (2,5) 0,2 1,0 (0,7) (3,1) (3,1) 0,9 (3,4)

Poundsterling Inggris

0,8 (5,7) (17,2) (20,7) 0,8 2,2 (15,4) (16,9) 0,8 (1,3) (16,5) (16,2) 0,8 (5,3)

Yen Jepang 104,8 (3,3) 15,0 15,1 114,5 (8,4) 5,3 7,6 117,0 (2,1) 3,1 2,8 109,5 (6,5)

Won Korea Selatan 1.143,8 (3,7) 2,5 (0,3) 1.169,0 (2,2) 0,3 (0,9) 1205,8 (3,1) (2,8) (2,6) 1.158,1 (3,2)

Page 158: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

144

Lampiran 3: Harga Komoditas Internasional

Harga Komoditas Internasional

Komoditas Oktober 2016 November 2016 Desember 2016

Rata-rata Triwulan

QtQ (%) PAB

MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

Beras (USD/cwt) 9.9 -0.3 -14.8 -15.1 9.7 -1.5 -16.1 -18.5 9.4 -3.6 -19.1 -19.1 9.8 -1.8

Gula (USd/lb) 21.6 -4.3 41.5 48.6 19.8 -8.2 30.0 32.7 19.5 -1.5 28.0 28.0 20.6 1.3

Gandum (USd/bu) 416.3 3.5 -11.4 -20.3 380.5 -8.6 -19.0 -17.3 408.0 7.2 -13.2 -13.2 402.2 -0.7

Kacang Kedelai

(USd/bu) 1,002.3 5.1 15.0 13.4 1,032.3 3.0 18.5 17.2 996.5 -3.5 14.4 14.4 1,003.9 -1.0

Jagung (USd/bu) 354.8 5.3 -7.4 -13.1 348.5 -1.8 -9.0 -11.7 352.0 1.0 -8.1 -8.1 353.0 4.0

Minyak Mentah

Brent (USD/bbl) 48.3 -1.5 29.6 -2.5 50.5 4.5 35.4 13.1 56.8 12.6 52.4 52.4 51.5 9.6

Minyak Mentah WTI

(USD/barrel) 46.9 -1.9 26.0 2.8 49.8 6.1 33.7 20.8 54.7 9.8 46.8 46.8 49.7 11.4

Gas Alam

(USD/MMBtu) 3.0 4.1 18.9 15.8 3.4 10.8 31.7 33.1 3.7 9.9 44.8 44.8 3.3 16.3

Emas (USD/toz) 1,273.1 -3.3 19.6 11.1 1,173.9 -7.8 10.3 9.7 1,154.3 -1.7 8.4 8.4 1,212.5 -9.5

Tembaga (USd/lb) 220.5 -0.2 2.3 -5.4 263.3 19.4 22.2 27.0 250.6 -4.8 16.3 16.3 242.9 11.9

Sumber: Bloomberg (diolah kembali), posisi akhir bulan

Page 159: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

145

Lampiran 4: Harga Bahan Pokok Nasional

Harga Bahan Pokok Nasional

Komoditas

Oktober 2016 November 2016 Desember 2016 Rata-rata Triwulan

QtQ (%) PAB

MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM

(%) YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

Minyak Goreng 11,450.0 -2.7 10.0 7.7 11,660.0 1.8 12.0 11.6 11,710.0 0.4 12.5 12.8 11,597.3 1.1

Daging Sapi 113,770.0 0.1 3.2 5.7 113,960.0 0.2 3.3 5.4 114,840.0 0.8 4.1 3.9 113,934.4 -0.5

Daging Ayam Broiler 30,150.0 -2.2 -11.9 3.9 29,780.0 -1.2 -12.9 -4.3 33,040.0 10.9 -3.4 -2.6 30,538.8 -5.0

Telur Ayam Ras 22,030.0 -3.1 -13.7 1.0 21,950.0 -0.4 -14.1 -4.0 24,400.0 11.2 -4.5 -6.0 22,474.1 -4.0

Tepung Terigu 8,970.0 0.2 -1.0 0.1 8,880.0 -1.0 -2.0 -1.2 8,880.0 0.0 -2.0 -2.0 8,921.1 -0.8

Kedelai Impor 10,540.0 -0.8 -4.1 -4.8 10,660.0 1.1 -3.0 -3.0 10,690.0 0.3 -2.7 -2.6 10,643.9 -0.2

Kedelai lokal 11,050.0 -0.5 0.4 1.7 11,060.0 0.1 0.5 0.5 10,840.0 -2.0 -1.5 -3.0 11,039.3 -1.1

Beras Medium 10,700.0 0.9 -0.1 2.8 10,660.0 -0.4 -0.5 0.6 10,710.0 0.5 0.0 -0.2 10,679.1 1.0

Gula Pasir 14,350.0 -1.5 10.0 12.3 14,170.0 -1.3 8.7 10.9 14,100.0 -0.5 8.1 8.8 14,267.1 -8.2

Cabe Merah Keriting 51,040.0 40.2 30.0 125.0 50,550.0 -1.0 28.7 80.1 40,080.0 -20.7 2.1 1.2 47,583.0 37.2

Cabe Merah Biasa 49,730.0 40.9 26.4 109.3 46,970.0 -5.5 19.4 79.5 37,120.0 -21.0 -5.6 -8.5 45,659.0 35.6

Bawang Merah 36,380.0 -7.0 1.3 75.8 41,820.0 15.0 16.5 89.1 37,130.0 -11.2 3.4 3.9 39,051.3 -5.8

Sumber: Kementerian Perdagangan (diolah kembali), posisi akhir bulan

Page 160: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

146

Untuk memberikan hasil laporan terbaik, kami mengharapkan saran dan kritik

membangun dari pembaca.

Kritik dan saran harap dikirimkan ke alamat surat elektronik berikut

[email protected]

Page 161: KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · 2017-04-07 · ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar

147