kata pengantar - bmkghangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/07/... · kata pengantar bumi...
TRANSCRIPT
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] i
KATA PENGANTAR
Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan
hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika
mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi,
politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah
satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program
pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan
Barelang (Batam, Rempang, Galang), Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya
menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.
Buletin Meteorologi edisi Juli 2019 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim
wilayah Kepulauan Riau pada bulan Juni 2019, prakiraan hujan serta prakiraan pasang surut bulan Juli
2019. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik
kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.
Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak
kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin
ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai
isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I
HANG NADIM BATAM
ttd
I WAYAN MUSTIKA, S.Si, M.Si.
NIP. 19670305 199102 1 005
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] ii
TIM REDAKSI
Pelindung : I Wayan Mustika, S.Si, M.Si.
Penanggung Jawab : Suratman, S.Kom.
Editor : Hana Solihah, S.Si.
Tim Pengumpulan Data : Heritan, S.E.
Aprilia Susilowati, S.Tr.
Tim Analisis dan Prakiraan : Pande Made Rony Kurniawan, SST.
Debora Truly Marpaung, SST.
Ibnu Susilo, S.Tr.
Tim Distribusi : Suryanti Agustina, S.P., M.Ling.
Sri Rameiyana, S.E.
Desain : M. Taufiq, S.SI.
Teknisi : Kuswito
Alamat Redaksi
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
Jalan Batu Besar, Bandara Hang Nadim Batam
Batu Besar, Batam 29466
Telpon : 0778-761415
Fax : 0778-761401
Website : hangnadim.kepri.bmkg.go.id
Email : [email protected]
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] iii
DAFTAR ISI
Kata pengantar .............................................................................................................................................................. i
Tim Redaksi .................................................................................................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................................................................................... iii
I. RINGKASAN........................................................................................................................................................ 1
II. PENGERTIAN ...................................................................................................................................................... 1
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM JUNI 2019 ................................................................................................. 2
IV. PRAKIRAAN CUACA JULI 2019 ................................................................................................................ 11
V. PRAKIRAAN PASANG SURUT JULI 2019 ................................................................................................ 16
VI. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI JULI 2019...................................... 19
DAFTAR ISTILAH .................................................................................................................................................... 22
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] 1
RINGKASAN
1. Berdasarkan data curah hujan bulan Juni 2019 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang Nadim,
maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Juni 2019 adalah sebagai berikut:
a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam yaitu berada pada kondisi normal hingga di atas normal
terhadap rata – ratanya. Sedangkan kondisi angin dilaporkan dominan bertiup dari arah
Tenggara hingga Selatan dari dasarian I hingga dasarian III pada kecepatan rata – rata 10 km/jam.
b. Pada bulan Juni wilayah Indonesia dilalui oleh perambatan MJO sehingga cukup memberikan
pengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya di wilayah
Kepulauan Riau hal ini dapat terlihat dari nilai OLR yang kecil.
II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian
mulai Juli 2019 hingga Agustus 2020. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan
dasarian Hang Nadim periode Juli 1998 s.d Juni 2019. Dengan membandingkan prediksi
hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai
korelasi 0.9402 dan RMSE (error) 13.6033 yang menunjukkan bahwa curah hujan di bulan
Juli 2019 pada dasarian I dan III diprakirakan berada pada kisaran di bawah normalnya
sedangkan dasarian II diprakirakan berada pada kisaran normalnya.
PENGERTIAN
A. SIFAT HUJAN
Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan
dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:
1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.
2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.
3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.
B. NORMAL CURAH HUJAN
1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.
3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Juni
1901 s/d 31 Juni 1930, 1 Juni 1931 s/d 31 Juni 1960, 1 Juni 1961 s/d 31 Juni 1990, dan seterusnya.
C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)
KRITERIA CH CH/hari CH/Jam
Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm
Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm
Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm
Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] 2
ANALISA CUACA DAN IKLIM JUNI 2019
A. KERAGAMAN HUJAN
Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati
garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua
Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional
(Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai
Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan
matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun
mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman
iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan
kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan.
Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis.
Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar
pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke
tahun.
El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan
menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia.
Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan
equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole)
hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.
Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern
Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi
intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Agustusan Oscillation) juga mempengaruhi keragaman
hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi
pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan
monsun timur laut di Kepulauan Riau (Juni-Juli) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan
sekitar 200%.
Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase.
Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-
3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia (
100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah (
160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB).
Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit
mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan
memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah
pada satelit.
B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN JUNI 2019
1. Monsun
Pada bulan Juni, matahari mulai berada pada penjalarannya menuju titik bumi paling utara BBU
(Belahan Bumi Utara) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 0.5° yaitu dari 22.5°LU menuju
23.0°LU. Pada tanggal 21 Juni matahari akan berada pada titik paling utara bumi dengan sudut deklinasi
maksimum yaitu 23.5°LU atau biasa disebut ‘summer soltice’ setelah itu akan bergerak kembali menuju
equator. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah sekitar ekuator dan BBU yang
memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pola-pola tekanan rendah tersebut menjadi
tempat pengumpulan massa udara yang cukup mempengaruhi kondisi cuaca di Indonesia termasuk
Kepulauan Riau.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] 3
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png
Gambar 1. Peta Rata-rata Suhu Muka Laut Juni 2019
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png
Gambar 2. Peta Anomali Suhu Muka Laut Bulan Juni 2019
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia pada bulan Juni 2019 berkisar
antara 28.00 - 31.00C (Gambar.1) dengan anomali -1.50 - +1.50C (Gambar.2). Di wilayah Kepulauan
Riau, anomali suhu muka laut berkisar antara -0.50C hingga +1.50C yang menunjukkan suhu muka
laut masih dalam kondisi yang cukup hangat sehingga memberi banyak pasokan uap air di udara. Suhu
muka laut yang hangat serta anomali suhu muka laut yang positif sangat mendukung proses
pertumbuhan awan-awan yang berpotensi menjadi hujan.
Pada bulan Juni 2019, tekanan udara di BBS secara umum lebih tinggi dari pada BBS dan sekitar
equator karena matahari telah berada di wilayah BBU. Hal ini menyebabkan massa udara bergerak
dari BBS (bertekanan tinggi) menuju BBU (bertekanan rendah) dan ekuator sehingga membentuk
pola belokan angin (shearline) di sekitar wilayah Kepulauan Riau. Pada daerah belokan angin terjadi
perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi
pengangkatan massa udara yang berpotensi dalam pembentukan awan–awan konvektif yang dapat
menghasilkan hujan.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] 4
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=mslp&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Juni 2019
Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG
Gambar 4. Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan Juni 2019
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=850wind&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 5. Pola Angin 850mb Bulan Juni 2019
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] 5
Berdasarkan hasil analisis (Gambar.4 dan 5), pada daerah Kepulauan Riau angin pada bulan
Juni umumnya bertiup dari arah Tenggara hingga Barat Daya dengan kecepatan rata-rata 0 hingga 5
knot (Gambar. 5).
2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation)
ENSO berada pada kondisi netral yaitu antara −0.8 °C sampai +0.8 °C. Pada akhir bulan Juni
2019, nilai anomali SST Nino 3.4 yaitu sebesar +0.50 dan nilai rata-rata harian SOI (Southern Oscillation
Index) selama bulan Juni sebesar -10.4. Hal tersebut mengindikasikan tidak adanya pengaruh terhadap
penambahan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian
timur.
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 6. Grafik indeks SST Nino3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar 7. Grafik indeks ENSO / SOI
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] 6
3. MJO (Madden-Junian Oscillation)
a. OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 8. Rata-rata OLR Juni 2019
OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa.
Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa. Awan-awan
konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang tersebut. Suatu
wilayah di permukaan bumi yang terdapat tutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang
kecil/rendah. Pada bulan Juni 2019, nilai OLR terendah di wilayah Indonesia terdapat di wilayah
Sumatera bagian Selatan, Pulau Jawa hingga NTT yaitu berkisar antara 240 – 280 W/m2, sementara
untuk wilayah Kepulauan Riau secara keseluruhan, nilai OLR seperti yang ditunjukkan pada gambar
8 berada pada kisaran 200 - 220 W/m2. Hal ini mengindikasikan bahwa tutupan awan konvektif di
wilayah Kepulauan Riau pada bulan Juni 2019 tidak terlalu banyak.
b. Fase MJO
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Gambar 9. Fase MJO
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] 7
MJO selama bulan Juni 2019 berada pada fase 2 sampai 7 dengan sifat yang kuat pada
perambatannya hingga pertengahan bulan dan kemudian memasuki sifat lemah hingga akhir bulan.
Wilayah Indonesia berada pada fase 3 sampai 5. Pada gambar (9) terlihat bahwa pada awal hingga
pertengahan bulan Juni wilayah Indonesia terlewati oleh perambatan MJO. Secara teori, kondisi MJO
ini memberikan pengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia sehingga cukup
mendukung proses pertumbuhan awan-awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan termasuk juga
untuk wilayah Kepulauan Riau.
4. IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada
kisaran normal dengan kondisi netral (-0.4 s.d 0.4). Pada akhir bulan Juni 2019 nilai IOD berada pada
kondisi positif yang bernilai +0.21. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan Juni 2019 secara
umum IOD tidak berpengaruh dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia
bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 10. Grafik IOD
C. ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2019
Berdasarkan data curah hujan bulan Juni 2019 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang
Nadim di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan
sifat hujan bulan Juni 2019 adalah sebagai berikut:
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] 8
D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN JUNI 2019
a. Hujan
Hujan bulan Juni 2019 Barelang bersifat Normal (N) dengan curah hujan selama satu bulan
berkisar 136,4 mm – 282,2 mm atau antara 54,1 % - 111,9 %. Curah hujan terendah terjadi di Sekupang
dan tertinggi di Tanjung Uncang. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Juni 2019 terdapat 10 hari hujan
terukur dan 12 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 203,4 mm atau berkisar
80,7% dari rata-rata, yang berarti sifat hujan Bawah Normal (BN). Pada dasarian I terjadi 5 hari hujan
terukur dengan jumlah curah hujan 132,2 mm, pada dasarian II terjadi 3 hari hujan terukur dengan
jumlah curah hujan 30,7 mm pada dasarian III terjadi 2 hari hujan dengan jumlah curah hujan 40,5 mm.
Curah hujan tertinggi 64,7 mm terjadi pada tanggal 1 Juni 2019.
Gambar 12. Grafik Curah Hujan bulan Juni 2019 di Hang Nadim
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] 9
b. Suhu Udara
Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 25,4 °C - 29,5 °C. Suhu udara terendah dalam bulan
Juni 2019 adalah 18,2°C terjadi pada tanggal 1 Juni 2019 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33,0 °C
terjadi pada tanggal 6 Juni 2019 siang hari.
Gambar.13 Grafik Suhu Udara bulan Juni 2019 di Hang Nadim
c. Kelembapan Udara
Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 76% - 95%. Kelembaban udara terendah
mutlak 61% terjadi pada tanggal 5, 10 dan 11 Juni 2019 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi
100% terjadi pada tanggal 1 Juni 2019 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan Juni
2019 lebih basah dibandingkan bulan Mei 2019.
Gambar.14 Grafik Kelembaban Udara Bulan Juni 2019 di Hang Nadim
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] 10
d. Angin Permukaan
Selama periode dasarian I – III Juni 2019, angin permukaan secara umum didominasi dari
Tenggara hingga Selatan dengan kecepatan rata-rata 5,5 km/jam. Arah dan kecepatan maksimum dari
Tenggara dengan kecepatan 27,8 km/jam terjadi pada tanggal 17 Juni 2019.
Windrose Bulan Juni 2019
WRPLOT View - Lakes Environmental Software
WIND ROSE PLOT:
COMMENTS: COMPANY NAME:
MODELER:
DATE:
10/07/2019
PROJECT NO.:
NORTH
SOUTH
WEST EAST
4,93%
9,86%
14,8%
19,7%
24,7%
WIND SPEED
(Knots)
>= 21,58
17,11 - 21,58
11,08 - 17,11
7,00 - 11,08
4,08 - 7,00
0,97 - 4,08
Calms: 42,30%
TOTAL COUNT:
720 hrs.
CALM WINDS:
42,30%
DATA PERIOD:
Start Date: 01/06/2019 - 00:00End Date: 01/07/2019 - 01:00
AVG. WIND SPEED:
3,33 Knots
DISPLAY:
Wind SpeedDirection (blowing from)
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] 11
PRAKIRAAN CUACA JULI 2019
A. DINAMIKA ATMOSFER
1. Tekanan Udara dan Angin
Pada bulan Juli, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBU (Belahan Bumi Utara)
paling ujung dan akan kembali menuju equator dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 4.7°
yaitu dari 23.5°LS menuju 18.8°LS (http://www.physicalgeography.net). Hal ini memicu tingginya
pemanasan air laut yang mengakibatkan hangatnya perairan di BBU serta sebagian di perairan tropis.
Dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada bulan Juli 2019 diprakirakan akan banyak
terdapat pada wilayah Bumi Bagian Utara (BBU).
Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Juli 2019 Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Juli 2019
Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html?L=2.5
http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html
Gambar 15. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Juli 2019
Pola angin rata-rata bulan Juli secara dominan akan bertiup dari Belahan Bumi Selatan (BBS)
menuju Belahan Bumi Utara (BBU) dan membentuk belokan angin (shearline) serta pertemuan massa
udara (konvergensi) di bagian sekitar ekuator. Hal tersebut menyebabkan di sekitar wilayah
Kepulauan Riau dapat terjadi perlambatan kecepatan angin yang memupuk massa udara serta
mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.
Sumber: Meteo Publik, BMKG
Gambar 16. Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan Juli 2019
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] 12
2. ENSO (EL-NinoSouthern Oscillation)
ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan
curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di wilayah Indonesia.
Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu BMKG, JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth
Science and Technology), NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) dan BOM/ POAMA
(Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) menyatakan bahwa pada bulan Juli 2019 dalam
kondisi El-Nino lemah. Secara umum, ENSO diprediksi akan tidak memberi pengaruh terhadap
penambahan jumlah curah hujan di wilayah khusunya wilayah timur.
Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG
Gambar 17. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of
Meteorology Australia) hingga akhir Juni 2019 menunjukkan berada pada kondisi El Nino dengan nilai
SOI sebesar -10.4, sehingga cukup memiliki pengaruh terhadap pengurangan curah hujan di wilayah
Indonesia khususnya bagian timur.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar 18. Grafik SOI Bulan Januari 2019 s.d. Awal Juli 2019
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] 13
3. MJO (Madden-Junian Oscillation)
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Gambar 19. Grafik Fase MJO pada Bulan Juni 2019 dan prakiraan Bulan Juli 2019
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif
Gambar 20. Anomali OLR sampai dengan 31 Juni 2019 dan prakiraan 15 hari kedepan
Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia,
khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO. Menurut
NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan Juli 2019 dengan sifat lemah hingga kuat
dan berada pada fase 7 hingga 2 sehingga kurang memberikan pengaruh terhadap penambahan curah
hujan di wilayah Indonesia (Gambar 19). Nilai anomali OLR bernilai negatif berada di wilayah
Indonesia, khususnya bagian barat wilayah Indonesia (Gambar 20) pada awal hingga pertengahan
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] 14
bulan Juli. Hal tersebut mengindikasikan tutupan awan konvektif di wilayah tersebut cukup banyak
termasuk di wilayah Kepulauan Riau pada awal hingga pertengahan bulan Juli.
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya
Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM dan BMKG (gambar 21) bulan Juli
2019 DMI akan berada pada kondisi netral sehingga tidak memberikan pengaruh terhadap penambahan
maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia, khususnya bagian barat.
Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg
Gambar 21. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
5. Tinjauan Klimatologis
Kondisi cuaca bulan Juli di Batam berdasarkan data klimatologis selama 25 tahun (1993-2017)
diketahui:
Secara klimatologis selama 16 tahun (1996 – 2011) jumlah curah hujan dibagi menjadi tiga
bagian di Pulau Batam selama Bulan Juli. Batam bagian Timur sekitar 50 – 100 mm, sedangkan Batam
bagian Tengah dan Selatan jumlahnya sekitar 150 – 200 mm dan Batam bagian Barat sekitar 200 –
250 mm.
Kesimpulan:
Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam
pada bulan Juli 2019 lebih sedikit dibandingkan dari bulan Juni 2019, sehingga peluang curah
hujannya lebih rendah dibandingkan dengan bulan Juni 2019.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] 15
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI 2019
1. Prakiraan Hujan Dasarian
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Juli
2019 hingga Agustus 2019. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang
Nadim periode Juli 1998 s.d Juni 2019.
Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian
periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.9402 dan RMSE (error) 13.6033. Hasilnya
menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Juli 2019 diprakirakan:
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I dan III
berada pada kisaran bawah normalnya serta pada dasarian II berada pada kisaran normalnya.
2. Prakiraan Hujan Bulanan
Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil
prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Juli 2019 di wilayah Barelang sebagai berikut:
Tabel Prakiraan Curah Hujan Bulan Juli 2019
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Juli di Barelang dapat
diprakirakan sebagai berikut:
Tabel Prakiraan Sifat Hujan Bulan Juli 2019
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] 16
PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) JULI 2019
A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan
angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun
terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air.
Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan
gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.
B. Pola Pasang Surut
Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya.
Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide
(air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut
mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda
dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.
Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air
untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam
jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata
ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.
C. Paras Pasang Surut.
Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt
Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide.
Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang
surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti
bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini
kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten
Kota sebagai berikut :
1. KOTA BATAM
i. BATU AMPAR
ii. SEKUPANG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] 17
2. KABUPATEN BINTAN
i. TANJUNG UBAN
3. KABUPATEN KARIMUN
i. TANJUNG BALAI KARIMUN
ii. TANJUNG PINANG
4. KABUPATEN LINGGA
i. DABO SINGKEP
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] 18
5. KABUPATEN ANAMBAS
i. SELAT PENINTING
6. KABUPATEN NATUNA
i. SEDANAU
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] 19
PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM
BULAN DAN MATAHARI JULI 2019
1. BATAM
Location : E104 07, N01 07, July 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm Hm hm hm
1 0602 1813 0419 1649
2 0602 1813 0516 1748
3 0602 1813 0616 1849
4 0602 1813 0717 1950
5 0603 1814 0818 2049
6 0603 1814 0916 2145
7 0603 1814 1011 2238
8 0603 1814 1104 2328
9 0603 1814 1154 0000
10 0603 1814 1244 0018
11 0604 1814 1333 0106
12 0604 1815 1423 0155
13 0604 1815 1514 0245
14 0604 1815 1606 0336
15 0604 1815 1658 0428
16 0604 1815 1750 0520
17 0604 1815 1841 0611
18 0604 1815 1929 0701
19 0605 1815 2015 0748
20 0605 1815 2059 0834
21 0605 1815 2140 0917
22 0605 1815 2222 0959
23 0605 1815 2303 1041
24 0605 1815 2344 1123
25 0605 1815 0000 1206
26 0605 1815 0028 1252
27 0605 1815 0115 1341
28 0605 1815 0205 1433
29 0605 1815 0259 1530
30 0605 1815 0357 1630
31 0605 1815 0459 1732
2. TANJUNGPINANG
Location : E104 32, N00 55, July 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm Hm hm hm
1 0600 1811 0417 1647
2 0601 1811 0514 1746
3 0601 1811 0615 1847
4 0601 1811 0716 1948
5 0601 1812 0816 2047
6 0601 1812 0915 2143
7 0602 1812 1010 2236
8 0602 1812 1102 2327
9 0602 1812 1153 0000
10 0602 1812 1242 0016
11 0602 1812 1331 0105
12 0602 1813 1421 0153
13 0603 1813 1512 0243
14 0603 1813 1604 0334
15 0603 1813 1656 0426
16 0603 1813 1748 0518
17 0603 1813 1838 0610
18 0603 1813 1927 0659
19 0603 1813 2013 0747
20 0603 1813 2057 0832
21 0603 1813 2139 0916
22 0603 1813 2220 0958
23 0603 1813 2301 1039
24 0604 1813 2343 1121
25 0604 1813 0000 1205
26 0604 1813 0027 1250
27 0604 1813 0113 1339
28 0604 1813 0203 1431
29 0604 1813 0258 1528
30 0604 1813 0356 1628
31 0604 1813 0457 1730
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] 20
3. RANAI
Location : E108 24, N03 55, July 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0540 1801 0357 1635
2 0540 1801 0453 1735
3 0540 1801 0553 1836
4 0541 1801 0655 1936
5 0541 1801 0756 2035
6 0541 1801 0855 2130
7 0541 1801 0951 2222
8 0541 1802 1045 2311
9 0542 1802 1137 2359
10 0542 1802 1227 0000
11 0542 1802 1318 0047
12 0542 1802 1409 0135
13 0542 1802 1500 0223
14 0542 1802 1553 0314
15 0543 1802 1645 0405
16 0543 1802 1737 0457
17 0543 1802 1827 0549
18 0543 1802 1915 0639
19 0543 1802 2000 0727
20 0543 1802 2043 0813
21 0543 1802 2124 0858
22 0544 1802 2205 0941
23 0544 1802 2245 1023
24 0544 1802 2326 1106
25 0544 1802 0000 1150
26 0544 1802 0008 1237
27 0544 1802 0054 1326
28 0544 1802 0143 1420
29 0544 1802 0237 1517
30 0544 1802 0335 1617
31 0544 1802 0436 1719
4. TANJUNG BALAI KARIMUN
Location : E103 23, N01 03, July 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0605 1816 0422 1652
2 0605 1816 0519 1751
3 0605 1816 0619 1852
4 0605 1816 0721 1953
5 0606 1816 0821 2052
6 0606 1817 0919 2148
7 0606 1817 1014 2241
8 0606 1817 1107 2331
9 0606 1817 1157 0000
10 0606 1817 1247 0021
11 0607 1817 1336 0109
12 0607 1817 1426 0158
13 0607 1817 1517 0248
14 0607 1818 1609 0339
15 0607 1818 1701 0431
16 0607 1818 1753 0523
17 0607 1818 1843 0614
18 0607 1818 1932 0704
19 0608 1818 2018 0751
20 0608 1818 2102 0837
21 0608 1818 2143 0920
22 0608 1818 2225 1002
23 0608 1818 2306 1044
24 0608 1818 2347 1126
25 0608 1818 0000 1209
26 0608 1818 0031 1255
27 0608 1818 0118 1344
28 0608 1818 0208 1436
29 0608 1818 0302 1533
30 0608 1818 0401 1633
31 0608 1818 0502 1735
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] 21
5. DABO SINGKEP
Location : E104 34, S00 28, July 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0601 1810 0418 1646
2 0601 1810 0515 1745
3 0601 1810 0615 1846
4 0602 1810 0717 1947
5 0602 1811 0817 2046
6 0602 1811 0915 2142
7 0602 1811 1010 2236
8 0602 1811 1102 2326
9 0603 1811 1153 0000
10 0603 1811 1242 0016
11 0603 1812 1331 0105
12 0603 1812 1421 0154
13 0603 1812 1512 0244
14 0603 1812 1603 0335
15 0603 1812 1656 0427
16 0603 1812 1747 0519
17 0604 1812 1838 0610
18 0604 1812 1926 0700
19 0604 1812 2012 0747
20 0604 1812 2056 0833
21 0604 1812 2138 0916
22 0604 1812 2220 0958
23 0604 1812 2301 1039
24 0604 1812 2343 1121
25 0604 1812 0000 1204
26 0604 1812 0027 1249
27 0604 1812 0113 1338
28 0604 1812 0204 1431
29 0604 1812 0258 1527
30 0604 1812 0357 1627
31 0604 1812 0458 1729
6. TAREMPA
Location : E106 15, N03 12, July 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm Hm
1 0550 1808 0407 1643
2 0550 1808 0503 1743
3 0550 1808 0603 1844
4 0550 1808 0705 1944
5 0551 1809 0806 2043
6 0551 1809 0905 2138
7 0551 1809 1001 2230
8 0551 1809 1054 2320
9 0551 1809 1146 0000
10 0551 1809 1236 0008
11 0552 1809 1326 0056
12 0552 1809 1417 0144
13 0552 1809 1508 0233
14 0552 1810 1601 0324
15 0552 1810 1653 0415
16 0552 1810 1745 0507
17 0553 1810 1835 0558
18 0553 1810 1923 0649
19 0553 1810 2008 0737
20 0553 1810 2052 0823
21 0553 1810 2133 0907
22 0553 1810 2213 0950
23 0553 1810 2254 1032
24 0553 1810 2335 1115
25 0553 1810 0000 1159
26 0553 1810 0018 1245
27 0554 1810 0104 1334
28 0554 1810 0153 1428
29 0554 1809 0247 1525
30 0554 1809 0345 1625
31 0554 1809 0446 1726
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.067] 22
DAFTAR ISTILAH
Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang
membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan
angin kencang.
Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia
bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
Dasarian : Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD
(Indian Ocean Dipole)
: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera
Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.
DMI
(Dipole Mode Index)
: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang
bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera,
sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak
menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy,
maka cenderung banyak hujan.
El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum
menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO
(El Nino-Shouthern Oscillation)
: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.
Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas
ITCZ (Intertropical
Convergence Zone)
: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya
daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan
hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan
curah hujan di Indonesia meningkat.
MJO (Madden-Junian
Oscillation)
: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah)
di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai
pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari
barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur
dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing
Longwave Radiation)
Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode
(minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia
dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun
Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia
berkaitan dengan musim kemarau.
Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang
tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave
Radiation)
: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR
yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan
nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980, 1976-
1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara
tiba-tiba.
SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.
Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang
sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-
1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan
fenomena cuaca