kata pengantar - bappeda kota...

36

Upload: ngominh

Post on 05-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini
Page 2: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

Kata Pengantar

Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi

”Pemerataan Pendapatan dan Pola Konsumsi Penduduk Kota Semarang

Tahun 2011”.

Bahasan pada publikasi ini memuat gambaran tingkat ketimpangan

pendapatan dan pola konsumsi penduduk di Kota Semarang. Untuk keperluan

tersebut, selain menggunakan hasil survei tahun 2011 juga dilengkapi dengan data

lain yang terkait dengan pokok bahasan.

Publikasi ini terwujud berkat kerjasama antara Badan Pusat Statistik Kota

Semarang dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Semarang.

Kami telah mengupayakan untuk menyajikan publikasi ini sebaik-baiknya,

namun disadari mungkin masih terdapat kekurangan, untuk itu tanggapan serta

saran-saran dari semua pihak sangat diharapkan.

Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan

pembangunan di Kota Semarang.

KEPALA BAPPEDA

KOTA SEMARANG

BAMBANG HARYONO

Pembina Utama Muda

NIP. 19580410 198603 1 010

Semarang, 2012

KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK

KOTA SEMARANG

Dra. Hj. SITI SEDYATI, M.Si

Pembina Tk.I

NIP. 19570217 198303 2 001

Page 3: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 ii

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ...................................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................................ ii

Daftar Gambar ...................................................................................................... iii

Daftar Tabel .......................................................................................................... iv

BAB I Pendahuluan ........................................................................................ 1

1.1. Latar belakang ............................................................................ 1

1.2. Tujuan ......................................................................................... 2

1.3. Sistematika Penulisan ................................................................. 2

BAB II Tinjauan Pustaka ................................................................................. 3

2.1. Teori Pareto ................................................................................ 3

2.2. Indeks Theil dan Indeks-L ......................................................... 4

2.3. Teori Gini Ratio .......................................................................... 5

2.4. Kriteria Bank Dunia ................................................................... 8

BAB III Metodologi .......................................................................................... 10

3.1. Sumber Data ............................................................................... 10

3.2. Konsep dan Definisi ................................................................... 10

3.3. Teknik Analisis ........................................................................... 11

BAB IV Ketimpangan Distribusi Pendapatan di Kota Semarang .................... 14

4.1. Gambaran Umum Perekonomian Kota Semarang 2007-2011 .. 14

4.2. Pola Konsumsi Rumahtangga .................................................... 16

4.3. Kesenjangan Distribusi Pendapatan ........................................... 22

a. Koefisien Gini ........................................................................ 22

b. Relatif Ineqauality (Kriteria Bank Dunia) ............................. 27

BAB V Penutup ................................................................................................ 30

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 30

5.2. Saran ........................................................................................... 31

Page 4: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 iii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Komposisi Konsumsi Penduduk Kota Semarang

Tahun 2007 – 2011 ........................................................................... 18

Gambar 2. Rata-rata Pendapatan Per-kapita Sebulan Dirinci Menurut

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2011 ................................. 20

Gambar 3. Pola Konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 .................. 21

Gambar 4. Koefisien Gini Kota Semarang Tahun 2011 .................................... 22

Gambar 5. Perkembangan dan Level Gini Ratio Kota Semarang

Tahun 2007 – 2011 ........................................................................... 24

Page 5: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto (Juta Rupiah) Kota Semarang

Tahun 2007 – 2011 ........................................................................... 15

Tabel 2. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto

Tahun 2007 – 2011 ........................................................................... 15

Tabel 3. Produk Domestik Regional Bruto Perkapita (Rupiah)

Tahun 2007 – 2011 ........................................................................... 16

Tabel 4. Rata-rata Pengeluaran perkapita Sebulan dan Komposisi

Konsumsi Penduduk Kota Semarang, tahun 2007 – 2011 ............... 17

Tabel 5. Pola Konsumsi Makanan dan Non Makanan Penduduk

Kota Semarang Tahun 2011 ............................................................. 19

Tabel 6. Koefisien Gini Kota Semarang dan Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2007 – 2011 ........................................................................... 23

Tabel 7. Peringkat Gini Ratio Kab./Kota di wilayah Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2007 – 2011 ........................................................................... 25

Tabel 8. Ketimpangan Pendapatan di Kota Semarang Berdasarkan

Kriteria Bank Dunia Tahun 2007 – 2011 ......................................... 28

Page 6: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB I PENDAHULUAN

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu kriteria yang sering digunakan untuk mengetahui keadaan

perekonomian di suatu wilayah, adalah pertumbuhan ekonomi dengan melihat

pertumbuhan PDRB. Secara lebih rinci sering pula diulas faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Menurut Sukirno, pertumbuhan Ekonomi

adalah suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu

perekonomian dalam satu tahun tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Karena pendapatan regional adalah nilai dari seluruh produk yang dihasilkan oleh

seluruh pelaku ekonomi dalam suatu wilayah, maka besar atau kecilnya pendapatan

regional dapat dilihat sebagai gambaran tentang tingkat kesejahteraan masyarakat di

wilayah yang bersangkutan. Namun demikian pertumbuhan ekonomi yang hanya

diukur dengan pendapatan regional belum tentu berkorelasi positif dengan

kesejahteraan masyarakatnya atau dapat dikatakan bahwa besarnya tingkat

pertumbuhan ekonomi, tidak memberikan gambaran bahwa seluruh penduduk yang

ada di wilayah tersebut meningkat kesejahteraannya. Sangat mungkin terjadi, ekonomi

meningkat pesat tetapi jumlah penduduk miskin juga meningkat.

Pengukuran atau evaluasi hasil pembangunan dirasa belum cukup apabila hanya

di ukur dengan pertumbuhan ekonomi melalui PDRB, diperlukan parameter lain yang

mampu menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat terkait dengan distribusi

hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Publikasi ini memuat parameter penunjang

indikator pertumbuhan ekonomi dan akan memberikan gambaran tentang: pemerataan

pendapatan (mengukur seberapa besar kesenjangan pendapatan antar penduduk)

sekaligus melihat perubahan pola konsumsi masyarakatnya di Kota Semarang tahun

2011.

Page 7: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB I PENDAHULUAN

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 2

1.2. Tujuan

Publikasi ini, bertujuan untuk memberikan gambaran pemerataan pendapatan dan

pola konsumsi penduduk di Kota Semarang pada tahun 2011. Series data dari publikasi

ini diharapkan dapat menjadi bahan monitoring dan evaluasi distribusi pendapatan di

Kota Semarang.

1.3. Sistematika Penulisan

Tulisan ini disusun dalam 5 (lima) Bab, yaitu :

Bab I Pendahuluan,

Berisi latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka,

Berisi penjelasan beberapa teori tentang distribusi pendapatan.

Bab III Metodologi,

Mencakup sumber data, konsep dan definisi serta teknik analisis yang

digunakan dalam penulisan ini.

Bab IV Ketimpangan Distribusi Pendapatan Kota Semarang 2011,

Berisi uraian ringkas tentang distribusi pendapatan dan Pola konsumsi di Kota

Semarang.

Bab V Penutup,

Berisi kesimpulan dan saran.

Page 8: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ketimpangan distribusi pendapatan tidak terlepas atau sangat erat hubungannya

dengan kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua

negara di dunia. Menurut Kuncoro (1997), kemiskinan dapat ditinjau dari 2 sisi, yaitu :

pertama, kemiskinan absolute, dimana dengan pendekatan ini di identifikasikan jumlah

penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan tertentu. kedua, kemiskinan relatif,

yaitu pangsa pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing golongan

pendapatan. Dengan kata lain, kemiskinan relatif amat erat kaitannya dengan masalah

distribusi pendapatan.

Badan Pusat Statistik dalam "Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan

2011", untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan tersebut telah muncul

beberapa teori maupun ukuran yang digunakan, antara lain :

2.1. Teori Pareto

Vilfredo Pareto (1897) dalam Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan

2009 (BPS, 2009), setelah melakukan penelitian mengenai distribusi pendapatan di

Eropa, mendapatkan bentuk kurvanya (untuk setiap negara) tidaklah mengikuti

distibusi normal, tapi mengikuti perumusan sebagai berikut:

A = Jumlah penduduk yang mempunyai pendapatan lebih besar daripada X

X = Tingkat pendapatan tertentu dari keluarga atau individu yang

bersangkutan

Page 9: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 4

N = Jumlah penduduk total

b = Parameter yang nilainya antara 1 dan 2

Berdasarkan hasil tersebut, Pareto, menyatakan bahwa akan selalu ditemui

ketimpangan dalam setiap negara, dimana kelompok penduduk yang terkaya

mendapatkan porsi yang terbanyak dari pendapatan nasional negaranya. Penemuannya

ini selanjutnya dikenal sebagai Pareto Law, yang menyatakan bahwa 20 persen

kelompok penduduk terkaya menikmati 80 % dari pendapatan nasional negaranya.

2.2. Indeks Theil dan Indeks -L

Ada sejumlah ukuran ketimpangan yang memenuhi semua kriteria bagi sebuah

ukuran ketimpangan yang baik. Diantaranya yang paling banyak digunakan adalah

Indeks Theil dan Indeks-L (ukuran deviasi log rata-rata). Kedua ukuran tersebut

masuk dalam famili ukuran ketimpangan "generalized enthropy". Rumus "generalized

enthropy" secara umum dapat ditulis sebagai berikut:

,

adalah rata-rata pendapatan (pengeluaran).

Nilai GE bervariasi antara 0 dan ∞ dengan 0 mewakili distribusi yang merata dan

nilai yang lebih tinggi mewakili tingkat ketimpangan yang lebih tinggi. Parameter α

dalam kelompok ukuran GE mewakili penimbang yang diberikan pada jarak antara

pendapatan pada bagian yang berbeda dari distribusi pendapatan. Untuk nilai α yang

lebih rendah, GE lebih sensitif terhadap perubahan pada ekor bawah dari distribusi

(penduduk miskin), dan untuk nilai α yang lebih tinggi GE lebih sensitif terhadap

perubahan yang berakibat pada ekor atas dari distribusi (penduduk kaya).

Page 10: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 5

Nilai α yang paling umum digunakan adalah 0 dan 1.

a) GE (1) disebut sebagai indeks Theil, yang dapat ditulis sebagai berikut :

GE(1) =

b) GE (0), juga dikenal dengan indeks-L, disebut ukuran deviasi log rata-rata

(mean log deviation) karena ukuran tersebut memberikan standar deviasi dari

log (y) :

GE(0) =

2.3. Teori Gini Ratio

Koefisien gini adalah salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk

mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Rumus koefisien gini

adalah sebagai berikut :

G = Gini Ratio

Pi = Persentase rumah tangga pada kelas pendapatan ke-i

Qi = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i

Qi-1 = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i-1

k = Banyaknya kelas pendapatan

Oshima menetapkan sebuah kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah

pola pengeluaran suatu masyarakat ada pada ketimpangan taraf rendah, sedang atau

tinggi.

Page 11: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 6

Untuk itu ditentukan kriteria sebagai berikut :

a. Ketimpangan taraf rendah, bila G < 0,35

b. Ketimpangan taraf sedang, bila G antara 0,35 - 0,5

c. Ketimpangan taraf tinggi, bila G > 0,5

Nilai indeks Gini ada diantara 0 dan 1. Semakin tinggi nilai Indeks Gini

menunjukkan ketidakmerataan pendapatan yang semakin tinggi. Jika nilai Indeks

Gini adalah nol maka artinya terdapat kemerataan sempurna pada distribusi

pendapatan, sedangkan jika bernilai satu berarti terjadi ketidakmerataan pendapatan

yang sempurna. Untuk publikasi resmi Indonesia oleh BPS, baik ukuran

ketidakmerataan pendapatan versi Bank Dunia maupun Indeks Gini, penghitungannya

menggunakan data pengeluaran.

Kurva Lorez

Keterangan:

- Sumbu OA menyatakan persentase jumlah penduduk

- Sumbu OC menyatakan persentase pendapatan

Page 12: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 7

Titik K pada kurva OKLB menunjukkan 40 persen jumlah penduduk menerima

pendapatan sebesar 10 persen total pendapatan. Sedang titik M pada kurva OMNB

menggambarkan bahwa 40 persen jumlah penduduk menerima bagian pendapatan

sebesar 17 persen dari total pendapatan. Berarti distribusi pendapatan yang digambarkan

oleh kurva OMNB lebih merata dari pada distribusi pendapatan yang ditunjukkan oleh

kurva OKLB.

Kelemahan Gini Ratio adalah besarnya nilai gini ratio tidak bisa menjelaskan

letak ketimpangannya. Penjelasan ini dapat diilustrasikan dengan membuat kurva

OMNB yang nilai Gini Rationya dibuat sama dengan kurva OKLB. Dalam kurva (yang

diarsir) golongan bawah lebih menderita dibandingkan kurva OMNB karena persentase

yang diterima oleh 40 persen penduduk hanya 10 persen pendapatan, sedang pada kurva

OKLB 40 persen penduduk menerima bagian 17 persen dari total pendapatan. Untuk

mengatasi kelemahan ini para pakar menganjurkan agar ukuran ini dilengkapi dengan

ukuran lain seperti Kriteria Bank Dunia, sehingga diketahui keadaan penduduk kelas

bawah atau kelas atas yang timpang.

Daimon dan Thorbecke (1999:5) dalam Analisis dan Penghitungan Tingkat

Kemiskinan 2009 (BPS, 2009) berpendapat bahwa penurunan ketimpangan (perbaikan

distribusi pendapatan) selalu tidak konsisten dengan bertambahnya insiden kemiskinan

kecuali jika terdapat dua aspek yang mendasari inkonsistensi tersebut.

a. Pertama, variasi distribusi pendapatan dari kelas terendah meningkat secara

drastis sebagai akibat krisis.

b. Kedua, merupakan persoalan metodologi berkaitan dengan keraguan dalam

pengukuran kemiskinan dan indikator ketimpangan.

Beberapa kriteria bagi sebuah ukuran ketimpangan yang baik misalnya:

a. Tidak tergantung pada nilai rata-rata (mean independence). Ini berarti bahwa

jika semua pendapatan bertambah dua kali lipat, ukuran ketimpangan tidak akan

berubah. Koefisien Gini memenuhi syarat ini.

b. Tidak tergantung pada jumlah penduduk (population size independence). Jika

penduduk berubah, ukuran ketimpangan seharusnya tidak berubah, jika kondisi

lain tetap (ceteris paribus). Koefisien Gini juga memenuhi syarat ini.

Page 13: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 8

c. Simetris. Jika antar penduduk bertukar tempat tingkat pendapatannya,

seharusnya tidak akan ada perubahan dalam ukuran ketimpangan. Koefisien Gini

juga memenuhi hal ini.

d. Sensitivitas Transfer Pigou-Dalton. Dalam kriteria ini, transfer pandapatan dari

si kaya ke si miskin akan menurunkan ketimpangan. Gini juga memenuhi

kriteria ini.

Ukuran ketimpangan yang baik juga diharapkan mempunyai sifat :

a. Dapat didekomposisi

Hal ini berarti bahwa ketimpangan mungkin dapat didekomposisi (dipecah)

menurut kelompok penduduk atau sumber pendapatan atau dalam dimensi lain.

Indeks Gini tidak dapat didekomposisi atau tidak bersifat aditif antar kelompok.

Yakni nilai total Koefisien Gini dari suatu masyarakat tidak sama dengan jumlah

nilai Indeks Gini dari sub-kelompok masyarakat (sub-group).

b. Dapat diuji secara statistik

Seseorang harus dapat menguji signifikansi perubahan indeks antar waktu. Hal

ini sebelumnya menjadi masalah, tetapi dengan teknik bootstrap interval (selang)

kepercayaan umumnya dapat dibentuk.

2.4. Kriteria Bank Dunia

Bank Dunia, dalam upaya mengukur ketimpangan pendapatan,

membagipenduduk menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok 40 persen penduduk

berpendapatan rendah, kelompok 40 persen penduduk berpendapatan menengah, dan

kelompok 20 persen penduduk berpendapatan tinggi. Ketimpangan pendapatan

ditentukan berdasarkan besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh kelompok 40

persen penduduk berpendapatan rendah, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Bila persentase pendapatan yang diterima oleh kelompok 40 persen penduduk

berpendapatan rendah lebih kecil dari 12 persen, maka dikatakan terdapat

ketimpangan pendapatan tinggi.

Page 14: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 9

b. Bila persentase pendapatan yang diterima oleh kelompok 40 persen penduduk

berpendapatan rendah antara 12 persen sampai dengan 17 persen, maka

dikatakan terdapat ketimpangan pendapatan moderat/sedang/menengah.

c. Bila persentase pendapatan yang diterima oleh kelompok 40 persen penduduk

berpendapatan rendah lebih besar dari 17 persen, maka dikatakan terdapat

ketimpangan pendapatan rendah.

Page 15: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB III METODOLOGI

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 10

BAB III

METODOLOGI

3.1. Sumber Data

Distribusi pendapatan penduduk 2011 dihitung berdasarkan data hasil Survei

Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2011 yang pengumpulan datanya

dilakukan melalui wawancara tatap muka antara petugas survei dengan responden.

3.2. Konsep dan Definisi

Konsep dan definisi yang dipakai pada Susenas 2011 yang terkait diantaranya :

Rumah tangga

Rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami

sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus dan biasanya tinggal bersama serta makan

dari satu dapur dalam pengertian bahwa kebutuhan sehari-hari diurus bersama-sama

menjadi satu.

Anggota Rumah Tangga / Penduduk

Anggota Rumah Tangga (ART) / penduduk adalah orang yang biasanya tinggal

di suatu rumah tangga, baik yang berada di dalam rumah tangga waktu pencacahan

maupun sementara tidak ada. Yang bepergian walaupun kurang dari enambulan tetapi

dengan tujuan pindah/akan meninggalkan rumah enam bulan atau lebih, tidak

dianggap sebagai ART. Orang yang telah tinggal di rumah tangga enam bulan atau

lebih atau yang telah tinggal di dalam rumah tangga kurang dari enam bulan tetapi

berniat tinggal enam bulan atau lebih dianggap sebagai ART.

Page 16: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB III METODOLOGI

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 11

Pengeluaran

Pengeluaran rumah tangga sebulan adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan

rumah tangga untuk konsumsi rumahtangga. Konsumsi rumahtangga dibedakan

menjadi dua kelompok yaitu konsumsi makanan dan bukan/non makanan (perumahan,

aneka barang dan jasa, pendidikan, kesehatan, pakaian, barang tahan lama, pajak dan

asuransi, dan keperluan untuk pesta dan upacara). Konsumsi tersebut tanpa

memperhatikan asal barang (membeli atau hasil sendiri atau pemberian) dan terbatas

pada pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga saja, tidak termasuk

konsumsi/pengeluaran untuk keperluan usaha rumah tangga atau diberikan kepada

pihak lain.

Pendapatan

Pendapatan adalah penerimaan berupa uang maupun barang yang diterima atau

dihasilkan. Namun disadari, bahwa informasi pendapatan ini tidak seperti yang

diharapkan, dimana banyak responden cenderung memberikan informasi pendapatan

yang tidak sebenarnya. Oleh sebab itu, data pendapatan sendiri diperkirakan dari data

pengeluaran dengan asumsi bahwa pengeluaran masyarakat merupakan gambaran

dari pendapatan mereka.

3.3. Teknik Analisis

Teori atau ukuran-ukuran yang digunakan dalam tulisan ini adalah Teori Gini

Ratio dan Kriteria Bank Dunia. Sedangkan untuk data pendapatan didekati dengan data

pengeluaran (konsumsi) rumah tangga.

Gini Ratio

Angka Gini Ratio terletak antara 0 - 1 dan apabila angka ini makin mendekati 0

(nol) berarti semakin rendah tingkat ketimpangannya. Sebaliknya apabila angka ini

Page 17: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB III METODOLOGI

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 12

semakin mendekati 1 (satu) berarti semakin tinggi tingkat ketimpangan (jurang

pemisah antara si kaya dan si miskin lebar).

Secara umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

0,00 < G < 0,35 → pemerataan tinggi / ketimpangan rendah

0,35 < G < 0,50 → pemerataan / ketimpangan sedang

G > 0,50 → pemerataan rendah / ketimpangan tinggi

Kriteria Bank Dunia

Pada prinsipnya Kriteria Bank Dunia membagi penduduk ke dalam 3 (tiga)

kelompok pendapatan yaitu 40 persen kelompok penduduk berpendapatan rendah, 40

persen kelompok penduduk berpendapatan sedang dan 20 persen kelompok

berpendapatan tinggi. Pengelompokan seperti ini pada dasarnya sama dengan

menggunakan cara desil (decile) yaitu 40 persen pertama sama dengan desil ke-4; 40

persen kedua sama dengan desil ke-8 dan 20 persen terakhir adalah desil ke-10.

Dalam menentukan besarnya desil ke-i digunakan rumus :

i = 1, 2, 3, ... 10

ni = Persentase ke-i

Di = Desil ke-i

Qb = Persen kumulatif dari kelas pendapatan sebelum Di

Qa = Persen kumulatif dari kelas pendapatan sesudah Di

Pb = Persen kumulatif dari jumlah penduduk sebelum Di

Pa = Persen kumulatif dari jumlah penduduk sesudah Di

Page 18: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB III METODOLOGI

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 13

Kriteria ketimpangan diukur berdasarkan bagian pendapatan yang

diterima kelompok berpendapatan rendah. Jika bagian pendapatan yang diterima

kelompok ini :

Kurang dari 12 persen → pemerataan rendah / ketimpangan tinggi

12 persen - 17 persen → pemerataan / ketimpangan sedang

Di atas 17 persen → pemerataan tinggi / ketimpangan rendah

Page 19: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB IV KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 14

BAB IV

KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

KOTA SEMARANG

4.1. Gambaran Umum Perekonomian Kota Semarang Tahun 2007 - 2011

Salah satu konsekuensi dari pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan

adalah ketimpangan distribusi pendapatan.

Dengan nilai Produk Domestik Regional Bruto pada tahun 2011 mencapai

48.461.410 juta rupiah dan Pertumbuhan ekonomi selama lima tahun ( 2007-2011)

mampu tumbuh dengan rata-rata di atas 5 % (lihat Tabel 1 dan 2) maka dapat dikatakan

ekonomi makro kota semarang menunjukan perkembangan yang cukup baik selama

lima tahun tersebut.

Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan perekonomian kota semarang,

pendapatan masyarakat yang terlihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per

kapita juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun . Tercatat PDRB per kapita

pada tahun 2011 mencapai 31.101.850,41 juta rupiah atau 11,51% lebih tinggi dari

tahun 2010 yang mencapai 27.891.154,90 juta rupiah.

Ketersediaan data pendapatan perkapita untuk daerah di Indonesia secara

umum dapat dikatakan tidak tersedia, oleh karena itu pengukuran kesejahteraan

masyarakat suatau wilayah umumnya didekati dengan dua pendekatan pendapatan

yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita dan Pengeluaran

Konsumsi Perkapita. Walaupun kedua nilai tersebut tidak menggambarkan

pendapatan riil penduduk akan tetapi secara empiris terbukti dapat memberikan

gambaran pendapatan penduduk untuk dapat menjadi indikator kesejahteraan

masyarakat suatu wilayah.

Page 20: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB IV KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 15

Tingkat pendapatan suatu wilayah selain dari kemampuan ekonomi wilayah

tersebut juga tergantung jumlah penduduk yang bermukim di wilayah tersebut,

jadi wilayah yang mempunyai nilai PDRB tinggi belum tentu memiliki PDRB

perkapita yang tinggi bila jumlah penduduk wilayah tersebut besar jumlahnya.

Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto (Juta rupiah) Kota Semarang

Tahun 2007 – 2011

Tahun Atas Dasar

Harga Berlaku

Atas Dasar

Harga Konstan 2000

Tahun 2007 30.515.737 18.142.640

Tahun 2008 34.541.219 19.156.814

Tahun 2009 38.465.017 20.180.578

Tahun 2010 43.398.191 21.365.818

Tahun 2011 48.461.410 22.736.136

Tabel 2. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang

Tahun 2007 – 2011

Tahun Atas Dasar

Harga Berlaku

Atas Dasar

Harga Konstan 2000

Tahun 2007 14,62 5,98

Tahun 2008 14,62 5,98

Tahun 2009 11,36 5,34

Tahun 2010 12,83 5,87

Tahun 2011 11,67 6,41

Page 21: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB IV KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 16

Tabel 3. Produk Domestik Regional Bruto Perkapita (Rupiah) Kota Semarang

Tahun 2007 – 2011

Tahun Atas Dasar

Harga Berlaku

Atas Dasar

Harga Konstan 2000

Tahun 2007 20.359.935,97 12.104.672,14

Tahun 2008 22.749.525,61 12.617.054,36

Tahun 2009 25.010.837,45 13.121.875,16

Tahun 2010 27.891.154,90 13.731.386,57

Tahun 2011 31.101.850,41 14.591.731,86

4.2. Pola Konsumsi Rumah tangga

Konsumsi perkapita dapat digunakan sebagi pendekatan pendapatan

perkapita sehingga informasi mengenai Pengeluaran rumah tangga merupakan

salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan

penduduk. Semakin tinggi pendapatan maka porsi pengeluaran akan bergeser dari

pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan.

Pergeseran pola pengeluaran terjadi karena elastisitas permintaan terhadap

makanan pada umumnya rendah, sebaliknya elastisitas permintaan terhadap barang

bukan makanan pada umumnya lebih tinggi tinggi. Keadaan ini jelas terlihat pada

kelompok penduduk yang tingkat konsumsi makanannya sudah mencapai

titik jenuh, sehingga peningkatan pendapatan akan digunakan untuk

memenuhi kebutuhan barang bukan makanan ,ditabung atau diinvestasikan.

Dengan demikian, pola pengeluaran dapat dipakai sebagai salah satu alat untuk

mengukur tingkat kesejahteraan penduduk, dimana perubahan komposisinya

digunakan sebagai petunjuk perubahan tingkat kesejahteraan.

Page 22: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB IV KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 17

Tabel 4. Rata-rata Pengeluaran Perkapita Sebulan dan Komposisi Konsumsi

Penduduk Tahun 2007 – 2011

Tahun

Rata-Rata

Pengeluaran Per-

kapita sebulan (Rp)

Persentase

Makanan Non Makanan

Tahun 2007 436.905 41,62 58,38

Tahun 2008 605.051 43,45 56,55

Tahun 2009 619.672 42,50 57,50

Tahun 2010 654.535 43,42 56,58

Tahun 2011 749.403 40,75 59,25

Secara umum pergerakan yang terjadi dari tahun 2007 ke tahun 2011 terlihat

bahwa konsumsi non makanan mendominasi struktur konsumsi penduduk Kota

Semarang. Bila melihat komposisi pola konsumsi masyarakat Kota Semarang Tahun

2007 – 2011 terlihat bahwa pengeluaran konsumsi untuk makanan tahun 2007 ke

tahun 2011 bergerak dari 41,62 persen menjadi 40,75 persen dan konsumsi non

makanan bergerak dari 58,38 persen menjadi 59,25 persen, secara teoritis komposisi

pola konsumsi dapat dikatakan bahwa masyarakat Kota Semarang mengalami

peningkatan kesejahteraan.

Page 23: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB IV KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 18

Gambar 1. Komposisi Konsumsi Penduduk Kota Semarang

Tahun 2007 – 2011

Bila dilihat dari nominalnya rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk

kota semarang pada tahun 2007 mencapai 436.905 rupiah bergerak secara signifikan

mencapai hampir dua kali lipat pada tahun 2011 yaitu 749.403 rupiah. Perumahan dan

fasilitas rumah tangga juga makanan dan minuman jadi mendapat porsi tertinggi

masing-masing 20% dan 18% di tahun 2011. Disusul aneka barang dan jasa sebesar

11 %, padi-padian 6%, pendidikan 5%, telur dan susu juga tembakau dan sirih masing

masing 4%. Sisanya dibawah 3%.

Pengeluaran perkapita kota semarang pada tahun 2011 sebesar Rp 749.403

terbagi sebesar Rp 305.346 untuk pengeluaran makanan dan Rp 444.056 untuk

pengeluaran non makanan. Makanan dan minuman jadi mendapat porsi terbesar

36,70% dari rata-rata pengeluaran makanan. Empat komoditas dengan porsi terbesar

selanjutnya padi-padian (11,62%), telur dan susu (8,23%), tembakau dan sirih

(7,64%), dan sayur-sayuran (6,47%).

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009 Tahun 2008 Tahun 2007

40.75 43.42 42.5 43.45 41.62

59.25 56.58 57.5 56.55 58.38

Non Makanan Makanan

Page 24: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB IV KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 19

Sedangkan rata-rata pengeluaran non makanan dimanfaatkan untuk memenuhi

kebutuhan perumahan dan fasilitas rumah tangga sebesar 40,50%. Selanjutnya

dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan aneka barang dan jasa 38,78%, dan

barang tahan lama 8,29%, sisanya pajak,pungutan dan asuransi, pakaian,alaskaki,dan

tutup kepala, juga keperluan pesta dan upacara masing – masing kurang dari 5%.

Tabel 4. Rata-rata Pengeluaran Perkapita Sebulan dan Komposisi Konsumsi

Penduduk Tahun 2007 – 2011

Jenis Pengeluaran

Makanan Persen

Jenis Pengeluaran Non

Makanan Persen

(1) (2) (3) (4)

Padi-padian 11,62 Perumahan dan Fasilitas

Rumahtangga 40,50

Umbi-umbian 0,36 Aneka Barang dan Jasa 38,78

Ikan/udang/cumi/kerang 5,04 - Kesehatan 6,32

Daging 4,59 - Pendidikan 10,99

Telurdan Susu 8,23 - Lainnya 21,48

Sayur-sayuran 6,47 Pakaian, Alas kaki dan Tutup

Kepala 4,19

Kacang-kacangan 3,32 Barang Tahan Lama 8,29

Buah-buahan 6,23 Pajak, Pungutan dan

Asuransi 4,39

Minyakdan Lemak 3,26 Keperluan Pestadan

Upacara/Kenduri 3,84

Bahan Minuman 3,14

Bumbu-bumbuan 1,43

Konsumsi Lainnya 1,96

Makanan dan Minuman Jadi 36,70

Tembakau dan sirih 7,64

Total 100,00 100,00

Rata-Rata Pengeluaran

Makanan (Rp.) 305,346

Rata-Rata Pengeluaran

Non Makanan (Rp.) 444,056

Page 25: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB IV KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 20

Dibandingkan dengan kabupaten atau kota lain di jawa tengah maka rata-rata

pendapatan per kapita sebulan kota semarang menduduki peringkat ke dua setelah

kota salatiga, sedangkan peringkat ke tiga dan keempat berturut turut dicapai kota

surakarta dan kota magelang.

Gambar 2. Rata-rata Pendapatan Per-kapita sebulan dirinci menurut

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2011

433,180

473,229

389,565

347,809

409,988

479,418

473,537

334,552

468,479

456,126

509,177

411,265

545,611

472,822

395,469

342,738

372,746

418,353

491,856

424,344

478,830

522,280

438,172

488,708

372,351

458,152

304,991

406,959

422,801

653,780

661,399

799,422

749,403

424,670

614,203

452,840

0 200,000 400,000 600,000 800,000

Kab. Cilacap

Kab. Banyumas

Kab. Purbalingga

Kab. Banjarnegara

Kab. Kebumen

Kab. Purworejo

Kab. Wonosobo

Kab. Magelang

Kab. Boyolali

Kab. Klaten

Kab. Sukoharjo

Kab. Wonogiri

Kab. Karanganyar

Kab. Sragen

Kab. Grobogan

Kab. Blora

Kab. Rembang

Kab. Pati

Kab. Kudus

Kab. Jepara

Kab. Demak

Kab. Semarang

Kab. Temanggung

Kab. Kendal

Kab. Batang

Kab. Pekalongan

Kab. Pemalang

Kab. legal

Kab. Brebes

Kota Magelang

Kota Surakarta

Kota Salatiga

Kota Semarang

Kota Pekalongan

Kota legal

Provinsi Jawa Tengah

Page 26: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB IV KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 21

Gambar 3. Pola Konsumsi Makanan dan Non Makanan Penduduk

Kota Semarang Tahun 2011

Padi-padian6%

Umbi-umbian0%

Ikan/udang/cumi/kerang

3%

Daging2%

Telurdan Susu4%

Sayur-sayuran3%

Kacang-kacangan2%

Buah-buahan3%

Minyakdan Lemak2%

Bahan Minuman2%

Bumbu-bumbuan

1%

Konsumsi Lainnya

1%Makanan dan Minuman

Jadi18%

Tembakau dan sirih

4%

Perumahan dan Fasilitas Rumahtangga

20%

Kesehatan3%

Pendidikan5%

Aneka Barang dan Jasa Lainnya

11%

Pakaian, Alas kaki dan Tutup Kepala

2% Barang Tahan Lama

4%

Pajak, Pungutan dan Asuransi

2%

Keperluan Pesta dan Upacara/Kenduri

2%

Page 27: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB IV KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 22

4.3. Kesenjangan distribusi Pendapatan

a. Koefisien Gini (Gini Ratio)

Distribusi pendapatan merupakan salah satu aspek kemiskinan yang penting

karena pada dasarnya merupakan ukuran kemiskinan relatif. Tingginya

ketimpangan pendapatan atau kemiskinan relatif, berarti kebijakan pembangunan

belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah salah satu parameter yang digunakan untuk

menilai ketimpangan distribusi pendapatan. Koefisien Gini bernilai antara 0 sampai

dengan 1 yang merupakan rasio antara luas area antara kurva Lorenz dengan garis

kemerataan sempurna dengan luas area di bawah kurva Lorenz.

Gambar 4. Koefisien Gini Kota Semarang Tahun 2011

Page 28: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB IV KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 23

Koefisien Gini berikut ini didasarkan data SUSENAS mengenai pengeluaran

rumah tangga di Kota Semarang tahun 2007-2011.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh angka Koefisien Gini untuk seluruh

rumah tangga sampel pada tahun 2007 sebesar 0,3014. Hal ini berarti bahwa

ketimpangan distribusi pendapatan di Kota Semarang pada tahun 2007 dikategorikan

sebagai tingkat “ketimpangan rendah”. Hal ini berarti bahwa dari sampel rumah

tangga penerima pendapatan, memperoleh sekitar 30,14 persen dari total

pendapatan daerah tahun 2007. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka

distribusi pendapatan di Kota Semarang pada tahun 2007 termasuk kategori

ketimpangan rendah.

Tabel 6. Koefisien Gini Kota Semarang dan Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2007 – 2011

Tahun Kota Semarang Jawa Tengah

Tahun 2007 0,3014 0,2525

Tahun 2008 0,2649 0,3033

Tahun 2009 0,3710 0,2833

Tahun 2010 0,3224 0,2908

Tahun 2011 0,3545 0,3462

Selanjutnya pada tahun 2008 indeks gini dikota semarang tercatat 0,2649. Hal ini

merupakan indeks gini terendah selama kurun waktu lima tahun terakhir. Bahkan dilihat

dari rangking kota semarang menduduki peringkat 16 dari 35 kabupaten/ kota di provinsi

jawa tengah. Peringkat terbaik bagi kota semarang selama kurun waktu 2007 – 2011.

Berbeda dengan tahun berikutnya, pada tahun 2009 indeks gini tercatat sebesar 0,3710

Page 29: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB IV KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 24

yang merupakan nilai terbesar dalam kurun lima tahun terakhir. Hal ini berarti tingkat

ketimpangan distribusi pendapatan kota semarang menembus batas ketimpangan sedang.

Peringkat dari indeks gini pada tahun 2009 tercatat terendah yaitu ke 35 dari seluruh

kabupaten/kota di provinsi jawa tengah, hal ini mengulang kejadian seperti pada tahun

2007. Sedangkan indeks gini pada tahun 2010 dan 2011 berfluktuasi, berturut-turut

tercatat sebesar 0,3224 dan 0,3545. Dimana pada tahun 2010 ketimpangan distribusi

pendapatan kota semarang menurun kembali pada level ketimpangan rendah, namun di

tahun 2011 kembali menembus level ketimpangan sedang. Rangking indek gini yang

dicapai pada dua tahun terakhir ini ternyata lebih rendah dari tahun 2009, yaitu 32 dan 29

dari 35 kabupaten/kota se provinsi jawa tengah.

Gambar 5. Perkembangan dan Level Gini Kota Semarang Tahun 2007 – 2011

00.05

0.10.15

0.20.25

0.30.35

0.40.45

0.50.55

0.60.65

0.70.75

0.80.85

0.90.95

1

Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009 Tahun 2008 Tahun 2007

TINGGI

RENDAH

SEDANG

Page 30: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB IV KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 25

Hasil perhitungan Koefisien Gini Kota Semarang selama periode 2007-2011

menunjukkan bahwa Indeks Gini di Kota Semarang selalu lebih tinggi

dibandingkan provinsi Jawatengah kecuali pada tahun 2008. Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa selama periode 2007-2011 kesenjangan distribusi pendapatan

di Kota Semarang relatif lebih tinggi dibandingkan provinsi Jawatengah. Selanjutnya

pada periode 2009 dan 2011, tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di Kota

Semarang dalam tingkat “ketimpangan sedang”. Sementara distribusi pendapatan di

provinsi Jawatengah tahun 2009 dan 2011 tetap berada dalam tingkat ketimpangan

rendah. Fluktuasi indeks gini yang terjadi di provinsi jawa tengah selama lima tahun

terakhir cenderung mengalami peningkatan walaupun masih dalam level ketimpangan

distribusi pendapatan rendah. Namun hal ini selayaknya menjadi perhatian bagi

pemerintah provinsi jawa tengah, khususnya dalam memperhatikan jumlah penduduk

miskin. Konsekwensi yang sama juga berlaku untuk kota semarang, dimana indeks gini

yang telah mencapai level ketimpangan distribusi pendapatan sedang.

Tabel 7. Peringkat Nilai Gini Ratio Kabupaten / Kota di wilayah Provinsi

Jawa Tengah

Kabupaten / Kota

Rangking

Tahun

2011

Rangking

Tahun

2010

Rangking

Tahun

2009

Rangking

Tahun

2008

Rangking

Tahun

2007

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Kab. Cilacap 8 14 25 4 32

2 Kab. Banyumas 28 34 34 35 24

3 Kab. Purbalingga 6 8 24 6 30

4 Kab. Banjarnegara 30 16 17 27 26

5 Kab. Kebumen 21 4 9 19 20

6 Kab. Purworejo 31 28 30 20 18

7 Kab. Wonosobo 25 13 10 29 15

8 Kab. Magelang 11 12 19 30 31

9 Kab. Boyolali 32 19 21 25 2

Page 31: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB IV KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 26

Kabupaten / Kota

Rangking

Tahun

2011

Rangking

Tahun

2010

Rangking

Tahun

2009

Rangking

Tahun

2008

Rangking

Tahun

2007

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

10 Kab. Klaten 12 15 7 31 8

11 Kab. Sukoharjo 16 29 14 3 4

12 Kab. Wonogiri 27 27 31 23 25

13 Kab. Karanganyar 34 26 33 26 3

14 Kab. Sragen 24 21 12 22 29

15 Kab. Grobogan 13 24 8 15 13

16 Kab. Blora 19 17 15 34 28

17 Kab. Rembang 2 1 2 32 9

18 Kab. Pati 7 11 20 28 11

19 Kab. Kudus 26 10 13 2 22

20 Kab. Jepara 14 2 3 21 17

21 Kab. Demak 10 9 5 5 21

22 Kab. Semarang 17 22 18 18 6

23 Kab. Temanggung 35 20 27 11 23

24 Kab. Kendal 33 18 28 12 7

25 Kab. Batang 3 23 23 9 1

26 Kab. Pekalongan 5 6 1 7 14

27 Kab. Pemalang 1 3 4 1 16

28 Kab. Tegal 4 30 22 10 5

29 Kab. Brebes 20 5 6 14 12

30 Kota Magelang 22 31 29 13 27

31 Kota Surakarta 18 33 26 17 10

32 Kota Salatiga 23 35 32 33 34

33 Kota Semarang 29 32 35 16 35

34 Kota Pekalongan 9 25 16 8 33

35 Kota Tegal 15 7 11 24 19

Page 32: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB IV KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 27

b. Relatif Ineqauality (Kriteria Bank Dunia)

Pola distribusi pendapatan masyarakat yang didasarkan pada hasil

perhitungan indeks gini hanya bisa menggambarkan tingkat pemerataan

pendapatan secara umum, tetapi belum menjelaskan besarnya porsi yang

diterima oleh kelompok berpendapatan rendah/miskin dari keseluruhan

pendapatan wilayah. Dengan menggunakan ukuran yang dikembangkan oleh Pusat

Penelitian Bank Dunia dan Lembaga Studi Pembangunan Universitas Sussex, kita

akan mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai masalah ketidakadilan

(inequality) melalui indikator yang disebut relative inequality atau biasa disebut

dengan kriteria Bank Dunia. Relative Inequality diartikan sebagai ketimpangan dalam

distribusi pendapatan yang diterima oleh berbagai golongan masyarakat.

Berdasarkan hasil penghitungan ketimpangan distribusi pendapatan Kota

Semarang berdasarkan pendekatan Kriteria Bank Dunia, menunjukkan bahwa

secara umum tingkat kesenjangan distribusi pendapatan di Kota Semarang selama

lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2007 – 2011 berada pada kategori tingkat

ketimpangan rendah (low inequality). Ini ditunjukan oleh porsi pendapatan yang

diterima oleh kelompok 40 % dari penduduk berpendapatan rendah, berkisar

antara 18.15 persen hingga 24.68 persen, yang berarti lebih tinggi dari ambang

batas 17 persen pendapatan, dan berada dalam kriteria low inequality dalam kriteria

Bank dunia.

Dengan memperhatikan adanya perubahan porsi pendapatan yang diterima oleh

40 persen kelompok rumah tangga berpendapatan rendah selama periode 2007-

2011 menunjukkan kondisi yang fluktuatif. Tahun 2007 kelompok ini menikmati

sekitar 20,65 persen dari bagian pendapatan regional, kemudian pada tahun 2008

meningkat menjadi 24,68 persen. Sementara tiga tahun berikutnya (2009-2011), porsi

pendapatan yang dinikmati oleh golongan rumah tangga berpendapatan rendah ini

semakin menurun. Hal ini berarti bahwa meskipun tingkat ketimpangannya masih

dalam kategori rendah, namun dari tahun ketahun menunjukkan kecenderungan

peningkatan ketimpangan pendapatan masyarakat. Kondisi ini harus mendapat

Page 33: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB IV KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 28

perhatian serius dari pemeritah daerah, bila ada keinginan untuk menurunkan

proporsi penduduk miskin dimasa depan. Masalah ketimpangan distribusi

pendapatan antar waktu dan antar wilayah akan selalu menjadi perhatian dan

menarik untuk diamati, karena merupakan bagian dari konsekwensi pertumbuhan

ekonomi disuatu wilayah yang tidak akan pernah hilang.

Tabel 8. Ketimpangan Pendapatan di Kota Semarang Berdasarkan Kriteria

Bank Dunia Tahun 2007 – 2011

Tahun

Kriteria Bank Dunia

40 % Rendah 40 % Menengah 20 % Tinggi

Tahun 2007 20,65 39,44 39,91

Tahun 2008 24,68 36,87 38,45

Tahun 2009 18,81 34,46 46,73

Tahun 2010 21,68 35,13 43,19

Tahun 2011 18,15 36,27 45,58

Dengan kriteria Bank Dunia secara umum tidak terlihat adanya ketimpangan

pendapatan dikota semarang, hal ini ditunjukkan oleh persentase pendapatan

kelompok 40% berpendapatan terendah yang berada di atas 17 %. Namun terjadi

kecenderungan penurunan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 (24,68 -

18,15). Kondisi yang sama diperlihatkan oleh koefisien Gini yang menunjukkan

ketimpangan yang semakin meningkat dari Tahun 2008 sampai dengan 2011. Hal

ini ditunjukkan Koefisien Gini dari 0,2469 pada tahun 2008 dan terus meningkat

hingga mencapai 0,3545 pada tahun 2011. Berarti secara total kedua ukuran ini

memberikan hasil dengan kecenderungan yang hampir sama, yaitu sejak tahun

2008 ketimpangan distribusi pendapatan di kota semarang selama periode lima

tahun terakhir cenderung meningkat, namun masih pada level yang rendah. Tetapi

Page 34: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB IV KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 29

ukuran Gini Ratio periode 2009 dan 2011 berada pada level sedang. Untuk kota

semarang kedua ukuran ketimpangan ini hampir tidak memperlihatkan perbedaan

yang berarti, namun Koefisien Gini cenderung fluktuatif pada level ketimpangan

pendapatan yang rendah hinga sedang. Untuk provinsi jawa tengah, ukuran

koefisien gini berfluktuatif, levelnya masih dalam posisi ketimpangan rendah namun

secara perlahan bergerak pada posisi menuju ketimpangan distribusi pendapatan

sedang yang dimulai pada tahun 2009 sampai dengan 2011. Hasil pengukuran

tersebut menunjukkan ketimpangan yang tetap rendah dan berada dalam posisi

yang belum menghawatirkan, namun indikasi kecenderungannya selama periode

2007 – 2011 perlu untuk lebih dicermati.

Page 35: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB V PENUTUP

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 30

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan :

1. Koefisien gini Kota Semarang selama kurun waktu lima tahun terakhir

(2007 – 2011) mengalami fluktuasi dari posisi ketimpangan distribusi

pendapatan rendah hingga sedang.

2. Koefisien gini provinsi jawa tengah selama kurun waktu lima tahun terakhir

(2007 – 2011) stabil dalam posisi ketimpangan distribusi pendapatan rendah.

3. Koefisien gini kota semarang dan provinsi jawa tengah selama kurun waktu

lima tahun terakhir (2007 – 2011) mengalami fase dari posisi ketimpangan

distribusi pendapatan rendah menuju ketimpangan distribusi pendapatan

sedang. Hal ini berarti terjadi kesenjangan distribusi pendapatan yang

semakin melebar.

4. Menurut kriteria bank dunia persentase pendapatan yang diterima oleh

kelompok 40% berpendapatan terendah kota semarang berada di atas 17 %,

namun tetap memiliki fase yang tidak berbeda dengan apa yang ditunjukan

oleh koefisien gini.

Page 36: Kata Pengantar - Bappeda Kota Semarangbappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zGINI201… · Kabupaten/K ota di Jawa Tengah Tahun 2011 ... Tabel 7. Peringkat Gini

BAB V PENUTUP

Pemerataan Pendapatan dan Pola konsumsi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011 31

5.2. Saran-saran

1. Pertumbuhan ekonomi Kota Semarang yang terus meningkat tetapi tidak

diimbangi dengan kecenderungan tingkat pemerataan pendapatan yang

tinggi atau ketimpangan distribusi pendapatan yang cenderung meningkat

terutama dalam tiga tahun terakhir perlu diwaspadai. Progaram-program

pengentasan kemiskinan harus terus dilanjutkan dan diperketat

pengawasannya. Hal ini untuk menghindari kebocoran /tidak tepat sasaran.

2. Jumlah penduduk miskin dan kantong kemiskinan di Kota Semarang harus

mendapat perhatian khusus. Dengan memperhatikan dan memetakan potensi

sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada didaerah tersebut

akan mempercepat proses pengentasan kemiskinan yang pada akhirnya akan

memperkecil tingkat kesenjangan distribusi pendapatan.