kata pengantar - kemkes.go.idpadk.kemkes.go.id/uploads/download/lakip_padk_2019... · 2020. 4....
TRANSCRIPT
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena atas Rahmat dan
Karunia-Nya lah, kami telah dapat menyelesaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) Pusat Analisis Determinan Kesehatan Tahun 2019.
Penyusunan LAKIP Pusat Analisis Determinan Kesehatan Tahun 2019 ini mengikuti
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
LAKIP Pusat Analisis Determinan Kesehatan Tahun 2019 menggambarkan
pencapaian kinerja atas pelaksanaan tugas/kegiatan Pusat Analisis Determinan
Kesehatan sepanjang Tahun 2019 berdasarkan Rencana Aksi dan Penrjanjian Kinerja
Pusat Analisis Determinan Kesehatan tahun 2019. Subtansi laporan mencerminkan hasil
capaian sasaran strategis Pusat Analisis Determinan Kesehatan atas pelaksanaan
program/kegiatan untuk Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di
lingkungan Kementerian Kesehatan.
Demikian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pusat Analisis
Determinan Kesehatan Tahun 2019 ini disusun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pelaksana dan penyusun program/kegiatan sebagai bahan evaluasi
program/kegiatan yang telah dilaksanakan maupun sebagai bahan perencanaan serta
penyusunan kegiatan/program untuk masa yang akan datang. Sehingga realisasi
program/kegiatan untuk tahun-tahun berikutnya dapat menjadi lebih baik. Kami juga
berharap agar laporan ini juga dapat memberikan manfaat maupun informasi bagi
perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia serta pihak-pihak lainnya yang
berkepentingan.
Jakarta, Januari 2020
Kepala Pusat Analisis Determinan Kesehatan
Pretty Multihartina
NIP. 196309271989012001
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan ii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan
Kesehatan mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah.
Kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan tahun 2019 adalah penyusunan
dokumen analisis lingkungan strategis dan penyusunan dokumen analisis perilaku dan
kesehatan inteligensia. Di mana output tersebut telah terealisasi sebesar 100%. Kegiatan-
kegiatan tersebut mendapatkan dukungan anggaran dalam DIPA sebesar Rp Rp.
18.366.405.000,- yang bersumber dari APBN, dengan realisasi anggaran sebesar Rp.
15.302.817.344,- atau 83,32% dari anggaran yang dialokasikan.
Prosentase pencapaian target tiap-tiap program/kegiatan adalah sebagai berikut:
1. Analisis Kebijakan Pembangunan Kesehatan dengan menggunakan anggaran sebesar
81% dengan output kinerja, 100 %;
2. UPT Vertikal yang dibina Dalam Rangka Internalisasi Revolusi Mental Bidang
Kesehatan dengan capaian output sebesar 100% dengan menggunakan anggaran
sebesar 87%;
3. Layanan Prasarana dan Prasarana Internal dengan capaian output sebesar 100%
dengan menggunakan anggaran sebesar 87%;
4. Layanan Dukungan Manajemen Satker dengan capaian output sebesar 100% dengan
menggunakan anggaran sebesar 80%;
5. Layanan Perkantoran dengan capaian output sebesar 100% dengan menggunakan
anggaran sebesar 90%. Meskipun serapan anggaran tidak mencapai 100%, namun
semua kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik. Walaupun demikian, ada beberapa
hal yang menjadi masalah dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, yaitu antara lain
penjadwalan kegiatan tidak tepat waktu sesuai perencanaan. Keterbatasan waktu
narasumber serta perbedaan paradigma di antara peserta, juga menjadi salah satu
permasalahan dalam kegiatan penyusunan dokumen analisis.
Selama tahun 2019 Pusat Analisis Determinan Kesehatan telah menyelesaikan 1)
Analisis Regulasi Tentang Pelayanan Kesehatan Berbasis Sistem Elektronik Atau
Digital Di Indonesia, 2) Dukungan Penyusunan Dokumen Renstra Kementerian
Kesehatan 2020-2024; 3) Kesiapan Daerah Dalam Iplementasi Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten / Kota, 4) Analisis Pembiayaan Kesehatan,
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan iii
5) Analisis Kebijakan Pengembangan Wisata Kebugaran Dan Jamu Pusat Analisis
Determinan Kesehatan, 6) Analisis Perilaku Milenial Dalam Mendukung Percepatan
Germas Dan PIS-PK Pada 5 Program Prioritas Nasional,
7) Analisis Perilaku Sumber Daya Manusia Kesehatan Di Daerah Tertinggal, Perbatasan
Dan Kepulauan Terluar, 8) Analisis Kebijakan Mewujudkan Lanjut Usia Sehat Menuju
Lanjut Usia Aktif (Active Ageing), 9) Analisis Kebijakan Penganekaragaman Pangan
Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia; 10) Analisis Kebijakan Peran
Filantropi Untuk Pembangunan Kesehatan; 11) Jejaring Peningkatan Kebijakan
Pembangunan Kesehatan : Penyusunan Naskah Kajian Pembentukan Badan Nasional
Pariwisata Kesehatan.
Selain itu, Pusat Analisis Determinan Kesehatan juga telah menghasilkan capaian
kinerja lainnya yang antara lain : 1. Advokasi Hasil Analisis Kebijakan Kesehatan
Dalam Mendukung Pembangunan Kesehatan Di Indonesia (Pertemuan Koordinasi
Implementasi Inpres 4 Tahun 2019 Tentang Peningkatan Kemampuan Dalam
Mencegah, Mendeteksi, Dan Merespons Wabah Penyakit Pandemi Global, Dan
Kedaruratan Nuklir, Biologi, Dan Kimia) 2. Penyusunan Naskah Kajian Pembentukan
Badan Nasional Pariwisata Kesehatan 3) Analisis Penguatan Sistem Kesehatan
Nasional Dalam Mendukung Pencapaian SPM Bidang Kesehatan 4). UPT Vetikal
Yang Dibina Dalam Rangka Internalisasi Revolusi Mental Bidang Kesehatan, 5).
Pembinaan Jabatan Fungsional Analis Kebijakan dan Jabatan Fungsional Administrator
Kesehatan.
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
IKHTISAR EKSEKUTIF ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vii
DAFTAR GRAFIK ..................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tugas dan Fungsi................................................................................ 2
C. Struktur Organisasi ............................................................................. 3
D. Sistematika Penulisan ........................................................................ 5
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A. Perencanaan Kinerja .......................................................................... 6
B. Perjanjian Kinerja ............................................................................... 9
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A.1. Capaian Kinerja (4 tahun terakhir) .................................................... 11
1. Analisis Regulasi Tentang Pelayanan Kesehatan Berbasis Sistem
Elektronik Atau Digital Di Indonesia ............................................... 13
2. Dukungan Penyusunan Dokumen Renstra Kementerian Kesehatan
2020-2024 ...................................................................................... 19
3. Kesiapan Daerah Dalam Iplementasi Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan Di Kabupaten / Kota ......................................... 21
4. Analisis Pembiayaan Ketahanan Kesehatan ................................. 23
5. Analisis Kebijakan Pengembangan Wisata Kebugaran Dan Jamu
Pusat Analisis Determinan Kesehatan ........................................... 29
6. Analisis Perilaku Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
Dan PIS-PK Pada 5 Program Prioritas Nasional ............................ 31
7. Analisis Perilaku Sumber Daya Manusia Kesehatan Di Daerah
Tertinggal, Perbatasan Dan Kepulauan Terluar ............................. 35
8. Analisis Kebijakan Mewujudkan Lanjut Usia Sehat Menuju Lanjut
Usia Aktif (Active Ageing) ............................................................... 39
9. Analisis Kebijakan Penganekaragaman Pangan Dalam
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia ............................... 45
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan v
10. Analisis Kebijakan Peran Filantropi Untuk Pembangunan
Kesehatan ...................................................................................... 49
A.2. Capaian Kinerja Lainnya
1. Advokasi Hasil Analisis Kebijakan Kesehatan Dalam Mendukung
Pembangunan Kesehatan Di Indonesia (Pertemuan Koordinasi
Implementasi Inpres 4 Tahun 2019 Tentang Peningkatan
Kemampuan Dalam Mencegah, Mendeteksi, Dan Merespons
Wabah Penyakit Pandemi Global, Dan Kedaruratan Nuklir,
Biologi, Dan Kimia) ...................................................................... 54
2. Jejaring Peningkatan Kebijakan Pembangunan Kesehatan :
Penyusunan Naskah Kajian Pembentukan Badan Nasional
Pariwisata Kesehatan ................................................................... 58
3. Penguatan Analisis Dan Penyusunan Rekomendasi Kebijakan
Pembangunan Kesehatan (Germas) ............................................ 60
4. Analisis Penguatan Sistem Kesehatan Nasional Dalam
Mendukung Pencapaian Spm Bidang Kesehatan ......................... 61
A.3. UPT Vetikal Yang Dibina Dalam Rangka Internalisasi Revolusi
Mental Bidang Kesehatan ................................................................... 65
A.4. Pembinaan Jabatan Fungsional Analis Kebijakan Dan Jabatan
Fungsional Administrator Kesehatan ................................................... 70
A.4.1. Jabatan Fungsional Analis Kebijakan ........................................ 72
A.4.2. Jabatan Fungsional Administrator Kesehatan (Adminkes) ........ 74
B. Analisis Capaian Kinerja 2019 ............................................................... 77
1. Definisi Operasional Indikator 2019 .................................................. 77
2. Analisis Keberhasilan/Kegagalan Pencapaian Indikator 2019 .......... 77
C. Sumber Daya/ Realisasi Anggaran ....................................................... 77
1. Sumber Daya Manusia ..................................................................... 78
2. Sumber Daya Anggaran ................................................................... 80
3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana ............................................... 83
D. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya ............................... 84
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 86
B. Tindak Lanjut .................................................................................... ... 87
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan vi
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Formulir Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS)
Lampiran 2 Formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK)
Lampiran 3 Formulir Rencana Kinerja Tahunan (RKT)
Lampiran 4 Perjanjian Kinerja
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Definisi Operasional Indikator ............................................................... 9
Tabel 2 Penjabaran Hasil Kerja .......................................................................... 9
Tabel 3 Perjanjian Kinerja Tahun 2019............................................................... 10
Tabel 4 Capaian Kinerja 2016 ........................................................................... 12
Tabel 5 Capaian Kinerja 2017 s/d 2019 ............................................................. 12
Tabel 6 Sumber daya/Realisasi anggaran ......................................................... 80
Tabel 7 Sumber daya sarana dan prasarana Tahun 2019 .................................. 84
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan viii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1 Jumlah Pegawai Menurut Jabatan ......................................................... 78
Grafik 2 Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................... 78
Grafik 3 Jumlah Pegawai Menurut Golongan ..................................................... 79
Grafik 4 Jumlah Pegawai Menurut JFT .............................................................. 79
Grafik 5 Jumlah Pegawai Menurut JFU .............................................................. 80
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 1
A. Latar Belakang
Pusat Analisis Determinan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
teknis, pelaksanaan dan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis
determinan kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015 pasal 861 dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam pasal 860, Pusat Analisis Determinan Kesehatan
menyelenggarakan fungsi:
a) penyusunan kebijakan teknis di bidang analisis lingkungan strategis, analisis
perilaku, dan kesehatan intelegensia;
b) pelaksanaan di bidang analisis lingkungan strategis, analisis perilaku, dan
kesehatan intelegensia;
c) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis lingkungan strategis,
analisis perilaku, dan kesehatan intelegensia dan;
d) pelaksanaan administrasi Pusat.
Semangat reformasi telah mewarnai upaya pendayagunaan aparatur pemerintah
dengan tuntutan untuk mewujudkan sistem administrasi negara yang mampu
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance. Pemerintahan
yang baik dan efektif, menuntut kesetaraan, integritas, profesionalisme, serta etos
kerja dan moral yang tinggi. Setiap instansi pemerintah, sebagai unsur
penyelenggaraan pemerintahan, wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas
pokok dan fungsinya, serta kewenangan pengelolaan sumber daya, berdasarkan
suatu perencanaan strategi yang ditetapkan oleh masing-masing instansi.
Pertanggungjawaban yang dimaksud, berupa laporan yang menggambarkan Kinerja
Instansi Pemerintah yang bersangkutan, yaitu Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP), melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP). Laporan tersebut disampaikan kepada atasan masing-masing, Lembaga
Pengawasan dan Penilaian Akuntabilitas, yang akhirnya akan disampaikan kepada
Presiden selaku Kepala Pemerintahan.
LAKIP tahun 2019 Pusat Analisis Determinan Kesehatan disusun sebagai
BAB I
PENDAHULUAN
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 2
pertanggungjawaban atas Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan selama tahun
anggaran 2019 dengan mengacu pada: 1) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah; 2) Perjanjian Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan
2019; 3) Peraturan Presiden RI nomor 29 tahun 2014, tentang: Sistem Akuntabilitas
Instansi Pemerintah (SAKIP), Peraturan ini juga menginformasikan mengenai siklus
SAKIP; dan 4) Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun
2015 – 2019, dengan demikian, tahun 2019 ini, merupakan akhir dari RENSTRA 5
(lima) tahun Kementerian Kesehatan periode 2015 – 2019.
Laporan ini dapat memberikan gambaran tentang upaya yang telah
dilakukan oleh Pusat Analisis Determinan Kesehatan dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya guna mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini sebagai bentuk
pertanggungjawaban kepada masyarakat bahwa Pusat Analisis Determinan
Kesehatan mempunyai komitmen dan tekad yang kuat untuk melaksanakan kinerja
organisasi yang berorientasi pada hasil berupa output, di samping itu, LAKIP juga
dimaksudkan sebagai implementasi prinsip transparansi dan akuntabilitas yang
merupakan pilar penting dalam pelaksanaan good governance. LAKIP juga berfungsi
sebagai cerminan untuk mengevaluasi kinerja organisasi selama satu tahun, agar
pada periode selanjutnya dapat melaksanakan kinerja dengan lebih produktif, efektif
dan effisien, baik dari aspek perencanaan, pengorganisasian, manajemen keuangan,
maupun koordinasi pelaksanaannya.
B. Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015 pasal 861 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Analisis Determinan Kesehatan
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan teknis, pelaksanaan dan pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis determinan kesehatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan menyelenggarakan beberapa fungsi
dalam melaksanakan tugasnya tersebut, yaitu:
a. Penyusunan Analisis Politik Kesehatan, Analisis Sosial Ekonomi, Analisis Perilaku
Dan Kesehatan Inteligensia;
b. Pelaksanaan Tugas Dukungan Substantif Di Bidang Analisis Politik Kesehatan,
Analisis Sosial Ekonomi, Analisis Perilaku Dan Kesehatan Inteligensia;
c. Pemantauan, Evaluasi, Dan Pelaporan Pelaksanaan Tugas Dukungan Substantif
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 3
Di Bidang Analisis Politik Kesehatan, Analisis Sosial Ekonomi, Analisis Perilaku
Dan Kesehatan Inteligensia;
d. Koordinasi Pelaksanaan Revolusi Mental Di Bidang Kesehatan.
e. Pelaksanaan Urusan Tata Usaha Dan Rumah Tangga Pusat.
f. Pelaksanaan Fungsi Lain Yang Di Berikan Oleh Menteri.
C. Struktur Organisasi
Pusat Analisis Determinan Kesehatan memiliki struktur organisasi, sebagai berikut:
1) Kepala Pusat Analisis Determinan Kesehatan;
2) Bagian Tata Usaha, yang terdiri dari:
- Sub Bagian Program dan Anggaran
- Sub Bagian Kepegawaian, Keuangan dan Umum
3) Bidang Analisis Lingkungan Strategis, yang terdiri dari:
- Sub Bidang Analisis Politik Kesehatan
- Sub Bidang Analisis Sosial dan Ekonomi.
4) Bidang Analisis Perilaku dan Kesehatan Inteligensia, yang terdiri dari:
- Sub Bidang Analisis Perilaku
- Sub Bidang Analisis Kesehatan Inteligensia
5) Kelompok Jabatan Fungsional.
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 4
STRUKTUR ORGANISASI
PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN
(periode Januari 2019 – Desember 2019)
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 5
D. Sistematika Laporan
LAKIP Pusat Analisis Determinan Kesehatan tahun 2019 ini menjelaskan
pencapaian kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan selama tahun 2019.
Capaian kinerja tahun 2019 juga dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam
pelaksanaan program/kegiatan pada tahun berikutnya Sebagai penjelasannya, akan
diberikan beberapa keterangan tambahan..
Dengan kerangka pikir demikian, maka sistematika penyajian LAKIP Pusat
Analisis Determinan Kesehatan tahun 2019, adalah sebagai berikut:
Kata Pengantar
Executive Summary (Ikhtisar Eksekutif)
BAB I Pendahuluan
BAB II Perencanaan Kinerja
A. Perencanaan Kinerja, (visi, misi, tujuan, sasaran, DO indikator Kinerja
Kegiatan
B. Perjanjian Kinerja 2019
BAB III Akuntabilitas Kinerja,
A. Capaian Kinerja Organisasi (4 tahun terakhir)
B. Analisis Capaian Kinerja 2019
1. Definisi Operasional Indikator
2. Analisis Keberhasilan / Kegagalan Pencapaian Indikator 2019
a. Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target
b. Permasalahan
c. Pemecahan masalah
d. Rencana Tindak Lanjut
B. Sumber daya / Realisasi Anggaran
1. Sumber Daya Manusia
2. Sumber Daya Anggaran
3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana
C. Analisa Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
BAB IV Kesimpulan dan Tindak Lanjut
A. Kesimpulan
B. Tindak Lanjut
LAMPIRAN
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 6
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. Perencanaan Kinerja
Perencanaan yang dimaksud dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah adalah perencanaan strategis yang merupakan suatu proses awal dari
rangkaian proses dalam usaha untuk mencapai tujuan atau rangkaian pengambilan
keputusan berorientasi pada hasil yang dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai
5 (lima) tahun, yang secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhatikan
lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) serta lingkungan eksternal (peluang dan
tantangan).
Perencanaan strategis merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh
instansi pemerintah agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategis lokal,
nasional, dan global, serta tetap berada dalam tatanan Sistem Administrasi Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Perencanaan strategis instansi pemerintah merupakan
integrasi antara keahlian sumber daya manusia dan sumber daya lainnya agar mampu
menjawab tuntutan lingkungan perkembangan lingkungan strategis, nasional, dan
global, serta tetap berada dalam tatanan sistem manajemen nasional.
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan ditetapkan dengan Kepmenkes RI
Nomor HK. 03.01/60/I/2010 tentang RENSTRA Kementerian Kesehatan Tahun 2015
– 2019, yang berfungsi sebagai pedoman manajerial taktis strategis. Untuk
memudahkan pelaksanaan kegiatan tahunan, maka RENSTRA tersebut dijabarkan
ke dalam Perencanaan Kinerja Tahunan. Perencanaan Kinerja Tahunan tersebut
memuat sasaran-sasaran yang ingin dicapai dalam periode waktu 1 (satu) tahunan,
strategi yang digunakan untuk mewujudkan pencapaian sasaran tersebut, serta tolak
ukur dan target kinerja, yang akan digunakan untuk menunjukkan kualitas pencapaian
sasaran yang bersangkutan, yang dituangkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja.
Perjanjjian Kinerja adalah suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan
kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan, untuk mewujudkan target kinerja
tertentu, berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki instansi yang bersangkutan.
Perjanjian Kinerja ini menjadi Kontrak Kinerja yang harus diwujudkan oleh para
pejabat di instansi tersebut sebagai penerima amanah, di mana pada setiap akhir
tahunnya akan dijadikan sebagai dasar evaluasi kinerja serta penilaian terhadap para
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 7
pejabatnya. Perjanjian Kinerja sebagai bagian tidak terpisahkan dari Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) ini merupakan upaya dalam
membangun manajemen pemerintahan yang transparan, partisipatif, akuntabel, dan
berorientasi pada hasil, yaitu peningkatan kualitas pelayanan publik dan
kesejahteraan rakyat.
Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pusat Analisis Determinan Kesehatan
➢ Visi, Misi
Rencana Aksi Kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mendukung visi
dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang
Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong”, dengan 7
misi pembangunan yaitu:
1. Terwujudnya kemanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya
maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan, dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri
sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan
sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat,
dan berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan mayarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 53 Agenda prioritas ada 9 (NAWA CITA),
yaitu:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 8
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
➢ Tujuan
Pusat Analisis Determinan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan
analisis lingkungan strategis, analisis perilaku, dan kesehatan inteligensia sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sehingga tujuan Pusat Analisis
Determinan Kesehatan tahun 2015 – 2019 yaitu tersusunnya kebijakan
pembangunan kesehatan berdasarkan analisis determinan kesehatan. Sebagai
salah satu satker di bawah Sekretaris Jenderal, indikator Pusat Analisis
Determinan Kesehatan termasuk dalam dukungan manajemen dan pelaksanaan
tugas teknis lainnya kementerian kehatan, yaitu persentase harmonisasi dukungan
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya. Hasil analisis determinan
kesehatan dapat digunakan oleh satker lain baik di lingkungan Sekretaris Jenderal
maupun Eselon I lainnya.
➢ Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai oleh Pusat Analisis Determinan Kesehatan, adalah
Menyusun Dokumen Analisis Kebijakan Pembangunan Kesehatan Berdasarkan
Analisis Determinan Kesehatan
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 9
➢ Definisi Operasional Kinerja Kegiatan
Tabel 1
Definisi Operasional Indikator Pusat Analisis Determinan Kesehatan
Tabel 2
Penjabaran Hasil Kerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan
NO
KEGIATAN
INPUT
OUTPUT
OUTCOME
BENEFIT
IMPACT
1 2 3 4 5 6 7
1. Peningkatan
Analisis
Determinan
Kesehatan
Sumberdaya yang digunakan dalam menghasilkan output berupa hasil analisis determinan kesehatan adalah : Anggaran DIPA Satuan Kerja PADK dan dilaksanakan oleh seluruh staf PADK dan jejaringnya
Produk akhir yang
dihasilkan PADK
adalah berupa hasil
Analisis
Determinan
Kesehatan ,
dokumen hasil
analisis Kebijakan
Pembangunan
Kesehatan, buku
pedoman, buku
profil
Dokumen Hasil
Analisis yang dapat
dimanfaatkan dalam
tahun berjalan (2019)
bagi LS/LP, Pimpinan,
Pusat dan Daerah,
Organisasi Profesi,
LSM.
Manfaat yang
diperoleh
pada tahun
2019 untuk
LS/LP,
Pimpinan,
Pusat dan
Daerah,
Organisasi
Profesi, LSM.
Hasil Analsis yang
dapat
meningkatkan
atau
memperbaiki
kebijakan
strategis,
manajerial,
teknis
B. Perjanjian Kinerja
Pusat Analisis Determinan Kesehatan menyusun perjanjian kinerja dalam bentuk
Perjanjian Kinerja tingkat eselon II yang ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Perjanjian Kinerja berisi sasaran
strategis, indikator kinerja, dan target kinerja kegiatan yang akan dicapai dalam kurun
waktu 1 (satu) tahun, sesuai dengan rencana strategis.
Perjanjian Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang
merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur,
NO
INDIKATOR
DEFINISI
OPERASIONAL
DATA
DUKUNG
TARGET
2015
2016
2017
2018
2019
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Hasil analisis
kebijakan yang
disusun untuk
peningkatan
pembangunan
kesehatan
Hasil analisis kebijakan terdiri dari analisis politik kesehatan, sosial ekonomi, perilaku dan kesehatan inteligensia
Hasil Analisis
Kebijakan
yang
dihasilkan
- 9 9 10 10
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 10
dalam rentang waktu 1 (satu) tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber
daya yang dikelola. Tujuan khusus Perjanjian Kinerja, antara lain adalah:
1) Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur;
2) Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi
amanah;
3) Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian utjuan dan sasaran
organisasi;
4) Menciptakan tolak ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan
5) Sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi.
Berikut adalah Perjanjian Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan Tahun 2019:
Tabel 3 Perjanjian Kinerja Tahun 2019
No. Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target
(1) (2) (3) (4)
1 Kebijakan pembangunan
kesehatan berdasarkan analisis
determinan kesehatan
Hasil analisis kebijakan yang
disusun untuk peningkatan
pembangunan kesehatan
10
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 11
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja (4 tahun terakhir)
Pengukuran capaian kinerja yang mencakup penetapan indikator dan capaian
kinerjanya, digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
kegiatan dan program yang telah ditetapkan dalam Perencanaan Strategis. Pengukuran
Kinerja adalah kegiatan manajemen, khususnya membandingkan tingkat kinerja yang
dicapai dengan standar, rencana, atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang
telah ditetapkan. Pengukuran Kinerja ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana
realisasi atau capaian kinerja yang berhasil dilakukan oleh Pusat Analisis Determinan
Kesehatan dalam kurun waktu Januari – Desember 2019.
Pengukuran Kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian dengan
rencana tingkat pencapaian (target) pada setiap indikator, sehingga diperoleh
gambaran tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing indikator. Berdasarkan
Pengukuran Kinerja tersebut diperoleh informasi menyangkut masing-masing indikator,
sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program/kegiatan di masa yang
akan datang, agar setiap program/kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil
guna dan berdaya guna. Hasil analisis pembangunan kesehatan dari sejumlah dokumen
analisis kebijakan pembangunan yang disusun.
Manfaat Pengukuran Kinerja antara lain, yaitu untuk memberikan gambaran kepada
pihak-pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan Misi Organisasi dalam rangka
mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen
RENSTRA/Perjanjian Kinerja.
Berdasarkan Kepmenkes Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019, di mana Sekretariat Jenderal
Kesehatan sebagai unit utama yang membawahi Pusat Analisis Determinan Kesehatan.
Dalam melaksanakan program kinerjanya, Pusat Analisis Determinan Kesehatan memiliki
sasaran program. Sasaran tersebut merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata
oleh Pusat Analisis Determinan Kesehatan dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur,
dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Dalam rangka mencapai sasaran, perlu ditinjau
indikator-indikator yang mengacu pada indikator-indikator Sekretariat Jenderal sebagai
unit utama di atas Pusat Analisis Determinan Kesehatan. Sasaran Sekretariat Jenderal
adalah: “Meningkatnya Koordinasi Pelaksanaan Tugas serta Pembinaan dan Pemberian
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 12
Dukungan Manajemen Kementerian Kesehatan”.
Berikut capaian kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan 4 tahun terakhir :
Tabel 4 Capaian Kinerja Pusat Analisis Determinan
Kesehatan
No.
Indikator Kinerja 2016
Target Realisasi
(1) (2) (3) (4)
1 Jumlah Kebijakan Yang
Disusun Untuk Peningkatan
Pembangunan Kesehatan
9
9
Tabel 5 Capaian Kinerja Pusat Analisis Determinan
Kesehatan
2017 2018
No. Indikator Kinerja
Target Realisasi Target Realisasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Hasil analisis kebijakan yang disusun untuk peningkatan pembangunan kesehatan
9 9 10 10
2019
No. Indikator Kinerja Target
Realisasi
Output Jejaring Penguatan Analisis
Penilaian JF
(7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Hasil analisis kebijakan yang disusun untuk peningkatan pembangunan kesehatan
10 10
1
5
2
Jika dilihat pada kedua tabel diatas, terdapat perbedaan Indikator Output Kinerja antara
tahun 2016 dengan tahun setelahnya. Tahun 2016 Pusat Analisis Determinan
Kesehatan menggunakan Jumlah Kebijakan Yang Disusun Untuk Peningkatan
Pembangunan Kesehatan kemudian pada tahun berikutnya Pusat Analisis Determinan
Kesehatan merevisi Indikator Output Kinerja menjadi Hasil analisis kebijakan yang
disusun untuk peningkatan pembangunan kesehatan.
Pada tahun 20019, Pusat Analisis Determinan Kesehatan telah menetapkan target
untuk menghasilkan 10 (sepuluh) hasil analisis kebijakan pembangunan kesehatan. Hasil
analisis yang telah dihasilkan oleh Pusat Analisis Determinan Kesehatan, yaitu:
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 13
1. ANALISIS REGULASI TENTANG PELAYANAN KESEHATAN
BERBASIS SISTEM ELEKTRONIK ATAU DIGITAL DI
INDONESIA
Pada tahun 2018 diperkirakan sebanyak 3,6 miliar manusia di
dunia mengakses internet setidaknya sekali tiap satu bulan.
Penetrasi pengguna internet di
Indonesia juga
terus tumbuh seiring dengan adanya
peningkatan variasi konten internet.
Hal ini mendorong sektor pemerintah
maupun swasta semakin tertarik
dalam melakukan investasi
pembangunan infrastruktur berupa
jaringan pendukung bagi para penyedia internet. Di zaman milenial ini juga terjadi
perubahan perilaku konsumen digital
dalam melakukan aktifitas yang terkait
sistem elektronik, dimana saat ini
cenderung ingin mendapatkan
informasi dan produk secara cepat,
banyak pilihan, mudah dan murah.
Berdasarkan data survey dari
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII), pada tahun 2016, dari 256,2 juta total penduduk Indonesia,
sebanyak 132,7 juta jiwa merupakan pengguna internet aktif (52,58%). Pada tahun
2017, sebanyak 143,16 juta jiwa
pengguna internet dari 262 juta total
penduduk Indonesia (54,64%). Pada
tahun 2018, sebanyak 171,17 juta
jiwa merupakan pengguna internet
dari 264,15 juta total penduduk
Indonesia, (60,80%). Tren ini
menunjukkan persentase pengguna internet semakin meningkat per tahunnya.
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 14
Lokasi pengguna internet sebagian besar berada di pulau Jawa dan di wilayah urban.
Dengan perkembangan tersebut, secara
tidak langsung akan mengubah gaya dan
pola hidup masyarakat terutama di
wilayah perkotaan.
Berdasarkan hasil survey tersebut juga
(APJII, 2017), pemanfaatan internet
bidang kesehatan, sebanyak 51,06%
mencari informasi tentang kesehatan,
dan 14,05% melakukan konsultasi dengan ahli kesehatan.
Saat ini sudah berjalan berbagai provider startup bidang kesehatan yang ada di
Indonesia, dengan jumlah puluhan
juta pengguna aktif, dan yang telah
menjalin kemitraan dengan berbagai
Rumah Sakit, klinik, apotik dan
layanan kesehatan digital lainnya,
serta nilai bisnis teknologi kesehatan
digital yang diperkirakan bernilai
puluhan juta dolar, pendanaan berasal
dari dalam dan luar negeri.
Kemajuan yang terjadi di bidang teknologi informatika menyebabkan penggunaan
internet yang awalnya digunakan untuk tujuan paling sederhana berupa searching
data dan informasi, namun saat ini yang telah terjadi di Indonesia adalah digunakan
untuk proses transaksi, interaksi,
kolaborasi, dan mendekatkan
pelayanan (internet of things) dalam
kehidupan sehari-hari.
Kondisi tersebut akan menciptakan
multiplier effect bagi peningkatan
pertumbuhan ekonomi masyarakat
serta kemudahan akses terhadap
berbagai kebutuhan esensial setiap
warga negara. Sektor industri teknologi informatika akan terus menciptakan dan
mengembangkan inovasi di berbagai bidang, salah satunya adalah bidang pelayanan
kesehatan, dimana demand untuk bidang ini sangat tinggi. Masyarakat ingin
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 15
mendapatkan akses pelayanan
kesehatan dan informasi kesehatan
dalam waktu cepat, mudah, dan
murah. Hanya dengan mengakses
layanan kesehatan digital melalui
perangkat seluler yang setiap hari
digunakan oleh masyarakat, maka
akses masyarakat terhadap
perkembangan teknologi dan inovasi aplikasi pelayanan kesehatan ini sangat
diminati.
Saat ini telah berjalan begitu banyaknya aplikasi layanan kesehatan digital yang
dikelola oleh industri sektor bisnis. Inovasi bidang pelayanan kesehatan ini
memberikan manfaat yang besar untuk memperluas akses pelayanan kesehatan dan
mengoptimalkan pemanfaatan sumber
daya kesehatan yang terbatas.
Walaupun telah ada sebagian regulasi
untuk pengelolaan startup yang telah
diatur oleh Kementerian Komunikasi
dan Informatika, namun saat ini
pemerintah masih belum memiliki
peraturan yang memadai yang
mengatur tentang layanan kesehatan digital yang diberikan oleh provider aplikasi
digital.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran,
kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian
berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang
berkualitas dan terjangkau oleh
masyarakat.
Proyeksi pelayanan kesehatan di
masa depan yang semakin canggih
dalam penggunaan teknologi
informatika sebagai media virtual,
diprediksi dapat menimbulkan resiko
terjadinya kesenjangan kebijakan (policy gap).
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 16
Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :
Dengan adanya berbagai policy gap terhadap peraturan yang sudah ada, maka
diperlukan revisi terhadap peraturan-peraturan tersebut atau inisiasi terbitnya peraturan
yang akan menjadi payung hukum besar terhadap penyelenggaraan pelayanan
kesehatan berbasis sistem elektronik.
Dari segi masyarakat sebagai user, peraturan ini dibutuhkan untuk menjamin agar
masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan sesuai standar,
sehingga tidak menimbulkan masalah kesehatan lainnya, serta untuk menjamin
kerahasiaan medis. Dari segi penyedia layanan kesehatan digital sebagai provider, harus
dibentuk suatu sistem pertanggungjawaban terhadap layanan yang diberikan, regulasi
yang dibutuhkan dapat berupa pedoman dan pengaturan.
1. Revisi Permenkes 2052/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik
Kedokteran
- Pelayanan kesehatan secara digital bersifat konsultatif, edukatif, promotif dan
preventif, yang mengakomodir dan mendukung inovasi dalam perkembangan
teknologi, serta tindakan medis yang diperbolehkan dan diatur dalam standar
pelayanan kesehatan berbasis sistem elektronik.
- Mengutamakan prinsip patient safety.
- Perlu pengaturan izin praktik dan konsep lokasi pelayanan kesehatan berbasis
sistem elektronik.
- Perlu pengaturan mekanisme dan persyaratan dokter dalam memberikan
konsultasi apabila dokter memberikan layanan di luar lokasi izin tempat
praktiknya.
2. Revisi Permenkes 290/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
- Pelayanan praktik kedokteran berbasis digital mempertimbangkan jenis tindakan
medis yang diperbolehkan dan diatur dalam standar pelayanan kesehatan
berbasis sistem elektronik.
3. Revisi Permenkes 11/2017 tentang Keselamatan Pasien
- Perlu pengaturan untuk mengatur konsultasi dokter-pasien yang
diselenggarakan dalam layanan kesehatan digital dalam aspek keselamatan
pasien.
- Perlunya mengedepankan patient safety. Layanan kesehatan digital diharapkan
mampu mengantisipasi dan mengatasi insiden yang mungkin terjadi.
4. Revisi Permenkes 269/2008 tentang Rekam Medis
- Perlu pengaturan untuk mengatur substansi privasi, kerahasiaan, dan keamanan
data rekam medis elektronik, perlu diperkuat dengan melibatkan Kemenkominfo.
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 17
- Perlu penyusunan standar aplikasi rekam medis berbasis elektronik.
- Perlu pengaturan vendor IT yang menawarkan aplikasi rekam medis elektronik
ke faskes agar memiliki standarisasi untuk rekam medis dan memiliki
kemampuan interoperabilitas.
- Perlu mengatur tentang jaminan data security.
- Penempatan server harus di dalam negeri.
- Perlu mengatur institusionalisasi pengawas data security rekam medis
pelayanan kesehatan berbasis sistem elektronik.
5. Penerbitan Regulasi Pelayanan Kesehatan Berbasis Sistem Elektronik atau Digital
- Perlu disusun standar pelayanan kesehatan berbasis elektronik.
- Perlu inisiasi regulasi yang mengatur mekanisme, prosedur syarat, cara, dan
kriteria pendirian pelayanan kesehatan digital untuk memberikan kepastian dan
perlindungan hukum bagi masyarakat, penyedia layanan atau provider, dan
tenaga kesehatan yang memberikan layanan.
- Perlu adanya Unit Pengawas di lingkungan Kementerian Kesehatan untuk
melakukan pengawasan seluruh konten provider pemberi pelayanan kesehatan
berbasis elektronik.
- Perlu pengaturan batasan pemberian layanan hanya untuk konsultasi,
menitikberatkan pada pelayanan KIE, dan upaya promotif preventif.
- Perlu pengaturan dasar penentuan lokasi SIP untuk layanan kesehatan digital.
- Perlu pengaturan tenaga kesehatan yang direkrut memiliki kompetensi dan
dokumen persyaratan untuk melakukan layanan kesehatan.
- Perlu pengaturan mengenai pasien yang melakukan konsultasi sesuai dokumen
identitas kependudukannya.
- Perlu pengaturan standarisasi konten artikel kesehatan yang ditulis dokter
(syaratnya seperti sudah berdasarkan evidence based, lolos uji klinis, dsb).
- Perlu pengaturan standarisasi dan registrasi provider yang melakukan layanan
kesehatan digital.
- Perlu adanya KPI dan standar kualitas provider sebagai syarat agar provider
memberikan jaminan mutu berkualitas untuk masyarakat.
6. Penerbitan Regulasi tentang Penjualan Obat melalui Apotek Online dan Resep
Elektronik
- Mendorong finalisasi Rancangan Permenkes tentang Penyelenggaraan Sistem
Elektronik Farmasi yang sedang berproses di Ditjen Farmalkes.
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 18
- Apotek online hanya melayani pembelian obat golongan DOWA, bebas, bebas
terbatas, obat tradisional dan kosmetik, tidak diperbolehkan melayani resep obat
golongan narkotika/psikotropika.
- Aplikasi layanan online kesehatan hanya sebagai penyedia jasa informasi
layanan Apotek/Apoteker yang sudah berjalan secara offline (sudah memiliki ijin)
bagi masyarakat/konsumen
- Pemilihan layanan Apotek/Apoteker dilakukan oleh masyarakat/konsumen,
bukan oleh Aplikasi
- Aplikasi layanan hanya bisa dibuka oleh Apoteker dengan authentification
system, hanya melayani resep dokter yang dibuat secara elektronik dalam
aplikasi (e-prescription), tidak melayani resep dokter dengan metoda upload
dokumen resep.
7. Penerbitan Regulasi tentang Pemeriksaan Laboratorium melalui Media Digital
- Perlu pengaturan konsultasi pemeriksaan laboratorium dan mekanisme home
visit laboratorium.
- Siklus pelayanan pemeriksaan laboratorium yang bisa dilakukan secara digital,
hanya proses administrasi atau pendaftaran, dan pelaporan hasil pemeriksaan.
- Laboratorium klinik harus berbadan hukum, kredensial, dan memiliki perizinan
pelaku pelayanan, serta dilakukan audit berkala.
- Perlu adanya badan/institusi pengaduan klinis/awam atau unit pengawas untuk
pemeriksaan laboratorium.
8. Penerbitan Regulasi tentang Pengawasan dan Pencegahan
- Perlu pengaturan tentang mekanisme untuk monitoring pasien setelah pulang
menggunakan teknologi digital agar lebih efisien.
- Perlu pengaturan feedback yang dilakukan oleh provider jika terjadi complain.
- Perlu pengawasan penjualan obat golongan narkotika/psikotropika melalui
media online.
- Perlu monitoring dan evaluasi teknis yang dilakukan oleh Unit Pengawas di
lingkungan Kementerian Kesehatan terhadap penyedia layanan atau provider
untuk menjamin keselamatan pasien.
- Perlu standarisasi SNI sebagai dasar monitoring kualitas penyedia layanan
sebagai perangkat komunikasi dan informasi.
- Aplikasi cek dokter yang dimiliki oleh KKI dapat dipergunakan sebagai dasar
untuk mengawasi keabsahan SIP dokter praktek.
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 19
2. DUKUNGAN PENYUSUNAN
DOKUMEN RENSTRA KEMENTERIAN KESEHATAN 2020-
2024
Pembangunan nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh
segenap komponen bangsa guna mencapai tujuan bernegara.
Dalam rangka melaksanakan pembangunan nasional tersebut,
diperlukan adanya perencanaan
pembangunan nasional yang
ditujukan agar kegiatan
pembangunan berjalan efektif, efisien,
dan tepat sasaran. Perencanaan
pembangunan jangka panjang,
jangka menengah, dan tahunan
sebagaimana yang diamanatkan
dalam Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 kemudian dituangkan dalam dokumen RPJPN, RPJMN, dan RKP.
RPJMN Tahap IV (2020-2024) akan disusun sesuai dengan visi-misi program
prioritas Presiden terpilih untuk periode pemerintahan 2020-2024. Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 juga mengamanatkan bahwa setiap kementerian perlu
menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Renstra Kementerian Kesehatan
merupakan dokumen perencanaan
yang bersifat indikatif memuat
program-program pembangunan
kesehatan yang akan dilaksanakan
oleh Kementerian Kesehatan dan
menjadi acuan dalam penyusunan
perencanaan tahunan. Penyusunan
Renstra Kementerian Kesehatan dilaksanakan melalui pendekatan: teknokratik,
politik, partisipatif, atas-bawah (top-down),dan bawah-atas (bottom-up).
Kegiatan Dukungan Penyusunan Dokumen Renstra Kementerian Kesehatan 2020-
2024 dilaksanakan dalam upaya mewujudkan SDM berkualitas dan berdaya saing
dengan meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan menuju cakupan
kesehatan semesta.
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 20
Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :
Dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dokumen Renstra K/L memiliki
posisi yang sangat strategis. Renstra
K/L berkedudukan sebagai
penjabaran dari RPJMN, di mana
dalam penyusunan Renstra K/L harus
berpedoman pada RPJMN. Selain itu,
Renstra K/L juga digunakan sebagai
pedoman dalam penyusunan
rancangan Renja K/L.
Keterkaitan antara Renstra K/L dengan Visi Misi Presiden yaitu bahwa dalam
penyusunan Renstra K/L harus memperhatikan kesesuaian dengan Visi dan Misi
(platform) Presiden terpilih. Arahan Presiden terpilih 2020-2024 yaitu fokus pada
pengelolaan JKN, pengendalian stunting, mengendalikan mahalnya harga obat, serta
kesediaan produk farmasi dan alat kesehatan dalam negeri.
Dalam penyusunan Renstra K/L, pimpinan Kementerian/ Lembaga harus
berpedoman pada RPJMN dan memperhatikan himpunan hasil evaluasi
pelaksanaan pembangunan di sektor
yang sesuai dengan tugas dan
kewenangan Kementerian/Lembaga
yang bersangkutan, serta
memperhatikan aspirasi Masyarakat.
Sementara sasaran pembangunan
jangka menengah 2020-2024 yaitu
mewujudkan masyarakat Indonesia
yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai
bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber
daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 21
3. KESIAPAN DAERAH DALAM IPLEMENTASI STANDAR
PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI
KABUPATEN / KOTA
SPM (Standar Pelayanan Minimal) bidang kesehatan pada
pemerintah daerah kabupaten/kota adalah ketentuan tentang jenis
dan mutu pelayanan dasar kesehatan
yang merupakan urusan
pemerintahan wajib yang berhak
diperoleh setiap warga negara secara
minimal. SPM Bidang Kesehatan
kabupaten/kota terdiri dari: 1)
pelayanan kesehatan ibu hamil; 2)
pelayanan kesehatan ibu bersalin; 3)
pelayanan kesehatan bayi baru lahir;
4) pelayanan kesehatan balita; 5) pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar;
6) pelayanan kesehatan pada usia
produktif; 7) pelayanan kesehatan
pada usia lanjut; 8) pelayanan
kesehatan penderita hipertensi; 9)
pelayanan kesehatan penderita
diabetes melitus; 10) pelayanan
kesehatan orang dengan gangguan
jiwa berat; 11) pelayanan kesehatan
orang terduga tuberkulosis; dan 12)
pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi virus yang melemahkan daya
tahan tubuh manusia (Human Immunodeficiency Virus), bersifat
peningkatan/promotif dan
pencegahan/preventif.
Penguatan Sistem Kesehatan di seluruh
pemerintah daerah adalah salah satu
modalitas untuk memperkuat input
penyediaan pelayanan dasar bagi
setiap warga negara untuk mencapai
target SPM bidang kesehatan secara
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 22
nasional. Hal itu diamanatkan dalam Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2012
tentang Sistem Kesehatan Nasional
(SKN). SKN adalah landasan
pengelolaan kesehatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat secara berkelanjutan,
sistematis, terarah, terpadu,
menyeluruh, dan tanggap terhadap
perubahan dengan menjaga kemajuan, kesatuan, dan ketahanan nasional untuk
menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. SKN
terdiri dari 7 sub sistem yaitu: 1) Upaya Kesehatan; 2) Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan; 3) Pembiayaan Kesehatan; 4) Sumber Daya Manusia Kesehatan; 5)
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan; 6) Manajemen, Informasi dan
Regulasi Kesehatan; dan 7) Pemberdayaan Masyarakat.
Namun demikian, penerapan SPM
didaerah sangat dipengaruhi oleh
dinamika determinan kesehatan lain
seperti determinan politik, sosial,
ekonomi, agama, budaya,
pengarusutamaan kesehatan dalam
pembangunan dan lain - lain yang
secara langsung mempengaruhi
kinerja kepemimpinan para kepala
daerah kabupaten/kota dalam mencapai ke 12 target jenis pelayanan dasar.
Terdapat confounding factor atau determinan lain yang mempengaruhi antara
modalitas dasar (input dalam SKN) dengan capaian SPM.
Ketika confounding factor dilakukan intervensi, maka dapat
mendongkrak pencapaian target pada tiap layanan dasar
SPM Bidang Kesehatan sebagaimana dijelaskan pada
teori prinsip paretto yang menyatakan bahwa pada banyak
kejadian, sekitar 80% fenomena dari suatu akibat
disebabkan oleh 20% dari penyebabnya.
Oleh karena itu, untuk menjamin tercapainya seluruh
tujuan pembangunan kesehatan tidak cukup hanya
dengan melakukan penguatan Sistem Kesehatan Nasional di kabupaten/kota dan
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 23
pengendalian lingkungan strategis determinan kesehatan. Akan tetapi unsur
terpenting yang perlu menjadi fokus utama adalah mengupayakan terciptanya
kepemimpinan sosial dan politik yang memiliki inovasi dalam manajemen tata kelola
administrasi pembangunan pemerintah yang efektif dan efisien sehingga mampu
menjamin perlindungan faktor resiko sosial dan faktor resiko penyakit, mampu
menjamin kecepatan dalam mengadministrasikan penyediaan akses pelayanan
dasar yang memenuhi standar, dan adanya komitmen pemimpin dalam
meningkatkan kualitas dalam setiap tingkatan pelayanan kesehatan masyarakat
secara merata.
4. ANALISIS PEMBIAYAAN KETAHANAN KESEHATAN
Setelah terjadinya wabah penyakit seperti Sindrom Pernafasan
Akut Parah (SARS), infeksi virus Nipah, avian influenza A (H5N1)
dan A (H7N9), Ebola dan wabah Zika Virus; negara-negara di
dunia menyepakati komitmen global baru untuk memperkuat
kesiapsiagaan pandemi dan membangun kapasitas inti (core
capacity) untuk meningkatkan ketahanan kesehatan (health security) yang efektif
mampu mengatasi potensi ancaman kesehatan.
Upaya berkelanjutan untuk memperkuat ketahanan kesehatan dan penanganan
ancaman kesehatan dengan lebih baik berfokus pada kolaborasi, koordinasi, dan
peningkatan kapasitas yang lebih
besar di tingkat nasional, regional,
dan global tiap negara. Selain
pengembangan kapasitas dan
pencegahan dan pengendalian
penyakit. Sebagian besar negara
memiliki komitmen untuk
mengkolaborasikan upaya
peningkatan akses dan mutu kesehatan manusia dan kesehatan hewan. Namun
tantangan utama adalah bagaimana memastikan pembiayaan berkelanjutan untuk
mengkolaborasikan seluruh komponen lintas sektor dalam rangka menghadapi
ancaman kesehatan dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi.
Pada tahun 2016, bertolak dari latar belakang inilah pertemuan tingkat tinggi tentang
pembiayaan berkelanjutan dan integrasi regional untuk meningkatkan keamanan
kesehatan dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi diadakan di Bali, Indonesia.
Pertemuan dihadiri dari delegasi pemerintah, dari kementerian kesehatan, pertanian
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 24
/ peternakan, dan keuangan; perwakilan organisasi regional; lembaga multilateral
dan mitra pembangunan. Rekomendasi utama dari pertemuan tersebut adalah
pengembangan alat penilaian pembiayaan keamanan kesehatan yang mencakup
satu pendekatan kesehatan dari semua ancaman kesehatan dan dibangun dengan
alat dan mekanisme yang ada. Tools yang kemudian disebut Health Security
Financing Assessment Tools (HSFAT) ini memberikan informasi dalam pembiayaan
holistik ketahanan kesehatan,
berfungsi sebagai alat advokasi untuk
meningkatkan pembiayaan domestik
dan eksternal, serta dalam rangka
meningkatkan efisiensi pembiayaan,
serta menjadi dasar dalam menyusun
kebijakan pembiayaan ketahanan
kesehatan di Indonesia. Penilaian
pembiayaan ketahanan kesehatan saat ini sedang diujicobakan di Vietnam dan akan
dilaksanakan masing-masing di Indonesia, Kamboja, Myanmar, dan Laos, dengan
dukungan dari Bank Dunia dan para mitra.
Tujuan dari Health Security Financing Assessment Tools (HFSAT) adalah untuk
mendukung pemerintah nasional dalam mengembangkan strategi keuangan yang
terkait dengan rencana aksi nasional yang diprioritaskan untuk Keamanan Kesehatan
dan memampukan negara-negara untuk memiliki sistem pembiayaan yang kuat dan
berkelanjutan menuju keamanan kesehatan yang efektif. Tools ini dirancang untuk
mendorong dialog kebijakan nasional mengenai pembiayaan keamanan kesehatan
baik untuk kesehatan manusia maupun hewan dan sektor-sektor lain yang relevan
dengan keamanan kesehatan. Tools ini juga menginformasikan penyempurnaan
strategi dan instrumen pembiayaan keamanan kesehatan untuk meningkatkan
kapasitas regulasi ketahanan kesehatan nasional.
Pada tahun 2017, Indonesia sebagai negara anggota World Health Organization
(WHO) telah bernisiatif melakukan Joint External Evaluation (JEE) untuk
mengidentifikasi kesenjangan kapasitas kesiapan kesehatan dan kesiapsiagaan
menghadapi pandemi namum tools untuk memandu penyusunan baseline investasi
negara dalam pengembangan kapasitas menyusul diluncurkan pada tahun 2018
yakni National Action Plan for Health Security (NAPHS). Tools ini berupa pemetaan
pembiayaan ketahanan kesehatan secara nasional yang dibutuhkan lima tahun ke
depan. Manfaat tools adalah memetakan sumber daya serta mencegah terjadinya
kekurangan dana dalam implementasi ketahanan kesehatan. Gambaran rencana
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 25
nasional ini akan dipublish terbuka sehingga mitra donor dapat membantu.
Sejalan dengan hal tersebut, Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang kesehatan
menyebutkan bahwa jenis pelayanan
dasar pada SPM Kesehatan Daerah
Provinsi terdiri atas: pelayanan
kesehatan bagi penduduk terdampak
krisis kesehatan akibat bencana
dan/atau berpotensi bencana provinsi;
dan b. pelayanan kesehatan bagi
penduduk pada kondisi kejadian luar
biasa provinsi.
Data dan informasi dari kedua tools ini (HSFAT dan NAPHS), serta perhitungan biaya
yang dibutuhkan menggunakan tools penghitungan biaya SPM (Siskobikes) akan
menjadi data yang digunakan sebagai dasar analisis penyusunan evidence based
policy. Kesenjangan, tumpang tindih, dan kebutuhan kebijakan menjadi hal prioritas
yang akan dianalisis dari hasil analisis belanja ketahanan kesehatan, kebutuhan
ketahanan kesehatan, serta standar biaya SPM kebencanaan dan KLB.
Rekomendasi berupa kebijakan pembiayaan ketahanan kesehatan nasional
diharapakan dapat disusun dan menjadi input strategis kepada pengambil kebijakan.
Penyusunan analisis dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:
1. Pertemuan Persiapan, dilakukan sebanyak
dua kali, menghasilkan output isu-isu, fakta,
permasalahan serta data terkait
pelaksanaan pembiayaan ketahanan
kesehatan.
2. Pertemuan Penyusunan Draft, dilakukan
sebanyak satu kali, menghasilkan keluaran masukan perbaikan instrumen
asesmen pembiayaan yang akan digunakan.
3. Pertemuan dalam kantor, dilakukan
sebanyak dua kali untuk
mengkoordinasikan instrumen yang telah
disusun kepada lintas program terkait.
4. Asesmen lapangan ke daerah dilakukan
sebanyak tiga kali di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali menghasilkan luaran gambaran
pembiayaan ketahanan kesehatan di tingkat pemerinatah provinsi.
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 26
KESIMPULAN
Pada tingkat pusat, pemahaman tentang ketahanan kesehatan sudah mulai tumbuh
namun belum cukup baik dan
dipahami secara meluas.
Sedangkan pada tingkat daerah,
ketahanan kesehatan masih
merupakan hal baru dan belum
dipahami oleh stake holder terkait.
Sehingga pada saat melakukan
penilaian pembiayaan ketahanan
kesehatan masih menemukan
banyak kendala teknis seperti definisi operasional ketahanan kesehatan, baik di
tingkat pusat maupun daerah.
Dari hasil asesmen dan analisis yang telah dilakukan, ketiga instrumen pembiayaan
ketahanan kesehatan (HSFAT, REMAP, dan SISCOBIKES) memiliki persamaan dan
perbedaan. Semuanya sama-sama bertujuan untuk menjamin ketersediaan
pembiayaan dalam menangani kondisi kedaruratan kesehatan masyarakat. Namun,
hal yang membedakan adalah ruang lingkup, struktur instrumen, proses, data atau
input yang dibutuhkan mekanisme pengumpulan data, dan luaran / pemanfaatan
hasil instrumen.
Tabel 6
Analisis Pembiayaan Kesehatan
SPM REMAP HSFA
Tujuan
Penghitungan
pembiayaan daerah
(sub nasional) untuk
menerapkan SPM
Kesehatan
(Permenkes 4/2019)
Mendapatkan gambaran
investasi yang dibutuhkan
untuk mengikuti
rekomendasi JEE dan
Tujuan Fungsi JEE yang
ingin dicapai oleh
Pemerintah
REMAP: mengidentifikasi
investasi (Anggaran)
pemerintah dan donor untuk
kegiatan ketahanan
kesehatan
• Penentuan baseline
Anggaran/belanja untuk KK
• Input untuk mengembangkan
data/informasi
Anggaran/belanja KK yang
konsisten
• Sebagai benchmark lintas
waktu dan antar negara
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 27
SPM REMAP HSFA
Ruang
Lingkup
Kegiatan SPM terkait
dengan Pelayanan
kesehatan
(i) Krisis
Kesehatan
akibat bencana
atau berpotensi
bencana, dan
(ii) Kondisi
Kejadian Luar
Biasa
• Pemetaan/Mapping
pendanaan antar pemberi
dana, berbagai rencana
kegiatan ketahanan
kesehatan
• Monitor dan mengikuti
(track) progress
• Mengukur efek/dampak
(analisis dampak)
• Belanja 19 area teknis
Pencegahan, Deteksi,
Respon, Area Lain, dan
Pemulihan
• Pemetaan/Mapping sumber
pembiayaan, aliran dana,
tingkat pembiayaan, dan
penggunan dana terkait KK
• Peran organisasi terkait dan
bagaimana sistem koordinasi
Mekanisme RenGar,
pelaksanaan dan monitoring-
evaluasi
Struktur
Instrumen
Instrumen
Penghitungan
Pembiayaan
(Costing)
• Dashboard,
• Lembar Peta/Mapping
• Lembar Data entry
• Lembar Setting
• Lembar Kinerja NAPHS
• Lembar Kegiatan NAPHS
• Lembar Situasi
Pembiayaan
• Lembar Skor/Nilai JEE
• Mitra berdasarkan Area
Teknis
• Detail Mitra
• Lembar Prioritisasi
1) Tata Hubungan
Organisasi dan
Hubungan Kerja
2) Situasi Makrofiskal
3) Proses RenGar
4) Pembiayaan
(mapping, besaran,
distribusi)
5) Efisiensi dan
keberlangsungan
Proses
• Mapping
Kegiatan SPM →
Kegiatan Program
Lain
• Definsi
Kegiatan
• Technical Working
Group berdasar pilar
JEE (Prevent, Detect,
Response, Other IHR)
termasuk konsensus
untuk kuesioner/tool
• Pengisian data ke
REMAP Tool
• Training -untuk Focal
Point
• Update dan
Pemanfaatan untuk
Koordinasi Donor
• Monitoring kemajuan
dan koordinasi antar
kegiatan/technical
areas
• Analisis Dampak
• Technical Working Group
• Penyesuaian instrument
kondisi dan kebutuhan
lokal
• Kesepakatan Ruang
lingkup, jadwal,
• Identifikasi sumber data
• Desk review
• Wawancara mendalam
• Analisis data dan ekstraksi
data
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 28
SPM REMAP HSFA
Data atau
input yang
dibutuhkan
Unit dan Volume
Kegiatan, Satuan
Biaya
• Identitas,
• Pendanaan
• Proyeksi
• Sarpras
• Target
• SPM
• Kinerja
• Data
investasi/Anggaran
pemerintah dan donor
• Skor JEE
• Detail Technical Areas
• Detail Mitra/Partners
• NAPHS – Rencana
kegiatan/aksi
• Dokumen: Peraturan
perundangan yang berlaku,
Pedoman Pelaksanaan
Program/Juknis/Manual KK
• Data Kualitatif: Interview
pemahaman, komitmen,
proses
• Data Kuantitatif:
Anggaran, Realisasi
APBN & APBD sampai
dengan RKA KL, dan
sumber dana lain termasuk
swasta dan donor
Mekanisme
pengumpulan
data
SISCOBIKES (Excel
based)
REMAP Tool (Excel base) Intrumen Wawancara
Analisis data anggaran
Luaran
(Pemanfaatan
Hasil)
Estimasi Kebutuhan
Biaya SPM
Dashboard (Monitoring Data
visualization)
- Gambaran
Anggaran KK,
distribusi
- Anggaran NAPHS
dan peta sumber
daya dari
pemerintah dan
partner/mitra
(Ke dua point di
atas dihasilkan Gap
Kebutuhan
Anggaran)
- Prioritisasi Aktivitas
- Kinerja Rencana
Aksi
• Gambaran
Anggaran/belanja KK
• Proses pengambilan
keputusan, pengaliran dan
pemanfaatan dana
REKOMENDASI
1. Diperlukan sosialisasi secara intensif Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2019
tentang Peningkatan Kemampuan dalam Mencegah, Mendeteksi, dan
Merespons Wabah Penyakit, Pandemi Global, dan Kedaruratan Nuklir, Biologi,
dan Kimia, baik di tingkat pusat, dan khusunyanya di tingkat pemerintah daerah.
2. Diperlukan peraturan teknis melengkapi Inpres 4 / 2019 yang memuat definisi
operasional ketahanan kesehatan.
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 29
3. Ketiga instrumen penilaian pembiayaan ketahanan kesehatan ini bersifat partial
dan saling melengkapi satu dengan lainnya, maka pemanfaatannya hanya dapat
digunakan sesuai ruang lingkup instrumen tersebut.
4. Siscobikes digunakan untuk Estimasi Kebutuhan Biaya SPM,
5. Remap menggambarkan Anggaran NAPHS dan peta sumber daya dari
pemerintah dan partner/mitra (Ke dua point di atas dihasilkan Gap Kebutuhan
Anggaran)
6. HSFAT digunakan untuk menggambarkan Anggaran/belanja ketahanan
kesehatan dan proses pengambilan keputusan, pengaliran dan pemanfaatan
dana
5. ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WISATA
KEBUGARAN DAN JAMU PUSAT ANALISIS DETERMINAN
KESEHATAN
Diperkirakan wisata (tourism) sudah ada sejak peradaban
manusia itu ada. Pemahaman wisata menjadi sedikit lebih jelas
saat para pedagang, petualang atau peziarah melakukan
perjalanan antar wilayah dengan motivasi dan juga tujuan yang jelas. Wisata pada
jaman dahulu tak lepas dari jalur perdagangan atau juga peziarahan melintasi
daratan dan lautan. Beberapa catatan menyebutkan bahwa para penguasa, orang
kaya atau tuan tanah melakukan “tetirah”, yaitu pergi dan menetap di tempat lain
untuk sementara waktu untuk memulihkan kesehatan atau sekedar beristirahat.
Kegiatan wisata menjadi semakin jelas saat kota-kota industri mulai bermunculan di
akhir abad ke-19, di mana kelompok pekerja dan keluarganya melakukan aktifitas
rekreasi di akhir pekan. Wisata menjadi industri yang masif kala wisatawan
memerlukan dukungan dari agen atau operator perjalanan.
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, orang kemudian
tidak lagi berwisata hanya untuk beristirahat semata. Semakin banyak orang yang
melakukan perjalanan untuk menemukenali nilai-nilai baru dan berbeda dari
kehidupan sehari-hari. Orang mulai mencari ketenangan agar bisa lepas sesaat dari
hingar bingar kehidupan kota. Aktifitas yang lebih menguatkan sisi kejiwaan pun
menjadi gaya hidup baru. Bahkan tak sedikit wisatawan kekinian yang melakukan
perjalanan untuk berkontribusiatas isu-isu keberlanjutan lingkungan. Motivasi
wisatawan mulai bergeser pada eksplorasi pengalaman dan pencarian makna
kehidupan (wanderlust) yang mendorong lahirnya genre-genre wisata dengan minat
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 30
khusus. Bahkan dalam satu dekade terakhir ini semakin banyak wisatawan yang
melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan keseimbangan antara tubuh
(body), pikiran (mind) dan jiwa (spirit).
Pada akhir era tahun 1970-an, wisata kesehatan (health tourism) mengalami
perkembangan secara signifikan dan menjadi bagian penting dari industri pariwisata
dunia. Pada beberapa dekade berikutnya wisata kebugaran (wellness tourism)
menjadi pilihan yang menarik bagi wisatawan seiring dengan munculnya “gerakan
kebugaran” pada perbagai penjuru dunia. Wisata kesehatan (health tourism) lebih
ditujukan kepada individu yang memiliki kondisi medis tertentu yang mendorong
perjalanan yang bertujuan untuk memulihkan atau mendapatkan pengobatan yang
lebih baik bagi kesehatannya. Sedangkan wisata kebugaran (wellness tourism) lebih
diperuntukkan bagi individu yang sehat tetapi mencari metode terapi kesehatan
tertentu untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, serta juga untuk menjaga
kesehatan dan kebugaran dalam perjalanan wisatanya.
Beberapa tahun terakhir, Indonesia mulai dikenal sebagai salah satu destinasi
wisata kebugaran kelas dunia. `Retreat yoga atau wellness resort di beberapa tempat
Bali sudah dikenal mempunyai reputasi bai kdi industry kebugaran. Sebagian besar
dari destinasi wisata di Indonesia juga sudah merespon kebutuhan atas kebugaran,
berupa spa, makanan sehat, pengobatan holistik hingga perawatan kesehatan
dengan peralatan berteknologi canggih.
Indonesia juga dikenal sebagai negeri yang subur. Diperkirakan sekitar 7.000
jenis tanaman rempah dan herbal yang tumbuh di Indonesia. Sebagian kecil saja –
atau kurang dari 200 jenis– yang dibudayakan dan menjadi bagian dari kekayaan
rempah dan herbal Indonesia. Indonesia juga mempunyai kekayaan tradisi setempat
dan pengetahuan lokal berbasis rempah dan herbal untuk kebugaran dan juga
penyembuhan.
Memerhatikan hal tersebut, Indonesia dinilai telah siap melaksanakan wisata
kebugaran dan jamu, sehingga Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pariwisata
telah sepakat untuk mengembangkan wisata kebugaran sebagai merekomendasikan
3 (tiga) destinasi wisata yang akan menjadi ujung tombak pengembangan wisata
kebugaran di Indonesia. Ketiga destinasi wisata tersebut adalah: Joglosemar
(Jogjakarta, Solo dan Semarang), Bali, serta Jakarta dan sekitarnya.
Rekomendasi
1. Destinasi Wisata Kebugaran dan Jamu (Wellness and Herbal Tourism) telah siap
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 31
diimplementasikan. Diperlukan upaya kolaboratif, strategis dan komprehensif
agar penyelenggaraan wisata Kebugaran dan Jamu (Wellness and Herbal
Tourism) bisa berdampak terhadap peningkatan perekonomian negara dan
masyarakat.
2. Diperlukan kebijakan dan regulasi yang mengatur tentang Penyelenggaraan
Wisata Kebugaran dan Jamu, misalnya : Tax insentif untuk pelaksanaan wisata
kesehatan, mereviu Kebijakan Penyelenggaraan SPA (pendirian, penguatan
pembinaan dan pengawasan).
6. ANALISIS PERILAKU MILENIAL DALAM MENDUKUNG
PERCEPATAN GERMAS DAN PIS-PK PADA 5 PROGRAM
PRIORITAS NASIONAL
Kegiatan Analisis Perilaku Milenial dalam Mendukung Percepatan
Germas dan PIS-PK pada 5 Program Prioritas Nasional telah
dilaksanakan seluruh tahapannya dan menghasilkan out put
kegiatannya berupa policy paper yang berisi pendahuluan, analisis, diskusi,
kesimpulan dan rekomendasi. Dengan tahapan kegiatan yang telah dilakukan adalah
:
a. Rapat Persiapan, dilakukan sebanyak dua kali:
• Rapat Persiapan I dilaksanakan
tanggal 22 Maret 2019 di ruang rapat
Lt. 3 Gedung Prof. Sujudi, Kemenkes
dihadiri narasumber 1. drg.
Saraswati, MPH (Direktur Pelayanan
Kesehatan Primer) , 2. dr. Untung S,
Sutarjo, M.Kes (Analisis Kebijakan Ahli Utama), 3. Perwakilan Kepala
Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan,
peserta perwakilan Setditjen
Pelayanan Kesehatan, Direktorat
Kesehatan Keluarga, Setbadan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Setbadan PPSDM
Kesehatan, Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Pejabat dan Staf Pusat Analisis
Determinan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 32
• Rapat Persiapan II dilaksanakan tanggal 4 Juli 2019 di Ruang Rapat PADK,
dihadiri narasumber : 1. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan
Humaniora dan Manajemen Kesehatan, 2. Ketua Program Studi Ilmu
Antropologi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, peserta
perwakilan Biro Perencanaan dan Anggaran, Setjen; Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat; Setditjen Pelayanan Kesehatan, Direktorat
Kesehatan Keluarga, Setbadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Setbadan PPSDM Kesehatan, Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat, Pejabat Struktural dan Staf Pusat Analisis
Determinan Kesehatan, Pejabat
Fungsional Analisis Kebijakan di
lingkungan Pusat Analisis Determinan
Kesehatan, Pejabat Fungsional
Administrator Kesehatan di lingkungan
Pusat Analisis Determinan Kesehatan.
b. Rapat Forum Dialog Analisis dilaksanakan pada hari Kamis - Sabtu/ 12 – 14
September 2019 tempat : Hotel Ibis, Slipi, narasumber : 1. Sekretaris
Departemen Program Studi Fakultas
Antropologi, UI, 2. Ketua Program Studi
Promosi Kesehatan, FKM UI, 3. Kepala Pusat
Penelitian dan Pengembangan Humaniora
dan Manajemen Kesehatan, 4. Direktur
Kesehatan Keluarga, Peserta: Kepala Biro
Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Direktur Promosi dan Pelayanan
Masyarakat, Direktur Kesehatan Kerja dan Olah Raga, Direktur Gizi Masyarakat,
Direktur Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular, Direktur
Pencegahan dan Pengendalian Masalah
Kesehatan Jiwa dan NAPZA, Kepala Pusat
Pelatihan Sumber Daya Manusia
Kesehatan, Asisten Deputi Pemberdayaan
Pemuda, Kementerian Pemuda dan Olah Raga, Analis Kebijakan Ahli Utama
(dr.Untung Suseno Sutarjo, M.Kes), Pejabat dan Staf Pusat Analisis Determinan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 33
c. Kegiatan Asesmen Lapangan dilaksanakan di Dinkes Provinsi Jawa Barat, tgl
10 - 12 Oktober 2019, diterima oleh Kabid
Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat, Peserta Pusat; 1. dr.
Leny Evanita, MM , 2. Dr. Ahmad Muhidin,
M.Psi, 3. Pejabat dan Staf Pusat Analisis
Determinan Kesehatan, Sekretariat Jenderal
Kementerian Kesehatan RI, Responden
Lokal: Pejabat dan staf pengelola kesehatan keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Barat (2 orang), Pejabat dan staf
pengelola promosi kesehatan, Dinas
Kesehatan Kota Bandung (2 orang), Tim
Kesehatan Keluarga Puskesmas
Babakan Sari (1 orang), Petugas
pengelola kesehatan keluarga, SMPN 1
Lembang, Kab. Bandung (2 orang).
d. Rapat Penyusunan Dokumen
Analisis dilaksanakan di ruang rapat
lantai 9 Gedung Sujudi Kemenkes,
pada tanggal 4 November 2019.
Narasumber yang hadir: 1. Dr. dr
Harmein Harun, MSc, 2. Direktur Gizi
Masyarakat. Peserta: Direktur
Kesehatan Keluarga, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Direktur
Pencegahan Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal P2P, Direktur Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat, Direktur Kesehatan Kerja dan Olah Raga, Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah
Kesehatan Jiwa dan Napza, Direktorat Jenderal P2P, Kepala Pusat Data dan
Informasi, Setjen, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Setjen,
Kepala Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan, Balitbangkes, Kepala
Pusat Pendidikan SDM Kesehatan, Badan PPSDMK, Kepala Pusat Pelatihan
SDM Kesehatan, Badan PPSDMK, Analis Kebijakan Ahli Utama ( dr. Untung
Suseno Sutarjo, M. Kes), Pejabat dan Struktural, Fungsional dan Staf Pusat
Analisis Determinan Kesehatan.
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 34
e. Rapat Finalisasi dokumen Analisis dilaksanakan di Ruang rapat PADK
Kemenkes pada tanggal 19 Desember 2019. Rapat finalisasi dihadiri
narasumber : 1. Dr. dr Harmein Harun, MSc, 2. Kepala Pusat Pelatihan SDM
Kesehatan, Badan PPSDM Kesehatan. Peserta: Direktur Kesehatan Keluarga,
Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat, Direktur Pencegahan
Penyakit Tidak Menular, Direktorat
Jenderal P2P, Direktur Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat, Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat, Direktur
Kesehatan Kerja dan Olah Raga, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat,
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza,
Direktorat Jenderal P2P, Kepala Pusat Data dan Informasi, Setjen, Kepala Biro
Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Setjen, Kepala Puslitbang Humaniora
dan Manajemen Kesehatan, Balitbangkes, Kepala Pusat Pendidikan SDM
Kesehatan, Badan PPSDMK, Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan, Badan
PPSDMK, Analis Kebijakan Ahli Utama ( dr. Untung Suseno Sutarjo, M. Kes),
Pejabat dan Struktural, Fungsional dan Staf Pusat Analisis Determinan
Kesehatan.
Rekomendasi yang Dihasilkan:
1. Kebijakan Germas bidang Promosi selama ini masih EIC seharusnya sudah
BCC dengan memilih “Agen Perubahan” di UKS, Posyandu Remaja, dan Saka
bhakti Husada
2. Penguatan PKPR dalam Anggaran dan SDM, anggaran dalam bentuk
BOK/DEKON, sedang SDM rekrutmen “Kader Cerdas/Kader Milenial” (minimal
lulusan S1 yang di gaji) untuk mengkomunikasikan program program Kemenkes
dengan memperluas area cakupanya bukan hanya KIA dan Napza tetapi juga
disesuaikan dengan Germas
3. Pembatasan makanan dan minuman berkadar GGL (Gula, Garam, Lemak)
tinggi dengan menaikan tax/pajak.
4. Setiap indikator PIS-PK di urai menjadi beberapa komponen dan diterjemahkan
dalam Bahasa Milenial, sehingga milenial sebagai Subjek tertantang memilih
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 35
salah satu komponen tersebut untuk di buat Vlog, youtube, Instagram, face book
dan disebarkan ke komunitasnya.
5. Bekerja sama dengan kementerian pendidikan murid bersama dengan guru
membaca Literasi kesehatan (PHBS) minimal tiap bulan 3 kali
6. Perlunya di buat sarana kesehatan/ Posyandu milenial di lingkungan 3F (Fun,
Food, Fashion) contoh bangunan sarana kesehatan ramah selfi, dan diberi
lukisan Destinasi wisata setempat, kantin ditaruh di depan atau di samping.
7. Perlunya kerjasama Kemendikbud, Kemenkes dan ibu orang tua siswa untuk
membawa bekal ke sekolah (modeling sekolah) sekaligus edukasi tentang gizi
seimbang
8. Membuat kerjasama dengan para Stake holder di daerah tempat ngumpul
milenial 3F (Food: café/tempat makan, Fun: pertandingan olah raga, Fashion:
Mall) bila ada milenial yang terjaring obesitas ada penawaran diskon 5% setiap
ada aktifitas fisik misal push-up dan squat jump untuk perempuannya di arahkan
ke senam Zumba, atau K-Pop
9. Membuat kerjasama dengan Kemenpora, Kemendagri, dan Pemda untuk
mengadakan Movement Car Free Day dengan Flashmob, line-dance, K-Pop,
Zumba, bersepeda sehat dan makan buah dan sayur tiap hari Sabtu atau
Minggu.
7. ANALISIS PERILAKU SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN di DAERAH
TERTINGGAL, PERBATASAN dan KEPULAUAN TERLUAR
Kegiatan Analisis Perilaku Sumber Daya Manusia Kesehatan di
Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan Terluar (DTPK)
telah dilaksanakan seluruh tahapannya dan menghasilkan out put
kegiatannya berupa policy paper yang berisi pendahuluan,
analisis, diskusi, kesimpulan dan rekomendasi. Dengan tahapan
kegiatan yang telah dilakukan adalah :
a. Rapat Persiapan, dilakukan sebanyak dua kali:
- Rapat persiapan pertama dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2019 di Ruang
Rapat PADK Kemenkes, lantai 9. Mengundang kurang lebih 50 orang, dengan
narasumber Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan
dan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Sumber Daya dan
Pelayanan Kesehatan. Adapun peserta wakil dari Biro Kepegawaian, Biro
Umum, Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen
Kesehatan, Direktorat Pelayanan Primer, Pusat Pendidikan Sumber Daya
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 36
Manusia Kesehatan, Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Pusat
Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan, Pejabat Struktural dan
Fungsional, serta staf Pusat Analisis Determinan Kesehatan.
- Rapat persiapan kedua
dilaksanakan pada tanggal 11 Juli
2019 di ruang rapat PADK
Kemenkes lantai 9 (Rapat diluar
jam kantor/RDK). Mengundang
kurang lebih 50 peserta dengan
narasumber Kepala Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Badan Litbangkes, Kepala Pusat
Perencanaan dan
Pendayagunaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan dan Direktur
Utama PT. Quantum, dan peserta
wakil dari Biro Kepegawaian, Biro
Umum, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Humaniora dan
Manajemen Kesehatan, Direktorat Pelayanan Primer, Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan, Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia
Kesehatan, Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan, Pejabat
Struktural dan Fungsional, serta staf Pusat Analisis Determinan Kesehatan.
b. Forum Dialog, dilaksanakan pada tanggal 12 sd 14 Agustus 2019 di Hotel Mercure
Sabang – Jakarta (full board).
Mengundang kurang lebih 50
peserta dengan Narasumber
dari Kepala Dinas Kesehatan
Propinsi Banten, Kepala Biro
Kepegawaian, Tim Pencerah
Nusantara Sehat, dan peserta
wakil dari Dinas Kesehatan
Propinsi Terpilih (Aceh, Jam