kata pengantar - kemkes.go.idpadk.kemkes.go.id/uploads/download/lakip_padk_2019... · 2020. 4....

107

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena atas Rahmat dan

    Karunia-Nya lah, kami telah dapat menyelesaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

    Pemerintah (LAKIP) Pusat Analisis Determinan Kesehatan Tahun 2019.

    Penyusunan LAKIP Pusat Analisis Determinan Kesehatan Tahun 2019 ini mengikuti

    Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik

    Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan

    Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

    LAKIP Pusat Analisis Determinan Kesehatan Tahun 2019 menggambarkan

    pencapaian kinerja atas pelaksanaan tugas/kegiatan Pusat Analisis Determinan

    Kesehatan sepanjang Tahun 2019 berdasarkan Rencana Aksi dan Penrjanjian Kinerja

    Pusat Analisis Determinan Kesehatan tahun 2019. Subtansi laporan mencerminkan hasil

    capaian sasaran strategis Pusat Analisis Determinan Kesehatan atas pelaksanaan

    program/kegiatan untuk Dukungan Managemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di

    lingkungan Kementerian Kesehatan.

    Demikian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pusat Analisis

    Determinan Kesehatan Tahun 2019 ini disusun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat

    bagi pelaksana dan penyusun program/kegiatan sebagai bahan evaluasi

    program/kegiatan yang telah dilaksanakan maupun sebagai bahan perencanaan serta

    penyusunan kegiatan/program untuk masa yang akan datang. Sehingga realisasi

    program/kegiatan untuk tahun-tahun berikutnya dapat menjadi lebih baik. Kami juga

    berharap agar laporan ini juga dapat memberikan manfaat maupun informasi bagi

    perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia serta pihak-pihak lainnya yang

    berkepentingan.

    Jakarta, Januari 2020

    Kepala Pusat Analisis Determinan Kesehatan

    Pretty Multihartina

    NIP. 196309271989012001

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan ii

    IKHTISAR EKSEKUTIF

    Penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan seluruh kegiatan Pusat Analisis Determinan

    Kesehatan mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

    Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis

    Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi

    Pemerintah.

    Kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan tahun 2019 adalah penyusunan

    dokumen analisis lingkungan strategis dan penyusunan dokumen analisis perilaku dan

    kesehatan inteligensia. Di mana output tersebut telah terealisasi sebesar 100%. Kegiatan-

    kegiatan tersebut mendapatkan dukungan anggaran dalam DIPA sebesar Rp Rp.

    18.366.405.000,- yang bersumber dari APBN, dengan realisasi anggaran sebesar Rp.

    15.302.817.344,- atau 83,32% dari anggaran yang dialokasikan.

    Prosentase pencapaian target tiap-tiap program/kegiatan adalah sebagai berikut:

    1. Analisis Kebijakan Pembangunan Kesehatan dengan menggunakan anggaran sebesar

    81% dengan output kinerja, 100 %;

    2. UPT Vertikal yang dibina Dalam Rangka Internalisasi Revolusi Mental Bidang

    Kesehatan dengan capaian output sebesar 100% dengan menggunakan anggaran

    sebesar 87%;

    3. Layanan Prasarana dan Prasarana Internal dengan capaian output sebesar 100%

    dengan menggunakan anggaran sebesar 87%;

    4. Layanan Dukungan Manajemen Satker dengan capaian output sebesar 100% dengan

    menggunakan anggaran sebesar 80%;

    5. Layanan Perkantoran dengan capaian output sebesar 100% dengan menggunakan

    anggaran sebesar 90%. Meskipun serapan anggaran tidak mencapai 100%, namun

    semua kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik. Walaupun demikian, ada beberapa

    hal yang menjadi masalah dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, yaitu antara lain

    penjadwalan kegiatan tidak tepat waktu sesuai perencanaan. Keterbatasan waktu

    narasumber serta perbedaan paradigma di antara peserta, juga menjadi salah satu

    permasalahan dalam kegiatan penyusunan dokumen analisis.

    Selama tahun 2019 Pusat Analisis Determinan Kesehatan telah menyelesaikan 1)

    Analisis Regulasi Tentang Pelayanan Kesehatan Berbasis Sistem Elektronik Atau

    Digital Di Indonesia, 2) Dukungan Penyusunan Dokumen Renstra Kementerian

    Kesehatan 2020-2024; 3) Kesiapan Daerah Dalam Iplementasi Standar Pelayanan

    Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten / Kota, 4) Analisis Pembiayaan Kesehatan,

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan iii

    5) Analisis Kebijakan Pengembangan Wisata Kebugaran Dan Jamu Pusat Analisis

    Determinan Kesehatan, 6) Analisis Perilaku Milenial Dalam Mendukung Percepatan

    Germas Dan PIS-PK Pada 5 Program Prioritas Nasional,

    7) Analisis Perilaku Sumber Daya Manusia Kesehatan Di Daerah Tertinggal, Perbatasan

    Dan Kepulauan Terluar, 8) Analisis Kebijakan Mewujudkan Lanjut Usia Sehat Menuju

    Lanjut Usia Aktif (Active Ageing), 9) Analisis Kebijakan Penganekaragaman Pangan

    Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia; 10) Analisis Kebijakan Peran

    Filantropi Untuk Pembangunan Kesehatan; 11) Jejaring Peningkatan Kebijakan

    Pembangunan Kesehatan : Penyusunan Naskah Kajian Pembentukan Badan Nasional

    Pariwisata Kesehatan.

    Selain itu, Pusat Analisis Determinan Kesehatan juga telah menghasilkan capaian

    kinerja lainnya yang antara lain : 1. Advokasi Hasil Analisis Kebijakan Kesehatan

    Dalam Mendukung Pembangunan Kesehatan Di Indonesia (Pertemuan Koordinasi

    Implementasi Inpres 4 Tahun 2019 Tentang Peningkatan Kemampuan Dalam

    Mencegah, Mendeteksi, Dan Merespons Wabah Penyakit Pandemi Global, Dan

    Kedaruratan Nuklir, Biologi, Dan Kimia) 2. Penyusunan Naskah Kajian Pembentukan

    Badan Nasional Pariwisata Kesehatan 3) Analisis Penguatan Sistem Kesehatan

    Nasional Dalam Mendukung Pencapaian SPM Bidang Kesehatan 4). UPT Vetikal

    Yang Dibina Dalam Rangka Internalisasi Revolusi Mental Bidang Kesehatan, 5).

    Pembinaan Jabatan Fungsional Analis Kebijakan dan Jabatan Fungsional Administrator

    Kesehatan.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan iv

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

    IKHTISAR EKSEKUTIF ............................................................................................ ii

    DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv

    DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vii

    DAFTAR GRAFIK ..................................................................................................... viii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ................................................................................... 1

    B. Tugas dan Fungsi................................................................................ 2

    C. Struktur Organisasi ............................................................................. 3

    D. Sistematika Penulisan ........................................................................ 5

    BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

    A. Perencanaan Kinerja .......................................................................... 6

    B. Perjanjian Kinerja ............................................................................... 9

    BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

    A.1. Capaian Kinerja (4 tahun terakhir) .................................................... 11

    1. Analisis Regulasi Tentang Pelayanan Kesehatan Berbasis Sistem

    Elektronik Atau Digital Di Indonesia ............................................... 13

    2. Dukungan Penyusunan Dokumen Renstra Kementerian Kesehatan

    2020-2024 ...................................................................................... 19

    3. Kesiapan Daerah Dalam Iplementasi Standar Pelayanan Minimal

    Bidang Kesehatan Di Kabupaten / Kota ......................................... 21

    4. Analisis Pembiayaan Ketahanan Kesehatan ................................. 23

    5. Analisis Kebijakan Pengembangan Wisata Kebugaran Dan Jamu

    Pusat Analisis Determinan Kesehatan ........................................... 29

    6. Analisis Perilaku Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas

    Dan PIS-PK Pada 5 Program Prioritas Nasional ............................ 31

    7. Analisis Perilaku Sumber Daya Manusia Kesehatan Di Daerah

    Tertinggal, Perbatasan Dan Kepulauan Terluar ............................. 35

    8. Analisis Kebijakan Mewujudkan Lanjut Usia Sehat Menuju Lanjut

    Usia Aktif (Active Ageing) ............................................................... 39

    9. Analisis Kebijakan Penganekaragaman Pangan Dalam

    Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia ............................... 45

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan v

    10. Analisis Kebijakan Peran Filantropi Untuk Pembangunan

    Kesehatan ...................................................................................... 49

    A.2. Capaian Kinerja Lainnya

    1. Advokasi Hasil Analisis Kebijakan Kesehatan Dalam Mendukung

    Pembangunan Kesehatan Di Indonesia (Pertemuan Koordinasi

    Implementasi Inpres 4 Tahun 2019 Tentang Peningkatan

    Kemampuan Dalam Mencegah, Mendeteksi, Dan Merespons

    Wabah Penyakit Pandemi Global, Dan Kedaruratan Nuklir,

    Biologi, Dan Kimia) ...................................................................... 54

    2. Jejaring Peningkatan Kebijakan Pembangunan Kesehatan :

    Penyusunan Naskah Kajian Pembentukan Badan Nasional

    Pariwisata Kesehatan ................................................................... 58

    3. Penguatan Analisis Dan Penyusunan Rekomendasi Kebijakan

    Pembangunan Kesehatan (Germas) ............................................ 60

    4. Analisis Penguatan Sistem Kesehatan Nasional Dalam

    Mendukung Pencapaian Spm Bidang Kesehatan ......................... 61

    A.3. UPT Vetikal Yang Dibina Dalam Rangka Internalisasi Revolusi

    Mental Bidang Kesehatan ................................................................... 65

    A.4. Pembinaan Jabatan Fungsional Analis Kebijakan Dan Jabatan

    Fungsional Administrator Kesehatan ................................................... 70

    A.4.1. Jabatan Fungsional Analis Kebijakan ........................................ 72

    A.4.2. Jabatan Fungsional Administrator Kesehatan (Adminkes) ........ 74

    B. Analisis Capaian Kinerja 2019 ............................................................... 77

    1. Definisi Operasional Indikator 2019 .................................................. 77

    2. Analisis Keberhasilan/Kegagalan Pencapaian Indikator 2019 .......... 77

    C. Sumber Daya/ Realisasi Anggaran ....................................................... 77

    1. Sumber Daya Manusia ..................................................................... 78

    2. Sumber Daya Anggaran ................................................................... 80

    3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana ............................................... 83

    D. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya ............................... 84

    BAB IV PENUTUP

    A. Kesimpulan ........................................................................................... 86

    B. Tindak Lanjut .................................................................................... ... 87

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan vi

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    Lampiran 1 Formulir Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS)

    Lampiran 2 Formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK)

    Lampiran 3 Formulir Rencana Kinerja Tahunan (RKT)

    Lampiran 4 Perjanjian Kinerja

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan vii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1 Definisi Operasional Indikator ............................................................... 9

    Tabel 2 Penjabaran Hasil Kerja .......................................................................... 9

    Tabel 3 Perjanjian Kinerja Tahun 2019............................................................... 10

    Tabel 4 Capaian Kinerja 2016 ........................................................................... 12

    Tabel 5 Capaian Kinerja 2017 s/d 2019 ............................................................. 12

    Tabel 6 Sumber daya/Realisasi anggaran ......................................................... 80

    Tabel 7 Sumber daya sarana dan prasarana Tahun 2019 .................................. 84

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan viii

    DAFTAR GRAFIK

    Halaman

    Grafik 1 Jumlah Pegawai Menurut Jabatan ......................................................... 78

    Grafik 2 Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................... 78

    Grafik 3 Jumlah Pegawai Menurut Golongan ..................................................... 79

    Grafik 4 Jumlah Pegawai Menurut JFT .............................................................. 79

    Grafik 5 Jumlah Pegawai Menurut JFU .............................................................. 80

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 1

    A. Latar Belakang

    Pusat Analisis Determinan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan

    teknis, pelaksanaan dan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis

    determinan kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015 pasal 861 dalam melaksanakan tugas

    sebagaimana dimaksud dalam pasal 860, Pusat Analisis Determinan Kesehatan

    menyelenggarakan fungsi:

    a) penyusunan kebijakan teknis di bidang analisis lingkungan strategis, analisis

    perilaku, dan kesehatan intelegensia;

    b) pelaksanaan di bidang analisis lingkungan strategis, analisis perilaku, dan

    kesehatan intelegensia;

    c) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis lingkungan strategis,

    analisis perilaku, dan kesehatan intelegensia dan;

    d) pelaksanaan administrasi Pusat.

    Semangat reformasi telah mewarnai upaya pendayagunaan aparatur pemerintah

    dengan tuntutan untuk mewujudkan sistem administrasi negara yang mampu

    mendukung kelancaran pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintah dan

    pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance. Pemerintahan

    yang baik dan efektif, menuntut kesetaraan, integritas, profesionalisme, serta etos

    kerja dan moral yang tinggi. Setiap instansi pemerintah, sebagai unsur

    penyelenggaraan pemerintahan, wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas

    pokok dan fungsinya, serta kewenangan pengelolaan sumber daya, berdasarkan

    suatu perencanaan strategi yang ditetapkan oleh masing-masing instansi.

    Pertanggungjawaban yang dimaksud, berupa laporan yang menggambarkan Kinerja

    Instansi Pemerintah yang bersangkutan, yaitu Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

    Pemerintah (LAKIP), melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

    (SAKIP). Laporan tersebut disampaikan kepada atasan masing-masing, Lembaga

    Pengawasan dan Penilaian Akuntabilitas, yang akhirnya akan disampaikan kepada

    Presiden selaku Kepala Pemerintahan.

    LAKIP tahun 2019 Pusat Analisis Determinan Kesehatan disusun sebagai

    BAB I

    PENDAHULUAN

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 2

    pertanggungjawaban atas Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan selama tahun

    anggaran 2019 dengan mengacu pada: 1) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

    Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis

    Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja

    Instansi Pemerintah; 2) Perjanjian Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan

    2019; 3) Peraturan Presiden RI nomor 29 tahun 2014, tentang: Sistem Akuntabilitas

    Instansi Pemerintah (SAKIP), Peraturan ini juga menginformasikan mengenai siklus

    SAKIP; dan 4) Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun

    2015 – 2019, dengan demikian, tahun 2019 ini, merupakan akhir dari RENSTRA 5

    (lima) tahun Kementerian Kesehatan periode 2015 – 2019.

    Laporan ini dapat memberikan gambaran tentang upaya yang telah

    dilakukan oleh Pusat Analisis Determinan Kesehatan dalam melaksanakan tugas

    pokok dan fungsinya guna mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini sebagai bentuk

    pertanggungjawaban kepada masyarakat bahwa Pusat Analisis Determinan

    Kesehatan mempunyai komitmen dan tekad yang kuat untuk melaksanakan kinerja

    organisasi yang berorientasi pada hasil berupa output, di samping itu, LAKIP juga

    dimaksudkan sebagai implementasi prinsip transparansi dan akuntabilitas yang

    merupakan pilar penting dalam pelaksanaan good governance. LAKIP juga berfungsi

    sebagai cerminan untuk mengevaluasi kinerja organisasi selama satu tahun, agar

    pada periode selanjutnya dapat melaksanakan kinerja dengan lebih produktif, efektif

    dan effisien, baik dari aspek perencanaan, pengorganisasian, manajemen keuangan,

    maupun koordinasi pelaksanaannya.

    B. Tugas dan Fungsi

    Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015 pasal 861 tentang Organisasi dan

    Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Analisis Determinan Kesehatan

    mempunyai tugas melaksanakan penyusunan teknis, pelaksanaan dan pemantauan,

    evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis determinan kesehatan sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pusat Analisis Determinan Kesehatan menyelenggarakan beberapa fungsi

    dalam melaksanakan tugasnya tersebut, yaitu:

    a. Penyusunan Analisis Politik Kesehatan, Analisis Sosial Ekonomi, Analisis Perilaku

    Dan Kesehatan Inteligensia;

    b. Pelaksanaan Tugas Dukungan Substantif Di Bidang Analisis Politik Kesehatan,

    Analisis Sosial Ekonomi, Analisis Perilaku Dan Kesehatan Inteligensia;

    c. Pemantauan, Evaluasi, Dan Pelaporan Pelaksanaan Tugas Dukungan Substantif

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 3

    Di Bidang Analisis Politik Kesehatan, Analisis Sosial Ekonomi, Analisis Perilaku

    Dan Kesehatan Inteligensia;

    d. Koordinasi Pelaksanaan Revolusi Mental Di Bidang Kesehatan.

    e. Pelaksanaan Urusan Tata Usaha Dan Rumah Tangga Pusat.

    f. Pelaksanaan Fungsi Lain Yang Di Berikan Oleh Menteri.

    C. Struktur Organisasi

    Pusat Analisis Determinan Kesehatan memiliki struktur organisasi, sebagai berikut:

    1) Kepala Pusat Analisis Determinan Kesehatan;

    2) Bagian Tata Usaha, yang terdiri dari:

    - Sub Bagian Program dan Anggaran

    - Sub Bagian Kepegawaian, Keuangan dan Umum

    3) Bidang Analisis Lingkungan Strategis, yang terdiri dari:

    - Sub Bidang Analisis Politik Kesehatan

    - Sub Bidang Analisis Sosial dan Ekonomi.

    4) Bidang Analisis Perilaku dan Kesehatan Inteligensia, yang terdiri dari:

    - Sub Bidang Analisis Perilaku

    - Sub Bidang Analisis Kesehatan Inteligensia

    5) Kelompok Jabatan Fungsional.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 4

    STRUKTUR ORGANISASI

    PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN

    (periode Januari 2019 – Desember 2019)

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 5

    D. Sistematika Laporan

    LAKIP Pusat Analisis Determinan Kesehatan tahun 2019 ini menjelaskan

    pencapaian kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan selama tahun 2019.

    Capaian kinerja tahun 2019 juga dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam

    pelaksanaan program/kegiatan pada tahun berikutnya Sebagai penjelasannya, akan

    diberikan beberapa keterangan tambahan..

    Dengan kerangka pikir demikian, maka sistematika penyajian LAKIP Pusat

    Analisis Determinan Kesehatan tahun 2019, adalah sebagai berikut:

    Kata Pengantar

    Executive Summary (Ikhtisar Eksekutif)

    BAB I Pendahuluan

    BAB II Perencanaan Kinerja

    A. Perencanaan Kinerja, (visi, misi, tujuan, sasaran, DO indikator Kinerja

    Kegiatan

    B. Perjanjian Kinerja 2019

    BAB III Akuntabilitas Kinerja,

    A. Capaian Kinerja Organisasi (4 tahun terakhir)

    B. Analisis Capaian Kinerja 2019

    1. Definisi Operasional Indikator

    2. Analisis Keberhasilan / Kegagalan Pencapaian Indikator 2019

    a. Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target

    b. Permasalahan

    c. Pemecahan masalah

    d. Rencana Tindak Lanjut

    B. Sumber daya / Realisasi Anggaran

    1. Sumber Daya Manusia

    2. Sumber Daya Anggaran

    3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana

    C. Analisa Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

    BAB IV Kesimpulan dan Tindak Lanjut

    A. Kesimpulan

    B. Tindak Lanjut

    LAMPIRAN

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 6

    BAB II

    PERENCANAAN KINERJA

    A. Perencanaan Kinerja

    Perencanaan yang dimaksud dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

    Pemerintah adalah perencanaan strategis yang merupakan suatu proses awal dari

    rangkaian proses dalam usaha untuk mencapai tujuan atau rangkaian pengambilan

    keputusan berorientasi pada hasil yang dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai

    5 (lima) tahun, yang secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhatikan

    lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) serta lingkungan eksternal (peluang dan

    tantangan).

    Perencanaan strategis merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh

    instansi pemerintah agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategis lokal,

    nasional, dan global, serta tetap berada dalam tatanan Sistem Administrasi Negara

    Kesatuan Republik Indonesia. Perencanaan strategis instansi pemerintah merupakan

    integrasi antara keahlian sumber daya manusia dan sumber daya lainnya agar mampu

    menjawab tuntutan lingkungan perkembangan lingkungan strategis, nasional, dan

    global, serta tetap berada dalam tatanan sistem manajemen nasional.

    Rencana Strategis Kementerian Kesehatan ditetapkan dengan Kepmenkes RI

    Nomor HK. 03.01/60/I/2010 tentang RENSTRA Kementerian Kesehatan Tahun 2015

    – 2019, yang berfungsi sebagai pedoman manajerial taktis strategis. Untuk

    memudahkan pelaksanaan kegiatan tahunan, maka RENSTRA tersebut dijabarkan

    ke dalam Perencanaan Kinerja Tahunan. Perencanaan Kinerja Tahunan tersebut

    memuat sasaran-sasaran yang ingin dicapai dalam periode waktu 1 (satu) tahunan,

    strategi yang digunakan untuk mewujudkan pencapaian sasaran tersebut, serta tolak

    ukur dan target kinerja, yang akan digunakan untuk menunjukkan kualitas pencapaian

    sasaran yang bersangkutan, yang dituangkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja.

    Perjanjjian Kinerja adalah suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan

    kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan, untuk mewujudkan target kinerja

    tertentu, berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki instansi yang bersangkutan.

    Perjanjian Kinerja ini menjadi Kontrak Kinerja yang harus diwujudkan oleh para

    pejabat di instansi tersebut sebagai penerima amanah, di mana pada setiap akhir

    tahunnya akan dijadikan sebagai dasar evaluasi kinerja serta penilaian terhadap para

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 7

    pejabatnya. Perjanjian Kinerja sebagai bagian tidak terpisahkan dari Sistem

    Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) ini merupakan upaya dalam

    membangun manajemen pemerintahan yang transparan, partisipatif, akuntabel, dan

    berorientasi pada hasil, yaitu peningkatan kualitas pelayanan publik dan

    kesejahteraan rakyat.

    Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pusat Analisis Determinan Kesehatan

    ➢ Visi, Misi

    Rencana Aksi Kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mendukung visi

    dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang

    Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong”, dengan 7

    misi pembangunan yaitu:

    1. Terwujudnya kemanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,

    menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya

    maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara

    kepulauan.

    2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan, dan demokratis

    berlandaskan negara hukum.

    3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri

    sebagai negara maritim.

    4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan

    sejahtera.

    5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

    6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat,

    dan berbasiskan kepentingan nasional.

    7. Mewujudkan mayarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

    Pusat Analisis Determinan Kesehatan 53 Agenda prioritas ada 9 (NAWA CITA),

    yaitu:

    1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan

    memberikan rasa aman pada seluruh warga negara.

    2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola

    pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

    3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah

    dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

    4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 8

    hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

    5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

    6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar internasional

    7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor

    strategis ekonomi domestik.

    8. Melakukan revolusi karakter bangsa

    9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

    ➢ Tujuan

    Pusat Analisis Determinan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan

    analisis lingkungan strategis, analisis perilaku, dan kesehatan inteligensia sesuai

    dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sehingga tujuan Pusat Analisis

    Determinan Kesehatan tahun 2015 – 2019 yaitu tersusunnya kebijakan

    pembangunan kesehatan berdasarkan analisis determinan kesehatan. Sebagai

    salah satu satker di bawah Sekretaris Jenderal, indikator Pusat Analisis

    Determinan Kesehatan termasuk dalam dukungan manajemen dan pelaksanaan

    tugas teknis lainnya kementerian kehatan, yaitu persentase harmonisasi dukungan

    manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya. Hasil analisis determinan

    kesehatan dapat digunakan oleh satker lain baik di lingkungan Sekretaris Jenderal

    maupun Eselon I lainnya.

    ➢ Sasaran

    Sasaran yang ingin dicapai oleh Pusat Analisis Determinan Kesehatan, adalah

    Menyusun Dokumen Analisis Kebijakan Pembangunan Kesehatan Berdasarkan

    Analisis Determinan Kesehatan

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 9

    ➢ Definisi Operasional Kinerja Kegiatan

    Tabel 1

    Definisi Operasional Indikator Pusat Analisis Determinan Kesehatan

    Tabel 2

    Penjabaran Hasil Kerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan

    NO

    KEGIATAN

    INPUT

    OUTPUT

    OUTCOME

    BENEFIT

    IMPACT

    1 2 3 4 5 6 7

    1. Peningkatan

    Analisis

    Determinan

    Kesehatan

    Sumberdaya yang digunakan dalam menghasilkan output berupa hasil analisis determinan kesehatan adalah : Anggaran DIPA Satuan Kerja PADK dan dilaksanakan oleh seluruh staf PADK dan jejaringnya

    Produk akhir yang

    dihasilkan PADK

    adalah berupa hasil

    Analisis

    Determinan

    Kesehatan ,

    dokumen hasil

    analisis Kebijakan

    Pembangunan

    Kesehatan, buku

    pedoman, buku

    profil

    Dokumen Hasil

    Analisis yang dapat

    dimanfaatkan dalam

    tahun berjalan (2019)

    bagi LS/LP, Pimpinan,

    Pusat dan Daerah,

    Organisasi Profesi,

    LSM.

    Manfaat yang

    diperoleh

    pada tahun

    2019 untuk

    LS/LP,

    Pimpinan,

    Pusat dan

    Daerah,

    Organisasi

    Profesi, LSM.

    Hasil Analsis yang

    dapat

    meningkatkan

    atau

    memperbaiki

    kebijakan

    strategis,

    manajerial,

    teknis

    B. Perjanjian Kinerja

    Pusat Analisis Determinan Kesehatan menyusun perjanjian kinerja dalam bentuk

    Perjanjian Kinerja tingkat eselon II yang ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal

    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Perjanjian Kinerja berisi sasaran

    strategis, indikator kinerja, dan target kinerja kegiatan yang akan dicapai dalam kurun

    waktu 1 (satu) tahun, sesuai dengan rencana strategis.

    Perjanjian Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang

    merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur,

    NO

    INDIKATOR

    DEFINISI

    OPERASIONAL

    DATA

    DUKUNG

    TARGET

    2015

    2016

    2017

    2018

    2019

    1 2 3 4 5 6 7 8

    1. Hasil analisis

    kebijakan yang

    disusun untuk

    peningkatan

    pembangunan

    kesehatan

    Hasil analisis kebijakan terdiri dari analisis politik kesehatan, sosial ekonomi, perilaku dan kesehatan inteligensia

    Hasil Analisis

    Kebijakan

    yang

    dihasilkan

    - 9 9 10 10

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 10

    dalam rentang waktu 1 (satu) tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber

    daya yang dikelola. Tujuan khusus Perjanjian Kinerja, antara lain adalah:

    1) Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur;

    2) Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi

    amanah;

    3) Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian utjuan dan sasaran

    organisasi;

    4) Menciptakan tolak ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan

    5) Sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi.

    Berikut adalah Perjanjian Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan Tahun 2019:

    Tabel 3 Perjanjian Kinerja Tahun 2019

    No. Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target

    (1) (2) (3) (4)

    1 Kebijakan pembangunan

    kesehatan berdasarkan analisis

    determinan kesehatan

    Hasil analisis kebijakan yang

    disusun untuk peningkatan

    pembangunan kesehatan

    10

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 11

    BAB III

    AKUNTABILITAS KINERJA

    A. Capaian Kinerja (4 tahun terakhir)

    Pengukuran capaian kinerja yang mencakup penetapan indikator dan capaian

    kinerjanya, digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan

    kegiatan dan program yang telah ditetapkan dalam Perencanaan Strategis. Pengukuran

    Kinerja adalah kegiatan manajemen, khususnya membandingkan tingkat kinerja yang

    dicapai dengan standar, rencana, atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang

    telah ditetapkan. Pengukuran Kinerja ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana

    realisasi atau capaian kinerja yang berhasil dilakukan oleh Pusat Analisis Determinan

    Kesehatan dalam kurun waktu Januari – Desember 2019.

    Pengukuran Kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian dengan

    rencana tingkat pencapaian (target) pada setiap indikator, sehingga diperoleh

    gambaran tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing indikator. Berdasarkan

    Pengukuran Kinerja tersebut diperoleh informasi menyangkut masing-masing indikator,

    sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program/kegiatan di masa yang

    akan datang, agar setiap program/kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil

    guna dan berdaya guna. Hasil analisis pembangunan kesehatan dari sejumlah dokumen

    analisis kebijakan pembangunan yang disusun.

    Manfaat Pengukuran Kinerja antara lain, yaitu untuk memberikan gambaran kepada

    pihak-pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan Misi Organisasi dalam rangka

    mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen

    RENSTRA/Perjanjian Kinerja.

    Berdasarkan Kepmenkes Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana

    Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019, di mana Sekretariat Jenderal

    Kesehatan sebagai unit utama yang membawahi Pusat Analisis Determinan Kesehatan.

    Dalam melaksanakan program kinerjanya, Pusat Analisis Determinan Kesehatan memiliki

    sasaran program. Sasaran tersebut merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata

    oleh Pusat Analisis Determinan Kesehatan dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur,

    dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Dalam rangka mencapai sasaran, perlu ditinjau

    indikator-indikator yang mengacu pada indikator-indikator Sekretariat Jenderal sebagai

    unit utama di atas Pusat Analisis Determinan Kesehatan. Sasaran Sekretariat Jenderal

    adalah: “Meningkatnya Koordinasi Pelaksanaan Tugas serta Pembinaan dan Pemberian

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 12

    Dukungan Manajemen Kementerian Kesehatan”.

    Berikut capaian kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan 4 tahun terakhir :

    Tabel 4 Capaian Kinerja Pusat Analisis Determinan

    Kesehatan

    No.

    Indikator Kinerja 2016

    Target Realisasi

    (1) (2) (3) (4)

    1 Jumlah Kebijakan Yang

    Disusun Untuk Peningkatan

    Pembangunan Kesehatan

    9

    9

    Tabel 5 Capaian Kinerja Pusat Analisis Determinan

    Kesehatan

    2017 2018

    No. Indikator Kinerja

    Target Realisasi Target Realisasi

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    1 Hasil analisis kebijakan yang disusun untuk peningkatan pembangunan kesehatan

    9 9 10 10

    2019

    No. Indikator Kinerja Target

    Realisasi

    Output Jejaring Penguatan Analisis

    Penilaian JF

    (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

    1 Hasil analisis kebijakan yang disusun untuk peningkatan pembangunan kesehatan

    10 10

    1

    5

    2

    Jika dilihat pada kedua tabel diatas, terdapat perbedaan Indikator Output Kinerja antara

    tahun 2016 dengan tahun setelahnya. Tahun 2016 Pusat Analisis Determinan

    Kesehatan menggunakan Jumlah Kebijakan Yang Disusun Untuk Peningkatan

    Pembangunan Kesehatan kemudian pada tahun berikutnya Pusat Analisis Determinan

    Kesehatan merevisi Indikator Output Kinerja menjadi Hasil analisis kebijakan yang

    disusun untuk peningkatan pembangunan kesehatan.

    Pada tahun 20019, Pusat Analisis Determinan Kesehatan telah menetapkan target

    untuk menghasilkan 10 (sepuluh) hasil analisis kebijakan pembangunan kesehatan. Hasil

    analisis yang telah dihasilkan oleh Pusat Analisis Determinan Kesehatan, yaitu:

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 13

    1. ANALISIS REGULASI TENTANG PELAYANAN KESEHATAN

    BERBASIS SISTEM ELEKTRONIK ATAU DIGITAL DI

    INDONESIA

    Pada tahun 2018 diperkirakan sebanyak 3,6 miliar manusia di

    dunia mengakses internet setidaknya sekali tiap satu bulan.

    Penetrasi pengguna internet di

    Indonesia juga

    terus tumbuh seiring dengan adanya

    peningkatan variasi konten internet.

    Hal ini mendorong sektor pemerintah

    maupun swasta semakin tertarik

    dalam melakukan investasi

    pembangunan infrastruktur berupa

    jaringan pendukung bagi para penyedia internet. Di zaman milenial ini juga terjadi

    perubahan perilaku konsumen digital

    dalam melakukan aktifitas yang terkait

    sistem elektronik, dimana saat ini

    cenderung ingin mendapatkan

    informasi dan produk secara cepat,

    banyak pilihan, mudah dan murah.

    Berdasarkan data survey dari

    Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet

    Indonesia (APJII), pada tahun 2016, dari 256,2 juta total penduduk Indonesia,

    sebanyak 132,7 juta jiwa merupakan pengguna internet aktif (52,58%). Pada tahun

    2017, sebanyak 143,16 juta jiwa

    pengguna internet dari 262 juta total

    penduduk Indonesia (54,64%). Pada

    tahun 2018, sebanyak 171,17 juta

    jiwa merupakan pengguna internet

    dari 264,15 juta total penduduk

    Indonesia, (60,80%). Tren ini

    menunjukkan persentase pengguna internet semakin meningkat per tahunnya.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 14

    Lokasi pengguna internet sebagian besar berada di pulau Jawa dan di wilayah urban.

    Dengan perkembangan tersebut, secara

    tidak langsung akan mengubah gaya dan

    pola hidup masyarakat terutama di

    wilayah perkotaan.

    Berdasarkan hasil survey tersebut juga

    (APJII, 2017), pemanfaatan internet

    bidang kesehatan, sebanyak 51,06%

    mencari informasi tentang kesehatan,

    dan 14,05% melakukan konsultasi dengan ahli kesehatan.

    Saat ini sudah berjalan berbagai provider startup bidang kesehatan yang ada di

    Indonesia, dengan jumlah puluhan

    juta pengguna aktif, dan yang telah

    menjalin kemitraan dengan berbagai

    Rumah Sakit, klinik, apotik dan

    layanan kesehatan digital lainnya,

    serta nilai bisnis teknologi kesehatan

    digital yang diperkirakan bernilai

    puluhan juta dolar, pendanaan berasal

    dari dalam dan luar negeri.

    Kemajuan yang terjadi di bidang teknologi informatika menyebabkan penggunaan

    internet yang awalnya digunakan untuk tujuan paling sederhana berupa searching

    data dan informasi, namun saat ini yang telah terjadi di Indonesia adalah digunakan

    untuk proses transaksi, interaksi,

    kolaborasi, dan mendekatkan

    pelayanan (internet of things) dalam

    kehidupan sehari-hari.

    Kondisi tersebut akan menciptakan

    multiplier effect bagi peningkatan

    pertumbuhan ekonomi masyarakat

    serta kemudahan akses terhadap

    berbagai kebutuhan esensial setiap

    warga negara. Sektor industri teknologi informatika akan terus menciptakan dan

    mengembangkan inovasi di berbagai bidang, salah satunya adalah bidang pelayanan

    kesehatan, dimana demand untuk bidang ini sangat tinggi. Masyarakat ingin

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 15

    mendapatkan akses pelayanan

    kesehatan dan informasi kesehatan

    dalam waktu cepat, mudah, dan

    murah. Hanya dengan mengakses

    layanan kesehatan digital melalui

    perangkat seluler yang setiap hari

    digunakan oleh masyarakat, maka

    akses masyarakat terhadap

    perkembangan teknologi dan inovasi aplikasi pelayanan kesehatan ini sangat

    diminati.

    Saat ini telah berjalan begitu banyaknya aplikasi layanan kesehatan digital yang

    dikelola oleh industri sektor bisnis. Inovasi bidang pelayanan kesehatan ini

    memberikan manfaat yang besar untuk memperluas akses pelayanan kesehatan dan

    mengoptimalkan pemanfaatan sumber

    daya kesehatan yang terbatas.

    Walaupun telah ada sebagian regulasi

    untuk pengelolaan startup yang telah

    diatur oleh Kementerian Komunikasi

    dan Informatika, namun saat ini

    pemerintah masih belum memiliki

    peraturan yang memadai yang

    mengatur tentang layanan kesehatan digital yang diberikan oleh provider aplikasi

    digital.

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran,

    kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian

    berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan

    pembangunan kesehatan yang

    berkualitas dan terjangkau oleh

    masyarakat.

    Proyeksi pelayanan kesehatan di

    masa depan yang semakin canggih

    dalam penggunaan teknologi

    informatika sebagai media virtual,

    diprediksi dapat menimbulkan resiko

    terjadinya kesenjangan kebijakan (policy gap).

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 16

    Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :

    Dengan adanya berbagai policy gap terhadap peraturan yang sudah ada, maka

    diperlukan revisi terhadap peraturan-peraturan tersebut atau inisiasi terbitnya peraturan

    yang akan menjadi payung hukum besar terhadap penyelenggaraan pelayanan

    kesehatan berbasis sistem elektronik.

    Dari segi masyarakat sebagai user, peraturan ini dibutuhkan untuk menjamin agar

    masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan sesuai standar,

    sehingga tidak menimbulkan masalah kesehatan lainnya, serta untuk menjamin

    kerahasiaan medis. Dari segi penyedia layanan kesehatan digital sebagai provider, harus

    dibentuk suatu sistem pertanggungjawaban terhadap layanan yang diberikan, regulasi

    yang dibutuhkan dapat berupa pedoman dan pengaturan.

    1. Revisi Permenkes 2052/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik

    Kedokteran

    - Pelayanan kesehatan secara digital bersifat konsultatif, edukatif, promotif dan

    preventif, yang mengakomodir dan mendukung inovasi dalam perkembangan

    teknologi, serta tindakan medis yang diperbolehkan dan diatur dalam standar

    pelayanan kesehatan berbasis sistem elektronik.

    - Mengutamakan prinsip patient safety.

    - Perlu pengaturan izin praktik dan konsep lokasi pelayanan kesehatan berbasis

    sistem elektronik.

    - Perlu pengaturan mekanisme dan persyaratan dokter dalam memberikan

    konsultasi apabila dokter memberikan layanan di luar lokasi izin tempat

    praktiknya.

    2. Revisi Permenkes 290/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran

    - Pelayanan praktik kedokteran berbasis digital mempertimbangkan jenis tindakan

    medis yang diperbolehkan dan diatur dalam standar pelayanan kesehatan

    berbasis sistem elektronik.

    3. Revisi Permenkes 11/2017 tentang Keselamatan Pasien

    - Perlu pengaturan untuk mengatur konsultasi dokter-pasien yang

    diselenggarakan dalam layanan kesehatan digital dalam aspek keselamatan

    pasien.

    - Perlunya mengedepankan patient safety. Layanan kesehatan digital diharapkan

    mampu mengantisipasi dan mengatasi insiden yang mungkin terjadi.

    4. Revisi Permenkes 269/2008 tentang Rekam Medis

    - Perlu pengaturan untuk mengatur substansi privasi, kerahasiaan, dan keamanan

    data rekam medis elektronik, perlu diperkuat dengan melibatkan Kemenkominfo.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 17

    - Perlu penyusunan standar aplikasi rekam medis berbasis elektronik.

    - Perlu pengaturan vendor IT yang menawarkan aplikasi rekam medis elektronik

    ke faskes agar memiliki standarisasi untuk rekam medis dan memiliki

    kemampuan interoperabilitas.

    - Perlu mengatur tentang jaminan data security.

    - Penempatan server harus di dalam negeri.

    - Perlu mengatur institusionalisasi pengawas data security rekam medis

    pelayanan kesehatan berbasis sistem elektronik.

    5. Penerbitan Regulasi Pelayanan Kesehatan Berbasis Sistem Elektronik atau Digital

    - Perlu disusun standar pelayanan kesehatan berbasis elektronik.

    - Perlu inisiasi regulasi yang mengatur mekanisme, prosedur syarat, cara, dan

    kriteria pendirian pelayanan kesehatan digital untuk memberikan kepastian dan

    perlindungan hukum bagi masyarakat, penyedia layanan atau provider, dan

    tenaga kesehatan yang memberikan layanan.

    - Perlu adanya Unit Pengawas di lingkungan Kementerian Kesehatan untuk

    melakukan pengawasan seluruh konten provider pemberi pelayanan kesehatan

    berbasis elektronik.

    - Perlu pengaturan batasan pemberian layanan hanya untuk konsultasi,

    menitikberatkan pada pelayanan KIE, dan upaya promotif preventif.

    - Perlu pengaturan dasar penentuan lokasi SIP untuk layanan kesehatan digital.

    - Perlu pengaturan tenaga kesehatan yang direkrut memiliki kompetensi dan

    dokumen persyaratan untuk melakukan layanan kesehatan.

    - Perlu pengaturan mengenai pasien yang melakukan konsultasi sesuai dokumen

    identitas kependudukannya.

    - Perlu pengaturan standarisasi konten artikel kesehatan yang ditulis dokter

    (syaratnya seperti sudah berdasarkan evidence based, lolos uji klinis, dsb).

    - Perlu pengaturan standarisasi dan registrasi provider yang melakukan layanan

    kesehatan digital.

    - Perlu adanya KPI dan standar kualitas provider sebagai syarat agar provider

    memberikan jaminan mutu berkualitas untuk masyarakat.

    6. Penerbitan Regulasi tentang Penjualan Obat melalui Apotek Online dan Resep

    Elektronik

    - Mendorong finalisasi Rancangan Permenkes tentang Penyelenggaraan Sistem

    Elektronik Farmasi yang sedang berproses di Ditjen Farmalkes.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 18

    - Apotek online hanya melayani pembelian obat golongan DOWA, bebas, bebas

    terbatas, obat tradisional dan kosmetik, tidak diperbolehkan melayani resep obat

    golongan narkotika/psikotropika.

    - Aplikasi layanan online kesehatan hanya sebagai penyedia jasa informasi

    layanan Apotek/Apoteker yang sudah berjalan secara offline (sudah memiliki ijin)

    bagi masyarakat/konsumen

    - Pemilihan layanan Apotek/Apoteker dilakukan oleh masyarakat/konsumen,

    bukan oleh Aplikasi

    - Aplikasi layanan hanya bisa dibuka oleh Apoteker dengan authentification

    system, hanya melayani resep dokter yang dibuat secara elektronik dalam

    aplikasi (e-prescription), tidak melayani resep dokter dengan metoda upload

    dokumen resep.

    7. Penerbitan Regulasi tentang Pemeriksaan Laboratorium melalui Media Digital

    - Perlu pengaturan konsultasi pemeriksaan laboratorium dan mekanisme home

    visit laboratorium.

    - Siklus pelayanan pemeriksaan laboratorium yang bisa dilakukan secara digital,

    hanya proses administrasi atau pendaftaran, dan pelaporan hasil pemeriksaan.

    - Laboratorium klinik harus berbadan hukum, kredensial, dan memiliki perizinan

    pelaku pelayanan, serta dilakukan audit berkala.

    - Perlu adanya badan/institusi pengaduan klinis/awam atau unit pengawas untuk

    pemeriksaan laboratorium.

    8. Penerbitan Regulasi tentang Pengawasan dan Pencegahan

    - Perlu pengaturan tentang mekanisme untuk monitoring pasien setelah pulang

    menggunakan teknologi digital agar lebih efisien.

    - Perlu pengaturan feedback yang dilakukan oleh provider jika terjadi complain.

    - Perlu pengawasan penjualan obat golongan narkotika/psikotropika melalui

    media online.

    - Perlu monitoring dan evaluasi teknis yang dilakukan oleh Unit Pengawas di

    lingkungan Kementerian Kesehatan terhadap penyedia layanan atau provider

    untuk menjamin keselamatan pasien.

    - Perlu standarisasi SNI sebagai dasar monitoring kualitas penyedia layanan

    sebagai perangkat komunikasi dan informasi.

    - Aplikasi cek dokter yang dimiliki oleh KKI dapat dipergunakan sebagai dasar

    untuk mengawasi keabsahan SIP dokter praktek.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 19

    2. DUKUNGAN PENYUSUNAN

    DOKUMEN RENSTRA KEMENTERIAN KESEHATAN 2020-

    2024

    Pembangunan nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh

    segenap komponen bangsa guna mencapai tujuan bernegara.

    Dalam rangka melaksanakan pembangunan nasional tersebut,

    diperlukan adanya perencanaan

    pembangunan nasional yang

    ditujukan agar kegiatan

    pembangunan berjalan efektif, efisien,

    dan tepat sasaran. Perencanaan

    pembangunan jangka panjang,

    jangka menengah, dan tahunan

    sebagaimana yang diamanatkan

    dalam Undang-Undang Nomor 25

    Tahun 2004 kemudian dituangkan dalam dokumen RPJPN, RPJMN, dan RKP.

    RPJMN Tahap IV (2020-2024) akan disusun sesuai dengan visi-misi program

    prioritas Presiden terpilih untuk periode pemerintahan 2020-2024. Undang-Undang

    Nomor 25 Tahun 2004 juga mengamanatkan bahwa setiap kementerian perlu

    menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang mengacu pada Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

    Renstra Kementerian Kesehatan

    merupakan dokumen perencanaan

    yang bersifat indikatif memuat

    program-program pembangunan

    kesehatan yang akan dilaksanakan

    oleh Kementerian Kesehatan dan

    menjadi acuan dalam penyusunan

    perencanaan tahunan. Penyusunan

    Renstra Kementerian Kesehatan dilaksanakan melalui pendekatan: teknokratik,

    politik, partisipatif, atas-bawah (top-down),dan bawah-atas (bottom-up).

    Kegiatan Dukungan Penyusunan Dokumen Renstra Kementerian Kesehatan 2020-

    2024 dilaksanakan dalam upaya mewujudkan SDM berkualitas dan berdaya saing

    dengan meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan menuju cakupan

    kesehatan semesta.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 20

    Menghasilkan rekomendasi sebagai berikut :

    Dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dokumen Renstra K/L memiliki

    posisi yang sangat strategis. Renstra

    K/L berkedudukan sebagai

    penjabaran dari RPJMN, di mana

    dalam penyusunan Renstra K/L harus

    berpedoman pada RPJMN. Selain itu,

    Renstra K/L juga digunakan sebagai

    pedoman dalam penyusunan

    rancangan Renja K/L.

    Keterkaitan antara Renstra K/L dengan Visi Misi Presiden yaitu bahwa dalam

    penyusunan Renstra K/L harus memperhatikan kesesuaian dengan Visi dan Misi

    (platform) Presiden terpilih. Arahan Presiden terpilih 2020-2024 yaitu fokus pada

    pengelolaan JKN, pengendalian stunting, mengendalikan mahalnya harga obat, serta

    kesediaan produk farmasi dan alat kesehatan dalam negeri.

    Dalam penyusunan Renstra K/L, pimpinan Kementerian/ Lembaga harus

    berpedoman pada RPJMN dan memperhatikan himpunan hasil evaluasi

    pelaksanaan pembangunan di sektor

    yang sesuai dengan tugas dan

    kewenangan Kementerian/Lembaga

    yang bersangkutan, serta

    memperhatikan aspirasi Masyarakat.

    Sementara sasaran pembangunan

    jangka menengah 2020-2024 yaitu

    mewujudkan masyarakat Indonesia

    yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai

    bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh

    berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber

    daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 21

    3. KESIAPAN DAERAH DALAM IPLEMENTASI STANDAR

    PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI

    KABUPATEN / KOTA

    SPM (Standar Pelayanan Minimal) bidang kesehatan pada

    pemerintah daerah kabupaten/kota adalah ketentuan tentang jenis

    dan mutu pelayanan dasar kesehatan

    yang merupakan urusan

    pemerintahan wajib yang berhak

    diperoleh setiap warga negara secara

    minimal. SPM Bidang Kesehatan

    kabupaten/kota terdiri dari: 1)

    pelayanan kesehatan ibu hamil; 2)

    pelayanan kesehatan ibu bersalin; 3)

    pelayanan kesehatan bayi baru lahir;

    4) pelayanan kesehatan balita; 5) pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar;

    6) pelayanan kesehatan pada usia

    produktif; 7) pelayanan kesehatan

    pada usia lanjut; 8) pelayanan

    kesehatan penderita hipertensi; 9)

    pelayanan kesehatan penderita

    diabetes melitus; 10) pelayanan

    kesehatan orang dengan gangguan

    jiwa berat; 11) pelayanan kesehatan

    orang terduga tuberkulosis; dan 12)

    pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi virus yang melemahkan daya

    tahan tubuh manusia (Human Immunodeficiency Virus), bersifat

    peningkatan/promotif dan

    pencegahan/preventif.

    Penguatan Sistem Kesehatan di seluruh

    pemerintah daerah adalah salah satu

    modalitas untuk memperkuat input

    penyediaan pelayanan dasar bagi

    setiap warga negara untuk mencapai

    target SPM bidang kesehatan secara

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 22

    nasional. Hal itu diamanatkan dalam Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2012

    tentang Sistem Kesehatan Nasional

    (SKN). SKN adalah landasan

    pengelolaan kesehatan yang

    diselenggarakan oleh pemerintah,

    pemerintah daerah, dan/atau

    masyarakat secara berkelanjutan,

    sistematis, terarah, terpadu,

    menyeluruh, dan tanggap terhadap

    perubahan dengan menjaga kemajuan, kesatuan, dan ketahanan nasional untuk

    menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. SKN

    terdiri dari 7 sub sistem yaitu: 1) Upaya Kesehatan; 2) Penelitian dan Pengembangan

    Kesehatan; 3) Pembiayaan Kesehatan; 4) Sumber Daya Manusia Kesehatan; 5)

    Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan; 6) Manajemen, Informasi dan

    Regulasi Kesehatan; dan 7) Pemberdayaan Masyarakat.

    Namun demikian, penerapan SPM

    didaerah sangat dipengaruhi oleh

    dinamika determinan kesehatan lain

    seperti determinan politik, sosial,

    ekonomi, agama, budaya,

    pengarusutamaan kesehatan dalam

    pembangunan dan lain - lain yang

    secara langsung mempengaruhi

    kinerja kepemimpinan para kepala

    daerah kabupaten/kota dalam mencapai ke 12 target jenis pelayanan dasar.

    Terdapat confounding factor atau determinan lain yang mempengaruhi antara

    modalitas dasar (input dalam SKN) dengan capaian SPM.

    Ketika confounding factor dilakukan intervensi, maka dapat

    mendongkrak pencapaian target pada tiap layanan dasar

    SPM Bidang Kesehatan sebagaimana dijelaskan pada

    teori prinsip paretto yang menyatakan bahwa pada banyak

    kejadian, sekitar 80% fenomena dari suatu akibat

    disebabkan oleh 20% dari penyebabnya.

    Oleh karena itu, untuk menjamin tercapainya seluruh

    tujuan pembangunan kesehatan tidak cukup hanya

    dengan melakukan penguatan Sistem Kesehatan Nasional di kabupaten/kota dan

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 23

    pengendalian lingkungan strategis determinan kesehatan. Akan tetapi unsur

    terpenting yang perlu menjadi fokus utama adalah mengupayakan terciptanya

    kepemimpinan sosial dan politik yang memiliki inovasi dalam manajemen tata kelola

    administrasi pembangunan pemerintah yang efektif dan efisien sehingga mampu

    menjamin perlindungan faktor resiko sosial dan faktor resiko penyakit, mampu

    menjamin kecepatan dalam mengadministrasikan penyediaan akses pelayanan

    dasar yang memenuhi standar, dan adanya komitmen pemimpin dalam

    meningkatkan kualitas dalam setiap tingkatan pelayanan kesehatan masyarakat

    secara merata.

    4. ANALISIS PEMBIAYAAN KETAHANAN KESEHATAN

    Setelah terjadinya wabah penyakit seperti Sindrom Pernafasan

    Akut Parah (SARS), infeksi virus Nipah, avian influenza A (H5N1)

    dan A (H7N9), Ebola dan wabah Zika Virus; negara-negara di

    dunia menyepakati komitmen global baru untuk memperkuat

    kesiapsiagaan pandemi dan membangun kapasitas inti (core

    capacity) untuk meningkatkan ketahanan kesehatan (health security) yang efektif

    mampu mengatasi potensi ancaman kesehatan.

    Upaya berkelanjutan untuk memperkuat ketahanan kesehatan dan penanganan

    ancaman kesehatan dengan lebih baik berfokus pada kolaborasi, koordinasi, dan

    peningkatan kapasitas yang lebih

    besar di tingkat nasional, regional,

    dan global tiap negara. Selain

    pengembangan kapasitas dan

    pencegahan dan pengendalian

    penyakit. Sebagian besar negara

    memiliki komitmen untuk

    mengkolaborasikan upaya

    peningkatan akses dan mutu kesehatan manusia dan kesehatan hewan. Namun

    tantangan utama adalah bagaimana memastikan pembiayaan berkelanjutan untuk

    mengkolaborasikan seluruh komponen lintas sektor dalam rangka menghadapi

    ancaman kesehatan dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi.

    Pada tahun 2016, bertolak dari latar belakang inilah pertemuan tingkat tinggi tentang

    pembiayaan berkelanjutan dan integrasi regional untuk meningkatkan keamanan

    kesehatan dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi diadakan di Bali, Indonesia.

    Pertemuan dihadiri dari delegasi pemerintah, dari kementerian kesehatan, pertanian

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 24

    / peternakan, dan keuangan; perwakilan organisasi regional; lembaga multilateral

    dan mitra pembangunan. Rekomendasi utama dari pertemuan tersebut adalah

    pengembangan alat penilaian pembiayaan keamanan kesehatan yang mencakup

    satu pendekatan kesehatan dari semua ancaman kesehatan dan dibangun dengan

    alat dan mekanisme yang ada. Tools yang kemudian disebut Health Security

    Financing Assessment Tools (HSFAT) ini memberikan informasi dalam pembiayaan

    holistik ketahanan kesehatan,

    berfungsi sebagai alat advokasi untuk

    meningkatkan pembiayaan domestik

    dan eksternal, serta dalam rangka

    meningkatkan efisiensi pembiayaan,

    serta menjadi dasar dalam menyusun

    kebijakan pembiayaan ketahanan

    kesehatan di Indonesia. Penilaian

    pembiayaan ketahanan kesehatan saat ini sedang diujicobakan di Vietnam dan akan

    dilaksanakan masing-masing di Indonesia, Kamboja, Myanmar, dan Laos, dengan

    dukungan dari Bank Dunia dan para mitra.

    Tujuan dari Health Security Financing Assessment Tools (HFSAT) adalah untuk

    mendukung pemerintah nasional dalam mengembangkan strategi keuangan yang

    terkait dengan rencana aksi nasional yang diprioritaskan untuk Keamanan Kesehatan

    dan memampukan negara-negara untuk memiliki sistem pembiayaan yang kuat dan

    berkelanjutan menuju keamanan kesehatan yang efektif. Tools ini dirancang untuk

    mendorong dialog kebijakan nasional mengenai pembiayaan keamanan kesehatan

    baik untuk kesehatan manusia maupun hewan dan sektor-sektor lain yang relevan

    dengan keamanan kesehatan. Tools ini juga menginformasikan penyempurnaan

    strategi dan instrumen pembiayaan keamanan kesehatan untuk meningkatkan

    kapasitas regulasi ketahanan kesehatan nasional.

    Pada tahun 2017, Indonesia sebagai negara anggota World Health Organization

    (WHO) telah bernisiatif melakukan Joint External Evaluation (JEE) untuk

    mengidentifikasi kesenjangan kapasitas kesiapan kesehatan dan kesiapsiagaan

    menghadapi pandemi namum tools untuk memandu penyusunan baseline investasi

    negara dalam pengembangan kapasitas menyusul diluncurkan pada tahun 2018

    yakni National Action Plan for Health Security (NAPHS). Tools ini berupa pemetaan

    pembiayaan ketahanan kesehatan secara nasional yang dibutuhkan lima tahun ke

    depan. Manfaat tools adalah memetakan sumber daya serta mencegah terjadinya

    kekurangan dana dalam implementasi ketahanan kesehatan. Gambaran rencana

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 25

    nasional ini akan dipublish terbuka sehingga mitra donor dapat membantu.

    Sejalan dengan hal tersebut, Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang kesehatan

    menyebutkan bahwa jenis pelayanan

    dasar pada SPM Kesehatan Daerah

    Provinsi terdiri atas: pelayanan

    kesehatan bagi penduduk terdampak

    krisis kesehatan akibat bencana

    dan/atau berpotensi bencana provinsi;

    dan b. pelayanan kesehatan bagi

    penduduk pada kondisi kejadian luar

    biasa provinsi.

    Data dan informasi dari kedua tools ini (HSFAT dan NAPHS), serta perhitungan biaya

    yang dibutuhkan menggunakan tools penghitungan biaya SPM (Siskobikes) akan

    menjadi data yang digunakan sebagai dasar analisis penyusunan evidence based

    policy. Kesenjangan, tumpang tindih, dan kebutuhan kebijakan menjadi hal prioritas

    yang akan dianalisis dari hasil analisis belanja ketahanan kesehatan, kebutuhan

    ketahanan kesehatan, serta standar biaya SPM kebencanaan dan KLB.

    Rekomendasi berupa kebijakan pembiayaan ketahanan kesehatan nasional

    diharapakan dapat disusun dan menjadi input strategis kepada pengambil kebijakan.

    Penyusunan analisis dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:

    1. Pertemuan Persiapan, dilakukan sebanyak

    dua kali, menghasilkan output isu-isu, fakta,

    permasalahan serta data terkait

    pelaksanaan pembiayaan ketahanan

    kesehatan.

    2. Pertemuan Penyusunan Draft, dilakukan

    sebanyak satu kali, menghasilkan keluaran masukan perbaikan instrumen

    asesmen pembiayaan yang akan digunakan.

    3. Pertemuan dalam kantor, dilakukan

    sebanyak dua kali untuk

    mengkoordinasikan instrumen yang telah

    disusun kepada lintas program terkait.

    4. Asesmen lapangan ke daerah dilakukan

    sebanyak tiga kali di Provinsi Daerah

    Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali menghasilkan luaran gambaran

    pembiayaan ketahanan kesehatan di tingkat pemerinatah provinsi.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 26

    KESIMPULAN

    Pada tingkat pusat, pemahaman tentang ketahanan kesehatan sudah mulai tumbuh

    namun belum cukup baik dan

    dipahami secara meluas.

    Sedangkan pada tingkat daerah,

    ketahanan kesehatan masih

    merupakan hal baru dan belum

    dipahami oleh stake holder terkait.

    Sehingga pada saat melakukan

    penilaian pembiayaan ketahanan

    kesehatan masih menemukan

    banyak kendala teknis seperti definisi operasional ketahanan kesehatan, baik di

    tingkat pusat maupun daerah.

    Dari hasil asesmen dan analisis yang telah dilakukan, ketiga instrumen pembiayaan

    ketahanan kesehatan (HSFAT, REMAP, dan SISCOBIKES) memiliki persamaan dan

    perbedaan. Semuanya sama-sama bertujuan untuk menjamin ketersediaan

    pembiayaan dalam menangani kondisi kedaruratan kesehatan masyarakat. Namun,

    hal yang membedakan adalah ruang lingkup, struktur instrumen, proses, data atau

    input yang dibutuhkan mekanisme pengumpulan data, dan luaran / pemanfaatan

    hasil instrumen.

    Tabel 6

    Analisis Pembiayaan Kesehatan

    SPM REMAP HSFA

    Tujuan

    Penghitungan

    pembiayaan daerah

    (sub nasional) untuk

    menerapkan SPM

    Kesehatan

    (Permenkes 4/2019)

    Mendapatkan gambaran

    investasi yang dibutuhkan

    untuk mengikuti

    rekomendasi JEE dan

    Tujuan Fungsi JEE yang

    ingin dicapai oleh

    Pemerintah

    REMAP: mengidentifikasi

    investasi (Anggaran)

    pemerintah dan donor untuk

    kegiatan ketahanan

    kesehatan

    • Penentuan baseline

    Anggaran/belanja untuk KK

    • Input untuk mengembangkan

    data/informasi

    Anggaran/belanja KK yang

    konsisten

    • Sebagai benchmark lintas

    waktu dan antar negara

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 27

    SPM REMAP HSFA

    Ruang

    Lingkup

    Kegiatan SPM terkait

    dengan Pelayanan

    kesehatan

    (i) Krisis

    Kesehatan

    akibat bencana

    atau berpotensi

    bencana, dan

    (ii) Kondisi

    Kejadian Luar

    Biasa

    • Pemetaan/Mapping

    pendanaan antar pemberi

    dana, berbagai rencana

    kegiatan ketahanan

    kesehatan

    • Monitor dan mengikuti

    (track) progress

    • Mengukur efek/dampak

    (analisis dampak)

    • Belanja 19 area teknis

    Pencegahan, Deteksi,

    Respon, Area Lain, dan

    Pemulihan

    • Pemetaan/Mapping sumber

    pembiayaan, aliran dana,

    tingkat pembiayaan, dan

    penggunan dana terkait KK

    • Peran organisasi terkait dan

    bagaimana sistem koordinasi

    Mekanisme RenGar,

    pelaksanaan dan monitoring-

    evaluasi

    Struktur

    Instrumen

    Instrumen

    Penghitungan

    Pembiayaan

    (Costing)

    • Dashboard,

    • Lembar Peta/Mapping

    • Lembar Data entry

    • Lembar Setting

    • Lembar Kinerja NAPHS

    • Lembar Kegiatan NAPHS

    • Lembar Situasi

    Pembiayaan

    • Lembar Skor/Nilai JEE

    • Mitra berdasarkan Area

    Teknis

    • Detail Mitra

    • Lembar Prioritisasi

    1) Tata Hubungan

    Organisasi dan

    Hubungan Kerja

    2) Situasi Makrofiskal

    3) Proses RenGar

    4) Pembiayaan

    (mapping, besaran,

    distribusi)

    5) Efisiensi dan

    keberlangsungan

    Proses

    • Mapping

    Kegiatan SPM →

    Kegiatan Program

    Lain

    • Definsi

    Kegiatan

    • Technical Working

    Group berdasar pilar

    JEE (Prevent, Detect,

    Response, Other IHR)

    termasuk konsensus

    untuk kuesioner/tool

    • Pengisian data ke

    REMAP Tool

    • Training -untuk Focal

    Point

    • Update dan

    Pemanfaatan untuk

    Koordinasi Donor

    • Monitoring kemajuan

    dan koordinasi antar

    kegiatan/technical

    areas

    • Analisis Dampak

    • Technical Working Group

    • Penyesuaian instrument

    kondisi dan kebutuhan

    lokal

    • Kesepakatan Ruang

    lingkup, jadwal,

    • Identifikasi sumber data

    • Desk review

    • Wawancara mendalam

    • Analisis data dan ekstraksi

    data

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 28

    SPM REMAP HSFA

    Data atau

    input yang

    dibutuhkan

    Unit dan Volume

    Kegiatan, Satuan

    Biaya

    • Identitas,

    • Pendanaan

    • Proyeksi

    • Sarpras

    • Target

    • SPM

    • Kinerja

    • Data

    investasi/Anggaran

    pemerintah dan donor

    • Skor JEE

    • Detail Technical Areas

    • Detail Mitra/Partners

    • NAPHS – Rencana

    kegiatan/aksi

    • Dokumen: Peraturan

    perundangan yang berlaku,

    Pedoman Pelaksanaan

    Program/Juknis/Manual KK

    • Data Kualitatif: Interview

    pemahaman, komitmen,

    proses

    • Data Kuantitatif:

    Anggaran, Realisasi

    APBN & APBD sampai

    dengan RKA KL, dan

    sumber dana lain termasuk

    swasta dan donor

    Mekanisme

    pengumpulan

    data

    SISCOBIKES (Excel

    based)

    REMAP Tool (Excel base) Intrumen Wawancara

    Analisis data anggaran

    Luaran

    (Pemanfaatan

    Hasil)

    Estimasi Kebutuhan

    Biaya SPM

    Dashboard (Monitoring Data

    visualization)

    - Gambaran

    Anggaran KK,

    distribusi

    - Anggaran NAPHS

    dan peta sumber

    daya dari

    pemerintah dan

    partner/mitra

    (Ke dua point di

    atas dihasilkan Gap

    Kebutuhan

    Anggaran)

    - Prioritisasi Aktivitas

    - Kinerja Rencana

    Aksi

    • Gambaran

    Anggaran/belanja KK

    • Proses pengambilan

    keputusan, pengaliran dan

    pemanfaatan dana

    REKOMENDASI

    1. Diperlukan sosialisasi secara intensif Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2019

    tentang Peningkatan Kemampuan dalam Mencegah, Mendeteksi, dan

    Merespons Wabah Penyakit, Pandemi Global, dan Kedaruratan Nuklir, Biologi,

    dan Kimia, baik di tingkat pusat, dan khusunyanya di tingkat pemerintah daerah.

    2. Diperlukan peraturan teknis melengkapi Inpres 4 / 2019 yang memuat definisi

    operasional ketahanan kesehatan.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 29

    3. Ketiga instrumen penilaian pembiayaan ketahanan kesehatan ini bersifat partial

    dan saling melengkapi satu dengan lainnya, maka pemanfaatannya hanya dapat

    digunakan sesuai ruang lingkup instrumen tersebut.

    4. Siscobikes digunakan untuk Estimasi Kebutuhan Biaya SPM,

    5. Remap menggambarkan Anggaran NAPHS dan peta sumber daya dari

    pemerintah dan partner/mitra (Ke dua point di atas dihasilkan Gap Kebutuhan

    Anggaran)

    6. HSFAT digunakan untuk menggambarkan Anggaran/belanja ketahanan

    kesehatan dan proses pengambilan keputusan, pengaliran dan pemanfaatan

    dana

    5. ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WISATA

    KEBUGARAN DAN JAMU PUSAT ANALISIS DETERMINAN

    KESEHATAN

    Diperkirakan wisata (tourism) sudah ada sejak peradaban

    manusia itu ada. Pemahaman wisata menjadi sedikit lebih jelas

    saat para pedagang, petualang atau peziarah melakukan

    perjalanan antar wilayah dengan motivasi dan juga tujuan yang jelas. Wisata pada

    jaman dahulu tak lepas dari jalur perdagangan atau juga peziarahan melintasi

    daratan dan lautan. Beberapa catatan menyebutkan bahwa para penguasa, orang

    kaya atau tuan tanah melakukan “tetirah”, yaitu pergi dan menetap di tempat lain

    untuk sementara waktu untuk memulihkan kesehatan atau sekedar beristirahat.

    Kegiatan wisata menjadi semakin jelas saat kota-kota industri mulai bermunculan di

    akhir abad ke-19, di mana kelompok pekerja dan keluarganya melakukan aktifitas

    rekreasi di akhir pekan. Wisata menjadi industri yang masif kala wisatawan

    memerlukan dukungan dari agen atau operator perjalanan.

    Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, orang kemudian

    tidak lagi berwisata hanya untuk beristirahat semata. Semakin banyak orang yang

    melakukan perjalanan untuk menemukenali nilai-nilai baru dan berbeda dari

    kehidupan sehari-hari. Orang mulai mencari ketenangan agar bisa lepas sesaat dari

    hingar bingar kehidupan kota. Aktifitas yang lebih menguatkan sisi kejiwaan pun

    menjadi gaya hidup baru. Bahkan tak sedikit wisatawan kekinian yang melakukan

    perjalanan untuk berkontribusiatas isu-isu keberlanjutan lingkungan. Motivasi

    wisatawan mulai bergeser pada eksplorasi pengalaman dan pencarian makna

    kehidupan (wanderlust) yang mendorong lahirnya genre-genre wisata dengan minat

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 30

    khusus. Bahkan dalam satu dekade terakhir ini semakin banyak wisatawan yang

    melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan keseimbangan antara tubuh

    (body), pikiran (mind) dan jiwa (spirit).

    Pada akhir era tahun 1970-an, wisata kesehatan (health tourism) mengalami

    perkembangan secara signifikan dan menjadi bagian penting dari industri pariwisata

    dunia. Pada beberapa dekade berikutnya wisata kebugaran (wellness tourism)

    menjadi pilihan yang menarik bagi wisatawan seiring dengan munculnya “gerakan

    kebugaran” pada perbagai penjuru dunia. Wisata kesehatan (health tourism) lebih

    ditujukan kepada individu yang memiliki kondisi medis tertentu yang mendorong

    perjalanan yang bertujuan untuk memulihkan atau mendapatkan pengobatan yang

    lebih baik bagi kesehatannya. Sedangkan wisata kebugaran (wellness tourism) lebih

    diperuntukkan bagi individu yang sehat tetapi mencari metode terapi kesehatan

    tertentu untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, serta juga untuk menjaga

    kesehatan dan kebugaran dalam perjalanan wisatanya.

    Beberapa tahun terakhir, Indonesia mulai dikenal sebagai salah satu destinasi

    wisata kebugaran kelas dunia. `Retreat yoga atau wellness resort di beberapa tempat

    Bali sudah dikenal mempunyai reputasi bai kdi industry kebugaran. Sebagian besar

    dari destinasi wisata di Indonesia juga sudah merespon kebutuhan atas kebugaran,

    berupa spa, makanan sehat, pengobatan holistik hingga perawatan kesehatan

    dengan peralatan berteknologi canggih.

    Indonesia juga dikenal sebagai negeri yang subur. Diperkirakan sekitar 7.000

    jenis tanaman rempah dan herbal yang tumbuh di Indonesia. Sebagian kecil saja –

    atau kurang dari 200 jenis– yang dibudayakan dan menjadi bagian dari kekayaan

    rempah dan herbal Indonesia. Indonesia juga mempunyai kekayaan tradisi setempat

    dan pengetahuan lokal berbasis rempah dan herbal untuk kebugaran dan juga

    penyembuhan.

    Memerhatikan hal tersebut, Indonesia dinilai telah siap melaksanakan wisata

    kebugaran dan jamu, sehingga Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pariwisata

    telah sepakat untuk mengembangkan wisata kebugaran sebagai merekomendasikan

    3 (tiga) destinasi wisata yang akan menjadi ujung tombak pengembangan wisata

    kebugaran di Indonesia. Ketiga destinasi wisata tersebut adalah: Joglosemar

    (Jogjakarta, Solo dan Semarang), Bali, serta Jakarta dan sekitarnya.

    Rekomendasi

    1. Destinasi Wisata Kebugaran dan Jamu (Wellness and Herbal Tourism) telah siap

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 31

    diimplementasikan. Diperlukan upaya kolaboratif, strategis dan komprehensif

    agar penyelenggaraan wisata Kebugaran dan Jamu (Wellness and Herbal

    Tourism) bisa berdampak terhadap peningkatan perekonomian negara dan

    masyarakat.

    2. Diperlukan kebijakan dan regulasi yang mengatur tentang Penyelenggaraan

    Wisata Kebugaran dan Jamu, misalnya : Tax insentif untuk pelaksanaan wisata

    kesehatan, mereviu Kebijakan Penyelenggaraan SPA (pendirian, penguatan

    pembinaan dan pengawasan).

    6. ANALISIS PERILAKU MILENIAL DALAM MENDUKUNG

    PERCEPATAN GERMAS DAN PIS-PK PADA 5 PROGRAM

    PRIORITAS NASIONAL

    Kegiatan Analisis Perilaku Milenial dalam Mendukung Percepatan

    Germas dan PIS-PK pada 5 Program Prioritas Nasional telah

    dilaksanakan seluruh tahapannya dan menghasilkan out put

    kegiatannya berupa policy paper yang berisi pendahuluan, analisis, diskusi,

    kesimpulan dan rekomendasi. Dengan tahapan kegiatan yang telah dilakukan adalah

    :

    a. Rapat Persiapan, dilakukan sebanyak dua kali:

    • Rapat Persiapan I dilaksanakan

    tanggal 22 Maret 2019 di ruang rapat

    Lt. 3 Gedung Prof. Sujudi, Kemenkes

    dihadiri narasumber 1. drg.

    Saraswati, MPH (Direktur Pelayanan

    Kesehatan Primer) , 2. dr. Untung S,

    Sutarjo, M.Kes (Analisis Kebijakan Ahli Utama), 3. Perwakilan Kepala

    Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan,

    peserta perwakilan Setditjen

    Pelayanan Kesehatan, Direktorat

    Kesehatan Keluarga, Setbadan

    Penelitian dan Pengembangan

    Kesehatan, Setbadan PPSDM

    Kesehatan, Direktorat Promosi

    Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Pejabat dan Staf Pusat Analisis

    Determinan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 32

    • Rapat Persiapan II dilaksanakan tanggal 4 Juli 2019 di Ruang Rapat PADK,

    dihadiri narasumber : 1. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan

    Humaniora dan Manajemen Kesehatan, 2. Ketua Program Studi Ilmu

    Antropologi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, peserta

    perwakilan Biro Perencanaan dan Anggaran, Setjen; Biro Komunikasi dan

    Pelayanan Masyarakat; Setditjen Pelayanan Kesehatan, Direktorat

    Kesehatan Keluarga, Setbadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,

    Setbadan PPSDM Kesehatan, Direktorat Promosi Kesehatan dan

    Pemberdayaan Masyarakat, Pejabat Struktural dan Staf Pusat Analisis

    Determinan Kesehatan, Pejabat

    Fungsional Analisis Kebijakan di

    lingkungan Pusat Analisis Determinan

    Kesehatan, Pejabat Fungsional

    Administrator Kesehatan di lingkungan

    Pusat Analisis Determinan Kesehatan.

    b. Rapat Forum Dialog Analisis dilaksanakan pada hari Kamis - Sabtu/ 12 – 14

    September 2019 tempat : Hotel Ibis, Slipi, narasumber : 1. Sekretaris

    Departemen Program Studi Fakultas

    Antropologi, UI, 2. Ketua Program Studi

    Promosi Kesehatan, FKM UI, 3. Kepala Pusat

    Penelitian dan Pengembangan Humaniora

    dan Manajemen Kesehatan, 4. Direktur

    Kesehatan Keluarga, Peserta: Kepala Biro

    Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Direktur Promosi dan Pelayanan

    Masyarakat, Direktur Kesehatan Kerja dan Olah Raga, Direktur Gizi Masyarakat,

    Direktur Pencegahan dan Pengendalian

    Penyakit Tidak Menular, Direktur

    Pencegahan dan Pengendalian Masalah

    Kesehatan Jiwa dan NAPZA, Kepala Pusat

    Pelatihan Sumber Daya Manusia

    Kesehatan, Asisten Deputi Pemberdayaan

    Pemuda, Kementerian Pemuda dan Olah Raga, Analis Kebijakan Ahli Utama

    (dr.Untung Suseno Sutarjo, M.Kes), Pejabat dan Staf Pusat Analisis Determinan

    Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 33

    c. Kegiatan Asesmen Lapangan dilaksanakan di Dinkes Provinsi Jawa Barat, tgl

    10 - 12 Oktober 2019, diterima oleh Kabid

    Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan

    Provinsi Jawa Barat, Peserta Pusat; 1. dr.

    Leny Evanita, MM , 2. Dr. Ahmad Muhidin,

    M.Psi, 3. Pejabat dan Staf Pusat Analisis

    Determinan Kesehatan, Sekretariat Jenderal

    Kementerian Kesehatan RI, Responden

    Lokal: Pejabat dan staf pengelola kesehatan keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi

    Jawa Barat (2 orang), Pejabat dan staf

    pengelola promosi kesehatan, Dinas

    Kesehatan Kota Bandung (2 orang), Tim

    Kesehatan Keluarga Puskesmas

    Babakan Sari (1 orang), Petugas

    pengelola kesehatan keluarga, SMPN 1

    Lembang, Kab. Bandung (2 orang).

    d. Rapat Penyusunan Dokumen

    Analisis dilaksanakan di ruang rapat

    lantai 9 Gedung Sujudi Kemenkes,

    pada tanggal 4 November 2019.

    Narasumber yang hadir: 1. Dr. dr

    Harmein Harun, MSc, 2. Direktur Gizi

    Masyarakat. Peserta: Direktur

    Kesehatan Keluarga, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Direktur

    Pencegahan Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal P2P, Direktur Promosi

    Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Direktorat Jenderal Kesehatan

    Masyarakat, Direktur Kesehatan Kerja dan Olah Raga, Direktorat Jenderal

    Kesehatan Masyarakat, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah

    Kesehatan Jiwa dan Napza, Direktorat Jenderal P2P, Kepala Pusat Data dan

    Informasi, Setjen, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Setjen,

    Kepala Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan, Balitbangkes, Kepala

    Pusat Pendidikan SDM Kesehatan, Badan PPSDMK, Kepala Pusat Pelatihan

    SDM Kesehatan, Badan PPSDMK, Analis Kebijakan Ahli Utama ( dr. Untung

    Suseno Sutarjo, M. Kes), Pejabat dan Struktural, Fungsional dan Staf Pusat

    Analisis Determinan Kesehatan.

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 34

    e. Rapat Finalisasi dokumen Analisis dilaksanakan di Ruang rapat PADK

    Kemenkes pada tanggal 19 Desember 2019. Rapat finalisasi dihadiri

    narasumber : 1. Dr. dr Harmein Harun, MSc, 2. Kepala Pusat Pelatihan SDM

    Kesehatan, Badan PPSDM Kesehatan. Peserta: Direktur Kesehatan Keluarga,

    Direktorat Jenderal Kesehatan

    Masyarakat, Direktur Pencegahan

    Penyakit Tidak Menular, Direktorat

    Jenderal P2P, Direktur Promosi

    Kesehatan dan Pemberdayaan

    Masyarakat, Direktorat Jenderal

    Kesehatan Masyarakat, Direktur

    Kesehatan Kerja dan Olah Raga, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat,

    Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza,

    Direktorat Jenderal P2P, Kepala Pusat Data dan Informasi, Setjen, Kepala Biro

    Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Setjen, Kepala Puslitbang Humaniora

    dan Manajemen Kesehatan, Balitbangkes, Kepala Pusat Pendidikan SDM

    Kesehatan, Badan PPSDMK, Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan, Badan

    PPSDMK, Analis Kebijakan Ahli Utama ( dr. Untung Suseno Sutarjo, M. Kes),

    Pejabat dan Struktural, Fungsional dan Staf Pusat Analisis Determinan

    Kesehatan.

    Rekomendasi yang Dihasilkan:

    1. Kebijakan Germas bidang Promosi selama ini masih EIC seharusnya sudah

    BCC dengan memilih “Agen Perubahan” di UKS, Posyandu Remaja, dan Saka

    bhakti Husada

    2. Penguatan PKPR dalam Anggaran dan SDM, anggaran dalam bentuk

    BOK/DEKON, sedang SDM rekrutmen “Kader Cerdas/Kader Milenial” (minimal

    lulusan S1 yang di gaji) untuk mengkomunikasikan program program Kemenkes

    dengan memperluas area cakupanya bukan hanya KIA dan Napza tetapi juga

    disesuaikan dengan Germas

    3. Pembatasan makanan dan minuman berkadar GGL (Gula, Garam, Lemak)

    tinggi dengan menaikan tax/pajak.

    4. Setiap indikator PIS-PK di urai menjadi beberapa komponen dan diterjemahkan

    dalam Bahasa Milenial, sehingga milenial sebagai Subjek tertantang memilih

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 35

    salah satu komponen tersebut untuk di buat Vlog, youtube, Instagram, face book

    dan disebarkan ke komunitasnya.

    5. Bekerja sama dengan kementerian pendidikan murid bersama dengan guru

    membaca Literasi kesehatan (PHBS) minimal tiap bulan 3 kali

    6. Perlunya di buat sarana kesehatan/ Posyandu milenial di lingkungan 3F (Fun,

    Food, Fashion) contoh bangunan sarana kesehatan ramah selfi, dan diberi

    lukisan Destinasi wisata setempat, kantin ditaruh di depan atau di samping.

    7. Perlunya kerjasama Kemendikbud, Kemenkes dan ibu orang tua siswa untuk

    membawa bekal ke sekolah (modeling sekolah) sekaligus edukasi tentang gizi

    seimbang

    8. Membuat kerjasama dengan para Stake holder di daerah tempat ngumpul

    milenial 3F (Food: café/tempat makan, Fun: pertandingan olah raga, Fashion:

    Mall) bila ada milenial yang terjaring obesitas ada penawaran diskon 5% setiap

    ada aktifitas fisik misal push-up dan squat jump untuk perempuannya di arahkan

    ke senam Zumba, atau K-Pop

    9. Membuat kerjasama dengan Kemenpora, Kemendagri, dan Pemda untuk

    mengadakan Movement Car Free Day dengan Flashmob, line-dance, K-Pop,

    Zumba, bersepeda sehat dan makan buah dan sayur tiap hari Sabtu atau

    Minggu.

    7. ANALISIS PERILAKU SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN di DAERAH

    TERTINGGAL, PERBATASAN dan KEPULAUAN TERLUAR

    Kegiatan Analisis Perilaku Sumber Daya Manusia Kesehatan di

    Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan Terluar (DTPK)

    telah dilaksanakan seluruh tahapannya dan menghasilkan out put

    kegiatannya berupa policy paper yang berisi pendahuluan,

    analisis, diskusi, kesimpulan dan rekomendasi. Dengan tahapan

    kegiatan yang telah dilakukan adalah :

    a. Rapat Persiapan, dilakukan sebanyak dua kali:

    - Rapat persiapan pertama dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2019 di Ruang

    Rapat PADK Kemenkes, lantai 9. Mengundang kurang lebih 50 orang, dengan

    narasumber Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan

    dan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Sumber Daya dan

    Pelayanan Kesehatan. Adapun peserta wakil dari Biro Kepegawaian, Biro

    Umum, Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen

    Kesehatan, Direktorat Pelayanan Primer, Pusat Pendidikan Sumber Daya

  • Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 - Pusat Analisis Determinan Kesehatan 36

    Manusia Kesehatan, Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Pusat

    Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan, Pejabat Struktural dan

    Fungsional, serta staf Pusat Analisis Determinan Kesehatan.

    - Rapat persiapan kedua

    dilaksanakan pada tanggal 11 Juli

    2019 di ruang rapat PADK

    Kemenkes lantai 9 (Rapat diluar

    jam kantor/RDK). Mengundang

    kurang lebih 50 peserta dengan

    narasumber Kepala Pusat

    Penelitian dan Pengembangan

    Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Badan Litbangkes, Kepala Pusat

    Perencanaan dan

    Pendayagunaan Sumber Daya

    Manusia Kesehatan dan Direktur

    Utama PT. Quantum, dan peserta

    wakil dari Biro Kepegawaian, Biro

    Umum, Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Humaniora dan

    Manajemen Kesehatan, Direktorat Pelayanan Primer, Pusat Pendidikan

    Sumber Daya Manusia Kesehatan, Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia

    Kesehatan, Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan, Pejabat

    Struktural dan Fungsional, serta staf Pusat Analisis Determinan Kesehatan.

    b. Forum Dialog, dilaksanakan pada tanggal 12 sd 14 Agustus 2019 di Hotel Mercure

    Sabang – Jakarta (full board).

    Mengundang kurang lebih 50

    peserta dengan Narasumber

    dari Kepala Dinas Kesehatan

    Propinsi Banten, Kepala Biro

    Kepegawaian, Tim Pencerah

    Nusantara Sehat, dan peserta

    wakil dari Dinas Kesehatan

    Propinsi Terpilih (Aceh, Jam