kata pengantarhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada...

25
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] i KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang (Batam, Rempang, Galang), Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi Juni 2019 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Mei 2019, prakiraan hujan serta prakiraan pasang surut bulan Juni 2019. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM ttd I WAYAN MUSTIKA, S.Si, M.Si. NIP. 19670305 199102 1 005

Upload: vunga

Post on 29-Jul-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] i

KATA PENGANTAR

Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan

hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika

mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi,

politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah

satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program

pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan

Barelang (Batam, Rempang, Galang), Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya

menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.

Buletin Meteorologi edisi Juni 2019 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim

wilayah Kepulauan Riau pada bulan Mei 2019, prakiraan hujan serta prakiraan pasang surut bulan Juni

2019. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik

kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.

Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak

kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun

sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin

ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai

isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I

HANG NADIM BATAM

ttd

I WAYAN MUSTIKA, S.Si, M.Si.

NIP. 19670305 199102 1 005

Page 2: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] ii

TIM REDAKSI

Pelindung : I Wayan Mustika, S.Si, M.Si.

Penanggung Jawab : Suratman, S.Kom.

Editor : Hana Solihah, S.Si.

Tim Pengumpulan Data : Heritan, S.E.

Aprilia Susilowati, S.Tr.

Tim Analisis dan Prakiraan : Pande Made Rony Kurniawan, SST.

Debora Truly Marpaung, SST.

Ibnu Susilo, S.Tr.

Tim Distribusi : Suryanti Agustina, S.P., M.Ling.

Sri Rameiyana, S.E.

Desain : M. Taufiq, S.SI.

Teknisi : Kuswito

Alamat Redaksi

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam

Jalan Batu Besar, Bandara Hang Nadim Batam

Batu Besar, Batam 29466

Telpon : 0778-761415

Fax : 0778-761401

Website : hangnadim.kepri.bmkg.go.id

Email : [email protected]

Page 3: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] iii

DAFTAR ISI

Kata pengantar .............................................................................................................................................................. i

Tim Redaksi .................................................................................................................................................................. ii

Daftar Isi ....................................................................................................................................................................... iii

I. RINGKASAN........................................................................................................................................................ 1

II. PENGERTIAN ...................................................................................................................................................... 1

III. ANALISA CUACA DAN IKLIM MEI 2019 ................................................................................................... 2

IV. PRAKIRAAN CUACA JUNI 2019 .............................................................................................................. 11

V. PRAKIRAAN PASANG SURUT JUNI 2019 .............................................................................................. 16

VI. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI JUNI 2019 .................................... 19

DAFTAR ISTILAH .................................................................................................................................................... 22

Page 4: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] 1

RINGKASAN

1. Berdasarkan data curah hujan bulan Mei 2019 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang Nadim,

maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Mei 2019 adalah sebagai berikut:

a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam tidak merata yaitu berada pada kondisi baik di bawah

normal maupun di atas normal terhadap rata – ratanya. Sedangkan kondisi angin dilaporkan

dominan bertiup dari arah Timur hingga Barat Daya dari dasarian I hingga dasarian III pada

kecepatan rata – rata 10 km/jam.

b. Pada bulan Mei wilayah Indonesia nilai IOD, SOI, perambatan MJO, dan ENSO berada pada

kondisi netral sehingga tidak cukup memberikan pengaruh terhadap penambahan maupun

pengurangan curah hujan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Mei.

II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive

Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Juni 2019 hingga Mei

2020. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Juni 1998

s.d Mei 2019. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian

periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.87658 dan RMSE (error) 11.2278 yang menunjukkan

bahwa curah hujan di bulan Juni 2019 pada dasarian I diprakirakan berada pada kisaran di atas

normalnya, dasarian II diprakirakan berada pada kisaran normalnya sedangkan pada dasarian III berada

pada kisaran bawah normalnya.

PENGERTIAN

A. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan

dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.

2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.

3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

B. NORMAL CURAH HUJAN

1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.

2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.

3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:

Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Mei

1901 s/d 31 Mei 1930, 1 Mei 1931 s/d 31 Mei 1960, 1 Mei 1961 s/d 31 Mei 1990, dan seterusnya.

C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)

KRITERIA CH CH/hari CH/Jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm

Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm

Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm

Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

Page 5: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] 2

ANALISA CUACA DAN IKLIM MEI 2019

A. KERAGAMAN HUJAN

Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati

garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua

Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional

(Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai

Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan

matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun

mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman

iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan

kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan.

Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis.

Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar

pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke

tahun.

El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan

menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia.

Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan

equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole)

hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.

Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern

Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi

intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Agustusan Oscillation) juga mempengaruhi keragaman

hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi

pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan

monsun timur laut di Kepulauan Riau (Mei-Juni) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan

sekitar 200%.

Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase.

Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-

3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia (

100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah (

160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB).

Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit

mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan

memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah

pada satelit.

B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN MEI 2019

1. Monsun

Pada bulan Mei matahari berada di BBU (Belahan Bumi Utara) dengan pergerakan semu menuju

titik paling utara di BBU sejauh kurang lebih 3.5° yaitu dari 15.8°LU menuju 22.5°LU. Pada tanggal 21 Mei

matahari akan berada pada titik paling utara bumi dengan sudut deklinasi maksimum yaitu 23.5°LU atau

biasa disebut ‘summer soltice’ setelah itu akan bergerak kembali menuju equator. Hal ini berdampak pada

peningakatan suhu muka laut di daerah ekuator dan Belahan Bumi bagian Utara yang memicu

terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pola-pola tekanan rendah tersebut menjadi tempat

pengumpulan massa udara yang cukup mempengaruhi kondisi cuaca di Indonesia termasuk Kepulauan

Riau.

Page 6: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] 3

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png

Gambar 1. Peta Rata-rata Suhu Muka Laut Mei 2019

Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png

Gambar 2. Peta Anomali Suhu Muka Laut Bulan Mei 2019

Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia pada bulan Mei 2019 berkisar

antara 28.00 - 31.00C (Gambar.1) dengan anomali -0.50 - +1.50C (Gambar.2). Di wilayah Kepulauan

Riau, anomali suhu muka laut berkisar antara -0.50 - +0.50C yang menunjukkan suhu muka laut masih

dalam kondisi yang cukup hangat sehingga memberi banyak pasokan uap air di udara. Suhu muka laut

yang hangat serta anomali suhu muka laut yang positif sangat mendukung proses pertumbuhan awan-

awan yang berpotensi menjadi hujan.

Pada bulan Mei 2019, tekanan udara di BBU secara umum lebih tinggi dari pada BBS dan

sekitar equator karena matahari berada di sekitar wilayah BBU. Hal ini menyebabkan massa udara

bergerak dari BBS (bertekanan tinggi) menuju BBU (bertekanan rendah) dan ekuator sehingga

membentuk pola belokan angin (shearline) di sekitar wilayah Kepulauan Riau. Pada daerah belokan

angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga

terjadi pengangkatan massa udara yang berpotensi dalam pembentukan awan–awan konvektif yang

dapat menghasilkan hujan.

Page 7: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] 4

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=mslp&area=rsmc&map=mean&time=latest

Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Mei 2019

Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG

Gambar 4. Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan Mei 2019

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=850wind&area=rsmc&map=mean&time=latest

Gambar 5. Pola Angin 850mb Bulan Mei 2019

Page 8: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] 5

Berdasarkan hasil analisis (Gambar.4), pada daerah Kepulauan Riau angin pada bulan Mei

umumnya bertiup dari arah Barat Laut hingga Timur yang di dominasi dari Tenggara hingga Barat

Daya dengan kecepatan rata-rata 0 hingga 10 knot (Gambar. 5).

2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation)

ENSO berada pada kondisi netral yaitu antara −0.8 °C sampai +0.8 °C. Pada akhir bulan Mei

2019, nilai anomali SST Nino 3.4 yaitu sebesar +0.76 dan nilai rata-rata harian SOI (Southern Oscillation

Index) selama bulan Mei sebesar -9.0. Hal tersebut mengindikasikan tidak adanya pengaruh terhadap

penambahan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian

timur.

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Gambar 6. Grafik indeks SST Nino3.4

Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

Gambar 7. Grafik indeks ENSO / SOI

Page 9: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] 6

3. MJO (Madden-Meian Oscillation)

a. OLR (Outgoing Longwave Radiation)

Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest

Gambar 8. Rata-rata OLR Mei 2019

OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa.

Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa. Awan-awan

konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang tersebut. Suatu

wilayah di permukaan bumi yang terdapat tutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang

kecil/rendah. Pada bulan Mei 2019, nilai OLR terendah di wilayah Indonesia terdapat di wilayah

bagian utara Sumatera, barat Kalimantan dan sebagian besar wilayah Papua yaitu berkisar antara 180

– 220 W/m2, sementara untuk wilayah Kepulauan Riau secara keseluruhan, nilai OLR seperti yang

ditunjukkan pada gambar 8 berada pada kisaran 230 - 260 W/m2. Hal ini mengindikasikan bahwa

tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Mei 2019 tidak terlalu banyak.

b. Fase MJO

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/

Gambar 9. Fase MJO

Page 10: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] 7

MJO selama bulan Mei 2019 berada pada fase 4 sampai 2 dengan sifat yang kuat pada

perambatannya. Wilayah Indonesia berada pada fase 3 sampai 5. Pada gambar (9) terlihat bahwa pada

akhir bulan Mei wilayah Indonesia terlewati oleh perambatan MJO. Secara teori, kondisi MJO ini

memberikan pengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia sehingga cukup

mendukung proses pertumbuhan awan-awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan termasuk juga

untuk wilayah Kepulauan Riau.

4. IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada

kisaran normal dengan kondisi netral (-0.4 s.d 0.4). Pada akhir bulan Mei 2019 nilai IOD berada pada

kondisi positif yang bernilai +0.53. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan Mei 2019 secara

umum IOD tidak berpengaruh dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia

bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml

Gambar 10. Grafik IOD

C. ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2019

Berdasarkan data curah hujan bulan Mei 2019 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang

Nadim di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan

sifat hujan bulan Mei 2019 adalah sebagai berikut:

Page 11: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] 8

D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN MEI 2019

a. Hujan

Hujan bulan Mei 2019 Barelang bersifat Normal (N) dengan curah hujan selama satu bulan

berkisar 151,2 mm – 324,6 mm atau antara 60,0 % - 128,8 %. Curah hujan terendah terjadi di Hang

Nadim dan tertinggi di Sei Harapan. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Mei 2019 terdapat 15 hari

hujan terukur dan 4 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 151,2 mm atau

berkisar 60% dari rata-rata, yang berarti sifat hujan Bawah Normal (BN). Pada dasarian I terjadi 4 hari

hujan dengan jumlah curah hujan 48,3 mm, pada dasarian II terjadi 4 hari hujan dengan jumlah curah

hujan 38,9 mm pada dasarian III terjadi 7 hari hujan dengan jumlah curah hujan 64 mm. Curah hujan

tertinggi 25,0 mm terjadi pada tanggal 25 Mei 2019.

Gambar 12. Grafik Curah Hujan bulan Mei 2019 di Hang Nadim

0

5

10

15

20

25

30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031

CU

RA

H H

UJA

N (

mm

)

TANGGAL

HUJAN

Page 12: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] 9

b. Suhu Udara

Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 25,8 °C - 29,8 °C. Suhu udara terendah dalam bulan

Mei 2019 adalah 23,2°C terjadi pada tanggal 8 Mei 2019 pagi hari dan suhu udara tertinggi 34,6 °C

terjadi pada tanggal 1 Mei 2019 siang hari.

Gambar.13 Grafik Suhu Udara bulan Mei 2019 di Hang Nadim

c. Kelembapan Udara

Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 73% - 94%. Kelembaban udara terendah

mutlak 46% terjadi pada tanggal 6 Mei 2019 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 99%

terjadi pada tanggal 9, 19, 21 dan 28 Mei 2019 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan

Mei 2019 lebih basah dibandingkan bulan April 2019.

Gambar.14 Grafik Kelembaban Udara Bulan Mei 2019 di Hang Nadim

Page 13: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] 10

d. Angin Permukaan

Selama periode dasarian I – III Mei 2019, angin permukaan secara umum didominasi dari

Tenggara - Selatan dengan kecepatan rata-rata 5,5 km/jam. Arah dan kecepatan maksimum dari Barat

Laut dengan kecepatan 27,8 km/jam terjadi pada tanggal 8 Mei 2019.

Windrose Bulan Mei Tahun 2019

WRPLOT View - Lakes Environmental Software

WIND ROSE PLOT:

COMMENTS: COMPANY NAME:

MODELER:

DATE:

14/06/2019

PROJECT NO.:

NORTH

SOUTH

WEST EAST

2,36%

4,72%

7,08%

9,44%

11,8%

WIND SPEED

(Knots)

>= 21,58

17,11 - 21,58

11,08 - 17,11

7,00 - 11,08

4,08 - 7,00

0,97 - 4,08

Calms: 55,59%

TOTAL COUNT:

743 hrs.

CALM WINDS:

55,59%

DATA PERIOD:

Start Date: 01/05/2019 - 00:00End Date: 31/05/2019 - 23:00

AVG. WIND SPEED:

2,48 Knots

DISPLAY:

Wind SpeedDirection (blowing from)

Page 14: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] 11

PRAKIRAAN CUACA JUNI 2019

A. DINAMIKA ATMOSFER

1. Tekanan Udara dan Angin

Pada bulan Juni, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBU (Belahan Bumi Utara)

paling ujung dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 0.8° yaitu dari 22.7°LS menuju 23.5°LS

(http://www.physicalgeography.net). Hal ini memicu tingginya pemanasan air laut yang

mengakibatkan hangatnya perairan di BBU serta sebagian di perairan tropis.

Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Juni 2019 Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Juni 2019

Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html?L=2.5

http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html

Gambar 15. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Juni 2019

Pola angin rata-rata bulan Juni secara dominan akan bertiup dari Bumi Bagian Selatan (BBS)

menuju Bumi Bagian Utara (BBU) dan membentuk belokan angin (shearline) serta pertemuan massa

udara (konvergensi) di bagian sekitar ekuator. Hal tersebut menyebabkan di sekitar wilayah

Kepulauan Riau dapat terjadi perlambatan kecepatan angin yang memupuk massa udara serta

mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.

Sumber: Meteo Publik, BMKG

Gambar 16. Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan Juni 2019

Page 15: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] 12

2. ENSO (EL-NinoSouthern Oscillation)

ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan

curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di wilayah Indonesia.

Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu BMKG, JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth

Science and Technology), NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) dan BOM/ POAMA

(Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) menyatakan bahwa pada bulan Juni 2019 dalam

kondisi El-Nino lemah. Secara umum, ENSO diprediksi akan tidak memberi pengaruh terhadap

penambahan jumlah curah hujan di wilayah khusunya wilayah timur.

Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG

Gambar 17. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG

Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of

Meteorology Australia) hingga akhir Mei 2019 menunjukkan berada pada kondisi tidak signifikan

dengan nilai SOI sebesar -9.0, sehingga tidak memiliki pengaruh terhadap penambahan curah hujan

di wilayah Indonesia khususnya bagian timur.

Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

Gambar 18. Grafik SOI Bulan Januari 2019 s.d. Awal Juni 2019

Page 16: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] 13

3. MJO (Madden-Meian Oscillation)

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml

Gambar 19. Grafik Fase MJO pada Bulan Mei 2019 dan prakiraan Bulan Juni 2019

Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif

Gambar 20. Anomali OLR sampai dengan 31 Mei 2019 dan prakiraan 15 hari kedepan

Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia,

khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO. Menurut

NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan Juni 2019 dengan sifat kuat dan berada

pada fase 2 hingga 5 sehingga cukup mempengaruhi penambahan curah hujan di wilayah Indonesia

(Gambar 19). Nilai anomali OLR bernilai negatif berada di wilayah Indonesia, khususnya bagian barat

wilayah Indonesia (Gambar 20) pada awal hingga pertengahan bulan Juni. Hal tersebut

Page 17: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] 14

mengindikasikan tutupan awan konvektif di wilayah tersebut cukup banyak termasuk di wilayah

Kepulauan Riau pada awal hingga pertengahan bulan Juni.

4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya

Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM dan BMKG (gambar 21) bulan Juni

2019 DMI akan berada pada kondisi positif netral sehingga sedikit mempengaruhi terhadap

pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia, khususnya bagian barat.

Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg

Gambar 21. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG

5. Tinjauan Klimatologis

Kondisi cuaca bulan Juni di Batam berdasarkan data klimatologis selama 25 tahun (1993-2017)

diketahui:

Secara klimatologis selama 25 tahun (1996-2011), jumlah curah hujan pada bulan Juni terbagi

tiga di Pulau Batam, Batam bagian tengah jumlahnya sekitar 50-100 mm, Batam bagian barat dan

selatan sekitar 150 -200 mm, serta Batam bagian timur dan utara sekitar 200 – 250 mm.

Kesimpulan:

Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam

pada bulan Juni 2019 lebih banyak dibandingkan dari bulan Mei 2019, sehingga peluang curah

hujannya lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Mei 2019.

Minimum Rata-rata Maksimum

SUHU UDARA 20 27.6 33.6

KELEMBAPAN UDARA 42% 84% 100%

ANGIN 5 Km/jam 10 Km/jam 50 Km/jam

HARI HUJAN 9 18* 25

*13 hari disertai petir

Page 18: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] 15

B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JUNI 2019

1. Prakiraan Hujan Dasarian

Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA

(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Juni

2019 hingga Mei 2019. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim

periode Juni 1998 s.d Mei 2019.

Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian

periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.87658 dan RMSE (error) 11.2278. Hasilnya

menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Juni 2019 diprakirakan:

Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I berada

pada kisaran atas normalnya, dasaria II berada pada kisaran normalnya sedangkan pada dasarian III

berada pada kisaran bawah normalnya.

2. Prakiraan Hujan Bulanan

Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil

prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Juni 2019 di wilayah Barelang sebagai berikut:

Tabel Prakiraan Curah Hujan Bulan Juni 2019

dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Juni di Barelang dapat

diprakirakan sebagai berikut:

Tabel Prakiraan Sifat Hujan Bulan Juni 2019

SIFAT HUJAN WILAYAH

Atas Normal Batam, Rempang dan Galang

Normal -

Bawah Normal -

Page 19: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] 16

PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) JUNI 2019

A. Pendahuluan

Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan

angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun

terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air.

Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan

gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.

B. Pola Pasang Surut

Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya.

Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide

(air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut

mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda

dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.

Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air

untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam

jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata

ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.

C. Paras Pasang Surut.

Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt

Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide.

Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang

surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti

bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini

kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten

Kota sebagai berikut :

1. KOTA BATAM

i. BATU AMPAR

ii. SEKUPANG

Page 20: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] 17

2. KABUPATEN BINTAN

i. TANJUNG UBAN

3. KABUPATEN KARIMUN

i. TANJUNG BALAI KARIMUN

ii. TANJUNG PINANG

4. KABUPATEN LINGGA

i. DABO SINGKEP

Page 21: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] 18

5. KABUPATEN ANAMBAS

i. SELAT PENINTING

6. KABUPATEN NATUNA

i. SEDANAU

Page 22: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] 19

PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM

BULAN DAN MATAHARI JUNI 2019

1. BATAM

Location : E104 07, N01 07, June 2019

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm Hm hm hm

1 0556 1807 0358 1623

2 0556 1807 0446 1713

3 0556 1807 0537 1807

4 0556 1807 0632 1903

5 0557 1807 0730 2002

6 0557 1808 0830 2102

7 0557 1808 0930 2201

8 0557 1808 1028 2257

9 0557 1808 1123 2350

10 0557 1808 1216 0000

11 0558 1809 1307 0041

12 0558 1809 1356 0131

13 0558 1809 1446 0219

14 0558 1809 1536 0308

15 0558 1809 1627 0358

16 0559 1810 1720 0449

17 0559 1810 1813 0541

18 0559 1810 1905 0634

19 0559 1810 1957 0727

20 0559 1811 2047 0818

21 0600 1811 2134 0907

22 0600 1811 2219 0954

23 0600 1811 2302 1038

24 0600 1811 2344 1121

25 0601 1812 0000 1203

26 0601 1812 0025 1245

27 0601 1812 0107 1328

28 0601 1812 0150 1413

29 0601 1812 0236 1501

30 0602 1813 0325 1553

2. TANJUNGPINANG

Location : E104 32, N00 55, June 2019

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm Hm hm hm

1 0555 1805 0357 1621

2 0555 1805 0445 1711

3 0555 1805 0536 1804

4 0555 1805 0631 1901

5 0555 1805 0729 2000

6 0555 1806 0829 2100

7 0556 1806 0928 2159

8 0556 1806 1026 2255

9 0556 1806 1121 2348

10 0556 1806 1214 0000

11 0556 1807 1305 0039

12 0556 1807 1355 0129

13 0557 1807 1444 0218

14 0557 1807 1534 0307

15 0557 1807 1625 0357

16 0557 1808 1718 0448

17 0557 1808 1811 0540

18 0558 1808 1903 0633

19 0558 1808 1955 0725

20 0558 1809 2045 0816

21 0558 1809 2132 0905

22 0559 1809 2217 0952

23 0559 1809 2300 1037

24 0559 1809 2342 1120

25 0559 1810 0000 1201

26 0559 1810 0023 1243

27 0600 1810 0105 1327

28 0600 1810 0149 1412

29 0600 1810 0235 1500

30 0600 1811 0324 1551

Page 23: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] 20

3. RANAI

Location : E108 24, N03 55, June 2019

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0534 1754 0339 1608

2 0534 1754 0426 1658

3 0534 1755 0516 1753

4 0535 1755 0610 1850

5 0535 1755 0708 1949

6 0535 1755 0807 2049

7 0535 1755 0907 2147

8 0535 1756 1006 2242

9 0535 1756 1102 2335

10 0536 1756 1156 0000

11 0536 1756 1248 0025

12 0536 1757 1339 0113

13 0536 1757 1430 0200

14 0536 1757 1521 0248

15 0536 1757 1613 0337

16 0537 1757 1706 0428

17 0537 1758 1800 0519

18 0537 1758 1852 0612

19 0537 1758 1944 0704

20 0537 1758 2033 0756

21 0538 1759 2120 0845

22 0538 1759 2205 0932

23 0538 1759 2247 1018

24 0538 1759 2328 1102

25 0539 1759 0000 1145

26 0539 1800 0008 1228

27 0539 1800 0049 1312

28 0539 1800 0131 1358

29 0539 1800 0216 1447

30 0540 1800 0304 1539

4. TANJUNG BALAI KARIMUN

Location : E103 23, N01 03, June 2019

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0559 1810 0401 1626

2 0559 1810 0449 1716

3 0559 1810 0541 1809

4 0559 1810 0636 1906

5 0600 1810 0734 2005

6 0600 1810 0833 2105

7 0600 1811 0933 2204

8 0600 1811 1031 2300

9 0600 1811 1126 2353

10 0600 1811 1219 0000

11 0601 1811 1310 0044

12 0601 1812 1359 0134

13 0601 1812 1449 0222

14 0601 1812 1539 0311

15 0601 1812 1630 0401

16 0602 1813 1723 0452

17 0602 1813 1816 0545

18 0602 1813 1908 0637

19 0602 1813 2000 0730

20 0602 1813 2050 0821

21 0603 1814 2137 0910

22 0603 1814 2222 0957

23 0603 1814 2305 1041

24 0603 1814 2347 1124

25 0604 1814 0000 1206

26 0604 1815 0028 1248

27 0604 1815 0110 1331

28 0604 1815 0153 1416

29 0604 1815 0239 1504

30 0605 1815 0328 1556

Page 24: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] 21

5. DABO SINGKEP

Location : E104 34, S00 28, June 2019

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm hm

1 0555 1804 0357 1620

2 0555 1804 0445 1710

3 0555 1804 0536 1804

4 0556 1804 0632 1900

5 0556 1805 0730 2000

6 0556 1805 0829 2059

7 0556 1805 0929 2158

8 0556 1805 1027 2254

9 0556 1805 1122 2348

10 0557 1806 1214 0000

11 0557 1806 1305 0039

12 0557 1806 1354 0129

13 0557 1806 1444 0218

14 0557 1806 1534 0307

15 0558 1807 1625 0357

16 0558 1807 1717 0448

17 0558 1807 1810 0541

18 0558 1807 1902 0633

19 0559 1807 1954 0726

20 0559 1808 2044 0817

21 0559 1808 2132 0906

22 0559 1808 2217 0952

23 0559 1808 2300 1037

24 0600 1809 2342 1120

25 0600 1809 0000 1201

26 0600 1809 0023 1243

27 0600 1809 0105 1326

28 0600 1809 0149 1411

29 0601 1810 0235 1459

30 0601 1810 0324 1550

6. TAREMPA

Location : E106 15, N03 12, June 2019

DATE

SUN MOON

Rise Set Rise Set

hm hm hm Hm

1 0544 1802 0348 1616

2 0544 1802 0435 1707

3 0544 1802 0526 1801

4 0544 1802 0620 1858

5 0545 1802 0718 1957

6 0545 1803 0818 2057

7 0545 1803 0917 2155

8 0545 1803 1016 2250

9 0545 1803 1112 2343

10 0545 1803 1206 0000

11 0546 1804 1257 0033

12 0546 1804 1348 0122

13 0546 1804 1438 0210

14 0546 1804 1529 0258

15 0546 1805 1621 0347

16 0546 1805 1714 0438

17 0547 1805 1807 0529

18 0547 1805 1900 0622

19 0547 1805 1952 0714

20 0547 1806 2041 0806

21 0548 1806 2128 0855

22 0548 1806 2213 0942

23 0548 1806 2255 1027

24 0548 1807 2336 1111

25 0548 1807 0000 1154

26 0549 1807 0017 1236

27 0549 1807 0058 1320

28 0549 1807 0140 1406

29 0549 1808 0225 1455

30 0549 1808 0314 1547

Page 25: KATA PENGANTARhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/06/...equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh

Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.066] 22

DAFTAR ISTILAH

Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata

Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang

membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan

angin kencang.

Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia

bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.

Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu

Dasarian : Periode sepuluh harian

Dipole Mode /IOD

(Indian Ocean Dipole)

: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera

Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.

DMI

(Dipole Mode Index)

: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang

bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera,

sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak

menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.

Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik

Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy,

maka cenderung banyak hujan.

El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum

menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.

ENSO

(El Nino-Shouthern Oscillation)

: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.

Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.

Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas

ITCZ (Intertropical

Convergence Zone)

: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya

daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan

hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).

Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul

La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan

curah hujan di Indonesia meningkat.

MJO (Madden-Meian

Oscillation)

: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah)

di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai

pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari

barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur

dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing

Longwave Radiation)

Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode

(minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia

dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun

Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia

berkaitan dengan musim kemarau.

Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang

tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)

OLR (Outgoing Longwave

Radiation)

: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR

yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan

nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.

Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980, 1976-

1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)

Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara

tiba-tiba.

SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.

Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang

sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-

1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)

Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)

Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan

fenomena cuaca