koefisien distribusi iod

26
1 JUDUL PERCOBAAN : “Koefisien Distribusi IodTANGGAL PERCOBAAN : Selasa, 02 April 2013 pukul 10.00 WIB SELESAI PERCOBAAN : Selasa, 02 April 2013 pukul 12.30 WIB TUJUAN PERCOBAAN : - mengekstraksi iodium ke dalam pelarut organik - menghitung koefisien distribusi (KD) iodium DASAR TEORI : Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran. Pada proses ekstraksi tidak terjadi pemisahan segera dari bahan-bahan yang akan diperoleh (ekstrak), melainkan mula-mula hanya terjadi pengumpulan ekstrak (dalam pelarut). Suatu proses ekstraksi biasanya melibatkan tahap-tahap seperti : mencanpur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling kontak. Dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi pada bidang antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian terjadi ekstraksi yang sebenarnya, yaitu pelarut ekstrak. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut dalam proses ekstraksi : 1. Selektivitas Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering terjadi bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama- sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar, larutan ekstrak tersebut harus dibersihkan, misalnya diekstrak lagi dengan menggunakan pelarut kedua. 2. Kelarutan

Upload: laila-lala

Post on 05-Dec-2014

146 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Koefisien Distribusi Iod

1

JUDUL PERCOBAAN : “Koefisien Distribusi Iod”

TANGGAL PERCOBAAN : Selasa, 02 April 2013 pukul 10.00 WIB

SELESAI PERCOBAAN : Selasa, 02 April 2013 pukul 12.30 WIB

TUJUAN PERCOBAAN :

- mengekstraksi iodium ke dalam pelarut organik

- menghitung koefisien distribusi (KD) iodium

DASAR TEORI :

Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan

atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut

yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran. Pada proses ekstraksi

tidak terjadi pemisahan segera dari bahan-bahan yang akan diperoleh (ekstrak),

melainkan mula-mula hanya terjadi pengumpulan ekstrak (dalam pelarut). Suatu

proses ekstraksi biasanya melibatkan tahap-tahap seperti : mencanpur bahan

ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling kontak. Dalam hal ini terjadi

perpindahan massa dengan cara difusi pada bidang antarmuka bahan ekstraksi dan

pelarut. Dengan demikian terjadi ekstraksi yang sebenarnya, yaitu pelarut ekstrak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut dalam proses

ekstraksi :

1. Selektivitas

Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan

komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Pada ekstraksi bahan-bahan

alami, sering terjadi bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-

sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar,

larutan ekstrak tersebut harus dibersihkan, misalnya diekstrak lagi dengan

menggunakan pelarut kedua.

2. Kelarutan

Page 2: Koefisien Distribusi Iod

2

Pelarut hendaknya memilikinya kemampuan melarutkan ekstrak yang

besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).

3. Kemampuan tidak saling tercampur

Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh larut dalam bahan ekstraksi.

4. Kerapatan

Untuk ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan

yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua

fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan

dengan gaya berat).

5. Reaktivitas

Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia

pada komponen-komponen bahan ekstraksi. Seringkali ekstraksi juga disertai

dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus

berada dalam bentuk larutan.

6. Titik didih

Pemisahan ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara

penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka kedua bahan itu tidak boleh terlalu

dekat dan keduanya tidak membentuk aseotrop.

Faktor-faktor yang lain :

Pelarut sedapat mungkin harus :

- murah

- tersedia dalam jumlah besar

- tidak beracun

- tidak dapat terbakar

- tidak eksplosif bila bercampur dengan udara

Page 3: Koefisien Distribusi Iod

3

- tidak korosif

- tidak menyebabkan terbentuknya emulsi

- stabil secara kimia dan termis

Setiap proses ekstraksi harus dicari pelarut yang paling sesuai. Beberapa

pelarut yang penting adalah air, asam-asam organik dan anorganik, hidrokarbon

jenuh, toluen, karbon disulfit, eter, aseton, hidrokarbon yang mengandung klor,

isopropanol, etanol.

Dengan satu tahap ekstraksi tunggal, yaitu mencampur bahan ekstraksi

dengan pelarut satu kali, umumnya tidak seluruh ekstrak terlarutkan. Hal ini

disebabkan adanya kesetimbangan antara ekstrak yang terlarut dan ekstrak yang

masih tertinggal dalam bahan ekstraksi (hukum distribusi). Pelarutan lebih lanjut

hanya mungkin dengan cara memisahkan larutan ekstrak dari bahan ekstraksi dan

mencampur bahan ekstraksi tersebut dengan pelarut baru. Proses ini dilakukan

berulang-ulang hingga derajat ekstraksi yang diharapkan tercapai.

Ekstraksi akan lebih efisien jika dilakukan dalam jumlah tahap yang

banyak. Setiap tahap menggunakan pelarut yang sedikit. Kerugiannya adalah

konsentrasi larutan ekstrak makin lama makin rendah dan jumlah total pelarut

yang dibutuhkan menjadi besar.

Efisien ekstraksi juga dapat menggunakan proses aliran yang berlawanan.

Bahan-bahan ekstraksi mula-mula dikontakkan dengan pelarut yang sudah

mengandung ekstrak (larutan ekstrak) dan pada tahap akhir proses dikontakkan

dengan pelarut yang segar. Metode ini, pelarut dapat dihemat dan konsentrasi

larutan ekstrak yang lebih tinggi dapat diperoleh.

Permukaan, yaitu bidang antar muka untuk perpindahan massa antara

bahan ekstraksi dengan pelarut harus besar pada ekstraksi padat-cair. Hal tersebut

harus dicapai dengan memperkeccil ukuran bahan ekstraksi, dan pada ekstraksi

cair-cair dengan mencerai-beraikan salah satu cairan menjadi tetes-tetes.

Page 4: Koefisien Distribusi Iod

4

Tahanan yang menghambat pelarut ekstrak seharusnya bernilai kecil.

Tahanan tersebut terutama tergantung pada ukuran dan sifat partikel dari bahan

ekstraksi. Semakin kecil partikel ini, semakin pendek jalan yang harus ditempuh

pada perpindahan massa dengan cara difusi, sehingga rendah tekanannya.

Suhu. Semakin tinggi suhu, semakin kecil viskositas fasa cair dan semakin

besar kelarutan ekstrak dalam pelarut. Selain itu, kecenderungan pembentukan

emulsi berkurang pada suhu tinggi.

Ekstraksi padat – cair

Pada ekstraksi padat – cair, satu atau beberapa komponen yang dapat larut

dipisahkan dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara

teknis dalam skala besar dibidang industri bahan alam.

Proses ekstraksi padat – cair merupakan ekstraksi yang digabungkan

dengan reaksi kimia. Dalam hal ini ekstrak, dengan bantuan suatu asam anorganik

misalnya, dikonversikan terlebih dahulu ke dalam bentuk yang larut.

Pada ekstraksi, yaitu ketika bahan ekstraksi dicampur dengan pelarut,

maka pelarut, maka pelarut menembus kapiler-kapiler dalam bahan padat dan

melarutkan ekstrak. Larutan ekstrak dengan konsentrasi tinggi terbentuk dibagian

dalam bahan ekstrak. Untuk memperoleh efisiensi yang tinggi pada tiap tahap

ekstraksi, perlu diusahakan agar kuantitas cairan yang tertinggal sekecil mungkin.

Untuk mencapai kecepatan ekstraksi yang tinggi pada ekstraksi padat –

cair, syarat-syarat yang harus dipenuhi.

1. memperluas permukaan tahan

Karena perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara fasa

padat dan fasa cair, maka bahan itu perlu sekali memiliki permukaan yang seluas

mungkin. Ini dapat dicapai dengan memperkecil ukuran bahan ekstraksi.

2. kecepatan alir pelarut

Page 5: Koefisien Distribusi Iod

5

Kecepatan alir pelarut sedapat mungkin besar dibanding dengan laju alir

bahan ekstraksi, agar ekstrak yang terlarut dapat segera diangkut keluar dari

permukaan padat.

3. suhu

Suhu yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan ekstrak

lebih besar) pada umumnya menguntungkan kerja ekstraksi.

Ekstraksi cair – cair

Pada ekstraksi cair – cair, suatu komponen bahan atau lebih dari suatu

campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini misalnya untuk

memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan penyedap, produk-produk minyak

bumi, dan garam-garam logam. Ekstraksi cair – cair terutama digunakan bila

pemisahan campuran dengan cara distilasi tidak mungkin dilakukan. Ekstraksi

cair – cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap yaitu pencampuran secara

intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fasa cair itu

sempurna.

Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak

meninggalkan pelarut yang pertama (media pembawa) dan masuk ke dalam

pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan

pelarut tidak saling melarut. Agar terjadi performansi ekstraksi yang besar

(pemisahan massa yang baik) diharuskan agar bidang kontak yang seluas mungkin

diantara kedua cairan.

Pada saat pemisahan cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes

harus menyatu kembali menjadi fasa homogen dan berdasarkan kerapatan cukup

besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain. Kuantitas pemisahan per satuan

waktu dalam hal ini semakin besar jika permukaan lapisan antar fasa semakin

luas.

Ekstraktor Cair – Cair Tak Kontinu

Page 6: Koefisien Distribusi Iod

6

Dalam hal yang paling sederhana, bahan ekstraksi yang cair dicampur

berulang kali dengan pelarut segar dalam sebuah tangki pengaduk. Larutan

ekstrak yang dihasilkan tiap kali dipisahkan dengan cara penjernihan. Untuk

konstruksi yang lebih menguntungkan bagi proses pencampuran dan pemisahan

adalah tangki yang bagian bawahnya runcing (yang dilengkapi dengan perkakas

pengaduk, penyalur ke bawah, maupun kaca intip yang tersebar pada seluruh

ketinggiannya. Alat tak kontinu yang sederhana itu digunakan untuk mengelola

bahan dalam jumlah kecil atau sekali-kali dilakukan ekstraksi.

Ekstraktor Cair – Cair Kontinu

Operasi kontinu pada ekstraksi cair – cair dapat dilakasanakan dengan

sederhana, karena tidak saja pelarut, melainkan juga bahan ekstraksi cair secara

mudah dapat dialirkan. Bahan ekstraksi berulang kali dicampurkan dengan pelarut

atau larutan ekstrak dalam arah berlawanan yang konsentrasinya semakin

meningkat. Setiap kali kedua fasa dipisahkan dengan cara penjernihan. Bahan

ekstraksi dan pelarut terus menerus diumpankan ke dalam alat. Sedangkan refinat

dan larutan ekstrak dikeluarkan secara kontinu. Ekstraktor yang sering digunakan

adalah kolom-kolom ekstraksi. Alat ini, disamping digunakan sebagai perangkat

pencampur – pemisah, juga digunakan bila bahan ekstraksi yang harus dipisahkan

berada dalam kuantitas besar atau bahan tersebut diperoleh dari proses-proses

sebelumnya secara terus-menerus.

Koefisien Distribusi (KD)

Menurut hukum distribusi Nerst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak

saling tercampur dimasukkan solut yang dapat larut ke dalam kedua pelarut

tersebut, maka akan terjadi pembagian solutedengan perbandingan tertentu. Kedua

pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air. Perbandingan konsentrasi

solute di dalam kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada

suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi.

Co atau CA …………………..(1)

Co = konsentrasi fase organik

Page 7: Koefisien Distribusi Iod

7

CA = konsentrasi fase air

Jika harga KD besar, solut secara kuantitatif akan cenderung terdistribusi

lebih banyak ke dalam pelarut organik. Jika harga KD kecil, solut secara

kuantitatif akan cenderung terdistribusi lebih sedikit ke dalam pelarut organik.

Besarnya KD yang dihitung berdasarkan persamaan (1) hanya berlaku bila :

1. Solut tidak terionisasi dalam satu pelarut.

2. Solut tidak berasosiasi dalam salah satu pelarut.

3. Zat terlarut tidak bereaksi dengan salah satu pelarut atau reaksi-reaksi lain.

Angka Banding Distribusi (D)

Jika solut terionisasi, berasosiasi dan bereaksi dengan salah satu pelarut

maka kondisi demikian harga KD tidak dapat lagi menggambarkan distribusi

solute diantara kedua fasa pelarut. Karena solute tidak berada dalam rumus

molekul yang sama didalam kedua fasa pelarut. Oleh karena itu, perlu

didefnisikan suatu besaran baru, yang dinamakan angka banding distribusi (D).

Angka banding distribusi menyatakan perbandingan konsentrasi total zat terlarut

dalam pelarut organik (fasa organik) dan pelarut air (fasa air). Jika zat terlarut itu

adalah senyawa (X), maka rumus angka banding distribusi dapat ditulis :

D = konsentrasi total senyawa X dalam fasa organik

Konsentrasi total senyawa X dalam fasa air

Pada kondisi ideal dan tidak terjadi asosiasi, disosiasi atau polimerasi, maka

KD=D. Harga D tidak konstan Karena tergantung dari reaksi antara lain pH fasa

air, konsentrasi pengompleks. Harga D semakin kecil dengan berkurangnya

keasaman larutan. Berdasarkan definisi harga D diatas, dapat didimpulkan bahwa

jumlah total solute dalam pelarut organik semakin berkurang dengan

berkurangnya keasaman larutan.

ALAT DAN BAHAN :

Page 8: Koefisien Distribusi Iod

8

A. Alat :

1. Gelas ukur 10 ml

2. Corong pisah

3. Pipet gondok

4. Pipet tetes

5. Erlenmeyer

6. Pipet tetes

7. Corong gelas

8. Labu ukur

9. Buret

10. Statif

11. Klem

B. Bahan :

1. Akuades

2. Larutan iod

3. Larutan kanji

4. Kloroform

5. H2SO4

6. Na2S2O3

ALUR KERJA :

1. Pengenceran iodium 0,1 M

10 ml iodium 0,1 M

Dimasukkan kedalam

labu ukur 100 ml

Diencerkan dengan air

sampai volume 100 ml

Larutan iod encer

Page 9: Koefisien Distribusi Iod

9

2. Ekstraksi iodium 0,01 M

3. Larutan awal

10 ml larutan iodium 0,01 M

encer

Dimasukkan kedalam corong

pisah

Ditambah 5 ml kloroform

Dikocok beberapa kali (2-5 kali)

sampai kedua lapisan terpisah

dengan baik

Lapisan air Lapisan organik

Ditampung dalam erlenmeyer

Diasamkan dengan 2ml H2SO4

2M

Ditambah 3 tetes larutan kanji 0,2

%

Dititrasi dengan Na2S2O3

0,0001M sampai warna biru

hilang

Dikeluarkan dari corong

pisah

Volume Na2S2O3

10 ml larutan iod

Ditampung dalam erlenmeyer

Diasamkan dengan 2ml H2SO4

2M

Ditambah 3 tetes larutan kanji 0,2

%

Dititrasi dengan Na2S2O3

0,0001M sampai warna biru

hilang

Volume Na2S2O3

Page 10: Koefisien Distribusi Iod

10

HASIL PENGAMATAN :

No Alur kerja Hasil pengamatan Dugaan/reaksi Kesimpulan

Sebelum Sesudah

1. Pengenceran iodin 0,1M

Page 11: Koefisien Distribusi Iod

11

2. Ekstraksi iodium 0,01M

Larutan iod

:merah

kecoklatan

Kloroform :

larutan

tidak

berwarna

Setelah

dikocok

terbentuk 2

lapisan :

Lapisan

atas

(lapisan air)

: larutan

berwarna

kuning

Lapisan

bawah

(lapisan

organik) :

larutan

berwarna

ungu

2S2O32- →

S4O62-

+ 2e

I2 + 2e → 2I-

Jadi, KD yang

diperoleh

adalah 9,3125

Lapisan air

: larutan

setelah

ditambah

2S2O32- →

S4O62-

+ 2e

Page 12: Koefisien Distribusi Iod

12

kuning (+)

H2SO4 :

larutan

tidak

berwarna

Kanji :

larutan

keruh

H2SO4 :

larutan

kuning (++)

setelah

ditambah

larutan

kanji :

kuning

kehitaman

dititrasi

dengan

Na2S2O3 :

larutan

tidak

berwarna

volume

Na2S2O3 :

V1 = 3,4 ml

V2 = 3,1 ml

V3 = 3,1 ml

I2 + 2e → 2I-

Page 13: Koefisien Distribusi Iod

13

Larutan awal

Larutan iod

:merah

kecoklatan

H2SO4 :

larutan

tidak

berwarna

Kanji :

larutan

keruh

Larutan

Na2S2O3 :

tidak

berwarna

Larutan

iod +

H2SO4 :

larutan

berwarna

kuning (+)

Setelah

ditambah

larutan

kanji :

kuning

kehitaman

Dititrasi

dengan

Na2S2O3 :

larutan

biru →

larutan

tidak

berwarna

Page 14: Koefisien Distribusi Iod

14

Volume

Na2S2O3 :

V1 = 18 ml

V2 = 18,3

ml

V3 = 18 ml

Page 15: Koefisien Distribusi Iod

15

ANALISIS DAN PEMBAHASAN :

Telah dilakukan percobaan yang bertujuan untuk mengekstrak iod ke

dalam pelarut organik dan menghitung harga KD dari iod. Langkah-langkah

percobaan terbagi menjadi 4 yaitu pembuatan larutan iod, menentukan konsentrasi

iod awal, mengekstrak iod dan menentukan konsentrasi iod sisa. Pembuatan

larutan iod diawali dengan cara memipet iod kemudian mengencerkannya dengan

aquades sampai volum 100 ml. Langkah berikutnya yaitu menentukan konsentrasi

iod awal dengan cara menitrasinya dengan larutan Na2S2O3. 10 ml larutan iod

0,01M (yang telah diencerkan sebelumnya) diambil dengan pipet gondok dan

dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Larutan tersebut ditambahkan dengan 2 ml

H2SO4 2M. Larutan iod yang semula berwarna merah kecokelatan, setelah

ditambah H2SO4 menjadi berwarna kuning (+). Tujuannya penambahan H2SO4

ini adalah memberi suasana asam. Selanjutnya ditambahkan dengan 3 tetes larutan

kanji 2%. Larutan kanji berfungsi sebagai indikator perubahan warna. Setelah

ditambahkan larutan kanji, warna larutan berubah menjadi kuning kehitaman.

Setelah itu dititrasi dengan Na2S2O3 0,01 M. Terjadi 2 kali perubahan warna pada

saat titrasi berlangsung. Pertama terjadi perubahan warna menjadi biru yang

kemudian warna biru itu memudar menjadi biru kehijauan, dan akhirnya menjadi

tidak berwarna. Didapatkan volum dari tiga kali titrasi yaitu sebesar 18mL;

18,3mL; 18mL. Dari hasil titrasi diketahui mmol iod awal sebesar 0,0905 mmol.

Setelah diketahui konsentrasi iod awal, langkah selanjutnya adalah

mengekstraksi iod. Mula-mula merangkai alat yang terdiri dari corong pisah dan

statif. Larutan iod dimasukkan ke dalam corong pisah lalu ditambahkan 5mL

kloroform. Setiap penambahan 1 mL kloroform. Larutan dikocok sambil sesekali

corong pisah dibuka. Tujuan dari pembukaan corong pisah adalah untuk

membuang gas yang timbul. Gas yang timbul selama proses pengkocokan adalah

uap kloroform. Larutan terus dikocok sampai warna iod memudar. Warna iod

yang pudar menandakan bahwa telah terjadi proses ekstraksi larutan iod oleh

kloroform (pelarut organik). Langkah selanjutnya adalah memisahkan pelarut

organik dari larutan iod. Pelarut organik yang sudah tercampur iod warnanya

berubah menjadi ungu selanjutnya disebut fase organik.

Page 16: Koefisien Distribusi Iod

16

Larutan iod hasil ekstraksi (fase air) kemudian dititrasi dengan Na2S2O3

untuk menentukan konsentrasinya. Sebelum dititrasi larutan hasil ekstraksi juga

ditambahkan dengan 2 ml H2SO4 2M serta 3tetes larutan kanji 2% dengan tujuan

sama seperti yang telah disebutkan di atas. Diperoleh volum Na2S2O3 yang

dibutuhkan untuk titrasi sebanyak 3kali yaitu 3,4mL; 3,1mL; 3,1mL. Dari hasil

titrasi diketahui konsentrasi larutan iod fase air sebesar 1,6 x 10-3

M (perhitungan

terlampir) .

Setelah diperoleh mmol Iod awal kemudian menghitung konsentrasi dalam

fase air, dapat dihitung konsentrasi fase organik. Dari hasil perhitungan diketahui

konsentrasi fase organik sebesar 0,0149 M. Sehingga harga KD bisa dihitung

menggunakan persamaan:

KD = I2 o

I2 a

Setelah dimasukkan nilai fase organik 0,0149 M dan fase air 1,6 x 10-3

M,

maka diketahui harga KD iod 9,3125.

DISKUSI :

Dari hasil percobaan, ternyata diperoleh harga KD tidak 10 melainkan

9,3125. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor. Pertama, dalam mengocok

larutan pada corong pisah kurang benar sehingga hanya sedikit kloroform yang

terekstrak dan menyebabkan larutan fase air masih mengandung kloroform

sehingga diperoleh harga KD hanya 9,3125. Kedua, setelah ekstraksi, larutan iod

tidak didiamkan sebentar tetapi langsung ditambahkan H2SO4 dan larutan kanji.

Dengan demikian, warna larutan setelah ditambahkan larutan kanji menjadi

berwarna hijau kehitaman bukan berwarna biru dan berpengaruh pada volume

Na2S2O3 yang mengakibatkan harga KD yang diperoleh kecil.

KESIMPULAN :

Berdasarkan percobaan koefisien distribusi iod yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan:

Page 17: Koefisien Distribusi Iod

17

- Iod telah terekstrak ke dalam pelarut organik ditandai dengan memudarnya

warna larutan iod.

- Koefisien distribusi iod (KDI) yang diperoleh berdasarkan hasil praktikum

adalah 9,3125.

DAFTAR PUSTAKA :

JR. Day R A dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif (edisi ke-enam).

Jakarta: Erlangga.

Oxtoby , David. 2001. Kimia Modern Edisi Ke Empat Jilid I. Jakarta: Erlangga

Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Soebagio, dkk. 2005. Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sri Mulyani. 2005. Kimia Fisika II. Malang: UM Press

Tim Dosen. 2013. Panduan Praktikum Mata Kuliah Dasar-dasar Pemisahan

Kimia. Surabaya: Jurusan Kimia UNESA.

Page 18: Koefisien Distribusi Iod

18

JAWABAN PERTANYAAN :

1. Apa perbedaan KD dan D?

Koefisien Distribusi (KD) menyatakan perbandingan konsentrasi zat terlarut

dalam fase air dan fase organik saat tidak ada interaksi antara zat terlarut dan

pelarutnya. Sedangkan angka banding distribusi (D) adalah perbandingan

konsentrasi zat terlarut dalam fase air dan organic saat zat terlarut berinteraksi

dengan pelarutnya.

Secara matematis KD dinyatakan dengan:

KD = I2 o

I2 a

untuk D dinyatakan dengan :

D =jumlah dalam fase organik

jumlah dalam fase air

2. Bila mana harga KD sama dengan D?

Pada kondisi ideal dan tidak terjadi asosiasi, disosiasi atau polimerisasi, maka

harga KD sama dengan D

3. Bagaimana mencari harga hubungan antara KD dan D untuk asam lemah HB?

Asam lemah HB yang mengalami dimerisasi dalam suatu pelarut organik?

harga KD tidak digunakan untuk mencari efektivitas ekstraksi tetapi

menggunakan harga banding, D yang dirumuskan:

KD = 𝑎 𝐻𝐵 𝑜𝑟𝑔

𝑎 𝐻𝐵 𝑎𝑞

D = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑕 𝐻𝐵 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑕 𝐻𝐵 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑖𝑟

Angka banding Ddisebut rasio distribusi.Jelas bahwa D tak akan tetap

konstan sepanjang jangka kondisi eksperimen. Misalnya, dengan naiknya

pHfase berair Dakan turun karena asam benzoat diubah menjadi ion benzoat,

yang tak terekstrak ke dalam bezena. Penambahan elektrolit apa saja dapat

mempengaruhi D dengan mengubah koefesien aktivitas. Tetapi, rasio

distribusi berguna bila nilainya diketahui untuk seperangkat tertentu kondisi.

4. Bagaimana mencari hubungan antara KD dan D untuk basa lemah yang

terionisasi dalam pelarut air dan tidak bereaksi dalam pelarut organik?

Page 19: Koefisien Distribusi Iod

19

5. Untuk suatu asam lemah, HB. Seandainya asam itu monomerik dalam kedua fase itu,

dan anion asam itu tidak tembus fase organik, maka berlaku rumus kesetimbangan:

a3

a

a

aa

a

o

HB

aa

o

OH

HBB

HB

B H3O

HB

HB

BHB

HB

aa

D

KK

K

D

maka,

a3

aa

o

OH

HBHB

HB

aK

D

a3HB

a3HB

a3

HBa3

HB

a3

HB

HB

a3

HB

a3

a

o

OH

OH

OH

OH

OH1

OH1

OH1HB

HB

a

D

a

D

a

D

a

D

a

K

K

K

K

K

K

K

K

K

6. Buktikan bahwa dengan ekstraksi berganda akan dihasilkan persen terekstrak

lebih besar dari pada satu kali ekstraksi ?

Ekstraksi ganda akan menghasilkan persen terekstrak lebih besar, hal itu dapat

dibuktikan melalui praktikum maupun perhitungan. Misalnya pada praktikum

Page 20: Koefisien Distribusi Iod

20

kali ini, perbandingan antara penggunaan kloroform sekaligus 5 ml, dan

penggunaan kloroform dibagi menjadi 5 = @ 1 ml kloroform.

Perbandingannya, dapat diketahui dari hitungan dengan menggunakan rumus

f aq= n

Page 21: Koefisien Distribusi Iod

21

LAMPIRAN

Perhitungan

A. Larutan standar

Diketahui : M Na2S2O3 = 0,01 M

2S2O32-

→ S4O62-

+ 2e

Ekivalen S2O32-

= 1 ek

V1 titrasi Na2S2O3 = 18 ml

V2 titrasi Na2S2O3 = 18,3 ml

V3 titrasi Na2S2O3 = 18 ml

Reaksi pada larutan standart :

I2 + 2e → 2I-

2S2O32-

→ S4O62-

+ 2e

I2 + 2S2O32-

→ 2I- + S4O6

2-

Ditanya : mmol I2 ?

Jawab : mmek Na2S2O3 = mmek I2

𝑀1 × 𝑉1

2 = mmek I2

0,01 × 18

2 = mmol I2

0,09 = mmol I2

mmek Na2S2O3 = mmek I2

𝑀1 × 𝑉1

2 = mmek I2

Page 22: Koefisien Distribusi Iod

22

0,01 × 18,3

2 = mmol I2

0,0915 = mmol I2

mmek Na2S2O3 = mmek I2

𝑀1 × 𝑉1

2 = mmek I2

0,01 × 18

2 = mmol I2

0,09 = mmol I2

Jadi, mmol I2 rata-rata = 0,09+0,0915+0,09

3 =

0,2775

3 = 0,0905 mmol

B. Setelah diekstraksi dengan kloroform :

Reaksi : I2 + 2e → 2I-

2S2O32-

→ S4O62-

+ 2e

I2 + 2S2O32-

→ 2I- + S4O6

2-

Hasil ekstraksi pertama yang selanjutnya dititrasi.

Diketahui : M Na2S2O3 = 0,01 M

V1 titrasi Na2S2O3 = 3,4 ml

V2 titrasi Na2S2O3 = 3,1 ml

V3 titrasi Na2S2O3 = 3,1 ml

Ditanya : mmol I2 dalam fasa air ?

Jawab : mmek Na2S2O3 = mmek I2(a)

Page 23: Koefisien Distribusi Iod

23

𝑀1 × 𝑉1

2 = mmek I2

0,01 × 3,4

2 = mmol I2

0,017 = mmol I2

mmek Na2S2O3 = mmek I2(a)

𝑀1 × 𝑉1

2 = mmek I2

0,01 × 3,1

2 = mmol I2

0,0155 = mmol I2

mmek Na2S2O3 = mmek I2(a)

𝑀1 × 𝑉1

2 = mmek I2

0,01 × 3,1

2 = mmol I2

0,0155 = mmol I2

Jadi, mmol I2 rata-rata dalam fasa air = 0,017+0,0155+0,0155

3 =

0,048

3 =0,016

Maka, mmol I2 dalam fasa organik = mmol I2 mula-mula – mmol I2 dalam fasa

air

= (0,0905 – 0,016) mmol

= 0,0745 mmol

[I2]o = 0,0745 𝑚𝑚𝑜𝑙

5 𝑚𝑙 = 0,0149 M

[I2]a = 0,016 𝑚𝑚𝑜𝑙

10 𝑚𝑙 = 1,6 x 10

-3 M

Page 24: Koefisien Distribusi Iod

24

KD = I2 o

I2 a =

0,0149

1,6 𝑥 10−3 = 9,3125

Dokumentasi

Larutan Iodium Larutan Iodium +

H2SO4

Hasil titrasi larutan

iodium

Larutan Iodium +

Kloroform

Larutan Iodium +

Kloroform setelah

dilakukan pengocokan

Iodium dalam fase air

Page 25: Koefisien Distribusi Iod

25

Larutan Iodium dalam

fase air sebelum

ditambah H2SO4

Larutan Iodium dalam

fase air setelah

ditambah H2SO4

Larutan Iodium dalam

fase air saat awal

titrasi

Fasa Organik Larutan Iodium dalam

fase air setelah dititrasi

Page 26: Koefisien Distribusi Iod

26