buletin informasi cuaca iklim dan gempabumt edisi mei 2016 jan 2019.pdf · sirkulasi monsun asia...

21
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januri 2019 1 I. EVALUASI KONDISI CUACA BULAN DESEMBER 2018 A. Monitoring Dinamika Atmosfer Desember 2018 Kondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk pola serta variabilitas cuaca - iklim di Banyuwangi. Berikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Desember 2018: El Nino Southern Oscillation (ENSO) Selama Desember 2018, anomali suhu muka laut wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah (Nino 3.4) menunjukkan kondisi hangat. Anomali suhu muka laut mingguan terakhir tercatat +0.71°C dan nilai bulanan Desember 2018 adalah +0.8 sehingga termasuk kategori El Nino. Hal lainnya juga terlihat dari anomali angin pasat serta temperatur subsurface / bawah laut Pasifik dimana menunjukkan kondisi hangat khas El Nino. Namun nilai SOI (Southern Oscillation Index) pada akhir Desember meningkat dan tercatat +9.3 yang menunjukkan kondisi La Nina. Dengan kecenderungan suhu muka laut Nino 3.4 yang hangat diprediksi kondisi El Nino Moderat masih berlangsung pada Januari 2019 dan berangsur melemah pada Februari hingga Juni 2019. Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar Pasifik Ekuatorial sampai akhir Desember 2018 (Sumber : BoM)

Upload: vankhuong

Post on 27-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januri 2019

1

I. EVALUASI KONDISI CUACA BULAN DESEMBER 2018 A. Monitoring Dinamika Atmosfer Desember 2018

Kondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk pola serta variabilitas cuaca - iklim di Banyuwangi. Berikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Desember 2018:

El Nino Southern Oscillation (ENSO)

Selama Desember 2018, anomali suhu muka laut wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah (Nino 3.4) menunjukkan kondisi hangat. Anomali suhu muka laut mingguan terakhir tercatat +0.71°C dan nilai bulanan Desember 2018 adalah +0.8 sehingga termasuk kategori El Nino. Hal lainnya juga terlihat dari anomali angin pasat serta temperatur subsurface / bawah laut Pasifik dimana menunjukkan kondisi hangat khas El Nino. Namun nilai SOI (Southern Oscillation Index) pada akhir Desember meningkat dan tercatat +9.3 yang menunjukkan kondisi La Nina. Dengan kecenderungan suhu muka laut Nino 3.4 yang hangat diprediksi kondisi El Nino Moderat masih berlangsung pada Januari 2019 dan berangsur melemah pada Februari hingga Juni 2019.

Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar

Pasifik Ekuatorial sampai akhir Desember 2018 (Sumber : BoM)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januri 2019

2

Dipole Mode

Dipole Mode Indeks (DMI) di Samudera Hindia selama bulan Desember 2018

menunjukkan nilai yang menurun pada kisaran Netral. Indeks minggu terakhir Desember 2018 tercatat +0.09, hal ini menunjukkan tidak ada kontribusi penambahan massa udara dari Samudera Hindia ke sebagian wilayah Indonesia bagian barat. Kondisi DMI Netral ini diprediksi tetap bertahan pada Januari hingga Juni 2019.

Gambar 2. Indeks Dipole Mode hingga akhir Desember 2018 (Sumber : BoM)

Madden-Jullan Oscillation (MJO) dan Outgoing Longwave Radiation (OLR)

Posisi aktifitas MJO sempat aktif pada akhir bulan Desember 2018 di Benua Maritim Indonesia (BMI), yang tentunya berkontribusi pada kondisi liputan awan di wilayah Benua Maritim Indonesia. Dari anomali OLR wilayah Indonesia, terlihat warna kuning mendominasi hampir di seluruh wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara, Sumatera bagian Selatan, Kalimantan bagian Utara dan Sulawesi bagian Selatan, namun sebagian wilayah ekuator cenderung didominasi warna biru muda. Hal ini menunjukkan wilayah Sumatera bagian Utara, Kalimantan Selatan, dan Papua bagian Selatan cenderung lebih basah terkait bertambahnya daerah liputan awan pada Desember 2018 dan khusus wilayah Banyuwangi menunjukkan dominan Positif (kering).

Gambar 3. Siklus posisi MJO dan anomali OLR selama Desember 2018, Warna biru tua adalah OLR negatif, warna kuning tua adalah OLR positif (Sumber : BoM & JMA)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januri 2019

3

Sirkulasi Monsun Asia – Australia

Pada Desember 2018, hampir seluruh wilayah Indonesia perlahan didominasi monsun Baratan, dan bervariasi dari Baratdaya – Baratlaut akibat tumbuhnya daerah tekanan rendah di selatan ekuator. Kondisi yang mirip diprediksi terjadi saat memasuki bulan Januari 2019 dimana monsun baratan mulai menguat dan berdampak pada mulai meningkatnya kejadian hujan. Prediksi indeks AUSMI menunjukkan trend naik artinya timuran melemah dan Baratan menguat yang menyebabkan bertambahnya pembentukan awan hujan. Mulai stabilnya angin Baratan di selatan ekuator, banyaknya pertemuan angin dapat mendukung pembentukan awan hujan, serta perlu diwaspadai terhadap kejadian angin kencang dan petir pada musim penghujan ini.

Gambar 4. Grafik indeks Monsun Australia harian yang dihitung dari data angin zonal arah barat-timur (komponen U) pada lapisan 850 mb (sumber: IPRC), dan normal streamline angin gradien

Desember (sumber: NOAA)

Gambar 5. Anomali angin zonal dan meridional Desember 2018 lapisan 850 mb

(sumber: BMKG)

Pola aliran massa udara komponen zonal (timur – barat) di seluruh wilayah Jawa Timur selama Desember 2018 kondisinya terjadi anomali positif yang mengindikasikan adanya dominasi massa udara dari barat. Untuk komponen meridional (Utara – Selatan) di seluruh Jawa Timur khususnya Banyuwangi terjadi anomali positif yang artinya adanya dominasi massa udara dari Selatan mengarah ke Utara. Kondisi tersebut juga turut berperan dalam variabilitas hujan di Jawa Timur selama Desember 2018.

.

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januri 2019

4

Suhu muka laut perairan Indonesia

Kondisi anomali suhu muka laut di perairan Indonesia pada Desember 2018 berkisar antara -1.0 hingga +1.0º C, namun mayoritas wilayah perairan relatif normal (tidak ada

anomali). termasuk perairan sekitar Jawa sehingga kondisinya sama dengan kondisi normalnya. Namun secara harian kondisi suhu muka laut cenderung hangat di sekitar perairan Jawa s97ebelah Utara. Dengan suhu muka laut kisaran 28 – 30 °C di wilayah perairan Jawa, menunjukkan potensi penguapan cukup tinggi dalam pembentukan awan. Hangatnya suhu perairan menjadi salah satu faktor dalam membentuk hujan selama Desember 2018, ditambah faktor lainnya.

Gambar 6. Suhu Muka Laut Perairan Indonesia dan Anomalinya bulan Desember 2018 (sumber: NOAA)

Seruakan Dingin Asia (Cold Surge)

Analisis kejadian fenomena seruakan dingin (cold surge) dari Asia yang diidentifikasikan dari nilai gradien atau perbedaan tekanan antara Gushi-Hongkong disajikan pada grafik di bawah ini. Aktifitas aliran massa udara dingin dari Asia ini bisa dilihat dari seberapa besar nilai indeksnya. Ketika nilai indeksnya ≥10 mb, dan suhu di Hongkong turun 5ºC maka massa udara dingin dari Asia berpeluang mempengaruhi kondisi cuaca di sekitar

wilayah Indonesia selatan ekuator dengan asumsi tidak adanya gangguan tropis di sekitar Laut Cina Selatan (LCS) yang cukup kuat menghambat proses cross equatorial flow. Hal ini dapat dilihat dari peta analisa garis arus angin / streamline.

Gambar 7. Grafik indeks seruakan dingin (Selisih Tekanan Udara Gushi–Hongkong) dan peta streamline

(Sumber data; Ogimet.com dan BMKG)

Indikasi kejadian seruakan dingin dengan indeks ≥10 mb terjadi pada awal dasarian

pertama, awal dasarian kedua dan akhir dasarian ketiga bulan Desember 2018. Di Hongkong terjadi penurunan suhu hingga 5ºC. Dilihat dari peta arus angin terlihat angin dari

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januri 2019

5

Laut China Selatan masuk hingga ke Selatan Ekuator sehingga seruakan dingin Asia telah terjadi.

Kondisi ini memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap kondisi cuaca di Jawa. Apabila diasumsikan penjalaran massa udara dingin dari Asia membutuhkan waktu sekitar 2-3 hari untuk sampai ke wilayah tengah Indonesia di selatan ekuator, maka efek dari seruakan dingin tersebut juga diasumsikan bisa dirasakan di wilayah Jawa Timur sekitar 2-3 hari berikutnya dari kejadian indeks ≥10 mb. Bahwa pada tanggal 31 Desember 2018 curah hujan di Banyuwangi meningkat. Namun hal ini hanya salah satu faktor dari sekian banyak faktor lainnya dalam membentuk hujan di wilayah Jawa Timur.

Gangguan Tropis

Selama Desember 2018 terdapat aktifitas siklon tropis di Selatan ekuator, di wilayah Samudera Hindia yaitu Siklon KENANGA pada 15-22 Desember 2018 dan di Selatan Papua Siklon OWEN pada 3-15 Desember 2018. Sedangkan aktifitas siklon tropis di Belahan Bumi Utara yaitu Siklon PHETHAI pada 15-17 Desember 2018.

Lokasi siklon yang cukup dekat berdampak terhadap kondisi cuaca di Indonesia bagian Barat dan Timur khususnya Sumatera dan Papua yaitu meningkatkan kecepatan angin dan tinggi gelombang di perairan. Namun secara tidak langsung membuat monsun Baratan menguat di hampir seluruh wilayah Indonesia yang menyebabkan banyak terjadi pertemuan massa udara. Di wilayah Banyuwangi kejadian hujan secara umum dipengaruhi oleh menguatnya monsun baratan yang menyebabkan pertemuan massa udara dan pertumbuhan awan hujan serta hangatnya suhu muka laut.

Gambar 8. Lintasan Siklon Tropis selama bulan Desember 2018 (sumber: MSS)

Kelembaban udara

Kelembaban udara relatif selama Desember 2018 di Jawa Timur cenderung sedikit kering dibanding dengan bulan sebelumnya. Dari peta anomali lapisan 850 mb terlihat merata di seluruh wilayah Jawa Timur dengan tidak ada anomali dari klimatologisnya, dimana hal ini berkorelasi positif dengan kejadian hujan dan sebaran pertumbuhan awan selama Desember 2018 dimana sedikit terjadi hujan di wilayah khususnya Banyuwangi dibandingkan bulan sebelumnya.

TC PHETHAI

TC KENANGA

TC OWEN

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januri 2019

6

Gambar 9. Kelembaban Udara Relatif Desember 2018 dan Anomalinya pada level 850 mb

(Sumber: CFS)

Aktivitas Cuaca

Selama bulan Desember 2018 sebagian besar wilayah Banyuwangi telah terjadi hujan dengan skala Rendah hingga Menengah. Hujan kategori Rendah (0-100 mm/bulan) terjadi di Banyuwangi kota, Dadapan, Bajulmati, Selogiri, Blambangan dan Sukonatar. Hujan kategori Menengah (100-300 mm/bulan) terjadi di Rogojampi, Bayulor, Besaran, Alasmalang, Songgon, Pesanggaran, Genteng, Jambewangi, Glenmore, Kalibaru, Kebondalem, Karangdoro dan Tegaldlimo. Hujan kategori tinggi (300-500 mm/bulan) tidak terjadi di semua wilayah Banyuwangi. Pada Desember 2018 sebagian besar wilayah di Banyuwangi memasuki Musim Hujan. Hal yang perlu diwaspadai saat musim hujan yaitu terjadinya hujan lebat terkadang disertai petir dan angin kencang, banjir dan longsor.

Kondisi Hujan Desember 2018 ini jika dibandingkan dengan kondisi normal/ rata-rata bulan Desember secara spasial hujan yang terjadi di seluruh wilayah Banyuwangi dalam kondisi sifat hujan di Bawah Normal terjadi di seluruh wilayah Banyuwangi. Hal ini merupakan salah satu dampak dari adanya aktifitas El-Nino Moderate.

Pada Januari 2019 hampir seluruh wilayah Banyuwangi telah berada pada Musim Hujan dan perlu diwaspadai dampak dari peningkatan jumlah curah hujan karena Januari/ Februari 2019 ini merupakan Puncak Musim Hujan untuk wilayah Banyuwangi.

Kondisi cuaca untuk wilayah perairan selatan Banyuwangi hal perlu diwaspadai adalah terjadinya gelombang tinggi serta tingginya kecepatan angin yang dapat mengakibatkan terjadinya bencana. Hal tersebut disebabkan oleh daerah perairan selatan merupakan lautan lepas dan saat ini tekanan udara rendah akan sering terjadi di Bumi Belahan Selatan sehingga berpengaruh terhadap naiknya kecepatan angin dan tinggi gelombang laut .

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januri 2019

7

B. Pantauan Kondisi Cuaca Bulan Desember 2018 di Kota Banyuwangi

Dari rentetan peta synoptic selama bulan Desember 2018 menunjukan bahwa wilayah kota Banyuwangi sudah memasuki Musim Hujan, hal tersebut di tandai oleh jumlah curah hujan >90 mm/ bulan. Angin pada umumnya bertiup dari arah yang bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah Tenggara, dengan kecepatan 3 – 9 knots. Kondisi cuaca cerah, berawan, dan hujan intensitas sedang hingga lebat. Angin maksimum terjadi pada 04 Desember 2018 yaitu dari arah Tenggara dengan kecepatan maximum 17 knots. Jumlah Hujan di Kota Banyuwangi dalam satu bulan sebanyak 97.6 mm (Bawah Normal). Suhu tertinggi 34.4 °C terjadi pada 16 Desember 2018, suhu terendah sebesar 23.6 ºC terjadi pada 24 Desember 2018.

Berikut adalah rekap data meteorologi yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Banyuwangi pada bulan Desember 2018, di mana pada tabel ini ditampilkan parameter hasil observasi yang merupakan hasil pengamatan di lapangan dan data normal/ rata- rata yang merupakan keadaan normal pada bulan yang bersangkutan.

Tabel 1. Rekap Data Meteorologi Stasiun Meteorologi Banyuwangi Desember 2018

NO PARAMETER HASIL OBSERVASI DESEMBER 2018

NORMAL DESEMBER (1981-2010)

1 Temperatur rata-rata 29.2 ⁰C 27.3 ⁰C

2 Temperatur maksimum 32.4 ⁰C 34.2 ⁰C

3 Temperatur minimum 25.1 ⁰C 22.2 ⁰C

4 Temp. maks. absolut 34.4 ⁰C 36.4 ⁰C

5 Temp. min. absolut 23.6 ⁰C 20.0 ⁰C

6 Tekanan udara rata-rata * 1009.3 mb 1008.6 mb

7 Kecepatan angin rata-rata 3.2 knots 2.6 knots

8 Arah angin terbanyak Barat Daya Selatan

9 Kelembaban rata-rata 74 % 78 %

10 Curah hujan 97.6 mm 183 mm

11 Jumlah hari hujan 16 hari hujan 18 hari hujan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januri 2019

8

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januri 2019

9

Gambar 10. Grafik parameter cuaca dan mawar angin di kota Banyuwangi hasil observasi Desember 2018 (Sumber: BMKG)

Penguapan yang terjadi selama Desember 2018 mencapai 152.1 mm dengan rata-rata harian 4.9 mm, penguapan tertinggi 8.2 mm terjadi pada 02 Desember 2018.

Penyinaran matahari rata-rata Oktober 2018 ra ta - ra ta 47 %. Peny ina ran Ma taha r i te r t ingg i mencapai 100 % tidak terjadi.

Tekanan udara (QFF) r a t a - r a t a 1 0 0 9 . 3 m b , tertinggi 1011.7 mb pada 19 Desember 2018 dan terendah 1005.8 mb pada 28 Desember 2018.

Rata-rata kelembaban udara relative (RH) Oktober 2018 adalah 7 4 % dengan RH tertinggi 92 % pada 24 Desember 2018, dan RH terendah 62 % pada 28 Desember 2018.

Dari gambar mawar angin (windrose) terlihat arah angin bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah Barat Daya , kecepatan angin 3 - 8 knots sebesar 52.4 %. Kecepatan angin tertinggi 17 knots dari arah Tenggara.

C. Evaluasi Kondisi Cuaca Bandara Banyuwangi.

Bandar Udara Banyuwangi (IATA: BWX, ICAO: WADY) terletak di Desa

Blimbingsari, Kec. Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur pada

koordinat 8°18′38.16″ LS 114°20′24.64″ BT dengan elevasi 25.66 meter (84.19 feet). Bandara dengan landas pacu saat ini 2.250 meter tersebut dibuka pada 29 Januari 2010. Hingga Desember 2018 terdapat tiga maskapai penerbangan komersial yaitu Garuda Indonesia, Wings Air, NAM Air (Sriwijaya Group) dan yang terbaru adalah Citilink (Garuda Indonesia Group). Selain itu juga terdapat 3 sekolah penerbangan yaitu Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Banyuwangi (BP3B), Bali International Flight Academy (BIFA), dan Nusa Flying.

Kondisi parameter cuaca selama Desember 2018 di Bandara Banyuwangi dari data

hasil pengamatan BMKG pos meteorologi penerbangan bandara Banyuwangi dengan durasi

pengamatan 24 jam (00.00 – 23.00 UTC) adalah sebagai berikut :

Wilayah Bandara Banyuwangi pada bulan Desember 2018 normalnya berada pada masa

musim hujan. Pada Desember 2018 di Bandara Banyuwangi jumlah hujan 338,6 mm / bulan

yang tertakar dan untuk bulan Desember 2018 berada pada masa musim hujan.

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januri 2019

10

Curah hujan tertinggi di bulan Desember sebesar 15,2 mm pada tanggal 24 Desember

2018. Kelembaban udara relatif rata-rata 81 %. RH tertinggi 96 % tanggal 24 Desember 2018,

terendah 67 % tanggal 28 D e sem be r 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata 1010.6 mb,

tertinggi 1012.9 mb dan terendah 1006.6 mb. Suhu rata–rata 27.9 °C dengan suhu

maksimum absolut 34.5 °C terjadi pada 29 Desember 2018, suhu minimum absolut 22.3 °C

pada 01 Desember 2018. Arah angin bervariasi, kecepatan angin 3 – 18 knots. Angin dominan

bertiup dari arah Selatan dan Barat. Mayoritas kecepatan angin mencapai 55.5 % berkisar

antara 3 – 8 knots. Kecepatan angin tertinggi 18 knots, terjadi pada 29 Desember 2018 dari

arah Barat.

Gambar 11. Grafik parameter cuaca hasil observasi Desember

2018 di Banyuwangi Airport (Sumber: BMKG)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januri 2019

11

D. Evaluasi Kondisi Cuaca Penyeberangan Selat Bali Berdasarkan pantauan data AWS maritim di pelabuhan penyeberangan Ketapang

Banyuwangi, menunjukkan selama bulan Desember 2018 angin dominan dari arah Selatan - Baratdaya dengan kecepatan angin bervariasi 0 – 18 knots. Suhu berkisar antara 23.6 – 31.0°C, Kelembaban Udara Relatif 62 – 100 %, dan tekanan udara berkisar 1003.8 – 1012.7 mb. Kondisi cuaca dominan Berawan. Berikut grafik parameter cuaca selat Bali :

Gambar 12. Grafik Parameter Cuaca Penyeberangan Selat Bali (Sumber : AWS BMKG)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januri 2019

12

E. Analisa Hujan Desember 2018 daerah Banyuwangi Berdasarkan data curah hujan bulan Desember 2018 dari stasiun BMKG dan pos-pos

hujan kerjasama di Banyuwangi dapat disajikan evaluasinya sebagai berikut :

Jumlah Curah hujan tertinggi 291 mm/bulan terjadi di Kalibaru dengan 11 hari hujan dengan sifat hujan Bawah Normal. Sementara curah hujan terendah 20 mm/bulan dengan 4 hari hujan terjadi di Blambangan.

Gambar 13. Peta Distribusi Curah Hujan Desember 2018

dan Sifat Hujan Desember 2018 di Banyuwangi (Sumber:BMKG)

Dari peta terlihat bahwa secara spasial mayoritas wilayah Banyuwangi pada Desember 2018 telah menerima hujan termasuk kategori bervariasi yaitu Rendah, Menengah. Jumlah curah hujan yang terjadi di seluruh wilayah Banyuwangi pada Desember 2018 berkisar antara 20 mm/bulan (Blambangan) – 291 mm/bulan (Kalibaru). Kondisi hujan yang terjadi pada Desember 2018 umumnya bersifat Bawah Normal dan terjadi di seluruh wilayah Banyuwangi. Hal ini menunjukan bahwa jumlah hujan di banyuwangi pada Desember 2018 kurang bila dibandingkan dengan kondisi normalnya.

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januri 2019

13

F. Monitoring Hari tanpa Hujan Berturut-turut

Gambar 14. Peta Monitoring Hari Tanpa Hujan berturut-turut Desember 2018 di Banyuwangi

(Sumber: BMKG Banyuwangi)

Dari peta terlihat bahwa secara spasial seluruh wilayah Banyuwangi pada Desember 2018 telah terjadi hujan. Berdasarkan hasil monitoring hari tanpa hujan pada Desember 2018 masuk dalam klasifikasi sangat pendek - pendek. Jumlah hujannya pun bervariasi dari kategori rendah hingga menengah. Jumlah hujan rendah terjadi di Balambangan, sedangkan jumlah hujan tertinggi terjadi di Kalibaru. Untuk bulan Januari 2019 dapat disimpulkan bahwa potensi terjadinya kekeringan Ekstrim sangat rendah. Terkait dengan Tingkat ketersediaan air tanah pada Januari 2019 di wilayah Banyuwangi masih Cukup.

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januri 2019

14

II. PROSPEK CUACA BULAN JANUARI 2019

A. Prediksi Dinamika Atmosfer Januari 2019

Monitoring perkembangan ENSO dari BMKG menunjukkan bahwa periode El Nino

Moderat masih berlangsung pada Januari 2019 dan diprediksi melemah pada Februari hingga Juni 2019, sehingga tidak ada suplai massa udara dari Samudera Pasifik ke wilayah Indonesia. Sementara itu Dipole Mode Indeks (DMI) yang terpantau Netral pada Desember 2018, diprediksi akan tetap netral hingga Juni 2019, mengindikasikan tidak adanya penambahan massa uap air dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia bagian Barat maupun sebaliknya.

Suhu muka laut (Sea Surface Temperature/ SST) perairan Indonesia dan sekitarnya pada Januari 2019 didominasi anomali positif (hangat), kecuali di wilayah perairan Maluku hingga Papua bagian Utara yang cenderung netral. Kondisi suhu muka laut yang hangat ini diprediksi akan tetap bertahan hingga Februari 2019. Wilayah Samudera Hindia dan Nino 3.4 Samudera Pasifik Tengah pada kondisi anomali positif (hangat). Pola kondisi El Nino akan masih berlangsung pada Januari 2019 dan diprediksi melemah hingga Juni 2019.

Madden Jullian Oscillation pada akhir bulan Desember 2018 sempat aktif di Benua Maritim Indonesia (BMI), dan diprediksi tidak aktif pada Januari 2019. Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR pada Januari 2019 wilayah Sumatera bagian Selatan, Kalimantan bagian Selatan, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi bagian Selatan dan Papua cenderung terjadi pertumbuhan awan konvektif.

Pada skala regional secara normal pola tekanan udara rendah selama bulan Januari 2019 akan sering muncul di Belahan Bumi Selatan (BBS). Seiring pergerakan semu matahari memasuki bulan Januari 2019 potensi terjadinya gangguan tropis di BBS akan meningkat yang tentunya akan membuat monsun baratan menguat dan akan berdampak terhadap peningkatan curah hujan di berbagai wilayah.

Melihat perkembangan dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kondisi cuaca iklim di Jawa Timur dan Banyuwangi khususnya, dapat disimpulkan bahwa wilayah Banyuwangi pada bulan Januari 2019 berada pada musim hujan. Tetap perlu kewaspadaan menghadapi potensi terjadinya cuaca ekstrim khususnya menjelang puncak musim hujan pada Januari dan Februari nanti terutama hujan lebat disertai angin kencang dan petir. Untuk prakiraan curah hujan bulanan, sebagai dampak pola monsun baratan yang menguat maka diprediksi akumulasi curah hujan bulan Januari 2019 sebagian wilayah diprediksi curah hujannya berada pada kondisi normalnya, dan sebagian wilayah lainnya berada diatas kondisi rata-rata / normalnya.

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januri 2019

15

Gambar 15. Prediksi ENSO dan anomali Suhu Permukaan Laut (Sumber : BMKG, NCEP - NOAA)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januri 2019

16

B. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Banyuwangi bulan Januari 2019 Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan pantauan kondisi fisis dan dinamis atmosfer

di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya serta kondisi lokal masing-masing wilayah terutama topografi daerah Jawa Timur, maka curah hujan daerah Banyuwangi untuk bulan Januari 2019 diprakirakan sebagai berikut :

Curah Hujan wilayah Banyuwangi berkisar 200 mm hingga >500 mm

Sifat Hujan wilayah Banyuwangi dominan Atas Normal

Gambar 16. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Januari 2019 Banyuwangi

(Sumber Data: BMKG Staklim Malang)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januri 2019

17

C. Prakiraan Potensi Banjir Januari 2019 Berikut adalah peta prakiraan potensi Banjir bulan Januari 2019. Dari peta terlihat

wilayah di Banyuwangi potensi banjir diprediksi masuk kategori rendah. Memasuki bulan Januari 2019 wilayah Banyuwangi memasuki periode puncak musim hujan.

Gambar 17. Prakiraan Daerah Potensi Banjir Januari 2019 (Sumber:BMKG)

III. INFORMASI TERBIT-TERBENAM MATAHARI JANUARI 2019

Berikut adalah data terbit terbenamnya matahari, selama bulan Januari 2019 di wilayah Kota Banyuwangi :

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januri 2019

18

IV. KEJADIAN GEMPABUMI DIRASAKAN SIGNIFIKAN DI WILAYAH BANYUWANGI

Gambar 18. Kejadian Gempabumi yang signifikan di Banyuwangi (Sumber:BMKG)

Kejadian Gempa Bumi yang signifikan dan dirasakan sampai di wilayah Banyuwangi selama Desember 2018 tidak ada kejadian gempa bumi yang signifikan/ NIHIL.

V. KEJADIAN CUACA EKSTRIM DESEMBER 2018

Cuaca / Iklim Ekstrim adalah suatu kondisi meteorologi yang menyimpang dari nilai rata-ratanya atau menyimpang terhadap nilai batas ambang meteorologi di wilayah tersebut. Dampak pemanasan global yang berlanjut pada perubahan iklim diyakini sebagai salah satu pemicu munculnya cuaca/iklim ekstrim baik dari tingkat keseringan, cakupan luas wilayah maupun nilainya, dimana cuaca/iklim ekstrim tersebut berpotensi menimbulkan bencana dan kerugian bahkan korban jiwa.

Tabel 2. Cuaca/ Iklim Ekstrim Bulan Desember 2018 Banyuwangi

KRITERIA KETERANGAN

Angin dengan kecepatan > 45 Km/jam -

Suhu udara > 35˚ C -

Suhu udara < 15˚ C -

Kelembaban udara < 30 % -

Curah Hujan >100 mm / hari Terjadi di Besaran 123 mm/ hari, Jatirono 137 mm/ hari, dan Kalibaru 106 mm/ hari.

Tanah Longsor -

Banjir Bandang -

Waterspout -

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januri 2019

19

DAFTAR ISTILAH INFORMASI CUACA, IKLIM DAN GEMPABUMI

ENSO adalah singkatan dari El-Nino Southern Oscillation. Secara umum para ahli membagi ENSO menjadi ENSO hangat (El-Nino) dan ENSO dingin (La-Nina). Kondisi tanpa kejadian ENSO biasanya disebut sebagai kondisi normal. Referensi penggunaan kata hangat dan dingin adalah berdasarkan pada nilai anomali suhu permukaan laut (SPL) di daerah NINO di Samudera Pasifik dekat ekuator bagian tengah dan timur. Pada saat fenomena El Nino berlangsung, kondisi atmosfer di wilayah Indonesia cenderung kering, sehingga potensi kondisi curah hujannya berkurang atau lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata normalnya. Kondisi sebaliknya terjadi ketika fenomena La Nina berlangsung, dimana atmosfer wilayah Indonesia umumnya akan cenderung basah, sehingga bisa berpotensi menyebabkan intensitas curah hujan yang lebih banyak dibanding rata-rata normalnya.

Dipole Mode merupakan fenomena interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia yang

dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan sebelah barat Sumatera. Perbedaan nilai anomali suhu muka laut tersebut selanjutnya dikenal sebagai Dipole Mode Indeks (DMI), dimana DMI positif berdampak berkurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, DMI negatif berdampak meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat.

Asian Cold Surge atau seruakan dingin Asia digunakan untuk menggambarkan

penjalaran massa udara dari Asia akibat adanya tekanan tinggi di daerah tersebut dan menjalar ke arah selatan menuju ekuator dengan membawa massa udara dingin. Indeks yang digunakan untuk identifikasi aktivitas cold surge adalah dengan menghitung indeks monsun yaitu selisih nilai tekanan antara Titik 115° BT/ 30° LU (didekati dengan data dari stasiun Wuhan di daratan China) dengan tekanan di Hongkong (116° BT/ 22° LU). Threshold value yang digunakan untuk indeks monsun dari gradient tekanan adalah ≥10 mb sebagai indikator adanya cold surge.

MJO singkatan dari Madden Jullian Oscillation adalah suatu istilah yang digunakan untuk

menggambarkan fluktuasi antar musiman yang terjadi di sekitar wilayah tropis. Keberadaan MJO ditandai dengan adanya penjalaran pada arah timuran di wilayah tropis dimana terjadinya penambahan intensitas curah hujan pada daerah tersebut, terutama di atas Samudera Hindia dan Pasifik. Anomali curah hujan seringkali merupakan indikator pertama dalam mengindikasikan kejadian MJO, dimana pada mulanya intensitas curah hujan tinggi terjadi di Samudera Hindia dan kemudian menjalar ke arah timur melewati wilayah Indonesia menuju Samudera Pasifik barat dan tengah panjang siklus MJO diperkirakan sekitar 30-60 harian. Penemu dari fenomena MJO ini adalah Madden dan Jullian.

OLR singkatan dari Outgoing Longwave Radiation adalah istilah yang digunakan untuk

menyatakan intensitas atau banyaknya radiasi gelombang panjang dari bumi ke atmosfer. Anomali OLR yang bernilai negatif menunjukkan jumlah radiasi yang terukur di atmosfer sangat sedikit karena terhalang oleh intensitas perawanan yang cukup tinggi di atmosfer. Sedangkan anomali OLR positif menunjukkan jumlah radiasi dari bumi yang cukup banyak karena tidak terhalang oleh kondisi perawanan di atmosfer. Satuan OLR adalah weber/m-2.

Monsun adalah sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah secara periodik setiap

setengah tahun sekali. Sirkulasi angin Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia. Pola angin timuran/tenggara terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Australia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia.

Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (ITCZ/ Inter Tropical Convergence Zone)

merupakan daerah tekanan udara rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi semu matahari ke arah utara dan selatan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januri 2019

20

khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan.

Curah Hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan

pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap dan tidak mengalir. Unsur hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air hujan setinggi satu milimeter atau tertampung air hujan sebanyak satu liter.

Zona Musim (ZOM) adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan

yang jelas antara periode musim kemarau dan periode musim hujan. Wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas daerah administrasi pemerintahan. Dengan demikian satu kabupaten/ kota dapat saja terdiri dari beberapa ZOM dan sebaliknya satu ZOM dapat terdiri dari beberapa kabupaten.

Dasarian adalah rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari. Dalam satu bulan dibagi

menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu : a. Dasarian I : tanggal 1 sampai dengan 10 b. Dasarian II : tanggal 11 sampai dengan 20 c. Dasarian III : tanggal 21 sampai dengan akhir bulan

Sifat Hujan adalah perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang

ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1971 - 2000). Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :

a. Atas Normal (AN), jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya b. Normal (N), jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-ratanya c. Bawah Normal (BN), jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-

ratanya Gempa adalah getaran bumi yang terjadi sebagai akibat penjalaran gelombang

seimik/gempa yang terpancar dari sumbernya/sumber energi elastik

Gempa Tektonik adalah gempabumi yang disebabkan oleh adanya pergeseran atau pergerakan lempeng bumi

Magnitude adalah parameter gempa yang berhubungan dengan besarnya kekuatan

gempa di sumbernya. Ada beberapa jenis magnitude, yaitu: magnitude lokal (ML), magnitude gelombang permukaan (Ms), magnitude gelombang badan (mb), magnitude momen (Mw), magnitude durasi (Md).

Intensitas gempa adalah besaran yang dipakai untuk mengukur suatu gempa

berdasarkan tingkat kerusakan dan reaksi manusia yang disebabkan oleh gempa tersebut.

Skala Richter Suatu ukuran obyektif kekuatan gempa dikaitkan dengan magnitudenya, dikemukan oleh Richter (1930).

Skala MMI (Modified Mercally Intensity) adalah suatu ukuran subyektif kekuatan gempa

dikaitkan dengan intensitasnya

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januri 2019

21

Tabel Skala Intensitas Gempabumi BMKG dalam MMI

---ABCD : Act Beyond your Common Duties---