buletin informasi cuaca iklim dan gempabumt edisi mei 2016 mar 2019.pdf · sirkulasi monsun asia...

21
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2019 1 I. EVALUASI KONDISI CUACA BULAN FEBRUARI 2019 A. Monitoring Dinamika Atmosfer Februari 2019 Kondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk pola serta variabilitas cuaca - iklim di Banyuwangi. Berikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Februari 2019: El Nino Southern Oscillation (ENSO) Selama Februari 2019, anomali suhu muka laut wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah (Nino 3.4) cenderung menghangat dari kondisi bulan sebelumnya. Anomali suhu muka laut mingguan terakhir tercatat +0.80°C dan nilai bulanan Februari 2019 adalah +0.6 sehingga termasuk kategori El Nino lemah. Hal lainnya juga terlihat dari anomali angin pasat serta temperatur subsurface / bawah laut Pasifik dimana menunjukkan kondisi hangat khas El Nino. Dan nilai SOI (Southern Oscillation Index) pada Februari tercatat -13.5 yang menunjukkan kondisi EL Nino. Dengan kecenderungan suhu muka laut Nino 3.4 yang masih hangat diprediksi kondisi El Nino Lemah berlangsung pada Maret hingga Agustus 2019. Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar Pasifik Ekuatorial sampai akhir Februari 2019 (Sumber : BoM)

Upload: trinhdan

Post on 10-Jun-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2019

1

I. EVALUASI KONDISI CUACA BULAN FEBRUARI 2019 A. Monitoring Dinamika Atmosfer Februari 2019

Kondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk pola serta variabilitas cuaca - iklim di Banyuwangi. Berikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Februari 2019:

El Nino Southern Oscillation (ENSO)

Selama Februari 2019, anomali suhu muka laut wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah (Nino 3.4) cenderung menghangat dari kondisi bulan sebelumnya. Anomali suhu muka laut mingguan terakhir tercatat +0.80°C dan nilai bulanan Februari 2019 adalah +0.6 sehingga termasuk kategori El Nino lemah. Hal lainnya juga terlihat dari anomali angin pasat serta temperatur subsurface / bawah laut Pasifik dimana menunjukkan kondisi hangat khas El Nino. Dan nilai SOI (Southern Oscillation Index) pada Februari tercatat -13.5 yang menunjukkan kondisi EL Nino. Dengan kecenderungan suhu muka laut Nino 3.4 yang masih hangat diprediksi kondisi El Nino Lemah berlangsung pada Maret hingga Agustus 2019.

Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar

Pasifik Ekuatorial sampai akhir Februari 2019 (Sumber : BoM)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2019

2

Dipole Mode

Dipole Mode Indeks (DMI) di Samudera Hindia selama bulan Februari 2019

menunjukkan nilai yang menurun pada kisaran Kuat Negatif. Indeks minggu terakhir Februari 2019 tercatat -0.48, hal ini menunjukkan adanya kontribusi penambahan massa udara dari Samudera Hindia ke sebagian wilayah Indonesia bagian barat. Kondisi DMI Kuat Negatif ini diprediksi bertahan pada Maret 2019 dan kembali Netral pada April hingga Agustus 2019.

Gambar 2. Indeks Dipole Mode hingga akhir Februari 2019 (Sumber : BoM)

Madden-Jullan Oscillation (MJO) dan Outgoing Longwave Radiation (OLR)

Posisi aktifitas MJO tidak aktif selama bulan Februari 2019 di Benua Maritim Indonesia (BMI), yang tentunya kurang berkontribusi pada kondisi liputan awan di wilayah Benua Maritim Indonesia bagian barat. Dari anomali OLR wilayah Indonesia, terlihat warna kuning hingga coklat tua mendominasi di hampir semua wilayah Indonesia, namun sebagian wilayah ekuator cenderung sedikit warna putih. Hal ini menunjukkan wilayah Nusa Tenggara, Jawa, Kalimantan bagian Utara, Sumatera bagian Utara, Sulawesi bagian Utara cenderung lebih kering terkait berkurangnya daerah liputan awan pada Februari 2019 dan khusus wilayah Banyuwangi menunjukkan dominan Positif (kering).

Gambar 3. Siklus posisi MJO dan anomali OLR selama Februari 2019, Warna biru tua adalah OLR negatif, warna coklat tua adalah OLR positif (Sumber : BoM & NOAA)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2019

3

Sirkulasi Monsun Asia – Australia

Pada Februari 2019, normalnya seluruh wilayah Indonesia didominasi monsun Baratan akibat tumbuhnya daerah tekanan rendah di selatan ekuator. Namun berkurangnya daerah tekanan rendah di Barat Daya Australia menyebabkan sebagian aliran massa udara didominasi timuran. Kondisi yang diprediksi saat awal bulan Maret 2019 dimana monsun baratan kembali menguat dan berdampak pada masih tingginya peluang kejadian hujan. Prediksi indeks AUSMI menunjukkan trend melemah artinya timuran melemah dan Baratan menguat yang menyebabkan bertambahnya pembentukan awan hujan. Dengan menguatnya angin Baratan di sebagian besar wilayah Indonesia dan banyaknya pertemuan angin dapat mendukung pembentukan awan hujan, serta perlu diwaspadai terhadap kejadian angin kencang dan petir pada kondisi ini.

Gambar 4. Grafik indeks Monsun Australia harian yang dihitung dari data angin zonal arah barat-timur (komponen U) pada lapisan 850 mb (sumber: IPRC), dan normal streamline angin gradien

Februari (sumber: NOAA)

Gambar 5. Anomali angin zonal dan meridional Februari 2019 lapisan 850 mb

(sumber: ESRL NOAA)

Pola aliran massa udara komponen zonal (timur – barat) di seluruh wilayah Jawa Timur selama Februari 2019 kondisinya terjadi anomali negatif yang mengindikasikan adanya dominasi massa udara dari timur. Untuk komponen meridional (Utara – Selatan) di sebagian besar Jawa Timur khususnya Banyuwangi tidak terjadi anomali atau netral yang artinya tidak adanya dominasi massa udara dari Selatan ataupun Utara. Kondisi tersebut juga turut berperan dalam variabilitas hujan di Jawa Timur selama Februari 2019.

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2019

4

Suhu muka laut perairan Indonesia

Kondisi anomali suhu muka laut di perairan Indonesia pada Februari 2019 berkisar antara -1.0 hingga +1.0º C, namun mayoritas wilayah perairan relatif normal (tidak ada

anomali). termasuk perairan sekitar Jawa sehingga kondisinya sama dengan kondisi normalnya. Namun secara harian kondisi suhu muka laut cenderung hangat di sekitar perairan Jawa bagian Selatan. Dengan suhu muka laut kisaran 28 – 31 °C di wilayah perairan Jawa, menunjukkan potensi penguapan cukup tinggi dalam pembentukan awan. Hangatnya suhu perairan menjadi salah satu faktor dalam membentuk hujan selama Februari 2019, ditambah faktor lainnya.

Gambar 6. Suhu Muka Laut Perairan Indonesia dan Anomalinya bulan Februari 2019 (sumber: NOAA)

Seruakan Dingin Asia (Cold Surge)

Analisis kejadian fenomena seruakan dingin (cold surge) dari Asia yang di identifikasikan dari nilai gradien atau perbedaan tekanan antara Gushi-Hongkong disajikan pada grafik di bawah ini. Aktifitas aliran massa udara dingin dari Asia ini bisa dilihat dari seberapa besar nilai indeksnya. Ketika nilai indeksnya ≥10 mb, dan suhu di Hongkong turun 5ºC maka massa udara dingin dari Asia berpeluang mempengaruhi kondisi cuaca di sekitar wilayah Indonesia selatan ekuator dengan asumsi tidak adanya gangguan tropis di sekitar Laut Cina Selatan (LCS) yang cukup kuat menghambat proses cross equatorial flow. Hal ini dapat dilihat dari peta analisa garis arus angin / streamline.

Gambar 7. Grafik indeks seruakan dingin (Selisih Tekanan Udara Gushi–Hongkong) dan peta streamline

(Sumber data; Ogimet.com dan BMKG)

Indikasi kejadian seruakan dingin dengan indeks ≥10 mb terjadi pada awal dasarian

pertama, dasarian kedua dan dasarian ketiga bulan Februari 2019. Di Hongkong terjadi

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2019

5

penurunan suhu hingga 5ºC. Dilihat dari peta arus angin terlihat angin dari Laut China Selatan masuk hingga ke Selatan Ekuator sehingga seruakan dingin Asia telah terjadi.

Kondisi ini memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap kondisi cuaca di Jawa. Apabila diasumsikan penjalaran massa udara dingin dari Asia membutuhkan waktu sekitar 2-3 hari untuk sampai ke wilayah tengah Indonesia di selatan ekuator, maka efek dari seruakan dingin tersebut juga diasumsikan bisa dirasakan di wilayah Jawa Timur sekitar 2-3 hari berikutnya dari kejadian indeks ≥10 mb. Bahwa pada tanggal 08 dan 10 Februari 2019 curah hujan di Banyuwangi meningkat. Namun hal ini hanya salah satu faktor dari sekian banyak faktor lainnya dalam membentuk hujan di wilayah Jawa Timur.

Gangguan Tropis

Selama Februari 2019 terdapat aktifitas siklon tropis di Selatan ekuator di wilayah Timur laut Australia yaitu Siklon OMA pada 12-22 Februari 2019. Sedangkan aktifitas siklon tropis di Utara ekuator yaitu Siklon WUTIP pada 19-28 Februari 2019. Lokasi siklon yang cukup jauh kurang berdampak terhadap kondisi cuaca di Indonesia khususnya wilayah Banyuwangi. Namun secara tidak langsung berkurangnya daerah tekanan rendah di Barat daya Australia menyebabkan pola angin di Indonesia bagian Barat didominasi dari timuran yang bergerak menuju tekanan rendah di bagian Barat Samudera Hindia. Di wilayah Banyuwangi kejadian hujan secara umum dipengaruhi oleh menguatnya monsun baratan yang menyebabkan pertemuan massa udara dan pertumbuhan awan hujan serta hangatnya suhu muka laut.

Gambar 8. Lintasan Siklon Tropis selama bulan Februari 2019 (sumber: MSS)

Kelembaban udara

Kelembaban udara relatif selama Februari 2019 di Jawa Timur umumnya basah dengan rata-rata kisaran 72 – 85 %. Dari peta anomali terlihat merata di seluruh wilayah Jawa Timur dengan anomali positif 2 – 7 % dari rata-ratanya, dimana hal ini berkorelasi positif dengan kejadian hujan dan sebaran pertumbuhan awan selama Februari 2019 yaitu masih tingginya kejadian hujan di wilayah Jawa Timur khususnya Banyuwangi.

TC OMA

TC WUTIP

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2019

6

Gambar 9. Kelembaban Udara Relatif Februari 2019 dan Anomalinya pada level 850 mb

(Sumber: ESRL NOAA)

Aktivitas Cuaca

Selama bulan Februari 2019 sebagian besar wilayah Banyuwangi telah terjadi hujan dengan kategori Rendah hingga Menengah. Hujan kategori Rendah (0-100 mm/bulan) terjadi di Banyuwangi kota, Kebondalem, Jambewangi, Blambangan dan Pesanggaran. Hujan kategori Menengah (100-300 mm/bulan) terjadi di Licin, Jambu, Kalibaru, Dadapan, Rogojampi, Alasmalang, Bayulor, Genteng, Glenmore, Songgon, Sukonatar, Tegaldlimo , Purwoharjo, Karangdoro, Kalibaru, Bajulmati dan Selogiri. Pada Februari 2019 sebagian besar wilayah Banyuwangi masih berada pada masa Musim Hujan hingga Maret 2019 wilayah Banyuwangi diprediksi masih bearada pada Musim Hujan. Hal yang perlu diwaspadai saat musim hujan yaitu terjadinya hujan lebat terkadang disertai petir dan angin kencang, banjir (akibat luapan sungai, genangan) dan longsor (daerah dataran tinggi).

Kondisi hujan pada Februari 2019 ini jika dibandingkan dengan kondisi normal/ rata-rata bulan Februari secara spasial hujan yang terjadi di wilayah Banyuwangi dalam kondisi sifat hujan Bawah Normal, Normal dan Atas Normal. Sifat hujan Bawah Normal terjadi di sebagian besar wilayah Banyuwangi diantaranya Kalipuro, Giri, Licin, Banyuwangi Kota, Glagah, Songgon, Kalibaru, Glenmore, Sempu, Kabat, Singojuruh, Genteng, Siliragung, Pesanggaran, Bangorejo, Purwoharjo dan Tegaldlimo. Untuk sifat hujan Atas Normal hanya terjadi di sebagian daerah Wongsorejo dan Srono.

Kondisi cuaca untuk wilayah perairan selatan Banyuwangi pada Februari hingga Maret 2019 cuaca cenderung berawan dan hujan. Hal perlu diwaspadai adalah terjadinya gelombang tinggi serta tingginya kecepatan angin yang dapat mengakibatkan terjadinya bencana. Hal tersebut disebabkan karena daerah perairan selatan merupakan lautan lepas dan dampak dari tekanan udara rendah yang masih sering terjadi di Bumi Belahan Selatan.

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2019

7

B. Pantauan Kondisi Cuaca Bulan Februari 2019 di Kota Banyuwangi

Dari rentetan peta synoptic selama bulan Februari 2019 menunjukan bahwa wilayah kota Banyuwangi masih memasuki Musim Hujan, hal tersebut di tandai oleh jumlah curah hujan ≥ 81.9 mm/ bulan. Angin pada umumnya bertiup dari arah yang bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah Timur Laut, dengan kecepatan 3 – 9 knots. Kondisi cuaca cerah, berawan, dan hujan intensitas bervariasi dari ringan (2-20 mm/hari), sedang (20-50 mm/hari) hingga lebat (50-100 mm/hari). Angin maksimum terjadi pada 21 Februari 2019 yaitu dari arah Timur Laut dengan kecepatan maximum 19 knots. Jumlah Hujan di Kota Banyuwangi dalam satu bulan sebanyak 81.9 mm (Bawah Normal). Suhu tertinggi 34.6 °C terjadi pada 28 Februari 2019, suhu terendah sebesar 21.3 ºC terjadi pada 16 Februari 2019.

Berikut adalah rekap data meteorologi yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Banyuwangi pada bulan F e b r u a r i 2 0 1 9 , di mana pada tabel ini ditampilkan parameter hasil observasi yang merupakan hasil pengamatan di lapangan dan data normal/ rata- rata yang merupakan keadaan normal pada bulan yang bersangkutan.

Tabel 1. Rekap Data Meteorologi Stasiun Meteorologi Banyuwangi Februari 2019

NO PARAMETER HASIL OBSERVASI

FEBRUARI 2019 NORMAL FEBRUARI

(1981-2010)

1 Temperatur rata-rata 28.4 ⁰C 26.8 ⁰C

2 Temperatur maksimum 32.6 ⁰C 33.4 ⁰C

3 Temperatur minimum 24.5 ⁰C 22.2 ⁰C

4 Temp. maks. absolut 34.6 ⁰C 35.0 ⁰C

5 Temp. min. absolut 21.3 ⁰C 20.5 ⁰C

6 Tekanan udara rata-rata * 1011.3 mb 1008.3 mb

7 Kecepatan angin rata-rata 3.8 knots 2.3 knots

8 Arah angin terbanyak Timur Laut Selatan

9 Kelembaban rata-rata 76 % 81 %

10 Curah hujan 81.9 mm 230 mm

11 Jumlah hari hujan 17 hari hujan 20 hari hujan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2019

8

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2019

9

Gambar 10. Grafik parameter cuaca dan mawar angin di kota Banyuwangi hasil observasi Februari 2019 (Sumber: BMKG)

Penguapan yang terjadi selama Februari 2019 mencapai 153.2 mm dengan rata-rata harian 4.9 mm, penguapan tertinggi 10.0 mm terjadi pada 21 Februari 2019.

Penyinaran matahari rata-rata Februari 2019 ada lah 53 %. Peny ina ran Ma taha r i te r t ingg i mencapai 100 % terjadi pada akhir dasarian pertama dan akhir dasarian ketiga.

Tekanan udara (QFF) r a t a - r a t a 1 0 0 9 . 4 m b , tertinggi 1013.3 mb pada 05 Februari 2019 dan terendah 1006.8 mb pada 22 Februari 2019.

Rata-rata kelembaban udara relative (RH) Februari 2019 adalah 8 0 % dengan RH tertinggi 94% pada 06 Februari 2019, dan RH terendah 68% pada 15 Februari 2019.

Dari gambar mawar angin (windrose) terlihat arah angin bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah Timur Laut , kecepatan angin 3 - 8 knots sebesar 58.2 %. Kecepatan angin tertinggi 17 knots dari arah Barat.

C. Evaluasi Kondisi Cuaca Bandara Banyuwangi.

Bandar Udara Banyuwangi (IATA: BWX, ICAO: WADY) terletak di Desa

Blimbingsari, Kec. Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur pada

koordinat 8°18′38.16″ LS 114°20′24.64″ BT dengan elevasi 25.66 meter (84.19 feet). Bandara dengan landas pacu saat ini 2.250 meter tersebut dibuka pada 29 Maret 2010. Hingga Februari 2019 terdapat tiga maskapai penerbangan komersial yaitu Garuda Indonesia, Wings Air, NAM Air (Sriwijaya Group) dan yang terbaru adalah Citilink (Garuda Indonesia Group). Selain itu juga terdapat 3 sekolah penerbangan yaitu Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Banyuwangi (BP3B), Bali International Flight Academy (BIFA), dan Nusa Flying.

Kondisi parameter cuaca selama Februari 2019 di Bandara Banyuwangi dari data hasil

pengamatan BMKG pos meteorologi penerbangan bandara Banyuwangi dengan durasi

pengamatan 24 jam (00.00 – 23.00 UTC) adalah sebagai berikut :

Wilayah Bandara Banyuwangi pada bulan Februari 2019 normalnya berada pada masa musim

hujan. Pada Februari 2019 di Bandara Banyuwangi jumlah hujan 76.7 mm / bulan yang

tertakar dan untuk bulan Februari 2019 berada pada masa musim hujan.

Curah hujan tertinggi yang terjadi pada Februari 2019 sebesar 23.2 mm pada tanggal

02 Februari 2019. Kelembaban udara relatif rata-rata 84 %. RH tertinggi 94 % tanggal 04

Februari 2019, terendah 75 % tanggal 25 F eb ru a r i 2019. Tekanan udara (QNH) rata-rata

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2019

10

1012.3 mb, tertinggi 1014.8 mb dan terendah 1009.8 mb. Suhu rata–rata 27.6 °C dengan

suhu maksimum absolut 32.4 °C terjadi pada 21 Februari 2019, suhu minimum absolut 22.3 °C

pada 06 Februari 2019. Arah angin bervariasi, kecepatan angin 2 – 23 knots. Angin dominan

bertiup dari arah Barat. Mayoritas kecepatan angin mencapai 60 % berkisar antara 3 – 8

knots. Kecepatan angin tertinggi 17 knots, terjadi pada 01 Februari 2019 dari arah Barat.

Gambar 11. Grafik parameter cuaca hasil observasi Februari 2019

di Banyuwangi Airport (Sumber: BMKG)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2019

11

D. Evaluasi Kondisi Cuaca Penyeberangan Selat Bali Berdasarkan pantauan data AWS maritim di pelabuhan penyeberangan Ketapang

Banyuwangi, menunjukkan selama bulan Februari 2019 angin dominan dari arah Timurlaut dengan kecepatan angin bervariasi 0 – 17 knots. Suhu berkisar antara 23.6 – 31.0 °C, Kelembaban Udara Relatif 63.9 – 100 %, dan tekanan udara berkisar 1005.3 – 1014.5 mb. Kondisi cuaca dominan Berawan - Hujan Ringan. Berikut grafik parameter cuaca selat Bali :

Gambar 12. Grafik Parameter Cuaca Penyeberangan Selat Bali (Sumber : AWS BMKG)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2019

12

E. Analisa Hujan Februari 2019 daerah Banyuwangi Berdasarkan data curah hujan bulan Februari 2019 dari stasiun BMKG dan pos-pos

hujan kerjasama di Banyuwangi dapat disajikan evaluasinya sebagai berikut :

Jumlah Curah hujan tertinggi 480 mm/bulan terjadi di Songgon (15 hari hujan) dengan sifat hujan Atas Normal. Sementara curah hujan terendah 16 mm/bulan dengan 2 hari hujan terjadi di Blambangan.

Gambar 13. Peta Distribusi Curah Hujan Februari 2019

dan Sifat Hujan Februari 2019 di Banyuwangi (Sumber:BMKG)

Dari peta terlihat bahwa secara spasial mayoritas wilayah Banyuwangi pada Februari 2019 masih terjadi hujan, dengan kategori curah hujan yang bervariasi yaitu Rendah hingga Menengah. Kondisi hujan yang terjadi di wilayah Banyuwangi pada Februari 2019 bersifat di Atas Normal, Normal dan Bawah Normal. Curah hujan Atas Normal terjadi di Wongsorejo dan Srono, sedangkan curah hujan Bawah Normal terjadi di sebagian besar wilayah Banyuwangi diantaranya Kalipuro, Giri, Licin, Banyuwangi Kota, Glagah, Songgon, Kalibaru, Glenmore, Sempu, Kabat, Singojuruh, Genteng, Siliragung, Pesanggaran, Bangorejo, Purwoharjo dan Tegaldlimo.

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2019

13

F. Monitoring Hari tanpa Hujan Berturut-turut

Gambar 14. Peta Monitoring Hari Tanpa Hujan berturut-turut Februari 2019 di Banyuwangi

(Sumber: BMKG Banyuwangi)

Dari peta terlihat bahwa secara spasial sebagian besar wilayah Banyuwangi pada Februari 2019 masih sering terjadi hujan. Bila dibandingkan dengan Januari 2019 keseringan hujan yang terjadi mulai berkurang. Berdasarkan hasil monitoring hari tanpa hujan pada Februari 2019 wilayah Banyuwangi masuk dalam klasifikasi sangat pendek hingga menengah. Adapun daerah yang mulai jarang terjadi hujan yaitu Srono dan Muncar. Jumlah hujannya pun bervariasi dari kategori rendah hingga sedang. Curah hujan terendah (0-100 mm/ bulan) pada Februari 2019 terjadi di Banyuwangi Kota, Kebondalem, Jambewangi, Blambangan dan Pesanggaran. Sedangkan curah hujan kategori menenagh (100-300mm/ bulan) terjadi di Wongsorejo, Kalipuro, Licin, Songgon, Singojuruh, Srono, Tegalsari dan Bangorejo. Untuk bulan Maret 2019 dapat disimpulkan bahwa potensi terjadinya kekeringan Ekstrim di wilayah Banyuwangi sangat rendah. Terkait dengan tingkat ketersediaan air tanah untuk Maret 2019 di wilayah Banyuwangi masih dalam kondisi Cukup.

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2019

14

II. PROSPEK CUACA BULAN MARET 2019

A. Prediksi Dinamika Atmosfer Maret 2019

Monitoring perkembangan ENSO dari BMKG menunjukkan bahwa periode El Nino

Lemah masih berlangsung pada Maret 2019 dan diprediksi hingga Agustus 2019, sehingga tidak ada suplai massa udara dari Samudera Pasifik ke wilayah Indonesia. Sementara itu Dipole Mode Indeks (DMI) yang terpantau menurun atau kuat Negatif pada Pebruari 2019, diprediksi akan tetap Negatif pada Maret 2019 dan kembali Netral pada April hingga Agustus 2019, kondisi ini mengindikasikan adanya penambahan massa uap air dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia bagian Barat maupun sebaliknya pada Maret 2019.

Suhu muka laut (Sea Surface Temperature/ SST) perairan Indonesia dan sekitarnya pada Maret 2019 diprediksi sebagian besar dalam kondisi normal atau tidak ada anomali. Namun suhu muka laut negatif (mendingin) diprediksi di wilayah perairan selat Makassar, Utara Kalimatan, Utara Sulawesi hingga perairan Maluku Utara, sedangkan suhu muka laut positif (menghangat) diprediksi di wilayah perairan Laut Cina Selatan hingga selat Karimata. Suhu muka laut wilayah Samudera Hindia dan Nino 3.4 Samudera Pasifik Tengah masih pada kondisi hangat. Pola kondisi El Nino akan masih berlangsung pada Maret hingga Agustus 2019.

Madden Jullian Oscillation pada bulan Pebruari 2019 tidak aktif di Benua Maritim Indonesia (BMI), dan diprediksi aktif pada awal Maret 2019 yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan dan terjadinya hujan di wilayah Indonesia bagian Barat. Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR pada Maret 2019 wilayah Sumatera, Sulawesi, Jawa dan Papua cenderung terjadi pertumbuhan awan konvektif.

Pada skala regional secara normal pola tekanan udara rendah selama bulan Maret 2019 masih sering muncul di Belahan Bumi Selatan (BBS). Seiring pergerakan semu matahari memasuki bulan Maret 2019 potensi terjadinya gangguan tropis di BBS masih akan terjadi yang membuat monsun baratan stabil dan berdampak terhadap peningkatan curah hujan di berbagai wilayah Indonesia.

Melihat perkembangan dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kondisi cuaca iklim di Jawa Timur dan Banyuwangi khususnya. Dapat disimpulkan bahwa wilayah Banyuwangi pada bulan Maret 2019 masih akan terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat sehingga tetap perlu kewaspadaan menghadapi potensi terjadinya cuaca ekstrim, terutama hujan lebat disertai angin kencang dan petir. Dengan didukung kondisi aktifnya MJO di Benua Maritim Indonesia di awal Maret 2019 maka akan dapat sedikit menambah curah hujan. Untuk prakiraan curah hujan bulanan, sebagai dampak pola monsun baratan yang stabil maka diprediksi akumulasi curah hujan bulan Maret 2019 sebagian besar wilayah diprediksi curah hujannya berada pada kondisi normalnya, dan sebagian wilayah lainnya berada diatas kondisi rata-rata / normalnya.

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2019

15

Gambar 15. Prediksi ENSO dan anomali Suhu Permukaan Laut (Sumber : BMKG, NCEP - NOAA)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2019

16

B. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Banyuwangi Bulan Maret 2019 Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan pantauan kondisi fisis dan dinamis atmosfer

di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya serta kondisi lokal masing-masing wilayah terutama topografi daerah Jawa Timur, maka curah hujan daerah Banyuwangi untuk bulan Maret 2019 diprakirakan sebagai berikut :

Curah Hujan wilayah Banyuwangi berkisar 151 mm hingga 400 mm

Sifat Hujan wilayah Banyuwangi dominan Normal

Gambar 16. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Maret 2019 (Sumber : BMKG Staklim Malang)

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2019

17

C. Prakiraan Potensi Banjir Maret 2019 Berikut adalah peta prakiraan potensi Banjir bulan Maret 2019. Dari peta terlihat wilayah

di Banyuwangi potensi banjir diprediksi masuk kategori Menengah. Memasuki bulan Maret 2019 wilayah Banyuwangi masih berada pada periode musim hujan.

Gambar 17. Prakiraan Daerah Potensi Banjir Maret 2019 (Sumber:BMKG)

III. INFORMASI TERBIT-TERBENAM MATAHARI MARET 2019

Berikut adalah data terbit terbenamnya matahari, selama bulan Maret 2019 di wilayah Kota Banyuwangi :

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2019

18

IV. KEJADIAN GEMPABUMI DIRASAKAN SIGNIFIKAN DI WILAYAH BANYUWANGI

Gambar 18. Kejadian Gempabumi yang signifikan di Banyuwangi (Sumber:BMKG)

Kejadian Gempa Bumi yang signifikan yang dirasakan sampai di wilayah Banyuwangi selama Februari 2019, tidak ada kejadian gempa bumi yang signifikan/ NIHIL.

V. KEJADIAN CUACA EKSTRIM FEBRUARI 2019

Cuaca / Iklim Ekstrim adalah suatu kondisi meteorologi yang menyimpang dari nilai rata-ratanya atau menyimpang terhadap nilai batas ambang meteorologi di wilayah tersebut. Dampak pemanasan global yang berlanjut pada perubahan iklim di yakini sebagai salah satu pemicu munculnya cuaca/ iklim ekstrim baik dari tingkat keseringan, cakupan luas wilayah maupun nilainya, dimana cuaca/iklim ekstrim tersebut berpotensi menimbulkan bencana dan kerugian bahkan korban jiwa.

Tabel 2. Cuaca/ Iklim Ekstrim Bulan Februari 2019 Banyuwangi

KRITERIA KETERANGAN

Angin dengan kecepatan > 45 Km/jam -

Suhu udara > 35˚ C -

Suhu udara < 15˚ C -

Kelembaban udara < 30 % -

Curah Hujan >100 mm / hari Terjadi di Besaran, Songgon, Deling, Sb Rejo,

Pakem dan Pasewaran.

Tanah Longsor -

Banjir Bandang -

Waterspout -

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2019

19

DAFTAR ISTILAH INFORMASI CUACA, IKLIM DAN GEMPABUMI

ENSO adalah singkatan dari El-Nino Southern Oscillation. Secara umum para ahli membagi ENSO menjadi ENSO hangat (El-Nino) dan ENSO dingin (La-Nina). Kondisi tanpa kejadian ENSO biasanya disebut sebagai kondisi normal. Referensi penggunaan kata hangat dan dingin adalah berdasarkan pada nilai anomali suhu permukaan laut (SPL) di daerah NINO di Samudera Pasifik dekat ekuator bagian tengah dan timur. Pada saat fenomena El Nino berlangsung, kondisi atmosfer di wilayah Indonesia cenderung kering, sehingga potensi kondisi curah hujannya berkurang atau lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata normalnya. Kondisi sebaliknya terjadi ketika fenomena La Nina berlangsung, dimana atmosfer wilayah Indonesia umumnya akan cenderung basah, sehingga bisa berpotensi menyebabkan intensitas curah hujan yang lebih banyak dibanding rata-rata normalnya.

Dipole Mode merupakan fenomena interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia yang

dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan sebelah barat Sumatera. Perbedaan nilai anomali suhu muka laut tersebut selanjutnya dikenal sebagai Dipole Mode Indeks (DMI), dimana DMI positif berdampak berkurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, DMI negatif berdampak meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat.

Asian Cold Surge atau seruakan dingin Asia digunakan untuk menggambarkan

penjalaran massa udara dari Asia akibat adanya tekanan tinggi di daerah tersebut dan menjalar ke arah selatan menuju ekuator dengan membawa massa udara dingin. Indeks yang digunakan untuk identifikasi aktivitas cold surge adalah dengan menghitung indeks monsun yaitu selisih nilai tekanan antara Titik 115° BT/ 30° LU (didekati dengan data dari stasiun Wuhan di daratan China) dengan tekanan di Hongkong (116° BT/ 22° LU). Threshold value yang digunakan untuk indeks monsun dari gradient tekanan adalah ≥10 mb sebagai indikator adanya cold surge.

MJO singkatan dari Madden Jullian Oscillation adalah suatu istilah yang digunakan untuk

menggambarkan fluktuasi antar musiman yang terjadi di sekitar wilayah tropis. Keberadaan MJO ditandai dengan adanya penjalaran pada arah timuran di wilayah tropis dimana terjadinya penambahan intensitas curah hujan pada daerah tersebut, terutama di atas Samudera Hindia dan Pasifik. Anomali curah hujan seringkali merupakan indikator pertama dalam mengindikasikan kejadian MJO, dimana pada mulanya intensitas curah hujan tinggi terjadi di Samudera Hindia dan kemudian menjalar ke arah timur melewati wilayah Indonesia menuju Samudera Pasifik barat dan tengah panjang siklus MJO diperkirakan sekitar 30-60 harian. Penemu dari fenomena MJO ini adalah Madden dan Jullian.

OLR singkatan dari Outgoing Longwave Radiation adalah istilah yang digunakan untuk

menyatakan intensitas atau banyaknya radiasi gelombang panjang dari bumi ke atmosfer. Anomali OLR yang bernilai negatif menunjukkan jumlah radiasi yang terukur di atmosfer sangat sedikit karena terhalang oleh intensitas perawanan yang cukup tinggi di atmosfer. Sedangkan anomali OLR positif menunjukkan jumlah radiasi dari bumi yang cukup banyak karena tidak terhalang oleh kondisi perawanan di atmosfer. Satuan OLR adalah weber/m-2.

Monsun adalah sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah secara periodik setiap

setengah tahun sekali. Sirkulasi angin Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia. Pola angin timuran/tenggara terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Australia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia.

Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (ITCZ/ Inter Tropical Convergence Zone)

merupakan daerah tekanan udara rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi semu matahari ke arah utara dan selatan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2019

20

khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan.

Curah Hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan

pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap dan tidak mengalir. Unsur hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air hujan setinggi satu milimeter atau tertampung air hujan sebanyak satu liter.

Zona Musim (ZOM) adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan

yang jelas antara periode musim kemarau dan periode musim hujan. Wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas daerah administrasi pemerintahan. Dengan demikian satu kabupaten/ kota dapat saja terdiri dari beberapa ZOM dan sebaliknya satu ZOM dapat terdiri dari beberapa kabupaten.

Dasarian adalah rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari. Dalam satu bulan dibagi

menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu : a. Dasarian I : tanggal 1 sampai dengan 10 b. Dasarian II : tanggal 11 sampai dengan 20 c. Dasarian III : tanggal 21 sampai dengan akhir bulan

Sifat Hujan adalah perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang

ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1971 - 2000). Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :

a. Atas Normal (AN), jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya b. Normal (N), jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-ratanya c. Bawah Normal (BN), jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-

ratanya Gempa adalah getaran bumi yang terjadi sebagai akibat penjalaran gelombang

seimik/gempa yang terpancar dari sumbernya/sumber energi elastik

Gempa Tektonik adalah gempabumi yang disebabkan oleh adanya pergeseran atau pergerakan lempeng bumi.

Magnitude adalah parameter gempa yang berhubungan dengan besarnya kekuatan

gempa di sumbernya. Ada beberapa jenis magnitude, yaitu: magnitude lokal (ML), magnitude gelombang permukaan (Ms), magnitude gelombang badan (mb), magnitude momen (Mw), magnitude durasi (Md).

Intensitas gempa adalah besaran yang dipakai untuk mengukur suatu gempa

berdasarkan tingkat kerusakan dan reaksi manusia yang disebabkan oleh gempa tersebut.

Skala Richter Suatu ukuran obyektif kekuatan gempa dikaitkan dengan magnitudenya, dikemukan oleh Richter (1930).

Skala MMI (Modified Mercally Intensity) adalah suatu ukuran subyektif kekuatan gempa

dikaitkan dengan intensitasnya.

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Maret 2019

21

Tabel Skala Intensitas Gempabumi BMKG dalam MMI

---ABCD : Act Beyond your Common Duties---