binapascamu.files.wordpress.com€¦ · web viewketertarikan boas pada bahasa-bahasa suku indian...

27

Click here to load reader

Upload: duongdan

Post on 29-Jul-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: binapascamu.files.wordpress.com€¦ · Web viewKetertarikan Boas pada bahasa-bahasa suku Indian disebarkan pada muridnya, yakni Edward Sapir. Sapir melanjutkan penelitian tersebut

KERAGAMAN LINGUISTIK

I. PENDAHULUAN

Para ahli bahasa selalu peduli dengan keragaman bahasa, meski

pendekatan secara teoritis dan minat penelitian mereka berbeda satu dengan yang

lain (Duranti, 2000:51). Noam Chomsky dan pengikutnya mendedikasikan

kehidupan profesional mereka untuk menjelaskan perbedaan sintaksis,morfologi,

dan fonologi antara bahasa-bahasa melalui prinsip-prinsip umum tertentu, yang

dikenal dengan tata bahasa generatif transformasi. Mereka mengembangkan teori

universal grammar , seperangkat aturan main yang mendeskripsikan tata bahasa

dalam bahasa apapun dan dapat digunakan untuk menghipotesiskan starategi

bawaan yang memungkinkan anak-anak mengakuisisi bahasa manusia apapun.

Strategi penelitian mereka mengasumsikan homogenitas daripada keragaman

bahasa. Strategi mereka dikritik oleh para ahli sosiologi yang menganggap ada

sejumlah perbedaan pada masyarakat tutur, utamanya dalam terma bagaimana

orang melafalkan kata-kata, mengonstruk dan menginterpretasi ujaran, serta

memproduksi unit-unit wacana yang lebih kompleks dalam konteks sosial.

Para ahli sosiolinguistik menekankan penelitian mereka pada sejumlah

pokok masalah yang umumnya diabaikan oleh ahli tata bahasa formal, seperti

misalnya tujuan mendefinisikan batasan masyarakat tutur dan tipe pengetahuan

yang perlu dimiliki oleh anggota masyarakat tutur yang kompeten. Para ahli

linguistik

Page 2: binapascamu.files.wordpress.com€¦ · Web viewKetertarikan Boas pada bahasa-bahasa suku Indian disebarkan pada muridnya, yakni Edward Sapir. Sapir melanjutkan penelitian tersebut

antropologi peduli dengan pokok masalah yang sama, namun mereka dihadapkan

pada pertanyaan kompleks atas hubungan antara bahasa dan pemikiran atau apa

yang telah dikenal sebagai “hipotesis relativitas linguistik”. Bahasa menurut

linguis kognitif, Langacker dalam Sharifian dan Palmer, adalah sebuah komponen

dan instrumen dasar budaya yang refleksinya dalam struktur linguistik cukup

signifikan dan mudah menyebar (2007:1). Keberadaan bahasa sebagai komponen

dan instrumen dasar budaya membuat keragamannya kembali dituangkan menjadi

salah satu dimensi “ideologi bahasa”. Bab ini akan mendiskusikan keragaman

bahasa melalui tradisi yang beragam.

I.1. Bahasa dalam budaya: tradisi Boas

Di Amerika Serikat, antropologi dikonseptualisasikan dan dipraktikkan

sebagai disiplin ilmu holistik yang mempelajari secara fisik (kini biologi),

linguistik (dulu merujuk pada filologi/naskah-naskah kuno), budaya, serta catatan-

catatan populasi manusia secara arkeologi. Sebaliknya di Eropa, ahli etnologi

memiliki departemen tersendiri, terpisah dari ahli arkeologi, paleontologi, dan

filologi (inkarnasi awal dari ahli bahasa). Di Amerika Serikat, mahasiswa

antropologi dituntut memiliki beberapa pengetahuan dalam empat bidang kajian

antropologi, sebagai penunjang, disamping mereka harus mempunyai

pengetahuan mendalam tentang bidang spesialisasi mereka. Pelopor di Amerika

Serikat yang merintis teori serta praktik pandangan holistik antropologi adalah

Franz Boas (1858-1942). Ia adalah peletak dasar antropologi Amerika.

Page 3: binapascamu.files.wordpress.com€¦ · Web viewKetertarikan Boas pada bahasa-bahasa suku Indian disebarkan pada muridnya, yakni Edward Sapir. Sapir melanjutkan penelitian tersebut

Awalnya Boas, kelahiran Jerman, tertarik meneliti bahasa suku Eskimo

dan Indian Kwakiutl yang eksotis di pesisir timur laut AS. Postulat pentingnya

adalah seseorang tak akan benar-benar memahami budaya orang lain tanpa

memiliki akses langsung pada bahasanya (Duranti,2000:52). Pendeknya, tanpa

memahami bahasa, orang tak akan mampu memahami budaya orang lain. Ia

menyatakan, ada koneksi intim antara budaya dan bahasa. Boas menyatakan

bahwa setiap bahasa memiliki deskripsi yang khas karena setiap bahasa memiliki

struktur yang unik (Kadarisman, 2009:35).

Ketertarikan Boas pada bahasa-bahasa suku Indian disebarkan pada

muridnya, yakni Edward Sapir. Sapir melanjutkan penelitian tersebut hingga

member kontribusi penting tidak saja bagi linguistik Indian Amerika tetapi juga

studi bahasa secara umum. Pernyataan Boas yang menjadi tesis dasar bagi

penelitian antropologi budaya Amerika adalah pandangan bahwa perlunya bahasa

bagi pikiran manusia, dalam hal ini budaya manusia.

Penulisan deskripsi upacara-upacara penduduk pribumi dan aspek-aspek

lain budaya tradisional adalah bagian sekaligus bingkisan “peninggalan

antropologi” yang dipraktikkan oleh Boas. Seperti ahli antropologi pada masanya,

Boas peduli dengan kehilangan yang cepat atau perubahan dramatis atas budaya

serta bahasa penduduk asli AS. Ia ingin mempertahankan budaya serta bahasa

tersebut melalui pendokumentasian agar masih ada orang-orang yang berbicara

bahasa Indian dengan fasih dan dapat mendeskripsikan budaya mereka sendiri.

Page 4: binapascamu.files.wordpress.com€¦ · Web viewKetertarikan Boas pada bahasa-bahasa suku Indian disebarkan pada muridnya, yakni Edward Sapir. Sapir melanjutkan penelitian tersebut

Sisi positif dari penelitian ini adalah realisasi atas banyaknya ide tentang

“bahasa-bahasa primitif” yang ditemukan dalam sastra, yang secara empiris tak

terdengar sebelumnya. Termasuk dalam bahasa Indian Amerika, bunyi-bunyi

bahasa dilafalkan tak seakurat sebagaimana dalam bahasa-bahasa Eropa. Boas

menunjukkan keterbatasan peneliti yang kesulitan mengenali bunyi-bunyi yang

tidak umum dalam bahasa-bahasa Eropa. Konsekuensinya, karena berkonsentrasi

pada naratif tentang masa lampau, metode yang digunakan oleh Boas

memunculkan etnografis yang secara empiris dapat dipertanyakan. Ahli etnografi

berkonsentrasi pada pengumpulan kembali adat istiadat masa lalu yang diperoleh

informan dan mengabaikan seabad atau lebih kontak dengan orang Eropa, bahkan

ketika kontak tersebut memiliki konsekuensi langsung pada kehidupan orang-

orang yang mereka teliti. Terlebih lagi, teks tersebut seringkali dihasilkan oleh

satu “informan kunci” dan tidak dicek melalui sumber-sumber atau versi lain.

Meski terbatas, metode Boas menjadi petunjuk penting atas linguistik

antropologi. Apalagi juga bersikukuh mempublikasikan sejumlah upacara

penduduk pribumi satu demi satu dan aspek-aspek lain dari warisan budaya.

Publikasi teks yang digunakan ahli etnografi dalam memformulasikan catatan

mereka, memungkinkan pembaca mempunyai akses kepada beberapa sumber.

Pembaca seakan dapat melihat dengan mata mereka sendiri apa yang didikusikan

dalam teks tersebut. Ketika menuliskan teks asli dan menerjemahkannya, Boas

terpesona dengan cara-cara yang berbeda dari bahasa tersebut dalam

mengklasifikasikan pengalaman dan dunia manusia. Ia menggunakan penelitian

ini sebagai argumen atas relativitas kultural. Relativitas kultural adalah pandangan

Page 5: binapascamu.files.wordpress.com€¦ · Web viewKetertarikan Boas pada bahasa-bahasa suku Indian disebarkan pada muridnya, yakni Edward Sapir. Sapir melanjutkan penelitian tersebut

dimana masing-masing budaya harus dipahami dalam termanya sendiri daripada

diukur melalui rencana tapak secara moral maupun intelektual, yang oleh orang-

orang Eropa dianggap lebih tinggi.

Boas menggunakan pengetahuan bahasa-bahasa Indian Amerika untuk

menunjukkan bahwa cara bahasa mengklasifikasi dunia adalah arbitrer. Masing-

masing bahasa mempunyai caranya sendiri membangun kosa kata yang membagi

dunia dan membuat kategori pengalaman. Apa yang dalam bahasa Inggris

mungkin direpresentasikan oleh kata-kata yang berbeda (air, danau, sungai,

sungai kecil, hujan, dan lain-lain), dalam bahasa lain mungkin diekspresikan oleh

kata yang sama atau berasal dari terma yang sama. Cermati contoh kata water dan

salju dalam bahasa Eskimo.

I.1.2. Pandangan Sapir dan Whorf

Edward Sapir (1884-1939) adalah sarjana terdepan dalam linguistik

antropologi. Ia melanjutkan serta memperluas kajian Boas dalam bidang bahasa

dengan memberi perhatian lebih pada struktur linguistik. Selanjutnya, ia

menekankan pada cara dimana tiap bahasa merupakan sistem sempurna dan

lengkap yang harus dipahami melalui terma mereka masing-masing. Sapir melihat

bahasa sebagai prasyarat bagi pengembangan budaya dan melanjutkan tradisi

Boas terhadap kritik tajam atas usaha mengklasifikasikan bahasa-bahasa tertentu

sebagai ‘bahasa primitif’ atau lebih ‘terbatas’ dibandingkan bahasa-bahasa

lainnya. Sapir menganggap bahwa bahasa adalah sarana paling sempurna atas

Page 6: binapascamu.files.wordpress.com€¦ · Web viewKetertarikan Boas pada bahasa-bahasa suku Indian disebarkan pada muridnya, yakni Edward Sapir. Sapir melanjutkan penelitian tersebut

komunikasi dan ekspresi diantara orang-orang yang saling mengenal (Duranti,

2000: 56).

Benjamin Lee Whorf (1897-1941) adalah salah satu murid Sapir ternama

yang juga mempunyai minat dan ketertarikan besar terhadap bahasa. Kontribusi

besar Whorf pada teori linguistik adalah fokusnya terhadap hubungan antara

bahasa dan pandangan dunia (Duranti, 2000:58). Ia percaya bahwa struktur tiap

bahasa mengandung teori struktur alam semesta, yang ia sebut sebagai

‘metafisika’. Pandangannya berangkat dari pemikiran bahwa masing-masing

struktur bahasa menjadi amat jelas ketika seseorang menyelidiki bahasa dan

budaya yang berbeda dari yang dimiliki oleh sang peneliti. Pendeknya, tiap

bahasa menentukan corak budaya, jalan pikiran serta tindak lakunya penuturnya.

Whorf menggunakan terma konfigurasi yang dapat menyingkap tak hanya

kategori terbuka (overt/phenotypes) tapi juga kategori tertutup

(covert/cryptotypes). Misalnya jamak untuk kata benda dalam bahasa Inggris

adalah kategori terbuka karena ditandai oleh akhiran s/es atau oleh fitur-fitur frasa

atau kalimat yang ada bersama mereka (bentuk kata kerja, penggunaan artikel).

Misalnya fish-fishes, star-stars. Sementara verba intransitif dan transitif dalam

bahasa Inggris merupakan kategori tertutup karena mereka tak mempunyai

penanda imbuhan tertentu. Misalnya, go to, sit down dan cook, see.

Kategori tertutup penting untuk diketahui karena dua alasan. Pertama,

kategori tertutup menunjukkan bahwa bahasa membuat distingsi bukan hanya

dalam terma apa yang (kelihatannya) dapat atau tidak dapat dilakukan oleh

Page 7: binapascamu.files.wordpress.com€¦ · Web viewKetertarikan Boas pada bahasa-bahasa suku Indian disebarkan pada muridnya, yakni Edward Sapir. Sapir melanjutkan penelitian tersebut

sebuah kata. Pandangan ini juga dikembangkan Noam Chomsky sebagai deep

structure, yakni tingkatan kategorisasi linguistik yang tidak secara langsung

terlihat atau terdengar, namun penting untuk menjelaskan mengapa bahasa

bertindak dengan cara tertentu. Kedua, kategori tertutup diartikan bahwa bahasa

terlihat agak sederhana pada tataran superfisial (misalnya bahasa yang tak

memiliki kategori gender terbuka atau distingsi angka) bisa jadi dianggap lebih

kompleks, atau lebih abstraknya, tingkatan tertutup.

Perbedaan bahasa dalam hipotesis Sapir-Whorf menyebabkan perbedaan

berpikir disebabkan oleh adanya perbedaan bahasa ini, akan menyebabkan orang

Arab akan melihat realitas secara berbeda dengan orang Jepang, misalnya (Chaer,

2004:167). Itulah sebabnya orang Inggris dan Filipina meski sama-sama

mengenal warna, tetapi memiliki pandangan berbeda dalam menyebutkan warna.

Bagi orang Filipina hanya ada empat kelompok warna, yaitu mabiru (warna biru

dan gelap), melangit (putih dan warna cerah), meramar (kelompok warna merah)

dan malatuy (kuning , hijau muda, dan coklat muda). Peta atas realitas, menurut

Whorf didasarkan bahasa yang dipakai, bukan sebaliknya. Pengertian terhadap

pandangan dunia digunakan oleh Whorf (juga Sapir dan Boas)terikat oleh teori

tertentu tentang budaya, yang dinamakan bahasa sebagai pengetahuan. Pandangan

bahasa juga terikat oleh teori bahasa. Bahasa adalah salah satu data awal

pekerjaan yang diteliti oleh ahli sosiolinguistik dan peneliti lain melalui kajian

yang bervariasi dalam komunitas maupun secara individu.

Page 8: binapascamu.files.wordpress.com€¦ · Web viewKetertarikan Boas pada bahasa-bahasa suku Indian disebarkan pada muridnya, yakni Edward Sapir. Sapir melanjutkan penelitian tersebut

I.2.1. Relativitas Linguistik

Pernyataan terpenting yang mengatakan bahwa dunia dipengaruhi oleh

bahasa yang dituturkan, nampaknya ditarik dari pemikiran Sapir tentang status

linguistik sebagai sains. Tak ada dua bahasa yang benar-benar sama. Hal itu

merupakan representasi dari realitas sosial. Dunia yang dihuni masyarakat yang

berbeda merupakan dunia yang terpisah, bukan benar-benar dunia yang sama

dengan label berbeda yang dilekatkan. Inilah yang mendasari Whorf membuat

kerangka prinsip relativitas linguistik. Bagi Whorf, struktur bahasa secara

gramatikal dari tiap bahasa terdiri dari teori struktur alam semesta atau metafisik.

Contoh yang diberikan oleh Whorf adalah kata kosong dalam bahasa Inggris

(empty) yang merujuk pada drum yang berisi bensin. Pada kasus ini, ia

berpendapat, meski secara fisik , situasi nonlinguistik adalah bahaya, (drum

bensin yang kosong masih menyisakan uap yang bisa meledak jika berkontak

dengan api) karena pembicara menganggap drum hampa dan tak berisi apa-apa,

yang berarti negarif. Hubungan antara makna yang berbeda dan tingkatan

interpretasi tentang ‘kosong’ digambarkan sebagai berikut:

Page 9: binapascamu.files.wordpress.com€¦ · Web viewKetertarikan Boas pada bahasa-bahasa suku Indian disebarkan pada muridnya, yakni Edward Sapir. Sapir melanjutkan penelitian tersebut

Bentuk linguistik EMPTY

Makna Linguistik Kontainer yg tak berisi hampa, negatif

Interpretasi mental Drum yg tak lagi berisi bensin Drum yang tak lagi

berbahaya (boleh merokok)

Nonlinguistik yg

bisa diobservasi Drum bensin tanpa bensin Pekerja merokok

Paparan di atas memunculkan debat dalam antropologi dan psikologi,

termasuk sejumlah kajian secara empiris yang ditujukan baik pada konfirmasi

hipotesis relativitas linguistik maupun yang menyanggahnya. Selanjutnya, tema

bahasa memengaruhi pikiran, tetap menjadi topik penting dalam linguistik

antropologi.

I.2.2. Bahasa sebagai objektifikasi dunia: pemikiran Van Humboldt hingga

Cassirer

Sapir dan Whorf bukanlah orang pertama yang menyatakan pandangan

mengenai pengaruh bahasa pada aktivitas berpikir. Dua abad sebelumnya,

diplomat dan ahli bahasa Wilhelm Von Humboldt menuliskan pikirannya dalam

‘Perkembangan intelektual dan variabilitas linguistik’ (Duranti: 2000:62).

Page 10: binapascamu.files.wordpress.com€¦ · Web viewKetertarikan Boas pada bahasa-bahasa suku Indian disebarkan pada muridnya, yakni Edward Sapir. Sapir melanjutkan penelitian tersebut

Humboldt menyatakan masing-masing lidah menggambar sebuah lingkaran

tentang orang yang memiliki lidah tersebut, dan lidah itu bisa jadi meninggalkan

lingkarannya hanya dengan cara simultan saat memasuki lidah orang lain.

Artinya, mempelajari bahasa asing harus menaklukkan sudut pandang sikap

kosmik individual yang biasa-biasa saja sebelumnya.

Secara turun temurun, bahasa merupakan instrumen yang memungkinkan

kita memaknai dunia. Bahasa menyediakan kategori-kategori pikiran atau

gagasan, tapi pada saat yang sama, properti bahasa mendesak kemungkinan-

kemungkinan, membatasi seberapa jauh atau seberapa dekat yang dapat kita lihat.

Dari tesis tersebut dapat ditarik asumsi tentang sifat bahasa dan hubungan antara

bahasa dan dunia. Konseptualisasi bahasa sebagai objektifikasi sifat, dan langkah

evolusioner terhadap pembentukan secara intelektual apa yang dipertimbangkan

sebagai sebuah pola yang beraturan atau sebaliknya, kacau, merupakan basis

asumsi filosofis bagi ahli bahasa seperti Saussure dan Cassirer. Akar dari asumsi

ini berasal dari pemikiran Immanuel Kant tentang daya akal manusia sebagai alat

yang sangat kuat dan memungkinkan manusia memaknai dunia atau sebaliknya,

mengacak-acak atau menjungkirbalikkan pemahaman tentang jagad raya.

Lebih konkrit, Casirer menyatakan bahwa bahasa, seperti kognisi tidak

semata-mata mengkopi objek yang diberikan, namun lebih pada mewujudkan

sikap spiritual yang selalu menjadi faktor kritis dalam persepsi kita tentang sifat

objek (Duranti, 2000:63). Bahasa, sebagaimana yang dipahami oleh Casirer,

sebagai instrumen untuk mendeskripsikan realitas, ini merupakan tuntunan pada

dunia tapi bukan satu-satunya. Sedangkan, intuisi individual direpresentasikan

Page 11: binapascamu.files.wordpress.com€¦ · Web viewKetertarikan Boas pada bahasa-bahasa suku Indian disebarkan pada muridnya, yakni Edward Sapir. Sapir melanjutkan penelitian tersebut

oleh seni. Intuisi kelompok dapat direpresentasikan oleh mitos, yang melihat

dunia melalui terma pengalaman yang fluktuatif, seperti wajah manusia yang

berubah dari satu keadaan ke keadaan yang berlawanan, ‘dari suka cita ke duka

cita, dari kegirangan ke kepedihan hati, dari kelembutan dan kebajikan ke

kemarahan dan kegeraman.

Hipotesis lain dari Sapir-Whorf direpresentasikan oleh kontribusi terkini

terhadap kajian metafora, yang telh dianalisa sebagai skemata konseptual yang

disediakan melalui cara kita memahami dunia. Lakoff dan Johnson dalam Duranti

menyatakan bahwa: (1). Bahasa sehari-hari kita lebih kaya dalam metafora dari

yang kita duga. (2). Metafora sebagai sarana memandang satu macam pengalaman

dari pengalaman lainnya. (3) Metafora mengimplikasikan teori-teori tertentu (atau

teori rakyat jelata)tentang dunia atau pengalaman kita tentang dunia.

Pokok persoalan relativitas linguistik berbicara pada inti upaya secara

antropologi, karena hal tersebut menyentuh ilmu pengetahuan tentang manusia

sebagai entitas yang lebih dari sekedar mahluk biologis. Jika bahasa benar-benar

tidak leluasa atau paksaan, bagaimanakah kita menggunakan bahasa tersebut

untuk mendeskripsikan apa dan yang orang lain lakukan,percayai, pikirkan, dan

rasakan? Sepeti juga seni, silmu pengetahuan mendapatkan banyak gagasan dari

intuisi yang muncul tiba-tiba. Sepanjang gagasan ilmu pengetahuan tersebut

mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan atau persoalan manusia, maka ilmu

pengetahuan tersebut akan dikukuhi dan dipertahankan. Hal berikutnya yang

ditawarkan Casirer berkaitan dengan bahasa dan ilmu pengetahuan adalah

mengkaji produk-produk budaya, seperti mitos, yang menyingkap kebenaran

Page 12: binapascamu.files.wordpress.com€¦ · Web viewKetertarikan Boas pada bahasa-bahasa suku Indian disebarkan pada muridnya, yakni Edward Sapir. Sapir melanjutkan penelitian tersebut

tertentu yang tidak dikenali secara terbuka. Masalah ini berkait erat dengan

kepedulian utama atas antropologi simbolik.

I.3. Bahasa, Bahasa-bahasa dan varietas linguistik

Agaknya penting memisahkan antara ‘bahasa’ dan ‘sebuah bahasa’. Yang

pertama merujuk pada kemampuan alami tubuh manusia berkomunikasi

menggunakan tipe tertentu tanda-tanda (bunyi,bahasa tubuh) yang diorganisasikan

dalam tipe unit-unit tertentu (misalnya susunan/urutan). Sementara yang kedua

merujuk pada produk tertentu yang secara sosiohistoris dapat diidentifikasikan

dengan label seperti bahasa Inggris, bahasa Tok Pisin, Swahili, Polandia, Cina.

Meskipun ahli sosiolinguistik (juga ahli linguistik antropologi) secara rutin

menggunakan terma ‘bahasa’, secara umum,banyak penelitian sosiolinguistik

pada empat dekade terakhir menunjukkan bahwa identifikasi terhadap ‘bahasa’

sebagai sistem linguistik yang digunakan oleh kelompok tertentu cukup

problematis. Tiap kali kita menjadikan ‘sebuah bahasa’ sebagai subjek (misalnya

bahasa Inggris) pada penelitian sitematis, kita menemukan bahwa sebuah bahasa

tersebut menyuguhkan variasi mulai dari penutur sampai situasi. Artinya, kita

tidak yakin, apakah kita tengah menggambarkan sekelompok kecil penutur atau

seluruh kelompok yang memiliki distribusi lebih besar daripada kelompok

tersebut.

Ahli sosiolinguistik mengajarkan pada kita bahwa kita tidak dapat selalu

mempercayai karakterisasi anggota pengelompokan dan perbedaan linguistik. Apa

yang orang sebut sebagai sebuah bahasa diperlawankan dengan sebuah dialek

Page 13: binapascamu.files.wordpress.com€¦ · Web viewKetertarikan Boas pada bahasa-bahasa suku Indian disebarkan pada muridnya, yakni Edward Sapir. Sapir melanjutkan penelitian tersebut

yang secara sederhana berkait dengan stigma sosial atau keputusan politik untuk

memberi status satu dialek tertentu, sebagai dialek standar. Untuk alasan inilah

ahli sosiolinguistik lebih suka menggunakan terma varietas (varietas linguistik

maupun varietas bahasa). Terma varietas tidak diimplikasikan dengan kata seperti

‘bahasa’ maupun ‘dialek’, dan dapat menutup bermacam-macam situasi, termasuk

semua bahasa dari beberapa penutur multibahasa, atau komunitas. Selain itu,

terma varietas juga mengimplikasikan konsep repertoir linguistik dan masyarakat

tutur, yang keduanya merupakan pusat dari klarifikasi bahasa sebagai objek kajian

kita.

Repertoir linguistik adalah konsep yang aslinya dikenalkan oleh Gumperz

untuk merujuk pada totalitas bentuk-bentuk linguistik yang berperan dalam

rangkaian interaksi signifikan secara sosial (Duranti, 2000:71). Asumsi

permasalahan ini adalah menuturkan sebuah bahasa berarti melibatkan proses

membuat keputusan secara terus menerus, meskipun tidak perlu sebuah

kesadaran. Repertoir adalah konsep yang dapat diaplikasikan baik dalam

kelompok maupun individu. Repertoir bukanlah unit yang harus dipahami

sebagaimana tata bahasa, atau bagaimana praanggapan untuk berbicara dengan

tepat, tetapi repertoir adalah sesuatu yang dimiliki oleh penutur, tanpa

mempedulikan apakah penutur tersebut berpendidikan tinggi atau tidak.

Repertoir bahasa ada dua, yakni yang dimiliki individu dan yang

merupakan milik masyarakat tutur secara keseluruhan(Chaer, 2004:35). Repertoir

bahasa secara individu mengacu pada alat-alat bahasa yang dikuasai oleh penutur,

termasuk kemampuannya memilih norma-norma sosial bahasa sesuai dengan

Page 14: binapascamu.files.wordpress.com€¦ · Web viewKetertarikan Boas pada bahasa-bahasa suku Indian disebarkan pada muridnya, yakni Edward Sapir. Sapir melanjutkan penelitian tersebut

situasi dan fungsinya. Sementara repertoir milik masyarakat tutur mengacu pada

keseluruhan alat-alat verbal yang ada dalam suatu masyarakat, beserta norma

untuk memilih variasi yang sesuai dengan konteks sosialnya.

Ahli linguistik antropologi tidak hanya mengkaji varietas bahasa tetapi

juga varietas bahasa-bahasa yang diucapkan dalam sebuah komunitas tertentu.

Dengan kata lain, linguistik antropologi memulai asumsi bahwa pikiran atas

varietas bahasa mensyaratkan sebuah komunitas tutur. Komunitas tutur adalah

suatu kelompok masyarakat yang mempunyai repertoir verbal yang relatif sama

serta mereka mempunyai penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian

bahasa yang digunakan dalam masyarakat tersebut (Chaer, 2004:36). Sementara

menurut Duranti masyarakat tutur adalah produk aktifitas komunikatif yang

terlibat dengan orang-orang di dalamnya (2000:82).

Dell Hymes dalam Duranti menyatakan bahwa definisi keberterimaan

bahasa adalah problematis mengingat keberterimaan tersebut bukan semata

masalah gramatikal tapi juga kultural dan sosial (2000:74). Ahli sosiolinguistik

dan linguistik antropologi percaya bahwa selalu ada percampuran baik dalam

bentuk atau dua varietas yang sangat berbeda (bahasa Prancis dan Inggris), atau

dalam bentuk perbedaan secara dialek atau stilistika. Homogenitas linguistik yang

diasumsikan oleh ahli bahasa, filsuf, dan ahli filologi adalah sebuah konstruksi

ideal, secara historis terikat pada perkembangan negara-negara nasional untuk

disebut dalam satu nama, sebagai: Jerman, Prancis, Rusia, Italia. Pandangan

sebuah bahasa yang disatukan tidak perlu memiliki hubungan dengan penggunaan

bahasa secara nyata. Dalam kehidupan sehari-hari, tuturan banyak orang diisi oleh

Page 15: binapascamu.files.wordpress.com€¦ · Web viewKetertarikan Boas pada bahasa-bahasa suku Indian disebarkan pada muridnya, yakni Edward Sapir. Sapir melanjutkan penelitian tersebut

beragam suara atau persona yang dikonstruksikan secara linguistik. Inilah yang

disebut Mikhail Bakhtin sebagai heteroglossia (Duranti, 2000:75). Dalam

evolusinya, bahasa distratifikasikan tidak hanya dalam dialek linguistik, tetapi ini

juga mendasar bagi kita, dalam bahasa secara ideologis dan sosial: bahasa

kelompok sosial, ‘bahasa umum dan profesional’, bahasa generasi dan

sebagainya. Dalam pangertian ini, bahasa sastra sendiri hanyalah satu dari bahasa

heteroglot, dan juga distratifikasikan dalam bahasa.

Mempelajari bahasa dalam budaya berarti lebih daripada sekadar cara

dimana kategori kultural direfleksikan dalam bahasa atau cara dimana taksonomi

linguistik, merupakan tuntunan pada pandangan dunia yang bekerja bersamanya.

Kajian secara antropologi terhadap bahasa berarti mengenali pengaruh antara

bahasa sebagai sumber manusia dan bahasa sebagai proses dan produk secara

historis. Pengaruh seperti itu haruslah didekati dengan sejumlak alat-alat teoritis,

termasuk konsep-konsep yang dikenalkan dalam pembahasan di paragraf

terdahulu

***

Page 16: binapascamu.files.wordpress.com€¦ · Web viewKetertarikan Boas pada bahasa-bahasa suku Indian disebarkan pada muridnya, yakni Edward Sapir. Sapir melanjutkan penelitian tersebut

Daftar Pustaka

Duranti, Alessandro. 2000. Linguistic Anthropology: University Press. Cambridge.

Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 2004. Sosiolinguistik: Rineka Cipta. Jakarta.

Holmes, Janet. 2001. An Introduction to Sosiolinguistics: Longman. London.

Sharifian, Farzad dan Palmer, Gary B (Ed). 2007. Applied Cultural Linguistisc:. John Benjamin

Publishing and Co. Philadelpia.

Page 17: binapascamu.files.wordpress.com€¦ · Web viewKetertarikan Boas pada bahasa-bahasa suku Indian disebarkan pada muridnya, yakni Edward Sapir. Sapir melanjutkan penelitian tersebut

KERAGAMAN BAHASA

MAKALAHDisusun untuk memenuhi tugas matakuliah

Antropolinguistikyang dibina oleh Prof. Dr. Maryaeni,M.Pd. dan Dr. Mujianto, M.Pd

Oleh

Jam’an 120211639744Ari Ambarwati 120211639750

UNIVERSITAS NEGERI MALANGPROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIASEPTEMBER 2012

Page 18: binapascamu.files.wordpress.com€¦ · Web viewKetertarikan Boas pada bahasa-bahasa suku Indian disebarkan pada muridnya, yakni Edward Sapir. Sapir melanjutkan penelitian tersebut