analisis kerja sama indian ocean rim association … · selatan, memiliki nilai yang sangat tinggi...

28
MARKAS BESAR ANGKATAN UDARA STAF AHLI ANALISIS KERJA SAMA INDIAN OCEAN RIM ASSOCIATION (IORA) DIHADAPKAN DENGAN TUGAS TNI AU Penulis: Kolonel Pnb Jefry Yandi Marsda TNI Dr. Umar Sugeng H., M.M. Marsma TNI Emanuel Sugiharto Pendahuluan 1. Samudera Hindia merupakan jalur vital perdagangan dunia. Sekitar lebih setengah dari seluruh kapal kontainer di dunia melewati Samudera Hindia, dan sepertiga lalu lintas kargo curah dunia, serta dua per tiga pengiriman minyak dunia melewati samudera ini. Namun arti penting jalur pelayaran ini berbanding lurus dengan potensi ancaman keamanan di sekitarnya. Terdapat puluhan negara yang memiliki pantai langsung menghadap ke Samudera Hindia, dan lebih dari separuh diantaranya memiliki permasalahan tersendiri, seperti kemiskinan, instabilitas politik, terorisme, bencana alam, dan lain sebagainya. Dimana setiap permasalahan tersebut sewaktu-waktu dapat menghambat sistem perdagangan global di Samudera Hindia. Untuk mendorong terjadinya kerja sama yang saling menguntungkan antara negara-negara yang berada di Kawasan Samudera Hindia, serta untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk yang ada disekitarnya, maka pada tahun 1997 dicetuskan berdirinya Asosiasi Negara Lingkar Samudera Hindia/ Indian Ocean Rim Association (IORA) di Mauritius. 2. Persoalannya negara-negara yang menjadi anggota IORA, memiliki kompetensi yang tidak sama dalam hal kemampuan pengelolaan sistem matirim, terlebih dalam hal membangun postur pertahanan, khususnya pertahanan maritim. Disisi lain, dinamika keamanan global dalam beberapa tahun terakhir sangat tidak menentu, dimana hal tersebut berdampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap dinamika keamanan negara-negara anggota IORA sendiri. Dinamika keamanan global ini semakin tidak menentu dengan terjadinya perubahan skema global perdagangan dunia, disebabkan persaingan negara-negara Adidaya seperti China, AS dan India, yang berusaha menjadikan Samudera Hindia sebagai titik tumpu perdagangan internasionalnya di masa depan. IORA membuka pintu untuk mitra dialog dengan berbagai pihak diantaranya China, Mesir, Perancis, Inggris, Jerman, Jepang dan Amerika Serikat. Sejauh ini, ketujuh

Upload: lekhanh

Post on 08-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MARKAS BESAR ANGKATAN UDARA STAF AHLI

ANALISIS KERJA SAMA INDIAN OCEAN RIM ASSOCIATION (IORA) DIHADAPKAN DENGAN TUGAS TNI AU

Penulis: Kolonel Pnb Jefry Yandi Marsda TNI Dr. Umar Sugeng H., M.M.

Marsma TNI Emanuel Sugiharto

Pendahuluan

1. Samudera Hindia merupakan jalur vital perdagangan dunia. Sekitar lebih setengah

dari seluruh kapal kontainer di dunia melewati Samudera Hindia, dan sepertiga lalu lintas

kargo curah dunia, serta dua per tiga pengiriman minyak dunia melewati samudera ini.

Namun arti penting jalur pelayaran ini berbanding lurus dengan potensi ancaman

keamanan di sekitarnya. Terdapat puluhan negara yang memiliki pantai langsung

menghadap ke Samudera Hindia, dan lebih dari separuh diantaranya memiliki

permasalahan tersendiri, seperti kemiskinan, instabilitas politik, terorisme, bencana alam,

dan lain sebagainya. Dimana setiap permasalahan tersebut sewaktu-waktu dapat

menghambat sistem perdagangan global di Samudera Hindia. Untuk mendorong

terjadinya kerja sama yang saling menguntungkan antara negara-negara yang berada di

Kawasan Samudera Hindia, serta untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk yang

ada disekitarnya, maka pada tahun 1997 dicetuskan berdirinya Asosiasi Negara Lingkar

Samudera Hindia/ Indian Ocean Rim Association (IORA) di Mauritius.

2. Persoalannya negara-negara yang menjadi anggota IORA, memiliki kompetensi

yang tidak sama dalam hal kemampuan pengelolaan sistem matirim, terlebih dalam hal

membangun postur pertahanan, khususnya pertahanan maritim. Disisi lain, dinamika

keamanan global dalam beberapa tahun terakhir sangat tidak menentu, dimana hal

tersebut berdampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap dinamika keamanan

negara-negara anggota IORA sendiri. Dinamika keamanan global ini semakin tidak

menentu dengan terjadinya perubahan skema global perdagangan dunia, disebabkan

persaingan negara-negara Adidaya seperti China, AS dan India, yang berusaha

menjadikan Samudera Hindia sebagai titik tumpu perdagangan internasionalnya di masa

depan. IORA membuka pintu untuk mitra dialog dengan berbagai pihak diantaranya

China, Mesir, Perancis, Inggris, Jerman, Jepang dan Amerika Serikat. Sejauh ini, ketujuh

2

mitra dialog inilah yang secara langsung bersentuhan dengan kepentingan yang ada di

Samudera Hindia. Disamping negara-negara ini adalah negara kegiatan perdagangan

tertinggi di dunia, mitra dialog ini juga memiliki kepentingan lebih terkait masalah stabilitas

keamanan, dan kontinuitas jalur perlayaran di Samudera Hindia.

3. Indonesia sejak masa pemerintahaan Presiden Joko Widodo, memang

menitikberatkan kebudayaan maritim sebagai titik tumpu dalam visi pemerintahannya.

Gagasan untuk menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia menemukan

momentumnya dengan visi IORA, maka pada pertemuan di Jakarta tahun 2017, Indonesia

telah berhasil mendorong sebuah kesepakatan bersama dari seluruh anggota IORA yang

bersifat strategis melalui sebuah kesepakatan yang disebut Jakarta Concorde. Jakarta

Concorde mengamankan sejumlah point yang cukup kompleks, mencakup keamanan

dalam bentuk tradisional dan non tradisional. Hal ini akan memberikan peluang bagi TNI

AU dalam memantapkan jati diri sebagai tentara profesional dengan peralatan dan alutsista

modern, untuk siap dihadirkan dimana saja dan kapan saja. TNI AU terus mendukung

salah satu program pemerintah yang menjadi prioritas nasional yaitu menghadirkan

kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada

seluruh warga negara serta mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, dimana

TNI AU harus memiliki kemampuan yang optimal untuk mengamankan program tersebut

dengan melaksanakan maritime air strike dan maritime air support.

4. Rumusan Masalah. Analisa Kerja sama Indian Ocean Rim Association (IORA)

dihadapkan dengan Tugas TNI AU, berupaya menjawab beberapa pertanyaan sebagai

berikut:

a. Isu-isu apakah yang paling determinan dalam mempengaruhi dinamika

keamanan di sepanjang jalur pelayaran dan kawasan Samudera Hindia?

b. Apa saja variabel yang menjadi keydrive dalam mempengaruhi dinamika

keamanan maritim di kawasan Samudera Hindia?

c. Bagaimana Indonesia dengan segenap kelebihan dan kekurangannya,

dapat secara signifikan berkontribusi nyata dalam rangka mewujudkan kawasan

Samudera Hindia yang stabil dan aman?

3

5. Daftar Pengertian. Untuk memperoleh kesamaan dalam pembahasan naskah ini

terdapat pengertian yaitu Choke point adalah fitur geografis seperti lembah, defile atau

jembatan atau selat yang mau tidak mau harus dilalui oleh pasukan untuk mencapai tujuan,

biasanya dengan front yang lebih sempit sehingga mengurangi kemampuan tempur

pasukan atau armada tersebut.1

Kajian

6. Kajian tentang analisis IORA dihadapkan dengan tugas TNI AU adalah sebagai

berikut:

a. Gagasan awal berdirinya Indian Ocean Rim Association (IORA) dicetuskan

pertama kali oleh Nelson Mandela pada tahun 1994. Dimana pada saat itu beliau

menyarankan agar dibuatkan sebuah satu platform bersama untuk kerja sama pada

aspek sosial dan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara yang berada di

sepanjang pantai Samudera Hindia. Kemudian gagasan ini mendapatkan

dukungan dari banyak negara yang pada akhirnya mengadakan pembicaraan lebih

intensif pada tahun 1995 yang diselenggarakan oleh pemerintahan Mauritius.

Upaya membangun kerja sama itu sendiri secara formal baru di tegaskan pada

pertemuan pertama tingkat menteri di Mauritius pada tanggal 6-7 Maret 1997,

dengan organisasi bernama Indian Ocean Rim-Association for Regional

Cooperation (IOR-ARC). Pada perjalanannya, IOR-ARC baru berganti nama

menjadi IORA pada Pertemuan Tingkat Menteri di Perth pada tahun 2013,

pada saat Australia menjabat sebagai Ketua IORA.

b. IORA memiliki tiga tujuan utama dalam organisasinya, yaitu untuk

mendukung pertumbuhan dan perkembangan berkelanjutan negara anggotanya,

kerja sama ekonomi, dan liberalisasi. Pada awal pembentukannya IORA digagas

oleh India dan Afrika Selatan dan memiliki anggota awal Australia, Indonesia,

Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Sri Lanka, Tanzania, dan Yaman;

saat ini IORA memiliki 21 negara anggota, tujuh mitra dialog (Amerika Serikat,

China, Inggris, Mesir, Perancis, Jerman, dan Jepang), serta the Indian Ocean

Tourism Organization dan the Indian Ocean Research Group sebagai observer.

Pada tahun 2013, akumulasi Gross Domestic Product (GDP) negara-negara IORA

1 Wikipedia diakses dari https;id.m.wikipedia.org pada tgl. 2 November 2018 pukul 13.00 WIB

4

adalah 10% dari total GDP ekonomi dunia. Kegiatan impor negara-negara anggota

IORA mengalami peningkatan hampir 100% sejak tahun 2000 yang berjumlah

7,5%, menjadi 13,14% pada tahun 2013. Hal yang sama juga terjadi pada kegiatan

ekspor negara-negara anggota IORA, yang pada tahun 2000 sejumlah 8,09%,

menjadi 12,62% pada tahun 2013.2 Angka ini menunjukkan bahwa kerja sama

yang dilakukan selama ini memiliki prospek yang cukup menjanjikan, dan ini

membutuhkan garansi berupa stabilitas keamanan yang bersifat berkelanjutan di

sepanjang jalur lalu lintas perdagangan di Samudera Hindia.

c. Prioritas kerja sama dalam IORA adalah (i) Keselamatan dan Keamanan

Maritim; (ii) Fasilitasi Perdagangan; (iii) Manajemen Perikanan; (iv) Manajemen

Risiko Bencana Alam; (v) Kerja Sama Akademis dan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi; (vi) Pertukaran Kebudayaan dan Pariwisata. Di luar prioritas tersebut,

IORA juga mengangkat dua buah cross cutting issues yaitu Blue Economy dan

Women Empowerment.

Negara Anggota IORA Negara

Mitra Dialog IORA

Gambar 1. Negara anggota IORA dan Negara Mitra Dialog IORA

d. Indonesia secara resmi memegang ketua IORA periode tahun 2015-2017

dengan Afrika Selatan sebagai Wakil Ketua pada Pertemuan Tingkat Menteri (PTM)

ke-15 di Padang. Indonesia adalah satu-satunya ketua IORA yang menetapkan

tema "Strengthening Maritime Cooperation in a Peaceful and Stable Indian Ocean".

Gagasan dan prakarsa strategis Indonesia pada masa ketuanya yang telah

disetujui: (i) membentuk IORA Concord sebagai outcome strategis 20 tahun IORA;

dan (ii) penyelenggaraan KTT IORA (one-off) pada Maret 2017. Dalam

2 Presentasi Prof. V.N. Attri, Growing Strength of Indian Ocean Rim Association (IORA) And Emerging

Global Development Paradigms.

5

kapasitasnya tersebut, Indonesia menetapkan prioritas untuk memperkuat

regionalisme di kawasan Samudera Hindia melalui pembentukan IORA Concord,

pengaruh utamaan gagasan Poros Maritim Dunia, memajukan kerja sama IORA

dan isu lintas sektoral dan melanjutkan penguatan institusi.

Kompetisi Global dan Regional Dalam Keamanan Kawasan Samudera Hindia

7. Pada era saat ini terdapat kompetisi global dan regional yang terjadi di kawasan

Samudera Hindia, dimana beberapa negara berupaya untuk memberikan pengaruh

signifikan pada pemenuhan kepentingan di kawasan ini. Terutama yang perlu menjadi

perhatian adalah mengenai kepentingan Amerika Serikat, China, kebangkitan India, dan

juga kepentingan Australia dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kepentingan Amerika Serikat.

1) Salah satu fenomena penting yang cukup signifikan mempengaruhi

skema kompetisi kekuatan global, adalah kemenangan Donald Trump dari

Partai Republik pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat pada tanggal 8

November 2016. Kemenangan ini telah secara langsung berdampak pada

dinamika hubungan internasional di semua lini, tampaknya alur perjalanan

Trump sedang mengikuti arus besar kemenangan kelompok konservatif di

hampir semua belahan dunia.3 Dalam beberapa tahun terakhir gelombang

kemenangan ini sudah menyelimuti hampir semua negara di Eropa, bahkan

kelompok ini sekarang mendominasi Uni Eropa. Terakhir jejak kemenangan

kelompok Brexit dalam referendum di Inggris menunjukkan betapa ide-ide

konservatif ini semakin menuai dukungan.4

2) Di level kebijakan luar negeri, pemerintahan baru AS terlihat

kecenderungan lebih individualis dari sebelumnya. Dengan tagline “America

First”, secara perlahan AS mulai mengendurkan pengaruhnya di berbagai

forum internasional, khususnya yang dianggap tidak secara langsung

memberi keuntungan pada AS.

3 Giddens, Anthony, Teori Konservatif, 2012. 4 Duverger, Maurice, Teori Konservatif, 2003.

6

3) Secara global, ada interdependensi antar negara yang semakin

terbuka dan terhubungkan. Tidak ada negara yang dapat berdiri sendiri,

bahkan negara- negara besar di Eropa membutuhkan komponen-komponen

dari negara berkembang untuk memperkuat persenjataannya. Hal ini terkait

dengan revolusi tahap-4 yang berhubungan dengan Cyber, akan menjadi

tantangan yang semakin besar untuk negara-negara.

Global Shipping Routes

Gambar 2. Jalur Pelayaran Global5

Terkait dengan hal tersebut, salah satu isu keamanan yang sangat mungkin

menarik perhatian AS adalah masalah keamanan di Timur Tengah. Munculnya

kebijakan kontroversial negara-negara Teluk (Arab Saudi, Uni Emirate Arab,

Bahrain, Mesir dan Yaman) yang memutuskan hubungan diplomatik secara

serentak terhadap Qatar pada tanggal 5 Juni 2017 lalu, menunjukkan eskalasi

keamanan di wilayah Teluk belum akan reda dalam beberapa waktu ke depan.

b. Kepentingan China.

1) Adidaya dunia yang saat ini juga sedang menata kekuatan

ekonominya adalah China. Beban kebutuhan ekonomi dalam negeri yang

demikian berat, seiring dengan tuntutan pertumbuhan yang semakin

tinggi, membuat China melakukan ekspansi pasar seluas-luasnya ke

seluruh dunia. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, China ingin

menghidupkan kembali Jalur Sutra kuno melalui dua sumbu utama, yaitu

Sabuk Ekonomi Jalur Sutra atau Silk Road Economic Belt (Jalur Sutra

5 Riefqi Muna, Mdefstud, PhD. (Peneliti Utama P2P LIPI RI)

7

Darat) dan 21st Century Maritime Silk Road (Jalur Sutra Laut).

Belakangan, dua konsep tersebut melahirkan Belt and Road Initiative

(BRI) yang dipandang luas sebagai kebijakan luar negeri dan strategi

ekonomi Tiongkok.6 Bagi China, gagasan 21st Century Maritime Silk Road

sejalan dengan kebijakan Presiden Joko Widodo: Poros Maritim Dunia.

Kedua kebijakan ini tidak akan tumpang tindih, sebaliknya hal ini dapat

menjadi momentum strategis bagi kedua negara untuk melakukan

sinergitas visi kenegaraannya.7

2) Rencana kerja sama antara Thailand dengan China untuk membuat

Terusan Kra cukup menyita perhatian Negara-Negara di kawasan Asia

Tenggara. Dalam sebuah jurnal penelitian yang dibuat oleh Institute of

Developing Economies (IDE), Terusan ini diperkirakan akan menjadi

pembunuh jalur pelayaran tradisional di Asia Tenggara, (Natuna, Selat

Philips, dan Selat Malaka). Negara yang paling banyak merasakan dampak

negatif dari Terusan Kra adalah Singapura, kemudian Malaysia, dan

Indonesia, sedangkan Negara yang akan mendapatkan keuntungan tertinggi

adalah China, Jepang, Uni Eropa dan Thailand. Tapi yang menarik adalah

total peningkatan keuntungan perdagangan global dari adanya Terusan Kra

yaitu 86,311 Juta Dollar pada tahun 2030 atau setara dengan 0,06%.8

Gambar 3. Jalur Strategis Maritim dan Daratan9

6 https://beltandroad.hktdc.com, di Akses 13 Juni 2018 7 Dalam salah satu wawancara yang dilakukan oleh media massa pada 25 April 2017, Deputi Direktur Jenderal The Foreign Affairs Office of Fujian Provincial People's Government Li Lin, berkata “Belt and Road Initiative (BRI), khususnya 21st Century Maritime Silk Road, sangat sinkron dengan strategi maritim global Indonesia. Jadi, kami berharap dengan diawali oleh kerja sama pemerintah daerah, bertukar gagasan atau informasi kita dapat lebih mengerti kebijakan satu sama lain, strategi pengembangan satu sama lain. Sehingga barulah kerja sama dan pertukaran konkret dapat dilakukan". http://global.liputan6.com, diakses 13 Juni 2018 8 http://www.ide.go.jp, diakses tanggal 10 Oktober 2018 9 https://thaimilitaryandasianregion.wordpress.com. Diakses 14 Juni 2018

8

3) Disisi lain, yang sangat penting diperhatikan disini, nilai strategis

jalur laut di Samudera Hindia, Selat Malaka, Selat Natuna, hingga Laut China

Selatan, memiliki nilai yang sangat tinggi bagi China. Menurut laporan

Departemen Pertahanan AS, sekitar 84% suplay energy China melewati

sepanjang jalur di tahun 2012.10 Dengan demikian, keputusan China untuk

bekerja sama dengan Thailand membangun Terusan Kra adalah kebutuhan

yang sangat strategis dan menguntungkan. China dapat memangkas biaya

operasional perjalanan, sekaligus membuka rezim pelayaran baru di

kawasan Asia Tenggara. Hanya memang, China dan Thailand akan

berhadapan dengan kekuatan tradisional seperti Indonesia, Malaysia dan

Thailand yang akan merasakan langsung dampak dari pembangunan

Terusan tersebut.

c. Kebangkitan India. Visi India di kawasan Samudera Hindia tercermin

dalam SAGAR yang berarti ocean (samudera), yang fokus pada keamanan dan

pertumbuhan di kawasan. Salah satu implementasi dari kebijakan ini adalah

dengan dibentuknya beberapa proyek pembangunan infrastruktur maritim.

Proyek ini disebut dengan Project Sagarmala. Proyek ini telah menghabiskan

sekitar 70.000 rupee India untuk proyek infrastruktur dan lebih dari 1 triliun rupee

India untuk upgrade 12 pelabuhan besar di India. Untuk mewujudkan

kebijakannya, India harus membangun iklim kepercayaan dan hubungan kerja

sama yang baik dengan negara-negara tetangganya. Hal ini dapat dicapai

melalui investasi dan bantuan pembangunan infrastruktur maritim di kawasan

Samudera Hindia (IORA), khususnya pada negara-negara seperti Bangladesh,

Myanmar, Srilanka, Maladewa, Oman, dan Iran. Proyek SAGAR menjadi proyek

penting bagi India, dimana proyek pembangunan India ini sangat signifikan

menjadi kekuatan baru di kawasan Samudera Hindia, dalam konteks bilateral

antara India dan Indonesia terdapat dalam kerja sama pertahanan Indonesia dan

India yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2002 dan telah mengimplementasikan

the India and Indonesia Coordinated Patrol (CORPAT), yang terakhir dilaksanakan

ke-29 pada bulan Mei tahun 2017.11

10 Annual Report to Congress; Military and Security Developments Involving The Peoples Republic Of China2014, https://www.defense.gov, diakses 21 Juni 2018 11 Captain Nishant Kumar, Director Military Affairs, AL India, dalam kunjungan perjalanan dinas ke India, Agustus 2018.

9

d. Kepentingan Australia.

1) Australia sangat mendukung apabila IORA dapat menerapkan “pratical

engagement” yang bersifat teknis, praktis, dan efektif serta target oriented.

Sebagai contoh dengan mengadakan pilot project untuk kerja sama SAR

dan oil spill management technique dalam rangka disaster management.

Kompleksitas isu global terkini merupakan common challenges yang

mempengaruhi the way of addressing terhadap kedua isu utama IORA di

atas. Dapat dicontohkan bahwa dengan merebaknya pop-up issues, seperti

aksi, terorisme, radikalisme, perdagangan manusia, money laundering, drugs

trafficking, small arms trading, atau kejahatan lintas negara lainnya

merupakan common threat yang menyebabkan IORA perlu segera

mengambil sikap responsif dan langkah antisipatif dalam rangka pengamanan

program kerja sama.

2) Australia memiliki kepentingan yang kuat terhadap IORA karena masa

depan ekonomi Australia maupun keamanan di sekitar wilayah Barat Australia

akan sangat bergantung pada stabilitas ekonomi dan keamanan di Samudera

Hindia. Pandangan Australia terhadap IORA dinilai positif karena IORA

memiliki peran yang strategis sebagai salah satu forum pendorong stabilitas

kawasan, dan IORA dapat juga diarahkan sebagai masa depan ekonomi

dunia. Australia mempunyai pandangan mengenai konsep Women

Empowerment yang IORA canangkan, dimana konsep pengembangan itu

akan lebih baik jika dibentuk dalam sebuah format women economic

empowerment yang dirasakan cukup berhasil dalam pelaksanaan program

peningkatan ekonomi. Kerja sama bilateral antara Indonesia dan Australia

diharapkan dapat mewujudkan kerja sama yang lebih baik. Australia juga siap

mendukung Indonesia dalam pelaksanaan program-program IORA di masa

depan. Meskipun keragaman negara-negara IORA menjadi perhatian,

namun diyakini bahwa kerja sama yang baik akan dapat dilaksanakan

diantara negara-negara anggota.12

12 Hasil pertemuan dengan Ms. Ruth Stone (Director of Indian Ocean Section), DFAT, Australia, Agustus

2017

10

8. Dinamika Keamanan Maritim. Heidelberg Institute for International Conflict

Research di tahun 2011 menyebutkan data bahwa kawasan Samudera Hindia merupakan

kawasan yang paling bermasalah dan berpotensi sekali untuk sebagai pemantik masalah

baik itu kasus di negara-negara pantai sekelilingnya yang berpengaruh pada stabilitas jalur

komunikasi kawasan atau bahkan masalah maritim langsung di Samudera Hindia. Gambar

di bawah ini menggambarkan jumlah kasus pertahun yang ada yaitu kejahatan maritim

yang marak terjadi di kawasan regional ini seperti pembajakan (piracy)/ perompakan

bersenjata di laut (armed robbery at sea), sengketa wilayah, terorisme dan pelibatan negara

adikuasa di jalur pelayaran Samudera Hindia. Sedangkan, persoalan lainnya seperti

perdagangan gelap melalui laut (illicit trafficking by sea)

Gambar 4. Data pembajakan yang terjadi di kawasan Samudera Hindia pada 2008-201113.

a. Pembajakan dan Perompakan Bersenjata.

Kasus kejahatan maritim yang paling banyak terjadi di kawasan Samudera

Hindia (data pada tahun 2012) adalah kasus pembajakan dan perampokan

bersenjata di laut, khususnya di lepas pantai Somalia yang juga dalam kawasan

Samudera Hindia. Delapan puluh persen ekspor minyak dunia melewati choke

point di IORA. Sekitar 17 juta barel minyak mentah melewati Selat Hormuz dan

15,2 juta barel melewati Selat Malaka setiap harinya, menurut Administrasi

Informasi Energi A.S. Perompak yang menyasar kapal-kapal ini masih menjadi

ancaman langsung bagi kebebasan pergerakan di lautan, demikian menurut IORA.

Serangan perompak di tiga choke point utama di IORA mengalami kenaikan pada

tahun 2014, dapat dijelaskan antara lain:

13 Risk Intelligence dalam Stimson 2012

11

1) Antara bulan Januari dan November 2014, perompak membajak dua

kapal yang berlayar di Selat Malaka dan menaiki 11 kapal kargo atau tanker

yang sedang berlabuh di pelabuhan dan mencuri kargo, demikian menurut

Biro Maritim Internasional (IMB). Di Selat Singapura, yang berada di

tenggara Selat Malaka, perompak menaiki 25 kapal dan mencuri kargo. Di

Selat Hormuz, perompak mencoba menyerang satu kapal dan menembaki

kapal lainnya. Perompak menyerang 129 kapal di kawasan Indo-Asia-

Pasifik antara bulan Januari dan September 2014, dan sebagian besar

insiden melibatkan pencurian kargo, demikian menurut Perjanjian Kerja

Sama Regional untuk Memerangi Pembajakan dan Perampokan Bersenjata

di Kapal di Asia, atau Regional Cooperation Agreement on Combating

Piracy and Armed Robbery Against Ships in Asia (ReCAAP).

2) Pada tahun 2013, menurut data International Maritime Bureu (IMB)

perompak hanya menyerang satu kapal di Selat Malaka, sembilan di Selat

Singapura, dan tidak ada serangan perompak di Selat Hormuz. Asia

Tenggara mengalami 128 insiden perompakan di tahun 2013, paling banyak

di dunia, dengan 106 serangan atau pencurian kargo dilaporkan di

Indonesia, sembilan di Malaysia, dan tiga di Filipina, selain serangan di selat

Malaka dan Singapura, IMB. Afrika melaporkan 79 serangan, dengan tujuh

di antaranya terjadi di Samudra Hindia di lepas pantai Somalia, dan pihak

berwenang India dan Bangladesh melaporkan 26 insiden perompakan

kepada IMB.

3) Jumlah serangan perompak di Samudera Hindia di lepas pantai India

dan Bangladesh berfluktuasi sejak tahun 2009 ketika terjadi 30 insiden, turun

menjadi 16 pada tahun 2011, yang terendah dalam kurun lima tahun, lalu

naik menjadi 26 pada tahun 2013, kata IMB. Secara keseluruhan, 264

serangan perompak di perairan internasional terjadi pada tahun 2013, yang

terendah sejak tahun 2009, ketika terjadi 410 insiden.

b. Sangketa Wilayah

Sengketa wilayah juga menjadi dinamika tersendiri dikawasan Samudera

Hindia, seperti antara India dan Sri Lanka masih bersengketa atas lahan perikanan

di Selat Palk yang terletak di antara kedua negara itu. India dan Bangladesh

12

dahulu memperebutkan daerah seluas 23.000 kilometer persegi di Teluk Benggala,

tetapi sengketa tersebut telah diselesaikan Akan tetapi, persaingan yang

berkembang antara Tiongkok dan India, kini dianggap sebagai tantangan nyata bagi

stabilitas di IORA.

c. Terorisme

Bila memperhatikan perkembangan isu terorisme global, hampir semua

organisasi yang dicap sebagai teroris yang masih aktif hingga saat ini, berlokasi di

sekitar kawasan Samudera Hindia. Hal ini dapat terlihat di Tabel dibawah ini. (Lihat

Lampiran)

d. Pelibatan Negara Adidaya

Disamping itu eksistensi negara-negara besar terlihat dengan apa yang

dilakukan China ini adalah respon objektif atas potensi ancaman yang ada di

sepanjang jalur pelayaran Samudera Hindia.

Gambar 5. Indian Ocean Port Development14

1) China sudah membangun instalasi perdagangan hingga ke Benua

Afrika, demikian juga AS dan India. China berkerja sama dengan beberapa

negara untuk membangun pelabuhan dan jasa pelayanan perdagangan,

seperti di Srilangka. Akan tetapi, sambil membangun infrastruktur untuk

14 https://www.cfr.org, diakses 20 Juni 2018

13

menunjukkan tujuan-tujuan ekonomi dan perdagangan (soft power), China

juga mengeluarkan investasi militer dalam rangka menunjang visi ekonomi

tersebut. Saat ini, China sudah bertekad bulat semua pemesanan alutsista

dari Srilangka dan Pakistan. Dimasa yang akan datang, China juga akan

meningkatkan kerja sama di bidang pertahanan dan keamanan maritim

dengan negara-negara mitranya mulai dari Asia Selatan, hingga ke Afrika.

2) Hal yang sama juga terjadi dengan AS. Dimana untuk menjamin

keamanan dan keselamatan komoditinya, AS sudah sejak lama membangun

Pangkalan Angkatan Laut ke V, di Diego Garcia yang merupakan salah satu

pangkalan militer terbesar di dunia. Pangkalan ini mampu melingkupi

hampir seluruh kawasan Samudera Hindia, mulai dari Australia, hingga

Afrika Selatan. Pangkalan militer inilah yang selama beberapa dekade

terakhir menjadi soko guru pertumbuhan ekonomi AS dan sekutu-sekutunya.

Hampir seluruh komoditi AS dan sekutunya yang melewati kawasan

Samudera Hindia, dijamin keamanannya oleh Armada ke V ini. Adapun untuk

keamanan dan keselamatan pelayaran di kawasan Asia Tenggara, AS

adalah salah satu negara mitra wicara strategis ASEAN dalam ARF dan juga

dalam ADMM Plus, dan tidak lupa melakukan koordinasi yang intens dengan

semua stakeholder di kawasan Asia Tenggara dalam berbagai isu

keamanan.

9. Peran Indonesia Dalam IORA. Pada kepemimpinan Indonesia periode 2015-

2017, IORA menggunakan tema kerja yaitu "Strengthening Maritime Cooperation in a

Peaceful and Stable Indian Ocean". Dalam kapasitasnya tersebut, Indonesia menetapkan

prioritas untuk memperkuat regionalisme di kawasan Samudera Hindia melalui

pembentukan IORA Concord, landasan utama mengenai gagasan Poros Maritim Dunia,

memajukan kerja sama IORA dan isu lintas sektoral dan melanjutkan penguatan institusi.15

a. Posisi Indonesia di Samudera Hindia

1) Berbicara di forum-forum internasional, Presiden RI Joko Widodo

selalu mengungkaplan bahwa pentingnya peran Indonesia sebagai poros

maritim dunia. Sebagai negara kepulauan terbesar yang terletak diantara

15 http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/kerjasama-regional/Pages/IORA.aspx, diakses pada tanggal 23 September 2017

14

Samudera Hindia dan Pasifik, Presiden Jokowi menekankan bahwa

Indonesia dapat memainkan perannya sebagai negara maritim, termasuk

kebijakan luar negeri. Dalam beberapa waktu, fokus utama Indonesia

selama ini masih berkutat di sekitar ASEAN, dan negara-negara yang

terletak di sebelah utara. Hal ini terjadi karena adanya kepentingan kerja

sama ekonomi yang erat antara Indonesia dengan negara-negara di Asia

Timur dan Asia Tenggara. Dengan adanya visi poros maritim, kebijakan

politik luar negeri Indonesia bertekad untuk memperluas ruang diplomasi

Indonesia, dari ASEAN sentris menuju Indo Pasifik. Namun, dalam

pelaksanaannya Indonesia harus berhati-hati dalam memahami wilayah

Samudera Hindia dan harus juga memahami aspek-aspek yang benar-benar

ada manfaatnya. Untuk menghindari adanya persaingan dan perebutan

pengaruh di kawasan regional Samudera Hindia, diperlukan upaya yang

lebih besar untuk menjaga stabilitas kawasan dan di sinilah Indonesia dapat

memainkan peran, membantu memperkuat dan mengubah IORA menjadi

sebuah forum regional yang disegani.

2) Selaku pendukung sejak dahulu akan regionalisme di Asia Timur,

Indonesia memiliki posisi ‘cantik’ untuk menerapkan konsep persamaan di

Samudera Hindia. Indonesia berperan dalam mencetuskan Piagam ASEAN.

Selain itu, salah satu warisan Indonesia yang sangat fenomenal adalah

Traktat Persahabatan dan Kerja sama yang menjadi pondasi utama dalam

membangun perdamaian dan kerja sama. Di Samudera Hindia, Indonesia

juga tidak memiliki konflik dengan negara lain. Bersama Malaysia dan

Singapura, Indonesia bahkan mencontohkan kerja sama keamanan trilateral

dalam Malacca Strait Sea Patrol.

3) Indonesia memiliki potensi untuk mempengaruhi arah dan bentuk

dinamika kawasan Samudera Hindia. Berkaca pada kelihaian diplomatiknya

di Asia Tenggara dan Pasifik, Indonesia pasti bisa melakukan hal yang sama

untuk menjadikan IORA sebagai forum utama kerja sama regional. Melihat

pengaruh bagi keberadaan Indonesia dalam konteks Samudera Hindia yang

merupakan salah satu samudera penting yang memberikan banyak harapan

dan keanekaragaman potensi yang belum termanfaatkan bagi kepentingan

Indonesia. Oleh sebab itu, sudah saatnya menjadikan Samudera Hindia

sebagai bagian dari halaman depan Indonesia dengan memperkuat dan

15

meningkatkan kebijakan pemerintah, maka dari itu, karena strategitas inilah

Samudera Hindia menjadi objek yang core / inti kerja sama dalam IORA.

4) Sebagai anggota G-20, Indonesia diyakini akan dapat berperan besar

memperkuat kerja sama IORA di masa datang. Negara-negara anggota

IORA lainnya berharap pengalaman dan peran sentral Indonesia di ASEAN

sebagai asosiasi kerja sama. Negara-negara berkembang akan dapat

membawa perubahan yang signifikan dalam kerja sama IORA. Penguatan

poros maritim merupakan satu hal yang akan diangkat Indonesia selama

periode keketuaan dua tahun ke depan. Hal ini dikarenakan 6 prioritas

utama IORA tersebut ternyata tertuang juga dalam komitmen Indonesia

untuk menjadi poros maritime Saat India menjadi Ketua tahun 2011 ada 6

prioritas utama IORA, yaitu keamanan dan keselamatan maritim,

manajemen risiko bencana, perdagangan dan investasi, perikanan, kerja

sama akademik dan iptek, serta pariwisata dan kebudayaan.

b. Indonesia dan Strategi Kawasan Samudera Hindia.

1) Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun

2015, Tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara Tahun 2015-2019,

“Secara konseptual, geopolitik Indonesia adalah wawasan nusantara, yaitu

cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan bentuk

geografinya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pelaksanaannya, wawasan

nusantara mengutamakan kesatuan wilayah dan menghargai kebhinekaan

untuk mencapai tujuan nasional”.

2) Dasar pemikiran yang sama juga terjadi pada saat nusantara

kemudian memutuskan untuk menjadi satu bangsa yaitu Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Dalam menyusun doktrin politik luar negerinya, sejak

awal Indonesia sudah menyatakan dirinya “bebas aktif” dalam pergaulan

internasional. Hal ini mengingat, posisi strategis geopolitik Indonesia, tidak

memungkinkan Indonesia untuk memihak salah satu kelompok kepetingan

didunia, dan mengabaikan hak-hak bangsa lain. Sebagai negara

kepulauan yang menjadi jalur lalu lintas komunikasi dan perdagangan dunia,

Indonesia secara langsung bersentuhan dengan setiap dinamika dan isu

16

keamanan di laut. Konsekuensi dari posisi geografis yang demikian

kompleks dimilikinya, dapat dimaknai dari dua perspektif, yaitu sebagai

peluang (opportunity), dan juga ancaman (threat). Sebagai sebuah peluang,

Indonesia dituntut untuk optimis dan percaya diri dapat mengelola setiap

peluang menjadi keuntungan bagi kemakmuran bangsa seluas-luasnya.

Sedang sebagai ancaman, pemerintah dituntut untuk mampu menyiapkan

sistem pertahanan yang handal, memiliki daya getar (deterrents), dan

komprehensif (bersifat semesta).

3) Komadan Sekolah dan Komando TNI Angkatan Laut Laksamana

Muda Amarulla Octavian pada saat mengikuti acara Internastional maritime

Symposium yang digelar india Naval War College di INS Madovi, Goa, India,

Selasa (16/10) mengatakan bahwa pentingnya peningkatan kerja sma

keamanan maritim di Samudera Hindia. Peningkatan kerja sama tersebut

harus menggunakan pendekatan ancaman nontradisional. Kerja sama

keamanan maritim antara Angkatan laut, Cost Guard, dan berbagai institusi

pemerintah dari negara-negara kawasaan Samudera Hindia harus selaras

dengan kepentingan global dan program PBB yakni Sustainable

Development Goals (SDG). Menurut Laksda TNI Amurulla Octavian, inisiatif

Indonesia tersebut disampaikan secara komprehensif ketika ekosistim

kelautan dan sumber daya hayati mamritim harus dilindungi dan dijaga

bersama dari berbagai ancaman. Pengalaman Indonesia di bawah

Pemerintahaan Presiden Joko Widodo dengan visi Poros Maritim Dunia

sangat berhubungan erat dengan kepentingan negara-negara di kawasan

Samudera Hindia. Seruan dan inisiatif Indonesia tersebut mendapat

apresiasi dan diterima menjadi salah satu agenda pertemuan IORA dan

IONS berikutnya.16

c. Politik Luar Negeri Indonesia dalam IORA

1) Selain memantapkan eksistensinya di organisasi internasional seperti

G20 dan APEC, Indonesia juga berhasil menyelenggarakan KTT IORA di

Jakarta, dan menghasilkan Jakarta Concode, dimana Indonesia juga

dipercaya untuk memimpin organisasi ini. Dalam rencana kerja sama antar

16 Laporan harian Dispamsanau, halaman 5, tanggal 18 okt 2018

17

negara IORA ke depan, Indonesia menginisiasi fokus kerja sama pada

keamanan dan keselamatan di laut. Dimana bila dihadapkan dengan

realitas geopolitik dan geostrategis Samudera Hindia sekarang, hal ini tentu

saja sangat kontekstual dan secara strategis memiliki urgensi sangat tinggi.

Dari sisi kepentingan Indonesia sendiri, peran sentral yang di miliki sekarang

di IORA, tentu menambah posisi tawar tersendiri bagi Indonesia di forum

internasional. Sebagai negara yang menjadi jalur lalu lintas utama dunia,

Indonesia tidak hanya berhadapan dengan dinamika geopolitik di kawasan

Samudera Hindia, melainkan juga akan berhadapan dengan dinamika

keamanan yang terjadi di Kawasan Samudera Pasifik, seperti di Asia

Timur dan Laut China Selatan yang hingga saat ini masih terus bereskalasi.

2) Terkait dengan isu keamanan yang terjadi di Samudera Hindia, akan

cukup sulit untuk mengajak seluruh negara anggota ASEAN secara penuh

terlibat dan fokus sebagaimana yang dilakukan dalam menghadapi isu

keamanan di Samudera Pasifik, selain beberapa negara seperti Thailand,

Singapura dan Malaysia yang dalam hal ini memang sudah menjadi anggota

IORA. Oleh sebab itu, arti penting IORA bagi Indonesia memiliki nilai

strategis yang cukup tinggi. Dengan posisi diplomatiknya yang cukup

mapan di ASEAN dan di IORA, Indonesia akan mampu berbicara banyak

dalam isu keamanan global, khususnya keamanan maritim, dan

mendayagunakannya sebaik mungkin bagi kepentingan nasional Indonesia.

Hanya saja persoalannya saat ini, IORA belum menemukan format kerja

sama yang solid seperti ASEAN. Sebagaimana yang dihasilkan dari

kegiatan kunjungan delegasi Kementerian Pertahanan Indonesia ke

Canberra, Australia, pada Agustus 2017 lalu. Dimana salah satu persoalan

mendasar dalam kerja sama IORA yaitu sulitnya menyatukan suara para

negara anggota IORA dikarenakan demikian luasnya perbedaan yang ada

diantara negara anggota itu sendiri seperti perbedaan kekuatan ekonomi,

pertahanan, politik, budaya, jumlah penduduk, luas wilayah, ditambah

kepentingan-kepentingan yang hadir ditengahnya. Oleh karena itu,

pendekatan yang tepat dalam penyelesaian permasalahan/isu-isu dan

program kegiatan IORA dapat dilaksanakan melalui pendekatan bilateral

maupun minilateral.

18

3) Di bidang perdagangan, IORA memiliki peranan sentral, salah

satunya, sebagai upaya alternative penetrasi produk Indonesia ke pasar

non-tradisional. Kontribusi terhadap volume perdagangan antar negara

IORA (96%) dipengaruhi oleh 6 negara utama, yaitu Singapura, Malaysia,

India, Indonesia, Australia dan Afrika Selatan. Volume perdagangan ini

dapat terus digenjot melalui serangkaian kebijakan, antara lain asosiasi

perdagangan (diperkirakan meningkat 22%), Preferential Trade Agreement

(PTA) (diperkirakan meningkat 11%) dan peningkatan skala ekonomi

(diperkirakan meningkat 11%).

10. Efektifitas Sistem Keamanan Maritim

a. Indonesia berhasil mengelola keuntungan strategis dari posisi geografisnya,

maka UNCLOS 1982 dapat menjadi payung hukum yang cukup untuk melindungi

pertahanan dan kedaulatan nasionalnya. Akan tetapi, bila bangsa Indonesia tidak

cukup cermat dalam mengelola potensi strategis geografisnya, ini akan melahirkan

ancaman aktual bagi pertahanan, keamanan dan kedaulatannya. Berbagai

ancaman dapat saja timbul dari sini, yaitu pencurian illegal fishing, illegal smuggling,

perompakan bersenjata, terorisme, dan lain sebagainya. Salah satu tantangan

terbesar dalam pengamanan wilayah maritime ini, adalah penegakan hukum yang

tegas di laut. Hal ini sangat penting, mengingat 2/3 wilayah kedaulatan Indonesia

adalah wilayah perairan. Dengan luas hampir mencapai 2 juta Km2, dan

berbatasan secara langsung maupun tidak langsung dengan 10 negara,

menjadikan Indonesia memiliki tingkat kerawanan yang sangat tinggi terhadap

ancaman. Bila merujuk pada sejarah di nusantara hingga masa Indonesia

merdeka sekarang ini, hampir 90% ancaman yang datang dan kemudian

mengganggu kedaulatan di seluruh kepulauan di nusantara, selalu masuk melalui

jalur laut.

b. Penguatan sistem alutsista dalam rangka meningkatkan pertahanan

Angkatan Laut dan Angkatan Udara Indonesia memang sesuatu yang tidak bisa

ditawar. Setidaknya dapat memenuhi tuntutan Minimum Essensial Force (MEF).

Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah. Disatu sisi, Indonesia

dituntut untuk dapat memanfaatkan peluang dan meningkatkan daya saingnya

sebagai Poros Maritim Dunia, namun disisi lain, upaya tersebut juga menuntut satu

sistem keamanan maritime yang tangguh.

19

11. Kemampuan Nasional. Merujuk pada kompleksitas ancaman yang dihadapi

Indonesia, maka optimalisasi kemampuan nasional menjadi satu tuntutan yang tidak bisa

ditawar adalah:

a. TNI AU memiliki peran yang penting dalam mewujudkan visi Indonesia

sebagai Poros Maritim Dunia. Untuk itu, TNI AU perlu mengajukan konsep menjaga

kedaulatan seluruh perairan dan daratan Indonesia selama 24 jam berdasarkan

UNCLOS 1982 yang telah diratifikasi menjadi UU Nomor 17 tahun 1985. TNI AU

harus mengembangkan konsep Sistem Pertahanan Udara yang modern dan canggih

melindungi keselamatan NKRI dengan menyiapkan sistem deteksi dini dan sistem

interseptor. Perlu dikaji kedua sistem tersebut untuk mampu menangkis datangnya

rudal tersebut di luar zona ekonomi eksklusif (ZEE). Kebijakan “Minimum Essential

Force” (MEF) dan Rencana Strategis TNI AU merupakan jawaban yang tepat dan

terus dilaksanakan. Saat ini, kita berada di akhir Renstra II (2015 – 2019) dan

kebijakan MEF Tahap II, kita terus berusaha untuk segera mewujudkan terpenuhinya

pengadaan alutsista Angkatan Udara, seperti pesawat tempur pengganti F-5 dengan

pesawat tempur generasi empat setengah (4,5), pesawat angkut berat, pesawat

multipurpose amphibious, pesawat helikopter angkut berat, pesawat tanpa awak

(UAV), Radar GCI, senjata udara dan rudal penangkis serangan udara serta fasilitas,

sarana prasarana lainnya. Pesawat-pesawat tempur TNI AU dipersenjatai dengan

rudal, antirudal jarak jangkau minimal 25 Nm (sekitar 48 km). TNI AU konsisten

dengan konsep netwok centric operation, maka langkah awal adalah menempatkan

kekuatan tempur utama TNI AU di wilayah perbatasan, mengingat jarak jelajah

pesawat TNI AU sangat ditentukan dari mana pangkalan awalnya untuk airborne.

b. Penegakan Hukum di Laut

Optimalisasi ini bertujuan untuk memenuhi hak dan kewajiban Indonesia atas

wilayah kedaulatannya, sebagai dampak dari kesepakatan internasional yang

tertuang dalam UNCLOS 1982. Salah satunya adalah pelaksanaan hak lintas

damai. Dimana hal ini telah diakomodasi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36

Tahun 2002, hak lintas alur laut kepulauan diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 37 Tahun 2002. lndonesia memberikan akses kepada kapal dan pesawat

udara Malaysia untuk melaksanakan hak lintas akses dan komunikasi sebagaimana

tertuang dalam Perjanjian Bilateral yang telah diratifikasi dengan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1983. Hak lintas transit berlaku di Selat Malaka, Selat Philips

20

dan Selat Singapura yang digunakan untuk pelayaran internasional antara satu

bagian laut lepas atau ZEE dan bagian laut lepas atau suatu ZEE lainnya. Lintas

transit berarti pelaksanaan kebebasan pelayaran dan penerbangan semata-mata

untuk tujuan transit yang terus menerus, langsung dan secepat mungkin. Kapal

dan pesawat udara sewaktu melaksanakan hak lintas transit harus:

1) Lewat dengan cepat melalui atau di atas selat.

2) Menghindarkan diri dari ancaman atau penggunaan kekerasan

apapun terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik

negara yang berbatasan dengan selat atau dengan cara lain apapun yang

melanggar asas-asas hukum internasional yang tercantum dalam Piagam

PBB.

3) Menghindarkan diri dari kegiatan apapun selain transit secara terus

menerus langsung dan secepat mungkin dalam cara normal kecuali

diperlukan karena force majeure atau karena kesulitan.

Pelaksanaan hak lintas damai dilakukan dengan menggunakan alur laut

yang lazim digunakan untuk pelayaran internasional dan memperhatikan pedoman

pelayaran yang dikeluarkan oleh instansi berwenang di bidang keselamatan

pelayaran. Setiap kapal asing yang melaksanakan lintas damai wajib berada dalam

batas-batas alur pelayaran yang wajar dengan kecepatan dan arah yang sesuai

dengan navigasi yang normal dalam rangka menuju tempat tujuan pelayaran.

c. Mendukung Anggaran Pertahanan Dihadapkan pada Optimalisasi

Alutsista

Anggaran pertahanan merupakan satu hal yang sangat dilematis bagi

Indonesia. Di tengah gecarnya pemerintah membangun saat ini, agaknya cukup

berlebihan bila kita menuntut dukungan anggaran pertahanan negara. Akan tetapi,

hal ini tetap harus menjadi target pencapaian, setidaknya untuk mencapai MEF.

Mengingat anggaran pertahanan selalu berbanding lurus dengan kemampuan

alutsista dan kapasitas kemampuan TNI dalam melaksanakan tugasnya menjaga

dan mempertahankan NKRI. Di era revolusi industri keempat (industri 4.0),

kemampuan industri pertahanan pun dituntut untuk lebih inovatif. Dalam kerangka

ini, kita bisa memanfaatkan industri 4.0 yang bersifat eksponensial untuk mereduksi

kelemahan kita di bidang alutsista. Ini disebabkan titik penting dari industry 4.0 ini

21

adalah inovasi. Berbeda dengan tiga revolusi industri sebelumnya yang bersifat

linier dan bisa diprediksi, industri 4.0 bisa demikian progresif, dengan biaya yang

tidak terlalu besar, namun dengan racikan inovasi yang tepat, dapat menghasilkan

suatu kualitas yang lebih baik dan memiliki nilai guna lebih luas dari sebelumnya.

d. Mengamankan Sumber Daya Alam

Dengan cepatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat

ini, potensi pencurian sumber daya alam juga semakin tinggi. Masyarakat luas, baik

nasional maupun internasional dapat mengakses informasi yang dibutuhkan

tentang keberadaan sumber daya alam di seluruh dunia. Hal ini menjadikan

negara-negara dengan kekayaan alam begitu besar harus waspada. Sejauh ini kita

sudah banyak mengidentifikasi terjadinya illegal fishing, penyelundupan hewan-

hewan langka, dan illegal logging yang keluar masuk Indonesia. Hal ini tentu

membutuhkan satu sistem pengawasan ekstra dari negara. Disamping untuk

menjaga sumber daya alam, juga untuk menjaga kedaulatan nasional dari segenap

ancaman yang datang.

12. Hasil Kajian Analisis tentang Peranan IORA

a. Analisis Latar Belakang dan Tantangan IORA. Terlahirnya dokumen

IORA yang menyatakan bahwa keamanan maritim merupakan aspek yang penting

dapat dikatakan sebagai langkah yang sangat tepat bagi IORA, walau juga sangat

terlambat melihat umur IORA yang telah menginjak 20 tahun sejak berdirinya

organisasi internasional tersebut. Dengan dinamika persoalan maritim yang jelas

mengganggu stabilitas kawasan Samudera Hindia terutama jalur komunikasi global

yang dimiliki kawasan ini, maka sangat tepat bagi IORA untuk meningkatkan peran

dalam menjaga keamanan maritim kawasan. Melihat latar belakang IORA sebagai

sebuah organisasi internasional kawasan, tentu hal ini dibangun dengan urgensi

akan tingginya nilai strategis wilayah maritim ini, membuat isu yang paling menonjol

dalam aspek kemaritiman adalah isu keamanan, khususnya terkait keamanan dan

keselamatan dalam pelayaran. Karena wilayah maritim merupakan aset yang

dimiliki bersama oleh penduduk bumi, maka dinamika isu yang terkait dengan

keamanannya, tidak jarang menarik perhatian semua unsur stakeholder di seluruh

dunia. Terdapat dua level keamanan maritim, Pertama, strategic maritime security

yaitu keamanan tradisional murni dimensi militer, ancaman militer, persaingan

22

kekuatan global, kekuatan baru. Kedua, Sub-strategic maritime security, ancaman

keamanan laut berdimensi non-militer.17

b. Analisis Geopolitik dan Geostrategi Samudera Hindia. Berbicara

mengenai aspek global yang memberikan pengaruh signifikan terhadap

perkembangan lingkungan strategis di kawasan, apabila kawasan Samudera Hindia

menjadi Sea Lanes of Communication (SLOC) atau Sea Lanes of Trade (SLOT)

maka menjaga stabilitas keamanan jalur tersebut adalah keniscayaan dan

merupakan kepentingan bersama. Salah satunya adalah kawasan Samudera

Hindia, sebagai samudera ketiga terbesar di dunia yang mencangkup hingga 20%

dari wilayah perairan di bumi, dan memiliki jalur-jalur perairan strategis yang

digunakan sebagai jalur komunikasi sekaligus dan jalur perdagangan dunia

SLOC dan SLOT.18 Pergeseran COG (center of gravity) dari kawasan Eropa ke

Asia, meningkatnya ketergantungan sumber daya alam (gas, minyak, perikanan,

dan lainnya) yang menghubungkan negara-negara dari beragam wilayah di belahan

dunia seperti negara-negara Timur Tengah, Afrika, Asia, bahkan Eropa. Terkait

dengan jaringan pasokan dan distribusi global satu sama lain dengan menggunakan

jalur laut sebagai prasarana menjadikan kawasan Samudera Hindia menjadi

semakin penting sebagai COG yang tinggi nilai strategisnya. Bersamaan dengan

dinamika global tersebut, disamping bermunculannya permasalahan seperti

pembajakan dan sengketa wilayah perairan antar negara di lautan regional makin

meningkatnya ragam permasalahan di wilayah perairan membuat tantangan tata

kelola yang signifikan bagi pembuat kebijakan maritim di kawasan Samudera

Hindia.19

Gambar 6. Tujuh dari sembilan choke-points dunia yang

berada di kawasan Samudera Hindia 20

17 Riefqi Muna, M. Defstud, PhD (Penelitian Utama P2P LIPI RI), IORA dan Keamanan Maritim di Samudera

Hindia, September 2018 18 https://id.wikipedia.org/wiki/Samudra_Hindia, diakses pada tanggal 25 November 2017

19 The Indian Ocean and US Grand Strategy: ensuring access and promoting security, 2012 20 Stimson 2012

23

Keunikan kawasan Samudera Hindia diwarnai dengan fakta-fakta unik tentang

negara pantai yang mengelilinginya. Walaupun berbagi ruang maritim (samudera)

yang sama, kawasan Samudera Hindia memiliki keragaman dan perbedaan yang

unik dalam lingkup politik, budaya, ekonomi, dan lingkungan. Kawasan Samudera

Hindia dikelilingi dan kondisinya dipengaruhi (dan mempengaruhi) oleh 38 negara

pantai disekelilingnya, yaitu Afrika Selatan, Arab Saudi, Australia, Bahrain,

Bangladesh, Komoro, Djibouti, Timor Timur, Mesir, Eritrea, India, Indonesia, Iran,

Irak, Israel, Kenya, Kuwait, Madagaskar, Malaysia, Maladewa, Mauritius,

Mozambik, Myanmar, Oman, Pakistan, Qatar, Seychelles, Singapura, Somalia, Sri

Lanka, Sudan, Tanzania, Thailand, Uni Emirat Arab, Yaman, Yordania, serta

Perancis dan Inggris yang juga memiliki wilayah pulau-pulau di kawasan Samudera

Hindia.21 Memasuki abad 21, dimana negara-negara di Asia mulai bangkit sebagai

kekuatan dunia, seperti China dan India, nilai strategis Samudera Hindia kembali

meningkat, bahkan oleh Robert Kaplan dianggap sebagai center of gravity

perdagangan global di masa depan. Samudera Hindia yang membentang dari

Afrika Selatan di barat hingga ke Australia di Timur, diperkirakan akan menjadi

ruang yang paling strategis dan menentukan dalam dinamika persaingan negara-

negara adidaya dunia. Dalam kerangka ini, cara yang paling praktis memahami

konstalasi geopolitik Samudera Hindia adalah dengan memahami bahwa kawasan

ini adalah jalur yang menghubungkan arus isu politik, ekonomi, perdagangan,

sosial-budaya, dan keamanan dari Samudera Pasifik ke Samudera Atlantik,

demikian juga sebaliknya.

c. Analisis Kawasan Samudera Pasifik. Kawasan yang dipenuhi oleh

emerging country yang menopang lebih dari 40% perdagangan dunia, sedang

kawasan Samudera Altantik, adalah kekuatan tradisional global yang hingga saat

ini masih menjadi kekuatan politik, ekonomi, dan pertahanan dunia. Dinamika yang

terjadi di kedua kutub kawasan ini, akan sangat mempengaruhi geopolitik di

kawasan Samudera Hindia. Disisi lain, setidaknya terdapat 51 negara yang bisa

disebut berada dalam ruang lingkup kawasan Samudera Hindia. Meskipun tidak

semua negara-negara ini masuk dalam keanggotan IORA, tapi dinamika yang ada

di negara-negara ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi dinamika

keamanan di kawasan Samudera Hindia, begitupun sebaliknya. Adapun terkait

dengan isu geostrategi yang saat ini menjadi perhatian adalah keikutsertaan

21 Ibid

24

negara Afrika dalam organisasi internasional skala regional Samudera Hindia,

seperti IORA. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kawasan ini saling memiliki

keterhubungan (konektifitas) secara politik, sosial, dan ekonomi. Afrika sendiri

melalui Uni Afrika telah membangun kerja sama dalam peacekeeping, terorisme,

dan isu keamanan lainnya, IORA dapat mengambil contoh konsep yang sudah India

lakukan dalam menangkap peluang yang ada di benua Afrika.

d. Analisis Kerja sama IORA Terkait Dinamika Keamanan Maritim.

1) Dengan kapasitas organisasi dan kerja sama yang sudah cukup solid

dan strategis saat ini, IORA menjelma menjadi salah satu kekuatan

organisasi internasional yang cukup diperhitungkan. Sebagaimana yang

sudah menjadi tema kepemimpinan Indonesia tahun 201I, yaitu

"Strengthening Maritime Cooperation in a Peaceful and Stable Indian

Ocean", masalah keamanan dan keselamatan di laut menjadi salah satu

point paling krusial yang menentukan masa depan kerja sama ini di

kemudian hari. Ditambah lagi, isu-isu keamanan dan keselamatan maritim

tersebut saat ini memiliki kaitan erat dengan isu keamanan yang terjadi di

wilayah darat. Semua isu tersebut terkait erat, baik langsung maupun tidak

langsung dengan dinamika keamanan di kawasan Samudera Hindia.

2) Pada langkah-langkah politik internasional negara-negara besar dan

berkekuatan besar tersebut, kemitraan IORA seyogyanya juga membangun

fundamental dari sebuah kerja sama yang lebih rinci terkait dengan

mekanisme pengamanan dan keselamatan di sepanjang jalur pelayaran ini.

Meski pembangunan kerja sama militer tersebut tidak ditujukan untuk

menyaingi kekuatan-kekuatan militer yang ada, namun setidaknya, bisa

memberikan fungsi koordinasi dan kerja sama agar terjadi sinergi di kawasan

tersebut.

3) Mengenai ancaman keamanan, IORA harus concern terhadap

stabilitas keamanan kawasan, seperti terorisme, yang salah satunya terjadi

di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yaitu pergerakan dari ISIS dan Boko

Haram. Selain itu juga, isu keamanan non tradisional seperti isu pertanian,

perikanan, pembajakan, pencucian uang, illegal logging, dan lainnya dapat

dijadikan acuan sebagai ancaman bersama yang menghasilkan sebuah joint

25

activities saling mendukung satu sama lain. Meski bila dinilai dari

konteksnya, saat ini pendekatan soft power menjadi cara yang efektif untuk

dilakukan negara- negara di Samudera Hindia.

4) Permasalahan terbesar IORA sebenarnya adalah mekanisme yang

belum rampung dan perbedaan kapasitas nasional negara-negara

anggotanya. IORA tahun 2014, menjadi suatu acuan bagi Indonesia dengan

memberikan contoh-contoh keberhasilan Indonesia dalam membangun

pencapaian forum-forum serupa di Asia-Pasifik yang telah berhasil

dilakukan, seperti ARF, Visi Indonesia di IORA adalah mewujudkan kawasan

Samudera Hindia yang aman dan stabil. Namun, yang menjadi masalah

adalah ada beberapa negara penting di kawasan Samudera Hindia (sumber

ketegangan dengan India) yang tidak terlibat dalam IORA, sehingga

ketegangan yang ada di kawasan tidak bisa diselesaikan oleh IORA,

mengingat akan sangat sulit bagi IORA membangun mekanisme politik

strategis di internal organisasinya. Sejauh ini, kerja sama IORA hanyalah

sebatas membangun mekanisme kerja sama di bidang-bidang yang tidak

sensitif, membangun saling percaya, menghidupkan kembali hubungan

jaman dulu yang pada era kolonialisme telah hilang. Selebihnya, ini menjadi

tugas (PR) bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan visinya menciptakan

kawasan Samudera Hindia yang aman dan stabil. IORA mendorong kerja

sama regional, mengidentifikasi keamanan laut, sengketa wilayah, bencana

alam, dan peningkatan persaingan antara India dan Tiongkok sebagai

tantangan keamanan utama di kawasan tersebut. Keamanan maritim

menjadi tantangan terbesar dalam IORA dimana hal ini berkaitan dengan

posisi Samudera Hindia yang menjembatani Timur dan Barat, dan jalur

pelayaran yang kini melebar hingga Samudera Pasifik, yang menjadi subjek

dalam membantu mendorong perdagangan global dan ekonomi dunia.

e. Analisis Peran TNI AU terhadap IORA. Pengaruh keberadaan Indonesia

dalam konteks Samudera Hindia yang merupakan salah satu samudera penting

memberikan banyak harapan dan keanekaragaman potensi yang belum

termanfaatkan bagi kepentingan Indonesia. Sudah saatnya Indonesia menjadikan

Samudera Hindia sebagai bagian dari halaman depan Indonesia dengan

memperkuat dan meningkatkan kebijakan pemerintah. Indonesia akan mampu

banyak bicara dalam era keamanan global, khususnya keamanan udara dan maritim

26

serta mendayagunakan sebaik mungkin bagi kepentingan Nasional. TNI AU

mempunyai peran penting dalam mewujudkan poros maritim dunia, sehingga TNI

AU perlu mengajukan konsep menjaga kedaulatan seluruh perairan dan daratan

Indonesia selama 24 jam berdasarkan UNCLOS 1982 yang telah diratifikasi menjadi

UU Nomor 17 tahun 1985, dengan memperkuat keamanan laut Nusantara melalui

eksekusi serangan udara atau "Maritim Air Strike" dan "Maritim Air Support".

"Maritim Air Strike" dan "Maritim Air Support" merupakan bentuk pengamanan

TNI AU terhadap segala bentuk pelanggaran di perairan Nusantara. Setiap

pelanggaran akan dieksekusi dengan "Maritim Air Strike" dan didukung "Maritim Air

Support" . "Maritim Air Strike" dan "Maritim Air Support" bagian dari TNI AU

mendukung program pemerintah. Sistem pengaman TNI AU untuk keamanan laut

Nusantara itu juga sudah masuk ke dalam rencana strategis (renstra) TNI AU,

tentunya TNI AU harus menyiapkan untuk eksekusi apabila ada pelanggaran di

maritim.

Penutup

12. Kesimpulan. Sebagai hasil akhir dari penulisan dan pembahasan naskah tentang

Analisa Kerja Sama Indian Ocean Rim Association (IORA) Dihadapkan Dengan Tugas TNI

AU, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Berdasarkan kebijakan dan kepentingan nasional Indonesia, khususnya

bila melihat didalam beberapa aspek, seperti politik, keamanan dan pertahanan

negara, Samudera Hindia bagi Indonesia sangat strategis dan secara alamiah,

geopolitik Indonesia memang sudah menjadi Poros Maritim Dunia. Perkembangan

lingkungan strategis yang mempengaruhi IORA sebagai sebuah organisasi di

Samudera Hindia, diantaranya yang paling siginifikan adalah adanya kontestasi

negara-negara baik tingkat global dan regional yang akan berpengaruh terhadap

aspek nasional.

b. Indonesia akan mampu berbicara banyak dalam isu keamanan global,

khususnya keamanan maritim, dan mendayagunakannya sebaik mungkin bagi

kepentingan nasional Indonesia. Persoalan mendasar dalam kerja sama IORA yaitu

sulitnya menyatukan suara para negara anggota IORA dikarenakan demikian

luasnya perbedaan yang ada diantara negara anggota itu sendiri seperti perbedaan

27

kekuatan ekonomi, pertahanan, politik, budaya, jumlah penduduk, luas wilayah,

ditambah kepentingan-kepentingan yang hadir ditengahnya.

c. Prioritas kerja sama dalam IORA adalah, keselamatan dan keamanan

maritime, fasilitas perdagangan, manajemen perikanan, manajemen resiko

bencana alam, kerja sama akademis, dan ilmu pengetahuan serta teknologi. Nilai

strategitas kawasan Samudera Hindia selaras dengan tingginya ancaman

keamanan laut di Samudera Hindia mendorong IORA ingin berperan aktif dalam hal

konteks keamanan, diantaranya terus melakukan pendekatan dalam membangun

kerja sama regional antar negara IORA dalam melakukan konsep-konsep kerja

sama (backbone).

d. Berdasarkan konsep Kebijakan Umum Pertahanan Negara tahun 2015-

2019 Geostrategi Indonesia pada dasarnya adalah Strategi Nasional Bangsa

Indonesia dalam memanfaatkan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagai ruang hidup nasional guna merancang arahan tentang kebijakan dan

sasaran pembangunan untuk mencapai kepentingan dan tujuan nasional.

13. Saran. Setelah membahas naskah tentang Analisa Kerja Sama Indian Ocean Rim

Association (IORA) Dihadapkan Dengan Tugas TNI AU, maka disarankan sebagai berikut:

a. Mabes TNI AU melalui Mabes TNI dapat memberikan masukan dan

dukungan kepada Kemlu untuk mendorong upaya-upaya pendekatan politik luar

negeri bersamaan dengan pendekatan diplomasi pertahanan guna membangun

kerja sama dalam penanganan keamanan udara dan maritim di kawasan Samudera

Hindia antara Indonesia dalam konteks IORA.

b. Mabes TNI AU melalui Panglima TNI perlu mengantisipasi dan

menganalisa lebih jauh mengenai dinamika perkembangan lingkungan strategis

regional Samudera Hindia yang sudah mulai menggeliat dengan berbagai jenis

kebijakan politik luar negeri, termasuk kerja sama antar negara baik secara bilateral

maupun multilteral.

c. TNI AU dan TNI AL perlu menyelaraskan sinergitas koordinasi dan juga

sharing informasi dalam rangka memberikan pengamanan keamanan maritim,

sehingga dapat menjadi sebuah acuan kebijakan pertahanan negara yang lebih

28

dinamis sesuai dengan lingkungan strategis baik dalam skala regional maupun

global.

14. Wusana kata. Demikian naskah tentang Analisis Kerja sama IORA dihadapkan

dengan tugas TNI, semoga dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pimpinan dalam

pengambilan kebijakan selanjutnya.

Jakarta, Desember 2018