kasus tn.x_knf

27
KASUS Tn. X Desi Komalasari Fajar Rizkiansah Khairiyah Gusleni Sisilia Kesumadewi Annisa Bestari Nanda M. S

Upload: richard-leonardo

Post on 05-Sep-2015

222 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sg

TRANSCRIPT

  • KASUS Tn. XDesi KomalasariFajar RizkiansahKhairiyah GusleniSisilia KesumadewiAnnisa BestariNanda M. S

  • KASUSSeorang laki laki usia 48 tahun, datang dengan keluhan utama benjolan di leher kiri atas sejak 7 bulan yang lalu, keluhan tambahan pendengaran telinga kiri dirasakan menurun

  • PERTANYAANBuatlah anamnesis secara sistematis untuk menegakkan diagnosis pasienSebutkan pemeriksaan penunjang yang akan direncanakan untuk menegakkan diagnosisSebutkan diagnosis yang mungkin dari urutan yang paling mungkin sampai yang kurang mungkinGambarkan anatomi, fisiologi rongga hidung

  • Anamnesis :

    Benjolan di Leher :Sudah sejak kapan keluhan ini di rasakan ?Salah satu atau kedua sisi leher ?Berapa banyak ?Ukuran ?Semakin membesar ?Nyeri ?Nyeri saat menelan ?Demam ?

  • Penurunan Pendengaran :Sudah sejak kapan ?Salah satu atau kedua indra pendengaran ? Timbul tiba tiba atau bertambah berat secara bertahap ?Pernah trauma di kepala trutama mengenai telinga ?Sering terpapar suara yang sangat berisik baik di rumah atau di tempat bekerja ?Penggunaan obat ?Nyeri ?Keluar sekret (otore) ?

  • Keluhan lain ?

    Sakit kepala ?Mimisan (epistaksis) ?Sumbatan hidung ?Telinga berdenging (tinnitus) ?Gangguan penglihatan (diplopia) ?Rasa panas / terbakar / baal di wajah ?Sering tersedak ?Sulit membuka rahang (trismus) ?Kelumpuhan otot bahu ?

    Sering makan makanan yang diawetkan ?Sebelumnya pernah mempunyai keluhan seperti ini ?Sudah pernah diobati ?Apakah ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang serupa ?Apakah ada anggota keluarga yang meninggal akibat keluhan yang serupa?

  • Pemeriksaan PenunjangCT-Scan,MRI,Biopsi Serologi Ig A anti VCA, Ig A anti EA.

  • Gejala dari karsinoma nasofaring

    Asimtomatik pada stadium awalHidung tersumbatKesulitan bernafasNasal dischargeEpistaksisInfeksi telinga kronikGangguan penciumnGangguan pendengaranNyeri telingaTinnitusKongesti nasal kronisNyeri wajahNyeri leherPerasaan penuh di tenggorokanPerasaan penuh di sinusMata membengkakGangguan gerak bola mataDiplopia

  • Gangguan penglihatanSulit berbicaraDisfagiaHipersalivasiPembesaran kelenjar limfe leherNyeri (pada kasus lanjut)Sakit kepala (pada kasus lanjut)Mual muntah (pada kasus lanjut)Anoreksia (pada kasus lanjut)Berat badan menurun (pada kasus lanjut)

    Kakeksia (pada kasus lanjut)Differensial diagnosisDiffuse Large B-Cell LymphomaDapat dibingungkan dengan Schmincke-type undifferentiated carcinomaPada pemeriksaan PA Nuclei pada lymphoma maligna biasanya\Bentuknya lebih irregularKromatinnya kasarNucleoli lebih kecil basofilik atau amphopilik

  • Diagnosis BandingOlfactory NeuroblastomaNasopharyngeal AngiofibromaNasal PolypsNon-Hodgkin LymphomaRhabdomyosarcoma

    Proliferasi adenoidInflamasi nasofaringLimfadenitis leherTuberculosis nasofaringNasofaring nekrosis granuloma

  • ANATOMI HIDUNG

    1 - glabella 2 - nasion 3 - tip-defining points 4 - alar-sidewall 5 - supra-alar crease 6 philtrum

    Figure 1: Frontal

  • 1 - glabella 2 - nasion, nasofrontal angle 3 rhinion (osseocartilaginous junction) 4 - supratip 5 - tip-defining points 6 - infratip lobule 7 - columella 8 - columella-labial angle or junction 9 - alar-facial groove or junction

    Figure 3: Lateral

  • 1 - glabella 2 - nasion, nasofrontal angle 3 - rhinion 4 - alar sidewall 5 - alar-facial groove or junction 6 - supratip 7 - tip-defining point 8 philtrum

    Figure 4: Oblique

  • 1 - nasal bone 2 - nasion (nasofrontal suture line) 3 - internasal suture line 4 - nasomaxillary suture line 5 - ascending process of maxilla 6 - rhinion (osseocartilaginous junction) 7 - upper lateral cartilage 8 - caudal edge of upper lateral cartilage 9 - anterior septal angle 10 - lower lateral cartilage - lateral crus 11 - medial crural footplate 12 - intermediate crus 13 - sesamoid cartilage 14 - pyriform aperture

    Figure 5: Oblique

  • 1 - nasal bone 2 - nasion (nasofrontal suture line) 3 - internasal suture line 4 - nasomaxillary suture line 5 - ascending process of maxilla 6 - rhinion (osseocartilaginous junction) 7 - upper lateral cartilage 8 - caudal edge of upper lateral cartilage 9 - anterior septal angle 10 - lower lateral cartilage lateral crus 11 - medial crural footplate 12 - intermediate crus 13 - sesamoid cartilage 14 - pyriform aperture Figure 6: Lateral

  • 1 - tip-defining point 2 - intermediate crus 3 - medial crus 4 - medial crural footplate 5 - caudal septum 6 - lateral crus 7 - naris 8 - nostril floor 9 - nostril sill 10 - alar lobule 11 - alar-facial groove or junction 12 - nasal spine

    Figure 7: Base

  • 1 quadrangular caratilage 2 nasal spine 3 posterior septal angle 4 middle septal angle 5 anterior septal angle 6 vomer 7 perpendicular plate of ethmoid bone 8 maxillary crest, maxillary component 9 maxillary crest palatine component

    Figure 8: Septum

  • A: Elevator muscles - 1. Procerus 2. Levator labii alaequae nasi 3. Anomalous nasi B: Depressor muscles - 4. Alar nasalis 5. Depressor septi nasi C: Compressor muscles - 6. Transverse nasalis 7. Compressor narium minor D: Minor dilator muscles - 8. Dilator naris anterior E: Other - 9. Orbicularis oris 10. Corrugator

    Figure 9: Musculature

  • 1 dorsal nasal artery 2 lateral nasal artery 3 - angular vessels 4 - columellar artery

    Figure 10: Vasculature

  • Fisiologi hidung

    1.Sebagai jalan nafas Pada inspirasi, udara masuk nares anterior naik ke atas setinggi konka media turun ke bawah ke arah nasofaring, sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara masuk koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian depan aliran udara memecah, sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.

  • 2.Pengatur kondisi udara (air conditioning) a. Mengatur kelembaban udara dilakukan oleh palut lendir. b. Mengatur suhu karena banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebih 37o C.

  • 3. Sebagai penyaring dan pelindung membersihkan udara inspirasi dilakukan oleh : a.Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi b. Siliac. Palut lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan partikel partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refleks bersin. Palut lendir ini akan dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia. d.Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri, disebut lysozime.

  • 4.Indra penciuman dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir.5. Resonansi suara Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau.

  • 6. Proses bicara Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk aliran udara. 7. Refleks nasal Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung menyebabkan refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.

  • ***************************