kasus membolos

2
Kasus membolos, biasanya berpangkal pada KURANG/TIDAK ADA nya MOTIVASI belajar. nah, yg namanya motivasi ini bisa bermacam penyebabnya. belajar dari kasus-kasus yg kami dapati, berikut ini contoh variasinya (1) anak tidak termotivasi karena merasa tidak mampu sekolah, biasanya ini anak yg mengalami kesulitan belajar. Jadi logikanya, karena merasa NGGAK bisa pelajaran akhirnya MALAS belajar, siapalah org yg ingin selalu merasa GAGAL, bukankah begitu? Jadi larilah dia pada membolos saja, mekanisme pertahanan diri istilah psikologinya, seseorang lari dari masalah. Nah kasus kesulitan belajar ini masih ada cabang variasinya...ada yg memang IQnya kurang sehingga daya tangkap kurang sehingga susah menerima pelajaran. Ada yang IQ-nya baik-baik saja, tapi cara dan sikap belajarnya salah. Misal, kurang konsentrasi, umek, dst. Nah, untuk kasus yang pertama, selain dimotivasi tentunya anak seperti ini harus mendpat TAMBAHAN pelajaran, kalo yang kedua, cara belajarnya yg mesti dibenerin (2) anak-anak yang tidak termotivasi sekolah karena masalah kepribadian dan emosi, secara umum inilah anak-anak yang masih labil, pengendalian emosinya kurang, manajemen stres kurang bagus, belum punya konsep diri sehingga mudah terombang ambing, satu anak dan yang lain pemicunya beda. Ada yang emosinya tidak stabil karena ortunya broken home, atau orangtuanya otoriter, atau terlalu permisif, atau tipe anak melankolis yang patah hati karena putus dengan pacar, atau yang minder/kurang percaya diri sehingga mudah terpengaruh kehidupan geng/teman negatif, nah yang kasus seperti ini lebih lama penanganannnya, konselng seminggu 2 kali selama 3 bulan mungkin baru nampak perubahan anak, intinya tujuan konseling itu adalah pendampingan emosi. Ketika ada kasus membolos, kemudian ada langkah mememanggil orangtua, hal ini menjadi sebuah MEDIA, tapi agar media ini berhasil, guru harus merancang, APA yang perlu disiapkan sebelum bertemu orangtua, APA yang dibicarakan ketika bertemu, dan APA yang dilakukan sesudah itu. Jika sekedar memanggil sekedar orangtuanya datang kemudian tidak ada perubhan, ada yg perlu dievaluasi dari PERTEMUAN itu.

Upload: sigit-pratama

Post on 28-Jun-2015

220 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus membolos

Kasus membolos, biasanya berpangkal pada KURANG/TIDAK ADA nya MOTIVASI belajar. nah, yg namanya motivasi ini bisa bermacam penyebabnya. belajar dari kasus-kasus yg kami dapati, berikut ini contoh variasinya (1) anak tidak termotivasi karena merasa tidak mampu sekolah, biasanya ini anak yg mengalami kesulitan belajar. Jadi logikanya, karena merasa NGGAK bisa pelajaran akhirnya MALAS belajar, siapalah org yg ingin selalu merasa GAGAL, bukankah begitu? Jadi larilah dia pada membolos saja, mekanisme pertahanan diri istilah psikologinya, seseorang lari dari masalah. Nah kasus kesulitan belajar ini masih ada cabang variasinya...ada yg memang IQnya kurang sehingga daya tangkap kurang sehingga susah menerima pelajaran. Ada yang IQ-nya baik-baik saja, tapi cara dan sikap belajarnya salah. Misal, kurang konsentrasi, umek, dst. Nah, untuk kasus yang pertama, selain dimotivasi tentunya anak seperti ini harus mendpat TAMBAHAN pelajaran, kalo yang kedua, cara belajarnya yg mesti dibenerin (2) anak-anak yang tidak termotivasi sekolah karena masalah kepribadian dan emosi, secara umum inilah anak-anak yang masih labil, pengendalian emosinya kurang, manajemen stres kurang bagus, belum punya konsep diri sehingga mudah terombang ambing, satu anak dan yang lain pemicunya beda. Ada yang emosinya tidak stabil karena ortunya broken home, atau orangtuanya otoriter, atau terlalu permisif, atau tipe anak melankolis yang patah hati karena putus dengan pacar, atau yang minder/kurang percaya diri sehingga mudah terpengaruh kehidupan geng/teman negatif, nah yang kasus seperti ini lebih lama penanganannnya, konselng seminggu 2 kali selama 3 bulan mungkin baru nampak perubahan anak, intinya tujuan konseling itu adalah pendampingan emosi.

Ketika ada kasus membolos, kemudian ada langkah mememanggil orangtua, hal ini menjadi sebuah MEDIA, tapi agar media ini berhasil, guru harus merancang, APA yang perlu disiapkan sebelum bertemu orangtua, APA yang dibicarakan ketika bertemu, dan APA yang dilakukan sesudah itu. Jika sekedar memanggil sekedar orangtuanya datang kemudian tidak ada perubhan, ada yg perlu dievaluasi dari PERTEMUAN itu. Sebelum bertemu orangtua, perlu menyiapkan DATA- FAKTA di sekolah, yang bisa menggugah orangtua untuk perhatikan anaknya. Ketika bertemu, usahakan untuk menggali sebanyak mungkin info anak versi orangtua (penting buat sudut pandang masalah, kemudian BANGUN komitmen orangtua, jangan terkesan menasehati, tetapi berilah saran atau tips yang mungkin bisa dicoba untuk di rumah (kadang orangtua bingung sepulang dari sekolah apa yang dilakukan. Sehingga hal terbanyak dilakukan selama ini adalah memarahi anaknya, bilang kalau membuat malu orangtua, dan anak bukannya KAPOK malah mutung karena merasa tidak ada orang yang MAU MEMAHAMI DIA, tidak sekolah, tidak juga orangtunya. Jika sudah selesai pertemuan, sempatkan kontrol, via telepon seminggu setelahnya, sekedar untuk bertanya kabar, mendoakan atau memotivasi orangtua untuk sabar.