kasus malpraktek

10
By Ferryal Basbeth

Upload: adroewpascaperdana

Post on 20-Nov-2015

37 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

malpraktek

TRANSCRIPT

  • By Ferryal Basbeth

    *

  • Tulang lengan kiri penggugat patah dan dioperasi di RS Husada oleh Dr.H.Kartadinata Fics, Cicd. Setelah penggugat pulang ke rumah lengan yang dioperasi membengkak, penggugat akhirnya kembali ke rumah sakit untuk bertemu dengan dr. Kartadinata. Setelah diperiksa, dokter memerintahkan untuk dioperasi kembali karena plat yang digunakan untuk menyambung lengan tulang kiri terlepas, sehingga penggugat dioperasi kembali. Setelah operasi selesai dilakukan pemeriksaan rontgen, dan dokternya menunjukkan hasil foto tersebut sambil menjelaskan bahwa operasi perbaikannya sudah berjalan dengan baik. Tetapi setelah operasi yang kedua tangan kiri penggugat terasa sakit luar biasa, membengkak dan mengeluarkan darah.

    *

  • Maka penggugat menghubungi dr. Kartadinata, setelah melihat keadaan lengan kiri penggugat, dokter menyarankan agar lengan kirinya di gips saja, tetapi penggugat menolak karena menurut penggugat dengan gips rasa sakitnya tidak berarti akan hilang. Akhirnya penggugat memutuskan untuk berkonsultasi dan berobat kepada dokter lain, untuk itu penggugat minta ijin keluar dari rumah sakit. Lalu penggugat datang ke RS St Carolus untuk berobat kepada Prof. Dr. Soelarto Reksoprojo dokter spc bedah orthopedi, yang akhirnya menyarankan untuk dioperasi kembali di RS Mitra Setia. Setelah operasi yang ketiga tergugat terkejut ketika diberitahu bagwa dilengan kirinya terdapat patahan mata bor yang berdiameter 3 cm.

    *

  • Padahal menurut penggugat hal tersebut telah diketahui oleh dr H Kartadinata melalui foto rontgen. Tetapi tidak dijelaskan kepada penggugat maupun keluarganya. Penggugat menganggap bahwa tertinggalnya patahan bor dilengan kirinya akibat kelalaian dr. Kartadinata.Isi putusan hakin adalah menolak gugatan penggugat. Majelis hakim dalam putusannya mendasarkan pada rekomendasi MKEK yang mengatakan bahwa dr. H kartadinata tidak melanggar etik dan prosedur tindakan medis, sedangkan patahan bor yang tertinggal dapat dibenarkan.

    *

  • Penggugat membawa anak laki-lakinya yang berumur 1 thn yang Won Ha berobat ke RS Pondok Indah dan ditangani dr Harry Purwanto, menurut dokter pasien mengalami diare dan dehidrasi sehingga perlu di rawat di RS Pondok Indah. Menurut catatan medik, ketika dibawa ke RS, suhu badannya 37C dan tidak dalam keadaan kritis. Setelah pasien mengalami rawat inap, jam 13.15 WIB, suhu badan pasien naik menjadi 39C, kenaikan suhu badan tersebut sudah diperkorakan oleh dokter sehingga perawat diberikan instruksi apabila suhu badan pasien meningkat diatas 39C perawat harus memberikan suntikan iv Novalgin 0.5 cc, Ceftum 5 mg dan Stesolid rectal 5 mg dengan catatan kalau perlu. Namun instruksi itu diberikan via telpon

    *

  • Pada saat suhu pasien 39.2C, perawat memberikan suntikan-suntikan sesuai dengan perintah dokter tetapi setelah itu, pasien mengalami keadaan kritis, dan baru diketahui perawat 3.5 jam setelah pemberian suntikan. Dalam keadaan pasien sesak nafas dan kritis, perawat telah melaporkan kondisi pasien kepada dokter sekaligus meminta petunjuk, dokter akhirnya memerintahkan agar pasien dimasukkan kedalam ruang ICU melalui telepon. Selama di ruang ICU dokter tidak datang, padahal di ruang ICU tidak ada dokter anak sehingga akhirnya pasien meninggal dunia jam 20.50 WIB

    *

  • Oleh karena itu penggugat mendalilkan bahwa para tergugat telah melakukan wanprestasi terhadap transaksi terapetik yaitu tidak memenuhi standar profesi dokter dan standar perawatan rumah sakit yang mengakibatkan matinya pasien.Setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan para pihak akhirnya sepakat mengakhiri sengketa antara mereka dengan jalan damai dan membuat perjanjian perdamaian

    *

  • Anak dari para tergugat di rawat di RS Pusat Pertamina yang ditangani oleh para tergugat, karena terdapat masa tumor, kemudian dilakukan biopsi dengan menggunakan endoskopi. Setelah di biopsi, pasien mengalami pembengkakan di langit-langit dan pendengaran berkurang, mata kanan menonjol keluar dan buta. Akhirnya pasien tidak sadarkan diri.Pihak penggugat meminta untuk dilakukan operasi terhadap kemoterapi dan radioterapi. Pihak penggugat mendatangi dr Bambang Sukmadi Sp THT untuk menanyakan kemungkinan dilakukan tindakkan operasi terhadap masa, dan dijawab oleh dokter tersebut dengan Apa saya harus potong kepalanya, buang-buang waktu dan tenaga, percuma saja

    *

  • Pihak penggugat meminta hsil scanning dan hasil-hasil pemeriksaan yang lain serta terapi yang dilakukan (rekam medik) tetapi tidak diijinkan juga. Keluarga pasien meminta dilakukan tindakkan pertolongan tapi dijawab dengan kata-kata yang menyinggung perasaan, sampai akhirnya pasien meninggal.Penggugat mendalilkan para tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum

    *

  • Melakukan radioterapi dan kemoterapi karena pihak pasien operasiMengeluarkan kata-kata yang menyinggung perasaan PenggugatMenolak memberikan penjelasan tentang hasil-hasil dan terapi yang telah dilakukanTidak memberikan pertolongan secara maximal terhadap pasien dengan mengeluarkan kata-kata yang menyinggung perasaanRumah sakit pertamina sebagai turut tergugat karena tempat dimana para dokter bekerja dan penyedia fasilitas pemeriksaan dan perawatan pasienSeperti kasus kedua, setelah dilakukan rangkaian pemeriksaan terhadap para pihak dipengadilan perdata, para pihak sepakat untuk melakukan upaya damai

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *

    *