kasus bu ina f5.docx

12
I. PENYELESAIAN KASUS A. Kasus Bapak TN 40 tahun, BB 55 kg, TB 170 cm. Sudah didiagnosa menderita HIV sejak 5 tahun yang lalu, gejala saat ini adalah dia mengalami komplikasi candidiasis, toksoplasmosis cerebral, CMV retinitis. Kondisi fisiknya memburuk sejak 1 minggu yang lalu. Pada saat dibawa kerumah sakit TD 140/80 mmHg, lemas, pusing, mual muntah dan demam. Pertanyaan : 1. Kembangkan kasus berikut, mulai gejala klinis, parameter lab yang mendukung menurut kelompok anda. 2. Analisis kasus tersebut serta tentukan farmakoterapinya. B. Analisis Kasus 1. Analisis kasus secara SOAP : - SUBYEKTIF Nama :Bp. TN Umur :40 tahun TB :170 cm BB :55 kg Komplikasi: Candidiasis, toksoplasmosis cerebral, CMV retinitis Keluhan : lemas, pusing, mual muntah dan demam. - OBYEKTIF Hasil Nilai normal Keterangan

Upload: rini-pramuati

Post on 16-Feb-2016

9 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: KASUS BU INA F5.docx

I. PENYELESAIAN KASUS

A. Kasus

Bapak TN 40 tahun, BB 55 kg, TB 170 cm. Sudah didiagnosa menderita HIV

sejak 5 tahun yang lalu, gejala saat ini adalah dia mengalami komplikasi

candidiasis, toksoplasmosis cerebral, CMV retinitis. Kondisi fisiknya memburuk

sejak 1 minggu yang lalu. Pada saat dibawa kerumah sakit TD 140/80 mmHg,

lemas, pusing, mual muntah dan demam.

Pertanyaan :

1. Kembangkan kasus berikut, mulai gejala klinis, parameter lab yang

mendukung menurut kelompok anda.

2. Analisis kasus tersebut serta tentukan farmakoterapinya.

B. Analisis Kasus

1. Analisis kasus secara SOAP :

- SUBYEKTIF

Nama :Bp. TN

Umur :40 tahun

TB :170 cm

BB :55 kg

Komplikasi : Candidiasis, toksoplasmosis cerebral, CMV retinitis

Keluhan : lemas, pusing, mual muntah dan demam.

- OBYEKTIF

Hasil pemeriksaan

laboratorium

Nilai normal Keterangan

Bp = 140/80 mmHg 120 / 80 mmHg Meningkat

(Hipertensi tahap 1)

- ASSESMENT

1. Pasien menderita HIV sejak 5 tahun yang lalu dan mengalami beberapa

komplikasi .

2. Pasien mengalami penurunan kondisi fisik pada 1 minggu terakhir dengan

keluhan lemas, pusing, mual muntah dan demam.

Page 2: KASUS BU INA F5.docx

3. Pasien Bp.TN mengalami peningkatan tekanan darah.

- PLANNING

1. Memberikan terapi terhadap penyakit HIV pasien berupa ARV secara

kombinasi agar lebih poten.

2. Memberikan terapi sesui indikasi terhadap komplikasi dan keluhan yang

dialami pasien

3. Memulihkan keadaan fisik pasien yang lemah

4. Melakukan terapi farmakologi dan Non farmakologi

5. Memberikan edukasi dalam penggunaan obat terhadap pasien

C. Sasaran Terapi

1. Virus HIV

2. Gejala infeksi oportunistik

3. Imunologi ( tingkat CD4)

D. Tujuan Terapi

1. Mencapai efek penekanan maksimum replikasi HIV

2. Peningkatan limfosit CD4 dan perbaikan kualitas hidup

3. Penurunan mortalitas dan morbiditas

4. Memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadinya infeksi oportunistik

E. Strategi Terapi

Non farmakologi :

1. Kontak seksual sebaiknya memakai kondom.

2. Tidak melakukan ganti-ganti pasangan

3. Memberikan asupan gizi yang baik untuk meningkatkan imunitas penderita

4. Tidak memakai alat suntik secara bersama-sama

5. Rutin melakukan monitoring imunologi dan virologi

Page 3: KASUS BU INA F5.docx

Farmakologi :

Terapi ARV

Nama ObatJenis Obat

Efek Samping

Petunjuk Penggunaan Obat DosisDengan /tanpa

MakananAZT RTI Mual,muntah

, sakit kepala, susah tidur, nyeri otot

     Mulai dengan dosis kecil lalu dinaikkan selama 2 minggu.

     Jangan minum obat larut malam

2-3 kali/hari

Diminum sebelum

makan, bila mual minum

sesudah makanDdC RTI Luka di

Mulut, Kelainan saraf tepi,

radang pancreas

Tidak ada 3 kali/hari Dapat diminum

dengan/tanpa makanan

Ddi RTI Mencret, radang

pankreas.

harus minum sewaktu perut kosong

2 kali/hari Hrs diminum sewaktu perut kosong

D4T RTI Sakit kepala, diare, panas.

Tidak ada 2 kali/hari Dapat diminum

dangan/tanpa makanan

3TC RTI Sakit Kepala, lesu, sulit

tidur, neutropenia

Tidak ada 2 kali/hari Dapat diminum

dengan/tanpa makanan.

Nevirapine RTI Kelainan hati, bercak merah pada

kulit.

Bercak merah dapat diobati dengan antihistamin

2 kali/hari Paling baik diminum

waktu makan

Delavirdine RTI Lesu, mual, diare,

kelainan hati, bercak merah

pada kulit, panas.

      Bercak merah dapat diobati dengan antihistamin dengan pengawasan dokter.

      Hindari makanan berlemak.

3 kali/hari Harus diminum

sewaktu perut kosong.

Saquinivir PI Diare dan Mual

Minum sewaktu makan untuk meningkatkan absorbsi.

 Pertimbangkan obat lain bila diare.

2-3 kali/hari

Harus diminum sewaktu makan,

Page 4: KASUS BU INA F5.docx

 Jangan minum antihistamin kecuali dengan pengawasan

dokter.

terutama saat mengkomsums

ui makanan tinggi protein

dan lemak.Ritonovir PI Mual, diare,

lemah, muntah,

gangguan rasa kurang

nafsu makan, mati rasa, atau geli

sekitar mulut.

idak ada 2 kali/hari Harus diminum sewaktu makan,

terutama saat mengomsumsi

makanan tinggi protein

dan lemak.Indinivir PI Mual,

kelainan hati, batu ginjal.

     Jangan makan 1 jam sebelum dan 2 jam sesudah

minum obat     Banyak minum air

sepanjang hari untuk mencegah batu ginjal.

3 kali/hari Harus diminum

sewaktu perut kosong.

F. Tata Laksana Terapi

1) Guideline terapi HIV

2) Terapi Farmakologi

3) Terapi Non-Farmakologi

Page 5: KASUS BU INA F5.docx

G. Evaluasi Obat Terpilih

1) AZT(Zidovudine) + 3TC (Lamivudine)+ NVP (Nevirapine)

AZT(Zidovudine)

Indikasi : Infeksi HIV progresif atau lanjut dalam kombinasi dengan

ARV yang lain.

Dosis :125 mg/12 jam

Efek samping :Pankreatitis, Neuropati perifer, hiperurisemia, reaksi

hipersensitivitas.

Alasan : Merupakan ARV lini pertama pada terapi HIV dan digunakan

dalam kombinasi dengan AR yang lain

3TC (Lamivudine)

Indikasi : Infeksi HIV progresif atau lanjut dalam kombinasi dengan

ARV yang lain.

Dosis :150 mg/ 12 jam

Efek samping :Diare,nyeri perut, batuk ,sakit kepala,insomnia,malaise, nyeri

muskulo skeletal.

Alasan : Merupakan ARV lini pertama pada terapi HIV dan digunakan

dalam kombinasi dengan AR yang lain

NVP (Nevirapine)

Indikasi : Infeksi HIV progresif atau lanjut dalam kombinasi dengan

ARV yang lain.

Dosis :400 mg/hari

Efek samping : Ruam dan hepatotoksisitas

Page 6: KASUS BU INA F5.docx

Alasan : Merupakan ARV lini pertama pada terapi HIV dan digunakan

dalam kombinasi dengan AR yang lain

2) Nystatin 500,000 IU drop

Indikasi : Mengobati candidiasis pada rongga mulut

Dosis : 3-4 sehari 1-6 Ml teteskan kedalam rongga mulut

Lama terapi : 7-14 hari

Efek samping : Kadang-kadang dijumpai diare,mual,muntah dan gangguan GI

Alasan : Nystatin efektif dalam pengobatan candidiasis yang

disebabkan oleh fungi

3) Pyrimethamine 200 mg tablet + Sulfadiazin

Pyrimethamine 200 mg

Indikasi : antibiotik untuk toksoplasmosis cerebral

Dosis : 1 kali sehari 50–75 mg/hari

Efek samping : Bercak- bercak merah

Sulfadiazine

Dosis : 4 kali sehari 1–1.5 gram oral

Efek samping : Nefropati

Alasan :Merupakan antibiotik lini pertama untuk infeksi

toksoplasmosis cerebral

4) Ganciclovir kombinasi valganciclovir 900 mg

Indikasi : Pengobatan induksi dan perawatan dari sitomegalovirus

retinitis pada pasien AIDS; pencegahan penyakit sitomegalovirus yang

disebabkan transplantasi organ padat dari donor yang positif menderita

sitomegalovirus

Dosis : 900 mg dua kali sehari selama 21 hari kemudian 900 mg

sekali sehari. valgansiklovir oral 900 mg dua kali sehari ekivalen dengan

gansiklovir intravena 5 mg/kg bb dua kali sehari

Page 7: KASUS BU INA F5.docx

Alasan : sebagai lini pertama dalam pengobatan CMV retinitis

5) Paracetamol infus 1000 mg/ 100 mL

Indikasi : Terapi jangka pendek untuk demam dan nyeri derajat ringan-

sedang.

Dosis :Infus intravena selama 15 menit. Dewasa BB >50 kg: 1000

mg/pemberian, interval minimal 4 jam, dosis maksimal 4 g/hari.

Efek samping : Malaise, kenaikan kadar transaminase, ruam, reaksi

hipersensitif, hepatotoksik (overdosis)

Alasan :sebagai terapi analgetik dan antipireik sesuai dengan keluhan

pasien

6) Ringer laktat infus

Komposisi :  Per 1000 mL Natrium laktat 3,1 gram, NaCl 6 gram, KCl 0,3

gram, CaCl2 0,2 gram, air untuk injeksi ad 1,000 mL.

Dosis : Injeksi Intra Vena 3 dosis sesuai dengan kondisi penderita.

Efek samping : Panas, infeksi pda tempat penyuntikan, trombosis vena atau

flebitis yang meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi.

7) Furosemide injeksi

Dosis :Dosis awal:  20 - 40 mg i.v.atau i.m.Bila hasilnya belum

memuaskan, dosis dapat ditingkatkan 20 mg (1 ampul) tiap interval waktu 2 jam

sampai diperoleh hasil yang memuaskan.

Indikasi : Pengobatan hipertensi, baik diberikan tunggal atau kombinasi

dengan obat antihipertensi.

Efek samping : Hipokalemia,Hipotesi

Alasan : Tempat kerja yang spesifik ini menghasilkan efektivitas kerja

yang tinggi sebagai antihipertensi

Page 8: KASUS BU INA F5.docx

8) Metoclopramide injeksi

Indikasi :anti emetikum

Dosis : 3 kali sehari 10 mg/2 Ml

Efek samping : Reaksi ekstrapiramidal, kelelahan, mengantuk, sakit kepala,

depresi, kegelisahan, gangguan lambung-usus,

Alasan : sebagai emetikum yang efektif menekan kejadian mual hingga

muntah

H. KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)

1. Meningkatkan kepatuhan dalam pengunaan obat pasien khususnya untuk

terapi ARV untuk menghindari intoleransi maupun resistensi

2. Memberikan pendidikan , pengetahuan mengenai patofisiologi & penyebaran

HIV

3. Kontak seksual sebaiknya memakai kondom.

4. Tidak memakai alat suntik secara bersama-sama

5. Rutin melakukan monitoring imunologi dan virologi

I. Monitoring dan Evaluasi

1. Pemantauan di 3 interval bulan dengan imunologi (jumlah CD4), virologi

(HIV RNA) dan penilaian klinis.

2. Memonitoring tekanan darah hingga mencapai target normal

3. Monitoring timbulnya gejala infeksi oportunistik baru

II. PERTANYAAN DAN JAWABAN SAAT DISKUSI

1) Ditanyakan oleh :

Pertanyaan :

Page 9: KASUS BU INA F5.docx

III. KESIMPULAN

1) Berdasarkan kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien telah lama menderita

infeksi HIV hingga timbul beberapa gejala oportunistik penyerta

2) Pasien telah mendapatkan terapi ARV secara kombinasi yaitu AZT(Zidovudine) +

3TC (Lamivudine)+ NVP (Nevirapine) untuk infeksi HIV

3) Pasien mendapatka beberapa terapi pengobatan yang lain sesuai dengan indikasi

gejala dan komplikasinya

4) Pasien mendapatkan terapi farmakologi dan non-farmakologi untuk mencapai

keberhasilan terapi

IV. DAFTAR PUSTAKA

DiPiro, J.T. 2005. Pharm acotherapy: A Pathophysiologic Approach, 7e. Joseph T.

DiPiro, New York: McGraw-Hill