kasus 9.docx.doc

60
KASUS YANG DIPERSIAPKAN BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: indrakabhuom

Post on 22-Dec-2015

251 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: kasus 9.docx.doc

0

KASUS YANG DIPERSIAPKAN

BAGIAN PSIKIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN

Page 2: kasus 9.docx.doc

1

RIWAYAT PSIKIATRI

Riwayat psikiatri diperoleh dari heteroanamnesis dengan Ny. H (ibu kandung) dan

Tn.K (ayah kandung), dan autoanamnesis. Kebenaran anamnesis dapat dipercaya.

A. Identitas Penderita

Seorang laki-laki, berinisial N, berusia 24 tahun, pendidikan terakhirS1 UPI

jurusan Geografi, agama Islam, suku Sunda, anak ketiga dari tiga bersaudara,

belum bekerja, status belum menikah, tinggal di daerah Buah Batu Bandung,

datang dan kontrol ke Poli Psikiatri RSUP Hasan Sadikin pada tanggal 11 Maret

2013.

B. Keluhan Utama

Mencemaskan dirinya mengalami gangguan jiwa

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Sebelas tahun sebelum kunjungan ke rumah sakit, pasien dimarahi oleh

ayahnya karena pasien pergi bermain dengan teman – temannya padahal ia

disuruh ke Mesjid untuk beribadah. Sejak saat itu pasien mulai memikirkan bahwa

dirinya telah berdosa karena pasien jarang beribadah. Kemudian saat berpuasa di

bulan Ramadhan, pasien juga sering berpikir bila ia berbicara tidak baik dan

berkelakuan tidak baik maka puasanya akan batal. Pikiran tersebut muncul terus

menerus dan hampir setiap hari sehingga pasien menjadi cemas dan tidak nyaman.

Namun setelah lebaran, pikiran tersebut hilang dengan sendirinya.

Empat tahun sebelum kunjungan ke rumah sakit, saat bulan puasa ketika

pasien selesai sholat, ia berpikir bahwa ia telah berdosa karena ibadahnya tidak

Page 3: kasus 9.docx.doc

2

sempurna. Pikiran tersebut muncul setelah mendengarkan ceramah tentang dosa

dan orang yang musrik saat pasien sedang taraweh. Kemudian, pasien membaca

buku-buku mengenai gangguan jiwa. Setelah membaca buku-buku tersebut ia

mulai merasa takut kalau-kalau dirinya mengalami gangguan jiwa. Saat itu pasien

merasa malu dan takut sehingga ia tidak berobat namun didepan keluarganya

pasien berusaha bersikap biasa. Pasien berusaha menenangkan dirinya dengan

melakukan banyak aktivitas di luar rumah seperti bermain dengan teman –

temannya, menurut pasien bila ia bermain dengan teman – temannya pikiran –

pikiran tersebut berkurang dan kemudian hilang dengan sendirinya.

Satu tahun sebelum kunjungan ke rumah sakit, pasien sering ditegur oleh

keluarga dan dosen pembimbing karena ia tidak juga menyelesaikan skripsinya.

Pasien menjadi cemas dan takut skripsinya tidak akan bisadiselesaikan namun

pasien juga merasa malas mengerjakan skripsinya. Saat itu, secara tidak sengaja,

pasien menonton talk show “Kick Andy” yang membahas tentang skizofrenia.

Sejak saat itu, pasien mulai merasa ketakutan kalau-kalau dirinya akan mengalami

halusinasi dan perilaku seperti pada pasien skizofrenia. Pasien pun sering

melakukan pekerjaan yang berulang – ulang seperti bila keluar rumah ia sering

kembali lagi untuk memeriksa apakah pintu sudah terkunci dan bila mengerjakan

tugas pasien akan berulang kali memeriksa kembali apakah tugasnya sudah benar,

hal ini bisa ia lakukan sebanyak 3 kali. Pasien merasa tidak nyaman bila berada di

rumah karena ia malas dan takut bila ditanya oleh keluarga mengenai skripsinya.

Pasien berusaha mengatasi kecemasannya dengan sering main di luar rumah

bersama teman – temannya namun pikiran tersebut tetap muncul. Pasien

Page 4: kasus 9.docx.doc

3

menyadari bahwa kecemasannya tersebut sangat berlebihan dan tidak masuk akal,

namun, pasien tidak dapat dan tidak tahu cara mengatasinya.

Pasien juga sengaja menunda tugas Program Latihan Profesi (tugas akhir

mengajar di sekolah) karena ia merasa cemas, takut dan tidak mampu untuk

mengajar di depan kelas. Menurut pasien sejak kecil ia sering merasa tidak

nyaman, berdebar – debar, keringat dingin, tegang dan gemetaran bila harus tampil

di depan kelas. Kemudian karena pasien sudah tidak bisa menunda PLP nya pasien

semakin merasa cemas dan takut dirinya tidak mampu menguasai materi yang

akan dibawakan. Setiap kali mengajar pasien selalu merasa jantungnya berdebar –

debar, keringat dingin, tegang, gemetaran dan gugup sehingga ia sering dikerjai

oleh murid – muridnya dan setelah selesai mengajar keluhannya tersebut hilang.

Enam bulan sebelum kunjungan, pasien datang ke bagian konseling di

kampusnya untuk mencari solusi mengatasi kecemasannya tersebut. Pasien

dikatakan mengalami gangguan kecemasan. Ia mengikuti konseling setiap dua

Minggu sekali selama kurang lebih 5 bulan. Dalam konseling pasien diajarkan

untuk memaafkan masa lalunya dan diarahkan untuk menyelesaikan skripsinya.

Pasien tidak merasakan adanya perubahan. Ia masih sering memikirkan bahwa

dirinya mengalami gangguan skizofrenia seperti takut bila ia bisa mendengar

suara-suara, takut bila ia bisa membunuh ayah dan ibunya dan takut bila

pikirannya dapat membuat skenario cerita yang berbahaya seperti pada pasien

skizofrenia. Hal ini membuat pasien menjadi cemas dan takut bila ia melihat

ataupun memegang pisau.

Page 5: kasus 9.docx.doc

4

Pikiran tersebut muncul terus menerus terutama bila pasien sedang tidak ada

aktivitas sampai-sampai membuat jantungnya sering berdebar-debar, keringat

dingin dan tidak bisa tidur. Keluhan ini berlangsung hampir setiap hari selama

beberapa bulan yang tidak terbatas pada situasi khusus tertentu saja.

Pasien masih dapat melakukan perawatan diri dan aktivitasnya sehari – hari

dengan baik. Pasien dapat berkonsentrasi dan masih berusaha untuk

menyelesaikan skipsinya meskipun ia merasa sedih, bingung dan tertekan dengan

keadaannya saat ini. Pasien juga masih dapat menikmati hobinya dan nafsu makan

dikatakan baik.

Pasien mencoba mencari informasi dari internet mengenai pelayanan

kesehatan jiwa di rumah sakit dan kemudian pasien datang berobat ke poli

Psikiatri RSHS pada bulan Febuari. Oleh dokter tersebut pasien diberi obat

clomipramin yang diminum 1x1. Menurut pasien meskipun ia sudah minum obat

tersebut namun pikiran – pikiran tersebut tetap muncul.

D. Riwayat Medis dan Psikiatrik yang lalu

1. Gangguan Mental atau Emosi

Riwayat gangguan mental dan emosi sebelumnya tidak ditemukan

2. Gangguan Psikosomatis

Tidak didapatkan adanya riwayat asma, nyeri lambung, eksim, rematik atau

penyakit psikosomatik lainnya

3. Kondisi Medik

Riwayat penyakit fisik berat dan riwayat penyalahgunaan zat psikoaktif

Page 6: kasus 9.docx.doc

5

disangkal

4. Gangguan Neurologi

Riwayat panas badan, muntah-muntah, penglihatan ganda sebelumnya tidak

ada. Riwayat trauma kepala, kejang dan kehilangan kesadaran tidak ada.

E. Riwayat Keluarga

Struktur keluarga yang tinggal serumah saat pasien berusia

10 tahun

No Nama L/P Usia Hubungan Sifat

1.

2.

3.

4.

5.

Tn. R

Ny.H

I

H

N

L

P

L

P

L

46 th

44 th

17th

12 th

10 th

Ayah kandung

Ibu kandung

Kakak Kandung

Kakak kandung

Pasien

Tegas, keras

Baik, ramah, sabar

Pemarah,usil

Ramah, baik

Pemalu, pencemas

Struktur keluarga yang tinggal serumah saat ini

No Nama L/P Usia Hubungan Sifat

1.

2.

3.

Tn. R

Ny. H

N

L

P

L

59 thn

57 th

24 th

Ayah kandung

Ibu Kandung

Pasien

Tegas

Ramah, penyabar

Pemalu, pencemas

Page 7: kasus 9.docx.doc

6

GENOGRAM

Keterangan

Laki-laki Gangguan Jiwa Meninggal

Perempuan Pasien Tinggal Satu Rumah

Meninggal, 1978Sakit

Meninggal, 1989Sakit

Meninggal, 1977Sakit

Meninggal, 1981Sakit

Meninggal, 2012Sakit

6468 62 60 575870 56 54 52 49 46

232631

59

0,3

33

6270 6469 67 6672 58 55

Page 8: kasus 9.docx.doc

7

Pasien merupakan anak bungsu yang mempunyai dua orang kakak. Ia

dibesarkan dalam sosio-kultural Sunda dengan kondisi ekonomi yang cukup.

Orang tua pasien berwiraswasta dengan penghasilan yang tidak tetap. Ayah pasien

bekerja membuat maket sedangkan Ibu pasien bekerja berjualan peralatan rumah

tangga. Mereka juga mendapat tambahan uang dari anak-anaknya yang sudah

bekerja.

Ayah pasien merupakan anak ke 9 dari 11 bersaudara, memiliki sifat yang

tegas, keras dan sering memarahi anak-anaknya. Ibu pasien merupakan anak ke 7

dari 12 bersaudara, memiliki sifat penyabar, penyayang, dan mudah kuawatir.

Tidak ada hubungan darah antara ayah dan ibu pasien. Hubungan keduanya cukup

harmonis. Pasien tidak dekat dengan ayahnya karena ia sering memarahi bahkan

memukul pasien apabila pasien tidak menuruti keinginannya. Hal ini membuat

pasien merasa takut dengan ayahnya dan lebih dekat dengan ibunya. Hubungan

pasien dengan kakak pertamanya juga kurang dekat karena perbedaan usia yang

cukup jauh. Selain itu, ia juga sering dimarahi, diejek dan dikerjai oleh kakaknya.

Meski demikian, hubungan pasien dengan kakak keduanya cukup dekat. Ibu lebih

dominan dalam mendidik pasien, namun, ayah tetap memperhatikan

perkembangan anak-anaknya. Ayah dan ibu pasien mengajarkan anak-anaknya

untuk taat beragama. Ayahnya selalu menekankan bahwa sholat adalah tiang

agama dan tidak sempurna Islam seseorang bila sholatnya tidak sempurna.Ia juga

tidak segan-segan menghukum atau memukuli anak-anaknya bila mereka tidak

sholat. Riwayat penyakit serupa atau penyakit psikiatrik lainnya dalam keluarga

disangkal.

Page 9: kasus 9.docx.doc

8

Denah Tempat Tinggal Pasien

Page 10: kasus 9.docx.doc

9

Pasien tinggal di daerah kota, posisi rumah pasien di gang yang tidak jauh dari

jalan utama. jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain cukup dekat.

Ukuran rumah pasien kurang lebih ukuran 8 m x 8 m terdiri dari dua lantai. Lantai

pertama terdiri dari beberapa ruangan yaitu ruang tidur utama, kamar mandi,

dapur, ruang keluarga dan ruang tamu. Lantai kedua hanya ada satu ruangan yaitu

kamar yang ditempati oleh pasien. Bagian depan rumah terbuat dari tembok,

bagian belakang dapur dan kamar mandi yang terbuat dari kayu. Ruang tidur

utama diisi oleh ayah dan ibu pasien. Antara ruang tamu dengan ruang keluarga

terdapat sekat atau pembatas. Perbandingan antara jendela dan dinding cukup

proporsional sehingga rumah mendapatkan pencahayaan yang cukup dan sirkulasi

udara baik.

Saat ini, pasien adalah anak satu-satunya yang masih tinggal bersama kedua orang

tuanya. Kedua kakaknya sudah bekerja dan tidak lagi tinggal bersama mereka.

Ayah pasien merupakan ketua RT di lingkungan rumahnya. Hubungan keluarga

dengan tetangganya cukup baik. Ayah dan ibu pasien aktif dalam mengikuti

kegiatan di lingkungannya sedangkan pasien jarang ikut terlibat dalam berbagai

kegiatan di lingkungan rumahnya. Pasien jarang sekali mengobrol dengan

ayahnya karena merasa takut. Meskipun pasien lebih dekat dengan ibunya, namun

pasien tidak pernah menceritakan keluhan yang ia rasakan selama ini kepadanya.

F. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat prenatal dan perinatal

Setelah kelahiran anak kedua, ayah dan ibu pasien berencana untuk tidak

menambah anak lagi dengan cara ibu menggunakan alat kontrasepsi IUD. Ibu

pasien baru menyadari dirinya hamil pada saat usia kandungan berumur 4

Page 11: kasus 9.docx.doc

10

bulan. Ibu pasien merasa bingung dengan kehamilannya. Ia mencemaskan

kondisi kehamilannya, kuatir terjadi sesuatu akibat penggunaan IUD. Ibu

merasa lebih tenang setelah mendapat penjelasan dari bidan. Selama

kehamilan ibu memeriksakan kandungannya secara teratur. Pasien lahir

setelah dikandung selama 9 bulan, lahir spontan dibantu oleh bidan dan tidak

ada penyulit dalam proses kehamilan atau persalinannya. Berat badan pasien

saat lahir adalah 3350 gr. Tidak terdapat kelainan fisik saat dilahirkan.

2. Masa kanak-kanak awal ( kelahiran sampai usia 3 tahun )

a. Kebiasaan makan dan minum

Pasien mendapatkan ASI sampai umur 2 tahun. Ibu memberikan ASI dengan

posisi berbaring, duduk atau dalam keadaan tidak melakukan kegiatan yang

berat. ASI diberikan hingga pasien tertidur. Pasien mendapat makanan

tambahan saat 4 bulan dan tidak terdapat kesulitan dalam pemberian makan.

b. Perkembangan awal

Pertumbuhan dan perkembangan secara umum tampak normal seperti anak

lainnya. Pasien jarang mengalami masalah kesehatan atau sakit. Hanya

beberapa kali saja menderita batuk pilek. Pasien mulai berbicara beberapa

kata saat usia sekitar 10 bulan dan mulai berjalan lancar saat usia 15 bulan.

Riwayat kejang demam, trauma dan penyakit medik lain tidak ada.

- Toilet training

Pasien mulai dilakukan toilet training oleh ibunya pada usia sekitar 2 tahun.

Caranya dengan melatih pasien untuk mengatakan keinginannya buang air

kecil/ besar lalu dibawa ke kamar mandi danmembiasakan untuk buang air

Page 12: kasus 9.docx.doc

11

kecil malam hari sebelum pasien tidur. Menjelang usia 3 tahun pasien sudah

tidak menggunakan popok dan tidak mengompol lagi.

- Gejala-gejala gangguan perilaku

Tidak ditemukan

- Kepribadian dan temperamen

Pasien adalah anak yang pendiam dan jarang rewel.

3. Masa kanak-kanak menengah ( usia 3 – 11 tahun )

a. Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama seperti anak seusianya.

Ayah pasien sering melarang dan memarahi pasien untuk bermain di luar.

Terkadang ayah tidak segan untuk memukul apabila pasien tidak menuruti

perintahnya.

b. Pasien masuk TK ketika berusia 5 tahun, saat itu pasien cenderung

pendiam dan pemalu. Pasien hanya mau berteman dengan beberapa anak saja.

c. Usia 6 tahun pasien masuk sekolah di SD Nilem 2 di daerah Buah batu.

Hari pertama sekolah pasien menangis karena tidak mau ditinggal oleh

ibunya. Seminggu kemudian, pasien sudah mulai terbiasa ditinggal di

sekolah. Pasien termasuk anak yang pendiam dan pemalu dan tidak memiliki

banyak teman di sekolah. Pasien selalu naik kelas dengan prestasi cukup.

4. Masa kanak-kanak akhir (pubertas hingga remaja)

a. Hubungan sosial

Pasien adalah anak yang pendiam, pemalu, dan memiliki sedikit teman. Bila

pasien mempunyai masalah, ia lebih sering mengadu kepada ibunya karena

merasa lebih nyaman. Pasien tidak bermasalah dalam menjalin hubungan

Page 13: kasus 9.docx.doc

12

pertemanan. Ia lebih sering menjadi pengikut dalam permainan dengan

teman-temannya.

b. Riwayat sekolah

Setelah menyelesaikan pendidikannya di SD, pasien melanjutkan sekolahnya

ke SMP 43. Pasien tidak pernah tinggal kelas, prestasi cukup. Di bangku

SMP, pasien mulai memiliki banyak teman dan senang bermain. Namun, hal

ini justru membuat pasien sering dimarahi dan dipukul oleh ayah nya. Ayah

pasien tidak menyukai bila pasien banyak bermain dan jarang beribadah.

Ayah pasien selalu menekankan tentang dosa bila tidak beribadah. Hal ini

membuat pasien merasa takut berdosa terhadap Allah.

Pasien kemudian melanjutkan sekolahnya ke SMA 17. Pasien hanya memiliki

beberapa teman dekat. Tidak ada masalah dalam hal pelajaran. Pasien selalu

naik kelas dengan prestasi cukup.

Pasien melanjutkan pendidikannya di salah satu perguruan tinggi di kota

Bandung atas saran kakak ipar nya yang berprofesi sebagai guru. Awalnya

pasien sempat bingung akan meneruskan kuliah dimana dan bila ia menjadi

guru ia takut tidak mampu bila harus mengajar di depan kelas, namun karena

biaya pendidikan di UPI tidak terlalu mahal sehingga ia memutuskan untuk

mengikuti saran kakak iparnya dengan memilih jurusan yang ia sukai.

Pada awalnya, pasien dapat mengikuti kuliah dengan baik. Pada tahun ketiga,

setelah judul skripsinya ditolak, pasien mulai malas kuliah dan enggan

mengerjakan skripsi. Prestasi pasien cukup dengan indeks prestasi kumulatif

pasien 3,4. Hingga saat ini pasien sedang berusaha untuk menyelesaikan

skripsinya.

Page 14: kasus 9.docx.doc

13

c. Perkembangan kognitif dan motorik

Sesuai dengan anak seusianya

d. Masalah emosi dan fisik masa remaja

Tidak ada masalah dengan emosi dan fisik

e. Riwayat Psikoseksual

- Ketertarikan awal pada lawan jenis: Pasien mulai merasakan ketertarikan

pada lawan jenis ketika pasien SMP, tetapi tidak berani untuk mendekati

perempuan yang disukainya.

- Pasien mengetahui masalah seksual dari teman-temannya.

- Pasien pertama kali mimpi basah saat duduk di kelas 2 SMP

- Pasien pemalu dan tidak percaya diri bila berhadapan dengan lawan jenis.

- Hubungan seksual pranikah disangkal.

5. Masa dewasa

a. Riwayat pekerjaan

Pasien belum pernah bekerja.

b. Riwayat perkawinan dan relasi

Pasien belum pernah berpacaran dengan seorang perempuan dengan alasan

malu dan tidak percaya diri.

c. Aktifitas sosial

Pasien jarang mengikuti kegiatan sosial seperti kerja bakti, pengajian, atau

kegiatan-kegiatan hari besar yang diselenggarakan dilingkungannya.

d. Latar belakang kondisi spiritualitas dan religiusitas

Pasien dibesarkan dalam lingkungan beragama Islam. Pasien mendapatkan

pendidikan agama yang cukup kuat dari orang tuanya.

Page 15: kasus 9.docx.doc

14

e. Riwayat hukum dan militer

Pasien tidak pernah berurusan dengan hukum dan tidak mempunyai

pengalaman militer

I. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal11Maret 2013 di Poliklinik Psikiatri

RSHS pukul 11.00 WIB

A. Gambaran Umum

1. Penampilan

Pasien datang di poli psikiatri menggunakan pakaian kaos berwarna coklat

muda dan celana panjang berbahan kain berwarna hitam dan beralaskaki

sandal. Pasien berpenampilan sesuai usianya, kondisi fisik tampak sehat,

perawakan sedang, kebersihan diri baik. Pasien memasuki ruang

pemeriksaan dengan ragu-ragu dan roman muka yang tampak cemas.

2. Perilaku terhadap pemeriksa

Pasien cukup kooperatif, ramah dan kontak mata dengan pemeriksa kurang

karena selama wawancara pasien lebih banyak menunduk. Pasien mau

menjawab pertanyaan pemeriksa dan mengungkapkan keluhannya meski

dengan malu-malu dan ragu.

3. Karakteristik bicara

Pasien berbicara kurang spontan dengan suara pelan, kadang lambat.

Semua pertanyaan dijawab dengan kemampuan berbahasa cukup. Kadang

pasien tampak tidak fokus sehingga beberapa pertanyaan harus diulang

oleh pemeriksa.

Page 16: kasus 9.docx.doc

15

4. Tingkah laku dan aktivitas psikomotor

Selama wawancara pasien tampak gelisah atau berpindah-pindah posisi

duduk dan meremas-remas jari-jari tangannya seakan-akan tidak nyaman.

Pasien sering menundukkan kepalanya saat menjawab pertanyaan.

B. Mood dan Afek

1. Mood (subjektif):

Pasien mengatakan perasaannya saat ini adalah bingung. Ia tidak dapat

memahami keadaan dirinya dan penyakitnya. Hal ini dirasakan tiap hari,

dan kadang disertai dengan rasa cemas.

2. Afek (objektif):

Pasien tampak cemas sesuai dengan moodnya.

C. Pikiran dan Persepsi

1. Bentuk pikiran

a. Produktifitas: Pasien berbicara dengan lambat, koheren, dengan

kalimat-kalimat pendek.

b. Kelancaran berpikir: Pasien menjawab pertanyaan langsung pada

jawaban dan terarah.

c. Gangguan berbahasa: Tidak ditemukan.

2. Isi pikiran

a. Preokupasi : rasa takut dan bingung dengan pikirannya

b. Waham : tidak ada waham

3. Gangguan persepsi

a. Halusinasi dan ilusi : tidak ditemukan

b. Depersonalisasi dan derealisasi : tidak ditemukan

Page 17: kasus 9.docx.doc

16

D. Sensorium dan Kognisi

1. Kesadaran : kompos mentis

2. Orientasi

a. Tempat : baik, pasien dapat mengetahui bahwa ia sedang berada di

Poliklinik Psikiatri RS Hasan Sadikin

b. Waktu : baik, pasien mengetahui hari dan tanggal saat

pemeriksaan

c. Orang : baik, pasien dapat mengenal dokter yang memeriksa

3. Memori

a. Jangka panjang : baik, karena pasien dapat mengingat pengalaman

masa kecilnya

b. Jangka sedang : baik, pasien dapat mengingat kejadian beberapa

bulan ke belakang, termasuk dapat menceritakan

riwayat penyakitnya secara rinci.

c. Jangka pendek : baik, pasien dapat mengingat kejadian sehari

sebelumnya, apa yang dilakukannya pada pagi

hari sebelum datang kerumah sakit.

d. Segera : baik, pasien dapat menyebutkan dengan segera 5

benda yang disebutkan oleh pemeriksa

4. Konsentrasi dan perhatian : baik

5. Membaca dan menulis : baik

6. Berpikir abstrak : baik

7. Informasi dan intelegensia : sesuai dengan tingkat pendidikan

8. Impulsivitas : tidak ada

Page 18: kasus 9.docx.doc

17

E. Wawasan Terhadap Penyakit

Tilikan derajat 4, pasien mengetahui bahwa ia mengalami gangguan yang

menurutnya disebabkan oleh sesuatu hal dalam dirinya yang ia tidak ketahui.

II. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tenang

Kesadaran : kompos mentis

Gizi : cukup

Tekanan darah : 110/80 mmhg

Nadi : 90x/menit

Respirasi : 24x/menit

Suhu : afebris

Kulit : turgor baik

Kepala : tidak ada deformitas

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,

pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+ normal

Leher : tiroid tidak teraba membesar, JVP tidak meningkat,

kelenjar getah bening tidak teraba

Toraks : bentuk dan pergerakan simetris

Jantung : bunyi jantung murni, regular, murmur (-)

Pulmo : sonor, vesikuler kanan = kiri normal

Abdomen : datar, lembut, bising usus (+)

Hepar : tidak teraba

Lien : tidak teraba

Page 19: kasus 9.docx.doc

18

Ekstremitas : telapak tangan agak berkeringat dan tremor

B. Pemeriksaan Neurologi

Tidak ada tanda-tanda defisit neurologis

C. Pemeriksaan Penunjang

HDRS : 16(tidak ada depresi)

HARS : 16 (kecemasan ringan)

Saran : Tes MMPI

III. RINGKASAN PENEMUAN

I. Autoanamnesa dan Heteroanamnesa

Seorang laki-laki, berinisial Tn.N, usia 23 tahun, pendidikan terakhir S1

UPI jurusan Geografi, agama Islam, suku Sunda, anak bungsu dari tiga

bersaudara, belum bekerja, status belum menikah, tinggal di daerah Buah

batu Bandung, datang dengan keluhan mencemaskan dirinya mengalami

gangguan jiwa.

Sebelas tahun sebelum kunjungan ke rumah sakit, Pasien mempunyai pikiran

yang muncul berulang-ulang dan hampir setiap hari sehingga pasien menjadi

cemas dan tidak nyaman. Namun dapat hilang dengan sendirinya.

Empat tahun sebelum kunjungan ke rumah sakit, keluhan tersebut kembali

muncul.Ia mulai merasa takut kalau-kalau dirinya mengalami gangguan jiwa.

Pasien tidak berobat namun keluhan tersebut dapat hilang.

Empat tahun sebelum kunjungan ke rumah sakit, pikiran merasa berdosa

muncul berulang – ulang. Kemudian, pasien membaca buku-buku mengenai

gangguan jiwa. Setelah membaca buku-buku tersebut ia mulai merasa takut

kalau-kalau dirinya mengalami gangguan jiwa. Pasien berusaha menenangkan

Page 20: kasus 9.docx.doc

19

dirinya dengan melakukan banyak aktivitas di luar rumah seperti bermain

dengan teman – temannya, menurut pasien bila ia bermain dengan teman –

temannya pikiran – pikiran tersebut berkurang dan kemudian hilang dengan

sendirinya.

Satu tahun sebelum kunjungan ke rumah sakit, pasien sering ditegur oleh

dosen pembimbing karena ia tidak juga menyelesaikan. Keluhan yang

dialaminya kembali muncul. Pasien mulai merasa ketakutan kalau dirinya

mengalami skizofrenia. Pasien pun sering melakukan pekerjaan yang

berulang – ulang seperti bila keluar rumah ia sering kembali lagi untuk

memeriksa apakah pintu sudah terkunci dan bila mengerjakan tugas pasien

akan berulang kali memeriksa kembali apakah tugasnya sudah benar, hal ini

bisa ia lakukan sebanyak 3 kali.

Pasien sengaja menunda tugas Program Latihan Profesi (tugas akhir mengajar

di sekolah) karena ia merasa cemas, takut dan tidak mampu untuk mengajar

di depan kelas. Keluhan tidak nyaman, berdebar – debar, keringat dingin dan

gemetaran sering ia rasakan bila harus tampil di depan kelas. Ketika PLP,

setiap kali mengajar pasien selalu merasa jantungnya berdebar – debar,

keringat dingin, gemetaran dan gugup sehingga ia sering dikerjai oleh murid

– muridnya dan setelah selesai mengajar keluhannya tersebut hilang.

Enam bulan sebelum kunjungan, pasien mengikuti konseling namun tidak

merasakan adanya perubahan. Ia masih sering memikirkan bahwa dirinya

mengalami gangguan skizofrenia hingga jantungnya sering berdebar-debar

dan tidak bisa tidur. Hal ini membuat pasien menjadi cemas dan takut bila ia

Page 21: kasus 9.docx.doc

20

melihat ataupun memegang pisau. Karena hal ini pasien datang berobat ke

poli Psikiatri RSHS.

II. Status Mental

Kesadaran : compos mentis

Roman muka : cemas

Kontak : ada

Rapport : baik

Orientasi TWO : tidak terganggu

Perhatian : cukup

Ingatan : tak terganggu

Persepsi : ilusi dan halusinasi tidak ditemukan

Pikiran

Bentuk : tidak realistik

Jalan : koheren

Isi : preokupasi rasa takut dan bingung dengan pikirannya

Emosi

Mood : bingung

Afek : cemas

Wawasan penyakit: tilikan derajat 4

Tingkah laku : normoaktif

Bicara : pelan, relevan, lambat

Dekorum :

Sopan santun : baik

Cara berpakaian: baik

Page 22: kasus 9.docx.doc

21

Kebersihan : baik

III. Status Pemeriksaan fisik

Telapak tangan basah, dingin dan tremor.

IV. Pemeriksaan penunjang

HARS : 16 (kecemasan ringan)

HDRS : 16 (tidak ada depresi ringan)

IV. FORMULASI DIAGNOSTIK

Pada pasien ini ditemukan adanya tanda dan gejala yang secara klinis

bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya dalam

berbagai fungsi pekerjaan dan psikososial. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa.

Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien tidak pernah menderita

penyakit yang secara fisiologis menimbulkan disfungsi otak. Dari pemeriksaan

fisik dan neurologis juga tidak ditemukan kelainan yang secara fisiologis

menimbulkan disfungsi otak sehingga gangguan mental organik dapat

disingkirkan.

Pada pasien ini tidak didapatkan adanya hendaya dalam menilai realita seperti

waham dan halusinasi sehingga tidak digolongkan ke dalam gangguan psikotik.

Dari anamnesis dan pemeriksaan status mental, pada pasien ini ditemukan

perasaan cemas dan takut dirinya mengalami gangguan jiwa. Pada pasien

sering muncul pikiran tentang perasaan berdosa, hal ini membuat pasien

merasa cemas dan takut sehingga membuat jantung pasien berdebar – debar

dan tidak bisa tidur. Pasien ini menunjukkan kecemasan sebagai gejala utama

yang berlangsung hampir setiap hari selama beberapa bulan yang tidak terbatas

pada situasi khusus tertentu saja (bersifat free floating atau mengambang).

Page 23: kasus 9.docx.doc

22

Pasien juga mengeluhkan adanya rasa sedih dan bingung dengan kondisinya

saat ini.

Pada pasien ini tidak ditemukan adanya kelainan fisik (kondisi medis umum)

maupun penyalahgunaan zat yang dapat menyebabkan gangguan cemas.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka untuk diagnosis aksis I sesuai

dengan PPDGJ III pada pasien ini adalah F41.2 Gangguan campuran

anxietas dan depresi

Pada aksis II Berdasarkan riwayat premorbid, hubungan interpersonal dan cara

pasien menghadapi masalahnya, pasien sering menggunakan mental

mekanisme represi sehingga didiagnosis ciri kepribadian cemas.

Pada aksis III tidak ada diagnosis.

Pada aksis IV ditemukan adanya stresor psikososial yaitu konflik dengan

ayahnya karena pasien selalu merasa takut dengan ayahnya dan masalah

skirpsinya yang tidak kunjung selesai.

Untuk aksis V dilakukan penilaian kemampuan penyesuaian diri dengan

menggunakan skala Global Assessment of Functioning (GAF). GAF untuk

penilaian saat ini adalah 70 - 61 (beberapa gejala ringan dan menetap,

disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik).Sedangkan untuk

skala GAF tertinggi dalam 1 tahun terakhir adalah80 – 71 (gejala sementara &

dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan dan sekolah).

Page 24: kasus 9.docx.doc

23

V. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I : F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresi

DD/ F42.0 Gangguan Obsesif-kompulsi Predominan

pikiran obsesi atau pengulangan

F41.1 Gangguan ansietas menyeluruh

F40.1 Fobia sosial

Aksis II : Ciri kepribadian cemas

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Masalah interaksi dengan orang tua

Aksis V : - GAF Scale 1 tahun terakhir 80 – 71

- GAF Scale saat pemeriksaan 70– 61

VII. DAFTAR MASALAH

1. Organobiologik : tidak ditemukan adanya kelainan

2. Psikologis :

- Adanya gejala cemas yang dirasakan pasien hampir setiap

hari

- Preokupasi rasa takut dan bingung dengan pikirannya

- Adanya gejala depresi (ringan)

3. Psikososial : masalah interaksi dengan keluarga dan skripsi.

VIII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad fungsionam : dubia ad Bondan

VI. FORMULASI PSIKODINAMIKA

Pasien adalah seorang laki-laki, anak bungsu dari tiga bersaudara, 24tahun,

Islam, pendidikan S1 UPI jurusan Geografi, belum menikah, tidak bekerja. Pasien

dibesarkan dalam lingkungan sosiokultural Sunda, keadaan sosioekonomi cukup,

Page 25: kasus 9.docx.doc

24

dengan nilai-nilai agama Islam yang taat. Pasien menyatakan kekhawatiran dan

perasaan tidak nyaman dengan pikiran – pikiran dirinya mengenai gangguan jiwa.

Kondisi ini makin lama makin membuat pasien merasa sedih, tertekan bingung,

tidak dapat bersikap tenang dan santai.

Ibu pasien memiliki sifat yang pemalu dan mudah khawatir (faktor

genetik, faktor predisposisi). Ketika masa kehamilannya, Ibu pasien baru

menyadari dirinya hamil pada saat usia kandungan berumur 4 bulan. Ibu pasien

merasa bingung dengan kehamilannya dan mencemaskan kondisi kehamilannya,

kuatir terjadi sesuatu akibat penggunaan IUD (faktror predisposisi).

Sejak usia pasien 3 tahun, ayah pasien sering melarang dan memarahi pasien

untuk bermain di luar. Terkadang ayah tidak segan untuk memukul apabila pasien

tidak menuruti perintahnya. Tahapan perkembangan menurut Erik Erikson,

Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah), pada fase ini inisiatif tidak

berkembang dengan baik karena lingkungan langsung memarahi (ayah pasien)

sehingga anak akan merasa bersalah (Guilt) bila mempunyai keinginan, hambatan

dalam berperan, ragu – ragu dan selalu takut salah

Selain itu, ia juga sering dimarahi, diejek dan dikerjai oleh kakaknya.

Karena ia tidak berani melawan ayah dan kakak nya, akhirnya ia hanya menerima

saja perlakuan tersebut. Pola asuh ayah pasien dalam mendidik pasien dan

saudara-saudaranya disiplin. Berdasarkan pada parenting styles, beberapa

penelitian mengkonfirmasi bahwa gaya pola asuh tertentu berkorelasi dengan

perilaku tertentu pada anak. Ayah pasien menggunakan pola asuh the

authoritarian style yang dikarakteristik oleh aturan-aturan yang ketat dan tidak

Page 26: kasus 9.docx.doc

25

fleksibel yang dapat mengarah pada harga diri rendah, ketidakbahagiaan dan

penarikan sosial.

Sejak usia 5 tahun pasien cenderung memiliki sifat pendiam dan pemalu dan

kemudian sifat ini terbawa hingga pasien remaja. Saat remaja pasien mulai senang

bermain namun hal ini membuat pasien semakin sering dimarahi oleh ayahnya

yang akhirnya menimbulkan perasaan takut, bersalah dan berdosa (guilty feeling).

Pasien sempat bingung akan meneruskan kuliah dimana dan ragu – ragu

menerima saran kakak iparnya untuk menjadi guru karena ia takut tidak mampu

bila harus mengajar di depan kelas (ambivalensi). Namun karena biaya

pendidikan di UPI tidak terlalu mahal sehingga ia memutuskan untuk mengikuti

saran kakak iparnya dengan memilih jurusan yang ia sukai (mm supresi).

Pasien merasa malu dan takut dirinya mengalami gangguan jiwa namun

didepan keluarganya pasien berusaha bersikap biasa (mm represi). Pasien

berusaha menenangkan dirinya dengan melakukan banyak aktivitas di luar rumah

seperti bermain dengan teman – temannya (mm. displacement), menurut pasien

bila ia bermain dengan teman – temannya pikiran – pikiran tersebut berkurang dan

kemudian hilang dengan sendirinya.

Pasien sering ditegur oleh keluarga dan dosen pembimbing karena ia tidak

juga menyelesaikan skripsinya (faktor presipitasi). Pasien menjadi cemas dan

takut skripsinya tidak akan bisa diselesaikan namun pasien juga merasa malas

mengerjakan skripsinya (avoidance) Secara tidak sengaja, pasien menonton talk

show “Kick Andy” yang membahas tentang skizofrenia. Sejak saat itu, pasien

mulai merasa ketakutan kalau-kalau dirinya akan mengalami halusinasi dan

Page 27: kasus 9.docx.doc

26

perilaku seperti pada pasien skizofrenia (faktor predisposisi). Pasien merasa tidak

nyaman bila berada di rumah karena ia malas dan takut bila ditanya oleh keluarga

mengenai skripsinya sehingga pasien lebih banyak menghabiskan waktu di luar

rumah (avoidance). Pasien juga sengaja menunda tugas Program Latihan Profesi

(tugas akhir mengajar di sekolah) karena ia merasa cemas, takut dan tidak mampu

untuk mengajar di depan kelas (avoidance, lack of self confidence).

Pasien masih sering memikirkan bahwa dirinya mengalami gangguan

skizofrenia seperti takut bila ia bisa mendengar suara-suara, takut bila ia bisa

membunuh ayah dan ibunya dan takut bila pikirannya dapat membuat skenario

cerita yang berbahaya seperti pada pasien skizofrenia. Hal ini membuat pasien

menjadi cemas dan takut bila ia melihat ataupun memegang pisau (fantasi).

IX. RENCANA TERAPI MENYELURUH

1. Farmakologi :

fluoxetinetablet 10 mg 1x1 per oral

clobazam tablet 10mg 1x1 per oral

2. Non farmakologi :

a. Psikoterapi suportif individual

b. Terapi relaksasi.

c. Terapi kognitif perilaku (Cognitive behavior therapy /CBT)

X. PEMBAHASAN

A. Diagnosis

Pasien dengan gangguan campuran anxietas dan depresi gejala

menunjukkan gejala-gejala keduanya, baik depresi maupun kecemasan, yang tidak

Page 28: kasus 9.docx.doc

27

memenuhi kriteria untuk gangguan mood atau gangguan kecemasan. Pasien

tersebut harus menunjukkan tanda-tanda penurunan mood yang konsisten selama

minimal 1 bulan, disertai dengan gejala tambahan meliputi kecemasan yang

menonjol. Studi longitudinal menemukan bahwa individu dengan kondisi ini

memiliki risiko yang relatif tinggi untuk gangguan mood, terutama depresi mayor,

atau gangguan kecemasan dikemudian hari. Kombinasi gejala-gejala depresi dan

anxietas menyebabkan gangguan fungsi yang signifikan bagi orang yang terkena

gangguan ini. Kondisi ini paling sering ditemukan pada klinik pelayanan primer

dan pada pasien rawat jalan.

Ketegori gangguan campuran anxietas dan depresi digunakan bila terdapat

gejala kecemasan dan depresi, tapi keduanya tidak cukup dominan, dan jenis

gejala yang ada tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk

menegakkan diagnosis tersendiri. Jika gejala anxietas dan depresi masing-masing

cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri, kedua diagnosis harus

ditegakkan dan kategori ini tidak digunakan. Dalam pedoman penggolongan

diagnosis gangguan jiwa III disebutkan bahwa kriteria diagnostik untuk Gangguan

Campuran Anxietas dap Depresi adalah sebagai berikut:

Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, di mana asing-masing tidak

menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis

tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan

walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran

berlebihan.

Page 29: kasus 9.docx.doc

28

Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus

dipertimbangkan kategori gangguan anxitas lainnya atau gangguan anxietas

fobik.

Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk

menegakkan asing asing diagnosis, maka kedua diagnosis harus dikemukakan

, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena

sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif

harus diutamakan.

Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas,

maka harus digunakan kategori f43.2 gangguan penyesuaian.

Berdasarkan data klinis, pasien dengan gangguan ini memiliki gejala

anxietas yang menonjol, depresi yang menonjol atau campuran dari keduanya.

Selama perjalanan penyakit gejala anxietas atau depresi mungkin menonjol secara

bergantian.

Pada pasien ini tidak didapatkan adanya hendaya dalam menilai realita

seperti waham dan halusinasi sehingga tidak digolongkan ke dalam gangguan

psikotik. Dari anamnesis dan pemeriksaan status mental, pada pasien ini

ditemukan perasaan cemas. Pasien mencemaskan tentang ibadah dan dosa-

dosanya hingga mengganggu aktivitasnya. Ia juga takut kalau-kalau dirinya

menderita gangguan jiwa berat. Kecemasan yang dialami pasien juga disertai

dengan peningkatan gejala otonomik sperti jantung berdebar-debar dan membuat

pasien kesulitan untuk tidur.

Pada pasien ini ditemukan gejala-gejala depresi yang tidak memenuhi

kriteria untuk menegakkan diagnosis depresi mayor, yaitu adanya perasaan

Page 30: kasus 9.docx.doc

29

bersalah dan berdosa karena tidak menjalankan ibadah dengan sempurna. Selain

itu, Ia kesulitan menyelesaikan skripsinya meski mengaku masih dapat

berkonsentrasi dan masih berusaha. Ia juga merasa sedih, bingung dan tertekan

dengan kondisinya saat ini.

Pasien memiliki ciri kepribadian cemas menghindar. Ia memiliki perasaan

tegang dan takut yang menetap, merasa dirinya tidak mampu. Ia juga juga

menghindari untuk dekat dengan seseorang kecuali jika ia yakin akan diterima.

Konflik dengan kakak dan ayahnya merupakan masalah interaksi dalam keluarga

(aksis IV) yang mungkin mendasari keluhan-keluhan pasien dan harus

diselesaikan.

B. Terapi

Tidak adanya penelitian yang adekuat dalam yang membandingkan berbagai

penatalaksanaan gangguan campuran cemas dan depresi membuat para dokter

cenderung untuk memberikan penatalaksanaan berdasarkan gejala yang muncul,

keparahannya, dan tingkat pengalaman dokter tersebut terhadap berbagai

modalitas terapi.

1.Farmakoterapi

Farmakoterapi untuk ganguan campuran cemas dan depresi meliputi obat

anti cemas, obat anti depresi atau keduanya. Diantara obat anti cemas, beberapa

data menunjukkan bahwa penggunaan alprazolam mungkin diindikasikan karena

efektif dalam mengobati depresi yang berkaitan dengan axietas. Obat yang bekerja

pada reseptor serotonin 5-HT1A, misalnya Buspiron, mungkin juga diindikasikan.

Diantara beberapa anti depresan, meskipun teori noradrenergik berhubungan

dengan gangguan anxietas dan depresi, anti depresan serotonergik mungkin yang

Page 31: kasus 9.docx.doc

30

paling efektif dalam mengobati gangguan campuran anxietas dan depresi.

Pemberian kombinasi SSRI dengan Benzodiazepin efektif untuk pasien yang

mengalami cemas dan gelisah, terutama pada awal terapi.

Berdasarkan uraian diatas, maka pada pasien ini diberikan antidepresan

golongan SSRI yaitu fluoxetin. Anti anxietas juga diberikan pada pasien ini.

Untuk menghindari potensi ketergantungan dari alprazolam yang cukup tinggi,

maka pada pasien ini diberikan golongan benzodiazepin. yang lain yaitu

Clobazam yang kemudian dilakukan tappering off.

1. Psikoterapi

Peran psikoterapi dalam pengobatan gangguan kecemasan dan depresi tidak

bisa diabaikan. Psikoedukasi tidak diragukan lagi merupakan komponen kunci

dalam pengobatan keduanya. Selanjutnya, terapi kognitif-perilaku (CBT) pada

khususnya telah terbukti berguna dalam banyak gangguan kecemasan serta

depresi.

Meskipun terdapat hanya sedikit penelitian yang membandingkan SSRIs

dengan CBT dan terapi kombinasi, pengalaman klinis menunjukkan bahwa

kombinasi dari modalitas ini seringkali bermanfaat.Secara teoritis, CBT memiliki

nilai tertentu dalam mencegah kekambuhan setelah penghentian obat. Selain itu,

keterlibatan keluarga mungkin sangat berguna dalam mendorong pasien untuk

mematuhi baik pengobatan maupun terapi perilaku.

Pendekatan psikoterapi yang utama pada gangguan cemas adalah CBT,

sportif, dan insight oriented. Pendekatan kognisi ditujukan untuk mengkoreksi

distorsi kognitif secara langsung, den pendekatan perilaku ditujukan untuk gejala-

gejala aromatik secara langsung. Teknik utama yang digunakan pada pendekatan

Page 32: kasus 9.docx.doc

31

perilaku adalah terapi relaksasi dan biofeedback. Terapi suportif memberikan

ketentraman dan kenyamanan, meskipun dedikasi jangka panjangnya diragukan.

Atas dasar uraian diatas maka pada pasien ini dilakukan terapi Psikoterapi

CBT, latihan relaksasi dan terapi suportif. Kebanyakan pasien akan mengurangi

penurunan kecemasan ketika diberi kesempatan untuk mendiskusikan kesulitan-

kesulitan mereka. Jika ditemukan situasi eksternal yang dapat memprovokasi

kecemasan pada pasien, maka dengan bantuan pasien atau keluarganya dapat

mengubah lingkungan dan hasilnya akan menurunkan ketegangan bagi pasien.

C. Prognosis

Prognosis dari gangguan campuran anxietas dan depresi ini secara teoritis

tidak diketahui.Namun, Pada pasien terdapat indikator prognostik yang positif,

yaitu: penyesuaian sosial dan pekerjaan yang baik, adanya faktor presipitasi serta

tidak ada indikasi rawat di rumah sakit. Pasien ini juga mempunyai beberapa

indikator prognostik buruk, antara lain:onset muda dan riwayat pertemanan di

masa remaja yang kurang akrab.

Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, maka prognosis pada pasien

ini menjadi dubia ad bonam.

Page 33: kasus 9.docx.doc

32

XI. DAFTARPUSTAKA

1. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz, Pedro. Clinical Features of the Anxiety Disorders.

In: Sadock BJ, Sadock VA, editors. Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of

Psychiatry. 9th ed: Lippincott Williams & Wilkins; 2009. p. 1856.

2. Sadock BJ, Sadock VA. Anxiety Disorders. In: Sadock BJ, Sadock VA, editors. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry - Behavioral Scince/Clinical Psychiatry. Philadelphia2007. p. 631-2.3. WHO. International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems10th Revision. 2 ed. Geneva2006.

4. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa - Rujukan Ringkas dari PPDGJ III2001.5. Stahl SM. Essential Psychopharmacology - The Prescriber’s Guide. Cambridge: Cambridge University Press; 2005.6. Stein DJ, Hollander E. Anxiety Disorders Comorbid with Depression. London: Martin Dunitz Ltd; 2002.

Page 34: kasus 9.docx.doc

33

Lampiran 1. Cuplikan Autoanamnesa

Pemeriksaan dilakukan tanggal 11Maret 2013 di poliklinik Psikiatri

T : Selamat pagi, kenalkan saya dr.KJ : Pagi dok. (Pasien menyambut uluran tangan pemeriksa dengan malu-malu)T: Apa yang bisa saya bantu?J : Ini dok saya sering memikirkan sesuatu .T: memikirkan seperti apa?J: memikirkan apa saya sakit skizofren. Pikiran saya seperti bikin plot cerita, seperti saya bisa mendengar suara- suara,saya mau membunuh ayah saya. T: apakah N bisa mendengar suara orang atau suara berbisik yang tidak ada orangnya?J: tidak ada dok, hanya saja saya takut kalo saya seperti itu.T: sejak kapan keluhan ini berlangsung.?J: sejak saya nonton acara talkshow “Kick Andy” mengenai skizofrenia. T: apakah sebelumnya N pernah mengalami hal seperti ini?J: iya dok.. pernah waktu saya selesai sholat saya tiba-tiba merasa sholat saya tidak sempurna, merasa sudah menyekutukan Allah karena ibadah Sholat saya blangbeton dok.T: ketika N memikirkan sholatnya apakah N mengulang kembali sholatnya secara terus-menerus?J: ga dok..hanya pikiran saya saja yang terus – menerus berfikiran begitu.T: tadi N mengatakan ada pikiran ingin membunuh ayah N. Kenapa?J: tidak tau dok. Saya hanya takut kalau saya seperti pasien skizofrenia.T: Bagaimana hubungan N dengan ayah?J: tidak terlalu dekat dok. Saya suka takut sama ayah.T: kenapa N takut dengan ayah?J: ayah saya keras dok, waktu kecil saya sering dimarahi kadang juga suka main tangan.T: kenapa kmu sering dimarahi?J: karena saya sering malas sholat dan kebanyakan main dok.T: apa yang N rasakan bila pikiran – pikiran tersebut muncul?T: saya merasa cemas, takut dan bingung dok. T: ada keluhan berdebar –debar, sesak nafas, keringat dingin?J: berdebar-debar dan keringatan dok.T: Bisa tidur?J: kadang saya tidak bisa tidur dok, karena saya takut kalau mata saya merem saya jd bisa mendengar suara-suara.T :Kapan keluhan-keluhan tersebut sering muncul?J: biasanya sering muncul kalau saya lg tidak ada kegiatan dok.T: apakah sebelumnya sudah pernah berobat?J: iya dok,, saya ke bimbingan konseling di kampus saya. Terus dibilang saya sakit cemas.T: di bimbimgan konseling kamu diajarkan apa saja?J: saya konseling rutin dua kali seminggu. Saya diarahkan untuk menyelesaikan skripsi saya kemudian saya juga diajarkan untuk memaafkan ayah saya. Tapi karena gak ada perbaikan saya cari-cari informasi di internet. Makanya saya datang kesini dok.

Page 35: kasus 9.docx.doc

34

FOLLOW UP

Tanggal 18 Maret 2013

S : Pasien merasa ada perbaikan, dapat menyelesaikan skripsinya dan akan

dijadwalkan sidang minggu depan. Pasien juga sudah menceritakan penyakitnya

kepada orang tuanya.

O :

kesadaran : kompos mentis

keadaan umum : tenang

Pikiran : Preokupasi terhadap penyakitnya dan cemas karena akan menghadapi

sidang.

Emosi : Mood cemas, afek sesuai.

A : Gangguan campuran ansietas dan depresi

Dd/Gangguan obsesif kompulsif predominan gangguan obsesif ,Gangguan Cemas

Menyeluruh, fobia sosial

P : clomipramine 1x25mg

Clobazam 0-0-10mg

Psikoterapi suportif

Tahap awal dari psikoterapi suportif individu meliputi menentukan tujuan dan

menetapkan pengaturan terapi.Terapis bekerjasama dengan pasien untuk

menetapkan tujuan pengobatan, yang biasanya fokus pada pengentasan gejala dan

membangun hubungan terapeutik.

Pada psikoterapi ini, terapis juga menjelaskan proses pengobatan atau cara kerja

pengobatan, memberikan informasi dan edukasi kepada pasien mengenai

Page 36: kasus 9.docx.doc

35

penyakitnya, membantu pasien mengembangkan pemahaman mereka terhadap

masalahnya sehingga dapat menemukan solusi dari permasalahan mereka

daripada mengatakan pada pasien apa yang harus mereka lakukan, membantu

mengidentifikasi faktor-faktor presipitasi,mengurangi pertahanan yang maladaptif

dan memperkuat pertahanan yang adaptif, modifikasi harapan pasien yang tidak

mungkin tercapai.

Mengajarkan pasien tehnik relaksasi seperti melakukan tehnik pernafasan dengan

cara mengambil nafas dalam kemudian melepaskan dengan perlahan lahan.

Tanggal 10April 2013

S : Pasien menyampaikan bahwa dirinya sudah lulus dan mendapat nilai A. Pasien

merasa puas dengan nilainya meskipun skripsinya ada beberapa yang harus

diperbaiki. Keluhan cemas berkurang dan pasien sudah dapat tidur.

O :

Kesadaran : kompos mentis

Keadaan umum : tenang

Pikiran : Preokupasi rasa takut

Emosi : Mood : agak cemas, afek sesuai.

A : Gangguan campuran ansietas dan depresi

Dd/Gangguan obsesif kompulsif predominan gangguan obsesif ,Gangguan Cemas

Menyeluruh, fobia sosial

P : clomipramin 1x50mg

Psikoterapi suportif

Mendukung kemajuan dan usaha-usaha yang telah dilakukan oleh pasien untuk

lulus dan mengarahkan pasien untuk mengerjakan perbaikan skripsinya.

Page 37: kasus 9.docx.doc

36

CBT

Terapi kognitif yang dilakukan pada pasien ini dilakukan dengan 4 proses, yaitu :

1. Mendapatkan pikiran otomatis

2. Menguji pikiran otomatis : terapis bersama-sama dengan pasien

meninjau situasi secara keseluruhan dan membantu menghubungkan

kembali kesalahan atau penyebab peristiwa yang tidak menyenangkan.

3. Mengidentifikasi asumsi maladaptif : saat pasien dan ahli terapi terus

berusaha mengidentifikasi pikiran otomatis, pola biasanya mulai

tampak. Pola mewakili aturan atau anggapan umum maladaptif yang

menuntun kehidupan pasien.

4. Menguji keabsahan asumsi maladaptif : satu tes yang cukup efektif

bagi terapis untuk meminta pasien mempertahankan keabsahan suatu

asumsi.

Tanggal 15Mei 2013

S : Pasien mengatakan masih malas untuk menyelesaikan perbaikan skripsinya.

Menurut pasien setelah lulus pasien lebih banyak diam di rumah. Selama tidak ada

kegiatan pikiran – pikiran sebelumnya sering muncul. Hal ini membuat pasien

merasa cemas.

O :

Kesadaran : kompos mentis

Keadaan umum : tenang

Pikiran : Preokupasi rasa takut

Page 38: kasus 9.docx.doc

37

Emosi : Mood : biasa, afek sesuai.

A : Gangguan campuran ansietas dan depresi

Dd/Gangguan obsesif kompulsif predominan gangguan obsesif ,Gangguan Cemas

Menyeluruh, fobia sosial

P : Fluoxetin 10 mg – 0 – 0 (dosis titrasi)

Psikoterapi suportif

CBT

Mengarahkan pasien untuk mengerjakan perbaikan skripsinya dan mencari

aktivitas yang pasien senangi. Mengajarkan pasien untuk mengalihkan pikiran-

pikiran negatif yang muncul dengan memikirkan hal yang sebaliknya. Pasien

diajarkan untuk mengenali respon emosi dan perilaku yang timbul akibat pikiran

tersebut dan menilai bukti-bukti yang mendukung atau menyangkal pikirannya

tersebut. Selanjutnya pasien diminta untuk mencari penjelasan alternatif untuk

pikirannya tersebut dan diajarkan mengenai berbagai tipe kesalahan pemikiran

yang umum. Pasien kemudian diminta untuk membentuk pikiran baru berdasarkan

bukti-bukti yang ada.

Tanggal 17Juni 2013

S : Pasien berusaha menyelesaikan perbaikan skripsinya. Pasien ingin mencari

kerja namun masih bingung. pasien juga mengatakan pikiran – pikiran

sebelumnya masih suka muncul terutama bila ia tidak ada aktivitas.Pasien sempat

tidak minum obat karena tidak ada uang untuk membeli obat.

O :

Kesadaran : kompos mentis

Keadaan umum : tenang

Page 39: kasus 9.docx.doc

38

Pikiran : Preokupasi rasa takut dan bingung

Emosi : Mood : biasa, afek sesuai.

A : Gangguan campuran ansietas dan depresi

Dd/Gangguan obsesif kompulsif predominan gangguan obsesif ,Gangguan Cemas

Menyeluruh, fobia sosial

P : fluoxetin 1x10mg (dosis titrasi)

Psikoterapi suportif

CBT

Pasien tetap diingatkan untuk mengalihkan pikiran – pikiran negatif nyadengan

memikirkan hal yang sebaliknya. Pasien diajarkan untuk mengenali respon emosi

dan perilaku yang timbul akibat pikiran tersebut dan menilai bukti-bukti yang

mendukung atau menyangkal pikirannya tersebut. Selanjutnya pasien diminta

untuk mencari penjelasan alternatif untuk pikirannya tersebut dan diajarkan

mengenai berbagai tipe kesalahan pemikiran yang umum.