kaspos tinggal diganti riau

9
KASUS POSISI BABAK PENYISIHAN PT Patria Petroleum merupakan anak perusahaan dari PT Patria Company International yang bergerak dalam industri hulu minyak bumi yang kini berbasis sistem bagi hasil (production sharing contract) dengan kantor terletak di Wisma Cornelius Lantai 25 Jln. Mega Kuningan Lot 5.4 5.7 Jakarta, dibentuk pada tanggal 28 Mei 1983, dengan 2 pemegang saham utama yaitu PT Patria Company International sebesar 90,9950 % dan PT Patria Petroleum Energy sebesar 9,0050 % yang juga merupakan anak perusahaan dari PT Patria Company International. Direktur Utama dari PT Patria Petroleum adalah Ir.Andreas Nathaniel Marbun,S.T. yang diangkat melalui RUPS berdasarkan SK No. 20/SK/PT. PP/ 5/2003 tertanggal 20 Mei 2003 dan Komisaris Utama Enrico Denis ,S.E.,M.M yang juga diangkat melalui RUPS berdasarkan SK No. 21/SK/PT. PP/ 5/2003 tertanggal 20 Mei 2003. Kegiatan eksplorasi PT Patria Petroleum di Provinsi Ria Rio berawal pada tanggal 10 Januari 1992 ketika dilakukan survey untuk mencari sumber minyak bumi di Pulau Sumarto oleh tim geologi Patria Company di bawah pimpinan Revi Laracaka. Salah satu lokasi operasi PT. Patria Petroleum adalah di area Bekasap, Kabupaten Bengkalis yang menghasilkan minyak mentah yang disebut Sumarto Heavy Oil, yang mana itu adalah minyak mentah yang memiliki kekentalan yang tinggi. PT Patria Petroleum memulai eksploitasi minyak bumi di Provinsi Riau tanggal 11 januari 1996

Upload: dandi-septian

Post on 13-Sep-2015

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

KASUS POSISI BABAK PENYISIHAN

PT Patria Petroleum merupakan anak perusahaan dari PT Patria Company International yang bergerak dalam industri hulu minyak bumi yang kini berbasis sistem bagi hasil (production sharing contract) dengan kantor terletak di Wisma Cornelius Lantai 25 Jln. Mega Kuningan Lot 5.4 5.7 Jakarta, dibentuk pada tanggal 28 Mei 1983, dengan 2 pemegang saham utama yaitu PT Patria Company International sebesar 90,9950 % dan PT Patria Petroleum Energy sebesar 9,0050 % yang juga merupakan anak perusahaan dari PT Patria Company International. Direktur Utama dari PT Patria Petroleum adalah Ir.Andreas Nathaniel Marbun,S.T. yang diangkat melalui RUPS berdasarkan SK No. 20/SK/PT. PP/ 5/2003 tertanggal 20 Mei 2003 dan Komisaris Utama Enrico Denis ,S.E.,M.M yang juga diangkat melalui RUPS berdasarkan SK No. 21/SK/PT. PP/ 5/2003 tertanggal 20 Mei 2003. Kegiatan eksplorasi PT Patria Petroleum di Provinsi Ria Rio berawal pada tanggal 10 Januari 1992 ketika dilakukan survey untuk mencari sumber minyak bumi di Pulau Sumarto oleh tim geologi Patria Company di bawah pimpinan Revi Laracaka. Salah satu lokasi operasi PT. Patria Petroleum adalah di area Bekasap, Kabupaten Bengkalis yang menghasilkan minyak mentah yang disebut Sumarto Heavy Oil, yang mana itu adalah minyak mentah yang memiliki kekentalan yang tinggi. PT Patria Petroleum memulai eksploitasi minyak bumi di Provinsi Riau tanggal 11 januari 1996 Dengan 77 (tujuh puluh tujuh) lapangan pertambangan Minyak Bumi dan Gas, dengan lapangan utama Bekasap yang memiliki 10 sumur minyak dengan luas 75 Ha. Dalam proses pengeboran minyak digunakan Lumpur bor (drilling mud), drilling mud yang digunakan pada PT Patria Petroleum di Lapangan Bekasap adalah water-based mud dengan pengolahan limbah lumpur bor di Centralized Mud Treatment Facility (CMTF) . Setiap harinya, dihasilkan Limbah lumpur bor dari Lapangan Bekasap sebanyak 240.000 liter yang kemudian diangkut dengan 15 vacum truck dengan kapasitas 16.000 liter per vacum truck untuk diolah di CMTF Giant Field yang terletak 5 km dari lapangan Bekasap yang juga berada di area Bekasap. Dalam CMTF ini terdapat 5 tangki sedimentasi yang masing-masing berkapasitas 50.000 liter. PT Patria Petroleum mengolah limbah lumpur bor dari hasil kegiatan pertambangan minyak bumi.Yang mana dipisahkan menjadi 40.000 liter mud cake yang kemudian akan diproses menjadi solid yang berupa paving block dan 200.000 liter limbah berwujud cair berupa air yang akan diolah dalam 4 tangki sedimentasi berkapasitas 50.000 liter untuk menghasilkan air yang sudah ramah lingkungan sehingga dapat dialirkan ke anak Sungai Pudu melalui kanal buatan PT Patria Petroleum. Air limbah tersebut mengalir ke sungai Pudu. Sungai Pudu merupakan sungai dengan air kelas II yang kandungannya adalah sebagai berikut:

Jenis ZatKonsentrasi (mg/L)

Besi0,4

Mangan0,5

Nitrit 0,03

Fenol0,5

Sianida0,005

Arsen0,8

Chronium 0.04

Barium 3

pH6,8

Dalam bidang pengolahan limbah, PT Patria Petroleum mengolah limbah lumpur bornya sendiri tanpa melibatkan perusahaan pengolahan limbah sendiri yang dilakukan di CMTF .Seiring dengan berjalannya waktu, biaya untuk pengolahan limbah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sehingga PT Patria Petroleum memutuskan untuk melakukan tindakan-tindakan penghematan dalam rangka pengolahan limbah.

Untuk memutuskan langkah penghematan pengolahan limbah PT Patria Petroleum tersebut, Direktur Utama PT Patria Petroleum Ir Andreas Nathaniel Marbun melakukan Rapat Umum Pemegang Saham pada tanggal 14 Januari 2009 yang dihadiri oleh :1. Yoses Purba, S.E selaku perwakilan pemegang saham dari PT Patria Company Internasional 2. Leonardo Giri, S.T yang merupakan perwakilan pemegang saham dari PT Patria Petroleum Energy. 3. Thao Herlambang, S.E. selaku Direktur Keuangan PT Patria Petroleum 4. Tata Suryonagoro, S.T selaku Direktur Perencanaan dan Teknologi PT Patria Petroleum5. Ruth Sahetapy, S.Sos. selaku Direktur Hubungan Masyarakat PT Patria Petroleum6. Rendy Tarigan, S.H selaku anggota Komisaris PT Patria Petroleum7. Dewa Yudhatama, S.E selaku anggota Komisaris PT Patria Petroleum8. Enrico Denis, S.E.,M.M selaku Komisaris Utama PT Patria Petroleum9. Serta Chika Yogi, S.H., M.Kn. yang merupakan Notaris selaku Notulen dalam RUPS tersebut. Dalam RUPS tersebut dibahas mengenai anggaran pengeluaran PT Patria Petroleum yang setiap tahun meningkat, terutama di bidang pengolahan limbah. Menindaklanjuti hal tersebut, Dewan Komisaris mengusulkan untuk melakukan penghematan di bidang pengolahan limbah dengan cara menggunakan air kapur ( Ca(OH)2 ) yang harganya lebih murah daripada menggunakan Alumunium Sulfat ( Al2(SO4)3 ) dalam proses pengolahan pertama yaitu pengendapan di CMTF. Penggunaan air kapur ini tetap menghasilkan limbah yang tidak melewati baku mutu limbah. Dan setelah menerima masukan dari Dewan Komisaris yang dipimpin oleh Komisaris Utama Enrico Denis dan juga persetujuan dari RUPS, diputuskan untuk melakukan penghematan dalam kegiatan pengolahan limbah sesuai dengan usulan Dewan Komisaris yang dilakukan mulai akhir tahun 2009. Akhirnya kegiatan penghematan dalam pengolahan limbah lumpur bor tersebut mulai dilakukan pada akhir tahun 2009. Pada tanggal 1 November 2009 pukul 10.00 WIB, Tata Suryonagoro menelepon Andreas Nathaniel Marbun untuk memberi informasi mengenai proyek penghematan pengolahan limbah di PT Patria Petroleum. Tata mengatakan bahwa menggunakan air kapur ( Ca(OH)2 ) dalam proses pengendapan tidak memberikan penurunan pengeluaran yang signifikan. Mendengar hal tersebut, Andreas Nathaniel Marbun memerintahkan agar Tata Suryonagoro tetap menggunakan air kapur ( Ca(OH)2 ) Namun dengan jumlah yang diturunkan. Tata Suryonagoro tidak menyutujui hal tersebut, karena menurutnya hal tersebut dapat mengakibatkan Air Limbah yang dihasilkan akan tidak sesuai dengan Baku Mutu Air Limbah. Andreas nathaniel marbun berusaha menyakinkan Tata Suryonagoro bahwa hal ini tidak akan diketahui oleh pihak manapun. Akhirnya Tata Suryonagoro pun menyetujui dan segera melaksanakan perintah dari Andreas Nathaniel Marbun. Untuk membahas terkait teknis penghematan mereka bersepakat untuk melakukan pertemuan pada tanggal 3 November 2009 pukul 10.00 di ruang pertemuan Kantor Cabang PT Patria Petroleum Jalan Mawar blok G Nomor 37 Bekasap, Bengkalis, Riau. Setelah pertemuan untuk membahas teknis penghematan pengolahan limbah tersebut, Tata Suryonagoro mulai melakukan apa yang diperintahkan oleh Andreas. Pada tanggal 5 November 2009 pukul 11.00 WIB Tata Suryonagoro memerintahkan bawahannya yang membidangi bagian pengolahan limbah untuk mengurangi jumlah air kapur pada proses pengendapan di CMTF dan ia juga mengancam akan melaporkan bawahannya kepada Direktur Utama jika tidak melakukan sesuai dengan apa yang diperintahkan. Alhasil mereka berhasil melakukan perbuatan tersebut tanpa diketahui oleh pihak yang berwenang karena sistem pengawasan yang tidak ketat. Untuk menutupi perbutan tersebut, Tata Suryonagoro yang memiliki kewenangan berdasarkan AD/ART Perusahaan untuk membuat, menandatangani dan menyampaikan laporan pelaksana RKL/RPL tiap 6 bulan kepada Pemerintah Daerah Bengkalis melakukan pemalsuan terhadap laporan tersebut tanpa sepengetahuan Andreas Nathaniel Marbun selaku Direktur Utama PT Patria Petroleum.

Dalam setiap RUPS PT Patria Petroleum Andreas dan Tata menyampaikan kepada peserta RUPS bahwa mereka telah melakukan penghematan pada pengolahan limbah dengan baik yang ditunjukan melalui laporan pengeluaran yang semakin menurun. Namun mereka tidak memberitahu terkait pengurangan penggunaan air kapur yang selalu dikurangi setiap tahunnya. Dan sehabis RUPS Andreas selalu memerintahkan Tata untuk menurunkan kadar air kapur sedikit demi sedikit. Demi memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya.Pada tanggal 20 Desember 2014, petugas lapangan PT. Patria Petroleum menemukan beberapa permasalahan, seperti pada air kanal dekat CMTF Giant Field buatan PT Patria Petroleum mulai berwarna hitam pekat dan berbau busuk. Pada tanah sekitar DAS sungai Pudu yang berada di area Bekasap, Kabupaten Bengkalis, terlihat pula endapan lumpur hitam. Melihat hal ini, petugas lapangan PT. Patria Petroleum itu menanyakan penyebab masalah disekitar air kanal CMTF tersebut kepada bagian pengolahan limbah, tetapi petugas pengolah limbah mengatakan bahwa tidak ada masalah dalam limbah yang diolah.Kemudian, pada awal bulan Januari 2015 masyarakat menemukan ratusan batang pohon Akasia yang tumbuh di sekitar kanal dan sepanjang aliran Sungai Pudu mati, dengan kondisi batang berwarna kuning, kering, dan daun-daunnya rontok, hanya tampak batang dan ranting.Selain itu, tangkapan ikan di sekitar sungai tersebut mengalami penurunan kuantitas. Hal tersebut dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat yang bergantung hidup dari sumber daya sungai tersebut dan kondisi tersebut juga dapat mempengaruhi ekosistem perairan tersebut.

Pada tanggal 23 Januari 2015, 2 (dua) orang warga bernama Andi Ahsanal dan Andio Kasyfi, pada saat melintas dekat kanal buatan PT Patria Petroleum, mereka melihat pipa pembuangan limbah dari CMTF mengeluarkan air berwarna hitam pekat yang berbau busuk melalui kanal yang menuju ke anak sungai Pudu. Ditepian hulu kanal, terlihat pula endapan lumpur hitam. Pipa tersebut mengalirkan cairan berwarna hitam pekat setiap detiknya ke Sungai Pudu melalui anak sungai Yonatan. Warga mengeluhkan hal tersebut dan perubahan yang terjadi kepada beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak pada bidang lingkungan hidup pada tanggal 14 Februari 2016. Salah satunya adalah Lembaga Swadaya Masyarakat Biru Laut yang kemudian mengadakan penyelidikan. LSM Biru Laut yang dikomando oleh Adery Ardan mengadakan penelitian dengan mengambil sampel air sungai Yonatan dengan hasil bahwa pada titik sebelum terjadinya percampuran air Sungai Pudu dengan limbah dari CMTF Giant Field telah terjadi pencemaran. Setelah itu, pada tanggal 2 Maret 2016 LSM Biru Laut melaporkan kejadian tersebut kepada kepolisian daerah Ria Rio dan dari hasil penelitian laboratorium terhadap sampel air pada Sungai Pudu yang dilakukan Tim Ahli dari Universitas Teknologi Riau, berdasarkan standar nasional yang telah ditetapkan yang dilakukan di CMTF Giant Field, kanal dekat Giant Field buatan PT Patria Petroleum dan Sungai Pudu, Provinsi Riau, positif telah terjadi pencemaran limbah B3 dengan hasil analisa sebagai berikut, menunjukan Jenis ZatKonsentrasi (mg/L)

Besi0,87

mangan2

Nitrit 1,3

Fenol2,5

Sianida0,02

arsen0,2

Chronium 1,2

Barium 3,4

pH4,4

Masyarakat dekat Sungai Pudu juga melaporkan bahwa selama PT Patria Petroleum menjalankan operasi pertambangannya, terdapat 20 orang yang menderita infeksi kulit.Selain itu 15 orang mengalami sakit anemia beserta 10 orang menderita penyakit hepatitis menurut hasil pemeriksaan dari Rumah Sakit Umum Daerah Bengkalis.

Akibat dari pencemaran dari PT Patria Petroleum di Sungai Pudu tersebut, terjadi penurunan kelas air sungai dari kelas 2 ke kelas 4 . Kemudian ditemukan fakta bahwa ternyata, berdasarkan hasil penelitian dari Tim Ahli Universitas Teknologi Ria Rio tersebut ditemukan pula bahwa di sepanjang hulu Sungai Pudu ditemukan begitu banyak industri dari sektor lain, seperti industri tekstil, industri rumah tangga dan industri lainnya yang positif telah turut mencemari sungai Pudu tersebut dengan limbah-limbah B3 dan senyawa- senyawa yang serupa dengan limbah yang dikeluarkan dari CMTF Giant Field yang mengakibatkan terakumulasinya kadar baku mutu yang ada di Sungai Pudu. Diketahui selama 2010-2016, laporan keuangan dari PT Patria Petroleum mengalami penurunan dalam pengeluaran khususnya dalam pengeluaran untuk pengolahan limbah.