karya tulis pelestarian lingkungan hidup ikd

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebenarnya manusia hanyalah bagian kecil dari alam ini. Tapi tindakannya yang sembrono dan serakah menyebabkan banyak spesies punah tiap tahunnya. Manusia yang adalah makhluk yang mempunyai kemampuan yang melebihi dari makhluk lain di alam ini, seharusnya mendayagunakan kemampuannya untuk menjaga dan memelihara ekosfer dan ekosistem. Manusia diharapkan dapat merubah sikapnya dari destruktif ke konstruktif. Akal budi bisa digunakan untuk memperbaiki alam. Dengan akal budinya, manusia memiliki kemampuan tidak hanya menghasilkan mesin dan industri yang bisa merusak alamtetapi akal budi manusia juga mampu ‘digiring’ untuk menciptakan teknologi yang mendukung kelestarian alam. Contohnya adalah adanya usaha penanaman tumbuh-tumbuhan atau melakukanpenghijauandi daerah kering,di Arab Saudi. Kita hendaknya mengganti paradigma manusia sebagai sang penakluk komunitas alam dengan paradigma manusia sebagai anggota dari komunitas alam. Dengan begitu manusia mampu menghargai anggota lain di dalam komunitas ekosistem. Aldo Leopold menyatakan bahwa “Sesuatu adalah benar jika hal itu menuju pada kesatuan, stabilitas dan keindahan Pelestarian Lingkungan |Page 1

Upload: duwy-hermawan

Post on 29-Dec-2015

47 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Karya Tulis Pelestarian Lingkungan Hidup Ikd

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebenarnya manusia hanyalah bagian kecil dari alam ini. Tapi

tindakannya yang sembrono dan serakah menyebabkan banyak spesies punah

tiap tahunnya. Manusia yang adalah makhluk yang mempunyai kemampuan

yang melebihi dari makhluk lain di alam ini, seharusnya mendayagunakan

kemampuannya untuk menjaga dan memelihara ekosfer dan ekosistem.

Manusia diharapkan dapat merubah sikapnya dari destruktif ke konstruktif.

Akal budi bisa digunakan untuk memperbaiki alam. Dengan akal budinya,

manusia memiliki kemampuan tidak hanya menghasilkan mesin dan industri

yang bisa merusak alamtetapi akal budi manusia juga mampu ‘digiring’ untuk

menciptakan teknologi yang mendukung kelestarian alam. Contohnya adalah

adanya usaha penanaman tumbuh-tumbuhan atau melakukanpenghijauandi

daerah kering,di Arab Saudi.

Kita hendaknya mengganti paradigma manusia sebagai sang penakluk

komunitas alam dengan paradigma manusia sebagai anggota dari komunitas

alam. Dengan begitu manusia mampu menghargai anggota lain di dalam

komunitas ekosistem. Aldo Leopold menyatakan bahwa “Sesuatu adalah

benar jika hal itu menuju pada kesatuan, stabilitas dan keindahan komunitas

biotik. Adalah salah jika menuju ke arah lain”.

Salah satu faktor penyebab terpenting yang perlu diperhatikan dalam

proses terjadinya perusakan lingkungan oleh manusia adalah faktor ekonomi.

Secara lebih khusus lagi adalah segi kerakusan manusia, dimana manusia

melakukan eksploitasi tak terbatas terhadap alam. Alam hanya dilihat sebagai

benda penghasil uang. Dunia sekarang ini berada dalam sistem ekonomi lama,

yaitu kapitalisme yang menjunjung tinggi keuntungan dan mengakibatkan

hilangnya nilai kebersamaan.

Sekarang ini diperlukan adanya perubahan sikap manusia secara

mendasar dalam memperlakukan alam. Perubahan itu adalah perubahan nilai,

Pelestarian Lingkungan |Page 1

Page 2: Karya Tulis Pelestarian Lingkungan Hidup Ikd

dari nilai hubungan manusia dengan alam yang bersifat ekonomis ke nilai

hubungan yang dilandasi oleh sikap menghargaialam sebagai bagian dari

hidup manusia. Jadi berdasar pada nilai yang tidak melulu dan hanya

berorientasi keuntungan manusia. Maka diharapkan ada usaha untuk

menemukan suatu sistem ekonomi baru yang sungguh menghargai “yang

lemah”, yang nampaknya tak berperan dalam kehidupan di dunia ini.

Begitu baiknya alam ini hingga mampu menciptakan spesies-spesies

yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Di dalam alam juga tercipta

simbiosis-simbiosis. Tumbuhan, binatang dari yang paling kecil hingga yang

terbesar dan manusia, terjalin dalam jaring-jaring rantai makanan. Masing-

masing punya perannya sendiri dalam melestarikan alam ini. Semuanya

membentuk suatu komunitas yang saling tergantung. Inilah yang perlu

sungguh disadari manusia. Hewan, tumbuhan dan segala sesuatu bagian dari

ekosistem merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hidup manusia.

Merusak dan membunuh mereka tanpa perhitungan berarti menghancurkan

manusia sendiri.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana pengaruh pelestarian lingkungan

pada kehidupan manusia”.

C. Tujuan

Tujuan dari rumusan masalah tersebut yaitu agar keselarasan alam

terjaga dengan baik, tidak terganggu ekosistem alam.

Pelestarian Lingkungan |Page 2

Page 3: Karya Tulis Pelestarian Lingkungan Hidup Ikd

BAB II

TELAAH PUSTAKA

UNESCO bekerja sama dengan institusi lokal dan LSM untuk

membangun sebuah model kerja untuk sebuah “Kampung Ramah

Lingkungan”. Kegiatan-kegiatannya terfokus pada: a) pembentukan panitia

lingkungan hidup pada tingkat masyarakat; b) peningkatan sistem

pengumpulan sampah (pemilahan sampah); c) pengurusan sampah melalui

kegiatan alternatif (pendaurulangan kertas, pengomposan, pembibitan

tanaman menggunakan kompos yang diproduksi sendiri sebagai penyubur); d)

program penghijauan; e) kesadaran masyarakat.

1. Meningkatkan kesadaran: meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang

suatu permasalahan atau menciptakan pengetahuan baru. Jika apa yang

sebenarnya kita cari adalah keterlibatan masyarakat – remaja – dalam

pembangunan berkelanjutan, maka perubahan sikap atau perilaku

merupakan target yang lebih tepat.

2. Perubahan sikap: merubah cara bagaimana masyarakat berpikir dan

merasakan suatu permasalahan. Sedangkan perubahan sikap bisa menjadi

sebuah pemicu untuk perubahan perilaku, hal itu tidak menjamin.

Perubahan sikap melakukan, bagaimanapun, memiliki satu peranan

penting dalam menyiapkan inisiatif kebijakan baru. Hal ini dapat

membantu memastikan persetujuan terhadap legislasi baru, seperti halnya

kewajiban mengenakan sabuk pengaman.

3. Perubahan perilaku: mempengaruhi kegiatan masyarakat terkait dengan

suatu permasalahan. Dalam hal ini usaha-usaha harus difokuskan jika kita

ingin meraih tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan. Bagaimanapun

juga, ini merupakan pendekatan jangka panjang, terkadang memakan

waktu satu generasi untuk merasakan dampaknya.

4. Pendidikan Lingkungan Hidup dan Pengenalan Pengelolaan Sampah dan

Prinsip-Prinsip Daur Ulang Kepada Pelajar, Remaja dan Kelompok

Masyarakat

5. Wisata belajar untuk kelompok masyarakat, remaja dan pelajar diadakan

secara rutin untuk menunjukkan kepada mereka kondisi lingkungan, dan

memberikan kepada mereka pengertian tentang hubungan antara produksi

sampah di darat dan efek-efeknya pada kondisi yang memburuk.

Pelestarian Lingkungan |Page 3

Page 4: Karya Tulis Pelestarian Lingkungan Hidup Ikd

BAB III

PEMBAHASAN

A. Definisi Konservasi

Pada awalnya, upaya konservasi di dunia ini telah dimulai sejak ribuan

tahun yang lalu. Naluri manusia untuk mempertahankan hidup dan

berinteraksi dengan alam dilakukan antara lain dengan cara berburu, yang

merupakan suatu kegiatan baik sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan

hidup, ataupun sebagai suatu hobi/hiburan.

Di Asia Timur, konservasi sumber daya alam hayati dimulai saat Raja

Asoka (252 SM) memerintah, dimana pada saat itu diumumkan bahwa perlu

dilakukan perlindungan terhadap binatang liar, ikan dan hutan.Sedangkan di

Inggris, Raja William I (1804 M) pada saat itu telah memerintahkan para

pembantunya untuk mempersiapkan sebuah buku berjudul Doomsday Book

yang berisi inventarisasi dari sumber daya alam milik kerajaan.

Kebijakan kedua raja tersebut dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk

konservasi sumberdaya alam hayati pada masa tersebut dimana Raja Asoka

melakukan konservasi untuk kegiatan pengawetan, sedangkan Raja William I

melakukan pengelolaan sumber daya alam hayati atas dasar adanya data yang

akurat.Namun dari sejarah tersebut, dapat dilihat bahwa bahkan sejak jaman

dahulu, konsep konservasi telah ada dan diperkenalkan kepada manusia

meskipun konsep konservasi tersebut masih bersifat konservatif dan eksklusif

(kerajaan). Konsep tersebut adalah konsep kuno konservasi yang merupakan

cikal bakal dari konsep modern konservasi dimana konsep modern konservasi

menekankan pada upaya memelihara dan memanfaatkan sumber daya alam

secara bijaksana.

Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang

terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki

pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what

you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh

Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang

mengemukakan tentang konsep konservasi.

Pelestarian Lingkungan |Page 4

Page 5: Karya Tulis Pelestarian Lingkungan Hidup Ikd

Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk

evolusi kultural dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada

saat sekarang.Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi

dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan

sumber daya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi

merupakan alokasi sumber daya alam untuk sekarang dan masa yang akan

datang.

B. Kebijaksanaan Nasional Dalam Pelestarian Lingkungan Hidup

Kebijakan nasional lingkungan hidup merupakan nilai-nilai dasar dalam

pelestarian lingkungan yang terdiri butir-butir sebagai berikut :

Pelestarian lingkungan dilaksanakan berdasarkan konsep Pembangunan

Berkelanjutan yaitu pembangunan yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan

manusia saat ini, tanpa mengurangi potensi pemenuhan aspirasi dan

kebutuhan manusia pada generasi-generasi mendatang. Pembangunan

berkelanjutan didasarkan atas kesejahteraan masyarakat serta keadilan dalam

jangka waktu pendek, menengah dan panjang dengan keseimbangan

pertumbuhan ekonomi, dinamika sosial dan pelestarian lingkungan hidup.

Fungsi lingkungan perlu dilestarikan demi kepentingan manusia baik

dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Pengambilan

keputusan dalam pembangunan perlu memperhatikan pertimbangan daya

dukung lingkungan sesuai fungsinya. Daya dukung lingkungan menjadi

kendala (constraint) dalam pengambilan keputusan dan prinsip ini perlu

dilakukan secara kontinyu dan konsekuen.

Pemanfaatan sumber daya alam tak terpulihkan perlu memperhatikan

kebutuhan antar generasi. Pemanfaatan sumber daya alam terpulihkan perlu

mempertahankan daya pemulihannya.

Setiap warga negara mempunyai hak untuk mendapatkan lingkungan

yang baik dan sehat dan berkewajiban untuk melestarikan lingkungan. Oleh

karenanya, setiap warga negara mempunyai hak untuk mendapatkan informasi

Pelestarian Lingkungan |Page 5

Page 6: Karya Tulis Pelestarian Lingkungan Hidup Ikd

lingkungan yang benar, lengkap dan mutakhir. Dalam pelestarian lingkungan,

usaha pencegahan lebih diutamakan daripada usaha penanggulangan dan

pemulihan.

Kualitas lingkungan ditetapkan berdasarkan fungsinya. Pencemaran dan

kerusakan lingkungan perlu dihindari bila sampai terjadi pencemaran dan

perusakan lingkungan, maka diadakan penanggulangan dan pemulihan dengan

tanggung jawab pada pihak yang menyebabkannya

Pelestarian lingkungan dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip pelestarian

melalui pendekatan manajemen yang layak dengan sistem pertanggung

jawaban.

C. Paradigma Pelestarian Lingkungan

Sekarang ini paradigma pembangunan lebih bersifat high-techsentris,

hingga keberhasilan pun hanya dilihat dari angka kuantitatif yang berdimensi

material. Sementara itu keseimbangan ekologis, langka – untuk tidak

mengatakan tak pernah sama sekali – mendapat perhatian dari fasilitator

pembangunan.

Akibatnya ratusan juta, miliaran, bahkan triliunan rupiah terkikis habis

diterjang kemurkaan alam lewat berbagai kondisi lingkungan yang kian

degradatif. Misalnya, hutan Indonesia mengalami kerusakan yang sedemikian

parah dari sekira 120,35 juta hektare; 59 juta hektare diantaranya rusak dan

memerlukan rehabilitasi. Bahkan laju pengrusakannya berkisar 2,83 juta

hektare setiap tahunnya. Kerugian material yang diderita pun hampir

mencapai Rp. 10 triliunan per tahun.

Jika kondisi di atas tidak segera mendapat perhatian, saya rasa sepuluh

atau dua puluh tahun ke depan, hutan Indonesia akan mengalami penurunan,

bahkan kehancuran. Maka, pengelolaan sumber daya alam (SDA) secara

terpadu semestinya menggunakan paradigma berwawasan ekologis hingga

pemanfaatannya tidak berbentuk pengurasan habis-habisan yang mengabaikan

kaidah-kaidah keseimbangan alam.

Pelestarian Lingkungan |Page 6

Page 7: Karya Tulis Pelestarian Lingkungan Hidup Ikd

Lantas, bagaimana peran religiusitas, dalam hal ini Islam yang memiliki

sumber pertama (masdar al-awwal) Al-Qur’an dalam memberikan

sumbangsih bagi keberlangsungan ekosistem lingkungan hidup? Sebab,

kekritisan sumber daya alam adalah ancaman berat bagi pembangunan. Dari

sinilah, pembangunan berbasis nilai-nilai religius sangat urgen diperhatikan

agar bangsa dapat bepijak secara kokoh dan program pembangunan pun

berkesinambungan serta mengikuti “aturan main” alam.

Agama mengajarkan bahwa arah pembangunan semestinya digusur pada

keteraturan yang mengikuti kaidah-kaidah alamiah. Ada firman Tuhan yang

bermakna pentingnya menjaga keteraturan ekologis, yakni surat Ar-Ruum

ayat 41: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena ulah (eksploitasi

dan eksplorasi tak berkaidah) manusia, supaya Allah merasakan kepada

mereka (akibat) perbuatannya, agar mereka kembali (ke program konservasi

alam)”.

Esensi ayat di atas, menjelaskan konsep pembangunan yang

berkelanjutan (sustainable development) yakni dari kalimat “agar mereka

kembali”. Term “kembali” kalau ditinjau dengan kerangka pembangunan

berwawasan ekologis, bersanding kuat dengan program pelestarian

lingkungan hidup. Misalnya, program konservasi alam, reboisasi, pajak

perusahaan untuk menjaga kelestarian alam, pendidikan lingkungan hidup

untuk anak didik dan pengurusan izin analisis dampak lingkungan (amdal).

Kearifan ekologis berbasis agama juga dapat dilihat dari nama-nama

surat tentang keragaman ekosistem dan fungsi ekologis, semisal Al-Baqarah

(sapi betina), Al-Adiyat (kuda perang), An-Naml (semut), Al-Ankabut (Laba-

laba), Ath-Thur (bukit thur) dan masih banyak lagi. Hal ini mengindikasikan

bahwa kondisi alam beserta ekosistem kehidupannya memiliki sisi fungsional

yang wajib dipelihara sebaik-baiknya. Karena itu, alangkah arif rasanya jika

bangsa mulai merenungi kearifan ekologis yang dipesankan oleh-Nya melalui

teks dan kita kontekstualisasikan sehingga bersesuaian dengan perkembangan

zaman.

Pelestarian Lingkungan |Page 7

Page 8: Karya Tulis Pelestarian Lingkungan Hidup Ikd

Tujuannya agar arah pembangunan dihiasi etika keadiluhungan agama,

dan ketika berinteraksi dengan ekosistem lingkungan tidak dimanfaatkannya

sembari “angkat tangan” melestarikan atau malah “cuci tangan” ketika dirinya

merusak alam. Sebab, setiap penganut agama (baca: umat Islam) yang

berbudaya tidak boleh bersikap dan berperilaku destruktif seperti melakukan

pengrusakan secara membabi buta terhadap lingkungan hidup atas dalih

pembangunan infrastruktur.

Demikian, dalam konteks sistem sosial budaya, hampir tiap daerah di

kepulauan Indonesia memiliki indigenous knowledge system masing-masing

ketika memperlakukan lingkungan hidup. Misalnya, dalam tradisi masyarakat

Sunda pedalaman terdapat tiga klasifikasi hutan (leuweung) yang dijelaskan

secara gamblang oleh Kusnaka Adimiharja (1994) dan bermanfaat bagi arah

gerak pembangunan.

Pertama, leuweung sampalan, yakni hutan yang telah mengalami

konversi menjadi lahan yang ditanami dan dijadikan tempat penggembalaan

oleh masyarakat. Kedua, leuweung geuledegan, semacam hutan yang tidak

boleh dieksploitasi warga, karena alasan kepercayaan dalam sistem sosial

kemasyarakatan. Ketiga, leuweung titipan, semacam hutan yang boleh

dieksploitasi dan dimanfaatkan warga setelah mendapatkan izin dari

pemimpin adat.

Dari tiga sistem pengetahuan tersebut, terdapat makna perennial yakni

pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan berparadigma

ekologis adalah sebuah keniscayaan. Sebab selama ini arah pembangunan

kerap diinterpretasi dengan pendekatan ekonomi-sentris saja. Akibatnya,

potensi alam banyak terdegradasi ketika terkena proyek pembangunan,

misalnya peristiwa meluapnya Lumpur panas di Sidoarjo yang menelan

kerugian besar ialah salah satu ekses negatif dari pembangunan yang tak

berkaidah. Atau, meningkatnya suhu Kota Bandung sebesar 34,5 derajat

celcius pada musim kemarau adalah akibat dari penebangan pohon dan

pembangunan infrastruktur yang jarang memperhatikan sarakan (baca:

lingkungan) sekitar.

Pelestarian Lingkungan |Page 8

Page 9: Karya Tulis Pelestarian Lingkungan Hidup Ikd

Kondisi di atas, tidak semestinya diabaikan oleh para pemerintah agar

tercipta pembangunan yang menghasilkan income ekonomi di satu sisi dan

keuntungan ekologis bagi warga secara berkesinambungan di lain sisi. Maka,

konsep pembangunan di Indonesia mesti menghargai kearifan sistem sosial

masyarakat daerah yang semenjak dahulu selalu berharmoni dengan alam

sekitar. Para stakeholders di tiap daerah juga wajib menengok dan

mempraktikkannya untuk kemudian dikontekstualisasi sehingga mewujud

dalam bentuk pembangunan berkelanjutan.

Alhasil, income pendapatan ekonomi yang diperoleh warga tidak sesaat,

melainkan terus-menerus (sustainable) sampai terwariskan pada anak cucu.

Sebab, kita juga tahu bahwa kekayaan ekologis merupakan titipan anak cucu

kita dan mesti dipelihara agar kelak mereka dapat bersenyum ria pada

kehidupan. Tidak bermuram durja, apalagi bila sampai berusaha mengakhiri

hidup dengan cara “bunuh diri” akibat kemiskinan yang diderita.

D. Pentingnya Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya

Pelestarian Lingkungan

Konservasi sumber daya alam hayati dimaksudkan sebagai upaya

pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya senantiasa

memperhitungkan kelangsungan persediaannya dengan tetap memelihara serta

meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Tujuan melakukan

konservasi tersebut adalah untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian

sumber daya alam dan keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih

mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mutu

kehidupan manusia (Dephut, 1990).

Strategi yang digunakan untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah

dengan :

1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan;

2. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar beserta

ekosistemnya;

Pelestarian Lingkungan |Page 9

Page 10: Karya Tulis Pelestarian Lingkungan Hidup Ikd

3. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya.

Proses perlindungan, pengawetan dapat dilakukan di kawasan

konservasi, taman hutan raya, dan taman wisata alam; mengingat kawasan

konservasi itu adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,

ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi

(Dephut, 1990).

Dari ketiga strategi tersebut satu dengan lainnya sangat berkait, sehingga

untuk mewujudkan kelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

harus dilakukan bersama-sama. Artinya kalau yang dilakukan hanya satu

aspek, misalnya perlindungan saja tanpa dibarengi dengan pengawetan dan

pemanfaatan, maka akan menimbulkan resiko biaya pengelolaan yang sangat

tinggi, dengan tanpa memperoleh hasil. Sebaliknya, jika kegiatan tersebut

hanya memfokuskan pada aspek pemanfaatan dengan tanpa memperhatikan

pada perlindungan dan pengawetan, maka yang akan terjadi tentu saja

pemusnahan sumber daya alam hayati tersebut.

Kegiatan konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya ini meliputi

tiga kegiatan sebagaimana yang telah diutarakan di atas, yaitu perlindungan

sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis, dan

pemanfaatan sumber daya alam secara lestari (Dephut, 1990).

Perlindungan Sistem Penyangga Perlindungan sistem penyangga ini

dimaksudkan untuk memelihara proses ekologi yang dapat menunjang

kelangsungan dan mutu kehidupan, serta meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Cara pemanfaatan wilayah perlindungan dan sistem penyangga

hendaknya senantiasa memperhatikan kelangsungan dan fungsi perlindungan

di wilayah tersebut.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan

Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, maka pengelolaan jenis di luar habitatnya

Pelestarian Lingkungan |Page 10

Page 11: Karya Tulis Pelestarian Lingkungan Hidup Ikd

dapat dilakukan dalam bentuk pemeliharaan, pengembangbiakan, pengkajian,

penelitian, pengembangan rehabilitasi satwa, penyelamatan jenis tumbuhan

dan satwa liar.

Untuk melakukan kegiatan konservasi ex-situ berbagai persyarataan

yang perlu dipenuhi, yaitu: tersedianya tempat yang cukup luas, aman dan

nyaman, memenuhi standart kesehatan tumbuhan dan satwa, serta mempunyai

tenaga ahli dalam bidang medis dan pemeliharaan. Begitu pula kalau ingin

melakukan perkembangbiakan jenis di luar habitatnya, maka persyaratan yang

perlu dipenuhi yaitu: dapat menjaga kemurnian jenis dan keanekaragaman

genetik, dapat melakukan penandaan dan sertifikasi, serta dapat membuat

buku daftar silsilah (Dephutbun, 1999).

Ada berbagai kelebihan dan kekurangan dalam penyelenggaraan

kegiatan konservasi ex-situ. Kelebihannya antara lain dapat mencegah

kepunahan lokal pada berbagai jenis tumbuhan akibat adanya bencana alam

dan kegiatan manusia, dapat dipakai untuk arena perkenalan berbagai jenis

tumbuhan dan wisata alam bagi masyarakat luas, berguna untuk

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama yang berkaitan

dalam kegiatan budidaya jenis hewan dan tumbuhan; sedangkan

kelemahannya antara lain, konservasi ex-situ memerlukan kegiatan eksplorasi

dan penelitian terlebih dahulu. Hal ini dilakukan adalah untuk melihat adanya

kecocokan terhadap daerah atau lokasi sebelum kegiatan tersebut dilakukan;

di samping itu pada kegiatan ini dibutuhkan pula dana yang cukup besar, serta

tersedianya tenaga ahli dan orang yang berpengalaman.

Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam hendaknya

senantiasa tetap menjaga kelestarian fungsi kawasan, sedangkan pemanfaatan

jenis tumbuhan dan satwa liar harus selalu memperhatikan kelangsungan

potensi, daya dukung, keanekaragaman jenis tumbuhan, dan satwa liar

tersebut.

Pemanfaatannya dapat dilakukan dalam bentuk pengkajian, penelitian

dan pengembangan, penangkaran, perburuan, perdagangan, peragaan,

Pelestarian Lingkungan |Page 11

Page 12: Karya Tulis Pelestarian Lingkungan Hidup Ikd

pertukaran, budidaya tanaman dan obat-obatan, dan pemeliharaan untuk

kesenangan (Dephutbun, 1999b). Khusus untuk perdagangan jenis tumbuhan

dan satwa liar dalam skala kecil dapat dilakukan oleh masyarakat yang tinggal

di dalam atau sekitar kawasan konservasi. Tentu saja jenis tumbuhan dan

satwa liar tersebut adalah yang tidak dilindungi, sedangkan perdagangan

dalam skala besar hanya dapat dilakukan oleh badan usaha yang telah

memperoleh rekomendasi Menteri, di samping harus memiliki berbagai

persyaratan tertentu lainnya (Dephut, 1990).

Adanya perubahan politik dari era sentralistik-otoriter ke desentralistik-

demokratis yang ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah telah membawa

dampak semakin tajamnya degradasi sumber daya alam dan ekosistemnya.

Perubahan tersebut akan mendorong adanya kegiatan yang mengarah pada

perlombaan membangun daerah. Kegiatan tersebut senantiasa bertujuan untuk

meningkatkan pendapatan daerah sebagai sarana menuju kesejahteraan

masyarakat setempat. Keadaan ini secara langsung atau tidak langsung akan

mengakibatkan terjadinya eksploitasi kekayaan sumber daya alam dan

ekosistemnya, sehingga pada gilirannya akan memacu keadaan lingkungan

menjadi berada pada taraf membahayakan kehidupan masyarakat.

Terjadinya penurunan kualitas sumber daya alam ini merupakan suatu

indikasi adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia dengan

ketersediaan sumber daya alam. Adanya peraturan pemerintah yang kurang

memberikan penekanan pada upaya pelestarian sumber daya alam, dan lebih

memprioritaskan perolehan pendapatan belaka, maka dapat membawa dampak

yang sulit dihindari dalam pengelolaan sumber daya alam dan ekosistemnya.

Sebagaimana data yang terjadi dewasa ini menunjukkan bahwalaju

pengurangan luas hutan di pulau Sumatera mencapai 2 % per tahun, di pulau

Jawa mencapai 0,42 % per tahun, di pulau Kalimantan mencapai 0,94 % per

tahun, di pulau Sulawesi mencapai 1 % per tahun, dan di Irian Jaya mencapai

0,7 % per tahun. Adanya pengurangan luas hutan tersebut terjadi akibat proses

laju penurunan mutu hutan (degradasi) dan pengundulan hutan (deforestasi).

Pelestarian Lingkungan |Page 12

Page 13: Karya Tulis Pelestarian Lingkungan Hidup Ikd

Terjadinya degradasi dan deforestasi hutan tersebut telah memberikan

implikasi yang sangat luas dan mengkhawatirkan bagi kehidupan masa depan

manusia. Ada berbagai masalah yang akan terjadi pada sumber daya alam dan

ekosistemnya, jika dalam penjabaran dan pelaksanaan otonomi daerah

tersebut tidak ditangani secara hati-hati. Masalah yang akan muncul tersebut

akan berupa degradasi sumber daya alam dan ekosistemnya. Sebagai contoh

adanya degradasi sumber daya kelautan, sumber daya sungai dan alirannya,

sumber daya hutan, serta adanya berbagai dampak pencemaran akibat

aktivitas pembangunan ekonomi antar daerah, dan lain-lain. Oleh sebab itu,

sumber daya alam yang semula menjadi sumber utama bagi peningkatan

pendapatan daerah, jika pemanfaatannya dalam jangka panjang tidak disertai

dengan dukungan kebijakan yang mengarah kepada upaya perbaikan dan

memperhatikan pelestarian sumber daya alam, maka hal tersebut sudah dapat

diduga akan menjadi sumber konflik antar pemerintah daerah di masa yang

akan datang.

Di awal era reformasi, terlihat gejala makin cepatnya degradasi sumber

daya alam hayati dan ekosistemnya. Di berbagai daerah telah terjadi

perusakan hutan, baik hutan lindung, hutan peyangga, hutan tanaman industri,

dan kawasan konservasi. Rusaknya hutan, berarti telah terjadi kerusakan dan

kepunahan keanekaragaman hayati, baik itu tumbuhan maupun satwa langka.

Juga berbagai macam perusakan baik di laut, daerah aliran sungai,

pertambangan, tanah, udara, dan air. Peristiwa tersebut telah terjadi secara

merata di berbagai wilayah di Indonesia dengan akibat yang akan dirasakan

oleh semua lapisan masyarakat.

Menyikapi fenomena degradasi sumber daya alam hayati bersamaan

dengan pelaksanaan otonomi daerah saat ini, maka diperlukan kesadaran

kolektif dan serentak pada semua lapisan masyarakat, baik para penyelenggara

pemerintahan, pelaku ekonomi, dan masyarakat pada umumnya untuk

mendukung pelaksanaan otonomi daerah.

Saat ini kita telah merasakan semangat pembaruan yang semakin tampil

dengan wajah kebebasan yang tidak jelas batas-batas dan arahnya. Hampir

Pelestarian Lingkungan |Page 13

Page 14: Karya Tulis Pelestarian Lingkungan Hidup Ikd

semua aspek kehidupan sekarang telah dilanda gejala tersebut, termasuk

kebebasan pemanfaatan sumber daya alam yang cenderung mengarah pada

perusakan dan degradasi sumber daya alam itu sendiri. Oleh karena itu, dalam

penyelenggaraan otonomi daerah, memang dituntut untuk dapat menggali

potensi agar dapat menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri, tetapi

bukan berarti bahwa kebebasan menggali potensi ini adalah merusak sumber

daya alam yang ada. Pelaksanaan otonomi daerah tidak perlu terpaku pada

perjuangan untuk memanfaatkan sumber daya alam dan ekosistemnya, jika

nantinya yang akan menanggung segala kerugiannya adalah masyarakat.

Pelestarian Lingkungan |Page 14

Page 15: Karya Tulis Pelestarian Lingkungan Hidup Ikd

BAB IIII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa upaya

konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya akan sia-sia, bila hal

tersebut tidak disertai dengan upaya pemberdayaan masyarakat. Kegiatan

pemberdayaan masyarakat ini dapat meliputi peningkatan kesadaran dan

kemampuan masyarakat dalam mengelola sumber daya alam hayati tersebut.

Strategi yang efektif dalam upaya pemberdayaan masyarakat dapat

dilakukan melalui suatu kegiatan kerjasama antara pihak Kawasan

Konservasi, Perguruan Tinggi, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Diharapkan dari upaya ini masyarakat dapat berperan aktif dalam kegiatan

konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, sehingga pada

akhirnya kesejahteraan masyarakat dapat meningkat pula.

Kegiatan penyelamatan lingkungan harus membawa kesejahteraan bagi

masyarakat yang ada di sekitar kawasan konservasi. Konservasi lingkungan

yang meninggalkan masyarakat lokal hanya akan menimbulkan konflik dan

berujung pada kegagalan program konservasi. Karena itu, kepentingan

masyarakat harus diakomodasi dengan menjadikan mereka mitra konservasi.

Tujuan konservasi alam tidak akan tercapai tanpa kerja sama dengan

masyarakat lokal karena mereka sangat tergantung pada sumber daya alam.

Masyarakat harus tetap memperoleh keuntungan ekonomi dan sosial dari

kegiatan konservasi itu.

Kegiatan pelestarian lingkungan akan berhasil bila masyarakat lokal

merasakan manfaat dari kegiatan itu secara langsung. Selama ini kegiatan

konservasi lingkungan selalu diikuti konflik antara masyarakat dan pengelola

kawasan konservasi. Masyarakat di sekitar kawasan yang selama ini

bergantung pada sumber daya alam tiba-tiba terputus aksesnya untuk

memperoleh penghidupan dari alam.

Pelestarian Lingkungan |Page 15

Page 16: Karya Tulis Pelestarian Lingkungan Hidup Ikd

Manfaat kawasan konservasi bagi masyarakat akan semakin tegas bila

didukung kebijakan pemerintah dalam mekanisme pembayaran jasa

lingkungan dan manajemen kolaborasi. Dalam manajemen kolaborasi,

masyarakat dan semua pihak terkait berbagi peran dalam pengelolaan

kawasan. Mekanisme ini bisa meningkatkan akuntabilitas dan efektivitas

pengelolaan kawasan.

Penerapan jasa lingkungan merupakan salah satu cara pemberian

imbalan yang layak bagi masyarakat konservasi. Sebagai contoh adalah

mekanisme pembayaran jasa lingkungan di Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Perusahaan Daerah Air Minum di sana membayar jasa lingkungan ke petani

yang telah menjaga hutan di daerah tangkapan air Gunung Rinjani.

Wacana pembayaran jasa lingkungan seperti ini harus terus diangkat.

Kita sering tidak memikirkan dari mana air yang kita minum selama ini.

Bagaimana jika tidak ada masyarakat yang menjaga hutan di daerah

tangkapan air.

Langkah lain yang penting dilakukan adalah meminta kontribusi dan

penghargaan dari kelompok masyarakat penerima manfaat langsung kegiatan

konservasi untuk ikut menanggung biaya konservasi. Hingga saat ini, sebut

saja konsumen air minum PDAM maupun air botolan, belum menghargai dan

membayar jasa keberadaan kawasan konservasi dan upaya tani-hutan di

daerah tangkapan air dalam mengkonservasi wilayah tersebut.

Imbal balik ekonomi dari kegiatan konservasi tersebut membutuhkan

peningkatan kapasitas masyarakat. Daya tawar masyarakat harus ditingkatkan

melalui berbagai pelatihan dan fasilitasi ke pemerintah.

B. Saran & Rekomendasi

Untuk mewujudkan generasi makmur dan sentosa, bijaksana rasanya

jika arah gerak pembangunan yang dikembangkan berpijak pada paradigma

agama, budaya lokal, dan berwawasan lingkungan. Dalam bahasa lain,

mencetuskan pembangunan berkelanjutan (sustainable development),

Pelestarian Lingkungan |Page 16

Page 17: Karya Tulis Pelestarian Lingkungan Hidup Ikd

berwawasan lingkungan (eco-development) dan bisa juga kita sebut dengan

konsep eco-religious, sebab memelihara lingkungan adalah perintah suci dari

sang pencipta alam raya ini, Allah SWT. Karena itu, mari kita gulirkan

program pembangunan berkelanjutan yang berwawasan agama, budaya lokal,

dan berparadigma ekologis mulai detik ini.

Pelestarian Lingkungan |Page 17

Page 18: Karya Tulis Pelestarian Lingkungan Hidup Ikd

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kehutanan. 1990. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5

Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya. Jakarta.

Wardojo, W. 2001. Strategi Pengelolaan Kawasan Konservasi dalam Rangka

Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Jember: Penerbit Universitas

Jember.

Pelestarian Lingkungan |Page 18