karya tulis ilmiah penelitian ke wyata guna bandung

Upload: musa-oktavianus

Post on 10-Oct-2015

80 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

KARYA TULIS ILMIAHKunjungan ke Penyandang Tunanetra di Dinas Sosial Wyata Guna Kota BandungPROPOSAL PENELITIANdisusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran bahasa Indonesia

Oleh :Afifah Husnul K (NIS 111210008)Fikri Naufal L (NIS 101110076)Hanif Naufal (NIS 111210122)Lavedri Emigio (NIS 111210150)Musa Oktavianus (NIS 111210208)Tria Wahyuni (NIS 111210310)

SMA ALFA CENTAURI BANDUNG2013KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan kasih sayangnya lah kami dapat menyelesaikan sebuah karya tulis ilmiah berjudul Kunjungan ke Penyandang Tunanetra di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung.Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada orangtua kami atas dorongan yang diberikan, kepada guru bidang studi pembimbing kami yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan karya tulis ini, Ibu Frilia Shantika Regina, Spd, kemudian kepada seluruh teman-teman dan masyarakat yang telah berpartisipasi dalam proses diwujudkannya karya tulis ilmiah ini.Karya tulis ini memang masih jauh dari kata sempurna, tetapi ini adalah sebuah proses pembelajaran bagi kami. Maka dari itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari Anda sehingga kedepannya penulis berharap dapat menjadi lebih baik lagi dalam menciptakan karya tulis- karya tulis lainnya.Sekian kata pengantar dari kami, semoga karya tulis ilmiah yang kami buat dapat bermanfaat bagi para pembaca dan tentunya penulis sendiri.

Tim Penyusun

DAFTAR ISIBAB I Pendahuluan1.1 Latar Belakang Masalah1.2 Rumusan Masalah1.3 Tujuan Penelitian1.4 Manfaat PenelitianBAB II Kajian Pustaka2.1 Pengertian Tunanetra2.2 Klasifikasi Tunanetra2.3 Penyebab Tunanetra2.4 Karakteristik Tunanetra2.5 Alat Pendidikan yang Menunjang Tunanetra2.6 Tenaga Kependidikan2.7 Layanan KependidikanBAB III Proses Penelitian3.1 Metodologi Penelitian3.2 Instrumen Penelitian3.3 Waktu dan Tempat PenelitianBAB IV PembahasanBAB V Penutup5.1 Simpulan5.2 SaranBAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAHManusia adalah mahluk Tuhan yang diciptakan dengan sempurna, yaitu memiliki raga yang sempurna dan akal yang sehat. Raga yang sehat karena ditunjang oleh anggota tubuh yang sempurna adalah impian semua orang. Anugerah terbesar adalah diberikannya anggota tubuh yang lengkap, seperti mata digunakan untuk melihat keindahan alam, telinga untuk mendengar nada-nada yang indah, mulut untuk berbicara dan kaki untuk berjalan. Dan juga diberikannya akal yang sehat, seperti otak, mental dan emosi yang normal sebagai kemampuan penunjang seseorang. Namun bagaimana bila semua itu tidak sepenuhnya dimiliki dan dinikmati oleh saudara kita?Maka muncullah istilah penyandang cacat atau juga anak berkebutuhan khusus (ABK) yang sering kita dengar dan kita sebutkkan bagi mereka yang menyandang kekurangan fisik maupun ketidaknormalan mental. Anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya yang membedakan mereka dari anak-anak normal lainnya. Keadaan inilah yang menuntut pemahaman terhadap hakikat anak berkebutuhan khusus.Seorang penyandang cacat tentu akan menimbulkan perasaan sedih atau kecewa bagi anggota keluarganya karena salah satu anggota keluarganya tidak memiliki kenormalan layaknya orang lain. Namun, hendaknya kekurangan itu bisa disikapi dengan bijaksana bagi orang-orang disekitarnya yang memiliki kesempurnaan dibandingkan mereka yang memiliki kekurangan/ kecacatan.Tidak sedikit orang yang kurang bijaksana dalam menyikapi keberadaan orang-orang yang memiliki kekurangan tersebut. Kita sering menjumpai para penyandang cacat yang kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat. Terkadang masyarakat mengacuhkan, menghina, atau menganggap aneh penyandang cacat. Bukan sikap peduli atau empati yang diberikan masyarakat, melainkan sikap diskriminatif.Perlakuan berbeda kepada para penyandang cacat sering terjadi dalam kehidupan sehari hari. Orang-orang menganggap para penyandang cacat hanya butuh dikasihani. Padahal sebenarnya mereka butuh dirangkul artinya diberi kesempatan untuk menjalani hidup bersama masyarakat layaknya orang normal. Tidak ada pemisah antara orang normal dan penyandang cacat.Tidak sedikit pula orang yang peduli akan keberadaan para penyandang cacat. Mereka menyakini bahwa para penyandang cacat pun berhak mendapatkan perhatian dan perlindungan khususnya dari pemerintah. Wujud kepedulian pemerintah Kota Bandung terhadap para penyandang cacat salah satunya adalah adanya pembinaan khusus bagi para penyandang cacat. Salah satunya adalah adanya pembinaan khusus bagi para penyandang cacat di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung yang berlokasi di Jalan Pajajaran 40.Sekolah Luar Biasa (SLB) terdiri atas bermacam-macam sesuai dengan kekhususannya sendiri. SLB A untuk tunanetra (kelainan atau hambatan dalam penglihatan), SLB B untuk tunarungu (kelainan pada pendengaran dan kemampuan berbicara), SLB C untuk tunagrahita (kelainan pada seseorang yang memiliki intelegensi di bawah rata-rata), SLB D untuk tunadaksa (kelainan fisik yang berkenaan dengan motorik atau gerak tubuh), SLB E untuk tunalaras (kelainan pada seseorang dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial) dan yang terakhir adalah SLB G, yaitu kelainan pada seseorang yang memiliki hambatan lebih dari satu (http://cerpenik.blogspot.com/2010/12/klasifikasi-slb/tersedia online). Dari beberapa pembagian SLB sesuai dengan yang telah dijelaskan di atas, maka penulis tertarik untuk dapat melakukan penelitian kepada salah satu SLB, yaitu SLB C sebagai langkah untuk membatasi materi kajian yang hendak kami teliti Adapun yang menjadi alasan mengapa penulis memilih SLB C karena banyaknya tunanetra di lingkungan penulis, penulis tertarik untuk meneliti kehidupan dan menggali potensi para tunanetra. Oleh karena itulah, penelitian ini dilakukan terhadap para penyandang cacat yang ada di lembaga pemerintahan.Melalui penelitian ini, diharapkan pola pikir masyarakat yang berpikir negatif terhadap para penyandang cacat bisa berubah.1.2 RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.1. Bagaimana keadaan para penyandang tunanetra di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung?2. Bagaimana pembinaan yang diberikan kepada para penyandang tunanetra di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung?3. Apa saja dampak pembinaan terhadap kehidupan sehari-hari para penyandang tunanetra di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung?

1.3 TUJUAN PENELITIANSesuai dengan permasalahan di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.1. Mengetahui keadaan para penyandang tunanetra di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung.2. Mengetahui pembinaan yang diberikan kepada para penyandang tunanetra di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung.3. Mengetahui dampak pembinaan terhadap kehidupan sehari-hari para penyandang tunanetra di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung.

1.4 MANFAAT PENELITIANBagi penulis, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.1. Menambah wawasan dan informasi mengenai kehidupan dan kegiatan para penyandang tunanetra di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung.2. Menumbuhkan rasa sosialisme dan peduli terhadap sesama.3. Mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila khususnya sila ke dua yaitu Kemanusian yang adil dan beradab.4. Menghargai dan menghormati kewajiban dan hak sesama.

Bagi masyarakat, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.1. Menghilangkan sikap diskriminatif terhadap sesama dengan memahami arti perbedaan di atas persamaan.2. Meningkatkan kepedulian dan menanamkan sikap toleransi masyarakat terhadap para penyandang cacat.Bagi penyandang tunanetra, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut1. Tersalurkannya dan tersosialisasinya potensi potensi para penyandang tunanetra.2. Terjalinnya komunikasi yang aktif antara para penyandang tunanetra dengan masyarakat umum.3. Teradaptasinya atau tersosialisasi lingkungan para penyandang tunanetra dengan lingkungan masyarakata umum.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN TUNANETRA Secara etimologi, kata tunanetra berasal dari tuna yang berarti rusak dan netra berarti mata atau penglihatan. Jadi secara umum tunanetra berarti rusak penglihatan. Ada banyak pengertian atau definisi mengenai tunanetra dari beberapa ahli, salah satu diantaranya ada yang menyebutkan bahwa tunanetra adalah seseorang yang dikatakan buta jika ia tidak dapat mempergunakan penglihatannya untuk pendidikan (Slamet Riadi, 1984:23). Sedangkan ahli lain berpendapat bahwa tunanetra adalah individu yang mengalami gangguan fungsi penglihatan untuk mengikuti belajar dan mencapai prestasi secara maksimal (Barraga N., 1983:25). Satu lagi pengertian tunanetra dari seorang ahli yang memberikan pandangannya kepada tunanetra sebagai anak yang mengalami gangguan penglihatan dan dapat didefinisikan sebagai anak yang rusak penglihatannya yang walaupun dibantu dengan perbaikan masih mempunyai pengaruh yang merugikan bagi anak yang bersangkutan (Scholl, 1986:29)Kesimpulan dari pengertian tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan. Tunanetra bersifat mutlak, artinya benar-benar tidak dapat melihat. Berbeda dengan low vision yang dapat melihat samar-samar. Seseorang dikatakan low vision apabila orang tersebut mengalami kekurangan penglihatan dalam skala atau jarak tertentu, atau juga kekurangan penglihatan dalam melihat bentuk objek. Berdasarkan definisi World Health Organization (WHO), seseorang dikatakan low vision apabila:1. memiliki kelainan fungsi penglihatan meskipun telah dilakukan pengobatan, misalnya operasi atau koreksi refraksi standart (kacamata atau lensa),2. mempunyai ketajaman penglihatan kurang dari 6/8 sampai dapat menerima persepsi cahaya,3. luas penglihatan kurang dari 10 derajat titik fiksasi, dan4. secara potensial masih dapat menggunakan penglihatannya untuk perencanaan dan pelaksanaan suatu tugas.2.2 KLASIFIKASI TUNANETRA 1. Menurut Lowenfeld (1955:219). Klasifikasi anak tunanetra yang didasarkan pada waktu terjadinya ketunanetraan dijelaskan sebagai berikut.a. Tunanetra sebelum dan sejak lahir, yakni mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan.b. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil, mereka telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.c. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja, mereka telah memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.d. Tunanetra pada usia dewasa, pada umumnya mereka yang dengan segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.e. Tunanetra dalam usia lanjut, sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri.f. Tunanetra akibat bawaan (partial sight bawaan).

2. Klasifikasi anak tunanetra berdasarkan kemampuan daya penglihatan dijelaskan sebagai berikut.a. Tunanetra ringan (defective vision/low vision) yakni mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/ kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan.b. Tunanetra setengah berat (partially sighted) yakni mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal.c. Tunanetra berat (totally blind) yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.

3. Menurut WHO, klasifikasi didasarkan pada pemeriksaan klinis dijelaskan sebagai berikut.a. Tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 20/200 dan atau memiliki bidang penglihatan kurang dari 20 derajat.b. Tunanetra yang masih memiliki ketajaman penglihatan antara 20/70 sampai dengan 20/200 yang dapat lebih baik melalui perbaikan.

4. Menurut Hathaway, klasifikasi didasarkan dari segi pendidikan dijelaskan sebgai berikut.a. Anak yang memiliki ketajaman penglihatan 20/70 atau kurang setelah memperoleh pelayanan medis.b. Anak yang mempunyai penyimpangan penglihatan dari yang normal dan menurut ahli mata dapat bermanfaat dengan menyediakan atau memberikan fasilitas pendidikan yang khusus.

5. Menurut Howard dan Orlansky, klasifikasi didasarkan pada kelainan-kelainan yang terjadi pada mata dijelaskan sebagai berikut.Kelainan pada mata ini disebabkan karena adanya kesalahan pembiasan pada mata. Hal ini tejadi bila cahaya tidak terfokus sehingga tidak jatuh pada retina. Peristiwa ini dapat diperbaiki dengan memberikan lensa atau lensa kontak. Kelainan-kelainan itu antara lain :a. Myopia adalah penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus dan jatuh dibelakang retina. Penglihatan akan menjadi jelas jika objek didekatkan. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita myopia digunakan kacamata koreksi dengan lensa negatif.b. Hyperopia penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh didepan retina. Penglihatan ini akan jelas jika objek dijauhkan. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita hyperopia digunakan kacamata koreksi lensa positif.c. Astigmatisme adalah penyimpangan atau penglihatan kabur disebabkan karena ketidakberesan pada kornea mata atau pada permukaan lain pada bola mata sehingga bayangan benda baik pada jarak dekat maupun jauh tidak terfokus jatuh pada retina. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita astigmatisme digunakan kacamata koreksi dengan lensa silindris.2.3 PENYEBAB TUNANETRAa. Pre-natalFaktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan.b. Post-natalFaktor penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak setelah bayi lahir, antara lain: kerusakan pada mata atau syaraf mata pada waktu persalinan hamil ibu menderita penyakit gonorrhoe, penyakit mata lain yang menyebabkan ketunanetraan, seperti trachoma, dan akibat kecelakaan.

2.4 KARAKTERISTIK TUNANETRAKarakteristik tunanetra dibagi menjadi dua, yaitu tunanetra dan low vision.1. Tunanetraa. Fisik Keadaan fisik anak tunanetra tidak berbeda dengan anak sebaya lainnya. Perbedaan nyata diantaranya mereka hanya terdapat pada organ penglihatannya. Gejala tunanetra yang dapat diamati dari segi fisik antara lain: mata juling, sering berkedip, menyipitkan mata,kelopak mata merah, gerakan mata tak beraturan cepat, mata selalu berair,dll.

b. Perilaku1) Beberapa gejala tingkah laku pada anak yang mengalami gangguan penglihatan dini antara lain: berkedip lebih banyak daripada biasanya, menyipitkan mata,tidak dapat melihat benda yang agak jauh.2) Adanya keluhan-keluhan antara lain: mata gatal,panas,pusing,kabur atau penglihatan ganda.

c. Psikis 1) Mental/intelektual2) Tidak berbeda jauh dengan anak normal. Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pada batas atas sampai batas bawah.

3) Sosial Kadangkala ada keluarga yang belum siap menerima anggota keluarga yang tunanetra sehingga menimbulkan ketegangan/gelisah diantara keluarga. Seorang tunanetra biasanya mengalami hambatan kepribadian seperti curiga terhadap orang lain, perasaan mudah tersinggung dan ketergantungan yang berlebihan.2.Low visionCiri-ciri antara lain:a. menulis dan membaca dengan jarak yang sangat dekat,b. hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar, danc. memicingkan mata atau mengerutkan kening terutama di cahaya atau saat mencoba melihat sesuatu. Kadangkala ada keluarga yang belum siap menerima anggota keluarga yang tunanetra sehingga menimbulkan ke ketegangan/gelisah diantara keluarga. Seorang tunanetra biasanya mengalami hambatan kepribadian seperti curiga terhadap orang lain, perasaan mudah tersinggung dan ketergantungan yang berlebihan.2.5 ALAT PENDIDIKAN YANG MENUNJANG Alat pendidikan yang menunjang bagi penglihatan terbagi menjadi dua jenis sesuai dengan yang dialami tunanetra dan low vision.1. Tunanetra Alat pendidikan bagi tunanetra terdiri dari : Alat pendidikan khusus,alat bantu peraga dan alat peraga.

a. Alat pendidikan khusus Reglet dan pena Mesin tik Braille Printer Braille Abacusb. Alat bantu Alat bantu perabaan (buku-buku, air panas/air dingin, batu, dsb) Alat bantu pendengaran (kaset, CD, talking books )c. Alat peraga Alat peraga tactual atau audio yaitu alat peraga yang dapat diamati melalui perabaan atau pendengaran (patung hewan, patung tubuh manusia, peta timbul).2. Low VisionAlat bantu pendidikan bagi anak low vision terdiri dari alat bantu optik, alat bantu kacamata, kacamata pembesaran dan alat peraga.a. Alat Bantu Optik : Kacamata Kacamata pembesaran Hand magniferb. Alat Bantu Kertas bergaris besar Spidol hitam Lampu meja Penyangga bukuc. Alat peraga Gambar yang diperbesar Benda asli yang diawetkan Patung/benda model tiruan

2.6 TENAGA KEPENDIDIKANTenaga kependidikan yang dibutuhkan antara sebagai berikut.1. Guru2. Psikolog3. Dokter mata4. Optometris

2.7 LAYANAN PENDIDIKAN1. Jenjang pendidikan dan lama pendidikan:a. TKKh/TKLB: 3 Tahunb. SDKh/SDLB: 6 Tahunc. SMPKh/SMSPLB: 3 Tahund. SMAKh/SMALB: 3 Tahun

2. Model Pendidikana. Pendidikan InklusifPendidikan Inklusif adalah pendidikan pada sekolah umum yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang memerlukan pendidikan khusus pada sekolah umum dalam satu kesatuan yang sistematik.Kurikulum yang digunakan pada pendidikan inklusif adalah kurikulum yang fleksibel yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa.b. Pendidikan KhususPendidikan khusus (SLB) adalah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.c. Guru KunjungModel ini diberlakukan dalam hal anak tunanetra tidak dapat belajar di sekolah khusus atau sekolah lainnya karena tempat tinggal yang sulit dijangkau, jarak sekolah dan rumah terlalu jauh, kondisi anak tunanetra yang tidak memungkinkan untuk berjalan, menderita berkepanjangan, dan lain-lain.BAB IIIPROSES PENELITIAN

3.1 METODOLOGI PENELITIANUntuk mendapatkan data yang dibutuhkan penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode observasi atau pengamatan langsung, teknik wawancara dan studi literatur. Tetapi pada karya tulis ilmiah ini, penulis lebih mengulas mengenai hasil data dari wawancara.3.1 INSTRUMEN PENELITIANInstrumen yang kami gunakan dalam proses penelitian ini, yaitu:a) alat tulis,b) kertas,c) alat rekam suara,d) kamera, dane) teknik wawancara pengertian, sumber, daftar pertanyaan.

Bagaimanakah sejarah singkat berdirinya Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung? Bagaimanakah pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung? Bagaimanakah program yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung? Apakah kriteria usia penyandang tunanetra mutlak diperhitungkan di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung? Apa sajakah prestasi yang pernah diraih oleh penyandang tunanetra di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung? Bagaimanakah cara mensosialisasikan program-program di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung? Apa saja sarana dan prasarana yang terdapat di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung?

3.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIANKami melakukan penelitian pada:hari, tanggal : Selasa, 30 April 2013waktu : pukul 13.30 hingga selesaitempat : Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung Jalan Pajajaran 40

BAB IVPEMBAHASAN

Berdasarkan pertanyaan yang telah kami ajukan, kami mendapatkan jawaban dari narasumber yang akan kami bahas sebagai berikut. Bagaimanakah sejarah singkat berdirinya Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung?Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung sudah berusia 100 tahun lebih dengan pendirinya adalah orang Belanda yang bernama Westhoff, dan memang sudah dikhususkan bagi para penyandang tunanetra. Hingga kemudian diserahkan kepada pemerintah. Semenjak itu Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung merupakan BUMN, atau badan yang dibentuk pemerintah. Maka dari itu biaya yang digunakan untuk membiayai opersional sehari-hari murni dari pemerintah, tanpa ada donator. Bagaimanakah pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung?Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung memiliki dua jenis pembinaan berdasarkan segi formal dan non-formalnya. Perbedaannya dapat dilihat dari:KriteriaFormalNon - Formal

Dikenal sebagaiSekolah Luar BiasaPanti Rehabilitasi

PendidikanPendidikan akademisKreativitas, massage, shiatsu, komputer

UsiaUsia wajib belajar15 - 35 tahun

Kuota100 orang150 orang

Bagaimanakah program yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung?Untuk program dalam pembinaan formal sama saja seperti program sekolah-sekolah normal lainnya, sama-sama belajar untuk mencari ilmu penetahuan akademik. Yang berbeda adalah program bagi pembinaan non- formal. Program yang dijalankan terdiri dari 3 macam, yang pertama adalah program Observasi, yaitu program saat seorang tunanetra baru pertama kali masuk. Program observasi lebih menekankan pada activity delivering (aktivitas sehari-hari) bagi para penyandang tunanetra. Melalui program ini, tunanetra diajarkan bagaimana melakukan hal-hal vital layaknya orang normal, seperti merawat diri, mandi, Buang Air Besar, beribadah, dsb. Program selanjutnya yaitu Rehabilitasi, yakni program yang menekankan bagaimana tunanetra dapat membaca dan menulis menggunakan huruf Braille, menjaga diri mereka, serta memiliki keterampilan yang dapat berupa keterampilan bermusik, keterampilan memijat, serta keterampilan kerajinan tangan. Program ini berlangsung cukup lama, sekitar 2-3 tahun. Dan program yang terakhir adalah program Resosialisasi, yaitun program yang menyiapkan tunanetra untuk dapat mandiri dan dapat kembali ke lingkungannya Apakah kriteria usia penyandang tunanetra mutlak diperhitungkan di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung?Kriteria penyandang tunanetra memang diperhitungkan. Untuk pembinaan formal, yaitu Sekolah Luar Biasa usianya adalah usia wajib belajar. Sedangkan untuk pembinaan non-formal, yaitu Panti Rehabilitasi penyandang tunanetranya harus berusia 15-35 tahun. Jika ada yang berada dibawah atau diatas usia yang telah ditetapkan tersebut, kami tidak menerimanya, tetapi kami memfasilitasi bagi yang berusia 35 tahun keatas untuk dapat mengikutu program BMP, yaitu sekitar 1 tahun pembekalan memijat. Apa sajakah prestasi yang pernah diraih oleh penyandang tunanetra di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung?Penyandang tunanetra di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung cukup mempunyai banyak prestasi yang diraih melalui perlombaan khusus bagi para tunanetra, seperti kejuaraan POR tunanetra, Olimpiade olahraga, ataupun Lomba Musik Tradisional tunanetra. Bagaimanakah cara mensosialisasikan program-program di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung?Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung mempunyai caranya sendiri untuk dapat mensosialisasikan program-programnya, diantaranya melalui iklan di televise, iklan di surat kabar, pembagian brosur di instansi-instansi pemerintahan, juga melalui Jemput Bola. Suatu program yang mengenalkan paada suatu daerah tertentu, apabila ada masyarakat yang tertarik, maka akan diberi surat rujukan oleh kepala daerah untu mengikuti program-program di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung Apa saja sarana dan prasarana yang terdapat di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung?Berbicara sarana dan prasarana, Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung memang mempunyai keunggulan akan hal tersebut. Di tempat seluas 4 hektar terdapat sarana dan prasarana yang memadai bagi para tunanetra, diantaranya:a. Sarana1. Perpustakaan2. Ruang Konseling3. Gereja4. Masjid5. Lapangan6. Pagar pembantu dan pengarah jalan b. Prasarana 1. Raadio2. Buku-buku Braille3. Text Zoomer untuk penderita Low-Vision4. Alat peraba

Berdasarkan hasil penelitian, penulis membahas sekaligus menjawab pertanyaan- pertanyaan yg telah dirumuskan yakni sebagai berikut.1. Bagaimana keadaan penyandang tuna netra di Dinas Sosial Wiyata Guna Kota Bandung?Keadaan para penyandang tunanetra di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung saat ini terhitung cukup nyaman (pendapat para instruktur), karena fasilitas yang tersedia cukup memadai, selain itu pembinaan juga bisa dipilih sesuai minat dan bakat.Menurut narasumber, sebelum para penyandang menjadi peserta didik di Wyata Guna ini, banyak yang mengalami kejatuhan mental terutama setelah baru saja mengalami kebutaan. Tetapi dengan berbagai pembinaan dan juga lingkungan yang kondusif dikarenakan dengan banyaknya anak-anak yang mengalami kebutuhan sama, maka kepercayaan diri kembali bisa dibangun serta dibina untuk menjadi lebih baik.

2. Bagaimana pembinaan yang diberikan kepada para penyandang tunanetra di Dinas Sosial Kota Bandung?Dinas Sosial Wyata Guna memberikan pembinaan yang cukup baik terhadap para penyandang tunanetra. Fasilitas sangat memadai dan kondusif untuk memberikan pembelajaran bagi siswa. Failitas (terutama di area) bisa diakses, selain itu fasilitas juga terawat dengan baik.

3. Apa saja dampak pembinaan terhadap kehidupan sehari-hari para penyandang tunanetra di Dinas Sosial Kota Bandung?Kini para penyandang tunanetra memiliki kepercayaan diri yang lebih baik dari sebelumnya, disini mereka bisa memilih bidang yang akan mereka tekuni untuk bisa menjadi keterampilannya yang akan dimilkinya saat dewasa untuk terjun ke area masyarakat nantinya. Pilihan akademis maupun non-akademis tersedia disini. Wyata Guna menyediakan pilihan apakah ingin melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi secara akademis atau langsung turun ke lapangan kerja, dimana para penyandang tunanetra dibekali berbagai keterampilan non-akademis.

BAB VPENUTUP5.1 SIMPULANSimpulan yang bisa penulis ambil dari hasil penelitian, data dan informasi, pengadaan Dinas Sosial Wyata Guna ini amat berguna bagi masyarakat yang menyandang cacat tunanetra atau kehilangan indera penglihatannya. Wyata Guna menyediakan program, fasilitas dan lokasi yang semuanya memadai. Salah satu point yang tertera pada rumusan masalah yang telah penulis rumuskan sebelumnya diantaranya adalah mengetahui keadaan para penyandang tunanetra di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung. Rumusan ini dapat penulis jawab berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Keadaan para penyandang tunanetra di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung saat ini terhitung cukup nyaman (pendapat para instruktur), karena fasilitas yang tersedia cukup memadai, selain itu pembinaan yang diberikan juga cukup berhasil melalui pembinaan minat dan bakat yang bisa dipilihnya. Selain itu, keadaan para penyandang tunanetra di sana menjadi lebih baik dengan sarana dan prasarana yang diberikan, seperti tenaga kependidikan ataupun alat pendidikan yang menunjang sesuai dengan yang telah kami paparkan pada BAB Kajian Pustaka.Sedangkan untuk point rumusan masalah yang kedua, yaitu mengetahui pembinaan yang diberikan kepada para penyandang tunanetra di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung. Dinas Sosial Wyata Guna sendiri memberikan pembinaan yang cukup baik terhadap para penyandang tunanetra. Fasilitas sangat memadai dan kondusif untuk memberikan pembelajaran bagi siswa. Failitas (terutama di area) bisa diakses, selain itu fasilitas juga terawat dengan baik. Hal tersebut dimaksudkan karena ingin memberikan pelayanan pendidikan sebaik-baiknya kepada para penyandang tunanetra. Sebagaimana kita ketahui bahwa seorang tunanetra memang memiliki hambatan dalam memenuhi kegiatan belajar mengajar yang pada hakikatnya akan berpengaruh juga pada prestasi yang dapat diraih olehnya dibandingkan dengan orang normal pada umumnya sesuai dengan pengertian yang diberikan oleh salah seorang ahli yaitu tunanetra adalah individu yang mengalami gangguan fungsi penglihatan untuk mengikuti belajar dan mencapai prestasi secara maksimal (Barraga N., 1983:25). Tetapi dengan usaha tiada henti, diharapkan para penyandang tunanetra juga dapat memiliki kecerdasan dan keahlian yang dimiliki oleh orang normal pada umumnya.Rumusan masalah yang terakhir yaitu mengetahui dampak pembinaan terhadap kehidupan sehari-hari para penyandang tunanetra di Dinas Sosial Wyata Guna Kota Bandung. Kini para penyandang tunanetra memiliki kepercayaan diri yang lebih baik dari sebelumnya, di sini mereka bisa memilih bidang yang akan mereka tekuni untuk bisa menjadi keterampilannya yang akan dimilkinya saat dewasa untuk terjun ke area masyarakat nantinya. Dampak yang bisa dirasakan juga yaitu terpenuhinya prinsip kesetaraan antara para penyandang tunanetra dengan orang normal pada umunya. Seperti yang telah diungkapkan pada BAB Kajian Pustaka mengenai karakteristik tunanetra secara sosial yaitu adanya keluarga yang belum siap menerima anggota keluarganya yang tunanetra sehingga menimbulkan ketegangan/gelisah diantara keluarga. Melalui tahap pembinaan inilah diharapkan para penyandang tunanetra dapat diterima kembali dengan baik oleh keluarganya, 5.2 SARAN Saran dari penulis, mungkin akan lebih baik jika pemerintah membuat lebih banyak lagi lembaga-lembaga seperti Dinas Sosial ini, tetapi bukan hanya dalam bidang tunanetra, tetapi juga tunarungu atau mungkin cacat fisik lainnya. Jumlah Dinas Sosial sejenis Wyata Guna ini akan semakin baik jika sosialisasi kepada masyarakatnya dilakukan secara meluas. Sehingga banyak orang yang menetahui, kemudian dapat merujuk juga ke Dinas Sosial-Dinas Sosial yang telah disediakan pemerintah, agar semua penyandang cacat fisiik dapat termaksimalkan potensinya, dan lebih bisa menjadi orang-orang yang dapat berbaur dengan baik di masyarakat.

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

http://www.slbk-batam.org/tersedia online http://cerpenik.blogspot.com/2010/12/klasifikasi-slb/tersedia online http://laraasih.com/tag/definisi-tunanetra-menurut-para-ahli/ tersedia online http://devianggraeni90.wordpress.com/2010/02/17/anak-tunanetra/ tersedia online