karya tulis bandung xi is 2 revisi

54
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan ini akan membahas tentang sejarah Konferensi Asia Afrika. Konferensi Asia Afrika Tingkat Tinggi ( di singkat KTT Asia Afrika atau KAA, kadang juga di sebut konferensi Bandung) adalah sebuah konferensi antara negara – negara baru saja memperoleh kemerdekaan. Sebelum perang dunia II, negara – negara dunia ketiga yang berada di kawasan benua Asia Afrika umumnya adalah daerah jajahan. Namun setelah berakhirnya perang dunia II pada agustus 1945, tidak berarti berakhir pula situasi permusuhan di antara bangsa -- bangsa di dunia dan tercipta perdamaian dan keamanan. Ternyata di belahan bumi di beberapa pelosok dunia masih ada masalah dan muncul masalah yang mengakibatkan permusuhan yang terus berlangsung. Sementara itu bangsa – bangsa di dunia, terutama bangsa – bangsa Asia Afrika, sedang di landa kekhawatiran akibat makin di kembangkannya pembuatan senjata nuklir yang bisa memusnahkan umat manusia. Situasi dalam negeri di beberapa negara Asia Afrika yang telah merdeka pun 1

Upload: mas-mun

Post on 27-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

KARYA TULIS

TRANSCRIPT

Page 1: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laporan ini akan membahas tentang sejarah Konferensi Asia Afrika.

Konferensi Asia Afrika Tingkat Tinggi ( di singkat KTT Asia Afrika atau KAA,

kadang juga di sebut konferensi Bandung) adalah sebuah konferensi antara negara –

negara baru saja memperoleh kemerdekaan.

Sebelum perang dunia II, negara – negara dunia ketiga yang berada di kawasan

benua Asia Afrika umumnya adalah daerah jajahan. Namun setelah berakhirnya

perang dunia II pada agustus 1945, tidak berarti berakhir pula situasi permusuhan di

antara bangsa -- bangsa di dunia dan tercipta perdamaian dan keamanan. Ternyata di

belahan bumi di beberapa pelosok dunia masih ada masalah dan muncul masalah

yang mengakibatkan permusuhan yang terus berlangsung.

Sementara itu bangsa – bangsa di dunia, terutama bangsa – bangsa Asia Afrika,

sedang di landa kekhawatiran akibat makin di kembangkannya pembuatan senjata

nuklir yang bisa memusnahkan umat manusia. Situasi dalam negeri di beberapa

negara Asia Afrika yang telah merdeka pun masih terjadi konflik antar kelompok

masyarakat sebagai akibat masa penjajahan ( politik devide et impera ) dan perang

dingin antar blok dunia tersebut.

Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu Perserikatan

Bangsa – Bangsa ( PBB ) yang berfungsi menangani masalah – masalah dunia,

namun nyatanya badan ini belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut.

Sedangkan kenyataannya, akibat yang di timbulkan oleh masalah – masalah ini,

sebagian besar di derita oleh bangsa – bangsa di Asia Afrika.

Bangsa Indonesia menjunjung tinggi perdamaian dunia sebagaimana amanat

Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945. Karenanya, bangsa Indonesia selalu ingin

menciptakan perdamaian dunia. Usaha Indonesia ternyata mendapat dukungan dari

1

Page 2: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

empat negara Asia, yaitu India, Pakistan, Burma (Myanmar) dan Srilanka yang

kemudian menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika antara 18 – 24 April 1955, di

Gedung Merdeka, Bandung yang di koordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia,

Sunario dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia –

Afrika dan melawan kolonialisme dan neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet,

atau negara imperialis lainnya.

Kondisi tersebutlah yang mendorong negara – negara yang baru merdeka untuk

menggalang persatuan dan mencari jalan keluar demi meredakan ketegangan dunia

dan memelihara perdamaian.

B. PEMBATASAN MASALAH

Dalam penyusunan karya tulis ini penulis hanya menyajikan pembatasan

masalah dalam hal :

1) Latar belakang Museum Konferensi Asia Afrika

2) Fungsi dan fasilitas Museum Konferensi Asia Afrika.

3) Tujuan pembangunan Museum Konferensi Asia Afrika

4) Aktivitas Museum Konferensi Asia Afrika

5) Koleksi Museum Konferensi Asia Afrika

6) Sejarah singkat Museum Konferensi Asia Afrika

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana museum Konferensi Asia Afrika ?

2. Bagaimana Sejarah Konferensi Asia Afrika ?

3. Apakah Manfaat Konferensi Asia Afrika Bagi Indonesia dan Negara – Negara

Asia Afrika lainnya?

Page 3: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis dalam penelitian di museum Konferensi Asia Afrika adalah

sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui Museum Konferensi Asia Afrika yang ada di Bandung

2) Untuk mengetahui sejarah Konferensi Asia Afrika

3) Untuk memenuhi salah satu Tugas Akhir Sekolah.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika karya tulis ini sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Sejarah Dalam Arti Negatif, Sejarah Dalam Arti Positif, Penertian Sejarah Berdasarkan Bentuk dan Sifatnya, Fungsi Intrinsik Sejarah, Fungsi Ekstrinsik Sejarah, Kegunaan Sejarah.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Waktu dan tempat penelitian, metode pengimpulan data, sumber data.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Letak, Makna Museum Konferensi Asia Afrika Untuk Bandung.

BAB V PEMBAHASAN

Meseum Konferensi Asia Afrika, Latar belakang, nama, status dan sifat, tujuan, fasilitas, sejarah, kondisi dunia Internasional sebelum Konferensi Asia Afrika, lahirnya ide pelaksanaan Konferensi Asia Afrika, usaha-usaha persiapan Konferensi Asia Afrika, menjelang Konferensi Asia Afrika

BAB VI PENUTUP

Kesimpulan dan saran

LAMPIRAN

1

Page 4: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

BAB II

LANDASAN TEORI

A. SEJARAH DALAM ARTI NEGATIF

1. Sejarah itu bukan mitos

Meskipun sama-sama menceritakan masa lalu, sejarah berbeda dengan mitos.

Mitos menceritakan masa lalu dengan waktu yang tidak jelas dan kejadiannya

tidak masuk akal di masa sekarang contohnya dari jawa ada mitos tentang Raja

Dewata Sangkar pemakan manusia yang dikalahkan oleh Ajisaka, sedangkan

dalam sejarah semua peristiwa secara tepat diceritaka waktu dan tempat terjadinya.

2. Sejarah bukan filsafat

Sejarah mempelajari sesuatu yang konkret, sedangkan filsafat itu abstrak dan

spekulatif, dalam arti hanya berkaitan dengan pikiran umum.

3. Sejarah bukan ilmu alam

Sejarah menuliskan sesuatu yang khas atau unik, sedangkan ilmu alam

menuliskan sesuatu yang umum.

4. Sejarah itu bukan sastra

Perbedaan sejarah dengan sastra ada 4 hal yaitu cara kerja, kebenaran,

hasil keseluruhan, dan kesimpulan.

B. SEJARAH DALAM ARTI POSITIF

1. Sejarah adalah ilmu tentang manusia

Page 5: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

Karena yang dipelajari adalah manusia dalam sebuah peristiwa bukan

cerita masa lalu manusia secara keseluruhan.

2. Sejarah adalah ilmu tentang waktu

Sejarah membicarakan masyarakat dari segi waktu, jadi sejarah adalah

ilmu tentang waktu yang mencangkup empat hal yaitu

a. Perkembangan, terjadi bila masyarakat secara terus menuerus bergerak dari

bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks.

b. Kesinambungan, terjadi bila seuatu masyarakat baru hanya melakukan adopsi

lembaga-lembaga lama.

c. Pengulangan, terjadi bila seuatu peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau

terjadi lagi di masa sekarang.

d. Perubahan, terjadi bila masyarakat mengalami pergerakan dan

perkembanganya besar dalam waktu yang singkat yang disebabkan oleh

pengaruh dari luar.

3. Sejarah ialah ilmu tentang sesuatu yang mempunyai makna sosial

Dalam sejarah yang dipelajari bukan hanya akativitas manusia saja,

melainkan aktifitas manusia yang mempunyai makna sosial.

4. Sejarah ialah ilmu tentang sesuatu yang terperinci dan tertentu

Sejarah adalah sejarah tertentu. Sejarah harus menulis peristiwa, tempat, dan

waktu yang hanya sekali terjadi. Sedangkan sejarah harus terperinci artinya sejarah

harus menyajikan yang kecil-kecil, tidak terbatas pada hal-hal yang besar.

1

Page 6: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat Peneltian

Waktu : Kamis, 19 Desember 2013

Tempat : Museum Konferensi Asia Afrika

2. Metode Pengumpulan Data

Di tinjau dari jenisnya, data dapat di kategorikan menjadi dua bagian, yaitu

data kualitatif dan kuantitatif. Dalam hal ini penulis menentukan jenis data

kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berhubungan dengan karakteristik

misalnya, baik, sedang, kurang baik dan tidak baik. Untuk memperoleh data

kualitatif penulis melakukan kegiatan Observasi ( Penelitian ).

3. Sumber Data

Sumber data di kategorikan menjadi data primer dan data sekunder. Dalam

hal ini penulis menentukan sumber data sekunder yang di ambil dari berbagai

buku, internet dan Informasi dari pemandu wisata saat peelitian berlangsung

serta tulisan – tulisan yang relevan sesuai dengan judul penelitian.

4. Pengumpulan Data

Dalam penulisan penelitian yang tertuang dalam Laporan ini, penulis

menggunakan teknik – teknik penulisan yaitu sebagai berikut :

a. Obsevasi

Observasi adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan

pengamatan terhadap objek, baik secara langsung maupun tidak

langsung.Observasi ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang

diinginkan penulis tetang sejarah Museum Asia Afrika.

b.      Studi Pustaka

Page 7: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

Tekhnik penulis lakukan dengan melalui penelaahan atau mempelajari

buku-buku sumber yang ada kaitannya dengan masalah-masalah yang sedang

penulis teliti hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoritis yang akhirnya

dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian empiris

serta dapat mendukung terhadap pemikiran-pemikiran yang diajukan.

5. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat Penelitian ini adalah :

1.      Dapat mengetahui bagaimana cara membuat Laporan2.      Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan yang luas dari luar sekolah.

1

Page 8: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

BAB IV

HASIL PENETILIAN

A. MAKNA MUSEUM KONFERENSI ASIA AFRIKA

Ketika membayangkan museum, sepertinya suasana kaku dan membosankan

langsung menyergap. Lain halnya ketika ke tempat hiburan yang menawarkan aneka

permainan.

Mungkin tak selalu, apalagi jika museum kini lebih meningkatkan fasilitas

untuk menambah kenyamanan pengunjung. Misalnya dengan fasilitas multimedia

yang disediakan Museum Konferensi Asia Afrika (KAA), Jl Asia Afrika No 65.

Museum ini bergabung dengan Gedung Merdeka.

Sejak tahun 2005 lalu, bertepatan dengan penyelenggaraan Konperensi Asia

Afrika tahun emas yaitu ke-50 fasilitas multimedia service diluncurkan. Tiga unit

komputer di pasang untuk mempermudah pengunjung dalam mencari berbagai hal

tentang KAA.

Komputer pertama memuat informasi tentang sejarah Gedung Merdeka,

sejarah KAA dan sejarah museum KAA. Komputer kedua berisi informasi profil

negara-negara anggota KAA berikut profil delegasi setiap negara. Komputer ketiga

memuat dampak konferensi Asia Afrika terhadap perkembangan politik internasional

termasuk terbentuknya negara-negara non blok.

Layanan ini tentu saja akan mempermudah pengunjung khususnya para

pelajar untuk mencari tahu apa pun tentang sejarah KAA. Di komputer yang memuat

profil negara-negara KAA misalnya. Ketika mengklik bendera dan nama negara layar

akan langsung memperlihatkan peta dan ciri khas negara tersebut dengan pembuka

lagu kebangsaan masing-masing negara.

Page 9: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

Ada beberapa kategori yang bisa dipilih seperti sejarah negara, pemerintahan,

letak geografis, kota dan penduduk, ekonomi serta agama dan kebudayaan. Setiap

kategori akan menjelaskan dengan jelas dan singkat mengenai profil negara tersebut.

1

Page 10: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

BAB V

PEMBAHASAN

A.  Museum Konferensi Asia Afrika

Museum Konperensi Asia Afrika (KAA) atau Gedung Merdeka merupakan

Museum Sejarah Politik Luar Negeri Republik Indonesia yang berlokasi di Jl. Asia

Afrika No. 65 Bandung. Gedung yang digunakan sebagai ruang tata pameran

museum dibangun pada tahun 1940 oleh Arsitek A.F. Aalbers dengan gaya arsitektur

Moderism with Art Deco Influences. Sedangkan Gedung Merdeka, dibangun untuk

pertamakalinya pada tahun 1895 dan selanjutnya secara berturut-turut pada tahun

1920 dan 1928 gedung tersebut direnovasi kembali sehingga menjadi gedung dalam

bentuknya yang sekarang. Pembangunan gedung ini dirancang oleh dua arsitek

berkebangsaan Belanda bernama VAN GALLEN LAST dan CP. WOLFT

SCHOEMAKER, Profesor di Techniche hogeschool atau ITB sekarang. Di gedung

inilah Konferensi Asia Afrika berlangsung pada tanggal 18-24 April 1955.

Pendirian Museum KAA merupakan gagasan dan prakarsa Prof. Dr. Mochtar

Kusumaatmaja, SH.,LL.M. Sebagai Menlu RI (1978-1988) beliau kerap bertatap

muka dan berdialog dengan para pemimpin Negara dan Bangsa Asia Afrika. Dalam

kesempatan tersebut, beliau sering memperoleh pertanyaan tentang Gedung Merdeka

dan Kota Bandung. Berulangkali pembicaraan tersebut diakhiri oleh pernyataan

keinginan mereka untuk dapat mengunjungi kota Bandung dan Gedung Merdeka.

Terilhami oleh hal tersebut, maka muncullah gagasan untuk mengabadikan

Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 sebagai tonggak terbesar keberhasilan politik

luar negeri Indonesia. Jiwa, semangat dan pengaruh KAA telah menyebar ke seluruh

dunia, terutama bumi Asia Afrika, sehingga mereka ingin bernostalgia mengunjungi

tempat diselenggarakannya.

Gagasan tersebut di aktualisasikan dalam bentuk pendirian Museum KAA di

Gedung Merdeka Bandung. Maka pada kesempatan Forum Rapat Panitia Peringatan

Page 11: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

25 tahun KAA tahun 1980 yang dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Dr.

Haryati Soebadio sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

dilontarkanlah gagasan pendirian museum tersebut . Gagasan tersebut memperoleh

sambutan baik, terutama dari Presiden Republik Indonesia Soeharto. Sejak itu, salah

satu aktivitas Panitia Peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika adalah mewujudkan

rencana tersebut.

Gagasan pendirian museum kemudian diwujudkan oleh Joop Ave, sebagai

Ketua Harian Panitia Peringatan 25 tahun KAA dan Dirjen Protokol dan Konsuler

Deplu (1980-1982), bekerjasama dengan Depdikbud, Deppen, Pemda Provinsi Jawa

Barat dan Universitas Padjadjaran. Perencanaan dan Pelaksanaan teknis dikerjakan

oleh PT. Decenta Bandung. Museum KAA diresmikan oleh Presiden Soehato pada

tanggal 24 April 1980, sebagai puncak Peringatan 25 Tahun KAA.

1. Latar Belakang Museum Konferensi Asia Afrika

Latar belakang di bangunnya museum ini adalah adanya keinginan dari para

pemimpin bangsa – bangsa di Asia dan Afrika untuk mengetahui tentang Gedung

Merdeka dan sekitarnya tempat Konferensi Asia Afrika berlangsung. Hal ini

membuat Menteri Luar Negeri Republik Indonesi, Prof. Dr. Mochtar

Kusumaatmadja, S.H., LL.M memiliki ide untuk membangun sebuah museum. Ide

tersebut disampaikannya pada forum rapat Panitia Peringatan 25 tahun Konferensi

Asia Afrika (1980) yang dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Dr.

Haryati Soebadio sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemudian museum ini diresmikan pada tanggal 24 April 1980 bertepatan dengan

peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika.

2. Nama, Status dan Sifat Museum Konferensi Asia Afrika

Nama Museum ini adalah Museum Konferensi Asia Afrika. Nama tersebut di

gunakan untuk mengenang peristiwa Konferensi Asia Afrika yang menjadi sumber

inspirasi dan motivasi bagi bangsa – bangsa Asia Afrika.

1

Page 12: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

Museum ini di bangun oleh Pemerintah Republik Indonesia dan berada di

bawah wewenang Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Sementara

pengelolalanya di bawah koordinasi Departemen Luar Negeri dan Pemerintah Daerah

tingkat 1 Provinsi Jawa Barat.

Pada 18 Juni. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ke Departemen Luar

Negeri di bawah pengawasan Badan Penelitian dan Pengembangan Masalah Luar

Negeri. Pada tahun 2003 di lakukan restrukturisasi di tubuh Departemen Luar Negeri

dan Museum Konferensi Asia Afrika di alihkan ke Ditjen Informasi, Diplomasi

Publik, dan Perjanjian Internasionnal. Saat ini, UPT Museum Konferensi Asia Afrika

berada dalam koordinasi Direktorat Diplomasi Publik. Museum ini menjadi museum

sejarah bagi perjuangan politik luar negeri Indonesia.

3. Tujuan Museum Konferensi Asia Afrika

Tujuan pendirian museum KAA, di rumuskan dalam poin – poin kalimat sebagai

berikut :

a. Menyajikan peninggalan – peninggalan, informasi yang berkaitan dengan

KAA, termasuk latar belakang, perkembangan konferensi tersebut, social

budaya, da peran bangsa – bangsa, Asia Afrika, khususnya bangsa

Indonesia dalam percaturan politik da kehidupan dunia

b. Mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan buku – buku, majalah, surat

kabar, naskah, dokumen, dan penerbitan lainnya yang berisi uraian dan

informasi mengenai kegiatan dan peranan bangsa – bangsa Asia Afrika dan

Negara– Negara berkembang dalam percaturan politik dan kehidupan

dunia serta social budaya Negara – Negara tersebut

c. Melakukan penelitian tentang masalah – masalah Asia Afrika dan Negara–

Negara berkembang guna menunjang kegiatan peendidikan dan penelitian

ilmiah di kalangan pelajar, mahasiswa, dosen, dan pemuda Indonesia serta

bangsa– bangsa Asia Afrika pada umumnya, dan member masukan bagi

kebijakan pemerintah dalam kegiatan politik luar negeri

Page 13: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

d. Menunjang upaya – upaya dalam rangka pengembangan kebudayaan

nasional, pendidikan generasi muda, dan peningkatan kepariwisataan

e. Menunjang upaya – upaya untuk menciptakan saling pengertian dan

kesatuan pendapat serta meningkatkan volume kerjasama di antara bangsa

– bangsa Asia Afrika dan bangsa – bangsa lainnya di dunia.

4. Fasilitas Museum Asia Afrika

Fasilitas yang ada di museum Konferensi Asia Afrika sebagai berikut :

a. Ruang pameran tetap

Museum Konferensi Asia Afrika memiliki ruang pameran tetap yang

memamerkan sejumlah koleksi berupa benda – benda tiga dimensi dan foto – foto

dokumenter peristiwa pertemuan Tug, Konferensi Kolombo, Konferensi Bogor, dan

Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Selain itu di pamerkan juga foto mengenai :

1) Peristiwa yang melatar belakangi lahirnya Konferensi Asia Afrika

2) Dampak Konferensi Asia Afrika bagi dunia Internasional

3) Gedung Merdeka dari masa ke masa

4) Profil Negara – Negara peserta konferensi Asia Afrika yang di muat dalam

multimedia

Dalam rangka menyambut kunjungan Delegasi Konferensi Tingkat Tinggi

Gerakan Nonblok tahun 1992 di mana Indonesia terpilih sebagai tempat konferensi

tersebut dan menjadi Ketua Gerakan Nonblok, di buatlah diorama yang

menggambarkan situasi pembukaan Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Seperti

penataan kembali Ruang Pameran, dan sebagainya. Berikut ini uraiannya :

a. Penataan kembali Ruang Pameran Tetap “ Sejarah Konferensi Asia

Afrika 1955”

Dalam rangka Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika 2005 dan Peringatan 50

Tahun Konferensi Asia Afrika 1955 pada 22 – 24 April 2005, tata pameran Museum

Konferensi Asia Afrika di renovasi atas prakarsa Menteri Lar Negeri Dr. N. Hasan

Wirajuda. Penataan kembali Museum tersebut di laksanakan atas kerja sama

1

Page 14: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

Departemen Luar Negeri dengan Sekretariat Negara dan Pemerintah Menteri Luar

Negeri Republik Indonesia Dr. N. Hassan Wirajuda. Provinsi Jawa Barat.

Perencanaan dan pelaksanaan teknisnya dikerjakan oleh Vico Design dan Wika

Realty.

a) Rencana Pembuatan Ruang Pameran Tetap “Sejarah Perjuangan Asia

Afrika” dan Ruang Identitas Nasional Negara-negara Asia Afrika (2008).

Departemen Luar Negeri RI mempunyai rencana untuk mengembangkan

Museum Konperensi Asia Afrika sebagai simbol kerja sama dua kawasan dan

menjadikannya sebagai pusat kajian, pusat arsip, dan pusat dokumentasi. Salah satu

upayanya adalah dengan menambah beberapa ruang pameran tetap, yang

memamerkan sejumlah foto dan benda tiga dimensi mengenai Kemitraan Strategis

Baru Asia Afrika (New Asian African Strategic Partnership/NAASP) serta berbagai

materi yang menggambarkan budaya dari masing-masing negara di kedua kawasan

tersebut.

Pengembangan museum ini direncanakan terwujud pada April 2008, bertepatan

dengan Peringatan tiga tahun Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika.

b) Perpustakaan Museum Asia Afrika

Untuk menunjang kegiatan Museum Konferensi Asia Afrik, pada 1985 Abdullah

Kamil ( waktu itu Kepala Perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia di London

memprakarsai di buatnya sebuah perpustakaan.

Perpustakaan ini memiliki sejumlah buku mengenai sejarah, sosial, politik, dan

budaya Negara – Negara di Asia Afrika, dan Negara – Negara lainnya. Dokumen

mengenai Konferensi Asia Afrika dan Konferensi – konferensi lainnya, serta surat

kabar yang bersumber dari sumbangan / hibah dan pembelian.

c) Audio Visual Museum Asia Afrika

Bersamaan dengan berdirinya perpustakaan, di siapkan pula ruang audio visual

pada tahun 1985. Ruang tersebut juga di prakaesai oleh Abdullah Kamil.

Page 15: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

Ruangan ini menjadi sarana untuk penayangan film – film documenter mengenai

kondisi dunia hingga tahun 1950-an, Konferensi Asia Afrika da Konferensi –

konferensi lanjutannya, serta film – film mengenai kebudayaan dari Negara – Negara

Asia Afrika.

d) Riset

Museum Konferensi Asia Afriak meningkatkan berbagai studi mengenai Asia

Afrika dan luar negeri serta memfasilitasi penelitian – penelitian dalam luar negeri

yang di lakukan oleh para penelitian dan mahasiswa.

5. Aktivitas

Museum Konferensi Asia Afrika Menyelenggarakan :

a) Pemandu : Pemandu dilakukan kepada pengunjung, baik kunjungan resmi

tamu pemerintah maupun kunjungan kelompok / umum.

b) Pameran temporer : Museum konferensi Asia Afrika menyelenggarakan

pameran temporer dalam upaya mengedukasi publik berkaitan dengan

pelaksanaan politik luar negeri dan sejarah diplomasi Indonesia. Pameran

temporer ini di lakukan juga di lokasi – lokasi di luar Museum Konferensi

Asia Afrika.

c) Komunitas : Di museum ini terdapat komunitas masyarakat yang di bentuk

dan di dukung oleh Museum Konferensi Asia Afrika. Tujuannya untuk

meningkatkan pengetahuan mengenai sejarah, politik Internasional, wawasan

kebangsaan mengingat tantangan yang di hadapi dalam politik luar negeri

Indonesia dimasa yang akan dating, dalam diplomasi public naupun diplomasi

antarwarga ( citizen diplomacy ). Beberapa kegiatan yang di selenggarakan

bekerjasama dengan komunitas diantaranya : Diskusi Buku, Diskusi Film,

berbagai Festival, Klab Budaya, Pameran, dan lain – lain.

6. Koleksi Museum

1

Page 16: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

Koleksi Museum Asia Afrika berjumlah 4.000 buah. Penataannya

dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

a.      Koleksi benda-benda tiga dimensi :

Suasana Sidang Pembukaan Konferensi Asia Afrika di Gedung

Merdeka 18 April 195.

Kursi rotan yang diduduki para delegasi ketika melakukan pertemuan

untuk melobi dan mempererat persahabatan.

Kamera, mesin tik, dan mesin teleks yang dipakai selama konferensi

berlangsung.

Terbitan prangko-prangko yang berhubungan dengan konferensi Asia

Afrika.

b.        Gallery foto mengenai gedung asia afrika

Sejarah Konferensi Asia Afrika yang menggambarkan suasana dunia

internasional sebelum pelaksanaan konferensi, konferensi-konferensi pendahuluan,

persiapan dan pelaksanaan serta menampilkan suasana hasil konferensi tersebut

terhadap perkembangan dunia internasional.

Page 17: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

B. Sejarah Konferensi Asia Afrika

1) Kondisi Dunia Internasional Sebelum Konferensi Asia-Afrika

Berakhirnya Perang Dunia II pada bulan Agustus 1945, tidak berarti berakhir

pula situasi permusuhan di antara bangsa-bangsa di dunia dan tercipta perdamaian

dan keamanan. Ternyata di beberapa pelosok dunia, terutama di belahan bumi Asia

Afrika, masih ada masalah dan muncul masalah baru yang mengakibatkan

permusuhan yang terus berlangsung, bahkan pada tingkat perang terbuka, seperti di

Jazirah Korea, Indo Cina, Palestina, Afrika Selatan, Afrika Utara.

Perjalanan yang di alami oleh negara-negara di kawasan Asia dan Afrika

merupakan masalah krusial sejak abad ke-15. Walaupun sejak tahun 1945 banyak

negara, terutama di Asia, kemudian memperoleh kemedekaannya, seperti: Indonesia

(17 Agustus 1945), Republik Demokrasi Vietnam (2 September 1945), Filiphina (4

Juli 1946), Pakistan (14 Agustus 1947), India (15 Agustus 1947), Birma (4 Januari

1948), Ceylon (4 Februari 1948), dan Republik Rakyat Tiongkok (1 Oktober 1949),

namun masih banyak negara lainnya yang berjuang bagi kemerdekaannya seperti

Aljazair, Tunisia, Maroko, Kongo, dan di wilayah Afrika lainnya. Beberapa negara

Asia-Afrika yang telah merdeka pun masih banyak negara lainnya yang berjuang bagi

kemerdekaannya seperti Aljazair, Tunisia, Maroko, Kongo, dan di wilayah Afrika

lainnya. Beberapa negara Asia-Afrika yang telah merdeka pun masih banyak yang

menghadapi masalah sisa penjajahan

Masalah-masalah tersebut sebagian disebabkan oleh lahirnya dua blok

kekuatan yang bertentangan secara ideologi maupun kepentingan, yaitu Blok Barat

dan Blok Timur. Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin

oleh Uni Sovyet. Tiap-tiap blok berusaha menarik negara-negara di Asia dan Afrika

agar menjadi pendukung mereka. Hal ini mengakibatkan tetap hidupnya dan bahkan

tumbuhnya suasana permusuhan yang terselubung di antara kedua blok itu dan

1

Page 18: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

pendukungnya. Suasana permusuhan tersebut dikenal dengan sebutan "perang

dingin".

Timbulnya pergolakan dunia disebabkan pula oleh masih adanya penjajahan

di bumi kita ini, terutama di belahan Asia dan Afrika. Memang sebelum tahun 1945,

pada umumnya benua Asia dan Afrika merupakan daerah jajahan bangsa Barat dalam

aneka bentuk. Tetapi sej ak tahun 1945, banyak daerah di Asia Afrika menjadi negara

merdeka dan banyak pula yang masih berjuang bagi kemerdekaan negara dan bangsa

mereka seperti Aljazair, Tunisia, dan Maroko di wilayah Afrika Utara; Vietnam di

Indo Cina; dan di ujung selatan Afrika. Beberapa negara Asia Afrika yeng telah

merdeka pun masih banyak yang menghadapi masalah-masalah sisa penjajahan

seperti Indonesia tentang Irian Barat, India dan Pakistan tentang Kashmir, negara-

negara Arab tentang Palestina. Sebagian bangsa Arab-Palestina terpaksa mengungsi,

karena tanah air mereka diduduki secara paksa oleh pasukan Israel yang dibantu oleh

Amerika Serikat.

Sementara itu bangsa-bangsa di dunia, terutama bangsa-bangsa Asia Afrika,

sedang dilanda kekhawatiran akibat makin dikembangkannya pembuatan senjata

nuklir yang bisa memusnahkan umat manusia. Situasi dalam negeri dibeberapa

negara Asia Afrika yang telah merdeka pun masih terjadi konflik antar kelompok

masyarakat sebagai akibat masa penjajahan (politik devide et impera) dan perang

dingin antar blok dunia tersebut.

Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) yang berfungsi menangani masalah¬masalah dunia, namun

nyatanya badan ini belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut. Sedangkan

kenyataannya, akibat yang ditimbulkan oleh masalah-masalah ini, sebagaian besar

diderita oleh bangsa-bangsa di Asia Afrika. Keadaan itulah yang melatarbelakangi

lahirnya gagasan untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika.

Page 19: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

2) Lahirnya Ide Pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika

Keterangan Pemerintah Indonesia tentang politik luar negeri yang

disampaikan oleh Perdana Menteri Mr. Ali Sastroamidjojo, di depan parlemen pada

tanggal 25 Agustus 1953, menyatakan "Kerja sama dalam golongan negara-negara

Asia Arab (Afrika) kami pandang penting benar, karena kami yakin, bahwa kerja

sama erat antara negara-negara tersebut tentulah akan memperkuat usaha ke arah

tercapainya perdamaian dunia yang kekal. Kerja sama antara negara-negara Asia

Afrika tersebut adalah sesuai benar dengan aturan-aturan dalam PBB (Perserikatan

Bangsa-Bangsa) yang menyenangi kerja sama kedaerahan (regional arrangements).

Lain dari itu negara¬negara itu pada umumnya memang mempunyai pendirian-

pendirian yang sama dalam beberapa soal di lapangan internasional, jadi mempunyai

dasar sama (commonground) untuk mengadakan golongan yang khusus. Dari sebab

itu kerja sama tersebut akan kami lanjutkan dan pererat". Bunyi pernyataan tersebut

mencerminkan ide dan kehendak Pemerintah Indonesia untuk mempererat kerja sama

di antara negara-negara Asia Afrika.

Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon (Srilanka) Sir John

Kotelawala mengundang para Perdana Menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal

Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan

maksud mengadakan suatu pertemuan informal di negaranya. Undangan tersebut

diterima baik oleh semua pimpinan pemerintah negara yang diundang. Pertemuan

yang kemudian disebut Konferensi Kolombo itu dilaksanakan pada tanggal 28 April

sampai dengan 2 Mei 1954. Konferensi ini membicarakan masalah-masalah yang

menjadi kepentingan bersama.

Yang menarik perhatian para peserta konferensi, diantaranya pertanyaan yang

diajukan oleh Perdana Menteri Indonesia "Where do we stand now, we the peoples

ofAsia, in this world of ours to day?" ("Dimana sekarang kita berdiri, bangsa Asia

sedang berada di tengah-tengah persaingan dunia?")

1

Page 20: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

Kemudian pertanyaan itu dijawab sendiri dengan menyatakan : "We have now

indeed arrived at the cross-roads of the history of mankind. It is therefore that we

Prime Ministers of five Asian countries are meeting here to discuss those crucial

problems of the peoples we represent. There are the very problems which urge

Indonesia to propose that another conference be convened wider in scope, between

the African andAsian nations. Iam convinced that the problems are not only convened

to the Asian countries represented here but also are of equal importance to the

African and other Asian countries". ("Kita sekarang berada di persimpangan jalan

sejarah umat manusia. Oleh karena itu kita lima Perdana Menteri negara-negara Asia

bertemu di sini untuk membicarakan masalah-masalah yang krusial yang sedang

dihadapi oleh masyarakat yang kita wakili. Ada beberapa hal yang mendorong

Indonesia mengajukan usulan untuk mengadakan pertemuan lain yang lebih luas,

antara negara-negara Afrika dan Asia. Saya percaya bahwa masalah-masalah itu tidak

hanya terjadi di negara-negara Asia yang terwakili di sini, tetapi juga sama

pentingnya bagi negara-negara di Afrika dan Asia lainnya").

Pernyataan tersebut memberi arah kepada lahirnya Konferensi Asia Afrika.

Selanjutnya, soal perlunya Konferensi Asia Afrika diadakan, diajukan pula oleh

Indonesia dalam sidang berikutnya. Usul itu akhirnya diterima oleh semua peserta

konferensi, walaupun masih dalam suasana keraguan.

Perdana Menteri Indonesia pergi ke Kolombo untuk memenuhi undangan

Perdana Menterl Srilanka dengan membawa bahan-bahan hasil perumusan

Pemerintah Indonesia. Bahan-bahan tersebut merupakan hasil rapat dinas Kepala-

kepala Perwakilan Indonesia di negara-negara Asia dan Afrika yang dipimpin oleh

Menteri Luar Negeri Mr. Sunario. Rapat dinas tersebut diadakan di Tugu (Bogor)

pada tanggal 9 sampai dengan 22 Maret 1954.

Akhirnya, dalam pernyataan bersama pada akhir Konferensi Kolombo,

dinyatakan bahwa para Perdana Menteri peserta konferensi membicarakan kehendak

untuk mengadakan konferensi negara-negara Asia Afrika dan menyetujui usul agar

Page 21: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

Perdana Menteri Indonesia dapat menjejaki sampai dimana kemungkinannya

mengadakan konferensi semacam itu

3) Usaha – usaha Persiapan Konferensi

Di atas telah diungkapkan bahwa Konferensi Kolombo menugaskan Indonesia

agar menjejaki kemungkinan untuk diadakannya Konferensi Asia Afrika. Dalam

rangka menunaikan tugas itu Pemerintah Indonesia melakukan pendekatan melalui

saluran diplomatik kepada 18 negara Asia Afrika. Maksudnya, untuk mengetahui

sejauh mana pendapat negara-negara tersebut terhadap ide mengadakan Konferensi

Asia Afrika. Dalam pendekatan tersebut dijelaskan bahwa tujuan utama konferensi itu

ialah untuk membicarakan kepentingan bersama bangsa-bangsa Asia Afrika pada saat

itu, mendorong terciptanya perdamaian dunia, dan mempromosikan Indonesia

sebagai tempat konferensi. Ternyata pada umumnya negara-negara yang dihubungi

menyambut baik ide tersebut dan menyetujui Indonesia sebagai tuan rumahnya,

walaupun dalam hal waktu dan peserta konferensi terdapat berbagai pendapat yang

berbeda.

Pada tanggal 18 Agustus 1954, Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dari India,

melalui suratnya, mengingatkan Perdana Menteri Indonesia tentang perkembangan

situasi dunia dewasa itu yang semakin gawat, sehubungan dengan adanya usul untuk

mengadakan Konferensi Asia Afrika. Memang Perdana Menteri India dalam

menerima usul itu masih disertai keraguan akan berhasil-tidaknya usul tersebut

dilaksanakan. Barulah setelah kunjungan Perdana Menteri Indonesia pada tanggal 25

September 1954, beliau yakin benar akan pentingnya diadakan konferensi semacam

itu, seperti tercermin dalam pernyataan bersama pada akhir kunjungan Perdana

Menteri Indonesia

"The prime Ministers discussed also the proposal to have a conference of

representatives of Asian and African countries and were agreed that a conference of

this kind was desirable and world be helpful in promoting the cause of peace and a

common approach to these problems. It should be held at an early date".

1

Page 22: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

("Para Perdana Menteri telah membicarakan usulan untuk mengadakan sebuah

konferensi yang mewakili negara-negara Asia dan Afrika serta menyetujui konferensi

seperti ini sangat diperlukan dan akan membantu terciptanya perdamaian sekaligus

pendekatan bersama ke arah masalah (yang dihadapi). Hendaknya konferensi ini

diadakan selekas mungkin"). Keyakinan serupa dinyatakan pula oleh Perdana Menteri

Birma U Nu pada tanggal 28 September 1954.

Dengan demikian, maka usaha-usaha penyelidikan atas kemungkinan

diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika dianggap selesai dan berhasil serta usaha

selanjutnya ialah mempersiapkan pelaksanaan konferensi itu.

Atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para Perdana Menteri peserta

Konferensi Kolombo (Birma, Srilanka, India, Indonesia, dan Pakistan) mengadakan

konferensi di Bogor pada tanggal 28 dan 29 Desember 1954, yang dikenal dengan

sebutan Konferensi Panca Negara. Konferensi ini membicarakan persiapan

pelaksanaan Konferensi Asia Afrika.

Konferensi Bogor berhasil merumuskan kesepakatan bahwa Konferensi Asia

Afrika diadakan atas penyelenggaraan bersama dan kelima negara peserta konferensi

tersebut menjadi negara sponsornya.Undangan kepada negara-negara peserta

disampaikan oleh Pemerintah Indonesia atas nama lima negara.

4) Menjelang Konferensi Asia-Afrika

a) Persiapan penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika

Sebelum Konferensi Asia Afrika (KAA) diselenggarakan, telah terlebih

dahulu dilaksanakan pertemuan pendahuluan di Colombo (Srilanka) pada tanggal 28

April 1954 hingga 2 Mei 1954. Pertemuan inilah yang dikenal sebagai Konferensi

Colombo. Hasil dari Konferensi Colombo ini adalah kesepakatan untuk

menyelenggarakan konferensi lanjutan antara negara-negara Asia-Afrika.

Page 23: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

Pertemuan selanjutnya diadakan di Bogor (Indonesia) pada tanggal 28-31

Desember 1954. Dalam pertemuan ini, dibahas mengenai persiapan penyelenggaraan

KAA. Konferensi di Bogor ini dikenal sebagai Konferensi Panca Negara. Hasil dari

Konferensi Panca Negara antara lain:

a. Mengadakan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada bulan April 1955.

b. Menetapkan kelima negara peserta Konferensi Panca Negara (Konferensi

Bogor) sebagai negara-negara sponsor.

c. Menetapkan jumlah negara Asia Afrika yang akan diundang.

d. Menentukan tujuan pokok Konferensi Asia Afrika.

e. Konferensi Panca Negara sendiri dihadiri oleh lima negara pelopor, yaitu:

Indonesia, diwakili oleh Perdana Menteri Mr. Ali Sastroamijoyo.

India, diwakili oleh Perdana Menteri Shri Pandit Jawaharlal Nehru.

Pakistan, diwakili oleh Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah.

Srilanka, diwakili oleh Perdana Menteri Sir John Kotelawa.

Burma (sekarang Myanmar), diwakili oleh Perdana Menteri U Nu.

b) Tujuan Konferensi Asia Afrika

Konferensi Bogor menghasilkan 4 (empat) tujuan pokok Konferensi Asia Afrika,

yaitu :

1)        Untuk memajukan goodwill (kehendak yang luhur) dan kerja sama antara

bangsa-bangsa Asia dan Afrika, untuk menjelajah serta memajukan

kepentingan-kepentingan mereka, baik yang silih ganti maupun yang

bersama, serta untuk menciptakan dan memajukan persahabatan serta

perhubungan sebagai tetangga baik;

2)       Untuk mempertimbangkan soal-soal serta hubungan-hubungan di lapangan

sosial, ekonomi, dan kebudayaan negara yang diwakili;

3)       Untuk mempertimbangkan soal-soal yang berupa kepentingan khusus

bangsa-bangsa Asia dan Afrika, misalnya soal-soal yang mengenai

1

Page 24: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

kedaulatan nasional dan tentang masalah-masalah rasialisme dan

kolonialisme;

4)        Untuk meninjau kedudukan Asia dan Afrika, serta rakyat¬rakyatnya di

dalam dunia dewasa ini serta sumbangan yang dapat mereka berikan guna

memajukan perdamaian serta kerja sama di dunia.

c) Peserta dan waktu konferensi

Negara-negara yang diundang disetujui berjumlah 25 negara, yaitu : Afganistan,

Kamboja, Federasi Afrika Tengah, Republik Rakyat Tiongkok (China), Mesir,

Ethiopia, Pantai Emas (Gold Coast), Iran, Irak, Jepang, Yordania, Laos, Lebanon,

Liberia, Libya, Nepal, Filipina, Saudi Arabia, Sudan, Syria, Thailand (Muang Thai),

Turki, Republik Demokrasi Viet-nam (Viet-nam Utara), Viet-nam Selatan, dan

Yaman. Waktu konferensi ditetapkan pada minggu terakhir April 1955.

Mengingat negara-negara yang akan di undang mempunyai politik luar

negeri serta sistem politik dan sosial yang berbeda-beda, Konferensi Bogor

menentukan bahwa menerima undangan untuk turut dalam Konferensi Asia Afrika

tidak berarti bahwa negara peserta tersebut akan berubah atau dianggap berubah

pendiriannya mengenai status dari negara-negara lain. Konferensi menjunjung tinggi

pula azas bahwa bentuk pemerintahan atau cara hidup sesuatu negara sekali¬sekali

tidak akan dapat dicampuri oleh negara lain. Maksud utama konferensi ialah supaya

negara-negara peserta menjadi lebih saling mengetahui pendirian mereka masing-

masing.

d) Struktur organisasi panitia pelaksana

Dalam persiapan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika, Indonesia membentuk

sekretariat konferensi yang diwakili oleh negara-negara penyelenggara.

(Joint Secretariat) oleh lima negara penyelenggara. Indonesia diwakili oleh

Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Roeslan Abdul Gani yang juga menjadi

ketua badan itu, dan 4 (empat) negara lainnya diwakili oleh Kepala¬kepala

Page 25: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

Perwakilan mereka masing-masing di Jakarta, yaitu U Mya Sein dari Birma, M.

Saravanamuttu dari Srilanka, B.F.H.B. Tyobji dari India, dan Choudhri

Khaliquzzaman dari Pakistan. Di dalam Sekretariat Bersama itu terdapat 10 (sepuluh)

orang staf yang melaksanakan pekerjaan sehari-hari, terdiri atas 2 (dua) orang dari

Birma, seorang dari Srilanka, 2 (dua) orang dari India, 4 (empat) orang dari

Indonesia, dan seorang dari Pakistan. Selain itu terdapat pula 4 (empat) komite terdiri

atas Komite Politik, Komite Ekonomi, Komite Sosial, Komite Kebudayaan. Selain

itu, ada pula panitia yang menangani bidang-bidang : keuangan, perlengkapan, dan

pers.

Pemerintah Indonesia sendiri pada tanggal 11 Januari 1955 membentuk

Panitia Interdepartemental (Interdepartemental Committee) yang diketuai oleh

Sekretaris Jenderal Sekretariat Bersama dengan anggota-anggota dan penasehatnya

berasal dari berbagai departemen guna membantu persiapan-persiapan konferensi itu.

Di Bandung, tempat diadakannya konferensi, dibentuk Panitia Setempat (Local

Committee) pada tanggal 3 Januari 1955 dengan ketuanya Sanusi Hardjadinata,

Gubernur Jawa Barat. Panitia Setempat bertugas mempersiapkan dan melayani soal-

soal yang bertalian dengan akomodasi, logistik, transport, kesehatan, komunikasi,

keamanan, hiburan, protokol, penerangan, dan lain-lain.

Gedung Concordia dan Gedung Dana Pensiun dipersiapkan sebagai tempat

sidang-sidang konferensi. Hotel Homann, Hotel Preanger, dan 12 (dua belas) hotel

lainnya serta perumahan perorangan dan pemerintah dipersiapkan pula sebagai

tempat menginap para tamu yang berjumlah 1300 orang. Keperluan transport dilayani

oleh 143 mobil, 30 taksi, 20 bus, dengan jumlah 230 orang sopir dan 350 ton bensin

tiap hari serta cadangan 175 ton bensin.

Dalam kesempatan memeriksa persiapan-persiapan terakhir di Bandung pada

tanggal 17 April 1955, Presiden RI Soekarno meresmikan penggantian nama Gedung

Concordia menjadi Gedung Merdeka, Gedung Dana Pensiun menjadi Gedung Dwi

Warna, dan sebagian Jalan Raya Timur menjadi Jalan Asia Afrika. Penggantian nama

1

Page 26: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

tersebut dimaksudkan untuk lebih menyemarakkan konferensi dan menciptakan

suasana konferensi yang sesuai dengan tujuan konferensi.

Pada tanggal 15 Januari 1955, surat undangan Konferensi Asia Afrika

dikirimkan kepada kepala pemerintahan 25 (dua puluh lima) negara Asia dan Afrika.

Dari seluruh negara yang diundang hanya satu negara yang menolak undangan itu,

yaitu Federasi Afrika Tengah (Central African Federation), karena memang negara

itu masih dikuasai oleh orang-orang bekas penjajahnya. Sedangkan 24 (dua puluh

empat) negara lainnya menerima baik undangan itu, meskipun pada mulanya ada

negara yang masih ragu-ragu. Sebagian besar delegasi peserta konferensi tiba di

Bandung lewat Jakarta pada tanggal 16 April 1955.

e) Pelaksananaan Konferensi

Pada hari Senin 18 April 1955, sejak fajar menyingsing telah tampak kesibukan

di Kota Bandung untuk menyambut pembukaan Konferensi Asia Afrika. Sejak pukul

07.00 WIB kedua tepi sepanjang Jalan Asia Afrika dari mulai depan Hotel Preanger

sampai dengan kantor pos, penuh sesak oleh rakyat yang ingin menyambut dan

menyaksikan para tamu dari berbagai negara. Sementara para petugas keamanan yang

terdiri dari tentara dan polisi telah siap di tempat tugas mereka untuk menjaga

keamanan dan ketertiban.Sekitar pukul 08.30 WIB, para delegasi dari berbagai negara

berjalan meninggalkan Hotel Homann dan Hotel Preanger menuju Gedung Merdeka

secara berkelompok untuk menghadiri pembukaan Konferensi Asia Afrika. Banyak di

antara mereka memakai pakaian nasional masing-masing yang beraneka corak dan

wama. Mereka disambut hangat oleh rakyat yang berderet disepanjang Jalan Asia

Afrika dengan tepuk tangan dan sorak sorai riang gembira. Perjalanan para delegasi

dari Hotel Homann dan Hotel Preanger ini kemudian dikenal dengan nama Langkah

Bersejarah (The Bandung Walks). Kira-kira pukul 09.00 WIB, semua delegasi masuk

ke dalam Gedung Merdeka.

Mohammad Hatta, tiba di depan Gedung Merdeka dan disambut oleh rakyat

dengan sorak-sorai dan pekik "merdeka". Di depan pintu gerbang Gedung Merdeka

Page 27: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

kedua pucuk pimpinan pemerintah Indonesia itu disambut oleh lima Perdana Menteri

negara sponsor. Setelah diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia : "Indonesia

Raya", maka Presiden RI Ir. Soekarno mengucapkan pidato pembukaan yang berjudul

"LET A NEW ASIA AND NEW AFRICA BE BORN" (Lahirlah Asia Baru dan

Afrika Baru) pada pukul 10.20 WIB.

Dalam kesempatan tersebut Presiden RI Ir. Soekarno menyatakan bahwa kita,

peserta konferensi, berasal dari kebangsaan yang berlainan, begitu pula latar belakang

sosial dan budaya, agama, sistem politik, bahkan warna kulit pun berbeda-beda.

Meskipun demikian, kita dapat bersatu, dipersatukan oleh pengalaman pahit yang

sama akibat kolonialisme, oleh ketetapan hati yang sama dalam usaha

mempertahankan dan memperkokoh perdamaian dunia. Pada bagian akhir pidatonya

beliau mengatakan

"I hope that it will give evidence of the fact that we, Asian and African leaders,

understand that Asia and Africa can prosper only when they are united, and that even

the safety of the world at large can not be safeguarded without a united Asia-Africa. I

hope that it conference will give guidance to mankind, will point out to mankind the

way which it must take to attain safety and peace. I hope that it will give evidence

that Asia and Africa have been reborn, that a New Asia and New Africa have been

born !"

("Saya berharap konferensi ini akan menegaskan kenyataan, bahwa kita,

pemimpin pemimpin Asia dan Afrika, mengerti bahwa Asia dan Afrika hanya dapat

menjadi sejahtera, apabila mereka bersatu, dan bahkan keamanan seluruh dunia tanpa

persatuan Asia-Afrika tidak akan terjamin. Saya harap konferensi ini akan

memberikan pedoman kepada umat manusia, akan menunjukkan kepada umat

manusia jalan yang harus ditempuhnya untuk mencapai keselamatan dan perdamaian.

Saya berharap, bahwa akan menjadi kenyataan, bahwa Asia dan Afrika telah lahir

kembali. Ya, lebih dari itu, bahwa Asia Baru dan Afrika Baru telah lahir!")

1

Page 28: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

Pidato Presiden RI Ir. Soekarno berhasil menarik perhatian, mempesona, dan

mempengaruhi hadirin, terbukti dengan adanya usul Perdana Menteri India yang

didukung oleh semua peserta konferensi untuk mengirimkan pesan ucapan

terimakasih kepada Presiden atas pidato pembukaannya.

Pada pukul 10.45 WIB., Presiden RI Ir. Soekarno mengakhiri pidatonya, dan

selanjutnya bersama rombongan meninggalkan ruangan. Perdana Menteri Indonesia,

sebagai pimpinan sidang sementara, membuka sidang kembali. Atas usul Ketua

Delegasi Mesir (Perdana Menteri Gamal Abdel Nasser) yang kemudian disetujui oleh

pimpinan delegasi-delegasi : Republik Rakyat Cina, Yordania, dan Filipina, serta

karena tidak ada calon lain yang diusulkan, maka secara aklamasi Perdana Menteri

Indonesia terpilih sebagai ketua konferensi. Selain itu, Ketua Sekretariat Bersama

Konferensi, Roeslan Abdulgani dipilih sebagai Sekretaris Jenderal Konferensi.

Kelancaran pemilihan pimpinan konferensi dan acara-acara sidang selanjutnya

dimungkinkan oleh adanya pertemuan informal terlebih dahulu di antara para

pimpinan delegasi negara sponsor dan negara peserta sebelum konferensi dimulai (16

dan 17 April 1955). Pertemuan tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan yang

bertalian dengan prosedur acara, pimpinan konferensi, dan lain-lain yang dipandang

perlu. Beberapa kesepakatan itu antara lain bahwa prosedur dan acara konferensi

ditempuh dengan sesederhana mungkin.

Dalam memutuskan sesuatu akan ditempuh sistem musyawarah dan mufakat

(sistem konsensus) dan untuk menghemat waktu tidak diadakan pidato sambutan

delegasi. Perdana Menteri Indonesia akan dipilih sebagai ketua konferensi. Sidang

konferensi terdiri atas sidang terbuka untuk umum dan sidang tertutup hanya bagi

peserta konferensi. Di bentuk tiga tiga komite diantaranya. Komite Politik, Komite

Ekonomi, dan Komite Kebudayaan.

Semua kesepakatan tersebut selanjutnya disetujui oleh sidang dan susunan

pimpinan konferensi adalah sebagai berikut :

Page 29: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

Ketua Konferensi : Mr. Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri

Indonesia

Ketua Komite Politik : Mr. Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri

Indonesia

Ketua Komite Ekonomi : Prof. Ir. Roosseno, Menteri Perekonomian

Indonesia

Ketua Komite Kebudayaan : Mr. Moh. Yamin, Menteri Pendidikan,

Pengajaran, dan Kebudayaan Indonesia

Dalam sidang-sidang selanjutnya muncul beberapa kesulitan yang bisa diduga

sebelumnya. Kesulitan-kesulitan itu terutama terjadi dalam sidang-sidang Komite

Politik. Perbedaan-perbedaan pandangan politik dan masalah-masalah yang dihadapi

antara negara-negara Asia Afrika muncul ke permukaan, bahkan sampai pada tahap

yang agak panas.

Namun berkat sikap yang bijaksana dari pimpinan sidang serta hidupnya rasa

toleransi dan kekeluargaan di antara peserta konferensi, maka jalan buntu selalu dapat

dihindari dan pertemuan yang berlarut¬larut dapat diakhiri. Setelah melalui sidang-

sidang yang menegangkan dan melelahkan selama satu minggu, maka pada pukul

19.00 WIB. (terlambat dari yang direncanakan) tanggal 24 April 1955 Sidang Umum

terakhir Konferensi Asia Afrika dibuka. Dalam Sidang Umum itu dibacakan oleh

Sekretaris Jenderal Konferensi rumusan pemyataan dari tiap-tiap panitia sebagai hasil

konferensi. Sidang Umum menyetujui seluruh pemyataan tersebut. Kemudian sidang

dilanjutkan dengan pidato sambutan para ketua delegasi. Setelah itu, Ketua

Konferensi menyampaikan pidato penutupan dan menyatakan bahwa Konferensi Asia

Afrika ditutup.

f) Hasil Konferensi Asia Afrika

Dalam komunike terakhir itu diantaranya dinyatakan bahwa Konferensi Asia

Afrika telah meninjau soal-soal mengenai kepentingan bersama negara-negara Asia

1

Page 30: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

dan Afrika dan telah merundingkan cara-cara bagaimana rakyat negara-negara ini

dapat bekerja sama dengan lebih erat di bidang ekonomi, kebudayaan, dan politik.

Yang paling mashur dari hasil konferensi ini ialah apa yang kemudian dinamakan

Dasa Sila Bandung, yaitu suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam

usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia.

Kesepuluh prinsip itu ialah :

a. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta azas-azas

yang termuat dalam piagam PBB.

b. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa-

bangsa.

c. Mengakui persamaan semua suku-suku bangsa dan persamaan semua

bangsa-bangsa besar maupun kecil.

d. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal¬ soal

dalam negeri negara lain.

e. Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri

secara sendirian atau secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.

f. Tidak mempergunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif

untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu dari negara-

negara besar dan tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.

g. Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun

penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan

politik sesuatu negara.

h. Menyelesaikan segala perselisihan-perselisihan internasional dengan

jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrase atau

penyelesaian hakim atau pun lain-lain cara damai lagi menurut pilihan

pihak-pihak yang bersangkutan, yang sesuai dengan Piagam PBB.

i. Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama.

j. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional

Page 31: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

f) Manfaat Konferensi Asia Afrika

Pada Konferensi Asia Afrika ini ternyata membawa manfaat bagi Bangsa

Indonesia dan Negara-negara Asia Afrika lainnya, diantaranya :

1. Manfaat Konferensi Asia Afrika bagi Indonesia

Bagi Indonesia, Konferensi ini memberikan keuntungan yang nyata, yaitu :

a) Di tanda tanganinya persetujuan dwi kewarganegaraan antara

Indonesia dan RRC

b) Dukungan yang di peroleh dari negara – negara peserta berupa

keputusan Konferensi Asia Afrika mengenai perjuangan merebut

Irian Barat.

2. Manfaat konferensi Asia Afrika bagi Negara-negara Asia Afrika

Konferensi Asia Afrika mempunayi pengaruh yang sangat kuat terhadap

keinginan negara-negara Asia dan Afrika yang masih etrjajah. Konferensi ini juga

telah mempunyai andil besar bagi terciptanya perdamaian dunia. Beberapa bukti

manfaat Konferensi Asia Afrika adalah sebagai berikut :

Beberapa negar di Asia Afrika memproklamirkan

kemerdekaannya, seperti Sudan, Maroko, Ghana, Togo,

Kongo, Mali, Nigeria, dan Yaman Utara.

Bagi perdamaian dunia, Konferensi Asia Afrika memebri

manfaat terhadap :

Berkurangnya ketegangan dunia dab bahaya yang mengancam perdamaian

dunia dimana RRC bersedia berunding dengan Amerika Serikat mengenai

ketegangan dunia tentang Taiwan

Penentangan terhadap diskriminasi ras, seperti penghapusan politik apartheid

di Afrika Selatan dan politik white Australia Policy di Australia.

Timbulnya solidaritas di kalangan bangsa Asia Afrika.

1

Page 32: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi
Page 33: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari semua yang telah kami tulis, kami dapat menyimpulkan bahwa Museum

Konferensi Asia Afrika merupakan salah satu museum sejarah Politik Luar Negeri

republic Indonesia yang berolaki di Gedung Merdeka Bandung. Museum yang

memiliki hubungan yang sangat erat dengan Gedung Merdeka.

Di bangunnya Museum Konferensi Asia Afrika adalah adanya keinginan dari

para pemimpin bangsa-bangsa di Asia dan Afrika untuk mengetahui tentang Gedung

Merdeka dan sekitarnya tempat Konferensi Asia Afrika berlangsung. Hal ini

membuat Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Prof. Dr. Mochtar

Kusumaatmadja, S.H., LL.M memiliki ide untuk membangun sebuah museum. Ide

tersebut disampaikannya pada forum rapat Panitia Peringatan 25 tahun Konferensi

Asia Afrika (1980) yang dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Dr.

Haryati Soebadio sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemudian museum ini diresmikan pada tanggal 24 April 1980 bertepatan dengan

peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika.

Oleh karena itu, Objek wisata yang kami kunjungi yaitu, Museum Konfrensi

Asia Afrika (KAA) Bandung ini memiliki keindahan dan menyimpan sejarah-sejarah

yang luar biasa serta menarik untuk di kunjungi terutama di kalangan pelajar.

B. Saran – saran

Adapun Saran – saran kami untuk kedepannya yaitu :

Kita harus menjaga dan melestarikan Museum-museum bersejarah yang ada di

Indonesia, Khususnya Museum Konferensi Asia Afrika

Kita harus meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) di masa yang akan

datang.

1

Page 34: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

Harapan kami, jika nanti di adakan Study Wisata, waktu yang di berikan kepada

siswa untuk melakukan Observasi lebih banyak lagi dan harus sesuai jadwal yang

telah di tentukan.

DAFTAR PUSTAKA

http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/03/makna-dan-kegunaan-

sejarah.html

http://news.detik.com/read/2008/06/24/081549/1050427/666/2/mengintip-asia-

afrika-lewat-multimedia

www.wikipedia.com

Page 35: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi

LAMPIRAN

1

Page 36: Karya Tulis Bandung XI is 2 Revisi