karya tulis ilmiah aplikasi riset pemberian jus...

103
KARY PEMBERIAN JUS TROMBOSIT PA DHF (DENGUE UM PROG SEKOLAH TIN YA TULIS ILMIAH APLIKASI RISE S JAMBU MERAH TERHADAP PE ADA ASUHAN KEPERAWATAN An HAEMORHAGIC FEVER) DI RUM MUM DAERAH KARANGANYAR DI SUSUN OLEH : SINTA PUTRI HAPSARI NIM. P.13118 GRAM STUDI DIII KEPERAWATA NGGI ILMU KESEHATAN KUSUM SURAKARTA 2016 ET ENINGKATAN n.F DENGAN MAH SAKIT AN MA HUSADA

Upload: vukiet

Post on 02-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET

PEMBERIAN JUS JAMBU MERAH TERHADAP PENINGKATAN

TROMBOSIT PADA ASUHAN KEPERAWATAN An.

DHF (DENGUE HAEMORHAGIC FEVER) DI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH KARANGANYAR

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET

PEMBERIAN JUS JAMBU MERAH TERHADAP PENINGKATAN

SIT PADA ASUHAN KEPERAWATAN An.

DHF (DENGUE HAEMORHAGIC FEVER) DI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH KARANGANYAR

DI SUSUN OLEH :

SINTA PUTRI HAPSARI

NIM. P.13118

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET

PEMBERIAN JUS JAMBU MERAH TERHADAP PENINGKATAN

SIT PADA ASUHAN KEPERAWATAN An.F DENGAN

DHF (DENGUE HAEMORHAGIC FEVER) DI RUMAH SAKIT

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

Page 2: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

PEMBERIAN JUS JAMBU MERAH TERHADAP PENINGKATAN

TROMBOSIT PADA ASUHAN KEPERAWATAN An.

DHF (DENGUE HAEMORHAGIC FEVER) DI RUMAH

UMUM DAERAH KARANGANYAR

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATA

i

PEMBERIAN JUS JAMBU MERAH TERHADAP PENINGKATAN

SIT PADA ASUHAN KEPERAWATAN An.

DHF (DENGUE HAEMORHAGIC FEVER) DI RUMAH

UMUM DAERAH KARANGANYAR

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

SINTA PUTRI HAPSARI

NIM. P.13118

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

PEMBERIAN JUS JAMBU MERAH TERHADAP PENINGKATAN

SIT PADA ASUHAN KEPERAWATAN An.F DENGAN

DHF (DENGUE HAEMORHAGIC FEVER) DI RUMAH SAKIT

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

N KUSUMA HUSADA

Page 3: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

ii

SURAT PERYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Sinta Putri Hapsari

NIM : P13118

Program Study : DIII Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : Pemberian Jus Jambu Merah terhadap Peningkatan

Trombosit pada Asuhan Keperawatan An.F dengan

dengue haemorhagic fever diruang Melati Rumah

Sakit Umum Daerah Karanganyar

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanki atas perbuatan tersebut sesuai

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 12 Mei 2016

Yang Membuat Pernyataan

Sinta Putri Hapsari

NIM.P13118

Page 4: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

iii

Page 5: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa

karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian Jus Jambu Merah Terhadap

Peningkatan Trombosit pada Asuhan Keperawatan An.F dengan dengue

haemorhagic feverdi Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.“

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat :

1. Ns. Meri Oktariani, M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan

yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes

Kusuma Husada Surakarta, sekaligus sebagai dosen pembimbing dan penguji

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman

dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

2. Ns. Alfyana Nadya R, M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat

menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ns. Siti Mardiyah, S.Kep selaku dosen penguji I yang membimbing dengan

cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam

bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini

Page 6: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

v

4. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya

serta ilmu yang bermanfaat

5. Kedua Orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat

untuk menyelesaikan pendidikan

6. Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar yang telah memberikan ijin untuk

mengadakan studi kasus di Ruang Melati

7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu

persatu, yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 11 Mei 2016

Penulis

Page 7: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ..................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ............................................................................ 6

C. Manfaat Penulisan .......................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ................................................................................ 8

1. DHF (Dengue Haemoragic Fever) .......................................... 8

2. Asuhan Keperawatan ............................................................... 19

3. Trombosit ................................................................................ 28

4. Pengertian Jambu Merah .......................................................... 31

B. Kerangka Teori............................................................................... 34

BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek Aplikasi Riset ..................................................................... 35

B. Tempat dan Waktu ......................................................................... 35

C. Media atau Alat yang Digunakan ................................................... 35

D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset ............................. 36

E. Alat Ukur Evaluasi Tindakan Aplikasi Riset ................................. 37

BAB IV LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien .............................................................................. 38

B. Pengkajian ..................................................................................... 39

Page 8: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

vii

C. Perumusan Masalah Keperawatan ................................................ 46

D. Perencanaan ................................................................................... 47

E. Implementasi .................................................................................. 49

F. Evaluasi ......................................................................................... 58

BAB V PEMBAHASAN

A. Pengkajian ..................................................................................... 64

B. Perumusan Diagnosa Keperawatan ............................................... 77

C. Intervensi ....................................................................................... 80

D. Implementasi ................................................................................. 82

E. Evaluasi ......................................................................................... 85

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................... 87

B. Saran ............................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 9: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pemberian Pemberian Jus Jambu .............................................. 36

Tabel 3.2 Alat Ukur Evaluasi ..................................................................... 37

Page 10: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori .......................................................................... 34

Page 11: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Usulan Judul

Lampiran 2 Jurnal

Lampiran 3 Asuhan Keperawatan

Lampiran 4 Lembar Konsultasi

Lampiran 5 Lembar Observasi

Lampiran 6 Pendelegasian

Lampiran 7 Log Book

Lampiran 8 Surat Pernyataan

Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup

Page 12: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengue Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan Arbovirus melalui

gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina (Hidayat, 2008). DBD adalah sindrom

jinak yang disebabkan beberapa virus yang dibawa arthopoda, ditandai

dengan demam bifasik, mialgia atau artalgia, ruam, leukopenia dan

limfadenopati (Nelson, 2012). Demam dengue/DF dengan demam berdarah

dengue/DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue

dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang

disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis

hemoragik (Nurarif dan Hardhi, 2013).

Demam dengue (DD) disebabkan karena tertelannya darah viremia

yang mengandung virus dengue oleh nyamuk aedes spp,diikuti dengan

masuknya darah tersebut ke manusia (Garna, 2012). Virus dengue termasuk

dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan terdiri dari empat serotipe,

DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Seluruh serotipe beredar di indonesia,

dengan serotipe DEN-3 yang paling dominan dan ditemukan pada kasus

dengue dengan masa inkubasi sekitar 4-10 hari (Cristanto dkk,2014). Virus

dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty dan masuk kedalam

pembuluh darah. Trombosit dan endotel mempunyai peran penting dalam

Page 13: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

2

patogenesis, berdasarkan kenyataan bahwa pada DHF terjadi trombositopenia

disertai peningkatan permeabilitas kapiler (Huda, 2010).

Menurut Word Health Organization (WHO) jumlah kematian oleh

penyakit DHF di dunia mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian

setiap tahunnya (WHO, 2012) pada tahun 2010 angka kematian mencapai

0,87%, pada tahun 2011 meningkat menjadi 0,91% dan sempat menurun pada

tahun 2012 menjadi 0,90% dengan total kasus tahun 2012 sabanyak 90245

penderita dan jumlah kematian 816 penderita (Depkes, 2013). Angka

kesakitan DHF di Indonesia cenderung meningkat, mulai 50 kasus per

100.000 penduduk dengan kematian sekitar 1-2% (Kompas, 2010). DHF yang

terjadi di beberapa kota di Jawa Tengah sampai pertengahan 2009 sebanyak

2767 orang 73 diantaranya meninggal (Lismiyati, 2009). Kurang dari 500.000

kasus setiap tahun di rawat di RS dan ribuan orang meninggal (Mekadiana,

2007).

Berdasarkan data yang diperoleh di ruang Melati Rumah Sakit Umum

Daerah Karanganyar, kasus dengue haemorhagic fever hanya sedikit, dimana

selama bulan Desember 2015 ada 6 pasien, dan dibulan Januari 2016 ada 10

pasien dengan dengue haemorhagic fever yang dirawat diruang Melati

Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar, hal ini membuktikan bahwa

jumlah pasien dengan penyakit dengue haemorhagic fever diruang Melati

Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar meningkat (Data Pasien Ruang

Melati).

Page 14: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

3

Pengobatan DHF pada dasarnya masih bersifat supportif atau

simtomatis berdasarkan kelainan utama yang terjadi yaitu berupa perembesan

plasma akibat dari meningkatnya permeabilitas vaskuler. Cairan awal sebagai

pengganti volume plasma dapat diberikan garam isotonik atau ringer laktat.

Belum ada usaha pengobatan yang bersifat kuratif, baik dalam mengatasi

terjadinya perdarahan atau trombositopenia maupun dalam mengatasi

kebocoran plasma. Manifestasi klinis dari infeksi virus dengue yang paling

ditakutkan adalah terjadinya perdarahan dan kebocoran plasma yang dapat

menyebabkan syok (Huda, 2010). Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau

kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari meningginya nilai

hematokrit sebanyak 20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematokrit pada

masa konvalesen. Ditemukan komplek imun dipermukaan trombosit diduga

sebagai penyebab terjadinya agregasi trombosit yang kemudian akan

dimusnakan oleh sistem retikuloendotelia, terutama dalam limpa dan hati,

dari infeksi virus dengue yang paling ditakutkan adalah terjadinya perdarahan

dan kebocoran plasma yang dapat menyebabkan syok. Perdarahan dapat

terjadi akibat adanya trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit (Huda,

2010).

Pada pasien DHF disertai dengan adanya trombositopenia dengan

dilakukan pemeriksaan serologis ternyata diagnosis tepat (Ngastiyah, 2005).

Akan muncul diagnosa keperawatan yang berupa, resiko perdarahan

berhubungan dengan penurunan faktor-faktor pembekuan darah

(trombositopeni), ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Page 15: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

4

berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu

makan yang menurun, hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus

dengue, nyeri akut, kekurangan volume cairan berhubungan dengan

pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler, ketidakefektifan pola nafas

berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot

pernafasan (Nurarif dan Hardhi, 2013).

Menurut WHO (2011) trombosit dan endotel mempunyai peran

penting dalam patogenesis, berdasarkan kenyataan bahwa pada DHF terjadi

trombositopenia disertai peningkatan permeabilitas kapiler. Trombositopenia

(jumlah trombosit < 100.000/µL) merupakan salah satu kriteria laboratorium

disamping peningkatan hematokrit >20% dari kriteria diagnosis DHF.

Perdarahan dapat terjadi akibat adanya trombositopenia dan gangguan fungsi

trombosit (Huda, 2010).

Untuk dapat mengatasi masalah resiko perdarahan berhubungan

dengan faktor-faktor pembekuan darah (trombositopenia) kita harus berupaya

untuk melakukan tindakan untuk peningkatan trombosit pada pasien DHF

dengan cara monitor nilai tanda-tanda vital, anjurkan pasien untuk

meningkatkan intake makanan yang banyak mengandung vitamin, catat nilai

hemoglobin dan hematokrit, sebelum dan sesudah perdarahan (Nurarif dan

Hardhi, 2013), berikan jus jambu merah dan catat trombosit sebelum dan

setelah diberikan jus (Huda, 2010).

Jus jambu merah adalah obat tradisional untuk membantu peningkatan

trombosit pada pasien DHF, melalui pemberian jus jambu merah sebagai

Page 16: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

5

peningkatan trombosit responden diberikan suatu pengetahuan baru yang

belum diketahuinyan agar mereka melaksanakan, dan dapat menerapkan

sesuai dengan apa yang dikehendaki penulis yaitu dengan cara mengkonsumsi

jus jambu merah sebagai peningkatan trombosit pada DHF (Huda, 2010).

Buah jambu (Psidiumguajava L.) kaya dengan vitamin C, β karoten, vitamin

B1, B2dan B6. Buah jambu merah mengandung vitamin C dalam jumlah

besar. Dilaporkan 100 g buah jambu merah mengandung 100 mg vitamin C

(Puspaningtyas, 2012).

Jambu merah adalah suatu bentuk terapi herbal yang dapat

meningkatkan trombosit pada DHF. Jambu merah yang diberikan dalam

bentuk jus yang dapat menimbulkan peningkatan trombosit. Buah jambu

digunakan untuk meningkatkan trombosit darah, sehingga banyak digunakan

untuk melawan DHF (Huda, 2010).

Jus buah jambu merah memiliki potensi untuk meningkatkan kadar

trombosit pada penderita demam berdarah dengue. Kandungan vitamin C

yang ada pada buah ini memberikan kekebalan tubuh melawan infeksi

termasuk infeksi virus dengue. Senyawa lain seperti flavonoid juga memiliki

fungsi dalam menghambat virus dengue untuk bereplikasi sehingga tingkat

virulensi dari virus dengue berkurang. Hal ini akan mencegah perdarahan

akibat rusaknya trombosit yang disebabkan serangan virus dengue (Huda,

2010).

Dari kasus diatas memperlihatkan adanya suatu kasus yaitu, dengue

haemorhagic fever (DHF) yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes

Page 17: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

6

Aegepty yang dapat mengakibatkan trombosit dalam darah menurun. Oleh

karena itu, penulis tertarik untuk melakukan aplikasi jurnal tentang pemberian

jus jambu terhadap peningkatan trombosit pada pasien dengan DHF di RSUD

Karanganyar.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengaplikasikan tindakan pemberian jus jambu merah terhadap

peningkatan trombosit pada An.F dengan dengue haemorhagic fever

(DHF) di Rumah Sakit RSUD Karanganyar.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan dengue

haemorhagic fever (DHF).

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien

dengan dengue haemorhagic fever (DHF).

c. Penulis mampu menyusun intervensi pada pasien dengan dengue

haemorhagic fever (DHF).

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien dengan dengue

haemorhagic fever (DHF).

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan dengue

haemorhagic fever (DHF).

Page 18: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

7

f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian jus jambu merah

terhadap peningkatan trombosit pada An.F dengan dengue

haemorhagic fever (DHF).

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Rumah Sakit

Dapat memberikan informasi tentang asuhan keperawatan pasien

dengan pemberian jus jambu merah terhadap peningkatan trombosit,

khususnya pada pasien DHF, sehingga perawat dapat memberikan

asuhan keperawatan pada pasien dengan lebih optimal serta

meningkatkan keterampilan dalam memberikan penatalaksanaan yang

lebih baik pada pasien DHF. Perawat mampu bersikap profesional dalam

memberikan asuhan keperawatan pemberian jus jambu merah terhadap

peningkatan trombosit pada pasien dengan DHF.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai informasi kepada mahasiswa tentang asuhan keperawatan

pada pasien DHF, sehingga dapat memberikan gambaran tentang

penatalaksanaan pemberian jus jambu merah terhadap peningkatan

trombosit pada pasien DHF.

3. Bagi Pasien

Dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan trombosit pada

DHF.

Page 19: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Teori

1. DHF atau Dengue Haemorhagic fever

a. Definisi

Dengue Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan Arbovirus

melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina (Hidayat, 2008). DBD

adalah sindrom jinak yang disebabkan beberapa virus yang dibawa

arthopoda, ditandai dengan demam bifasik, mialgia atau artalgia,

ruam, leukopenia dan limfadenopati (Nelson, 2012). DHF adalah

suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tipe 1-4, sifat dari

virus dengue antara lain berbentuk batang, termolabil, sensitif

terhadap inaktivasi, stabil pada suhu 700 celcius (Soegeng, 2006).

DHF atau Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit

infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis

demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia,

ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada

DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan

hemokonsentrasi (peningkatan hematikrit) atau penumpukan cairan

dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome)

Page 20: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

9

adalah demamberdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok

(Sudoyo Aru,dkk, 2009).

b. Etiologi

Virus dengue terdiri atas 4 serotipe yang masing-masing

menimbulkan gejala yang bervariasi, mulai dari asimtomatik hingga

gejala perdarahan fatal. Derajat beratnya penyakit diperkirakan

bergantung pada efek Antibody Dependent Enbancement (ADE)

pada reaksi silang senotipe yang berbeda. Patogenesis terjadinya hal

ini belum jelas, terdapat beberapa mekanisme yang terlibat dan

berjalan secara bersamaan (Garna, 2012).

Demam dengue (DD) disebabkan karena tertelannya darah

viremia yang mengandung virus dengue oleh nyamuk aedes spp,

diikuti dengan masuknya darah (Garna, 2012). Virus dengue

termasuk dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan terdiri dari

empat serotipe, DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Seluruh

serotipe beredar di indonesia, dengan serotipe DEN-3 yang paling

dominan dan ditemukan pada kasus dengue dengan masa inkubasi

sekitar 4-10 hari (Cristanto, 2014). Dan ditularkan melalui gigitan

nyamuk Aedes Aegpty dan beberapa spesies lainnya. Virus ini masuk

kedalam pembuluh darah dan menyerang bagian dinding pembuluh

darah. Pada penderita DHF terjadi peningkatan sistem komplemen

akibat aktivasi kompleks antigen virus-antibodi (Soegeng, 2006).

Page 21: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

10

c. Klasifikasi

Klasifikasi Dengue haemorhagic fever menurut Padila (2013) :

1) Derajat I

Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi

perdarahan (uji tourniquet positif).

2) Derajat II

Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan

perdarahan lain.

3) Derajat III

Kegagalan sirkulasi darah, nadi, cepat dan lemah, tekanan nadi

menurun (20 mmHg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi).

4) Derajat IV

Nadi tak teraba, tekanan darah tidak dapat diukur.

d. Manifestasi Klinis

Menurut Nurarif dan Hardhi (2013) berdasarkan kriteria

diagnosa DHF ditegakkan bila semua hal dibawah ini :

1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya

bersifat bifasik.

2) Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :

a) Uji touniquet positif

b) Petekie, ekimosis, atau purpura

c) Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi,) saluran

cerna, tempat bekas suntikan.

Page 22: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

11

3) Trombositopenia < 100.00/ul

4) Kebocoran plasma yang di tandai dengan :

a) Peningkatan nilai hematrokrit ≥ 20% dari nilai baku sesuai

umur dan jenis kelamin.

b) Penurunan nilai hematokrit ≥ 20% setelah pemberian cairan

yang adekuat.

5) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi

pleura.

Selain itu gejala seperti pembesaran hati, adanya nyeri, asites

dan tanda-tanda ensefalopati, seperti kejang-kejang, gelisah, sopor

dan koma akan muncul (Hidayat, 2008). Gejala klinis untuk

diagnosis DBD demam tinggi mendadak dan terus menerus selama

2-7 hari tanpa sebab jelas. Demam berdarah dengue ditandai oleh

demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti

lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan,

punggung, sendi, kepala, dan perut. Gejala-gejala tersebut

menyerupai influenza biasa. Pada hari kedua atau ketiga demam

muncul berupa perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang

paling ringan berupa perdarahan dibawah kulit

(peteki/ekimosis/purpura), perdarahan gusi, epistaksis, sampai

perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan

lambung, melena dan juga hematuria masif (Ngastiyah, 2005).

Page 23: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

12

e. Patofisiologi

Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti atau Aedes albopictus. Faktor tersebut tersebar meluas di

daerah tropis dan subtropis diberbagai belahan dunia. Virus dengue

masuk ke sirkulasi perifer manusia melalui gigitan nyamuk. Virus

akan berada di dalam darah sejak fase akut atau fase demam hingga

klinis demam menghilang. Secara klinis perjalanan penyakit dengue

dibagi menjadi tiga, yaitu fase demam (febrile), fase kritis, dan fase

penyembuhan. Fase demam berlangsung pada hari ke-1 hingga 3,

fase kritis terjadi pada demam hari ke-3 hingga 7, dan fase

penyembuhan terjadi setelah demam hari ke-6-7. Perjalanan penyakit

tersebut menentukan dinamika perubahan tanda dan gejala klinis

pada pasien dengan infeksi demam berdarah dengue (DBD). Demam

merupakan tanda utama infeksi dengue, terjadi mendadak tinggi,

selama 2-7 hari. Demam juga disertai gejala konstitutional lainnya

seperti lesu, tidak mau makan, dan muntah. Selain itu, pada anak

lebih sering terjadi gejala facial flush, radang faring serta pilek

(Christanto dkk, 2014).

Pada DBD terjadi peningkatan permeabilitas vaskuler yang

menyebabkan kebocoran plasma ke jaringan, sedangkan pada

demam dengue tidak terjadi hal ini. Kondisi tersebut dapat

mengakibatkan syok hipovolemia. Peningkatan permeabilitas

vaskuler akan terjadi pada fase kritis dan berlangsung maksimal 48

Page 24: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

13

jam. Hal tersebut yang menjadi alasan mengapa cairan diberikan

maksimal 48 jam. Kebocoran plasenta terjadi akibat disfunfsi endotel

serta peran kompleks dari sistem imun : monosit dan sel T, sistem

komplemen, serta produksi madiator inflamasi dan sitokin lainnya.

Trombositopenia pun terjadi akibat beberapa mekanisme yang

kompleks, seperti gangguan megakariositopoiesis (akibat infeksi sel

hematopoiletik), serta peningkatan destruksi dan konsumsi

trombosit. Pada kasus DBD, tanda hepatomegali dan kelainan fungsi

hati lebih sering ditemukan. Manifestasi perdarahan yang paling

dijumpai pada anak ialah perdarahan kulit (petekie) dan mimisan

(epistaksis). Tanda perdarahan lainnya yang patut diwaspadai, antara

lain melena, hematemesis, dan hematuria. Pada kasus tanpa

perdarahan spontan maka dapat dilakukan uji turniket. Kebocoran

plasma secara pasif akan menyebabkan pasien mengalami syok

hipovolemik. Kondisi ini disebut sindrom syok dengue (SSD)

(Christanto dkk, 2014).

f. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium

a) Pada DHF umumnya dijumpai trombositopenia

(100.000/UL atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat

dilihat dari meningginya nilai hematokrit sebanyak 20%

atau lebih dibandingkan dengan nilai hematokrit pada masa

konvalensi.

Page 25: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

14

b) Uji serologi: uji hemaglutinasi inhibisi dilakukan saat fase

akut dan fase konvalesens.

c) Pemeriksaan radiologis untuk mendeteksi adanya efusi

pleura rontgen toraks posisi right lateral decubitus, USG

(Christanto dkk, 2014).

g. Komplikasi

Komplikasi dari demam dengue antara lain : Ensefalopati

dengue edema otak dan alkalosis dapat terjadi baik pada syok

maupun tanpa syok, kelainan ginjal akibat syok berkepanjangan,

edema paru akibat pemberian cairan berlebihan (Christanto dkk,

2014). Tata laksana syok yang tidak adekuat akan menimbulkan

komplikasi hipoksia, perdarahan gastrointestinal hebat dengan

prognosis buruk. Sebaliknya dengan pengobatan yang tepat

(termasuk syok berat) segera terjadi masa penyembuhan dengan

cepat (Nissa, 2012).

h. Penatalaksanaan

1) Penatalaksanaan medis

Pada dasarnya pengobatan pasien DBD bersifat simtomatis

dan suportif. Pengobatan terhadap virus ini sampai sekarang

bersifat menunjang agar pasien dapat bertahan hidup. Obat yang

tepat belum ditemukan. Pengobatan yang diberikan biasanya

bersifat penurun demam dan menghilangkan rasa sakit pada

otot-otot atau sendi seperti paracetamol atau novalgin selain

Page 26: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

15

harus istirahat mutlak dan banyak minum. Jika suhu tinggi di

kompres dingin secara intensif. Pasien yang diduga menderita

demam berdarah dengue harus dirawat di rumah sakit karena

memerlukan pengawasan terhadap kemungkinan terjadi syock

atau perdarahan yang dapat mengancam keselamatan jiwa

pasien (Ngastiyah, 2005).

Penatalaksanaan menurut Hidayat (2008) untuk klien

dengan DBD adalah penanganan pada derajat I hingga derajat

IV :

a) Derajat I dan II

(1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus ringer laktat

(RL) dengan dosis 75 ml/kgBB/hari untuk anak dengan

berat badan kurang dari 10kg atau bersama diberikan

oralit, air, buah, atau susu secukupnya, atau pemberian

cairan dalam waktu 24 jam antara lain sebagai berikut :

(a) 100ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB <

25kg.

(b) 75 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 26-

30kg.

(c) 60 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 31-

40kg.

(d) 50 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 41-

50kg.

Page 27: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

16

(2) Pemberian antibiotik apabila adanya infeksi sekunder.

(3) Pemberian antipiretik untuk menurunkan panas.

(4) Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah

15cc/kgBB/hari.

b) Derajat III

1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosi

20ml/kgBb/jam,apabila ada perbaikan lanjutkan pemberian

RL 10 ml/ kgBB/jam, jika nadi dan tensi stabil lanjutkan

jumlah cairan berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam

dikurangi cairan yang sudah masuk dengan perhitungan

sebagai berikut :

a) 100ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 25kg.

b) 75 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 26-30kg.

c) 60 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 31-40kg.

2) Pemberian plasma atau plasma ekspander (dextran L atau

lainya) sebanyak 10 ml/ kgBB/jam dapat diulang maksimal

30 ml/kgBb dalam 24 jam, apabila setelah satu jam

pemakaian RL 20 ml/kgBB/jam keadaan takanan darah

kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan cairan

yang cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kgBB/,

jika baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan di atas.

3) Apabila 1 jam pemberian RL 10 ml/kgBb/jam keadaan

tensi masih menurun dan dibawah 80mmHg, maka

Page 28: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

17

penderita harus mendapatkan pplasma ekspander sebanyak

10 ml/kgBB/jam diulang maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.

Bila baik,lanjutkan cairan RL sebagaimana perhitungan di

atas.

c) Derajat IV

(1) Pemberian cairan cukup dengan infus RL dosis 30

ml/kgBB/jam, apabila keadaan tekanan darah baik,

lanjutkan RL sebanyak 10 ml/kgBb/jam, sebagaimana

perhitungan di atas.

(2) Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang

dua saluran infus dengan tujuan satu untuk RL 10

ml/kgBb/1jam dan satunya pemberian plasma

ekspander (dextran L) sebanyak 20 ml/kgBb/jam

selama 1 jam, jika membaik lanjutkan RL sebagaimana

perhitungan diatas.

(3) Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan

plasma ekspander 20 ml/kgBb/jam, jika membaik

lanjutkan Rl sesusai perhitungan di atas.

(4) Apabila masih tetap buruk, maka berikan plasma

ekspander 10 ml/ kgBB/jam diulangi maksimum 30 ml/

kgBB/24 jam, jika membaik, berikan RL sebagaimana

perhitungan di atas.

Page 29: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

18

(5) Jika setelah dua jam pemberian plasma dan RL tidak

menunjukkan perbaikan, maka konsultasikan ke bagian

anastesi untuk perlu tidaknya dipasang Central

Vascular Pressure (CVP).

2) Penatalaksanaan Keperawatan menurut Padila (2013) adalah

sebagai berikut :

a) Pengawasan tanda-tanda vital secara kontinue tiap jam

(1) Pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, trombosit

(2) Observasi intake output

(3) Pada pasien DHF derajat I : pasien diistirahatkan,

observasi tanda vital tiap 3 jam, periksa Hb, Ht,

Trombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter-2 liter

perhari, beri kompres.

(4) Pada pasien pada DHF derajat II : pengawasan tanda

vital, pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, trombosit,

perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat,

tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri

infus.

(5) Pada pasien DHF derajat III : infus guyur, posisi semi

fowler, beri oksigen pengawasan tanda-tanda vital tiap

15 menit, pasang kateter, observasi productie urin tiap

jam, periksa hemoglobin, hematokrit, trombosit.

Page 30: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

19

b) Peningkatan suhu tubuh

(1) Observasi/ukur suhu tubuh secara periodik

(2) Beri minum banyak

(3) Berikan kompres

2. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari

pengumpulan, komunikasi data tentang pasien. Pengkajian adalah

langkah awal dari tahapan proses informasi yang didapat pasien

(sumber data primer), data yang didapat dari orang lain (data

sekunder), catatan kesehatan pasien, informasi atau laporan

laboratorium, tes diagnostik, keluarga dan orang yang terdekat atau

anggota tim kesehatan merupakan pengkajian data dasar (Perry dan

Potter, 2005). Menurut Padila (2013) Pengkajian pada pasien dengan

DHF meliputi: kaji riwayat keperawatan, kaji adanya peningkatan

suhu tubuh, tanda perdarahan, mual muntah, tidak nafsu makan,

nyeri ulu hati, nyeri otot dan tanda-tanda renjatan (denyut nadi) cepat

dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab, terutama pada

ekstremitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran.

Pengkajian pada anak dengan penyakit infeksi demam berdarah

dengue menurut Nursalam 2005 adalah :

Page 31: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

20

1) Identitas pasien

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,

pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

2) Keluhan utama

Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien demam berdarah

dengue untuk datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan

anak lemah.

3) Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai

menggigil, dan saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya

panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak semakin lemah.

Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan,

mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala,

nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola

mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada

kulit, gusi (grade 3 dan 4), menelan, atau hematemesis.

4) Riwayat penyakit yang pernah diderita

Pada demam berdarah dengue, anak bisa mengalami serangan

ulangan demam berdarah dengue dengan tipe virus yang lain.

5) Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka

memungkinkan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.

Page 32: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

21

6) Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita demam berdarah dengue dapat

bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk

dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak

yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah,

dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan

tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka

anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status

gizinya menjadi kurang.

7) Kondisi lingkungan

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan

lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang

dan gantungan baju di kamar).

8) Pola kebiasaan

a) Nutrisi dan metabolisme : frekuensi jenis, pantangan, nafsu

makan berkurang.

b) Eliminasi atau buang air besar. Kadang-kadang anak

mengalami diare atau konstipasi. Pada demam berdarah

dengue grade III-IV bisa terjadi melena.

c) Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah

sering kencing sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada

demam berdarah dengue grade IV sering terjadi hematuria.

Page 33: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

22

d) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur

karena mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian

sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya

kurang.

e) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri

dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk

membersihkan tempat sarang nyamuk Aedes Aegpti.

f) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta

upaya untuk menjaga kesehatan.

9) Pemeriksan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi

dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan

atau (grade) demam berdarah dengue, keadaan fisik anak adalah

sebagai berikut :

a) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum

lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah.

b) Grade II : kesadaran komposmentis, keadaan umum

lemah, dan perdarahan spontan

petekie/purpura, perdarahan gusi dan

telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak

teratur.

c) Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum

lemah, nadi lemah, kecil dan tidak teratur,

serta tensi menurun.

Page 34: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

23

d) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi

tidak teraba, tensi tidak terukur, pernafasan

tidak teratur, ekstremitas dingin,

berkeringat, dan kulit tampak biru.

10) Sistem integumen

a) Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan

muncul keringat dingin, dan lembab.

b) Kuku sianosis tidak.

c) Kepala dan leher

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena

demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami

perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut

didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan

gusi dan nyeri telan. Dan tenggorokan mengalami

hiperemia pharing (pada grade II,III,IV).

d) Dada

Bentuk dada simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada

foto thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada

paru sebelah kanan (efusi pleura), rales, ronchi, yang

biasanya terdapat pada grade III dan IV.

e) Abdomen

Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali),

asites.

Page 35: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

24

f) Ekstremitas

Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang.

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon

individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual

atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk

mencapai tujuan asuhan keperawatan (Nursalam, 2005). Menurut

Nurarif dan Hardhi (2013), diagnosa keperawatan pada pasien

dengan DHF yaitu antara lain sebagai berikut:

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya

cairan intavaskuler ke ekstravaskuler.

2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas

terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan

3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat

mual dan nafsu makan yang menurun.

4) Nyeri akut

5) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

6) Resiko perdarahan berhubungan dengan faktor-faktor

pembekuan darah (trombositopeni).

c. Intervensi dan Perencanaan

Intervensi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana

tujuan yang berpusat pada pasien dan hasil yang diperkirakan

Page 36: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

25

ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan

tersebut. Intervensi merupakan langkah awal dalam menentukan apa

yang dilakukan untuk membantu pasien dalam memenuhi serta

mengatasi masalah keperawatan yang telah ditentukan. Tahap

perencanaan keperawatan adalah menentukan prioritas diagnosa

keperawatan, penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi

keperawatan (Potter dan Perry, 2005).

1) Ketidakefektifas pola nafas berhubungan dengan jalan nafas

terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan, nyeri

hipoventilasi.

Kriteria Hasil :

Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat

menghambat jalan nafas, menunjukan jalan nafas yang paten,

mengajarkan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada

sianosis dan dyspneu.

Intervensi :

Monitor respirasi dan oksigen, berikan oksigen dengan

menggunakan nasal kanul, auskultasi suara nafas catat adanya

suara tambahan, observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi.

2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya

cairan intavaskuler ke ekstravaskuler.

Kriteria Hasil :

Page 37: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

26

Mempertahankan urine output, sesuai dengan usia dan berat

badan, hematokrit normal, tekanan darah, nadi, suhu tubuh

dalam batas normal, tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas turgor

kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang

berlebihan.

Intervensi :

Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi

adekuat, tekanan darah ortostatik) jika diperlukan, monitor

tingkat hemoglobin dan hematokrit, dorong pasien untuk

menambah intake oral, pertahankan catatan intake dan output

yang akurat, kolaborasi pemberian cairan iv.

3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat

mual dan nafsu makan yang menurun.

Kriteria Hasil :

Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan, berat

badan ideal sesuai dengan tinggi badan, mampu

mengidentifikasi kebutuhan nutrisi, tidak ada tanda-tanda

malnutrisi, menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari

menelan, tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.

Intervensi :

Observasi pemberian makan, berikan informasi tentang

kebutuhan nutrisi, ajarkan kepada keluarga untuk makan sedikit

Page 38: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

27

tapi sering, timbang berat badan per hari, kolaborasi dengan ahli

gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang

dibutuhkan pasien.

4) Resiko perdarahan berhubungan dengan faktor-faktor

pembekuan darah (trombositopeni)

Kriteria Hasil :

kehilangan darah yang terlihat, tekanan darah dalam batas

normal sistol dan diastol, hemoglobin dan hematrokit dan

trombosit dalam batas normal.

Intervensi :

Monitor tanda-tanda vital, observasi tanda perdarahan, anjurkan

pasien untuk meningkatkan intake makanan yang banyak

mengandung vitamin, catat hemoglobin, hematokrit, trombosit.

5) Nyeri akut

Kriteria Hasil :

Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

menggunakan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri,

mencari bantuan), melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan

menggunakan manajemen nyeri, mampu mengenali nyeri (skala,

intensitas, frekuensi dan tanda nyeri), menyatakan nyaman

setelah nyeri berkurang.

Intervensi :

Page 39: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

28

Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri, lakukan

pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi,

berikan analgetik untuk mengurangi nyeri, ajarkan tekhnik non

farmakologikolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan

tindakan nyeri tidak berhasil, tingkatkan istirahat.

6) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

Kriteria hasil :

Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5oc-37,5

oc), nadi dan

pernafasan dalam rentang normal, tidak ada perubahan warna

kulit dan tidak ada pusing.

Intervensi :

Monitor suhu minimal tiap 2 jam, monitor warna dan suhu kulit,

berikan pengobatan untuk mengatasi demam, berikan kompres

hangat di axsila (Nurarif dan Hardhi, 2013).

3. Trombosit

a. Definisi

Trombosit adalah merupakan bagian darah yang berperan

dalam proses pembekuan darah, bentuk trombosit tidak beraturan,

tidak memiliki inti sel, serta berukuran kecil. Fungsi trombosit yaitu

membekukan darah sehingga tidak banyak darah yang terbuang

percuma saat terjadi perdarahan. Trombosit juga berfungsi untuk

mendorong respon daya tahan tahan tubuh. Dengan kata lain,

Page 40: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

29

trombosit juga berfungsi untuk memperkuat daya tahan tubuh

(Fauzan, 2013). Nilai trombosit yaitu 150-300/µl, dan trombosit

berperan penting dalam hemopoesis, penghentian perdarahan dari

cedera pembuluh darah (Hoffbrand, 2007).

b. Penyebab Trombosit Turun

Penurunan trombosit hingga di bawah batas normal

diidentikkan dengan demam. Dalam keadaan tidak normal, trombosit

yang berperan dalam pembekuan darah ini bisa turun. Keadaan ini

disebut dengan trombositopenia, yakni trombosit berada dalam

keadaan rendah. Demam berdarah hanyalah salah satu penyakit yang

ditandai oleh kadar trombosit turun. Trombosit dibentuk dalam

sumsum tulang dan mempunyai umur lebih kurang 10 hari.

Trombosit mudah pecah dan akan mengeluarkan enzim trombosit.

Enzim ini berperan dalam proses pembekuan darah (Fauzan, 2013).

c. Diagnosa keperawatan dengan adanya penurunan nilai trombosit

adalah resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-

faktor pembekuan darah (trombositopenia).

d. Mekanisme trombosit turun

Keping darah atau yang dalam istilah medis disebut dengan

trombosit berperan dalam membekuan darah sehingga tidak banyak

darah yang akan terbuang ketika terjadi pendarahan. Selain itu,

trombosit mampu meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tubuh

tidak mudah terkena infeksi atau gangguan penyakit berbahaya

Page 41: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

30

lainnya. Pada saat terjadi luka, maka trombosit berkumpul pada luka

dan membeku sehingga tertutup lukanya. Kemudian, trombosit

tersebut mengarahkan bakteri ke limpa. Selanjutnya, bakteri tersebut

akan dikepung oleh sel-sel dendritik yang berfungsi sebagai sel daya

tahan tubuh. Maka respon daya tahan tubuh itulah yang

mengalahkan bakteri. Trombosit rendah bisa di sebabkan oleh

bermacam hal. Tapi secara garis besar, penyebab trombosit turun

karena dua hal yaitu kerusakan trombosit di peredaran darah atau

kurangnya produksi trombosit di sumsun tulang (Candrasoma,

2005).

e. Cara penanganan untuk peningkatan trombosit

Cara peningkatan trombosit darah dengan memberi asupan

minuman bernutrisi atau makanan yang kaya nutrisi. Dengan minum

jus jambu biji tetapi jambu biji yang berwarna merah buah yang satu

ini sudah dikenal masyarakat mampu meningkatkan jumlah

trombosit. Cara yang mudah untuk mengkonsumsi buah ini adalah

dengan membuatnya jus sehingga mudah dicerna dengan cara

diminum, jus jambu merah 2 kali sehari 1000 ml selama 3-4 hari

(Huda, 2010).

f. Pengaruh Pemberian Jus Jambu Merah terhadap Trombosit

Jambu merah dikenal dengan sebutan jambu klutuk.

Tanaman buah ini bisa didapat dengan mudah di berbagai pelosok

Indonesia. Kandungan yang dimiliki oleh buah yang satu ini

Page 42: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

31

sangatlah banyak. Diantaranya adalah dapat meningkatkan kadar

trombosit di dalam darah sehingga efektif mengatasi penyakit

demam berdarah dan kaya akan kandungan likopen yang berperan

sebagai antioksidan yang melindungi kesehatan tubuh (Satuhu,

2010).

4. Pengertian Jambu Merah

a. Pengertian

Jambu merah adalah suatu bentuk terapi herbal yang dapat

meningkatkan trombosit pada DHF. Yang diberikan jus jambu

merah jambu merah yang diberikan dalam bentuk jus yang dapat

menimbulkan peningkatan trombosit. Buah jambu digunakan untuk

meningkatkan trombosit darah, sehingga banyak digunakan untuk

melawan DHF (Dengue hemoragic fever) (Huda, 2010).

b. Kandungan Jua Jambu Merah

Buah jambu (Psidiumguajava L.) kaya dengan vitamin C, β

karoten, vitamin B1, B2dan B6. Buah jambu merah mengandung

vitamin C dalam jumlah besar. Dilaporkan 100 g buah jambu merah

mengandung 100 mg vitamin C (Puspaningtyas, 2012).

Jambu jambu mengandung berbagai mineral dan vitamin, Kandungan

vitamin C jambu merah 100 gram 2-3 kali lebih tinggi dari jeruk

dengan berat yang sama. Kandungan dalam jambu merah salah

satunya senyawa quarcentin golongan flavonoid, sitokin yang

berfungsi meningkatkan kekenyalan pembuluh darah. Senyawa yang

Page 43: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

32

diduga berperan penting adalah quarcentin dari golongan flavonoid.

Senyawa ini bekerja meningkatkan jumlah sitokin. Di dalam tubuh

sitokin berperan meningkatkan kekenyalan pembuluh darah sekaligus

meningkatkan sistem pembekuan darah. Menurut Prof dr Sumali

kepala pusat studi bahan alam, di mana quarcentin bekerja dengan

cara menghambat enzim pembentuk RNA virus dengue. RNA

berperan dalam sintesis protein. Jika pembentukan virus RNA

terganggu, virus meningkat (Huda, 2010).

c. Manfaat Jus Jambu Merah

Buah jambu merah bermanfaat untuk memperbaiki kapiler

supaya tidak terjadi kebocoran. Oleh karena itu pencegahan

pecahnya kapiler dapat dilakukan dengan minum jus jambu biji

secara rutin jika sudah muncul kecurigaan, bahwa demam berdarah

sedang beraksi di dalam tubuh. Likopen dalam jambu biji lokal

merah mempunyai banyak manfaat karena bersifat antioksidan. Buah

jambu biji yang dapat memperlambat penggandaan (replika) human

immunodeficiency virus (HIV) penyebab penyakit AIDS. Zat ini

bekerja dengan cara menghambat pengeluaran enzim reserved

transriptase yang dapat mengubah RNA virus menjadi DNA di

dalam tubuh manusia. Buah jambu merah bermanfaat untuk

memperbaiki kapiler supaya tidak terjadi kebocoran. Oleh karena itu

pencegahan pecahnya kapiler dapat dilakukan dengan minum jus

jambu biji secara rutin jika sudah muncul kecurigaan, bahwa demam

Page 44: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

33

berdarah sedang beraksi di dalam tubuh. Likopen dalam jambu biji

lokal merah mempunyai banyak manfaat karena bersifat antioksidan

(Huda, 2010).

d. Mekanisme pemberian terapi pemberian jus jambu terhadap

peningkatan trombosit : mekanisme kerja jambu biji dalam

peningkatan jumlah trombosit, tanin dan flavonoid yang dinyatakan

sebagai quersetin dalam ekstrak jambu biji dapat menghambat

aktivitas enzim reverse transkriptase, yang berarti khasiat untuk

mengatasi penyakit demam dengan menghambat pertumbuhan virus

berinti RNA. Bahan itu juga disebutkan mampu meningkatkan

jumlah trombosit hingga 100 ribu milimeter per kubik tanpa efek

dalam meningkatkan trombosit pada penderita demam berdarah. Jadi

khasiat jambu biji karena jambunya, melainkan cairan jus yang

masuk ke tubuh pasien dalam jumlah banyak. Cairan jika diminum

sampai 2 atau 3 gelas sehari, amat dibutuhkan pasien yang

kehilangan banyak plasma darah akibat penurunan trombosit.

Pemberian jus jambu biji sangat bermanfaat dalam hal vitamin C dan

cairan yang dapat membantu proses penyembuhan (Guyton dan Hall,

2007).

Page 45: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

34

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 KerangkaTeori

Sumber : Garna (2012) dan Hidayat (2008)

Demam dengue (DD) disebabkan karena tertelannya darah viremia

yang mengandung virus dengue oleh nyamuk aedes spp,diikuti

dengan masuknya darah tersebut ke manusia pejamu

kedua(Garna,2012).

Pemberian Jus Jambu Merah

Dengue Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan

Arbovirusmelalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina(Hidayat,

2008).

Kekurangan

volume cairan

berhubungan

dengan

pindahnya

cairan

intravaskuler ke

ekstravaskuler.

Ketidakefektifan

pola nafas

berhubungan

dengan jalan

nafas terganggu

akibat spasme

otot-otot

pernafasan,

nyeri,

hipoventilasi.

Ketidakseimbang

an nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan intake

nutrisi yang tidak

adekuat akibat

mual dan nafsu

makan yang

menurun.

Resiko

perdarahan

berhubungan

dengan

penurunan

faktor-faktor

pembekuan

darah

(trombositopeni)

Hipertermia

berhubungan

dengan proses

infeksi virus

dengue.

Peningkatan Trombosit

Page 46: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

35

BAB III

METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subyek Aplikasi Riset

Pasien An.F berusia 6 tahun dengan Dengue Haemorhagic Fever atau DHF

yang dirawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

B. Tempat dan Waktu

1. Tempat aplikasi riset

Penulis melakukan aplikasi riset di ruang inap Rumah Sakit Umum

Daerah Karanganyar.

2. Waktu aplikasi riset

Aplikasi riset ini dilakukan pada tanggal 04-07 Januari 2016

C. Media dan Alat yang Digunakan

1. Media yang digunakan:

a. Air

b. Gelas

c. Buah jambu merah

Page 47: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

36

D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset

Tabel 3.1

Pemberian pemberian jus jambu

No Aspek Yang Dinilai

A Fase Orientasi

1 Memberi salam/menyapa pasien

2 Memperkenalkan diri

3 Menjelaskan tujuan

4 Menjelaskan langkah prosedur

5 Menanyakan kesiapan pasien

B Fase Kerja

1 Mencuci tangan

2 Menyiapkan alat

3 Memposisikan pasien (posisi duduk/berbaring)

4 Memberikan jus jambu pada pasien

5 Meminta pasien untuk minum jus jambu (jus jambu diberikan dua kali sehari)

6 Membersihkan mulut pasien dengan tissu

7 Merapikan alat

C Terminasi

1 Mengevaluasi tindakan

2 Mencuci tangan

3 Berpamitan

Page 48: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

37

E. Alat Ukur Evaluasi

Alat ukur observasi dilakukan dengan cara observasi menggunakan evaluasi

dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan pemberian jus jambu merah.

Tabel 3.2

Lembar observasi sebelum dilakukan pemberian jus jambu merah

No. Hari/Tanggal Waktu Sebelum Waktu Sesudah TTD Pasien

Lembar observasi sesudah dilakukan pemberian jus jambu merah

No. Hari/Tanggal Waktu Sebelum Waktu Sesudah TTD Pasien

Keterangan :

1. Hasil trombosit dilaporan tiga hari setelah diberikan jus jambu merah.

2. Nilai normal trombosit pada anak adalah 150.000 ul-300.000 µl.

Page 49: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

38

BAB IV

LAPORAN KASUS

Dalam bab ini tentang asuhan keperawatan yang dilakukan pada An.F

dengan dengue haemorhagi fever, dilaksanakan pada tanggal 4-7 Januari 2016.

Asuhan keperawatan ini dimulai pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.

A. Identitas Pasien

Pengkajian dimulai pada hari Senin tanggal 4 Januari 2016 pukul

10.10 WIB. Pada An.F di rumah sakit umum daerah karanganyar di ruang

melati adalah anak perempuan berusia 6 tahun dengan metode wawancara

kepada keluarga, observasi langsung pada pasien, pemeriksaan fisik dan

melihat catatan medis, penulis mendapatkan data sebagai berikut.

Pasien bernama An.F tinggal bersama kedua orang tuanya dan nenek

kakeknya (ayah dan ibu dari Ny.R) di Padangan Jongke Karanganyar. An.F

masuk di rumah sakit umum daerah karanganyar pada tanggal 4 Januari 2016

dan dari diagnosa dokter An.F menderita penyakit dengue haemorhagi fever

dengan nomor RM 323xxx.

Penanggung jawab An.F adalah Ny.R yang merupakan ibu dari

orang tua An.F pendidikan terakhir sampai SLTA dan sekarang Ny.R bekerja

sebagai swasta.

Page 50: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

39

B. Pengkajian

Alasan An.F masuk rumah sakit. Ny.R ibu pasien mengatakan sejak

hari Sabtu tanggal 31 Desember 2015 pagi An.F panas, susah makan. An.F

kemudian di bawa ke bidan terdekat dan mendapat sirup penurun panas,

setelah minum obat dari bidan panas tidak turun. Kemudian ibu membawa

An.F ke IGD rumah sakit umum daerah karanganyar pada hari senin tanggal

4 Januari 2016 pukul 08.20 WIB. Di IGD An.F mendapat terapi infus RL 16

tpm, cefotaxim 200mg/6 jam, paracetamol 3x1 ½ cth. Kemudian pasien di

pindah di ruang Melati pada hari senin pukul 09.00 WIB. Dari hasil

pemeriksaan pasien tampak lemas, panas, bintik merah pada tangan.

Riwayat penyakit dahulu, Ny.R ibu dari An.F mengatakan saat

kehamilan jumlah gravida G1P1A0, Ny.R mengatakan An.F lahir pada tanggal

4 Desember 2009 usia gestasi saat lahir yaitu 40 minggu dan hari perkiraan

lahir dari bidan akhir bulan tahun 2009, Ny.R mengatakan pada usia

kehamilan 3 bulan keluar flek-flek darah dan di bawa ke rumah sakit umum

daerah karanganyar dirawat 3 hari sembuh, Ny.R ibu An.F mengatakan

periksa kehamilan rutin sesuai anjuran dari bidan dan mengkonsumsi obat

kehamilan, Ny.R mengatakan An.F lahir di tempat bidan dan normal dengan

berat badan 2900 gram. Penyakit yang diderita sebelumnya sebelum terkena

dengue haemoghagi fever yaitu panas batuk pilek.

Riwayat alergi, ibu pasien mengatakan An.F alergi dengan minyak

ikan. Imunisasi, ibu pasien mengatakan An.F sudah diimunisasi secara

lengkap, yaitu BCG, hepatitis, polio, DPT, campak.

Page 51: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

40

Pertumbuhan dan perkembangan, ibu pasien mengatakan berat badan

waktu lahir 2900 gram. Antropometri berat badan An.F sekarang 16 kg,

panjang badan 100 cm, lingkar dada 58, lingkar lengan 25 cm, lingkar kepala

50 cm.

Riwayat kesehatan keluarga, ibu pasien mengatakan pasien anak

pertama dan satu-satunya (tunggal). Dalam anggota keluarga tidak ada yang

memiliki penyakit menular atau keturunan lainnya.

Genogram:

Keterangan

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: TinggalSatuRumah

Riwayat sosial, struktur keluarga komposisi keluarga ibu pasien

mengatakan tinggal satu rumah dengan ayah, ibu, suami dan satu anak

6th

6th

Page 52: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

41

perempuan, lingkungan rumah bersih, tidak ada tumpukan sampah disekitar

rumah dan berkomunikasi dengan tetangganya baik dan rukun, ibu pasien

mengatakan pendidikan terakhir slta dan bekerja di pabrik, An.F sekolah,

suami pendidikan terakhir slta dan bekerja di pabrik, ibu pasien mengatakan

bahwa keluarganya beragama islam dan menjalankan sholat lima waktu.

Pola nutrisi dan cairan pasien, sebelum sakit ibu pasien mengatakan

An.F dirumah makan tiga kali sehari nasi, lauk, sayur satu porsi habis dan

tidak ada keluhan, minum air putih, teh, susu porsi lima sampai enam gelas

dan tidak ada keluhan. Selama sakit di rumah sakit ibu pasien mengatakan

An.F makan tiga kali sehari bubur dua sampai tiga sendok dan susah makan,

minum air putih, teh empat sampai lima gelas dan tidak ada keluhan,

pengkajian antropometri selama sakit berat badan 16 kg tinggi badan 100 cm

imt 16, biocemical hemoglobin 12.6 g/dl, hematokrit 37.5 %, leukosit 2.70

10ʌ3/ul, trombosit 41 10

ʌ3/ul, clinical lemas, mukosa bibir kering, turgor kulit

tidak elastis, diit bubur porsi dua sampai tiga sendok.

Pola eliminasi pasien, ibu pasien mengatakan sebelum sakit An.F

BAB satu kali sehari dengan konsistensi lunak berbentuk berbau khas

berwarna kuning kecoklatan dan tidak ada keluhan. Ibu pasien mengatakan

An.F BAK enam sampai delapan kali sehari, berbau amoniak berwarna

kuning bening dan tidak ada keluhan. Ibu pasien mengatakan selama sakit

An.F BAB satu kali sehari dengan konsistensi lunak berbentuk berbau khas

berwarna kuning kecoklatan dan tidak ada keluhan. Ibu pasien mengatakan

Page 53: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

42

An.F BAK lima sampai enam kali sehari berbau amoniak berwarna kuning

bening dan tidak ada keluhan.

Pola aktivitas dan latihan, ibu pasien mengatakan sebelum sakit

makan, minum, toilleting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah,

ambulasi/ROM dilakukan sendiri. Selama sakit ibu pasien mengatakan

makan, minum, toilleting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah,

ambulasi/ROM di bantu dengan orang lain.

Pola istirahat tidur, ibu pasien mengatakan tidur nyenyak, tidur

siang siang pukul 12.00-14.00 WIB dan pada malam hari pukul 20.30-06.00

WIB. selama sakit ibu pasien mengatakan tidur siang pukul 12.00-14.00 dan

tidur malam pukul 20.30-06.00 WIB.

Pola kognitif perseptual, pasien mengatakan sebelum sakit An.F

sangat aktif sering bermain dengan temannya tidak pernah rewel selama sakit

pasien tidak bisa bermain dengan temanya.

Pola persepsi konsep diri, sebelum sakit An.F mengatakan tentang

gambaran diri merasa sehat, identitas diri mengetahui sebagai seorang anak

tunggal, peran berperan sebagai pelajar sekolah, ideal diri ingin menjadi anak

dari bapak ibu yang baik, harga diri tidak ada rasa minder. Selama sakit An.F

mengatakan tentang gambaran diri merasa sempurna dengan keadaan yang

dialami, identitas diri mengetahui sebagai seorang anak tunggal, peran

berperan sebagai pelajar sekolah, ideal diri ingin menjadi anak baik, harga

diri tidak rasa minder. Pola hubungan peran, ibu pasien mengatakan

hubungan dengan keluarga cukup baik.

Page 54: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

43

Pola seksualitas An.F berjenis kelamin perempuan. Pola mekanisme

koping, ibu pasien mengatakan apabila mendapat masalah kesehatan ataupun

yang lainnya selalu di musyawarahkan bersama dan diselesaikan secara

bersama. Pola nilai dan keyakinan, pasien mengatakan semua keluarganya

beragama islam.

Pemeriksaan fisik An.F didapatkan hasil keadaan umum pasien

composmentis. Dan setelah dilakkan pemeriksaan tanda-tanda vital

didapatkan hasil suhu tubuh 380C, respirasi 24 kali permenit, nadi 82 kali

permenit, tekanan darah 90/60mmHg. Pemeriksaan sistematis yang dilakukan

pada An.F dari pemeriksaan head to toe didapatkan hasil sebagai berikut.

Kepala An.F berbentuk mesochepal, kepala bersih, rambut berwarna hitam

dan panjang, tidak ada ketombe. Mata warna sklera putih (tidak ikterik),

warna kornea hitam, posisi simetris, gerakan mata normal, keadaan kelopak

mata normal (tidak ada mata panda/ warna hitam pada kelopak mata),

konjungtiva tidak anemis, pupil isokor normal mengecil apabila diberi

rangsangan cahaya. Telinga kebersihan bersih dan tidak ada serumen,

kesimetrisan simetris antara kanan kiri, ketajaman pendengaran pendengaran

tajam dan tidak ada gangguan pendengaran. Hidung letak simetris, tidak ada

polip, penciuman tidak terganggu.

Mulut, bibir simetris, mukosa bibir kering, tidak ada sianosis, tidak

ada nyeri telan, tidak ada stomatitis. Leher, tidak ada kaku kudu, tidak ada

pembesaran kelenjar tyroid. Kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar

limfe. Kuku bersih tidak ada kotoran, bersih, warna merah muda,rapi dan

Page 55: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

44

pendek. Kulit, turgor kulit lambat atau tidak elastis, teraba panas, terdapat

bintik - bintik merah pada tangan.

Pada pemeriksaan dada, paru-paru inspeksi bentuk dada simetris

antara kanan kiri palpasi vocal premitus sama antara kanan kiri perkusi sonor

auskultasi vesikuler tidak ada suara tambahan. Pemeriksaan inspeksi jantung

ictus cordis tidak tampak palpasi ictus cordis teraba di SIC V perkusi pekak

auskultasi bunyi jantung satu dan bunyi jantung dua sama suara lub ,dup, lup,

dup. Pemeriksaan inspeksi abdomen datar dan tidak ada bekas luka auskultasi

bising usus 18 kali permenit, pada pemeriksaan palpasi abdomen tidak ada

nyeri tekan dan tidak ada benjolan, dan pada pemeriksaan perkusi terdengar

thympani.

Genetalia An.F tidak terpasang kateter, tidak ada kelainan pada

genetalia dan berjenis kelamin perempuan. Anus An.F bersih, tidak ada

hemoroid. Pada pengkajian ekstremitas tangan kanan dan kiri maupun kaki

kanan dan kiri normal kekuatan otot normal lima, tidak ada perubahan bentuk

tulang, ROM aktif, capilary refile kurang dari dua detik, perabaan akral

hangat.

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 4 januari 2016

didapatkan hasil: hematologi rutin, hemoglobin 12.6 dengan satuan g/dl,

normalnya 12.00-16.00. Hematokrit 37.5 dengan satuan %, normalnya

32.00-44.00. Leukosit 2.70 dengan satuan 10ʌ3/ul, normalnya 5-10.

Trombosit 41 dengan satuan 10ʌ3/ul, normalnya 150-300. Eritrosit 4.86

dengan satuan 10ʌ6/ul, normalnya 4.00-5.00. MPV 9.6 dengan satuan FL,

Page 56: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

45

normalnya 6.5-12.00. PDW 17.0 normalnya 9.0-17.0. INDEX, MCV 77.2

dengan satuan FL, normalnya 82.0-92.0. MCH 25.9 dengan satuan pg,

normalnya 27.0-31.0. MCHC 33.6 dengan satuan g/dl, normalnya 32.0-37.0.

HITUNG JENIS, gran % 59.8 dengan satuan %, normalnya 50.0-70.0.

Limfosit % 31.4 dengan satuan %, normalnya 25.0-40.0. Monosit % 7.5

dengan satuan %, normalnya 3.0-9.0. Eosinofil % 1.2 dengan satuan %,

normalnya 0.5-5.0. Basofil % 0.1 dengan satuan %, normalnya 0.0-1.0.

IMUNO-SEROLOGI, widal, salmonella typhi O negatif, salmonella typhi H

negatif, salmonella paratyphi AO negatif, salmonella paratyphi AH negatif,

salmonella paratyphi BO negatif, salmonella paratyphi HB negatif,

salmonella paratyphi CO +1/80.

Terapi yang di peroleh An.F selama perawatan di rumah sakit umum

daerah karanganyar adalah cefotaxim dengan dosis 200mg/12 jam termasuk

golongan obat antipakteri berfungsi untuk saluran nafas bawah saluran kemih

kulit dan tulang, paracetamol dengan dosis 3x11/2 cth termasuk golongan

obat analgesik non narkotik berfungsi untuk menurunkan panas, infus RL

dengan dosis 16 tpm (makro) termasuk golongan cairan elektrolit dan

berfungsi untuk resusitasi cairan dan mengembalikan keseimbangan cairan,

cholescor 400mg berfungsi untuk mengurangi kadar lemak dalam darah.

Page 57: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

46

C. Perumusan masalah keperawatan

Dari pengkajian dan observasi di atas yang diperoleh pada tanggal 4

Januari 2016 penulis melakukan analisa data dan kemudian merumuskan

diagnosa keperawatan ditandai dengan data subyektif An.F, ibu pasien

mengatakan anaknya susah makan, makan bubur sehari tiga kali dengan

porsi dua sampai tiga sendok. Data obyektif yang diperoleh, pasien tampak

lemas, pengkajian antropometri selama sakit berat badan sebelum sakit 17 kg,

selama sakit 16 kg tinggi badan 100 cm imt 16, biocemical hemoglobin 12.6

g/dl, hematokrit 37.5 %, leukosit 2.7010ʌ3/ul, trombosit 41 10

ʌ3/ul, clinical

lemas, mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis, diit bubur habis dua

sampai tiga sendok. Maka penulis merumuskan prioritas masalah

keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu

makan yang menurun (00002).

Masalah keperawatan kedua adalah hipertermia berhubungan dengan

penyakit (00007). Yang ditandai dengan data subyektif ibu pasien

mengatakan anaknya panas sudah empat hari. Data obyektif kulit teraba

panas, suhu tubuh 380C, panas hari ke empat.

Masalah keperawatan yang ketiga adalah resiko perdarahan

berhubungan dengan penurunan faktor-faktor pembekuan darah

(trombositopeni) (00206). Yang ditandai dengan data subyektif ibu pasien

mengatakan An.F tangannya ada bintik merah. Data obyektif dari masalah

keperawatan ini adalah pasien tampak lemas, tampak bintik merah pada

Page 58: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

47

tangan, hasil pemeriksaan laboratorium hemoglobin 12.6 g/dl, hematokritt

37.5 %, leukosit 2.70 10ʌ3/ul, trombosit 41 10

ʌ3/ul, tekanan darah

90/60mmHg, nadi 84 kali permenit, respirasi 24 kali permenit.

Untuk memprioritaskan masalah keperawatan maka diagnosa

keperawatan yang diprioritaskan:

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan

yang menurun (00002).

2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (00007).

3. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor

pembekuan darah (trombositopeni) (00206).

D. Perencanaan

Intervensi yang sesuai dengan diagnosa keperawatan An.F yang

sedang dirawat di ruang melati rumah sakit umum daerah karanganyar

sebagai berikut: untuk diagnosa yang pertama ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

mencerna makanan. Tujuan yang ingin dicapai adalah setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 4x24 jam ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan kriteria hasil nafsu makan

bertambah, tidak ada tanda-tanda malnutrisi (peningkatan berat badan,

mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis). Intervensi yang pertama monitor

Page 59: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

48

tanda-tanda vital, observasi pemberian makanan, timbang berat badan perhari,

anjurkan pasien makan sedikit tapi sering, kolaborasi dengan ahli gizi.

Diagnosa kedua hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.

Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam hipertermia

dapat teratasi dengan kriteria hasil suhu tubuh dalam rentang normal (36,50C-

37,5OC), perabaan kulit hangat. Intervensi yang pertama monitor suhu tubuh

minimal tiap 2 jam, monitor tanda-tanda vital, kompres pasien pada lipat paha

dan aksila, berikan pengobatan untuk mengatasi demam.

Diagnosa ketiga resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan

faktor-faktor pembekuan darah (trombositopeni). Tujuan setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 4x24 jam resiko perdarahan dapat teratasi

dengan kriteria hasil tekanan darah dalam batas normal (100/70mmHg), hasil

laboratorium dalam batas normal hemoglobin 12.00-16.00 g/dl, hematokrit

32.00-44.00 %, leukosit 5-1010ʌ3/ul, trombosit 150-300 10

ʌ3/ul. Intervensi

yang pertama dilakukan monitor tanda-tanda vital, observasi tanda-tanda

perdarahan, catat nilai hemoglobin hematokrit leukosit dan trombosit,

anjurkan keluarga pasien untuk meningkatkan intake makanan yang

mengandung vitamin, berikan jus jambu merah pagi dan sore, kolaborasi

dengan dokter.

Page 60: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

49

E. Implementasi

Dalam melakukan implementasi selama 4x24 jam pada An.F yang

sedang dirawat di ruang melati rumah sakit umum daerah karanganyar

implementasi dimulai pada hari Senin tanggal 4 Januari 2016. Pada jam 10:30

WIB untuk diagnosa pertama, dengan intervensi yang didelegasikan monitor

tanda-tanda vital pasien, implementasi yang dilakukan memonitor tanda-

tanda vital pasien. Respon subyektif ibu pasien mengatakan bersedia An.F

diperiksa dan respon obyektif tekanan darah 90/60mmHg, nadi 82 kali

permenit, respirasi 24 kali permenit, suhu 380C. Jam 10:35 WIB untuk

diagnosa pertama dengan intervensi yang didelegasikan observasi pemberian

makanan, implementasi yang dilakukan mengobservasi pemberian makanan.

Respon subyektif ibu pasien mengatakan An.F makan bubur 2 sampai 3

sendok dan respon obyektif pasien tampak lemas, antropometri berat badan

16 kg tinggi badan 100 cm imt 16, biocemical hasil laboratorium hemoglobin

12.6 g/dl hematokrit 37.5%, leukosit 2.70 10ʌ3/ul, trombosit 41 10

ʌ3/ul,

clinical mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis, diit bubur habis 2

sampai 3 sendok.

Jam 10:40 untuk diagnosa pertama dengan intervensi anjurkan

keluarga pasien untuk memberikan makan sedikit tapi sering, implementasi

yang dilakukan menganjurkan keluarga pasien untuk memberikan makan

sedikit tapi sering. Respon subyektif keluarga pasien mengatakan bersedia

untuk memberikan makan sedikit tapi sering dan data obyektif pasien tampak

kooperatif. Jam 11:10 WIB untuk diagnosa pertama dengan intervensi yang

Page 61: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

50

didelegasikan kolaborasi dengan ahli gizi, implementasi yang dilakukan

berkolaborasi dengan ahli gizi. Respon obyektif bubur lauk teh. Jam 11:20

WIB untuk diagnosa pertama dengan intervensi yang didelegasikan timbang

berat badan, implementasi yang dilakukan menimbang berat badan.

Implementasi hari Selasa 5 Januari 2016 pada jam 08:20 WIB untuk

diagnosa pertama dengan intervensi yang didelegasikan monitor tanda-tanda

vital, implementasi yang dilakukan memonitor tanda-tanda vital. Respon

subyektif ibu pasien mengatakan bersedia An.F diperiksa dan respon obyektif

tekanan darah 100/60 mmHg nadi 88 kali permenit respirasi 24 kali permenit

suhu 37,80C. jam 08:25 WIB untuk diagnosa pertama dengan intervensi yang

didelegasikan observasi pemberian makanan, implementasi yang dilakukan

mengobservasi pemberian makanan. Respon subyektif ibu pasien mengatakan

An.F makan bubur habis setengah porsi dan respon obyektif antropometri

berat badan 16 kg tinggi badan 100 cm imt 16, biocemical hasil laboratorium

hemoglobin 13.5 g/dl hematokrit 38.5%, leukosit 3.0 10ʌ3/ul, trombosit 81

10ʌ3/ul, clinical mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis, diit bubur

habis setengah porsi.

Jam 08:35 WIB untuk diagnosa pertama dengan intervensi yang

didelegasikan anjurkan keluarga pasien untuk memberiakan makan sedikit

tapi sering, implementasi yang dilakukan menganjurkan keluarga pasien

untuk memberikan makan tapi sering. Respon subyektif keluarga pasien

mengatakan bersedia untuk memberikan makan sedikit tapi sering dan

respon obyektif pasien tampak kooperatif.

Page 62: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

51

Implementasi pada hari Rabu tanggal 6 Januari 2016 pada jam 08:00

WIB untuk diagnosa pertama dengan intervensi yang didelegasikan monitor

tanda-tanda vital, implementasi yang dilakukan memonitor tanda-tanda vital.

Respon subyektif ibu pasien mengatakan bersedia An.F diperiksa dan respon

obyektif tekanan darah 100/70 mmHg nadi 86 kali permenit respirasi 24 kali

permenit suhu 37,20C. Jam 08:30 WIB untuk diagnosa pertama dengan

intervensi yang telah didelegasikan observasi pemberian makan,

implementasi yang dilakukan mengobservasi pemberian makan. Respon

subyektif ibu pasien mengatakan An.F makan bubur setengah porsi habis dan

respon obyektif antropometri berat badan 16 kg tinggi badan 100 cm imt 16,

biocemical hasil laboratorium hemoglobin 12.6 g/dl hematokrit 34.5%,

leukosit 3.70 10ʌ3/ul, clinical mukosa bibir kering, turgor kulit elastis, diit

bubur habis setengah porsi.

Jam 08:45 WIB untuk diagnosa pertama dengan intervensi yang

didelegasikan anjurkan keluarga pasien untuk memberikan makan sedikit tapi

sering, implementasi yang dilakukan menganjurkan keluarga pasien untuk

memberikan makan sedikit tapi sering. Respon subyektif keluarga pasien

mengatakan bersedia untuk memberikan makan sedikit tapi sering dan respon

obyektif pasien tampak kooperatif.

Implementasi pada hari Kamis tanggal 7 Januari 2016 pada jam

08:00 WIB untuk diagnosa pertama dengan intervensi yang didelegasikan

monitor tanda-tanda vital, implementasi yang dilakukan memonitor tanda-

tanda vital. Respon subyektif ibu pasien mengatakan bersedia An.F diperiksa

Page 63: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

52

dan respon obyektif tekanan darah 100/70 mmHg nadi 87 kali permenit

respirasi 24 kali permenit suhu 37,20C. Jam 08:30 WIB untuk diagnosa

pertama dengan intervensi yang telah didelegasikan observasi pemberian

makan, implementasi yang dilakukan mengobservasi pemberian makan.

Respon subyektif ibu pasien mengatakan An.F makan bubur satu porsi habis

bubur habis dan respon obyektif antropometri berat badan 16 kg tinggi badan

100 cm imt 16, biocemical hasil laboratorium hemoglobin 12.6 g/dl

hematokrit 34.5%, leukosit 3.70 10ʌ3/ul, clinical mukosa bibir lembab, turgor

kulit elastis, diit bubur habis satu porsi.

Dalam melakukan implementasi selama 4x24 jam pada An.F yang

sedang dirawat di ruang melati rumah sakit umum daerah karanganyar

implementasi dimulai pada hari Senin tanggal 4 Januari 2016. Pada jam 10:30

WIB untuk diagnosa kedua, dengan intervensi yang didelegasikan monitor

tanda-tanda vital pasien, implementasi yang dilakukan memonitor tanda-

tanda vital pasien. Respon subyektif ibu pasien mengatakan bersedia An.F

diperiksa dan respon obyektif tekanan darah 90/60mmHg, nadi 82 kali

permenit, respirasi 24 kali permenit.

Jam 10:55 WIB untuk diagnosa kedua dengan intervensi yang

didelegasikan monitor suhu tubuh pasien, implementasi yang dilakukan

memonitor suhu tubuh pasien. Respon subyektif ibu pasien mengatakan

anaknya panas sudah 4 hari dan respon obyektif kulit teraba panas, suhu

tubuh 380C dan panas hari ke empat. Jam 11:00 WIB untuk diagnosa kedua

dengan intervensi yang didelegasikan berikan kompres hangat, implementasi

Page 64: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

53

tang dilakukan memberikan kompres hangat. Respon subyektif, ibu pasien

mengatakan bersedia An.F diberikan kompres hangat dan respon obyektif

tampak kompres dibagian axsila.

Jam 11:05 WIB untuk diagnosa kedua dengan intervensi yang

didelegasikan berikan obat penurun panas, implementasi yang dilakukan

memberikan obat oral paracetamol 3x11/2 cth. Respon subyektif ibu pasien

mengatakan bersedia anaknya diberikan obat dan respon obyektif obat masuk

melalui mulut.

Implementasi hari Selasa 5 Januari 2016 pada jam 08:20 WIB untuk

diagnosa kedua dengan intervensi yang didelegasikan monitor tanda-tanda

vital, implementasi yang dilakukan memonitor tanda-tanda vital. Respon

subyektif ibu pasien mengatakan bersedia An.F diperiksa dan respon obyektif

tekanan darah 100/60 mmHg nadi 88 kali permenit respirasi 24 kali permenit.

Jam 08:55 WIB untuk diagnosa kedua dengan intervensi yang didelegasikan

monitor suhu tubuh, implementasi yang dilakukan memonitor suhu tubuh.

Respon subyektif ibu pasien mengatakan badan An.F panas dan respon

obyektif kulit teraba panas, suhu tubyh 37,80c, panas hari ke lima.

Jam 09:00 WIB untuk diagnosa kedua dengan intervensi yang

didelegasikan berikan kompres hangat, implementasi yang dilakukan

memberikan kompres hangat. Respon subyektif ibu pasien mengatakan

bersedia An.F diberi kompres dan respon obyektif tampak kompres hangat di

aksila. Jam 09:30 WIB untuk diagnosa kedua dengan intervensi yang

Page 65: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

54

didelegasikan berikan obat penurun panas, implementasi yang dilakukan

memberikan obat oral paracetamol 3x11/2 cth.

Implementasi pada hari Rabu tanggal 6 Januari 2016 pada jam 08:00

WIB untuk diagnosa kedua dengan intervensi yang didelegasikan monitor

tanda-tanda vital, implementasi yang dilakukan memonitor tanda-tanda vital.

Respon subyektif ibu pasien mengatakan bersedia An.F diperiksa dan respon

obyektif tekanan darah 100/70 mmHg nadi 86 kali permenit respirasi 24 kali

permenit suhu 37,20C. Jam 10:20 WIB untuk diagnosa kedua dengan

intervensi yang didelegasikan monitor suhu tubuh, implementasi yang

dilakukan memonitor suhu tubuh. Respon subyektif ibu pasien mngatakan

An.F sudah tidak panas dan respon obyektif suhu tubuh pasien 37.20C.

Implementasi pada hari Kamis tanggal 7 Januari 2016 pada jam

08:00 WIB untuk diagnosa kedua dengan intervensi yang didelegasikan

monitor tanda-tanda vital, implementasi yang dilakukan memonitor tanda-

tanda vital. Respon subyektif ibu pasien mengatakan bersedia An.F diperiksa

dan respon obyektif tekanan darah 100/70 mmHg nadi 87 kali permenit

respirasi 24 kali permenit suhu 37,20C. Jam 09:30 WIB untuk diagnosa kedua

dengan intervesi yang didelegasikan monitor suhu tubuh, implementasi yang

dilakukan memonitor suhu tubuh. Respon subyektif ibu pasien mengatakan

bersedia An.F diperiksa dan respon obyektif suhu tubuh 37,20C, kulit teraba

hangat.

Dalam melakukan implementasi selama 4x24 jam pada An.F yang

sedang dirawat di ruang melati rumah sakit umum daerah karanganyar

Page 66: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

55

implementasi dimulai pada hari Senin tanggal 4 Januari 2016. Pada jam 10:30

WIB untuk diagnosa ketiga, dengan intervensi yang didelegasikan monitor

tanda-tanda vital pasien, implementasi yang dilakukan memonitor tanda-

tanda vital pasien. Respon subyektif ibu pasien mengatakan bersedia An.F

diperiksa dan respon obyektif tekanan darah 90/60mmHg, nadi 82 kali

permenit, respirasi 24 kali permenit, suhu 380C.

Jam 10:45 WIB untuk diagnosa ketiga dengan intervensi yang

didelegasikan observasi tanda-tanda perdarahan, implementasi yang

dilakukan mengobservasi tanda-tanda perdarahan. Respon subyektif ibu

pasien mengatakan tangan An.F terdapat bintik merah dan respon obyektif

pasien tampak lemas, tampak bintik merah pada tangan, hemoglobin 12.6 g/dl

hematokrit 37.5%, leukosit 2.70 10ʌ3/ul, trombosit 41 10

ʌ3/ul. Jam 10:50

WIB untuk diagnosa ketiga dengan intervensi yang didelegasikan berikan jus

jambu merah, implementasi yang dilakukan memberikan jus jambu merah.

Respon subyektif ibu pasien mengatakan brsedia An.F diberikan jus jambu

merah dan respon obyektif pasien tampak minum jus jambu merah.

Jam 14:00 WIB untuk diagnos ketiga dengan intervensi yang

didelegasikan berikan jus jambu merah, implementasi yang dilakukan

memberikan jus jambu merah. Respon subyektif ibu pasien bersedia An.F

diberikan jus jambu merah dan respon obyektif pasien tampak minum jus

jambu.

Implementasi hari Selasa 5 Januari 2016 pada jam 08:20 WIB untuk

diagnosa ketiga dengan intervensi yang didelegasikan monitor tanda-tanda

Page 67: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

56

vital, implementasi yang dilakukan memonitor tanda-tanda vital. Respon

subyektif ibu pasien mengatakan bersedia An.F diperiksa dan respon obyektif

tekanan darah 100/60 mmHg nadi 88 kali permenit respirasi 24 kali permenit

suhu 37,80C.

Jam 08:40 WIB untuk diagnosa ketiga dengan intervensi yang

didelegasikan observasi tanda-tanda perdarahan, implementasi yang

dilakukan mengobservasi tanda-tanda perdarahan. Respon subyektif ibu

pasien mengatakan tangan An.F terdapat binti merah dan respon obyektif

tampak bintik merah di tangan, hemoglobin 13.5 g/dl hematokrit 38.5%,

leukosit 3.0 10ʌ3/ul, trombosit 81 10

ʌ3/ul. Jam 08:50 WIB untuk diagnosa

kedua dengan intervensi yang didelegasikan berikan jus jambu merah,

implementasi yang dilakukan memberikan jus jambu merah. Respon

subyektif ibu pasien mengatakan bersedia An.F diberikan jus jambu dan

respon obyektif pasien tampak minum jus jambu.

Jam 14:00 WIB untuk diagnosa kedua dengan intervensi yang

didelegasikan berikan jus jambu merah, implementasi yang dilakukan

memberikan jus jambu merah. Respon subyektif ibu pasien mengatakan

bersedia An.F diberikan jus jambu dan respon obyektif pasien tampak minum

jus jambu.

Implementasi pada hari Rabu tanggal 6 Januari 2016 pada jam 08:00

WIB untuk diagnosa ketiga dengan intervensi yang didelegasikan monitor

tanda-tanda vital, implementasi yang dilakukan memonitor tanda-tanda vital.

Respon subyektif ibu pasien mengatakan bersedia An.F diperiksa dan respon

Page 68: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

57

obyektif tekanan darah 100/70 mmHg nadi 86 kali permenit respirasi 24 kali

permenit suhu 37,20C.

Jam 08:50 WIB untuk diagnosa ketiga dengan intervensi yang

didelegasikan observasi tanda-tanda perdarahan, implementasi yang

dilakukan mengobservasi tanda-tanda perdarahan. Respon subyektif ibu

pasien mengatakan bintik di tangan sudah tidak ada dan respon obyektif

hemoglobin 12.6 g/dl hematokrit 34.5%, leukosit 5.70 10ʌ3/ul, trombosit 100

10ʌ3/ul. Jam 09:00 WIB untuk diagnosa ketiga dengan intervensi yang

didelegasikan berikan jus jambu merah, implementasi yang dilakukan

memberikan jus jambu respon subyektif ibu pasien bersedia An.F diberikan

jus jambu dan respon obyektif pasien tampak minum jus jambu.

Jam 14:00 WIB untuk diagnosa ketiga dengan intervensi yang

didelegasikan berikan jus jambu merah, implementasi yang dilakukan

memberikan jus jambu respon subyektif ibu pasien bersedia An.F diberikan

jus jambu dan respon obyektif pasien tampak minum jus jambu.

Implementasi pada hari Kamis tanggal 7 Januari 2016 pada jam

08:00 WIB untuk diagnosa ketiga dengan intervensi yang didelegasikan

monitor tanda-tanda vital, implementasi yang dilakukan memonitor tanda-

tanda vital. Respon subyektif ibu pasien mengatakan bersedia An.F diperiksa

dan respon obyektif tekanan darah 100/70 mmHg nadi 87 kali permenit

respirasi 24 kali permenit suhu 37,20C.

Jam 08:10 WIB untuk diagnosa ketiga dengan intervensi yang

didelegasikan observasi tanda-tanda perdarahan, implementasi yang

Page 69: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

58

dilakukan mengobservasi tanda-tand perdarahan. Respon subyektif ibu pasien

mengatakan tangan An.F sudah tidak bintik merah dan respon obyektif bintik

merah ditangan pasien sudah tidak ada, hasil pemeriksaan laboratorium

hemoglobin 12.6 g/dl hematokrit 34.5%, leukosit 5.70 10ʌ3/ul, trombosit 150

10ʌ3/ul.

F. Evaluasi

Catatan perkembangan pada An.F yang dirawat di ruang Melati

rumah sakit umum daerah karanganyar dimulai sejak hari Senin tanggal 4

Januari 2016 jam 13:40 WIB untuk diagnosa pertama ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang

tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun. Didapatkan hasil

evaluasi data subyektif ibu pasien mengatakan An.F makan bubur dua

samapai tiga sendok. Data obyektif pasien tampak lemas, antropometri berat

badan 16 kg tinggi badan 100 cm imt 16 kg, biocemical hasil laboratorium

hemoglobin 12.6 g/dl hematokrit 37.5 % leukosit 2.70 10ʌ3/ul trombosit 41

10ʌ3/ul, clinical mukosa bibir kering turgor kulit tidak elastis, diit bubur habis

dua sampai tiga sendok. Analisis masalah ketidakmampuan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh belum teratasi. Planning lanjutkan intervensi observasi

pemberian makan, anjurkan keluarga pasien untuk memberikan makan sedikit

tapi sering, kolaborasi dengan ahli gizi.

Catatan perkembangan An.F pada hari Selasa tanggal 5 Januari 2016

jam 13:45 WIB untuk diagnosa pertama ketidakmampuan nutrisi kurang dari

Page 70: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

59

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat

akibat mual dan nafsu makan yang menurun. Didapatkan hasil evaluasi data

subyektif ibu pasien mengatakan An.F makan bubur habis setengah porsi.

Data obyektif antropometri berat badan sebelum 16 kg tinggi badan 100 cm

imt 16 kg, biocemical hasil laboratorium hemoglobin 13.5 g/dl hematokrit

38.5 % leukosit 3.0 10ʌ3/ul trombosit 81 10

ʌ3/ul, clinical mukosa bibir kering

turgor kulit tidak elastis, diit bubur habis setengah porsi. Analisis masalah

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi.

Planning lanjutkan intervensi observasi pemberian makan, anjurkan keluarga

pasien untuk memberikan makan sedikit tapi sering, kolaborasi dengan ahli

gizi.

Catatan perkembanagan An.F pada hari Rabu tanggal 6 Januari

2016 jam 13:40 WIB untuk diagnosa pertama ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak

adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun. Didapatkan hasil

evalusai data subyektif ibu pasien mengatakan An.F makan setengah porsi

bubur habis. Data obyektif antropometri berat badan 16 tinggi badan 100 cm

imt 16 kg, biocemical hasil laboratorium hemoglobin 12.6 g/dl hematokrit

34.5 % leukosit 5.70 10ʌ3/ul, clinical mukosa bibir kering turgor kulit elastis,

diit bubur habis setengah porsi. Analisis masalah ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi. Planning lanjutkan intervensi

observasi pemberian makan, anjurkan keluarga pasien untuk memberikan

makan sedikit tapi sering, kolaborasi dengan ahli gizi.

Page 71: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

60

Catatan perkembanagan An.F pada hari Kamis tanggal 7 Januari

2016 jam 10:30 WIB untuk diagnosa pertama ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak

adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun. Didapatkan hasil

evalusai data subyektif ibu pasien mengatakan An.F makan satu porsi bubur

habis. Data obyektif antropometri berat badan 16 tinggi badan 100 cm imt 16

kg, biocemical hasil laboratorium hemoglobin 12.6 g/dl hematokrit 34.5 %

leukosit 5.70 10ʌ3/ul, clinical mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis, diit

bubur habis satu porsi. Analisis masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh teratasi. Planning hentikan intervensi.

Catatan perkembangan pada An.F hari Senin tanggal 5 Januari 2016

jam 13:50 WIB untuk diagnosa kedua hipertermia berhubungan dengan

proses penyakit. Didapatkan hasil evaluasi data subyektif ibu pasien

mengatakan anakanya panas. Data obyektif kulit teraba panas, suhu tubuh

380C, panas hari ke empat. Analisis masalah hipertermia belum teratasi.

Planning lanjutkan intervensi berikan kompres hangat, monitor suhu tubuh,

kolaborasi pemberian obat paracetamol.

Catatan perkembangan An.F pada hari Selasa tanggal 5 Januari 2016

jam 13:55 WIB untuk diagnosa kedua hipertermia berhubungan dengan

proses penyakit. Didapatkan hasil evaluasi data subyektif ibu pasien

mengatakan badan An.F panas. Data obyektif kulit panas, suhu tubuh 37,80C,

panas hari ke lima. Analisis masala hipertermia belum teratasi. Planning

Page 72: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

61

lanjutkan intervensi monitor suhu tubuh, beriksn kompres hanagat, berikan

obat penurun panas.

Catatan perkembangan An.F pada hari Rabu tanggal 6 Januari 2016

jam 13:50 WIB untuk diagnosa kedua hipertermia berhubungan dengan

proses penyakit. Didapatkan hasil evaluasi data subyektif ibu pasien

mengatakan An.F sudah tidak panas. Data obyektif suhu tubuh 37,20C.

Analisis masalah hiperterima teratasi. Planning hentikan intervensi.

Catatan perkembangan An.F pada hari Kamis tanggal 7 Januari 2016

jam 10:40 WIB untuk diagnosa kedua hipertermia berhubungan dengan

proses penyakit. Didapatkan hasil evaluasi data subyektif ibu pasien

mengatakan An.F sudah tidak panas. Data obyektif suhu tubuh 37,20C.

Analisis masalah hiperterima teratasi. Planning hentikan intervensi.

Catatan perkembanagan An.F pada hari Senin tanggal 5 Januari 2016

jam 14:10 WIB untuk diagnosa ketiga resiko perdarahan berhubungan dengan

penurunan faktor-faktor pembekuan darah (trombositopeni). Didapatkan hasil

evaluasi data subyektif ibu pasien mengatakan tangan An.F terdapat bintik

merah. Data obyektif pasien tampak ada bintik merah ditangan, hasil

laboratorium hemoglobin 12.6 g/dl hematokrit 37.5 % leukosit 2.70 10ʌ3/ul

trombosit 41 10ʌ3/ul. Analisis masalah resiko perdarahan berhubungan

dengan penurunan faktor-faktor pembekuan darah (trombositopeni) belum

teratasi. Planning lanjutkan intervensi observasi tanda-tanda perdarahan,

berikan jus jambu.

Page 73: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

62

Catatan perkembangan An.F pada hari Selasa tanggal 5 Januari 2016

jam 14:10 WIB untuk diagnosa ketiga resiko perdarahan berhubungan dengan

penurunan faktor-faktor pembekuan darah (trombositopeni). Didapatkan hasil

evaluasi data subyektif ibu pasien mengatakan tangan An.F terdapat bintik

merah. Data obyektif pasien tampak lemas, tampak bintik merah ditangan,

hasil laboratorium hemoglobin 13.5 g/dl hematokrit 38.5 % leukosit 3.0

10ʌ3/ul trombosit 81 10

ʌ3/ul. Analisis masalah resiko perdarahan

berhubungan dengan penurunan faktor-faktor pembekuan darah

(trombositopeni) belum teratasi. Planning lanjutkan intervensi observasi

tanda-tanda perdarahan, berikan jus jambu merah.

Catatan perkembangan An.F pada hari Rabu tanggal 6 Januari 2016

jam 14:10 WIB untuk diagnosa ketiga resiko perdarahan berhubungan dengan

penurunan faktor-faktor pembekuan darah (trombositopeni). Didapatkan hasil

evaluasi data subyektif ibu pasien mengatakan bintik ditangan tidak ada. Data

obyektif hasil laboratorium hemoglobin 12.6 g/dl hematokrit 34.5 % leukosit

5.7010ʌ3/ul trombosit 100 10

ʌ3/ul. Analisis masalah resiko perdarahan

berhubungan dengan penurunan faktor-faktor pembekuan darah

(trombositopeni) teratasi sebagian. Planning lanjutkan intervensi observasi

tanda-tanda perdarahan, berikan jus jambu merah.

Catatan perkembangan An.F pada hari Kamis tanggal 7 Januari 2016

jam 10:55 WIB untuk diagnosa ketiga resiko perdarahan berhubungan dengan

penurunan faktor-faktor pembekuan darah (trombositopeni). Didapatkan hasil

evaluasi data subyektif ibu pasien mengatakan bintik ditangan tidak ada. Data

Page 74: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

63

obyektif hasil laboratorium hemoglobin 12.6 g/dl hematokrit 34.5 % leukosit

5.70 10ʌ3/ul trombosit 150 10

ʌ3/ul. Analisis masalah resiko perdarahan

berhubungan dengan penurunan faktor-faktor pembekuan darah

(trombositopeni) teratasi. Planning hentikan intervensi.

Page 75: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

64

BAB V

PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar

manusia melalui tahap, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,

implementasi, dan evaluasi. Penulis akan membahas tentang “ Aplikasi tindakan

pemberian jus jambu merah terhadap peningkatan trombosit pada asuhan

keperawatan An.F dengan dengue haemorhagic fever di ruang Melati Rumah

Sakit Umum Daerah Karanganyar. Pada bab pembahasan ini penulis juga

membahas adakah kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dengan kasus.

A. Pengkajian

Dalam pengkajian penulis terhadap An.F didapatkan data bahwa

pasien datang dengan keluhan utama panas selama 4 hari dan susah makan.

Menurut Nursalam (2005) alasan/keluhan yang menonjol pada pasien demam

berdarah dengue untuk datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan anak

lemah. Berdasarkan hasil pengkajian pada An.F dengan kasus dengue

haemorhagic fever telah sesuai dengan teori yang ditemukan oleh penulis

berupa panas selama 4 hari dan susah makan. Sehingga tidak ada kesenjangan

dengan teori yang ada.

Dalam pengkajian keperawatan An.F didapatkan data ibu pasien

mengatakan sejak hari Sabtu tanggal 31 Desember 2015 pagi An.F panas,

susah makan. An.F kemudian di bawa ke bidan terdekat dan mendapat sirup

penurun panas, setelah minum obat dari bidan panas tidak turun. Kemudian

Page 76: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

65

ibu membawa An.F ke IGD rumah sakit umum daerah karanganyar pada hari

senin tanggal 4 Januari 2016 pukul 08.20 WIB. Di IGD An.F mendapat terapi

infus RL 16 tpm, cefotaxim 200mg/6 jam, paracetamol 3x1 ½ cth. Kemudian

pasien di pindah di ruang Melati pada hari senin pukul 09.00 WIB.Dari hasil

pemeriksaan pasien tampak lemas, panas, bintik merah pada tangan. Menurut

Christanto dkk (2014) terjadi mendadak tinggi selama 2-7 hari, pada anak

dengue akan terjadi perdarahan kulit (petekie/purpura) disertai gejala tidak

mau makan. Dapat disimpulkan kriteria keluhan ada pada An.F terdapat

dalam teori, sehingga tidak ada kesenjangan dengan teori yang ada.

Riwayat penyakit dahulu, ibu pasien mengatakan An.F baru satu kali

di rawat inap. Menurut Nursalam (2005) deman berdarah dengue pada anak

bisa mengalami serangan ulangan demam berdarah dengue denga tipevirus

yang lain. Berdasarkan hasil pengkajian pada An.F dengan dengue

haemoragic fever bahwa An.F baru pertama di rawat inap.

Pertumbuhan dan perkembangan pada An.F. berdasarkan data

wawancara yang diperoleh dari ayah An.F antara lain, pertumbuhan meliputi

berat badan saat lahir 2.800 gram. Berat badan saat ini 21 kg, usia tumbuh

dan tanggal gigi pada usia 6 tahun, tidak ada masalah pertumbuhan gigi. Usia

berjalan pada usia 9 bulan. Imunisasi, ibu pasien mengatakan An.F sudah

diimunisasi secara lengkap, yaitu BCG, hepatitis, polio, DPT, campak

lengkap. Menurut Hidayat (2008), pertumbuhan merupakan bertambah

jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat

diukur. Perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh

Page 77: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

66

yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan. Masa neonatus, terjadi

proses penyesuaian dengan kehidupan di luar rahim dan hampir sedikit aspek

pertumbuhan fisik dalam perubahan. Dalam pertumbuhan akan terjadi

perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik, berat badan, tinggi

badan, lingkar kepala, lingkar dada, dan lain-lain. Dengan adanya teori diatas,

dapat disimpulkan pertumbuhan yang dialami An.F tidak ada kesenjangan

dengan teori yang ada.

Perkembangan yang dicapai antara lain, personal sosial An.F merasa

dirinnya senang berinteraksi dengan teman yang lain saat diruang bermain.

Adaptif motorik halus, bahasa yang digunakan bahasa jawa. Motorik kasar

pasien tida ada. Kebiasaan yang dinilai dari pola tingkah laku, An.F tidak ada

tingkah laku yang abnormal. Sesuai dengan tahap usia belajar dan rasa ingin

tahu yang tinggi. Menurut Hidayat (2008), pertumbuhan dan perkembangan

intelektual anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbolik maupun

abstrak, seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca, dan lain-lain.

Berdasarkan teori diatas, kriteria yang ada pada An.F sudah sesuai dengan

teori, sehingga tidak ada kesenjangan.

Model pengkajian keperawatan dengan sebelas pola kesehatan

fungsional dari Gordon berguna untuk mengatur riwayat keperawatan,

pemeriksaan fisik, dan mengelompokkan diagnosa keperawatan (Allen,

2005). Pengkajian sebelas pola gordon yang didapat dari wawancara dan

observasi An.F dan ibu An.F diantaranya, pola persepsi dan pemeliharaan

kesehatan. Jika An.F sakit keluarga segera berobat ke pelayanan kesehatan

Page 78: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

67

terdekat. Pola persepsi dan pemeliharaan, menggambarkan persepsi,

pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi terhadap arti kesehatan,

dan penatalaksanaan kesehatan, kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan

tentang praktik kesehatan (Hidayat, 2008). Berdasarkan teori tersebut

persepsi yang ada pada An.F tidak ada kesenjangan dengan teori.

Pola nutrisi dan metabolisme pada An.F. Pengkajian nutrisi yang

didapat dari hasil wawancara sebagai berikut, pengkajian antropometri

sebelum sakit berat badan 17 kg, tinggi badan 100 cm, diperoleh indeks

massa tubuh (imt) didapatkan dari bb(kg)/tb2(m), kategori kekurangan berat

badan tingkat berat (<17), kekurangan berat badan tingkat sedang (17.0-18.5),

normal (18.5-25.0), kelebihan berat badan tingkat ringan (>25.0-27.0),

kelebihan berat badan tingkat berat (>27.0) (Asmadi,2008). Hasilnya 17

(kekurangan berat badan tingkat sedang). Berat badan 16 kg, tinggi badan 100

cm, diperoleh indeks massa tubuh (imt) didapat dari bb/tb² hasilnya 16.

(Pengkajian biochemical hasil selama sakit pemeriksaan

laboratoriumhemoglobin 12.6 g/dl, hematokrit 37.5 %, leukosit 2.70 10ʌ3/ul,

trombosit 41 10ʌ3/ul.

Status nutrisi tubuh adalah keseimbangan antara asupan zat gizi dan

energi yang dikeluarkan atau dibutuhkan di tingkat kebutuhan fisiologis akan

nutrisi yang harus dipenuhi yang tepat meningkatkan pertumbuhan,

mempertahankan kesehatan dan membantu tubuh melawan infeksi dan pulih

dari penyakit (Morton dan Patricia Gonce,2005).

Page 79: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

68

Pengkajian clinical lemas, mukosa bibir kering, turgor kulit

lambat/tidak elastis, hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial

apithelial tissues) seperti kulit, rambut, mata dan mukosa bibir, atau pada

organ yang terdekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid

(Mega, 2011).

Pengkajian dietary sebelum sakit nafsu makan baik, diit seimbang

dengan makan nasi, sayur, lauk. Makan tiga kali dalam sehari, porsi satu

piring habis dengan nafsu makan baik, makanan favorit soup dan wortel,

minum air mineral sehari lima sampai enam gelas. Selama sakit makan tiga

kali dalam sehari, kurang nafsu makan, porsi makan hanya habis dua samapai

tiga sendok, dengan bubur, minum air dalam sehari sekitar empat gelas air

putih dan teh dalam sehari.

Dari pengkajian diatas disimpulkan pada pengkajian nutrisi terdapat

masalah pada pengkajian antropometri imt 16, pengkajian biochemical

selama sakit pemeriksaan laboratorium hemoglobin 12.6 g/dl, hematokrit 37.5

%, leukosit 2.70 10ʌ3/ul. Pengkajian clinical selama sakit lemas, mukosa

bibir kering, turgor kulit lambat/tidak elastis. Dan pengkajian dietary selama

sakit makan tiga kali dalam sehari, kurang nafsu makan, porsi makan hanya

habis dua samapai tiga sendok, dengan bubur, minum air dalam sehari sekitar

empat gelas air putih dan teh dalam sehari. Sehingga muncul masalah

keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Berdasarkan teori aspek biologis dari pengkajian nutrisi meliputi, umur

(terkait dengan tumbuh kembang pasien. Tinggi badan dan berat badan, untuk

Page 80: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

69

mengetahui perbandingan antara tinggi dan berat badan, apakah ideal atau

tidak. Pengukuran antropometri berguna untuk mengidentifikasi masalah

nutrisi klien. Riwayat kesehatan dan diet, misal adakah alergi terhadap jenis

makanan tertentu, riwayat diet terkait dengan kebiasaan asupan makanan dan

cairan klien, jenis makanan yang dikonsumsi, nafu makan (Asmadi, 2008).

Menurut Nurlaila (2009) dapat diangkat menjadi masalah dari pengkajian

makan dan cairan, yaitu terdapat kehilangan nafsu makan, perubahan rasa

atau penyimpangan rasa dan penurunan berat badan. Yang ditandai dengan

mukosa bibir kering, turgor kulit lambat/tidak elastis, sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan pembahasan pengkajian nutrisi.

Pola eliminasi pasien, ibu pasien mengatakan sebelum sakit An.F

BAB satu kali sehari dengan konsistensi lunak berbentuk berbau khas

berwarna kuning kecoklatan dan tidak ada keluhan. Ibu pasien mengatakan

An.F BAK enam sampai delapan kali sehari, berbau amoniak berwarna

kuning bening dan tidak ada keluhan. Ibu pasien mengatakan selama sakit

An.F BAB satu kali sehari dengan konsistensi lunak berbentuk berbau khas

berwarna kuning kecoklatan dan tidak ada keluhan. Ibu pasien mengatakan

An.F BAK lima sampai enam kali sehari berbau amoniak berwarna kuning

bening dan tidak ada keluhan. Pengkajian pola eliminasi merupakan

kebutuhan dasar manusia yang essensial dan berperan penting dalam

menentukan kelangsungan kehidupan manusia. Eliminasi terbagi dua bagian

utama pula, yaitu eliminasi fekal (buang air besar) dan eliminasi urine (buang

air kecil) (Asmadi,2008). Dari kesimpulan pengkajian eliminasi fekal dan

Page 81: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

70

urine An.F tidak ada masalah keperawatan yang muncul. Karena dalam teori

menggambarkan efisiensi dalam pembuangan zat sisa metabolisme (Davey,

2005). Karakteristik feses abnormal konsistensi dikatakan abnormal bila

bentuknya cairatau keras. Warna abnormal sangat pucat (penyakit pada organ

empedu), merah (perdarahan pada rektum dan anus). Ciri urine normal baik,

kejernihan normal jernih bila dibiarkan lama akan menjadi keruh. Warna

kuning, bau seperti amonia (Asmadi, 2008). Berdasarkan teori diatas tidak

ada kesenjangan dalam pengkajian eliminasi, eliminasi An.F dalam batas

normal.

Pola aktifitas dan latihan sebelum sakit meliputi makan/minum, mandi

toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah, ambulasi dapat

dilakukan secara mandiri. Selama sakit meliputi makan/minum, mandi

toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah, ambulasi dibantu

oleh orang lain. Aktifitas fisik (mekanik tubuh) merupakan irama sirkadian

manusia. Tiap individu mempunyai irama atau pola tersendiri dalam

kehidupan sehari-hari untuk melakukan kerja, rekreasi, makan, istirahat

(Asmadi, 2008). Dalam teori disebutkan pola aktivitas dan latihan tingkat

kemampuan nilai 2 adalah dibantu orang lain (Nurlaila, 2009), sehingga

ditarik kesimpulan antara teori dengan pengkajian tidak ada kesenjangan.

Pola istirahat tidur pasien, ayah pasien mengatakan sebelum sakit pola

tidur An.F tidur malam pada pukul 20.30 WIB dan bangun pagi pada pukul

06.30 WIB. Selama sakit pola istirahat tidur pasien, ayah pasien mengatakan

bisa tidur siang dan malam hari. Kebutuhan istirahat tidur pada individu yang

Page 82: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

71

sakit sangat diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan (Asmadi,

2008). Dalam teori kelemahan dan kelelahan adalah faktor utama paling kuat

yang mempengaruhi status fungsional dan kualitas kesehatan hidup anak.

Saat aktivitas persyarafan secara otomatis akan mengurangi suplai energi ke

ekstremitas superior dan inferior. Tubuh memprioritaskan suplai darah ke

jantung dan paru-paru, sehingga otak juga mengalami penurunan suplai

darah. Penurunan suplai darah ke otak menimbulkan rangsang mengantuk,

sehingga tubuh memerintahkan untuk istirahat (Tiurlan, 2011).

Pola kognitif perseptual sebelum sakit dan selama sakit, ibu pasien

mengatakan pasien tidak mempunyai gangguan terhadap indra penciuman,

perabaan, penglihatan maupun pendengaran. Pola kognitif perseptual pasien

menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi

pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perabaan, pembau, dan

kompensasinya terhadap tubuh (Muttaqin, 2008). Dari hasil pengkajian

terhadap An.F tidak ada kesenjangan antara teori dan kenyataan.

Pola persepsi konsep diri, sebelum sakit An.F mengatakan tentang

gambaran diri merasa sehat, identitas diri mengetahui sebagai seorang anak

tunggal, peran berperan sebagai pelajar sekolah dasar, ideal diri ingin menjadi

anak baik, harga diri tidak rasa minder. Pola persepsi konsep diri

menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan.

Konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ideal

diri sendiri (Nurlaila,2009). Selama sakit An.F mengatakan tentang gambaran

diri merasa sempurna dengan keadaan yang dialami, identitas diri mengetahui

Page 83: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

72

sebagai seorang anak, berperan sebagai pelajar sekolah dasar, ideal diri ingin

menjadi anak baik, harga diri tidak rasa minder. Menurut Tiurlan (2011),

konsep diri anak dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal maupun internal.

Usia anak, temperamen, dukungan keluarga, status kesehatan dan kecerdasan

sangat mempengaruhi pembentukan konsep diri. Anak dengan kemampuan

percaya diri yang tinggi dapat menerima perubahan akibat sakitnya, sehingga

dapat tetap menjalani aktivitas sehari-hari dengan tidak dibawah tekananrasa

malu atau depresi. Dari teori tersebut An.F termasuk dalam kemapuan

percaya diri yang tinggi, sehingga tidak ada perbedaan dari teori.

Pola hubungan peran pasien menggambarkan dan mengetahui

hubungan dan peran klien terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat

tinggal pasien (Nurlaila, 2009). Ibu pasien mengatakan sebelum sakit An.F

dekat dengan keluarga, selama sakit An.F dekat dengan ibu. Anak sakit berat

merupakan fungsi peran yang harus disadari oleh anak, konsep diri positif

yang diadopsi anak terhadap kondisi fisik dan kesehatannya, akan

meningkatkan respon adaptasi anak dalam menjalani terapi dan mencapai

hasil yang maksimal. Anak perlu menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang

dalam kondisi sakit berat, sehingga anak memiliki kehati-hatian yang tinggi

dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Pemahaman positif tentang kondisi

sakit beratnya dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencapaian

kesehatan, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan semangat anak dalam

menjalani terapi. Anak menyatakan bahwa mereka bersemangat untuk

menjalani terapi sampai sembuh total (Tiurlan, 2011). Berdasarkan teori

Page 84: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

73

pasien telah mengetahui hubungan dan peran anggota keluarga, sehingga

tidak ada kesenjangan dari teori yang ada.

Pola seksualitas, seorang anak perempuan bejenis kelamin perempuan

dan tidak ada kelainan jenis kelamin. Menurut Hoffbrand (2005) manifestasi

lebih jarang adalah kelainan kelanin pada anak dengue haemoragic fever.

Dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan denga teori dalam pola seksualitas

An.F.

Pola mekanisme koping pasien, ibu pasien mengatakan apa bila

mendapat masalah kesehatan ataupun yang lainnya selalu dimusyawarahkan

bersama. Mekanisme koping pada setiap anak memiliki kemampuan adaptasi

terhadap setiap perubahan yang terjadi dalam lingkungannya, namun dalam

kapasitas yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuannya. Mekanisme

koping adalah upaya yang dilakukan secara sadar untuk mengatur emosi,

kognisi, perilaku, fisiologis, dan lingkungan yang dapat menimbulkan stres

(Tiurlan, 2011). Anak mengalami berbagai hal yang tidak menyenangkan dari

prosedur klinik dan hospitalisai, namun anak menyadari bahwa menjalankan

protokol terapi merupakan pilihan yang terbaik untuk mencapai kesembuhan

dari penyakitnya (Tiurlan, 2011). Dari teori tersebut mekanisme koping yang

ada di An.F mengalami kontrol seperti yang ada pada teori, sehingga tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan pengkajian pola mekanisme koping

An.F.

Pola nilai dan keyakinan, keluarganya beragama islma dan selalu

berdoa. Menurut Wong, (2009) anak telah mengembangkan kemampuan

Page 85: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

74

untuk memahami adanya kekuasaan Tuhan dalam kehidupannya dan

memiliki keyakinan bahwa Tuhan sanggup memberikan jalan keluar terhadap

masalah yang dihadapinya. Perilaku yang baik akan mendapatkan balasan

atau reward baik dari Tuhan maupun manusia demikian juga jika anak

berbuat jahat. Didukung dari teori tersebut, An.F lebih berserah diri kepada

Tuhan dengan cara berdoa dan bersyukur ketika mengalami sesuatu yang

tidak menyenangkan selama menjalani terapi. Sehingga kesimpulan dari

pembahasan tidak ada kesenjangan dengan teori dari kondisi An.F.

Keadaan umum pasien adalah composmentis. Setelah dilakukan

tindakan pemeriksaan tanda-tanda vital didaptkan hasil didapatkan hasil suhu

tubuh 380C, respirasi 24 kali permenit, nadi 82 kali permenit, tekanan darah

90/60 mmHg. Pada pemeriksaan sistematis yang dilakukan pada An.F dari

pemeriksaan head to toe didapatkan hasil sebagai berikut, kepala berbentuk

mesocephal, kontrol kepala normal, rambut berwarna hitam, kondisi kulit

kepala bersih, mulut bersih, membran mukosa kering, simetris tidak ada

sianosis, tidak ada nyeri telan. Mata warna sklera putih (tidak ikterik), warna

kornea hitam, posisi simetris, gerakan mata normal, keadaan kelopak mata

normal (tidak ada mata panda/ warna hitam pada kelopak mata), konjungtiva

tidak anemis, pupil isokor normal mengecil apabila diberi rangsangan cahaya

dan yang dimaksud mengalami gangguan penglihatan adalah terjadinya

penglihatan ganda atau kesulitan dalam melihat(Price and Wilson, 2006).

Pemeriksaan integumen pada An.F terdapat bintik pada tangan, turgor

kulit tidak elastis. Dalam hal ini menunjukan bahwa An.F demam pada grade

Page 86: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

75

II. Menurut nursalam (2005) pada demam Grade II ditandai dengan kesadaran

komposmentis, lemas, dan perdarahan spontan atau bintik merah

(purpura/petekie). Berdasarkan teori tidak ada kesenjangan dengan teori

tersebut.

Pemeriksaan fisik paru, inspeksi paru-paru simetris antara kanan kiri

sama palpasi vocal premitus sama antara kanan kiri perkusi sonor auskultasi

vesikuler tidak ada suara tambahan. Pemeriksaan inspeksi jantung ictus cordis

tidak tampak palpasi ictus cordis teraba di SIC V perkusi pekak auskultasi

bunyi jantung satu dan bunyi jantung dua sama suara lub ,dup, lup, dup.

Dalam pemeriksaan dada, dilakukan dengan metode dan langkah inspeksi,

palpasi, perkusi, dan auskultasi (Nursalam, 2005). Berdasarakan teori

tersebut, pemeriksaan telah dilakukan sesuai dengan teori, sehingga tidak ada

kesenjangan antara pemeriksaan langsung pada pasien dengan

teori.Pemeriksaan abdomen inspeksi datar dan tidak ada bekas luka auskultasi

bising usus 18 kali permenit, pada pemeriksaan palpasi abdomen tidak ada

nyeri tekan dan tidak ada benjolan, dan pada pemeriksaan perkusi terdengar

thympani.Menurut nursalam (2005) pemeriksaan abdomen terdapat nyeri

tekan, pembesaran hati (hepatomegali), asites. Berdasarkan pemeriksaan pada

An.F tidak ada nyeri tekan.

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 4 januari 2016

didapatkan hasil: hematologi rutin, hemoglobin 12.6 dengan satuan g/dl,

normalnya 12.00-16.00. Hematokrit 37.5 dengan satuan %, normalnya 32.00-

44.00. Leukosit 2.70 dengan satuan 10ʌ3/ul, normalnya 5-10. Trombosit 41

Page 87: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

76

dengan satuan 10ʌ3/ul, normalnya 150-300. Eritrosit 4.86 dengan satuan

10ʌ6/ul, normalnya 4.00-5.00. MPV 9.6 dengan satuan FL, normalnya 6.5-

12.00. PDW 17.0 normalnya 9.0-17.0. INDEX, MCV 77.2 dengan satuan

FL, normalnya 82.0-92.0. MCH 25.9 dengan satuan pg, normalnya 27.0-31.0.

MCHC 33.6 dengan satuan g/dl, normalnya 32.0-37.0. HITUNG JENIS, gran

% 59.8 dengan satuan %, normalnya 50.0-70.0. Limfosit % 31.4 dengan

satuan %, normalnya 25.0-40.0. Monosit % 7.5 dengan satuan %, normalnya

3.0-9.0. Eosinofil % 1.2 dengan satuan %, normalnya 0.5-5.0. Basofil % 0.1

dengan satuan %, normalnya 0.0-1.0. IMUNO-SEROLOGI, widal,

salmonella typhi O negatif, salmonella typhi H negatif, salmonella paratyphi

AO negatif, salmonella paratyphi AH negatif, salmonella paratyphi BO

negatif, salmonella paratyphi HB negatif, salmonella paratyphi CO +1/80.

Sebagai data yang menunjang resiko perdarahan, diperlukan pemeriksaan

laboratorium ini meliputi nilai trombosit, hemoglobin, hematokrit, leukosit.

Pada pasien dengan demam berdarah yang terutama dilihat dari hasil

laboratorium yaitu nilai trombosit, nilai trombosit yaitu 150-300 3/µl,

hemoglobin nilai normal 12.00-16.00 g/dl, hematokrit nilai normal 32.00-

44.00 %, leukosit nilai normal 5-1010ʌ3/ul, trombosit berperan penting dalam

hemopoesis, penghentian perdarahan dari cedera pembuluh darah

(Hoffbrand, 2007).

Terapi medis yang diberikan kepada An.F selama dirawat di Rumah

Sakit Umum Daerah Karanganyar. Jenis terapi cairan infus RL denga dosis

16 tetes permenit, golongan larutan eletrolit, fungsi dan farmakodinamik

Page 88: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

77

sebagai cairan untuk mengembalikan keseimbangan cairan. cefotaxim dengan

dosis 200mg/12 jam termasuk golongan obat antipakteri, fungsi dan

farmakodinamik untuk saluran nafas bawah saluran kemih kulit dan tulang

(ISO, 2012), paracetamol dengan dosis 3x11/2 cth termasuk golongan obat

analgesik non narkotik, fungsi dan farmakodinamik untuk menurunkan panas,

infus RL dengan dosis 16 tpm (makro) termasuk golongan cairan elektrolit

dan berfungsi untuk resusitasi cairan dan mengembalikan keseimbangan

cairan, cholescor 400 mg berfungsi untuk mengurangi kadar lemak dalam

darah. Pengobatan gejala yang menyertai dengue haemorhagic fever, jika

demam maka diberikan paracetamol (Prihaningtyas, 2014), dan berikan jus

jambu merah (Huda, 2010). Berdasarkan teori tersebut, terapi yang diberikan

sesuai dengan teori yang ada, sehingga tidak ada kesenjangan denga teori.

B. Perumusan Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan teori yang didapatkan penulis, masalah keperawatan

yang lazim muncul pada penyakit dengue haemorhagic fever adalah

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, hipertermia, resiko

perdarahan, ketidakefektifan pola nafas, nyeri akut, kekurangan volume

cairan ( Nurarif dan Hardhi, 2013). Dari pengkajian yang dilakukan penulis

didapatkan tiga masalah keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh, hipertermia, resiko perdarahan.Berdasarkan teori yang

tidak muncul adalah ketidakefektifan pola nafas, nyeri akut, kekurangan

volume cairan. Penulis tidak memasukkan dalam asuhan keperawatan An.F

Page 89: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

78

karena dalam pengkajian tidak didapatkan tanda dan gejala dari

ketidakefektifan pola nafas, kekurangan volume cairan tidak ditemukan pada

An.F. Sedangkan diagnosa nyeri akut tidak ditemukan juga pada An.F.

Diagnosa keperawatan utama yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat

akibat mual dan nafsu makan yang menurun, data yang menunjang pada

diagnosa keperawatan tersebut adalah dat subyektif ibu pasien mengatakan

anaknya susah makan, makan bubur sehari tiga kali dengan porsi dua sampai

tiga sendok. Data obyektif pasien tampak lemas, pengkajian antropometri

selama sakit berat badan 16 kg, biocemical hemoglobin 12.6 g/dl, hematokrit

37.5 %, leukosit 2.70 10ʌ3/ul, trombosit 41 10

ʌ3/ul, clinical lemas, mukosa

bibir kering, turgor kulit tidak elastis, diit bubur habis dua sampai tiga

sendok. Dari hasil pengkajian tersebut sesuai dengan teori dan batasan

karakteristik ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

penurunan berat badan, penurunan asupan makanan, membran mukosa kering

(Nurarif dan Hardhi, 2013). Dari hasil pengkajian dan batasan karakteristik

terdapat kesamaan, dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara

teori dan kenyataan yang terjadi pada An.F.

Penulis juga merumuskan diagnosa keperawatan yang kedua yaitu

hipertermia berhubungan dengan proses penyakit, data yang menunjang pada

diagnosa keperawatan tersebut adalah data subyektif ibu pasien mengatakan

anaknya panas sudah empat hari. Data obyektif kulit teraba panas, suhu tubuh

380C, panas hari ke empat. Dari hasil pengkajian tersebut sesuai dengan teori

Page 90: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

79

dan batasan karakteristik hipertermia yaitu kulit teraba panas, peningkatan

suhu tubuh diatas rentang normal (36,50C-37,5

0C) (Nurarif dan Hardhi,

2013). Berdasarkan hasil pengkajian dan batasan karakteristik terdapat

kesamaan, dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan antar teori dan kenyataan

yang terjadi pada An.F.

Penulis juga merumuskan diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu

resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor pembekuan

darah (trombositopeni), data yang menunjang pada diagnosa keperawatan

tersebut adalah data subyektif ibu pasien mengatakan An.F tangannya ada

bintik merah. Data obyektif pasien tampak lemas, tampak bintik merah pada

tangan, hasil pemeriksaan laboratorium hemoglobin 12.6 g/dl, hematokritt

37.5 %, leukosit 2.70 10ʌ3/ul, trombosit 41 10

ʌ3/ul, tekanan darah

90/60mmHg, nadi 84 kali permenit, respirasi 24 kali permenit. Hasil

pengkajian pada An.F tersebut sesuai dengan teori dan batasan karakteristik

resiko perdarahan yaitu trombositopenia, gangguan gastrointestinal (Nurarif

dan Hardhi, 2013). Berdasarkan hasil pengkajian dan batasan karakteristik

terdapat kesamaan, dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan antara teori dan

kenyataan yang ada pada An.F.

Untuk diagnosa kekurangan volume cairan tidak ditemui pada pasien

An.F. Tanda awal dari dengue haemorhagic fever ditandai oleh demam

mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu

makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi,

kepala, dan perut (Ngastiyah, 2005).

Page 91: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

80

Untuk diagnosa ketidakefektifan pola nafas tidak muncul pada An.F

karena tidak ditemui tanda-tandanya ketidakefektifan pola nafas seperti :

perubahan kedalaman penafasan, bradipneu, pernafasan cuping hidung,

takipneu, penggunaan otot bantu untuk nafas (Nurarif dan Hardhi, 2013).

Pada dengue haemorhagic fever terjadi pembesaran plasma dan penumpukan

cairan dirongga tubuh (Sudoyo dkk, 2006).

Untuk diagnosa nyeri akut tidak ditemui pada pasien An.F karena

tidak ditemui tanda-tandanya. Tanda awal dari penyakit dengue haemorhagic

fever nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala, dan perut

(Ngastiyah, 2005). Dan pada pasien An.F tidak merasakan nyeri pada anggota

tubuhnya.

Dalam memprioritaskan diagnosa keperawatan pada An.F penulis

menggunkan prioritas kebutuhan dasar Hirarki Maslow, diagnosa yang utama

adalah ketidakefektifan pola nafas, kekurangan volume cairan,

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, hipertermia, nyeri

akut, resiko perdarahan.

C. Intervensi

Prioritas diagnosa pertama yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat

akibat mual dan nafsu makan yang menurun, perawat melakukan rencana

keperawatan, setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 4x24 jam

diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil nafsu makan

Page 92: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

81

bertambah, tidak ada tanda-tanda malnutrisi (peningkatan berat badan,

mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis). Intervensi monitor tanda-tanda

vital, observasi pemberian makanan, timbang berat badan perhari, anjurkan

pasien makan sedikit tapi sering, kolaborasi dengan ahli gizi (Nurarif dan

Hardhi, 2013).

Diagnosa kedua yaitu hipertermia berhubungan dengan proses

penyakit, perawat melakukan rencana keperawatan, setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 4x24 jam diharapkan hipertermi dapat teratasi

dengan kriteria hasil suhu tubuh dalam rentang normal (36,50C-37,5

OC),

perabaan kulit hangat. Intervensi yang pertama monitor suhu tubuh minimal

tiap 2 jam, monitor tanda-tanda vital, kompres pasien pada lipat paha dan

aksila, berikan pengobatan untuk mengatasi demam(Nurarif dan Hardhi,

2013).

Untuk diagnosa ketiga resiko perdarahan berhubungan dengan faktor-

faktor pembekuan darah (trombositopeni), perawat melakukan rencana

keperawatan, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam

diharapkan resiko perdarahan teratasi dengan kriteria hasil tekanan darah

dalam batas normal (100/70mmHg), hasil laboratorium dalam batas normal

hemoglobin 12.00-16.00 g/dl, hematokrit 32.00-44.00 %, leukosit 5-

1010ʌ3/ul, trombosit 150-300 10

ʌ3/ul. Intervensi yang pertama dilakukan

monitor tanda-tanda vital, observasi tanda-tanda perdarahan, catat nilai

hemoglobin hematokrit leukosit dan trombosit, anjurkan keluarga pasien

untuk meningkatkan intake makanan yang mengandung vitamin, kolaborasi

Page 93: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

82

dengan dokter (Nurarif dan Hardhi, 2013), berikan jus jambu merah pagi dan

sore (Huda,2010).

D. Implementasi

Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis untuk mengatasi

diagnosa pertama yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan

nafsu makan yang menurun dilakukan selama empat hari. Penulis sudah

melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan yaitu

memonitor tanda-tanda vital, mengobservasi pemberian makan, menimbang

berat badan, berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi, mengajarkan

kepada keluarga untuk makan sedikit tapi sering, , berkolaborasi dengan ahli

gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

Sedang diagnosa keperawatan yang kedua yaitu hipertermia

berhubungan dengan proses penyakit. Implementasi yang dilakukan penulis

untuk mengatasi hipertermia yang dilakukan selama empat hari. Penulis

melakukan Monitor suhu minimal tiap 2 jam, memonitor warna dan suhu

kulit, memberikan pengobatan untuk mengatasi demam yaitu paracetamol

3x11/2 cth (ISO, 2012), memberikan kompres hangat pada bagian axsila.

Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis untuk mengatasi

diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu Resiko perdarahan berhubungan

dengan faktor-faktor pembekuan darah (trombositopeni) dilakukan selama

empat hari. Penulis sudah melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan

Page 94: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

83

intervensi keperawatan yaitu memonitor tanda-tanda vital, mengobservasi

tanda-tanda perdarahan, mencatat nilai hemoglobin hematokrit leukosit dan

trombosit, menganjurkan keluarga pasien untuk meningkatkan intake

makanan yang mengandung vitamin, berkolaborasi dengan dokter,

memberikan jus jambu merah pagi dan sore (Huda,2010).

Untuk peningkatan trombosit darah dengan memberi asupan minuman

bernutrisi atau makanan yang kaya nutrisi. Dengan minum jus jambu biji

tetapi jambu biji yang berwarna merah buah yang satu ini sudah dikenal

masyarakat mampu meningkatkan jumlah trombosit. Mekanisme kerja jambu

biji dalam peningkatan jumlah trombosit, tanin dan flavonoid yang

dinyatakan sebagai quersetin dalam ekstrak jambu biji dapat menghambat

aktivitas enzim reverse transkriptase, yang berarti khasiat untuk mengatasi

penyakit demam dengan menghambat pertumbuhan virus berinti RNA. Bahan

itu juga disebutkan mampu meningkatkan jumlah trombosit hingga 100 ribu

milimeter per kubik tanpa efek dalam meningkatkan trombosit pada penderita

demam berdarah (Huda, 2010).

Buah jambu (Psidiumguajava L.) kaya dengan vitamin C, β karoten,

vitamin B1, B2dan B6. Buah jambu merah mengandung vitamin C dalam

jumlah besar. Dilaporkan 100 g buah jambu merah mengandung 100 mg

vitamin C (Puspaningtyas, 2012). Jadi khasiat jambu biji karena jambunya,

melainkan cairan jus yang masuk ke tubuh pasien dalam jumlah banyak.

Cairan jika diminum sampai 2 atau 3 gelas sehari, amat dibutuhkan pasien

yang kehilangan banyak plasma darah akibat penurunan trombosit. Trombosit

Page 95: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

84

(keping-keping darah) adalah fragmen sitoplasmik tanpa inti berdiameter 2-4

mm yang berasal dari megakariosit, nilai normal trombosit yaitu 150-300

u/µl, dan trombosit berperan penting dalam hemopoesis, penghentian

perdarahan dari cedera pembuluh darah (Hoffbrand, 2007).

Pemberian jus jambu biji sangat bermanfaat dalam hal vitamin C dan

cairan yang dapat membantu proses penyembuhan (Guyton dan Hall, 2006).

Cara yang mudah untuk mengkonsumsi buah ini adalah dengan membuatnya

jus sehingga mudah dicerna dengan cara diminum (Huda, 2010).

Buah jambu merah bermanfaat untuk memperbaiki kapiler supaya

tidak terjadi kebocoran. Oleh karena itu pencegahan pecahnya kapiler dapat

dilakukan dengan minum jus jambu biji secara rutin jika sudah muncul

kecurigaan, bahwa demam berdarah sedang beraksi di dalam tubuh. Likopen

dalam jambu biji lokal merah mempunyai banyak manfaat karena bersifat

antioksidan. Buah jambu biji yang dapat memperlambat penggandaan

(replika) human immunodeficiency virus (HIV) penyebab penyakit AIDS. Zat

ini bekerja dengan cara menghambat pengeluaran enzim reserved

transriptase yang dapat mengubah RNA virus menjadi DNA di dalam tubuh

manusia. Buah jambu merah bermanfaat untuk memperbaiki kapiler supaya

tidak terjadi kebocoran. Oleh karena itu pencegahan pecahnya kapiler dapat

dilakukan dengan minum jus jambu biji secara rutin jika sudah muncul

kecurigaan, bahwa demam berdarah sedang beraksi di dalam tubuh. Likopen

dalam jambu biji lokal merah mempunyai banyak manfaat karena bersifat

antioksidan (Huda, 2010).

Page 96: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

85

Trombosit adalah merupakan bagian darah yang berperan dalam

proses pembekuan darah, bentuk trombosit tidak beraturan, tidak memiliki

inti sel, serta berukuran kecil. Fungsi trombosit yaitu membekukan darah

sehingga tidak banyak darah yang terbuang percuma saat terjadi perdarahan.

Trombosit juga berfungsi untuk mendorong respon daya tahan tahan tubuh.

Dengan kata lain, trombosit juga berfungsi untuk memperkuat daya tahan

tubuh (Fauzan, 2013).

E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan pada An.F yang dirawat di ruang Melati Rumah

Sakit Umum Daerah Karanganyar yang dilakukan selama 4 hari untuk

diagnosa pertama ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu

makan yang menurun yaitu subyektif ibu pasien mengatakan An.F makan satu

porsi bubur habis. Data obyektif antropometri berat badan 16, biocemical

hasil laboratorium hemoglobin 12.6 g/dl hematokrit 34.5 % leukosit 5.70

10ʌ3/ul, clinical mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis, diit bubur habis

satu porsi. Analisis masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh teratasi. Planning hentikan intervensi. Hal ini menyatakan

masalah ketidakseimbangan nutrisi sudah teratasi, nafsu makan bertambah,

tidak ada tanda-tanda malnutrisi (peningkatan berat badan, mukosa bibir

lembab, turgor kulit elastis) (Nurarif dan Hardhi, 2013).

Page 97: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

86

Catatan perkembangan pada An.F yang dirawat di ruang Melati rumah

sakit umum daerah karanganyar yang dilakukan selama 4 hari untuk diagnosa

hipertermia berhubungan dengan proses penyakit didapatkan hasil evaluasi

data subyektif ibu pasien mengatakan An.F sudah tidak panas. Data obyektif

suhu tubuh 37,20C. Analisis masalah hiperterima teratasi. Planning hentikan

intervensi. Dengan kriteria hasil suhu tubuh dalam rentang normal (36,50C-

37,5OC), perabaan kulit hangat (Nurarif dan Hardhi, 2013). Hal ini

menyatakan masalah hipertermia sudah teratasi dan hentikan intervensi.

Catatan perkembangan pada An.F yang dirawat di ruang Melati

Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar yang dilakukan selama 4 hari untuk

diagnosa resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor

pembekuan darah (trombositopeni). Didapatkan hasil evaluasi data subyektif

ibu pasien mengatakan bintik ditangan tidak ada. Data obyektif hasil

laboratorium hemoglobin 12.6 g/dl hematokrit 34.5 % leukosit 5.70 10ʌ3/ul

trombosit 150 10ʌ3/ul. Analisis masalah resiko perdarahan teratasi. Planning

hentikan intervensi. Nilai normal trombosit pada anak yaitu, nilai trombosit

yaitu 150-300/µl. Trombosit berperan penting dalam hemopoesis,

penghentian perdarahan dari cedera pembuluh darah (Hoffbrand, 2007). Hal

ini menyatakan masalah resiko perdarahan sudah teratasi dan hentikan

intervensi.

Page 98: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

87

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penulis menerapkan pemberian jus jambu merah terhadap

peningkatan trombositterhadap nilai trombosit yang turun pada asuhan

keperawatan An.F dengan dengue haemoragic feverdiruang rawat inap anak

Melati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

1. Pada pengkajian An.F dengan Dengue Haemoragic Fever didapatkan

data subyektif dan obyektif, terdapat keluhan utama panas selama 4 hari

dan susah makan. Data obyektif suhu 380C, mukosa bibir kering, tidak

nafsu makan merupakan tanda dan gejala dari penyakit dengue

haemoragic fever.

2. Prioritas diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan kebutuhan

dasar Maslow pada pasien adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat

akibat mual dan nafsu makan yang menurun, hipertermia berhubungan

dengan penyakit, resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan

faktor-faktor pembekuan darah (trombositopeni).

3. Intervensi keperawatan untuk diagnosa yang pertama ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi

yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun

observasi pemberian makanan, timbang berat badan perhari, anjurkan

Page 99: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

88

pasien makan sedikit tapi sering. Diagnosa yang kedua hipertermia

berhubungan dengan proses penyakit, intervensi monitor suhu tubuh

minimal tiap 2 jam, kompres pasien pada lipat paha dan aksila. Diagnosa

yang ketiga Pada diagnosa ketiga yaitu resiko perdarahan, intervensi

berikan jus jambu merah pagi dan sore.

4. Implementasi yang diberikan penulis sesuai dengan intervensi yang

sudah dibuat penulis. pemberian jus jambu merah merupakan salah satu

tindakan untuk membantu meningkatkan trombosit pada An.F. pada

diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu, resiko perdarahan berhubungan

dengan penurunan faktor-faktor pembekuan darah (trombositopeni).

5. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama empat hari, evaluasi

masalah pada ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan

nafsu makan yang menurun sudah teratasi. Dengan intervensi

dipertahankan anjurkan keluarga pasien untuk memberikan makan sedikit

tapi sering. Diagnosa keperawatan kedua yaitu hipertermia berhubungan

dengan proses penyakit, sudah teratasi. Diagnosa keperawatan ketiga

yaitu resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor

pembekuan darah (trombositopeni), masalah teratasi dan pertahankan

intervensi pemberian jus jambu merah.

6. Analisa hasil implementasi aplikasi jurnal penelitian yang telah

dilakukan oleh Huda (2010). Pemberian jus jambu merah untuk

peningkatan trombosit yang diberikan selama tiga hari, setiap pagi dan

Page 100: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

89

sore. Hasil analisa dari implementasi berupa hasil dari laboratorium yang

diambil tiga hari setelah diberikan tindakan aplikasi jurnal.

B. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan

dengue haemoragic fever, penulis memberikan usulan dan masukan positif

pada bidang kesehatan antara lain :

1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)

Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan

mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun

dengan klien, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan

keperawatan yang optimal pada umumnya dan khususnya bagi klien yang

mengalami dengue haemoragic fever.

2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Diharapkan perawat memiliki tanggung jawab dan ketrampilan yang baik

dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan yang lain dalam

memberikan asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengue

haemoragic fever, keluarga, perawat dan tim kesehatan lain mampu

membantu dalam kesembuhan pasien serta memenuhi kebutuhan

dasarnya.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan selalu meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih

berkualitas sehingga dapat menghasilkan perawat yang profesional,

Page 101: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

90

terampil, inovatif dan bermutu dalam memberikan asuhan keperawatan

secara komprehensif berdasarkan ilmu dan kode etik keperawatan.

Page 102: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.

Alimul, A.H. 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif.

Surabaya: Health Books publising.

A. V. Hoffbrand, J. E. Petit, P.A.H. Moss. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Edisi

4. Jakarta. EGC.

Ainul, R. K. 2010. Sayur Buah Sehat Mengenal Kandungan`DanKhasiat Untuk

Menjaga Kesehatan Tubuh. Yogyakarta: Pionor Media.

Christanto, Liwang fans, Hanifa Sonia Pradipta, E adip. 2014. Kapita Selekta

Kedokteran. Edisi 4. Media Aedculapius. Jakarta.

Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.

Garna, H. 2012. Devisi Penyakit dan Penyakit Tropis. Bandung: Universitas

Padjajaran.

Guyton AC, Hall JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta.

EGC.

Hidayat, A Aziz Alimun. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk

Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Nelson. 2012. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Jakarta: EGC.

Ngastiyah. 2005. Keperawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Nasirudin, M. 2005. Pengaruh Pemberian Ekstrak Jus Jambu Biji Terhadap

Peningkatan Jumlah Trombosit Kasus Demam Berdarah Dengue Pada Anak.

Universitas Airlangga.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta: EGC.

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk bidan dan perawat).

Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika.

Padila. 2013. Asuhan Keperawatan penyakit dalam. Nuha Medika. Yogyakarta.

Page 103: KARYA TULIS ILMIAH APLIKASI RISET PEMBERIAN JUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-sintaputri... · berhubungan dengan penurunan faktor-faktor ... ketidakseimbangan

Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Konsep, Proses dan

Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC

Price, S. A. dan Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-Proses

Penyakit. Edisi 6. Volume 1. Jakarta. EGC.

Setiadi. 2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Sudoyo, Aru, W. 2006. Buku Ajaran Penyakit dalam. Edisi 4. Jilid 3. Jakarta :

FKUI.

Wilkinson, J.M., dan Ahern N.R. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan

Diagnosa NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Jakarta :

EGC.

Wong, Donna L, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2. Jakarta

: EGC.

World Health Organization. 2014. Tropical Disease. Dengue and Severe Dengue :

Global Burden of Dengue. Geneva.