karsinoma sel transisional pada vu

24
I. PENDAHULUAN Karsinoma sel buli atau karsinoma pada vesica urinaria merupakan tumor yang paling sering terjadi pada traktus urinarius. Hampir semua kanker veskia urinaria berasal dari urotelium (sel epitel traktus urinarius), yang normal terdiri dari 3-7 lapisan, meliputi basal cell , intermediate cell dan superficial cell. Pada lapisan paling superfisial terdapat sel payung. Urotelium terletak pada lamina propria membrane basalis. Pada lamina propria ini terdapat tunika muskularis mukosa yang terdiri dari otot polos. Pada karsinoma urotelial, lapisan inilah yang mengalami degenerasi atau proses keganasan (Mangan, 2009). Karsinoma sel transisional atau karsinoma uroterial merupakan jenis karsinoma buli yang paling sering dijumpai dengan angka insidensi mencapai 90%, disusul karsinoma sel skuamosa pada urutan kedua dengan angka insidensi 8-10%. The American Cancer Society melaporkan ada 72.570 kasus kanker vesica urinaria yang baru terdiagnosis pada 2013 dan 15.210 diantara akan meninggal karena penyakit tersebut. Insidensi kanker vesica urinaria meningkat sesuai dengan pertambahan usia, dengan median usia terdiagnosis adalah 65 tahun. Di Amerika Serikat, kanker vesica urinaria berada di urutan keempat dalam kanker yang paling banyak menyerang pria, setelah kanker prostat, paru dan kanker 1

Upload: bara-kharisma

Post on 05-Dec-2015

63 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

REFRAT CA TRSNTL

TRANSCRIPT

Page 1: Karsinoma Sel Transisional Pada VU

I. PENDAHULUAN

Karsinoma sel buli atau karsinoma pada vesica urinaria merupakan tumor

yang paling sering terjadi pada traktus urinarius. Hampir semua kanker veskia

urinaria berasal dari urotelium (sel epitel traktus urinarius), yang normal terdiri

dari 3-7 lapisan, meliputi basal cell , intermediate cell dan superficial cell. Pada

lapisan paling superfisial terdapat sel payung. Urotelium terletak pada lamina

propria membrane basalis. Pada lamina propria ini terdapat tunika muskularis

mukosa yang terdiri dari otot polos. Pada karsinoma urotelial, lapisan inilah yang

mengalami degenerasi atau proses keganasan (Mangan, 2009).

Karsinoma sel transisional atau karsinoma uroterial merupakan jenis

karsinoma buli yang paling sering dijumpai dengan angka insidensi mencapai

90%, disusul karsinoma sel skuamosa pada urutan kedua dengan angka insidensi

8-10%. The American Cancer Society melaporkan ada 72.570 kasus kanker vesica

urinaria yang baru terdiagnosis pada 2013 dan 15.210 diantara akan meninggal

karena penyakit tersebut. Insidensi kanker vesica urinaria meningkat sesuai

dengan pertambahan usia, dengan median usia terdiagnosis adalah 65 tahun. Di

Amerika Serikat, kanker vesica urinaria berada di urutan keempat dalam kanker

yang paling banyak menyerang pria, setelah kanker prostat, paru dan kanker

kolorektal. Di Indonesia sendiri belum ditemukan angka kejadian pasti

(Tanagho et al, 2008).

Di dunia, setiap tahunnya ditemukan 275.000 pasien baru yang

terdiagnosis kanker vesica urinaria dan 108.000 diantaranya meninggal akibat

penyakit tersebut, dan 90% diantaranya merupakan karsinoma sel transisional.

Kanker vesica urinaria yang masih dalam tahap awal memiliki prognosis lebih

baik dan tatalaksana yang lebih efektif, meskipun pasien harus dipantau dengan

teliti setelah pemberian terapi, sebab peluang kekambuhannya sekitar 50-80%

(Mangan, 2009).

1

Page 2: Karsinoma Sel Transisional Pada VU

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Karsinoma buli merupakan kanker yang berada di buli atau vesica

urinaria, suatu organ berbentuk seperti balon yang berfungsi untuk

menampung urin. 90% karsinoma buli merupakan karsinoma sel transisional.

Disebut karsinoma sel transisional karena sel kanker muncul dari epitel

transisional, yang merupakan epitel utama penyusun organ traktus urinarius,

termasuk vesica urinaria (Steinberg, 2014).

Secara umum karsinoma vesika urinaria dibagi menjadi karsinoma

superfisial dan karsinoma infiltratif atau invasif. Disebut karsinoma

superfisial bila proses keganasan terjadi hanya sebatas lapisan subepitelial

atau submukosa dan belum mencapai lapisan otot dari buli. Apabila sudah

mencapai lapisan otot, disebut sebagai karsinoma infiltratif. Pada saat

diagnosis awal, lebih kurang 70 % kasus karsinoma vesika urinaria adalah

karsinoma superfisial, 25 % karsinoma infiltratif dan sisanya 5% pada saat

diagnosis sudah mengalami metastasis Karsinoma superfisial mempunyai

kecenderungan yang tinggi untuk mengalaini. rekurensi dan progresi.

Rekurensi terjadi pada 50 – 70 % kasus sedangkan progresi terjadi pada 10

-15 % kasus (Tanagho, 2008).

B. Etiologi

Penyebab-penyebab karsinoma sel transisional pada buli-buli

semakin banyak dan rumit, dan beberapa substansi-substansi dalam industri

kimia diyakini bersifat karsinogenik. Salah satunya adalah sifat

karsinogenisitas dari β-naphthylamine yang telah ditemukan. Substansi ini

diyakini terbawa dalam urine dan menyebabkan asal tumor dalam kaitannya

dengan kontak dengan permukaan mukosa vesika dalam waktu lama.

Substansi kimia lainnya yang diwaspadai bersifat karsinogenik adalah

benzidine (CAP, 2011).

C. Faktor Risiko

2

Page 3: Karsinoma Sel Transisional Pada VU

Lebih dari 80% karsinoma buli berhubungan dengan paparan

lingkungan. Penggunaan tembakau merupakan penyebab paling sering

ditemukan. Faktor risiko yang diduga sebagai penyebab karsinoma buli

adalah (CAP, 2011) :

1. Rokok

Rokok mempunyai peran yang besar pada karsinoma vesika urinaria,

lebih dari 50 % kasus karsinoma vesika urinaria terjadi pada perokok

Nitrosainine, 2-naphthylainine, dan aininopbiphenyl merupakan

bahan-bahan karsinogenik yang terdapat dalam rokok. Alpha dan beta

naphthylainine disekresikan dan terdapat dalam urin perokok.

2. Aromatic amines

Aromatic amines merupakan bahan-bahan karsinogen yang poten

Pekerja yang bekerja pada industri kimia, karet, minyak, kulit dan cat

mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi karsinoma vesika

urinania, Periode laten antara paparan dan kejadian karsinoma vesika

urinaria membutuhkan waktu yang lama.

3. Analgesik yang berlebihan (phenacetin)

N Hydroxy yang merupakan metabolit phenacetin, dapat ineyebabkan

tumor urothelial.

4. Radiasi pelvis

Insidensi meningkat 2-3 kali lipat pada wanita dengan keganasan

servik uteri yang mendapat terapi radiasi.

5. Regimen kemoterapi intravesikal (siklofosfamid)

Paparan axrolein yang merupakan metabolit siklofosfamid yang

terdapat dalam urin akan meningkatkan risiko untuk terjadinya

karsinoma vesika urinaria sampai 9 kali lipat.

6. Kopi

7. Pemanis buatan

8. Infeksi kronis (bakteri, virus, jamur ataupun parasit)

9. Genetik

Mutasi gen tumor supresor p53 yang terdapat pada kromosom 17,

berhubungan dengan karsinoma vesika urinania high grade dan

3

Page 4: Karsinoma Sel Transisional Pada VU

karsinoma in situ. Mutasi gen tumor supresor p15 dan p16 yang

terdapat pada kromosom 9 berhubungan dengan low grade dan tumor

superfisial. Mutasi dan rubidium (Rb) yang merupakan gen tumor

supresor Meningkatnya ekspresi gen epidermal growth dan erb B-2

onkogen, dan mutasi onkogen p21 ras, c-mye dan c-jun.

D. Gejala klinis

Gejala pada kanker sel transisional pada buli-buli tidaklah spesifik.

Banyak penyakit-penyakit lain, yang termasuk kondisi inflamasi, melibatkan

ginjal dan kandung kemih, menunjukkan gejala yang sama. Gejala pertama

yang paling umum adalah adanya darah dalam urin (hematuria). Hematuria

dapat terlihat dengan mata telanjang, ataupun berada dalam level

mikroskopik. Gejala seperti adanya iritasi pada urinasi juga dapat

dihubungkan dengan kanker kantung kemih, seperti rasa sakit dan terbakar

ketika urinasi, rasa tidak tuntas ketika selesai urinasi, sering urinasi dalam

jangka waktu yang pendek. Iritabilitas vesikal dengan atau tanpa sakit

biasanya menandakan adanya infiltrasi, walaupun tidak dalam semua kasus

(CAP, 2011).

E. Penegakkan Diagnosis

1. Anamnesis

Pada anamnesis 80-90 % pasien mengeluh hematuria, baik itu gross

hematuria maupun inikroskopik hematuria, intermiten dan tidak terasa

nyeri (painless). Gejala iritatif berupa frekuensi, urgensi, nokturia dan

disuria dapat terjadi pada pasien- pasien dengan karsinoma in situ ,

Keluhan berupa nyeri yang tumpul pada pinggang, perubahan pola buang

air besar atau teraba masa bisa merupakan gejala awal dan karsinoma

vesika urinaria invasif. Kadang-kadang dapat terjadi hidrorefrosis yang

dapat menyebabkkan rasa pegal dan tidak nyaman pada pinggang maupun

insufisiensi ginjal akibat obstruksi ureter (Basuki, 2000).

Gejala tersering kanker buli adalah painless hematuria, ditemukan

85% penderita. Keluhan tersebut biasanya muncul secara intermiten.

4

Page 5: Karsinoma Sel Transisional Pada VU

Gejala lain adalah iritasi buli sebanyak 25%. Keluhan frekuensi, urgensi

dan disuria yang sering dihubungkan dengan Tis difus atau karsinoma buli

invasif. Semua gejala tersebut disertai oleh sedikitnya mikroskopik

hematuria. Gejala lainnya adalah nyeri pinggang karena obstruksi ureter,

udem ekstremitas bawah, dan massa di pelvis. Pada stadium lanjut disertai

gejala penurunan berat badan, nyeri tulang atau abdomen (Basuki, 2000).

2. Pemeriksaan Fisik

Tidak ditemukan kelainan pada hampir semua penderita tumor buli.

Pasien dengan tumor terbatas pada mukosa atau submukosa umumnya

pemeriksaan fisiknya normal. Perlu dilakukan pemeriksaan pelvis

bimanual secara seksama untuk mencari adanya massa atau indurasi pada

palpasi. Pasien dengan tumor buli yang besar atau stadium lanjut mungkin

ditemukan nyeri abdomen, massa buli-buli atau indurasi. Pada pasien-

pasien dengan tumor infiltratif atau volume tumor yang besar bisa teraba

massa tumor berupa indurasi di daerah suprapubik pada pemeriksaan

bimanual yang dilakukan secara hati-hati dalam stadium anestesi (Basuki,

2000)

Pemeriksaan bimanual dilakukan sebelum dan sesudah tindakan

endoskopi (TURBT) dan mempunyai nilai klinis dalam menentukan

staging awal . Pada pemeriksaan bimanual sebelum TUR teraba masa

tetapi setelah TUR masanya hilang , secara klinis stadium T2, apabila

massa masih dapat dipalpasi stadium T3a atau lebih tinggi . Hal ini

disebabkan oleh karena tumor melakukan infiltrasi secara lokal. Tumor

yang masih bisa digerakkan (mobile) masuk dalam stadium dibawah T3b,

bila tumor tidak dapat digerakkan masuk dalam stadium T4, Pada tumor

yang telah mengalaini metastasis mungkin didapatkan hepatomegali atau

limpedema, oleh karena oklusi pada kelenjar limpe pelvikal (Basuki,

2000).

3. Pemeriksaan Laboratorium

5

Page 6: Karsinoma Sel Transisional Pada VU

Meliputi pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, gula darah, ureum,

kreatinin, pemeriksaan fungsi hati, urinalisis, kultur urin (pada kasus-kasus

tertentu), golongan darah, waktu perdaraian dan pembekuan. Beberapa

pemeriksaan khusus untuk karsinoma sel transisional adalah (Basuki,

2000):

a. Sitologi urin

Sampel urin diperiksa dibawah inikroskop untuk melihat ada

tidaknya sel kanker yang mengalami eksfoliasi dalam urin. Sampel

didapatkan dengan membilas kandung kencing dengan Naci 0,9 %

melalui kateter atau sistoskop dan kemudian diperiksa dibawah

inikroskop. Pemeriksaan sitologi urin bisa digunakan sebagai sarana

skrining dan menilai respon terapi. Pemeriksaan sitologi sebaiknya

dilakukan pada seluruh pasien dengan kecurigaan karsinoma buli.

Pemeriksaan ini memiliki keterbatasan yaitu hasilnya kurang baik

pada penderita tumor berdiferensiasi baik dengan kepekaaan hanya

30%, pada tumor berdiferensiasi buruk atau karsinoma in situ masih

terdapat false negatif sebesar 20%. Untuk meningkatkan kepekaan

pemeriksaan sitologi urin dapat dilakukan bladder washing secara

mekanik dengan normal salin. Tindakan ini memberikan hasil positif

10% pada tumor grade 1, 50% pada tumor grade 2 dan 90% pada

penderita tumor grade 3. Pemeriksaan ini dilakukan pada urin pasien

yang telah mendapat hidrasi yang cukup sehingga didapatkan spesimen

yang adekuat.

b. Flow Cytometri

Pemeriksaan ini dapat menentukan kelainan kromosom dan sel

tumor.

c. Assay Urin

Seperti disebutkan sensitifitas sitologi urin tergantung dan

bermacam-macam faktor antara lain dan adekuat tidaknya sampel,

stadium dan derajat deferensia tumor dan pengalaman dan sitopatologis.

Oleh karena itu sekarang dikembangkan assay urin, inisalnya BTAstat

test, NMP 22, FDP, Telomerase dan. analisis inikrosatelit. Semua

6

Page 7: Karsinoma Sel Transisional Pada VU

pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi dan surveilens karsinoma

vesika urinaria terutama jenis karsinoma sel transisional.

BTAstat test adalah pemeriksaan imunokromatografi yang

digunakan untuk mendeteksi adanya bladder tumour antigen (BTA) di

dalam urin. Antigen yang dideteksi adalah human complement factor-H

related protein NINIP-22 (Nuclear matrix protein-22) adalah aparatus

protein yang berperan dalam initosis inti sel dan terlibat dalam

distribusi kromatin sel. NMP-22 ada di semua jenis sel terutama di

matrik inti sel. NMP-22 dilepaskan oleh inti sel tumor selama apoptosis.

NMP-22 didapatkan dalam urin penderita karsinoma vesika urinania 25

kali lebih banyak dibandingkan dengan orang normal Telomerase

adalah suatu enzim ribonukleoprotein yang inaktif pada sel epitelial

normal tetapi reaktifpada sel kanker.

4. Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan pencitraan (imaging) digunakan untuk staging. Pada

pemeriksaan ini dapat diketahui infiltrasi tumor ke muskulus detrusor, ada

tidaknya metastasis baik regional maupun jauh dan evaluasi traktus

urinarius bagian atas, karena pada 4 % kasus karsinoma vesika urinaria

juga ditemukan karsinoma sel transisional pada traktus urinarius bagian

atas (Basuki, 2000)

Pemeriksaan urografi intravena (IVU/IVP) diindikasikan pada semua

pasien dengan kecurigaan keganasan buli. Pemeriksaan ini tidak terlalu

sensitif terutama pada tumor berukuran kecil. Tetapi pemeriksaan ini

berguna untuk mengetahui apakah ada keterlibatan saluran kemih bagian

atas pada tumor urotelial yang dapat mempengaruhi pilihan tata laksana.

Tumor yang besar akan terlihat sebagai filling defect pada fase sistogram

atau hanya sekitar 50% penderita saja. Pembesaran buli yang tidak

simetris juga mencurigakan keganasan. Penyebab lain filing defek adalah

adanya bekuan darah, lipatan buli karena belum penuh atau karena desakan

organ ekstravesika. Untuk meningkatkan sensitivitas pemeriksaan tersebut

harus dibuat foto fase awal pengisian, saat buli penuh dan fase

7

Page 8: Karsinoma Sel Transisional Pada VU

pengosongan buli-buli. Bila terdapat gambaran obstruksi ureter dan

hidroneprosis sering menandakan tumor sudah menginvasi otot detrusor

yang terbukti pada sekitar 90% penderita karsinoma sel transisional

(Basuki, 2000).

Pyelografi intravena masih merupakan pemeriksaan standar yang

digunakan untuk evaluasi keluhan hematuria. Pada karsinoma vesika

urinaria pyelografi intravena memberikan gambaran filling defek, USG

dapat juga digunakan untuk mendeteksi adanya tumor vesika urinaria dan

adanya gangguan pada traktus urinarius bagian atas (Basuki, 2000).

Foto thorak merupakan pemeriksaan rutin yang harus dilakukan pada

semua pasien terutama pada pasien-pasien yang didiagnosis karsinoma

vesika urinaria, untuk menilai ada tidaknya metastasis ke paru. Scaning

tulang dilakukan untuk evaluasi adanya penyebaran sel tumor ke tulang,

kelainan faal hati dan peningkatan alkalin fosfatase (Basuki, 2000)

Pemeriksan lain adalah CT Scan dan MRI . Pemeriksaan ini dilakukan

untuk menilai luasnya invasi tumor ke dinding vesika urinaria dan menilai

ada tidaknya pembesaran kelenjar limfe didaerah pelvis. Dengan CT scan

abdomen dapat diketahui ekstensi tumor ke organ lokal ekstravesika juga

menilai kelenjar getah bening pelvis dan paraaorta serta metastasis ke

organ visceral (Basuki, 2000).

F. Patogenesis

Bahan-bahan karsinogenik yang terdapat dalam urin berperan dalam

proses terjadinya karsinoma vesika urinaria superfisial. Ada beberapa

karsinogen yang telah berhasil diidentifikasi, adalah ainin aromatik spesifik

atau nitrosainin. Ainin aromatik spesifik ini mudah diabsorpsi oleh kulit dan

mukosa, kemudian masuk kedalam aliran darah dan dimetabolisir di hepar

akhirnya dkeluarkan lewat unin, Di dalam urin bahan ini menyebabkan

kerusakan DNA dan sel urotelial. Hal ini akan menginisiasi mutasi gen dan

perubahan regulasi pertumbuhan sel epitel pada vesica urinaria (Escudero et

al,, 2011).

G. Patofisiologi

8

Page 9: Karsinoma Sel Transisional Pada VU

Karsinoma sel transisional muncul dari stem cells yang berdekatan

dengan membrana basalis dari permukaan epitel. Pada keganasan ini terjadi

proliferasi abnormal urotel (sel transisional) buli, perubahan maturasi sel,

peningkatan rasio inti-sitoplasma, inti sel yang lebih prominen serta

penambahan jumlah mitosis. Pola pertumbuhannya dapat berbentuk papiler,

sessile (solid), infiltratif, nodular, mixed serta pertumbuhan intaepitelial yang

datar (flat). 70% tumor buli berbentuk papilar, 10% berbentuk nodular dan

20% berbentuk mixed. Tumor berbentuk papiler akan menonjol ke lumen, dan

apabila tidak dilakukan pengobatan, pada akhirnya sel tumor akan

menginvasi lapisan lamina propria dan dapat menembus lapisan muskulus

dan dapat bermetastasis. Karsinoma urotelial memiliki potensi yang besar

untuk menjadi ganas, oleh karena itu dapat mengandung spindle cell,

squamous cell ataupun adenocarcinoma. Penyebarannya dapat secara

limfatik, hematogen dan implantasi secara langsung (Escudero et al., 2011).

Sekitar 10% karsinoma sel transisional dapat berkembang menjadi

carcinoma in situ (CIS). CIS diawali lesi prekursor flat urothelial, dan dapat

memberikan gambaran mukosa buli yang eritematous dan seringkali tidak

tampak secara endoskopik. Gambaran histopatologi biasanya adalah

karsinoma sel transisional dengan poorly differentiated grade. Pemeriksaan

sitologi urine memberikan hasil yang positif pada 80%-90% penderita. CIS

didapatkan pada 20-75% penderita karsinoma buli jenis high grade (Kumar et

al., 2010).

H. Pemeriksaan histopatologi

Tampak tumor ganas yang tumbuh berpapil-papil, juga terlihat pada

pemeriksaan mikroskopik, sehingga tampak jaringan ikat di antara kelompok

sel ganas yang meliputi jaringan ikat tersebut. Epitel transisional tersusun atas

sel-sel lonjong, besar dengan inti pleimorfik, basofilik, sitoplasma sedikit,

yang memberikan gambaran ganas (Kumar et al., 2010).

9

Page 10: Karsinoma Sel Transisional Pada VU

Gambar 1. Gambaran histopatologis Karsinoma Sel Transisonal

I. Terapi lama

Sistektomi radikal di sertai pengangkatan kelenjar getah bening pelvis

secara end blok merupakan terapi bedah standar untuk karsinoma buli

invasive yang belum bermetastasis. Pada pria dilakukan pengangkatan

kandung kemih, prostat, dan vesika seminalis. Sedangkan penderita wanita

dilakukan eksenterasi anterior yakni mengangkat kandung kemih, serviks,

uterus, vagina anterior, uretra, ovarium dan tuba fallopii. sistektomi radikal

hinga saat ini menjadi gold standard dengan angka bebas rekurensi local

mencapai 95%. Indikasi sistektomi radikal adalah (Basuki, 2000):

1. Karsinoma vesika urinaria yang menginvasi otot (muscle

invasive) T2 atau lebih.

2. Tumor dengan low stage yang tidak dapat dilakukan reseksi

atau multisentris.

3. Tumor Ti dengan derajat keganasan tinggi.

4. Belum ada metastasis jauh.

5. Karsinoma in situ atau tumor multifokal yang mengalaini

rekurensi setelah dilakukan TURBT dan kemoterapi intravesikal.

Seperti yang telah disebutkan , dikatakan metastasis apabila terjadi

penyebaran sel tumor ke kelenjar limfe regional, hepar, paru dan tulang.

Terapi standar pada karsinoma metastasis adalah kemoterapi sistemik.

(Basuki, 2000)

10

Page 11: Karsinoma Sel Transisional Pada VU

J. Terapi baru

Sekarang ini dikembangkan pemakaian regimen Gemcitabine dan

Cisplatin yang sudah memasuki fase III. Dan beberapa studi didapatkan tidak

ada perbedaan yang signifikan dalam hal ketahanan hidup antara penggunaan

MVAC dan Gemcitabin Cisplatin. Tetapi yang jelas Gemeitabine-Cisplatin

mempunyai toksisitas yang lebih rendah dan regimen standar (Steinberg,

2014)

Radioterapi dapat digunakan sebagai alternatif terapi definitif terutama

pada pasien dengan tumor infiltratif yang masih terlokalisir, yang tidak

bersedia untuk dilakukan tindakan bedah. Dosis radioterapi yang diberikan

lebih dari 65-70 Gy yang diberikan lebih dari 6 – 7 minggu. Pemberian

radioterapi ini lebih difokuskan pada tumor dan area disekelilingnya . Untuk

menentukan batas-batas ini sebelumnya dilakukan CT Scan dalam posisi

pronasi. Komplikasi dan radio terapi ini adalah dermatitis, proktitis yang

kadang-kadang disertai dengan imp1ikasi pendarahan dan obstruksi,sistitis ,

fibrosis vesika urinaria, impoten, inkontinensia dan kemungkinan untuk

timbulnya keganasan di sekitar lapangan radiasi (Steinberg, 2014).

Radioterapi radikal menjadi pilihan bagi pasien usia tua atau pasien yang

memiliki komorbiditas tinggi akibat penyakit lain. Dosis yang diberikan

sebanyak 55-65Gy. Untuk pasien T2-4 memiliki angka ketahanan hidup 5

tahun berkisar 23-40%. Kekurangannya adalah angka rekurensi lokal

sebanyak 55-65% dan efek samping yang tidak nyaman berupa gangguan

gastrointestinal,iritasi buli, hematuria, sampai kontraktur buli yang cukup

tinggi (Tanagho et al., 2008).

Monitoring yang ketat diperlukan pada karsinoma vesika urinaria

superfisial karena rekurensi dan progresi yang tinggi. Sistoskopi merupakan

pemeriksaan standar untuk mendeteksi adanya rekurensi tumor superfisial.

Selain sistoskopi, sitologi urin merupakan pemeriksaan yang penting, sampel

untuk pemeriksaan sitologi urin diambil bersamaan dengan sistoskopi

(Tanagho et al., 2008).

Sekarang ini dikembangkan urin assay seperti BTAstat test, NIMP-22 dan

telomerase untuk monitoring karsinoma vesika urinaria superfisial.

11

Page 12: Karsinoma Sel Transisional Pada VU

Pemeriksaan sistoskopi dan sitologi urin dilakukan tiap 3 bulan sekali selama

1 tahun , kemudian 6 bulan sekali selama 2 tahun dan minimal 1 tahun sekali

Tidak ada suatu kesepakatan kapan sistoskopi dihentikan pada follow up

karsinoma vesika urinaria superfisial. Pemeriksaan pencitraan traktus

urinarius walaupun bukan merupakan standar tetap menjadi pertimbangan

pada monitoring dengan indikasi (Tanagho et al., 2008):

1. Sitologi urin positif atau hematuria yang bukan disebabkan oleh

tumor vesika urinaria

2. Tumor yang mengalaini rekurensi di sekitar orifisium ureter

3. Sistektomi pada kasus uncontrolled disease

K. PrognosisKarsinoma vesika urinaria superfisial mempunyai prognosis baik dengan

angka ketahanan hidup 5 tahun mencapai 82 — 100 % (Kumar et al., 2010).

L. Komplikasi

Dapat terjadi infeksi sekunder kandung kemih yang parah bila terdapat

ulserasi tumor. Pada obstruksi ureter, jarang terjadi infeksi ginjal. Bila tumor

menginvasi leher buli, maka dapat terjadi retensi urin. Cystitis, yang mana

sering kali berada dalam tingkat yang harus diwaspadai, merupakan hasil dari

nekrosis dan ulserasi dari permukaan tumor. Ulserasi ini terkadang dapat

dilihat dalam kasus tumor-tumor yang tidak menembus, dari beberapa

gangguan dengan aliran darah, tetapi muncul dalam 30 persen kasus dimana

tumor menembus. Kantung kemih yang terkontraksi dengan kapasitas yang

sangat kecil dapat mengikuti ulserasi dengan infeksi dan infiltrasi ekstensif

dalam dinding kantung kemih (Mangan, 2009).

Kembalinya tumor dalam kantung kemih dapat menunjukkan tipe lain dari

komplikasi. Jika pertumbuhan tumor kembali terjadi di area yang sama,

kemungkinan hal tersebut adalah hasil dari perawatan yang kurang

profesional dan kurang layak pada tumor asalnya. Namun tumor, yang

muncul di tempat lain di dalam kandung kemih harus berasal dari asal yang

berbeda (Mangan, 2009).

12

Page 13: Karsinoma Sel Transisional Pada VU

Kematian tidak jarang terjadi dikarenakan oleh komplikasi yang timbul

karena disebabkan oleh tumor itu sendiri atau perawatan atas tumor tersebut.

Hidroneprosis dan urosepsis, dengan gagal renal, toxemia, cachexia, dan

kelelahan fisik dari iritabilitas vesikal, sering kali menjadi suatu gambaran

yang harus diperhatikan. Hidronefrosis dapat disebabkan oleh oklusi ureter.

Bila terjadi bilateral, terjadilah uremia (Mangan, 2009).

III. KESIMPULAN

13

Page 14: Karsinoma Sel Transisional Pada VU

A. Karsinoma sel transisional atau karsinoma uroterial merupakan jenis

karsinoma buli yang paling sering dijumpai dengan angka insidensi

mencapai 90%

B. Bahan-bahan karsinogenik yang terdapat dalam urin berperan dalam

proses terjadinya karsinoma vesika urinaria superfisial.

C. Lebih dari 80% karsinoma buli berhubungan dengan paparan lingkungan.

D. Karsinoma vesika urinaria superfisial mempunyai prognosis baik dengan

angka ketahanan hidup 5 tahun mencapai 82 — 100 %.

DAFTAR PUSTAKA

14

Page 15: Karsinoma Sel Transisional Pada VU

Basuki B Purnomo, Dasar-dasar Urology, Ed 1 jakarta: penerbit CV Sagung Seto,

2000: 145-158

CAP, 2011. Urinary Bladder Cancer. National Cancer Institute. USA.

Escudero, DO; Shirodkar, SP & Lokeshwar VB. 2011. Bladder Carcinogenesis

and Molecular Pathways. Available at: http://Cancer Drug Discovery and

Development.

Kumar, V., Abbas, AK., Fausto, N., & Aster, JC. 2010. Robbins and Cotran

Phatologic Basis of Disease, Eigth Edition. Philadelphia: Saunders, an

imprint of Elsevier, Inc

Mangan, Y. 2009. Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker. Jakarta:

Agromedia Pustaka

Steinberg, GD., 2014. Bladder Cancer. [Online] Available at:

http://emedicine.medscape.com/article/438262-overview#a0101.

Tanagho, EA & Annch, JW. 2008. Smith's General Urology. Ed 17. Mc Graw Hill

: USA.

15