karmap ala di dalam kary a sastra jaw a - core.ac.uk · pengertian dan pemba t asan karmapala dalam...

15
14 Cakrawala Pendidikan No.2 Volume VI 1987 KARMAP ALA DI DALAM KARY A SASTRA JAW A Oleh Soekimin Abstrak " Karmapala terdiri atas kata 'karma' dan 'pala', yang artinya setiap perbuatan akan menghasilkan 'pala' yang sesuai dengan 'karmanya'. Barang siapa berbuat baik, akan memetik buahnya berupa kebaikan. Se- baliknya, baran& siapa berbuat buruk, keburukan jualah yang akan dite- rimanya. Cepat atau lambat, baik atau buruk, 'pala' yang diterimanya bergamung pada 'karma' yang telah dilakukannya. Tulisan ini berupa kajian 'karmapala' dalam karya sastra Jawa, khususnya hasil karya sastra Jawa R Ng. Sindusastra yang berjudul 'Serat Arjunasasrabau Jarwa Sekar Macapal'. Di dalam 'seral' tersebut terdapat tokoh-tokoh dalam ceritera, yang dapat' dijadikan kajian seba- gai bahan pengajaran 'bahasa Jawa. Karya sastra Jawa bukan saja seni untuk seni, melainkan seni yang mengandung unsur pedagogik, dan me- rupakan 'pandangan hidup' masyarakat Jawa khususnya. I. PENDAHULUAN Perkembangan sastra Jawa, khususnya yang bersumber pada ceritera wayang mengalami pasang surut, seirama dengan perkem- bangan sejarah bangsa. Sejak berdirinya kerajaan Mataram (lama), karya sastra yang tertua ialah buku Ramayana kekawin, yang meru- pakan sumber ceritera dalam perkembangan sastra Jawa. Selainbu- ku tersebut, buku Mahabarata yang telah disalin ke dalam bahasa Kawi (sebagian) pada zaman raja Dharmawangsateguh, juga meru- pakan sumber dalam perkembangan sastra Jawa. Dalam perkem- bangannya kedua buku sumber tersebut mengalami kemunduran se- telah kerajaan Majapahit ja~uh. Zaman kerajaan Demak, karya sastra Jawa yang bersumber pa- cta ceritera wayang 'hampir tidak ada'. Karya sastra Jawa pada masa itu hampir 'semuanya' bernafaskan ajaran Islam, yang dikenal seba- gai 'buku-buku Suluk'. Buku-buku suluk pad a umumnya berisi mis- tik Jawa. Suluk ialah semacam karangan dalam sastra Jawa, yang bersubjek religius; misalnya suluk Bonang, suluk Sukarsa, dan suluk Malang Sumirang. Hal itu tidak mengherankan karena karya sastra adalah bagian dari kebudayaan. Kapan dan siapa yang berkuasa (ra-

Upload: nguyendan

Post on 05-Mar-2019

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

14 Cakrawala Pendidikan No.2 Volume VI 1987

KARMAP ALA DI DALAM KARY ASASTRA JAW A

OlehSoekimin

Abstrak"

Karmapala terdiri atas kata 'karma' dan 'pala', yang artinya setiapperbuatan akan menghasilkan 'pala' yang sesuai dengan 'karmanya'.Barang siapa berbuat baik, akan memetik buahnya berupa kebaikan. Se-baliknya, baran& siapa berbuat buruk, keburukan jualah yang akan dite-rimanya. Cepat atau lambat, baik atau buruk, 'pala' yang diterimanyabergamung pada 'karma' yang telah dilakukannya.

Tulisan ini berupa kajian 'karmapala' dalam karya sastra Jawa,khususnya hasil karya sastra Jawa R Ng. Sindusastra yang berjudul'Serat Arjunasasrabau Jarwa Sekar Macapal'. Di dalam 'seral' tersebutterdapat tokoh-tokoh dalam ceritera, yang dapat' dijadikan kajian seba-gai bahan pengajaran 'bahasa Jawa. Karya sastra Jawa bukan saja seniuntuk seni, melainkan seni yang mengandung unsur pedagogik, dan me-rupakan 'pandangan hidup' masyarakat Jawa khususnya.

I. PENDAHULUAN

Perkembangan sastra Jawa, khususnya yang bersumber padaceritera wayang mengalami pasang surut, seirama dengan perkem-bangan sejarah bangsa. Sejak berdirinya kerajaan Mataram (lama),karya sastra yang tertua ialah buku Ramayana kekawin, yang meru-pakan sumber ceritera dalam perkembangan sastra Jawa. Selainbu-ku tersebut, buku Mahabarata yang telah disalin ke dalam bahasaKawi (sebagian) pada zaman raja Dharmawangsateguh, juga meru-pakan sumber dalam perkembangan sastra Jawa. Dalam perkem-bangannya kedua buku sumber tersebut mengalami kemunduran se-telah kerajaan Majapahit ja~uh.

Zaman kerajaan Demak, karya sastra Jawayang bersumber pa-ctaceritera wayang 'hampir tidak ada'. Karya sastra Jawa pada masaitu hampir 'semuanya' bernafaskan ajaran Islam, yang dikenal seba-gai 'buku-buku Suluk'. Buku-buku suluk pad a umumnya berisi mis-tik Jawa. Suluk ialah semacam karangan dalam sastra Jawa, yangbersubjek religius; misalnya suluk Bonang, suluk Sukarsa, dan sulukMalang Sumirang. Hal itu tidak mengherankan karena karya sastraadalah bagian dari kebudayaan. Kapan dan siapa yang berkuasa (ra-

I-r

.

Karmapala Di Dalam Karya Sostra iowa 15

ja), dialah pemberi corak kebudayaan masyarakat (pada waktu itu),termasuk hasil karya sastranya.

Pada zaman Surakarta awal, kurang lebih abad ke-18, munculkembali dan berkembang karya sastra Jawa yang bersumber padaceritera wayang (Ramayana dan Mahabarata) yang dipelopori olehpujangga R Ng. Yasadipura I dan II. Tidak ketinggalan, para pu-jangga lain seperti R Ng. Ranggawarsita, P Kusumadilaga, danR Ng. Sindusastra. Bukan hanya para pujangga, para raja pun turutaktif dalam membangun karya sastra Jawa, seperti Sinuhun P BIll,IV, dan V, serta K G Mangkunagara IV. Dengan memperhatikan se-pintas perkembangan sastra Jawa di atas, nyatalah bahwa karya sas-tra itu bukan saja seni .untuk seni, melainkan benar-benar bagiandari budaya bangsa, sesuai dengan zamannya.

I ~

II. PENGERTIAN DAN PEMBA TASAN

Karmapala dalam bahasa Kawi atau bahasa Sansekerta, ditulis'karmaphala'. Karmapala terdiri atas kata 'karma' dan 'pala'. Da-lam beberapa kamus, kata 'karma' diberi arti (arti leksikal) 'tindakkang linakonan' perbuatan yang telah dij,alankan 'pala' berarti'woh', (ent. piguna, pakoleh, lelabuhan', buah, guna (kias), hasil,jasa) (Purwadarminta, 1939:189, 459).'Karma' berarti 'tata, basa, tata krama' aturan, bahasa, sopan-san-tun; 'pala' berarti 'uwoh, woh-wohan, labet, pakantuk'; buah,buah-buahan, jasa, hasil. (Winter, 1928:123, 363). 'Karma' berartiperbuatan, pekerjaan jasa, jumlah perbuatan baik dan buruk,nasib/takdir, perbuatan dahulu. 'Pala' berarti buah, hasil, faedah,akibat, hadiah, upah (Mardiwars~ta, 1981:270, 454).

Arti karmapala dalam kalimat (arti gramatikal) terdapat di da-lam ajaran agama Hindu maupun Buddha sebagai berikut:

(Sarasamuccaya, 1958:19). "Kunang ikang wwang gumawaye-kang cubhakarma, janmanyan sangke ring swarga delaha, lituhayu, maguna, sujanma, sugih, mawirya, phalaning cubhakar-mawasana tinemunya."

Artinya: Maka orang yang melakukan perbuatan baik, kelahirannyadari surga kelak menjadi orang yang rupawan, gunawan, mulia-wan, hartawan, dan berkekuasaan; buah hasil perbuatan yangbaik, didapat olehnya.

.

16 Cakrawala Pendidikan No.2 Volume VI 1987

(U,padeca 1980:25). Ajaran agama Hindhu Dharma mengenalhukum Karmapa/a, Subhakarma dan Asubhakarma. Pala ada-lah hasil dari karma, ada tiga macam pula:a. Sandra ialah pa/a dari perbuatan dalam kehidupan terda-

huIu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan be-nih yang menentukan kehidupan sekarang atau yang akan

~ datang.b. Prarabda pala dari perbuatan dalam kehidupan ini, tanpa

ada sisanya lagi.c. Kriyamana pala dari perbuatan yang tidak sempat dinik-

mati pada saat berbuat, sehingga harus diterima pada kehi-dupan yang akan datang.

(Etika Jawa, 1985:153). Karma dalam lingkungan kebudayaanJawa pertama-tama merupakan istilah negatif, hampir sarnadengan pembalasan (pembalasan dalam hidup ini). Pikiran akankarma -- bukan akan karmanya pribadi --adalah motif kuat un-tuk mencegah tindakan-tindakan yang kurang pantas.

Dalam ajaran agama Buddha: (Sanghyang Kamahayanikan, tt:86,95). "Ikang gawe hayu, salwirning ingaranan plbhakarma, yahaju gawayakna dening trikaya. Apalwir nikang afubhakarmmaanung tan utsahanen dening kaya?"

Artinya: Berbuat baik itu adalah segala yang dinamakan perbuaranbaik, itulah yang baik dilakukan oleh 'trikaya'. Apakah jenis-nya yang dinamakan perbuatan buruk yang jangan sekali-kalidilakukan oleh 'kaya'?"Ndatan sakeng abhiniweca kami n pakojar ika, wruhanta ma-kapha/ange/ sadakala juga mwang makapha/a ~ubha ni katam-wan ing kamoksan".

Artinya: Bukan karena rasa tinggi }1atiakan menyampaikan hal inipadamu, untuk kau ketahui mana yang hanya menghasilkan ke-payahan saja dan mana yang membawa hasil baik bagi tercapai-nya moksa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kata 'karma' maupunkata 'pala', dapat dilekatkan pada kata lain, misalnya: '~ubhakar-ma' perbuatan yang baik, 'phalangeI' hasil yang memayahkan.Demikian juga kata 'karma' dan kata 'pala', tentunya juga dapat di-gabung menjadi 'karmapala' yang berarti; hasil perbuatan. Dalamajaran agama Hindhu Dharma, istilah 'Karmapala' merupakan hu-kum yang menjadi pegangan hidup bagi penganutnya.

--

.

Karmapalo Di Da/am Karya Sastra Jawa 17

Kajian karmapala yang kami maksud di dalam karya sastra Ja-wa 'Arjunasasrabau Sindusastran' ialah 'perbuatan dan hasil' paratokoh dalam ceritera atau epis0de, yang jelas dilukiskan di dalam-nya. Karmanya, ada dalam 'Serat Sindusastran', tetapi palanya tidakterdapat; kami mencoba untuk mendapatkan buku atau karya sastrayang lain, untuk mendapatkan palanya.

Karya sastra R Ng. Sindusastra cukup banyak, aIitara lain: Seratpartayagnya; Srikandhi Maguru Manah, Sembadra Larung, CekelWaneng Pati, dan Serat Arjunasasrabau (yang terkenal). Oi sampingSerat Arjunasasrabau Sindusastran, terdapat juga ceritera Arjunasa-sra yaitu Serat Lokapala 'yasan' Yasadipuran II, dan Serat Arjuna-sasrabau Sekar Ageng Yasadipuran, sedang yang berbahasa Kawi,'Arjunawijaya' Empu Tantular, dan Uttara Kanda.Serat Arjunasasrabau Sindusastran saya pilih sebagai kajian utamasebab:

I-f

a) Serat Sindusastran lebih muda umur penulisannya daripadakarya sastra Yasadipuran; dengan demikian, bahasanya juga lebihmudah dipahami daripada karya Yasadipuran. Oalam Serat Arjuna-sasrabau Yasadipuran, pada pupuh pertama bait pertama terdapat'sangkalan' ;

"Purwanireng makirtyeng, hagnyeng maprab:ll majeng, Jawen Surakar-la, ri lsnen ping wolulas, Dulkijah taun Wawu, "trus karna swarengrat", nihanta kang winalyeng, cariteka Arjuna; sasrabau jarwanta,s-karnireng kakawin, meheng rikang basa, jarwa mring tranging kata."

Sangkalan itu berbunyi: 'trus kama swareng rat' yang berarti tahun;1792 (Jawa).Dalam serat Yasadipuran Lokapala:

"Purwaning reh pandoming memanis, makirtya ring hagnyaprabwatmaja, ri Surakarta mandhireng, Jawi sahananipun, ping pat-belas Respati Manis, Jumadilawal astha.. gathitanya nuju, Jimakir sewukalawan, pitungatus catur sat (1746) minangka palupi, Prabu Sasrabo-ja" (Kapustakan Jawi, 1957:137).

Oalam serat Arjunasasrabau Sindusastran"Rebo Epon panitraning Manis, Jumadilawal Jimawal warsa, enjangping wolulikur, Kanem ing Julungpujut, Sri tumurun anuju Dadi, Pa-ningron Sanghyang Yama, Hijrah Nabi sewu rongatus wandasa gangsal,sinengkalan "wiku misik swara tunggil", neng barisan pijenan."

Sangkalan itu berbunyi: 'wiku misik swara tunggil' yang berartitahun 1757 (Jawa).

.

18 CakrawaUzPendidikan No.2 Volume VI 1987

b) Dalam Serat Arjunasasrabau Sindusastran terdapat ceriteraSugriwa-Subali dan Maesa-sura-Jathasura, yang tidak terdapatdalam Arjunasasrabau Yasadipuran maupun Arjunawijaya EmpuTantular. Dengan demikian, tokoh-tokoh yang dapat dikaji, yangberkaitan karmapala lebih bervariasi (ban yak macam). Ceriteranegara Lokapala, Ngayodya, dan Maespati merupakan inti karyasastra Sindusastran, Yasadipuran, maupun Tantular..'

Keterangan singkat buku kajian utama: rSerat Arjunasasrabau Jarwa Sekar Macapat R Ng. Sindusastra.

Nama pengarang terdapat pada pupuh pertama, bait ketiga, ba-ris kedelapan:

"K.ang amarna sejarahmg Jawi, Ian amarna sejarahing Arab, dalan paesupangate, samya ngleluri leluhur, ingkang sinung kamulyan sami, abdi-nya mantri muka, kang kinen mangapus, Angabei Sindusastra, pangrip-lane pinurwa duk Kangjeng Nabi, Adam fitrottolah."

Tulisan berbentuk cetakan dengan huruf Jawa, banyaknya halaman274,banyaknya pupuh WI, terdiri atas: 16Dhandhanggula, 18Dur-ma, 23 Pangkur, 9 Kinanthi, 16Asmaradana, 16Sinom, dan 3 Mijil.Terbitan Tuan Lange di Batavia, tahun 1868.Sebelumnya,sudah di-cetak oleh T. Palmer van den Broek di Surakarta.

In. OESKRIPSI KARMAPALA OALAM SERAT ARJUNA.SA.SRABAU

Untuk mengetahui karmapala ~ang terdapat dalam Arjunasa-srabau Sindusastran perlu dikaji beberapa ceritera yang terdapat didalamnya. Kata 'karmapala' tidak ada atau tidak dituliskan dalamserat Arjunasasrabau Sindusastran.

A. CeriteraBagawanWisrawa.. OewiSukesiBagawanWisrawa menyerahkan kerajaan kepada anaknya yang

bernama Wisrawana atau Danapati, ia lalu bertapa. Danapati meng-gantikan ayahnya menjadi raja di Lokapala, bergelarPrabu Danara-ja; patihnya bernama Banendra.

DewiSukesiputra raja Ngalengka(Prabu Sumali), mengadakan'sayembara'. Barang siapa dapat mengartikan 'Sastrajendrayuning-rat' atau 'Ngelmu kasampurnaning pati' akan dijadikan suaminya.Prabu Danapati mendengar berita tersebut tergugah hatinya. Ia ber-maksud mengikuti sayembara. Tiba-tiba ayahnya datang, dan me-ngatakan sanggup membantu keinginan anaknya. Akhirnya, Dana-raja menyetujui kesanggupan ayahnya itu.

--

.

KarmflpalJz Di DalJzm Karya SIlstra Jawa 19

Sesampaidi Ngalengka, ResiWisrawa, menemuiPrabu Sumali,dan Dewi Sukesi. ResiWisrawa diizinkan oleh Prabu Sumali, mene-mui Dewi Sukesi sendirian. Mulailah ia menjelaskan arti 'Sastrajen-drayuningrat' seperti yang dikehendaki Dewi Sukesi. Seusaisayembara, keduanya jatuh cinta. DewiSukesidiperistri ResiWisra-wa dan menetap di Ngalengka.

~rabu Danapati mendengar berita bahwa DewiSukesi telah di-peristri ayahnya, ia sangat marah. Patih Banendra disuruh menjagaLokapala, ia sendiri ingin menemuiayahnya di Ngalengka. Pertemu-an ayah dengan anak menimbulkan pertengkaran, dan akhirnya pe-rang terjadi. Peperangan berlangsungsengit.Bathara Narada datangmelerai, dengan mengatakan bahwa negara Lokapala besok akan ru-sak akibat perbuatan Danapati sendiri, karena berani melawanayah-nya. Perang selesai,Prabu Danaraja kembali ke Lokapala, Wisrawakembali ke Ngalengka.Dewi Sukesi tetap menjadi istri Resi Wisra-wa.

. Wisrawa --Sukesi dikaruniai anak, yang pertama diberi namaDasamuka, berupa raksasa yang menakutkan. Anak kedua diberinama Kumbakarna, juga berupa raksasa besar bagaikan 'gununganakan'. Yang ketiga berupa raksasi, bernama Sarpakenaka. Meli-hat ketiga anaknya berupa raksasa, Wisrawa --Sukesimenyesaliper-buatannya 'lelakone'. Keduanya lalu bersemadi minta ampun kepa-da dewanya, dan mohon agar dikaruniai anak yang baik budinya se-perti Danapati. Tak lama kemudian Wisrawa --Sukesi dikaruniaianak laki-Iakiyang tampan sepertiDanaraja. Keempatanaknya disu-ruh pergi bertapa, sejak kepergian anaknya, Wisrawa sakit.

Prabu Danapati mendengar bahwa ayahnya sakit, ia buru-burudatang menjenguknya. Tiada berapa lama Resi Wisrawamati, Dana-raja pulang ke Lokapala (hal. 28 s.d. 52).

I ~

Karma --pala Resi Wisrawa;

Resi Wisrawa, ayah Danapati, sudah selayaknya sebagai orangtua berbuat atau bekerja demi kepentingananak; dalam bahasa Jawa'Anak polah bapa kepradhah'. Kepentingan demi anak itulah tugasmulia bagi seorang ayah. Namun apa yang diperbuat Resi Wisrawa,Dewi Sukesi 'dimelik' diperisteri sendiri.

Sebagai duta nija, seharusnya ia melaporkan hasil kerjanya ke-pada raja, ialah menyerahkan Dewi Sukesi kepada Prabu Danapati.

.

20 Cakrawala Pendidikan No.2 Volume VI 1987

Kedua hal itulah perbuatan Wisrawa yang buruk atau karma yangburuk atau asubhakarma.

Pala Resi Wisrawa ialah: Orang tua atau ayah dilawananaknya. Karma Resi Wisrawa masih berakibat lebih jauh, iamempunyai anak berupa raksasa ketiganya; .baru setelah ber-tobat, ia berputera kesatriya; itulah palanya. Tentunya timbulpenanyaan, apakah putera Wisrawa -- Sukesi itu bukan karenaibunya? Bukankah Sukesi anak raja raksasa (Prabu Sumali)?Baiklah pertanyaan itu kita jawab dengan membandingkanceritera Resi Gotama -- Dewi Windradi pada uraian berikutnya.

Bagaimanapun baiknya Danapati, seperti disebutkan dalam ce-ritera di atas, sewaktu ayahnya sakit ia buru-buru menjenguknya,bahkan menunggui sampai ajalnya. Namun karena berani kepadaorang tuanya, apa yang dikatakan 'kutukan' Bathara Narada terjadijuga, yaitu kerusakan Lokapala. Karmanya yang jelek, berani kepa-da ayahnya; palanya, rusaknya negara Lokapala seperti yang dikata-kan Bathara Narada.

Kutukan dari dewa Narada itu selalu terbayang dalam pikiran Dana-raja, lebih-lebih ketika ia melawan adiknya, Dasamuka, waktu me-nyerang Lokapala (Pupuh Pangkur hal. 79)

15. "Mrih tresnaku wong kekadang, bapa mati kadang tuwa sayekti,minangka gegentinipun, muiane ta tutur arja, karahayon kang tu-Ius luhuring ratu, mundur teka aweh papa, binecikan angalani.

16. Apa wus lakuning buta, kaya sato munggeng wanadri pinrih, yenmaksih ana wanagung nora, kena binecikan, yekti pamalese ala sa-to iku, dene ta kolu ngrusak, marang kadang mamrih patio

17. Aku dhewe kang amaha, 'enget ing tyas Narada linge nguni, yening Lokapala besuk, ginempur kadangira, pamalese ing nguni den-nya nglurug, marang nagari Ngalengka, dadya mupus jroninggalih'. "

Pada bait ke-17 itulah karma.dan pala Danapati. Karmanya 'dennyanglurug marang nagri Ngalengka' berperang dengan ayah; palanyajatuhnya Lokapala karena adiknya (Dasamuka).

B. Ceritera Resi Gotama -- Dewi Windradi

Resi Gotama adalah pendeta yang sangat bijaksana, istri-nya Bidadari bernama Dewi Windradi. Dewi Windradi inginbertemu dengan Bathara Surya, ia berpamitan pada suaminya,bahwa ia rindu kepada saudara-saudaranya yang ada di kah-

I-

.

Karmopalo Di Dalom Karya Sastra Jawa 21

yangan. Begitulah, alasan Dewi Windradi bila sewaktu-waktuingin bertemu dengan Bathara Surya.

Dewi Windradi berbuat serong, ia selalu bermesra-mesraandengan Bathara Surya, sehingga beranak tiga ialah Anjani, Su-bali, dan Sugriwa. Perbuatannya itu belum diketahui juga olehsuaminya (Gotama). Dalam bahasa Jawa ada peri-bahasa 'Becikketitik, ala ketwa, sapa gawe nganggo', yang berarti: setiap per-buatan, yang baik maupun yang buruk lama-lama pasti tampak;yang berbuat jelek akan menerima kejelekannya, yang berbuatbaik akan menerima kebaikannya.

Pada suatu ketika, anak-anak Gotama -- Windradi berebut'Cupumanik Asthagina', yang dimiliki Anjani. Ketiganya meng-adukan Cupu kepada Resi Gotama. Resi Gotama terkejut meli-hat benda yang ajaib itu. Istrinya dipanggil, dan dimintai kete-rang an di hadapan anak-anaknya, dari mana benda tersebut di-peroleh. Beberapa kali Resi Gotama menanyakan asal Cupu ter-sebut, tetapi Dewi Windradi tetap diam. Hilang kesabaran ResiGotama, Dewi Windradi disabda menjadi-batu atau tugu, laludilemparkan jauh-jauh, setelah mengetahui tutup Cupu yangbertuliskan 'Bathara Surya'. Ia baru tahu bahwa istrinya ber-buat serong hingga mempunyai tiga anak. Cupu dijadikan 'sa-yembara' bagi anak-anaknya. Barang siapa dapat menemukancupu yang sudah dilemparkan jauh-jauh, dialah yang berhakmemilikinya. Anjani, Subali, dan Sugriwa mengejar Cuputersebut. .

Subali dan Sugriwa mengira, bahwa cupu jatuh di telagaSum ala; keduanya segera terjun. Di dalam telaga, keduanyaberubah berupa kera dan saling tidak mengenal. Mereka ber-tengkar, tuduh-menuduh, saling berebut cupu. Dewi Anjani me-nunggu adiknya di tepi telaga, merasa lesu; ia segera mengambilair telaga untuk mencuci muka; seketika muka Anjani berupakera. Subali dan Sugriwa yang bertengkar dalam telaga sadar,bahwa sangkaan keduanya keliru, dan keduanya naik ke darattanpa membawa hasil. Ketiganya bertemu dan menangis menye-saii perbuatannya, dan segera pulang menghadap ayahnya, min-ta maaf, agar ketiganya kembali berupa seperti semula (putridan kesatriya). Resi Gotama menyuruh anak-anaknya bertapa;Anjani bertapa 'nyanthoka', Sugriwa 'ngidang', dan Subali ber-tapa '~galong' di hutan Sunyapringga (hal. 55 s.d. 63).

-.

..

22 Cakrawala Pendidikan No.2 Volume VI 198;

Karma --pala Dewi Windradi

Dewi Windradi berbuat serong di belakang suaminya, yaitu ber.mesra-mesraan dengan Bathara Surya. Perbuatan seorang istri seper,ti Windradi, kapan dan di mana pun merupakan perbuatan yang terJcela. Sebagai istri Resi yang bijaksana, seharusnya ia selalu menjagc:nama baik sang suami.~ DewiWindradi sewaktu ditanyai Gotama, dari mana asalCupu.manik, tidak menjawab; ia bersikap 'tutup mulut'. Sebagai suamf.-istri, ia seharusnya berterus terang dan meminta maaf atas perbuat-annya yang tercela itu. Perbuatan dan sikap tutup mulut itulah karma yang dilakukan Dewi Windradi.Apakah akibat atau pala yang diterimanya?

Pala yang diterimanya bukan mengena pada diri Windradi sajaakibatnya lebih jauh. Dewi Windradi berubah berupa tugu batu karena sabda sang Resi yang tak dapat menahan kesabaran. Rumaltangga Windradi -- Gotama 'bubrah', para putra mendapat pala daribu, berupa kera.Tentunya timbul pertanyaan: Apakah Anjani, Sugriwa, dan Subalberubah berupa kera itu, bukan karena perbuatannya sendiri (berebut Cupumanik)? .

Marilah kita bandingkan karmapala Sukesi --Wisrawa dengan karmapala Windradi -- Gotama.1. Resi Wisrawa memperistri De':ViSukesi, calon menantu, dan se

bagai 'duta' raja tidak pulang melaporkan hasilnya. Sebagaorang tua, sudah selayaknya berbuat/bekerja demi anak. Demikian juga perbuatan Windradi, seorang istri yang serong, daltidak mau berterus terang 'tutup mulut' terhadap suaminya.Kedua tindakan itulah karma Wisrawa dan karma Windradi.

2. Akibat perbuatannya. Wisrawa dimusuhi anaknya. Pala (analberani dengan orang tua) ini sarna dengan akibat perbuataJWindradi yang serong, disabda oleh Gotama menjadi 'tugu batu' .

3. Akibat yang lebih jauh, anak Wisrawa berupa raksasa, demikian juga anak Windradi berupa kera.

4. Anak Wisrawa berperang (Dasamuka melawan Danapati), berebut negara, demikian juga anak Windradi (Sugriwa melawa:Subali) berebut Cupu.

Dari perbandingan di atas, apa yang diperbuat Wisrawa maupun Sukesi berakibat sarna, baik yang mengenai diri pelaku maupun akiba

I-

..

Karmapala Di Dalam Karya Sastra Jawa 13

yang lebih jauh (anak keturunan). Dilihat dari perbuatan Wisrawa,Dasamuka, Kumbakarna, dan Sarpakenaka, ketiganya berupa rak-sasa, itu akibat perbuatan ayah; demikian juga Subali, Sugriwa, danAnjani berupa kera, akibat perbuatan ibu.

Apabila kita masih berpegang pada 'bibit, bebet, dan bobot'(Warayagnya, 1953:5), sudah selayaknya apabila anak Sukesi beruparaksasa, karena Sukesi keturunan raksasa, raja Ngalengka bernamaPrabu Sumali. Sebaliknya, Sugriwa, Subali, dan Anjani berupa kera,bukanlah karena 'bibit, bebet, dan bobot', (Gotama bukan keturun-an kera), tetapi akibat perbuatan sendiri.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: karmapala ituberlaku bagi siapa saja, baik putra maupun putri (ayah maupun ibu).Karma orang tua, akibatnya (pala) berpengaruh 'numusi' pada anak(keturunannya).

~

C.' Karmapala Prabu Dasamuka

Dalam serat Arjunasasrabau Sindusastran, p~rbuatan Da-samuka yang selalu ingin memuaskan nafsu dapat kita temui da-lam ceritra 'Bedhahe Lokapa/a, Bedhahe Ngayodya, NegaraMaespati'. Sedang palanya tidak seluruhnya terdapat dalam bu-ku tersebut. Oleh karena itu perlu dikaji buku-buku yang berisiceritera Dasamuka.

1. Ceritera 'Bedhahe Lokapala'

Karma Dasamuka, berlaku keji terhadap duta Lokapa-la yang bernama Gohmuka:15. " Dasamuka wusnya maca. ing serate kang raka sri narapati.

kalangkung dukanira.

16. Narik candrasa sigra nedhaki. cinandhak nguleng sirahe. tinigasjangganipun, ing ca,ndrasa sampun ngemasi, sirah mumbul ngawi-yat, sarya sru amuwus, kadya wuwj.1singsesumbar. heh heh Dasa-muka sira amemati. ing duta tanpa dosa.

17. Eling-eling ing mbesuk den eIing.lamun ana wre lumaku duta. pal-waga seta ulese, kono pamalesingsun. ing sikaranira yaksa-ji. pura-nira ing Ngalengka. brastha pasthi tunu. sawusira asesumbar, sira-hira Gohmuka umeset mulih. mring nagri Lokapala" (Sindusastra.1868:76).

Perlakuan keji Dasamuka terhadap duta Lokapala jugaterdapat dalam serat Yasadipuran dan MangkunagaranVII.

.

24 CakrawalaPendidikanNo.2 Volume VI1987

~

10. "Ri wusnya nguman-uman Dasamuka mring kang raka Prabu Da-naraja, tedhak narik candrasa duta Gohmuka sigra cinandhakmustakanya, inguleng gya tinigas jangganira wus pjah, sirah mum-bul ing awiyat, sangsaya krodhanira Dasamuka yaksendra muwustangan kruraya." (Yasadipuran; tt:lI)."Sareng Dasamuka maos nawala. sanalika duka yayah sinipi. Te-nung Gohmuka dipun larak, pinarjaya dumugining tiwasipun. Ku-wandha musna, sareng kaliyan kapirenging suwanten: "Heh, hehDasamuka. Kowe mateni wong kang tanpa dosa. Eling-elingen ingbesuk bakal ana kethek putih ngrusak prajamu ing kono piwales-ku." (M.N.VIl; 1965:64).

Pala atau akibat perbuatan keji (karma) Dasamukaialah kebakaran kerajaan Ngalengka oleh kera putih(Anoman). Kebakaran itu terjadi karena kutukanGohmuka, duta Lokapala yang dibunuh Dasamuka. Kata-kata atau kalimat kutukan itu berbunyi; 'Eling-eling ingmbesuk -den eling, lamun ana wre lumaku duta' sampaidengan 'brastha pasthi tunu'.Artinya; Ingatlah besok jika ada kera putih sebagai duta

raja, itulah pembalasanku; negaramu pasti rusakterbakar olehnya.

Ternyata, kutukan Gohmuka terwujud; sewaktu keraberbulu putih (An oman), duta Rama, dibakar ia naik keangkasa; tali pengikat Anoman putus, api menyala-nyalamembakar kraton Ngalengka (dalam ceritra Rama).

"Sasampunipun Anoman kabuntel saha kasiram lisah lajeng ka-besmi. Anoman mumbul ing awang-awang, godhi kakirigaken ran-tas,latu ngreda mbesmi kraton Ngalengka" (Winter; 1845:112).

Setelah Dasamuka mengalahkan Danapati (bedhahe Loka-pala), ia ingin naik 'kaswargan'. Sewaktu Dasamuka ingin ma-suk kaswargan, diingatkan oleh penjaga pintu (sorga) agar sege-ra kembali turun, dan ia telah mendapat kutukan dari BatharaGuru. Kutukan itu akan terjadi apabila besok Dasamuka berpe-rang melawan kesatriya berprajurit kera, negara rusak, keluargaDasamuka terbunuh. Dasamuka tidak mengindahkan peringat-an sang penjaga pintu, segera ia masuk kaswargan; ketikamasuk, tangan kanannya terjepit pintu sorga. Kaswargan itularangan bagi siapa saja; ia boleh masuk setelah mendapat izinBathara.

f-.

.

KarmapaID Di Dolam Karya SastrrzJawa 25

I. "Sira nutuken karsa. munggah marang swargadi. nora lawan ti-nimbalan. prapta karepmu pribadi. balia dipun-aglis. dinukan ma-rang Hyang Guru. manawa oleh papa. sayekti ing mengko uwis. si-ra kena sangening Hyang Jagadnata.

2. Sangening Hyang Girinata. ing besuk sira ajurit lawan satriya di-mulya, abala wanara ing benjing. kang numpes ing sireki, lawan sa-kadang wargamu. tumpes dening wanara. bedhahing NgalengkabenjiJlg. Ian den enggal mudhun saking wimana.

3. Dasamuka sungkawa, miyarsa denira peling, jawata kang tUnggulawang.....

4. ... sawusira semadi sigra jumangkah.

5. Korine dinuwa menga. duk manjing astane siji mineb tangkebinglawang. astane tengen kapipil, tinarik datan keni, ...". (Sindusas-tran; 1868:88).

Dalam Uttara kanda, penjaga pintu bernama Nandiswara; ke-dua tangan Dasamuka terjepit Kailasagiri. Kutukan kehancurannegara Langka bukan dari Hyang Guru, tetapi dari Nandiswara.

"Wahu mangkanojar Sang Nandiswara, tumurunta sang Dasasyasaking wimana. ateher krodha atakwan linhnya: "Siapa Sangkara?Kumwa lingnya. Tumingal pwa ya mukha sang Nandiswara. Mang-kin tayawalepangguyu-guyu. Ageleng ta sang kinasampayan pina-rihasa, matang nyan panglepasaken sapasabda, lingnya: "Tahasang Dasagriwa tinonyu mahulu wanaraku harah, mata nyan asam-pay maguyu-guyu kamu dening kamurkhanyu. Matang nyan kadirupangku atikang bawa janma matyana kulogotranyu. Astu wana-ra kadi saktingku sumirnakenang Langkapuri jemah. Kintu mang-ke yak patyana kamu, taha apan tan mangkana".

Ndatan panghidep ikang Dasasya waksapa, mangkin krodha-ya. Ya ta matang nyan rohaken tanganya kalih siki bungkah nikangKailasagiri. Ya ta matang nyan cancalitolah ta ya kenggut-minggutkasangga dening raksasapati. Mingis ta bathara mulat sake ruhurarga. Padanggusta nira kiwa ya ta midana puncak ikang wukir we-kasa. marganya apageh mari kahala. Kapipit penet tangan Dasa-muka kalih" (Zoetmulder; 1958:22).,

Artinya: Demikian kata sang Nandi, Dasamuka turun dari kendara-an, lalu bertanya dengan marah; "Siapa Sangkara?" De-mikianlahpenanyaannya. Yangdihina marah, lalu mengu-tuk: "Heh Dasamuka, kau lihat aku berkepala kera, olehkarenanya engkau tertawa menghina, itulah kemurkaan-mu. Oleh karena itu, orang berwibawa seperti saya, yangmembinasakan keluargamu. Sungguh kera sakti sepeniakulah .besok yang membinasakan kerajaan Alengka. Se-

I ~

.

26 Cakrawalo Pendidikan No.2 Volume VI 1987

.'

karang aku tidak akan membunuh engkau, sebab belum'waktunya (belum selesai perbuatanmu).

Dasamuka tidak menghiraukan kutukan itu, bahkanmakin marah. Kedua tangannya dimasukkan ke dasar gu-nung Kailasa. Gunung Kailasa bergerak karena tangan Da-samuka. Bathara Sangkara melihat dari puncak gunung,ibu-jari kaki kirinya digunakan untuk menekan puncakKailasa. ltulah yang menyebabkan Kailasa tidak bergerak;kedua tangan Dasamuka terjepit.

Dari kedua kutipan di atas, karma Dasamuka melanggar larang-an dewa (kaswargan, Kailasa), dan tidak mengindahkan peri-ngatan sang penjaga pintu. Pala yang diterimanya, kehancurannegara Alengka beserta seluruh keluarga (terdapat dalam cerite-ra Rama). Di samping itu, tang an kanan Dasamuka.terjepit pin-tu Kaswargan (Sindusastran), tangan kiri Dasamuka terjepit'kori gapura kadhaton Dewi Widawati' (M.N.VII).

"Adegan ing puncaking redi Lokapala, titising Dewi Sri peparabDewi Widawati, dumunung ing kadhaton ingkang sakalangkungedi, gapura kadhaton mawi konten emas, saged menga mineb pi-yambak, punapa dene Sang Putri kagungan taman Sriwedari ing-kang isinipun sarwa pepak sarta sakelangkung sae.

Dhatengipun Dasamuka meksa badhe lumebet ing gapura, wa-sana tangan keringipun kajepit ing konten saengga pepes "(M.N.VIl; 1965:68).. .

2) Ceritera 'Bedhahe Ngayodya'

Pala atau akibat karma, berupa umpatan dari rajaAyodya (Prabu Banaputra) yang ditujukan kepada Dasa-muka. Banaputra mati terkena senjata Dasamuka. Padawaktu Dasamuka mendekati 'layon' Banaputra, tiba-tibaBanaputra hidup kembali, mengutuk sambil menunjuk 'nu-dingi', bahwa ia akan membalas lewat keturunannya. Ketu-runan Banaputra-lah yang dapat membunuh Dasamuka,"tusku kang mateni sira" (Sindusastran); "tulus-ingsunSang Regawa yeku kang numpes mateni sira" (Yasadipu-ran); "ring dlahaku males amatya hentyaken nyu, de sangRaghawa sira tusku Kesawangsa" (Tantular). Umpatanatau kutukan tersebut benar-benar terjadi dalam perangDasamuka melawan Rama. Dasamuka sekeluarga matiterbunuh Rama (dalam ceritera Rama).

I-

.

Karmapalo Di Da/am Karya Sastra lawa 27

Kutukan atau umpatan Banaputra terhadap Dasamu-ka lengkapnya sebagai berikut:15. "Pejah Ian puspakanira, Sri bupati Banaputra ngemasi, geter pater

dhedhet lindhu, sumaput riris kembang, obar-abir teja-teja ku-wung-kuwung, kilat thathit maliweran, Dasamuka marepeki.

16. Mring layon Sri Banaputra, pan sakala wungu sarwi nudingi, angu-jiwat wuwusipun, "Heh Prabu Dasamuka, ingsung maring siratembe males ukum, metu saking sanakingwang, besuk tumpes mr-ing sireki.

17. Tusku kang mateni sira", wusnya mojar Dasamuka nulya glis, ma-repeki meh linimpung. layon musneng ngawiyat, Sri Dasamuka Iansawadyanipun, angrampas brana jro pura, ambebahak mbebo-yongi." (Sindusestra; 1868:123).

Dalam serat Yasadipuran:5. "Sinawat dening samogamring Dasamuka kena pjah Ian puspaka-

nira, tumibeng siti Prabu Banaputra geter pater dhedhet erawatigyat, liweran tekang kilat thathit kuwung-kuwungsumaput kangriris kembang, Sri Dasamuka mrepeki mrin layonirang Prabu Ba-naputra sapraptanya.

6. Sri Banaputra nudingi mring Prabu Dasamuka nupatani anguji-wat, "Heh Dasamukasira murkengjagad amateni mringsun besukingsun males, motusaking wangsaningsuning benjing tulusing~unSang Regawa yeku kang numpes, mateni sira", wusnya ngucapPrabu Dasamuka arsa anawat ing limpung.

7. Sri Banaputra sampun angemasi Dasamuka wangsul sawadyaraksasa,..." (Yasadipuran;tt:31).

Dalam serat Tantular:1. "Byatitan pejah sira sang narendra ring prang, dwas tekang bala

para natha tan hanawyat, rep sigrang nglilir ika sang narendra ji-wan, krodhanapata tumuding ring Dasasya.

2. " Ai kong ku prabhu Dasawaktratuccha buddhi, gongmuramejahigatingku sadhu ring rat, ring dhlhaku males amatya hentyakennyu, desang Raghawasira tusku Ke.swangsa".

3. Nahan lingnya sira tumulya muwah muwah lumenda, sangsiptanDasamuka len balatirodra, sampun rakwa siramarengdalem kada-ton, stri ratnarja kenaka tang pinet rinampas" (Tantular; tt:23).

Pala yang berupa umpatan atau kutukan dari Banaputraterhadap Dasamuka. terjadi dalam perang; Dasamuka matiterbunuh oleh Rama.

"Rama ngasta jemparingGuwawijaya,Dasamukajinemparing ke-nging jangganipun, lajeng pejah" (Winter; 1845:146).

I~

.

28 CakrawaloPendidikanNo.2 Volume Vl1987

Keterangan:

Sang Regawaa,tausang Raghawa adalah Prabu Rama atau Ramawi-jaya, anak Dasarata dari ibu dewi Sukosalya. Sukosalya anak PrabuBanaputra, jadi Regawa keturunan kedua atau cucu Banaputra. Ka-ta 'tusku' dalam kutipan di atas, baik dari serat Sindusastran, seratYasadipuran maupun serat Tantular ialah cucu Banaputra yang ber-nama Raghawa atau Rama.

IV. KESIMPULAN

Kesimpulan tulisan ini sebagai berikut:a) Karmapala itu berlaku bagi siapa saja; baik buruknya pala,

bergantung pada karmanya.b) Karmapala orang tua, baik dari ibu maupun dari ayah, ber-

pengaruh 'numusi' pada anak (keturunannya).c) Karmapala dapat digunakan sebagai rambu-rambu dalam

menentukan keputusan dan melaksanakan tindakan.KEPUSTAKAAN

Departemen Agama RI., 1980, Upadeca, Jakarta.

Kajeng, I. Nyoman. tt, Sarasamuccaya,Widyalaya, Jakarta.

Mangkunagara VII, KGPAA 1953,Serat-SeratAnggitan Dalem JilidIII, Noordhoff Kolf, Jakarta.

, tt, Serat Pedha/angan' Ringgit Purwa Ji/id I, U.P.Indonesia, Yogya.

Panitya Penyusun Penterjemah, 1973, SanghyangKamahayanikan,Proyek Penterjemah Kitab Suci Hindu dan BuddhaDepag RI., Jakarta.

Purbacaraka R Ng. 1957,Kapustakan Jawi, Jambatan, Jakarta.

Sindusastra R Ng. 1868, Arjunasasrabau Jarwa Sekar Macapat,Lange & Co, Batavia.

Tantular, Empu. tt, Arjunawijaya, (Naskah Koleksi Zoetmulder,"Unpublished")

Winter, C.F. 1845, De Bratajoeda de Rama en de Arjunasasra,J. Muller, Amsterdam.

Yasadipura R Ng., tt, Arjunasasrabau Jarwa SekarAgeng, (NaskahKoleksi Zoetmulder, " Unpublished").

I-

.