karakteristik fisik kimia dan bioaktivitas pala

Upload: nani-suryani

Post on 02-Mar-2016

621 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

KARAKTERISTIK FISIK KIMIA DAN BIOAKTIVITAS PALA

MISRAN LAWANI1), NUR WULANDARI2), RINDY PANCA TANHINDARTO3)1)Fakultas Pertanian UniversitasKhairun Ternate2)Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Insitut Pertanian Bogor3)Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, BadanTenagaNuklirNasional

Pala (Myristica fragransHoutt) merupakan salah satu tanaman obat indigenus dari Indonesia yang sering digunakan sebagai bahan penyegar dan obat-obatan. Komponen bioaktif pada pala terutamaelemicin, safrol, myristicindanlignan. Pala memiliki potensi bioaktif yang menguntungkan antara lain sebagai antioksidan, antibakteri, antivirus, dan juga memiliki aktivitas sebagai antikanker. Di samping itu, pala juga memiliki efek negatif terhadap tubuh manusia, terutama karena sifatnya yang psikotropik pada dosis tinggi.

Kata Kunci: pala, fuli,bioaktif,efek fisiologis

PENDAHULUAN

Indonesia telah dikenal sejak dahulu sebagai salah satu penghasil rempah-rempah di dunia. Khususnya daerah Maluku, karena sumberdaya hayati yang dimilikinya, dikenal pula sebagai spices islands. Salah satu komoditas rempah-rempah Indonesia adalah pala (Myristica fragransHoutt). Pala merupakan tanaman rempah-rempah tahunan asli Indonesia yang telah menjadi komoditas perdagangan dunia. Indonesia merupakan penghasil sekitar 75 80% kebutuhan pala dunia (Risfaheri dan Mulyono, 1992), yang terutama diperdagangkan dalam bentuk biji dan fuli kering, maupun hasil ekstraksinya sebagai minyak atsiri dan oleoresin biji pala dan fuli.Tanaman pala menghasilkan buah pala dengan warna buah masak kuning kehijauan, dengan tekstur yang keras. Diameter buah bervariasi antara 3 9 cm (Pursegloveet al., 1981). Buah pala terdiri atas daging pala (83,3%) dan biji pala yang terdiri atas fuli (3,22%), tempurung biji (3,94%), dan daging biji (9,54%) (Risfaheri dan Mulyono, 1992). Di antara daging dan biji pala terdapat fuli berupa selaput seperti jala yang merupakan serta tipis (areolus) berwarna merah atau kuning muda.Berdasarkan daerah asalnya, biji pala dan fuli dibedakan menjadi dua, yaitu East Indian Nutmeg and Mace dan West Indian Nutmeg and Mace. Pala yang berasal dari daerah Banda, Saiuw, Penang, Padang dan Papua Nugini dimasukkan ke dalam kelompok East Indian Nutmeg and Mace, sedangkan pala yang berasal dari Grenada termasuk jenis West Indian Nutmeg and Mace (Smith and Anand, 1984)..Produk turunan pala berupa bijipala, fuli dan minyak atsiri dari buah pala merupakankomoditasyang paling banyak diekspor,dan banyakdigunakan dalam industri makanan dan minuman, obat-obatan, parfum, dan kosmetik. Pada industri kosmetik dan parfum digunakan sebagai pewangi pada produk sabun, air pembersih (lotion), dan deterjen (Anonim 2005b). Selain itu minyak pala juga digunakan sebagai bahan tambahan penyedap pada produk rokok (Clark dan Bunch, 1997). Arti penting minyak pala pada industri tersebutadalah peranannya dalammemberikan aroma khas dan kesan yang khususyang bersifatwarmly, spicy, terpeny.Secara garis besar kegunaan minyak pala adalah sebagai zat penyedap (flavoring agent),zat pewangi (fragrance),zat pengawetdanzat penghilang rasa sakitPenggunaan biji pala dan fuli sebagai obat-obatan sangat terkait dengan adanya kandungan komponen bioaktif di dalam biji pala dan fuli. Selama ini komponen bioaktif pada biji pala dan fuli juga diketahui memberikan pengaruh terhadap fisiologis tubuh manusia. Komponen bioaktif pada pala tersebut belum banyak dieksplorasi oleh para peneliti, karena selama ini pala memiliki persepsi yang kurang menguntungkan dari segi kesehatan, yang antara lain dapat menyebabkan kecanduan.Di dalam makalah ini, dikupas lebih dalam mengenai karakteristik produk tanaman pala serta komponen bioaktif yang terdapat di dalamnya, termasuk bagaimana efek positif dan negatifnya secara fisiologis bagi tubuh manusia.

PRODUK TURUNAN PALA

Secara komersial, biji pala dan fuli merupakan bagian terpenting dari buah pala dan dapat dibuat bermacam-macam produk. Biji pala dan fuli dapat dimanfaatkan secara langsung dalam bentuk rempah-rempah kering, atau diolah lebih lanjut menjadi produk hasil ekstraksinya berupa minyak atsiri maupun oleoresin biji pala dan fuli. Menurut Somaatmadja dan Herman(1984), minyak pala, biji pala dan fuli merupakan komoditi ekspor yang sudah memiliki tempat pasaran internasional, namun tidak berartihasil olahan dari bagian pala lain tidak akan laku di pasaran. Produk lain yang mungkin dibuat dari biji pala adalah mentega pala yang dapat digunakan sebagai minyak makan danjuga digunakandalam industri kosmetik.Secara langsung biji pala dan fulidalam bentuk keringdapat dimanfaatkan sebagai bumbu masakandansebagai bahan campuran dalam ramuanobat-obatan.Proses pengeringan biji pala dan fuli selama ini masih banyak menggunakan teknologi tradisional dengan penjemuran.Menurut Lewis (1984), minyak pala dan fuli digunakan sebagaiflavorpembuatan produk-produk daging, pikel, saus, dan sup, serta untuk menetralisasi bau yang tidak menyenangkan pada rebusan kubis. Pada industri parfum digunakan sebagai bahan pencampur minyak wangi ataueau decolognedan penyegar ruangan. Dalam jumlah kecil, minyak pala digunakan dalam industri obat-obatan sebagai obat sakit perut, diare, danbronchitis.Oleoresin pala saat ini banyak digunakan untuk bumbu dalam industri daging, sebagai pemberi rasa dam aroma. Dalam bidang kecantikan oleoresin banyak digunakan sebagi komponen penyusun parfum dan kosmetik. Sedangkan dalam bidang farmasi, banyak digunaklan sebagai bahan obat untuk mengatasi gangguan tenggorokan dan biasanya dalam bentuk vicks (Pursegloveet al.,1981).

Minyak PalaMinyak pala diperoleh dengan cara melakukan penyulingan terhadap biji dan fuli buah pala.Secara umum, kandungan minyak dalam biji pala berkisar antara 5 15% (Peter, 2001).Biji yang biasa digunakan dalam penyulingan minyak pala adalah biji muda karena mempunyai kandungan minyak pala yang lebih tinggi(Nurdjanahet al., 1990). Minyak pala berwarna kuning pucat sampai tidak berwarna, mudah menguap, dan mempunyai bau khas pala (Dorsey, 2001).Mutu minyak pala dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat kemasakan biji pada waktu di panen, penanganan pasca panen yaitu pengeringan dan proses destilasi. Proses destilasi merupakan salah satu tahapan penting dalam proses pembuatan minyak atsiri pala dan keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh beberapa aspek teknis, seperti suhu dan tekanan yang digunakan dalam proses itu.Metode yangdapatdigunakan untukmelakukanpenyulinganbijipalamaupun fulidapat berupa penyulingan uap (steam distillation) maupun penyulingan dengan uap dan air (steam and water distillation). Kadang-kadang juga dilakukan penyulingan dengan air atau kohobasi.Namun penyulingan dengan air dan uap menghasilkan minyak pala denganmutu yang bervariasi dan berada di bawah standar mutu yang ada (Pursegloveet al.,1981).Menurut Guenther (1952),agar diperoleh minyakatsiri yangbermutu tinggi,makaprosespenyulingandapatberlangsung pada tekanan rendahmaupun tekanan tinggi, namun bila digunakan tekanan tinggi harus dikerjakandalam waktu sesingkat mungkin. Proses penyulinganyang dilakukanpada tekanan rendah dan suhu rendah mempunyai keuntungan, dimanaminyak yang diperolehtidak mengalami dekomposisi oleh panas. Selain itu,penguapan komponenbahan baku minyak atsiri yangbertitik didih tinggi danbersifatlarutair akan berkurang.Minyak palayang diperoleh dengan menggunakan metode penyulingan dengan cara uap langsung bertekanan tinggiakan menghasilkan minyak yangcenderungberwarna gelap dan berbau gosong.Penelitian Sakiah (2006)menunjukkan bahwadengan memodifikasi proses penyulingan menggunakan uap langsung dengan cara mengubah tekanan secara bertahaphingga 1,5 atm, dapat menghasilkankomponen aroma baik pada biji pala maupun fuli palayang karakternya lebih baik.Minyak pala juga dapat diperoleh dengan mengekstrak fuli dan daun. Minyak fuli diperoleh melalui distilasi uap fuli kering Peter (2001) melaporkan bahwa kadar minyak dalam daun pala kurang dari 1%, dan walaupun minyak pala yang dihasilkan secara kimia sama dengan minyak dari biji pala dan fuli, tetapi mutu, rasa, dan aromanya lebih rendah.Standar mutu minyak pala Indonesia telah ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 06-2388-1988 tentang minyak pala. Standar mutu SNI minyak pala disajikan pada Tabel1. Tabel1. Standar mutu minyak palaKarakteristikPersyaratan

Bobot jenis (20oC/20oC)0,876 0,919

Indeks bias (nD20)1,488 1,495

Putaran optik 20oC+8o sampai +26o

Kelarutan dalam etanol 90%1 : 3 jernih, seterusnya jernih

Sisa penguapan (contoh 4,8 5,2 g)Maksimum 3.0%

Zat-zat asing:

LemakNegatif

Alkohol tambahanNegatif

Minyak pelikanNegatif

Minyak terpentinNegatif

SNI 06-2388-1998

Oleoresin PalaOleoresin adalah hasil olahan rempah-rempah berupa cairan kental seperti damar cair yang diperoleh dengan cara mengekstrak rempah-rempah dengan pelarut-pelarut khusus (Moestafa, 1981). Penggunaan oleoresin memberikan beberapa keuntungan, yaitu lebih higienis, steril, dan bebas bakteri, kekuatan flavor dan aromanya dapat distandarisasi, mengandung antioksidan alami, dan bebas dari enzim. Oleoresin dapat disimpan dalam waktu yang lama pada kondisi yang tepat dan sesuai. Oleoresin juga mempunyai stabilitas terhadap panas yang lebih baik, karena sebagian besar terdiri dari konstituen yang tidak mudah menguap (fixed oil).Oleoresin pala dan fuli dapat diperoleh denganmengekstraknya daribagianbijipaladan fuli dengan pelarut. Sebelum dilakukanekstraksi, bijipaladan fuliharusdihaluskanmenjadibubukdengan partikel yang cukup kecil untuk meningkatkan efsisiensi proses ekstraksi. Pelarut yangdapatdigunakanuntuk ekstraksi oleoresin berupapelarut organik seperti etanol, petroleum eter, aseton, kloroform dan heksana (Farrel, 1985).Komposisi oleoresin yang dihasilkan tergantung dari jenis bahan dan pelarut yang digunakan, demikian juga jenis komponen yang dapat diekstrak. Ekstraksi dengan pelarut non-polar akan menghasilkan oleoresin dengan kandungan lemak yang tinggi, terutama trimiristin. Pada ekstraksi dengan pelarut polar seperti etanol dan aseton akan dihasilkan oleoresin dengan kandungan lemak yang rendah (Pursegloveet al.,1981).Pursegloveet al.(1981) menyatakan bahwa pada ekstraksi oleoresin pala dengan menggunakan pelarut benzene akan dihasilkan 31-37% oleoresin. Konstituen yang terekstrak sebagian besar adalah konstituen yang tidak berbau terutama terdiri dari trimiristin. Trimiristin dapat diisolasi dari bubuk pala dengan menggunakan etanol, karena etanol tidak dapat melarutkan lemak tersebut.Farrel (1985) menyatakan bahwa oleoresin pala berwarna kuning pucat dan berbentuk seperti padatan pada suhu kamar, kaya aroma, beberapa ada yang berbau tidak menyenangkan karena masih berbau pelarut, penampakan tidak menarik dan karena viskositasnya oleoresin sulit untuk ditangani. Dalam hal karakteristik bau dan flavor, secara umum 2,72 kg oleoresin pala sebanding dengan 45,45 kg pala segar.Mutu oleoresin pala dalam perdagangan dinilai dari banyaknya kandungan minyak atsiri dan lemak yang terkandung di dalamnya. Banyaknya kandungan minyak atsiri dan lemak sangat tergantung pada jenis pelarut yang digunakan. Ekstraksi menggunakan bahan pelarut yang memiliki nilai kepolaran sama dengan nilai kepolaran minyak lemak yang terkandung dalam biji pala akan menghasilkan oleoresin dengan kandungan minyak lemak pala yang tinggi (Rismunandar, 1988).

Mentega PalaMenurut Pursegloveet al.(1981), bijipalamengandung 25-40%fixed oil (yaitubagianminyakyang tidak mudah menguap) yang dapat diambil dengan metode penghancuran biji pala di antara piringan panas yang dialiri uap atau dengan mengekstraksinya menggunakan pelarut organik. Produk ini dikenal dengan nama mentega pala (nutmeg butter) atau expressed oil atauoleum myristicae expressum. Mentega pala berbentuk semi padat, mempunyai aroma yangkuat, berwarna jingga, dan tetap stabil pada suhu ruang. Mentega ini banyak mengandung trimiristin dan sebagian kecil adalah volatile oil yang sulit dipisahkan dengan penyulingan uap.

Produk Olahan Pala LainnyaDaging buah pala merupakan komponen terbesar dari buah pala, yaitu sekitar 83,3% (Somaatmadja dan Herman, 1984).Daging buah pala mempunyai nilai ekonomis yang lebih rendah jika dibandingkan dengan biji atau fuli. Di beberapa daerah penghasil pala, sebagian besar daging buah dibuang, tetapi pada sebagian kecil daerah di Indonesia (Bogor, Sukabumi, dan Cianjur), daging buah pala meruapakan bahan baku untuk industri manisan, jam, jelly, dan sirup pala (Rismunandar, 1988).

KARAKTERISTIK FISIK KIMIA PALA

Analisis prosikmat menunjukkan bahwa sebagian besar komponen yang ada di dalam bijipaladan fulipala adalah pati, minyak lemak dan ekstrak alkohol. Sebagian besar lemak dalam bentuk trimiristin (73%), yaitu trigliserida dariasamlemakmiristat. Hasil analisis proksimat bijipaladan fuli pala dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel2. Analisis komposisi kimia biji pala dan fuli palaKomponenBijiPala (%)FuliPala (%)

Air5,79-10,839,78-12,04

Protein6,56-7,006,25-7,00

Minyak atsiri2,56-6,946,27-8,25

Ekstrak alcohol10,42-17,3822,07-24,76

Minyak lemak28,73-36,9421,63-23,73

Pati31,81-49,8049,85-64,85

Serat kasar2,38-3,722,94-3,95

Abu2,13-3,261,81-2,54

Sumber:Winto dan Winton, di dalam Somaatmadja (1984)Somaatmadja (1984) melaporkan bahwa dari buah pala segar dapat dihasilkan daging buah sebanyak 83,3%, fuli 3,32%, tempurung biji 3,94% dan daging biji sebanyak 9,54%. Menurut Ketaren (1985),biji pala dan fuli mengandung lemak (trigliserida) yang terdiri atas trimiristin, palmitin, olein, dan linolein, serta fraksi tidak tersabunkan, misalnya sepertimyristicin(C11H12O3).

Minyak Biji Pala

Komposisi kimia minyak bijipalaPursegloveet al.(1981) melaporkan bahwa komposisi kimia minyakbijipala terdiri dari hidrokarbon (monoterpen)denganjumlah antara 61 88%, hidrokarbon teroksigenasi 5-15% dan eter aromatis 2-18%, sedangkan senyawa lainnya terdapat dalam jumlah sangat kecil. Konstituen terbesar dari golongan hidrokarbon monoterpen adalah -pinen, -pinen, dan sabine, sementaramyristisinmerupakan komponen utama dalam fraksi eter aromatis. Aroma dari minyak pala terutama disebabkan oleh adanya eter aromatis,myristisin, safrole, danelimicinyang memberikan bau. Belitz dan Grosch (1987) melaporkan minyak atsiri dari biji pala biasanya dikenal dengan nama minyak pala yang mengandung 80%monoterpen, 4%terpen alcoholdan 11% senyawa aroma lainnya.Mallavarapu dan Ramesh (1998) melaporkan bahwa minyak pala mengandung sekitar 76,8% monoterpen, 12,1 monoterpen teroksigenasi, dan 9,8% eter fenil propanoid.Komposisi kimia minyak pala Indonesia dan Granada berbeda secara kuantitatif, tetapi jenis komponen hampir sama (Tabel 3). Minyak pala West Indian type sedikit mengandung-pinene, safroledanmyrisitin, tetapi kandungansabinenelebih tinggi. Sebaliknya minyak pala East Indian type relatif lebih banyak mengandungmyrisitin. Hal ini menyebabkan perbedaan mutu kedua jenis minyak tersebut. Selain itumysristindinyatakan memberikan aroma yang lebih tajam. Di samping itu pula minyak biji pala West Indian type mempunyai kandungan terpen relatif lebih tinggi dibandingkan East Indian type, sehingga aroma minyak pala menyerupai minyak terpentin.

Tabel 3. Komposisi kimia minyak atsiri dari biji dan fuli buah palaNama senyawaBijiFulib)(%)

West Indiana)(%)East indiana)(%)Srilangkaa)(%)

-pinen10,6-12,618,0-21,213,016,3

Camphene0,20,2-0,40,3

-pinen7,8-12,19,3-17,79,010,6

Sabinene49,6-50,715,4-44,147,912,5

Myrcene2,5-2,82,2-2,90,72,2

-Phellandrene0,4-0,60,4-1,03,8

-Terpinene1,8-1,90,8-2,5Trace7,5

Limonene3,1-3,32,7-3,64,1

1,8 Cineole2,3-2,51,5-3,23,53,8

-terpinen1,9-3,11,3-6,8

P-Cymene0,7-3,20,3-2,7

Terpinolene1,2-1,70,6-2,610

Trans sabinene Hydrate0,3-0,80,3-0,6

Copaene0,30,2-0,3

Linalool0,4-0,90,2-0,9

Cis-sabinene Hydrate0,2-0,70,2-0,6

Cis-P-menth-2en-ol0,1-0,40,1-0,50,8

Terpinen-4ol3,5-6,12,0-10,914,2

Safrole0,1-0,20,6-3,20,30,2

Methyl eugenol0,1-0,20,5-1,2

Eugenol0,20,3-0,70,2

Elemicin1,3-1,40,3-4,61,62,0

Myristicin0,5-0,83,3-13,53,81,3

a)Heath (1981)b)Maarse (1991)

Sifat fisik minyak biji palaSenyawa-senyawa penyusun minyak pala berpengaruh besar terhadap sifat minyak pala. Sifat fisik senyawa-senyawa tersebut dalam minyak pala dilaporkan oleh Guenther (1952) sepertitersajipada Tabel 4.

Tabel 4. Sifat fisik senyawa-senyawa utama minyak palaSenyawaBeratMolekul(g/mol)BobotJenis(20C) (g/ml)IndeksBias(20C)TitikDidih pada 15 mmHgC

-pinen136,230,85921,466444,3

Kamfen136,230,84221,455153,8

Limonen136,230,84021,474461,0

Dipenten136,230,84021,474461,0

p-Simen134,220,85731,490964,1

Terpineol154,250,93381,4818102,1

Safrol162,191,09601,5383115,3

Geraniol154,240,88941,4766117,8

Eugenol164,201,06641,5410130,9

Asam miristat228,360,86221,4305199,2

Sumber:Guenther (1952)

Sifat minyak ini tergantung kepada asal daerah, jenis tanaman penghasil, umur buah, mutu biji pala dan fuli serta metode penyulingan. Olehkarena itu sifat fisik dan kimia minyak pala dan fuli yang berasal dari EastIndianberbeda dengan minyak WestIndian(Guenther, 1972). Minyak pala WestIndian mempunyai bobot jenis, indeks bias, residu penguapan yang lebih rendah dan putaran optik yang lebih tinggi karena mengandungterpenedalam jumlah lebih besar. Perbedaan sifat minyak pala tersebut dapat dilihat dalam Tabel5.

Sifat sensori minyak palaDalam industri minyak pala, karakteristik sensori yang diinginkan adalahwarmly spicydanterpeny, sedangkan komponen aroma utama yang diinginkan adalah dan pinen, limonene, 4-terpeniol, safroledanmyrisitin(Reineccius, 1994). Minyak pala yang disuling dengan air-uap dari biji pala memiliki karakteristik aromawarmly spicydansweet(Anonim, 2005b). Rasa biji pala yaitubitter,warmly spicy, pungent, heavy, oilydan agakterpeny(Farrel, 1990), sedangkan aroma biji pala yaituwarmly, spicy, slightly camphoraceous, sweetdanpungent.

Tabel5.Sifat fisik dan kimia minyak pala EastIndian dan WestIndianKarakteristikMinyak Pala

East IndianNutmeg And Mace(Indonesia)West IndianNutmeg And Mace(Grenada)

Bobot jenis 150,865-0,9250,659-0,865

Putaran optik 158- 2025-45- 38-32

Indeks bias 201,479-1,4881,469-1,472

Kelarutan dalam alkohol 90%Larut pada perbandingan 0,5 3 bagianLarut pada perbandingan2 3 bagian

Sisa penguapan (%)1,0-1,50,2-0,3

Bilangan asam (%)3,01,0-1,3

Bilangan ester (%)2-96,3-7,3

Bilangan ester setelah asetilasi (%)25-31-

Sumber: Guenther (1972)

Mentega PalaDalam mentega pala terdapat sekitar 25 40% minyak lemak.Menurut Farrel (1990) penyusun utamamentega palaadalah trimiristin (trigliserida dari asam miristisin), gliserida dari asam oleat, linoleat, minyak pala dan resin.

Daging Buah PalaMenurut Rampengan(1999), pada daging buah pala terdapat banyak komponen volatil yang terikat secara glikosidik, yang dapat digunakan sebagai kompnen flavor setelah ikatan glikosidiknya mengalami pemutusan.Hustiany (1994) melaporkan bahwa daging buah pala mengandung 29 komponen volatil dengan 23 komponen yang teridentifikasi dan 6 komponen lainnya yang belum teridentifikasi. Komponen-komponen yang paling banyak terkandung dalam minyak atsiri daging buah pala adalah -pinen(8,7%), -pinen(6,92%),d-3-karen(3,54%),D-limonen(8%),-terpinen(3,69%),1,3,8-mentatrien(5,43%),-terpinen(4,9%),-terpineol(11,23%), myrisitin(23,37%), safrole(2,95%).

KOMPONENBIOAKTIFPADA PALA

Pala telah banyak digunakan sebagai obat, terutama di wilayah timur (Asia). Di dalam minyak pala terkandung beberapa komponen atsiri yang memiliki sifat-sifat farmakologi. Minyak pala mengandung bahan obat yang bersifat karminatif, deodoran, astringen, narkotik, aprodisiak dan baik untuk mencegah pilek, mual dan muntah (Marzuki, 2007).Menurut USFood and Drugs Adminsitrative(FDA), minyak pala dikenal sebagai GRAS (Generally Recognize As Safe), yang digunakan sebagai minyak atsiri, oleoresin (bebas pelarut), dan ekstrak alami (termasuk destilat) (CFR, 2005)Oleh karena potensi farmakologi yang dimilikinya, minyak pala dimanfaatkan sebagai bahan antibakteri (Wendakoon dan Sakaguchi, 1995; Ejechiet al., 1993); dan bahan anti serangga (Huanget al., 1997)Komponen-komponen minyak pala adalahsabinen(22%), -pinen(21%), -pinen(12%),myrisitin(10%),terpinen-4-ol(8%),-terpinen(4%),mirsen(3%),limonen(3%), 1,8-sineol(3%), dansafrole(2%). Dari seluruh komponen senyawa aroma tersebut, maka miristisin merupakan senyawa yang toksik dan dapat menimbulkan kecanduan apabila dikonsumsi dalam jumlah besar (Opdyke, 1976). Selain itumyristicinbersama-sama dengan elemisin dilaporkan bersifat halusinogenik, seperti narkotika.

EFEK TERHADAP PROSES FISIOLOGIS TUBUH

Efek depresanSinaga (2003)sepertidikutipAnonim (2006)telah melakukan penelitiantentang dekokta biji buah pala (Myristica fragrans(L.) Houtt) pada mencit (Mus musculus) jantan.Penelitiantersebutmenggunakan biji buah pala yang dibuat dekokta dengan konsentrasi 10% dan 40%. Hewan uji yang digunakanadalahmencit jantan sebanyak 42 ekor. Pemberian bahan uji diberikan secara oral,dimana30 menit setelahpemberian bahan uji,semua hewan uji diberi fernobarbital dengan dosis 140 mg/kg BB per oral. Parameter yang diamati adalah waktu tidur mencit dihitung sejak saat mencit kehilangan refleks membalikkan tubuhnya sampai refleks tersebut muncul kembali. Hasilnya menunjukkan bahwa biji buah pala pada konsentrasi 10% dan 40% dengan dosis 0,2 ml/g berat badan memiliki efek depresan terhadap mencit jantan. Konsentrasi yang paling optimal adalah pada konsentrasi 40%.

Penurun aktivitas motorikHasil penelitian Bambang (1994) yang dikutipAnonim (2006)melaporkantentang kajian efek psikotropik sari daging buah dan ekstrak etanol biji pala (Myristica fragransHoutt) pada mencit putih. Dengan metoda yang digunakan yaitu menguji aktivitas motorik mencit menggunakan alat roda air yang telah dikalibrasi. Hasilnya menunjukkan bahwa sari daging buah pala dengan dosis 5; 25 dan 125 mg tiap 20 g bobot badan mencit, dapat menurunkan aktivitas motorik mencit tersebut secara memadai. Begitu pula ekstrak biji pala dengan dosis 1,3; 6,5 dan 32,5 mg tiap 20 g bobot badan mencit, dapat menurunkan aktivitas motorik mencit secara memadai. Baik sari daging buah maupun ekstrak etanol biji pala dengan pemberian dosis yang makin meningkat, akansemakin menurunkan aktivitas motorik mencit.

Efek sedatifHasil penelitian Puspita (2001) yang dikutipAnonim (2006)menunjukan bahwa terdapatpengaruh pemberian seduhan serbuk biji pala terhadap waktu tidur mencit pra perlakuan fenobarbital.Metoda penelitian menggunakan hewan uji mencit putih jantan ras DDY. Bahan yang digunakan berupa serbuk biji pala yang diekstrak dengan cara diseduh. Parameter yang diamati adalah waktu tidur mencit antara mulai hilang sampai pulih kembali reflek mempertahankan posisi pada mencit setelah pemberian perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar seduhan serbuk biji pala 5; 10 dan 15% dapat meningkatkan efek hipnotik-sedatif fenobarbital, sehingga memperpanjang waktu tidur mencit, dibandingkan dengan kontrol. Dosis yang menyebabkan waktu tidur terpanjang adalah 10%. Hasil penelitian Astuti (1988) yang dikutipAnonim (2006)juga menunjukkan adanyapengaruh seduhan buah pala terhadap efek tidur pada mencit.Penelitian tersebutmenggunakan 70 ekor mencit jantan dari strain LMR, dan bahan uji berupa biji buah pala dalam bentuk serbuk. Ekstraksi dilakukan dengan cara diseduh. Sebagai pembanding (kontrol positif) digunakan diazepam. Mencit dibagi dalam 7 kelompok dengan masing-masing 10 hewan uji dengan variasi berat serbuk biji buah pala dan pemberian sebanyak 1,5 cc per oral, sedangkan beberapa perlakuan diberi diazepam 0,004 mg/10 g dengan cara disuntik. Hasil penelitian menunjukkanbahwaseduhan buah pala mempunyai pengaruh menurunkan aktivitas atau mempunyai efek penenang mulai konsentrasi 50% dan nyata pada konsentrasi 100% pada percobaan. Seduhan buah pala pada konsentrasi 100% juga dapat menguatkan efek tidur diazepam pada mencit.

Kemampuan Farmakologis Pala untuk Pengobatan PenyakitDalam pengobatan tradisional, minyak pala digunakan untuk mengabti penyakit yang berhubungan dengan sistem syaraf dan pencernaan. Efek psikotropik pala merupakan salah satu sifat yang paling utama dibandingkan sifat farmakologis lain. Jika dikonsumsi dalam dosis tinggi dapat menyebabkanconvulsionsMinyak pala berguna dalam pengobatan penyumbatan kandung kemih, halitosis, dispepsia, flatulens, impotensi, insomnia, dan penyakit kulit. Minyak pala juga secara eksternal berguna sebagai bahan stimulan dan penawar iritasi (Marzuki, 2007).Menurut Mallavarapu dan Ramesh (1988), mentega pala merupakan stimulan eksternal yang bersifat sedang dan dimanfaatkan dalam bentuk lotion, minyak rambut, dan plester yang digunakan untuk mengobati penyakit rematik, kelumpuhan, dan nyeri.Minyak pala juga digunakan sebagai campuran dalam obat-obatan sebagai obat sakit perut, diare, danbronchitis(Marzuki, 2007).Menurut Anonim (2005), biji pala dapat meringankan rasa sakit dan rasa nyeri yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk angin dalam lambung dan usus. Biji pala sangat baik untuk obat pencernaan yang terganggu, obat muntah-muntah dan lain-lain.Jenis pala lain yaituM fagua(atau pala wegio) telah sering digunakan sebagai obat-obatan. Menurut Jamal dan Agusta (2004), pala wegio memiliki kandungan senyawa kariofilena yang cukup tinggi, sehingga direkomendasikan sebagai bahan untuk pengobatan penyakit asma, jerawat, radang, dan tumor.

Aktivitas AntikankerChiratawornet al.(2007) menggunakan ekstrak methanol dari pala untuk menguji efeknya terhadap aktivitas metabolik sel Jurkat menggunakan MTT assay dan terhadap apoptosis menggunakan pewarnaanannexinV. Ekspresi gen SIRTI ditentukan dengan RT-PCR. Pada konsentrasi 50 dan 100g/ml, ekstrak metanol pala secara signifikan mampu menghambat proliferasi sel Jurkat, dan menginduksi apoptosis yang dideteksi dengan pewarnaanannexinV. Penurunan ekspresi mRNA~SIRT1 juga terjadi pada konsentrasi ekstrak methanol pala 10g/ml.

AktivitasAntioksidanSifat antioksidan biji pala telah dilaporkan oleh beberapa peneliti (Madsen dan Bertelsen, 1995; Lagouri dan Boskou, 1995). Pada biji pala diketahui terdapat komponen lignan yang diduga memiliki aktivitas sebagai antioksidan (Kasaharaet al.,1995).Guridipet al. (2006) juga telah menguji aktivitas antioksidan yang diukur padarapeseedoil, dan menunjukkan bahwa minyak pala dan ekstrak aseton pala memiliki aktivitas`antioksidan yang lebih tinggi dibandingkanbutylated hydroxyanisole(BHA) danbutylated hydroxytoluene(BHT). Kemampuan penghambatannya dalam sistem asam lemak linoleat juga diuji dengan mengukur kemampuan menangkap radikal DPPH dibandingkan antioksidan sintetik. Kemampuan mereduksi minyak pala dan ekstrak aseton pala juga diuji, dan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pala memiliki kapasitas antioksidan yang cukup tinggi.Potensi antioksidan komponen lignin dari fuli pala telah dievaluasi oleh Chatterjeeet al.,(2006). Komponen lignan dari fuli pala mampu menangkap radikal DPPH, menghambat peroksidasi lemak, dan memberi perlindungan terhadap kerusakan plasmid saat di-ekspose dengan radiasi sinar Gamma. Perlindungan terhadap irradiasi dengan dosis hingga 5 kGy menunjukkan adanya potensi penggunaan fuli pala segar dan ekstraknya sebagai penghambat kerusakan sel.

Aktivitas AntimikrobaPotenis ekstrak fuli pala sebagaiantimikroba pala telah diketahui melalui metode pengukuran MIC (Minimum Inhibitory Concentration) (Hirasa dan Takemasa, 1998). MIC adalah konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba sebanyak 90% dari inokulum asal selama inkubasi 24 jam. Adapun hasil penentuan ekstrak rempah-rempah berdasaran MIC dapat dilihat pada Tabel 6.berikut ini.

Tabel 6. MIC (Minimum Inhibitory Concentration)dari ekstrak fuli palaBakteriEkstrak fuli pala(%)

Bacillus subtilis0.2

Staphylococcus aureus0,05

Echerichia coli4,0