analisis manajemen persediaan pala pada cv. …

14
45 Volume 9 No. 1 Februari 2021 ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PALA PADA CV. MAENUSU SPICE KOTA AMBON ANALYSIS OF NUTMEG INVENTORY MANAGEMENT OF CV. MAENUSU SPICE IN AMBON CITY Asmini F. Khairuddin, Leunard O. Kakisina, Raja M. Sari Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Jln. Ir. M. Putuhena Kampus Poka, Ambon-97233 E-mail: [email protected] [email protected] [email protected] Abstrak Peranan sektor petanian di Indonesia sangat penting dalam perekonomian, terutama subsektor perkebunan. Salah satu subsektor perkebunan yang potensial dikembangkan di Maluku adalah tanaman pala. Berdasarkan data rata-rata produksi pala Indonesia, Maluku merupakan salah satu sentra produksi pala terbesar. Saat ini luas areal tanaman Pala di Maluku sebesar 32.797 ha dengan produksi sebanyak 5.859 ton. Hasil produksi pala Maluku dapat menjadi peluang usaha baik lokal maupun antar negara karena permintaannya setiap tahun terus meningkat. Hal ini menjadi peluang sekaligus tantangan para pelaku usaha untuk mengembangkan jaringan pemasaran pala secara luas. Di Maluku terdapat beberapa pelaku usaha maupun perusahaan yang bergerak dalam pemasaran pala, salah satu diantaranya adalah CV. Maenusu Spices. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari manajemen persediaan CV. Maenusu Spices dengan Metode EOQ. Penelitian ini menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Data yang digunakan adalah data primer berupa hasil wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan dalam satu tahun adalah Rp. 52.005.707, sedangkan dengan menggunakan metode EOQ biaya persediaan adalah sebesar Rp. 8.228.930,74. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat melakukan penghematan sebesar Rp. 43.776.776,3 bila menerapkan metode EOQ. Penggunaan metode EOQ pada perusahaan akan lebih efektif dan efisien dalam hal pengendalian persediaan bahan baku jika dibandingkan dengan kebijakan yang selama ini digunakan oleh CV. Maenusu Spice. Kata kunci: Manajemen persediaan; metode EOQ; tanaman pala Abstract The role of the agriculture sector in Indonesia is very important in the economy, particularly in the plantation subsector. One of the potential plantation sub-sectors to be developed in Maluku is nutmeg. Based on the average Indonesian nutmeg production data, Maluku is one of the largest nutmeg production centers. Nowadays, the area of Nutmeg plants in Maluku is 32,797 ha with a production of 5,859 tons. Maluku's nutmeg production can be a business opportunity both locally and between countries because its demand continues to increase every year. This becomes an opportunity as well as a challenge for businesses to develop a broad nutmeg marketing network. In Maluku there are several business actors and companies engaged in nutmeg marketing, one of which is CV. Maenusu Spices. This study aimed to improve the effectiveness and efficiency of inventory management of CV. Maenusu Spices with the EOQ Method. This study used the Economic Order Quantity (EOQ) method. The data used was primary data in the form of interviews. The results showed that the total inventory cost incurred by the company in one year was Rp. 52.005.707, while using the EOQ method, the inventory costs was Rp. 8.228.930,74. This shows that the company can make savings of Rp. 43.776.776,3 when applying the EOQ method. The use of EOQ methods in companies will be more effective and efficient in terms of controlling raw material inventory when compared to the policies that have been used by CV. Maenusu Spice. Keywords: Inventory management; EOQ method; nutmeg plant

Upload: others

Post on 28-Nov-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PALA PADA CV. …

45 Volume 9 No. 1 Februari 2021

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PALA

PADA CV. MAENUSU SPICE KOTA AMBON

ANALYSIS OF NUTMEG INVENTORY MANAGEMENT

OF CV. MAENUSU SPICE IN AMBON CITY

Asmini F. Khairuddin, Leunard O. Kakisina, Raja M. Sari

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Pattimura

Jln. Ir. M. Putuhena Kampus Poka, Ambon-97233

E-mail: [email protected]

[email protected]

[email protected]

Abstrak

Peranan sektor petanian di Indonesia sangat penting dalam perekonomian, terutama subsektor perkebunan. Salah satu subsektor perkebunan yang potensial dikembangkan di Maluku adalah tanaman pala. Berdasarkan data rata-rata produksi pala Indonesia, Maluku merupakan salah satu sentra produksi pala terbesar. Saat ini luas areal tanaman Pala di Maluku sebesar 32.797 ha dengan produksi sebanyak 5.859 ton. Hasil produksi pala Maluku dapat menjadi peluang usaha baik lokal maupun antar negara karena permintaannya setiap tahun terus meningkat. Hal ini menjadi peluang sekaligus tantangan para pelaku usaha untuk mengembangkan jaringan pemasaran pala secara luas. Di Maluku terdapat beberapa pelaku usaha maupun perusahaan yang bergerak dalam pemasaran pala, salah satu diantaranya adalah CV. Maenusu Spices. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari manajemen persediaan CV. Maenusu Spices dengan Metode EOQ. Penelitian ini menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Data yang digunakan adalah data primer berupa hasil wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan dalam satu tahun adalah Rp. 52.005.707, sedangkan dengan menggunakan metode EOQ biaya persediaan adalah sebesar Rp. 8.228.930,74. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat melakukan penghematan sebesar Rp. 43.776.776,3 bila menerapkan metode EOQ. Penggunaan metode EOQ pada perusahaan akan lebih efektif dan efisien dalam hal pengendalian persediaan bahan baku jika dibandingkan dengan kebijakan yang selama ini digunakan oleh CV. Maenusu Spice.

Kata kunci: Manajemen persediaan; metode EOQ; tanaman pala

Abstract

The role of the agriculture sector in Indonesia is very important in the economy, particularly in the plantation subsector. One of the potential plantation sub-sectors to be developed in Maluku is nutmeg. Based on the average Indonesian nutmeg production data, Maluku is one of the largest nutmeg production centers. Nowadays, the area of Nutmeg plants in Maluku is 32,797 ha with a production of 5,859 tons. Maluku's nutmeg production can be a business opportunity both locally and between countries because its demand continues to increase every year. This becomes an opportunity as well as a challenge for businesses to develop a broad nutmeg marketing network. In Maluku there are several business actors and companies engaged in nutmeg marketing, one of which is CV. Maenusu Spices. This study aimed to improve the effectiveness and efficiency of inventory management of CV. Maenusu Spices with the EOQ Method. This study used the Economic Order Quantity (EOQ) method. The data used was primary data in the form of interviews. The results showed that the total inventory cost incurred by the company in one year was Rp. 52.005.707, while using the EOQ method, the inventory costs was Rp. 8.228.930,74. This shows that the company can make savings of Rp. 43.776.776,3 when applying the EOQ method. The use of EOQ methods in companies will be more effective and efficient in terms of controlling raw material inventory when compared to the policies that have been used by CV. Maenusu Spice.

Keywords: Inventory management; EOQ method; nutmeg plant

Page 2: ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PALA PADA CV. …

AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 46

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara agraris dengan potensi yang besar di bidang

pertanian. Sebagai negara agraris, sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor

yang sangat penting dalam perekonomian, karena sebagian besar penduduk

Indonesia menggantungkan hidupnya di sektor ini. Sektor pertanian yang ada di

Indonesia mencakup 5 subsektor yaitu subsektor pertanian rakyat (pertanian

dalam arti sempit), subsektor perkebunan, subsektor kehutanan, subsektor

peternakan, dan subsektor perikanan. Salah satu subsektor yang memegang

peranan penting dalam perkembangan perekonomian di Indonesia adalah

subsektor perkebunan. Selain menyediakan lapangan kerja bagi penduduk

Indonesia, subsektor perkebunan juga menambah devisa negara secara signifikan.

Terdapat lebih dari 100 komoditas perkebunan yang dapat dikembangkan di

Indonesia. Lima belas diantaranya merupakan komoditas unggulan karena

memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta berperan penting dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Kelima belas komoditas tersebut antara lain cengkih,

cokelat/kakao, kapas, karet, kayu manis, kelapa, kelapa sawit, kemiri, kopi, lada,

pala, tebu, teh, tembakau dan vanili (Suwarto et al, 2014).

Tanaman pala merupakan salah salah satu diantara komoditas perkebunan

yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Pada tahun 2018, produksi pala

Indonesia mencapai 36.242 ton dengan luas areal tanam 202.325 ha (Dirjen

Perkebunan, 2018). Wilayah dengan produksi pala terbesar di Indonesia adalah

Maluku dan Papua (lampiran 1). Pala juga masih menjadi komoditas ekspor

unggulan. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, perkembangan

volume ekspor pala Indonesia selama periode 1980 - 2017 cukup fluktuatif,

namun cenderung meningkat. Pada tahun 2017, volume ekspor pala Indonesia

mencapai 19.936 ton dengan nilai 109.217 juta US$.

Pala termasuk family Myristicaceae. Family ini terdiri dri 5 genus (marga)

dan 250 spesies (jenis). Dari 15 marga tersebut 5 marga berada di daerah tropis

amerika, 6 marga di tropis afrika, dan 4 marga di tropis Asia (Rismunandar,

1992). Pala merupakan tanaman rempah asli kepulauan Maluku (Purseglove et al.,

1995), yang telah diperdagangkan dan dibudidayakan secara turun-

temurun dalam bentuk perkebunan rakyat disebagian besar kepulauan Maluku.

Page 3: ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PALA PADA CV. …

47 Volume 9 No. 1 Februari 2021

Tanaman pala mempunyai nilai historis yang melekat dengan masyarakat Maluku.

Pala Banda (Myristica fragrans Houtt) adalah jenis pala berkualitas terbaik di

dunia, yang mempunyai keunggulan komparatif alamiah karena berumur panjang

(Sahata, 2016). Lebih lanjut dinyatakan bahwa dunia mengenal Maluku dari hasil

pala dan cengkeh. Sistem tataniaga pala dan cengkeh telah tertata dengan baik

pada zaman VOC, sehingga pala bisa memberikan kontribusi terhadap pendapatan

yang signifikan bagi negeri Belanda (Bustaman, 2008).

Berdasarkan data rata-rata produksi pala Indonesia, Maluku merupakan

salah satu sentra produksi pala terbesar. Saat ini luas areal tanaman Pala di

Maluku sebesar 32.797 ha dengan produksi sebanyak 5.859 ton.

Tabel 1. Produksi pala di Provinsi Maluku

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019*

Luas Areal (ha) 30.817 30.858 32.728 32.731 32.797

Produksi (ton) 4.582 4.621 5.513 5.774 5.859

Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan

Keterangan: * Angka Sementara

Hasil produksi pala Maluku dapat menjadi peluang usaha baik lokal

maupun antar negara. Permintaan pasar dunia akan produk pala terutama biji, fuli

dan minyak setiap tahun terus meningkat. Hal ini menjadi peluang sekaligus

tantangan para pelaku usaha untuk mengembangkan jaringan pemasaran pala

secara luas. Di Maluku terdapat beberapa pelaku usaha maupun perusahaan yang

bergerak dalam pemasaran pala, salah satu diantaranya adalah CV. Maenusu

Spices.

CV. Maenusu Spice adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam

melakukan distribusi pala. Produk pala tersebut didatangkan dari berbagai daerah

penghasil pala di Maluku diantaranya Pulau Banda, Pulau Seram dan Pulau

Ambon. Adapun aktifitas yang dilakukan selain pengumpul dan distributor yaitu

melakukan sortir dan grading terhadap produk pala sebagai upaya memenuhi

standar ekspor negara tujuan. Untuk memenuhi permintaan yang tinggi CV

Maenusu Spices harus mampu mengendalikan persediaan bahan baku yang

dibutuhkan dalam proses pemasaran dengan tepat sehingga tidak terjadi

Page 4: ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PALA PADA CV. …

AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 48

kekurangan atau kelebihan persediaan. Hal ini untuk menjamin kontinyuitas

kegiatan pemasaran.

Sebagaimana perusahaan yang bergerak dalam bidang pemasaran,

manajemen persediaan merupakan penentu keberhasilan pengembangan usaha.

Manajemen persediaan adalah sebuah sistem untuk mengelola persediaan agar

perusahaan dapat mengontrol pesanan bahan baku guna tidak terjadi kelebihan

ataupun kekurangan bahan baku yang bisa memicu biaya tambahan. Manajemen

persediaan bertujuan untuk mengantisipasi resiko keterlambatan datangnya

barang, pesanan bahan yang tidak sesuai dengan yang diperlukan perusahaan,

maupun untuk mengantisipasi apabila bahan yang diperlukan tidak tersedia di

pasaran (Herjanto, 2007).

Penerapan manajemen persediaan bahan baku penting dilakukan untuk

menjamin persedian bahan baku dan kontinuitasnya dalam aktivitas pemasaran

suatu perusahaan. Salah satu metode yang umum digunakan untuk

meminimumkan biaya persediaan yaitu dengan analisis Economy Order Quantity

(EOQ). EOQ adalah volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk

dilakukan pada setiap kali pembelian (Prawirosentono, 2001:49). Metode ini dapat

diterapkan dengan mudah dan praktis sehubungan dengan persediaan bahan baku

untuk merencanakan berapa kali suatu bahan dibeli dan dalam jumlah kuantitas

berapa kali pemesanan. Selain untuk mengetahui berapa jumlah persediaan yang

paling efisien, dengan penerapan metode EOQ pada perusahaan juga dapat

diketahui biaya yang akan dikeluarkan sehubungan dengan persediaan bahan

baku. Penerapan metode EOQ dapat menjadi komparasi dengan manajemen

persediaan yang diterapkaan oleh perusahaan dalam upaya efisiensi dan

efektivitas manajemen CV. Maenusu Spice lebih lanjut. Bertolak pada kondisi ini

penulis tertarik untuk meneliti penerapan manajemen persediaan dengan metode

EOQ pada CV Maenusu Spice Kota Ambon. berdasarkan latar belakang yang

telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi dari manajemen persediaan CV. Maenusu Spices dengan Metode EOQ.

Metode Penelitian

Page 5: ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PALA PADA CV. …

49 Volume 9 No. 1 Februari 2021

Penelitian ini dilakukan di CV. Maenusu Spice di Desa Tawiri Kecamatan

Teluk Ambon Kota Ambon dan berlangsung selama satu bulan. Lokasi penelitian

ditentukan secara sengaja (purposive) atau ditunjuk langsung dengan

pertimbangan bahwa CV. Maenusu merupakan perusahaan distributor berskala

besar yang melakukan proses grading dan sortir untuk kepentingan ekspor.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan melalui

wawancara dengan pimpinan dan karyawan CV. Maenusu Spices dengan

menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Data sekunder yang diperlukan

diperoleh dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik.

Metode analisis data yang digunakan adalah metode kuantitatif, dengan

analisis Economical Order Quantity (EOQ). Gitosudarmo (2002) mengemukakan

bahwa Economic Order Quantity adalah volume atau jumlah pembelian yang

paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Kelebihan EOQ

(Economic Order Quantity) adalah mudah dalam mengunakannya (Herjanto,

2007). EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang

meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya

(Inverse cost) pemesanan persediaan. Perhitungan EOQ dirumuskan sebagai

berikut:

EOQ = √2 𝑆𝐷

𝐻

Dimana:

EOQ = Kuantitas pembelian optimal

D = Jumlah pembelian bahan baku.

S = Biaya pemesanan

H = Biaya penyimpanan per kg per bulan

Selanjutnya untuk mengetahui biaya total persediaan perbulan (TIC) dapat

diketahui dengan menggunakan rumus berikut:

TIC = 𝐻𝑄

2+ 𝑆

𝐷

𝑄

Page 6: ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PALA PADA CV. …

AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 50

Hasil dan Pembahasan

Sejarah Berdirinya CV. Maenusu Spice

CV. Maenusu Spice merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di

bidang distributor pala di Maluku. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 6 Februari

2018, pendiri perusahaan adalah Ibu Anella Kastanya yang sekaligus menjadi

pemimpin perusahaan. Berdirinya CV. Maenusu Spice berdasarkan Surat Izin

Usaha Perdagangan (SIUP) Kecil Nomor: 0616/25-05/PK/DPMPTSP/VII/2018,

yang ditetapkan di Ambon pada tanggal 04 Juli 2018. CV. Maenusu Spice

berkantor di Jalan Pisang Baranan No. 15 Rumah Tiga, Teluk Ambon. Sedangkan

gudang penyimpanan dan unit proses berlokasi di Jalan Dr. J. Leimena, Wailawa

II Tawiri, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon.

Perusahaan ini mendistribusikan produk pala yakni biji dan fuli pala yang

diperoleh dari beberapa petani dan supplier tingkat kabupaten di Provinsi Maluku.

CV. Maenusu didirikan bukan hanya untuk bisnis, namun juga ingin berkontribusi

bagi kesejahteraan petani di Maluku. Perusahaan ini memiliki keinginan untuk

memperkuat basis di tingkat petani dengan menciptakan rantai nilai yang tinggi.

Petani, pengumpul desa, pengumpul kecamatan hingga pengumpul kota merasa

percaya dan bertanggung jawab menyediakan bahan baku kepada perusahaan,

sehingga CV. Maenusu mampu menjaga kontinuitas produksi baik secara kualitas

maupun kuantitas produk pala Maluku di tingkat nasional.

Dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan melakukan standarisasi mutu

produk sebagai upaya memenuhi permintaan pasar. Sejak berdiri CV. Maenusu

Spice telah bekerja sama dengan beberapa buyers dan perusahaan India di

Surabaya. Pada tahun 2018 CV. Maenusu Spice mampu meyelesaikan kontrak

lebih dari 16 kontainer produk pala.

Karakteristik Tenaga Kerja CV. Maenusu Spice

Tabel 2. Distribusi tenaga kerja berdasarkan kategori umur

Umur (Tahun) Jumlah Jiwa (Orang) Presentase (%)

0-14 (Blum Produktif) 0 0

Page 7: ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PALA PADA CV. …

51 Volume 9 No. 1 Februari 2021

15-64 (Produktif) 20 100

>64 (Tidak Produktif) 0 0

Jumlah 20 100

Tabel 2 menjelaskan bahwa, tenaga kerja pada CV. Maenusu Spice secara

keseluruhan termasuk pada kelompok umur produktif dengan persentase 100 persen.

Sesuai dengan pendapat Swastha dan Sukotjo (1995) dalam Saad (2012), bahwa

tingkat produktifitas kerja seseorang akan mengalami peningkatan sesuai dengan

pertambahan umur, kemudian akan menurun kembali menjelang usia tua. Umur

produktif merupakan tingkatan umur dimana seseorang akan mampu menghasilkan

produk maupun jasa, atau dengan kata lain umur produktif merupakan umur dimana

seseorang akan mampu bekerja dengan baik.

Tabel 3. Distribusi tenaga kerja berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan (Tahun) Jumlah (jiwa) Presentase (%)

SD 0 0

SMP 0 0

SMA 17 85

S1 3 15

Jumlah 20 100

Tabel 3 memperlihatkan kualifikasi tingkat pendidikan tenaga kerja pada

CV. Maenusu Spice. Tingkat pendidikan merupakan bagian terpenting untuk

operasionalisasi perusahaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pendidikan

tenaga kerja pada CV. Maenusu Spice lebih banyak terkonsentrasi pada kelompok

tamat SMA yaitu sebanyak 17 orang atau 85 persen, yang terdiri dari 1 karyawan

pada bagian administrasi dan sisa 16 lainnya merupakan tenaga pada bagian

processing. Sedangkan pada tingkat sarjana yang menduduki jabatan tertentu di

perusahaan, diantaranya pimpinan perusahaan, manajer dan bagian marketing.

Perusahaan akan membagi pekerja sesuai dengan kemampuan dan keahlian

berdasarkan jenis kelamin karyawan. Karyawan perempuan akan lebih banyak

mengurusi bagian sortasi dan grading. Sedangkan karyawan laki-laki akan lebih

banyak mengurusi pengangkutan, penimbangan, hingga melakukan proses packing.

Distribusi tenaga kerja menurut jenis kelamin disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Presentasi (%)

Laki-Laki 4 20

Perempuan 16 80

Page 8: ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PALA PADA CV. …

AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 52

Jumlah 20 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa tenaga kerja perempuan lebih besar

dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja laki-laki. Hal ini disebabkan karena

perusahaan memiliki kontrak dengan perusahaan buyer untuk mengirim biji pala

dalam kuantitas tertentu yang harus diselesikan tepat pada waktunya. Selain itu

dalam proses pemilihan biji pala juga dibutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi agar

menghasilkan biji pala sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan. Sedangkan

karyawan pria bertugas mengangkut biji pala untuk disortir oleh para ibu kelompok

sortir dan melakukan proses packing.

Supplier Bahan Baku

Supplier atau pemasok merupakan mitra bisnis yang memegang peranan

penting dalam menjamin ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan perusahaan.

Setiap pemasok atau supplier pada umunya hampir sama, namun karakteristik

yang dimiliki oleh masing-masing pemasok adalah berbeda (Sulastiningsih, dalam

Setyaningrum, 2007). CV. Maenusu Spice bekerja sama dengan supplier yang

mampu menyediakan bahan baku pala tepat pada waktunya, berkualitas baik dan

harga yang kompetitif. Adapun hubungan antara CV. Maenusu dengan para

suppliernya tidak terikat, dimana untuk membeli barang dari supplier perusahaan

hanya melakukan permintaan pengiriman bahan baku dan bekerja sama tanpa

adanya kontrak jangka panjang. Supplier yang bekerja sama dengan CV. Maenusu

Spice berasal dari berbagai daerah penghasil pala di Maluku antara lain, Pulau

Banda, Pulau Seram dan Pulau Ambon. Selain itu perusahaan juga menerima

tambahan bahan baku pala dari Pulau Obi, Maluku Utara. Kapasitas suplai dan

frekuensi pengiriman pala dari tiap supplier berbeda-beda. Hal ini terjadi karena

adanya perbedaan produktivitas tanaman pala disetiap daerah dan kemampuan

supplier dalam menampung hasil panen dari para petani lokal.

Berdasarkan data perusahaan, bahwa pengiriman bahan baku pala

terbanyak berasal dari Pulau Banda pada setiap frekuensi penerimaan. Selain

kuantitas bahan baku yang tersedia dalam jumlah besar, pala banda juga terkenal

karena memiliki kualitas tinggi diantara pala yang berasal dari daerah lain.

Kualitas terbaik pala Banda saat ini banyak ditandai oleh petani pala di

Kecamatan Banda Neira yang terletak pada biji pala hasil kotoran burung yang

Page 9: ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PALA PADA CV. …

53 Volume 9 No. 1 Februari 2021

oleh masyarakat lokal disebut sebagai burung walor/pombu (bahasa Indonesia)

yang disebutkan sebagai biji pala kualitas super yang dihargai tinggi di pasaran

(Lawalata, M dkk 2017). Sementara penerimaan bahan baku pala paling sedikit

berasal dari Pulau Obi, Ternate. Adanya perbedaan kualitas pasokan pala disetiap

daerah disebabkan karena beberapa faktor diantaranya masih minim sosialisasi

kepada para petani sehingga tanaman pala menjadi tidak terawat, disamping umur

tanaman yang telah tua serta kerusakan akibat serangan hama, penyakit, gulma

dan gejala lainnya. Hal tersebut mempengaruhi produktivitas tanaman pala

sehingga produksi yang dihasilkan berbeda tiap daerah.

Analisis Manajemen Persediaan CV. Maenusu Spice dan Metode EOQ

CV. Maenusu Spices melakukan pembelian bahan baku melalui supplier

dan petani pala yang telah menjadi rekanan selama ini. Berikut ini adalah

kuantitas pembelian dan frekuensi pemesanan bahan baku pala CV. Maenusu

Spice.

Tabel 5. Jumlah dan frekuensi pembelian bahan baku pala selama satu tahun

Bulan Pembelian Jumlah (Kg) Frekuensi

Agustus 2018 15000 7

September 20000 5

Oktober 16800 5

November 0 0

Desember 0 0

Januari 2019 10000 2

Februari 12000 2

Maret 13200 4

April 13500 4

Mei 24500 5

Juni 5400 8

Juli 10000 3

Jumlah 140400 45

Sumber: CV. Maenusu Spice

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui penerimaan bahan baku pala pada CV.

Maenusu Spices dalam periode satu tahun mengalami fluktuasi. Hal ini

dikarenakan penerimaan pala ditentukan oleh kesediaan pala yang berbeda pada

setiap supplier. Pada bulan September 2018 dan Mei 2019 terjadi peningkatan

Page 10: ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PALA PADA CV. …

AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 54

pembelian bahan baku. Hal ini dikarenakan pada bulan tersebut merupakan musim

panen pala sehingga memberi efek positif pada peningkatan jumlah pembelian.

Sementara pada bulan November hingga Desember 2018 perusahaan tidak

melakukan proses pembelian karena minimnya permintaan pala yang disebabkan

sedang adanya masa panen cengkeh. Kuantitas pesanan biji pala selama setahun

sebanyak 140.400 kg.

Tabel 6. Biaya pemesanan pala CV. Maenusu Spice tahun 2018-2019.

Jenis Biaya Jumlah (Rp)

Biaya Telepon 3.600.000

Biaya Transportasi 48.078.125

Jumlah Biaya 51.678.125

Biaya pemesanan (ordering cost) merupakan biaya langsung yang

dikaitkan dengan usaha untuk mendapatkan bahan baku atau barang dari luar.

Biaya pemesanan yang dikeluarkan oleh CV. Maenusu Spice berupa biaya telepon

dan biaya transportasi. Tabel 6 menunjukkan biaya telepon yang dikeluarkan

perusahaan sebesar Rp.3.600.000,-/tahun. Biaya telepon dikeluarkan untuk

kebutuhan berkomunikasi dengan para supplier dan petani saat melakukan

pembelian pala. Sementara biaya transportasi merupakan biaya yang dikeluarkan

perusahaan tidak secara langsung, meliputi biaya truck pengangkutan, frak kapal,

dan buruh yakni sebesar Rp.48.078.125,-/tahun.

Tabel 7. Biaya penyimpanan pala selama di gudang

Jenis Biaya Per Bulan (Rp) Per Tahun (Rp)

Biaya Listrik Gudang 1.000.000 12.000.000

Biaya Fumigasi 194.865 2.338.383

Biaya Packing 1.262.000 15.144.000

Jumlah Biaya 2.456.865 29.482.383

Biaya penyimpanan (carrying cost atau holding cost) adalah biaya yang

harus ditanggung oleh CV. Maenusu Spices sehubungan dengan adanya bahan

baku yang disimpan di dalam perusahaan. Biaya yang harus dikeluarkan oleh

perusahaan berupa biaya listrik, fumigasi dan biaya pengemasan (packing).

Terlihat dari tabel 12, dalam kurun waktu satu tahun jumlah biaya penyimpanan

yang dikeluarkan perusahaan mencapai Rp.29.482.383. Biaya listrik sebesar Rp.

12.000.000/tahun. Biaya fumigasi sebesar Rp.2.338.383/tahun yang meliputi

Page 11: ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PALA PADA CV. …

55 Volume 9 No. 1 Februari 2021

biaya fumigan dan upah untuk tenaga yang melakukan fumigasi. Sementara biaya

packing yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp.15.144.000/tahun, meliputi

biaya karung, pelabelan, hingga upah untuk setiap tenaga kerja yang melakukan

proses packing.

Tabel 8. Kondisi aktual persediaan bahan baku perusahaan

Komponen Biaya Jumlah

Total kebutuhan bahan baku (Kg) (D) 140.400

Frekuensi Pemesanan (Kali) 45

Pembelian rata-rata bahan baku setiap bulan (Kg) (Q) 3.120

Biaya Pemesanan Sekali Pesan (Rp) (S) 1.148.402,8

Biaya Simpan per kg (Rp) (H) 210

Total Biaya Persediaan (Rp) (TIC) 51.385.707

Tabel 8 menampilkan kuantitas bahan baku yang dibutuhkan perusahaan

sebanyak 140.400 kg dengan frekuensi pemesanan sebanyak 45 kali. Jumlah

pembelian rata-rata bahan baku merupakan hasil perhitungan dari total kebutuhan

bahan baku dibagi dengan frekuensi pemesanan dalam satu tahun. Biaya

pemesanan bahan baku setiap kali pesan merupakan hasil dari total biaya

pemesanan dibagi dengan frekuensi pemesanan. Biaya penyimpanan merupakan

hasil perhitungan dari total biaya simpan per tahun dibagi dengan total kebutuhan

bahan baku perusahaan. Jadi biaya pemesanan yang dikeluarkan perusahaan

adalah sebesar Rp. 1.148.402,8 dalam setiap kali melakukan pemesanan bahan

baku dan biaya penyimpanan sebesar Rp.210/kg bahan baku. Sementara jumlah

pembelian bahan baku dalam sekali pemesanan adalah sebanyak 3.120 kg. Total

biaya persediaan (Total Inventory Cost) yang dikeluarkan perusahaan selama

periode satu tahun adalah sebesar Rp. 51.385.707.

Tabel 9. Perbandingan total biaya persediaan berdasarkan kondisi aktual

perusahaan dengan metode EOQ

Keterangan Kebijakan

Perusahaan Metode EOQ Penghematan

Total biaya persediaan Rp.52.005.707 Rp.8.228.930,7 Rp.43.776.776,3

Frekuensi pemesanan 45 4

Page 12: ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PALA PADA CV. …

AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 56

Metode EOQ adalah salah satu metode analisis yang digunakan dalam

menentukan jumlah persediaan barang yang paling ekonomis. Hasil perhitungan

jumlah pembelian bahan baku yang ekonomis dengan menggunakan metode EOQ

adalah sebanyak 39.187,53 kg dengan frekuensi pembelian dalam satu tahun

adalah sebanyak 4 kali. Total biaya persediaan (Total Inventory Cost) yang

dikeluarkan perusahaan bila menggunakan metode EOQ adalah sebesar Rp.

8.228.930,7 per tahun. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa perusahaan dapat

menghemat biaya sebesar Rp. Rp.43.776.776,3 bila menggunaan metode EOQ.

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil perhitungan yang telah dilakukan

maka diketahui bahwa pembelian bahan baku pala pada CV. Maenusu Spice

berfluktuasi tiap bulan. Dalam pengelolaan persediaan CV. Maenusu Spice

menggunakan sistem pengendalian yang umum dan tidak menggunakan metode

perhitungan tertentu untuk mendapatkan tingkat persediaan yang optimal.

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa dengan menerapkan sistem EOQ

maka perusahaan dapat menetapkan jumlah optimal persediaan dan kapan harus

melakukan pemesanan ulang. Perusahaan akan mengurangi frekuensi pemesanan

dan memesan bahan baku lebih besar dari biasanya. Dengan demikian bahan baku

yang disimpan akan lebih lama berada pada tempat penyimpanan, sama halnya

berarti metode EOQ membantu perusahaan dalam meminimalkan biaya

persediaan.

Dari data yang telah dianalisis maka diketahui perbandingan persediaan

bahan baku bila menggunakana kebijakan perusahaan dengan metode EOQ.

Diketahui seluruh jumlah pemesanan bahan baku mengalami penurunan apabila

menggunakan metode EOQ. Frekuensi pemesanan juga mengalami penurunan

yaitu hanya 4 kali. Oleh sebab itu, penggunaan metode EOQ pada CV. Maenusu

Spice merupakan Opportunity Cost bagi perusahaan karena kebijakan persediaan

bahan baku yang dijalankan perusahaan selama ini, perusahaan mengorbankan

penghematan biaya bila tidak menggunakan metode EOQ. Dengan menerapkan

sistem EOQ maka perusahaan dapat menetapkan jumlah optimal persediaan, hal

ini berkaitan dengan efektivitas produksi dan juga ketepatan waktu pengiriman

barang.

Page 13: ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PALA PADA CV. …

57 Volume 9 No. 1 Februari 2021

Dalam kasus ini metode EOQ dapat diterapkan dengan asumsi jika

kuantitas bahan baku pala berdasarkan hasil perhitungan pembelian yang optimal

tersedia ditingkat petani dan supplier. Mengingat musim panen pala yang terjadi

di Maluku hanya 2-3 kali dalam setahun, dengan produki tanaman pala yang

mulai menurun akibat tanaman yang sudah berumur. Sehingga yang menjadi

kelemahan dalam penelitian ini yaitu metode EOQ belum bisa diterapkan

perusahaan disebabkan beberapa alasan serta kondisi ketersediaan bahan baku

pala yang tidak mencukupi jumlah pembelian yang optimal menurut metode EOQ.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penelitian yang dilakukan pada persediaan bahan

baku CV. Maenusu Spice maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1). Penerapan

manajemen persediaan bahan baku yang dilakukan CV Maenusu Spices sudah

efektif dalam memenuhi permintaan konsumen karena perusahaan tidak

mengalami kehabisan persediaah bahan baku. Dalam pengelolaan persediaan CV

Maenusu Spice menggunakan sistem pengendalian yang umum dan tidak

menggunakan metode perhitungan tertentu untuk mendapatkan tingkat persediaan

yang optimal. Bahan baku yang diperlukan CV. Maenusu Spice setiap bulannya

tergantung pada hasil pasokan dari para supplier dan petani lokal. Perusahaan

akan menerima berapapun yang dipasok oleh supplier dan petani, sehingga bahan

baku pala yang diperoleh tiap bulan berfluktuasi. (2). Total biaya persediaan

bahan baku yang dikeluarkan perusahaan pada tahun 2018-2019 sebesar Rp.

52.005.707, sedangkan total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan bila

menggunakan metode EOQ adalah sebesar Rp. 8.228.930,7. Sehingga dapat

diketahui pengehematannya sebesar Rp. 43.776.776,3. Berdasarkan perhitungan

pada pembahasan sebelumnya, total biaya persediaan dengan metode EOQ lebih

efisien dibandingkan dengan manajemen persediaan yang digunakan CV.

Maeunusu Spice. Dalam kasus ini metode EOQ hanya dapat diterapkan dengan

asumsi bahwa jumlah bahan baku ekonomis yang dibutuhkan perusahaan sebesar

39.187,53 kg tersedia dalam setiap frekuensi pembelian. Namun, mengingat

persediaan bahan baku pala yang bergantung pada musim panen serta

Page 14: ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PALA PADA CV. …

AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan 58

produktivitas tanaman pala yang berbeda di tiap daerah membuat metode ini

dipertimbangkan untuk diterapkan pada perusahaan. Sehingga yang menjadi

kelemahan dalam penelitian ini yaitu metode EOQ belum bisa diterapkan

perusahaan disebabkan kondisi ketersediaan bahan baku pala yang tidak

mencukupi jumlah pembelian yang optimal menurut metode EOQ.

Daftar Pustaka

Bustaman, S. 2008. “Prospek Pengembangan Minyak Pala Banda Sebagai

Komoditas Ekspor Maluku”. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 27 (3): 93-98.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2018. “Statistik Perkebunan Indonesia 2017-

2019: Pala (Nutmeg)”. Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta

Herjanto, Eddy. 2007. Manajemen Operasi edisi 3. Jakarta: PT. Raja Grasindo

Persada.

Gitosudarmo, I. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. BPFE Universitas

Indonesia. Yogyakarta.

Lawalata, M., S.F.W. Thenu, & M. Tamaela. 2017. “Kajian Pengembangan

Potensi Perkebunan Pala Banda di Kecamatan Banda Neira Kabupaten

Maluku Tengah”. AGRILAN: Jurnal Agribisnis Kepulauan. Vol 5 (2): 132-

150.

Prawirosentono. 2001. “Manajemen Operasi”. PT. Bima Aksara. Jakarta.

Purseglove, J.W., Brown E.G., Green S.L., and Robbins S.R.J. 1995. Spices. New

York: Longmans. pp175-228.

Rismunandar. 1992. Budidaya dan Tataniaga Pala. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

Sahata, M. 2016. “Strategi Pengembangan Pala Di Desa Paisubatu Kecamatan

Buko Kabupaten Banggai Kepulauan”. Jurnal Agroland. Vol 23 (2): 118-

130.

Setyaningrum, F. C. 2007. “Analisis Supplier Costing dalam Pemilihan Supplier

pada Damai Minimarket”. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Ekonomi

Akuntansi, Universitas Atma Jaya.

Suwarto, dkk. 2014. Top 15 Tanaman Perkebunan. Jakarta: Penebar Swadaya.