analisis saluran pemasaran pala banda (myristica …

14
1 Analisis Saluran Pemasaran Pala Banda di Kecamatan Banda Neira Kabupaten Maluku Tengah (Marfin Lawalata) Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 SALATIGA 50711 - Telp. 0298-321212 ext 354 email: [email protected], website: ejournal.uksw.edu/agric Terakreditasi Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi berdasarkan SK No 21/E/KPT/2018 ANALISIS SALURAN PEMASARAN PALA BANDA (Myristica fragrans Houtt) DI KECAMATAN BANDA NEIRA KABUPATEN MALUKU TENGAH BANDA NUTMEG MARKETING CHANNEL ANALYSIS (Myristica fragrans Houtt) IN BANDA NEIRA DISTRICT, CENTRAL MALUKU REGENCY Marfin Lawalata Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura Jln. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka, Ambon [email protected] Diterima: 27 Oktober 2018, disetujui 9 Juli 2019 ABSTRACT Banda export nutmeg and mace commodities which are rich in essential oils make this plant one of the export commodities on the international market. Banda Neira with the sub-district center located on the island of Neira is one of the Districts in Central Maluku Regency which has the highest amount of nutmeg production, and is a natural spice of the Banda Islands and is known as the nutmeg Banda. This study aims to analyze the nutmeg marketing channel Banda in Banda Neira District, Central Maluku Regency. Sampling uses the random sampling method using a lottery. The data analysis method used is a quantitative analysis approach. The results showed that the in-depth knowledge of farmers about the handling of lean crops coupled with the discovery of aflatoxin which resulted in Banda nutmeg being rejected by international markets, this became a dilemma for exporters whose focus was on small farmers who in their post-harvest processing did not meet international quality standards. This is also triggered by the share received by farmers as the main marketing actor, which is much smaller than other marketing institutions that contribute to the Banda nutmeg marketing chain, so that handling and marketing seems not right, and strategies for more efficient marketing channel analysis are needed that is through the role of marketing institutions involved in developing and marketing nutmeg commodities. There was 70 percent of respondents (42 people) involved in the short marketing channel, through sub- district traders and 30 percent (18 people) farmers engaged in the long marketing channel through village collectors with different levels of prices charged by each marketing agency. Keyword : Banda Nutmeg, Mace, Farmer Share and Marketing Channel Analysis

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS SALURAN PEMASARAN PALA BANDA (Myristica …

1

Analisis Saluran Pemasaran Pala Banda di Kecamatan Banda Neira Kabupaten Maluku Tengah (Marfin Lawalata)

Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya WacanaJl. Diponegoro 52-60 SALATIGA 50711 - Telp. 0298-321212 ext 354

email: [email protected], website: ejournal.uksw.edu/agric

Terakreditasi Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan T inggi berdasarkan SK No 21/E/KPT/2018

ANALISIS SALURAN PEMASARAN PALA BANDA (Myristica fragrans Houtt)DI KECAMATAN BANDA NEIRA KABUPATEN MALUKU TENGAH

BANDA NUTMEG MARKETING CHANNEL ANALYSIS (Myristica fragrans Houtt)IN BANDA NEIRA DISTRICT, CENTRAL MALUKU REGENCY

Marfin LawalataFakultas Pertanian, Universitas Pattimura

Jln. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka, [email protected]

Diterima: 27 Oktober 2018, disetujui 9 Juli 2019

ABSTRACT

Banda export nutmeg and mace commodities which are rich in essential oils make this plant oneof the export commodities on the international market. Banda Neira with the sub-district centerlocated on the island of Neira is one of the Districts in Central Maluku Regency which has thehighest amount of nutmeg production, and is a natural spice of the Banda Islands and is knownas the nutmeg Banda. This study aims to analyze the nutmeg marketing channel Banda in BandaNeira District, Central Maluku Regency. Sampling uses the random sampling method using alottery. The data analysis method used is a quantitative analysis approach. The results showedthat the in-depth knowledge of farmers about the handling of lean crops coupled with the discoveryof aflatoxin which resulted in Banda nutmeg being rejected by international markets, this becamea dilemma for exporters whose focus was on small farmers who in their post-harvest processingdid not meet international quality standards. This is also triggered by the share received byfarmers as the main marketing actor, which is much smaller than other marketing institutions thatcontribute to the Banda nutmeg marketing chain, so that handling and marketing seems notright, and strategies for more efficient marketing channel analysis are needed that is through therole of marketing institutions involved in developing and marketing nutmeg commodities. Therewas 70 percent of respondents (42 people) involved in the short marketing channel, through sub-district traders and 30 percent (18 people) farmers engaged in the long marketing channelthrough village collectors with different levels of prices charged by each marketing agency.

Keyword : Banda Nutmeg, Mace, Farmer Share and Marketing Channel Analysis

Page 2: ANALISIS SALURAN PEMASARAN PALA BANDA (Myristica …

AGRIC Vol. 31, No. 1, Juli 2019: 1-14

2

ABSTRAK

Komoditi ekspor biji dan fuli pala Banda yang kaya akan kandungan minyak atsiri menjadikantanaman ini sebagai salah satu komoditas ekspor di pasaran internasional. Banda Neira denganpusat kecamatan berada di pulau Neira adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Maluku Tengahyang memiliki jumlah produksi pala terbanyak, dan merupakan rempah asli Kepulauan Banda dandikenal dengan nama pala Banda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis saluran pemasaranpala Banda di Kecamatan Banda Neira Kabupaten Maluku Tengah. Penentuan sampel menggunakanmetode random sampling (acak sederhana) dengan menggunakan undian. Metode analisis datayang digunakan adalah pendekatan analisis kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan rendahnyapengetahuan petani akan penanganan panen yang tersandar ditambah dengan adanya penemuanalfatoksin yang mengakibatkan pala Banda ditolak pasaran internasional, hal ini lantas menjadidilema bagi para pengekspor yang fokusnya terhadap petani kecil yang dalam pengolahan pascapanennya terkesan belum memenuhi standar mutu internasional. Hal ini juga dipicu dari share yangditerima petani sebagai aktor utama pemasaran yang dimana jauh lebih kecil dibandingkan denganlembaga-lembaga pemasaran lain yang turut andil dalan rantai pemasaran pala Banda, sehinggapenanganan dan pemasaran terkesan belum tepat dan diperlukan stategi analisis saluran pemasaranyang lebih efesien yaitu lewat peranan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalampengembangan dan pemasaran komoditi pala. Terdapat 70 persen responden (42 orang) petaniterlibat dalam saluran pemasaran pendek, melalui pedagang pengumpul kecamatan dan 30 persen(18 orang) petani terlibat dalam saluran pemasaran panjang melalui pedagang pengumpul desadengan tingkat harga yang dikenakan oleh setiap lembaga pemasaran berbeda-beda.

Kata kunci: Analisis saluran pemasaran, Fuli, Pala Banda, dan Penerimaan Petani

PENDAHULUAN

Pulau rempah-rempah (spice islands)merupakan istilah klasik yang sejak dahulu telahmelekat erat di wilayah kepulauan Maluku.Selain cengkih, tanaman pala atau yang dikenaldengan istilah ilmiah Myristica fragrans yangjuga merupakan rempah asli asal Maluku(Bustaman, 2007), banyak tersebar dan dibudi-dayakan dalam pola pertanaman dusung sertaditanam bercampuran dengan tanaman per-kebunan lainnya (polikultur) (Silaya, 2012).

Gambar 1. a). Biji pala yang masih dibungkusi oleh Fuli; b). Biji dan fuli pala yang sudah dikeringkan;c).Pohon pala yang sedang berbuah

Aroma harum yang khas berasal dari biji danfuli pala yang kaya akan kandungan minyakatsiri menjadikan tanaman ini sebagai komo-ditas perkebunan ekspor yang banyak diincaroleh pangsa pasar internasional (Lawalata, etall, 2017). Agar tetap eksis dan diincar dipasaran dunia maka analisis pemasaran yangkontinyu harusnya tetap direncanakan, mulaidari mengatur kegiatan niaga yang didalamnyaterdapat kelembagaan yang berperan sebagaiaktor utama hingga perhitungan kuantitas(produksi) dan kualitas komoditi ekspor,

Page 3: ANALISIS SALURAN PEMASARAN PALA BANDA (Myristica …

3

Analisis Saluran Pemasaran Pala Banda di Kecamatan Banda Neira Kabupaten Maluku Tengah (Marfin Lawalata)

mengingat beberapa waktu yang lalu komoditipala kita sempat ditolak di pasaran dunia karenaterkontaminasi jamur alfatoksin sehinggaberdampak terhadap turunnya harga jual palaIndonesia sejak akhir 2011.

Komoditi pala Indonesia terindikasi mengan-dung zat aflatoksin, yaitu zat karsenogenikpemicu kanker yang dihasilkan oleh jamur padabiji pala karena kurangnya maksimal pena-nganan proses pasca panen yang tidak sesuaistandard dan imbasnya terhadap penolakanpengiriman biji pala oleh Uni Eropa karena palaIndonesia memiliki kandungan aflatoksin B1berkisar 6,4-120 mikrogram per kilogram (kg)dan aflatoksin total 10,1-140 mikrogram perkg. Kandungan ini jauh di atas standar kandung-an aflatoksin pada pala yang ditetapkan UniEropa sebesar 5 µg per kg dan aflatoksin total10 mikrogram per kg. Dengan adanya pene-rapan standar kandungan alfatoksin internasional(Global Gap Standard), menjadikan dilemmabagi para pengekspor yang terfokus terhadappetani kecil yang dalam pengolahan pascapanennya terkesan belum memenuhi standarmutu internasional. Masalah lain ditolaknya palaMaluku di pasar Eropa karena tercampurnyapala Banda dengan pala jenis lain yang dikirasebagai pala Banda yang memiliki nilai jual tinggidan kualitas baik di pasaran internasionaldengan rendemen minyak atsiri yang tinggi(Fauziah, 2013).

Menurut Supriadi (2017) kandungan aflatoxindalam biji pala yang mempengaruhi mutu bijipala teridentifikasi pada semua pelaku pema-saran. Kandungan aflatoxin dalam produk paladi tingkat petani sekitar 60 persen, pedagangpengumpul (collector) 45,45 persen daneksportir 62,06 persen. Keberadaan aflatoxinsangat mempengaruhi harga pala di pasar dunia.

Banda Neira dengan pusat kecamatan beradadi pulau Neira adalah salah satu Kecamatan diKabupaten Maluku Tengah yang memilikijumlah produksi pala terbanyak pertamasetelahnya diikuti dengan kecamatan LeihituBarat yang berada pada posisi kedua (Fauziah,2013).

Berdasarkan keragamaan sumber daya genetikterbanyak oleh Kecamatan Banda dengansumber komoditas unggulan spesifik yangdimiliki, tidak mengherankan jika data BPSmenunjukan bahwa Kecamatan Bandadinobatkan sebagai sentra produksi tanamanpala unggulan yang berada di KabupatenMaluku Tengah.

Data luas panen (ha), produksi (ton) dan jumlahrumahtangga usaha tanaman pala menurutkecamatan di Kabupaten Maluku Tengah tahun2017 dapat dilihat pada Tabel 1.

Pada Tabel 1, menunjukan bahwa produksi palaterbanyak terdapat di Kecamatan Banda yaitusebesar 646 ton atau sekitar 31,4 persen daritotal jumlah produksi untuk setiap Kecamatandi Kabupaten Maluku tengah dengan luas areal267 ha, memiliki 1.211 rumahtangga usaha atausekitar 8,30 persen rumahtangga yangmemproduksi produk turunan buah pala diKecamatan Banda. Kemudian diikuti denganKecamatan Leihitu Barat yang mempunyai luasareal panen 462 ha yang melebihi luas arealpanen di Kecamatan Banda, namun hanyamencapai produksi sebesar 304 ton atau 14,8persen dari total keseluruhan produksi pala diKabupaten Maluku Tengah dengan jumlahusaha sebanyak 1.025 rumahtangga (BPS,2017).

Berdasarkan potensi ketersediaan bahan bakuberupa produk primer, merupakan komoditasbernilai jual tinggi, memiliki peluang pasar,

Page 4: ANALISIS SALURAN PEMASARAN PALA BANDA (Myristica …

AGRIC Vol. 31, No. 1, Juli 2019: 1-14

4

Kecamatan Luas panen(Ha)

Produksi(Ton)

RumahtanggaUsaha

Leihitu Barat 462 304 1.025Tehoru 412 115 395Telutih 388 173 1.506Teluk Elpaputih 373 83 281Salahutu 353 65 1.544Seram Utara Barat 353 27 416Leihitu 328 226 2.149Teon Nila Serua 326 14 163Seram Utara Seti 318 14 89Amahai 315 34 693Pulau Haruku 314 185 1.920Kota Masohi 300 1 15Saparua Timur 297 55 28Saparua 289 84 1.254Banda 267 646 1.211Nusalaut 267 3 1.518Seram Utara 94 17 239Seram Utara Kobi 78 8 75Jumlah 5.534 2.054 14.521

Tabel 1 Luas panen (ha) Produksi (ton) dan Rumahtangga Usaha Tanaman PalaMenurut Kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah, 2017

Sumber : BPS Maluku Tengah Dalam Angka, 2017

jumlah produksi tersedia serta merupakansentra penghasil komoditi lokal berdaya saing,maka komoditas pala Banda berpeluang untukdikembangkan dengan harapannya dapatmendatangkan income bagi petani sertaberdampak terhadap peningkatan kesejahteraanpetani dan keluarganya. Syarat mutlak dalampeluangan pengembangan komoditas pala itusendiri adalah tentu saja pada akhirnya harusmempertimbangkan akses pemasaran yangcontinue.

Kemudian kondisi ini didukung petani dengankegiatan nafkah ganda dengan mencari keung-gulan sektor potensi lain yang dirasa menunjangpenghidupan serta pendapatan yang jauh lebihbesar dalam waktu singkat, mengingat potensipariwisata dan perikanan sangat menjanjikan

Kondisi petani dengan ketidakjelian melihatakses pasar serta banyaknya lembaga-lembagapemasaran yang turut andil dalam rantaipemasaran pala pada akhirnya berpengaruhterhadap income petani, yang dilihat dariperbedaan market share yang diperoleh olehsetiap pelaku dalam rantai pemasaran, dalamhal ini petanilah sebagai hanya akan bertindaksebagai penerima harga, dan bukan sebagaipenentu harga; (Zaki, 2017)

di Kepulauan Banda, ketika harga pala dipasaran berfluaktif. Sehingga, faktor inilah yangmenyebabkan kondisi rendahnya produktifitaspala Banda serta mengapa pengembangan palaterkesan belum maksimal di Kecamatan Banda.Alasan lain adalah petani pala di Banda sebatasmenjual kepada pengepul dengan sistem ijonkarena pengaruh kondisi cuaca ekstrim yangtidak tepat (ombong mei), serangan hamapenyakit, sehingga hal ini merupakan salah satufaktor yang menyebabkan seringkali petanitidak ditempatkan dalam posisi penentuan hargapala di pasaran, hal ini sesuai dengan pernyataandari Zaki (2017) tentang komoditas pertanianyang dihasilkan umumnya cepat rusak, sehingga

Page 5: ANALISIS SALURAN PEMASARAN PALA BANDA (Myristica …

5

Analisis Saluran Pemasaran Pala Banda di Kecamatan Banda Neira Kabupaten Maluku Tengah (Marfin Lawalata)

mengharuskan untuk menjualnya secepatmungkin.

Dengan demikian, petani yang lemah dalammencari dan menemukan peluang pasarselayaknya diperkuat dengan pengetahuan yangmemadai tentang pemasaran sehingga, dimanaperlunya dibentuk assosiasi terhadap informasipembentukan harga di pasaran serta fasilitaspelatihan pemasaran yang mendukung petanidalam memainkan peran dalam rantai pemasaran.Karena selama ini telah banyak pelatihan ataubentuk sosialisasi tentang bagaimana kegiatanteknis pembudidayaan namun teknik pelatihanpemasaran belum sama sekali menyentuhpetani, sehingga diharapkan petani mampumenekan keterbatasannya sebagai aktor yangmemiliki posisi paling rendah dalam rantaipemasaran pala, yang imbasnya terhadappendapatan dan kesejahteraan petani itu sendiri.

Dengan demikian langkah awal untuk meng-analisis saluran pemasaran merupakan carastrategis untuk mengatasi masalah-masalahpemasaran lewat perananan fungsi-fungsilembaga pemasaran yang dilalui. Berdasarkanrumusan masalah di atas, maka tujuan daripenelitian ini adalah: menganalisis saluranpemasaran pala Banda (Myristica fragrans)di Kecamatan Banda Neira Kabupaten MalukuTengah. Penelitian ini dilakukan karena masihterbatas hasil riset dan publikasi terkait denganpala Banda dari segi sosial ekonomi khususnyasaluran pemasaran yang ditelusuri berdasarkanpraktek pemasaran komoditi pala Banda yangterjadi di kalangan petani.

METODE PENELITIAN

Penentuan sampel masing-masing desa dipilihmenggunakan metode random sampling (acaksederhana) dengan menggunakan undian. Caraundian tersebut dilakukan dengan sistem

pengembalian agar setiap petani mempunyaikesempatan yang sama untuk dipilih sebagaisampel sebanyak 60 orang petani, 9 orangpedagang pengumpul desa (PPD) dan 3 Orangpedadang pengumpul kecamatan (PPK).Sedangkan Pengambilan responden lembagapemasaran dilakukan secara sensus terhadapkeseluruhan pedagang di Kecamatan Banda,dengan demikian metode ini dapat diketahuialiran komoditi pala dari petani ke pedagangakhir sehingga rantai pemasaran pala yangterbentuk dapat diidentifikasi secara real(Irianto dan Mardikanto, 2011).

Metode analisis data yang digunakan adalahpendekatan analisis kuantitatif. Kemudianmenjelaskan atau mendeskripsikan bentuksaluran pemasaran atau saluran distribusi apayang digunakan oleh petani pala dan pengolahdalam memasarkan produk primer berupa bijidan fuli pala kering serta produk turunan buahpala sebagai bagian dari subsistem melaluiperhitungan margin pemasaran dari tiap saluranpemasaran yang digunakan. Untuk menghitungmargin pemasaran digunakan rumus :

MP = Pr-Pf…...................................…....(1)

Keterangan :MP = Margin PemasaranPr = Harga ditingkat pengecerPf = Harga ditingkat petani/produsen

Untuk menghitung share margin yaitu :

Keterangan:Sf = Share harga yang diterima petaniPr = Harga di tingkat pengecerPf = Harga di tingkat petani/produsen

Sf = prpf

x100% .................(2)

Page 6: ANALISIS SALURAN PEMASARAN PALA BANDA (Myristica …

AGRIC Vol. 31, No. 1, Juli 2019: 1-14

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Pemasaran Produk Primer PalaBanda

Saluran Pemasaran Biji dan Fuli PalaKering

Dalam pemasaran pala, petani menjual hasilnyatergantung dengan kebutuhan dan hasilpanennya. Petani biasanya akan menjualnyalangsung ke pedagang pengumpul kecamatanketika jumlah panen lebih dari 10 kg dengankualitas biji pala yang telah dijemur/kering atauselama musim panen besar berlangsung,Sementara untuk kebutuhan yang mendadakseperti keinginan untuk membeli kebutuhanlangsung pakai (beras, gula atau rokok) danatau saat jumlah panen dalam musim panenkecil, petani akan lebih memilih menjual kepedagang pengumpul di desa dengan kapasitaspenjualan biasanya kurang dari 10 kg perkualitas biji pala dan fuli pala.

Selain dijual dalam keadaan kering, biji palasekaligus fuli dijual dalam keadaan basah/belumdijemur hal ini dilakukan petani karena dirasaakan terlalu lama jika menunggu penjemuran,atau petani dalam kebutuhan sangat mendesakmembutuhkan uang karena stok penyimpananpala kering yang dikumpulkan telah habis dijual.Dan berdasarkan hasil penelitian di beberapatempat bahwa sebagian besar yang menjual bijipala dalam keadaan basah adalah anak-anakpetani yang pada saat itu mencari kenari dansecara bersamaan mengumpulkan buah palaatau biji pala yang jatuh di kebun setelahdikumpulkan, dan akan segera dibawa kepengepul dengan jumlah 20 biji pala dihargaisebesar Rp. 5.000,-. Adanya pertimbangandengan besaran cost yang akan dikeluarkanpedagang untuk biaya tenaga kerja memecahcangkang, penjemuran, dan sebagainya, serta

besarnya penyusutan dari biji pala basahmenjadi biji pala kering akan turut diperhitung-kan juga oleh pedagang sehingga dapatberpengaruh terhadap jumlah yang diperoleh.Hal ini biasa terjadi pada musim panen paruruyaitu pada akhir musim panen raya pala setahun.Sejauh ini, pedagang belum banyak bersediamelakukan pembelian biji pala basah terutamapedagang pengumpul kecamatan dari petanidalam jumlah besar, karena adanya berbagaipertimbangan di atas.

Dalam menjual biji pala, petani bebas memilihsaluran pemasaran yang dianggap palingmenguntungkan dan efektif. Cara pembayaranyang diterima oleh petani pada umumnya secaratunai (nota) dari pedagang. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa pemasaran komoditi paladi Banda dilakukan melalui 2 (dua) saluranpemasaran, yaitu:I. Petani Pala, Pedagang Pengumpul Desa,

Pedagang Pengumpul Kecamatan,Eksportir (Surabaya).

II. Petani Pala, Pedagang PengumpulKecamatan, Eksportir (Surabaya)

Secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.

Hasil produksi pala yang dikelola oleh petanisebagian besar dijual di desa masing-masingmaupun di kota kecamatan yang terdapatpedagang pengumpul kecamatan, pembelianditingkat desa dilakukan oleh pedagangpengumpul kecamatan dan menjualnya dalamjumlah besar ke Surabaya dengan mengguna-kan KM. Nggapulu dan KM. Leuser yangmenyinggahi daerah ini dalam 2 minggu sekalimelalui pelabuhan Banda Neira, Menurut dataBP3K Kecamatan Banda tahun 2016, pengirimandapat mencapai kurang dari 10 ton per bulannya.

Dalam penelitian, dari 60 sampel respondenpetani biji dan fuli pala, yang terlibat pada setiap

Page 7: ANALISIS SALURAN PEMASARAN PALA BANDA (Myristica …

7

Analisis Saluran Pemasaran Pala Banda di Kecamatan Banda Neira Kabupaten Maluku Tengah (Marfin Lawalata)

saluran pemasaran I terdiri dari 18 responden(30%), merupakan saluran pemasaran pendek,dan saluran pemasaran II yang terdiri dari 42responden (70%) petani merupakan saluranpemasaran panjang. Persentase respondenpada setiap saluran pemasaran dapat dilihatpada Tabel 2.

A. Model I (saluran panjang)

Pada saluran pemasaran model I, petani yanglangsung terlibat dalam saluran pemasaran inisebanyak 18 responden atau sebesar 30 persen.Pada saluran ini petani menjualnya kepadapedagang pengumpul desa, dengan kisaranharga yang berbeda untuk tiap desa sesuaikualitas biji pala. Fuli saat ini dihargai olehpedagang pengumpul desa sekitar Rp.120.000,-/kg, sementara untuk biji pala golongan kualitas

PETANIPALA

PedagangPengumpul Desa

(PPD)

PedagangPengumpul

Kecamatan (PPK)

EKSPORTIR

Model II (70 %)

Model I (30 %)

Gambar 2 Skema Saluran Pemasaran Komoditi Biji dan Fuli Pala Kering

Saluran Pemasaran Jumlah Responden(orang)

Presentase(%)

I. Petani-Pedagang PengumpulDesa- Pedagang PengumpulKecamatan-Eksportir

18 30,00

II. Petani-Pedagang PengumpulKecamatan-Eksportir

42 70,00

Total 60 100,00

Tabel 2 Jumlah Responden Petani Pala yang Terlibat dalam Setiap Saluran Pada PemasaranBiji dan Fuli Pala di Kecamatan Banda Neira

AB/super dihargai Rp.70.000,-/kg, kualitasgolongan yang kedua kremo/atau keriput/rimpeldihargai Rp.50.000,-/kg, dan untuk kualitas ke-3/ B.W.P (broken wormi, punky) dihargaisebesar Rp. 35.000,-/kg. Penetapan hargaterhadap kualitas biji mapun fuli berdasarkanharga pasar dalam hal ini ditentukan olahpedagang besar yang berfluktuatif.

Berdasarkan penelitian, alasan petani yangmemilih saluran pemasaran ini lebih mem-perhatikan ekonomis biaya, seperti pertim-bangan bahwa jika dijual ke pedagangkecamatan maka biaya transport perahu, biayasewa ojek, dan gerobak atau biaya pikul muatan(petani yang berdomisili di Pulau Rhun danPulau Ay) yang dikenakan akan jauh lebih besar,sehingga untuk mensiasati hal itu petani sebagian

Page 8: ANALISIS SALURAN PEMASARAN PALA BANDA (Myristica …

AGRIC Vol. 31, No. 1, Juli 2019: 1-14

8

memilih saluran pemasaran ini, walaupunperbedaan harga yang relatif jauh. Petanisebagian kecil terlibat dalam saluran pemasaranini dengan kapasitas pembelian oleh PPDterhadap biji dan fuli pala juga bervariasi antarapedagang yang satu dengan pedagang yanglainnya tergantung dari hasil panen dari petanipala saat itu, rata-rata hasil pembelian biji paladari petani sekitar 17 kg per musim panen,sementara rata-rata pembelian fuli kering daripetani berkisar antara 2 kg atau setiap harinyasekitar 3 sampai 5 kg. Antara petani denganpedagang pengumpul desa (PPD) telah menjalinhubungan dagang yang baik artinya berasaskankepercayaan tanpa terikat kontrak danmerupakan transaksional (bebas) dan selaludiperbaharui dan proses tawar menawar punakan tercipta dalam pemasaran (Ollong et all,2013). Hasil pala yang telah dibeli PPD kemudianditampung dalam rumah atau gudang danapabila telah mencukupi target penjualanbarulah hasil pala tersebut dijual ke PPK yangterpusat di Kecamatan Banda Neira. Rata-ratapenjualan ke PPK (pedagang pengumpulkecamatan) sebesar 3,67 ton/musim panen.

B. Model IIPada saluran pemasaran yang kedua yaituPetani pala-Pedagang Kecamatan- PedagangAntar Pulau terdapat 42 orang responden atausebesar 70 persen merupakan salah satusaluran yang terbanyak terjadi pada pemasaranbiji dan fuli pala di kecamatan Banda Neira.Petani lebih memilih jalur ini dikarenakan sudahlama menggunakan jalur pemasaran ini,terutama untuk petani yang berdomisili di pulauNeira (Mangkobatu) karena kemudahantransportasi membawa hasil panen untuk dipasarkan ke pedagang saat pada panen besarataupun panen kecil yang jumlahnya lebih dari5kg, atau tidak tersedianya pedagang pengum-

pul desa di dusun ini sehingga berapun produksi-nya petani akan langsung memasarkan kepedagang pengumpul kecamatan. Sementarapetani yang berdomisil diluar pulau Neira(Banda Besar, Pulau Ay dan Pulau Rhun)sebagian besar juga akan langsung menjualnyakepada pedagang pengumpul kecamatanberada, hal ini selain memperoleh keuntungandari segi harga, hasil penjualan petani dapatlangsung dipergunakan membeli kebutuhanrumahtangga yang dibutuhkan saat itu juga.Faktor berikutnya, adanya kepentingan lain daripetani di pusat kecamatan yang terkosentrasidengan berbagai aktifitas di sektor publik,sehingga secara bersamaan petani akan langsungmemasarkan hasilnya ke pedagang pengumpulkecamatan.

Sebelum dipasarkan biasanya petani mengum-pulkan hasil panennya kemudian dijemur hinggakering dan disortir untuk mendapatkan kualitasbiji pala yang baik. Pada saluran ini produsenbiji pala menjual langsung ke pedagang pe-ngumpul kecamatan di pasar kemudian daripedagang dijual kembali ke ekportir ataupedagang antar pulau di Surabaya melaluipelabuhan Banda Neira. Volume pembelian bijipala dan fuli kering dari petani oleh pedagangpengumpul kecamatan rata-rata sebanyak 165kg per hari untuk biji pala, dan fuli palasebanyak 17 kg per hari atau tergantung dengantransaksi yang terjadi, transaksi terbesar daripedagang pengumpul desa dengan rata-ratapembelian hasil sebesar 1 ton biji pala dan 100kg fuli kering per musim panen. Dengan hargaper komoditi dan per kualitas berbeda, biji palakering dengan kualitas AB/super dihargai sebesarRp.75.000,-/kg, sedangkan biji pala keriputsebesar Rp. 55.000,-/kg dan kualitas hancurdihargai sebesar Rp. 40.000,-/kg, sedangkan fulipala kering adalah sebesar Rp.125.000,/kg.

Page 9: ANALISIS SALURAN PEMASARAN PALA BANDA (Myristica …

9

Analisis Saluran Pemasaran Pala Banda di Kecamatan Banda Neira Kabupaten Maluku Tengah (Marfin Lawalata)

Penjualan selanjutnya kepada eksportir diSurabaya melalui ASPINDO (AsosiasiPengusaha Pala Indonesia), penjualan terhadapbiji pala kering dapat mencapai 11 ton lebihdan fuli pala kering mencapai 2 ton dalamsebulan pengiriman (8 kali). Dalam penjualanbiasanya akan ada kesepakatan antara pihakekportir dan pedagang pengumpul kecamatantentang banyaknya jumlah permintaan, karenapengorder atau eksportir biasanya akan menerimaorderan atau jumlah kuota perdaganganterlebih dahulu dari pengimpor. Dengan hargadi tingkat eksportir sebesar Rp 130.000,-/kg untuk biji pala kering, sedangkan fuli palakering dihargai sebesar Rp 150.000,-/kg.

Analisis Margin Pemasaran

Margin Pemasaran Komoditi Primer BijiPala

Margin pemasaran merupakan selisih hargayang dibayar konsumen akhir dan harga yangditerima petani produssen (Sudiyono, 2004).Dengan menganggap bahwa selama prosespemasaran terdapat beberapa lembagapemasaran yang terlibat dalam aktifitaspemasaran ini, maka dapat dianalisis distribusimargin pemasaran diantara lembaga-lembagapemasaran yang terlibat ini. Dalam kegiatanpemasaran produk primer biji pala, biaya-biayayang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaranakan dikenakan berbeda-beda sesuai denganpemasaran yang dilakukan untuk menghantar-kan produk dari produsen petani hingga sampaike pedagang antar pulau di Surabaya.

Pemasaran komoditas pala dianggap memain-kan peran ganda. Peran pertama merupakanperalihan harga antara produsen dengankonsumen. Peran kedua adalah transmisi fisikkomoditi dari titik produksi (petani atau

produsen) ke tempat pembelian (konsumen).Hal ini sesuai dengan kondisi di lokasi penelitiandimana, lokasi usaha tani antara satu petanidengan petani lain berjauhan dengan lokasipemasaran di tingkat kecamatan, hal inidikarenakan Kecamatan Banda merupakanKepulauan yang terhubung oleh laut, dengandemikian kondisi tersebut menyulitkanpedagang pengumpul dalam hal pengumpulandan pengangkutan, sehingga membutuhkanwaktu yang cukup lama untuk mengumpulkanproduk yang dihasilkan petani. Kondisi tersebutakan memperbesar biaya pemasaran. Analisiamargin pemasaran untuk masing-masinglembaga pemasaran dapat dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan Tabel 3, menunjukan bahwa mar-gin pemasaran untuk produk biji pala yangterbentuk pada saluran pemasaran model 1melibatkan PPD, PPK dan eksportir yangdiketahui bahwa masing-masing nilai marginpemasarannya berbeda antara satu denganyang lainnya. Harga yang dibayarkan konsumenakhir pada eksportir Rp. 130.000,- sementaraharga di tingkat PPD adalah sebesar Rp. 70.000,-sehingga bagian akhir yang diterima oleh petani(farm share) sebesar 53,84 persen dari totalharga yang dibayarkan oleh keonsumen akhir.Dengan mempergunakan saluran pemasaranyang panjang, tentu biaya yang dikeluarkan akansemakin banyak, oleh sebab itu, pembentukankelompok tani sangat dianjurkan agar hasil yangdikumpulkan dapat dijual dalam jumlah besar,dengan demikian biaya yang dikenakan tidakakan terlalu besar. Namun kondisi demikiandirasa kurang efektif oleh petani pala di Banda,karena adanya tuntutan kebutuhan yangmendesak sangat memungkinkan petani palauntuk segera memasarkan hasilnya dalam waktucepat.

Page 10: ANALISIS SALURAN PEMASARAN PALA BANDA (Myristica …

AGRIC Vol. 31, No. 1, Juli 2019: 1-14

10

No Uraian Biaya(Rp/Kg)

Harga(Rp/kg)

Share(%)

1 PetaniHarga Jual ke PPD 70.000 53,84Biaya Transport 64,10 0,01Biaya Pengepakan 104 0,08

2 Pedagang Pengumpul Desa (PPD)Harga Beli dari Petani 70.000 53,84Biaya Pengepakan 30,01 0,68Biaya Transportasi ke PPK 36,70 0,08Biaya Pikul 68,11 41,53Biaya Pemasaran 134,8 0,63Margin Keuntungan 4.865 3,20Margin Total 5.000 3,85Harga Jual ke PPK 75.000 5,69

3 Pedagang Pengumpul Kecamatan(PPK)Harga Beli dari PPD 75.000 57,69Biaya Pengepakan 220 0,16Biaya Transportasi ke Pelabuhan 230 0,17Biaya Tenaga Kerja 10 7,69Biaya Ekspedisi 133 0,10Biaya Pemasaran 5.930 4,56Margin Keuntungan 49.070 37,74Margin Total 55.000 42,30Harga Jual ke Eksportir 130.000 100,00

4 EksportirHarga Beli dari PPK 130.000 100,00

Jumlah : Total Biaya Pemasaran : Rp. 6.065 Margin Keutungan : Rp.53.935 Margin Total : Rp 60.000

Tabel 3 Analisis Margin Pemasaran biji pala di Kecamatan Banda dengan SaluranPemasaran (Petani - PPD – PPK- Eksportir) dalam Rp/Kg (Model 1)

Berdasarkan data pada Tabel 4, bahwa darianalisis margin pemasaran pada saluran pemasaranmodel 2 yang melibatkan petani dan PPK dapatdiketahui terdapat selisih harga yang jauh lebihtinggi antara harga di tingkat petani sampai ketingkat eksportir, sehingga dapat diketahuibahwa harga yang dibayarkan oleh eksportirkepada PKK adalah sebesar Rp 130.000-,maka bagian yang diterima petani (farmershare) adalah sebesar 57,69 persen dari totalbiaya yang dibayarkan oleh konsumen akhir.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa biayapemasaran yang dikeluarkan oleh setiaplembaga pemasaran berbeda-beda sesuai

dengan pemasaran yang dilakukan dan fasilitas-fasilitas yang digunakan dalam proses per-gerakan barang dari petani (produsen) sampaike eksportir. Biaya-biaya yang dikeluarkan olehpetani dan lembaga pemasaran terdiri dari biayapengepakan, biaya transportasi, dan biayaekspedisi. Berdasarkan penelitian bahwa marginbiaya tertinggi berada pada saluran pemasaranmodel 1, menunjukan bahwa semakin panjang-nya saluran pemasaran maka biaya-biaya yangdikenakan akan semakin besar.

Margin Pemasaran Komoditi Primer Fuli Pala

Untuk komoditi fuli pala analisis marginpemasarannya tidak jauh berbeda dengan

Page 11: ANALISIS SALURAN PEMASARAN PALA BANDA (Myristica …

11

Analisis Saluran Pemasaran Pala Banda di Kecamatan Banda Neira Kabupaten Maluku Tengah (Marfin Lawalata)

analisis margin pemasaran pada komoditi bijipala dimana analisis margin pemasarankomoditi bunga pala terdapat 2 model saluranpemasaran yaitu : model 1 (Petani-PPD-PPK-Eksportir) dan model 2 (Petani – PPK-Eksportir), saluran pemasaran fuli tidak jauhberbeda dengan saluran pemasaran biji pala.

Pada tabel 6 berikut ini disajikan analisispemasaran komoditi fuli pala dengan modelsaluran pemasaran 2, yang terdiri dari tiga aktoryaitu petani, pedagang pengumpul kecamatandan eksportir yang berkedudukan di Surabaya(Jawa Timur)

Berdasarkan penelitian terhadap marginkomoditi ful pala kering, ternyata dapat dilihatbahwa margin biaya tertinggi untuk komoditifuli pala adalah margin biaya pada model 1,yaitu sebesar Rp. 1.042,04/kg artinya, agardapat mencapai konsumen untuk penyalurantiap kilogram fuli pala diperlukan biaya pemasaranyang dikeluarkan oleh lembaga-lembagapemasaran yaitu sebesar Rp. 1.042,04/kg dimana

biaya-biaya tersebut terdistribusi pada lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat. Hal inimenunjukan bahwa semakin panjang suatusaluran pemasaran, maka biaya-biaya yangdikeluarkan juga akan semakin besar. Sehinggahal ini banyak disiasati petani dengan mem-perpendek saluran pemasaran yang digunakandalam memasarkan hasil komoditi fuli palakering. Sedangkan share farmer terbesardiperoleh oleh pedagang pengumpul kecamatanyaitu sebesar 83,33 persen.

KESIMPULAN

Kondisi Kepulauan Banda Neira yangterhubung oleh laut, merupakan salah satu faktorkesulitan distribusi komoditi ke tanganpedagang kecamatan yang beraktifitas di pusatkecamatan yang dirasa mempunyai peranpenting dari segi harga, mengingat jumlahproduksi terbanyak berasal dari pulau seberang.Akibatnya petani akan terlibat dalam 2 saluranpemasaran pala. Sebanyak 70 persen respon-den petani terlibat dalam saluran pemasaran

No UraianBiaya

(Rp/Kg)Harga(Rp)

Share(%)

1. PetaniHarga Jual ke PPK 75.000 57,69Biaya Pengepakan 58,57 0,04Biaya Transport ke PPK 146 0,11

2. Pedagang Pengumpul Kecamatan(PPK)Harga Beli dari PPD 75.000 57,69Biaya Pengepakan 220 0,16Biaya Transportasi ke Pelabuhan 230 0,17Biaya Tenaga Kerja 10 7,69Biaya Ekspedisi 133 0,10Biaya Pemasaran 5.930 4,56Margin Keuntungan 49.070 37,74Margin Total 55.000 42,30Harga Jual ke Eksportir 130.000 100,00

3. EksportirHarga Beli dari PPK 130.000 100,00Jumlah : Total Biaya Pemasaran : Rp. 5.930 Margin Keuantungan : Rp. 49.070 Margin Total :Rp. 55.000

Tabel 4 Analisis Margin Pemasaran Komoditi Biji Pala di Kecamatan Banda Dengan SaluranPemasaran (Petani – PPK- Eksportir) dalam Rp/Kg (Model 2).

Page 12: ANALISIS SALURAN PEMASARAN PALA BANDA (Myristica …

AGRIC Vol. 31, No. 1, Juli 2019: 1-14

12

No UraianBiaya

(Rp/Kg)Harga(Rp)

Share(%)

1. PetaniHarga Jual ke PPD 112.000 74,66Biaya Transport 64,10 0,04

2. PPD (Pedagang PengumpulDesa)Harga Jual ke PPK 112.000 74,66Biaya Pengepakan 66 0,04Biaya Transport ke PPK 250 0,16

3. Pedagang PengumpulKecamatan (PPK)Harga Beli dari PPD 125.000 83,33Biaya Pengepakan 833 0,05Biaya Transportasi 76,04 0,05Biaya Ekspedisi 133 0,08Biaya Pemasaran 1.042 0,69Margin Keuntungan 23.957 15,97Margin Total 25.000 16,66Harga Jual ke Eksportir 150.000 100,00

4. EksportirHarga Beli dari PPK 150.000 100,00Jumlah : Total Biaya Pemasaran : Rp. 1.042,04Margin Keuantungan : Rp. 23.957,96Margin Total : Rp. 25.000

Tabel 5 Analisis Margin Pemasaran Komoditi Fuli Pala di Kecamatan Banda denganSaluran Pemasaran (Petani-PPD-PPK-Eksportir) dalam Rp/Kg (Model 1).

No UraianBiaya

(Rp/Kg)Harga(Rp)

Share(%)

1. PetaniHarga Jual ke PPK 125.000 83,33Biaya Pengepakan 116 0,3Biaya Transport ke PPK 15,63 0,01

2. Pedagang Pengumpul Kecamatan(PPK)Harga Beli dari Petani 125.000 83,33Biaya Pengepakan 506 0,33Biaya Transportasi 52,12 3,47Biaya Ekspedisi 133 0,08Biaya Pemasaran 718,12 0,47Margin Keuntungan 24.281,88 16,18Margin Total 25.000 16,66Harga Jual ke Eksportir 150.000 100,00

3. EksportirHarga Beli dari PPK 150.000 100,00Jumlah : Total Biaya Pemasaran : Rp. 718,12 Margin Keuntungan : Rp. 24.281,88 Margin Total : Rp. 25.000

Tabel 6 Analisis Margin Pemasaran Komoditi Fuli Pala di Kecamatan BandaeDengan SaluranPemasaran (Petani – PPK- Eksportir) dalam Rp/Kg (Model 2)

Page 13: ANALISIS SALURAN PEMASARAN PALA BANDA (Myristica …

13

Analisis Saluran Pemasaran Pala Banda di Kecamatan Banda Neira Kabupaten Maluku Tengah (Marfin Lawalata)

melalui pedagang pengumpul kecamatan ataumodel pemasaran pendek, sedangkan 30persen petani terlibat dalam saluran pemasaranpanjang melalui pedagang pengumpul desadengan tingkat harga yang dikenakan olehsetiap lembaga pemasaran berbeda-beda.

Berdasarkan hasil analisis pihak yang diuntung-kan dengan perolehan margin keuntunganterbesar adalah pedagang kecamatan yaitusebesar Rp 49.070,- dibandingkan denganmargin keuntungan yang diperoleh pedagangpengumpul desa sebesar Rp 4.865,- yangdipengaruhi oleh pedagang pengumpulkecamatan yang terhubung langsung denganpedagang eksportir di Surabaya.

DAFTAR PUSTAKA

Bustaman, S. 2007. Prospek dan StrategiPengembangan Pala di Maluku. BalaiBesar. Jurnal Perspektif 2(6), 68 – 74.

BPS. 2017. Maluku Tengah Dalam Angka.Badan Pusat Statistik, KabupatenMaluku Tengah.

Fauziah, M, Zuraya, N. 2013. Ekspor PalaIndonesia Terganjal Isu Aflatoksin.Republika 15 April 2013.

Lawalata M., Thenu S.F.W, Tamaela, M.(2017). Kajian Pengembangan PotensiPerkebunan Pala Banda Di KecamatanBanda Neira Kabupaten MalukuTengah. Jurnal Agrilan, 2(5), 132-150.

Irianto, H dan Mardikanto, T. (2011). MetodePenelitian dan Evaluasi Agribisnis.Jurusan/Program Studi AgribisnisFakultas Pertanian UNS, Solo.

Ollong, I.,Pattinama, M. J, dan Tuhumury, M.T. F. 2013. Analisis Pemasaran Pala(Myristica fragrans Houtt) di DesaMorella Kecamatan Leihitu KabupatenMaluku Tengah. Jurnal Agrilan 1(3) 26-43.

Silaya, Th. 2012. Agroforestry berbasis pala(Myristica sp) di Kepulauan Maluku.In proceedings Workshop Nasional :Agroforestri Berbasis Pala untukKesejahteraan Masyarakat Maluku diDesa Soya, Maluku.

Sudiyono, A. 2004. “Pemasaran Pertanian”.Universitas Muhammadiyah Malang.Malang.

Supriadi. 2017. Aflatoxin pada Pala diIndoensia dan Pengendaliannya.Perspektif, 16(2), 102-110.

Zaki. B.F. 2017. Kebijakan PemerintahDaerah Kabupaten TanggamusDalam Pengelolaan Sub TerminalAgribisnis. Universitas Lampung.

***

Page 14: ANALISIS SALURAN PEMASARAN PALA BANDA (Myristica …

AGRIC Vol. 31, No. 1, Juli 2019: 1-14

14