karakteristik dan tuntutan perkembangan pendidikan ...p4tksb-jogja.com/arsip/images/wi/karakteristik...
TRANSCRIPT
Halaman 1
FX. Supriyono * Karakteristik dan Perkembangan Seni dan Kriya 2015
Karakteristik Dan Tuntutan Perkembangan Pendidikan Kejuruan Bidang Keahlian Seni Rupa Dan Kriya
Oleh : Drs. F.X. Supriyono, M.Ds
Absrak
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Memasuki abad ke-21, paradigma pembangunan yang merujuk knowledge-based economy tampak kian dominan. Pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia diantaranya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bidang keahlian seni rupa dan kriya, dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap profesional di bidang kejuruan program keahlian seni rupa dan kriya. Kehadiran SMK sekarang ini semakin didambakan masyarakat; khususnya masyarakat yang berkecimpung langsung dalam dunia kerja yang lebih mengacu pada sumber daya manusia yang siap pakai, mempunyai kompetensi yang handal, yang mampu menjawab tantangan global.
Karakteristik pendidikan kejuruan bidang keahlian seni rupa dan kriya dalam proses pembelajaran merangsang stimulus berupa pengalaman belajar untuk membantu mereka dalam mengembangkan diri dan potensinya yang ditampilkan dalam prinsip “learning by doing” yang berorientasi pada dunia kerja. Karakteristik siswa pendidikan kejuruan bidang keahlian seni rupa dan kriya yang berada pada kondisi masa remaja yang merupakan masa peralihan antara masa anak dengan dewasa yang mempunyai gejolak atau kemelut yang berkenaan dengan segi afektif, sosial, intelektual dan moral, oleh karena itu maka pendidikan kejuruan bidang keahlian seni rupa dan kriya untuk lebih efisien diperlukan “program antara” (bridging program) guna memantapkan kemampuan dasar tamatan SMK bidang keahlian seni rupa dan kriya yang sudah berpengalaman kerja, supaya siap melanjutkan ke program pendidikan yang lebih tinggi.
Proses “bridging program” yaitu (1) dengan mengembangkan program “Pendidikan SMK Terpadu atau SMK-Poliseni dalam Satu Atap”, dimaksudkan untuk menyatukan Poliseni ke lokasi SMK yang ada di daerah dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya yang ada di SMK yang bersangkutan; (2) prinsip seamless education yaitu pendidikan yang saling berkesinambungan dan terpadu; (3) Building image menjadi satu, sehingga SMK dan Poliseni merupakan satu bagian yang utuh; (4) guru, staf, lab, ruang kelas, gedung atau sumber daya sekolah lainnya merupakan milik bersama (resources sharing); (5) Perpindahan dari kelas 3 ke Poliseni tingkat 1 tetap harus melalui lulus ujian ahir SMK sesuai ketentuan yang ada, tetapi lebih sederhana karena memiliki hubungan hirarkhis mirip kenaikan kelas; (6) sistem pengelolaan dengan dua pengelola yaitu kepala sekolah SMK dan direktur poliseni; (7) , setiap SMK bidang keahlian seni rupa dan kriya di masing-masing daerah bekerja sama dengan PPPPTK bidang seni budaya Yogyakarta; (8) tenaga pendidik berasal dari SMK bidang keahlian seni rupa dan kriya di setiap daerah dengan kualifikasi pendidikan minimal strata 2 (S2) dengan pangkat golongan IVa keatas dengan harapan mempunyai mental dan wawasan yang luas serta dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dilapangan; (9) Kurikulum yang digunakan setara D4/S1.
Kata kunci: karakteristik dan perkembangan pendidikan SMK Senirupa dan Kriya
Halaman 2
FX. Supriyono * Karakteristik dan Perkembangan Seni dan Kriya 2015
KARAKTERISTIK DAN TUNTUTAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN SENI RUPA DAN KRIYA
A. Pendahuluan
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak
mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari
gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain
yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi
pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia (Edison A. Jamli, 2005).
Proses globalisasi berlangsung melalui dua dimensi, yaitu dimensi ruang dan
waktu. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang
ideologi, politik, ekonomi, dan terutama pada bidang pendidikan. Memasuki abad
ke-21, paradigma pembangunan yang merujuk knowledge-based economy
tampak kian dominan. Paradigma ini menegaskan tiga hal. Pertama, kemajuan
ekonomi dalarn banyak hal bertumpu pada basis dukungan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Kedua, hubungan kausalitas antara pendidikan dan kemajuan
ekonomi menjadi kian kuat dan solid. Ketiga, pendidikan menjadi penggerak utama
dinamika perkembangan ekonomi, yang mendorong proses transformasi
struktural berjangka panjang (Alhumami, 2004).
Pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia diantaranya adalah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bidang keahlian seni rupa dan kriya,
dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap memasuki dunia
kerja dan mampu mengembangkan sikap profesional di bidang kejuruan
program keahlian seni rupa dan kriya. Lulusan pendidikan kejuruan, diharapkan
menjadi individu yang produktif yang mampu bekerja menjadi tenaga kerja
menengah dan memiliki kesiapan untuk menghadapi persaingan kerja. Kehadiran
SMK sekarang ini semakin didambakan masyarakat; khususnya masyarakat yang
berkecimpung langsung dalam dunia kerja. Dengan catatan, bahwa lulusan
pendidikan kejuruan bidang keahlian seni rupa dan kriya memang mempunyai
kualifikasi sebagai (calon) tenaga kerja yang memiliki keterampilan vokasional
dibidang keahlian seni rupa dan kriya.
Halaman 3
FX. Supriyono * Karakteristik dan Perkembangan Seni dan Kriya 2015
Telah banyak sumber dan pakar ekonomi pendidikan mengatakan bahwa
pendidikan memberi kontribusi terhadap pembangunan ekonomi. Berbagai kajian
akadernis dan kajian empiris telah membuktikan hal ini. Pendidikan bukan saja
akan melahirkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas (merniliki
pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi) tetapi juga dapat
menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi.
Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama di bidang ekonomi,
sehingga dapat masuk dalam jajaran raksasa ekonomi dunia tentu saja sangat
membutuhkan kombinasi antara kemampuan otak yang mumpuni disertai
dengan keterampilan daya cipta yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah
globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa
Indonesia. Menjawab kebutuhan pada persaingan global tersebut, Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) hadir sebagai kebutuhan pendidikan yang lebih
mengacu pada sumber daya manusia yang siap pakai, mempunyai kompetensi
yang handal, yang mampu menjawab tantangan global.
Gambaran tentang kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang disarikan dari Finch
dan Crunkilton (1979), bahwa : “Kualitas pendidikan kejuruan menerapkan ukuran
ganda, yaitu kualitas menurut ukuran sekolah atau in-school success standards
dan kualitas menurut ukuran masyarakat atau out-of school success standards”.
Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan peserta didik dalam memenuhi
tuntutan kurikuler yang telah diorientasikan pada tuntutan dunia kerja, sedangkan
kriteria kedua, meliputi keberhasilan peserta didik yang tertampilkan pada
kemampuan unjuk kerja sesuai dengan standar kompetensi nasional
ataupun internasional setelah mereka berada di lapangan kerja yang sebenarnya.
Upaya untuk mencapai kualitas lulusan pendidikan kejuruan bidang keahlian seni
rupa dan kriya yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja tersebut, perlu didasari
dengan kurikulum yang dirancang dan dikembangkan dengan prinsip kesesuaian
dengan kebutuhan stakeholders. Kurikulum pendidikan kejuruan secara spesifik
memiliki karakter yang mengarah kepada pembentukan kecakapan lulusan yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan tertentu. Kecakapan tersebut telah
diakomodasi dalam kurikulum SMK yang meliputi kelompok Normatif, Adaptif dan
Halaman 4
FX. Supriyono * Karakteristik dan Perkembangan Seni dan Kriya 2015
kelompok Produktif.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian pendahuluan diatas maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah
karakteristik dan tuntutan perkembangan pendidikan kejuruan bidang keahlian seni
rupa dan kriya yang dapat memenuhi era globalisasi?”
C. Pembahasan Masalah
1. Karakteristik Perkembangan Pendidikan Kejuruan Bidang Keahlian Seni
Rupa Dan Kriya
Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Dari
tujuan pendidikan kejuruan tersebut mengandung makna bahwa pendidikan
kejuruan di samping menyiapkan tenaga kerja yang profesional juga
mempersiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi sesuai dengan program kejuruan atau bidang keahlian.
Berdasarkan pada tujuan pendidikan kejuruan di atas, maka untuk memahami
filosofi pendidikan kejuruan bidang keahlian seni rupa dan kriya perlu dikaji dari
landasan penyelenggaraan pendidikan kejuruan sebagai berikut :
a. Asumsi tentang anak didik. Pendidikan kejuruan harus memandang anak
didik sebagai individu yang selalu dalam proses untuk mengembangkan
pribadi dan segenap potensi yang dimilikinya. Pengembangan ini
menyangkut proses yang terjadi pada diri anak didik, seperti proses
menjadi lebih dewasa, menjadi lebih pandai, menjadi lebih matang, yang
menyangkut proses perubahan akibat pengaruh eksternal, antara lain
berubahnya karir atau pekerjaan akibat perkembangan sosial ekonomi
masyarakat. Pendidikan kejuruan bidang keahlian seni rupa dan kriya
merupakan upaya menyediakan stimulus berupa pengalaman belajar untuk
membantu mereka dalam mengembangkan diri dan potensinya. Oleh
karena itu, keunikan tiap individu dalam berinteraksi dengan dunia luar
Halaman 5
FX. Supriyono * Karakteristik dan Perkembangan Seni dan Kriya 2015
melalui pengalaman belajar merupakan upaya terintegrasi guna menunjang
proses perkembangan diri anak didik secara optimal. Kondisi ini
tertampilkan dalam prinsip pendidikan kejuruan “learning by doing”,
dengan kurikulum yang berorientasi pada dunia kerja.
b. Konteks Ketenagakerjaan Pendidikan Kejuruan. Pendidikan kejuruan harus
lebih memfokuskan usahanya pada komponen pendidikan dan pelatihan
yang mampu mengembangkan potensi manusia secara optimal. Meskipun
pada dasarnya hubungan antara pendidikan kejuruan dan kebijakan
ketenagakerjaan adalah hubungan yang didasari oleh kepentingan
ekonomis, tetapi harus selalu diingat bahwa hubungan penyelenggraan
pendidikan kejuruan tidak semata-mata ditentukan oleh kepentingan
ekonomi. Dalam konteks ini diartikan bahwa pendidikan kejuruan bidang
keahlian seni rupa dan kriya, dengan dalih kepentingan ekonomi, tidak
seharusnya hanya mendidik anak didik dengan seperangkat skill atau
kemampuan spesifik untuk pekerjaan tertentu saja, karena keadaan ini
tidak memperhatikan anak didik sebagai suatu totalitas. Mengembangkan
kemampuan spesifik secara terpisah dari totalitas pribadi anak didik,
berarti memberikan bekal yang sangat terbatas bagi masa depannya
sebagai tenaga kerja.
2. Perkembangan Peserta didik Pendidikan Kejuruan Bidang Keahlian
Seni Rupa Dan Kriya
Peserta didik pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bidang keahlian seni rupa
dan kriya lebih dikhususkan bagi anak yang berkeinginan memiliki kemampuan
vokatif d bidang seni rupa dan kriya (desain produksi kriya kayu, desain produksi
logam, desain produksi kulit, desain produksi keramik dan desain produksi tekstil).
Harapan mereka setelah lulus dapat langsung bekerja atau melanjutkan ke
perguruan tinggi dengan mengambil bidang profesional atau bidang akademik.
Usia peserta didik secara umum pada rentang 15/16 – 18/19 tahun, atau
peserta didik berada pada masa remaja. Masa remaja merupakan masa
peralihan antara masa anak dengan dewasa. Pada masa ini biasanya terjadi
Halaman 6
FX. Supriyono * Karakteristik dan Perkembangan Seni dan Kriya 2015
gejolak atau kemelut yang berkenaan dengan segi afektif, sosial, intelektual
dan moral. Kondisi ini terjadi karena adanya perubahan-perubahan baik fisik
maupun psikis yang sangat cepat yang mengganggu kestabilan kepribadian anak.
Oleh karena itu, di dalam merancang pembelajaran bagi anak yang berusia
remaja ini seyogianya memperhatikan tugas-tugas perkembangan yang harus
diselesaikan para remaja. Beberapa tugas perkembangan remaja yang disarikan
dari Sukmadinata (2001), yaitu :
a. Mampu menjalin hubungan yang lebih matang dengan sebaya dan jenis
kelamin lain. Belajar bekerja dengan orang lain untuk mencapai tujuan
tertentu, bisa melepaskan perasaan pribadi dan mampu memimpin tanpa
mendominasi.
b. Mampu melakukan peran-peran sosial sebagai laki-laki dan wanita. Mampu
menghargai, menerima dan melakukan peran-peran sosial sebagai laki-laki
dan wanita dewasa.
c. Menerima kondisi jasmaninya dan dapat menggunakannya secara efektif.
Remaja dituntut untuk menyenangi dan menerima dengan wajar kondisi
badannya, dapat menghargai atau menghormati kondisi badan orang lain,
dapat memelihara dan menjaga kondisi badannya.
d. Memiliki keberdirisendirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya. Remaja diharapkan telah lepas dari ketergantungan sebagai
kanak-kanak dari orang tuanya, dapat menyayangi orang tua, menghargai
orang tua atau orang dewasa lainnya tanpa tergantung pada mereka.
e. Memiliki perasaan mampu berdiri sendiri dalam bidang ekonomi. Terutama
pada anak laki-laki, kemudian berangsur-angsur pula tumbuh pada anak
wanita, perasaan mampu untuk mencari nafkah sendiri.
f. Mampu memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan. Anak telah
mampu membuat perencanaan karir, memilih pekerjaan yang cocok dan
mampu ia kerjakan, membuat persiapan-persiapan yang sesuai.
g. Belajar mempersiapkan diri untuk perkawinan dan hidup berkeluarga.
Memiliki sikap yang positif terhadap hidup berkeluarga dan punya anak.
h. Mengembangkan konsep-konsep dan keterampilan intelektual untuk hidup
bermasyarakat. Mengembangkan konsep-konsep tentang hukum,
Halaman 7
FX. Supriyono * Karakteristik dan Perkembangan Seni dan Kriya 2015
pemerintahan, ekonomi, politik, institusi sosial yang cocok bagi
kehidupan modern, mengembangkan keterampilan berpikir dan berbahasa
untuk dapat memecahkan problema-problema masyarakat modern.
i. Memiliki perilaku sosial seperti yang diharapkan masyarakat. Dapat
berpartisipasi dengan rasa tanggung jawab bagi kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat.
j. Memiliki seperangkat nilai yang menjadi pedoman bagi perbuatannya.
Telah memiliki seperangkat nilai yang bisa diterapkan dalam kehidupan,
ada kemauan dan usaha untuk merealisasikannya.
3. Tuntutan Perkembangan Pendidikan Kejuruan Bidang Keahlian Seni
Rupa Dan Kriya
Perkembangan teknologi menuntut adanya perkembangan pula pada pendidikan
kejuruan bidang keahlian seni rupa dan kriya, karena saat ini tatanan kehidupan
pada umumnya dan tatanan perekonomian pada khususnya sedang mengalami
pergeseran paradigma ke arah global. Pergeseran ini akan membuka peluang
kerja sama antar Negara semakin terbuka dan di sisi lain, persaingan antar Negara
semakin ketat. Untuk meningkatkan kemampuan persaingan dalam perdagangan
bebas, diperlukan serangkaian kekuatan daya saing yang tangguh, antara lain
kemampuan manajemen, teknologi dan sumber daya manusia. Sumber daya
manusia merupakan sumber daya aktif yang dapat menentukan kelangsungan
hidup dan kemenangan dalam persaingan suatu bangsa. Pendidikan memiliki
peran yang sangat strategis dalam mewujudkan sumber daya manusia yang
tangguh untuk menghadapi persaingan bebas. Termasuk pendidikan kejuruan
yang menyiapkan peserta didik atau sumber daya manusia yang memiliki
kemampuan kerja sebagai tenaga kerja menengah sesuai dengan tuntutan dunia
usaha dan dunia industri. Oleh karena itu sesuai dengan tuntutan perkembangan
pendidikan kejuruan, maka perlu adanya pembaharuan pendidikan dan pelatihan
kejuruan di SMK bidang keahlian seni rupa dan kriya untuk masa depan. Untuk
mencari solusi dari tantangan tersebut di atas, SMK sebagai salah satu lembaga
penyelenggara pendidikan dan pelatihan kejuruan harus mampu memberikan
Halaman 8
FX. Supriyono * Karakteristik dan Perkembangan Seni dan Kriya 2015
layanan pendidikan terbaik kepada peserta didik walaupun kondisi fasilitasnya
sangat beragam. Seperti diketahui, bahwa investasi dan pembiayaan operasional
terbesar yang dilakukan oleh pemerintah dalam pendidikan kejuruan adalah pada
sistem SMK. Dengan fenomena ini, apakah SMK bidang keahlian seni rupa dan
kriya masih diperlukan? Pembukaan dan penutupan suatu SMK bidang keahlian
seni rupa dan kriya pada dasarnya sangat tergantung pada tuntutan kebutuhan
pengembangan sumber daya manusia di wilayah atau daerah setempat.
Pembukaan institusi SMK baru bidang keahlian seni rupa dan kriya sangat
dimungkinkan jika terdapat tuntutan kebutuhan sumber daya manusia yang
terkait dengan peran dan fungsi SMK. Sebagaimana yang dikemukakan
Djojonegoro (1998), bahwa : “Secara teoritik pendidikan kejuruan sangat
dipentingkan karena lebih dari 80 % tenaga kerja di lapangan kerja adalah
tenaga kerja tingkat menengah ke bawah dan sisanya kurang dari 20 %
bekerja pada lapisan atas. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan kejuruan
jelas merupakan hal penting”.
Sistem baru tetap mengharapkan dan mengutamakan tamatan SMK bidang
keahlian seni rupa dan kriya langsung bekerja, agar segera menjadi tenaga
produktif, dapat memberi return atas investasi SMK. Sistem baru juga mengakui
banyak tamatan SMK bidang keahlian seni rupa dan kriya yang potensial, dan
potensi keahlian kejuruannya akan lebih berkembang lagi setelah bekerja.
Terhadap mereka ini diberi peluang untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi (misalnya program Diploma), melalui suatu proses
artikulasi yang mengakui dan menghargai kompetensi yang diperoleh dari SMK
bidang keahlian seni rupa dan kriya dan dari pengalaman kerja sebelumnya.
Untuk mendapatkan sistem “program antara” (bridging program) yang efisien
guna memantapkan kemampuan dasar tamatan SMK bidang keahlian seni rupa
dan kriya yang sudah berpengalaman kerja, supaya siap melanjutkan ke
program pendidikan yang lebih tinggi dengan mengedepankan prinsip seamless
education yaitu pendidikan yang saling berkesinambungan dan terpadu. Building
image menjadi satu, sehingga SMK dan Poliseni merupakan satu bagian yang utuh.
Seperti guru, staf, lab, ruang kelas, gedung atau sumber daya sekolah lainnya
merupakan milik bersama (resources sharing). Ada beberapa keunggulan dari
bridging program dengan sistem terpadu diantaranya:
Halaman 9
FX. Supriyono * Karakteristik dan Perkembangan Seni dan Kriya 2015
1. Adanya keterpaduan dan proses yang berkesinambungan antara
pelaksanaan pembelajaran antara SMK dan Poliseni
2. Sarana-prasarana yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara bersama-sama,
sehingga penggunaannya lebih efisien dan efektif
3. Guru dan staf dapat saling memperkuat dan mensinkronkan isi dan model
pembelajaran, sehingga prosesnya menjadi berkelanjutan atau tidak terputus
pada jenjang yang berikutnya
4. Siswa setelah lulus SMK dapat melanjutkan pendidikannya sampai jenjang
D4/S1 (Poliseni) tanpa khawatir memerlukan proses adaptasi lagi, sehingga
gairah bersekolah dan kompetensi yang dikembangkan menjadi
berkelanjutan.
SMK dan poliseni Terpadu adalah SMK dan poliseni yang diselenggarakan berada
dalam satu komplek dan di kelola secara terpadu baik dari aspek kurikulum,
pembelajaran, guru, sarana dan sarana, managemen, dan evaluasi, sehingga
menjadi sekolah yang efektif dan berkualitas. Keterpaduan secara pengelolaan
berarti:
1. Memiliki keterpaduan dalam pengembangan visi dan misi pendidikan SMK
dan poliseni di lingkungannya.
2. Memiliki keterpaduan dalam penyusunan program kerja tahunan SMK dan
poliseni.
3. Memiliki keterpaduan dalam pengelolaan penerimaan siswa/mahasiswa baru
di lingkungannya.
4. Memiliki keterpaduan dalam usaha mengatasi angka putus sekolah, angka
mengulang, dan angka transisi dengan pengembangan analisis kohor.
5. Memiliki keterpaduan dalam usaha mengatasi kebuhutan tenaga
kependidikan.
6. Memiliki keterpaduan dalam mengatasi sarana penunjang proses belajar-
mengajar.
7. Memiliki keterpaduan dalam pengembangan usaha peningkatan mutu
pendidikan dasar.
Model pengelolaan yang dapat di kembangkan SMK dan poliseni Satu Atap
Terpadu dengan dua pengelola adalah:
a. SMK dan poliseni merupakan dua satuan pendidikan yang memiliki
hubungan hirarkhis dalam system penerimaan siswa/mahasiswa baru.
b. Memiliki dua pengelola yaitu kepala sekolah SMK dan direktur poliseni,
memiliki guru dan dosen yang berdiri sendiri/terpisah.
c. Sumber daya manusia/dosen untuk tenaga pendidik berasal dari SMK bidang
keahlian seni rupa dan kriya di setiap daerah dengan kualifikasi pendidikan
minimal strata 2 (S2) dengan pangkat golongan IVa keatas dengan harapan
Halaman 10
FX. Supriyono * Karakteristik dan Perkembangan Seni dan Kriya 2015
mempunyai mental dan wawasan yang luas serta dapat memecahkan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi dilapangan.
d. Perpindahan dari kelas XII ke Tingkat I poliseni tetap melalui penerimaan
mahasiswa baru, tetapi lebih sederhana karena memiliki hubungan
hirarkhis. Bahkan secara ekstrim dapat disebut sebagai mutasi mirip
kenaikan kelas/tingkat, namun harus lebih dahulu lulus ujian ahir SMK
sesuai ketentuan yang ada.
e. SMK masing-masing daerah bekerja sama dengan PPPPTK bidang seni budaya
Yogyakarta
f. Kurikulum yang digunakan setara D4/S1.
D. Kesimpulan dan Saran
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. SMK bidang keahlian seni rupa dan kriya diperlukan “program antara”
(bridging program) guna memantapkan kemampuan dasar tamatan SMK
bidang keahlian seni rupa dan kriya yang sudah berpengalaman kerja,
supaya siap melanjutkan ke program pendidikan yang lebih tinggi.
2. Kerjasama dengan dunia industri dan dunia usaha terjalin dengan
baik melalui siswa yang mengambil “program antara” (bridging program).
3. Dapat meningkatkan kualitas lulusan SMK sesuai dengan kebutuhan
dunia kerja dan dunia industri.
Saran untuk pemangku/pengambil kebijakan tentang SMK bidang keahlian
seni rupa dan kriya “program antara” (bridging program) bisa dipertimbangkan
untuk dikembangkan/dilaksanakan.
SMK: Kelas X, XI, XII
Kepala sekolah
Poliseni
Direktur Poliseni
Halaman 11
FX. Supriyono * Karakteristik dan Perkembangan Seni dan Kriya 2015
E. Daftar Pustaka
Abdulhak, I. dan Sanjaya, W. (1995). Media Pendidikan (Suatu Pengantar). Bandung : Pusat Pelayanan dan Pengembangan Media Pendidikan IKIP Bandung.
Arsyad, A. (2004). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Blank, W.E. (1982). Handbook For Developing Competency Based Training Programs. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.
Block, J.H. (1971). Mastery learning : Theory and Practice. New York : Holt. Rinehart and Wiston. Inc.
Calhoun, C.C. dan Finch, A.V. (1982). Vocational Education : Concept and Operations. California : Wads Worth Publishing Company.
Curtis, T.E. dan Bidwell, W.W. (1976). Curriculum and Instruction for Emerging Adolescents. New York : State University of New York at Albany.
Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Program Keahlian Tata Busana. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kejuruan (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia : Membangun Manusia Produktif. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
------- (2003). Standar Kompetensi Nasional Bidang Keahlian Tata Busana. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Djohar, A. (2003). Pengembangan Model Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Kejuruan. Bandung : Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Djojonegoro, W. (1998). Pengembangan Sumber Daya Manusia : Melalui Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.
Evarinayanti. (2002). Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based Training). Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Finch, C. dan Crunkilton, J.R. (1984). Curriculum Development in Vocational and Technical Education : Planning,Content and Implementation. Boston : Allyn and Bacon, Inc.
Gronlund, N.E. (1977). Constructing Achievement Test. Englewood Ciffs : Prentice-Hall. Inc.
Hasan, S.H. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta : PPLPTK.
Ibrahim, R. dan Sukmadinata, N.S. (1996). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Indonesia Australia Partnership for Skills Development Program. (2001). Competency Based Training. West Java Institutional Development Project.
Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Halaman 12
FX. Supriyono * Karakteristik dan Perkembangan Seni dan Kriya 2015
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22. Terdapat di [On line] http://www.puskur.net/index.php?menu=profile&pr0=148&iduser=5)
Rivai, A. (1995). Competency Based Training (Pelatihan Berdasarkan Kompetensi). Bandung : Technical Education Development Centre.
Samsudi. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran Program Produktif Sekolah Menengah Kejuruan (Studi Model Preskriptif dengan Penerapan Learning Guide pada Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotof). Bandung : Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Sonhadji, A. ( … ). Alternatif Penyempurnaan Pembaharuan Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan. Terdapat di [On line] http://www.depdiknas.go.id/sikep/Issue/SENTRA1/F18.html (3 Oktober 2006.
Sudjana, N. dan Rivai, A. (1997). Media Pengajaran. Bandung : CV. Sinar Baru.
Sukmadinata, N.S. (2001). Pengembangan Kurikulum Teoridan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
------- (2001). Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum. Bandung : Program Studi Pengembangan Kurikulum Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Biodata
Halaman 13
FX. Supriyono * Karakteristik dan Perkembangan Seni dan Kriya 2015
N a m a : Drs.FX.Supriyono, M.Ds
Tempat , Tanggal Lahir : Lubuk Linggau, 13
Desember 1965 N I P : 1965 1213 1994 02 1 001
Pangkat / Gol / Ruang : Pembina, IV
a/a Jabatan : Widyaiswara
Madya
Instansi : PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta
Alamat Kantor : Jln Kaliurang Km.12,5, klidon
Sleman Yoyakarta 55581
Alamat Rumah : Senowo RT 19 Argorejo, Sedayu, Bantul
No HP / Telp : 081904167600
E- mail : [email protected]
Face Book : Supriyono Goet