karakteristik anak usia dini

10
Senin, 9 Februari 2009 Berita Kaulinan Baheula Sebagai Media Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini 23 December 2008 Kaulinan Baheula Sebagai Media Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini Oleh Ir. Harris Iskandar, PhD. dan Sri Wahyuningsih, MPd,' Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia sungguh menggembirakan. Hanya dalam waktu kurang dari satu dekade, Program PAUD sudah mampu menjangkau hampir setengah dari 28,5 juta populasi anak usia 0-6 tahun. Bentuknya macam-macam. Ada Taman Kanak-Kanak (TK), Raudathul Athfal (RA), Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), Taman Penitipan Anak (TPA), Bina Kelviarga Balita (BKB), Posyandu Terpadu dan bentuk lainnya. Dimulai dari penyelenggaraan Program PAUD Non Formal pada tahun 2000, yang hanya mencapai sekitar 14 ribu anak atau sekitar 0,05% dari populasi anak usia 0-6 tahun saat itu, Program ini terus berkembang. Kondisi hingga awal tahun 2008 tercatat Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD mencapai 48,36% (13.740.888 anak) 2 . Perluasan pelayanan Program PAUD ini kemungkinan akan terus berkembang. Pemerintah bahkan telah berani mencanangkan target bahwa pada tahun 2015 Program PAUD ini dapat memberi pelayanan kepada setidaknya 75% anak usia dini 0-6 tahun. Berbeda dengan program pendidikan lainnya, hampir seluruh Program Pendidikan Anak Usia Dini ini diselenggarakan oleh swadaya masyarakat. Dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat, bukan retorika belaka, tetapi sebuah realitas. Hanya sedikit Program PAUD yang diselenggarakan oleh Pemerintah. Itu pun umumnya berupa model-model penyelenggaraan yang dapat dijadikan sebagai percontohan. Namun demikian, perluasan program ini harus selalu diimbangi dengan upaya peningkatan mutu pendidikan. Masih banyak Program PAUD yang diselenggarakan hanya karena latah, apa adanya, dan tidak memperhatikan kaidah-kaidah pembelajaran. Oleh karena itu, perluasan penyelenggaraan Program PAUD di masyarakat perlu mendapat perhatian dan dukungan semua pihak, agar asupan yang diterima oleh anak betul-betul merupakan asupan pendidikan yang bermutu. Karakteristik Anak Usia Dini

Upload: ali-priyono

Post on 02-Oct-2015

25 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

karakteristik anak usia dini

TRANSCRIPT

Senin, 9 Februari 2009

Senin, 9 Februari 2009

Berita

Kaulinan Baheula Sebagai Media Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini

23 December 2008

Kaulinan Baheula Sebagai Media Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia DiniOleh Ir. Harris Iskandar, PhD. dan Sri Wahyuningsih, MPd,'Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini di IndonesiaPerkembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia sungguh menggembirakan. Hanya dalam waktu kurang dari satu dekade, Program PAUD sudah mampu menjangkau hampir setengah dari 28,5 juta populasi anak usia 0-6 tahun. Bentuknya macam-macam. Ada Taman Kanak-Kanak (TK), Raudathul Athfal (RA), Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), Taman Penitipan Anak (TPA), Bina Kelviarga Balita (BKB), Posyandu Terpadu dan bentuk lainnya. Dimulai dari penyelenggaraan Program PAUD Non Formal pada tahun 2000, yang hanya mencapai sekitar 14 ribu anak atau sekitar 0,05% dari populasi anak usia 0-6 tahun saat itu, Program ini terus berkembang. Kondisi hingga awal tahun 2008 tercatat Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD mencapai 48,36% (13.740.888 anak)2. Perluasan pelayanan Program PAUD ini kemungkinan akan terus berkembang. Pemerintah bahkan telah berani mencanangkan target bahwa pada tahun 2015 Program PAUD ini dapat memberi pelayanan kepada setidaknya 75% anak usia dini 0-6 tahun.

Berbeda dengan program pendidikan lainnya, hampir seluruh Program Pendidikan Anak Usia Dini ini diselenggarakan oleh swadaya masyarakat. Dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat, bukan retorika belaka, tetapi sebuah realitas. Hanya sedikit Program PAUD yang diselenggarakan oleh Pemerintah. Itu pun umumnya berupa model-model penyelenggaraan yang dapat dijadikan sebagai percontohan. Namun demikian, perluasan program ini harus selalu diimbangi dengan upaya peningkatan mutu pendidikan. Masih banyak Program PAUD yang diselenggarakan hanya karena latah, apa adanya, dan tidak memperhatikan kaidah-kaidah pembelajaran. Oleh karena itu, perluasan penyelenggaraan Program PAUD di masyarakat perlu mendapat perhatian dan dukungan semua pihak, agar asupan yang diterima oleh anak betul-betul merupakan asupan pendidikan yang bermutu.

Karakteristik Anak Usia DiniAnak usia dini sering disebut sebagai "golden age.'''' Hal ini karena pada masa ini fondasi otak manusia sedang dibangun. Seperti halnya pada bangunan, fondasi yang kuat akan menghasilkan bangunan kuat dan tahan lama. Perkembangan anak pada tahapan prasekolah (2-6 tahun) dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu usia 2-3 tahun dan 4-6 tahun.3 Anak pada usia 2-3 tahun memiliki beberapa kesaman karakteristik dengan masa bayi (0-2 tahun). Mereka umumnya: (1) Secara fisik anak mengalami pertumbuhan yang pesat; (2) Sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada disekitarnya, memiliki kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa; (3) Mulai mengembangkan kemampuan berbahasa, diawali dengan berceloteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang belum jelas maknanya; (4) Mulai belajar mengembangkan emosi yang didasarkan pada bagaimana lingkungan memperlakukan dia, sebab emosi bukan ditentukan oleh bawaan, namun lebih banyak pada lingkungan. Menginjak usia 4-6 tahun, karakteristik anak umumnya menunjukkan: (1) Perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan, yang sangat bermanfaat untuk pengembangan otot-otot kecil maupun besar; (2) Perkembangan bahasa, sudah mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas tertentu; (3) Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar.

Perkembangan psikologi anak usia dini (3-5 tahun) menuntut perhatian serius orang tua dan pendidik PAUD. Erikson menjelaskan delapan tahap perkembangan psikologi manusia.4 Kesuksesan dalam tahapan awal akan berdampak pada tahapan dan karakter selanjutnya. Krisis psikologi pada bayi sampai usia 18 bulan terutama pengembangan kepercayaan, "trust versus mistrust." Lalu pada anak usia 18 bulan sampai 3 tahun, krisis psikologi anak terutama menyangkut pengembangan otonomi diri, malu dan ragu, "autonomy versus shame, doubt." Anak akan selalu menguji diri apakah ia memerlukan bantuan orang lain atau tidak? Sejauh mana saya bisa dan saya dapat? Krisis psikologi pada usia 3-5 tahun sasaran PAUD menyangkut krisis inisiatif dan perasaan bersalah, "innitiative versus guilt." Keseimbangan antara inisiatif dengan pemahaman akan batas-batas yang diperbolehkan oleh aturan keluarga, norma, dan lingkungan akan mengembangkan sikap tanggung jawab anak. Pentingnya mengembangkan sikap tanggung jawab pada usia ini dapat dibantu dengan memberikan tanggung jawab yang layak capai, sebuah pekerjaan kecil seperti membereskan tempat tidur, mainan, dan sebagainya. Seiring dengan kematangan anak, pengembangan tanggung jawab dilakukan secara gradual pada penyelesaian pekerjaan yang lebih besar dan rumit.

Mengingat keunikan karakteristik itu, mendidik anak usia dini memerlukan pendekatan yang sangat berbeda dengan proses pendidikan lainnya. Anak-anak hanya akan belajar sesuai dengan minat mereka, yang seringkali tidak sesuai dengan kehendak orang dewasa. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum, pemilihan permainan dan media pembelajaran harus mempertimbangkan seluruh aspek perkembangan ini.

Tujuan dan Kurikulum PAUDTujuan penyelenggaraan Program PAUD tidak terlepas dari upaya untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi dan tingkat perkembangannya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. Kesiapan belajar di sekolah ("school readiness") ini sangat penting bagi perkembangan anak selanjutnya. Anak-anak yang sudah siap belajar akan memasuki jenjang pendidikan formal dengan lebih lancar dan prestasi lebih baik. Mungkin tidak akan terjadi mengulang kelas, apalagi drop-out Hasil review berbagai literatur dan riset-riset yang dilakukan di negara-negara maju. anak-anak yang disiapkan dengan baik, setelah lulus sekolah akan mendapat pekerjaan yang lebih baik, atau bekerja lebih produktif, di banding anak-anak yang tidak disiapkan pada usia dini. Sebingga nilai manfaat terhadap investasi pada Program PAUD terhitung sangat tinggi.

Secara umum ruang lingkup kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini meliputi segala hal yang ada dalam diri dan lingkungan anak. Ruang lingkup kurikulum PAUD secara khusus di bagi menjadi dua program kegiatan5, yaitu:

Program Kegiatan Pembentukan Perilaku. Kegiatan program ini dilaksanakan melalui pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan anak sehari-hari.

a. Pengembangan moral dan nilai-nilai agama. Anak dapat menumbuhkan ketaqwaanterhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan dapat menumbuhkan sikap mental, prilakuyang berdasarkan pada moral dan nilai - nilai agama.

b. Pengembangan sosial emosional. Anak dapat mengendalikan emosinya secarawajar sesuai dengan tingkat kemampuannya dan dapat bersosialisasi dengan temansebaya maupun orang dewasa.

Program Kegiatan Pengembangan Kemampuan Dasar. Program pengembangan kemampuan dasar meliputi aspek-aspek :

a. Pengembangan Bahasa. Anak dapat menyimak, mendengarkan, mengerti danmelaksanakan perintah, dapat berkomunikasi secara lisan dengan teman sebayamaupun orang lain, memiliki perbendaharaan kata dan simbol - simbol yangmelambangkannya.

b. Pengembangan Kognitif. Bertujuan untuk merangsang pengetahuan, daya pikir,daya cipta, kreatifitas, mengembangkan kemampuan berfikir logika matematika,berfikir teliti dan dapat memecahkan masalah sendiri.

c. Pengembangan Fisik-Motorik. Bertujuan untuk merangsang atau melatih otot-ototbesar dan halus melalui gerakan olah tubuh, dan sensor motorik, meningkatkanmengelola mengontrol gerakan tubuh secara sehat sehingga menunjangpertumbuhan jasmani yang sahat dan kuat.

d. Pengembangan Seni. Bertujuan untuk mengembangkan daya cipta, imajinasi,kepekaan, dapat membuat karya yang kreatif serta dapat menghargai karya oranglain.

Kemampuan - kemampuan tersebut dapat dicapai melalui media pembelajaran dan permainan-permainan yang menarik minat anak. Banyak paket-paket alat peraga pendidikan yang sudah dijual di pasaran. Jika tidak ada kendala biaya, pendidik tinggal memilih, mengikuti panduan dan menggunakannya. Namun jangan lupa, kemampuan-kemampuan tersebut juga dapat dicapai melalui media pembelajaran yang murah, sederhana dan telah tersedia di lingkungan hidup anak, yaitu melalui permainan-permainan tradisional, "kaulinan baheula" yang diajarkan di masing-masing daerah secara turun temurun.

Permainan Tradisional Sebagai Media Pembelajaran PAUDPermainan atau kaulinan baheula sering dianggap mainan kelas bawah yang kotor, berbahaya, dan tidak berkualitas. Selain meluasnya anggapan keliru tersebut, kurangnya sarana bermain, turut mendukung semakin tidak berkembangnya permainan tradisional. Permainan rakyat seolah makin tersudut setelah keberadaan media pcndukung semakin tidak ada, baik media alat, sarana dan prasarana. Prasarana dasar berupa taman atau pekarangan yang luas semakin berkurang. Sebagai contoh di Kota Bandung. Standar kebutuhan taman yang ideal adalah 3,5 meter persegi per orang.6 Namun dengan luas taman sekarang mencapai 1.226.335,54 m2 untuk 2,8 juta penduduk, maka rasio pemenuhan taman di Kota Bandung hanya sekitar 0,43 meter persegi per orang. Sungguh sangat tidak memadai, padahal mainan rakyat yang ada hampir seluruhnya memerlukan ruang terbuka. Permainan tradisional sangat berhubungan dengan alam dan lingkungan baik dari media bahan, alat dan aturan, sehingga kepekaan seorang anak akan dilatih agar lebih mengenal alam dan lingkungannya.7Permainan tradisional bagi anak banyak mengandung nilai-nilai pendidikan yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan seluruh dimensi kecerdasan anak. Nilai-nilai pendidikan tersebut terkandung dalam permainan, gerak, syair lagu maupun tembangnya. Permainan tradisional anak mengandung unsur rasa senang, dimana rasa senang dapat mewujudkan suatu kesempatan yang baik menuju kemajuan. Permainan tradisional lebih mengutamakan kelompok dan kebersamaan, sederhana, memiliki nilai-nilai perilaku filosofi. 8 Disamping itu, permainan tradisional erat kaitannya dengan fungsi psikologis perkembangan anak. Tak sekadar memberi perasaan senang, fungsi kognitif-psikomotorik, dan sosial, juga ada aspek emosional yang dikedepankan seperti meningkatkan afiliasi dengan teman sebaya, kontak sosial, konservasi, dan ketrampilan sosial. Lebih penting lagi dapat menggali aspek-aspek kompetensi sosial yang meliputi pemecahan masalah, pengendalian diri, empati, dan kerja sama. Misalnya, pada permainan "hadang" dan "hayamjeung careuh."Pada tahun 2006 P2PNFI Regional I Jayagiri telah mengembangkan model pembelajaran PAUD melalui Permainan Tradisional. Berdasarkan hasil identifikasi di Kelompok Bermain di UPTD SKB Kota Bandung, SKB Kota Bogor, 16 POS PAUD yang ada di Kecamatan Lembang, lembaga pemerintah dan swasta yang mengelola permainan tradisional, menunjukkan bahwa:

(1) Mayoritas (80%) pengelola dan pendidik anak usia dini belum mengetahui jenis permainan yang sesuai dengan karakteristik anak usia 4-6 tahun;

(2) Mayoritas (80%) pengelola dan pendidik anak usia dini belum memanfaatkan bahan alat peraga bersumber lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran permainan tradisional;(3) Belum ada lembaga PAUD yang menggunakan permainan tradisional sebagai salah satu media pembelajaran anak;(4) Belum adanya acuan pembelajaran permainan tradisional bagi anak usia dini.

Pusat Pengembangan PNFI Jayagiri berhasil mengidentifikasi 43 jenis permainan tradisional yang ada di Jabar. Umumnya permainan tersebut dapat dilakukan oleh anak usia 6-12 tahun. Hanya 22 jenis permainan yang sesuai untuk anak usia 4-6 tahun. Pada bulan Juni 2008 telah diselenggarakan workshop Pembelajaran PAUD melalui Permainan Tradisional yang diikuti oleh para pengelola PAUD dari enam propinsi, yaitu Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta Lampung, Bangka Belitung, dan Bengkulu. Workshop berhasil mengidentifikasi SO bahan belajar permainan tradisional untuk usia 3-6 tahun. Hasil penelitian Zaini Alif dari HONG, Pusat Kajian Mainan Rakyat Bandung, babkan mengidentifikasi 186 jenis permainan. Alif melakukan kajian di Jawa Barat khususnya bagian Tengah dan Selatan yang memiliki kekayaan ragam mainan rakyat, yang semuanya syarat dengan nilai dan makna fi losofi. Namun sangat disayangkan pada saat ini permainan tradisional tersebut banyak yang terlupakan.

Jenis-jenis permainan tradisional di Jawa Barat yang sesuai dengan perkembangan psikologi anak usia dini usia 4-6 tahun, antara lain: 1) Variasi tepuk tangan, 2) Lompat tali, 3) Cingriripit, 4) Ucing sendal, 5) Jarak-jarakan, 6) Gobak Sodor, 7) Cici Putri, 8) Prisprisan, 9) Pajiplak-jiplak uang, 10) Jongkleng, 11) Utik, 12) Simse, 13) Boy-Boy an, 14) Galah Bandung, 15) Hayam jeung Careuh, 16) Babancakan, 17) Sondah, 18) Oray-orayan, 19) Bubuyungan, 20) Anjang-anjangan, 21) Bebentengan dan 22) Ambil-ambilan?Kriteria Pemilihan Permainan TradisionalKriteria umum dalam memilih sebenarnya sudah terpatri dalam kerangka berfikir semua orang dewasa, yaitu baik, cepat, dan murah (BACEM). Baik artinya sesuai dengan kebutuhan (dan keinginan) baik jumlah maupun kualitas. Cepat, karena pilihan sudah tersedia tanpa menunggu waktu yang terlalu lama. Murah, artinya biaya yang terjangkau. Ketika memilih dan memilah permainan tradisional sebagai media pembelajaran yang sesuai bagi anak usia dini, ada beberapa kriteria lebih intensif yang disebut dengan 7 M, yaitu:

(1) Mudah, mudah untuk memperoleh bahan dan alat permainan tradisional, mudah membuatnya, mudah digunakan oleh anak didik;(2) Murah, artinya biaya dengan sedikit mungkin;(3) Menarik, yaitu merangsang perhatian baik bentuk, warna, bahan sehingga anak tertarik untuk memainkannya;(4) Mempan, yaitu sesuai dengan kebutuhan perkembangan, karakteristik, usia, minat dan kemampuan anak;

(5) Mendorong, yaitu dapat menggugah minat anak untuk bersikap atau berbuat yang positif baik untuk dirinya, orang lain maupun lingkungan(6) Mustari, sesuai dengan kebutuhan dan minat anak dan sesuai dengan kondisi setempat;(7) Manfaat, yaitu bernilai dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.

Contoh Permainan Tradisional Sebagai Media PembelajaranMelalui bermain anak-anak dapat mempelajari suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap, selain itu juga dapat mengembangkan aspek pengembangan moral dan nilai -nilai agama, sosial emosional, bahasa, kognitif, fisik (motorik kasar dan halus), dan seni budaya setempat. Berikut salah satu contoh permainan tradisional yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran pada Program PAUD, "Congkak" atau "Congklak" atau "Dakon"(Jawa) atau "Daku"(Banten). I0Congkak/congklak atau dakon (Jawa) atau daku (Banten) adalah permainan memasukkan biji-bijian ke dalam sederetan lubang. Permainan congkak memerlukan dua orang pemain perempuan maupun laki-laki. Permainan ini sangat digemari oleh anak -anak maupun orang dewasa.

Alat Permainana. Papan congkak dipernuat dari kayu atau plastik dengan ukuran panjang 60 - 80cm, lebar 15-18 cm, dan tinggi 10 cm, mengandung 10 - 14 lubang kiri kananyang dipanggil "kampung". Terdapat satu lubang besar di setiap hujung papancongkak. Lubang ini dipanggil "rumah."b. Biji congkak terdiri dari, kuwuk, biji-bijian ataukerikil

Menyiapkan Lingkungan/Tempat dan APEa. Mempersiapkan alat

b. Mempersiapkan tempat bermain

c. Mempersiapkan pemain

PelaksanaanSebelum MainKedua pemain duduk berhadapan , menghadapi

papan congkak. Pemain masing - masing mengisi

lubang congkak dengan biji congkak.

Saat MainPutaran Pertamaa. Kedua pemain melakukan permainan, secara bersamaan memasukan kuwuk kedalam setiap lubang sendiri, terus mengelilingi lubang lawan. setiap satuputaran, masukan kuwuk/ biji ke dalam lubang rumah. lakukan seterusnya.

b. Apabila kuwuk tarakhir jatuh pada lubang yang ada kuwuknya/ biji permainandilanjutkan.

c. Apabila kuwuk/ biji terakhir jatuh pada lubang lawan yang kosong maka matidan menunggu teman yang sedang bermain.

d. Apabila kuwuk/ biji terakhir mati pada lubang sen di rid an di depan Lubanglawan berisi kuwuk maka kuwuk lawan bisa diambil.

e. Akhir permainan siapa yang masih tersisa biji kuwuknya itulah yang menang.Putaran ke Duaa. Kedua-dua pemain mengisikan buah semula ke dalam kampung lubang.

b. Jika didapati seorang itu kekurangan buah, kampung yang kurang itu dianggap"terbakar".

Manfaat Permainan Congkaka. Moral dan nilai-nilai agama: membedakan buatan Tuhan dan Manusia.b. Sosial-emosional:

- bermain bersama dan bergantian mengunakan alat mainan,- tertib menggunakan alat/ benda sesuai dengan fungsinya,- sabar menunggu giliran,- mengerti aturan main dalam bermain bersama,c. Bahasa: dapat mengenal dan menyebutkan bentuk simbol sederhaan (lingkaran,bulat, lurus)d. Kognitif:

- mengelompokkan benda dan membilang bentuk yang sama dan sejenis,- membedakan besar-kecil,- menyebutkan dan menguasai konsep bilangan 1-10,- mengelompokkan.e. Fisik: menuang biji-bijian tanpa tumpah.KesimpulanPerkembangan Program Pendidikan Anak Usia Dini di masyarakat perlu mendapat dukungan dan bantuan dari semua pihak, karena merupakan program strategis mewujudkan manusia Indonesia yang lebih baik di masa yang akan datang. Perluasan ini perlu diimbangi dengan upaya peningkatan mutu pendidikannya. Permainan tradisional atau "kaulinan baheula" dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang efektif untuk pembenrukan perilaku dan pengembangan kemampuan dasar anak. Dengan menggunakan permainan tradisional, Pendidikan Anak Usia Dini yang bermutu dapat diselenggarakan dengan biaya yang terjangkau. Pusat Pengembangan PNFI telah mengidentifikasi setidaknya 22 jenis kaulinan baheula di Jawa Barat yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran pada Program Pendidikan Anak Usia Dini. Model-model pembelajaran PAUD dengan menggunakan permainan tradisional sudah dikembangkan. Masyarakat, pengelola atau pendidik PAU yang berminat untuk menerapkan model-model tersebut dipersilahkan menghubungi Pusat Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal.

1 Pusat Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal Regional Uayagiri, Ditjen PNFI Depdiknas,disampaikan pada " Festival Kaulinan Barudak Baheula," Bandung, 14-20 Desember 2008

2 BPS, Depdiknas dan Depag; 20083Soemiarti Padmonodewo, 2000, Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta, Rineka Cipta.4 Erikson, Erik, H, 1968: Identity, Youth, and Crisis. New York, Norton.5 Menu Pembelajaran Generik, Direktorat PADU; 20026 Erri N. Meganlara, 2007: Bandung Kota Taman? Hanya Impian Belaka, http://walhijabar.blogspot.comdan Kantor Litbang dan PPSDAL-UNPAD, 2003, Pengkajian Pola Penghijauan di Kota Bandung,http://www. bandung.go. id1 Nandang Rusnandar, Makna Pendidikan Dibalik Permainan Anak, Balai Kajian Sejarah dan Nilai-nilaiTradisi, 20028 Dharmamulya, 19919 Pusat Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal, Hasil Workshop Pembelajaran PA UD melalui Permainan Tradisional; 200810 Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, Model Pembelajaran PAUD melalui Permainan Tradisional, 2006Hubungi: Pusat Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal, Regional I, Jalan Jayagiri No 63, Bandung Jawa Barat, Telepon 022-278-6017, Fax 022-278-747 www.bpplsp-reg2.go.id. email [email protected]