bahasa anak usia dini

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecerdasan linguistic sendiri adalah kemampuan berbicara, berbahasa dan menggunakan kata-kata secara efektif. Setiap anak, bahkan setiap orang memiliki kecerdasan linguistik berbeda-beda, ada yang mampu berbicara dan menguasai bahasa dengan lebih mudah di bandingkan orang lain karena memiliki kecerdasan linguistik di atas rata-rata Kecerdasan linguistic verbal itu sangat penting, bukan hanya untuk keterampilan berkomunikasi melainkan juga penting untuk mengungkapakan pikiran, keinginan dan pendapat seseorang. Selain itu, merupakan kemampuan yang sangat menentukan komunikasi satu sama lain, pada tataran intelektual dan sosial. 1

Upload: widya-astuti

Post on 27-Oct-2015

113 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: bahasa Anak usia dini

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecerdasan linguistic sendiri adalah kemampuan berbicara, berbahasa dan

menggunakan kata-kata secara efektif. Setiap anak, bahkan setiap orang memiliki

kecerdasan linguistik berbeda-beda, ada yang mampu berbicara dan menguasai

bahasa dengan lebih mudah di bandingkan orang lain karena memiliki kecerdasan

linguistik di atas rata-rata

Kecerdasan linguistic verbal itu sangat penting, bukan hanya untuk

keterampilan berkomunikasi melainkan juga penting untuk mengungkapakan

pikiran, keinginan dan pendapat seseorang. Selain itu, merupakan kemampuan

yang sangat menentukan komunikasi satu sama lain, pada tataran intelektual dan

sosial.

Ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan linguistic verbal di atas rata-rata, antara

lain :

Mempunyai ketermpilan pendengaran yang sangat berkembang.

Menikmati permainan dengan bahasa bunyi

Paling cepat belajar dengan menggunakan kata- kata, mendengar atau

melihatnya.

Gemar membaca

Asyik menulis cerita atau puisi.

1

Page 2: bahasa Anak usia dini

Suka bercerita atau berdongeng

Para pakar kecerdasan menyarankan ibu-ibu merangsang kecerdasan lenguistik

verbal anak mereka dengan :

Aktif mengajak mereka berkomunikasi sejak masih dalam kandungan

Ketika anak berusia balita, ibu harus sering meengajaknya berbicara,

mendongeng dan mendengarkan bunyi-bunyian.

1.2 Masalah

Masalah yang peneliti angkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Kurangnya variasi media pembelajaran PAUD di bidang Linguistik Verbal

Untuk mengembangkan kecerdasan Linguistik Verbal anak, sekaligus

menggali potensi.

Kurangnya semangat peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran

1.3 Tujuan

Tujuan dari membuat permainan yang bisa meningkatkan kecerdasan Linguistik

Verbal antara Lain :

Meningkatkan kecerdasan Linguistik verbal

Meningkatkan kemampuan membaca

Meningkatkan kemampuan menulis

Meningkatkan ingatan nama- nama objek

2

Page 3: bahasa Anak usia dini

Meningkatkan keterampilan mendengar

Meningkatkan komunikasi yang baik terhadap anak

1.4 Sitematika Penelitian

Pada sub sistematika penelitian peneliti akan menjelaskan sistematika

dalam penulisan makalah ini. Pertama peneliti akan menjelaskan pada BAB I

Pendahuluan tentang isi dari Latar Belakang yaitu membahas tentang defenisi

Verbal Linguistik, pentingnya kecerdasan Verbal Linguistik, Ciri-ciri anak yang

memiliki kecerdasan linguistik verbal di atas rata-rata. Kemudian Masalah dalam

BAB I PENDAHULUAN yaitu Masalah yang peneliti angkat dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut : Kurangnya variasi media pembelajaran PAUD di bidang

Linguistik Verbal, untuk mengembangkan kecerdasan Linguistik Verbal anak

sekaligus menggali potensi, kurangnya semangat peserta didik untuk mengikuti

proses pembelajaran. Setelah itu Tujuannya adalah meningkatkan kecerdasan

Linguistik verbal, meningkatkan kemampuan membaca, meningkatkan

kemampuan menulis, meningkatkan ingatan nama- nama objek, meningkatkan

keterampilan mendengar, meningkatkan komunikasi yang baik terhadap anak.

Pada BAB II LANDASAN TEORI peneliti mencantumkan sub- sub

pembahasan Definisi AUD (Anak Usia Dini) dan PAUD (Pendidikan Anak Usia

Dini), yaitu menjelaskan tentang defenisi Anak Usia Dini, defenisi Pendidikan

Anak Usia Dini, tujuan Pendidikan Anak Usia Dini, setelah itu pada sub

Permainan yang Meningkatkan Kemampuan Linguistik Verbal menjelaskan

3

Page 4: bahasa Anak usia dini

tentang permainan yang bisa meningkatkan Linguitik verbal adalah permainan

yang melibatkan membaca, menulis, dan berbicara serta mendengar dalam

permainan tersebut, kemudian pada sub Teori-Teori Linguistik Verbal

menjelaskan tentang teori Multiple Intelligences dari Horward Gardner dalam

bukunya Frames Of Mind, selanjutnya pada sub Sejarah Berkembang Teori

Bermain dan Teori Tentang Permainan Anak menjelaskan bahwa Bermain pada

awalnya belum mendapat perhatian khusus dari para ahli ilmu jiwa karena

terbatasnya pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak dan kurangnya

perhatian mereka pada perkembangan anak, selain itu menurut Frobel lebih

menekankan pentingnya bermain dalam belajar karena berdasarkan

pengalamannya sebagai guru, dia menyadari bahwa kegiatan bermain maupun

mainan yang dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik perhatian serta

mengembangkan pengetahuan mereka.

Pada BAB III MELATIH KECERDASAN LINGUISTIK VERBAL

PADA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAIAN LOMBA MENCARI

ABJAD, yaitu berisikan tentang Perlengkapan Permainan, dan peraturan bermain.

Pada Bab IV Penutup peneliti menjelaskan kesimpulan dan saran

BAB II

LANDASAN TEORI

4

Page 5: bahasa Anak usia dini

1.5 Definisi AUD (Anak Usia Dini) dan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)

Pendidikan Anak Usia Dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang

Sekolah Dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

lahir sampai dengan usia enam tahun, yang diberikan melalui rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbhan dan perkembangan jasmani dan rohani

agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang

diselenggarakan pada jalur formal, non formal dan informal.

Pendidikan Anak Usia Dini itu sangat penting karena masa usia dini

merupakan merupakan periode emas (Golden Age) bagi perkembangan anak

untuk memperoleh pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian sekitar 50%

kapabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika berumur 4 tahun, 80%

telah terjadi ketika berumur 8 tahun dan mencapai titik kulminasi keika anak

berumur sekitar 18 tahun.

Hal ini berarti bahwa perkembangan yang tejadi dalam kurun waktu 4

tahun pertama, sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun

waktu 14 tahun berikutnya.

Periode emas ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana

perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap

perkembangan berikutnya hingga masa depan.

Oleh karena itu, PAUD dalam bentuk pemberian rangsangan- rangsangan

(stimulan) dari lingkungan terdekat sangatlah perlu untuk mengoptimalkan

5

Page 6: bahasa Anak usia dini

kemampuan anak. Singkatnya, Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu

bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada perletakan dasar

kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan

kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, keadaan optimal),

sosio emosional (sikap dan perilaku serta moral agama), bahasa dan komunikasi

sesuai dengan keunikan dan tahap- tahap perkembangan yang dilalui oleh anak

usia dini.

Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini :

Tujuan Utama adalah untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas,

yaitu anak yang terarah dan berkembang sesuai dengan tingkat

perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal didalam

memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan dimasa dewasa.

Tujuan Penyerta adalah untuk membantu menyiapkan anak mencapai

kesiapan belajar (akademik) disekolah.

2.2. Permainan yang Meningkatkan Kemampuan Linguistik Verbal

Kemampuan- kemampuan ini melibatkan pengetahuan tentang linguistic

verbal, termasuk membaca, menulis, dan berbicara. Kemampuan tersebut juga

melibatkan pemahaman tentang arti kata- kata dan memahami idiom, serta

permainan kata. Anak- anak yang kuat dalam bidang ini akan cocok dengan

6

Page 7: bahasa Anak usia dini

permainan kata, mengarang cerita, berdebat, menulis kreatif, dan menceritakan

komedi. Mereka memiliki kemampuan membaca yang baik dan cenderung untuk

berfikir tentang kata- kata.

Untuk memberikan anak- anak suatu permulaan, mereka membutuhkan

kemampuan linguistic verbal, bagian ini menawarkan permainan pramembaca,

yang melibatkan surat pengenalan dengan melihat, dengan sentuhan atau dengan

seluruh tubuh. Ada beberapa permainan membaca untuk anak, yang dimulai

dengan buku biografi, seperti permainan membaca kamus untuk anak yang sudah

agak besar.

. .Karena mengembangkan kemampuan linguistik verbal membutuhkan

kemampuan mendengar yang baik maka terdapat juga permainan- permainan

dengan aktivitas mendengar di dalamnya. Aktivitas mendengar tersebut

merupakan sebuah bagian dari permainan.

......Dari penjelasan diatas peneliti membuat suatu permainan yang bisa

meningkatkan Linguistik Verbal, yang meliputi pendengaran, dan pengetahuan

nama- nama huruf yang akan peneliti bahas pada BAB III.

2.3. Teori-Teori Linguistik Verbal

Pada awal 1980-an, Horward Gardner dalam bukunya Frames Of Mind

(kerangka pikiran) mengidentifikasi tujuh kecerdasan yang berbeda atau Multiple

Intelligences, disini peneliti hanya menuliskan satu kecerdasan saja, sesuai

dengan pembahasan dalam makalah ini, yaitu tentang kecerdasan Linguistik

Verbal. Kecerdasan lenguistik verbal adalah kecerdasan yang sekarang di pakai

7

Page 8: bahasa Anak usia dini

oleh system pendidikan kita untuk mengukur IQ seseorang. Kecerdasan

Linguistik verbal merupakan kemampuan bawaan seseorang untuk membaca dan

menulis kata- kata. Kecerdasan ini merupakn kecerdasan yang sangat penting.

Karena, hal ini merupakan cara utama umat manusia mengumpulkan dan

membagikan informasi. Para wartawan, penulis, pengacara, dan guru sering kali

dianugerahi kegeniusan seperti ini.

2.4. Sejarah Berkembang Teori Bermain dan Teori Tentang Permainan Anak

Bermain pada awalnya belum mendapat perhatian khusus dari para ahli

ilmu jiwa, karena terbatasnya pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak

dan kurangnya perhatian mereka pada perkembangan anak.

Salah satu tokoh yang di anggap berjasa untuk meletakkan dasar tentang

bermain adalah Plato, seorang filsuf Yunani. Plato dianggap sebagai orang

pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain.

Menurut Plato, anak- anak akan lebih mudah mempelajari aritmatika dengan cara

membagikan apel kepada anak- anak. Selain itu, pemberian alat permainan

miniature balok- balok kepada anak usia tiga tahun pada akhirnya akan

mengantar anak tersebut menjadi seorang ahli bangunan. Filsuf lainnya,

Aristoteles berpendapat bahwa anak- anak perlu didorong untuk bermain dengan

apa yang akan mereka tekuni di masa dewasa nanti. Dari tokoh- tokoh yang

mengadakan reformasi dibidang pendidikan seperti, Commenius (abad 17),

Rousseau,Pestalozzi dan Frobel (abad 18 serta awal abad 19) akhirnya lambat

8

Page 9: bahasa Anak usia dini

laun para pendidik dapat menrima pendapat bahwa pendidikan untuk anak perlu

disesuaikan dengan miat serta tahap perkembangan anak. Frobel lebih

menekankan pentingnya bermain dalam belajar karena berdasarkan

pengalamannya sebagai guru, dia menyadari bahwa kegiatan bermain maupun

mainan yang dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik perhatian serta

mengembangkan pengetahuan mereka. Jadi Plato, Aristoteles, dan Frobel

menganggap bermain sebagai kegiatan yang mempunyai nilai praktis artinya

bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan

kemampuan tertentu pada anak. Sayangnya pada hal tersebut, Teori

Perkembangan Psikologi Anak belum meiliki sistematika yang teratur. Akibatnya

apa yang di kemukakan oleh Frobel bahwa bermain dapat meningkatkan minat,

kapasitas serta pengetahuan anak sulit dibuktikan.

......Pertengahan sampai akhir abad 19teori evolusi sedang berkembang

sehingga pembahasan teori bermain banyak dipengaruhi oleh paham tersebut.

Bermain memiliki fungsi untuk memulihkan tenaga seseorang setelah bekerja

dan merasa jenuh. Pendapat ini di pertanuyakan karena pada anak kecil yang

tidak bekerja tetapi melakukan kegiatan bermain. Jadi penjelasan mengenai

mengapa terjadi kegiatan bermain pada makhluk hidup belum dapat di jawab

secara memuaskan.

Sebelum terjadi Perang Dunia ke- 1, ada beberapa tokoh yang dapat

dikategorikan dalam teori klasik. Mereka berusaha menjelaskan mengapa muncul

perilaku bermain serta apa tujuan dari bermain. Ellis (dalam Johnson et al 1999)

9

Page 10: bahasa Anak usia dini

menyebutkan sebagai armchair theories karena teori itu dibangun berdasarkan

refleksi filosofis dan bukan melalui riset eksperimental. Teori klasil mengenai

bermain dapat dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu :

1. Surplus energy dan teori reaksi, serta

2. Teori rekapitulasi dan praktis

Fredrich Schiller seorang penyair berkebangsaan German (abad 18) dan

Herbert Spencer seorang filsuf Inggris (abad 19) mengajukan teori surplus energy

untuk menjelaskan mengapa ada perilaku bermain. Herbert Spencer dalam

bukunya Principles of Psychology, pertengahan abad 19 (dalam Millar 1972)

mengemukakan bahwa kegiatan anak kecil maupun anak binatang –perlu

dijelaskan secara berbeda.

Spencer berpenda bermain terjadi akibat energy berlebihan dan ini hanya

berlaku pada manusia serta binatang dengan tingkat evolusi tinggi. Pada binatang

yang mempunyai tingkat evolusi lebih rendah, misalnya serangga, katak, energy

tubuh mereka lebih dimanfaatkan untuk mempertahankan hidup.

Berlawanan dengan teori surplus energy, maka teori rekreasi mengajukan

dalil bahwa tujuan bermain adalah untuk memulihkan energy yang sudah terkuras

saat bekerja. Teori praktis di ajuakan oleh Karl Groos, seorang filsuf yang

meyakini bahwa bermain berfungsi memperkuat instink yang dibutuhkan guna

kelangsungan hidupdi masa mendatang.

10

Page 11: bahasa Anak usia dini

BAB III

MELATIH KECERDASAN LINGUISTIK VERBAL PADA ANAK USIA DINI

MELALUI PERMAIAN LOMBA MENCARI ABJAD

3. 1 Perlengkapan Permainan :

1. Abjad,

11

Page 12: bahasa Anak usia dini

Abjad A sampai dengan Z, media bisa terbuat dari kertas yang tebal,

karton, kardus, atau balok yang sudah diolah sehingga bersifat kondisif untuk

anak.

2. Kardus,

Kardus digunakan untuk menaruh abjad- abjad, dan kardus juga di beri

warna supaya menarik.

3. Pewarna,

Pewarna digunakan untuk mewarnai huruf, yang nanti akan ditebak oleh

anak sebagai pelatihan Linguistik Verbal anak.

3.2. Aturan permainan :

1. Bagilah masing- masing anak dalam perklompok. Kelompok bisa terdiri dari

dua atau tiga anak.

2. Masing- masing kelompok berkumpul sesuai dengan kelompok masing-

masing.

3. Guru membacakan aturan main, yaitu mengambil huruf yang telah disebutkan,

didalam kotak yang tersedia dan menyebutkan warna abjad tersebut (karena

huruf diberi warna)

4. dengan waktu yang ditentukan, perkelompok pun maju bergiliran mengambil

abjad yang diminta

5. peserta dinyatakan menang jika pengambilan abjad serta penyebutan warna

benar.

12

Page 13: bahasa Anak usia dini

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Begitu pentingnya bermain bagi anak- anak usia dini, dimana kita sebagai

pendidik bisa mengembangkan kecerdasan masing- masing lewat permainan.

Selain itu, bermain merupakan aktivitas yang tak terpisahkan oleh dunia anak-

13

Page 14: bahasa Anak usia dini

anak. Jadi,kita sebagai pendidik harus bias memahami apa yang anak inginkan

serta mengembangkan kecerdasan- kecerdasan anak melalui permainan edukatif.

4.2 Saran

Kita sebagai pendidik harus bisa menciptakan permainan sendiri dan tidak

terpaku pada permainan yang monoton. Kita harus melakukan inovasi terhadap

permainan. Selain itu, permainan tidak hanya sebagai permainanuntuk

kesenangan semata namun harus permainan yang bernilai edukatif yang bisa

mengemembangkan kecerdasan- kecerdasan anak seperti yamg tercantum dalam

Teori Multiple Intelligences.

14