kanker nasofaring.docx

Upload: agnesia-naathiq

Post on 13-Oct-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

segalanya tentang kanker nasofaring

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

Kanker nasofaring merupakan suatu keganasan yang mengenai bagian nasofaring. Nasofaring terletak di atas palatum molle, dan merupakan kelanjutan dari cavitas nasi ke bagian belakang. Pada membran mukosa atap dan dinding bagian posterior nasofaring, terdapat massa jaringan limfoid, yaitu tonsila faringeal. Bagian ini juga berdekatan dengan tuba auditoria yang berhubungan dengan sistem pendengaran1.

Kanker nasofaring termasuk dalam lima kanker besar yang sering terjadi di dunia selain kanker payudara, kanker serviks uteri, kanker getah bening, dan kanker kulit2. Sifat dari kanker nasofaring sama seperti kanker yang lainnya, yang dapat bermetastasis ke jaringan lain, dan oleh karena letaknya yang sukar terlihat membuat perjalanan penyakit ini menjadi berat karena sering sekali terdiagnosis pada saat fase lanjut. Deteksi dini dan penanganan yang tepat menjadi kunci keberhasilan dalam pengobatan kanker nasofaring ini.

ETIOLOGI

Penyebab dari kanker nasofaring ini sebenarnya belum ada kepastian. Namun, diduga kuat terkait dengan infeksi virus Epstein-Barr. Sejatinya virus ini ada pada sekitar 95% populasi di dunia3. Namun, adanya faktor lain yang dapat membuat perkembangan virus di tubuh manusia menjadi tidak terkendali mengakibatkan munculnya kanker, salah satunya kanker nasofaring ini. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker nasofaring ini seperti pola hidup yang sering mengkonsumsi rokok atau makanan yang diawetkan. Adanya riwayat keluarga yang pernah mengalami kanker nasofaring juga diketahui memperbesar resiko terjadinya kanker nasofaring di generasi berikutnya4.Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap resiko kanker nasofaring adalah letak geografis, ras, jenis kelamin, pekerjaan, lingkungan, sosial ekonomi, dan infeksi patogen2. Letak geografis ini berhubungan dengan pola makan penduduk, terutama yang tinggal di daerah beriklim dingin. Pola makan penduduk disini akan menyimpan makanan, misalnya daging, untuk persediaan saat musim dingin. Makanan yang disimpan dan diawetkan inilah yang diduga menjadi sumber terjadinya karsinoma ini.Kanker karsinoma juga diketahui banyak terjadi pada ras mongol dan kebanyakan adalah berjenis kelamin laki-laki. Namun, alasan pastinya belum diketahui. Pekerjaan dan lingkungan menjadi faktor berikutnya yang berhubungan dengan paparan gas-gas atau polusi udara yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker nasofaring. Infeksi patogen berpengaruh dari segi sistem imun individunya. Infeksi yang berkelanjutan dan sistem imun yang rendah membuat tingginya resiko kanker nasofaring ini.

EPIDEMIOLOGI

Kanker nasofaring terjadi paling banyak paa ras mongol, terutama di daerah Cina. Telah diketahui bahwa angka kejadian di Cina mencapai 40 kasus per 100.000 penduduk setiap tahunnya. Di Amerika dan Eropa sendiri angka kejadiannya < 1 per 100.000 per tahunnya. Di Indonesia, terjadi penyebaran yang merata di banyak daerah. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, mencatat terjadi sekitar 100 kasus kanker nasofaring baru setiap tahunnya5.Berdasarkan jenis kelamin, kasus terbanyak ditemukan pada laki-laki daripada perempuan, dengan perbandingan angka kejadiannya 2,8 : 1. Untuk kelas usia, paling banyak tercatat pada rentang usia 25-60 tahun. Namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada usia 10-20 tahun atau usia diluar rentang tersebut.

PATOGENESIS

Infeksi virus Epstein-Barr dimulai dari masuknya virus tersebut ke dalam tubuh manusia, yang disebut infeksi primer. Virus ini tidak melewati sel-sel epitel di dalam nasofaring, melainkan melalui sel limfosit B yang difasilitasi oleh reseptor CD21. Virus yang menginfeksi sel B ini mempunyai bentuk ekspresi gennya dengan duplikasi RNA. Pada tahapan infeksi sel B ini dapat terdeteksi dengan adanya infeksi mononukleosis. Selanjutnya sel B yang terinfeksi ini berproliferasi sehingga mengaktifkan sel T untuk membunuh antigen-antigen virus Epstein-Barr ini. Hampir semua antigen dari virus ini dihancurkan, kecuali EBV nuclear antigen 1 (EBNA1). Antigen EBNA1 inilah yang akan bertahan di tubuh manusia tanpa menimbulkan gejala6.Jika individu yang pernah mengalami infeksi primer dari Epstein-Barr Virus (EBV) ini terpapar faktor-faktor resiko yang telah disebutkan dalam bab etiologi sebelumnya, maka antigen ini akan menjadi aktif kembali. Paparan faktor resiko ditambah dengan aktifnya antigen sehingga menimbulkan respon imun tubuh inilah yang akan menimbulkan kanker nasofaring6.

DIAGNOSIS

Penegakkan diagnosis dari kanker nasofaring sedikit lebih sulit dibandingkan dengan kanker lainnya, karena letaknya yang sulit terlihat. Tanda-tanda dan gejala yang akan didapatkan pada pemeriksaan kanker nasofaring meliputi gejala pada hidung dan nasofaring, gejala telinga, gejala mata dan saraf, serta gejala metastasis ke organ yang paling mendekati yaitu leher. Pada pemeriksaan hidung, gejala yang sering muncul yaitu adanya epistaksis atau pendarahan. Pendarahan ini bisa ringan atau bahkan sangat berat. Pada pemeriksaan nasofaring, diperlukan bantuan nasofaringoskop. Hasilnya akan tampak tumornya, atau tidak tampak karena tertutup dibawah mukosa. Gejala pada telinga akan muncul jika sudah mengenai tuba eustachius yang letaknya dekat dengan nasofaring. Gejalanya dapat berupa tinitus, rasa tidak nyaman di telinga, atau bahkan rasa nyeri di telinga. Gejala mata dan saraf muncul jika tumor mengenai rongga tengkorak sebagai tempat alur dari saraf-saraf kranial. Gejala pada leher sering berupa benjolan yang timbul. Sering individu yang terkena kanker nasofaring datang ke dokter dikarenakan munculnya gejala-gejala di atas, bukan karena memang sudah mengetahui kanker nasofaringnya tersebut2.Selain melihat gejala dan tanda-tanda yang didapatkan dari pemeriksaan beberapa organ, pemeriksaan penunjang juga diperlukan untuk memastikan penyakitnya tersebut. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut7:1) nasopharyngoscopyNasopharyngoscopy adalah salah satu metode pemeriksaan yang paling penting dalam mendiagnosa NPC, dan pengecekan yang sederhana, hasilnya cukup dapat dipercaya. Dokter akan mendoskopi melalui kedalaman rongga hidung nasofaring pasien dan tenggorokan untuk memeriksa pada mukosa nasofaring dan tenggorokan terhadap lesi abnormal.2) Pemeriksaan dengan X-RayPemeriksaan X-ray dapat memeriksa berbagai tumor dan kerusakan dasar tulang tengkorak, yang kondusif untuk adanya kanker nasofaring, ren. X-ray biasanya memeriksa dengan menggunakan radiografi lateralis pada nasofaring dan inspeksi radiografi tulang tengkorak.

3) Diagnosa radionuklida tulang pencitraanDiagnosa radionuklida tulang pencitraan adalah kepekaan noninvasif dan tinggi dari metode diagnosa, scan tulang diagnosis metastasis tulang biasanya dianggap suatu kebetulan pada bagian tingkat positif sebesar 30% lebih tinggi dari X-ray, dan dapat dilakukan 3-6 bulan setelah luka diketahui.4) Pemeriksaan CTPemeriksaan CT dapat memahami daerah tumor Intracavitary, apakah di rongga deformasi dan simetri, istirahat faring yang hanya sebentar atau tidak ada istirahat. Selain itu, Anda juga dapat menampilkan invasi nasofaring, seperti rongga hidung, orofaring, rongga parafaringeal, fossa infratemporal, selubung karotis, fosa pterygopalatine, sinus maksilaris, sinus kavernosus ethmoid, orbital dan intrakranial, dan faring, metastase pada leher kelenjar getah bening.5) Pemeriksaan USG mode BPemeriksaan USG mode B dalam mendiagnosa dan metode pengobatan yang besar digunakan pada nasofaring dengan sederhana di noninvasive di USG B pada hati dan dapat digunakan untuk memeriksa metastasis kelenjar getah bening, metastasis serviks di kelenjar getah bening , metastasis pada bagian retroperitoneal.6) Pemeriksaan Magnetic Resonance ImagingPengecekan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat dengan jelas menunjukkan bahwa tengkorak di semua tingkat, sulci, gyri materi abu-abu, materi putih dan ventrikel, serebrospinal pipa cairan, pembuluh darah, dapat menentukan dengan akurat batas-batas tumor, pemeriksaan radioterapi terhadap hindbrain, MRI sangat membantu tidak adanya kerusakan.7) Diagnosa SerologiEB tingkat antibodi virus dan keganasan lainnya pada pasien dan orang sehat terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara serum dari pasien dengan kanker nasofaring, sehingga diagnosa serologi dapat digunakan sebagai diagnosa sekunder kanker nasofaring.8) Diagnosa PatologisNasofaring akhirnya didiagnosa berdasarkan diagnosa patologis, jaringan hidup kanker nasofaring adalah sebagai berikut:

1) Metode gigitan mulut biopsiMetode ini menggunakan kateter nelaton yang dimasukkan melalui hidung dan ujung kateter lainnya keluar lewat mulut. Ujung yang berasal dari mulut ini kemudian diklem bersamaan dengan ujung yang masuk dari kedua lubang hidung. Palatum molle yang terangkat akan memudahkan tindakan biopsi dengan menggunakan kaca laring serta nasofaringoskop.2) Metode hidung nasofaring biopsiBiopsi ini langsung dilakukan melalui hidung tanpa melihat dengan jelas lokasi dari kankernya.3) aspirasi jarum halus dari nasofaringPenelitian saat ini telah menemukan suatu alat deteksi dini untuk mendeteksi kanker nasofaring. Alat ini mendeteksi IgG terhadap early antigen yang dihasilkan virus Epstein-Barr pada darah tepi dari individu yang dicurigai terkena kanker nasofaring8.

TATALAKSANA

Penatalaksanaan kanker nasofaring ini secara umum sama dengan kanker lainnya. Penatalaksanaannya meliputi9:1. Operasi:1) Jenis patologis baik dibedakan karsinoma sel skuamosa atau adenokarsinoma, dan tidak peka terhadap lesi tumor karsinoid radiasi terbatas pada dinding atas atau depan dinding posterior dari tubuh tanpa kontraindikasi bedah mempertimbangkan eksisi dari lesi primer.2) Residual atau berulang lesi yang nasofaring atau leher setelah terapi radiasi, seperti pembatasan pada dinding posterior atau dinding anterior dari bagian atas nasofaring.3) Di leher ada sisa atau terjadi kekambuhan, jika terbatas dapat dipertimbangkan untuk operasi kelenjar getah bening yang ada di leher.2. RadioterapiRadioterapi adalah pengobatan pilihan untuk pasien dengan kanker nasofaring, terapi radiasi dapat dengan cepat membunuh sel tumor, kelemahan adalah dalam proses radioterapi, jaringan normal atau organ yang pasti dipengaruhi oleh radiasi dan menghasilkan reaksi radiasi, reaksi refleks termasuk kelelahan, pusing, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, mulut hambar atau asam, insomnia atau hipersomnia, meskipun untuk berbagai tingkat, tetapi secara umum dapat diatasi dengan pengobatan simtomatik, dengan demikian menyelesaikan radioterapi.3. KemoterapiKemoterapi pada kanker nasofaring adalah pengobatan lokal, aplikasi biasanya dikombinasikan bahan kimia atau beberapa obat dalam terapi kombinasi, penyusutan tumor atau penghapusan lesi kecil, dan meningkatkan hasilnya.4. Metode minimal invasifMetode minimal invasive memiliki teknologi yang lebih maju untuk pengobatan kanker nasofaring, dapat terjadi pengulangan, efektifitas waktu pengkajian, Efek samping yang kecil, penargetan, dan pemulihan cepat, keuntungan dari metode pengobatan keberhasilan klinis secara signifikan meningkatkan kualitas hidup pasien.

PENUTUP

KesimpulanKanker nasofaring merupakan kanker yang menduduki lima besar dengan kanker ganas lainnya yang paling banyak dialami oleh penduduk dunia. Penyebab utamanya adalah infeksi virus Epstein-Barr yang dipicu juga oleh faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya kanker tersebut. Faktor tersebut seperti pola makan, lingkungan, genetik, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Penegakkan diagnosis dari kanker ini dilakukan dengan pemeriksaan tanda dan gejala yang menyertai serta pemeriksaan penunjang guna meyakinkan hasil diagnosa sebelumnya. Pengobatan untuk kanker ini sama dengan kanker lainnya yaitu meliputi kemoterapi, radioterapi, dan operasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Keith LM, Anne MRA. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates, 2013.2. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007.3. Penyakit Kanker Nasofaring. (serial online): 2014. Available from: http://kankernasofaring.org/ Accessed on June 11, 2014.4. Apa Itu Kanker Nasofaring. Parkway Cancer Centre Singapore (serial online): 2013. Available from: http://www.parkwaycancercentre.com/id/informasi-kanker/jenis-kanker/apa-itu-kanker-nasofaring/ Accessed on June 11, 2014.5. Kanker Nasofaring. Dharmais Hospital National Cancer Center (serial online): 2009. Available from: http://www.dharmais.co.id/index.php/kanker-nasofaring.html Accessed on June 11, 2014.6. Epstein-Barr Virus Infection In The Pathogenesis Of Nasopharingeal Carcinoma. NCBI (serial online): 2000. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1186977/pdf/mp53000248.pdf Accessed on June 11, 2014.7. Diagnosis Kanker Nasofaring. Modern Cancer Hospital Guangzhou (serial online): 2012. Available from: http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-diagnosis/nasopharyngeal-cancer-diagnosis/ Accessed on June 11, 2014.8. Deteksi Dini Kanker Nasofaring Dengan Cepat, Mudah, dan Murah. Universitas Gadjah Mada (serial online): 2013. Available from: http://www.ugm.ac.id/id/berita/8628-deteksi.dini.kanker.nasofaring.dengan.cepat.mudah.dan.murah Accessed on June 11, 2014.9. Pengobatan Kanker Nasofaring. Modern Cancer Hospital Guangzhou (serial online): 2012. Available from: http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-treatment/nasopharyngeal-cancer-treatment/ Accessed on June 11, 2014.