kanker

62
BAB I PRESENTASI KASUS I. IDENTITAS Nama : Ibu.M Jenis Kelamin: Perempuan Umur : 39 Tahun Alamat : Mojotengah Wonosobo Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Ruang Rawat : Bougenvile, kamar 306 C Tanggal Masuk: 21 Mei 2010 Tanggal keluar : 24 Mei 2010 Nomor CM : 46 75 24 II. ANAMNESIS Anamnesis dilakukan pada tanggal 22 Mei 2010 pukul 14.45 WIB secara autoanamnesis di Bangsal Bougenvile kamar 306 C BRSD Setjonegoro Wonosobo. Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan sesak nafas dan pada payudara sebelah kanan keluar darah. RPS (Riwayat Penyakit Sekarang)

Upload: boyzeric

Post on 27-Jun-2015

280 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kanker

BAB I

PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Ibu.M

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 39 Tahun

Alamat : Mojotengah Wonosobo

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Ruang Rawat : Bougenvile, kamar 306 C

Tanggal Masuk : 21 Mei 2010

Tanggal keluar : 24 Mei 2010

Nomor CM : 46 75 24

II. ANAMNESISAnamnesis dilakukan pada tanggal 22 Mei 2010 pukul 14.45 WIB secara

autoanamnesis di Bangsal Bougenvile kamar 306 C BRSD Setjonegoro Wonosobo.

Keluhan Utama :

Pasien datang dengan keluhan sesak nafas dan pada payudara sebelah kanan keluar

darah.

RPS (Riwayat Penyakit Sekarang)

Pasien datang ke IGD BRSD Setjonegoro Wonosobo dengan keluhan sesak nafas dan

payudara sebelah kanan mengeluarkan darah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit

dan bertambah berat pada 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Terdapat benjolan pada

payudara sebelah kanan dirasakan pasien sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu tidak

nyeri, bertambah besar, multiple, ukuran sebelumnya sebesar buah duku dan sekarang

Page 2: Kanker

sebesar bola tenis, teraba keras dan sulit digerakkan. Pasien tidak merasa mual, tidak

muntah, BAB normal, BAK normal.

RPD (Riwayat Penyakit Dahulu)

Pasien belum pernah mempunyai benjolan payudara atau infeksi sebelumnya, riwayat

operasi sebelumnya disangkal. Riwayat alergi, DM, Jantung, sesak nafas disangkal.

RPK (Riwayat Penyakit Keluarga)

Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal. Riwayat keluarga dengan

penyakit keganasan juga disangkal.

Riwayat Pribadi

Riwayat menstruasi pertama pada umur 12 tahun, siklus menstruasi teratur tiap bulan,

3 bulan terakhir belum meanstruasi. Menikah sekali pada umur 25 tahun, mempunyai

anak 1 umur 14 tahun, anak ke 2 umur 9 tahun. Tidak sedang menyusui, riwayat

menyusui anak 1 dan 2 lancar. Riwayat KB suntik sudah 3 tahun, pasien mengaku

tidak merokok, tidak mengkonsumsi obat-obatan, tidak mengkonsumsi alkohol.

ANAMNESIS SISTEM

Sistem Cerebrospinal : Tidak merasa pusing, pasien sadar.

Sistem Respirasi : Tidak batuk, merasa sesak nafas, dan tidak nyeri dada

Sistem Kardiovaskuler : Tidak merasa berdebar-debar

Sistem Gastrointestinal : Tidak ada nyeri perut, tidak kembung, tidak ada gangguan

BAB, tidak mual, dan tidak muntah.

Sistem Urinarius : Tidak ada gangguan BAK, tidak nyeri

Sistem Muskuloskeletal : Tonus baik, kekuatan dan sensitivitas normal.

Sistem Integumentum : Suhu raba terasa hangat, turgor kulit baik.

RINGKASAN ANAMNESIS :

Pasien perempuan usia 39 tahun datang ke IGD BRSD Setjonegoro Wonosobo

dengan keluhan sesak nafas dan payudara sebelah kanan mengeluarkan darah sejak 3

hari sebelum masuk rumah sakit dan bertambah berat pada 1 hari sebelum masuk

rumah sakit. Terdapat benjolan pada payudara sebelah kanan dirasakan pasien sejak

kurang lebih 2 tahun yang lalu tidak nyeri, bertambah besar, multiple, ukuran

sebelumnya sebesar buah duku dan sekarang sebesar bola tenis, teraba keras dan sulit

digerakkan. Pasien tidak merasa mual, tidak muntah, BAB normal, BAK normal.

Page 3: Kanker

Pasien belum pernah mempunyai benjolan payudara atau infeksi sebelumnya, riwayat

operasi sebelumnya disangkal. Riwayat alergi, DM, Jantung, sesak nafas disangkal.

Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal. Riwayat keluarga dengan

penyakit keganasan juga disangkal. Riwayat menstruasi pertama pada umur 12 tahun,

siklus menstruasi teratur tiap bulan, 3 bulan terakhir belum meanstruasi. Menikah

sekali pada umur 25 tahun, mempunyai anak 1 umur 14 tahun, anak ke 2 umur 9

tahun. Tidak sedang menyusui, riwayat menyusui anak 1 dan 2 lancar. Riwayat KB

suntik sudah 3 tahun, pasien mengaku tidak merokok, tidak mengkonsumsi obat-

obatan, tidak mengkonsumsi alkohol

III. PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALISATA

Keadaan Umum : Sedang, tidak tampak pucat, tidak tampak kesakitan.

Kesadaran : Compos Mentis.

GCS : Eye 4, Verbal5, Motorik6.

Vital Sign : Tekanan Darah = 140/80

Nadi = 100x/menit, regular, isi dan tegangan

cukup

Frek. pernafasan = 20x/menit

Suhu = 36,10C

Pemeriksaan Kepala

Kepala : simetris, bentuk mesochepal, tidak teradapat deformitas

Rambut : berwarna hitam, tersebar merata, tidak mudah dicabut

Mata : konjungtiva anemis(-/-), sklera ikterik(-/-), Udem palpebra(-/-),

ptosis(-/-), pupil isokor, reflek cahaya(+/+)

Telinga : Discharge(-/-), pendengaran normal, simetris

Hidung : Deviasi septum(-), sekret(-), nafas cuping hidung (-)

Bibir dan mulut : Sianosis(-), lidah kotor dengan tepi hiperemis(-), faring

hiperemis(-), bibir kering(-)

PEMERIKSAAN LEHER

Page 4: Kanker

Tekanan vena jugularis 5-2 cm H2O, leher teraba hangat, Limfonodi leher

tidak teraba, tiroid tidak membesar, tidak di temukan adanya hematom dan jejas post

trauma, tidak ada luka, dan tidak ada nyeri leher.

PEMERIKSAAN THORAX

PARU / PULMO

Inspeksi : tidak tampak adanya jejas, tidak ada bekas operasi, tidak ada sikatrik,

dan tidak ada retraksi

Palpasi : nyeri tekan(-), vocal fremitus kanan sama dengan kiri. Tidak ada

ketinggalan gerak, dan tidak ada krepitasi

Perkusi : sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : suara dasar vesikuler, dan tidak ada suara tambahan

JANTUNG / COR

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis teraba, tidak kuat angkat pada SIC 4

Perkusi : redup di daerah cor.

Kanan atas : SIC IV LPS dextra, kiri atas: SIC V MC sinistra,

Kanan bawah : SIC VIII PS dextra, kiri bawah: SIC VIII MC sinistra.

PEMERIKSAAN ABDOMEN

Inspeksi : flat/datar, dinding dada // dinding perut, tidak ada gambaran darm

steifung dan darm countour, tidak tampak adanya luka, tak tampak

massa dan tidak ada sikatrik.

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Perkusi : timpani pada seluruh perut, redup hepar(+)

Palpasi : supel, nyeri tekan(-), tidak teraba massa, hepar dan lien tidak teraba.

PEMERIKSAAN EKSTREMITAS

Superior : akral hangat, udem (-/-), sianosis (-), deformitas(-/-), kekuatan otot

(5/5)

Inferiror : akral hangat, udem (-/-), sianosis (-), deformitas(-/-), kekuatan otot

(5/5)

STATUS LOKALIS

Page 5: Kanker

Mammae dextra

Inspeksi : Mammae asimetris, mammae berwarna coklat tua, kulit

berlekuk, tidak terdapat adanya ulserasi atau borok, terdapat benjolan pada

mammae, terdapat adanya retraksi puting susu. Tidak terdapat

pembengkakkan limfonodi axilla.

Palpasi : Teraba massa berukuran 8 x 6 x 5 cm, di seluruh mammae, bentuk

tidak beraturan, konsistensi keras, mobile (-), batas tidak tegas, melekat

kulit dan dasar, tidak nyeri, terdapat cairan atau darah yang keluar dari

papila mammae.

IV. DIAGNOSA KERJA

Tumor mammae dextra curiga ganas T3N0Mx stadium 4

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Ro. Thorax AP

VI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan darah lengkap dan golongan darah

Dari hasil pemeriksaan laboratorium darah didapatkan hasil :

Hasil Interpretasi Unit Nilai normal

AL 7,85 N 10 3/ µL 5-10

RBC 3,63 N 10 6/ µL 4,00-5,00

HGB 10,5 Turun g/dl 12,0-16,0

PLT 254 N 103/µL 150-400

Pemeriksaan darah tambahan

Hasil Nilai normal

Golongan darah O

Cholesterol total 153 150-200 mg%

Page 6: Kanker

Trigiliserid 151 70-170 mg%

Ureum 14,9 20-40 mg%

Kreatinin 0,5 0,5-1,2 mg%

SGOT 19 5-40

SGPT 10 5-35

GDS 148 < 150

HbsAg - ( negatif )

VII. PEMERIKSAAN ECG

Normal Synus Rhytm

VIII. PLANING

RL 20 ttpm

Cefotaxime 2 x 1

Kalnex 2 x 1

Ketorolak 3x 1

Follow up hari ke 1 (21 Mei 2010)

Pasien mengeluh sesak nafas, payudara kanan keluar darah (+), BAB (+) dan BAK

(+) DBN

Keadaan Umum : Sedang, tidak tampak pucat, tidak tampak kesakitan.

Kesadaran : Compos Mentis.

GCS : Eye 4, Verbal5, Motorik6.

Vital Sign : Tekanan Darah = 140/80

Nadi = 100x/menit, regular, isi dan tegangan

cukup

Frek. pernafasan = 20x/menit

Suhu = 36,10C

STATUS GENERALIS

Page 7: Kanker

Pemeriksaan Kepala

Kepala : simetris, bentuk mesochepal, tidak teradapat deformitas

Rambut : berwarna hitam, tersebar merata, tidak mudah dicabut

Mata : konjungtiva anemis(-/-), sklera ikterik(-/-), Udem palpebra(-/-),

ptosis(-/-), pupil isokor, reflek cahaya(+/+)

Telinga : Discharge(-/-), pendengaran normal, simetris

Hidung : Deviasi septum(-), sekret(-), nafas cuping hidung (-)

Bibir dan mulut : Sianosis(-), lidah kotor dengan tepi hiperemis(-), faring

hiperemis(-), bibir kering(-)

PEMERIKSAAN LEHER

Tekanan vena jugularis 5-2 cm H2O, leher teraba hangat, Limfonodi leher

tidak teraba, tiroid tidak membesar, tidak di temukan adanya hematom dan jejas post

trauma, tidak ada luka, dan tidak ada nyeri leher.

PEMERIKSAAN THORAX

PARU / PULMO

Inspeksi : tidak tampak adanya jejas, tidak ada bekas operasi, tidak ada sikatrik,

dan tidak ada retraksi

Palpasi : nyeri tekan(-), vocal fremitus kanan sama dengan kiri. Tidak ada

ketinggalan gerak, dan tidak ada krepitasi

Perkusi : sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : suara dasar vesikuler, dan tidak ada suara tambahan

JANTUNG / COR

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis teraba, tidak kuat angkat pada SIC 4

Perkusi : redup di daerah cor.

Kanan atas : SIC IV LPS dextra, kiri atas: SIC V MC sinistra,

Kanan bawah : SIC VIII PS dextra, kiri bawah: SIC VIII MC sinistra.

PEMERIKSAAN ABDOMEN

Inspeksi : flat/datar, dinding dada // dinding perut, tidak ada gambaran darm

steifung dan darm countour, tidak tampak adanya luka, tak tampak

massa dan tidak ada sikatrik.

Page 8: Kanker

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Perkusi : timpani pada seluruh perut, redup hepar(+)

Palpasi : supel, nyeri tekan(-), tidak teraba massa, hepar dan lien tidak teraba.

PEMERIKSAAN EKSTREMITAS

Superior : akral hangat, udem (-/-), sianosis (-), deformitas(-/-), kekuatan otot

(5/5)

Inferiror : akral hangat, udem (-/-), sianosis (-), deformitas(-/-), kekuatan otot

(5/5)

STATUS LOKALIS

Mammae dextra

Inspeksi : Mammae asimetris, mammae berwarna coklat tua, kulit

berlekuk, tidak terdapat adanya ulserasi atau borok, terdapat benjolan pada

mammae, terdapat adanya retraksi puting susu. Tidak terdapat

pembengkakkan limfonodi axilla.

Palpasi : Teraba massa berukuran 8 x 6 x 5 cm, di seluruh mammae, bentuk

tidak beraturan, konsistensi keras, mobile (-), batas tidak tegas, melekat

kulit dan dasar, tidak nyeri, terdapat cairan atau darah yang keluar dari

papila mammae.

DIAGNOSA KERJA

Tumor mammae dextra curiga ganas T3N0Mx stadium 4

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Ro. Thorax AP : Cor : kesan tidak membesar

Pulmo : corakan bronkovaskuler bertambah

Diagfragma dbn & sinus Sn tumpul

Kesan : Cor tak membesar

PLANING

RL 20 ttpm

Cefotaxime 2 x 1

Kalnex 2 x 1

Ketorolak 3 x 1

Page 9: Kanker

Follow up hari ke II (22 mei 2010)

Pasien mengeluh sesak nafas, payudara kanan keluar darah (+), BAB (+) dan

BAK (+) DBN

Keadaan Umum : Sedang, tidak tampak pucat, tidak tampak kesakitan.

Kesadaran : Compos Mentis.

GCS : Eye 4, Verbal5, Motorik6.

Vital Sign : Tekanan Darah = 130/80

Nadi = 100x/menit, regular, isi dan tegangan

cukup

Frek. pernafasan = 20x/menit

Suhu = 36,70C

STATUS GENERALIS

Status Quo

STATUS LOKALIS

Mammae dextra

Inspeksi : Mammae asimetris, mammae berwarna coklat tua, kulit

berlekuk, tidak terdapat adanya ulserasi atau borok, terdapat benjolan pada

mammae, terdapat adanya retraksi puting susu. Tidak terdapat

pembengkakkan limfonodi axilla.

Palpasi : Teraba massa berukuran 8 x 6 x 5 cm, di seluruh mammae, bentuk

tidak beraturan, konsistensi keras, mobile (-), batas tidak tegas, melekat

kulit dan dasar, tidak nyeri, terdapat cairan atau darah yang keluar dari

papila mammae.

DIAGNOSA KERJA

Tumor mammae dextra curiga ganas T3N0Mx stadium 4

PLANING

RL 20 ttpm

Cefotaxime 2 x 1

Page 10: Kanker

Kalnex 2 x 1

Ketorolak 3 x 1

Follow up hari ke III (23 mei 2010)

Pasien mengeluh sesak nafas, payudara kanan keluar darah (+), BAB (+) dan

BAK (+) DBN

Keadaan Umum : Sedang, tidak tampak pucat, tidak tampak kesakitan.

Kesadaran : Compos Mentis.

GCS : Eye 4, Verbal5, Motorik6.

Vital Sign : Tekanan Darah = 130/80

Nadi = 80x/menit, regular, isi dan tegangan

cukup

Frek. pernafasan = 20x/menit

Suhu = 36,80C

STATUS GENERALIS

Status Quo

STATUS LOKALIS

Mammae dextra

Inspeksi : Mammae asimetris, mammae berwarna coklat tua, kulit

berlekuk, tidak terdapat adanya ulserasi atau borok, terdapat benjolan pada

mammae, terdapat adanya retraksi puting susu. Tidak terdapat

pembengkakkan limfonodi axilla.

Palpasi : Teraba massa berukuran 8 x 6 x 5 cm, di seluruh mammae, bentuk

tidak beraturan, konsistensi keras, mobile (-), batas tidak tegas, melekat

kulit dan dasar, tidak nyeri, terdapat cairan atau darah yang keluar dari

papila mammae.

DIAGNOSA KERJA

Tumor mammae dextra curiga ganas T3N0Mx stadium 4

PLANING

RL 20 ttpm

Cefotaxime 2 x 1

Page 11: Kanker

Kalnex 2 x 1

Ketorolak 3 x 1

Follow up hari ke IV (24 mei 2010)

Pasien mengeluh sesak nafas, payudara kanan keluar darah (+), BAB (+) dan

BAK (+) DBN

Keadaan Umum : Sedang, tidak tampak pucat, tidak tampak kesakitan.

Kesadaran : Compos Mentis.

GCS : Eye 4, Verbal5, Motorik6.

Vital Sign : Tekanan Darah = 120/80

Nadi = 100x/menit, regular, isi dan tegangan

cukup

Frek. pernafasan = 20x/menit

Suhu = 36,80C

STATUS GENERALIS

Status Quo

STATUS LOKALIS

Mammae dextra

Inspeksi : Mammae asimetris, mammae berwarna coklat tua, kulit

berlekuk, tidak terdapat adanya ulserasi atau borok, terdapat benjolan pada

mammae, terdapat adanya retraksi puting susu. Tidak terdapat

pembengkakkan limfonodi axilla.

Palpasi : Teraba massa berukuran 8 x 6 x 5 cm, di seluruh mammae, bentuk

tidak beraturan, konsistensi keras, mobile (-), batas tidak tegas, melekat

kulit dan dasar, tidak nyeri, terdapat cairan atau darah yang keluar dari

papila mammae.

DIAGNOSA KERJA

Tumor mammae dextra curiga ganas T3N0Mx stadium 4

PLANING

RL 20 ttpm

Cefotaxime 2 x 1

Page 12: Kanker

Neurodex 3 x 1

BAB II

DASAR TEORI

I. DEFINISI

Tumor (bahasa Latin; pembengkakan) menunjuk massa jaringan yang tidak normal,

tetapi dapat berupa "ganas" (bersifat kanker) atau "jinak" (tidak bersifat kanker).

Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak

terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan

biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan

(invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang

tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA,

menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa buah

mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-

mutasi tersebut sering diakibatkan agen kimia maupun fisik yang disebut karsinogen.

Mutasi dapat terjadi secara spontan (diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline).

Batasan Tumor jinak mammae ialah neoplasma jinak yang berasal dari parenkim,

stroma, areola dan papilla mammae. Termasuk Tumor jaringan lunak mammae,

lipoma, hemangioma mammae, tidak termasuk tumor jinak kulit mammae.

Neoplasma jinak meliputi: Displasia mammae, Adenoma mammae, Kista mammae,

Adenoma papilla mammae, Duktal ekasia, Duktal papilloma, Fibrosklerosis,

Fibroadenoma mammae, Ginekomasti Kistasarkoma, Filloides Adenosis, Lipoma

mammae, Penyakit Fibrokistik, Hemangioma mammae, Proliferasi epitel tipik,

Limfangioma mammae dan Tumor non neoplasma lainnya.

Gambaran klinis khas:

1. Fibroadenoma mammae: a. Timbul pada wanita muda, 15-30 tahun b. Membesar

lambat c. Bentuk bulat atau oval d. Batas tegas e. Permukaan rata f. Konsistensi

padat kenyal g. Sangat mobile h. Tidak terdapat tanda invasi atau metastase.

Page 13: Kanker

2. Tumor Filloides: a. Bentuk bulat atau oval b. Batas tegas c. Permukaan dapat

berbenjol-benjol d. Konsistensi padat kenyal e. Sangat mobile f. Tidak terdapat

invasi atau metastase

3. Displasia Mammae: teradapat 3 varian :

a. Tanpa tumor yang jelas: a. Keluhan nyeri pada mammae yang

siklis sesuai dengan siklus menstruasi dan menghilang setelah

menstruasi (nyeri mammae pra menstruasi dan menghilang

setelah menstruasi) b. Jaringan mammae padar, menyeluruh

atau segmental

b. Berbentuk tumor: a. Kista, kista berisi cairan serous, jernih

atau keruh, singel (kista mammae singel), Multiple (kista

mammae multiple) b. Tumor padat, bentuk tidak teratur, batas

tidak tegas, sering multiple dan bilateral

c. Bentuk Campuran

d. Cairan Puting Susu (Nipple Discharge) cairan yang keluar

dari puting susu di luar laktasi dapat disebabkan oleh a.

c.Intraduktal papiloma b. Displasia mammae c. Mastitis d.

Galaktokel e. Kanker mammae f. Trauma

Diagnosis Pemeriksaan:

1. Pemeriksaan Klinis

2. Pemeriksaan penunjang klinis: a. X-foto thoraks b. USG mammae atau

mammografi c. Sitologi pada cairan puting susu d. Pemeriksaan darah, SGOT,

SGPT

3. Pemeriksaan sitologis atau patologis : Aspirasi jarum halus terapi neoplasma

jinak

II. ANATOMI DAN FISIOLOGI MAMMAE

Kelenjer payudara merupakan derivatif sel epitel. Struktur anatomi payudara secara

garis besar tersusun dari jaringan lemak, lobus dan lobulus (setiap kelenjer terdiri dari

15-25 lobus) yang memproduksi cairan susu, serta ductus lactiferus yang berhubungan

dengan glandula lobus dan lobulus yang berfungsi mengalirkan cairan susu,

disamping itu juga terdapat jaringan penghubung (konektif), pembuluh darah dan

limfonodi (Hondermarck, 2003; bergman et al1996).(3)

Page 14: Kanker

Pertumbuhan dan perkembangan kelenjar payudara merupakan suatu seri peristiwa

yang melibatkan interaksi berbagai macam tipe sel yang berbeda yang dimulai sejak

kelahiran dan terus berlangsung di bawah pengaruh siklus menstruasi dan proses

gestasi. Rangkaian peristiwa tersebut diatur oleh interaksi yang kompleks antara

berbagai hormon steroid dan faktor pertumbuhan, baik dari sel yang berdekatan

dengannya maupun dari komponen dalam lingkungan sel tersebut (faktor

pertumbuhan). Stimulasi tersebut akan mempengaruhi perubahan morfologi dan

metabolismenya. Kerentanan kelenjar payudara terhadap tumorigenesis dipengaruhi

oleh perkembangan normal dari kelenjar itu sendiri yang dikarakterisasi dengan

berbagai perubahan dalam proliferasi dan diferensiasi sel payudara (Guyton and Hall,

1996;kumar, et al 2000). (3)

Payudara berfungsi memproduksi ASI, terdiri dari lobulus-lobulus yaitu kelenjer yang

menghasilkan ASI, tubulus atau duktus yang menghantarkan ASI dari kelenjar sampai

pada puting susu (nipple), pembuluh darah sebagai pemberi nutrisi dan salura-saluran

limfe yang akan berkumpul pada KGB aksila fungsinya membawa cairan jaringan dan

penyaring terhadap penyebaran bakteri dan sel-sel kanker, saluran limfe tidakl dapat

secara sempurna menyaring sel-sel kanker sehingga memungkinkan terjadinya

penyebaran pada organ tubuh lainnya, jaringan payudara dilindungi oleh jaringan

lemak dan ligamen-ligamen. Umumnya keganasan pada payudara diberi nama

berdasarkan asal sel kanker yaitu dari duktus atau lobulus.

III. MENGENAL CIRI SEL KANKER

Ciri suatu sel dikatakan sebagai sel kanker:

The six hallmark of cancer ( 6 Karakter sel kanker) (Pecorino, 2005) adalah sebagai

berikut ini :

1. Growth signal autonomy:

• Sel normal memerlukan sinyal eksternal untuk pertumbuhan dan pembelahannya

• Sel kanker mampu memproduksi growth factors dan growth factor receptors sendiri.

• Dalam proliferasinya sel kanker tidak tergantung pada sinyal pertumbuhan normal.

• Mutasi yang dimilikinya memungkinkan sel kanker untuk memperpendek Growth

Factor pathways .

Page 15: Kanker

2. Evasion Growth inhibitory signals :

• Sel normal merespon sinyal penghambatan pertumbuhan untuk mencapai

homeostasis. Jadi ada waktu tertentu bagi sel normal untuk proliferasi dan istirahat.

• Sel kanker tidak mengenal dan tidak merespon sinyal penghambatan pertumbuhan.

• Keadaan ini banyak disebabkan adanya mutasi pada beberapa gen (proto-onkogen)

pada sel kanker.

3. Evasion of Apoptosis Signals :

• Sel normal akan dikurangi jumlahnya dengan mekanisme apoptosis, bila ada

kerusakan DNA yang tidak bisa lagi direparasi.

• Sel kanker tidak peka terhadap sinyal apoptosis (padahal sel kanker membawa

acumulative DNA error yang sifatnya irreversible)

• Kegagalan sel kanker dalam merespon sinyal apoptosis lebih disebabkan karena

mutasinya gen-gen regulator apoptosis dan gen-gen sinyal apoptosis.

4. Unlimited replicative potential :

• Sel normal mengenal dan mampu menghentikan pembelahan selnya bila sudah

mencapai jumlah tertentu dan mencapai pendewasaan. Pengitungan jumlah sel ini

ditentukan oleh pemendekan telomere pada kromosom yang akan berlangsung setiap

ada replikasi DNA.

• Sel kanker memiliki mekanisme tertentu untuk tetap menjaga telomere tetap

panjang, hingga memungkinkan untuk tetap membelah diri.

• Kecacatan dalam regulasi pemendekan telomere inilah yang memungkinkan sel

kanker memiliki unlimited replicative potential.

Gambar 1 : Perbandingan relatif panjang telomer pada sel normal, sel kanker, germ

cell, dan stem cell (Kumar, Abbas & Foustro, 2005)

Page 16: Kanker

Gambar 2. Respon seluler terhadap pemendekan telomer. Gambar menunjukan respon

sel normal yang memiliki kemampuan intact dengan cell-cycle checkpoints dan sel

kehilangan kemampuan intact dengan cell-cycle checkpoints (Vong & Collins ,

Lancet 362 :983, 2003 cit Kumar, Abbas & Foustro, 2005)

5. Angiogenesis (formation of blood vessels) :

• Sel normal memiliki ketergantungan terhadap pembuluh darah untuk mendapatkan

suplay oksigen dan nutrient yang diperlukan untuk hidup. Namun, arsitektur

pembuluh darah sel normal lebih seherhana atau konstan sampai dengan sel itu

dewasa.

• Sel kanker mampu menginduksi angiogenesis, yaitu pertumbuhan pembuluh darah

baru di sekitar jaringan kanker. Pembentukan pembuluh darah baru ini diperlukan

untuk survival sel kanker dan ekspansi ke bagian lain dari tubuh (metastase).

• Kecacatan pada pengaturan keseimbangan induser angiogenik dan inhibitornya

dapat mengaktifkan angiogenic switch.

6. Invasion and metastasis :

• Normal sel memiki kepatuhan untuk tidak berpindah ke lokasi lain di dalam tubuh.

• Perpindahan sel kanker dari lokasi primernya ke lokasi sekunder atau tertiernya

merupakan faktor utama adanya kematian yang disebabkan karena kanker

• Mutasi memungkinkan peningkatan aktivitas ensim-ensim yang terlibat invasi sel

kanker (MMPs)

• Mutasi juga memungkinkan berkurangnya atau hilangnya adesi antar sel oleh

Page 17: Kanker

molekul-molekul adisi sel, meningkatnya attachment, degragasi dan migrasi ( gambar

1 dan 2 berikut ini )

Gambar 3 . Hilangnya intercellular junctions (adesi antar sel / antar molekul adesi)

dan meningkatnya daya attachment sel kanker ke membrana basalis memacu invasi

dan metastase (Kumar, Abbas & Foustro, 2005)

Gambar 4 . meningkatnya kemampuan degradasi matriks ekstra seluler memacu

migrasi , invasi dan metastase (Kumar, Abbas & Foustro, 2005)

Page 18: Kanker

Gambar 5. Proses metastase sel kanker , dimulai dari transformasi clonal, metastasic

sub clone, intravasasi sampai dengan pertumbuhan jaringantumor di daerah yang baru.

(Kumar, Abbas & Foustro, 2005)

Pada percobaan in vitro , perbedaan karakter antara sel normal dan kanker adalah

sebagai berikut :

• Sel normal akan tumbuh sebagai selapis sel (monolayer) jika dibiakan dalam

petridish, semua ini karena adanya kepekaan terhadap contact inhibition dengan sel-

sel tetangganya (bila sel normal sudah menyentuh sel tetangganya maka

pertumbuhannya akan berhenti).

• Transformed cells (sel kanker) memiliki fenotipe sebagai berikut :

o Tumbuh terus tanpa mengenal contact inhibitory signals, tumbuh menumpuk ke atas

bukan sebgai monolayer.

o Dapat tumbuh dalam kondisi minim serum (serum / FBS (fetal bovine seru) berisi

banyak Growth factor, sel kanker mampu memenuhi kebutuhan Growth factors

sendiri.

o Morfologi sel kanker lebih membulat dengan inti yang relatif lebih besar (karena

aktif membelah).

Selain dari hal-hal diatas masih terkait dengan ciri sel kanker yang penting adalah

TSA ( Tumor spesific Antigen ) dan TAA ( Tumor Associated Antigen).

1. TSA (Tumor spesific Antigen) adalah :

a. Tissue-spesific shared antigen.

b. Antigen Resulting from mutation

Page 19: Kanker

c. Viral antigen (untuk malignansi yang berkaitan denganinfeksi viral onkogenik).

2. TAA (Tumor associated Antigen) adalah :

a. Tissue specific antigen (Misal MUC-1 spesifik pada adenokarsinoma kolon).

b. Over expressed antigen

c. Onco-fetal antigen (misal CEA

d. Differentiations antigen.

IV. KANKER PAYUDARA

Sekitar dua abad yang lalu, penyakit infeksi menduduki urutan pertama sebagai

penyakit yang menyebabkan kematian. Sejak pertengahan abad 19, seiring dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peningkatan kualitas hidup manusia

maka pola penyakit juga berubah. Penyakit pembuluh darah dan kanker mulai

menggeser kedudukan penyakit infeksi.

Kanker payudara dapat terjadi pada pria maupun wanita, hanya saja prevalensi pada

wanita jauh lebih tinggi. Diperkirakan pada tahun 2006 di Amerika, terdapat 212.920

kasus baru kanker payudara pada wanita dan 1.720 kasus baru pada pria, dengan

40.970 kasus kematian pada wanita dan 460 kasus kematian pada pria (Anonimc,

2006). Di Indonesia, kanker payudara menempati urutan ke dua setelah kanker leher

rahim (Tjindarbumi, 1995). Kejadian kanker payudara di Indonesia sebesar 11% dari

seluruh kejadian kanker (siswono, 2003 )

Di Amerika Serikat, 20 % dari kematian disebabkan oleh karena kanker. Setengah

dari kematian akibat kanker ini disebabkan oleh tiga macam yang tersering yaitu

paru, payudara dan kolorektal. Meskipun statistik dan prevalensi penyakit kanker di

Indonesia tahun 2000 mendatang akan seperti pola penyakit di negara-negara maju.

Karena itu mulai saat ini perlu dipersiapkan segala sesuatunya untuk menghadapi

tahun 2000 yang akan datang (Ampi Retnowati, 1990).

Cara terbaik untuk menghadapi masalah kanker adalah dengan pencegahan atau

setidaknya dengan deteksi dini. Sayangnya pasien kanker sering datang ke dokter

dengan kondisi yang sudah parah (stadium lanjut), karena pada stadium dini belum

dirasakan gejala yang mengkhawatirkan. Untuk kasus demikian keberhasilan

penyembuhan tergantung pada keberhasilan penanganan selanjutnya (Ampi

Retnowati, 1990).

Page 20: Kanker

Tujuan akhir penemuan dini penyakit kanker adalah untuk memperbaiki angka

kematian hidup serta angka penyembuhan sehingga harapan hidup penderita kanker

yang ditemukan pada stadium dini menjadi lebih baik (Tjindarbumi, 1985).

V. PATOFISIOLOGI

 Lobulus dan duktus payudara sangat responsif terhadap estrogen karena sel epitel

lobulus dan duktus mengekspresikan reseptor estrogen (ER) yang menstimulasi

pertumbuhan, diferensiasi, perkembangan kelenjar payudara, dan mammogenesis

(Van De Graaff and Fox, 1995).

Pertumbuhan dan perkembangan kelenjar payudara merupakan suatu seri peristiwa

yang melibatkan interaksi berbagai macam tipe sel yang berbeda yang dimulai sejak

kelahiran dan terus berlangsung di bawah pengaruh siklus menstruasi dan proses

gestasi. Rangkaian peristiwa tersebut diatur oleh interaksi yang kompleks antara

berbagai hormon steroid dan faktor pertumbuhan, baik dari sel yang berdekatan

dengannya maupun dari komponen dalam lingkungan sel tersebut (faktor

pertumbuhan). Stimulasi tersebut akan mempengaruhi perubahan morfologi dan

metabolismenya. Kerentanan kelenjar payudara terhadap tumorigenesis dipengaruhi

oleh perkembangan normal dari kelenjar itu sendiri yang dikarakterisasi dengan

berbagai perubahan dalam proliferasi dan diferensiasi sel payudara (Guyton and Hall,

1996; Kumar, et al., 2000).

Penelitian menunjukkan bahwa sistem endokrin yang mengontrol perkembangan

payudara mempengaruhi risiko terjadinya kanker payudara. Keseimbangan antara

proliferasi, diferensiasi dan kematian sel-sel kelenjar payudara berperan penting

dalam proses perkembangan tersebut. Gangguan dalam keseimbangan ini akan dapat

mengakibatkan terjadinya kanker (Kumar et al., 2000). Beberapa faktor endokrin yang

berkaitan dengan faktor risiko adalah obesitas, karena dalam keadaan obesitas

terdapat peningkatan produksi estrogen jaringan adipase payudara; peningkatan kadar

estrogen endogen dalam darah; kadar androstenedion dan testosteron dalam darah

yang lebih tinggi dari normal yang bisa diubah menjadi estrogen estron dan kemudian

estradiol; peningkatan kadar estrogen dan androgen dalam urin.

Page 21: Kanker

Estrogen merupakan suatu hormon steroid yang memberikan karakteristik seksual

pada wanita, mempengaruhi berbagai organ dan jaringan di antaranya terlibat pada

regulasi proliferasi sel dan diferensiasi baik pada wanita atau pria. Estrogen

menyebabkan perkembangan jaringan stroma payudara, pertumbuhan sistem duktus

yang luas, dan deposit lemak pada payudara (Guyton and Hall, 1996). Diduga paparan

yang berlebihan dari estrogen endogen dalam fase kehidupan perempuan

berkontribusi dan mungkin merupakan faktor penyebab terjadinya kanker payudara

(Yager and Davidson, 2006).

Pada umumnya tumor pada payudara bermula dari sel epitelial, sehingga kebanyakan

kanker payudara dikelompokkan sebagai karsinoma (keganasan tumor epitelial).

Sedangkan sarkoma, yaitu keganasan yang berangkat dari jaringan penghubung,

jarang dijumpai pada payudara. Berdasarkan asal dan karakter histologinya kanker

payudara dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu in situ karsinoma dan

invasive karsinoma. Karsinoma in situ dikarakterisasi oleh lokalisasi sel tumor baik di

duktus maupun di lobular, tanpa adanya invasi melalui membran basal menuju stroma

di sekelilingnya. Sebaliknya pada invasive karsinoma, membran basal akan rusak

sebagian atau secara keseluruhan dan sel kanker akan mampu menginvasi jaringan di

sekitarnya menjadi sel metastatik (Hondermarck, 2003).

Kanker payudara pada umumnya berupa ductal breast cancer yang invasif dengan

pertumbuhan tidak terlalu cepat (Tambunan, 2003). Kanker payudara sebagian besar

(sekitar 70%) ditandai dengan adanya gumpalan yang biasanya terasa sakit pada

payudara, juga adanya tanda lain yang lebih jarang yang berupa sakit pada bagian

payudara, erosi, retraksi, pembesaran dan rasa gatal pada bagian puting, juga secara

keseluruhan timbul kemerahan, pembesaran dan kemungkinan penyusutan payudara.

Sedangkan pada masa metastasis dapat timbul gejala nyeri tulang, penyakit kuning

atau bahkan pengurangan berat badan (Bosman, 1999). Sel kanker payudara dapat

tumbuh menjadi benjolan sebesar 1 cm2 dalam waktu 8-12 tahun (Tambunan, 2003).

Pada tumor yang ganas, benjolan ini besifat solid, keras, tidak beraturan, dan

nonmobile. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi edema kulit, kemerahan, dan

rasa panas pada jaringan payudara (Lindley dan Michaud, 2005).

Penyebab kanker payudara sangat beragam, tetapi ada sejumlah faktor risiko yang

dihubungkan dengan perkembangan penyakit ini yaitu asap rokok, konsumsi alkohol,

Page 22: Kanker

umur pada saat menstruasi pertama, umur saat melahirkan pertama, lemak pada

makanan, dan sejarah keluarga tentang ada tidaknya anggota keluarga yang menderita

penyakit ini (Macdonald dan Ford,1997). Hormon tampaknya juga memegang

peranan penting dalam terjadinya kanker payudara. Estradiol dan atau progresteron

dalam daur normal menstruasi meningkatkan resiko kanker payudara. Hal ini terjadi

pada kanker payudara yang memiliki reseptor estrogen, dimana memang 50 % kasus

kanker payudara merupakan kanker yang tergantung estrogen (Gibbs, 2000).

Meskipun mekanisme molekuler yang mempengaruhi risiko terjadinya kanker

payudara dan progresi dari penyakit ini belum dapat diketahui secara persis namun

aktivasi onkogen yang disebabkan oleh modifikasi genetik (mutasi, amplifikasi atau

penyusunan ulang kromosomal) atau oleh modifikasi epigenetik (ekspresi berlebihan)

dilaporkan mampu mengarahkan pada terjadinya multiplikasi dan migrasi sel.

Beberapa onkogen telah diketahui mempengaruhi karsinogenesis kanker payudara,

diantaranya Ras, c-myc, epidermal growth factor receptor (EGFR, erb-B1), dan erb-

B2 (HER-2/neu) (Greenwald, 2002). Perubahan ekspresi maupun fungsi dari gen

supresor tumor seperti BRCA1, BRCA2 dan p53 tidak sepenuhnya bertanggungjawab

dalam tingginya prevalensi kanker payudara spontan. Mutasi atau ketiadaan BRCA1

terdapat pada <10% kanker payudara, sementara itu mutasi p53 terjadi pada lebih dari

30% kanker payudara (Bouker et al., 2005).

Diperkirakan perkembangan tumor dari perubahan seluler pertama kali sampai

kemudian terlihat melalui mammografi memerlukan waktu 6 sampai 8 tahun. Adanya

perubahan sel kanker payudara menjadi sel yang ganas telah membentuk

heterogenisitas dalam lingkungan di dalam sel. Selain itu, inflamasi lokal yang terjadi

pada kasus kanker payudara mengindikasikan aktivitas sel sistem imun dan

interaksinya dengan tumor (Hondermarck, 2003).

Deteksi kanker payudara dapat dilakukan dengan mammograms yang kadang-kadang

dapat mendeteksi tumor secara dini. Stadium kanker payudara dapat diklasifikaskan

berdasarkan diameter tumor, keterlibatan nodus lymphe, dan ada tidaknya jaringan

yang terkena invasi metastasis kanker. Faktor prognostik pemeriksaan kanker

payudara juga meliputi status nodus lymphe, kondisi dan diferensiasi tumor, dan

kehadiran reseptor estrogen (Macdonald dan Ford, 1997).

Page 23: Kanker

Awalnya, proses metastase kanker payudara diinisiasi oleh adanya aktivasi atau

overekspresi beberapa protein, misalnya reseptor estrogen (ER) dan c-erbB-2 (HER2)

yang merupakan protein predisposisi kanker payudara (Fuqua, 2001; Eccles, 2001).

Sekitar 50% kasus kanker payudara merupakan kanker yang tergantung estrogen dan

sekitar 30% kasus merupakan kanker yang positif mengekspresi HER-2 berlebihan

(Gibbs, 2000). Kedua protein tersebut selain berperan dalam metastasis, juga berperan

dalam perkembangan kanker payudara (early cancer development). Estrogen

berikatan dengan reseptor estrogen (ER) membentuk kompleks reseptor aktif dan

mempengaruhi transkripsi gen yang mengatur proliferasi sel. Estrogen dapat memacu

ekspresi protein yang berperan dalam cell cycle progression, seperti Cyclin D1, CDK4

(cyclin-dependent kinases4), Cyclin E dan CDK2. Aktivasi reseptor estrogen juga

berperan dalam aktivasi beberapa onkoprotein seperti Ras, Myc, dan CycD1 (Foster et

al., 2001). Aktivasi protein ini mengakibatkan adanya pertumbuhan berlebih melalui

aktivasi onkoprotein yang lain seperti PI3K, Akt, Raf dan ERK. Protein Myc

merupakan protein faktor transkripsi yang penting untuk pertumbuhan, sedang CycD1

merupakan protein penting dalam kelangsungan cell cycle progression sehingga

adanya aktivasi tersebut akan mengakibatkan perkembangan kanker yang dipercepat

(Hanahan and Weinberg, 2000). Estrogen akan menstabilkan keberadaan protein Myc.

Protein ini sendiri berfungsi dalam menghambat kemampuan CKIKIPI untuk

menghambat Cdk2 (Foster et al., 2001), padahal komplek Cyclin E/Cdk2 bertanggung

jawab pada proses transisi sel dari fase G1 memasuki fase S (Pan et al., 2002)

.

Selain itu, kompleks estrogen dengan reseptornya juga akan memacu transkripsi

beberapa gen tumor suppressor, seperti BRCA1, BRCA2, dan p53. Akan tetapi pada

penderita kanker payudara (yang umumnya telah lewat masa menopause) gen-gen

tersebut telah mengalami perubahan akibat dari hiperproliferasi sel-sel payudara

selama perkembangannya sehingga tidak berperan sebagaimana mestinya (Adelmann

dkk., 2000; Clarke, 2000). Gen BRCA 1 terletak pada kromosom 17q21, terdiri dari

22 ekson dan panjangnya kira-kira 100 kb. Gen ini merupakan tumor suppresor gene.

Resiko terjadinya kanker payudara karena mutasi gen ini sebesar 85 % dan pada

wanita usia di bawah 50 tahun sebesar 50 %. Gen BRCA 2 mempunyai ukuran 70 kb

dan terdiri dari 27 ekson, terletak pada kromosom 13q12. Resiko terjadinya kanker

payudara karena mutasi pada gen ini sebesar 80-90 % pada wanita. Gen p53 secara

Page 24: Kanker

normal menyandi protein dengan berat molekul 53 kDa yang terlibat dalam kontrol

pertumbuhan sel. Terjadinya mutasi pada gen ini dapat menyebabkan pertumbuhan sel

menjadi tidak terkontrol (Gondhowiarjo, 2004). Hilangnya 4p, 4q dan 5q pada

BRCA1 serta 7p dan 17q24 pada BRCA2 dapat digunakan untuk membedakan antara

kanker payudara yang disebabkan faktor keturunan atau penyebab umum lainnya

(Borg, 2005). Mutasi pada BRCA1 adalah delesi ekson 11 sedangkan pada BRCA2

adalah delesi ekson 12 dan 3 (Franks and Teich, 1997). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa peran BRCA1 dan BRCA2 diantaranya dapat menjaga kestabilan dan integritas

genetik melalui kemampuannya untuk melakukan homolog rekombinasi. Protein

tersebut terlibat pula dalam perbaikan kerusakan DNA akibat oksidasi melalui

interaksinya dengan RAD50, RAD51, dan protein-protein lain yang merespon

kerusakan DNA. Fungsi BRCA1 dalam perbaikan DNA berkaitan dengan protein

GADD45 (Growth Arrest and DNA Damage) yang di-upregulasi ketika terjadi

overekspresi BRCA1. Saat terjadi kerusakan DNA, BRCA1 akan terlepas dari

pasangannya, yaitu CtIP (CtBP-Interacting Protein) sehingga BRCA1 dapat

mengaktifkan GADD45 yang akan menjaga stabilitas genomik (Wickremasighe and

Hoffbrand, 1999).

Salah satu model sel kanker payudara yang banyak digunakan dalam penelitian adalah

sel MCF7 dan sel T47D. Sel MCF-7 adalah sel kanker payudara yang diperoleh dari

pleural effusion breast adenocarcinoma seorang pasien wanita Kaukasian berumur 69

tahun, golongan darah O, dengan Rh positif. Sel menunjukkan adanya diferensiasi

pada jaringan epitel mammae termasuk diferensiasi pada sintesis estradiol. Media

dasar penumbuh sel MCF-7 adalah media EMEM terformulasi. Untuk memperoleh

media kompleks, maka ditambahkan 0,01 mg/ml bovine insulin dan FBS hingga

konsentrasi akhir FBS dalam media menjadi 10%. Sel ditumbuhkan pada suhu 37°C

dan dengan kadar CO2 5%. Sel MCF-7 tergolong cell line adherent (ATCC, 2008b)

yang mengekspresikan reseptor estrogen alfa (ER-α), resisten terhadap doxorubicin

(Zampieri dkk., 2002), dan tidak mengekspresikan caspase-3 (Onuki dkk., 2003;

Prunet dkk., 2005). Karakteristik tersebut membedakannya dengan sel kanker

payudara lain, seperti sel T47D.

Sel kanker payudara T47D merupakan continous cell lines yang morfologinya seperti

sel epitel yang diambil dari jaringan payudara seorang wanita berumur 54 tahun yang

terkena ductal carcinoma. Sel ini dapat ditumbuhkan dengan media dasar penumbuh

Page 25: Kanker

RPMI (Roswell Park Memorial Institute) 1640. Untuk memperoleh media kompleks,

maka ditambahkan 0,2 U/ml bovine insulin dan Foetal Bovine Serum (FBS) hingga

konsentrasi akhir FBS dalam media menjadi 10%. Sel ditumbuhkan pada suhu 37°C

dengan kadar CO2 5%. Sel ini termasuk cell line adherent (ATCC, 2008a) yang

mengekspresikan ER-β (Zampieri dkk., 2002) dibuktikan dengan adanya respon

peningkatan proliferasi sebagai akibat pemaparan 17β-estradiol (Verma dkk., 1998).

Sel ini memiliki doubling time 32 jam dan diklasifikasikan sebagai sel yang mudah

mengalami diferensiasi karena memiliki reseptor estrogen + (Wozniak and Keely,

2005). Sel ini sensitif terhadap doxorubicin (Zampieri dkk., 2002) dan mengalami

missense mutation pada residu 194 (dalam zinc binding domain L2) gen p53. Loop L2

ini berperan penting pada pengikatan DNA dan stabilisasi protein. Jika p53 tidak

dapat berikatan dengan response element pada DNA, kemampuannya untuk regulasi

cell cycle dapat berkurang atau hilang (Schafer et al., 2000). Pada sel tumor dengan

mutasi p53, diketahui terjadi pengurangan respons terhadap agen-agen yang

menginduksi apoptosis dan tumor-tumor tersebut kemungkinan menjadi resisten

terhadap obat antineoplastik yang memiliki target pengrusakan DNA (Crawford,

2002).

VI. STADIUM Ca MAMMAE

Sistem yang digunakan untuk menggambarkan stadium dari kanker adalah system

TNM. System ini menggunakan tiga kriteria untuk menentukan stadium kanker, yaitu:

1. Tumor itu sendiri. Seberapa besra ukuran tumornya dan dimana lokasinya ( T =

Tumor )

2. Kelenjar getah bening di sekitar tumor. Apakah tumor telah menyebar kekelenjar

getah bening disekitarnya? ( N, Node )

3. Kemungkinan tumor telah menjalar ke organ lain ( M, Metastasis )

Page 26: Kanker

Dan berikut penjelasan rincinya :

STADIUM 0 

Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Noninvasive Cancer. Yaitu kanker tidak

menyebar keluar dari pembuluh / saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules)

susu pada payudara.

STADIUM 1

Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik pada pembuluh

getah bening.

Page 27: Kanker

STADIUM II A 

Pasien pada kondisi ini :

1. Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan pada

titik-titik pada saluran getah bening di ketiak ( axillary limphnodes )

2. Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm. Belum

menyebar ke titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak ( axillary

limphnodes ).

3. Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tapi ditemukan pada titik-titik

di pembuluh getah bening ketiak.

STADIUM II B 

Pasien pada kondisi ini:

1. Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak melebihi 5 cm.

2. Telah menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.

3. Diameter tumor lebih lebar dari 5 cm tapi belum menyebar.

Page 28: Kanker

STADIUM III A 

Pasien pada kondisi ini:

1. Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik

pada pembuluh getah bening ketiak.

2. Diameter tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik

pada pembuluh getah bening ketiak

STADIUM III B :

Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga

luka bernanah di payudara. Atau didiagnosis sebagaiInflammatory Breast Cancer.

Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening

di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.

Page 29: Kanker

STADIUM IIIC

Sebagaimana stadium IIIB, tetapi telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah

bening dalam group N3 ( Kanker telah menyebar lebih dari 10 titik disaluran getah

bening dibawah tulang selangka ).

STADIUM IV 

Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh, yaitu :

Tulang, paru-paru,liver atau tulang rusuk.

Untuk mengetahui Grade Kanker, sample-sample hasil biopsy dipelajari

dibawah microscope. Suatu grade kanker payudara ditentukan berdasarkan pada

bagaimana bentuk sel kanker dan perilaku sel kanker dibandingkan dengan sel

normal. Ini akan memberi petunjuk pada team dokter seberapa cepatnya sel kanker itu

berkembang.

Berikut adalah Grade dalam kanker payudara :

GRADE 1 : Ini adalah grade yang paling rendah, sel kanker lambat dalam

berkembang, biasanya tidak menyebar.

GRADE 2 : Ini adalah grade tingkat sedang

GRADE 3 : Ini adalah grade yang tertinggi, cenderung berkembang cepat, biasanya

menyebar.

Dan berikut penilaian TNM pada kanker payudara, sebagai berikut :

• T (Tumor size), ukuran tumor :

T 0 : tidak ditemukan tumor primer

T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang

T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm

T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm

Page 30: Kanker

T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding

dada atau pada keduanya , dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara

kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama

• N (Node), kelenjar getah bening regional (kgb) :

N 0 : tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak / aksilla

N 1 : ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan

N 2 : ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan

N 3 : ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb di

mammary interna di dekat tulang sternum

• M (Metastasis) , penyebaran jauh :

M x : metastasis jauh belum dapat dinilai

M 0 : tidak terdapat metastasis jauh

M 1 : terdapat metastasis jauh

Setelah masing-masing faktot T,.N,M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian

digabung dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :

Stadium 0 : T0 N0 M0

Stadium 1 : T1 N0 M0

Stadium II A : T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0

Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0

Stadium III A : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0 / T2 N2 M0

Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0

Stadium III C : Tiap T N3 M0

Stadium IV : Tiap T-Tiap N -M1

VII. FAKTOR RESIKO

Beberapa faktor risiko yang memegang peranan penting di dalam proses kejadian

kanker payudara (Gani, 1995) :

1. Orang tua (ibu) pernah menderita karsinoma payudara terutama pada usia relatif

muda.

2. Anggota keluarga, kakak atau adik menderita karsinoma payudara.

Page 31: Kanker

3. Sebelumnya pernah menderita karsinoma pada salah satu payudara.

4. Penderita tumor jinak payudara.

5. Kehamilan pertama terjadi sesudah umur 35 tahun.

Pada laki-laki juga terdapat kelainan pertumbuhan misalnya Ginekomasti. Faktor

kelainan pada kelainan ini adalah (R. Sjamsuhidayat, 1997) :

1. Pada pria usia lebih dari 65 tahun, terutama orang gemuk.

2. Penyakit hari, seperti kanker atau sirosis hati.

3. Karsinoma testis.

4. Tumor anak ginjal.

5. Pada hipertiroidisme.

6. Pada orang yang menderita kanker paru.

7. Pada pubertas.

8. Pada pemakai obat-obatan misalnya :

- Estrogen.

- Testoteron.

- Antihipertensi.

- Digitalis.

- Simetidin.

- Diazepam.

- Amfetamin.

- Kemoterapeutik kanker.

VIII. GAMBARAN KLINIS

Kanker payudara biasanya mempunyai gambaran klinis sebagai berikut (Johan

Kurniada, 1997) :

1. Terdapat benjolan keras yang lebih melekat atau terfiksir.

2. Tarikan pada kulit di atas tumor.

3. Ulserasi atau koreng.

4. Peau’d orange.

Page 32: Kanker

5. Discharge dari puting susu.

6. Asimetri payudara.

7. Retraksi puting susu.

8. Elovasi dari puting susu.

9. Pembesaran kelenjar getah bening ketiak.

10. Satelit tumor di kulit.

11. Eksim pada puting susu.

12. Edema.

Tabel 1. Gejala dan tanda penyakit payudara

Tanda atau Gejala Interpretasi

a.  Nyeri  

-  Berubah dengan daur

menstruasi

Penyebab fisiologi seperti

pada tegangan pramenstruasi

atau penyakit fibrokistik

-  Tidak tergantung daur

menstruasi

Tumor jinak, tumor ganas

atau infeksi.

b.  Benjolan di payudara  

-  Keras Permukaan licin dan

fibroudenoma atau kista

  Permukaan keras, berbenjol

atau melekat pada kanker

atau inflamasi non-infektif

-  Kenyal Kelainan fibrokistik

-  Lunak Lipoma

c.  Perubahan kulit  

-  Bercawak Sangat mencurigakan

karsinoma

-  Benjolan kelihatan Kista, karsinoma,

Page 33: Kanker

fibroadenoma besar

-  Kulit jeruk Di atas benjolan : kanker

(tanda khas)

-  Kemerahan Infeksi jika panas

-  Tukak Kanker lama (terutama pada

orang tua)

d.  Kelainan puting atau

aerola

 

-  Retraksi Fibrosis karena kanker

-  Infeksi baru Retraksi baru karena kanker

(bidang fibrosis karena

pelebaran duktus)

-  Eksoma Unilateral : penyakit paget

(tanda khas kanker)

e.  Keadaan cairan  

-  Seperti susu Kehamilan atau laktasi

-  Jernih Normal

-  Hijau Perimenopause

  Pelebaran duktus

  Kelainan fibrolitik

f.  Hemoragik Karsinoma

  Papiloma Intraduktus

IX. PENEMUAN DINI

Penemuan dini merupakan upaya penting dalam penanggulangan karsinoma

payudara. Sebagian besar tumor payudara ditemukan oleh penderita sendiri. Hal ini

Page 34: Kanker

dapat diartikan bahwa ukuran tumor lebih besar bahkan sudah sampai tingkat

inoperable. Di berbagai rumah sakit di Indonesia, kira-kira 65-80 % karsinoma

payudara stadium inoperable (Gani, 1995).

Untuk menemukan penyakit lebih awal dikembangkan berbagai metoda sebagai

berikut :

1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI/SARARI)

Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan setiap bulan secara teratur. Bagi wanita

masa reproduksi, pemeriksaan dilakukan 5-7 hari setelah haid berhenti dengan pola

pemeriksaan tertentu. Apabila teraba nodul atau benjolan segera dikonsultasikan pada

dokter keluarga untuk pemeriksaan sendiri secara teratur kesempatan menemukan

tumor dalam ukuran kecil lebih luas. Menurut penelitian para ahli, pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI/SARARI) sangat bernilai dalam penemuan dini

karsinoma payudara (Gani, 1995).

Pentingnya memeriksa sendiri payudara tiap bulan terbukti dari kenyataan bahwa

kanker payudara ditemukan sendiri secara kebetulan atau waktu memeriksa diri

sendiri. Wanita-wanita yang sudah berpengalaman dalam memeriksa diri sendiri

dapat meraba benjolan-benjolan kecil dengan garis tengah yang kurang dari satu

sentimeter. Dengan demikian bila benjolan ini ternyata ganas dapat diobati dalam

stadium dini. Dan kemungkinan sembuh juga lebih besar.

Walaupun kanker payudara jarang terjadi pada usia dua puluhan, tetapi lebih

bijaksana jika seorang wanita mulai umur itu membiasakan untuk memeriksa

payudara sendiri satu bulan sekali, keuntungan memeriksa diri sendiri di usia muda

ialah bahwa ia dapat belajar meraba payudaranya dan bentuknya. Tiap kelainan yang

timbul dapat segera diketahui.

Hari-hari yang paling baik memeriksa payudaranya ialah hari-hari pertama sesudah

haid karena payudaranya mengendor, jika ada benjolan-benjolan dengan mudah

dapat diraba. Jika wanita sudah menopause, sebaiknya menentukan satu hari tertentu

untuk pemeriksaan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya usia juga berarti

meningkatnya kemungkinannya mendapat kanker payudara. Penting sekali untuk

meneruskan pemeriksaan payudara sendiri ini sampai usia lanjut (Sri Moersodik,

1981).

Pemeriksaan payudara dibagi dalam dua tahap, yaitu :

Page 35: Kanker

- Memperlihatkan.

- Meraba.

Memperlihatkan Payudara Sendiri

Untuk melihat dengan jelas sendiri di depan cermin, dengan lengan menggantung ke

bawah, yang perlu diperhatikan adalah :

- Perbedaan di kedua payudara.

- Benjolan-benjolan, kerutan-kerutan, lekukan-lekukan atau lipatan kecil dari kulit.

- Perubahan dari puting susu dan apakah keluar cairan (kadang-kadang menjadi

basah).

- Perbedaan dengan pemeriksaan yang lalu.

Dengan tangan ke atas perhatikan cermin :

- Perubahan payudara.

- Perubahan di puting susu.

- Benjolan-benolan, kerutan-kerutan, lekukan-lekukan atau lipatan-lipatan kecil di

kulit yang menghilang atau timbul oleh karena lengan ditarik ke atas.

Meraba Payudara

Dilakukan sambil berbaring, periksa satu payudara dahulu, baru yang lainnya. Jika

mulai dari payudara yang kanan, di bawah pundak kanan diletakkan bantal kecil atau

handuk yang dilipat. Tangan kanan berada di bawah kepala. Pemeriksaan dilakukan

dengan tangan kiri.

Untuk memeriksa payudara bagian dalam cara meraba dilakukan dengan jari-jari

yang lurus dan rapat. Mulai dengan bagian atas payudara yang dekat dengan tulang

dada dengan gerakan berputar menjurus ke puting susu, lalu ke bawah sedikit dengan

gerakan berputar ke jurusan puting susu dan seterusnya sampai ke bagian bawah

payudara. Sekarang daerah sekitar puting susu diraba dengan teliti apakah ada :

- Benjolan-benjolam atau bagian-bagian yang terasa kaku.

- Terasa seperti ada tali ke jurusan puting susu.

- Kelainan dibandingkan dengan pemeriksaan terakhir.

Membedaki atau menyabun payudara memperlicin kulit hingga memudahkan

perabaan.

Page 36: Kanker

Untuk memeriksa bagian luar, lengan kanan diluruskan di samping tubuh. Dengan

jari tangan kiri yang lurus dan rapat membuat gerakan-gerakan berputar dari puting

susu sampai tepi bawah payudara. Mulai lagi dari puting susu sampai ke tepi bawah

payudara yang lebih tinggi dan seterusnya. Terakhir diperiksa lekukan ketiak kanan,

lengan kanan diangkat sedikit ke atas dan dengan ujung jari-jari tangan kiri diraba

apakah ada benjolan-benjolan atau bagian-bagian yang tebal.

Sesudah memeriksa payudara kanan dan ketiak kanan dengan cara yang sama

payudara dan ketiak kiri diperiksa dengan tangan kanan dan dimulai pada bagian

dalam dari payudara kiri lalu bagian luar. Perhatikan juga perbedaan-perbedaan

kedua payudara (Sri Moersodik, 1981; Johan Kurniada, 1997).

2. Pemeriksaan Payudara Secara Klinis (SARANIS)

Dokter umum merupakan ujung tombak penanggulangan kesehatan masyarakat,

mempunyai kesempatan luas menemukan tumor payudara lebih awal. Kesempatan

ini mungkin terwujud, apabila pada wanita berusia lebih dari 40 tahun atau golongan

resiko tinggi, walaupun dia datang karena penyakit lain, dilakukan pemeriksaan fisik

payudara secara klinis (SARANIS) oleh dokter, bidan atau paramedis wanita yang

terlatih dan trampil. Keikutsertaan bidan atau paramedis merupakan cara yang baik

untuk menerobos kendala “budaya malu” diperiksa dokter pria yang sering terjadi di

klinik atau puskesmas. Dokter spesialis kandungan sering menemukan tumor

payudara lebih awal (Gani, 1995).

Cara pemeriksaan payudara SARANIS sebaiknya dilakukan sistemis dan berurutan

mulai dari inspeksi sampai dengan palpasi sebagai berikut :

1. Pasien duduk melintang di atas tempat duduk periksa, pakaian dibuka setinggi

pusat dan tangan tergantung santai. Dengan cermat diamati semetrisasi dan

perubahan bentuk kedua payudara.

2. Kedua tangan diangkat ke atas kepala, sambil mengamati semetrasi dan perubahan

gerakan payudara. Adanya tarik pada kulit merupakan pertanda kemungkinan

karsinoma. Untuk melihat lebih jelas tarikan pada kulit, massa tumor ditekan diantara

dua jari sambil memperhatikan kemungkinan karsinoma. Untuk lebih jelas tarikan

pada kulit, massa tumor ditekan diantara dua jari sambil memperhatikan

kemungkinan dimpling sign sebagai pertanda adanya tarikan pada kulit yang

menutupi tumor.

Page 37: Kanker

3. Palpasi kelenjar getah bening dilakukan dengan lengan pasien diletakkan santai di

atas tangan pemeriksa.

4. Palpasi leher terutama daerah supraklavikuler dilakukan dengan leher dalam

keadaan fleksi untuk mengetahui kemungkinan pembesaran getah bening.

5. Pada posisi supine, kedua payudara dipalpasi sistematis mulai dari pinggir sampai

pada puting susu, palpasi lebih intensif dari area kuadran lateral atas karena di area

ini lebih sering ditemukan karsinoma. Nodul lebih jelas teraba di atas kulit disapukan

sabun sambil dipalpasi.

Palpasi dilakukan dengan telapak jari yang dirapatkan. Palpasi payudara diantara dua

jari tangan lurus dihindari, karena dengan cara ini kelenjar payudara normalpun

teraba seperti massa tumor.

Kadang-kadang saling menekan puting payudara diantara dua jari keluar cairan jernih

atau campur darah. Pada keadaan demikian dianjurkan untuk membuat sedian

sitologi imprin basah ataupun laring (air dry smear) (Gani, 1995).

Pemeriksaan klinis payudara pada usia 20-39 tahun dilakukan tiap 3 tahun sekali

sedangkan pada usia 40 tahun atau lebih dilakukan tiap tahun setiap benjolan pada

payudara harus dipikirkan adanya kanker, sampai dibuktikan bahwa benjolan itu

bukan kanker (Teguh Aryandono, 1997).

3. Pemeriksaan Mamografi

Mammografi adalah foto rontgen payudara dengan mempergunakan peralatan

khusus. Cara ini sederhana dan dapat dipercaya untuk menemukan kelainan-kelainan

di payudara (Sri Moersodik, 1981) tidak sakit dan memerlukan kontras (Gani, 1995).

Mammografi mampu mendeteksi karsinoma payudara ukuran kecil, lebih kecil dari

0,5 cm bahkan pada tumor yang tidak teraba (unpalpable tumor). Cara ini dapat

dipergunakan untuk scrining massal terutama golongan resiko tinggi. Tujuan utama

pemeriksaan mammografi adalah untuk mengenali secara dini keganasan payudara.

Indikasi Pemeriksaan Mammografi

a. Kecurigaan klinis kanker payudara.

- Baik dengna rasanyeri atau tanpa rasa nyeri.

- Dirasakan oleh pasien, sedankgn dokter pemeriksa belum dapat merabanya.

b. Adanya benjolan payudara.

Page 38: Kanker

c. Dalam follow up setelah mastektomi, deteksi primer kedua dalam payudara yang

lain.

d. Setelah “Breast Conserving Treatment” deteksi kekambuhan atau primer kedua.

e. Adenokarsinoma-metastasis dari primer yang tidak diketahui.

f. Adanya rasa tidak enak pada payudara.

g. Pada pasien-pasien dengan riwayat resiko tinggi untuk mendertia keganasan

payudara.

h. Pembesaran kelenjar axila yang meragukan.

i. Penyakit Paget dari puting susu.

j. Pada penderita denan Cancerphonia.

k. Program skrening.

4. Peranan Ultrasonografi (USG) pada Tumor Payudara

Pemeriksaan tumor payudara dengan USG mulai dikembangkan oleh Wild dan Roid

pada tahun 1952 dan saat ini pemeriksaan dengan USG sudah semakin populer dan

berkembang pesat.

Keuntungan pemeriksaan dengan USG, adalah :

a. Tidak menggunakan sinar pengion, jadi tidak ada bahaya radiasi.

b. Pemeriksaannya bersifat non-invasif, relatif mudah dikerjakan dengan cepat dan

cepat dipakai berulang-ulang dengan biaya relatif murah.

Ultrasonografi biasanya untuk membedakan tumor solid dengan kista dan untuk

menentukan metastasis pada hati (Gani, 1995). USG dapat bermanfaat dalam

mendiagnosa kista, bukan untuk tumor-tumor padat (Teguh Aryando, 1997). USG

berperan terutama untuk payudara yang padat, yang biasanya ditemukan pada wanita

muda, jenis payudara ini kadang-kadang sulit dimulai dengan mammografi.

USG juga dapat bermanfaat dalam membedakan jenis tumor solid atau kistik, yang

gambarannya pada mammografi hampir sama. Walaupun demikian, mikro-kalsifikasi

tidak dapat ditemukan dengan USG. Pembesaran kelenjar axila juga dapat ditemukan

dengan pemeriksaan USG. Keuntungannya terutama untuk deteksi pembesaran

kelenjar axila yang sulit diraba secara klinik. (Daniel Makes, Gregg M. Goy Lord et

al, 1989).

5. Computerized Tomography (CT)

Page 39: Kanker

Akhir-akhir ini pemeriksaan tumor payudara dengan CT telah berkembang tetapi

biaya pemeriksaan yang cukup tinggi, bahaya radiasi dan penggunaan kontras

merupakan limitasi pemeriksaan CT.

Untuk tumor ganas payudara biasanya gambaran CT sebelum dan sesudah

penyuntikkan zat kontras akan berbeda. CT juga unggul untuk melihat penyebaran

tumor ganas ke jaringan retromaria dan melihat destruksi dinding thoraks. Di

samping itu juga bermanfaat untuk penetapan jenis penyinaran dalam rencana

radioterapi pasca bedah.

X. DIAGNOSA KANKER PAYUDARA

Dengan mengamati sifat dan perilaku suatu penyakit yang berhubungan antara

pengaruh jejas dan reaksi tubuh melalui pengamatan penyakit dari segala seginya,

maka diagnosa dapat ditegakkan, dengan tetap mengingat definisi penyakit yang

merupakan proses dinamik, sehingga pemeriksaan sesaat hanyalah merupakan suatu

fragmen monomental dari proses yang berlaku, yang pada saat berikutnya dapat

mengalami perubahan-perubahan lagi (Andoko Prawiro Atmojo, 1987).

I. Pemeriksaan Klinik

Pada pemeriksaan klinik dilakukan langsung pada penderita dengan pertumbuhan

neoplasmanya, menurut cara-cara yang lazim dilakukan juga terhadap penyakit lain

pada umumnya :

a. Anamnesis

Anamnesis merupakan wawancara lansung atau melalui perantara sepengetahuan

orang terdekat lain, tentang penyakit dan penderitanya (Andoko Prawiro Atmodjo,

1987). Adanya benjolan pada payudara merupakan keluhan utama dari penderita.

Pada mulanya tidak merasa sakit, akan tetapi pada pertumbuhan selanjutnya akan

timbul keluhan sakit. Pertumbuhan cepat tumor merupakan kemungkinan tumor

ganas. Batuk atau sesak nafas dapat terjadi pada keadaan dimana tumor metastasis

pada paru. Tumor ganas pada payudara disertai dengan rasa sakit di pinggang perlu

dipikirkan kemungkinan metastasis pada tulang vertebra. Pada kasus yang

meragukan anamnesis lebih banyak diarahkan pada indikasi golongan resiko (Gani,

1995).

Page 40: Kanker

Nyeri adalah fisiologis kalau timbul sebelum atau sesudah haid dan dirasakan pada

kedua payudara. Tumor-tumor jinak seperti kista retensi atau tumor jinak lain,

hampir tidak menimbulkan nyeri. Bahkan kanker payudara dalam tahap

permulaanpun tidak menimbulkan rasa nyeri. Nyeri baru terasa kalau infiltrasi ke

sekitar sudah mulai (Hanifa Wiknjosastro, 1994).

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik payudara harus dikerjakan dengan cara gentle dan tidak boleh

kasar dan keras. Tidak jarang yang keras menimbulkan petechlenecehymoses

dibawah kulit.orang sakit dengan lesi ganas tidak boleh berulang-ulang diperiksa

oleh dokter atau mahasiswa karena kemungkinan penyebaran (Hanifa Wiknjosastro,

1994) inspeksi.

Harus dilakukan pertama dengan tangan di samping dan sesudah itu dengan tangan

ke atas, dengan posisi pasien duduk. Pada inspeksi dapat dilihat dilatasi pembuluh-

pembuluh balik di bawah kulit akibat pembesaran tumor jinak atau ganas dibawah

kulit (Hanifa Wiknjosastro, 1994).

Dapat dilihat :

- Puting susu tertarik ke dalam.

- Eksem pada puting susu.

- Edema.

- Peau d’orange.

- Ulserasi, satelit tumor di kulit.

- Nodul pada axilla (Zwaveling, 1985).

Palpasi

Palpasi harus meliputi seluruh payudara, dari parasternal kearah garis aksila ke

belakang, dari subklavikular ke arah paling distal (Hanifa Wiknjosastro, 1994).

Palpasi dilakukan dengan memakai 3-4 telapak jari. Palpasi lembut dimulai dari

bagian perifer sampai daerah areola dan puting susu.

II. Pemeriksaan Sitologi Kanker Payudara

Dapat dipakai untuk menegakkan diagnosa kanker payudara melalui tiga cara :

- Pemeriksan sekret dari puting susu.

Page 41: Kanker

- Pemeriksaan sedian tekan (Sitologi Imprint).

- Aspirasi jarum halus (Fine needle aspiration).

III. Biopsi

Biopsi insisi ataupun eksisi merupakan metoda klasik yang sering dipergunakan

untuk diagnosis berbagai tumor payudara. Biopsi dilakukan dengan anestesi lokal

ataupun umum tergantung pada kondisi pasien. apabila pemeriksaan histopatologi

positif karsinoma, maka pada pasien kembali ke kamar bedah untuk tindakan bedah

terapetik.

XI. TERAPI

Sebelum merencanakan terapi karsinoma mammae, diagnosis klinis dan

histopatologik serta tingkat penyebarannya harus dipastikan dahulu. Atas dasar

diagnosis tersebut, termasuk tingkat penyebaran penyakit, disusunlah rencana terapi

dengan mempertimbangkan manfaat dan mudarat setiap tindakan yang akan diambil.

1. Bedah Kuratif

· Mastektomi radikal

- Mastectomi radikal menurut Halsted : jaringan payudara dengan kulit dan putingya

+ kedua m. pektoralis + semua limfonodi aksilla (saat ini operasi tersebut hampir

tidak pernah dilakukan lagi).

- Mastektomi radikal modifikasi : jaringan payudara + kulit dan puting + semua

limfonodi axilla.

- Ablasio mamae : jaringna payudara dengan jaringan kulit dan puting.

· Breast Conservasing Treatment : segmental mastectomy (exsisional biopsi dengan

tepi yang lebar) + diseksi Inn aksilla + radioterapi untuk jaringan payudara.

Dibeberapa senter, terapi radiasi hanya terdiri radiasi eksterna, disenter lain

dikombinasikan dengan brachyterapi. BCT hanya mungkin pada kanker payudara

yang kecil tanpa metastase jauh.

2. Hormonal atau kemoterapi

Page 42: Kanker

- Terapi Hormonal paliatif dapat diberikan sebelum kemoterapi, karena efek

terapinya lebih lama dan efek sampingnya kurang, tetapi tidak semua karsinoma

mamae peka terhadap hormonal.

Terapi hormonal paliatif dapat dilakukan pada penderita yang pra menopause dengan

cara ovarektomi bilateral atau dengan aminoglutetimid.

- Terapi hormon diberikan sebagai ajuvan kepada pasien pascamenopause yang uji

reseptor estrogennya positif dan pada pemeriksaan histopatologik ditemukan kelenjar

axilla yang berisi metastasis.

- Terapi radiasi : lokoregional atau untuk mengendalikan metastase jauh (seperti

metastase tulang yang nyeri).

Radioterapi paliatif dapat dilakukan dengan hasil baik untuk waktu terbatas bila

tumor sudah tak mampu-angkat. Tumor disebut tak mampu angkat bila mencapai

tingkat T4 misalnya ada perlengketan pada dinding thoraks dan kulit.

Biasanya seluruh payudara dan kelenjar aksila dan supra klavikula diradiasi. Tetapi

penyulitnya adalah pembengkakan lengan karena limfodem akibat rusaknya kelenjar

ketiak supra klavikula.

3. Pembedahan paliative

Bedah paliatif pada kanker payudara hampir tidak pernah dilakukan. Kadang residif

lokoregional yang soliter dieksisi, tetapi biasanya pada awalnya saja tampak soliter,

padalah sebenarnya sudah menyebar, sehingga pengangkatan tumor residif tersebut

tidak berguna.

4. Kombinasi dari penanganan di atas

Kemoterapi paliatif dapat diberikan pada pasienyang telah menderita metastasis

secara sistemik. Obat yang dipakai secara kombinasi, antara lain (CMF

(Cyclofosfamide, Methotrexate, Fluorouracil atau Vinkristin dan Adriamisin (VA),

atau 5 Flyorouracil, Adriamisin (Adriablastin), dan Sikklofosfamid (FAC)).

Pada kanker payudara stadium lanjut, sifat pengobatannya adalah paliatif, yaitu

terutama untuk mengurangi penderitaan penderita dan memperbaiki kualitas hidup.

Pada penderita yang sudah di operasi (mastektomi) akan timbul reaksi psikologik

yang cukup tinggi dan juga setelah operasi mereka akan mengalami kesulitan dalam

kehidupan sehari-harinya, misalnya menyisir rambut, menyapu atau juga membawa

Page 43: Kanker

beban yang ringan/berat (menggendong anak). Bila mereka tidak kita berikan

perhatian ini sangat berat dirasakan oleh penderita.

Disini peran serta keluarga dalam mendampingi dengan memberikan perhatian dalam

fisioterapi dan psikologis penderita.

Fisioterapi diberikan sesuai dengan akibat dari cacat mastektominya, misalnya karena

akibat dari mastektomi penderita akan mengalami kesulitan dalam menggunakan

kedua tangannya, kita berikan kepercayaan pada mereka untuk beraktivitas.

Kemudian kita ikutkan dalam suatu organisasi wanita yang pernah mengalami

operasi angkat payudara, dimana disana mereka akan bertukar pengalaman dan

beraktivitas, berkreasi, berkarya dengan menghasilkan suatu karya yang dapat

dinikmati orang lain.

Ini akan memberikan rasa percaya diri mereka dalam melanjutkan kehidupannya.

 

XII. KESIMPULAN

Diperlukan pemeriksaan penunjang patologi anatomi untuk menegagkan diagnosis

pasti pada kasus ini.