kamis, 19 september 2013 kiprah 21 promosi melalui...

1
FOTO-FOTO: DOK PRIBADI Foto-foto yang dipajang di situs milknya berdampak sangat besar bagi pariwisata di Sumatra Barat. YULNOFRINS NAPILUS Promosi melalui Foto UPAYA Yul- nofrins Napilus mema- jukan wisata di Sumatra Barat tidak diragukan lagi. Tidak sebatas foto dan cuap-cuap tentang wisata, ia juga mendatangi para tokoh Minang, petinggi negara, dan institusi terkait hingga mendorong instrumen dan komponen wisata Sumbar untuk ditingkatkan. Semua berawal dari diskusi di milis Rantaunet yang dimotori tokoh senior Minang seperti alm Chaidir Latief dan Dr Saafroedin Bahar. Me- reka melakukan ‘kejailan’ dengan memotret aset-aset kereta api (KA) di Sum- bar yang bernilai triliunan rupiah tergeletak berkarat. Hal itu mem- bangkitkan emosi dan tepat pada 6 September 2006, Masyarakat Pecinta Kereta Api Sumbar (MPKAS) lahir. Gerakan itu memacu pemerintah daerah (pemda) untuk merevitali- sa si KA di Sumbar. Itu dipakai bukan semata untuk transportasi, melainkan juga diarahkan sebagai KA wisata Sumbar. Salah satu aksi Nofrins ialah mengajak fotografer dan model perempuan berpakaian Minang untuk difoto di lingkungan stasiun, lokomotif, dan gerbong. “Sekali lagi, banyak juga yang berkomentar, apa pula maksudnya itu memotret anak-anak gadis orang di tumpukan besi-besi tua begitu?” cerita Nofrins. Namun, Nofrins yakin dengan apa yang ia lakukan, apalagi mendapat- kan dukungan dari istri dan redak- tur majalah fesyen dan kecantikan. Ia pun mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, yang membuahkan hasil berupa 10 gerbong baru dengan nilai total sekitar Rp30 miliar dan 1 set Railbus senilai Rp15 miliar. Yang lebih sensasional lagi ialah proses melobi yang dilakukan MP- KAS dan Pemerintah Kota (Pemkot) Sawahlunto mengembalikan Mak Itam, lokomotif uap yang tengah ber- semayam di Ambarawa karena dulu dikirim untuk diperbaiki. Lokomotif uap seberat 55 ton itu dibawa meng- gunakan trailer melalui jalur darat. Bahkan istri Jusuf Kalla, Mudah Kalla, turut memantau perjalanan Mak Itam dari Ambarawa hingga Sawahlunto. Saat peresmian pada 2009, tanpa disangka sejumlah artis turut hadir meramaikan. Tampak Christine Hakim, Slamet Rahardjo, Henidar Amroe, Katon Bagaskara, Ira Wi- bowo, Ratih Sanggar, Tasman Taher, Olivia Zalianty, Tina Astari, dan Jian Batari. “Saya bersyukur, banyak sekali pihak yang tahu dan mendukung dengan senang hati. Mereka paham bahwa aktivitas saya dan teman- teman MPKAS ini bukan untuk cari uang. Sangat saya hargai semua du- kungan mereka itu,” ungkap Nofrins yang menjabat Sekjen MPKAS. Cara pikir Meski wisatawan mulai mening- kat datang ke Sumbar, Nofrins mengingatkan kampanye wisata di internal Sumbar harus dinomor- satukan dulu. Cara berpikir orang banyak ialah kedatangan pelancong itu membawa uang. Seharusnya ada cara agar uang yang mereka bawa tinggal di Sumbar dan bukan dibawa kembali pulang oleh pelancong. Diperlukan perbaikan fasilitas di Sumbar, seperti rumah makan, pusat perbelanjaan, dan tempat wisata. “Standar kebersihan dan higienis harus ada. Terutama lagi kebersihan toilet umum,” katanya. Setelah itu, tambahnya, baru pro- mosi wisata Sumbar secara masif ke luar. Salah satunya memasang kein- dahan alam dan kekayaan budaya ranah Minang di berbagai restoran padang yang ada di dunia. “Coba kalikan dengan jumlah orang yang keluar masuk untuk makan ke rumah makan tersebut. Daerah lain tidak punya potensi se- besar ini untuk promosi,” tuturnya. Terpenting, sebutnya, dalam pro- mosi wisata, foto tetap diprioritas- kan. “Sebuah foto yang baik bisa berbicara lebih dahsyat jika diban- dingkan dengan ribuan untaian kata-kata indah. Wisatawan yang tiba-tiba datang ke suatu tempat ya biasanya bermula dari melihat sebuah foto,” pungkas Nofrins. (YH/M-5) Bangkitkan Kereta Api Wisata KAMIS, 19 SEPTEMBER 2013 KIPRAH 21 UPAYA Yul- nofrins Napilus mema- jukan wisata di Sumatra Barat tidak reka melakukan ‘kejailan’ dengan memotret aset-aset kereta api (KA) di Sum- bar yang bernilai triliunan rupiah tergeletak berkarat. Hal itu mem- YOSE HENDRA T RADISI pacu jawi atau balap- an sapi di Kabupaten Tanah Datar, Padang, Sumatra Ba- rat, selama ini tidak terlalu terkenal. Karapan sapi yang diseleng- garakan setelah masa panen padi itu dimaksudkan sebagai hiburan bagi para petani sebelum masa tanam dimulai. Kegiatan itu sebelum 2008 bak per- mata yang tersembunyi, hingga lensa kamera Bobi Lukman Piliang mulai membidiknya. Ketika hasil fotonya ditayangkan di situs foto www.west- sumatra.com milik Yulnofrins Napilus, mulai wisatawan hingga fotografer berbondong-bondong datang. “Pemda lokal saat itu belum meng- anggap itu sebagai objek wisata. Setelah posting foto Bobi tersebut, mulailah pacu jawi menjadi magnet bagi fotografer lokal dan nasional,” kata Nofrins, panggilan Yulnofrins, yang mulai membuka situs itu pada 2005, kepada Media Indonesia di Pa- dang, beberapa waktu lalu. Maret 2009, sebut Nofrins, pacu jawi semakin mendunia setelah kiriman foto Muhammad Fadli kian mening- katkan kunjungan wisatawan. Foto itu pun mengantarkan Fadli meraih juara 3 kontes foto Garuda Interna- sional, Juni lalu. Tidak hanya Fadli, sejumlah orang menjadi juara hingga taraf interna- sional setelah mengabadikan momen pacu jawi. Gila bicara wisata Nofrins bukanlah duta pariwisata formal Sumbar, tetapi ia melihat Sumbar memiliki aset wisata yang luar biasa serta harus sampai ke te- linga dan mata banyak orang. Jangan sekali-kali memancing pertanyaan wisata ke Nofrins, karena akan sulit menghentikannya berbicara. “Awalnya saya bukanlah seorang yang cukup idealis ngomongin wisata. Hanya tertarik untuk sekadar menya- lurkan hobi fotogra. Waktu kuliah, saya sudah motret, tapi lebih banyak untuk tujuan kuliah di jurusan Geologi ITB (Institut Teknologi Bandung),” tukasnya. Setelah tamat dari ITB pada 1989, Nofrins bekerja di perusahaan asing dan tak jarang mendapat tugas ke luar negeri. Namun, kebiasaannya pulang kampung ke Solok Selatan sejak kuliah masih dipertahankan. “Walau tiap tahun pulang kampung, belum ada kesadaran bahwa Sumbar juga memiliki banyak tempat wisata yang menarik, khas, tak kalah de- ngan negara yang menjadi tujuan wisata dunia,” ujar pria kelahiran Muara Labuh, Solok Selatan, itu. Desember 2004, ia mengajak te- mannya seorang fotografer senior, Guntur Primagotama, untuk berburu foto di kampungnya. Mereka meng- abadikan rumah gadang, hamparan alam, hingga air terjun di perbatasan Sumbar-Jambi. “Pada saat itu saya masih newbie alias masih belajar. Motret saja masih pakai kamera poket. Namun, ternyata hasilnya kok menarik ya, indah,” kata Nofrins bersemangat. Sejak itu ia ingin menyeriusi fo- tografi. Foto keindahan alam dan kuliner Sumbar tidak ingin ia nikmati sendiri. Ia ingin kekayaan alam itu bisa dilihat semua orang. “Kalau buat blog, nanti orang ce- pat bosan karena hanya foto-fo- to saya yang dilihat,” tambahnya. Akhirnya awal 2005, ia membuat situs khusus fotograwisata di Su- matra Barat, www.west-sumatra.com. Situs tersebut bisa mendorong dan mempromosikan wisata di Sumbar sehingga dunia bisa melihat keindah- an alam, budaya, dan kuliner Ranah Minang. “Pembuatannya dan juga admin dibantu kawan-kawan yang care sama pariwisata Ranah Minang. April-Mei 2005, situs itu beroperasi dengan be- berapa tampilan foto,” terangnya. Pria yang berprofesi sebagai mana- jer IT di perusahaan asing itu meng- aku situs tersebut masih sederhana, berat untuk diakses, dan belum ba- nyak respons. Namun, ia tidak patah semangat. Se- cara perlahan ia mengunduh foto-foto temannya ke situs tersebut dan mulai mendapatkan respons. “Perantau Minang di Amerika, se- perti Ajo Duta, mengatakan, ‘Tolong jaga situs ini, tak boleh mati. Ini se- bagai obat hati pelepas kerinduan di rantau terhadap kampung halaman’. Saya tersentak, foto-foto yang dipam- pang di website dianggap luar biasa rupanya,” pungkasnya. Sejak itu, ia kerap bolak-balik Jakarta-Padang. “Saya khawatir, mata orang yang pernah besar di Minang menganggap keindahan alam ini biasa saja. Padahal mereka yang bu- kan Minang selalu terkejut dan takjub saat melihat dan berada di Ranah Minang,” ujarnya. Beberapa fotografer non-Minang yang pernah diajak hunting ke Sum- bar ialah Alfred Lilipali, Faisal Arief, Mustaqim Irsyan, Arbain Rambey, Makarios Soekojo, dan Donovan. Meski awalnya mengalami pro dan kontra, situs yang dibangun dan dikembangkan bersama dengan Nofendri Sutan Mudo dan Andi itu telah diakses sekitar 200 juta kali hingga saat ini. Adapun foto yang dikoleksi menca- pai 6.221 akses, dengan 7.604 komen- tar yang beredar, dan keanggotaan berjumlah 3.356 orang. “Awalnya ada tiga admin. Sekarang tinggal dua admin yang selalu me- monitor agar tidak masuk foto-foto yang tidak sesuai dengan misi website tersebut,” tukas Nofrins. Melalui situs itu, pengunjung disu- guhi berbagai koleksi foto destinasi di Sumbar hingga lokasi yang ter- pencil. Kontennya pun kerap dijadikan ru- jukan utama wisatawan yang hendak berlibur ke Sumbar. Tak mengherankan apabila be- berapa stasiun televisi juga meng- gunakan situsnya sebagai referensi pengambilan gambar, yang secara ti- dak langsung menjadi promosi wisata Sumbar bagi semua pelancong yang hendak datang. (M-5) [email protected] BIODATA Nama: Yulnofrins Napilus Tempat, tanggal lahir: Muara Labuh, 20 Juli 1960 Domisili: Jakarta Pekerjaan: Senior Manager Field Relation PT Supreme Energy Pendidikan: Lulusan geologi ITB, ahli IT, dan bekerja di bidang energi Hobi: Fotografi Istri: Karina Mochtar Apin Anak: Thirafi Maulana

Upload: ledat

Post on 10-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

FOTO-FOTO: DOK PRIBADI

Foto-foto yang dipajang di situs milknya berdampak sangat besar bagi pariwisata di Sumatra Barat.

YULNOFRINS NAPILUS

Promosi melalui Foto

UPAYA Yul-nofrins Napilus mema-

jukan wisata di Sumatra Barat tidak diragukan lagi. Tidak sebatas foto dan cuap-cuap tentang wisata, ia juga mendatangi para tokoh Minang, petinggi negara, dan institusi terkait hingga mendorong instrumen dan komponen wisata Sumbar untuk ditingkatkan.

Semua berawal dari diskusi di milis Rantaunet yang dimotori tokoh senior Minang seperti alm Chaidir Latief dan Dr Saafroedin Bahar. Me-

reka melakukan ‘kejailan’ dengan memotret

aset-aset kereta api (KA) di Sum-bar yang bernilai triliunan rupiah tergeletak berkarat. Hal itu mem-bangkitkan emosi dan tepat pada 6 September 2006, Masyarakat Pecinta Kereta Api Sumbar (MPKAS) lahir.

Gerakan itu memacu pemerintah daerah (pemda) untuk merevitali-sa si KA di Sumbar. Itu dipakai bukan semata untuk transportasi, melainkan juga diarahkan sebagai KA wisata Sumbar. Salah satu aksi Nofrins ialah mengajak fotografer dan model perempuan berpakaian

Minang untuk difoto di lingkungan stasiun, lokomotif, dan gerbong.

“Sekali lagi, banyak juga yang berkomentar, apa pula maksudnya itu memotret anak-anak gadis orang di tumpukan besi-besi tua begitu?” cerita Nofrins.

Namun, Nofrins yakin dengan apa yang ia lakukan, apalagi mendapat-kan dukungan dari istri dan redak-tur majalah fesyen dan kecantikan. Ia pun mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, yang membuahkan hasil berupa 10 gerbong baru dengan nilai total sekitar Rp30 miliar dan 1 set Railbus senilai Rp15 miliar.

Yang lebih sensasional lagi ialah proses melobi yang dilakukan MP-KAS dan Pemerintah Kota (Pemkot) Sawahlunto mengembalikan Mak Itam, lokomotif uap yang tengah ber-semayam di Ambarawa karena dulu dikirim untuk diperbaiki. Lokomotif uap seberat 55 ton itu dibawa meng-gunakan trailer melalui jalur darat. Bahkan istri Jusuf Kalla, Mufi dah Kalla, turut memantau perjalanan Mak Itam dari Ambarawa hingga

Sawahlunto.Saat peresmian pada 2009, tanpa

disangka sejumlah artis turut hadir meramaikan. Tampak Christine Hakim, Slamet Rahardjo, Henidar Amroe, Katon Bagaskara, Ira Wi-bowo, Ratih Sanggar, Tasman Taher, Olivia Zalianty, Tina Astari, dan Jian Batari.

“Saya bersyukur, banyak sekali pihak yang tahu dan mendukung dengan senang hati. Mereka paham bahwa aktivitas saya dan teman-teman MPKAS ini bukan untuk cari uang. Sangat saya hargai semua du-kungan mereka itu,” ungkap Nofrins yang menjabat Sekjen MPKAS.

Cara pikirMeski wisatawan mulai mening-

kat datang ke Sumbar, Nofrins mengingatkan kampanye wisata di internal Sumbar harus dinomor-satukan dulu. Cara berpikir orang banyak ialah kedatangan pelancong itu membawa uang. Seharusnya ada cara agar uang yang mereka bawa tinggal di Sumbar dan bukan dibawa

kembali pulang oleh pelancong.Diperlukan perbaikan fasilitas

di Sumbar, seperti rumah makan, pusat perbelanjaan, dan tempat wisata. “Standar kebersihan dan higienis harus ada. Terutama lagi kebersihan toilet umum,” katanya.

Setelah itu, tambahnya, baru pro-mosi wisata Sumbar secara masif ke luar. Salah satunya memasang kein-dahan alam dan kekayaan budaya ranah Minang di berbagai restoran padang yang ada di dunia.

“Coba kalikan dengan jumlah orang yang keluar masuk untuk makan ke rumah makan tersebut. Daerah lain tidak punya potensi se-besar ini untuk promosi,” tuturnya.

Terpenting, sebutnya, dalam pro-mosi wisata, foto tetap diprioritas-kan. “Sebuah foto yang baik bisa berbicara lebih dahsyat jika diban-dingkan dengan ribuan untaian kata-kata indah. Wisatawan yang tiba-tiba datang ke suatu tempat ya biasanya bermula dari melihat sebuah foto,” pungkas Nofrins. (YH/M-5)

Bangkitkan Kereta Api Wisata

KAMIS, 19 SEPTEMBER 2013 KIPRAH 21

UPAYA Yul-nofrins Napilus mema-

jukan wisata di Sumatra Barat tidak

reka melakukan ‘kejailan’ dengan memotret

aset-aset kereta api (KA) di Sum-bar yang bernilai triliunan rupiah tergeletak berkarat. Hal itu mem-

YOSE HENDRA

TRADISI pacu jawi atau balap-an sapi di Kabupaten Tanah Datar, Padang, Sumatra Ba-rat, selama ini tidak terlalu

terkenal. Karapan sapi yang diseleng-garakan setelah masa panen padi itu dimaksudkan sebagai hiburan bagi para petani sebelum masa tanam dimulai.

Kegiatan itu sebelum 2008 bak per-mata yang tersembunyi, hingga lensa kamera Bobi Lukman Piliang mulai membidiknya. Ketika hasil fotonya ditayangkan di situs foto www.west-sumatra.com milik Yulnofrins Napilus, mulai wisatawan hingga fotografer berbondong-bondong datang.

“Pemda lokal saat itu belum meng-anggap itu sebagai objek wisata. Setelah posting foto Bobi tersebut, mulailah pacu jawi menjadi magnet bagi fotografer lokal dan nasional,” kata Nofrins, panggilan Yulnofrins, yang mulai membuka situs itu pada 2005, kepada Media Indonesia di Pa-dang, beberapa waktu lalu.

Maret 2009, sebut Nofrins, pacu jawi semakin mendunia setelah kiriman foto Muhammad Fadli kian mening-katkan kunjungan wisatawan. Foto itu pun mengantarkan Fadli meraih juara 3 kontes foto Garuda Interna-sional, Juni lalu.

Tidak hanya Fadli, sejumlah orang menjadi juara hingga taraf interna-sional setelah mengabadikan momen pacu jawi.

Gila bicara wisataNofrins bukanlah duta pariwisata

formal Sumbar, tetapi ia melihat Sumbar memiliki aset wisata yang luar biasa serta harus sampai ke te-linga dan mata banyak orang. Jangan sekali-kali memancing pertanyaan wisata ke Nofrins, karena akan sulit menghentikannya berbicara.

“Awalnya saya bukanlah seorang yang cukup idealis ngomongin wisata. Hanya tertarik untuk sekadar menya-lurkan hobi fotografi . Waktu kuliah, saya sudah motret, tapi lebih banyak untuk tujuan kuliah di jurusan Geologi ITB (Institut Teknologi Bandung),” tukasnya.

Setelah tamat dari ITB pada 1989, Nofrins bekerja di perusahaan asing dan tak jarang mendapat tugas ke luar negeri. Namun, kebiasaannya pulang kampung ke Solok Selatan sejak kuliah masih dipertahankan.

“Walau tiap tahun pulang kampung, belum ada kesadaran bahwa Sumbar juga memiliki banyak tempat wisata yang menarik, khas, tak kalah de-ngan negara yang menjadi tujuan wisata dunia,” ujar

pria kelahiran Muara Labuh, Solok Selatan, itu.

Desember 2004, ia mengajak te-mannya seorang fotografer senior, Guntur Primagotama, untuk berburu foto di kampungnya. Mereka meng-abadikan rumah gadang, hamparan alam, hingga air terjun di perbatasan Sumbar-Jambi.

“Pada saat itu saya masih newbie alias masih belajar. Motret saja masih pakai kamera poket. Namun, ternyata hasilnya kok menarik ya, indah,” kata Nofrins bersemangat.

Sejak itu ia ingin menyeriusi fo-tografi. Foto keindahan alam dan kuliner Sumbar tidak ingin ia nikmati sendiri. Ia ingin kekayaan alam itu bisa dilihat semua orang. “Kalau buat

blog, nanti orang ce-pat bosan k a r e n a h a n y a foto-fo-

to saya yang dilihat,” tambahnya.Akhirnya awal 2005, ia membuat

situs khusus fotografi wisata di Su-matra Barat, www.west-sumatra.com. Situs tersebut bisa mendorong dan mempromosikan wisata di Sumbar sehingga dunia bisa melihat keindah-an alam, budaya, dan kuliner Ranah Minang.

“Pembuatannya dan juga admin dibantu kawan-kawan yang care sama pariwisata Ranah Minang. April-Mei 2005, situs itu beroperasi dengan be-berapa tampilan foto,” terangnya.

Pria yang berprofesi sebagai mana-jer IT di perusahaan asing itu meng-aku situs tersebut masih sederhana, berat untuk diakses, dan belum ba-nyak respons.

Namun, ia tidak patah semangat. Se-cara perlahan ia mengunduh foto-foto temannya ke situs tersebut dan mulai mendapatkan respons.

“Perantau Minang di Amerika, se-perti Ajo Duta, mengatakan, ‘Tolong

jaga situs ini, tak boleh mati. Ini se-bagai obat hati pelepas kerinduan di rantau terhadap kampung halaman’. Saya tersentak, foto-foto yang dipam-pang di website dianggap luar biasa rupanya,” pungkasnya.

Sejak itu, ia kerap bolak-balik Jakarta-Padang. “Saya khawatir, mata orang yang pernah besar di Minang menganggap keindahan alam ini biasa saja. Padahal mereka yang bu-kan Minang selalu terkejut dan takjub saat melihat dan berada di Ranah Minang,” ujarnya.

Beberapa fotografer non-Minang yang pernah diajak hunting ke Sum-bar ialah Alfred Lilipali, Faisal Arief, Mustaqim Irsyan, Arbain Rambey, Makarios Soekojo, dan Donovan.

Meski awalnya mengalami pro dan kontra, situs yang dibangun dan dikembangkan bersama dengan Nofendri Sutan Mudo dan Andi itu telah diakses sekitar 200 juta kali hingga saat ini.

Adapun foto yang dikoleksi menca-pai 6.221 akses, dengan 7.604 komen-tar yang beredar, dan keanggotaan berjumlah 3.356 orang.

“Awalnya ada tiga admin. Sekarang tinggal dua admin yang selalu me-monitor agar tidak masuk foto-foto yang tidak sesuai dengan misi website tersebut,” tukas Nofrins.

Melalui situs itu, pengunjung disu-guhi berbagai koleksi foto destinasi di Sumbar hingga lokasi yang ter-pencil.

Kontennya pun kerap dijadikan ru-jukan utama wisatawan yang hendak berlibur ke Sumbar.

Tak mengherankan apabila be-berapa stasiun televisi juga meng-gunakan situsnya sebagai referensi pengambilan gambar, yang secara ti-dak langsung menjadi promosi wisata Sumbar bagi semua pelancong yang hendak datang. (M-5)

[email protected]

BIODATA

Nama: Yulnofrins Napilus

Tempat, tanggal lahir: Muara Labuh, 20 Juli 1960

Domisili: Jakarta

Pekerjaan: Senior Manager Field Relation PT Supreme Energy

Pendidikan: Lulusan geologi ITB, ahli IT, dan bekerja di bidang energi

Hobi: Fotografi

Istri: Karina Mochtar Apin

Anak: Thirafi Maulana