karakterisasi tar hasil gasifikasi biomassa cangkang sawit

Upload: syafik-amry

Post on 06-Jul-2018

251 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    1/68

    TK4092 PENELITIAN TEKNIK KIMIA I Semester II 2014/2015 

    JudulKARAKTERISASI TAR HASIL PIROLISIS BIOMASSA

    Kelompok B2.1415.K.18

    Syafik (13012003) 

     Natasha Kurniawati (13012079)

    Pembimbing 

    Prof. Herri Susanto

    PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNGMei 2015

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    2/68

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    3/68

     

    B2.1415.K.18 i

    LEMBAR PENGESAHAN 

    TK4092 PENELITIAN TEKNIK KIMIA I

    Semester II ! 2014/2015

    KARAKTERISASI TAR HASIL PIROLISIS BIOMASSA

    Kelompok B2.1415.K.18

    Syafik (13012003) 

     Natasha Kurniawati (13012079)

    Bandung, Mei 2015 

    Disetujui Pembimbing

    Prof. Herri Susanto

    Catatan Pembimbing

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    4/68

     B2.1415.K.18 ii

    SURAT PERNYATAAN 

    TK4092 PENELITIAN TEKNIK KIMIA I

    Semester II Tahun 2014/2015

    Kami yang bertanda tangan di bawah ini:

    Kelompok : B2.1415.K.18

     Nama (NIM) : Syafik (13012003)

     Nama (NIM) : Natasha Kurniawati (13012079)

    dengan ini menyatakan bahwa laporan dengan judul:

    KARAKTERISASI TAR HASIL PIROLISIS BIOMASSA 

    adalah hasil penelitian kami sendiri di mana seluruh pendapat dan materi dari sumber

    lain telah dikutip melalui penulisan referensi yang sesuai.

    Surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan dalam lembar

     pernyataan ini di kemudian hari diketahui keliru, kami bersedia menerima sangsi sesuai

     peraturan yang berlaku.

    Bandung, Mei 2015

    Tanda tangan

    Syafik

    Tanda tangan

     Natasha Kurniawati

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    5/68

     

    B2.1415.K.18 iii

    TK4092 PENELITIAN TEKNIK KIMIA I 

    Kakterisasi Tar Hasil Pirolisis Biomassa 

    Kelompok B2.1415.K.18

    Syafik (13012003) dan Natasha Kurnaiwati (13012079)

    Pembimbing

    Prof. Herri Susanto

    ABSTRAK  

    Indonesia adalah negara dilimpahi akan berbagai kekayaan alam, terutama di bidang biomassa. Selain digunakan sebagai kebutuhan primer, biomassa juga dapat

    dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif. Biomassa seperti buah kelapa dan kelapa

    sawit seringkali digunakan hanya sebagai bahan pangan. Bagian buah yang tidak

    digunakan kemudian menumpuk menjadi limbah dalam jumlah besar. Dewasa ini,

     biomassa telah banyak dikembangkan sebagai sumber energi terbarukan melalui proses

    gasifikasi. Hasil gasifikasi biomassa berupa gas yang dapat menggantikan fungsi bahan

     bakar fosil. Akan tetapi, rangkaian proses gasifikasi selalu menghasilkan produk

    samping yang tidak diinginkan, yaitu tar. Tar yang dihasilkan tidak selalu memiliki

    karakteristik yang sama, namun bergantung pada pada jenis dan kandungan biomassayang hendak digunakan, jenis  gasifier , dan juga temperatur reaksi yang digunakan

    untuk melakukan gasifikasi. Oleh karena itu, dibutuhkan pengetahuan kandungan tarhasil proses gasifikasi. Hasil karakterisasi tar diharapkan dapat digunakan untuk

    menemukan solusi pengurangan kandungan tar di dalam gasifier. Karakteristik tarmencakup komponen penyusun tar, rentang titik didih, viskositas, dan tampilan warna.

    Karakterisasi tar dilakukan pada hasil gasifikasi batok kelapa dan cangkang sawit

    dengan variasi laju alir udara dan ukuran biomassa. Gasifikasi dilakukan di dalam

    reaktor  fixed-bed updraft gasifier   yang melibatkan kehadiran udara. Analisis tar

    dilakukan dengan menggunakan gas kromatografi, kolom kapiler RTX5, dan detektor

    FID.

    Kata kunci: biomassa, gasifikasi, karakterisasi, pirolisis, tar  

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    6/68

     B2.1415.K.18 iv

    TK4092 CHEMICAL ENGINEERING RESEARCH I 

    The Characterization of Tar As The Result of Biomass Pyrolysis

    Group B2.1415.K.18 

    Syafik (13012003) and Natasha Kurnaiwati (13012079)

    Advisor

    Prof. Herri Susanto

    ABSTRACT

    Indonesia is a country that boasts an abundance of natural prosperity, especially in thefield of biomass. In addition of its utilization in primary needs, biomass is also used as

    the source of alternative energy. Coconut and coconut palm are examples of biomass

    that are every so often used as comestibles. Nevertheless, the left overs of the crop

    usually pile up as waste in bulk. Nowadays, biomass has gone through a development to

     become renewable energy via gasification process, in which the produced gas can

    replace the use of fossil fuel. However, the series of gasification process always resultsan undesirable product called tar. The produced tar doesn't always hold the same

    characteristics by reason of the difference in the biomass content, type of gasifier, andreaction temperature. For that reason, it is pivotal to apprehend the content of tar that is

     produced by the gasification process. The characterization of tar is then expected to prompt many ways in reducing the production of tar in a gasifier. The characteristics of

    tar include the tar’s component, boiling point, viscosity, and color. The characterization

    of tar is done on coconut shell and coconut palm shell by gasification process with

    variaties in flow rate and particle size. The gasification process is carried out in a fixed-

     bed updraft gasifier with the presence of air. The analysis of tar is performed using gas

    cromatography with RTX5 capillary column and FID detector.

    Keywords: biomass, characterization, gasification, pyrolysis, tar

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    7/68

     

    B2.1415.K.18 v

    KATA PENGANTAR

    Laporan penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu ketentuan kelulusan

    Program Studi Sarja Teknik Kimia ITB. Penulis mengucapkan syukur dan terima kasih

    kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya laporan penelitian ini. Penulis juga

    ingin mengucapkan terima kasih kepada

    •  Prof. Herri Susanto selaku dosen pembimbing yang telah mebagikan segenap

    ilmu yang Beliau miliki dan mendampingi kami selama proses penyusunan

    laporan ini.

    •  Kak Dwi Hantoko selaku asisten Prof. Herri Susanto yang senantiasa berbagi

     pengalaman dan telah meluangkan waktunya untuk berkonsultasi mengenai masalah

     penyusunan laporan ini.

    •  Seluruh teman-teman Teknik Kimia ITB angkatan 2012 yang telah mendampingi

     penulis untuk sama-sama berjuang menyelesaikan laporan tepat waktu, telah berdiskusi

     bersama penulis, dan telah memberikan dukungan dan semangat.

    Semoga laporan penelitian berjudul “Karakterisasi Biomassa Hasil Pirolisis Tar” ini dapat

     bermanfaat di masa depan dan menyelesaikan masalah-masalah mengenai tar yang ada saat ini.

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    8/68

     B2.1415.K.18 vi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Lembar Pengesahan i

    Surat Pernyataan ii

    Abstrak iii

    Abstract iv

    Kata Pengantar v

    Daftar Isi vi

    Daftar Tabel vii

    Daftar Gambar viii

    I Pendahuluan

    1.1  Latar Belakang

    1.2  Rumusan Masalah

    1.3  Tujuan

    1.4 

    Manfaat1.5  Ruang Lingkup

    1

    1

    3

    3

    34

    II Tinjauan Pustaka

    2.1 

    Potensi Biomassa di Indonesia

    2.2  Karakteristik Biomassa

    2.3  Gasifikasi Biomassa

    2.3.1  Proses Gasifikasi

    2.3.1.1  Pengeringan

    2.3.1.2  Pirolisis

    2.3.1.3 

    Gasifikasi

    2.3.1.4  Combustion 

    2.3.2   Fixed Bed Gasifier  

    2.3.3 

    Kompatibilitas Umpan Bahan Bakar

    2.3.3.1  Konten Energi Umpan Bahan Bakar

    2.3.3.2  Kandungan Air Umpan Bahan Bakar

    5

    5

    7

    9

    9

    10

    10

    11

    11

    13

    13

    15

    15

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    9/68

     

    B2.1415.K.18 vii

    2.3.3.3  Ukuran Umpan Bahan Bakar

    2.3.3.4  Perolehan Abu

    2.3.3.5 

    Profil Temperatur dalam Fixed-Bed Gasifier  

    2.4  Karakteristik Tar

    2.4.1  Kadar Tar Yang Diperbolehkan 

    2.4.2  Klasifikasi Tar 

    2.4.3  Reduksi Tar 

    2.4.3.1 Reduksi Tar In-situ 

    2.4.3.1.1  Kondisi Operasi

    2.4.3.1.2 

    Rancangan Gasifier 2.4.3.1.3  Penggunaan Katalis 

    2.4.3.2  Reduksi Tar Pasca Gasifikasi

    2.4.3.2.1 

    Barrier Filters

    2.4.3.2.2  Wet Electrostatic Precipitators (ESP) 

    2.4.3.2.3  Wet Scrubbers 

    2.4.4 

    Perolehan Tar

    2.5 

    Analisis Karakterisasi Tar2.5.1  Pengondisian Gas

    2.5.2 

    Filtrasi Partikel

    2.5.3  Pengumpul Tar

    2.5.3.1  Impinger Bottles 

    2.5.3.2 Kolom Petersen

    2.5.4  Pengukur Volume

    2.5.5  Gravimetri

    2.5.6 

    Gas Kromatografi

    2.5.7  Solid Phase Adsoprtion (SPA)

    2.5.8   Photo Ionization (PID) 

    2.6 

    Karakteristik Tar untuk Setiap Jenis Biomassa

    2.6.1 Batok Kelapa

    2.6.2 Cangkang Sawit

    2.7  Faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Tar

    15

    15

    16

    16

    18

    18

    22

    22

    22

    2323

    24

    24

    24

    25

    25

    26

    27

    28

    29

    29

    30

    30

    30

    32

    33

    33

    34

    34

    35

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    10/68

     B2.1415.K.18 viii

    2.7.1 Jenis Biomassa

    2.7.2 Kadar Air

    2.7.3 Ukuran Partikel

    36

    37

    37

    37

    IIII Metodologi Penelitian

    3.1  Metodologi

    3.2  Percobaan

    3.2.1 

    Bahan

    3.2.2  Alat

    3.2.3 

    Prosedur3.2.4  Variasi

    3.3  Interpretasi Data

    3.4  Jadwal

    39

    39

    39

    39

    40

    4147

    47

    47

    Daftar Pustaka 49

    Lampiran A  Material Safety Data Sheet  dan Job Safety Analysis 

    Lampiran B Instruksi Kerja (Work Instructions)

    Lampiran C Contoh Perhitungan

    51

    54

    55

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    11/68

     

    B2.1415.K.18 ix

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1.1. Jumlah produksi kelapa dan kelapa sawit pada tahun 2014.............................1

    Tabel 1.2. Kadar tar yang terkandung di dalam gas hasil gasifikasi pada jenis-jenis

     gasifier ……………………………………………………………………….………...2

    Tabel 2.1. Data potensi biomassa di Indonesia pada tahun 2013 ....................................6 

    Tabel 2.2. Data hasil analisis proksimat dan ultimat yang terkandung dalam biomassa .. 7 

    Tabel 2.3. Tipikal reaksi gasifikasi pada suhu 25o

    C ......................................................12 

    Tabel 2.4. Keuntungan dan kerugian updraft dan downdraft fixed bed gasifier ........... 14 

    Tabel 2.5. Batas tar pada gas biomassa .......................................................................... 18 

    Tabel 2.6. Klasifikasi tar .................................................................................................20 

    Tabel 2.7. Titik didih beberapa senyawa penyusun tar ...................................................21 

    Tabel 2.8. Analisis proksimat dan ultimat batok kelapa ................................................34 

    Tabel 2.9. Komposisi penyusun tar hasil pirolisis batok kelapa .....................................35 

    Tabel 2.10. Analisis ultimat cangkang sawit ..................................................................35 

    Tabel 2.11. Hasil analisis komposisi tar cangkang sawit menggunakan GC-MS .......... 36 

    Tabel 3.1. Spesifikasi susunan alat percobaan pirolisis biomassa………………….…..41

    Tabel 3.2. Analisis proksimat biomassa pada keadaan air-dried-basis ..........................42 

    Tabel 3.3. Analisis ultimat biomassa ..............................................................................42 

    Tabel 3.4. Jadwal rencana pelaksanaan penelitian ......................................................... 48 

    Tabel C.1. Ultimate & moisture analysis batok kelapa………………………………...55

    Tabel C.2. Hasil perhitungan jumlah udara ....................................................................56 

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    12/68

     B2.1415.K.18 x

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1. Diagram terner proses gasifikasi ..................................................................8 

    Gambar 2.2. Proses yang terjadi di dalam gasifikasi biomassa ......................................11 

    Gambar 2.3. Pembentukan tar pada proses pirolisis di updraft fixed bed gasifier . ........ 17 

    Gambar 2.4. Pembentukan tar pada proses pirolisis di downdraft fixed bed gasifier  .... 17 

    Gambar 2.5. Hubungan reaktivitas terhadap konversi tar  .............................................. 19 

    Gambar 2.6. Hubungan  principle component score  terhadap temperatur untuk

     pembentukan tar ...................................................................................19 

    Gambar 2.7. Klasifikasi tar .............................................................................................21 

    Gambar 2.8. Reduksi tar hasil gasifikasi biomassa secara (a)  in situ  dan (b) pasca

    gasifikasi ................................................................................................ 22 

    Gambar 2.9. Hubungan temperatur terhadap perolehan tar ............................................26 

    Gambar 2.10 Hubungan ER terhadap perolehan tar .......................................................26 

    Gambar 2.11. Rangkaian alat untuk sampling Tar Standard Measurement . ................. 27 

    Gambar 2.12. Alat untuk melakukan sampling  pada gas pada bertekanan atmosferik  .. 28 

    Gambar 2.13. Alat untuk melakukan sampling pada gas pada bertekanan . .................. 28 

    Gambar 2.14. Module 2: Alat filtrasi partikel .................................................................29 

    Gambar 2.15. Module 3: Impringer bottles .................................................................... 29 

    Gambar 2.16. Module 3: Kolom Petersen .......................................................................31 

    Gambar 2.17. Module 4: Pompa dan alat pengukuran volume.......................................31 

    Gambar 2.18. Skema alat Gas Kromatografi ..................................................................32 

    Gambar 2.19. Prinsip kerja detektor FID ........................................................................33 

    Gambar 2.20. Kromatogram hasil analisis tar batok kelapa menggunakan GC-MS ...... 34 

    Gambar 3.1. Susunan alat percobaan pirolisis biomassa……………………………….41 

    Gambar 3.2. Impinger bottles untuk menangkap tar ………………………………….. 46

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    13/68

     

     B2.1415.K.18 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Indonesia adalah negara yang dianugerahi oleh berbagai kekayaan alam. Mulai dari

    Sabang hingga Merauke, Indonesia dilimpahi oleh berbagai bentuk kekayaan alam yang

     beraneka ragam, terutama dalam bidang biomassa. Terdapat berbagai macam biomassa

    di Indonesia, dimulai dari tanaman pangan, pepohonan, rumput, tanaman hortikultura,

    hingga tanaman perkebunan. 

    Selain digunakan sebagai bahan baku kebutuhan primer,

     biomassa juga dapat digunakan sebagai sumber energi berupa bahan bakar. Beberapa

    contoh kekayaan alam yang ada di Indonesia adalah produksi biomassa di Indonesia

    menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2014 yang dipaparkan pada tabel 1.1 di

     bawah ini.

    Tabel 1.1.  Jumlah produksi kelapa dan kelapa sawit pada tahun 2014 (Badan Pusat

    Statistik).

    No. Jenis Biomassa Produksi (ribu ton/tahun)

    1. Kelapa 3.187,7

    2. Kelapa sawit 9.505,0

    3. Inti sawit 1.901,0

    Biomassa-biomassa seperti kelapa sawit dan buah kelapa seringkali hanya digunakan

    sebagai bahan pangan, sehingga bagian yang tidak dapat dimanfaatkan sebagai bahan

     pangan dibuang begitu saja dan menumpuk menjadi limbah dalam jumlah besar.

    Dengan kekayaan biomassa yang dimiliki Indonesia ini, dapat diperoleh berbagai

    keuntungan, di antaranya adalah dalam bidang energi. Dewasa ini telah dikembangkan

     berbagai macam sumber energi terbarukan (renewable energy) yang berasal dari

     biomassa. Terdapat berbagai keuntungan dengan memanfaatkan biomassa sebagai

    sumber energi, di antaranya adalah meningkatkan efisiensi energi dari limbah biomassa

    yang memiliki kandungan energi yang cukup besar dan mengurangi pembuangan dan

     penimbunan limbah biomassa.

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    14/68

     B2.1415.K.18 2

    Biomassa dapat diolah sebagai sumber energi melalui proses gasifikasi. Biomassa yang

    digasifikasi dapat menghasilkan campuran dari dua macam gas, yaitu gas sintesis

    ( synthesis gas) dan gas bahan bakar. Gas yang diperoleh dari proses gasifikasi tersebut

    dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar fosil.

    Meskipun demikian, proses gasifikasi tersebut selalu menghasilkan produk samping

    yang tidak diinginkan, yaitu tar. Tar merupakan campuran dari hidrokarbon dan karbon

     bebas yang bersifat merugikan karena dapat terkondensasi di dalam  gasifier   sehingga

    menghambat kinerja  gasifier   tersebut. Tar yang dihasilkan memiliki sifat dankarakteristik yang berbeda-beda, bergantung pada jenis dan kandungan biomassa yang

    hendak digunakan, jenis  gasifier , dan juga temperatur reaksi yang digunakan untuk

    melakukan gasifikasi.

    Tabel 1.2.  Kadar tar yang terkandung di dalam gas hasil gasifikasi pada jenis-jenis

     gasifier (Basu, 2010).

    No. Tipe Gasifier   Konsentrasi Tar dalam Gas

    (gram/Nm3)1. Updraft 50

    2.  Downdraft < 1,0

    3.  Fluidized bed 10

    4.  Entrained bed Dapat diabaikan

    Pada tabel 1.2 di atas diperlihatkan konsenstrasi tar yang terdapat dalam gas hasil

    gasifikasi pada beberapa tipe gasifier  yang berbeda. Oleh karena itu, untuk mengonversi

    tar tersebut menjadi zat lain yang tidak merugikan, diperlukan pengetahuan mengenai

    tar dengan karakteristik tertentu dari hasil pirolisis biomassa. Untuk mengurangi dan

    menghilangkan kandungan tar dari suatu hasil gasifikasi, dapat dapat dilakukan

     berbagai macam cara, di antaranya adalah dengan cara menyembur tar dengan air dan

    minyak, konversi termal, serta catalytic tar cracking . Di antara ketiga hal tersebut,

    metode pengurangan tar dengan catalytic cracking   merupakan metode yang paling

    menarik.

    Catalytic tar craking  adalah metode penghilangan tar dengan cara melewatkan gas-gas

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    15/68

     

     B2.1415.K.18 3

    yang masih mengandung pengotor hasil gasifikasi melalui katalis. Proses tersebut

     berlangsung secara endotermik sehingg dibutuhkan keberadaan udara di dalam reaktor

    untuk melakukan pembakaran. Namun, untuk menghilangkan tar dengan metode

    catalytic cracking diperlukan sebuah katalis khusus. Oleh karena itu harus diciptakan

    sebuah katalis yang mampu digunakan sebagai tar catalytic cracking .

    1.2. Rumusan Masalah

    Hasil gasifikasi biomassa selalu menghasilkan produk samping berupa tar yang tidak

    diinginkan. Oleh karena itu, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut ini.1.  Karakteristik yang terdapat di dalam tar dan yang ingin diteliti.

    2.  Pengaruh jenis biomassa terhadap karakteristik tar.

    3.  Pengaruh kandungan air biomassa terhadap karakteristik tar.

    4.  Pengaruh temperatur pirolisis terhadap karakteristik tar.

    5. 

    Pengaruh ukuran partikel biomassa yang digunakan terhadap karakteristik tar.

    6.  Pengaruh karakteristik tar yang diperoleh terhadap pemilihan jenis katalis untuk

     percobaan catalytic tar cracking .

    1.3. Tujuan

    Karakterisasi tar hasil pirolisis biomassa dalam updraft fixed-bed gasifier .

    1.4. Manfaat

    Hasil yang diperoleh dari percobaan ini dapat digunakan untuk membantu penelitian

    Catalytic Tar Cracking  yang meliputi:

    1. 

    Untuk penentuan senyawa model

    2.  Untuk simulasi termodinamika “ steam reforming of tar ”

    3.  Untuk simulasi teknik reaksi kimia dalam melakukan perancangan reaktor

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    16/68

     B2.1415.K.18 4

    1.5. Ruang Lingkup 

    Percobaan dilakukan dengan menggunakan updraft fixed-bed gasifier   dengan variasi jenis

     biomassa, laju alir udara umpan, variasi kandungan air, serta ukuran partikel biomassa. Variasi

    tersebut dipilih karena menghasilkan tar dengan karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik

    tar yang akan diteliti meliputi komposisi komponen penyusun tar serta sifat kelarutan tar

    tersebut dalam larutan isopropanol. Karakterisasi tar dapat dilakukan dengan metode

     pengukuran.

    Untuk komponen penyusun tar dapat dilakukan di Laboratorium Instrumentasi Analisis Teknik

    Kimia menggunakan Gas Kromatografi (GC). Tar memiliki komponen penyusun yang beraneka

    ragam. Karena keterbatasan reagen yang dimiliki untuk dijadikan larutan standar analisis

    dengan gas kromatografi, larutan yang digunakan dibatasi hanya mengandung enam senyawa

     penyusun. Senyawa-senyawa tersebut dipilih berdasarkan data literatur karakterisasi tar

     biomassa yang sudah diperoleh. Dari literatur tersebut dapat diketahui urutan suatu komponen

    membentuk “ peak ”. Dengan demikian, tar yang diinjeksikan dapat dianalisis komposisinya,

    namun hanya untuk enam senyawa penyusun sesuai standar yang telah ditentukan.

    Untuk sifat kelarutan tar dalam larutan isopropanol dapat dilakukan dengan

    menggunakan impinger bottles. Kelarutan tar diukur dengan cara melarutkan tar (yang

    masih berupa uap) di dalam larutan isopropanol. Dengan menguapkan isopropanol,

    maka akan tersisa tar dalam fasa cair. Massa tar tersebut ditimbang dan kelarutan

    dihitung dengan membagi massa tar yang diperoleh dengan jumlah volume aliran yang

    melalui impinger bottles.

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    17/68

     

     B2.1415.K.18 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Tinjauan pustaka untuk Pirolisis Biomassa dan Karakteristik Tar dibagi menjadi empat

     bagian utama, yaitu potensi biomassa di Indonesia, gasifikasi biomassa dan profil

    temperatur di dalam  fixed-bed gasifier , karakteristik tar, dan analisis yang dilakukan

    untuk melakukan karakterisasi tar

    2.1. Potensi Biomassa di Indonesia

    Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai sumber daya alam, terutama

     biomassa. Biomassa merupakan bahan organik yang dihasilkan melalui proses

    fotosintesis, baik berupa produk maupun buangan. Biomassa pada umumnya merujuk

     pada tumbuhan-tumbuhan yang limbahnya dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan

     bakar untuk sumber energi terbarukan (renewable energy). Namun, biomassa tidak

    mencakup zat-zat organik yang telah tertransformasi oleh proses geologis menjadi

     produk seperti batubara ataupun minyak bumi. Indonesia memiliki potensi biomassa

    dari berbagai sumber yang dikategorikan sebagai limbah pertanian. Adapun biomassa di

    Indonesia yang berpotensi sebagai sumber bahan bakar antara lain adalah limbah padi,

    kelapa, limbah minyak kelapa sawit, pohon karet, limbah pabrik gula, dan kayu lapis,

    dan sebagainya. Produksi biomassa di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar

    146.700.000 ton/tahun atau 470 Giga Joule/tahun (Nur, 2005).

    Dari tabel 2.1, dapat dilihat bahwa produksi padi dan jagung di Indonesia sangat tinggisehingga juga menghasilkan limbah yang banyak. Sehingga limbah sisa padi dan jagung

    yang tidak digunakan sebagai bahan pangan juga sangat melimpah. Limbah padi yang

    dapat digunakan sebagai biomassa sumber energi antara lain adalah sekam padi, kulit

     padi, dan batang padi, serta jerami. Sedangkan untuk jagung, yang dapat dimanfaatkan

    sebagai sumber energi adalah tongkol jagung. Untuk kelapa adalah batok kelapa.

    Sedangkan untuk kelapa sawit, yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi adalah

     batok dan sabut kelapa sawit.

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    18/68

     B2.1415.K.18 6

    Tabel 2.1. Data potensi biomassa di Indonesia pada tahun 2013 (Badan Pusat Statistik). 

    Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa produksi padi dan jagung di Indonesia sangat

    tinggi sehingga juga menghasilkan limbah yang banyak. Sehingga limbah sisa padi dan

     jagung yang tidak digunakan sebagai bahan pangan juga sangat melimpah. Limbah padi

    yang dapat digunakan sebagai biomassa sumber energi antara lain adalah sekam padi,

    kulit padi, dan batang padi, serta jerami. Sedangkan untuk jagung, yang dapat

    dimanfaatkan sebagai sumber energi adalah tongkol jagung. Untuk kelapa adalah batok

    kelapa. Sedangkan untuk kelapa sawit, yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi

    adalah batok dan sabut kelapa sawit.

    No.Jenis Biomassa

    Produksi (ribu

    ton/tahun)

    1. Padi 70.831,753

    2. Jagung 19.032,677

    3. Karet 2.885,3

    4. Kelapa 3.187,7

    5. Minyak kelapa sawit 9.505,0

    6. Inti sawit 1.901,0

    7. Kopi 669,18. Kakao 723,0

    9. Teh 51,9

    10. Kapuk 64,8

    11. Jambu mete 117,4

    12. Pala 25,8

    13. Kayu manis 89,5

    14. Kemiri 97,9

    15. Pinang 42,1

    16. Lada 88,7

    17. Vanili 3,218. Cengkeh 98,7

    19. Tebu 1.369,4

    20. Tembakau 257,4

    21. Sereh wangi 2,6

    22. Jarak kepyar 1,6

    23.  Nilam 2,7

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    19/68

     

     B2.1415.K.18 7

    Jika ditinjau dari ketersediaan lahan, Indonesia memiliki potensi untuk ditanami dengan

    tumbuhan-tumbuhan yang berpotensi sebagai sumber energi seperti yang telah

    disebutkan di atas. Indonesia memiliki 148 juta lahan kering dan 40,2 juta lahan basah

    (Nur, 2014). Angka tersebut merupakan angka yang besar sehingga Indonesia

    diharapkan mampu untuk menyediakan lahan untuk ketersediaan pangan dan bahan

     baku energi sehingga Indonesia tidak perlu lagi khawatir untuk mengalokasikan lahan

    yang ada untuk ditanami tanaman baku sumber energi terbarukan.

    2.2. Karakteristik Biomassa

    Setiap jenis biomassa memiliki sifat dan kandungan yang berbeda-beda. Untuk

    mengidentifikasi kandungan biomassa dapat dilakukan analisis proksimat ( proximate

    analysis) dan analisis ultimat (ultimate analysis). Analisis proksimat merupakan analisis

    dasar yang dilakukan terhadap biomassa. Analisis ini meliputi kandungan dalam

     biomassa berupa kadar kelembapan (moisture content ), bahan yang dapat menguap

    (volatile matter / VM ), abu (ash), dan sisa karbon dalam biomassa ( fixed carbon / FC ).

    Sedangkan analisis ultimat menganalisis mengenai kandungan karbon, oksigen, sulfur,

    nitrogen, serta hidrogen dalam suatu biomassa. Data analisis proksimat dan ultimat

    dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini.

    Tabel 2.2. Data hasil analisis proksimat dan ultimat yang terkandung dalam biomassa

    (takuma.co.jp). 

    Sekam

    Padi

    Tongkol

    Jagung

    Cangkang

    sawit

    Bagas Batok

    kelapa

    Analisis Proksimat

    VM % 60,3 64,2 72,47 78,8 30,62

     FC % 17 16,67 8,97 19,54 42,98

     Ash % 22,7 19 18,56 1,66 26,41

    Analisis Ultimat

    C % 36,1 39,6 51,63 44,6 45,24

    H % 4,8 5,17 5,52 6,2 5.04

     N % 0,29 1,78 1,89 0,2 1,46

    S % 0,02 0,38 0,05 0,05 0,06

    O % 35,9 34,06 40,91 46,84 48,2

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    20/68

     B2.1415.K.18 8

    Untuk kandungan kelembapan dalam suatu biomassa bergantung pada basis tertentu

    seperti as received, dry basis, dry-ash free, dan dry-mineral matter free, moist-ash free,

     serta moist-mineral matter free.  As received   berarti biomassa diukur bersama dengan

    kandungan kelembapan yang terkandung. Dry basis  berarti data analisis biomassa

    setelah kadar kelembapan telah dihilangkan dari biomassa tersebut.  Dry, ash free 

    merupakan data analisis biomassa setelah kelembapan dan abu dihilangkan. Sedangkan

    dry, mineral-matter free berarti biomassa telah bebas dari kelembapan dan kandungan

    mineral, sehingga data hanya berupa gambaran dari material organik suatu biomassa.

     Moist, ash-free  berarti biomassa telah bebas dari abu namun masih mengandungkelembapan. Sementara itu, moist, mineral-matter-free  berarti biomassa diasumsikan

    telah bebas dari kandungan-kandungan mineral namun masih mengandung kadar air

    (Miller, 2005).

    Gambar 2.1. Diagram terner proses gasifikasi (Basu, 2010).

    H

    CH4

    CO2

    C2H4

    PO

    S

    HF

    CharSolid

    fuel

    CCO

    H hydrogen S steam O oxygen

    P slow pyrolysis F fast pyrolysis

    O

    Gaseous

    fuel

    Biomass

    Combustionproducts

    H2O

       C  o  a   l

     

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    21/68

     

     B2.1415.K.18 9

    Adapun biomassa memiliki sifat mengikuti diagram terner yang tercantum pada gambar

    2.1 di atas. Di dalam gasifier  terjadi beberapa macam proses, di antaranya adalah proses

     pirolisis. Menurut diagram terner tersebut, dengan dilakukannya proses pirolisis lambat,

     biomassa akan semakin banyak memproduksi arang, sedangkan jika pirolisis dilakukan

    secara cepat, akan semakin banyak terbentuk gas-gas seperti metana dan etana. Jika

    dilakukan pembakaran biomassa (dilibatkan oksigen), biomassa akan terkonversi

    menjadi gas-gas hasil pembakaran seperti karbon dioksida, karbon monoksida, dan

    oksigen. Sifat-sifat lain biomassa dapat dilihat pada diagram terner dalam gambar 2.1 di

    atas.

    2.3. Gasifikasi Biomassa

    Gasifikasi adalah proses pengonversian umpan bahan bakar yang berbentuk padat atau

    cair menjadi bahan bakar gas atau senyawa kimia yang dapat dibakar untuk melepaskan

    energi (Basu, 2010). Terdapat berbagai macam bahan bakar yang dapat digunakan

    untuk proses gasifikasi seperti batubara, kayu, limbah kayu, gambut, dan berbagai

    macam limbah agrikultural lainnya. Karena bahan bakar yang tersedia sangat beraneka

    ragam dari segi kimia maupun fisikanya. Oleh karena itu, permintaan pasar terhadap

    metode gasifikasi, reaktor, dan teknologi yang digunakan juga sangat beraneka ragam.

    Secara umum terdapat empat konfigurasi tipe  gasifier yang tersedia secara komersial,

    yaitu  fixed bed gasifier, fluid bed gasifier, entrained flow gasifier, dan proses  gasifier

    yang melibatkan molten salt dan molten metal. Agar  gasifier dapat beroperasi dengan

     baik terdapat beberapa sifat bahan bakar yang penting untuk diperhatikan seperti konten

    energi bahan bakar umpan, ukuran bahan bakar umpan, kerapatan bahan bakar umpan,

    kandungan air bahan bakar umpan, volatile matter yang dihasilkan, kandungan mineral,

    komposisi abu, dan kereaktifan abu. Pada penelitian ini, jenis  gasifier  yang digunakan

    adalah fixed bed gasifier. 

    2.3.1  Proses Gasifikasi

    Secara umum, gasifikasi terdiri dari tahap sebagai berikut:

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    22/68

     B2.1415.K.18 10

    •  Pengeringan

    •  Dekomposisi termal atau pirolisis

    • 

    Pembakaran (combustion)

    •  Gasifikasi produk yang terdekomposisi

    Langkah  ini tertera lebih jelas pada gambar 2.2. Walaupun proses gasifikasi terjadi

    secara bertahap, pada kenyataannya setiap tahap sering mendahului tahap lain atau

    terjadi secara bersamaan. Dari keempat tahap diatas, tahap pengeringan, pirolisis, dan

    gasifikasi merupakan proses endotermik yang membutuhkan energi. Energi yang

    dibutuhkan tahap diatas biasanya disuplai dari energi yang dilepaskan pada tahap

    pembakaran. Berbagai reaksi yang terjadi pada gasifier tertera pada tabel 2.3.

    2.3.1.1. Pengeringan

    Kandungan air yang terdapat pada biomassa sangatlah beragam. Pada biomassa tertentu

    kandungan airnya dapat melebihi 90% dari berat biomassa itu sendiri. Setiap kilogram

    dari kandungan air yang terdapat pada biomassa mengonsumsi paling tidak 2260 kJ

    energi dari gasifier untuk menguapkan airnya (Basu, 2010). Kandungan air yang besar

    dapat menurunkan efisiensi proses gasifikasi karena energi yang telah digunakan untuk

    menguapkan air tidak dapat digunakan kembali. Oleh karena itu, biasanya dilakukan

     predrying untuk menurunkan kandungan air sebelum biomassa dimasukkan kedalam

    gasifier.

    2.3.1.2. Pirolisis

    Pirolisis merupakan proses dekomposisi termal tanpa adanya udara. Dalam proses

    pirolisis lambat, produk padat bergerak menuju bagian ujun karbon pada diagram

    ternary (gambar 2.1). Dalam pirolisis cepat, prosesnya bergerak menuju axis  C-H,

    sehingga terbentuk banyak hidrokarbon pada fasa cair. Pada proses pirolisis dihasilkan

    gas (baik yang dapat terkondensasi maupun tidak), cairan, komponen teroksigenasi, dan

    padatan (gambar 2.1).

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    23/68

     

     B2.1415.K.18 11

    Gambar 2.2. Proses yang terjadi di dalam gasifikasi biomassa (Basu, 2010).

    2.3.1.3. Gasifikasi

    Proses gasifikasi yang mengikuti proses pirolisis melibatkan reaksi kimia diantara

    hidrokarbon dan uap ait, karbondioksida, oksigen, hidrogen, dan berbagai macam gas

    lainnya pada gasifier. Diantara semua reaksi kimia tersebut, reaksi yang paling penting

    adalah gasifikasi arang. Arang biomassa cenderung lebih berpori dan reaktif daripada

    daripada arang batubara. Pori pada arang biomassa berukuran sekitar 20-30 mikron

    Karakterisasi tar hasil pirolisis biomassa dalam updraft fixed-bed gasifier .

    sementara arang batubara berukuran sekitar kurang lebih 5 angstrom (Basu, 2010). Oleh

    karena itu, reaktivitas arang biomassa lebih besar dari arang batubara atau gambut.

    Reaktivitas dari arang gambut menurun seiring dengan waktu konversi, sementara

    reaktivitas dari arang biomassa meningkat terhadap waktu konversi (gambar 2.5).

    2.3.1.4. Combustion 

    Hampir semua reaksi gasifikasi adalah reaksi endotermik. Untuk memberikan energi

    yang dibutuhkan oleh reaksi endotermik tersebut, sejumlah reaksi pembakaran

    eksotermik dilangsungkan dalam gasifier. Reaksi pembakaran berlangsung sangat cepat

     jika dibandingkan reaksi lainnya. Hampir seluruh oksigen yang dipasok habis

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    24/68

     B2.1415.K.18 12

    terkonsumsi pada fasa ini.

    Tabel 2.3. Tipikal reaksi gasifikasi pada suhu 25o

    C (Basu, 2010)

    Tipe Reaksi Reaksi

    Reaksi Karbon

    R1 (Boudard) C+CO2!2CO +172kJ/mol1 

    R2 (water-gas atau steam) C+H2O!CO+H2 +131kJ/mol2 

    R3 (hidrogasifikasi) C+2H2!CH4 !74.8kJ/mol2 

    R4 C+0.5O2"CO !111kJ/mol1 

    Reaksi Oksidasi

    R5 C+O2"CO2 !394kJ/mol2 

    R6 CO + 0.5O2" CO2 ! 284 kJ/mol4 

    R7 CH4+2O2!CO2+2H2O !803kJ/mol3 

    R8H2 +0.5O2

    "

    H2O!

    242kJ/mol4 

    Reaksi Shift

    R9 CO+H2O!CO2 +H2 !41.2kJ/mol4 

    Reaksi Metanasi

    R10 2CO +2H2" CH4 + CO2 ! 247

    kJ/mol4 

    R11 CO+3H2!CH4 +H2O !206kJ/mol4 

    R14 CO2+4H2"CH4+2H2O !165kJ/mol2 

    Reaksi Steam reforming

    R12 CH4 +H2O!CO+3H2 +206kJ/mol3 

    R13 CH4 +0.5O2"CO+2H2 !36kJ/mol3 

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    25/68

     

     B2.1415.K.18 13

    2.3.2. Fixed Bed Gasifier

    Dalam fixed bed gasifier, umpan bahan bakarnya disangga dengan grate dan gas bakar

    dialirkan melewati umpan bahan bakar. Fixed bed gasifier dibagi secara umum menjadi

    dua yaitu countercurrent fixed bed gasifier (updraft gasifier) dan co-current fixed bed

     gasifier (downdraft gasifier). Countercurrent fixed bed terdiri dari  fixed bed gasifier

    dimana udara mengalir dengan arah yang berlawanan dengan umpan bahan bakar.

    Keuntungan dari  fixed bed tipe ini adalah pertukaran panas dalam reaktor berlangsungsecara efektif, proses relatif simpel dan murah, dapat digunakan pada biomassa yang

    memiliki kandungan air yang tinggi, presentase karbon yan terkonversi besar, dan

     berbagai keuntungan lainnya. Namun kerugian pada konfigurasi ini adalah tar yang

    terbentuk cukup banyak. Pada co-current fixed bed  berlangsung proses yang mirip

    dengan countercurrent fixed bed tetapi gas bakar mengalir searah dengan umpan bahan

     bakar. Keuntungan  fixed bed tipe ini adalah konversi tar yang dihasilkan rendah serta

     prosesnya relatif murah dan simpel. Kerugian pada konfigurasi ini adalah umpan bahan

     bakar harus dikeringkan terlebih dahulu, dan biasanya terdapat 4% – 7% karbon yang

    tidak terkonversi. Keuntungan dan kerugian lebih lanjut dari updraft dan downdraft

     fixed bed gasifier terlampir pada tabel 2.3.

    2.3.3. Kompatibilitas Umpan Bahan Bakar

    Semua rancangan  gasifier memiliki berbagai keuntungan dan kerugian yang sangat

     berkaitan dengan tipe umpan bahan bakar yang digunakan. Oleh karena itu sebelum

    memilih bahan bakar yang akan digunakan sebagai umpan, diperlukan pengetahuan

    tentang kompatibilitas bahan bakar dan  gasifier  yang akan digunakan. Oleh karena itu

     perlu diketahui sifat bahan bakar yang penting untuk diperhatikan seperti konten energi

    umpan bahan bakar, ukuran umpan bahan bakar, kerapatan umpan bahan bakar,

    kandungan air umpan bahan bakar, volatile matter yang dihasilkan, kandungan mineral,

    komposisi abu, dan kereaktifan abu.

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    26/68

     B2.1415.K.18 14

    Tabel 2.4.  Keuntungan dan kerugian updraft dan downdraft fixed bed gasifier(Warnecke, 2000). 

    Kriteria Tipe Reaktor

    Fixed bed

    Updraft Downdraft

    Waktu operasi (-) belum ada plant yang dapat bekerja lebih dari 5000 h/a

    Ketersediaan secara teknik/ fitur

    teknik

    (+) konstruksi sederhana

    (-) terdapat komplikasi mekanik pada bagian internal yang

    bergerak

    (-) temperatur distribusi kurang baik

    (-) terdapat titik panas pada reaksi eksotermik

    (-) pertukaran panas kurang baik

    (-) dapat terjadi penyumbatan abu

    (-) dapat terjadi channelling

    (-) waktu tinggal untuk padatan : berjam-jam atau berhari-

    hari

    (+) hilang tekan rendah

    Pengalaman (+) terdapat berbagai macam proses untuk aplikasi yang

    berbeda

    (+) telah terbukti dapat bekerja dengan baik, sederhana

    Scale-up (-) kapasitas spesifik rendah

    (-) waktu tinggal padatan lama

    (+) gasifier dapat digunakan dalam jangka waktu panjang

    (-) scale up terbatas karena ukuran maksimum cukup

    rendah

    (-) kapasitas gasifier terbatas oleh laju alir gas

    (-) perpindahan panas membatasi scale-up

    Start up/shutdown (-) membutuhkan waktu lama untuk memanaskan

    (+) turndown baik (-) turndown terbatas

    Rentang beban (+) dapat mengoperasikan beban parsial (20%-110%)

    Pergantian beban (-) penggantian dengan cepat bahan bakar dengan nilai

    kalor yang berbeda dibatasi

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    27/68

     

     B2.1415.K.18 15

    2.3.3.1. Konten Energi Umpan Bahan Bakar

    Pemilihan bahan bakar yang digunakan bergantung pada energi yang terkandung di

    dalamnya. Dimana semakin tinggi konten energi pada bahan bakar maka akan

    dihasilkan gas sintesis yang memiliki energi lebih besar.

    2.3.3.2. Kandungan Air Umpan Bahan Bakar

    Pemilihan bahan bakar juga bergantung pada kandungan air yang terdapat didalamnya.

    Dimana kandungan air yang besar akan menurunkan efisiensi termal karena panas yang

    disuplai digunakan untuk memanaskan air di dalam bahan bakar. Panas yang telah

    dipakai tidak dapat digunakan kembali untuk mereduksi karbon sehingga semakin besar

    kandungan bahan bakar maka heating valiue dari bahan bakar tersebut akan semakin

    menurun.

    2.3.3.3. Ukuran Umpan Bahan Bakar

    Berbagai macam bahan bakar memiliki ukuran yang terlalu besar bagi reaktor sehingga

     perlu dilakukan reduksi ukuran. Baik updraft maupun downdraft gasifier memiliki

    keterbatasan dalam ukuran yang dapat diproses oleh masing-masing reaktor. Ukuran

    yang tidak sesuai dapat menyebabkan adanya hilang tekan sehingga menurunkan

    temperatur dalam reaktor. Selain itu semakin besar ukuran bahan bakar, maka semakin

     besar ketidak reaktifan bahan bakar tersebut. Umumnya, updraft gasifier memiliki lebih

     banyak keterbatasan ukuran dibandingkan dengan downdraft gasifier.

    2.3.3.3. Perolehan Abu

    Abu yang diperoleh pada proses gasifikasi mempengaruhi terjadi  slagging dan

    aglomerasi. Selama ini tidak teramati terjadi adanya  slagging  pada bahan bakar yang

    memiliki perolehan abu kurang dari 6% w/w dari bahan bakarnya. Namun apabila

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    28/68

     B2.1415.K.18 16

     perolehan abu lebih dari 12% w/w dari bahan bakarnya maka dapat dipastikan akan

    terjadi slagging yang parah. Biomassa yang memiliki kandung alkali oksida dan garam

    yang tinggi biasanya mudah mengalami  slagging. Slagging  juga bergantung pada titik

    leleh abu biomassa dan profil temperatur di  gasifier. Umumnya  slagging terjadi pada

    temperatur tinggi seperti di zona oksidasi.

    2.3.4. Profil Temperatur dalam Fixed-Bed Gasifier

    Pirolisis merupakan salah satu bagian dari gasifikasi. Di dalam  fixed-bed gasifier ,

     proses yang pertama kali terjadi adalah pengeringan (drying ). Sebelum memasuki gasifier , pada umumnya biomassa masih memiliki kadar air tinggi (berkisar antara 30%

     – 60%) sehingga biomassa perlu dikeringkan terlebih dahulu ( pre-drying ) untuk

    mengurangi kadar air biomassa hingga hanya tersisa kelembaban 10 – 20%. Pada tahap

    awal biomassa berada di dalam  gasifier , temperatur masih tergolong rendah, namun di

    atas 100°C. Seiring dengan meningkatnya temperatur, molekul-molekul dengan titik

    didih rendah akan mulai menguap dan terlepas dari biomassa. Hal ini terus terjadi

    hingga temperatur mencapai 200°C.

    Temperatur di dalam  gasifier   berubah dan berbeda pada tiap-tiap titik di suatu

    ketinggian dalam gasifier . Temperatur pada zona drying  dan pirolisis terus meningkat

    hingga mencapai 500°C hingga 700°C. Temperatur tersebut terus meningkat dan

     berpuncak pada zona pembakaran (combustion). Temperatur pembakaran di dalam

     fixed-bed gasifier   berada sekitar 1000°C hingga 1400°C. Setelah melewati zona

     pembakaran, temperatur menurun hingga 800°C untuk melakukan proses gasifikasi.

    Kemudian, temperatur di dalam  gasifier   semakin menurun karena abu biomassa yang

    terbentuk tidak lagi mengalami pemanasan. Gambar 2.3 dan 2.4 di bawah ini

    mengilustrasikan kondisi saat tar terbentuk di dalam fixed-bed   gasifier . Kebanyakan tar

    dibentuk pada saat proses pirolisis berlangsung, yaitu pada temperatur di antara 200°C

    hingga 500°C.

    2.4. Karakteristik Tar

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    29/68

     

     B2.1415.K.18 17

    Tar merupakan produk samping hasil pirolisis yang tidak diinginkan berupa cairan

    hidrokarbon berwarna hitam. Gas yang diperoleh dalam proses gasifikasi biasanya

    mengandung kandungan tar yang dapat menyumbat tempat mengalirnya gas.

    Gambar 2.3. Pembentukan tar pada proses pirolisis di updraft fixed bed gasifier  (Basu,

    2010).

    Gambar 2.4.  Pembentukan tar pada proses pirolisis di downdraft fixed bed gasifier  

    (Basu, 2010).

    Terbentuknya tar merupakan hasil serangkaian reaksi termokimia yang kompleks. Jenis

     biomassa yang berbeda akan menghasilkan tar yang berbeda pula. Karena keterbatasan

    data literatur terhadap hubungan setiap biomassa dengan tar yang dihasilkan maka

    dilakukan analisis terhadap komposisi utama biomassa yaitu lignin, selulosa, dan

    hemiselulosa.

    Pyrolysis

    Reduction

    Combustion

    Ash

    Biomass

    Air

    Gas, tar

    Temperature

    1000 °C

    200–500 °C

    Tar

    Tar formation

    Air Air

    Ash

    TarformationDrying

    Biomass

    Temperature

    200–500 °C (drying)

    500–700 °C (pyrolysis)

    1000–1400 °C

    (combustion)

    800–1000 °C(gasification)

    Pyrolysis

    Combustion

    Gasification

    Flaming pyrolysis

    Gas, tar

     

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    30/68

     B2.1415.K.18 18

    Tar merupakan zat hasil gasifikasi dan pirolisis yang sangat mengganggu. Tar tidak

    diinginkan karena dapat menimbulkan berbagai masalah seperti

    •  Kondensasi dan penyumbatan aliran pada peralatan gasifier 

    •  Pembentukan aerosol tar

    •  Polimerisasi menjadi struktur yang lebih kompleks

    Akan tetapi pembentukan tar tidak dapat dihindari dan merupakan produk samping hasil

    konversi termal.

    2.4.1 Kadar Tar Yang Diperbolehkan

    Tar yang terdapat pada gas hasil produksi gasfikasi tidak cocok untuk digunakan pada

    berbagai mesin, yang umumnya memiliki toleransi yang rendah terhadap tar. Oleh

    karena itu, dibutuhkan proses reduksi tar pada gas yang akan digunakan dalam mesin.

    Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti memilih desain gasifier, memilih

    biomassa,  mengatur kondisi operasi, dan berbagai cara lainnya. Batas tar yang

    diperbolehkan pada berbagai aplikasi tertera pada tabel 2.5.

    Tabel 2.5. Batas tar pada gas biomassa (Basu, 2010).

    2.4.2 Klasifikasi Tar

    Tar dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok besar: tar primer, tar sekunder, dan tar

    tersier.

    Aplikasi Tar (g/Nm3)

    Pembakaran langsung Tidak ada batas

    Produksi gas sintesis 0,1

    Turbin gas 0,05-5

    Mesin internal combustion 50-100

    Pipa transportasi 50-500 untuk kompresor

    Fuel cell

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    31/68

     

     B2.1415.K.18 19

    Gambar 2.5. Hubungan reaktivitas terhadap konversi tar (Basu, 2010). 

    Gambar 2.6.  Hubungan  principle component score  terhadap temperatur untuk

     pembentukan tar (Basu, 2010). 

    Tar primer diproduksi dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin pada biomassa. Saat

    temperatur gasifier mencapai 500oC, tar primer mulai membentuk tar sekunder yang

    memiliki molekul yang lebih berat dan merupakan gas yang tak dapat terkondensasi.

    Pada tar sekunder terdapat kandungan fenol dan olefin yang tinggi. Tar tersier

    mengandung senyawa turunan metil yang aromatik seperti methyl acenaphtylene,

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    32/68

     B2.1415.K.18 20

    methylnaphtalene, toluene, dan indene (Basu, 2010). Tar sekunder dan tersier

    merupakan tar yang terbentuk dari tar primer. Hampir semua tar primer hancur sebelum

    terbentuknya tar tersier. Gambar 2.6 menunjukkan bahwa tar primer berkurang seiring

    dengan meningkatnya temperatur sementara tar tersier meningkat.

    Menurut Kiel, dkk., 2004, klasifikasi tar ditentukan berdasarkan dua sifat utama dari tar

    itu sendiri, yaitu sifat terkondensasi dan kelarutan dalam air. Sifat kondensasi sangat

    penting, karena tar yang terkondensasi pada temperatur tertentu dapat menyumbat

    peralatan proses. Di sisi lain, tar dengan yang mudah larut dalam air seperti senyawa-

    senyawa fenol dapat mencemari air limbah industri. Sehingga tar diklasifikasikan dalamlima kelas, yaitu kelas 1 hingga 5.

    Tabel 2.6. Klasifikasi tar (Kiel, dkk., 2004)

    Kelas Deskripsi

    1 Tar yang paling berat dan dapat terkondensasi pada temperatur yang sangat

    tinggi meskipun dengan konsentrasi tar yang kecil. Tar ini tidak dapat

    dideteksi menggunakan GC

    2 Tar yang tersusun atas senyawa heterosiklik dan sangat mudah terlarut dalam

    air akibat sifatnya yang polar. Contoh: fenol, kresol, piridin3 Tar yang tersusun atas senyawa aromatik yang hanya terdiri dari satu cincin

    dan senyawa hidrokarbon ringan yang tidak dipermasalahkan sifat kelarutan

    dan kondensasinya. Contoh: xilena, stirena, toluena

    4 Tar yang tersusun atas senyawa hidrokarbon poliaromatik atau PAH dengan

    cincin 2 – 3 dan terkondensasi pada temperatur yang cukup tinggi dengan

    konsentrasi yang tinggi pula. Contoh: naftalena, florena, indene

    5 Tar yang tersusun atas PAH berat dengan jumlah cincin 4 – 7. Tar ini dapat

    terkondensasi pada temperatur yang cukup tinggi dengan konsentrasi rendah.

    Contoh: pyrene, coronene, fluoranthene 

    Dua macam klasifikasi tersebut dapat diilustrasikan dalam skema pada gambar 2.7. Sifat

    kelarutan tar dalam air pada tar primer merupakan yang paling rendah, sedangkan sifat

    condensability  tar tersier adalah yang tertinggi. Hal ini menyatakan bahwa sifat

    condensability  dan kelarutan dalam air berbanding terbalik. Semakin rendah nilai

    kelarutan tar tersebut dalam air, makan tar tersebut akan semakin mudah untuk

    terkondensasi pada temperatur yang semakin tinggi (1000°C).

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    33/68

     

     B2.1415.K.18 21

    Gambar 2.7. Klasifikasi tar (Chan, dkk., 2014)

    Kelarutan tar dapat diukur menggunakan spektrofotometer UV/VIS atau menggunakan

    cara sederhana. Tar yang telah larut dalam air dapat dipisahkan dari pelarut dengan cara

    menguapkan air sehingga hanya tersisa tar. Tar yang diperoleh tersebut ditimbang

    massanya. Kelarutan merupakan nilai massa tar yang terlarut per volume tar

    keseluruhan yang dialirkan ke dalam pelarut. Sedangkan condensability  suatu tar

    merupakan sifat kemudahan tar untuk terkondensasi pada temperatur tertentu. Hal ini

     berhubungan langsung dengan titik didih senyawa penyusun tar. Berikut adalah daftar

    titik didih senyawa-senyawa penyusun tar.

    Tabel 2.7. Titik didih beberapa senyawa penyusun tar  

    Senyawa

    Penyusun Tar

    Titik Didih

    (°C)

    Piridin 115,2Fenol 181,7

    Kresol 191,0 – 201,8

    Toluena 110,6

    Stirena 145,0

    Xilena 137,0 – 140

    Indene 182,4

     Naftalena 218,0

    Bifenil 255,0

    Pyrene 404,0

    Coronene 525,0

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    34/68

     B2.1415.K.18 22

    2.4.3. Reduksi Tar

    Terdapat beberapa opsi yang tersedia dalam pereduksian tar. Secara umum pereduksian

    tar dapat dibagi menjadi dua, yaitu reduksi tar in-situ dan reduksi tar pasca gasfikasi.

    Reduksi tar in-situ menghindari pembentukan tar sebelum dihasilkan produk gas.

    Sementara reduksi tar pasca gasifikasi memisahkan tar dari produk gas yang telah

    terbentuk. Hal ini terlihat pada gambar 2.7.

    Gambar 2.8.  Reduksi tar hasil gasifikasi biomassa secara (a)  in situ  dan (b) pasca

    gasifikasi (Basu, 2010). 

    2.4.3.1. Reduksi Tar In-Situ

    Pada pendekatan ini kondisi operasi gasifier diatur sedimikian rupa sehingga tar

    tereduksi. Selain itu dapat juga dilakukan modifikasi rancangan gasifier,  penggunaan

    katalis dan berbagai cara lainnya.

    2.4.3.1.1. Kondisi Operasi

    Kondisi operasi yang dapat diatur antara lain adalah temperatur dan tekanan reaktor.

    Secara umum, semakin tinggi temperatur operasi maka kandungan tar akan semakin

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    35/68

     

     B2.1415.K.18 23

    berkurang. Hal yang sama juga berlaku pada tekanan dimana semakin tinggi tekanan

    maka tar yang dihasilkan juga berkurang.

    2.4.3.1.2 Rancangan Gasifier

    Rancangan gasifikasi menentukan dimana proses pirolisis berlangsung, bagaimana tar

    bereaksi dengan oksigen, dan temperatur terjadinya reaksi. Pada penelitian ini, hanya

    digunakan fixed bed gasifier, sehingga tipe rancangan yang dipilih adalah antara updraft

    atau downdraft gasifier. Pada updraft gasifier udara yang dipasok berlawanan dengan

    arah umpan, sehingga terdapat tar yang terbawa keluar bersama dengan gas keluaran.Sedangkan pada downdraft gasifier, udara mengalir searah dengan umpan sehingga

    hampir semua tar yang terbentuk ikut terbawa kebawah menuju zona yang panas dan

    ikut tereduksi. Selain itu temperatur pada downdraft gasifier lebih besar daripada

    temperatur pada updraft gasifier. Oleh sebab itu, tar yang terbentuk dalam downdraft

    gasifier lebih sedikit daripada yang terbentuk dalam updraft gasifier (Basu, 2010).

    2.4.3.1.3. Penggunaan Katalis

    Katalis dapat digunakan baik pada reduksi tar in-situ dengan menggunakan reaktor

    primer  maupun pada reduksi tar pasca gasifikasi dengan menggunakan reaktor

    tambahan (sekunder). Beberapa katalis yang telah terbukti bekerja baik pada reduksi tar

    antara lain adalah dolomit, olivine, alkali, dan nikel.

    Dolomit (MgCO3, CaCO3) tersedia banyak di pasaran dan harganya juga tidak mahal.

    Dolomit dapat bekerja lebih baik pada reaktor sekunder dengan suhu diatas 800oC

    (Sutton, dkk., 2001). Pada kondisi operasi yang sesuai katalis ini dapat mengonversi

    hampir seluruh tar yang ada, tetapi tidak dapat mengonversi metan pada gas sintesis.

    Deposisi karbon dapat mematikan katalis ini, akan tetapi karena harganya yang murah,

    pembuangan katalis ini tidak menyebabkan banyak kerugian.

    Katalis alkali metal biasanya dicampur dengan umpan biomassa sebelum dimasukan ke

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    36/68

     B2.1415.K.18 24

    dalam gasifier. Beberapa jenis katalis ini lebih efektif dari yang lainnya. Urutan

    keefektifan katalis alkali metal adalah sebagai berikut:

    K2CO3 >Na2CO3 >(Na3H(CO3)2 #2H2O)>Na2B4O7 #10H2O

    Tidak seperti dolomit, katalis ini dapat mereduksi metan dari gas produk. Tetapi katalis

    ini sulit untuk digunakan kembali setelah dipakai (Mettanant dkk., 2009).

    Katalis Nikel banyak tersedia secara komersial di pasaran serta dapat digunakan untuk

    mereduksi tar dan metan. Katalis ini sangatlah efektif dan bekerja dengan baik pada

    reaktor sekunder dengan temperatur 780oC. Namun dekomposisi karbon dapat

    mematikan katalis ini

    2.4.3.2 Reduksi Tar Pasca Gasifikasi

    Reduksi tar pasca gasifikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti penggunaan

    barrier filters, ESP, wet scrubbers, dan penggunaan katalis seperti yang telah dijelaskansebelumnya.

    2.4.3.2.1 Barrier filters

     Barrier filters bekerja dengan cara menghalangi tar sementara melewatkan gas bersih.

     Barrier filters dapat dikombinasikan dengan katalis dengan cara menaruh katalis pada

     filter. Filter biasanya dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki pori-pori yang dapat

    melewatkan gas tetapi menghalangi tar. Namun, penggunaan barrier filter dalam jangka

    waktu yang lama dapat menimbulkan cake yang kemudian meningkatkan hilang tekan.

    Oleh karena itu barrier filter harus dibersihkan secara berkala.

    2.4.3.2.2 Wet Electrostatic Precipitators (ESP)

    ESP biasa digunakan pada pabrik gasifikasi dimana gas dilewatkan pada medan listrik

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    37/68

     

     B2.1415.K.18 25

    yang kuat dengan elektroda. Tegangan yang tinggi memberikan muatan pada partikel

    padat dan cair. Gas pertama dilewatkan pada ruang dengan pelat anoda sehingga

    partikel padat dan cair dalam gas menjadi bermuatan. Setelah itu gas dilewatkan pada

    pelat katoda sehingga partikel padat dan cair tertarik pada pelat katoda. Penggunaan

    ESP memiliki efisiensi lebih dari 90% dan hilang tekan yang rendah. Tetapi karena

    penggunaan tegangan yang tinggi, ESP dapat menyebabkan ledakan jika tidak ditangani

    dengan baik. Selain itu ESP memiliki harga yang cukup mahal dibanding dengan alat

    lainnya.

    2.4.3.2.3. Wet Scrubbers

    Pada wet scrubbers, air atau cairan scrubbing disemprotkan pada gas produk. Partikel

    padat dan tar kemudian akan bertabrakan dengan tetesan air membentuk tetesan besar

    akibat adanya peleburan. Tetesan ini kemudian dapat dengan mudah dipisahkan dengan

    penggunaan cyclone.

    2.4.4. Perolehan Tar

    Tar yang diperoleh pada lignin, selulosa, dan hemiselulosa bergantung pada temperatur

    reaksi dan equivalent ratio (ER). Berdasarkan gambar 2.8. dapat dilihat pada ER

    sebesar 0,2 kenaikan temperatur sebanding dengan penurunan kadar tar baik pada

    lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Penurunan tar pada temperatur tinggi terjadi karena

    adanya cracking, steam reforming, dan dry reforming. Berdasarkan gambar 2.8 dapat

    dilihat bahwa perolehan tar pada lignin lebih besar dibandingkan dengan perolehan tar

     pada selulosa dan hemiselulosa. Selain itu pada kenaikan temperatur, penurunan kadar

    tar pada lignin lebih kecil dibandingkan pada selulosa dan hemiselulosa. Hal ini

    menunjukkan tar yang berasal dari lignin lebih stabil secara termal.

    Berdasarkan gambar 2.9 dapat dilihat pengaruh perbedaan ER pada temperatur tetap

    1000oC terhadap perolehan tar. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada ER yang

    semakin besar, perolehan tar akan semakin kecil. Namun, kenaikan ER juga dapat

    menurunkan kualitas gas sintesis. Hal ini disebabkan karena pada ER yang tinggi,

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    38/68

     B2.1415.K.18 26

    kandungan combustible gas dan LHV gas pada gas keluaran semakin berkurang. Maka,

    dapat disimpulkan bahwa meningkatkan ER bukanlah metoda yang tepat untuk

    mengurangi kadar tar.

    Gambar 2.9. Hubungan temperatur terhadap perolehan tar (Yu, dkk., 2014).

    Gambar 2.10 Hubungan ER terhadap perolehan tar (Yu, dkk., 2014).

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    39/68

     

     B2.1415.K.18 27

    2.5. Analisis Karakterisasi Tar

    Seperti yang telah disebutkan dalam subbab sebelumnya, setiap proses gasifikasi

     biomassa tentu akan menghasilkan tar yang terbawa bersama gas hasil gasifikasi. Tar

    tersebut dapat menimbulkan masalah dan menghambat kerja  gasifier . Untuk

    menghilangkan keberadaan tar tersebut, perlu dilakukan analisis karakterisasi tar

    terlebih dahulu. Sebelum tar tersebut dianalisis, tar harus terlebih dahulu ditangkap

    melalui rangkaian alat seperti pada gambar 2.10. Alat sampling tersebut terdiri dari

    module 1 sebagai unit pengondisian gas, module 2 sebagai unit filtrasi partikel, module 

    3 sebagai unit pengumpul tar, serta module 4 sebagai unit pengukuran volume. Analisis

    karakterisasi tar dapat dilakukan dengan berbagai metode, namun kebanyakan dari

    metode tersebut berprinsip pada kondensasi dan adsorpsi. Senyawa tar dikelompokkan

    menjadi dua, yaitu gravimetric tars dan GC-detectable tars yang akan dipaparkan lebih

    lanjut dalam subbab di bawah ini.

    2.5.1. Pengondisian Gas

    Pengondisian gas dilakukan di dalam  Module I  sesuai gambar 2.10 di bawah. Gas dan

    uap yang berada di dalam pipa dipanaskan secara eksternal dengan menggunakan

     pemanas listrik atapun aliran gas nitrogen panas untuk mencegah terjadinya kondensasi

    di dalam pipa. Pipa juga dibalut dengan suatu bahan isolator dengan tujuan yang sama.

    Gambar 2.11. Rangkaian alat untuk sampling Tar Standard Measurement (Good, dkk.,

    2005).

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    40/68

     B2.1415.K.18 28

    Gambar 2.12. Alat untuk melakukan sampling  pada gas pada bertekanan atmosferik

    (Good, dkk., 2005).

    Gambar 2.13. Alat untuk melakukan sampling pada gas pada bertekanan (Good, dkk.,

    2005).

    Di dalam segmen ini, terdapat perbedaan di antara gas bertekanan atmosferik dengan

    gas bertekanan. Untuk gas bertekanan, alat dilengkapi dengan control valve  yang

     berfungsi untuk melepas tekanan tinggi di dalam pipa ke udara luar.

    2.5.2. Filtrasi Partikel

    Filtrasi partikel berada pada module 2. Partikel dikumpulkan pada suatu filter eksternal

    yang dipanaskan secara terus menerus. Material yang dipilih sebaiknya tidak

    mempengaruhi komposisi senyawa tar dan mampu menahan temperatur 50°C lebih

     besar daripada temperatur operasi. Hal ini bertujuan untuk mencegah pembentukan tar.

     Namun temperatur tidak boleh terlalu tinggi agar tidak terjadi reaksi antara tar dengan

    material filter. Pada umumnya yang digunakan sebagai filter adalah quartz filter yang

    mampu memfiltrasi partikel hingga 0,3µm. Filter memiliki diameter sebesar 30 mm dan

     panjang nsebesar 77 hingga 100 mm.

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    41/68

     

     B2.1415.K.18 29

    Gambar 2.14. Module 2: Alat filtrasi partikel (Good, dkk., 2005).

    2.5.3. Pengumpul Tar

    Pada module 3 terdapat unit pengumpul tar. Kadar air dan tar ditampung di dalam enam

     buah impinger bottles dan kolom Petersen.

    2.5.3.1. Impinger Bottles 

    Terdapat enam buah impinger bottles yang memiliki fungsi yang berbeda-beda. Botol pertama berfungsi sebagai pengumpul kelembapan. Air dan tar mengalami kondensasi

    dari proses absoprsi dalam isopropanol. Kemudian gas tersebut dilewati melalui botol

    nomor 2, 3, 4, dan 5, yang berisi pelarut serta botol terakhir (kosong). Sampel yang

    dialirkan ke dalam impinger bottles  menurut spesifikasi dibatasi sebesar 0,1 – 0,6

    m3n/jam. Selanjutnya isopropanol yang melarutkan tar diuapkan dengan menggunakan

    waterbath dan heater didekat exhaust fan agar tidak membaui ruangan

    Gambar 2.15.  Module 3: Impringer bottles (Good, dkk., 2005).

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    42/68

     B2.1415.K.18 30

    2.5.3.2. Kolom Petersen

    Kolom Petersen merupakan sebuah kolom yang mengalami pendinginan oleh cairan

     pendingin. Pada tahap pertama (stage 1), merupakan tahap pencucian secara tradisional

    menggunakan impinger . Sedangkan pada tahap kedua, berfungsi untuk meningkatkan

    efisiensi pencucian. Tahap pencucian 1 dan 2 ini terisi dengan medium pencucian

    seperti pelarut dan isopropanol. Cairan yang terdapat di dalam kolom bergerak ke

     bagian bawah kolom namun selalu ditahan oleh  glass frit . Saat  sampling   telah selesai

    dilakukan, ujung washing stage 1 dihubungkan dengan pompa vakum. Dengan

    demikian, cairan pada washing stage 2 akan terhisap menuju washing stage 1. Hal ini

    menyebabkan washing stage 2 dikosongkan di saat yang bersamaan dengan pencucian

     frit  oleh solvent . Kolom Petersen terbukti sangat efisien dalam melakukan sampling .

    2.5.4. Pengukur Volume

    Untuk melakukan pengukuran volume gas, dibutuhkan barometer, dry gas meter,

    termokopel, serta detektor perbedaan tekanan. Temperatur, barometer, dan detektor

    tekanan digunakan sebagai pengoreksi temperatur dan tekanan terhadap temperatur dan

    tekanan keadaan normal.

    2.5.5. Gravimetri

    Tar yang dapat dianalisis dengan metode gravimetri disebut dengan  gravimetric tar .

    Gravimetri adalah sebuah metode analisis untuk menentukan jumlah komponen dengan

    cara mengukur massa komponen murni setelah melalui proses pemisahan. Dalam

    metode gravimetri ini, senyawa tar aromatik yang memiliki lebih dari tiga cincin dapat

    dianalisis.

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    43/68

     

     B2.1415.K.18 31

    Gambar 2.16. Module 3: Kolom Petersen (Good, dkk., 2005).

    Gambar 2.17.  Module 4: Pompa dan alat pengukuran volume (Good, dkk., 2005).

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    44/68

     B2.1415.K.18 32

    2.5.6. Gas Kromatografi

    Gas kromatografi atau GC adalah suatu unit alat yang digunakan untuk melakukan

    analisis komposisi dari suatu campuran senyawa. Tar yang dapat dianalisis dengan gas

    kromatografi disebut dengan GC-detectable tars. GC tidak dapat digunakan untuk

    menganalisis senyawa tar dengan jumlah cincin lebih dari tujuh. Sampel berbentuk cair

    atau gas diinjeksikan ke dalam GC. Sampel tersebut kemudian akan terbawa oleh gas

    inert pembawa, biasanya berupa gas hidrogen atau nitrogen. Di dalam GC terdapat

    kolom yang berisi fasa diam. Temperatur kolom dijaga agar lebih tinggi dari titik didihsampel sehingga sampel tetap terjaga dalam fasa gas. Komponen-komponen di dalam

    sampel semakin lama akan terpisah bergantung dengan sifat kepolaran komponen

    tersebut terhadap fasa diamnya. Jika fasa diam bersifat polar, maka komponen-

    komponen yang lebih polar akan memiliki waktu tinggal lebih lama di dalam gas

    kromatografi. Komponen tersebut dideteksi dengan detektor. Jenis detektor yang

    digunakan berbeda-beda bergantung pada komponen sampel. Untuk sampel yang kaya

    akan senyawa organik, detektor yang paling cocok digunakan adalah FID ( Flame

     Ionization Detector ).

    Gambar 2.18. Skema alat Gas Kromatografi (Furniss, dkk., 2005).

    Pada detektor FID, udara dan gas hidrogen dipasok ke dalam detektor dan dibakar. Pada

    tahap ini, senyawa-senyawa organik yang ikut terbakar akan menghasilkan ion-ion.

    Detektor FID dilengkapi dengan pengumpul elektron di bagian atas untuk mengukur

    nilai potensial listrik yang dihasilkan oleh senyawa organik.

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    45/68

     

     B2.1415.K.18 33

    Gambar 2.19. Prinsip kerja detektor FID (sepscience.com) 

    2.5.7. Solid Phase Adsoprtion (SPA)

    Solid Phase Adsoprtion  atau SPA merupakan salah satu metode analisis untuk

    karakterisasi tar dengan cara menghisap gas yang kemudian dilalui ke dalam sebuah

    adsorben. Adsorben yang biasa digunakan adalah amino-sorben yang berfungsi untuk

    mengumpulkan tar yang terbawa oleh gas hasil gasifikasi. Kemudian, senyawa-senyawa

    aromatik dan fenolik dikumpulkan secara terpisah. Senyawa-senyawa yang telah

    terpisah tersebut kemudian dianalisis secara terpisah dengan menambahkan pelarut

    tertentu dan memanfaatkan analisis bantuan gas kromatografi.

    2.5.8 . Photo Ionization (PID) 

    Energi foton dimanfaatkan untuk melepaskan elektron dari suatu molekul. Banyaknya

    energi yang dibutuhkan untuk pelepasan ini bergantung pada komponen dan senyawa

    tertentu. Energi yang dibutuhkan untuk melepaskan elektron pada molekul berukuran

     besar lebih dan molekul dengan struktur aromatik seperti tar. Untuk melepas elektron

    dalam molekul seperti hidrogen ataupun karbon monoksida (molekul kecil), diperlukan

    energi foton yang besar.

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    46/68

     B2.1415.K.18 34

    2.6. Karakteristik Tar untuk Setiap Jenis Biomassa

    Berikut adalah hasil karakteristik tar hasil pirolisis biomassa, yaitu untuk batok kelapa

    dan cangkang sawit.

    2.6.1. Batok Kelapa

    Biomassa batok kelapa memiliki hasil analisis proksimat dan ultimat yang tersedia pada

    tabel berikut.

    Tabel 2.8. Analisis proksimat dan ultimat batok kelapa (Rout, 2013) 

     Moisture

    Content

    Volatile

     Matter

    Fixed

    Carbon

     Ash C H O N S

    10,1% 64,6% 11,2% 14,2% 64,23% 4,89% 22,61% 4,77% 3,50%

    Dengan kandungan batok kelapa seperti tertera pada tabel tersebut, ternyata diperoleh

     bahwa pirolisis biomassa batok kelapa dalam  fixed-bed gasifier memiliki karakteristik

    sebagai berikut. Tar yang dihasilkan memiliki densitas sebesar 1,0536 g/ml pada

    temperatur pengukuran 15°C dan viskositas kinematik sebesar 1,47 x 10 -6  m2/s pada

    40°C. Nilai kalor bakar yang dihasilkan adalah sebesar 1,975 MJ/kg.

    Gambar 2.20.  Kromatogram hasil analisis tar batok kelapa menggunakan GC-MS

    (Rout, 2013) 

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    47/68

     

     B2.1415.K.18 35

    Penentuan komposisi penyusun tar dilakukan menggunakan GC-MS dan diperoleh hasil

    seperti pada gambar 2.20. Diperoleh 28 komponen penyusun tar dengan komponen

    terbanyak adalah fenol sebesar 28,5% dan komponen lain yang merupakan senyawa

    turunan fenolik.

    Tabel 2.9. Komposisi penyusun tar hasil pirolisis batok kelapa (Rout, 2013) 

    No Waktu Retensi

    (menit)

    % Luas

    Area

    Komponen

    1 5,033 28,52 Fenol

    2 5,890 2,08 3-metil-1,2-siklopentadiona

    3 6,384 1,15 2-metil-fenol

    4 6,761 1,44 p-cresol

    5 7,023 5,36 2-metoksi-fenol

    6 8,736 6,15 Creosol

    7 9,753 2,79 3-metoksi-1,2-benzendiol

    8 10,043 2,91 4-etil-2-metoksi-fenol

    9 10,581 1,33 2-metoksi-4-vinilfenol

    10 11,075 10,09 2,6-dimetoksi-fenol

    11 11,772 1,11 Vanillin

    12 12,353 4,36 Asam 4-hidroksi-3-metoksi-benzoat

    13 12,469 4,58 Metilparaben

    14 12,963 2,87 D-alosa

    15 13,340 4,22 1-(2,6-dihidroksi-4-metoksifenil)-etanon16 13,427 1,90 1-metil-N-vanilil-2-fenetanamin

    17 13,790 0,92 Asam dodekanoat

    18 13,848 1,23 2,3,5,6-tetrafluoroanisol

    19 14,270 1,32 2,6-dimetoksi-4-(2-profenil)-fenol

    20 14,357 1,13 2,4-dihidroksiasetopfenon oksim

    21 14,851 1,25 N-(4-metoksifenil)-2-hidroksimino-asetamida

    22 14,967 0,89 4-hidroksi-3,5-dimetoksi-benaldehid

    23 15,461 4,68 2,6-dimetoksi-4-(2-profenil)-fenol

    24 15,078 0,75 1-(4-hidroksi-3,5-dimetoksifenil)-etanon

    25 15,853 1,04 4-hidroksi-2metoksisinamaldehid26 16,243 3,85 1-(2,4,6-trihidroksi-3-metilfenil)-1-butanon

    27 17,595 1,01 Pentadekananitril

    28 18,162 1,09 Asam n-heksadekanoat

    2.6.2. Cangkang Sawit

    Analisis ultimat biomassa cangkang sawit oleh Li, dkk. dapat dilihat pada tabel 2.9.

    Tabel 2.10. Analisis ultimat cangkang sawit (Li, dkk., 2012) 

    C H O N S

    47% 6% 38% 0,7% 0,08%

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    48/68

     B2.1415.K.18 36

    Cangkang sawit dengan hasil analisis ultimat tersebut menghasilkan tar dengan

    karakteristik sebagai berikut. Densit tar yang dihasilkan adalah sebesar 1,04 g/ml pada

    suhu 25°C. Viskositas dinamik pada 47,2°C adalah sebesar 9,06 cP. Nilai kalor bakar

    yang dihasilkan adalah sebesar 21,19 MJ/kg. Komposisi tar tersebut kemudian

    dianalisis menggunakan GC-MS seperti pada tabel 2.10. Komponen yang paling banyak

    terdapat di dalam tar hasil pirolisis cangkang sawit adalah senyawa asam asetat, dengan

     persentase 40%.

    Tabel 2.11. Hasil analisis komposisi tar cangkang sawit menggunakan GC-MS (Li,

    dkk.,2012)No. Waktu Retensi

    (menit)

    % Luas

    Area

    Komponen

    1 4,861 4,49 Metil asetat

    2 5,850 2,36 2,3-butadiona

    3 6,695 1,00 Asam format

    4 7,183 40,63 Asam asetat

    5 8,080 6,81 Asetol

    6 10,215 2,78 Etil piruvat

    7 11,624 2,11 Furfural

    8 12,680 0,98 Asetol asetat9 16,734 11,7 Fenol

    10 17,297 1,98 Guaiakol

    11 19,356 1,52 2-metoksi-4-metil-fenol

    12 22,000 1,02 3-metil-2,4-pentadiona

    13 22,920 2,22 2,6-dimetoksi-fenol

    14 23,110 0,96 2,5-dimetil-3-heksanol asetat

    15 24,190 1,00 Propilen karbonat

    16 24,483 1,57 1,2,4-trimetoksibenzena

    17 26,916 1,15 3-metoksi-4-hidroksibenzilaseton

    18 28,406 12,80 Levoglukosan

    19 28,609 1,10 2,6-dimetoksi-4-alilfenol

    20 29,132 1,82 Asam 4-hidroksi-benzoat

    2.7. Faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Tar

    Dalam penentuan variasi yang digunakan untuk penelitian ini, perlu diketahui faktor-

    faktor apa saja yang mempengaruhi karakteristik tar yang dihasilkan. Hal-hal yang

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    49/68

     

     B2.1415.K.18 37

    dapat mempengaruhi tar yang diperoleh antara lain adalah jenis biomassa, kadar air dari

    tiap jenis biomassa, serta ukuran partikel.

    2.7.1. Jenis Biomassa

    Ku dan Mun pada tahun 2006 melakukan percobaan karakterisasi tar hasil pirolisis

     biomassa berupa bambu, kayu pohon pinus, dan kayu pohon oak. Percobaan dilakukan

     pada temperatur operasi 800°C. Alasan pemilihan dari biomassa tersebut adalah karena

    ketiganya memiliki kandungan yang berbeda, mulai dari analisis proksimat, ultimat,

    hingga kandungan lignoselulosa. Dari percobaan tersebut diperoleh bahwa senyawa penyusun tar yang terdapat paling banyak pada bambu ada siringol, sedangkan pada

     pohon oak adalah trans-propenilsiringol, dan pada pohon pinus adalah asam 9-

    oktkadenoat. Selain itu, persen komposisi setiap komponen penyusunnya juga berbeda-

     beda. Hal ini menunjukkan bahwa dengan jenis biomassa yang berbeda, akan diperoleh

    karakteristik tar hasil pirolisis yang berbeda pula.

    2.7.2. Kadar Air

    Kandungan air dalam biomassa mempengaruhi perolehan tar. Semakin tinggi kadar air

    yang dimiliki oleh suatu biomassa, maka biomassa tersebut akan semakin banyak

    terkonversi menjadi tar, sedangkan konversi menjadi arang dan gas akan berkurang.

    Kandungan air pada biomassa juga dapat menyebabkan meningkatnya densitas tar yang

    diperoleh. Kadar air yang diinginkan untuk gasifikasi biomassa biasanya berkisar antara

    0 – 10% untuk memperoleh banyak arang dan gas, serta sedikit tar. Terdapat dua jenis

    drying, yaitu oven-dried  dan air-dried . Oven dried  merupakan mekanisme pengeringan

     biomassa menggunakan sumber panas berupa oven sehingga air dapat teruapkan hampir

    seluruhnya (kadar air mencapai 0%). Sedangkan air-dried adalah mekanisme

     pengeringan biomassa dengan menggunakan udara terbuka. Tidak seluruh komponen

    air dapat terlepas dengan mekanisme ini, kadar air biomassa setelah dikeringkan

     berkisar antara 15 – 20%.

    2.7.3. Ukuran Partikel

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    50/68

     B2.1415.K.18 38

    Perocobaan pirolisis biomassa dengan variasi uuran partikel sebelumnya telah dilakukan

    oleh Joardder, dkk. Pada tahun 2011. Percobaan tersebut dilakukan dengan

    menggunakan batok kelapa dengan variasi ukuran biomassa sebesar 0,6 – 6 mm. Dari

    variasi tersebut diperoleh hasil bahwa perolehan tar dan gas hasil pirolisis semakin

     berkurang seiring dengan meningkatnya ukuran partikel biomassa. Biomassa yang

    terkonversi menjadi arang semakin meningkat. Dengan demikian, ukuran partikel

    mempengaruhi perolehan tar hasil pirolisis. Pada percobaan yang dilakukan oleh

    Frederick, dkk., ukuran partikel kayu oak divariasikan dari 6, 3, 18, 25 mm. Seiring

    dengan meningkatnya ukuran partikel, diperoleh tar dengan komponen PAH yangsemakin banyak. Hal ini membuktikan bahwa ukuran partikel mempengaruhi

    karakteristik tar.

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    51/68

     

     B2.1415.K.18 39

    BAB III

    RENCANA PENELITIAN

    3.1. Metodologi

    Dalam melakukan percobaan pirolisis biomassa dan karakterisasi tar dilakukan

     beberapa analisis terlebih dahulu sebelum biomassa dipirolisis. Analisis yang dilakukan

    antara lain adalah analisis proksimat, analisis ultimat, serta analisis kalor bakar. Tujuan

    dari dilakukannya analisis ini ialah untuk mengetahui sifat biomassa yang hendak

    dipirolisis. Setelah melakukan analisis, dapat digunakan percobaan utama, yaitu

     pirolisis biomassa. Biomassa dipirolisis dengan memvariasikan biomassa yang

    digunakan serta laju alir udara untuk pembakaran. Gas hasil pirolisis yang telah

    diperoleh ditangkap dengan menggunakan impinger bottles. Gas yang telah ditangkap

    tersebut mengandung tar yang dapat dianalisis karakteristiknya menggunakan gas

    kromatografi.

    3.2. Percobaan

    Pada bagian ini diuraikan bahan, alat, prosedur percobaan, serta variasi yang digunakan

    dalam percobaan.

    3.2.1. Bahan 

    Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain adalah biomassa yang

    hendak dipirolisis dan senyawa kimia pendukung untuk analisis karakteristik tar.

    Biomassa yang dipilih sebagai bahan utama pirolisis adalah sebagai berikut.

    1.  Cangkang sawit

    2.  Batok kelapa

    Sedangkan bahan-bahan pendukung lain yang digunakan sebagai bahan untuk

    melakukan analisis tar antara lain adalah:

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    52/68

     B2.1415.K.18 40

    1.  Isopropanol

    2.  Air

    3. 

    Gas hidrogen

    3.2.2. Alat 

    Alat-alat yang digunakan untuk percobaan pirolisis biomassa dan karakterisasi tar

    antara lain adalah sebagai berikut.

    Alat percobaan utama:

    1. 

    Satu set alat pirolisis biomassa: Fixed-bed updraft gasifier  2.  Termokopel

    3.   Blower

    4.  Orificemeter

    5.  Manometer

    6. 

    Anemometer digital

    7.  Stopwatch

    Alat pendukung preparasi dan analisis:

    1. 

    Gas kromatografi

    2.  Syringe

    3.   Neraca

    4.   Burner

    5.  Kalorimeter bom

    6.  Detektor TCD 

    7. 

    Termometer

    8.  Oven

    9.   Impinger bottles

    Susunan alat percobaan pirolisis biomassa tertera pada gambar 3.1. dan spesifikasinya

    tertera pada tabel 3.1.

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    53/68

     

     B2.1415.K.18 41

    Gambar 3.1. Susunan alat percobaan pirolisis biomassa

    Tabel 3. 1. Spesifikasi susunan alat percobaan pirolisis biomassa

    Tinggi reaktor (cm) 81

    Diameter reaktor (cm) 15,5

    Material reaktor logam

    Volume impinger bottle (mL) 250

    Material impinger bottle kaca

    3.2.3. Prosedur 

    Prosedur percobaan meliputi preparasi biomassa, analisis sifat biomassa, percobaan

    utama pirolisis, serta analisis karakterisasi tar hasil pirolisis.

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    54/68

     B2.1415.K.18 42

    A.  Analisis sifat biomassa

    Sifat biomassa dianalisis dengan menggunakan dua macam metode, analisis proksimat

    dan ultimat.

    1.  Proximate analysis

    Analisis proksimat mencakup kadar kelembapan, volatile matter , abu, serta jumlah

    karbon dalam suatu biomassa. Akan tetapi, analisis proksimat sering diukur pada

    keadaan dry basis, di mana kelembapan dari suatu biomassa telah dihilangkan.

    Tabel 3.2. Analisis proksimat biomassa pada keadaan air-dried-basis (Daud dan Ali,

    2004). 

    Jenis Biomassa  Moisture Volatile Matter   Abu Fixed Carbon Cangkang sawit 7,96% 72,47% 1,1% 18,7%

    Batok kelapa 10,66% 68,89% 0,80% 19,65%

    2. 

    Ultimate analysis

    Analisis ultimat meliputi kandungan unsur karbon, oksigen, hidrogen, oksigen,

    nitrogen, serta sulfur di dalam suatu biomassa

    Tabel 3.3. Analisis ultimat biomassa (Daud dan Ali, 2004). Jenis Biomassa C H O N S

    Cangkang sawit 50,61% 6,85% 40,15% 1,90% 0,05%

    Batok kelapa 48,10% 6,47% 43,72% 0,80% 0,11%

    3.  Kalor bakar

     Nilai kalor bahan bakar adalah jumlah panas yang dapat dihasilkan oleh bahan bakar

     per satuan berat padatan atau satuan volume cairan pada keadaan standar.

    Pengukuran nilai kalor bakar suatu biomassa dapat dilakukan dengan menggunakan

    kalorimeter bom. Sampel yang ingin diketahui nilai kalornya ditempatkan dalam

    tabung berisi oksigen yang tercelup dalam kalorimeter. Kalorimeter terhubung

    dengan sumber listrik sehingga akan menghasilkan panas. Sampel biomassa akan

    mengalami pembakaran. Perubahan temperatur yang terjadi terhadap waktu dicatat

    sehingga dapat dihitung nilai kalor bakar suatu biomassa.

    B. Preparasi sampel

    Preparasi sampel diperlukan guna memastikan biomassa tidak mengandung benda

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    55/68

     

     B2.1415.K.18 43

    asing, memiliki kandungan air yang rendah, serta memiliki ukuran yang sama dan

    tidak terlalu besar. Pemisahan biomassa dari benda asing seperti batu dapat

    dilakukan dengan de-stoner yang menggunakan getaran serta aliran udara untuk

    memisahkan benda yang lebih berat dari biomassa. Selain itu dapat juga digunakan

    magnetic metal seperator untuk memisahkan metal dari biomassa dengan

    menggunakan magnet. Lalu, biomassa juga harus dikeringkan terlebih dahulu untuk

    menurunkan kandungan airnya menjadi sekitar 10% – 20% sebelum dapat

    dimasukkan kedalam  gasifier. Selanjutnya ukuran biomassa harus dijaga agar tidak

    terlalu besar karena biomassa yang terlalu besar dapat memampatkan aliran.

    Beberapa alat yang dapat digunakan antara lain chunker, chipper, grinder, atau pulverizer. Selanjutnya agar ukurannya sama besar, dapat digunakan trummel yang

    merupakan drum berputar dengan lubang-lubang pada dindingnya.

    C. Percobaan Pirolisis Biomassa

    Percobaan pirolisis biomassa dimulai dengan menyiapkan biomassa yang hendak

    dipirolisis beserta dengan arang. Arang dimasukkan ke dalam tong kecil dan dibakar

    hingga menjadi  glow char . Biomassa yang digunakan diperkecil ukurannya hingga

     berukuran tertentu dan cukup seragam. Sejumlah  glow char   yang telah disiapkan

    dimasukkan ke dalam  gasifier . Biomassa yang hendak dipirolisis ditimbang

    sebanyak 2 kilogram dan kemudian dimasukkan ke dalam gasifier . Tutup bagian atas

     gasifier   ditutup dan obor pada gas keluaran dinyalakan. Udara dialirkan dengan

    menggunakan blower   bersamaan dengan dimulainya pencatatan waktu pirolisis.

    Tujuan dari dialirkannya udara ialah untuk menjaga glow char  tetap membentuk bara

    dan dapat memasok panas untuk keseluruhan proses pirolisis di dalam  gasifier . Laju

    alir udara divariasikan menyesuaikan dengan temperatur pirolisis yang diinginkan,

    yaitu sebesar 5%, 8,5%, dan 12% dari kebutuhkan udara stoikiometrik. Temperatur

     pada segmen-segmen gasifier dicata pada selang waktu tertentu. Gas hasil pirolisis

    yang telah terkondensasi ditampung oleh water seal , tar tersebut merupakan

    condesable tar . Sedangkan untuk tar yang tidak terkondensasi juga dapat ditangkap,

    yaitu dengan menggunaka impinger bottles. Tar tersebut merupakan  soluble tar .

    Setelah tar tersebut ditangkap, tar dianalisis menggunakan bantuan gas kromatografi

    dengan spesifikasi seperti pada subbab 3.2.3.D.

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    56/68

     B2.1415.K.18 44

    "#$%&

    '(%)* +&,&%-.%)

    '(%)* +&/%,#..%) .0+%$%/ 12)* .03&$ .0/#+&%) +&4%.%( /0)5%+&

     !"#$ &'()

    6(0-%(%,& 4&2/%,,% +&$%.#.%)

    7#1#- %1%, !(*+,+-) +&4#.% +%) ,05#/$%8 !"#$ &'() +&/%,#..%)

    .0+%$%/ *%,&9&0(

    :05#/$%8 4&2/%,,% +&,&%-.%) +%) ,04%*&%) +&/%,#..%) .0+%$%/

    *%,&9&0( 8&)**% .01&)**&%) #)**#) 10(10)1#

    ;&2/%,,%

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    57/68

     

     B2.1415.K.18 45

    "#$#% &'()'* '$'+ !"#$%$&'  ,)$#$#% -./&'0)

    1&23 %',' ('+ -.0#'3'* ,)*4'0'-'*

    5026.3 ,)*4'0'-'* &.3+'/''* ,.*('* /#0') /.0'-#-'*

    %.*7'$'$'* 6'-$# %)320)+)+

    "./%.3'$#3 ,) +.%'*8'*( 3.'-$23 ,)7'$'$ +.$)'% +.0'*( 6'-$#

    $.3$.*$#

    9'+ 4'*( :'+)0 %)320)+)+ 4'*( $.0': $.3-2*,.*+'+) %',' $()$*!&'

    ,-../ ,)'*'0)+)+

    ;.0.+')

  • 8/17/2019 Karakterisasi Tar Hasil Gasifikasi Biomassa Cangkang Sawit

    58/68

     B2.1415.K.18 46

    D. Analisis Sampel Tar

    Analisis sampel dilakukan dengan mengambil sampel dari aliran gas hasil pirolisis di

     bagian atas reaktor. Sampel dianalisis dengan menggunakan enam buah botol kecil yang

    dikenal dengan nama impinger bottles. Botol-botol tersebut diletakkan di dalam sebuah

     bak yang berisi larutan. Standar ukuran botol adalah 1 – 250 mL dengan volume larutan

    sebanyak 50 mL. Botol 1, 2, dan 4 direndam pada sebuah larutan dengan temperatur

    sekitar 35 – 40°C. Sedangkan botol 3, 5, dan 6 diletakkan di dalam bak berisi es dan

    garam untuk menjaga temperatur rendah hingga -5°C.

    Gambar 3.2. Impinger bottles untuk menangkap sampel tar (sumber: Good, dkk., 2005)

    Botol 1 hingga 5 berisi pelarut, sedangkan botol keenam dibiarkan kosong. Pelarut yang

     biasanya digunakan adalah isopropanol. Botol pertama berfungsi untuk mengondensasi

    tar dan gas hasil pirolisis. Botol 2, 3, 5, dan 6 dilengkapi dengan glass frits. Glass frits 

    merupakan sebuah unit yang menghasilkan gelembung gas yang lebih kecil.

    Berkurangnya ukuran gelembung gas dapat meningkatkan kelarutan tar di dalam

    isopropanol. Saat filter menunjukkan perubahan warna menjadi kuning berarti terdapat

    indikasi adanya aerosol yang melewati impinger bottles. Botol terakhir dibiarkan

    kosong sehingga gas yang masuk ke dalam botol tersebut mengalami kondensasi secara

    tiba-tiba dengan pendinginan dari cold bath. Penurunan temperatur secara tiba-tiba dari

    -5°C menyebabkan meningkatnya kelarutan tar dalam isopropanol. Selanjutnya

    isopropanol yang melarutkan tar diuapkan dengan menggunakan waterbath dan heater

    didekat exhaust fan agar tidak membaui ruangan. Tar yang diperoleh dari botol keenam