kiprah muslimat nu pada masa kepemimpinan asmah sjachruni...

84
Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni 1979-1994 Disusun oleh : Nuril Mahdia Firdausiyah 103022027516 FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008

Upload: doandieu

Post on 09-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan

Asmah Sjachruni

1979-1994

Disusun oleh :

Nuril Mahdia Firdausiyah 103022027516

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008

Page 2: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

KIPRAH MUSLIMAT NU

PADA MASA KEPEMIMPINAN ASMAH SJACHRUNI

1979-1994

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai

Gelar Sarjana Humaniora

Oleh

NURIL MAHDIA FIRDAUSIYAH

NIM : 103022027516

Di Bawah Bimbingan

AWALIA RAHMA, MA

NIP : 150 318 444

Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam

Fakultas Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2008

Page 3: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan

Asmah Sjachruni 1979-1994 telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas

Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada

tanggal 18 September 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) pada program Studi Sejarah dan

Peradaban Islam.

Jakarta, 18 September 2008

Sidang Munaqasah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, MA Usep Abdul Matin, S. Ag., MA, MA

NIP : 150 247 010 NIP : 150 283 304

Anggota

Penguji, Pembimbing

Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, MA Awalia Rahma, MA

NIP : 150 247 010 NIP : 150 318 444

Page 4: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

persyaratan memperoleh gelar Sarjana strata Satu (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sangsi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 September 2008

Nuril Mahdia Firdausiyah

Page 5: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

ABSTRAKSI

Muslimat NU merupakan organisasi yang berdiri sejak tanggal 29 Maret

1946. Proses berdirinya organisasi ini diwarnai oleh konflik dalam tubuh NU,

karena pada saat itu ada sebagian Kyai yang setuju, namun sebagian besar

menentang berdirinya organisasi ini.

Asmah Sjachruni merupakan ketua PP Muslimat NU selama tiga periode,

yaitu dari tahun 1979-1984, 1984-1989, 1989-1994. Ia adalah seorang guru SD

yang mengajar di Kalimantan selatan. Sifatnya yang keras dan tegas semakin

menonjolkan dirinya sebagai seorang pemimpin hingga ia dipercaya menjadi

ketua PP Muslimat NU walaupun bukan berasal dari pulau Jawa dan ia menjadi

satu-satunya hingga saat ini mantan ketua PP Muslimat NU non Jawa.

Kiprahnya dalam perkembangan Muslimat NU cukup besar. Ia

mempelopori pembuatan Kartu anggota Muslimat NU yang hasil pendapatannya

digunakan untuk kemaslahatan Muslimat NU. Ia juga mempelopori pendirian

cabang-cabang Muslimat di daerah-daerah terpencil untuk menarik anggota dan

mendirikan TK-TK sebagai sarana mencerdaskan anak bangsa. Walaupun ia

menjabat juga sebagai anggota DPR pada saat ia menjabat sebagai Ketua PP

Muslimat NU, namun ia tidak pernah melepaskan tanggung jawab diantara

keduanya. Suami dan anak-anaknya sangat mendukung semua kegiannya.

Hingga saat ini beliau masih menjabat sebagai Dewan Penasehat di

Muslimat NU walaupun ia sempat terkena stroke.

Page 6: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

KATA PENGANTAR

Bismillahhirahmanirrahim.

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

senantiasa mencurahkan kasih sayang-Nya kepada setiap mahluk ciptaan-Nya.

Hanya dengan ridho dan inaya-Nya-lah sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada junjungan

kita Baginda Nabi Muhammad SAW.

Selama dalam proses pembuatan skripsi ini banyak hambatan dan

kesulitan yang dialami penulis, baik yang mengenai pengaturan waktu,

pengumpulan data, pembiayaan, dan proses penyusunan. Namun berkat limpahan

rahmat-Nya dan kerja keras disertai dorongan dan bantuan dari berbagai pihak,

maka kesulitan dan hambatan ini dapat diatasi dengan sebaik-baiknya. Oleh

karena itu, sudah sepantasnyalah penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Illahi

Rabbi dan mengucapkan termiakasih serta menyampaikan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu.

Di kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Abdul Chair, MA, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai Dosen Pembimbing

Akademik Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam tahun angkatan 2003.

2. Bapak Drs. Ma’ruf Misbah, MA dan Bapak Usep Abdul Matin, S. Ag.,

MA, MA, selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Sejarah dan Peradaban

Islam.

Page 7: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

3. Ibu Awalia Rahma, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu

bersahabat dalam memberikan pengarahan dan bimbingan.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bekal ilmu

pengetahuan, semoga penulis dapat memanfaatkan dan mengamalkan

dengan baik sesuai dengan syariat Islam serta berguna bagi agama, nusa

dan bangsa.

5. Rasa Ta’zim dan bakti penulis yang tertinggi dan setulus-tulusnya kepada

Mama dan Ayahku tercinta dan tersayang yang selalu memberikan

limpahan kasih sayang dalam mengasuh hingga penulis dapat menempuh

pendidikan dengan sebaik-baiknya. Semoga Allah selalu melindungi dan

memberikan limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada keduanya.

Dan untuk adik-adik tercinta (Fikar, Rifki, Fachry, Hani dan Muti), kepada

kakak sekaligus tanteku Siti Mutaalimah, Shi, Kepada Suamiku terkasih

Sulistya Perdhana Putra, SE yang selalu sabar menungguku. Keberadaan

kalian memberikan motivasi kepadaku untuk terus maju.

6. Ibu Hj. Asmah Syachruni, Ibu Hj. Aisyah Hamid Baidlowi, Ibu Hj. Latifah

Hasyim, yang telah memberikan banyak informasi, saran-saran, dan data-

data yang dibutuhkan penulis dalam penulisan ini. Semoga Allah selalu

mengarahkan kita ke Jalan yang Ia Ridhoi dalam perjuangan ini.

7. Untuk teman-temanku di SPI (Aci, Sulis, Ipung, Hamid, Agus, Riza,

Willy, Dena, Shinta, dll). Teman-teman kost (teh Nana, Fitri, Dini, Nylam,

Ayu, Reny). Sahabat setiaku Putri Permata Sari, SE. kalian yang selalu

Page 8: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

memberi kesan tersendiri di hati penulis dan yang tak bisa sebutkan

namanya satu-persatu.

8. Seluruh staf akademik di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta yang

telah banyak membantu memberikan pelayanan bagi penulis.

Dan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah

turut membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga apa yang telah

diberikan kepada penulis diterima sebagai amal saleh dan mendapatkan pahala

dari Allah SWT. Amien.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenya

penulis sangat mengharapkan saran dan kritik pembaca sehingga memotivasi

penulis untuk dapat berkarya lebih baik lagi dimasa mendatang. Insya Allah.∗

Jakarta, 18 September 2008

Penulis

(email: [email protected]/ mobile: 085710338544).

Page 9: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 6

D. Metode Penelitian 6

E. Survei Pustaka 8

F. Sistematika Penulisan 10

BAB II SEJARAH BERDIRINYA MUSLIMAT NU

A. Latar Belakang Berdirinya Muslimat NU 12

B. Pergerakan Wanita Sebelum Berdirinya Muslimat NU 16

C. Lahirnya Muslimat NU 22

BAB III RIWAYAT HIDUP ASMAH SJACHRUNI

A. Latar Belakang Keluarga 33

B. Latar Belakang Pendidikan 34

C. Perjalanan Karir Politik Dan Organisasi 36

D. Asmah Sjachruni Di Mata Sahabat 42

Page 10: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

E. Gambaran Singkat Pengalaman Asmah Sjachruni

Dalam Kepemimpinannya Selama Tiga Periode

(1979-1994) 45

BAB IV PERANAN MUSLIMAT NU PADA MASA KEPEMIMPINAN

ASMAH SJACHRUNI

A. Periode Pertama Kepemimpinannya 51

B. Periode Kedua Kepemimpinannya 53

C. Periode Ketiga Kepemimpinannya 56

BAB V PENUTUP

Kesimpulan 68

DAFTAR PUSTAKA 73

LAMPIRAN 76

Page 11: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Gerakan-gerakan yang melatar belakangi kelahiran Nahdlatul Ulama

adalah Tashwirul Afkar, sebagai lembaga pengembangan pemikiran dan

penalaran, Nahdlatul Tujar, organisasi perdagangan, Nahdlatul Wathan,

lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan, Nahdlatus Syuban,

organisasi kepemudaan, dan lain-lain. Kelahiran Nahdlatul Ulama sendiri

dipicu oleh kasus ditolaknya wakil Kyai/Ulama untuk ikut dalam delegasi

Islam Indonesia yang akan menghadiri rapat Khilafah di Mekkah atas

undangan Raja Saud. Penolakan tersebut dengan alasan wakil Kyai/Ulama

tidak memiliki organisasi. Kemudian dibentuklah panitia aksi dengan nama

Komite Hijaz yang berhasil menggalang dana dan mengirimkan wakilnya

sendiri ke Arab Saudi.

Keberhasilan aksi ini, menumbuhkan rasa percaya diri untuk

membentuk organisasi permanen berskala Nasional. Organisasi itulah yang

kemudian dikenal dengan Nahdlatul Ulama (NU), yang berarti kebangkitan

Ulama. Besarnya pengaruh Kyai/Ulama lewat lembaga pendidikan pesantren

mengakibatkan NU cepat melebarkan sayap organisasinya dengan

pembentukan cabang-cabang. Dan pada saat yang sama, NU kian

Page 12: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

menancapkan pengaruh dan peranannya dalam persoalan kehidupan berbangsa

dan bernegara, sesuai dengan tuntutan kondisi yang ada.1

Nahdlatul Ulama (NU) dikenal sebagai organisasi sosial keagamaan

yang bersifat tradisional. Meski begitu, bukan berarti dalam NU tidak ada

upaya pembaruan, karena tampilnya NU sendiri justru merupakan sebuah

gerakan pembaruan di lingkungan kaum santri. Perubahan dan pembaruan

yang terjadi di lingkungan NU, antara lain digagas oleh KH Wahid Hasyim.

Akan tetapi, di samping beliau, ada lagi seorang tokoh pembaruan NU yang

juga amat berpengaruh yakni KH Muhammad Dahlan. Kalau Kiai Wahid

membolehkan hakim wanita, maka dalam NU Kiai Dahlan mempelopori

berdirinya organisasi Wanita NU yakni Muslimat. Bahkan dengan

kegigihannya, ia meyakinkan KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahab Hasbullah,

yang akhirnya didukung seluruh Nahdliyin.

Kiai. Dahlan adalah seorang organisator yang ulet dan mahir

berargumentasi. Bintangnya makin bersinar saat ia menghadiri kongres NU

XIII di Menes, Banten pada tanggal 11-16 Juni 1938. Sejarah mencatat bahwa

kongres NU di Menes merupakan forum yang memiliki arti tersendiri bagi

proses terbentuknya organisasi Muslimat NU. Dalam kongres tersebut, untuk

pertama kalinya muncul usulan tentang perlunya wanita NU mendapatkan hak

yang sama dengan kaum lelaki dalam menerima didikan agama melalui

organisasi NU.

Usul disetujui. Dan sejak itu, kaum wanita secara resmi diterima

menjadi anggota NU meski sifat keanggotannya hanya sebagai pendengar dan

1Muchith Muzadi, NU dan Fiqh Kontekstual, (Yogyakarta, LKPSM NU DIY: 1995)

cet ke 2

Page 13: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

pengikut saja, tanpa boleh menduduki kursi kepengurusan. Itu terus

berlangsung hingga Kongres NU XV di Surabaya tahun 1940.

Dalam kongres tersebut terjadi pembahasan yang cukup sengit tentang

usulan Muslimat yang hendak menjadi bagian tersendiri dengan mempunyai

kepengurusan tersendiri dalam tubuh NU. Kiai Dahlan termasuk pihak yang

gigih memperjuangkan agar usulan tersebut bisa diterima. Begitu tajamnya

pro-kontra menyangkut penerimaan usulan tersebut, hingga kongres sepakat

menyerahkan perkara itu kepada PB Syuriah untuk diputuskan.

Sehari sebelum kongres ditutup, kata sepakat belum didapat. Kiai

Dahlan-lah yang berupaya membuat semacam pernyataan penerimaan

Muslimat untuk ditandatangani KH Hasyim Asyari dan KH A Wahab

Hasbullah. Dengan adanya secarik kertas tanda persetujuan kedua tokoh besar

NU itu, proses penerimaan dapat berjalan dengan lancar. Bersama A Aziz

Dijar, Kiai Dahlan pulalah yang terlibat secara penuh dalam penyusunan

peraturan khusus yang menjadi cikal bakal Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga Muslimat NU di kemudian hari.

Bersamaan dengan hari penutupan kongres NU XVI, organisasi

Muslimat NU secara resmi dibentuk, tepatnya tanggal 29 Maret 1946. Sebagai

ketuanya dipilih Chadidjah Dahlan asal Pasuruan, yang tak lain adalah isteri

Kiai Dahlan.2

Mulai tahun 1946-1952 kongres NU ke XVII di Madiun dan ke XVIII

di Jakarta ditandai dengan suasana perjuangan mempertahankan kedaulatan

Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Kemerdekaan memberikan corak baru

2 http://www.republika.co.id, direkam pada 25 Okt 2007 .

Page 14: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

pada pergerakan wanita Indonesia. Organisasi-organisasi dituntut untuk

memperkembangkan sesuai dengan kebutuhan zaman.3

Muslimat NU adalah salah satu organisasi kewanitaan yang cukup tua

di Indonesia. organisasi ini banyak memperjuangkan wanita. Organisasi ini

bertekad untuk meningkatkan kwalitas perempuan Indonesia yang cerdas,

trampil, dan kompetitif, mempersatukan gerak kaum perempuan Indonesia,

khususnya perempuan Islam Ahlussunah Waljamaah, serta organisasi ini

banyak bergerak dalam bidang sosial, pendidikan, dan dakwah.4

Hj. Asmah Sjachruni merupakan salah satu ketua Muslimat NU yang

memimpin Muslimat selama tiga periode berturut-turut dari tahun 1979-1995.

beliau merupakan profil wanita yang pemberani dan berhasil menjalankan

kehidupan di Jakarta dari pulau seberang, di pedalaman Kalimantan selatan.

Hj. Asmah Sjachruni mulai aktif di PP Muslimat NU pada tahun 1959.

pada saat itu dalam kongres VII di Jakarta 1959, Muslimat memberi

kepercayaan padanya untuk menangani bidang sosial. Kemudian duduk

sebagai ketua II dalam susunan PP Muslimat NU hasil kongres VIII di Solo,

tahun 1962 dan kongres IX di Surabaya tahun 1967. baru kemudian duduk

sebagai ketua umum tahun 1979, hasil kongres X di Semarang.5 Beliau

merupakan ketua ke tiga setelah Hj. Chodidjah Dahlan dan Hj. Mahmudah

Mawardi.

Kepemimpinan dan ketokohan Ibu Hj. Asmah Sjachruni di kalangan

Muslimat NU sangat terasa. Beliau mempunyai ketegasan dan keteguhan

3 Saifuddin Zuhri, dkk, Sejarah Muslimat Nahdlatul Ulama, (PP. Muslimat NU,

Jakarta:1979), h. 63 4 http://www.muslimat-nu.or.id . 18 April 2008

5 Asmah Sjachruni, dkk, 50 tahun Muslimat NU, Berkhidmat Untuk Agama dan

Bangsa,(LAKPESDAM, Jakarta:1996) h. 139

Page 15: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

pendirian. Beliau bersikap proaktif tetapi tetap teguh mengikuti aturan dan

ketentuan yang masih berlaku dalam organisasi.6 Berkat kepemimpinannya

yang tegas dan konsekwen, banyak pihak menaruh kepercayaan terhadap

Muslimat NU untuk membuka hubungan kerjasama. Pemerintah

menempatkan Muslimat NU sebagai mitra pembangunan bangsa dalam

berbagai bidang.

Dengan alasan itulah, penulis mengajukan judul “Kiprah Muslimat

NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni 1979-1994” sebagai

judul skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) pada Program Studi

Sejarah dan Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

A. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang yang telah penulis sampaikan, maka penulis hanya

membatasi pada pokok-pokok permasalahan yang berkaitan dengan judul yang penulis ajukan, yaitu tentang “Kiprah Muslimat NU Pada Masa

Kepemimpinan Asmah Sjachruni 1979-1994”. Sesuai dengan pengajuan

judul tersebut, maka masalah-masalah yang akan penulis kaji adalah:

1. Bagaimana sejarah berdirinya Muslimat NU serta perkembangannya?

2. Apa saja peranan Muslimat NU untuk mengangkat derajat perempuan

Muslim Indonesia dalam bidang pendidikan dan dakwah pada masa

kepemimpinan Asmah Sjachruni?

B. Tujuan dan Manfaat penelitian

Dalam penelitian ini, tujuan yang hendak penulis capai adalah:

6 Pendapat Salahuddin Wahid dalam buku Asmah Sjachruni, Muslimah Pejuang

Lintas Zaman, Ali Zawawi, dkk, (Pustaka Indonesia Satu, Jakarta:2002) h. 206

Page 16: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah berdirinya Muslimat NU serta

perkembangannya

2. Untuk mengetahui apa saja peranan Muslimat NU untuk mengangkat

derajat perempuan Muslim Indonesia dalam bidang pendidikan dan

dakwah pada masa kepemimpinan Asmah Sjachruni

Secara akademik, penelitian ini dibuat untuk menambah khazanah

ilmu pengetahuan.

Secara praktis, penelitian ini dibuat sebagai informasi eksplisit

mengenai sejarah dan perkembangan sebuah organisasi di bawah NU yang

bernama Muslimat NU yang bergerak di bidang pemberdayaan perempuan.

C. Metode Penelitian

Dalam penelitian mengenai Muslimat NU, penulis merasa perlu melakukan

penelitian langsung untuk mendapatkan data-data yang akurat. Tapi, untuk

menunjang kevalidan penelitian, penulis juga menggunakan literature yang

ada. Untuk itu, penulis menggunakan pendekatan Historical Method yang

mencakup Heuristik, Kritik, Interprestasi, dan Historiografi.

Heuristik, yaitu pencarian sumber data dari wawancara, berbagai arsip dan

berbagai sumber lain baik yang bersifat data primer maupun sekunder.

Kritik, yaitu kritik terhadap sumber data yang ada untuk memastikan validitas

data dan kecenderungan sumber. Hal ini dilakukan untuk menjaga objektifitas

penelitian. Dengan demikian, informasi yang tersaji akan menjadi fakta

sejarah yang objektif.

Page 17: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Interpretasi, dilakukan terhadap fakta sejarah yang telah diseleksi melalui

proses diatas dan disajikan dengan menggunakan pendekatan

multidimensional agar fakta-fakta tersebut menjadi sebuah kisah sejarah yang

menarik bagi berbagai kalangan.

Historiografi, yaitu penulisan sejarah.

Untuk sampai pada rumusan yang tepat mengenai kajian tersebut, metode

penelitian yang penulis gunakan, yaitu;

1. Teknik Pengumpulan Data

Penelian ini menggunakan wawancara langsung dengan pihak yang

berkaitan selain juga menggunakan study kepustakaan (Library Reseach)

yaitu penelitian dari literatur-literatur yang ada.

2. Metode Analisa Data

Setelah data-data yang diperlukan telah terpenuhi, maka langkah selanjutnya

adalah mengadakan identifikasi untuk selanjutnya mengkaji secara analitis

dengan menggunakan pendekatan yang akurat dengan metode induksi, yaitu

metode berfikir yang bertitik tolak pada data-data yang bersifat khusus yang

mempunyai kesamaan, kemudian di implikasi menjadi kesimpulan yang

bersifat umum. Kemudian penulis juga menggunakan metode analisa (Content

Analysis), yaitu suatu analisa tentang pesan yang tersirat dari komunikasi

yang penulis lakukan pada pihak-pihak yang bersangkutan dan analisa dari isi

yang terkandung dalam suatu data kemudian diolah dan disusun secara logis.

Adapun sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Sumber Data Primer

Page 18: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Yaitu berupa wawancara langsung dengan Asmah Sjachruni dan buku-

buku yang beliau tulis langsung.

2. Sumber Data Sekunder

Yaitu dengan mengumpulkan data-data melalui wawancara dengan orang

terdekat, buku-buku, artikel dan berita dari situs internet, serta makalah-

makalah yang berhubungan dengan Muslimat NU dan perkembangannya

Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni.

Mengenai teknik penulisan, penulisan skripsi ini merujuk pada buku

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang

disusun oleh TIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

D. Survei Pustaka

Survei pustaka yang penulis lakukan adalah dengan membaca buku-

buku berkaitan dengan Muslimat NU dan kiprah Asmah Sjachruni dalam

Muslimat NU. Buku pertama adalah Buku yang ditulis oleh Asmah Sjachruni,

dkk, 50 Tahun Muslimat NU, Berkhidmat Untuk Agama dan Bangsa. Buku

ini memuat perjuangan Muslimat untuk tetap eksis dan diakui oleh Nahdlatul

Ulama juga oleh pemerintah. Hingga saat ini Muslimat diakui sebagai salah

satu organisasi Perempuan yang eksis dan diakui dunia Internasional.7

Buku kedua yang penulis baca adalah buku karangan Ali Zawawi

yang berjudul Asmah Sjachruni; Muslimah Pejuang Lintas Zaman,

Jakarta:Pustaka Indonesia Satu, 2002. Buku ini memuat tentang Kiprah

Asmah Sjachruni dalam beberapa bidang yang Ia geluti terutama dalam

7 Asmah Sjachruni, dkk, 50 tahun Muslimat NU, Berkhidmat Untuk Agama dan

Bangsa,(LAKPESDAM, Jakarta:1996)

Page 19: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

bidang ke muslimatan. Ia sangat mencintai Muslimat NU hingga saat ini.

Walaupun Ia telah melepaskan jabatan dari Ketua Umum, namun Ia masih

mendampingi Muslimat dan kader-kader Muslimat NU dalam berbagai

aktivitas.

Dalam buku ini juga dijelaskan bahwa Asmah Sjachruni hingga saat

ini merupakan satu-satunya Ketua Muslimat yang berasal dari luar Jawa dan

berhasil memimpim Muslimat dalam tiga periode yaitu dari tahun 1979-1984,

kemudian dipercaya lagi untuk memimpin Muslimat pada periode 1984-1989,

selanjutnya berliau menjabat lagi sebagai ketua Muslimat NU pada periode

1989-1994. Hal itu membuktikan bahwa selain beliau cukup di hargai dan

mendapatkan penghormatan dari kalangan warga Nahdliyin, beliau juga

memiliki kecakapan dalam memimpin Muslimat NU.8 Buku ini menjadi buku

primer sekaligus sekunder penulis dalam pembuatan skripsi ini

Buku ketiga yang menjadi bahan rujukan penulis adalah Buku Sejarah

Muslimat Nahdlatul Ulama yang ditulis oleh Tim Sejarah Muslimat NU di

terbitkan tahun 1979 oleh PP Muslimat NU Jakarta. Dalam buku itu

dijelaskan mengenai sejarah berdirinya Muslimat NU. Dari mulai pergerakan

perempuan sebelum Muslimat muncul sampai perjuangan Nyai-Nyai untuk

melahirkan Muslimat NU di tengah-tengah Mahdlatul Ulama yang di

dominasi oleh laki-laki.9 Buku ini menjadi sumber sekunder bagi penulis

dalam menjelaskan mengenai sejarah keorganisasian Muslimat NU.

8 Ali Zawawi, dkk, Asmah Sjachruni, Muslimah Pejuang Lintas Zaman dari

Kalangan Nahdlatul Ulama, (Jakarta:Pustaka Indonesia Satu, 2002) 9Tim sejarah Muslimat NU, Sejarah Muslimat Nahdlatul Ulama, (Jakarta: PP.

Muslimat Nahdlatul Ulama, 1979)

Page 20: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

E. Sistematka Penulisan

Secara sistematis, penulisan skripsi ini terbagi dari lima bab yang

berisikan:

BAB I Bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metotologi penelitian, survey Pustaka, dan sistematika

penulisan

BAB II Bab ini akan membahas mengenai keadaan dunia dan Indonesia

menjelang berdirinya Muslimat NU, sejarah pergerakan perempuan

dari sebelum berdirinya Muslimat NU sampai lahir dan

berkembangnya Muslimat NU.

BAB III Bab ini membahas tentang biografi Asmah Sjachruni yang akan

membahas tentang latar belakang keluarga dan pendidikan beliau,

perjalanan politik dan organisasinya dalam Muslimat NU, pendapat

orang-orang terdekat mengenai beliau, serta gambaran singkat

pengalaman Ibu Asmah Syahruni dalam kepemimpinannya selama

tiga periode

BAB IV Bab ini membahas mengenai periode-periode kepemimpinan beliau

selama tiga periode dalam Muslimat NU, kemudian peranan

organisasi Muslimat NU dalam bidang Pendidikan dan dakwah

pada masa kepemimpinan Ibu Asmah Sjachruni

BAB V Merupakan bab penutup yang akan menguraikan beberapa

kesimpulan dari materi yang telah di uraikan.

Page 21: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

BAB II

SEJARAH BERDIRINYA MUSLIMAT NU

A. Latar Belakang Berdirinya Muslimat NU

1. Kondisi Di Dunia Secara umum Menjelang Berdirinya Muslimat

Menjelang berdirinya Muslimat NU di Asia sedang mengalami

perang yang berkembang sangat cepat. Ditambah dengan Rusia yang

kemudian mengumumkan perang dengan Jepang, yang mengakibatkan

Jepang mengalami kekalahan-kekalahan. Puncaknya Pada tanggal 6

Agustus 1945 kota Hiroshima dibom atom.

Di India, sedang terjadi pergolakan menjelang berdirinya Muslimat

NU. Timbul pemikiran mengenai berdirinya tanah air Muslim yang

diprakarsai oleh Muhammad Iqbal pada tahun 1930. Dalam sebuah

pertemuan akbar di tahun 1930, Ia menyerukan penggabungan Punjab,

provinsi perbatasan di wilayah barat laut, Sind, dan Baluchistan menjadi

sebuah Negara tunggal. Dari tahun 1938-1945 propaganda dilancarkan

untuk menggalang kekuatan Muslim menuju perjuangan yang telah jelas

itu. Setelah pemilu tahun 1945 gerakan menuju sebuah negara nasional

Muslim tidak dapat dibendung. Pada tahun 1946 partai kongres maupun

Liga Muslim menolak rencana Inggris untuk membentuk sebuah

pemerintahan federal. Akhirnya, pada tanggal 14 Agustus 1947 lahirlah

Page 22: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Negara Pakistan, dan pada tanggal 15 Agustus Pakistan menjadi Negara

Merdeka.10

Perang Dunia ke II mengakibatkan terjadinya perubahan besar

terhadap kehidupan Melayu, hal ini disebabkan oleh penyerahan

kekuasaan Inggris kepada aristokrasi Melayu dan pembentukan negara

Melayu yang merdeka di perintah oleh elit tradisionalnya. Kemerdekaan

Melayu bermula pada tahun 1946, dengan rencana Inggris membentuk

sebuah kesatuan Melayu yang digabungkan atau melepaskan beberapa

Negara kesultana Melayu, Singapura, Malaka, dan Penang. Inggris ingin

mengakhiri kesultanan dan membentuk sebuah pemerintahan pusat dan

menberikan kesempatan pada imigran Cina dan India untuk mengakses

kekuasaan politik. Rencana tersebut ditentang oleh aristokrasi Melayu

yang pada tahun 1946 membentuk Organisasi Kesatuan Nasional Melayu.

Perlawanan tersebut memaksa pihak Inggris memodifikasi rencana

tersebut dengan sebuah Pemerintahan federasi Melayu pada tahun 1948

dengan tetap mempertahankan keberadaan sejumlah pemerintahan Melayu

dan menjamin supremasi kepentingan warga Melayu.11

2. Kondisi Di Indonesia Secara Umum Menjelang Berdirinya Muslimat

Pada tahun 1938-1945 terjadi Perang Dunia ke II antara Jerman,

Itali dan Jepang berhadapan dengan sekutu yang terdiri dari Inggris,

Perancis, Rusia, ditambah dengan Amerika. Hindia Belanda di bawah

jajahan Belanda mengumumkan perang kepada Jepang. Dengan demikian,

10

Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam Bagian ke III, (Jakarta: PT. Grafindo

Persada, 1999) h. 298 11 Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam… h. 355-356

Page 23: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Indonesia menjadi salah satu sasaran Jepang, hal ini mengakibatkan satu

per satu wilayah Hindia Belanda yang menjadi sumber minyak dikuasai

Jepang. Tanggal 1 Maret 1942 tentara Jepang mendarat di Jawa. Bandung

yang saat itu menjadi pusat pertahanan Belanda dibombardir Jepang

hingga Belanda menyerah tanpa syarat.12 Mulai saat itu Indonesia di

kuasai Jepang sampai tahun 1945.

Gerakan pemberontakan Islam yang terbesar adalah Dar al-Islam,

yang didirikan oleh mantan aktivis Sarekat Islam bernama Kartosuwiryo.

Pada tahun 1940 Kartosuwiryo mendirikan lembaga Suffah sebagai pusat

propaganda dan pusat pelatihan untuk menghasilkan kader-kader untuk

tugas dakwah Islam dan untuk pasukan militer Muslim, Hizbullah yang

diorganisir Jepang atas bantuan Masyumi. Pada tahun 1945, ia ditunjuk

untuk mengelola unit-unit militer Masyumi di Jawa Barat. Ia berperang

melawan Belanda pada tahun 1947 dan pada tahun 1948 ia tidak mau

menerima perjanjian Renville13 antara Indonesia dan kekuatan Belanda,

keluar dari partai Masyumi, dan menyatakan dirinya sebagai Imam untuk

sebuah pemerintahan Islam sementara, Negara Islam Indonesia.

Pertempuran militer melawan Belanda dan berlanjut menjadi melawan

pemerintahan Indonesia terus berlangsung hingga gerakan ini akhirnya

dibasmi pada tahun 1962.14

12

Taufik Abdullah, (ed), Sejarah Umat Islam Indonesia, (Majels Ulama Indonesia, 1991) h. 272

13 Perjanjian Renville ditandatangani tanggal 17 Januari 1948. Isi perjanjian terdiri

atas persetujuan gencatan senjata, prisip politik, dan beberapa prinsip tambahan dari KTN.

Perjanjian Renville mengakibatkan wilayah Indonesia semakin sempit dan dikurung oleh wilayah

pendudukan Belanda. 14 Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam… h. 341

Page 24: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Menjelang berdirinya Muslimat Nahdlatul Ulama, Indonesia dalam

keadaan mempertahankan kemerdekaan dari para penjajah. Pada bulan

Januari 1946, pendudukan kembali Belanda atas Jakarta semakin kuat

sehingga diputuskan untuk memindahkan ibukota ke Yogyakarta, yang

tetap menjadi ibukota Indonesia yang merdeka selama masa revolusi.15

Pada tanggal 10 Februari 1946 konsesi Belanda yang maksimal

terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia diumumkan16

yang intinya

adalah Belanda menolak kemerdekaan bagi Indonesia. Pengumuman ini

segera melahirkan reaksi-reaksi baik dari kalangan rakyat Indonesia

maupun kalangan Belanda. Namun demikian, dengan ini mulailah secara

resmi diplomasi antara Indonesia dan Belanda untuk menentukan nasib

nusantara.

Pertempuran-pertempuran di Jakarta meluas ke luar kota, dari

Bogor sampai Bandung terjadi pertempuran setiap hari. Diplomasi yang

dijalankan antara Indonesia dan Belanda terus berlangsung.

Di Sumatera Timur, kelompok-kelompok bersenjata yang sebagian

besar terdiri atas orang-orang Batak dan di pimpin oleh kaum kiri,

menyerang raja-raja Batak Simalungun dan Batak Karo pada bulan Maret

1946, seperti yang pernah terjadi pada tahun 1942.

Kabinet Syahrir dengan dukungan penuh Soekarno-Hatta berjuang

menhadapai dua Front, front terhadap Belanda, dan front dalam negeri,

yang sama-sama mengancam. Keadaan rakyat semakin sulit. Bahan

15

M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, (Jakarta, P.T. Serambi Ilmu

Semesta, 2007) h. 443 16

A.H.Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid III, (Bandung,

Angkasa,1978) h. 22

Page 25: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

makanan dan pakaian mulai susah didapatkan karena terjadi peperangan

dimana-mana setiap hari.

B. Pergerakan Wanita Sebelum Berdirinya Muslimat NU

Pada Permulaan abad ke-20, gerakan perjuangan Bangsa Indonesia

menuju kemerdekaannya mengalami perubahan. Apabila perjuangan merebut

kemerdekaan sebelumnya sangat bergantung pada kharisma seorang

pemimpin, maka sejak tahun 1908 tidak demikian lagi karena yang

menentukan adalah tata nilai baru yang dilembagakan dalam bentuk organisasi

yang maju. Rakyat bergerak dengan teratur, tersusun dalam suatu himpunan.

Sedangkan pemimpinnya dipilih dan ditunjuk oleh orang-orang yang

tergabung dalam organisasi tersebut.17

Kesadaran historis yang senantiasa menghendaki adanya perubahan ke

arah perbaikan melahirkan perubahan-perubahan di berbagai bidang, yang

layak disebut dengan kesadaran harga diri sebagai bangsa dan manusia.

Dengan kesadaran harga diri itulah kemudian bangkit gerakan-gerakan

kemerdekaan untuk memerdekakan dan untuk melepaskan diri dari belenggu

penjajahan.

Dalam konteks Indonesia, kesadaran baru itu ditandai dengan lahirnya

Budi Oetomo tahun 1908 yang kemudian disusul dengan berbagai organisasi-

organisasi lainnya termasuk organisasi wanita. Pergerakan kaum wanita

Indonesia sangat erat kaitannya dengan pergerakan kebangsaan Indonesia, dan

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan organisasi-

17

Asmah Sjahruni, dkk, 50 Tahun Muslimat Nu Berkhidmad untuk Agama dan

Bangsa, (Jakarta: Lakpesdam, 1996) h.2

Page 26: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

organisasi kebangsaan lainnya. Seiring dengan lahirnya organisasi-organisasi

kebangsaan, lahir pula organisasi-organisasi kebangsaan wanita Indonesia,

dengan berbagai latar belakang budaya dan trdisinya.

Pergerakan wanita Indonesia pada permulaan abad ke-20 merupakan

lanjutan sejarah perjuangan wanita sebelumnya. Kesadaran itu telah dirintis

oleh para tokoh-tokoh pahlawan dan perintis wanita, seperti RA. Kartini dari

Jawa Tengah, Martha Christina Tiyahahu dari Maluku, Cut Nyak Dien dan

Cut Nyak Meutia dari Aceh, Nyai Ahmad Dahlan dari Yogyakarta, Rahmah

el-Yunusiyah dari Sumatera Barat dan Dewi Sartika dari Jawa Barat. Secara

langsung atu tidak langsung mereka telah memberikan inspirasi dan dorongan

yang sangat berharga bagi perkembangan pergerakan wanita di Indonesia.

Pada tahun 1904, ketika RA. Kartini wafat, tidak tercatat reaksi

langsung dari bangsa sendiri, maupun Bangsa Belanda, kecuali dari kawan

dekat dan keluarga. Namun demikian, pengaruh atau tanggapan terhadap sikap

dan keteguhan hati Kartini, pada hakikatnya cukup nyata, baik dalam

meneladani sikap dan mengikuti jejak Kartini. Banyak wanita tidak segan-

segan lagi untuk menuntut pendidikan setaraf dengan kaum pria. Pemerintah

Belanda maupun swasta mulai memperbolehkan perempuan dari berbagai

kalangan untuk bersekolah. Selain itu, di kalangan keluarga yang berada,

banyak wanita membuka kelas-kelas pengajaran di rumah untuk mendidik

gadis-gadis di wilayah sekitarnya. 18

Secara umum ada tiga aliran dalam pergerakan wanita Indonesia.

Pertama adalah golongan kebangsaan yang liberal. Kedua golongan agama.

18

Haryati Soebadio dan Saparinah Sadli, Kartini Pribadi Mandiri, (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 1990) h. 105

Page 27: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Ketiga golongan feminis demokrat yang perjuangannya tak berbeda dengan

wanita barat, bergumul dengan masalah kedudukan wanita.19 Penggolongan

ini didasarkan atas perbedaan latar belakang budaya, ideologi dan tradisi yang

hidup dalam masing-masing komunitas organisasi. Bagaimanapun, pergerakan

yang terjadi di Indonesia merupakan perjuangan seluruh komponen bangsa

yang saling mempengaruhi.

Dinamika politik kebangsaan sangat diwarnai dengan keterlibatan

kaum wanita. Hal ini dapat dilihat tidak hanya dari aktivitas organisasi remaja

Islam yang berpusat di sekolah-sekolah agama, tetapi juga pada kegiatan

wanita dalam partai radikal, seperti Perhimpunan Musliman Indonesia (Permi)

di Sumatera Barat. Bahkan ketika tokoh partai laki-laki ditangkap dan dibuang

serta beberapa tokoh wanita dipenjarakan, partai radikal yang revolusioner ini

dengan berani menampilkan wanita sebagai ketua umum. Tokoh wanita Permi

yang dipenjarakan ialah Rangkayo Rasuna Said dan Rasimah Ismail, gadis

yang berusia 18 tahun pada tahun 1932, sedangkan wanita yang kemudian

tampil menjadi pemimpin Permi adalah Ratna Sari di tahun 1933.20

Gerakan organisasi kebangsaan dengan berbagai nuansa dan corak

kegiatannya ini mempunyai satu visi dan orientasi, yaitu memerdekakan

bangsa Indonesia. Perbedaannya hanya dalam pendekatan cara perjuangannya.

Beberapa menggunakan cara radikal revolusioner, beberapa lagi menggunakan

pendekatan kultural dengan memanfaatkan pendidikan sebagai basis

perjuangannya.

19

Asmah Sjahruni, dkk, 50 Tahun Muslimat.., h.4 20 Asmah Sjahruni, dkk, 50 Tahun Muslimat.., h.5

Page 28: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Sejak berdirinya Boedi Oetomo tahun 1908, berbagai organisasi lain

menyusul dibentuk, termasuk juga organisasi wanita. Pada tanggal 22

Desember 1928 diadakan Kongres Perempuan Indonesia yang pertama.

Kongres ini berhasil membentuk Perserikatan Perkoempoelan Perempoean

Indonesia (PPPI), yang merupakan asal-usul historis badan federasi yang saat

ini dinamakan Kowani.21

Pada tahun 1929 PPPI berubah menjadi Perserikatan

Perkoempoelan Istri Indonesia (PPPI), kemudian berubah lagi menjadi

Kongres Perempoean Indonesia pada tahun 1935.

Pada tanggal 15-17 Desember 1945 bertempat di Klaten diadakan

kongres wanita untuk pertama kali setelah proklamasi kemerdekaan.

Perkumpulan yang sama azas tujuannya masuk dalam gabungan baru yang

bernama Perwari (Persatuan Wanita Republik Indonesia) yang membentuk

suatu badan fusi, diantaranya Perwani, Wani, dan lain-lain. Perkumpulan-

perkumpulan lain seperti PPI (Pemuda Puteri Indonesia), Muslimaat, Aisyiah,

Persatuan Wanita Kristen, dan lain-lain tidak termasuk dalam fusi itu.

Sebagai lanjutan dari putusan kongres yang pertama tersebut, maka

pada tanggal 24-26 Februari 1946 diadakan konvensi di Solo yang berhasil

membentuk suatu badan gabungan yang bernama Badan Kongres Wanita

Indonesia.22

Akhirnya, pada bulan Juni tahun 1946 menjadi Kongres Wanita

Indonesia (KOWANI) sampai saat ini.23

Kiprah perjuangan wanita merupakan

artikulasi yang berkembang dalam masyarakat. Kejadian-kejadian yang

dianggap bertentangan dengan rasa keadilan dan perikemanusiaan menjadi

21

Asmah Sjahruni, dkk, 50 Tahun Muslimat.., h.6 22

Nani Suwondo, Kedudukan Wanita Indonesia: Dalam Hukum dan Masyarakat,

(Jakarta, Ghalia Indonesia, 1981) h. 179 23 http://www.kowani.or.id

Page 29: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

dorongan munculnya perjuangan kaum wanita untuk meninggikan harkat dan

martabatnya.

Tujuan didirikannya KOWANI yaitu:

1. menggalang persatuan dan membina kerjasama segenap potensi wanita

Indonesia,

2. menggariskan dan melaksanakanpokok-pokok perjuangan wanita

Indonesia untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang

menjamin pelaksanaan hak-hak wanita Indonesia debagai manusia dan

wanita,

3. melaksanakan Ampera dalam rangka mengisi kemerdekaan Negara

Kesatuan Republik Indonesia dengan menempatkan wanita di dalam

masyarakat sesuai dengan kedudukan fungsi dan profesinya,

4. menjelmakan pribadi wanita Indonesia yang mampu menjalankan dan

meyalurkan fungsi dan profesinya dengan baik serta mengintensifkan

partisipasi kaum wanita dalam pembangunan negara,

5. memupuk dan memelihara perdamaian dunia serta membina persahabatan

antar bangsa berdasarkan persamaan hak dan derajat.24

pada tahun 1930, didirikanlah Perkumpulan Pembasmi Penjualan

Perempuan dan Anak-anak (P4A), karena pada saat itu banyak gadis-gadis

anak petani miskin yang dijual pada Cina mendering (rentenir Tionghoa)

untuk menebus hutang petani tersebut. Dibentuk juga Komite Pembela Buruh

Perempuan Indonesia untuk membantu buruh perempuan yang diperlakukan

24

Taufik Abdullah, Ensiklopedi Indonesia Jilid IV, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van

Hoeve, 1983) .

Page 30: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

secara kejam di pabrik-pabrik di berbagai tempat.25

Tujuan utama

dibentuknya P4A dan Komite Pembela Buruh Perempuan Indonesia adalah

untuk melindungi hak-hak wanita sebagai manusia, juga memerangi

ketidakadilan dan kesewenang-wenangan yang terjadi pada saat itu.

Kowani berhasil menggabungkan berbagai organisasi wanita yang saat

itu sudah ada di Indonesia dengan corak yang berbeda-beda. Kowani hadir

menyatukan visi dan misi berbagai organisasi yang bergabung dengan corak

yang berbeda-beda, agar menjadi kekuatan untuk perjuangan kemerdekaan

Indonesia. Namun, terkadang perbedaan yang tidak dapat dikesampingkan

oleh masing-masing anggota menjadi potensi konflik yang menyebabkan

perkembangan Kowani mengalami pasang surut.

Kowani kemudian mendapatkan kesulitan lagi pada saat terjadinya

Gerakan 30 September 1965, karena ada pemimpin Kowani yang mendukung

gerakan ini. Kemudian timbulah Kesatuan Aksi Wanita (KAWI), yang

merupakan gabungan organisasi-organisasi Islam. KAWI mengadakan

kegiatan bersama dengan kesatuan aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi

Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI),

Kesatuan Aksi Pemuda dan Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi

Sarjana Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI), untuk

melawan gerakan-gerakan pendukung Gerakan 30 September 1965

(G30S/PKI).26

Selain KOWANI, berdiri juga Perkumpulan Istri Sedar pada tahun

1930. Pendirinya adalah Suwarni Pringgodigdo. Perkumpulan ini tidak mau

25

Asmah Sjahruni, dkk, 50 Tahun Muslimat.., h.8 26 Asmah Sjahruni, dkk, 50 Tahun Muslimat.., h.6.

Page 31: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

bergabung dengan Kowani. Mereka berpendirian bahwa bagi bangsa yang

dijajah, agar cepat memperoleh kebebasan, kaum wanita harus sederajat

kedudukannya dengan kaum pria. Padahal tujuan keduanya sama, yaitu

terwujudnya hak dan kedudukan yang sama antara pria dan wanita untuk

mempercepat pencapaian kemerdekaan Indonesia.

C. Lahirnya Muslimat NU

Organisasi wanita Islam disemangati ajaran tentang kesederajatan

antara sesama manusia di sisi Allah SWT. Gerakan wanita ini pada awalnya

lebih cenderung bergerak dalam bidang pendidikan. Kesadaran berpendidikan

bagi wanita muncul hamper serempak di berbagai wilayah Indonesia berkat

hadirnya RA. Kartini. Para remaja Islam perempuan mulai masuk sekolah

umum dan madrasah. Sekolah-sekolah mulai menerima murid perempuan, dan

tidak sedikit juga yang mengkhususkan pendidikan hanya untuk perempuan.

Sepanjang sejarahnya, Organisasi Wanita Islam di Indonesia, tidak

tampil sebagai pencetus gagasan dan pemikiran sosial baru. Organisasi wanita

baru muncul sebagai pencetus gagasan atau ide dalam hal-hal yang khusus

menyangkut masalah kewanitaan dan keperempuanan. Organisasi wanita lebih

banyak memainkan peranan sebagai penafsir dalam tindakan, pembela dalam

diskursus dan penunjang dalam gerakan sosial politik dari para pemula

gagasan baru. Andaipun ada yang baru, hal itu baru menyangkut masalah

kewanitaan yang eksklusif. Dalam sejarah, organisasi wanita kelihatan lebih

menampilkan diri sebagai pelaksana misi daripada pencetus gagasan.

Page 32: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Di Sumatera misalnya, hampir di seluruh pelosok ada sekolah-sekolah

Thawalib dan Diniyah yang menerima murid laki-laki dan perempuan.

Sekolah yang menerima murid perempuan adalah Diniyah Puteri di Padang

Panjang. Sekolah-sekolah Sumatera Thawalib juga mendirikan Perkumpulan

Sumatera Thawalib pada tahun 1922. Perkumpulan inilah yang menjadi basis

berdirinya Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) pada tahun 1930 di

Sumatera Barat. Permi adalah gerakan politik revolusioner yang menuntut

Indonesia merdeka. Dalam sejarah, Permi pernah dipimpin oleh seorang

wanita setelah pemimpin prianya ditangkap dan dipenjarakan. Permi

kemudian dibekukan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1937.

Di Jawa, pesantren-pesantren yang semula hanya menerima santri laki-

laki, membuka pintu untuk murid-murid perempuan. Pesantren pertama yang

menerima santri-santri perempuan adalah Pesantren Denanyar, Jombang pada

tahun 1930. Di kalangan pesantren lahir pula madrasah-madrasah khusus

perempuan seperti Madrasatul Banaat di Malang, Surabaya, Solo, Menes dan

tempat-tempat lainnya di seluruh Pulau Jawa. Aisyiyah (Wanita

Muhammadiyah) di Yogyakarta mendirikan macam-macam sekolah umum

dan kejuruan, kebidanan, dan sekolah guru untuk wanita di seluruh

Indonesia.27

Gerakan kemajuan ini berjalan terus. Sekolah-sekolah menghasilkan

gadis-gadis dan wanita-wanita terpelajar. Bersamaan dengan itu, munculah

gerakan-gerakan dan perserikatan-perserikatan wanita, baik yang bercorak

27Asmah Sjahruni, dkk, 50 Tahun Muslimat.., h.11-12

Page 33: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

kebangsaan maupun keagamaan. Salah satunya adalah lahirnya Muslimat

Nahdlatul Ulama.

Ciri khas yang membedakan ormas perempuan Islam dengan

organisasi-organisasi perempuan pada umumnya yaitu pada upaya dan kerja-

kerja mereka dalam melapangkan dialog yang intensif antara prinsip-prinsip

keadilan dan kesetaraan pada tataran normatif ajaran agama dengan realitas

kehidupan sehari-hari. Terutama menyangkut perlakuan diskriminatif terhadap

perempuan. Karena itu ormas-ormas perempuan Islam lebih banyak menekuni

program-program yang menggugah kesadaran masyarakat dan adanya perilaku

diskriminatif terhadap perempuan. Hal ini yang memunculkan kesadaran

bersama antara ormas-ormas perempuan Islam untuk bergerak bersama dalam

melawan diskriminasi.28

Proses lahirnya Muslimat Nahdlatul Ulama tidak terlepas dari

perkembangan Nahdlatul Ulama (NU). Pada suatu perkembangan tertentu NU

memerlukan hadirnya peranan wanita untuk menangani masalah kewanitaan

di kalangan wanita Ahlusunah wal-Jamaah yang pada saat itu hanya memiliki

hak untuk mendengarkan dan memberikan saran pemikiran, hingga Muktamar

NU ke-19 di Palembang pada tahun 1952.

Sebenarnya, gagasan tentang pentingnya dibentuknya Muslimat

Nahdlatul Ulama sudah muncul sejak Muktamar NU yang pertama pada tahun

1926. Hal ini ditandai dengan hadirnya beberapa tokoh perempuan, meskipun

28

Siti Musdah Mulia, Muslimah Reformis, Perempuan Pembaharu Keagamaan,

(Bandung: Mizan, 2005)

Page 34: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

saat itu perempuan belum menjadi bagian dari NU.29

Sejak didirikannya NU

hingga Kongres ke-13 di Menes, Banten pada tahun 1938 yang diwarnai

dengan perdebatan sengit, kaum wanita telah aktif berorganisasi. R. Djuarsih

dan Siti Syarah tampil sebagai pembicara, mewakili warga jamaah perempuan.

Setahun kemudian, ide tentang Muslimat NU kiat terasa kuat ketika

berlangsung Muktamar ke-14 di Magelang tahun 1939.30

Nahdlatul Ulama yang berdiri pada tanggal 31 Januari 1926

merupakan potensi kejuangan para ulama Indonesia yang setia terhadap

komitmennya pada perjuangan Bangsa Indonesia. Dalam sejarahnya, NU

mempunyai pengalaman perjuangan yang cukup panjang dalam meraih dan

mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Pada masa penjajahan

Belanda, pendudukan Jepang dan perang kemerdekaan, NU ikut berperan

secara aktif, bahkan salah satu perumus UUD 1945.31 Kegigihan NU inilah

yang menggugah kaum perempuan Nahdlatul Ulama untuk menghimpun

potensi dirinya untuk bersama NU melakukan perjuangan Indonesia dari

penjajahan, terutama kemerdekaan kaum perempuan.

Rumusan mengenai pentingnya peranan wanita NU dalam organisasi

mulai diakui saat Muktamar NU ke-15 di Surabaya tahu 1940, yaitu dengan

diterimanya rumusan pentingnya peranan wanita NU dalam organisasi NU,

masyarakat pendidikan dan dakwah dengan Anggaran Dasar dan pengurus

besarnya. Tetapi pada saat itu Muslimat NU belum mendapat pengakuan resmi

dari peserta Muktamar. Lahirnya Muslimat NU didorong oleh rasa

29

Sejarah Muslimat Nahdlatul Ulama, (Jakarta, PP. Muslimat NU, 1979) 30

Asmah, Sjachruni, dkk, 50 Tahun.. h. 21 31

Sejarah Singkat Muslimat NU, (Yogyakarta: Seksi Publikasi dan Dokumentasi

Muktamar NU ke 28, 1989)

Page 35: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

keprihatinan yang mendalam terhadap keadaan sikap, pandangan dan

perlakuan yang dirasakan tidak adil terhadap wanita.

Latar belakang paham Ahlussunah wal Jamaah sebagai paham

keagamaan menjadi motivasi bagi berdirinya Muslimat NU, karena warga

jamaah wanita NU sebagai satu kesatuan budaya dan paham keagamaan

merasa terpanggil untuk bersama-sama warga Jam’iyah pria mengusahakan

berlakunya paham tersebut di kalangan wanita. Pengertian Ahlussunah wal

Jamaah yang menjadi paham Muslimat NU adalah paham yang menjadikan

Islam sebagai nilai universal yang mencakup segala aspek kehidupan dan

tolok ukur perjuangan Muslimat NU.

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, pada tanggal 29

Maret 1946, bertepatan dengan 26 Rabiul Akhir 1365 H, keinginan jamaah

wanita NU untuk berorganisasi diterima dengan suara bulat oleh para utusan

Muktamar NU di Purwokerto, dengan nama Nahdlatoel Oelama Moeslimat

(NOM).32 Diresmikannya Muslimat NU sebagai bagian NU merupakan

tuntutan sejarah yang dinilai oleh Jamiah NU pada saat itu sudah sampai pada

tahap perkembangan yang memerlukan hadirnya wanita dalam kancah

perjuangan dan organisasi. Pandangan ini dikemukakan hanya oleh sebagian

kecil ulama NU, seperti KH. Muhammad Dahlan, KH. Wahab Chasbullah dan

KH. Syaifuddin Zuhri.

Lambang Muslimat NU sama dengan lambang NU, yaitu gambar bola

dunia diikat dengan tali, dilingkari lima bintang diatas garis khatulistiwa dan

yang terbesar diantaranya terletak di bagian atas. Sedangkan empat bintang

32 Asmah Sjahruni, dkk, 50 Tahun Muslimat.., h.20

Page 36: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

lainnya terletak di bawah khatulistiwa, sehingga jumlah seluruhnya adalah

sembilan bintang serta terdapat tulisan Nahdlatul Ulama dengan huruf Arab

yang melintasi bola dunia dan menyelusuri garis khatulistiwa. Lambang

tersebut dilukiskan dengan warna putih di atas dasar warna hijau.

Dalam Forum Komite Nasional Indonesia (KNIP) setelah Proklamasi

Kemerdekaan, Muslimat NU diwakili oleh Chadidjah Dahlan (1948-1956).

Pada kongres NU ke-19 tahun 1952 di Palembang, Muslimat NU memperoleh

status sebagai organisasi otonomi NU. Hal itu berarti Muslimat NU dapat

mengatur rumah tangganya sendiri, tanpa terlalu banyak campur tangan dari

Nahdlatul Ulama. Dengan otonomi itu, Muslimat NU lebih bebas bergerak

dalam memperjuangkan hak-hak wanita maupun kepentingan nasional lainnya

secara mandiri.

Kelahiran Muslimat NU membuktikan bahwa kepedulian ulama

wanita yang hidup di alam pesantren tidak kalah dengan potensi-potensi

perjuangan wanita Indonesia yang lain. Pada perkembangan berikutnya,

Muslimat NU berperan dalam perjuangan kemerdekaan, baik perjuangan fisik

maupun non fisik. Dalam perjuangan fisik, tercatat bahwa Muslimat NU

tergabung dalam barisan perjuangan revolusi, seperti menjadi kurir,

melaksanakan dapur umum, mengumpulkan bahan makanan, pakaian, obat-

obatan hingga pada perjuangan memanggul senjata. Mereka tergabung dalam

barisan Hizbullah, Sabilillah, Palang Merah Indonesia (PMI) dan kesatuan-

kesatuan perjuangan lainnya.33

33 Muktamar NU ke-28, (Yogyakarta: Sie. Publikasi NU, 1989) h.33

Page 37: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Dalam perkembangannya, Muslimat NU bekerjasama dengan

organisasi wanita Indonesia lainnya. Misalnya, Muslimat NU bergabung

dengan KOWANI, sebuah federasi organisasi wanita tingkat nasional. Dengan

kehadirannya di badan federasi itu, Muslimat NU memiliki peranan cukup

penting. Hal ini terbukti dari adanya beberapa posisi yang ditempati tokoh

Muslimat

• Tahun 1956-1965 Anggota Presidium KOWANI Machmudah Mawardi

• Tahun 1966-1968 Anggota DP KOWANI HSA. Wahid Hasyim

• Tahun 1968-1973 Anggota DP KOWANI Asmah Syachruni

• Tahun 1978-1981 Anggota DP KOWANI Dra. Farida Purnomo34

Selain menjadi anggota KOWANI, Muslimat NU juga aktif dalam

Komite Nasional Kedudukan Wanita Indonesia (KNKWI), suatu badan yang

bertugas melakukan riset tentang kedudukan wanita yang dibentuk pemerintah

bersama-sama dengan KOWANI dan KAWI tahun 1956. Muslimat NU di

KNKWI di wakili oleh

• Chadijah Imron Rosyadi pada tahun 1968-1970

• Malichah Agus pada tahun 1970-197335

Untuk mempersatukan langkah wanita Islam dalam hal-hal yang

menyangkut kepentingan bersama, Muslimat NU juga ikut mendirikan Badan

Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) pada tahun 1967.

Keanggotaan dari badan ini adalah pusat dari organisasi Islam Wanita

Indonesia. Yang pernah duduk sebagai anggota presidium BMOIWI adalah

34

Team Sejarah Muslimat NU, Sejarah Muslimat Nahdlatul Ulama, (Jakarta: PP

Muslimat NU, 1979) h.65 35 Muktamar NU ke 28, (Yogyakarta: Sie. Publikasi NU, 1989)

Page 38: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Machmudah Mawardi (1967-1977) dan Asmah Sjachruni (1977-1979). Dalam

melakukan kegiatannya badan ini bekerja sama dengan Departemen Agama,

Departemen Sosial dan Majelis Ulama Indonesia.

Pada masa perjuangan penegakan Orde Baru, Muslimat NU membantu

untuk menentang komunisme yang merajalela di Indonesia.36 Muslimat NU

bekerjasama dengan ABRI. Kerjasama ini tidak hanya pada saat meletusnya

G30S/PKI, tetapi jauh sebelumnya dalam usaha ketahanan nasional. Dalam

badan kerjasama militer, HSA. Wahid Hasyim dari Muslimat NU duduk

sebagai bendahara, kemudian Malichah Agus antara tahun 1960-1962.37

Dari segala upaya Muslimat NU dalam perkembangannya, Muslimat

NU melahirkan tonggak-tonggak sejarah yang cukup penting. Yang dimaksud

dengan tonggak perkembangan adalah peristiwa-peristiwa penting

perkembangan sejarah Muslimat NU yang dilahirkan secara langsung atau

tidak langsung oleh gagasan-gagasan, ide-ide, pokok-pokok pikiran,

pandangan atau pendirian Muslimat NU mengenai berbagai masalah yang

berkembang di dalam kehidupan masyarakat bangsa dari masa ke masa. Arah

dan tonggak-tonggak perjuangan Muslimat NU senantiasa mengikuti

perkembangan pandangan, pendirian dan visi tentang berbagai masalah serta

prinsip-prinsip yang dianutnya.

Di bidang internasional, Muslimat NU aktif dalam penyelenggaraan

Konferensi Islam Asia Afrika di Bandung tahun 1964. Dalam bidang

legislative, Muslimat NU bergabung dalam Partai NU, baik ketika Pemilu

1955 maupun Pemilu 1971. Salah satu hasil yang terasa hingga saat ini adalah

36

Muktamar NU ke-28 h.34 37 Asmah Sjahruni, dkk, 50 Tahun Muslimat.., h.25-27

Page 39: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

perjuangan Muslimat NU untuk menentang RUU Perkawinan yang diajukan

pemerintah (1974) dan melalui juru bicara PPP antara lain Ny. Asmah

Syahruni, RUU Perkawinan tersebut dihapus dari ketentuan yang berlawanan

dengan Agama Islam.

Saat ini, Muslimat NU berkarya di bidang kemasyarakatan setelah NU

kembali ke Khittah (1926). Fokus kegiatannya secara garis besar adalah

bidang pendidikan, dakwah dan sosial. Dalam bidang pendidikan, Muslimat

NU mendirikan Yayasan Pendidikan Muslimat yang bertugas mengelola

proyek/ kegiatan pendidikan yang terdiri dari pendidikan formal (sekolah) dan

non formal (luar sekolah). Pendidikan formal yang dikelola Muslimat NU

difokuskan pada Taman Kanak-kanak (TK). Di bidang pendidkan non formal,

Muslimat NU melakukan upaya pemberantasan buta huruf Arab dan latin,

disamping kegiatan-kegiatan pendidikan keterampilan.

Dalam bidang dakwah, Muslimat NU terutama mengarahkan pada

upaya amar ma’ruf nahi munkar. Karena itu, bentuknya pun bermacam-

macam, dari yang berupa pengajian-pengajian, majelis taklim, ceramah,

seminar maupun penerbitan jurnal dan buku-buku.

Bidang sosial merupakan yang paling penting bagi Muslimat NU.

Yang ditangani adalah kesehatan ibu dan anak, serta panti-panti asuhan anak

yatim. Untuk itu, Muslimat NU mendirikan Yayasan Kesejahteraan Muslimat

(YKM) yang mengelola Rumah Sakit Bersalin, BKIA, Klinik KB, Panti

Asuhan Yatim Piatu, Poliklinik dan sebagainya.38.

38 Muktamar NU ke-28, h.35

Page 40: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Namun dalam skripsi ini penulis hanya membatasi kiprah Muslimat

NU pada bidang pendidikan dan dakwah pada masa kepemimpinan Hj. Asmah

Sjahruni (1979-1994).

Page 41: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

BAB III

RIWAYAT HIDUP ASMAH SYAHRUNI

Dalam sejarah gerakan bangsa-bangsa di dunia dan komunitas pemeluk

agama, selalu lahir pemimpin dan orang-orang yang ditokohkan dalam banyak

persoalan kehidupan. Pemimpin tokoh-tokoh itu lahir di masa dan komunitas

tertentu sesuai kebutuhan sejarah yang memanggilnya serta komitmen yang

dimilikinya. Terlepas apakah pemimpin dan tokoh itu yang mengubah sejarah atau

boleh jadi sebaliknya, kekuatan sejarah yang tak gampang dipahami itu sendiri

yang secara sengaja sesuai dengan logika sejarah yang melahirkan sang pemimpin

dan sang tokoh. Tetapi sesuatu yang sulit diingkari adalah bahwa ketokohan

seseorang atau sekelompok orang hanya ada di dalam dan dari sebuah komunitas.

Tidak bisa dilepaskan pula salah satu tokoh muslimat NU yang satu ini.

Salah seorang pemimpin organisasi kewanitaan yang ada di tubuh NU ini telah

membawa organisasi tersebut mampu menunjukkan kekuatannya. Ia adalah orang

yang mampu membawa organisasi kewanitaan ini berkembang dan memiliki

kekuatan yang sejajar dengan organisasi-organisasi wanita lainnya.

Keberaniannya dalam mengkritik pemerintahan yang korup tidak

disangkal lagi. Ia adalah sosok wanita pemberani dalam menyuarakan

Pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI) pada masanya.39

39

Saifullah Ma’shum, Ali Zawawi, 50 Tahun Muslimat NU Berkhidmat untuk Bangsa

dan Negara, P.P. Muslimat NU, Jakarta, 1996, h. 137, 140.

Page 42: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

A. Latar Belakang Keluarga

Asmah lahir pada tanggal 28 Februari 1927 di Rantau, Kandangan,

Kalimantan Selatan dari pasangan Buhajar dan Imur. Kedua orang tuanya

adalah orang yang sangat teguh memegang tradisi. Ia adalah anak pertama dari

sembilan bersaudara, delapan perempuan dan satu laki-laki. Ketiga adik

perempuannya meninggal dunia di saat mereka masih kecil. Sebagai anak

yang paling tua, Asmah selalu dekat dengan keluarga dan senantiasa

menggantikan peran orang tua dalam hal tanggung jawab.

Waktu Asmah masih di Sekolah Dasar, bibinya sudah menjadi guru. Ia

mulai menyadari bahwa bibinya adalah seorang nasionalis tulen. Dia diajari

oleh bibinya sebuah syair yang mengandung makna perjuangan untuk merebut

kemerdekaan. Menurutnya pada saat itu, syair seperti itu tidak ada yang berani

melantunkannya secara terbuka. Begitupun dengan Asmah dan bibinya.

Mereka hanya membaca atau melantunkan syair itu di dalam kamar. Syair itu

berjudul “Di Timur Matahari” yang berbunyi: “ Di Timur Matahari, mulai

bercahya, bangun dan berdiri kawan semua, marilah mengatur barisan kita,

pemuda-pemudi Indonesia”.

Asmah bersuami bernama Syahruni. Syahruni termasuk orang yang

masih memiliki hubungan keluarga dengan dirinya. Kedua orang tua mereka

dari pihak ayah masih sepupu. Asmah dan Syahruni sama-sama sebagai

seorang guru. Syahruni adalah kakak kelasnya dalam satu perguruan. Mereka

menikah tiga bulan setelah pertunangannya. Selain gaji bulanan sebagai

seorang guru, untuk menunjang ekonomi keluarga Asmah dan suaminya juga

memiliki kebun karet yang hasilnya cukup untuk menambah biaya hidup

Page 43: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

rumah tangga.40

Ketika lahir anaknya yang pertama, dia dan suaminya sudah

memiliki rumah sendiri hasil dari jerih payahnya sebagai seorang guru dan

kebun karet yang digarapnya.

Sebagai anak dari orang yang tahu agama, Asmah kerap diajari oleh

ayahnya bagaimana cara membaca Al-Qur’an dengan baik, fiqih dan tauhid

sebagai dasar. Sejak kecil Ia sudah pandai membaca Al-Qur’an. Namun,

ayahnya juga menginginkan agar Asmah mengecap pendidikan umum untuk

bekal masa depannya. Untuk masuk dalam pendidikan umum, agak sulit

didapatkan, walaupun hanya pada tingkat SR (Sekolah Rakyat).

B. Latar Belakang Pendidikan

Pada saat itu bisa dikatakan bahwa perempuan masih sulit

mendapatkan hak pendidikan. Mungkin sebuah kenyataan yang harus

dipahami bahwa; pertama, anggapan sebuah keluarga yang menganggap

bahwa pendidikan itu tidak penting bagi anak perempuan, kedua, tenaga kerja

diperlukan untuk terjun ke sawah dan sebagainya, oleh karenanya anak

perempuan harus segera dicarikan suami untuk menambah tenaga kerja dalam

keluarga, ketiga, adalah aib kalau anak perempuannya tidak segera menikah.

Yang terakhir ini mungkin budaya yang diciptakan penjajah terhadap orang

pribumi agar tidak pernah maju.41

Hal di atas tidak berlaku dalam diri Asmah Syahruni. Sebagai orang

yang ingin maju, dia teguh dalam pendiriannya untuk masuk ke sekolah

umum. Dengan memanfaatkan kesempatan yang ada akhirnya Asmah

40

Musthafa Helmy, Asmah Syahruni; Muslimah Pejuang Lintas Zaman, Pustaka

Indonesia Satu, Jakarta, 2002, h. 10, 17, 18. 41 Ibid, h. 19.

Page 44: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Syahruni bisa dengan mudah masuk ke sekolah umum. Kakeknya sebagai

tokoh masyarakat dan bibinya sebagai guru telah memudahkannya untuk bisa

masuk ke sekolah umum, walaupun sekolah itu harus ditempuh dengan jarak

jauh dan berjalan kaki. Sekolah umum di daerahnya pada waktu itu hanya ada

di kecamatan. Itupun hanya (Sekolah Rakyat), lima tahun yang dibuat dua

jenjang. Jenjang pertama dari kelas satu sampai dengan kelas tiga, dan

mendapatkan ijazah. Lalu dilanjutkan ke jenjang yang kedua yaitu dari kelas

empat sampai dengan kelas lima.

Sejak masuk kelas empat, Asmah Syahruni mulai merasakan

perbedaan cara berfikir dirinya dengan orang tuanya. Pandangannya mulai

jauh ke depan. Meski perempuan, dia bisa menikmati pendidikan, meskipun

terkadang muncul pertentangan dengan keluarga, terutama dari keluarga

ayahnya. Kebetulan dalam keluarga ayahnya tidak ada saudara perempuannya

yang sekolah. Saat itu ia juga sempat diberhentikan sekolah oleh ayahnya

selama dua tahun. Dan meneruskannya kembali, akhirnya pada usia 14 tahun

dia lulus kelas lima. Setelah menikah dia mengajar di SR III, sementara

suaminya mengajar di SR I.42

Dengan bekal pendidikan itu, Asmah Syahruni menjadi guru selama

kurun waktu 1943-1954. Dengan Beslit Mienseibu Tjokan (saat ini disebut

Departeman Pendidikan dan Kebudayaan ), dia menjadi guru pembantu pada

Futsu Tjo Gakko (setingkat SD bentukan Jepang) di Rantau I, kemudian

menjadi Wakil Kepala Futsu Tjo Gakko di Rantau III. Selanjutnya ia terus

42 Ibid. h. 14, 21.

Page 45: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

malang melintang sebagai pendidik. Ia juga menjadi guru SR VI di Rantau III,

SR VI Batang Kulur Kandangan dan SR VI di Ulin Kandangan.

Pergulatan Asmah Syahruni di dunia pendidikan sebenarnya tidak

terbatas pada pendidikan umum saja, melainkan pendidikan agama.

Bersamaan dengan karirnya sebagai seorang guru, Asmah Syahruni juga aktif

dalam mengikuti pendidikan keagamaan. Berdasarkan rasa kekurangannya

dalam soal agama, membuat tokoh yang satu ini kerap mengikuti pengajian-

pengajian yang diadakan oleh kiai-kiai NU. Hal ini juga memberikan hikmah

tersendiri baginya. Karena dengan aktivitasnya sebagai seorang jam’iyah

pengajian pada waktu itu, membuatnya bisa mengenal dan dikenal oleh tokoh-

tokoh NU. Menurut pengakuannya, dari aktivitasnya dalam mengikuti

pengajian inilah yang pada akhirnya membuat dirinya faham akan NU,

bergabung dengan NU dan pada akhirnya dapat aktif dalam Muslimat NU.43

Pada tahun 1952, Asmah Syahruni diangkat menjadi konsulat

Muslimat NU di wilayah Kalimantan Selatan sampai 1956. Sejak saat itulah ia

mengubah arah kehidupannya, dari dunia pendidikan ke dunia politik dan

organisasi.44

C. Perjalanan Karir Politik dan Organisasi

Abad XX adalah abad kebangkitan bangsa-bangsa dunia. Bangkitnya

bangsa di Timur Asia melahirkan gerakan-gerakan kemerdekaan di Indonesia.

Pada akhir abad ke-19 dan abad ke-20, kebangkitan yang bersifat perlawanan

43

Wawancara pribadi dengan Asmah Syahruni, Kali Baru, Senen, Jakarta Pusat, 2008.

Tanggal, 6 Juni 2008 44 Saifullah Ma’shum, Ali Zawawi, 50 Tahun Muslimat NU, H. 138.

Page 46: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

terhadap keadaan dan penderitaan mulai bersifat gerakan-gerakan sosial.45

Kondisi seperti itu kerap terjadi dalam kurun waktu selama puluhan tahun

hingga datangnya Jepang ke wilayah nusantara.

Kondisi di atas tentu saja mempengaruhi pola dan perilaku hidup untuk

mencari jalan bagaimana keadaan seperti itu bisa di atasi dengan membawa

bendera perjuangan dan kemerdekaan. Getaran dari berbagai irama yang

bergolak di kalangan masyarakat itu telah mewarisi semangat perjuangan bagi

bangsa yang beragam ini. Sendi-sendi perjuangan untuk memajukan bangsa

masuk dalam tiap jiwa yang sadar akan kemampuan dirinya tanpa memandang

perbedaan gender. Hal inilah yang pada akhirnya menjadikan seorang Asmah

Syahruni merubah arah hidupnya dari dunia pendidikan ke dunia politik dan

organisasi.

Pada zaman pendudukan Jepang, Asmah Syahruni aktif di Fujinkai,

perkumpulan wanita bentukan Jepang di daerah-daerah yang diketuai oleh

bupati. Fujinkai adalah perkembangan lanjut dari impian Jepang Asia Timur

Raya dengan gerakan AAA (atau Tiga A – Nippon Pelindung Asia, Nippon

Pemimpin Asia dan Nippon cahaya Asia). Saat itu, semua organisasi wanita

pribumi yang ada dibubarkan. Ia mengawali dunia barunya ketika NU

menyatakan sikapnya keluar dari Masyumi dan menjadi partai politik

tersendiri pada tahun 1952.46

Aktivitas Asmah Syahruni di organisasi wanita mengundang dirinya

untuk berkiprah lebih luas. Ia merasakan itu ketika bergabung dalam

organisasi kewanitaan NU. Ia beranggapan bahwa ajaran NU yang selalu

45

PP. Muslimat NU, Sejarah Muslimat Nahdlatul Ulama, Jakarta, 1979, h. 39. 46 Saifullah Ma’shum, Ali Zawawi, 50 Tahun Muslimat NU, h. 138.

Page 47: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

mengikuti petunjuk wanita ternyata tidak mengekang wanita. Ia aktif di

Muslimat NU sejak tahun 1952. Ia kemudian diberi kepercayaan untuk

memimpin Muslimat NU di Kalimantan Selatan dan mendapat hak untuk

membentuk beberapa cabang.47

Kronologi awal keterlibatan Asmah Syahruni dalam Muslimat NU

tidak bisa dilepaskan dengan aktivitasnya dalam mengikuti pengajian rutin

yang diadakan oleh kiai-kiai NU di daerahnya seperti yang telah dijelaskan di

atas di satu sisi, dan seorang teman seprofesinya (seorang guru) yang

membuatnya dapat dikenal oleh tokoh-tokoh NU di sisi lain.48

Otonomi

organisasi wanita dalam tubuh NU ini dicapai pada saat ia menjabat sebagai

ketua wilayah. Ini memang merupakan salah satu cita-cita utama dalam

kepemimpinannya dalam ketua PP Muslimat NU yang akan dibicarakan pada

bab berikutnya.

Pada tahun 1954 diadakan muktamar NU sekaligus kongres Muslimat

NU di Surabaya. Dari situ dia mulai dikenal banyak kalangan, bukan hanya

dari kalangan wilayahnya sendiri di Kalimantan, tapi juga di luar Kalimantan

seperti Jawa dan lain-lain.

47

Musthafa Helmy, Asmah Syahruni; Muslimah Pejuang, h. 30. 48

Sebelum muktamar NU di palembang tahun 1952, Asmah Syahruni dipanggil oleh

pimpinan NU di wilayahnya atas usulan teman seprofesinya (seorang guru) yang bernama Asri.

Asri menceritakan beberapa kelebihan yang dimiliki Asmah sebagai seorang yang layak dijadikan

pemimpin dalam memajukan Muslimat NU di wilayah itu. Dalam sebuah pertemuan kecil 1952

dibentuklah ketua wilayah (saat itu di tubuh Muslimat NU belum ada ketua wilayah untuk Daerah

Kalimantan Selatan, walaupun sudah memiliki beberapa cabang). Asri mencalonkan Asmah Syahruni yang saat itu mengungsi di rumah dirinya untuk dijadikan sebagai ketua wilayah. Atas

dukungan Ahmad Efendi selaku ketua cabang NU sekaligus sebagai orang yang aktif di

departemen penerangan dan dukungan dari berbagai pihak termasuk tokoh-tokoh NU di wilayah

itu, akhirnya Asmah Syahruni siap untuk mengemban amanat berat sebagai ketua Wilayah

Muslimat NU. (Wawancara dengan Asmah Syahruni, Kali Baru, Senen, Jakarta Pusat, 2008).

Tanggal 6 Juni 2008

Page 48: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Apalagi topik sentral yang dibahas dalam muktamar adalah persiapan

pemilu yang akan dilaksanakan pada 1955 dan ia dipilih sebagai anggota

Panitia Penyusunan Calon anggota konstituante dan DPR untuk maju dalam

pemilu mendatang. Tetapi pada akhirnya Muslimat menunjuknya sebagai

wakil ketua.

NU pada saat itu belum diperhitungkan sebagai partai yang dapat

memenangkan pemilu. Namun kenyataannya, NU menang mutlak di

Kalimantan Selatan. Dari enam calon masuk DPR Pusat, tiga kursi disapu oleh

NU. Masyumi memperoleh dua kursi dan satu kursi diraih Partai Nasional

Indonesia (PNI).49

Saat itulah ia terpilih menjadi anggota DPR dari daerah

Kalimantan Selatan. Akhirnya dia berangkat ke Jakarta. Pada tahun 1959 di

Jakarta, ia mulai aktif di Pucuk Pimpinan (PP) Muslimat NU di samping di

DPR. Kongres VII di Jakarta pada 1959 memberi kepercayaan pada dirinya

untuk menangani bidang sosial. Kemudian duduk sebagai Ketua II dalam

susunan PP Muslimat hasil Kongres VIII di Solo tahun 1962 dan Kongres IX

di Surabaya tahun 1967. Akhirnya pada tahun 1979, hasil kongres X di

Semarang mengangkatnya sebagai ketua umum.50

Titik balik seseorang dalam menempuh perjuangannya tentu tidak bisa

dilepaskan dari kekuatan mental, keberanian dan pengorbanan. Hal ini juga

dialami oleh Asmah Syahruni ketika Ia melangkahkan kakinya di Ibu Kota

demi cita-cita besar dalam perjuangannya.51

49

Musthafa Helmy, Asmah Syahruni; Muslimah Pejuang, h. 33, 36. 50

Saifullah Ma’shum, Ali Zawawi, 50 Tahun Muslimat NU, h. 139. 51

Demi tercapainya cita-cita besar serta pemenuhan tanggung jawab sebagai anggota DPR

sekaligus aktivis Muslimat, Asmah Syahruni rela menjual rumahnya untuk mengongkosi

keberangkatan bersama suaminya. Ketika sesampainya di Jakarta Ia hanya memegang uang sisa

untuk mengontrak rumah tanpa perabotan, walaupun pada akhirnya, lewat pengurus NU di Jakarta

Page 49: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Dalam setiap kepemimpinan di organisasi manapun, sang pemimpin

sebagai individu pasti memiliki model atau ciri khas tersendiri. Begitu pun

dengan wanita yang satu ini. Banyak dari kalangan Muslimat yang

menyatakan bahwa model kepemimpinan Asmah Syahruni sangat luwes,

responsif dan sikap yang diambilnya dalam menanggapi berbagai persoalan

bangsa berorientasi pada pemahaman fiqh dan tradisi keilmuan ulama.

Sebagai organisasi otonom yang berada dalam tubuh NU, sikap ini mungkin

wajar. Hampir semua kebijakan Muslimat NU selalu berpedoman pada fatwa

ulama syuriah NU. Ketika NU menuntut pembubaran PKI tahun 1965 Asmah

Syahruni tampil memimpin demontrasi besar yang diikuti wanita-wanita ibu

kota, jauh sebelum muncul kesatuan-kesatuan aksi menuju Kostrad.52

Sebelum menginjakkan kakinya ke dunia politik, Asmah Syahruni

memang lebih dulu aktif di organisasi yang didirikan pada 1926 di Surabaya

itu. Dari situ ia mulai dikenal oleh banyak orang. Lewat karirnya yang lebih

awal sebagai pengurus Muslimat NU di wilayah Kalimantan Selatan, lalu dia

terpilih sebagai anggota konstituante dan DPR Pusat untuk menghadapi

Pemilu 1955 pada Muktamar NU di Surabaya. Akhirnya dia terpilih sebagai

salah satu kandidat anggota dewan untuk wilayah pilihan Kalimantan Selatan

dan dia berhasil meraih suara terbanyak. Dari situlah dia memulai karirnya di

dunia politik. Namun demikian, bukan berarti dia meninggalkan aktivitasnya

Syaifuddin Zuhri, Ia mendapat bantuan dari Wahab untuk dapat mengontrak rumah plus

perabotan, mengingat pada saat itu anggota DPR tidak diberikan fasilitas oleh pemerintah. Ia pun terharu kalau mengingat hal itu. (Wawancara dengan Asmah Syahruni, Kali Baru, Senen, Jakarta

Pusat, 2008). Tanggal 6 Juni 2008 52

Di atas tank, Asmah Syahruni menyerukan kutukan terhadap PKI dan menuntut agar

ABRI bertindak untuk membubarkan PKI. Lih. Saifullah Ma’shum, Ali Zawawi, 50 Tahun

Muslimat NU Berkhidmat untuk Agama, Negara dan Bangsa, P.P. Muslimat NU, Jakarta, 1996,

h. 140

Page 50: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

sebagai salah satu aktivis perempuan di tubuh NU. Dia menjadi anggota

parlemen sekaligus menjadi anggota Pimpinan Pusat Muslimat NU.

Ketua PP Muslimat NU pada masa sesudahnya menyatakan bahwa

Asmah Syahruni adalah tokoh yang pemberani, pemimpin yang pintar dan

bijak serta memiliki rasa hormat kepada kawannya yang lebih tua dan

mencintai kawan-kawannya yang lebih muda. Keberaniannya dalam dunia

politik tidak dipungkiri lagi.

Kekuatan dan kiprahnya sebagai Pimpinan Pusat Muslimat NU

tercermin dalam pidatonya pada kongres Muslimat NU ke XII di Yogyakarta.

Dalam sambutannya, Asmah Syahruni menekankan pentingnya peranan

wanita dalam perjuangan untuk membangun bangsa. Dia memberi contoh

kepada para wanita untuk bisa bangkit dari kelemahan dan kebodohan. Ia

bertolak pada pengalaman-pengalaman wanita di luar Indonesia seperti

Benazir Butto sebagai seeorang wanita yang menjabat Perdana Menteri di

Pakistan, Cori Aquino sebagai seorang wanita yang menjabat presiden

Pilipina. Ia juga menekankan akan pentingnya organisasi wanita sebagai

wadah aspirasi kaum hawa dalam mengaplikasikan langkah perjuangannya.53

Kekuatan yang dimilikinya sebagai seorang ketua telah membawa organisasi

kewanitaan yang ada di tubuh NU ini mampu menyeimbangi kekuatan

organisasi wanita lain seperti Aisyiah dan Nasyiatul Aisyiah dari

Muhammadiyah, Organisasi Peristri dari Persis, wanita Syarikat Islam dari

Sarikat Islam (SI) dan lain-lain.

53 Keputusan Kongres Muslimat NU KE-XII, Yogyakarta, 1989, h. 165-1966.

Page 51: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Asmah Syahruni menjabat sebagai ketua PP Muslimat NU selama tiga

periode yaitu, periode pertama pada tahun 1979 dalam Kongres X di

Semarang, periode kedua pada tahun 1984 pada Kongres XI di Probolinggo

dan periode ketiga pada tahun 1989 pada Kongres XII di Yogyakarta. Ia

merupakan pemimpin ketiga dalam organisasi tersebut setelah Chodidjah

Dahlan dan Mahmudah Mawardi.54

D. Asmah Syahruni Di mata Sahabat

Sebagai seorang pimpinan selama tiga periode dalam Muslimat NU,

tentunya Asmah Syahruni telah memunculkan kesan tersendiri di mata orang

lain dan para sahabatnya. Aisyah Aminy sebagai seorang ketua PPP pada saat

itu menyatakan bahwa Asmah adalah seorang pejuang perempuan yang

membela dan mendukung kaum perempuan untuk menjadi pemimpin parpol.

Di samping itu, menurutnya Asmah adalah sosok yang bisa bergaul dengan

siapapun dan dari manapun latar belakangnya. Lain halnya dengan Aisyah

Aminy, Aisyah Hamid Baidlowi mengatakan bahwa Asmah adalah seorang

pemimpin yang luwes namun berwatak keras. Menurutnya, Asmah adalah

sosok pemimpian perempuan yang memiliki banyak gagasan, kritis dan

kooperatif terhadap pemerintah dan warga Muslimat NU.55

Hampir sama dengan pendapat Aisyah Aminy, Husin Kasah

mengatakan bahwa Asmah adalah seorang pelopor pejuang perempuan.

Menurut wakil gubernur Kalimantan Selatan ini Asmah adalah sosok seorang

politikus yang cukup disegani dan memiliki strategi yang cukup matang.

54

Saifullah Ma’shum, Ali Zawawi, 50 Tahun Muslimat NU, h. 137. 55

Musthafa Helmy, Asmah Syahruni; Muslimah Pejuang Lintas Zaman, Pustaka

Indonesia Satu, Jakarta, 2002, h 108

Page 52: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Sosok Asmah bagi masyarakat Kalimantan Selatan tidaklah asing, karena

pengaruhnya dalam organisasi sosial politik dan kemasyarakatan sangat

membekas.56

Lathifah Hasyim berpendapat bahwa Asmah merupakan sosok yang

energik dan dinamik. Dalam setiap pengambilan keputusan ia mampu

menampung masukkan dari berbagai pendapat dan mencernanya dengan baik.

Menurutnya Asmah adalah pemimpin yang pintar dan bijak serta tetap hormat

kepada kawan-kawannya yang lebih tua dan sangat menghormati kawan-

kawannya yang lebih muda.57

Lain lagi dengan kesan yang disampaikan oleh Maftuchah Yusuf.

Menurut mantan ketua PP Aisyiah dan mantan anggota DPR ini Asmah adalah

sosok perempuan yang mampu menjinakkan pemimpin laki-laki dan teguh

dalam memegang prinsip. Hal ini juga senada dengan pendapat Moeinah

Wahyudi (mantan anggota DPR RI) dan Slamet Effendy Yusuf (Mantan

Anggota DPR RI dan mantan ketua PP GP Ansor).58

Pendapat senada disampaikan juga oleh Aisyah Hamid Baidlowi. Ia

menyampaikan bahwa Asmah merupakan tipe perempuan pejuang yang

mampu menunjukkan kekuatannya di muka publik. Ia terkenang saat Asmah

dengan bijak menasehatinya saat ia menggantikan Asmah sebagai pemimpim

Muslimat NU di periode 1995-2000. Walaupun Asmah memiliki sifat yang

56

Musthafa Helmy, Asmah Syahruni; Muslimah Pejuang Lintas Zaman, Pustaka

Indonesia Satu, Jakarta, 2002, h 138 57

Wawancara Pribadi dengan Lathifah Hasyim ( Kalibata, Jakarta Selatan, 2008). Tanggal 24 april

2008 58

Musthafa Helmy, Asmah Syahruni; Muslimah Pejuang Lintas Zaman, Pustaka

Indonesia Satu, Jakarta, 2002, h 158

Page 53: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

keras, serius, dan sering tidak cocok dengan Gus Dur, namun ia mampu

memisahkan antara urusan politik dan pribadi.59

Salahuddin Wahid selaku ketua PBNU dan ketua Badan Pendiri Forum

Indonesia Satu menyatakan bahwa Asmah Syahruni adalah tokoh pejuang

gerakan perempuan berparadigma Islam. Menurutnya semenjak Asmah

memangku jabatan ketua PP Muslimat NU, gerakan untuk memperjuangkan

peningkatan kesejahteraan, pendidikan dan martabat perempuan kian meluas

dan kian semarak. Kepemimpinan dan ketokohan Asmah di kalangan

Muslimat NU sangat terasa. Ia memiliki ketegasan dan keteguhan pendirian.

Ia bersifat proaktif tetapi tetap teguh mengikuti aturan dan ketentuan yang

masih berlaku.60

Terlepas dari beberapa pendapat di atas mengenai Asmah Syahruni,

kesan yang paling menonjol tokoh perempuan yang satu ini di mata orang lain

atau teman terdekatnya adalah sikap yang dimilikinya sebagai ciri khas

seorang Asmah yaitu; seorang yang pemberani, teguh pendirian dan kuat

dalam prinsip.

Namun yang perlu ditekankan di sini ialah bahwa tak ada satupun

manusia yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Betatapun seorang Asmah Syahruni banyak memiliki kelebihan di mata orang

lain atau para sahabat, itu tidak bisa menghindari bahwa ia adalah manusia

biasa yang masih memiliki kekurangan.

59

Wawancara pribadi dengan Aisyah Hamid Baidlowi ( Kemang, Jakarta Selatan).

Tanggal 10 Maret 2008 60

Hal ini terlihat ketika Asmah menolak tawaran untuk duduk dalam Dewan Syuro DPP

PKB. Ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa ia masih menjadi salah satu ketua DPP PKU..

Page 54: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

E. Gambaran Singkat Pengalaman Asmah Syahruni dalam

Kepemimpinannya Selama Tiga Periode

Sebagai seorang pimpinan organisasi selama tiga periode, tentunya

Asmah mengalami berbagai macam peristiwa dari satu periode ke periode

berikutnya selama ia menjabat. Dan dari periode satu ke periode yang lainnya,

tentunya memiliki persoalan yang berbeda sesuai dengan kondisi yang

mengitarinya.61

Walaupun pada periode pertama kepemimpinannya masih

perupakan kelanjutan dari program kerja yang belum sempat terlaksanakan

oleh pimpinan pada periode sebelumnya. Namun pada periode kedua dan

ketiga jabatannya banyak hal-hal yang diambil oleh Asmah sebagai benang

merah untuk merealisasikan program-programnya sesuai dengan kondisi sosial

masyarakat dan negara pada saat ia masih menjabat sebagai PP Muslimat

NU.62

Pada periode pertama kepemimpinannya, Asmah Syahruni lebih

menekankan kegiatannya pada konsolidasi. Persoalan yang dihadapai pada

periode pertama ini adalah hilangnya beberapa cabang kantor Muslimat. Ini

terjadi karena adanya pengelompokan wanita pegawai. Dari mulai istri-istri

pegawai, lurah, dan guru. Mereka semua dikelompokkan dan dijadikan satu

wadah menjadi PKK. Pada saat itu ada larangan bagi wanita-wanita tersebut

untuk ikut dalam organisasi wanita NU (Muslimat NU), padahal banyak dari

wanita-wanita tersebut adalah orang NU, dan banyak dari mereka yang sudah

menjadi anggota Muslimat NU terpaksa keluar karena adanya larangan.

Lambat laun, hilanglah beberapa cabang Muslimat akibat dari kebijakan

61

Lih. Mustafa Helmy, Saifullah Ma’shum, Asmah Syahruni; Muslimah Pejuang Lintas

Zaman, Pustaka Indonesia Satu, Jakarta, 2002, h. 206 62 Saifullah Ma’shum, Ali Zawawi, 50 Tahun Muslimat NU, h. 140.

Page 55: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

tersebut. Alasan inilah yang mendasari Asmah Syahruni pada periode

pertamanya lebih pada kegiatan konsolidasi. Walaupun kegiatan ini dilakukan

dengan cara diam-diam.

Pada periode kedua kepemimpinannya, program yang direalisasikan

Asmah Syahruni penekanannya lebih pada pemeliharaan cabang-cabang baru,

menekankan kembali Muslimat NU sebagai organisasi yang mampu berdiri

sendiri, pemantapan organisasi, mengadakan kegiatan yang bertaraf nasional

dan melakukan evaluasi.

Adapun pada periode ketiga kepemimpinannya, ia lebih menekankan

program kegiatannya pada suatu kelanjutan dari program periode kedua, yaitu

pemantapan organisasi. Namun program utama dari perode ini tetap

dijalankan, yaitu mengembalikan program-program yang menjadi andalan

Muslimat NU diantaranya: Kegiatan dalam bidang pendidikan, bidang dakwah

dan bidang sosial. Pada masa kepemimpinannya, Asmah Syahruni berhasil

mendirikan beberapa yayasan yang dimiliki Muslimat NU; Yayasan Haji,

Yayasan Sosial dan lain-lain.63

Selain itu, hubungan kelembagaan yang dibangun pada masa

kepemimpinannya juga meningkat dari tahun ke tahun, bukan hanya dari

frekuensi dan kuantitas, tapi juga kualitasnya. Berkat kepemimpinannya,

banyak pihak menaruh kepercayaan terhadap Muslimat NU untuk membuka

hubungan kerja sama. Dengan pemerintah, Muslimat NU menempatkan diri

sebagai mitra pembangunan bangsa dalam berbagai bidang. Kepercayaan itu

diwujudkan dalam berbagai bentuk kerja sama. Bahkan, Bank Dunia

63

Wawancara dengan Asmah Syahruni, Kali Baru, Senen, Jakarta Pusat, 2008. tanggal 6

Juni 2008

Page 56: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

menawarkan penanganan salah satu segmen kegiatan program desa tertinggal.

Kepercayaan juga datang dari lembaga-lembaga donor dalam dan luar negeri,

yang kemudian membantu program-program Muslimat. Di lingkungan

organisasi-organisasi wanita, Muslimat NU juga terlibat secara aktif dalam

KOWANI, badan federasi yang dibentuk pada Kongres Perempuan Indonesia

yang pertama pada 22 Desember 1928. Pada tahun 1985, KOWANI

memberikan penghargaan kepada Asmah sebagai “Tokoh Wanita Indonesia”,

atas jasa dan pengabdiannya dalam meningkatkan harkat dan martabat kaum

wanita.64

Banyak hal yang mendasari langkah-langah Asmah Syahruni dalam

Muslimat NU. Langkah-langkah itu juga sesuai dengan tujuan organisasi

tersebut di antaranya :

1. Melaksanakan tujuan jam’iyah NU di kalangan kaum wanita untuk

mengadakan dan mengusahakan ajaran Islam Ahlussunnah Wal-Jamaah

dalam masyarakat.

2. Meningkatkan kesadaran beragama, berbangsa dan bernegara bagi kaum

wanita Islam Indonesia.

3. Menyadarkan wanita Indonesia akan hak dan kewajibannya, baik sebagai

pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.

4. Meningkatkan kemampuan kaum wanita untuk lebih berperan dalam

pembangunan bangsa dan negara.

Beberapa hal yang paling menonjol berkaitan dengan ranah perjuangan

yang dimainkan wanita asal Kalimantan Selatan ini adalah penekanannya pada

64 Saifullah Ma’shum, Ali Zawawi, 50 Tahun Muslimat NU, h. 140

Page 57: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

independesi organisasi Muslimat NU. Ia berupaya untuk menjadikan

organisasi ini menjadi sebuah organisasi yang independen tanpa

menggantungkan diri dengan NU. Ia memulainya dengan merubah mental

wanita NU dari sikap ketergantungannya kepada NU berubah menjadi sikap

yang mampu berdiri sendiri. Apa yang telah melekat dalam dirinya adalah

sebuah prinsip bahwa “kemampuan harus dibangun dari diri sendiri, bukan

mendompleng pada orang lain”.65

Adapun salah satu hal yang menonjol berkenaan dengan persoalan

yang dihadapi Asmah Syahruni ketika ia menjabat sebagai ketua PP Muslimat

NU adalah ketika NU menyatakan kembali ke Khittah 1926 dan meninggalkan

kancah politik praktis tahun 1984. Asmah sebagai salah seorang tokoh

perempuan yang mendukung penuh keterlibatan perempuan dalam politik

mengalami dilema. Di satu sisi ia dituntut untuk menarik kader-kadernya dari

gelanggang politik praktis, di sisi lain dia ingin membiarkan saja tapi dengan

konsekuensi kehilangan kader-kader terbaiknya karena harus hengkang dari

Muslimat. Dan persoalan inilah yang pada akhirnya menimbulkan konflik

internal yang cukup tajam dalam organisasi tersebut. Walaupun pada akhirnya

ia menerima dengan arif keputusan NU untuk kembali ke Khittah dan

melepaskan kader-kader terbaiknya untuk mengabdikan dirinya di medan

yang lain.66

65

Wawancara dengan Asmah Syahruni, Kali baru, Senen, Jakarta Pusat, 2008. tanggal, 6

Juni 2008 66 Saifullah Ma’shum, Ali Zawawi, 50 tahun Muslimat NU, h. 141.

Page 58: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Sikap Asmah di atas terlihat dalam laporan pertanggung jawabannya

pada Kongres Muslimat NU XII.67 Dari keputusan yang diambil terkait

kembalinya Kittah NU 1926, nampak sikap Asmah yang selalu berhati-hati

dalam melakukan kebijakan pada kadernya sebagai ketua PP Muslimat.

Terkait dengan hal di atas, nampak pula dalam laporannya pada

Kongres XIII tahun 1995, dimana ia mulai mengakhiri jabatannya sebagai

ketua PP Muslimat NU dalam tiga periode berturut-turut. Beberapa point

penting yang disinggung dalam laporannya adalah :

1. Pemasyarakatan Khittah 1926 sejatinya dihayati oleh pelaksana organisasi

maupun anggota. Pengertian Khittah sendiri secara istilah masih perlu

ditingkatkan sesuai dengan perkembangan bahasa dan aspek-aspek hokum

yang ditimbulkannya.

2. Salah satu tujuan Khittah 1926 melepaskan organisasi dari tingkah laku

politik praktis masih perlu pendekatan psikologis dengan pribadi-pribadi

yang terkait dari unsur kepemimpinan organisasi dan unsur-unsur pribadi

yang memilih minat terhadap politik praktis.

3. Khittah 1926 dalam pengertian secara fisiknya tetap memberikan

kesempatan kepada para anggotanya untuk memilih aliran politik dalam

pemilu, baik sebagai pemilih juga aktif dalam kepemimpinan aliran politik

yang bersangkutan.68

67

Upaya memasyarakatkan Khittah 1926, menjaga jarak yang sama dengan tiga golongan

politik pada pemilu 1987, tetapi tetap berpartisipasi sebagai warga negara dalam pemilu (tidak golput) dan usaha memelihara persatuan dan kesatuan organisasi. Sebagai organisasi wanita,

Muslimat NU senantiasa berusaha menjaga kedudukan Muslimat sebagai bagian dari organisasi

keagamaan. Lih. Laporan Pertanggung Jawaban PP Muslimat NU pada Kongres XII,

Kaliurang, Yogyakarta, 1989, h. 11. 68

Laporan Pertanggungjawaban PP Muslimat NU pada Kongres Muslimat NU XIII,

Jakarta, 1995, h. 9.

Page 59: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Sikap Asmah dalam Kongres XIII ini nampak keberatan akan tidak

adanya keterlibatan sama sekali antara kader atau anggota Muslimat dengan

politik. Sejak awal semangatnya untuk memajukan kaum wanita dalam

berbagai bidang memang tidak dipungkiri. Maka dari itu, sebuah keberhasilan

yang menonjol selama ia memimpin organisasi wanita Islam ini adalah

kemampuannya dalam mengangkat organisasi itu sejajar dengan organisasi-

organisasi wanita lainnya.69

Penekanan ini nampak dalam Kongresnya yang

ke-12.70

Ia berhasil membawa Muslimat pada suatu terminal perkembangan di

mana anggota-anggotanya tidak merasa kecil di tengah-tengah pergumulan

wanita di Tanah Air. Masa-masa krisis yang menyertai perkembangan

Muslimat NU berhasil dilewatinya dengan selamat, tanpa gejolak. Hubungan

kelembagaan dengan berbagai pihak terbina dengan baik. 71 Tidak sampai di

situ, ia juga berhasil membawa Muslimat NU menjadi organisasi yang otonom

dan mandiri.

69 Saifullah Ma,shum, Ali Zawawi, 50 Tahun Muslimat NU, h. 137. 70

Sebagai organisasi wanita, Muslimat NU senantiasa berusaha menjaga keseimbangan

antara Muslimat NU sebagai organisasi dengan kedudukan Muslimat sebagai bagian dari organisasi keagamaan Islam. Diskusi-diskusi mengenai kedudukan mitra sejajar dengan kaum pria,

pembahasan peran ganda wanita, perubahan nilai disebabkan peningkatan peran wanita baik dalam

karis maupun di lingkungan kemasyarakatan, kemajuan di bidang IPTEK, suasana alih teknologi

dan sebagainya diikuti oleh Muslimat NU. Lih. Laporan Pertanggung Jawaban P.P. Muslimat NU

pada Kongres Muslimat NU XII, Kaliurang, Yogyakarta, 1989, h. 11. 71 Saifullah Ma’shum, Ali Zawawi, 50 Tahun Muslimat NU, h. 137.

Page 60: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

BAB IV

PERANAN MUSLIMAT NU PADA MASA KEPEMIMPINAN

ASMAH SYACHRUNI

Seperti yang telah disinggung pada bab sebelumnya bahwa kepemimpinan

Asmah Syahruni dalam Muslimat NU cukup lama yaitu, selama tiga periode.

Periode pertama pada tahun 1979 dalam Kongres X di Semarang, periode kedua

pada tahun 1984 pada Kongres XI di Probolinggo dan periode ketiga pada tahun

1989 pada Kongres XII di Yogyakarta.72 Peranannya dalam Muslimat NU

tentunya bisa dilihat dalam tiga periode ini, dimana ia menjabat sebagai pucuk

pimpinannya. Berikut adalah beberapa peranan yang dimainkan oleh Asmah

Syahruni. Namun, sebelum menjelaskan mengenai bidang-bidang garapan yang

dimainkan Asmah Syahruni, penulis akan mencoba menguraikan terlebih dahulu

gambaran singkat peranan Asmah Syahruni dari satu periode ke periode

berikutnya.

A. Periode Pertama Kepemimpinannya

Secara singkat telah dijelaskan dalam bab tiga bahwa pada periode

pertama kepemimpinannya, Asmah Syahruni lebih menekankan kegiatannya

pada konsolidasi. Karena bertepatan dengan masa awal kepemimpinannya itu,

Muslimat NU mengalami persoalan intern yang harus dibenahi dari dalam.

Namun demikian, bukan berarti hal-hal yang menyangkut dengan program-

program Muslimat itu diabaikan.

72

Saifullah Ma’shum, Ali Zawawi, 50 Tahun Muslimat NU Berkhidmat Untuk Agama,

Negara dan Bangsa, P.P. Muslimat NU, Jakarta, 1996, h. 137.

Page 61: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Kongres X di Semarang telah menetapkan program Bidang Sosial

Kesehatan dan mengamanatkan kepada PP Muslimat NU Bidang Sosial dan

segenap jajarannya untuk melaksanakan program tersebut. Dalam periode

1979-1984, kegiatan di bidang sosial-kesehatan makin berkembang dan

mantap, penghayatan terhadap tugas-tugas sosial-kesehatan makin mendalam.

Sejak diputuskan dalam kongres VIII bahwa tanggal 10 Muharam

dijadikan titik awal langkah sosial Muslimat NU, maka PP Muslimat Bagian

Sosial senantiasa memberikan tuntunan dan petunjuk sehingga Hari Sosial

Muslimat NU telah memasyarakat dan bahkan membudaya di lingkungan

warga Muslimat.

Di luar itu, pada periode pertama kepemimpinannya, Asmah

Syahruni juga telah menampilkan peranannya dalam pelaksanaan program

selain yang disebutkan di atas. Di antara peranan penting yang dimainkan

Asmah Syahruni pada periode pertama kepemimpinannya yaitu:

1. Menyelenggarakan Konferensi antar wilayah untuk mentakhfidz

keputusan Kongres pada 25 s/d 27 Maret 1981 diteruskan dengan Diskusi

Panel tentang :

a. Undang-Undang Perkawinan dan pelaksanaannya

b. Kedudukan wanita dalam Hukum Islam dan Hukum Negara

2. Bagian Dakwah telah mengadakan Lokakarya Peningkatan Dakwah

Wanita Muslimat.

3. PP. Muslimat NU menerima tawaran kerja sama dari The Pathfinder Fund

Indonesia dalam upaya memasyarakatkan Undang-Undang Perkawinan.

Page 62: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Oleh PP. Muslimat NU ini dapat dimanfaatkan sebagai usaha untuk

mengadakan peninjauan ke daerah-daerah.73

Adapun terkait peranannya dalam bidang-bidang garapannya yang

merupakan program inti dari Muslimat NU akan dibahas paba sub-bab di

bawah. Karena bagaimanapun juga, ketika kita bicara mengenai peranan yang

dimainkan oleh seorang tokoh dalam sebuah periode dalam sebuah organisasi,

tentunya tak bisa dilepaskan dari peranannya untuk melaksanakan program-

program inti dari organisasi itu sendiri. Betapapun ada beberapa kegiatan yang

menonjol dalam suatu periode tertentu, ini tidak bisa menghalangi organisasi

ini untuk melaksanakan program inti yang telah ditetapkan.

Begitu juga dengan seorang Asmah Syahruni yang merupakan Pucuk

Pimpinan organisasi kewanitaan Islam ini. Dalam setiap periode, kendatipun

mengalami berbagai macam persoalan yang mengitari organisasinya, ia tetap

melaksanakan program-program utama dari organisasi itu di samping

berimprovisasi untuk melaksanakan program lain yang sesuai dengan tuntutan

isu yang berkembang, baik lokal maupun nasional.

B. Periode Kedua Kepemimpinannya

Periode kedua kepemimpinan Asmah Syahruni memperlihatkan

kegiatannya pada cakrawala yang lebih luas. Tidak hanya pada batas-batas

untuk melanjutkan program-program baku yang sudah ditetapkan dalam

organisasi seperti kegiatan di bidang sosial, kesehatan, dakwah dan lain-lain.

Lebih dari itu, isu-isu politik dan isu-isu penting terkait adanya Khittah NU

73

Laporan Pertanggungjawaban PP. Muslimat NU Periode 1979-1984, Probolinggo Jawa

Timur, 1984.

Page 63: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

1926, membawanya dalam suatu tindakan di mana ia harus mampu

memposisikan organisasi yang dipimpinya itu berada dalam posisi yang

proporsional.

Dalam laporannya, ia menyatakan; upaya memasyarakatkan Khittoh

NU 1926, menjaga jarak yang sama dengan tiga golongan politik pada pemilu

1987, tetapi tetap berpartisipasi sebagai warga negara dalam pemilu (tidak

golput) dan usaha memelihara persatuan dan kesatuan organisasi. Sebagai

organisasi wanita, Muslimat NU senantiasa berusaha menjaga keseimbangan

antara Muslimat NU sebagai organisasi, dengan kedudukan Muslimat NU

sebagai bagian dari organisasi keagamaan Islam.

Dalam realisasi kembali ke Khittah 1926, PP. Muslimat berusaha

menjelaskan pengertian itu, karena ada pihak Muslimat yang mengaggap

bahwa dengan Khittah tersebut Muslimat tidak usah mengurus organisasi

secara khusus sebab semuanya akan diurus oleh NU sampai kepada pemberian

Tanda Anggota. Sementara di lain pihak NU yang mengharuskan agar segala

yang menyangkut Muslimat diurus oleh NU saja mulai dari pembentukan

cabang-cabang baru.

Asmah Syahruni sebagai pimpinan Muslimat yang memiliki cita-cita

penuh dalam kemandirian organisasi yang dipimpinnya itu dengan sekuat

tenaga memperkuat organisasi ini agar tetap menjadi badan otonom. Dengan

keberhasilannya mempertahankan otonomisasi organisasi tersebut, maka

diadakanlah kerjasama dengan organisasi otonom/lembaga NU seperti

lembaga pendidikan, yayasan dan lain-lain.

Page 64: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Hal-hal yang terkait dengan program jangka panjang antara lain :

1. Mengusahakan terselenggaranya Penataran P4 bagi anggota Muslimat NU.

2. Mengadakan kursus kader usaha bagi anggota Muslimat NU.

3. Mengadakan kursus administrasi kesekretariatan .

4. Mengadakan kursus manajemen dan kursus lainnya.

5. Mengintensifkan kader Muslimat NU.

6. Mengadakan supervisi ke TK Muslimat.

7. Melaksanakan tentang struktur/mekanisme kerja di bidang pendidikan

yang disesuaikan dengan struktur jam’iyah NU.

Adapun hal-hal yang terkait dengan program jangka pendek adalah :

1. penyelenggaraan KPPD (Kursus Pembinaaan Pengetahuan Dasar) KEJAR

“Kerja dan Belajar”.

2. Memasyarakatkan Program PKK.

3. Penyuluhan Undang-Undang perkawinan melalui pengajian dan kursus

serta penataran bagi penyelenggaraan TK di cabang-cabang.

Di atas merupakan gambaran umum dan dan khusus mengenai

kegiatan yang dijalankan oleh organisasi.74

Selain beberapa kegiatan di atas yang direalisasikan Asmah Syahruni

pada periode kedua, program lain yang direalisasikannya pada periode itu

adalah pemeliharaan cabang-cabang baru, menekankan kembali Muslimat NU

sebagai organisasi yang mampu berdiri sendiri, pemantapan organisasi,

mengadakan kegiatan yang bertaraf nasional dan melakukan evaluasi seperti

apa yang telah disebutkan dalam bab tiga.

74

Laporan Pertanggungjawaban PP. Muslimat NU pada Kongres Muslimat NU XII,

Kaliurang, Yogyakarta, 1989, h. 14, 23, 25.

Page 65: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

C. Periode Ketiga Kepemimpinannya

Masa bakti 1989-1995 yang merupakan periode ketiga dalam

kepemimpinan Asmah Syahruni ditandai dengan berbagai peristiwa nasional

kenegaraan maupun perkembangan di lingkungan khusus.

Pemasyarakatan Khittah 1926 makin dihayati oleh pelaksana

organisasi maupun oleh anggota. Salah satu tujuan Khittah 1926 melepaskan

organisasi dari tingkah laku politik praktis masih perlu pendekatan psikologis

dengan pribadi-pribadi yang terkait dari unsur kepemimpinan organisasi dan

unsur-unsur pribadi yang memilih minat terhadap politik praktis.

Khittah NU dalam pengertian secara fisiknya tetap memberikan

kesempatan kepada para anggotanya untuk memilih aliran politik dalam

pemilu, baik sebagai pemilih juga aktif dalam kepemimpinan aliran politik

yang bersangkutan.

Konsolidasi yang dilakukan di beberapa daerah luar Jawa telah

mampu membangkitkan rasa percaya diri kepada anggota masyarakat warga

Muslimat NU, sehingga daerah-daerah yang sebelumnya dianggap rawan

konsolidasi berjalan dengan lancar.

Keikutsertaan Muslimat NU dalam badan-badan, lembaga-lembaga

kemasyarakatan seperti MUI, Forum Lembaga Dakwah, Persaudaraan Haji

Indonesia dan sebagainya telah memberi arti penting akan kehadiran

organisasi ini.

Kerjasama dengan LSM, Bidang Pendidikan dan Bidang Kesehatan,

pelatihan-pelatihan untuk peningkatan pandapatan keluarga dan peningkatan

Sumber Daya Manusia (SDM) meningkat tajam, baik dari program fisik,

Page 66: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

seperti pemasyarakatan vitamin A, operasi mata katarak, pemberian modal

kerja, pemberian alat medis di Rumah Bersalin di lingkungan Muslimat NU.

Jaringan kerjasama dengan LSM dalam negeri maupun dengan badan

atau lembaga bantuan luar negeri telah menimbulkan dampak yang cukup

mengesankan, baik tentang hasil yang dirasakan secara fisik maupun dampak

yang diperoleh oleh organisasi.

Program yang menyangkut pelayanan masyarakat seperti

peningkatan pengetahuan calon jama’ah haji, peningkatan dakwah yang

sifatnya monolog menjadi dakwah yang dialogis dengan materi dakwah yang

bervariasi, misalnya memberikan jasa konsultasi keluarga, perkawinan,

pertanahan, waris dan lain-lain.75

Di atas adalah gambaran beberapa kegiatan yang dilaksanakan

Muslimat NU pada periode ketiga. Namun secara keseluruhan, pada periode

ini dapat dikatakan lebih menekankan program kegiatannya pada suatu

kelanjutan dari program periode kedua, yaitu pemantapan organisasi. Namun

program utama dari perode ini tetap dijalankan, yaitu mengembalikan

program-program yang menjadi andalan Muslimat NU di antaranya: Kegiatan

dalam bidang pendidikan, bidang dakwah dan bidang sosial.

Ketiga bidang itu merupakan harga mati bagi organisasi ini. Karena

sejak didirikannya hingga sekarang, organisasi wanita ini tidak pernah

melepaskan kegiatannya dari ketiga bidang utama itu.

75

Laporan Pertanggungjawaban PP. Muslimat NU Pada Kongres XIII Periode 1989-

1994, H. 9, 10, 12, 13.

Page 67: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Selanjunya, sebagai interpretasi terkait peranan yang dimainkan

Asmah Syahruni selama ia menjabat sebagai PP. Muslimat NU, akan dibahas

pada sub-bab di bawah.

a) Bidang Pendidikan

Seperti dalam organisasi lainnya bahwa setiap pimpinan pada

masing-masing periode bisa dipastikan memiliki perbedaan dalam

beberapa hal yang paling menonjol. Walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa

pimpinan dalam periode tersebut terkadang hanya melanjutkan atau

menyempurnakan program yang sebelumnya telah dilaksanakan oleh

pimpinan dalam periode sebelumnya. Hal ini juga terjadi dalam

kepemimpinan Muslimat NU pada masa Asmah Syahruni.

Namun, yang menarik dalam organisasi kewanitaan ini adalah

adanya tiga periode dalam kepemimpinan oleh orang yang sama. Artinya

orang tersebut memegang Pucuk Pimpinan selama tiga periode berturut-

turut. Ini bisa dikatakan bahwa dalam periode pertama jabatannya sebagai

pimpinan, Ia hanya melanjutkan atau menyempurnakan program-program

yang telah dilaksanakan oleh pimpinan pada periode sebelumnya. Asmah

Syahruni sebagai orang yang menjabat ketua umum dalam periode ini

menyatakan dalam laporan pertanggung jawabannya dalam periode

1979/1984 (periode ini adalah periode di mana Ia menjabat sebagai ketua

umum yang pertama Muslimat NU) pada Kongres Muslimat NU ke-XI

bahwa periode ini merupakan (masih berada) pada sisa-sisa transisi

sebagian permasalahan yang belum terselesaikan dalam periode

sebelumnya. Periode ini juga merupakan sebagai penyempurnaan program

Page 68: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

kerja, misalnya tentang atribut Taman Kanak-Kanak, tentang sikapnya

terhadap PKK dan lain-lain.76

Berbicara mengenai pendidikan, keberadaan Muslimat NU

memang tidak bisa dipisahkan dari dunia pendidikan. Sejak semula, dunia

pendidikan mempunyai tempat tersendiri dan perhatian khusus di

organisasi ini. Dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

(AD/ART) Muslimat NU dengan tegas dinyatakan bahwa salah satu tujuan

didirikannya organisasi ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan

derajat kehidupan masyarakat, terutama kaum wanita Indonesia. Hal ini

tentunya harus ditunjang dengan pendidikan.

Pandangan Muslimat NU tentang pendidikan tercermin dalam

hasil kongres pertama. Pembangunan materil hanya berhasil jika

diimbangi dengan pembangunan spiritual. Oleh karena itu harus ada usaha

untuk mengintensifkan dan memperluas lembaga-lembaga pendidikan bagi

kaum wanita untuk menyadarkan para wanita Indonesia akan

kewajibannya agar menjadi ibu yang sejati. Sehingga mereka dapat ikut

serta memperkuat dan membantu pekerjaan NU dalam menegakkan dan

melestarikan agama Islam.77

Usaha bidang pendidikan secara lebih jelas

lagi dirumuskan dalam kongres ke III. Dalam kongres yang berlangsung di

Jakarta, 30 April – 3 Mei 1950 disahkan orientasi program dalam

menangani kegiatan pendidikan khususnya pendidikan bagi anak-anak dan

kaum wanita dalam urgensi programnya.78

76

Asmah Syahruni, Laporan Pertanggung Jawaban P.P. Muslimat NU Periode

1979/1984 pada Kongres Muslimat NU KE-XI, Probolinggo, 1984. h. 3. 77

Saifullah Ma’shum, Ali Zawawi, 50 Tahun Muslimat NU, h. 31 78 Sejarah Muslimat Nahdlatul Ulama, P.P. Muslimat NU Jakarta, 1979. h. 79

Page 69: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Dalam Kongres VIII di Solo Desember 1962, diputuskan

program organisasi bidang pendidikan. Pada tiap-tiap cabang Muslimat

NU harus diusahakan paling tidak berdiri satu Sekolah Taman Kanak-

Kanak (STK). Pada kongres ini Muslimat NU juga membuat rekomendasi

yang ditujukan pada LP Ma’arif NU agar lembaga itu mendirikan akademi

dakwah.79

Hal ini bertujuan untuk menciptakan kader-kader dakwah yang

pada saat itu dirasa sangat penting. Saat itu Muslimat telah memiliki 400

STK di seluruh Indonesia.80

PP LP Ma’arif dalam konferensi besarnya tanggal 30 Agustus

1969 menyerahkan tugas pengelolaan taman kanak-kanak kepada

Muslimat NU. Saat itu Muslimat telah lama mengintruksikan kepada

cabang-cabangnya untuk mensukseskan pendidikan pra-sekolah dengan

mendirikan STK Muslimat NU disetiap ranting. Dasar pemikiran ini

adalah karena taman kanak-kanak merupakan lembaga pendidikan yang

pertama kali memberikan bimbingan dan pembinaan rohani maupun

jasmani untuk perkembangan anak di bawah tujuh tahun secara

sistematis.81

Pada tahun 1987 Muslimat menempuh Langkah strategis dan

berjangka panjang. Untuk menangani kegiatan bidang pendidikan yang

semakin besar jumlah dan tuntutannya, Muslimat membentuk Yayasan

Bina Bakti Wanita. Yayasan ini pada mulanya memang hanya menangani

kegiatan pendidikan dan latihan keterampilan bagi perempuan, hasil

79

Saifullah Ma’shum, Ali Zawawi, 50 Tahun Muslimat NU, h. 34 80

Ali Zawawi, dkk, Asmah Sjahruni, Muslimah Pejuang Lintas Zaman dari kalangan

Nahdlatul Ulama, Pustaka Indonesia Satu, Jakarta, 2002, h. 65 81 Sejarah Muslimat Nahdlatul Ulama, h. 133

Page 70: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

kerjasama Muslimat dengan Depnaker. Namun, sejak 12 Oktober 1990,

yayasan ini tidak hanya berfungsi mengelola kegiatan pendidikan dan

latihan keterampilan, tapi juga mulai dilimpahi tugas untuk mengelola

seluruh kegiatan pendidikan yang bernaung di bawah bendera Muslimat

NU. Untuk keperluan itu, maka Yayasan Bina Bakti Wanita pada tanggal 1

April 1992 diubah namanya menjadi Yayasan Pendidikan Islam Muslimat

NU Bina Bakti Wanita (YPM NU Nabawi). Sampai tahun 1995, yayasan

ini telah berkembang di enam Provinsi dan delapan Kabupaten. Untuk

menjalankan program bidang pendidikan, yayasan menjalin kerjasama

dengan beberapa instansi dan LSM di dalam dan luar negeri sebagai mitra,

seperti Depnaker, YIS, Yayasan Melati, Unicef, AIDAB, HKI, dan WHO.

82

Pada masa kepemimpinan Asmah Syahruni tahun 1989,

Muslimat NU telah berhasil membangun 3.916 buah TK dan 56 buah

Diniyah yang tersebar di seluruh Indonesia. Kemudian pada masanya,

Muslimat NU telah mengikutsertakan anggotanya untuk mengikuti kursus

administrasi kesekretarisan yang diadakan KOWANI.83

Setelah ia

melepaskan jabatannya pada tahun 1995 jumlahnya meningkat menjadi

4.491 STK dan 1.525 TPQ.

Pada tahun 1993, Muslimat menyusun buku panduan

penyelenggaraan STK dan TPQ serta panduan pelaksanan pesantren kilat.

Selain itu juga menyelenggarakan lokakarya pembangunan dan pembinaan

pendidikan Muslimat NU. Keinginan Muslimat untuk bisa

82

Saifullah Ma’shum, Ali Zawawi, 50 Tahun Muslimat NU, h. 41 83

Laporan Pertanggung Jawaban PP MUslimat NU Pada Kongres Muslimat NU Ke XII,

Kaliurang, Yogyakarta, 1989.

Page 71: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

menyelenggarakan kegiatan pendidikan selain STK dan TPQ cukup besar,

terutama untuk bidang-bidang pendidikan yang berkaitan dengan

kebutuhan pengembangan sumber daya manusia wanita.

Selain lembaga pendidikan formal, Muslimat juga

menyelenggarakan berbagai bentuk pendidikan non-formal. Misalnya

Muslimat menjalin kerjasama dengan pengasuh pesantren putri untuk

meningkatkan pendidikan dan pengajaran di kalangan santri putri.

Pesantren putri merupakan basis Muslimat dan para santrinya merupakan

calon kader-kader pimpinan Muslimat NU.

Kegiatan pendidikan yang dikelola Muslimat NU secara garis

besarnya terdiri atas tiga bentuk, yaitu TK/TPQ dan Madrasah Diniyah

(MD), Majlis Taklim Ibu-ibu dan pelatihan keterampilan. Untuk

menyelenggarakan kegiatan pendidikan ini, Muslimat NU bekerjasama

dengan Departemen tenaga Kerja Republik Indonesia dan Lakpesdam

(Lajnah Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia).

b) Bidang Dakwah

Dakwah adalah salah satu karakteristik yang sangat menonjol

pada NU, begitupun pada Muslimat NU. Tradisi kehidupan mimbar sangat

identik dengan warga nahdliyin. Banyak Da’iyah yang ternama di

Muslimat. Penggalangan potensi dalam bidang ini menjadi salah satu

kegiatan yang juga memperoleh perhatian intensif dari Muslimat NU

untuk menunjang program penyuluhan dan bimbingan keagamaan di

kalangan wanita Indonesia. Peranan yang dimainkan Muslimat NU pada

Page 72: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

masa Asmah Syahruni juga tidak lepas dari kegiatan dalam bidang dakwah

tersebut.

Pada tanggal 30 April 1981, dibentuk Perhimpunan Dakwah

Indonesia (NADWAH) untuk menunjang kegiatan Nahdliyin. Namun

sangat disayangkan pada saat itu wadah ini belum terbina dengan baik

mengenai nama maupun mengenai pembinaan wadah ini. Walaupun belum

terbina dengan baik, namun dibeberapa daerah telah ada cabang

NADWAH yang berjalan dengan baik.84

Untuk menggalang potensi dalam bidang ini dan untuk

mengefektifkan dalam bidang dakwah, maka para da’iyah Muslimat NU

bersama Fatayat NU pada tahun 1984 dalam Kongres XI di Paiton, Jawa

Timur membentuk Himpunan Da’iyah Muslimat dan Fatayat (HIDMAT)

NU. Melalui wadah inilah Muslimat NU secara terencana dan intensif

melakukan kegiatan penerangan dan dakwah di tengah-tengah masyarakat.

Pengajian atau tabligh akbar merupakan salah satu kegiatan rutin yang

diselenggarakan wadah ini.

Bagi Muslimat NU, dakwah merupakan panggilan hidup untuk

melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Karena itu forum-forum

pengajian, ceramah-ceramah, dan sejenisnya berkembang sangat pesat.

Bahkan forum seperti itu pada mulanya dinilai cukup efektif untuk

menyampaikan dakwah Islamiyah dan mengadakan transformasi sosial di

kalangan warga Muslimat NU.

84 Laporan Pertanggung Jawaban PP. Muslimat NU Periode 1979-1984 h. 6

Page 73: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Beberapa kegiatan yang dilakukan HIDMAT NU, antara lain

pengajian rutin, lailatul ijtima’, peringatan hari-hari besar Islam, tahlil

kubro, tabligh akbar, dan kegiatan dakwah Islamiyah lainnya. Untuk

mengefektifkan kegiatan dakwah, selain menempuh jalur penerangan dan

dakwah secara oral, Muslimat juga memanfaatkan media penerbitan.

Selain mengadakan orientasi dan kursus junalistik, PP Muslimat NU

pernah menerbitkan Risalah Muslimat NU, Gema Muslimat dan Gema

Harlah Muslimat serta bulletin Yasmin yang diterbitkan secara berkala.

Pemberitaannya mencakup segala bidang dan perkembangan-

perkembangan Muslimat NU, serta sebagai sarana memelihara

kelangsungan komunikasi antara pusat dan daerah. Pada periode ini,

Muslimat pernah mendapat kesempatan mengikuti seminar Dakwah

Wanita di Kuala Lumpur yang diwakili oleh Aisyah Dahlan yang pada saat

itu menjabat sebagai Wakil Ketua III PP Muslimat juga ketua bidang

dakwah.85

Sejauh mana mengukur keberhasilan Asmah Syahruni dalam

kepemimpinan Muslimat NU, bisa kita bandingkan dengan tokoh perempuan lain

dalam suatu organisasi lain pula yang sezaman dengannya. Muslimah Humam, ia

adalah salah satu dari sekian tokoh Nasyi’atul Aisyiyah (NA), suatu organisasi

keputrian yang bernaung di bawah Muhammadiyah.

Dalam membandingkan ketokohan seseorang pada sebuah oragnisasi,

tentu kita tidak bisa mengukurnya hanya pada tataran pribadi orang itu sendiri.

Lebih dari itu, bagaimana orang tersebut memiliki kemampuan dalam

85 Laporan Pertanggung Jawaban PP. Muslimat NU Periode 1979-1984 h. 2

Page 74: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

melaksanakan program-programnya. Adapun untuk mengukur suatu keberhasilan

dari sebuah organisasi di mana mereka terlibat, tentunya kita bisa melihat

program-program apa saja yang telah direalisasikan sesuai dengan amanat

organisasi tersebut. Untuk itu sebagai perbandingan, di sini penulis mencoba

mengukurnya melalui program-program pada masing-masing organisasi yang

telah diamanatkan kepada tokoh organisasi itu sendiri.

Secara garis besar, kedua organisasi ini memiliki program-program baku

yang telah ditetapkan sejak didirikannya. Namun yang membedakan di sini

adalah, jika Asmah Syahruni sebagai tokoh Muslimat dari satu periode ke periode

berikutnya mampu mengembangkan program-programnya,86

sementara Muslimah

Humam sebagai tokoh Nasyi’atul Aisyiah memiliki kemampuan melanjutkan

pelaksanaan program-program yang telah ditetapkan oleh organisasinya.87

Namun demikian, bisa dilihat bahwa Asmah Syachruni dalam

kepemimpinannya mencoba untuk merealisasikan semua program-program yang

telah ditetapkan, sementara Muslimah Humam mengambil prioritas utama dalam

pelaksanaan program dalam setiap periode. Di antara lima program yang telah

ditetapkan, prioritas utama yang dijalankan Muslimah Humam adalah kaderisasi

(1985-1990) dan kemubalighatan (1990-1995).88

86

Pada periode pertama jabatannya sebagai Pucuk Pimpinan Muslimat NU, program-

program atau bidang garapan Asmah Syahruni adalah; Bidang Sosial/Kesehatan, Bidang

pendidikan, Bidang Dakwah, Bidang Usaha/Ekonomi dan proyek khusus Penataran Undang-

Undang Perkawinan. Pada periode kedua di tambah satu bidang Ikatan Hajjah Muslimat (IHM).

Pada periode ketiga bidang IHM tidak ada lalu diganti Bidang Organisasi dan Litbang. Lih. Asmah

Syachruni, Laporan Pertanggungjawaban PP Muslimat NU Periode 1979-1984, 1984-1989,

1989-1995, h. 4, 6, 19-20. 87

Bidang-bidang kelanjutan yang dijalankan kedua tokoh Nasyi’atul Aisyiah adalah;

Bidang Konsolidasi Organisasi, Bidang Kaderisasi, Bidang Dakwah, Bidang Kemasyarakatan dan

Bidang Pengkajian. Lih. Pengurus Pusat Nasyi’atul Aisyiah, Keputusan Munas Nasyi’atul

Aisyiah II, Yogyakarta, 1995. 88

Pengurus Pusat Nasyi’atul Aisyiah, Sejarah Singkat Nasyi’atul Aisyiyah dan Khittah

Perjuangannya, Ypgyakarta, 1996.

Page 75: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Secara keseluruhan, perbandingan di antara kedua tokoh organisasi wanita

ini adalah; Asmah Syahruni dalam membidangi organisasinya lebih fleksibel,

dalam arti ia adalah sosok yang bisa beradaptasi dengan keadaan atau kultur yang

ada di organisasi yang memang berkultur Islam tradisional ini. Ini mungkin bisa

dipahami bahwa dari dulu pendekatan-pendekatan yang dilakukan para tokoh NU

dari pimpinan sampai bawahan lebih bersifat kekeluargaan, bukan bersifat

keorganisasian. Ini juga diperkuat dengan adanya slogan “manut ulama”. Maka

tak heran jika Asmah Syahruni dalam kepemimpinannya sama sekali tidak

menunjukkan superioritas dalam organisasinya. Hal ini bisa berpengaruh pada

sebuah pelaksanaan program yang lebih bersifat semangat kekeluargaan yang

terkesan tidak formal. Walau demikian program tetap terlaksana. Karena itu

merupakan langkah strategis bagi kalangan Muslimat NU dalam merealisasikan

program-program garapannya.

Lain halnya dengan Muslimah Humam, sebagai orang yang bernaung

dalam organisasi yang lebih modern, ia selalu melaksanakan program-programnya

sesuai dengan aturan-aturan formal dan prosedural. Ini memang sudah menjadi

ciri daripada organisasi yang menaunginya, yaitu Muhammadiyah.

Bagaimana jika dibandingkan dengan Aisyiyah, sebuah organisasi wanita

Muhammadiyah. Di mana letak kekurangan dan kelebihan kedua organisasi

wanita tersebut. Sulit untuk mencari kelebihan dan kekurangan sebuah organisasi

tanpa kita, minimal pernah mengalami atau ikut terlibat langsung dalam kedua

organisasi tersebut. Walau demikian, ini tidak menghalangi suatu penilaian

terhadap sebuah organisasi.

Page 76: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Secara organisatoris, Aisyiyah memiliki program utama di antaranya,

bidang kesehatan, tablig, pengkaderan dan pembinaan generasi muda, pendidikan,

ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan kesejahteraan sosial, partisipasi

kebangsaan serta konsolidasi. Namun seiring jalannya waktu, Aisyiyah juga

menambah agenda kegiatan berupa pengkajian dan iptek, hukum dan hak asasi

manusia. Ini bisa dilihat dari muktamar-muktamar yang diadakannya, di mana

Aisyiyah selalu berusaha memperbaharui dan meningkatkan perannya dalam

memperjuangkan terbentuknya masyarakat madani.89

Mufnaetty Shofa, sebagai orang yang pernah menjadi tokoh Aisyiyah pada

masanya telah mampu membawa Aisyiyah menjadi organisasi wanita yang cukup

berpengaruh di Indonesia. Dengan kemampuannya, ia membawa organisasi ini

mampu bekerja sama dengan pemerintah, pihak swasta dalam maupun luar negeri

serta kerjasama dengan organisasi wanita setingkat. Dalam kepemimpinannya, ia

mengedepankan kekompakan dan kerjasama. Menurutnya, untuk memperoleh

kualitas kepemimpinan tersebut dari satu orang bukanlah hal yang mudah, tetapi

karena kepemimpinan bersifat kolegial, kualitas tersebut dapat dipenuhi dengan

kepemimpinan kolektif dalam sebuah tim yang terdiri dari berbagai keahlian.

Kepemimpinan kolegial akan bermakna ketika pimpinan mampu menghidupkan

kerjasama dalam menghimpun dan mengkombinasikan sumberdaya yang ada

serta mampu menghidupkan permusyawaratan. 90

89

Mufnaetty Shofa, Aisyiyah dan Dinamika Dakwah, www.suaramerdeka.com, 02 Juli

2005. 90 Mufnaetty Shofa, Aisyiyah dan Dinamika Dakwah.

Page 77: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

BAB V

KESIMPULAN

Dari pembahasan skripsi ini dapat diambil kesimpulan bahwa menjelang

berdirinya Muslimat Nahdlatul Ulama, Indonesia dalam keadaan mempertahankan

kemerdekaan dari para penjajah.

Sejak berdirinya Boedi Oetomo tahun 1908, berbagai organisasi lain

menyusul dibentuk, termasuk juga organisasi wanita. Pada tanggal 22 Desember

1928 diadakan Kongres Perempuan Indonesia yang pertama. Kongres ini berhasil

membentuk Perserikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI), yang

merupakan asal-usul historis badan federasi yang saat ini dinamakan Kowani.

Pada tahun 1929 PPPI berubah menjadi Perserikatan Perkoempoelan Istri

Indonesia (PPPI), kemudian berubah lagi menjadi Kongres Perempoean Indonesia

pada tahun 1935.

Sekolah-sekolah mulai menghasilkan gadis-gadis dan wanita-wanita

terpelajar. Bersamaan dengan itu, munculah gerakan-gerakan dan perserikatan-

perserikatan wanita, baik yang bercorak kebangsaan maupun keagamaan. Salah

satunya adalah lahirnya Muslimat Nahdlatul Ulama.

Gagasan tentang pentingnya dibentuknya Muslimat Nahdlatul Ulama

sudah muncul sejak Muktamar NU yang pertama pada tahun 1926. Hal ini

ditandai dengan hadirnya beberapa tokoh perempuan, meskipun saat itu

perempuan belum menjadi bagian dari NU. Sejak didirikannya NU hingga

Kongres ke-13 di Menes, Banten pada tahun 1938 yang diwarnai dengan

perdebatan sengit, kaum wanita telah aktif berorganisasi. R. Djuarsih dan Siti

Syarah tampil sebagai pembicara, mewakili warga jamaah perempuan. Setahun

Page 78: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

kemudian, ide tentang Muslimat NU kian terasa kuat ketika berlangsung

Muktamar ke-14 di Magelang tahun 1939.

Pada tanggal 29 Maret 1946, bertepatan dengan 26 Rabiul Akhir 1365 H,

keinginan jamaah wanita NU untuk berorganisasi diterima dengan suara bulat

oleh para utusan Muktamar NU di Purwokerto, dengan nama Nahdlatoel Oelama

Moeslimat (NOM).91

Diresmikannya Muslimat NU sebagai bagian NU

merupakan tuntutan sejarah yang dinilai oleh Jamiah NU pada saat itu sudah

sampai pada tahap perkembangan yang memerlukan hadirnya wanita dalam

kancah perjuangan dan organisasi. Pandangan ini dikemukakan hanya oleh

sebagian kecil ulama NU, seperti KH. Muhammad Dahlan, KH. Wahab

Chasbullah dan KH. Syaifuddin Zuhri. Kemudian Mulimat di pimpin oleh Hj.

Chodijah Dahlan dalam dua periode dan Mahmudah Mawardi dalam satu periode

Asmah Syahruni merupakan pemimpin setelah Mahmudah Mawardi. Ia

memimpin Muslimat NU cukup lama yaitu, selama tiga periode. Periode pertama

pada tahun 1979 dalam Kongres X di Semarang, periode kedua pada tahun 1984

pada Kongres XI di Probolinggo dan periode ketiga pada tahun 1989 pada

Kongres XII di Yogyakarta.

Perkembangan selanjutnya dalam beberapa periode kepemimpinannya,

Asmah Syahruni telah mampu membawa organisasi ini mampu berdiri sendiri

sebagai organisasi kemuslimatan. Ia juga mampu merubah organisasi wanita ini

menjadi sebuah organisasi yang besar, di mana kebesaran organisasi ini sejajar

dengan organisasi wanita lain yang ada di Indonesia.

91 Asmah Sjahruni, dkk, 50 Tahun Muslimat.., h.20

Page 79: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Sebagai seorang pimpinan, Asmah Syahruni selalu bersikap tegas. Namun

demikian, bukan berarti ia otoriter dalam kepemimpinannya. Sikap ketegasannya

diiringi dengan sikap ramahnya terhadap sesama anggota. Ia selalu kuat dalam

keputusannya. Namun demikian, tidak jarang ia bersikap lentur terhadap apa yang

telah menjadi keputusan para kiai NU.

Ciri khas kepemimpinan Asmah Syahruni melalui cara pendekatan

kekeluargaan telah membawa organisasi ini semakin memiliki banyak anggota.

Dengan cara itu pula organisasi ini pada akhirnya mampu menjalankan program-

programnya. Beberapa program yang telah direalisasikan Asmah Syahruni selama

tiga periode dalam kepemimpinannya di Muslimat NU adalah :

1. Mengadakan konsolidasi dengan para anggota

2. Menyelenggarakan Konferensi antar wilayah untuk mentakhfidz

keputusan Kongres pada 25 s/d 27 Maret 1981 diteruskan dengan

Diskusi Panel tentang :

a. Undang-Undang Perkawinan dan pelaksanaannya

b. Kedudukan wanita dalam Hukum Islam dan Hukum Negara

3. Bagian Dakwah telah mengadakan Lokakarya Peningkatan Dakwah

Wanita Muslimat.

4. Pelaksanaan tawaran kerja sama dengan The Pathfinder Fund Indonesia

dalam upaya memasyarakatkan Undang-Undang Perkawinan. Oleh PP.

Muslimat NU ini dapat dimanfaatkan sebagai usaha untuk mengadakan

peninjauan ke daerah-daerah.

5. Mengadakan kegiatan sosial. Ini merupakan kegiatan rutin yang selalu

dijalankan oleh Muslimat dalam setiap periode.

Page 80: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Di atas merupakan kegiatan yang direalisasikan Asmah Syahruni dalam

periode pertama kepemimpinannya.

Periode kedua kepemimpinan Asmah Syahruni memperlihatkan kegiatannya

pada cakrawala yang lebih luas. Tidak hanya pada batas-batas untuk melanjutkan

program-program baku yang sudah ditetapkan dalam organisasi seperti kegiatan di

bidang sosial, kesehatan, dakwah dan lain-lain. Lebih dari itu, isu-isu politik dan

isu-isu penting terkait adanya Khittah NU 1926, membawanya dalam suatu

tindakan di mana ia harus mampu memposisikan organisasi yang dipimpinnya itu

berada dalam posisi yang proporsional.

Asmah Syahruni sebagai pimpinan Muslimat yang memiliki cita-cita penuh

dalam kemandirian organisasi yang dipimpinnya itu dengan sekuat tenaga

memperkuat organisasi ini agar tetap menjadi badan otonom. Dengan

keberhasilannya mempertahankan otonomisasi organisasi tersebut, maka

diadakanlah kerjasama dengan organisasi otonom/lembaga NU seperti lembaga

pendidikan, yayasan dan lain-lain.

Selain beberapa kegiatan di atas yang direalisasikan Asmah Syahruni pada

periode kedua, program lain yang direalisasikannya pada periode itu adalah

pemeliharaan cabang-cabang baru, menekankan kembali Muslimat NU sebagai

organisasi yang mampu berdiri sendiri, pemantapan organisasi, mengadakan

kegiatan yang bertaraf nasional dan melakukan evaluasi.

Masa bakti 1989-1995 yang merupakan periode ketiga dalam kepemimpinan

Asmah Syahruni ditandai dengan berbagai peristiwa nasional kenegaraan maupun

perkembangan di lingkungan khusus.

Page 81: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Pemasyarakatan Khittah 1926 makin dihayati oleh pelaksana organisasi

maupun oleh anggota. Salah satu tujuan Khittah 1926 melepaskan organisasi dari

tingkah laku politik praktis masih perlu pendekatan psikologis dengan pribadi-

pribadi yang terkait dari unsur kepemimpinan organisasi dan unsur-unsur pribadi

yang memilih minat terhadap politik praktis.

Secara keseluruhan bisa dikatakan bahwa, sebagai orang yang memiliki

tiga periode dalam kepemimpinannya, Asmah Syahruni mengalami beberapa

peristiwa penting yang melingkupinya, baik peristiwa lokal yang ada di dalam

Muslimat NU sendiri, maupun peristiwa nasional yang akan berpengaruh pada

roda kepemimpinannya. Hal ini pada akhirnya membuat Asmah Syahruni

memiliki kekuatan tersendiri dalam memimpin organisasinya dengan cara mencari

alternatif sebagai improvisasi untuk melaksanakan kegiatannya sesuai dengan isu

yang dihadapi pada masanya. Tak heran jika dikatakan bahwa Asmah Syahruni

merupakan orang yang memiliki kemampuan dalam memimpin organisasinya

dalam berbagai kondisi atau keadaan suatu bangsa.

Page 82: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik, (ed), Sejarah Umat Islam Indonesia, Jakarta: Majelis Ulama

Indonesia, 1991

Abdullah, Taufik, dalam Ensiklopedi Indonesia Jilid IV, Jakarta: PT. Ichtiar Baru

Van Hoeve, 1983

Hasyim, Wahid, A, Mengapa Memilih NU? Konsepsi Tentang Agama,

Pendidikan dan Politik, Jakarta: Inti Sarana Aksara, 1985

Helmi, Mustafa, Asmah Sjachruni; Muslimah Pejuang Lintas Zaman, Jakarta:

Pustaka Indonesia Satu, 2002

Ismail, Faisal, Dilema NU di Tengah Badai Pragmatisme Politik, Jakarta:

DEPAG RI, 2004

Kartodirdjo, Sartono, dkk, Sejarah Nasional Indonesia Jilid 4, Jakarta: Balai

Pustaka, 1977

Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan, Jakarta: Garamedia

Pustaka, 1974

Lapidus, Ira, M, Sejarah Sosial Umat Islam Bag III, Jakarta: PT Grafindo

Persada, 1999

Muhammadiyah, Hilmy, NU, Identitas Islam Indonesia, Jakarta: Elsas, 2004

Muzadi, A Mukhith, NU dan Fiqh Kontekstual, Yogyakarta: LKPSM NU, 1995

Nasution, AH, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia jilid III, Bandung:

Angkasa, 1978

PP Muslimat NU, Ibu Kartini Seratus Tahun, Jakarta: LAKPESDAM, 1979

PP. Muslimat NU, Keputusan Kongres ke-XII, Yogyakarta: 1989

Page 83: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

PP. Muslimat NU, laporan Muktamar NU ke 28

PP Muslimat NU, Laporan Pertanggungjawaban PP Muslimat NU Periode 1979-

1984

PP Muslimat NU, Laporan Pertanggungjawaban PP Muslimat NU Periode 1984-

1989

PP. Muslimat NU, Laporan Pertanggungjawaban PP Muslimat NU Periode

1989-1994

PP. Muslimat NU, Sejaraht Muslimat NU, Jakarta: LAKPESDAM, 1979

Ricklefs, MC, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Jakarta: PT Serambi Ilmu

Semesta, 2007

PP Muslimat NU, Laporan Pertanggung Jawaban PP Muslimat NU Periode

1984-1994

PP. Muslimat NU, Sejarah Singkat NU, Yogyakarta: Sie. Publikasi dan

Dokumentasi Muslimat NU, 1989

Situmpul, Einar Mahatan, NU dan Pancasila: Sejarah dan Peranan NU dalam

Perjuangan Umat Islam, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1989

Sjachruni, Asmah, dkk, 50 tahun Muslimat NU, Berkhidmat Untuk Agama dan

Bangsa, Jakarta:LAKPESDAM, 1996

Soebadio, Haryati, Kartini Pribadi Mandiri, Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 1990

Suryochondro, Sukanti, Potret Pergerakan Wanita Indonesia Cet. 1, Jakarta: CV

Rajawali, 1984

Suwondo, Nani, kedudukan Wanita Indonesia: Dalam Hukum dan Masyarakat,

Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981

Page 84: Kiprah Muslimat NU Pada Masa Kepemimpinan Asmah Sjachruni ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21306/1/NURIL...PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kiprah Muslimat

Tim Sejarah Muslimat NU, Sejarah Muslimat Nahdlatul Ulama, Jakarta: PP.

Muslimat Nahdlatul Ulama, 1979

Zuhri, Syaefuddin, dkk, Sejarah Muslimat Nahdlatul Ulama, Jakarta: PP.

Muslimat Nahdlatul Ulama, 1979

Zawawi, Ali, dkk, Asmah Sjachruni, Muslimah Pejuang Lintas Zaman, Jakarta:

Pustaka Indonesia Satu, 2002

Wawancara Pribadi dengan Aisyah Hamis Baidlowi, Jakarta: 10 Maret 2008

Wawa.cara pribadi dengan Asmah Sjachruni, Jakarta: 6 Juni 2008

Wawancara pribadi dengan Lathifah Hasyim, Jakarta:24 April 2008

www.gp-ansor.org , sabtu, 4 Agustus 2007

www.kapanlagi.com/h/0000197812.html , 13 November 2007

www.kowani.or.id , 11 April 2007

www.muslimat-nu.or.id, 18 April 2008

www.pikiran-rakyat.com , 8 November 2007

www.republika.co.id , 25 Oktober 2007

www.suaramerdeka.com , Shofa, Mufnaetty, Aisyiyah dan Dinamika Dakwah,

2 Juli 2005

www.tempointeraktif.com , 31 Maret 2006