kakao.docx
DESCRIPTION
BAHASAINDO TGSTRANSCRIPT
![Page 1: kakao.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9b56550346d033a5a854/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan
yang salah satunya adalah cokelat. Cokelat dihasilkan dari biji buah kakao yang telah
mengalami serangkaian proses pengolahan sehingga bentuk dan aromanya seperti yang
terdapat di pasaran. Biji buah kakao (cokelat) yang telah difermentasi dijadikan serbuk
yang disebut cokelat bubuk. Cokelat dalam bentuk bubuk ini banyak dipakai sebagai
bahan untuk membuat berbagai macam produk makanan dan minuman, seperti susu,
selai, roti, dan lain–lain. Buah cokelat yang tanpa biji dapat difermentasi untuk dijadikan
pakan ternak. Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang
peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagagai penyedia
lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga
berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri.
Jenis tanaman kakao yang diusahakan sebagian besar adalah jenis kakao curah
dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi
Tengah. Disamping itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara
di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan
kakao dunia dimana bila dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa
setara dengan kakao yang berasal dari Ghana dan kakao Indonesia mempunyai kelebihan
yaitu tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai untuk blending. Sejalan dengan
keunggulan tersebut, peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik ekspor maupun
kebutuhan dalam negeri.
Dengan kata lain, potensi untuk menggunakan industri kakao sebagai salah satu
pendorong pertumbuhan dan distribusi pendapatan cukup terbuka. Meskipun demikian,
agribisnis kakao Indonesia masih menghadapi berbagai masalah kompleks antara lain
produktivitas kebun masih rendah akibat serangan hama penggerek buah kakao (PBK),
mutu produk masih rendah serta masih belum optimalnya pengembangan produk hilir
1
![Page 2: kakao.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9b56550346d033a5a854/html5/thumbnails/2.jpg)
kakao. Hal ini menjadi suatu tantangan sekaligus peluang bagi para investor untuk
mengembangkan usaha dan meraih nilai tambah yang lebih besar dari agribisnis kakao.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut :
1) Bagaimana cara budidaya kakao di Indonesia?
2) Apakah peran kakao dalam mendorong perkembangan agroindustri di Indonesia?
3) Apakah Indonesia berpotensi menjadi produsen utama kakao di dunia?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah :
1) Mengetahui cara budidaya kakao yang berkualitas
2) Mengetahui peran kakao dalam mendorong perkembangan agroindusti di Inonesia
3) Memahami potensi Indonesia sebagai produsen utama kakao
2
![Page 3: kakao.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9b56550346d033a5a854/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Budidaya Kakao
Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika
faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon
alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan
lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah. Berikut adalah cara
budidaya kakao
1. Persiapan Lahan
- Bersihkan alang-alang dan gulma lainnya
- Gunakan tanaman penutup tanah (cover crop) terutama jenis polong-polongan seperti
Peuraria javanica, Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides & C. caeraleum
untuk mencegah pertumbuhan gulma terutama jenis rumputan
- Gunakan juga tanaman pelindung seperti Lamtoro, Gleresidae dan Albazia, tanaman
ini ditanam setahun sebelum penanaman kakao dan pada tahun ketiga jumlah dikurangi
hingga tinggal 1 pohon pelindung untuk 3 pohon kakao (1 : 3)
2. Pembibitan
- Biji kakao untuk benih diambil dari buah bagian tengah yang masak dan sehat dari
tanaman yang telah cukup umur
- Sebelum dikecambahkan benih harus dibersihkan lebih dulu daging buahnya dengan
abu gosok
- Karena biji kakao tidak punya masa istirahat (dormancy), maka harus segera
dikecambahkan
- Pengecambahan dengan karung goni dalam ruangan, dilakukan penyiraman 3 kali
sehari
- Siapkan polibag ukuran 30 x 20 cm (tebal 0,8 cm) dan tempat pembibitan
- Campurkan tanah dengan pupuk kandang (1 : 1), masukkan dalam polibag
- Sebelum kecambah dimasukkan tambahkan 1 gram pupuk TSP / SP-36 ke dalam tiap-
3
![Page 4: kakao.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9b56550346d033a5a854/html5/thumbnails/4.jpg)
tiap polibag
- Benih dapat digunakan untuk bibit jika 2-3 hari berkecambah lebih 50%
- Jarak antar polibag 20 x 20 cm lebar barisan 100 cm
- Tinggi naungan buatan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga sinar masuk tidak
terlalu banyak
- Penyiraman bibit dilakukan 1-2 kali sehari
- Penyiangan gulma melihat keadaan areal pembibitan
- Pemupukan dengan N P K ( 2 : 1 : 2 ) dosis sesuai dengan umur bibit, umur 1 bulan : 1
gr/bibit, 2 bulan ; 2 gr/bibit, 3 bulan : 3 gr/bibit, 4 bulan : 4 gr/bibit. Pemupukan dengan
cara ditugal
- Siramkan POC NASA dengan dosis 0,5 - 1 tutup/pohon diencerkan dengan air
secukupnya atau semprotkan dengan dosis 4 tutup/tangki setiap 2-4 minggu sekali
- Penjarangan atap naungan mulai umur 3 bulan dihilangkan 50% sampai umur 4 bulan
- Amati hama & penyakit pada pembibitan, antara lain ; rayap, kepik daun, ulat jengkal,
ulat punggung putih, dan ulat api. Jika terserang hama tersebut semprot dengan
PESTONA dosis 6-8 tutup/tangki atau Natural BVR dosis 30 gr/tangki. Jika ada
serangan penyakit jamur Phytopthora dan Cortisium sebarkan Natural GLIO yang sudah
dicampur pupuk kandang selama + 1 minggu pada masing-masing pohon
3. Penanaman
a. Pengajiran
- Ajir dibuat dari bambu tinggi 80 - 100 cm
- Pasang ajir induk sebagai patokan dalam pengajiran selanjutnya
- Untuk meluruskan ajir gunakan tali sehingga diperoleh jarak tanam yang sama
b. Lubang Tanam
- Ukuran lubang tanam 60 x 60 x 60 cm pada akhir musim hujan
- Berikan pupuk kandang yang dicampur dengan tanah (1:1) ditambah pupuk TSP 1-5
gram per lubang
c. Tanam Bibit
4
![Page 5: kakao.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9b56550346d033a5a854/html5/thumbnails/5.jpg)
- Pada saat bibit kakao ditanam pohon naungan harus sudah tumbuh baik dan naungan
sementara sudah berumur 1 tahun
- Penanaman kakao dengan system tumpang sari tidak perlu naungan, misalnya tumpang
sari dengan pohon kelapa
- Bibit dipindahkan ke lapangan sesuai dengan jenisnya, untuk kakao Mulia ditanam
setelah bibit umur 6 bulan, Kakao Lindak umur 4-5 bulan
- Penanaman saat hujan sudah cukup dan persiapan naungan harus sempurna. Saat
pemindahan sebaiknya bibit kakao tidak tengah membentuk daun muda (flush)
4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) sebanyak 2-5 liter/pohon
b.Dibuat lubang pupuk disekitar tanaman dengan cara dikoak. Pupuk dimasukkan dalam
lubang pupuk kemudian ditutup kembali. Dosis pupuk lihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel Pemupukan Tanaman Coklat
UMUR
(bulan)
Dosis pupuk Makro (per ha)
Urea
(kg)
TSP
(kg)
MOP/
KCl
(kg)
Kieserite
(MgSO4)
(kg)
2 15 15 8 8
6 15 15 8 8
5
![Page 6: kakao.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9b56550346d033a5a854/html5/thumbnails/6.jpg)
10 25 25 12 12
14 30 30 15 15
18 30 30 45 15
22 30 30 45 15
28 160 250 250 60
32 160 200 250 60
36 140 250 250 80
42 140 200 250 80
Dst Dilakukan analisa tanah
Dosis POC NASA mulai awal tanam :
0 – 24 2-3 tutup/ diencerkan secukupnya dan
siramkan sekitar pangkal batang
setiap 4 - 5 bulan sekali
3-4 tutup/ diencerkan secukupnya dan
6
![Page 7: kakao.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9b56550346d033a5a854/html5/thumbnails/7.jpg)
> 24 siramkan sekitar pangkal batang
setiap 3 – 4 bulan sekali ( sesekali bisa
juga disemprotkan ke tanaman )
Dosis POC NASA pada tanaman yang
sudah produksi tetapi tidak dari awal
memakai POC NASA :
- Tahap 1 : Aplikasikan 3 – 4 kali
berturut-turut dengan interval 1-2 bln,
Dosis 3-4 tutup/ pohon
- Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan
sekali, Dosis 3-4 tutup/ pohon
Catatan: Akan lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun
dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman. 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2
liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml
larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
5. Pengendalian Hama & Penyakit
a. Ulat Kilan ( Hyposidea infixaria; Famili : Geometridae ), menyerang pada umur 2-
4 bulan. Serangan berat mengakibatkan daun muda tinggal urat daunnya saja.
Pengendalian dengan PESTONA dosis 5 - 10 cc / liter.
b. Ulat Jaran / Kuda ( Dasychira inclusa, Familia : Limanthriidae ), ada bulu-bulu
gatal pada bagian dorsalnya menyerupai bentuk bulu (rambut) pada leher kuda, terdapat
pada marke 4 dan 5 berwarna putih atau hitam, sedang ulatnya coklat atau coklat
kehitam-hitaman. Pengendalian dengan musuh alami predator Apanteles mendosa dan
Carcelia spp, semprot PESTONA.
7
![Page 8: kakao.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9b56550346d033a5a854/html5/thumbnails/8.jpg)
c. Parasa lepida dan Ploneta diducta (Ulat Srengenge), serangan dilakukan silih
berganti karena kedua species ini agak berbeda siklus hidup maupun cara meletakkan
kokonnya, sehingga masa berkembangnya akan saling bergantian. Serangan tertinggi
pada daun muda, kuncup yang merupakan pusat kehidupan dan bunga yang masih
muda. Siklus hidup Ploneta diducta 1 bulan, Parasa lepida lebih panjang dari pada
Ploneta diducta. Pengendalian dengan PESTONA.
d. Kutu - kutuan ( Pseudococcus lilacinus ), kutu berwarna putih. Simbiosis dengan
semut hitam. Gejala serangan : infeksi pada pangkal buah di tempat yang terlindung,
selanjutnya perusakan ke bagian buah yang masih kecil, buah terhambat dan akhirnya
mengering lalu mati. Pengendalian : tanaman terserang dipangkas lalu dibakar, dengan
musuh alami predator; Scymus sp, Semut hitam, parasit Coccophagus pseudococci
Natural BVR 30 gr/ 10 liter air atau PESTONA.
e. Helopeltis antonii, menusukkan ovipositor untuk meletakkan telurnya ke dalam buah
yang masih muda, jika tidak ada buah muda hama menyerang tunas dan pucuk daun
muda. Serangga dewasa berwarna hitam, sedang dadanya merah, bagian menyerupai
tanduk tampak lurus. Ciri serangan, kulit buah ada bercak-bercak hitam dan kering,
pertumbuhan buah terhambat, buah kaku dan sangat keras serta jelek bentuknya dan
buah kecil kering lalu mati. Pengendalian dilakukan dengan PESTONA dosis 5-10 cc /
lt (pada buah terserang), hari pertama semprot stadia imago, hari ke-7 dilakukan
ulangan pada telurnya dan pada hari ke-17 dilakukan terhadap nimfa yang masih hidup,
sehingga pengendalian benar-benar efektif, sanitasi lahan, pembuangan buah terserang.
f. Cacao Mot ( Ngengat Buah ), Acrocercops cranerella (Famili ; Lithocolletidae).
Buah muda terserang hebat, warna kuning pucat, biji dalam buah tidak dapat
mengembang dan lengket. Pengendalian : sanitasi lingkungan kebun, menyelubungi
buah coklat dengan kantong plastik yang bagian bawahnya tetap terbuka (kondomisasi),
pelepasan musuh alami semut hitam dan jamur antagonis Beauveria bassiana ( BVR)
dengan cara disemprotkan, semprot dengan PESTONA.
8
![Page 9: kakao.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9b56550346d033a5a854/html5/thumbnails/9.jpg)
g. Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora), gejala serangan dari ujung buah
atau pangkal buah nampak kecoklatan pada buah yang telah besar dan buah kecil akan
langsung mati. Pengendalian : membuang buah terserang dan dibakar, pemangkasan
teratur, semprot dengan Natural GLIO.
h. Jamur Upas ( Upasia salmonicolor ), menyerang batang dan cabang.
Pengendalian : kerok dan olesi batang atau cabang terserang dengan Natural
GLIO+HORMONIK, pemangkasan teratur, serangan berlanjut dipotong lalu dibakar.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum
mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan
pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat
Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
6. Pemangkasan
- Pemangkasan ditujukan pada pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan
vegetatif yang baik. Pohon pelindung juga dilakukan pemangkasan agar percabangan
dan daunnya tumbuh tinggi dan baik. Pemangkasan ada beberapa macam yaitu :
- Pangkas Bentuk, dilakukan umur 1 tahun setelah muncul cabang primer (jorquet) atau
sampai umur 2 tahun dengan meninggalkan 3 cabang primer yang baik dan letaknya
simetris.
- Pangkas Pemeliharaan, bertujuan mengurangi pertumbuhan vegetatif yang berlebihan
dengan cara menghilangkan tunas air (wiwilan) pada batang pokok atau cabangnya.
- Pangkas Produksi, bertujuan agar sinar dapat masuk tetapi tidak secara langsung
sehingga bunga dapat terbentuk. Pangkas ini tergantung keadaan dan musim, sehingga
ada pangkas berat pada musim hujan dan pangkas ringan pada musim kemarau.
Pangkas Restorasi, memotong bagian tanaman yang rusak dan memelihara tunas air
atau dapat dilakukan dengan side budding.
7. Panen
Saat petik persiapkan rorak-rorak dan koordinasi pemetikan. Pemetikan dilakukan
terhadap buah yang masak tetapi jangan terlalu masak. Potong tangkai buah dengan
menyisakan 1/3 bagian tangkai buah. Pemetikan sampai pangkal buah akan merusak
9
![Page 10: kakao.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9b56550346d033a5a854/html5/thumbnails/10.jpg)
bantalan bunga sehingga pembentukan bunga terganggu dan jika hal ini dilakukan terus
menerus, maka produksi buah akan menurun. Buah yang dipetik umur 5,5 - 6 bulan dari
berbunga, warna kuning atau merah. Buah yang telah dipetik dimasukkan dalam karung
dan dikumpulkan dekat rorak. Pemetikan dilakukan pada pagi hari dan pemecahan
siang hari. Pemecahan buah dengan memukulkan pada batu hingga pecah. Kemudian
biji dikeluarkan dan dimasukkan dalam karung, sedang kulit dimasukkan dalam rorak
yang tersedia.
8. Pengolahan Hasil
Fermentasi, tahap awal pengolahan biji kakao. Bertujuan mempermudah
menghilangkan pulp, menghilangkan daya tumbuh biji, merubah warna biji dan
mendapatkan aroma dan cita rasa yang enak.
Pengeringan, biji kakao yang telah difermentasi dikeringkan agar tidak terserang jamur
dengan sinar matahari langsung (7-9 hari) atau dengan kompor pemanas suhu 60-700C
(60-100 jam). Kadar air yang baik kurang dari 6 %.
Sortasi, untuk mendapatkan ukuran tertentu dari biji kakao sesuai permintaan. Syarat
mutu biji kakao adalah tidak terfermentasi maksimal 3 %, kadar air maksimal 7%,
serangan hama penyakit maksimal 3 % dan bebas kotoran.
2.2 Peran Kakao Dalam Mendorong Perkembangan Agroindustri Di Indonesia
Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi
perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan
devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan
pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan
kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar
berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga
sub sektor perkebunan setelah karet dan kelapa sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta.
Perkebunan kakao Indonesia mengalami perkembangan pesat sejak awal tahun 1980-an
dan pada tahun 2002, areal perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas 914.051 ha dimana
sebagian besar (87,4%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0% perkebunan besar negara serta
10
![Page 11: kakao.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9b56550346d033a5a854/html5/thumbnails/11.jpg)
6,7% perkebunan besar swasta. Jenis tanaman kakao yang diusahakan sebagian besar adalah
jenis kakao lindak dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara
dan Sulawesi Tengah. Disamping itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar
negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
2.3 Potensi Indonesia Sebagai Produsen Utama Kakao
Indonesia sebenarnya berpotensi untuk menjadi produsen utama kakao dunia, apabila
berbagai permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao dapat diatasi dan agribisnis
kakao dikembangkan dan dikelola secara baik. Indonesia masih memiliki lahan potensial yang
cukup besar untuk pengembangan kakao yaitu lebih dari 6,2 juta ha terutama di Irian Jaya,
Kalimantan Timur, Sulawesi Tangah Maluku dan Sulawesi Tenggara. Disamping itu kebun yang
telah di bangun masih berpeluang untuk ditingkatkan produktivitasnya karena produktivitas rata-
rata saat ini kurang dari 50% potensinya. Di sisi lain situasi perkakaoan dunia beberapa tahun
terakhir sering mengalami defisit, sehingga harga kakao dunia stabil pada tingkat yang tinggi.
Kondisi ini merupakan suatu peluang yang baik untuk segera dimanfaatkan. Upaya peningkatan
produksi kakao mempunyai arti yang stratigis karena pasar ekspor biji kakao Indonesia masih
sangat terbuka dan pasar domestik masih belum tergarap.
Dengan kondisi harga kakao dunia yang relatif stabil dan cukup tinggi maka perluasan
areal perkebunan kakao Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut dan hal ini perlu mendapat
dukungan agar kebun yang berhasil dibangun dapat memberikan produktivitas yang tinggi.
Melalui berbagai upaya perbaikan dan perluasan maka areal perkebunan kakao Indonesia pada
tahun 2010 diperkirakan mencapai 1,1 juta ha dan diharapkan mampu menghasilkan produksi
730 ribu ton/tahun biji kakao. Pada tahun 2025, sasaran untuk menjadi produsen utama kakao
dunia bisa menjadi kenyataan karena pada tahun tersebut total areal perkebunan kakao Indonesia
diperkirakan mencapai 1,35 juta ha dan mampu menghasilkan 1,3 juta ton/tahun biji kakao.
BAB III
11
![Page 12: kakao.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9b56550346d033a5a854/html5/thumbnails/12.jpg)
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kakao adalah komoditas perkebunan yang bernilai ekonomi tinggi. Tanaman yang
merupakan bahan baku cokelat ini dapat berbuah sepanjang tahun. Kakao atau Theobroma cacao
L., merupakan salah satu komoditas perkebunan yang cocok dengan kultur tanah dan iklim di
Indonesia. Tanaman ini termasuk golongan tumbuhan tropis. Cara budidaya kakao adalah (1)
Persiapan Lahan (2) Pembibitan (3) Penanaman (4) Pemeliharaan Tanaman (5) Pengendalian
Hama dan Penyakit (6) Pemangkasan (7) Panen (8) Pengolahan Hasil.
Peran kakao dalam mengembangkan agroindustri di Indonesia adalah dengan
menyediakan lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
Potensi Indonesia untuk menjadi produsen utama kakao dunia besar karena Indonesia masih
memiliki lahan potensial yang cukup besar untuk pengembangan kakao. Disamping itu kebun
yang telah di bangun masih berpeluang untuk ditingkatkan produktivitasnya karena produktivitas
rata-rata saat ini kurang dari 50% potensinya. . Pada tahun 2025, sasaran untuk menjadi produsen
utama kakao dunia bisa menjadi kenyataan.
3.2 Saran
Dengan harga kakao yang terpantau stabil, sebaiknya lahan kakao di Indoneia diperluas
untuk meningkatkan jumlah komoditas kakao. Selain lahan yang diperluas diperlukan juga
pengembanagn teknologi dalam mengolah hasil perkebunan kakao sehingga kualitas yang
dihasilkan menjadi lebih baik lagi dan dapat bersaing dengan produk olahan luar negeri.
DAFTAR PUSTAKA
12
![Page 13: kakao.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9b56550346d033a5a854/html5/thumbnails/13.jpg)
Anonymous(2012). Budidaya kakao semanis buah cokelatnya.
(http://pertanianjanabadra.webs.com,diakses 2 Januari 2012)
Prospek dan pengembangan agribisnis.(http://www.litbang.deptan.go.id/favicon)
Anonymous(2012).Peluang usaha agribisnis Indonesia,(Wordpress.com,doakses 2 januari 2012)
Anonymous(2012).Prospek cerah bisnis kakao,( http://bisnisukm.com/wp)
content/themes/bisnisukmv320/img/favicon)
13