kak pengembangan teknologi bbg-edit.docx
DESCRIPTION
kkkTRANSCRIPT
KERANGKA ACUAN KERJA
KAJIAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI INDONESIA
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas BumiKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Jakarta 2012
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
1. Umum
a. Pengguna Jasa : Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi
b. Kegiatan : Kajian Pengembangan Teknologi Bahan Bakar
Gas Untuk Kendaraan Bermotor Di Indonesia
c. Lokasi Kegiatan : Indonesia
d. Sumber Pendanaan : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran TA 2012
2. Latar Belakang
a. Dasar Hukum
Kegiatan ini didasarkan oleh beberapa peraturan perundangan yang
berlaku dan kebijakan-kebijakan terkait dengan bidang migas, yaitu:
i. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas
Bumi
ii. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi
iii. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha
Hilir Minyak dan Gas Bumi
iv. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2009 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha
Hilir Minyak dan Gas Bumi
v. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang
Kebijakan Energi Nasional
i. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral;
1
b. Gambaran Umum
Pengenalan penggunaan bahan bakar gas sebagai alternatif bahan bakar
minyak untuk sektor transportasi di Indonesia sebenarnya sudah dimulai
sejak 1995. Akan tetapi, payung kebijakan terhadap pengembangan
bahan bakar gas baru diterbitkan 10 tahun kemudian sejak penggunaan
perdana bahan bakar gas, yaitu dengan diterbitkannya Peraturan Daerah
DKI Jakarta Nomor 2/2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0048/2005
tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) serta Pengawasan Bahan Bakar
Minyak, Bahan Bakar Gas, Bahan Bakar Lain, LPG, LNG, dan Hasil
Olahan yang Dipasarkan di Dalam Negeri.
Payung hukum pengusahaan dan penggunaan bahan bakar gas tersebut
kemudian dilengkapi lagi dengan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor
141/2007 tentang Penggunaan BBG Untuk Angkutan Umum dan
Kendaraan Operasional Pemerintah Daerah, Peraturan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral Nomor 19/2010 tentang Pemanfaatan Gas
Bumi untuk Bahan Bakar Gas yang Digunakan untuk Sektor Transportasi
dan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2932
K/12/MEM/2010 tentang Harga Jual Bahan Bakar Gas yang Digunakan
untuk Transportasi di Wilayah Jakarta.
Dalam perjalanannya, program pengembangan dan penggunaan bahan
bakar gas di dalam negeri hanya timbul tenggelam. Diwacanakan dan
mengemuka ketika terjadi krisis, harga minyak meningkat dan subsidi
energi membengkak. Namun, wacana pengembangan tidak terdengar lagi
ketika krisis tersebut sudah berlalu.
Berdasarkan catatan, program konversi bahan bakar gas untuk
transportasi sebenarnya juga telah diluncurkan berulang kali. Akan tetapi,
kebijakan dan program yang diluncurkan tersebut tidak pernah bertahan
lama dan berkesinambungan, tidak mempunyai platform yang jelas, dan
tidak ada konsistensi.
Dari sejumlah kebijakan dan program bahan bakar gas yang pernah ada,
belum ditemukan adanya kebijakan yang terpadu dan berkelanjutan.
Program konversi bahan bakar gas hanya merupakan kebijakan yang
2
parsial, lebih sering hanya merupakan program satu instansi tertentu,
sementara instansi lain tidak tahu menahu, apalagi mendukung. Padahal,
jika mengacu pada permasalahan subsidi bahan bakar minyak yang ada,
pengembangan bahan bakar gas relevan dan merupakan isu strategis.
Beberapa alasan belum maksimalnya emanfaatan gas bumi untuk sektor
transportasi terutama karena kurangnya pasokan gas, terkendala
infrastruktur serta dirasa masih mahalnya converter kit oleh para
pengemudi angkutan umum
Seiring dengan semakin meningkatnya konsumsi BBM bersubsidi yang
mengakibatkan semakin tingginya biaya yang harus ditanggung oleh
negara dan kurang tepatnya sasaran penggunaan BBM bersubsidi,
pemerintah akan meningkatkan diversifikasi BBM ke bahan bakar gas
untuk kendaraan bermotor. Adanya diversifikasi bahan bakar minyak
(BBM) ke bahan bakar gas pada sektor transportasi merupakan salah satu
bukti keseriusan pemerintah untuk memberikan pilihan bahan bakar
transportasi dan mengurangi BBM yang harganya mahal dan tidak ramah
lingkungan.
Melalui roadmap diversifikasi BBM ke BBG yang telah ditetapkan,
pemerintah akan mengalokasikan gas bumi sebesar 35,5 MMSCFD untuk
kebutuhan tersebut. Untuk daerah Jabodetabek akan dialokasikan
sebesar 23.1 MMSCFD dimana gas akan dipasok dari PT Pertamina EP,
Medco E&P Indonesia, PT PHE ONWJ, PT Perusahaan Gas Negara
(Persero) Tbk dan JOBP Talisman Jambi-Merang sedangkan untuk
Surabaya, Gresik dan Sidoarjo, gas akan dipasok dari PHE West Madura
Offshore dan Santos dengan total volume gas sebesar 10,2 MMSCFD.
Untuk daerah Palembang, gas akan dipasok oleh SP2J dan Pertamina EP
dengan total volume gas sebesar 2,2 MMSCFD.
program diversifikasi dari BBM ke gas pada sektor transportasi
merupakan salah satu program prioritas nasional yang memberikan
keuntungan bagi masyarakat dan Pemerintah. keuntungan bagi
masyarakat adalah memperoleh bahan bakar yang harganya lebih murah,
bersih dan sesuai dengan tuntutan teknologi permesinan kendaraan
sehingga akan meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat,
sedangkan bagi Pemerintah, penggunaan bahan bakar gas dapat
3
menjamin ketahanan energi, menghemat subsidi, meningkatkan jaminan
pasokan energi dalam negeri dan mensukseskan program langit biru serta
mengenalkan energi alternatif kepada masyarakat.
Fokus terhadap pengembangan dan pengusahaan bahan bakar gas pada
dasarnya tidak hanya dilakukan di Indonesia. Isu ramah lingkungan dan
pertimbangan biaya penyediaan bahan bakar gas yang relatif lebih murah
dibandingkan dengan bahan bakar minyak juga mendorong negara-
negara lain mengembangkan bahan bakar gas. Jika di Indonesia
pengembangan bahan bakar gas cenderung timbul-tenggelam,
pemerintah di negara-negara lain memiliki komitmen yang kuat untuk
mendorong dan merealisasikan pengembangan bahan bakar gas. Adapun
beberapa pendekatan yang banyak dilakukan dalam mendorong dan
merealisasikan pengembangan bahan bakar gas di negara-negara lain
adalah: Pertama, pemberian insentif untuk konsumen dan produsen
bahan bakar gas. Kedua, kemudahan perizinan dalam pengusahaan
bahan bakar gas. Ketiga, desain fiskal yang lebih menguntungkan bagi
pengguna bahan bakar gas. Keempat, memprioritaskan dan
merealisasikan pembangunan jaringan transmisi dan distribusi gas untuk
SPBG. Kelima, memberikan insentif bagi impor kendaraan bahan bakar
gas. Keenam, memberikan insentif dan dukungan penuh kepada produksi
lokal kendaraan bahan bakar gas dan industri penunjangnya. Ketujuh,
menyelenggarakan konferensi tahunan untuk melakukan sosialisasi bahan
bakar gas dan menampung keluhan pihak-pihak yang terlibat dalam
program konversi bahan bakar gas. Kedelapan, mengkoordinasikan pihak
swasta (bengkel, dealer, produsen kendaraan bahan bakar gas,
pengusaha stasiun pengisian bahan bakar gas) dan instansi
pemerintahan. Komitmen yang kuat dalam mendorong dan merealisasikan
pengembangan bahan bakar gas yang disertai dengan berbagai kebijakan
dan insentif (baik untuk produsen maupun konsumen) yang diberikan oleh
pemerintah, menyebabkan realisasi pengembangan bahan bakar gas di
negara-negara lain cukup signifikan, sebagaimana ditunjukkan pada table
berikut;
4
Agar implementasi program diversifikasi BBM ke BBG dapat berjalan
secara maksimal, pemerintah perlu mengkaji secara menyeluruh
mengenai kebijakan, infrastruktur serta teknologi yang dibutuhkan untuk
pengembangan BBG untuk sector transportasi. Kajian mengenai teknologi
bahan bakar gas bagi kendaraan bermotor merupakan salah satu kunci
keberhasilan pengembangan bahan bakar gas untuk kendaraan bermotor.
c. Alasan Kegiatan Dilaksanakan
Kegiatan Kajian Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Gas untuk
Kendaraan Bermotor di Indonesia dilaksanakan guna mengkaji dan
mengevaluasi rencana kebijakan pemerintah menggunakan bahan bakar
gas untuk kendaraan bermotor dari segi kesiapan Teknologi, SDM,
Infrastruktur dan sosialisasi dalam rangka mengurangi subsidi BBM
kendaraan bermotor dengan mengkonversinya ke bahan bakar gas.
5
3. Kegiatan yang Dilaksanakan
a. Uraian Kegiatan
Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam Kajian Pengembangan Teknologi
Bahan Bakar Gas Untuk Kendaraan Bermotor di Indonesia adalah
sebagai berikut:
i. Inventarisasi kebijakan, peraturan-perundangan, standar teknis dan
teknologi bahan bakar gas untuk kendaraan bermotor.
ii. Inventarisasi pengembangan bahan bakar gas di negara-negara lain
iii. Survei infrastruktur eksisting bahan bakar gas di Indonesia.
iv. Survei kendaraan berbahan bakar gas
v. Evaluasi jenis-jenis bahan bakar gas yang dapat digunakan pada
kendaraan bermotor
vi. Analisis dan evaluasi teknologi kendaraan berbahan bakar gas secara
komprehensif
vii. Analisa mesin kendaraan bermotor
viii. Analisis dan evaluasi sistem pembakaran dan emisi gas buang dari
kendaraan BBM dan bahan bakar gas
ix. Analisis dan evaluasi keekonomian penggunaan bahan bakar gas
pada kendaraan bermotor bagi pengguna, pemerintah dan Badan
Usaha
x. Analisis dan evaluasi kelebihan dan kekurangan penggunaan BBM
dan bahan bakar gas
xi. Analisis kebutuhan teknologi dan infrastruktur
xii. Persyaratan peralatan konversi bahan bakar gas
xiii. Perumusan dan penyusunan rekomendasi strategi pengembangan
teknologi bahan bakar gas untuk kendaraan bermotor jangka pendek,
menengah dan panjang
xiv. Penyusunan laporan hasil kajian.
b. Batasan Kegiatan :
- Jangka waktu kegiatan adalah selama 5 (lima) bulan
6
- Kajian dilakukan terhadap pengembangan teknologi bahan bakar gas
untuk kendaraan bermotor di Indonesia
4. Maksud Dan Tujuan
a. Maksud Kegiatan
Maksud dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk mengkaji dan
mengevaluasi rencana pengembangan teknologi bahan bakar gas untuk
kendaraan bermotor di Indonesia.
b. Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan analisa pengembangan
teknologi bahan bakar gas untuk kendaraan bermotor di Indonesia yang
dapat mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi secara efektif, efisien dan
ekonomis. Adapun kendaraan yang dianalisa mencakup kendaraan diesel
dan bensin (baik untuk karburator maupun injection).
5. Indikator Keluaran dan Keluaran
a. Indikator Keluaran
Kajian Pengembangan Teknologi bahan bakar gas untuk Kendaraan
Bermotor di Indonesia.
b. Keluaran
- Rekomendasi penggunaan teknologi bahan bakar gas pada kendaraan
bermotor di Indonesia
- Rekomendasi kebutuhan infrastruktur bahan bakar gas
- Laporan pekerjaan
- Softcopy laporan dan rekomendasi dalam bentuk CD
6. Cara Pelaksanaan Kegiatan
a. Metode Pelaksanaan
7
Dalam melaksanakan pekerjaan, metodologi yang dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
Inventarisasi kebijakan, peraturan-perundangan, standar teknis dan
teknologi bahan bakar gas untuk kendaraan bermotor.
Inventarisasi pengembangan bahan bakar gas di negara-negara lain
Survei infrastruktur eksisting bahan bakar gas di Indonesia.
Survei kendaraan berbahan bakar gas
Analisis spesifikasi bahan bakar gas yang dapat digunakan pada
kendaraan bermotor
Analisis dan evaluasi teknologi kendaraan berbahan bakar gas secara
komprehensif
Analisis dan evaluasi performance pembakaran dan emisi gas buang
dari kendaraan BBM dan bahan bakar gas
Analisis dan evaluasi keekonomian penggunaan bahan bakar gas
pada kendaraan bermotor bagi pengguna, pemerintah dan Badan
Usaha
Analisis dan evaluasi kelebihan dan kekurangan penggunaan BBM
dan bahan bakar gas
Analisi kebutuhan teknologi dan infrastruktur untuk implementasi
pengembangan bahan bakar gas di Indonesia
Perumusan dan penyusunan rekomendasi strategi pengembangan
teknologi bahan bakar gas untuk kendaraan bermotor jangka pendek,
menengah dan panjang
Penyusunan laporan hasil kajian.
b. Tahapan Kegiatan
Tahapan pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut :
Melakukan persiapan dan perencanaan pelaksanaan pekerjaan
Melakukan inventarisasi data dan studi literatur
Melakukan survei lapangan
Analisis dan evaluasi
Perumusan dan penyusunan rekomendasi
Penyusunan laporan hasil kajian
8
7. Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Untuk kegiatan ini dilaksanakan di Indonesia.
8. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan
a. Pelaksana Kegiatan
Konsultan berdasarkan proses prakualifikasi dan seleksi umum jasa
konsultansi.
Kualifikasi dan jumlah tenaga ahli yang dipersyaratkan dalam pekerjaan
tersebut adalah sebagai berikut:
No Kualifikasi Kualifikasi Pengalaman Jumlah1 Tenaga Ahli Kepala Manajemen Industri S2 12 12 Tenaga Ahli Utama Transportasi S1 9 13 Tenaga Ahli Utama Teknik Gas S1 9 14 Tenaga Ahli Utama Teknik Kimia S1 9 15 Tenaga Ahli Utama Statistik S1 9 16 Tenaga Ahli Utama Ekonomi S1 9 17 Tenaga Ahli Utama Mesin S1 9 18 Tenaga Ahli Teknik Industri S1 7 19 Tenaga Ahli Transportasi S1 7 1
10 Tenaga Ahli Teknik Gas S1 7 111 Tenaga Ahli Teknik Kimia S1 7 112 Tenaga Ahli Statistik S1 7 113 Tenaga Ahli Ekonomi S1 7 114 Tenaga Ahli Mesin S1 7 1
Uraian tugas tenaga ahli tersebut adalah sebagai berikut:
i. Tenaga Ahli Kepala Manajemen Industri, kualifikasi pendidikan minimal
S2 Teknik Industri/Teknik Kimia, pengalaman minimal 12 (dua belas)
tahun, bertugas mengkoordinasikan dan memberikan arahan kepada
seluruh tenaga ahli mengenai pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan
dan secara khusus memberikan arahan dan analisa materi yang
berhubungan dengan penyusunan pengembangan BBG untuk
kendaraan bermotor.
9
ii. Tenaga Ahli Utama Transportasi, kualifikasi pendidikan minimal S1
Teknik Sipil, pengalaman minimal 9 (sembilan) tahun, bertugas
mengkoordinasikan dan memberikan arahan kepada tenaga ahli
manajemen industry mengenai pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan
yang berhubungan dengan substansi aspek-aspek pengembangan
BBG untuk kendaraan bermotor.
iii. Tenaga Ahli Utama Teknik Gas, kualifikasi pendidikan minimal S1
Teknik Kimia/Gas, pengalaman minimal 9 (sembilan) tahun, bertugas
mengkoordinasikan dan memberikan arahan kepada tenaga ahli teknik
gas mengenai pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan yang
berhubungan dengan dengan aspek-aspek teknis dan pemroduksian
BBG.
iv. Tenaga Ahli Utama Teknik Kimia, kualifikasi pendidikan minimal S1
Teknik Kimia, pengalaman minimal 9 (sembilan) tahun, bertugas
mengkoordinasikan dan memberikan arahan kepada tenaga ahli teknik
kimia mengenai pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan yang
berhubungan dengan dengan aspek-aspek teknis konversi BBM ke
BBG.
v. Tenaga Ahli Utama statistik, kualifikasi pendidikan minimal S1
Statistik/matematika, pengalaman minimal 9 (sembilan) tahun, bertugas
mengkoordinasikan dan memberikan arahan kepada tenaga ahli
statistik mengenai pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan yang
berhubungan dengan dengan perhitungan proyeksi kebutuhan BBG
kendaraan bermotor.
vi. Tenaga Ahli Utama Ekonomi, kualifikasi pendidikan minimal S1
ekonomi, pengalaman minimal 9 (sembilan) tahun, bertugas
mengkoordinasikan, menyiapkan dan memberikan analisa mengenai
pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan yang berhubungan dengan
dengan aspek-aspek keekonomian konversi BBM ke BBG kendaraan
bermotor
vii. Tenaga Ahli Utama Mesin, kualifikasi pendidikan minimal S1 Teknik
Mesin, pengalaman minimal 9 (sembilan) tahun, bertugas
mengkoordinasikan dan memberikan arahan kepada tenaga ahli teknik
mesin mengenai pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan yang
10
berhubungan dengan aspek-aspek mesin kendaraan bermotor yang
terkait dengan konversi BBM ke BBG.
viii. Tenaga Ahli teknik industri, kualifikasi pendidikan minimal S1 Teknik
Industri, pengalaman minimal 7 (tujuh) tahun, bertugas menyiapkan
pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan yang berhubungan dengan
aspek-aspek strategi pengembangan BBG untuk kendaraan bermotor.
ix. Tenaga Ahli Transportasi, kualifikasi pendidikan minimal S1 Teknik
sipil, pengalaman minimal 7 (tujuh) tahun, bertugas menyiapkan
pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan yang berhubungan dengan
substansi pengembangan BBG untuk kendaraan bermotor..
x. Tenaga Ahli Teknik Gas, kualifikasi pendidikan minimal S1 Teknik
Kimia/Gas, pengalaman minimal 7 (tujuh) tahun, bertugas menyiapkan
pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan yang berhubungan dengan
aspek-aspek teknis dan pemroduksian BBG.
xi. Tenaga Ahli Teknik Kimia, kualifikasi pendidikan minimal S1 Teknik
Kimia, pengalaman minimal 7 (tujuh) tahun, bertugas menyiapkan
pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan yang berhubungan dengan
aspek-aspek teknis konversi BBM ke BBG.
xii. Tenaga Ahli Statistik, kualifikasi pendidikan minimal S1 Teknik
Statistik/Kimia/Komputer, pengalaman minimal 7 (tujuh) tahun,
bertugas menyiapkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan yang
berhubungan dengan perhitungan proyeksi.
xiii. Tenaga Ahli ekonomi, kualifikasi pendidikan minimal S1 ekonomi,
pengalaman minimal 7 (tujuh) tahun, bertugas menyiapkan
pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan yang berhubungan dengan
aspek-aspek keekonomian konversi BBM ke BBG kendaraan bermotor.
xiv. Tenaga Ahli mesin, kualifikasi pendidikan minimal S1 mesin,
pengalaman minimal 7 (tujuh) tahun, bertugas menyiapkan
pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan yang berhubungan dengan
aspek-aspek mesin kendaraan bermotor yang terkait dengan konversi
BBM ke BBG
b. Penanggung Jawab Kegiatan
Direktur Teknik dan Lingkungan Migas selaku penanggung jawab kinerja.
11
c. Penerima Manfaat
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi.
9. Jadwal Kegiatan
a. Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Kajian Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Gas Untuk Kendaraan
Bermotor di Indonesia akan dilaksanakan dalam waktu 5 (lima) bulan,
sejak kontrak ditandatangani.
b. Matriks Pelaksanaan Kegiatan
No. KegiatanBulan
I II III IV V
1. Persiapan dan perencanaan
pekerjaan
2. Inventarisasi data-data teknis
3 Studi literatur
4. Survei
5. Analisis, dan evaluasi teknis
6 Perumusan dan penyusunan
rekomendasi
7 Penyusunan laporan hasil kajian
10.Biaya
Biaya untuk pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Teknologi Bahan
Bakar Gas Untuk Kendaraan Bermotor di Indonesia ini berasal dari DIPA
Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp 2.500.000.000,- (dua Milyar Lima Ratus
Juta Rupiah).
12
11. Pelaporan
Pelaporan di dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut:
- Laporan pendahuluan
- Laporan pertengahan
- Laporan akhir
13