kajian tunjangan membesarkan anak untuk single mother yang

25
Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang Bercerai di Jepang Mutiara Aulia 1006714941 dan Ferry Rustam 19580431987031002 Program Studi Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, Depok, 16424, Indonesia Email: [email protected] Abstrak Tunjangan Membesarkan Anak merupakan tunjangan yang diberikan oleh pemerintah Jepang untuk single mother yang mempunyai anak di bawah 18 tahun. Tunjangan Membesarkan Anak menjadi salah satu sumber pemasukan bagi single mother sejak tahun 1962. Single mother yang bercerai mendominasi tenaga kerja wanita di Jepang karena harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan mereka dan anak-anak mereka. Walaupun mereka mempunyai tingkat pekerja wanita yang tinggi, pendapatan mereka dibandingkan dengan rumah tangga biasa tergolong rendah. Oleh sebab itu, single mother yang bercerai harus mencari tambahan pemasukan agar bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka dan anak-anak mereka. Salah satunya mengajukan penerimaan Tunjangan Membesarkan Anak. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis membahas mengenai kajian Tunjangan Membesarkan Anak untuk single mother yang bercerai di Jepang. Skripsi ini menggunakan metode deskriptif analisis. Hasil dari skripsi ini adalah meningkatnya single mother yang bercerai menyebabkan peningkatan penerima Tunjangan Membesarkan Anak untuk single mother yang bercerai. Kata kunci: Tunjangan Membesarkan Anak, single mother, bercerai The Study of Child-Rearing Allowance for Divorced Single Mother in Japan Abstract Child Rearing Allowance is allowance that given by the Japanese Government for single mother who has children under the age of 18 years old. Child rearing allowance becomes one of the source income for single mother since 1962. Divorced single mother has dominated the women labor force because they have to provide the basic needs for their children. Even though single mother have a high rate of labor force, but their income is much lower compared to standard households. Therefore, divorced single mother had to have another source of income in order to provide the basic needs for her and their children. To lessen the hardship of women’s income, they decided to submit Children-Rearing Allowance. According to those problem, this thesis discusses about the study of child rearing allowance for divorced single mother in Japan. This study uses the method of analysis descriptive. The result of this study concluded that the increase rate of divorced single mother has affected the rate of child rearing allowance. Keywords: Child-Rearing Allowance, single mother, divorced Pendahuluan Tunjangan Membesarkan Anak (Jidou Fuyou Teate) merupakan salah satu bentuk tunjangan kesejahteraan sosial keluarga yang dirancang pemerintah Jepang untuk membantu para single mother yang biasanya disebabkan karena bercerai ataupun yang tidak ingin menikah tetapi sudah mempunyai anak. Tunjangan ini pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah Jepang pada tahun Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang Bercerai di Jepang

Mutiara Aulia 1006714941 dan Ferry Rustam 19580431987031002

Program Studi Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, Depok,

16424, Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Tunjangan Membesarkan Anak merupakan tunjangan yang diberikan oleh pemerintah Jepang untuk single mother yang mempunyai anak di bawah 18 tahun. Tunjangan Membesarkan Anak menjadi salah satu sumber pemasukan bagi single mother sejak tahun 1962. Single mother yang bercerai mendominasi tenaga kerja wanita di Jepang karena harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan mereka dan anak-anak mereka. Walaupun mereka mempunyai tingkat pekerja wanita yang tinggi, pendapatan mereka dibandingkan dengan rumah tangga biasa tergolong rendah. Oleh sebab itu, single mother yang bercerai harus mencari tambahan pemasukan agar bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka dan anak-anak mereka. Salah satunya mengajukan penerimaan Tunjangan Membesarkan Anak. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis membahas mengenai kajian Tunjangan Membesarkan Anak untuk single mother yang bercerai di Jepang. Skripsi ini menggunakan metode deskriptif analisis. Hasil dari skripsi ini adalah meningkatnya single mother yang bercerai menyebabkan peningkatan penerima Tunjangan Membesarkan Anak untuk single mother yang bercerai.

Kata kunci: Tunjangan Membesarkan Anak, single mother, bercerai

The Study of Child-Rearing Allowance for Divorced Single Mother in Japan

Abstract Child Rearing Allowance is allowance that given by the Japanese Government for single mother who has children under the age of 18 years old. Child rearing allowance becomes one of the source income for single mother since 1962. Divorced single mother has dominated the women labor force because they have to provide the basic needs for their children. Even though single mother have a high rate of labor force, but their income is much lower compared to standard households. Therefore, divorced single mother had to have another source of income in order to provide the basic needs for her and their children. To lessen the hardship of women’s income, they decided to submit Children-Rearing Allowance. According to those problem, this thesis discusses about the study of child rearing allowance for divorced single mother in Japan. This study uses the method of analysis descriptive. The result of this study concluded that the increase rate of divorced single mother has affected the rate of child rearing allowance. Keywords: Child-Rearing Allowance, single mother, divorced Pendahuluan

Tunjangan Membesarkan Anak (Jidou Fuyou Teate) merupakan salah satu bentuk tunjangan

kesejahteraan sosial keluarga yang dirancang pemerintah Jepang untuk membantu para single

mother yang biasanya disebabkan karena bercerai ataupun yang tidak ingin menikah tetapi sudah

mempunyai anak. Tunjangan ini pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah Jepang pada tahun

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 2: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

1962. Tunjangan Membesarkan Anak dibentuk oleh pemerintah Jepang karena adanya rendahnya

pendapatan yang dialami oleh single mother di Jepang (Akaishi, 2011).

Sebelum ada Tunjangan Membesarkan Anak, Menurut Fujiwara Chisa dalam tulisannya

berjudul Lone Mothers and Welfare-to-Work Policies in Japan and the United States: Towards

an Alternative Perspective, pemerintah Jepang pernah memberikan tunjangan yang khusus

diberikan kepada para janda yang ditinggalkan oleh suaminya karena gugur ketika Perang Dunia

II. Kebanyakan dari mereka masih muda, dan mempunyai anak-anak yang masih kecil. Selain itu,

mereka tidak mempunyai pengalaman kerja dan pendidikan yang cukup. Maka pada masa itu,

para janda tersebut mengalami kehidupan yang cukup berat karena tidak bisa mengandalkan

apapun, karena itu kebanyakan mereka mendapat Seikatsu Hogo (生活保護) atau Tunjangan

Kesejahteraan dari pemerintah Jepang untuk mendukung kehidupan mereka. Namun karena

banyak beban finansial yang ditanggung oleh pemerintah Jepang, maka pemerintah mencari

program alternatif yang dapat mengurangi beban pengeluaran negara.

Pada tahun 1959, pemerintah Jepang membentuk sistem dana pensiun yang ditujukan untuk

para janda yaitu Boshi Nenkin ( 母 子 年 金 ). Pada tahun 1962, pemerintah Jepang

memperkenalkan Jidou Fuyou Teate yang merupakan penyempurnaan dari Boshi Nenkin.

Pemerintah Jepang menyempurnakan sistem kesejahteraan sosial ini agar penerima single mother

tidak hanya para janda yang ditinggal suaminya ketika perang, tetapi juga single mother yang

dikarenakan bercerai, tidak menikah, dan ditinggalkan oleh suaminya tanpa kejelasan status1.

Survei nasional yang dilakukan oleh the Ministry of Welfare atau Kementerian Kesejahteraan

Sosial, membuktikan pada tahun 2003 bahwa wanita bercerai terhitung sebagai persentase

terbanyak status perkawinan single mother di Jepang yaitu 79.9%. Sedangkan, wanita janda

sebanyak 12.0% dan wanita yang tidak menikah sebanyak 5.8%. Dalam survei yang dilakukan

Kementerian Kesejahteraan, masing-masing single mother mempunyai anak yang umurnya

dibawah 20 tahun. Sebelum tahun 1960-an, Jepang memiliki angka perceraian yang tergolong

rendah. Rata-rata single mother di Jepang sebelum tahun 1960-an didominasi oleh para janda

                                                                                                                         1 Fujiwara, Chisa. 2005. Lone Mothers and Welfare-to-Work Policies in Japan and the United States: Towards an

Alternative Perspective. Journal of Sociology and Social Welfare

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 3: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

yang ditinggal oleh suaminya karena perang seperti pada tahun 1952 85% single mother di

Jepang adalah para janda.

Namun, pada tahun 1983 perlahan-lahan mengalami kenaikan pada persentase perceraian

yaitu mencapai 49,9%. Menurut Kimoto dan Hagiwara, hal ini karena kebanyakan dari mereka

ditinggal mati suami akibat Perang Dunia II, dan hanya 7.5% yang karena bercerai. Namun pada

tahun 1967 terjadi kenaikan single mother karena bercerai, tidak menikah, dan berpisah dengan

suaminya2. Hingga tahun 2003, persentase single mother didominasi oleh yang karena bercerai

mencapai 79,9%, merupakan persentase tertinggi yang dicapai sejak survei tersebut dimulai

(Kimito & Hagiwara: 2010).

Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah deskriptif analisis.

Metode ini adalah penelitian dijelaskan secara deskriptif, kemudian dianalisis mengenai

Tunjangan Membesarkan Anak untuk single mother yang bercerai di Jepang. Data yang diperoleh

untuk mendukung penulisan ini adalah data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan dari studi

kepustakaan dan internet yaitu buku-buku, e-book, jurnal, berita-berita, data statistik. Data yang

terkumpul dibaca, dipahami, dan dianalisis.

Pembahasan

Dalam situs Kousei Roudou-shou (厚生労働省) atau Kementerian Kesehatan, Tenaga

Kerja, dan Kesejahteraan3, sekitar tahun 1945 hingga 1955 perlindungan bagi gelandangan

remaja4 dan anak yatim merupakan masalah yang memprihatikan bagi Jepang karena para single

mother tidak mempunyai pekerjan, dan pendidikan yang cukup untuk memenuhi kehidupan anak

mereka, pemerintah Jepang mendirikan Biro Anak pada bulan Oktober 1946 dalam Kementerian

Kesehatan dan Kesejahteraan untuk melaksanakan langkah-langkah kesejahteraan anak-anak.                                                                                                                          2 Masih tercatat dalam buku pernikahan negara, tapi tidak tinggal dalam satu atap rumah.

3Kousei Roudou-shou (厚生労働省) merupakan kepanjangan dari The Ministry of Health, Labour, dan Welfare (Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan) merupakan salah satu kabinet yang bertanggung jawab atas sistem yang terkait dengan kesehatan, dana pensiun, tenaga kerja, child care ,dan public assistance. Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan didirikan pada tahun 1937, dan Kementerian Tenaga Kerja didirikan pada tahun 1947 http://www.mhlw.go.jp/english/org/pamphlet/index.html Diakses pada tanggal 12 Oktober 2014

4 anak yang umurnya di bawah 18 tahun setelah waktu sekolah dasar. (UUD Kesejahteraan Anak Pasal 4)

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 4: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

Lalu pada bulan Desember 1947, Kementerian Kesejahteraan melaksanakan undang-undang

kesejahteraan anak sebagai langkah mensejahterahkan anak-anak Jepang. Salah satunya adalah

memberikan Seikatsu Hogo (生活保護) atau Tunjangan Kesejahteraan yang diberikan kepada

para janda untuk mendukung kehidupan mereka dalam membesarkan anak mereka5.

Antara tahun 1955 hingga 1965 Jepang mengalami perkembangan industrialisasi terutama

di daerah perkotaan. Bersamaan dengan perkembangan tersebut, Kementerian Kesehatan, Tenaga

Kerja, dan Kesejahteraan menunjukkan bahwa para keluarga Jepang mulai kehilangan fungsi

mereka dalam membesarkan anak. Seperti berkurangnya taman bermain untuk anak dibeberapa

daerah perkotaan dan meningkat angka keluarga Jepang double-income households6. Selain itu,

pemerintah Jepang mulai memperhatikan pada rumah tangga single-families, atau keluarga yang

hanya terdiri dari ayah atau ibu dan anak. Namun, rumah tangga single families didominasi oleh

rumah tangga ibu dan anak. Oleh karena itu, pada tahun 1961 pemerintah Jepang mulai

membentuk Tunjangan Membesarkan Anak dan menerapkannya pada tahun 1962, yaitu

penerimaan Tunjangan Membesarkan Anak agar single mother yang karena bercerai, tidak

menikah, dan ditinggalkan suaminya tanpa alasan bisa mendapatkan kesejahteraan sosial. Lalu

pada tahun 1963 pemerintah Jepang juga menyiapkan dana subsidi untuk mendanai tempat dan

komunitas anak agar anak-anak Jepang bisa berkembang dengan lingkungan yang sehat dan

kooperatif7.

Pada tahun 1965 hingga tahun 1970-an, pemerintah mulai mengembangkan penitipan

anak karena sudah semakin banyak wanita yang sudah menikah yang berkecimpung dalam dunia

kerja. Penitipan Anak adalah salah satu fasilitas dari kesejahteraan sosial anak Jepang, yaitu

fasilitas penitipan anak ketika orang tua mereka sedang tidak ada karena bekerja. Selain itu pada

tahun 1971, Kementerian Kesejahteraan Sosial mulai memberikan bantuan uang tunai dalam

                                                                                                                         5 http://www1.mhlw.go.jp/english/wp_5/vol1/p1c3s3.html Diakses pada tanggal 24 Oktober 2014

6Double-income households adalah keluarga inti (terdiri dari suami, istri, dan anak-anak) yang suami-istri yang sama-sama bekerja untuk menghidupi keluarga mereka. http://www.edu.pe.ca/southernkings/familynuclear.htm Diakses pada tanggal 26 Oktober 2014 pukul 15.06 WIB

7 Ibid

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 5: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

bentuk Jidou Teate (児童手当) atau tunjangan anak untuk memastikan kehidupan anak-anak

Jepang stabil untuk tumbuh kembang yang sehat8.

Tunjangan Membesarkan Anak adalah tunjangan yang dibentuk oleh pemerintah Jepang

agar bisa membantu para single mother di Jepang. Pemerintah Jepang berusaha agar keadaan

keuangan single mother di Jepang stabil9. Sejak tahun 1962, Tunjangan Membesarkan Anak

merupakan dukungan pemerintah Jepang yang didapatkan oleh wanita bercerai dan wanita yang

tidak pernah menikah yang mempunyai anak untuk penambahan pemasukan mereka (Ezawa:

2006). Dalam situs Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan, tujuan membuat

Tunjangan Membesarkan Anak adalah pemerintah Jepang ingin mendukung kesejahteraan anak-

anak yang datang dari keluarga-keluarga mandiri seperti keluarga dari wanita bercerai, wanita

yang tidak menikah, dan wanita yang ditinggalkan suaminya10.

Dalam undang-undang kesejahteraan sosial anak, Tunjangan Membesarkan Anak

merupakan salah satu program kesejahteraan anak yang menggunakan in-cash benefit system atau

sistem uang tunai untuk membantu kehidupan anak-anak Jepang. Pemerintah Jepang

mengharapkan anak-anak Jepang bisa hidup di lingkungan yang stabil di dalam keluarga agar

mereka bisa bertumbuh kembang dengan sehat11.

Sistem Kesejahteraan Sosial Jepang merupakan sistem yang mendukung kehidupan

masyarakat Jepang untuk membantu kebutuhan hidup agar mereka berkecukupan. Jepang

mempunyai kesejahteraan sosial untuk keluarga dan anak seperti childcare service, dan bantuan

finansial seperti Tunjangan Anak, dan Tunjangan Membesarkan Anak. Dalam daftar pengeluaran

jaminan sosial, Tunjangan Memembesarkan Anak masuk dalam daftar pengeluaran kesejahteraan

sosial keluarga. Berikut grafik pengeluaran dari tahun 1989-2011:

                                                                                                                         8 Ibid

9Shakai Fukushi-shi Shiken Taisaku Kenkyuukai. Fukushi Kyoukasho Shakai Fukushi-shi Kanzen Goukaku Tekisuto Senmon Kamoku 2014-nenban. 2013. Japan: Exampress Fukushi Kyouka-shou

10 Ibid

11 Ibid

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 6: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

Ket: *dalam ratus juta Yen Sumber: Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan (2011)

Grafik Anggaran untuk Tunjangan Membesarkan Anak tahun 2000-201112

Berdasarkan Grafik anggaran untuk Tunjangan Membesarkan Anak pada tiap tahunnya

terus meningkat. Sejak tahun 2000, Pemerintah Jepang mengeluarkan anggaran sebanyak

419,900,000 Yen untuk Tunjangan Membesarkan Anak, dan meningkat hingga tahun 2011

mencapai 608,700,000 Yen. Anggaran Tunjangan Membesarkan Anak didapatkan dari pajak

negara. Tunjangan Membesarkan Anak mempunyai sistem kredit pajak yang dikembalikan untuk

menambahkan pendapatan untuk rumah tangga yang mempunyai pendapatan rendah (Chisa:

2008).

Pada tahun 2007, seluruh anggaran dana untuk Kesejahteraan Sosial, pajak negara

menyumbangkan 32,2 %. Dari total anggaran dana pajak negara, tunjangan kesejahteraan sosial

keluarga hanya mendapatkan 3,2%. Persentase ini termasuk rendah dibandingkan dengan

persentase anggaran dana untuk Dana Pensiun (Lampiran 1)13. Dana yang diberikan pada

                                                                                                                         12 http://www.mhlw.go.jp/english/database/db-hh/xls/6-07.xls diakses pada tanggal 25 November 2014

13 http://www.ipss.go.jp/s-info/e/Jasos2011/ss2011.pdf diakses pada tanggal 27 November 2014

 0    

1  000    

2  000    

3  000    

4  000    

5  000    

6  000    

7  000    

Anggaran  untuk  Tunjangan  Membesarkan  Anak*  

Anggaran  untuk  Tunjangan  Membesarkan  Anak*  

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 7: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

Kesejahteraan Keluarga dibagi menjadi dua, yaitu in-kind dan in-cash. In-Kind adalah bersifat

pelayanan yang diberikan oleh pemerintah Jepang seperti pelayanan tempat penitipan anak. In-

cash adalah bersifat pemberian uang tunai pada keluarga dengan pendapatan yang rendah, salah

satunya Tunjangan Membesarkan Anak.

Persyaratan Penerimaan Tunjangan Membesarkan Anak

Untuk menerima Tunjangan Membesarkan Anak, pengaju harus mengikuti beberapa

persyaratan agar bisa menerima tunjangan tersebut. Menurut situs Kementerian Kesehatan,

Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan14, dengan National Diet of Japan15, ada beberapa syarat agar

penerima bisa menerima tunjangan tersebut yaitu:

1. Kewarganegaraan Jepang dan berdomisili di Jepang

2. Penerima harus sudah berstatus janda, bercerai, tidak menikah, legal guardians16, dan

ayahnya berkebutuhan khusus mempunyai masalah finansial untuk biaya hidup

membesarkan anak.

3. Umur anak tersebut harus di bawah 18 tahun 17(sebelum tanggal 31 Maret)

4. Penerima sedang tidak berbagi pendapatan rumah tangga dengan ayah anak tersebut

akibat perceraian atau meninggalkan tanpa kabar (lebih dari 1 tahun tidak menerima uang

dari ayahnya bila dia masih hidup).

Dalam kasus tertentu, Tunjangan Membesarkan Anak tidak dapat diterima apabila single

mother dan anak mempunyai salah satu dari kondisi tersebut dialami. Kondisi tersebut adalah:

1. Anak tidak berdomisili di Jepang

2. Jika anak bisa mengumpulkan uang dari pensiun karena ayah atau ibunya sudah

meninggal (Kecuali ketika pembayaran uang pensiun sudah selesai masa waktunya).                                                                                                                          14 http://www.sangiin.go.jp/japanese/annai/chousa/rippou_chousa/backnumber/2010pdf/20100401040.pdf diakses pada tanggal 25 Oktober 2014 pukul 18.46 WIB

15 http://www.mhlw.go.jp/english/wp/wp-hw3/dl/7-36.pdf diakses pada tanggal 26 Oktober pukul 20.31 WIB

16 Seseorang yang diresmikan oleh pengadilan untuk hidup dengan merawat, dan mengelola biaya hidup anak karena anak tersebut sudah tidak mempunyai orang tua.

17 Dalam Undang-Undang Tenaga Kerja pasal 60 anak yang masih di bawah 18 tahun masih di bawah pengawasan orang tua atau wali. http://www.ilo.org/dyn/natlex/docs/WEBTEXT/27776/64846/E95JPN01.htm diakses pada tanggal 8 Januari 2015

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 8: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

3. Jika anak bisa menerima Izoku Nenkin(遺族年金)atau survivors’ compensation18 dan

masa waktu penerimaan belum habis (belum 6 tahun)

4. Jika anak tinggal dengan orang tua angkat atau tinggal di fasilitas kesejahteraan anak

5. Jika anak memenuhi syarat program pensiun ayah

6. Jika anak tinggal dengan ayahnya (kecuali, ketika situasi si ayah dinyatakan secara resmi

berkebutuhan khusus)

7. Jika anak dibesarkan oleh pasangan baru ibunya. Termasuk pasangan yang dari

pernikahan resmi, kecuali bila pasangannya dinyatakan resmi berkebutuhan khusus

8. Jika anak dibesarkan oleh ibu yang memenuhi syarat menerima Izoku Nenkin dan belum

lewat 6 tahun dari penerimaan

9. Jika ibu bisa memenuhi syarat untuk menerima Seikatsu Hogo

Jumlah Nominal Uang dan Waktu Penerimaan Tunjangan Membesarkan Anak

Untuk menerima tunjangan ini, para single mother harus sudah bekerja minimal selama 5

tahun. Jumlah pendapatan per tahun ditentukan setiap tanggal 1 Agustus dan berakhir tahun

depannya tanggal 31 Juli. Jenis penerimaan Tunjangan Membesarkan Anak yang diberikan

dibagi menjadi 2 jenis yaitu Zenbu Shikyuu (全部支給) dan Ichibu Shikyuu (一部支給).

Pembagian 2 jenis ini berdasarkan pendapatan single mother yang bercerai. Zenbu Shikyuu adalah

bila single mother mempunyai satu anak dan gaji yang didapat kurang dari 1.3 Yen per tahun.

Dengan pendapatan ini mereka bisa menerima tunjangan penuh sebesar 41.720 Yen per bulan.

Sedangkan Ichibu Shikyuu adalah bila pendapatan ibu di antara lebih dari 1.3 Juta Yen sampai

3.65 Juta Yen per tahun. Dengan pendapatan ini penerima menerima tunjangan antara 41.720

Yen hingga 9.850 Yen. Bila single mother mempunyai dua anak maka uang akan ditambahan

5.000 Yen sedangkan mempunyai tiga anak atau lebih akan ditambahkan 3.000 Yen dan

seterusnya. Untuk pendapatan yang melebihi 3.6 Juta Yen, tidak bisa menerima tunjangan ini.

Pada gambar berikutnya akan digambarkan tingkat pembayaran Tunjangan Membesarkan Anak

yang diterima untuk single mother yang bercerai. Berikut Tingkat Pembayaran dari Tunjangan

Membesarkan Anak:

                                                                                                                         18 Izoku Nenkin merupakan salah satu bagian National Pension diperuntukkan korban bencana alam. Diberikan kepada istri dan anak yang masih dibawah 18 tahun. Lalu sudah berkontribusi selama 10-20 tahu (Rohl, 2007: 597)

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 9: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

Ket: 就労等収入: Pendapatan Kerja; 総収入(就労等収入と手当ての合計類): Total Pendapatan (Total Pendapatan Penghasilan Kerja dan Tunjangan)

Gambar Tingkat Pembayaran Penerima19 Tunjangan Membesarkan Anak20

Pada Gambar tersebut menggambarkan tingkat pembayaran yang akan diterima oleh

penerima Tunjangan Membesarkan Anak, baik untuk Zenbu Shikyuu dan Ichibu Shikyuu.

Berdasarakan gambar tersebut semakin rendah pendapatan single mother, tunjangan yang akan

diberikan akan semakin banyak. Bila pendapatan per bulan adalah 1.3 juta Yen per tahun, single

mother akan mendapatkan tunjangan zenbu shikyuu. Berarti dalam sebulan, single mother akan

memperoleh 180 ribu Yen tiap bulannya. Bila pendapatan single mother semakin tinggi, maka

tunjangan yang diberikan pun semakin sedikit. Bila pendapatan single mother adalah 3.65 juta

per tahun, maka single mother akan mendapatkan tunjangan ichibu shikyuu. Berarti dalam

sebulan, single mother akan memperoleh 377 ribu Yen. Tingkat Manfaat ini belum ditambahkan

bila single mother mempunyai lebih dari satu.

Gambaran Umum Single Mother di Jepang

Menurut Albeda, Himmelweit, dan Humphries (2005) dalam Redman (2007: 20) single

mother bisa diartikan sebagai lone mothers, female-headed households, dan sole parents. Ketiga

                                                                                                                         19 Berlaku apabila single mother mempunyai 1 anak. Bila mempunyai anak lebih dari 1, akan ditambah sesuai urutan anak tersebut.

20 http://www.mhlw.go.jp/wp/hakusyo/boshi/08/dl/08.pdf diakses pada tanggal 21 November 2014

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 10: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

istilah tersebut mengartikan bahwa single mother bisa mencerminkan berbagai makna tergantung

situasi yang dialami. Karena arti konotatif dari female-headed households adalah seorang wanita

yang mempunyai tanggung jawab dan kekuatan dalam rumah tangga, biasanya disebabkan

suaminya tidak mempunyai kemampuan secara ekonomi dan fisik. Sedangkan lone mother

diartikan sebagai seorang wanita yang ditinggalkan dan sendirian. Menurut Redman (2007: 21)

dalam perspektif postmodern, “single mother” belum ada parameter yang jelas dalam

mengartikan kata single mother itu sendiri, karena banyak perempuan secara sembunyi

mempunyai pengasuhan secara independen dalam suatu pernikahan ketika pasangannya tidak

mampu secara fisik, finansial, atau emosional. Namun, Menurut Akiko S. Oishi dalam penelitian

Child Support and the Poverty of Single Mother Households in Japan, definisi single mother di

Jepang adalah seorang wanita yang membesarkan anak yang umurnya di bawah 18-20 tahun

secara mandiri karena bercerai atau ditinggalkan suami tanpa alasan. Definisi ini juga termasuk

pada single mother dan anaknya yang tinggal dengan orang tua atau kerabat terdekat single

mother (Oishi, 2013:7).

Survei nasional yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan

Kesejahteraan, menyatakan bahwa pada tahun 2003 wanita yang bercerai terhitung sebagai

persentase terbanyak dalam status perkawinan single mother di Jepang yaitu 79.9%. Sedangkan,

wanita janda sebanyak 12.0% dan wanita yang tidak menikah sebanyak 5.8%. Merupakan

persentase terbesar untuk periode tahun 1952-2003. Pada tahun 1952, persentase status

perkawinan single mother didominasi oleh para janda, sebanyak 85,1%. Untuk persentase

perceraian hanya 7,5%, dan tidak menikah hanya 1,1%. Persentase perceraian pada tahun 2003

mengalami peningkatan sebanyak 72,4% sejak tahun 1952. Berikut persentase status perkawinan

single mother untuk periode 1952-2003 (tahun terpilih):

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 11: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

Gambar 2.5.1: Tabel Persentase Status Perkawinan Single mother di Jepang21

Berdasarkan gambar 2.5.1, dalam survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan, Tenaga

Kerja, dan Kesejahteraan, masing-masing single mother mempunyai anak yang umurnya dibawah

20 tahun. Sebelum tahun 1960-an, Jepang memiliki angka perceraian yang tergolong rendah.

Rata-rata single mother di Jepang sebelum tahun 1960-an didominasi oleh para janda yang

ditinggal oleh suaminya karena perang. Burns dan Scott menyatakan bahwa:

“The small nuclear family became steadily more dominant through the 1950s and early

1960s. divorce continued to be seen as a disgrace, and could be disaster for women who

had nowhere else to go and no means of support.”

“Nuclear Family22 menjadi keluarga yang lebih dominan sepanjang tahun 1950-an hingga

awal 1960-an. Perceraian dianggap sesuatu yang rendah dan bisa menjadi bencana untuk

wanita karena tidak tahu harus ke mana dan tidak mempunyai dukungan yang berarti”

(Burns dan Scott, 1994: 33)                                                                                                                          21Kimito, Kimiko & Hagiwara , Kumiko. 2010. Feminization of Poverty in Japan: A Special Case. New York: Oxford University Press

22 Nuclear Family adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan keturunan biologis (anak kandung) atau anak angkat, yang sering juga disebut sebagai keluarga tradisional http://www.edu.pe.ca/southernkings/familynuclear.htm Diakses pada tanggal 26 Oktober 2014

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 12: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

Dari pernyataan tersebut, bisa diketahui bahwa perceraian sebelum tahun 1960 merupakan

hal yang tidak mungkin dilakukan bagi para wanita Jepang karena dukungan di lingkungan

mereka tidak memenuhi kebutuhan mereka. Namun bila pria yang mengajukan dianggap hal yang

lazim, karena mereka memperlakukan wanita seperti sebuah produk. Bila produk itu sudah tidak

inginkan atau rusak, mereka bisa melepaskan sesuka mereka. Namun perkembangan ekonomi

Jepang di tahun 1960-an, mengiringi pendidikan dan kesempatan bekerja bagi para wanita Jepang

yang sudah menikah. Para wanita Jepang mulai memasuki dunia kerja sejak awal mereka

menikah. (Burns & Scott, 1994: 34).

Perbedaan yang sangat jelas antara wanita yang menikah dengan single mother adalah wanita

yang menikah tidak diharuskan bekerja untuk menambah kebutuhan hidup keseharian mereka.

Sedangkan, bagi single mother mencari pekerjaan merupakan hal yang terpenting untuk mereka

lakukan, setelah mereka bercerai atau ditinggalkan suaminya tanpa alasan karena mereka tidak

bisa tergantung pada apa pun untuk mendukung kehidupan mereka. Berdasarkan Gambar 2.6.1,

di Jepang, pekerja wanita yang single mother memiliki tingkat partisipasi yang tinggi

dibandingkan pekerja wanita yang menikah.

Grafik Tingkat Partisipasi Pekerja Wanita Jepang Berdasarkan Umur dan Status

Pernikahan

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 13: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

Berdasarkan grafik tersebut terlihat grafik “Mountain Shape” atau grafik berbentuk

gunung pada grafik pekerja single mother yang bercerai, menunjukkan bahwa angka pekerja

wanita yang single mother yang bercerai di Jepang memiliki grafik yang tertinggi yaitu di atas

80% untuk umur diantara 40-44 tahun. Berbeda dengan angka pekerja wanita yang menikah yang

sangat rendah dibanding angka pekerja wanita yang single mother.

Penelitian yang dilakukan Japanese Institute Labor menyatakan bahwa, pada tahun 2001

pekerja wanita yang sudah hanya 25.1% yang memiliki anak yang berumur antara 0-1 tahun,

sedangkan pekerja wanita single mother mencapai 58.2%. Ketika anak sudah mencapai umur dua

sampai tiga tahun, pekerja wanita single mother meningkat mencapai 83.5% sedangkan pekerja

wanita yang menikah hanya 37.1%. Lalu pekerja wanita single mother juga memiliki persentase

Seishain (正社員) atau pekerja tetap, yang tinggi dibandingkan pekerja wanita yang menikah,

yaitu mencapai 48%, sedangkan pekerja wanita yang menikah hanya 22% yang memiliki jabatan

tetap dalam pekerjaanya (Ezawa, 2006: 63).

Walaupun pekerja wanita single mother lebih dominan dibandingkan dengan pekerja

wanita yang menikah, pendapatan pekerja wanita single mother relatif rendah dibandingkan

pekerja wanita yang menikah. Berdasarkan Tabel 2.7.1, hampir 80% pendapatan pekerja wanita

single mother di bawah 3 juta Yen dan 50% pendapatan yang di bawah 2 juta Yen. Hal ini

dikarenakan pemasukan yang mereka dapat hanya dari sumber pemasukan mereka sendiri, tidak

seperti rumah tangga yang biasa sumber pemasukan mereka ada dua sumber.

Perbedaan rata-rata pendapatan antara rumah tangga single mother antara rumah tangga

yang biasa mengalami perubahan tiap tahunnya. Pada tahun 1979, perbedaan rata-rata pendapatan

rumah tangga single mother dengan rumah tangga yang biasa mencapai 58,6%, dan mengalami

penurunan pada tahun 1999 menjadi 46,1%. Lalu pada tahun 2004, perbedaan rata-rata

pendapatan rumah tangga single mother dengan pendapatan rumah tangga yang biasa mengalami

kenaikan menjadi 48,1%.

Bila dibandingkan dengan standar pendapatan rumah tangga yang biasa, jumlah

pendapatan pekerja wanita single mother hanya sepertiga dari pendapatan keluarga yang sama-

sama mempunyai anak (pendapatan 7 juta Yen). Berikut tabel 2.7.2 mengenai perbandingan

pendapatan per-tahun rumah tangga single mother dan rumah tangga yang biasa:

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 14: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

Pendapatan Per-tahun*

Rumah Tangga Single mother, %

Rumah Tangga yang Biasa, %

<0.5 5.6 0.7

0.5<1 15.7 1.3

1<1.5 13.5 1.9

1.5<2 15.7 2.2

2<2.5 19.1 3.7

2.5<3 10.1 3.2

3<3.5 7.9 4.9

3.5<4 1.1 4.1

4<4.5 1.1 5.3

4.5<5 1.1 7.3

5<6 1.1 10.1

6<7 2.2 9.6

Lebih dari 7 5.6 45.7

Rata-Rata Pendapatan per-Tahun

2.33 Juta Yen 7.19 Juta Yen

Pendapatan Tahunan per-Kapita

0.83 Juta Yen 1.61 Juta Yen

Median Income 1.98 Juta Yen 6.45 Juta Yen *Dalam Juta Yen

Sumber: Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan, 2005

Tabel Pendapatan Per-Tahun Rumah Tangga Single mother23, Rumah Tangga yang Biasa24, 2004

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa terjadi kesenjangan penghasilan antara rumah

tangga single mother dan rumah tangga yang biasa. Rata-rata pendapatan single mother hanya

mencapai 217,676 yen per bulan. Pendapatan sangat rendah dibandingkan dengan pendapatan

rumah tangga yang biasa yang bisa mencapai 452,098 Yen per bulan.

                                                                                                                         23 Single mother yang mempunyai anak di bawah umur 20 tahun

24 Pasangan yang mempunyai anak di bawah umur 18 tahun

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 15: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

Menurut Aya Ezawa, rendahnya pendapatan rumah tangga single mother juga

menggambarkan bahwa terjadi kesenjangan pendapatan rata-rata antara laki-laki dan perempuan.

Pada tahun 2002, kesenjangan rata-rata pendapatan wanita yang bekerja mencapai 64,9% di

bawah pendapatan laki-laki. Karena hal tersebut, pendapatan rumah tangga single mother dengan

rumah tangga yang berpasangan terjadi kesenjangan. Akibat rendahnya pendapatan single mother,

kebanyakan dari mereka mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup selayaknya

kebanyakan keluarga yang utuh di Jepang. Bahkan, pada tahun 2006, Kementerian Kesehatan,

Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan melaporkan bahwa hanya 19,0% single mother yang menerima

bantuan finansial dari mantan suami mereka (Ezawa: 2011,64). Kesulitan dalam finansial inilah

yang memicu single mother untuk mengajukan sebagai penerima Tunjangan Membesarkan Anak

agar bisa memenuhi kehidupan mereka dan anak-anak mereka.

Menurut Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan berdasarkan survei

pada tahun 2004, menyatakan bahwa grafik perceraian di Jepang setiap tahun mengalami

peningkatan sejak tahun 1947. Berdasarkan grafik tersebut, peningkatan perceraian di Jepang

dimulai sejak tahun 1964, dan mencapai puncak hingga tahun 1983, tetapi mengalami penurunan

hingga tahun 1991. Walaupun penurunan grafik perceraian tidak mengalami penurunan yang

sangat drastis. Grafik 3.1.1 perceraian akan dijelaskan pada halaman berikut

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 16: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

Sumber: Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan, 2004 Grafik Perceraian di Jepang pada tahun 1942-2003, tahun tertentu

Berdasarkan Gambar 3.1.1, walaupun grafik perceraian mengalami penurunan hingga

tahun 1991, grafik perceraian di Jepang mengalami peningkatan kembali. Bahkan pada tahun

2002, ada sebanyak 290 ribu perceraian di Jepang, merupakan catatan angka tertinggi

dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Menurut Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan

Kesejahteraan, peningkatan perceraian mengakibatkan peningkatan single mother di Jepang. Pada

tahun 2003, total rumah tangga single mother di Jepang sebanyak 1,224,400 rumah tangga,

sedangkan pada tahun 1996 total rumah tangga single mother di Jepang adalah 954,900 rumah

tangga. Berarti peningkatan sebanyak 28 % semenjak tahun 1996. Pada tahun 2003, rumah

tangga single mother didominasi oleh single mother yang bercerai yaitu 79.9%, single mother

karena suaminya meninggal sebanyak 12%, dan single mother yang hamil di luar nikah sebanyak

5,8%.

Menurut Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan, dengan

meningkatnya single mother di Jepang, penerimaan Tunjangan Membesarkan Anak juga

meningkat. Berdasarkan Gambar 3.1.2, penerima Tunjangan Membesarkan Anak mengalami

peningkatan sejak tahun 1980 hingga tahun 1985. Lalu mengalami penurunan hingga tahun 1994.

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 17: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

Walaupun mengalami penurunan, jumlah penerima Tunjangan Membesarkan Anak masih banyak

dibandingkan penerima tahun 1980.

Sumber: Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan, 2004 Grafik Penerima Tunjangan Membesarkan Anak Tahun 1980-2003

Pada tahun 1992 penerima Tunjangan Membesarkan Anak mengalami peningkatan.

Walaupun sempat mengalami penurunan lagi di tahun 1998, hingga tahun 2002, penerima

Tunjangan Membesarkan Anak terus meningkat, dan mencapai 822,958 penerima, pada tahun

2001 mencapai 759,197 penerima Tunjangan Membesarkan Anak. dan tahun 2003 mencapai

871,181 penerima. Penerima Tunjangan Membesarkan Anak mengalami peningkatan sekitar 55%

sejak tahun 1980, merupakan peningkatan yang sangat signifikan.

Pada bulan November 2002, Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan

memutuskan untuk meningkatkan kebijakan Undang-undang Kesejahteraan Anak dengan

merevisi kebijakan penerimaan Tunjangan Membesarkan Anak. Pada awalnya, Tunjangan

Membesarkan Anak dirancangnya oleh pemerintah Jepang bertujuan untuk membantu single

mother yang tidak bisa memenuhi syarat menerima boshi nenkin, izoku nenkin, dan seikatsu hogo,

seperti single mother yang bercerai. Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 18: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

mengambil keputusan merevisi kebijakan Tunjangan Membesarkan Anak karena meningkatnya

single mother yang bercerai di Jepang. Akibat peningkatan single mother yang bercerai yang

bercerai menyebabkan peningkatan penerima Tunjangan Membesarkan Anak single mother yang

bercerai. Revisi kebijakan penerima Tunjangan Membesarkan Anak adalah merubah pembatasan

jumlah pendapatan rumah tangga single mother. Sebelumnya, jumlah pendapatan single mother

untuk menerima Zenbu Shikyuu adalah 2,048,000 Yen, namun setelah revisi kebijakan Tunjangan

Membesarkan Anak pada bulan November 2002, batasan jumlah pendapatan single mother

diubah menjadi 1,300,000 Yen (Yuzawa; 2007).

Selain mengubah pembatasan jumlah pendapatan rumah tangga single mother, tujuan

pemberian Tunjangan Membesarkan Anak juga direvisi oleh Kementerian Kesehatan, Tenaga

Kerja, dan Kesejahteraan, menjadi dukungan terhadap single mother yang independen dan

bekerja. Tujuan revisi kebijakan ini adalah Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan

Kesejahteraan berharap agar single mother di Jepang menjadi sosok yang independen dan

mempunyai pekerjaan yang stabil, maka Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan

Kesejahteraan merevisi kebijakan penerimaan Tunjangan Membesarkan Anak untuk rumah

tangga single mother, dari kesejahteraan bantuan pemasukan pendapatan, ke mendukung

finansial secara independen dan memajukan pendukung finansial single mother yang baru

memasuki fase awal menjadi rumah tangga single mother. Dengan revisi tujuan, dan pembatasan

jumlah pendapatan rumah tangga single mother penerimaan Tunjangan Membesarkan Anak,

pemerintah Jepang berharap bisa menekan jumlah single mother yang bercerai yang mengajukan

penerimaan Tunjangan Membesarkan Anak (Yuzawa: 2007).

Menurut Ekatrina Hertog dalam buku berjudul Tough Choices: Bearing Illegitimate Child

in Japan, pembatasan jumlah pendapatan single mother yang direvisi oleh Kementerian

Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan, untuk menerima Tunjangan Membesarkan Anak

tidak berpengaruh dengan menurunnya jumlah penerima Tunjangan Membesarkan Anak

terutama single mother yang bercerai bahkan setiap tahunnya terus meningkat (Hertog: 2009,73).

Sejak revisi kebijakan penerimaan Tunjangan Membesarkan Anak pada bulan November 2002,

peningkatan penerimaan Tunjangan Membesarkan Anak terus terjadi meskipun revisi kebijakan

penerimaan telah dilaksanakan (lihat Gambar 3.1.3). Pada tahun 2002 total penerima Tunjangan

Membesarkan Anak sebanyak 822,958 orang dan 88% dari total penerima Tunjangan

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 19: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

Membesarkan Anak adalah single mother yang bercerai yaitu 725,403 orang. Persentase tertinggi

dibandingkan rumah tangga single mother lainnya (single mother yang tidak menikah 7,3%,

single mother dengan suaminya yang berkebutuhan khusus 2,2%, dan single mother yang

ditinggalkan suaminya tanpa kejelasan sebanyak 2,4%). Pada tahun 2009, penerima Tunjangan

Membesarkan Anak mencapai 985ribu penerima. Jumlah terbesar penerima Tunjangan

Membesarkan Anak adalah single mother yang bercerai. Berikut adalah grafik mengenai

penerima Tunjangan Membesarkan Anak:

Sumber: Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan, 2011 (data telah diolah) Grafik Penerima Tunjangan Membesarkan Anak Berdasarkan Status Perkawinan Single

mother tahun 2001-2010 Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa, setelah revisi yang dilakukan oleh Kementerian

Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan pada tahun 2002, total penerima Tunjangan

Membesarkan Anak tetap meningkat. Terutama penerima Tunjangan Membesarkan rumah

tangga single mother yang bercerai mengalami peningkatan dan mendominasi penerimaan

Tunjangan Membesarkan Anak. Pada tahun 2010 mencapai 1,005,181 orang, dan 86% (868,709

orang) penerima Tunjangan Membesarkan Anak adalah single mother yang bercerai (Lampiran

2). Grafik Penerima Tunjangan Membesarkan Anak Berdasarkan Status Perkawinan Single

Mother tahun 2001-2010 memperlihatkan bahwa antara total seluruh penerima Tunjangan

0  

200,000  

400,000  

600,000  

800,000  

1,000,000  

1,200,000  

2001  2002  2003  2004  2005  2006  2007  2008  2009  2010  

Total  Penerima  Jidou  Fuyou  Teate  

Bercerai  (離婚)  

Widowed  single-­‐mother  households  (死別母子世帯)  

Unmarried  single-­‐mother  households  (未婚の母子世帯)  

Households  of  mother  and  child(ren)  with  disabled  father  (障害者世帯)  

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 20: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

Membesarkan Anak dan total penerima Tunjangan Membesarkan Anak yang bercerai tidak jauh

berbeda karena penerima Tunjangan Membesarkan Anak didominasi oleh single mother yang

bercerai. Sebelum revisi yang diadakan pada bulan November 2002, peningkatan penerima

Tunjangan Membesarkan Anak kepada single mother yang bercerai sudah terjadi. Peningkatan

ini terus terjadi setiap tahunnya, bahkan lebih dari 60% single mother yang bercerai menerima

tunjangan Tunjangan Membesarkan Anak.

Grafik Jumlah Single mother (Bercerai) di Jepang dan Penerima Tunjangan Membesarkan Anak tahun 1962-200625

Berdasarkan grafik tersebut, terlihat bahwa penerima Tunjangan Membesarkan Anak

meningkat bersamaan dengan meningkatnya single mother yang bercerai di Jepang. Bahkan pada

tahun 1987, 90% single mother yang bercerai menerima tunjangan Tunjangan Membesarkan

Anak. Hingga pada tahun 2006, penerima tunjangan Tunjangan Membesarkan Anak mencapai

955,741 penerima, merupakan jumlah penerima tertinggi untuk periode 1962-2006. Walaupun

kebijakan penerima Tunjangan Membesarkan Anak sudah direvisi pada bulan November 2002,

                                                                                                                         25 Chisa, Fujiwara. 2008. Single mother and Welfare Restructuring in Japan: Gender and Class Dimensions of Income and Employment. The Asia-Pacific Journal: Japan Focus

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 21: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

peningkatan penerima Tunjangan Membesarkan Anak tetap terjadi karena peningkatan single

mother yang bercerai.

Peningkatan penerimaan Tunjangan Membesarkan Anak kepada single mother yang

bercerai disebabkan pendapatan mereka sangat rendah. Salah satu syarat penerimaan Tunjangan

Membesarkan Anak adalah pendapatan single mother harus diantara 1,3 juta yen per tahun

hingga 3,6 juta yen per tahun (Ezawa, 2006; Chisa, 2008). Menurut Fujiwara Chisa, hampir

selama 2 dekade lebih pekerja wanita single mother mengalami kesulitan untuk mencukupi

keluarga mereka karena kurangnya pendapatan pekerjaan mereka. Pada tahun 1990-an, rata-rata

pendapatan pekerja wanita single mother kurang dari 40% dari rata-rata pendapatan all

households (Grafik 3.1.5).

Grafik Pendapatan Rata-Rata antara rumah tangga single mother dan all households26,

tahun tertentu, 1975-200327 Berdasarkan grafik tersebut pendapatan rumah tangga yang single mother sangat

berbanding jauh dengan pendapatan all households karena pendapatan rumah tangga single

mother adalah pendapatan jenis single-earner atau pendapatan hanya dari satu sumber.

Meningkatnya kesenjangan pendapatan antara all households dengan rumah tangga single mother

dapat dijelaskan dengan meningkatnya jumlah dual-earner28 yang tidak dimiliki oleh rumah

                                                                                                                         26 Rata-rata pendapatan seluruh rumah tangga

27 Chisa, Fujiwara. 2008. Single mother and Welfare Restructuring in Japan: Gender and Class Dimensions of Income and Employment. The Asia-Pacific Journal: Japan Focus

28 Dual-earner adalah pemasukan yang berasal dari dua sumber, yaitu dari suami dan istri

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 22: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

tangga single mother. Karena rata-rata pendapatan single mother sesuai dengan persyaratan

penerimaan Tunjangan Membesarkan Anak, banyak single mother yang mengajukan penerimaan

Tunjangan Membesarkan Anak untuk memenuhi kebutuhan hidup anak mereka. Menjadi single

mother yang mempunyai anak, berarti mereka harus mencari nafkah untuk anak-anak mereka,

karena sebelum bercerai mereka bisa tergantung dengan suami mereka yang bekerja. Jika hanya

bergantung dengan pendapatan mereka yang rendah dibandingkan rata-rata pendapatan rumah

tangga yang biasa, mereka akan mengalami kesulitan bila tidak ada dukungan tambahan dari luar.

Karena itu, dengan meningkatnya single mother yang bercerai menyebabkan meningkatnya

penerima Tunjangan Membesarkan Anak untuk single mother yang bercerai.

Kesimpulan

Dari pembahasan sebelumnya, sebelum tahun 1960-an single mother yang bercerai

memiliki angka perceraian yang sangat rendah. Status perkawinan single mother sebelum tahun

1960-an, didominasi oleh para janda yang ditinggalkan suami mereka ketika perang. Sebelum

tahun 1960-an, mengajukan perceraian bagi wanita Jepang dianggap sangat tabu untuk dilakukan

karena bisa menjadi bencana bagi wanita Jepang karena tidak tahu harus ke mana dan tidak

mempunyai dukungan yang berarti. Namun setelah tahun 1960-an, meningkatnya perceraian di

Jepang, single mother yang berstatus bercerai pun juga meningkat. Lalu hak asuh anak banyak

yang ditanggung oleh ibu dibandingkan oleh ayah. Maka dari itu, para single mother yang

bercerai harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan diri mereka dan anak-anak mereka. Dengan

meningkatnya single mother yang bercerai, status pekerja single mother yang bercerai

mendominasi dalam tenaga kerja wanita. Walaupun mereka mendominasi dalam tenaga kerja

wanita, pendapatan mereka justru terbilang rendah dibandingkan pendapatan rumah tangga yang

biasa. Karena mereka mempunyai pendapatan yang rendah, mereka harus mencari cara untuk

menambah pemasukan mereka agar mereka bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka dan anak-

anak mereka. Salah satunya, mengajukan penerimaan Tunjangan Membesarkan Anak.

Tunjangan Membesarkan Anak menjadi salah satu sumber pemasukan yang dapat

membantu single mother sejak tahun 1962. Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan

Kesejahteraan merancang kebijakan penerimaan Tunjangan Membesarkan Anak agar single

mother mempunyai tambahan pemasukan untuk membesarkan anak, agar keluarga, dan anak bisa

berkebutuhan yang cukup. Dalam penjelasan paragraf sebelumnya, pendapatan single mother

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 23: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

yang bercerai termasuk rendah walaupun tenaga kerja wanita didominasi oleh single mother yang

bercerai. Karena itu, banyak single mother yang bercerai mengajukan penerimaan Tunjangan

Membesarkan Anak untuk tambahan pemasukan rumah tangga mereka. Untuk menerima

tunjangan Tunjangan Membesarkan Anak, single mother harus tetap bekerja karena salah satu

persyaratan menerima Tunjangan Membesarkan Anak adalah single mother harus mempunyai

pendapatan.

Menurut Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan, dengan

meningkatnya single mother di Jepang, penerimaan Tunjangan Membesarkan Anak juga

meningkat. Walaupun pemerintah Jepang sudah merevisi kebijakan penerimaan Tunjangan

Membesarkan Anak pada tahun 2002, peningkatan penerima Tunjangan Membesarkan Anak

untuk single mother yang bercerai tetap meningkat. Menurut Ekatrina Hertog, revisi kebijakan

yang dilakukan oleh pemerintah Jepang tidak berpengaruh dengan menurunnya penerima

Tunjangan Membesarkan Anak untuk single mother yang bercerai. Bahkan sejak revisi kebijakan,

peningkatan penerimaan Tunjangan Membesarkan Anak tetap meningkat. Menurut Aya Ezawa

peningkatan penerimaan Tunjangan Membesarkan Anak kepada single mother yang bercerai

disebabkan pendapatan mereka sangat rendah. Salah satu syarat penerimaan Tunjangan

Membesarkan Anak adalah pendapatan single mother harus diantara 1,3 juta yen per tahun

hingga 3,6 juta yen per tahun.

Tunjangan Membesarkan Anak menjadi solusi bagi single mother yang bercerai karena mereka

bisa mendapatkan pemasukan pendapatan sebagai tambahan pemasukan untuk memenuhi

kebutuhan hidup mereka dan anak-anak mereka. Tunjangan Membesarkan Anak bisa menjadi

solusi untuk mengurangi kemiskinan yang dialami oleh single mother di Jepang karena

kesejahteraan single mother menjadi fokus dari pemerintah Jepang dalam memberikan Tunjangan

Membesarkan Anak tersebut. Berdasarkan penjelasan bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan

bahwa meningkatnya single mother yang bercerai menyebabkan peningkatan penerimaan

Tunjangan Membesarkan Anak untuk single mother yang bercerai.

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 24: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

Daftar Referensi

Buku: Akaishi, Chieko. 2011. Single mother. Dalam Fujimura, Kamiko (Eds). Transforming Japan:

How Feminism and Diversity Are Making a Difference. New York: Feminist Press Burns, Ailsa & Scott, Catherine. 1994. Mother-headed Families and Why They Have Increased.

Kanada: Routledge Publisher Ezawa, Aya. 2010. Motherhood and Class: Gender, Class, and Reproductive Practices Among

Japanese Single mother. Dalam Ishida, Hiroshi dan Slater, H. David (Eds). Social Class in Contemporary Japan: Structures, Sorting, and Strategies. Kanada: Routledge Publisher

Hertog, Ekatrina. 2009. Toughe Choices: Bearing an Illegitimate Child in Contemporary Japan. California: Standford University Press

Kimito, Kimiko & Hagiwara , Kumiko. 2010. Feminization of Poverty in Japan: A Special Case. Dalam Goldberg, Gertrude Schaffner (Eds). Poor Women in Rich Country. New York: Oxford University Press

Shakai Fukushi-shi Shiken Taisaku Kenkyuukai. 2013. Fukushi Kyoukasho Shakai Fukushi-shi Kanzen Goukaku Tekisuto Senmon Kamoku 2014-nenban. Jepang: Exampress Fukushi Kyouka-shou

Uda, Kikue, Takeshi Takasawa, dan Kojun Furukawa, eds. 2001. Shakai Fukushi no Rekishi. Tokyo: Yuhikaku Publishing Co., Ltd.

Walker, Alan and Wong, Chack-kie. 2004. The Ethnocentric Construction of the Welfare State. Dalam Kennett, Patricia (Eds.). A Handbook of Comparative Social Policy. Amerika Serikat: Edward Elgar

Thesis: Redman, J. Tonya. 2007. Negotiating Matriarchy: The Discourse of Single Mothers Taking Care

of Their Families on Small Income. Texas: University of Texas. Dalam Albeda, R., Himmelweit, S., & Humphries, J. (2005). Dilemmas of Lone Motherhood. London: Routledge

Shimada, Midori. 2009. Fertility Rate Decline in Japan From The Perspective of Gender Inequality and Social Problems of Modern Japanese Family. University of Jyväskylä

Jurnal: Chisa, Fujiwara. 2008. Single mother and Welfare Restructuring in Japan: Gender and Class

Dimensions of Income and Employment. The Asia-Pacific Journal: Japan Focus Ezawa, Aya. How Japanese Single mother Work. 2006. Arsenal: Special issue on “How Japan

Works” vol 18 Fujiwara, Chisa. 2005. Lone Mothers and Welfare-to-Work Policies in Japan and the United

States: Towards an Alternative Perspective. Journal of Sociology and Social Welfare Oishi, Akiko S. 2013. Child Support and the Poverty of Single mother Households in Japan.

Jepang: National Institute of Population and Social Security Research Yuzawa, Naomi. 2007. Single mother Urged to Become Financially “Independent”. Jepang:

Voices From Japan Women’s Asia 21 ed. 18 Publikasi Lembaga City of Miyakonojo. http://cms.city.miyakonojo.miyazaki.jp/display.php?cont=121112130631

diakses pada tanggal 26 Oktober 2014

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014

Page 25: Kajian Tunjangan Membesarkan Anak Untuk Single Mother yang

House of Councillors, The National Diet of Japan. Hitori Oya Katei e no Shien-saku: Jidou Fuyou Teate-hou no Ichibu Kaisei-an. http://www.sangiin.go.jp/japanese/annai/chousa/rippou_chousa/backnumber/2010pdf/20100401040.pdf diakses pada tanggal 25 Oktober 2014

Ministry of Foreign Affairs of Japan. 1996. The Initial Report of JapanUnder Article 44, Paragraph 1 of The Convention on The Rights of The Child. http://www.mofa.go.jp/policy/human/child/initialreport/introduction.html diakses pada tanggal 10 November 2014

Ministry of Health, Labour, and Welfare. Annual Report on Health and Welfare: 1998-1999 Social Security and National Life.  http://www1.mhlw.go.jp/english/wp_5/vol1/p1c3s3.html Diakses pada tanggal 24 Oktober 2014

Ministry of Health, Labour, and Welfare.  Annual Report on Health, Labour and Welfare: 2008-2009  http://www.mhlw.go.jp/english/wp/wp-hw3/dl/7-36.pdf diakses pada tanggal 26 Oktober

Ministry of Health, Labour, and Welfare. Boshi Katei o Meguru Jyoukyou.  http://www.mhlw.go.jp/wp/hakusyo/boshi/05/dl/02.pdf diakses pada tanggal 21 November 2014

Ministry of Health, Labour, and Welfare. Jiritsu o Sokushin suru tame no Keizai-teki Shien-saku-tou. 2008.  http://www.mhlw.go.jp/wp/hakusyo/boshi/08/dl/08.pdf diakses pada tanggal 21 November 2014

Ministry of Health, Labour, and Welfare. Pamphlet about Ministry of Health, Labour, and Welfare    http://www.mhlw.go.jp/english/org/pamphlet/index.html Diakses pada tanggal 12 Oktober 2014

Ministry of Health, Labour, and Welfare. Social Security Expenditure for Child And Family: Fiscal Year1975-2011.  http://www.mhlw.go.jp/english/database/db-hh/xls/6-07.xls Diakses pada tanggal 25 November 2014

Ministry of Internal Affairs and Communications: Statistics Bureau. Income and Expenditures of Households of Mother and Children. http://www.stat.go.jp/english/data/zensho/2004/hutari/gaiyo23.htm diakses pada tanggal 21 November 2014

National Institute of Population and Social Security Rsearch. Social Security Expenditure by Revenue, Scheme, Category, Function and Target Individuals: fiscal year 2008.  http://www.ipss.go.jp/s-info/e/Jasos2011/ss2011.pdf diakses pada tanggal 27 November 2014

Publikasi Eletronik Family Ties. Nuclear Family. http://www.edu.pe.ca/southernkings/familynuclear.htm Diakses

pada tanggal 26 Oktober 2014 Insititute for Research on Poverty. Single Mothers and Poverty in Japan: The Role of Living

Arrangements. http://www.irp.wisc.edu/newsevents/seminars/Presentations/2012-2013/raymo_040413.pdf diakses pada tanggal 22 November 2014

International Labour Organization. Child Welfare Act 1947. http://www.ilo.org/dyn/travail/docs/2036/ diakses pada tanggal 8 November 2014

Japan Children’s Right Network. Type of Divorce in Japan. http://www.crnjapan.net/The_Japan_Childrens_Rights_Network/div-types.html diakses pada tanggal 13 November 2014

Kajian Tunjangan..., Mutiara Aulia, FIB UI, 2014