kajian teologi teks lontar bacakan

20

Click here to load reader

Upload: muaniboy

Post on 14-Aug-2015

65 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

kajian sebuah teks lontar yang ada di bali

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Teologi Teks Lontar Bacakan

Kajian Teologi (Brahma Vidya)Teks Bacakan Banten Pati Urip

I. Pendahuluan

Hindu merupakan suatu agama yang telah muncul sejak dahulu kala bahkan

dinyatakan sebagai sanatana dharma yang berarti kebenaran atau agama yang abadi

dengan kitab sucinya adalah Weda. Weda diyatakan sebagai suatu berisikan secara

lengkap mengenai ajaran-ajaran yang menuntun manusia dalam kehidupan di dunia

ini maupun di alam setelah kematian. Ajaran Weda yang lengkap tersebut merupakan

suatu hal yang sangta berguna bagi kehidupan manusia sehingga perlu dipelajari.

Ajaran yang terdapat dalam weda berbentuk sutra dan mantra yang perlu penafsiran

dan pemaknaan, sehingga apa yang di maksud dalam sutra atau mantra tersebut dapat

dipahami secara benar. Untuk memahami dan mampu memberikan makna yang tepat

diperlukan suatu kemampuan yang baik dan memadai sehingga ada kalimat dalam

Weda yang menyatakan bahwa “Weda takut dengan orang bodoh” Hal itu jelas

menunjukan bahwa dibutuhkan suatu kecerdasan dan kemampuan menganalisa dan

memaknai ajaran yang tertuang dalam kitab suci weda. Hal ini menjadi suatu

permasalahan karena tidak semua manusia memiliki kecerdasan yang seperti itu.

Tingkat kemampuan manusia yang satu dan yang lainnya tidak sama.

Hal itulah yang menjadi suatu alasan mendasar dicarikannya suatu jalan

keluar supaya ajaran yang demikian luas dan mendalam dapat diketahui dan dipahami

oleh manusia pada umumnya dan umat Hindu pada khususnya. Melihat kenyataan

seperti itu para maharsi jaman dulu memberikan suatu solusi dengan dituangkannya

ajaran dalam Weda dalam bentuk susastra Hindu. Hal itu juga ditegaskan dalam Kitab

Sarasamuscaya dan purana yang menyatakan bahwa Hendaknya Weda diajarkan

melalui Itihasa dan Purana. Dengan metode itihasa dan purana tentunya ajaran Weda

akan lebih mudah dipahami, sehingga dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan

manusia dalam menjalani kehidupan di dunia fana ini maupun dalam mempersiapkan

1

Page 2: Kajian Teologi Teks Lontar Bacakan

diri menghadapi kehidupan setelah meninggal nantinya. Untuk lebih memudahkan

pemahaman terhadap ajaran Weda mengingat terdapat berbagai macam perbedaan

budaya, sehingga selanjutnya ajaran-ajaran tersebut dituangkan dalam susastra

daerah. Hal itu seperti terlihat di Bali ajaran-ajaran Weda dituangkan dalam bentuk

lontar-lontar dengan berbahasa jawa kuno.

Selanjutnya dewasa ini mulai disalin dalam huruf latin dan diterjemahkan

dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian ajaran Weda semakin dekat dengan umat

Hindu karena secara langsung dapat dibaca dan ditafsirkan. Seperti di atas bahwa

setiap teks susastra perlu juga ditafsirkan kembali secara konstektual disesuaikan

dengan perkembangan jaman sehingga ajaran dalam lontar atau susastra Hindu di

daerah dapat lebih dipahami maka perlu dikaji dan ditafsirkan sehingga umat Hindu

dapat memahami ajaran tersebut. salah satu lontar yang telah ditulis dengan huruf

latin dan telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah lontar Bacakan Banten

Pati Urip. Teks dan terjemahan lontar Bacakan Banten Pati Urip telah diterbitkan

dalam bentuk buku dengan Judul “ Bacakan Banten Pati Urip: Upakara Bayi Dalam

Kandungan Sampai Orang Meninggal (Teks Dan Terjemahan)” buku ini disusun oleh

Drs. I Wayan Dunia yang diterbitkan oleh Paramita Surabaya pada tahun 2009.

Dalam buku tersebut diawali oleh pengantar dari penyusun, selanjutnya teks lontar

Bacakan Banten Pati Urip dalam huruf latin dan bagian yang ketiga adalah

terjemahan dalam bahasa Indonesia. Lontar bacakan banten pati urip secara semiotik

jelas memiliki makna bahwa menguraikan sarana upakara selama kehidupan dan

kematian. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa lontar bacakan banten pati urip

merupakan salah satu lontar tentang ritual keagamaan Hindu (Dunia, 2003:iii)

2

Page 3: Kajian Teologi Teks Lontar Bacakan

II Kajian Teologi Lontar Bacakan Banten Pati Urip

Setiap upacara yang dilaksanakan memiliki makna atau nilai tattwa atau

filosofis hal itu sesuai dengan konsep tri kerangka dasar agama Hindu. Tattwa atau

filosofis agama Hindu mencakup berbagai aspek makna sampai pada ketuhanan.

Upacara – upacara yang dilaksanakan atau tertuang dalam lontar merupakan

penjabaran dari ajaran teks suci yaitu Weda. Nilai filosofis dari upacara disebutkan

bahwa upacara merupakan suatu kewajiban umat Hindu sebagai manusia yang

memiliki hutang yang disebut tri rna. Tri rna tersebut merupakan dasar dari

pelaksanaan upacara dalam umat Hindu (Wijayananda,2004:1).

Tri rna tersebut yaitu manusia memiliki utang kehidupan atau jiwa kepada

Tuhan, hutang pengetahuan kepada para orang suci dan hutang budhi atau jasa

kepada orang tua dan leluhur. Pada umumnya lontar tatwa ataupun yadnya secara

langsung maupun tidak langsung sudah pasti tersirat atau bahkan tersurat di dalam

lontar tersebut mengenai aspek-aspek ketuhanan dalam agama Hindu. Agama Hindu

meyakini bahwa tuhan itu tunggal tiada duanya (Pudja:1999:12). Tuhan yang satu itu

disebut dengan banyak nama dan bentuk oleh orang bijaksana (Suhardana, 2008:2).

Tuhan yang tunggal dikenal dalam berbagai macam aspek Beliau. Aspek ketuhanan

dalam agama Hindu sangatlah benar - benar memposisikan Tuhan sebagai sesuatu

Yang Maha Kuasa. Dalam konsep Hindu diyakini bahwa Tuhan Maha Kuasa dan

Sumber dari segalanya. Tuhan meresapi segala ciptaanNya. Tuhan bersifat Sarva

Vyapi Vyapaka artinya Tuhan ada dimana-mana dan meresapi semua atau segala

sesuatunya. Tuhan yang maha kuasa dan tak terbatas tidaklah mampu dijangkau oleh

manusia dengan yang notabenenya memiliki keterbatasan dalam berbagai hal.

Dengan keyakinan bahwa Tuhan Maha kuasa, maka manusia Hindu meyakini

apapun yang beliau kehendaki dapat diwujudkan atau dalam pengertian Beliau dapat

bermanifestasi dalam berbagai bentuk sesuai dengan kehendakNya. Sebagai yang

Maha Kuasa tentunya Beliau memiliki fungsi yang sangat tak terbatas.

3

Page 4: Kajian Teologi Teks Lontar Bacakan

Tuhan dalam konteks secara ilmu dapat dinyatakan atau diibaratkan dalam

bentuk noumena yang akan menyatakan dirinya melalui fenomena. Dengan melalui

fenomena inilah manusia akan dapat mengetahui noumena dibalik perwujudan

tersebut. umat Hindu menyadari akan keterbatasan dirinya tetapi dengan adanya

keyakinan bahwa Tuhan Maha Kuasa maka umat Hindu mendekati Tuhan dengan

cara pendekatan terhadap fungsi yang dianggap berhubungan dengan manusia.

sehingga Tuhan Yang tunggal kemudian di manifestasikan dan dipuja dalam berbagai

bentuk dan cara berdasarkan Fungsi Beliau. Sebagi contoh dalam agama Hindu ada

yang disebut dengan Brahman, ada yang disebut Purusa Pradana, ada yang disebut

Tri Murti dan seterusnya. Dengan adanya perwujudan dan pemujaan berdasarkan

fungsi maka bagi orang yang tidak memahami bagaimana kronologis pemujaan dan

perwujudan Tuhan maka akan memiliki penafsiran yang keliru terhadap keyakinan

terhadap Tuhan dalam Agama Hindu bahkan dalam umat Hindu yang awam sendiri

sering dipahami secara terpisah antara satu bentuk perwujudan dengan Tuhan padahal

itu semua merupakan perwujudan atau fungsi dari yang maha Tunggal. Adanya

perwujudan dan pemujaan yang tampak banyak justru hal itu merupakan

implementasi dari keyakinan bahwa Tuhan Maha Kuasa. Banyaknya perwujudan atau

pemujaan yang berdasarkan fungsi dalam mumat Hindu pada umumnya hal itu

menunjukan banyaknya fungsi Tuhan dalam kehidupan ini. Bahkan dalam Hindu

sendiri di nyatakan bahwa apa yang menjadi satu perwujudan merupakan bagian

terkecil dari kemahakuasaan Tuhan. Fungsi merupakan menunjukan pada

kemampuan Tuhan. Dengan banyaknya fungsi berarti menunjukan banyaknya

kemampuan pula sehingga secara langsung maupun tidak langsung hal tersebut

merupakan sebagai cetusan keyakinan bahwa Tuhan Maha Kuasa.

Pencetusan kemahakuasaan Tuhan dalam bentuk bagian-bagian fungsi yang

Tuhan Perankan juga menjadi aspirasi para mahakawi umat Hindu di Indonesia dan

umat Hindu di Bali Khususnya dalam ajaran-ajarn yang tertuang dalam lontar-lontar.

Termasuk lontar bacakan banten pati urip. Seperti dinyatakan di atas bahwa lontar

ini berisikan tentang yadnya dimana yadnya terdapat nilai teologis yang terkandung

4

Page 5: Kajian Teologi Teks Lontar Bacakan

didalamnya karena setiap yadnya memiliki tujuan persembahan yadnya tersebut.

konsep-konsep teologi dalam berbagai macam upacara dan sarana dalam lontar ini

tampaknya tidak semua bagian dari banyaknya upacara yang dinyatakan diulas

mengenai konsep teologinya. Ada bagian yang tidak mengulas teologi tetapi ada

bagian yang menyebutkan mengenai teologinya. Dalam lontar tersebut ada

disebutkan Bhatara Brahma, Dewa Kumara, Dewa Yoni, Dewa Siwa, Dewa Kama,

Sanghyang Jatiswara, Sanghyang Sri Guru, Sanghyang Mahadewa, Iswara,

Saraswati, Wisnu. Konsep teologi yang disebutkan dalam lontar tersebut tidak

terdapat penjelasan secara jelas tentang bagaimana konsep-konsep teologi tersebut.

akan tetapi konsep teologi tersebut dapatlah di jelaskan dengan dasar susastra lain.

Hal itu mengingat konsep nama nama yang sama merupakan merujuk pada aspek

atau atribut yang sama.

Brahma

Seperti disebutkan di atas Brahma tidak dijelaskan secara jelas dalam lontar

tersebut hanya disebutkan pemujaan kepada brahma. Brahma secara umum dikenal

dalam agama Hindu sebagai manifesdtasi atau wujud Tuhan dalam fungsinya

pencipta segala sesuatunya atau dunia beserta isinya. Dalam konsep Hindu brahma

digambarkan dengan berbagai macam atribut. Secara umum brahma digambarkan

dengan kepala empat dan bertangan empat yang masing-masing tangannya

memengan atau mengengam sesuatu, yaitu Tasbih, cemara, Kendi dan genetri

(Sukartha, 2002:30-33, seperti dikutip Suhardana, 2008:48). Secara berbeda

dijelaskan bahwa dalam seni arca brahma dilukiskan memiliki wajah empat yang

mana sebenarnya pada awalnya memiliki wajah 5 akan tetapi yang satu lagi dibakar

oleh mata ke tiga siwa sehingga sisa hanya empat. Bertangan empat yang masing-

masing memegang kitab suci, memegang danda atau tongkat, sendok besar, untaian

tasbih atau sebuah kendi amerta. Busurnya bernama parivita, wahananya seekor

angsa digambarkan berdiri dan juga ada yang bersikap duduk di atas bunga padma

atau teratai (Titib, 2003:213). Kata brahma berasal dari kara brh yang artinya

5

Page 6: Kajian Teologi Teks Lontar Bacakan

mengembang, tumbuh berevolusi yang bertambah besar yang meluap dari dirinya dan

sejenisnya (Titib, 2003:191). Brahma dalam agama hindu dijadikan satlah satu dari

dewa tri murti atau tiga wujud kemahakuasaan Tuhan sebagai pencipta, pemelihara

dan pemralina. Brahma sebagai pencipta mendapat posisi urutan nomor satu dalam

konsep tri murti. Hal itu sangat jelas karena segala sesuatunya secara logis berawal

dari poenciptaan dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada dan seterusnya. ` brahma

memiliki sakti bernama Saraswati (Bansi Pandit,2009:195). Dengan kekuatan inilah

Brahma menciptakan alam semesta beserta Isinya. Hal tersebut seperti yang

dinyatakan oleh I Wayan Suja (2010:43) “Dewa Brahma mampu menciptakan dunia

karena memiliki kekuatan (sakti), yaitu Dewi Saraswati.”

Dewa Kumara

Dewa Kumara adalah nama lain dari Kartikeya (Titib, 2003:369). Kartikeya

adalah salah satu putra Siva dan parwati. Bhatara kumara merupakan symbol

kesadaran asas pokok kebenaran waktu yang tidak lain adalah kekekalan keabadian

itu sendiri (Indriani, 2008). Selain itu dalam kepercayaan dan keyakinan umat Hindu

Bhatara Kumara merupakan Dewa yang berfungsi atau memiliki tugas untuk menjaga

anak-anak hal ini terbukti dengan dalam setiap upacara yang berkenaan dengan masa

anak-anak sering sebagai teologi atau yang dipuja dan persembahan yang

dipersembahkan kepada bhatara Kumara. Dalam ikonograpy dinyatakan bahwa

kumara dilahirkan dengan kepala 6, memiliki tangan 12, memiliki 12 telinga, 12

mata, 12 kaki sebuah leher dan sebuah perut (Indriani, 2008). Bhatara kumara tidak

lain merupakan suatu bentuk atau wujud dari kemahakuasaan tuhan sebagai maha

pengasih dan penyayang. Dengan mengambil wujud kumara beliau memelihara dan

menjaga serta melindungi seorang anak supaya dapat tumbuh dan berkembang

dengan baik dan berusia panjang.

6

Page 7: Kajian Teologi Teks Lontar Bacakan

Dewa Yoni

Dewa yoni diartikan kelahiran dengan sifat-sifat kedewataan yang sudah

tentu suatu sifat yang baik dan mulia akan tetapi apabila merujuk pada lontar bacakan

banten pati urip yang menyatakan bahwa persembahan untuk dewa yoni tentunya

memiliki makna yang berbeda dari apa yang dinyatakan mengenai dewa yoni dalam

wrhaspati tattwa di atas. Dewa yoni yang dimaksud dalam lontar tersebut tentunya

menunjuk kepada dewa dalam hubungannya dengan teologi Hindu. Dewa yoni

dengan demikian dapat dipahami sebagai kemahakuasaan Tuhan sebagai penguasa

kelahiran mahluk hidup termasuk manusia. dalam konsep hindu dikenal pula yang

disebut linga yoni yaitu yang juga berarti purusa pradana atau Siva dan Parwati.

Dewa Siva

Siva juga seperti brahma dimasukan dalam bagian dari trimurti yang

berfungsi sebagai pemralina yaitu pengembali keasalnya segala sesuatunya. Di

samping itu juga dinyatakan sebagai pencipta kembali. Kata siva secara etimologi

berarti yang memberikan keberuntungan, yang baik hati, rama, suka memaafkan,

menyenangkan, memberikan banyak harapan, yang tenang, yang membahagiakan dan

lain-lainnya (Monnier,1990:1074, seperti dikutip Titib, 2004:213;Suja, 2010:46).

Siva dalam perkembanganya memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan

manusia seluruh dunia. Keyakinan terhadap siva berkembang dan meluas pada umat

manusia sampai pada wilayah Indonesia. Siva secara konsep hindu dikenal tiga aspek

yaitu yang disebut tri purusa yang bangianya adalah siva, sadasiva dan parama siva

(Sukayasa, 2011:13-15). Atribut pengambaran dari masing-masing aspek tersebut

memiliki suatu perbedaan-perbedaan. Berbagai macam symbol menjadi atribut beliau

seperti Linga, Manusia dengan berkepala lebih dari satu dan juga seperti manusia

pada umumnya. Pada umumnya siwa sendiri berwujud manusia berkepala satu dan

bertangan satu dengan mengenakan pakaian dan tempat duduk kulit harimau dengan

disampingnya terdapat trisula. Tri sula merupakan suatu symbol bahwa siva

7

Page 8: Kajian Teologi Teks Lontar Bacakan

merupakan penguasa atau yang memiliki kuasa untuk mencipata, memelihara dan

mempralina segala sesuatu yang ada.

Dewa Kama

Dalam konteks teologi hindu dewa kama dikenal dengan dua nama yaitu

kamajaya dan kama ratih. Kama secara etimologi diartikan sebagai keinginan atau

nafsu. Dengan adanya kama inilah akhirnya terjadi keinginan untuk bertemu dan

melahirkan suatu ciptaan. Kamajaya merupakan unsur purusa atau jiwa dan kamaratih

merupakan unsur maya. Dalam konsep teologi Hindu khususnya di Bali setiap

pemciptaan m,anusia selalu diawali dengan pertemuan Sanghyang Kama tersebut.

Sanghyang Jatiswara

Sanghyang jati swara tidak terlalu banyak penjelasan mengenai hal tersebut.

bahkan dalam lontar bacakan banten pati urip sama sekali tidak ada penjelasan

mengenai bagaimana dan siapa Sanghyang Jatiswara. Dalam lontar tersebut jhanya

disebutkan persembahan kepada sanghyang jatisvara. Dilain pihak terdapat konsep

jatiswara yaitu sebagai nama sebuah lontar yang berisikan mengenai suatu nasehat

orang tua kepada anaknya mengenai bagaimana cara menjalani kehidupan sehingga

menjadi baik. Apabila dihubungkan dengan sanghyang jatiswara dalam lontar

bacakan banten pati urip sudah jelas yang dimaksudkan disini adalah konsep teologi

bukan nama lontar hal itu terlihat adanya persembahan kepada sanghyang jatiswara.

Dengan mengacu pada penjelaskan diatas dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa

sanghyang jatiswara merupakan wujud kemahakuasaan Tuhan sebagai berfungsi

pemberi arahan atau petunjuk supaya manusia dalam dunia ini dapat menjalani

kehidupan sesuai dengan jalan dharma.

Sanghyang Sri Guru

Dalam konsep teologi hindu terdapat istilah bahwa Tuhan adalah sebagai

guru yang sejati atau guru yang maha utama dan pertama. Sanghyang sri guru dalam

8

Page 9: Kajian Teologi Teks Lontar Bacakan

lontar bacakan banten pati urip tentunya mengacu pada keyakinan umat hindu

terhadap tuhan sebagai mahaguru. Hal ini karena Tuhanlah yang telah menciptakan

ilmu pengetahuan dan mengajarkan kepada umat manusia suatu pengetahuan. Hal ini

mengingat Tuhan adalah sumber dari segalanya termasuk ilmu pengetahuan dan

pengajaran. Untuk secara umumnya Tuhan sebagai Mahaguru sering disebut dengan

bhatara guru. Bhatara guru adalah salah satu gelar bagi dewa Siwa yang secara hari

peringatannya atau penghormatannya dilakukan pada hari pagerwesi. Adanya gelar

bhatara guru atau sanghyang sri guru bagi Tuhan hal ini sangat jelas dirasakan oleh

umat manusia dalam kehidupan sehari-hari sejak dari kandungan sampai lahir dan

hidup di dunia beliau selalu membimbing dan memberikan suatu pengajaran melalui

berbagai macam cara salah satunya dengan fenomena-fenomena yang terjadi atau ada

di alam dan kehidupan manusia.

Sanghyang Mahadewa

Mahadewa merupakan yang diyakini sebagai Manifestasi Tuhan sebagai

penguasa arah Barat. Dewa Mahadewa juga sebagai berfungsi untuk penyeimbang

dan penyelaras alam semesta (Suja, 2010:17-18). Sebagai yang juga berfungsi sebagi

penyelaras dan penyeimbang dunia maka Mahadewa memiliki suatu peranan penting

dalam kehidupan manusia bersama aspek Tuhan yang lainnya yang juga berfungsi

sebagai penyeimbang alam.Dalam konteks padma buana atau arah mata angin dalam

konsep siwaisme maka mahadewa merupakan salah satu aspek Siwa.

Iswara

Iswara merupakan wujud Tuhan dalam fungsinya sebagai penyeimbang alam

semesta supaya tidak terjadi terombang ambing (Suhardana, 2010:17; 2008:69-70).

Secara padma buana atau arah mata angin dewa Iswara sebagai penguasa arah Timur

dengan symbol warna putih. Dalam beberapa pandangan terdapat suatu pandangan

mengenai iswara sering disamakan atau merupakan nama lain dari Siwa. Dimana

dalam konsep padma buana dinyatakan bahwa Siwa sebagai berkedudukan ditengah

9

Page 10: Kajian Teologi Teks Lontar Bacakan

merupakan sebagai poros atau sebagai inti dari semua yang berada pada arah mata

angin. Dalam pengertian bahwa semua itu merupakan aspek-aspek dari siwa sendiri.

Dalam ganapati tattwa disebutkan Iswara sebagai penjaga udara dengan arah mata

angin yang sama dengan pernyataan di atas (Dunia, 2009:23).

Wisnu

Wisnu merupakan salah satu anggota dari dewa tri murti. Beliau berfungsi

sebagai pemelihara ciptaan . dalam konsep tri murti beliau menduduki urutan kedua

hal ini tentunya sesuai dengan sistematika proses kehidupan dalam dunia ini dimana

pemeliharaan berada pada posisi tengah atau nomor dua setelah penciptaan. Kata

Wisnu memiliki makna meresapi segalanya, karena Dia memang meresap ke dalam

seluruh ciptaanNya (Suja, 2010:44). Wisnu memiliki kuasa untuk memelihara

keberlangsungan ciptaan dan mahluk hidup dalam dunia ini. sebagai maha

pemelihara maka beliau sendiri hadir ditengah-tengah ciptaan untuk menjaga dan

memelihara roda kehidupan supaya dapat berjalan dengan baik. Secara umumnya

dan yang paling popular terdapat 10 avatara beliau dari sekian banyak awatara beliau

(Titib, 2003:222). Dan yang paling terpopuler adalah dua yaitu Rama dan Krisna.

Atribut beliau yaitu bertangan empat, yang masing-,masing tangannya memegang

sangka, cakra, manikam dan gada, berkendaraan garuda, senjata cakra, mengauasai

arah barat, disimbolkan dengan aksara suci U, disimbolkan dengan warna hitam

(Sukartha, 2002:30-33 seperti dikutip Suhardana, 2008:49).Sebagai dewa pemelihara

beliau memiliki sakti yang bernama Laksami. Adalah dewi keberuntungan, kekayaan,

kekuasaan dan keindahan (Suhardana, 2008:100; Suja, 2010:45). Dengan kekuatan

tersebut Beliau memelihara dan mengatur kehidupan segala ciptaanNya.

Saraswati

Saraswati adalah sakti dari Dewa Brahma, beliau merupakan dewi ucapan

atau juga dewi ilmu pengetahuan. Secara etimologi sarawati berarti yang memiliki

sesuatu yang bersifat mengalir dan ini adalah wujud dari ilmu pengetahuan yang

10

Page 11: Kajian Teologi Teks Lontar Bacakan

selalu mengalir tidak pernah berhenti atau habis (Suja, 2010:43). Sehingga ada istilah

yang menyatakan semakin banyak ketahui maka semakin banyak pula yang tidak kita

ketahui. Saraswati sebagai dewi ilmu pengetahuan secara logika dapat diterima

sebagai sakti dari Dewa brahma sebagai pencipta. Hal ini jelas dapat kita lihat dalam

kehidupan nyata sehari-hari dimana hanya orang yang memiliki pengetahuan dapat

mencipta atau dengan pengetahuan yang dimiliki seseorang maka dapat berkreasi

atau menciptakan sesuatu. Saraswati pada umumnya baik di india maupun di bali

sendiri digambarkan dengan seorang wanita cantik yang anggun dan menawan serta

indah dengan memiliki tangan empat yang masing-masing tangannya memengang

sesuatu yang menyimbolkan sifat dan wujud dari ilmu pengetahuan dengan

kendaraan merak.

III. Kesimpulan

Lontar bacakan banten pati urip merupakan salah satu lontar yang dapat

dikategorikan lontar yadnya. Sebagai lontar yadnya tentunya tentunya memiliki

konsep teologis sebagai tujuan dari persembahan yadnya tersebut. walaupun

penuangannya hanya berupa penyebutan nama teologi akan tetapi atribut dan

penjelasan dapat dicari melalui sumber lain yang membahas tentang teologi yang

disebutkan dalam lontar tersebut. dalam lontar bacakan banten pati urip terdapat

beberapa konsep teologi yang disebutkan yaitu, Brahma, dewa Yoni, Iswara, Wisnu,

Siva, Mahadewa, Sanghyang Kama, Sanghyang Sri Guru, Sanghyang Jatiswara,

Saraswati dan Dewa Kumara. Semua konsep teologi tersebut sangat berhubungan

dengan kehidupan manusia.

DAFTAR PUSTAKA

11

Page 12: Kajian Teologi Teks Lontar Bacakan

Bansi Pandit.2009. The Hindu Mind: Fundamentals of Hindu Religion and Philosophy for All Ages.New Delhi:New Age Books

Dunia, I Wayan (penj).2009. Bacakan Banten Pati Urip:Upakara Bayi Dalam Kandungan Sampai Orang Meninggal (Teks dan Terjemahan).Surabaya: Paramita

__________________2009b. Kumpulan Ringkasan Lontar. Surabaya: Paramita

Jaya Wijayananda, Mpu.2004. Pitra Pakerti: berbhakti Kepada leluhur DISaat Beliau Meninggal Dunia. Surabaya: Paramita

Suhardana, K.M.2008. Tri Murti: Tiga Perwujudan Utama Tuhan.Surabaya: Paramita

_____________2010.Kerangka Dasar Agama Hindu: Tattwa-Susila- Upacara. Surabaya:Paramita

Suja, I Wayan.2010. memahami Agama Lewat Fenomena Sains.Surabaya: Paramita

Sukayasa, Wayan.2011.Kembali Ke Spirit Hindu Indonesia .Denpasar. UNHI Denpasar

Titib, I Made. 2003. Teologi dan Simbol-Simbol Dalam Hindu.Surabaya: Paramita.

_____________2004. Purana: Sumber Ajaran Hindu Koprehensip.Surabaya: Paramita

12