lontar oktober 2011

20

Upload: veco-indonesia

Post on 24-Mar-2016

248 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

VECO Indonesia requires its farmer and NGO partners as well as its staff to write up their study tour findings: we have made the results of the Philippines visit the focus of the feature report in this edition of LONTAR.

TRANSCRIPT

Page 1: LONTAR Oktober 2011

1LONTAR - #3 - 2011

Belajar dariKeberhasilan PetaniFilipina

BB uu ll ee tt ii nn TT rr ii ww uu ll aa nn VV EE CC OO II nn dd oo nn ee ss ii aa #3201 1

Foto: VECO Indonesia

Page 2: LONTAR Oktober 2011

2 LONTAR - #3 - 2011

AGUSTUS lalu, staf lapangan dan

mitra VECO Indonesia melakukan kun-

jungan belajar ke negara tetangga, Fi l i -

pina. Selama lima hari di sana, 28

peserta kunjungan belajar dari petani di

Davao, Fi l ipina tentang koperasi, organ-

isasi tani, juga pengolahan hasi l pertani-

an.

Kunjungan belajar tersebut meru-

pakan bagian dari upaya VECO Indone-

sia untuk mengajak mitra dan stafnya

agar terus belajar. Hal ini sesuai dengan

salah satu tujuan VECO Indonesia, yaitu

menjadi organisasi belajar. Media untuk

Berbagi Cerita Petani Negeri

Tetangga

belajar ini antara lain melalui Sekolah

Lapang, kunjungan si lang, maupun pub-

l ikasi.

Selain staf, kami juga mengharuskan

petani dan LSM mitra, VECO Indonesia

untuk menulis hasi l kunjungan belajar.

Kami menjadikan hasi l kunjungan terse-

but sebagai laporan utama LONTAR

edisi ini . Semua tul isan dan foto kami di

rubrik Reportase merupakan hasi l kerja

staf kami yang mengikuti kunjungan.

Kami berharap pembaca juga bisa bela-

jar meski tak ikut kunjungan tersebut.

[Redaksi]

2 Dari Redaksi

3 Editorial

4 Reportase

Belajar dari Keberhasilan

Petani Fi l ipina

1 1 Kelompok Tani

1 2 Kabar VECO

1 4 Kabar Mitra

1 6 Kabar Internasional

1 8 Profil

1 9 Resensi

20 Poster

Lontar (n) daun pohon lontar (Borassus

flabellifer) yang digunakan untuk menulis

cerita; (n) naskah kuno yang tertul is pada

daun lontar; (v) melempar. Maka LONTAR

bagi kami adalah kata kerja (v) sekaligus

kata benda (n). Lontar adalah media

informasi untuk menyampaikan informasi

tentang pertanian yang memperhatikan

ni lai-ni lai lokal, sesuatu yang terus VECO

Indonesia perjuangkan.

Tim Redaksi

Penanggung jawab : Rogier Ei jkens

Redaksi : Anton Muhajir

Kontributor : Staf dan Mitra VECO

Indonesia

Layout : Syamsul "Isul" Arifin

Alamat Redaksi

VECO Indonesia

Jl Kerta Dalem No 7 Sidakarya Denpasar

Telp: 0361 - 7808264, 727378,

Fax: 0361 - 72321 7

Email: [email protected],

[email protected]

Website www.vecoindonesia.org

Twitter @vecoindonesia

Redaksi menerima berita kegiatan,

profil , maupun tips terkait praktik

pertanian berkelanjutan terutama yang

terkait dengan mitra VECO Indonesia di

berbagai daerah. Tulisan bisa dikirim

lewat email ataupun pos ke alamat di

atas.

THIS past August VECO Indonesia

field staff and partners went on a study

tour to our neighbouring country, the

Phil l ipines. Over the course of five days,

the 28 participants in the study tour

learned from farmers in Davao, the Phi-

l ippines about farmer cooperatives and

organisations and agricultural product

processing.

Study tours form part of VECO In-

donesia's efforts to encourage partners

and staff to engage in continuous learn-

ing. This is in keeping with one of the ob-

jectives of VECO Indonesia, which is to

be a learning organisation. Media for

learning include field schools and ex-

change visits as well as publications.

VECO Indonesia requires its farmer

and NGO partners as well as its staff to

write up their study tour findings: we

have made the results of the Phil ippines

visit the focus of the feature report in this

edition of LONTAR. All the writing and

photos in the Reportage rubric are the

work of staff who took part in the tour.

We hope that our readers too can learn

– even without coming along on the visit.

[Editor]

2 LONTAR - #3 - 2011

Sharing Stories ofFarmers

from a Neighbouring Country

Dari Redaksi Daftar Isi

Foto: VECO Indonesia

Page 3: LONTAR Oktober 2011

3LONTAR - #3 - 2011

Mendukung Petani Belajar Langsung dari Lapangan

THEY explain the reason why. The

campus environment where research is

conducted is designed to support results

that fol low from hypotheses. Well , as

soon as they are brought into the field,

such results come face to face with the

real environment – something that can-

not be managed, let alone control led.

Of course, this is only a joke; my

friends are just kidding. Yet there is

some truth to it, even if i t is not entirely

true. The point I want to make here is

that sometimes research findings on pa-

per diverge from the results that come

out of practice in the field.

That is why, rather than inviting part-

ners, whether farmers or non-govern-

mental organisations (NGOs) to learn in

a classroom, VECO Indonesia is more

interested in encouraging them to learn

MEREKA memberikan alasan.

Lingkungan tempat penelitian di

kampus biasanya dibuat agar men-

dukung hasi l penelitian sesuai hi-

potesis. Nah, begitu dibawa ke

lapangan, hasi l penelitian itu akan

menghadapi l ingkungan sebe-

narnya, sesuatu yang tak bisa

mereka atur atau bahkan kendali-

kan.

Tentu saja ini hanya joke, ber-

canda. Tapi, ada juga benarnya

meski tidak sepenuhnya. Poin yang

ingin saya sampaikan, kadang-kadang

hasi l penelitian di atas kertas bisa ber-

beda hasi l dibandingkan dengan praktik

di lapangan.

Karena itulah, daripada mengajak

mitra, baik petani maupun lembaga

swadaya masyarakat (LSM), belajar di

kelas, VECO Indonesia lebih tertarik

mengajak mereka belajar langsung dari

lapangan. Menurut kami, kunjungan

lapangan jauh lebih berguna bagi petani.

Sebab, ketika di lapangan, peserta bela-

jar bisa melihat langsung praktik produk-

si pertanian maupun pasca-panen ter-

masuk cara berorganisasi oleh petani di-

lakukan.

VECO Indonesia menerapkan me-

tode sekolah lapangan petani (farmer

field school) bersama petani mitra.

Melalui metode ini , petani bisa belajar

langsung dari petani lainnya tak hanya

teori tapi juga praktik di lapangan. Tak

hanya mendengar, petani juga menerap-

kan i lmu yang baru dia pelajari . Sekolah

lapangan kami terapkan di semua lokasi

program, untuk komoditi padi, kakao,

kopi, kacang mete, dan seterusnya.

Selain melalui sekolah lapangan,

kunjungan belajar (study visit) juga

metode lain bagi petani untuk bela-

jar dari lapangan. Jika dalam seko-

lah lapangan kami mengundang

narasumber, maka dalam kunjungan

belajar, kami mengajak petani

mendatangi narasumber tersebut.

Tak hanya setahun sekali ketika ikut

dalam Pertemuan Mitra Tahunan

(Annual Partner Meeting) tapi juga

oleh organisasi petani sendiri .

Kunjungan ke Davao, Fi l ipina 8-1 2

Agustus 201 1 lalu merupakan bagian

dari upaya VECO Indonesia mengajak

petani agar bisa belajar langsung dari

lapangan.

Catatan perjalanan tersebut, meski

tak bisa mewakil i semua pelajaran di

Fi l ipina, kami tul is dalam Reportase

LONTAR edisi ini . Dengan demikian,

kami berharap, mereka yang tak ikut

kunjungan pun bisa belajar dari keber-

hasi lan petani Fi l ipina.

[Anton Muhajir]

Teman-teman saya, pendamping petani di lapangan, punya anekdot tentang dunia kampus dan dunia

pertanian. “Hasil penelitian mahasiwa di kampus biasanya malah diketawain petani karena tidak bisa

diterapkan petani di lapangan,” kata beberapa teman.

Support Direct Farmer Learning from the Field

directly from the field. In our opinion,

field visits are far more useful to farmers.

This is because in the field, learners can

see firsthand the agricultural production

and post-harvest practices, as well as or-

ganisational methods that farmers use.

VECO Indonesia employs farmer

field school methods in partnership with

farmers. Through these methods, farm-

ers can learn directly from other farmers,

not only theory but also practice in the

field. Rather than simply l istening, farm-

ers also apply the new knowledge they

learn. We conduct field schools in al l

program locations, for rice, cocoa, cof-

fee, cashew and other commodities.

Aside from field schools, study tours

are another method for farmers to learn

from the field. I f, in the field schools, we

bring the resource persons in, then in

study visits, we invite the farmers to go

visit the resource people. Such visits not

only happen once a year when farmers

attend the Annual Partner Meeting, but

are also made by farmer organisations

themselves.

The visit to Davao, the Phil ippines on

8-1 2 August 201 1 formed part of VECO

Indonesia's efforts to encourage and en-

able farmers to engage in direct learning

in the field.

Although it would be impossible to re-

flect al l of the lessons learned in the Phi-

l ippines, we have published some of the

notes on the journey in this edition of

LONTAR Reportage. So we expect that

even those who did not get to come

along can learn from the successes of

the Fil ipino farmers.

[Anton Muhajir]

My friends, who work side by side with farmers in the field, have an anecdote about the world ofacademia and

the world ofagriculture: ‘The research findings ofuniversity students on campus,’ they tell me, ‘are usually a

laughing stock among farmers, because the farmers can't apply them in the field.’

Editorial

Page 4: LONTAR Oktober 2011

4 LONTAR - #3 - 2011

MMEELLAALLUUII kkuu nn jj uu nn gg aann bbeell aajj aarr ii nn ii ,, VVEE CCOO II nn dd oonn e-e-

ss ii aa bbeerrhh aarraapp mm ii ttrraann yyaa bbii ssaa bbeell aajj aarr ll aann gg ssuu nn gg dd aarrii

ppeettaann ii nn eegg eerrii tteettaann gg gg aa,, FFii ll ii ppii nn aa.. HH aall ii nn ii sseessuu aaii ssa-a-

ll aahh ssaattuu dd aarrii eemm ppaatt ttuu jj uu aann VVEE CCOO II nn dd oonn eessii aa,, yyaaii ttuu

mm eenn jj aadd ii oorrgg aann ii ssaassii bbeell aajj aarr ((lleeaarrnniinngg oorrggaanniizzaattiioonn)) ..

KKaarreenn aa ii ttuu ,, hh aamm ppii rr sseemm uu aa ll ookkaassii kkuu nn jj uu nn gg aann aadd aall aahh

oorrgg aann ii ssaassii dd aann kkooppeerraassii ppeettaann ii ..

BBeerrii kkuu tt ll ookkaassii -- ll ookkaassii kkuu nn jj uu nn gg aann tteerrsseebbuu tt dd aann

aappaa hh aall yyaann gg kkaamm ii ppeell aajj aarrii dd aarrii ll ookkaassii tteerrsseebbuu tt..

FFEEDDCCOO

FFeedd eerraatt ii oonn ooff AARRBB//BBaann aann aa bbaasseedd CCooooppeerraatt ii vvee

ii nn MM ii nn dd aann aaoo ((FFEE DD CCOO)) mm eerruu ppaakkaann oorrgg aann ii ssaassii ppaa--

yyuu nn gg 2200 kkooppeerraassii ppii ssaann gg dd eenn gg aann aann gg gg oottaa sseekkii ttaarr

33 .. 6600 00 ppeettaann ii .. FFEE DD CCOO bbeerrdd ii rrii sseejj aakk 66 JJ uu ll ii 11 999999

yyaann gg dd ii ii nn ii ss ii aassii eenn aamm kkooppeerraassii ppii ssaann gg dd ii sseekkii ttaarr

DD aavvaaoo sseerrttaa PP rroovvii nn ss ii DD aavvaaoo dd eell NN oorrttee dd aann CCoom-m-

ppoossttee ll aa VVaall ll eeyy.. SSeekkii ttaarr 55.. 00 00 00 hh eekkttaarr ll aahh aann aann gg gg oottaa

dd ii ttaann aamm ii ppii ssaann gg jj eenn ii ss ccaavveenn dd ii sshh ..

SSeebbaagg aaii oorrgg aann ii ssaassii ppaayyuu nn gg ,, ttuu gg aass FFEE DD CCOO

aadd aall aahh mm eemm aassaarrkkaann ppii ssaann gg dd aarrii aann gg gg oottaa kkooppeerraassii ..

FFEE DD CCOO bbeerrttuu gg aass mm eemm bbuu kkaa ppaassaarr eekkssppoorr ppii ssaann gg

ccaavveenn dd ii sshh kkee ll uu aarr nn eegg eerrii ,, sseeppeerrtt ii JJ eeppaann gg ,, KKoorreeaa

SSeell aattaann ,, TTii mm oorr TTeenn gg aahh ,, dd aann CChh ii nn aa.. KKooppeerraassii ii nn ii

jj uu gg aa mm eell aakkuu kkaann kkoonn ttrroo ll pprroodd uu kkssii sseerrttaa mm eewwaakkii ll ii

AAgguussttuuss llaalluu,, VVEECCOO IInnddoonneessiiaa bbeerrssaammaa mmiittrraannyyaa,, bbaaiikk oorrggaanniissaassii ppeettaannii mmaauuppuunn lleemmbbaaggaa sswwaaddaayyaa mmaassyyaarraakkaatt,,

mmeellaakkuukkaann kkuunnjjuunnggaann bbeellaajjaarr kkee FFiilliippiinnaa.. KKuunnjjuunnggaann bbeellaajjaarr lliimmaa hhaarrii ppaaddaa 88--1122 AAgguussttuuss iinnii ddiiiikkuuttii 2288 oorraanngg tteer-r-

mmaassuukk ssttaaffVVEECCOO IInnddoonneessiiaa ddaarrii sseelluurruuhh wwiillaayyaahh pprrooggrraamm,, yyaaiittuu JJaakkaarrttaa,, JJaawwaa,, SSuullaawweessii,, ddaann NNuussaa TTeennggggaarraa TTiimmuurr

((NNTTTT))..

Belajar dari KeberhasilanPetani Filipina

Foto-foto: VECO Indonesia

Page 5: LONTAR Oktober 2011

5LONTAR - #3 - 2011

melakukan negosiasi kontrak langsung

dengan pembeli . Pada tahun 201 0,

mereka berhasi l menaikkan harga jual

sampai 1 0 kali dari harga sebelumnya.

Koperasi pisang di Fi l ipina merupa-

kan hasi l Reforma Agraria, program dis-

tribusi tanah untuk petani penggarap.

Setelah program ini di lakukan, perusa-

haan pun memberikan lahan kepada

karyawannya. Petani berhak memil iki la-

han tersebut meski harus membeli dari

pemerintah dengan mencici l selama 35

tahun.

Pelajaran yang bisa dipetik dari

FEDCO adalah bahwa dalam memper-

juangkan sebuah usaha, perlu mem-

bangun usaha efektif mulai dari produksi

sampai pemasaran. Usaha ini juga perlu

didukung dengan koordinasi dari semua

anggota. Untuk mengembangkan bisnis

yang sehat, juga perlu ada komitmen

dari manajer. Mereka tidak boleh memi-

l iki usaha yang sama dengan anggo-

tanya.

DABCO

Dabco Agrarian Reform Beneficiaries

Cooperative (DABCO) merupakan kope-

rasi primer anggota FEDCO di Desa

Dabco Barangay, Kota Panabo, Provinsi

Davao Del Norte. Koperasi ini memil iki

anggota sebanyak 1 47 petani. Tiap ang-

gota rata-rata memil iki lahan seluas 1 ,02

hektar. Dalam perjalanan ke lokasi, di

kiri dan kanan jalan sepanjang sekitar 3

km terhampar tanaman pisang. Kami

juga hampir selalu berpapasan dengan

truk kontainer berpendingin membawa

pisang segar siap diekspor ke negara

tujuan.

Tanaman pisang yang banyak

ditanam jenis cavendish dan abaca. La-

han untuk bercocok tanam adalah parit

sedalam sekitar 1 meter dan gundukan

tanah seluas 2 meter memanjang. Parit

untuk mengatur al iran air karena pada

tahap awal pisang membutuhkan banyak

air. Pisang yang ditanam merupakan

hasi l dari kultur jaringan sehingga ukur-

an tanaman seragam dan bisa dipanen

serentak. Setiap tanam terdapat dua po-

hon saja. Apabila terdapat anakan,maka

harus dimatikan supaya tidak

mengganggu pertumbuhan pisang

dewasa.

Almacen

Alternative Marketing Center (Alma-

cen) adalah lembaga pemasaran alter-

natif yang didirikan The Josefa Segovia

Foundation (JSF) di Catalunan, Pequ-

eno, Davao. Lembaga ini membantu

memasarkan produk pertanian 1 4 desa

di sekitar Davao. Melalui koperasi mil ik

petani ini , Almacen menghubungkan

petani dengan berbagai pihak, termasuk

pemerintah. Salah satu koperasi yang

bekerja sama adalah Koperasi Serba

Usaha Subasta yang memasarkan

kakao. Koperasi di Desa Carmelitan

Ericta yang berdiri sejak tahun 2008 ini

memil iki 26 anggota.

Mereka mengumpulkan modal 30

Learning from the Successes ofFilipino Farmers

Last August, VECO Indonesia, togetherwith its partners, both

farmers and non-governmental organisations, went on a study tour

study to the Philippines. This five-day study tour from August 8 to 12

involved 28 people, including VECO Indonesia stafffrom all program

areas, namely Jakarta, Java, Sulawesi and East Nusa Tenggara (NTT).

THROUGH this study tour, VECO

Indonesia expected that its partners

could learn directly from farmers in

our neighbouring country, the Phil ip-

pines. This is in keeping with one of

VECO Indonesia's four main objec-

tives, that is, to be a learning organ-

isation. Nearly al l of the sites we

visited were farmer organisations and

cooperatives.

Following are the sites we visited and

the things that we learned on each site.

FEDCO

The Federation of ARB/Banana

based Cooperatives in Mindanao (FED-

CO) is an umbrella organisation of 20

banana cooperatives with a member-

ship of approximately 3,600 farmers.

FEDCO was founded on 6 July 1 999

at the initiative of six banana coope-

ratives in the vicinity of Davao and the

provinces of Davao del Norte and

Compostela Valley. Approximately

5,000 hectares of members' land are

planted with Cavendish bananas.

As an umbrella organisation, FED-

CO's job is to market the bananas of

the cooperative's members. FEDCO

is in charge of opening Cavendish ba-

nana export markets abroad, in

Reportase

Page 6: LONTAR Oktober 2011

6 LONTAR - #3 - 2011

ribu peso per orang untuk membeli

kakao basah dari petani anggota.

Dengan modal tersebut, mereka mem-

buat tempat pengeringan bersumber dari

sinar matahari . Selama kunjungan, pe-

serta melihat model pengeringan Kope-

rasi Subasta sehingga bisa belajar cara

pengeringan kakao yang baik.

Pelajaran dari Almace adalah perlu-

nya pengeringan terpusat untuk menda-

patkan mutu kakao yang bagus. Jika

pengeringan di lakukan sendiri-sendiri

oleh petani, maka kualitas kakao akan

berbeda karena setiap petani meni lai

kualitas produknya sendiri . Tingkat keke-

ringan kakao pun tidak sama. Melalui

sistem pengeringan terintegrasi, kualitas

kakao akan seragam. Model ini juga

membantu petani belajar bagaimana

membuat rumah plastik untuk penge-

ringan. Hal ini bisa diterapkan dengan

biaya murah di sentra produksi kakao di

Indonesia.

FEDDAFCI

Federation of Davao Dairy Farmers

Coop (FEDDAFCI) terletak di Distrik

Baguio, Kota Davao. Federasi koperasi

susu ini merupakan bantuan pemerintah

untuk membangun pabrik susu di

wilayah Davao. Saat ini orang Fil ipina

tidak suka minum susu, padahal banyak

petani yang memelihara sapi susu

perah. Karena itu pemerintah berusaha

membangun pabrik susu untuk mema-

sarkan produk petani. Federasi ini memi-

l iki 1 3 anggota koperasi primer.

Proyek ini adalah model bantuan pe-

6 LONTAR - #2 - 2011

merintah di mana petani mendapat ban-

tuan sapi perah dan wajib mengembali-

kan sapi perah dalam keadaan hamil

setelah 5 tahun. Perjanj ian yang dibuat

adalah petani wajib memelihara sapi

tersebut. Apabila sapi mati , maka petani

wajib membayar angsuran dari harga

sapi yang diberikan. Setiap petani

mendapat bantuan 3 ekor sapi betina.

Dalam 287 hari kemudian, sapi tersebut

sudah bisa menghasi lkan susu seba-

nyak 1 0 l iter per ekor per hari . Saat ini

jumlah susu yang ditampung sebanyak

1 .500 liter per hari . Federasi membeli

seharga 20 peso, sekitar Rp 4.000, per

l i ter susu dari koperasi primer.

MBRLC

Mindanao Baptist Rural Life Center

places such as Japan, South Korea,

the Middle East, and China. The co-

operative also does production con-

trol and represents members in

negotiating contracts directly with

buyers. In 201 0, they succeeded in

raising the sell ing price up to 1 0 times

the former price.

Banana cooperatives in the Phil i -

ppines are the result of Agrarian

Reform, a program to redistribute

land to tenant farmers. After the pro-

gram was implemented, companies

gave land to their employees. The

farmers were entitled to the land, al-

though they sti l l had to buy it from the

government in instal lments over a 35-

year period.

The lesson to be learned from

FEDCO is that in striving to bui ld a

business, it is necessary to bui ld its

effectiveness in al l areas from pro-

duction through to marketing. The

business must also be supported by

coordinating all i ts members. The de-

velopment of a sound business also

requires commitment from its mana-

gers. They must not own businesses

of the same kind as that of the mem-

bers.

DABCO

The Dabco Agrarian Reform Be-

neficiaries Cooperative (DABCO) is a

FEDCO member primary cooperative

in the vi l lage or barangay of Dabco,

Panabo city, Davao Del Norte

province. The membership of this co-

operative is 1 47 farmers. Members

have an average 1 .02 hectares of

land. On the way to the location, banana

groves l ined both sides of the road for a

stretch of 3 ki lometres. We were also

constantly crossing paths with 40-foot

container refigerator trucks carrying

fresh bananas ready for export to destin-

ation countries.

The varieties of bananas most widely

grown here are Cavendish and Abaca.

The arable land is worked into 1 -metre

deep pits and 2-metre long mounds. The

pits are to regulate the flow of water,

since at the early stage, banana plants

require a lot of water. The plants are tis-

sue-culture grown so that they wil l be

uniform in size and can be harvested

simultaneously. Each seedling produces

only two plants. When there are un-

wanted offshoots or suckers, these must

be cut so they do not interfere with the

growth of the mother plant.

Almacen

The Alternative Marketing Center

(Almacen) is an alternative marketing

organisation that was established by

The Josefa Segovia Foundation (JSF)

in Catalunan, Pequeno, Davao. This

organisation helps to market agricul-

tural products of farmers from 1 4 vi l-

lages around Davao. Through the

cooperatives owned by these far-

mers, Almacen links the farmers with

various parties, including the govern-

ment. One of the cooperatives it

works with is the Subasta Multi-Busi-

ness Cooperative, which markets co-

coa. This cooperative, which is based

in the vi l lage of Carmelitan Ericta and

was founded in 2008, has 26 mem-

Reportase

Page 7: LONTAR Oktober 2011

7LONTAR - #3 - 2011

(MBRLC) berada di Kinuskusan, Ba-

salan, Kota Davao del Sur. Konsep

MBRLC ini dimulai pada tahun 1 960an

dan mulai beroperasi tahun 1 971 .

Pendiri pusat pelatihan ini adalah Harold

Ray Watson bersama istrinya, El izabeth

Joyce, dan tiga anak laki-lakinya. Tanah

mil ik pusat pelatihan ini awalnya seluas

1 0 hektar dan kemudian berkembang

menjadi 1 9 hektar. Dari semula gersang,

kawasan ini kemudian dikembangkan

menjadi pusat pelatihan. Strategi orga-

nisasi ini adalah riset, penyuluhan, pe-

ngembangan, pendidikan, evangelis dan

misi . Mereka menyebutnya Research,

Extension, Development, Education,

Evangelism andMission (REDEEM).

Presiden MBRLC Roy C. Alimoane

menerima kunjungan kami. Dia men-

jelaskan metode Sloping Agricultural

Land Technology (SALT) atau teknologi

pertanian model terasering. Dengan

pembuatan terasering, wilayah ini seka-

rang menjadi hi jau kembali . Model SALT

ini banyak diminati oleh berbagai pihak

sehingga pelatihan berkembang. Mereka

memil iki kelas Asian Rural Life Training

Center di mana petani dari berbagai

wilayah di Asia belajar tentang SALT.

USPD – SCC

United Sugarcane Planters of Davao

– Saving & Credit Cooperative (USPD –

SSC) merupakan koperasi simpan pin-

jam petani tebu di San Jose Hiway, Kota

Digos, Provinsi Davao Del Sur. Di

wilayah ini banyak perkebunan tebu ka-

rena sebelumnya merupakan wilayah

pabrik tebu. Petani mendapat tanah dari

program Reforma Agraria dan tetap

melanjutkan penanaman tebu.

Model koperasi ini sebenarnya bisa

kita lakukan di Indonesia. Saat ini keba-

nyakan koperasi petani adalah simpan

pinjam, tetapi masih dikelola secara

tradisional dan tertutup. Koperasi simpan

pinjam apabila bisa diperluas akan mem-

bantu petani mendapatkan akses modal

lebih besar. Kombinasi dari model kope-

rasi di sini dengan usaha FEDCO seba-

gai payung organisasi dari beberapa

koperasi bisa membangun sebuah mo-

del bisnis yang bagus. Tinggal ba-

gaimana merumuskan lebih dalam dari

kombinasi ini .

MIEDECO

Malabog Integrated Enterprises De-

velopment Cooperative (MIEDECO) di

Desa Malabog, Distrik Paquibato, Da-

bers.

They raised capital amounting to

30 thousand pesos per person to

purchase wet cocoa from member

farmers. With this capital, they bui lt a

solar drying place. During the visit,

participants went to see the drying

model of the Subasta Cooperative so

they could learn about the proper

way to dry cocoa.

The lesson of Almacen is the

need for central ised drying to obtain

good quality cocoa. I f the drying is

done by farmers individually, then the

quality of the cocoa wil l vary, since

each farmer assesses product quality

on their own. Levels of dryness wil l

differ too. Through an integrated dry-

ing system, the quality of the cocoa

wil l be uniform. This model also

helped farmers learn how to make a

plastic house for drying. This can be

done at low cost in cocoa production

centres in Indonesia.

FEDDAFCI

The Federation of Davao Dairy Far-

mers Cooperative (FEDDAFCI) is situ-

ated in Baguio district, Davao city. This

dairy cooperative federation is a govern-

ment-assisted project to bui ld a dairy

plant in the Daveo region. Currently,

Fi l ipinos do not l ike drinking milk, even

though many farmers raise dairy cows.

Therefore, the government is trying to

bui ld a dairy plant to market the farmers'

products. The federation has 1 3 member

primary cooperatives.

The project is a model for govern-

ment aid, in which the farmers receive

assistance in the form of cows and are

obliged to return pregnant dairy cows in

five years' time. The agreement made

obliges the farmer to take care of the

cows. I f a cow dies, the farmer must

pay the price of the cow in instal l-

ments. Each farmer gets three fe-

male cows. Within 287 days, these

cows can produce as much as 1 0

l itres of milk per cow per day. At

present the amount of milk that can

be accommodated is up to 1 ,500

l itres per day. The federation buys

the milk for 20 pesos, (Rp. 4,000)

per l i tre from the primary cooperat-

ives.

MBRLC

The Mindanao Baptist Rural Life

Center (MBRLC) is in Kinuskusan,

Basalan, Davao del Sur city. The

MBRLC concept was born in the

1 960s and became operational in

1 971 . The founders of this training

centre are Harold Ray Watson, his

wife Elizabeth Joyce, and their three

Jika pengeringandilakukan sendiri-sendiri oleh petani,maka kualitas kakaoakan berbeda....

Page 8: LONTAR Oktober 2011

8 LONTAR - #3 - 2011

sons. The land belonging to the

training centre was initial ly 1 0 hec-

tares and later expanded to 1 9 hec-

tares. Barren at first, the area was

developed into a training centre. The

strategies of the organisation are re-

search, extension, development, edu-

cation, evangelism and mission,

which they refer to by the acronym

REDEEM.

MBRLC President Roy C. Ali-

moane received us on our visit there.

He explained the method known as

Sloping Agricultural Land Technology

(SALT), a model agricultural techno-

logy for terracing. Through the cre-

ation of terraces, this region, once

barren, has become green again. The

SALT model was of great interest to a

variety of different parties, so the

training was expanded. They hold

Asian Rural Life Training Center

classes in which farmers from various

regions in Asia learn about SALT.

USPD – SCC

United Sugarcane Planters of

Davao – Saving & Credit Cooperative

(USPD – SSC) is a sugarcane farmer

savings and loans cooperative in San

Jose Hiway, Digos city, Davao Del Sur

province. In this region there are many

sugarcane farms because it was once a

sugar mil l region. The farmers obtained

the land through the Agrarian Reform

program and continued to cultivate sug-

arcane.

This cooperative model is actual ly

quite applicable for us in Indonesia. Cur-

rently, most farmer cooperatives include

savings and loans but they are sti l l

managed in a traditional, closed manner.

I f such savings and loans cooperatives

could be expanded, it would help farm-

ers to gain access to greater amounts

of capital. By combining the coopera-

tive model observed here with that of

the FEDCO enterprise as an umbrella

organisation for several cooperatives,

a good business model can be de-

veloped. How to make this combina-

tion remains to be formulated in

greater depth.

MIEDECO

Due to the remote location of

Malabog Integrated Enterprises De-

velopment Cooperative (MIEDECO)

in Malabog vi l lage, Paquibato district,

Davao, member farmer A.L. Montajes

came to Davao to tel l us about the

activities of this cooperative.

The MIEDECO ccoperative was

founded in 1 986 with a membership

of 48 farmers. The startup capital of

the members was 1 ,480 pesos,

around Rp 296,000. Based on their

first year of activities, the members

then received a grant of 1 5,000

pesos, around Rp 3 mil l ion, to carry

out their joint activities. In 1 988, the

cooperative secured a loan of

200,000 pesos, around Rp 40 mil l ion,

to buy a bui lding and vehicle, and to

conduct a series of seminars to de-

velop the cooperative.

Members of this cooperative were

obliged to pay membership fees of

1 50 pesos, or Rp 30,000. In 1 996 the

membership fee was raised to 200

pesos (Rp 40,000). This was be-

cause currency value and the cost of

basic necessities had gone up, so

membership dues were also raised.

The discussion of the MIEDECO

marked the conclusion of the learning

activities in the Phil ippines.

[Nana Suhartana, VECO Indonesia

Field Coordinator in Java, Philippines

StudyTourParticipant. ]

vao. Karena jauhnya lokasi, maka petani

anggota, AL Montajes, datang ke Davao

untuk memberikan gambaran kegiatan

koperasi.

Koperasi MIEDECO berdiri pada

tahun 1 986 dengan anggota 48 petani.

Modal awal dari anggota sebesar 1 .480

peso, sekitar Rp 296.000. Dari kegiatan

selama satu tahun, kemudian mendapat

bantuan hibah sebesar 1 5.000 peso,

sekitar Rp 3 juta, untuk melakukan kegi-

atan bersama anggota. Pada tahun

1 988, koperasi ini mendapat pinjaman

dana sebesar 200.000 peso, sekitar Rp

40 juta, untuk membeli rumah, kenda-

raan, dan melakukan beberapa kali sem-

inar membangun koperasi.

Dari koperasi ini , anggota diwajibkan

membayar keanggotaan sebesar 1 50

peso, Rp 30.000. Pada tahun 1 996 biaya

keanggotaan dinaikkan menjadi 200

peso (Rp 40.000). Hal ini karena ni lai

mata uang dan harga kebutuhan me-

ningkat, sehingga iuran anggota juga

ikut dinaikkan.

Diskusi tentang koperasi MIEDECO

ini menjadi penutup dari seluruh kegi-

atan belajar selama di Fi l ipina.

[Nana Suhartana, Koordinator Lapan-

gan VECO Indonesia di Jawa, Peserta

Kunjungan Belajar ke Filipina. ]

If such savings andloans cooperatives

could be expanded, itwould help farmers togain access to greateramounts of capital.

Reportase

Page 9: LONTAR Oktober 2011

9LONTAR - #3 - 2011

FEDCO berdiri pada 5 Jul i 1 999. Dia

koperasi sekunder dengan sekitar 20

anggota koperasi dan 3.600 petani per-

orangan yang mengelola hampir 5.000

hektar tanah dengan komoditi tunggal

pisang. Mereka mengekspor pisang ca-

vendish hingga Jepang, Cina, Korea dan

Timur Tengah.

Kehadiran FEDCO secara perlahan

memperbaiki nasib petani pisang. Petani

anggota mampu mengembangkan pi-

sangnya secara lebih baik. Petani juga

lebih bebas melakukan negosiasi harga

dengan pembeli melalui FEDCO se-

hingga perusahaan besar pun tidak lagi

mendikte proses produksi yang di laku-

kan oleh petani pisang. Hal ini

merupakan keberhasi lan besar bagi

petani.

Sukses terbesar pada 201 0 adalah

ketika FEDCO mampu meningkatkan

harga penjualan hingga 1 0 kali lebih

tinggi dari harga penjualan sebelumnya.

Di bawah kepemimpinan Ireneo, FEDCO

melakukan misi perdagangan interna-

sional dan membuat kontrak secara

langsung dengan para pembeli buah

tingkat global seperti di Jepang, Cina,

Korea, dan Timur Tengah. Harga pisang

KKeeppeerrccaayyaaaann,, KKuunnccii KKeebbeerrhhaassiillaannKKooppeerraassii PPeettaannii PPiissaanngg

di Jepang saat ini bahkan bisa mencapai

US$ 5-6 per kotak. Sedangkan di Timur

Tengah bisa mencapai US$ 7 tiap kotak.

Sebelum itu, petani hanya bisa men-

jangkau pasar lokal.

Prinsip

Kesuksesan FEDCO sebagaimana

tergambar di atas bukanlah tanpa sebab.

Banyak prinsip dan strategi yang dipe-

gang teguh FEDCO. Prinsip ini lah pe-

nentu keberhasi lan FEDCO saat ini

hingga menembus pasar internasional.

Pertama, menjaga kepercayaan mit-

ra dagang (pembeli) . Kesuksesan FED-

CO karena mereka mampu menjaga

kepercayaan pembelinya dari Cina, Je-

pang,dan Timur Tengah. Komitmen dan

keseriusan FEDCO dalam meladeni ke-

butuhan konsumen baik volume maupun

mutu membuat para pembeli tidak sul it

mengeluarkan uang muka untuk pem-

belian pisang dari FEDCO. Segala hal,

terutama volume dan mutu barang, har-

ga, serta penanggung risiko bi la tidak

memenuhi standar mutu yang diminta,

dituangkan dalam kontrak kerja sama.

Kedua belah pihak, FEFCO dan pembeli

mematuhinya secara maksimal.

Kedua, manajemen, kepemimpinan

dan demokrasi internal. Hal prinsipi l di

FEDCO, setiap jabatan di isi orang yang

tepat dan berpengalaman di bidangnya.

FEDCO saat ini memil iki 7 pengurus di

mana 4 orang memil iki masa kerja 2

tahun sedangkan 3 orang selama 1

tahun yang berpengalaman dalam mem-

bangun koperasi bisnis. FEDCO juga

mengatur seorang manajer tidak boleh

menjalankan bisnis yang sama karena

bisa menjadi pesaing dari koperasi yang

dipimpinnya.

Ketiga, manajemen sumber daya

manusia. Bagi FEDCO, pendidikan ada-

lah unsur penting dalam pengembangan

koperasi agar berhasi l . I tu sebabnya

FEDCO memfasi l i tasi berbagai pelatihan

anggota. Dana ini dibayar oleh petani

anggota tapi dalam jumlah keci l melalui

mekanisme dana untuk pelatihan ang-

gota. FEDCO juga memfasi l i tasi kun-

jungan petani anggota untuk bertemu

pembeli di Jepang dan Cina. Wawasan

petani pun terbuka dan tahu kondisi atau

kebutuhan pasar. Proses perekrutan staf

FEDCO benar-benar mengikuti standar

umum seperti di perusahan multinasio-

nal.

Banyak pelajaran dari kunjungan ke organisasi dan koperasi petani di Davao, Filipina Agustus lalu. Salah satu

pelajaran bisa diambil dari Koperasi Petani Pisang Mindanao atau Federation ofARB/Banana Based Cooperative

ofMindanao (FEDCO), koperasi skunder petani pisang di Davao City serta Provinsi Davao Del Norte, Davao Del

Sur dan Compostela Valley, Filipina.

Page 10: LONTAR Oktober 2011

10 LONTAR - #3 - 2011

Keempat, manajemen keuangan. Se-

bagaimana umumnya koperasi, FEDCO

juga tumbuh dari kemampuan sendiri .

Dari aspek permodalan di lakukan peng-

galangan dana anggota melalui meka-

nisme CTF yaitu biaya untuk pendidikan

anggota dan iuran serta saham (Capital

Build Up/CBU). Iuran terakhir akan

dipakai untuk biaya operasional internal

organisasi dan modal usaha. Untuk bis-

FEDCO was founded on 5 July

1 999. I t is a secondary cooperative

comprising around 20 member co-

operatives and 3,600 individual far-

mers, who cultivate nearly 5,000

hectares of land with bananas as

their sole commodity. They export

Cavendish bananas to Japan, China,

Korea and the Middle East.

The presence of FEDCO has

gradually improved the fates of the

banana farmers. I t has enabled mem-

ber to develop their banana

Trust – A Banana FarmerCooperative's Key to Success

Many lessons emerged from our visits to farmer organisations and

cooperatives in Davao, the Philippines, this past August. One ofthese

lessons was drawn from the Mindanao Banana Farmer Cooperative or

Federation ofARB/Banana Based Cooperatives ofMindanao (FEDCO),

a secondary banana farmer cooperative covering Davao City and the

provinces ofDavao Del Norte and Davao Del Sur and the Compostela

Valley in the Philippines.

production better. They have also gained

more freedom to negotiate prices with

buyers through FEDCO, so that big com-

panies no longer dictate their production

processes. This constitutes a huge suc-

cess for the farmers.

The greatest success came in 201 0

when FEDCO managed to increase their

sale price ten times higher than it was

before. Under the leadership of Mr.

Ireneo, FEDCO undertook international

trade missions and made direct con-

tracts with global fruit buyers for places

such as Japan, China, Korea and the

Middle East. The current price for

bananas in Japan may be as high as

US$ 5-6 per box. Whereas in the

Middle East it may rise to US$ 7 per

box. Previously, the farmers could

only reach local markets.

Principles

FEDCO's success, as described

above, is not without cause. FEDCO

holds firm to a number of principles

and strategies. These principles are

the determinants of FEDCO's

present success in penetrating the

international market.

First, is maintaining credibi l i ty

with trading partners (buyers).

FEDCO has succeeded because it

has managed to maintain credibi l i ty

with its buyers from China, Japan,

and the Middle East. FEDCO's com-

mitment and seriousness in serving

consumer needs, both in terms of

volume as well as quality, have

made it easy for buyers to issue ad-

vances on banana purchases from

10 LONTAR - #2 - 2011

nis pisang, modal diperoleh dari pembeli .

Biasanya pembeli memberi panjar ke-

pada FEDCO. Dengan uang ini FEDCO

bisa membeli dan bayar tunai ke petani

saat proses pengumpulan pisang.

Kelima, pengembangan pelayanan

kepada anggota. Sejauh ini , belum

ditemukan satu hambatan mendasar

yang mengancam masa depan FEDCO.

Satu-satunya tantangan yang dihadapi

FEDCO adalah bagaiamana menjaga

agar kesukesesan bisnis ini tetap terjaga

dan pelayanan FEDCO ke anggota se-

makin luas. Oleh karena itu, saat ini

FEDCO secara perlahan memperluas

layanannya bagi anggota dan aktif

dalam program pengembangan pisang.

Saat ini , FEDCO terl ibat dalam pro-

gram penguatan kerja sama petani pi-

sang dan pedagang di Mindanao.

Reportase

Page 11: LONTAR Oktober 2011

11LONTAR - #3 - 2011

FEDCO. Everything – especial ly re-

garding the volume and quality of

goods, prices, as well as guarantors

of risk in case the required quality

standards are not fulfi l led – is spe-

cified in cooperative contracts. Both

parties, FEFCO and buyer adhere to

them to the maximum.

Second, is internal management,

leadership and democracy. As a

matter of principle, every position at

FEDCO is fi l led by appropriate

people who are experienced in their

fields. FEDCO currently has a man-

agement board of seven people who

have experience in developing busi-

ness cooperatives – four of them

have tenure for two years, and three

of them, for one year. FEDCO also

has a regulation that a manager may

not conduct a similar business, since

it could become a competitor of the

cooperative that he or she heads.

Third, is human resource mana-

gement. For FEDCO, education is a

crucial element in developing the co-

operative to succeed. To this end,

FEDCO faci l i tates various trainings for

members. The training fees are paid by

the member farmers, but in small

amounts through the mechanism of a

fund for member training. FEDCO also

faci l i tates member farmer visits to meet

buyers in Japan and China. This

broadens farmers' insights and know-

ledge of market conditions and needs.

FEDCO staff recruiting processes also

adhere strictly to common standards l ike

those found in multinational companies.

Fourth, is finance management. As is

common among cooperatives, FEDCO

has developed based on its own capaci-

ties. In terms of capital isation, funds are

raised from the membership through the

mechanisms of the Capital Training

Fund (CTF), that is, member education

fees, as well as dues and shares, or

Capital Bui ld Up (CBU). The remaining

contributions are used to cover internal

operating costs of the organisation and

as business capital. In the banana busi-

ness, capital is obtained from the buyers.

The buyer usually gives a down payment

to FEDCO. Using this money FEDCO

can buy and pay cash to farmers

during the process of col lecting the

bananas.

Fifth, is the development of ser-

vices to members. So far, no basic

obstacles have been encountered

that threaten FEDCO's future. The

only challenge FEDCO faces is how

to ensure that its business success

continues to be maintained, and in-

creasingly broaden its services to

members. Therefore, right now

FEDCO is slowly expanding the area

and services for members and is an

active player in banana development

programs.

Currently, FEDCO is involved in a

program to strengthen cooperation

between banana farmers and mer-

chants in Mindanao. They They are

implementing more environmental ly-

friendly agriculture, producing high-

quality bananas for fair prices, as

well as carrying out social responsib-

i l i ties and developing human re-

sources. All in the spirit of real ising

fair competition for al l actors in the

banana trade.

FEDCO also faci l i tates member-

level development of commodities

other than bananas, such as cocoa

and oi l palm. This is an enterprise di-

versification strategy that FEDCO

employs to avoid risks in the event of

big problems with bananas, such as

disease, low prices, and so on.

FEDCO collaborates with a variety

of partners and their networks, inclu-

ding the government and NGOs. One

of these collaborations, which came

through cocoa development, is with

ACDI VOCA. But the basic principle

sti l l holds, that it must continue to be

an independent cooperative to deve-

lop its business for sustainabil ity.

[Henderikus AM Gego, VECO In-

donesia NTT Field Coordinator 1,

Davao, Philippines Study Tour Parti-

cipant. ]

Mereka menerapkan pertanian lebih

ramah lingkungan, memproduksi pisang

berkualitas tinggi dengan harga adi l ,

serta melakukan tanggung jawab sosial

dan pengembangan sumber daya

manusia. Semangatnya mewujudkan

kompetisi yang adi l bagi semua aktor

perdangangan pisang.

FEDCO juga memfasi l i tasi pengem-

bangan komoditi selain pisang di tingkat

anggota, yaitu kakao dan kelapa sawit.

Hal ini adalah salah satu strategi diversi-

fikasi usaha FEDCO untuk menghindari

risiko kalau ada masalah besar dengan

pisang, speerti penyakit, harga rendah,

dan seterusnya.

FEDCO bekerja sama dengan berba-

gai mitra dan jaringannya antara lain pe-

merintah maupun LSM. Salah satunya

melalui pengembangan kakao bekerja-

sama dengan ACDI VOCA. Namun

prinsip dasarnya tetap dipegang yaitu

tetap menjadi koperasi mandiri untuk

mengembangkan bisnisnya demi keber-

lanjutan.

[Henderikus AM Gego, Koordinator

Lapangan VECO Indonesia NTT 1,

Peserta Kunjungan Belajar ke Davao,

Filipina. ]

Reportase

Page 12: LONTAR Oktober 2011

12 LONTAR - #3 - 2011

kemampuannya memadukan gereja, a-

dat dan pemerintah. Pendekatan awal

di lakukan melalui lembaga adat, gereja

dan pemerintah. Petani wilayah ini

memandang adat dan agama sesuatu

yang “sakral”. Aturan adat dan gereja

bisa mengalahkan aturan dari mana pun.

Orang lebih takut adat dan gereja dari-

pada aturan pemerintahan.

Terbantu

Dengan kekuatan tersebut, petani

yang bergabung pun terus bertambah.

Saat ini anggota asosiasi mencapai 1 8

desa atau lopotani (gabungan kelompok

tani) dengan jumlah anggota 2.595 o-

rang. Mereka tergabung dalam 1 47

kelompok tani. Wilayah kerja asosiasi

pun bertambah mencakup empat keca-

matan, yaitu Miomaffo Timur, Bikomi

Utara, Bikomi Tengah, dan Naibenu.

Setelah bergabung pemasaran ber-

sama, petani mengaku mendapat man-

faat. Beatrix Taus dari Desa Fatusene

mengaku terbantu karena dulu dia men-

jual kacang tanah seharga Rp 4.000 –

Rp 5.000 per ki logram namun sekarang

Rp 8.500 per ki logram. Pendapatannya

pun bertambah. “Dengan jual kacang ta-

nah, saya beli sapi tiga ekor dan sele-

bihnya untuk biaya anak sekolah dan

perbaiki rumah,” ujar Beatrix.

PADA 30 November 2006 di Desa

Fatusene, petani bersama pemerintah

desa, tokoh adat dan masyarakat, serta

Badan Perwakilan Desa (BPD) memben-

tuk Asosiasi Bituna. Nama asosiasi di-

ambil dari nama wilayah di Bikomi,

Tunbaba dan Naibenu (Bituna). Jumlah

anggota pada saat itu 1 1 desa di Keca-

matan Miomaffo Timur, Kabupaten

Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Teng-

gara Timur (NTT).

Bermodalkan Rp 1 1 .000.000 dari

anggota, asosiasi mulai mengorganisir

pemasaran komoditi di setiap desa.

Pada awalnya petani hanya menjual

produk kemiri . Namun, asosiasi kemudi-

an menjual komoditi lain, yaitu asam,

kacang tanah dan sapi. Jumlah anggota

juga bertambah terus.

Program utama Asosiasi Bituna ada-

lah pemasaran bersama. Kader pema-

saran menjadi ujung tombak program ini.

Baik pengurus maupun kader pemasar-

an belajar agar mengetahui seluk-beluk

bisnis. Keduanya dengan sadar mere-

lakan waktu, tenaga meskipun tidak per-

nah diberi insentif. Berdasarkan

ni lai-ni lai ini lah, pengurus dengan suka

rela membesarkan asosiasi. Pengurus

asosiasi juga selalu memperrtangung-

jawabkan keuangan dalam setiap

kesempatan. “Uang ini mil ik banyak o-

rang. Saya takut kalau ada tekor se-

hingga saya lapor setiap saat,” ujar

Yoventa Salu, Bendahara Asosiasi.

Kekuatan Asosiasi Bituna adalah

Dengan kapasitas terbatas, asosiasi

terus berupaya meningkatkan volume

komoditi . Sampai tahun 201 0, asosiasi

telah menjual 433.1 75 ton asam, kemiri

dan kacang tanah. Mereka juga telah

menjual 1 .002 ekor sapi. Total

pendapatan pada tahun 201 0 sebesar

Rp 1 .336.555.050 dengan total fee se-

besar Rp 39.782.750. Fee dari pengusa-

ha tersebut di luar ni lai transaksi antara

petani dan pengusaha sehingga tidak

ada potongan dari anggota asosiasi.

Keberhasi lan tersebut merupakan

buah jerih payah dan kerja sama mereka

meskipun dengan sumber daya terbatas.

Asosiasi Bituna menunjukan, pemasaran

bersama mampu mengangkat posisi

tawar petani di depan pengusaha. Petani

mendapat harga lebih tinggi dibanding

harga umum. Timbangan yang digu-

nakan juga mil ik asosiasi sehingga lebih

menguntungkan petani. “Kalau dulu, pe-

ngusaha datang bawa timbangan sendiri

sehingga kita sul it dikontrol petani, ” ung-

kap Servas Koa, petani di Desa Benus.

Pengusaha pun mengaku senang

dengan kerja sama dengan Asosiasi Bi-

tuna. “Saya senang bekerja sama

dengan asosiasi karena produknya ba-

nyak. Saya juga tidak repot lagi

menyortir di gudang. Karena biaya se-

makin keci l , maka saya tidak rugi kalau

memberikan harga tinggi bagi anggota

asosiasi, ” kata Haji Nasir, pemil ik UD.

Mulia Jaya di Kefamenanu.

Asosiasi tidak hanya memberikan ke-

untungan untuk petani tetapi juga pengu-

saha sehingga dulu pengusaha sebagai

lawan sekarang telah menjadi kawan.

[Agustinus Bria, staf Yayasan Mitra

Tani Mandiri TTU, Pendamping Asosiasi

Bituna]

MMeennjjaaddii TTuuaann AAttaass KKoommooddiittii SSeennddiirriiAAssoossiiaassii BBiittuunnaa

Dengan sumber daya terbatas,

petani Bituna memperoleh

pendapatan lebih dari Rp 1

milyar per tahun.

Foto-foto: Agustinus Bria

Kelompok Tani

Page 13: LONTAR Oktober 2011

13LONTAR - #3 - 2011

VECO Indonesia bersama PT Mars Symbioscience dan

Rainforest All iance mengadakan pelatihan Sistem Penjaminan

Internal atau Internal Control System (ICS) untuk petani mitra

VECO Indonesia di kantor lapangan Nusa Tenggara Timur

(NTT) 2. Pelatihan diadakan di Dusun Wolorona, Desa Hokeng

Jaya, Kecamatan Wulang Gitan, Kabupaten Flores Timur.

Kegiatan di ikuti 40 peserta dari kelompok produsen kakao ang-

gota Jaringan Petani Wulan Gitan (Jantan), Asosiasi Petani

Kakai Nangapenda (Sikap), Asosiasi Petani Bituna, serta LSM

mitra di wilayah NTT 2.

Selama tiga hari pelatihan, peserta belajar menyusun struk-

tur ICS di lembaga masing-masing sesuai kebutuhannya.

Peserta juga belajar tentang kebijakan PT. Mars Symbio-

science dalam pemasaran kakao. Dengan demikian mereka

akan memperoleh informasi tentang kebijakan pembelian

kakao oleh perusahaan tersebut. Materi lain adalah tentang

standar kualitas kakao serta peran ICS dalam penjaminan

mutu. Pada hari terakhir, peserta mempraktikkan teori tersebut

ke lapangan untuk kemudian didiskusikan bersama. �

Pada 23-24 Agus-

tus VECO memfasi l i t-

asi pembuatan renca-

na usaha (business

plan) bagi petani ang-

gota Asosiasi Petani

Bituna di Kabupaten

Timor Tengah Utara

(TTU), Nusa Teng-

gara Timur (NTT).

Selama pelatihan,

peserta belajar tentang kerangka rencana usaha yang akan di-

jalankan asosiasi petani dengan komoditi utama kacang tanah,

asam, dan sapi ini . Peni Agustiyanto, Koordinator Lapangan

VECO Indonesia memfasi l i tasi pelatihan.

Selama pelatihan, peserta merumuskan strategi dan

tindakan untuk mendukung rencana usaha tersebut. Dari sisi

pendanaan, setiap gabungan kelompok tani (lopotani) siap

menyetor modal awal Rp 1 juta selain juga mengintensifkan

honor pemasaran dan iuran anggota. Untuk penguatan kelom-

pok tani, para anggota akan melakukan pertemuan asosiasi per

tiga bulan maupun pertemuan kelompok tiap bulan. �

Pelatihan ICS untuk TingkatkanKualitas Kakao

Petani Timor Belajar Rencana Usaha

13LONTAR - #3 - 2011

Pada 7 Agustus

201 1 lalu tim Healthy

Food Healthy Living

(HFHL) VECO Indone-

sia di Solo Raya meng-

adakan kegiatan Heal-

thy Food Clinic di

Carrefour Solo. Kegi-

atan ini pertama kali

diadakan dan ke depan akan di lakukan setiap bulan. Selama

kegiatan ini , ada 24 pengunjung, terdiri dari 21 perempuan dan

3 laki laki, yang berkonsultasi. Ada dokter, ibu rumah tangga,

dan kalangan masyarakat lainnya.

Sebagian besar pengunjung tersebut mengaku ingin mem-

peroleh informasi tentang pangan organik. Mengapa dia bisa

jadi alternatif pangan sehat, apa jaminannya kalau bahan pa-

ngan tersebut organik, bagaimana mengolahnya, dan

seterusnya. Kegiatan sehari i tu membuktikan bahwa peluang

pasar pangan sehat di Boyolal i maupun Solo masih terbuka le-

bar. Buktinya, beras sehat yang di jual pun dengan segera

habis dibel i pengunjung. �

Mengenalkan Pangan Sehat keSupermarket

VECO Indonesia menerima rombongan Direktorat Jenderal

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Dirjen PMD) Departe-

men Dalam Negeri pada pertengahan September lalu. Kun-

jungan tersebut di ikuti sekitar 30 peserta dari berbagai provinsi,

seperti Aceh, Banten, Jawa Barat, Yogyakarta, dan Sulawesi

Selatan. Mereka mengunjungi lokasi program lembaga donor

VECO Indonesia di Bali yaitu Healthy Food Healthy Living (HF-

HL) di Blahbatuh, Gianyar dan penyadaran konsumen di Den-

pasar.

Di Blahbatuh, sekitar 30 orang tersebut melihat program

sistem pertanian terintegrasi yang lebih dikenal dengan nama

Simantri . Di lokasi Simantri 31 ini , VECO Indonesia mengelola

program HFHL yang bekerja sama dengan petani. Peserta kun-

jungan juga berdiskusi dengan petani. Di Denpasar, Dirjen

PMD mengunjungi kios organik mil ik Konsorsium Penyadaran

Konsumen Bali dan berdiskusi tentang program penyadaran

konsumen. �

Dirjen PMD Kunjungi Program VECOIndonesia

Kabar Veco

Foto-foto: VECO Indonesia

Page 14: LONTAR Oktober 2011

14 LONTAR - #3 - 2011

Kuliner Indonesia PerluDipromosikan ke Dunia

BersamaMitra MendiskusikanRantai Komoditi Kopi

Untuk mengampanyekan pangan sehat pada masyarakat lebih lu-

as, Konsorsium Solo Raya (KSR) menyelenggarakan jalan sehat

bekerjasama dengan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Keci l , dan

Menengah (UMKM) Kabupaten Boyolal i pada 1 5 Jul i 201 1 lalu. Kegi-

atan bertema Jalan Sehat Pangan Sehat ini dalam rangka Hari Ko-

perasi ke-64 tingkat Kabupaten Boyolal i , Jawa Tengah. Sekitar 2.500

peserta dari instansi pemerintah, unit koperasi, organisasi massa,

kelompok konsumen, dan lain-lain mengikuti kegiatan ini .

Selain jalan sehat, pada kegiatan ini ada pameran berbagai

produk sehat oleh 1 0 orang petani produsen. Produk tersebut antara

lain beras, sayur mayur, dan makanan olahan. Penyebaran informasi

seputar pangan sehat juga di lakukan melalui brosur, buletin, poster

dan buku saku, dan lain-lain. Kegiatan juga dimeriahkan oleh hiburan

kesenian lokal berupa reog dan ditutup dengan pembagian hadiah

untuk peserta. �

14 LONTAR - #3 - 2011

Mitra VECO Indonesia di Nusa Tenggara Timur

(NTT) 1 mengikuti pertemuan tahunan mitra di komoditi

kopi. Pertemuan diadakan di kantor lapangan VECO In-

donesia NTT 1 di Ruteng, Kabupaten Manggarai, NTT

pada 4 Jul i 201 1 lalu. Dalam pertemuan sehari tersebut,

hadir 33 peserta dari organisasi petani maupun lembaga

swadaya masyarakat (LSM) mitra, seperti Lembaga Ad-

vokasi dan Pengembangan Masyarakat (Lapmas), Del-

sos, Perhimpunan Petani Watuata (Permata), Komunitas

Cinta Indonesia (KCI), dan lain-lain.

Agenda utama pertemuan tahunan tersebut adalah

refleksi konteks dan hasi l-hasi l kerjasama program serta

refleksi internal organisasi petani dan agenda pengu-

atannya ke depan. Peserta, misalnya, sepakat bahwa or-

ganisasi petani mitra VECO Indonesia bisa mengubah

pola pikir petani dalam budi daya kopi. Melalui pen-

dampingan oleh VECO Indonesia dan mitra, petani juga

semakin banyak yang bergabung dalam keanggotaan

koperasi kredit. Hal positi f lainnya adalah meningkatnya

budaya kerjasama dan gotong royong melalui pemasa-

ran bersama kopi oleh petani. �

Konsorsium Penyadaran Konsumen Bali bersama

Forum Fair Trade Indonesia mengadakan fair trade

lunch pada 1 1 Agustus 201 1 lalu. Pembicara dalam

diskusi setengah hari tersebut adalah Janet De Neef,

pemil ik tiga restoran di Ubud, Bali yang juga penulis

buku tentang masakan Bali . Sekitar 30 peserta dari ibu

PKK, aktivis LSM, serta pegawai negeri hadir dalam

diskusi di kantor FFTI di Sanur, Denpasar tersebut.

Tema fair trade lunch kali ini adalah tentang ba-

gaimana mengangkat makanan Indonesia dan Bali

khususnya agar bisa lebih dikenal di pasar internasio-

nal. Menurut Janet, masakan Bali maupun Indonesia

punya potensi besar selain karena unik juga karena

memil iki ni lai budaya dan kesehatan tersendiri .

Namun, promosi masakan Bali ini perlu di lakukan pe-

merintah dan seluruh masyarakat. “Kalau kul iner In-

donesia maju, maka faktor lain, seperti pariwisata dan

pertanian juga akan terdorong maju,” kata Janet. �

Jalan Sehat Kampanye Pangan Sehat

Foto: VECO Indonesia

Foto: Konsorsium Penyadaran Konsumen Bali

Foto: Konsorsium Solo Raya

Kabar Mitra

Page 15: LONTAR Oktober 2011

15LONTAR - #3 - 2011

Perhimpunan Indonesia Berseru (PIB), mitra VECO

Indonesia untuk program pangan sehat, melaksanakan

diskusi konsumen kerja sama Respect Magazine

dengan Tupperware Home pada awal Agustus lalu di

Jakarta. Dalam diskusi ini , pembaca diajak mengingat

kembali bahwa apa yang kita makan tidak hanya me-

nentukan kesehatan tubuh kita tetapi juga mendefinisi-

kan sikap apa yang kita ambil dalam membantu sesama

rakyat Indonesia. ‘You Are What You Eat’!

Peserta diskusi mendengarkan penjelasan Dr. Ama-

rul lah, pakar homeopathyc, naturophatic antiaging

medicine, mengenai manfaat pangan organik pada

kesehatan manusia. Pembicara mengingatkan kembali

kebiasaan-kebiasaan dalam mengolah dan mengon-

sumsi makanan dan apa akibatnya pada sel-sel tubuh

kita. Penjelasan manfaat pangan organik dari sisi medis

ini kemudian di lengkapi dengan penjelasan manfaat

pangan lokal dan organik bagi produsen pangan itu

sendiri , yaitu petani skala keci l . Diskusi ditutup dengan

acara berbuka bersama dengan menu beras organik. �

Kader pangan sehat bertemu dalam Forum Kader Pangan Sehat

yang diadakan Konsorsium Solo Raya (KSR) pada 1 5 Agustus 201 1

di Balai Kelurahan Kadipiro, Banjarsari , Solo. Sekitar 20 kader pa-

ngan sehat di Solo dan Boyolal i hadir dalam forum tersebut. Mereka

bertukar informasi dan pegalaman dalam kegiatan pangan sehat di

wi layah masing-masing. Misalnya, pengalaman mengampanyekan

pangan sehat melalui kelompok serta bagaimana mengelola stokis

pangan sehat sekaligus memberikan pelayanan produk dan in-

formasi.

Forum kader ini juga di isi materi dan praktik dari I r. Daryanti , MP,

Dosen Universitas Tunas Pembangunan Surakarta tentang kandung-

an zat berbahaya dalam makanan, cara mendeteksi dan cara mengu-

rangi kandungan dalam makanan tersebut. Beberapa produk yang

diuj i coba adalah mie basah, ikan segar, tahu, ikan kering, dan lain-

lain. Nantinya, peserta diharapkan meneruskan informasi ini pada

kelompok pangan sehat di wi layahnya masing-masing. �

Tiga organisasi petani tingkat nasional, yaitu Ali-

ansi Petani Indonesia (API) , Serikat Petani Indonesia

(SPI) dan Wahana Masyarakat Tani dan Nelayan In-

donesia (Wamti) mengadakan pertemuan konsultasi

nasional petani Indonesia. API merupakan mitra VECO

Indonesia yang fokus pada advokasi, terutama di

tingkat nasional. Pertemuan pada 1 0-1 1 Agustus ini

bekerja sama dengan IFAD-FAO dalam program Medi-

um Term Cooperation (MTCP) Wilayah Asia Pasifik.

Dalam pertemuan tersebut, hadir Menteri Pertanian

Suswono, Ketua Komisi IV DPR RI yang membidangi

pertanian, wakil dari Kementrian Perekonomian, wakil

dari BULOG, wakil dari FAO dan IFAD Indonesia, serta

perwakilan petani dari berbagai organisasi petani In-

donesia. API, SPI , dan Wamti menyampaikan tiga hal

penting tentang tantangan petani Indonesia saat ini ,

yaitu produksi, distribusi serta kebijakan pertanian. �

15LONTAR - #3 - 2011

‘You AreWhat You Eat’!

Berbagi Informasi Seputar PanganSehat

Organisasi Petani AdakanKonsultasi Nasional PetaniIndonesia

Foto: Konsorsium Solo Raya

Foto: Perhimpunan Indonesia Berseru

Foto: Aliansi Petani Indonesia

Kabar Mitra

Page 16: LONTAR Oktober 2011

16 LONTAR - #3 - 2011

gian besar petani mengalami kecanduan opium dan kelaparan.

Sembilan tahun kemudian, mereka berubah menjadi petani ter-

organisir dan bahkan memil iki perusahaan pengolahan dan pe-

masaran. Pendapatan mereka meningkat. Kelaparan tinggal

masa lalu.

Pada tahun 201 0, Vredesei landen menghentikan dukungan

pada kelompok tani tersebut dan mengalihkan dukungan untuk

mendukung perempuan setempat.

Ekspedisi Benin

Delapan tahun lalu, Vredesei landen mulai fokus pada budi

daya beras di Benin, Afrika Barat. Beberapa tahun setelahnya,

5.000 petani berhasi l meningkatkan kualitas padi mereka. Pada

tahun 201 0, untuk pertama kalinya, organisasi petani setempat

mengekspor beras melalui praktik perdagangan berkeadi lan

(fair trade).

Beras Benin dengan mudah ditemukan di Belgia, seperti

Colruyt, Okay dan Spar. Untuk mengeksplorasi peluang dan

VREDESEILANDEN , induk VECO Indonesia di Belgia,

mengeluarkan Laporan Tahunan 201 0 pada Jul i 201 1 lalu.

Dalam laporan sepanjang 92 halaman tersebut, Vredesei lan-

den menyampaikan pencapaian dan dampak program di selu-

ruh VECO regional, antara lain Ekuador, Peru, Togo, Benin,

Uganda, Indonesia, dan Vietnam sepanjang tahun 201 0.

Berikut adalah beberapa hal penting dalam Laporan Tahu-

nan Vredesei landen 201 0 tersebut.

Selesainya Program di Laos

Organisasi pembangunan sering dikritik. Mereka bisa mem-

bantu orang lain namun di satu sisi justru mereka sendiri ter-

gantung pada pihak lain. Ketergantungan ini merupakan risiko.

Karena itu, Vredesei landen berusaha menghubungkan bantuan

ekonomi untuk tujuan yang jelas sekaligus sebagai skenario

jalan keluar.

Ketika Vredesei landen memulai dukungan pada keluarga

petani di 53 desa pegunungan di Laos pada tahun 2002, seba-

Laporan Pencapaian GlobalVredeseilanden

Foto: VredeseilandenFoto: Vredeseilanden

Foto: Vredeseilanden

Page 17: LONTAR Oktober 2011

17LONTAR - #3 - 2011

Kabar Internasional

tantangan proyek untuk keluarga petani, delegasi pemimpin

bisnis terkemuka Belgia berkunjung ke Benin. Cerita ini bisa

dengan mudah ditemukan di media massa. Bersama Colruyt

Group, Vredesei landen juga mengorganisir kegiatan khusus.

Kegagalan Paling Brilian

Tidak ada kesuksesan dan kemajuan tanpa kegagalan. De-

mikian prinsip Institut Kegagalan Bri l ian Belanda (Dutch Insti-

tute for Bri l l iant Fai lures). Lembaga ini mencoba membuka sisi

lain dari kegagalan, hal yang jarang dibuka oleh lembaga pem-

bangunan. Untuk mendorong keterbukaan sekaligus menghar-

gai kemauan untuk membaginya, lembaga ini mengadakan

penghargaan Kegagalan Paling Brilian dalam Kerjasama Pem-

bangunan, September 201 0 lalu. Vredesei landen dengan

bangga menerima hadiah pertama dalam penghargaan terse-

but. Kami mengirimkan cerita kegagalan koperasi petani di

Kongo.

Kongo, Setelah 50 Tahun Kemerdekaan

Tak seorang pun di Belgia yang ketinggalan besarnya jum-

lah artikel, buku, atau pameran tentang Kongo. Vredesei landen

ingin sekali mengubur pembicaraan nostalgia tentang masa

lalu Kongo, dan sebaliknya mendiskusikan masa depan negara

ini . Fotografer Jimmy Kets berkunjung ke North Kivu untuk

memotret pekerjaan mitra kami. Selanjutnya, Vredesei landen

juga merintis kerja bersama antara lembaga swadaya

masyarakat Belgia dan organisasi petani Kongo, AgriCongo.

Jaringan baru ini berhasi l mendorong lahirnya aturan pertanian

baru dengan mempertimbangkan pertanian keluarga (family

agriculture) sebagai batu loncatan dalam pembangunan per-

tanian Kongo.

Lebih Fokus pada Keberlanjutan Pangan

Di Belgia, kampanye FairTradeTown terus di lakukan. Se-

panjang tahun 201 0, ratusan plakat FairTradeTown diberikan.

Ada satu fokus penting dari enam kriteria, mempromosikan

pangan lokal berkelanjutan. Di Selatan, kami juga meluncurkan

program kampanye menarik tentang pangan sehat, bekerja

sama dengan Zuiddag Foundation, kami melaksanakan pilot

project healthy food healthy living. Seluruhnya dirancang dan

dikerjakan oleh anak-anak muda.

Foto: Vredeseilanden Foto: Vredeseilanden

JimmyKetsJimmyKets

Page 18: LONTAR Oktober 2011

18 LONTAR - #3 - 2011

Apa hubungan antara isu HIV & AIDS

dengan pangan sehat?

Hubungan keduanya sangat erat.

Kualitas manusia salah satunya diten-

tukan oleh kebiasaan makan dan peri-

laku sehat. Segala sesuatu berawal

dari makanan. You are what you eat.

Jadi makanan yang masuk ke tubuh

akan memengaruhi kesehatan. Kita

yang sehat maupun yang sakit, terma-

suk yang terinfeksi HIV & AIDS, tetap

butuh makanan. Menjadi manusia se-

hat memerlukan asupan gizi sehat dan

berimbang apalagi j ika dalam keadaan

sakit. Nutrisi gizi ini didapat dari

makanan yang diproduksi secara sehat

tanpa input bahan kimia disertai cara

pengolahan dan mengonsumsi yang

benar.

Apa pentingnya program HFHL bagi

petani dan anak-anak muda?

HFHL adalah program kampanye

membangun kesadaran konsumen

pangan sehat agar hidup sehat. Pro-

gram ini dimotori kaum muda tapi

ditujukan kepada seluruh lapisan

pangsa pasar. HFHL dirancang,

dikemas dan di lakukan dengan ciri

khas kaum muda. Fresh and trendy,

fun and stay healthy. Program ini

berkaitan erat antara produsen, dalam

hal ini petani, dan konsumen, kaum

muda dan lainnya. Jika semakin ba-

nyak kaum muda mengonsumsi pa-

ngan sehat, maka akan semakin

meningkat pula permintaan terhadap

beras sehat petani kita. Jika didukung

mekanisme rantai pemasaran yang fair,

maka petani akan semakin diun-

tungkan.

Kesan selama mengoordinir program

HFHL dan ke Belgia akhir tahun lalu?

Sangat menarik, berbobot dan

mengesankan. HFHL kerjasama antara

VECO Indonesia dan ZuidDag atau

The South Day Foundation di Belgia.

Selama di Belgia akhir tahun lalu, 1 2

Youth Ambassadors dari Solo dan Bali

presentasi di hampir 1 00 sekolah se-

tingkat SMP & SMA di sana. Menyaksi-

kan kaum muda Indonesia mengajak

kaum muda Belgia untuk peduli ter-

hadap keberlangsungan kualitas ke-

hidupan manusia dan alam melalui

pangan sehat merupakan pengalaman

sangat berharga.

Saya sampai menitikan air mata

ketika HFHL Youth Ambassador

presentasi di depan hampir 350 kaum

muda Belgia di Theatre Room di Halle

salah satu kota di Belgia. Mereka pe-

nuh percaya diri , berbicara dalam ba-

hasa Inggris fasih dan penuh

semangat. Hasi lnya, pada 21 Oktober

201 0 lalu hampir 1 0.000 kaum muda

Belgia beserta 1 2 Youth Ambassadors

ikut dalam program Work for Change

untuk mendukung peningkatan

kesadaran konsumen akan pangan se-

hat melalui program HFHL ini .

Bagaimana pola pangan kaum muda

saat ini?

Saat ini kaum muda diuntungkan

dengan beragamnya variasi makanan.

Pengalaman saya bertemu kaum muda

melalui program HFHL maupun kesem-

patan lain, kecenderungannya banyak

yang menyukai santapan-santapan

praktis dan modern meski belum tentu

junk food. Menjamurnya restoran, kedai

dan food centre di perkotaan maupun

pedesaan memberikan kesempatan

kaum muda memil ih pangan di mana

sepertinya makanan cepat saji lebih

menjadi pi l ihan. Saya punya kerinduan

kaum muda tetap trendy dan sehat

dengan mengenal pola pangan dari lu-

ar Indonesia tetapi juga bangga me-

ngonsumsi bahkan kalau bisa mampu

mengolah sendiri santapan-santapan

nusantara yang juga sangat lezat, ber-

gizi dan elok. Nasi pecel disertai tahu

dan tempe, misalnya, tidak kalah

dengan spaghetti bologneise dan

garden saladnya.

Di mana peran kaum muda untuk

mewujudkan pangan sehat?

Nah, ini penting. Saya sangat per-

caya kaum muda mampu mewujudkan

kebiasaan baru untuk mengonsumsi

pangan sehat. Perubahan bisa dimulai

dari diri sendiri , misal di rumah, dengan

mengonsumsi beras sehat. Sejalan

dengan itu, kita sebarkan kepada yang

lain, di sekolah atau kampus misalnya.

Kaum muda dapat menjadi inisiator,

motivator bahkan memimpin upaya

mewujudkan pangan sehat ini . Sudah

waktunya kaum muda berdaya dan

menjadi trendsetter kalau kita tidak

mau ketinggalan dengan yang lain.

IIssuu kkeesseehhaattaann ddaann kkaauumm mmuuddaa ttaakk jjuuggaa ppeerrggii ddaarrii hhiidduupp MMeerrccyyaa SSooeessaannttoo

sseetteellaahh ddiiaa bbeekkeerrjjaa ddii VVEECCOO IInnddoonneessiiaa sseebbaaggaaii KKoooorrddiinnaattoorr PPrrooggrraamm

HHeeaalltthhyy FFoooodd HHeeaalltthhyy LLiivviinngg.. SSeebbeelluummnnyyaa,, iibbuu dduuaa aannaakk iinnii jjuuggaa bbeekkeerrjjaa

ddii iissuu HHIIVV//AAIIDDSS ddii mmaannaa ddiiaa jjuuggaa tteerrlliibbaatt bbaannyyaakk ddeennggaann aannaakk--aannaakk mmuuddaa..

DDiiaa mmeemmbbaaggii ggaaggaassaannnnyyaa tteennttaanngg ppeerraann aannaakk mmuuddaa uunnttuukk mmeewwuujjuuddkkaann

ppaannggaann sseehhaatt bbaaggii sseemmuuaa..

MMeerrccyyaa SSaammppaaiiMMeenniittiikkkkaann AAiirr MMaattaa

Profil

Page 19: LONTAR Oktober 2011

19LONTAR - #3 - 2011

BINA Desa menerbitkan tiga buku dalam satu paket seri Per-

tanian Alami. Tiga buku tersebut adalah Natural Farming, Ra-

hasia Sukses Bertani Masa Kini; 19 Kiat Sukses Bertani Alami;

dan Berbagi Pengalaman Sukses Bertani Alami. Ketiganya diter-

bitkan Bina Desa bekerja sama dengan Misereor & ACC-21 .

Sebagai buku panduan, tiga buku ini relatif mudah dipahami.

Selain memberikan kajian teori dia juga menyertakan contoh-

contoh bagaimana penerapan pertanian alami ini . Bahkan, di

buku terakhir pun ada berbagai pengalaman keberhasi lannya.

Natural Farming, Rahasia Sukses BertaniMasa Kini

Seri pertama ini terdiri dari enam

bab termasuk pengantar. Sebagai

pendahuluan, buku ini memberikan

pemahaman dan fi lolosofi terlebih

dulu tentang pertanian selaras alam.

Buku setebal 27 halaman ini menulis

dalam pengantarnya bahwa pertani-

an alami tak sekadar mengejar

produksi atau keuntungan material

tapi selarasnya manusia dengan

lingkungan.

Bab Lebih Dekat dengan Pertani-

an Alami, editor memberikan lan-

dasan sejarah lahirnya gerakan

pertanian selaras alam. Setelah Dr. Cho Han Kyu memulai pada

tahun 1 962 di Korea, praktik pertanian alami yang digagasnya

kemudian menyebar ke berbagai negara. Pertanian alami terse-

bar di tingkat desa di lebih dari 30 negara, termasuk Indonesia.

Metode ini juga telah mendapat ISO 9001 an ISO 1 4001 .

Prinsip utama pertanian alami ini adalah penghormatan dan

penghayatan terhadap alam agar bisa menghasi lkan produk se-

suai kebutuhan. Tidak perlu mengeksploitasi alam semata demi

kebutuhan manusia. Perhatikan pula sebaliknya, kebutuhan

alam, seperti tanah, hewan, dan tanamannya untuk mendukung

kebutuhan manusia.

Karena itulah, sayangi tanaman Anda dengan menerapkan

ni lai-ni lai luhur dalam pertanian selaras alam. Nilai tersebut ada-

lah menghargai, menyayangi, membebaskan, sal ing berbagi, ke-

setaraan, dan keberlanjutan. Tak hanya konsep besar, buku ini

juga memberikan contoh dalam bentuk praktis, seperti menyiangi

gulma, mengolah tanah, memberikan pupuk kompos dan meng-

endalikan hama.

19 Kiat Sukses Bertani Alami

Jika buku pertama lebih banyak memberikan dasar pema-

haman tentang pertanian selaras alam, maka buku kedua ini

memberikan panduan lebih praktis bagaimana metode pertanian

ini sebaiknya diterapkan. Buku ini

menjelaskan 1 9 kiat tersebut dalam

77 halaman.

Melalui buku kedua ini , pembaca

bisa belajar lebih teknis ramuan ra-

hasia kenapa pertanian alami ini lebih

mudah diterapkan siapa saja. Buku ini

menjelaskan rahasia-rahasia kenapa

pelaku pertanian alami justru lebih

mandiri dibandingkan pelaku pertani-

an dengan bahan kimiawi. Salah satu

rahasinya adalah siklus nutrisi

dengan memberikan asupan nutrisi

yang benar agar tepat jumlah, tepat waktu, tepat dosis, tepat sa-

saran, dan tepat tahapan.

Pada dasarnya, rahasia nutrisi dalam pertanian alamai terse-

but terbagi jadi dua, yaitu nutrisi penyubur tanah dan nutrisi pe-

nyubur tanaman. Tiap bab buku ini menjelaskan lebih detai l

masing-masing nutrisi tersebut, seperti mikroorganisme, fer-

mentasi jus tanaman, nutrisi rempah, bakteri asam laktat, air mi-

neral bakteri , bahkan air laut. Sebagai contoh, ikan lele atau

tongkol pun ternyata bisa diolah menjadi nutrisi penyubur daun

karena mengandung unsur nitrogen. Tak hanya nutrisi , buku ini

juga memberikan panduan cara membuat benih dan bahan anti-

hama.

Dengan bahasa amat praktis, buku seri kedua ini akan mem-

bantu pelaku pertanian alami untuk mempraktikkannya membuat

sendiri nutrisi untuk tanah maupun tanaman. Jadi, tak perlu pu-

sing kalau harga pupuk, benih, ataupun pemberantas hama me-

lambung tinggi. Toh, kita bisa memproduksinya sendiri .

Berbagi Pengalaman Sukses Bertani Alami

Sebagai seri penutup, buku ini men-

ceritakan pengalaman dan kiat-kiat

yang ditemukan para petani dan peng-

giat pertanian alami. Tak hanya pertani-

an tanaman tapi juga peternakan dan

perikanan. Keberhasi lan para pelaku

pertanian alam ini menjawab masalah-

masalah petani selama ini karena

mudah dipraktikkan, biaya produksinya

rendah, meningkatnya kesuburan ta-

nah, memandirikan petani, dan

seterusnya.

Salah satu cerita sukses datang dari Yasim, anggota Pagu-

yuban Mekar Tani di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Dari

semula tergantung pada bahan kimia, Yasim sekarang beral ih ke

pertanian selaras alam. Dia, misalnya, menggunakan bahan-ba-

han alami, seperti jantung pisang, sisa sampah, tulang sapi,

bahkan air laut sebagai nutrisi tanaman. Hasi lnya, ketika tana-

man padi lain dimakan tikus, padi Yasim justru selamat.

Bab lain buku ini juga menyampaikan pengalaman peternak

unggas dan ikan. Menggunakan bahan-bahan alami, semua

petani yang bercerita di buku ini membuktikan bahwa mereka tak

hanya berhasi l meningkatkan produksi, tapi juga mandiri . Sebagi-

an besar pemil ik cerita ini adalah petani-petani keci l .

Melalui cerita-cerita sukses di dalamnya, buku setebal 75

halaman ini membuktikan bahwa pertanian selaras alam itu bisa

di lakukan. Petani bisa lebih berdaya dan tak tergantung pada

asupan bahan kimia sekaligus meningkatkan kualitas hidupnya.

Tiga PanduanPertanian SelarasAlam

19LONTAR - #3 - 2011

Resensi

Page 20: LONTAR Oktober 2011

20 LONTAR - #3 - 2011