kajian produksi hasil tangkapan didaratkan di … · abstrak septanty diah bayu witry, c44051476....

118
KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN SEPTANTY DIAH BAYU WITRY MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Upload: ngodang

Post on 25-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI MUNCAR KABUPATEN

BANYUWANGI SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN

SEPTANTY DIAH BAYU WITRY

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011

Page 2: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kajian Produksi Hasil Tangkapan

Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten Banyuwangi

sebagai Bahan Baku Industri Pengolahan adalah karya saya sendiri dengan arahan

dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan

tinggi manapun. Sumber informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya

ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka bagian akhir skripsi

ini.

Bogor, Januari 2011

Septanty Diah Bayu Witry

Page 3: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

ABSTRAK

SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten Banyuwangi sebagai Bahan Baku Industri Pengolahan. Dibimbing oleh ERNANI LUBIS dan THOMAS NUGROHO.

PPP Muncar merupakan pelabuhan perikanan di Kabupaten Banyuwangi dengan daerah penangkapan ikan berpotensi tinggi. Sebagian besar hasil tangkapannya diolah kembali di Muncar sehingga Muncar berkembang ke dalam sektor industri pengolahan ikan, maka ketersediaan bahan bakunya harus kontinyu dan kualitasnya harus terjamin. Penelitian ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang produksi hasil tangkapan yang didaratkan dan pendistribusiannya, mengetahui kebutuhan bahan baku utama industri pengolahan ikan, serta mendapatkan besaran proyeksi produksi hasil tangkapan didaratkan di PPP Muncar tahun 2011-2020. Metode penelitian ini adalah metode kasus dengan aspek yang diteliti adalah aspek produksi hasil tangkapan di PPP Muncar sebagai bahan baku industri. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa volume dan nilai produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Muncar cenderung meningkat masing-masing sebesar 43,86% dan 33,62% pada tahun 1999-2008. Jenis ikan yang paling banyak dibutuhkan oleh industri pengolahan ikan di Muncar adalah lemuru, layang, dan tongkol. Bahan baku industri pengolahan di wilayah Muncar 89% berasal dari PPP Muncar. Pendistribusian hasil tangkapan langsung ditujukan kepada industri dan konsumen atau melalui perantara ke wilayah Muncar dengan menggunakan truk, sepeda motor, becak motor, dan becak, serta daerah Pulau Jawa dan Bali. Hasil proyeksi untuk volume produksi ikan lemuru dan layang menunjukkan peningkatan pada tahun 2011-2020, sedangkan ikan tongkol menunjukkan penurunan. Alternatif untuk ikan tongkol yang hasil proyeksi produksinya menurun dan tidak mencukupi kebutuhan industri, dapat didatangkan dari luar daerah, yaitu dari wilayah Bali dan Jawa Timur, atau dengan menggunakan ikan jenis lain.

Kata kunci: bahan baku, industri pengolahan ikan, produksi hasil tangkapan, proyeksi, PPP Muncar

Page 4: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

© Hak cipta IPB, Tahun 2011 Hak cipta dilindungi Undang-Undang 1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

Page 5: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI MUNCAR KABUPATEN

BANYUWANGI SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN

SEPTANTY DIAH BAYU WITRY

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011

Page 6: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

Judul Skripsi : Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten Banyuwangi sebagai Bahan Baku Industri Pengolahan

Nama : Septanty Diah Bayu Witry

NRP : C44051476

Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr.Ir. Ernani Lubis, DEA Thomas Nugroho, S.Pi, M.Si NIP: 19561123 198203 2 002 NIP: 19700414 200604 1 020

Mengetahui:

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP: 19621223 198703 1 001

Tanggal lulus: 14 Januari 2011

Page 7: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

KATA PENGANTAR

Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul Kajian Produksi Hasil

Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

Banyuwangi sebagai Bahan Baku Industri Pengolahan. Penelitian dilakukan pada

bulan Mei 2009 yang bertempat di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar,

Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr.Ir. Ernani Lubis, DEA dan Thomas Nugroho S.Pi, M.Si. selaku dosen

pembimbing atas segala saran dan arahan selama penelitian;

2. Dr.Ir. Anwar Bey Pane, DEA selaku dosen penguji tamu atas saran dan

arahannya;

3. Dr.Ir. Mohammad Imron, M.Si. selaku Ketua Komisi Pendidikan;

4. Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. selaku Ketua Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan;

5. Kedua orang tua dan kakak yang tak henti-hentinya memberikan doa dan

motivasi;

6. Staf UPT PPP Muncar, staf TPI Pelabuhan, dan Staf Dinas Perikanan dan

Kelautan Banyuwangi;

7. Seluruh dosen dan staf Departemen PSP yang telah memberikan arahan dan

dukungan hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini;

8. Teman-teman PSP 42 untuk dukungan dan semangat.

Penulis menyadari bahwa skripi ini masih jauh dari sempurna sehingga

diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripi

ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2011

Septanty Diah Bayu Witry

Page 8: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tarakan pada tanggal 17

September 1987 dari Bapak Diyono dan Ibu Juriah. Penulis

merupakan anak kedua dari dua bersaudara.

Pada tahun 1991 penulis mengawali pendidikan di

Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari Tarakan. Pada

tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di

Sekolah Dasar Negeri Batu Ampar 05 dan melanjutkan

pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 49 Jakarta. Pada

tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA)

Negeri 62 Jakarta.

Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan terdaftar sebagai mahasiswa

Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama menjadi

mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan organisasi, antara lain pernah menjabat

sebagai anggota Departemen Kewirausahaan HIMAFARIN periode 2006-2007

dan menjabat sebagai anggota Departemen Penelitian dan Pengembangan

Keprofesian HIMAFARIN periode 2007-2008.

Pada tahun 2009, penulis melakukan penelitian yang berjudul "Kajian

Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar

Kabupaten Banyuwangi sebagai Bahan Baku Industri Pengolahan" sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Mayor Teknologi dan

Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya

Perikanan.

Page 9: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

vii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

DAFTAR ISTILAH ...................................................................................... xii

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2 Permasalahan.................................................................................... 2 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 3 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 3

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan ............................... 4 2.1.1 Pengertian pelabuhan perikanan ........................................... 4 2.1.2 Pengertian pelabuhan perikanan pantai ................................. 5 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan ............................................................. 6 2.3 Produksi Hasil Tangkapan ................................................................ 8 2.3.1 Pengertian produksi hasil tangkapan..................................... 8 2.3.2 Faktor-faktor produksi.......................................................... 8 2.4 Distribusi/Pemasaran ....................................................................... 10 2.5 Industri Pengolahan Ikan ................................................................. 12

III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 15 3.2 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data ....................................... 15 3.3 Analisis Data ................................................................................... 19 3.3.1 Analisis terhadap produksi hasil tangkapan didaratkan dan pendistribusiannya ........................................................ 19 3.3.2 Analisis kebutuhan bahan baku industri pengolahan ikan di dalam dan sekitar PPP Muncar ................................ 20

3.3.3 Analisis proyeksi produksi hasil tangkapan selama 10 tahun (2011-2020) ............................................. 20

IV KEADAAN UMUM

4.1 Keadaan Umum Kabupaten Banyuwangi ......................................... 23 4.1.1 Keadaan geografis, topografis, iklim, dan penduduk ........... 23 4.1 2 Keadaan umum perikanan Kabupaten Banyuwangi ............ 25 4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Muncar .................................. 28 4.2.1 Letak PPP Muncar ............................................................. 28 4.2.2 Potensi perairan laut ........................................................... 30 4.2.3 Unit penangkapan ikan ....................................................... 30 4.2.4 Produktivitas unit penangkapan ikan .................................. 36

Page 10: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

viii

4.2.5 Aktivitas di PPP Muncar .................................................... 37 4.2.6 Fasilitas PPP Muncar ......................................................... 51

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Produksi Hasil Tangkapan dan Pendistribusiannya ......................... 60 5.1.1 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan ........................ 61 5.1.2 Pendistribusian hasil tangkapan .......................................... 66 5.2 Kebutuhan Bahan Baku Utama Industri Pengolahan Ikan di Dalam dan di Sekitar PPP Muncar .............................................. 68 5.2.1 Asal bahan baku kebutuhan industri ................................... 70 5.2.2 Keberlanjutan ketersediaan bahan baku .............................. 71 5.3 Proyeksi Produksi Hasil Tangkapan Sepuluh Tahun ke Depan ........ 72 5.3.1 Proyeksi produksi hasil tangkapan (lemuru, layang, dan tongkol) ............................................. 73 5.3.2 Model proyeksi dekomposisi multiplikatif .......................... 85

VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan .................................................................................... 88 6.2 Saran .............................................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 90

LAMPIRAN .................................................................................................. 94

Page 11: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Sebaran penduduk menurut mata pencaharian sektor perikanan Kabupaten Banyuwangi tahun 2007 .......................................................... 24

2 Perkembangan armada perikanan Kabupaten Banyuwangi tahun 2006-2007 ....................................................................................... 26

3 Jumlah alat tangkap di Kabupaten Banyuwangi tahun 2007 ...................... 26

4 Jumlah nelayan di Kabupaten Banyuwangi tahun 2006-2007 ................... 27

5 Perkembangan volume produksi hasil tangkapan Kabupaten Banyuwangi tahun 2006-2007 .................................................................. 27

6 Perkembangan jumlah kapal/perahu penangkapan ikan di PPP Muncar tahun 1999-2008 .................................................................. 30

7 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPP Muncar tahun 1999-2008 ....... 33

8 Jenis dan jumlah nelayan di PPP Muncar tahun 2008 ............................... 35

9 Perkembangan jumlah nelayan di PPP Muncar tahun 1999-2008 ............... 36

10 Jenis fasilitas PPP Muncar ........................................................................ 59

11 Jenis, volume, dan nilai produksi ikan dominan PPP Muncar tahun 2008 ............................................................................................... 60

12 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan PPP Muncar tahun 1999-2008 ...................................................................................... 61

13 Volume dan nilai produksi PPP Muncar dan Kabupaten Banyuwangi tahun 1999-2008 ...................................................................................... 64

14 Kapasitas produksi dan kebutuhan bahan baku industri pengolahan ikan di wilayah.Muncar, Januari-Agustus 2008 ......................................... 69

15 Bahan baku yang diperoleh industri pengolahan ikan di Kecamatan Muncar, Januari-Agustus 2008 ................................................ 69

16 Kontinuitas jenis-jenis ikan dominan yang didaratkan di PPP Muncar selama 12 bulan tahun 2008 ..................................................................... 72

17 Proyeksi jumlah hasil tangkapan 3 jenis dominan tahun 2011-2020 ........... 73

18 Proyeksi produksi ikan lemuru tahun 2011-2020 ....................................... 76

19 Tingkat mutu ikan lemuru sebagai bahan baku industri pengolahan ikan ........................................................................................ 78

20 Proyeksi produksi ikan layang tahun 2011-2020 ........................................ 81

21 Proyeksi produksi ikan tongkol tahun 2011-2020 ...................................... 84

Page 12: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Peta lokasi penelitian ................................................................................. 15

2 Peta wilayah Kecamatan Muncar tahun 2008 ........................................... 29

3 Perkembangan jumlah kapal/perahu penangkapan ikan di PPP Muncar tahun 1999-2008 .................................................................. 31

4 Jumlah kapal/perahu perikanan berdasarkan jenisnya tahun 2008 ............. 32

5 Perkembangan alat tangkap dominan di PPP Muncar tahun 1999-2008 .... 34

6 Jumlah alat tangkap per jenis di PPP Muncar tahun 2008 ......................... 34

7 (i) Pendaratan hasil tangkapan kapal purse seine tahun 2009 ................. 38 (ii) Pengangkutan hasil tangkapan dari kapal tahun 2009 ........................ 38

8 (i) Penjualan ikan di TPI tahun 2009 ...................................................... 39 (ii) Penimbangan lemuru berkualitas rendah dalam keranjang di TPI

tahun 2009 ....................................................................................... 39

9 (i) Alat timbangan milik pedagang di TPI tahun 2009 ............................ 42 (ii) Becak angkut tahun 2009 .................................................................. 42

10 Pemindahan alat tangkap purse seine tahun 2009 ..................................... 44

11 Pengangkutan es dengan truk tahun 2009 ................................................. 45

12 Struktur organisasi UPT PPP Muncar tahun 2008 ..................................... 47

13 (i) dan (ii) Lahan penjemuran ikan tahun 2009 ......................................... 52

14 Dermaga (i) di sebelah Barat tahun 2009 ................................................. 53 (ii) jetty/pier di sebelah Timur tahun 2009 ................................ 53

15 (i) Pendangkalan kolam pelabuhan tahun 2009 ....................................... 53 (ii) Kapal bertambat di luar kolam tahun 2009 ......................................... 53

16 Breakwater tipe timbunan tahun 2009 ....................................................... 54

17 Perbengkelan di PPP Muncar tahun 2009 .................................................. 55

18 Perkembangan volume dan nilai produksi PPP Muncar tahun 1999-2008 ...................................................................................... 65

19 Alur distribusi hasil tangkapan di PPP Muncar tahun 2009 ........................ 68

20 Perkembangan produksi per bulan ikan lemuru di PPP Muncar tahun 1999-2008 ....................................................................................... 75

21 Perkembangan produksi per bulan ikan layang di PPP Muncar tahun 1999-2008 ....................................................................................... 80

22 Perkembangan produksi per bulan ikan tongkol di PPP Muncar tahun 1999-2008 ....................................................................................... 83

Page 13: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Lay out PPP Muncar tahun 2009 .............................................................. 94

2 Foto fasilitas PPP Muncar ......................................................................... 95

3 Foto aktivitas-aktivitas di PPP Muncar ...................................................... 97

4 Data volume produksi jenis ikan dominan di PPP Muncar tahun 1999-2008 ...................................................................................... 99

5 Dekomposisi rasio terhadap rata-rata bergerak 3 bulan ............................. 102

6 Penghitungan indeks musim ..................................................................... 111

7 Proyeksi volume produksi hasil tangkapan PPP Muncar tahun 2011-2020 ...................................................................................... 114

Page 14: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

xii

DAFTAR ISTILAH

Anak Buah Kapal (ABK) adalah orang yang bekerja di kapal yang bertugas mengemudikan kapal atau membantu dalam operasi, perawatan, atau pelayanan dari sebuah kapal. Ambaan atau cegatan adalah istilah di Banyuwangi yang diartikan sebagai uang jaminan yang diberikan oleh pedagang ikan atau pengelola industri pengolahan ikan kepada nelayan sebelum melaut yang bertujuan agar hasil tangkapan nelayan dijual kepada pihak yang membayar cegatan dan tidak dijual kepada pedagang lain. Belantik adalah istilah lokal bagi pedagang ikan atau pedagang kecil. Bollard adalah suatu bentuk konstruksi di dermaga yang berfungsi untuk menambatkan kapal. Breakwater atau pemecah gelombang adalah suatu struktur bangunan kelautan yang berfungsi khusus untuk melindungi pantai atau daerah di sekitar pantai terhadap pengaruh gelombang laut. Cold storage adalah ruangan penyimpanan ikan yang mempunyai temperatur sekitar -30, -45, sampai -60°C sehingga ikan menjadi beku. Fishing base adalah pangkalan pendaratan tempat hasil tangkapan didaratkan. Fishing ground adalah daerah penangkapan ikan. Gillnet atau jaring insang adalah alat penangkap ikan berupa selembar jaring berbentuk empat persegi panjang, berukuran mata jaring sama di seluruh bagian jaring yang menangkap ikan dengan cara terjerat pada bagian insang. Gross tonnage (GT) adalah perhitungan volume semua ruang yang terletak di bawah geladak kapal ditambah dengan volume ruangan tertutup yang terletak di atas geladak ditambah dengan isi ruangan beserta semua ruangan tertutup yang terletak di atas geladak paling atas (superstructure). Hasil tangkapan (HT) adalah komponen ikan yang ditangkap dengan alat tangkap tertentu. Industri Kepelabuhanan Perikanan (IKP) adalah industri perikanan yang berada di wilayah pelabuhan perikanan. Indian Ocean Dipole Mode (IODM) adalah suatu pola variabilitas di Samudera Hindia, dimana suhu permukaan laut (SPL) yang lebih rendah dari biasanya ditemukan di lepas pantai barat Sumatera dan SPL yang lebih hangat terdapat di

Page 15: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

xiii

sebagian besar barat Samudera Hindia, yang diikuti oleh anomali angin dan presipitasi. IODM positif adalah peristiwa IODM yang terjadi dengan angin zonal yang bertiup kencang dari arah timur dan kekuatan anginnya lebih tinggi daripada saat IODM negatif. Kudung adalah istilah lokal untuk keranjang besar yang terbuat dari bambu dan berkapasitas 125 kg yang digunakan sebagai wadah ikan. Manol adalah istilah lokal bagi buruh yang mengangkut hasil tangkapan, es balok, atau mesin kapal, yang bekerja di pelabuhan. Over fishing adalah kondisi dimana jumlah ikan yang tertangkap melebihi jumlah ikan yang dibutuhkan untuk mempertahankan stok ikan; jumlah upaya penangkapan yang melebihi upaya maksimum. Pelabuhan Perikanan (PP) adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan, serta berfungsi untuk berlabuh dan bertambatnya kapal yang hendak bongkar muat hasil tangkapan ikan atau mengisi bahan perbekalan melaut. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) adalah tempat berlabuh atau bertambatnya perahu-perahu penangkapan ikan tradisional dengan hasil tangkapan yang didaratkan ditujukan terutama untuk pemasaran lokal, dan memiliki kriteria tersedianya lahan seluas 10 Ha, diperuntukkan bagi kapal-kapal perikanan <30 GT, melayani kapal-kapal perikanan 15 unit/hari, jumlah ikan yang didaratkan ≥10 ton/hari, dekat dengan pemukiman nelayan, serta tersedianya fasilitas pembinaan mutu, sarana pemasaran, dan lahan kawasan industri perikanan. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) adalah pelabuhan perikanan yang diperuntukkan bagi nelayan yang beroperasi di perairan pantai, yang memiliki kriteria tersedianya lahan seluas 10-30 Ha, diperuntukkan bagi kapal-kapal perikanan <50 GT, melayani kapal-kapal perikanan 25 unit/hari, jumlah ikan yang didaratkan 50 ton/hari, serta tersedianya fasilitas pembinaan mutu, sarana pemasaran, dan lahan kawasan industri perikanan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah anggaran pendapatan yang berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lainnya. Pengambeg adalah istilah lokal bagi pedagang perantara, pihak yang menjualkan hasil tangkapan nelayan kepada pihak industri. Pengepul adalah istilah lokal pedagang pengumpul yang menerima penjualan hasil tangkapan dari nelayan kecil atau belantik dan menjualnya kepada pihak industri.

Page 16: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

xiv

Pengujur atau alang-alang adalah istilah lokal yang berarti orang yang meminta sedikit hasil tangkapan kepada nelayan secara gratis atau memungut hasil tangkapan yang terjatuh. Perishable adalah barang-barang yang tidak tahan lama dapat/mudah menjadi busuk, umumnya berupa makanan. R2 adalah kemampuan data untuk menginterpretasikan data dengan keadaan nyata di lapangan. Single Side Band (SSB) adalah salah satu unit radio telekomunikasi. Slipway adalah tempat untuk memperbaiki bagian lunas kapal. Trend adalah gambaran perilaku data dalam jangka panjang yang dapat bersifat menaik, menurun, atau tidak berubah. Sumberdaya ikan adalah potensi semua jenis ikan di suatu wilayah. Upwelling adalah penaikan massa air laut dari lapisan dalam ke lapisan permukaan yang membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan zat-zat hara. Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) adalah jalur laut sepanjang 200 mil laut yang diukur dari garis pangkal pulau terluar Indonesia.

Page 17: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan laut sangat penting untuk dikonsumsi karena merupakan sumber

protein yang berguna bagi kesehatan. Ikan juga berfungsi sebagai bahan baku

industri pengolahan. Peluang pasar hasil tangkapan dari laut pun masih terbuka

lebar, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun untuk menembus

pasar global yang dapat menambah devisa negara. Menurut Bappeprop Jatim

(2009), volume ekspor hasil perikanan nasional pada tahun 2007 adalah 217 ribu

ton dengan nilai USD 580 juta atau memberikan kontribusi 25,7 persen dari total

ekspor hasil laut nasional. Kontribusi nilai ekspor dari Laboratorium

Pengendalian dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Dinas Perikanan

Jatim, pada tahun 2007 sebesar Rp13 milyar (PAD) dengan volume 98 ribu ton.

Pelabuhan perikanan merupakan tempat pendaratan hasil tangkapan dan

awal pemasarannya. Produksi hasil tangkapan dapat mempengaruhi fungsionali-

sasi dari suatu pelabuhan perikanan. Kajian mengenai produksi hasil tangkapan di

suatu pelabuhan juga sangat penting dilakukan untuk menentukan sejauh mana

industri perikanan dapat berkembang, baik yang berlokasi di dalam pelabuhan

maupun di luar/sekitar pelabuhan.

Salah satu pelabuhan perikanan di Kabupaten Banyuwangi adalah PPP

Muncar yang memiliki daerah penangkapan ikan yang relatif dekat, yaitu di

perairan sekitar Banyuwangi. Perairan Banyuwangi masih memiliki peluang

potensi perikanan yang amat besar untuk dioptimalkan. Peluang ini terlihat dari

peningkatan hasil tangkapan dari beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2004

perairan Banyuwangi telah berkontribusi sebesar 27.489.772 kg dengan nilai Rp

59,3 milyar, lalu pada tahun 2006 naik menjadi 62.294.281 kg dengan nilai 93,2

milyar (Martadi, 2009). Menurut Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumber Daya

Ikan Laut atau KNPSSDIL, perairan Banyuwangi termasuk di dalam sebagian

wilayah pengelola perikanan (WPP) Samudera Hindia yang meliputi perairan

selatan Jawa dan Selat Bali. Perairan Selatan Jawa dan Selat Bali memiliki

potensi lestari sumber daya ikan sebesar 743,83 ribu ton per tahun (Anonymous

1998a, vide Wijaya, 2002). Daerah penangkapan nelayan Muncar berada di

Page 18: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

Perairan Selat Bali yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia dimana

potensi sumber daya ikannya masih dapat dimanfaatkan dan berkualitas ekspor.

Menurut Indrawati (2000), Perairan Selat Bali merupakan fishing ground bagi

armada penangkapan ikan yang tersebar di Jawa Timur bagian Timur, dimana

Selat Bali merupakan salah satu daerah penangkapan ikan di perairan Indonesia

yang mempunyai potensi sumber daya yang cukup besar dalam bidang perikanan.

Sebagian besar produksi ikan hasil tangkapan di Muncar diproses atau diolah

kembali di daerah Muncar. Sektor perikanan laut di Muncar dapat mendukung

pengembangan industri pengolahan ikan sehingga selain ketersediaan bahan

bakunya harus kontinyu, kualitasnya juga harus terjamin.

Muncar merupakan daerah yang mempunyai produksi perikanan terbesar di

daerah Banyuwangi, dimana lebih dari 90% seluruh produksi perikanan

Banyuwangi didaratkan di Muncar (Rasyid, 2008). Beberapa waktu lalu

diterbitkan Peraturan Menteri (Permen) Kelautan dan Perikanan Nomor 5 Tahun

2008. Ketentuan tersebut mewajibkan semua ikan yang ditangkap di perairan

Indonesia dibongkar dan diolah di wilayah negara ini. Artinya, tidak ada lagi

ekspor ikan segar atau gelondongan, kecuali 14 jenis ikan, seperti tuna dan kerapu

bebek, untuk keperluan sashimi (Wawa, 2007).

Penelitian mengenai kajian produksi hasil tangkapan didaratkan di PPP

Muncar belum pernah dilakukan. Penelitian lain yang pernah dilakukan antara

lain tentang pendugaan hasil tangkapan ikan lemuru dan pendataan hasil

tangkapan yang dilakukan saat PPP Muncar masih berstatus pangkalan pendaratan

ikan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang kajian produksi hasil tangkapan didaratkan di Pelabuhan

Perikanan Pantai Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur.

1.2 Permasalahan

Belum diketahui secara jelas mengenai produksi hasil tangkapan yang

digunakan sebagai bahan baku industri pengolahan ikan di PPP Muncar dan

sekitarnya serta pendistribusiannya.

Page 19: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

(1) Mendapatkan informasi tentang produksi hasil tangkapan yang didaratkan di

......PPP Muncar dan pendistribusiannya.

(2) Mengetahui kebutuhan bahan baku utama industri pengolahan ikan di dalam

......dan di sekitar PPP Muncar.

(3) Mendapatkan besaran proyeksi produksi hasil tangkapan didaratkan di PPP

Muncar tahun 2011-2020.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

(1) Memberikan informasi tentang produksi hasil tangkapan yang didaratkan bagi

......pihak-pihak yang membutuhkan, antara lain pihak pengelola pelabuhan dan

..... para investor industri pengolahan ikan.

(2) Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengembangan

produksi pelabuhan perikanan bagi Ditjen Perikanan Tangkap, Dinas Kelautan

dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi, dan Pengelola PPP Muncar.

Page 20: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

2.1.1 Pengertian pelabuhan perikanan

Menurut Ditjen Perikanan Deptan RI, pelabuhan perikanan adalah

pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat baik dilihat dari

aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya. Menurut Deptan dan

Dephub, pelabuhan perikanan sebagai tempat pelayanan umum bagi masyarakat

nelayan dan usaha perikanan, sebagai pusat pembinaan dan peningkatan kegiatan

ekonomi perikanan yang dilengkapi dengan fasilitas di darat dan di perairan

sekitarnya untuk digunakan sebagai pangkalan operasional tempat berlabuh,

bertambat, mendaratkan hasil, penanganan, pengolahan, distribusi dan pemasaran

hasil perikanan (BAPPENAS, 2008).

Lubis (2006) mengemukakan bahwa pelabuhan perikanan adalah suatu

wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan sebagai

pangkalan kegiatan penangkapan ikan dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas

sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan, serta berfungsi untuk berlabuh

dan bertambatnya kapal yang hendak bongkar muat hasil tangkapan ikan atau

mengisi bahan perbekalan melaut. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1994),

pelabuhan perikanan merupakan prasarana yang mendukung peningkatan

pendapatan nelayan juga sekaligus mendorong investasi di bidang perikanan.

Selanjutnya dapat ditarik kesimpulan bahwa pelabuhan perikanan merupakan

pusat pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan

dan pemasaran, baik berskala lokal, nasional, maupun internasional. Menurut

Direktorat Jenderal Perikanan (1994), aspek-aspek tersebut adalah:

1) Produksi, yaitu bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan untuk

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan

perbekalan melaut sampai membongkar hasil tangkapannya.

2) Pengolahan, yaitu bahwa pelabuhan perikanan menyediakan sarana-sarana

yang dibutuhkan untuk mengolah hasil tangkapannya.

3) Pemasaran, yaitu bahwa pelabuhan perikanan merupakan pusat pengumpulan

dan tempat awal pemasaran hasil tangkapannya.

Page 21: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

5

Pengembangan ekonomi perikanan tersebut hendaknya ditunjang oleh industri

perikanan baik hulu maupun hilir dan pengembangan sumber daya manusia

khususnya masyarakat nelayan (Lubis, 2006).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:

PER.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan, Pelabuhan Perikanan dibagi

menjadi 4 kategori utama, yaitu PPS (Pelabuhan Perikanan Samudera), PPN

(Pelabuhan Perikanan Nusantara), PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai), dan PPI

(Pangkalan Pendaratan Ikan). Pelabuhan tersebut dikategorikan menurut kapasitas

dan kemampuan masing-masing pelabuhan untuk menangani kapal yang datang

dan pergi serta letak dan posisi pelabuhan (Direktorat Pelabuhan Perikanan,

2005b).

2.1.2 Pengertian pelabuhan perikanan pantai

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) adalah pelabuhan perikanan yang

diperuntukkan bagi nelayan yang beroperasi di perairan pantai, mempunyai

perlengkapan untuk menangani dan/atau mengolah ikan sesuai dengan

kapasitasnya (Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, 2004 vide BAPPENAS,

2008).

Karakteristik pelabuhan perikanan pantai berdasarkan Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.16/MEN/2006 antara lain memiliki kriteria

PP sebagai berikut:

1) Daerah operasional kapal ikan yang dilayani: perairan pedalaman, perairan

kepulauan, laut teritorial, wilayah ZEEI.

2) Fasilitas tambat/labuh kapal: 10-30 GT.

3) Panjang dermaga dan kedalaman kolam: 100-150 m dan >2 m.

4) Kapasitas menampung kapal: >300 GT (ekivalen dengan 30 buah kapal

berukuran 10 GT).

5) Ekspor ikan: tidak ada.

6) Luas lahan: 5-15 ha.

7) Fasilitas pembinaan mutu hasil perikanan: tidak ada.

8) Tata ruang (zonasi) pengolahan/pengembangan industri perikanan: ada.

(Direktorat Pelabuhan Perikanan. 2005b).

Page 22: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

6

Selanjutnya dikatakan dalam Kebijakan, Strategi dan Program Kerja

Pengembangan Sentra-Sentra Perikanan, DKP tahun 2002, bahwa tanggung jawab

pengelolaan pelabuhan perikanan pantai (Ps. 22. UU. Desentralisasi th.1999)

dipegang oleh propinsi. Peraturan untuk pelabuhan perikanan pantai ini antara

lain Ijin Tonage Kapal (PP No. 141 th. 2000) sebesar 10-30 GT, Ijin Mesin Kapal

(PP No. 141 th. 2000) sebesar >30-90 HP, dan Ijin Daerah Tangkapan sejauh 4-12

mil laut (Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, 2004 vide BAPPENAS, 2008).

Menurut Lubis (2006), lokasi pelabuhan perikanan pantai dicirikan oleh

kondisi:

1) Daerah yang sudah berkembang dan mempunyai daya serap tinggi terhadap

jumlah ikan yang didaratkan;

2) Pelabuhan perikanan tumbuh menjadi tempat pemusatan produk ikan dari

berbagai daerah sekitar perkampungan nelayan (fisheries community) untuk

didistribusikan ke hinterland atau interinsuler, dalam bentuk ikan segar atau

ikan olahan melalui darat atau laut;

3) Volume ikan yang didaratkan mencapai skala ekonomis bagi pengembangan

usaha perikanan tangkap, perdagangan dan industri pengolahan pasca panen;

4) Kapal ikan telah menggunakan tingkat teknologi maju yang beroperasi di

perairan sekitar lokasi (lebih 4 mil s/d 12 mil) atau wilayah perikanan lainnya.

Karakteristik kapal akan didominasi pada ukuran yang lebih besar (>10 GT).

2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

Salah satu fungsi umum pelabuhan ialah fungsi untuk menangani barang-

barang yang pusat penggerak sirkulasinya ada di hinterland. Fungsi ini terbagi

menjadi fungsi transit dan fungsi industri. Fungsi industri dapat terjadi karena

pelabuhan memberikan pelayanan terhadap pabrik-pabrik industri yang terletak di

wilayah pelabuhan. Keuntungan dari pabrik-pabrik industri yang berlokasi di

pelabuhan bahwa barang-barang yang dihasilkan oleh pabrik tersebut bila akan

didistribusikan melalui transportasi laut, pengangkutannya tidak memerlukan

perantara atau biaya transportasi dari pabrik ke pelabuhan (Lubis, 2006).

Menurut Lubis et al. (2010), fungsi pelabuhan perikanan ditinjau dari segi

aktivitasnya secara khusus adalah merupakan pusat kegiatan ekonomi perikanan

Page 23: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

7

baik ditinjau dari aspek produksi, pengolahan, maupun pemasaran. Aspek

tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1) Aspek produksi

Dalam hal ini pelabuhan perikanan lebih ditekankan sebagai pemusatan sarana

dan kegiatan produksi antara lain: tempat pemusatan armada penangkapan

untuk mendaratkan hasil tangkapan, menyediakan tempat berlabuh yang aman,

menjamin kelancaran membongkar hasil tangkapan, menyediakan suplai

logistik.

2) Aspek pengolahan

Pelabuhan perikanan sebagai tempat untuk membina peningkatan mutu serta

pengendalian mutu ikan dalam menghindari kerugian dari pasca tangkap.

3) Aspek pemasaran

Pelabuhan perikanan sebagai tempat untuk menciptakan mekanisme pasar yang

menguntungkan nelayan. Dengan demikian struktur pemasaran dari tempat

pelelangan ikan ke konsumen harus diorganisir secara baik dan teratur.

Menurut Nugroho (2008), ditinjau dari aspek sosial ekonomi nelayan,

keberadaan pelabuhan perikanan dan pemanfaatannya mendorong tumbuhnya

industri pengolahan ikan. Faktor yang mendorong tumbuhnya industri

pengolahan ikan antara lain ketersediaan bahan baku dengan kontinuitas yang

terjamin, peluang pasar yang ditandai oleh tingginya permintaan masyarakat

terhadap produk olahan perikanan, dan dukungan pemerintah. Selain itu

pemanfaatan pelabuhan perikanan sebagai pusat pemasaran dan distribusi hasil

tangkapan nelayan diindikasikan dengan adanya tempat pelelangan ikan dan pasar

ikan. Tempat pelelangan ikan menjadi tempat pertemuan antara nelayan dengan

calon pembeli. Melalui mekanisme pelelangan, pemasaran hasil tangkapan

nelayan lebih terjamin. Pasar ikan dapat berkembang di sekitar pelabuhan

perikanan yang merupakan tempat pertemuan antara nelayan, pedagang, dan calon

konsumen atau calon pembeli.

Fungsi pelabuhan perikanan menurut UU No. 31 Tahun 2004 adalah

tempat:

1) Tambat-labuh kapal perikanan

2) Pendaratan ikan

Page 24: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

8

3) Pemasaran dan distribusi ikan

4) Pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan

5) Pengumpulan data tangkapan

6) Pelaksanaan penyuluhan serta pengembangan masyarakat nelayan, dan

7) Memperlancar kegiatan operasional kapal perikanan.

2.3 Produksi Hasil Tangkapan

2.3.1 Pengertian produksi hasil tangkapan

Dalam pengertian ekonomi, produksi dan distribusi (marketing) adalah

kegiatan yang bertalian dengan penciptaan atau penambahan kegunaan daripada

barang dan jasa (Hanafiah dan Saefuddin, 2006). Menurut Lubis et al. (2010)

produksi hasil tangkapan merupakan aspek penting di pelabuhan perikanan yang

harus diperhatikan karena produksi sebagai salah satu indikasi tingkat

fungsionalisasi suatu pelabuhan perikanan (PP) atau pangkalan pendaratan ikan

(PPI). Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pengelola PP/PPI dari aspek produksi

perikanan adalah jumlah, jenis dan ukuran, serta kualitasnya.

2.3.2 Faktor-faktor produksi

Menurut Pane (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan di

pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan adalah:

1) Ikan yang didaratkan, antara lain:

(1) Jenis ikan, yaitu pelagis atau demersal dan ikan dikelompokkan menurut

kelompok sumber daya ikan. Jenis ikan mempengaruhi penangkapan,

seleksi, dan cara penanganan, harga ikan, serta kegiatan jenis pengolahan

di pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan (pabrik yang

dibangun).

(2) Ukuran ikan, yang akan mempengaruhi penanganan ikan, yaitu pada

seleksi, bentuk penanganan (ukuran keranjang), jumlah es dan garam yang

dipakai, harga ikan, pengaturan tata ruang cool room, serta transportasi

ikan (ukuran dan pengaturan ruang transportasi).

(3) Volume pendaratan, yaitu mempengaruhi fasilitas, aktivitas, dan

manajemen pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan.

Page 25: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

9

2) Faktor kepelabuhanan perikanan, yang mempengaruhi produksi:

(1) Kondisi, jumlah, dan jenis fasilitas yang ada.

(2) Kemampuan pengelolaan pelabuhan perikanan, yaitu: pelabuhan perikanan

(Perum, UPT); tempat pelelangan ikan (TPI); fasilitas komersial dan non

komersial; serta kebijakan.

(3) Pengelolaan unit-unit kegiatan dan transportasi.

(4) Organisasi dan penunjang lainnya seperti perbankan, serta asosiasi buruh

dan nahkoda.

3) Faktor penangkapan ikan, yang mempengaruhi produksi:

(1) Kondisi kenelayanan atau usaha penangkapan ikan;

(2) Kondisi armada (unit penangkapan);

(3) Kondisi alam perairan;

(4) Kemampuan pengelolaan operasi penangkapan: nelayan dan pengusaha

atau perusahaan.

4) Persaingan antar pelabuhan perikanan

(1) Harga yang lebih tinggi;

(2) Pelayanan pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan;

(3) Kebutuhan jenis ikan tertentu di suatu pelabuhan perikanan;

(4) Fasilitas yang lebih baik dan lengkap;

(5) Keterkaitan hubungan dengan pemilik modal.

5) Kebijakan pemerintah tentang:

(1) Peraturan sumber daya ikan;

(2) Peraturan penangkapan;

(3) Lain-lainnya: fasilitas pelabuhan perikanan, harga ikan, pengolahan

pelabuhan perikanan dan TPI.

Menurut Lubis et al. (2010), usaha-usaha pengolahan/industri perikanan

akan kekurangan bahan baku ikan bila produksi sedikit atau volume produksi

yang didaratkan belum mencapai target klasifikasi pelabuhan, sehingga usaha-

usaha pengolahan/industri perikanan harus mencari ikan ke tempat lain di luar

PP/PPI tersebut. Oleh karena itu pihak pengelola pelabuhan harus dapat

menyediakan produksi ikan secara kontinyu untuk menarik masyarakat perikanan

dalam memanfaatkan pelabuhan. Sebaliknya apabila produksi banyak/melimpah,

Page 26: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

10

maka dapat terjadi ketidakseimbangan antara volume produksi dengan jumlah

pembeli sehingga harga ikan turun. Hal-hal yang harus diantisipasi oleh

pengelola suatu PP/PPI bila produksi hasil tangkapan yang didaratkan sedikit

antara lain pihak pelabuhan harus cepat tanggap dengan cara menganalisis

penyebab produksi sedikit dan/atau menurun, dari mana produk bisa didapatkan

kembali, serta usaha-usaha apa yang harus dilakukan agar kapal mau datang ke

PP/PPI. Sebaliknya apabila produksi hasil tangkapan yang didaratkan banyak,

maka pengelola pelabuhan harus mencari ide untuk dapat memanfaatkan produksi

yang melimpah dalam bentuk olahan atau menyimpannya dalam cold storage.

Produksi perikanan yang didaratkan di suatu pelabuhan menurun, antara

lain karena harga ikan di PP/PPI tidak layak, lokasi PP/PPI berjauhan dengan

lokasi perumahan nelayan (untuk perikanan skala kecil), daerah pemasarannya

jauh atau terdapat permasalahan dalam pendistribusian ikan setelah didaratkan di

PP/PPI, potensi perikanan di fishing ground-nya sudah menurun, tidak

terdapatnya fasilitas yang diperlukan dan atau beberapa fasilitas yang ada sudah

rusak, serta tidak terdapatnya pengorganisasian aktivitas yang baik di PP/PPI

(Lubis et al., 2010).

Peningkatan produksi secara tidak langsung dapat meningkatkan

kesejahteraan nelayan. Hal ini tergantung pada mekanisme pasar apakah dapat

mewujudkan harga yang menguntungkan bagi nelayan dan masih berada dalam

jangkauan pembeli (Direktorat Jenderal Perikanan, 1981 vide Aziza, 2000).

2.4 Distribusi/Pemasaran

Pelabuhan perikanan juga berfungsi sebagai tempat untuk menciptakan

mekanisme pasar yang menguntungkan baik bagi nelayan maupun bagi pedagang.

Dengan demikian maka sistem pemasaran dari tempat pelelangan ikan ke

konsumen harus diorganisir secara baik dan teratur. Pelelangan ikan adalah

kegiatan awal dari pemasaran ikan di pelabuhan perikanan untuk mendapatkan

harga yang layak khususnya bagi nelayan. Proses pemasaran berawal dari ikan-

ikan yang telah didaratkan dibawa ke gedung pelelangan ikan untuk dicatat

jumlah dan jenisnya. Setelah itu ikan disortir dan diletakkan pada keranjang atau

basket plastik, selanjutnya dilaksanakan pelelangan dan dicatat hasil transaksinya.

Page 27: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

11

Namun sering terjadi pada banyak pelabuhan di Indonesia, penyortiran telah

dilakukan di atas kapal sehingga setelah ikan sampai di tempat pelelangan, ikan

tidak perlu disortir lagi. Pedagang atau bakul ikan mengambil ikan-ikan yang

telah dilelang atau dibeli secara cepat, kemudian ikan diberi es untuk

mempertahankan mutunya. Selanjutnya ikan dipasarkan dalam bentuk segar dan

diangkut dengan truk-truk atau mobil-mobil bak terbuka dan/atau mobil-mobil

yang telah dilapisi dengan styrofoam atau dilengkapi dengan sarana pendingin

(Lubis, 2006).

Dalam pendistribusian hasil tangkapan dari pelabuhan perikanan ke

hinterland-nya dapat melalui transportasi darat, laut, dan udara. Transportasi

darat sendiri dapat menggunakan mobil maupun kereta api (Lubis et al., 2010).

Barang hasil perikanan berupa bahan makanan mempunyai sifat cepat atau mudah

rusak (perishable), oleh karena itu pengangkutannya perlu dilaksanakan dengan

alat pengangkutan yang dilengkapi dengan alat atau mesin pendingin (Hanafiah

dan Saefuddin, 2006).

Menurut Misran (1985) yang diacu dalam Aziza (2000), sistem rantai

pemasaran yang terdapat di beberapa pelabuhan perikanan atau pangkalan

pendaratan ikan di Indonesia, yaitu:

1) TPI → pedagang besar → pedagang lokal → pengecer → konsumen.

2) TPI → pedagang besar → pedagang lokal → konsumen.

3) TPI → pengecer → konsumen.

Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) yang diacu dalam Yundari (2005),

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran pemasaran atau penyaluran

hasil perikanan adalah:

1) pembongkaran ikan dari perahu atau kapal tidak berjalan lancar,

2) macam-macam pungutan yang dibebankan kepada nelayan dan pedagang ikan,

3) penyampaian informasi pasar yang sangat minim, dan

4) banyaknya barang subtitusi yang relatif murah.

Pemasaran produk perikanan adalah suatu kegiatan ekonomi yang

memindahkan produk dari sektor produksi ke sektor konsumsi yang umumnya

melibatkan berbagai lembaga pemasaran di pelabuhan perikanan. Mulai dari

proses awal pemindahan ikan dari kapal ke darat yang melibatkan institusi bakul,

Page 28: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

12

kemudian transaksi jual beli ikan yang dilakukan antara nelayan/pemilik kapal

dengan pedagang pengumpul, distribusi ikan ke luar pelabuhan yang juga

melibatkan eksportir, hingga perusahaan jasa pendukung seperti penyewaan cold

storage, truk, dan sejenisnya (Direktorat Pelabuhan Perikanan, 2005a).

Menurut Lubis et al. (2010), kualitas pemasaran produksi perikanan

merupakan hal penting yang berkaitan dengan pengelolaan suatu pelabuhan

perikanan karena kualitas pemasaran ini akan berkaitan dengan harga. Untuk

mengetahui apakah kualitas pemasaran hasil tangkapan bagus atau tidak

dibandingkan dengan rata-rata kualitas pemasaran di tingkat propinsi atau

nasional, dapat dilakukan melalui pendekatan indeks relatif nilai produksi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi indeks relatif nilai produksi hasil tangkapan

adalah bergantung pada banyak variabel, antara lain metode penangkapan, tipe

pemasaran (lokal, nasional, ekspor), tipe spesies ikan hasil tangkapan, penanganan

hasil tangkapan di kapal dan di pelabuhan.

2.5 Industri Pengolahan Ikan

Di dalam suatu pelabuhan perikanan yang besar umumnya terdapat aktivitas

industri, yaitu industri penangkapan dan industri pengolahan ikan. Industri

pengolahan terkait dengan aktivitas-aktivitas pengolahan ikan seperti

pemindangan, pengasinan, pembuatan terasi, pembekuan ikan, dan aktivitas-

aktivitas terkait lainnya (Hanafiah dan Saefudin, 1983 vide Sumiati, 2008).

Menurut Pane (2007), aktivitas-aktivitas yang ada di pelabuhan perikanan

dapat dikelompokkan menjadi tujuh kelompok, yaitu:

1) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan hasil tangkapan, antara lain

aktivitas penanganan, pendaratan, pemasaran atau pelelangan ikan dan

pendistribusiannya.

2) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan pengolahan ikan, antara lain

aktivitas pembekuan ikan, pengolahan ikan, serta pemasaran dan distribusi hasil

olahan.

3) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan unit penangkapan ikan.

4) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan penyediaan kebutuhan melaut.

5) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan kelembagaan pelaku aktif.

Page 29: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

13

Pelaku aktif di sini adalah nelayan atau pengusaha penangkapan, ABK,

nahkoda, pengolah ikan, pedagang, pembeli, buruh pengangkut, dan lainnya.

6) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan kelembagaan penunjang

pelabuhan perikanan.

7) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan pelabuhan

perikanan.

Selanjutnya dikatakan bahwa industri perikanan di pelabuhan perikanan,

disebut industri kepelabuhanan perikanan (IKP), terdiri atas tiga kelompok, yaitu

industri penangkapan ikan, industri pengolahan ikan, dan industri tambahan atau

pendukung. Batasan dari industri pengolahan ikan adalah kelompok usaha di

pelabuhan perikanan yang aktivitasnya bersifat terkait langsung dengan upaya

menghasilkan produk olahan ikan (dalam arti luas: ikan, krustasea, moluska,

binatang air lainnya dan tumbuhan air dari hasil tangkapan atau eksploitasi alami

dan hasil budidaya) dalam jumlah besar. Aktivitas dari industri pengolahan ikan

terdiri atas pembekuan ikan (ikan, udang, dan lain-lain) dan pengolahan ikan.

Pengolahan ikan dalam arti luas terdiri atas: (a) pengolahan tradisional, seperti

pemindangan ikan, pengeringan ikan, pengasapan ikan, fermentasi ikan (terasi,

petis, kecap ikan, dan lain-lain), kerupuk ikan, dan lain-lain; (b) pengolahan semi

modern, seperti pengalengan ikan, filet ikan, pembuatan makanan jadi berbahan

ikan (bakso ikan, fish nugget, supi, dan lain-lain), dan lain-lain; (c) pengolahan

modern, seperti surimi, industri tingkat tiga dari rumput laut (bahan kosmetik,

kesehatan, obat-obatan, dan lain-lain).

Jenis olahan yang umumnya terdapat di pelabuhan perikanan Indonesia

kecuali Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman Jakarta, masih bersifat tradisional

dan kiranya belum memperhatikan kualitas ikan, sanitasi dan cara pengepakan

yang baik antara lain jenis pengolahan pengasinan dan pemindangan. Jenis

industri olahan lainnya yang sering dijumpai di lingkungan luar pelabuhan seperti

pengalengan ikan, kerupuk, dan terasi (Lubis, 2006).

Menurut Pane (2007), penetapan jenis industri di suatu pelabuhan perikanan

dilakukan dengan mempertimbangkan:

1) Bahan baku utama, antara lain ikan basah segar dan ikan basah tidak segar

.....(kurang sampai tidak segar).

Page 30: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

14

2) Jenis ikan yang tersedia.

3) Ukuran ikan yang tersedia.

4) Prasarana atau infrastruktur serta jenis sarana yang tersedia dan yang akan

dibangun di pelabuhan perikanan dan/atau di sekitar pelabuhan perikanan.

5) Bahan-bahan penunjang atau tambahan yang tersedia, seperti kaleng dan tomat

(untuk industri ikan kaleng), serta es (pabrik es) untuk filet ikan.

6) Pelayanan yang tersedia di pelabuhan perikanan, mencakup jenis dan cara

pelayanan bahan baku industri, jenis dan cara pelayanan fasilitas, serta

pelayanan pengurusan kemudahan perijinan (ekspor dan sebagainya).

Selanjutnya dikatakan bahwa penetapan jenis industri di suatu pelabuhan

perikanan sangat penting karena akan berdampak kepada ketertarikan investor

untuk masuk ke pelabuhan perikanan dan kepada pengembangan industri di

pelabuhan perikanan. Prinsip menarik investor berinvestasi di pelabuhan

perikanan antara lain menyediakan kebutuhan industri sesuai dengan kebutuhan

industri, biaya-biaya sewa dan biaya-biaya pelayanan yang terjangkau dan

kompetitif dengan pelabuhan lain, serta memberikan kemudahan yang

keseluruhannya mampu memberikan atau menciptakan daya saing yang tinggi

bagi industri di pelabuhan perikanan. Penetapan lokasi industri di dalam

pelabuhan perikanan dilakukan dengan mempertimbangkan jenis industri atau

pabrik yang akan dibangun, luasan rata-rata atau skala per jenis industri yang akan

dibangun, luas lahan pelabuhan yang tersedia, kedekatan lokasi industri dengan

bahan baku utama dan tambahan, kedekatan lokasi industri dengan fasilitas-

fasilitas pelabuhan yang ada, serta kedekatan lokasi industri dengan pelayanan-

pelayanan pelabuhan perikanan.

Jenis industri pengolahan ikan yang sudah berkembang di Muncar adalah

industri pengalengan, pindang, gaplek ikan, tepung ikan, minyak ikan, dan

kerupuk ikan. Kondisi ini menunjukkan sudah berkembangnya kegiatan agro-

industri pengolahan ikan hasil tangkapan baik dalam bentuk pengolahan

tradisional maupun modern (Mira, Sari YD, dan Koeshendrajana S, 2007).

Page 31: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian lapang dilakukan pada bulan Mei 2009. Penelitian bertempat di

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi

Jawa Timur (Gambar 1).

Gambar 1 Peta lokasi penelitian.

3.2 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kasus dengan

aspek yang diteliti yaitu aspek produksi hasil tangkapan di PPP Muncar sebagai

bahan baku industri di dalam dan di sekitar PPP Muncar. Data yang dikumpulkan

adalah data primer dan data sekunder. Pada penelitian ini data primer

dikumpulkan melalui:

1) Pengamatan dan pencatatan

Pengamatan dan pencatatan dilakukan di PPP Muncar yang meliputi

aktivitas pendaratan, jenis dan volume produksi ikan yang didaratkan, unit-unit

Lokasi penelitian

°BT °BT

°LS

°LS

°LS

°LS

°BT °BT

PPP Muncar

Page 32: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

16

penangkapan ikan, jenis dan jumlah industri pengolahan ikan, serta pemasaran

ikan dan pendistribusiannya.

2) Wawancara dan pengisian kuesioner

Wawancara dan pengisian kuesioner dilakukan terhadap sejumlah

responden yang ditentukan secara purposive sampling, yaitu ditujukan kepada

pihak-pihak yang mewakili tujuan penelitian dan terkait dengan produksi hasil

tangkapan, antara lain:

(1) Pengelola PPP Muncar

Jumlah responden pengelola PPP Muncar adalah sebanyak 2 orang untuk

memperoleh informasi mengenai rata-rata hasil tangkapan yang didaratkan di

PPP Muncar per hari, kapasitas PPP Muncar, upaya PPP Muncar dalam

meningkatkan produksi hasil tangkapan, perkembangan volume dan nilai

produksi tahun 1999-2008, pendistribusian hasil tangkapan untuk industri

pengolahan ikan di dalam dan sekitar pelabuhan, serta pelayanan yang

diberikan kepada nelayan.

(2) Petugas TPI Pelabuhan

Responden berjumlah 2 orang untuk memperoleh informasi mengenai

perkembangan volume dan nilai produksi 10 tahun terakhir, tujuan dan sarana

distribusi hasil tangkapan untuk luar PPP Muncar, penanganan ikan saat

didistribusikan, serta fungsi dan peranan TPI dalam pendataan dan pemasaran

hasil tangkapan.

(3) Nelayan

Jumlah responden nelayan adalah sebanyak 8 orang untuk mengetahui

jenis dan ukuran alat tangkap, jenis kapal dan ukuran GT, lama trip, jenis dan

jumlah ikan dominan yang didaratkan dan diperjualbelikan di setiap musim,

harga ikan per kilogram untuk setiap jenis, tujuan pendistribusian, sarana dan

penanganan ikan saat pendistribusian, kendala kendala dalam melakukan

operasi penangkapan dan mendaratkan hasil tangkapan, serta tempat dimana

nelayan mendaratkan hasil tangkapannya.

(4) Pedagang ikan

Jumlah responden pedagang ikan adalah sebanyak 10 orang untuk

mendapatkan informasi tentang jenis dan jumlah ikan dominan yang

Page 33: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

17

diperjualbelikan, harga ikan per jenis, sumber ikan diperoleh, daerah dan

saluran pemasaran, serta penanganan dan sarana distribusi.

(5) Pengelola industri pengolahan ikan

Responden berjumlah 10 orang untuk mendapatkan informasi mengenai

jenis produk, jenis olahan, jenis ikan bahan baku, kebutuhan bahan baku dan

periodenya, asal bahan baku dan jumlahnya, kapasitas produksi, daerah tujuan

dan sarana hasil olahan, penanganan hasil olahan selama didistribusikan,

kendala dalam mendapatkan bahan baku, kendala dalam pemasaran produk dan

cara mengatasinya, dan pengembangan industri, serta upaya dalam menghadapi

kendala-kendala tersebut.

3) Pengambilan foto atau gambar

Foto atau gambar yang diambil antara lain hasil tangkapan yang

didaratkan, unit penangkapan ikan, serta fasilitas dan aktivitas di pelabuhan.

Data sekunder yang diperlukan diperoleh dari instansi-instansi terkait,

antara lain:

1) Data dari Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar, berupa:

(1) Volume dan nilai produksi per bulan PPP Muncar tahun 1999-2008.

(2) Volume dan nilai produksi per jenis ikan per bulan PPP Muncar tahun

1999-2008.

(3) Jumlah hasil tangkapan PPP Muncar yang didistribusikan ke industri

pengolahan ikan di sekitar pelabuhan.

(4) Jenis dan jumlah kebutuhan ikan bagi industri pengolahan ikan.

(5) Jenis dan jumlah industri yang ada di PPP Muncar.

(6) Jumlah unit penangkapan ikan yang ada di PPP Muncar.

(7) Jenis, jumlah, dan kapasitas fasilitas di PPI Muncar.

2) Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi:

(1) Potensi perikanan.

(2) Keadaan umum daerah penelitian berupa letak geografis lokasi penelitian

(topografi, luas, dan batas wilayah), keadaan penduduk dan keadaan

perikanan secara umum.

Page 34: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

18

(3) Kondisi perikanan tangkap (jumlah armada penangkapan, alat tangkap,

dan nelayan) di PPP Muncar dan Kabupaten Banyuwangi tahun 1999-

2008.

(4) Kondisi perikanan tangkap di PPP Muncar dan Kabupaten Banyuwangi

tahun 1999-2008.

(5) Data volume dan nilai produksi ikan di PPP Muncar dan Kabupaten

Banyuwangi tahun 1999-2008.

(6) Peta lokasi penelitian.

Pengelompokkan data dan informasi berdasarkan kepentingannya dibedakan

menjadi data utama dan data tambahan. Data utama meliputi:

1) Data utama primer

(1) Foto ikan dominan yang didaratkan di PPP Muncar

(2) Foto-foto unit penangkapan ikan (kapal dan alat tangkap)

(3) Pemasaran ikan di TPI

(4) Pendistribusian ikan (sarana, tujuan, dan penanganan hasil tangkapan)

(5) Jenis dan jumlah ikan kebutuhan industri

(6) Jenis dan jumlah industri pengolahan ikan

2) Data utama sekunder

(1) Data bulanan volume dan nilai produksi berdasarkan jenis ikan yang

didaratkan selama 10 tahun terakhir

(2) Jumlah hasil tangkapan yang didistribusikan untuk industri pengolahan

(3) Jenis dan jumlah industri pengolahan ikan

Data tambahan yang dikumpulkan meliputi data tambahan sekunder dan data

tambahan primer.

1) Data tambahan primer (PPP Muncar)

(1) Letak geografis lokasi penelitian dan kependudukan

(2) Potensi perairan laut

(3) Aktivitas dan fasilitas di PPP Muncar

2) Data tambahan sekunder (Kabupaten Banyuwangi)

(1) Keadaan umum daerah penelitian berupa letak geografis dan topografis

daerah penelitian, keadaan iklim, serta kependudukan

(2) Keadaan perikanan secara umum

Page 35: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

19

3.3 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif melalui penyajian tabel dan grafik

setelah dilakukan identifikasi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan tujuan

penelitian.

3.3.1 Analisis terhadap produksi hasil tangkapan didaratkan dan pendistribusiannya

Analisis terhadap produksi hasil tangkapan didaratkan di PPP Muncar

dilakukan untuk mengetahui perkembangan volume dan nilai produksi serta

informasi lainnya berdasarkan data volume dan nilai produksi ikan tahun 1999-

2008. Analisis ini dilakukan secara deskriptif melalui penyajian tabel dan grafik.

Analisis pendistribusian hasil tangkapan dilakukan dengan mengetahui tujuan atau

daerah distribusi, sarana distribusi yang digunakan, serta penanganan ikan selama

pendistribusian sejak ikan didaratkan.

Metode yang digunakan sebagai analisis produksi hasil tangkapan adalah

dengan mengetahui kualitas pemasaran ikan yang dipasarkan melalui pendekatan

indeks relatif nilai produksi. Indeks tersebut membandingkan antara volume

produksi dan nilai produksi perikanan dimana pelabuhan itu berada. Selanjutnya

dicari persentase volume dan persentase nilai yang disajikan dalam grafik (Lubis

et al., 2010). Rumus indeks relatif nilai produksi adalah: Np x 100

I = Nt N Qp x 100 Qt Keterangan: Np = nilai produksi perikanan di PPP Muncar

Nt = nilai produksi perikanan Kabupaten Banyuwangi

Qp = quantitas/volume produksi perikanan di PPP Muncar

Qt = quantitas/volume produksi perikanan Kabupaten Banyuwangi

Indeks tersebut dapat menggambarkan nilai relatif produksi PPP Muncar

terhadap nilai produksi Kabupaten Banyuwangi. Bila I=1, maka nilai relatif

produksi perikanan pelabuhan adalah sama dengan nilai rata-rata kabupaten. Bila

I>1, maka nilai relatif produksi perikanan pelabuhan adalah lebih besar dari nilai

rata-rata produksi kabupaten, yang berarti bahwa produksinya mempunyai

Page 36: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

20

kualitas pemasaran baik. Bila I<1, maka nilai relatif produksi perikanan

pelabuhan adalah lebih kecil dari nilai rata-rata produksi kabupaten, yang berarti

bahwa produksi pelabuhan tersebut memiliki kualitas pemasaran yang kurang baik

dibandingkan dengan kabupaten.

3.3.2 Analisis terhadap kebutuhan bahan baku industri pengolahan ikan di dalam dan sekitar PPP Muncar

Analisis untuk mencari informasi mengenai kebutuhan bahan baku industri

pengolahan ikan adalah dilakukan secara deskriptif terhadap parameter-parameter

sebagai berikut:

1) Jenis ikan dan volume ikan yang didaratkan di PPP Muncar

Analisis terhadap jenis ikan dan volume produksi yang didaratkan di PPP

Muncar dilakukan secara deskriptif melalui penyajian tabel dan grafik pada

jenis-jenis ikan dominan dan volumenya yang didaratkan di PPP Muncar yang

dapat digunakan sebagai bahan baku industri pengolahan ikan.

2) Kebutuhan bahan baku

Analisis terhadap kebutuhan bahan baku dilakukan dengan

membandingkan antara produksi perikanan PPP Muncar dengan kebutuhan

bahan baku industri pengolahan ikan di sekitar PPP Muncar. Perkembangan

jumlah hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Muncar disajikan selama 10

tahun terakhir. Selain itu ketersediaan bahan baku dianalisis secara deskriptif

untuk jenis-jenis ikan tertentu yang selalu ada setiap tahun dalam jumlah yang

cukup sesuai dengan kebutuhan industri pengolahan ikan.

3) Asal bahan baku

Analisis terhadap asal bahan baku dilakukan secara deskriptif apakah ikan-

ikan yang dapat digunakan sebagai bahan baku olahan hanya diperoleh dari

PPP Muncar saja atau juga dari tempat lain.

3.3.3 Analisis proyeksi produksi HT selama 10 tahun (2011-2020)

Proyeksi jumlah hasil tangkapan lemuru, layang, dan tongkol yang

didaratkan di PPP Muncar sepuluh tahun ke depan dilakukan dengan

menggunakan metode peramalan model dekomposisi multiplikatif (Gasperz,

1992). Model persamaannya adalah sebagai berikut:

Page 37: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

21

Yt = It x Tt x Ct x Et

dimana: Yt = Nilai deret waktu (data aktual) pada periode t

It = Komponen atau indeks musiman pada periode t

Tt = Komponen trend pada periode t

Ct = Komponen siklik pada periode t

Et = Komponen galat pada periode t

Langkah-langkah untuk penyelesaian terhadap fungsi di atas berdasarkan model

dekomposisi multiplikatif adalah:

1) Penggunaan metode grafik untuk mengetahui bentuk awal kurva produksi

lemuru yang didaratkan, bentuk awal kecenderungan, dan model penduga

produksi yang akan digunakan.

2) Pengidentifikasian pengaruh trend (Tt) sesuai dengan perilaku data deret waktu

dengan metode kuadrat terkecil seperti pada model regresi. Model penduga trend

produksi yang digunakan adalah trend linear:

Tt = a + bt

Dimana Tt = kecenderungan (trend) pada periode t

t = indeks waktu (x)

a, b = nilai-nilai penduga parameter model

3) Faktor musim (It) dapat ditentukan dengan cara:

(1) Dari data aktual (Yt), ditentukan rata-rata bergerak (moving average) 3

bulan untuk setiap bulannya (Mt). Nilai M2 ditempatkan pada bulan Februari

1999, M3 pada bulan Maret 1999, dan seterusnya.

M2 = M3 =

Begitu seterusnya untuk bulan-bulan berikutnya.

(2) Menentukan rasio data hasil tangkapan (Yt) terhadap rata-rata bergerak

(Mt) dengan cara membagi data hasil tangkapan dengan nilai rata-rata

bergerak.

Misal: R2 (%) = x 100%

Begitu seterusnya untuk bulan berikutnya.

Y1 + Y2 + Y3

3

Y2 + Y3 + Y4

3

Y2

M2

Page 38: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

22

(3) Tahap penghilangan pengaruh galat rasio, yaitu merata-ratakan nilai pada

bulan yang sama setiap tahun dengan menggunakan analisis rata-rata medial.

Rata-rata medial adalah nilai rata-rata setelah nilai terbesar dan terkecil tidak

dihitung.

(4) Indeks musim produksi dapat ditentukan dari nilai rata-rata medial setelah

dikalikan dengan faktor koreksi.

Faktor koreksi =

4) Untuk memperoleh komponen siklik (Ct), maka dilakukan penentuan

rasio antara Mt dan Tt :

Ct (%) = x 100%

5) Untuk keperluan peramalan, digunakan ketiga komponen yang telah dipisahkan

tersebut (It, Tt, Ct), sebagai berikut:

Ŷ = It x Tt x Ct

1200

Total rata-rata medial 12 bulan

Y2

M2

Page 39: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

4 KEADAAN UMUM

4.1 Keadaan Umum Kabupaten Banyuwangi

4.1.1 Keadaan geografis, topografis, iklim, dan penduduk

1) Geografis dan topografis

Secara geografis, Kabupaten Banyuwangi terletak pada koordinat 7°43’-

8°46’ Lintang Selatan dan 113°53’-114°38’ Bujur Timur serta merupakan bagian

yang paling Timur dari wilayah Propinsi Jawa Timur dengan batas-batas wilayah

sebagai berikut (BPS Kab. Banyuwangi, 2008):

(1) sebelah utara : Kabupaten Situbondo dan Bondowoso

(2) sebelah timur : Selat Bali

(3) sebelah selatan : Samudera Hindia

(4) sebelah barat : Kabupaten Jember dan Bondowoso

Wilayahnya yang berbatasan langsung dengan dua perairan yang berpotensi

tinggi, yaitu perairan Selat Bali dan Samudera Hindia, menjadikan Kabupaten

Banyuwangi daerah yang potensial di bidang perikanan dan merupakan salah satu

daerah perikanan utama di Jawa Timur.

Kabupaten Banyuwangi memiliki panjang garis pantai sekitar 175,8 km

yang membujur sepanjang batas Selatan dan Timur Kabupaten Banyuwangi serta

dengan jumlah pulau sebanyak 10 buah. Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

adalah 5.782,5 km2 yang dibagi dalam 24 wilayah kecamatan, 28 kelurahan, 189

desa, 2.827 Rukun Warga (RW), dan 10.532 Rukun Tetangga (RT) (BPS Kab.

Banyuwangi, 2008).

Kabupaten Banyuwangi terletak pada ketinggian 0-1000 meter di atas

permukaan laut yang merupakan dataran rendah dan mempunyai lereng dengan

kemiringan lebih dari 40% meliputi lebih kurang 29,25% dari luas daerah yang

mempunyai tinggi tempat lebih dari 500 meter di atas permukaan laut. Dataran

tinggi terletak di bagian Barat dan Utara dimana terdapat gunung-gunung yang

berbatasan dengan Kabupaten Situbondo, Bondowoso, dan Jember, sedangkan

bagian Timur dan Selatan sekitar 75% merupakan dataran rendah persawahan

(Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, 2008).

Page 40: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

24

2) Keadaan iklim

Daerah Kabupaten Banyuwangi memiliki iklim tropis dengan suhu rata-rata

25°C-30°C. Curah hujan terjadi pada bulan November sampai April. Musim

kemarau terjadi pada bulan Mei sampai Oktober. Setiap tahun dijumpai periode

bulan basah dan bulan kering dimana bulan basah dengan curah hujan di atas 180

mm, yaitu bulan Desember, Januari, dan Februari dengan rata-rata hari hujan 18

dan 25 hari. Bulan kering terjadi pada bulan Agustus, September, dan Oktober

dimana hari hujan pada bulan kering antara 0-5 hari per bulan. Suhu maksimum

tertinggi terjadi pada bulan November, yaitu 29,9°C dan suhu minimum terendah

terjadi pada bulan Agustus, yaitu 25,3°C (Dinas Perikanan dan Kelautan

Banyuwangi, 2008).

3) Keadaan penduduk

Jumlah penduduk di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2007 adalah

sebesar 1.669.437 jiwa. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai pem-

budidaya ikan dan nelayan adalah sebanyak 27.172 jiwa atau 1,58% (Tabel 1).

Tabel 1 Sebaran penduduk menurut mata pencaharian sektor perikanan Kabu-

paten Banyuwangi tahun 2007

No Mata pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Nelayan perairan umum 1.923 0,11 2 Pembudidaya ikan 5.284 0,32 3 Nelayan penangkap ikan di laut 19.965 1,20 4 Lain-lain 1.642.265 98,37 Jumlah 1.669.437 100,00

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, 2008

Kondisi penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan berada di

sepuluh kecamatan berpantai, yakni Muncar, Pesanggaran, Purwoharjo,

Wongsorejo, Kalipuro, Banyuwangi, Kabat, Siliragung, Rogojampi, dan

Tegaldelimo. Pembudidaya tambak (payau) dan pembenihan (hatchery) berada di

delapan kecamatan, namun yang masih beroperasi hanya berada di dua

kecamatan, yaitu Wongsorejo dan Kalipuro. Pembudidayaan ikan air tawar

terdapat di hampir semua kecamatan wilayah Kabupaten Banyuwangi (Dinas

Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, 2008).

Page 41: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

25

4.1.2 Keadaan umum perikanan Kabupaten Banyuwangi

Kabupaten Banyuwangi memiliki wilayah potensi perikanan dan kelautan

yang meliputi wilayah laut di Selat Bali seluas 1500 mil2 dengan potensi lestari

66.000 ton per tahun dan didominasi ikan permukaan (pelagis), serta Samudera

Hindia seluas 2000 mil2 dengan potensi lestari 212.500 ton per tahun dan

didominasi ikan dasar (demersal) di samping ikan pelagis. Wilayah pesisir dan

pantai sepanjang 175 km juga dimiliki oleh Kabupaten Banyuwangi, yang

merupakan lahan potensial bagi budidaya air payau atau tambak dan pembenihan

udang windu. Selain itu terdapat 81 sungai dengan panjang keseluruhan mencapai

735 km yang berfungsi antara lain untuk pertanian, perikanan, dan air minum.

Beberapa sungai tersebut bermuara di Selat Bali, yaitu Sungai Lo, Sungai Setail,

Sungai Kalibaru, Sungai Sepanjang, dan Sungai Kempit. Selain sungai juga

terdapat tujuh waduk dengan luas mencapai 4 ha serta dua rawa yang luasnya

mencapai 1,5 ha (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, 2008).

Selanjutnya dikatakan bahwa sesuai dengan potensi sumberdaya perikanan

yang tersedia, maka peningkatan kontribusi sub sektor Perikanan dan Kelautan di

Kabupaten Banyuwangi dilaksanakan melalui peningkatan usaha-usaha yang

meliputi usaha penangkapan di laut, budidaya air tawar, budidaya air payau, dan

penangkapan di perairan umum, serta rehabilitasi hutan mangrove dan terumbu

karang. Pengembangan produksi tersebut dilakukan untuk memenuhi konsumsi

dan bahan baku industri dalam negeri, sedangkan komoditas-komoditas yang

mempunyai pasaran baik di luar negeri diarahkan untuk ekspor.

Pengembangan usaha penangkapan di perairan pantai yang masih potensial

dilaksanakan melalui motorisasi dan modernisasi unit penangkapan. Jenis alat

tangkap yang dikembangkan adalah trammel net, gillnet, pancing rawai, dan mini

purse seine dengan menggunakan perahu motor tempel dan kapal motor.

Disamping itu akan ditempuh pula usaha diversifikasi melalui perbaikan teknis

penangkapan dan penggunaan beberapa jenis alat tangkap pada setiap unit

penangkapan untuk meningkatkan efisiensi usaha (Dinas Perikanan dan Kelautan

Banyuwangi, 2008).

Page 42: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

26

Tabel 2 Perkembangan armada perikanan Kabupaten Banyuwangi tahun 2006-2007

No Kecamatan 2006 2007 PTM PMT PTM PMT

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Muncar Pesanggaran Purwoharjo Wongsorejo Kalipuro Banyuwangi Kabat Rogojampi Tegaldlimo

121 54 45 36 48 40 17 50 30

1.074 596 408 411 516 445 345 265 355

96 54 45 36 48 40 17 50 30

1.401 596 408 411 516 445 345 265 355

Jumlah 441 4.415 416 4.742

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, 2008

Armada perikanan Kabupaten Banyuwangi mengalami perkembangan

sebesar 6,2% pada tahun 2007, yaitu bertambah 302 unit dari tahun 2006. Jumlah

armada perikanan terbanyak terdapat pada Kecamatan Muncar. Jumlah perahu

tanpa motor (PTM) di Muncar berkurang 25 unit, sedangkan perahu motor tempel

(PMT) bertambah 327 unit. Jumlah armada untuk kecamatan lainnya di

Kabupaten Banyuwangi cenderung tetap.

Tabel 3 Jumlah alat tangkap di Kabupaten Banyuwangi tahun 2007

No Kecamatan

Jenis alat tangkap Purse seine

Pa-yang

Jaring insang

Ra-wai

Pan-cing

Bagan tancap Sero Lain-

lain Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Muncar Pesanggaran Purwoharjo Wongsorejo Kalipuro Banyuwangi Kabat Rogojampi Tegaldlimo

185 4

11 - - - - - -

44 30 22 16 30 24 16

- -

255 162 157 116 80 82 38 62 85

181 48 35

- - - - - -

395 337 63

125 315 275 256 175 75

129 - - - - - - - -

142 - - - - - - -

45

617 - -

154 91 64 35 30

148

1.948 581 288 411 516 445 345 267 353

Jumlah 200 182 1.037 264 2.016 129 187 1.139 5.154

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, 2008

Alat tangkap yang paling dominan di Kabupaten Banyuwangi adalah alat

tangkap pancing dengan jumlah 2.016 unit atau 39,1% dari jumlah keseluruhan

alat tangkap. Berdasarkan hasil wawancara, pancing merupakan alat tangkap

yang paling digemari oleh nelayan Kabupaten Banyuwangi karena

Page 43: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

27

penggunaannya yang mudah dan harganya yang relatif murah dibandingkan alat

tangkap lainnya.

Tabel 4 Jumlah nelayan di Kabupaten Banyuwangi tahun 2006-2007

No Kecamatan 2006 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Muncar Pesanggaran Purwoharjo Wongsorejo Kalipuro Banyuwangi Kabat Rogojampi Tegaldlimo

11.685 1.026 2.691 1.148

357 771 132

1.602 405

12.762 1.026 1.464

918 357 192 132

1.602 285

Jumlah 19.817 18.738

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, 2008

Jumlah nelayan di Kabupaten Banyuwangi secara keseluruhan mengalami

perkembangan -5,4% pada tahun 2007, yaitu berkurang sebesar 1.079 jiwa dari

tahun 2006. Berkurangnya jumlah nelayan tersebut dijelaskan oleh petugas

setempat dikarenakan berkurangnya nelayan pendatang, yaitu nelayan yang

bersifat musiman dan berasal dari daerah luar Banyuwangi seperti dari Madura.

Tabel 5 Perkembangan volume produksi hasil tangkapan Kabupaten Banyuwangi tahun 2006-2007

No Kecamatan

2006 2007 Volume produksi

(kg)

Nilai produksi

(Rp x 1000)

Volume produksi

(kg)

Nilai produksi

(Rp x 1000) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Muncar Pesanggaran Purwoharjo Wongsorejo Kalipuro Banyuwangi Kabat Rogojampi Tegaldlimo

58.730.442 2.572.122

408.788 159.794 130.982

19.313 31.962

133.053 17.825

86.017.378,5 4.520.367,6

325.598,0 963.758,1 311.277,4

58.608,5 190.377,8 667.571,4 105.105,0

59.884.951 1.171.200

260.432 151.229 137.300

8.904 25.739

150.347 11.275

82.402.023,7 1.705.059,3

338.910,4 994.011,0 418.800,0 35.032,5

165.111,0 853.800,0 79.085,0

Jumlah 62.204.281 93.179.042,3 61.801.431 86.988.832,9

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, 2008

Page 44: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

28

Nilai produksi penangkapan ikan di laut Kabupaten Banyuwangi mengalami

penurunan sebesar 6,6% atau Rp6.190.209.350. Hal tersebut seiring dengan

penurunan volume produksinya yang sebesar 0,6% atau 402.850kg. Menurut

petugas Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, penurunan tersebut

merupakan dampak dari kenaikan harga BBM yang menyebabkan biaya

operasional melaut semakin tinggi.

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Muncar

4.2.1 Letak PPP Muncar

Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar terletak di Desa Kedungrejo,

Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur. Kecamatan

Muncar terletak di tepi pantai (Selat Bali) pada posisi 8°24’-8°30’ Lintang Selatan

dan 114°15’38"-114°21’5" ssBujur Timur yang memiliki teluk bernama Teluk

Pangpang, serta mempunyai panjang pantai yang mencapai 13 km dengan

pendaratan ikan sepanjang 4,5 km (UPT PPP Muncar, 2009).

Jarak PPP Muncar dengan pusat Kecamatan Muncar adalah 2 km atau

sekitar 10 menit, dengan kota kabupaten Banyuwangi sejauh 37 km dengan lama

perjalanan sekitar 1,5-2 jam, serta dengan ibukota propinsi adalah 332 km yang

dapat ditempuh antara 8-9 jam. Kecamatan Muncar mempunyai penduduk

sebanyak 132.052 jiwa dan masyarakatnya terutama dari segi struktur budaya

nelayan terdiri dari suku Jawa, Madura, Osing, dan Bugis (UPT PPP Muncar,

2009).

Dari total penduduk di Muncar, hanya sedikit yang memiliki mata

pencaharian sebagai nelayan, yaitu 11.341 jiwa (8,59%). Selebihnya penduduk

Kecamatan Muncar bekerja di sektor industri, perdagangan, pertanian, dan lain

sebagainya. Terdapat empat tempat pendaratan ikan (TPI) di PPP Muncar untuk

membantu mendaratkan ikan dan pemasarannya, yaitu TPI Kalimoro, TPI

Sampangan, TPI Tratas, dan TPI Pelabuhan (Gambar 2). Namun TPI yang masih

beroperasi hingga saat ini hanya TPI Pelabuhan dan TPI Kalimoro. Tempat

pelelangan ikan yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah TPI Pelabuhan.

Page 45: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

29

Sumber: UPT PPP Muncar, 2009

Gambar 2 Peta wilayah Kecamatan Muncar tahun 2008.

Desa Sumbersewu

Desa Blambangan

Desa Tembokrejo

Desa Tapanrejo

Desa Tambakrejo Desa Kedungringin

Desa Sumberberas

Desa Ringin Putih

Desa Kedungkrejo

PPI Tratas

PPP Muncar PPI Sampangan

PPI Kalimoro

Kec. Srono

SKALA 1:52.000

Kec. Tegaldelimo

114°20' BT

SELAT

BALI

114°15'38" BT

8°30' LS

8°24' LS

114°15'38" BT 114°20' BT

Page 46: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

30

4.2.2 Potensi perairan laut

Selat Bali memiliki potensi lestari untuk ikan pelagis yang dominan, yaitu

lemuru (Sardinella lemuru) sebesar 46.400 ton per tahun. Tingkat pengusahaan

sumberdaya perikanan dan kelautan di Selat Bali sudah dilakukan secara intensif

sehingga dinyatakan padat tangkap. Dalam pengembangan produksi penangkapan

ikan di laut, bagi daerah-daerah perairan pantai yang telah padat tangkap atau

krisis sumberdaya diupayakan untuk tidak ada penambahan usaha baru (Dinas

Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, 2008).

4.2.3 Unit penangkapan ikan

1) Kapal/perahu penangkapan ikan

Kapal/perahu penangkapan ikan yang beroperasi di PPP Muncar dapat

diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu jenis kapal motor (KM), perahu motor

tempel (PMT), dan perahu tanpa motor (PTM). Kapal motor sendiri terdiri dari

kapal motor kurang dari 5 GT, 5-10 GT, dan 10-30 GT. Jumlah armada

penangkapan ikan yang berada di PPP Muncar selama periode tahun 1999-2008

dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 3.

Tabel 6 Perkembangan jumlah kapal/perahu penangkapan ikan di PPP Muncar tahun 1999-2008

Tahun PTM PMT KM Jumlah

(unit) Perkembangan

(%) < 5 GT

5-10 GT

10-30 GT Jumlah

1999 76 1.306 0 0 0 0 1.382 - 2000 48 1.284 267 334 786 1.387 2.719 96,7 2001 48 1.151 547 258 746 1.551 2.750 1,1 2002 29 1.112 533 258 198 989 2.130 -22,6 2003 48 1.208 566 253 198 1.017 2.273 6,7 2004 215 1.070 566 319 193 1.078 2.363 4,0 2005 121 1.070 566 319 185 1.070 2.261 -4,3 2006 121 1.074 566 319 189 1.074 2.269 0,4 2007 96 1.401 566 319 189 1.074 2.571 13,3 2008 96 1.401 566 319 189 1.074 2.571 0,0

Sumber: TPI PPP Muncar, 2009 (*diolah kembali)

Jumlah kapal atau perahu perikanan yang beroperasi di PPP Muncar pada

kurun waktu 1999-2008 mengalami fluktuasi dengan pertumbuhan total rata-rata

Page 47: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

31

sebesar 10,6% per tahun. Jumlah kapal atau perahu penangkapan tersebut

didominasi oleh jenis perahu motor tempel. Perahu motor tempel lebih diminati

oleh nelayan Muncar karena dapat menempuh fishing ground yang lebih jauh

daripada perahu tanpa motor dan juga harganya yang lebih murah dibandingkan

dengan kapal motor. Selain itu keuntungan yang diperoleh juga lebih besar

dibandingkan jenis armada lainnya. Jumlah perahu yang paling sedikit jumlahnya

adalah perahu tanpa motor. Nelayan yang menggunakan perahu jenis ini biasanya

merupakan nelayan kecil atau berasal dari golongan bawah.

Gambar 3 Perkembangan jumlah kapal/perahu penangkapan ikan di PPP Muncar

tahun 1999-2008.

Keberadaan armada kapal motor di tahun 2000 disebabkan adanya program

motorisasi dari pemerintah. Selain itu, bersamaan dengan jumlah perahu tanpa

motor dan perahu motor tempel yang menurun menunjukkan bahwa nelayan-

nelayan yang mengoperasikan alat tangkap dengan menggunakan perahu tanpa

motor dan perahu motor tempel beralih ke kapal motor.

Perkembangan perahu motor tempel pada periode tahun 1999-2008

berfluktuasi cukup besar terutama periode tahun 2000-2001, 2003-2004, dan

2006-2007. Pertumbuhan positif tertinggi terjadi pada periode tahun 2006-2007,

yaitu 30,45% atau sebesar 327 unit, sedangkan pertumbuhan negatif terbesar

terjadi pada periode tahun 2003-2004, yaitu turun sebanyak 11,42% atau sebesar

138 unit. Penurunan jumlah perahu motor tempel pada tahun 2001 dan 2004

0200400600800

1000120014001600

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Jum

lah

arm

ada

(uni

t)

Tahun

PTM PMT KM

Page 48: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

32

diimbangi dengan berkurangnya jumlah nelayan, sedangkan pertambahan jumlah

perahu motor tempel pada tahun 2007 diimbangi dengan bertambahnya jumlah

nelayan sekitar 9% dari 11.685 menjadi 12.762. Pada tahun 2007 jumlah perahu

motor tempel meningkat 30,93% menjadi 1.401 unit. Pada tahun yang sama

jumlah perahu tanpa motor berkurang 20,66% menjadi 96 unit, sedangkan jenis

perahu lainnya tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya. Berdasarkan

perubahan jumlah kedua perahu tersebut dapat disimpulkan bahwa nelayan

Muncar mulai beralih pada perahu motor tempel. Hal ini menunjukkan adanya

peningkatan pendapatan para nelayan yang mampu memiliki perahu motor

tempel.

Gambar 4 Jumlah kapal/perahu perikanan berdasarkan jenisnya tahun 2008.

Pada tahun 2008, jenis armada dengan jumlah terendah adalah jenis perahu

tanpa motor, yaitu sebesar 96 unit (3,7%). Hal ini dikarenakan setelah adanya

program motorisasi dari pemerintah, jumlah perahu tanpa motor menurun atau

lebih sedikit dibandingkan perahu jenis lainnya. Jenis armada dengan jumlah

tertinggi adalah perahu motor tempel, yaitu 1.401 unit (54,5%), seperti telah

dijelaskan sebelumya, karena perahu motor tempel lebih diminati oleh nelayan.

Armada jenis lainnya, yakni kapal motor <5 GT memiliki jumlah sebesar 566 unit

(22,0%), kapal motor 5-10 GT berjumlah 319 unit (12,4%) dan kapal motor 10-

30 GT sebanyak 189 unit (7,4%).

0

250

500

750

1000

1250

1500

PTM PMT KM < 5 GT KM 5-10 GT KM 10-30 GT

Jenis kapal/perahu

Jum

lah

arm

ada

(uni

t) .

Page 49: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

33

2) Alat tangkap

Jenis alat tangkap ikan yang dioperasikan di wilayah PPP Muncar yaitu

purse seine, payang, gillnet, rawai hanyut, pancing ulur, bagan tancap, dan sero.

Perkembangan jumlah alat tangkap per jenis selama 10 tahun terakhir dapat dilihat

pada Tabel 7 dan Gambar 5.

Tabel 7 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPP Muncar tahun 1999-2008

Tahun Alat penangkapan ikan

Jumlah Perkem-bangan (%)*

Purse seine

Pa-yang

Gill-net

Rawai hanyut

Pancing ulur

Bagan tancap Sero Lain-

lain 1999 190 93 356 356 528 146 132 147 1.948 - 2000 190 93 102 102 528 146 132 387 1.680 -13,76 2001 190 94 102 102 305 142 138 454 1.527 -9,11 2002 190 94 102 102 304 174 149 455 1.570 2,82 2003 190 93 102 102 305 174 149 455 1.570 0,00 2004 190 93 276 102 305 174 149 455 1.744 11,08 2005 142 112 276 181 342 174 142 894 2.263 44,14 2006 166 112 276 181 442 174 142 1.017 2.510 10,91 2007 185 44 255 181 395 129 142 617 1.948 -22,39 2008 185 44 255 181 395 129 142 793 2.124 9,03

Sumber: UPT PPP Muncar, 2009 (*diolah kembali)

Jumlah alat tangkap yang beroperasi mengalami fluktuasi setiap tahunnya

dan mengalami rata-rata perkembangan sebesar 2,41% per tahun. Jumlah alat

tangkap tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu sebanyak 2.510 unit, sedangkan

jumlah alat tangkap terendah terjadi pada tahun 2001, yaitu 1.527 unit.

Penurunan terbanyak jumlah alat tangkap terjadi pada tahun 2007, yaitu

turun 22,39% menjadi 1.948 unit. Secara keseluruhan, jenis alat tangkap yang

mengalami penurunan jumlah antara lain payang, gillnet, pancing ulur, dan bagan

tancap. Pada tahun yang sama jumlah alat tangkap yang mengalami pertambahan

jumlah adalah purse seine. Hal ini menunjukkan bahwa banyak nelayan di

Muncar yang beralih ke jenis alat tangkap purse seine karena lebih

menguntungkan daripada jenis alat tangkap lainnya.

Page 50: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

34

Gambar 5 Perkembangan alat tangkap dominan di PPP Muncar tahun 1999- ........ 2008.

Jumlah seluruh alat tangkap yang dioperasikan di PPP Muncar pada tahun

2008 berjumlah 2.124 unit dengan didominasi oleh alat tangkap pancing ulur

sebanyak 395 unit (18,60%) disusul oleh gillnet sebanyak 255 unit (12,01%), dan

purse seine sebanyak 185 unit (8,71%). Pancing ulur memiliki jumlah terbanyak

karena harganya yang murah dibandingkan jenis alat tangkap lain. Diantara alat-

alat tangkap tersebut, purse seine, payang, dan gillnet adalah alat tangkap yang

paling produktif terutama untuk menangkap jenis ikan dominan di Muncar seperti

lemuru, layang, dan tongkol. Hal ini dapat dilihat dari jumlah hasil tangkapan

ketiga alat tangkap tersebut di PPP Muncar pada tahun 2008, yaitu jumlah hasil

tangkapan purse seine sebesar 24.795.556 kg (69,35%), payang sebesar 1.347.581

kg (3,77%) dan gillnet sebesar 539.032 kg (1,51%).

Gambar 6 Jumlah alat tangkap per jenis di PPP Muncar tahun 2008.

0

100

200

300

400

500

600

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Jum

lah

(uni

t)

Tahun

Pancing ulur Gill net Purse seine

0100200300400500600700800

Purse seine Payang Gillnet Rawai hanyut

Pancing ulur Bagan tancap

Sero Lain-lain

Jum

lah

(uni

t)

Jenis alat tangkap

Page 51: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

35

Jenis armada purse seine termasuk ke dalam perahu motor tempel. Dalam

melakukan operasi penangkapan, nelayan purse seine menggunakan dua buah

perahu kayu yang berukuran 15-30 GT. Jenis armada gillnet menggunakan kapal

kayu dengan mesin tempel. Kapal tersebut memiliki ukuran sebesar 3-5 GT.

Fishing ground ketiga alat tangkap tersebut antara lain perairan Bomo,

Karangente, Pengambengan, Senggrong, Tanjung Pasir, Teluk Pangpang, dan

Wringin. Selain itu armada purse seine dapat beroperasi ke daerah yang lebih

jauh, yaitu di sebelah Utara seperti perairan Celukan Bawang, Jangkar, Pandean,

dan Pondokimbo. Perkembangan ketiga jenis alat tangkap dominan tersebut dapat

dilihat pada Gambar 6.

3) Nelayan

Nelayan di PPP Muncar terdiri atas nelayan asli dan nelayan andon.

Nelayan asli adalah nelayan yang bertempat tinggal di sekitar Muncar dan seluruh

waktu kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Nelayan

andon adalah nelayan pendatang yang berasal dari luar Muncar dan biasanya

bersifat sementara yang jumlahnya bertambah pada saat musim ikan. Biasanya

nelayan andon tersebut berasal dari Jawa Timur, terutama Madura, dan Bali.

Tabel 8 Jenis dan jumlah nelayan di PPP Muncar tahun 2008

Jenis nelayan Jumlah nelayan (jiwa) Perkembangan* Tahun 2007 Tahun 2008 (%)

Nelayan asli 12.229 11.874 -2,90 Nelayan andon 533 383 -28,14 Jumlah 12.762 12.257 -3,96

Sumber: UPT PPP Muncar, 2009 (*diolah kembali)

Tabel 8 di atas menunjukkan jumlah nelayan di PPP Muncar pada tahun

2008, yaitu sebesar 12.257 jiwa. Jumlah terbanyak adalah nelayan asli, yaitu

sebesar 11.341 jiwa (92,53%), yang merupakan penduduk asli Muncar ataupun

pendatang yang telah menetap di Muncar. Nelayan sambilan berjumlah 533 jiwa

(4,35%) dan yang terakhir adalah nelayan andon yang berjumlah 383 jiwa

(3,12%). Jumlah nelayan asli di Muncar merupakan jumlah terbanyak di wilayah

Page 52: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

36

Kabupaten Banyuwangi, yaitu sekitar 60% dari jumlah seluruh nelayan di

Kabupaten Banyuwangi.

Tabel 9 Perkembangan jumlah nelayan di PPP Muncar tahun 1999-2008

Tahun Nelayan (jiwa) Jumlah Perkembangan* (%)

1999 10.516 - 2000 11.973 13,86 2001 11.818 -1,29 2002 12.251 3,66 2003 12.233 -0,15 2004 11.958 -2,25 2005 11.300 5,50 2006 11.685 3,41 2007 12.762 9,22 2008 12.257 -3,96

Sumber: UPT PPP Muncar 2009 (*diolah kembali)

Perkembangan jumlah nelayan di PPP Muncar pada tahun 1999 sampai

tahun 2008 sangat berfluktuatif (Tabel 9). Jumlah nelayan di PPP Muncar selama

kurun waktu 1999-2008 cenderung meningkat dengan rata-rata perkembangan

total sebesar 1,89%. Penurunan yang terjadi pada tahun 2001 diiringi dengan

menurunnya jumlah alat tangkap.

4.2.4 Produktivitas unit penangkapan ikan

Produktivitas unit penangkapan ikan merupakan kemampuan suatu alat

tangkap untuk menangkap atau menghasilkan ikan. Menurut Depdiknas (2002),

produkstivitas adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu atau daya

produksi.

Selain alat tangkap purse seine, payang, dan gillnet, alat tangkap bagan juga

merupakan alat tangkap produktif yang menangkap ketiga jenis ikan dominan,

yaitu lemuru, layang, dan tongkol. Jumlah trip alat tangkap bagan pada tahun

2008 adalah 20 trip per bulan, sama dengan jumlah trip alat tangkap payang dan

gillnet, sedangkan jumlah trip alat tangkap purse seine adalah 19 kali trip per

bulan. Alat tangkap purse seine mampu menghasilkan hasil tangkapan rata-rata

Page 53: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

37

12,1 ton per unit per bulan, payang 4,5 ton per unit per bulan, gillnet 0,4 ton per

unit per bulan, dan bagan 0,2 ton per unit per bulan.

4.2.5 Aktivitas di PPP Muncar

Aktivitas-aktivitas yang terjadi di PPP Muncar antara lain kelompok

aktivitas yang berhubungan dengan hasil tangkapan, pengolahan ikan, unit

penangkapan ikan, penyediaan kebutuhan melaut, dan pengelolaan pelabuhan

perikanan.

1) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan hasil tangkapan

(1) Pendaratan hasil tangkapan

Proses pertama yang dilakukan dalam pendaratan hasil tangkapan adalah

pembongkaran hasil tangkapan oleh anak buah kapal (ABK) masing-masing

armada penangkapan. Di saat inilah dilakukan penyortiran hasil tangkapan

berdasarkan jenis dan mutu ikan. Proses pembongkaran hasil tangkapan di PPP

Muncar dilakukan di dermaga pelabuhan. Namun ada juga yang melakukan

proses tersebut di luar dermaga pelabuhan seperti di sisi luar dermaga pelabuhan,

di tepi pantai sekitar pelabuhan, atau di perairan jauh dari dermaga pelabuhan,

karena kolam pelabuhan mengalami pendangkalan akibat sedimentasi sehingga

diperlukan biaya tambahan menyewa ojek perahu untuk mengangkut hasil

tangkapan ke dermaga pelabuhan.

Hasil tangkapan didaratkan antara malam sampai pagi hari dan dilakukan

sesuai dengan keadaan terangnya bulan di perairan Muncar. Bila bulan purnama

muncul pada malam hari, maka nelayan menghentikan operasi penangkapan dan

mendaratkan hasil tangkapannya pada malam hari. Semakin pagi bulan muncul

semakin pagi pula hasil tangkapan didaratkan.

Pendaratan hasil tangkapan dilakukan oleh buruh angkut atau yang lebih

dikenal dengan sebutan manol serta para bakul atau yang lebih dikenal dengan

sebutan belantik. Para belantik tersebut membeli ikan dengan cara langsung

mendatangi palkah kapal atau menunggu di dermaga. Lamanya pendaratan

tergantung dari banyaknya hasil tangkapan, jumlah ABK yang membongkar hasil

tangkapan, dan jumlah buruh angkut, biasanya berkisar antara satu sampai dua

Page 54: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

38

jam. Semakin banyak hasil tangkapan semakin lama pula proses pembongkaran

yang dilakukan dan semakin banyak tenaga kerja semakin cepat proses

pembongkaran dilakukan. Keranjang-keranjang bambu yang berisi hasil

tangkapan tersebut diangkut oleh para buruh ke dermaga dan langsung dinaikkan

ke truk untuk selanjutnya dibawa ke pabrik industri.

Alat bantu yang digunakan untuk membongkar dan mendaratkan hasil

tangkapan antara lain sekop, keranjang bambu yang biasa disebut kudung,

keranjang plastik, tali tambang kecil, bambu sepanjang 1,5-2 m, jembatan kayu

yang berfungsi menghubungkan kapal dengan dermaga, serta ember. Kapasitas

keranjang bambu adalah 125 kg dengan tingkat kebersihan rendah, sedangkan

kapasitas keranjang plastik adalah 60 kg dengan kondisi kebersihan sedang, dan

ember/timba berkapasitas 20 kg dengan tingkat kebersihan sedang. Kondisi

kebersihan rendah adalah kondisi dimana peralatan bantu yang digunakan tersebut

kotor, sedangkan kondisi kebersihan sedang adalah kondisi dimana peralatan

bantu yang digunakan tidak kotor namun tidak higienis karena masih tersisa

sedikit kotoran pada alat tersebut. Dalam proses pendaratan ini biasanya terdapat

alang-alang atau pengujur yang sudah menunggu di darmaga untuk meminta hasil

tangkapan atau memungut hasil tangkapan yang terjatuh.

(i) (ii) Gambar 7 (i) Pendaratan hasil tangkapan (ii) Pengangkutan hasil tangkapan ........ kapal purse seine tahun 2009. dari kapal tahun 2009.

(2) Pemasaran/pelelangan hasil tangkapan

Pelelangan di PPP Muncar tidak berjalan, sehingga pemasaran hasil

tangkapan dilakukan sendiri oleh pihak yang menjual hasil tangkapan, yaitu

Page 55: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

39

nelayan kepada pedagang pengumpul, supplier, atau pihak industri langsung.

Biasanya nelayan juragan atau pemilik alat tangkap yang mendapat hasil

tangkapan banyak seperti pada alat tangkap purse seine, menjual hasil

tangkapannya dengan melalui pihak perantara atau pengambeg. Nelayan juragan

tersebut hanya menerima hasil penjualan ikannya dan memberi upah kepada pihak

perantara.

Pelelangan tidak berjalan karena pihak nelayan dan pihak industri yang

menolak diadakannya pelelangan disebabkan hasil tangkapan yang diperoleh

sangat banyak, terutama untuk jenis lemuru. Dengan adanya lelang menyebabkan

hasil tangkapan yang diterima pembeli mengalami penurunan mutu karena harus

antre sekian banyak untuk dilelang.

(i) (ii) Gambar 8 (i) Penjualan ikan di TPI (ii) Penimbangan lemuru berkualitas rendah tahun 2009. dalam keranjang di TPI tahun 2009.

Hasil tangkapan yang berjumlah banyak dapat dijual kepada pihak industri

di sekitar Muncar secara langsung ataupun melalui pihak perantara, sedangkan

hasil tangkapan yang berjumlah sedikit biasanya dijual kepada para bakul/belantik

yang sudah menunggu di dermaga dan TPI saat hasil tangkapan didaratkan.

Pedagang kecil/belantik yang menunggu di dermaga menjual hasil tangkapan

langsung ke pabrik tanpa perantara atau menjual hasil tangkapan ke pedagang

besar/pengumpul. Pada umumnya nelayan memiliki hubungan khusus dengan

belantik atau pengusaha industri, yaitu belantik/pedagang ikan atau pengusaha

industri olahan ikan memberi uang yang dikenal dengan cegatan atau ambaan

kepada nelayan sebelum melaut. Besarnya cegatan yang dibayarkan berbeda-

Page 56: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

40

beda, tergantung kemampuan belantik dan pemilik industri serta ukuran kapal atau

keahlian nelayan dalam mendapatkan ikan. Cegatan atau ambaan ini dilakukan

agar hasil tangkapan nelayan dijual kepada pihak yang membayar cegatan dan

tidak dijual kepada pedagang lain. Hasil wawancara dengan pedagang besar

adalah cegatan sebesar Rp50-75 juta untuk perahu besar dengan peralatan baik

dan Rp5 juta untuk perahu kecil. Sedangkan pedagang kecil memperoleh hasil

tangkapan dari kapal-kapal besar dengan membayar cegatan atau ambaan kepada

nelayan sebesar Rp500.000,00.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para pedagang ikan atau belantik di

PPP Muncar, cukup banyak kendala yang ada dalam pemasaran, antara lain

pembayaran dari pihak pabrik yang seringkali terlambat, ikan tidak habis terjual

pada saat musim ikan karena kebutuhan pabrik sudah dipenuhi oleh pedagang

ikan lainnya, ikan yang tidak habis terjual pada hari ikan didaratkan dibiarkan

begitu saja sehingga mengalami penurunan mutu dan harga bila dijual keesokan

harinya. Namun sebagian pedagang lebih memilih menjual ikan di hari yang

sama pada saat ikan didaratkan dan ikan yang mutunya turun dijual ke industri

penepungan dengan harga rendah, yaitu dari Rp3.000,00 per kilogram menjadi

Rp1.500,00 per kilogram atau berkurang hingga 50%. Selain itu ikan yang dijual

ke pabrik ditimbang kembali dan dipotong 5-7% sebagai pengganti berat air. Ada

pula harga ikan yang dipotong oleh pihak industri Rp100,00 per kilogram untuk

berat es. Bagi pedagang yang memperoleh ikan dari nelayan dan langsung

menjual ikan dagangannya kepada konsumen, kendala dalam pemasaran adalah

letak pasar yang cukup jauh sehingga memerlukan biaya transportasi, yaitu bahan

bakar untuk sepeda motor pribadi, serta diperlukan es lebih banyak.

(3) Pendistribusian hasil tangkapan

Proses distribusi dimulai dari hasil tangkapan yang telah disortir didaratkan

ke dermaga dan dibawa ke tempat pembeli yang telah menunggu di sekitar

dermaga atau di TPI. Hasil tangkapan yang diperjualbelikan di dermaga tidak

ditimbang terlebih dahulu, tetapi beratnya diketahui dari ukuran wadah yang

sudah biasa dipakai, yaitu timba/ember cat yang berkapasitas 20 kg dan keranjang

bambu/kudung yang berkapasitas 100-125 kg. Sebaliknya pedagang yang berada

di TPI melakukan penimbangan hasil tangkapan yang telah dibeli dari beberapa

Page 57: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

41

nelayan dan pedagang kecil dengan timbangan milik mereka sendiri. Kemudian

dilakukan transaksi penjualan dengan harga yang sesuai dengan mutu ikan. Ikan

yang telah selesai diperdagangkan dibawa ke tempat industri.

Sebelum keluar dari pelabuhan, ikan yang diangkut tersebut dicatat oleh

petugas TPI di dua pos yang tersebar di pintu keluar bagi kendaraan pengangkut

tersebut bila akan keluar pelabuhan. Jumlah retribusi untuk ikan yang berjumlah

minimal sekitar 10 kwintal dan diangkut dengan menggunakan truk atau beberapa

becak motor, ditentukan dengan cara melihat jenis ikan dan menghitung jumlah

keranjang atau kudung yang diangkut tersebut. Selanjutnya dilakukan pencatatan

data pemilik alat tangkap, jenis ikan, dan jumlah ikan. Pemilik dari alat tangkap

atau nelayan juragan tersebut dapat diketahui dengan cara melihat tanda atau ciri-

ciri yang terdapat di bagian luar keranjang, biasanya berupa gambar, tulisan, atau

warna cat. Maka petugas TPI harus hapal dengan tanda kepemilikan tersebut agar

penagihan uang retribusi tidak tertukar dengan nelayan juragan lainnya.

Kesepakatan yang terjalin diantara nelayan dan petugas TPI dalam penarikan

retribusi bahwa satu keranjang yang kapasitasnya penuh atau 100-125 kg

dianggap berisi 80 kg. Dengan demikian didapat jumlah hasil tangkapan yang

dikenakan retribusi sebesar jumlah keranjang penuh dikalikan dengan 80 kg.

Keranjang yang berisi ¾ ikan dihitung 60 kg, ½ keranjang dihitung sebanyak 40

kg, dan ¼ keranjang dihitung sebanyak 20 kg. Selanjutnya petugas TPI menagih

uang retribusi sebesar 2% dengan cara mendatangi kediaman para nelayan juragan

satu per satu. Hasil tangkapan yang berjumlah sedikit dan diangkut dengan

menggunakan becak, becak motor, atau sepeda motor, besarnya retribusi

ditentukan dengan cara mengambil hasil tangkapan sebanyak satu sampai dua

buah piring per keranjang. Ikan-ikan tersebut kemudian dikumpulkan dan dijual

dengan harga yang layak. Hasil penjualan tersebutlah yang akan menjadi nilai

retribusi.

Cara pengambilan retribusi dengan menggunakan piring tersebut dapat

merusak hasil tangkapan karena benturan yang terjadi antara piring dengan ikan.

Untuk mengurangi kerusakan fisik pada ikan seharusnya ikan yang diambil untuk

retribusi sudah dipisahkan oleh nelayan, atau petugas TPI hanya mengambil ikan

retribusi dari satu wadah saja dan tidak mengambil ikan pada setiap wadah.

Page 58: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

42

(i) (ii) Gambar 9 (i) Alat timbangan milik pedagang (ii) Becak angkut

di TPI tahun 2009. tahun 2009.

(4) Penanganan ikan

Penanganan ikan dilakukan sejak ikan ditangkap dengan cara disimpan di

dalam palkah kapal dan diberi es. Sebelum terisi oleh hasil tangkapan, palkah

dijadikan tempat untuk menyimpan es sejak dilakukan persiapan perbekalan.

Pada kapal purse seine terdapat 6 palkah untuk menyimpan es atau hasil

tangkapan. Palkah-palkah tersebut diberi nomor secara berurut. Pengisian palkah

dilakukan secara berurut dari nomor satu dan seterusnya. Fungsi dari tindakan ini

adalah agar mutu hasil tangkapan tidak tercampur pada setiap tahap penangkapan.

Semakin akhir hasil tangkapan yang diperoleh dari penangkapan, tentu mutunya

lebih bagus dibandingkan mutu hasil tangkapan pada operasi penangkapan

pertama kali apabila tidak diberi penanganan yang baik.

Saat hasil tangkapan didaratkan, penanganan ikan dilakukan hanya dengan

menambah es bila dianggap perlu atau bila es sudah mencair. Hal tersebut hanya

dilakukan oleh pedagang. Supplier atau perantara tidak melakukan penanganan

khusus pada hasil tangkapan tersebut, tetapi hanya dengan segera mengantarkan

hasil tangkapan ke industri begitu pendaratan selesai dilakukan.

Hasil tangkapan cenderung diperlakukan dengan tidak hati-hati sehingga

menyebabkan ikan rusak. Selain itu terdapat kesalahan dalam hal penanganan

ikan yang dilakukan oleh pedagang, seperti menambahkan air kolam pelabuhan ke

dalam wadah hasil tangkapan, membolak-balik atau mengaduk-aduk hasil

tangkapan di dalam wadah, memindahkan hasil tangkapan dari wadah yang satu

Page 59: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

43

ke wadah yang lainnya dengan tidak hati-hati atau sedikit dibanting, menyeret

hasil tangkapan yang berukuran besar, dan lain sebagainya.

Pada beberapa nelayan bagan, penanganan hasil tangkapan dilakukan

dengan cara membiarkan hasil tangkapan untuk tetap hidup di dalam jaring yang

masih mengapung di perairan pada saat hauling terakhir. Hasil tangkapan

tersebut baru diangkat saat akan kembali menuju fishing base, sedangkan yang

dilakukan nelayan gillnet dalam mempertahankan mutu hasil tangkapannya adalah

dengan cara menambahkan air laut ke dalam box hasil tangkapan.

2) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan pengolahan ikan

Aktivitas yang termasuk kelompok ini adalah pembekuan ikan dan

pengolahan ikan. Kedua aktivitas tersebut tidak dilakukan oleh pihak pelabuhan,

tetapi dilakukan oleh pihak industri. Aktivitas pembekuan ikan dilakukan oleh

industri yang berlokasi di luar pelabuhan, sedangkan aktivitas pengolahan ikan

dilakukan oleh industri baik yang berlokasi di dalam pelabuhan, yaitu industri

ubur-ubur dan pengasinan, maupun industri yang berlokasi di luar pelabuhan,

seperti industri pengalengan, pemindangan, pengasinan, penepungan, dan terasi,

yang berjarak paling dekat 20 meter dari gerbang pelabuhan.

3) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan unit penangkapan ikan

(1) Tambat

Tambat di PPP Muncar dilakukan di dermaga pelabuhan, di dermaga sisi

luar pelabuhan, di tepi pantai sekitar pelabuhan, dan di luar kolam pelabuhan.

Kapal yang ditambatkan di luar dermaga pelabuhan dikarenakan kolam pelabuhan

yang dangkal sehingga untuk kapal motor tempel yang berukuran besar tidak

dapat bertambat labuh di dalam kolam pelabuhan. Nelayan menambatkan

kapalnya antara lain pada bollard, tiang listrik di dermaga, batu besar pada

breakwater, dan pasak di tepi pantai.

(2) Perbaikan kapal dan mesin

Perbaikan kapal biasanya dilakukan di area kolam pelabuhan. Namun ada

juga perahu-perahu kecil yang diperbaiki di tepi pantai. Perbaikan mesin dapat

dilakukan di bengkel pelabuhan.

Page 60: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

44

(3) Pembuatan kapal

Proses pembuatan kapal dilakukan di lahan dock yang terletak di sebelah

pom bensin pelabuhan. Dock tersebut hanya berfungsi sebagai tempat pembuatan

kapal, bukan tempat untuk memperbaiki kapal. Lahan dock tersebut dapat

menampung tiga buah kapal berukuran 30 GT. Lahan sekitar dock yang tidak

terpakai digunakan sebagai tempat parkir truk.

(4) Perbaikan alat tangkap

Perbaikan alat tangkap dapat dilakukan di sebelah kantor UPT pelabuhan

dan di TPI. Biasanya alat tangkap yang diperbaiki di TPI ini adalah jenis alat

tangkap purse seine. Sebelum diperbaiki, nelayan memeriksa keadaan alat

tangkap apakah ada kerusakan atau tidak pada saat pendaratan hasil tangkapan.

Alat tangkap tersebut dipindahkan dari perahu sedikit demi sedikit ke atas truk

dan dari atas truk sudah menunggu beberapa orang nelayan yang memeriksa

keadaan jaring sambil menyusun jaring tersebut. Perahu disandarkan dengan sisi

lambung perahu menyentuh dermaga dan truk diparkir sejajar dengan perahu di

tepi dermaga untuk mempermudah proses perpindahan alat tangkap.

Gambar 10 Pemindahan alat tangkap purse seine tahun 2009.

4) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan penyediaan kebutuhan melaut

(1) Penyediaan air

Air bersih di PPP Muncar diperoleh dengan menggunakan enam unit alat

pompa yang pengadaannya dilakukan secara berangsur sejak tahun 1997.

Sebelumnya, yaitu pada tahun 1994 sudah ada pengadaan alat pompa air laut yang

Page 61: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

45

berjumlah dua unit dan menara air, namun alat tersebut sudah rusak. air bersih

yang digunakan di TPI bersumber dari PDAM, sedangkan air bersih yang

digunakan nelayan untuk perbekalan melaut dibeli di mushola pelabuhan atau di

pabrik sekitar pelabuhan dengan menggunakan dirigen seharga Rp1.000,00 per

becak. Biaya tersebut masuk ke kas mushola atau pabrik untuk membayar listrik.

(2) Penyediaan es

Penyediaan es untuk kebutuhan melaut dilakukan oleh pihak KUD, swasta,

dan pemerintah. KUD memiliki pabrik es yang terletak di luar pelabuhan yang

berjarak sekitar 300 meter dari pelabuhan, sedangkan lima pabrik es milik swasta

terletak di Kecamatan Muncar, serta pabrik es milik pemerintah yang terletak di

luar Kecamatan Muncar. Terdapat sebuah bangunan kecil di dalam area

pelabuhan yang merupakan milik pengecer dan digunakan sebagai tempat

penjualan dan penyimpanan atau persediaan es untuk sementara waktu sebelum es

dijual kepada nelayan. Ada pula es yang diangkut dengan menggunakan truk dan

selanjutnya langsung dibawa ke perahu.

Harga es per balok adalah Rp5.500,00 untuk pelanggan tetap, sedangkan

harga bagi pembeli yang tidak berlangganan adalah Rp6.000,00 per balok.

Besarnya kebutuhan es pada saat musim ikan dapat mencapai 7.000 balok per

hari, namun bila sedang tidak musim ikan bisa saja tidak ada satu pun balok yang

diperlukan karena tidak ada nelayan yang melaut.

Gambar 11 Pengangkutan es dengan truk tahun 2009.

(3) Penyediaan BBM

Di dalam PPP Muncar terdapat pom bensin milik Pertamina yang terletak di

bagian utara pelabuhan. Harga solar adalah Rp4.500,00 per liter untuk pembelian

Page 62: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

46

secara tunai, sedangkan harga untuk pembelian dengan hutang adalah Rp5.000,00

per liter. Satu unit tangki BBM berkapasitas 50.000 liter dapat digunakan oleh

pengguna pelabuhan, sedangkan persedian solar yang diberikan kepada nelayan

berkisar antara 600-700 ton per hari. Jumlah ini tentu saja tidak mencukupi

kebutuhan seluruh nelayan Muncar untuk melaut, oleh karena itu nelayan

membeli solar ke dua pom bensin yang terletak di Kecamatan Muncar.

(4) Penyediaan kebutuhan konsumsi

Jenis trip yang biasa dilakukan oleh nelayan di PPP Muncar adalah one day

fishing, sehingga tidak memerlukan konsumsi khusus untuk perbekalan melaut

dan nelayan menyiapkan persediaan makanan masing-masing. Namun di area

pelabuhan juga banyak terdapat warung makanan dan perbekalan yang dapat

digunakan nelayan dan pengunjung.

5) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan pelabuhan perikanan

(1) Pengelola fasilitas non komersial (UPT)

Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1990 yang

menetapkan Pangkalan Pendaratan Ikan sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis

Dinas Perikanan Daerah, maka dibentuk suatu organisasi pengelola yang diberi

nama Badan Pengelola Pangkalan Pendaratan Ikan (BPPPI). Selanjutnya

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

12/MK/2004, Muncar ditingkatkan statusnya dari Pangkalan Pendaratan Ikan

(PPI) menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) (UPT PPP Muncar, 2009).

Tugas pokok UPT Pelabuhan Perikanan Pantai adalah sebagai berikut:

Melaksanakan teknis pengelolaan PPP, memberikan bimbingan dan

pembinaan kepada nelayan atau bakul, pengolah hasil perikanan, serta

menyusun statistik dengan petunjuk dan kebijaksanaan yang diberikan oleh

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Melaksanakan kegiatan PPP sesuai dengan uraian tugas dan berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 63: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

47

Melaksanakan pengamanan, pengawasan, dan pengendalian teknis atas

pelaksanaan tugas dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas

Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur.

Jumlah pegawai yang bekerja di UPT pada tahun 2008 adalah sebanyak 15

orang. Sebagian besar pegawai yang bekerja tersebut menempuh pendidikan

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau sederajat, yaitu berjumlah 9 orang.

Dari keseluruhan karyawan, 3 orang memiliki latar belakang pendidikan Strata 1

(S1), 2 orang diantaranya berasal dari jurusan perikanan, sedangkan 1 orang

lainnya berasal dari jurusan pertanian. Selanjutnya 1 orang berlatar belakang

pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan 2 orang berpendidikan

Sekolah Dasar (SD). Struktur organisasi PPP terdiri dari tiga unsur, antara lain

unsur pemimpin, yaitu seseorang yang diserahi tugas sebagai Kepala Pelabuhan

Perikanan Pantai; unsur pembantu pemimpin, yaitu seseorang yang diserahi tugas

sebagai Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang bertanggungjawab kepada Kepala

PPP; dan unsur pelaksana, yaitu beberapa orang yang diserahi tugas sebagai

Kepala Seksi, diantaranya Kepala Seksi Kenelayanan, Seksi Pengusahaan Jasa,

dan Kepala Seksi Sarana, bertanggung jawab kepada Kepala PPP.

Struktur organisasi UPT PPP Muncar dapat dilihat pada Gambar 12.

Sumber: UPT PPP Muncar, 2009

Gambar 12 Struktur organisasi UPT PPP Muncar tahun 2008.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan

Kepala Pelabuhan

Sub Bagian Tata Usaha

Seksi Pengusahaan Jasa Seksi Kenelayanan Seksi Sarana

Page 64: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

48

Kegiatan operasional yang dilakukan oleh UPT, yaitu:

1) Kegiatan penarikan pas masuk dan parkir

Kegiatan penarikan pas masuk dilakukan di pos jaga gerbang pelabuhan.

Penarikan pas masuk tersebut meliputi pas masuk untuk orang, sepeda, becak,

kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat atau lebih. Sesuai dengan kondisi

PPP Muncar yang terletak di antara dua dusun, yaitu Dusun Sampangan dan

Dusun Kalimati, maka penarikan pas masuk dapat dilakukan apabila yang

bersangkutan membawa ikan baik terhadap masyarakat luar atau pun masyarakat

yang bersangkutan. Kendaraan roda empat dengan tujuan rekreasi, sales dan

study tour dapat dipungut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kegiatan

penarikan parkir meliputi parkir untuk kendaraan roda empat atau lebih (truk ikan)

dan sepeda nelayan yang dititipkan ketika sedang melaut. Biaya untuk truk satu

kali masuk adalah Rp1.500,00, untuk bus dan kendaraan roda 4 adalah Rp1.000,

sedangkan untuk sepeda, becak, dan motor dikenakan biaya Rp500,00.

2) Kegiatan penarikan tambat labuh

Kegiatan penarikan tambat labuh diberlakukan dua kelas tertentu, yaitu

kapal berukuran 10-20 GT dan >20 GT. Kegiatan ini dilakukan setiap bulan

dengan melakukan penarikan biaya secara door to door saat nelayan sedang tidak

melaut, biasanya pada saat terang bulan. Besarnya biaya adalah sebesar

Rp20.000,00 untuk kapal 10-20 GT dan Rp50.000 untuk kapal >20 GT.

3) Kegiatan penarikan sewa lahan dan gedung

Kegiatan penarikan sewa lahan dilakukan terhadap lahan industri di dalam

pelabuhan dan lahan docking. Kegiatan sewa gedung dilakukan terhadap pemakai

gedung pemerintah di PPP kecuali yang dipergunakan oleh instansi terkait, Sat

POL AIR, KUD Mino Blambangan, Petugas Syahbandar, Balai Pengobatan, dan

Mushola. Biaya sewa lahan yang diberlakukan adalah sebesar Rp3.000 per m2 per

bulan, sedangkan untuk sewa gedung adalah Rp10.000 per m2 dan Rp2.500 per

m2 untuk penyewaan gedung tanpa pemakaian listrik dan air. Bila gedung

digunakan untuk acara sosial maka biaya sewa ditiadakan dan hanya perlu

membayar biaya kebersihan sebesar Rp50.000.

Page 65: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

49

4) Kegiatan penarikan jasa terhadap penggunaan alat

Kegiatan penarikan jasa ini dilakukan bila terdapat peralatan PPP yang

disewakan, misalnya box untuk menyimpan hasil tangkapan dan alat-alat

perbaikan mesin, serta mesin pompa. Harga sewa box adalah Rp750 per buah per

hari, sedangkan alat perbaikan mesin kapal dan mesin pompa adalah Rp5.000 per

bulan.

5) Kegiatan penarikan lain-lain

Kegiatan lain-lain yang dikenakan fee adalah penjualan es batu yang masuk

ke pelabuhan. Biaya yang diberlakukan adalah Rp50 per balok es yang dibayar

oleh pihak pabrik es.

(2) Pengelola TPI

Penyelenggaraan pelelangan ikan diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten

Banyuwangi Nomor 32 Tahun 2003. Maksud dari penyelenggaraan pelelangan

ikan, yaitu mendapatkan kepastian hukum, dan stabilitas harga yang layak bagi

nelayan atau petani ikan maupun konsumen. Selain itu maksud dari

penyelenggaraan pelelangan ikan adalah sebagai sarana pengumpulan data

statistik perikanan dan sebagai pusat pembinaan nelayan atau petani ikan. Tujuan

dari penyelenggaraan pelelangan ikan antara lain peningkatan taraf hidup dan

kesejahteraan nelayan atau petani ikan, peningkatan pengetahuan dan kemampuan

nelayan atau petani ikan, pemberdayaan masyarakat nelayan atau petani ikan,

serta peningkatan PAD.

Ketentuan pidana untuk pelanggaran terhadap pasal 2, 4, 5, 7, dan 10 Perda

32 Tahun 2003, yaitu dikenakan pidana kurungan paling lama enam bulan atau

denda paling banyak lima juta rupiah (Dinas Perikanan dan Kelautan

Banyuwangi, 2008). Rincian pasal-pasal tersebut adalah sebagai berikut:

Pasal 2: Maksud dan tujuan

Pasal 4: (1) Semua ikan hasil tangkapan nelayan harus dijual secara lelang di TPI.

(2) Penjualan secara dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dapat diberlakukan

juga terhadap hasil budidaya petani ikan.

(3) Pengecualian terhadap ketentuan dimaksud pada ayat (1) pasal ini,

hanya dilakukan atas izin Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

Page 66: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

50

Pasal 5: Penyelenggara pelelangan ikan harus menolak untuk menjual ikan yang

ternyata beracun dan berbahaya.

Pasal 7: (1) Untuk menyelenggarakan pelelangan ikan, penyelenggaraan lelang

harus mendapat izin dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

(2) Izin dimaksud pada ayat (1) pasal ini diberikan atas permohonan

penyelenggara pelelangan ikan.

Pasal 10: (1) Penyelenggara pelelangan ikan wajib melaporkan kepada Bupati

atau pejabat yang ditunjuk mengenai pelaksanaan tugasnya, baik

teknis maupun administratif.

(2) Tata cara dan bentuk laporan dimaksud pada ayat (1) ditetapkan lebih

lanjut oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 33 Tahun

2003 tentang retribusi pelelangan ikan di Kabupaten Banyuwangi, retribusi TPI

adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa pelayanan dan atau

penyediaan Tempat Pelelangan Ikan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.

Wajib retribusi TPI adalah orang pribadi atau badan yang mendapat jasa

pelayanan dan atau jasa tempat pelelangan ikan. Obyek retribusi adalah

pelayanan penyediaan pelelangan ikan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.

Subjek retribusi adalah orang atau badan yang menggunakan fasilitas berupa

tempat pelelangan ikan.

Prinsip dan sasaran penetapan struktur serta besarnya tarif retribusi

didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak dan pantas

diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien berorientasi

pada harga pasar. Berdasarkan Perda No.33 Tahun 2003 dan SK. Bupati No.28

Tahun 2004, besarnya tarif retribusi ditetapkan 4% dari harga transaksi penjualan

hasil lelang pada saat itu, dengan rincian 2% dipungut dari nelayan atau petani

ikan atau penjual dan 2% dipungut dari pedagang atau bakul atau pembeli.

Rincian penggunaan hasil retribusi adalah 50% untuk Pemerintah

Kabupaten (disetor ke kas daerah) dan 50% untuk penyelenggaraan,

pemeliharaan, dan pembinaan pelelangan ikan. Rincian penggunaan hasil

retribusi dari TPI milik propinsi diatur menurut kesepakatan kedua belah pihak

(Pemkab dan Pemprop).

Page 67: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

51

Selanjutnya dikatakan bahwa biaya penyelenggaraan, pemeliharaan, dan

pembinaan pelelangan ikan sebesar 50% dimaksud setelah dijadikan 100%

penggunaannya diatur sebagai berikut:

1) 50% untuk biaya penggajian karyawan penyelenggara lelang

2) 10% untuk biaya ongkos kantor, dengan rincian:

(1) 5% untuk biaya pengadaan alat tulis kantor, pembayaran langganan

listrik, telepon, dan air, serta biaya pengadaan perlengkapan kerja dan

biaya perjalanan;

(2) 5% untuk biaya perawatan gedung, kebersihan, keindahan, dan

keamanan TPI, serta biaya biaya timbal balik jasa pemanfaatan

fasilitas TPI;

3) 20% untuk biaya kesejahteraan nelayan/petani ikan dan keluarganya,

meliputi biaya kematian, bantuan biaya kecelakaan, bantuan saat paceklik,

biaya pendidikan anak nelayan/petani ikan, dan biaya kesehatan;

4) 5% untuk keuntungan bagi penyelenggara pelelangan ikan;

5) 10% untuk biaya pembinaan dan bimbingan nelayan; serta

6) 5% untuk biaya pembinaan dan bimbingan penyelenggaraan pelelangan

ikan.

4.2.6 Fasilitas PPP Muncar

Fasilitas yang terdapat di PPP Muncar terdiri dari fasilitas pokok, fasilitas

fungsional, dan fasilitas penunjang.

1) Fasilitas pokok

(1) Lahan pelabuhan

Lahan PPP Muncar seluas 55000 m2 merupakan lahan yang terdiri dari

13800 m2 PPI lama dan 41200 m2 tambahan lahan dari hasil reklamasi masing-

masing tahun 1965 dan 1994. Penggunaan lahan oleh para pemilik industri di

dalam area pelabuhan dilakukan dengan cara menyewa lahan kepada pihak

pengelola pelabuhan. Di wilayah yang terpisah dari pelabuhan, terdapat sebuah

TPI yang bernama TPI Kalimoro yang merupakan hasil reklamasi dengan luas

1525 m2. Lahan yang digunakan oleh para pemilik industri di dalam pelabuhan,

Page 68: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

52

yaitu pengasin dan pengolah ubur-ubur, dikenakan biaya sewa yang dibayarkan

kepada pengelola pelabuhan.

(i) (ii)

Gambar 13 (i) dan (ii) Lahan penjemuran ikan tahun 2009.

(2) Dermaga

Dermaga di PPP Muncar memiliki luas sebesar 6193 m2. Selain itu terdapat

jetty atau pier, yaitu tipe dermaga yang letaknya lebih menonjol ke laut dan

biasanya dibangun untuk mendapatkan kedalaman yang diinginkan serta kedua

sisinya yang dapat digunakan kapal untuk bertambat (Lubis et al., 2010). Luas

jetty/pier tersebut adalah 800 m2. Selain di dermaga, nelayan biasa menambatkan

perahu yang berukuran kecil di sepanjang pantai sebelah utara pelabuhan.

Fasilitas di dermaga yang digunakan untuk tambat adalah bollard yang terbuat

dari kayu dan beton, serta tiang listrik. Cara kapal merapat di dermaga PPP

Muncar adalah memanjang dimana sisi kapal sejajar dengan dermaga, cara tegak

dimana haluan kapal menempel pada dermaga, dan cara miring dimana sisi depan

kapal yang menempel pada dermaga. Keadaan dermaga di malam hari cukup

gelap karena fasilitas lampunya sudah rusak, hanya beberapa saja yang masih bisa

digunakan. Proses pembongkaran dan pendaratan hasil tangkapan yang dilakukan

di malam hari tidak diterangi oleh lampu dermaga, melainkan dari lampu perahu

yang melakukan pembongkaran, sedangkan untuk distribusi ikan dari dermaga

sampai ke luar pelabuhan diterangi oleh lampu kendaraan.

Page 69: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

53

(i) (ii)

Gambar 14 Dermaga (i) di sebelah Barat, (ii) jetty/pier di sebelah Timur, tahun 2009.

(3) Kolam pelabuhan

Kolam pelabuhan di PPP Muncar memiliki luas sebesar 19751 m2. Saat

penelitian dilakukan, kolam tersebut tidak berfungsi secara optiimal karena terjadi

pendangkalan di sebagian wilayah kolam, sehingga hanya kapal-kapal atau

perahu-perahu berukuran kecil yang dapat bertambat labuh di dalam kolam

pelabuhan. Kapal-kapal berukuran besar (KM 10-30 GT) biasanya bertambat

labuh di bagian tepi alur pelayaran atau ditambatkan di luar kolam pelabuhan

dengan menggunakan jangkar.

(i) (ii) Gambar 15 (i) Pendangkalan kolam (ii) Kapal bertambat di luar kolam

pelabuhan tahun 2009. tahun 2009.

(4) Breakwater

Breakwater atau penahan gelombang di PPP Muncar memiliki panjang total

sebesar 170 meter yang terdiri dari breakwater di sisi kanan sepanjang 100 meter

dan sisi kiri sepanjang 70 meter. Ditinjau dari bentuk bangunannya, breakwater

Page 70: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

54

di PPP Muncar termasuk tipe breakwater timbunan, yaitu breakwater yang

disusun dari lapisan batu pecah yang ditempatkan secara tidak beraturan.

Gambar 16 Breakwater tipe timbunan tahun 2009.

(5) Turap atau revetment

Turap atau revetment yang dimiliki PPP Muncar memiliki luas 500 m2.

Turap atau plengsengan tersebut berfungsi sebagai penahan tekanan air dan

menahan tanah agar tidak longsor.

(6) Jalan komplek pelabuhan

Panjang jalan komplek dalam area pelabuhan mencapai 560 m dengan lebar

bervariasi mulai dari 4 m sampai 7 m. Jalan tersebut terbuat dari konstruksi beton

sehingga memudahkan lalu-lintas dalam pendistribusian hasil tangkapan dan

pengoperasian pelabuhan.

2) Fasilitas Fungsional

(1) Gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Gedung TPI milik PPP Muncar ada tiga, yaitu TPI Pelabuhan seluas 1450

m2, TPI Kalimoro seluas 200 m2, dan TPI Tratas seluas 200 m2. TPI Pelabuhan

dan TPI Kalimoro masih beroperasi sampai sekarang, sedangkan TPI Tratas sudah

tidak beroperasi lagi.

(2) Kantor administrasi pelabuhan

Kantor administrasi pelabuhan terdiri dari kantor UPT PPP Muncar, kantor

KUD Mino, kantor BRI, kantor resort perikanan, kantor LPPMHP, dan

syahbandar. Kantor KUD Mino dan kantor BRI memiliki luas masing-masing

34,5 m2 dan 62 m2.

Page 71: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

55

(3) Menara air dan instalasi

PPP Muncar memiliki satu unit menara air berkapasitas 35 m3 dan dua unit

pompa air laut, namun sayangnya menara dan kedua unit pompa tersebut dalam

keadaan rusak. Pompa air laut berada di dalam rumah pompa seluas 30 m2 yang

berjumlah 2 unit. Sumber air bersih yang bisa diperoleh di pelabuhan saat ini

dengan menggunakan empat unit mesin pompa air, satu unit pompa air merek

Honda, dan tiga unit jet pump. Pada TPI, air bersih yang digunakan bersumber

dari PDAM.

(4) Tangki BBM

Terdapat satu unit tangki BBM berkapasitas 50.000 liter. Tangki tersebut

masih berfungsi sampai sekarang. Selain itu terdapat 1 unit rumah tangki BBM

seluas 50 m2.

(5) Listrik dan instalasi

Sumber listrik di PPP Muncar bersumber dari Perusahaan Listrik Negara

(PLN). Tersedia dua unit genzet untuk mengantisipasi listrik yang padam.

Genzet tersebut disimpan dalam rumah genzet seluas 36 m2 yang berjumlah 1

unit.

(6) Bengkel

Satu buah unit perbengkelan seluas 110 m2 dibangun di dekat kantor

pelabuhan. Bengkel tersebut masih dapat digunakan walaupun terdapat beberapa

kerusakan pada langit-langit bangunan.

Gambar 17 Perbengkelan di PPP Muncar tahun 2009.

Page 72: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

56

(7) Sarana komunikasi

Sarana komunikasi yang dimiliki PPP Muncar antara lain satu unit alat

komunikasi SSB (Single Side Band) dan telepon. SSB dan telepon tersebut masih

dapat berfungsi dengan baik dan terletak di dalam kantor pelabuhan untuk

digunakan oleh para pegawai pelabuhan.

(8) Gedung peralatan

Gedung peralatan dengan luas 300 m2 berjumlah 1 unit terletak di sebelah

TPI Pelabuhan. Selain itu juga terdapat gedung tempat keranjang yang berjumlah

10 unit seluas 56 m2.

(9) Slipway

Slipway yang dimiliki PPP Muncar berjumlah 3 unit dengan luas 360 m2.

Slipway tersebut dalam kondisi kurang baik karena terdapat kerusakan di

permukaan slipway, namun slipway tersebut masih dapat digunakan untuk

menurunkan kapal dari lahan tempat pembuatan kapal.

(10) Pabrik es

Pabrik es yang memenuhi kebutuhan es bagi nelayan untuk melaut terletak

di luar pelabuhan. Terdapat sebuah bangunan kecil dalam pelabuhan yang disewa

oleh pengecer es untuk menyediakan es bagi nelayan agar lebih mudah dan dekat

dalam pendistribusian. Bangunan berjumlah satu unit tersebut berkapasitas 60 ton

per hari dan terletak di dekat dermaga sebelah timur (jetty).

(11) Pagar keliling

Pagar keliling yang ada di PPP Muncar berada dalam kondisi rusak, bahkan

sebagian kecil telah hilang dan tidak terpasang dengan tegak. Pagar tersebut

memiliki panjang 710 m.

(12) Jembatan penghubung desa

Terdapat satu unit jembatan seluas 82 m2 di PPP Muncar. Jembatan

tersebut menghubungkan PPP Muncar dengan Desa Kalimati yang merupakan

desa tempat tinggal nelayan, bakul, dan pengolah ikan. Jembatan terbuat dari

bambu dan hanya bisa dilewati oleh orang, sepeda, becak, gerobak, dan sepeda

motor. Pihak yang melewati jembatan tersebut tidak dipungut bayaran, sehingga

siapa saja bebas keluar masuk pelabuhan dengan atau tanpa membawa hasil

tangkapan.

Page 73: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

57

(13) Alat bantu navigasi

Alat bantu navigasi di PPP Muncar adalah dua buah rambu navigasi

berwarna hijau berbentuk kerucut dan warna merah berbentuk tabung yang

digunakan sebagai tanda alur keluar masuk kolam pelabuhan pada bagian ujung

breakwater.

3) Fasilitas penunjang

(1) Rumah dinas

Fasilitas rumah dinas PPP Muncar terdiri dari dua unit rumah dinas masing-

masing seluas 122 m2. Selain itu terdapat rumah nelayan yang berjumlah satu unit

seluas 42 m2. Rumah nelayan tersebut digunakan untuk polairud. Di wilayah

pelabuhan juga terdapat rumah dinas LPPMHP dan guest house yang terletak di

dekat kantor LPPMHP. Seluruh rumah dinas tersebut masih dapat dipergunakan

dan dalam kondisi baik.

(2) Gedung aula

Aula yang dimiliki PPP Muncar berjumlah satu unit dengan luas 104,5 m2.

Aula tersebut digunakan sebagai barak nelayan. Selanjutnya terdapat satu unit

kantor PPP aula gedung serba guna, yang memiliki luas 1.450 m2.

(3) Balai kesehatan

Balai kesehatan di PPP Muncar berjumlah satu unit dan memiliki luas 154

m2. Kondisi bangunan balai kesehatan ini cukup baik dan masih dapat beroperasi

sampai saat ini, namun balai kesehatan tersebut jarang dimanfaatkan oleh

penduduk sekitar karena penduduk lebih memilih pergi ke dokter, rumah sakit,

atau ke puskesmas yang fasilitasnya lebih lengkap.

(4) Mushola

PPP Muncar memiliki fasilitas mushola seluas 56 m2 yang berjumlah 1 unit.

Mushola tersebut sering digunakan oleh nelayan sebagai tempat memperoleh air

bersih untuk kebutuhan melaut. Mushola tersebut terletak di depan guest house

dekat gerbang pelabuhan.

(5) Pos keamanan

Pos keamanan atau pos jaga di PPP Muncar berjumlah satu unit yang

terletak di gerbang/pintu masuk pelabuhan. Luas pos tersebut adalah 28 m2. Pos

Page 74: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

58

tersebut digunakan oleh petugas pelabuhan sebagai tempat untuk menarik biaya

bagi kendaraan yang masuk ke pelabuhan.

(6) MCK

PPP Muncar dilengkapi dengan dua unit fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus)

dengan luas total 110 m2. MCK tersebut terletak di sebelah gudang peralatan.

Kondisi fasilitas tersebut cukup bersih dan berfungsi dengan baik.

(7) Gedung saprokan

Saprokan merupakan singkatan dari sarana produksi perikanan. Gedung

saprokan berjumlah 28 unit. Delapan unit diantaranya berukuran 152 m2 dan 20

unit yang lain berukuran 120 m2.

Selengkapnya ukuran, kondisi, tahun pengadaan, dan asal dana

pembangunan fasilitas yang terdapat di PPP Muncar dapat dilihat pada Tabel 10.

Page 75: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

59

Tabel 10 Jenis fasilitas PPP Muncar

Jenis fasilitas Jumlah (unit) Ukuran Tahun

Pengadaan Asal dana

Pembangunan Kondisi

I Fasilitas pokok Lahan pelabuhan 1 55000 m2 1994 Pemkab Baik Lahan TPI Kalimoro 1 1525 m2 1998 Pemkab Baik Dermaga 1 6193 m2 1968 APBN Sedang Jetty/pier 1 800 m2 1996 Pemkab Sedang Kolam pelabuhan 1 19751 m2 1968 APBN Sedang Breakwater I (kanan) 1 100 m. 1968 APBN Baik Breakwater II (kiri) 1 70 m. 1968 APBN Baik Turap/revetment/plengsengan 1 500 m2 1994 APBN Baik Jalan dalam komplek pelabuhan - 3000 m2 1968 APBN Baik Tembok penahan tanah - 800 m2 1968 APBN Baik Jembatan penghubung desa 1 82 m2 1997 APBD Sedang II Fasilitas fungsional Gedung TPI Pelabuhan 1 1450 m2 1994 APBN Baik Gedung TPI Kalimoro 1 200 m2 1979 APBD I Baik Gedung TPI Tratas 1 200 m2 1979 APBD I Baik Menara air 1 11,5 m2 1978 APBN Rusak Rumah pompa 2 30 m2 1994 APBN Baik Tangki BBM 1 50.000 liter 1978 APBN Sedang Rumah tangki BBM 1 50 m2 1994 APBN Baik Genset dan instalasi 2 - 1994 APBN Sedang Rumah genzet 1 36 m2 1994 APBN Baik Bengkel 1 110 m2 1978 APBN Sedang Alat komunikasi SSB 1 - 1994 APBN Baik Gedung peralatan 1 300 m2 1994 APBN Baik Slipway 3 360 m2 1997 APBD Sedang Pabrik es 1 104,5 m2 1977 APBN Sedang Pagar keliling 1 710 m. 1994 APBN Rusak III Fasilitas penunjang Kantor KUD Mino 1 34,5 m2 1977 APBN Baik Kantor BRI 1 62 m2 1977 APBN Baik Rumah dinas 2 122 m2 1969 APBN Baik Rumah nelayan 1 42 m2 1977 APBN Baik Gedung aula 1 104,5 m2 1994 APBN Sedang Balai kesehatan 1 154 m2 1977 APBN Sedang Mushola 1 56 m2 1985 APBD Baik Pos keamanan 1 28 m2 1997 APBN Baik MCK 2 110 m2 1994 APBN Baik Gedung saprokan 20 120 m2 2001 APBN Baik Gedung saprokan 8 152 m2 2001 APBN Baik

Sumber: UPT PPP Muncar, 2009

Page 76: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

60

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Produksi Hasil Tangkapan

Berdasarkan data statistik PPP Muncar tahun 2008, terdapat 34 jenis ikan

yang didaratkan di PPP Muncar. Tiga jenis ikan dominan yang didaratkan di PPP

Muncar adalah lemuru (Sardinella lemuru), layang (Decapterus spp.), dan tongkol

(Euthynnus spp.). Volume dan nilai produksi dari tiga jenis ikan dominan

tersebut di PPP Muncar disajikan pada Tabel 11 berikut.

Tabel 11 Jenis, volume, dan nilai produksi ikan dominan PPP Muncar tahun 2008

Jenis ikan Volume produksi (kg)

Persentase* (%)

Nilai produksi (x 1000 rupiah)

Persentase* (%)

Lemuru/sempenit 27.833.004 77,8 69.325.617,0 61,5 Layang 2.879.767 8,0 15.964.704,5 14,1 Tongkol 2.629.699 7,4 11.573.024,0 10,3 Jenis lainnya 2.414.166 6,8 15.860.681,0 14,1 Jumlah 35.756.636 100,0 112.724.026,5 100,0

Sumber: TPI PPP Muncar, 2009 (*diolah kembali)

Berdasarkan Tabel 11 di atas dapat dilihat bahwa jenis ikan lemuru atau

sempenit merupakan hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Muncar dengan

jumlah terbesar. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase volumenya yang

mencapai 77,84 %. Sempenit adalah sebutan lokal untuk ikan lemuru yang masih

kecil. Selanjutnya disusul oleh jenis ikan layang dan tongkol yang masing-masing

memiliki persentase sebesar 8,05 % dan 7,35 %. Tingginya volume produksi

ketiga jenis ikan tersebut terkait dengan unit penangkapan ikan di PPP Muncar

yang didominasi oleh jenis alat tangkap pancing ulur, gillnet, purse seine, dan

payang. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap lemuru antara lain jenis

alat tangkap purse seine, payang, gillnet, dan bagan. Alat tangkap yang

digunakan untuk menangkap layang adalah purse seine dan payang. Selanjutnya

alat tangkap yang digunakan untuk menangkap tongkol adalah purse seine,

payang, dan gillnet.

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa indikator harga jenis ikan

lemuru adalah Rp2.491,00/kg, layang Rp5.543,00/kg, dan tongkol Rp4.400,00/kg.

Page 77: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

61

Diantara ketiga jenis ikan dominan tersebut, lemuru memiliki indikator harga

terendah. Namun lemuru tetap bernilai terpenting di PPP Muncar karena

jumlahnya yang paling dominan dan sangat dibutuhkan dalam jumlah besar oleh

industri-industri pengalengan ikan di sekitar Muncar. Selain itu lemuru

menyumbangkan nilai produksi terbesar, yaitu 61,50% dari total nilai produksi

PPP Muncar pada tahun 2008.

PPP Muncar adalah pelabuhan perikanan yang berlokasi di pantai Timur

Jawa, dimana daerah penangkapan ikannya berada di Selat Bali dan Samudera

Hindia yang memiliki potensi lemuru yang sangat besar. Kondisi tersebut

memberikan peluang berkembangnya industri perikanan yang berbahan baku

ikan lemuru seperti industri pengalengan, pengasinan, penepungan, dan

pembekuan ikan.

5.1.1 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan

Perkembangan volume dan nilai produksi suatu pelabuhan perikanan sangat

penting untuk dikaji sebagai pedoman bagi industri-industri yang menggunakan

bahan baku dari pelabuhan perikanan tersebut. Begitu pula dengan perkembangan

volume dan produksi di PPP Muncar yang sangat mempengaruhi keberlangsungan

proses produksi bagi industri-industri di sekitarnya.

Tabel 12 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan PPP Muncar tahun 1999-2008

Tahun Volume produksi (kg)

Perkembangan (%)*

Nilai produksi (x 1000 rupiah)

Perkembangan (%)*

1999 11.813.231 - 42.174.125,3 - 2000 11.678.748 -1,1 41.188.561,7 -2,3 2001 14.996.972 28,4 40.092.998,2 -2,7 2002 23.150.543 54,4 52.550.045,2 31,1 2003 34.058.841 47,1 60.110.214,9 14,4 2004 23.777.539 -30,2 49.257.591,9 -18,1 2005 12.150.863 -48,9 21.887.458,1 -55,6 2006 58.730.442 383,3 89.577.385,1 309,3 2007 59.884.951 2,0 87.494.873,2 -2,3 2008 35.756.636 -40,3 112.724.026,5 28,8

Sumber: TPI PPP Muncar 2009 (*diolah kembali)

Page 78: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

62

Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa perkembangan volume dan nilai

produksi PPP Muncar pada tahun 1999-2008 cenderung meningkat dengan rata-

rata pertumbuhan volume sebesar 43,86% dan nilai sebesar 33,62%. Volume

produksi pada tahun 2001 sampai tahun 2003 terus mengalami peningkatan.

Begitu pula volume produksi tahun 2006 yang meningkat 383,34% menjadi

58.730.442 kg dan tahun 2007 yang meningkat lagi 1,97% menjadi 59.884.951

kg.

Volume produksi yang meningkat jauh terjadi pada tahun 2006 dan 2007.

Pada Lampiran 4 dapat dilihat bahwa produksi yang meningkat pada tahun 2006

terjadi pada bulan November, dan volume produksi tahun 2007 yang meningkat

jauh terjadi pada bulan Januari, Februari, dan Maret. Menurut Nababan (2009),

hal ini terjadi karena adanya anomali positif konsentrasi klorofil-a di perairan

Selat Bali pada bulan November 2006 sampai dengan Maret 2007. Peristiwa ini

disebabkan oleh fenomena Indian Ocean Dipole Mode (IODM) positif yang

diketahui ada selama bulan September-November 2006 dan yang menyebabkan

upwelling terjadi lebih intensif dan lebih lama.

Perkembangan nilai produksi PPP Muncar pada tahun 1999-2008 tidak

berbeda jauh dengan volume produksinya, yaitu meningkat dengan rata-rata

perkembangan sebesar 33,62%. Perbedaan yang signifikan terjadi pada tahun

2007 dan 2008. Pada tahun 2007 volume produksi di PPP Muncar sangat tinggi

di antara 10 tahun terakhir, namun nilainya justru menurun. Hal ini antara lain

disebabkan harga lemuru jatuh pada saat itu. Diketahui bahwa harga rata-rata

lemuru tahun 2007 adalah Rp1.021,00/kg, turun 10,83% dari tahun 2006, yaitu

Rp1.145,00/kg. Berdasarkan hasil wawancara kepada nelayan dan petugas TPI

setempat, pada tahun 2007, banyak hasil tangkapan yang terbuang percuma akibat

tidak ada lagi tempat yang bisa menampung hasil tangkapan tersebut dan tidak

semua dari produksi tersebut mampu diserap oleh industri dan konsumen di

sekitar Muncar, sedangkan pihak pengelola PPP Muncar tidak melakukan upaya

apapun untuk mengatasi produksi yang melimpah tersebut. Oleh karena itu nilai

produksi di tahun 2007 berbanding terbalik dengan volume produksi. Sesuai

dengan Lubis et al. (2010) yang mengatakan bahwa apabila produksi banyak atau

Page 79: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

63

melimpah, maka dapat terjadi ketidakseimbangan antara volume produksi dengan

daya serap sehingga harga ikan turun.

Sebaliknya pada tahun 2008, volume produksi PPP Muncar semakin

menurun, berbanding terbalik dengan nilai produksinya yang semakin meningkat

pada tahun 2008. Hal tersebut dikarenakan harga ikan yang melambung akibat

permintaan industri yang semakin bertambah dan berkurangnya hasil tangkapan

yang didaratkan di PPP Muncar. Nilai produksi tersebut sangat dipengaruhi oleh

harga lemuru, layang, dan tongkol.

Pada tahun 2007, harga rata-rata lemuru adalah Rp1.650,00, kemudian

meningkat 68% menjadi Rp2.417,00 pada tahun 2008. Lemuru yang merupakan

ikan paling dominan, walaupun produksinya menurun drastis, namun harga

jualnya terus meningkat, sehingga nilai produksi ikan lemuru sangat

mempengaruhi nilai produksi secara keseluruhan di PPP Muncar. Kisaran harga

lemuru adalah Rp800,00-Rp2.000,00 pada tahun 2007, kemudian meningkat

menjadi Rp1.900,00-Rp5.000,00 pada tahun 2008.

Jenis ikan dominan yang kedua adalah ikan layang. Harga rata-rata ikan

layang adalah Rp4.625,00 pada tahun 2007 dan meningkat 82% menjadi

Rp5.625,00 pada tahun 2008. Kisaran harga layang Rp3.500,00-Rp5.000,00 pada

tahun 2007, meningkat menjadi Rp4.000,00-Rp6.500,00 pada tahun 2008. Selain

harga ikan layang yang meningkat, produksinya pun bertambah, sehingga hal

tersebut mempengaruhi kenaikan nilai produksi PPP Muncar.

Selanjutnya, jenis ikan dominan yang ketiga adalah ikan tongkol. Pada

tahun 2007, harga rata-rata tongkol adalah Rp4.792,00, kemudian turun 1%

menjadi Rp4.750,00 pada tahun 2008. Kisaran harga tongkol adalah Rp4.000,00-

Rp6.000,00 pada tahun 2007, kemudian turun menjadi Rp3.000,00-Rp6.000,00

pada tahun 2008. Produksi tongkol bertambah 48% dari 1.264,1 ton menjadi

2.629,7 ton pada tahun 2008. Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

meskipun harga rata-rata dan kisaran harga tongkol turun, nilai produksinya tetap

bertambah karena produki tongkol yang meningkat sebesar 48% tersebut.

Page 80: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

64

Tabel 13 Volume dan nilai produksi PPP Muncar dan Kabupaten Banyuwangi tahun 1999-2008

Tahun

Produksi hasil tangkapan Kabupaten Banyuwangi

Produksi hasil tangkapan PPP Muncar Volume

produksi (%)*

Nilai produksi

(%)* Indeks* Volume

(Qt; kg)

Nilai (Nt) (x1000 rupiah)

Volume (Qp; kg)

Nilai (Np) (x1000 rupiah)

1999 58.497.601 144.581.547,5 57.247.298 136.550.998,3 97,9 94,4 0,97 2000 33.023.481 100.948.939,0 31.304.989 93.714.967,0 94,8 92,8 0,98 2001 35.831.400 74.701.770,3 33.115.300 69.041.285,5 92,4 92,4 1,00 2002 36.906.340 77.023.531,6 33.960.560 71.083.261,7 92,0 92,3 1,00 2003 36.991.200 72.712.460,6 33.896.220 62.291.694,8 91,6 85,7 0,93 2004 27.489.772 59.304.264,1 25.484.423 52.385.375,7 92,7 88,3 0,95 2005 20.357.270 40.467.459,3 17.383.680 31.186.931,1 85,4 77,1 0,90 2006 62.204.281 93.179.042,3 58.730.442 86.017.378,5 94,4 92,3 0,98 2007 61.801.431 86.988.832,9 59.884.951 82.402.023,7 96,9 94,7 0,98 2008 40.231.854 123.170.943,3 37.630.389 116.144.074,5 93,5 94,3 1,01

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banyuwangi 2009 (*diolah kembali)

Data yang digunakan untuk penghitungan indeks relatif nilai produksi

adalah data per tahun volume dan nilai produksi PPP Muncar dan Kabupaten

Banyuwangi selama 10 tahun, yaitu tahun 1999-2008. Data tersebut diperoleh

dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banyuwangi. Terdapat perbedaan

data volume dan nilai produksi perikanan PPP Muncar antara data yang diperoleh

dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banyuwangi dengan data yang

diperoleh dari TPI Pelabuhan PPP Muncar. Hal tersebut diindikasikan adanya

data produksi yang didatangkan melalui jalur darat atau produksi yang

didatangkan dari pelabuhan perikanan terdekat (Bali) melalui transportasi laut

(armada penangkapan atau perahu ojek) yang tercatat di Dinas Perikanan dan

Kelautan Kabupaten Banyuwangi.

Pada tahun 1999, 2000, dan 2003-2007 (Tabel 13), indeks relatif nilai

produksi yang diperoleh adalah kurang dari 1, maka pada tahun-tahun tersebut

nilai relatif produksi ikan di PPP Muncar lebih kecil dari nilai relatif produksi

ikan di Kabupaten Banyuwangi. Hal tersebut berarti bahwa produksi ikan di PPP

Muncar mempunyai kualitas pemasaran yang kurang baik dibandingkan dengan

kualitas pemasaran produksi ikan di Kabupaten Banyuwangi.

Page 81: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

65

Gambar 18 Perkembangan volume dan nilai produksi PPP Muncar tahun 1999-

2008.

Indeks relatif nilai produksi yang bernilai sama dengan satu terjadi pada

tahun 2001 dan 2002, maka nilai relatif produksi ikan di PPP Muncar adalah sama

dengan nilai relatif produksi ikan di Kabupaten Banyuwangi. Makna dari indeks

yang bernilai satu tersebut adalah kualitas pemasaran ikan di PPP Muncar yang

sama baiknya dengan kualitas pemasaran ikan di Kabupaten Banyuwangi. Pada

tahun tersebut, PPP Muncar memberikan kontribusi yang seimbang antara volume

dan nilai hasil tangkapan, yaitu 92% hasil tangkapan dan 92% nilai.

Keseimbangan persentase volume dan nilai tersebut dapat dilihat pada Gambar 19.

Indeks relatif nilai produksi yang bernilai lebih dari satu selama periode

1999-2008 hanya terjadi pada tahun 2008. Artinya, nilai relatif produksi ikan PPP

Muncar adalah lebih besar dari nilai relatif produksi ikan di Kabupaten

Banyuwangi, yang berarti bahwa produksi ikan di PPP Muncar mempunyai

kualitas pemasaran yang lebih baik dari kualitas pemasaran ikan di Kabupaten

Banyuwangi. Pada tahun tersebut, PPP Muncar memberikan 94,3% dari total

nilai untuk 93,5% volume hasil tangkapan.

Indeks relatif nilai produksi ikan di PPP Muncar terhadap produksi ikan di

Kabupaten Banyuwangi selama periode tahun 1999-2000 secara keseluruhan

memiliki rata-rata I<1. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas pemasaran ikan

yang didaratkan di PPP Muncar kurang baik dibandingkan dengan kualitas

pemasaran ikan di Kabupaten Banyuwangi.

0

20

40

60

80

100

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Tahun

Pers

enta

se (%

)

Volume produksi Nilai produksi

Page 82: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

66

5.1.2 Pendistribusian hasil tangkapan

Proses distribusi berawal dari hasil tangkapan yang telah disortir di atas

kapal kemudian didaratkan ke dermaga tempat pembeli yang telah menunggu,

atau dibawa ke TPI untuk dijual kepada pedagang pengumpul. Selanjutnya

dilakukan transaksi dengan harga yang sesuai dengan mutu ikan.

Ikan yang telah terjual diberi es oleh bakul untuk mempertahankan

mutunya. Ada pula pedagang yang memberi es pada ikan setelah ikan dibeli dari

nelayan keesokan harinya. Terkadang para bakul menambahkan air kolam

pelabuhan ke dalam wadah hasil tangkapan. Mereka berpendapat bahwa

menambahkan air kolam ke dalam wadah dapat mempertahankan mutu ikan dan

untuk mengambil air dari kolam tidak memerlukan waktu yang lama. Hal ini

tentunya tidak benar karena menambahkan air kolam pelabuhan yang tidak bersih

justru akan semakin mempercepat penurunan mutu hasil tangkapan. Di Eropa,

tahap-tahap penanganan hasil tangkapan tersebut telah diatur dalam Peraturan Uni

Eropa yang berisi tentang peraturan kesehatan bagi nelayan di kapal, kondisi

untuk penanganan ikan di kapal, kondisi untuk penanganan saat pendaratan, serta

kondisi untuk pengolahan dan pengepakan (Le Ry, 2007).

Hasil tangkapan yang sudah rusak atau rendah mutunya setelah didaratkan

di PPP Muncar dijual ke pabrik penepungan, baik skala modern maupun

tradisional. Tidak dilakukan penanganan terhadap jenis hasil tangkapan tersebut.

Bahkan terkadang pedagang tidak menggunakan wadah untuk ikan tersebut,

hanya diletakkan di lantai dermaga atau langsung dimasukkan ke truk bila

jumlahnya banyak. Sebaiknya hasil tangkapan yang kondisinya rusak tersebut

tidak didaratkan di PPP agar tidak menimbulkan bau busuk melainkan langsung

masuk ke pabrik penepungan seperti di negara-negara Eropa, misalnya Prancis

(Lubis 2010, komunikasi pribadi).

Proses selanjutnya, yaitu hasil tangkapan yang kualitasnya baik diangkut ke

tempat industri dengan menggunakan becak, becak motor, sepeda motor, atau

truk. Dalam menaikkan ikan ke truk, digunakan alat bantu tangga yang terbuat

dari kayu dan menyerupai tanjakan untuk mempermudah dan mempercepat proses

pemindahan hasil tangkapan. Kendaraan jenis becak dan becak motor adalah

kendaraan yang banyak beroperasi dan disewa di pelabuhan. Menurut Lubis et al.

Page 83: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

67

(2010), jenis angkutan yang digunakan harus memenuhi syarat antara lain tidak

boleh terkena sinar matahari, sedangkan kendaraan-kendaraan di PPP Muncar

yang digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan tidak memiliki pendingin

ataupun atap sebagai pelindung hasil tangkapan agar tidak terkena cahaya

matahari langsung, oleh karena itu pembongkaran dan pendaratan hasil tangkapan

dilakukan pada malam dan pagi hari.

Pendistribusian hasil tangkapan ke luar kota dilakukan dengan meng-

gunakan truk jenis container yang berpendingin. Daerah tujuan distribusi tersebut

antara lain Jakarta, Surabaya, Magelang, Madura dan Bali. Menurut Lubis et al.

(2010), prasarana transportasi yang digunakan cukup menggunakan styrofoam

untuk daerah distribusi yang berjarak kurang dari 50 km, sedangkan untuk tujuan

nasional atau lebih jauh dari 50 km maka jenis angkutan yang digunakan adalah

angkutan berpendingin agar ikan tetap segar.

Salah satu karakteristik pelabuhan perikanan pantai berdasarkan Peraturan

Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.16/MEN/2006 adalah tidak ada

ekspor ikan. PPP Muncar tidak melakukan ekspor ikan segar, sebaliknya

melakukan ekspor ikan olahan oleh industri besar yang berada di wilayah sekitar

pelabuhan. Negara tujuan ekspor tersebut antara lain ke Jepang, Thailand, Korea

dan Cina.

Terdapat beberapa cara pendistribusian ikan di PPP Muncar, yaitu:

1) Nelayan menjual hasil tangkapan langsung ke industri tanpa melalui perantara.

2) Nelayan menjual hasil tangkapan melalui perantara atau supplier, yang

kemudian dijual ke industri, selanjutnya pihak industri menjual ke konsumen

yang dipasarkan baik secara lokal, nasional, maupun ekspor.

3) Nelayan menjual hasil tangkapan ke pedagang kecil atau ”belantik”, kemudian

belantik menjualnya ke konsumen, pedagang besar atau ”pengepul”, supplier,

atau langsung ke industri.

4) Nelayan menjual hasil tangkapannya langsung ke pedagang besar atau

pengepul, kemudian pedagang besar menjualnya ke industri.

5) Nelayan menjual hasil tangkapannya langsung ke konsumen.

Secara detail, alur distribusi hasil tangkapan dapat dilihat pada Gambar 20.

Page 84: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

68

(5)

(1) (3)

(2) (2) (4)

Gambar 19 Alur distribusi hasil tangkapan di PPP Muncar tahun 2009.

Kendala yang terjadi dalam pendistribudian hasil tangkapan ke luar PPP

Muncar antara lain rusaknya prasarana jalan di sekitar pelabuhan, terutama di

depan gerbang pelabuhan sampai puluhan meter jaraknya. Hal ini mempersulit

kendaraan yang harus melewati jalan tersebut dan proses distribusi hasil

tangkapan ke luar pelabuhan menjadi kurang lancar.

5.2 Kebutuhan Bahan Baku Utama Industri Pengolahan Ikan di Dalam.dan di Sekitar PPP Muncar

Jenis industri yang terdapat di dalam kompleks pelabuhan antara lain

industri ubur-ubur dan pengasinan ikan. Selebihnya industri pengolahan ikan

terletak di luar wilayah pelabuhan yang berjarak antara 20 meter sampai 4 km dari

lokasi PPP Muncar. Industri pengolahan ikan yang berada di luar wilayah PPP

Muncar adalah umumnya industri pengalengan ikan, pemindangan, penepungan,

petis, terasi, pengesan ikan, dan cold storage. Sampai pada tahun 2008, jumlah

industri di PPP Muncar adalah 201 unit. Kapasitas produksi perusahaan

perikanan di wilayah Muncar dan bahan baku yang diperoleh pada tahun 2008

disajikan pada Tabel 14. Data yang diperoleh hanya delapan bulan saja, yaitu dari

bulan Januari sampai Agustus.

Nelayan

Industri/perusahaan perikanan

Perantara Supplier Pedagang besar/pengepul

Pedagang kecil/belantik

Konsumen

Page 85: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

69

Tabel 14 Kapasitas produksi dan kebutuhan bahan baku industri pengolahan ikan di Wilayah .Muncar, Januari-Agustus 2008

Jenis usaha Jumlah

perusahaan (unit)

Kapasitas produksi (kg/hari)

Bahan baku yang diperoleh* Rata-rata

(kg/bulan) Jumlah

(kg) Pengalengan 8..... . 160.000 275.076. . 2.200.609 Pemindangan 22..... . 115.000 175.151. . 1.401.208 Penepungan mesin 34..... . 1.700.000 633.591. . 5.068.730 Penepungan tradisional 18..... . 90.000 26.695. . 186.864 Petis 6..... . 3.000 81.517. . 652.133 Terasi 4..... . 400 2.668. . 21.342 Pengesan ikan 26..... . 13.000 186.258. . 1.490.061 Cold storage 30..... . 300.000 548.549. . 4.388.389 Pengasinan 53..... . 26.500 52.726. . 421.807 Jumlah 201..... . 2.407.900 1.978.893. . 15.831.143 Produksi PPP Muncar 2.171.439. . 17.371.514

Sumber: TPI PPP Muncar 2009 (*diolah kembali)

Jenis industri yang menggunakan bahan baku paling banyak adalah

penepungan ikan (modern), sedangkan jenis industri yang memasok bahan baku

paling sedikit adalah industri terasi yang hanya menggunakan udang sebagai

bahan baku. Bahan baku utama industri penepungan adalah ikan lemuru,

selebihnya bahan baku yang digunakan adalah potongan-potongan ikan atau ikan

yang telah rusak dan hancur dari berbagai jenis ikan. Jumlah kebutuhan bahan

baku industri selama delapan bulan pada tahun 2008 disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Bahan baku yang diperoleh industri pengolahan ikan di Kecamatan Muncar, Januari-Agustus 2008

Jenis Usaha

Bahan baku yang diperoleh (ton) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus

Pengalengan 479,8 110,5 231,0 225,1 542,9 202,8 164,5 244,0 Pemindangan 92,3 91,2 788,5 117,0 116,4 57,7 55,8 82,3 Penepungan Mesin 1.144,5 237,3 519,6 622,0 1.227,1 434,6 345,9 537,8

Penepungan Tradisional - 12,5 27,3 32,7 64,6 22,9 10,2 16,6

Petis 112,0 72,0 95,0 87,0 134,0 50,0 41,1 61,0 Terasi 3,3 2,2 3,0 3,9 2,6 2,0 1,8 2,6 Pengesan ikan 229,6 247,2 291,0 148,2 222,0 117,8 92,8 141,4

Cold storage 812,5 101,1 1.003,6 490,1 918,7 345,8 283,1 433,6 Pengasinan 86,8 32,1 50,1 54,6 108,1 29,8 23,9 36,3 Jumlah 2.960,8 906,1 3.009,1 1.780,6 3.336,4 1.263,4 1.019,1 1.555,6 Produksi PPP Muncar 2.869,5 964,8 3.183,7 2.889,1 3.143,9 1.395,6 1.150,9 1.774,1

Produksi terserap* (%) 100,0 93,9 94,5 61,6 100,0 90,5 88,6 87,7

Sumber: TPI PPP Muncar 2009 (*diolah kembali)

Page 86: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

70

Berdasarkan Tabel 15, dapat diketahui bahwa bahan baku yang diperoleh

industri-industri pengolahan ikan di wilayah Kecamatan Muncar dapat terpenuhi

seluruhnya dari produksi PPP Muncar seperti pada bulan Februari, Maret, April,

Juni, Juli, dan Agustus tahun 2008. Ada pula saat-saat dimana produksi di PPP

Muncar bernilai lebih sedikit dibandingkan bahan baku yang diperoleh industri-

industri pengolahan ikan di Muncar seperti pada bulan Januari dan Mei.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola industri tersebut, bahan baku

yang diperoleh dapat didatangkan dari luar daerah apabila produksi di PPP

Muncar tidak mencukupi. Bahan baku tersebut dapat didatangkan dari Grajagan,

Tuban, dan Puger. Selain itu, kurangnya bahan baku dapat diantisipasi oleh pihak

industri dengan cara mengganti bahan baku jenis ikan tertentu dengan jenis ikan

lain yang sesuai dengan kebutuhan industri tersebut.

Berdasarkan data delapan bulan yang diperoleh, rata-rata sekitar 89% dari

produksi PPP Muncar dapat terserap oleh industri di sekitarnya. Hal tersebut

membuktikan bahwa Muncar merupakan wilayah berdaya serap tinggi terhadap

jumlah hasil tangkapan yang didaratkan. Sisa produksi PPP Muncar yang tidak

terserap oleh industri sekitar bulan Februari, Maret, April, Juni, Juli, dan Agustus

tahun 2008, biasanya disalurkan ke konsumen di luar Kecamatan Muncar ataupun

di luar Kabupaten Banyuwangi, yaitu Jakarta, Surabaya, dan Bali.

5.2.1 Asal bahan baku kebutuhan industri

Hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Muncar berasal dari nelayan yang

melakukan penangkapan di wilayah Selat Bali dan Samudera Hindia. Data

produksi yang tercatat di TPI Pelabuhan berasal dari dua buah TPI yang masih

aktif hingga sekarang, yaitu TPI Pelabuhan itu sendiri dan TPI Kalimoro. Kedua

TPI tersebut masih berada dalam satu wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan

Muncar.

Pihak pengelola PPP Muncar tidak mendatangkan hasil tangkapannya dari

daerah lain, namun pihak industrilah yang mendatangkan bahan baku dari luar

daerah. Berdasarkan hasil wawancara dari pengelola industri pengolahan ikan,

mereka mendatangkan bahan baku dari luar daerah bila produksi di PPP Muncar

tidak mencukupi, bahkan terkadang impor dari Cina atau Taiwan. Namun bila

Page 87: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

71

produksi di PPP Muncar memenuhi kebutuhan bahan baku, mereka lebih

mengutamakan memasok bahan baku dari PPP Muncar dengan alasan mudah

didapat dan jaraknya dekat, sehingga tidak memerlukan biaya transportasi yang

mahal dan waktunya relatif singkat dibandingkan mendatangkan bahan baku dari

luar daerah.

Muncar adalah wilayah penghasil ikan dan merupakan lokasi industri

perikanan, sehingga harga ikan cukup murah dan terjangkau. Selain itu mulai dari

proses penangkapan ikan (one day fishing) dan pendaratan hasil tangkapan,

sampai pada pendistribusian ikan ke industri dilakukan dengan cepat sehingga

kualitas ikan masih terjaga. Bagi industri pembekuan ikan, bahan baku yang

diperoleh di PPP Muncar memiliki mutu yang baik dengan kadar garam rendah

sehingga bagus untuk proses pembekuan. Jenis ikan yang dibekukan tersebut

antara lain ikan lemuru, layang, dan tongkol. Pada saat tidak sedang musim ikan,

pihak industri biasanya memasok bahan baku dari cold storage sekitar pelabuhan,

sedangkan industri cold storage memperoleh bahan baku dengan cara menstok

ikan pada saat musim ikan, atau dengan mendatangkan ikan dari luar daerah bila

stok industri tersebut mulai menipis. Beberapa industri skala besar, seperti yang

telah dijelaskan sebelumnya, terkadang mendatangkan bahan baku dari luar

Muncar, seperti dari daerah Grajagan, Tuban, Puger, dan Bali. Menurut

Joesidawati MI, Purwanto, dan Asriyanto (2005), pengambeg terikat pada

perusahaan untuk kebutuhan ikan lemuru selama satu tahun penuh, jika kebutuhan

ikan tidak terpenuhi mereka mendatangkan ikan lemuru dalam bentuk beku dari

luar daerah, seperti Madura, Bima, dan Tuban.

5.2.2 Keberlanjutan ketersediaan bahan baku

Selain perkembangan volume produksi, ketersediaan yang kontinu jenis

ikan di pelabuhan sebagai bahan baku industri pengolahan ikan perlu diperhatikan

untuk keberlanjutan industri perikanan tersebut. Kontinuitas jenis-jenis ikan

dominan yang didaratkan di PPP Muncar pada tahun 2008 disajikan pada Tabel

16 berikut.

Page 88: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

72

Tabel 16 Kontinuitas jenis-jenis ikan dominan yang didaratkan di PPP Muncar selama 12 bulan tahun 2008

No Jenis ikan Rata-rata produksi (kg) 1 Lemuru/sempenit 2.319.417 2 Layang 239.981 3 Tongkol 219.142 4 Tuna 28.046 5 Cucut 23.733 6 Layur 20.594 7 Kerang-kerangan 19.983 8 Cakalang 16.616 9 Pari 10.655

10 Cumi-cumi 9.443

Sumber: TPI PPP Muncar, 2009

Berdasarkan volume produksi dan ketersediaan jenis ikan per bulan pada

tahun 2008, sepuluh jenis ikan dominan di PPP Muncar selalu tersedia setiap

bulannya, yaitu lemuru, layang, tongkol, tuna, cucut, layur, kerang-kerangan,

cakalang, pari, dan cumi-cumi. Kesepuluh jenis ikan tersebut dapat dijadikan

bahan baku industri pada saat musim ikan ataupun musim paceklik. Pada saat

musim ikan, produksi PPP Muncar yang berlebih akan ditampung di perusahaan-

perusahaan cold storage. Pada saat musim paceklik yang berkisar antara satu

sampai tiga bulan, industri di PPP Muncar dapat memasok bahan baku dari cold

storage bila produksi dari pelabuhan tidak mencukupi.

Sejak tahun 2000 hingga tahun 2004 tercatat 10 unit cold storage yang

berada di Kecamatan Muncar. Pada tahun 2005 jumlahnya meningkat menjadi 19

unit, kemudian meningkat lagi pada tahun 2006 dan 2007 dengan jumlah masing-

masing 25 dan 30 unit. Berdasarkan jumlah cold storage yang meningkat sejak

tahun 2005 hingga tahun 2007, maka dapat diketahui bahwa produksi di PPP

Muncar sangat tinggi dan mampu menarik pihak-pihak yang ingin mengembang-

kan usaha perikanannya di wilayah Muncar.

5.3 Proyeksi Produksi Hasil Tangkapan Sepuluh Tahun ke Depan

Sebagai pelabuhan perikanan yang menjadi sumber bahan baku utama

industri pengolahan ikan di Kecamatan Muncar maka volume produksi ikan PPP

Muncar harus selalu tersedia agar keberlanjutan industri sekitar Muncar dapat

Page 89: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

73

terjamin keberlangsungannya. Hal tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan

kepercayaan pihak industri terhadap suplai bahan baku ikan dari PPP Muncar

sehingga perlu diketahui proyeksi produksi pada jangka panjang. Proyeksi

produksi hasil tangkapan suatu pelabuhan diperlukan agar dapat memperkirakan

jumlah hasil tangkapan yang sedikit atau berkurang jumlahnya di tahun-tahun

mendatang sehingga dapat diperkirakan kondisi dan keberlanjutan suatu industri

di wilayah pelabuhan tersebut.

5.3.1 Proyeksi produksi hasil tangkapan (lemuru, layang, dan tongkol)

Proyeksi dilakukan pada volume produksi tiga jenis ikan dominan dengan

menggunakan 120 titik data, yaitu data volume produksi per bulan selama 10

tahun (1999-2008) yang dapat dilihat pada Lampiran 4. Selanjutnya ditentukan

produksi rata-rata bergerak 3 bulanan (Mt). Tujuan dari tahapan ini adalah untuk

memperoleh dugaan dari trend (Tt) dan siklik (Ct). Tabel 17 berikut

menunjukkan hasil proyeksi tiga jenis ikan dominan di PPP Muncar, yaitu lemuru,

layang, dan tongkol.

Tabel 17 Proyeksi jumlah hasil tangkapan 3 jenis dominan tahun 2011-2020

Tahun Proyeksi volume hasil tangkapan (ton) Lemuru Layang Tongkol

2011 32.245.035 3.327.899 2.046.186 2012 34.391.346 3.475.035 1.852.777 2013 36.537.658 3.622.170 1.659.368 2014 38.683.969 3.769.306 1.465.960 2015 40.830.280 3.916.441 1.272.551 2016 42.976.591 4.063.576 1.079.142 2017 45.122.903 4.210.712 885.733 2018 47.269.214 4.357.847 692.324 2019 49.415.525 4.504.983 498.915 2020 51.561.837 4.652.118 305.506

Hasil proyeksi menunjukkan bahwa ikan lemuru dan layang cenderung

mengalami peningkatan di setiap tahunnya, sedangkan ikan tongkol cenderung

mengalami penurunan produksi. Peningkatan jumlah lemuru dan layang, serta

penurunan produksi tongkol pada hasil proyeksi dipengaruhi trend dari data aktual

tahun 1999-2008. Sumberdaya ikan pada proyeksi hasil tangkapan yang

Page 90: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

74

didaratkan di PPP Muncar tersebut diasumsikan tetap. Keadaan yang terjadi di

masa lalu dianggap sama dengan kondisi di masa mendatang.

1) Lemuru

Ikan lemuru merupakan jenis ikan pelagis yang sangat dominan di perairan

Selat Bali dengan rata-rata produksi di PPP Muncar mencapai 21.246,8 ton per

tahun. Alat tangkap yang paling produktif di PPP Muncar dalam menangkap

lemuru adalah purse seine sedangkan alat tangkap lainnya yang menangkap

lemuru adalah payang, gillnet, dan bagan. Alat tangkap purse seine mampu

menghasilkan hasil tangkapan rata-rata 12,1 ton per unit alat tangkap per bulan

dengan komposisi jenis ikan lemuru rata-rata mencapai 83,1%, payang mampu

menghasilkan 4,5 ton per unit per bulan dengan komposisi lemuru 50,7%, gillnet

mampu menghasilkan 0,5 ton per unit per bulan dengan komposisi lemuru 41,6%,

serta bagan yang mampu menghasilkan 0,2 ton per unit per bulan dengan

komposisi lemuru 76,4%.

Ikan lemuru yang diperdagangkan di PPP Muncar terdiri dari dua jenis

antara lain lemuru segar, yaitu lemuru yang baru didaratkan dengan mutu baik dan

bentuk ikan masih utuh, serta lemuru tepung, yaitu lemuru yang telah didaratkan

lebih dari satu hari dengan mutu rendah atau belum lama didaratkan tetapi

fisiknya telah rusak dan biasanya digunakan untuk bahan baku industri

penepungan ikan. Pada tahun 2008, harga lemuru segar berkisar antara

Rp1.900,00/kg-Rp5.000,00/kg sedangkan harga lemuru tepung berkisar antara

Rp1.500,00/kg-Rp2.100,00/kg. Ikan lemuru di PPP Muncar didistribusikan ke

industri pengalengan ikan, pemindangan, pengasinan, dan penepungan yang

selanjutnya dipasarkan di sekitar Muncar, Surabaya, Yogyakarta, Jakarta, dan

Malang dan ke wilayah Jawa Tengah seperti Pekalongan.

Trend yang diperoleh untuk produksi per bulan ikan lemuru adalah semakin

meningkat selama tahun 1999-2008 dengan persamaan y = 9860,7032x +

281358,5472 dan R2 = 0,3402. Selanjutnya dilakukan penghitungan indeks

musim. Fluktuasi musiman secara khas ditemukan dalam data triwulan, bulanan,

atau mingguan. Variasi musiman menunjuk pada sebuah pola perubahan yang

kurang lebih stabil yang tampak dan berulang dari tahun ke tahun. Pola musiman

Page 91: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

60

Gambar 20 Perkembangan produksi per bulan ikan lemuru di PPP Muncar tahun 1999-2008.

y = 9.860,7032x + 281.358,5472R² = 0,3402

0

500

1000

1500

2000

2500

0 12 24 36 48 60 72 84 96 108 120

Vol

ume

prod

uksi

(ton)

Bulan

Volume produksi (ton) Linear (Volume produksi (ton))

75

Page 92: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

76

terjadi karena pengaruh cuaca, atau karena peristiwa yang berhubungan dengan

penanggalan seperti hari libur nasional (Hanke, 2005). Indeks musim diperlukan

untuk mengetahui saat-saat dimana banyak hasil tangkapan yang didaratkan agar

ketersediaannya dapat menunjang produksi industri pengolahan ikan. Dari hasil

penghitungan, besarnya indeks musim ikan lemuru berkisar antara 80,64 pada

bulan Juni hingga 131,66 pada bulan Mei. Nilai indeks musiman >100 terjadi

pada bulan Mei, Agustus, November, dan Desember, yang berarti pada bulan-

bulan tersebut sedang terjadi musim puncak pendaratan.

Berdasarkan proyeksi sebagaimana disajikan pada Gambar 20 dan Tabel 18

yang menunjukkan bahwa produksi lemuru di PPP Muncar pada tahun 2011-2020

akan mengalami peningkatan dengan rata-rata persentase pertumbuhan sebesar

5,36%. Kemampuan produksi mencapai 32.245 ton pada tahun 2011 dan

kemudian meningkat hingga mencapai 51.562 ton pada tahun 2020. Peningkatan

volume produksi tersebut tentunya akan meningkatkan aktivitas di pelabuhan dan

berdampak positif bagi perkembangan industri pengolahan ikan di wilayah

Muncar yang menggunakan bahan baku utama berupa ikan lemuru, seperti

industri pengalengan, pemindangan, pengasinan, dan penepungan. Peningkatan

aktivitas tersebut sebaiknya diimbangi dengan daya dukung PPP Muncar dengan

cara memperbaiki dan mengoptimalkan penggunaan fasilitas yang telah ada atau

menambah kapasitas fasilitas, serta dengan memberikan pelayanan yang lebih

baik kepada para pengguna pelabuhan khususnya nelayan.

Tabel 18 Proyeksi produksi ikan lemuru tahun 2011-2020

Waktu Volume produksi (ton)* 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Januari 1.599 1.709 1.820 1.930 2.041 2.152 2.262 2.373 2.483 2.594 Februari 1.532 1.637 1.743 1.848 1.953 2.059 2.164 2.269 2.375 2.480 Maret 1.613 1.724 1.834 1.944 2.054 2.165 2.275 2.385 2.496 2.606 April 2.093 2.235 2.378 2.520 2.662 2.805 2.947 3.089 3.231 3.374 Mei 3.140 3.353 3.565 3.777 3.989 4.202 4.414 4.626 4.838 5.051 Juni 1.436 1.533 1.629 1.726 1.822 1.919 2.015 2.112 2.208 2.305 Juli 1.042 1.111 1.181 1.250 1.320 1.390 1.459 1.529 1.599 1.668 Agustus 2.552 2.722 2.891 3.061 3.231 3.400 3.570 3.740 3.909 4.079 September 3.103 3.308 3.513 3.718 3.923 4.128 4.333 4.538 4.744 4.949 Oktober 4.515 4.811 5.108 5.405 5.702 5.998 6.295 6.592 6.889 7.186 November 6.493 6.917 7.342 7.766 8.191 8.615 9.040 9.464 9.889 10.313 Desember 3.128 3.331 3.534 3.738 3.941 4.144 4.348 4.551 4.755 4.958 Jumlah 32.245 34.391 36.538 38.684 40.830 42.977 45.123 47.269 49.416 51.562

*Angka pembulatan

Page 93: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

77

Pada tahun 2011, hasil penghitungan jumlah produksi lemuru yang

berjumlah 2.687 ton per bulan tersebut dapat mencukupi kebutuhan industri

pengalengan ikan di wilayah Muncar yang memiliki rata-rata kebutuhan bahan

baku sekitar 275 ton per bulan (Tabel 14). Pada saat produksi lemuru

diperkirakan rendah seperti pada bulan Juli, maka kebutuhan bahan baku industri-

industri tersebut yang tidak dapat dipenuhi oleh PPP Muncar dapat dipasok dari

perusahaan cold storage yang banyak terdapat di sekitar pelabuhan, atau

mendatangkan lemuru dari tempat pendaratan ikan di wilayah Bali.

Peningkatan produksi ikan lemuru sangat dipengaruhi oleh jumlah unit

penangkapan purse seine yang merupakan alat tangkap paling produktif dalam

menangkap lemuru. Namun untuk meningkatkan volume produksi lemuru di PPP

Muncar tidak mungkin ditempuh dengan cara penambahan jumlah alat tangkap

tersebut karena jumlah penggunaan alat tangkap tersebut telah dibatasi oleh

Pemda I Jawa Timur dan Bali, yaitu maksimum 190 unit. Pada tahun 2008,

jumlah alat tangkap purse seine di PPP Muncar adalah 185 unit yang berarti

hanya bisa dilakukan penambahan sebanyak 5 unit. Langkah lain yang dapat

ditempuh adalah dengan peningkatan jumlah alat tangkap selain purse seine, yaitu

payang, gillnet, dan bagan. Namun demikian jumlah alat tangkap tersebut perlu

upaya pembatasan seperti pada alat tangkap purse seine agar tidak terjadi over

fishing.

Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi (2008), Selat Bali

memiliki potensi penangkapan maksimum lestari untuk ikan pelagis dengan hasil

ikan yang dominan, yaitu lemuru (Sardinella lemuru) sebesar 46.400 ton per

tahun. Sehubungan dengan peningkatan produksi lemuru tersebut, pihak PPP

Muncar perlu memperhatikan potensi penangkapan maksimum lestari di Selat

Bali dan perlu mengkaji kembali MSY terkini Selat Bali agar tidak terjadi over

fishing seperti hasil proyeksi pada tahun 2018-2020. Pada tahun tersebut perlu

dilakukan upaya pembatasan penangkapan melalui pengurangan jumlah trip

dan/atau jumlah armada yang melaut.

Mutu ikan lemuru yang didaratkan beraneka ragam, mulai dari mutu baik

sampai yang sudah rusak, baik mutu maupun fisiknya. Penanganan mutu ikan

hanya dilakukan dengan menambahkan es pada ikan agar ikan tetap segar, namun

Page 94: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

78

tidak dilakukan penanganan dalam menjaga keutuhan fisik ikan. Hal tersebut

dikarenakan sangat banyaknya lemuru yang didaratkan sehingga perlu dilakukan

pendistribusian dengan cepat agar kesegaran ikan tetap terjaga. Selain itu industri

di sekitar Muncar sangat banyak membutuhkan bahan baku dengan mutu berbeda-

beda. Semua jenis mutu ikan dapat diserap di industri sekitar seperti disajikan

pada Tabel 19. Oleh karena tingginya daya serap industri sekitar, perlakuan

terhadap lemuru kurang diperhatikan. Hal tersebut perlu diperbaiki agar ikan

lemuru yang dijual menjadi lebih layak baik dalam bentuk segar maupun olahan.

Tabel 19 Tingkat mutu ikan lemuru sebagai bahan baku indutrsi pengolahan ikan

No Jenis industri Mutu ikan 1 Pengalengan terbaik 2 Pemindangan baik 3 Pengasinan cukup baik 4 Penepungan rendah sampai baik

Sumber: Dinas Perikanan Dati I Propinsi Jawa Timur, 2000

Menurut Sukarsa (2007), kisaran kriteria kesegaran ikan menurut uji

organoleptik biasanya dibagi tiga, yaitu segar, agak segar, dan tidak segar. Hasil

tangkapan dapat dikatakan:

segar : jika kisaran nilai rata-rata uji organoleptik antara 7-9,

agak segar : jika kisaran nilai rata-rata uji organoleptik antara 5-6,

tidak segar : jika kisaran nilai rata-rata uji organoleptik antara 1-4.

Ikan dengan mutu terbaik disalurkan ke industri pengalengan sesuai dengan

jumlah permintaan industri tersebut. Pada saat produksi ikan di PPP Muncar

sangat banyak, ikan yang tidak terserap oleh industri pengalengan disalurkan ke

industri yang membutuhkan ikan dengan mutu setingkat di bawah industri

pengalengan. Begitu pula dengan industri pengasinan dan penepungan. Ikan

yang sudah tak tertampung di industri pemindangan akan disalurkan ke industri

pengasinan atau penepungan walaupun mutunya masih baik.

Menurut Moeljanto (1982) lemuru dapat dijadikan bahan baku pada industri

pengalengan ikan, sedangkan Adawyah (2008) mengungkapkan bahwa ikan

lemuru dapat digunakan sebagai bahan baku ikan pindang. Selain itu lemuru

dapat dijadikan sebagai bahan baku olahan abon ikan dan dendeng ikan.

Page 95: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

79

2) Layang

Ikan layang merupakan jenis ikan pelagis. Ikan layang di PPP Muncar

ditangkap dengan menggunakan alat tangkap purse seine dan payang. Alat

tangkap purse seine mampu menghasilkan hasil tangkapan rata-rata 12,1 ton per

unit per bulan dengan komposisi jenis ikan layang 9,5%, sedangkan payang

mampu menghasilkan 4,5 ton per unit per bulan dengan komposisi layang 11,9%.

Produksi ikan layang di PPP Muncar rata-rata mencapai 2.239,3 ton per

tahun. Pada tahun 2008, harga ikan layang di PPP Muncar berkisar antara

Rp4.000,00/kg-Rp6.500,00/kg dan didistribusikan ke industri pemindangan,

pengasinan, pembekuan, dan penepungan, kemudian dipasarkan di sekitar

Muncar, Jember, Malang, Surabaya, Tulungagung, Bondowoso, Semarang,

Jakarta, Bandung, Bali, dan Yogyakarta. Perkembangan volume produksi per

bulan ikan layang selama tahun 1999-2008 disajikan pada Gambar 22.

Pada Gambar 21 dapat dilihat bahwa trend yang diperoleh selama tahun

1999-2008 untuk ikan layang adalah cenderung meningkat dengan persamaan y =

858,7805x + 104081,7074 dan R2 = 0,1101. Langkah-langkah penghitungan

proyeksi selengkapnya disajikan pada Lampiran 5-7. Hasil proyeksi produksi

layang tahun 2011-2020 disajikan pada Tabel 20.

Selanjutnya dilakukan penghitungan indeks musim. Indeks musim berkisar

antara 68,33 pada bulan Juli hingga 134,30 pada bulan Agustus. Musim puncak

pendaratan terjadi pada bulan Januari, Maret, Mei, Agustus, dan Oktober sampai

November.

Page 96: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

76

Gambar 21 Perkembangan produksi per bulan ikan layang di PPP Muncar tahun 1999-2008.

y = 858,7805x + 104.081,7074R² = 0,1101

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0 12 24 36 48 60 72 84 96 108 120

Vol

ume

prod

uksi

(ton)

Bulan

Volume produksi (ton) Linear (Volume produksi (ton))

80

Page 97: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

81

Tabel 20 Proyeksi produksi ikan layang tahun 2011-2020

Waktu Volume produksi (ton)* 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Januari 187 196 204 213 221 230 238 247 255 264 Februari 218 228 237 247 257 267 276 286 296 306 Maret 403 421 439 457 475 493 511 529 547 565 April 380 397 414 431 447 464 481 498 515 532 Mei 424 442 461 480 499 518 537 555 574 593 Juni 279 291 303 316 328 340 353 365 377 390 Juli 167 175 182 189 197 204 212 219 226 234 Agustus 329 344 358 373 387 401 416 430 445 459 September 221 230 240 250 259 269 279 288 298 308 Oktober 258 270 281 292 303 315 326 337 348 360 November 240 250 260 271 281 292 302 312 323 333 Desember 223 232 242 251 261 271 280 290 300 309 Jumlah 3.328 3.475 3.622 3.769 3.916 4.064 4.211 4.358 4.505 4.652

*Angka pembulatan

Rata-rata persentase pertumbuhan ikan layang pada tahun 2011-2020 adalah

3,79%. Pada tahun 2011, kemampuan produksi adalah 3.328 ton, kemudian pada

tahun 2020 meningkat sebesar 4.652 ton. Peningkatan volume produksi tersebut

tentunya akan memberikan dampak positif bagi produktivitas industri pengolahan

ikan di wilayah Muncar yang menggunakan ikan layang sebagai bahan baku

utama, seperti industri pemindangan, pengasinan, pembekuan, dan penepungan.

Bagi pihak industri tersebut, peningkatan produksi ikan layang di PPP Muncar

dapat berarti perluasan atau peningkatan usaha karena adanya penambahan bahan

baku. Hal tersebut dapat ditempuh dengan cara penambahan jumlah produksi dan

perluasan daerah pemasaran produk olahan ikan.

Pada tahun 2011, hasil penghitungan proyeksi produksi layang yang

berjumlah rata-rata 277,3 ton per bulan tersebut dapat mencukupi kebutuhan

industri pemindangan ikan dan pengasinan di wilayah Muncar yang memiliki rata-

rata kebutuhan bahan baku masing-masing sekitar 175,1 ton per bulan dan 52,7

ton per bulan (Tabel 14). Menurut Adawyah (2008), industri pengolahan ikan

yang dapat menggunakan ikan layang sebagai bahan baku adalah industri

pemindangan. Selain itu, ikan layang juga dapat digunakan sebagai bahan baku

kecap ikan layang (Cucu, 2010). Chairita (2008) mengemukakan bahwa ikan

layang adalah ikan yang potensial untuk diolah menjadi surimi, yaitu bahan baku

untuk produk-produk fish jelly, seperti bakso ikan.

Page 98: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

82

3) Tongkol

Ikan tongkol merupakan jenis ikan pelagis. Ikan tongkol di PPP Muncar

ditangkap dengan menggunakan alat tangkap purse seine, payang, dan gillnet.

Alat tangkap purse seine mampu menghasilkan hasil tangkapan rata-rata 12,1 ton

per unit per bulan dengan komposisi jenis ikan tongkol sebesar 7,4%, payang

mampu menghasilkan 4,5 ton per unit per bulan dengan komposisi tongkol

sebesar 23,6%, dan gillnet mampu menghasilkan 0,5 ton per unit per bulan

dengan komposisi tongkol sebesar 24,2%.

Selama tahun 1999-2008, produksi rata-rata ikan tongkol di PPP Muncar

mencapai 1.927,4 ton per tahun. Alat tangkap di PPP Muncar yang dominan

menangkap tongkol adalah alat tangkap purse seine. Ikan tongkol di PPP Muncar

memiliki harga yang berkisar antara Rp3.000,00-Rp6.000,00/kg. Ikan tongkol di

PPP Muncar didistribusikan untuk kebutuhan bahan baku industri pemindangan

dan pembekuan ikan, selanjutnya dipasarkan ke daerah sekitar Muncar, Jember,

Malang, Surabaya, Tulungaggung, Bondowoso, Jakarta, Bali, dan Yogyakarta.

Perkembangan produksi per bulan ikan tongkol selama 10 tahun disajikan pada

Gambar 22.

Pada Gambar 22 dapat dilihat bahwa trend yang dihasilkan selama tahun

1999-2008 untuk ikan tongkol adalah menurun dengan persamaan y = -625,9915x

+ 172651,0008 dan R2 = 0,2184. Selanjutnya dilakukan penghitungan indeks

musim. Indeks musim yang digunakan berkisar antara 83,20 pada bulan April

hingga 127,31 pada bulan Maret. Musim puncak pendaratan terjadi pada bulan

Maret, Mei, Juli, Oktober, dan November. Hasil proyeksi produksi tongkol

disajikan pada Tabel 21.

Page 99: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

81

Gambar 22 Perkembangan produksi per bulan ikan tongkol di PPP Muncar tahun 1999-2008.

y = -625,9915x + 172.651,0008R² = 0,2184

0

50

100

150

200

250

300

0 12 24 36 48 60 72 84 96 108 120

Vol

ume

prod

uksi

(ton

)

Bulan

Volume Produksi (ton) Linear (Volume Produksi (ton))

83

Page 100: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

84

Tabel 21 Proyeksi produksi ikan tongkol tahun 2011-2020

Waktu Volume produksi (ton)* 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Januari 84 76 69 61 53 46 38 30 22 15 Februari 431 391 352 312 272 232 192 152 112 72 Maret 577 524 470 416 362 308 255 201 147 93 April 356 323 289 256 222 189 156 122 89 55 Mei 52 47 42 37 32 27 22 17 13 8 Juni 33 30 27 23 20 17 14 11 8 5 Juli 36 32 29 25 22 19 15 12 8 5 Agustus 49 44 39 34 30 25 20 16 11 6 September 64 58 52 46 39 33 27 20 14 8 Oktober 132 119 106 93 80 67 54 41 28 15 November 139 126 112 98 84 70 56 42 29 15 Desember 92 83 74 65 55 46 37 28 18 9 Jumlah 2.046 1.853 1.659 1.466 1.273 1.079 886 692 499 306

*Angka pembulatan

Berdasarkan proyeksi seperti yang telah disajikan pada Gambar 23 dan

Tabel 21, dapat dilihat bahwa produksi tongkol di PPP Muncar akan mengalami

penurunan produksi sebesar 18,49% pada tahun 2011-2020. Pada tahun 2011,

kemampuan produksi mencapai 2.046 ton dan kemudian menurun hingga 306 ton

pada tahun 2020. Penurunan volume produksi tersebut tentunya akan

berpengaruh pada aktivitas dan nilai produksi di pelabuhan karena ikan tongkol

merupakan jenis ikan ekonomis penting. Selain itu, penurunan produksi akan

berdampak negatif bagi perkembangan industri pengolahan ikan di wilayah

Muncar yang menggunakan bahan baku utama berupa ikan tongkol, seperti

industri pemindangan.

Pada tahun 2011, hasil penghitungan proyeksi produksi tongkol yang

berjumlah rata-rata 170,5 ton per bulan tersebut tidak dapat mencukupi kebutuhan

industri pemindangan ikan di wilayah Muncar yang memiliki rata-rata kebutuhan

bahan baku sekitar 175,1 ton per bulan (Tabel 14). Sebagai pencegahan

penurunan produktivitas industri, industri tersebut dapat mendatangkan ikan

tongkol dari wilayah Bali dan Jawa Timur, atau dengan alternatif jenis ikan

lainnya sebagai pengganti ikan tongkol agar industri tersebut tidak mengalami

penurunan produktivitas saat produksi ikan tongkol di PPP Muncar menurun.

Industri yang dapat dikembangkan dengan menggunakan ikan tongkol antara lain

pengasinan dan pemindangan (Adawyah, 2008). Selanjutnya dikatakan bahwa

Page 101: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

85

ikan yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri pengasinan antara lain

ikan teri, kembung, kakap, dan tenggiri, sedangkan untuk pemindangan adalah

ikan selar, layang, dan cakalang.

5.3.2 Model proyeksi dekomposisi multiplikatif

Model proyeksi dekomposisi multiplikatif merupakan model peramalan

yang sering digunakan selama ini. Model dekomposisi pada umumnya mencoba

mengidentifikasikan tiga komponen secara terpisah sebagai pola dasar yang

menggambarkan karakteristik sistem industri sepanjang waktu tertentu (Gasperz,

1992).

Ketiga komponen yang digunakan dan dicari pada penghitungan data

produksi hasil tangkapan untuk peramalan pertama-tama secara berurutan adalah

komponen trend, selanjutnya komponen siklik, dan yang terakhir adalah

komponen musim. Lalu peramalan produksi hasil tangkapan dapat dihitung.

Gasperz (1992) menyatakan bahwa trend menggambarkan perilaku data dalam

jangka panjang yang dapat bersifat menaik, menurun, atau tidak berubah.

Selanjutnya Gasperz juga menyatakan bahwa faktor siklik menggambarkan naik-

turunnya ekonomi atau industri, sedangkan faktor musiman berkaitan dengan

fluktuasi periodik yang relatif konstan dan disebabkan oleh faktor-faktor seperti

temperatur, curah hujan, bulan-bulan tertentu dalam setahun atau yang berkaitan

dengan hari raya, upacara keagamaan, dan sebagainya.

R2 adalah kemampuan data untuk menginterpretasikan data dengan keadaan

nyata di lapangan. Dalam penentuan model pada rata-rata bergerak 3 bulanan,

digunakan R2 yang bernilai lebih besar. Pada ketiga proyeksi jenis ikan dominan

di PPP Muncar, diperoleh nilai R2 yang kecil. Berdasarkan nilai R2 yang kecil

tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat kesalahan pada data volume produksi

yang digunakan untuk keperluan peramalan, sehingga hasil penghitungan proyeksi

mendatang tersebut kurang dapat dijadikan sebagai nilai acuan pada kondisi nyata

di lapangan.

Kecilnya nilai R2 tersebut dapat terjadi karena terdapat beberapa data hasil

tangkapan yang bernilai ekstrim pada tahun 2006 dan 2007. Seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya pada sub-sub bab 5.1.1, data hasil tangkapan yang bernilai

Page 102: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

86

ekstrim tersebut terjadi karena adanya anomali positif konsentrasi klorofil-a di

perairan Selat Bali pada bulan November 2006 sampai dengan Maret 2007.

Peristiwa ini disebabkan oleh fenomena IODM positif yang diketahui ada selama

bulan September-November 2006 dan yang menyebabkan upwelling terjadi lebih

intensif dan lebih lama (Nababan, 2009).

Selain itu, nilai R2 bernilai kecil disebabkan oleh data produksi yang

tercatat di pelabuhan kurang sesuai dengan keadaan nyata di lapangan. Hal

tersebut dikarenakan proses pencatatan hasil tangkapan yang tidak disertai dengan

penimbangan terlebih dahulu. Pendataan hasil tangkapan dilakukan pada saat

kendaraan yang membawa hasil tangkapan melewati tempat penjagaan petugas

TPI. Banyaknya hasil tangkapan yang diangkut kendaraan tersebut adalah jumlah

keranjang yang terdapat dalam kendaraan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya

pada Bab Keadaan Umum, satu keranjang penuh berisi hasil tangkapan yang

beratnya bisa mencapai 100-125 kg dianggap berisi 80 kg. Selisih yang

dihasilkan cukup besar sehingga memungkinkan pengaruh yang signifikan

terhadap nilai R2. Selain itu, penyebab R2 bernilai kecil diduga adanya perbedaan

proses pencatatan data antara bulan yang satu dengan bulan yang lainnya.

Produksi ikan yang jauh berbeda dibandingkan dengan bulan lainnya dapat terjadi

karena ikan yang didaratkan pada bulan tersebut tidak seluruhnya murni hasil

penangkapan nelayan, tetapi ikan yang didatangkan dari luar daerah yang

diangkut dengan menggunakan armada penangkapan. Ikan yang didatangkan dari

luar daerah tersebut umumnya berasal dari Bali.

Data produksi hasil tangkapan selama sepuluh tahun terakhir yang diperoleh

di PPP Muncar sangat berfluktuatif dan dapat sangat berbeda antara bulan yang

satu dengan bulan berikutnya. Menurut nelayan dan petugas pelabuhan setempat,

musim ikan di perairan Selat Bali mulai sulit diprediksi dan tidak menentu sejak

beberapa tahun terakhir. Hal ini antara lain karena ada pengaruh perubahan iklim,

seperti yang terjadi di Maluku. Di wilayah tersebut, nelayan amat sulit

memperkirakan waktu dan lokasi yang sesuai untuk menangkap ikan karena pola

iklim yang berubah (Karim, 2009). Selain itu, jumlah ikan terkadang sedikit dan

terkadang sangat melimpah pada saat tertentu. Petugas pelabuhan juga

menambahkan bahwa jumlah ikan di perairan Selat Bali dapat melonjak tajam

Page 103: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

87

setiap delapan tahun hingga sepuluh tahun sekali, namun setelah itu produksi ikan

dapat menurun drastis dan belum diketahui sebabnya. Hal tersebut didukung pula

oleh Dinas Perikanan Dati I Propinsi Jawa Timur (2000) yang menyatakan bahwa

adanya penurunan produksi terendah pada tahun 1986 dan tahun 1996 yang

berjarak 10 tahun. Hal tersebut dimungkinkan adanya faktor perubahan lokasi

ruaya lemuru. Menurut Whitehead (1985) vide Muntoha (1998), ikan lemuru

tersebar di lautan lndia bagian timur yaitu Phuket, Thailand, di pantai-pantai

sebelah selatan Jawa Timur dan Bali; Australia sebelah barat, dan lautan Pasifik

sebelah barat (Laut Jawa ke utara sampai Philipina, Hongkong, Pulau Taiwan

sampai Jepang bagian selatan).

Page 104: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

(1) Volume produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Muncar pada tahun

2008 adalah 35.756.636kg dan nilai produksi Rp112.724.026.500.

Pendistribusian hasil tangkapan langsung ditujukan kepada industri dan

konsumen atau melalui perantara dengan daerah tujuan wilayah Muncar dan

Banyuwangi, serta Jakarta, Surabaya, Magelang, Madura, dan Bali. Sarana

distribusi yang digunakan antara lain truk, sepeda motor, becak motor, dan

becak. Penanganan ikan selama pendistribusian adalah dengan menambahkan

es ke dalam wadah hasil tangkapan.

(2) Kebutuhan bahan baku ikan selama 8 bulan dari industri pengolahan ikan yang

berjumlah 201 unit adalah 15.831,1 ton dengan rata-rata 1.978,9 ton pada

tahun 2008. Jenis ikan dominan dan tersedia selama 12 bulan dalam setahun

di PPP Muncar adalah lemuru dengan produksi 27.833.004 kg (77,84%),

layang dengan produksi 2.879.767 kg (8,05%), dan tongkol dengan produksi

2.629.699 kg (7,35%) pada tahun 2008. Bahan baku yang digunakan oleh

industri-industri pengolahan ikan di wilayah Muncar 89% berasal dari PPP

Muncar, namun pada saat pendaratan hasil tangkapan sangat sedikit, pihak

industri memasok bahan baku dari cold storage di sekitar pelabuhan,

mendatangkan dari luar daerah seperti Grajagan, Tuban, dan Puger, serta

dengan mengimpor bahan baku ikan dari Cina dan Taiwan.

(3) Besaran proyeksi untuk volume produksi ikan lemuru dan layang menunjuk-

kan peningkatan pada tahun 2011-2020, sedangkan ikan tongkol menunjukkan

penurunan. Alternatif untuk ikan tongkol yang hasil proyeksi produksinya

menurun dan tidak mencukupi kebutuhan industri, dapat didatangkan dari luar

daerah, yaitu dari wilayah Bali dan Jawa Timur, atau dengan menggunakan

ikan jenis lain.

Page 105: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

89

6.2 Saran

(1) Pengelola PPP Muncar perlu meningkatkan pelayanan terhadap pengguna

pelabuhan (dalam hal ini nelayan, pedagang, dan pihak industri) dengan

memperbaiki dan mengoptimalkan fasilitas yang ada atau meningkatkan

kapasitas fasilitas agar proses distribusi hasil tangkapan menjadi lancar.

(2) Bagi para investor dan pemilik industri pengolahan ikan, pengembangan usaha

pengolahan ikan yang berbahan baku ikan lemuru dan layang masih dapat

ditingkatkan, sedangkan jenis olahan yang belum ada seperti abon ikan dan

dendeng ikan yang berbahan baku ikan lemuru dapat mulai dirintis di wilayah

Muncar.

(3) Dinas Perikanan dan Kelautan hendaknya lebih meningkatkan peranannya

dalam pembinaan dan pengawasan pada nelayan dan industri pengolahan ikan

terhadap penanganan mutu ikan di PPP Muncar.

Page 106: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

90

DAFTAR PUSTAKA

Adawyah R. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Cetakan ketiga. Jakarta: Bumi Aksara. 159 halaman.

Aziza L. 2000. Studi Perbandingan Fasilitas Pangkalan Pendaratan Ikan Labuan Maringgai dan Lempasing Berkaitan dengan Kualitas Produksi Ikan yang Didaratkan [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 77 halaman. BAPPENAS. 2008. Data Base Pembangunan Kelautan dan Perikanan. http://ditkp.com/?prov=0&sub=13 [10 Januari 2009]. Bappeprop Jawa Timur. 2009. Pokok-Pokok Pikiran Forum Masyarakat Kelautan dan Perikanan Jawa Timur: Rangkuman Hasil Diskusi Forum Masyarakat Kelautan dan Perikanan Jawa Timur Bersama Stakeholder Kelautan dan Perikanan; Auditorium Bappeda Jawa Timur, 7 Maret 2009. http://www.bappeprop-jatim.go.id/fpk.pdf [15 April 2009]. [BPS Kab. Banyuwangi] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi. 2008. Geografi Kabupaten Banyuwangi. http://www.banyuwangikab.go.id/ geografi-kabupaten-banyuwangi/geografi-kabupaten-banyuwangi.html [2 Maret 2009]. Chairita. 2008. Karakteristik Bakso Ikan dari Campuran surimi Ikan Layang

(Decapterus spp) dan Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp) pada Penyimpanan Suhu Dingin. http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/11963/6/2008 cha_abstract.pdf [15 Desember 2010].

Cucu R. 2010. Pengaruh Lama Hidrolisis dan Jumlah Nanas terhadap Jumlah Protein Terlarut pada Pembuatan Kecap Ikan Layang (Decapterrus russelli). [Skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Yogyakarta. http://eprints.uny.ac.id/1665/ [15 Desember 2010]

[Depdiknas] Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. 1382 halaman. Dinas Perikanan Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Timur. 2000. Perikanan Lemuru Selat Bali oleh Dinas Perikanan Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Timur (Lemuru Fishery In Bali Strait by The Fisheries Service of The Province East Java). Fishcode Management. Roma: .hal 53-62. ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/006/x7578e/X7578E0.pdf [7 Oktober 2009]. Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi. 2008. Laporan Tahunan Tahun 2007. Banyuwangi: Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi. 70 halaman. Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi. 2009. Laporan Produksi Perikanan

Air Laut Kabupaten Banyuwangi Tahun 2008. Banyuwangi: Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi.

Page 107: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

91

Direktorat Jenderal Perikanan. 1994. Pelabuhan Perikanan: Wahana Penyaluran Investasi Usaha. Jakarta: Departemen Pertanian.

Direktorat Pelabuhan Perikanan. 2005a. Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan: Pemasaran dan Investasi. Ditjen Perikanan Tangkap Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. http://www.pipp.dkp.go.id/pipp2/ pemasaran_investasi_index.html [4 April 2009]. Direktorat Pelabuhan Perikanan. 2005b. Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan: Profil Pelabuhan Perikanan Indonesia. Ditjen Perikanan Tangkap Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. http://www.pipp.dkp.go.id/pipp2/pelabuhan_index.html [4 April 2009]. Gasperz V. 1992. Analisis Sistem Terapan: Berdasarkan Pendekatan Tehnik Industri. Bandung: Tarsito. 270 halaman. Hanafiah AM dan AM Saefuddin. 2006. Tata Niaga Hasil Perikanan. Jakarta: UI Press. 208 halaman. Hanke JE dan DW Wichern. 2005. Business Forecasting. Internasional edition. Eight edition. United States of America: Pearson Prentice Hall. 535 hal. Indrawati A. 2000. Studi Tentang Hubungan Suhu Permukaan Laut Hasil Pengukuran Satelit terhadap Hasil Tangkapan Ikan Lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di Selat Bali [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Joesidawati MI, Purwanto, dan Asriyanto. 2005. Alternatif Pengelolaan Perikanan Lemuru di Selat Bali. Jurnal Pasir Laut, 1 (1). pp. 1-19. ISSN 1858-1684. eprints.undip.ac.id/view/year/2005.type.html [12 Mei 2010].

Karim M. 2009. Perubahan Iklim Global Ancam Perikanan Kita. http://www.dkp.go.id/index.php/ind/news/989/perubahan-iklim-global- ancam-perikanan-kita [12 April 2010]. Le Ry JM. 2007. Cornouaille Fishing Harbours in France. Di dalam: Lubis E

dan AB Pane, editor. International Seminar Proceeding Dynamic Revitalisation of Java Fishing Port and Capture Fisheries on Promoting The Indonesian Fishery Development; Auditorium Rektorat Institut Pertanian Bogor, 6-7 Juni 2005. Bogor: IPB Press. Hal 83.

Lubis E. 2006. Buku I: Pengantar Pelabuhan Perikanan. Bogor: Bagian Pelabuhan Perikanan. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Lubis E, I Solihin, T Nugroho, R Muninggar. 2010. Diktat Pelabuhan Perikanan.

Bogor: Bagian Kepelabuhanan Perikanan dan Kebijakan Pengelolaan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Page 108: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

92

Lubis E. 2010. Komunikasi Pribadi. Dosen Pelabuhan Perikanan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Martadi RB. 2009. Emas Vs Potensi Agraris Banyuwangi, Sebentuk Kanibalisasi antar-potensi. http://www.jatam.org/content/view/313/21/ [8 Januari 2009]. Mira, YD Sari dan S Koeshendrajana. 2007. Efisiensi Ekonomi dan Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Usaha Penangkapan Lemuru di Muncar Jawa Timur. Dinamika Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. Bunga Rampai Hasil-Hasil Riset. Jakarta: Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Hal 101- 114. Muntoha, M. 1998. Pola Musim dan Karakteristik Oseanografi Selat Bali serta

Hubungan Produk Ikan Lemuru yang Didaratkan di PPI Muncar, Banyuwangi [Skripsi]. Program Studi Ilmu dan Teknonlogi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 141 Halaman.

Moeljanto. 1982. Pengalengan Ikan. Jakarta: PT Penebar Swadaya. 37 halaman. Nababan, MCMN. 2009. Hubungan Konsentrasi Klorofil-A di Perairan Selat Bali

dengan Produksi Ikan Lemuru (Sardinella Sp.) yang Didaratkan di TPI Muncar, Banyuwangi [Skripsi]. Bogor: Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Nugroho T. 2008. Bahan Kuliah m.a. Teknik Perencanaan Pembangunan dan Pemanfaatan Pelabuhan Perikanan. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Laboratorium Pelabuhan Perikanan.

Pane AB. 2007. Dasar-Dasar Industri Kepelabuhanan Perikanan (IKP). Bahan Kuliah m.a. Pelabuhan Perikanan. Bogor: Laboratorium Pelabuhan Perikanan. Jurusan Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Rasyid A. 2008. Isolasi Asam Lemak Tak Jenuh Majemuk Omega-3 dari Ikan Lemuru (Sardinella sp). Di dalam: Prosiding Seminar Riptek Kelautan Nasional; Pusat Penelitian Oseanografi LIPI; 3 September 2008. Jakarta. http://www.barunajaya.com/dwld/docs/20080903924-MAK2-3.PDF [15 April 2009].

[UPT PPP Muncar] Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar. 2007. Laporan Produksi Ikan Basah. Banyuwangi: UPT PPP Muncar. 12 halaman. [UPT PPP Muncar] Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar. 2009. Laporan Tahunan Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar. Banyuwangi: UPT PPP Muncar. 45 halaman.

Page 109: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

93

Wawa JE. 2007. Industri Perikanan: Perlu Terobosan untuk Bangkit. Kompas Cetak.http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/05/01053059/perlu.terob osan.untuk.bangkit [15 April 2009]. Wijaya H. 2002. Pendataan Hasil Tangkapan Ikan di Pangkalan Pendaratan Ikan Muncar Kabupaten Banyuwangi [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 117 halaman. Yundari D. 2005. Perbandingan Produksi PPN Palabuhanratu dengan Kabupaten Sukabumi dan Propinsi Jawa Barat Berkaitan dengan Kualitas Perdagangan Ikan yang Didaratkan [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 115 halaman.

Page 110: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

LAMPIRAN

Page 111: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

94

Lampiran 1 Lay out PPP Muncar tahun 2009

1

2

10

4 12

11

6 5

3 13

7

9 8

3

Keterangan: 1. Pintu gerbang 2. Pos jaga/satpam 3. Toilet umum 4. Mushola 5. Balai kesehatan 6. Syahbandar 7. Komplek KUD 8. Unit simpan pinjam 9. Pos polairud 10. Kantor resort perikanan 11. Guest house 12. BPP 13. Rumah dinas 14. Taman 15. Gedung aula 16. Kantor UPT BP PPP 17. Gedung serbaguna 18. Gedung es 19. Kantin nelayan 20. Perbengkelan 21. Tangki BBM 22. Tempat parkir 23. Tandon air tawar 24. Cold storage 25. Genzet 26. Pompa air asin 27. TPI baru 28. Gedung peralatan 29. Perkampungan nelayan 30. Aliran sungai 31. Kolam pelabuhan 32. Industri hulu 33. Breakwater 34. Selat Bali ● Tiang listrik

Skala = 1 : 7000

14 15

18 16 17 19

20

21

22

23

24

25 26

27

28

30

29

31

32

34

33

34

Page 112: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

95

Lampiran 2 Foto fasilitas PPP Muncar

1 Fasilitas fungsional

a. Gedung TPI Pelabuhan, 2009. b. Ruang kantor UPT PPP Muncar, 2009.

c. Kantor KUD Mino Blambangan, 2009. d. Menara air, 2009.

e. Pom bensin di PPP Muncar, 2009. f. Alat bantu navigasi, 2009.

g. Slipway, 2009.

Page 113: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

96

Lanjutan Lampiran 2

2 Fasilitas penunjang

a. Rumah dinas, 2009. b. Gedung pertemuan, 2009.

c. Balai kesehatan, 2009. d. Mushola, 2009.

Page 114: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

97

Lampiran 3 Foto aktivitas-aktivitas di PPP Muncar

1 Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan pendaratan hasil tangkapan

a Pendaratan hasil tangkapan b Pengangkutan ikan lemuru dari purse seine, 2009. dermaga ke industri, 2009.

c Penyusunan ikan layur dalam peti kayu dan kondisinya setelah diberi es, 2009.

d Penambahan air kolam ke dalam wadah yang berisi ikan lemuru, 2009.

Page 115: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

98

2 Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan unit penangkapan ikan

a Pengikatan tali kapal pada bollard dan tiang listrik ketika akan bertambat, 2009.

b Perbaikan alat tangkap purse c Pembuatan kapal purse seine, seine, 2009. 2009.

Page 116: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

Lampiran 4 Data volume produksi jenis ikan dominan di PPP Muncar tahun 1999-2008

(1) Lemuru

Bulan Volume Produksi (kg) 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Januari 73.492 305.210 412.025 360.568 3.530.785 4.205.678 152.610 242.700 10.236.240 2.340.860 Februari 69.385 215.406 523.254 310.635 1.321.580 1.872.485 285.284 360.485 27.730.554 542.620 Maret 258.473 269.364 134.216 360.800 836.350 820.360 1.531.171 310.512 8.470.685 1.168.615 April 198.725 388.674 129.379 407.255 652.145 427.150 702.821 564.105 715.420 2.228.615 Mei 140.418 265.348 415.826 835.632 970.560 1.701.043 885.776 683.730 683.730 2.478.564 Juni 86.228 105.215 125.070 621.575 1.120.550 870.751 634.665 436.720 423.615 997.520 Juli 114.635 178.264 110.060 330.240 622.515 830.406 790.271 672.951 652.743 789.650 Agustus 237.420 327.830 1.672.845 832.420 2.325.170 1.245.339 1.164.126 897.686 186.012 1.264.160 September 306.195 318.264 910.680 560.115 2.862.430 1.108.945 671.432 863.230 215.730 2.955.428 Oktober 234.276 348.836 1.421.785 1.275.260 4.230.520 1.348.515 924.716 1.270.530 386.875 3.942.056 November 241.304 833.346 520.136 5.680.150 3.465.780 864.452 586.160 20.315.238 3.287.427 4.708.315 Desember 219.044 464.552 405.930 4.256.425 3.680.575 638.402 691.638 24.718.625 924.365 4.416.601 Jumlah 2.179.595 4.020.309 6.781.206 15.831.075 25.618.960 15.933.526 9.020.670 51.336.512 53.913.396 27.833.004

Sumber: TPI PPP Muncar, 2009

99

Page 117: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

(2) Layang

Bulan Volume Produksi (kg) 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Januari 30.012 61.826 284.352 32.140 152.200 1.814.650 176.850 54.210 145.720 167.860 Februari 23.419 51.340 298.462 51.230 105.400 650.825 6.125 78.256 268.350 134.560 Maret 42.147 64.820 214.230 58.150 210.615 578.200 74.975 126.340 112.820 361.425 April 38.265 85.412 122.289 62.470 105.310 327.600 19.035 101.250 104.540 381.425 Mei 117.632 64.710 162.315 115.270 135.230 235.420 42.750 74.300 74.300 396.314 Juni 136.234 83.635 120.203 101.410 460.310 16.200 22.695 60.420 58.603 198.527 Juli 87.430 62.478 83.268 82.200 113.450 18.175 31.863 94.650 91.809 164.480 Agustus 112.674 165.337 434.656 226.450 563.250 84.706 46.234 211.540 106.510 274.520 September 136.725 218.678 215.324 201.230 474.650 65.363 32.520 115.250 135.250 199.435 Oktober 127.416 198.975 123.415 436.150 325.230 80.829 120.615 657.280 224.108 187.864 November 63.708 388.667 64.210 260.200 460.470 52.702 64.150 736.405 378.620 217.614 Desember 54.152 204.372 53.468 136.400 623.940 61.437 81.610 382.110 125.650 195.743 Jumlah 969.814 1.650.250 2.176.192 1.763.300 3.730.055 3.986.107 719.422 2.692.011 1.826.280 2.879.767

Sumber: TPI PPP Muncar, 2009

100

Page 118: KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI … · ABSTRAK SEPTANTY DIAH BAYU WITRY, C44051476. Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Kabupaten

(3) Tongkol

Bulan Volume Produksi (kg) 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Januari 101.216 286.475 270.384 85.330 120.658 230.525 10.345 20.530 64.550 95.472 Februari 186.712 194.618 357.758 76.428 105.350 115.210 13.250 125.630 152.475 157.480 Maret 125.742 185.020 205.670 108.270 112.528 130.625 32.840 528.245 110.464 1.503.210 April 224.648 176.216 163.216 124.618 57.264 115.548 4.035 215.236 120.620 80.200 Mei 273.955 128.615 252.785 256.255 63.248 87.264 3.713 130.605 130.605 62.415 Juni 315.865 136.384 126.638 162.450 78.820 27.416 5.240 72.545 70.367 37.156 Juli 285.482 254.520 98.921 96.732 85.460 16.475 12.530 55.416 53.751 46.080 Agustus 81.525 246.150 115.620 218.430 72.264 54.775 14.280 32.716 32.470 50.168 September 1.248.642 240.185 106.238 174.760 54.268 16.500 18.168 82.850 41.371 97.760 Oktober 1.291.835 238.172 112.207 262.164 134.356 23.688 26.320 234.650 145.330 146.812 November 396.625 305.648 84.210 210.785 112.042 18.720 20.515 262.475 256.115 183.428 Desember 317.300 213.235 72.445 150.520 164.645 12.684 17.825 82.355 85.942 169.518 Jumlah 4.849.547 2.605.238 1.966.092 1.926.742 1.160.903 849.430 179.061 1.843.253 1.264.060 2.629.699

Sumber: TPI PPP Muncar, 2009

101