digilib.uns.ac.id/kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i kajian...

158
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI BPP “TANI BUDAYA” KECAMATAN MOJOLABAN, KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian Di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP) Oleh : WIDI SASMITO JATI H0404067 Dosen Pembimbing: 1. Ir. Sugihardjo, MS 2. Arip Wijianto, SP, MSi FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: tranthu

Post on 02-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

DI BPP “TANI BUDAYA”

KECAMATAN MOJOLABAN, KABUPATEN SUKOHARJO

Skripsi

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian Di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP)

Oleh :

WIDI SASMITO JATI H0404067

Dosen Pembimbing:

1. Ir. Sugihardjo, MS

2. Arip Wijianto, SP, MSi

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

Page 2: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

DI BPP “TANI BUDAYA”

KECAMATAN MOJOLABAN, KABUPATEN SUKOHARJO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Widi Sasmito Jati

H0404067

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji

Pada tanggal:

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

__ Ir. Sugihardjo, MS __ NIP. 19590305 198503 1 004

Anggota I

_Arip Wijianto, SP, MSi__ NIP. 19771226 200501 1 002

Anggota II

Bekti Wahyu Utami, SP, MSi NIP. 19780715 200112 2 001

Surakarta, Februari 2012 Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 001

Page 3: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan Rahmat-Nya sehingga penulis diberikan kesempatan untuk

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Kajian Kegiatan Penyuluhan

Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di

BPP Tani Budaya Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo ”. Tidak lupa

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dwiningtyas Padmaningrum, SP, MSi selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan

Komunikasi Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Dr. Totok Mardikanto, MS selaku Ketua Komisi Sarjana

Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ir. Sugihardjo, MS selaku pembimbing Akademik serta Pembimbing Utama

dalam penulisan skripsi.

5. Arip Wijianto, SP, MSi selaku pembimbing pendamping dalam penulisan

skripsi

6. Bekti Wahyu Utami, SP, MSi selaku Dosen Penguji Tamu yang telah

memberikan masukan dan saran dalam perbaikan skripsi ini

7. Bapak Ketut dan seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan

Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

atas kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi.

8. Kepala BAPPEDA Sukoharjo yang telah memberikan izin dalam penelitian

ini

9. Camat Mojolaban yang telah memberikan izin dalam penelitian ini.

10. Kepala Desa Palur beserta Kaur Pembangunan Desa Palur yang telah

memberikan izin dan bantuan dalam penelitian ini

11. Segenap responden yang telah berpartisipasi dalam pengumpulan data.

Page 5: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

12. Kedua orang tua penulis, Alm. Bapak Suhardanto, BSc. yang telah mendidik

dan memberikan pelajaran yang berharga selama hidupnya kepada penulis,

dan Ibu Aniek Suwarsini terimakasih atas kasih sayang, doa dan dukungan

yang tiada henti. Kakak Wimbo Adie Prihantoro dan Adikku Ichwan Fahmi

Hardian tercinta yang selalu memberikan motivasi, doa, dan bantuannya.

13. Istriku tercinta Tri Maryatun, SEI. Yang telah memberikan do’a, kasih

sayang, dukungan dan supportnya selama ini.

14. Teman-teman seperjuangan PKP 2004, kakak dan adik tingkat di PKP,

terimakasih atas bantuan dan dukungan, serta persahabatan yang kalian

berikan.

15. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan secara keseluruhan, yang telah

membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-

pihak yang memerlukan.

Surakarta, Januari 2012

Penulis

Page 6: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix

RINGKASAN ................................................................................................. x

SUMMARY .................................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6

D. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 6

II. LANDASAN TEORI

A. Penyuluhan Pertanian ........................................................................... 7

B. Metode dan Teknik Penyuluhan ......................................................... 9

C. Pengelolaan Tanaman Terpadu ............................................................ 14

D. Inovasi .................................................................................................. 19

E. Tanaman Padi ....................................................................................... 22

F. Kerangka Berpikir ................................................................................ 23

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian ...................................................................... 26

B. Lokasi Penelitian .................................................................................. 26

C. Sumber Data ......................................................................................... 26

D. Metode Penentuan Informan ................................................................ 27

E. Teknik Pengumpulan data .................................................................... 28

F. Validitas Data ....................................................................................... 28

Page 7: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

G. Teknik Analisis .................................................................................... 30

IV. KEADAAN DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Kondisi Geografi dan Topografi .................................................... 32

2. Keadaan Iklim ................................................................................ 33

3. Jenis Tanah ..................................................................................... 33

4. Pola Tanam .................................................................................... 33

B. Keadaan Penduduk

1. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 34

C. Profil BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) Tani Budaya ....................... 36

D. Sarana dan Prasarana ........................................................................... 40

V. SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

A. Sajian Data

1. Penggelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah di BPP Tani Budaya. 42

2. Inovasi dalam Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah .. 44

3. Keadaan Masyarakat ........................................................................ 62

4. Metode dan Teknik Penyuluhan ...................................................... 65

5. Kegiatan Penyuluhan melalui Pendekatan PTT Padi Sawah ........... 68

6. Kendala Dalam Kegiatan Penyuluhan dengan Pendekatan PTT ..... 79

7. Upaya penyuluh untuk mengatasi hambatan atau kendala yang

dihadapi petani................................................................................. 83

8. Manfaat Kegiatan Penyuluhan melalui Pendekatan PTT ................ 84

B. Temuan Pokok dan Pembahasan .......................................................... 85

VI. KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan........................................................................................... 92

B. Saran ..................................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Data Produktivitas Padi Di Kecamatan Mojolaban Tahun 2005-2007 . 3

Tabel 2. Rincian Triangulasi Sumber ................................................................. 29

Tabel 3. Rincian Triangulasi Metode ................................................................. 30

Tabel 4. Rincian Triangulasi .............................................................................. 30

Tabel 5. Kelompok Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di

Kecamatan Mojolaban .......................................................................... 34

Tabel 6. Petugas Penyuluh Pertanian di Kecamatan Mojolaban ....................... 37

Tabel 7. Jenis Inventaris barang yang ada di kantor BPP Bina Tani ................. 38

Tabel 8. Nama Kelompok – kelompok Tani Di Kecamatan Mojolaban........... 39

Tabel 9. Nama Gabungan Kelompok Tani Di Kecamatan Mojolaban ............. 40

Tabel 10 Data Penyedia Benih di Kecamatan Mojolaban .................................. 47

Page 9: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Hubungan Tingkat Adopsi Inovasi ................................................ 13

Gambar 2 Kerangka Berpikir .......................................................................... 25

Gambar 3. Bagan Triangulasi Sumber ............................................................. 28

Gambar 4. Bagan Triangulasi Metode ............................................................. 29

Gambar 5 Bagan Warna Daun (BWD) ............................................................ 72

Gambar 6 Peta Singkap .................................................................................... 72

Gambar 7 Leaflet ............................................................................................ 73

Gambar 8 Rencana Kerja Penyuluhan ............................................................. 73

Gambar 9 Laporan Hasil Penyuluhan .............................................................. 74

Page 10: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Catatan Lapang dan Pedoman Wawancara ................................. 101

Lampiran 2 Analisis Domain .......................................................................... 107

Lampiran 3 Hasil Wawancara ......................................................................... 108

Lampiran 4 Foto Kegiatan Penelitian ............................................................. 149

Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian .................................................................... 150

Lampiran 6 Peta Kecamatan Mojolaban ......................................................... 151

Page 11: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

RINGKASAN

WIDI SASMITO JATI. H0404067. ” KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI BPP TANI BUDAYA KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO”. Di bawah bimbingan Ir. Sugihardjo, MS dan Arip Wijianto, SP, MSi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pemerintah bertekad mewujudkan kembali swasembada pangan (beras) pada tahun 2010, seperti yang pernah dicapai pada tahun 1984. Berkaitan dengan hal tersebut Departemen Pertanian meluncurkan program Peningkatan Produksi Beras Nasionan (P2BN), dan mulai diimplementasikan tahun 2007. Gerakan peningkatan produksi beras nasional (P2BN) merupakan upaya yang terkoordinasi untuk mencapai suatu swasembada dengan memasyarakatkan teknologi dan inovasi baru melalui upaya Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Pengelolaan tanaman terpadu bukanlah semata-mata sebagai suatu paket teknologi, tetapi sebagai suatu pendekatan dalam upaya pemecahan masalah produksi di daerah setempat dengan menerapkan teknologi yang sesuai dan dipilih sendiri oleh petani dengan bantuan penyuluh pertanian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kegiatan penyuluhan di BPP Tani Budaya Kecamatan Mojolaban terkait dengan upaya peningkatan produksi padi sawah melalui upaya Pengelolaan Tanaman Terpadu, yang dilihat dari kegiatan penyuluhan, Metode dan Teknik yang digunakan penyuluh, Hambatan atau kendala yang menjadi permasalahan dalam penyuluhan dengan menggunakan pendekatan PTT dan untuk mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan penyuluh di BPP Tani Budaya untuk mengatasi hambatan dan kendala yang dihadapai petani maupun penyuluh. Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Lokasi dalam penelitian ini adalah Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo, sedangkan pengambilan informan dilakukan dengan cara sengaja (purposive). Untuk menjaga kualitas data yang diperoleh, maka dilakukan dua teknik triangulasi yaitu sumber dan metode.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kegiatan Penyuluhan dengan pendekatan PTT yang sudah merata di setiap desa. Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan rutin setiap dua minggu sekali dan berkesinambungan. Demi kelancaran kegiatan penyuluhan, PPL selalu membuat rencana kunjungan setiap satu bulan sekali di awal bulan. Metode dan teknik yang digunakan dalam Kegiatan Penyuluhan melalui pendekatan PTT adalah metode ceramah, diskusi, Laku, demonstrasi (demplot), karyawisata dan office calls (sms dan telepon). Metode dan teknik penyuluhan yang digunakan diatas sudah sesuai dengan keinginan petani setempat. Kendala yang dihadapi oleh Penyuluh adalah merubah kebiasaan petani masih membutuhkan waktu yang lama, kurangnya peralatan penunjang penyuluhan. Kendala yang dihadapi petani adalah masih menggunakan pupuk kimia berlebih dan faktor iklim yang tidak menentu. Penyuluh di BPP Tani Budaya bersedia untuk mendampingi petani kapanpun dan dimanapun apabila dibutuhkan.

Page 12: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

SUMMARY WIDI SASMITO JATI. H0404067. “A STUDY ON ILLUMINATION ACTIVITY USING INTEGRATED PLANT MANAGEMENT (PTT) APPROACH TO FARM RICE IN BPP TANI BUDAYA OF MOJOLABAN SUBDISTRICT OF SUKOHARJO REGENCY”. Under Guidance of Ir. Sugihardjo, MS and Arip Wijianto, SP, MSi. Agriculture Faculty of Surakarta Sebelas Maret University.

The government is determined to re-realize food (rice) self-sufficiency in 2010, as what achieved in 1984. Regarding this, Agriculture Department launched the National Rice Production Improvement Program (P2BN), and started to implement it in 2007. The National Rice Production Improvement Program (P2BN) movement is the coordinated attempt to achieve self-sufficiency by socializing the new technology and innovation through the Integrated Plant Management (PTT) attempt. Integrated Plant Management is not only a technology package, but also an approach to the attempt of solving the production problem in local area by applying the technology that is appropriate and self-selected by the farmer with farming illuminator aid.

This research aims to study the illumination activity in BPP Tani Budaya of Mojolaban Subdistrict of Sukoharjo Regency related to the attempt of improving farm rice production through the Integrated Plant Management (PTT) attempt, viewed from the illumination activity, method and technique used by the illuminator, obstacle or constraint becoming the problems with illumination using PTT approach and to find out what activities the illuminator did in BPP Tani Budaya to cope with the obstacles and constraints both farmers and illuminators face. The strategy used in this research was a case study. The research was taken place in Mojolaban Sub district of Sukoharjo Regency, while the informant was selected purposively. To maintain the quality of data obtained, the source and method triangulations were used.

The result of research showed that the Illumination Activity using PTT had been distributed evenly in each village. This illumination activity was done routinely once in two weeks and continuously. For the sake of illumination activity smoothness, PPL always made visit plan once a month in the beginning of month. The methods and techniques used in Illumination Activity using PTT approach were lecture, discussion, modeling, demonstration, recreation, and office call (SMS and phone). The method and technique of illumination used above have been consistent with the local farmers’ desire. The obstacles the Illuminator faced were that to change the farmers’ habit requires a long period of time, the limited supporting infrastructure of illumination. The obstacles the farmers faced were that they still used chemical fertilizer excessively and uncertain climate factor. The illuminator of BPP Tani Budaya was ready to guide the farmers whenever and wherever if necessary.

Page 13: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai bangsa dengan penduduk dan potensi sumberdaya pertanian

yang besar, Indonesia harus mampu memenuhi kebutuhan pangan dari

produksi dalam negeri. Swasembada beras berkelanjutan merupakan

pengejawantahan dari kemandirian pangan dan ketahanan pangan nasional,

sehingga perlu diwujudkan sesuai dengan tujuan dan sasaran Revitalisasi

Pertanian Perikanan dan Kehutanan (RPPK). Peningkatan produksi beras dua

juta ton tahun 2007 dan sasaran peningkatan produksi sebesar 5% per tahun

perlu diupayakan dalam rangka pemantapan ketersediaan beras (Anonim,

2008).

Pemerintah bertekad mewujudkan kembali swasembada pangan (beras)

pada tahun 2010, seperti yang pernah dicapai pada tahun 1984. Berkaitan

dengan hal tersebut Departemen Pertanian meluncurkan program dan gerakan

Peningkatan Produksi Beras Nasionan (P2BN), dan mulai diimplementasikan

tahun 2007. Provinsi Jawa Tengah diharapkan memberikan kontribusi dengan

meningkatkan produksi beras sebesar 500.000 ton pada tahun 2007, maka

ditetapkan sasaran produksi padi sebesar 9.614.975 ton dengan produktivitas

59,60 Ku/Ha. Tahun 2008 sasaran produksi padi adalah 9.922.654 ton dan

produktivitas 60,12 Ku/Ha, dan pada tahun 2009 target sasaran produksi padi

adalah 10.220.324 ton dengan produktivitas 60,59 Ku/Ha (Kushartanti et al,

2007).

Gerakan peningkatan produksi beras nasional (P2BN) merupakan upaya

yang terkoordinasi untuk mencapai suatu swasembada dengan

memasyarakatkan teknologi dan inovasi baru melalui upaya Pengelolaan

Tanaman Terpadu (PTT). Sejak dikembangkan pada tahun 2002 pengelolaan

tanaman terpadu padi sawah telah mulai memasyarakat, termasuk didalamnya

penggunaan varietas unggul baru. Inovasi tersebut belum banyak diterapkan

petani, antara lain karena kurangnya sosialisasi dan keterbatasan ketersediaan

benih padi varietas unggul baru, baik dalam mutu, jumlah, varietas dan adanya

1

Page 14: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

kesenjangan antara jenis maupun mutu benih yang beredar di pasaran dengan

preferensi petani. Pengelolaan tanaman terpadu bukanlah semata-mata sebagai

suatu paket teknologi, tetapi sebagai suatu pendekatan dalam upaya

pemecahan masalah produksi di daerah setempat dengan menerapkan

teknologi yang sesuai dan dipilih sendiri oleh petani dengan bantuan penyuluh

pertanian.

Komponen teknologi PTT harus saling melengkapi, bila perlu dilihat

kemungkinan adanya efek sinergisme antar komponen. Komponen yang dapat

dipilih sesuai dengan kondisi wilayah adalah a) Varietas Unggul, sesuai

dengan kondisi wilayah, b) Benih bermutu (murni dan daya kecambahnya

tinggi), c) Bibit muda (<21 hari setelah sebar), d) Jumlah bibir 1-3 batang per

lubang tanam), e) Tanam dengan sistem jajar legowo 2:1 atau 4:1, f)

Pemupukan unsur “N” berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD), g)

Pemupukan spesifik lokasi, h) Bahan organik, i) Pengairan berselang, j)

Pengendalian gulma secara terpadu, k) Pengendalian hama dan pernyakit

secara terpadu (sesuai dengan mekanisme PHT), dan l) Panen beregu dan

pasca panen dengan alat perontok. Teknologi yang diterapkan tidak saling

bertentangan atau antagonis satu dengan yang lainnya. Paket teknologi

disusun untuk memecahkan masalah (bila ada) serta sesuai dengan

karakterisasi lokasi setempat dan kondisi sosial ekonomi petani. Secara utuh

komponen teknologi disusun untuk mengoptimalkan sumberdaya setempat,

dapat menjaga kelestarian lingkungan dan dapat menciptakan sistem pertanian

yang berkelanjutan (Toha 2005).

Kecamatan Mojolaban merupakan salah satu kecamatan yang

melakukan program peningkatan produksi beras nasional melalui Gerakan

Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Gerakan P2BN tersebut

diharapkan mampu untuk meningkatkan produksi beras nasional, dan

dilakukan dengan menggunakan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu

(PTT). Selain itu, Kecamatan Mojolaban juga merupakan salah satu

Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo yang memiliki tingkat produktivitas padi

tertinggi di Kabupaten Sukoharjo. Tingginya produktivitas padi di Kecamatan

Page 15: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Mojolaban karena ditunjang dengan adanya beberapa faktor yakni, sarana dan

prasarana yang menunjang, keadaan alam yang potensial dan sistem usahatani

yang baik. Adapaun data produktivitas padi yang kami peroleh dari Badan

Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Data Produktivitas Padi Di Kecamatan Mojolaban Tahun 2005-2007

2005 2006 2007

NO KECAMATAN Produktifitas Produksi Produktifitas Produksi Produktifitas Produksi

Ku/Ha Ton GKG Ku/Ha Ton GKG Ku/Ha Ton GKG

1 Weru 63,69 23.648 64,49 24.790 68,24 26.801 2 Bulu 63,01 12.476 63,80 14.100 67,71 14.185 3 Tawangsari 63,41 23.227 64,21 25.761 68,06 24.753 4 Sukoharjo 64,46 33.777 65,27 39.136 69,18 35.635 5 Nguter 62,9 30.154 63,69 38.774 67,77 34.949 6 Bendosari 65,09 32.649 65,90 37.049 68,85 36.776 7 Polokarto 62,84 38.647 66,20 40.651 70,17 44.326 8 Mojolaban 66,94 43.121 67,28 42.474 71,31 44.255 9 Grogol 65,68 14.157 63,51 14.461 67,32 14.003

10 Baki 65,54 19.157 66,36 18.090 70,34 18.415 11 Gatak 64,50 18.886 65,31 18.842 69,22 18.004

12 Kartosuro 62,65 8.627 63,44 8.298 67,24 7.618 Jumlah 64,43 299.206 65,24 322.426 69,24 319.720

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo

Berdasarkan tabel produktivitas padi sawah yang diperoleh dari Badan

Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo, maka didapatkan hasil bahwa

produktivitas padi yang tertingggi adalah pada Kecamatan Mojolaban. Pada

tahun 2005 produktivitas padi sawah di Kecamatan Mojolaban mencapai 66,95

KU/Ha, 67,28 KU/Ha pada tahun 2006 dan 71,31 KU/Ha pada tahun 2007.

Dari pendekatan PTT ini diharapkan diperoleh model pengembangan bagi

pembangunan pertanian dan pedesaan yang berlandaskan pada inovasi

teknologi pertanian spesifik lokasi yang sesuai. Oleh karena itu, perlu adanya

penelitian tentang sejauh mana Kegiatan Penyuluhan di BPP “Tani Budaya”

yang berada di Kecamatan Mojolaban dalam upaya peningkatan produksi beras

nasional melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu padi sawah.

Page 16: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

B. Perumusan Masalah

Peran pemerintah dalam mewujudkan berhasilnya swasembada beras

berkelajutan, yang merupakan bagian dari kemandirian pangan dan ketahanan

pangan nasional adalah memberikan fasilitas kepada petani, sehingga petani

mampu mengurangi dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Salah

satu kegiatan yang signifikan dalam membantu menyelesaikan permasalahan

petani adalah pemberdayaan petani dalam wadah kelompoknya. Pemberdayaan

petani ini mempunyai tujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

dalam bentuk forum koordinasi antara penyuluh dan petani, rembug KTNA

(Kontak Tani Nelayan Andalan), diseminasi informasi penyuluhan pertanian,

dan kegiatan penyuluhan langsung di tempat sasaran dengan maksud

permasalahan nyata yang dihadapi petani dilapang dapat segera diperoleh

pemecahan masalahnya.

Kegiatan penyuluhan di BPP “Tani Budaya” yang berada di Kecamatan

Mojolaban ini dilakukan secara rutin dua kali seminggu atau sesuai dengan

kebutuhan petani. Palaksanaan penyuluhan dengan menggunakan pendekatan

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada awalnya dianggap sebagai sesuatu

hal yang sulit dilakukan oleh petani, karena prinsip-prinsip dalam pelaksanaan

komponen PTT tersebut berbeda dengan kebiasaan dalam berusahatani pada

masa sebelum adanya PTT.

Sebelum adanya penyuluhan dengan pendekatan PTT, para petani di

wilayah kerja BPP Tani Budaya Kecamatan Mojolaban masih banyak memakai

cara-cara konvensional seperti yang dilakukan para petani dahulu, misalnya

penggunaan bibit yang usianya lebih dari 21 hari setelah semai, penggunaan

pupuk kimia yang berlebihan, penanaman dengan sistem tegel/ubin dengan

jarak tanam 20 cm x 20 cm atau 25 cm x 25 cm, penanaman bibit lebih dari 3

bibit per lubang tanam, dan penggunaan pestisida dan insektisida secara

berlebihan.

Namun, mulai pada tahun 2005 sampai sekarang komponen-komponen

dalam pengelolaan tanaman terpadu pada saat ini sudah banyak yang dapat

diterima dan diaplikasikan oleh petani dalam usahataninya, seperti pada

Page 17: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

penggunaan bibit muda (<21 Hari setelah semai), penanaman secara jajar

legowo, dan penanaman bibit padi 1-3 bibit per lubang. Akan tetapi, yang

masih menjadi kendala petani di Kecamatan Mojolaban adalah dalam hal

pemupukan berimbang dengan menggunakan pupuk organik/buatan untuk

mengurangi penggunaan pupuk kimia.

Sistem produksi input eksternal tinggi sangat tergantung pada input

kimia buatan (pupuk, pestisida), benih hibrida, mekanisasi dengan bahan bakar

minyak dan irigasi (Reijntjes et al, 1992). Sistem pertanian ini mengkonsumsi

sumber-sumber yang tak dapat diperbaharui. Pemanfaatan input buatan yang

berlebihan dan tidak seimbang dapat menimbulkan dampak besar terhadap

ekologi, ekonomi, dan sosial politik.

Apabila kondisi ini tidak mendapat penanganan serius, dikhawatirkan

produktivitas padi masa mendatang terus mengalami penurunan. Salah satu

cara untuk mengatasi masalah tersebut diatas adalah dengan adanya

penyuluhan dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang

berkesinambungan dan menggunakan metode dan teknik penyuluhan yang

tepat.

Berdasarkan uraian diatas, maka timbul beberapa permasalahan yaitu

sebagai berikut:

1. Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh BPP “Tani Budaya” terkait dengan

upaya peningkatan produksi padi sawah melalui upaya Pengelolaan

Tanaman Terpadu (PTT).

2. Metode dan teknik penyuluhan apa yang digunakan dalam Pengelolaan

Tanaman Terpadu (PTT).

3. Hambatan atau kendala apa saja yang menjadi permasalahan dalam proses

penyuluhan melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).

4. Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh oleh BPP “Tani Budaya” untuk

mengatasi hambatan atau kendala yang dihadapi petani terkait dengan

upaya peningkatan produksi padi sawah melalui upaya Pengelolaan

Tanaman Terpadu (PTT).

Page 18: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin

dicapai antara lain:

1. Mengkaji kegiatan penyuluhan di BPP “Tani Budaya” terkait dengan

upaya peningkatan produksi padi sawah melalui pendekatan Pengelolaan

Tanaman Terpadu (PTT).

2. Mengkaji metode dan teknik yang digunakan oleh penyuluh di BPP “Tani

Budaya”.

3. Mengkaji permasalahan (hambatan atau kendala) yang ada dalam proses

penyuluhan melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).

4. Mengkaji kegiatan maupun upaya yang dilakukan penyuluh untuk

mengatasi hambatan atau kendala yang dihadapi petani terkait dengan

upaya peningkatan produksi padi sawah melalui Pengelolaan Tanaman

Terpadu (PTT).

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar yang

harus ditempuh untuk mendapatkan banyak pengetahuan mengenai

Kegiatan Penyuluhan dengan menggunakan pendekatan Pengelaloaan

Tanaman Terpadu (PTT) Padi dan sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan pelaksanaan kegiatan

Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi.

3. Bagi petani, dapat dijadikan informasi dalam Pengelolaan Tanaman

Terpadu (PTT) Padi.

4. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan informasi untuk meneliti lebih lanjut

mengenai kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu.

Page 19: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Penyuluhan Pertanian

Kegiatan penyuluhan pertanian diarahkan untuk meningkatkan

produktivitas di pedesaan lainnya dengan pola agribisnis dan pendapatan

usaha tani melalui pemasyarakatan penerapan teknologi sesuai anjuran,

meningkatkan kemampuan kelompoktani serta kelembagaan (Dinas

Pertanian Sukoharjo, 2007).

Penyuluhan pertanian merupakan upaya pemberdayaan petani

beserta keluarganya dan pelaku usaha pertanian lainnya untuk

mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap agar mau dan

mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya untuk bekerja saling

menguntungkan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi

usaha, pendapatan dan kesejahteraan (Sri Peni Wastutiningsih, 2006).

Penyelenggaraan penyuluhan pertanian di masa lalu masih

menggunakan pendekatan dari atas ke bawah (top down) sehingga belum

dapat mengakomodasikan aspirasi dan peran serta aktif yang sebenarnya

dari petani dan pelaku usaha pertanian lainnya. Sedangkan paradigma baru

manajemen pembangunan adalah mendorong dan memberikan kesempatan

seluas-seluasnya bagi partisipasi masyarakat, jadi tidak lagi menggunakan

pendekatan “top-down” (Deptan, 2005)

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), penyuluhan merupakan

keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara

sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat,

sehingga bisa membuat keputusan yang benar.

Menurut Mardikanto (1996), penyuluhan diartikan sebagai proses

perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) di kalangan

masyarakat, agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-

perubahan demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan/

keuntungan dan perbaikan kesejahteraan keluarga/masyarakat yang ingin

dicapai melalui pembangunan.

7

Page 20: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Kegiatan penyuluhan pertanian melibatkan dua kelompok yang aktif.

Di satu pihak adalah kelompok penyuluh dan yang kedua adalah kelompok

yang disuluh. Penyuluh adalah kelompok yang diharapkan mampu membawa

sasaran penyuluhan pertanian kepada cita-cita yang telah digariskan.

Sedangkan yang disuluh adalah kelompok yang diharapkan mampu

menerima paket penyuluhan pertanian (Sastratmadja, 1993). Sejalan dengan

itu, menurut Tjondronegoro dalam Sastraatmaja (1993), penyuluhan

adalah usaha pendidikan non formal yang merupakan perpaduan dari

kegiatan menggugah minat atau keinginan, menimbulkan swadaya

masyarakat, menyebarkan pengetahuan atau ketrampilan dan kecakapan,

sehingga diharapkan terjadinya perubahan perilaku (sikap, tindakan, dan

pengetahuan).

Menurut Kartasapoetra (1991), efektivitas penyuluhan yang dapat

mencapai efisiensi dalam mewujudkan perubahan perilaku, tingkat

kehidupan para petani di pedesaan, harus dilakukan sebagai berikut :

a. Penarikan minat

Isi penyuluhan pertanian hendaknya bersifat menarik, yang

berhubungan langsung dengan kegiatan usahatani dan menarik minat

agar dapat dimanfaatkan oleh petani.

b. Mudah dan dapat dipercaya

Apa yang disampaikan dalam penyuluhan pertanian (obyek atau

materi) mudah dimengerti, nyata kegunaannya dan menarik

kepercayaan para petani bahwa benar segala yang telah diperlihatkan,

diperdengarkan (diajarkan) dapat dilakukan para petani dan benar-

benar dapat meningkatkan hasil dan kesejahteraannya.

c. Peragaan disertai sarananya

Penyuluhan harus disertai dengan peragaan yang didukung

dengan sarana atau alat-alat peraga yang mudah didapat, murah dan

mudah dikerjakan oleh para petani apabila mereka terangsang

mempraktekkannya.

Page 21: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

2. Metode dan Teknik Penyuluhan

Metode adalah cara penyuluh untuk mendekatkan dirinya dengan

masyarakat sasaran. Pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan

metode yang digunakan dapat digolongkan menjadi empat yaitu, sasaran,

sumberdaya, keadaan daerah dan kebijaksanaan pemerintah ( Mardikanto

dan Arip, 2005)

Metode penyuluhan dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu :

a. Berdasarkan jarak jangkauan sasaran

1) Metode langsung (tatap muka)

Contoh : kunjungan rumah , pertemuan, kursus tani, demonstrasi,

karya wisata.

2) Metode tidak langsung (memakai media massa)

Contoh : siaran radio, siaran televise, terbitan

b. Berdasarkan jumlah sasaran

1) Pendekatan perorangan

Contoh : telepon, surat, kunjungan

2) Pendekatan kelompok

Contoh : pertemuan, demonstrasi, karya wisata, diskusi,

perlombaan dan kursus tani.

3) Pendekatan massal

Contoh : siaran radio, siaran TV, brosur, leaflet, folder, poster,

spanduk, sandiwara dan wayang.

c. Berdasarkan indera penerima

1) Dapat dilihat/dibaca

Contoh : terbitan, spanduk, poster, pameran, slide, surat

2) Dapat didengar

Contoh : siaran radio, rekaman tape recorder, telepon

3) Dapat dilihat dan didengat

Contoh : film bersuara, siaran TV, demonstrasi, wayang dan dari

lapangan

(Sastraatmadja, 1993).

Page 22: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Dasar pertimbangan pemilihan metode penyuluhan yang digunakan

dapat digolongkan menjadi empat yaitu sasaran, sumberdaya, keadaan

daerah, dan kebijaksanaan pemerintah.

a. Sasaran

Yang harus diperhatikan penyuluh dari segi sasaran antara lain:

1) Tingkat pengetahuan, ketrampilan dan sikap sasaran

Tahap penerapan dari petani di suatu daerah bermacam-

macam, demikian juga kecepatan, keterampilan dan sikap yang

telah mereka miliki. Penyuluh harus mengetahui dalam tahap mana

sebagian besar dari sasaran itu berada. Setelah itu harus

menghubungkannya dengan tujuan yang akan dicapai. Hal ini

penting untuk dapat menentukan metode mana yang paling tepat.

2) Sosial budaya

Penyuluh harus mengetahui adat kebiasaan sasaran, norma-

norma yang berlaku dan status kepemimpinan yang ada. Hal ini

penting bukan saja dalam pemilihan metode penyuluhan tetapi juga

dalam menentukan teknik-teknik penyuluhannya. Contoh: ada

suatu daerah yang melarang melakukan pemutaran film pada

malam Jumat.

3) Banyaknya sasaran yang hendak dicapai oleh seorang penyuluh

pada suatu waktu tertentu akan menentukan metode penyuluhan

pertanian yang akan dicapai.

b. Sumberdaya Penyuluhan

Yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini antara lain:

1) Kemampuan penyuluh

Pengalaman dan kemampuan penyuluh yang meliputi

penguasaan ilmu dan keterampilan serta sikap yang dimilikinya

perlu dipertimbangkan.

Page 23: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

2) Materi penyuluhan

Dalam menerapkan suatu metode penyuluhan perlu

diperhatikan materi yang akan disampaikan. Untuk yang bersifat

teknis biasanya dipilih metode yang memungkinkan adanya

praktek di lapangan dan untuk materi yang bersifat non teknis,

misalnya agar petani mau berkelompok dan mau memasarkan hasil

usahanya, biasanya dipilih metode diskusi kelompok.

3) Sarana dan biaya penyuluhan

Keadaan peralatan alat-alat bantu pengajaran yang

dipunyai, fasilitas yang ada serta biaya yang tersedia akan

menentukan dalam pemilihan metode penyuluhan.

Contoh :

i. Seandainya disuatu daerah belum ada listrik dan bahkan

letaknya sukar untuk dicapai, maka daerah tersebut sulit untuk

diadakan penyuluhan melalui pemutaran film walaupun

biasanya cara ini bisa memberikan hasil yang efektif.

ii. Karena keterbatasan biaya maka penyuluh pertanian akan

memilih metode diskusi kelompok daripada kursus tani, yang

pada pelaksanaannya akan membutuhkan biaya yang relatif

besar.

c. Keadaan Daerah

Dalam pemilihan metode penyuluhan para penyuluh perlu

mempertimbangkan kondisi daerah pelaksanaan penyuluhan, antara

lain:

1) Musim

Pada musim kemarau tiap daerah berbeda-beda keadannya,

ada yang panas sekali, ada yang tidak terlalu panas, ada daerah

yang tidak bisa ditanami apa–apa, sebaliknya ada juga daerah yang

justru pada musim kemarau akan lebih menguntungkan jika

digunakan sebagai tempat usahatani.

Page 24: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Apabila pada suatu keadaan tertentu tidak memungkinkan

untuk dilaksanakannya suatu proses produksi maka tentu tidak

akan diadakan penyuluhan di tempat usaha tani seperti

demonstrasi, sehingga dalam hal ini akan lebih memungkinkan

untuk diadakan pertemuan di rumah petani.

2) Keaadaan Usaha Tani

Musim sangat erat hubungannya dengan kedaan usaha tani,

maka keadaan usaha tani suatu daerah turut mempengaruhi

pemilihan metode penyuluhan. Misalnya untuk mengintensifkan

ternak unggas disuatu daerah maka dipilih metode demonstrasi,

sedangkan untuk tujuan introduksi diterapkan metode karya wisata

ke tempat lain.

3) Keadaan Lapangan

Keadaan lapangan seperti topografi, jenis tanah, sistem

pengairan serta sarana perlu juga dipertimbangkan. Contoh: untuk

perkampungan yang letaknya terpisah-pisah maka kegiatan

penyuluhannya akan lebih efektif dilakukan di tempat tinggal

petani atau di lahan usaha taninya.

d. Kebijaksanaan Pemerintah

Kebijaksanaan pemerintah yang berasal dari pusat atau daerah

kadang-kadang menentukan dalam pemilihan metode penyuluhan.

Pendekatan intensifikasi secara massal dan crash program

memerlukan waktu yanmg relatif cepat daripada pendekatan

perorangan yang pada dasarnya akan membutuhkan waktu relatif

lebih lama.

(Rokhman, 2004)

Selain keempat dasar pertimbangan pemilihan metode penyuluhan

yang digunakan diatas, masih terdapat satu hal yang perlu untuk

diperhatikan yaitu tingkat adopsi sasaran. Agar pesan dapat sampai kepada

sasaran dengan baik. maka maka perlu diperhatikan kondisi sasaran, Agar

lebih jelasnya, hubungan tingkat adopsi dengan pendekatan dan

Page 25: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

penggunaan metoda penyuluhan pertanian, sebagaimana pada gambar

berikut :

Teknik Penyuluhan Pertanian

Jumlah Sasaran Tahapan Adopsi

a. Rapat/pertemuan umum b. Siaran pedesaan (radio/TV) c. Pemutaran film d. Pemasangan poster/spanduk a. Diskusi kelompok b. Temu karya c. Demonstrasi d. Karyawisata e. Temu-temu f. Kursus tani g. Ceramah a. Kunjungan rumah b. Kunjungan usaha c. Hubungan telepon

Massal

Kelompok

Individu

Sadar

Minat

Menilai

Mencoba

Tani Menerapkan

Gambar 1. Hubungan tingkat adopsi dengan pendekatan dan penggunaan metode

penyuluhan pertanian

Teknik penyuluhan adalah cara penyuluh untuk mendekatkan materi

pada sasaran. Beragam teknik yang dapat diterapkan dalam kegiatan

penyuluhan antara lain adalah dengan a) teknik individu kunci (key person),

b) teknik surat menyurat, c) kunjungan, d) karyawisata, dan e) demonstrasi

(Mardikanto dan Arip, 2005).

Selanjutnya, Mardikanto (2006) mengemukakan bahwa prinsip-

prinsip dalam Metode dan teknik penyuluhan pertanian, meliputi:

a) Upaya Pengembangan untuk berpikir kreatif:

Prinsip ini dimaksudkan bahwa melalui penyuluhan pertanian harus

mampu menghasilkan petani-petani yang mandiri, mampu mengatasi

permasalahan yang dihadapi dan mampu mengembangkan kreativitasnya

Page 26: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

untuk memanfaatkan setiap potensi dan peluang yang diketahui untuk

memperbaiki mutu hidupnya.

b) Tempat yang paling baik adalah di tempat kegiatan sasaran:

Prinsip ini akan mendorong petani belajar pada situasi nyata sesuai

permasalahan yang dihadapi.

c) Setiap individu terkait dengan lingkungan sosialnya:

Prinsip ini mengingatkan kepada penyuluh bahwa keputusan-keputusan

yang diambil petani dilakukan berdasarkan lingkungan sosialnya.

d) Ciptakan hubungan yang akrab dengan sasaran:

Keakraban hubungan antara penyuluh dan sasaran memungkinkan

terciptanya keterbukaan sasaran dalam mengemukakan masalahnya.

e) Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan.

Metoda yang diterapkan harus mampu merangsang sasaran untuk selalu

siap (dalam arti sikap dan pikiran) dan dengan sukahati melakukan

perubahan-perubahan demi perbaikan mutu hidupnya sendiri,

keluarganya dan masyarakatnya.

Menurut Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian,

Tujuan memilih Metode dan teknik penyuluhan pertanian antara adalah:

a) Agar penyuluh pertanian dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi

beberapa metode yang tepat dan berhasil guna.

b) Agar kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan untuk

menimbulkan perubahan yang dikehendaki, yaitu perubahan perilaku

petani dan anggota keluarganya dapat berdaya guna dan berhasil guna.

3. Pengelolaan Tanaman Terpadu

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah suatu pendekatan dalam

budidaya padi yang menekankan pada pengelolaan tanaman, lahan, air dan

organisme penggangu secara terpadu. Pengelolaan yang diterapkan

mempertimbangkan hubungan sinergis dan komplementer antar komponen

(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2006).

Page 27: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Pengelolaan tanaman padi sawah terpadu (PTT) merupakan

pendekatan yang mengutamakan kesinergisan atas komponen-komponen

produksi seperti umur bibit, pemupukan dan lain-lain mulai dari pra

produksi sampai kepada produksi dan pengelolaan kelompok (Wirajaswadi

et al, 2008).

Indikator keberhasilan pengelolaan tanaman terpadu yang paling

penting adalah rendahnya biaya produksi, penggunaan sumberdaya

pertanian secara efisien dan pendapatan petani meningkat tanpa merusak

lingkungan (Kartaatmadja, 2000).

Pendekatan model PTT padi mempunyai banyak kelebihan, antara

lain: permasalahan yang ada pada lokasi pengembangan diungkap bersama

antar petani, penyuluh dan peneliti, selanjutnya dievaluasi dan dirumuskan

pemecahannya dalam bentuk kegiatan pengembangan (demplot) yang

dilakukan langsung oleh petani. Masalah-masalah yang belum terjawab

atau mungkin terjadi akan dijawab dalam bentuk penelitian komponen

teknologi (Zairin dan Toha, 2005).

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi adalah pendekatan yang

ditempuh dalam menerapkan teknologi budidaya padi yang spesifik lokasi

(spesifik lokasi ditentukan berdasarkan karakteristik biofisik dan sosial

ekonomi) dengan mengintegrasikan berbagai komponen teknologi yang

inovatif, dinamis, dan kompatibel untuk dapat memecahkan permasalahan

setempat, sehingga timbul efek sinergis. Efek sinergis berarti efek

komponen teknologi secara bersama-sama lebih besar dari penjumlahan

efek teknologi secara individual. Karena lahan sawah mempunyai tingkat

kesesuaian berbeda dan unsur yang menyebabkan perbedaan itu juga tidak

sama, maka kombinasi komponen teknologi di satu lokasi dapat berbeda

dengan lokasi lainnya (Makarim, et al, 2004).

Menurut Kushartanti, et al (2007), anjuran teknologi dalam PTT

adalah yang dihasilkan oleh lembaga penelitian dan teknologi berdasar

kearifan lokal yang sudah terbukti unggul untuk lokasi tertentu. Alternatif

teknologi yang dapat diterapkan sebagai berikut :

Page 28: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

a. Varietas unggul baru yang sesuai dengan karakteristik lahan,

lingkungan dan keinginan petani (seperti daya hasil, cita rasa, umur,

maupun ketahanan terhadap penyakit tertentu) untuk lokasi setempat

b. Benih bermutu (kemurnian dan daya kecambah tinggi)

Penggunaan benih bersertifikat dan benih vigor sangat

disarankan, karena (1) benih bermutu akan menghasilkan bibit yang

sehat dengan akar yang banyak, (2) benih yang baik akan

menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhan yang seragam, (3)

ketika ditanam pindah, bibit dari benih yang baik dapat tumubuh lebih

cepat dan tegar, dan (4) dari benih yang baik akan diperoleh hasil

tinggi.

c. Bibit muda (< 21 Hari Setelah Tanam (HSS))

Benih yang tenggelam (berisi penuh) sebelum disebarkan di

persemaian dibilas dulu agar tidak mengandung pupuk ZA, kemudian

direndam selama 24 jam dan setelah itu ditiriskan setelah 48 jam.

Bedengan pembibitan dibuat dengan lebar 1-2 m dan panjang

disesuaikan dengan keadaan lahan seluas 400 m per ha. Luas bedengan

ini cukup ditebari benih 25-30 kg.

d. Jumlah bibit 1-3 batang per lubang dan sistem tanam jajar legowo 2:1,

4:1, 6:1 dan lainnya dengan populasi minimum 250.000/rumpun/Ha.

e. Pemupukan N berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD)

Cara menetukan waktu aplikasi pupuk N dengan menggunakan

BWD dapat dilakukan dengan 2 cara : cara pertama adalah waktu

pemberian pupuk berdasarkan nilai pembacaan BWD yang sebenarnya

(real time), yaitu penggunaan BWD dimulai ketika tanaman 14 HST,

kemudian secara periodik diulangi 7-10 hari sekali sampai diketahui

nilai kritis saat pupuk N harus diaplikasikan.

Cara kedua adalah waktu tetap (fixed time), yaitu waktu

pemupukan ditetapkan lebih dahulu berdasarkan tahap pertumbuhan

tanaman, antara lain fase pada saat anakan aktif dan pembentukan

malai atau saat primordia.

Page 29: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

f. Pemupukan P dan K berdasarkan status hara tanah, atau Perangkat Uji

Tanah Sawah (PUTS), petak omisi serta pemecahan masalah

kesuburan tanah.

Pupuk P diberikan seluruhnya sebagai pupuk dasar, bersamaan

dengan pemupukan N pertama pada 0-14 HST. Pupuk K pada dosis

rendah-sedang (< 50 kg KCL/Ha), seluruhnya diberikan sebagai pupuk

dasar. Pupuk K pada dosis tinggi (100 kg KCL/Ha), 50 % diberikan

sebagai pupuk dasar dan sisanya pada saat primordia.

g. Bahan Organik (kompos jerami 5 ton/Ha atau pupuk kandang 2

ton/Ha)

Bahan organik adalah bahan yang berasal dari limbah tanaman,

kotoran hewan atau hasil pengomposan. Kegunaan bahan organik :

1) Meningkatkan kesuburan tanah dan kandungan karbon organik

tanah

2) Memberikan tambahan hara

3) Meningkatkan aktivitas jasad renik (mikroba)

4) Memperbaiki sifat fisik tanah

5) Mempertahankan perputaran unsur hara dalam sistem tanah

tanaman

h. Pengairan berselang

Pengairan berselang adalah pengaturan lahan dalam kondisi

kering dan tergenang secara bergantian, bertujuan untuk:

1) Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi

lebih luas

2) Memberi kesempatan pada akar tanaman untuk mendapatkan udara

sehingga dapat berkembang labih dalam

3) Mencegah timbulnya keracunan besi

4) Mencegah timbunan asam organik dan gas H2S yang menghambat

perkembangan perkembangan akar

5) Mengaktifkan jasad renik mikroba yang bermanfaat, dan lain-lain.

Page 30: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

i. Pengendalian gulma secara terpadu

Pengendalian gulma atau penyiangan dapat dilakukan dengan

cara mencabut gulma dengan tangan, menggunakan alat atau

menggunakan herbisida.

j. Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT)

Strategi pengendalian PHT, yaitu:

1) Gunakan varietas tahan hama dan penyakit

2) Tanam tanaman yang sehat

3) Pengamatan berkala di lapangan

4) Pemanfaatan musuh alami seperti pemangsa (predator), misalnya

laba-laba

5) Pengendalian secara meknik, seperti menggunakan alat atau

mengambil dengan tanah, menggunakan pagar, dan menggunakan

perangkap.

6) Pengendalian secara fisik, seperti menggunakan lampu peragkap

7) Penggunaan pestisida hanya bila diperlukan dengan insektisida,

fungisida atau molusida

k. Panen beregu dan pasca panen menggunakan mesin perontok

Panen dan pasca panen meliputi :

1) Panen dan pasca panen perlu ditangani secara tepat

2) Panen pada waktu yang tepat

a). Perhatikan umur tanaman, antara varietas yang satu dengan

yang lainnya kemungkinan berbeda

b). Hitung sejak padi berbunga, biasanya panen dilakukan pada

30-35 hari setelah padi berbunga

c). Jika 95 % malai menguning segera panen

3) Panen dan perontokan

a). Gunakan alat sabit bergerigi atau mesin panen

b). Panen sebaiknya dilakukan secara serempak (kelompok

pemanen 15-20 orang) yang dilengkapi dengan alat perontok

c). Potong pada bagian tengah atau atas rumpun bila dirontok

dengan power thresher

Page 31: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

d). Potong bagian bawah rumpun, jika perontokan dilakukan

dengan pedal thresher

e). Gunakan tirai penutup dan alas agar gabah tidak hilang atau

berserakan.

4. Inovasi

Inovasi merupakan suatu istilah yang sering digunakan secara luas

dalam berbagai bidang, baik jasa, industri dan termasuk pertanian. Secara

sederhana, Mardikanto (1996) menyatakan bahwa Inovasi merupakan

suatu ide, perilaku, produk, informasi dan praktek-praktek baru yang

belum banyak diketahui, diterima dan digunakan/diterapkan/dilaksanakan

oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang

dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan disegala

aspek kehidupan masyarakat demi terwujudnya perbaikan-perbaikan mutu

hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan.

Inovasi dalam perspektif pemasaran, Kotler (2003) dalam Musyafak

dan Ibrahim (2008) menyatakan bahwa inovasi sebagai barang, jasa dan

ide yang dianggap baru oleh seseorang.

Dari beberapa definisi tersebut, inovasi mempunyai tiga komponen,

yaitu a) Ide atau gagasan; b) metode atau praktek; dan c) produk (barang

atau jasa). Ketiga komponen tersebut dapat di sebut sebuah inovasi

manakala ketiga komponen tersebut mempunyai sifat baru.

Proses adopsi inovasi merupakan proses mental yang terjadi pada

petani pada saat menghadapi suatu inovasi yaitu proses penerapan suatu

ide baru sejak diketahui sampai proses penerapan. Pada proses adopsi akan

terjadi perubahan perilaku sasaran dan dipengaruhi oleh banyak faktor

serta selalu terkait antara satu dengan yang lainnya (Junaidi, 2007).

Page 32: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Adopsi merupakan suatu proses perubahan perilaku yang meliputi

pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Penerimaan mengandung

pengertian tidak sekedar tahu tetapi sampai benar-benar dapat

menerapkannya dengan tepat dalam kehidupan dan usaha taninya,

biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang

lain (Mardikanto, 1993).

Berdasarkan cepat lambatnya para petani menerapkan inovasi

teknologi melalui penyuluhan-penyuluhan pertanian maka Kartasapoetra

(1991) mengemukakan beberapa golongan petani yang terlibat

didalamnya, yaitu:

a. Golongan inovator

Para petani inovator ini mempunyai sifat selalu ingin tahu, ingin

mencoba, ingin mengadakan kontak dengan para ahli (Lembaga

Peneliti, Balai Pembibitan Tanaman, Fakultas Pertanian, Dinas

Pertanian setampat) untuk memperoleh keteranan, penjelasan,

bimbingan agar dalam masyarakatnya terdapat pembaharuan, baik

dalam cara berpikir, cara kerja dan cara hidup.

Pada umumnya, golongan ini termasuk petani berada, yang

memiliki lahan pertanian lebih luas dari petani yang rata-rata memiliki

sebidang lahan yang sempit (0,5-2,5 ha) di desanya. Oleh karena itu

berani menaggung resiko dalam menghadapi kegagalan dari setiap

percobaan dan mampu membiayai sendiri dalam mencari informasi-

informasi guna melakukan inovasi teknologi tersebut

b. Penerap inovasi teknologi lebih dini (Early Adopter)

Kalau golongan inovator mengusahakan sendiri pembaharuan

teknologi pertanian itu dan lebih yakin setelah adanya para PPL, maka

golongan Early Adopter ini adalah orang-orang yang lebih dini mau

menyambut kedatangan para penyuluh ke desa yang akan menyebarkan

dan menerapkan teknologi pertanian.

Sifat golongan ini adalah lebih terbuka dan lebih luwes, sehingga

mereka dapat bergaul lebih rapat dengan para petani umumnya,

Page 33: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

keberadaan dan pendidikannya cukup , suka mengungkap buku-buku

pertanian dan rubrik-rubrik pertanian di surat-surat kabar, akan tetai

umumnya bersifat lokalit (hanya berhubungan dengan keadaan

setempat). Mereka lebih suka membantu para petani, turn menjelaskan

perubahan-perubahan cara berpikir, cara bekerja dan cara hidup yang

perlu sesuai dengan kemutakhiran.

c. Penerap inovasi teknologi awal (Early Mayority)

Sifat dari Early Mayority ini merupakan sifat yang dimiliki

kebanyakan petani. Penerapan teknlogi baru dapat dikatakan lebih

lambat dari kedua golongan diatas, akan tetapi lebih mudah terpengaruh

dalam hal teknologi yang baru itu telah meyakinkannya dapat lebih

meningkakan usahataninya. Namun demikian sifat hati-hati mereka

selalu ada, mereka takut gagal da lain sebagainya.oleh karena itu

golongan ini baru mengikutinya setelah jelas adanya kenyataan-

kenyataan yang meyakinkan.

d. Penerap inovasi teknologi lebih akhir (Late Mayority)

Golongan ini adalah para petai yang pada umumnya kurang

mampu, lahan petanian yang dimilikinya sangat sempit, rata-rata

dibawah 0,5 ha. Oleh karena itulah mereka sangat wasapda lebih hati-

hati kaena takut mengalami kegagalan. Mereka itu baru akan mengikuti

dan menerapkan pembaharuan teknologi apabila kebanyakan petani di

sekitar lingkungannya telah menerapkan dan benar-benar dapat

meningkatkan peri kehidupannya.

e. Penolak inovasi teknologi (Laggard)

Para petani yang termasuk golongan ini adalah petani yang berusia

lanjut, berumur sekitar 50 tahun ke atas, biasanya fanatik terhadap

tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat

mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya.

Hanafi (1987) mengemukakan bahwa keputusan inovasi adalah

proses mental, sejak seseorang mengetahui adanya inovasi sampai

mengambil keputusan ntuk menerima atau menolaknya dan kemudian

mengukuhkannya. ada beberapa tipe komunikasi, yaitu :

Page 34: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

a. Keputusan otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan kepada

seseorang oleh individu yang berada dalam posisi atasan.

b. Keputusan individual, yaitu keputusan dimana individu yang

berasangkutan ambil peranan dalam pembuatannya. Keputusan

individual ini ada dua macam, yaitu 1) keputusan opsional, yakni

keputusan yang dibuat seseorang terlepas dari keputusan-keputusan

yang dibuat oleh anggota sistem. 2) keputusan kolektif, yakni

keputusan yang dibuat oleh individu-individu yang ada di dalam

sistem sosial melalui konsensus.

c. Keputusan kontingen, yaitu pemilihan untuk menerima atau menolak

inovasi setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluiya.

5. Tanaman Padi

Padi merupakan bahan makanan pokok sehari-hari pada kebanyakan

penduduk di negara Indonesia. Padi dikenal sebagai sumber karbohidrat

terutama pada bagian endosperm, bagian lain daripada padi umumnya

dikenal dengan bahan baku industri, antara lain : minyak dari bagian kulit

luar beras (katul), sekam sebagai bahan bakar atau bahan pembuat kertas

dan pupuk, merang sebagai bahan media jamur atau bahan kertas dan

bahan industri lain (Makfoeld, 1982).

Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan

Gramineae, yang mana ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa

ruas. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman-tanamannya anak-

beranak. Bibit yang hanya sebatang saja ditanamkan dalam waktu yang

sangat singkat telah membentuk satu dapuran, dimana terdapat 20-30 atau

lebih anakan/tunas-tunas baru (Siregar, 1980).

Menurut Tjitropranoto dan Mahyuddin dalam Sukmana dan

Mulyadi (1989) beras merupakan makanan pokok sebagian besar

penduduk Indonesia. Ini termasuk salah satu strategik yang dapat

menciptakan stabilitas ekonomi dan politik negara. Berbagai macam cara

untuk meningkatkan produksi tanaman padi antara lain dengan

meningkatkan fasilitas irigasi, meningkatkan penyediaan benih, pupuk,

Page 35: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

dan pestisida serta menciptakan berbagai kebijakan harga. Penelitian dan

pengembangan kegiatan juga dilangsungkan untuk menghasilkan

teknologi yang lebih baik dan adopsi oleh para petani.

B. Kerangka Berpikir

Penyuluhan pertanian merupakan upaya pemberdayaan petani beserta

keluarganya dan pelaku usaha pertanian untuk mengembangkan pengetahuan,

keterampilan dan sikap agar tahu, mau dan mampu untuk melakukan suatu

usaha di bidang pertanian. Hal ini dimaksudkan untuk dapat meningkatkan

produktivitas, efisiensi usaha dan peningkatan kesejahteraan mereka.

Usaha peningkatan produktivitas, efisiensi usaha dan peningkatan

kesejahteraan tersebut menurut Sastraatmadja (1993) melibatkan dua

kelompok yang aktif. Disatu pihak adalah penyuluh dan yang kedua adalah

kelompok yang disuluh. Petani dan keluarganya dalam hal ini merupakan

sasaran utama dari penyuluhan pertanian dan sebagai pelaksana utama, sebab

menurut Mardikanto dan Arip (2005) pelaksana utama budidaya usahatani

yang memberikan produktivitas dan pendapatan/keuntungan adalah para

petani dan keluarganya. Jadi yang harus diubah perilakunya dalam praktek-

praktek usahatani guna meningkatkan produksi dan pendapatan masyarakat

terutama adalah petani dan keluarganya.

Petani dan keluarganya merupakan sasaran utama yang harus menjadi

pusat perhatian penyuluh pertanian, sebab mereka yang secara bersama-sama

selalu terlibat dalam pengambilan keputusan terakhir tentang segala sesuatu

yang menyangkut komponen-komponen produksi seperti, pra tanam,

pemilihan benih, teknik bertanam, sarana produksi, proses pemupukan,

pengairan, pengendalian hama tanaman hingga panen dan pasca panen.

Pengelolaan tanaman padi sawah terpadu (PTT) merupakan pendekatan

yang mengutamakan kesinergisan atas komponen-komponen produksi seperti

umur bibit, pemupukan dan lain-lain mulai dari pra produksi sampai kepada

pasca produksi dan pengelolaan kelompok. Indikator keberhasilan

pengelolaan tanaman terpadu yang paling penting adalah rendahnya biaya

produksi, penggunaan sumberdaya pertanian secara efisien dan pendapatan

Page 36: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

petani meningkat tanpa merusak lingkungan.

PTT adalah pendekatan dalam budidaya tanaman dan berperan penting

dalam meningkatkan produkasi padi dalam beberapa tahun terakhir.

Keberhasilan program P2BN (Peningkatan Produkasi Beras Nasional) yang

diimplementasikan sejak 2007 tetu tidak dapat dipisahkan dari pengembangan

PTT padi sawah. Untuk mempertahankan swasembada beras yang telah

berhasil diraih kembali pada tahun 2008 . Badan penelitian dan pengembangan

Pertanian (2009) terus berupaya mengembangkan inovasi teknologi padi

dengan pendekatan PTT.

Pendekatan dalam Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) didasari oleh

kajian akan kebutuhan dan aspirasi petani setempat; perlunya memadukan

pengelolaan tanaman, lahan air dan organisme pengganggu sesuai dengan

kemauan dan kemampuan petani; serta sistem budidaya yang dinamis sesuai

dengan perkembangan teknologi dan kemampuan petani.

Perkembangan teknologi yang digunakan dalam pengelolaan tanaman

terpadu ini merupakan suatu hasil dari suatu inovasi. Inovasi ini merupakan

suatu ide atau gagasan, metode atau praktik maupun produk (barang dan jasa)

yang sifatnya baru. Sifat baru ini bukan merupakan suatu hal yang bener-benar

baru dalam penelitian terkini, melainkan hasil penelitian yang telah lalupun

dapat disebut suatu inovasi apabila diintrodukasikan kepada masyarakat tani

yang belum mengenal sebelumnya.

Penyuluhan juga mengandung suatu kegiatan atau usaha menyebar-

sebarkan hal baru (yang setidak-tidaknya dirasakan atau dianggap baru) agar

masyarakat berminat dan bersedia melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Usaha menyebarkan hal baru kepada petani dan keluarganya tersebut tentunya

harus ada sebuah komunikasi yang baik yang dilakukan secara bersama-sama

antara penyuluh dan petani beserta keluarganya. Ini berarti kegiatan

penyuluhan membutuhkan adanya suatu persiapan sebelum pelaksanaan.

BPP Tani Budoyo di Kecamatan Mojolaban melaksanakan kegiatan

penyuluhan kepada para petani di wilayah binaan setelah melihat keadaan

masyarakat dan adanya inovasi berupa upaya Pengelolaan Tanaman Terpadu

Page 37: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

(PTT) padi sawah. Pelaksanaan penyuluhan di BPP Tani Budoyo ini

membutuhkan metode dan teknik penyuluhan yang tepat untuk digunakan para

penyuluh lapang. Selanjutnya akan muncul persepsi masyarakat terhadap

penyuluhan yang dilaksanakan. Kendala yang dihadapi dalam penyuluhan juga

dapat terlihat. Sehingga pada akhirnya dapat diambil kesimpulan akan manfaat

Penyuluhan Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi

Sawah bagi para petani beserta keluarga yang menerapkan PTT di

usahataninya. Alur kerangka berfikir dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2 Kerangka Berpikir

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah

Manfaat Penyuluhan

Inovasi Keadaan

Masyarakat

Metode dan Teknik Penyuluhan

Kegiatan Penyuluhan Kendala yang dihadapi dalam Penyuluhan

Gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional

(P2BN)

Page 38: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yng datanya berupa kata-kata ataupun

kalimat. Keseluruhan data yang diolah disajikan dalam bentuk uraian naratif,

bukan dalam bentuk statistik (Dhohiri, 2002).

Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu

studi kasus. Yin (2008) mengemukakan bahwa studi kasus adalah

penyelidikan empiris yang menyelidiki fenomena kontemporer di dalam

konteks kehidupan nyata, ketika batas-batas antara fenomena dan konteks

tidak terlihat jelas dan dimana berbagai sumber bukti yag digunakan.

Selanjutnya, studi kasus dalam penelitian ini adalah studi kasus terpancang

(embedded case study), artinya sebelum penelitian dilaksanakan peneliti sudah

memilih dan menentukan unsur-unsur yang akan menjadi fokus dalam

penelitian (Sutopo, 2002).

B. Lokasi Penelitian

Penetapan lokasi dalam penelitian diambil secara sengaja (purposive),

yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu disesuaikan dengan

tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1995). Kecamatan Mojolaban

merupakan salah satu kecamatan yang malakukan program peningkatan

produksi beras nasional melalui Gerakan Peningkatan Produksi Beras

Nasional (P2BN) melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).

Selain itu, Kecamatan Mojolaban juga merupakan salah satu Kecamatan di

Kabupaten Sukoharjo yang memiliki tingkat produktivitas padi tertinggi di

Kabupaten Sukoharjo.

C. Sumber Data

Data penelitian dikumpulkan dari beberapa sumber. Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

26

Page 39: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

1. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari informan

melalui wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara sebagai

alatnya. Dengan teknik wawancara dapat mengetahui informasi tentang

masa lampau, masa sekarang, ataupun rencana di masa datang. Data

tersebut berupa hasil wawancara dari informan dan hasil

pengamatan/observasi di lapangan.

2. Data Sekunder adalah data-data yang dikumpulkan dari instansi atau

lembaga yang berkaitan dengan penelitian, dengan mencatat langsung data

yang bersumber dari dokumentasi yang ada yaitu monografi daerah

penelitian, Petunjuk pelaksanaan Pengelolaan Tanaman Terpadu dan

laporan terkait PTT.

D. Metode Penentuan Informan

Penentuan informan dilakukan dengan cara sengaja (purposive) dan

snowball sampling. Purposive dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa

sampel yang diambil adalah sampel yang dianggap mewakili informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu informasi tentang kegiatan penyuluhan

dengan menggunakan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang

berada di BPP “Budoyo Tani” Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.

Apabila dalam proses pengumpulan data sudah tidak ditemukan variasi, maka

peneliti tidak perlu lagi untuk mencari informan baru, dan proses pengambilan

data dianggap sudah selesai (Bungin, 2006).

Sedangkan metode Snowball dilakukan dengan berdasarkan informasi

dari sampel atau responden tentang orang yang dianggap mampu atau

mewakili informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

Salim (2006) mengatakan bahwa informan adalah anggota dari

kelompok yang diteliti yang akan mengantarkan periset ke jantung persoalan

yang ingin diketahui atau diteliti. Adapun sampel informan yang dipilih dalam

penelitian ini antara lain Penyuluh Pertanian Lapang di BPP Tani Budoyo

Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Pengurus atau anggota

kelompok yang melaksanakan usaha tani dengan pendekatan Pengelolaan

Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah di Wilayah BPP Tani Budoyo.

Page 40: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan

menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Wawancara mendalam, adalah pengumpulan data percakapan dengan cara

percakapan dengan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan

masalah penelitian untuk mencapai tujuan dari penelitian.

2. Observasi, adalah pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secra

langsung kepada objek yang diteliti, seperti pengamatan secara langsung

mengenai pelaksanaan sistem usahatani padi sawah dengan pendekatan

PTT yang dilakukan petani.

3. Dokumentasi, adalah pengumpulan data dengan mengutip dan mencatat

sumber-sumber informasi dari pustaka, internet, maupun instansi-instansi

yang terkait dengan penelitian ini.

F. Validitas Data

Menurut Mardalis (1989) validitas suatu instrument menunjukkan

suatu alat ukur yang dapat mengukur sejauh mana kebenaran alat itu untuk

mengukur sesuatu yang diperlukan atau beberapa kesahihannya. untuk

menjaga kualitas data yang diperoleh, maka dilakukan beberapa teknik

trianggulasi.

Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan dua teknik yaitu,

teknik trianggulasi sumber dan trianggulasi metode. Trianggulasi sumber

adalah melihat satu data yang sama dari berbagai sumber yang berbeda.

Dengan demikian kekuatan data yang didapatkan diharapkan benar-benar data

yang secara nyata di lapangan. Secara sederhana dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

Informan 1

Data wawancara Informan 2

Informan 3

Gambar 3 Bagan Trianggulasi Sumber

Page 41: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Selain itu juga menggunakan trianggulasi metode. Trianggulasi

metode adalah dengan mamandang satu data dari berbagai metode yang

dilakukan. Hal ini berkaitan dengan teknik pengumpulan data di atas. Dari

berbagai teknik yang digunakan dapat menemukan satu data yang benar-benar

merefleksikan keadaan sebenarnya di lapangan. Secara sederhana dapat di

lihat pada gambar di bawah ini :

Wawancara

Data Catatan/dokumen sumber data

Observasi

Gambar 4 Trianggulasi Metode

Rincian mengenai triangulasi metode dan triangulasi sumber dapat

dilihat pada tabel di bawah

Tabel 2. Rincian Triangulasi Sumber

No Data Petani Penyuluh Rangkuman 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah (PTT) Inovasi Keadaan Masyarakat Metode dan Teknik Penyuluhan Kegiatan Penyuluhan Kendala yang dihadapi dalam penyuluhan Manfaat penyuluhan

Page 42: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Tabel 3. Rincian Triangulasi Metode

No Data Wawancara Dokumen Observasi Rangkuman 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah (PTT) Inovasi Keadaan Masyarakat Metode dan Teknik Penyuluhan Kegiatan Penyuluhan Kendala yang dihadapi dalam penyuluhan Manfaat penyuluhan

Data rangkuman yang diperoleh dari kedua metode triangulasi diatas

kemudian data dibandingkan antar keduanya untuk mendapatkan satu

rangkuman yang utuh mengenai pemberdayaan yang ada di lokasi penelitian.

Untuk lebih jelas dapat dapat dilihat pada tabel di bawah.

Tabel 4. Rincian Triangulasi

No Data Triangulasi sumber

Triangulasi metode

Rangkuman

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah (PTT) Inovasi Keadaan Masyarakat Metode dan Teknik Penyuluhan Kegiatan Penyuluhan Kendala yang dihadapi dalam penyuluhan Manfaat penyuluhan

G. Teknik Analisis

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara secara

langsung dengan informan, dengan mengamati secara langsung keadaan

kegiatan dan dibantu dengan menggunakan data yang sudah ada di lapangan,

yang dapat berupa agenda kegiatan ataupun juga data monografi.

Page 43: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Metode analisis data yang dipilih adalah dengan menggunakan teknik

analisis domain, yaitu analisis dengan mendekati suatu masalah secara

langsung (Bungin, 2006)

Setelah pengumpulan informasi sudah berakhir, peneliti mulai

melakukan suatu penerikan kesimpulan berdasarkan reduksi data dan sajian

data. Kesimpulan akhir mungkin tidak muncul sampai pengumpulan

informasi berakhir, tergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan

lapangan, pengkodeannya, penyimpanannya, metode pencarian ulang yang di

gunakan (Miles dan Huberman, 1992). Apabila kesimpulan dirasa kurang

mantap karena kurangnya rumusan dan reduksi maupun sajian data, maka

peneliti akan mereview pengumpulan informasi yang lebih fokus untuk

mencari pendukung simpulan yang ada dan juga bagi pendalaman data

(Sutopo, 2002)

Page 44: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV. KEADAAN DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Kondisi Geografi dan Topografi

Luas wilayah Kecamatan Mojolaban tercatat 3.554 Ha yang terdiri

dari 15 Desa atau sekitar 7,62% dari luas Kabupaten Sukoharjo (46.666

Ha). Desa Palur merupakan desa yang terluas wilayahnya yaitu 409 Ha

(11,51%), sedangkan yang terkecil wilayahnya adalah Desa Triyagan

sebesar 168 Ha (4,73%). Luasan wilayah tersebut terdiri dari 2.234 Ha

(62,86%) lahan sawah dan 1.320 Ha (37.14%) bukan lahan sawah

Wilayah administrasi Kecamatan Mojolaban merupakan wilayah

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) ”Tani Budaya” yang berpotensi untuk

pengembangan komoditas pertanian. Wilayah Kecamatan Mojolaban

memiliki lahan sawah berpengairan teknis sebesar 2.234 Ha. Selain lahan

sawah berpengairan teknis, Kecamatan Mojolaban memiliki tanah

pekarangan sebesar 1.169 Ha dan tanah tegal sebesar 11 Ha. Infrastruktur

di Kecamatan Mojolaban cukup memadai, baik jalan antar desa, jaringan

usahatani maupun unit pengelolaan hasil pertanian. Sehingga wilayah BPP

”Tani Budaya” Kecamatan Mojolaban merupakan penyangga pangan

utama beras di Kabupaten Sukoharjo.

Adapun batas-batas daerahnya adalah sebagai berikut :

a) Sebelah Utara = Kabupaten Karanganyar

b) Sebelah Timur = Kabupaten Karanganyar

c) Sebelah Selatan = Kecamatan Polokarto, Kabupaten

Sukoharjo

d) Sebelah Barat = Kota Surakarta

Jarak dari Barat ke Timur ± 8 Km, jarak dari Utara ke Selatan ± 6

km, dan jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten Sukoharjo ±

11 Km.

32

Page 45: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

2. Keadaan Iklim

Kecamatan Mojolaban terletak pada ketinggian 104 m diatas

permukaan laut dan Kecamatan Mojolaban merupakan daerah

bergelombang. Berdasarkan Smit dan Ferguson, iklim di Kecamatan

Mojolaban termasuk daerah tipe iklim golongan C atau termasuk daerah

basah. Hal ini didasarkan dari perhitungan bulan basah dan bulan kering,

dengan perhitungan bulan basah : 6 bulan dan bulan kering : 6 bulan.

3. Jenis Tanah

Jenis tanah di Kecamatan Mojolaban bermacam-macam, hal ini dijelaskan

sebagai berikut :

a. Aluvial : Triyagan, Sapen, Kragilan, Klumprit, Cangkol,

Bekonang, Demakan, Joho dan Gadingan

b. Grumusol : Laban, Plumbon, Palur, Dukuh, Wirun dan

Tegalmade

4. Pola Tanam

Kondisi pelaksanaan pola tanam di Kecamatan Mojolaban masih

belum sesuai anjuran, kecuali wilayah yang karena irigasi yang belum

sempurna justru telah melaksanakan pola tanam dengan baik.

Hal ini disebabkan oleh karena faktor kondisi atau alam yang

mengaturnya, pada daerah irigasi yang baik para petani berkecenderungan

menanam padi terus menerus sepanjang tahun. Sebaliknya, pada daerah

dengan irigasi kurang baik maka banyak petani mengupayakan usahatani

palawija. Upaya yang dilaksanakan dinas teknis dan pimpinan wilayah

agar dapat melaksanakan pola tanam dengan ketentuan :

1. Padi – Padi – Palawija atau

2. Palawija – Padi – Palawija atau

3. Palawija – Palawija – Padi

Apabila terpaksa menanam padi terus menerus disarankan agar

disiplin melaksanakan pola gilir varietas, dengan maksud pengendalian

serangan hama dan penyakit.

Page 46: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

B. Keadaan Penduduk

1. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Kecamatan Mojolaban pada tahun 2008 tercatat

78.456 jiwa yang terdiri dari 38.993 penduduk laki-laki atau 46,69 % dan

39.472 penduduk perempuan atau 50,31 %. Adapun jumlah rumah tangga

sebanyak 21.754.

Kecamatan Mojolaban terdiri dari 15 desa. Dilihat dari kepadatan

penduduk (jiwa/km2), Desa Palur merupakan Desa yang memiliki

kepadatan penduduk tertinggi yaitu 3.472 jiwa setiap kilometer persegi

(km2), sedangkan yang terendah yaitu Desa Tegalmade sebesar 1.085

jiwa/Km2.

Struktur penduduk menurut umur dapat digambarkan menurut

jenjang yang berhubungan dengan kehidupan produktif manusia yaitu 0 –

14 tahun merupakan kelompok umur tidak produktif, umur 15 – 64 tahun

merupakan kelompok umur produktif, dan penduduk umur 64 tahun

keatas adalah kelompok umur sudah tidak produktif. Berikut ini keadaan

penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kecamatan Mojolaban

adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Kelompok Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Mojolaban

Umur Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

0 – 4 5 – 9

10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74

75+

2.873 3.054 3.096 3.092 3.545 3.793 3.597 3.365 3.060 2.525 1.918 1.369 1.072

936 759 939

2.690 2.992 3.026 3.049 3.670 3.927 3.689 3.483 3.063 2.419 1.772 1.364 1.213 1.097

893 1.125

5.563 6.046 6.122 6.141 7.215 7.720 7.286 6.848 6.123 4.944 3.690 2.733 2.285 2.033 1.652 2.064

Jumlah 38.993 39.472 78.456

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo 2008

Page 47: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Jumlah usia produktif yang tinggi merupakan aset dari

pembangunan wilayah.

Berdasarkan tabel 7. dapat diketahui jumlah penduduk di Kecamatan

Mojolaban sebanyak 78.456 jiwa. Dari sini dapat diketahui tingkat

kepadatan penduduk dengan perhitungan sebagai berikut:

Kepadatan Penduduk = wilayahLuaspenduduk Jumlah

= 2km 35,5

jiwa 78.465

= 2.210 jiwa / km2

Ini berarti setiap luasan 1 km2 terdapat 2.210 orang penduduk.

Berdasarkan Tabel 7 jumlah penduduk usia non produktif yaitu

penduduk pada usia 0-14 tahun dan >59 tahun berjumlah 25.765 orang

(32,84 persen), sedangkan untuk penduduk usia produktif yaitu penduduk

pada usia 15-59 tahun berjumlah 52.691 orang (67,16 persen). Dengan

jumlah penduduk berdasarkan kelompok dapat digunakan untuk

menghitung Angka Beban Tanggungan (ABT).

Angka Beban Tanggungan/ dependency Ratio adalah angka yang

menunjukkan perbandingan antara jumlah kelompok umur non produktif

dan umur produktif. Rumus yang digunakan untuk mengetahui Angka

Beban Tanggungan (ABT) adalah jumlah penduduk non produktif dibagi

jumlah penduduk produktif dikalikan k. Nilai k yang digunakan adalah

100.

ABT = )5815(

)59()140(thproduktifusia

ththproduktifnonusia-å

>+-åx 100

ABT = 691.52765.25

x 100

= 48,90

Dari hasil penghitungan dependency ratio pada tahun 2008 nilai

dependency ratio total (laki-laki dan perempuan) adalah 48,90 yang

artinya tiap 100 orang usia produktif di Kecamatan Mojolaban harus

Page 48: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

menanggung 48,90 orang penduduk usia non produktif di Kecamatan

Mojolaban. Kelompok umur 0 sampai 14 tahun merupakan kelompok

usia muda, meskipun demikian kelompok ini secara ekonomis belum

produktif, dan kelompok usia 59 tahun keatas merupakan kelompok usia

tua yang sudah tidak produktif lagi karena sebagian besar orang pada usia

ini sudah tidak mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang produktif

selayaknya orang pada usia produktif. Penduduk pada kedua kelompok

umur tersebut merupakan beban bagi kelompok penduduk usia produktif.

Semakin besar rasio antara jumlah kelompok penduduk usia non produktif

terhadap kelompok produktif berarti semakin besar beban tanggungan

bagi kelompok yang produktif.

Tingginya ABT merupakan faktor penghambat pembangunan

ekonomi, karena sebagian dari pendapatan yang diperoleh oleh golongan

produktif terpaksa harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan mereka

yang belum produktif atau sudah tidak produktif (Mantra, 2003). Dalam

usia produktif seseorang masih dapat melakukan kegiatan-kegiatan

produktif misalnya dalam melakukan kegiatan usaha tani. hal ini akan

menjadi faktor pendukung untuk pelaksanaan Penyuluhan dengan

menggunakan Pendekatan Tanaman Terpadu (PTT) karena dengan usia

produktif akan memudahkan dalam proses kegiatan usahatani dan

penerapan inovasi teknologi yang diberikan.

C. Profil BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) Tani Budaya

BPP Tani Budaya merupakan salah satu dari 12 BPP yang ada di

Kabupaten Sukoharjo. BPP Tani Budaya terletak di Jl. Raya Ssolo-

Tawangmangu, Desa Palur Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.

BPP Tani Budaya mempunyai wilayah kerja di 15 desa, dan setiap desa

mempunyai 3 - 4 kelompok tani. Pada tahun 2010 Penyuluh yang bertugas di

BPP Tani Budaya terdapat 13 orang yang diantaranya 7 Penyuluh Pertanian

(Petugas Penyuluh Tetap) )dan 6 THL Penyuluh Pertanian (Tenaga Harian

Page 49: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Lepas/Kontrak). Setiap Petugas Penyuluh Pertanian maupun petugas THL

penyuluh pertanian mempunyai wilayah kerja 1-2 desa binaan.

Berdasarkan Programa Penyuluhan BPP Tani Budaya Tahun 2010,

Tim Penyuluh Pertanian yang bertugas di Wilayah Kerja BPP Tani Budaya

adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Petugas Penyuluh Pertanian di Kecamatan Mojolaban No. Nama Jabatan Desa Binaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Subardi, SP Totok Supriyanto, STP Jarot Setyadi, SP Endang Pratignyowati, SP Sabar Mulyanto, STP Legiman, SP Sri Sutanti, SP Risma Nurmasari, A.Md Supriyanto, SP Sadinu Sugeng Haryadi Kasidi Gunawan Joko W, SP

Koordinator BPP Tani Budaya Kec. Mojolaban Penyuluh Pertanian/Sekretaris BPP Tani Budaya Penyuluh Pertanian Penyuluh Pertanian Penyuluh Pertanian Penyuluh Pertanian Penyuluh Pertanian THL Penyuluh Pertanian THL Penyuluh Pertanian THL Penyuluh Pertanian THL Penyuluh Pertanian THL Penyuluh Pertanian THL Penyuluh Pertanian

Seluruh Desa di Kec. Mojolaban Kragilan Tegal Made Bekonang Palur, Gadingan Laban, Plumbon Klumprit Joho Cangkol Wirun, Dukuh Sapen Triyagan Demakan

Berdasarkan Programa Penyuluhan Pertanian BPP Tani Budaya diatas

dapat diketahui bahwa hingga pada tahun 2010 petugas penyuluh pertanian

berjumlah 13 orang, diantaranya adalah 7 Petugas Penyuluh Pertanian dan 6

THL Penyuluh Pertanian (Tenaga Harian Lepas/Kontrak). Kegiatan

penyuluhan di tahun 2010 sudah terbillang ideal, karena sudah sesuai dengan

anjuran pemerintah yang menganjurkan bahwa setiap satu desa terdapat satu

penyuluh. Hal ini berbeda dengan tahun 2007 silam dimana sebelum adanya

THL Penyuluh Pertanian, team penyuluh pertanian di BPP Tani Budaya

Kecamatan Mojolaban hanya 7 orang dan setiap penyuluh memiliki 2-3 desa

binaan, sehingga kegiatan penyuluhan tidak dapat berjalan dengan efektif.

Dalam perkembangannya, BPP Tani Budaya disebut juga dengan BPP

model, dimana BPP Tani Budaya ini merupakan BPP percontohan di

Kabupaten Sukoharjo. BPP model atau BPP percontohan ini menjadi pusat

informasi teknologi bagi penyuluh, pelaku utama dan pelaku usaha,

meningkatkan pengembangan penyuluh petani akan berbagi teknologi

berbagai komoditi ungulan Kecamatan khususnya, dan Kabupaten umumnya.

Sumber : Programa Penyuluhan Pertanian BPP Tani Budaya 2010

Page 50: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Selain lokasi BPP ini sangat strategis, juga memiliki tenaga penyuluh

pertanian yang profesional, kebun percontohan tersedia, kios sarana produksi

pertanian tersedia, partisipasi kelompok tani tinggi, juga terdapat koperasi

petani dan penting adalah tersedianya inventaris barang-barang yang

menunjang kegiatan tersebut. Adapun Inventaris barang yang ada di kantor

BPP Bina Tani adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Jenis Inventaris barang yang ada di kantor BPP Bina Tani Nama Barang Jumlah Register Asal usul pendanaan

Gedung (Kantor, Aula, Rmh Dinas) Sawah Kebun Amplifier 150 w Camera Digital Komputer Meja komputer Printer UPS White Board Wireless Mic Almari Perpustakaan Kursi Kerja Kursi Rapat Meja Tamu Kursi Tamu Filling Kabinet Meja Kerja Mebelair Perlengkapan Dapur Telepon

3.876 m2

12.000 m2

1.500 m2

1 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah 120 Buah 12 Buah 1 Buah 1 Buah 8 Buah 1 Paket 1 Paket 1 Line

APBD Propinsi APBD Propinsi APBD Propinsi APBD Kab. 2006 APBD Kab. 2006 APBD Kab. 2006 APBD Kab. 2006 APBD Kab. 2006 APBD Kab. 2006 APBD Kab. 2006 APBD Kab. 2006 APBD Kab. 2006 APBD Kab. 2006 APBD Kab. 2006 APBD Kab. 2006 APBD Kab. 2006 APBD Kab. 2006 APBD Kab. 2006 APBD Kab. 2006 APBD Kab. 2006 APBD Kab. 2006

Sumber : Data Sekunder BPP Tani Budaya 2009

Proses pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian disuatu wilayah

tidak hanya terpusat pada petani semata, tetapi harus beserta kelompoknya.

Sehingga tingkat kemampuan petani beserta kelompoknya perlu diupayakan

terus tingkat kemampuannya. Jumlah kelompok tani yang ada di Wilayah

Kerja BPP Tani Budaya di Kecamatan Mojolaban ini adalah 48 kelompok

tani dan 16 Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) yang terdapat di setiap

desanya. Adapun data kelompok tani dan GAPOKTAN yang ada di wilayah

kerja BPP Tani Budaya adalah sebagai berikut :

Page 51: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Tabel 8. Nama Kelompok – kelompok Tani Di Kecamatan Mojolaban Nama Kelompok Tani Nama Desa/Kelurahan Jumlah Anggota Luas Sawah

(Ha) Sedyo Subur Sedyo Makmur Sedyo Luhur Tani Manunggal Tani Budoyo Tani Nastiti Ngudi Mulyo Ngudi Santoso Ngudi Sembodo Ngudi Mulyo Ngudi Makmur Ngudi Rejeki Tani Mulyo Tani Adi Murni Tani Asli Karya Rejeki Karya Tani Karya Subur Tani Mulyo Sari Tani Tani Maju Dadi Makmur Dadi Subur Dadi Luhur Tani Makaryo Tani Unggul Tani Untung Tani Marsudi Dewi Shinto Dewi Ratih Dewi Sri Ngupoyo Subur Ngupoyo Makmur Ngupoyo Rejo Sri Dadi Sri Sadono Sri Mulih Sri Pinilih Tani Usaha Tani Upoyo Tani Utomo Marsudi Raharjo Marsudi Utomo Marsudi Roso Marsudi Kromo Bogo Marsudi Tani Tani Maju Tani Mulyo

Laban Laban Laban Tegalmade Tegalmade Tegalmade Wirun Wirun Wirun Bekonang Bekonang Bekonang Cangkol Cangkol Cangkol Klumprit Klumprit Klumprit Kragilan Kragilan Kragilan Sapen Sapen Sapen Joho Joho Joho Joho Demakan Demakan Demakan Dukuh Dukuh Dukuh Plumbon Plumbon Plumbon Plumbon Gadingan Gadingan Gadingan Palur Palur Palur Palur Triyagan Triyagan Triyagan

64 68 50 70 48 35 85

104 88

112 89 80 54 59 48

150 211 173 142 158 124 136 195 142 208 161 104 93 46 66 70 55 76 81 92 89 46 32 78 59 60 87 85 33 77 92 52 48

46 45 55 62

39 40 58 61 57 57 64 58 44 45 42 47 41 53 40 47 43 49 47 46 68 66 40 60 37 56 38 31 48 39 35 55 35 27 52 38 34 85 53

26,5 50,5 27 24 23

Sumber : Programa Penyuluhan Pertanian BPP Tani Budaya 2010

Page 52: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Tabel 9. Nama Gabungan Kelompok Tani Di Kecamatan Mojolaban

No. Nama Desa Nama Gapoktan Ketua Kelomok 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14 15 16

Laban Tegalmade Wirun Bekonang Cangkol Klumprit Kragilan Sapen Joho Demakan Dukuh Plumbon Plumbon Gadingan Palur Triyagan

Sedyo Manunggal Tani akmur Jaya Ngudi Tentrem Tri Manunggal Tani Tani Makmur Sumber Makmur Sumber Rejeki Sri Makmur Makaryo Makmur Sri Dewi Tunas Harapan Dwi Tunggal Barokah Tani Bersatu Marsudi Bersatu Rukun Tani

Sadoso Harno Sujito Suwarno Hadi Kushardiyatmo Haryono Tri Sularno Drs. Sugiyanto Suwarno G. Sarwanto Sukasno Sudaryanto Joko Suwarsno Jaiman S Narto Pawiro Mulyono Ir. Robby S, MS

Sumber : Programa Penyuluhan Pertanian BPP Tani Budaya 2010

D. Sarana dan Prasarana

a) Sarana Transportasi dan telekomunikasi

Prasarana dan sarana sangat menunjang aktivitas harian masyarakat

pada sektor ekonomi, pendidikan, kesehatan dan sosial. Untuk prasaran

jalan misalnya hampir semua wilayah desa sudah beraspal sehingga

memudahkan mobilitas masyarakat dalam beraktivitas. Tidaklah sulit

untuk warga desa untuk melakukan kegiatan dari satu dusun ke dusun lain,

karena semuanya bisa dicapai melalui alat transportasi bermesin dengan

lancar dan mulus. Prasarana jalan yang telah terbangun dengan baik ini

sangatlah membantu warga dalam melakukan berbagai kegiatan terutama

kegiatan ekonomi. Misalnya hasil panenan maupun produksi yang

dihasilkan oleh masyarakat desa akan lebih mudah dan cepat dikirim ke

pasar atau gudang baik ke kota kecamatan ataupun kabupaten.

Kecamatan Mojolaban dapat dikategorikan sebuah Kecamatan yang

memiliki sarana relatif lengkap, sehingga memungkinkan menjadi perekat

bagi Kecamatan lain untuk datang dan beraktivitas di Kecamatan

Mojolaban. Seperti terlihat pada sekitar Kantor Kecamatan Mojolaban

terdapat pertokoan maupun mini market yang berjajar dengan berbagai

Page 53: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

macam dagangan yang ditawarkan, mulai dari pakaian, sembako, pupuk,

tas, sepatu, bahan bangunan, dealer motor dan suku cadang. Sedangkan di

bidang jasa juga ada beberapa yang ditawarkan kepada konsumen atau

pelanggan seperti wartel, rental komputer, warnet, foto copy, salon,

bengkel mobil dan motor yang semua ini juga terdapat di sepanjang jalur

utama desa.

Melihat sarana tersebut di atas menunjukkan bahwa sarana yang ada

di Kecamatan Mojolaban ini sudah cukup lengkap selayaknya seperti kota

kecil. Adanya sarana tersebut mengindikasikan adanya kebutuhan

sebagian masyarakat Kecamatan Mojolaban dan tingkat kesadaran yang

tinggi dalam menunjang peningkatan kualitas hidupnya.

Munculnya kesadaran dan kebutuhan pada sarana penunjang tersebut

bisa dilihat dari keingginan beberapa orang tua dalam meningkatkan

pendidikan anaknya. Disamping itu juga telah menjadi kebutuhan utama

bagi sebagian warga desa terhadap mobilitas ekonomi dan sosial yang

lebih cepat baik melalui sarana komunikasi maupun transportasi. Dengan

demikian, mendorong semakin banyak warga yang memiliki sepeda motor

dan sarana komunikasi berupa telepon kabel sebanyak 2.002 sambungan,

handphone, I Kantor Pos yang ada di Desa Wirun dan Wartel dalam

menunjang aktivitas hidupnya.

b) Sarana Produksi Pertanian

Keberadaan sarana produksi pertanian sangat menunjang kegiatan

usaha tani petani. Dengan adanya sarana prosuksi yang memadai maka

kebutuhan usaha tani petani dapat diperoleh dengan mudah. Sehingga

tidak mengganggu kegiatan usaha tani.

Di Kecamatan Mojolaban terdapat 26 kios saprotan (sarana produksi

pertanian). Kios saprotan berusaha menyediakan segala macam kebutuan

petani berupa pupuk anorganik, pupuk organik, obat-obatan dan benih

Pada umumnya pembelian saprotan tersebut dilakukan petani secara

individu dan dianggap biasa (tanpa masalah) karena jaraknya hanya

sekitar 1 - 3 km dengan kondisi jalan beraspal.

Page 54: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V. SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

A. Sajian Data

1. Penggelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah di BPP Tani Budaya

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan suatu model

untuk meningkatkan hasil padi dan efisiensi masukan produksi dengan

memperhatikan penggunaan sumberdaya alam secara bijak. Melalui usaha

ini diharapkan kebutuhan beras nasional dapat dipenuhi, pendapatan petani

padi dapat ditingkatkan dan usaha pertanian padi dapat terlanjutkan.

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) berbeda dari program

intensifkasi padi sepeti Insus maupun Supra Insus. Yang membedakannya

PTT menekankan pada prinsip partisipatori dengan menempatkan

pengalaman, keinginan, dan kemampuan petani pada posisi penting dalam

menerapkan teknologi. Pendekatan PTT ini memperhatikan keberagaman

lingkungan pertanian dan kondisi petani, sehingga penerapan teknologi di

suatu tempat mungkin sekali berbeda dengan lokasi lainnya sedangkan

pada Insus dan. Supra Insus dilakukan secara massal di lingkungan petani.

Selain Insus dan Supra Insus ada satu model usahatani yang

menjadi sorotan, yaitu SRI. Pada dasarnya teknologi yang diterapkan oleh

model PTT dan System of Rice Intensification (SRI) sama, hanya

strateginya berbeda. Strategi SRI lebih dipusatkan pada penggunaan bahan

organik. Penggunaan bahan organik yang diintegrasikan dengan teknik

pengairan berkala akan mampu menyediakan hara untuk kebutuhan

tanaman padi. Namun bahan organik yang dibutuhkan cukup banyak, yaitu

sekitar 10 ton kompos/ha/musim, yang pada prakteknya sulit dipenuhi

dalam skala usaha padi yang luas dan akan menambah biaya tenaga kerja

untuk aplikasinya.

Menurut Litbang Pertanian (2007), Perbedaan antara PTT dan SRI

adalah 1) pendekatan SRI berbentuk paket teknologi yang diyakini dapat

diterapkan pada semua kondisi, 2) komponen SRI mudah diadopsi petani,

42

Page 55: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

3) pendekatan pengembangan SRI adalah sistem belajar orang dewasa

sehingga petani merasa diberi posisi yang tepat sebagai subyek perubahan.

Perbedaan selanjutnya dari PTT dan SRI adalah : 1) PTT bertujuan

meningkatkan produktivitas dan efisiensi input seperti benih, pupuk, dan

pestisida; 2) PTT diterapkan berdasarkan spesifik lokasi; 3) PTT

berorientasi pada proses produksi rasional dan ramah lingkungan; 4) PTT

menggunakan pendekatan keproyekan (menggunakan proyek sebagai

stimulus pendekatan ke Masyarakat Petani) , dan 5) PTT menggunakan

cara transfer teknologi satu arah (informasi disampaikan dari penyuluh

kepada petani).

Pengelolaan Tanaman Terpadu padi sawah mulai masuk dan

disosialisasikan kepada petani di Wilayah Kerja BPP Tani Budaya pada

tahun 2006. Sosialisasi PTT tersebut seiring adanya gerakan peningkatan

produksi beras nasional (P2BN) yang diinstruksikan pemerintah pada

tahun 2006 silam, seperti yang diungkapkan PPL Bapak Subardi dan

Bapak Totok berikut :

”PTT masuk di Kecamatan Mojolaban tahun 2006. tapi Sekolah Lapang Pengelolaan terpadu resmi masuk pada tahun 2008...” (Bapak Subardi, wawancara : Senin, 16 November 2010)

“PTT merupakan tidak lanjut dr P2BN (Peningkatan Produksi Beras Nasional),dan masuk ke Kecamatan Mojolaban secara resmi tahun 2008 setelah P2BN selesai dan berlanjut hingga saat ini (2010). (Bapak Totok, wawancara : Rabu, 10 November 2010)

Kegiatan penyuluhan dengan pendekatan PTT di Kecamatan

Mojolaban sudah berjalan sejak tahun 2006 dan kemudian diadakan

sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu atau bisa disebut SLPTT

pada tahun 2008. Adapun tujuan PTT yaitu adanya peningkatan

produktivitas sudah dapat terealisasi dengan signifikan, yaitu ditandai

dengan adanya peningkatan produksi rata-rata ±3 Ku/Ha dari tahun 2006-

2007 (pada tabel 1). Selain itu, petani di Mojolaban sudah lebih efisien

dalam penggunaan benih padi dan pestisida yang digunakan.

Page 56: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

2. Inovasi dalam Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah

Inovasi Teknologi yang diterapkan dalam pendekatan PTT adalah :

(1) penggunaan benih bermutu dari varietas unggul yang cocok (baik dari

segi daya hasil, cita rasa, umur, maupun ketahanan terhadap

hama/penyakit tertentu) untuk lokasi setempat seperti Mekongga, Aek

Sibundong, Sarinah, Hipa-3, Hipa-4, Wai Apo Buru, Ciherang, Cigeulis,

Cibogo, dll; (2) pengembalian sisa tanaman (jerami) dan pemberian pupuk

kandang apabila memungkinkan; (3) pemupukan an-organik sesuai dengan

ketersediaan hara dalam tanah dan kebutuhan tanaman (acuan rekomendasi

pupuk ini telah dituangkan dalam Peraturan Mentan No. 40/Permentan/

OT.140/04/2007)1; (4) penggunaan bibit muda (umur 2-3 minggu) dan 1-3

bibit per rumpun; (5) pengairan berselang bila memungkinkan; dan (6)

penanganan panen dan pasca panen secara tepat

Sejalan dengan perkembangannya, usahatani dengan menggunakan

pendekatan PTT sudah banyak dipahami dan diaplikasikan oleh petani

setempat. Adapun komponen-komponen dalam PTT yang telah

diaplikasikan oleh petani di Kecamatan Mojolaban adalah sebagai berikut:

a. Penggunaan Varieatas Unggul Baru (VUB) yang sesuai lokasi.

Varietas padi merupakan salah satu teknologi utama petani

yang mampu meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani.

Dengan tersedianya verietas padi yang telah dikeluarkan oleh

pemerintah, kini petani dapat memilih varietas yang sesuai dengan

kondisi lingkungan setempat, berdaya hasil dan bernilai jual tinggi.

Penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB) mempunyai

beberapa kelebihan dari pada penggunaan varietas lokal, diantaranya

adalah hasil produktivitas lebih besar (dapat mencapai 5-9 ton/Ha),

1 Acuan penetapan rekomendasi penggunaan pupuk N, P dan K pada lahan sawah spesifik lokasi per Kecamatan Mojolaban, Provinsi Jawa Tengah, “Tanpa Bahan Organik (Urea 250kg/ha, SP-36 75 kg/ha dan KCL 100 kg/ha), dengan 5 ton jerami/ha (Urea 230kg/ha, SP-36 75 kg/ha dan KCL 50 kg/ha) dan dengan 2 ton pupuk kandang/ha (Urea 225kg/ha, SP-36 25kg/ha dan KCL 80 kg/ha).

Page 57: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

tanaman lebih pendek, daun relatif lebih tegak, jumlah anakan

produktif lebih banyak (14-20 anakan), umur tanaman genjah (105-

125 hari) , rasa nasi sedang / enak dan ada yang beraroma. Akan

tetepi varietas unggul juga memiliki kekurangan yaitu, tanaman lebih

tanggap/responsif terhadap pemupukan (lebih banyak menggunakan

pupuk) dan belum tentu cocok untuk semua lingkungan. Oleh karena

hal tersebut, pendekatan dengan PTT menganjurkan untuk memilih

varietas unggul sesuai dengan lokasi setempat dengan ciri :

1) Dapat menyesuaikan diri terhadap iklim dan jenis tanah setempat.

2) Memilih varietas padi yang disenangi.

3) Daya hasil tinggi

4) Toleran terhadap hama dan penyakit

5) Tahan rebah

Varietas unggul baru (VUB) yang dikeluarkan oleh pemerintah

sangat beragam jenisnya, namun varietas unggul yang banyak

digunakan petani di Kecamatan Mojolaban untuk tanaman padi sawah

adalah Ciherang, Pepe, Cigeulis, Membramo dan Mekongga,

Situbagendit. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Subardi

(PPL) dan Bapak Untung (petani) berikut :

”Benih varietas unggul yang ditanam petani di sini (Wilayah Kerja BPP Tani Budaya) bermacam-macam dan kadang mmbuat petani bingung karena jenisnya banyak, ada Mekongga, Cibogo, Ciherang, Mekongga, Cigeulis, Conde, Sunggal, Cisantana, Pepe dan IR 64...” (Bapak Subardi, wawancara : Senin, 16 November 2010)

“Varietas padi yang unggul memang memberikan hasil yang tinggi (diatas 5 ton/ha), varietas unggul yang banyak digunakan petani IR-64 (varietas unggul lama tapi sekarang masih banyak digunakan), ciherang, mekongga, membramo dan pepe”. (Bapak Untung, Wawancara : Minggu, 7 November 2010 )

Page 58: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Kegiatan penyuluhan di BPP Tani Budaya dalam hal ini

adalah pada saat menjelang musim tanam penyuluh selalu

mensosialisasikan penggunaan benih-benih varietas baru yang

bermutu dan mensosialisasikan kepada petani untuk menggilir varietas

padi yang digunakan setiap musim tanam.

Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa proses adopsi

teknologi dalam hal penggunaan VUB tanaman padi sudah dapat

diterima dengan baik oleh petani di Kecamatan Mojolaban. Hal ini

dikarenakan varietas yang telah digunakan petani merupkan jenis

varietas unggul yang sesuai dengan anjuran dari pemerintah. Selain itu

benih unggul dapat memberikan hasil yang tinggi serta harga benih

varietas unggul masih terjangkau bagi petani dengan kisaran Rp.

5.500,- /kg sampai dengan Rp. 11.000,-/Kg.

b. Penggunaan benih bermutu dan berlabel

Benih bermutu adalah benih yang tingkat kemurnian dan daya

tumbuh yang tinggi. Pada umumnya bernih bermutu dapat diperoleh

dari benih berlabel yang sudah lulus proses sertifikasi. Penggunaan

benih bermutu sangat disarankan karena dengan penggunaan benih

yang bermutu maka akan menghasilkan bibit yang sehat dan akar yang

banyak, menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhan yang

seragam dan penggunaan benih yang baik juga akan memperoleh hasil

yang tinggi.

Petani di Kecamatan Mojolaban menggunakan benih bermutu

yang didapatkan dengan cara membeli di toko saprodi, langsung

membeli di penangkar benih maupun Kebun Benih Padi yang berada

di Desa Palur. Pembelian benih dilakukan dengan dua cara, yaitu

dengan pembelian benih secara individu dan pembelian benih secara

kelompok.. Pada kondisi normal (tidak terkena serangan hama masal

berkepanjangan pada 3 musim tanam seperti tahun 2010-2011) di

Kecamatan Mojolaban tidak pernah mengalami kesulitan dalam

mendapatkan benih padi. Hal ini dikarenakan jumlah saprodi,

penangkar benih dan kebun benih padi di Kecamatan Mojolaban dapat

Page 59: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

memenuhi kebutuhan petani di Kecamatan Mojolaban. Adapun data

penyedia benih di Kecamatan Mojolaban adalah sebagai berikut :

Tabel 10 Data Penyedia Benih di Kecamatan Mojolaban

Jenis Jumlah Toko Saprodi Penangkar benih Kebun Benih Padi

26 buah 2 buah 1 buah

Sumber : Data Primer 2010

Setelah mendapatkan benih bermutu dari penyedia benih di

Kecamatan Mojolaban, petani tidak semerta-merta langsung

menyemai benih tersebut. Sebelum melakukan persemaian petani

biasanya melakukan serangkaian test secara sederhana untuk menguji

mutu benih yang layak untuk dijadikan bibit dengan teknik

pengapungan. Menurut Zaini et al (2009) teknik pengapungan

dilakukan dengan menggunakan larutan garam 2-3% atau

menggunakan larutan pupuk ZA sebanyak 20-30 gram/liter air,

kemudian benih dibilas dengan air bersih dan direndam selama 24 jam

dan kemudian ditiriskan selama 2 hari (48 jam).

Sejalan dengan penjelasan diatas, implementasi petani di

Kecamatan Mojolaban dalam memperlakukan benih yang hendak

dijadikan bibit tanaman padi sudah terbilang baik. Hal ini ditandai

dengan perlakuan petani yang sudah sesuai dengan pedoman teknis

PTT Padi Sawah. Dimana petani sudah menerapkan teknik

pengapungan dalam memilih benih yang hendak dijadikan bibit

tanaman. Meskipun demikian, petani dalam menggunakan larutan

garam maupun larutan pupuk ZA hanya berdasarkan perkiraan atau

feeling petani dan tidak secara valid sesuai aturan dalam pedoman

teknis PTT. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Darmo (Petani

sekaligus Kaur Pembangunan Desa Palur) dan Bapak Sukasno (petani)

berikut :

”Winih puniko menawi badhe dipun sebar sakderenge dipun kum rumiyin ngagem toyo dipun campur kaliyan sarem sekedhik, antawis segenggem dumugi ronggenggem sarem dicampur setunggal ember toyo sampun cekap...” (Bapak Darmo, wawancara : 25 November 2011)

Page 60: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

(”Benih sebelum disebar direndam dahulu dengan menggunakan air yang dicampur dengan sedikit garam, kira-kira satu genggam hingga dua genggam garam dicampur satu ember air sudah cukup...”)

”Sebelum disebar dipersemaian, benih itu direndem dulu pakai laruran garam atau larutan pupuk ZA dulu. Bisa juga dicampur dengan cairan anti jamur atau zat perangsang tumbuh yang bisa dibeli ditoko saprodi”. (Bapak Sukasno, wawancara : 14 November 2010)

Berdasarkan pernyataan Bapak Darmo dan Bapak Sukasno

diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan petani dalam

melakukan persemaian sudah tergolong baik. hal ini atas dasar petani

sudah melakukan upaya pemilihan benih sebelum dijadikan benih

dengan metode pengapungan yang menggunakan larutan pupuk ZA

maupun larutan garam.

c. Penggunaan bibit padi usia muda

Penggunaan bibit padi pada usia muda sesuai PTT sangat

penting untuk di perhatikan dan diaplikasikan oleh petani. Bibit padi

usia muda akan menghasilkan anakan yang lebih tinggi apabila

dibandingkan dengan penggunaan bibit usia tua. Pada saat wawancara,

Bapak Totok menyatakan bahwa :

”Anjuran PTT menggunakan bibit padi usia 15-20 HSS dengan harapan anakan lebih banyak, karena setiap 4-5 hari setiap ruas akan menghasilkan anakan dan akan berhenti beranak usia 35-40 hari, kalaupun beranak tidak produktif”. (Wawancara : Rabu, 10 November 2010)

Seiring dengan pernyataan Bapak Totok, petani juga

membenarkan hal tersebut, terungkap dalam pernyataan Bapak

Dalimin (petani) berikut :

“Menanam bibit pada usia muda itu memang bagus, anakannya juga lebih banyak dan saya sudah membuktikan itu. Tapi ya kembali lagi kalau ada hama keong jelas tidak bisa menggunakan metode ini”. (Wawancara : Kamis, 25 November 2010 )

Dalam perkembangannya, penerapan teknologi dengan

menggunakan bibit padi usia muda tidak mutlak dapat diaplikasikan

pada kondisi tertentu. Mengingat PTT merupakan suatu pendekatan

yang memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik

Page 61: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

maupun sosial-ekonomi petani. Dengan demikian pada lahan

persawahan yang merupakan daerah endemis keong emas penggunaan

bibit padi usia muda tidak dapat diaplikasikan. Oleh karena itu, di

Wilayah Kecamatan Mojolaban penggunaan bibit muda pada lahan

sawah yang merupakan daerah endemis keong emas dilakukan pada

usia bibit tua yaitu diatas 25 HSS. Berikut pernyataan Bapak

Supriyanto (PPL) :

“Kendala pada saat tanam adalah keong mas, jadi jika benih padi usia muda sangat disenangi keong mas. Oleh karena itu daerah endemis koeong mas harus di tuakan sedikit, karena dengan dituakan umur bibit yang hendak ditanam maka tekstur tanaman sudah lebih keras sehingga keongmas tidak begitu suka”. (Wawancara : Jumat, 5 November 2010)

Dalam hal penanaman bibit padi usia muda, BPP Tani Budaya

melalui penyuluhnya juga selalu memberikan pengarahan dan

sosialisasi mengenai manfaat penanaman bibit padi usia muda.

Kegiatan penyuluhan mengenai penanaman padi usia muda biasanya

disampaikan ketika petani sedang mempersiapkan lahan atau ketika

petani sedang melakukan persemaian benih padi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Penyuluhan

dengan pendekatan PTT berhasil mengubah petani yang dahulu tidak

menggunakan tanam bibit muda, sekarang mulai berubah

menggunakannya. Hal ini terjadi karena petani sudah sadar dan telah

mencoba metode tanam dengan bibit muda dan hasilnyapun bagus.

Namun, kendala teknis yang menjadi penghambat pelaksanaan metode

ini adalah adanya hama keong mas.

d. Penanaman bibit 1-3 per lubang tanam dan sistem tanam

Pada saat menjelang musim tanam, petugas penyuluh

memberikan informasi-informasi kepada petani mengenai penanaman

bibit usia muda, penanaman bibit 1-3/lubang tanam dan aplikasi

sistem tanam jajar legowo maupun sistem tanam tegel.

Pada pengelolaan tanaman terpadu direkomendasikan

menanam bibit per rumpun dengan jumlah yang lebih sedikit. Hal ini

Page 62: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

berbeda dengan kebiasaan petani dalam penanaman pada zaman

sebelum adanya PTT. Sebelum adanya PTT, petani melakukan

penanaman secara ombolan yaitu 4-6 bibit/lubang tanam, dan setelah

adanya PTT masuk di Kecamatan Mojolaban petani sudah

mengaplikasikan penanaman sesuai rekomendasi yaitu 1-3

bibit/lubang tanam. Sesuai penjelasan Ibu Sri Sutanti (PPL) berikut:

“Pada zaman sebelum PTT petani selalu menanam padi secara ombolan (4-6 bibit/lubang tanam) akan tetapi setelah adanya PTT lebih sedikit menjadi 1-3 bibit/lubang tanam)”. (Wawancara, Sabtu, 6 November 2010)

Penanaman dengan menggunakan bibit sesuai rekomendasi

akan menghasilkan pertumbuhan yang baik, begitu juga sebaliknya

apabila penanaman tidak sesuai dengan rekomendasi. Penamanan

menggunakan bibit yang lebih banyak per rumpun menyebabkan

adanya kompetisi atau persaingan antar bibit dalam satu rumpun dan

menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak optimal. Hal ini dibenarkan

oleh petani yang menyatakan bahwa semakin banyak bibit yang

ditanam per rumpun maka pertumbuhannya tidak bisa maksimal.

Berikut pernyataan Bapak Rakidin (petani) sewaktu wawancara:

“Penanaman bibit lebih banyak justru akan menyebabkan persaingan antar tanaman dalam satu rumpun, dan pertumbuhanpun tidak bisa maksimal”. (Wawancara : Senin , 22 November 2010 )

Jarak tanam yang direkomendasikan pada pengelolaan

tanaman terpadu padi sawah adalah sistem tegel dan jajar legowo.

Sistem tanam yang banyak dipakai oleh petani di Kecamatan

Mojolaban adalah sistem tanam tegel dengan ukuran 20 cm x 20 cm.

Penggunaan sistem tanam tegel dirasakan lebih mudah untuk

diaplikasikan, lebih cepat, dan tidak membutuhkan biaya banyak

seperti halnya pada jajar legowo. Pernyataan tersebut dibenarkan

oleh Bapak Darmo (petani), Bapak Rakidin dan Bapak Jarot selaku

penyuluh, berikut pernyataannya:

”menawi tandur ingkang kathah puniko ngagem blak ingkang ukuranipun 20 X 20 cm puniko. Amargi winih langkung irit, upah

Page 63: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

buruhipun tandur njih sami kados biasanipun (Rp. 15.000 - Rp. 18.000 ) benten menawi tandur ngaggem legowo puniko biasanipun upah buruhipun tandur njih nyuwun tambah (Rp. 20.000 - Rp. 25.000). saklajengipun wekdalipun njih langkung cepet menawi ngagem blak...” (Bapak Darmo, wawancara : Kamis, 25 November 2010 )

(”Kalau waktu tanam yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan blak yang ukurannya 20cm X 20cm itu. Karena benih lebih irit, upah buruh tanamnya sama seperti biasanya (Rp. 15.000 - Rp. 18.000 ) berbeda apabila tanam dengan menggunakan menanam memakai sistem jajar legowo yang biasanya upah buruh tanam minta tambahan (Rp. 20.000 -Rp. 25.000). Selain itu waktu yang digunakan untuk menanam juga lebih cepat apabila menggunakan blak).

“System tanam yang banyak dipakai adalah system tegel ukuran 20 cm x 20 cm”. (Bapak Rakidin, wawancara : Senin, 22 November 2010 )

”Meskipun dalam PTT ada jajar legowo dan sudah banyak petani yang mencoba menerapkan, tapi yang masih dipakai tetap sistem tegel. Karena dianggap lebih mudah, cepat, dan murah (Bapak Jarot, wawancara : Selasa, 23 November 2010)

Pada saat musim tanam petani di Kecamatan Mojolaban selalu

menggunakan jasa buruh tanam. Buruh tanam tersebut merupakan

para wanita setempat yang sudah terbiasa menanam padi, dan pada

umumnya buruh tanam itu hanya bisa menanam dengan sistem tegel.

Penanaman bibit padi dengan sistem tegel menggunakan alat yang

dinamakan blak. Alat ini berupa bambu berfungsi seperti penggaris

yaitu sebagai alat ukur untuk menanam padi (ukurannya 20cm x 20cm

dan 25cm x 25cm). Oleh karena itu, setelah adanya PTT buruh tani

juga mulai untuk belajar menanam dengan sistem jajar legowo.

Sistem tanam jajar legowo pertama kali diterapkan di lahan

pertanian BPP Tani Budaya. Dalam perkembangannya petani di

Wilayah Kerja BPP Tani Budaya mulai mencontoh dan menerapkan

sistem tanam jajar legowo. Namun, dalam pelaksanaan sistem tanam

jajar legowo ini petani tidak merasakan adanya kenaikan produktivitas

yang signifikan. Berikut ungkapan dari Bapak Subardi :

Page 64: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

“Petani sudah mencoba sistem tanam jajar legowo ada kenaikan produktivitas tapi tidak signifikan. Kendala yang lain biaya bagi yang tandur lebih mahal, dan kesulitan dalam nyorok/pencabutan rumput”. (Wawancara : Senin, 16 November 2011)

Pernyataan Bapak Subardi tersebut dibenarkan pula oleh

petani di Desa Demakan yang menyatakan bahwa penerapan sistem

jajar legowo lebih mahal dan kenaikan produktivitas tidak berbeda

jauh dengan sistem tanam tegel. Berikut pernyataan dari Bapak

Sukasno (petani):

“Pernah melakukan system tanam jajar legowo, tapi hasilnya tidak berbeda jauh dengan system tanam tegel, dan biaya yang dikeluarkan untuk jajar legowo juga banyak…”. (Wawancara : 14 November 2010)

e. Pemupukan N berdasarkan BWD (Bagan Warna Daun)

Kebutuhan N dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat

kehijauan warna daun padi menggunakan Bagan Warna Daun (BWD).

Cara menentukan waktu aplikasi pupuk N dapat dilakukan dengan 2

cara. Cara pertama adalah secara real time atau berdasarkan nilai

pembacaan BWD yang sebenarnya dan cara kedua adalah dengan

waktu tetap (fixed time) atau waktu pemupukan ditetapkan lebih

dahulu berdasarkan tahap pertumbuhan tanaman.

Pemupukan urea di Kecamatan Mojolaban sebagian besar

menggunakan cara yang kedua yaitu dengan waktu tetap (fixed time).

Alasan petani memilih fixed time adalah karena sudah terbiasa

dilakukan (turun-temurun), selain itu setiap petani tidak memiliki

BWD dan waktunyapun pasti.

“Pemupukan urea pada umumnya sudah ada patokannya sejak jaman dahulu, sebelum dua minggu, setelah 3 minggu dan setelah 1,5 bulan. Kalau harus diukur pakai BWD susah, karena petani tidak ada yang punya”. (Bapak Dalimin, wawancara : Kamis, 25 November 2010)

Kegiatan penyuluhan yang dilakukan dengan menggunakan

BWD dimulai ketika menjelang pemupukan ke 2 tanaman berumur

23-28 Hari Setelah Tanam (tahap anakan aktif) dan pemupukan ketiga

pada umur 38-42 HST (tahap primordia/bunting). Sedangkan pada

Page 65: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

pemupukan pertama yaitu pada saat pemberian pupuk dasar (sebelum

berumur 14 HST) BWD belum digunakan.

Proses transfer informasi dari penyuluh kepada petani

mengenai pemupukan N dengan pedoman BWD dianggap kurang

efektif. Hal ini disebabkan karena keterbatasan alat BWD yang ada.

Bagan warna daun (BWD) hanya dimiliki oleh petugas penyuluh,

sehingga petani tidak dapat menerapkan metode pemupukan N dengan

acuan BWD.

Rekomendasi Peraturan Mentan No. 40/ Permentan/ OT.140/

04/2007 mengenai penggunaan pupuk urea spesifik lokasi di

Kecamatan Mojolaban adalah sebagai berikut :

a) Apabila tanpa bahan organik urea 250kg/ha

b) Apabila ada tambahan 5 ton jerami/ha maka menggunakan

urea 230kg/ha

c) Apabila ada tambahan 2 ton pupuk kandang/ha maka

menggunakan urea 225kg/ha

Pemupukan urea terbagi menjadi tiga, yaitu pemupukan

pertama atau dasar, pemupukan kedua dan pemupukan ketiga. Sesuai

rekomendasi pemupukan pertama atau dasar dilakukan pada umur

tanaman kurang dari 14 HST (2 minggu setelah tanam) dengan dosis

0-30 kg/ha. Kemudian dilanjutkan pemupukan kedua yang dilakukan

pada umur 21-28 HST (3-4 setelah tanam) atau pada fase

pembentukan anakan dengan dosis 75-125 kg/ha. Selanjutnya

pemupukan tahap ketiga yaitu pada fase primordia atau sekitar umur

38-42 HST (atau biasa disebut petani dengan selapan dino atau 40

hari) dengan dosis 125-175 kg/ha.

Rekomendasi terhadap penggunaan pupuk urea tesebut belum

dapat diikuti dan diaplikasikan oleh keseluruhan petani di Kecamatan

Mojolaban. Hal ini dikarenakan petani tidak yakin apabila

menggunakan pupuk sesuai rekomendasi akan menghasilkan panen

yang tinggi. Keraguan terhadap penggunaan pupuk kimia sesuai

Page 66: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

rekomendasi atas dasar minimnya penggunaan pupuk organik pada

usahatani mereka. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari para petani

berikut :

“Mboten wantun mupuk urea puniko manut kalian ingkang diaturaken pak Penyuluh. Amargi kulo piyambak awis awis ngginakaken pupuk organik,ingkang ngagem pupuk organik puniko biasanipun ingkang kagungan ternak. pramilo mekaten kulo piyambak mboten pitados menawi ngginakaken urea kados ingkang diaturke pak PPL kolo wau saged sae”(Bapak Darmo, wawancara : Kamis, 25 November 2010)

(“Belum berani menggunakan pupuk urea sesuai anjuran penyuluh, karena jarang menggunakan pupuk organik Penggunaan pupuk organik biasanya hanya dilakukan oleh petani yang memiliki hewan ternak saja jadi tidak yakin hasil panennya akan tinggi”).

“Saya tidak berani mengambil resiko menggunakan pupuk sesuai rekomendasi, karena kita sadar sangat jarang menggunakan pupuk organik seperti pupuk kandang maupun pupuk kompos”. (Bapak Untung, wawancara : Minggu, 7 November 2010 )

“Petani daerah sini masih banyak yang berkeyakinan penggunaan pupuk kimia yang banyak akan mendapakan hasil yang tinggi”. (Bapak Rakidin, wawancara : Senin, 22 November 2010)

Takaran penggunaan pupuk antar petanipun bervariasi, pada

penggunaan pupuk urea petani menggunakan dosis yang tidak sesuai

dengan rekomendasi pemerintah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu

Endang berikut:

“Pada penggunaan pupuk, khususnya urea petani masih banyak yang susah untuk diatur (sesuai rekomendasi) petani banyak yang menggunakan takaran 250-450 kg/ha”. (Wawancara : Sabtu, 6 November 2010)

Sejalan dengan pemahaman diatas berarti petani masih

beranggapan bahwa penggunaan pupuk berlebih akan mendapatkan

hasil maksimal. Menghadapi permasalahan tersebut sebenarnya

penyuluh di BPP Tani Budaya sudah berupaya memberikan

penyadaran kepada petani. Penyuluh memberikan pengertian kepada

petani bahwa pemupukan yang berlebihan membuat tanah akan

menjadi manja, tanaman gampang terserang hama dan boros.

Page 67: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Seperti apa yang dijelaskan oleh Bapak Supriyanto berikut :

“Pemupukan berlebihan akan membuat tanah menjadi manja, tanaman gampang terserang hama dan penyakit dan boros. Karena panambahan suatu biaya lebih belum tentu memberikan hasil yang tinggi”. (Wawancara : Jumat, 5 November 2010)

Adapun harga pupuk urea pada saat diadakan penelitian adalah

Rp. 83.000,00 setiap karungnya (50 Kg).

f. Pemupukan unsur P dan K berdasarkan status hara tanah

Kegiatan penyuluhan di Kecamatan Mojolaban terkait

pemupukan unsur P dan K masih relatif sederhana. Sementara ini,

penyuluh menyampaikan informasi penggunaan pupuk unsur P dan K

kepada petani sesuai dengan rekomendasi Dinas Pertanian. Penyuluh

di BPP Tani Budaya dapat dikatakan jarang melakukan pengukuran

hara tanah di desa binaannya. Hal ini dikarenakan BPP Tani Budaya

belum memiliki alat pengukur hara tanah yang berupa uji emisi atau

pH meter. Untuk menyiasati hal ini penyuluh menggunakan alat bantu

pengukur tingkat keasaman atau pH yang berupa kertas lakmus.

Kertas lakmus yang digunakan penyuluh untuk mengukur tingkat

keasaman tanah ini dibeli dari uang penyuluh secara pribadi.

Acuan penetapan rekomendasi penggunaan pupuk unsur P

(Phospor) dan K (Kalium) pada lahan sawah spesifik lokasi per

Kecamatan Mojolaban, Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut :

1) Tanpa Bahan Organik dosis takaran pupuk dengan unsur

Phospor (P) adalah SP-36 75 kg/ha dan pupuk dengan unsur

Kalium (K) adalah KCL 100 kg/ha

2) Dengan menggunakan 5 ton jerami/ha dosis takaran pupuk SP-

36 75 kg/ha dan KCL 50 kg/ha dan

3) Dengan menggunakan 2 ton pupuk kandang/ha dosis takaran

pupuk SP-36 25kg/ha dan KCL 80 kg/ha

Unsur P adalah hara utama tanaman yang penting untuk

perkembangan akar, anakan, berbunga awal dan pematangan.

Penggunaan pupuk P sesuai rekomendasi dalam PTT diberikan pada

saat pemupukan dasar secara bersamaan dengan pemupukan pertama

Page 68: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

N pada 7-10 hari setelah tanam. Pemupukan pupuk P di Mojolaban

sudah tergolong baik apabila dilihat dari segi waktu pemupukan.

Namun, apabila di lihat dari takaran pupuk P yang digunakan, maka

dapat dikatakan takaran tinggi. Petani mojolaban menggunakan

takaran pupuk P dengan dosis diatas 100 kg Sp-36/Ha.

Penggunaan pupuk K sesuai rekomendasi PTT dapat dilakukan

dengan 2 cara, yaitu dengan takaran rendah sampai sedang dan takaran

tinggi. Pupuk K dengan takaran rendah sampai sedang ( < 100Kg

KCL/Ha) diberikan sebagai pupuk dasar atau bersamaan dengan

pemberian pupuk N yang pertama. Dan penggunaan pupuk K dengan

takaran tinggi ( > 100 Kg KCL/Ha), 50% K diberikan sebagai pupuk

dasar atau bersamaan dengan pemberian pupuk N yang pertama, dan

sisanya diberikan pada saat primordia.

Dalam hal ini petani di Mojolaban cenderung melakukan

pemupukan K dengan takaran tinggi yaitu kisaran 100-150 Kg

KCL/Ha. Terkait dosis pemupukan KCL yang digunakan petani

Mojolaban variatif yaitu antara petani satu dengan petani yang lain

cenderung berbeda-beda. Pemupukan ini dilakukan secara 2 tahap,

tahap pertama diberikan pada saat umur satu minggu setelah tanam

sebagai pupuk dasar. Tahap yang kedua diberikan pada saat padi

berumur 4 minggu atau satu bulan.

Seiring langkanya pupuk SP-36 di Sukoharjo, petani di

Mojolaban banyak yang beralih menggunakan pupuk Phonska. Dosis

pemupukan kimia dengan Phonska sesuai anjuran produsen pupuk

adalah 1:3, yaitu setiap penggunaan 100 Kg/Ha Urea petani juga

menggunakan Phonska sebanyak 300 Kg/Ha. Pemupukan Phonska

dilakukan dalam 2 tahap, tahap pertama diberikan pada saat umur satu

minggu setelah tanam sebagai pupuk dasar. Tahap yang kedua

diberikan pada saat padi berumur 28-30 hari. Adapun harga pupuk

phonska per karung (50Kg) pada saat penelitian dilakukan adalah Rp.

120.000,00.

Page 69: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

g. Pengairan berselang

Pengairan berselang atau disebut juga intermitten irrigation

adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang

secara bergantian sesuai fase pertumbuhan tanaman dan kondisi lahan.

Penerapan berselang adalah penerapan teknis pengairan yang

dimaksudkan antara lain untuk :

1) Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi

lebih luas.

2) Memberi kesempatan akar tanaman untuk mendapatkan udara

sehingga dapat berkembang lebih dalam.

3) Mengurangi kerebahan

4) Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi

penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang dan

mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus dan lain-

lain.

Mekanisme pengairan berselang sebenarnya sudah disadari

manfaatnya oleh sebagian petani di Kecamatan Mojolaban. Hal ini

dibenarkan pada saat wawancara dengan petani yang bernama Bapak

Dalimin berikut :

“Pengairan berselang seperti yang dicontohkan PPL itu sebenarnya punya banyak manfaat dari pada dilep (digenangi secara terus menerus)…”. (Wawancara, Kamis, 25 November 2010)

Informasi yang disampaikan pada waktu penyuluhan

mengenai pengairan sudah dilakukan sejak petani melakukan tanam

padi. Selain itu, penyuluhan mengenai pengairan berselang juga secara

berkesinambungan disampaikan kepada petani. Informasi mengenai

pengairan berselang ini menjadi perhatian penting dalam usahatani

padi dengan pendekatan PTT karena mempunyai banyak manfaat.

Manfaat dari pengairan secara berselang adalah tanaman lebih

hemat dalam penggunaan air, tanaman padi tidak mudah rebah dan

pengendalian hama lebih mudah. Berikut penjelasan dari Bapak

Untung :

Page 70: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

”Ternyata sewaktu menggunakan pengairan berselang juga tidak mengecewakan, yang disampaikan penyuluh ada benarnya, contohnya : padi tidak mudah ambruk, lebih hemat air dan mengatasi hama keong lebih mudah” (Wawancara : Minggu, 7 November 2010)

h. Pengendalian gulma secara terpadu

Pada petunjuk teknis PTT pengendalian gulma atau

penyiangan dapat dilakukan dengan cara mencabut gulma dengan

tangan, menggunakan alat atau menggunakan herbisida.

Konsep pengendalian gulma seperti yang dicontohkan dalam

petunjuk teknis PTT telah dilakukan oleh petani di Kecamatan

Mojolaban. Bahkan sebelum adanya PTT, konsep pengendalian gulma

secara mekanik yaitu pencabutan gulma dengan tangan ataupun

dengan alat yang biasa disebut dengan landak/gosrok. Selain

pengendalian gulma terkadang juga menggunakan herbisida yang

dibeli petani dari toko saprodi. Namun, penggunaan herbisida

terbilang jarang dilakukan petani. Penggunaan herbisida biasanya

hanya digunakan disekitar pematang sawah dan itupun dilakukan

apabila cuaca sedang cerah, sebab herbisida kurang maksimal apabila

pada kondisi hujan.

Meskipun petani sudah dapat menerima inovasi mengenai

pengendalian gulma secara terpadu, namun penyuluh terkadang masih

mengingatkan dalam hal pelaksanaannya. Kegiatan penyuluhan dalam

dalam hal ini memberikan informasi yang benar dan mengingatkan

kepada petani atas waktu pelaksanaannya. Di BPP Tani Budaya,

penyuluh mengingatkan kepada petani untuk segera melaksanakan

penyiangan gulma pertama pada saat tanaman padi berusia 10-15 HST

atau 2 minggu setelah tanam. Selanjutnya dilakukan penyiangan lagi

setiap 2 minggu berikutnya dan dalam kondisi lahan sawah yang

macak- macak (sedikit air). Menurut penuturan salah satu penyuluh

yaitu Bapak Subardi, pengendalian ini harus dilakukan rutin supaya

tanaman padi dapat tumbuh secara optimal.

Page 71: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

i. Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Terpadu

Hama dan Penyakit merupakan ancaman atau kendala bagi

tanaman yang dapat mengurangi hasil dan bahkan menyebabkan gagal

panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang optimum

dalam budidaya tanaman padi, perlu dilakukan usaha pengendalian

hama dan penyakit.

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan pendekatan

pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi. Sehingga

pengendalian dilakukan agar tidak mengganggu keseimbangan alami

dan tidak menimbulkan kerugian besar. PHT merupakan panduan

beberapa cara pengendalian diantaranya adalah dengan melakukan

monitoring populasi hama dan kerusakan tanaman sehingga

penggunaan teknologi pengendalian dapat ditetapkan. Hama dan

penyakit pada lahan sawah irigasi berturut-turut yaitu tikus, wereng

coklat, penggerek batang, tungro, Hawar Daun Bakteri (HDB) dan

keong mas.

Penyuluh di BPP Tani Budaya memberikan informasi

mengenai PHT biasanya saat padi berusia 7 HST atau sedini mungkin

bilamana ditemukan organisme pengganggu tanaman. Pada setiap

diskusi didalam penyuluhan di hamparan penyuluh biasanya

menanyakan kepada petani mengenai kondisi tanaman padi kepada

petani. Bilamana sudah ada indikasi tanaman yang terkena hama atau

penyakit maka akan segera didiskusikan mengenai upaya

penanggulangannya. Sehingga upaya pengendalian hama dan penyakit

ini segera dapat terselesaikan secara bijak dan tidak mengganggu

keseimbangan alami.

Sebelum adanya pengendalian hama dan penyakit secara

terpadu, petani selalu menggunakan pestisida kimia untuk

memberantas hama tanaman padi. Pada awalnya penyemprotan

pestisida memberikan hasil yang sangat memuaskan, namun akhirnya

ditemukan bahwa hama-hama tanaman lama kelamaan mulai

Page 72: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

mengembangkan ketahanan terhadap pestisida. Penyemprotan dengan

pestisida secara berulang-ulang dan dalam dosis yang semakin tinggi

telah memberikan dampak negatif karena selain hama menjadi tahan

terhadap pestisida juga terjadi perkembangan hama baru, terbunuhnya

musuh-musuh alami dan organisme lainnya seperti burung, ular dan

hewan-hewan langka.

Selain itu penyemprotan telah mengakibatkan adanya residu

pestisida pada hasil-hasil tanaman, air, tanah dan udara serta

pencemaran lingkungan secara umum yang berdampak negatif

terhadap kesehatan manusia dan hewan yang berada di sekitar

tanaman padi yang sedang disemprot pestisida.

Upaya pengendalian hama yang dilakukan oleh petani di

Kecamatan Mojolaban sudah terbilang cukup baik. Hal ini ditandai

dengan penggunaan bahan kimia berupa pestisida maupun insektisida

yang sesuai, dengan maksud penggunaan bahan kimia tersebut

diaplikasikan dengan dosis sesuai dengan aturan pakai yang tertera

pada kemasan botol insektisida kimia tersebut. Walaupun demikian

upaya pengendalian hama atau organisme pengganggu tanaman (OPT)

di Mojolaban belum dapat terselesaikan dengan baik. Bukti dari

pernyataan ini adalah kegagalan panen akibat hama penggerek batang

yang sampai 4-5 kali musim tanam yang terhitung dari akhir tahun

2009 hingga 2011 ini. Berikut pernyataan dari Bapak Dalimin

mengenai pengendalian hama terpadu:

“dulu sebelum adanya SL-PTT seperti sekarang ini memang saya akui penggunaan insektisida itu jor joran (banyak/berlebih) dan lama kelamaan malah omone (hama) kebal. Dan dulu memang ada maupun ga ada hama mesti rutin disemprot insekstida itu, biasane jangka dua minggu sekali atau kadang malah seminggu sekali saya rutin nyemprot (menyemprot) insektisida jenis spontan. Tapi sekarang hama wereng seperti ini saya gagal 4 kali musim tanam, dan sudah saya semprot insektisida macam-macam juga ora ono pengaruhe (tidak ada pengaruhnya). Sekarang setelah adanya PTT ini saya jadi sadar sendiri ternyata apa yang disampaikan PPL waktu penyuluhan memang benar” (Wawancara : Kamis, 25 November 2010 )

Page 73: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa

dikarenakan adanya kesalahan dalam penggunaan insektisida kimia

yang berlebih yang dilakukan sebelum adanya SL-PTT. Selain

kesalahan penggunaan insektisida dan pestisida kimia yang berlebih

serta didukung dengan adanya perubahan cuaca ekstrim yang melanda

dari tahun 2009-2011 ini menyebabkan hama maupun OPT menjadi

lebih resisten.

j. Penanganan pasca panen

Ketepatan waktu memotong padi sangat menentukan butir dan

kualitas beras. Panen terlalu cepat dapat menimbulkan persentase butir

hijau tinggi yang berakibat sebagian biji padi tidak terisi atau rusak

saat digiling. Demikian halnya apabila panen terlambat menyebabkan

hasil berkurang karena butir padi mudah lepas dari malai dan tercecer

di sawah atau beras pecah saat digiling. Pernyataan diatas merupakan

hal yang harus benar-benar diperhatikan oleh petani.

Penanganan pasca panen seperti halnya diatas bukan lagi

merupakan hal penting yang harus diperhatikan petani di Kecamatan

Mojolaban. Hal ini dikarenakan petani di Mojolaban sebagian besar

tidak memanen hasil tanaman padinya. Petani di Mojolaban lebih

menyukai menebaskan pada tengkulak sehingga petani tidak repot

dengan penanganan saat panen dan langsung mendapatkan uang dari

hasil tebas tanaman padinya. Hal ini sesuai dengan ungkapan Bapak

Jarot dan Bapak Untung berikut :

”Hasil panennya itu sudah tidak seperti jaman dulu disimpen dirumah dan dijual kalau pas butuh. Sekarang itu sistemnya dijual ke tengkulak langsung. Yang memanenpun nanti juga tengkulaknya langsung”. (Bapak Jarot, wawancara : Jum’at, 12 November 2010).

”kalau menjelang panen itu biasanya ada tukang tebas yang datang ke petani trus membeli padi itu dengan sistem tebas, dan petani tidak usah repot panen karena yang memanen dari si tukang tebas itu tadi dan petani hanya duduk dirumah saja...”. (Bapak Untung, wawancara : Minggu, 7 November 2010)

Page 74: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

3. Keadaan Masyarakat

Hasil dari penelitian mengenai keadaan masyarakat di Kecamatan

Mojolaban Kabupaten Sukoharjo, jika dilihat kondisi lingkungannya

sangat mendukung untuk kegiatan penyuluhan dengan penggunakan

Pendekatan Pengelolaan Terpadu (PTT) padi sawah. Hal ini mengandung

maksud bahwa dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan dapat berjalan

dengan baik, karena masyarakat tani di Kecamatan Mojolaban merupakan

petani tradisional yang menuju petani yang menerapkan teknologi baru.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Subardi berikut:

“Pengetahuan petani sebelum adanya PTT sudah maju karena sudah adanya insus dan supra insus, PTT hanya tambahan sedikit dari insus dan supra insus. Sikap petani setelah adanya PTT pemikirannya semakin berkembang/rasional. Kegiatan usaha tani masih konvensional tapi menuju teknologi baru”. (Wawancara : Senin 16 November 2010 )

Sarana dan Prasarana penunjang dalam kegiatan pertanian di

Kecamatan Mojolaban antara lain berupa tersedianya Penangkar Benih,

Kebun Benih, Toko Saprodi, Lembaga Perekonomian sebagai penyedia

kredit bagi petani dan juga tersedianya sistem pengairan untuk

mendukung sistem pengairan berselang.

Selain sarana dan prasarana, sumber daya manusia juga merupakan

hal penting yang dapat menunjang kelancaran kegiatan penyuluhan

dengan menggunakan pendekatan PTT. Menurut pernyataan Ibu Sri

Sutanti, sumber daya manusia di Mojolaban sudah cukup baik. Pernyataan

ini dibenarkan pula oleh Ibu Endang selaku penyuluh yang menyatakan

bahwa sebagian besar petani di Kecamatan Mojolaban rata-rata sudah

berpendidikan SLTA, meskipun ada juga sebagian petani yang

berpendidikan SD/SR dan Perguruan Tinggi atau sarjana. Berikut

penjelasan dari Ibu Endang (PPL):

“Petani di Kecamatan Mojolaban sudah berpendidikan lulusan SLTA, ada juga yang sarjana dan ada yang SD tapi sedikit”.(Wawancara: Sabtu, 6 November 2010)

Masyarakat yang ada di Kecamatan Mojolaban sebagian besar

adalah petani. Hal ini dibenarkan atas pernyataan PPL yaitu Bapak

Page 75: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Supriyanto yang mengungkapkan bahwa mayoritas penduduk adalah

petani, karena banyak PNS, Polisi, Pedagang, dan Dosen tapi sebenarnya

mereka adalah petani meskipun tidak di kerjakan sendiri. Berikut

penjelasan Bapak Subardi dan Bapak Supriyanto :

“Gambaran masyarakat di Kecamatan Mojolaban sebagian besar adalah petani”. (Bapak Subardi, wawancara : Senin 16 November 2010)

“Mayoritas penduduk adalah petani, karena banyak PNS, polisi , pedagang, dosen tapi seberanrnya mereka adalah petani meskipun tidak dikerjakan sendiri”. (Bapak Supriyanto, wawancara : Jum’at, 5 November 2010)

Adat istiadat yang masih ditemui di Kecamatan Mojolaban terkait

dalam bidang pertanian berupa Metik atau Rasulan atau bersih desa.

Ritual adat istiadat berupa metik atau rasulan atau bersih desa tersebut

dilakukan setiap setahun sekali pada musim panen ke-3 dan ritual ini

diselenggarakan atas dana yang diperoleh dari sumbangan/urunan dari

petani setempat. Pelaksanaan ritual tersebut mempunyai maksud

ungkapan rasa syukur terhadap Dewi Sri sebagai Dewi Kesuburan. Ritual

metik dilakukan sebelum panen dimulai pada pagi hari setelah sholat

subuh. Berikut merupakan penjelasan dari Bapak Totok :

“Adat istiadat masih ada tapi sudah jarang ada ritual budaya seperti metik, budaya tergeser dengan jaman. Metik/rasulan/bersih desa/pemujaan dewi sri dilakukan 1 th sekali pd panen ke 3. Perayaan di lakukan di tempat yangg memiliki nilai historis, biasanya di sendang, makam, dan kalau dilapangan ada wayang. (Wawancara : Rabu, 10 November 2010)

Kecamatan Mojolaban mempunyai 48 kelompok tani yang terbagi

dalam kelas kelompok sub sektor pertanian tanaman pangan. Menurut

Mardikanto (1993) yang dimaksud kelompok tani adalah himpunan atau

kesatuan manusia yang hidup bersama sehingga terdapat hubungan timbal

balik dan saling pengaruh-mempengaruhi serta memiliki kesadaran untuk

tolong-menolong. Sejalan dengan hal tersebut menurut Setiana (2005),

setiap kelompok tani pada dasarnya memiliki fungsi untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan demi tercapainya peningkatan produksi usahatani.

Page 76: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Kesadaran untuk berkelompok dapat timbul apabila masalah yang

dihadapi anggota masyarakat sama. Di Kecamatan Mojolaban kelas

kelompok tersebut berupa kelas madya yang berjumlah 12 kelompok dan

kelas utama yang berjumlah 36 kelompok. Selain kelompok tersebut di

Kecamatan Mojolaban juga terdapat satu kelompok wanita tani yang

berada di Desa Bekonang.

Kecamatan Mojolaban mempunyai kelompok tani di luar sub

pertanian tanaman pangan, kelompok tersebut adalah kelompok tani

peternakan dan kelompok tani perikanan. Kelompok tani peternakan

tersebut adalah kelompok tani domba yang berjumlah 4 kelompok,

kelompok ternak sapi yang berjumlah 8 kelompok, kelompok ayam buras

yang berjumlah 2 kelompok dan kelompok ternak kelinci yang berjumlah

1 kelompok. Selain peternakan juga terdapat kelompok tani perikanan

yang berjumlah 1 kelompok.

Setiap Desa di Kecamatan Mojolaban mempunyai gabungan

kelompok tani. Gabungan kelompok tani atau yang biasa disebut dengan

nama Gapoktan merupakan gabungan dari beberapa kelompok tani (2-3

kelompok tani) setiap desa. Gapoktan terbentuk karena adanya kebutuhan

dari pemerintah pusat. Menurut PPL yaitu Bapak Totok Gapoktan

terbentuk karena adanya kebutuhan dari pemerintah pusat, setelah

Gapoktan terbentuk selanjutnya pemerintah memberikan bantuan. Berikut

penjelasan dari Bapak Totok :

“Gapoktan kebutuhan pemerintah pusat, setelah adanya gapoktan diberikan bantuan oleh pemerintah”. (Wawancara : Rabu, 10 November 2010), “

Bantuan yang diberikan pemerintah melalui Gapoktan tersebut

kemudian di kelola sebagai usaha kelompok atau sebagai lembaga

keuangan mikro Gapoktan. Lembaga keuangan mikro yang dikelola oleh

Gapoktan di Kecamatan Mojolaban belum dapat berjalan dengan baik.

Hal ini dikarenakan kemampuan petani menaati perjanjian masih sangat

lemah, karena tidak ada jaminan bagi petani yang meminjam di lembaga

keuangan tersebut. Selain hal itu, dana yang tersedia di lembaga keuangan

mikro yang dikelola oleh Gapoktan juga belum bisa untuk memenuhi

Page 77: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

kebutuhan petani di Desa setempat. Hal ini sesuai dengan penjelasan

Bapak Sukasno berikut ”

“Lembaga keuangan yang dikelola Gapoktan belum dapat berjalan baik, karena perjanjian antara lembaga keuangan Gapoktan dengan petani sifatnya masih lemah dan tanpa jaminan, selain itu uang di Gapoktan juga masih terbatas ”. (Wawancara : 14 November 2010)

Ketika peneliti menanyakan apakah petani ada kerjasama dengan

lembaga keuangan seperti bank, Bapak Dalimin menjawab bahwa

peminjaman di Bank itu hanya bersifat insidental. Berikut penjelasan

Bapak Dalimin secara rinci :

“Peminjaman uang di bank tidak selalu dilakukan petani, jadi sifatnya isnidental saja jika mereka butuh. Misalnya seperti sekarang saat gagal panen selama 2 musim tanam ini, banyak petani yang kekurangan modal dan kemudian baru mereka meminjam di Bank tapi kalau tidak ya mereka tidak pinjam kok”. (Wawancara : Kamis, 25 November 2010)

4. Metode dan Teknik Penyuluhan

Peneliti melaksanakan observasi dan wawancara untuk mengetahui

metode dan teknik yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan melalui

pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu. Metode dan teknik

penyuluhan merupakan faktor penting yang penting untuk diketahui dan

diperdalam pemahamannya agar tujuan penyuluhan dapat tercapai secara

optimal. Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai,

penggolongan metode ada tiga, yaitu metode berdasarkan perorangan,

metode berdasarkan kelompok dan metode berdasarkan massal.

Berdasarkan pendekatan sasaran, penyuluh di BPP Tani Budaya

telah melakukan ketiga metode tersebut, baik secara perorangan,

kelompok maupun massal. Pendekatan secara perorangan atau personal

approach penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung

dengan sasaran. Apabila dilihat dari segi jumlah sasaran yang ingin

dicapai, metode ini memang kurang efektif karena terbatasnya jangkauan

penyuluh untuk mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu.

Menurut Kartasaputra (1994), metode perorangan ini sangat efektif

digunakan karena sasaran dapat memecahkan masalahnya dengan

Page 78: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

bimbingan khusus dari penyuluh. Oleh karena itu, penyuluh di BPP Tani

Budaya menggunakan pendekatan secara perorangan kepada orang-orang

yang berpengaruh ataupun petani maju yang bisa menjadi contoh untuk

petani lain. Bentuk dari pendekatan secara perorangan ini penyuluh

menggunakan teknik kunjungan rumah, kunjungan lahan/hamparan

maupun lewat telepon dan sms (short message service).

Selain pendekatan perorangan, penyuluh juga melakukan

pendekatan secara kelompok. Pendekatan ini cukup efektif dan metode

yang paling sering dilakukan oleh penyuluh di BPP Tani Budaya. Dengan

pendekatan kelompok petani bisa diarahkan dan dibimbing secara

berkelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif

secara kerja sama. Kondisi saat adanya penyuluhan dengan metode ini

adalah adanya interaksi maupun umpan balik dari petani dengan petani,

maupun antara petani dengan penyuluh. Bentuk dari kegiatan penyuluhan

di Kecamatan Mojolaban melalui teknik penyuluhan yang berupa

ceramah, diskusi, demonstrasi/demplot, karyawisata.

Metode pendekatan yang berikutnya adalah secara massal, dimana

pendekatan ini dilakukan dengan jumlah yang cukup banyak. Metode

pendekatan secara massal dilakukan ketika ada informasi-informasi yang

memang ditujukan untuk massal, seperti informasi mengenai bantuan dari

pemerintah, perkenalan produk dari formulator. Dalam metode

pendekatan secara massal, penyuluh biasa menggunakan teknik rapat

umum, poster, peta singkap, leaflet dan pemutaran film.

Berdasarkan jarak jangkauan sasaran, metode penyuluhan dapat

dibagi menjadi dua, yaitu metode secara langsung (tatap muka) dan secara

tidak langsung. Kegiatan penyuluhan dengan menggunakan metode

langsung atau tatap muka lebih dirasa efektif. Metode penyuluhan secara

langsung atau tatap muka dirasakan lebih mengena sehingga petanipun

lebih puas, karena jika penyuluh bertemu langsung dengan petani maka

informasi yang disampaikan PPL dapat lebih cepat diterima petani.

Berikut pernyataan Bapak Dalimin :

Page 79: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

“Penyuluhan secara langsung kepada petani lebih efektif, karena petani menerima informasi langsung dari PPL tidak dari orang lain (dengan maksud tidak melalui petani lain)”. (Wawancara : Kamis, 25 November 2010)

Pernyataan tersebut dibenarkan pula oleh bapak Totok selaku penyuluh,

berikut pernyatan beliau :

“Penyuluhan secara tatap muka atau langsung lebih memudahkan petani untuk menerima informasi yang utuh dari PPL, selain itu jika ada pertanyaan atau masalah yang ditemui petani dapat segera disampaikan langsung kepada PPL jadi lebih efektif dan efisien”. (Wawancara : Rabu, 10 November 2010)

Kegiatan penyuluhan yang dilakukan di Kecamatan Mojolaban pada

umumnya rutin dilakukan setiap dua minggu sekali pada minggu kedua

dan keempat. Kegiatan penyuluhan tersebut dilakukan dengan metode

pendekatan kelompok dan tidak menutup kemungkinan secara perorangan

apabila penyuluh bertemu dengan petani di jalan kemudian ada interaksi

berupa pertanyaan dari petani maupun dari penyuluh.

Penyuluhan dengan pendekatan secara kelompok dilakukan di

hamparan atau di Balai Desa. Penyuluh di Wilayah BPP Tani Budaya

selain melaksanakan kegiatan penyuluhan berupa ceramah dan diskusi

dalam setiap pertemuan rutin, juga melaksanakan demplot. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Bapak Subardi berikut :

“Selain dilakukan kegiatan penyuluhan secara rutin, dari BPP, ada demplot-demplot PTT. Hampir tiap desa sudah ada demplot, sehingga diharapkan petani bisa melihat, mencoba dan menerapkan” (Wawancara : Senin 16 November 2010).

Materi yang akan disampaikan penyuluh disesuaikan dengan situasi

dan kondisi pada saat itu, misalnya pada saat petani melakukan

pengolahan tanah maka materi penyuluhan biasanya adalah penggunaan

bibit muda atau sistem tanam atau materi fleksibel disesuaikan dengan

kebutuhan petani.

Kegiatan Penyuluhan PTT lebih banyak menggunakan praktek

berupa lahan percontohan. Lahan percontohan ini ada yang merupakan

lahan milik BPP Tani Budaya dan lahan petani sendiri. Hal ini dilakukan

karena tuntutan petani di Kecamatan Mojolaban. Petani tidak adan

percaya dengan apa yang disampaikan penyuluh apabila tidak praktek dan

Page 80: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

belum melihat hasilnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak

Gunawan berikut :

“Petani banyak tuntutan, kalau tidak praktek sendiri dan hanya mendengar cerita saja tidak akan percaya dan menurut, jadi biasanya ada praktek dulu di lahan percontohan atau Demplot milik BPP atau langsung di lahan yang di sediakan petani sendiri” (Wawancara : Kamis, 11 November 2010)

Petani menuntut adanya lahan-lahan percontohan yang tetap

didampingi oleh penyuluh. Wawancara yang dilakukan dengan petani

menyatakan bahwa di dalam kegiatan penyuluhan dilakukan ceramah dan

uji coba demplot, sehingga harus ada buktinya entah berhasil atau tidak.

Berikut adalah pernyataan Bapak Sukasno ketika wawancara

berlangsung:

“Penyuluhan memang harus ada prakteknya tidak hanya selalu ceramah terus walaupun entah program itu bisa berhasil atau tidak. Sehingga petani bisa percaya”. (Wawancara : Minggu, 14 November 2010)

Peneliti juga mendatangi sebuah warung makan yang terletak di

depan Balai Desa Palur, warung makan tersebut merupakan tempat para

petani bertemu untuk makan siang atau beristirahat sejenak. Pada saat itu

peneliti disambut dengan baik dan ramah. Berdasarkan wawancara dalam

pertemuan tersebut, peneliti dapat mengetahui metode dan teknik apa

yang digunakan penyuluh dalam kegiatan penyuluhan.

Penyuluh biasanya memberikan suatu pengenalan terlebih dahulu,

baru kemudian bersama-sama dengan petani melaksanakan demonstrasi

atau praktek demplot.

Menurut petani, teknik ceramah dan demplot kedua-duanya harus

berjalan. Alasan yang dikemukakan ketika peneliti bertanya adalah petani

memerlukan bukti, jadi penyuluhan tidak hanya bicara saja tetapi ada

fakta dari hal yang dikemukakan, yaitu melalui demplot.

5. Kegiatan Penyuluhan melalui Pendekatan PTT Padi Sawah

Sejalan dengan pengertian kegiatan penyuluhan menurut Dinas

Pertanian Sukoharjo (2007) yang menyatakan bahwa “kegiatan

Page 81: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

penyuluhan diarahkan untuk meningkatkan produktivitas di pedesaan

dengan pola agribisnis dan pendapatan usahatani melalui pemasyarakatan

penerapan teknologi sesuai anjuran, meningkatan kemampuan kelompok

tani serta kelembagaan”. Maka, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Tani

Budaya Kecamatan Mojolaban mempunyai peranan yang penting dalam

kegiatan penyuluhan. BPP Tani Budaya merupakan lembaga penting dan

sekaligus sebagi ujung tombak kegiatan penyuluhan di Kecamatan

Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.

Peran BPP Tani Budaya tidak hanya sekedar memberikan

penyuluhan maupun informasi kepada petani, namun juga sebagai mitra

petani yang dapat saling tukar informasi mengenai usahatani. Hal ini

sesuai dengan pernyataan penyuluh di BPP Tani Budaya berikut :

“Penyuluh itu tidak hanya monoton memberikan penyuluhan saja, tapi juga harus bisa menjadi teman yang baik, jadi petani juga tidak pekewuh kalau mau tanya atau sharing waktu penyuluhan berlangsung. (Supriyanto, wawancara : Jumat, 5 November 2010 )”

Pernyataan penyuluh diatas juga dibenarkan oleh pernyataan dari

petani berikut :

“Penyuluh meniko sampun sae kaliyan petani-petani teng mriki, dados menawi wonten masalah kados angel ingkang pados winih, pupuk kaliyan OMO wonten ingkang saged dipun ajak rembugan...” (Darmo, Wawancara : Kamis, 25 November 2011 ).

(penyuluh sudah baik dengan petani-petani di sini, jadi apabila terdapat masalah seperti kesulitan untuk memperoleh benih, pupuk dan hama ada yang bisa untuk diajak diskusi…)

Lebih lanjut, implementasi kegiatan penyuluhan di wilayah kerja

BPP Tani Budaya Kecamatan Mojolaban dilakukan secara rutin setiap 2

minggu sekali pada minggu ke 2 dan minggu ke 4. Penentuan pelaksanaan

kegiatan penyuluhan pada minggu ke 2 dan minggu ke 4 tersebut tidak

selalu jatuh pada hari atau tanggal yang sama. Pernyataan tersebut selaras

dengan hasil wawancara peneliti dengan penyuluh dan petani berikut :

“Waktu penyuluhan itu tidak pasti hari dan tanggalnya, tapi dapat dipastikan setiap 2 minggu sekali pada minggu ke 2 dan minggu ke 4 selain hari jum’at, karena hari jum’at untuk administrasi…” (Ibu Endang, Wawancara : Sabtu, 6 November 2010).

Page 82: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

“Pak Penyuluh biasanya kesini (ke lapang untuk memberikan penyuluhan) dua minggu sekali dan kadang juga tidak mesti (pasti). Dan waktu penyuluhan selalu didampingi oleh petugas dari keluraha”. (Bapak Rakidin, wawancara : Senin, 22 November 2010)

Kegiatan penyuluhan dengan pendekatan PTT padi sawah seperti

yang sudah disampaikan, diawali dengan pertemuan langsung penyuluh

dan petani. Pertemuan tersebut dilaksanakan rutin setiap dua minggu

sekali yang jatuh pada minggu kedua dan minggu keempat. Pada kegiatan

penyuluhan biasanya dihadiri oleh aparat desa, baik itu Kaur

Pembangunan, Carik atau terkadang Lurah. Sehingga pada waktu kegiatan

penyuluhan berlangsung terdapat pejabat desa yang mengetahui

perkembangan desanya.

Kegiatan penyuluhan dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman

Terpadu Padi Sawah yang dilaksanakan oleh BPP Tani Budaya ini hampir

merata disetiap desa. Persiapan materi dilakukan sebelum diadakan

kegiatan penyuluhan. Materi yang baik dalam penyuluhan adalah yang

sesuai dengan kebutuhan sasaran dan dapat memecahkan masalah yang

dihadapi oleh sasaran penyuluhan (Setiana, 2005).

Kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh BPP Tani Budaya selalu

berusaha untuk menyampaikan materi sesuai dengan kebutuhan petani.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Bapak Subardi yang menyatakan

bahwa:

“Materi penyuluhan tidak saklek seperti apa yang sudah direncanakan sebelumnya, jika di lapang ada masalah yang ditemui petani ya harus membantu menyelesaikan masalah tersebut”. (Wawancara : Senin, 16 November 2010)

Pernyataan Bapak Subardi tersebut bermaksud walaupun penyuluh

sudah mempersiapkan materi yang akan disampaikan kepada petani, PPL

juga fleksibel dalam menanggapi masalah yang dialami petani dan

mencari solusi akan masalah tersebut.

Sistem kerja latihan dan kunjungan atau disingkat dengan istilah

LAKU adalah suatu sistem kerja yang diterapkan bagi para penyuluh

lapangan dalam kegiatan penyuluhan. Latihan untuk para penyuluh

Page 83: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

pertanian lapangan (PPL) yang bertugas di wilayah kerja penyuluhan

pertanian dalam suatu daerah BPP. Sistem LAKU dilaksanakan secara

berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan,

keterampilan dan sekaligus memecahkan masalah yang dihadapi dalam

tugasnya di lapangan. Selain latihan diadakan kunjungan, kunjungan

merupakan kegiatan kunjungan kerja PPL pada sasaran penyuluhan.

Kegiatan penyuluhan tidak terlepas dari media penyuluhan. Media

penyuluhan yang dimaksud disini adalah alat bantu penyuluhan yang

peranannya dapat sebagai alat peraga yang dapat membantu memperjelas

penyampaian materi penyuluhan. Dalam pemilihan alat bantu atau alat

peraga penyuluhan perlu diperhatikan apakah alat bantu tersebut cocok

dengan pesan atau informasi yang disampaikan. `Hal ini mempunyai

maksud agar fungsi alat bantu tersebut dapat mengena sasaran, karena

mengingat tidak semua alat peraga dapat tersedia di sembarang tempat,

mudah dibawa dan harganya murah, disamping itu masing-masing alat

peraga mempunyai kemampuan untuk memperjelas materi yang berbeda.

Alat bantu atau alat peraga yang dipergunakan oleh PPL di BPP

Tani Budaya adalah berupa sampel (misalnya sampel dari tanaman padi

yang terkena suatu penyakit tertentu kemudian dicabut dan dipergunakan

penyuluh untuk memperjelas materi penyuluhan kepada petani mengenai

hama dan penyakit tanaman), leaflet yang di cetak oleh BPP Tani Budaya

sendiri atau kiriman dari Dinas Pertanian, BWD (Bagan Warna Daun),

leaflet, brosur, peta singkap (yang berisi mengenai cara usahatani dengan

pendekatan PTT ) maupun bekas kalender (yang dipakai halaman yang

putih) dan spidol. Berikut adalah gambar dari beberapa media yang

digunakan penyuluh BPP Tani Budaya :

Page 84: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Gambar 6 Peta Singkap

Gambar 5 Bagan Warna Daun (BWD)

Page 85: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Demi kelancaran kegiatan penyuluhan, maka setiap PPL yang ada di

BPP Tani Budaya diberikan kewajiban untuk menyusun sebuah rencana

kunjungan dan laporan hasil kegiatan penyuluhan untuk periode satu

bulan. Rencana kunjungan itu dibuat secara rutin oleh setiap PPL pada

awal bulan yang kemudian diserahkan kepada koordinator PPL di BPP

Tani Budaya dan kemudian di laporkan kepada Kepala UPTD Pertanian

Kecamatan dan Camat Mojolaban Kabupaten Sukoharjo . Visualisasi atau

gambaran dari rencana kunjungan dan laporan hasil penyuluhan yang di

buat setiap PPL setiap awal dan akhir bulan adalah sebagai berikut :

Gambar 8 Rencana Kerja Penyuluhan

Gambar 7 Leaflet

Page 86: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa kegiatan

penyuluhan pertanian di Wilayah Kerja BPP Tani Budaya Kecamatan

Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dilaksanakan setiap 2 minggu sekali,

yaitu pada minggu ke 2 dan minggu ke 4. Namun, kegiatan penyuluhan

tersebut tidak mempunyai tanggal yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Kegiatan penyuluhan tersebut hanya dilakukan berdasarkan kesepakatan

antara penyuluh, petani dengan pihak dari Kelurahan setempat.

Kegiatan penyuluhan melalui pendekatan tanaman terpadu padi

sawah, penyuluh senantiasa memberikan inovasi-inovasi teknologi yang

mengacu pada petunjuk teknis PTT. Informasi mengenai inovasi teknologi

atau komponen dalam PTT sudah banyak diaplikasikan oleh para petani

yang ada di wilayah kerja BPP Tani Budaya Kecamatan Mojolaban.

Adapaun inovasi teknologi yang disampaikan penyuluh adalah sebagai

berikut :

a. Penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB)

Upaya pelaksanaan kegiatan penyuluhan melalui pendekatan

PTT dalam hal penggunaan VUB telah sampai pada tahap

menerapkan. Upaya yang dilakukan penyuluh di BPP Tani Budaya

Gambar 9 Laporan Hasil Penyuluhan

Page 87: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

terkait penggunaan benih VUB adalah pada saat menjelang musim

tanam penyuluh selalu mensosialisasikan mengenai jenis varietas

unggul baru kepada petani dan mensosialisasikan kepada petani

untuk menggilir varietas padi yang digunakan setiap musim tanam.

Dalam hal ini, mengajak petani untuk menggunakan benih VUB

memang dirasakan penyuluh tidak mudah apabila belum ada hasil

produksi yang tinggi. Pada umunya petani hanya mau menggunakan

benih varietas yang pernah mereka gunakan. Petani mau diajak

untuk mengganti benih yang mereka gunakan dengan benih VUB

manakala sudah ada hasil yang baik dari benih VUB tersebut.

Dalam hal ini yang sudah dilakukan BPP Tani Budaya dan

produsen benih adalah bekerja sama membuat lahan percontohan

dengan menggunakan benih VUB. Apabila lahan percontohan

tersebut membuahkan hasil yang baik maka segera disosialisasikan

kepada petani di Mojolaban. Dengan adanya lahan percontohan yang

sudah ada tersebut, kini petani lebih mudah untuk diajak untuk

menggunakan benih VUB.

b. Penggunaan benih bermutu dan berlabel

Upaya yang dilakukan BPP Tani Budaya terhadap inovasi

teknologi berupa penggunaan benih bermutu dan berlabel dirasa

sudah berhasil. Hal ini ditandai dengan petani yang sudah sampai

pada tahap menerapkan. Sebenarnya penggunaan benih bermutu dan

berlabel ini sudah dilakukan petani sejak adanya program

intensifikasi pertanian dari pemerintah.

Meskipun demikian BPP Tani Budaya melalui penyuluh yang

ada tetap mensosialisasikan kepada petani untuk selalu

menggunakan benih yang bermutu dan berlabel dari balai sertifikasi

benih. Sehingga dengan penggunaan benih yang bermutu dan

berlabel tersebut diharapkan kualitas dari produksi tanaman padi

dapat maksimal.

Page 88: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

c. Penggunaan bibit padi usia muda

Dalam hal penanaman bibit padi usia muda, BPP Tani Budaya

melalui penyuluhnya juga selalu memberikan pengarahan dan

sosialisasi mengenai manfaat penanaman bibit padi usia muda.

Kegiatan penyuluhan mengenai penanaman padi usia muda biasanya

disampaikan ketika petani sedang mempersiapkan lahan atau ketika

petani sedang melakukan persemaian benih padi.

d. Penanaman bibit 1-3 per lubang tanam dan sistem tanam

Pada saat menjelang musim tanam, petugas penyuluh

memberikan informasi-informasi kepada petani mengenai

penanaman bibit usia muda, penanaman bibit 1-3/lubang tanam dan

aplikasi sistem tanam jajar legowo maupun sistem tanam tegel.

Sesuai petunjuk teknis PTT direkomendasikan untuk menanam

bibit per rumpun dengan jumlah yang lebih sedikit. Hal ini berbeda

dengan kebiasaan petani dalam penanaman pada zaman sebelum

adanya PTT. Sebelum adanya PTT, petani melakukan penanaman

secara ombolan yaitu 4-6 bibit/lubang tanam, dan setelah adanya

PTT masuk di Kecamatan Mojolaban petani sudah mengaplikasikan

penanaman sesuai rekomendasi yaitu 1-3 bibit/lubang tanam.

Jarak tanam yang direkomendasikan dalam pengelolaan tanaman

terpadu padi sawah adalah sistem tegel dan jajar legowo. Sistem

tanam yang banyak dipakai oleh petani di Kecamatan Mojolaban

adalah sistem tanam tegel dengan ukuran 20 cm x 20 cm.

e. Pemupukan N berdasarkan BWD (Bagan Warna Daun)

Kegiatan penyuluhan yang dilakukan dengan menggunakan

BWD dimulai ketika menjelang pemupukan ke 2 tanaman berumur

23-28 Hari Setelah Tanam (tahap anakan aktif) dan pemupukan

ketiga pada umur 38-42 HST (tahap primordia/bunting). Sedangkan

pada pemupukan pertama yaitu pada saat pemberian pupuk dasar

(sebelum berumur 14 HST) BWD belum digunakan.

Page 89: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Proses transfer informasi dari penyuluh kepada petani mengenai

pemupukan N dengan pedoman BWD dianggap kurang efektif. Hal

ini disebabkan karena keterbatasan alat BWD yang ada. Bagan

warna daun (BWD) hanya dimiliki oleh petugas penyuluh, sehingga

petani tidak dapat menerapkan metode pemupukan N dengan acuan

BWD.

f. Pemupukan unsur P dan K berdasarkan status hara tanah

Upaya yang dilakukan oleh BPP Tani Budaya terkait pemupukan

unsur P dan K masih relatif sederhana. Sementara ini, penyuluh

menyampaikan informasi penggunaan pupuk unsur P dan K kepada

petani sesuai dengan rekomendasi Dinas Pertanian. Penyuluh di BPP

Tani Budaya dapat dikatakan jarang melakukan pengukuran hara

tanah di desa binaannya. Hal ini dikarenakan BPP Tani Budaya

belum memiliki alat pengukur hara tanah yang berupa uji emisi atau

pH meter. Untuk menyiasati hal ini penyuluh menggunakan alat

bantu pengukur tingkat keasaman atau pH yang berupa kertas

lakmus. Kertas lakmus yang digunakan penyuluh untuk mengukur

tingkat keasaman tanah ini dibeli dari uang penyuluh secara pribadi.

g. Pengairan berselang

Informasi yang disampaikan penyuluh mengenai pengairan

dilakukan sejak petani melakukan tanam. Selain itu, penyuluhan

mengenai pengairan berselang juga secara berkesinambungan

disampaikan kepada petani. Informasi mengenai pengairan berselang

ini menjadi perhatian penting dalam usahatani padi dengan

pendekatan PTT karena mempunyai banyak manfaat. Petani juga

sudah menyadari akan manfaat dari pengairan berselang dalam

usahataninya, adapaun manfaat yang sudah dirasakan petani adalah

hemat air, tanaman padi tidak mudah rebah dan pengendalian hama

lebih mudah.

Page 90: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

h. Pengendalian gulma secara terpadu

Dalam hal pengendalian gulma sudah tidak menjadi

permasalahan bagi petani di Kecamatan Mojolaban. Petani sebagian

besar sudah mengerti konsep pengendalian gulma di lahan

sawahnya. Konsep pengendalian gulma seperti yang dicontohkan

dalam petunjuk teknis PTT telah dilakukan oleh petani di Kecamatan

Mojolaban. Bahkan sebelum adanya PTT, konsep pengendalian

gulma secara mekanik yaitu pencabutan gulma dengan tangan

ataupun dengan alat yang biasa disebut dengan landak/gosrok. Selain

pengendalian gulma terkadang juga menggunakan herbisida yang

dibeli petani dari toko saprodi. Namun, penggunaan herbisida

terbilang jarang dilakukan petani.

i. Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Terpadu

Penyuluh di BPP Tani Budaya memberikan informasi mengenai

PHT biasanya saat padi berusia 7 HST atau sedini mungkin bilamana

ditemukan organisme pengganggu tanaman. Pada setiap diskusi

didalam penyuluhan di hamparan penyuluh biasanya menanyakan

kepada petani mengenai kondisi tanaman padi kepada petani.

Bilamana sudah ada indikasi tanaman yang terkena hama atau

penyakit maka akan segera didiskusikan mengenai upaya

penanggulangannya. Sehingga upaya pengendalian hama dan

penyakit ini segera dapat terselesaikan secara bijak dan tidak

mengganggu keseimbangan alami.

Sebelum adanya pengendalian hama dan penyakit secara terpadu,

petani selalu menggunakan pestisida kimia untuk memberantas hama

tanaman padi. Pada awalnya penyemprotan pestisida memberikan

hasil yang sangat memuaskan, namun akhirnya ditemukan bahwa

hama-hama tanaman lama kelamaan mulai mengembangkan

ketahanan terhadap pestisida. Penyemprotan dengan pestisida secara

berulang-ulang dan dalam dosis yang semakin tinggi telah

memberikan dampak negatif karena selain hama menjadi tahan

Page 91: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

terhadap pestisida juga terjadi perkembangan hama baru,

terbunuhnya musuh-musuh alami dan organisme lainnya seperti

burung, ular dan hewan-hewan langka.

j. Penanganan pasca panen

Penanganan pasca panen seperti halnya diatas bukan lagi

merupakan hal penting yang harus diperhatikan petani di Kecamatan

Mojolaban. Hal ini dikarenakan petani di Mojolaban sebagian besar

tidak memanen hasil tanaman padinya. Petani di Mojolaban lebih

menyukai menebaskan pada tengkulak sehingga petani tidak repot

dengan penanganan saat panen dan langsung mendapatkan uang dari

hasil tebas tanaman padinya. Oleh karena itu, penyuluhan pada saat

pasca panen digunakan untuk menyampaikan beberapa materi untuk

persiapan menjelang musim tanam berikutnya, misalnya materi

mengenai pengolahan lahan, benih varietas unggul baru beserta

upaya pembenihannya dan sebagainya.

6. Kendala Dalam Kegiatan Penyuluhan dengan Pendekatan PTT

Pelaksanaan kegiatan penyuluhan kadang-kadang tidak dapat

berjalan sesuai dengan harapan. Hal ini biasanya disebabkan oleh suatu

hambatan maupun kendala-kendala dalam penyuluhan itu sendiri. Di

Kecamatan Mojolaban kendala yang dihadapi ada 2 macam, yaitu kendala

yang dihadapi penyuluh dan kendala yang dihadapi oleh petani.

Kendala dari penyuluh salah satunya mengubah kebiasaan petani.

Kebiasaan mengubah petani masih dirasakan susah, misalnya kebiasaan

petani dalam hal penggunaan pupuk kimia sesuai anjuran. Kebiasaan

merubah dan membiasakan petani tidak dapat dilakukan dengan cepat dan

membutuhkan waktu. Sesuai dengan penjelasan Ibu Endang berikut :

“Mengubah kebiasaan petani itu tidak mudah, butuh waktu yang lama, biasanya setelah 2-3 tahun baru dapat diterima petani”. (Wawancara : Sabtu, 6 November 2010)

Selain faktor kebiasaan, kendala yang dirasakan penyuluh adalah

kurangnya peralatan penunjang yang diperlukan dalam kegiatan

Page 92: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

penyuluhan. Peralatan penunjang tersebut dirasakan sangat diperlukan

misalnya alat pengukur keasaman tanah berupa pH meter atau alat ukur uji

emisi petak. Peralatan tersebut belum dimiliki oleh BPP Tani Budaya

sehingga untuk sementara waktu uji keasaman tanah, PPL masih

menggunakan kertas Lakmus yang dibeli oleh PPL sendiri.

Faktor kehadiran petani dalam kegiatan penyuluhan juga masih

belum maksimal. Hal ini juga merupakan kendala bagi penyuluh, karena

proses penyampaian informasi teknologi tidak dapat diterima dan diserap

oleh kebanyakan petani setempat. Pada setiap kegiatan penyuluhan rutin

petani yang diundang 30 petani akan tetapi yang berkenan untuk hadir

hanya 7 sampai 10 orang. Keadaan ini berbeda apabila kegiatan

penyuluhan menyampaikan suatu program bantuan kepada petani yang

diberikan pemerintah secara gratis. Pada kondisi ini petani berbondong-

bondong untuk mendatangi pertemuan penyuluhan tersebut. Pernyataan

tersebut sejalan dengan ungkapan Bapak Totok berikut :

“Kebanyakan petani susah untuk diajak maju, jika ada penyuluhan rutin yang datang hanya 7-10 orang padahal yang diundang 30 orang. Tapi jika ada program bantuan gratis langsung mereka datang rame-rame dan kendala yang sangat berarti lahan pertanian dari tahun ke tahun berbeda-beda yang menggarap jadi proses penyuluhanpun tidak dapat maksimal.” (Wawancara : Rabu, 10 November 2010)

Pada pertemuan kelompok tani setiap sebulan atau setiap selapan

(40 hari) belum dapat dikatakan berjalan dengan baik, karena dalam

pertemuan tersebut hanya dihadiri oleh beberapa petani. Sehingga proses

transformasi atau penyampaian informasi yang dilakukan penyuluh

kepada petani pada saat pertemuan tidak dapat berjalan secara maksimal.

Keadaan ini yang peneliti anggap sebagai proses difusi inovasi antar

petani berjalan lambat. Selain itu peneliti juga menanyakan kepada

penyuluh bahwa keadaan demikian yang membuat kegiatan penyuluhan

kurang optimal, sehingga penyuluh lebih merasa puas apabila

melaksanakan kegiatan penyuluhan langsung di areal lahan persawahan,

karena penyuluh dapat bertemu langsung dengan petani dan lebih cepat

dalam proses penyampaian informasi.

Page 93: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Kendala yang dihadapai petani dalam kegiatan penyuluhan dengan

menggunakan pendekatan PTT ini yaitu terdapat beberapa hal yang belum

bisa diterima untuk diterapkan petani dalam usahataninya. Hal tersebut

menyangkut komponen-komponen dalam Pengelolaan Tanaman Terpadu

sendiri maupun faktor alam. Komponen pertama yang belum bisa

diterapkan oleh petani adalah dalam hal penggunaan pupuk sesuai

anjuran. Sebagian petani masih menggunakan pupuk kimia (Anorganik)

secara berlebih. Alasan petani yang masih menggunakan pupuk anorganik

berlebih adalah karena tidak yakin apabila menggunakan pupuk sesuai

rekomendasi maka hasil produksinya akan lebih bagus. Hal ini

dikarenakan petani tidak menggunakan penambahan pupuk organik sesuai

anjuran PTT dalam usahataninya, sehingga petani menganggap solusi

untuk mengatasi hal ini adalah dengan dengan menambahkan pupuk

anorganik berlebih. Berikut pernyataan dari Bapak Untung (petani) :

“Menggunakan pupuk sesuai rekomendasi itu susah dilakukan karena petani susah mendapatkan pupuk organik, daerah sini hewan ternak sudah jarang dan ada juga petani yang sama sekali tidak menggunakan pupuk kimia, jadi ya solusinya sementara menambah pupuk kimia”. (Wawancara : Minggu, 7 November 2010)

Sejalan dengan hal tersebut sebenarnya petani juga mengakui bahwa

penggunaan pupuk berlebih justru dapat merusak struktur tanah dan

menyebabkan tanaman rentan terkena penyakit. Berikut pernyataan Bapak

Rakidin (petani) :

“Sebenarnya penggunaan pupuk kimia berlebihan juga tidak baik, tanah juga pecah-pecah (rusak) dan tanaman padi terkena hama penyakit”. (Wawancara : Senin, 22 November 2010)

Pernyataan akan penggunaan pupuk anorganik secara berlebih dibenarkan

oleh PPL Ibu Endang berikut :

“Yang menggunakan pupuk organik itu jarang, kalaupun ada juga sangat sedikit sekali, biasanya hanya pada petani yang mempunyai hewan ternak. Petani mengaami kesulitan untuk mendapatkan pupuk organik untuk lahan sawahnya ”. (Wawancara : Sabtu, 6 November 2010)

Page 94: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

BPP Tani Budaya sebenarnya sudah pernah mengupayakan

demplot dengan menggunakan bahan organik berupa jerami. Namun,

upaya demplot yang dilakukan tersebut tidak medapat respon baik dari

petani. Demplot yang menggunakan jerami sebagai bahan organik tersebut

dianggap kurang efektif dan efisien. Lahan sawah yang dipersiapkan

dengan penambahan jerami sebagai bahan organik membutuhkan waktu

lama sebelum bisa digunakan, karena menunggu jerami terurai dan

menjadi bahan organik.

Komponen PTT berikutnya yang menjadi kendala dalam kegiatan

penyuluhan adalah sistem tanam jajar legowo. Diperlukan keahlian

tertentu untuk dapat melakukan sistem tanam jajar legowo, karena sistem

tanam ini berbeda dari sistem tanam tegel yang biasa digunakan petani

selama ini. Dalam jajar legowo terdapat model legowo 2:1, 4:1 dan 6:1.

Dalam sistem tanam tegel biasanya petani menggunakan ukuran 20 x 20

cm (25 rumpun/m² )atau 25 x 25 cm (16 rumpun/m²). Namun, dalam

sistem tanam jajar legowo model 4:1 jarak tanam (20 x 10 cm) x 40 cm

(36 rumpun/m²) dan dalam jajar legowo model 2:1 jarak tanam (40 x 20 x

10 cm). Dalam jajar legowo model 2:1 cara bertanamnya berselang-seling

2 baris dan 1 baris dikosongkan (legowo). Dari model jajar legowo yang

ada sebagian petani di Mojolaban sudah mencoba dengan model 2:1 dan

4:1. Hasil yang sudah dirasakan petani dengan mencoba sistem tanam

jajar legowo adalah memang ada kenaikan, tapi tidak begitu berarti. Selain

itu, dalam praktek pelaksanaannya sistem tanam jajar legowo ini tidak

mudah, karena memerlukan waktu yang lebih lama dan biaya lebih.

Dengan demikian inovasi sistem tanam ini belum mendapat respon baik

dari petani di Kecamatan Mojolaban.

Kendala berikutnya yang dialami petani dalam pelaksanaan PTT

adalah faktor alam berupa iklim yang tidak menentu. Faktor iklim sangat

berpengaruh terhadap usahatani. Apabila iklim saat itu tidak menentu

seperti kemarau panjang atau hujan yang berkepanjangan sudah dapat

dipastikan tanaman padi akan rusak. Akibat faktor alam yang tidak

menentu inipun menyebabkan masalah baru bagi petani di Kecamatan

Page 95: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Mojolaban. Masalah tersebut adalah hama tanaman yang dapat

menganggu tanaman, sebagai contoh sekarang ini apabila hujan

berkepanjangan maka hama penyakit berupa keong mas dan wereng

menjadi masalah serius bagi petani.

7. Upaya penyuluh untuk mengatasi hambatan atau kendala yang dihadapi petani terkait dengan upaya peningkatan produksi padi sawah melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu

Kendala atau hambatan dalam suatu usaha atau kegiatan sudah

merupakan hal yang wajar. Demikian halnya kegiatan penyuluhan dengan

pendekatan pengelolaan tanaman terpadu padi sawah ini. Namun, kendala

tersebut justru menjadi sebuah tantangan bagi penyuluh untuk menjadi

lebih baik lagi. Upaya yang dilakukan penyuluh untuk mengatasi kendala

dalam PTT ini adalah kesabaran, tidak mudah menyerah dan tetap

optimis. Selama ini yang menjadi kendala utama bagi petani adalah

masalah penggunaan pupuk kimia berlebih.

Salah satu upaya yang pernah dilakukan penyuluh untuk

mengurangi penggunaan pupuk kimia berlebih adalah dengan

mengembalikan jerami ke lahan sawah. Metode tersebut mempunyai

maksud supaya jerami dapat menjadi bahan organik dan penggunaan

pupuk kimia bisa dikurangi jumlahnya. Namun, dalam perkembangannya

upaya tersebut belum dapat diterima oleh petani. Petani mengeluhkan

pengembalian jerami justru malah mengulur-ulur waktu tanam, karena

dengan metode tersbut lahan sawah harus dibiarkan bera (menganggur)

hingga jerami tersebut busuk dan terurai dengan tanah. Gagasan yang

muncul dari penyuluh berikutnya adalah bekerja sama dengan petani maju

yang inovatif. Dalam hal, ini penyuluh mengajak petani maju tersebut

untuk mau dan menerapkan usahatani sesuai dengan rekomendasi dan

petunjuk teknis dalam PTT. Penyuluh optimis apabila petani maju tersebut

dapat melaksanakan dan panen dengan hasil yang baik pasti petani yang

lain mau untuk mengikuti.

Page 96: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

8. Manfaat Kegiatan Penyuluhan melalui Pendekatan PTT

a. Manfaat Individu

Manfaat individu yang dirasa petani di Kecamatan Mojolaban

beragam, ada yang merasa memperoleh ilmu pengetahuan. Ada juga

yang mengatakan ada peningkatan Sumber Daya Manusia. Selain itu,

ada manfaat berupa kemampuan daya analisis usaha tani yang juga

dirasakan oleh petani, sebagai contoh petani sudah mengerti manfaat

penggunaan bibit muda dengan 1-3 bibit per lubang tanam justru dapat

memberikan anakan produktif yang lebih banyak dari pada sistem

ombolan.

Penyuluh juga merasakan manfaat dari kegiatan penyuluhan

dengan pendekatan PTT yaitu adanya kepuasan bertugas sebagai

penyuluh di dalam diri penyuluh ketika berhasil melaksanakan kegiatan

penyuluhan melalui pendekatan PTT. Penyuluh juga merasakan sikap

petani yang mulai berubah, dari petani tradisional menuju petani maju

yang berteknologi.

b. Manfaat Ekonomi

Manfaat ekonomi yang dirasakan petani dengan adanya PTT

padi sawah cukup besar. Hal ini ditandai dengan adanya peingkatan

kuantitas hasil produksi yang tercermin setiap tahunnya, dan

peningkatan produksi itu dapat dilihat pada Tabel no 1,2 dan 3. Selain

dari kenaikan produktivitas dari tahun ke tahun petani juga merasakan

manfaat di dalam usahatani itu sendiri. Manfaat ini merupakan manfaat

yang paling besar dirasakan petani. Sebagai contoh, manfaatnya adalah

penghematan bibit, penghematan air dan penghematan pestisida

maupun insektisida dalam pengelolaan tanaman padi dengan pendekatan

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Hal ini pada akhirnya akan menjadikan

penghematan modal maupun dana operasional petani dan dapat

dialokasikan untuk kebutuhan dana yang lain. Karena jumlah anakan

padi yang lebih banyak, produksi padi juga semestinya dapat meningkat.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti bersama petani

Page 97: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

dan penyuluh. Maka peneliti dapat menyimpulkan pula bahwa kekuatan

ekonomi juga merupakan faktor yang cukup berpengaruh dalam

pengambilan keputusan petani dalam pengambilan keputusan. Sebagai

contoh dalam mekanisme penanaman bibit padi dengan sistem jajar

legowo, karena jajar legowo membutuhkan teknik khusus dalam

menerapkannya maka diperlukan biaya tabahan yang harus dikeluarkan

petani untuk membayar buruh tanam.

c. Manfaat Sosial

Manfaat sosial juga dirasakan oleh petani, walaupun tidak

begitu besar dibanding manfaat individu dan manfaat ekonomi. Manfaat

sosial antara lain adanya penghargaan, dimana petani yang dinilai

inovatif dan dapat membantu memberi contoh kepada petani yang lain

diberikan kesempatan untuk melakukan karyawisata/kunjungan ke

lokasi atau tempat yang sekiranya dapat memberikan pengetahuan

kepada petani agar dapat lebih maju.

B. Temuan Pokok dan Pembahasan

Pemilihan lokasi Kecamatan Mojolaban sebagai tempat pelaksanaan

kegiatan penyuluhan dengan pendekatan PTT padi sawah memiliki peluang

keberhasilan yang baik. Lokasi Kecamatan Mojolaban mempunyai

sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dapat menjadi modal untuk

menjalankan program PTT padi sawah ini secara baik. Kecamatan Mojolaban

mempunyai tekstur tanah yang sangat cocok untuk ditanami padi karena

termasuk lahan sawah intensif dan irigasinya sudah termasuk irigasi teknis.

Meskipun irigasi sudah hampir keseluruhan teknis namun apabila

kemarau panjang Kecamatan Mojolaban mengalami kesulitan air, karena

sumber air dari waduk mulur dan waduk gajah mungkur tidak dapat

mencukupi. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan air pada kemarau

panjang petani memanfaatkan air tanah atau sumur bor.

Proses penanaman dilakukan secara serempak dan telah tersusun

dalam RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok. Sejalan dengan hal

tersebut, mekanisme penyusunan RDKK harus memperhatikan keinginan para

Page 98: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

petani, namun mengingat kemampuan petani dalam menyusun perencanaan

masih terbatas, maka penyuluh pertanian perlu mendampingi dan

membimbing petani/kelompok dalam menyusunnya, sehingga rencana yang

disusun sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan petani dalam menjalankan

kegiatan usahataninya.

Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok merupakan alat perumusan

untuk memenuhi kebutuhan sarana produksi dan alat mesin pertanian, baik

yang berdasarkan kredit/permodalan usahatani bagi anggota kelompok tani

yang memerlukan. RDKK yang tersusun melalui musyawarah anggota

kelompok tani kemudian disampaikan kepada Gabungan Kelompok Tani,

distributor pupuk serta perbankan selambat-lambatnya 1 sebelum musim

tanam, sehingga teknologi dapat diterapkan sesuai anjuran. Oleh karena itu

penyusunan RDKK yang dilaksanakan oleh kelompok tani secara serentak

dan tepat waktu sangat penting dilakukan.

Penerapan inovasi teknologi dalam usahatani dengan pendekatan PTT

padi sawah juga sudah cukup baik. Proses adopsi inovasi sudah dapat diterima

oleh masyarakat tani di wilayah kerja BPP Tani Budaya. Tahapan adopsi

Petani sudah sadar akan manfaat dari PTT padi sawah, sebagai contoh petani

di WKPP (Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian) BPP Tani Budaya sudah

menyadari terhadap manfaat penggunaan benih unggul, penggunaan bibit usia

muda, penanaman bibit 1-3 bibit/lubang tanam, pemupukan berimbang

(meskipun belum dapat diterapkan sebagaimana mestinya tapi pada prinsipnya

petani sudah menyadari manfaatnya), pengairan berselang, pengendalian

hama dan penyakit secara terpadu.

Sejalan dengan hal diatas, petani di Mojolaban juga sudah melalui

tahapan minat, menilai, mencoba dan bahkan menerapkan. Pernyataan ini

dapat dilihat dari wawancara peneliti terhadap informan, yang menyatakan

bahwa petani sudah mencoba dan menerapkan beberapa komponen yang

dianjurkan di dalam PTT. Meskipun demikian, petani tidak selalu dapat

menerapkan usahataninya sesuai dengan petunjuk PTT secara mutlak. Petani

masih merasakan terdapat beberapa komponen yang belum dapat diterima

Page 99: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

untuk dijadikan pedoman di dalam usahataninya. Namun peneliti menganggap

alasan petani tersebut logis, mengingat PTT merupakan suatu program yang

juga memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun

sosial – ekonomi petani.

Sejalan dengan pernyataan Mosher (1978) yang memuat 9 metode

pelatihan pembelajaran bahwa “Deskripsi metode pelatihan pembelajaran

memuat sembilan metode dan mengatur satu sama lain didalam program

pelatihan yang efektif. Metode tersebut antara lain : kunjungan lapang,

diskusi kelompok informal, pertemuan kelompok formal, demonstrasi hasil,

demonstrasi metode dan pelatihan lokal, karyawisata, pelatihan pertanian dan

office calls”, metode dan teknik yang digunakan dalam Kegiatan Penyuluhan

melalui pendekatan PTT padi sawah di BPP Tani Budaya adalah ceramah,

diskusi, pertemuan kelompok, demplot (Demosntrasi), dan office calls.

Teknik penyuluhan yang belum dapat dirasakan secara menyeluruh

adalah karyawisata. Karyawisata belum dapat dilaksanakan secara

menyeluruh karena kendala biaya. Sementara ini, mekanisme

penyelenggaraan karyawisata dilakukan dengan dua cara, pertama adalah

adanya dana bantuan dari pemerintah daerah setempat (Pemda Sukoharjo)

danyang kedua atas adanya bantuan sponsor dari formulator (produsen pupuk

atau produsen pestisida maupun insektisida). Kegiatan karyawisata setiap

tahun diadakan di WKPP BPP Tani Budaya. Namun kegiatan karyawisata

sementara ini hanya bisa dinikmati bagi para pengurus kelompok tani

kelompok tani dan petani yang inovatif dan kreatif.

Teknik ceramah menurut Mardikanto dan Arip (2005) merupakan

teknik penyuluhan yang paling sederhana dan paling sering diselenggarakan

untuk menggugah kesadaran dan minat sasaran penyuluhan. Teknik ceramah

digunakan untuk memberikan pengenalan inovasi usahatani melalui

pendekatan PTT padi sawah. Selain ceramah, digunakan pula metode

demplot di lahan-lahan milik BPP Tani Budaya maupun lahan petani. Hasil

demplot PTT padi sawah tergolong cukup baik. Metode dan teknik yang

digunakan selama ini dirasakan penyuluh sudah sesuai dengan tuntutan petani.

Page 100: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Banyak petani yang di dalam kegiatan penyuluhan menginginkan tidak hanya

ceramah, seperti yang sering dilakukan tetapi juga dengan demplot-demplot

yang sekarang telah dilaksanakanm dengan harapan ada bukti nyata yang

dapat dilihat langsung oleh petani. Adanya penggunaan metode ceramah dan

demplot ini menjadikan suatu penilaian yang baik terhadap kegiatan

penyuluhan melalui pendekatan PTT.

Pada saat kegiatan penyuluhan berlangsung sudah dapat dipastikan

adanya diskusi antara penyuluh dengan petani. Teknik ini memberikan

kesempatan yang lebih luas kepada sasaran atau petani untuk memberikan

tanggapan maupun pendapat atas informasi yang telah disampaikan. Dalam

diskusi penyuluh hanya sebagai fasilitator maupun narasumber dan bukan

semata-mata sebagai sumber informasi. Diskusi mulai dilakukan di akhir

pertemuan, setelah penyuluh memaparkan materi penyuluhan.

Kegiatan Penyuluhan melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman

Terpadu padi sawah dirasa bermanfaat bagi petani dan penyuluh di wilayah

binaan BPP Tani Budaya Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Di

samping metode penyuluhan yang sudah sesuai, kegiatan penyuluhan dengan

pendekatan PTT juga bermanfaat bagi petani dan penyuluh. Manfaat yang

dirasakan sebagian besar petani adalah manfaat individu dan manfaat

ekonomi. Manfaat sosial hanya dirasakan oleh sebagian kecil petani. Disini

terlihat materi disampaikan penyuluh dengan jelas. Selain itu didukung juga

dengan adanya kedekatan penyuluh dengan petani dan alat bantu penyuluhan

yang tepat.

Manfaat ekonomi yang dirasakan juga besar, yaitu adanya

pertambahan kuantitas produktivitas pada tanaman padi dari tahun ke

tahunnya. Selain itu, manfaat ekonomi yang dapat dirasakan adalah adanya

penghematan penggunaan benih, dan kemudian berdampak pula pada

penghematan bibit, penghematan air, penghematan pestisida. Penghematan

tersebut tidak mengurangi hasil produksi dari petani akan tetapi justru

menambah hasil dari produktivitas petani itu sendiri, dengan kata lain biaya

berkurang namun hasil produksi tetap dan bahkan bertambah. Seiring dengan

Page 101: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

adanya peningkatan produksi padi, pendapatan petani juga meningkat.

Manfaat kegiatan penyuluhan yang dirasakan secara pokok sesuai dengan

pernyataan Sastraatmadja (1989) adalah adanya peningkatan produksi dan

pendapatan petani.

Segi manfaat sosial hanya dirasakan oleh sebagian kecil petani saja.

Tetapi di sini ditemukan juga bahwa penyuluh merasakan kepuasan di dalam

melaksanakan kegiatan penyuluhan melalui pendekatan PTT. Rasa kepuasan

terhadap adanya PTT tidak hanya dirasakan oleh penyuluh yang telah

melaksanakan penyuluhannya, rasa puas itu juga dirasakan oleh petani-petani

yang inovatif dan kreatif. Petani yang inovatif merasakan kepuasaan tersendiri

manakala sudah berhasil dalam mengaplikasikan komponen-komponen di

dalam PTT secara baik dan benar, sehingga petani inovatif tersebut bisa

menjadi contoh dan ditiru oleh petani yang lain.

Sarana penyuluhan dirasa masih kurang, di samping itu juga

perubahan cara berpikir petani dari cara tradisional menuju cara teknologi

pertanian yang juga masih memerlukan waktu. Selain waktu, proses untuk

merubah pola berfikir petani juga memerlukan bimbingan dan pendampingan

penyuluh secara intensif. Kebiasaan petani yang sulit dirubah menjadikan

kegiatan penyuluhan melalui pendekatan PTT terkadang kurang direspon oleh

petani. Setidaknya perlu 2 hingga 3 tahun untuk bisa menyakinkan petani

untuk dapat menerapkan sistem usahatani sesuai dengan anjuran dalam PTT

padi sawah. Hanya saja untuk petani-petani maju respon terhadap inovasi

lebih cepat. Mereka dapat dengan mudah dalam mempraktekkan metode PTT

padi sawah di lahan pertanian masing-masing.

Peralatan yang dirasa masih belum lengkap ini menjadi kendala

tersendiri, entah bagi penyuluh maupun bagi petani dalam merespon PTT.

Ketersediaan alat yang sangat minimum masih menjadi kendala di dalam

kegiatan penyuluhan. Untuk alat, petani mengharapkan adanya kelengkapan

alat penyuluhan seperti BWD maupun uji misi petak atau pH meter. Anjuran

dalam PTT mewajibkan pemupukan unsur N, P dan K dengan menggunakan

alat berupa BWD dan uji emisi petah atau pH meter.

Page 102: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Sementara waktu ini alat untuk mengukur warna daun atau BWD

sebagai indikator pemberian pupuk unsur N tersebut hanya dimiliki oleh

penyuluh saja. Dan keadaan inipun menjadi kendala dalam pelaksanaan

usahatani dengan pendekatan PTT, sehingga petani hanya mengandalkan

feeling dengan melihat warna daun secara langsung dan waktu pemupukan

unsur N disesuaikan dengan kebiasaan turun temurun yaitu secara fixed time

(waktu yang sudah ditetapkan berdasarkan pengalaman turun-temurun).

Demikian halnya penyuluh dan petanipun belum mempunyai alat untuk

mengukur pH tanah atau biasa disebut pH meter atau uji emisi petak. Selama

ini penyuluh mengukur pH tanah hanya berdasarkan kertas lakmus yang dibeli

oleh setiap PPL Tani Budaya secara pribadi.. Oleh karena itu, penentuan

dalam penggunaan pupuk dengan unsur P dan K menjadi tidak tepat.

Kendala dalam pengelolaan tanaman perpadu yang sangat dirasakan

adalah terhadap penggunaan pupuk kimia. Penggunaan pupuk kimia masih

tergolong tinggi. Hal ini disebabkan karena petani merasa susah untuk

mendapatkan pupuk organik cari kotoran ternak. Sebenarnya petani bisa

menggunakan bahan organik yang berasal dari jerami tanaman padi yang ada.

Namun, langkah ini masih butuh perbaikan, mengingat bahan organik yang

berasal dari jerami membutuhkan waktu untuk proses dekomposisi

organiknya. Sehingga proses tanam bisa dilakukan setelah jerami mengalami

pembusukan dan kemudian terurai menjadi pupuk alami.

Peran penyuluh dalam kegiatan penyuluhan melalui pendekatan PTT

dirasa sudah sesuai dengan pernyataan Suhardiyono (1992) yang

menyebutkan bahwa, “Penyuluh membantu petani dalam usaha meningkatkan

produksi dan mutu hasil produksinya guna meningkatkan kesejahteraan

mereka. Oleh karena itu, para penyuluh mempunyai banyak peran antara lain

penyuluh sebagai pembimbing petani, organisator, dinamisator, pelatih,

teknisi dan jembatan penghubung antara keluarga petani dan instansi

penelitian”. Penyuluh BPP Tani Budaya mampu mendampingi petani

kapanpun dan dimanapun dibutuhkan. Penyuluh tidak hanya bersedia

Page 103: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

mendampingi petani apabila bertemu secara langsung, akan tetapi

penyuluhpun siap untuk mendampingi petani melalui media komunikasi yang

tersedia saat ini, misalnya lewat sms maupun telepon. sehingga ini menjadi

kekuatan dan keberhasilan dalam Kegiatan Penyuluhan di BPP Tani Budaya,

Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.

Keberhasilan kegiatan penyuluhan tidak terlepas dari kedekatan atau

hubungan emosional penyuluh dengan petani. Ini terlihat dari akrabnya

penyuluh-penyuluh di BPP Tani Budaya dengan petani. Kedekatan ini

membawa dampak yang baik bagi jalannya kegiatan penyuluhan. Sekaligus

ini menjadi salah satu jalan keluar untuk perlahan-lahan mengubah pandangan

petani untuk lebih berpikir maju. Selain itu adanya pendampingan antara

penyuluh yang berkesinambungan kepada petani sangat penting peranannya,

menurut Setiana (2005) proses perubahan perilaku tidak semata-mata karena

adanya penambahan ilmu pengetahuannya saja, namun diharapkan juga

adanya perubahan pada ketrampilan sekaligus sikap mental yang menjurus

pada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif dan menguntungkan.

Penyuluh mempunyai keyakinan harus mampu mendampingi petani walaupun

waktu penyuluhannya tidak terjadwal dengan pasti. Dengan demikian akan

mempermudah pendekatan dalam pelaksanaan pengenalan inovasi dari suatu

kegiatan penyuluhan.

Selanjutnya hasil yang dapat dikemukakan penulis, bahwa penyuluh

bersedia dan mampu datang di setiap acara pertemuan yang diadakan oleh

kelompok-kelompok tani. Walaupun pertemuan dilakukan diluar jam kerja,

tetapi penyuluh di BPP Tani Budaya selalu mengusahakan untuk

mendampingi petani.

Page 104: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kegiatan Penyuluhan melalui

pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah di BPP Tani

Budaya, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo yang telah tersaji di

atas, dapat disimpulkan sesuai rumusan masalah yang ada, yaitu sebagai

berikut :

1. Kegiatan Penyuluhan dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman

Terpadu adalah :

a. Penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB)

Upaya yang dilakukan penyuluh selalu mensosialisasikan

mengenai jenis varietas unggul baru kepada petani dan

mensosialisasikan kepada petani untuk menggilir varietas padi

yang digunakan setiap musim tanam dan petani sudah

menerapkan.

b. Penggunaan benih bermutu dan berlabel

Upaya yang dilakukan BPP Tani Budaya terhadap inovasi

teknologi mensosialisasikan kepada petani untuk selalu

menggunakan benih yang bermutu dan berlabel dari balai

sertifikasi benih, dan petanipun sudah menerapkan.

c. Penggunaan bibit padi usia muda

Penyuluh memberikan pengarahan dan sosialisasi mengenai

manfaat penanaman bibit padi usia muda. Penyuluhan

mengenai penanaman padi usia muda biasanya disampaikan

ketika petani sedang mempersiapkan lahan atau ketika petani

sedang melakukan persemaian benih padi. Dalam hal ini

petani sudah menerapkan bilamana keadaan lahan sekitar tidak

endemis keong.

92

Page 105: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

d. Penanaman bibit 1-3 per lubang tanam dan sistem tanam

Pada saat menjelang musim tanam, petugas penyuluh

memberikan informasi-informasi kepada petani mengenai

penanaman bibit usia muda, penanaman bibit 1-3/lubang

tanam dan aplikasi sistem tanam jajar legowo maupun sistem

tanam tegel, dan petani akhirnya lebih memilih sistem tegel

karena lebih efektif dan efisien.

e. Pemupukan N berdasarkan BWD (Bagan Warna Daun)

Kegiatan penyuluhan yang dilakukan dengan menggunakan

BWD dimulai ketika menjelang pemupukan ke 2 tanaman

berumur 23-28 Hari Setelah Tanam (tahap anakan aktif) dan

pemupukan ketiga pada umur 38-42 HST (tahap

primordia/bunting).

Proses transfer informasi dari penyuluh kepada petani

mengenai pemupukan N dengan pedoman BWD dianggap

kurang efektif. Hal ini disebabkan karena keterbatasan alat

BWD yang ada. Bagan warna daun (BWD) hanya dimiliki

oleh petugas penyuluh, sehingga petani tidak dapat

menerapkan metode pemupukan N dengan acuan BWD.

f. Pemupukan unsur P dan K berdasarkan status hara tanah

Upaya yang dilakukan oleh BPP Tani Budaya terkait

pemupukan unsur P dan K masih relatif sederhana. Sementara

ini, penyuluh menyampaikan informasi penggunaan pupuk

unsur P dan K kepada petani sesuai dengan rekomendasi Dinas

Pertanian. Penyuluh di BPP Tani Budaya dapat dikatakan

jarang melakukan pengukuran hara tanah di desa binaannya.

Hal ini dikarenakan BPP Tani Budaya belum memiliki alat

pengukur hara tanah yang berupa uji emisi atau pH meter.

Untuk menyiasati hal ini penyuluh menggunakan alat bantu

pengukur tingkat keasaman atau pH yang berupa kertas

lakmus.

Page 106: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

g. Pengairan berselang

Informasi yang disampaikan penyuluh mengenai pengairan

dilakukan sejak petani melakukan tanam. Selain itu,

penyuluhan mengenai pengairan berselang juga secara

berkesinambungan disampaikan kepada petani

h. Pengendalian gulma secara terpadu

Konsep pengendalian gulma seperti yang dicontohkan dalam

petunjuk teknis PTT telah dilakukan oleh petani di Kecamatan

Mojolaban, bahkan sudah diterapkan sebelum adanya PTT.

i. Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Terpadu

Penyuluh di BPP Tani Budaya memberikan informasi

mengenai PHT biasanya saat padi berusia 7 HST atau sedini

mungkin bilamana ditemukan organisme pengganggu tanaman.

Pada setiap diskusi didalam penyuluhan di hamparan penyuluh

biasanya menanyakan kepada petani mengenai kondisi

tanaman padi kepada petani. Bilamana sudah ada indikasi

tanaman yang terkena hama atau penyakit maka akan segera

didiskusikan mengenai upaya penanggulangannya.

j. Penanganan pasca panen

Petani di Mojolaban lebih menyukai menebaskan pada

tengkulak sehingga petani tidak repot dengan penanganan saat

panen dan langsung mendapatkan uang dari hasil tebas

tanaman padinya. Oleh karena itu, penyuluhan pada saat pasca

panen digunakan untuk menyampaikan beberapa materi untuk

persiapan menjelang musim tanam berikutnya, misalnya materi

mengenai pengolahan lahan, benih varietas unggul baru beserta

upaya pembenihannya dan sebagainya.

Page 107: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

2. Metode dan teknik yang digunakan dalam Kegiatan Penyuluhan

adalah :

a. Metode penyuluhan :

Berdasarkan sasaran, Penyuluh menggunakan metode langsung

(tatap muka) dan juga metode tidak langsung (Telepon maupun

SMS). Selain itu penyuluh juga menggunakan metode secara

kelompok, massal dan terkadang perorangan.

b. Teknik Penyuluhan

Teknik penyuluhan yang digunakan melalui pendekatan PTT

adalah ceramah, diskusi, Laku, demonstrasi (demplot), karyawisata

dan office calls (sms dan telepon). Metode dan teknik penyuluhan

yang digunakan diatas sudah sesuai dengan keinginan petani

setempat.

3. Permasalahan yang menjadi kendala Kegiatan penyuluhan melalui

pendekatan PTT ada dua, yaitu

a. Kendala yang dihadapi oleh Penyuluh adalah merubah kebiasaan

petani masih membutuhkan waktu yang lama, kurangnya

peralatan penunjang penyuluhan seperti uji emisi petak atau pH

meter dan faktor kehadiran petani yang masih minim pada saat

kegiatan penyuluhan maupun pada saat pertemuan kelompok tani.

b. Kendala yang dihadapi petani adalah ada komponen dalam PTT

yang belum bisa untuk diterapkan dengan baik, hal ini

dikarenakan keadaan fisik yang kurang menunjang, misalnya

susahnya mendapatkan pupuk organik, sehingga menbuat petani

menggunakan pupuk kimia / anorganik secara berlebih. Selain itu

faktor yang menjadi kendala atau hambatan petani untuk

melaksanakan usahatani dengan pendekatan PTT adalah karena

faktor iklim yang kurang mendukung.

4. Kegiatan yang dilakukan oleh oleh BPP “Tani Budaya” untuk

mengatasi hambatan atau kendala dalam penyuluhan melalui

pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu adalah :

Page 108: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

a. Upaya yang dilakukan penyuluh untuk mengatasi kendala dalam

PTT ini adalah kesabaran, tidak mudah menyerah dan tetap

optimis.

b. Bekerja sama dengan petani maju yang inovatif. Dalam hal, ini

penyuluh mengajak petani maju tersebut untuk mau dan

menerapkan usahatani sesuai dengan rekomendasi dan petunjuk

teknis dalam PTT. Penyuluh optimis apabila petani maju tersebut

dapat melaksanakan dan panen dengan hasil yang baik pasti

petani yang lain mau untuk mengikuti

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat disajikan oleh

peneliti adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan ada koordinasi antara penyuluh dengan petani untuk

mendapatkan pupuk organik yang sesuai dengan keinginan petani.

2. Untuk media penyuluhan yang masih kurang seperti tes kandungan pH

(pH meter) maupun uji emisi petak, diharapkan ada pembicaraan kembali

berikut pencarian solusi dalam lingkungan BPP Tani Budaya dan Dinas

Pertanian Kabupaten Sukoharjo mengenai upaya pengadaan sarana

kegiatan penyuluhan agar dapat tersedia dengan lengkap.

3. Sebagai tindakan preventif mengatasi hama khususnya wereng coklat

yang berkepanjangan, diharapkan petani dapat mengubah pola tanam

sesuai dengan anjuran pemerintah yaitu Padi – Padi – Palawija atau

palawija – padi –palawija atau palawija - palawija – padi.

4. Penyuluh diharapkan dapat tetap melaksanakan pendampingan yang

intensif kepada petani dalam kegiatan penyuluhan melalui pendekatan

PTT walaupun waktu penyuluhannya tidak harus selalu pada jam kerja.

Page 109: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 1. Catatan lapang dan Pedoman Wawancara Catatan Lapang

Tempat : ………………. Ctt. Lapang no :…………. Informan : ………………. Wawancara : ………. Hr/Tgl : ………. Waktu : ………. Disusun kembali jam : ………. Judul/topik : ………………………. Refleksi peneliti : ………………….. Deskripsi wawancara : ……………. ……………………………………..

101

Page 110: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PEDOMAN WAWANCARA

DAFTAR INFORMASI YANG AKAN DIGALI DARI MASYARKAT

Kajian Kegiatan Penyuluhan Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di BPP “Budoyo Tani”

Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo

I. Tujuan

Mencari data tentang:

1. Keadaan masyarakat dan petani beserta keluarganya sebelum adanya

kegiatan usahatani dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu

(PTT)

2. Proses Pelaksanaan Penyuluhan melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman

Terpadu (PTT)

3. Kendala maupun permasalahan yang menghambat jalannya kegiatan

penyuluhan dengan menggunakan pendekatan PTT

4. Keadaan petani dan keluarganya setelah adanya Penyuluhan melalui

Pendekatan PTT

5. Keberlanjutan kegiatan Penyuluhan melalui Pendekatan Pengelolaan

Tanaman Terpadu (PTT)

II. Sumber data

1. Penyuluh, Petani atau pelaksana yang terlibat dalam usahatani melalui

Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Dinas Pertanian

Kabupaten Sukoharjo.

2. Dokumen kegiatan

3. Kegiatan

III. Informasi (terdapat pada Butir Informasi)

Page 111: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BUTIR INFORMASI

DAFTAR INFORMASI YANG DIGALI DARI PENYULUH

Kajian Kegiatan Penyuluhan Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di BPP “Budoyo Tani”

Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo

Keterangan Tugas:

1. Nama Petugas :

2. Tanggal pelaksanaan kegiatan :

Identitas Responden

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Status : Penyuluh

Informasi Yang Dicari

A. Keadaan masyarakat dan petani beserta keluarganya sebelum adanya kegiatan

usahatani dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

1. Keadaan masyarakat di wilayah kerja BPP Budoyo Tani, Kecamatan

Mojolaban, Sukoharjo.

2. Gambaran petani maupun kelompok tani di wilayah kerja BPP Budoyo

Tani, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo sebelum adanya system usahatani

melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu.

B. Proses pelaksanaan kegiatan Penyuluhan dengan menggunakan Pendekatan

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) tanaman padi sawah

1. Perencanaan kegiatan

2. Pelaksanaan kegiatan

a. Pemilihan alat peraga penyuluhan

b. Pemilihan metode penyuluhan

c. Penetapan teknik penyuluhan

Page 112: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Kendala maupun permasalahan yang menghambat jalannya kegiatan

penyuluhan dengan menggunakan pendekatan PTT

1. Internal

2. Eksternal

D. Keadaan petani dan keluarganya setelah adanya Penyuluhan melalui

Pendekatan PTT

1. Keadaan masyarakat dan kelompok tani di wilayah kerja BPP Budoyo

Tani, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo

2. Manfaat penyuluhan yang dihasilkan setelah pelaksanaan sistem usahatani

melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT

E. Keberlanjutan kegiatan Penyuluhan melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman

Terpadu (PTT)

1. Bagaimanakah pembinaan dan pendampingan penyuluhan kepada petani

apabila program PTT dari pemerintah telah selesai?

Page 113: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BUTIR INFORMASI

DAFTAR INFORMASI YANG DIGALI DARI PETANI ATAU

PENGURUS KELOMPOK TANI ATAU PENGURUS GAPOKTAN

Kajian Kegiatan Penyuluhan Melalui Pendekatan Pengelolaan

Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di BPP “Budoyo Tani”

Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo

Keterangan Tugas:

1. Nama Petugas :

2. Tanggal pelaksanaan kegiatan :

Identitas Responden

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Status : Petani atau pengurus kelompok tani atau

Pengurus Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani)

Informasi Yang Dicari

A. Keadaan masyarakat dan petani beserta keluarganya sebelum adanya kegiatan

usahatani dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

1. Keadaan masyarakat di wilayah kerja BPP Budoyo Tani, Kecamatan

Mojolaban, Sukoharjo.

2. Gambaran petani maupun kelompok tani di wilayah kerja BPP Budoyo

Tani, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo sebelum adanya system usahatani

melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu.

3. Sistem usahatani yang di lakukan petani

B. Proses pelaksanaan kegiatan Penyuluhan dengan menggunakan Pendekatan

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) tanaman padi sawah

1. Perencanaan kegiatan

2. Pelaksanaan kegiatan

a. Alat peraga penyuluhan yang digunakan

Page 114: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Metode penyuluhan yang digunakan

c. Teknik penyuluhan yang diterapkan

C. Kendala maupun permasalahan yang menghambat jalannya kegiatan

penyuluhan dengan menggunakan pendekatan PTT

1. Internal

2. Eksternal

D. Keadaan petani dan keluarganya setelah adanya Penyuluhan melalui

Pendekatan PTT

1. Keadaan masyarakat dan kelompk tani di wilayah kerja BPP Budoyo Tani,

Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo

2. Sistem usahatani yang di lakukan petani

3. Manfaat penyuluhan yang dihasilkan setelah pelaksanaan sistem usahatani

melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT

E. Keberlanjutan kegiatan Penyuluhan melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman

Terpadu (PTT)

1. Pembinaan dan pendampingan penyuluhan kepada petani terhadap sistem

usahatani melalui pendekatan PTT

Page 115: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 2. Analisis Domain

Berdasarkan Butir Informasi Yang Ada, Maka dilakukan Analisis Dengan Mendekati Suatu Masalah Secara Langsung (Analisis Domain)

Analisis Domain Penelitian

No. Hubungan Semantik Bentuk 1. Ruang 1. Bagaimana pendapat Saudara mengenai

keadaan masyarakat di Kecamatan Mojolaban (keadaan alam, pendidikan, dan ekonomi)?

2 Jenis 1. Apakah yang Saudara ketahui tentang Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah ?

2. Apakah metode dan teknik yang digunakan dalam Kegiatan penyuluhan ?

3 Sebab-akibat 1. Bagaimanakah usahatani yang dilakukan petani maupun kelompok tani di Kecamatan Mojolaban ini sebelum adanya penyuluhan dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu ini

4 Cara ke Tujuan 1. Bagaimana pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan dengan pendekatan PTT ?

2. Apa sajakah kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan melalui pendekatan PTT ?

5 Rasional atau alasan 1. Adakah kendala yang dihadapi selama kegiatan penyuluhan berlangsung ? Apakah kendala tersebut ?

2. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut ? 3. Apakah manfaat yang diperoleh dalam

kegiatan penyuluhan melalui pendekatan PTT? 6 Urutan 1. Bagaimanakah keterlibatan Dinas Pertanian

Sukoharjo dalam Kegiatan Penyuluhan menggunakan Pendekatan PTT ini?

2. Bagaimana respon adanya Kegiatan Penyuluhan melalui pendekatan pengelolaan terpadu ini ?

3. Bagaimana keberlanjutan Kegiatan Penyuluhan melalui pendekatan PTT ini apabila program dari pemerintah telah selesai ?

107

Page 116: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

HASIL WAWANCARA

KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI

SAWAH

DI BPP “TANI BUDAYA”

KECAMATAN MOJOLABAN, KABUPATEN SUKOHARJO

Informan dalam Kegiatan Penyuluhan Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di BPP Tani Budaya Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut : Tabel 1 Informan pada Kegiatan Penyuluhan Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah

No Nama Jabatan Kelompok Tani Keterangan 1 2

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12.

Subardi, SP Totok Supriyanto, STP Jarot Setiyadi, SP Endang Pratignyowati, SP Sri Sutanti, SP Supriyanto, SP Gunawan Joko, SP Untung Sumarno, SP Rakidin Dalimin Darmo Sukasno

Pimpinan Peyuluh Pertanian Penyuluh Pertanian Penyuluh Pertanian Penyuluh Pertanian Penyuluh Pertanian THL Penyuluh Pertanian THL Penyuluh Pertanian Anggota Kelompok Tani Anggota Kelompok Tani Ketua Kelompok Tani Anggota kelompok Tani Ketua Gapoktan

- - - - - - -

Tani Marsudi Marsudi Utomo Marsudi Raharjo Marsudi Raharjo

Dewi Sri

Wawancara pada Senin, 16 November 2010 Wawancara pada Rabu, 10 November 2010 Wawancara pada Selasa, 23 November 2010 Wawancara pada Sabtu, 6 November 2010 Wawancara pada Sabtu, 6 November 2010 Wawancara pada Jumat, 5 November 2010 Wawancara pada Kamis, 11 November 2010 Wawancara pada Minggu, 7 November 2010 Wawancara pada Senin, 22 November 2010 Wawancara pada Kamis, 25 November 2010 Wawancara pada Kamis, 25 November 2010 Wawancara pada Minggu, 14 November 2010

Lampiran 3. Hasil Wawancara

Page 117: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

Tabel 2 Hasil Wawancara Kegiatan Penyuluhan Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di BPP Tani Budaya Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut :

1. Keadaan Masyarakat a. Bagaimana pendapat Saudara mengenai keadaan masyarakat di Kecamatan Mojolaban (keadaan alam, pendidikan, dan ekonomi)?

NO TGL WAWANCARA INFORMAN HASIL WAWANCARA 1. Senin, 16 November

2010

Subardi, SP “Keadaan Pendidikan petani di Kecamatan Mojolaban sudah lumayan bagus. Rata-rata pendidiksn sudah kebanyakan lulusan SMA, meskipun ada yang tidak sekolah maupun lulusan SD dan SMP. Dilihat dari kondisi wilayahnya dapat dilihat di buku programa penyuluhan BPP Tani Budaya. Disana sudah jelas baik kondisi alamnya, jenis tanah maupun pola tanam yang dilakukan petani di Kecamatan Mojolaban. Keadaan alam di Kecamatan Mojolaban sangat mendukung kaitannya dengan peningkatan produksi pangan, mengingat Kecamatan Mojolaban memiliki 15 desa dengan komoditas utamanya Padi. Keadaan ekonomi sudah lumayan tinggi, karena rata-rata produksi diatas 6 ton/Ha.

2. Rabu, 10 November 2010

Totok Supriyanto, STP “Pendidikan petani sudah lumayan bagus sih, tapi dalam menyerap teknologi masih rendah. SDM agak sulit seperti penerapan anjuran Dinas Pertanian dalam hal pengurangan penggunaan pupuk kimia. Keadaan ekonomi cukup baik, diliat sekilas saja secara fisik asetnya seperti rumah maupun motornya sudah banyak yang bagus-bagus. Untuk peralatan, petani sudah mampu. Alat-alat pertanian sudah punya sendiri. Untuk bekerjasama dengan lembaga keuangan, kemampuan petani dalam mentaati perjanjian masih sangat rendah, contohnya jika pinjam uang kepada kelompok tani. Kalau keadaan alamnya sudah cukup bagus, tapi masalahnya iklim sekarang itu sangat berbeda dengan jaman dulu, dulu itu ketigo ya ketigo, tidak seperti sekarang kudune ketigo tapi masih hujan terus“.

Page 118: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

3. Selasa, 23 November 2010

Jarot Setyadi, SP Di kecamatan mojolaban ini sawah masih luas, irigasi juga baik karena sudah hampir semua teknis. Struktur tanahnyapun juga bagus untuk tanaman padi. Tapi justru ini yang menjadi masalah karena potensi itu membuat petani selalu menanam padi padi pantun alias padi secara terus-menerus. Kalau dilihat hasilnya memang semakin meningkat jumlah produktivitasnya (sambil senyum “itu kalau tidak diserang wereng lho mas”). Kalau saya pribadi tidak menyalahkan petani mas, karena semua itu balik lagi ke masalah ekonomi. Jelas padi kalau bisa panen itu hasilnya lumayan bisa diatas lima juta per panen. Nah, mungkin ini yang mendasari petani menanam padi secara terus-menerus. Tapi masalahnya baru kelihatan akhir-akhir ini setelah adanya hama wereng ini. Salah satu penyebabnya sebagian besar petani tidak hanya di mojolaban ini saja yang tidak mengikuti anjuran pemerintah, contohnya untuk melakukan pola tanam bergilir, penggunaan dosis pestisida yang tepat dan sebagainya. Kalau tingkat pendidikan di daerah saya sudah sebagian besar SMP up lah, meskipun ada petani yang sudah sepuh yang mungkin beliau hanya lulusan SD bahkan tidak sekolah tapi jumlahnya relatif kecil. Kalau keadaan ekonomi saya kira sudah baik ya, sudah jarang saya melihat rumah yang berdinding gedhek (bambu). Sudah hampir semua tembok, jadi saya kira kalau dilihat secara ekonomi sudah baik.

4 Sabtu, 6 November 2010 Endang Pratignyowati, SP Petani di kecamatan mojolaban sudah berpendidikan lulusan SMA, ada juga yang sarjana dan ada juga yang SD tapi sedikit. Keadaan alamnya sebenarnya sudah bagus tapi masalahnya itu iklim yang tidak pasti.

5. Sabtu, 6 November 2010

Sri Sutanti, SP Keadaan alamnya bagus, irigasinya juga sudah baik karena sudah teknis semua dan airnya juga lancar. Tanahnya juga mendukung untuk tanaman padi. Dan seperti yang dikatakan ibu Endang tadi kalau masalahnya iklim dan sekarang juga ditambah hama. Kalau pendidikan bermacam-macam, ada yg SD sampai perguruan tinggi tapi rata-rata sudah SMA

Page 119: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

6. Jumat, 5 November 2010

Supriyanto, SP Mayoritas penduduk adalah petani, karena banyak PNS, Polisi, Pedagang, dosen tapi sebenarnya mereka adalah petani meskipun tidak dikerjakan sendiri. Kalau pendidikan rata-rata sudah SMA. Keadaan alamnya saya kira sangat berpotensi untuk pertanian, karena lahannya ada, air ada, fasilitas ada. Kalau dilihat dari sisi ekonomi jaman sekarang petani sudah jauh lumayan lebih baik dari pada jaman saya masih kecil. Sekarang rumah petani sudah sebagian besar tembok, sepeda motor juga sudah pada punya dan petani ke sawah saja juga sudah banyak yang bawa HP kok.

7.

Kamis, 11 November 2010

Gunawan Joko, SP “Pendidikan di sini SD sampai Perguruan Tinggi. Tapi Perguruan Tinggi kurang. Kondisi alam di mojolaban sini itu dataran rendah, meskipun dataran rendah lahan di sini berpotensi untuk pertanian, tidak hanya untuk padi tapi juga untuk tanaman polowijo bahkan beberapa sayuran. Kalau kondisi ekonomi petani menurut saya ya biasa saja. menurut saya petani juga seperti orang dagang, kalau pas panen berhasil ya untung kalau gagal panen ya rugi. Kalau sekarang ini banyak ruginya karena gagal panen. Tanaman padinya banyak yang diserang hama wereng.

8. Minggu, 7 November 2010

Untung Sumarno, SP Kalau tingkat pendidikan masyarakat sini saya tidak paham secara pasti karena campur, tapi rata-rata sudah SMA, tapi untuk lebih jelas bisa dilihat di data kecamatan. Mengenai keadaan alam ya dataran rendah, masih banyak sawahnya, dan memang cocok untuk pertanian.

9

Senin, 22 November 2010

Rakidin Pendidikan masyarakat disini macam-macam, ada yang tidak sekolah, ada yang lulusan SD hingga kuliah. Kalau ekonomi masyarakat sini saya rasa sudah baik. keadaan alam disini juga merupakan dataran rendah, air lahan sawah masih banyak, pekarangan juga banyak, dan rumahpun juga sudah banyak. Sebagian besar lahan disini ditanami padi, ada juga jagung, lombok tapi sangat sedikit.

10 Kamis, 25 November 2010

Dalimin Data pendidikan masyarakat di mojolaban sini sudah ada di monografi tiap kelurahan atau di kecamatan juga sudah ada. Supaya jelas bisa dilihat itu

Page 120: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

saja. Keadaan ekonomi di mojolaban bervariasi ada yang kaya juga ada yang miskin. Tapi kalau khususon petani ya bisa dibilang menengah kebawah. Keadaan alam disini masih banyak sawah dan irigasi juga sudah teknis, ada juga yang pakai sumur bur. Wilayah mojolaban ini juga termasuk daerah yang rendah.

11 Kamis, 25 November 2010

Darmo Menawi pendidikan sing enem-enem puniko njih kulo kinten saged sekolah ngantos inggil, menawi kulo piyambak njih rumiyin namung dumugi sekolah rakyat kemawon, menawi sekolah mboten kados sak niki nopo-nopo sae mpun cemepak. Rumiyin sekolah tasih tokoran (tidak memakai alas kaki,sandal/sepatu), wonten mriki sawah,pekarangan taksih kathah njih mugi-mugi saged awet mboten kados kutho ingkang sabin-sabin sampun di tanduri watu (dijadikan rumah,gedung dll)

12 Minggu, 14 November 2010

Sukasno Tingkat pendidikan bermacam-macam, dari SD hingga Universitas ada, dan juga yang tidak sekolahpun juga ada. Kalau teman-teman petani disini yang saya kenal sebaya saya sudah lulusan SMA dan ada yang lulusan univeristas. Keadaan alam disini daerah dataran rendah. Tingkat perekonomian masyarakat sini beragam. Ada yang kaya dan ada yang biasa-biasa saja. Tapi setau saya petani kaya disini belum ada kecuali petani kaya mendadak karena menjual sawahnya (sambil tertawa).

b. Bagaimanakah usahatani yang dilakukan petani maupun kelompok tani di Kecamatan Mojolaban ini sebelum adanya penyuluhan

dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu ini? NO TGL WAWANCARA INFORMAN HASIL WAWANCARA 1. Senin, 16 November

2010

Subardi Pengetahuan petani sebelum adanya PTT sudah maju karena sudah adanya insus dan supra insus, PTT hanya tambahan sedikit dari insus dan supra insus. Persemaian benih sebelum adanya PTT asal sekarang ada anjurannya

Page 121: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

400-500 m per 1 ha dengan bibit 25-30 ha, dengan harapan bibit bisa optimal/besar. Penanaman bibit padi sebelum adanya PTT dulu ditanam pada umur lebih dr 20 HSS, sekarang diupayakan dibawah 20. Sikap petani setelah adanya PTT pemikirannya semakin berkembang/rasional. Kegiatan usaha tani masih konvensional tapi menuju ke teknologi baru. Peran serta kelompok tani sebelum adanya PTT, pernah menjadi juara Insus 25 ha. Pengolahan tanah sebelum adanya PTT dulu belum bahas kedalaman, tapi anjuran Pengolahan tanah sempurna ada anjuran kedalaman 25-35 cm. sistem tanam adanya PTT dengan sistem tegel sekarang dianjurkan jajar legowo. Pengairan sebelum adanya PTT, umumnya petani sering merendam air. Sekarang sudah banyak petani yang tahu dengan memberikan pengairan sistem berselang dalam arti lahan direndam air disaat diperlukan saja, waktu pemupukan dibuang airnya. Pengendalian gulma, tidak ada perbedaan, biasanya seminggu setelah tanam sudah dilakukan pengendalian gulma. Dalam hal pemberantasan hama jelas ada perbedaan sebelum adanya PTT dengan setelah adanya PTT. Dulu itu rutinitas, dan setiap minggu nyemprot. Sekarang sudah banyak yang paham, pemberantasan hama dilakukan secara periodik dalam arti penyemprotan pestisida dengan melihat hama yang berada di lahan. Panen kebanyakan petani ditebas. Kalau yang luasan lahannya sedikit biasanya di bawa pulang, tapi pada umumnya ditebas.

2. Rabu, 10 November 2010

Totok Supriyanto, STP Sebelum adanya PTT rata-rata sukoharjo memang paling tinggi. Kegiatan petani masih konvensional, tidak melihat masalah pasar tapi mengacu pada hasil. Sebelum PTT masuk saya mulai dengan pengolahan tanah tidak ada bedanya dengan sekarang sudah sama-sama menggunakan traktor. Pemupukan jelas sebelum PTT ada petani jor-joran menggunakan pupuk kimia dan waktu pupuk susah akhirnya bingung. Sistem tanamnya masih sama menggunakan sistem tegel 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm. Perlubang

Page 122: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

tanam diisi lebih dari 3 bibit padi, dan ditanamnyapun mesti di usia tua diaatas 25 hari. Pengendalian hama ya sudah lumayan baik dalam arti penggunaan pestisida tidak setiap minggu nyemprot terus. Pengairan berselang itu kebanyakan masih suka ngelep (merendam) air. Kalau menjelang panen biasanya petani sudah didatangi tukang tebas, dan biasanya juga ditebas semua. Tapi yang lahannya sedikit biasanya di bawa pulang dulu.

3. Selasa, 23 November 2010

Jarot Setyadi, SP Sebelum ada PTT petani ya masih seenaknya sendiri. Petani masih suka menanam benih di usia tua, bibit padi ditanam secara ombolan, pakai pupuknya masih dalam dosis yang banyak tidak sesuai aturan, penggunaan insektisida juga masih melebihi dosis yang dianjurkan dan kalau panen di daerah saya umumnya ditebaskan jadi petani tidak repot panen dan langsung dapat uangnya.

4 Sabtu, 6 November 2010

Endang Pratignyowati, SP Sebelum adanya PTT pengetahuan petani kebanyakan masih menggunakan pemikiran kuno sesuai tradisi turun temurun dari jaman dahulu.

5. Sabtu, 6 November 2010

Sri Sutanti, SP Cara berusaha tani sebelum dan setelah adanya PTT jelas ada perbedaan. Misalnya dalam hal pengolahan tanah pada jaman dahulu petani menggunakan pupuk kimia, dan penggunaan pupuk organik sangat minim bahkan cenderung hampir tidak ada. Penggunaan benih padi sudah unggul sesuai anjuran bimas. Penggunaan bibit padi jaman dahulu pada usia tua diatas 20HSS. Penanaman bibit padi sebelum adanya PTT dilakukan secara ombolan 4-5 per lubang tanam

6. Jumat, 5 November 2010

Supriyanto, SP Dulu sebelum adanya PTT belum dikenal adanya system tanam jajar legowo. Rata-rata petani menanam benih padi diatas usia 25 HSS, kendala pada saat tanam adalah keong mas, jadi jika benih padi usia muda sangat disenangi keong mas. Jadi di daerah endemis koeong mas harus di tuakan sedikit, karena dengan dituakan umur bibit yang hendak ditanam maka tekstur tanaman sudah lebih keras sehingga keongmas tidak begitu suka.

Page 123: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Kelompok tani sudah ada sejak sebelum adanya PTT, sikap petani pun sebenarnya sudah tidak kurang-kurang dalam mencari sesuatu hal baru yang sekiranya dapat membuat usahatani mereka memiliki hasil yang lebih baik.

7.

Kamis, 11 November 2010

Gunawan Joko, SP Pengolahan tanah biasanya sebelum adanya PTT biasanya kemrungsung tergesa-gesa, habis tanam langsung diolah dan ditanam. Sehingga tidak maksimal. Penanaman bibit padi sebelum adanya PTT petani menanam secara ombolan. Pemupukan N sebelum adanya PTT petani masih asal-asalan. Pengairan sebelum adanya PTT selalu menggenang. Pengendalian gulma sama tidak ada perbedaan dengan sebelum adanya PTT. Pengendalian hama ada perbedaan banyak, jaman dahulu kebiasaan menyemprot langsung sekaligus dengan dosis yang berlebihan dengan harapan sekali semprot semua hama langsung semprot.

8. Minggu, 7 November 2010

Untung Sumarno, SP Sebelum adanya PTT kita belum kenal yang namanya jajar legowo. Kalau teknik yang lain saya kira sama dengan SRI dulu jadi sudah mengerti.

9

Senin, 22 November 2010

Rakidin Pada waktu sebelum ada PTT itu ada insus, supra insus dan SRI, kebetulan kerja saya di kebun benih sonobojo palur jadi sedikit saya tau. Sebelum PTT ada petani disini belum tau sistem tanam jajar legowo, penggunaan pupuk kimia juga berlebihan, masih ada yang memakai benih F2 yang berasal dari hasil panen padi sebelumnya, masih banyak petani yang suka menggenani sawahnya, nyemprot pestisida rutin setiap minggu. Tapi semenjak ada PTT mulai banyak perubahan.

10 Kamis, 25 November 2010

Dalimin Sebelum ada PTT kami petani di sini ya masih banyak yang bertani secara tradisional seperti cara bertani orang-orang dulu. Sebenarnya sebelum ada PTT juga ada program baru yang disampaikan pak PPL tapi saya lupa namanya apa. Yang saya ingat hampir mirip dengan PTT ini kita diminta untuk menggunakan pupuk organik yang banyak untuk mengurangi pupuk kimia.

Page 124: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

11 Kamis, 25 November 2010

Darmo ingkang kulo lampahi nggih sami kalian petani sanes. Njih sampun ngginakaken benih kamplekan ingkang tumbas ten toko pertanian. Menawi mupuk njih sami wayahipun

12 Minggu, 14 November 2010

Sukasno “Sebelum adanya PTT ya bertani seperti petani lainnya saja, wis wayahe tandur ya tandur wayahe mupuk ya mupuk beegitu seterusnya. Menurut saya PTT ini sama dengan program dulu. Cuma di PTT ini ada sistem tanam legowo saja.

2. Inovasi Apakah yang Saudara ketahui tentang Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah ?

NO TGL WAWANCARA INFORMAN HASIL WAWANCARA 1. Senin, 16 November 2010

Subardi, SP “PTT hanya tambahan sedikit dari Insus dan Supra Insus, point yang baru adalah lama hal teknis penanaman dengan sistem jajar legowo. PTT masuk di Mojolaban tahun 2006 dan kemudian ada SLPTT mulai tahun 2008. Pengetahuan petanipun sebelum adanya PTT sudah maju karena sudah ada Insus dan Supra Insus pada beberapa waktu yang lalu. Point teknis setelah adanya PTT adalah sistem tanam jajar legowo, dan yang masih menjadi kendala dalam hal pemupukan organik. Selain itu ada juga perbedaan lain yaitu Pengolahan tanah sebelum adanya PTT belum ada yang membahas kedalaman, tapi anjuran Pengolahan tanah sempurna ada anjuran kedalaman 25-35 cm. Pengolahan dengan menggunakan traktor. Benih padi menggunakan Vaeietas Unggul Baru (VUB), paling ada sebagian kecil yang menggunakan padi F2. tapi mayoritas sudah menggunakan benih berlabel ungu. Pembelian benih padi bila ingin seragam kadang diorganisir oleh kelompok tani. Benih varietas unggul yang ditanam petani di sini (Wilayah Kerja BPP Tani Budaya) bermacam-macam nganti kadang ngono kui malah ndadekne petani bingung mergo kakean pilihan (kadang

Page 125: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

mmbuat petani bingung karena jenisnya banyak), ada Mekongga, Cibogo, Ciherang, Mekongga, Cigeulis, Conde, Sunggal, Cisantana, Pepe dan IR 64. Persemaian benih sebelum adanya PTT asal sekarang ada anjurannya 400-500 m2 per 1 ha dengan bibit 25-30 ha, dengan harapan bibit bisa optimal/besar. Penanaman bibit padi sebelum adanya PTT ditanam pada umur lebih dr 20 HSS, sekarang diupayakan dibawah 20. pemupukan N setelah adanya PTT diukur dengan menggunakan BWD bagan warna daun, BWD ada 2 macam ada yang 4 dan ada yg 6 bagian. Kalau dengan 4 bagian yang digunakan standar bagian 2 atau 3. dan apabila menggunakan yang 6 bagian yang digunakan sebagai standar adalah pada no 3. diukur dengan BWD pada umur 1 minggu atau 2 minggu. Karena pemupukan urea seminggu sebelum, 21 hari dan 35 hari. Penggunaan bahan organik jelas ada perbedaan. Sekarang petani banyak yang sadar bahwa menggunakan pupuk organik mempengarruhi ketahanan tanaman. Peningkatan produksi, pupuk organik bisa memperbaiki struktur tanah sampai 2 musim. Pengairan sebelum adanya PTT, umumnya petani sering merendam air. Sekarang sudah banyak petani yang tahu dengan memberikan pengairan sistem berselang dalam arti lahan direndam air disaat diperlukan saja, waktu pemupukan dibuang airnya. Pengendalian gulma, tidak ada perbedaan, biasanya seminggu setelah tanam sudah dilakukan pengendalian gulma”.

2. Rabu, 10 November 2010

Totok Supriyanto, STP “PTT merupakan tindak lanjut dari P2BN (Peningkatan Produksi Beras Nasional) masuk secara resmi tahun 2008 setelah P2BN selesai. Sebelum adanya PTT Produktivitas padi Sukoharjo juga sudah tinggi. Konsep PTT hampir sama dengan program-program terdahulu seperti insus dan supra insus. PTT menekankan pada penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB), Benih bermutu/bersertifikat, penggunaan bibit muda (dibawah 21 hari setelah sebar), system tanam jajar legowo atau tegel, jumlah bibit 1-3 per

Page 126: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

lubang tanam, pemupukan berimbang (kalau pupuk N berdasarkan BWD, serta pupuk P dan K diukur dengan kertas lakmus), penambahan bahan organic, pengairan berselang, pengendalian gulma terpadu dan pengendalan hama dan penyakit secara terpadu. Penanaman bibit masih diusia tua bagi yg tidak tersentuh penyuluhan. Ada dua factor , kebiasaan dan karena factor iklim, Sudah saatnya tanam (wis wayahe tandur) tapi tidak ada air. Tapi kalau tidak diingatkan lewat penyuluhan penanaman di atas 28 hari. Alasannya supaya tidak gampang patah batangnya dan tidak mudah dimakan keong. Anjuran PTT usia 15-20 hr. dengan harapan anakan lebih banyak setiap 4-5 setiap ruas akan mengeluarkan anakan, behenti beranak usia 35-40 hari. kalaupun beranak tidak produktif. Tapi kalau penanaman di usia bibit 15 hari masih banyak kesempatan tanaman untuk menghasilkan anakan yang lebih banyak. Jumlah bibit perlubang tanaman 1-2 ternyata memberikan hasil yg tinggi“.

3. Selasa, 23 November 2010

Jarot Setyadi, SP “PTT upaya yang sedang trend saat ini yang bertujuan untuk peningkatan produktivitas padi. Upaya untuk meningkatkan produktivitas adalah dengan mengubah kebiasaan petani dalam cara budidaya tanaman padi. Yang benar-benar baru dirasakan petani adalah sistem tanam jajar legowo. Untuk hal lain seperti yang dianjurkan dalam petunjuk PTT seperti penggunaan VUB, benih berlabel, benih muda, pemupukan yang spesifik lokasi, penambahan organik, penggunaan gosrok dan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu umumnya sudah dimengerti petani meskipun belum diterapkan sesuai petunjuk. Sebelum adanya PTT sudah ada program seperti Insus, Supra Insus dan pernah menjadi juara juga”.

Page 127: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

4 Sabtu, 6 November 2010

Endang Pratignyowati, SP

“Sebelum adanya PTT pengetahuan petani kebanyakan masih menggunakan pemikiran kuno. sesuai tradisi turun temurun dari jaman dahulu. Setelah adanya PTT pengetahuan petani ada sedikit peningkatan. PTT masuk di Mojolaban Tahun 2006 kemudian ada sekolah lapang. PTT merupakan lanjutan dari P2BN, cara berusaha tani sebelum dan setelah adanya PTT jelas ada perbedaan. Teknologi jaman dahulu per lubang tanam ombolan 3-5 bibit perlubang tanam tapi sekarang berubah lagi dengan anjuran 1-2 bibit perlubang tanam. Penanaman bibit dilakukan secara sistem tegel dengan ukuran 22 x 22 cm. Di Kecamatan Mojolaban sudah 60-70 % pernah menggunakan jajar legowo. kebanyakan masih ada yang menggunakaan dengan 4 :1, 2 : 1 dan ada yang menggunakan 6 : 1 akan tetapi hasil yang optimal di skala 2 :1. Pemupukan NPK, petani sebelum adanya PTT dalam penggunaan pupuk n terlalu banyak. Karena jaman dahulu petani tidak puas kalau daun itu tidak hijau sekali, tetapi seiring dengan adanya PTT petani sudah banyak yanng mengetahui bahwa penggunaan N berlebihan dapat menyebabkan tanaman menjadi rentan penyakit kresek. Pengairan di Kecamatan Mojolaban sudah 100 % sistem pengairan teknis. Akan tetapi masih banyak petani kolot yang masih mempunyai pemahaman bahwa kalau tidak direndam maka tidak puas”.

5. Sabtu, 6 November 2010

Sri Sutanti, SP

“PTT masuk tahun 2006 dan kemudian ada sekolah lapang dengan materi pengamatan ekosistem. Materi diberikan oleh petugas PPL dengan pengamat hama dari Dinas Pertanian. PTT merupakan Program lanjutan dari P2BN, cara berusahatani petani di Mojolaban sini sebelum dan setelah adanya PTT jelas ada perbedaan, misalnya penggunaan benih sebelum adanya PTT pada usia diatas 20-an HSS, sekarang sudah dibawah 20 HSS. Penanaman padi sebelum adanya PTT dilakukan secara ombolan 4-5 bibit/lubang tapi setelah adanya PTT menjadi 1-2 bibit/lubang tanam”.

Page 128: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

6.

Jumat, 5 November 2010

Supriyanto, SP “Dulu sebelum adanya PTT belum dikenal sistem tanam jajar legowo rata-rata petani menanam bibit diatas usia 25 HSS, sikap petanipun sebenarnya tidak kurang-kurang dalam dalam mencari sesuatu hal yang baru yang sekiranya dapat membuat usahatani mereka memiliki hasil yang lebih baik. Tapi sekarang ada PTT maka ilmu, sikapdan ketrampilan budidayapun juga berbeda. Dan hal ini harus ditunjang dengan seringnya sosialisasi kepada petani ”.

7. Kamis, 11 November 2010

Gunawan Joko, SP

“Pengelolaan Tanaman Terpadu padi sawah ini merupakan program lanjutan setelah P2BN, intinya itu juga lebih bijak dalam pelaksanaan usahataninya. Contohnya bibit ditanam usia muda dengan harapan bisa beranak banyak dan produktif, hemat menggunakan benih seperti yang dianjurkan PTT, hemat dalam menggunakan air, pupuk kimia dan pestida maupun insektisida. ”.

8.

Minggu, 7 November 2010

Untung Sumarno, SP “PTT itu program baik dari pemerintah tapi pelaksanaannya itu yang belum banyak bisa diterima dengan baik oleh petani daerah sini. Kalau dilihat dari anjurannya sebenarnya juga tidak susah. Tinggal petani itu mau apa tidak. Lhawonk jajar legowo kuwi wae wis do sambat angel kok (penerapan jajar legowo saja sudah pada mengeluh susah). Kalau saya pribadi memang setuju menggunakan anjuran PTT itu sendiri“. Kalau aspek lain yang dianjurkan dalam PTT seperti penggunaan benih unggul saya kira sudah hampir semua menggunakan benih unggul, varietas padi yang unggul memang memberikan hasil yang tinggi, varietas unggul yang banyak digunakan petani IR-64 (varietas unggul lama tapi sekarang masih banyak digunakan), ciherang, mekongga, membramo dan pepe. Selain penggunaan benih unggul yang menjadi anjuran dalam PTT adalah penanaman bibit pada usia muda, nah ini yang berpengaruh pada jumlah anakan nantinya, kalau penanaman kita sesuai anjuran itu saya yakin jumlah anakan juga pasti lebih banyak dari pada penanaman pada usia bibit

Page 129: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

tua. Saya pernah membuktikan ini waktu saya masih dinas di Balai Benih Tegal gondo, dan memang benar adanya kalau ditanam usia muda maka lebih banyak anakannya yang produktif. Selain bibit muda juga ada penanaman 1-3 bibit/lubang tanam, system tanam jajar legowo seperti yang saya bilang diatas tadi, pemupukan N dengan pedoman BWD, pemupukan P dan K dengan melihat hara tanahnya, pengairan berselang, penggunaan bahan organic, dan pegendalian gulma dan hama secara terpadu.

9. Senin, 22 November 2010

Rakidin ”PTT itu cara budidaya tanaman yang sudah diatur agar hasil pertanian dapat meningkat. Cara yang ditempuh penggunaan benih unggul, benih yang digunakan juga usianya muda, menanam bibitnya juga sedikit 1-3 bibit saja tidak seperti dulu ombolan 4-6 bibit per lubang tanam, sistem tanam jajar legowo, pengairan berselang, pemupukan urea dengan ukuran BWD (ini yang susah mas karena petani itu tidak punya BWD, yang punya itu hanya PPLnya saja), pemupukan P dan K juga tidak sembarangan ada aturannya, penggunaan bahan organik, pemberantasan gulma dengan alat bantu gosrok dan penggunaan insektisida juga kalau pas ada hama saja. Tidak rutin seperti dulu ada hama atau tidak ada hama disemprot rutin. Sekarang saya cuma menggarap sawah saya sendiri 5000 m, tahun kemarin saya menyewa sawah sebelah ini 2 ha milik TNI. Kalau benih yang saya gunakan sebenarnya juga sudah termasuk varietas unggul, saya sebelum Inpari 13 ini memakai varietas pepe harganya Rp. 5000/kg sak kamplek itu 5 kg dan untuk sawah 5000 m ini saya butuh 15 Kg berarti 3 kamplek. Kalau sekarang saya memakai Inpari 13 ini varietas baru saat ini, katanya tahan wereng. Harganya Rp. 8000/kg. Sewaktu saya mengelola sawah milik balai benih sono bijo tempat saya bekerja hasilnya bagus. Kemarin Alhamdulillah bisa panen tapi tidak bisa optimal, hanya separuhnya saja 3,5 ton/ha, kalau tidak kena wereng bisa sampai 6,5-7 ton/ha. Di sawah

Page 130: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

saya saya memakai pupuk urea, phonska dan metro (pupuk organik).

10. Kamis, 25 November 2010

Dalimin Pemahaman saya PTT itu seperti program dari pemerintah. Program program PTT itu sudah tersusun secara sistematis misalnya dalam PTT itu kan menghendaki penggunaan benih unggul, penanaman bibit usia muda, pengairan berselang, pupuk organik,mengurangi pupuk kimia, pengairan berselang, pemberantasan gulma memakai alat tradisional yang disebut gosrok, penyemprotan obat hama juga tidak sembarangan.

11 Kamis, 25 November 2010

Darmo Menawi PTT puniko ingkang baken wonten anggenipun nandur kanthi winih ingkang taksih enem, lajeng ngginakne bibit unggul kados ingkang sampun meniko. Sanese meniko njih tanem 1-3 winih per tencep mboten kados rumiyin ngantos 3 dumugi 6 winih sak tancep., (sambil ketawa : nanging kulo piyambak njih taksih ngeyel ding mas nek pas kathah omo keong), mupuk kimia dipun imbangi kaliayan pupuk organik supados mboten rusak sitinipun ugi mboten kengeng resiko penyakit kresek amargi kathah ingkang ngagem urea. Lajeng irigasi berselang, kaliyan matun ngagem gosrok, mbok bilih menawi PTT kirang langkung kados mekaten.

12 Minggu, 14 November 2010 Sukasno PTT itu bagus kalau dibandingkan jamannya SRI dulu. sebenarnya mirip juga sih mas. seperti penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk organik di SRI juga ada. Perbedaan yang jelas itu pada sistem tanam kalau PTT ini ada jajar legowo dan di SRI dulu tidak ada. Nah yang menjadi sedikit permasalahan bagi saya adalah untuk penanaman dengan jajar legowo itu sendiri.

Page 131: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

3. Metode dan teknik Penyuluhan Apakah metode dan teknik yang digunakan dalam Kegiatan penyuluhan ?

NO TGL WAWANCARA INFORMAN HASIL WAWANCARA 1. Jumat, 5 November 2010

Supriyanto, SP “Metodenya ya PPL datang langsung ke Lapang atau pertemuan kelompok

kemudian PPL ceramah, diskusi dan kalau petani minta praktek ya kita praktek, kadang juga ada karyawisata ke perusahaan obat atau formulator dan kadang ke tempat kelompok tani dari desa lain yang hasil panennya bagus”.

2. Rabu, 10 November 2010

Totok Supriyanto, STP “penyuluhan secara tatap muka atau secara langsung lebih memudahkan petani untuk menerima informasi yang utuh dari PPL, selain itu jika ada pertanyaan atau ada masalah yang ditemui petani dapat segera disampaikan langsung kepada PPL, jadi lebih efektif dan efisien”.

3. Senin, 16 November 2010

Subardi, SP “Biasanya PPL langsung ke hamparan menemui petani, selain dilakukan penyuluhan secara rutin. dari BPP ada demplot-demplot, hampir setiap desa sudah mempunyai demplot sehingga diharapkan petani bisa melihat, mencoba dan menerapkan. Kalau ada dana atau sponsor dari formulator biasanya ada karyawisata ke perusaahaannya”.

4.

Kamis, 11 November 2010

Gunawan Joko, SP “Yang sudah berjalan PPL langsung penyuluhan ke lapang setiap 2 minggu sekali, dan petani biasanya banyak tuntutan, kalau tidak praktek sendiri dan hanya mendengar cerita saja tidak akan percaya dan menurut. Jadi biasanya ada praktek dilahan percontohan atau demplot milik BPP atau langsung dilahan yang disediakan petani sendiri ”.

5. Senin, 22 November 2010

Rakidin ”biasanya PPL datang ke sawah atau ke pertemuan kelompok tani kemudian diskusi, kalau sekiranya memungkinkan kadang diadakan demplot.

6. Kamis, 25 November 2010

Dalimin “ Penyuluhan secara langsung kepada petani lebih efektif, karena petani menerima informasi langsung dari PPL tidak dari orang lain”.

Page 132: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

4. Kegiatan Penyuluhan Apa sajakah kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan melalui pendekatan PTT ?

NO TGL WAWANCARA INFORMAN HASIL WAWANCARA 1. Jumat, 5 November 2010

Supriyanto, SP “Penyuluh itu tidak hanya monoton memberikan penyuluhan

saja, tapi juga harus bisa menjadi teman yang baik, jadi petani juga tidak pekewuh kalau mau tanya atau sharing waktu penyuluhan berlangsung”.

2. Sabtu, 6 November 2010

Endang Pratignyowati, SP

“Waktu penyuluhan itu tidak pasti hari dan tanggalnya, tapi dapat dipastikan setiap 2 minggu sekali pada minggu ke 2 dan minggu ke 4 selain hari jum’at, karena hari jum’at untuk administrasi”.

3. Senin, 16 November 2010

Subardi, SP “Materi penyuluhan tidak saklek seperti apa yang sudah direncanakan sebelumnya, jika di lapang ada masalah yang ditemui petani ya harus membantu menyelesaikan masalah tersebut”.

4 Sabtu, 6 November 2010

Sri Sutanti, SP “Seperti biasanya penyuluhan diawali dengan pertemuan langsung penyuluh dan petani. Pertemuan tersebut dilaksanakan rutin setiap dua minggu sekali yang jatuh pada minggu kedua dan minggu keempat”

5. Jumat, 5 November 2010

Supriyanto, SP Pada kegiatan penyuluhan biasanya dihadiri oleh aparat desa, baik itu Kaur Pembangunan, Carik atau terkadang Lurah. Sehingga pada waktu kegiatan penyuluhan berlangsung terdapat pejabat desa yang mengetahui perkembangan desanya.

6. Selasa, 23 November 2010 Jarot Setyadi, SP “Penyuluhan di BPP sudah merata disetiap desa. Sebelum penyuluhan dilaksanakan sudah mempersiapkan materi yang akan disampaikan”.

Page 133: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

5. Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu Bagaimana pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan dengan pendekatan PTT ?

NO TGL WAWANCARA INFORMAN HASIL WAWANCARA 1. Kamis, 25 November 2010

Darmo “Penyuluh meniko sampun sae kaliyan petani-petani teng mriki,

dados menawi wonten masalah kados susah ingkang pados winih, pupuk kaliyan omo wonten ingkang saged dipun ajak rembugan...””.

2. Senin, 22 November 2010

Rakidin “Pak Penyuluh biasanya kesini (ke lapang untuk memberikan penyuluhan) dua minggu sekali dan kadang juga tidak mesti (pasti). Dan waktu penyuluhan selalu didampingi oleh petugas dari kelurahan”.

3. Minggu, 14 November 2010 Sukasno “Sudah baik, setiap ada program baru biasanya ada praktek”. 4. Minggu, 7 November 2010 Untung Sumarno, SP “Saya kira penyuluhan berjalan baik, Cuma waktu

penyuluhannya kadang tidak ajeg.” 5. Senin, 16 November 2010

Subardi, SP “Penyuluhan dengan model PTT ini sudah berjalan sejak tahun

2006 lalu, berarti sudah 5 tahun berjalan di Mojolaban dan saya kira berjalan dengan baik. Mestinya kalau tidak ada kendala wereng hasilnya akan tetap bagus.”

7. Kendala yang dihadapi dalam kegiatan penyuluhan Adakah kendala yang dihadapi selama kegiatan penyuluhan berlangsung ? Apakah kendala tersebut ?

NO TGL WAWANCARA INFORMAN HASIL WAWANCARA 1. Senin, 16 November 2010 Subardi, SP “kendalanya ya merubah kebiasaan itu bukan hal yang gampang,

dan petani kalau ada penyuluhan yang datang sedikit.”

2. Rabu, 10 November 2010 Totok Supriyanto, STP “Kebanyakan petani susah untuk diajak maju, jika ada

Page 134: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

penyuluhan rutin yang datang hanya 7-10 orang padahal yang diundang 30 orang. Tapi jika ada program bantuan gratis langsung mereka datang rame-rame, dan kendala yang sangat berarti lahan pertanian dari tahun ke tahun berbeda-beda yang menggarap jadi proses penyuluhanpun tidak dapat maksimal”.

3. Sabtu, 6 November 2010

Endang Pratignyowati, SP

“Mengubah kebiasaan petani itu tidak mudah, butuh waktu yang lama, biasanya setelah 2-3 tahun baru dapat diterima petani. Misalnya yang susah itu dalam hal pemupukan, Yang menggunakan pupuk organic itu jarang, kalaupun ada juga sangat sedikit sekali, biasanya hanya pada petani yang mempunyai hewan ternak. Petani mengalami kesulitan untuk mendapatkan pupuk organic untuk lahan sawahnya.”

5.

Sabtu, 6 November 2010 Sri Sutanti, SP “masih banyak yang tidak datang kalau ada penyuluhan, giliran ada bantuan baru petani banyak yang datang”.

6. Jumat, 5 November 2010

Supriyanto, SP “Menurut saya kendala sekarang itu di iklim yang tidak bisa diprediksi. Kalau dulu iklim itu stabil, yen rendeng yo mesti rendeng, yen ketigo mesti ketigo. Tapi sekarang harusnya terang malah hujan terus selama 2 tahun ini kan. Ya akibatnya seperti ini banyak yang gagal panen.

7. Minggu, 7 November 2010

Untung Sumarno, SP “menggunakan pupuk sesuai rekomendasi itu susah dilakukan karena petani susah mendapatkan pupuk organic, daerah sini hewan ternak sudah jarang dan ada juga petani yang sama sekali tidak menggunakan pupuk kimia, jadi ya solusinya sementara menambah pupuk kimia”.

7. Senin, 22 November 2010

Rakidin “Sebenarnya penggunaan pupuk kimia berlebihan juga tidak baik, tanah juga pecah-pecah (rusak) dan tanaman padi terkena hama penyakit”.

Page 135: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

8. Minggu, 14 November 2010

Sukasno

Belum ada solusi yang baik untuk memberantas hama wereng seperti ini

9. Kamis, 25 November 2010 Dalimin Masalahnya saya kira iklim yang tidak tentu dan hama 10. Kamis, 25 November 2010 Darmo Masalahipun njih wereng, sampun kulo semprot njih mboten

mempan”

8. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut ? NO TGL WAWANCARA INFORMAN HASIL WAWANCARA 1. Senin, 16 November 2010 Subardi, SP “Sabar dan terus mendampingi petani dengan baik”.

2. Rabu, 10 November 2010

Totok Supriyanto, STP “nah menurut saya kalau kendala petani yang hadir dalam penyuluhan Cuma sedikit bisa disiasati dengan mengandalkan petani maju yang aktif, biasanya kalau petani yang maju itu kita kasih tau dia mau dan berhasil otomatis banyak petani lain yang niru, tapi masalah lahan sawah yang berpindah-pindah tangan setiap tahun itu saya belum ketemu jalan keluarnya karena itu sawah ya mereka sewa jadi kita belum bisa kasih solusi ”.

3. Sabtu, 6 November 2010 Endang Pratignyowati, SP “jangan menyerah dan tetap optimis aja.” 5.

Sabtu, 6 November 2010

Sri Sutanti, SP “ mungkin apabila pemerintah mau memberikan sedikit bantuan saya kira penyuluhanpun akan banyak didatangi petani (sembari ketawa) ”.

6. Jumat, 5 November 2010 Supriyanto, SP “kalau iklim susah dirubah ya, karena bukan kehendak manusia.” 7. Minggu, 7 November 2010 Untung Sumarno, SP “solusi sementara ini ya tetap memakai pupuk kimia”. 7. Senin, 22 November 2010

Rakidin “kalau sempat sebenarnya bisa menggunakan jerami, tapi ya

kendalanya kalau memakai jerami tidak langsung bisa ditanamani lagi, butuh waktu agar jerami itu busuk dan hancur”.

8. Minggu, 14 November 2010 Sukasno

Solusi wereng dari pak PPL sementara ya jangan menanam padi dulu, menanam polowijo dulu saja.

Page 136: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

9. Kamis, 25 November 2010 Dalimin “solusinya mungkin ditanami selain padi” 10. Kamis, 25 November 2010 Darmo “sementara njih kersane leren sabine”

9. Manfaat Penyuluhan Apakah manfaat yang diperoleh dalam kegiatan penyuluhan melalui pendekatan PTT?

NO TGL WAWANCARA INFORMAN HASIL WAWANCARA 1. Senin, 16 November 2010 Subardi, SP “Hasil panennya meningkat”

2. Rabu, 10 November 2010 Totok Supriyanto, STP “Petani jadi tau cara usahatani yang baik“.

3. Selasa, 23 November 2010 Jarot Setyadi, SP “saya kira kalau semua berjalan dengan baik pasti semua hasilnya juga baik”

4 Sabtu, 6 November 2010 Endang Pratignyowati, SP

“Kalau PTT berjalan dengan baik saya senang, karena pasti hasilnya juga akan tinggi.”

5. Sabtu, 6 November 2010 Sri Sutanti, SP “saya puas jika PTT bisa benar-benar dilakukan dengan baik oleh petani di sini. Yang saya liat kalau usahatani dengan PTT lebih hemat benih, penggunaan bibitpun juga lebih hemat dari pada dulu sistemnya ombolan, penggunaan pupuk kimia bisa berkurang.

6. Jumat, 5 November 2010

Supriyanto, SP “Manfaatnya itu pasti hasil panennya baik kalau tidak ada kendala hama seperti sekarang ini, petani juga tidak boros pupuk kimia, tanah juga tidak manja karena penggunaan pupuk berlebihan.”

7.

Kamis, 11 November 2010

Gunawan Joko, SP “Manfaatnya yaitu petani untung. Kalau sekarang ini banyak ruginya karena gagal panen. Tanaman padinya banyak yang diserang hama wereng.“

8. Minggu, 7 November 2010

Untung Sumarno, SP “Menurut saya manfaatnya itu pendapatan petani pasti lebih banyak. Petani juga tau dan sadar bagaimana usahatani padi dengan model PTT

Page 137: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

ini. Sewaktu di lahan peertanian tegal gondo saya pernah mencoba model PTT ini tapi memang masih menggunakan pupuk kimia tapi sesuai anjuran dan penggunaan bibit muda dan menanam 1 bibit per lubang tanam bisa mencapai hasil 7-8 ton/ha.”

9

Senin, 22 November 2010 Rakidin “Kalau saya sendiri jadi lebih tau bertani dengan model PTT ini, dan memang kalau benar diterapkan hasilnya panen juga bagus.”

10 Kamis, 25 November 2010

Dalimin “Yang sudah saya alami kalau ikut menerapkan cara itu hasilnya juga bagus, sepathok (2500 m) itu bisa 12-16 kuintal kalau ditebaskan ya lumayan bisa sampai 5 juta kadang lebih.”

11 Kamis, 25 November 2010 Darmo “Menawi sabin kulo niki njih alhamdulillah sae, panen saged 15 kuintal sepathok (3000 m).”

12 Minggu, 14 November 2010 Sukasno “Kalau dilihat dari manfaat PTT ya petani jelas jadi lebih tau, kalau dilihat dari hasil juga saya merasakan ada peningkatan 1-3 kuintal per pathok (2500 m) dulu sebenarnya juga lumayan bisa 15 kuintal tapi setelah banyak sosialisasi dan anjuran dari PPL tentang PTT lumayan bisa bertambah 16 bahkan pernah hampir 18 kuintal.”

11. Bagaimanakah keterlibatan Dinas Pertanian Sukoharjo dalam Kegiatan Penyuluhan menggunakan Pendekatan PTT ini?

NO TGL WAWANCARA INFORMAN HASIL WAWANCARA 1. Senin, 16 November 2010

Subardi, SP “Mensupport, seminggu sekali ada petugas yang memberikan

pengarahan dari Dinas Pertanian biasanya dari petugas hama dan penyakit”

2. Rabu, 10 November 2010 Totok Supriyanto, STP “Ada pihak dari Dinas Pertanian yang sering kesini sharing atau menyampaikan informasi “.

Page 138: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

12. Bagaimana respon adanya Kegiatan Penyuluhan melalui pendekatan pengelolaan terpadu ini ? NO TGL WAWANCARA INFORMAN HASIL WAWANCARA 1. Jumat, 5 November 2010

Supriyanto, SP “Respon tinggi. Sebagian besar petani aktif pada saat diadakan

demplot, ”. 2. Senin, 16 November 2010

Subardi, SP “Responnya bagus, banyak yang menginginkan diadakan demplot biar

bisa melihat buktinya secara langsung, dan sewamtu demplot diadakan petani banyak yang datang untuk menyaksikan.”

13. Bagaimana keberlanjutan Kegiatan Penyuluhan melalui pendekatan PTT ini apabila program dari pemerintah telah selesai ?

NO TGL WAWANCARA INFORMAN HASIL WAWANCARA 1. Jumat, 5 November 2010 Supriyanto, SP “PTT ini bagus, jadi kalau program dari pemerintah ini selesai

saya tetap mendampingi petani dengan acuan dalam PTT ini.” 2. Senin, 16 November 2010

Subardi, SP “kalaupun pendekatan PTT dari pemerintah ini selesai saya

kira program yang baru tidak akan jauh berbeda dengan ini. Dan saya anggap PTT masih baik dan layak untuk terus di sosialisasikan dan kami siap untuk mendampingi petani meskipun tidak selalu dilapang, bisa lewat telpon atau sms dan sekarang sudah banyak yang melakukan itu.”

3. Rabu, 10 November 2010 Totok Supriyanto, STP “Penyuluh tetap memberikan penyuluhan dan pendampingan kepada petani, materi dalam PTT itu saya kira masih cocok untuk di sosialisasikan kepada petani di Mojolaban ini“.

Page 139: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

Tabel 2 Rincian Validitas Data Sumber No Data Petani Penyuluh Rangkuman 1. Pengelolaan

Tanaman Terpadu padi sawah (PTT)

PTT itu program baik dari pemerintah tapi pelaksanaannya itu yang belum banyak bisa diterima dengan baik oleh petani daerah sini. Kalau dilihat dari anjurannya sebenarnya juga tidak susah. Tinggal petani itu mau apa tidak. PTT itu bagus kalau dibandingkan jamannya SRI dulu. sebenarnya mirip juga sih mas. seperti penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk organik di SRI juga ada. Perbedaan yang jelas itu pada sistem tanam kalau PTT ini ada jajar legowo dan di SRI dulu tidak ada

Pengelolaan Tanaman Terpadu padi sawah ini merupakan program lanjutan setelah P2BN, intinya itu juga lebih bijak dalam pelaksanaan usahataninya. Contohnya bibit ditanam usia muda dengan harapan bisa beranak banyak dan produktif, hemat menggunakan benih seperti yang dianjurkan PTT, hemat dalam menggunakan air, pupuk kimia dan pestida maupun insektisida.

PTT merupakan program lanjutan setelah adanya program pemerintah gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). PTT mirip dengan program yang dulu bernama SRI, namun dalam PTT ada metode sistem tanam baru yaitu sistem tanam jajar legowo.

2. Inovasi Cara yang ditempuh dalam PTT yaitu penggunaan benih unggul, benih yang digunakan juga usianya muda, menanam bibitnya juga sedikit 1-3 bibit saja tidak seperti dulu ombolan 4-6 bibit per lubang tanam, sistem tanam jajar legowo, pengairan berselang, pemupukan urea dengan ukuran BWD (ini yang susah mas karena petani itu tidak punya BWD, yang punya itu hanya PPLnya saja), pemupukan P dan

Konsep PTT hampir sama dengan program-program terdahulu seperti insus dan supra insus. PTT masuk di Mojolaban tahun 2006 dan kemudian ada SLPTT mulai tahun 2008. Pengetahuan petanipun sebelum adanya PTT sudah maju karena sudah ada Insus dan Supra Insus pada beberapa waktu yang lalu. Point teknis setelah adanya PTT adalah

Inovasi pada PTT dikenal di Kecamatan Mojolaban sejak Tahun 2006 konsep usahatani dalam PTT adalah penanaman padi dengan usia muda yaitu kurang dari 21 hari, hemat bibit karena hanya 1 bibit per lubang taman, hemat air, pengairan berselang. Pemupukan urea dengan memperhatikan BWD (Bagan Warna Daun), pemupukan NPK harusnya dilakukan dengan memperhatikan keadaan tanah berdasarkan alat namun faktor ketersediaan alat yang membuat upaya ini belum dapat

Page 140: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

K juga tidak sembarangan ada aturannya, penggunaan bahan organik, pemberantasan gulma dengan alat bantu gosrok dan penggunaan insektisida juga kalau pas ada hama saja. Tidak rutin seperti dulu ada hama atau tidak ada hama disemprot rutin. PTT itu bagus kalau dibandingkan jamannya SRI dulu. sebenarnya mirip juga sih mas. seperti penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk organik di SRI juga ada. Perbedaan yang jelas itu pada sistem tanam kalau PTT ini ada jajar legowo dan di SRI dulu tidak ada.

sistem tanam jajar legowo, dan yang masih menjadi kendala dalam hal pemupukan organik. PTT menekankan pada penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB), Benih bermutu/bersertifikat, penggunaan bibit muda (dibawah 21 hari setelah sebar), system tanam jajar legowo atau tegel, jumlah bibit 1-3 per lubang tanam, pemupukan berimbang (kalau pupuk N berdasarkan BWD, serta pupuk P dan K diukur dengan kertas lakmus), penambahan bahan organic, pengairan berselang, pengendalian gulma terpadu dan pengendalan hama dan penyakit secara terpadu.

terlaksana dengan baik. pemberantasan gulma dengan gosrok, dan pemberantasan hama diwaktu tertentu tidak setiap minggu. sistem tanam dalam PTT adalah jajar legowo namun karena adanya pertambahan biaya yang dikeluarkan dan membutuhkan waktu lebih serta hasilnya juga tidak begitu meningkat secara signifikan maka petani banyak yang tidak menerapkannya.

3. Keadaan Masyarakat

Tingkat pendidikan bermacam-macam, dari SD hingga Universitas ada, dan juga yang tidak sekolahpun juga ada. Kalau ekonomi masyarakat sini saya rasa sudah baik. keadaan alam disini juga merupakan dataran rendah, air lahan sawah masih banyak, pekarangan juga banyak, dan rumahpun juga sudah banyak.

Keadaan Pendidikan petani di Kecamatan Mojolaban sudah lumayan bagus. Rata-rata pendidiksn sudah kebanyakan lulusan SMA, meskipun ada yang tidak sekolah maupun lulusan SD dan SMP. Keadaan alamnya bagus, irigasinya juga sudah baik karena sudah teknis semua dan

Tingkat pendidikan petani di kecamatan Mojolaban beragam ada yang SD bahkan hingga perguruan tinggi, namun ada juga yang tidak sekolah. Keadaan alamnya bagus dan sangat potensial untuk pertanian, karena irigasi serta sarana dan prasarana mudah didapatkan.

Page 141: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

Sebagian besar lahan disini ditanami padi, ada juga jagung, lombok tapi sangat sedikit..

airnya juga lancar. Tanahnya juga mendukung untuk tanaman padi.

4. Metode dan Teknik Penyuluhan

biasanya PPL datang ke sawah atau ke pertemuan kelompok tani kemudian diskusi, kalau sekiranya memungkinkan kadang diadakan demplot

Metodenya PPL datang langsung ke Lapang atau pertemuan kelompok kemudian PPL ceramah, diskusi dan.demplot. selain itu ada juga karyawisata biasanya ke formulator atau kelompok tani dari desa lain yang hasil panennya dapat bagus.

Metode yang dilakukan datang langsung ke lapang atau ke pertemuan kelompok kemudian diskusi, ceramah dan percontohan (demplot). selain itu ada juga karyawisata biasanya ke formulator atau kelompok tani dari desa lain yang hasil panennya dapat bagus.

5. Kegiatan penyuluhan

Penyuluh biasanya kesini (ke lapang untuk memberikan penyuluhan) dua minggu sekali dan kadang juga tidak mesti (pasti). Dan waktu penyuluhan selalu didampingi oleh petugas dari kelurahan

Seperti biasanya penyuluhan diawali dengan pertemuan langsung penyuluh dan petani. Pertemuan tersebut dilaksanakan rutin setiap dua minggu sekali yang jatuh pada minggu kedua dan minggu keempat. Pada kegiatan penyuluhan biasanya dihadiri oleh aparat desa, baik itu Kaur Pembangunan, Carik atau terkadang Lurah

Penyuluhan dilakukan setiap 2 minggu sekali yaitu pada minggu ke 2 dan minggu ke 4 serta tanggal dan harinyapun tidak selalu sama berubah-ubah berdasarkan kesepakatan antara PPL, Petani dan petugass kelurahan.. Dan dalam penyuluhan ini PPl didampingi oleh petugas dari kelurahan.

6. Kendala yang dihadapi

menggunakan pupuk sesuai rekomendasi itu susah dilakukan karena petani susah mendapatkan pupuk organic, daerah sini hewan ternak sudah jarang dan ada juga petani yang sama sekali tidak

kendalanya ya merubah kebiasaan itu bukan hal yang gampang, dan petani kalau ada penyuluhan yang datang sedikit. Tapi jika ada program bantuan gratis langsung mereka datang rame-rame, dan

Kendala yang dialami penyuluh dalam penyuluhan melalui pendekatan PTT adalah merubah kebiasaan petani yang masih menerapkan cara usahatani tradisonal, dalam setiap kegiatan penyuluhan rutin setiap 2 minggu sekali belum dapat berjalan optimal

Page 142: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

menggunakan pupuk kimia, jadi ya solusinya sementara menambah pupuk kimia. Kendala Selain itu masalahnya saya kira iklim yang tidak tentu dan hama

kendala yang sangat berarti lahan pertanian dari tahun ke tahun berbeda-beda yang menggarap jadi proses penyuluhanpun tidak dapat maksimal. Selain itu yang menjadi kendala adalah iklim yang tidak bisa diprediksi.

karena kehadiran petani dalam penyuluhan masih minim. Selain faktor kehadiran, kendala yang dialami penyuluh adalah lahan sawah dari setiap musim kadang-kadang berbeda yang mengelola sehingga penyuluhanpun tidak dapat berjalan optimal. untuk kendala yang dialami petani dalam penyuluhan melalui pendekatan PTT ini adalah belum dapat menerapkan pemupukan sesuai rekomendasi karena untuk mendapatkan pupuk organik dengan harga terjangkau sudah susah dicari. Selain itu, penanaman secara jajar legowo kurang dapat diterima petani karena membutuhkan biaya dan waktu yang lebih banyak. Kendala lain adalah faktor alam, yaitu iklim dan hama tanaman.

7. Manfaat penyuluhan

Kalau dilihat dari manfaat PTT ya petani jelas jadi lebih tau, kalau dilihat dari hasil juga saya merasakan ada peningkatan 1-3 kuintal per pathok (2500 m) dulu sebenarnya juga lumayan bisa 15 kuintal tapi setelah banyak sosialisasi dan anjuran dari PPL tentang PTT lumayan bisa bertambah 16 bahkan pernah hampir 18 kuintal

Kalau PTT berjalan dengan baik saya senang, karena pasti hasilnya juga akan tinggi. kalau usahatani dengan PTT lebih hemat benih, penggunaan bibitpun juga lebih hemat dari pada dulu sistemnya ombolan, penggunaan pupuk kimia bisa berkurang.

Ada Peningkatan SDM, ada peningkatan hasil produksi 300-1000Kg/Ha, lebih hemat bibit, hemat air, segi keinovatifan secara global sudah inovatif.

Page 143: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

Tabel 3 Rincian Validitas Data Metode No Data Wawancara Dokumen Observasi Rangkuman 1. Pengelolaan

Tanaman Terpadu Padi Sawah (PTT)

PTT merupakan program lanjutan setelah adanya program pemerintah gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). PTT mirip dengan program yang dulu bernama SRI, namun dalam PTT ada metode sistem tanam baru yaitu sistem tanam jajar legowo.

PTT berbeda dengan Intensifikasi Khusus (INSUS) maupun SUPRA-INSUS yang pernah dilakukan secara massal di lingkungan petani. Yang membedakannya adalah PTT menekankan pada prinsip partisipatori dengan menempatkan pengalaman, keinginan, dan kemampuan petani pada posisi penting dalam menerapkan teknologi. Pendekatan PTT ini memperhatikan keberagaman lingkungan pertanaman dan kondisi petani, sehingga penerapan teknologi di suatu tempat mungkin sekali berbeda dengan lokasi lainnya.

Penyuluhan melalui pendekatan PTT ini sudah berjalan cukup baik. karena dilihat dari komponen-komponen dalam PTT sudah banyak yang diaplikasikan. Dari beberapa komponen yang masih belum dapat berjalan secara optimal yaitu dalam hal pemupukan, petani masih tinggi dalam menggunakan pupuk kimia. Selain pemupukan masih terdapat 1 komponen dalam PTT yang belum dapat diaplikasikan oleh petani di Mojolaban, yaitu dalam hal sistem tanam jajar legowo. Hal ini dikarenakan sistem jajar legowo dirasakan kurang efektif dan efisien Namun ada beberapa SLPTT 2010 juga masih jalan

Program PTT ini hampir sama dengan program-program sebelumnya seperti SRI atau Insus maupun Supra Insus. Perbedaan program sebelum adanya PTT dengan PTT adalah pada prinsip parsipatori dengan menempatkan pengalaman, keinginan dan kemampuan petani pada posisi penting dalam menerapkan teknologi yang digunakan, sehingga penerapan teknologi di suatu tempat mungkin sekali berbeda dengan lokasi lainnya. Penyuluhan melalui pendekatan PTT ini sudah berjalan cukup baik. dilihat dari komponen-komponen dalam PTT sudah banyak yang diaplikasikan petani. Dari beberapa komponen PTT yang masih belum dapat berjalan secara optimal yaitu dalam

Page 144: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

penggunaan pupuk kimia sesuai aturan pemerintah dan sistem tanam jajar legowo.

1. Inovasi Inovasi pada PTT dikenal di Kecamatan Mojolaban sejak Tahun 2006 konsep usahatani dalam PTT adalah penggunaan benih varietas unggul, penanaman padi dengan usia muda yaitu kurang dari 21 hari, hemat bibit karena hanya 1-3 bibit per lubang taman, pengairan berselang. Pemupukan urea dengan memperhatikan BWD (Bagan Warna Daun), pemupukan NPK harusnya dilakukan dengan memperhatikan keadaan tanah berdasarkan alat namun faktor ketersediaan alat yang membuat upaya ini belum dapat terlaksana dengan baik. pemberantasan gulma dengan gosrok, dan

Teknologi yang diterapkan dalam pendekatan PTT adalah : (1) penggunaan benih bermutu dari varietas unggul yang cocok (baik dari segi daya hasil, cita rasa, umur, maupun ketahanan terhadap hama/penyakit tertentu) untuk lokasi setempat seperti Mekongga, Aek Sibundong, Sarinah, Hipa-3, Hipa-4, Wai Apo Buru, Ciherang, Cigeulis, Cibogo, dll; (2) pengembalian sisa tanaman (jerami) dan pemberian pupuk kandang apabila memungkinkan; (3) pemupukan an-organik sesuai dengan ketersediaan hara dalam tanah dan kebutuhan tanaman (acuan rekomendasi pupuk ini telah dituangkan dalam Peraturan Mentan No. 40/Permentan/OT.140/04/2007); (4) penggunaan bibit

Inovasi dalam PTT yang meliputi penggunaan benih varietas unggul, penggunaan bibit padi usia muda, penanaman bibit 1-2/lubang tanam, dan pengairan berselang sudah diaplikasikan oleh petani namun pada pemupukan organik dan penggunaan pupuk anorganik sesuai rekomendasi dari pemerintah masih mengalami kendala, hal ini disebabkan karena petani mengalami kesulitan mendapatkan pupuk organik yang harganya terjangkau mengingat di daerah sekitar sudah sedikit yang mempunyai hewan ternak, sehingga petani masih mengandalkan penggunaan pupuk kimia/anorganik diluar dari rekomendasi pupuk yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Inovasi pada PTT dikenal di Kecamatan Mojolaban sejak Tahun 2006 konsep usahatani dalam PTT adalah penggunaan benih bermutu dari varietas unggul, penggunaan bibit padi usia muda, penanaman bibit 1-3/lubang tanam, pengairan berselang, Pemupukan urea dengan memperhatikan BWD (Bagan Warna Daun), pemupukan NPK harusnya dilakukan dengan memperhatikan keadaan tanah berdasarkan alat pengukur hara tanah. Bila memungkinkan penanganan panen dan pasca panen secara tepat.

Page 145: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

pemberantasan hama diwaktu tertentu tidak setiap minggu. sistem tanam dalam PTT adalah jajar legowo namun karena adanya pertambahan biaya yang dikeluarkan dan membutuhkan waktu lebih serta hasilnya juga tidak begitu meningkat secara signifikan maka petani banyak yang tidak menerapkannya.

muda (umur 2-3 minggu) dan 1-3 bibit per rumpun; (5) pengairan berselang bila memungkinkan; dan (6) penanganan panen dan pasca panen secara tepat.

2. Keadaan Masyarakat Tingkat pendidikan di kecamatan Mojolaban beragam ada yang SD bahkan hingga perguruan tinggi, namun ada juga yang tidak sekolah. Keadaan alamnya bagus dan sangat potensial untuk pertanian, karena irigasi serta sarana dan prasarana mudah didapatkan.

Tingkat pendidikan beragam ada yang tidak sekolah, ada yang hanya sekolah sampai jenjang sekolah dasar, SMP, SMA dan bahkan ada petani yang menempuh jenjang perguruan tinggi. Tanahnya subur dan jenis tanah di Kecamatan Mojolaban berupa tanah aluvial dan tanah grumusol.

Terkait tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Mojolaban peneliti hanya mendapatkan data dari data primer yang didapat dari pegawai kecamatan, petani dan penyuluh. Hal ini dikarenakan data sekunder atau arsip kecamatan Keadaan alamnya bagus mengenai tingkat pendidikan belum ada sampai penelitian selesai dilakukan. Namun, peneliti mencoba untuk mencari data dengan wawancara dan didapat hasil bahwa tingkat

Tingkat pendidikan beragam ada yang tidak sekolah, ada yang hanya sekolah sampai jenjang sekolah dasar, SMP, SMA dan bahkan ada petani yang menempuh jenjang perguruan tinggi. Tanahnya subur serta sarana dan prasarana mudah didapatkan.

Page 146: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

pendidikan beragam, mulai dari tidak sekolah hingga sampai perguruan tinggi. Mayoritas penduduk adalah lulusan SMA

3. Metode dan teknik penyuluhan

Metode yang dilakukan datang langsung ke lapang atau ke pertemuan kelompok kemudian diskusi, ceramah dan percontohan (demplot). selain itu apabila ada dana atau sponsor dari perusahaan formulator ada juga karyawisata ke perusahaan atau kelompok tani dari desa lain yang hasil panennya dapat bagus.

Metode yang dilakukan penyuluh adalah datang secara langsung ke hamparan bersama petugas dari kelurahan atau ke pertemuan kelompok, kemudian PPL melakukan ceramah mengenai PTT, kemudian diskusi bersama. Dan bila petani memerlukan contoh maka PPL bersama petani mengadakan demplot.

PPL sebelumnya mengontak petugas kelurahan setempat kemudian PPL dan petani datang ke hamparan. Kemudian petugas dari kelurahan mengkoordinir petani yang berada di sekitar hamparan untuk mengikuti penyuluhan. Setelah itu PPL menggunakan metode ceramah dengan maksud memberikan informasi mengenai inovasi-inovasi dalam PTT. Setelah selesai ceramah PPL mengadakan diskusi untuk mengetahui keadaan/kondisi yang ada dilapang, bilamana ada permasalahan terhadap usahatani maka bisa diselesaikan bersama-sama.

Metode yang dilakukan PPL dalam kegiatan penyuluhan adalah secara langsung atau tatap muka. Sebelum diadakan penyuluhan PPL menghubungi petugas dari kelurahan. Setelah itu PPL bersama dengan petugas dari kelurahan mendatangi hamparan sawah atau ke pertemuan kelompok tani. Selanjutnya PPL memberikan informasi mengenai PTT dengan teknik ceramah, kemudian dilanjutkan dengan diskusi bersama. Apabila petani menginginkan contoh maka petani dan PPL mengadakan demplot bersama dan apabila ada dana atau sponsor dari perusahaan formulator diadakan karyawisata

4. Kegiatan penyuluhan Penyuluhan dilakukan Jadwal Kegiatan penyuluhan Kegiatan penyuluhan di Kegiatan penyuluhan

Page 147: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

setiap 2 minggu sekali yaitu pada minggu ke 2 dan minggu ke 4 serta tanggal dan harinyapun tidak selalu sama berubah-ubah berdasarkan kesepakatan antara PPL, Petani dan petugass kelurahan. Dan dalam penyuluhan ini PPL didampingi oleh petugas dari kelurahan.

di Kecamatan Mojolaban sudah berjalan dengan baik. penyuluhan dilaksanakan setiap 2 minggu sekali, yaitu pada minggu ke 2 dan minggu ke 4. Setiap kegiatan penyuluhan PPL didampingi oleh petugas dari kelurahan, sebelum dilaksanakan penyuluhan PPL mempersiapkan materi terlebih dahulu. Namun, Materi penyuluhan tidak saklek seperti apa yang sudah direncanakan sebelumnya, jika di lapang ada masalah yang ditemui petani ya harus membantu menyelesaikan masalah tersebut

Kecamatan Mojolaban dilaksanakan setiap 2 minggu sekali, yaitu pada minggu ke 2 dan minggu ke 4. Setiap kegiatan penyuluhan PPL selalu didampingi oleh petugas kelurahan yang membantu PPL untuk mengkoordinir petani setempat. Sebelum diadakan penyuluhan, PPL biasanya telah mempersiapkan materi yang akan disampaikan kepada penyuluhan. Dengan demikian PPL memungkinkan untuk menyampaikan informasi secara sistematis. Dan dalam hal ini setiap PPL juga mempersiapkan sebuah rencana kegiatan penyuluhan yang disusun pada awal bulan dan diketahui oleh koordinator penyuluh beserta Camat, demikian halnya pada akhir bulan setiap PPL wajib membuat laporan hasil penyuluhan dan diketahui koordinator PPL beserta Camat Mojolaban. Dengan demikian kegiatan penyuluhan dapat

dilakukan secara rutin setiap 2 minggu sekali. Yaitu setiap minggu ke 2 dan minggu ke 4. Sebelum PPL memberikan penyuluhan biasanya sudah mempersiapkan materi yang akan disampaikan, namun materi yang telah dipersiapkan tersebut sifatknya tidak saklek seperti apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Apabila dilapang ada masalah baru yang ditemui petani maka materipun dapat berubah sesuai dengan kondisi dilapangan pada saat itu. Setiap awal bulan PPL membuat rencana kegiatan penyuluhan begitu pula pada akhir bulan PPL menyusun laporan hasil penyuluhan yang diketahui dan ditandatangi oleh koordinator PPL dan oleh Camat Mojolaban.

Page 148: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

terkontrol dengan baik. 6. Kendala yang

dihadapi Kendala yang dialami penyuluh dalam penyuluhan melalui pendekatan PTT adalah merubah kebiasaan petani yang masih menerapkan cara usahatani tradisonal, dalam setiap kegiatan penyuluhan rutin setiap 2 minggu sekali belum dapat berjalan optimal karena kehadiran petani dalam penyuluhan masih minim. Selain faktor kehadiran, kendala yang dialami penyuluh adalah lahan sawah dari setiap musim kadang-kadang berbeda yang mengelola sehingga penyuluhanpun tidak dapat berjalan optimal. untuk kendala yang dialami petani dalam penyuluhan melalui pendekatan PTT ini adalah belum dapat menerapkan pemupukan sesuai rekomendasi karena

Kendala dalam hal ini ada 2, yaitu kendala yang dihadapi oleh penyuluh dan kendala yang dihadapi oleh petani. Kendala yang dihadapi penyuluh adalah kehadiran petani masih minim, merubah kebiasaan petani dari petani tradisional menuju petani berteknologi baru membutuhkan waktu lama, lahan pertanian yang setiap musim berbeda yang mengelola.

Kendala yang ditemui dalam kegiatan penyuluhan ini ada 2 hal, yaitu kendala atau hambatan yang datang dari penyuluh (informan PTT) maupun kendala atau hambatan dari petani (penerima informasi PTT). Kendala yang dialami penyuluh adalah masalah kehadiran petani yang datang pada saat penyuluhan relatif sedikit serta faktor penggarapan lahan yang setiap musim terkadang berganti-ganti penggarap. Sehingga kegiatan penyuluhanpun mengenai usahatani dengan pendekatan PTT ini tidak bisa diterima secara utuh oleh petani. Selain faktor kehadiran petani juga faktor merubah kebiasaan petani. Merubah kebiasaan petani tidaklah mudah, terlebih petani tersebut merupakan petani yang kolot, biasanya ditemukan pada petani yang berusia diatas 50 tahun.

Kendala dalam hal ini ada 2, yaitu kendala yang dihadapi oleh penyuluh dan kendala yang dihadapi oleh petani. Kendala yang dihadapi penyuluh adalah kehadiran petani masih minim, merubah kebiasaan petani untuk menerima inovasi membutuhkan waktu lebih lama, lahan pertanian yang setiap musim berbeda yang mengelola. Kendala yang dirasakan petani terhadap kegiatan penyuluhan dengan pendekatan PTT ini adalah faktor iklim, hama tanaman dan kendala teknis dalam usahatani, yaitu dalam hal pemupukan sesuai rekomendasi dan juga sistem tanam jajar legowo.

Page 149: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

untuk mendapatkan pupuk organik dengan harga terjangkau sudah susah dicari. Selain itu, penanaman secara jajar legowo kurang dapat diterima petani karena membutuhkan biaya dan waktu yang lebih banyak. Kendala lain adalah faktor alam, yaitu iklim dan hama tanaman.

Kendala yang dirasakan petani terhadap kegiatan penyuluhan dengan pendekatan PTT ini adalah faktor iklim dan hama tanaman yang selama penelitan menyebabkan hampir semua petani mengalami gagal panen. Kendala berikutnya adalah bagian dari upaya usahataninya, yaitu penggunaan pupuk kimia sesuai aturan. Hal ini disebabkan masih banyaknya pemikiran petani yang apabila menggunakan pupuk kimia banyak maka hasil yang didapatpun juga banyak. Sebenarnya petani mau menggunakan pupuk organik namun untuk mendapatkannya dalam jumlah yang banyak cukup susah, karena yang memeiliki ternak relatif sedikit. Sebenarnya wilayah Mojolaban juga terdapat perusahaan pupuk organik yang cukup besar, namun petani belum dapat menggunakan untuk tanaman padi mereka dengan alasan

Page 150: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

penambahan biaya. Selanjutnya bagian usahatani yang menjadi kendala petani adalah sistem tanam jajar legowo yang dirasakan kurang efektif dan efisien. Mengingat jajar legowo membutuhkan keahlian tertentu sehingga menambah biaya dan juga waktu yang lebih lama .

7. Manfaat penyuluhan Ada Peningkatan SDM, ada peningkatan hasil produksi 300-1000Kg/ha, lebih hemat bibit, hemat air, segi keinovatifan secara global sudah inovatif.

Petani yang merupakan penerima informasi mengenai PTT menjadi lebih mengerti mengenai pengelolaan tanaman terpadu itu sendiri. Sehingga otomatis Sumber Daya Manusia petani di Mojolaban menjadi meningkat serta yang lebih penting hasil dari Usahatani padi dari tahun ke tahun produktivitas semakin meningkat

Petani menjadi tau mengenai PTT, sehingga dengan adanya kegiatan penyuluhan secara rutin mambuat produktivitas dan sumber daya manusia petani di Mojolaban akan meningkat dengan sendirinya dan juga menjadikan petani maju yang inovatif. Selain itu apabila petani telah maju dan sukses penyuluh menjadi puas dan senang karena informasi yang disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh petani dengan baik

Petani menjadi lebih mengetahui mengenai usahatani melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu, ada peningkatan SDM, ada peningkatan hasil produktivitas 300-1000Kg/Ha, lebih hemat bibit, lebi h hemat air. Serta, petani menjadi lebih inovatif.

Page 151: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

Tabel 4 Rincian Triangulasi

No Data Triangulasi Sumber Triangulasi Metode Rangkuman 1 Pengelolaan Tanaman

Terpadu Padi Sawah (PTT)

PTT merupakan program lanjutan setelah adanya program pemerintah gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). PTT mirip dengan program yang dulu bernama SRI, namun dalam PTT ada metode sistem tanam baru yaitu sistem tanam jajar legowo.

Program PTT ini hampir sama dengan program-program sebelumnya seperti SRI atau Insus maupun Supra Insus. Perbedaan program sebelum adanya PTT dengan PTT adalah pada prinsip parsipatori dengan menempatkan pengalaman, keinginan dan kemampuan petani pada posisi penting dalam menerapkan teknologi yang digunakan, sehingga penerapan teknologi di suatu tempat mungkin sekali berbeda dengan lokasi lainnya. Penyuluhan melalui pendekatan PTT ini sudah berjalan cukup baik. dilihat dari komponen-komponen dalam PTT sudah banyak yang diaplikasikan petani. Dari beberapa komponen PTT yang masih belum dapat berjalan secara optimal yaitu dalam penggunaan pupuk kimia

PTT merupakan program lanjutan setelah adanya P2BN. Program PTT ini hampir sama dengan program-program sebelumnya seperti SRI atau Insus maupun Supra Insus. Perbedaan program sebelum adanya PTT dengan PTT adalah pada prinsip parsipatori dengan menempatkan pengalaman, keinginan dan kemampuan petani pada posisi penting dalam menerapkan teknologi yang digunakan, sehingga penerapan teknologi di suatu tempat mungkin sekali berbeda dengan lokasi lainnya. Penyuluhan melalui pendekatan PTT ini sudah berjalan cukup baik. dilihat dari komponen-komponen dalam PTT sudah banyak yang diaplikasikan petani. Dari beberapa komponen PTT yang masih belum dapat berjalan secara optimal yaitu dalam penggunaan pupuk kimia sesuai aturan pemerintah dan sistem tanam jajar legowo.

Page 152: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

sesuai aturan pemerintah dan sistem tanam jajar legowo.

2 Inovasi Inovasi pada PTT dikenal di Kecamatan Mojolaban sejak Tahun 2006 konsep usahatani dalam PTT adalah penanaman padi dengan usia muda yaitu kurang dari 21 hari, hemat bibit karena hanya 1 bibit per lubang taman, hemat air, pengairan berselang. Pemupukan urea dengan memperhatikan BWD (Bagan Warna Daun), pemupukan NPK harusnya dilakukan dengan memperhatikan keadaan tanah berdasarkan alat namun faktor ketersediaan alat yang membuat upaya ini belum dapat terlaksana dengan baik. pemberantasan gulma dengan gosrok, dan pemberantasan hama diwaktu tertentu tidak setiap minggu. sistem tanam dalam PTT adalah jajar legowo namun karena adanya pertambahan biaya yang dikeluarkan dan membutuhkan waktu lebih serta hasilnya juga

Inovasi pada PTT dikenal di Kecamatan Mojolaban sejak Tahun 2006 konsep usahatani dalam PTT adalah penggunaan benih bermutu dari varietas unggul, penggunaan bibit padi usia muda, penanaman bibit 1-3/lubang tanam, pengairan berselang, Pemupukan urea dengan memperhatikan BWD (Bagan Warna Daun), pemupukan NPK harusnya dilakukan dengan memperhatikan keadaan tanah berdasarkan alat pengukur hara tanah. Bila memungkinkan penanganan panen dan pasca panen secara tepat.

PTT dikenal di Kecamatan Mojolaban sejak Tahun 2006. Konsep usahatani dalam PTT adalah penggunaan benih bermutu dari varietas unggul, penggunaan bibit padi usia muda, penanaman bibit 1-2/lubang tanam, pengairan berselang, Pemupukan urea dengan memperhatikan BWD (Bagan Warna Daun), pemupukan NPK harusnya dilakukan dengan memperhatikan keadaan tanah berdasarkan alat.pengukur hara tanah, namun faktor ketersediaan alat yang membuat upaya ini belum dapat terlaksana dengan baik.. Konsep PTT selanjutnya adalah sistem tanam jajar legowo, namun sistem tanam ini dirasakan petani kurang efektif dan efisien sehingga petani banyak yang tidak menggunakannya. pemberantasan gulma dengan gosrok, dan pemberantasan hama diwaktu tertentu tidak setiap minggu. Apabila memungkinkan penanganan panen dan pasca panen secara tepat.

Page 153: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

tidak begitu meningkat secara signifikan maka petani banyak yang tidak menerapkannya.

3 Keadaan Masyarakat Tingkat pendidikan petani di kecamatan Mojolaban beragam ada yang SD bahkan hingga perguruan tinggi, namun ada juga yang tidak sekolah. Keadaan alamnya bagus dan sangat potensial untuk pertanian, karena irigasi serta sarana dan prasarana mudah didapatkan.

Tingkat pendidikan beragam ada yang tidak sekolah, ada yang hanya sekolah sampai jenjang sekolah dasar, SMP, SMA dan bahkan ada petani yang menempuh jenjang perguruan tinggi. Tanahnya subur serta sarana dan prasarana mudah didapatkan.

Tingkat pendidikan petani di kecamatan Mojolaban beragam ada yang tidak sekolah, ada yang hanya sekolah sampai jenjang sekolah dasar, SMP, SMA dan bahkan ada petani yang menempuh jenjang perguruan tinggi. Keadaan alamnya bagus dan sangat potensial untuk pertanian, karena tanahnya subur irigasi serta sarana dan prasarana mudah didapatkan.

4 Metode dan Teknik Penyuluhan

Metode yang dilakukan datang langsung ke lapang atau ke pertemuan kelompok kemudian diskusi, ceramah dan percontohan (demplot). selain itu ada juga karyawisata biasanya ke formulator atau kelompok tani dari desa lain yang hasil panennya dapat bagus.

Metode yang dilakukan PPL dalam kegiatan penyuluhan adalah secara langsung atau tatap muka. Sebelum diadakan penyuluhan PPL menghubungi petugas dari kelurahan. Setelah itu PPL bersama dengan petugas dari kelurahan mendatangi hamparan sawah atau ke pertemuan kelompok tani. Selanjutnya PPL memberikan informasi mengenai PTT dengan teknik ceramah, kemudian dilanjutkan

Metode yang dilakukan PPL dalam kegiatan penyuluhan adalah secara langsung atau tatap muka. ke lapang atau ke pertemuan kelompok bersama dengan petugas Kelurahan dan kemudian diskusi, ceramah dan apabila diperlukan maka diadakan percontohan (demplot). Selain itu ada juga karyawisata biasanya ke formulator (perusahaan pembuat pupuk/Insektisida) atau kelompok tani dari desa lain yang hasil panennya dapat bagus

Page 154: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

dengan diskusi bersama. Apabila petani menginginkan contoh maka petani dan PPL mengadakan demplot bersama dan apabila ada dana atau sponsor dari perusahaan formulator diadakan karyawisata

5 Kegiatan Penyuluhan Penyuluhan dilakukan setiap 2 minggu sekali yaitu pada minggu ke 2 dan minggu ke 4 serta tanggal dan harinyapun tidak selalu sama dan berdasarkan kesepakatan antara PPL, Petani dan petugass kelurahan.. Dan dalam penyuluhan ini PPL didampingi oleh petugas dari kelurahan.

Kegiatan penyuluhan dilakukan secara rutin setiap 2 minggu sekali. Yaitu setiap minggu ke 2 dan minggu ke 4. Sebelum PPL memberikan penyuluhan biasanya sudah mempersiapkan materi yang akan disampaikan, namun materi yang telah dipersiapkan tersebut sifatknya tidak saklek seperti apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Apabila dilapang ada masalah baru yang ditemui petani maka materipun dapat berubah sesuai dengan kondisi dilapangan pada saat itu. Setiap awal bulan PPL membuat rencana kegiatan penyuluhan begitu pula pada akhir bulan PPL

Penyuluhan dilakukan setiap 2 minggu sekali yaitu pada minggu ke 2 dan minggu ke 4 serta tanggal dan harinyapun tidak selalu sama dan berdasarkan kesepakatan antara PPL, Petani dan petugass kelurahan.. Sebelum PPL memberikan penyuluhan biasanya sudah mempersiapkan materi yang akan disampaikan, namun materi yang telah dipersiapkan tersebut sifatknya tidak saklek seperti apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Apabila dilapang ada masalah baru yang ditemui petani maka materipun dapat berubah sesuai dengan kondisi dilapangan pada saat itu. Setiap awal bulan PPL membuat rencana kegiatan penyuluhan begitu pula pada akhir bulan PPL menyusun laporan hasil penyuluhan yang diketahui dan

Page 155: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

menyusun laporan hasil penyuluhan yang diketahui dan ditandatangi oleh koordinator PPL dan oleh Camat Mojolaban.

ditandatangi oleh koordinator PPL dan oleh Camat Mojolaban.

6 Kendala yang dihadapi dalam penyuluhan

Kendala yang dialami penyuluh dalam penyuluhan melalui pendekatan PTT adalah merubah kebiasaan petani yang masih menerapkan cara usahatani tradisonal, dalam setiap kegiatan penyuluhan rutin setiap 2 minggu sekali belum dapat berjalan optimal karena kehadiran petani dalam penyuluhan masih minim. Selain faktor kehadiran, kendala yang dialami penyuluh adalah lahan sawah dari setiap musim kadang-kadang berbeda yang mengelola sehingga penyuluhanpun tidak dapat berjalan optimal. untuk kendala yang dialami petani dalam penyuluhan melalui pendekatan PTT ini adalah belum dapat menerapkan pemupukan sesuai

Kendala dalam hal ini ada 2, yaitu kendala yang dihadapi oleh penyuluh dan kendala yang dihadapi oleh petani. Kendala yang dihadapi penyuluh adalah kehadiran petani masih minim, merubah kebiasaan petani untuk menerima inovasi membutuhkan waktu lebih lama, lahan pertanian yang setiap musim berbeda yang mengelola. Kendala yang dirasakan petani terhadap kegiatan penyuluhan dengan pendekatan PTT ini adalah faktor iklim, hama tanaman dan kendala teknis dalam usahatani, yaitu dalam hal pemupukan sesuai rekomendasi dan juga sistem tanam jajar legowo.

Kendala dalam hal ini ada 2, yaitu kendala yang dihadapi oleh penyuluh dan kendala yang dihadapi oleh petani. Kendala yang dihadapi penyuluh adalah merubah kebiasaan petani yang masih menerapkan cara usahatani tradisonal, kehadiran petani dalam penyuluhan masih minim, merubah kebiasaan petani untuk menerima inovasi membutuhkan waktu lebih lama, lahan pertanian yang setiap musim berbeda yang mengelola. Kendala yang dirasakan petani terhadap kegiatan penyuluhan dengan pendekatan PTT ini adalah faktor iklim, hama tanaman dan kendala teknis dalam usahatani, yaitu dalam hal pemupukan sesuai rekomendasi dan juga sistem tanam jajar legowo.

Page 156: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

rekomendasi karena untuk mendapatkan pupuk organik dengan harga terjangkau sudah susah dicari. Selain itu, penanaman secara jajar legowo kurang dapat diterima petani karena membutuhkan biaya dan waktu yang lebih banyak. Kendala lain adalah faktor alam, yaitu iklim dan hama tanaman.

7 Manfaat penyuluhan Ada Peningkatan SDM, ada peningkatan hasil produksi 300-1000Kg/Ha, lebih hemat bibit, hemat air, segi keinovatifan secara global sudah inovatif.

Petani menjadi lebih mengetahui mengenai usahatani melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu, ada peningkatan SDM, ada peningkatan hasil produktivitas 300-1000Kg/Ha, lebih hemat bibit, lebih hemat air. Serta, petani menjadi lebih inovatif.

Petani menjadi mengetahui mengenai usahatani melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu, ada peningkatan SDM, ada peningkatan hasil produktivitas 300-1000Kg/Ha, lebih hemat bibit, lebih hemat air. Serta, petani menjadi lebih inovatif.

Page 157: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

FOTO LAPANG

Foto Bpk. Subardi, SP menunjukkan salah satu Media Penyuluhan yaitu, Bagan Warna

Daun

Foto Laporan Hasil Penyuluhan PPL

Foto Rencana Kerja Penyuluhan PPL

Foto Bpk. Rakidin saat mempersiapkan bibit padi usia 20

HSS

Foto Wawancara dengan Bpk. Untung Sumarno, SP

Foto Salah satu tempat Kegiatan Penyuluhan di Desa Klaruan

Page 158: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN KEGIATAN PENYULUHAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

Foto Buruh Tanam Wanita di Desa Demakan

Foto Leaflet Salah satu media penyuluhan

Foto Sumur bor Di Desa Klaruan milik Bp. Rakidin

Foto Peta Singkap Salah satu media penyuluhan