kajian kinerja supply chain pada proyek konstruksi ... · pdf filekonstruksi bangunan gedung...
TRANSCRIPT
KAJIAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK
KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG
TESIS
Karya Tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari
Institut Teknologi Bandung
Oleh :
CUT ZUKHRINA OKTAVIANI
NIM : 25005021
Program Studi Magister Teknik Sipil
Pengutamaan Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2008
i
ABSTRAK
KAJIAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK KONSTRUKSI
BANGUNAN GEDUNG
Oleh :
Cut Zukhrina Oktaviani
NIM : 25005021
Industri konstruksi memiliki karakteristik yang unik dan berbeda dengan industri lainnya, khususnya proyek konstruksi bangunan gedung. Kompleksitas pekerjaan menyebabkan banyak pihak dengan berbagai keahlian yang terlibat pada pelaksanaan proses produksinya dan akan membentuk supply chain yang kompleks. Kompleksitas supply chain ini memerlukan suatu manajemen pengelolaan hubungan antar mata rantai yang terlibat. Hal ini dirasa perlu karena pengelolaan supply chain dipercaya sebagai salah satu usaha yang strategis untuk meningkatkan daya saing suatu perusahaan konstruksi di tengah semakin ketatnya persaingan lokal, regional maupun global, sebagaimana layaknya industri lainnya. Suatu supply chain yang efisien dianggap dapat memberikan daya saing yang tinggi kepada perusahaan yang menjadi bagiannya selain itu desain supply chain yang buruk ditenggarai memiliki potensi meningkatkan biaya proyek hingga 10%.
Supply chain konstruksi akan memberikan konstribusi terhadap efisiensi suatu pelaksanaan proyek, sehingga suatu supply chain konstruksi memiliki potensi untuk menjadi salah satu ruang yang memungkinkan untuk dilakukannya peningkatan dalam industri konstruksi. Sebagai tahap awal dilakukan pemetaan pola supply chain konstruksi yang terdapat dalam praktek konstruksi di Indonesia, khususnya dalam proyek konstruksi bangunan gedung, dan telah teridentifikasi empat bentuk pola supply chain yang biasa ditemui dalam proyek-proyek konstruksi khususnya bangunan gedung. Langkah selanjutnya yang diperlukan adalah melakukan pengukuran terhadap kinerja dari masing-masing pola supply chain yang telah terbentuk. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan gambaran kinerja dari masing-masing pola supply chain proyek konstruksi bangunan gedung, terutama terhadap pengelolaan hubungan para pihak yang terlibat dalam proses produksi proyek konstruksi bangunan gedung.
Pengukuran dilakukan terhadap kinerja supply chain dari 4 (empat) proyek studi kasus terbatas untuk lingkup pekerjaan finishing arsitektur dengan lingkup waktu kajian hanya untuk kurun waktu 7 (tujuh) bulan dari waktu pelaksanaan pekerjaan di lapangan dengan menggunakan 10 (sepuluh) indikator penilaian kinerja supply chain. Berdasarkan hasil kajian terlihat bahwa terkait dengan implementasi konsep lean construction, diperoleh temuan kinerja supply chain dari masing-masing proyek dapat dikatakan baik terhadap pemahaman dan penerapan yang telah dilakukan di lapangan terhadap aspek-aspek dari konsep conversion pada
ii
tahap pelaksanaan. Terlihat telah adanya pemahaman dan penerapan konsep produksi sebagai proses conversion oleh kontraktor dalam pengelolaan proses bisnisnya. Selain itu juga terlihat telah ada usaha-usaha yang dilakukan oleh kontraktor dalam menerapkan konsep aliran (flow) dalam produksi pada pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Namun jika dilihat kinerja yang terkait dengan konsep nilai (value) yang harus disampaikan sesuai keinginan konsumen (membe0rikan kepuasan terhadap konsumen), belum sepenuhnya sesuai dengan konsep value yang sebenarnya harus disampaikan ke owner. Pemahaman kontraktor terhadap nilai yang harus disampaikan masih berupa kesesuaian antara desain dengan hasil pekerjaan yang dilaksanakan dengan kata lain hanya menyangkut mutu dari pekerjaan. Seiring dengan upaya meningkatkan efisiensi di industri konstruksi, maka dari ke 10 (sepuluh) indikator penilaian kinerja supply chain yang ada terlihat bahwa kontraktor memang telah memahami konsep conversion dan telah merupakan bagian dari kegiatan produksinya secara khusus, secara umum merupakan bagian dari proses bisnis yang dilakukannya. Disisi lain indikator yang menyangkut dengan implementasi konsep flow dan value masih memerlukan perhatian untuk dilakukan perbaikan dan peningkatan di masa yang akan datang agar dapat dicapai efektifitas dan efisiensi supply chain proyek konstruksi bangunan gedung.
Kata kunci : supply chain, kinerja, lean construction, konversi, aliran, nilai
iii
ABSTRACT
STUDY OF SUPPLY CHAIN PERFORMANCE IN BUILDING
CONSTRUCTION PROJECT
By :
Cut Zukhrina Oktaviani
NIM : 25005021
Construction industries have some unique characteristics and differ from other industries, especially building construction projects. The complexity of the works has caused involvement of many parties from any competence in the production process and lead to a complex supply chain. This supply chain complexity needs a management between the involved links because supply chain management is considered as one of strategic efforts to increase the competitive strength of a construction company in the middle of local, regional and global competition which has become stricter. An effective supply chain is expected to give a high competitive strength to the company. Besides, a bad design of supply chain is considered have the potential to increase the project cost up to 10%.
Construction supply chain will give contributions to the efficiency of a project performance, so a construction supply chain has a potential becoming a possibility space for improvement in construction industries. As a beginning phase, a mapping of construction supply chain pattern is done for construction in Indonesia especially in building construction. Four pattern of supply chain have been identified which are usually used in construction project especially building. The next step is measuring the performance of each supply chain pattern. The purpose is to get the picture of performance from those four patterns of building construction project, especially in managing the relationship of every party who are involved in the construction production process.
The measurement has been done to supply chain performance from four projects as the case study, limited for architectural finishing work in seven months from the realization of the project in the field using ten indicators of assessment for performance of supply chain. Based on the result, it can be seen that connecting to the implementation of lean construction concept, it can be said that the performance of each projects is good to the understanding and implementation that has been done in the field to the aspects from conversion concept in construction phase. It can be seen that there has been an understanding and implementation of production concept as a conversion process by the contractor in their business management. Besides, it can also be seen that there have been efforts doing by the contractors in implementing flow concept in the production in the field.
iv
However, the performance which is connected to the value concept that must be delivered exactly as what the consumers want (giving satisfaction to the customer); it has not met the real value concept that has to be delivered to the owner. Contractors’ understanding to the value that must be delivered is still a match between the design and the performance which in the other words, it is just about the quality of the work. Along with the efforts of improving the efficiency in construction industries, from ten indicators of assessment for performance of supply chain, it can be seen that contractors have understood conversion concept and it has been especially, the part of their production activity, and commonly of their business. On the other side, indicators about flow and value concept implementation still need some attention for an improvement in the future so the effective and efficient supply chain for building construction can be obtained.
Keywords : supply chain, performance, lean construction, conversion, flow, value
v
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS
Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Institut
Teknologi Bandung, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta
ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku di Institut
Teknologi Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi
pengutipan dan peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus
disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.
Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis haruslah seizin
Direktur Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Syukur alhamdullillah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala karunia dan hidayah-Nya, yang telah diberikan selama proses melaksanakan studi dan melakukan penelitian serta menyelesaikan penulisan tesis dengan judul Kajian Kinerja Supply Chain Pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung, yang merupakan salah satu syarat penyelesaian studi pada Program Magister Teknik Sipil Pengutamaan Manajemen dan Rekayasa Konstruksi Institut Teknologi Bandung.
Seiring dengan penyelesaian tesis ini dihaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ir. Reini D. Wirahadikusumah, MSCE., Ph.D, sebagai pembimbing, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan dukungan motivasi yang besar, sehingga penyelesaian tesis ini dapat tercapai.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Krishna Suryanto Pribadi, Bapak Ir. Biemo W. Soemardi, MSE., Ph.D, Bapak Ir. Muhammad Abduh, MT, Ph.D, dan Ibu Dr. Ir. Puti Farida Marzuki, atas kesediaannya hadir sebagai penguji dan memberikan kritik, saran serta diskusi untuk memperbaiki tesis ini.
Terlebih dari semuanya, rasa terima kasih yang tulus kepada suamiku tercinta, kakanda Ir. Mahfud, MT, atas segala cinta, dukungan, motivasi serta kesabaran dalam mendukung penyelesaian studi, penelitian dan penyelesaian tesis ini. Ananda-ananda terkasih, M. Zayyan Muhadzib dan M. Zharif Nafi’ yang telah mengisi keseharian penulis dengan canda tawa, keceriaan, tangis manja, kesabaran dan kesetiaan di kala ketidakhadiran penulis di sisi mereka, diantara kesibukan penyelesaian studi dan penelitian ini. Ayahanda, ibunda, dan adinda-adinda tersayang serta keluarga besar di Medan dan Banda Aceh yang telah mendukung baik moril maupun materiil dalam penyelesaian studi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Galih Prahananto, Bapak Ir. Bambang Kunto, Ibu Ir. Darawati, Bapak Ir. Arief Rahman, Bapak Ir. Bagus Febru, Bapak Ir. Septiawan Andri, dan Bapak Ir. Glorius Sinaga serta seluruh staf dari proyek-proyek responden yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah meluangkan waktu di antara kesibukan melaksanakan tugasnya untuk memberikan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.
Rasa terima kasih terhatur kepada Bapak Ir. Surya Darma, MT, Bapak Ir. Irawa Kusumah, Bapak Ir. Firdaus dan semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu, atas dukungan dan doanya.
vii
Seluruh staf non-akademik Program Magister Manajemen dan Rekayasa Konstruksi.... Mbak Unie, Pak Ndang, Bu Ani, Bu Ida dan Pak Toto, atas dukungan dan kerjasamanya selama menjalani studi. Teman-teman MRK 2005 .... Fauzan, Budi, Uyung, Artan, Sulfan, Angga, Wulan, Ery, Yuli, dan MRK 2006 atas semua kebersamaan, suka maupun duka dalam menjalani studi..... Semoga pertemanan ini terjalin untuk selamanya..... Terima kasih untuk semuanya.............
Semoga segala kebaikan dan bantuan dari Bapak/ Ibu sekalian mendapatkan balasan yang berlimpah dari ALLAH SWT.
Dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang dirasakan dalam proses penelitian dan penyelesaian tesis ini, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak sebagai tambahan pengetahuan dan dapat digunakan pengembangan keilmuan di masa yang akan datang. Amien.........
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bandung, 18 Januari 2008
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT.......................................................................................................... iii
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS...................................................................v
KATA PENGANTAR.......................................................................................... vi
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xiii
Bab I Pendahuluan ...............................................................................................1
I.1 Latar Belakang .............................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah ........................................................................................3
I.3 Tujuan Penelitian .........................................................................................4
I.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................4
I.5 Posisi Penelitian ...........................................................................................5
I.6 Ruang Lingkup Penelitian............................................................................7
I.7 Sistematika Pembahasan ..............................................................................8
Bab II Studi Literatur ........................................................................................10
II.1 Supply Chain di Industri Konstruksi..........................................................10
II.1.1. Pelaku-pelaku supply chain konstruksi ......................................................13
II.1.2. Hubungan dalam supply chain konstruksi .................................................17
II.2 Supply chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung.......................17
II.3 Konsep Lean Construction ........................................................................22
II.4 Pengukuran Kinerja ...................................................................................24
II.4.1. Definisi umum pengukuran kinerja............................................................24
II.4.2. Manfaat pengukuran kinerja ......................................................................24
II.4.3. Perbedaan sistem pengukuran kinerja tradisional dan modern .................25
II.5 Pengukuran Kinerja Supply Chain .............................................................29
ix
II.6 Dimensi dan Ukuran Kinerja Supply Chain...............................................32
II.7 Pendekatan Proses dalam Pengukuran Kinerja Supply Chain ...................33
II.7.1. Model Chan & Li .......................................................................................33
II.7.2. Model SCOR (Supply Chain Operation Reference) ..................................35
II.8 Studi tentang Pengukuran Kinerja Supply Chain.......................................39
Bab III Metodologi Penelitian...........................................................................52
III.1 Metodologi Penelitian ................................................................................52
III.2 Rancangan Penelitian.................................................................................56
III.3 Pendekatan Studi........................................................................................56
III.4 Kerangka Studi Kasus................................................................................57
III.5 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................60
III.6 Teknik Analisis ..........................................................................................60
Bab IV Studi Kasus.............................................................................................62
IV.1 Metode Pengumpulan Data........................................................................62
IV.2 Keterbatasan dalam Pemilihan Studi Kasus ..............................................63
IV.3 Pelaksanaan Survey Pengumpulan Data ....................................................64
IV.4 Kendala-kendala dalam Pengumpulan Data ..............................................67
IV.5 Hasil Pengumpulan Data............................................................................68
IV.6 Gambaran Umum Proyek ..........................................................................70
Bab V Kajian Kinerja Supply Chain Proyek Bangunan Gedung...................85
V.1 Indikator Pengukuran Kinerja Supply Chain .............................................85
V.2 Kinerja Supply Chain Proyek Studi Kasus ................................................86
V.2.1. Indikator-1 : Jumlah perubahan/ revisi terhadap rencana kerja...............88
V.2.2. Indikator-2 : Intensitas constraint yang terjadi selama pelaksanaan
pekerjaan....................................................................................................89
V.2.3. Indikator-3 : Intensitas rapat koordinasi antar pihak yang terlibat ..........91
V.2.4. Indikator-4 : Intensitas defect pekerjaan...................................................93
V.2.5. Indikator-5 : Kinerja supplier dalam memenuhi jadwal pengiriman
material ......................................................................................................94
x
V.2.6. Indikator-6 : Waktu tenggang (lead time) antara pemesanan (order) dan
pengiriman (deliver)...................................................................................96
V.2.7. Indikator-7 : Intensitas kejadian reject material........................................97
V.2.8. Indikator 8 : Inventory material .................................................................97
V.2.9. Indikator 9 : Keikutsertaan subkontraktor di dalam perencanaan
pelaksanaan................................................................................................99
V.2.10. Indikator-10 : Intensitas compliant dari owner-kontraktor dan
kontraktor-supplier ....................................................................................99
V.3 Perbedaan Nilai Indikator Kinerja Supply Chain Proyek ........................101
V.4 Kinerja Supply Chain dan Implementasi Konsep Lean Construction .....111
V.4.1. Kinerja supply chain proyek terhadap implementasi konsep produksi
sebagai proses konversi (conversion).......................................................112
V.4.2. Kinerja supply chain proyek terhadap implementasi konsep aliran (flow)
dalam produksi .........................................................................................119
V.4.3. Kinerja supply chain proyek terhadap implementasi konsep produksi
sebagai penciptaan nilai (value) ...............................................................122
V.5 Kinerja Supply Chain dan Upaya Meminimalkan Waste ........................125
V.6 Rangkuman ..............................................................................................126
Bab VI Kesimpulan dan Saran.......................................................................129
VI.1 Kesimpulan ..............................................................................................129
VI.2 Keterbatasan dalam Penelitian .................................................................132
VI.3 Saran ........................................................................................................133
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................136
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Posisi penelitian ............................................................................ 7
Gambar II.1 Gambaran Konseptual Supply Chain Konstruksi ....................... 12
Gambar II.2 Pola–1 Supply chain konstruksi bangunan gedung.................... 18
Gambar II.3 Pola–2 Supply chain konstruksi bangunan gedung.................... 20
Gambar II.4 Pola–3 Supply chain konstruksi bangunan gedung.................... 21
Gambar II.5 Pola–4 Supply chain konstruksi bangunan gedung.................... 21
Gambar II.6 Dekomposisi proses dalam pengembangan sistem pengukuran
kinerja supply chain berdasarkan proses..................................... 34
Gambar II.7 Lima proses inti supply chain pada model SCOR ...................... 36
Gambar II.8 Dimensi kualitas, waktu, biaya, dan fleksibilitas........................ 40
Gambar II.9 Keterkaitan antara jenis data primer eksisting di lapangan dan
indikator pengukuran .................................................................. 46
Gambar II.10 Pengelompokkan indikator pengukuran terhadap prinsip lean
construction................................................................................. 48
Gambar III.1 Bagan alir penelitian ................................................................... 55
Gambar IV.1 Pola supply chain pada proyek A............................................... 72
Gambar IV.2 Pola supply chain pada proyek B............................................... 75
Gambar IV.3 Pola supply chain pada proyek C............................................... 79
Gambar IV.4 Pola supply chain pada proyek D............................................... 81
Gambar V.1 Keterkaitan indikator kinerja supply chain dengan konsep
conversion ................................................................................. 112
Gambar V.2 Keterkaitan indikator kinerja supply chain d engan konsep
flow............................................................................................ 120
Gambar V.3 Keterkaitan indikator kinerja supply chain dengan konsep
value .......................................................................................... 123
xii
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Perbedaan antara ukuran kinerja tradisional dan modern ........... 26
Tabel II.2 Performance metrics level 1........................................................ 38
Tabel II.3 Beberapa metrik supply chain dan benchmark kinerja model
SCOR .......................................................................................... 39
Tabel II.4 Kerangka Kerja BSC untuk Pengukuran SCM .......................... 43
Tabel II.5 Keterkaitan antar indikator pengukuran, jenis data, rumus
pengukuran kuantitatif dan bentuk pengukuran......................... 49
Tabel IV.1 Kebutuhan data primer................................................................ 65
Tabel IV.2 Jenis indikator dan materi wawancara ........................................ 66
Tabel IV.3 Hasil pengumpulan data primer .................................................. 70
Tabel IV.4 Data umum proyek A.................................................................. 72
Tabel IV.5 Data umum proyek B .................................................................. 74
Tabel IV.6 Data umum proyek C .................................................................. 77
Tabel IV.7 Data umum proyek D.................................................................. 80
Tabel IV.8 Rekapitulasi data umum proyek-proyek studi kasus .................. 83
Tabel V.1 Jenis indikator dan rumus penilaian kuantitatif .......................... 86
Tabel V.2 Kinerja Supply Chain Proyek Studi Kasus ................................. 87
Tabel V.3 Pola supply chain proyek studi kasus ...................................... 101
Tabel V.4 Kinerja Supply Chain Proyek Studi Kasus terhadap Konsep
Conversion ................................................................................ 113
Tabel V.5 Kinerja Supply Chain Proyek Studi Kasus terhadap Konsep
Flow .......................................................................................... 121
Tabel V.6 Kinerja Supply Chain Proyek Studi Kasus terhadap Konsep
Value ......................................................................................... 123
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel A.1 Susunan indikator penilaian efektifitas dan efisiensi supply chain
pada proyek konstruksi bangunan gedung......................................138
1
I. Bab I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Tingginya tingkat spesialisasi dalam industri konstruksi mengakibatkan industri
ini memiliki karakteristik yang unik dan berbeda dengan industri lainnya.
Khususnya pada proyek konstruksi bangunan gedung yang memiliki item
pekerjaan yang banyak disertai dengan kompleksitas pekerjaan yang tinggi dan
membutuhkan keahlian-keahlian yang spesifik dalam proses produksinya. Hal ini
menyebabkan terpecah-pecahnya pekerjaan menjadi paket pekerjaan yang lebih
kecil di mana masing-masing paket pekerjaan akan melibatkan pihak tertentu.
Keterlibatan banyak pihak baik organisasi maupun individu dalam proses
produksi di industri konstruksi secara tidak langsung akan membentuk supply
chain yang kompleks. Hubungan antar pihak tersebut akan membentuk suatu pola
hubungan yang menempatkan satu pihak tertentu sebagai salah satu mata rantai
dalam suatu rangkaian rantai proses produksi yang menghasilkan produk
konstruksi yang disebut dengan supply chain konstruksi (Capo et al., 2004).
Bergerak dari kondisi ini, maka industri konstruksi telah menuntut pengembangan
suatu konsep manajemen yang dapat mengelola hubungan antar mata rantai yang
menghasilkan output produk konstruksi.
Pengelolaan supply chain di industri konstruksi dipercaya sebagai salah satu usaha
yang strategis untuk meningkatkan daya saing suatu perusahaan konstruksi di
tengah semakin ketatnya persaingan lokal, regional maupun global, sebagaimana
layaknya industri lainnya. Salah satu unsur penting dari pengelolaan supply chain
ini adalah struktur dari jaringan yang efektif, karena sebuah supply chain yang
efisien dianggap dapat memberikan daya saing yang tinggi kepada perusahaan
yang menjadi bagiannya. Berdasarkan hasil suatu studi diperoleh kesimpulan
bahwa desain supply chain yang buruk memiliki potensi untuk meningkatkan
biaya proyek hingga 10% (Bertelsen, 1993).
2
Hal ini menunjukkkan bahwa supply chain konstruksi akan memberikan
konstribusi terhadap efisiensi suatu pelaksanaan proyek, sehingga suatu supply
chain konstruksi memiliki potensi untuk menjadi salah satu ruang yang
memungkinkan untuk dilakukannya peningkatan dalam industri konstruksi.
Sehingga dalam konteks konstruksi dimana fragmentasi sudah menjadi bagian
dari karakteristik industri ini, maka peningkatan yang dapat dilakukan adalah
melalui manajemen hubungan terhadap organisasi yang terlibat dalam suatu
susunan supply chain yang menghasilkan produk konstruksi tertentu.
London dan Kenley (2002) menyatakan bahwa diperlukan suatu pengembangan
model yang dapat menggambarkan organisasi di industri konstruksi guna
memahami struktur dan perilaku supply chain dalam industri konstruksi. Lebih
lanjut dikatakan bahwa sangat penting untuk memahami berbagai supply chain
yang berbeda, yang akan memberikan kontribusi terhadap pemahaman industri ini
melalui pemahaman terhadap produk atau jasa apa yang diberikan, tipe
perusahaan seperti apa yang memberikan produk atau jasa tersebut, kepada siapa
produk atau jasa tersebut diberikan, dan dalam konteks seperti apa pola supply
chain tersebut digunakan. Namun sebelum dapat dilakukan efisiensi supply chain
konstruksi seperti yang diinginkan, terlebih dahulu diperlukan suatu pemetaan
pola supply chain konstruksi yang terdapat dalam praktek konstruksi, khususnya
dalam proyek konstruksi bangunan gedung di Indonesia.
Berdasarkan pemahaman hal tersebut, maka Susilawati (2005) melakukan
penelitian untuk memetakan pola dan proses pembentukan supply chain pada
industri konstruksi khususnya proyek bangunan gedung di Indonesia sehingga
diperoleh gambaran mengenai pola supply chain konstruksi di Indonesia yang
lebih lengkap. Dari hasil penelitian ini telah teridentifikasi empat bentuk pola
supply chain yang biasa ditemui dalam proyek-proyek konstruksi khususnya
bangunan gedung, terdiri dari dua pola umum yang secara garis besar dibentuk
berdasarkan metoda kontrak yang digunakan, yaitu berdasarkan metoda Kontrak
Umum/General Contract Method dan metoda Kontrak Terpisah/ Separate
Contract Method, dimana dari masing-masing pola umum tersebut memiliki satu
3
pola khusus sebagai perluasan dari ada-tidaknya keterlibatan pemilik dalam
pengadaan material.
Setelah pemetaan terhadap bentuk-bentuk supply chain pada industri konstruksi
khususnya konstruksi bangunan gedung di Indonesia berhasil dilakukan, maka
langkah selanjutnya yang diperlukan adalah melakukan pengukuran terhadap
kinerja dari masing-masing pola supply chain yang telah terbentuk. Pengukuran
dilakukan untuk mendapatkan gambaran kinerja dari masing-masing pola supply
chain proyek konstruksi bangunan gedung, terutama terhadap pengelolaan
hubungan para pihak yang terlibat dalam proses produksi proyek konstruksi
bangunan gedung.
Berdasarkan uraian diatas, maka pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran
kinerja dari pola supply chain proyek konstruksi bangunan gedung yang telah
teridentifikasi dengan menggunakan indikator-indikator pengukuran yang telah
dikembangkan pada penelitian sebelumnya, terutama pada kajian hubungan antar
pihak yang terlibat dalam supply chain konstruksi bangunan gedung dalam
rangka implementasi konsep Konstruksi Ramping (Lean Construction).
I.2 Rumusan Masalah
Persaingan ketat antara perusahaan konstruksi secara tidak langsung menuntut
agar perusahaan meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses kerjanya. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah menerapkan konsep supply chain management
secara optimal sebagaimana yang telah dilakukan oleh kalangan industri
konstruksi di luar negeri. Terlebih lagi dengan karakteristik industri konstruksi
sebagai suatu industri yang unik dengan keterlibatan banyak pihak dalam proses
produksinya yang secara tidak langsung akan melibatkan banyak pihak pula
supply chain -nya dan kesemuanya itu memerlukan suatu pengelolaan yang baik
sehingga akan dapat menghasilkan kinerja yang baik pula.
Beranjak dari hal tersebut di atas maka perlu dilakukan suatu pencarian gambaran
kinerja dari supply chain pada proyek konstruksi bangunan gedung yang
4
dilakukan melalui suatu tahapan pengukuran dengan menggunakan indikator-
indikator pengukuran yang telah dikembangkan terlebih dahulu. Hasil dari kajian
ini diharapkan akan dapat dipergunakan sebagai acuan bagi perusahaan dalam
membentuk dan mengelola supply chain-nya terutama yang terkait dengan
hubungan antar pihak-pihak yang terlibat pada proses produksinya dalam rangka
implementasi konsep Konstruksi Ramping (Lean Construction).
I.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yang bertujuan mencari gambaran kinerja supply
chain proyek terhadap implementasi prinsip-prinsip konstruksi ramping (lean
construction) dari beberapa pola supply chain yang telah teridentifikasi, sebagai
langkah awal dalam pencapaian efisiensi di industri konstruksi. Hal ini dilakukan
melalui eksplorasi dari beberapa proyek konstruksi bangunan gedung yang
terdapat di Jakarta dengan menggunakan indikator pengukuran kinerja yang
merupakan hasil penelitian sebelumnya.
I.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas diharapkan dari kajian ini akan diperoleh
temuan gambaran kinerja dari masing-masing pola supply chain yang telah
teridentifikasi pada proyek studi kasus sebagai usaha untuk mencapai tujuan
penghematan-penghematan dari berbagai segi pada pelaksanaan pekerjaan
konstruksi bangunan gedung. Selain itu juga akan dapat diketahui kekuatan dan
kelemahan dari sistem pendelegasian tugas dan pengelolaan para pihak yang
terlibat dalam supply chain dalam proyek konstruksi bangunan gedung yang
selama ini telah dilakukan oleh kontraktor-kontraktor besar di Indonesia dalam
rangka implementasi konsep konstruksi ramping (Lean Construction).
Sebagai konstribusi bagi pihak kontraktor pelaksana diharapkan hasil dari
penelitian ini nantinya dapat menjadi suatu pertimbangan dalam melakukan
pembentukan supply chain dalam pelaksanaan pekerjaan serta metoda
5
pengelolaan supply chain yang harus dilakukan. Begitu pula dengan pihak-pihak
lain yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi bangunan gedung.
I.5 Posisi Penelitian
Studi mengenai supply chain konstruksi yang mendukung perkembangan ke arah
konstruksi ramping (lean construction) di Indonesia baru memasuki tahap awal.
Nurisra (2002) dalam penelitiannya, “Kajian Hubungan Kerjasama
Subkontraktor dan Kontraktor di Indonesia”, melakukan pengkajian secara
terbatas permasalahan yang terdapat dalam hubungan antara kontraktor dan
subkontraktor. Syadaruddin Syachrani (2005) dalam penelitiannya
“Pengembangan Model Pemilihan Mitra Pemasok pada Proyek Konstruksi”,
mengembangkan suatu prosedur pemilihan mitra pemasok beserta model
kemitraannya yang terdiri atas model umum sistem evaluasi pemilihan mitra
pemasok beserta tata cara pemilihannya dengan mempertimbangkan aspek
negosiasi. Penelitian ini juga berhasil mengembangkan model organisasi
kemitraan antara kontraktor dan pemasok.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hengki A. Roza (2006) mengenai
“Pengembangan Model Pengukuran Kesiapan Kontraktor Indonesia Menuju
Konstruksi Ramping”, telah dilakukan suatu pengukuran mengenai sejauh mana
pihak-pihak yang telibat dalam usaha jasa konstruksi (dengan fokus terhadap
kontraktor saja) telah memahami dan menerapkan konsep dasar dari prinsip-
prinsip konstruksi ramping dalam proses produksinya. Sedangkan dalam
penelitian yang dilakukan oleh Riko Hadi Nugroho (2006) mengenai ”Kajian
Hubungan Antara Kontraktor Utama dengan Subkontraktor pada Proyek
Konstruksi”, telah berhasil mengidentifikasi proses pengadaan yang dilakukan
oleh kontraktor dalam memilih subkontraktor yang akan bekerjasama dalam
pelaksanaan proyeknya. Pada penelitian ini juga teridentifikasi keterkaitan antara
kontrak utama dengan subkontrak. Selain itu juga telah dilakukan penelitian oleh
Dewi Yustiarini (2007) mengenai “Proses Penjaminan Mutu Dalam Rantai
Pasok Pada Industri Konstruksi”, yang mengidentifikasi proses penjaminan
6
mutu yang telah dilakukan oleh kontraktor pada rantai pasoknya dalam proyek-
proyek di industri konstruksi.
Sebagai langkah awal dalam pemetaan supply chain pada konstruksi bangunan
gedung di Indonesia sehingga diperoleh gambaran mengenai pola supply chain
secara lebih lengkap, Susilawati (2005) dalam penelitiannya “Studi Supply Chain
Konstruksi pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung” telah melakukan
eksplorasi secara mendalam terhadap pola dan proses pembentukkan supply chain
pada proyek konstruksi khususnya pada proyek pembangunan bangunan gedung.
Dan dari penelitian ini telah teridentifikasi 4 (empat) pola supply chain yang biasa
dipraktekkan oleh kontraktor-kontraktor di Indonesia dalam pelaksanaan proyek
konstruksi bangunan gedung.
Sebagai langkah selanjutnya dari telah terbentuknya pola-pola supply chain
konstruksi bangunan gedung, maka perlu dilakukan pengukuran terhadap kinerja
supply chain yang telah teridentifikasi pada penelitian terdahulu (Susilawati,
2005). Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan akan dapat diketahui
gambaran pola supply chain yang mana akan memberikan kinerja yang paling
besar dalam pengelolaan suatu proyek konstruksi bangunan gedung. Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan indikator-indikator yang telah dikembangkan
pada penelitian yang dilakukan oleh Wirahadikusumah (2007), “Kajian
Hubungan Antar Pihak yang Terlibat dalam Rantai Pasok Proyek Konstruksi
Bangunan Gedung” yang merupakan Riset Kelompok Keahlian Institut
Teknologi Bandung. Secara skematis keterkaitan antar penelitian ini dengan
penelitian-penelitian sebelumnya disajikan pada Gambar I.1.
7
Kajian Hubungan Kerjasama
Subkontraktor dan Kontraktor di
Indonesia(Nurisra, 2002)
Pengembangan Model Pemilihan
Mitra Pemasok pada Proyek Konstruksi (Syachrani, S., 2005)
Kajian Hubungan Kontraktual antara Kontraktor Utama
dengan Subkontraktor pada Proyek Konstruksi
(Nugroho, R.H., 2006)
Pengembangan Model Penilaian
Kesiapan Kontraktor
Indonesia Menuju Konstruksi Ramping
(Roza, H.A., 2005)
Studi Supply Chain pada
Proyek Konstruksi Bangunan Gedung (Susilawati, 2005)
Kajian Hubungan Antar Pihak yang Terlibat dalam Rantai Pasok Proyek Konstruksi Bangunan Gedung
(Wirahadikusumah, 2007)
Penelitian Terdahulu
Prinsip-prinsip Lean Construction
Prinsip-prinsip Supply Chain
Management
Kajian Kinerja Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung Proses
Penjaminan Mutu Dalam Dalam Rantai Pasok Pada Industri
Konstruksi (Dewi Yustiarini, 2007)
Gambar I.1 Posisi penelitian
I.6 Ruang Lingkup Penelitian
Untuk mengakomodasi tujuan penelitian di atas, maka ruang lingkup penelitian
ini diusulkan sebagai berikut:
1. Pengukuran terhadap kinerja dari supply chain yang ada dilakukan dengan
mengacu pada indikator-indikator kinerja yang telah dikembangkan.
2. Sebagai obyek penelitian dipilih proyek konstruksi bangunan gedung,
mengingat bangunan gedung merupakan salah satu proyek konstruksi yang
sangat dinamis dan kompleks, serta melibatkan banyak pihak didalam
pengelolaan proses produksinya, sehingga sangat memerlukan adanya
pengembangan suatu konsep pengelolaan supply chain konstruksi yang bisa
meningkatkan efektifitas dan efisiensi selama proses produksi tersebut.
3. Penelitian ini erat kaitannya dengan penelitian-penelitian terdahulu, maka
proyek yang akan menjadi studi kasus pada penelitian ini akan dibatasi hanya
8
pada proyek konstruksi bangunan gedung yang berlokasi di Jakarta dengan
karakteristik yang sesuai dengan pola supply chain yang telah teridentifikasi
pada penelitian yang dilakukan oleh Susilawati (2005). Hal ini juga dilakukan
mengingat penelitian ini juga tidak terlepas dari kerangka waktu yang ada,
sehingga akan lebih memudahkan dalam proses pengumpulan data.
I.7 Sistematika Pembahasan
Pemaparan proses dan hasil penelitian ini dilakukan dengan sistematika penulisan
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, akan memaparkan latar belakang yang menjadi konstelasi
dari permasalahan yang diajukan, hingga muncul dua permasalahan yang
mendasari penelitian ini. Batasan permasalahan dilakukan guna memperjelas
lingkup dari penelitian ini. Dengan batasan tersebut, maka tujuan dan manfaat
penelitian akan semakin terarah.
Bab II Studi Literatur, menguraikan landasan teori yang dipakai dalam
mengkaji berbagai aspek yang relevan dengan permasalahan dalam studi ini.
Dengan demikian maka landasan teori yang dibentuk dalam penelitian ini
merupakan lensa yang dipakai dalam melihat objek studi yang dilakukan dalam
penelitian ini. Dalam proses penelitian, kajian pustaka memberikan kontribusi
dalam pengembangan instrumen pengumpulan data, berupa gambaran terhadap
aspek-aspek yang akan diteliti, hingga menghasilkan butir-butir pertanyaan dalam
wawancara.
Bab III Metodologi Penelitian, berisi metodologi penelitian yang dipakai,
sebagai cara untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian yang
diajukan.
Bab IV Studi Kasus, berisi deskripsi dari masing-masing studi kasus yang
dilakukan dalam penelitian ini. Hal ini dimulai dari deskripsi proyek yang terdapat
9
di Jakarta. Proyek yang terpilih memiliki banyak pelaku supply chain yang terlibat
dalam pelaksanaan konstruksi bangunan gedung
Bab V Analisis dan Pembahasan, memuat berisi proses analisis yang dilakukan
dalam penelitian ini. Dimulai dengan pengukuran kinerja dari masing-masing
proyek studi kasus dengan menggunakan indikator pengukuran dan melakukan
pembahasan keterkaitan kinerja supply chain masing-masing proyek dengan
konsep lean construction.
Bab VI Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan dari temuan yang diperoleh
sebagai hasil dari proses penelitian, serta uraian tentang keterbatasan-keterbatasan
yang terjadi sebagai bagian dari proses pencarian jawaban yang dirasakan masih
kurang untuk mendukung kesempurnaan dalam penelitian ini, yang kemudian
akan menjadi saran terhadap arah bagi penelitian selanjutnya.
10
II. Bab II Studi Literatur
II.1 Supply Chain di Industri Konstruksi
Konsep supply chain pada awalnya berkembang di industri manufaktur. Supply
chain adalah suatu jaringan kerjasama dalam menyediakan material atau bahan
baku yang melibatkan beberapa pihak. Material tersebut meliputi bahan mentah
maupun bahan setengah jadi. Secara umum pihak-pihak yang terlibat dalam suatu
supply chain adalah supplier, pusat produksi, pusat distribusi, gudang, pusat
penjualan dan lain-lain. Adapun pertimbangan utama dalam menentukan kinerja
supply chain adalah total biaya dan waktu yang minimum sesuai kualitas yang
disyaratkan.
Seiring dengan pengertian supply chain yang berkembang di industri manufaktur,
maka dalam konteks konstruksi, supply chain dapat didefinisikan sebagai suatu
proses dari sekumpulan aktifitas perubahan material alam hingga menjadi produk
akhir (seperti jalan atau bangunan) dan jasa (seperti perencanaan atau biaya)
untuk digunakan oleh klien dengan mengabaikan batas-batas organisasi (Rebeiro
& Lopes, 2001). Menurut Vrijkoef (1998), supply chain adalah jalinan kerjasama
perusahaan yang berinteraksi untuk menyampaikan produk (barang atau jasa)
kepada pelanggan akhir, hubungan aliran material dari bahan mentah sampai
pengiriman terakhir dari rantai.
Towill et al (1992) menyatakan supply chain adalah suatu sistem, pemilihan
bagian termasuk supply material, fasilitas produksi, jasa distribusi dan pelanggan
yang saling berhubungan lewat perpindahan informasi. Menurut Bechtel et al
(1997), supply chain adalah produk dan arus informasi dua arah yang melalui
semua partisipan dalam sistem di mulai dari supplier dan berakhir pada pelanggan
pengguna akhir. Sedangkan menurut Lee & Billington (1992), supply chain
adalah jaringan fasilitas untuk menyediakan raw material, mengubahnya menjadi
produk setengah jadi hingga menjadi produk akhir untuk selanjutnya diserahkan
kepada pemakai melalui suatu sistim distribusi.
11
Dari beberapa definisi tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa supply
chain merupakan keterlibatan jaringan organisasi dari organisasi hulu sampai hilir
yang melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang bernilai
sampai pada pelanggan terakhir. Rangkaian hubungan customer-supplier tersebut
terjadi dalam suatu rentang proses perubahan material, dimulai dari tahapan
material alam hingga produk akhirnya mencapai pengguna akhir, bagaikan suatu
rangkaian mata rantai yang terhubungan secara linier. Namun bentuk supply chain
dalam konteks bisnis yang sesungguhnya memiliki bentuk yang kompleks.
Kompleksitas hubungan tersebut, terjadi karena suatu perusahaan tertentu
memiliki hubungan ke hulu dengan beberapa supplier-nya (multiple suppliers),
dan ke hilir dengan beberapa customer-nya (mutiple customers). Di dalam suatu
supply chain terdapat sistem pasokan yang harus didefinisikan, dirancang, dan
diimplementasikan untuk mendapatkan aliran material, informasi dan dana yang
efektif.
Berdasarkan hasil pengembangan yang dilakukan oleh O’Brien, London dan
Vrijhoef (2002) terlihat adanya kompleksitas supply chain terhadap besaran angka
perusahaan yang menyusun supply chain konstruksi serta dorongan kekuatan
pasar dan jarak yang lebar dalam perusahaan. Kegiatan dalam lokasi proyek telah
memiliki jaringan tersendiri antara kegiatan satu dengan kegiatan yang lain. Di
luar lokasi proyek terdapat pihak-pihak supplier, subcontractor, designers, dan
owner yang secara langsung maupun tidak langsung bekerjasama sehingga
membentuk supply chain untuk mendukung kelancaran dari kegiatan di dalam
lokasi proyek tersebut. Ilustrasi dari pengembangan ini sebagaimana terlihat pada
Gambar II.1 berikut.
12
Gambar II.1 Gambaran Konseptual Supply Chain Konstruksi
(Sumber : O’Brien , 2002)
Dengan model-model yang dikemukakan oleh peneliti supply chain dalam
industri konstruksi, maka dapat disimpulkan beberapa karakteristik dari supply
chain konstruksi, yaitu:
• Karakteristik produknya unik – produk konstruksi bangunan pada umumnya
dibuat berdasarkan permintaan tertentu (custom made product). Dengan
demikian tidak ada satu pun produk konstruksi yang sama - walaupun hal ini
tergantung pada tingkatan mana melihatnya.
• Dilakukan oleh organisasi yang bersifat sementara (temporary organization).
Suatu rangkaian supply chain yang terbentuk yang menghasilkan produk
konstruksi, akan berakhir ketika selesai masa produksi.
• Produknya terikat pada tempat tertentu, sehingga proses produksinya
berlangsung di site konstruksi (in site production). Hal ini juga memberikan
kontribusi terhadap keunikan produk konstruksi, karena pada proyek yang
sama, baik kondisi fisik (kondisi tanah, pengaruh cuaca, dll) maupun non fisik
(regulasi yang berlaku, kondisi lalulintas, dll) yang mempengaruhinya tidak
akan pernah sama.
13
• In site production dan off site production. Terjadinya produksi di dalam site
konstruksi (in site production), telah membagi dua batasan proses yang terjadi
dalam produksi konstruksi.
• Diproduksi dalam lingkungan alam yang tidak terkendali, sehingga terdapat
ketidakpastian yang tinggi dalam konstruksi.
Berdasarkan uraian di atas, maka terlihat bahwa supply chain di industri
konstruksi sangatlah kompleks, sehingga sistem jaringan supply yang terjadi pada
proses produksinya juga menjadi sangat kompleks. Suatu studi menunjukkan
bahwa desain supply chain yang buruk memiliki potensi untuk meningkatkan
biaya proyek hingga 10% (Bertelsen, 1993). Hal ini menunjukkkan bahwa pola
supply chain konstruksi juga akan memberikan kontribusi terhadap efisiensi suatu
pelaksanaan proyek, sehingga supply chain konstruksi memiliki potensi untuk
menjadi salah satu ruang yang memungkinkan untuk dilakukannya peningkatan
dalam industri konstruksi.
Dalam konteks konstruksi di mana fragmentasi sudah menjadi bagian dari
karakteristik industri ini, maka peningkatan yang dapat dilakukan adalah melalui
manajemen hubungan terhadap organisasi yang terlibat dalam suatu susunan
supply chain yang menghasilkan produk konstruksi tertentu. Dengan demikian
sangatlah perlu dilakukan pengelolaan supply chain yang baik sehingga dapat
mengurangi kesia-siaan (ketidakefisienan) dan optimalisasi pencapaian value
dalam supply chain-nya, agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
dan memberikan kepuasan pada pelanggan.
II.1.1. Pelaku-pelaku supply chain konstruksi
Pada supply chain di industri manufaktur terdapat lima komponen utama sebagai
pelakunya, yaitu supplier, manufaktur, distributor, retailer, dan customer (Indrajit,
2005), sementara itu berdasarkan beberapa model yang dikembangkan di supply
chain konstruksi, dapat disimpulkan beberapa komponen utama dalam suatu
supply chain konstruksi, yaitu:
14
Owner (Pelaku Hilir)
Dalam proses produksi konstruksi bila produk yang dibuat berdasarkan
permintaan owner, maka peran owner sangat tinggi. Proses supply chain
konstruksi dimulai dari inisiatif owner yang memprakarsai dibuatnya produk
konstruksi bangunan dan berakhir pada owner ketika produk tersebut selesai
diproduksi (Vrijhoef, 1999:138). Peran owner ada dalam setiap tahapan, sejak
tahap feasibility study, perencanaan, pengadaan, pelaksanaan, operasi, dan
pemeliharaan. Bahkan dalam tahapan proses produksi owner dapat menunjuk
langsung pihak yang terlibat untuk pelaksanaan nominated subcontractor/
nominated supplier.
Kontraktor (Pelaku Utama)
Kontraktor adalah suatu organisasi konstruksi yang memberikan layanan
pekerjaan pelaksanaan konstruksi berdasarkan perencanaan teknis dan spesifikasi
yang telah ditetapkan. Sekarang ini berkembang berbagai organisasi yang
berperan sebagai kontraktor, mulai dari perusahaan individu hingga perusahaan
besar dengan jumlah pekerja yang banyak. Begitu pula dengan ruang lingkup
pekerjaan kontraktor dalam suatu proyek, terdapat spektrum yang sangat beragam,
mulai dari lingkup pekerjaan yang sangat sempit, hingga lingkup keseluruhan
pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi.
Subkontraktor, supplier dan mandor (pelaku di hulu)
Subkontraktor dan Spesialis
Subkontraktor adalah perusahaan konstruksi yang berkontrak dengan
kontraktor utama untuk melaksanakan beberapa bagian pekerjaan kontraktor
utama. Terminologi subkontraktor dalam konteks tradisional terdapat satu
kontraktor yang memiliki hubungan kontrak dengan owner yaitu kontraktor
utama sehingga menempatkan kontraktor lainnya yang tidak memiliki
hubungan langsung dengan owner sebagai subordinan dari kontraktor utama