kajian elemen dan fungsi konteks sosietal dalam … · telah cisebutkan dalam kutipan dan daftar...
TRANSCRIPT
KAJIAN ELEMEN DAN FUNGSI KONTEKS SOSIETAL
DALAM MENENTUKAN MAKSUD BERKOMUNIKASI
ANTARA MAHASISWA DAN DOSEN FKIP
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Lastri Rindiyantika
NIM: 141224058
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
KAJIAN ELEMEN DAN FUNGSI KONTEKS SOSIETAL
DALAM MENENTUKAN MAKSUD BERKOMUNIKASI
ANTARA MAHASISWA DAN DOSEN FKIP
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Lastri Rindiyantika
NIM: 141224058
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
KAJIAN ELEMEN I}AN FUNGSI KONTEKS SOSIETALDALAM MEI{ENTUI{AN MAKSUI} BERKOMUNIKASI
ANTARA MAHASISWA DAN I}OSNN FKIPUNTVERSITAS SANATA I}HAR]VIA YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2fi11 I2O1*
OIeh:
201 8
Lastri Riudiyantika
\PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillah robbil’alamin. Dengan segala puji dan syukur kepada
Allah SWT telah memberikan berkah dan rahmat untuk kelancaran
dalam setiap langkah saya. Karya ini saya persembahkan untuk:
Ayahanda Siswanto dan Ibunda Sari yang selalu memberikan
semangat, kasih sayang, dukungan, dan doa disetiap langkah
saya.
Kakek Samuel Tegay dan Nenek Rynto (alm), yang selalu
memberikan nasehat, kasih sayang, motivasi untuk
menyelesaikan perkuliahan dengan baik.
Kakak-kakak saya, Hariyanto dan Hanun Prastiwi yang selalu
memberi dukungan dan nasehat.
Ponakan saya, Ghaida Haikal Basira yang selalu memberikan
senyuman keceriaan dan motivasi.
My soulmate Jemy Pristuriadi yang selalu memberikan
semangat, cinta, dan perhatian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut
dan bimbang. Teman yang paling setia hanyalah keberanian dan
kayakinan yang teguh.
(Andrew Jackson)
Kesuksesan terbesar dalam hidup bukanlah karena kita tidak
pernah jatuh tetapi ketika kita mampu bangkit setiap kita terjatuh.
(Hariyanto)
Man Jadda Wajada (Siapa yang bersungguh-sungguh, ia akan
berhasil)
(Bahasa Arab)
Apapun yang terjadi pada hari ini, jangan menyerah tetapi kuatkan
diri dan buktikan aku bisa karena mereka bisa.
(Lastri Rindiyantika)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya
tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang
telah Cisebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagimana layaknya
karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Januari 2018
Penulis
tuLastri fundiyantika
VI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH T]NTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Lastri Rindiyantika
Nomor Mahasiswa :141224058
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang be{udul :
KAJIAN ELEMEN DAN FUNGSI KONTEKS SOSIETAL
DALAM MENENTUKAII MAKSUD BERKOMUNIKASI
AI\TAIU{ MAIIASISWA DAN DOSEN FKIP
T]NIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK 20 17 I 20 18
Dengan demikian, saya memberikan kepada perpusatakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas,
dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu minta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 15 Januari 2018
Yang menyatakan
Lastri Rindiyantikavil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Rindiyantika, Lastri. 2017. Kajian Elemen dan Fungsi Konteks Sosietal dalam
Menentukan Maksud Berkomunikasi antara Mahasiswa dan Dosen
FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Akademik
2017/2018. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
Penelitian ini membahas kajian elemen dan fungsi konteks sosietal dalam
menentukan maksud berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen FKIP
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018. Tujuan dari
penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan elemen-elemen konteks sosietal dalam
menentukan maksud berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen FKIP, (2)
mendeskripsikan pola elemen konteks sosietal dalam menentukan maksud
berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen FKIP (3) mendeskripsikan fungsi
yang diperankan konteks sosietal dalam menentukan maksud berkomunikasi
antara mahasiswa dan dosen FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun
akademik 2017/2018.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data
penelitian ini adalah mahasiswa dan dosen FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta tahun akademik 2017/2018, dengan data berupa tuturan yang di
dalamnya terdapat elemen dan fungsi konteks sosietal. Metode penyediaan data
yang digunakan adalah metode simak dengan teknik lanjutan berupa teknik libat
cakap, simak bebas libat cakap, catat, dan teknik rekam. Untuk menganalisis
data, peneliti menggunakan metode padan pragmatis.
Hasil dari penelitian ini adalah (1) peneliti menemukan adanya
kelengkapan elemen konteks dan elemen lainnya yang hadir pada tuturan, yaitu
elemen O, O, E, M, A, U, B, I, C, A, R, A, elemen O, O, M, U, B, I, C, A, A,
elemen O, O, E, M, U, B, I, C, A, A, dan elemen O, O, E, M, U, B, I, C, A, R, A
yang terkandung dalam menentukan maksud berkomunikasi antara mahasiswa
dan dosen FKIP Universitas Sanata DharmaYogyakarta tahun akademik
2017/2018. (2) pola yang terbentuk berdasarkan elemen konteks, yaitu pola yang
mengandung dua belas elemen, sembilan elemen, sepuluh elemen, dan sebelas
elemen. Pola yang mengandung sepuluh dan sebelas elemen konteks membentuk
dua pola elemen yang berbeda. (3) fungsi yang diperankan konteks sosietal
berjumlah 4, yakni (1) fungsi memberikan penjelasan informasi rinci, (2)
memberikan informasi situasi dan kondisi peserta tutur, (3) memberikan
informasi sebab terjadinya tuturan, dan (4) memberikan informasi tambahan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan pengetahuan
mengenai kajian elemen dan fungsi konteks sosietal dalam menentukan maksud
berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta tahun akademik 2017/2018.
Kata kunci: Tuturan, konteks sosietal, elemen, pola, dan fungsi konteks
sosietal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Rindiyantika, Lastri. 2017. Study of Elements and Functions of societal
Context in Determining the Purpose of Communicating between
Students and Lecturers FKIP Sanata Dharma University of
Yogyakarta Academic Year 2017/2018. Essay. Yogyakarta: PBSI,
FKIP, USD.
This study discusses the study of elements and functions of societal
context in determining the intent of communicating between students and lecturers
of FKIP Sanata Dharma University of Yogyakarta Academic Year 2017/2018. The
purpose of this research are (1) to describe elements of societal context in
communication between students and lecturers of FKIP, (2) describe the pattern
of societal context elements in determining communicating between students and
lecturers of FKIP (3) to describe the function of societal context in determining
communicative intentions between students and lecturers FKIP Sanata Dharma
Universitas of Yogyakarta Academic Year 2017 / 2018.
The type of this research is qualitative descriptive research. The data
source of this research are the students and lecturers of FKIP Sanata Dharma
University of Yogyakarta Academic Year 2017/2018. The data is the form of
speech in which there are elements and functions of social context. The method of
providing data is the method refer to advanced techniques in the form of active
communication technigue, free active communication, noting found, and record in
technique. To analyze the data, researcher uses a pragmatic method.
The conclusions of this research were (1) the researcher finds the
completeness of elements of context and other elements present in the speech,
which are (1) O, O, E, M, A, U, B, I, C, A, R, A, (2) O, O, M, U, B, I, C, A, A, (3)
O, O, E, M, U, B, I, C, A, A, (4) O, O, E, M, U, B, I, C, A, R, A elements of social
context in determining communicative between students and lecturers of FKIP
Sanata Dharma University Yogyakarta academic year 2017/2018. (2) patterns
formed by context elements, wihich are patterns containing twelve elements, nine
elements, ten elements, and eleven elements. Patterns containing ten and eleven
context elements form two different pattern elements. (3) function that was played
by societal context in determining communicative intention between student and
lecturer of FKIP Sanata Dharma University of Yogyakarta Academic Year
2017/2018 was four, which was (1) function provides detailed information
explanation (2) providing information on the situation and condition of the
participants, (3) providing information on the occurrence of the speech, and (4)
providing additional information. This research is expected to give contribution
and knowledge about study element and function of societal context in
determining communicative intention between student and lecturers of FKIP
Sanata Dharma University of Yogyakarta Academic Year 2017/2018.
Keywords: Speech, societal context, elements, patterns, and function of societal
context.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Kajian Elemen dan Fungsi Konteks Sosietal dalam
Menentukan Maksud Berkomunikasi antara Mahasiswa dan Dosen
FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Akademik
2017/2018”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini
tidaklah mungkin terlaksana dengan baik tanpa dukungan dan
kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
rasa terima kasih kepada :
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu penulis.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang telah membantu penulis selama menjalankan
pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang
dengan sabar dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam
penyusunan skripsi ini hingga selesai.
4. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan dengan sepenuh hati.
5. Ibu Theresia Rusmiyati, selaku Tenaga Administrasi Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah membantu penulis
selama menjalankan pendidikan di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
6. Ayahanda Siswanto dan Ibunda Sari, terima kasih atas nasihat, doa,
cinta, kesabaran, dan dukungan yang diberikan kepada penulis hingga
mampu menyelesaikan perkuliahan dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Kakek Tegay dan Nenek Rynto (alm), terima kasih doa, dukungan, dan
kasih sayang yang diberikan kepada penulis hingga mampu
menyelesaikan perkuliahan dengan baik.
8. Kakak-kakak tersayang Hariyanto dan Hanun Prastiwi yang telah
memotivasi untuk cepat menyelesaikan pendidikan.
9. Ponakan Ghaida Haikal Basira yang selalu memberikan keceriaan;
10. Jemy Pristuriadi, kekasih tersabar yang telah memberikan dukungan,
doa, kesabaran, dan cinta dari awal kuliah hingga menyelesaikan
perkuliahan.
ll.Teman-teman penelitian payung: Kristi, Dewi, Friska, Priska, dan
Jetho, terima kasih untuk bantuan, kebersamaan, dan rasa kekeluargaan
yang selama ini kita bangun serta bantuan selama penyusunan skripsi.
12. Teman-teman Mahasiswa PBSI Angkatan l4B terkhusus Neta, An,
Fitri, Putri, Daris, Esti, Ega, Andrea, Yeni, dkk yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaan dan
kekompakkan yang telah kita bangun, semoga kita semua mampu
meraih kesuksesan dalam meniti karir.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi. semua
pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, 15 Januari 2018
XI
Lastri Rindiyantika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ......................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 5
1.5 Batasan Istilah .......................................................................... 6
1.6 Sistematika Penyajian .............................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 9
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ......................................... 9
2.2 Bahasa dan Komunikasi ........................................................... 11
2.3 Bahasa sebagai Alat Komunikasi ............................................. 14
2.4 Makna dan Maksud dalam Berkomunikasi .............................. 15
2.5 Definisi Pragmatik dan Konteks secara Umum ....................... 17
2.6 Perkembangan Studi Konteks .................................................. 23
2.7 Hakikat Elemen Konteks dan Jenis-jenisnya ........................... 26
2.8 Hakikat Fungsi Konteks Sosietal............................................. 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 39
3.1 Jenis Penelitian ......................................................................... 39
3.2 Sumber Data ............................................................................. 39
3.3 Data dan Objek Penelitian ........................................................ 41
3.4 Instrumen penelitian ................................................................. 41
3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ................................... 42
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data ............................................ 44
3.7 Triangulasi Data ....................................................................... 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 49
4.1 Deskripsi Data ........................................................................ 49
4.1.1 Elemen Konteks Sosietal ................................................. 50
4.1.2 Pola Konteks Sosietal ...................................................... 58
4.1.3 Fungsi Konteks Sosietal .................................................. 62
4.2 Analisis Data… ........................................................................ 68
4.2.1 Elemen Konteks Sosietal ................................................ 68
4.2.1.1 Elemen O, O, E, M, A, U, B, I, C, A, R, A ................ 71
4.2.2.2 Elemen O, O, M, U, B, I, C, A, A .............................. 75
4.2.2.3 Elemen O, O, E, M, U, B, I, C, A, A ........................ 79
4.2.2.4 Elemen O, O, E, M, U, B, I, C, A, R, A ..................... 83
4.2.2 Pola Elemen Konteks Sosietal ................................... .. 85
4.2.2.1 Pola yang Mengandung 12 Elemen........................ 86
4.2.2.2 Pola yang Mengandung 9 Elemen.......................... 88
4.2.2.3 Pola yang Mengandung 10 Elemen.......................... 92
4.2.2.4 Pola yang Mengandung 11 elemen........................... 95
4.2.3 Fungsi Konteks Sosietal .................................................. 101
4.2.3.1 Fungsi Memberi Penjelasan Informasi Rinci............ 102
4.2.3.2 Fungsi Memberi Informasi Situasi dan Kondisi
Peserta Tutur............................................................ 104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4.2.3.3 Fungsi Memberikan Informasi sebab Terjadinya
Tuturan .................................................................. . 107
4.2.3.4 Fungsi Memberikan Tambahan Informasi ............ .. 109
4.3 Pembahasan ….. ....................................................................... 113
Bab V PENUTUP………………… ............................................................ 118
5.1 Kesimpulan……. ..................................................................... 118
5.2 Saran ...................................................................................... 120
DAFTAR PUSTAKA............ . ....................................................................... 121
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini memaparkan: a) latar belakang, b) rumusan
masalah, c) tujuan penelitian, d) manfaat penelitian, e) batasan istilah, dan
f) sistematika penyajian. Paparan selengkapnya disampaikan sebagai
berikut.
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri
melainkan selalu berinteraksi dengan sesama. Oleh karena itu, manusia
membutuhkan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Interaksi yang
terjalin antara satu orang dengan yang lainnya tidak akan tercapai jika
maksud berbahasa penyampai pesan tidak dapat berjalan dengan baik.
komunikasi merupakan aspek dasar dari aktivitas manusia. Dengan adanya
komunikasi maka manusia dapat melakukan hubungan satu sama lainnya di
tempat kerja, di rumah, atau di manapun manusia berada. Komunikasi yang
dibangun bertujuan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, maksud,
perasaan maupun emosi secara langsung dari penutur kepada mitra tutur.
Proses komunikasi menggunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan
pesan atau maksud sehingga dapat dipahami oleh mitra tutur. Maksud
dalam komunikasi tidak hanya bergantung pada unsur linguistik tetapi juga
unsur ekstralinguistik seperti konteks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Mey (1983) dalam Rahardi (2005:49) mendefinisikan pragmatik
sebagai ilmu bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia
yang pada dasarnya ditentukan oleh konteks yang mewadahi dan
melatarbelakangi bahasa itu. Konteks adalah aspek-aspek yang
berhubungan dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan (Leech,
1983:19). Konteks dalam ilmu pragmatik dapat diklasifikasikan ke dalam
berbagai jenis seperti, konteks sosial, konteks situasi, dan konteks budaya.
Menurut Mey (1993:42) dalam Rahardi (2005:49), konteks komunikasi
yang dimaksud mencakup dua macam hal, yaitu konteks yang bersifat
sosial dan konteks yang bersifat sosietal.
Konteks sosietal (societal) adalah konteks yang faktor penentunya
adalah kedudukan (rank) anggota masyarakat dalam institusi-institusi sosial
yang ada di dalam masyarakat sosial dan budaya tertentu (Rahardi, 2005:
49). Dengan demikian, dapat diartikan bahwa munculnya konteks sosietal
adalah adanya sebuah kekuasaan (power). Misalnya tuturan seorang dosen
kepada mahasiswa, seorang dokter kepada pasien, guru dan siswa. Sebagai
contoh tuturan, dosen akan merasa wajar bertutur kepada seorang
mahasiswa „siapkan dan antarkan tugas esai itu minggu depan kepada saya‟
tetapi tidak wajar „buatkan secangkir kopi untuk saya‟. Dalam pertuturan
pertama menjadi wajar karena sang dosen mempergunakan wewenang
kepada mahasiswanya. Jadi, dalam berkomunikasi pengetahuan dan
pemahaman yang benar mengenai konteks tuturan adalah latar belakang
pengetahuan yang dimiliki antara penutur dan mitra tutur. Dari latar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
belakang pengetahuan antara penutur dan mitra tutur akan terjalin lancar
dengan adanya elemen dan fungsi konteks dalam tuturan tersebut.
Konteks sosietal tidak terlalu mendapatkan perhatian di kalangan
mahasiswa dan dosen FKIP Universitas Sanata Dharma. Ujaran yang
dibangun secara vertikal antara penutur (dosen) dan mitra tutur
(mahasiswa) ataupun sebaliknya penutur (mahasiswa) dan mitra tutur
(dosen) ketika komunikasi menafikan elemen-elemen dalam konteks
sosietal. Akibatnya, maksud yang ingin disampaikan oleh penutur tidak
dipahami oleh mitra tutur.
Dalam tulisan ini, peneliti mengkaji elemen dan fungsi konteks
sosietal dalam menentukan maksud berkomunikasi antara mahasiswa dan
dosen FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik
2017/2018. Dengan demikian, penutur dan mitra tutur memperoleh
pemahaman yang mendalam mengenai elemen dan fungsi konteks sosietal
yang melingkupi sebuah tuturan. Pemahaman ini diyakini akan
memberikan manfaat berupa tersampaikannya maksud dari penutur
terhadap mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, disusunlah dua rumusan
masalah, sebagai berikut:
a. Elemen-elemen konteks sosietal apa sajakah dalam menentukan
maksud berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen FKIP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018?
b. Pola elemen konteks sosietal apa sajakah dalam menentukan maksud
berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018?
c. Fungsi apa sajakah yang diperankan konteks sosietal dalam
menentukan maksud berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen
FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik
2017/2018?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan sebagai
berikut:
a. Mendeskripsikan elemen-elemen konteks sosietal dalam menentukan
maksud berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen FKIP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018.
b. Mendeskripsikan pola elemen konteks sosietal dalam menentukan
maksud berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen FKIP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
c. Mendeskripsikan fungsi yang diperankan konteks sosietal dalam
menentukan maksud berkomunikasi anatara mahasiswa dan dosen
FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik
2017/2018.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis maupun
teoritis.
a. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat mendalami pengembangan pragmatik
khususnya yang berkaitan dengan konteks sosietal dalam menentukan
maksud berkomunikasi mahasiswa dan dosen. Selain itu, penelitian ini
juga dapat digunakan sebagai referensi atau acuan dalam melakukan
kegiatan komunikasi antara penutur dan mitra tutur sehingga maksud
yang diungkapkan dapat tersampaikan.
b. Manfaat Praktis
Menyadarkan para mahasiswa akan pentingnya elemen dan fungsi
berkomunikasi yang terdapat pada konteks sosietal dalam menentukan
maksud tuturan. Penelitian ini juga, dapat memberikan masukkan kepada
para praktisi, mahasiswa dan dosen untuk menjaga hubungan dalam
berkomunikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.5 Batasan Istilah
Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini tentu saja tidak
lepas dari teori elemen-elemen konteks sosial dalam berkomunikasi dan
teori lainnya yang mendukung dalam penelitian ini. Maka peneliti
memberikan istilah sebagai berikut:
a. Pragmatik
Menurut Yule (2006:3) pragmatik adalah ilmu yang mempelajari
tentang makna atau maksud yang disampaikan penutur (atau penulis)
dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Purwo (1990:16)
mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai makna tuturan
(utterance) menggunakan makna yang terikat konteks.
b. Konteks
Rahardi (2005:51) mendefinisikan konteks sebagai semua latar
belakang pengetahuan yang diasumsikan sama-sama dimiliki penutur
dan mitra tutur serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa
yang dimaksudkan penutur itu dalam proses bertutur.
c. Konteks sosietal
Menurut Mey (1993:42) dalam Rahardi (2005:49) konteks
sosietal adalah konteks yang faktor penentunya adalah kedudukan
(rank) anggota masyarakat dalam institusi-institusi sosial yang ada
didalam masyarakat sosial dan budaya tertentu. Dengan demikian dapat
diartikan bahwa munculnya konteks sosietal adalah adanya sebuah
kekuasaan (power). Misalnya komunikasi seorang dosen kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
mahasiswa sehingga dalam konteks sosietal membentuk hubungan
vertikal, yakni hubungan dalam komunikasi antara penutur dan mitra
tutur dengan faktor penentunya atasan dan bawahan.
d. Komunikasi
Asumsi dasar tentang komunikasi bahwa komunikasi berhubungan
dengan prilaku manusia dan kepuasan berinteraksi dengan manusia
lainnya (Mulyana dan Rakhmat, 2014:12). Lebih lanjut Mulyana dan
Rakhmat (2014:13) masih merumuskan definisi komunikasi sebagai
apa yang terjadi apabila makna diberikan terhadap sebuah prilaku.
Menurut Mulyana dan Rakhmat (2014:16) komunikasi adalah suatu
aktivitas yang terus berlangsung dan selalu berubah. Komunikasi
sekarang didefinisikan sebagai suatu proses dinamik transaksional yang
mempengaruhi perilaku sumber dan penerimanya.
1.6 Sistematika Penyajian
Penelitian ini menjabarkan dalam lima bab yang diuraikan secara
sistematis sebagai berikut:
Bab I berisi tentang pendahuluan berisi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan
sistematika penyajian. Bab II berisi tentang kajian pustaka berisi penelitian
yang relevan dan landasan teori. Bab III berisi tentang metodologi penelitian
berisi jenis penelitian, sumber data, data dan objek penelitian, instrumen
penelitian, metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
data, dan triangulasi data. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan
kajian elemen dan fungsi konteks sosietal dalam menentukan maksud
berkomunikasi para mahasiswa dan dosen FKIP Universitas Sanata Dharma
tahun 2017. Bab V berisi kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab kajian pustaka ini memaparkan 1) penelitian yang relevan
dan 2) landasan teori. Teori yang digunakan dalam penelitian ini, yakni
bahasa dan komunikasi, bahasa sebagai alat komunikasi, makna dan maksud
dalam komunikasi, definisi pragmatik dan konteks secara umum,
perkembangan studi konteks, elemen-elemen konteks sosietal dan fungsi
konteks sosietal. Adapun penjabaran kajian teori tersebut adalah sebagai
berikut.
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Banyak para ahli mengkaji cabang ilmu pragmatik tentu bukan hal
baru yang pernah diteliti oleh para ahli bahasa. Ilmu pragmatik yang
menarik, menimbulkan keinginan bagi para ahli untuk mengkaji lebih
mendalam dan bekenalan lebih dekat dengan ilmu konteks ini. Hasil
penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu terdapat pada dua tulisan
yang dibuat oleh Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., yang berjudul “Tergantung pada
Konteks” (2015) dan Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., yang berjudul
“Menemukan Hakikat Konteks dalam Pragmatik” (2015).
Pranowo (2015:348) dalam penelitiannnya yang berjudul “Tergantung
pada Konteks” menyampaikan pemahamannya tentang konteks.
Pemahaman maksud dalam kajian bahasa secara pragmatik tergantung pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
konteks. Maksud adalah makna yang ingin disampaikan oleh penutur.
Penentuan konteks dalam pragmatik dapat diidentifikasi antara lain melalui
(i) dasar pemahaman yang sama, (ii) latar belakang budaya, (iii) asumsi
penutur terhadap mitra tutur, (iv) knowledge of the world, (v) kesantunan,
dan (vi) bahasa nonverbal. Menurut ahli ini, sebuah konteks dalam sebuah
tuturan didasarkan pada enam penentu yang telah disebutkan di atas.
Rahardi (2015) dalam tulisan yang berjudul “Menemukan Hakikat
Konteks dalam Pragmatik” menyatakan pandangannya ihwal konteks.
Pandangan tentang konteks dijabarkan secara variatif oleh sejumlah pakar.
Selain konteks yang berdimensi intralinguistik atau ko-teks yang disebut oleh
beberapa pakar, konteks juga menunjuk pada dimensi-dimensi lingkungan
fisik dan lingkungan sosial yang hidup. Pandangan lain menyebut bahwa
konteks hakikatnya adalah latar belakang pengetahuan yang sama yang
dimiliki oleh para pelibat tutur. Apakah dimensi-dimensi ekstralinguistik
menempatkan aspek-aspek bahasa non-verbal seperti gerak-gerak kinesik dan
proksimik, penulis belum menemukan referensi yang meyakinkan dan hingga
kini pencarian itu masih merupakan kegelisahan intelektual yang terus akan
diupayakan jawabnya yang pasti. Selanjutnya dalam pemaparannya, Rahardi
belum menyimpulkan secara pasti dimensi-dimensi dari ekstralinguistik.
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan oleh kedua ahli di atas,
terdapat kesamaan maupun perbedaan pada kedua penelitian terdahulu
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti saat ini. Penelitian
Pranowo (2015), mengidentifikasi konteks dalam pragmatik melalui (i)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dasar pemahaman yang sama, (ii) latar belakang budaya, (iii) asumsi
penutur terhadap mitra tutur, (iv) knowledge of the world, (v) kesantunan,
(vi) bahasa nonverbal, sedangkan Rahardi (2015) meneliti konteks yang
menunjuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial pihak pelibat tutur.
Berdasarkan yang telah dipaparkan oleh kedua ahli diatas, terlihat
perbedaan dan persamaan antara penelitian terdahulu dan penelitian saat
ini. Penelitian saat ini, mengkaji konteks secara khusus, yaitu mengkaji
elemen dan fungsi konteks sosietal dalam menentukan maksud
berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen FKIP Universitas Sanata
Dharma tahun akademik 2017/2018.
2.2 Bahasa dan Komunikasi
a. Bahasa
Dalam bahasa Indonesia terdapat begitu banyak pengertian dari
kata bahasa sehingga seringkali membingungkan untuk diartikan. Bahasa
seringkali didefinisikan sebagai sesuatu yang lebih merujuk kepada
fungsi daripada sosok dari bahasa itu sendiri. Berikut adalah beberapa
ahli yang mencoba menjawab pertanyaan “Apa itu bahasa?” dan
memberikan penggambaran bahasa sebagai sosok. Kridalaksana (1983)
dalam buku Linguistik Umum karya Abdul Chaer (2012:32)
mendefinisikan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer
yang digunakan oleh para kelompok sosial untuk bekerja sama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Pendapat Chaer tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
diperkuat oleh pendapat kedua ahli, yaitu Bloch dan Trater dalam Lubis
(2011:1) bahwa bahasa adalah sebuah sistem lambang-lambang vokal
yang bersifat arbitrer (Language is a system of arbitrary vocal symbol).
Melalui beberapa pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa bahasa pada
dasarnya adalah suatu lambang bunyi yang sifatnya mana suka namun
penggunaannya untuk konsep tertentu yang konvensional (disepakati dan
dipatuhi bersama).
Tarigan (1989:4) mendefinisi bahasa dalam dua rumusan.
Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang sistematis, barangkali juga
untuk sistem generatif. Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-
lambang mana suka atau simbol-simbol arbitrer. Berdasarkan definisi
ahli ini dapat diketahui bahwa bahasa sebagai sistem lambang yang
dibentuk dengan maksud agar dalam proses komunikasi dapat dengan
mudah dipahami dan diajarkan. Sedikit berbeda dengan rumusan definisi
yang dibuat oleh beberapa ahli terdahulu, Lubis (2011:5) mendefinisikan
bahasa adalah gejala sosial dan pemakaiannya jelas banyak ditentukan
oleh faktor-faktor nonlinguistik. Faktor-faktor nonlinguistik yang
dimaksud dapat merujuk pada sikap, tingkah laku, dan sebagainya.
Sifat dan ciri bahasa dikutip dari Chaer (2012:33-58) dapat
digambar sebagai berikut: (1) bahasa sebagai sistem, (2) bahasa berwujud
lambang, (3) bahasa berupa bunyi, (4) bahasa bersifat arbitrer, (5) bahasa
itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvensional, (7) bahasa bersifat
unik, (8) bahasa bersifat universal, (9) bahasa bersifat produktif, (10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
bahasa itu bervariasi, (11) bahasa itu bersifat dinamis, (12) bahasa
berfungsi sebagai alat interaksi sosial, dan (13) bahasa merupakan
identitas penuturnya. Dari beberapa pandangan ahli di atas dengan
demikian, bahasa merupakan sebuah sistem, berwujud lambang, bersifat
arbitrer, mengandung makna, dan sebagai alat interaksi sosial. Oleh
karena itu, bahasa tidak pernah lepas dari kegiatan manusia sebagai
penyampai pesan dalam berkomunikasi di lingkungan sosial.
b. Definisi Komunikasi
Bromley dalam Dhieni dan Fridani modul “Hakikat Perkembangan
Bahasa Anak” mendefinisikan komunikasi sebagai pemindahan suatu arti
melalui suara, tanda, bahasa tubuh dan simbol. Asumsi dasar tentang
komunikasi bahwa komunikasi berhubungan dengan prilaku manusia dan
kepuasan berinteraksi dengan manusia lainnya (Mulyana dan Rakhmat,
2014:12). Lebih lanjut Mulyana dan Rakhmat (2014:13) masih
merumuskan definisi komunikasi sebagai apa yang terjadi apabila makna
diberikan terhadap sebuah prilaku. Definisi komunikasi yang disampaikan
oleh kedua ahli ini adalah dalam setiap prilaku memberikan potensi atau
kemungkinan terjadinya komunikasi.
Menurut Mulyana dan Rakhmat (2014:16) komunikasi adalah
suatu aktivitas yang terus berlangsung dan selalu berubah. Komunikasi
sekarang didefinisikan sebagai suatu proses dinamik transaksional yang
mempengaruhi perilaku sumber dan penerimanya. Penerapannya
komunikasi akan berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
pesan yang diterima oleh komunikan. Sebuah komunikasi akan berhasil
apabila pesan yang disampaikan oleh penutur dan mitra tutur dapat saling
dipahami. Hal terpenting adalah perpaduan pengalaman dan pengertian
yang diperoleh untuk dikomunikasikan sehingga tidak ada lagi kesalahan
dalam berkomunikasi. Komunikasi akan terganggu jika aturan-aturan
sistem lambang tidak dipatuhi. Komunikasi adalah pengiriman informasi
yang bermakna dari satu orang ke orang lain.
2.3 Bahasa sebagai Alat Komunikasi
Komunikasi adalah istilah umum yang merujuk pada istilah
yang lebih khusus, yaitu bahasa. Apabila bahasa didefinisikan sebagai
sosok, maka akan diartikan sebagai sebuah sistem lambang-lambang vokal
yang bersifat arbitrer (language is a system sof arbitrary vocal symbol),
Bloch dan Trater dalam Lubis (2011:1). Bahasa diartikan sebagai alat
komunikasi yang dinyatakan sebagai alat atau fungsi bahasa (Chaer,
2012:31). Menurut Keraf (1997:1) dikutip dalam Harmoko (2015) dalam
jurnal yang berjudul “Analisa bahasa Indonesia sebagai bahasa
komunikasi antar negara anggota ASEAN” bahasa adalah alat komunikasi
antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran
perumusan maksud, melahirkan perasaan dan memungkinkan kita
menciptakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk bekerja sama atau
berkomunikasi di dalam kehidupan manusia bermasyarakat. Untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
berkomunikasi sebenarnya dapat juga digunakan cara lain, misalnya
isyarat, lambang-lambang gambar atau kode-kode tertentu lainnya (Chaer,
2006:2). Hakikat bahasa sebagai alat komunikasi menunjukkan fungsi
sosial bahasa, sedangkan fungsi sosial bahasa terlihat pada rumusan yang
menganggap bahasa sebagai identitas penutur, baik secara individual
maupun secara kelompok. Misalnya “Saya orang Bali” atau “Saya orang
Kalimantan”, tetapi kalau Anda tidak bisa berbahasa Bali atau Kalimantan,
pengakuan Anda masih “Minus”.
Dengan demikian, bahasa merupakan suatu produk sosial dan
budaya, bahkan merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan itu.
Sebagai produk sosial dan budaya tentu bahasa merupakan wadah aspirasi
sosial, kegiatan dan perilaku masyarakat, wadah penyingkapan budaya
termasuk teknologi yang diciptakan oleh masyarakat pemakai bahasa itu
(Sumarsono, 2014:19-20) karena masyarakat terdiri dari individu-individu,
masyarakat secara keseluruhan dan individu yang saling mempengaruhi
dan saling membantu.
2.4 Makna dan Maksud dalam Berkomunikasi
Berbeda dengan bahasa yang bersifat kongkrit, ”makna” bersifat
abstrak. Hal tersebut menyebabkan “makna” sulit untuk didefinisikan
oleh sebagian orang. Sebab, menafsirkan ”makna” pada dasarnya
hanyalah berdasarkan bahasa yang bersifat kongkrit itu. Dalam proses
komunikasi, bahasa, dan makna merupakan satu kesatuan yang tak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
terpisahkan. Bahasa dan makna menjadi dua hal yang saling berpadu dan
terlampau sering dihubungkan dalam penggunaannya (dalam
berkomunikasi).
Komunikasi yang dibangun tidak jarang mengalami masalah dan
kesalah-pengertian (miscommunication). Dengan kata lain, bahasa
hanyalah sebuah simbol atau lambang yang digunakan untuk membawa
pesan tertentu dalam proses komunikasi. Karena itu, semakin dekat
pemahaman bersama terhadap simbol komunikasi yang digunakan, akan
semakin mirip makna (meaning) dan pesan (message) komunikasi yang
didapatkan. Jika makna dipahami sebagai proses menemukan maksud
dan arti sebuah pesan, maka pesan itu sendiri adalah sesuatu yang
dipahami, dimaksud dalam suatu komunikasi, dalam artikel jurnal
Ibrahim (2015) yang berjudul “Makna dalam komunikasi”.
Realitasnya, seringkali kita tidak memaksudkan sesuatu yang orang
lain pahami dari bahasa/perkataan kita. Sebaliknya juga tidak jarang kita
tidak mampu membahasakan/mengatakan dengan baik apa yang
sebenarnya kita maksudkan. Ungkapan ini biasa kita dengar dengan kata
“maksudku bukan demikian”, “yang saya maksudkan bukan seperti itu”,
“maksud saya begini...”, dan sebagainya dalam artikel jurnal Ibrahim yang
berjudul “Makna dalam komunikasi”. Dalam berkomunikasi makna dan
maksud menjadi hal yang penting, maksud dalam berkomunikasi bisa
berjalan dengan baik bila memiliki dasar pemahaman yang sama,
mengenali latar belakang budaya, menangkap asumsi penutur terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
mitra tutur, mengenali pengetahuan tentang dunia, mengenali kesantunan,
dan mengenali bahasa nonverbal penutur.
2.5 Definisi Pragmatik dan Konteks secara Umum
a. Pragmatik
Wijana (1996:2) dalam Nadar (2009:4) menyebutkan bahwa
pragmatik mengkaji makna yang terikat konteks. Dalam menafsirkan
makna yang terkandung dalam sebuah tuturan, hendaknya kita tidak
melupakan kehadiran konteks yang melingkupi dan mewadahi tuturan
tersebut. Lebih lanjut menurut Yule (2006:3) pragmatik adalah ilmu yang
mempelajari tentang makna atau maksud yang disampaikan penutur (atau
penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca), sedangkan
pendapat lain, Rahardi (2003) mengatakan bahwa pragmatik merupakan
ilmu yang mengkaji maksud penutur di dalam konteks situasi dan
lingkungan sosial-budaya. Makna yang dikaji dalam pragmatik terkait
konteks. Dapat dikatakan bahwa pragmatik merupakan penafsiran
maksud yang ingin disampaikan oleh seseorang dalam konteks tertentu
yang melingkupi dan mewadahi suatu tuturan serta pengaruh konteks
terhadap tuturan tersebut.
b. Konteks secara Umum
Konteks adalah aspek-aspek yang berhubungan dengan lingkungan
fisik dan sosial sebuah tuturan (Leech, 1983:19), sedangkan Nadar
(2009:4) berpendapat bahwa konteks merupakan situasi lingkungan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
memungkinkan penutur dan mitra tutur untuk dapat berinteraksi dan
membuat ujaran mereka dapat dipahami. Pendapat lain dikemukakan
oleh Tarigan (1987:35) menyatakan bahwa konteks adalah latar belakang
pengetahuan yang diperkirakan dimiliki dan disetujui bersama oleh
pembicara atau penulis dan penyimak atau pembaca serta yang
menunjang interpretasi penyimak atau pembaca terhadap apa yang
dimaksud pembicara atau penulis dengan suatu ucapan tertentu.
Berdasarkan teorinya tersebut, Tarigan menyampaikan bahwa
sebuah komunikasi yang baik dapat terjadi apabila partisipan yang tidak
lain adalah penutur dan lawan tutur berada dalam latar pengetahuan yang
sama. Pendapat yang sama disampaikan oleh Rahardi (2005:51) bahwa
konteks adalah semua latar belakang pengetahuan yang diasumsikan
sama-sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur serta mendukung
interpretasi mitra tutur atas apa yang disampaikan oleh penutur dalam
proses bertutur.
1) Pengertian Konteks dalam Pragmatik
Permasalahan konteks dalam kaitannya dengan pragmatik tidak
boleh diabaikan. Kajian ini, selalu terkait dengan masalah perilaku
pemakaian bahasa dalam konteks dan analisisnya. Konteks secara
pragmatik dipandang sebagai konteks yang antara lain meliputi identitas,
partisipan, parameter waktu dan tempat peristiwa pertuturan (Zamzani,
2007:24). Menurutnya, konteks pragmatik pada prinsipnya
dikelompokkan menjadi dua, yaitu konteks yang relatif umum yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
berlaku atau dijumpai pada masyarakat bahasa, misalnya konteks
kebudayaan dan konteks yang bersifat “lokal” yang berciri spesifik,
misalnya konteks pertuturan atau konteks situasi baik fisik maupun
linguistik.
Pranowo (2015:496) dalam Prosiding Seminar Nasional PIBSI
XXXII yang berjudul “Tergantung pada Konteks” adalah latar belakang
pengetahuan yang dimiliki oleh pembicara dan pendengar sehingga dapat
saling berkomunikasi untuk menyampaikan maksud. Konteks memegang
peranan penting dalam memberikan kejelasan pada maksud tuturan.
Itulah sebabnya konteks berkaitan erat dengan tuturan. Sejalan dengan
yang telah disampaikan oleh Pranowo (2015:496) di atas, Tarigan
(1987:35) menyatakan bahwa konteks adalah latar belakang pengetahuan
yang diperkirakan dimiliki dan disetujui bersama oleh pembicara atau
penulis dan penyimak atau pembaca serta yang menunjang interpretasi
penyimak atau pembaca terhadap apa yang dimaksud pembicara atau
penulis dengan suatu ucapan tertentu. Dalam teorinya, Tarigan
menyampaikan bahwa sebuah komunikasi yang baik dapat terjadi
apabila partisipan yang tidak lain adalah penutur dan lawan tutur berada
dalam latar pengetahuan yang sama.
Hal ini dipertegas oleh teori konteks yang disampaikan Keith Allan
(1986) dikutip dari Rahardi, dkk (2015). “Menemukan Konteks dalam
Pragmatik”. Pakar ini membedakan konteks dalam tiga kategori, yakni (1)
the physical context or setting of the utterance „konteks fisik atau seting
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
tuturan‟, (2) the world spoken of in an utterance „sesuatu yang sedang
dibicarakan‟, dan (3) the textual environment „lingkungan tekstual‟.
Apabila dikaitkan dengan apa yang dibicarakan, salah satu kategori
konteks yang disampaikan oleh Keith Allan adalah “Sesuatu yang sedang
dibicarakan”. Kategori konteks “Sesuatu yang sedang dibicarakan” tentu
didasarkan pada kesamaan latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh
penutur dan lawan tutur dalam proses berkomunikasi. Kemudian didukung
oleh Mulyana (2005: 21) bahwa konteks dapat dianggap sebagai sebab
dan alasan terjadinya suatu pembicaraan/dialog. Apabila dikaitkan dengan
salah satu kategori yang disampaikan Allan (1986) sebelumnya bahwa ada
“Sesuatu yang Dibicarakan” sebagai sesuatu yang muncul akibat dari
kesamaan latar belakang.
Cutting (2002: 1-5) dalam Baryadi (2015: 32) menyatakan bahwa
konteks merupakan pengetahuan yang dimiliki pembicara yang
mempengaruhi komunikasi, yaitu pengetahuan tentang dunia fisik dan
dunia sosial, faktor faktor sosial psikologis, dan pengetahuan tentang
waktu dan tempat yang terdapat dalam perkataan yang mereka tuturkan
atau tuliskan. Latar belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh
penutur dan mitra tutur memegang peranan penting dalam pemaknaan
tuturan. Konteks termasuk dalam komponen nonkebahasaan. Leech
(1983:13) dalam Nadar (2009:6) juga berpendapat bahwa konteks sebagai
latar belakang pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur
sehingga lawan tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
dimaksud oleh penutur pada waktu membuat tuturan tertentu. Berdasarkan
berbagai pandangan yang disampaikan oleh banyak ahli di atas, konteks
merupakan berbagai hal yang berhubungan dengan latar belakang
pemahaman yang sama dimiliki oleh penutur dan lawan tutur sehingga
maksud dalam komunikasi tersampaikan.
2) Pengertian Konteks Sosietal
Kelas sosial (social class) mengacu kepada golongan masyarakat
yang mempunyai kesamaan tertentu dalam bidang kemasyarakatan seperti
ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta, dan sebagainya.
Seorang individu mungkin mempunyai status sosial yang lebih dari satu.
Misalnya si A seorang bapak di keluarganya, yang juga berstatus sosial
sebagai dosen (Sumarsono, 2014: 43). Sumarsono (2014) membagi kelas
sosial secara umum, yaitu kelas bawah, menengah, atas; kelas atas dan
menengah pun dibagi menjadi dua golongan, menjadi kelas atas-atas dan
kelas atas-bawah, kelas menengah-atas dan menengah-bawah, sedangkan
ahli lain, yaitu Geertz (1958) menyampaikan bahwa struktur kelas sosial
dalam masyarakat Jawa, yaitu priyayi, santri, dan abangan.
Istilah priyayi pada mulanya dipergunakan untuk menunjuk
kepada cara hidup golonngan bangsawan tuan-tanah, yang terdiri dari
orang-orang istana dan para pegawai tinggi kerajaan. Selain itu, priyayi
menekankan pada aspek-aspek Hindu. Istilah santri yang intinya berpusat
di tempat perdagangan atau pasar dan juga menekankan aspek-aspek
Islam. Santri dan Priyayi, dua pola kebudayaan yang secara historis diikat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
oleh peranan sosial pedagang dan bangsawan merupakan dua aspek di
kota-kota Jawa. Keduanya itu memasuki dan mempengaruhi dengan
pandangan massa petani yang merupakan basis masyarakat. Desa Jawa
adalah suatu masyarakat tertutup, berswasembada, dan secara kebudayaan
terpisah dari dunia luar. Terdapat tradisi keagamaan di Jawa yang
dihubungkan dengan kaum petani yang biasanya disebut abangan.
Abangan berpusat pada pedesaan atau disebut sebagai golongan sosial
petani di pedesaan. Selain itu, abangan adalah suatu golongan sosial yang
bersifat longgar dan perwujudannya ditentukan oleh konteks hubungan-
hubungan sosial tertentu, yaitu dalam kaitannya dengan adanya santri
(Geertz, 1981: 7-13).
Berdasarkan uraian di atas, konteks sosietal terbentuk dari
hubungan vertikal, yakni hubungan dalam komunikasi antara penutur dan
mitra tutur dengan faktor penentu atasan dan bawahan. Artinya orang yang
memiliki kelas sosial yang lebih tinggi memiliki kedudukan atau
kekuasaan daripada kelas menengah atau bawah. Menurut Mey (1993:42)
dalam Rahardi (2005:49) konteks sosietal (societal) adalah konteks yang
faktor penentunya adalah kedudukan (rank) anggota masyarakat dalam
institusi-institusi sosial yang ada di dalam masyarakat sosial dan budaya
tertentu. Dengan demikian dapat diartikan bahwa munculnya konteks
sosietal adalah adanya sebuah kekuasaan (power), misalnya tuturan
seorang dosen kepada mahasiswa, seorang dokter kepada pasien, guru
kepada siswa, dan dosen kepada karyawan. Dosen akan merasa wajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
bertutur kepada seorang mahasiswa dengan kalimat “siapkan dan antarkan
esai itu minggu depan kepada saya” tetapi menjadi tidak wajar “buatkan
secangkir kopi untuk saya”. Dalam tuturan pertama menjadi wajar karena
sang dosen mempergunakan wewenang kepada mahasiswanya, sedangkan
tuturan kedua tidak wajar karena tuturan itu seharusnya sang dosen
mempergunakan wewenangnya kepada karyawan kampus bukan kepada
mahasiswanya.
2.6 Perkembangan Studi Konteks
Studi ihwal konteks itu berawal dari kegiatan penelitian oleh
Malinowsky (1882-1944). Pakar ini meneliti kebiasan hidup dan kegiatan
mencari mata pencaharian di seputar Kepulauan Trobriand di wilayah
Pasifik Selatan. Malinowsky berpikir tentang aspek-aspek yang menyertai
terjadinya tuturan. Ternyata dia mendapati bahwa aspek-aspek di luar
bentuk kebahasaan yang direkamnya itu sangat penting pengaruhnya di
dalam menghadirkan maksud penutur yang termanifestasi dalam bentuk-
bentuk kebahasaan. Aspek-aspek di luar kebahasaan disebutnya sebagai
konteks situasi (Baryadi, 2015: 17-18). Malinowsky menginginkan
terjemahannya mencerminkan teks dalam lingkungan yang hidup.
Lingkungan tempat teks itu diucapkan tidak hanya lingkungan tutur
(verbal), tetapi lingkungan tersebut sebagai konteks situasi. Dalam
gagasannya itu, Malinosky belum merinci unsur-unsur konteks situasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa sebutan konteks situasi,
yang akhir-akhir ini banyak digunakan sebagai penentu maksud tuturan
(bdk. Leech, 1983) sudah dikenal sejak Malinowsky mempelajari bahasa
Kiriwinia di Kepulauan Trobriand itu. Dari pandangan antropolog Inggris
ternama ini belum kelihatan aspek-aspek apa sajakah yang sesungguhnya
terkandung dalam konteks situasi. Dia hanya menegaskan bahwa teks
hendaknya diterjemahkan dalam lingkungan yang hidup, baik lingkungan
tutur verbal maupun lingkungan tutur non-verbal.
Firth dalam Halliday dan Hasan (1992:11) dikutip oleh Baryadi
(2015:18) menjabarkan konteks itu ke dalam beberapa unsur, yakni pelibat
tutur, tindakan pelibat tutur, unsur situasi yang relevan, dan akibat dari
tindak tutur. Dalam pandangan Firth, pelibat tutur itu menunjuk pada
sosok-sosok yang menjadi penentu terjadinya tuturan, bisa menunjuk pada
penutur, mitra tutur, maupun orang lain yang hadir dalam pertuturan itu.
Tindakan pelibat tutur menunjuk pada aktivitas bertutur yang dilakukan
oleh para pelibat tutur dalam sebuah pertuturan. Selanjutnya unsur situasi
yang relevan menunjuk pada segala macam hal, bisa apa pun juga, yang
muncul pada saat kegiatan bertutur itu terjadi. Adapun akibat dari tindak
tutur adalah bentuk-bentuk perubahan yang ditimbulkan oleh hal-hal yang
dituturkan oleh pelibat dalam situasi.
Hymes (1974: 53-62) dalam Baryadi (2015:19) menyebut konteks
sebagai komponen tutur (components of speech) yang dirumuskan dalam
istilah memoteknik atau ungkapan SPEAKING. Umumnya diketahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
komponen S menunjuk pada setting, yang dimaknai latar tempat dan
waktu tindak tutur. Setting suasana lazim disebut sebagai scene. Suasana
mencakup suasana fisik dan psikologis dari para pelibat tuturan.
Selanjutnya, komponen P menunjuk pada participants atau pelibat
mencakup pembicara atau pengirim dan pendengar atau penerima.
Komponen E menunjuk pada ends,yang artinya tujuan apa yang hendak
dicapai dari sebuah pertuturan. Komponen A menunjuk pada acts of
sequence mencakup bentuk pesan dan isi pesan. Komponen K atau kunci
tuturan menunjuk pada nada tuturan, cara bertutur, dan perasaan pada saat
tuturan berlangsung. Komponen I menunjuk pada instrumentalities, yang
hakikatnya adalah saluran atau alat. Saluran atau alat yang digunakan
dalam proses bertutur sangat berpengaruh pada maksud tuturan.
Komponen N menunjuk pada norms, yang berarti norma interaksi dan
interpretasi menunjuk aturan-aturan dalam berinteraksi memahami
tuturan. Komponen terakhir, yakni genre yang menunjuk pada jenis
tuturan, ragam tuturan, atau disebut sebagai laras tuturan.
Secara singkat Halliday dan Hasan (1992) menegaskan bahwa
konteks dibedakan menjadi (1) konteks situasi, (2) konteks budaya, (3)
konteks intertekstual, dan (4) konteks intratekstual. Keempat macam
konteks tersebut berpengaruh terhadap pemaknaan teks, yang hakikatnya
merupakan gagasan yang bersifat metafungsional. Gagasan
metafungsional itu mencakup makna ideasional, interpersonal, dan
tekstual. Dalam pandangan penulis, gagasan Halliday dan Hasan ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
berbeda dengan gagasan pakar terdahulu yang telah disampaikan
sebelumnya (Baryadi, 2015:20-22).
Leech (1993) dalam Baryadi (2015:31) menjelaskan tentang aspek-
aspek situasi tuturan yang mencakup lima hal, yakni (1) penutur dan mitra
tutur, (2) konteks tuturan, (3) tujuan tuturan, (4) tuturan sebagai bentuk
tindak tutur, (5) tuturan sebagai tindak verbal. Dari paparan yang
disampaikan oleh Leech di dalam bukunya “The Principles of Pragmatics”
diperoleh ketegasan bahwa ternyata konteks itu dipahami cukup berbeda
dengan pandangan-pandangan dari pakar pendahulunya, sedangkan
Cutting (2002) dalam Baryadi (2015: 32) menyebut bahwa konteks
mencakup tiga hal, yakni konteks situasi, konteks pengetahuan latar
belakang, dan konteks ko-tekstual. Pandangan Cutting berdekatan dengan
pandangan Halliday dan Hasan (1985) dalam hal kesamaannya dalam
melibatkan dimensi internal bahasa. Secara khusus cutting menyebutnya
sebagai kotekstual, sedangkan Halliday dan Hasan menyebutnya sebagai
konteks intratekstual.
2.7 Hakikat Elemen Konteks dan Jenis-Jenisnya
Konsep komponen tutur yang disampaikan Poedjosoedarmo (1985)
dalam Baryadi (2015:24-29) merupakan pengembangan dari konsep yang
disampaikan Dell Hymes. Menurutnya faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan bahasa disebut sebagai konsep memoteknik O,O,E MAU
BICARA, yaitu (1) O1= orang ke satu atau penutur (2) O2= orang ke-2 atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
mitra tutur, (3) E= warna emosi O1, (4) M= maksud dan tujuan percakapan,
(5) A = adanya O3 dan barang-barang lain disekeliling adegan percakapan,
(6) U = urutan tutur, (7) B = bab yang dipercakapkan; pokok pembicaraan,
(8) I = instrumen tutur atau sarana tutur, (9) C= citarasa tutur, (10) A =
adegan tutur, (11) R = register tutur/genre, (12) A= aturan atau norma
kebahasaan. Penjelasan setiap komponen dapat diringkas sebagai berikut.
(1) O = O1, yaitu pribadi si penutur. Pribadi si penutur berkaitan
dengan dua hal, yaitu siapakah O1 dan dari manakah asal atau latar
belakang O1. Siapakah O1 berkenaan dengan (i) bagaimanakah
keadaan fisik O1, (ii) bagaimana keadaan mental O1, dan (iii)
bagaimana kemahiran bahasa O1. Latar belakang si penutur
menyangkut jenis kelamin, asal daerah, asal golongan kelas
masyarakatnya, umur, jenis profesi, kelompok etnik, dan aliran
kepercayaannya.
(2) O = O2. Orang kedua, yaitu orang yang diajak bicara oleh penutur
atau mitra tutur. Faktor ini yang berkaitan dengan dua hal, yaitu
anggapan O1 tentang seberapa tinggi tingkatan sosial O2 dan
seberapa akrab hubungan O1 dan O2.
(3) E = warna emosi O1. Warna emosi O1 mempengaruhi bentuk
tuturannya. Seorang yang sedang gugup, marah, sakit dan
semacamnya akan melontarkan ujaran-ujaran yang kurang teratur,
banyak frasa-frasa yang putus, maksud yang diungkapkan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
terujarkan dan sukar mengontrol pilihan tingkat tutur seperti frasa
serta kata-katanya.
(4) M = maksud dan tujuan percakapan. Maksud dan kehendak O1
sangat mempengaruhi bentuk-bentuk tutur yang diujarkannya.
Maksud O1 ini dapat mempengaruhi pemilihan bahasa, pemilihan
tingkat tutur, ragam dialek, idiolek, pemilihan ungkapan-ungkapan
tertentu, atau pemilihan unsur suprasegmental tertentu.
(5) A = adanya O3, yaitu kehadiran orang lain. Suatu ujaran dapat
berganti bentuknya dari apa yang biasanya terjadi apabila ada
seseorang yang kebetulan hadir pada adegan tutur. Pengubahan
kode bahasa yang disebabkan oleh adanya O3 terjadi karena ingin
mengikutsertakan O3 dalam pecakapan, ingin merahasiakan
sesuatu agar O1 memberikan kesan kepada O3 bahwa O2
sebetulnya ialah orang yang terhormat dan tidak menggangu O3.
(6) U = urutan bicara. Urutan bicara berkenaan dengan siapa yang
harus berbicara lebih dulu dan siapa yang harus berbicara
kemudian. Dalam masyarakat ada yang memiliki aturan bahwa
orang yang berstatus sosial lebih tinggai atau orang lebih tua harus
berbicara lebih dulu. O1 atau penutur sebagai pengambil inisiatif
berbicara dalam menentukan bentuk tuturnya daripada mitra
tuturnya. O2 atau mitra tutur yang menanggapi tuturan O1 tidak
sebebas O1 memilih bentuk tuturannya. Kode bahasa yang dipilih
O2 tergantung pada penilaian terhadap hubungan yang ia inginkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
terhadap O1 atau tergantung pada suasana kebahasaan yang ia
ciptakan.
(7) B = bab yang dibicarakan. Bab yang dibicarakan mempengaruhi
warna bicara. Hal ini tidak berarti bahwa setiap pokok pembicaraan
harus dibahas dengan ragam bahasa tertentu. Namun, ada beberapa
topik pembicaraan tertentu yang mengharuskan anggota
masyarakat menggunakan kode bahasa tertentu apabila mereka
akan membicarakannya.
(8) I = intrumen atau sarana tutur. Sarana tutur dapat mempengaruhi
bentuk ujaran. Yang dimaksud dengan sarana tutur ialah sarana
yang dipakai untuk menyampaikan tuturan. Adanya bahasa lisan
dan bahasa tulis. Bahasa lisan disampaikan secara langsung dengan
menggerakkan alat-alat bicara mulut sedangkan bahasa tulis
disampaikan dengan menggunakan huruf-huruf di atas kertas atau
alat tulis. Pada kebanyakan masyarakat, bahasa tulis biasanya
terikat pada ragam bahasa atau bahkan pada bahasa tertentu.
Sarana-sarana tutur, seperti telepon, handphone, email, dan
sebagainya yang mempengaruhi ujaran seorang penutur.
(9) C = citarasa penutur. Nada suara bicara yang secara keseluruhan
dapat mempengruhi O1 juga berpengaruh pada ragam tutur yang
diucapkan oleh O1. Dalam hal ini sering dibedakan ragam bahasa
santai, ragam bahasa formal, dan ragam bahasa indah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
(10) A = adegan tutur. Adegan tutur terkait dengan tempat, waktu,
dan peristiwa (termasuk kualitas suprasegmental tutur dan pilihan
pokok pembicaraan). Adegan tutur mempengaruhi penutur dalam
menentukan bentuk-bentuk ujaran. Misalnya, Percakapan di dalam
masjid, gereja, dan tempat-tempat ibadah lainnya, rumah sakit,
kantor pengadilan biasanya tidak terlalu keras, dan orang biasanya
tidak bersenda gurau. Percakapan harus sopan, serius, dan khidmat.
(11) R = register atau bentuk wacana. Di dalam masyarakat,
terdapat beberapa macam wacana yang bentuknya sudah mapan.
Wacana-wacana seperti surat-menyurat dinas, perundang-
undangan, percakapan dengan telepon, telegram, pidato pembukaan
atau penutup suatu lokakarya, seminar, konferensi atau pidato
seremonial lainnya, atur-atur kenduri, ujub dan doa kenduri, tajuk
rencana surat kabar, mempunyai struktur yang kurang lebih mapan
dan diketahui oleh anggota masyarakat banyak. Bentuk wacana
seperti pidato akan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang lazim,
misalnya dimulai dengan sapaan, salam, introduksi, isi pidato, dan
penutup.
(12) A = aturan atau norma kebahasaan lainnya. Aturan
kebahasaan lainnya bersangkutan dengan norma-norma kebahasaan
yang khusus berlaku pada suatu masyarakat bahasa. Misalnya
kejelasan dalam berbicara, topik yang dibicarakan harus menarik,
tidak menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi, menghindari kata-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
kata yang dianggap tabu dan sebagainya. Aturan-aturan kebahsaan
dapat mempengaruhi O1 dalam menentukan bentuk tuturannya.
Faktor-faktor tersebut menentukan variasi bahasa yang akan dipilih
oleh penutur.
Rahardi dalam bukunya kajian sosiolinguistik (2010: 40-51)
menyatakan ada tiga belas komponen sebuah tuturan teori
Poedjosoedarmo (1985). Ketiga belas komponen itu disebutkan satu
persatu sebagai berikut: 1) pribadi si penutur atau orang pertama, 2) mitra
tutur sebagai anggapan penutur terhadap kedudukan sosial dan relasinya
dengan orang yang diajak bicara, 3) kehadiran orang ketiga, 4) maksud
dan kehendak si penutur, 5) warna emosi si penutur, 6) nada suasana
bicara, 7) pokok pembicaraan, 8) urutan bicara, 9) bentuk wacana, 10)
sarana tutur, 11) adegan utur, 12) lingkungan tutur, 13) norma kebahasaan
lainnya.
Pribadi si penutur atau orang pertama menentukan kuantitas tuturan
yang disampaikan seseorang. Seorang penutur atau orang pertama tuturan
diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup, dan relatif memdai
atas informasi yang dibutuhkan mitra tutur. Terdapat dua hal penting pada
penutur orang pertama, yaitu pertama adalah siapakah kejatian atau
identitas orang pertama, dan yang kedua adalah dari manakah asal-usul
penutur itu. Identitas orang pertama akan ditentukan oleh tiga hal, yakni
(1) keadaan fisiknya, (2) keadaan mentalnya, (3) kemampuan
berbahasanya berkaitan dengan keadaan fisiknya, misalnya orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
lindahnya kurang panjang, orang yang penakut, pemalu, mudah merasa
grogi tentu akan membentuk tuturan yang berbeda dengan orang yang
pemberani, tidak mudah gerogi, dan semacamnya. Jadi dalam tuturan siapa
orang yang bertutur sangat menentukan tuturan yang akan dimunculkan.
Masalah latar belakang penutur dikaitkan dengan masalah jenis
kelamin, daerah asal, suku, umur, golongan kelas dalam masyarakat, dan
barangkali agama atau kepercayaannya. Seorang yang jens kelamin pria
akan menggunakan tuturan yang berbeda dengan wanita. Seorang wanita
kecenderungan untuk membicarakan tentang kecantikan, perhiasan,
pakaian, masalah rumah tangga, dan semacamnya sedangkan pria
kecenderungan membicarakan olah raga, politik, dan semacamnya
(Rahardi, 2010: 41). Selain itu, orang atau masyarakat golongan atas
bertutur dengan cara yang berbeda dengan orang atau masyarakat
golongan bawah.
Nada sebuah tuturan dapat juga ditentukan oleh latar belakang dari
penuturnya. Orang jawa akan bertutur dengan nada tutur orang aceh, dan
sebagainya. Faktor orang kedua juga menjadi faktor penentu bentuk tutur
yang dikeluarkan dari mulut seseorang dalam bertutur, penutur golongan
atas akan menggunakan bentuk kebahasaan yang berbeda dengan mitra
tutur yang berasal dari golongan bawah. Dalam transaksi jual beli sandang,
pedagang didatangi oleh orang kaya dan berwibawa maka pedagang akan
menggunakan kode kata sapaan santun dalam menawarkan barang
sebaliknya, manakala berhadapan dengan pembeli dari golongan bawah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
akan ditanggapi dengan kode yang cenderung seenaknya. Corak atau
bentuk bahasa yang muncul dari penutur dipengaruhi oleh keinginan atau
kedekatan relasi antara penutur dan mitra tutur.
Tuturan ringkas digunakan oleh penutur dan mitra tutur dalam
bertutur dengan suasana keakraban, misalanya penutur bertemu teman
lamanya maka, penutur akan menggunakan bahasa yang memancarkan
tuturan keakraban. Hubungan yang demikian akrab, orang bisa dipanggil
mitra tuturnya dengan nama-nama tertentu yang bersifat intim. Sebagai
contoh, Davi dipanggil Dave, Yeni dipanggil Yeyen, dan sebagainya.
Relasi antara penutur dan mitra tutur bersifat penentu faktor yang objektif
sosial. Artinya, mungkin sekali kita bertutur dengan mitra tutur yang jauh
lebih tua dari kita, tetapi tidak menggunakan ragam bahasa yang akrab
padanya dalam berkomunikasi karena disebabkan oleh relasi penutur
dengan mitra tutur yang lebih tua sudah baik dan akrab.
Kehadiran orang ketiga kadang-kadang dapat dipakai sebagai
penentu berubahnya kode bahasa yang dipakai seseorang dalam
berkomunikasi. Sebagai contoh, dalam ranah keluarga, seorang anak
wanita dewasa yang sedang duduk diruang tamu bersama temannya.
Dasarnya menggunakan bahasa Jawa pada tingkat ngoko, sekejap beralih
menggunakan bahasa Jawa krama karena kedatangan ibu yang ketat
dengan penggunaan bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa, terdapat berbagai
fakta perubahan kode, misalnya penutur bermaksud merayu,
menyombong, menuntut, mengemis, mengancam, mengumpat, menawar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dan semacamnya. Beralihnya kode yang satu dari kode yang lain dalam
bertutur disebabkan oleh perubahan maksud-maksud tutur seperti pada
saat orang bertutur, bisa jadi seketika ingin menyombong, menyindir, atau
menyalahkan akan membuat kode beralih dari satu ke yang lainnya. Dari
kode bahasa biasa menjadi kode bahasa yang berlebihan.
Terkait erat dengan faktor kehendak dan maksud dari penutur
adalah warna emosi. Artinya emosi seseorang akan menentukan bentuk
tuturan seseorang. Orang yang sedang marah atau dalam keadaan emosi
tingkat tinggi dapat dipastikan kesulitan mengontrol tuturannya. Jadi jelas,
bahwa warna emosi sangat berpengaruh terhadap tuturan seseorang.
Bahkan, warna emosi sebagai faktor penentu dari tuturan seseorang dalam
berkomunikasi terkait dengan warna emosi adalah nada suasana bicara.
Nada suasana dapat berpengaruh terhadap perasaan dan emosi penutur dan
lawan tutur, sehingga akan berpengaruh pada tuturan. Sebagai contoh,
manakala terjadi peristiwa kematian dalam keluarga.
Nada suasana yang terjadi pada saat itu kesedihan. Suasana
demikian tentu akan mewarnai perasaan para anggota keluarga itu. Jadi
tuturan pada saat berkomunikasi dan mengadakan kontak dengan orang
lain, dipengaruhi oleh nada suasana yang melingkupi penutur itu. Cukup
dekat dengan nada suasana tutur adalah masalah bidang yang dibicarakan.
Membicarakan masalah politik disertai dengan unsur keseriusan
sedangkan membicarkan masalah olah raga cenderung bersifat santai dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
tidak menegangkan. Jadi masalah atau hal yang dibicarakan dalam
berkomunikasi akan menentukan lontaran tuturan para pelibat tutur.
Masalah urutan dalam bertutur berpengaruh terhadap tuturan. Pada
saat terjadi percakapan seorang dosen dengan mahasiswa. Seorang
mahasiswa yang berkonsultasi tentang skripsinya barang tentu dosen akan
berbicara lebih leluasa, sedangkan seorang mahasiswa akan berbicara
dengan lebih berhati-hati dan cenderung hanya menjawab apa yang
ditanyakan oleh dosen. Artinya urutan berbicara sang mahasiswa berada
dibelakang sang dosen, tuturan yang muncul dari mulut mahasiswa itu
cenderung terbatas. Jadi, urutan tutur yang berlaku di dalam masyarakat
tutur tertentu, akan berbeda dengan masyarakat tutur yang lainnya. Bentuk
tuturan dalam wacana transaksi jual beli sandang didahului dengan
menanyakan harga barang, tawar-menawar barang itu, baru jadi atau
tidaknya peristiwa jual beli itu. Dengan demikian bentuk tuturan dalam
wacana transaksi jual beli sandang dikatakan sebagai bentuk tuturan yang
mapan. Sarana tutur yang menunjukkan kepada saluran dan media
disampaikannya tuturan kepada lawan tutur. Orang yang berbicara dengan
berhadapan langsung antara penutur dan lawan tutur, berbeda dengan
tuturan orang yang berbicara melalui pesawat telepon.
Komponen adegan tutur yang menunjuk aspek tempat, waktu, dan
peristiwa tutur yang berpengaruh terhadap tuturan. Tempat terjadinya
percakapan menentukan tuturan yang akan dimunculkan oleh penutur dan
lawan tutur. Bertutur pada waktu malam hari berbeda dengan bertutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
pada siang hari. Adegan tutur menentukan bentuk tuturan seseorang.
Komponen lain yang juga menentukan tuturan seseorang adalah
lingkungan tempat tuturan terjadi. Norma kebahasaan masyarakat sangat
menentukan ujaran anggota masyarakatnya. Sebagai contoh, dalam
masyarakat Jawa terdapat norma yang tidak tertulis bahwa berbicara
dengan orang lebih tua harus pelan-pelan dan disertai juga dengan hal
yang sifatnya paralinguistik, seperti bungkukan tubuh, senyuman,
pengedepankan kedua tangan, dan lain sebagainya. Hal itu juga terjadi
dalam tawar-menawar manakala ada seorang pembeli yang berdarah biru,
orang atasan dan orang kaya sudah tentu akan berpengaruh terhadap
tuturan pedagang dalam melayani calon pembelinya. Artinya, pedagang
menerapkan norma empan papan dalam arti tahu siapa yang berhadapan
dengannya dan dia harus berbicara dengan cara bagaimana mestinya.
Orang yang tidak mengetahui dan mempertimbangkan norma dalam
bertutur dikatakan sebagai orang yang ora ngerti papan atau ora empan
papan.
Berdasarkan uraian di atas, komponen tutur menurut teori
Poedjsoedarmo (1985) dalam Baryadi (2015:24) menyatakan terdapat dua
belas komponen tutur dengan menggunakan memoteknik OOE MAU
BICARA, sedangkan komponen tutur Poedjosoedarmo (1985) dalam
Rahardi (2010:39-51) menyebutkan tiga belas komponen yang ada dalam
sebuah tuturan. Ketiga belas tuturan itu sebagai berikut: 1) pribadi si
penutur atau orang pertama, 2) anggapan penutur terhadap kedudukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
sosial dan relasinya dengan orang yang diajak bicara, 3) kehadiran orang
ketiga, 4) maksud dan kehendak si penutur, 5) warna emosi si penutur, 6)
nada suasana bicara, 7) pokok pembicaraan, 8) urutan bicara, 9) bentuk
wacana, 10) sarana tutur, 11) adegan utur, 12) lingkungan tutur, dan 13)
norma kebahasaan lainnya. Beranjak dari teori komponen tutur yang
dikemukakan Poedjosoedarmo (1985), Rahardi (2010) menambahkan
komponen dalam tuturan, yakni lingkungan tutur. Artinya, lingkungan
tempat tuturan itu terjadi mempengaruhi suasana dalam pertuturan. Setiap
elemen konteks yang terkandung dalam tuturan mengandung konteks
sosietal, yaitu konteks yang faktor penentunya kedudukan atau kekuasaan
dalam masyarakat.
2.8 Fungsi Konteks Sosietal
Setiap tuturan yang disampaikan oleh penutur terhadap mitra tutur,
selain untuk berinteraksi tentu terdapat maksud dalam tuturan tersebut.
Gagasan yang tidak dapat diwakili oleh kata-kata padahal ingin
diungkapkan oleh penutur itulah yang dimaksud dengan konteks. Fungsi
konteks dalam tuturan didasarkan pada latar belakang pemahaman yang
sama. Dasar pemahaman yang sama dalam artian penutur dan mitra tutur
memiliki persepsi yang sama terkait hal yang dibicarakan sehingga tidak
menghambat proses komunikasi yang berlangsung. Fungsi konteks pada
dasarnya beragam dalam menentukan maksud tuturan setiap komunikasi
terjadi. Fungsi-fungsi konteks ini dapat berupa: fungsi memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
penjelasan informasi rinci, memberikan informasi situasi dan kondisi
peserta tutur, memberikan informasi sebab terjadinya tuturan, dan
memberikan informasi tambahan. Fungsi ini didasarkan pada teori
konteks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini peneliti membahas mengenai jenis penelitian, sumber
data, data dan objek penelitian, instrumen penelitian, metode dan teknik
pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, dan triangulasi data.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskripstif kualitatif. Menurut
Arikunto (2010:33), penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dimaksudkan untuk menyelidiki, keadaan, kondisi, situasi, peristiwa,
kegiatan yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan. Hal ini dimaksud
untuk mendeskripsikan secara sistematis kajian elemen dan fungsi konteks
sosietal dalam menentukan maksud berkomunikasi antara mahasiswa dan
dosen FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik
2017/2018.
3.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan mahasiswa dan dosen
FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018
dengan jumlah responden 33 orang yang mencakup, 15 reponden
mahasiswa dan 18 responden dosen FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Lima belas responden mahasiswa, yakni Amalia Mahasiswa
Pendidikan Bimbingan Konseling, Devita Sugiyatno dan Febriani E Malo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Mahasiswa Pendidikan Biologi, Geima Mahasiwa Pendidikan Matematika,
Anastasia Mahasiswa Pendidikan Fisika, Nani Julita Mahasiswa Pendidikan
Sejarah, Melisha dan Jalu Mahasiswa Pendidikan Akutansi, Muhamad Alan
Mahasiswa Pendidikan Ekonomi, Cicilia Sindhi Sitoresmu dan Antonia
Ratna Wiji Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Avenius
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, Dewi Puji Lestari, Lastri
Rindiyantika, dan Ephyfania Bahantwelu Mahasiswa Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia. Delapan belas responden dosen FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, yakni Retno Herrani, M. Biotech Dosen Pendidikan
Biologi, Rohandi, Ph.D., Dosen Pendidikan Fisika, Priyatno Ardi, S.Pd.,
M.Hum., dan Yohana Veniranda, M.Hum., Ph.D., Dosen Pendidikan
Bahasa Inggris, Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., Dosen Pendidikan
Matematika, Dr.C. Teguh Dalyono, M.S., Dosen Pendidikan Ekonomi,
Hendra Kurniawan, M.Pd., Dosen Pendidikan Sejarah, Rishe Purnama
Dewi, S.Pd., M.Hum., Dr. Yulia Setyaningsih, M.Pd., Septina Krismawati,
S.S., M.A., dan Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., Dosen Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia, Eny Winarti, M.Hum., Ph.D., Dra. Ignatia Esti
Sumarah, M.Hum., Irine Kurniastuti, M.Psi., dan Andreas Erwin Prasetya,
M.Pd., Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Dr.Maria Margaretha Sri
Hastuti, M.Si., Ag. Krisna Indah Marhei, S.Pd., M.A., dan Juster Donal
Sinaga, M.Pd., Dosen Pendidikan Bimbingan dan Konseling.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
3.3 Data dan Objek Penelitian
Data dan objek penelitian adalah dua hal yang berbeda. Data sebagai
bahan penelitian yaitu bahan jadi (lawan dari bahan mentah) yang ada
karena aneka macam tuturan (Sudaryanto, 1993:3) dalam Mahsun
(2007:18). Sebagai penelitian, maka di dalam data terkandung objek
penelitian (gegenstand) dan unsur lain yang membentuk data, yang disebut
konteks (objek penelitian). Sudaryanto (1990) dalam Mahsun (2007:19)
pada dasarnya data tidak lain adalah objek penelitian plus konteks (D=
Op+K). Jadi, yang dimaksudkan dengan data adalah realisasi komposisi
struktural dari objek penelitian plus konteks (Mahsun, 2007:21). Objek
penelitian adalah konteks sosietal yang terdapat dalam tuturan antara
mahasiswa dan dosen FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Data
penelitian berupa tuturan-tuturan yang mengandung elemen dan fungsi
konteks sosietal antara mahasiswa dan dosen FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018.
3.4 Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian merupakan tumpahan teori dan pengetahuan
yang dimiliki si peneliti mengenai fenomena yang diharapkan mampu
mengungkapkan informasi-informasi dari fenomena yang diteliti
(Sugiyono, 2006: 250). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah human instrumen. Artinya, peneliti berperan sebagai peneliti utama
dalam penelitian. Human instrumen berfungsi menetapkan fokus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpula data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data
dan membuat kesimpulan dari hasil temuan. Peneliti berperan sebagai
instrumen dalam penelitian, maka harus divalidasi terlebih dahulu,
meliputi pemahaman, metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan
terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek
penelitian baik secara akademik
3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Pranowo (2014) menjelaskan metode adalah rancang bangun
pembelajaran yang satu sama lain tidak saling bertentangan untuk
mencapai suatu tujuan. Bila dianalogikan metode dengan jalan yang harus
dilalui untuk mencapai sutu tujuan. Selain itu, terdapat perbedaan dengan
teknik. Teknik adalah cara bagaimana suatu tujuan dapat dicapai
berdasarkan asumsi tertentu (Pranowo, 2014:266). Menurut Noor (2011:
138) teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan dan
masalah penelitian. Dalam hal ini, metode penyediaan data dikenal pada
prinsipnya ada dua saja, yaitu “metode simak” dan “metode cakap”, dan
tekniknya pun sebagai penjabaran yang dibedakan atas dua berdasarkan
tahap pemakaiannya, yaitu “teknik dasar” dan “teknik lanjutan”
(Sudaryanto, 2015: 202-201). Dalam teknik pengumpulan data, peneliti
mengunakan metode simak. Disebut “metode simak” atau “penyimakan”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
karena berupa penyimakan: dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak
penggunaan bahasa.
Metode ini mempunyai teknik dasar yang berwujud teknik sadap.
Teknik sadap disebut sebagai teknik dasar dalam metode simak karena
pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Dalam arti,
peneliti dalam upaya mendapatkan data dilakukan dengan menyadap
penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang yang menjadi
informan. Berdasarkan praktik selanjutnya, teknik sadap ini diikuti dengan
teknik lanjutan berupa teknik libat cakap, simak bebas libat cakap, catat,
dan teknik rekam (Mahsun, 2007: 93). Teknik simak libat cakap (SLC)
maksudnya si peneliti melakukan penyadapan dengan cara berpartisispasi
sambil menyimak, berpartisipasi dalam pembicaraan, dan menyimak
pembicaraan. Dalam hal ini, si peneliti terlibat langsung dalam dialog.
Adapun teknik simak bebas libat cakap (SBLC), maksudnya peneliti hanya
berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh para informannya.
Dia tidak terlibat dalam peristiwa pertuturan yang bahasanya sedang
diteliti.
Selanjutnya, teknik catat adalah teknik lanjutan yang didilakukan
ketika menerapkan metode simak dengan teknik lanjutan di atas. Hal ini
sama, jika tidak dilakukan pencatatan, si peneliti dapat saja melakukan
perekaman ketika menerapkan metode simak dengan kedua teknik lanjutan
di atas. Teknik rekam dimungkinkan terjadi jika bahasa yang diteliti
adalah bahasa yang masih dituturkan oleh pemiliknya. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
perkembangannya teknologi informasi yang semakin canggih, alat
perekam yang dimaksud dapat lebih beraneka dengan hasil yang lebih
saksama, meliputi baik tindakan yang mampu didengarkan maupun
tingkah laku dan perbuatan lain yang dilihat, baik yang verbal maupun
non-verbal. Keempat teknik ini dapat digunakan secara bersama-sama jika
penggunaan bahasa yang disadap itu berwujud secara lisan (Mahsun,
2007: 92-93).
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data
Menurut Sudaryanto (2015:15) metode yang digunakan dalam upaya
menemukan kaidah dalam tahap analisis data ada dua, yaitu metode padan
dan metode agih. Dengan demikian, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode padan. Metode padan adalah alat yang penentunya
di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang
bersangkutan. Dalam hal ini, objek penelitian itu, kejatian atau
identitasnya ditentukan berdasarkan tingginya kadar kesepadanan,
keselarasan, kesesuainnya, kecocokannya, atau kesamaannya dengan alat
penentu yang bersangkutan yang sekaligus menjadi standar pembakuannya
(Sudaryanto, 2015:15).
Metode padan ini dibedakan dalam beberapa jenis, namun yang
digunakan oleh peneliti adalah metode pragmatis. Metode pragmatis
adalah metode yang alat penentunya mitra wicara atau bicara (Sudaryanto,
2015:15). Apabila orang yang sampai kepada penentuan bahwa kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
perintah atau kalimat imperatif ialah kalimat yang bila diucapkan
menimbulkan reaksi tindakan tertentu dari mitra wicaranya maka, orang
yang bersangkutan berada dalam jalur kerja metode padan sub jenis
kelima, yaitu dengan alat penentu mitra wicara atau mitra tutur. Menurut
Furchan (1982: 475) langkah pertama yang harus dilakukan peneliti dalam
menganalisis data yang dilakukan adalah melihat kembali usulan
penelitian guna memeriksa rencana penyajian data dan pelaksanaan data.
Beberapa hal yang akan peneliti kembangkan dalam teknik analisis data
adalah sebagai berikut.
a. Identifikasi
Keberhasilan seorang peneliti adalah ketika ia mampu
mengidentifikasi berdasarkan data yang ada dan teori yang relevan yang
telah ia kemukakan. Misalnya, saat peneliti menemukan kata dalam data
yang sekiranya sesuai dengan teori yang relevan sehingga ia
mendapatkan ciri penanda yang terdapat dalam kata tersebut maka
identifikasi itu baik untuk diterapkan. Identifikasi akan dilihat dari hasil
analisis kebutuhan, hasil tes objektif, dan hasil kuisioner yang lainnya
untuk melihat frekuensi membaca pemahaman dan menarasikan hasil
wawancara.
b. Klasifikasi
Yang perlu diklasifikasi adalah semua hasil instrumen berdasarkan
kriteria tertentu. Dalam klasifikasi ini maka, hasil data yang diperoleh
akan disusun secara bersistem dalam kelompok atau kaidah yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
ditetapkan. Dengan adanya klasifikasi ini, pengolahan dan analisis data
menjadi lebih mudah dilakukan. Klasifikasi juga dapat digunakan untuk
mendeskripsikan hasil data yang diperoleh saat penelitian berlangsung.
Mendeskripsikan data berarti memberikan gambaran berdasarkan
data yang digunakan untuk memperoleh bentuk nyata dari responden.
Hal ini dilakukan agar penelitian ini lebih mudah dipahami oleh peneliti
itu sendiri atau pun orang lain yang telah tertarik dengan penelitian ini.
Penggambaran data harus disesuaikan dengan sumber dan data yang
diperoleh. Deskripsi data dalam penelitian ini akan digambarkan dengan
cara mengelompokkan data yang ada dan mengkajinya berdasarkan teori
yang relevan serta sejauh mana tingkat kesantunan itu terdapat atau tidak
terdapat dalam data yang telah ditemukan dari subjek penelitian.
Penggambaran data dalam bentuk kode hasil data yang diperoleh akan
digunakan pada tabel keabsahan data sebagai berikut:
Penutur : A
Mitra tutur : B
Mitra tutur pertama (O1) : B1
Mitra tutur kedua (O2) : B2
c. Interpretasi/Pemaknaan
Dalam hal ini, peneliti harus memaknai data yang ia peroleh
sebelumnya yang bersumber dari catatan lapangan, dokumen ataupun
yang lainnya. Pemaknaan data ini digunakan untuk menganalisis data
yang telah ditemukan. Tindak lanjut yang akan dilakukan setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
menafsirkan data adalah pengecekkan keabsahan data. Dalam
membuktikan keabsahan data, peneliti akan memanfaatkan berbagai data
yang telah diperoleh dari lapangan.
3.7 Triangulasi data
Menurut Moleong (2006:330), triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.
Selain itu, Moleong menambahkan bahwa triangulasi data dilakukan
untuk me-recheck temuan dengan jalan membandingkannya dengan
berbagai sumber dan metode atau teori. Penelitian ini memerlukan
triangulasi agar dapat dipertanggungjawabkan keilmiahan keabsahan
hasil analisis data.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
penyidik. Menurut Moleong (2006:331), triangulasi penyidik ialah
triangulasi yang dilakukan dengan cara memanfaatkan peneliti atau
pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat
kepercayaan data. Peneliti meminta kesedian Bapak Prof. Dr. Pranowo,
M.Pd., dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, untuk
menjadi triangulator. Peneliti mempercayai triangulator karena alasan
pengalaman dan kompetensinya.
Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam proses triangulasi hasil
analisis data penelitian. Pertama, peneliti menyerahkan data kepada
triangulator. Kedua, triangulator memeriksa hasil analisis data peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Ketiga, peneliti melakukan perbaikan apabila ditemukan kesalahan pada
hasil analisis data sesuai petunjuk triangulator. Keempat, peneliti
menyerakan hasil perbaikan kepada triangulator. Kelima, setelah
triangulator menyatakan keabsahan hasil analisis data, hasilnya akan
digunakan sebagai acuan untuk menyusun pembahasan pada bab IV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab hasil penelitian dan pembahasan ini dikaji tiga hal, yaitu (1)
deskripsi data, (2) hasil analisis data, dan (3) pembahasan. Pada deskripsi data,
penulis memaparkan data hasil penelitian. Lalu analisis data, memaparkan hasil
analisis data berdasarkan subkategorinya. Bagian pembahasan, memaparkan
pembahasan berdasarkan hasil analisis data. Ketiganya dipaparkan sebagai
berikut.
4.1 Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini berupa tuturan-tuturan yang mengandung
elemen dan fungsi yang diperankan konteks sosietal dalam menentukan
maksud berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018 dengan jangka waktu selama
bulan September-Oktober 2017. Data yang diambil berdasarkan tuturan yang
mengandung elemen dan fungsi konteks sosietal antara mahasiswa dan dosen
FKIP Universitas Sanata Dharma. Data yang terkumpul berjumlah 50 tuturan.
Berdasarkan analisis elemen konteks pada tuturan, peneliti menemukan pola
elemen konteks sosietal berdasarkan kehadiran elemen konteks pada data
tuturan. Pola elemen tersebut, yaitu pola yang terkandung pada dua belas
elemen, sembilan elemen, sepuluh elemen, dan sebelas elemen konteks. Selain
elemen, peneliti juga menemukan fungsi konteks, yaitu (1) fungsi memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
informasi rinci berdasarkan pengetahuan peserta tutur, (2) memberikan
informasi situasi dan kondisi peserta tutur, (3) memberikan informasi sebab
terjadinya tuturan, dan (4) memberikan informasi tambahan. Berikut sampel
data tuturan yang mengandung elemen konteks, pola elemen konteks, dan
fungsi yang diperankan konteks sosietal dalam menentukan maksud
berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen FKIP di Universitas Sanata
Dharma tahun akademik 2017/2018.
4.1.1 Elemen Konteks Sosietal
Berdasarkan data tuturan elemen yang merujuk pada teori
Poedjosoedarmo (1985). Berikut merupakan elemen tuturan yang dominan
hadir, yakni O1: orang pertama sebagai penutur, O2 : orang kedua sebagai
mitra tutur, M : maksud dan tujuan tuturan, U : urutan tuturan, B : pokok
pembicaraan, I : instrumen atau sarana tuturan, C : citarasa tuturan, A : adegan
tuturan, dan A : aturan atau norma kebahasaan lainnya . Namun, terdapat juga
beberapa data yang mengandung elemen lain, yakni E : warna emosi penutur,
A : adanya O3, dan R : register atau bentuk wacana tuturan tetapi elemen
tersebut tidak banyak hadir dalam tuturan. Berikut merupakan sampel bagan
elemen konteks sosietal dalam menentukan maksud berkomunikasi antara
mahasiswa dan dosen FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun
akademik 2017/2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel 4.1
Sampel Jumlah Data Tuturan berdasarkan Elemen Konteks Sosietal
No Subkategori Pengamatan
1. O1 = orang pertama 50
2. O2 = orang kedua 50
3. E = warna emosi 30
4. M = maksud tuturan 50
5. A = orang ketiga 10
6. U = urutan tutur 50
7. B = bab yang dibicarakan 50
8. I = instrumen tutur atau sarana tutur 50
9. C = citarasa penutur 50
10. A = adegan tutur 50
11. R = register atau bentuk wacana 8
12. A = aturan atau norma kebahasan 46
1) Elemen O, O, E, M,U, B, I, C, A, R, A
Sampel data tuturan berikut memiliki kelengkapan elemen konteks
merujuk pada teori Poedjosoedarmo (1985) dalam (Baryadi, 2015: 24-28).
O1 adalah pribadi si penutur. O2, itu orang yang diajak bicara oleh penutur.
E, yaitu warna emosi O1 yang mempengaruhi bentuk tuturan. M, yaitu
maksud dan tujuan percakapan. A: adanya O3 atau barang-barang lain
dalam pertuturan. U, yaitu urutan bicara siapa yang lebih dulu dan
kemudian. B, yaitu bab atau pokok yang dibicarakan. I, yaitu instrumen atau
sarana tutur. C : citarasa penutur yang dibedakan ragam bahasa santai,
bahasa formal, dan ragam bahasa indah. A, yaitu adegan tutur yang
berkaitan dengan tempat, waktu, dan peristiwa tutur. R, yaitu register atau
bentuk wacana yang berkaitan dengan tempat, waktu, dam peristiwa tutur.
A, yaitu aturan atau normaa kebahasaan lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel 4.2
Sampel Elemen Konteks O, O, E, M, A,U, B, I, C, A, R, A
No Data tuturan Deskripsi konteks
Tuturan
Elemen Konteks
Sosietal
1. A: Pak kalau saya
ambil judul
pengenalan
reproduksi wanita
sama tidak dengan
menjaga kebersihan
reproduksi wanita
B: Sama, maksudmu
itu gimana?
A: Anak SD kan suka
pipis sembarangan
pak jadi saya mau
mengenalkan itu
sebagai masalah.
B: Oh, kamu itu
seharusnya ambil
judul pengenalan
dan perubahan
primer sekunder
pada anak kecil saja
lalu dianalisis
berdasarkan
pengalaman mu itu.
Nanti yang lainnya
silahkan judulnya
dikonsultasikan
kepada saya melalui
whatsapp atau
kepada dosennya
lainnya.
A: Ya pak, terima
kasih.
TMD/PPGSD/FKIP
Tuturan terjadi pada
hari Jumat, pada
situasi formal dalam
perkulian di ruang 1
PGSD 2, pukul 17.40
WIB. Tuturan ini
berlangsung dalam
konteks sosietal antara
penutur seorang
mahasiswa berusia 20
tahun dan mitra tutur
seorang dosen berusia
28 tahun yang
membicarakan tentang
pemilihan judul
biologi dasar.
O1: latar belakang
sebagai mahasiswa
Pendidikan Sekolah
Dasar semester 5,
berjenis kelamin
wanita, berusia 20
tahun.
O2 : latar belakang
sebagai dosen
Pendidikan Sekolah
Dasar berjenis
kelamin, pria berusia
28 tahun.
Kedudukan atau
kekuasaan O2 lebih
tinggi dari O1
sehingga
mempengaruhi
pertuturan.
E: warna emosi tutur
O1 gugup sehingga
O2 tidak memahami
maksud O1.
M: penutur bertanya
judul dan mitra tutur
memberikan
informasi lanjutan.
A: adanya O3 dengan
menyebut barang
handpone untuk
berkomunikasi.
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa kemudian
ditanggapi dosen
tetapi tuturan
mahasiswa terbatas.
B: pemilihan judul
biologi dasar.
I : sarana tutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
menggunakan bahasa
lisan.
C: ragam bahasa
formal.
R: cukup mapan
karena jenis tuturan
dalam suasana
kuliah.
A: adegan tutur di
ruang 1 PGSD 2,
pukul 17.40 WIB.
A: norma kebahasaan
O1 dalam kejelasan
berbicara belum jelas
sehingga
menimbulkan
pertanyaan
mendalam oleh mitra
tutur.
Konteks tuturan di atas mengandung kelengkapan elemen, yakni
penutur adalah mahasiswa berusia 20 tahun dan mitra tutur adalah seorang
dosen berusia 28 tahun. Tuturan berlangsung menggunakan bahasa lisan
dengan ragam bahasa formal karena tuturan terjadi pada hari Jumat dalam
perkuliahan di ruang 1 PGSD 2, pukul 17.40 WIB. Data tuturan di atas,
menunjukkan adanya tingkat kedudukan antara O1 (mahasiswa) dan O2
(dosen), tingkat kedudukan ini mempengaruhi urutan berbicara O2 yang lebih
luas dari O1. Penutur sebagai mahasiswa bermaksud bertanya judul tentang
reproduksi kemudian dosen menanggapi dengan memberikan informasi
berdasarkan pengatahuannya kepada mahasiswa untuk memilih judul
pengenalan dan perubahan primer sekunder pada anak kecil pada matakuliah
Biologi Dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Berdasarkan tuturan di atas, terdapat kelengkapan elemen konteks.
Adapun elemen, yakni (1) O1: latar belakang sebagai mahasiswa Pendidikan
Sekolah Dasar semester 5, berjenis kelamin wanita, berusia 20 tahun, (2) O2 :
latar belakang sebagai dosen Pendidikan Sekolah Dasar berjenis kelamin, pria
berusia 28 tahun. Kedudukan O2 lebih tinggi dari O1 karena O2 adalah dosen
dan O1 adalah mahasiswa, (3) E: warna emosi tutur O1 gugup sehingga O2
tidak memahami maksud O1, (4) M: penutur bertanya judul dan mitra tutur
memberikan informasi lanjutan, (5) A: adanya O3 sebagai barang-barang lain
yang hadir dalam pertuturan, yaitu handpone dan menyebut adanya O3 dosen
lainnya. (6) U : urutan bicara dimulai oleh mahasiswa kemudian ditanggapi
dosen tetapi tuturan mahasiswa terbatas karena kedudukan dosen lebih tinggi
daripada mahasiswa, (7) B: pemilihan judul biologi dasar karena O1 dan O2
berada pada lingkungan pendidikan ihwal matakuliah biologi dasar, (8) I:
sarana tutur menggunakan bahasa lisan, (9) C: ragam bahasa formal, (10) R:
cukup mapan karena jenis tuturan dalam suasana kuliah, (11) A: adegan tutur
di ruang 1 PGSD 2, pukul 17.40 WIB, dan (12) A: norma kebahasaan O1
dalam kejelasan berbicara belum jelas sehingga menimbulkan pertanyaan
mendalam oleh mitra tutur. Setiap elemen konteks mengandung konteks
sosietal, yaitu adanya kekuasaan atau kedudukan yang mempengaruhi maksud
dalam pertuturan.
2) Elemen O, O, M, U, B, I, C, A, A
Berikut sampel elemen konteks yang terdapat konteks sosietal yang
melingkupi elemen, konteks sosietal hadir diantra elemen dengan menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
kedudukan. Elemen konteks merujuk pada teori Poedjosoedarmo (1985). O1
sebagai pribadi si penutur. O2, itu orang yang diajak bicara oleh penutur. M,
yaitu maksud dan tujuan percakapan. U, yaitu urutan bicara siapa yang lebih
dulu dan kemudian. B, yaitu bab atau pokok yang dibicarakan. I, yaitu
instrumen atau sarana tutur. C, citarasa penutur yang dibedakan ragam bahasa
santai, bahasa formal, dan ragam bahasa indah. A, yaitu adegan tutur yang
berkaitan dengan tempat, waktu, dan peristiwa tutur. A, yaitu aturan atau
normaa kebahasaan lainnya. Misalnya kejelasan dalam berbicara, topik yang
dibicarakan harus menarik, tidak menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi,
dan menghindari kata-kata yang dianggap tabu.
Tabel 4.3
Sampel Elemen konteks O, O, M, U, B, I, C, A, A
No Data tuturan Deskripsi konteks
tuturan
Elemen Konteks
Sosietal
1. A: Permisi pak, saya
sudah memohon izin
kepada ketua program
studi Pendidikan
Akutansi dan memilih
kelas bapak sebagai
penelitian saya. Jadi
apakah bapak
mengizinkan saya
masuk kelas ?
B: Oh ya, jadi
penelitianmu itu
gimana, apa yang mau
diteliti?
A: Saya hanya
meneliti tuturan antara
bapak dan mahasiswa
atau sebaliknya dan
saya tidak mengganggu
waktu pembelajaran
Tuturan terjadi pada
hari Selasa, pukul
12.30 WIB di ruang
dosen Pendidikan
Akutansi dalam
suasana istirahat
siang. Berlangsung
tuturan antara
penutur yaitu
mahasiswa berjenis
kelamin perempuan
berusia 22 tahun dan
mitra tutur, yaitu
dosen berjenis
kelamin pria berusia
45 tahun. Tuturan
O1 dan O2 kurang
memiliki hubungan
keakraban karena
berbeda jurusan,
O1: latar belakang
mahasiswa Pendidikan
Bahasa Sastra
Indonesia, semester 7
berjenis kelamin
wanita, berusia 22
tahun.
O2 : latar belakang
dosen Pendidikan
Akutansi, berjenis
kelamin pria, berusia
52 tahun.
Kedudukan O2 lebih
tinggi dari O1.
M: O1 meminta izin
O2 bertanya kemudian
O1 memberikan
informasi sistematika
penelitian kepada
dosen di dalam kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
bapak saya hanya
merekam atau
mendengarkan tuturan
saja pak.
B : ya sudah besok jam
09.00 WIB ya masuk
kelas saya.
A: baik pak
B : Untuk ruangannya
kamu lihat di pintu ya.
A : Baik pak. Terima
kasih.
TMD/PPAK/FKIP
dalam tuturan ini
membicarakan
informasi
sistematika
penelitian di kelas.
Maksud tuturan O1
meminta izin dan O2
bertanya sehingga
O1 memberi
informasi lanjutan
terkait sistematika
penelitian di kelas
dosen.
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa kemudian
ditanggapi oleh dosen
tetapi dosen lebih luas
dalm pembicaraan
karena kedudukannya
lebih tinggai dari
mahasiswa.
B: Pokok pembicaraan
antara mahasiswa dan
dosen terkait
penelitian di kelas.
I : sarana tutur
menggunakan bahasa
lisan
C: ragam bahasa
formal
A: adegan tutur di
ruang dosen
Pendidikan Akutansi,
pukul 12.30 WIB.
A: tuturan sopan,
adanya kejelasan
dalam berbicara dan
topik pembicaraan
menarik.
Tuturan berlangsung antara penutur adalah mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun dan mitra tutur adalah dosen berjenis kelamin pria
berusia 45 tahun. Tuturan berlangsung di ruang dosen Pendidikan Akutansi
dalam suasana istirahat siang, pukul 12.30 WIB. Pokok pembicaraan antara
mahasiswa dan dosen terkait izin penelitian di kelas dosen dengan maksud dan
tujuan tuturan adalah dosen bertanya apa yang mahasiswa lakukan saat
penelitian dan mahasiswa memberikan informasi lanjutan terkait prosedur
penelitian di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Berdasarkan data tuturan di atas, mengandung sembilan elemen konteks
merujuk teori Poedjosoedarmo (1985). O1 atau orang ke-1, yaitu pribadi si
penutur. Pribadi si penutur banyak menentukan kuantitas tuturan yang
disampaikan seseorang. Pribadi si penutur berkaitan dengan dua hal yang perlu
disebutkan, pertama adalah siapakah identitas orang pertama itu, dan yang
kedua adalah dari manakah asal-usul penutur. O1 pada tuturan adalah
mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, semester 7 berjenis kelamin
wanita, berusia 22 tahun. O2 adalah dosen Pendidikan Akutansi, berjenis
kelamin pria, berusia 52 tahun karena orang ke-2, yaitu orang yang diajak
bicara oleh penutur. Maksud dan tujuan tuturan untuk memberikan informasi
meminta izin penelitian kepada dosen.
U : urutan bicara berkenaan dengan siapa yang harus berbicara lebih
dulu dan siapa yang harus berbicara kemudian. Jadi, urutan bicara pada tuturan
dimulai oleh mahasiswa kemudian ditanggapi oleh dosen dengan bab atau
pokok pembicaraan antara mahasiswa dan dosen terkait izin penelitian di kelas.
Instrumen atau sarana tutur ialah sarana yang dipakai adalah bahasa lisan
dengan citarasa penutur menggunakan ragam bahasa formal. A : adegan tutur
berkaitan dengan tempat, waktu, dan peristiwa tutur. Jadi, adegan tutur pada
tuturan terjadi di ruang dosen Pendidikan Akutansi, pukul 12.30 WIB dan
peristiwa tutursituasi formal. Elemen yang tidak terdapat dalam tuturan, yakni
O3 karena tidak hadir dalam tuturan, E: warna emosi penutur tidak mengubah
bentuk ujaran, dan register karena jenis wacana yang belum mapan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Berdasarkan teori Poedjosoedarmo (1985), elemen O1, O2, dan urutan
bicara menjadi acuan yang menunjukkan adanya konteks sosietal. Artinya
elemen tersebut menjadi penanda adanya hubungan vertikal berdasarkan
kedudukan atau kekuasaan seseorang dalam pertuturan. Aktivitas tuturan di
atas, mengandung elemen konteks sosietal, yakni O1 adalah mahasiswa
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, semester 7 berjenis kelamin wanita,
berusia 22 tahun, sedangkan O2 adalah dosen Pendidikan Akutansi, berjenis
kelamin pria, berusia 52 tahun. Perbedaan terlihat bahwa kedudukan O2
sebagai dosen lebih tinggi dari O1 sebagai mahasiswa. Meskipun urutan
berbicara didahului oleh O1 sebagai mahasiswa kemudian diikuti O2 sebagai
dosen tetapi O2 memiliki intensitas berbicara yang lebih banyak dan bebas
daripada O1.
4.1.2 Pola Elemen Konteks Sosietal
Pola adalah bentuk atau struktur yang terkandung pada elemen konteks.
Pola elemen terbentuk berdasarkan elemen yang hadir dalam pertuturan. Pola
elemen yang terbentuk memiliki empat kategori, yaitu pola yang mengandung
dua belas elemen, sembilan elemen, sepuluh elemen, dan sebelas elemen.
Berikut dua sampel pola elemen yang terdapat pada konteks tuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Tabel 4.4
Jumlah Data Pola Elemen Konteks Sosietal
No Subkategori Jumlah Data
Tuturan
1. Pola yang mengandung 12 elemen konteks (O, O, E,
M, A, U, B, I, C, A, R, A)
7
2. Pola yang mengandung 9 elemen konteks (O, O, M,
U, B, I, C, A, A)
14
3. Pola yang mengandung 10 elemen konteks
pola elemen O, O, E, M, U, B, I, C, A, A
21
pola elemen O, O, M, A, U, B, I, C, A, A 3
4. Pola yang mengandung 11 elemen konteks
pola elemen O, O, E, M, U, B, I, C, A, R, A
3
pola elemen O, O, E, M, U, B, I, C, A, A 4
Jumlah 50
1) Pola yang Mengandung 10 Elemen Konteks
Berdasarkan sepuluh elemen konteks yang terdapat pada tuturan,
terbentuk pola O, O, M, A, U, B, I, C, A, A karena elemen yang tidak hadir
dalam pertuturan adalah emosi penutur dan register. Berikut merupakan
sampel pola yang mengandung sepuluh elemen konteks.
Data Tuturan
A: Gimana mbak? ada yang bisa dibantu.
B1: Ya pak, saya mau minta tanda tangan surat izin penelitian yang
kemarin.
A: Oh ya
B2: Ini ada dua lembar titipan surat teman untuk ditandatangi pak
A: Ok
(konteks tuturan: Tuturan terjadi pada hari Kamis, pukul 10.00 WIB
dalam situasi formal di ruang dosen jurusan PBI. O1 dan O2 memiliki
kedudukan yang berbeda karena O1 adalah dosen dan O2 adalah
mahasiswa. Penutur A dosen PBI berusia 48 tahun dan mitra tutur adalah
mahasiswa PBSI semester 7 berjenis kelamin wanita, berusia 21 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Kedudukan antara O1 dan O2 berbeda karena O1 memiliki kedudukan
lebih tinggi dari O2. Tuturan penutur menjelaskan maksud kedatangan
untuk meminta tanda tangan surat penelitian).
O1 berlatar belakang sebagai dosen PBI, berjenis kelamin pria, berusia
48 tahun. O2 : latar belakang sebagai mahasiswa PBSI semester 7 berjenis
kelamin wanita, berusia 21 tahun. Keakraban O1 dan O2 dengan pemilihan
kata sapaan “mbak”. O1 memiliki kedudukan lebih tinggi dari O2 sehingga O1
lebih bebas berbicara dari O2. M: meminta tanda tangan setelah surat
diperbaiki. A: adanya O3 dengan kode maksud bahasa meminta kesanggupan
O1 tanda tangan. U : urutan bicara dimulai oleh dosen kemudian ditanggapi
mahasiswa karena dosen memiliki kedudukan lebih tinggi dari mahasiswa. B:
perbaikan surat izin penelitian. I : sarana tutur menggunakan bahasa lisan
menggunakan ragam bahasa formal. A: adegan tutur pada hari Kamis pukul
10.00 WIB dalam situasi formal di ruang dosen jurusan PBI. A: tuturan sopan,
adanya kejelasan dalam berbicara. Sebelas elemen konteks di atas,
mengandung pola O, O, M, A, U, B, I, C, A, A karena elemen emosi penutur
dan register tidak hadir.
2) Pola yang Mengandung 11 Elemen Konteks
Berdasarkan 50 data tuturan, peneliti menemukan sebelas elemen konteks
dengan jumlah tujuh tuturan. Sebelas elemen konteks tersebut membentuk pola
elemen O, O, E, M, U, B, I, C, A, R, A karena elemen O3 tidak hadir dalam
pertuturan. Berikut sampel pola yang terdapat pada sebelas elemen konteks .
A : Pak kalau saya ambil judul pengenalan reproduksi wanita sama
tidak dengan menjaga kebersihan reproduksi wanita.
B : Sama, maksudmu itu gimana?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
A : Anak SD kan suka pipis sembarangan pak jadi saya mau
mengenalkan itu sebagai masalah.
B : Oh, kamu itu seharusnya ambil judul pengenalan dan perubahan
primer sekunder pada anak kecil saja lalu dianalisis berdasarkan
pengalaman mu itu.
A : Ya pak, terima kasih.
(konteks tuturan : Tuturan terjadi pada hari Jumat, pada situasi formal
dalam perkulian di ruang 1 PGSD 2, pukul 17.40 WIB. Tuturan ini
berlangsung antara penutur seorang mahasiswa berusia 20 tahun dan
mitra tutur seorang dosen PGSD berusia 38 tahun. Kedudukan O2 lebih
tinggi dari O1 sehingga O2 lebih bebas berbicara daripada O1. Pokok
pembicaraan antara O1 dan O2 adalah pemilihan judul pada tugas
matakuliah biologi dasar. Maksud tuturan O1 bertanya kemudian O2
memberi informasi lanjutan tentang pemilihan judul biologi dasar
kepada mahasiswanya berdasarkan pengetahuannya).
Tuturan berlangsung antara penutur adalah mahasiswa berusia 20 tahun
dan mitra tutur adalah seorang dosen berusia 38 tahun. O1 dan O2 memiliki
kedudukan yang berbeda, O2 memiliki kedudukan lebih tinggi dari O2.
Tuturan berlangsung menggunakan bahasa lisan dengan ragam bahasa formal
karena tuturan terjadi pada hari Jumat dalam perkuliahan di ruang 1 PGSD 2,
pukul 17.40 WIB. Penutur sebagai mahasiswa bertanya judul tentang
reproduksi kemudian dosen menanggapi dengan memberikan informasi
lanjutan kepada mahasiswa untuk memilih judul pengenalan dan perubahan
primer sekunder pada anak kecil pada matakuliah Biologi Dasar.
Pada data tuturan di atas terdapat sebelas elemen konteks dalam teori
Poedjosoedarmo (1985). Adapun elemen, yakni O1 atau orang ke-1 sebagai
pribadi si penutur. Pribadi si penutur banyak menentukan kuantitas tuturan ang
disampaikan seseorang. Pribadi si penutur berkaitan dengan dua hal yang perlu
disebutkan, pertama adalah siapakah identitas orang pertama itu, dan yang
kedua adalah dari manakah asal-usul penutur. O1 dalam tuturan adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
mahasiswa Pendidikan Sekolah Dasar semester 5, berjenis kelamin wanita,
berusia 20 tahun. O2 adalah dosen Pendidikan Sekolah Dasar berjenis kelamin,
pria berusia 28 tahun karena orang ke-2, yaitu orang yang diajak bicara oleh
penutur. Penutur dan mitra tutur memiliki keankraban karean dalam prodi yang
sama PGSD. E: warna emosi tutur O1 gugup sehingga O2 tidak memahami
maksud O1. Maksud dan tujuan tuturan adalah penutur bertanya judul dan
mitra tutur memberikan informasi lanjutan.
Urutan bicara berkenaan dengan siapa yang harus berbicara lebih dulu dan
siapa yang harus berbicara kemudian. Jadi, urutan bicara pada tuturan dimulai
oleh mahasiswa kemudian ditanggapi dosen tetapi tuturan mahasiswa terbatas.
Bab atau pokok pembicaraan adalah pemilihan judul biologi dasar. Instrumen
atau sarana tutur ialah sarana yang dipakai untuk menyampaikan sarana tutur.
Bentuk sarana tutur adalah bahasa dengan citarasa tuturan menggunakan ragam
bahasa formal. R: jenis wacana sudah mapan karena jenis tuturan dalam
suasana kuliah. A : adegan tutur berkaitan dengan tempat, waktu, dan peristiwa
tutur. Jadi, adegan tutur di ruang 1 PGSD 2, pukul 17.40 WIB dalam situasi
formal. A: norma kebahasaan O1 dalam kejelasan berbicara belum jelas
sehingga menimbulkan pertanyaan mendalam oleh mitra tutur. Elemen yang
tidak terdapat dalam data tuturan, yakni ketidakhadiran O3 dalam tuturan
sehingga berpola O, O, E, M, U, B, I, C, A, R, A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
4.1.3 Fungsi Konteks Sosietal
Berdasarkan 50 data tuturan yang telah dianalisis, peneliti menemukan
empat fungsi yang diperankan konteks sosietal dalam menentukan maksud
berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta tahun akademik 2017/2018. Namun, fungsi yang dominan hadir
dalam konteks tuturan, yaitu fungsi memberikan penjelasan informasi rinci dan
fungsi memberikan informasi situasi dan kondisi peserta tutur sehingga
dijadikan sampel data fungsi yang diperankan konteks sosietal.
Tabel 4. 5
Sampel Jumlah Data Tuturan Fungsi yang diperankan Konteks Sosietal
No Subkategori Pengamatan
1. Fungsi memberikan penjelasan informasi rinci 20
2. Fungsi memberikan informasi situasi dan situasi
peserta tutur
16
3. Fungsi memberikan informasi sebab terjadinya
tuturan 10
4. Fungsi memberikan informasi tambahan 4
Jumlah 50
1) Fungsi Memberikan Penjelasan Informasi secara Terperinci
Fungsi ini merupakan jenis fungsi konteks yang menjelaskan secara
rinci mengenai adanya pengetahuan penutur maupun mitra tutur tentang topik
yang dibicarakan. Pengetahuan tersebut dapat berupa pengetahuan tentang
suatu peristiwa, pengalaman, informasi, dan sebagainya. Berikut merupakan
sampel fungsi memberikan penjelasan informasi secara terperinci dalam
menentukan maksud berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen FKIP
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017/2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tabel 4.6
Sampel Data Fungsi Memberikan Penjelasan Informasi Terperinci
No Data Tuturan Deskripsi Konteks
Tuturan
Elemen Konteks
1. A: Bu, minta softfile
atau hardfile untuk
laporan PPL?
B1: Saya softfile aja,
mahasiswa PPL dan
mahasiswa skripsi
kalau sama saya itu
selalu saya minta
softfile karena enggk
semua mahasiswa
punya printer kan?.
Jadi saya
mempermudah kerja
kalian aja.
A: Ya betul bu
B2: Oh iya bu, guru
pamong menyuruh
membuat 4 laporan
PPL bu.
B1: Untuk siapa saja
itu? sudah enggk
usah banyak-banyak
satu aja untuk
sekolah.
B2 : Ya bu
TMD/PPBIO/FKIP
Tuturan terjadi pada
hari Senin, pukul
10.15 WIB dalam
suasana santai di
depan ruang
laboratorium biologi.
Tuturan berlangsung
antara mahasiswa
Pendidikan Biologi,
jenis kelamin wanita
dan dosen
Pendidikan Biologi,
jenis kelamin wanita.
kedudukan O2
(dosen) lebih tnggi
daripada O1
(mahasiswa)
sehinggan O2
memiliki kebebasan
berbicara dari O1.
Tuturan O1 dan O2
dengan topik
pembicaraan
memperjelas
informasi terkait
bentuk laporan yang
diberikan.
Maksud penutur
bertanya terkait
bentuk laporan yang
akan diberikan untuk
dosen pembimbing
PPL dan mitra tutur
memberikan
informasi
berdasarkan
pengalamannya dan
pengetahuannya
O1: latar belakang
sebagai mahasiswa
Pendidikan Biologi
semester 7, berusia
22 tahun, berjenis
kelamin wanita.
O2 : latar belakang
sebagai dosen
Pendidikan Biologi
dan dosen
pembimbing PPL
berjenis kelamin
wanita berusia 35
tahun. Kedudukan
O2 lebih tinggi dari
O1.
M: penutur bertanya
dan mitra tutur
mendapatkan
informasi.
E: emosi penutur
yang melarang
membuat laporan
banyak-banyak.
A : adanya O3
dengan pengubahan
kode bahasa dengan
maksud
menyalahkan.
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa
kemudian
ditanggapi dosen
tetapi tuturan dosen
lebih bebas daripada
tuturan mahasiswa.
B: bentuk laporan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
bahwa tidak setiap
mahasiswa memiliki
print sehingga
bentuk laporan
dalam bentuk
softfile.
PPL.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
non-fomal.
A: pada hari Senin,
pukul 10.15 WIB
adegan tutur di
depan ruang
laboratorium
biologi.
Berdasarkan konteks tuturan tersebut, tuturan berlangsung antara
mahasiswa pendidikan biologi semester 7, berusia 22 tahun, berjenis kelamin
wanita dan dosen pembimbing PPL berjenis kelamin wanita berusia 35 tahun.
O2 memiliki keduudkan lebih tinggi dari O1 sehingga O2 lebih bebas dalam
berbicara. Tuturan menggunakan sarana bahasa lisan dan ragam bahasa non-
formal karena tuturan terjadi di depan ruang laboratorium biologi pada hari
Senin, pukul 10.15 WIB. Maksud dan tujuan tuturan adalah bertanya ihwal
bentuk laporan PPL yang diberikan kepada dosen kemudian dosen menyatakan
semua mahasiswanya selalu memberikan laporan dalam bentuk softcopy.
Tuturan O1 dan O2 menunjukkan adanya konteks sosietal, yaitu konteks yang
penentunya kedudukan atau kekuasaan (Rahardi, 2015). Elemen tutur yang
menunjukkan adanya kedudukan, yakni O1, O2, dan urutan tutur merujuk pada
teori Poedjosoedarmo (1985). Elemen O1 sebagai mahasiswa dan O2 sebagai
dosen. Hal ini, menunjukkan bahwa O2 memiliki kedudukan lebih tinggi dari
O1 walaupun urutan berbicara O1 yang memulai terlebih dahulu kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
diikuti O2. Meskipun demikian, O2 memiliki intensitas berbicara yang lebih
luas dari O1.
Konteks tuturan di atas, mengandung fungsi memberikan penjelasan
informasi secara terperinci. Hal itu, disebabkan tuturan dosen dan mahasiswa
yang membicarakan bentuk laporan PPL yang diberikan kepada dosen. Dosen
memberikan penjelasan informasi secara rinci bahwa bentuk laporan yang
diberikan adalah softfile dengan alasan mitra tutur mengetahui bahwa tidak
semua mahasiswa bimbingannya mempunyai print maka, ia selalu menerima
laporan atau skripsi dalam bentuk softfile yang akan meringankan
mahasiswanya berdasarkan pengalamannya selama ini.
2) Fungsi Memberikan Informasi Situasi dan Kondisi Peserta Tutur
Fungsi ini merupakan jenis fungsi konteks yang menerangkan situasi
penutur ataupun mitra tutur pada saat pertuturan berlangsung. Dalam fungsi
konteks ini, dijabarkan kondisi fisik, seperti raut wajah atau ekspresi, gerakan-
gerakan tubuh atau bahasa verbal peserta tutur.
Tabel 4.7
Sampel Fungsi Memberikan Informasi Situasi dan Kondisi Peserta Tutur
NO Data Tuturan Deskripsi konteks
tuturan
Elemen konteks
2. A: Pak permisi, saya
mau kosultasi
skripsi.
B: Ya, skripsimu
ditinggal aja dulu ya!
besok pagi baru
Tuturan terjadi pada
hari Senin pukul 13.00
WIB di salah satu
ruangan dosen
Pendidikan Sejarah.
Berlangsung tuturan
O1: latar belakang
sebagai mahasiswa
Pendidikan Sejarah
semester 12, berjenis
kelamin wanita, berusia
24 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
diambil saya sedang
sibuk.
A: Ya pak, makasih.
TMD/PPSEJ/FKIP
antara mahasiswa
berjenis kelamin wanita
dan mitra tutur dosen
Pendidikan Sejarah
berusia 40 tahun. O1
dan O2 memiliki
kedudukan yang
berbeda karena O2
memiliki kedudukan
atau kekuasaan lebih
tinggi daripada O1
sehingga
mempengaruhi urutan
tuturan dan norma
kebahasaan dalam
pertuturan. Tuturan O1
dan O2 topik
pembicaraan tentang
konsultasi skripsi.
Maksud Tuturan O1
bertemu O2 untuk
konsultasi skripsi tetapi
O2 meminta O1
meninggalkan skripsi
karena O2 sedang
sibuk.
O2 : latar belakang
sebagai dosen Pendidikan
Sejarah berjenis kelamin
pria, berusia 48 tahun
Kedudukan O2 (dosen)
lebih tinggi dari O1
(mahasiswa).
E: emosi penutur kecewa
karena tidak bisa
bimbingan langsung.
M: tuturan O1 bertemu
O2 untuk konsultasi
skripsi tetapi O2 meminta
O1 meninggalkan skripsi
karena O2 sedang sibuk.
U : urutan bicara dimulai
oleh mahasiswa kemudian
ditanggapi dosen tetapi
tuturan dosen lebih bebas
dari mahasiswa.
I : sarana tutur
menggunakan bahasa
lisan.
C: ragam bahasa formal
A: adegan tutur di
ruangan dosen, pukul
13.00 WIB.
A: tuturan sopan dan
topik pembicaran jelas.
Tuturan berlangsung antara penutur adalah mahasiswa Pendidikan Sejarah
semester 12, berjenis kelamin wanita berusia 24 dan mitra tutur adalah dosen
Pendidikan Sejarah berjenis kelamin pria, berusia 48 tahun. Tuturan
menggunakan ragam bahasa formal karena tuturan terjadi di ruangan dosen, pukul
13.00 WIB. O1 dan O2 memiliki kedudukan yang berbeda karena O2 status sosial
sebagai dosen, sedangkan O1 sebagai mahasiswa sehingga O2 lebih bebas
berbicara dari O1. Mahasiswa bertemu dosen dalam situasi yang kurang tepat.
Maksud dan tujuan mahasiswa bertemu dosen untuk konsultasi skripsi tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
dosen menanggapi dengan penolakan karena kondisinya yang sedang sibuk
sehingga dosen meminta mahasiswa meninggalkan skripsinya saja. Fungsi
konteks yang terdapat pada konteks tuturan adalah fungsi memberikan informasi
situasi dan kondisi peserta tutur. Hal ini terjadi karena situasi penutur yang ingin
bimbingan skripsi tetapi tidak jadi terlaksana karena kondisi mitra tutur yang
sedang sibuk sehingga skripsi ditinggal.
4.2 Analisis Data
Berdasarkan hasil analisis, peneliti mendeskripsikan dan membahas
secara lebih mendalam sampel data yang telah dibahas sebelumnya terkait
elemen dan fungsi konteks sosietal dalam menentukan maksud berkomunikasi
antara mahasiswa dan dosen FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
tahun akademik 2017/2018. Secara berurutan akan dijelaskan berdasarkan
rumusan masalah yang telah ditentukan. Peneliti menjelaskan elemen konteks,
pola elemen, dan fungsi konteks sosietal yang terdapat pada bagian
pembahasan hasil penelitian. Adapun hasil penelitian terkait kajian elemen dan
fungsi konteks sosietal dalam menentukan maksud berkomunikasi antara
mahasiswa dan dosen FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun
akademik 2017/2018 adalah sebagai berikut.
4.2.1 Elemen Konteks Sosietal
Poedjosoedarmo (1985) merumuskan ihwal konsep elemen tutur
berdasarkan pengembangan dari konsep yang disampaikan Dell Hymes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Komponen tutur yang mempengaruhi penggunaan bahasa disebut sebagai
konsep memoteknik O, O, E MAU BICARA. Kepanjangan dan penjelasan
setiap komponen O, O, E MAU BICARA adalah sebagai berikut.
O : O1 atau orang ke-1, yaitu pribadi si penutur. Pribadi si penutur
banyak menentukan kuantitas tuturan ang disampaikan seseorang. Pribadi si
penutur berkaitan dengan dua hal yang perlu disebutkan, pertama adalah
siapakah identitas orang pertama itu, dan yang kedua adalah dari manakah asal-
usul penutur itu (Rahardi, 2010:40). Jadi, siapa orang yang sedang bertutur
akan menentukan tuturan yang akan dimunculkannya. Masalah latar belakang
penutur, dikaitkan dengan masalah jenis kelamin, daerah asal, suku, umur,
golongan kelas dalam masyarakat, jenis profesinya, dan aliran kepercayaannya.
O : O2 atau orang ke-2, yaitu orang yang diajak bicara oleh penutur. Faktor ini
berkaitan dengan dua hal, yaitu anggapan O1 seberapa tinggi tingkatan sosial
dan seberapa akrab hubungan O1 dan O2.
E : warna emosi O1 mempengaruhi bentuk tuturannya. Seorang yang
sedang gugup melontarkan ujaran-ujaran kurang teratur, banyak frasa yang
terputus, banyak pengulangan yang tak perlu, dan bahkan karena gugup
maksud yang akan diungkapkan tidak terujarkan. O1 yang sedang marah
biasanya sulit mengungkapkan tuturan yang sopan. M : maksud dan tujuan
percakapan. maksud dan kehendak O1 mempengaruhi kode bahasa yang dipilih
oleh seorang dalam bertutur. A : adanya O3, yaitu kehadiran orang lain. Suatu
ujaran dapat berganti bentuknya dari apa yang biasanya terjadi apabila ada
seseorang yang hadir pada adegan tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
U : urutan bicara berkenaan dengan siapa yang harus berbicara lebih
dulu dan siapa yang harus berbicara kemudian. Dalam peristiwa tutur tertentu,
urutan bicara telah ada aturan yang mapan yang didasarkan kedudukam dari
peserta tutur. O1 atau penutur sebagai pengambil inisiatif berbicara sehingga
berbicara lebih bebas dalam menentukan bentuk tuturan daripada mitra
tuturnya. B : bab yang dibicarakan. Bab yang dibicarakan mempengaruhi
warna bicara. I : instrumen atau sarana tutur adalah bahasa lisan dan bahasa
tulis. Tutur lisan disampaikan dengan menggerakkan alat-alat bicara mulut,
sedangkan bahasa tulis disampaikan dengan menggunakan huruf-huruf di atas
kertas. C : citarasa penutur. Nada suara bicara yang secara keseluruhan dapat
mempengaruhi O1 pada ragam tutur yang diucapkan. Dalam hal ini, ragam
bahasa santai, dan ragam bahasa formal.
A : adegan tutur berkaitan dengan tempat, waktu, dan peristiwa tutur.
R : register atau bentuk wacana biasanya dalam masyarakat strukturnya sudah
mapan dan diketahui oleh anggota masyarakat. Wacana-wacana seperti surat-
menyurat dinas, perundang-undangan, percakapan dengan telepon, pidato,
seminar, atur-atur keduri. A : aturan atau norma kebahasaan lainnya
bersangkutan dengan norma-norma kebahasaan yang khusus pada suatu
masyarakat bahasa. Elemen tuturan Poedjosoedarmo (1985) dijadikan dasar
oleh peneliti menganalisis data tuturan untuk menemukan elemen konteks
sosietal. Berikut adalah elemen konteks sosietal dalam menentukaan maksud
berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen FKIP Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
tahun akademik 2017/2018. Elemen konteks sosietal diklasifikasikan pada
subkategori berikut.
4.2.1.1 Elemen O, O, E, M, A, U, B, I, C, A, R, A
Dari 50 data tuturan, peneliti menemukan tujuh data tuturan yang
mengandung kelengkapan elemen konteks merujuk pada teori Poedjosoedarmo
(1985). Berikut adalah analisis tuturan yang termasuk dalam kategori tersebut.
Data Tuturan a1
A: Selamat siang, kalian hari ini kerjakan tripoint aja ya!
B1: Siang pak, mailepost yang keberapa pak?
A: Lanjutkan unit of work yang minggu kemarin saja, kalau masih ada
yang kesulitan silahkan ditanyakan ya dan dikerjakan dengan baik.
B2: Baik pak, ini dikumpulkan kapan pak?
A: Dikerjakan saja dulu yang baik ya!
B2: Ya pak.
(konteks tuturan: Tuturan terjadi pada hari Kamis, pukul 15.00 WIB di
ruang 1 PGSD 2 dalam suasana sore hari yang mendung. Tuturan
berlangsung antara penutur seorang dosen program studi PGSD dan
mitra tutur B1 dan B2 adalah mahasiswa. Kedudukan O1 lebih tinggi
daripada O2 dan O3 sebagai mahasiswa sehingga urutan berbicara
dimulai oleh dosen kemudian diikuti oleh mahasiswa. Tuturan yang
berlangsung menggunakan ragam bahasa formal dengan pokok
pembicaraan tentang mengerjakan tugas tripoint. Maksud tuturan O1
menyuruh O2 untuk mengerjakan tugas mailepost).
Konteks tuturan berlangsung antara penutur adalah dosen berjenis
kelamin pria, berusia 40 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa seorang
mahasiwa berjenis kelamin wanita berusia 21 tahun dan O3 seorang mahasiswa
berjenis kelamin pria berusia 21 tahun. Tuturan tersebut mengandung konteks
sosietal, yakni kedudukan atau kekuasan dalam masyarakat (Rahardi, 2015).
Kedudukan terlihat pada O1 (dosen) sedangkan O2 dan O3 sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
(mahasiswa), kedudukan yang berbeda ini mempengaruhi urutan berbicara
yang didahului oleh dosen kemudian diikuti oleh mahasiswa. Tuturan terjadi di
ruang 1 PGSD 2, situasi sore hari yang mendung. Pada tuturan dosen
menyampaikan perintah kepada mahasiswa untuk mengerjakan tugas tripoint.
Selain itu, mahasiswa bertanya tugas apa yang dikerjakan lalu dosen
memberikan perintah untuk mengerjakan tugas sebelumnya.
Konteks tuturan di atas, mengandung kelengkapan elemen konteks
sosietal dalam teori Poedjosoedarmo (1985). O1 atau orang ke-1 sebagai
pribadi si penutur. Pribadi si penutur berkaitan dengan dua hal yang perlu
disebutkan, pertama adalah siapakah identitas orang pertama itu, dan yang
kedua adalah dari manakah asal-usul penutur. O1 adalah dosen Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, berjenis kelamin pria, berusia 40 tahun. O2 adalah
mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, semester 5, berjenis kelamin
wanita, berusia 21 tahun karena orang ke-2, yaitu orang yang diajak bicara oleh
penutur. Tuturan mengandung konteks sosietal, yakni adanya kedudukan atau
kekuasaan antara O1 (dosen) dan O2 (mahasiswa) yang mempengarruhi urutan
dalam berbicara. Pada tuturan menghadirkan O3 dengan memilih bentuk
tingkat tutur ngoko dengan kata “ ini‟. Maksud dan tujuan pembicaraan untuk
menyuruh mengerjakan tugas. Emosi penutur hadir dalam pertuturan pada saat
mahasiswa bertanya pengumpulan tugas kemudian dosen menyampaikan untuk
mengerjakan dulu tugas yang menunjukkan rasa kesal belum dikerjakan sudah
bertanya pengumpulan tugas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Urutan bicara dimulai oleh dosen kemudian ditanggapi oleh
mahasiswa (O2 & O3) karena kedudukan O1 lebih tinggi dari O2 atau O3
sehingga O1 lebih dahulu dan bebas berbicara sedangkan O2 dan O3 mengikuti
dan lebih berhati-hati. Pokok pembicaraan antara O1, O2, dan O3, yaitu
pengerjaan tugas matakuliah O1 menggunakan kode bahasa Inggris. Instrumen
atau sarana tutur yang digunakan adalah bahasa lisan karena tuturan
disampaikan dengan menggerakkan alat-alat bicara mulut. Citarasa tuturan
menggunakan ragam bahasa formal karena adegan tutur terjadi di ruang 1
PGSD 2, situasi sore hari yang mendung. Register atau bentuk wacana sudah
mapan karena jenis wacana dalam suasana kuliah. A: aturan atau norma
kebahasan sopan dan topik pembicaraan menarik serta terdapat kejelasaan
dalam pembicaraan.
Data Tuturan a2
A : Esensi pembuatan keputusan itu apa dan apakah setiap manusia tidak
ada masalah?
B1: Adanya persoalan atau kondisi sehingga memunculkan solusi-solusi
yang dan membuat keputusan kalau di teorikan memilih alternatif
solusi tetapi tidak ada persoalan. Tidak ada kehidupan saya yang tidak
ada masalah pak semua hal sederhana menjadi masalah.
A: Jalu punya teman cewek atau pacar?
B2: Banyak pak kalau teman cewek kalau pacar enggak ada sudah 5 bulan.
A: Terkait permasalahan teman kalian ini, sekarang kamu deskripsikan
kira-kira masalah apa yang membuat dia tidak punya pacar dan
tentukan keputusan yang harus dia ambil. Ayo segera didiskusikan!
B1: Kalau menurut saya pak, Jalu belum punya pacar karena ingin fokus
belajar, kurang percaya diri dan lebih suka berteman saja sedangkan
keputusan yang diambil harus lebih percaya diri.
A : Ya, itu adalah kesimpulan menurut teman kalian
(Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada hari Kamis di ruang S2 401 pukul
09.45 WIB dalam suasana formal perkuliahan perencanaan management.
Berlangsung komunikasi antara penutur, yaitu seorang dosen Pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Akutansi berjenis pria pria berusia 45 tahun dan mitra tutur (B1) yaitu
seorang mahasiswa berjenis kelamin pria berusia 19 tahun, mitra tutur
(B2), yaitu seorang mahasiswa berjenis kelamin wanita berusia 19.
Kedudukan O1 lebih tinggi daripada O2 dan O3. Pokok pembicaraan
antara O1, O2, dan O3, yaitu mendeskripsikan masalah dan pengambilan
keputusan. Maksud tuturan O1 untuk bertanya memancing mitra tutur
menjawab tentang pembuatan keputusan.).
Konteks tuturan berlangsung antara penutur adalah seorang dosen
pendidikan akutansi berjenis pria pria berusia 45 tahun dan mitra tutur B1
adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin pria berusia 19 tahun. Selain itu,
tuturan ini menghadirkan O3 sebagai mitra tutur B2 adalah seorang mahasiswa
berjenis kelamin wanita berusia 19 tahun. Tuturan ini terjadi di ruang S2. 401
pukul 09.45 WIB. Kedudukan O1 lebih tinggi daripada O2 sehingga O1
memiliki kebebasan dalam berbicara. Tuturan dosen dan mahasiswa
berlangsung proses tanya jawab. Hal itu disebabkan dosen bertanya kepada
mahasiswa esensi pembuatan keputusan kemudian dijawab mahasiswa,
selanjutnya dosen bertanya kembali kepada salah satu mahasiswa sudah
memiliki pacar atau belum, dari permasalahan mahasiswa tersebut yang belum
memiliki pacar dosen mengajukan pertanyaan dan mahasiswa menjawab dengan
mendeskripsikan pengambilan keputusan.
Konteks tuturan di atas, terdapat kelengkapan elemen konteks sosietal
merujuk teori Poedjosoedarmo (1985). O1 atau orang ke-1, yaitu pribadi si
penutur. Pribadi si penutur banyak menentukan kuantitas tuturan yang
disampaikan seseorang. Pribadi si penutur berkaitan dengan dua hal yang perlu
disebutkan, pertama adalah siapakah identitas orang pertama itu, dan yang
kedua adalah dari manakah asal-usul penutur. O1 : orang pertama adalah dosen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Pendidikan Akutansi berjenis kelamin pria, berusia 48 tahun. O2 : orang kedua
adalah mahasiswa Pendidikan Akutansi semester 1 berjenis kelamin pria,
berusia 19 tahun karena orang ke-2, yaitu orang yang diajak bicara oleh
penutur. Tuturan di atas, menunjukkan adanya konteks sosietal, yakni adanya
faktor kedudukan atau kekuasaan antara O1 (dosen) dan O2 (mahasiswa) yang
mempengaruhi urutan berbicara. Maksud dan tujuan tuturan O1 adalah
bertanya untuk memancing mitra tutur menjawab. E: emosi penutur hadir pada
saat penutur bertanya alasan mitra tutur tidak memiliki pacar. A: adanya orang
ketiga atau O3, yaitu mahasiswa berjenis kelamin pria yang hadir dalam
percakapan.
U : urutan bicara dimulai oleh dosen kemudian ditanggapi oleh
mahasiswa. Urutan tutur ini menunjukkan bahwa kedudukan dosen lebih tinggi
daripada mahasiswa sehingga tuturan dosen lebih bebas dari tuturan
mahasiswa. Pokok pembicaraan antara O1 dan O2 adalah mendeskripsikan
masalah dan pengambilan keputusan. Instrumen atau sarana tutur ialah sarana
yang dipakai untuk menyampaikan sarana tutur. Bentuk sarana tutur adalah
bahasa lisan dengan citarasa tuturan menggunakan ragam bahasa formal. R:
jenis wacana sudah mapan karena dalam suasana kuliah, dan A: adegan tutur
terjadi di ruang S2. 401 pukul 09.45 WIB.
4.2.1.2 Elemen O, O, M, U, B, I, C, A, A
Berdasarkan 50 data tuturan, peneliti menemukan sembilan elemen
konteks merujuk teori Poedjosoedarmo (1985). Elemen yang tidak hadir dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
pertuturan, yaitu elemen O3, emosi penutur, dan register. Sembilan elemen
yang terdapat pada data tuturan berjumlah 20 data. Berikut adalah analisis
tuturan yang termasuk dalam kategori tersebut.
Data Tuturan b1
A : Pak permisi, mau tanya ruangan Pak Teguh dimana ya pak ?
B : Itu mbak (menunjuk ke pintu). Coba di ketuk aja mbak, tadi baru
datang dari Sekretariat IPS. Saya lewat pintunya sedang terbuka.
A : Oh ya, makasih pak (menganggukkan kepala).
(Konteks tuturan : Tuturan terjadi pada hari Rabu, pukul 12.30 di ruang
MKK. Tuturan berlangsung antara O1 (mahasiswa) dan O2 (dosen).
Kedudukan terlihat bahwa O2 lebih tinggi dari O1. Maksud tuturan O1
adalah bertanya untuk mencari ruangan dosen kemudian bertanya kepada
O2 yang sedang bermain hp. Tuturan antara penutur, yaitu mahasiswa
berjenis kelamin wanita, berusia 20 tahun dan mitra tutur, yaitu dosen
Pendidikan Ekonomi, berjenis kelamin pria, berusia 58 tahun dengan
topik pembicaraan mencari ruangan salah satu dosen Pendidikan
Ekonomi).
Konteks tuturan di atas, mengandung sembilan elemen konteks dalam
teori Poedjosoedarmo (1985). O1 atau orang ke-1, yaitu pribadi si penutur.
Pribadi si penutur banyak menentukan kuantitas tuturan yang disampaikan
seseorang. Pribadi si penutur berkaitan dengan dua hal yang perlu disebutkan,
pertama adalah siapakah identitas orang pertama itu, dan yang kedua adalah
dari manakah asal-usul penutur. O1 adalah mahasiswa Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, semester 5 berjenis kelamin wanita, berusia 20 tahun. O2
adalah dosen Pendidikan Ekonomi, berjenis kelamin pria, berusia 58 tahun
karena orang ke-2, yaitu orang yang diajak bicara oleh penutur. Kedudukan
O2 lebih tinggi dari O1 sehingga O2 lebih luas dalam berbicara. Maksud dan
tujuan tuturan O1, yakni bertanya ruangan dosen kepada O2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
U: urutan dimulai oleh mahasiswa kemudian diikuti oleh dosen tetapi
tuturan dosen lebih luas daripada tuturan mahasiswa karena kedudukan O2
lebih tinggi dari O1. Pokok pembicaraan antara O1 dan O2 adalah letak
ruangan dosen. Instrumen atau sarana tutur yang dipakai adalah bahasa lisan
karena pada tuturan disampaikan dengan menggerakkan alat-alat bicara mulut.
Citarasa tuturan menggunakan ragam bahasa formal karena adegan tutur terjadi
di depan ruang MKK, pukul 12.30 WIB dalam suasana jam istirahat siang. A :
Tuturan mengandung aturan kebahasaan sopan karena sebelum ujaran
menyampaikan “permisi”.
Data Tuturan b2
A: Bu permisi, saya mau minta tanda tangan.
B: Untuk apa?
A: Ini untuk PARGEM (Parade Gamelan Anak)
B: Oh ya, gimana perkembangan PARGEM sekarang?
A: Baik bu, tapi panitia masih bingung untuk tempat acara di
auditorium atau di realino.
B: “Lebih baik di putuskan saja di auditorium soalnya dari atas
meminta di auditorium dengan pertimbangan cuaca dan keamanan
anak-anak”.
B: “Baik bu, nanti saya sampaikan ke panitia lain (sambil
mengganggukkan kepala). Makasih bu”.
(konteks tuturan : Tuturan terjadi pada hari Selasa, pukul 14.00 WIB di
ruang dosen 2 dalam suasana siang hari yang hening. Berlangsung tuturan
antara penutur, yaitu seorang mahasiswa dan mitra tutur, yaitu seorang
dosen dengan topik pembicaraan memberitahukan saran tempat untuk
kegiatan PARGEM. Kedudukan O1 dan O2 berbeda sehingga
mempengaruhi urutan berbicara dan kebebasan dalam pertuturan. Maksud
tuturan O1 meminta tanda tangan proposal kemudian O2 bertanya dan
memberi informasi lanjutan terkait perkembangan dan tempat kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
PARGEM berdasarkan pemahamannya. Pokok pembicaraan O1 dan O2
adalah Kegiatan PARGEM).
Konteks tuturan berlangsung antara penutur seorang mahasiswa
berjenis kelamin wanita berusia 20 tahun dan mitra tutur seorang dosen
berjenis kelamin wanita berusia 35 tahun. Hubungan keakraban O1 dan O2
cukup akrab karena berada dalam jurusan yang sama, yaitu PGSD walaupun
O1 dan O2 memiliki kedudukan yang berbeda. O2 memiliki kedudukan lebih
tinggi sebagai dosen daripada O1 sebagai mahasiswa sehingga O2 memiliki
kebebasan dalam berbicara. Tuturan terjadi di ruang dosen, pukul 14.00 WIB.
Mahasiswa bertemu dosen bermaksud untuk meminta tanda tangan proposal
kegiatan PARGEM kemudian dosen bertanya perkembangan PARGEM dan
memberikan saran tempat pelaksanaan PARGEM.
Konteks tuturan di atas, mengandung sembilan elemen konteks dalam
teori Poedjosoedarmo (1985). Adapun elemen konteks, yaitu O1 atau orang ke-
1 sebagai pribadi si penutur. Pribadi si penutur banyak menentukan kuantitas
tuturan yang disampaikan seseorang. Pribadi si penutur berkaitan dengan dua
hal yang perlu disebutkan, pertama adalah siapakah identitas orang pertama itu,
dan yang kedua adalah dari manakah asal-usul penutur. O1 adalah mahasiswa
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, semester 5 berjenis kelamin wanita, berusia
20 tahun. O2 adalah dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar, berjenis kelamin
wanita, berusia 35 tahun karena orang ke-2, yaitu orang yang diajak bicara oleh
penutur. O1 memiliki kedudukan lebih tinggi dari O2 karena O1 adalah dosen
dan O2 adalah mahasiswa sehingga faktor kedudukan mempengaruhi terhadap
urutan berbicara yang mulai oleh dosen dan diikuti mahasiswa. Faktor penentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
kedudukan ini merujuk pada teori konteks sosietal (Rahardi, 2015). Hubungan
keakraban O1 dan O2 cukup akrab karena berada dalam jurusan yang sama,
yaitu PGSD. Maksud dan tujuan tuturan untuk meminta tanda tangan dan mitra
tutur memberikan informasi berdasarkan pengetahuan yang diketahuinya.
Urutan bicara dimulai oleh mahasiswa kemudian ditanggapi oleh
dosen tetapi tuturan dosen lebih bebas daripada mahasiswa karena kedudukan
dosen yang lebih tinggi. Pokok pembicaraan antara O1 dan O2 adalah kegiatan
PARGEM. Instrumen atau sarana tutur yang dipakai adalah bahasa lisan karena
pada tuturan disampaikan dengan menggerakkan alat-alat bicara mulut.
Citarasa tuturan menggunakan ragam bahasa formal karena adegan tutur terjadi
di ruang dosen, pukul 14.00 WIB dalam suasana siang hari yang hening. Pada
tuturan mengandung aturan kebahasaan sopan karena sebelum ujaran
menyampaikan “permisi”.
4.2.1.3 Elemen O, O, E, M, U, B, I, C, A, A
Dari 50 data tuturan, peneliti menemukan sepuluh elemen konteks
merujuk pada teori Poedjosoedarmo (1985). Peneliti menemukan dua belas
data tuturan yang tidak mengandung elemen O3 dan Register. Berikut adalah
analisis tuturan yang termasuk dalam kategori tersebut.
Data Tuturan c1
A: Bu, buku refleksi punya saya sudah di baca belum?.
B: Sudah saya baca tapi yang refleksi minggu ini digabung dengan refleksi
minggu depan ya.
A: Oh ya bu, saya mau bertanya terkait pengabdian masyarakat gimana
itu bu prosedurnya?
B: Oh itu, kapan-kapan aja saya jelaskan. Nanti ketemu saya lagi ya untuk
membahas kelanjutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
A: Baik bu. Terima kasih.
(konteks tuturan: Tuturan terjadi pada pukul 12.00 WIB di ruang K.37
dalam situasi formal. Tuturan berlangsung antara penutur seorang
mahasiswa berjenis kelamin wanita berusia 19 tahun dan mitra tutur B
seorang dosen berjenis kelamin wanita berusia 50 tahun. O2 memiliki
kedudukan lebih tinggi dari O1 sehingga O2 memiliki kebebasan dalam
berbicara. Tuturan O1 dan O2 membicarakan tentang buku refleksi.
Maksud tuturan O1 bertanya kemudian O2 memberi penjelasan buku
refleksi dan kegiatan pengabdian masyarakat).
Tuturan berlangsung antara penutur adalah seorang mahasiswa
berjenis kelamin wanita berusia 19 tahun dan mitra tutur B1 adalah seorang
dosen PGSD berjenis kelamin wanita berusia 50 tahun dan mitra tutur B2
mahasiswa berjenis kelamin wanita berusia 20 tahun. Kedudukan O2 (dosen)
lebih tinggi daripada O1 (mahasiswa) sehingga tuturan mengandung konteks
sosietal. Tuturan terjadi di ruang 1 PGSD 2, saat situasi sore hari yang
mendung. Tuturan mahasiswa bertanya kepada dosen ihwal buku refleksi tetapi
dalam tuturan hadir O3 yang mengalihkan topik pembicaran dengan bertanya
kepada dosen tentang prosedur pengabdian masyarakat.
Berdasarkan konteks tuturan di atas, peneliti menemukan sepuluh
elemen konteks dalam tuturan merujuk teori Poedjosoedarmo (1985). O1 atau
orang ke-1 adalah pribadi si penutur. Pribadi si penutur berkaitan dengan dua
hal yang perlu disebutkan, pertama adalah siapakah identitas orang pertama itu,
dan yang kedua adalah dari manakah asal-usul penutur. O1 adalah mahasiswa
jurusan Pendidikan Ekonomi, semester 3 berjenis kelamin wanita, berusia 19
tahun. O2 adalah dosen Pendidikan Ekonomi, berjenis kelamin wanita, berusia
50 tahun karena orang ke-2, yaitu orang yang diajak bicara oleh penutur.
Tuturan antara O1 dan O2 mengandung konteks sosietal, yakni adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
kedudukan yang berbeda O1 (mahasiswa) dan O2 (dosen). Tuturan
mengandung emosi penutur karena kesibukannya sehingga pada saat mahasiwa
bertanya ia mengatakan lain kali akan dijelaskan.
Urutan bicara dimulai oleh mahasiswa kemudian ditanggapi oleh
dosen (O2) dan mitra tutur mahasiswa (O3) dengan bab atau pokok
pembicaraan tentang prosedur pengabdian masyarakat. Instrumen atau sarana
tutur yang dipakai adalah bahasa lisan karena tuturan disampaikan dengan
menggerakkan alat-alat bicara mulut. Citarasa tuturan menggunakan ragam
bahasa formal karena adegan tutur di ruang K.37, pada saat situasi sore hari
yang mendung. A: norma kebahasaan sopan dan berbicara sesuai dengan
tempat tuturan, maksud dan tujuan tuturan adalah bertanya informasi dan
memperoleh informasi tentang pengabdian masyarakat.
Data Tuturan c2
A: Bu, apakah boleh penarikan bila laporan PPL belum selesai
dikerjakan?
B: Tidak boleh, itu kan sudah ditegaskan pada saat pembekalan prodi
dan fakultas.
A: Ya bu tapi teman-teman minta penarikan terlebih dahulu tu bu.
B: Saya tidak mengizinkan karena itu sudah ada peraturannya diawal.
(konteks tuturan : Tuturan terjadi pada hari Kamis, pukul 10.00 WIB di
ruang laboratorium biologi Paingan tuturan antara mahasiswa
Pendidikan Biologi semester 7, berjenis kelamin wanita berusia 22 tahun
dan dosen Pendidikan Biologi dan dosen pembimbing PPL, berjenis
kelamin wanita, berusia 35 tahun. O1 dan O2 memiliki status sosial yang
berbeda karena O2 memiliki kedudukan lebih tinggi dari O1 sehingga O2
lebih bebas berbicara daripada O1. Tuturan O1 dan O2 dengan topik
pembicaraan menegaskan kembali bahwa penarikan tidak boleh
dilaksanakan bila laporan PPL belum selesai dikerjakan. Maksud tuturan
O1 bertanya kemudian O2 memberi informasi terkait pertanyaan O1
prosedur penarikan PPL).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Tuturan berlangsung antara penutur adalah mahasiswa Pendidikan
Biologi semester 7, berjenis kelamin wanita berusia 22 tahun dan mitra tutur
adalah dosen Pendidikan Biologi dan dosen pembimbing PPL, berjenis kelamin
wanita, berusia 35 tahun. Tuturan terjadi di ruang laboratorium biologi
Paingan, pukul 10.00 WIB. Mahasiswa bertanya apakah boleh penarikan bila
laporan belum selesai dikerjakan kemudian dosen menyatakan tidak boleh
karena informasi tersebut sudah disampaikan pada pembekalan prodi. Jadi,
dosen menolak secara langsung maksud keinginan pertanyaan mahasiswa.
Konteks tuturan di atas, terdapat sepuluh elemen konteks sosietal
dalam teori Poedjosoedarmo (1985). O1 atau orang pertama adalah mahasiswa
Pendidikan Biologi semester 7, berjenis kelamin wanita berusia 22 tahun. O2
atau orang kedua adalah dosen Pendidikan Biologi dan dosen pembimbing
PPL, berjenis kelamin wanita, berusia 35 tahun. O1 dan O2 memiliki
kedudukan yang berbeda, O2 (dosen) memiliki kedudukan lebih tinggi dari O1
(mahasiswa) sehingga O2 memiliki kebebasan berbicara daripada O1. Warna
emosi O1 pada saat tuturan sedang gugup sehingga memilih kata „tu‟. Maksud
tuturan bertanya untuk memastikan informasi. Urutan bicara dimulai oleh
mahasiswa dan diikuti oleh dosen. Jadi dalam tuturan dosen lebih leluasa
berbicara daripada mahasiswa. Bab atau pokok pembicaraan antara O1 dan O2,
yaitu prosedur penarikan PPL dengan intrumen atau sarana tutur menggunakan
bahasa lisan karena tuturan disampaikan dengan menggerakkan alat-alat bicara
mulut. Citarasa penutur menggunakan ragam bahasa formal karena adegan
tutur terjadi di ruang laboratorium biologi Paingan, pukul 10.00 WIB dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
situasi selesai perkuliahan. Norma kebahasaan kurang sopan karena jawaban
mitra tutur membantah perkataan penutur.
4.2.1.4 Elemen O, O, E, M, U, B, I, C, A, R, A
Elemen konteks ini mengandung sebelas elemen. Sebelas elemen
konteks tersebut berjumlah lima tuturan. Berikut sebelas elemen konteks dan
subkategorinya
Data Tuturan d1
A : Esensi pembuatan keputusan itu apa dan apakah setiap manusia
tidak ada masalah?
B1: Esensi pembuatan keputusan itu karena adanya persoalan atau
kondisi sehingga memunculkan solusi-solusi dan membuat
keputusan kalau di teorikan memilih alternatif solusi karena
adanya persoalan. Jadi, tidak ada kehidupan saya yang tidak ada
masalah pak semua hal sederhana menjadi masalah
A: Jalu punya teman cewek atau pacar?
B2 : Banyak pak kalau teman cewek kalau pacar enggak ada.
A: Terkait permasalahan Jalu itu, sekarang kamu deskripsikan kira-
kira masalah apa yang membuat dia tidak punya pacar dan
tentukan keputusan yang harus diambil.
B1: Jalu belum punya pacar karena ingin fokus belajar, kurang
percaya diri dan lebih suka berteman saja sedangkan keputusan
yang diambil harus lebih percaya diri.
A : Ya, itu adalah kesimpulan menurut teman kalian.
(konteks tuturan: Tuturan terjadi pada hari Kamis di ruang S2 401 pukul
09.45 WIB dalam suasana formal perkuliahan perencanaan
management. Berlangsung komunikasi antara penutur, yaitu seorang
dosen Pendidikan Akutansi berjenis pria pria berusia 45 tahun dan mitra
tutur, yaitu seorang mahasiswa berjenis kelamin pria berusia 19 tahun.
O1 dan O2 cukup dekat sehingga O1 sudah hafal nama mahasiswanya
dan O1 memiliki kedudukan lebih tinggi daripada mahasiswa. Tuturan
O1 dan O2 membicarakan masalah dan pengambilan keputusan. Maksud
tuturan O1 bertanya kepada O2 terkait penjelasan esensi pengambilan
keputusan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Konteks tuturan berlangsung antara O1 adalah dosen Pendidikan
Akutansi berjenis kelamin pria, berusia 48 tahun. O2 adalah mahasiswa
Pendidikan Akutansi semester 1 berjenis kelamin pria, berusia 19 tahun. O1
dan O2 cukup dekat sehingga O1 sudah hafal nama mahasiswanya. Kedudukan
O1 (dosen) lebih tinggi dari O2 (mahsiswa) sehingga O1 lebih bebas berbicara.
M: O1 bertanya untuk memancing mitra tutur menjawab tentang pembuatan
keputusan. A: adanya O3 yang berpartisipasi dalam pertuturan. U : urutan
bicara dimulai oleh dosen kemudian ditanggapi oleh mahasiswa karena O1
statusnya lebih tinggi. Pokok pembicaraan, yaitu mendeskripsikan masalah dan
pengambilan keputusan. I : sarana tutur menggunakan bahasa lisan karena
menggunakan alat wicara dalam pertuturan dengan ragam bahasa formal
karena tuturan dalam situasi perkuliahan. R: cukup mapan karena dalam
suasana kuliah. A: adegan tutur di ruang S2. 401 pukul 09.45 WIB. A: tuturan
sopan, adanya kejelasan dalam berbicara dan topik pembicaraan menarik.
Data Tuturan d2
A: Bu, buku refleksi punya saya sudah di baca belum?
B1: Sudah saya baca tapi yang refleksi minggu ini digabung dengan
refleksi minggu depan ya
B2: Oh ya bu, saya mau bertanya terkait pengabdian masyarakat
gimana itu bu prosedurnya?
B1: Oh itu, kapan-kapan aja saya jelaskan. Nanti ketemu saya lagi ya
untuk membahas kelanjutan.
B2: Baik bu. Terima kasih.
(Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada pukul 12.00 WIB di ruang K.37
dalam situasi formal. Tuturan berlangsung antara penutur seorang
mahasiswa berjenis kelamin wanita berusia 19 tahun dan mitra tutur B1
seorang dosen berjenis kelamin wanita berusia 50 tahun dan mitra tutur
B2 wanita berusia 20 tahun. O2 memiliki kedudukan lebih tinggi dari
O1 tetapi urutan berbicara O1 lebih dahulu daripada O2. Maksud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
tuturan O1 memberi penjelasan buku refleksi dan kegiatan pengabdian
masyarakat dengan bertanya kepada O2).
Berdasarkan konteks di atas, terdapat penutur, yaitu O1 sebagai
mahasiswa Pendidikan Sejarah semester 7, berusia 23 tahun, berjenis kelamin
wanita. O2 sebagai dosen Penddikan Sejarah, berjenis kelamin wanita berusia
57 tahun. O1 dan O2 memiliki kedudukan yang berbeda, O2 memiliki
kedudukan lebih tinggi daripada O1 sehingga O2 lebih bebas berbicara dari
O1. M: O1 bertanya O2 terkait keberadaan dosen. U : urutan bicara dimulai
oleh mahasiswa kemudian ditanggapi dosen tetapi dosen lebih bebas atau luas
berbicara karena kedudukannya lebih tinggi. B: Mencari informasi keberadaan
dosen Pendidikan Sejarah. I : sarana tutur menggunakan bahasa lisan karena
menggunakan alat wicara dalam pertuturan dan menggunakan ragam bahasa
formal. A: tuturan terjadi pada hari Jumat, pukul 09.00 WIB di ruang
sekretariat IPS O1 secara tidak sengaja bertemu O2 kemudian bertanya
kberadaan dosen. A: norma kebahasaan sopan dan ramah
4.2.2 Pola Elemen Konteks Sosietal
Pengertian pola dalam KBBI Daring (2016) merupakan bentuk atau
struktur yang tetap. Pola elemen merupakan bentuk atau struktur yang tetap
berdasarkan elemen konteks. Pola elemen konteks sosietal terbentuk karena
adanya analisis elemen pada konteks tuturan yang berbeda-beda. Pola yang
terbentuk pada elemen konteks, yaitu pola yang terbentuk dari dua belas
elemen konteks, sembilan elemen konteks, dua pola elemen yang terbentuk
pada sepuluh elemen konteks, dan dua pola yang terbentuk dari sebelas elemen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
konteks. Berdasarkan kategori elemen yang hadir dalam pertuturan, peneliti
menemukan bahwa sepuluh dan sebelas elemen konteks yang membentuk dua
pola, sedangkan sembilan dan dua belas elemen hanya membentuk satu pola.
Berikut pola elemen konteks yang terdapat pada pertuturan.
4.2.2.1 Pola yang Mengandung 12 Elemen Konteks Sosietal
Berdasarkan 50 data tuturan, peneliti menemukan tujuh tuturan yang
mengandung kelengkapan elemen konteks. Pola yang terbentuk berdasarkan
kelengkapan elemen konteks, yaitu O, O, E, M, A, U, B, I, C, A, R, A. Berikut
sampel pola yang terdapat pada dua belas elemen konteks.
Data Tuturan a1
A : Esensi pembuatan keputusan itu apa dan apakah setiap manusia
tidak ada masalah?
B1: Esensi pembuatan keputusan itu karena adanya persoalan atau
kondisi sehingga memunculkan solusi-solusi dan membuat
keputusan kalau di teorikan memilih alternatif solusi karena
adanya persoalan. Jadi, tidak ada kehidupan saya yang tidak ada
masalah pak semua hal sederhana menjadi masalah
A: Jalu punya teman cewek atau pacar?
B2 : Banyak pak kalau teman cewek kalau pacar enggak ada.
A: Terkait permasalahan Jalu itu, sekarang kamu deskripsikan kira-
kira masalah apa yang membuat dia tidak punya pacar dan
tentukan keputusan yang harus diambil.
B1: Jalu belum punya pacar karena ingin fokus belajar, kurang
percaya diri dan lebih suka berteman saja sedangkan keputusan
yang diambil harus lebih percaya diri.
A : Ya, itu adalah kesimpulan menurut teman kalian.
(konteks tuturan: tuturan terjadi pada hari Kamis di ruang S2 401 pukul
09.45 WIB dalam suasana formal perkuliahan perencanaan
management. Berlangsung komunikasi antara penutur, yaitu seorang
dosen Pendidikan Akutansi berjenis pria pria berusia 45 tahun dan mitra
tutur, yaitu seorang mahasiswa berjenis kelamin pria berusia 19 tahun.
O1 dan O2 cukup dekat sehingga O1 sudah hafal nama mahasiswanya
dan O1 memiliki kedudukan lebih tinggi daripada mahasiswa. Tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
O1 dan O2 membicarakan masalah dan pengambilan keputusan. Maksud
tuturan O1 bertanya kepada O2 terkait penjelasan esensi pengambilan
keputusan).
Konteks tuturan berlangsung antara O1 adalah dosen Pendidikan
Akutansi berjenis kelamin pria, berusia 48 tahun. O2 adalah mahasiswa
Pendidikan Akutansi semester 1 berjenis kelamin pria, berusia 19 tahun. O1
dan O2 cukup dekat sehingga O1 sudah hafal nama mahasiswanya dan
kedudukan O1 (dosen) lebih tinggi dari O2 (mahasiswa) sehingga
mempengaruhi urutan berbicara. M: O1 bertanya untuk memancing mitra tutur
menjawab tentang pembuatan keputusan. A: adanya O3 yang berpartisipasi
dalam pertuturan. U : urutan bicara dimulai oleh dosen kemudian ditanggapi
oleh mahasiswa karena O1 statusnya lebih tinggi sehingga O1 lebih bebas
berbicara daripada O2. B: mendeskripsikan masalah dan pengambilan
keputusan. I : sarana tutur menggunakan bahasa lisan dengan ragam bahasa
formal karena pertuturan berlangsung dalam situasi perkuliahan. R: cukup
mapan karena dalam suasana kuliah. A: adegan tutur di ruang S2. 401 pukul
09.45 WIB. A: tuturan sopan, adanya kejelasan dalam berbicara dan topik
pembicaraan menarik.
Tuturan a2
A: Bu, buku refleksi punya saya sudah di baca belum?
B1: Sudah saya baca tapi yang refleksi minggu ini digabung dengan
refleksi minggu depan ya
B2: Oh ya bu, saya mau bertanya terkait pengabdian masyarakat
gimana itu bu prosedurnya?
B1: Oh itu, kapan-kapan aja saya jelaskan. Nanti ketemu saya
lagi ya untuk membahas kelanjutan.
B2: Baik bu. Terima kasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
(Konteks tuturan: tuturan terjadi pada pukul 12.00 WIB di ruang K.37
dalam situasi formal. Tuturan berlangsung antara penutur seorang
mahasiswa berjenis kelamin wanita berusia 19 tahun dan mitra tutur
B1 seorang dosen berjenis kelamin wanita berusia 50 tahun dan mitra
tutur B2 wanita berusia 20 tahun. O2 memiliki kedudukan lebih tinggi
dari O1 tetapi urutan berbicara O1 lebih dahulu daripada O2. Maksud
tuturan O1 memberi penjelasan buku refleksi dan kegiatan pengabdian
masyarakat dengan bertanya kepada O2)
Konteks tutura berlangsung antara O1 sebagai mahasiswa Pendidikan
Sejarah semester 9, berusia 23 tahun, berjenis kelamin wanita. O2 sebagai
dosenPenddikan Sejarah, berjenis kelamin wanita berusia 57 tahun. O1 dan O2
memiliki kedudukan yang berbeda, O2 memiliki kedudukan lebih tinggi
daripada O1 sehingga O2 lebih bebas berbicara dari O1. M: O1 bertanya O2
terkait keberadaan dosen. U : urutan bicara dimulai oleh mahasiswa kemudian
ditanggapi B: Mencari informasi keberadaan dosen Pendidikan Sejarah. I :
sarana tutur menggunakan bahasa lisan menggunakan ragam bahasa formal A:
tuturan terjadi pada hari Jumat, pukul 09.00 WIB di ruang sekretariat IPS O1
secara tidak sengaja bertemu O2 kemudian bertanya keberadaan dosen. A:
norma kebahasaan sopan dan ramah. Berdasarkan elemen konteks di atas, data
tuturan 1 dan 2 sama-sama memiliki pola yang sama, yaitu O, O, E, M, A, U,
B, I, C, A, R, A.
4.2.2.2 Pola yang Mengandung 9 Elemen Konteks Sosietal
Berdasarkan analisis elemen konteks, ditemukan sembilan elemen
konteks yang mengandung pola O, O, M,U, B, I, C, A, A dengan jumlah
.empat belas data tuturan. Sembilan elemen konteks ini hanya membentuk satu
pola. Berikut pola yang terdapat pada sembilan elemen konteks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Tuturan b1
A : Pak permisi, mau tanya ruangan Pak Teguh dimana ya pak ?
B : Itu mbak (menunjuk ke pintu). Coba di ketuk aja mbak, tadi baru
datang dari Sekretariat IPS. Saya lewat pintunya sedang terbuka.
A : Oh ya, makasih pak (menganggukkan kepala).
(Konteks tuturan : Tuturan terjadi pada hari Rabu, pukul 12.30 di ruang
MKK. Tuturan berlangsung antara O1 (mahasiswa) dan O2 (dosen).
Kedudukan terlihat bahwa O2 lebih tinggi dari O1. Maksud tuturan O1
adalah bertanya untuk mencari ruangan dosen kemudian bertanya kepada
O2 yang sedang bermain hp. Tuturan antara penutur, yaitu mahasiswa
berjenis kelamin wanita, berusia 20 tahun dan mitra tutur, yaitu dosen
Pendidikan Ekonomi, berjenis kelamin pria, berusia 58 tahun dengan
topik pembicaraan mencari ruangan salah satu dosen Pendidikan
Ekonomi).
Konteks tuturan di atas, mengandung sembilan elemen konteks dalam
teori Poedjosoedarmo (1985). O1 atau orang ke-1, yaitu pribadi si penutur.
Pribadi si penutur banyak menentukan kuantitas tuturan yang disampaikan
seseorang. Pribadi si penutur berkaitan dengan dua hal yang perlu disebutkan,
pertama adalah siapakah identitas orang pertama itu, dan yang kedua adalah
dari manakah asal-usul penutur. O1 adalah mahasiswa Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, semester 5 berjenis kelamin wanita, berusia 20 tahun. O2
adalah dosen Pendidikan Ekonomi, berjenis kelamin pria, berusia 58 tahun
karena orang ke-2, yaitu orang yang diajak bicara oleh penutur. Kedudukan
O2 lebih tinggi dari O1 sehingga O2 lebih luas dalam berbicara. Maksud dan
tujuan tuturan O1, yakni bertanya ruangan dosen kepada O2.
U: urutan dimulai oleh mahasiswa kemudian diikuti oleh dosen tetapi
tuturan dosen lebih luas daripada tuturan mahasiswa karena kedudukan O2
lebih tinggi dari O1. Pokok pembicaraan antara O1 dan O2 adalah letak
ruangan dosen. Instrumen atau sarana tutur yang dipakai adalah bahasa lisan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
karena pada tuturan disampaikan dengan menggerakkan alat-alat bicara mulut.
Citarasa tuturan menggunakan ragam bahasa formal karena adegan tutur terjadi
di depan ruang MKK, pukul 12.30 WIB dalam suasana jam istirahat siang. A :
Tuturan mengandung aturan kebahasaan sopan karena sebelum ujaran O1
menyampaikan “permisi” kepada O2 karena O2 meiliki kekuasaan lebih tinggi
dan orang yang lebih tua. Berdasarkan sembilam elemen konteks di atas,
terbentuk pola elemen O,O, M, U, B, I,C, A, A.
Tuturan b2
A: Permisi pak, saya sudah meminta izin kepada ketua program studi
Pendidikan Akutansi dan memilih kelas bapak sebagai penelitian
saya. Jadi apakah bapak mengizinkan saya masuk kelas untuk
penelitian?.
B : Oh ya, jadi penelitianmu itu gimana, apa yang mau diteliti?
A: Saya hanya meneliti tuturan antara bapak dan mahasiswa atau
sebaliknya dan saya tidak mengganggu waktu pembelajaran bapak
saya hanya merekam atau mendengarkan tuturan saja pak.
B : Hanya mendengarkan ? ya sudah besok jam 09.00 WIB ya masuk
kelas saya.
A: Ya pak hanya mendengarkan, baik pak.
B : Untuk ruangannya kamu lihat di pintu ya.
A : Baik pak. Terima kasih.
(konteks tuturan: Tuturan terjadi pada hari Selasa, pukul 12.30 WIB di
ruang dosen Pendidikan Akutansi dalam suasana istirahat siang.
Berlangsung tuturan antara penutur, yaitu mahasiswa berjenis kelamin
perempuan berusia 22 tahun dan mitra tutur, yaitu dosen berjenis kelamin
pria berusia 45 tahun. Tuturan O1 dan O2 kurang akrab karena berbeda
jurusan dan O1 baru pertama kali bertemu O2. Tuturan O1 membicarakan
informasi sistematika penelitian di kelas kepada O2).
Konteks tuturan berlangsung antara penutur adalah mahasiswa
berjenis kelamin perempuan berusia 22 tahun dan mitra tutur adalah dosen
berjenis kelamin pria berusia 45 tahun. Tuturan berlangsung di ruang dosen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Pendidikan Akutansi dalam suasana istirahat siang, pukul 12.30 WIB. Pokok
pembicaraan antara mahasiswa dan dosen terkait izin penelitian di kelas dosen
dengan maksud dan tujuan tuturan adalah dosen bertanya apa yang mahasiswa
lakukan saat penelitian dan mahasiswa memberikan informasi lanjutan terkait
prosedur penelitian di kelas.
Berdasarkan dua belas elemen konteks merujuk pada teori
Poedjosoedarmo (1985), peneliti menemukan sembilam elemen tutur. Adapun
elemen tutur, yakni O1 atau orang ke-1 sebagai pribadi si penutur. Pribadi si
penutur banyak menentukan kuantitas tuturan ang disampaikan seseorang.
Pribadi si penutur berkaitan dengan dua hal yang perlu disebutkan, pertama
adalah siapakah identitas orang pertama itu, dan yang kedua adalah dari
manakah asal-usul penutur. O1 pada tuturan adalah mahasiswa pendidikan
bahasa sastra indonesia, semester 7 berjenis kelamin wanita, berusia 22 tahun.
O2 adalah dosen pendidikan akutansi, berjenis kelamin pria, berusia 52 tahun
karena orang ke-2, yaitu orang yang diajak bicara oleh penutur. Maksud dan
tujuan tuturan untuk memberikan informasi meminta izin penelitian kepada
dosen.
Urutan bicara berkenaan dengan siapa yang harus berbicara lebih dulu
dan siapa yang harus berbicara kemudian. Urutan bicara pada tuturan dimulai
oleh mahasiswa kemudian ditanggapi oleh dosen dengan bab atau pokok
pembicaraan antara mahasiswa dan dosen terkait izin penelitian di kelas.
Instrumen atau sarana tutur ialah sarana yang dipakai untuk menyampaikan
sarana tutur. Bentuk sarana tutur adalah bahasa lisan dengan citarasa penutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
menggunakan ragam bahasa formal. Adegan tutur berkaitan dengan tempat,
waktu, dan peristiwa tutur. Aturan atau norma kebahasaan dalam tuturan sopan
dan adanya kejelasan dalam pembicaraan sehigga yang diujarkan dipahami.
Jadi, adegan tutur pada tuturan terjadi di ruang dosen Pendidikan Akutansi,
pukul 12.30 WIB dan peristiwa tutursituasi formal. Elemen yang tidak terdapat
dalam tuturan, yakni O3 karena tidak hadir dalam tuturan, emosi penutur, dan
register karena jenis wacana yang belum mapan.
4.2.2.3 Pola yang Mengandung 10 Elemen Konteks Sosietal
Berdasarkan sepuluh elemen konteks, ditemukan adanya dua pola
elemen, yaitu pola elemen O, O, E, M, U, B, I, C, A, A dan pola O, O, M, A,
U, B, I, C, A, A. Perbedaan pola pertama, yaitu tidak adanya elemen O3 dan
register sedangkan pola kedua, yaitu tidak ada emosi penutur dan register.
Berikut pola yang terdapat pada sepuluh elemen konteks dan subkategorinya.
4.2.2.3.1 Pola Elemen O, O, E, M, U, B, I, C, A, A
Pola elemen ini terbentuk berdasarkan sepuluh elemen konteks. Pola
ini tidak terdapat elemen O3 dan register dengan jumlah 21 data
tuturan.Berikut pola elemen O, O, E, M, U, B, I, C, A, A.
Tuturan c1
A: Bu, apakah boleh penarikan bila laporan PPL belum selesai dikerjakan?
B: Tidak boleh, itu kan sudah ditegaskan pada saat pembekalan prodi dan
fakultas.
A: Ya bu tapi teman-teman minta penarikan terlebih dahulu tu bu.
B: Saya tidak mengizinkan karena itu sudah ada peraturannya diawal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
(konteks tuturan : Tuturan terjadi pada hari Kamis, pukul 10.00 WIB di
ruang laboratorium biologi Paingan tuturan antara dosen Pendidikan
Biologi dan dosen pembimbing PPL, berjenis kelamin wanita, berusia 35
tahun dan mahasiswa Pendidikan Biologi semester 7, berjenis kelamin
wanita berusia 22 tahun dengan topik pembicaraan menegaskan kembali
bahwa penarikan tidak boleh dilaksanakan bila laporan PPL belum
selesai dikerjakan. Maksud tuturan O1 bertanya kemudian O2 memberi
informasi terkait pertanyaan O1 prosedur penarikan PPL).
Tuturan berlangsung antara penutur adalah mahasiswa Pendidikan
Biologi semester 7, berjenis kelamin wanita berusia 22 tahun dan mitra tutur
adalah dosen Pendidikan Biologi dan dosen pembimbing PPL, berjenis kelamin
wanita, berusia 35 tahun. Tuturan terjadi di ruang laboratorium biologi
Paingan, pukul 10.00 WIB. Mahasiswa bertanya apakah boleh penarikan bila
laporan belum selesai dikerjakan kemudian dosen menyatakan tidak boleh
karena informasi tersebut sudah disampaikan pada pembekalan prodi. Jadi,
dosen menolak secara langsung maksud keinginan pertanyaan mahasiswa.
Konteks tuturan di atas, terdapat sepuluh elemen konteks sosietal
dalam teori Poedjosoedarmo (1985). Adapun elemen konteks tersebut, yaitu
O1 atau orang pertama adalah mahasiswa Pendidikan Biologi semester 7,
berjenis kelamin wanita berusia 22 tahun. O2 atau orang kedua adalah dosen
Pendidikan Biologi dan dosen pembimbing PPL, berjenis kelamin wanita,
berusia 35 tahun. Warna emosi O1 pada saat tuturan sedang gugup sehingga
memilih kata „tu‟. Maksud tuturan bertanya untuk memastikan informasi.
Urutan bicara dimulai oleh mahasiswa dan diikuti oleh dosen. Jadi
dalam tuturan dosen lebih lelusa berbicara daripada mahasiswa. Bab atau
pokok pembicaraan prosedur penarikan PPL dengan intrumen atau sarana tutur
menggunakan bahasa lisan karena tuturan disampaikan dengan menggerakkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
alat-alat bicara mulut. Citarasa penutur menggunakan ragam bahasa formal
karena adegan tutur terjadi di ruang laboratorium biologi Paingan, pukul 10.00
WIB dalam situasi selesai perkuliahan. Norma kebahasaan kurang sopan
karena jawaban mitra tutur membantah perkataan penutur. Elemen yang tidak
terdapat dalam tuturan, yakni register wacana yang belum mapan dan tidak
adanya O3 dalam tuturan.
4.2.2.3.2 Pola Elemen O, O, M, A, U, B, I, C, A, A
Pola elemen ini terbentuk berdasarkan sepuluh elemen konteks. Pola
ini tidak terdapat elemen emosi penutur dan register. Pola ini mengandung
sepuluh elemen konteks dengan jumlah tiga data tuturan. Berikut pola elemen
O, O, M, A, U, B, I, C, A, A.
Tuturan c3
A: Gimana mbak? ada yang bisa dibantu.
B1: Ya pak, saya mau minta tanda tangan surat izin penelitian yang
kemarin.
A: Oh ya
B2: Ini ada dua lembar titipan surat teman untuk ditandatangi pak
A: Ok
(konteks tuturan: Tuturan terjadi pada hari Kamis, pukul 10.00 WIB
dalam situasi formal di ruang dosen jurusan PBI. O1 dan O2 memiliki
kedudukan yang berbeda karena O1 adalah dosen dan O2 adalah
mahasiswa. Penutur A dosen PBI berusia 48 tahun dan mitra tutur adalah
mahasiswa PBSI semester 7 berjenis kelamin wanita, berusia 21 tahun.
Kedudukan antara O1 dan O2 berbeda karena O1 memiliki kedudukan
lebih tinggi dari O2. Tuturan penutur menjelaskan maksud kedatangan
untuk meminta tanda tangan surat penelitian).
Konteks tuturan berlangsung antara O1: sebagai dosen PBI, berjenis
kelamin pria, berusia 48 tahun. O2 : latar belakang sebagai mahasiswa PBSI
semester 7 berjenis kelamin wanita, berusia 21 tahun. Keakraban O1 dan O2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
dengan pemilihan kata sapaan “mbak”. O1 memiliki kedudukan lebih tinggi
dari O2 sehingga O1 lebih bebas berbicara dari O2. M: meminta tanda tangan
setelah surat diperbaiki. A: adanya O3 dengan kode maksud bahasa meminta
kesanggupan O1 tanda tangan. U : urutan bicara dimulai oleh dosen kemudian
ditanggapi mahasiswa karena dosen memiliki kedudukan lebih tinggi dari
mahasiswa. B: perbaikan surat izin penelitian. I : sarana tutur menggunakan
bahasa lisan menggunakan ragam bahasa formal. A: adegan tutur pada hari
Kamis pukul 10.00 WIB dalam situasi formal di ruang dosen jurusan PBI. A:
tuturan sopan, adanya kejelasan dalam berbicara. Sebelas elemen konteks di
atas, mengandung pola O, O, M, A, U, B, I, C, A, A karena elemen emosi
penutur dan register tidak hadir. Berdasarkan tuturan 1 dan 2 memiliki pola
elemen yang berbeda, yaitu tuturan pertama berpola O,O, E, M, U, B, I, C, A,
A karena tidak ada elemen O3 dan register, sedangkan tuturan kedua berpola
O, O, M, A, U, B, I, C, A, A karena tidak ada elemen emosi penutur dan register.
4.2.2.4 Pola yang Mengandung 11 Elemen Konteks Sosietal
Berdasarkan sebelas elemen konteks terbentuk dua pola elemen, yaitu
pola yang tidak terkandung elemen O3 sehingga membetuk pola O, O, E, M,
U, B, I, C, A, R, A, sedangkan pola kedua, yaitu O, O, E, M, U, B, I, C, A, A
karena elemen register tidak hadir dalam pertuturan. Berikut dua pola elemen
konteks yang mengandung sebelas elemen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
4.2.2.4.1 Pola elemen O, O, M, E, U, B, I, C, A, R, A
Pola O, O, E, M, U, B, I, C, A, A terbentuk karena elemen O3 tidak
hadir dalam pertuturan. Pola ini terdapat pada empat data tuturan. Berikut
pola O, O, E, M, A, U, B, I, C, A, A yang terbentuk dari sebelas elemen.
Tuturan d1
A : Pak kalau saya ambil judul pengenalan reproduksi wanita sama
tidak dengan menjaga kebersihan reproduksi wanita.
B : Sama, maksudmu itu gimana?
A : Anak SD kan suka pipis sembarangan pak jadi saya mau
mengenalkan itu sebagai masalah.
B : Oh, kamu itu seharusnya ambil judul pengenalan dan perubahan
primer sekunder pada anak kecil saja lalu dianalisis berdasarkan
pengalaman mu itu.
A : Ya pak, terima kasih.
(konteks tuturan : Tuturan terjadi pada hari Jumat, pada situasi formal
dalam perkulian di ruang 1 PGSD 2, pukul 17.40 WIB. Tuturan ini
berlangsung antara penutur seorang mahasiswa berusia 20 tahun dan
mitra tutur seorang dosen PGSD berusia 38 tahun. Maksud O1 bertanya
kemudian O1 memberi informasi lanjutan tentang pemilihan judul
biologi dasar kepada mahasiswanya).
Tuturan berlangsung antara penutur adalah mahasiswa berusia 20
tahun dan mitra tutur adalah seorang dosen berusia 38 tahun. O1 dan O2
memiliki kedudukan yang berbeda, O2 memiliki kedudukan lebih tinggi dari
O2. Tuturan berlangsung menggunakan bahasa lisan dengan ragam bahasa
formal karena tuturan terjadi pada hari Jumat dalam perkuliahan di ruang 1
PGSD 2, pukul 17.40 WIB. Penutur sebagai mahasiswa bertanya judul tentang
reproduksi kemudian dosen menanggapi dengan memberikan informasi
lanjutan kepada mahasiswa untuk memilih judul pengenalan dan perubahan
primer sekunder pada anak kecil pada matakuliah Biologi Dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Konteks tuturan di atas, terdapat sebelas elemen konteks dalam teori
Poedjosoedarmo (1985). Adapun elemen, yakni O1 atau orang ke-1 sebagai
pribadi si penutur. Pribadi si penutur banyak menentukan kuantitas tuturan ang
disampaikan seseorang. Pribadi si penutur berkaitan dengan dua hal yang perlu
disebutkan, pertama adalah siapakah identitas orang pertama itu, dan yang
kedua adalah dari manakah asal-usul penutur. O1 dalam tuturan adalah
mahasiswa Pendidikan Sekolah Dasar semester 5, berjenis kelamin wanita,
berusia 20 tahun. O2 adalah dosen Pendidikan Sekolah Dasar berjenis kelamin,
pria berusia 28 tahun karena orang ke-2, yaitu orang yang diajak bicara oleh
penutur. Penutur dan mitra tutur memiliki keankraban karean dalam prodi yang
sama PGSD. E: warna emosi tutur O1 gugup sehingga O2 tidak memahami
maksud O1. Maksud dan tujuan tuturan adalah penutur bertanya judul dan
mitra tutur memberikan informasi lanjutan.
Urutan bicara dimulai oleh mahasiswa kemudian ditanggapi dosen
tetapi tuturan mahasiswa terbatas. Bab atau pokok pembicaraan adalah
pemilihan judul biologi dasar. Instrumen atau sarana tutur adalah bahasa
dengan citarasa tuturan menggunakan ragam bahasa formal. R: jenis wacana
sudah mapan karena jenis tuturan dalam suasana kuliah. A : adegan tutur
berkaitan dengan tempat, waktu, dan peristiwa tutur. Jadi, adegan tutur di
ruang 1 PGSD 2, pukul 17.40 WIB dalam situasi formal. A: norma kebahasaan
O1 dalam kejelasan berbicara belum jelas sehingga menimbulkan pertanyaan
mendalam oleh mitra tutur. Elemen yang tidak terdapat dalam data tuturan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
yakni ketidakhadiran O3 dalam tuturan sehingga berpola O, O, E, M, U, B, I,
C, A, R, A.
Tuturan d2
A : Pada bab 2 harus ada pembahasan terkait teori-teori yang diambil.
Pada penelitian yang relevan peneliti harus memposisikan diri”,
paham?
B: Ya, pak!
(konteks tuturan: tuturan terjadi pada hari Selasa, pukul 15.50 WIB di
ruang k.22 dalam suasana formal perkuliahan seminar. Berlangsung
komunikasi antara penutur. yaitu dosen Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia berjenis kelamin pria dan mitra tutur, yaitu mahasiswa berjenis
kelamin wanita berusi 22 tahun. Kedudukan antara O1 dan O2 berbeda, O1
memiliki kedudukan lebih tinggi daripada O2 sehingga O1 lebih bebas
berbicara dari O2. Maksud tuturan si A menjelaskan informasi terkait isi
bab 2 kepada si B).
Konteks tuturan di atas, berlangsung antara O1: latar belakang
pendidikan sebagai dosen, jenis kelamin pria dengan usia 51 tahun dan
memiliki keahlian dibidang kebahasaan. O2 : mahasiswa berjenis kelamin
wanita berusi 22 tahun, O2 mahasiswa bimbingan matakuliah seminar O1.
Kedudukan O1 lebih tinggi karena O1 adalah dosen sedangkan O2 adalah
mahasiswa. E: penutur pada saat mengatakan “ paham”. M : maksud dan tujuan
mempertegas teori-teori untuk memposisikan diri pada bab 2. U : urutan bicara
dimulai oleh dosen kemudian ditanggapi mahasiswa sehingga urutan bicara
mahasiswa di belakang sang dosen karena dosen memiliki keluasan atau
kebebasan berbicara daripada mahasiswa. B: isi teori proposal bab 2. I : sarana
tutur adalah bahasa lisan dengan menggunakan ragam bahasa formal. A :
tempat tuturan di K.22, waktu tuturan pukul 15.50 WIB. R: bentuk wacana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
cukup mapan karena suasana tuturan pada kuliah. A : topik pembiaraan
menarik dan ada kejelasan dalam berbicara.
4.2.2.4.2 Pola Elemen O, O, E, M, A, U, B, I, C, A, A
Pola elemen O, O, E, M, A, U, B, I, C, A, A terbentuk karena tidak
adanya elemen register dalam pertuturan. Pola ini mengandung sebelas elemen
konteks dengan jumlah tiga data tuturan. Berikut pola elemen konteks O, O, E,
M, A, U, B, I, C, A, A.
Tuturan d3
A : Mas (memanggil mahasiswa Pendidikan Akutansi)
B : Ya pak (memberikan bendel)
A: Yang sama saya sudah saya upload semalam, yang itu sudah belum
? (menunjuk satu bendel yang di tangan mahasiswa)
B: Belum pak, saya baru mengambil di sekre setelah ini saya upload
pak kalau sudah selesai saya hubungi bapak lagi.
A: Oh ya. Tolong ya mas saya ngecek yang ini dulu.
B: Ya pak.
(konteks tuturan: tuturan terjadi pada hari Selasa, 11.50 WIB di sekretariat
IPS dalam suasana menjelang istirahat siang. Berlangsung tuturan antara
penutur, yaitu dosen Pendidikan Akutansi berjenis kelamin pria, berusia 48
tahun dan mitra tutur, yaitu mahasiswa Pendidikan Akutansi semester 1
berjenis kelamin pria, berusia 19 tahun. Kedudukan O1 lebih tinggi dari O2
sehingga O1 lebih bebas berbicara. Tuturan O1 dan O2 Dengan topik
pembicaraan pengiriman data yang dilakukan. Maksud tuturan O1 untuk
menyapa dan bertanya tentang pengiriman data yang harus dilakukan oleh
O2).
Tuturan di atas, berlangsung antara O1 berlatar belakang sebagai
dosen Pendidikan Akutansi berjenis kelamin pria, berusia 48 tahun. O2: latar
belakang mahasiswa Pendidikan Akutansi semester 1 berjenis kelamin pria,
berusia 19 tahun. M: tujuan tuturan untuk mempertanyakan informasi. E:
sedikit kesal sehingga menyuruh untuk segera dikirim. A: barang yang hadir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
dalam percakapan, yaitu bendel berkas. U : urutan bicara dimulai oleh dosen
kemudian ditanggapi oleh mahasiswa karena O1 memiliki kedudukan lebih
tinggi dari O2 sehingga O1 lebih bebas berbicara dari O2. B: pengiriman data.
I : sarana tutur menggunakan bahasa lisan menggunakan ragam bahasa formal.
A: adegan tutur di ruang S2. 401 pukul 11.50 WIB. A: norma kebahasaan
sopan dengan kata sapaan dan kejelasan dalan berbicara.
Tuturan d4
A: Gimana, kalian isi apa saja kotak P3K nya?
B1: Obat-obatan standar bu, seperti obat merah, alkohol, plaster, gitu
aja bu
A: Habis berapa beli kayak gini?
B2: 160 ribu bu, ini Kepseknya minta ditambahin lagi bu.
A: Ya sudah, kalian beli minyak kayu putih yang kecil dan obat-
obatan demam, sakit kepala aja.
B2: Ya bu.
(konteks tuturan: tuturan terjadi pada hari Jumat, pukul 10.15 WIB di
depan ruang laboratorium biologi. Tuturan berlangsung antara dosen
Pendidikan Biologi dan mahasiswa Pendidikan Biologi. O1 (dosen)
memiliki kedudukan lebih tinggi dari O2 (mahasiswa) sehingga O1 memulai
pembicaraan dan lebih bebas berbicara daripada O2. Maksud tuturan O1
bertanya kemudian O2 memberikan informasi rinci terkait isi kotak P3K
yang di minta pihak sekolah).
Konteks tuturan berlangsung antara O1: latar belakang sebagai dosen
Pendidikan Biologi dan dosen pembimbing PPL, berusia 35 tahun, berjenis
kelamin wanita. O2 : latar belakang sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi
semester 7, berjenis kelamin wanita berusia 21 tahun. O1 dan O2 memiliki
tingkat status sosial yang berbeda karena O1 (dosen) dan O2 (mahasiswa)
sehingga O1 lebih bebas berbicara daripada O2. E: kecewa karena pihak
sekolah meminta alat P3K kepada mahasiswa. M: bertanya isi kotak P3K dan
memberi informasi. A: adanya O3, yaitu mahasiswa pendidikan Biologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
dengan menggunakan kode bahasa yang bermaksud menyindir. U : urutan
bicara dimulai oleh dosen kemudian ditanggapi mahasiswa. Tuturan
mahasiswa berada di belakang tuturan dosen karena dosen memiliki kedudukan
lebih tinggi dan bebas berbicara. B: isi kotak P3K yang di minta pihak sekolah.
I : sarana tutur menggunakan bahasa lisan menggunakan ragam bahasa non-
formal. A: adegan tutur di depan ruang laboratorium biologi, Pada hari Jumat,
pukul 10.15 WIB. A: tuturan sopan, adanya kejelasan dalam berbicara dan
topik pembicaraan menarik.
4.2.3 Fungsi Konteks Sosietal
Dasar fungsi konteks adalah semua latar belakang pengetahuan yang
diasumsikan sama-sama dimiliki penutur dan mitra tutur (Rahardi, 2005:51).
Berdasarkan dasar konteks tersebut, peneliti menemukan 4 fungsi yang
diperankan konteks sosietal dari 50 data konteks tuturan, yaitu fungsi
memberikan penjelasan informasi secara terperinci, memberikan informasi
situasi dan kondisi peserta tutur, memberikan informasi sebab terjadinya
tuturan, dan memberikan informasi tambahan. Analisis konteks tuturan yang
diperankan fungsi konteks sosietal dalam menentukan maksud berkomunikasi
antara mahasiswa dan dosen FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
tahun akademik 2017/2018 akan dibahas secara lebih jelas pada subbab
berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
4.2.3.1 Fungsi Memberikan Penjelasan Informasi Rinci
Fungsi ini merupakan jenis fungsi konteks yang menjelaskan secara
rinci mengenai adanya pengetahuan penutur maupun mitra tutur tentang topik
yang dibicarakan. Pengetahuan tersebut dapat berupa pengetahuan tentang
suatu peristiwa, pengalaman, informasi, dan sebagainya. Peneliti menemukan
20 tuturan yang mengandung fungsi memberikan penjelasan informasi secara
terperinci. Berikut merupakan dua sampel konteks tuturan yang mengandung
fungsi konteks memberi informasi secara rinci dalam menentukan maksud
berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2017/2018.
Data Tuturan a1
A : Kamu kalau mau membuat piagam untuk lomba mading lebih baik
tulisannya depan belakang, jadi bagian depan diberikan kepada
kelas dan belakangnya nama peserta.
B: Ya baik bu
A: kamu buat konsep piagammu dulu. Nanti tak lihat dulu piagammu
sudah bener belum sebelum dikasih ke sekolah.
B: Baik bu (menganggungkan kepala).
(konteks tuturan : Tuturan antara penutur adalah dosen PBSI dengan
mahiran bahasa yang cukup baik karena pemilihan kata yang dipahami
mitra tutur dan mitra tutur adalah mahasiswa PBSI semester 7 berjenis
kelamin pria, berusia 22 tahun. O1 dan O2 memiliki kedudukan yang
berbeda, O1 memiliki kekuasan atau kedudukan lebih tinggi dari O2 yang
berkedudukan sebagai mahasiswa sehingga O1 lebih bebas berbicara dari
O2. Tuturan berlangsung menggunakan bahasa lisan dengan ragam bahasa
formal karena terjad di ruang Sekretariat PBSI pada saat jam bekerja.
Pokok pembicaraan terkait cara pembuatan piagam lomba PPL integratif
dengan maksud tuturan O1 memberikan informasi rinci kepada O2 dalam
membuat piagam dengan format depan belakang berdasarkan pengetahuan
penutur).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Tuturan berlangsung antara penutur adalah dosen PBSI, berjenis
kelamin wanita berusia 30 tahun dengan mahiran bahasa yang cukup baik
karena pemilihan kata yang dipahami mitra tutur dan mitra tutur adalah
mahasiswa PBSI semester 7 berjenis kelamin pria, berusia 22 tahun. Tuturan
O1 dan O2 menunjukkan keakraban karena berada dalam lingkup prodi yang
sama dan dosen pembimbing PPL. Selain itu, pada konteks tuturan di atas
terlihat adanya konteks sosietal, yaitu konteks yang faktor penentunya
kekuasan atau kedudukan antara O1 (dosen) dan o2 (mahasiswa) sehingga O1
lebih bebas berbicara dari O2. Tuturan berlangsung dalam bentuk ragam
bahasa formal dengan sarana tutur lisan karena tuturan terjadi di ruang
Sekretariat PBSI. Pokok pembicaraan terkait cara pembuatan piagam lomba
PPL integratif dengan maksud tuturan O1 memberikan informasi rinci
pembuatan piagam format depan belakang berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan penutur.
Konteks tuturan di atas, mengandung fungsi memberikan penjelasan
informasi secara terperinci. Hal itu merujuk pada tuturan konteks penutur
sebagai dosen PBSI dan pembimbing PPL yang memberi informasi secara rinci
kepada mitra tutur ihwal cara pembuatan piagam lomba PPL integratif.
Menurut penutur cara pembuatan piagam ditulis pada bagian depan dan
belakang. Cara pembuatan piagam ini didasarkan pada pengetahuan penutur
dan dipahami oleh mitra tutur.
Data Tuturan a2
A : Permisi Pak, mau tanya ada Pak Mudayen ? ini mau memberikan
surat untuk Pak Mudayen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
B : Pak Mudayen sedang pergi ke Bali Senin baru ada mbak. Suratnya
titip ke sekre aja nanti kamu hubungi Pak Mudayen aja.
A : Oh ya sudah pak, ini suratnya saya titipin nanti saya hubungi lewat
whatsapp. Makasih ya pak.
B : Ya.
(konteks tuturan : Tuturan terjadi pada hari Senin, pukul 11.40 WIB di
ruang sekretariat Pendidikan Ekonomi. Berlangsung komunikasi antara
mahasiwa berjenis kelamin wanita dan dosen Ekonomi berjenis kelamin
pria berusia 47 tahun. O1 dan O2 memiliki kedudukan atau kekuasaan
yang berbeda karena O1 sebagai mahasiswa dan O2 sebagai dosen.
Walaupun O1 memulai pembicaraan kemudian diikuti oleh O2 tetapi O2
lebih bebas berbicara dari O1 karena status sosial yang berbeda.
Tuturan O1 dan O2 dengan topik pembicaraan mencari keberadaan
dosen untuk pemberiaan surat. O1 bertanya keberadaan dosen kepada
O2 kemudian O2 memberi informasi).
Tuturan berlangsung antara penutur adalah mahasiswa berjenis
kelamin wanita semester 9, berusia 22 tahun dan mitra tutur adalah dosen
Ekonomi berjenis kelamin pria berusia 47 tahun. Tuturan menggunakan bahasa
lisan dengan ragam bahasa formal karena tuturan terjadi di ruangan sekretariat
IPS. Tuturan O1 dan O2 terjadi tanpa sengaja dengan pokok pembicaraan
memberi informasi secara rinci terkait keberadaan dosen untuk pemberiaan
surat penelitian. Konteks tuturan di atas, mengandung fungsi memberi
informasi secara rinci. Hal itu merujuk pada konteks tuturan penutur yang
bermaksud untuk bertemu dosen Ekonomi dengan bertanya kemudian O2
menanggapi dengan memberi informasi rinci terkait keberadaan dosen yang
dicari oleh O1 yang sedang berada di Bali.
4.2.3.2 Fungsi Memberikan Informasi Situasi dan kondisi Peserta Tutur
Fungsi ini merupakan jenis fungsi konteks yang menerangkan situasi
penutur ataupun mitra tutur pada saat pertuturan berlangsung. Dalam fungsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
konteks ini, dijabarkan kondisi fisik, seperti raut wajah atau ekspresi, gerakan-
gerakan tubuh atau bahasa verbal peserta tutur. Berikut merupakan sampel dari
16 data konteks tuturan yang mengandung fungsi memberikan informasi situasi
dan kondisi peserta tutur dalam menentukan maksud berkomunikasi antara
mahasiswa dan dosen FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2017/2018.
Tuturan b1
A: Pak permisi, saya mau kosultasi skripsi.
B: Ya, skripsimu ditinggal aja dulu ya! besok pagi baru diambil saya
sedang sibuk.
A: Ya pak, makasih.
(konteks tuturan: Tuturan terjadi pada hari Senin pukul 13.00 WIB di salah
satu ruangan dosen Pendidikan Sejarah. Berlangsung tuturan antara
mahasiswa dan mitra tutur dosen Pendidikan Sejarah dengan topik
pembicaraan penolakan untuk konsultasi skripsi).
Tuturan berlangsung antara penutur adalah mahasiswa Pendidikan
Sejarah semester 12, berjenis kelamin wanita berusia 24 dan mitra tutur adalah
dosen Pendidikan Sejarah berjenis kelamin pria, berusia 48 tahun. Tuturan
menggunakan ragam bahasa formal karena tuturan terjadi di ruangan dosen,
pukul 13.00 WIB. O1 dan O2 memiliki kedudukan yang berbeda karena O2
status sosial sebagai dosen, sedangkan O1 sebagai mahasiswa sehingga O2
lebih bebas berbicara dari O1. Mahasiswa bertemu dosen dalam situasi yang
kurang tepat. Maksud dan tujuan mahasiswa bertemu dosen untuk konsultasi
skripsi tetapi dosen menanggapi dengan penolakan karena kondisinya yang
sedang sibuk sehingga dosen meminta mahasiswa meninggalkan skripsinya
saja. Konteks tuturan di atas, mengandung fungsi memberikan informasi situasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
dan kondisi peserta tutur. Fungsi ini merujuk pada tuturan mahasiswa yang
mau melakukan konsultasi skripsi tetapi situasi dan kondisi mitra tutur yang
sedang sibuk membuat penutur tidak bisa melakukan konsultasi skripsi
sehingga skripsi ditinggal.
Data Tuturan b2
A : Pak permisi, mau tanya ruangan Pak Teguh dimana ya pak ?
B : Itu mbak (menunjuk ke pintu). Coba di ketuk aja mbak, tadi baru
datang dari Sekretariat IPS. Saya lewat pintunya sedang terbuka.
A : Oh ya, makasih pak (menganggukkan kepala).
(Konteks tuturan : Tuturan terjadi pada hari Rabu, pukul 12.30 di ruang
MKK. Tuturan berlangsung antara O1 (mahasiswa) dan O2 (dosen).
Kedudukan terlihat bahwa O2 lebih tinggi dari O1. Maksud tuturan O1
adalah bertanya untuk mencari ruangan dosen kemudian bertanya kepada
O2 yang sedang bermain hp. Tuturan antara penutur, yaitu mahasiswa
berjenis kelamin wanita, berusia 20 tahun dan mitra tutur, yaitu dosen
Pendidikan Ekonomi, berjenis kelamin pria, berusia 58 tahun dengan
topik pembicaraan mencari ruangan salah satu dosen Pendidikan
Ekonomi).
Konteks tuturan di atas, berlagsung antara O1 adalah mahasiswa
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, semester 5 berjenis kelamin wanita, berusia
20 tahun dan O2 adalah dosen Pendidikan Ekonomi, berjenis kelamin pria,
berusia 58 tahun Kedudukan O2 lebih tinggi dari O1 sehingga O2 lebih luas
dalam berbicara. Maksud dan tujuan tuturan O1, yakni bertanya ruangan dosen
kepada O2. U: urutan dimulai oleh mahasiswa kemudian diikuti oleh dosen
tetapi tuturan dosen lebih luas daripada tuturan mahasiswa karena kedudukan
O2 lebih tinggi dari O1. Pokok pembicaraan antara O1 dan O2 adalah letak
ruangan dosen. Instrumen atau sarana tutur yang dipakai adalah bahasa lisan
karena pada tuturan disampaikan dengan menggerakkan alat-alat bicara mulut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Citarasa tuturan menggunakan ragam bahasa formal karena adegan tutur terjadi
di depan ruang MKK, pukul 12.30 WIB dalam suasana jam istirahat siang. A :
Tuturan mengandung aturan kebahasaan sopan karena sebelum ujaran
menyampaikan “permisi”. Konteks tuturan mengandung fungsi memberikan
informasi situasi dan kondisi peserta tutur. Hal itu merujuk pada tuturan
mahasiswa yang mencari ruangan dosen dengan bertanya kepada dosen lainnya
karena penutur kesulitan mencari ruangan dosen yang dicari.
4.2.3.3 Fungsi Konteks Memberikan Informasi Sebab Terjadinya Tuturan
Fungsi ini merupakan fungsi yang menandai bahwa ada suatu
peristiwa, kejadian, atau kondisi yang menjadi alasan tuturan tersebut
berlangsung. Berikut merupakan sampel konteks tuturan dalam menentukan
maksud berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta 2017/2018.
Data Tuturan c1
A : Mas (memanggil mahasiswa Pendidikan Akutansi).
B : Ya pak (memberikan bendel)
A: Yang sama saya sudah saya upload semalam, yang itu sudah belum ya?
(menunjuk satu bendel yang di tangan mahasiswa).
B: Belum pak, saya baru mengambil di sekre setelah ini saya upload pak
kalau sudah selesai saya hubungi bapak lagi.
A: Oh ya. Tolong ya mas saya ngecek yang ini dulu.
B: Ya pak, ini nanti biar saya yang upload.
(konteks tuturan: Tuturan terjadi pada hari Selasa, pukul 10.50 WIB di
ruang sekretariat program studi Pendidikan Akutansi dalam suasana
santai.Tuturan O1 dan O2 menunjukkan keakraban karena O1 memanggil
O2 dengan kata sapaan “mas”. Tuturan O1 dan O2 berlangsung antara
penutur, yaitu dosen dosen Pendidikan Akutansi berjenis kelamin pria
berusia 63 tahun dan mitra tutur, yaitu mahasiswa Pendidikan Akutansi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
berjenis kelamin perempuan berusia 21 tahun dengan topik pembicaraan
pengiriman data. O1 bertanya dengan maksud memastikan data yang ada
pada mahasiswa sudah dikirim atau belum karena data pada dosen sudah
dikirim).
Tuturan berlangsung antara penutur adalah dosen Pendidikan
Akutansi berjenis kelamin pria berusia 63 tahun dan mita tutur adalah
mahasiswa Pendidikan Akutansi berjenis kelamin perempuan berusia 21 tahun.
Tuturan terjadi di ruang S2. 401 pukul 09.15 WIB. Dosen bertanya dengan
maksud memastikan data yang ada pada mahasiswa sudah dikirim atau belum
karena data pada dosen sudah dikirim. Konteks tuturan di atas, mengandung
fungsi memberikan informasi sebab terjadinya tuturan. Hal itu merujuk pada
konteks tuturan yang diujarkan oleh penutur yang ingin memastikan informasi
dengan bertanya data yang telah ia berikan kepada mitra tutur apakah data
sudah dilakukan tindakan pengiriman atau belum. Selain itu, penutur juga
melakukan pertuturan kepada mitra tutur karena penutur ingin menyampaikan
bahwa data yang ada padanya sudah dilakukan pengiriman.
Data Tuturan c2
A: Ibu bagaimana rencana PKM kita?
B : Oh ya, gimana ya dek kapan kita atur waktu?
A : Untuk minggu ini saya tidak bisa bu tapi hari Rabu saya sudah selesai
magang. Jadi hari Rabu saya kosong bu.
B : Oh ya dek, kita kerja hari Rabu saja ya.
A : Baik bu. makasih.
(konteks tuturan : Tuturan terjadi pada hari Kamis, pukul 15.00 WIB di
lorong kelas K.415 dalam suasana santai selesai perkualihan. Berlangsung
tuturan antara penutur, yaitu seorang mahasiswa dan mitra tutur, yaitu
seorang dosen program studi Bimbingan Konseling. O1 dan O2 memiliki
kedudukan yang berbeda, O2 memiliki kedudukan atau kekuasaan lebih
tinggi dari O1 sehingga O2 lebih bebas berbicara walaupun O2 berbicara
setelah O1. Tuturan O1 dan O2 dengan topik pembicaraan mengatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
jadwal kerja PKM. Tuturan O1 dan O2 menunjukkan keakraban karena O2
memanggil O1 dengan kata sapaan “dek”. Tuturan O1 dan O2 memastikan
jadwal pengerjaan tugas PKM. Maksud tuturan penutur bertanya ihwal
waktu pengerjaan PKM kemudian O2 menanggapi kepastian waktu
pengerjaan).
Tuturan berlangsung antara mahasiswa Pendidikan Bimbingan
Konseling semester 5 berjenis kelamin wanita, berusia 21 tahun dan dosen
Bimbingan Konseling berjenis kelamin wanita, berusia 33 tahun. Tuturan ini
terjadi di lorong kelas K.415, pukul 15.00 WIB. Tuturan antara mahasiswa dan
dosen menunjukkan keakraban karena dosen yang memanggil mahasiswa
dengan panggilan“dek”. Penutur bertanya untuk memastikan informasi jadwal
pengerjaan kegiatan PKM. Konteks tuturan di atas, mengandung fungsi
konteks memberikan informasi sebab terjadinya tuturan. Hal itu merujuk pada
konteks tuturan penutur sebagai mahasiswa yang memastikan informasi kepada
mitra tutur sebagai dosen terkait jadwal pengerjaan PKM. Tuturan disebabkan
karena penutur bermaksud untuk memastikan waktu pengerjaan PKM sehingga
penutur bertanya kepada mitra tutur. Tuturan antara mahasiswa dan dosen pada
akhirnya memastikan informasi dengan melakukan tindakan dalam
memutuskan rencana jadwal pengerjaan kegiatan PKM.
4.2.3.3 Fungsi Memberikan Informasi Tambahan
Fungsi Memberi informasi tambahan adalah fungsi konteks dalam
tuturan yang menyampaikan informasi secara lebih lanjut dan tidak terbatas
dari informasi sebelumnya dengan harapan mitra tutur akan memperoleh
tambahan pemahaman informasi lebih lanjut. Berikut merupakan sampel dari
empat data konteks tuturan yang mengandung fungsi konteks memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
informasi tambahan dalam menentukan maksud berkomunikasi antara
mahasiswa dan dosen FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2017/2018.
Data tuturan d1
A : Esensi pembuatan keputusan itu apa dan apakah setiap manusia tidak
ada masalah?
B: Esensi pembuatan keputusan itu karena adanya persoalan atau kondisi
sehingga memunculkan solusi-solusi dan membuat keputusan kalau di
teorikan memilih alternatif solusi karena adanya persoalan. Jadi, tidak
ada kehidupan saya yang tidak ada masalah pak semua hal sederhana
menjadi masalah.
A: Jalu punya teman cewek atau pacar?
B: Banyak pak kalau teman cewek kalau pacar enggak ada sudah 5 bulan.
A: Terkait permasalahan kamu itu, sekarang kamu deskripsikan kira-kira
masalah apa yang membuat kamu tidak punya pacar dan tentukan
keputusan yang harus dia ambil.
B: Saya belum punya pacar karena ingin fokus belajar, kurang percaya diri
dan lebih suka berteman saja sedangkan keputusan yang diambil harus
lebih percaya diri.
A : Ya, itu adalah kesimpulan menurut teman kalian.
(Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada hari Kamis di ruang S2 401 pukul
09.45 WIB dalam suasana formal perkuliahan perencanaan management.
Berlangsung tuturan antara penutur, yaitu seorang dosen Pendidikan
Akutansi berjenis pria pria berusia 45 tahun dan mitra tutur, yaitu
seorang mahasiswa berjenis kelamin pria berusia 19 tahun. Tuturan
mahasiswa. O1 dan O2 memiliki kedudukan atau kekuasaan yang
berbeda, O1(dosen) memiliki status sosial lebih tinggi dari O2
(mahasiswa). Maksud tuturan O1 bertanya kepada O2 kemudian O2
menjawab dengan menjelaskan informasi terkait pembuatan dan
pengambilan keputusan berdasarkan masalah pribadi).
Tuturan berlangsung tuturan antara penutur adalah seorang dosen
Pendidikan Akutansi berjenis pria berusia 45 tahun dan mitra tutur, yaitu
seorang mahasiswa berjenis kelamin pria berusia 19 tahun. Tuturan konteks O1
dan O2 menunjukkan adanya konteks sosietal, yaitu konteks yang faktor
penentunya kedudukan atau kekuasaan merujuk teori Poedjosoedarmo (1985).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
penutur sebagai dosen Pendidikan Akutansi dan O2 sebagai mahasiswa,
sehingga terlihat kedudukan O1 lebih tinggi dari O2. Berdasarkan kedudukan
tersebut mempengaruhi urutan berbicara bahwa tuturan dosen lebih luas dari
tuturan mahasiswa. O1 memiliki hubungan keakraban dengan O2 karena dalam
tuturan menyebut nama O2 karena telah kenal. Tuturan terjadi menggunakan
bahasa lisan dengan ragam bahasa formal karena tuturan terjadi pada hari
Kamis di ruang S2.401 pukul 09.45 WIB dalam suasana formal perkuliahan
perencanaan managemen. Tuturan dosen menanyakan informasi kepada
mahasiswa. Dengan dasar tuturan tersebut mahasiswa mencoba menjawab
pertanyaan mitra tutur dengan menjelaskan informasi terkait pembuatan dan
memberikan informasi tambahan ihwal pengambilan keputusan berdasarkan
masalah pribadi.
Konteks tuturan di atas, mengandung fungsi memberi informasi
tambahan. Hal itu merujuk pada tuturan penutur yang bertanya esensi
pengambilan keputusan kepada mitra tutur kemudian mitra tutur menanggapi
dengan menjelaskan esensi pengambilan keputusan selanjutnya mitra tutur
memberikan informasi tambahan ihwal pengambilan keputusan atas masalah
yang ada. Dari penjelasan informasi tersebut penutur memahami maksud
informasi mitra tutur.
Data Tuturan d2
A : Menurut kalian manakah yang terlebih dahulu, visi atau misi?
B : Visi pak.
A : Sebenarnya tergantung dari pembuatan visi misinya. Terkadang
ada misi yang didahulukan dari visi tapi ada juga visi yang disusul
misi. Jadi yang membuatnya mengatur rencananya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
B : Pak, berarti tidak selalu visi misi tetapi bisa misi visi?
A : Ya.
(konteks tuturan : tuturan antara penutur sebagai dosen Pendidikan Fisika
berusia 50 tahun, berjenis kelamin pria dan mitra tutur adalah mahasiswa
Pendidikan Fisika semester 3 berjenis kelamin wanita, berusia 20 tahun.
Kedudukan O1 sebagai dosen lebih tinggi dari O2 sebagai mahasiswa
sehingga O1 terlebih dahulu berbicara dan lebih bebas berbicara dari O2.
Tuturan menggunakan sarana lisan dengan ragam bahasa formal karena
tuturan terjadi di K.415 pada hari Jumat, pukul 09.00 WIB. Pada tuturan
membicarakan proses pembutan visi misi. si A bertanya tentang pembuatan
visi atau misi duluan kemudian si B menjawab visi selanjutnya si A
menjelaskan informasi terkait urutan pembuatan).
Tuturan berlangsung antara penutur adalah dosen Pendidikan Fisika
berusia 50 tahun, berjenis kelamin pria dan mitra tutur adalah mahasiswa
Pendidikan Fisika semester 3 berjenis kelamin wanita, berusia 20 tahun. O1
sebagai dosen memiki kedudukan atau kekuasaan yang lebih tinggi dari O2
sebagai mahasiswa sehingga O1 memulai pembicaraan dan lebih bebas
berbicara dari O2. Tuturan menggunakan sarana lisan dengan ragam bahasa
formal karena tuturan terjadi di K.415 pada hari Jumat, pukul 09.00 WIB. Pada
tuturan membicarakan proses pembuatan visi misi dengan tujuan tuturan dosen
bertanya visi atau misi yang terlebih dahulu kemudian mahasiswa menanggapi
dengan menjawab visi selanjutnya, dosen memberikan penjelasan dan
informasi tambahan bahwa urutan pembuatan visi misi yang berbeda-beda itu
tergantung pada yang membuatnya rumusan.
Konteks tuturan di atas, mengandung fungsi memberikan informasi
tambahan. Hal itu merujuk pada konteks tuturan yang diujarkan oleh penutur
kepada mitra tutur, penutur bertanya urutan pembuatan visi misi kepada mitra
tutur kemudian mitra tutur memberikan jawaban, selanjutnya penutur memberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
informasi tambahan untuk memperjelas informasi kepada mitra tutur bahwa
cara pembuatan perumusan visi dan misi yang berbeda didasarkan pengetahuan
yang merumuskan atau membuatnya. Jadi dalam perumusan pembuatan urutan
visi misi bisa dilakukan visi kemudian misi namun, bisa juga misi lalu visi.
4.3 Pembahasan
Setelah peneliti menganalisis data tuturan terkait elemen dan fungsi
konteks sosietal dalam menentukan maksud berkomunikasi antara mahasiswa
dan dosen FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik
2017/2018, data yang telah dianalisis akan dibahas untuk mengetahui elemen
konteks sosietal apa saja yang terdapat dalam tuturan, pola elemen apa saja
yang terdapat pada tuturan, dan fungsi apa saja yang diperankan konteks
sosietal. Pada bagian pembahasan ini, peneliti memaknai elemen, pola elemen,
dan fungsi yang terkandung dalam konteks sosietal.
Berdasarkan hasil analisis 50 data tuturan, peneliti menemukan tidak
semua data tuturan lengkap. Melainkan peneliti menemukan tujuh data yang
mengandung kelengkapan elemen dan peneliti juga menemukan elemen
konteks lainnya, yaitu sembilan elemen, sepuluh elemen, dan sebelas elemen
konteks yang merujuk pada teori Poedjosoedarmo (1985). Elemen yang
ditemukan tersebut mengandung konteks sosietal, yaitu adanya kedudukan atau
kekuasaan yang terdapat di dalam elemen konteks pada data tuturan. Elemen
konteks yang terdapat pada tuturan, yaitu (1) adanya O1 atau orang ke-1
sebagai penutur, (2) adanya mitra tutur sebagai O2 atau orang ke-2 lawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
bicara penutur, (3) adanya O3, (4) emosi penutur karena marah, gugup, dan
sebagainya, (5) maksud dan tujuan tuturan, (6) urutan tutur yang berkaitan
dengan siapa yang berbicara dulu dan kemudian, (7) bab atau pokok
pembicaraan, (8) instrumen atau sarana tutur, (9) citarasa tutur, (10) adegan
tutur yang berkaitan dengan tempat, waktu dan peristiwa tutur, (11) register
atau bentuk wacana yang sudah mapan, dan (12) aturan atau norma kebahasaan
lainnya. Setiap elemen yang telah dianalisis di dalamnya mengandung konteks
sosietal, yaitu adanya faktor penentu kedudukan atau kekuasaan (Mey, 1983)
dalam (Rahardi, 2005). Kedudukan hadir antara O1 dan O2 sehingga
mempengaruhi urutan berbicara dan norma kebahasaan.
Hasil analisis elemen konteks, peneliti menemukan pola elemen
konteks sosietal dalam menentukan maksud berkomunikasi antara mahasiswa
dan dosen FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik
2017/2018. Pola elemen konteks dikategorikan menjadi empat kategori, yaitu
pola yang mengandung dua belas elemen, sembilan elemen, sepuluh elemen,
dan sebelas elemen konteks. Pola yang mengandung dua belas elemen konteks,
yaitu pola O, O, E, M, A, U, B, I, C, A, R, A. Pola tersebut terbentuk karena
kelengkapan elemen merujuk pada teori Poedjosoedarmo (1985). Pola yang
membentuk sembilan elemen, yaitu O, O, M, U, B, I, C, A, A. Pola elemen
tersebut, terbentuk karena adanya sembilan elemen dan ketidakhadiran elemen
emosi penutur, O3, dan register dalam pertuturan. Selain itu, dalam elemen
konteks terdapat konteks sosietal, yaitu adanya kedudukan antara O1 dan O2
yang mempengaruhi kebebasan dalam berbicara, dan norma kebahasaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Konteks yang mengandung sepuluh elemen membentuk dua pola elemen, yaitu
pola elemen O, O, E, M, U, B, I, C, A, A karena tidak adanya elemen O3 dan
register, sedangkan pola kedua, yaitu O, O, M, A, U, B, I, C, A, A karena tidak
adanya elemen emosi penutur dan register. Pola elemen tersebut merujuk pada
teori Poedjosoedarmo (1985). Pola yang mengandung sebelas elemen konteks
membentuk dua pola elemen, yaitu pola O, O, E, M, U, B, I, C, A, R, A dan
pola O, O, E, M, A, U, B, I, C, A, A. Pola pertama terbentuk karena elemen
konteks O3 yang tidak hadir dalam pertuturan, sedangkan pola kedua terbentuk
karena tidak adanya elemen register pada pertuturan antara mahasiswa dan
dosen FKIP.
Setelah mengetahui elemen dan pola konteks sosietal, peneliti
menganalisis data tuturan untuk menemukan fungsi yang diperankan konteks
sosietal dalam menentukan maksud berkomunikasi antara mahasiswa dan
dosen FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017/2018. Peneliti
menemukan fungsi yang diperankan oleh konteks sosietal dengan dasar latar
belakang pemahaman yang sama antara penutur dan mitra tutur (Rahardi,
2005). Fungsi konteks, yaitu fungsi memberikan penjelasan informasi rinci,
memberikan informasi situasi dan kondisi peserta tutur, memberikan informasi
sebab terjadinya tuturan, dan memberikan informasi tambahan. Fungsi
memberikan penjelasan informasi rinci terdapat 20 data tuturan. Fungsi ini
adalah fungsi yang menjelaskan secara rinci mengenai adanya pengetahuan
penutur maupun mitra tutur tentang topik yang dibicarakan, baik tentang suatu
peristiwa, pengalaman, informasi, dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Fungsi memberikan informasi situasi dan kondisi peserta tutur
terkandung 16 data tuturan. Fungsi ini merupakan jenis fungsi konteks yang
menerangkan situasi penutur ataupun mitra tutur pada saat pertuturan
berlangsung. Fungsi konteks ini, dijabarkan kondisi fisik, seperti raut wajah
atau ekspresi, gerakan-gerakan tubuh atau bahasa verbal peserta tutur. Fungsi
memberikan informasi sebab terjadinya tuturan terkandung 10 data tuturan.
Fungsi ini merupakan fungsi yang menandai bahwa ada suatu peristiwa,
kejadian, atau kondisi yang menjadi alasan tuturan tersebut berlangsung.
Fungsi memberi informasi tambahan terkandung 4 data tuturan. Fungsi konteks
ini adalah fungsi dalam tuturan yang menyampaikan informasi secara lebih
lanjut dan tidak terbatas dari informasi sebelumnya dengan harapan mitra tutur
akan memperoleh tambahan pemahaman informasi lebih lanjut
Berdasarkan penjabaran fungsi konteks yang dominan hadir, yaitu
fungsi memberikan penjelasan informasi rinci dan memberikan informasi
situasi dan kondisi peserta tutur. Fungsi tersebut hadir karena mengandung
informatif diawali dengan pertanyaan oleh penutur tentang suatu hal yang
menuntut adanya penjelasan dari mitra tutur, sehingga dalam tuturan tersebut
penutur yang bertanya, mendapatkan informasi, dan mitra tutur yang
menjawabnya, memberikan informasi atau sebaliknya. Teori dalam
menganalisis fungsi ini juga digunakan dalam penelitian relevan dengan
penelitian ini, yaitu penelitian milik Pranowo (2015) ihwal konteks yang
penentunya adalah dasar pemahaman yang sama antara pelibat tutur. Dari
paparan yang telah dijabarkan, peneliti menemukan adanya kelengkapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
elemen pada tuturan sejalan dengan teori Poedjosoedarmo (1985) dan
terbentuknya pola leemen berdasarkan elemen konteks yang hadir pada
pertuturan, sedangkan pada hasil analisis fungsi konteks peneliti menambahkan
teori sebelumnya ihwal konteks yang dikemukakan Rahardi (2005) sebagai
dasar analisis untuk menemukan fungsi konteks yang baru pada konteks
tuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini memaparkan dua hal pokok yaitu, (1) simpulan, (2) saran.
Simpulan berisi rangkuman secara keseluruhan isi dari penelitian ini. Saran
berisi hal-hal relevan yang perlu diperhatikan pada penelitian selanjutnya, baik
bagi peneliti jurusan Bahasa Sastra Indonesia maupun peneliti lainnya. Berikut
pemaparan dua hal pokok tersebut.
5.1 Simpulan
Berdasarkan uraian pada bab IV mengenai elemen konteks, pola elemen
konteks, dan fungsi konteks sosietal yang digunakan dalam ranah pendidikan.
Peneliti menemukan adanya tuturan yang mengandung elemen konteks, pola
elemen konteks sosietal, dan fungsi konteks sosietal dalam menentukan
maksud berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen FKIP di Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018. Temuan tersebut
disimpulkan sebagai berikut.
1. Hasil pada analisis data tuturan, peneliti menemukan elemen konteks
sosietal dalam menentukan maksud berkomunikasi antara mahasiswa dan
dosen FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik
2017/2018. Adapun elemen konteks, yaitu (1) O, O, E, M, U, B, I, C, A, R,
A, (2) O, O, M, U, B, I, C, A, A, (3) O, O, E, M, U, B, I, C, A, A, dan (4)
O, O, E, M, U, B, I, C, A, R, A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
2. Peneliti menemukan bahwa setiap elemen konteks membentuk pola
elemen yang berbeda. Pola elemen konteks sosietal dalam menentukan
maksud berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen FKIP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018, yaitu pola yang
mengandung dua belas elemen, artinya pola tersebut memiliki
kelengkapan elemen dengan bentuk pola O, O, E, M, U, B, I, C, A, R, A.
Pola yang mengandung sembilan elemen terbentuk karena ketidakhadiran
elemen O3, emosi penutur, dan register sehingga membentuk pola O, O,
M, U, B, I, C, A, A. Pola yang mengandung sepuluh elemen membentuk
dua pola, yaitu pola elemen O, O, E, M, U, B, I, C, A, A karena tidak
adanya elemen O3 dan register, sedangkan pola kedua, yaitu O, O, M, A,
U, B, I, C, A, A karena tidak adanya elemen emosi penutur dan register.
Pola yang mengandung sebelas elemen konteks membentuk dua pola,
yaitu pola O, O, E, M, U, B, I, C, A, R, A karena tidak adanya O3 dan pola
O, O, E, M, A, U, B, I, C, A, A karena tidak adanya register.
3. Fungsi yang diperankaan konteks sosietal dalam menentukan maksud
berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018, yaitu fungsi memberikan
penjelasan informasi rinci, memberikan informasi situasi dan kondisi
peserta tutur, memberikan informasi sebab terjadinya tuturan, dan
memberikan informasi tambahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
5.2 Saran
Berdasarkan hasil yang telah ditemukan, peneliti memberikan beberapa
saran. Berikut adalah saran dari peneliti.
1. Penelitian ini memberikan masukan kepada para praktisi, mahasiswa, dan
dosen untuk menjaga hubungan dalam berkomunikasi. Dalam
berkomunikasi harus memperhatikan elemen dan fungsi konteks sehingga
maksud tuturan tersampaikan.
2. Penelitian ini meneliti tentang kajian elemen dan fungsi konteks sosietal
dalam menentukan maksud berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen
FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018.
Peneliti menemukan kelengkapan elemen konteks walaupun tidak semua
data tuturan mengandung elemen yang lengkap, dan setiap elemen
membentuk pola elemen, serta terdapat empat fungsi konteks sosietal
dalam menentukan maksud berkomunikasi antara mahasiswa dan dosen
FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2017/2018.
3. Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan subjek dan ranah
lingkungan yang berbeda, seperti lingkungan masyarakat dan keluarga.
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menemukan elemen konteks baru,
pola elemen, dan fungsi konteks yang baru pada konteks tuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Baryadi, I Praptomo. 2015. Teori-teori Linguistik Pascastruktural
Memasuki Abad Ke-21. Yogyakarta: PT Kanisius.
Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Asdi Mahasatya.
Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dhieni, Nurbiana dan Fridani, Lara. 2015. “Hakikat Perkembangan
Bahasa Anak”(25/10/17).
Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya:
Usaha Nasional.
Geertz, Clifford. 1981. Terjemahan: Abangan, Santri, Priyayi dalam
Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.
Harmoko, Danang Dwi. 2015. Analisa Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
Komunikasi antar Negara Anggota Asean. ABA BSI Jakarta.
(http://lppm.bsi.ac.id/SNIT2015/BidangD/D01_01-06_2015-
SNIT_DanangDwiHarmoko_BAHASA%20INDONESIA%20S
EBAGAI%20BAHASA%20KOMUNIKASI.pdf. Diunduh pada
tanggal 25 Oktober 2017.
Ibrahim. (2015). Makna dalam Komunikasi.
(http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/alhikmah/article/view
/85/79) diunduh pada tanggal 25 Oktober 2017, pukul 16.00
WIB.
Lubis, Hasan Hamid. 2011. Analisis Wacana Pragmatik. Angkasa
Bandung: Bandung.
Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Jakarta: PT RajaGafindo Persada.
Mey, Jacob L. 1993. Pragmatics An Introduction. Oxford
Moleong, J. Lexy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Mulyana & Rakhmat, Jalaluddin. 2014. Komunikasi Antarbudaya:
Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda
Budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penellitian Pragmatik.Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Prenada Media
Grup.
Pranowo. 2014. Teori Belajar Bahasa untuk Guru Bahasa dan Mahasiswa
Jurusan Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik.
Malang: Dioma.
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Rahardi, Kunjana. 2010. Kajian Sosiolinguistik Ihwal Kode & Alih Kode.
Yogyakarta: Ghalia Indonesia.
Rahardi, Kunjana, Yulia Setyaningsih dan Rishe Purnama Dewi. 2015.
“Prosiding Seminar Nasional Pertemuan Ilmiah Bahasa dan
Sastra Indonesia PIBSI (XXXVII): Optimalisasi Fungsi Bahasa
Indonesia sebagai Wahana Pembentukan Mental dan Karakter
Bangsa di Era Globalisasi Menuju Indonesia Emas 2045.
2015”. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.
Rahardi, Kunjana. 2015. Menemukan Hakikat Konteks Pragmatik.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
(https://repository.usd.ac.id/1651/1/1781_Kunjana_menemukan+hakikat+
konteks_makalah+UNS_pembicara.pdf) diunduh pada tanggal 8
September 2017, pukul 16.00 WIB.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa.
Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.
Sugiyono. 2006. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sumarsono. 2014. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tarigan, Henry Guntur. 1989. Kedudukan dan Fungsi Bahasa. Bandung:
Angkasa.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zamzani. 2007. Kajian Sosiopragmatik. Yogyakarta: Cipta Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUNIVERSITRS SRNRTR DHREIMRYOGYRKRRTR
, [1 5 p"rttKajwtnns r-f t.!o1_l
Permohonan Izin Penelitian
Yth. Segenap Ketua Program Studi
di lingkungan FKIP
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Dcngan hormat,
Dengan ini kami memohonkan izin bagi mahasisrva kami,
Lastri Rrndiyantika
ru1224458
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Pendidikan Bahasa dan Seni
7 ('tujuh )
untuk melaksanakan penelitian dalam rangka persiapan penyusunan Tugas Akhir jalur SkripsiiMakalah.),dengan ketentuan sebagai berikut:
: Dosen dan Mahasiswa Fakultas Keg:ruan dan IImu PendidikanUniversitas Sanata Dharma
Oktober-November 2017
Kajian Elemen dan Fungsi Konteks Sosieral dalam Menentukan MaksudBerkomunikasi antara Mahasiswa dan Dosen F'KIP di Universitas SanataDharma Tahun Akademik 201712018
Atas perhatian dan izinyang diberikan, kami ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 12 Oktober 2017Dekan,
Pendidikan Bahasa dan Seni
Ternbusan Yth:1.
2.
3.
4.
NomorLamp.Hal
Nama
No. MhsProgram Studi
Jurusan
Semester
Waktu :
Topik / Judul TA :
*) hapus salah satu
Lokasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yogyakarta, 22 November 2017
Yth. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd.
Dosen Pendidikan dan Bahasa Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Dengan Hormat
Saya, Lastri Rindiyantika, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Universitas Sanata Dharma sedang menyusun skripsi yang berjudul Kajian
Elemen dan Fungsi Konteks Sosietal dalam Menentukan Maksud Berkomunikasi Dosen dan
Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma Tahun Akademik 201112018. Saya memohon
kesediaan triangulator untuk mengecek keabsahan data penelitian saya.
Sehubungan dengan hal itu, saya mohon kesedian Bapak untuk berkenan menjadi
triangulator skripsi saya yang berjudul Kajian Elemen dan Fungsi Konteks Sosietal dalam
Menentukan Maksud Berkomunikasi Dosen dan Mahasiswa FKIP di Universitas Sanata
Dharma Tahun Akademik 201112018.
Demikian surat ini saya buat, atas dan kesediaan kerjasama Bapak saya ucapkan
terima kasih.
Hormat saya
Lastri Rindiyantika
Mengetahui,
Rahardi" M.Hum"
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Triangulasi Data dan Hasil Penelitian
Skripsi dengan judul “Kajian Elemen dan Fungsi Konteks Sosietal dalam Menentukan Maksud Berkomunikasi
antara Mahasiswa dan Dosen FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Akademik 2017/2018”
Oleh: Lastri Rindiyantika
Dosen pembimbing: Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.
Petunjuk Triangulasi
1. Berilah tanda centang ( ) pada kolom “ Ya” atau “Tidak” yang menggambarkan penilaian Anda terhadap hasil analisis
elemen dan fungsi konteks sosietal.
2. Berilah catatan pada kolom keterangan yang dapat membantu kebenaran hasil analisis elemen dan fungsi konteks sosietal.
Keterangan Data Tuturan
1. A : penutur /orang pertama dalam tuturan
2. B : mitra tutur /orang kedua dalam tuturan
3. B1 : mitra tutur O1
4. B2 : mitra tutur O2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data Tuturan
Deskripsi
Konteks
Tuturan
Elemen Konteks
Fungsi Konteks
Identifikasi
Elemen dan
Fungsi Konteks
Triangulator Komentar
YA TIDAK
1. A: kamu kalau mau
membuat piagam
untuk lomba mading
lebih baik tulisannya
depan belakang, jadi
bagian depan
diberikan kepada
kelas dan
belakangnya nama
peserta.
B: Ya baik bu,
A: Ya,. nanti tak lihat
dulu piagammu
sudah bener belum
sebelum di kasih ke
sekolah.
B: Baik bu
(menganggungkan
kepala)
TMKS/PBSI/FKIP
Tuturan terjadi
pada hari Senin,
pukul 13.20
WIB di ruang
sekretariat PBSI.
Tuturan O1
dosen
Pendidikan
Bahasa Sastra
Indonesia,
berusia 30 tahun,
berjenis kelamin
wanita.
dan O2
mahasiswa
Pendidikan
Bahasa Sastra
Indonesia ,
semester 7,
berjenis kelamin
pria, berusia 22
tahun.
O1: latar belakang
sebagai dosen
Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia,
berusia 30 tahun,
berjenis kelamin
wanita.
O2 : latar belakang
sebagai mahasiswa
Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia ,
semester 7,
berjenis kelamin
pria, berusia 22
tahun.
E: sedikit takut bila
salah maka
meminta O2
bertemunya
sebelum jadi
sertifikat.
M: O1
Memberikan
penjelasan
informasi rinci
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 10
elemen dan
fungsi tuturan.
Elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, E, M,
U, B, I, C, A, A.
Selain elemen
tersebut terdapat
elemen yang
tidak terdapat
dalam tuturan
yaitu A, R.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks pada
tuturan yakni
memberikan
informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
O1
menyampaikan
informasi secara
rinci kepada O2
tentang cara
pembuatan
piagam lomba
PPL integratif
mading siswa.
memberikan
informasi cara
pembuatan piagam
kepada O2.
U : urutan bicara
dimulai oleh dosen
kemudian
ditanggapi
mahasiswa.
B: pembuatan
piagam lomba PPL
integratif.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
formal.
A: Adegan tutur
berlangsung di
ruang sekretariat
PBSI, pada hari
Senin pukul 13.20
WIB.
A: tuturan sopan,
adanya kejelasan
dalam berbicara
dan menggunakan
paralinguistik
kepada mitra
tutur
berdasarkan
pengetahuan
yang
dimilikinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menganggukkan
kepala.
2. A: Gimana kalian
mengajar disekolahan
ada banyak kesulitan
enggak ?
B: ya banyak
kesulitan pak, siswa-
siswa di sana kalau
dikasih alat peraga
enggak diperhatikan
dengan baik pak.
A: Ya dimaklumi aja
masih SMP kalian
harus memahami
karakter siswa.
TMD/PMAT/FKIP
Tuturan terjadi
pada hari Rabu,
pukul 11. 00
WIB dalam
suasana santai di
ruang sekretariat
MIPA.
Penutur O1
adalah
mahasiswa
Pendidikan
Matematika
semester 7,
berjenis kelamin
wanita berusia
21 tahun dan
mitra tutur
adalah seorang
dosen
Matematika dan
dosen
pembimbing
PPL, berusia 53
tahun, berjenis
kelamin pria.
Tuturan O1
O1: latar belakang
sebagai dosen
Pendidikan
Matematika dan
dosen pembimbing
PPL, berusia 53
tahun, berjenis
kelamin pria.
O2 : latar belakang
sebagai mahasiswa
Pendidikan
Matematika
semester 7,
berjenis kelamin
wanita berusia 21
tahun.
M: penutur
bertanya tentang
kesulitan mengajar
dan mitra tutur
memberikan
informasi rinci
kesuliatan apa
yang dialami mitra
tutur.
E: sedikit kecewa
Memberikan
informasi situasi
dan kondisi
peserta tutur
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 10
elemen dan
fungsi tuturan.
Elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, M, U,
B, I, C, A, A.
Dan elemen
yang tidak
terdapat dalam
tuturan yaitu A,
R.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan, yaitu
memberikan
informasi situasi
dan kondisi
peserta tutur
terkait
kesulitan
mengajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bertanya terkait
kesulitan O2
dalam mengajar
kemudian O2
menjelaskan
bahwa ia
mengalami
kesulitan
terutama pada
saat penggunaan
alat peraga.
sehingga meminta
O2 untuk bersabar.
U : urutan bicara
dimulai oleh dosen
kemudian
ditanggapi
mahasiswa. Jadi
tuturan mahasiswa
berada di belakang
tuturan dosen.
B: kesulitan dalam
mengajar.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
non-formal.
A: adegan tutur di
ruang sekretariat
MIPA, Pada hari
Rabu, pukul 11. 00
WIB.
A: tuturan sopan,
adanya kejelasan
dalam berbicara
dan topik
pembicaraan antara
O1 dan O2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menarik.
3. A: Pak, mau tanya
mata kuliah
kesehatan sekolah
besok masuk
enggak?
B: enggak mbak tapi
ada tugas besok
dikerjakan ya!
A: Baik pak,
tugasnya
dikumpulkan kapan
pak?
B: Dikumpulkan
pada saat pertemuan
selanjutnya. Teman-
teman segera
diberitahukan ya
A: Baik pak, terima
kasih.
TMD/PGSD/FKIP
Tuturan terjadi
pada hari Jumat,
pukul 10.00
WIB di depan
ruang sekretariat
PGSD dalam
suasana ramai
mahasiswa
keluar masuk
ruang
sekretariat.
Tuturan
berlangsung
antara penutur
seorang
mahasiswa
berjenis kelamin
wanita berusia
21 tahun dan
mitra tutur
seorang dosen
program studi
PGSD berjenis
kelamin laki-laki
berusia 49 tahun.
Tuturan yang
O1: latar belakang
mahasiswa jurusan
Pendidikan Guru
Sekolah Dasar,
semester 5 berjenis
kelamin wanita,
berusia 21 tahun.
O2 : latar belakang
dosen Pendidikan
Guru Sekolah
Dasar, berjenis
kelamin pria,
berusia 49 tahun.
M: penutur
bertanya terkait
tugas mata kuliah
kesehatan sekolah
kemudian mitra
tutur memberi
informasi rinci
terkait pertanyaan
penutur.
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa (O1)
kemudian
Memberikan
informasi sebab
terjadinya
tuturan
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 9
elemen dan
fungsi tuturan.
Elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, M, U,
B, I, C, A, A. Dan elemen
konteks yang
tidak terdapat
dalam tuturan
yaitu E, A, R.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan, yaitu
memberikan
informasi secara
rinci terkait
mata kuliah
kesehatan
sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berlangsung
antara O1 dan
O2
membicarakan
tentang
pengerjaan tugas
mata kuliah
kesehatan
sekolah.
ditanggapi oleh
dosen PGSD (O2).
B: tugas mata
kuliah kesehatan
sekolah.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
santai
A: adegan tutur di
depan ruang
sekretariat PGSD,
suaasana pagi hari
yang ramai pukul
10.00 WIB.
A: norma
kebahasaan kurang
sopan karena O1
memilih
penggunaan kata
„enggak‟ kepada
orang yang lebih
tua dalam situasi
formal.
4. A : Permisi Pak, ada
Pak Mudayen ? ini
mau memberikan
Tuturan terjadi
pada hari Senin,
pukul 11.40
O1: latar belakang
mahasiswa
Pendidikan
Memberikan
informasi situasi
dan kondisi
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
surat untuk Pak
Mudayen.
B : Pak Mudayen
sedang pergi ke Bali
Senin baru ada mbak.
suratnya titip ke
sekre aja. nanti kamu
hubungi Pak
Mudayen.
A : Oh ya sudah pak,
ini suratnya saya titip
nanti saya hubungi
lewat whatsapp aja.
Makasih pak.
B : Ya.
TMKS/PIPS/FKIP
WIB di ruang
sekretariat
Pendidikan
Ekonomi.
Berlangsung
komunikasi
antara mahasiwa
berjenis kelamin
wanita dan
dosen berjenis
kelamin pria
berusia 47 tahun
dengan topik
pembicaraan
bertanya
keberadaan
dosen karena
O1ingin bertemu
untuk
pemberiaan
surat.
Ekonomi semester
9, berjenis kelamin
wanita, berusia 22
tahun.
O2 : latar belakang
karyawan dosen
Pendidikan
Ekonomi berjenis
kelamin pria,
berusia 47 tahun.
M: bertanya
dengan tujuan
mencari
keberadaan dosen.
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa
kemudian
ditanggapi oleh
dosen ekonomi.
B: mencari
keberadaan dosen
C: ragam bahasa
formal
A: adegan tutur di
ruang MKK, pada
hari Senin, pukul
11.40 WIB
peserta tutur elemen dan
fungsi tuturan.
elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, M, A,
U, B, I, C, A, A.
Sedangkan
elemen konteks
yang tidak
terdapat dalam
tuturan yaitu E,
R.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan, yaitu
Memberikan
informasi terkait
keberadaan
salah satu dosen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
peristiwa tutur
12.30 WIB.
I : sarana bahasa
lisan dan bahasa
non-verbal
(menunjuk ke arah
pintu).
A: nma kebahsaan
topik pembicaraan
jelas dan awal tutur
menyapa lawan
tutur.
5. A: Bu, mau tanya
pengumpulan batas
terakhir revisi tugas
tidak hari ini kan bu?
B: Belum mbak,
nanti hari Jumat
mbak. Teman-teman
bilangi ya!
A: baik bu.
B: Tugasnya
diperbaiki jangan
banyak yang salah
lagi.
TMD/PBI/FKIP
Tuturan terjadi
pada hari Rabu,
pukul 10.00
WIB di ruang
dosen
berlangsung
komunikasi
antara
mahasiswa
Pendidikan
Ekonomi
semester 5,
berjnis kelamin
wanita, berusia
21 tahun dan
dosen
O1: latar belakang
Mahasiswa
Pendidikan
EkonomiI semester
5, berjenis kelamin
wanita, berusia 22
tahun.
O2 : latar belakang
dosen, berjenis
kelamin wanita,
berusia 50 tahun.
O1 dan O2
memiliki
keakraban yang
cukup dekat karena
berada dalam
Memberi
penjelasan
informasi secara
rinci
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 10
elemen dan
fungsi tuturan.
Elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, E,
M,U, B, I, C, A,
A. Sedangkan
elemen konteks
yang tidak
terdapat dalam
tuturan yaitu A,
R.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pendidikan
Ekonomi,
berjenis kelamin
wanita berusia
50 tahun.
Dengan topik
pembicaraan O1
dan O2 batas
pengumpulan
revisi tugas.
Maksud tuturan
O1 bertanya
terkait batas
pengumpulan
tugas revisi
kemudian O2
memberi
informasi
rincian.
jurusan Pendidikan
Ekonomi.
M: tujuan tuturan
O1 bertanya terkait
batas pengumpulan
tugas.
E: sedang khawatir
menerima
informasi baru.
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa
kemudian
ditanggapi oleh
dosen.
B: pokok
pembicaraan batas
pengumpulan
revisi tugas
I: sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
formal
A: adegan tutur di
ruang dosen, pada
hari Rabu, pukul
10.00 WIB.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan yaitu
Memberi
informasi secara
rinci terkait
pengumpulan
revisi tugas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A: tuturan sopan,
adanya kejelasan
dalam berbicara
dan topik menarik.
6. A: Airnya mati
enggk bu?
B: Kayaknya mati
deh soalnya krannya
diputar-putar enggk
bisa, kayaknya rusak.
A : Ya bu, tadi saya
coba mutar-mutar
tapi enggak bisa. Oh
ya bu, airnya masih
ada enggk?
B: Masih ada ko
mbak tapi enggak
banyak banget.
TKD/PBSI/PBI
Tuturan terjadi
pada hari Senin,
pukul 11.39
WIB dalam
suasana santai
depan ruang
sekretariat PBSI
dan PBI .
karyawan
sekretariat PBI
bertanya kepada
dosen PBSI
yang baru keluar
dari toilet
sehingga si A
secara langsung
bertanya terkait
kondisi air di
toilet kemudian
si B memberikan
informasi rinci
kondisi air di
toilet.
O1: status sosial
sebagai dosen
Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia,
berjenis kelamin
wanita, berusia 50
tahun.
O2 : latar belakang
sebagai karyawan
sekretariat program
studi Pendidikan
Bahasa Inggris,
berjenis kelamin
wanita.
E: penutur
menunjukkan rasa
kecewa karena
kran air yang
rusak.
M: bertanya
kondisi air dan
mitra tutur .
U : urutan dalam
bertutur dimulai
Memberi
informasi situasi
dan kondisi
situasi tutur
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 10
elemen dan
fungsi tuturan.
Elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, E, M,
U, B, I, C, A, A. Dan elemen
konteks yang
tidak terdapat
dalam tuturan
yaitu A, R.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan yaitu
memberi
informasi situasi
dan kondisi
situasi tutur
terkait kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
oleh karyawan
sekretariat dan
diikuti oleh dosen.
I : instrumen atau
sarana tutur adalah
bahasa lisan
B:terkait kondisi
air di toilet.
C: citrasa penutur
menggunakan
ragam bahasa non-
formal.
A: adegan tutur
Senin, pukul 11.39
WIB dalam susana
santai di depan
ruang sekretariat
PBSI dan PBI .
A: aturan
menggunakan
lambang
paralinguistik
senyuman.
air di toilet.
7. A : Kira-kira ini
tugas kita bisa cepat
selesai enggak ya
mbak?
B : Kayaknya
Tuturan terjadi
pada hari Jumat,
di ruang salah
satu dosen
Bimbingan
O1: latar belakang
dosen Bimbingan
Konseling berjenis
kelamin wanita,
berusia 39 tahun.
Memberi
informasi sebab
terjadinya
tuturan
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 10
elemen dan
fungsi konteks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebentar aja ini bu
tinggal desain aja.
A : Ya karena saya
harus segera ke
rumah sakit. saya
mau ajak anak saya
kontrol.
B : Oh ya baik bu
A : Kalian juga harus
jaga kesehatan
jangan sampai sakit
ya.
TMD/PBK.FKIP
Konseling dalam
suasana siang
hari yang panas.
Berlangsung
tuturan antara
penutur, yaitu
seorang dosen
Bimbingan
Konseling
berjenis kelamin
wanita, berusia
39 tahun dan
mitra tutur, yaitu
mahasiswa
berjenis kelamin
wanita, berusia
21 tahun. O1
dan O2
membicarakan
waktu
pengerjaan tugas
selesai.
Maksud tuturan
O1 bertanya
terkait waktu
pengerjaan tugas
selesai kepada
O2 karena O1
O2 : latar belakang
mahasiswa
Pendidikan
Bimbingan
Konseling
semester 5 berjenis
kelamin wanita,
berusia 20 tahun.
E: penutur cemas
khawatir kondisi
anaknya yang
sakit.
M: bertanya dan
meminta mitra
tutur untuk segera
menyelesaikan
tugas.
U : urutan bicara
dimulai oleh dosen
BK kemudian
ditanggapi oleh
mahasiswa.
B: O1
mempertanyakan
berapa lama tugas
selesai kepada O2.
I : sarana tutur
menggunakan
tuturan. Elemen
tuturan tersebut
seperti O1, O2,
E, M, B, U, I,
C, A, A. Dan elemen
konteks yang
tidak terdapat
dalam tuturan
yaitu A, R.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan, yaitu
memberi
informasi sebab
terjadinya
tuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mau mengantar
anaknya kontrol.
bahasa lisan
C: ragam bahasa
non-formal
A: adegan tutur di
ruang dosen BK,
peristiwa tutur
siang hari.
A: tuturan sopan,
adanya kejelasan
dalam berbicara
dan topik
pembicaraan
menarik.
8. A: Bu, minta softfile
atau hardfile untuk
laporan PPL?
B1: Saya softfile aja,
mahasiswa PPL dan
mahasiswa skripsi
kalau sama saya itu
selalu saya minta
softfile karena enggk
semua mahasiswa
punya printer kan?.
Jadi saya
mempermudah kerja
kalian aja.
A: Ya betul bu
Tuturan terjadi
pada hari Senin,
pukul 10.15
WIB dalam
suasana santai di
depan ruang
laboratorium
biologi. Tuturan
berlangsung
antara penutur
adalah
mahasiswa
Pendidikan
Biologi semester
7, berusia 22
O1: latar belakang
sebagai mahasiswa
Pendidikan Biologi
semester 7, berusia
22 tahun, berjenis
kelamin wanita.
O2 : latar belakang
sebagai dosen
Pendidikan Biologi
dan dosen
pembimbing PPL
berjenis kelamin
wanita berusia 35
tahun. O1 dan O2
memiliki hubungan
Memberi
penjelasan
informasi secara
rinci
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 10
elemen dan
fungsi tuturan.
Elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, M, A,
U, I, C, A. Dan elemen
konteks yang
tidak terdapat
dalam tuturan
yaitu R: jenis
wacana yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B2: Oh iya bu, guru
pamong saya malah
menyuruh membuat
4 laporan PPL bu
B1: Untuk siapa saja
itu? sudah enggk
usah banyak-banyak
satu aja untuk
sekolah mbak kalau
untuk kamu kan bisa
simpan file aja.
B2 : Ya bu
TMD/PPBIO/FKIP
tahun, berjenis
kelamin wanita
dan mitra tutur
adalah dosen
Pendidikan
Biologi berjenis
kelamin wanita
berusia 35 tahun.
O1 dan O2
memberi
informasi terkait
format laporan
PPL yang
diberikan kepada
dosen. Tuturan
O1 bermaksud
untuk bertanya
bentuk format
laporan PPL
kepada O2.
keakraban karena
O2 dosen prodi
dan dosen
pembimbing PPL
O1 dan O3.
E: kecewa dengan
permintaan pihak
sekolah
M: O1 bertanya
bentuk laporan
untuk dosen
kepada O2
kemudian O2
memberikan
informasi rinci
kepada O2.
A : adanya O3
dengan
pengubahan kode
bahasa dengan
maksud
menyalahkan.
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa
kemudian
ditanggapi dosen
tetapi tuturan
belum mapan,
dan A: tuturan
kurang sopan
karena adanya
penggunaan kata
malah dan nada
O3 yang sedikit
meninggi.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan yaitu
memberi
penjelasan
informasi secara
rinci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dosen lebih bebas
daripada tuturan
mahasiswa.
B: format laporan
yang diberikan
oleh mahasiswa
PPL kepada dosen.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
non-fomal.
A: pada hari Senin,
pukul 10.15 WIB
adegan tutur di
depan ruang
laboratorium
biologi.
9. A: Bu saya mau
minta tanda tangan
untuk proposal SPD
(service Program
Design)
B: Ok, saya baca
dulu ya. Untuk
bagian pendahuluan
diperbaiki
penggunaan
Tuturan terjadi
di ruang ketua
program studi
Pendidikan
Bahasa Inggris,
pukul 11.00
WIB
Berlangsung
tuturan antara
penutur yaitu
O1: latar belakang
sebagai mahasiswa
Pendidikan Bahasa
Inggris semester 7,
berjenis kelamin
pria, berusia 22
tahun.
O2 : latar belakang
sebagai kaprodi
PBI berjenis
Memberi
penjelasan
informasi secara
rinci
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 10
elemen dan
fungsi konteks
tuturan. Elemen
tuturan tersebut
seperti O1, O2,
M, U, B, I, C,
A, A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kalimatnya, estimasi
anggaran terlalu
rendah ini.
A: Ya bu, untuk
estimasi anggaran
kami sudah ada
perjanjian bersama
dengan cafe di
Malioboro.
A: Oh ya sudah kalau
begitu. Semoga
berhasil.
TMK/PPBI/FKIP
mahasiswa
berjenis kelamin
pria, berusia 22
tahun, semester
7 dengan mitra
tutur yaitu ketua
program studi
Pendidikan
Bahasa Inggris
berjenis kelamin
wanita, berusia
50 tahun dengan
topik
pembicaran
perincian
proposal SPD.
kelamin wanita,
berusia 50 tahun.
M: penutur
bermaksud
meminta
persetujuan dan
mitra tutur
memberi informasi
terkait isi proposal
SPD.
E: kesal sehingga
melakukan
pembelaan.
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa
kemudian
ditanggapi kaprodi
PBI tetapi tuturan
kaprodi PBI lebih
bebas dari tuturan
mahasiswa.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
formal
A: adegan tutur di
Dan elemen
konteks yang
tidak terdapat
dalam tuturan,
yaitu, A: tidak
adanya orang
ke-3, dan R:
register yang
belum mapan.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan, yaitu
memberi
penjelasan
informasi secara
rinci tentang
proposal SPD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ruangan kaprodi
Pendidikan Bahasa
Inggris, pukul
11.00 WIB.
A: tuturan sopan,
adanya kejelasan
dalam berbicara
dan topik
pembicaraan
menarik sehingga
dipahami oleh O1
dan O2.
10. A : Siang bu.
B : Ya ada apa, nak?
A : Begini bu,
kemarin saya sudah
memberitahukn
melalui whatsapp
kalau tanggal 29
September 2017 akan
dilakukan penarikan.
Jadi saya mau tanya
apakah ibu bisa
datang?
A : Sekolahnya apa?
B: SMP Negeri 1
Sleman
A : Sebentar ya, saya
Tuturan terjadi
pada hari Senin,
pukul 11.00
WIB di ruang
sekretariat
MIPA dalam
situasi sepi.
Berlangsung
tuturan antara
penutur, yaitu
mahasiswa
Pendidikan
Matematika
berjenis kelamin
perempuan
berusia 22 tahun
O1 : latar belakang
mahasiswa
Pendidikan
Matematika
semester 7,
berjenis kelamin
wanita, berusia 22
tahun.
O2: latar belakang
dosen Bilogi
berjenis kelamin
wanita, berusia 40
tahun. Tuturan O1
dan O2 memiliki
hubungan
keakraban akraban
Memberikan
informasi situasi
dan kondisi
peserta tutur
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 10
elemen dan
fungsi konteks
tuturan. Elemen
tuturan tersebut
seperti O1, O2,
M, U, B, I, C,
A, A. Dan elemen
konteks yang
tidak terdapat
dalam tuturan,
yaitu E: emosi
penutur yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
cek dulu. Oh ya,
tanggal 29 September
dengan jumlah
mahasiswa praktikan
8 orang ya ? ya besok
saya usahakan hadir
ya kmu siapkan aja
susunan acara
penarikan.
B : Ya bu. Terima
kasih pak.
TMKD/PMAT/FKIP
dan mitra tutur,
yaitu seorang
dosen
Pendidikan
Biologi jenis
kelamin
perempuan
berusia 40 tahun.
Tuturan O1 dan
O2 memiliki
hubungan
keakraban
akraban O2
menyapa O1
dengan “nak”
dengan topik
pembicaran
laporan
penarikan PPL.
Maksud tuturan
O1
memberitahukan
informasi dan
bertanya terkait
laporan
penarikan PPL.
O2 menyapa O1
dengan “nak”.
M: O1
memberitahukan
informasi dan
bertanya tentang
penarikan PPL.
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa
kemudian
ditanggapi oleh
dosen Biologi.
B: penarikan PPL
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
non-formal
A: adegan tutur di
ruang sekretariat
MIPA pukul 10.00
WIB.
A : norma
kebahasaan
kejelasan dalam
berbicara dan
menggunakan
masih stabil, A:
adanya orang
ke-3, R: jenis
wacana belum
mapan.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan, yaitu
Memberikan
informasi situasi
dan kondisi
peserta tutur
tentang
ketidakhadiran
dosen pada saay
penarikan PPL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sapaan sebelum
memulai inti
pembicaraan.
11. A: Gimana, kalian
isi apa saja kotak
P3K nya?
B1: Obat-obatan
standar bu, seperti
obat merah, alkohol,
plaster, gitu aja bu
A: Habis berapa beli
kayak gini?
B2: 160 ribu bu, ini
Kepseknya minta
ditambahin lagi bu.
A: Ya sudah, kalian
beli minyak kayu
putih yang kecil dan
obat-obatan demam,
sakit kepala aja.
B2: Ya bu
TMD/PPBIO/FKIP
Tuturan terjadi
pada hari Jumat,
pukul 10.15
WIB di depan
ruang
laboratorium
biologi, dosen
Pendidikan
Biologi. Maksud
tuturan O1
bertanya
kemudian O2
memberikan
informasi rinci
terkait isi kotak
P3K yang di
minta pihak
sekolah.
O1: latar belakang
sebagai dosen
Pendidikan Biologi
dan dosen
pembimbing PPL,
berusia 35 tahun,
berjenis kelamin
wanita.
O2 : latar belakang
sebagai mahasiswa
Pendidikan Biologi
semester 7,
berjenis kelamin
wanita berusia 21
tahun.
E: kecewa pihak
sekolah meminta
alat P3K kepada
mahasiswa.
M: bertanya isi
kotak P3K dan
memberi
informasi.
A: adanya O3,
yaitu mahasiswa
Memberikan
penjelasan
informasi secara
rinci
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 11
elemen dan
fungsi konteks
tuturan. Elemen
tuturan tersebut
seperti O1, O2,
M, A, U, B, I,
C, A.
dan elemen
konteks yang
tidak terdapat
dalam tuturan
yaitu R: jenis
wcana belum
mapan.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan, yaitu
memberi
informasi rinci
isi kotak P3K.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pendidikan Biologi
dengan
menggunakan kode
bahasa yang
bermaksud
menyindir
U : urutan bicara
dimulai oleh dosen
kemudian
ditanggapi
mahasiswa.
Tuturan mahasiswa
berada di belakang
tuturan dosen.
B: isi kotak P3K
yang di minta
pihak sekolah.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
non-formal
A: adegan tutur di
depan ruang
laboratorium
biologi, Pada hari
Jumat, pukul 10.15
WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A: tuturan sopan,
adanya kejelasan
dalam berbicara
dan topik
pembicaraan
menarik.
12. A: Tugas yang
kemarin saya kasih
sudah kamu kirim ke
email saya belum?
B: Belum pak, maaf
belum sempat
A: Segera dikirimkan
ke email saya ya!
mau saya baca.
jangan di tunda-
tunda.
B : Ya pak.
TMD/PGSD/FKIP
Tuturan terjadi
pada hari Selasa,
pukul 11.00
WIB di ruang
Xaverius dalam
situasi formal
perkuliahan
suasana pagi
menjelang siang
hari.
Berlangsung
tuturan antara
penutur, yaitu
seorang dosen
berjenis kelamin
pria berusia 40
tahun dan mitra
tutur, yaitu
seorang
mahasiswa
berjenis kelamin
wanita berusia
O1 : latar belakang
dosen Pendidikan
Guru Sekolah
Dasar, berjenis
kelamin pria,
berusia 40 tahun.
O2: latar belakang
mahasiswa jurusan
Pendidikan Guru
Sekolah Dasar,
semester 5 berjenis
kelamin wanita,
berusia 20 tahun.
M: O1 bertanya
dan menyuruh O2
kemudian O2
memberi informasi
lanjutan terkait
pen.
U : urutan bicara
dimulai oleh dosen
kemudian
Memberikan
informasi sebab
terjadinya
tuturan
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 9
elemen dan
fungsi konteks
tuturan. Elemen
tuturan tersebut
seperti O1, O2,
M, U, B, I, C,
A, A. Selain
elemen konteks
tersebut terdapat
elemen konteks
yang tidak
terdapat dalam
tuturan yaitu E,
A, R.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks
memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20 tahun.
Tuturan O1 dan
O2 pengiriman
data melalui
email.
ditanggapi oleh
mahasiswa.
B: pengiriman data
melalui email.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan.
C: ragam bahasa
formal
A: adegan tutur di
ruang Xaverius,
pukul 11.00 WIB
dalam suasana
formal perkulian.
A: tuturan sopan,
adanya kejelasan
dalam berbicara.
informasi sebab
terjadinya
tuturan
tentang
pengiriman data.
13. A: Permisi pak,
apakah ada Bu
Indah?
B: Belum datang
mungkin setengah 2
nanti datang. Ada apa
mbak?
B: Berarti dari tadi
belum ada di kampus
pak? Saya dihubungi
disuruh datang
Tuturan terjadi
pada hari Jumat,
pukul 14.00
WIB di ruang
sekretariat BK
berlangsung
tuturan antara
mahasiswa dan
karyawan
serketariat BK.
Penutur sebagai
O1: latar belakang
Mahasiswa
Bimbingan
Konseling
semester 5,
berjenis kelamin
wanita, berusia 20
tahun.
O2 : latar belakang
dosen Bimbingan
Konseling, berjenis
Memberikan
informasi sebab
terjadinya
tuturan
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 10
elemen dan
fungsi konteks
tuturan. Elemen
tuturan tersebut
seperti O1, O2,
M , U, B, I, C,
A, A. Selain
elemen konteks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menemui beliau pak
A: oh ya sudah
tunggui aja.
TMKS/PBK.FKIP
mahasiswa BK
semester 5
berjenis kelamin
wanita, berusia
20 tahun
sedangkan mitra
tutur dosen Bk
jenis kelamin
pria berusia 38
tahun. Tuturan
O1 dan O2
berbicara
keberadaan salah
satu dosen.
Tujuan tuturan
memastikan
keberadaan
dosen.
kelamin pria,
berusia 38 tahun.
E: penutur gugup
sehingga maksud
tuturan kurang
jelas
M: tujuan tuturan
bertanya dan
memperjalas
maksud tuturan.
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa
kemudian
ditanggapi oleh
dosen BK.
B: mencari
keberadaan dosen.
I: sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
formal
A: adegan tutur di
ruang sekretariat
BK, pada hari
Jumat, pukul 14.00
WIB.
tersebut terdapat
elemen konteks
yang tidak
terdapat dalam
tuturan, yaitu R
: jenis wacana
yang belum
mapan dan A:
adanya orang
ke-3.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan,yaitu
Memberikan
informasi sebab
terjadinya
tuturan karena
O1 mencari
keberadaan
salah satu dosen
BK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A:aturan atau
norma kebahasaan
kurang sopan
karena O1 tidak
menggunakan kata
sapaan dalam
tuturan dan kurang
terdapat kejelasan
dalam berbicara
sehingga O2 tidak
memahami maksud
O1.
14. A : Pak permisi, mau
tanya ruangan Pak
Teguh dimana ya
pak?
B : Itu mbak
(menunjuk ke pintu).
Coba di ketuk aja
mbak, tadi baru
datang dari
sekretariat IPS. saya
lewat pintunya
sedang terbuka.
A : Oh ya pak,
makasih pak.
Tuturan terjadi
pada hari Rabu,
pukul 12.30 di
ruang MKK.
Berlangsung
komunikasi
antara penutur
yaitu mahasiswa
berjenis kelamin
wanita, berusia
20 tahun dan
mitra tutur yaitu
dosen
Pendidikan
Ekonomi,
berjenis kelamin
O1: latar belakang
mahasiswa
Pendidikan
Ekonomi semester
5, berjenis kelamin
wanita, berusia 20
tahun.
O2 : latar belakang
dosen Pendidikan
Ekonomi berjenis
kelamin pria,
berusia 58 tahun.
M: bertanya
keberadaan ruang
dosen.
U : urutan bicara
Memberikan
informasi sebab
terjadinya
tuturan
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan
elemen dan
fungsi 9 tuturan.
Elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, M,U,
B, I, C, A, A.
Selain elemen
konteks tersebut
terdapat elemen
konteks yang
tidak terdapat
dalam tuturan
yaitu E, A, R.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TMKS/PIPS/FKIP pria, berusia 58
tahun. Tuturan
O1 dan O2
bermaksud
untuk bertanya
ruangan salah
satu dosen
Pendidikan
Ekonomi.
dimulai oleh
mahasiswa
kemudian
ditanggapi oleh
dosen Pendidikan
Ekonomi
C: ragam bahasa
formal
A: adegan tutur di
ruang MKK,
peristiwa tutur
12.30 WIB.
B: mencari
informasi
keberadaan ruang
dosen.
I : sarana bahasa
lisan dan bahasa
non-verbal
(menunjuk ke arah
pintu).
A: norma
kebahasaan sopan
dan adanya
kejelasan
pembicaraan.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan yaitu
Memberikan
informasi sebab
terjadinya
tuturan
15. A : Selamat pagi,
sudah dirumuskan
Tuturan terjadi
pada hari Kamis
O1 : latar belakang
dosen Pendidikan
Memberi
informasi situasi
Pada data
tuturan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tugas minggu
kemarin? apakah
mengalami kesulitan,
Rangga? (sambil
menunjuk ke arah
mahasiswa)
B: Oh ya pak
A: Kesulitannya
bagian apa? silahkan
diceritakan
kesulitanmu.
B: Bagian
menetapkan rumusan
pak.
A: Ya, nanti bukunya
dibaca lagi ya kalau
masih kesulitan
belajar ke temanmu
yang lainnya.
TMD/PPAK/FKIP
di ruang S2. 401
pukul 09.15
WIB dalam
suasana formal
perkuliahan
perencanaan
managemen.
Berlangsung
tuturan anatara
penutur yaitu
seorang dosen
Pendidikan
Akutansi
berjenis kelamin
pria berusia 48
tahun dan mitra
tutur yaitu
seorang
mahasiswa
berjenis kelamin
pria berusia 19
tahun.
Kedudujan O1
lebih tinggi dari
O2 sehingga O1
lebih bebas
berbicara.
Tuturan O1
Akutansi berjenis
kelamin pria,
berusia 48 tahun.
O2: latar belakang
mahasiswa
Pendidikan
Akutansi semester
1 berjenis kelamin
pria, berusia 19
tahun. O1 dan O2
memiliki
keakraban karena
O1 adalah dosen
pembimbing O2.
Kedudukan O1
lebih tinggi
daripada O2.
E: sedikit kesal
sehingga penutur
menyuruh O2
membaca buku
lagi.
M: tujuan tuturan
untuk
mempertanyakan
informasi kepada
O2.
U : urutan bicara
dan kondisi
peserta tutur
melibatkan 11
elemen dan
fungsi konteks
tuturan. Elemen
tuturan tersebut
seperti O1, O2,
E, M, U, B, I,
C,A, R, A. Selain elemen
yang tidak
terdapat dalam
tuturan, yaitu A
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks yaitu
memberi
informasi situasi
dan kondisi
peserta tutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memberi
informasi
tentang kesulitan
mengerjakan
tugas yang
dihadapi oleh
O2.
dimulai oleh dosen
kemudian
ditanggapi oleh
mahasiswa karena
kedudukan dosen
lebih tinggi dari
mahasiswa.
B: kesulitan
mengerjakan tugas.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
formal
A: adegan tutur di
ruang S2. 401
pukul 09.15 WIB.
R: bentuk wacana
cukup mapan
karena tuturan
dalam suasana
kuliah.
A: norma
kebahasaan topik
pembicaraan jelas.
16. A : Pagi Amel.
B1: Oh ya pak, pagi.
Mau kemana pak?
Tuturan terjadi
pada hari Jumat,
di dekat
O1: latar belakang
dosen Bimbingan
Konseling berjenis
Memberi
informasi situasi
dan kondisi
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A : Ini ada urusan di
Mrican, kalian lagi
ngapain di sini?
B2 : Lagi nunggu
jam 11 pak ada
kuliah lagi.
A: oh, tidak pergi
makan dulu?
B1: enggk pak tdi
jajan di kopma.
A : Ya sudah, saya
pergi dulu ya
B2: Ya pak.
TMW/ PBK/FKIP
sekretariat BK
dalam suasana
siang hari
menunggu jam
masuk kuliah.
Berlangsung
komunikasi
antara penutur
yaitu seorang
dosen program
studi Bimbingan
Konseling
berjenis kelmain
pria, berusia 40
tahun dan mitra
tutur (1) yaitu
mahasiswa
berjenis kelamin
wanita, berusia
21 tahun dan
mita tutur (2)
mahasiswa
berjenis kelamin
wanita, berusia
21 tahun.
Tuturan O1
menanyakan
kesibukan O2
kelamin pria,
berusia 40 tahun.
O2 : latar belakang
mahasiswa
Pendidikan
Bimbingan
Konseling
semester 5 berjenis
kelamin wanita,
berusia 21 tahun.
Hubungan
kearaban O1 dan
O2 dilihat dari kata
sapaan O1 kepada
O2 dengan
menyebut nama.
Kedudukan O1
(dosen) lebih tinggi
dari O2
(mahasiswa).
M : tujuan tuturan
untuk menyapa dan
bertanya secara
sekilas tentang
kesibukan dosen
dan mahasiswa.
A : adanya O3
U : urutan bicara
peserta tutur elemen dan
fungsi konteks
tuturan. Elemen
konteks tersebut
seperti O1, O2,
A, M, U, B, I,
C, A, A. Elemen
konteks yang
tidak terdapat
dalam tuturan
yaitu E: emosi
penutur yang
tidak mengubah
dan R: jenis
wacana.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan, yaitu
memberi
informasi situasi
dan kondisi
peserta tutur
tentang
kesibukan
mahasiswa dan
dosen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan O2
menanyakan
kesibukan O1.
dimulai oleh dosen
BK kemudian
ditanggapi oleh
mahasiswa karena
kedudukan atau
kekuasaan dosen
lebih tinggi.
B: kesibukan
dosen dan
mahasiswa.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan.
C: ragam bahasa
santai.
A: adegan tutur di
dekat sekretariat
BK, peristiwa
tutur di pagi hari.
A: norma
kebahasaan sopan
walaupun dalam
suasana santai dan
saling menyapa
sebelum pada inti
pembicaraan.
17. A : Hallo Dewi
B : Hallo pak
Tuturan terjadi
pada hari Jumat,
O1: latar belakang
dosen Pendidikan
Memberikan
penjelasan
Pada data
tuturan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A : Bagaimana PPL
nya?
B : Beres pak, tinggal
integratif
A : Apa itu
integratif?
B : Gabungan PPL
reguler dan KKN
pak.
A : Oh begitu, sukses
ya.
B : Makasih pak
TMD/PPBI/FKIP
pukul 14.00
WIB di kantin
realino dalam
suasana santai.
Berlangsung
komunikasi
anatara penutur,
yaitu dosen
berjenis kelamin
pria, berusia 37
taun dan mitra
tutur, yaitu
mahasiswa
berjenis kelamin
wanita, berusia
22 tahun dengan
topik
pembicaraan
kegiatan PPL.
Tuturan O1
bermaksud
menyapa dan
bertanya tentang
kegiatan PPL
kemudian O2
memberi
informasi rinci
ihwal kegiatan
Bahasa Inggris
Bimbingan
berjenis kelamin
pria, berusia 37
tahun.
O2 : latar belakang
mahasiswa
Pendidikan
Bahasa Sastra
Indonesia semester
7, berjenis
kelamin wanita,
berusia 22 tahun.
U : urutan bicara
dimulai oleh dosen
kemudian
ditanggapi oleh
mahasiswa.
B: kegiatan PPL
integratif.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
santai
A: adegan tutur di
kantin realino,
peristiwa tutur
informasi secara
rinci
melibatkan 9
elemen dan
fungsi konteks
tuturan. Elemen
tuturan tersebut
seperti O1, O2,
M, U, B, I, C,
A, A. Elemen
konteks yang
tidak terdapat
dalam tuturan,
yaitu E: emosi
penutur, A:
adanya orang
ke-3, dan R:
jenis wacana
yang belum
mapan.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan, yaitu
memberi
informasi secara
rinci kegiatan
PPL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PPL.
pukul 14.00 WIB.
A: norma
kebahasaan topik
pembicaraan
menarik dan
maksud tuturan
belum jelas.
18. A: Mbak, ini buku
penilaian nanti
diserahkan ke dosen
pembimbingnya ya !
B: Oh, yang
memberikan ini kami
sendiri bu tidak
dikirim pihak
sekolah? (memegang
buku penilaian).
A: Ya, nanti kalian
kasihkan aja ke dosen
untuk dilihat nilai
kalian.Nanti saya
juga hubungi
dosenmu.
B: Baik bu.
TMD/PPBIO/FKIP
Tuturan terjadi
pada hari Jumat,
pukul 10.15
WIB di ruang
laboratorium
Biologi SMP N
1 Sleman. O1
adalah dosen
Pendidikan
Biologi, berjenis
kelamin wanita
berusia 36 tahun
Dan O2 adalah
Tuturan O1
memberikan
informasi rinci
terkait
penyerahan buku
penilaian kepada
dosen
pembimbing.
O1 : latar belakang
sebagai dosen
Pendidikan
Biologi, berjenis
kelamin wanita
berusia 36 tahun
O2: latar belakang
sebagai mahasiswa
Pendidikan
Matematika
semester 7, berusia
22 tahun, berjenis
kelamin wanita.
M: menyuruh
menyerahkan buku
penilaian.
U : urutan bicara
dimulai oleh dosen
kemudian
ditanggapi
mahasiswa
Memberikan
penjelasan
informasi secara
rinci
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 9
elemen dan
fungsi tuturan.
Elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, M, U,
B, I, C, A, A. Elemen konteks
yang tidak
terdapat dalam
tuturan yaitu E,
A, dan R.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan,yaitu
memberikan
informasi rinci
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B: menyerahkan
buku penilaian
kepada dosen
pembimbing.
I : sarana tutur.
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
formal.
A: adegan tutur di
ruang laboratorium
Biologi SMP N 1
Sleman, pada hari
Jumat, pukul 10.15
WIB setelah dosen
mengajar.
A: tuturan sopan
dan topik
pembicaraan
menarik.
terkait
penyerahan
buku penilaian
kepada dosen
pembimbing.
19. A: Pak permisi, saya
mau kosultasi skripsi.
B: Ya, skripsimu
ditinggal aja dulu ya!
besok pagi baru
diambil saya sedang
sibuk.
A: Ya pak, makasih.
Tuturan terjadi
pada hari Senin
pukul 13.00
WIB di salah
satu ruangan
dosen
Pendidikan
Sejarah.
O1: latar belakang
sebagai mahasiswa
Pendidikan Sejarah
semester 12,
berjenis kelamin
wanita, berusia 24
tahun.
O2 : latar belakang
Memberikan
informasi situasi
dan kondisi
peserta tutur
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 9
elemen dan
fungsi tuturan.
elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, M,U,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TMD/PPSEJ/FKIP
Berlangsung
tuturan antara
mahasiswa
berjenis kelamin
wanita dan mitra
tutur dosen
Pendidikan
Sejarah berusia
40 tahun.
Tuturan O1 dan
O2 topik
pembicaraan
tentang
konsultasi
skripsi.
Maksud tuturan
O1 mau
konsultasi
skripsi tetapi
kondisi mitra
tutur yang sibuk
membuat O1
tidak bisa
melakukan
bimbingan.
sebagai dosen
Pendidikan Sejarah
berjenis kelamin
pria, berusia 48
tahun
Kedudukan O2
(dosen) lebih tinggi
dari O1
(mahasiswa).
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa
kemudian
ditanggapi dosen
tetapi tuturan
dosen lebih bebas
dari mahasiswa.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan.
C: ragam bahasa
formal
A: adegan tutur di
ruangan dosen,
pukul 13.00 WIB.
A: tuturan sopan
dan topik
pembicaran jelas.
B, I, C, A, A. Elemen konteks
yang tidak
terdapat dalam
tuturan yaitu E,
A, R.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan, yaitu
memberikan
informasi situasi
dan kondisi
peserta tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20. A: Bu, apakah boleh
penarikan bila
laporan PPL belum
selesai dikerjakan?
B: Tidak boleh, itu
kan sudah ditegaskan
pada saat
pembekalaan prodi
dan fakultas.
A: Ya bu tapi teman-
teman minta
penarikan terlebih
dahulu tu bu.
B: Saya tidak
mengizinkan karena
itu sudah ada
peraturannya diawal.
TMD/PPBIO/FKIP
Tuturan terjadi
pada hari Kamis,
pukul 10.00
WIB di ruang
laboratorium
biologi Paingan
tuturan antara
dosen
Pendidikan
Biologi berjenis
kelamin wanita,
berusia 35 tahun.
dan mahasiswa.
Tuturan O2
memberikan
informasi secara
rinci
bahwa penarikan
tidak boleh
dilaksanakan
bila laporan PPL
belum selesai
dikerjakan.
O1: status sosial
sebagai mahasiswa
Pendidikan
Biologi semester
7, berjenis kelamin
wanita berusia 22
tahun.
O2 : latar belakang
sebagai dosen
Pendidikan Biologi
dan dosen
pembimbing PPL,
berjenis kelamin
wanita, berusia 35
tahun.
E: warna emosi O1
pada saat tuturan
sedang gugup
sehingga memilih
kata „tu‟.
M: maksud tuturan
bertanya dan
menolak keinginan
penutur.
U: urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa dan
diikuti oleh dosen.
Memberikan
penjelasan
informasi secara
rinci
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan
elemen dan
fungsi tuturan.
Elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, E, M,
U, B, I, C, A, A. Selain elemen
tersebut terdapat
elemen yang
tidak terdapat
dalam tuturan
yaitu A, R,
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
tuturan, yakni
memberikan
informasi secara
rinci prosedur
penarikan PPL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jadi dalam tuturan
dosen lebih lelusa
berbicara daripada
mahasiswa.
B: pokok
pembicaraan
prosedur penarikan
PPL.
I: sarana tutur
ialah bahasa lisan.
C: citarasa penutur
menggunakan
ragam bahasa
formal.
A: adegan tutur di
ruang laboratorium
biologi Paingan,
pukul 10.00 WIB.
A: tuturan sopan,
adanya kejelasan
dalam berbicara
dan topik
pembicaraan
menarik.
21. A: Selamat siang bu,
maaf mengganggu
waktunya. saya mau
minta tanda tangan
Tuturan terjadi
pada hari Rabu,
pukul 12.50 di
ruang rapat
O1 : latar belakang
mahasiswa
Pendidikan
Matematika, jenis
Memberikan
informasi situasi
dan kondisi
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 10
elemen dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lembar jadwal skripsi
B: Mbak sebentar
lagi mau rapat lo ni.
A : Ya bu, maaf
mengganggu
waktunya. Terima
kasih bu.
TMK/PPBSI/FKIP
Pendidikan
Matematika
dalam suasana
santai makan
siang.
Berlangsung
tuturan antara
dosen berjenis
kelamin wanita
dan mitra tutur,
yaitu mahasiswa
berjenis kelamin
wanita dengan
topik
pembicaraan
memberikan
informasi bahwa
sebentar lagi
akan diadakan
rapat prodi.
kelamin wanita
O2 : latar belakang
sebagai dosen
Pendidikan
Matematika, jenis
kelamin wanita.
E : O1 sedang
gugup sehingga
menggunakan
pemilihan kata
“maaf” secara
berulang-ulang
M: maksud tuturan
dalam bentuk
menyindir O1
C : ragam bahasa
formal
U : urutan
berbicara
mahasiswa
kemudian
ditanggapi oleh
dosen.
B: pemberitahuan
akan ada rapat
prodi.
I : sarana bahasa
yang digunakan
peserta tutur
fungsi konteks
tuturan. Elemen
tuturan tersebut
seperti O1, O2,
E, M, U, B, I,
C, A, A. Elemen
yang tidak
terdapat dalam
tuturan yaitu A
danR.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks yaitu
Memberikan
informasi situasi
dan kondisi
peserta tutur
karena O2
sedang istiraht
siang dan akan
dilakukan rapat
prodi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bahasa lisan
C : ragam bahasa
yang digunakan
bahasa formal.
A: adegan tutur di
ruang rapat PBSI,
pukul 12.50 WIB
A: norma
kebahasaan
kejelasaan dalam
berbicara dan
diawal tuturan
menyapa serta
diakhir tuturan
mengucapkan
terima kasih.
22. A: Mbak Dev, besok
penarikannya jam
berapa dan di
ruangan mana?
B1: Jam 09 di
ruangan laboratorium
biologi bu.
A: Oh ya, besok
saya usahakan datang
ya karena pak Andy
enggk bisa datang.
B2: Baik bu, besok
Tuturan terjadi
pada hari Kamis,
pukul 10.00
WIB di
sekretariat
MIPA tuturan
berlangsung
antara dosen
Pendidikan
Biologi dan
dosen
pembimbing
O1: latar belakang
sebagai dosen
Pendidikan Biologi
dan dosen
pembimbing PPL,
berusia 35 tahun
O2 : latar belakang
sebagai mahasiswa
Pendidikan
Biologi semester
7, berjenis kelamin
wanita berusia 22
Memberikan
informasi sebab
terjadinya
tuturan
Pada data
tuturan tersebut
mengandung
kelengkapan
elemen dan
fungsi tuturan.
Elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, E, M,
A, U, B, I, C, A,
R, A. Elemen
konteks yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kami tunggu ibu di
pintu depan.
A: Oh ya
(menganggukan
kepala). Makasih bu.
TMD/PPBIO/FKIP
PPL, berusia 35
tahun dan
mahasiswa
Pendidikan
Biologi
semester 7,
berjenis kelamin
wanita berusia
22 tahun.
Tuturan O1,
O2dan O3
membicarakan
penarikan PPL.
O1 bermaksud
bertanya waktu
penarikan PPL
dan
memberitahukan
informasi dosen
lainnya tidak
bisa hadir.
tahun.
A: adanya O3
sebagai mahasiswa
yang hadir dalam
pertuturan.
Kedudukan O1
berbeda dari O2
dan O3 yang
memiliki
kedudukan lebih
tinggi, yaitu dosen.
E: Penutur sedikit
kesal saat
mengetahui bahwa
dosen lain tidak
bisa hadir
sedangkan ia juga
belum memastikan
bisa hadir.
U : urutan bicara
dimulai dari dosen
kemudian
ditanggapi
mahasiswa karena
kedudukan yang
lebih tinggi
biasanya bebas
dalam pertuturan
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
tuturan yakni
memberikan
informasi sebab
terjadinya
tuturan ihwal
penarikan PPL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sehingga tuturan
yang muncul dari
mulut mahasiswa
terbatas.
M: bertanya
tempat dan waktu
penarikan dan
memberikan
informasi bahwa
dosen matematika
tidak bisa hadir.
B: penarikan PPL.
I: sarana tutur
yang digunakan
bahasa lisan
dengan bahasa
non-verbal
(menganggukan
kepala).
C: citara penutur
menggunakan
ragam bahasa
santai.
A: adegan tutur di
sekretariat MIPA,
Pada hari Kamis,
pukul 10.00 WIB.
R: register belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mapan karena
urutan tuturan bisa
saja berubah
menurut penutur.
A: norma
kebahasaan
menggunakan sifat
paralinguistik
mengangguk
kepala dan
menggunakan
tingkat tutur
madya.
23. A: Siang pak, mau
minta tanda tangan
untuk surat izin
penelitian
B: Oh ya sini, nanti
satu lembar
diserahkan ke dekan
dan sekretariat prodi
ya.
A: Ya pak, ini yang
satu lembar nanti
untuk arsip di dekan.
TMD/PBIO/FKIP
Tuturan terjadi
Pada hari Selasa
pukul 10.00
WIB di ruang
dosen
Pendidikan
Biologi dalam
sistuasi ramai
mahasiswa
keluar masuk
ruangan karena
bimbingan
skripsi.
Berlangsung
tuturan antara
O1 : latar belakang
mahasiswa
Pendidikan
Pendidikan Fisika
semester 7,
berjenis kelamin
pria, berusia 23
tahun.
O2: latar belakang
dosen Pendidikan
Biologi berjenis
kelamin laki-laki
berusia 40 tahun.
Kedudukan O2
lebih tinggi dari
Memberikan
informasi sebab
terjadinya
tuturan
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 9
elemen dan
fungsi konteks
tuturan. Elemen
tuturan tersebut
seperti O1, O2,
M, U, B, I, C,
A, A. Elemen
yang tidak
terdapat dalam
tuturan yaitu E,
A, R.
Selain elemen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penutur, yaitu
mahasiswa
berjenis kelamin
pria berusia 23
tahun dan mitra
tutur, yaitu
dosen
Pendidikan
Biologi berjenis
kelamin laki-laki
berusia 40 tahun.
Kedudukan O2
lebih tinggi dari
O1. Tuturan O1
dan O2
membicarakan
tentang
pembagian surat
izin penelitian.
Maksud tuturan
O1 meminta
tanda tangan
kemudian O2
memberikan
informasi.
O1 sehingga
mempengaruhi
pertuturan.
M: tujuan tuturan
untuk meminta
tanda tangan
terkait surat
penelitian.
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa
kemudian
ditanggapi oleh
dosen tetapi dosen
lebih bebas
berbicara.
B: surat izin
penelitian
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan.
C: ragam bahasa
formal.
A: adegan tutur di
ruang sekretariat
dekanat
Pendidikan dan
ilmu keguruan
juga terdapat
fungsi konteks,
yaitu
memberikan
informasi sebab
terjadinya
tuturan karena
ingin meminta
tanda tangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pukul 10.00 WIB.
A: tuturan sopan
dan adanya
kejelasan dalam
berbicara.
24. A: Kamu kapan
penarikan?
B: Hari Jumat besok
pak.
A: Itu tanggal
berapa?
B: Tanggal 29
September,
rencananya jam
09.00 WIB pak
A: Wah, hari Jumat
saya tidak bisa hadir
ya karena saya hari
kamis ke Jakarta.
B : Baik pak.
TMD/PBSI/FKIP
Tuturan terjadi
pada hari Senin,
pukul 16.40
WIB di ruang
dosen pada saat
tanda tangan
laporan PPL. O1
adalah dosen
PBSI dan dosen
pembimbing
PPL, berusia 51
tahun dan
Pendidikan
Matematika
semester 7,
berjenis kelamin
wanita berusia
22 tahun.
kedudukan O1
lebih tinggi dari
O2 sehingga O1
memulai terlebih
dahulu berbicara
O1: latar belakang
sebagai dosen
PBSI dan dosen
pembimbing PPL,
berusia 51 tahun
O2 : latar belakang
sebagai mahasiswa
PBSI semester 7,
berjenis kelamin
wanita berusia 22
tahun.
Kedudukan O1
sebagai dosen lebih
tinggi daripada O2
mahasiswa.
E: rasa kecewa
karena tidak bisa
hadir
M:memberitahuka
n penutur tidak
bisa hadir.
U : urutan bicara
dimulai dari dosen
Memberikan
informasi situasi
dan kondisi
peserta tutur
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 10
elemen dan
fungsi konteks.
Elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, E, M,
U, B, I, C, A. Sedangkan
elemen yang
tidak terdapat
dalam konteks,
yaitu A, R.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks, yakni
memberikan
informasi situasi
dan kondisi
peserta tutur
karena mitra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemudian O2.
Tuturan A
memastikan
jadwal penarikan
PPL karena tidak
bisa hadir
kepada B.
Maksud tuturan
memberitahukan
penutur tidak
bisa hadir
kemudian
ditanggapi
mahasiswa. Jadi
urutan berbicara
mahasiswa
dibelakang sang
dosen.
B: jadwal
penarikan PPL.
I: sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan.
C: citarasa penutur
menggunakan
bahasa non-formal.
A: adegan tutur di
ruang rapat dosen,
pada hari Senin,
pukul 16.40 WIB.
A: tuturan sopan,
adanya kejelasan
dalam berbicara.
tutur tidak hadir
penarikan PPL.
25. A: Selamat pagi bu,
saya mau minta
pendapat ibu terkait
ada 20 sekolah untuk
lomba debat.
B1: Lo, jangan hanya
Tuturan terjadi
pada hari Senin,
pukul 09.00
WIB di ruang
Kaprodi
Pendidikan
O1: latar belakang
sebagai mahasiswa
Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia
semester 5,
berjenis kelamin
Memberikan
penjelasan
informasi secara
rinci
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan
elemen dan
fungsi 10
konteks tuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20 sekolah melainkan
lebih dari 20 sekolah.
A: Ya bu tapi target
kami 20 sekolah
B2:Ya bu kami
rencananya
mengambil sekolah
SMA di DIY dan
Jawa Tengah
bolehkan ya bu?
B1: Oh, boleh itu
kalau se-DIY dan
Jateng.
TMK/PPBSI/FKIP
Bahasa Sastra
Indonesia
berlangsung
tuturan antara
mahasiswa
Pendidikan
Bahasa Sastra
Indonesia
berjenis kelamin
wanita, berusia
20 tahun dan
mitra tutur B1,
yaitu dosen dan
ketua program
studi pendidikan
Bahasa
Indonesia
berjenis kelamin
wanita, berusia
45 tahun dan
mitra tutur B2
adalah
mahasiswa
berusia 20
dengan topik
jumlah peserta
sekolah yang
mengikuti lomba
wanita, berusia 20
tahun.
O2 : latar belakang
sebagai dosen dan
kaprodi Pendidikan
Bahasa Sastra
Indonesia berjenis
kelamin wanita,
berusia 38 tahun.
Kedudukan O2
lebih tinggi dari
O1 karena O2
dosen sekaligus
kaprodi.
M: bertanya
meminta pendapat
dosen.
A: adanya O3
dengan
pengubahan kode
bahasa untuk
merayu O2 untuk
mengizinkan.
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa
kemudian
ditanggapi oleh
Elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, M, A,
U, B, I, C, A, A. Elemen yang
tidak terdapat
dalam tuturan
yaitu E, R.
Selain elemen
juga terdapat
fungsi tuturan,
yakni memberi
informasi secara
rinci terkait
dengan jumlah
peserta lomba
debat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
debat. dosen sekaligus
kaprodi Pendidikan
Bahasa Sastra
Indonesia.
B: jumlah sekolah
peserta lomba
debat.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
formal.
A: adegan tutur di
ruang kaprodi
PBSI, pukul 09.00
WIB.
A: norma
kebahasaan
menggunakan
tingkat tutur
bentuk hormat
dengan
penggunaan kata
sapaan, kata „saya‟.
26. A: Data yang saya
minta kemarin sudah
dibawa belum?
B: Sudah saya bawa
Tuturan terjadi
pada hari Jumat,
pukul 11.00
WIB di ruang 1
O1 : latar belakang
dosen Pendidikan
Guru Sekolah
Dasar, berjenis
Memberikan
informasi sebab
terjadinya
tuturan
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 10
elemen dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bu tapi belum di
fotocopy, ibu mau
yang asli atau
fotocopyan?
A: Fotocopyan saja
tidak apa-apa tapi
segera diserahkan ya!
B: Ya bu kalau gitu
saya fotocopy dulu.
A: Ya, saya tunggu.
Terima kasih.
TMD/PGSD/FKIP
PGSD 2 dalam
suasana pagi hari
setelah
perkuliahan.
Berlangsung
tuturan antara
penutur seorang
dosen program
studi PGSD
berjenis kelamin
wanita berusia
38 tahun dan
mitra tutur
seorang
mahasiswa pria
berusia 22 tahun.
O1 memiliki
kedudukan lebih
tinggi dari O2.
Tuturan O1 dan
O2 dengan topik
pembicaraan
penyerahan data
yang diminta
oleh dosen.
kelamin wanita,
berusia 38 tahun.
O2: latar belakang
mahasiswa
Pendidikan Guru
Sekolah Dasar,
semester 5 berjenis
kelamin wanita,
berusia 21 tahun.
O1 memiliki
kedudukan lebih
tinggi dari O2
E: warna emosi
penutur
menunjukkan rasa
kecewa karena
pada ujaran O1
meminta O2 segera
menyerahkan data
M: penutur
bermaksud
meminta data
kepada mitra tutur .
U : urutan bicara
dimulai oleh dosen
kemudian
ditanggapi oleh
mahasiswa. Jadi
fungsi konteks
tuturan. Elemen
tuturan tersebut
seperti O1, O2,
E, M, U, B, I,
C, A. Elemen
yang tidak
terdapat dalam
tuturan, yaitu
A, R.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks, yaitu
Memberikan
informasi sebab
terjadinya
tuturan tentang
data yang
diminta dosen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tuturan mahasiswa
berada di belakang
tuturan dosen.
B: data yang
diminta oleh
dosen.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
formal.
A: adegan tutur di
ruang 1 PGSD 2,
pukul 11.00 WIB.
A: tuturan sopan,
adanya kejelasan
dalam berbicara.
27. A: Anas, besok kamu
mengajar berapa
jam?
B: tiga jam pak
A: ya sudah, saya
hanya bisa menilai 1
jam
saja.
B : Ya pak, ini
handout RPP saya
mengajar pak.
Tuturan terjadi
pada hari Kamis,
pukul 09.00
WIB di ruang
salah satu dosen
Pendidikan
Fisika.
Berlangsung
tuturan antara
penutur yaitu
dosen berjenis
O1 : latar
belakang, dosen
Pendidikan Fisika,
jenis kelamin pria,
berusia 60 tahun
O2 : latar belakang
sebagai mahasiswa
semester 7, jenis
kelamin wanita
berusia 22 tahun.
keduduka O1 lebih
Memberi
informasi situasi
dan kondisi
peserta tutur
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 10
elemen dan
fungsi tuturan.
Elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, E, M,
U, B, I, C, A, A.
Dan terdapat
elemen yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A : ya, kamu
maksimalkan saja ya
mengajarnya.
TMD/PPFIS/FKIP
kelamin pria dan
mitratutur yaitu
mahasiswa
berjenis kelamin
wanita. Tuturan
O1 dan O2
dengan topik
pembicaran
waktu mengajar
karena tidak
bisa menilai
dalam waktu
lama. O1 dan O2
memiliki
hubungan
keakraban
karena berada di
program studi
yang sama, yaitu
Pendidikan
Fisika dan
kedudukan yang
berbeda O1 lebih
tinggi dari O2.
Maksud tuturan
O1 bertanya dan
menyuruh O2
mengajar secara
tinggir dari O2.
E: penutur kecewa
karena
kesibukanya
sehingga hanya
bisa menilai 1 jam.
M : maksud
percakapan
menggunakan
pemilihan tingkat
tutur ngoko
dengan kata
keakraban „saja‟
yang diucapkan O1
dengan tujuan
untuk menyuruh
O2 mengajar
dengan maksimal.
U : urutan
berbicara dimulai
oleh dosen
kemudian
mahasiswa.
B: waktu mengajar
untuk penilaian.
I : bahasa lisan.
C : bahasa formal
A: adegan tutur di
tidak terdapat
dalam tuturan
yaitu A, R.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks pada
tuturan yakni
Memberi
informasi situasi
dan kondisi
peserta tutur
terkait waktu
penilaian
mengajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
optimal karena
ia tidak bisa
menilai 3 jam.
ruang dosen
Pendidikan Fisika,
pukul 09.00 WIB
A: norma
kebahasaan dilihat
dari penggunaan
kata “kamu” dan
adanya kejelasaan
pembicaraan antara
tuturan O1 dan O2.
28. A: Selamat pagi pak,
saya mau minta izin
untuk melaksanakan
penilitian di lingkup
prodi IPS. Ini surat
pengantarnya pak.
B: Oh, ini suratnya
ditujukkan ke ketua
program studi IPS
mbak, jadi mbaknya
langsung saja ketemu
kepada kaprodinya
A: Baik pak, apakah
beliau ada diruangan
bu?
B: Bapaknya lagi
enggak ada di
Tuturan terjadi
pada hari Jumat,
pukul 09.00
WIB di depan
ruang sekretariat
IPS dalam
situasi formal
penutur A
(mahasiswa)
berusia 21 tahun
bertanya terkait
permohonan izin
penelitian mitra
tutur B (dosen
Pendidikan
Sejarah) .
Kedudukan
O1: latar belakang
sebagai mahasiswa
PBSI, berjenis
kelamin wanita,
berusia 22 tahun.
O2 : latar belakang
sebagai dosen
Pendidikan Sejarah
berjenis kelamin
pria, berusia 43
tahun.
M: penutur
meminta izin
penelitian dan
mitra tutur
memberikan
informasi.
Memberikan
penjelasan
informasi rinci
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 9
elemen dan
fungsi tuturan.
Elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, M, U,
B, I, C, A, A. Dan elemen
konteks yang
tidak terdapat
dalam tuturan
yaitu E, A, R.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ruangan sedang
penarikan mahasiswa
PPL di Bantul
katanya karyawan
sekre.
TMKS/PIPS/FKIP
antara O1 dan
O2 terlihat
karena O2
adalah dosen dan
O1 adalah
mahasiswa
sehingga dalam
pertuturan O2
memiliki
kekebabasan
berbicara
daripada O1.
Maksud O1
bertemu kaprodi
untuk meinta
izin penelitian di
lingkungan IPS.
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa
kemudian
ditanggapi dosen
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan dan
non verbal
C: ragam bahasa
formal
A : adegan tutur
berlangsung di
depan ruangan
sekretariat IPS,
pukul 09.00 WIB.
A: noma
kebahasaan sudah
jelas dalam aturan.
konteks dalam
tuturan yaitu
memberikan
penjelasan
informasi rinci
terkait
keberadaan
kaprodi IPS.
29. A: siang bu
B: Siang, kamu cari
siapa?
A: mau bertemu Bu
Rishe bu.
B: Bu Rishe lagi
rapat. Nanti jam 1
baru selesai.
A: oh ya bu, makasih
Pada hari Jumat,
pukul 11.00
WIB di depan
ruangan
sekretariat PBSI.
Tuturan
berlangsung
antara
mahasiswa
O1: latar belakang
sebagai mahasiswa
Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia
semester 9, berusia
23 tahun, berjenis
kelamin pria.
O2 : latar belakang
sebagai dosen
Memberikan
informasi sebab
terjadinya
tuturan
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 9
elemen dan
fungsi tuturan.
Elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, M, U,
B, I, C, A, A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bu.
TMD/PBSI/FKIP
Pendidikan
Bahasa Sastra
Indonesia
semester 9,
berusia 23 tahun,
berjenis kelamin
pria dan dosen
PBSI berjenis
kelamin wanita
berusia 52 tahun.
Tujuan tuturan
untuk menyapa
dan memberi
informasi terkait
keberadaan
Kaprodi.
Tuturan O1 dan
O2 memiliki
hubungan
keakraban
karena berada
dalam jurusan
yang sama, yaitu
PBSI. Tuturan
O1 dan O2
berlangsung
dengan topik
pembicaraan
PBSI, berjenis
kelamin wanita
berusia 52 tahun.
O1 dan O2
memiliki hubungan
yang akrab karena
dalam prodi yang
sama. kedudukan
O2 lebih tinggi
dari O1.
M: maksud
percakapan untuk
menyapa dan
bertanya terkait
maksud
kedatangan O2
serta memberi
informasi lanjutan .
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa
kemudian
ditanggapi dosen.
Tuturan mahasiswa
cenderung terbatas
karena O2
memiliki
kedudukan lebih
Dan elemen
konteks yang
tidak terdapat
dalam tuturan
yaitu E, A, R.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan, yaitu
memberikan
informasi sebab
terjadinya
tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keberadaan
ketua program
studi Pendidikan
Bahasa Sastra
Indonesia yang
sedang
mengikuti rapat.
Selain itu, O1
memberi
informasi
tambahan bahwa
kaprodi selesai
rapat jam 2.
tinggi.
B: memberikan
informasi
keberadaan ketua
program studi
Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
non-formal
A: adegan tutur di
depan ruangan
sekretariat PBSI,
pada hari Jumat,
pukul 11.00 WIB.
A: norma
kebahasaan
menggunakan sifat
paralingustik,
seperti senyuman
antara O1 dan O2.
30. A : Anak saya
kemarin habis
operasi lalu kami
menggunakan BPJS
(menunjukkan kartu
Tuturan O1 dan
O2 terjadi pada
hari Selasa, di
ruang
laboratorium BK
O1: latar belakang
dosen Bimbingan
Konseling berjenis
kelamin wanita,
berusia 40 tahun.
Memberikan
penjelasan
informasi rinci
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 10
elemen dan
fungsi tuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BPJS) ini sangat
membantu makanya
kalau punya BPJS
kalau sakit di pakai.
B: Ya bu, tapi BPJS
kalau dari luar daerah
enggk bisa di pakai
kalau di Jogja bu
A : Kalau saya
enggak salah ingat,
BPJS bisa di pakai
dimana saja tapi ada
prosedur yang harus
di lalui dulu. Nanti
kalau saya tahu saya
diskusikan dengan
kalian ya.
B : Baik bu, terima
kasih.
TMD/PGSD/FKIP
dalam suasana
pagi hari.
Berlangsung
tutran antara
penutur adalah
dosen program
studi Bimbingan
Konseling
berjenis kelamin
wanita, berusia
40 tahun dan
mitra tutur
adalah
mahasiswa
berjenis kelamin
wanita, berusia
21 tahun.
Tuturan yang
berlangsung
dengan topik
pembicaraan
pemberitahuan
pentingnya
penggunaan
BPJS.Maksud
tuturan O1 untuk
mengajak O2
menggunakan
O2 : latar belakang
mahasiswa
Pendidikan
Bimbingan
Konseling
semester 5 berjenis
kelamin wanita,
berusia 21 tahun.
Keduduka O1 lebih
tinggi daro O2.
E: kecewa pada
saat mitra tutur
mengatakan BPJS
tidak bisa
digunakan dimana
pun.
M: penutur
bermaksud
mengajak mitra
tutur untuk
menggunakan
BPJS.
A: barang lain
dalam komunikasi,
yaitu kartu BPJS.
U : urutan bicara
dimulai oleh dosen
BK kemudian
Elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, E, M,
A, U, I, C, A, R,
A. Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan, yaitu
memberikan
penjelasan
informasi rinci
ihwal
penggunaan
BPJS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kartu BPJS pada
saat sakit.
ditanggapi oleh
mahasiswa. Jadi
tuturan dosen lebih
bebas.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
formal
A: adegan tutur di
laboratorium BK,
peristiwa tutur pagi
hari.
R: jenis wacana
cukup mapan
karena dalam
suasana
perkuliahan.
A: norma
kebahasaan kurang
sopan karena
penggunaan kata
„enggak‟ dalam
situasi formal.
31. A: Pak kalau saya
ambil judul
pengenalan
reproduksi wanita
Tuturan terjadi
pada hari Jumat,
pada situasi
formal dalam
O1: latar belakang
sebagai mahasiswa
Pendidikan
Sekolah Dasar
Memberikan
penjelasan
informasi secara
rinci
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 12
elemen dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sama tidak dengan
menjaga kebersihan
reproduksi wanita
B: Sama, maksudmu
itu gimana?
A: Anak SD kan
suka pipis
sembarangan pak
jadi saya mau
mengenalkan itu
sebagai masalah.
B: Oh, kamu itu
seharusnya ambil
judul pengenalan dan
perubahan primer
sekunder pada anak
kecil saja lalu
dianalisis
berdasarkan
pengalaman mu itu.
A: Ya pak, terima
kasih.
TMD/PGSD/FKIP
perkulian di
ruang 1 PGSD 2,
pukul 17.40
WIB. Tuturan
berlangsung
antara penutur
seorang
mahasiswa
berusia 20 tahun
dan mitra tutur
seorang dosen
berusia 28 tahun.
O1 dan O2
membicarakan
tentang
pemilihan judul
biologi dasar.
Maksud O1
bertanya terkait
judul yang
dipilih oleh O2
kemudian O2
memberi
informasi judul
yang harus
dikerjakan O1.
semester 5,
berjenis kelamin
wanita, berusia 20
tahun.
O2 : latar belakang
sebagai dosen
Pendidikan
Sekolah Dasar
berjenis kelamin,
pria berusia 28
tahun.
E: warna emosi
tutur O1 gugup
sehingga O2 tidak
memahami maksud
O1.
M: penutur
bertanya judul dan
mitra tutur
memberikan
informasi lanjutan.
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa
kemudian
ditanggapi dosen
tetapi tuturan
mahasiswa
fungsi konteks
tuturan. Elemen
tuturan tersebut
seperti O1, O2,
E, M, U, B, I,
C, A, R, A. Dan elemen
konteks yang
tidak terdapat
dalam tuturan,
yaitu tidak A:
adanya orang
ke-3 dan A:
aturan atau
norma
kebahasaan O1
dalam kejelasan
berbicara belum
jelas sehingga
menimbulkan
pertanyaan
mendalam oleh
mitra tutur.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terbatas.
B: pemilihan judul
biologi dasar.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
formal.
R: cukup mapan
karena jenis
tuturan dalam
suasana kuliah.
A: adegan tutur di
ruang 1 PGSD 2,
pukul 17.40 WIB.
memberi
penjelasan
informasi secara
rinci.
32. A: Permisi pak, saya
sudah memohon izin
kepada ketua
program studi
Pendidikan Akutansi
dan memilih kelas
bapak sebagai
penelitian saya. Jadi
apakah bapak
mengizinkan saya
masuk kelas ?
B: Oh ya, jadi
penelitianmu itu
Tuturan terjadi
pada hari Selasa,
pukul 12.30
WIB di ruang
dosen
Pendidikan
Akutansi dalam
suasana istirahat
siang.
Berlangsung
tuturan antara
penutur yaitu
mahasiswa
O1: latar belakang
mahasiswa
Pendidikan
Bahasa Sastra
Indonesia,
semester 7 berjenis
kelamin wanita,
berusia 22 tahun.
O2 : latar belakang
dosen Pendidikan
Akutansi, berjenis
kelamin pria,
berusia 52 tahun.
Memberikan
informasi
tambahan
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 9
elemen dan
fungsi konteks
tuturan. Elemen
tuturan tersebut
seperti O1, O2,
M, U, I, C, A,
A. Dan elemen
konteks yang
tidak terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
gimana, apa yang
mau diteliti?
A: Saya hanya
meneliti tuturan
antara bapak dan
mahasiswa atau
sebaliknya dan saya
tidak mengganggu
waktu pembelajaran
bapak saya hanya
merekam atau
mendengarkan
tuturan saja pak.
B : Hanya
mendengarkan ? ya
sudah besok jam
09.00 WIB ya masuk
kelas saya.
A: Ya pak hanya
mendengarkan, baik
pak
B : Untuk
ruangannya kamu
lihat di pintu ya.
A : Baik pak. Terima
kasih.
TMD/PPAK/FKIP
berjenis kelamin
perempuan
berusia 22 tahun
dan mitra tutur,
yaitu dosen
berjenis kelamin
pria berusia 45
tahun. Tuturan
O1 dan O2
kurang memiliki
hubungan
keakraban
karena berbeda
jurusan, dalam
tuturan ini
membicarakan
informasi
sistematika
penelitian di
kelas.
Maksud tuturan
O1 meminta izin
dan O2 bertanya
sehingga O1
memberi
informasi
lanjutan terkait
sistematika
M: O1 meminta
izin O2 bertanya
kemudian O1
memberikan
informasi
sistematika
penelitian kepada
dosen di dalam
kelas.
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa
kemudian
ditanggapi oleh
dosen.
B: Pokok
pembicaraan antara
mahasiswa dan
dosen terkait
penelitian di kelas.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
formal
A: adegan tutur di
ruang dosen
Pendidikan
dalam tuturan
yaitu A : orang
ke-3, E: emosi
penutur dan R:
jenis wacana
belum mapan.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan, yaitu
Memberikan
informasi
tambahan
sistematika
penelitian di
kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penelitian di
kelas dosen.
Akutansi, pukul
12.30 WIB.
A: tuturan sopan,
adanya kejelasan
dalam berbicara
dan topik
pembicaraan
menarik.
33. A: Bu permisi, saya
mau minta tanda
tangan
B: Untuk apa?
A: Ini untuk
PARGEM (Parade
Gamelan Anak)
B: Oh ya, gimana
perkembangan
PARGEM sekarang?
A: Baik bu, tapi
panitia masih
bingung untuk
tempat acara di
auditorium atau di
realino
B: Lebih baik di
putuskan saja di
auditorium soalnya
dari atas meminta di
Tuturan terjadi
pada hari Selasa,
pukul 14.00
WIB di ruang
dosen 2 dalam
suasana siang
hari yang
hening.
Berlangsung
tuturan antara
penutur, yaitu
seorang
mahasiswa
berjenis kelamin
wanita berusia
20 tahun dan
mitra tutur ,
yaitu seorang
dosen berjenis
kelamin wanita
O1: latar belakang
mahasiswa
Pendidikan Guru
Sekolah Dasar,
semester 5 berjenis
kelamin wanita,
berusia 20 tahun.
O2 : latar belakang
dosen Pendidikan
Guru Sekolah
Dasar, berjenis
kelamin wanita,
berusia 35 tahun.
O1 dan O2
memiliki
keakraban cukup
dekat karena
berada dalam prodi
yang sama, yakni
PGSD dan
Memberikan
penjelasan
informasi rinci
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 9
elemen dan
fungsi tuturan.
Elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, M, U,
B, I, C, A, A. Selain elemen
tersebut terdapat
elemen yang
tidak terdapat
dalam tuturan
yaitu E : emosi
penutur yang
tidak mengubah
tuturan, A:
adanya orang
ke-3, dan R:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
auditorium dengan
pertimbangan cuaca
dan keamanan anak-
anak.
B: Baik bu, nanti
saya sampaikan ke
panitia lain (sambil
mengganggukkan
kepala). Makasih bu.
TMD/PGSD/FKIP
berusia 35 tahun.
kedudukan O1
dan O2 berbeda
O2 lebih tinggi
dari O1. Tuturan
berlangsung
dengan topik
pembicaraan
kegiatan
PARGEM dan
rencana tempat
pelaksaan
kegiatan.
Maksud tuturan
O1 meminta
tanda tangan
proposal
kemudian O2
memberi
informasi
lanjutan terkait
perkembangan
PARGEM.
Pokok
pembicaraan O1
dan O2 adalah
Kegiatan
PARGEM.
kedudukan O2
lebih tinggi dari
O1.
M: O1 meminta
tanda tangan
kemudian O2
memberikan
informasi tentang
tempat kegiatan
PARGEM.
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa
kemudian
ditanggapi oleh
dosen.
B: kegiatan
PARGEM.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: citarasa tutur
menggunakan
ragam bahasa
formal
A: adegan tutur di
ruang dosen, pukul
14.00 WIB dalam
jenis wacana
belum mapan.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks, yaitu
memberi
informasi
lanjutan terkait
tempat kegiatan
PARGEM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
suasana siang hari
yang hening.
A: aturan
kebahasaan sopan
karena sebelum
ujaran
menyampaikan
“permisi”.
34. A: Selamat siang,
kalian hari ini
kerjakan tripoint aja
ya!
B: Siang pak,
mailepost yang
keberapa pak?
A: Lanjutkan unit of
work yang minggu
kemarin saja, kalau
masih ada yang
kesulitan silahkan
ditanyakan ya dan
dikerjakan dengan
baik.
B: Baik pak, ini
dikumpulkan kapan
pak?
A: Dikerjakan saja
dulu yang baik ya!
Tuturan terjadi
pada hari Kamis,
pukul 15.00
WIB di ruang 1
PGSD 2 dalam
suasana sore hari
yang mendung.
Tuturan
berlangsung
antara penutur
seorang dosen
program studi
PGSD berjenis
kelamin pria,
berusia 40 tahun
dan mitra tutur
(A) seorang
mahasiswa
seorang
mahasiwa
O1: latar belakang
dosen Pendidikan
Guru Sekolah
Dasar, berjenis
kelamin pria,
berusia 40 tahun.
O2 : latar belakang
mahasiswa
Pendidikan Guru
Sekolah Dasar,
semester 5,
berjenis kelamin
wanita, berusia 21
tahun. kedudukan
O1 lebih tinggi
dari O2.
E: kesal karena
belum
mengerjakan O2
bertanya
Memberikan
penjelasan
informasi rinci
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 12
elemen dan
fungsi konteks
tuturan. elemen
tuturan tersebut
seperti O1, O2,
E, M, A, U, I,
B, C, R, A, A. Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan, yaitu
memberikan
penjelasan
informasi rinci
untuk
mengerjakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B: Ya pak.
TMD/PGSD/FKIP
berjenis kelamin
wanita berusia
21 tahun dan
mitra tutur (B)
seorang
mahasiswa
berjenis kelamin
pria berusia 21
tahun. Maksud
tuturan O1
menyapa dan
meyuruh O2
mengerjakan
tugas.
Tuturan O1
menyuruh
dengan memberi
informasi
lanjutan tentang
pengerjaan
danpengumpulan
tugas tripoint.
pengumplan tugas.
M: O1 menyapa
dan menyuruh O2
mengerjakan tugas.
U : urutan bicara
dimulai oleh dosen
kemudian
ditanggapi oleh
mahasiswa.
B: bab yang
dibicarakan O1
menggunakan
kode bahasa
Inggris
mengerjakan tugas.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan.
C: ragam bahasa
formal.
A: adegan tutur di
ruang 1 PGSD 2,
situasi sore hari
yang mendung.
A: norma
kebahasaan kurang
halus karena suara
dalam tuturan
tugas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
cukup keras.
35. A: Pernah
mendengar negara
kita punya rencana
dan bagaimana
rencananya?. Coba
berikan contohnya!
B : Program KB pak
A : Ya, kalau
berbicara tentang
program pasti
berhubungan dengan
rencananya seperti
yang sudah disebutkn
tadi tentang program
KB yang
direncanakan
pemerintah. Nah,
kemarin saya minta
Anda merumuskan
10 tahun kedepan
apakah semua sudah
merumuskanny?
B: Rencana jangka
panjang pak agar
tujuan yang kita
inginkan tercapai.
Tuturan terjadi
pada hari Kamis
di ruang S2. 401
pukul 09.15
WIB dalam
suasana formal
perkuliahan
perencanaan
management.
Berlangsung
tuturan anatara
penutur. yaitu
seorang dosen
Pendidikan
Akutansi
berjenis kelamin
pria berusia 48
tahun dan mitra
tutur, yaitu
seorang
mahasiswa
berjenis kelamin
pria berusia 19
tahun. Tuturan
O1 dan O2
merinci
O1 : latar belakang
dosen Pendidikan
Akutansi berjenis
kelamin pria,
berusia 48 tahun.
O2: latar belakang
mahasiswa
Pendidikan
Akutans semester 1
berjenis kelamin
wanita, berusia 19
tahun.
U : urutan bicara
dimulai oleh dosen
kemudian
ditanggapi oleh
mahasiswa.
B: penjelasan
materi perumusan
rencana.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
formal
A: adegan tutur di
Memberi
penjelasan
informasi rinci
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 10
elemen dan
fungsi konteks
tuturan. Elemen
tuturan tersebut
seperti O1, O2,
M, U, B I, C, A,
R, A. Elemen
yang tidak
terdapat dalam
tuturan yaitu E:
emosi penutur
yang masih
stabil dan A:
tidak adanya
O3.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
tuturan, yaitu
memberi
informasi secara
rinci terkait
penjelasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rencana saya 10
tahun kedepan
bekerja menjadi
orang sukses dan
menikah pak.
TMD/PPAK/FKIP
perumusan
rencana 10 tahun
kedepan.
ruang S2. 401
pukul 09.25 WIB.
A: tuturan sopan,
adanya kejelasan
dalam berbicara.
materi
perumusan dan
pengambilan
keputusan.
36. A: Permisi pak, saya
mahasiswa PBSI mau
minta izin penelitian
di kelas bapak.
B: Mau penilitian
kapan? kalau dalam
waktu dekat ini
kayaknya enggak
bisa ya.
A : Itu tidak bisa
karena apa ya pak?
B: Ya enggk bisa
karena hampir semua
dosen PBI sibuk
mengurus PPG jadi
mungkin bisa
penelitiannya akhir
November mbak,
gimana?
A: Baik pak terima
Tuturan terjadi
pada hari Jumat
di ruang rapat
PBI, pukul 13.00
WIB dalam
suasana istirahat
siang.
Berlangsung
tuturan antara
mahasiswa
berjenis kelamin
wanita, berusia
22 tahun dan
mitra tutur
seorang dosen
pendidikan
Bahasa Inggris
berjenis kelamin
pria, berusia 38
tahun dengan
O1: latar belakang
sebagai mahasiswa
Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia
semester 7,
berjenis kelamin
wanita, berusia 22
tahun.
O2 : latar belakang
sebagai dosen
Pendidikan Bahasa
Inggris berjenis
kelamin pria,
berusia 38 tahun.
E: penutur kecewa
karena tidak
mendapat izin dari
O2
M: maksud tuturan
penutur meminta
Memberikan
situasi dan
kondisi peserta
tutur
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 10
elemen dan
fungsi tuturan.
Elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, M, U,
B, I, C, A, A. Selain elemen
tersebut terdapat
elemen yang
tidak terdapat
dalam tuturan
yaitu A, R.
fungsi konteks,
yaitu
memberikan
situasi dan
kondisi peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kasih. Nanti saya
konfirmasi lagi kalau
mau penelitian.
TMD/PPBI/FKIP
topik
pembicaraan
informasi izin
penelitian yang
tidak diterima
karena
kesibukan
dosen.
izin penelitian.
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa
kemudian
ditanggapi dosen
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan.
B: pokok
pembicaraan
permohonan izin
penelitian kelas
C: ragam bahasa
formal
A: adegan tutur di
ruang rapat
Pendidikan Bahasa
Inggris, pukul
13.00 WIB.
A: norma
kebahasaan sopan
keran pada akhir
tuturan penutur
menyampaikaan
terima kasih.
tutur
tentang izin
penelitian yang
ditolak.
37. A: Bu, mau tanya
apakah ada bu Septi
Tuturan terjadi
pada hari Jumat,
O1: latar belakang
sebagai mahasiswa
Memberikan
informasi sebab
Pada data
tuturan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
di ruangannya?
B: Bu Septinya
belum datang mbak
mungkin sebentar
lagi.
A: Oh ya, makasih ya
bu.
TMKS/PBSI/FKIP
pukul 09.30
WIB di ruangan
sekretariat PBSI
tuturan antara
mahasiswa
Pendidikan
Bahasa Sastra
Indonesia,
semester 7,
berusia 22 tahun,
berjenis kelamin
pri dan dosen
PBSI. Tuturan
O1 dan O2
keberadaan salah
satu dosen PBSI,
berjenis kelamin
wanita berusia
50 tahun.
Maksud tuturan
O1 bertanya
keberadaan
dosen kemudian
O2 memberi
informasi
dengan
memastikan
dosen belum
Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia,
semester 7, berusia
22 tahun, berjenis
kelamin pria.
O2 : latar belakang
sebagai dosen
PBSI, berjenis
kelamin wanita
berusia 50 tahun.
M: bertanya
keberadaan dosen.
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa
kemudian
ditanggapi dosen
PBSI.
B: keberadaan
dosen.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
formal
A: adegan tutur di
ruangan sekretariat
PBSI, pada hari
terjadinya
tuturan
melibatkan 9
elemen dan
fungsi tuturan.
Elemen konteks
dalam tuturan
tersebut, yaitu
O1, O2, M, U,
I, B, C, A, A.
Selain elemen
tersebut terdapat
elemen yang
tidak terdapat
dalam tuturan
yaitu E, A, R.
Selain elemen
kontek juga
terdapat fungsi
konteks yaitu
memberikan
informasi sebab
terjadinya
tuturan
keberadaan
salah satu dosen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
datang. Jumat, pukul 09.30
WIB.
A: tuturan sopan,
adanya kejelasan
dalam berbicara.
38. A: Ibu bagaimana
rencana PKM kita?
B : Oh ya, gimana ya
dek kapan kita atur
waktu?
A : Untuk minggu ini
saya tidak bisa bu
tapi hari Rabu saya
sudah selesai
magang. Jadi hari
Rabu saya kosong
bu.
B : Oh ya dek, kita
kerja hari Rabu saja
ya.
A : Baik bu.
makasih.
TMD/PBK/FKIP
Tuturan terjadi
pada hari Kamis,
pukul 15.00
WIB di lorong
kelas K.415
dalam suasana
santai selesai
perkualihan.
Berlangsung
komunikasi
antara penutur,
yaitu seorang
mahasiswa
berjenis kelamin
wanita berusia
21 tahun dan
mitra tutur, yaitu
seorang dosen
program studi
Bimbingan
Konseling
berjenis kelamin
wanita berusia
O1 : latar belakang
mahasiswa
Pendidikan
Bimbingan
Konseling
semester 5 berjenis
kelamin wanita,
berusia 21 tahun.
O2: latar belakang
dosen Bimbingan
Konseling berjenis
kelamin wanita,
berusia 33 tahun.
Hubungan O1 dan
O2 sudah akrab
dengan kata sapaan
„dek‟. kedudukan
O2 lebih tinggi
dari O1.
E: penutur kecewa
karena belum ada
kepastian
pengerjaan tugas
Memberikan
informasi situasi
dan kondisi
peserta tutur
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 11
elemen dan
fungsi konteks
tuturan. Elemen
tuturan tersebut
seperti O1, O2,
E, M, U, B, I,
C, A, A. Elemen
yang tidak
terdapat dalam
tuturan yaitu A.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks, yakni
memberikan
informasi situasi
dan kondisi
peserta tutur
ihwal
pengaturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33 tahun.
Tuturan O1 dan
O2 memastikan
jadwal
pengerjaan tugas
PKM.
Kesibukan O1
dan O2 membuat
pengerjaan tugas
PKM tertunda.
M: bertanya
mengatur
perjanjian untuk
bertemu.
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa
kemudian
ditanggapi oleh
dosen.
B: perjanjian waku
PKM.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
formal
A: adegan tutur di
lorong kelas
K.415, pukul 15.00
WIB.
A: norma
kebahasaan
menggunakan
tuturan yang
sopan, ramah dan
menggunakan
paralinguistik
jadwal
pengerjaan
PKM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
senyuman.
39. A: Pak gimana
apakah bisa ujian
lisannya hari ini?
B: Emangnya sudah
janji ya?
A: Ya pak, saya
sudah nunggui bapak
dari tadi pagi lo.
B: Ditunda aja ya
ujiannya hari Rabu
jam 14.00 WIB.
TMD/PPSEJ/FKIP
Tuturan terjadi
pada hari Jumat,
pukul 14.00
WIB di depan
ruang skretariat
IPS berlangsung
tuturan antara
dosen dosen
Pendidikan
Sejarah, berjenis
kelamin pria
berusia 37 tahun
dan mahasiswa
mahasiswa
Pendidikan
Sejarah,
semester 14,
berusia 23 tahun,
berjenis kelamin
wanita.
Kedudukan O2
lebih tinggi daro
O1 sehingga
tuturan O2 lebih
bebas daan luas.
Tuturan O1 dan
O1: latar belakang
sebagai mahasiswa
Pendidikan
Sejarah, semester
14, berusia 23
tahun, berjenis
kelamin wanita.
O2 : latar belakang
sebagai dosen
Pendidikan
Sejarah, berjenis
kelamin pria
berusia 37 tahun.
kedudukan O2
lebih tinggi dari
O1 sehingga
tuturan O2 lebih
bebas dan luas.
E: emosi penutur
kecewa dengan
ujaran yang
disampaikan mitra
tutur.
M: penutur
bertanya dan mitra
tutur menolak.
Memberikan
informasi situasi
dan kondisi
peserta tutur
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 10
elemen dan
fungsi konteks
tuturan. Elemen
tuturan tersebut
seperti O1, O2,
E, M, U, B, I,
C, A, A. Elemen
yang tidak
terdapat dalam
tuturan yaitu A,
R.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks, yaitu
untuk
memberikan
informasi situasi
dan kondisi
peserta tutur
terkait
penundaan
jadwal ujian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
O2
membicarakan
tentang
memastikan
jadwal ujian
lisan.
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa
kemudian
ditanggapi dosen.
Tuturan mahasiswa
cenderung terbatas.
B: pokok
pembicaraan
adalah ujian lisan.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
non-formal.
A: tempat tutur di
depan ruang
skretariat IPS,
waktu tutur pada
hari Jumat, pukul
14.00 WIB.
A: norma
kebahasaan kurang
sopan karena
penutur
menggunakan
pilihan kata “lo”
kepada dosen atau
lisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
orang yang lebih
tua.
40. A: Gimana mbak?
ada yang bisa
dibantu.
B1: Ya pak, saya
mau minta tanda
tangan surat izin
penelitian yang
kemarin.
A: Oh ya
B2: Ini ada dua
lembar titipan surat
teman untuk
ditandatangi pak
A: Ok
MKJ/PBSI/FKIP
Tuturan terjadi
pada hari Kamis,
pukul 10.00
WIB dalam
situasi formal di
ruang dosen
jurusan PBI.
Penutur A dosen
PBI berusia 48
tahun dan mitra
tutur adalah
mahasiswa PBSI
semester 7
berjenis kelamin
wanita, berusia
21 tahun.
Tuturan penutur
menjelaskan
maksud
kedatangan
karena meminta
tanda tangan
surat penelitian.
O1: latar belakang
sebagai dosen
PBI, berjenis
kelamin pria,
berusia 48 tahun.
O2 : latar belakang
sebagai mahasiswa
PBSI semester 7
berjenis kelamin
wanita, berusia 21
tahun. Keakraban
O1 dan O2 dengan
pemilihan kata
sapaan “mbak”.
M: meminta tanda
tangan setelah
surat diperbaiki
A: adanya O3
dengan kode
maksud bahasa
meminta
kesanggupan O1
tanda tangan.
U : urutan bicara
dimulai oleh dosen
kemudian
Memberikan
informasi sebab
terjadinya
tuturan
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 10
elemen dan
fungsi konteks
tuturan. Elemen
tuturan tersebut
seperti O1, O2,
E, M, A, U, B,
I, C, A, A. Selain elemen
tersebut terdapat
elemen yang
tidak terdapat
dalam tuturan
yaitu, R.
Selain elemen
juga terdapat,
fungsi konteks
tuturan yakni
memberikan
informasi sebab
terjadinya
tuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ditanggapi
mahasiswa. Jadi
tuturan.
B: perbaikan surat
izin penelitian.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
formal
A: adegan tutur
Pada hari Kamis
pukul 10.00 WIB
dalam situasi
formal di ruang
dosen jurusan PBI.
A: tuturan sopan,
adanya kejelasan
dalam berbicara.
41. A : Terkait judul
skripsi, “ judul yang
konjungsi” sudah
tidak memberi
kontribusi apa-apa “.
kita butuh
pembaharuan. jadi
carilah judul-judul
yang memuat
Tuturan terjadi
pada hari Selasa,
19 September
2017 pukul
15.30 WIB di
ruang k.22
dalam suasana
formal
perkuliahan
O1: latar belakang
pendidikan sebagai
dosen PBSI, jenis
kelamin pria
dengan usia 51
tahun dan memiliki
keahlian dibidang
kebahasaan.
O2 : mahasiswa
Memberi
penjelasan
informasi
secara rinci
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 10
elemen dan
fungsi tuturan.
Elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, E, M,
U, B, I, C, R, A,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kebaharuan paham?
B: Paham, pak!
TMD/PPBSI/FKIP
seminar.
Berlangsung
komunikasi
antara penutur
yaitu dosen
Pendidikan
Bahasa Sastra
Indonesia
berjenis kelamin
pria dan mitra
tutur yaitu
mahasiswa
berjenis kelamin
wanita berusi 22
tahun. Tuturan
O1 menjelaskan
judul yang akan
diangkat
menjadi skripsi
jangan selalu
terpaku pada
judul skripsi
dahulu yang
tidak ada
pembaharuan
PBSI, semester 7.
O2 mrmiliki
hubungan
keakraban karena
bimbingan O1
adalah bimbingan
O2.
M : maksud dan
tujuan tuturan
untuk
mempertegas
menyampaikan
judul skripsi yang
baik.
U : urutan bicara
dimulai dosen (O1)
kemudian
ditanggapi
mahasiswa (O2).
B: pemilihan judul
skripsi.
I : sarana lisan
C : ragam bahasa
formal
A : tempat tuturan
di ruang K.22
Universitas Sanata
Dharma, Mrican,
A. Selain
elemen tersebut
terdapat elemen
yang tidak
terdapat dalam
tuturan yakni A.
Selain elemen
tuturan juga
terdapat fungsi
tuturan konteks
yaitu memberi
penjelasan
informasi
secara rinci
terkait judul
skripsi yang
dipilih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pukul 15.30 WIB
R: bentuk wacana
cukup mapan
karena suasana
tuturan pada situasi
kuliah.
A : topik
pembicaraan
memilih judul
skripsi
42. A: Apa maksudnya
mbak bersikap
kurang sopan
membuka pintu sekre
dengan keras begitu,
mbak semester
berapa?
B: Semester 7 bu,
kan sudah jam 13.00
WIB tapi kenapa
belum dibuka.
A: Ini belum ada jam
13.00 WIB lo mbak,
bisa sabar dan sopan
santun enggk? kalau
sudah waktunya juga
pasti dibuka.
Tuturan terjadi
pada hari Rabu
pukul 12.50
WIB pada saat
jam istirahat
siang menunggu
pintu sekretariat
prodi PBSI&PBI
dibuka.
Berlangsung
tuturan antara
O1 adalah
dosen PBI
berjenis kelamin
wanita berusia
50 tahun dan O2
adalah
O1: dosen PBI
berjenis kelamin
wanita berusia 50
tahun.
O2: mahasiswa
semester 7,
berjenis kelamin
wanita.
E: Sedang marah.
M: antara penutur
dan mitra tutur
saling
mengungkapkan
kekecewaan
dengan bertanya.
U: urutan bicara
dimulai oleh dosen
Memberikan
informasi situasi
dan kondisi
peserta tutur
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 10
elemen dan
fungsi tuturan.
Elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, E, M,
U, B, I, C, A,
A. Selain
elemen tersebut
terdapat elemen
yang tidak
terdapat dalam
tuturan, yaitu
A: tidak ada O3,
R: jenis wacana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B: Ya, maaf bu.
TMKS/PBSI/FKIP
mahasiswa
semester 7,
berjenis
kelaminwanita.
Tuturan O1
meminta
penjelasan
maksud tindakan
sikap O2.
kemudian
mahasiswa.
B: pembukaan
pintu sekretariat.
I : sarana bahasa
yang digunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
santai
R: register
percakapan belum
mapan karena
urutan tuturan
langsung pada isi
A: adegan tutur di
depan sekretariat
PBSI dan PBI,
pada hari Rabu
pukul 12.50 WIB
pada saat jam
istirahat siang.
aturan atau norma
kebahasaan yang
tidak sopan karena
nada suara yang
meninggi.
yang belum
mapan, dan A:
konteks juga
terdapat fungsi
tuturan konteks,
yakni
memberikan
informasi situasi
dan kondisi
peserta tutur
terkait sikap
O2.
43. A : Pada bab 2 harus
ada pembahasan
Tuturan terjadi
pada hari Selasa,
O1: latar belakang
pendidikan sebagai
Memberi
penjelasan
Pada data
tuturan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terkait teori-teori
yang diambil. Pada
penelitian yang
relevan peneliti harus
memposisikan diri”,
paham?
B: Ya, pak!
TMD/PPBSI/FKIP
pukul 15.50
WIB di ruang
k.22 dalam
suasana formal
perkuliahan
seminar.
Berlangsung
komunikasi
antara penutur
yaitu dosen
Pendidikan
Bahasa Sastra
Indonesia
berjenis kelamin
pria dan mitra
tutur yaitu
mahasiswa
berjenis kelamin
wanita berusi 22
tahun. Pada
tuturan si A
menjelaskan
informasi terkait
isi bab 2 kepada
si B.
dosen, jenis
kelamin pria
dengan usia 51
tahun dan memiliki
keahlian dibidang
kebahasaan.
O2 : mahasiswa
bimbingan
matakuliah
seminar O1
E: penutur pada
saat mengatakan “
paham”.
M : maksud dan
tujuan
mempertegas teori-
teori untuk
memposisikan diri
pada bab 2
U : urutan bicara
dimulai oleh dosen
kemudian
ditanggapi
mahasiswa. Jadi
urutan bicara sang
mahasiswa adalah
di belakang sang
dosen.
informasi
secara rinci
melibatkan 11
elemen dan
fungsi konteks
tuturan. Elemen
tuturan tersebut
seperti O1, O2,
E, M, U, B, I,
C, A, R, A. Selain elemen
tersebut terdapat
elemen konteks
yang tidak
terdapat dalam
tuturan yakni
A.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
tuturan, yakni
untuk memberi
penjelasan
terkait isi teori
pada bab 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B: teori isi bab 2.
I : sarana tutur
adalah bahasa lisan
C : ragam bahasa
formal
A : Tempat tuturan
di K.22, waktu
tuturan pukul
15.50 WIB.
R: bentuk wacana
cukup mapan
karena suasana
tuturan pada
kuliah.
A : topik
pembiaraan
menarik dan ada
kejelasan dalam
berbicara.
44. A : Esensi pembuatan
keputusan itu apa dan
apakah setiap
manusia tidak ada
masalah?
B1: Esensi
pembuatan keputusan
itu karena adanya
persoalan atau
Tuturan terjadi
pada hari Kamis
di ruang S2 401
pukul 09.45
WIB dalam
suasana formal
perkuliahan
perencanaan
management.
O1 : latar belakang
dosen Pendidikan
Akutansi berjenis
kelamin pria,
berusia 48 tahun.
O2: latar belakang
mahasiswa
Pendidikan
Akutansi semester
Memberikan
informasi
tambahan
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 12
elemen dan
fungsi tuturan.
Elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, E,
M,A, U, B, I, C,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kondisi sehingga
memunculkan solusi-
solusi dan membuat
keputusan kalau di
teorikan memilih
alternatif solusi
karena adanya
persoalan. Jadi, tidak
ada kehidupan saya
yang tidak ada
masalah pak semua
hal sederhana
menjadi masalah
A: Jalu punya teman
cewek atau pacar?
B2 : Banyak pak
kalau teman cewek
kalau pacar enggak
ada.
A: Terkait
permasalahan Jalu
itu, sekarang kamu
deskripsikan kira-kira
masalah apa yang
membuat dia tidak
punya pacar dan
tentukan keputusan
yang harus diambil.
Berlangsung
komunikasi
antara penutur
yaitu seorang
dosen
pendidikan
akutansi berjenis
pria pria berusia
45 tahun dan
mitra tutur, yaitu
seorang
mahasiswa
berjenis kelamin
pria berusia 19
tahun. O1 dan
O2 cukup dekat
sehingga O1
sudah hafal
nama
mahasiswanya.
dan O1 memiliki
kedudukan lebih
tinggi daripada
mahasiswa.Tutur
an O1 dan O2
membicarakan
mendeskripsikan
masalah dan
1 berjenis kelamin
pria, berusia 19
tahun. O1 dan O2
cukup dekat
sehingga O1 sudah
hafal nama
mahasiswanya.
kedudukan O1
lebih tinggi dari
O2.
M: O1 bertanya
untuk memancing
mitra tutur
menjawab tentang
pembuatan
keputusan.
A: adanya O3
U : urutan bicara
dimulai oleh dosen
kemudian
ditanggapi oleh
mahasiswa karena
O1 statusnya lebih
tinggi..
B:mendeskripsikan
masalah dan
pengambilan
keputusan.
A R, A.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks, yaitu
memberi
informasi
tambahan
terkait
pembuatan
keputusan
berdasarkan
masalah yang
dialami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B1: Jalu belum punya
pacar karena ingin
fokus belajar, kurang
percaya diri dan lebih
suka berteman saja
sedangkan keputusan
yang diambil harus
lebih percaya diri.
A : Ya, itu adalah
kesimpulan menurut
teman kalian.
TMD/PPAK/FKIP
pengambilan
keputusan.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan.
C: ragam bahasa
formal.
R: cukup mapan
karena dalam
suasana kuliah.
A: adegan tutur di
ruang S2. 401
pukul 09.45 WIB.
A: tuturan sopan,
adanya kejelasan
dalam berbicara
dan topik
pembicaraan
menarik.
45. A : Mas
(memanggil
mahasiswa
Pendidikan Akutansi)
B : Ya pak
(memberikan bendel)
A: Yang sama saya
sudah saya upload
semalam, yang itu
sudah belum ?
(menunjuk satu
Pada hari Selasa,
11.50 WIB di
sekretariat IPS
dalam suasana
menjelang
istirahat siang.
Berlangsung
tuturan antara
penutur, yaitu
dosen
Pendidikan
O1 : latar belakang
dosen Pendidikan
Akutansi berjenis
kelamin pria,
berusia 48 tahun.
O2: latar belakang
mahasiswa
Pendidikan
Akutansi semester
1 berjenis kelamin
pria, berusia 19
Memberikan
informasi sebab
terjadinya
tuturan
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 11
elemen dan
fungsi konteks
tuturan. Elemen
tuturan tersebut
seperti O1, O2,
E, M, A, U, B,
I, C, A, A. Elemen yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bendel yang di
tangan mahasiswa)
B: Belum pak, saya
baru mengambil di
sekre setelah ini saya
upload pak kalau
sudah selesai saya
hubungi bapak lagi.
A: Oh ya. Tolong ya
mas saya ngecek
yang ini dulu.
B: Ya pak.
TKD/PPBSI/FKIP
Akutansi
berjenis kelamin
pria, berusia 48
tahun dan mitra
tutur, yaitu
mahasiswa
Pendidikan
Akutansi
semester 1
berjenis kelamin
pria, berusia 19
tahun.
kedudukan O1
lebih tinggi dari
O2 sehingga O1
lebih bebas
berbicara.
Tuturan O1 dan
O2 Dengan
topik
pembicaraan
pengiriman data
yang dilakukan.
Maksud tuturan
O1 untuk
menyapa dan
bertanya tentang
pengiriman data
tahun.
M: tujuan tuturan
untuk
mempertanyakan
informasi.
E: sedikit kesal
sehingga
menyuruh untuk
segera dikirim
A: barang yang
hadir dalam
percakapan, yaitu
bendel berkas.
U : urutan bicara
dimulai oleh dosen
kemudian
ditanggapi oleh
mahasiswa.
B: pengiriman
data.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
formal
A: adegan tutur di
ruang S2. 401
pukul 11.50 WIB.
tidak terdapat
dalam tuturan
yaitu R: jenis
wacana belum
mapan.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan, yaitu
memberi
penjelasan
informasi antara
penutur dan
mitra tutur
terkait
pengiriman data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang harus
dilakukan oleh
O2.
A: norma
kebahasaan sopan
dengan kata sapaan
dan kejelasan dalan
berbicara.
46. A: Bu, buku refleksi
punya saya sudah di
baca belum?
B1: Sudah saya baca
tapi yang refleksi
minggu ini digabung
dengan refleksi
minggu depan ya
B2: Oh ya bu, saya
mau bertanya terkait
pengabdian
masyarakat gimana
itu bu prosedurnya?
B1: Oh itu, kapan-
kapan aja saya
jelaskan. Nanti
ketemu saya lagi ya
untuk membahas
kelanjutan
B2: Baik bu. Terima
kasih.
Tuturan terjadi
pada pukul
12.00 WIB di
ruang K.37
dalam situasi
formal. Tuturan
berlangsung
antara penutur
seorang
mahasiswa
berjenis kelamin
wanita berusia
19 tahun dan
mitra tutur B1
seorang dosen
berjenis kelamin
wanita berusia
50 tahun dan
mitra tutur B2
wanita berusia
20 tahun. O2
memiliki
kedudukan lebih
O1: latar belakang
mahasiswa jurusan
Pendidikan
Matematika,
semester 3 berjenis
kelamin wanita,
berusia 19 tahun.
O2 : latar belakang
dosen Pendidikan
Matematika,
berjenis kelamin
wanita, berusia 50
tahun.
Kedudukan terlihat
antara O2 (dosen)
dan O1
(mahasiswa) yang
mempengaruhi
pembicaraan.
E: penutur kecewa
terlihat pada ujaran
“ oh ya”
A : adanya O3
Memberi
informasi situasi
dan kondisi
peserta tutur
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 12
elemen dan
fungsi tuturan.
Elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, E, M,
A, U, B, I, C, A,
R, A. Selain
elemen konteks
juga terdapat
fungsi konteks,
yaitu memberi
penjelasan
informasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TMD/PMAT/FKIP
tinggi dari O1.
Maksud tuturan
O1 memberi
penjelasan buku
refleksi dan
kegiatan
pengabdian
masyarakat
dengan bertanya
kepada O2.
mengalihkan topik
pembicaraan.
M: bertanya
informasi dan
memperoleh
informasi.
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa
kemudian
ditanggapi oleh
dosen (O2) dan
mitra tutur
mahasiswa (O3).
B: topik
pembicaraan baru
tentang prosedur
pengabdian
masyarakat.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
menggunakan alat
bicara
C: ragam bahasa
formal.
R: sudah mapan
karena tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berlangsung pada
saat perkuliahan
A: adegan tutur di
ruang K.37, saat
situasi sore hari
yang mendung
pada saat
perkuliahan.
A: norma
kebahasaan sopan
dan berbicara
sesuai dengan
tempat tuturan.
47. A: Bu maaf, mau
tanya lihat Pak
Hendra tidak?
B: Kan Pak Hendra
rapat di LPPM mbak,
selesainya nanti
sampai jam 15.00
WIB.
A: Oh ya, makasih
bu.
TMD/PPSEJ/FKIP
Tuturan terjadi
pada hari Jumat,
pukul 09.00
WIB di ruang
sekretariat IPS.
Tuturan
berlangsung
antara seorang
mahasiswa
Pendidikan
Sejarah semester
11, berusia 23
tahun, berjenis
kelamin wanita
dan
O1: latar belakang
sebagai mahasiswa
Pendidikan Sejarah
semester 11,
berusia 23 tahun,
berjenis kelamin
wanita.
O2 : latar belakang
sebagai
dosenPenddikan
Sejarah, berjenis
kelamin wanita
berusia 57 tahun.
M: O1 bertanya
O2 terkait
Memberi
penjelasan
pengetahuan
peserta tutur
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan
elemen dan
fungsi konteks
tuturan. Elemen
tuturan tersebut
seperti O1, O2,
M, U, B, I, C,
A, A. dan
elemen konteks
yang tidak
terdapat dalam
tuturan yaitu E:
emosi penutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dosenPenddikan
Sejarah, berjenis
kelamin wanita
berusia 57 tahun.
O1 bertanya
kepada O2
kemudian O2
menjelaskan
keberadaan
dosen
Pendidikan
Sejarah yang
dicari oleh O1.
keberadaan dosen.
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa
kemudian
ditanggapi dosen
Pendidikan
Sejarah.
B: Mencari
informasi
keberadaan dosen
Pendidikan
Sejarah.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
formal
A: Tuturan terjadi
pada hari Jumat,
pukul 09.00 WIB
di ruang sekretariat
IPS.
A: norma
kebahasaan sopan
dan ramah.
stabil, A: adanya
O3, dan R: jenis
wacana yang
belum mapan.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan, yaitu
menjelaskan
informasi
tentang
keberadaan
salah satu dosen.
48. A: Pak apakah
kaprodi Sekretariat
Tuturan terjadi
pada hari Jumat
O1: latar belakang
sebagai mahasiswa
Memberi
penjelasan
Pada data
tuturan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
IPS sudah ada di
ruangannya? saya
mau bertemu minta
tanda tangan surat
izin penelitian.
B: Belum datang
mbak ini kami juga
sedang menghubungi
dari tadi tapi belum
ada balasan.
A: Baik pak
(menganggukkan
kepala dan
senyuman).
TMKS/PIPS/FKIP
pukul 14.00
WIB di ruangan
sekretariat IPS
dalam suasana
formal. penutur
A seorang
mahasiswa PBSI
angkatan 2014
bertanya
keberadaan
kaprodi IPS dan
penutur B
(karyawan
sekretariat IPS)
berusia 50 tahun,
berjenis kelamin
pria dengan
topik
pembicaran
keberadaan
kaprodi IPS.
Pendidikan
Akutansi, berjenis
kelamin pria,
berusia 21 tahun.
O2 : latar belakang
sebagai karyawan
sekretariat IPS
berjenis kelamin
pria, berusia 51
tahun.
E: kecewa tetapi
tidak diungkapkan.
M: penutur
bertanya untuk
bertemu kaprodi.
U : urutan bicara
dimulai oleh
mahasiswa
kemudian
ditanggapi
karyawan
sekretariat IPS.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan
C: ragam bahasa
formal.
A: adegan tutur di
informasi melibatkan 9
elemen dan
fungsi konteks
tuturan. Dan
elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, E, M,
U, B, I, C, A, A. Elemen konteks
yang tidak
terdapat dalam
tuturan, yaitu
A: adanya orang
ke-3, dan R:
jenis wacana
belum mapan.
Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan, yaitu
memmberi
penjelasan
tentang
keberadaan
kaprodi IPS
dengan
bertanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ruangan sekretariat
IPS, pada hari
Jumat pukul 14.00
WIB dalam
suasana formal.
A: tuturan sopan,
adanya kejelasan
dalam berbicara
dan menggunakan
paralinguistik
menganggukkan
kepala.
49. A : Menurut kalian
manakah yang
terlebih dahulu, visi
atau misi?
B : Visi kemudian
misi pak.
A: Pro kontra
pembuatan visi dan
misi itu sebenarnya
tergantung dari yang
merumuskannya.
Terkadang ada misi
yang didahulukan
dari visi tapi ada juga
visi yang disusul
misi. Jadi yang
Tuturan terjadi
pada hari Jumat,
pukul 09.00
WIB di K.415
berlangsung
tuturan antara
dosen
Pendidikan
Fisika berusia 50
tahun, berjenis
kelamin pria dan
mahasiswa
Pendidikan
Fisika semester
3 berjenis
kelamin wanita,
O1: latar belakang
Dosen Pendidikan
Fisika, berjenis
kelamin pria,
berusia 50 tahun.
O2 : latar belakang
mahasiswa
Pendidikan Fisika
semester 3,
berjenis kelamin
wanita, berusia 21
tahun. Kedudukan
O1 lebih tinggi
dari O2 sehingga
O1 bebas berbicara
daripada O2.
Memberi
informasi
peserta tutur
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 12
elemen dan
fungsi konteks
tuturan. Elemen
tuturan tersebut
seperti O1, O2,
E M, A, U, B, I,
C, R, A, A. Selain elemen
konteks juga
terdapat fungsi
konteks dalam
tuturan, yaitu
memberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membuatnya
mengatur rencananya
karena pada dasarnya
visi misi atau misi
visi sama saja.
B2: Pak, berati tidak
selalu visi misi tetapi
bisa misi visi?
A: Ya. Jadi yang
membuatnya
mengatur
perumusannya karena
pada dasarnya visi
misi atau misi visi
sama saja. Yang
penting kalian harus
tahu definisi visi dan
misi serta isi
didalamnya.
TMD/PFIS/FKIP
berusia 20 tahun.
Kedudukan O2
lebih tinggi
daripa O2 karena
O1 adalah dosen
sedangkan O2
mahasiswa
bimbingan O1.
O1 dan O2
berlangsung
tuturan dengan
topik
pembicaraan
ketentuan
pembuatan visi
misi. Maksud
tuturan O1
bertanya kepada
O2 terkait
perumusan
pembuatan visi
misi kemudian
O1 memberi
penjelasan
proses
pembuatan visi
dan misi.
M: penutur
bertanya dan
memberi
penjelasan terkait
proses pembuatan
visi dan misi.
E: penutur
menjelaskan
berdasarkan itu
tergantung
pemaham mitra
tutur
U : urutan bicara
dimulai oleh dosen
kemudian
ditanggapi oleh
mahasiswa. Jadi
tuturan mahasiswa
berada di belakang
tuturan dosen
sehingga tuturan
dosen lebih bebas.
I : sarana tutur
menggunakan
bahasa lisan.
B: ketentuan
pembuatan visi
misi.
penjelasan
informasi terkait
pembuatan visi
dan misi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C: ragam bahasa
formal
A: adegan tutur di
K.415, peristiwa
tutur pagi hari
Jumat, pukul 09.00
WIB.
R: jenis wacana
mapan karena
bentuk wacana
pada suasana
kuliah.
A: norma
kebahasaan dengan
topik yang
dibicarakan
menarik penutu
rmaupun lawan
tutur.
50. A: Pagi bu, kami
mau memberitahukan
informasi penarikan
PPL di SMP N 1
Sleman”
B: Pagi mbak, mau
penarikan tanggal
berapa?
A: Penarikan tanggal
Tuturan terjadi
pada hari Rabu,
di ruang dosen.
Tuturan
berlangsung
antara
mahasiswa dan
dosen
pendidikan
O1: status sosial
sebagai mahasiswa
Pendidikan Fisika
, semester 7,
berjenis kelamin
wanita berusia 22
tahun.
O2 : latar belakang
sebagai dosen
Fungsi Konteks
Memberikan
Informasi Sebab
Peserta Tutur
Pada data
tuturan tersebut
melibatkan 10
elemen dan
fungsi tuturan.
Elemen tuturan
tersebut seperti
O1, O2, E, M,
U, B, I, C, A, A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29 September mbak,
B: Semua laporan
dan dosen yang
datang sudah
dipastikan kah?
A: Belum bu, laporan
masih dalam proses
tanda tangan
B: Ya sudah
dipastikan dulu
A: Oh ya bu.
TMKD/PPFIS/FKIP
fisika. Hal ini
terlihat bahwa
kedudukan O2
lebih tinggi dari
O1. Maksud
tuturan O1
adalah
memberitahukan
informasi
penarikan tetapi
O2 menyuruh
menyelesaikan
semua laporan
terlebih dahulu.
Pokok
pembicaraan
penjelsan
prosedur
penarikan PPL.
fisika, berjenis
kelamin wanita,
berusia 26 tahun.
Kedudukan O2
lebih tinggi dari
O1 sehingga
mempengarui
bentuk tuturan.
E: emosi penutur
kecewa karena
dosen meminta
menyelesaikan
laopran terlebih
dahulu.
M: penutur
bertanya dan mitra
tutur memperoleh
informasi terkait
administrasi
penarikan.
U: urutan bicara
oleh mahasiswa
kemudian dosen
tetapi dosen lebih
bebas berbicara
karena kedudukan
O2 lebih tinggi.
I: sarana tutur
Sedangkan
elemen konteks
yang tidak
terdapat dalam
tuturan yaitu A,
R,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Keterangan Pengkodean
Prodi Pendidikan Fisika : PPFIS
Prodi Pendidikan Biologi : PPBIO
Prodi Pendidikan Matematika : PPMAT
Prodi Pendidikan Ekonomi : PPE
Prodi Pendidikan Akutansi : PPAK
Prodi Pendidikan Bimbingan Konseling : PPBK
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia : PPBSI
Prodi Pendidikan Bahasa Inggris : PPBI
Prodi Pendidikan Sejarah : PPS
menggunakan
bahasa lisan
C: citarasa penutur
menggunakan
ragam bahasa
formal.
A: adegan tutur
berlangsung
diruang dosen,
pada hari Rabu.
A: norma
kebahasaan sopan
karena sebelum
pada isi
pembicaraan saling
menyapa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(B
Etr(c
--=
€',''E
^-1 =
E\<
-EA
FI
r-Nl-i(.)()
z(dti>,
oo'rl;JB()>
'()a
-,dobooZ
t4)+<
ztrvlr
b0EOEioaol-.1
lfi$r!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Lastri Rindiyantika lahir di Srimulyo, 04 September 1994.
Anak kedua dari dua bersaudara pasangan Siswanto dan Sari.
Penulis menempuh pendidikan SD Negeri 004 Srimulyo pada
tahun 2001-2007. Penulis melanjutkan pendidikan menengah
pertama di SMP Negeri 3 Sendawar pada tahun 2007-2010.
Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri
1 Sendawar pada tahun 2010-2013.
Pada tahun 2014 tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Masa Pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis
skripsi berjudul “Kajian Eleman dan Fungsi Konteks Sosietal dalam Menentukan Maksud
Berkomunikasi antara Mahasiswa dan Dosen FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta Tahun Akademik 2017/2018”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI