keuneunong , potensi peringatan dini cuaca extrim dan...

12
1 KEUNEUNONG, Potensi Peringatan Dini Cuaca Extrim dan Iklim Ala adat Masyarkat Aceh Oleh. Nasrol Adil Organisasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang menangani bidang pendidikan dan kebudayaan UNESCO akhir-akhir ini aktif mencari altenatif dalam mitigasi bencana yang bersumber dari kearifan lokal dan adat istiadat pada masyarakat tertentu untuk meningkatkan kewaspadaan masyarkat terhadap bencana alam. Bencana Alam memang tidak dapat ditolak namun manusia hanya dapat berusaha dengan melakukan berbagai cara untuk meminimalisir jumlah korban baik jiwa dan harta benda dari dampak suatu bencana. Data BNPB menyebutkan dari seluruh bencana alam yang menimpa negara kita diawal tahun 2014 ini, sebagaian besar atau mencapai 80% nya adalah bencana hydrometeorologi yaitu banjir. Kerugian akan harta benda mencapai triliunan rupiah tiap tahunnya, serta ratusan nyawa melayang, dan ribuan orang menjadi pengungsi. Terhitung dari data yang berhasil dikumpulkan sejak tahun 1998 s/d 2013 terdapat 262 kejadian banjir yang tersebar di seluruh kabupaten kota dalam propinsi Aceh, menurut sumber BNPB 254 kejadian, dan sejak 1976 kejadian dan jumlah korban akibat banjir meningkat tiap tahunnya. Berbagai cara telah dilakukan oleh pemeritah dalam mengantisipasi bencana banjir, memperbaiki infrastruktur, normalisasi sungai, bahkan yang paling terakhir pemerintah DKI bekerja sama dengan BNPB membuat kegiatan modifikasi Cuaca untuk mengantisipasi banjir Jakarta namun hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Namun disisi lain kemungkinan sebagian dari kita telah lupa masih ada potensi-potensi pada masyarakat kita dalam mengantisipasi bencana terutama cuaca buruk dan banjir yaitu yang bersumber dari kearifan lokal masyarakat. Adat Istiadat pada masyarakat kita telah tumbuh subur di Nusantara tercinta ini berabad- abad lamanya sebagai bentuk hasta karya dan cipta manusianya. Adat Istiadat muncul sebagai bentuk dinamika masyarakat baik dalam menata kehidupan sosial kemasyarakatan maupun dalam merespon dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada alam. Terlebih di Nusantara tercinta Indonesia yang berada dalam “ring of fire” tentunya banyak kearifan lokal yang mengarah kepada kesiapsiagaan terhadap datangnya malapetaka atau bencana. Seperti Smong (air laut surut dengan cepat) di Kabupaten Simeulu Propinsi Aceh sebagai adaptasi masyarakat terhadap

Upload: dokiet

Post on 06-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

1

“KEUNEUNONG”, Potensi Peringatan Dini Cuaca Extrim

dan Iklim Ala adat Masyarkat Aceh

Oleh. Nasrol Adil

Organisasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang menangani bidang pendidikan dan

kebudayaan UNESCO akhir-akhir ini aktif mencari altenatif dalam mitigasi bencana yang

bersumber dari kearifan lokal dan adat istiadat pada masyarakat tertentu untuk meningkatkan

kewaspadaan masyarkat terhadap bencana alam.

Bencana Alam memang tidak dapat ditolak namun manusia hanya dapat berusaha dengan

melakukan berbagai cara untuk meminimalisir jumlah korban baik jiwa dan harta benda dari

dampak suatu bencana. Data BNPB menyebutkan dari seluruh bencana alam yang menimpa negara

kita diawal tahun 2014 ini, sebagaian besar atau mencapai 80% nya adalah bencana

hydrometeorologi yaitu banjir. Kerugian akan harta benda mencapai triliunan rupiah tiap tahunnya,

serta ratusan nyawa melayang, dan ribuan orang menjadi pengungsi. Terhitung dari data yang

berhasil dikumpulkan sejak tahun 1998 s/d 2013 terdapat 262 kejadian banjir yang tersebar di

seluruh kabupaten kota dalam propinsi Aceh, menurut sumber BNPB 254 kejadian, dan sejak 1976

kejadian dan jumlah korban akibat banjir meningkat tiap tahunnya.

Berbagai cara telah dilakukan oleh pemeritah dalam mengantisipasi bencana banjir,

memperbaiki infrastruktur, normalisasi sungai, bahkan yang paling terakhir pemerintah DKI

bekerja sama dengan BNPB membuat kegiatan modifikasi Cuaca untuk mengantisipasi banjir

Jakarta namun hasilnya tidak seperti yang diharapkan.

Namun disisi lain kemungkinan sebagian dari kita telah lupa masih ada potensi-potensi

pada masyarakat kita dalam mengantisipasi bencana terutama cuaca buruk dan banjir yaitu yang

bersumber dari kearifan lokal masyarakat.

Adat Istiadat pada masyarakat kita telah tumbuh subur di Nusantara tercinta ini berabad-

abad lamanya sebagai bentuk hasta karya dan cipta manusianya. Adat Istiadat muncul sebagai

bentuk dinamika masyarakat baik dalam menata kehidupan sosial kemasyarakatan maupun dalam

merespon dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada alam. Terlebih di Nusantara

tercinta Indonesia yang berada dalam “ring of fire” tentunya banyak kearifan lokal yang mengarah

kepada kesiapsiagaan terhadap datangnya malapetaka atau bencana. Seperti Smong (air laut surut

dengan cepat) di Kabupaten Simeulu Propinsi Aceh sebagai adaptasi masyarakat terhadap

2

ancaman tsunami yang telah diakui PBB menjadi salah satu warisan leluhur dalam kesiapsiagaan

terhadap bencana Tsunami, Ono Hada di Sumatra Utara, Subak di Bali, Adat suku Baduy di Jawa

Barat yang mempertahankan hutan sehingga terhindar dari banjir bandang dan tanah longsor,

Talehu dan Gagala di Ambon, upacara adat Maccara Tapaerang di Soppeng Sulawesi Selatan dan

masih banyak lagi di bumi pertiwi ini.

Salah satu kearifan lokal dibumi nusantara ini adalah yag ada pada masyarakat Aceh yaitu

“Keuneunong” sebagai adaptasi terhadap musim dan cuaca untuk keperluan bercocok tanam dan

berlayar untuk berniaga maupun sebagai nelayan.

Sebagimana halnya Klimatologi sebagai pedoman penentuan musim, Keuneunong yang

disingkat Keunong mengambil pedoman pada pola pergeseran maupun perubahan kedudukan

yang terjadi pada bintang-bintang dilangit serta perilaku adaptasi hewan pada saat pergantian

musim yang dipakai dalam menentukan kapan waktu menanam padi, menabur benih disawah dan

juga kapan hari baik untuk berlayar sehingga tidak terjadi gelombang tinggi ataupun angin badai

dilaut.

Keuneunong merupakan kosakata bahasa Aceh yang berasal dari kata Keunong yang

berarti kena, mengenai, bertemu, atau menyentuh (TDMRC,2013:3) dikatakan kena atau mengena

artinya posisi bulan dan bintang scorpio terletak pada posisi yang sama atau sejajar. Menurut

sejarahnya belum diketahui secara pasti siapa dan kapan Keunong pertama kali ditemukan akan

tetapi dalam berbagai literature nama Keuneunong telah dipakai sejak masa pemerintahan Sultan

Iskandar Muda 1607-1636 dan banyak literature lainnya yang menyebutkan tentang almanak

Keuneunong oleh orang Belanda yang melakukan kegiatan penelitian terhadap kebudayaan dan

dan adat istiadat orang Aceh dalam bukunya The Atjeher yaitu Dr.Snouck Hugronje.

Namun berdasarkan polanya diketahui bahwa perhitungan Keuneunong bersumber dari

kitab Tajull Mulk karya Bustanul Salatin. (FGD Keuneunong, TDMRC-Unsyiah:2013). Demikian

sebagian masayarakat baik yang bermukim di pesisir maupun di pedalamam mengetahui dengan

jelas bagaimana mekanisme pola perhitungan tersebut selama ratusan tahun yang diturunkan oleh

nenek moyang dalam menghadapi musim.

Dalam penanggalan Keuneunong terdapat 12 bulan yang sama dengan bulan masehi namun

perhitungannya berdasarkan kelipatan angka ganjil yang dimulai dari keunong 1 sampai 23.

Menurut buku karangan Snouk Hurgronje berjudul “ The Atjeher” yang diterjemahkan oleh NG

Singarimbun (Eds), terbitan Yayasan Soko Guru, 1985. Hugronje menyebutkan bahwa keunong

3

dimulai dengan angka 23 yang jatuh pada bulan Jumadil Akhir pada bulan Hijriah pada tahun 1892

M pada saat itu (saat dimana Prof.Dr.Snouck Hugronje ke Aceh).

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Tsunami and Disaster Research centre (TDMRC)

Universitas Syiah Kuala Banda terhadap maysarakt Pulo Aceh ( salah satu pulau di Kabupaten

Aceh Besar, Prop.Aceh) pada bulan Februari 2013 menunjukkan bahwa Keunong masih menjadi

pedoman masyarakata Pulo Aceh tidak saja bagi penentuan awal penanaman padi atau kapan

sebaiknya berlayar atau melaut, tapi juga kewaspadaan terhadap bahaya baik yang bersumber dari

alam berupa bencana badai, hujan, petir dan gelombang tinggi serta bencana akibat kejahatan dan

kecerobohan yang ditimbulkan oleh manusia yang akan terjadi yang terdiri dari waktu ke waktu

yang terdiri dari Naas (naas) Kala (saat buruk) dan Celaka (sangat buruk).

Penelitian tersebut menemukan bahwa dalam melakukan aktifitas pertanian dan perikanan

masyarakat Pulo Aceh mempercayai pola perhitungan kalender yang didasarkan pada ilmu

perbintangan (ilmu Falaq) yang kemudian disebut Keuneunong.

Pola penanggalan Keunong layaknya kalender yang didasarkan pada perhitungan

pertemuan gugusan bintang Kala (scorpio) dengan peredaran bulan. Artinya ketika bintang kala

bertemu dengan atau sejajar dengn bulan maka itu disebut keunong atau kena atau mengenai,

sehingga menurut Hugronje (1985) dalam setahun rata rata terdapat 13.363 keunong bulan dalam

posisi yang sama atau kena dengan bintang kala (scorpio).(Hugronje,1985).

Gambar1. Rasi bintang scorpio sejajar dengan bulan disebut Kena (Keunong) (sumber

http://basecamppetualang.blogspot.com/2013/03/menentukan-arah-pada-peta-dan-tanda.html)

Selain Bintang scorpio sebagai pedoman utama dalam pengatur musim di Aceh, dikenal

juga kumpulan bintang besar lainnya seperti bintang Lhee (bintang tiga) atau bintang Orion. Pada

4

saat salah satu bintang tiga ini bercahaya sangat terang, maka itu pertanda benih padi sudah boleh

ditabur, jika bintang yang ditengah bersinar paling terang maka itu berarti benih padi sudah boleh

ditanam, dan jika bintang paling timur bersinar paling terang maka masa tanam telah berakhir.

Arah garis yang menghubungkan ketiga bintang merupakan arah kiblat. Menurut Hugronje (1985)

terdapat beberapa bintang lainya yang sangat populer dikalangan masyarakat Aceh seperti bintang

zohra (Venus). Bintang ini sering disebut bntang timu (timur) atau bintang kejora. Posisi ini juga

dijadikan kompas bagi nelayan untuk mengetahui posisi mereka dilaut. Disamping itu juga

dikenal bintang lainnya seperti bintang Takat untuk menghitung permulaan dari musim, bintang

paro (pari) dan bintang tujuh, bintang puyoh Muloot (musim dimana tidak bisa melaut sehingga

orang yang suka menyabung mencari puyuh untuk diadu sehingga disebut puyuh berkelahi) dan

bintang Boh Glem (buah Glem). Dalam tiap Bulan Keuneunong terdapat 2 atau 3 hari yang patut

diwaspadai dimana didalam ketiga hari yang patut diwaspadai tersebut terdapat kejadian kejadian

seperti yang disebut diatas berupa angen Badee, (Badai) Puteng Bliung (Putting Beliung), Reudok

(mendung) dan Ujeun serta Gelombang tinggi sehingga nelayan pada hari-hari tersebut pantang

melaut. (TDMRC: 2013). Hugronje (1985) menyebutkan bahwa biasanya tiga hari setelah terjadi

keunong ditandai datangnya cuaca buruk.

Gambar2. Rasi bintang orion dan scorpio (sumber:: www.kafeastronomi.com)

5

Untuk menghitung tiga hari yang patut diwaspadai tersebut diambil dari patokan bulan

hijriah (penanggalan menurut peredaran bulan) pada bulan masehi yang bersangkutan.

Cara menghitung keunong (K) adalah sebagai berikut:

K= C – 2 x bulan berjalan, dimana C adalah konstanta 25

Misalnya: Bulan januari = 1 K= 25 – 2 (1) = 23

Maka bulan Januari adalah keunong duaploh lhee (23)

Bulan Mei = 5; K= 25 – 2 (5) = 15

Maka bulan mai adalah keunong 15 ( keunong limongblah)

Berikut adalah Keunong tahun 1892 yang dikutip dari buku The Atjeher karangan Dr. Snouck

Hugronje.

Tabel 1. Keunong (sumber: The Atjeher terjemahan NG.Singarimbun,1985 dan TDMRC Unsyiah 2013)

no Keunong Bulan hijriah (1310

H s/d 1311H)

Bulan

masehi

Hari

diwaspadai

(TDMRC)

Adat istiadat/Gejala alam /Karakteristik iklim

1 23 23 jumadil akhir

1310 H

12 jan 3, 13, 23 Waktu malam bertiup angin kering, ( angin timur tenggara)

Musim kering, berbahaya utk berlayar tapi ada waktu 5 s/d 7

hari bias berlayar ke pantai utara dan timur

2 21 21 rajab 1310 H 8 feb 1, 11, 21 Musim kanduri blang (kenduri sawah) bisa bertanam palawija(

intermediate crop) sawah sempit atau tertutup utk berladang

3 19 19 sya’ban 1310 H 8 mar 9, 29 Sama dengan musim tahun lalu

4 17 17 Ramadhan 1310

H

4 apr 7,17,27 Ikan luloh ke hilir dan kembali ke hulu disore saat kembali

banyak orang menangkapnya dan masyarakat di Ulelhe

(pelabuhan feri banda aceh sekarang) dilaksanakan kenduri

Laut. Mulai Musim Barat. Zenith mencapai puncaknya.

Sebenarnya terjadi tanggal 5 april

5 15 15 Syawal 1310 H 2 Mei 5,15,25 Petani mulai membajak, dilaut angin badai

6 13 13 dzulqaidah 1310

H

29 Mei 3,13,23 Umumnya orang mulai membajak, tanda berakhirnya musim

sempit sawah, lamanya kira-kira 8 bulan

7 11 11 Dzulhijjah 1310

H

26 Juni 1,11,21 Dari bulan ini samapi 2 bulan berikutnya Petani mulai

menanam benih, tergantung kilauan dari bintang di Orion

(bintang Lhee) mulai bertiup angin barat.

8 9 9 Muharam 1311 H 23 Juli 9,19,29 Kepiting/ketam di tepi pantai seolah-olah tersesat dikenal”

bingkong wo” (ketam pulang)

9 7 7 Safar 1311 H 20 Agt 7,17,27 Mata uroe senang (puncak zenith Matahari). Tebu yang

ditanan bernasib sama dg keunong 17 tidak berair.

10 5 5 Rabiul Awal 16 Sep 5,15,25 Musim angin timur (angen timu), para nelayan kembali

mengadakan kanuri La’ot (kenduri laut)

11 3 3 Rabiul Akhir 14 Okt 3,13,23 Waktu paling baik utk berlayar dari ibukota kepantai barat:

waktu ini berlangsung sampai keunong 17.

6

12 1 1 jumadil awal 11 Nov 1,11,21 Hujan lebat mulai turun pada keunong ini, dalam keunong ini

terjadi pertemuan antara bulan dan bintang scorpio sebelum

bulan baru dibulan desember (7 desember). karena banyaknya

pertumbuhan awan dan hujan maka keunong tidak terlihat

sehingga dikenal sbg keunong tenggile ( Trenggiling: binatang

pemakan semut yang keluar dari sarangnya karena banyak)

Dari tabel diatas pada posisi keunong 17 dan keunong 7 memperlihatkan korelasi musim di

Indonesia pada umumnya yang dipengaruhi gerak semu matahari yaitu pada bulan Maret dan

Desember matahari tepat berada di khatulistiwa dan dalam kalender keunong 1892 terdapat dua

bulan yang sama dimana top zenith (mata uroe senang) mencapai puncaknya yaitu pada tanggal 5

April dan 20 Agustus terdapat pergeseran dari bulan Maret ke bulan April dan bulan September

ke agsutus karena posisi Aceh yang lebih ke belahan Bumi Utara 5 LU-2LU.

Dari kedua tabel diatas sangat menarik dilakukan analisis maupun validasi terhadap tabel

tersebut pada jumlah kejadian cuaca ektrim yang mengakibatkan banjir di propinsi Aceh. Dari data

banjir periode 1998 s/d 2013 menunjukkan bahwa terdapat 262 kejadian banjir di propinsi Aceh

selama periode tersebut yang diakibatkan oleh kejadian hujan lebat.

Grafik 1. Sebaran kejadian banjir dari tahun ke tahun di Prop.Aceh

Dan untuk kejadian banjir terbanyak terjadi pada bulan bulan oktober, November dan januari tiap

tahunnya seperti tergambar pada grafik di bawah ini:

0

20

40

60

199

8

199

9

200

0

200

1

200

2

200

3

200

4

200

5

200

6

200

7

200

8

200

9

201

0

201

1

201

2

201

3

kejadian banjir Aceh

7

Grafik.2 Jumlah Kejadian Banjir di Aceh berdasarkan Bulan periode 1998 s/d 2013

Sedangkan jika ditinjau dari sisi bulan Hijriah Kejadian banjir terbanyak adalah pada bulan

Zulkaidah dan yang paling kecil adalah pada bulan ra’jab seperti terlihat pada grafik dibawah ini:

Grafik.3 jumlah kejadian banjir berdasarkan bulan hijriah

Ditampilkan grafik diatas adalah untuk melihat korelasi klimatologis antara bulan masehi dan

bulan hijriah dikarenakan perhitungan almanak keuneunong masyarakat Aceh mendasari pada

perjalanan bulan.

Dari perhitungan Keunong terdapat pergeseran tanggal kejadian banjir dengan hari waspada

keunong seperti terdapat pada tabel berikut:

Tabel.2 pergeseran hari waspada terhadap kejadian banjir

Pergeseran (hari)

Jumlah kejadian

8 14

7 44

6 24

5 19

4 29

3 26

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Jum

lah

keja

dian

8

2 22

1 20

0 26

-1 12

-2 16

-3 3

-4 3

-5 2

-6 1

-8 1

jumlah 262

Pada grafik 4 dibawah menggambarkan jumlah pergeseran terbanyak adalah 7 hari dan paling

sedikit adalah – 8 dan – 6 hari.

Grafik.4 pergeseran hari banjir dan hari keunong

Pergeseren 1 s/d 7 hari berarti cuaca ektrim terjadi 1 s/d 7 hari setelah tanggal atau hari waspada

menurut keunong sedangkan pergeseran -1 s/d -8 berarti kejadian cuaca ektrim terjadi sebelum

hari waspada menurut Keunong. Pergeseran Minus yang paling banyak terjadi adalah – 2. Dari

data menunjukkan pergeseran -2 dan 7 hari saling kesesuasin artinya jika kejadian banjir 7 hari

lagi maka sama dengan – 2 dengan kenong berikutnya.

Ditinjau dari pergeseran hari kejadian banjir dengan keunong maka rata rata pertahunnya adalah

adalah sebesar 4,15 hari bergeser dari hari-hari waspada keunong. Garfik berikut menggambarkan

sebaran pergeseran rata-rata pertahunnya

0

5

10

199

8

1999

200

0

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

rata rata pergeseran per tahun

0

10

20

30

40

50

8 7 6 5 4 3 2 1 0 -1 -2 -3 -4 -5 -6

jml kejadian

Jum

lah

keja

dia

n

pergeseran

9

Grafik.5 jumlah kejadian banjir berdasarkan bulan hijriah

Pergeseran hari kejadian banjir terhadap hari waspada keunong sangat mungkin terjadi jika

ditinjau dari unsur- unsur gangguan cuaca yang terbentuk diatmosfer sebagai contoh kasus untuk

kejadian banjir tanggal 6 April 2013 di Aceh Besar, Aceh Utara dan Bireun. Gangguan berupa

daerah tekanan rendah sudah muncul sejak tanggal 29 maret 2013 (7 hari sebelum kejadian banjir)

dan belokan Angin muncul di atmosfer ketiga wilayah diatas, sebagaimana terlihat pada analisis

streamline di bawah ini:

Gambar 3. Analisis Streamline 29 Maret 2013 (sumber: www.bmkg.go.id)

Berikut adalah salah satu citra satelit kejadian cuaca ekstrim pada tanggal 5 April 2013 pada posisi

0 hari dari hari waspada pada kalender Keunong dengan lokasi banjir meliputi kabupaten Aceh

Besar, Aceh Jaya, Nagan Raya, Aceh Barat Daya dan Lhokseumawe.

gambar.5 Citra MTSAT tangal 6 April 2013

10

Maka jika ditinjau dari unsur-unsur gangguan cuaca terdapat beberapa gangguan cuaca yang

terbentuk pada hari hari wapada keunong dari tahun 1998 s/d 2013 sebagai berikut:

Tabel.3 Gangguan yang sering muncul periode 1998 s/d 2013

no

Gangguan atmosfer Jumlah kejadian

1 Belokan angin 165

2 edy 56

3 konvergensi 24

4 Area tekanan rendah (LPA) 17

Dilihat dari tabel diatas belokan angin adalah unsur ganggauan cuaca yang paling banyak

mengakibatkan banjir di Aceh yang bermula dari munculnya daerah tekanan rendah. Namun

demikian bahwa factor factor global dan regional tetap mempengaruhi munculnya gangguan pada

dinamika atmosfer lokal di Aceh dimana pengaruh monsunal lebih banyak mempengaruhi pesisir

timur Aceh dan equatorial banyak berdampak di pesisir barat-selatan. Faktor osilasi MJO dan

Indian Ocean Dipole juga banyak berpengaruh pada pembentukan gangguan atmosfer di Aceh

juga tidak menafikan adanya belokan angin dan konvergensi akibat munculnya tropical siklon di

sekitar samudra hindia belahan bumi utara yang biasanya berakhir di teluk benggala maupun di

bagian belahan bumi selatan.

Maka jika ditinjau dari gangguan yang terjadi pada factor lokal dan regional maka pergeseran

keunong tersebut merupakan masa dimana proses gangguan yang terjadi di atmosfer terbentuk.

Maka dari ketiga factor analisis baik factor lokal, regional maupun global waktu pergeseran 7 dan

0 hari dari kalender keunong memungkinkan adanya aktifitas terjadinya cuaca ektrim yang

memiliki keakuratan 83% tepat.

Untuk pergeseran hingga 3 hari kedepan juga memiliki keakuratan 83% dari kalender keunong

karena telah disebutkan bahwa tiga hari setelah keunong biasanya diikuti oleh kejadian cuaca

buruk.

Maka jika dianggap pergeseran antara 0 s/d 7 hari merupakan ketepatan yang akurat

terhadap pembentukan unsur-unsur gangguan dan anomaly cuaca maka akurasi dari keunong

adalah 83%. Berikut tabel akurasi dari hal tersebut.

11

Grafik 5. Prosentasi akurasi Keunong setelah analisis

Dari analisis dan pengolahan data diatas dapat disimpulkan bahwa Prosentase pergeseran

Keunong terhadap kejadian banjir merupakan masa proses pembentukan gejala cuaca hujan

dengan intesitas lebat dari 1 hingga 7 hari. Hal ini berarti bahwa pergeseran tersebut mewakili

ketepatan dari kalender Keunong. Akurasi Keunong berada pada posisi 83% setelah analisis

meteorologis.

Dengan Prosentase mencapai 83% persen tersebut ditinjau dari analisis meteorologist maka

dapat diksimpulkan bahwa Almanak Keunong dapat dijadikan bahan pertimbangan dan dasar

analisa bagi peringatan dini Cuaca ektrem maupun penentuan musim di Aceh.

Dari penulisan ini juga diharapkan dalam rangka keakuratan prakiraan iklim dan cuaca

BMKG prakirawan selain mempertimbangkan analisa dinamika atmosfer perlu juga

memperhatikan analisis dari sisi Astronomis atau gejala-gejala yang terjadi pada benda langit dan

hal ini sangat mendukung program pembangunan yang dilakukan oleh BMKG untuk membangun

menara Hilal yang tidak saja memantau dari sisi pergerakan bulan , juga dapat digunakan bagi

observasi kedudukan bintang serta pengaruhnya terhadap iklim dan cuaca di Indonesia dalam

rangka meminimalisir resiko bencana Hdydrometeorologi.

Banda Aceh, 14 April 2014

Penulis

Prakirawan Sta. Meteorologi

83%

16%% 1%

prosentase akurasi

0-7 hari

-1s/d-4 hari

-6 s/d -8 hari

Mengetahui/ Menyetujui

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Blang Bintang

12

Blang Bintang Banda Aceh

Nasrol Adil

NIP.197405121997031001