kajian ekonomi regional provinsi gorontalo triwulan iv 2009 filekata pengantar puji syukur kami...
TRANSCRIPT
Visi Bank Indonesia :
“Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui
penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”
Misi Bank Indonesia :
“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan
pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia
yang berkesinambungan”
Tugas Bank Indonesia :
1. Menentapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
3. Mengatur dan mengawasi bank.
Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada
Redaksi :
Kelompok Kajian dan Survey
Bank Indonesia Gorontalo
Jl. D.I. Panjaitan No 35 Gorontalo – 96115
Telp : +62 435 824444
Fax : +62 435 827993
Web : www.bi.go.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya sehingga
penyusunan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Gorontalo dapat diselesaikan dengan
baik.
Kajian periode triwulan IV-2009 ini merupakan pengejawantahan dari peranan KBI
Gorontalo sebagai ‘economic intelligent and research unit’ yang diharapkan mampu
memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini
sebagai bahan masukan pemangku kepentingan di daerah dan di pusat.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan informasi yang
amat bermanfaat bagi penyusunan kajian ini. Di sisi lain, kami juga menyadari bahwa di usia
yang masih sangat muda ini, KBI Gorontalo dari sisi produk dan peran masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan saran, masukan dan kerjasama dari berbagai
pihak untuk meningkatkan kualitas produk dan peranan kami di masa yang akan datang.
Akhir kata, kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan
perekonomian Provinsi Gorontalo.
Gorontalo, 4 Februari 2010
BANK INDONESIA GORONTALO
Benny Siswanto
Pemimpin
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF i BAB 1. PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL
1.1. Sisi Permintaan 1 1.1.1. Konsumsi 2 1.1.2. Investasi 4 1.1.3. Ekspor-Impor 5
1.2. Sisi Penawaran 7 1.2.1. Sektor Pertanian 7 1.2.2. Sektor Angkutan dan Komunikasi 9 1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 10 1.2.4. Sektor Bangunan 11 1.2.5. Sektor Industri Pengolahan 12 1.2.6. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa 13 1.2.7. Sektor Lainnya 13
1.3. Box KER I 14 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
2.1. Inflasi Gorontalo Triwulan IV-2009 17 2.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang/Jasa 19
2.2.1. Inflasi Tahunan (yoy) 19 2.2.2. Inflasi Triwulanan (qtq) 20
2.3. Box KER II 23
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.1. Fungsi Intermediasi 27
3.1.1. Perkembangan Bank 27 3.1.2. Penyerapan Dana Masyarakat 28
3.2. Stabilitas Sistem Perbankan 30 3.2.1. Risiko Kredit 30 3.2.2. Risiko Likuiditas 31 3.2.3. Risiko Pasar 33
3.3. Box KER III 34
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1. Pendapatan Daerah 37 4.2. Belanja Daerah 38 4.3. Kontribusi Realisasi APBD Gorontalo terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar 39 4.4. Perkembangan Keuangan Daerah 2010 40
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN 5.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal 41 5.2. Perkembangan Kliring Non BI di Gorontalo 42
BAB 6 KESEJAHTERAAN
6.1. Pengangguran 43 6.2. Kemiskinan 44
6.3 Rasio Gini 45 6.4 IPM (Index Pembangunan Manusia) 45
BAB 7 OUTLOOK PEREKONOMIAN
7.1. Outlook Makro Ekonomi Regional 47 7.2. Outlook Triwulanan 49 7.3 Outlook Inflasi 51
LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan (y.o.y) 2
Tabel 1.2 Komposisi Investasi Gorontalo 4
Tabel 1.3 Jumlah PMA/PMDN aktif di Gorontalo 5
Tabel 1.4 Perkembangan Negara Tujuan Ekspor Luar Negeri 6
Tabel 1.5 Perkembangan Komoditas Ekspor Luar Negeri Gorontalo 6
Tabel 1.6 Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Gorontalo 6
Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (y.o.y) 7
Tabel 1.8 Produksi Pertanian Tabama 8
Tabel 1.9 Perhitungan ICOR Prov. Gorontalo 14
Tabel 1.10 Anggaran Belanja Modal PEMDA 2009 vs 2010 16
Tabel 2.1 Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (yoy) 19
Tabel 2.2 Inflasi Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan tahun 2009 (y.o.y) 20
Tabel 2.3 Kelompok Barang dan Jasa 20
Tabel 2.4 Hasil Rapat Tim Pengendalian Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan Ekonomi
Daerah 22
Tabel 2.5 Asal Pasokan Pada Level Konsumen 25
Tabel 3.1 Matriks Perbandingan Kompetitif Komoditas Unggulan Kota Gorontalo 35
Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo 37
Tabel 4.2 Komposisi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo dalam (%) 38
Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo 38
Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo 39
Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap sektor Riil 39
Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang Beredar 40
Tabel 4.7 APBD 2009 vs APBD 2010 40
Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut Kegiatan 43
Tabel 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja 44
Tabel 6.3 Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%) 44
Tabel 6.4 Persentase Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kab/Kodya tahun 2007 45
Tabel 6.5 Rasio Gini Provinsi Gorontalo 45
Tabel 6.6 IPM Provinsi Gorontalo 46
Tabel 6.7 Indeks Pembangunan Manusia per Kab/Kodya Tahun 2006-2007 46
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo 1
Grafik 1.2 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 3
Grafik 1.3 Konsumsi Bahan Bakar Rumah Tangga 3
Grafik 1.4 Belanja Pegawai APBD 3
Grafik 1.5 Indeks Keyakinan Konsumen 3
Grafik 1.6 Survey Konsumen 4
Grafik 1.7 Realisasi Belanja Non Modal 4
Grafik 1.8 Belanja Modal APBD Provinsi 4
Grafik 1.9 Muat Barang di Pelabuhan Gorontalo 5
Grafik 1.10 Luas Lahan Panen & Produktivitas Jagung 8
Grafik 1.11 Perkembangan Produktivitas Jagung 8
Grafik 1.12 Konsumsi Premium untuk Transportasi 9
Grafik 1.13 Jumlah Penerbangan Pesawat 9
Grafik 1.14 Realisasi Pajak Kendaraan Bermotor 9
Grafik 1.15 Perkembangan Penumpang Pesawat 10
Grafik 1.16 Perkembangan Penumpang Kapal Laut 10
Grafik 1.17 Perkembangan Kredit Perdagangan 10
Grafik 1.18 Perkembangan Konsumsi Listrik Bisnis 10
Grafik 1.19 Tingkat Penghunian Hotel 10
Grafik 1.20 Realisasi Belanja Modal APBD 11
Grafik 1.21 Realisasi Penjualan Semen 11
Grafik 1.22 Penggunaan BBM Industri 12
Grafik 1.23 Penggunaan Listrik Industri 12
Grafik 1.24 NIM Perbankan 13
Grafik 1.25 Perkembangan Investasi Gorontalo 14
Grafik 1.26 Perkembangan Inflasi Sulampua 14
Grafik 1.27 Pertumbuhan Sektor Tradable vs Non Tradable 15
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Nasional dan Gorontalo 17
Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo 18
Grafik 2.3 Indeks Perubahan Harga Umum 3 Bulan YAD 18
Grafik 2.4 Indeks Perkiraan Kenaikan Harga Kelompok 18
Grafik 2.5 Indeks Keyakinan Konsumen 19
Grafik 2.6 Realisasi Kapasitas Produksi per Sektor Ekonomi 2009 19
Grafik 2.7 Perkembangan Harga BBM 20
Grafik 2.8 Perkembangan Harga Bawang dan Cabai 2009 21
Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras dan Gula Pasir 2009 21
Grafik 3.1 Pertumbuhan DPK (y.o.y) 28
Grafik 3.2 Komposisi DPK 28
Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit berdasarkan jenis penggunaan (y.o.y) 29
Grafik 3.4 Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 29
Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral (y.o.y) 29
Grafik 3.6 Komposisi portofolio Kredit Sektor Produktif 29
Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM 30
Grafik 3.8 Komposisi Kredit UMKM 30
Grafik 3.9 Non Performing Loan 31
Grafik 3.10 Kosentrasi Kredit 31
Grafik 3.11 Pergerakan Komposisi DPK 32
Grafik 3.12 Komposisi Dana Milik Pemda 32
Grafik 3.13 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo 33
Grafik 3.14 Perkembangan Kurs USD dan BI Rate 33
Grafik 5.1 Netflow Kas Titipan Gorontalo 41
Grafik 5.2 Perkembangan Netflow 41
Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo 42
Grafik 5.4 Rata-rata Perputaran Kliring Per Hari 42
Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI Gorontalo 42
Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Tahunan 47
Grafik 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan 49
Grafik 7.3 Perkiraan Perkembangan Kegiatan Usaha 50
Grafik 7.4 Proyeksi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo (%)2 51
Grafik 7.5 Indeks Ekspektasi Konsumen Provinsi Gorontalo 51
Grafik 7.6 Indeks Perkiraan Suku Bunga (Perbankan) Tabungan dan Ekspektasi Tabungan 6
Bulan Kedepan 52
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Jalur Distribusi Rica 23
Gambar 2.2 Jalur Distribusi Tomat 24
Gambar 2.3 Jalur Distribusi Cabe Merah 24
Gambar 2.4 Jalur Distribusi Bawang Merah 25
Gambar 3.1 Hasil Analisis AHP Komoditas Unggulan Klaster Kota Gorontalo 34
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 i
RINGKASAN EKSEKUTIF
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Perekonomian Gorontalo
pada triwulan IV-2009
melambat 7,23% (yoy).
Pada triwulan IV-2009, perekonomian Gorontalo diperkirakan
tumbuh 7,23% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV-
2008 sebesar 7,55% (yoy). Sementara itu secara kumulatif
pertumbuhan ekonomi Gorontalo tahun 2009 diperkirakan
sebesar 7,18% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
ekonomi tahun 2008 sebesar 7,76% (yoy). Nuansa perlambatan
didorong oleh melemahnya kinerja pertanian di sisi penawaran
serta kinerja ekpor dan konsumsi pemerintah di sisi permintaan.
Kinerja ekspor dan
konsumsi pemerintah
yang melemah
mendorong perlambatan
pertumbuhan ekonomi
sisi permintaan
Disisi permintaan, kinerja ekspor selama triwulan IV-2009 belum
menunjukkan tanda membaik. Pelemahan ekspor Gorontalo
terutama disebabkan oleh merosotnya ekspor jagung yang
mencapai 51,61% dibandingkan ekspor jagung tahun 2008.
Konsumsi pemerintah turut melambat selama triwulan IV-2009,
perlambatan terutama didorong oleh menurunnya realisasi
belanja barang dan jasa pemerintah daerah.
Melambatnya pertumbuhan ekonomi sisi permintaan sedikit
diredam oleh membaiknya kinerja investasi dan konsumsi
swasta. Belanja modal APBD tumbuh 47,77% jauh melebihi
realisasi tahun 2008 yang terkontraksi 34,30%. Peningkatan
investasi seiring dengan maraknya proyek infrastruktur
pembangunan jalan, bendungan dan pembangkit listrik yang
dikerjakan selama tahun 2009. Sementara itu pada konsumsi
swasta peningkatan didorong oleh kegiatan masyarakat selama
hari raya haji, natal dan libur tahun baru.
Di sisi penawaran,
perlambatan didorong
oleh menurunnya kinerja
sektor pertanian
Disisi sektoral, kinerja pertanian belum kembali pulih, kontraksi
sektor pertanian triwulan IV-2009 semakin meningkat
dibandingkan kontraksi triwulan III-2009. Produksi jagung
Gorontalo triwulan IV-2009 menurun sebesar 20,42% lebih
rendah dibandingkan produksi jagung pada periode yang sama
tahun 2008. Menurunnya produksi jagung disebabkan pengaruh
kekeringan yang terjadi sejak Mei s/d November 2009.
Perlambatan pertumbuhan sisi penawaran mampu sedikit
diredam oleh membaiknya kinerja sektor angkutan, perdagangan
dan bangunan. Sektor angkutan menujukkan perkembangan
yang positif selama musim haji dan liburan akhir tahun yang
ditandai dengan meningkatnya traffic penumpang angkutan
udara dan kapal laut. Sementara itu kinerja sektor bangunan
ii Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
meningkat seiring dengan pertumbuhan realisasi belanja modal
pemerintah daerah.
PERKEMBANGAN INFLASI
Inflasi Gorontalo
triwulan IV-2009 sebesar
4,35% (yoy) lebih rendah
dibandingkan triwulan
IV-2008 sebesar 9,20%
(yoy)
Tendensi penurunan inflasi tahunan mewarnai perkembangan
harga komoditas di Provinsi Gorontalo pada triwulan-IV 2009.
Inflasi Gorontalo triwulan IV-2009 sebesar 4,35% (yoy) lebih
rendah dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 9,20% (yoy).
Sementara secara triwulanan, inflasi triwulan IV-2009 sebesar
0,53% (qtq) lebih rendah dibandingkan triwulan III-2009 sebesar
0,85% (qtq). Adanya policy shock penurunan harga BBM
mendominasi pembentukan inflasi Provinsi Gorontalo 2009,
sehingga inflasi Gorontalo mengalami tren penurunan. Namun,
inflasi Gorontalo masih menunjukkan tanda-tanda persistensi
tinggi yang ditunjukkan dengan tingginya nilai inflasi Gorontalo di
atas rata-rata inflasi nasional sepanjang tahun 2009.
Kerentanan sisi produksi
menyebabkan tingkat
inflasi Gorontalo
persisten tinggi di atas
inflasi nasional.
Kerentanan sisi produksi menyebabkan tingkat inflasi Gorontalo
persisten tinggi di atas inflasi nasional. Permintaan masyarakat
tanpa disertai dengan produksi yang optimal membawa output
gap positif. Artinya produksi yang dihasilkan oleh perekonomian
daerah belum mampu memenuhi dengan baik tingginya
permintaan masyarakat. Belum optimalnya penggunaan
kapasitas produksi menjadi permasalahan utama rentannya
aspek produksi Gorontalo. Sementara itu, tingginya ekspektasi
harga ikut memberi tekanan pada inflasi Gorontalo.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Pada triwulan IV-2009
kinerja perbankan di
Provinsi Gorontalo
menunjukkan
perkembangan yang
kurang
menggembirakan, diikuti
dengan stabilitas sistem
perbankan yang relatif
terkendali.
Pada triwulan IV-2009 kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo
menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan,
diikuti dengan stabilitas sistem perbankan yang relatif terkendali.
Intermediasi perbankan ditandai oleh pertumbuhan dana pihak
ketiga (DPK) dan pertumbuhan kredit yang melambat.
Sementara itu, stabilitas perbankan Gorontalo tetap terjaga
tercermin dari indikator-indikator risiko kredit dan risiko pasar
yang relatif terkendali. Namun, risiko likuiditas perlu diwaspadai
karena LDR sudah mencapai nilai yang tidak wajar mencapai
lebih dari 140% sehingga dapat mengancam ketersediaan
likuiditas perbankan.
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 iii
Pada posisi akhir
triwulan IV-2009 dana
yang dihimpun tercatat
sebesar Rp1,82 triliun,
tumbuh 2,87% (yoy) lebih
lambat dibandingkan
periode yang sama
tahun sebelumnya
sebesar 13,12% (yoy)
Pada posisi akhir triwulan IV-2009 dana yang dihimpun tercatat
sebesar Rp1,82 triliun, tumbuh 2,87% (yoy) lebih lambat
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
13,12% (yoy). Perlambatan DPK terutama disebabkan oleh
kontraksi pada komponen giro dan deposito masing-masing
sebesar -14,91% (yoy) dan -2,07% (yoy), keduanya lebih lambat
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Melambatnya pertumbuhan giro terutama disebabkan oleh
menurunnya penempatan dana pemda karena kebutuhan
transaksi untuk membayar proyek-proyek pembangunan daerah.
Sedangkan melambatnya deposito seiring dengan tren
penurunan suku bunga perbankan. Sementara, tabungan
tumbuh sebesar 10,43% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,08% (yoy).
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan menabung menjadi
salah satu faktor yang memberikan angin segar kepada
peningkatan tabungan masyarakat.
Pada posisi akhir
triwulan laporan, kredit
yang disalurkan tercatat
sebesar Rp2,58 triliun,
tumbuh 29,01%. (yoy)
lebih lambat
dibandingkan periode
yang sama tahun
sebelumnya sebesar
38.64% (yoy).
Pada posisi akhir triwulan laporan, kredit yang disalurkan
tercatat sebesar Rp2,58 triliun, tumbuh 29,01%. (yoy) lebih
lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
sebesar 38.64% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya,
pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit konsumsi yang
mencapai 37.05% (yoy) namun masih lebih rendah dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 44.41% (yoy).
Kredit modal kerja tumbuh sebesar 17,99% (yoy) lebih lambat
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
40.84% (yoy). Sementara itu, kredit investasi tumbuh 24,38%
(yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -4.90% (yoy).
Selama triwulan laporan,
stabilitas sistem
perbankan di Gorontalo
meliputi aspek risiko
kredit dan risiko pasar
relatif terkendali, namun
risiko likuiditas perlu
mendapat perhatian.
Selama triwulan laporan, stabilitas sistem perbankan di
Gorontalo meliputi aspek risiko kredit dan risiko pasar relatif
terkendali, namun risiko likuiditas perlu mendapat perhatian.
Non performing loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai
dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Sementara itu,
aspek penyerapan dana masyarakat perlu menjadi perhatian
karena Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di ambang ‘tidak
wajar’ mencapai lebih dari 140% sehingga dapat mengancam
ketersediaan likuiditas perbankan
iv Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
PERKEMBANGANKEUANGAN DAERAH
Realisasi belanja APBD
Provinsi Gorontalo
triwulanI IV-2009
meningkat dibandingkan
capaian triwulan IV-2008
Pengaruh realisasi fiskal
pemerintah provinsi
terhadap uang beredar
selama triwulan VI-2008
bersifat ekspansif.
Realisasi belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan
IV-2009 mencapai 91,40%, lebih tinggi dibandingkan realisasi
triwulan IV-2008 sebesar 82,96%. Upaya pemerintah daerah
mendorong kegiatan investasi fisik di Gorontalo tercermin pada
realisasi pos belanja modal yang meningkat cukup signifikan.
Pada triwulan IV-2008 realisasi belanja modal hanya mencapai
68,92% namun meningkat menjadi 90,89% pada triwulan IV-
2009.
Realisasi fiskal pemerintah provinsi selama triwulan IV-2009
cenderung bersifat ekspansif, hal ini tercermin dari defisit
pengeluaran mencapai Rp 66 Miliar pada realisasi anggaran
APBD sampai dengan 30 Desember 2009. Kebijakan ekspansif
fiskal diperkirakan mampu memberikan dorongan yang positif
bagi perekonomian Gorontalo yang saat ini diwarnai
perlambatan.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Kegiatan kas titipan di
Gorontalo sepanjang
triwulan IV-2009
mencatat net outflow
sebesar Rp43.765 miliar.
Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan IV-2009
mencatat net outflow sebesar Rp43.765 miliar. Kondisi net
outflow pada triwulan laporan menunjukkan tingginya kegiatan
transaksi masyarakat sehingga pengunaan uang kartal
meningkat. Dalam periode triwulan laporan terdapat tiga
perayaan hari besar keagamaan yang mendorong tingginya
penggunaan uang kartal. Perayaan hari besar dimaksud adalah
Idul Adha pada bulan November, Tahun Baru Islam, Perayaan
Natal, dan Tahun Baru Masehi pada bulan Desember. Sementara
itu, jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di
Gorontalo pada triwulan laporan sebesar Rp321,58 miliar dengan
pertumbuhan sebesar 19,81% (yoy). Adapun jumlah warkat
sebanyak 12.066 lembar dengan pertumbuhan sebesar 31,11%
(yoy). Pertumbuhan jumlah transaksi kliring seiring dengan
perbaikan kinerja sektor perdagangan pada triwulan IV-2009.
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 v
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Tingkat kesejahteraan
sedikit mengalamai
penurunan.
Jumlah pengangguran di
Gorontalo pada Agustus
2009 menurun.
Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo sedikit
menurun yang ditandai oleh tingkat pengangguran yang
meningkat, indeks gini sebagai indikator kesenjangan masih
belum menunjukkan tanda membaik serta tingkat kemiskinan
yang meningkat. Pada tahun 2009 tingkat kemiskinan Gorontalo
merupakan yang tertinggi di kawasan Sulawesi.
Pada bulan Agustus 2009, jumlah angkatan-kerja mencapai
447.313 atau meningkat 4,18% dibandingkan bulan yang sama
pada tahun sebelumnya. Sementara itu jumlah penduduk yang
bekerja tumbuh sebesar 3,91% dibandingkan bulan yang sama
pada tahun sebelumnya. Selama periode 1 tahun, tingkat
pengangguran terbuka meningkat, yaitu dari 5,65 % pada
Agustus 2009 menjadi 5,89% pada Agustus 2009
Persentase penduduk
miskin di Maret 2009
meningkat.
Persentase penduduk miskin atau yang berada di bawah garis
kemiskinan (data bulan Maret 2009) di Provinsi Gorontalo
sebesar 25,01% atau mengalami peningkatan dibandingkan
periode Maret 2008 yang tercatat sebesar 24,88%. Jumlah ini
tersebar di wilayah Gorontalo dengan persentase penduduk
miskin tertinggi sebesar 33,18% berada di Kabupaten Gorontalo
Utara, kemudian disusul berturut-turut oleh Kabupaten
Gorontalo (32,07%), Kabupaten Bone Bolango (30,6%),
Kabupaten Pahuwato (29,74%), Kabupaten Boalemo (29,21%),
dan yang terkecil di Kota Gorontalo (8,11%)
Pada Tahun 2007 indeks
gini tercatat 0,39
mengalami kenaikan
dibandingkan indeks gini
Tahun 2005 lalu yang
tercatat sebesar 0,36
Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun
terakhir mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini
tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini
Tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Hal ini tercermin
pula dari persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20%
penduduk berpenghasilan tertinggi semakin meningkat dari
44,38% menjadi 47,67%. Sementara itu, Index Pembangunan
Manusia (IPM) tahun 2007 tercatat 68,98 meningkat dibanding
IPM 2006 yang sebesar 68,01.
vi Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
PROSPEK PEREKONOMIAN
Perekonomian Gorontalo
tahun 2010 diperkirakan
tumbuh 7,15-7,65% (yoy)
lebih baik dibandingkan
tahun 2009
Produksi jagung pada
triwulan I-2010
diperkirakan masih
belum pulih sehingga
berdampak pada
pertumbuhan sektor
pertanian dan kinerja
ekspor
Perekonomian Gorontalo tahun 2010 diperkirakan tumbuh
berkisar 7,15-7,65 (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
tahun 2009. Karakteristik fundamental ekonomi wilayah
diharapkan mampu mendukung capaian angka pertumbuhan
dimaksud. Perbaikan kondisi pendapatan masyarakat, upaya
peningkatan produksi pertanian, pertumbuhan penyaluran kredit
perbankan, pembangunan infrastruktur dan pembangkit baru
diperkirakan mampu mendorong kegiatan ekonomi di Gorontalo
semakin meningkat. Namun kondisi dimaksud perlu didukung
oleh koordinasi yang baik antara pemerintah provinsi dengan
kabupaten/kota, stabilitas kondisi politik daerah menjelang
PILKADA bupati serta validitas data perekonomian yang akurat.
Secara triwulanan, ekonomi triwulan I-2010 diperkirakan masih
diwarnai perlambatan. Ekonomi tumbuh pada kisaran 6,9 – 7,4%
(yoy). Secara sektoral, produksi pertanian triwulan I-2010 masih
dipengaruhi musim kering tahun 2009 terkait penanaman yang
dilakukan pada bulan September – November 2009 masih
terkendala kekeringan. Peningkatan produksi pertanian
diperkirakan kembali normal pada awal triwulan II-2010.
Sementara itu sektor angkutan diperkirakan tetap optimis
ditandai dengan dibukanya rute penerbangan baru yang
melayani jalur Gorontalo-Manado-Denpasar pp. Pada sub sektor
angkutan darat, kebijaksanaan Pemerintah Kota Gorontalo untuk
mulai mengoperasikan Sistem Angkutan Umum Masyarakat
(SAUM) pada triwulan I-2010 diperkirakan mampu mendorong
peningkatan kinerja di sektor ini.
Di sisi permintaan, kinerja ekspor diperkirakan masih menurun
terkait produksi pertanian jagung yang masih belum pulih.
Sementara itu pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan
I-2010 diperkirakan lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini terkait
anggaran APBD 2010 yang lebih rendah dibandingkan anggaran
APBD 2009.
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 vii
Optimisme
perekonomian daerah
yang didorong oleh
kenaikan permintaaan
masyarakat membawa
inflasi triwulan I-2010
berkisar antara 4-6%
(yoy)
Optimisme perekonomian daerah yang didorong oleh kenaikan
permintaan masyarakat membawa inflasi triwulan I-2010
berkisar antara 4 – 6% (yoy). Meningkatnya pendapatan
masyarakat mendorong tekanan harga pada triwulan I-2010.
Rencana kebijakan kenaikan harga UMP dan peningkatan gaji
pegawai negeri akan memperkuat daya beli masyarakat.
Sementara, penggunaan kapasitas produksi yang belum optimal
membawa output gap positif sehingga mendorong tekanan
inflasi ke depan. Ancaman melemahnya sisi produksi ditengah
Badai El-Nino juga patut mendapat perhatikan. Kurangnya
produksi dapat menyurutkan pasokan kebutuhan masyarakat
sehingga harga akan meningkat. Sedangkan pengaruh kebijakan
penurunan harga BBM pada awal tahun 2009 diperkirakan masih
memberi angin segar pada perkembangan harga terutama pada
sub-kelompok transportasi.
Jumlah tabungan
diperkirakan meningkat
seiring dengan
meningkatnya
pendapatan masyarakat
pada triwulan I-2010
Jumlah tabungan diperkirakan meningkat seiring dengan
meningkatnya pendapatan masyarakat pada triwulan-I 2010.
Meningkatnya pendapatan akan berdampak pada peningkatan
jumlah tabungan masyarakat. Sementara, Perbankan Gorontalo
diperkirakan terus meningkatkan kinerjanya terutama dalam
menghimpun dana pihak ketiga. Hasil Survei Konsumen pada
Desember 2009 menunjukkan adanya optimisme pada
peningkatan jumlah tabungan 6 bulan yang akan datang,
ditunjukkan dengan kenaikan indeks sebesar 23.16 poin
dibandingkan periode survei sebelumnya.
viii Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
Halaman ini sengaja dikosongkan ...
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 1
BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL
Perekonomian Gorontalo triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh melambat 7,23% (y.o.y),
lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2008 sebesar 7,55% (y.o.y).
Sementara itu secara tahunan, ekonomi Gorontalo tahun 2009 tumbuh 7,19% (y.o.y) lebih
rendah dibandingkan tahun 2008 sebesar 7,76% (y.o.y).
Disisi permintaan melemahnya kinerja ekonomi didorong oleh perlambatan ekspor dan
konsumsi pemerintah sementara kinerja konsumsi swasta dan investasi diperkirakan
meredam perlambatan yang terjadi. Sementara itu di sisi penawaran, melambatnya
ekonomi Gorontalo didorong oleh melemahnya sektor pertanian, namun kinerja sektor
utama lainnya seperti bangunan, perdagangan dan angkutan diperkirakan masih tumbuh
optimis.
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
**) Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo
Menurunnya produksi pertanian selama triwulan IV-2009 berdampak cukup
signifikan bagi perekonomian Gorontalo mengingat kontribusi pertanian mencapai 30%
PDRB. Merosotnya produksi jagung domestik karena pengaruh cuaca dan musim kering
berkepanjangan mendorong kinerja sektor pertanian terkontraksi selama triwulan IV-2009.
Penurunan tersebut turut memberikan dampak negatif bagi kinerja ekspor secara
keseluruhan karena pertanian khususnya jagung menjadi komoditas utama ekspor.
1. 1 SISI PERMINTAAN
Di sisi permintaan, ekonomi Provinsi Gorontalo triwulan IV-2009 diperkirakan melambat.
Kondisi tersebut didorong melemahya kinerja ekspor dan konsumsi pemerintah.
Sementara itu meningkatnya kegiatan konsumsi swasta dan investasi diperkirakan sedikit
meredam perlambatan yang terjadi.
2 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
Perkembangan ekspor luar negeri maupun antar pulau diperkirakan terkontraksi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan produksi pertanian
membawa dampak yang kurang baik bagi kinerja ekspor selama triwulan IV-2009.
Sementara itu, konsumsi pemerintah yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi
daerah menunjukkan tingkat realisasi yang menurun dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Disisi lain kegiatan konsumsi masyarakat diperkirakan mampu memberikan
dorongan bagi perekonomian Gorontalo di tengah perlambatan yang terjadi.
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan (y.o.y)
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
**) Proyeksi Bank Indonesia
1.1.1 Konsumsi
Konsumsi pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 13,04% (y.o.y) lebih rendah
dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 14,13%(y.o.y). Konsumsi swasta diperkirakan
tumbuh 5,01% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya
sebesar 3,16% (y.o.y). Sementara konsumsi pemerintah tumbuh 21,42% (y.o.y), melambat
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 26,70% (y.o.y).
Musim lebaran haji, natal dan liburan tahun baru diperkirakan mendorong kegiatan
konsumsi masyarakat lebih tinggi. Peningkatan pola konsumtif selama periode tersebut
dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator seperti meningkatnya konsumsi BBM
kelompok rumah tangga, meningkatnya konsumsi listrik rumah tangga, meningkatnya
belanja pegawai serta optimisme hasil survei konsumen triwulan IV-2009. Realisasi
penggunaan BBM rumah tangga tumbuh selama triwulan IV-2009 sebesar 11,94% lebih
tinggi dibandingkan triwulan IV-2008 yang terkontrkasi sebesar -4,39%. Sementara itu
konsumsi listrik rumah tangga selama triwulan IV-2009 yang tumbuh sebesar 17,24% (y.o.y)
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2008 sebesar 5,04% (y.o.y).
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 10,05 7,96 9,08 3,16 7,41 15,76 19,06 18,08 5,01 14,31
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 40,57 21,25 28,99 26,70 28,91 26,89 43,89 28,64 21,42 29,45
Pembentukan Modal Tetap Bruto 17,62 14,51 25,53 25,01 21,00 29,24 33,90 15,98 27,40 26,23
Ekspor Barang dan Jasa 23,19 13,68 (5,90) 6,05 8,68 (6,18) (1,29) 10,25 (3,40) (0,47)
Impor Barang dan Jasa 48,41 16,98 35,27 17,99 28,33 23,81 42,34 10,25 18,81 22,55
Total 7,11 7,26 9,21 7,55 7,76 7,57 7,04 6,60 7,23 7,19
Komponen2008
20082009
2009*
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 3
Grafik 1.2 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Grafik 1.3 Konsumsi Bahan Bakar Rumah Tangga
Sumber : PLN Gorontalo Sumber : PERTAMINA Depot Gorontalo UPMS VII
Grafik 1.4 Belanja Pegawai APBD Grafik 1.5 Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber : Badan Keuangan Daerah Prov. Gorontalo Sumber : Bank Indonesia
Meningkatnya konsumsi juga didorong oleh meningkatnya realisasi belanja pegawai selama
triwulan IV-2009 yang tumbuh 20,52% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 16,36% (y.o.y)
Hasil survey konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Gorontalo menunjukkan
bahwa optimisme konsumsi masyarakat selama triwulan IV-2009 masih cukup baik.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Desember 2009 berada pada level optimis dengan
saldo bersih tertimbang sebesar 142,85. Kondisi ini menujukkan bahwa masyarakat
meyakini kondisi saat ini masih tepat melakukan konsumsi. Sementara itu optimisme
keyakinan konsumen dibangun oleh sentimen positif pada Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat
ini sebesar 134,46.
4 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
Grafik 1.6 Survey Konsumen Grafik 1.7 Realisasi Belanja Non Modal
Sumber : Survey Konsumen, BI Gorontalo Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
Sementara itu konsumsi pemerintah diperkirakan sedikit melambat. Hal ini tercermin dari
pertumbuhan realisasi belanja non modal yang melambat. Realisasi belanja non modal
triwulan IV- 2009 terhadap anggaran terkontraksi 4,11%, lebih rendah dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,13%. Melambatnya pertumbuhan realisasi belanja
barang dan jasa pemerintah menjadi pendorong melambatnya realisasi belanja non modal
pemerintah daerah secara keseluruhan.
1.1.2 Investasi
Kinerja investasi di Provinsi Gorontalo pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh 27,40
% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 25,01%
(y.o.y). Pertumbuhan tersebut didorong pertumbuhan realisasi belanja modal pemerintah
daerah sebesar 47,77%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
yang terkontraksi sebesar -34,30%. Belanja modal APDB masih menjadi sumber
pembiayaan utama setelah pendanaan masyarakat sendiri.
Grafik 1.8 Belanja Modal APBD Provinsi Tabel 1.2 Komposisi Investasi Gorontalo
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
Investasi di Gorontalo selama triwulan IV-2009 lebih didorong oleh kegiatan investasi
bangunan dibandingkan investasi non bangunan. Beberapa proyek investasi bangunan yang
cukup signifikan dikerjakan selama triwulan IV-2009 antara lain :
- Proyek penyelesaian GBC (Gorontalo Business Center)
- Proyek pembangunan GBP (Gorontalo Business Park)
KOMPOSISI INVESTASI 2007 2008 2009
PDRB INVESTASI 1.159.987 1.617.234 2.239.233
DANA PERBANKAN 162.940 184.440 180.000
APBD 122.290 461.100 730.429
PMA/PMDN 578.230 571.420
DANA SWASTA 296.527 400.274 1.328.804
Sumber : Badan Keuangan Provinsi,
Badan Investasi Daerah, dan BI (diolah)
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 5
- Proyek pembangunan Dermaga III Pelabuhan Gorontalo
- Proyek infrastruktur jalan nasional dan jalan raya Agropolitan
- Proyek infrastruktur Bendungan Paguyaman dan Banjir Kanal Tamalate.
Pembangunan investasi di Gorontalo masih menyimpan beragam kendala, Berdasarkan data
Badan Investasi Daerah Prov. Gorontalo, jumlah perusahaan PMA/PMDN yang existing tidak
banyak berubah sejak tahun 2003.
Tabel 1.3 Jumlah PMA/PMDN aktif di Gorontalo
Sumber : Badan Investasi Daerah Prov. Gorontalo
1.1.3 Ekspor dan Impor
Kinerja ekspor selama triwulan IV-2009 secara keseluruhan diperkirakan masih melambat.
Ekspor triwulan IV-2009 terkontraksi 3,4% (y.o.y) dibandingkan triwulan IV-2008 yang
tumbuh sebesar 6,05%. Menurunnya kinerja ekspor didorong oleh penurunan produksi
pertanian jagung sebagai komoditas utama. Ekspor keseluruhan komoditas barang sampai
dengan bulan Desember 2009 tercatat US$ 2.422.517, lebih rendah dibandingkan capaian
ekspor triwulan IV-2008 sebesar US$ 9.780.610. Sementara itu perlambatan ekspor juga
ditunjukkan oleh menurunnya arus muat barang dipelabuhan laut. Di pelabuhan laut,
volume barang yang dimuat terkontraksi 44,18 % dibandingkan triwulan IV-2008 yang
tumbuh 35,66%.
Grafik 1.9 Muat Barang di Pelabuhan Gorontalo
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
6 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
Tabel 1.4 Perkembangan Negara Tujuan Ekspor Luar Negeri
Tabel 1.5 Perkembangan Komoditas Ekspor Luar Negeri Gorontalo
BPS Prov Gorontalo, KPBC Gorontalo
Perkembangan ekspor kumulatif sampai dengan Desember 2009 menurun secara signifikan
untuk negara tujuan China dan Malaysia, sementara ekspor ke Hongkong dan Taiwan
mengalami peningkatan. Di sisi komoditas, hampir semuanya mengalami penurunan kecuali
komoditas gula dan kembang gula.
Sebaliknya, kinerja impor mengalami pertumbuhan terkait dengan peningkatan konsumsi
swasta. Impor Provinsi Gorontalo pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh 18,81% (y.o.y)
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu 17,99% (y.o.y). Hal ini
dikonfirmasi oleh peningkatan volume bongkar di pelabuhan se-Gorontalo. Pada triwulan
IV-2008 volume bongkar mencapai 111.086 ton meningkat menjadi 132.623 ton pada
triwulan IV-2009.
Tabel 1.6 Volume Bongkar Barang (Unloading) di Pelabuhan Gorontalo
Sumber : Kantor Pelabuhan se-Provinsi Gorontalo
Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL
Negara Tujuan
1. Jepang 403.084 52.253 360.560 - 78.339 491.152 20.808 - 28.439 25.599 74.846
2. China 1.489.245 2.925.419 19.236 - 89.655 3.034.310 - 38.580 - - 38.580
3. Singapura 14.280 41.352 33.129 - 65.287 139.768 21.765 81.988 47.910 - 151.663
4. Hongkong - - 8.000 - 9.600 17.600 - - 526.400 420.000 946.400
5. Taiwan - - 19.292 49.481 68.773 - 38.250 22.080 1.923.663 1.983.993
6. Malaysia 8.564.200 369.000 5.138.300 - 3.596.292 9.103.592 - 1.634.000 - - 1.634.000
7. Philipina 5.210.270 1.025.500 1.736.500 - 2.724.400 5.486.400 4.077.131 1.719.300 - - 5.796.431
8. India 1.765.990 - 1.029.173 - - 1.029.173 445.500 616.875 - - 1.062.375
9. Rep. Korea 1.001.115 110.698 32.120 - 905.575 1.048.393 24.280 9.247 42.907 53.254 129.688
10. Vietnam 1.955.905 232.163 1.339.700 - 2.261.981 3.833.844 - 953.134 - - 953.134
Total 20.404.089 4.756.385 9.716.010 - 9.780.610 24.253.005 4.589.483 5.091.374 667.736 2.422.517 12.771.110
20072008 2009
EXPORT
Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL
Jenis Barang - - - -
1. Ikan dan Udang/Kepiting - - 8.000 - 9.600 17.600 - - - - -
2. Jagung 14.018.150 1.394.500 6.874.800 - 7.088.750 15.358.050 4.077.131 3.353.300 - - 7.430.431
3. Kayu, Barang dari Kayu 1.037.388 162.951 48.470 - 73.574 284.995 45.088 9.247 57.353 65.375 177.063
4. Bungkil Kopra 4.266.233 - 1.029.173 - 542.500 1.571.673 - 321.000 526.400 420.000 1.267.400
5. Rotan Poles 99.834 79.404 71.657 - 193.398 344.459 21.765 158.818 69.990 - 250.573
6. Lemak&Minyak Hewan/nabati - 2.887.367 1.339.700 - 300.235 4.527.302 445.500 616.875 - - 1.062.375
7. Gula & Kembang Gula 711.828 232.163 344.210 - 1.419.246 1.995.619 - 632.134 - 1.923.663 2.555.797
8. Mutiara & batu permata 100.656 - - - 50.115 50.115 - - 13.993 13.479 27.472
9. Binatang Hidup 170.000 - - - 103.192 103.192 - - - - -
10. Tembakau - - - - - - - - - -
Total 20.404.089 4.756.385 9.716.010 - 9.780.610 24.253.005 4.589.484 5.091.374 667.736 2.422.517 12.771.111
20072008 2009
EXPORT
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Gorontalo 96.969 103.759 106.342 76.420 96.896 99.197 81.851 110.584
Kwandang - - - - - 32 - -
Anggrek 23.756 21.642 18.300 25.445 14.179 14.727 26.433 22.039
Tilamuta 7 9 12 8 11 905 2.700 -
Total 120.732 125.410 124.654 128.198 111.086 114.861 110.984 132.623
Nama Pelabuhan2008 2009
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 7
1.2 SISI PENAWARAN
Perlambatan ekonomi Gorontalo triwulan IV-2009 didorong oleh menurunnya
kinerja sektor pertanian. Produksi jagung Gorontalo menurun cukup signifikan selama
tahun 2009, dari target 812.000 ton realisasi hanya mencapai 569.110 ton atau sebesar 70%
dari target. Penurunan produksi ini terkait bencana kekeringan yang terjadi sejak bulan Mei
sampai dengan November 2009. Sementara itu perlambatan yang berlangsung sedikit
diredam oleh meningkatnya kinerja sektor bangunan dan angkutan. Sektor bangunan
meningkat seiring dengan peningkatan realisasi belanja modal pemerintah daerah selama
triwulan IV-2009. Sementara itu kinerja sektor angkutan meningkat terkait libur hari raya,
natal dan tahun baru yang diindikasikan oleh meningkatnya arus penumpang dan
penerbangan di bandara Jalalluddin maupun transportasi laut.
Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (y.o.y)
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
**) Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo
1.2.1 SEKTOR PERTANIAN
Pelemahan kinerja sektor pertanian khususnya sub sektor tabama terus berlanjut
hingga triwulan IV-2009 dengan kondisi yang semakin memburuk. Sektor pertanian
terkontraksi 5,55% sebagai akibat merosotnya produksi jagung domestik yang mencapai
20,47%, lebih rendah dibandingkan produksi tahun 2008. Sementara itu perlambatan
dimaksud mampu sedikit diredam oleh peningkatan produksi padi.
Upaya pemerintah daerah dalam mempertahankan produksi jagung telah dilakukan
semaksimal mungkin, namun proses penurunan produksi masih terus berlanjut seiring
dengan cuaca yang tidak mendukung. Secara umum penurunan produksi pertanian jagung
disebabkan oleh tiga hal yakni (i) Musim kering berkepanjangan sejak bulan Mei s.d
November 2009, (ii) Produktivitas pertanian menurun dari 48,17 Ku/Ha menjadi 42,21
Ku/Ha, (iii) Luas lahan panen menurun dari 156.436 Ha pada tahun 2008 menjadi 128.786
Ha pada tahun 2009.
Q1 Q2 Q3 Q4 TOTAL Q1 Q2 Q3 Q4* TOTAL*
1.PERTANIAN 7,76 6,04 11,30 7,52 7,32 7,44 5,07 (2,35) (5,55) 1,42
2.PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 4,90 9,44 11,55 14,24 11,79 9,30 12,91 16,40 15,13 13,55
3.INDUSTRI PENGOLAHAN 1,44 3,86 7,54 8,72 5,39 6,06 2,01 4,47 9,00 4,95
4.LISTRIK,GAS & AIR BERSIH (2,65) (2,70) (0,51) (0,71) 14,65 7,51 6,53 7,71 6,12 13,64
5.BANGUNAN 6,95 9,48 10,83 13,13 10,12 9,78 12,86 16,49 24,27 16,14
6.PERDAGANGAN,HOTEL & RESTORAN 8,11 6,26 6,44 6,65 6,83 7,60 8,31 10,30 9,77 9,00
7.PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 10,20 9,22 5,25 6,05 7,05 8,56 9,01 13,96 17,52 12,39
8.KEUANGAN,PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 6,75 7,58 7,48 6,99 8,39 9,11 11,26 15,94 8,51 11,22
9.JASA - JASA 6,86 9,64 10,66 6,35 7,60 6,14 5,84 8,50 7,44 7,00
PERTUMBUHAN EKONOMI 7,11 7,26 9,21 7,55 7,76 7,57 7,04 6,60 7,23 7,19
2008 2009KOMPONEN
8 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
Grafik 1.10 Luas Lahan Panen & Produktisi Jagung Grafik 1.11 Perkembangan Produktivitas Jagung
Sumber: BPS Prov. Gorontalo, Dinas Pertanian & Ketahanan Pangan Prov. Gorontalo
Sementara itu produksi padi tetap tumbuh walaupun melambat dibandingkan tahun
2008. Produksi padi secara keseluruhan tahun tumbuh 8,25%, lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan produksi tahun 2008 sebesar 18,69%. Pertumbuhan produksi terutama pada
pertanian padi sawah, sementara produksi padi ladang mengalami penurunan. Produksi
padi sawah tahun 2009 mencapai 256.751 ton, lebih tinggi dibandingkan produksi tahun
2008 sebesar 236.235 ton. Sementara produksi padi ladang turun dari 1.638 ton pada tahun
2008 menjadi 733 ton pada tahun 2009. Pertanian padi sawah masih dapat berproduksi
dengan baik terkait sistem irigasi teknis yang telah dikembangkan oleh Pemda sehingga
mampu mengurangi sedikit ketergantungan terhadap kondisi cuaca. Sementara itu produksi
pertanian tanaman pangan lain seperti ubi kayu, ubi jalar, kacang hijau dan kacang tanah
turut menurun sedangkan produksi kedelai mengalami peningkatan.
Tabel 1.8 Produksi Pertanian Tabama
Sumber : Dinas Pertanian & Ketahanan Pangan Prov. Gorontalo
Jenis Tanaman Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi Luas Hasil/Ha Produksi
Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton) Panen(Ha) (Ku) (Ton)
Kedelai 2.272 15,39 3.497 986 12,34 1.217 746 13,14 980 4.004 14,22 5.694
Kacang Tanah 1.085 14,21 1.542 1.101 11,78 1.297 405 12,27 497 2.591 12,87 3.336
Kacang Hijau 121 13,14 159 178 11,74 209 121 12,14 147 420 12,26 515
Ubi Kayu 200 117,15 2.343 219 115,30 2.525 228 112,46 2.564 647 114,87 7.432
Ubi Jalar 90 96,44 868 113 94,87 1.072 111 93,14 1.034 314 94,71 2.974
Kedelai 1.154 13,98 1.613 354 12,29 435 365 12,77 466 1.873 13,42 2.514
Kacang Tanah 943 10,06 949 724 8,94 647 211 11,99 253 1.878 9,85 1.849
Kacang Hijau 85 13,18 112 166 11,75 195 74 12,03 89 325 12,19 396
Ubi Kayu 302 126,79 3.829 273 119,71 3.268 196 108,06 2.118 771 119,52 9.215
Ubi Jalar 148 96,89 1.434 159 96,16 1.529 105 93,71 984 412 95,80 3.947
Kedelai 2.192 11,10 2.433 1.391 11,94 1.661 1.341 12,88 1.727 4.924 11,82 5.821
Kacang Tanah 826 10,06 831 557 9,03 503 326 12,22 398 1.709 10,14 1.732
Kacang Hijau 58 13,74 80 85 12,06 103 59 12,07 71 202 12,55 253
Ubi Kayu 186 126,82 2.359 224 119,81 2.684 174 108,59 1.889 584 118,70 6.932
Ubi Jalar 142 97,63 1.386 125 96,54 1.207 118 94,87 1.119 385 96,43 3.713
ARAM III 2009
ANGKA TETAP 2008
ANGKA TETAP 2007
Jan-Apr Mei-Agst Sep-Des Jan-Des
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 9
1.2.2 SEKTOR ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
Sektor angkutan dan komunikasi menjadi salah satu sektor yang mampu meredam
perlambatan ekonomi yang terjadi. Sektor angkutan diperkirakan tumbuh 17,52% (y.o.y),
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2008 yang tercatat sebesar 6,1%
(y.o.y). Kondisi ini diperkirakan sebagai pengaruh dari keberangkatan jemaah haji, libur
natal dan libur tahun baru.
Pada sub sektor angkutan darat, kenaikan terlihat dari meningkatnya konsumsi
BBM transportasi selama triwulan IV-2009. Data penjualan BBM menunjukkan
peningkatan, selama triwulan IV-2009 tercatat 18.893 kiloliter premium dan 6.016 kiloliter
solar terjual. Volume penjualan ini tumbuh 19,58% (y.o.y) untuk premium dan 1,55% (y.o.y)
untuk solar lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,04%
(y.o.y) untuk premium dan -13,49% (y.o.y) untuk solar.
Grafik 1.12 Konsumsi Premium untuk Transportasi Grafik 1.13 Jumlah Penerbangan Pesawat
Sumber : PERTAMINA Depot Gorontalo UPMS VII Sumber : Bandara Jalaluddin Gorontalo Grafik 1.14 Realisasi Pajak Kendaraan Bermotor
Meningkatnya kinerja sektor ini tercermin pula
dari realisasi penghimpunan pajak kendaraan
bermotor yang tumbuh 40% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 22% (y.o.y)
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
Sementara itu untuk sub sektor angkutan udara turut mengalami peningkatan.
Jumlah penumpang angkutan udara yang tercatat di bandara Jalaluddin sebesar 63.773
penumpang atau tumbuh sebesar 17,6% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya sebesar 9,37% (y.o.y). Demikian juga untuk traffic pesawat tumbuh sebesar
1,9% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang terkontraksi
sebesar 3,1% (y.o.y). Kondisi peningkatan arus penumpang udara didorong peningkatan arus
jamaah haji dari Gorontalo ke Makassar.
10 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
Grafik 1.15 Perkembangan Penumpang Pesawat Grafik 1.16 Perkembangan Penumpang Kapal Laut
Sumber : Bandara Jalaluddin, Gorontalo Sumber : Kantor Pelabuhan se-Provinsi Gorontalo
1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan IV-2009 diperkirakan
tumbuh 9,77% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
sebesar 6,65% (y.o.y). Meningkatnya kinerja sektor perdagangan dikonfirmasi oleh
beberapa prompt indikator antara lain kredit perdagangan, realisasi listrik kelompok bisnis,
serta tingkat hunian hotel.
Kredit perdagangan secara agregat meningkat dibandingkan triwulan yang sama
tahun sebelumnya. Pada Desember 2009, tercatat kredit yang disalurkan ke sektor
perdagangan sebesar Rp 821 Miliar atau tumbuh 30,21% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 29,67% (y.o.y). Sementara peningkatan
kegiatan perniagaan juga ditunjukkan oleh meningkatnya pertumbuhan konsumsi listrik
kelompok bisnis sebesar 15,36% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 11,57% (y.o.y).
Grafik 1.17 Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 1.18 Perkembangan Konsumsi Listrik Bisnis
Sumber : Bank Indonesia Sumber : PLN Gorontalo
Grafik 1.19 Tingkat Penghunian Hotel
Sementara itu kinerja sub sektor perhotelan
dikonfirmasi pula oleh pertumbuhan tingkat
hunian hotel di Gorontalo sebesar 31,75%
hampir sama dibandingkan triwulan IV-2008
sebesar 31,73%.
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 11
1.2.4 SEKTOR BANGUNAN
Kinerja Sektor Bangunan diperkirakan tumbuh lebih baik. Sektor ini tumbuh 24,27%
(y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar dari 13,13% (y.o.y).
Meningkatnya kinerja sektor ini secara signifikan didorong oleh peningkatan realisasi
anggaran belanja modal APBD. Belanja modal pada triwulan IV-2009 meningkat signfikan
sebesar 47,77% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan belanja modal triwulan IV-2008 yang
terkontraksi sebesar 34,30% (y.o.y).
Grafik 1.20 Realisasi Belanja Modal APBD Grafik 1.21 Realisasi Penjualan Semen
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Sumber : Asosiasi Pengusaha Semen
Tumbuhnya kinerja sektor ini dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator.
Pertumbuhan penjualan semen selama triwulan IV-2009 menunjukkan peningkatan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan IV-2009 penjualan
semen tumbuh 12,44% (y.o.y). Pembangunan sarana fisik di kawasan kota dan kabupaten
terus diintensifkan menjelang akhir tahun. Beberapa proyek infrastruktur yang telah
diselesaikan antara lain :
- Infrastruktur jalan. Pembangunan jalan nasional sepanjang 616,24 km sudah
mencapai 87,88 % sedangkan jalan provinsi baru mencapai 39,45 % dari 408,26 km
yang direncanakan sehingga masih perlu peningkatan sebesar 60,55 % atau
sepanjang 247,02 km termasuk jalan yang belum terbuka sepanjang 93,75 km (ruas ;
Tapa-Atingola, Marisa – Tolinggula dan Aladi Tulabolo). Pembangunan jalan akses
agropolitan sampai dengan tahun 2009 telah mencapai 302,25 km yang melalui lima
kabupaten.
- Irigasi dan bendungan. Pembangunan Bendungan Paguyaman dibangun sejak tahun
2005 dengan luas areal irigasi 6.880 ha dengan total anggaran hingga tahun 2009
mencapai Rp. 97 M. Sampai dengan tahun 2009 progres fisik pekerjaan bendungan
mencapai 96,3%, sementara pekerjaan Jaringan Kiri mencapai 90,5% dan pekerjaan
Jaringan Kanan mencapai 49% Pembangunan Kanal Banjir Tamalate seluas 2.850 m2
dengan nilai proyek Rp. 62.729.340.000, dimana pembangunan telah mencapai 70 %
sampai akhir tahun 2009.
12 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
- Pembangunan pusat perbelanjaan. Pembangunan Gorontalo Business Center telah
memasuki tahap akhir sementara itu proses pembangunan Gorontalo Business Park
terus dipacu untuk mengejar target penyelesaian tahun 2011.
- Pembangunan pelabuhan. Proyek pembangunan Pelabuhan Paguwat saat ini berada
pada tahap penyelesaian.
Menyikapi tingginya pertumbuhan sektor konstruksi, peluang ini dimanfaatkan oleh PT
Semen Tonasa dengan membangun unit pengantongan untuk memperlancar arus
distribusi semen di Gorontalo.
1.2.5 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 9,00 %
(y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,72%.
Peningkatan industri pengolahan pada triwulan IV-2009 salah satunya didorong peningkatan
produksi gula. Kondisi tersebut dikonfirmasi oleh meningkatnya nilai ekspor komoditas gula
dan kembang gula dari US$ 1.419.246 pada triwulan IV-2008 menjadi US$1.923.663 pada
triwulan IV-2009.
Grafik 1.22 Penggunaan BBM Industri Grafik 1.23 Penggunaan Listrik Industri
Sumber : PERTAMINA Depot Gorontalo UPMS VII Sumber : PLN Gorontalo
Sementara itu peningkatan sektor industri pengolahan juga dikonfirmasi oleh
peningkatan konsumsi BBM dan listrik industri. Konsumsi BBM kelompok industri tumbuh
sebesar 33,9% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 3,3% (y.o.y).
Sementara konsumsi listrik kelompok industri tumbuh sebesar 16,08% (y.o.y), lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 26,92%
(y.o.y).
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 13
1.2.6 SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN
Sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan pada triwulan IV-2009
diperkirakan tumbuh 8,51% (y.o.y)
dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar
6,99%. Net Interest Margin Perbankan
tumbuh sebesar 34,1% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2008
sebesar 28,64% (y.o.y). NIM Perbankan
meningkat terutama didorong oleh
peningkatan pendapatan bunga yang tumbuh
sebesar 31,5% lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan tahun 2008 sebesar 22,26%
1.2.7 SEKTOR LAINNYA
Selama triwulan laporan, sektor jasa-jasa diperkirakan meningkat 7,44% (y.o.y),
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,35% (y.o.y).
Berdasarkan komponen pembentuknya, pertumbuhan sektor ini terutama disumbangkan
oleh subsektor pemerintahan umum. Meningkatnya kinerja di sektor ini seiring dengan
upaya realisasi anggaran belanja barang/jasa pemerintah di akhir tahun.
Sektor pertambangan dan penggalian dalam triwulan-IV tahun 2009 diperkirakan
tumbuh sebesar 15,13% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 8,75% (y.o.y). Pertumbuhan sektor ini seiring dengan pertumbuhan
sektor bangunan. Pertambangan di Gorontalo banyak menghasilkan barang tambang galian
C untuk mendukung kinerja sektor konstruksi. Berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor
penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan
industri berskala besar.
Sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan-IV 2009 diperkirakan tumbuh sebesar
6,12% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan-IV 2008 yang mengalami kontraksi sebesar -
0,71% (y.o.y). Peningkatan sektor ini tercermin didorong oleh mulai beroperasinya 5 genset
tambahan yang telah didatangkan Pemda dari Bitung.
Grafik 1.24 NIM Perbankan
Sumber : Bank Indonesia
14 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
BOX 1 : KARAKTERISTIK INVESTASI GORONTALO
Upaya pemerintah daerah dalam mendorong ekonomi Gorontalo telah dilakukan
dengan maksimal, hal ini terlihat dari pertumbuhan komponen investasi dalam PDRB yang
menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Namun apabila dibandingkan dengan
pertumbuhan investasi di kawasan Sulawesi-Maluku-Papua, investasi Gorontalo masih
membutuhkan perbaikan lagi.
Grafik 1.25 Perkembangan Investasi Gorontalo Grafik 1.26 Perkembangan Inflasi Sulampua
Sumber : Badan Pusat Statistik
Dalam pelaksanaannya efektifitas investasi tidak hanya dilihat dari pertumbuhannya
saja, namun sejauh mana investasi yang dilakukan mampu mendorong output secara
keseluruhan. Salah satu tools ekonomi yang dapat digunakan untuk menghitung efektifitas
investasi dalam mempengaruhi output adalah metode Incremental Capital Output Ratio
(ICOR). ICOR adalah suatu besaran yang menunjukkan tambahan kapital (investasi) baru
yang dibutuhkan untuk menaikkan/menambah satu unit output. Secara teoritis teori
dimaksud dikembangkan pertama kali oleh R. F. Harrod dan Evsey Domar (1939 dan 1947).
Besaran ICOR diperoleh dengan membandingkan tambahan kapital dengan tambahan
output. Karena unit kapital bentuknya berbeda-beda dan beraneka ragam sementara unit
output relatif tidak berbeda, maka untuk memudahkan penghitungan keduanya dinilai
dalam bentuk uang (nominal). Investasi merupakan kegiatan yang berlangsung dengan
rentang waktu yang cukup lama (multiyears) maka penghitungan ICOR dilakukan dengan
mengambil periode 5 tahunan dengan asumsi investasi yang dilakukan pada awal tahun
pertama telah selesai dilaksanakan pada akhir tahun ke-5.
Tabel 1.9 perhitungan ICOR Prov. Gorontalo
Komponen 2000-2004 2004-2009
Akumulasi Investasi 418.488,54 808.601,92
Penambahan Output 2.093.977,50 5.475.537,35
ICOR Rate 5,00 6,77
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 15
Tampak dalam hasil pengolahan data, efektivitas investasi menunjukkan penurunan
dengan nilai ICOR yang meningkat. ICOR Rate = 5.00 diartikan sebagai setiap penambahan 5
kapital akan mendorong peningkatan 1 Output, sementara ICOR Rate 6,77 diartikan sebagai
setiap penambahan 6.77 kapital akan mendorong peningkatan 1 Output. Hal ini
menunjukkan bahwa investasi yang dilakukan belum efektif dalam mendorong
sustainabilitas pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini diyakini karena kegiatan investasi di
Gorontalo lebih dilakukan pada sektor non tradable (investasi fisik bangunan) dibandingkan
investasi alat-alat produksi (terlihat dari pertumbuhan sektor non tradable yang
kecenderunganya meningkat dibandingkan sektor tradable).
Grafik 1.27 Pertumbuhan Sektor Tradable vs Non Tradable
Sumber : BPS Prov. Gorontalo (diolah)
Penilaian investasi yang cukup baik dari Survey Pemeringkatan Iklim Usaha terhadap
33 provinsi 2008, Kerjasama BKPM Pusat – KPPOD menjadi prestasi PEMDA yang perlu terus
dikembangkan. Namun upaya meningkatan kualitas investasi menjadi hal yang patut
mendapat perhatian, kebijakan investasi bangunan secara perlahan-lahan diarahkan ke
investasi non bangunan untuk menambah ouput produksi demi menjaga sustaibilitas
pertumbuhan.
Dalam tahun 2010 upaya mendorong investasi menjadi tantangan tersendiri.
Keterbatasan fiskal pemerintah daerah harus dapat disiasati melalui penguatan peran
perbankan dan sektor swasta. Kendala ekspansi kredit perbankan yang terkendala akibat
kurangnya dukungan pertumbuhan dana masyarakat menjadi pekerjaan rumah yang harus
diselesaikan. Solusi shifting kredit dari dominasi konsumsi ke arah Kredit Modal Kerja dan
Investasi menjadi alternatif di saat upaya peningkatan DPK terus dilakukan.
16 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
Tabel 1.10 Anggaran Belanja Modal PEMDA 2009 vs 2010
Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo
Sementara itu peran Badan Investasi Daerah (BID) Prov. Gorontalo menjadi vital,
apresiasi yang cukup baik dari BKPM pusat terhadap iklim investasi di Gorontalo harus
diubah menjadi peningkatan investasi riil di Gorontalo. Dalam rapat perdana Tim
Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah (TPIPED) yang dilaksanakan
Desember 2009 lalu terungkap bahwaKADIN masih melihat adanya kendala keterbatasan
data dan informasi terkait potensi bisnis di Gorontalo.
WILAYAH APBD 2009 APBD 2010
Bone Bolango 95.132.534.813 85.223.366.291
Gorontalo Utara 151.942.436.000 75.971.218.000
Prov. Gorontalo 99.550.040.499 178.322.950.826
Kab. Gorontalo 167.503.879.317 105.829.531.520
Boalemo 117.222.782.283 85.441.816.552
Pohuwato 99.077.210.825 49.538.605.413
Kota Gorontalo 144.198.603.902 77.311.408.980
Total 730.428.883.737,00 657.638.897.582
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 17
BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI
Tendensi penurunan inflasi tahunan mewarnai perkembangan harga komoditas di
Provinsi Gorontalo pada triwulan-IV 2009. Inflasi Gorontalo triwulan IV-2009 sebesar 4,35%
(y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 9,20% (y.o.y). Sementara secara
triwulanan, inflasi triwulan IV-2009 sebesar 0,53% (qtq) lebih rendah dibandingkan triwulan
III-2009 sebesar 0,85% (qtq). Adanya policy shock penurunan harga BBM mendominasi
pembentukan inflasi Provinsi Gorontalo 2009, sehingga inflasi Gorontalo mengalami tren
penurunan. Namun, inflasi Gorontalo masih menunjukkan tanda-tanda persistensi tinggi
yang ditunjukkan dengan tingginya nilai inflasi Gorontalo di atas rata-rata inflasi nasional
sepanjang tahun 2009.
2.1 INFLASI GORONTALO TRIWULAN IV-2009
Inflasi Provinsi Gorontalo tahun 2009 ditandai dengan meredanya policy shock,
kuatnya ekpektasi harga, dan kerentanan sisi produksi. Sepanjang tahun 2009, inflasi
Gorontalo mengalami kecenderungan menurun seiring dengan penurunan rata-rata inflasi
tahunan. Tren penurunan inflasi terutama didorong oleh kebijakan penurunan harga BBM
(Bahan Bakar Minyak) pada akhir tahun 2008. Sementara itu, kuatnya ekspektasi harga dan
penggunaan kapasitas produksi yang belum optimal menyebabkan inflasi Gorontalo
persisten diatas inflasi nasional dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Grafik 2.1
Perkembangan Inflasi Nasional dan Gorontalo
Melemahnya dampak Policy Shock mulai terasa sejak kebijakan penurunan harga
BBM pada akhir tahun 2008. Menurunnya harga komoditas minyak internasional pada
pertengahan tahun 2008 mengurangi beban Pos Subsidi BBM dalam APBN, sehingga
kebijakan penurunan BBM secara nasional dapat dilakukan demi menciptakan situasi
ekonomi dan bisnis yang kondusif. Pada Desember 2008 terjadi penurunan harga premium
dari Rp.6000/liter menjadi Rp.5000/liter, sedangkan harga diesel turun dari Rp.5500/liter
menjadi Rp.4800/liter. Melihat perkembangan harga minyak dunia yang terus menurun,
Sumber data : BPS Provinsi Gorontalo
18 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
maka pemerintah kembali melakukan kebijakan penurunan harga BBM pada Januari 2009.
Harga premium kembali turun dari Rp.5000/liter menjadi Rp.4500/liter dan harga diesel
turun dari Rp.4800/liter menjadi Rp.4500/liter. Penurunan kebijakan BBM ini membawa
tingkat harga ke level yang lebih rendah dan mendorong penurunan inflasi nasional dan
inflasi Gorontalo.
Grafik 2.2
Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo
Ekspektasi harga mendorong tekanan inflasi Gorontalo ditengah pengaruh
penurunan harga BBM. Sepanjang tahun 2009, persepsi masyarakat terhadap kenaikan
harga selalu menunjukkan optimisme. Survei Konsumen oleh Bank Indonesia Gorontalo
menunjukkan bahwa ekspektasi harga selalu optimis dengan nilai indeks berada diatas 100
(Saldo Bersih). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat selalu memiliki
ekspektasi harga meningkat. Sementara itu berdasarkan kelompok harga, masyarakat
memiliki ekspektasi bahwa kelompok bahan makanan merupakan barang yang memiliki
kenaikan harga tertinggi dibandingkan kelompok barang dan jasa lainnya.
Sumber data : BPS
Sumber data : Survei Konsumen (KBI Gorontalo)
Grafik 2.3 Indeks Perubahan Harga Umum 3 Bulan YAD
Grafik 2.4 Indeks Perkiraan Kenaikan Harga Kelompok Komoditas 3 Bulan YAD
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 19
Kerentanan sisi produksi menyebabkan tingkat inflasi Gorontalo persisten tinggi di
atas inflasi nasional. Permintaan masyarakat tanpa disertai dengan produksi yang optimal
mengakibatkan output gap positif. Artinya produksi yang dihasilkan oleh perekonomian
daerah belum mampu memenuhi tingginya permintaan masyarakat. Belum optimalnya
penggunaan kapasitas produksi menjadi permasalahan utama rentannya aspek produksi
Gorontalo. Hal ini diperburuk oleh lemahnya dukungan infrastruktur terutama energi listrik.
2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA
2.2.1 INFLASI TAHUNAN (Y.O.Y)
Secara tahunan, inflasi Gorontalo tahun 2009 sebesar 4,35% (y.o.y) lebih rendah
dibandingkan tahun 2008 sebesar 9,20% (y.o.y). Tendensi penurunan harga terutama
terjadi pada kelompok bahan makanan dan kelompok transport, komunikasi, dan jasa
keuangan.
Tabel 2.1
Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (y.o.y)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Hampir sepanjang tahun 2009 barang dan jasa kelompok transportasi, komunikasi,
dan jasa keuangan mengalami deflasi. Pada triwulan-IV 2009, kelompok transportasi,
komunikasi, dan jasa keuangan deflasi sebesar -2,50% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya mengalami inflasi sebesar 3,48% (y.o.y). Penurunan
tekanan harga dalam kelompok ini terutama disebabkan oleh penurunan kebijakan harga
BBM sebanyak dua kali yaitu pada Desember 2008 dan Januari 2009.
I II III IV I II III IV I II III IV
Umum 3.55 5.07 5.97 7.02 8.33 9.58 12.26 9.20 10.54 7.22 3.97 4.35
1 Bahan makanan 5.09 10.34 10.62 13.09 13.25 18.05 21.69 8.56 21.05 14.59 5.50 7.70
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 9.10 5.69 8.41 6.41 5.47 5.79 9.36 14.51 21.08 12.39 12.03 7.73
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0.07 1.03 1.36 1.70 6.85 4.50 12.43 14.02 14.74 5.57 3.38 2.84
4 Sandang 2.41 2.11 2.16 4.63 6.81 4.29 3.40 2.63 6.36 2.53 2.80 3.06
5 Kesehatan 3.34 3.80 1.90 4.65 6.35 7.10 4.66 3.95 3.42 3.41 8.59 8.22
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.29 0.30 8.84 9.11 9.39 10.65 4.52 4.34 4.27 4.24 0.44 0.57
7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.21 0.91 0.97 0.95 1.39 3.37 6.14 3.48 (0.37) (5.15) (5.35) (2.50)
No Kelompok 2007 2008 2009
Grafik 2.5 Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 2.6 Realisasi Kapasitas Produksi per Sektor Ekonomi 2009
20 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
Grafik 2.7
Perkembangan Harga BBM
Sumber : Departemen ESDM
Bila diuraikan lebih dalam, subkelompok transportasi merupakan penyumbang
terbesar terjadinya deflasi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.
Subkelompok transportasi pada periode laporan mengalami deflasi sebesar -3.06% (y.o.y)
jauh lebih rendah dibandingkan subkelompok lainnya yang pergerakan harganya relatif
stabil. Kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga BBM bersubsidi pada awal Desember
2008 memberikan efek sepanjang tahun 2009.
Tabel 2.2
Inflasi Sub kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan tahun 2009 (y.o.y)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
2.2.2 INFLASI TRIWULANAN (QTQ)
Secara triwulanan, inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2009 sebesar 0.53% (qtq)
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0.85% (qtq). Penurunan tingkat
harga barang dan jasa didorong oleh deflasi pada kelompok makanan jadi, minuman rokok,
dan tembakau, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar, kelompok sandang,
dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Sedangkan sumber tekanan
inflasi terutama disumbangkan oleh inflasi kelompok bahan makanan.
Tabel 2.3
Kelompok Barang dan Jasa (qtq)
Kelompok / Sub kelompok JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT OCT NOV DEC
TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0.52 -0.36 -0.37 2.39 0.80 -5.15 -5.16 -5.27 -5.35 -4.88 -4.84 -2.5
Transpor 5.11 3.79 3.77 3.26 0.98 -7.36 -7.37 -7.39 -7.31 -6.33 -6.33 -3.06
Komunikasi dan Pengiriman -12.80 -12.80 -12.80 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.69 -1.91 -1.83 -1.83
Sarana dan Penunjang Transpor 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0 0.4 0.4
Jasa Keuangan 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Umum -1.24 0.46 1.66 2.96 -0.04 3.83 4.01 0.16 2.33 0.59 0.85 0.53
Bahan makanan -4.86 0.19 2.10 10.48 -4.72 4.73 7.89 -1.44 6.83 0.88 -0.67 0.62
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 2.86 0.24 2.77 -0.24 1.96 4.01 2.32 4.46 3.15 1.93 2.00 -5.18
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0.13 0.73 0.88 -0.07 5.20 1.36 4.40 1.34 -0.14 -0.07 2.23 -8.16
Sandang 0.24 0.90 0.41 1.90 2.33 -0.67 -0.04 1.14 2.52 -1.08 0.22 -1.61
Kesehatan 0.12 0.90 0.26 1.11 1.74 1.34 0.56 0.42 0.62 1.77 5.59 0.08
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.00 0.12 7.44 0.05 0.26 0.47 3.98 -0.12 0.17 0.20 0.19 0.01
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.16 0.74 0.11 -0.59 0.60 8.37 0.13 -3.09 -2.39 0.14 -0.08 -0.17
Kelompok 2007 2008 2009
Sumber data : BPS
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 21
Inflasi kelompok bahan makanan tetap menunjukkan peningkatan di tengah
kecenderungan penurunan inflasi daerah. Hasil Survei Pemantauan Harga menunjukkan
bahwa beberapa komoditas utama dalam kelompok bahan makanan yaitu cabai, bawang
merah, beras, dan gula pasir mengalami peningkatan.
Hasil Survei Pemantauan Harga menunjukkan bahwa beras sebagai komoditas
utama penyumbang inflasi mengalami kenaikan harga. Harga beras jenis IR-64 pada
minggu-I September 2009 sebesar Rp5500/kg naik menjadi Rp6.000/kg pada minggu-IV
Desember 2009. Sementara, harga beras jenis Dolog relatif stabil. Harga gula pasir pada
minggu-I September 2009 sebesar Rp9700/kg naik menjadi Rp11.000/kg pada minggu-IV
Desember 2009. Sedangkan harga bawang merah pada minggu-I September 2009 sebesar
Rp14.000/kg naik menjadi Rp16.000/kg pada minggu-IV Desember 2009.
Cabai sebagai komoditas dengan tingkat volatilitas tinggi mengalami kenaikan
harga. Harga cabai keriting pada minggu-I September 2009 sebesar Rp9800/kg naik menjadi
Rp20.000/kg pada minggu-IV Desember 2009. Sementara itu, harga cabai merah biasa pada
minggu-I September 2009 sebesar Rp11.500/kg naik menjadi Rp19.000/kg pada minggu-IV
Desember 2009. Bila kita telusuri lebih dalam, pada bulan November 2009 harga cabai
kriting dan cabai merah mengalami kenaikan yang drastis hingga mencapai Rp.37.000/kg
untuk cabai kriting dan Rp.40.000/kg untuk cabai merah. Hal ini disebabkan karena pada
saat itu stok cabai hilang di pasaran Gorontalo karena banyak dialihkan ke Manado. Pada
saat yang sama Manado sedang mengalami kekurangan pasokan cabai, sehingga banyak
pasokan cabai Gorontalo yang dialihkan oleh para pedagang besar untuk memenuhi
kebutuhan pasokan di Manado karena harga cabai di Manado sudah jauh lebih tinggi.
Grafik 2.8 Perkembangan Harga Bawang dan Cabai 2009
Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras dan Gula Pasir 2009
Sumber data : Diskoperindag Gorontalo (Survei Pemantauan Harga)
22 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
Permasalahan distribusi, pembentukan harga, dan struktur pasar menjadi sorotan
ditengah melambungnya harga komoditas kelompok bahan makanan. Hasil penelitian
Bank Indonesia dan konfirmasi dengan berbagai dinas serta pelaku usaha terkait
menunjukkan bahwa terdapat permasalahan mendasar pada tata niaga barang dan jasa
terutama komoditas pada kelompok bahan makanan. Peran pedagang besar sangat
dominan dalam mempengaruhi jalur distribusi dan struktur pasar. Sementara, margin harga
yang mereka bebankan kepada konsumen sangat tinggi sehingga pembentukan harga di
Gorontalo seringkali tidak selalu sesuai dengan mekanisme permintaan dan penawaran.
Hasil pertemuan Tim Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah (TPIPED) juga
mengidentifikasi terdapat permasalahan distribusi yang menghambat kelancaran pasokan
barang dan jasa. Tentunya hal ini memperkuat perilaku persistensi tinggi inflasi Provinsi
Gorontalo.
Tabel 2.4
Hasil Rapat Tim Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah
31 Agustus 2009 21 Desember 2009
Keterbatasan kapasitas infrastruktur. Distribusi
barang dan jasa seringkali terganggu karena terjadi
penumpukan antrian kapal di Pelabuhan Gorontalo.
Sementara itu, terdapat alternatif Pelabuhan Anggrek
namun kurang diminati oleh pedagang karena
jaraknya yang lebih jauh. Pemda tengah membangun
dermaga III di Pelabuhan Gorontalo sebagai salah
satu solusi permasalahan tersebut yang diperkirakan
selesai pada tahun 2010.
Peranan Pedagang Besar dalam perniagaan komoditas.
Peranan pedagang besar sangat dominan di Gorontalo,
kondisi ini didukung analisis lapangan dari Dinas
Pertanian dan Dinas Perikanan dimana Pemerintah
Provinsi telah mencoba beberapa upaya untuk
meminimalisir hal tersebut melalui program Taksi Mina
Bahari (perikanan) maupun sentra usaha KIAT
(pertanian). Namun upaya dimaksud belum sepenuhnya
optimal, karena cukup sulit melawan dominasi tengkulak
terkait keterbatasan modal pemerintah daerah.
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 23
BOX II : IDENTIFIKASI JALUR DISTRIBUSI KOMODITAS
HORTIKULTURA DI GORONTALO
Pola perniagaan holtikultura di Gorontalo telah mengikuti jalur distribusi yang
melibatkan produsen, pedagang besar, pengecer dan konsumen walaupun memiliki sedikit
perbedaan untuk tiap komoditasnya. Secara umum, pedagang besar dinilai memiliki
peranan lebih dibandingkan petani dan pengecer dalam melakukan transaksi komoditas
untuk sampai kepada konsumen walaupun tingkat kekuatannya berbeda-beda untuk setiap
jenis komoditas hortikulutura. Fenomena petani sekaligus pengecer banyak dijumpai di
daerah-daerah yang berdekatan langsung dengan wilayah kota. Hal ini dilakukan oleh petani
karena belum optimalnya balancing margin di setiap sub level distribusi holtikultura,
sehingga harga jual komoditi tersebut menjadi lebih menarik. Sebagai ilustrasi, jalur
distribusi untuk komoditas rica, tomat, cabe merah, dan bawang merah adalah sebagai
berikut:
Rantai Distribusi Rica:
Gambar 2.1 Jalur Distribusi Rica
Rica merupakan komoditas primadona Gorontalo, kualitas rica yang cukup diminati
pasar menyebabkan permintaan terhadap rica cukup tinggi. Berdasarkan survey yang
dilakukan oleh KBI Gorontalo, pasokan rica tidak hanya berasal dari produsen lokal,
responden menyatakan bahwa 20% pasokan berasal dari Sulawesi Tengah. Di lini produsen,
selain menjual ke pedagang besar, responden petani menyatakan bahwa 38% komoditasnya
dijual langsung kepada pengecer dan konsumen. Hal tersebut dilakukan oleh petani dengan
tujuan mendapatkan margin lebih ketika harga rica di level pedagang besar turun, namun
dalam beberapa hal konsumen dan pengecer sendiri juga langsung membeli dari petani
ketika harga rica di pasar tradisional membumbung tinggi. Dalam distribusi rica dikenal
adanya pengepul/pedagang perantara yang bertindak sebagai agen pengumpul rica untuk
disalurkan ke pedagang besar. Dalam hal ini pengepul tidak melakukan transaksi langsung
dengan produsen maupun pedagang besar, pengepul hanya menghubungkan antara
produsen dan pedagang besar dan mendapatkan fee dari pedagang besar atas usahanya
tersebut. Adanya pedagang perantara dalam distribusi rica memperpanjang jalur perniagaan
rica dan mengakibatkan inefisiensi.
24 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
Rantai Distribusi Tomat Sayur:
Gambar 2.2 Jalur Distribusi Tomat
Dalam perniagaan tomat, jalur distribusi melibatkan produsen lokal/luar provinsi,
pedagang besar, dan pengecer. Hasil survey menyebutkan bahwa reponden pedagang besar
mendatangkan 44% pasokannya dari luar Gorontalo (Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara)
sementara hanya 20% dari total komoditas yang dimilikinya dijual ke luar daerah. Hal ini
menunjukkan bahwa ketergantungan distribusi tomat dari daerah lain cukup tinggi. Dalam
distribusi tomat, petani juga bertindak sebagai pemasok langsung bagi pengecer dan
konsumen (terutama untuk rumah makan/restoran). Perilaku produsen tersebut didasarkan
pertimbangan usia buah yang cukup pendek, untuk menghindarkan kerusakan banyak
petani berinisiatif memasok pengecer langsung agar produksinya cepat terserap di pasar.
Rantai Distribusi Cabe Merah:
Gambar 2.3 Jalur Distribusi Cabe Merah
Pola distribusi cabe merah mengikuti seperti diagram diatas. Cabe merah kurang
diminati oleh petani lokal, sehingga sebagian besar didatangkan dari luar provinsi, sumber
pasokan cabe merah di Gorontalo berasal dari Sulawesi Tengah. Dalam mekanisme
distribusinya, responden petani menyatakan bahwa 50% menjual komoditasnya langsung ke
pengecer sisanya menjual kepada pedagang besar. Petani melakukan hal dimaksud dengan
alasan pertimbangan harga jual yang lebih baik di level pengecer. Sedangkan komoditas
yang dikumpulkan oleh pedagang besar umumnya dipasok ke luar daerah atau dipasok
kepada rumah makan/restoran di Gorontalo.
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 25
Rantai distribusi Bawang Merah:
Gambar 2.4 Jalur Distribusi Bawang Merah
Produksi bawang merah di Gorontalo masih mengandalkan pasokan dari luar daerah
yaitu Makassar-Sulawesi Selatan, Bima-Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tengah. Produksi
lokal masih belum mencukupi kebutuhan Gorontalo. Dalam perniagaan bawang merah,
pedagang besar mendatangkan komoditas hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal saja dan
sebagian kecil diperdagangkan ke Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.
Distribusi Tingkat Konsumen
Disisi konsumen, chanelling distribusi holtikultura yang paling sering digunakan
adalah pasar tradisional kecuali untuk komoditas rica dan tomat, masyarakat banyak yang
membeli langsung dari petani dengan alasan kualitas buah yang didapatkan lebih baik
dibandingkan melalui pasar tradisional. Sementara itu channel distribusi yang melibatkan
pasar modern/supermarket jarang digunakan.
Tabel 2. 5 Asal Pasokan Pada Level Konsumen
ASAL PASOKAN RICA TOMAT CABE
MERAH
BAWANG
MERAH
Pasar Modern/Supermarket 25.1% 1.6% 21.6% 2.4%
Pasar Tradisional 37.5% 78.6% 29.8% 77.6%
Penjual Keliling 4.9% 9.5% 22.9% 8.8%
Toko/Warung 6.0% 9.5% 3.4% 11.2%
Petani/Nelayan 26.6% 0.8% 22.3% 0.0%
Sumber : Survei lapangan, Bank Indonesia Gorontalo
26 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
Halaman ini sengaja dikosongkan ...
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 27
BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Pada triwulan IV-2009 kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo menunjukkan
perkembangan yang kurang menggembirakan, diikuti dengan stabilitas sistem perbankan
yang relatif terkendali. Intermediasi perbankan ditandai oleh pertumbuhan dana pihak
ketiga (DPK) dan pertumbuhan kredit yang melambat. Sementara itu stabilitas perbankan
Gorontalo tetap terjaga, tergambar dari indikator-indikator risiko kredit dan risiko pasar
yang relatif terkendali. Namun, risiko likuiditas perlu diwaspadai karena LDR sudah
mencapai nilai yang tidak wajar mencapai lebih dari 140% sehingga dapat mengancam
ketersediaan likuiditas perbankan.
3.1 FUNGSI INTERMEDIASI
Perkembangan fungsi intermediasi perbankan pada triwulan laporan menunjukkan
kinerja yang melambat. Pertumbuhan dana pihak ketiga mengalami perlambatan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Menurunnya kinerja penghimpunan
dana pihak ketiga didorong oleh berkurangnya penempatan dana giro pemerintah terkait
pembayaran berbagai proyek pembangunan pada akhir tahun. Sementara itu, penyaluran
kredit juga mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Perlambatan terutama terjadi pada kredit-kredit sektor produktif yaitu adalah sektor
pertanian, sektor industri, dan sektor transportasi.
3.1.1 Perkembangan Bank
Kegiatan perbankan di Provinsi Gorontalo saat ini dilayani oleh 9 Bank Umum
Konvensional, 2 Bank Umum Syariah 4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jaringan kantor
Bank Umum baik yang konvensional maupun syariah di Provinsi Gorontalo terdiri dari 13
kantor cabang, 21 kantor cabang pembantu, 10 kantor kas serta 21 kantor unit. Sementara
itu, jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 2 kantor cabang dan 2 kantor kas.
Sementara itu, selama tahun 2009 terdapat penambahan jumlah bank yang meliputi 1
kantor cabang bank umum syariah dan 5 kantor cabang pembantu bank umum
konvensional.
Total asset pada triwulan-IV 2009 tumbuh lebih rendah dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Total asset seluruh bank pada triwulan-IV 2009 mencapai Rp2,90
triliun, tumbuh 20,57% (y.o.y) lebih lambat dibanding triwulan IV-2008 sebesar 26,18%
(y.o.y). Namun, Net Interest Margin (NIM) pada triwulan IV-2009 sebesar Rp.320,74 milyar
atau tumbuh 34,11% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 28,64%
(y.o.y). Perlambatan total asset sejalan dengan perlambatan penyaluran kredit pada
triwulan laporan. Sementara itu, rasio BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional)
sebesar 53,82% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
54,68%. Menurunnya rasio bopo menunjukkan Perbankan Gorontalo makin efisien dalam
melakukan kegiatan operasional.
28 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
3.1.2 Penyerapan dana masyarakat
Pada posisi akhir triwulan IV-2009 dana yang dihimpun tercatat sebesar Rp1,82
triliun, tumbuh 2,87% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 13,12% (y.o.y). Perlambatan DPK terutama disebabkan oleh kontraksi
pada komponen giro dan deposito masing-masing sebesar -14,91% (y.o.y) dan -2,07%
(y.o.y), keduanya lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Melambatnya pertumbuhan giro terutama disebabkan oleh menurunnya penempatan dana
pemda karena kebutuhan transaksi untuk membayar proyek-proyek pembangunan daerah
di akhir tahun. Sedangkan melambatnya deposito seiring dengan tren penurunan suku
bunga perbankan. Sementara, tabungan tumbuh sebesar 10,43% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,08% (y.o.y). Meningkatnya
kesadaran masyarakat akan menabung menjadi salah satu faktor yang memberikan angin
segar kepada peningkatan tabungan masyarakat.
Grafik 3.1 Pertumbuhan DPK (y.o.y) Grafik 3.2 Komposisi DPK
3.1.3 Penyaluran kredit
Pada posisi akhir triwulan laporan, kredit yang disalurkan tercatat sebesar Rp2,58
triliun, tumbuh 29,01%. (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang tumbuh 38.64% (y.o.y). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan
kredit tertinggi terjadi pada kredit konsumsi yang mencapai 37.05% (y.o.y) namun masih
lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 44.41% (y.o.y).
Kredit modal kerja tumbuh sebesar 17,99% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya sebesar 40.84% (y.o.y). Sementara itu, kredit investasi tumbuh
24,38% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang
mengalami kontraksi sebesar -4.90% (y.o.y).
Pertumbuhan pada kredit investasi terutama didorong oleh pendanaan proyek
pembangunan Pemerintah Daerah. Usaha Pemda untuk memperkuat perekonomian
daerah melalui penyelesaian target pembangunan infrastruktur menyebabkan terjadinya
peningkatan kredit investasi. Adapun beberapa proyek Pemda yang tengah dalam proses
pengerjaan/penyelesaian adalah jalan Gorontalo By Pass, Bendungan Paguyaman,
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 29
Pembangunan Kanal Banjir Tamalate, Pembangunan Embarkasi Haji Bandara Djalaludin,
Dermaga III Pelabuhan Kota Gorontalo, dan PLTU Anggrek
Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit berdasarkan jenis
Penggunaan (y.o.y)
Grafik 3.4 Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis
Penggunaan
Sumber : Bank Indonesia
Pertumbuhan kredit sektor produktif pada triwulan laporan diwarnai oleh
perlambatan. Hampir seluruh kredit sektoral mengalami kontraksi, namun angin segar
masih bertiup pada kredit sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran,
dan sektor jasa sosial kemasyarakatan. Kredit sektor transportasi dan komunikasi dan
sektor industri mengalami kontraksi yang paling dalam masing-masing sebesar -41,04%
(y.o.y) dan -36,95% (y.o.y), keduanya lebih lambat dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan kredit sektor industri searah dengan
melambatnya pertumbuhan sektor industri tahun 2009. Sementara itu kredit
perdagangan masih mendominasi dalam portofolio kredit produktif dengan
pertumbuhan sebesar 30,21% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 29,67% (y.o.y). Kredit sektor konstruksi mengalami pertumbuhan
positif sebesar 27,84% (y.o.y), namun masih lebih rendah dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnnya sebesar 54,35% (y.o.y).
Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral (y.o.y)
Grafik 3.6 Komposisi portofolio Kredit Sektor
Produktif
Pada triwulan laporan, kredit UMKM tercatat tumbuh 10,30% (y.o.y) lebih lambat
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 40,86% (y.o.y). Kredit yang
dikucurkan perbankan Gorontalo kepada usaha skala mikro, kecil dan menengah
mencapai Rp1,514 triliun, atau 58,60% dari keseluruhan kredit perbankan. Jika dilihat per
30 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
segmen, kredit usaha kecil tumbuh sebesar 16.12% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 30,08% (y.o.y). Sementara, kredit
menengah yang memiliki komposisi terbesar dalam struktur kredit UMKM di Gorontalo,
tumbuh sebesar 7.19% (y.o.y) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 52,86% (y.o.y). Sedangkan kredit usaha mikro mengalami perbaikan
yaitu tumbuh 11,26% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 8,70% (y.o.y).
Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 3.8 Komposisi Kredit UMKM
Sumber : Bank Indonesia
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Selama triwulan laporan, stabilitas sistem perbankan di Gorontalo meliputi aspek
risiko kredit dan risiko pasar relatif terkendali, namun risiko likuiditas perlu mendapat
perhatian. Non performing loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas
ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana masyarakat perlu
menjadi perhatian karena Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di ambang ‘tidak wajar’
mencapai lebih dari 140% sehingga dapat mengancam ketersediaan likuiditas perbankan.
3.2.1 Risiko Kredit
Dari indikator kredit non-lancar dan konsentrasi kredit di sektor tertentu, terlihat
bahwa risiko kredit tetap terkendali pada level yang rendah. Kredit Non-Lancar atau Non
Performing Loans (NPLs) untuk kredit secara keseluruhan tetap terjaga pada level 2.25%.
Nilai ini tergolong ‘baik’ karena masih berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia yaitu 5%. Perbaikan nilai NPL terutama disebabkan oleh usaha bank
untuk meminimkan kredit macet melalui peningkatan kinerja collection kredit. Sementara
berdasarkan depth interview dengan Perbankan, terdapat usaha bank untuk menurunkan
NPL melalui switching NPL kepada agunan yang diambil alih (AYDA). Sedangkan disisi
penyaluran kredit juga terus menunjukkan peningkatan yang ikut berkontribusi dalam
meminimkan nilai NPL.
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 31
Sumber : Bank Indonesia
Konsentrasi kredit di sektor tertentu. Selain NPL, risiko kredit yang stabil-rendah
disebabkan pula oleh komposisi kredit yang disalurkan, dimana kredit konsumsi memiliki
pangsa yang dominan. Selain itu, pangsa terbesar kredit produktif dikucurkan ke sektor PHR.
Sektor-sektor produktif lain yang dianggap lebih tinggi tingkat risikonya memiliki pangsa
kucuran kredit yang relatif kecil.
Sumber : Bank Indonesia
3.2.2 Risiko Likuiditas
Indikator risiko likuiditas yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan
konsentrasi sumber dana pada deposan inti menunjukkan risiko likuiditas pada triwulan
laporan patut mendapat perhatian. Hal tersebut terlihat dari komposisi dana jangka
menengah panjang yang lebih kecil dari dana jangka pendek. Menurunnya Porsi dana
pemerintah yang mengalami pergeseran dari total dana pihak ketiga perbankan juga dinilai
dapat menambah risiko likuiditas karena dana pemerintah relatif mudah diprediksi sifat
keluar masuk dananya. Sementara itu nilai LDR yang berada pada posisi ‘kurang normal’
hingga mencapai 141.68% menyebabkan likuiditas perbankan sangat ketat sehingga
Grafik 3.9 Non Performing Loan
Grafik 3.10 Konsentrasi Kredit
32 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
membahayakan perbankan bisa sewaktu-waktu nasabah ingin menarik dananya dalam
jumlah besar.
Grafik 3.11 Pergerakan Komposisi DPK
Grafik 3.12 Komposisi Dana Milik Pemda
Konsentrasi jangka waktu sumber dana. Sebagian besar dana yang simpanan di bank
masih merupakan dana jangka pendek, Sementara terdapat kecenderungan pergeseran
proporsi dari simpanan jangka panjang khususnya deposito ke simpanan jangka menengah
pendek yaitu tabungan. Pergeseran tersebut disebabkan tingginya permintaan dana untuk
melakukan kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat terutama pada periode laporan.
Sementara itu, pihak perbankan juga ‘sengaja’ melakukan shifting dana pihak ketiga dari
deposito ke tabungan dalam rangka menurunkan biaya bunga simpanan.
Konsentrasi sumber dana pada deposan inti. Dana milik pemerintah memiliki
pangsa yang cenderung menurun di struktur dana pihak ketiga. Hal tersebut dipandang
negatif dari sisi kestabilan likuiditas karena arus keluar masuk dana milik pemerintah lebih
dapat diprediksi dibandingkan dana milik swasta Penurunan dana milik pemda disebabkan
karena meningkatnya kebutuhan transaksi untuk pembiayaan proyek-proyek pembangunan
pemerintah terutama pada akhir tahun.
Posisi LDR pada triwulan laporan sebesar 141.68% menunjukkan bahwa likuiditas
Perbankan Gorontalo sangat ketat. Tingginya LDR menunjukkan bahwa jumlah kredit yang
disalurkan jauh melebihi jumlah dana yang dihimpun oleh perbankan. Tentunya hal ini patut
mendapat perhatian mengingat bila sewaktu-waktu nasabah mengambil dananya dalam
jumlah besar dapat mengakibatkan ketidakstabilan pada kesehatan perbankan. Sementara
itu, perbankan Gorontalo harus lebih meningkatkan kemampuannya dalam menghimpun
dana dari masyarakat untuk mengimbangi jumlah kredit yang digelontorkan menuju tingkat
LDR yang diniliai optimal berada pada kisaran tidak jauh dari 100%.
Sumber: Bank Indonesia
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 33
Grafik 3.13 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo
3.2.3 Risiko Pasar
Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan dapat dilihat dari kestabilan volatilitas
suku bunga dan kurs. Kebijakan Bank Indonesia untuk menetapkan suku bunga
acuan yang mendukung sektor rill dengan mempertimbangkan potensi tekanan
inflasi ke depan diharapkan dapat meningkatkan penyaluran kredit. Sementara itu,
volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan
Gorontalo, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi.
Grafik 3.14 Perkembangan Kurs USD dan BI Rate
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
34 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
BOX III : IDENTIFIKASI POTENSI KOMODITAS UNGGULAN KLASTER
DI KOTA GORONTALO
Provinsi Gorontalo sebagai provinsi yang baru berkembang, memiliki potensi untuk
mengembangkan konsep klaster sebagai alternatif pengembangan model industri
Gorontalo. Hal ini mengingat industrialisasi di Gorontalo belum berkembang secara masif
sebagaimana di daerah-daerah lain. Sementara secara sosiologis, klaster juga sangat sesuai
dengan kultur dan perilaku masyarakat Gorontalo yang sedang melakukan transisi dari
masyarakat agraris ke masyarakat industri. Oleh karena itu identifikasi potensi komoditas
unggulan klaster di wilayah Provinsi Gorontalo diperlukan terutama pada level
kabupaten/kota.
Berdasarkan identifikasi awal terdapat embrio klaster yang dapat diperdalam untuk
menjadi komoditas unggulan klaster yaitu rumput laut, ikan cakalang, ikan lajang, ikan tuna,
sapi potong, meubel, kerawang, pisang, dan cabe. Daftar komoditas unggulan di atas akan
diidentifikasi berdasarkan sebarannya pada wilayah Kabupaten/Kota se-Provinsi Gorontalo
dengan menggunakan Analisis Hierarki Proses (AHP). Dalam analisa AHP dengan fokus Kota
Gorontalo dapat diidentifikasi terdapat tiga komoditas unggulan klaster yang cocok
diterapkan di Kota Gorontalo yaitu kerawang, meubel, dan ikan lajang.
Gambar 3.1 Hasil Analisis AHP Komoditas Unggulan Klaster Kota Gorontalo
Setelah dilakukan AHP kemudian diperdalam dengan analisa SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities, Threats) untuk mengetahui komoditas yang paling tepat sebagai
klaster di Kota Gorontalo.
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 35
Tabel 3. 1 Matriks Perbandingan Kompetitif Komoditas Unggulan Kota Gorontalo
NO. FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS
SKOR UNTUK SETIAP KOMODITAS
IKAN LAJANG MEUBEL KERAWANG
A. INTERNAL
1. Jumlah Tenaga Kerja 0.40 0.40 0.40
2. Ketersediaan Modal 0.18 0.18 0.27
3. Ketersediaan Bahan Baku 0.14 0.21 0.28
4. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Produksi 0.21 0.14 0.14
5. Kapasitas SDM 0.10 0.10 0.10
6. Terdapat Manajemen Usaha 0.09 0.09 0.18
7. Teknologi Produksi 0.10 0.07 0.07
8. Adanya Local Champion 0.09 0.09 0.09
9. Diversifikasi Produk 0.04 0.04 0.05
Jumlah Aspek-aspek Internal 1.35 1.32 1.59
B. EKSTERNAL
1. Trust 0.25 0.25 0.34
2. Menunjang Ekonomi Lokal dan Regional 0.33 0.25 0.33
3. Political Will 0.23 0.23 0.31
4. Ketersediaan Pasar 0.27 0.27 0.27
5. Berbasis Potensi Masyarakat 0.17 0.09 0.17
6. Ketersediaan Sentra Industri 0.08 0.17 0.17
7. Kelompok Usaha Sejenis 0.05 0.05 0.05
8. Ketersediaan Lapangan Usaha 0.09 0.04 0.09
9. Ketersediaan Infrastruktur Fisik 0.03 0.03 0.03
10. Ketersediaan Infrastruktur Informasi 0.03 0.03 0.05
11. Adanya Industri Inti 0.03 0.03 0.03
12. Adanya Industri Pendukung 0.02 0.02 0.02
13. Terdapat Holding Usaha 0.02 0.03 0.03
Jumlah Aspek-aspek Eksternal 1.59 1.47 1.87
Jumlah Total (A + B) 2.94 2.79 3.46
36 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
Hasil analisa SWOT menunjukkan bahwa kerawang merupakan komoditas yang paling tepat
untuk dikembangkan menjadi klaster di Kota Gorontalo. Pada aspek internal, komoditas
kerawang unggul dalam ketersediaan modal, ketersediaan bahan baku, manajemen usaha,
dan diversifikasi produksi. Sementara pada aspek eksternal, komoditas kerawang sangat
unggul disisi trust, political will, dan ketersediaan infrastruktur informasi. Adapun secara
berurutan komoditas yang paling tepat untuk dikembangkan menjadi klaster di Kota
Gorontalo adalah kerawang, ikan lajang, dan meubel.
Usaha kerajinan kerawang di daerah Gorontalo merupakan salah satu kegiatan
industri kecil yang cukup menonjol dan mempunyai potensi untuk dikembangkan. Produksi
kerajinan kerawang ini sangat dikenal dan diminati masyarakat terbukti dengan semakin
meluasnya daerah pemasaran kerawang. Kerajinan kerawang merupakan produk khas
Gorontalo, karena kerajinan kerawang ini telah diwariskan secara turun temurun dari nenek
moyang masyarakat Gorontalo. Jumlah unit usaha yang bergerak disektor ini + 100 unit
usaha dengan tenaga kerja berjumlah 200 orang, sementara produksi pertahun mencapai
9.600 lembar. Pengembangan klaster pada komoditas ini diharapkan dapat mengakselerasi
pertumbuhan ekonomi Kota Gorontalo. Selain itu, dengan berkembangnya industri
kerawang juga dapat mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 37
BAB 4 : KEUANGAN DAERAH
Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan IV-2009 mencapai 91,40%,
lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan IV-2008 sebesar 82,96%, sementara itu
realisasi pendapatan menurun 100,07%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya yang mencapai 109,65%.
4.1 Pendapatan Daerah
Realisasi pendapatan Provinsi Gorontalo pada triwulan IV-2009 menurun dibandingkan
triwulan IV-2008. Secara nominal, realisasi triwulan IV-2009 sebesar Rp 551,99 Miliar
dengan capaian 100,07% dari anggaran APBD-P 2009, capaian ini menurun secara
persentase realisasi dibandingkan triwulan IV-2008 yang sebesar 109,65%. Menurunnya
kinerja pendapatan daerah terutama disebabkan menurunnya capaian di sisi Pendapatan
Asli Daerah (PAD) maupun realisasi pendapatan Dana Perimbangan Pusat.
Tabel 4.1
Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo
Sampai dengan triwulan IV-2009, secara nominal Provinsi Gorontalo membukukan
PAD sebesar Rp. 99,37 Miliar, sementara itu triwulan IV-2008 sebesar Rp 94,94 Miliar.
Dari delapan pos pajak daerah hanya pajak BBN yang mencapai target, sementara itu
tujuh pos pajak lainnya masih di bawah target yang ditetapkan, walaupun pada BBN
sendiri pencapaian realisasi terhadap target lebih rendah dibandingkan tahun
sebelumnya. Menurunnya kondisi perekonomian Gorontalo pada triwulan IV-2009
diperkirakan sebagai pemicu menurunnya realisasi penghimpunan pajak dibandingkan
target yang ditentukan.
Sisi dana perimbangan mengalami penurunan realisasi terhadap target anggaran
yang ditetapkan. Posisi dana perimbangan yang terelisasi sampai dengan akhir triwulan
IV-2009 sebesar Rp 452,64 Miliar dengan realisasi sebesar 98,63% dari anggaran induk,
hal tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp
442,06 Miliar dengan persentase realisasi 107,52%. Menurunnya realisasi dana
perimbangan pada triwulan IV-2009 lebih didorong oleh penurunan realisasi dana bagi
hasil pajak/bukan pajak sebagai imbas penurunan penghimpunan pajak nasional yang
dilakukan oleh daerah.
Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%)
Pendapatan Asli Daerah 78.593.967.527,80 94.942.307.087,02 120,80 92.678.000.000 99.347.553.945 107,20
Pajak daerah 71.075.142.899,00 82.572.430.960,00 116,18 83.313.210.857 84.149.062.986 101,00
Pajak Kendaraan Bermotor 22.753.096.000,00 23.788.620.300,00 104,55 29.350.472.100 28.227.118.500 96,17
Pajak Kendaraan di Air 25.000.000,00 - - 25.000.000 18.380.000 73,52
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 28.612.906.200,00 35.837.364.400,00 125,25 29.606.754.069 35.031.603.600 118,32
Bea Balik Nama Kendaraan Di Air 15.000.000,00 - - 15.000.000 - -
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 19.534.140.699,00 22.825.246.426,00 116,85 24.180.984.688 20.761.171.353 85,86
Pajak Air Permukaan 108.000.000,00 103.196.660,00 95,55 120.000.000 97.577.830 81,31
Pajak Air Bawah Tanah 27.000.000,00 18.003.174,00 66,68 15.000.000 13.211.703 88,08
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 925.000.000,00 - - 500.000.000 - -
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 6.593.824.628,80 12.369.876.127,02 187,60 8.864.789.143 15.198.490.959 171,45
Dana Perimbangan 411.148.011.350 442.062.322.093,00 107,52 458.934.916.658 452.646.952.441 98,63
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 17.136.015.350,00 19.106.216.093,00 111,50 19.263.660.658 12.975.696.441 67,36
Dana Alokasi Umum 368.637.996.000,00 368.637.996.000,00 100,00 388.325.256.000 388.325.256.000 100,00
Dana Alokasi Khusus 25.374.000.000,00 25.374.000.000,00 100,00 51.346.000.000 51.346.000.000 100,00
Dana Darurat 20.000.000.000,00 20.000.000.000,00 100,00 - - -
Dana Penyesuaian 8.944.110.000,00 8.944.110.000,00 100,00 - - -
Jumlah Pendapatan 489.741.978.878 537.004.629.180 109,65 551.612.916.658 551.994.506.386 100,07
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
APBD-P 2009IV-2009IV-2008
APBD-P 2008Pendapatan Daerah
38 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
Seperti umumnya daerah hasil pemekaran, ketergantungan terhadap dana
perimbangan masih cukup besar, walaupun kinerja Pemerintah Provinsi untuk
menghimpun pendapatan asli daerah harus diakui sudah cukup baik secara nominal
namun belum signifikan apabila dilihat rasionya terhadap keseluruhan pendapatan
provinsi. Apabila disimak dalam tabel dibawah ini, nampak komposisi pendapatan
provinsi belum banyak mengalami perubahan dibandingkan periode sebelumnya. Sampai
dengan triwulan IV-2009, dana perimbangan masih mendominasi dengan kontribusi
82,00%, hampir sama dengan kontribusinya di triwulan IV-2008 sebesar 82,32%
Sedangkan kemandirian fiskal yang tercermin dari penghimpunan PAD kontribusinya
meningkat sebesar 18,00%, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 17,68%.
Tabel 4.2
Komposisi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %)
4.2 Belanja Daerah
Realisasi belanja Provinsi Gorontalo pada triwulan IV-2009 lebih baik
dibandingkan triwulan IV-2008. Pada triwulan laporan, tercatat Rp 618,01 Miliar dana
APBD telah dibelanjakan dengan persentase realisasi mencapai 91,40%, kondisi ini lebih
baik dibandingkan triwulan IV-2008 dimana pencapaian realisasi sebesar Rp 537,16 Miliar
dengan persentase realisasi mencapai 82,96%. Kondisi ini terutama didorong oleh pos
belanja modal sementara pos belanja pegawai relatif sama. Pada APBD-P 2009,
pemerintah meningkatkan pagu anggaran belanja modal dari Rp 99 Miliar menjadi Rp
196 Miliar.
Tabel 4.3
Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo
Pendapatan Asli Daerah 1,54 17,78 17,60 17,68 17,78 16,79 17,21 18,00
Pajak daerah - 15,56 15,55 15,38 15,17 14,32 14,65 15,24
Pajak Kendaraan Bermotor - 4,52 4,37 4,43 5,21 4,72 4,72 5,11
Pajak Kendaraan di Air - - - - - - - 0,00
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor - 7,02 7,07 6,67 6,76 5,86 5,99 6,35
Bea Balik Nama Kendaraan Di Air - - - - - - - -
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor - 4,00 4,09 4,25 3,17 3,73 3,92 3,76
Pajak Air Permukaan - 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01 0,02 0,02
Pajak Air Bawah Tanah - 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 0,03 0,02 0,02 - - - - -
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 1,51 2,20 2,03 2,30 2,61 2,48 2,56 2,75
Dana Perimbangan 98 82 82,40 82,32 82,22 83,21 82,79 82,00
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 0,93 2,47 2,77 3,56 0,87 0,76 2,36 2,35
Dana Alokasi Umum 0,07 75,18 76,83 68,65 0,01 68,80 71,03 70,35
Dana Alokasi Khusus 97,46 3,10 1,90 4,73 81,34 13,65 9,39 9,30
Dana Darurat 3,72 - -
Dana Penyesuaian - 1,46 0,89 1,67 - - - -
Jumlah Pendapatan 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
IV-2009III-2008II-2008 I - 2009IV-2008 III-2009II-2009I-2008Pendapatan Daerah
Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%)
Belanja Tidak Langsung 202.910.167.778,80 184.398.178.434,00 90,88 232.835.353.600 210.304.553.122 90,32
Belanja Pegawai 125.800.860.941,00 117.134.597.794,00 93,11 150.952.011.350 135.776.267.432 89,95
Belanja Subsidi 3.740.211.500,00 3.731.875.000,00 99,78 14.278.912.250 9.755.602.250 68,32
Belanja Hibah 16.935.500.000,00 14.272.350.000,00 84,27 15.649.405.000 14.684.719.000 93,84
Belanja Bantuan Sosial 6.569.988.139,80 5.929.580.000,00 90,25 3.326.025.000 2.987.239.648 89,81
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 38.854.783.450,00 33.587.580.340,00 86,44 39.539.000.000 38.295.927.392 96,86
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 9.850.571.750,00 9.692.195.300,00 98,39 8.840.000.000 8.554.797.400 96,77
Belanja Tidak Terduga 1.158.251.998,00 50.000.000,00 4,32 250.000.000 250.000.000 100,00
Belanja Langsung 444.565.537.019,00 352.761.574.687,30 79,35 443.353.139.430 407.714.888.659 91,96
Belanja Pegawai 31.269.214.574,00 27.641.145.928,64 88,40 27.600.364.078 24.726.636.145 89,59
Belanja Barang dan Jasa 185.608.727.592,00 168.193.653.998,00 90,62 219.564.551.400 204.665.301.688 93,21
Belanja Modal 227.687.594.853,00 156.926.774.760,66 68,92 196.188.223.952 178.322.950.826 90,89
Jumlah Belanja 647.475.704.797,80 537.159.753.121,30 82,96 676.188.493.030 618.019.441.781 91,40
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
IV-2009IV-2008APBD-P 2008Belanja Daerah
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 39
Kualitas APBD Gorontalo lebih baik dibandingkan triwulan yang sama periode sebelumnya.
Komposisi pos belanja modal meningkat sementara realisasi pos belanja pegawai berkurang
proporsinya. Dilihat dari komposisi realisasi triwulan IV-2009, pengeluaran belanja modal
mencapai 28,85% sementara pos belanja pegawai mencapai 25,97%. Perkembangan yang
cukup baik ini diharapkan terus dijaga sustainabilitasnya sehingga anggaran APBD lebih
dioptimalkan kearah investasi untuk memberikan multiplier effect kemajuan ekonomi
Gorontalo
Tabel 4.4
Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo
4.3. Kontribusi Realisasi APBD Gorontalo Terhadap Sektor Riil dan
Uang Beredar
Kinerja fiskal selama tahun 2009 belum menunjukkan perubahan yang signifikan
terhadap stimulan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa
25,66%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 10,41%.
Tabel 4.5
Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil
Disisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo
sampai dengan akhir triwulan IV-2009 menunjukkan ekspansi. Ekspansi terjadi karena
realisasi dari pengeluaran APBD lebih besar dibandingkan realisasi penerimaan APBD.
Kebijakan ekspansif yang telah diterapkan pemerintah daerah diperkirakan mampu
memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi Gorontalo selama tahun 2009.
Belanja Tidak Langsung 43,90 39,98 36,26 34,33 46,55 41,10 37,12 34,03
Belanja Pegawai 29,73 27,04 26,19 21,81 31,32 28,63 25,84 21,97
Belanja Subsidi 1,01 0,77 0,51 0,69 0,64 1,00 0,85 1,58
Belanja Hibah 2,86 3,73 3,07 2,66 2,90 2,38 2,12 2,38
Belanja Bantuan Sosial 1,80 1,09 1,30 1,10 1,33 0,79 0,58 0,48
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 6,94 6,21 4,14 6,25 7,85 6,41 5,75 6,20
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 1,56 1,12 1,04 1,80 2,52 1,90 1,97 1,38
Belanja Tidak Terduga - 0,02 0,01 0,01 - - - 0,04
Belanja Langsung 56,10 60,02 63,74 65,67 53,45 58,90 62,88 65,97
Belanja Pegawai 3,09 3,89 4,86 5,15 2,84 3,38 3,72 4,00
Belanja Barang dan Jasa 18,36 26,09 30,07 31,31 22,07 28,55 31,52 33,12
Belanja Modal 34,65 30,05 28,81 29,21 28,53 26,96 27,64 28,85
Jumlah Belanja 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
IV-2009III-2008 IV-2008 III-2009Belanja Daerah II-2009I-2008 II-2008 I - 2009
Nominal %PDRB Nominal %PDRB
Konsumsi Pemerintah 419.788.109.945 380.232.978.361 25,33 480.000.269.078 439.696.490.955 25,66
Belanja Pegawai 157.070.075.515 144.775.743.723 9,65 178.552.375.428 160.502.903.577 9,37
Belanja Subsidi 3.740.211.500 3.731.875.000 0,25 14.278.912.250 9.755.602.250 0,57
Belanja Hibah 16.935.500.000 14.272.350.000 0,95 15.649.405.000 14.684.719.000 0,86
Belanja Bantuan Sosial 6.569.988.140 5.929.580.000 0,40 3.326.025.000 2.987.239.648 0,17
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 38.854.783.450 33.587.580.340 2,24 39.539.000.000 38.295.927.392 2,23
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 9.850.571.750 9.692.195.300 0,65 8.840.000.000 8.554.797.400 0,50
Belanja Tidak Terduga 1.158.251.998 50.000.000 0,00 250.000.000 250.000.000 0,01
Belanja Barang dan Jasa 185.608.727.592 168.193.653.998 11,21 219.564.551.400 204.665.301.688 11,94
Pembentukan Modal Tetap Bruto 227.687.594.853 156.926.774.761 10,46 196.188.223.952 178.322.950.826 10,41
Belanja Modal 227.687.594.853 156.926.774.761 10,46 196.188.223.952 178.322.950.826 10,41
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
*) PDRB Q4-2009 Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo
Realisasi Q4-2009*APBD-P 2009APBD-P 2008Belanja Daerah
Realisasi Q4-2008
40 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
Tabel 4.6
Dampak APBD terhadap Uang Beredar
4.4. Perkembangan Keuangan Daerah 2010
Anggaran keuangan daerah tahun 2010 diperkirakan lebih rendah dibandingkan anggaran
tahun 2009. Kondisi ini menjadi kendala manakala Provinsi Gorontalo dan kabupaten/kota
masih mengandalkan dana pemda dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah.
Adapun perbandingan anggaran APBD tahun 2009 terhadap anggaran tahun 2010
ditampilkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.7
APBD 2009 vs APBD 2010
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo, Anggaran tidak termasuk Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
Secara agregat pendapatan kabupaten/kota/provinsi akan meningkat sebesar 2,65%
dibandingkan anggaran tahun sebelumnya. Sementara di peningkatan belanja hanya
mencapai 0,62% dari anggaran sebelumnya dengan penurunan terbesar pada belanja
langsung 8,76%. Kondisi ini akan berpengaruh langsung pada melambatnya pertumbuhan
konsumsi pemerintah di tahun 2010.
Nominal %PDRB Nominal %PDRB
Pendapatan 489.741.978.877,80 537.004.629.180,02 35,78 551.612.916.658,00 551.994.506.385,90 32,21
Pendapatan Asli Daerah 78.593.967.527,80 94.942.307.087,02 6,33 92.678.000.000,00 99.347.553.944,90 5,80
Dana Perimbangan 411.148.011.350,00 442.062.322.093,00 29,45 458.934.916.658,00 452.646.952.441,00 26,41
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 17.136.015.350,00 19.106.216.093,00 1,27 19.263.660.658,00 12.975.696.441,00 0,76
Dana Alokasi Umum 368.637.996.000,00 368.637.996.000,00 24,56 388.325.256.000,00 388.325.256.000,00 22,66
Dana Alokasi Khusus 25.374.000.000,00 25.374.000.000,00 1,69 51.346.000.000,00 51.346.000.000,00 3,00
Dana Darurat 20.000.000.000,00 1,33 -
Dana Penyesuaian 8.944.110.000,00 8.944.110.000,00 0,60 - - -
Belanja 647.475.704.797,80 537.159.753.121,30 35,79 676.188.493.030,00 618.019.441.781,18 36,06
Belanja Pegawai 157.070.075.515,00 144.775.743.722,64 9,65 178.552.375.428,00 160.502.903.577,18 9,37
Belanja Subsidi 3.740.211.500,00 3.731.875.000,00 0,25 14.278.912.250,00 9.755.602.250,00 0,57
Belanja Hibah 16.935.500.000,00 14.272.350.000,00 0,95 15.649.405.000,00 14.684.719.000,00 0,86
Belanja Bantuan Sosial 6.569.988.139,80 5.929.580.000,00 0,40 3.326.025.000,00 2.987.239.648,00 0,17
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 38.854.783.450,00 33.587.580.340,00 2,24 39.539.000.000,00 38.295.927.392,00 2,23
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 9.850.571.750,00 9.692.195.300,00 0,65 8.840.000.000,00 8.554.797.400,00 0,50
Belanja Tidak Terduga 1.158.251.998,00 50.000.000,00 0,00 250.000.000,00 250.000.000,00 0,01
Belanja Barang dan Jasa 185.608.727.592,00 168.193.653.998,00 11,21 219.564.551.400,00 204.665.301.688,00 11,94
Belanja Modal 227.687.594.853 156.926.774.761 10,46 196.188.223.952 178.322.950.826 10,41
Surplus/Defisit (157.733.725.920) (155.123.941) (0,01) (124.575.576.372) (66.024.935.395) (3,85)
Pembiayaan Netto (157.733.725.920) - - (124.575.576.372) - -
DAMPAK RUPIAH - (155.123.941) (0,01) - (66.024.935.395) (3,85)
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
*) PDRB Q4-2009 Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo
APBD-P 2008Realisasi Q4-2009*
APBD-P 2009Realisasi Q4-2008
APBD
Anggaran Kota Gorontalo Kab. Gorontalo Kab. Boalemo Kab. Bone Bolango Kab. Gorut Kab. Pohuwato Prov. Gorontalo TOTAL
Pendapatan 452.000.031.988 486.013.404.063 326.719.642.227 345.673.957.183 283.077.808.153 363.319.469.617 534.032.446.868 2.790.836.760.099
Pendapatan Asli Daerah 62.000.000.000 28.366.442.063 15.493.387.800 10.702.878.874 6.500.000.000 13.668.934.500 103.283.066.210 240.014.709.447
Dana Perimbangan 314.582.072.988 416.146.962.000 270.219.887.500 328.971.078.309 237.369.849.153 311.632.576.117 430.749.380.658 2.309.671.806.725
Lain-lain pendapatan yang sah 75.417.959.000 41.500.000.000 41.006.366.927 6.000.000.000 39.207.959.000 38.017.959.000 241.150.243.927
Belanja 427.936.219.836 507.884.007.246 328.674.640.040 345.673.957.183 293.257.836.030 366.319.469.617 534.032.446.868 2.803.778.576.820
Belanja Tidak Langsung 265.946.341.916 323.875.175.905 163.179.161.560 187.983.889.183 107.111.654.926 197.212.085.468 234.994.813.052 1.480.303.122.010
Belanja Langsung 161.989.877.920 184.008.831.341 165.495.478.480 157.690.068.000 186.146.181.104 169.107.384.149 299.037.633.816 1.323.475.454.810
Surplus/defisit 24.063.812.152 (21.870.603.183) (1.954.997.813) - (10.180.027.877) (3.000.000.000) - (12.941.816.721)
Pembiayaan Netto (39.883.813.272) 21.870.603.183 1.954.997.813 - 10.180.027.877 3.000.000.000 - (2.878.184.399)
SILPA (15.820.001.120) - - - - - - (15.820.001.120)
Anggaran Kota Gorontalo Kab. Gorontalo Kab. Boalemo Kab. Bone Bolango Kab. Gorut Kab. Pohuwato Prov. Gorontalo TOTAL
Pendapatan 414.317.097.262 513.311.978.674 310.218.681.812 311.456.324.899 287.097.148.000 347.844.056.500 534.504.910.000 2.718.750.197.147
Pendapatan Asli Daerah 69.802.500.000 24.896.114.714 15.099.275.000 8.202.878.874 2.500.000.000 12.106.162.500 76.980.000.000 209.586.931.088
Dana Perimbangan 334.514.597.262 424.347.597.846 268.119.406.812 301.263.446.025 235.152.070.000 303.911.780.000 457.524.910.000 2.324.833.807.945
Lain-lain pendapatan yang sah 10.000.000.000 64.068.266.114 27.000.000.000 1.990.000.000 49.445.078.000 31.826.114.000 - 184.329.458.114
Belanja 422.970.797.262 518.311.978.674 361.519.134.088 300.271.324.899 295.936.856.850 353.054.863.500 534.504.910.000 2.786.569.865.273
Belanja Tidak Langsung 248.720.831.700 288.192.022.162 157.166.436.441 178.844.907.731 81.207.609.344 172.564.743.125 209.294.011.350 1.335.990.561.854
Belanja Langsung 174.249.965.562 230.119.956.512 204.352.697.647 121.426.417.168 214.729.247.506 180.490.120.375 325.210.898.650 1.450.579.303.420
Surplus/defisit (8.653.700.000) (5.000.000.000) (51.300.452.276) 11.185.000.000 (8.839.708.850) (5.210.807.000) - (67.819.668.126)
Pembiayaan Netto 8.653.700.000 5.000.000.000 51.300.452.276 (11.185.000.000) 8.839.708.850 5.210.807.000 - 67.819.668.126
SILPA - - - - - - - -
APBD 2009
APBD 2010
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 41
BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN
Transaksi sistem pembayaran nasional di Gorontalo pada triwulan IV-2009 diwarnai oleh
net outflow dan meningkatnya transaksi kliring.
5.1 PERKEMBANGAN ALIRAN UANG KARTAL
Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan IV-2009 mencatat net outflow
sebesar Rp43.765 miliar. Aliran uang kartal yang keluar dari khasanah kas titipan lebih
besar dibandingkan dengan aliran uang kartal yang masuk ke dalam khasanah.
Grafik 5.1 Netflow Kas Titipan Gorontalo
Grafik 5.2 Perkembangan Netflow Bulanan
Sumber : Bank Indonesia
Kondisi net outflow pada triwulan laporan menunjukkan tingginya kegiatan transaksi
masyarakat sehingga pengunaan uang kartal meningkat. Dalam periode triwulan laporan
terdapat tiga perayaan hari besar keagamaan yang mendorong tingginya penggunaan
uang kartal. Perayaan hari besar dimaksud adalah Idul Adha pada bulan November,
Tahun Baru Islam, Perayaan Natal, dan Tahun Baru Masehi pada bulan Desember. Hal ini
ditunjukkan dengan net outflow pada bulan November 2009 sebesar Rp53,24 miliar dan
Desember 2009 sebesar Rp36,79 miliar. Sementara, penggunaan transaksi melalui
electronic payment masih sangat terbatas dan belum familiar bagi masyarakat Gorontalo.
Oleh karena itu permintaan uang kartal di Gorontalo sangat tinggi terutama pada periode
perayaan hari besar dan akhir tahun.
42 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
5.2 PERKEMBANGAN KLIRING NON BI DI GORONTALO
Jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan laporan sebesar
Rp321,58 miliar dengan pertumbuhan sebesar 19,81% (y.o.y). Adapun jumlah warkat sebanyak
12.066 lembar dengan pertumbuhan sebesar 31,11% (y.o.y). Sementara itu, rata-rata harian
nominal kliring Non BI di Gorontalo pada triwulan IV-2009 sebesar Rp5,36 miliar atau tumbuh
19,18% (y.o.y). Pertumbuhan jumlah transaksi kliring seiring dengan perbaikan kinerja sektor
perdagangan pada triwulan IV-2009.
Grafik 5.3 Perputaran kliring di Gorontalo
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 5.4 Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari
Rasio jumlah nominal Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan warkat yang
dikliringkan tercatat mengalami penurunan dari 0,96% pada triwulan III-2009 menjadi 0,55%
pada triwulan IV-2009. Meningkatnya transaksi kliring yang diikuti oleh penurunan rasio
penolakan kliring seiring dengan bergairahnya sektor perdagangan pada triwulan laporan.
Meningkatnya kinerja sektor perdagangan akan diiringi dengan peningkatan transaksi
perdagangan melalui kliring.
Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo
Sumber : Bank Indonesia
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 43
BAB 6 : KESEJAHTERAAN
Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo sedikit menurun yang
ditandai oleh tingkat pengangguran yang meningkat, indeks gini sebagai indikator
kesenjangan masih belum menunjukkan tanda membaik serta tingkat kemiskinan yang
meningkat.Pada tahun 2009 tingkat kemiskinan Gorontalo merupakan yang tertinggi di
kawasan Sulawesi.
6.1. Pengangguran
Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Gorontalo relatif meningkat
dari tahun ke tahun. Pada bulan Agustus 2009, jumlah angkatan-kerja mencapai 447.313
atau meningkat 4,18% dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara
itu jumlah penduduk yang bekerja tumbuh sebesar 3,91% dibandingkan bulan yang sama
pada tahun sebelumnya. Selama periode 1 tahun, tingkat pengangguran terbuka meningkat,
yaitu dari 5,65 % pada Agustus 2009 menjadi 5,89% pada Agustus 2009.
Tabel 6.1.
Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Apabila dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor
pertanian merupakan lapangan usaha yang paling banyak digeluti penduduk Provinsi
Gorontalo yaitu 172.130 orang (Agustus 2009) atau 40,89 % dari total penduduk yang
bekerja. Jumlah tersebut menurun 6,53% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini
disebabkan semakin berkembangnya sektor perdagangan di Provinsi Gorontalo, sehingga
semakin banyak jumlah tenaga kerja yang beralih dari sektor pertanian ke sektor tersebut.
Sektor lainnya dengan pangsa pasar jumlah tenaga kerja yang cukup besar adalah sektor
jasa kemasyarakatan (17,42%) dan sektor perdagangan sebesar 16,47%. Kedua sektor ini
mengalami pertumbuhan jumlah tenaga kerja masing-masing sebesar 13,07% dan 16,28%
dibandingkan bulan Agustus 2008. Sektor perdagangan merupakan sektor yang mengalami
pertumbuhan tertinggi dalam jumlah tenaga kerja.
Februari Agustus Februari Agustus
Penduduk Usia 15 Tahun Keatas 677.430 688.081 697.073 701.495
Angkatan Kerja 423.376 429.384 462.889 447.313
Bekerja 393.567 405.126 439.460 420.962
Tidak Bekerja 29.809 24.258 23.429 26.351
Bukan Angkatan Kerja 254.054 258.697 234.265 254.182
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 62,50 62,40 66,40 63,77
Tingkat Pengangguran Terbuka 7,04 5,65 5,06 5,89
2008Kegiatan Utama
2009
44 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
Tabel 6.2.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2008-Agustus 2009
Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo
6.2. Kemiskinan
Persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan pada tahun 2009
(data bulan Maret) di Provinsi Gorontalo sebesar 25,01% atau mengalami peningkatan
dibandingkan periode Maret 2008 yang tercatat sebesar 24,88%.
Kemiskinan Gorontalo masih yang tertinggi di Sulawesi serta masih jauh di atas
persentase nasional yang berada di tingkatan 14,15%. Sementara itu garis kemiskinan di
Provinsi Gorontalo pada bulan Maret 2009 sebesar Rp162.189 per kapita per bulan atau
mengalami kenaikan sebesar Rp15.035 perkapita per bulan dibandingkan dengan bulan
Maret 2007 yang tercatat sebesar Rp147.154 perkapita per bulan.
Tabel 6.3.
Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%)
Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009
Gorontalo 29,05 29,13 27,35 24,88 25,01
Sulawesi Utara 9,34 11,54 11,42 10,1 9,79
Sulawesi Tengah 21,8 23,63 22,42 20,75 18,98
Sulawesi Selatan 14,98 14,57 14,11 13,34 12,31
Sulawesi Tenggara 21,45 23,37 21,33 19,53 18,93
Sulawesi Barat 20,74 19,03 16,73 15,29
Nasional 16,69 17,75 16,58 15,42 14,15
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas
Jika dilihat berdasarkan sebarannya di tahun 2007, persentase penduduk miskin di
provinsi Gorontalo terbesar berada di wilayah Kabupaten. Persentase penduduk miskin
tertinggi sebesar 33,18% berada di Kabupaten Gorontalo Utara, kemudian disusul berturut-
turut Kabupaten Gorontalo (32,07%), Kabupaten Bone Bolango (30,6%), Kabupaten
Pahuwato (29,74%), dan Kabupaten Boalemo (29,21%). Jumlah penduduk miskin terkecil
berada di Kota Gorontalo yaitu sebesar 11.965 orang dengan persentase sebesar 8,11%.
Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan diperlukan manajemen sumber daya lokal,
Februari Agustus Februari Agustus
Pertanian 213.275 184.148 208.636 172.130
Industri 28.340 34.268 32.462 32.431
Perdagangan 45.195 59.610 71.911 69.315
Angkutan 26.177 32.214 31.227 35.301
Jasa Kemasyarakatan 59.540 63.720 72.325 72.051
Lainnya 21.040 31.166 22.899 39.734
Total 393.567 405.126 439.460 420.962
Kegiatan Utama 2008 2009
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 45
penerimaan fiskal yang berpihak pada masyarakat miskin, dan juga alokasi anggaran
pendidikan dan kesehatan yang proporsional dan berkeadilan. Tabel 6.4.
Persentase Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2007
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
6.3. Rasio Gini
Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun terakhir
mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan
dibandingkan indeks gini tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Kondisi ini
menunjukkan kesenjangan pendapatan antara lapisan penduduk semakin meningkat.
Namun demikian berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20%
penduduk berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 44,38% menjadi
47,67%. Fenomena yang menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di
kelompok 40% menengah ke 40% ke bawah dan 20% teratas.
6.4. IPM (Index Pembangunan Manusia)
Index Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo sampai tahun 2007 adalah
sebesar 68,98 meningkat 0,97 point dari IPM 2006 yang sebesar 68,01. Peningkatan ini
ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 65,60 tahun menjadi 66,19 tahun,
kenaikan rata-rata lama sekolah menjadi 6,91 tahun dan kenaikan rata-rata pengeluaran riil
dari Rp608,65 ribu menjadi Rp615,94 ribu. Kenaikan upah minimum provinsi menjadi salah
satu pemicu peningkatan yang terjadi pada pengeluaran riil.
Tabel 6.5.
Rasio Gini Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas
46 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
Tabel 6.6.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Terdapat perbedaan angka IPM di provinsi, kota dan kabupaten di Gorontalo, hal ini
disebabkan oleh adanya ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi, layanan pendidikan,
kesehatan dan ketersediaan infrastruktur yang terjadi sejak pemekaran wilayah. Pada tahun
2006 IPM tertinggi di Kota Gorontalo sebesar 71,64 lebih tinggi dibandingkan IPM Nasional,
sedangkan IPM terendah di Kabupaten Boalemo sebesar 67,24.
Tabel 6.7.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kabupaten/Kota
Tahun 2006-2007
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Sementara itu arah pembangunan Gorontalo ke depan memfokuskan pada pembangunan
15 kecamatan ber-IPM terendah dengan menyentuh tiga aspek yakni pendidikan, kesehatan
dan ekonomi. Adapun 15 kecamatan ber-IPM terendah antara lain :
- Kab. Gorontalo : Kec. Motilango, Pulubala, Telaga Biru, Boliyohuto, Tibawa - Kab. Boalemo : Kec. Wonosari dan Botumoito - Kab. Pohuwato : Kec. Patilanggio, Taluditi, dan Paguat - Kab. Bone Bolango : Kec. Tapa - Kab. Gorontalo Utara : Kec Atinggola, Tolinggula, Anggrek dan Kwandang
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 47
BAB 7 : OUTLOOK PEREKONOMIAN
7.1 OUTLOOK MAKRO EKONOMI REGIONAL
7.1.1 Outlook Tahunan
Perkembangan ekonomi Gorontalo tahun 2010 diperkirakan tumbuh 7,15 – 7,65%
(y.o.y) lebih baik dibandingkan tahun 2009. Beberapa karakter fundamental ekonomi
daerah diperkirakan mampu mendukung capaian dimaksud.
Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Tahunan
Dalam menganalisis prospek ekonomi Gorontalo tahun 2010 setidaknya terdapat tujuh
karakter fundamental ekonomi yang menjadi pertimbangan.
1. Pendapatan
Faktor konsumsi masyarakat diperkirakan masih optimis. UMP tahun 2010 bertambah
dari Rp 675.000 menjadi Rp 710.000, sementara itu gaji pegawai diperkirakan
meningkat sebesar 5%. Perbaikan kondisi pertanian pada 2010 diharapkan mampu
mendorong peningkatan NTP petani secara umum sehingga mempengaruhi
peningkatan daya beli masyarakat.
2. Produksi pertanian
Produksi pertanian Gorontalo diperkirakan mampu tumbuh lebih baik seiring kondisi
cuaca dan langkah-langkah pemerintah daerah. Sasaran produksi pertanian yang
ditetapkan Dinas Pertanian untuk komoditas jagung untuk tahun 20101 sebesar 875.000
ton. Apabila sasaran dimaksud tercapai terjadi pertumbuhan produksi jagung sebesar
46% jauh lebih tinggi dibandingkan kontraksi produksi jagung tahun 2009 yang
mencapai 20,47%. Pertumbuhan produksi sektor pertanian juga bertumpu pada
produksi rica, sasaran produksi rica yang ditetapkan sebesar 25.399 ton (tumbuh
49,41%). Pertumbuhan produksi pertanian diharapkan meningkat pada triwulan II-2010
mengingat pertanaman mulai bulan Desember 2009 sudah kembali normal, sementara
kondisi triwulan I-2010 masih terpengaruh dampak lanjutan musim kering karena
pertanaman untuk produksi panen ditriwulan tersebut dilakukan di bulan September-
November 2009.
1 Musrebangda Dinas Pertanian bulan Maret 2009.
48 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
3. Pembiayaan investasi Pemerintah dan Perbankan
Pembiayaan ekonomi yang bersumber dari dana APBD mengalami penurunan. Dana
DIPA yang telah disetujui pada tahun 2010 sebesar Rp 3,945 Triliun, lebih rendah
dibandingkan dana DIPA Tahun 2009 sebesar Rp 4,021 Triliun. Pembiayaan ekonomi
daerah bertumpu pada peran perbankan dan swasta. Kebijakan moneter akomodatif
yang diterapkan BI sampai dengan akhir tahun 2009 diperkirakan mampu mendorong
suku bunga perbankan pada taraf wajar sehingga mampu meningkatkan penyaluran
kredit. Proyeksi kredit Gorontalo tahun 2010 tumbuh sebesar 34% lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan kredit tahun 2009 seebsar 29%. Sementara itu pembiayaan
investasi asing diperkirakan meningkat. Keseriusan beberapa investor asal Korea yang
bergerak dalam produksi jagung diperkirakan mampu mendorong investasi lebih baik
dibandingkan tahun 2009.
4. Kondisi infrastruktur dan energi
Komitmen Pemda dalam hal perbaikan infrastruktur dan energi nampak dalam proyek-
proyek yang saat ini telah dikerjakan dan dijadwalkan selesai tahun 2010. Beberapa
proyek tersebut antara lain :
Proyek pembangunan energi yang akan dilaksanakan tahun 2010 meliputi PLTU
Anggrek, PLTU Molotabu, Pembangunan Gardu Induk baru (Anggrek, Paguat,
Isimu, Boluontala)
Sementara itu proyek Infrastruktur meliputi pembangunan dermaga III kota
Gorontalo, pelabuhan Anggrek, embarkasi haji Jalaluddin, Proyek banjir kanal
Tamalate, bendungan Paguyaman, dan Jalan Gorontlao by pass.
5. Koordinasi antara Provinsi dan Kabupaten/Kota
Komitmen pemerintah daerah untuk menjaga keselarasan koordinasi Pemprov dengan
Pemkab/Pemkot diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Upaya positif
telah ditempuh Gubernur Gorontalo dengan mengadakan safari keliling kepada
Bupati/Walikota di Gorontalo untuk mengkomunikasikan kesamaan visi dan persepsi
dalam membangun Gorontalo kedepan.
6. Situasi politik daerah
Pelaksanaan PILKADA pada 3 (tiga) kabupaten di Gorontalo (Kab. Bone Bolango, Kab.
Gorontalo, Kab. Pohuwato) diharapkan berjalan dengan kondusif sehingga mampu
mendorong stabilitas politik dan ekonomi di daerah. Terkait pemilihan dimaksud,
diperkirakan membawa efek positif bagi perkembangan kegiatan konsumsi terutama di
tiga wilayah dimaksud.
7. Validitas data
Upaya perbaikan database ekonomi mendesak dilakukan. Hal ini dalam mendukung
analisis kebijakan tepat sasaran.
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 49
Sementara itu faktor resiko turut membayangi optimisme pertumbuhan tahun 2009. Faktor
resiko dimaksud ditampilkan dalam tabel berikut :
UPSIDE RISK DOWNSIDE RISK
• Realisasi kenaikan gaji pegawai dan UMP
• Dampak Elnino 2010 dapat diminimalisir oleh
teknologi pertanian yang dimiliki saat ini
• Peluang ACFTA 2010 dapat dimanfaatkan
• Kebijakan investasi mampu menarik investor
baru
• Kebijakan moneter ekspansif mendorong
pertumbuhan kredit
• Ketersediaan infrastruktur dan energi yang
mendukung investasi 2010.
• Koordinasi antar Provinsi & Kab/Kota berjalan
dengan baik
• Kondisi politik pasca pergantian Gubernur dan
pelaksanaan Pilkada kabupaten berjalan
kondusif.
• Permasalahan distribusi dan distorsi pasar dapat
diminimalisir
Validitas data semakin baik
Terhambatnya realisasi kenaikan gaji pegawai dan
UMP
Dampak Elnino 2010 kurang dapat diminimalisir
oleh teknologi pertanian yang dimiliki saat ini
ACFTA 2010 menjadi terkendala
Kebijakan investasi belum mampu menarik
investor baru
Kebijakan moneter kontraktif menekan laju
pertumbuhan kredit
Ketersediaan infrastruktur dan energi masih
terkendala
Koordinasi antar Provinsi & Kab/Kota belum
berjalan optimal
Kondisi politik pasca pergantian Gubernur dan
pelaksanaan Pilkada kabupaten tidak berjalan
kondusif.
Permasalahan distribusi dan distorsi pasar masih
menjadi kendala
Validitas data masih memerlukan perbaikan
7.1.1 Outlook Triwulanan
Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2010 diperkirakan masih lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan I-2009. Ekonomi Gorontalo diperkirakan
tumbuh pada kisaran 6,90-7,40% (y.o.y). Disisi sektoral produksi pertanian selama triwulan
I-2010 masih terpengaruh dampak lanjutan musim kering 2009 terkait kondisi pertanaman
bulan September-November 2009 sehingga mempengaruhi produksi bulan Januari-Februari
2010. Disisi permintaan, konsumsi pemerintah dan ekspor diperkirakan melambat
sementara konsumsi swasta diperkirakan mampu meredam sedikit perlambatan seiring
dengan peningkatan UMP dan belanja pegawai pada awal bulan Januari 2010.
Grafik 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan
50 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
Grafik 7.3 Perkiraan Perkembangan Kegiatan Usaha
Sumber : SKDU, Bank Indonesia
Hasil survei kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2009 mengindikasikan bahwa
sektor dunia usaha masih optimis terjadi peningkatan pada triwulan I-2010 namun
dengan magnitude yang lebih rendah dibandingkan kondisi triwulan I-2009. Pada sektor
pertanian, produksi jagung triwulan I-2010 masih terpengaruh oleh pertanaman benih bulan
September-November 2009 dimana pada periode tersebut terjadi kekeringan di Gorontalo.
Data sementara dari dinas pertanian menyebutkan bahwa produksi pertanian jagung pada
subround 1 tahun 2010 diperkirakan sebesar 241.650 ton, lebih rendah dibandingkan
realisasi produksi jagung subround 1 tahun 2009 sebesar 332.793 ton. Sementara itu
perkiraan dinas pertanian untuk tanaman palawija (kacang tanah, kedelai, kacang hijau) dan
pertanian padi diperkirakan meningkat pada triwulan I-2010.
Kinerja sektor angkutan khususnya sub sektor angkutan udara dan angkutan darat
diperkirakan tumbuh optimis. Pada bulan Januari 2009 maskapai penerbangan Wings Air
membuka rute penerbangan baru yang melayani Gorontalo – Manado – Denpasar dengan
jadwal penerbangan setiap hari sehingga arus penumpang dari Gorontalo ke Manado atau
sebaliknya diperkirakan akan semakin meningkat. Pada sub sektor angkutan darat,
pengoperasian Sarana Angkutan Umum Massal (SAUM) untuk kawasan kota Gorontalo pada
triwulan I-2010 diperkirakan akan meningkatkan arus penumpang transportasi darat dari
dan menuju kota. Sementara itu jumlah hari libur pada triwulan I-2010 lebih banyak
dibandingkan libur triwulan I-2009, kondisi ini menjadi salah satu moment pendorong
kegiatan masyarakat dalam berwisata.
Disisi permintaan, kinerja konsumsi pemerintah dan ekspor diperkirakan masih
melambat pada triwulan I-2010. Kinerja ekspor menurun seiring dengan produksi jagung
triwulan I-2010 yang belum membaik, sementara alternatif produk ekspor lain belum ada.
Jagung masih menjadi komoditas utama dengan kontribusi sebesar 60% dari keseluruhan
ekspor Gorontalo. Sementara itu kinerja konsumsi pemerintah diperkirakan melambat. Total
pengeluaran belanja langsung pemerintah provinsi/kabupaten/kota mencapai Rp 1,3 Triliun,
lebih rendah dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp 1,45 Triliun.
Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009 51
7.2 OUTLOOK INFLASI
Optimisme perekonomian daerah yang didorong oleh kenaikan permintaan masyarakat
mendorong inflasi triwulan I-2010 berkisar 2.5 – 4.5% (y.o.y).
Grafik 7.4 Proyeksi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo (%)2
Meningkatnya pendapatan masyarakat mendorong tekanan harga pada triwulan I-
2010. Rencana kebijakan kenaikan harga UMP dan peningkatan gaji pegawai negeri akan
memperkuat daya beli masyarakat. Sementara, penggunaan kapasitas produksi yang belum
optimal (output gap positif) mendorong tekanan inflasi ke depan. Ancaman melemahnya sisi
produksi ditengah Badai El-Nino juga patut mendapat perhatian. Kurangnya produksi dapat
menyurutkan pasokan kebutuhan masyarakat sehingga harga akan meningkat. Sedangkan
pengaruh kebijakan penurunan harga BBM pada awal tahun 2009 diperkirakan masih
mempengaruhi pelemahan tekanan harga terutama pada sub-kelompok transportasi.
Ekspektasi konsumsi diperkirakan masih cukup tinggi untuk mendorong kenaikan
inflasi pada triwulan I-2010. Survei Konsumen menunjukkan bahwa ekspektasi konsumen
ke depan menunjukkan optimisme yang tercermin dari IEK sebesar 151,29. Ekspektasi
penghasilan 6 bulan yang akan datang berada pada level optimis dengan nilai indeks sebesar
150,83, sementara indeks ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang berada
pada posisi optimis sebesar 155,08. Sedangkan indeks kondisi ekonomi 6 bulan yang akan
datang berada pada posisi optimis sebesar 147,96. 3
2 Sumber data diperoleh dari BPS Provinsi Gorontalo, diolah dengan metode ARIMA Airline Model adjusted with oil price shock.
3 Indeks = 100 menunjukkan responden mengekspektasikan harga akan tetap/stabil, indeks > 100 menunjukkan responden
mengekspektasikan harga akan meningkat, dan indeks < 100 menunjukkan responden mengekspektasikan harga menurun
.02
.04
.06
.08
.10
.12
.14
07:01 07:07 08:01 08:07 09:01 09:07 10:01
INFLASI_YOY
Grafik 7.5 : Indeks Ekspektasi Konsumen Provinsi Gorontalo
Sumber: Proyeksi KBI Gorontalo
52 Bank Indonesia │Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV-2009
7.3 PROSPEK PERBANKAN
Jumlah tabungan diperkirakan meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan
masyarakat pada triwulan-I 2010. Meningkatnya pendapatan akan berdampak pada
peningkatan jumlah tabungan masyarakat. Sementara, Perbankan Gorontalo diperkirakan
terus meningkatkan kinerjanya terutama dalam menghimpun dana pihak ketiga. Hasil Survei
Konsumen pada Desember 2009 menunjukkan adanya optimisme pada peningkatan jumlah
tabungan 6 bulan yang akan datang, ditunjukkan dengan kenaikan indeks sebesar 23.16
poin dibandingkan periode survei sebelumnya.
Hasil identifikasi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2010 menunjukkan bahwa Perbankan
Gorontalo optimis untuk terus meningkatkan penyaluran kreditnya hingga 15 – 30%.
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor bangunan dan konsumsi masih menjadi
fokus utama dalam protofolio kredit di Gorontalo. Adapun strategi penyaluran kredit
kedepan adalah memperkuat analisa perbankan yang meliputi character, capacity, capital,
collateral, dan condition of economy (5C). Dengan penerapan 5C yang lebih baik
diharapakan terjadi peningkatan kuantitas dan kualitas kredit di Gorontalo.
Grafik 7.6: Indeks Perkiraan Suku Bunga (Perbankan) Tabungan dan Ekspektasi
Tabungan 6 Bulan Kedepan
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Gorontalo
1. EKONOMI MAKRO
Tabel 1.A
PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ATAS DASAR HARGA KONSTAN
TAHUN 2000 UNTUK PROVINSI GORONTALO
(dalam jutaan rupiah)
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
*) Angka Proyeksi Bank Indonesia
Tabel 1.B
PERTUMBUHAN PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000 UNTUK PROVINSI GORONTALO (dalam persen)
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
*) Angka Proyeksi Bank Indonesia
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 425.635 432.622 459.091 472.214 1.789.563 492.724 515.064 542.077 495.872 2.045.737
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 347.536 334.253 378.718 452.732 1.513.238 440.976 480.966 487.194 549.707 1.958.843
Pembentukan Modal Tetap Bruto 228.725 242.415 284.063 313.338 1.068.540 295.604 324.585 329.470 399.192 1.348.852
Perubahan Stok (253.205) (260.450) (248.645) (417.214) (1.176.449) (367.894) (430.528) (420.631) (516.409) (1.735.461)
Ekspor Barang dan Jasa 107.285 107.447 94.707 108.427 417.866 100.658 106.066 104.417 104.740 415.881
Impor Barang dan Jasa 254.365 225.495 293.541 314.366 1.087.767 314.934 320.974 323.632 373.498 1.333.038
Total 601.611 630.792 674.393 615.131 2.521.926 647.134 675.180 718.895 659.605 2.700.814
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
Pertanian 186.027 198.879 226.588 163.796 776.194 199.867 208.964 221.263 154.705 784.799
Pertambangan & Penggalian 6.037 6.378 6.720 7.056 26.194 6.598 7.201 7.822 8.123 29.744
Industri Pengolahan 46.570 49.080 52.164 53.879 201.693 49.392 50.068 54.495 58.729 212.684
Listrik, Gas & Air Bersih 3.415 3.489 3.668 3.685 14.174 3.671 3.717 3.951 3.910 15.249
Konstruksi 47.132 49.448 52.100 54.552 203.232 51.742 55.807 60.689 67.791 236.029
Perdagangan, Hotel & Restoran 82.800 84.487 87.557 89.134 343.916 89.093 91.504 96.575 97.843 375.015
Pengangkutan & Komunikasi 61.114 64.273 65.627 67.792 261.111 66.345 70.067 74.789 79.669 290.870
Keuangan, Persewaan & Jasa 52.481 53.309 54.393 54.948 215.129 57.262 59.311 63.061 59.624 239.258
Jasa-Jasa 116.036 121.450 125.576 120.290 483.348 123.164 128.541 136.250 129.239 517.194
Total 601.611 630.792 674.393 615.131 2.524.991 647.134 675.180 718.895 659.605 2.700.814
2009
2009
2009*
2009*
20082008Komponen
Sektor2008
2008
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 10,05 7,96 9,08 3,16 7,41 15,76 19,06 18,08 5,01 14,31
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 40,57 21,25 28,99 26,70 28,91 26,89 43,89 28,64 21,42 29,45
Pembentukan Modal Tetap Bruto 17,62 14,51 25,53 25,01 21,00 29,24 33,90 15,98 27,40 26,23
Perubahan Stok 39,03 29,61 20,18 26,49 28,24 45,30 65,30 69,17 23,78 47,52
Ekspor Barang dan Jasa 23,19 13,68 (5,90) 6,05 8,68 (6,18) (1,29) 10,25 (3,40) (0,47)
Impor Barang dan Jasa 48,41 16,98 35,27 17,99 28,33 23,81 42,34 10,25 18,81 22,55
Total 7,11 7,26 9,21 7,55 7,76 7,57 7,04 6,60 7,23 7,19
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
Pertanian 7,76 6,04 11,30 7,52 8,06 7,44 5,07 (2,35) (5,55) 1,42
Pertambangan & Penggalian 4,90 9,44 11,55 14,24 10,14 9,30 12,91 16,40 15,13 13,55
Industri Pengolahan 1,44 3,86 7,54 8,72 5,47 6,06 2,01 4,47 9,00 5,45
Listrik, Gas & Air Bersih (2,65) (2,70) (0,51) (0,71) (7,40) 7,51 6,53 7,71 6,12 13,64
Konstruksi 6,95 9,48 10,83 13,13 10,17 9,78 12,86 16,49 24,27 16,14
Perdagangan, Hotel & Restoran 8,11 6,26 6,44 6,65 6,87 7,60 8,31 10,30 9,77 9,00
Pengangkutan & Komunikasi 10,20 9,22 5,25 6,05 7,58 8,56 9,01 13,96 17,52 12,39
Keuangan, Persewaan & Jasa 6,75 7,58 7,48 6,99 7,20 9,11 11,26 15,94 8,51 11,22
Jasa-Jasa 6,86 9,64 10,66 6,35 8,39 6,14 5,84 8,50 7,44 7,00
Total 7,11 7,26 9,21 7,55 7,76 7,57 7,04 6,60 7,23 7,19
Sektor2008
20082009
2009*
Komponen2008
20082009
2009*
2. INFLASI
Tabel 2.A
PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI GORONTALO
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT OCT NOV DEC
UMUM 9.24 11.01 10.54 10.92 9.83 7.22 6.20 4.28 3.97 4.2 5.24 4.35
BAHAN MAKANAN 12.49 20.78 21.80 18.27 15.16 14.59 12.21 7.12 5.50 6.74 11.18 7.7
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 10.47 16.10 14.49 13.63 11.50 8.67 9.39 10.72 11.54 12.43 11.96 8.86
Daging dan Hasil-hasilnya 23.52 21.37 14.70 6.00 5.37 2.65 1.57 -8.39 -9.12 -6.9 -1.12 -3.05
Ikan Segar 35.75 46.35 51.62 64.53 46.56 49.54 40.05 37.07 16.59 -3.69 3.4 11.08
Ikan Diawetkan 13.82 -1.37 -9.24 -7.44 -7.55 -8.61 -9.98 -6.87 -6.49 -8.21 -7.98 -7.72
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 13.84 12.64 9.14 9.64 6.29 1.36 -0.44 1.34 -4.25 -6.74 -4.98 -4.55
Sayur-sayuran -10.91 -14.75 -17.13 -26.54 -10.63 -7.41 -9.01 -26.24 -26.19 20.22 39.69 -1
Kacang - kacangan 9.15 8.62 12.90 19.27 15.06 10.81 8.90 7.46 10.86 11.96 9.03 10
Buah - buahan 50.44 83.04 84.66 67.59 66.84 65.24 77.21 49.91 59.45 56.85 26.09 21.68
Bumbu - bumbuan -25.65 3.86 18.49 -15.19 -19.50 -16.01 -18.29 -31.96 -11.69 26.77 39.06 14.98
Lemak dan Minyak -11.58 -11.68 -13.27 -10.95 -10.49 -10.80 -5.78 -1.99 0.95 2.45 3.42 3.99
Bahan Makanan Lainnya 0.86 -1.11 1.51 2.87 3.41 3.41 3.29 3.29 4.88 5.21 2.52 3.53
MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 13.57 13.93 14.74 16.48 16.49 12.39 11.42 12.28 12.03 11.82 9.95 7.73
Makanan Jadi 2.86 2.72 0.92 0.92 0.00 0.00 0.09 0.10 1.48 1.63 2.18 2.18
Minuman yang Tidak Beralkohol 3.41 5.55 7.08 8.01 9.69 9.59 10.45 12.40 14.71 18.7 18.41 14.42
Tembakau dan Minuman Beralkohol 32.25 32.24 35.93 40.23 40.79 27.88 24.51 25.75 22.21 19.71 14.44 10.49
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 11.80 9.51 6.36 8.99 8.76 5.57 4.82 3.41 3.38 2.53 2.49 2.84
Biaya Tempat Tinggal 16.95 13.29 7.85 11.98 11.42 8.38 6.90 4.54 4.82 3.4 3.31 3.89
Bahan Bakar, Penerangan dan Air 8.77 8.13 7.50 7.38 7.38 1.07 1.07 1.04 0.98 0.99 0.99 0.05
Perlengkapan Rumahtangga 2.34 0.57 0.93 0.93 0.73 0.54 1.42 1.68 0.72 0.5 0.33 1.04
Penyelenggaraan Rumahtangga 0.75 0.75 0.75 3.52 4.35 4.35 4.34 3.52 2.51 2.4 2.63 4.06
SANDANG 2.45 4.11 3.42 2.44 3.12 2.53 1.95 2.20 2.80 2.89 2.76 3.06
Sandang Laki-laki 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.18 -0.03 0.21 0.15 0.12 0.21
Sandang Wanita 0.91 0.91 0.74 0.74 0.00 0.00 0.04 0.04 -0.29 -0.29 0 0.01
Sandang Anak-anak 3.32 3.32 3.32 3.32 3.32 3.32 0.00 0.00 0.00 0 0 0
Barang Pribadi dan Sandang Lain 9.01 19.03 14.49 8.61 14.90 10.98 11.34 13.37 17.58 18.26 16.51 17.61
KESEHATAN 4.43 3.73 3.09 3.48 3.54 3.41 3.15 3.22 8.59 8.68 8.21 8.22
Jasa Kesehatan 2.08 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 31.53 31.53 31.53 31.53
Obat-obatan 3.41 3.55 3.21 8.27 9.48 9.69 9.61 8.82 9.73 9.98 8.7 8.74
Jasa Perawatan Jasmani 2.69 2.69 2.69 2.69 2.69 2.69 2.69 2.69 2.69 2.69 2.69 2.69
Perawatan Jasmani dan Kosmetika 5.78 5.11 4.07 2.86 2.52 2.21 1.77 2.20 1.74 1.81 1.48 1.48
PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA 4.15 4.35 4.27 4.18 4.28 4.24 4.34 0.22 0.44 0.56 0.57 0.57
Jasa Pendidikan 8.23 8.23 8.23 8.23 8.23 8.23 8.23 0.00 0.00 0 0 0
Kursus-kursus/Pelatihan 5.45 5.45 5.45 5.45 5.45 3.28 3.28 0.00 42.16 42.16 42.16 42.16
Perlengkapan/Peralatan Pendidikan 1.25 1.25 1.25 0.00 0.00 0.00 0.18 0.02 0.66 0.66 0.78 0.78
Rekreasi -0.44 0.19 -0.08 0.29 0.58 0.58 0.80 0.69 -1.10 -0.71 -0.75 -0.76
Olahraga 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.53 -0.53 -0.46 -0.46
TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0.52 -0.36 -0.37 2.39 0.80 -5.15 -5.16 -5.27 -5.35 -4.88 -4.84 -2.5
Transpor 5.11 3.79 3.77 3.26 0.98 -7.36 -7.37 -7.39 -7.31 -6.33 -6.33 -3.06
Komunikasi dan Pengiriman -12.80 -12.80 -12.80 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.69 -1.91 -1.83 -1.83
Sarana dan Penunjang Transpor 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0 0.4 0.4
Jasa Keuangan 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34
Kelompok / Sub kelompok2009