kajian ekonomi pelaksanaan peraturan daerah …

11
187 KAJIAN EKONOMI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PENGENDALIAN MUATAN LEBIH KENDARAAN ANGKUTAN BARANG (STUDI KASUS PROVINSI RIAU DAN JAWA TENGAH) Achmad Helmi Pusat Litbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan Jl. Sapta Taruna Raya No. 26 Komplek PU Pasar Jumat, Jakarta Selatan ABSTRACT Masalah muatan lebih angkutan umum khusunya jenis truck, merupakan masalah yang selalu ditemui di banyak daerah di seluruh Indonesia, dan masalah tersebut terkesan selalu berulang kejadiannya, dan terkesan sulit untuk dapat diatasi secara tuntas. Dengan terbitnya beberapa Peraturan Daerah di banyak Provinsi di Indonesia dalam rangka memecahkan masalah muatan lebih tersebut; memberikan indikasi betapa tidak mudahnya memecahkan masalah muatan lebih. Hampir di semua negara (kecuali Qatar) selalu menerapkan batasan muatan bagi kendaran umum (khususnya truck) dengan batasan tertentu. Sebagian besar negara tidak ada yang memberikan kebebasan terhadap muatan kendaran angkutan barang. Dan ini berlaku dibanyak Negara baik Negara miskin maupun Negara kaya. Keadaan ini memberikan nuansa bahwa muatan lebih atau overload pada dasarnya harus selalu diupayakan untuk dibatasi atau dihindari dan paling tidak dikendalikan. Dari pengamatan beberapa Peraturan Daerah yang berhasil dihimpun, menunjukkan bahwa kebijaksanaan yang tercatum dalam Peraturan Daerah tersebut beraneka ragam yang kadang-kadang sulit untuk dimengerti ketepatan latar belakang terbitnya Peraturan Daerah yang sudah ditebitkan tersebut. Kata Kunci: muatan lebih kendaraan, peraturan daerah, biaya kerusakan jalan, biaya pengurangan umur jalan ABSTRAK Overloaded public transportation, especially truck, is a common problem in Indonesia and cannot be solved holistically. The establishment of regional regulations in many Provinces was expected to be a solution for this problem, but yet it’s still difficult to solve this problem. These days, all countries (except Qatar) applied cargo barrier for public transportation, especially truck. They don’t give freedom for cargo of goods transportation. This condition gives a reflection that basicly vehicle overload must be avoided. From several regional regulations, it indicates that most policies which included in the wide range of local regulation sometimes difficult to be understood about the accuracy of the background of regional regulation policies that have already published. Keywords: vehicle overload, regional regulation, road-damage factor cost, road-deficit life cost PENDAHULUAN Implementasi Peraturan Daerah Pengendalian Kelebihan Muatan Angkutan Jalan memunculkan berbagai kontroversi, baik menyangkut substansi dan efektivitasnya. Berbagai kalangan menginginkan Peraturan daerah dicabut dan kembali menggunakan peraturan sebelumnya, yang menetapkan kelebihan muatan sebagai pelanggaran hukum. Mereka yang tidak setuju dengan diterapkannya Peraturan Daerah Pengendalian Muatan Lebih, mengatakan bahwa Peraturan Daerah tersebut secara substansi lebih mengarah kepada peningkatan Pendapatan Asli Daerah dan me-legal-kan kelebihan muatan, seperti disebutkan tersebut diatas. Ketidak-efektifan Peraturan Daerah tersebut sering dikaitkan juga dengan kerusakan jalan yang semakin dirasakan mengganggu kelancaran lalu lintas, serta menurunnya keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan. Tetapi fakta menunjukkan, dengan segala kontroversinya, Peraturan Daerah Pengendalian Kelebihan Muatan Angkutan Jalan tetap diterapkan hingga saat ini, telah hampir 6 (enam) tahun berjalan. Konsep Peraturan Daerah Pengendalian Kelebihan Muatan Angkutan Jalan diterapkan di berbagai Provinsi, seluruh provinsi di Jawa, Provinsi Bali, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat dan Lampung. Bahkan Provinsi Sumatera Barat, ditetapkan sebagai pilot project, yang didanai oleh Bank Dunia.

Upload: others

Post on 02-Nov-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN EKONOMI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH …

187

KAJIAN EKONOMI PELAKSANAANPERATURAN DAERAH PENGENDALIAN MUATAN LEBIH

KENDARAAN ANGKUTAN BARANG (STUDI KASUS PROVINSI RIAU DAN JAWA TENGAH)

Achmad Helmi

Pusat Litbang Sosial Ekonomi dan LingkunganJl. Sapta Taruna Raya No. 26 Komplek PU Pasar Jumat, Jakarta Selatan

ABSTRACT

Masalah muatan lebih angkutan umum khusunya jenis truck, merupakan masalah yang selalu ditemui di banyak daerah di seluruh Indonesia, dan masalah tersebut terkesan selalu berulang kejadiannya, dan terkesan sulit untuk dapat diatasi secara tuntas. Dengan terbitnya beberapa Peraturan Daerah di banyak Provinsi di Indonesia dalam rangka memecahkan masalah muatan lebih tersebut; memberikan indikasi betapa tidak mudahnya memecahkan masalah muatan lebih. Hampir di semua negara (kecuali Qatar) selalu menerapkan batasan muatan bagi kendaran umum (khususnya truck) dengan batasan tertentu. Sebagian besar negara tidak ada yang memberikan kebebasan terhadap muatan kendaran angkutan barang. Dan ini berlaku dibanyak Negara baik Negara miskin maupun Negara kaya. Keadaan ini memberikan nuansa bahwa muatan lebih atau overload pada dasarnya harus selalu diupayakan untuk dibatasi atau dihindari dan paling tidak dikendalikan. Dari pengamatan beberapa Peraturan Daerah yang berhasil dihimpun, menunjukkan bahwa kebijaksanaan yang tercatum dalam Peraturan Daerah tersebut beraneka ragam yang kadang-kadang sulit untuk dimengerti ketepatan latar belakang terbitnya Peraturan Daerah yang sudah ditebitkan tersebut.

Kata Kunci: muatan lebih kendaraan, peraturan daerah, biaya kerusakan jalan, biaya pengurangan umur jalan

ABSTRAK

Overloaded public transportation, especially truck, is a common problem in Indonesia and cannot be solved holistically. The establishment of regional regulations in many Provinces was expected to be a solution for this problem, but yet it’s still difficult to solve this problem. These days, all countries (except Qatar) applied cargo barrier for public transportation, especially truck. They don’t give freedom for cargo of goods transportation. This condition gives a reflection that basicly vehicle overload must be avoided. From several regional regulations, it indicates that most policies which included in the wide range of local regulation sometimes difficult to be understood about the accuracy of the background of regional regulation policies that have already published.

Keywords: vehicle overload, regional regulation, road-damage factor cost, road-deficit life cost

PENDAHULUANImplementasi Peraturan Daerah

Pengendalian Kelebihan Muatan Angkutan Jalan memunculkan berbagai kontroversi, baik menyangkut substansi dan efektivitasnya. Berbagai kalangan menginginkan Peraturan daerah dicabut dan kembali menggunakan peraturan sebelumnya, yang menetapkan kelebihan muatan sebagai pelanggaran hukum. Mereka yang tidak setuju dengan diterapkannya Peraturan Daerah Pengendalian Muatan Lebih, mengatakan bahwa Peraturan Daerah tersebut secara substansi lebih mengarah kepada peningkatan Pendapatan Asli Daerah dan me-legal-kan kelebihan muatan, seperti disebutkan tersebut diatas. Ketidak-efektifan

Peraturan Daerah tersebut sering dikaitkan juga dengan kerusakan jalan yang semakin dirasakan mengganggu kelancaran lalu lintas, serta menurunnya keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan. Tetapi fakta menunjukkan, dengan segala kontroversinya, Peraturan Daerah Pengendalian Kelebihan Muatan Angkutan Jalan tetap diterapkan hingga saat ini, telah hampir 6 (enam) tahun berjalan. Konsep Peraturan Daerah Pengendalian Kelebihan Muatan Angkutan Jalan diterapkan di berbagai Provinsi, seluruh provinsi di Jawa, Provinsi Bali, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat dan Lampung. Bahkan Provinsi Sumatera Barat, ditetapkan sebagai pilot project, yang didanai oleh Bank Dunia.

Page 2: KAJIAN EKONOMI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH …

188

Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.2 No.3, Oktober 2010

Salah satu penyebab terlalu cepat rusaknya jaringan jalan adalah kejadian muatan lebih angkutan barang (overload) yang sangat meluas di hampir sebagian jalan kita khususnya jalan arteri. Beberapa kasus yang saat ini menonjol tentang kejadian pelanggaran terhadap ketentuan Muatan Sumbu Terberat (MST) adalah kerusakan jalan pada jalur Lintas Pantura Jawa, Lintas Sumatera (baik barat, tengah maupun timur) serta lintas lintas lainnya.

Dari beberapa gambar rekaman diatas, terlihat tingkah laku pengemudi truck muatan barang yang sudah sangat keterlaluan. Betapa tingkat keterlaluan pengemudi truck muatan barang sebagaimana terlihat diatas. Tetap harus berpegang prisip bahwa ketentuan Muatan Sumbu Terberat (MST), tidak boleh dibebaskan tetapi harus dikendalikan dengan upaya apapun yang masih

bisa dilakukan. Perlu dipahami bahwa ketentuan MST tersebut diberlakukan oleh hampir setiap negara, baik Negara miskin maupun negara yang kaya.

Terjadinya kecelakaan lalulintas di Ambarawa Jawa Tengah pada hari minggu 11 Juli 2004, peristiwa ambruknya jembatan Cipunegara, Subang pada tanggal 23 Juli 2004 yang cendrung disebabkan oleh kendaraan angkutan barang yang melibihi muatan yang diijinkan. Efektivitas kebijakan pemerintah dengan dengan banyaknya pelanggaran muatan lebih maka Departemen Perhubungan melakukan ”langkah tindak tegas dalam pengendalian muatan lebih” karena permasalahan sudah menjadi permasalahan lintas sektotar dengan pengaruh multidimensional yang tidak dapat diselesaikan secara partial.

2

3

Page 3: KAJIAN EKONOMI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH …

189

Upaya beberapa Pemerintah Daerah dalam menanggulangi masalah overload akhir-akhir ini banyak pemerintah daerah tingkat Provinci yang mengeluarkan Peraturan Daerah (PERDA) yang berkaitan dalam pengaturan ketertiban muatan kendaraan khususnya muatan barang yang diangkut dengan truck (periksa rekaman foto-foto pada halaman dibawah).

Dari beberapa foto pada gambar 2 terlihat betapa cukup parahnya kondisi jalan arteri Nasional di Jawa maupun di Sumatera. Dibeberapa tempat, bahkan kerusakan konstruksi jalan ada yang sudah mencapai lapisan tanah dasar, sehingga sudah terlalu sulit untuk diperbaiki melalui program pemeliharaan tingkat standar. Dalam kondisi jalan seperti yang dikemukakan diatas, terlihat bahwa jalan yang bersangkutan hanya bisa diperbaiki dengan program rekonstruksi atau perbaikan total. Untuk perbaikan total melalui program rekonstruksi, perlu dipikirkan untuk memilih

Beberapa permasalahan yang terkait dengan pembatasan muatan sumbu terberat kendaraan dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Kerusakan jalan akan menyebabkan timbulnya

biaya ekonomi dan biaya sosial yang besar (Munawar, 2007)

2. Analisis kerusakan jalan akibat muatan lebih (overloading) menimbulkan konsekwensi terhadap biaya kerusakan jalan dan biaya akibat

pengurangan umur pelayanan jalan (Shahin 1997)

3. Beban muatan lebih kendara Hasil penelitian kendaraan truk menunjukkan jumlah truk (%) yang besar terhadap JBI (hasil penelitian Direktorat LLAJ, 2004)

4. Timbulnya Peraturan Daerah Provinsi terhadap pelanggaran muatan lebih dalam bentuk pungutan restribusi dan denda (Perda Sumut,

jenis konstruksi yang lebih tangguh, misalnya perkerasan jalan beton semen. Salah satu ciri khusus dari perkerasan jalan beton semen adalah ketangguhannya dalam menghadapi beban berlebih atau overload. Pemilihan perkerasan jalan beton semen tersebut sangat cocok dalam menhadapi program rekonstruksi pada jalan yang relatif sudah rusak berat (kerusakan sampai ke subgrade). Bilamana jaringan jalan di lintas Sumtera serta lintas Pantura Jawa nantinya bisa terwujud setelah mengalami rekonstruksi dengan perkerasan jalan beton semen, maka jalan arteri nasional pada lintas Sumatera serta lintas Pantura Jawa akan cukup layak untuk menjadi bagian dari Asian Highway maupun Asean Highway (Anas,2004).

Hasil penertiban yang dilaksanakan Direktotat Lalu Lintas Angkutan Jalan terdapat terhadap kendaraan angkutan barang pada tabel 1. sebagai berikut :

3

3

Kajian Ekonomi Pelaksanaan Peraturan Daerah Pengendalian Muatan Lebih Kendaraan Angkutan Barang (Studi Kasus Provinsi Riau Dan Jawa Tengah)

Achmad Helmi

Page 4: KAJIAN EKONOMI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH …

190

Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.2 No.3, Oktober 2010

Jatim, DIY, Jateng, Jabar, Lampung, Kalimantan tengah, Riau)

Berdasarkan identifikasi masalah yang terkait dengan standar muatan sumbu terberat, maka rumusan-rumusan masalah dapat diuraikan sebagai berikut:1. Apa penyebab umur pelayanan perkerasan jalan

tidak dapat direalisasikan?2. Variabel variabel apa yang dipertimbangkan

dalam menentukan biaya ekonomi kerusakan jalan akibat muatan lebih?

3. Bagaimana menentukan besaran restribusi dan denda yang harus dibayar oleh kendaraan terhadap kelebihan muatan?

Maksud penulisan ini adalah mengidentifikasi kerugian akibat pengaruh muatan lebih terhadap nilai konstruksi jalan yang bebasis pada nilai ekonomis.

Tujuan penulisan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:1. Mengetahui penyebab umur pelayanan jalan

yang tidak sesuai dengan rencana.2. Menemukan biaya ekonomi kerusakan jalan

yang realistis terhadap kelebihan dari muatan sumbu terberat yang diizinkan

3. Mengetahui jumlah yang harus dibayar setiap satu kilogran kelebihan muatan dari muatan sumbu terberat.

Manfaat yang diperoleh dari penulisa tentang kajian biaya kerusakan jalan akibat muatan lebih kendaraan dari muatan sumbu terberat yang diijinkan, adalah:1. Peningkatan pemahaman akibat muatan lebih

kendaraan terhadap konstruksi jalan serta efek sosial ekonomi yang ditimbulkan

2. Peningkatan informasi yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan terhadap pemanfaatan infrastuktur terhadap pendapatan daerah

3. Pedoman ekonomis bagi pembina dan penyedia jalan terhadap pengelolaan muatan lebih

4. Pedoman kebijakan bagi pemerintah dalam mengawasi muatan lebih kendaraan dalam bentuk kompensasi pendapatan daerah

5. Pedoman pembelajaran bagi pengawas muatan lebih agar dapat menjalankan pengawasan dengan tepat dan benar di lapangan

KERANGKA KONSEPTUALJalan umum adalah jalan yang penggunanya

adalah lalulintas umum atau didominasi oleh lalulintas umum. Jalan umum yang penggunanya didominasi oleh sekelompok tertentu pengguna jalan, bernuansa kurang adil, sehingga yang kurang adil perlu diupayakan agar lebih adil. Konstruksi perkerasan jalan direncanakan sesuai beban pada Standar Nasional Indonesia, Tata Cara Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen dari Dewan Standart Nasional DSN Jakarta (SNI-1732-1989-F). Peraturan, kebijakan dan implementasi mengenai beban kendaraan oleh penggunan jalan raya harus sesuai dengan beban standar tersebut. Kontruksi perkerasan jalan direncanakan dengan beban berupa sejumlah repetisi kendaraan dalam satuan Standart Axle Load (SAL) sebesar 8,16 ton as tunggal roda ganda (Single axle dual wheel). Karena berat kendaraan tidak sama maka tiap kendaraan dengan formula dikonversi terhadap satuan SAL sehingga tiap kendaraan didapat Equivalent Standart Axle Load.(Helmi,1999)

Kerusakan jalan akibat beban muatan lebih menyebabkan tambahan biaya (additional cost) terhadap biaya penanganan kerusakan dan biaya operasional kendaraan itu sendiri. Sepang dan Mouradly (1995) telah mengindikasikan bahwa biaya kerusakan jalan yang ditimbulkan akibat muatan lebih per tahun untuk tiap Equivalent Standard Axle Load (ESAL) dirumuskan dalam Persamaan (1) dan Persamaan (2).

dengan:DFC = damage factor cost (Rp)MC = maintenance cost per km per tahun (Rp)LOR = length of road (km)ESAL NORMAL = ESAL pada beban sumbu normal (tidak ada muatan lebih)ESAL OVERLOAD = ESAL pada beban sumbu overload (ada muatan lebih)

Kondisi overloading sering mengakibatkan percepatan laju penurunan kualitas pelayanan jalan selama umur rencana. Ilustrasi laju penurunan kualitas pelayanan perkerasan jalan seperti pada Gambar. 3, yang dapat dihitung dengan Persamaan (3), (4) dan (5).

5

×=

NORMALNORMAL ESAL

LORMCDFC

×=

OVERLOADOVERLOAD ESAL

LORMCDFC

UREE

UPOVERLOAD

NORMAL ×=

• Kualitas konstruksi tinggi • Kualitas material baik • Program pemeliharaan tepat • Lalulintas tidak melebihi

prediksi • Desain perkerasan optimal

Penurunan kinerja pelayanan jalan dari UR ke UP

Beban normal

inde

ks p

erfo

rman

si

1,0

• Kualitas konstruksi rendah • Kualitas material buruk • Program pemeliharaan tidak tepat • Lalulintas melebihi prediksi • Desain perkerasan sangat minim

Beban overload

UP 1/2 UR UR 1 1/2 UR

Page 5: KAJIAN EKONOMI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH …

191

E NORMAL = DF x LHR NORMAL .......................... (4)E OVERLOAD = DF x LHR OVERLOAD .................... (5)

dengan:UP = umur pelayanan jalan yang terjadi (tahun)UR = umur rencana jalan yang ditargetkan (tahun)DF = damage factorE NORMAL = angka ekivalen pada lalu lintas normalE OVERLOAD = angka ekivalen pada lalu lintas overloadLHR NORMAL = LHR pada kondisi normalLHR OVERLOAD = LHR pada kondisi overload

Pengurangan umur pelayanan jalan tersebut berakibat pada biaya defisit penanganan jalan dari UR ke UP artinya terjadi additional cost selama = (UR-UP) tahun, hal ini merupakan kerugian jika ditinjau dari sisi investasi. Untuk menetapkan biaya kerugian tersebut, dilakukan beberapa asumsi sebagai berikut :a. pada kondisi normal, pemeliharaan rutin

dilakukan setiap tahun, sedangkan pemeliharaan berkala dilakukan tiap 3-5 tahun. Pemeliharaan rutin tidak dilakukan bersamaan dengan pemeliharaan berkala;

b. pemeliharaan berkala dapat meningkatkan kondisi mantap jalan, yang dianggap memberikan efek kemantapan jalan setengah daripada peningkatan jalan;

c. biaya akibat penurunan umur pelayanan jalan dari yang ditargetkan, berdasarkan penurunan UR menjadi UP selama (UR-UP) tahun, sehingga disebut sebagai defisit design life cost (DDLC) pada persamaan (6)

DDLC = (MC OVERLOAD) - (MC NORMAL) ………(6)dengan:DDLC = defisit design life cost, kerugian biaya akibat pengurangan dari UR ke UPMCNORMAL = biaya penanganan kerusakan jalan pada kondisi muatan normal baik pemeliharaan rutin dan berkala maupun peningkatan jalanMCOVERLOAD...= biaya penanganan kerusakan jalan pada kondisi muatan lebih, baik pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala maupun peningkatan jalan.

METODOLOGITipe penelitian adalah penelitian eksploratif

yang sifatnya menggali permasalahan masyarakat pengguna jalan dan belum pernah terungkap secara jelas. Pengaruh sosial ekonomi akibat peraturan daerah pengendalian muatan lebih kerdaraan angkutan barang. Metode penelitian ini menggabungkan dua metode yaitu kualitatif dan kuantitatif terhadap pengaruh sosial ekonomi, dan lingkungan. Pengumpulan data dengan cara studi pustaka serta pengamatan observasi di lapangan. Wawancara mendalam dengan Dinas Perhubungan dan petugas jembatan timbang di lapangan. Analisis data kualitatif dengan mengumpulkan data dalam klasifikasi kemudian menafsir data dan membuat kesimpulan (Strauss,2003).

5

×=

NORMALNORMAL ESAL

LORMCDFC

×=

OVERLOADOVERLOAD ESAL

LORMCDFC

UREE

UPOVERLOAD

NORMAL ×=

• Kualitas konstruksi tinggi • Kualitas material baik • Program pemeliharaan tepat • Lalulintas tidak melebihi

prediksi • Desain perkerasan optimal

Penurunan kinerja pelayanan jalan dari UR ke UP

Beban normal in

deks

per

form

ansi

1,0

• Kualitas konstruksi rendah • Kualitas material buruk • Program pemeliharaan tidak tepat • Lalulintas melebihi prediksi • Desain perkerasan sangat minim

Beban overload

UP 1/2 UR UR 1 1/2 UR

5

×=

NORMALNORMAL ESAL

LORMCDFC

×=

OVERLOADOVERLOAD ESAL

LORMCDFC

UREE

UPOVERLOAD

NORMAL ×=

• Kualitas konstruksi tinggi • Kualitas material baik • Program pemeliharaan tepat • Lalulintas tidak melebihi

prediksi • Desain perkerasan optimal

Penurunan kinerja pelayanan jalan dari UR ke UP

Beban normal

inde

ks p

erfo

rman

si

1,0

• Kualitas konstruksi rendah • Kualitas material buruk • Program pemeliharaan tidak tepat • Lalulintas melebihi prediksi • Desain perkerasan sangat minim

Beban overload

UP 1/2 UR UR 1 1/2 UR

Kajian Ekonomi Pelaksanaan Peraturan Daerah Pengendalian Muatan Lebih Kendaraan Angkutan Barang (Studi Kasus Provinsi Riau Dan Jawa Tengah)

Achmad Helmi

Page 6: KAJIAN EKONOMI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH …

192

Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.2 No.3, Oktober 2010

PEMBAHASANLima puluh tahun terakhir ini, teknologi

berkembang begitu cepat dan membawa penduduk dunia meningkat kesejahteraannya. Peningkatan kesejahteraan penduduk dunia ini memberi implikasi meningkatnya konsumsi, baik secara kuantitas maupun kualitas. Transportasi berperan penting sebagai sarana distribusi produk konsumsi dan menjadi faktor penting dalam sistem produksi. Terganggunya sistem distribusi akan meningkatkan biaya produksi dan menghambat pertumbuhan ekonomi secara tidak langsung. Dari data statistik perhubungan (2005) menunjukkan bahwa intensitas orang maupun barang terus meningkat dari tahun ke tahun, baik melalui angkutan udara, laut maupun darat. Teknologi sistem angkutan memberi kontribusi dalam peningkatan kapasitas dan kecepatan angkut, yang berdampak terhadap peningkatan volume orang maupun barang yang diangkut.

Kendaraan angkutan barang jalan raya secara signifikan meningkat daya angkutnya, sementara daya dukung jalan tidak meningkat secepat meningkatnya kemampuan daya angkut kendaraan. Jaringan jalan di Indonesia sejauh ini paling tinggi memiliki klasifikasi sebagai jalan kelas II (dengan daya dukung muatan sumbu terberat 10 ton). Dan baru sebagian kecil jalan di Indonesia memiliki klasifikasi sebagai jalan kelas II. Keinginan untuk meningkatkan kelas jalan menjadi kelas I (terutama untuk jalan arteri di Pulau Jawa), yang dicanangkan sejak tahun 1994, hingga saat ini belum terwujud. Jalan di Pulau Jawa belum ada yang berklasifikasi sebagai jalan kelas I (mampu mendukung muatan sumbu terberat > 10 ton). Tabel 1. berikut menunjukkan negara-negara dengan daya dukung jalannya. Jika semua jalan arteri di Pulau Jawa sudah memiliki klasifikasi sebagai jalan kelas I, maka jembatan timbang tidak lagi diperlukan untuk memantau kelebihan muatan, karena jalan kelas I secara struktural akan mampu mendukung beban lalu lintas yang ada.

Dari permasalahan di atas, akankah pemerintah bertahan dengan jalan yang ada (kelas II), dengan pembatasan muatan, yang dapat berdampak terhadap ekonomi biaya tinggi? Banyak pendapat yang mengatakan bahwa Peraturan Daerah (Perda) Pengendalian Muatan Lebih tidak mampu mengendalikan kelebihan muatan dan cenderung mempercepat kerusakan jalan. Pendapat ini sebenarnya tidak tepat, karena hingga saat ini (sejak mulai diberlakukan pada tahun 2001) Perda yang dimaksud belum diberlakukan secara utuh. Sebagai contoh, menurut Perda Pengendalian Muatan Lebih Provinsi Jawa Tengah No. 4 Tahun 2001, untuk tingkat kelebihan muatan tertentu, pemilik barang seharusnya diwajibkan untuk membayar Rp. 150.000,- hingga Rp. 650.000,-, tetapi kenyataannya hanya dikenai Rp. 25.000,-. Jelas disini, dengan tarif yang rendah ini, pemilik barang cenderung akan selalu melanggar. Pertimbangan tidak diterapkannya Perda secara

konsisten, diantaranya, tidak mampunya pengusaha angkutan membayar retribusi sesuai tarif denda yang ditetapkan.

Untuk memberi gambaran singkat tentang isi Perda tersebut, berikut isi Perda Provinsi Jateng no. 4 Tahun 2001:

Pasal 7 ;1. Kelebihan muatan untuk masing-masing

jenis mobil barang ditetapkan berdasarkan konfigurasi sumbu yang dapat diberikan Ijin Dispensasi Kelebihan Muatan Mobil Barang setinggi-tingginya sebesar 30% (tiga puluh persen) dari daya angkut yang ditetapkan dalam Buku Uji Berkala.

2. Kelebihan Muatan Mobil Barang dari dispensasi yang diberikan dimaksud ayat (1) diturunkan dan segala resiko akibat kelebihan muatan menjadi tanggung jawab Pengusaha Angkutan.

7

Page 7: KAJIAN EKONOMI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH …

193

Pasal 8;Pemberian Ijin Dispensasi Kelebihan Muatan Mobil

Barang dimaksud Pasal 7 ayat (1), dikenakan retribusi sebagai berikut :

a. Angkutan barang umum dengan kelebihan muatan di atas 5% (lima persen) sampai dengan 15% (lima belas persen) dikenakan retribusi sebesar Rp. 15,- (lima belas rupiah per kilogram ;

Tidak dipungkiri ada kelemahan-kelemahan pada Peraturda Pengendalian Kelebihan Muatan, walaupun secara konseptual Perda ini lebih adil. Kelemahannya di antaranya menyangkut besaran retribusi, apakah yang ditetapkan saat ini sudah memprensentasikan biaya akibat beban dan kerusakan yang ditimbulkan? Berapa besar retribusi maksimum yang rasional dapat memberikan efek jera? Apakah pajak kendaraan yang selama ini dibebankan kepada pemilik kendaraan belum cukup atau tidak mencakup biaya kerusakan yang ditimbulkannya? Perlu diketahui bahwa di sebagaian daerah, pajak kendaraan dapat menyumbang 75% dari Pendapatan Asli Daerah (Chandra Budi, Direktorat Jenderal Pajak, Departemen Keuangan). Terkait dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, besaran retribusi sesuai dengan ketetapan Perda Pengendalian Kelebihan Muatan perlu dikaji secara akademis sehingga didapat besaran yang mencerminkan realitas di lapangan.

Studi Kasus Perhitungan Biaya Kerusakan Perkerasan akibat Muatan Lebih (Overloading) Angkutan Barang pada Lokasi kajian berada pada Lintas Timus Sumatera di Provinsi Riau yang difokuskan pada ruas jalan Sikijang Mati – Sp. Lago – Sorek – Sp. Japura, dengan total panjang 140,63 km, terdiri atas: Sikijang Mati – Sp. Lago (25,36 km), Sp. Lago – Sorek (50,32 km) dan Sorek – Sp. Japura (64,95 km). Pemilihan lokasi kajian didasarkan atas pertimbangan tingkat kerusakan jalan yang paling parah berada pada ruas jalan tersebut pada tahun 1999-2000 dan merupakan jalur penghubung

penting yang digunakan oleh angkutan pribadi, bus AKAP dan angkutan barang lainnya dari Provinsi Riau menuju Pulau Jawa (Ditjen Prasarana Wilayah, 2001). Evaluasi (Anas Aly,Helmi,2002) didapat Jumlah Damage Faktor (DF) kendaraan umum tahun 2001=503,2/hari (6,6) sedangkan Daage Faktor (DF) kendaraan truk kayu&kertas tahun 2001=7.158,45/hari (93,4%). angka yang cukup fantatis dan luar biasa. Jalan sebagai jalan umum dimanfaatkan sebagai jalan khusus, yaitu kendaraan overload yang didominasi oleh kelompok tertentu.

Pada analisis perencanaan perkerasan (Ibrahim Sariawan, 2009) jalan Ujung Batu – Pasir Pangarayan di Provinsi Riau didapat hasil 54% kendaraan angkutan barang overload. Jika perencanaan jalan berdasarkan beban SNI jika dibandingkan dengan data berat kendaraan dari jembatan timbang di Ujung Batu didapat hasil kenaikan/tambahan biaya pembangunan jalan sebesar 1,7 milyar tiap kilometernya terhadap perencanaan berdasarkan beran kendaraan sesuai SNI tersebut. Jika jalan tetap dipaksakan digunakan dengan beban overload maka umur jalan akan berkurang. Kajian kasus ini dibatasi pada pengurangan umur rencana analisis biaya perusakan jalan (damage factor cost) dan biaya akibat jalan (deficit design life cost).

Berdasarkan evaluasi Direktur Jendral Perhubungan Darat Departemen Perhubungan dalam hal penanganan muatan lebih merupakan

b. Angkutan barang umum dengan kelebihan muatan di atas 15% (lima belas persen) sampai dengan 30% (tiga puluh persen) dikenakan retribusi sebesar Rp. 20,- (dua puluh rupiah) per kilogram.

Beberapa kendaran yang dihitung restribusi akibat muatan lebih di jembatan timbang disajikan pada Tabel 2. sebagai berikut.

7

Kajian Ekonomi Pelaksanaan Peraturan Daerah Pengendalian Muatan Lebih Kendaraan Angkutan Barang (Studi Kasus Provinsi Riau Dan Jawa Tengah)

Achmad Helmi

Page 8: KAJIAN EKONOMI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH …

194

Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.2 No.3, Oktober 2010

masalah multidimensional (Dep. Perhub, 2004) antara lain;1. Teknologi kendaraan bermotor, berdampak pada

daya angkut kendaraan meningkat.2. Terbatasnya daya dukung jalan (Muatan Sumbu

Terberat)3. Pertumbuhan Ekonomi yang menimbulkan

mobilitas tinggi.4. Optimalisasi sarana kendaraan oleh operator

angkutan tanpa memperhatikan kemampuan jalan.

5. Anggapan bahwa transportasi jalan rawan terhadap masalah sosial (preman, pungli, dll)

Hal-hal tersebut diatas tidak dapat diatasi oleh hanya satu institusi ( Dinas Perhubungan) karena ada institusi lain yang mengawasi pemakaian jalan baik langsung maupun tidak langsung. Diperlukan tanggung jawab dalam bentuk koordinasi antar lintas Departemen dan Dinas terkait (Departemen Perhubungan, Departemen Pekerjaan Umum, Polri, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Pertambangan dan Energi, Departemen Kehutanan dan Perkebunan).

Pelanggaran lalulintas angkutan merupakan permasalahan yang disebabkan oleh:1. Permasahan lintas sektoral dengan

multidimensional impact yang tidak bisa solusi partial.

2. Jenis angkutan barang yang cenderung melanggar seperti besi/baja, semen, kayu, pupuk, pasir dan CPO.

3. Pengusaha angkutan lebih mengutamakan keuntungan jangka pendek dengan mengangkut melebihi daya angkut kendaraan.

4. Law enforcement tidak efektif dan tidak memberikan efek jera.

5. Pengoperasian jembatan timbang cenderung untuk mengumpulkan PAD

6. Fasilitas dan Sumber Daya Manusia tidak mendukung.

Rata rata tingkat pemulihan biaya penyelenggara transportasi oleh kendaraan bermotor berdasarkan pada Pajak Kendaraan Bermotor dan Biaya Balik Nama yang dipungut, untuk mobil pribadi mencapai 90% biaya penyelenggara trasport, sepeda motor dan truk ringan berkisar 20% biaya penyelenggara transport, truk berat 7% dari biaya penyelenggara transport (La One, 2002) hal ini tidak sebanding dengan daya rusak akibat kendaraan truk yang banyak

mengambil nilai struktur perkerasan akibat muatan lebih. Dampak muatan lebih kendaraan (DLLAJ, 2004):1. Kerusakan jalan dan jembatan2. Pada tahun 1998 kerugian negara akibat

kerusakan jalan Rp. 0,244 M/Km3. Kerusakan kendaraan4. Keselamatan5. Biaya ekonomi tinggi6. Persaingan usaha tidak sehat seperti tarif rendah

atau perang tarif.

Pada era paradigma baru khususnya yang berkaitan dengan peran pemerintah baik pusat maupun daerah dari provider nenjadi enabler yang salah satu kandungan artinya adalah makin meningkatnya peranan masyarakat dan sebaliknya berkurangnya peranan pemerintah. Dalam pelaksanaan otonomi daerah menimbulkan fenomena dalam penyelenggaraan kewenangan yang membawa dampak sosial ekonomi masyarakat.

Dari pengamatan surat Direktur Jenderal Perhubungan Darat yang berhasil dihimpun, didapat beberapa petunjuk dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat sebagai berikut :• Jembatan timbang dikelola oleh Dinas

Perhubungan yang ada di Provinsi.• Dalam mengelola jembatan timbang, setiap Dinas

Perhubungan dilarang untuk mengutip segala macam kutipan yang bernuansa meningkatkan Pendapatan Daerah.

• Penerapan sanksi pada pelanggar ketentuan Muatan Sumbu Maksimum (MST) diberlakukan dalam 3 katagori sanksi, yaitu sanksi tingkat I yaitu pelanggaran kelebihan muatan sampai dengan 15%; sanksi tingkat II yaitu pelanggaran kelebihan muatan sampai dengan 25%; dan pelanggaran tingkat III kelebihan muatan lebih besar dari 25%.

• Akan dilakukan evaluasi prasarana di sekitar jembatan timbang, misalnya pergudangan (minimum 400 m2), peralatan handling (fork lift, trolly, gerobak pegangkut, peralatan pengepakan dll).

• Beberapa contoh pelanggaran batas muatan adalah sebagai berikut :

Angkutan Besi Baja di Provinsi Banten dengan muatan rata-rata 70% diatas daya angkut. Angkutan Kayu untuk perusahaan kertas di Riau muatan lebih mencapai 100%. Angkutan Pasir (galian C) khususnya di Provinsi Jawa Barat dengan menambah (melangar) ketinggian bak

Page 9: KAJIAN EKONOMI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH …

195

dan muatannya tersebut melebihi ketinggian bak tersebut.

• Angkutan CPO di Sumatera yang kelebihan muatan mencapai 55% dengan mengubah kapasitas tangkinya. Pelanggaran angkutan CPO ini perlu diwaspadai, karena menurut peraturan perkebunan kelapa sawit harus dilengkapi pabrik pengolahan kelapa sawit yang berlokasi dalam perkebunan kelapa sawit yang bersangkutan. Jadi kalau ada truck muatan kelapa sawit yang berlebih dijalan umum, ini perlu diwaspadai adanya persyaratan pabrik pengolahan kelapa sawit didalam perkebunan kelapa sawit tersebut

• Sejak tahun 2004, jembatan timbang di Sumatera Barat telah mulai dikelola oleh pihak swasta. Pengelolaan jembatan timbang oleh pihak swasta, diharapkan akan terhimpun infomasi secara lebih akurat kinerja daripada jembatan timbang tersebut.

• Ijin dispensasi khusus dapat diberikan kepada angkutan barang sebagai berikut a. angkutan barang umum yang muatannya

tidak bisa dipotong-potong.b. angkutan barang berbahayac. angkutan barang khususd. angkutan peti kemase. angkutan alat berat

Penerapan denda yang sekedar memperoleh ristribusi daerah di Jateng :Kelebihan muatan 10.980 Kg; ristribusi yang dibayar Rp. 25.000,-; seharusnya menurut Peraturan Daerah Rp. 219.600,-Kelebihan muatan 15.100 Kg; ristribusi yang dibayar Rp. 25.000,-; seharusnya menurut Peraturan Daerah Rp. 302.000,-Kelebihan muatan 7.720 Kg. ristribusi yang dibayar Rp. 25.000,-; seharusnya menurut Peraturan Daerah Rp. 154.400,-

Kelebihan muatan 32.940 Kg; ristribusi yang dibayar Rp. 25.000,-; seharusnya Peraturan Daerah Rp. 658.800,- Dari penerapan denda yang telah dilakukan, tampak bahwa penerapan denda sekedar meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (ristribusi) yang jauh lebih kecil dari denda yang seharusnya dibayar oleh pelanggar muatan berlebih (overload).

Adapun besarnya denda untuk masing-masing sanksi tiap Provinsi mempunyai ketentuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh Provinsi Riau menerapakan denda Di Provinsi Riau Perda No. 7 Tahun 2005 mengatur tentang Pengawasan dan Pengendalian Muatan Lebih.

Ketentuan Umum

Pasal 1 : No. 9. Alat penimbangan adalah seperangkat alat untuk menimbang kendaraan bermotor yang dapat dipasang secara tetap atau alat yang dapat dipindah-pindahkan yang digunakan untuk mengetahui berat kendaraan beserta muatannya.No. 10. Muatan lebih adalah jumlah berat muatan mobil barang yang diangkut melebihi daya angkut yang diijinkan dalam buku uji atau plat samping kendaraan bermotor.Pasal 3 :(2). Alat Penimbangan yang dipasang secara tetap mempunyai sarana pelayanan sebagai berikut:a. Alat Bongkar Muatb. Gudangc. Lapangan ParkirPasal 6 :(1) Penimbangan dilakukan dengan cara menimbang berat kendaraan beserta muatannya atau dapat dilakukan terhadap masing-masing sumbu(3) Muattan lebih dapat diketahui apabila berat lebih dari daya angkut yang telah ditetapkan dalam buku uji berkala atau pelat samping kendaraan bermotor. Pasal 8 :a. Angkutan barang umum dengan Muatan

Lebih diatas 5% sampai dengan 15% dari JBI (Jumlah Berat Yang Diijinkan) baik JBI keseluruhan atau Muatan Sumbu Terberat (MST) disebut pelanggran Tingkat I dikenakan kompensasi Muatan Lebih sebesar Rp. 50,00 perkilogram.

b. Angkutan barang umum dengan Muatan Lebih diatas 15% sampai dengan 25% dari JBI baik JBI keseluruhan atau Muatan Sumbu Terberat (MST) di sebut pelanggaran Tingkat II dikenakan kompensasi Muatan Lebih sebesar Rp. 100,00,- per kilogram.

c. Angkutan barang umum dengan Muatan Lebih diatas 25% disebut pelanggaran Tingkat III dikenakan sanksi pidana disertai dengan tindakan :1. Kendaraan disuruh kembali ke tempat asal

muatan atau2. Muatan barang yang lebih harus diturunkan

oleh Pengemudi/Operator dengan segala risiko yang harus ditanggungnya

untuk sanksi I sebesar Rp. 50,00- perkilogram; Rp. 100, 00 per kilogram untuk sanksi II dan sanksi pidana disertai perintah pengembalian ketempat asalnya untuk sanksi III.

Kajian Ekonomi Pelaksanaan Peraturan Daerah Pengendalian Muatan Lebih Kendaraan Angkutan Barang (Studi Kasus Provinsi Riau Dan Jawa Tengah)

Achmad Helmi

Page 10: KAJIAN EKONOMI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH …

196

Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.2 No.3, Oktober 2010

Dari pengamatan perda beberapa povinsi, ternyata besarnya denda yang diterapkan terjadi perbedaan antara jembatan timbang di suatu provinsi dengan denda di provinsi yang lain. Hal ini disebabkan biaya yang ditetapkan berdasarkan dana pemeliharaan jalan tahunan yang dianggarkan. Untuk menentukan berapa besaran perkilogram kelebihan muatan diperlukan penelitian yang lebih mendalam.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASIPemanfaatan jalan umum yang didominasi

oleh sekelompok lalulintas khusus memberi kesan bahwa jalan tersebut lebih berperan sebagai jalan khusus bukan jalan umum sehingga kurang adil. Berdasarkan hasil analisis di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:1. Penyebab umur pelayanan (UP) perkerasan

jalan tidak dapat direalisasikan karena nilai komulatif kemampuan kontruksi jalan telah habis sebelum umur rencana (UR) pelayanan jalan selesai.

2. Variabel variabel yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan biaya ekonomi kerusakan jalan akibat muatan lebih terdiri dari biaya pemeliharaan jalan, panjang jalan yang dilalui kendaraan dan Damage Faktor kendaraan.

3. Besaran restribusi dan denda yang harus dibayar oleh kendaraan terhadap kelebihan muatan dengan melakukan penelitian terhadap jumlah dan berat kendaraan angkutan, jenis angkutan, jumlah lintasan angkutan, kondisi jalan di lapangan serta pertumbuhan ekonomi daerah.

Penggunaan logika hukum dalam kasus kelebihan muatan tidak menjawab permasalahan, karena permasalahannya lebih kepada ketidakmampuan pemerintah dalam menyediakan prasarana jalan yang memenuhi kebutuhan pasar. Dari sudut pandang ini, Peraturan Daerah Pengendalian Muatan Lebih secara prinsip digunakan dalam pelayanan lebih sejalan dengan tuntutan jaman. Diperlukan penelitian yang menganalisis dari kerusakan jalan sehingga berguna bagi pembina dan pengguna jalan yang diharapkan menjadi pemikiran betapa besarnya kerugian yang diderita dalam bentuk materil akibat muatan lebih dari kendaraan dari yang diijinkan.

Usaha pengendalian muatan dalam pemanfatan jalan dilakukan dengan mendorong penggunaan multi axle, penetapan kelas jalan, pengendalian modifikasi kendaraan, usulan road user tax kepada Depdagri, program peningkatan daya dukung jalan 10 ton yang belum dapat dipenuhi untuk seluruh jalan nasional dan provinsi.

Mengingat keterbatasan keuangan pemerintah, untuk meningkatkan klasifikasi jalan menjadi jalan kelas I, maka perlu dipikirkan pula bagaimana melibatkan masyarakat dalam pembangunan sarana dan prasarana wilayah. Ohta (1998) mengemukakan prinsip “beneficialy pay principle”, yang artinya mereka yang memanfaatkan lebih fasilitas yang disediakan pemerintah, harus membayar lebih. Prinsip ini membawa kita ke logika ekonomi bukan ke logika hukum. Hal ini sesuai dengan surat edaran Meteri Perhubungan kepada gubernur, kepala daerah provinsi, tertanggal 28 Januari 2004 No. SE.01/AJ.307/DRJD/2004, yang menyebutkan pelanggaran tingkat III (kelebihan muatan melebihi 25% JBI) dikenai sanksi pidana.

DAFTAR PUSTAKA

Anseln Strauss, 2003. Dasar dasar Penelitian Kualityatif, Pustaka Pelajar, Jakarta

Anas Aly, 2007. Pengertian Dasar dan Informasi Umum Tentang Beban Konstruksi Perkerasan Jalan , Yayasan Pengembangan Teknologi dan Manajemen, Jakarta.

Anas Aly, Helmi, 2004. Menjaring Peran Serta Kelompok Pengguna Jalan erpotensi dalam keikut sertaan Penyelenggaraan Jalan di Provinsi Riau, Loka karya KRTJ -7 Denpasar.

Biro Pusat Statistik,2005, Statistik Perhubungan Indonesia, Jakarta

Departemen Perhubungan, 2004, Langkah Tindak Tegas dalam Pengendalian Muatan Lebih , Jakarta

Dinas Pekerjaan Umum, 2000, Kendaraan Truk Muatan Lebih (Over Load) dan Rencana Jalan Tol (Toll Road) Provinsi Riau, Pekanbaru

Departemen Pekerjaan Umum, 2005, Renstra Departemen Pekerjaan Umum 2005 – 2009, Jakarta

Helmi,A, 1999.Kajian tentang Formula Daya rusak Roda Kendaraan dari Beberapa Negara dan Institusi, Makalah Teknik Jalan KRTJ – 4 Pekanbaru

La One, 2002, Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor Berdasarkan Biaya Penyelenggara Transportasi (Studi Kasus di Yogyakarta), Tesis Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada

Munawar,A,2007, Pemgembangan Transportasi yang Berkelanjutan, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Teknik

Page 11: KAJIAN EKONOMI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH …

197

Universitas Gadjah MadaRahim,Rahmad, 2000, Analisis Perusakan Jalan

Akibat Overloading pada Jalan Lintas Timur Sumatera di Provinsi Riau, Thesis S2 MSTT. FT .UGM,Yogyakarta

Standar Nasional Indonesia,1989, Tata Cara Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen (SNI-1732-1989-F), Dewan Standart Nasional DSN Jakarta

Sepang, Mouradly,1995, Peningkatan Muatan Sumbu Kendaraan Truck (Axle Load) di Litas Sumatera yang perlu diwaspadai dan ditanngulangi, Makalah Teknik Jalan KRTJ – 3 Padang

Suriawan,Ibrahim,2009, Analisis pencanaan jalan provinsi Ujung Batu Pasir Pangarayan akibat muatan lebih Kendaraan angkutan barang, Balitbang Provinsi Riau

______Pointer bahan rapat pembahasan penanganan muatan lebih, Kamis, 29 Juli 2004

______Langkah tindak tegas dalam pengendalian mutan lebih, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat 29 Juli 2004

______Efektifitas kebijakan LLAJ dalam penanganan muatan lebih dalam rangka mendukung program 100 hari, Rakornas Pengaturan Muatan Lebih.

Kajian Ekonomi Pelaksanaan Peraturan Daerah Pengendalian Muatan Lebih Kendaraan Angkutan Barang (Studi Kasus Provinsi Riau Dan Jawa Tengah)

Achmad Helmi