kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi aceh … · menjadi kantor perwakilan yang kredibel...

84
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

Upload: lydang

Post on 04-Jul-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH

NOVEMBER 2016

(Kajian Triwulan III-2016)

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

VISI

Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi

pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

MISI

Menjalankan kebijakan BI dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas

pengelolaan uang dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah

maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.

FUNGSI

1. Fungsi Statistik dan surveillance

2. Fungsi Kajian

3. Fungsi Komunikasi dan Pelaksanaan Program

4. Fungsi Sistem Pembayaran

5. Fungsi Manajemen Intern dan koordinasi Wilayah

TUGAS POKOK

1. Memberikan masukan kepada Dewan Gubernur kondisi ekonomi dan keuangan daerah di wilayah

kerjanya;

2. Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan ekonomi dan keuangan daerah, yang

didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian/riset serta memfasilitasi pengendalian

inflasi, pemberdayaan sektor riil dan UMKM.

3. Melaksanakan kegiatan perizinan dan pengawasan serta operasionalisasi sistem pembayaran tunai dan

non tunai sesuai dengan kebutuhan ekonomi daerah di wilayah kerjanya

4. Melaksanakan kebijakan stabilitas keuangan , program perluasan dan pemerataan akses dan

keterjangkauan keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif

5. Mengelola sumber daya internal yang dibutuhkan sebagai faktor pendukung fungsi-fungsi utama.

Kalender Publikasi KEKR

Triwulan I

Mei

Triwulan II

Agustus

Triwulan III

November

Triwulan IV

Februari

Penerbit :

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan - Tim Ekonomi Moneter

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh

Jl. Cut Meutia No.15, Banda Aceh - Indonesia

Telp : 0651-33200 / Fax : 0651-34116

Publikasi KER secara online dapat diperoleh di:http://www.bi.go.id/web/id/DIBI1/Regional/Publikasi/

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

2 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat dan

karuniaNya sehingga buku “Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Aceh Periode November 2016” ini

akhirnya dapat dipublikasikan. Buku ini memaparkan informasi mengenai perkembangan beberapa indikator

perekonomian daerah, diantaranya pertumbuhan ekonomi, perbankan, sistem pembayaran dan keuangan

daerah yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan informasi internal maupun eksternal Bank

Indonesia. Secara umum, hasil kajian atas perkembangan ekonomi regional Provinsi Aceh periode triwulan

laporan mendeskripsikan bahwa perekonomian Aceh menunjukkan kecenderungan sedikit menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Dalam kesempatan ini, kami menghaturkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu penyusunan buku ini. Harapan kami, kerja sama yang telah tercipta dapat terus berlanjut dan

ditingkatkan pada masa yang akan datang.

Kami menyadari bahwa kualitas dan informasi yang disajikan masih perlu terus disempurnakan. Oleh

karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari seluruh pihak yang berkepentingan

dengan buku ini.

Kami berharap, semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Semoga Tuhan Yang

Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua.

Banda Aceh, November 2016

Kepala Perwakilan,

Ahmad Farid

Deputi Direktur

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

8 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

A. PDRB

Sektoral (Rp Triliun) 2014 2015 2016

I II III IV I II III IV I II III

Pertanian, Kehutanan, & Perikanan

7,17 7,51 7,68 7,30 7,58 7,66 8,02 7,87 7,90 7,84 2,05

Pertambangan & Penggalian 3,43 3,36 3,20 2,95 2,49 2,39 2,33 2,08 2,27 1,89 (14,16)

Industri Pengolahan 2,18 2,21 2,07 1,77 1,58 1,64 1,70 1,51 1,54 1,51 (2,38)

Pengadaan Listrik, Gas 0,03 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 5,24

Pengadaan Air 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 4,61

Konstruksi 2,54 2,56 2,62 2,68 2,43 2,49 2,61 3,15 2,81 2,92 16,10

Perdagangan Besar & Eceran, &

Reparasi Mobil & Sepeda Motor 4,10 4,24 4,40 4,29 4,27 4,43 4,58 4,45 4,44 4,61 0,02

Transportasi & Pergudangan 2,11 2,13 2,19 2,33 2,21 2,24 2,31 2,33 2,25 2,34 (1,80)

Penyediaan Akomodasi & Makan

Minum 0,29 0,30 0,30 0,31 0,31 0,31 0,32 0,33 0,33 0,34 8,84

Informasi & Komunikasi 1,00 1,02 1,04 1,05 1,03 1,05 1,06 1,07 1,08 1,09 1,94

Jasa Keuangan 0,43 0,44 0,44 0,45 0,45 0,41 0,46 0,48 0,48 0,48 19,69

Real Estate 0,95 0,97 0,99 1,00 1,02 1,03 1,05 1,06 1,08 1,09 6,48

Jasa Perusahaan 0,16 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,18 0,17 0,18 9,93

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial

Wajib

2,07 2,02 2,14 2,25 2,16 2,21 2,34 2,35 2,22 2,60 7,01

Jasa Pendidikan 0,55 0,55 0,57 0,64 0,58 0,60 0,63 0,65 0,63 0,65 3,09

Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 0,69 0,71 0,70 0,73 0,73 0,75 0,77 0,79 0,80 0,81 2,92

Jasa lainnya 0,34 0,34 0,35 0,35 0,36 0,37 0,36 0,37 0,38 0,39 8,90

PDRB 28,05 28,57 28,90 28,32 27,42 27,80 28,75 28,71 28,42 28,78 2,22

PDRB Non Migas 24,83 25,45 26,13 26,11 25,76 26,29 27,18 27,35 26,78 27,54 3,31

Sumber: BPS Provinsi Aceh, Diolah

Komponen (Rp Triliun)

2014 2015 2016

I II III IV I II III IV I II IV

Pengeluaran Konsumsi Rumah

Tangga 15,34 15,45 15,73 15,83 15,78 15,89 16,27 16,34 16,38 16,70 2,52

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 0,53 0,54 0,49 0,50 0,49 0,49 0,49 0,50 0,51 0,54 9,46

Pengeluaran Konsumsi

Pemerintah 4,53 5,08 5,73 7,82 4,30 5,20 5,94 9,06 4,00 5,69 (13,25)

Pembentukan Modal Tetap Bruto 9,23 9,07 9,27 9,36 9,18 9,12 9,59 10,72 9,91 10,22 11,79

Perubahan Inventori -0,09 0,12 -0,04 0,05 -0,05 0,02 -0,05 0,00 0,01 -0,01 (76,19)

Ekspor Luar Negeri 0,81 1,53 1,11 1,26 0,44 0,29 0,60 0,34 0,36 0,17

Impor Luar Negeri 0,28 0,33 0,26 0,37 0,87 0,66 0,48 0,44 0,35 0,41 (69,87)

Net Ekspor Antar Daerah -1,99 -2,98 -3,07 -6,15 -1,85 -2,54 -3,61 -7,80 -2,41 -4,11 2,82

P D R B 28,05 28,57 28,90 28,32 27,42 27,80 28,75 28,71 28,42 28,78 2,22

PDRB Non Migas 24,83 25,45 26,13 26,11 25,76 26,29 27,18 27,35 26,78 27,54 3,31

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016 9

B. INFLASI

Kota yoy,%

I-15 II-15 III-15 IV-15 I-15 II-15 III-15 IV-15 I-16 II-16 III-16

Banda Aceh 5,40 6,12 4,30 1,27 5,40 6,12 4,30 1,27 3,10 2,01 3,17

Lhokseumawe 5,44 6,36 4,55 2,44 5,44 6,36 4,55 2,44 4,63 3,03 4,79

Meulaboh 5,67 6,47 2,86 0,58 5,67 6,47 2,86 0,58 3,12 2,19 3,81

Aceh 5,45 6,24 4,19 1,53 5,45 6,24 4,19 1,53 4,45 2,34 3,73

Kota

Kelompok

Bahan

Makanan Kesehatan

Makanan

Jadi,

Minuman,

Rokok dan

Tembakau

Pendidikan,

Rekreasi

dan Olah

Raga

Perumahan,

Air, Listrik,

Gas dan

Bahan

Bakar

Sandang

Transpor,

Komunikasi

dan Jasa

Keuangan

Total

Banda Aceh 10,40 2,72 5,29 3,06 0,41 5,57 -3,58 3,17

Lhokseumawe 12,54 4,35 3,87 0,87 1,34 4,51 -2,81 4,79

Meulaboh 9,22 1,43 5,39 2,55 0,55 2,39 -4,17 3,81

Aceh 10,89 3,04 4,89 2,36 0,71 4,83 (3,45) 3,73

Sumber: BPS Provinsi Aceh, Diolah

C. PERBANKAN (BERDASARKAN LOKASI BANK)

Indikator Umum

Indikator

2014 2015

2016

I II III IV I II III IV I II III

Total Aset (Rp Miliar)

37.641 41.770 44.760 42.211 41.275 45.798 48.709 43.494 45.767 46.756 43.659

Pertumbuhan (yoy)% 2,58 6,68 7,88 10,75 9,66 9,64 8,82 3,04 10,88 2,09 -10,37

Pertumbuhan (mtm)% 1,83 2,59 2,62 (2,94) 4,46 1,09 13,36 (9,51) 4,31 -8,98 -10,66

DPK (Rp Miliar) 23.234 26.236 28.124 26.694 27.846 31.426 34.621 31.054 31.651 33.271 33.414

Pertumbuhan (yoy)% 6,64 10,53 7,59 10,02 19,85 19,78 23,10 16,34 13,66 5,87 -3,49

Pertumbuhan (mtm)% (1,32) 1,49 2,96 (4,89) 5,59 3,20 15,15 (9,11) 3,09 -4,36 -3,88

Pembiayaan (Rp Miliar)

23.826 24.709 24.635 25.229 25.379 26.359 26.375 27.227 27.544 28.627 29.094

Pertumbuhan (yoy)% 10,72 8,72 4,48 7,14 6,52 6,68 7,06 7,92 8,53 8,60 10,31

Pertumbuhan (mtm)% 1,22 1,62 1,52 0,84 1,45 2,00 0,80 1,92 1,78 1,60 0,96

FDR % 102,55 94,18 87,60 94,51 91,14 83,88 76,18 87,68 87,03 86,04 87,07

NPL-gross % 4,78 4,97 4,97 4,36 4,62 4,38 4,30 3,64 3,84 3,72 3,48

NPL-Nominal 1.139 1.227 1.223 1.101 1.174 1.155 1.133 990 1.058 1.065 1.013

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

10 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016

Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Simpanan)

SIMPANAN

2014 2015

2016

I II III IV I II III IV I II III

Total (Rp Miliar) 23.234 26.236 28.124 26.694 27.846 31.426 34.621 31.054 31.651 33.271 33.414

Pertumbuhan (yoy) 6,64 10,53 7,59 10,02 19,85 19,78 23,1 16,34 13,66 5,87 -3,49

Giro (Rp Miliar) 6.682 8.081 9.476 5.547 7.007 9.076 11.124 6.106 7.300 7.276 7.912

Pertumbuhan (yoy)% -29,97 -26,39 -24,91 -19,22 4,86 12,32 17,4 10,07 4,2 -19,83 -28,88

Tabungan (Rp Miliar) 11.212 11.260 11.740 14.687 12.570 12.648 13.655 17.024 14.561 15.652 15.730

Pertumbuhan (yoy)% 53,51 56,69 47,49 13,14 12,11 12,33 16,31 15,91 15,84 23,75 15,20

Deposito (Rp Miliar) 5.341 6.895 6.908 6.459 8.270 9.702 9.842 7.924 9.789 10.343 9.772

Pertumbuhan (yoy)% 8,04 23,77 24,22 46,32 54,86 40,71 42,47 22,69 18,37 6,61 -0,72

Kredit Berdasarkan Tujuan Penggunaan

PINJAMAN

2014 2015

2016

I II III IV I II III IV I II III

Total Pembiayaan (Rp Miliar) 23.826 24.709 24.635 25.229 25.379 26.359 26.375 27.227 27.544 28.626 29.094

Pertumbuhan (yoy) % 10,72 8,72 4,48 7,14 6,52 6,68 7,06 7,92 8,53 8,6 10,31

Modal Kerja (Rp Miliar) 7.872 8.084 7.806 7.884 7.418 7.803 7.646 8.048 7.970 8.451 8.577

Pertumbuhan (yoy)% 0,2 0 -6,95 -1,97 -5,77 -3,48 -2,04 2,08 7,44 8,31 12,18

Investasi (Rp Miliar) 2.271 2.359 2.337 2.494 2.676 2.907 2.907 3.102 3.241 3.431 3.678

Pertumbuhan (yoy)% 74,27 19,50 13,14 17,52 17,86 23,22 24,41 24,39 21,12 18,01 26,53

Konsumsi (Rp Miliar) 13.683 14.265 14.493 14.851 15.284 15.649 15.822 16.077 16.333 16.744 16.838

Pertumbuhan (yoy)% 10,71 10,81 10,43 10,97 11,70 9,70 9,17 8,26 6,86 7,00 6,60

Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

Indikator (Rp Miliar)

2014 2015

2016

I II III IV I II III IV I II III

Pembiayaan Per Sektor 23.826 24.709 24.635 25.229 25.379 26.359 26.375 27.227 27.544 28.626 29.094

Pertanian 1.058 1.184 1.299 1.480 1.648 1.911 1.899 2.052 2.127 2.216 2.279

Pertambangan 35 33 34 31 29 39 34 37 36 34 33

Industri Pengolahan 1.802 1.825 1.279 1.292 1.277 1.279 1.268 1.384 1.473 1.483 1.753

Listrik Gas dan Air 100 104 100 119 109 102 96 193 185 194 188

Konstruksi 446 515 616 744 646 823 862 905 742 788 775

Perdagangan 4.916 5.172 5.441 5.694 5.490 5.659 5.551 5.745 5.791 6.113 6.101

Pengangkutan 65 84 92 98 94 95 97 104 121 128 137

Jasa Dunia Usaha 659 372 239 240 228 215 196 201 217 256 306

Jasa Sosial Masy. 859 769 856 509 528 536 505 492 486 648 665

Lainnya 13.886 14.649 14.679 15.023 15.329 15.701 15.866 16.115 16.366 16.767 16.855

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (diolah)

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016 11

C. SISTEM PEMBAYARAN

Indikator

(Rp Miliar)

2014 2015 2016

I II III IV I II III IV I II III

Transaksi Kliring

Nominal Transaksi

(Rp Miliar)

660,56 1.135,86 1.099,19 1.199,15 1.431,67 1.060,80 1.914,00 3.478,61 4.080,96 4.620,56 3.565,46

Volume

Transaksi 19.395 42.009 37.519 44.839 50.937 30.809 56.237 77.688 73.218 91.770 84.306

Transaksi Kas (Rp Miliar)

Inflow 1.335,17 588,25 1.857,12 1.339,90 923,14 918,31 1.652,70 606,80 1.623,98 967,77 2.224,22

Outflow 1.258,10 2.136,43 2.390,58 2.302,82 1.046,70 2.701,37 2.900,90 2.987,52 1.210,53 4.390,12 2.373,45

Netflow 77,07 -1.548,18 -533,46 -962,92 -123,56 -1.783,07 -1.248,20 -2.380,72 413,45 -3.422,35 -149,23

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

12 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016 13

RINGKASAN EKSEKUTIF

GAMBARAN UMUM

Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan III tahun 2016

mengalami penurunan dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Namun

demikian, tingkat pertumbuhan tersebut masih tercatat lebih tinggi dibandingkan

dengan perekonomian triwulan III-2015 yang mengalami kontraksi. Secara

sektoral, penurunan pertumbuhan ekonomi Aceh tersebut bersumber dari

menurunnya kinerja di sektor-sektor utama Aceh, yakni sektor pertanian,

perdagangan, administrasi pemerintahan. Dari sisi permintaan, komponen yang

mengalami penurunan adalah komponen konsumsi rumah tangga dan konsumsi

pemerintah. Namun demikian, dari sisi penawaran adanya peningkatan kinerja

pada sektor konstruksi mampu menahan laju penurunan pertumbuhan ekonomi

Aceh. Peningkatan pada beberapa komponen dari sisi permintaan seperti investasi

(PMTB) menjadi salah satu faktor yang dapat menahan penurunan kinerja ekonomi

pada triwulan laporan.

Kinerja pendapatan Aceh pada triwulan laporan tercatat meningkat dibandingkan

dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Senada dengan kinerja

pendapatan, kinerja realisasi belanja Provinsi Aceh pada triwulan laporan tercatat

meningkat dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya.

Tekanan inflasi Aceh pada triwulan III-2016 mengalami penurunan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya maupun dengan rata-rata inflasi yoy pada triwulan III

dalam tiga tahun terakhir. Namun demikian, tingkat inflasi pada triwulan laporan

lebih tinggi daripada inflasi yoy triwulan II-2016. Kelompok bahan makanan

merupakan kelompok yang paling dominan berpengaruh atas meningkatnya angka

inflasi Aceh pada triwulan-III 2016. Namun, deflasi pada kelompok transportasi,

komunikasi, dan jasa keuangan serta rendahnya inflasi pada kelompok Perumahan,

air, listrik, gas, dan bahan bakar turut meredam laju inflasi Aceh di triwulan

laporan, sehingga masih berada dalam target inflasi nasional 4±1%

Seiring dengan perlambatan pertumbuhan perekonomian Aceh di triwulan III 2016,

sektor korporasi masih terekspos kerentanan yang bersumber dari perlambatan

sektor pertambangan, pengolahan dan pertanian berbasis ekspor. Kualitas kredit

yang disalurkan Bank Umum ke Sektor Korporasi di Aceh berada di level yang perlu

untuk mendapat perhatian lebih khusus atau kurang baik. Hal ini tercermin dari

indikator Non Performing Loans (NPL) kredit berdasarkan lokasi proyek pada sektor

korporasi di Aceh yang berada di atas level aman 5%. Walaupun aktivitas konsumsi

cenderung melambat di triwulan III-2016, kualitas kredit yang disalurkan oleh

perbankan ke sektor perorangan di Provinsi Aceh masih cukup baik. Hal ini

tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPL) baik untuk kredit berupa KPR, KKB

maupun multiguna di level yang berada jauh dibawah critical point 5%.

Menjelang perayaan hari raya Idul Adha 1437 H. Aliran uang kartal melalui Bank

Indonesia di Banda Aceh dan Lhokseumawe menunjukkan adanya net outflow, atau

cenderung keluar dari Bank Indonesia dan menuju perbankan maupun masyarakat.

Namun demikian, aliran uang kartal menunjukkan adanya penurunan net outflow

dibandingkan triwulan sebelumnya. Kegiatan sistem pembayaran non tunai yang

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

14 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016

diselenggarakan Bank Indonesia melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

(SKNBI) menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik dari sisi

volume maupun nominal. Penurunan aktivitas transaksi melalui SKNBI tersebut

terjadi karena pada triwulan II-2016 terdapat transfer gaji ke-14 bagi para pegawai

negeri sipil yang tidak terjadi di triwulan III-2016.

Tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Aceh hingga bulan Agustus 2016

cenderung meningkat dibanding bulan Agustus 2015. Tingkat Kemiskinan di

Provinsi Aceh berdasarkan data terakhir bulan Maret 2016 menurun dibandingkan

dengan kondisi kemiskinan pada bulan Maret 2015. Menurunnya tingkat kemiskinan

di Aceh tersebut diakibatkan oleh adanya penurunan tingkat kemiskinan di daerah

pedesaan.

Perekonomian Aceh sepanjang tahun 2016 diperkirakan tumbuh meningkat. Dari

sisi penawaran, sektor pertanian diperkirakan tumbuh terbatas akibat peningkatan

harga komoditas dunia, namun tertahan oleh produksi komoditas unggulan yang

melambat. Sementara itu sektor pertambangan dan industri pengolahan

diperkirakan masih mengalami kontraksi. Dari sisi permintaan, peningkatan

konsumsi diperkirakan memberikan andil utama dalam pertumbuhan namun defisit

neraca perdagangan daerah Aceh masih menjadi penghambat. Seiring dengan

realisasi proyek pemerintah dan pilkada serentak, pada triwulan I-2017,

perekonomian Aceh diperkirakan akan tumbuh meningkat dibandingkan tahun

2016. Dari sisi inflasi, pada akhir tahun 2016 inflasi Aceh diperkirakan masih

berada dibawah target inflasi nasional +4% (yoy). Namun demikian tekanan dari

inflasi kelompok volatile food masih terjadi akibat dampak cuaca buruk. Seiring

dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi, pada triwulan I-2017 inflasi Aceh juga

diperkirakan akan meningkat seiring dengan risiko pencabutan subsidi listrik

golongan 900 Va per Januari 2017.

Pertumbuhan Ekonomi Aceh pada

triwulan III-2016 tercatat sebesar

2,22%(yoy) mengalami penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya.

ASESMEN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Kinerja ekonomi Aceh pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 2,22% (yoy),

lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan

sebelumnya sebesar 3,31%. Pertumbuhan ekonomi Aceh tanpa migas juga tercatat

mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kinerja ekonomi

tanpa Migas Aceh tumbuh sebesar 3,31%(yoy) atau turun dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,24% secara tahunan. Pencapaian

pertumbuhan ekonomi tanpa migas tersebut juga tercatat lebih tinggi dibandingkan

dengan periode yang sama di tahun 2015 yang tumbuh sebesar 4,24%(yoy)

Secara sektoral, penurunan pertumbuhan ekonomi Aceh tersebut bersumber dari

menurunnya kinerja di sektor-sektor utama Aceh, yakni sektor pertanian,

perdagangan, administrasi pemerintahan. Sektor pertanian mengalami penurunan

pertumbuhan baik dibandingkan dengan tahun maupun triwulan sebelumnya. Pada

triwulan II-2016, tercacat pertumbuhan sektor terbesar di Aceh tersebut tumbuh

sebesar 2,42%(yoy), turun dari periode triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

4,28%(yoy). Namun demikian, penurunan di sektor-sektor tersebut dapat tertahan

oleh pertumbuhan dari sektor konstruksi serta menurunnya kedalaman kontraksi

sektor pertambangan dan industri pengolahan. Sektor konstruksi pada triwulan

laporan tercatat mengalami pertumbuhan yang positif pada level 16,10%(yoy), naik

dibandingkan dengan posisi yang sama di tahun sebelumnya yang terkontraksi

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016 15

sebesar 0,02%(yoy).

Dari sisi permintaan, adanya penurunan pertumbuhan ekonomi pada triwulan

laporan disebabkan oleh adanya penurunan di hampir semua komponen-komponen

utama permintaan. Penurunan tersebut termasuk pada komponen konsumsi rumah

tangga dan konsumsi pemerintah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Ketiga komponen tersebut merupakan komponen-komponen terbesar yang

menyusun perekonomian Aceh di sisi permintaan. Secara tahunan, komponen

pembentukan modal tetap bruto mengalami pertumbuhan sebesar 11,79%(yoy),

konsumsi pemerintah terkontraksi sebesar 13,25%(yoy), konsumsi LNRT

mengalami pertumbuhan sebesar 9,46%(yoy), sedangkan komponen konsumsi

rumah tangga tumbuh sebesar 2,52%(yoy).

Realisasi pendapatan dan realisasi belanja

Provinsi Aceh pada triwulan III-2016

secara umum mengalami peningkatan

dibandingkan realisasi pada periode yang sama

tahun sebelumnya.

ASESMEN KEUANGAN DAERAH

Kinerja pendapatan pemerintah Provinsi Aceh pada triwulan III 2016 laporan

tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan realisasi pada periode sama

tahun sebelumnya. Penerimaan pendapatan Pemerintah Provinsi Aceh pada triwulan

III-2015 adalah sebesar 41,59% dari target pendapatan tahunan, sementara pada

triwulan III-2016 mencapai sebesar 72,9% dari target pendapatan tahunannya.

Hal ini senada dengan kinerja realisasi belanja pemerintah Provinsi Aceh yang pada

triwulan-III 2016 tercatat meningkat dibandingkan dengan realisasi pada periode

sama tahun sebelumnya. Persentase realisasi belanja yang dikelola oleh pemerintah

provinsi meningkat dari sebesar 65,14% pada triwulan III tahun lalu menjadi

68,33% pada tahun 2016.

Inflasi Aceh pada Triwulan III 2016

mengalami peningkatan sebagai imbas

menurunnya tekanan inflasi kelompok volatile

food

ASESMEN INFLASI DAERAH

Secara tahunan, laju inflasi Provinsi Aceh pada triwulan III 2016 mencapai 3,73%

(yoy), menurun dibandingkan triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang

tercatat sebesar 4,19% (yoy) (Grafik 2.7). Namun demikian, Inflasi tahunan Aceh

pada triwulan III 2016 lebih tinggi daripada inflasi nasional yang tercatat sebesar

3,07% (yoy). Sejalan dengan inflasi bulanan dan triwulanan, tekanan inflasi pada

periode ini didorong oleh kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi,

minuman, rokok, serta kelompok sandang

Di sisi lain, sebagai penahan laju inflasi tahunan di bulan Juni 2016, terdapat deflasi

untuk kelompok, transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Deflasi ini terjadi

terutama disebabkan adanya penyesuaian atau penurunan tarif angkutan dan

pengiriman barang oleh karena kebijakan pemerintah yang menurunkan harga

bahan bakar bensin dan solar per tanggal 1 April 2016.

Berdasarkan disagregasinya, laju inflasi Aceh pada triwulan III-2016 untuk

komoditas Core dan Volatile Food secara year on year masing-masing tercatat

mengalami inflasi sebesar 2,44% (yoy) dan 12,24% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang masing-masing mengalami inflasi

sebesar 2,12% (yoy) dan 6,20% (yoy). Sedangkan untuk kelompok Administered

Prices tercatat mengalami deflasi sebesar 1,30% (yoy) di triwulan laporan,

meningkat dibandingkan dengan deflasi kelompok administred price di triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 1,70%

Menurut kontribusinya tekanan inflasi tertinggi disumbang oleh kelompok volatile

food. Komoditas pada kelompok ini yang memberikan andil inflasi tinggi antara lain

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

16 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016

Cabai Merah, Beras, Ikan Segar, dan Tongkol. Selain itu inflasi tahunan Aceh pada

triwulan laporan juga disumbang beberapa komoditas dari kelompok administered

price yaitu rokok kretek dan rokok kretek filter

Stabilitas Keuangan daerah di

Aceh masih menunjukan kerentanan sebagai imbas perlambatan

perekonomian.

ASESMEN PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN, DAN SISTEM

PEMBAYARAN

Seiring dengan perlambatan pertumbuhan perekonomian Aceh di triwulan III 2016,

sektor korporasi masih terekspos kerentanan yang bersumber dari perlambatan

sektor pertambangan, pengolahan dan pertanian berbasis ekspor. Dari sisi

pembiayaan, terlihat perbaikan pertumbuhan jumlah pembiayaan sektor korporasi

oleh perbankan pada triwulan-III 2016. Walaupun mengalami perbaikan dari sisi

pertumbuhan pembiayaan, kualitas kredit yang disalurkan Bank Umum ke Sektor

Korporasi di Aceh masih berada di level yang perlu untuk mendapat perhatian lebih

khusus atau kurang baik. Hal ini tercermin dari indikator Non Performing Loans

(NPL) kredit pada sektor Korporasi di Aceh yang berada di atas level aman 5%.

Pertumbuhan konsumsi di Aceh cenderung mengalami perlambatan pada triwulan

III-2016. Penurunan tersebut juga terkonfirmasi dari Indeks Keyakinan Konsumen

(IKK) dan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) di triwulan III-2016 masing-masing

sebesar 121,44 dan 144,0, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yaitu

masing-masing sebesar 121,9 dan 115,2. Namun demikian Indeks Ekspektasi

Konsumen (IEK) yang tercatat sebesar 128,89, lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 128,7 yang menunjukkan bahwa optimisme konsumen

terhadap situasi perekonomian di tahun 2016 masih terjaga. Penurunan tingkat

pengangguran di Aceh hingga mencapai level 7,57% pada bulan Agustus 2016 dari

9,93% pada periode yang sama sebelumnya juga dinilai dapat menjadi indikasi

peningkatan stabilitas keuangan rumah tangga perorangan di Aceh. Kualitas kredit

yang disalurkan oleh perbankan ke sektor perorangan di Provinsi Aceh masih cukup

baik. Hal ini tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPL) baik untuk kredit

berupa KPR, KKB maupun multiguna di level yang berada jauh dibawah critical

point 5%.

Aliran uang kartal menunjukkan

adanya net outflow. Aktivitas

kliring menunjukan penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya, baik dari

sisi volume maupun nominal

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Seiring dengan momen Idul Adha 1437H, Aliran uang kartal melalui Bank Indonesia

di Banda Aceh dan Lhokseumawe menunjukkan adanya net outflow, atau

cenderung keluar dari Bank Indonesia ke perbankan dan masyarakat. Posisi netflow

mengalami pertumbuhan negatif sebesar 95,6% (qtq). Kondisi netflow ini lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami outflow sebesar Rp3,42

miliar menjadi outflow sebesar Rp149,23 milyar pada triwulan laporan.

Pertumbuhan tahunan netflow mencatat peningkatan outflow sebesar 12% (yoy),

menurun signifikan apabila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang

tumbuh sebesar 191,9%.

Kegiatan sistem pembayaran nontunai yang diselenggarakan Bank Indonesia

melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya, baik dari sisi volume maupun nominal. Secara

triwulanan, pada triwulan III-2016 penyelesaian transaksi ritel melalui SKNBI

tercatat sebesar 84.306 Data Keuangan Elektronik (DKE) atau menurun sebesar

8,13% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 91.770 DKE. Nilai

transaksi yang diproses melalui SKNBI sebesar Rp3,56 triliun atau menurun

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016 17

22,83% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp4,62 triliun. Penurunan

aktivitas transaksi melalui SKNBI tersebut terjadi karena pada triwulan II-2016

terdapat transfer gaji ke-14 bagi para pegawai negeri sipil yang tidak terjadi di

triwulan III-2016.

Tingkat pengangguran Aceh per Agustus 2016 menurun senada dengan tingkat kemiskinan per Maret

2016 yang juga menurun.

ASESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Hingga bulan Agustus 2016 jumlah angkatan kerja di Provinsi Aceh mencapai

2.258 juta orang, atau meningkat sebanyak 75 ribu orang dari jumlah angkatan

kerja di bulan Agustus 2015 sebanyak 2.183 juta orang. Namun demikian,

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Aceh pada Agustus 2016

mencapai 7,57%, lebih rendah dibandingkan TPT bulan Agustus 2015 sebesar

9,93%. Hal ini mengindikasikan pertumbuhan jumlah angkatan kerja selama

periode tahun 2015 hingga tahun 2016 masih dapat diserap oleh pasar tenaga

kerja terkait dengan peningkatan berbagai aktivitas ekonomi dan proyek di

Aceh.

Sampai dengan periode bulan Maret 2016, tingkat kemiskinan di Provinsi Aceh

mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan Maret 2015. Jumlah penduduk

miskin di Aceh pada bulan Maret 2016 mencapai 848 ribu jiwa (16,73%) atau

menurun sebanyak 3 ribu orang jika dibandingkan dengan periode Maret 2015 yang

mencapai 852 ribu orang (17,08%).

Perekonomian dan Inflasi Aceh tahun

2016 dan triwulan I-2017 diperkirakan

mengalami peningkatan.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Perekonomian Aceh pada triwulan IV-2016 diperkirakan akan tumbuh antara 2,26%

dan 3,26% dan secara keseluruhan tahun 2016 diperkirakan mengalami

pertumbuhan antara 2,4% dan 3,4%. Sumber pertumbuhan ekonomi Aceh pada

triwulan-IV 2016 diperkirakan akan berasal dari pengeluaran konsumsi rumah

tangga dan investasi seiring dengan peningkatan konsumsi menjelang persiapan

pilkada serentak 2017 serta realisasi belanja proyek pemerintah. Sementara itu,

dari sisi penawaran sektor pertanian, kehutanan dan perikanan diperkirakan masih

menjadi sektor yang memacu pertumbuhan ekonomi Aceh di tengah risiko

penurunan harga komoditas dunia. Pada triwulan I-2017, perekonomian Aceh

diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,69-4,69%, peningkatan konsumsi masyarakat

saat pilkada serentak 2017 diperkirakan menjadi pemicu utama pertumbuhan

ekonomi Aceh periode ini.

Pada akhir tahun 2016, inflasi Aceh diperkirakan akan meningkat pada kisaran

2,96% - 3,96% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi Aceh pada triwulan IV-2015

sebesar 1,53%. Penyesuaian harga BBM pada bulan April 2016 terkait

perkembangan harga minyak dunia yang cenderung menurun telah mengurangi

tekanan inflasi.Namun demikian, risiko cuaca buruk di akhir tahun dan kurangnya

pasokan cabai menjadi issue yang harus dimitigasi. Pada triwulan I-2017 inflasi

Aceh diperkirakan akan berkisar antara 3,16% - 4,16% sebagai dampak

pencabutan subsidi listrik golongan 900Va per Januari 2017.

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun
Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER 2016 19

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

Perekonomian Aceh dengan migas pada triwulan III tahun 2016 tumbuh sebesar

2,22% (yoy) atau mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

3,01% (Angka ini merupakan koreksi data dari BPS yang sebelumnya tumbuh sebesar

3,54%). Di samping itu, pertumbuhan ekonomi Aceh tanpa migas pada triwulan laporan

juga tercatat menurun dari 4,95% (Angka ini merupakan koreksi data dari BPS yang

sebelumnya tumbuh sebesar 4,75%) menjadi sebesar 3,31% (yoy) pada bulan laporan.

Adanya penurunan kinerja ekonomi pada triwulan laporan didorong oleh adanya

penurunan pertumbuhan di dua sektor utama di Aceh, yakni sektor pertanian,

perdagangan, dan administrasi pemerintahan. Namun demikian, penurunan tersebut

dapat tertahan oleh sektor konstruksi yang kembali menjadi penyumbang pertumbuhan

terbesar, yaitu 1,66%, kemudian diikuti oleh sektor Administrasi Pemerintahan

kontribusi pertumbuhan sebesar 0,60%.

Sementara itu, dari sisi permintaan, sumber pertumbuhan ekonomi Aceh berasal dari

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dengan kontribusi sebesar 3,93%, Konsumsi

Rumah Tangga 1,43%, serta net ekspor 0,20%. Pertumbuhan terbesar berasal dari

Komponen pada PMTB sebagai akibat dari naiknya investasi proyek pembangunan

multiyears yang dilakukan pemerintah daerah Provinsi Aceh.

1.1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DARI SISI PENAWARAN

Pada triwulan III-2016 struktur ekonomi

Aceh relatif tidak berubah dibandingkan

tahun struktur ekonomi tahun sebelumnya.

Struktur perekonomian Aceh pada

triwulan-III 2016 masih didominasi oleh

sektor pertanian, kehutanan, dan

perikanan dengan proporsi sebesar

27,85%. Kondisi yang sama juga masih

terjadi di sektor perdagangan besar-eceran

dan reparasi mobil sepeda motor yang

masih berada pada posisi kedua dengan

share terhadap ekonomi Aceh sebesar

15,59%. Sementara itu, sektor terbesar

ketiga dalam struktur ekonomi Aceh

ditempati oleh sektor konstruksi dengan

proporsi sebesar 10,31% (Grafik 1.1).

Grafik 1. 1. Struktur Ekonomi Aceh Sisi Penawaran

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER 2016 20

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Kondisi perekonomian Aceh pada triwulan III-2016 sedikit mengalami penurunan jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kinerja ekonomi Aceh pada triwulan laporan tercatat tumbuh

sebesar 2,22% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan sebelumnya

sebesar 3,31% (Angka ini merupakan koreksi data dari BPS yang sebelumnya tumbuh sebesar 3,54%).

Pertumbuhan ekonomi Aceh tanpa migas juga tercatat mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Kinerja ekonomi tanpa Migas Aceh tumbuh sebesar 3,31%(yoy) atau turun dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,24% secara tahunan (Angka tersebut merupakan koreksi data dari BPS

yang sebelumnya tumbuh sebesar 4,75%(yoy)) . Pencapaian pertumbuhan ekonomi tanpa migas tersebut juga

tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2015 yang tumbuh sebesar 4,24%(yoy)

(Grafik 1.2).

Secara sektoral, penurunan pertumbuhan ekonomi Aceh tersebut bersumber dari menurunnya

kinerja di sektor-sektor utama Aceh, yakni sektor pertanian, perdagangan, administrasi

pemerintahan. Sektor pertanian mengalami penurunan pertumbuhan baik dibandingkan dengan tahun

maupun triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2016, tercacat pertumbuhan sektor terbesar di Aceh tersebut

tumbuh sebesar 2,42%(yoy), turun dari periode triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,28%(yoy).

Penurunan di sektor pertanian ini terjadi seiring dengan menurunnya penjualan komoditas pangan, khususnya

padi akibat gagal panen yang disebabkan oleh banjir serta masih tingginya gelombang laut yang menyebabkan

produksi di subsektor perikanan mengalami penurunan. Serangan hama pada tanaman perkebunan juga ikut

menjadi salah satu faktor menurunnya produksi hasil pertanian pada triwulan laporan. Sektor perdagangan

pada triwulan laporan juga ikut mengalami penurunan seiring dengan menurunnya tingkat penjualan di

subsektor perdagangan mobil dan kendaraan. Sementara itu, penurunan yang terjadi pada sektor administrasi

pemerintahan seiring dengan kembali menurunnya pendapatan dan aktivitas para pegawai negeri sipil pasca

disalurkannya gaji ke-13 dan 14 pada triwulan sebelumnya.

Namun demikian, penurunan di sektor-sektor tersebut dapat tertahan oleh pertumbuhan dari sektor konstruksi

serta menurunnya kedalaman kontraksi sektor pertambangan dan industri pengolahan. Sektor konstruksi pada

triwulan laporan tercatat mengalami pertumbuhan yang positif pada level 16,10%(yoy), naik dibandingkan

dengan posisi yang sama di tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 0,02%(yoy).

Di sisi lain, adanya penurunan kedalaman kontraksi sektor pertambangan dan industri pengolahan mampu

menahan penurunan yang terjadi pada pertumbuhan ekonomi Aceh sehingga tidak turun terlalu dalam. Sektor

Tabel 1. 1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Provinsi Aceh

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER 2016 21

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

pertambangan terkontraksi pada level 14,16%(yoy), lebih baik jika dibandingkan dengan kontraksi pada

periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar 25,70%(yoy). Di sisi lain, sektor industri pengolahan di

Aceh yang terkait erat dengan kegiatan pertambangan di Aceh juga ikut mengalami perbaikan kontraksi dari

yang sebelumnya terkontraksi sebesar 16,64%(yoy) menjadi terkontraksi 2,38%(yoy). Perbaikan kinerja di

sektor pertambangan dan penggalian ini terjadi dikarenakan adanya peningkatan produksi gas dan batubara di

triwulan laporan seiring dengan mulai membaiknya harga komoditas gas dan batu bara1. (Tabel 1.1).

Di samping pertumbuhannya yang terus memperlihatkan kinerja yang positif, sektor konstruksi pada triwulan

laporan juga kembali menjadi sektor yang memberikan kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi

Aceh. Kontribusi sektor ini tercatat sebesar 1,66%, lebih tinggi dibandingkan dengan kontribusi share sektor

paling besar di Aceh, yakni sektor pertanian yang tercatat memberikan andil sebesar 0,57%. Peningkatan di

sektor konstruksi Aceh didorong oleh realisasi berbagai kegiatan pembangunan multiyears utama tahun ini,

antara lain renovasi Masjid Baiturrahman, fly over di Simpang Surabaya, dan Jembatan Lamnyong di

Darussalam.

Sementara itu, sektor administrasi pemerintahan memberikan kontribusi sebesar 0,60% atau turun

dibandingkan dengan tahun dan triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut seiring dengan adanya penurunan

daya beli dan konsumsi masyarakat pasca realisasi gaji ke-13 dan 14 yang sama-sama terjadi pada triwulan

sebelumnya. Sementara itu, sektor-sektor lain tercatat memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi

Aceh di bawah angka 0,40% antara lain sektor jasa keuangan 0,37%, sektor Real Estate 0,25%, sektor jasa

lainnya 0,12%, dan sektor jasa akomodasi dan makan minum sebesar 0,10%.

Adapun sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan pada triwulan laporan masih

memberikan kontribusi negatif meskipun dengan kedalaman kontraksi yang lebih kecil seiring dengan adanya

peningkatan kembali aktivitas produksi gas dan batu bara2 dibandingkan dengan tahun dan triwulan

sebelumnya. Pada triwulan ini sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi sebesar -0,96%,

sedangkan dari sisi industri pengolahan memberikan kontribusi negatif terhadap ekonomi Aceh sebesar -0,13%

(Grafik 1.3).

1 Rilis PDRB Provinsi Aceh, Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 2Rilis PDRB Provinsi Aceh, Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Grafik 1. 2. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Aceh

Grafik 1. 3. Kontribusi Pertumbuhan Sektor-Sektor

Ekonomi Aceh (yoy(%)

Sumber: BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Sumber: BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

-1,93 -2,09

-0,29

1,42

3,65

3,01

2,22

3,763,32

4,24

5,01

3,95

4,95

3,31

-3,0

-2,0

-1,0

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

23,0

24,0

25,0

26,0

27,0

28,0

29,0

30,0

I II III IV I II III

2015 2016

%Rp Triliun

PDRB PDRB Non Migas

YoY YoY

0,57

-0,96

-0,13

0,010,00

1,66

0,00

-0,14

0,100,070,370,250,06

0,60

0,070,080,12

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

Pertan

ian, K

ehu

tanan

, &…

Pertam

ban

gan &

Pen

ggalian

Ind

ustri Pen

golah

an

Pen

gadaan

Listrik, Gas

Pen

gadaan

Air

Ko

nstru

ksi

Perd

agangan

Besar &

Eceran,…

Transp

ortasi &

Pergu

dan

gan

Pen

yediaan

Akom

od

asi &…

Info

rmasi &

Ko

mu

nikasi

Jasa Keu

angan

Real Estate

Jasa Perusah

aan

Ad

min

istrasi Pem

erintah

an,…

Jasa Pend

idikan

Jasa Keseh

atan &

Kegiatan

Jasa lainn

ya

Persen(%)

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER 2016 22

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

Perekonomian Aceh pada triwulan IV-2016 diperkirakan akan mengalami peningkatan

dibandingkan dengan triwulan laporan. Peningkatan dari sisi permintaan diperkirakan akan bersumber

dari komponen konsumsi pemerintah yang mengalami peningkatan seiring dengan realisasi anggaran

pemerintah yang masih sebesar 64% sampai dengan triwulan laporan. Sisa anggaran sebanyak 36% tersebut

diperkirakan mampu untuk membantu mendongkrak pertumbuhan ekonomi Aceh dari sisi permintaan. Di

samping itu, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan IV-2016 diperkirakan akan mengalami

peningkatan seiring dengan masih berlangsungnya kegiatan pembangunan infrastruktur, khususnya di kota

Banda Aceh hingga akhir tahun 2016 mendatang. Hasil Survei Konsumen KpwBI Provinsi Aceh sampai dengan

bulan Oktober dan November juga mengindikasikan adanya peningkatan optimisme masyarakat terhadap

kondisi perekonomian Aceh sehingga diperkirakan konsumsi masyarakat juga akan mengalami peningkatan.

Dari sisi penawaran, sektor konstruksi, pertanian, perdagangan, dan administrasi pemerintahan diperkirakan

masih akan menjadi lokomotif pendorong pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV-2016. Berbagai

realisasi proyek pembangunan infrastruktur yang masih berlangsung hingga akhir tahun diperkirakan akan

mengalami eskalasi yang lebih meningkat dibandingkan dengan triwulan laporan seiring dengan realisasi

anggaran pemerintah. Sektor perdagangan pada triwulan IV-2016 mendatang diperkirakan akan mengikuti

siklus tahunannya di mana volume perdagangan akan cenderung mengalami peningkatan seiring dengan

berbagai program akhir tahun dan cuci gudang yang biasanya dilakukan oleh para pedagang grosir dan eceran.

Sementara itu, faktor realisasi APBA di Provinsi Aceh diperkirakan akan membantu meningkatkan berbagai

transaksi yang dilakukan pada sektor jasa pemerintahan yang merupakan sektor terbesar keempat di Aceh. Di

sisi lain, sektor pertanian selaku sektor paling besar di Aceh juga diperkirakan akan mengikuti tren kenaikan

akhir tahun seiring dengan adanya kegiatan panen raya di beberapa sentra padi di Aceh, khususnya di

kabupaten Bireun dan Aceh Utara. Namun demikian, risiko yang berpotensi mengganggu pertumbuhan di

sektor ini masih terbilang cukup besar seiring dengan masih tingginya intensitas hujan di beberapa daerah di

Aceh. Risiko tersebut berpotensi untuk mengganggu potensi produksi di subsektor perikanan, bahan pangan,

dan hasil perkebunan.

SEKTOR PERTANIAN, KEHUTANAN, & PERIKANAN

Pada triwulan III-2016, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan masih menjadi sektor terbesar

di dalam struktur ekonomi Aceh dengan proporsi sebesar 27,85% atau bernilai Rp8,19 Triliun. Pada

triwulan laporan tercatat sektor pertanian mengalami penurunan dibandingkan dengan posisi triwulan

sebelumnya. Tren penurunan pertumbuhan sektor pertanian ini telah terjadi sejak triwulan IV-2015. Pada

triwulan laporan, sektor pertanian tercatat tumbuh sebesar 2,05%(yoy), turun dibandingkan dengan periode

yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai 4,52%(yoy) serta triwulan sebelumnya yang sebesar

2,91%(yoy). Penurunan ini terutama disebabkan oleh adanya penurunan produksi dari komoditas hasil pangan

dan perikanan serta beberapa di komoditas perkebunan. Penurunan di sektor bahan pangan, khususnya terjadi

pada produksi padi terjadi seiring dengan masih banyaknya gagal panen atau puso akibat banjir di sebagian

besar sentra padi di Aceh, termasuk di Aceh Timur, Aceh Utara, Aceh Barat, dan Aceh Besar. Kondisi hujan

yang masih memiliki intensitas tinggi tersebut juga ikut mempengaruhi penurunan produksi komoditas kopi di

Aceh yang menghambat pembentukan bunga dan buah kopi. Serangan hama penggerek yang menyerang

ratusan hektar perkebunan kakao di Aceh Utara dan Pidie juga ikut berperan dalam penurunan kinerja di

sektor ini. Sementara itu, ketinggian gelombang di perairan laut Aceh yang rata-rata berada pada level

moderate dan high juga ikut mempengaruhi jumlah tangkapan ikan seiring dengan sedikitnya para nelayan

yang mau untuk pergi melaut akibat tingginya risiko yang dapat terjadi selama melaut (Grafik 1.4).

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER 2016 23

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

1,38

0,59

1,26

2,16

1,20

0,800,57

0,27

0,27

0,27

0,28

0,28

0,28

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

I II III IV I II III

2015 2016

%% Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan

19% 19% 19% 20% 19% 19% 19%

27% 26% 26% 26% 27% 26% 26%

18% 18% 18% 17% 17% 18% 18%

2010 2011 2012 2013 2014 2015 Average

Pangan Hortikultura Perkebunan

Peternakan Jasa Pertanian Kehutanan

Perikanan

Pada triwulan III-2016, kontribusi pertumbuhan sektor pertanian terhadap ekonomi Aceh tercatat sebesar

0,57%. Angka tersebut merupakan angka pertumbuhan kontribusi terbesar ketiga setelah sektor konstruksi

dan sektor administrasi pemerintahan yang memberikan kontribusi masing-masing sebesar 1,66% dan 0,60%

(Grafik 1.5). Angka kontribusi tersebut tercatat mengalami penurunan baik dibandingkan dengan periode

triwulan sebelumnya maupun dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Data pada tahun 2015 yang dirilis oleh BPS

menunjukkan pangsa terbesar sektor pertanian Aceh

pada triwulan laporan masih berasal dari subsektor

tanaman perkebunan (26%). Adapun subsektor

tanaman pangan berada pada urutan kedua dengan

pangsa sebesar 19%. Sementara itu, subsektor

perikanan berada pada posisi ketiga dengan jumlah

share sebesar 18%. Sejak tahun 2010, angka share

ekonomi di sektor pertanian tersebut terpantau tidak

terlalu mengalami banyak perubahan dengan dominasi

subsektor perkebunan (Grafik 1.6).

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang

dilakukan oleh Bank Indonesia Provinsi Aceh pada triwulan menunjukkan adanya tendensi penurunan kinerja

sektor pertanian pada triwulan-IV 2016 (Grafik 1.8).Dari sisi pembiayaan di sektor pertanian, pertumbuhan

kredit yang disalurkan pada sektor pertanian pada triwulan laporan tercatat mengalami telah mulai mengalami

peningkatan setelah sejak triwulan IV-2013terjadi tren penurunan penyaluran kredit di sektor ini. Jumlah

kredit ke sektor pertanian pada triwulan laporan tumbuh 20,01%(yoy), sedikit naik jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 15,98% (Grafik 1.7). Sementara itu, tingkat Non Performing Loan (NPL)

sektor pertanian yang pada triwulan laporan tercatat sebesar 4,47%, turun dibandingkan triwulan sebelumnya

yang sebesar 4,71%.

Grafik 1. 4. Pertumbuhan Sektor Pertanian

Grafik 1. 5. Pangsa dan Kontribusi Sektor Pertanian

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Grafik 1. 6. Pangsa Subsektor Pertanian

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

7,587,66

8,02

7,877,91 7,88

8,19

5,00

2,13

4,52

7,87

4,30

2,912,05

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

7,25

7,50

7,75

8,00

8,25

I II III IV I II III

2015 2016

%Rp Triliun

Pertanian, Kehutanan, & Perikanan

YoY

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER 2016 24

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

Kinerja sektor pertanian pada triwulan IV-2016 diperkirakan akan mengalami peningkatan namun

dalam skala yang terbatas seiring dengan kondisi cuaca yang masih belum terlalu mendukung.

Adanya potensi peningkatan itu khususnya dapat terlihat dari rencana panen di subsektor bahan pangan,

khususnya padi di berapa kabupaten sentra padi di Aceh. Panen tersebut diperkirakan mampu menambah

kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi di subsektor pertanian. Namun demikian, dengan masih tingginya

curah hujan di Aceh hingga pertengahan triwulan IV-2016 membuat risiko pertumbuhan ekonomi dari sektor

ini hanya tumbuh di bawah pertumbuhan potensialnya. Panen kopi akhir tahun yang sempat terganggu akibat

intensitas hujan juga diperkirakan akan kembali membaik. Adanya hama tanaman kakao pada triwulan III-

2016 diperkirakan akan berkurang pada triwulan IV-2016 seiring dengan intensifnya berbagai kegiatan

antisipasi serta pembasmian hama tersebut sejak melalui metode rehabilitasi Kakao dan metode pemulihan

dan peremajaan kakao dalam jaringan sel (fisiology rejuvenation) yang merupakan hasil kerjasama antara

Forum Kakao Aceh, Pemerintah, dan para petani kakao pada awal triwulan IV-2016. Dengan usaha tersebut,

diharapkan produksi kakao dapat kembali meningkat pada triwulan IV-2016. Namun demikian, kondisi cuaca

dan gelombang tinggi masih berpotensi untuk menurunkan potensi pertumbuhan sektor pertanian dari

subsektor perikanan.

SEKTOR PERDAGANGAN BESAR, ECERAN, REPARASI MOBIL & SEPEDA MOTOR

Sektor perdagangan sebagai sektor kedua terbesar di Aceh pada triwulan laporan tercatat masih

berada dalam level pertumbuhan yang positif meskipun mengalami sedikit penurunan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan III-2016 sektor perdagangan mengalami pertumbuhan sebesar

1,53%(yoy), sedikit menurun dibandingkan dengan kinerja pertumbuhan pada triwulan yang sama di tahun

sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,29%(yoy). Capaian pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan juga

tercatat lebih rendah dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

1,64%(yoy) (Grafik 1.9). Penurunan di sisi perdagangan ini dipengaruhi oleh penurunan penjualan di subsektor

perdagangan mobil dan kendaraan seiring dengan kondisi daya beli masyarakat yang mengalami penurunan.

Di samping itu, pasca realisasi gaji ke-13 dan 14 PNS di Aceh pada triwulan sebelumnya membuat terjadinya

penurunan transaksi perdagangan dan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan. Dari sisi kontribusinya

terhadap perekonomian Aceh, sektor perdagangan memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar 0,00% atau

menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang memberikan kontribusi sebesar 0,31%(Grafik 1.10).

Grafik 1. 7. Perkembangan Kredit Sektor Pertanian

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum

Grafik 1. 8. Realisasi Ekonomi Sektor Pertanian

Sumber : SKDU KPwBI Prov. Aceh

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

0,00%

25,00%

50,00%

75,00%

100,00%

I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

Rp triliunKredit Pertanian

Growth (yoy)]

-10,00%

0,00%

10,00%

20,00%

0,00%

4,00%

8,00%

12,00%

I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

PDRB Pertanian SKDU Pertanian

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER 2016 25

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

4,27

4,43

4,58

4,454,45

4,524,58

4,174,65

4,13

2,76

4,09

1,93

0,02 0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

4,1

4,2

4,3

4,4

4,5

4,6

4,7

I II III IV I II III

2015 2016

%Rp TriliunPerdagangan Besar & Eceran, &

Reparasi Mobil & Sepeda MotorYoY

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

Rp triliunKredit Perdagangan Growth (yoy)]

Grafik 1. 9. Pertumbuhan Sektor Perdagangan

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Grafik 1. 10. Pangsa dan Kontribusi Sektor

Perdagangan

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Momen penurunan sektor perdagangan tersebut juga dikonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU) Bank Indonesia Provinsi Aceh yang menunjukkan terdapatnya penurunan pertumbuhan pada sektor

perdagangan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik 1.12). Namun demikian, pertumbuhan kredit

yang disalurkan pada sektor perdagangan di triwulan laporan tercatat mengalami kenaikan. Tercatat

pertumbuhan kredit yang disalurkan hingga triwulan III-2016 pada sektor perdagangan sebesar 9,90%, naik

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,00%. Hal tersebut menyiratkan akan adanya

potensi bagi kenaikan pertumbuhan sektor perdagangan di triwulan mendatang. Namun demikian, tingkat Non

Performing Loan (NPL) di sektor ini tercatat sebesar 9,14% atau masih berada di atas level aman NPL 5,00%

(Grafik 1.11).

Kinerja sektor perdagangan pada triwulan laporan diperkirakan akan mengalami peningkatan

seiring dengan adanya peningkatan volume transaksi jual beli menjelang akhir tahun 2016.

Peningkatan tersebut khususnya diperkirakan akan berasal dari subsektor perdagangan besar dan eceran yang

mengikuti siklus perdagangan di mana pada akhir tahun permintaan dan sirkulasi barang mengalami

peningkatan. Peningkatan tersebut diprediksikan berasal dari kegiatan cuci gudang dan diskon besar-besaran

yang dilakukan oleh para produsen barang-barang grosir dan eceran. Konsumsi rumah tangga juga

diperkirakan akan mengalami peningkatan sebagai akibat dari realisasi anggaran pemerintah yang semakin

besar pada triwulan akhir nanti sehingga permintaan akan barang-barang konsumsi diperkirakan akan

mengalami peningkatan. Hal tersebut juga didukung oleh hasil Survei Konsumen KPwBI Provinsi Aceh yang

memperlihatkan adanya peningkatan keyakinan dan optimisme konsumen yang terindikasi dari kenaikan IKK

(Indeks Keyakinan Konsumen dari 121,44 dan 141,42 pada bulan September dan Oktober menjadi 123,60

pada bulan November 2016.

Grafik 1. 11. Perkembangan Kredit PHR Grafik 1. 12. Realisasi Ekonomi Sektor PHR

-3,00%

-2,00%

-1,00%

0,00%

1,00%

0,00%

1,00%

2,00%

3,00%

4,00%

5,00%

I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

PDRB Perdagangan SKDU Perdagangan

0,650,74

0,66

0,43

0,31

0,00

15,25%

15,50%

15,75%

16,00%

0,00

0,25

0,50

0,75

1,00

I II III IV I II

2015 2016

%% Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum Sumber : SKDU KPwBI Prov. Aceh

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER 2016 26

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

-0,02-0,01

0,00

1,931,67 1,66 1,66

15,25%

15,50%

15,75%

16,00%

-1

0

1

1

2

2

3

I II III IV I II III

2015 2016

%% Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan

SEKTOR KONSTRUKSI

Pada triwulan III-2016, sektor konstruksi masih menjadi salah satu lokomotif utama pertumbuhan

ekonomi Aceh. Selain mencapai pertumbuhan paling tinggi kedua setelah sektor administrasi

pemerintahan, sektor konstruksi juga menjadi sektor dengan kontribusi terbesar terhadap

pertumbuhan ekonomi Aceh. Pada triwulan laporan, sektor ketiga terbesar di Aceh ini mampu mencatatkan

pertumbuhan sebesar 16,10%(yoy), naik dibandingkan dengan periode triwulan yang sama di tahun

sebelumnya yang pertumbuhannya terkontraksi sebesar 0,02%(yoy) (Grafik 1.13). Data penjualan semen

hingga bulan Oktober juga menunjukkan adanyaa peningkatan pertumbuhan konsumsi semen dari 0,08%(yoy)

pada triwulan III-2015 menjadi 0,13%(yoy) pada triwulan laporan.

Peningkatan pertumbuhan tersebut didukung oleh terealisasinya berbagai proyek multiyears, yaitu

pembangunan fly over Simpang Surabaya, Jembatan Lamnyong, serta renovasi dan pengembangan Masjid

Raya Baiturrahman. Ketiga proyek tersebut memberikan kontribusi cukup dominan terhadap pertumbuhan di

sektor ini. Sementara itu, pada triwulan laporan, sektor konstruksi menjadi sumber pertumbuhan utama pada

ekonomi Aceh pada triwulan laporan dengan kontribusi sebesar 1,66%, atau sama dengan dengan kontribusi

pada triwulan sebelumnya (Grafik 1.14).

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum

Tren kinerja positif sektor konstruksi diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga triwulan IV-2016.

Peningkatan tersebut seiring dengan masih berlangsungnya kegiatan pembangunan infrastruktur utama di

Aceh hingga tahun 2017 mendatang. Di akhir tahun ini diperkirakan akselerasi pembangunan akan semakin

cepat seiring percepatan target tahap mediate hingga akhir tahun 2016 sebelum nanti memasuki tahap akhir

penyelesaian pembangunan infrastruktur pada tahun 2017. Berbagai proyek tersebut masih berupa kelanjutan

0,00

0,25

0,50

0,75

1,00

-20,00%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

Rp triliun

Kredit KonstruksiGrowth (yoy)]

Grafik 1. 13. Pertumbuhan Sektor Konstruksi Grafik 1. 14. Pangsa dan Kontribusi Sektor Konstruksi

Grafik 1. 15. Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi

2,43 2,492,61

3,15 2,84 2,90 3,03

-0,20 -0,10 -0,02

17,55 16,73 16,42 16,10

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

I II III IV I II III

2015 2016

%Rp Triliun Konstruksi YoY

Meskipun pertumbuhan sektor konstruksi cukup besar

dan terus mengalami peningkatan, yakni sebesar

16,10%(yoy), namun kondisi penyaluran kredit

perbankan kepada lapangan usaha ini masih terus

mengalami penurunan. Tren penurunan tersebut mulai

terjadi semenjak triwulan II tahun 2015. Adanya

penurunan kredit ini juga dapat mengindikasikan adanya

fenomena carryover di mana proyek konstruksi yang

terealisasi merupakan realisasi dari proyek-proyek yang

sudah dicanangkan pada triwulan-triwulan sebelumnya.

Pada triwulan III-2016, jumlah kredit konstruksi kembali

mengalami penurunan pertumbuhan dari -4,31% (yoy)

pada triwulan sebelumnya menjadi -10,04% (yoy) pada

triwulan laporan.

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER 2016 27

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

pembangunan fly over Simpang Surabaya, Jembatan Lamnyong, serta pembangunan dan renovasi masjid

Baiturrahman.

SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

Tren kontraksi di sektor pertambangan dan penggalian masih berlanjut hingga triwulan laporan.

Namun demikian, posisi pada triwulan laporan tercatat lebih baik jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Kontraksi pada triwulan laporan tercatat menurun dengan kontraksi sebesar 14,16%(yoy), lebih

baik jika dibandingkan dengan kontraksi yang lebih dalam pada triwulan sebelumnya yang sebesar

29,98%(yoy). Angka tersebut juga tercatat lebih baik jika dibandingkan dengan kontraksi pada triwulan

sebelumnya yang tercatat terkontraksi sebesar 25,70%(yoy) (Grafik 1.16). Adapun andil dari sektor ini

terhadap ekonomi Aceh sebesar -0,96%, lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang memberikan

andil sebesar -1,75% (Grafik 1.17).

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Adanya peningkatan produksi kembali pada komoditas gas dan batu bara di Aceh menjadi pemicu utama

adanya peningkatan di sektor ini. Peningkatan harga gas dan batu bara3 pada triwulan laporan menjadi salah

satu pemicu utama adanya peningkatan aktivitas produksi di sektor ini. Harga gas pada bulan triwulan laporan

tercatat sebesar 2,85 USD/MMBtu, naik dibandingkan dengan periode sebelumnya yang masih berada di

bawah 2,50 USD/MMBtu. Sementara itu, harga batu bara di pasar internasional pada triwulan laporan tercatat

naik dan mencapai US$ 63,93 per ton dan merupakan rekor harga tertinggi selama tahun 2016 sampai dengan

triwulan III-2016. Kembali naiknya harga komoditas batu bara kali ini disebabkan oleh adanya penurunan

tingkat produksi batu bara di Cina dan di beberapa negara lain pengekspor batu bara.

Beberapa tantangan lain yang dihadapi oleh sektor ini adalah masih terbatasnya sumber-sumber minyak dan

gas baru di Aceh. Sampai dengan saat ini, tercatat ada empat perusahaan minyak dan gas yang telah

melakukan studi dan discovery lokasi satu blok gas baru di Aceh dan diperkirakan dapat mulai berproduksi

kembali pada tahun 2018. Sebanyak 68% share di sektor pertambangan bersumber dari subsektor

pertambangan minyak dan gas sehingga dengan berakhirnya produksi LNG Aceh akan sangat berdampak

signifikan terhadap kontraksi di sektor pertambangan dan penggalian.

3Rilis PDRB Provinsi Aceh, Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Grafik 1. 16. Pertumbuhan Sektor Pertambangan-

Penggalian

Grafik 1. 17. Pangsa dan Kontribusi Sektor

Pertambangan–Penggalian

-2,46 -2,44-2,08 -2,09

-0,73

-1,75

-0,96

0,00%

2,50%

5,00%

7,50%

10,00%

-3,00

-2,00

-1,00

0,00

I II III IV I II III

2015 2016

%Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan

2,49 2,39

2,332,08

2,27

1,67

2,00

-27,10 -28,37-25,70

-28,85

-9,10

-29,98

-14,16

-35,00

-28,00

-21,00

-14,00

-7,00

0,00

0,00

1,00

2,00

3,00

I II III IV I II III

2015 2016

%Rp Triliun Pertambangan & Penggalian YoY

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER 2016 28

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

Kontraksi pada kinerja sektor pertambangan diperkirakan akan sedikit berkurang pada triwulan

berikutnya. Perbaikan tersebut sebagian besar didukung oleh kembali naiknya harga batu bara di pasar

komoditas dunia. Perbaikan tersebut berpeluang besar untuk kembali mendorong para perusahaan batu bara

di Aceh untuk kembali meningkatkan produksi batu baranya pada triwulan laporan.

SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

Pada triwulan laporan sektor industri pengolahan tercatat masih mengalami kontraksi namun

dengan tingkat yang lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor Industri

pengolahan tercatat mengalami kontraksi sebesar 2,38%(yoy) atau mengalami perbaikan kinerja jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 13,89%(yoy) (Grafik 1.18).

Terkontraksinya sektor ini berdampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi Aceh yang memberikan

kontribusi negatif sebesar 0,13% (Grafik 1.19). Namun demikian, kontribusi negatif tersebut juga

menunjukkan perbaikan setelah pada triwulan sebelumnya memberikan kontribusi negatif sebesar 0,69%.

Adanya peningkatan di sektor ini pada triwulan laporan tidak terlepas dari adanya peningkatan produksi pupuk

yang mengalami peningkatan seiring dengan kembali menurunnya harga gas yang telah ditetapkan oleh

pemerintah. Penurunan harga gas tersebut mendorong industri pupuk kembali berdaya saing. Di samping itu,

beroperasinya kembali pabrik pupuk secara penuh setelah libur sebulan penuh pada Ramadhan pada triwulan

II-2016 juga ikut menjadi salah satu aspek peningkatan produksi pada triwulan laporan. Peningkatan Proyek

LNG Storage & Regasification Terminal yang dikelola salah satu perusahaan di subsektor pengilangan migas

masih memberikan perbaikan kinerja sektor Industri Pengolahan. Aktivitas pengolahan (Regasifikasi) tersebut

memberikan kontribusi terhadap perbaikan kontraksi di sektor ini.

Grafik 1. 18. Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Grafik 1. 19. Pangsa dan Kontribusi Sektor Industri

Pengolahan

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

1,58

1,64 1,70

1,511,53

1,41

1,66

-27,66

-24,68

-16,64-14,82

-3,10

-13,89

-2,38

-30,0

-25,0

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

1,2

1,3

1,4

1,5

1,6

1,7

1,8

I II III IV I II III

2015 2016

%Rp Triliun Industri Pengolahan YoY

-1,59-1,46

-0,98

-0,78

-0,17

-0,69

-0,13

4,00%

4,50%

5,00%

5,50%

6,00%

-2

-2

-1

-1

0

I II III IV I II III

2015 2016

% Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER 2016 29

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

Adanya kontraksi di sektor pertambangan dan sektor

industri pengolahan disebabkan karena adanya pola

keterkaitan yang erat di antara kedua sektor

tersebut. Beberapa subsektor industri pengolahan

yang terkait langsung dengan sektor pertambangan

adalah subsektor pengolahan batubara dan

pengilangan migas, galian logam, galian non logam,

dan logam dasar. Sebanyak 46% pangsa di sektor

Industri pengolahan berasal dari subsektor industri

batu bara dan pengilangan migas.

Sementara itu, industri kimia-farmasi dan industri

makanan-minuman memiliki pangsa pasang masing-

masing sebesar 28% dan 18% (Grafik 1.20). Berakhirnya produksi gas di Aceh berdampak pada kinerja

industri pengolahan terutama subsektor pengilangan migas. Industri pengilangan migas membutuhkan

pasokan gas alam yang merupakan bahan baku untuk diolah. Ketiadaan bahan baku tersebut membuat

industri pengilangan migas mengalami penurunan yang signifikan.

Adanya peningkatan kinerja pada triwulan laporan juga didorong oleh pertumbuhan kredit untuk sektor

industri pengolahan yang tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan dari 15,92%(yoy) pada triwulan

sebelumnya menjadi 38,25%(yoy) pada triwulan laporan. Angka tersebut juga tercatat sedikit lebih baik

dibandingkan dengan periode pertumbuhan kredit pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang

besarnya -0,82%(yoy)(Grafik 1.21).Adanya harapan di sektor industri pengolahan yang searah dengan kondisi

kredit di sektor ini juga ikut dikonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia

Provinsi Aceh yang juga menunjukkan adanya tren peningkatan kegiatan usaha selama triwulan dari triwulan

II-2015 sampai dengan triwulan laporan meskipun dalam skala yang terbatas (Grafik 1.22). Adanya rencana

eksplorasi blok gas baru yang dilakukan oleh empat perusahaan besar dalam dan luar negeri diprediksikan

akan semakin membantu memacu pertumbuhan di sektor ini.

Peningkatan produksi pupuk di Aceh diprediksi masih akan terus berlanjut hingga akhir tahun

sehingga diperkirakan akan mampu mengurangi kedalaman kontraksi sektor industri pengolahan

pada triwulan IV-2016. Dengan adanya kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga gas khusus untuk

industri maka insentif bagi industri untuk memproduksi diperkirakan akan semakin besar pada triwulan

Grafik 1. 20. Pangsa Subsektor Industri Pengolahan

BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Grafik 1. 21. Perkembangan Kredit Sektor industri

Pengolahan

Grafik 1. 22. Realisasi Ekonomi Sektor Industri

Pengolahan

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Sumber : SKDU KPwBI Prov. Aceh

53% 48% 46% 45%38%

46% 46%

15%16% 17% 19%

21%18% 18%

25% 28% 29% 27%31%

28% 28%

2010 2011 2012 2013 2014 2015 Average

Industri Kimia, Farmasi danObat Tradisional/Mfg. ofChemicals & Pharmaceuticals& Botanical Products

Industri Makanan danMinuman/Mfg. of FoodProducts & Beverages

Industri Batubara danPengilangan Migas/Mfg. of Coal& Refned Petroleum Products

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

-40,00%

-20,00%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

Rp triliunKredit Industri Pengolahan

-3,00%

0,00%

3,00%

6,00%

-30,00%

-20,00%

-10,00%

0,00%

I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

PDRB Pertanian SKDU Pertanian

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER 2016 30

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

49,67%

1,61%

15,35%

31,91%

-0,03%0,54%

0,95% Pengeluaran

Konsumsi Rumah

Tangga

Pengeluaran

Konsumsi LNPRT

Pengeluaran

Konsumsi

Pemerintah

Pembentukan ModalTetap Bruto

Perubahan Inventori

laporan. Di samping itu, permintaan akan pupuk di akhir tahun juga diperkirakan akan meningkat seiring

dengan akan dimulainya masa bercocok tanam tanaman pangan. Permintaan konsumen di akhir tahun juga

diperkirakan akan mendorong kinerja industri pengolahan lain yang berbasiskan produk hasil pertanian.

1.2. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DARI SISI PERMINTAAN

Tabel 1. 2. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Provinsi Aceh

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Sumber : BPS Provinsi Aceh Sumber : BPS Provinsi Aceh

Dari sisi permintaan, adanya penurunan pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan disebabkan

oleh adanya penurunan di hampir semua komponen-komponen utama permintaan. Penurunan

tersebut termasuk pada komponen konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Ketiga komponen tersebut merupakan komponen-komponen terbesar yang menyusun

perekonomian Aceh di sisi permintaan. Secara tahunan, komponen pembentukan modal tetap bruto mengalami

pertumbuhan sebesar 11,79%(yoy), konsumsi pemerintah terkontraksi sebesar 13,25%(yoy), konsumsi LNRT

mengalami pertumbuhan sebesar 9,46%(yoy), sedangkan komponen konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar

2,52%(yoy).

Dari sisi kontribusi terhadap perekonomian Aceh, komponen pembentukan modal tetap bruto memberikan

kontribusi paling besar terhadap ekonomi Aceh dengan kontribusi sebesar 3,95%. Kontribusi terbesar kedua

berasal dari komponen konsumsi rumah tangga yang berkontribusi sebesar 2,90%. Sementara itu, komponen

konsumsi pemerintah dan LNRT menjadi kontributor terbesar ketiga dan keempat dengan nilai kontribusi

masing-masing sebesar 1,78% dan 0,16%. (Tabel 1.2 dan Grafik 1.23).

Kondisi struktur ekonomi Aceh dari sisi permintaan setelah adanya pergantian tahun dasar dari tahun 2000

menjadi tahun 2010 sedikit mengalami perubahan. Pada triwulan laporan, komponen konsumsi rumah tangga

I II III IV I II III III-16 III-15 II-16 III-16 III-15 II-16

Pengeluaran Konsumsi Rumah

Tangga15.78 15.89 16.27 16.34 16.38 16.61 16.68 0.46 2.42 1.36 2.52 3.47 4.53

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 0.49 0.49 0.49 0.50 0.51 0.53 0.54 2.05 0.97 3.86 9.46 1.20 8.31

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4.30 5.20 5.94 9.06 3.97 5.59 5.16 -7.82 14.39 41.01 -13.25 3.74 7.65

Pembentukan Modal Tetap Bruto 9.18 9.12 9.59 10.72 9.98 10.22 10.72 4.86 5.09 2.44 11.79 3.39 12.04

Perubahan Inventori -0.05 0.02 -0.05 0.00 0.01 -0.01 -0.01 66.04 -417.04 -179.87 -76.19 16.52 -145.47

Ekspor Luar Negeri 0.44 0.29 0.60 0.34 0.36 0.17 0.18 8.38 110.50 -54.06 -69.87 -45.70 -41.47

Impor Luar Negeri 0.87 0.66 0.48 0.44 0.35 0.41 0.32 -21.86 -26.57 17.46 -33.97 82.72 -37.96

Net Ekspor Antar Daerah -1.85 -2.54 -3.61 -7.80 -2.45 -4.07 -3.56 -12.65 42.04 66.48 -1.57 17.83 60.05

P D R B 27.42 27.80 28.75 28.71 28.42 28.63 29.39 2.65 3.44 0.75 2.22 -0.29 3.01

Growth qtq (%) Growth yoy(%)2016Komponen (Rp Triliun)

2015

Grafik 1. 23. Laju dan Kontribusi Pertumbuhan

PDRB dari Sisi Permintaan (yoy, %)

Grafik 1. 24. Struktur PDRB Sisi Permintaan

4,538,31 7,65

12,04

-145,47

-41,47

-37,96

60,05

2,90

0,161,78

3,95

-0,08 -0,43 -0,90

-5,64

-8,0

-4,0

0,0

4,0

8,0

-225,0

-150,0

-75,0

0,0

75,0

Pengelu

ara

n

Konsum

si R

um

ah

Tangga

Pengelu

ara

nKonsum

si L

NPRT

Pengelu

ara

n

Konsum

si

Pem

erin

tah

Pem

bentu

kan

Modal T

eta

p B

ruto

Peru

bahan

Invento

ri

Ekspor L

uar N

egeri

Impor L

uar N

egeri

Net E

kspor A

nta

r

Daera

h

Persen

(%)

Persen

(%)

Pertumbuhan (yoy) Kontribusi Pertumbuhan

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER 2016 31

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

masih memiliki share paling besar dengan proporsi sebesar 58,12%. Di sisi lain, posisi share ekonomi paling

besar kedua pada triwulan laporan diduduki oleh komponen pembentukan modal tetap bruto (37,33%), dan

pengeluaran konsumsi pemerintah berada pada posisi ketiga dengan jumlah share terhadap struktur ekonomi

sebesar 17,96% (Grafik 1.24).

Kondisi kinerja ekonomi Aceh dari sisi permintaan diperkirakan akan mengalami perbaikan pada triwulan IV-

2016. Perbaikan tersebut terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga, pemerintah, serta pembentukan

modal tetap bruto yang terkait erat dengan realisasi akhir tahun APBA Aceh yang masih tersisa sebesar 36%

untuk realisasi fisik dan 34% untuk realisasi keuangan hingga akhir Desember mendatang. Sementara itu,

dengan adanya peningkatan dari komponen yang bersifat konsumtif tersebut membuat perkiraan akan net

ekspor Aceh baik luar negeri maupun antardaerah akan mengalami pendalaman kontraksi pada triwulan IV-

2016.

KONSUMSI

Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan yang lebih rendah baik

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.

Konsumsi rumah tangga mengalami penurunan dari 4,53%(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi

2,52%(yoy) pada triwulan laporan. Angka tersebut juga tercatat mengalami penurunan jika dibandingkan

dengan periode yang sama di tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,47%(yoy) (Grafik 1.25). Penurunan

pada komponen konsumsi rumah tangga ini didorong oleh adanya penurunan daya beli masyarakat pasca

realisasi gaji ke-13 dan 14 yang telah direalisasikan pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi rumah

tangga yang cukup signifikan terjadi pada sub-komponen hotel dan restoran, transportasi/angkutan, dan

komunikasi yang masing-masing tumbuh sebesar 6,30%(yoy), 4,41%(yoy) dan 3,44%(yoy). Pada triwulan ini

sendiri konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 2,90% atau naik dibandingkan kontribusi pada

triwulan sebelumnya yang sebesar 2,62% pada triwulan sebelumnya (Grafik 1.26).

Data dari BPS menunjukkan bahwa hingga tahun 2015 komponen terbesar dalam konsumsi rumah tangga

rata-rata secara tahunan adalah konsumsi non makanan yaitu sebesar 53% sementara konsumsi makanan

sebesar 47% (Grafik 1.24). Komponen non makanan terdiri dari 10 sub komponen yang didominasi oleh

konsumsi transportasi yang sebesar 12% dan konsumsi perumahan, air, listrik yang sebesar 8% (Grafik 1.27

dan 1.28)\

Grafik 1. 25. Perkembangan Konsumsi RT

Grafik 1. 26. Kontribusi Konsumsi RT

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

15,8 15,9 16,3 16,3 16,4 16,6 16,7

2,93 2,823,47 3,20

3,80

4,53

2,52

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

15,0

15,5

16,0

16,5

17,0

I II III IV I II III

2015 2016

%Rp Triliun

Pengeluaran Konsumsi Rumah

Tangga

1,82 1,90 1,771,60 1,69 1,61

1,961,82

2,17

2,90

52,0%

54,0%

56,0%

58,0%

60,0%

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

% Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER 2016 32

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

Adanya peningkatan penurunan di komponen konsumsi rumah tangga ini didorong oleh kenaikan konsumsi

pada sub komponen transportasi dan perabotan serta peralatan rumah tangga. Kenaikan pertumbuhan sub

komponen transportasi terkonfirmasi dari data penjualan kendaraan bermotor untuk keperluan konsumsi pada

triwulan III-2016. Penjualan kendaraan bermotor untuk konsumsi mengalami penurunan cukup drastis dari

31,14%(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 2,89%(yoy) pada triwulan laporan (Grafik 1.29).

Kondisi penurunan penjualan yang terjadi pada kendaraan konsumsi juga terjadi pada penjualan listrik yang

digunakan oleh rumah tangga. Hal tersebut terkonfirmasi dari turunnya pertumbuhan penggunaan listrik

rumah tangga sebesar 8,42%(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun

sebelumnya yang sebesar 9,09%(yoy) (Grafik 1.30).

Penurunan kinerja juga ditunjukkan komponen konsumsi pemerintah di mana pada komponen ini

mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

triwulan laporan, pertumbuhan konsumsi pemerintah mengalami kontraksi sebesar 13,25%(yoy) pada triwulan

III-2016 atau menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,65%(yoy)

Grafik 1. 27. Pangsa Sub komponen Konsumsi Rumah

Tangga

Grafik 1. 28. Pangsa Sub komponen Konsumsi Rumah

Tangga Non Makanan

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Grafik 1. 29. Penjualan Kendaraan Bermotor (Konsumsi) Grafik 1. 30. Penggunaan Listrik Rumah Tangga

Sumber : Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Keuangan Aceh,

diolah BI Aceh

Sumber : PLN Aceh, diolah BI Aceh

48% 47% 47% 47% 46% 47% 47%

52% 53% 53% 53% 54% 53% 53%

2010 2011 2012 2013 2014 2015 Average

NonMakanan

Makanan

5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%

8% 8% 8% 8% 8% 8% 8%

5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%

3% 3% 3% 3% 3% 3% 3%

11% 12% 12% 11% 12% 12% 12%

6% 6% 6% 6% 6% 6% 6%

2010 2011 2012 2013 2014 2015 Average

Komunikasi

Transportasi/Angkutan

Kesehatan

Perabot, Peralatanrumahtangga danPemeliharaan Rutin RumahPerumahan, Air, Listrik, Gasdan Bahan Bakar Lainnya

-50,00%

-25,00%

0,00%

25,00%

50,00%

75,00%

0,0

10.000,0

20.000,0

30.000,0

40.000,0

I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

Jumlah kendaraan konsumsi

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

0

75

150

225

300

375

450

I II III IV I II III IV I II III IV

2014 2015 2016

Konsumsi Listrik RT (Juta kwh)Growth

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER 2016 33

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

(Grafik 1.31). dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang memberikan kontribusi positif sebesar 1,49%

(Grafik 1.32).

Penurunan pada komponen konsumsi pemerintah ini disebabkan oleh adanya penurunan pada konsumsi

kolektif maupun konsumsi individu yang masing-masing menurun sebesar 15,85%(yoy) dan 9,57%(yoy).

Adanya pemotongan anggaran baik di APBD maupun APBN berpengaruh signifikan terhadap penurunan jumlah

konsumsi pemerintah pada triwulan III-2016 jika dibandingkan dengan triwulan III di tahun sebelumnya.

Terdapat empat kabupaten Kebijakan Pemotongan Dana Alokasi Umum oleh pemerintah pusat dengan total

pemotongan sebesar Rp305 miliar dan berpeluang untuk mengurangi pertumbuhan ekonomi dari komponen

konsumsi pemerintah.

Dengan share terbesar ketiga setelah pembentukan modal tetap bruto dan konsumsi rumah tangga, maka

fluktuasi di komponen ini juga akan berpengaruh terhadap kondisi pertumbuhan ekonomi Aceh. Pada triwulan

laporan, kontribusi komponen konsumsi pemerintahan terhadap perekonomian Aceh tercatat sebesar 1,78%

atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang memberikan kontribusi positif

sebesar 1,49% (Grafik 1.32).

Grafik 1. 31. Perkembangan Konsumsi Pemerintah Grafik 1. 32. Kontribusi Konsumsi Pemerintah

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Pada triwulan akhir tahun 2016 diperkirakan kinerja ekonomi dari komponen konsumsi baik rumah

tangga maupun pemerintah akan mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut masih akan bergantung

dari realisasi APBA pemerintah Aceh yang sampai dengan triwulan III-2016 terlah terealisasi sebesar 65%.

Dengan sisa APBA sebanyak 35% yang direncanakan akan direalisasikan hampir seluruhnya pada tahun akhir

tahun 2016 (100% untuk fisik dan 95% untuk keuangan) maka diprediksikan konsumsi dari dua komponen ini

akan meningkat cukup besar pada triwulan laporan. Kondisi tersebut juga dikonfirmasi oleh hasil penjualan

listrik rumah tangga yang mengalami peningkatan pertumbuhan sampai dengan bulan Oktober 2016 yang

mencapai 8,99%(yoy), naik dibandingkan dengan triwulan III-2016 yang tumbuh sebesar 7,03%(yoy).

4,3 5,2 5,9 9,1 4,0 5,6 5,2

-5,10

2,24 3,74

15,82

-7,75

7,65

-13,25

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

I II III IV I II III

2015 2016

%Rp Triliun

Pengeluaran Konsumsi PemerintahY on Y

-0,80

0,42 0,77

4,99

-1,07

1,43

-2,74 0,00

0,10

0,20

0,30

0,40

-4

-2

0

2

4

6

I II III IV I II III

2015 2016

%Pangsa PDRB Kontribusi Pertumbuhan

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER 2016 34

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

Penurunan pertumbuhan investasi juga terlihat dari adanya penurunan pertumbuhan penjualan unit kendaraan

bermotor untuk kepentingan investasi dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun sebelumnya.

Kendaraan bermotor untuk investasi terdiri dari bus, truk, dan becak motor. Pada triwulan laporan, penjualan

kendaraan bermotor untuk investasi ini mengalami pertumbuhan 2,89%(yoy), menurun signifikan

INVESTASI

Pada triwulan laporan, pertumbuhan investasi Aceh mengalami sedikit penurunan dari

12,04%(yoy) pada triwulan II-2016 menjadi 11,79% pada triwulan laporan (Grafik 1.31). Dengan

pertumbuhan yang demikian, komponen investasi ini memiliki kontribusi sebesar 3,95% terhadap ekonomi

Aceh di triwulan laporan. Kontribusi tersebut merupakan kontribusi paling besar diantara komponen-komponen

ekonomi Aceh dari sisi permintaan.

Grafik 1. 33 Perkembangan Investasi

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Grafik 1. 34 Realisasi Pengadaan Semen di Aceh

Sumber : Kemenperin dan Kemendag,

diolah BI Aceh

Peningkatan investasi di Aceh didorong oleh Anggaran

dan Belanja Aceh (APBA) untuk sektor infrastruktur

yang mengalami peningkatan realisasi dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Proyek pembangunan

multiyears yang dilakukan pemerintah baik

pembangunan jalan, jembatan, tugu, landscape dan

infrastruktur Masjid Raya Baiturrahman serta

pembangunan sarana umum lainnya ditambah

pembelian barang-barang modal mampu menstabilkan

pertumbuhan pada komponen investasi ini.

Penurunan investasi infrastruktur terkonfirmasi oleh

penurunan pertumbuhan penjualan semen di Provinsi

Aceh yang tumbuh sebesar 26,10%(yoy) pada periode

laporan, sedikit menurun jika dibandingkan dengan

pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar

26,42%, namun jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan

II di tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar

0,82%(yoy). Sampai dengan triwulan III-2016, tercatat

realisasi pembangunan untuk fisik telah mencapai 64%,

sedikit lebih rendah dibandingkan dengan target awal

realisasi fisik sebesar 65% pada triwulan III-2016.

Grafik 1. 35. Perkembangan Penjualan Kendaraan

Bermotor (Investasi)

Sumber : Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Keuangan Aceh, diolah BI

Aceh

Grafik 1. 36. Perkembangan Kredit Investasi

Sumber : Laporan Bank Umum, diolah

9,2 9,1 9,3 9,4 9,2 9,1 9,6 10,7 10,0 10,2 10,7

12,29

7,745,08

0,91-0,62

0,583,39

14,52

8,72

12,0411,79

-7,5

0,0

7,5

15,0

22,5

7,5

8,3

9,0

9,8

10,5

11,3

I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

%Rp Triliun

Pembentukan Modal Tetap Bruto

Y on Y

-9,60%-6,17%

-0,82%

43,05%

23,00%26,42% 26,10%

-25%

0%

25%

50%

0

100

200

300

400

I II III IV I II III

2015 2016

yoy(%)Ribu Ton

Konsumsi Semen

-25,00%

0,00%

25,00%

50,00%

75,00%

100,00%

0,0

100,0

200,0

300,0

400,0

I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

% Kendaraan Bermotor (Investasi)g(%)_Kendaraan Bermotor (Investasi)

0,00

2,00

4,00

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

Kredit Investasi (Miliar) Growth (yoy)]

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER 2016 35

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

dibandingkan dengan triwulan II-2016 yang mengalami pertumbuhan sebesar 31,03% (Grafik 1.35).Namun

demikian, dari sisi pembiayaan, kredit yang disalurkan dengan tujuan investasi mengalami peningkatan

pertumbuhan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan ini, jumlah kredit yang

disalurkan untuk tujuan investasi tumbuh sebesar 26,53%(yoy), naik dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang sebesar 18,01% (yoy) (Grafik 1.36).

Komponen investasi pada triwulan IV-2016 diperkirakan akan terus mengalami peningkatan seiring

dengan masih berlanjutnya program-program pembangunan infrastruktur di Aceh hingga akhir

tahun. Peningkatan tersebut masih akan didominasi oleh kegiatan investasi fisik yang terkait dengan program-

program utama pemerintah Aceh dalam hal infrastruktur. Di sisi lain, adanya potensi peningkatan kinerja

ekonomi dari komponen ini juga dikonfirmasi oleh data penjualan kendaraan investasi hingga bulan Oktober

2016 yang menunjukkan adanya peningkatan dari 7,79%(yoy) pada bulan September menjadi 24,05%(yoy)

pada bulan laporan.

EKSPOR IMPOR

Kinerja ekspor Aceh pada triwulan laporan tercatat masih mengalami kontraksi meskipun dengan

posisi kontraksi yang lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Ekspor triwulan III-2016

mengalami kontraksi sebesar 76,19%(yoy), lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

terkontraksi sebesar 145,41%(yoy). Kontraksi tersebut didorong oleh adanya penurunan ekspor barang dari

Aceh ke luar negeri. Dengan adanya kontraksi tersebut, komponen ekspor memberikan kontribusi negatif

terhadap ekonomi Aceh sebesar -0,44%. Sementara itu, pertumbuhan impor Aceh pada triwulan laporan

tercatat mengalami kontraksi sebesar 69,87%(yoy) dengan kontribusi terhadap ekonomi Aceh sebesar

0,38%(yoy).

Grafik 1. 38. Perkembangan Impor (Dengan

Migas) Provinsi Aceh

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Grafik 1. 37. Perkembangan Ekspor (Dengan Migas)

Provinsi Aceh

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

0,8 1,5 1,1 1,3 0,4 0,3 0,6 0,3 0,4 0,2 0,2

-230,01

177,29

8,75

-149,23

-41,35-86,72

16,52

-100,83-116,12-145,47

-76,19

-400,0

-200,0

0,0

200,0

0,0

0,8

1,5

2,3

I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

%Rp Triliun Ekspor Luar Negeri Y on Y

0,3 0,3 0,3 0,4 0,9 0,7 0,5 0,4 0,3 0,4 0,3

-56,32

-20,46-26,35

0,18

-45,18

-81,37

-45,70

-73,12

-17,74

-41,47

-69,87

-100,0

-50,0

0,0

50,0

0,0

0,5

1,0

I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

%Rp TriliunImpor Luar Negeri Y on Y

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER 2016 36

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

Penurunan pada ekspor Aceh tersebut disebabkan

adanya penurunan jumlah ekspor barang hingga

mencapai 87,87%, sedangkan ekspor jasa masih

tumbuh positif. Tidak adanya ekspor migas dan

turunnya ekspor barang nonmigas terutama pada

komoditi perkebunan (kopi, teh, dan rempah-rempah)

dan bahan bakar mineral pada triwulan laporan

menjadi faktor utama penurunan nilai ekspor luar

negeri Aceh pada triwulan laporan.

Sementara itu, impor antardaerah Aceh masih tetap

mengalami kondisi net ekspor yang negatif. Angka

defisit dari net ekspor antardaerah Aceh pada triwulan

laporan tercatat sebesar Rp3,56 triliun atau lebih kecil

dibandingkan dengan defisit triwulan sebelumnya yang sebesar Rp4,11 triliun (Grafik 1.39).

Hasil survei perdagangan antar wilayah yang dilakukan oleh KpwBI Provinsi Aceh pada tahun 2015 juga

memperlihatkan adanya fenomena neraca perdagangan antardaerah Aceh yang masih defisit. Hasil survei

tersebut menyimpulkan bahwa aliran perdagangan daerah menunjukkan pola pembelian dan penjualan

komoditas utama seperti Beras yang kurang efektif. Ketidak-efektifan tersebut terjadi karena

barang/komoditas yang dijual dari Aceh dijual dalam bentuk nilai tambah yang lebih rendah ke Provinsi lain

(Khususnya Sumatera utara) untuk kemudian produk tersebut dibeli kembali oleh Aceh dengan nilai tambah

lebih tinggi. Kondisi neraca perdagangan antardaerah yang mengalami defisit ini menjadi salah satu faktor

pendorong belum optimalnya pertumbuhan ekonomi di Aceh sehingga perlu untuk mendapatkan perhatian dari

seluruh pihak yang terkait agar tercipta perekonomian Aceh yang lebih sehat, mandiri, dan berkelanjutan.

Grafik 1. 39. Ekspor Impor Luar Aceh

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

0,18 0,32

-0,14

-3,56-4,00

-3,00

-2,00

-1,00

0,00

1,00

Ekspor Impor Net Ekspor Net EksporAntardaerah

Rp Triliun

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER 2016 37

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

BOX 1 : Progressdan Tantangan Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur dalam

Rangka Memperkuat Struktur Industri dan Ekonomi Aceh Pembangunan ekonomi suatu daerah merupakan elemen yang sangat esensial agar proses pembangunan di

segala bidang dapat terselenggara dengan baik. Saat pembangunan ekonomi suatu daerah berjalan dengan

baik maka pembangunan di berbagai bidang lain termasuk bidang sosial, hukum, politik, dan lainnya akan

sangat terbantu. Salah satu indikator utama bahwa pembangunan ekonomi suatu daerah sudah cukup baik

adalah kemampuan suatu daerah untuk memproduksi berbagai macam produk yang memiliki value added.

Proses produksi barang-barang yang memiliki nilai lebih (value added) tersebut tidak dapat dipisahkan dari

keberadaan industri pengolahan di daerah tersebut. Keberadaan sektor industri di suatu daerah daapt menjadi

indikator seberapa maju daerah tersebut dibandingkan dengan daerah lainnya. Keberadaan industri

pengolahan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sektor-sektor lainnya. Beberapa keunggulan tersebut

antara lain kemampuan sektor ini untuk menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar, kemampuan

menciptakan nilai tambah dari setiap input yang diolah serta nilai kapitalisasi yang ditanam di sektor ini selalu

dalam jumlah yang cukup besar.

Industri Manufaktur di Provinsi Aceh

Tantangan paling signifikan yang dihadapi oleh struktur perekonomian Aceh adalah masih besarnya proporsi

kegiatan yang bersifat konsumtif yang menopang perekonomian Aceh, seperti konsumsi rumah tangga dan

konsumsi pemerintah yang memiliki proporsi sebesar 58,12% dan 17,96% (Data triwulan III tahun 2016). Di

lihat dari sisi sektoralnya, sektor industri pengolahan hanya memiliki proporsi sebesar 5,63% terhadap total

ekonomi Aceh padahal sektor ini memiliki potensi yang besar untuk dapat menggerakkan perekonomian Aceh

yang lebih berkelanjutan (sustainable).

Sampai dengan tahun 2015, tercatat sudah ada 43 Industri Besar dan Sedang (IBS) di Aceh dengan cakupan

industrinya sebagian besar berasal dari subsektor Industri makanan (81%), sedangkan sisanya berasal dari

subsektor industri bahan kimia (11%), dan industri bahan galian nonlogam (5%) sedangkan sisanya berasal

dari sektor lainnya (3%). Berdasarkan penyerapan tenaga kerja, sejak tahun 2012 – 2015 tercatat penyerapan

tenaga kerja terus mengalami tren kenaikan meskipun pada tahun 2015 tercatat sedikit mengalami penurunan

kuantitas penyerapan tenaga kerja akibat berkurangnya jumlah industri di Aceh. Pada tahun 2015, hanya

terdapat 43 IBS di Aceh yang menyerap 9.159 tenaga kerja. Jumlah tersebut masih belum optimal jika

dibandingkan dengan jumlah penduduk Aceh yang mencapai 5 juta jiwa.

4

1

2

3

4 3

9

3

1

2 2 2 2 2

3

2.604

280 216

499 224

1.069 1.342

2.224

28 64 89 63 52 119 286

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

-

2

4

6

8

10

Sebaran Industri Besar dan Sedang di Aceh

Jumlah IBS Jumlah TK IBS

81%

11%

5% 3%

Subsektor Ibs

IndustriMakanan

Industri BahanKimia

Industri BahanGalian NonLogamLainnya

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER 2016 38

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

BOX 1 : Progressdan Tantangan Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur dalam

Rangka Memperkuat Struktur Industri dan Ekonomi Aceh Industri Di Aceh Mayoritas Masih Didominasi Oleh Industri Skala Kecil Menengah (IKM)

Tantangan lain yang terjadi di sektor industri Aceh adalah masih didominasi oleh industri berskala kecil dan

menengah dengan kontribusinya ke perekonomian relatif tidak terlalu signifikan. Belum optimalnya kontribusi

tersebut dapat terlihat dari sisi jumlah serapan tenaga kerja serta kuantitas output yang dihasilkan. Dari sisi

tenaga kerja, IKM masih didominasi oleh industri mikro dengan jumlah pegawai hanya 1 s.d 4 orang. Dari

jumlah IKM tersebut, sebanyak 72% pekerja yang bekerja pada sektor ini tidak dibayar atau berasal dari

anggota keluarga dan dikelola oleh pemilik usaha sendiri.

Tantangan Peningkatan Daya Saing Industri di Aceh

Sampai dengan saat ini, pengembangan industri pengolahan di Aceh masih menghadapi berbagai tantangan,

khususnya dari sisi infrastruktur dan regulasi yang berkaitan dengan ketenagakerjaan dan perijinan. Berikut

disampaikan beberapa tantangan utama dalam penyelenggaraan industri pengolahan di Aceh:

1. Kapasitas Listrik

o Kapasitas terpasang grid 250 Kv di Aceh sebesar 464 MW pada tahun 2016 belum mencukupi peak load

di Aceh yang mencapai 494 MW sehingga pada beberapa daerah masih mengandalkan sistem isolated

20Kv.

o Berdasarkan hasil proyeksi kebutuhan listrik di Aceh, peak load akan meningkat hingga 762 MW pada

tahun 2020. Peningkatan tersebut sebagian besar diperkirakan akan berasal dari peningkatan sektor

industri dan rumah tangga hingga tahun 2020.

2. Upaya Pelayanan Perizinan 1 Pintu Belum Optimal dan Insentif Fiskal Daerah Belum Optimal

untuk Diimplementasikan.

3. Masih belum kompetitifnya sisi tenaga kerja, pengupahan, peraturan upah dan SDM

o Sebagian besar tingkat pendidikan di Aceh masih didominasi oleh tamatan SMA, SMP, dan SD.

o Upah minimum yang tidak terlalu kompetitif (Rp2,1 juta/bulan)

o Belum ada upah minimum Kota / Kabupaten (Belum terdapat dewan upah kota/kab)

o Tidak ada enforcement UMP karena tidak ada SDM khusus untuk mengawasi

o Belum ada upah minimum sektoral untuk industri

o Dalam 3 tahun terakhir IPM Aceh berada di bawah rata-rata nasional

27,92%

72,08%

Status Tenaga Kerja

Dibayar

TidakDibayar

34.217

29.792

1.353 130 -

-

10.000

20.000

30.000

40.000

1 2-4 5-9 10-14 15-19 Jumlah

Tenaga

Kerja

IKM Menurut Jumlah Tenaga Kerja

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMIDAN KEUANGAN REGIONALPROV. ACEHNOVEMBER 2016 39

BAB 1 Kondisi Makroekonomi Aceh

BOX 1 : Progressdan Tantangan Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur dalam

Rangka Memperkuat Struktur Industri dan Ekonomi Aceh

Strategi Kebijakan Percepatan Transformasi Industri

Berdasarkan beberapa kendala yang dihadapi oleh Provinsi Aceh dalam menarik para investor dalam

mendirikan berbagai industri di Aceh, Pemerintah Aceh dapat menyiapkan langkah-langkah strategis

pengembangan industri sebagai berikut:

1. Memulai dan mengefektifkan pembangunan infrastruktur primer pendukung penyelenggaraan kawasan

industri, khususnya terkait dengan kesediaan listrik, termasuk pembangunan pembangkit tenaga listrik,

pembangunan gardu listrik di kawasan industri terintegrasi. Di samping itu, perlu juga adanya keetrsediaan

saluran air bersih di kawasan industri tersebut.

2. Investasi untuk pengembangan infrastruktur transportasi hasil industri dan bahan input/faktor produksi

termasuk khususnya pembangunan ruas jalan dan pelabuhan.

3. Perlu adanya jaminan kepada para investor dalam hal permasalahan hak penggunaan lahan di Aceh.

4. Pengoptimalan dan percepatan program KEK Lhokseumawe dan Aceh Utara, Kawasan Industri Ladong, dan

technopark sebagai sarana penelitian untuk industri berbasis hasil pertanian.

5. Penghapusan berbagai regulasi atau qanun rekomendasi kepal daerah untuk pembangunan industri

6. pembentukan technopark sebagai sarana penelitian dan pengembangan untuk industri berbasis pertanian.

7. Pembuatan dan pengoptimalan Balai Latihan Kerja untuk komoditas sektor pertanian utama seperti kelapa

sawit, kakao, dan kopi.

8. Penyediaan sumber daya manusia yang mampu diserap oleh industri, antara lain dengan membangun

sekolah kejuruan dan penyiapan badan pengelola kawasan industri.

Babel Kepri Aceh Riau Jambi Sumut SumbarLampun

gBengkul

u

Series1 2.341. 2.178. 2.118. 2.095. 1.906. 1.811. 1.800. 1.763. 1.605.

Perbandingan Ump Sumatera (Ribu Rp)

26,91%

21,96%25,96%

8,87%

16,04%0,26%

Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja

SLTA

SLTP

SD

Belum TamatSD

Diploma,Sarjana

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun
Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

41 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016

BAB 2 Perkembangan Keuangan Daerah

Kinerja pendapatan pemerintah Provinsi Aceh pada triwulan III 2016 laporan tercatat

mengalami peningkatan dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun

sebelumnya. Penerimaan pendapatan Pemerintah Provinsi Aceh pada triwulan III-2015

adalah sebesar 41,59% dari target pendapatan tahunan, sementara pada triwulan III-

2016 mencapai sebesar 72,9% dari target pendapatan tahunannya.

Hal ini senada dengan kinerja realisasi belanja pemerintah Provinsi Aceh pada triwulan-

III 2016 tercatat meningkat dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun

sebelumnya. Persentase realisasi belanja yang dikelola oleh pemerintah provinsi

meningkat dari sebesar 65,14% pada triwulan III tahun lalu menjadi 68,33% pada tahun

2016.

5.1 PENDAPATAN DAERAH

Pendapatan pemerintah Aceh pada tahun 2016 sebesar 70% dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota dan 30%

dikelola oleh pemerintah Provinsi (Grafik 3.1). Proporsi pendapatan daerah oleh pemerintah Kabupaten / Kota

Aceh cenderung berada dalam tren yang yang meningkat dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Target

pendapatan pemerintah kabupaten/kota Aceh tahun 2016 adalah sebesar Rp27 triliun, meningkat 17%

dibandingkan dengan tahun 2015. Sementara itu, target pendapatan pemerintah Provinsi Aceh pada tahun 2016

adalah sebesar Rp13 Triliun, meningkat sebesar 4% dibandingkan dengan tahun 2015.

Grafik 3. 1. Pangsa Pendapatan Daerah Aceh Grafik 3. 2. Pertumbuhan Target Pendapatan Aceh

Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh

Struktur total pendapatan pemerintah Aceh baik provinsi maupun kabupaten/kota selama kurun waktu lima

tahun terakhir didominasi oleh dana perimbangan dan dana Otsus plus. Dana Otsus plus merupakan gabungan

dari dana otsus, penyesuaian, dan lainnya (Grafik 3.3). Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih

tergolong memiliki pangsa yang rendah.

Pada tahun 2016, dana perimbangan dan Otsus plus Aceh masing-masing mencapai Rp21 triliun dan Rp14 triliun,

atau merupakan dua komponen terbesar dari pendapatan dengan pangsa masing-masing 53% dan 36% dari

total pendapatan Aceh. Proporsi ini berubah dari tahun lalu dimana komponen dana perimbangan dan dana otsus

ialah 47% dan 42% dikarenakan terdapat peningkatan dana perimbangan pada pemerintah Kota/Kab.

Sementara itu, PAD hanya mencapai 11% dari total pendapatan Aceh (Grafik 3.4). Hal ini mencerminkan masih

besarnya ketergantungan Aceh terhadap anggaran pusat dan potensi fiskal yang ada di Aceh masih dapat

ditingkatkan.

60% 62% 60% 60%64% 65%

70%

40% 38% 40% 40%36% 35%

30%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Kota/Kab. Aceh Prov. Aceh

23%

13%

17%

30%

13%

29%

14%

23%

16%10%

8%

4%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Kota/Kab. Aceh Prov. Aceh

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016 42

BAB 2 Perkembangan Keuangan Daerah

Grafik 3. 3. Perkembangan Struktur Pendapatan Aceh

Grafik 3. 4. Struktur Pendapatan Aceh 2016

Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh

Jika dilihat lebih rinci pendapatan Aceh tahun 2016, pendapatan yang dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota

Aceh lebih didominasi oleh dana perimbangan yang mencapai Rp21 Triliun (Grafik 3.5). Pada tahun 2016,

bantuan keuangan pemerintah provinsi yang berasal dari otsus mengalami peningkatan karena adanya

keputusan pemerintah untuk meningkatkan pangsa penyaluran otsus kepada pemerintah kabupaten/kota.

Sementara itu, pendapatan yang dikelola oleh pemerintah Provinsi Aceh didominasi oleh Otsus yang mencapai

Rp9 Triliun (Grafik 3.6).

Grafik 3. 5. Struktur Pendapatan Kab/Kota Aceh 2016

Grafik 3. 6. Struktur Pendapatan Provinsi Aceh 20156

Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh

Kinerja pendapatan Pemerintah Provinsi Aceh pada triwulan III 2016 laporan tercatat mengalami peningkatan

dibandingkan dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Penerimaan pendapatan Pemerintah

Provinsi Aceh pada triwulan III-2015 adalah sebesar Rp4.9994,96 Milyar atau 41,59% dari target pendapatan

tahunan, sementara pada triwulan III-2016 mencapai Rp9.143,86 Milyar atau sebesar 72,9% dari target

pendapatan tahunannya (Tabel 3.1).

Tabel 3. 1. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan Laporan

Komponen

Pendapatan

Realisasi Pendapatan

III 2015 III 2016

Nilai (RpJuta) % Nilai (RpJuta) %

PAD 612.95 32,55% 1.476.20 71,75%

Perimbangan 1.328.43 80,05% 1.201.94 71,94%

Otsus+ 3.053.57 36,06% 6.465.70 73,36%

Total

Pendapatan

Provinsi

4.994.96 41,59% 9.143.86 72,90%

Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh

Rp-

Rp5

Rp10

Rp15

Rp20

Rp25

Rp30

Rp35

Rp40

Rp45

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Tri

liun

PAD Perimbangan Otsus+

11%

53%

36% PAD

Perimbangan

Otsus+

Rp-

Rp5

Rp10

Rp15

Rp20

Rp25

Rp30

Tri

liun

Otsus+

Perimbangan

PAD

Rp-

Rp2

Rp4

Rp6

Rp8

Rp10

Rp12

Rp14

Tri

liun

Otsus+

Perimbangan

PAD

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

43 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016

BAB 2 Perkembangan Keuangan Daerah

5.2 BELANJA DAERAH

Belanja pemerintah Aceh pada tahun 2016 sebesar 71% dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota dan 29%

dikelola oleh pemerintah Provinsi (Grafik 3.7). Senada dengan struktur pendapatan daerah, terdapat tren

peningkatan proporsi belanja oleh pemerintah Kota/Kabupaten dalam kurun waktu enam tahun terakhir. Target

belanja pemerintah kabupaten/kota Aceh tahun 2016 adalah sebesar Rp31 triliun, meningkat 31% dibandingkan

dengan tahun 2015. Sementara itu, target belanja pemerintah Provinsi Aceh pada tahun 2016 adalah sebesar

Rp13 Triliun, atau hanya meningkat sebesar 1% dibandingkan dengan tahun 2015 (Grafik 3.8).

Grafik 3. 7. Pangsa Belanja Daerah Aceh Grafik 3. 8. Pertumbuhan Target Belanja Aceh

Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh

Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh

Struktur total belanja pemerintah Aceh dalam kurun waktu enam tahun terakhir, baik di tingkat provinsi maupun

kabupaten/kota masih didominasi oleh belanja pegawai. Namun, belanja modal dalam dua tahun terakhir ini

mengalami peningkatan (Grafik 3.9). Pada tahun 2016, belanja pegawai dan belanja modal masing-masing

mencapai Rp13 triliun dan Rp10 triliun dan merupakan dua komponen terbesar dari belanja dengan pangsa

masing-masing 35% dan 26% dari total belanja pengeluaran pemerintah Aceh (Grafik 3.10). Hal ini

mencerminkan pemerintah Aceh sudah mulai concern untuk meningkatkan realisasi belanja pada komponen

yang produktif dan memiliki dampak yang berkelanjutan seperti belanja modal.

Grafik 3. 9. Perkembangan Struktur Belanja Aceh

Grafik 3. 10. Struktur Belanja Aceh 2016

Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh

Jika dilihat lebih rinci belanja pemerintah Aceh tahun 2016, belanja yang dikelola oleh pemerintah

kabupaten/kota Aceh lebih didominasi oleh belanja pegawai yang mencapai Rp12 Triliun (Grafik 3.11).

Sementara itu, belanja yang dikelola oleh pemerintah Provinsi Aceh didominasi belanja barang dan jasa yang

mencapai Rp4 Triliun (Grafik 3.12).

57%60% 59% 57%

61%65%

71%

43%40% 41% 43%

39%35%

29%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Kota/Kab. Aceh Prov. Aceh

18%

12%

17%

32%

14%

31%

4%

19% 24%

13%

-5%

1%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Kota/Kab. Aceh Prov. Aceh

Rp-

Rp5

Rp10

Rp15

Rp20

Rp25

Rp30

Rp35

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Tri

liun

Belanja Pegawai Belanja Modal

Belanja Barang Belanja Bansos

35%

26%

25%

1%

13%

Belanja Pegawai

Belanja Modal

Belanja Barang

Belanja Bansos

Belanja Lainnya

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016 44

BAB 2 Perkembangan Keuangan Daerah

Grafik 3. 11. Struktur Belanja Kab/Kota Aceh 2016

Grafik 3. 12. Struktur Belanja Provinsi Aceh 2016

Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh

Kinerja realisasi belanja Pemerintah Provinsi Aceh pada triwulan-III 2016 tercatat meningkat dibandingkan

dengan realisasi pada periode sama tahun sebelumnya. Persentase realisasi belanja yang dikelola oleh

pemerintah provinsi meningkat dari sebesar 65,14% pada triwulan III tahun lalu menjadi 68,33% pada tahun

2016. Realisasi belanja modal pada periode laporan telah mencapai Rp 955,94 miliar, meningkat dibandingkan

dengan periode yang sama tahun lalu yang baru. Sementara itu, realisasi belanja barang dan jasa meningkat

dari Rp 1.642,85 miliar pada triwulan III-2015 menjadi Rp 2.053,3 miliar pada triwulan III-2016 (Tabel 3.2).

Tabel 3. 2. Realisasi Belanja Daerah Triwulan Laporan

Komponen

Belanja

Realisasi Belanja

III 2015 III 2016

Nilai (RpJuta) % Nilai (RpJuta) %

Belanja Pegawai 628.193 65,14% 699.593 68,33%

Belanja Modal 564.628 24,46% 955.949 37,02%

Belanja Barang 1.642.857 35,02% 2.053.305 48,58%

Belanja Bansos 231.212 89,55% 216.261 87,47%

Belanja Lainnya - 0,00% 3.614.695 75,42%

Total Belanja

Provinsi 628.193 65,14% 699.593 68,33%

Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh

Rp-

Rp5

Rp10

Rp15

Rp20

Rp25

Rp30

Tri

liun

Belanja Bansos

Belanja Barang

Belanja Modal

Belanja Pegawai

Rp-

Rp2

Rp4

Rp6

Rp8

Rp10

Rp12

Rp14

Tri

liun

Belanja Lainnya

Belanja Bansos

Belanja Barang

Belanja Modal

Belanja Pegawai

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun
Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

46 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER-2016

94BAB 3

Perkembangan Inflasi Aceh

Tekanan inflasi Aceh pada triwulan-III 2016 mengalami peningkatan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada

triwulan laporan tercatat meningkat dari 2,34% (yoy) pada triwulan-II

2016 menjadi 3,73% (yoy) pada triwulan laporan.

Inflasi Aceh triwulan-III 2016 (yoy) yang tercatat sebesar 3,73% jauh

lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi YoY pada triwulan III dalam

tiga tahun terakhir yaitu sebesar 4,88%.

Kelompok bahan makanan merupakan kelompok yang paling dominan

berpengaruh atas meningkatnya angka inflasi Aceh pada triwulan-III 2016.

Namun, deflasi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan

serta rendahnya inflasi pada kelompok Perumahan, air, listrik, gas, dan bahan

bakar turut meredam laju inflasi Aceh di triwulan laporan, sehingga masih

berada dalam target inflasi nasional 4±1%.

Inflasi triwulan-III 2016 di tiga kota pantauan tercatat masing-masing Banda

Aceh 3,17%, Lhokseumawe 4,79%, dan Meulaboh 3,81% (yoy).

KONDISI UMUM PERKEMBANGAN INFLASI ACEH TRIWULAN III 2016

Aceh mengalami laju inflasi secara tahunan / year on year sebesar 3,73% (yoy) pada triwulan III 2016. Laju

inflasi tersebut meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi tahunan

sebesar 2,34%, namun lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata inflasi year on year pada triwulan III

dalam tiga tahun terakhir (2013-2015) yaitu sebesar 4,88% (yoy). Sejalan dengan laju inflasi tahunan, inflasi

Aceh secara triwulanan (qtq) maupun bulanan (mtm) juga tercatat mengalami peningkatan pada level

moderat di triwulan laporan (grafik 2.1).

Inflasi Aceh dihitung berdasarkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di tiga kota pantauan inflasi, yaitu

Banda Aceh, Lhokseumawe, dan Meulaboh dengan nilai sebesar 3,73%(yoy) dan 0,98%(mtm) pada triwulan-

III 2016. Laju inflasi tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan realisasi inflasi tahunan nasional di

triwulan yang sama yang tercatat sebesar 3,07% (yoy). Namun, bila dibandingkan dengan rata-rata inflasi

tahunan seluruh provinsi di kawasan Sumatera yang tercatat sebesar 4,28% (yoy), laju inf lasi Aceh di

triwulan laporan masih lebih rendah. Inflasi Aceh berada di urutan ke-7 terendah setelah provinsi Jambi.

Inflasi tertinggi di kawasan Sumatera terjadi di Provinsi Sumatera Utara (Grafik 2.2) yang mencapai

6,02% (yoy).

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi year on year, quarter

to quarter, dan month to month di Aceh (%)

Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi year on year di kawasan

Sumatera (%)

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

-4

-2

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016

%

Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Triwulanan (qtq)

Inflasi Tahunan (yoy)

3,73

6,02

5,10

3,27 3,02

3,86 4,37 4,62

2,46

4,26

3,07

0

1

2

3

4

5

6

7

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER-2016 47

BAB 3 Perkembangan Inflasi Aceh

ASESMEN ARAH PERKEMBANGAN INFLASI ACEH TERKINI

Mencermati tren perkembangan inflasi tahunan Provinsi Aceh serta arah perkembangan inflasi Aceh pada bulan

September dan Oktober 2016, diperkirakan Aceh akan mengalami inflasi secara year on year pada triwulan IV

2016 dengan tingkat inflasi yang masih berada dalam target inflasi nasional 4±1%. Tekanan inflasi year on

year di triwulan IV 2016 diprediksi menurun bila dibandingkan dengan laju inflasi di triwulan III 2016.

Berdasarkan Survei Pemantauan Harga Mingguan (SPHM) hingga minggu ketiga Oktober 2016, tren harga di

Provinsi Aceh cenderung bervariasi. Namun demikian, berdasarkan analisis bobot, diperkirakan terjadi inflasi

bulanan (mtm) di Aceh untuk periode November 2016 dengan tingkat yang rendah. Komoditas penyumbang

inflasi berasal dari komoditas cabe merah dan beras. Meningkatnya curah hujan di bulan Oktober

menyebabkan beberapa sentra beras diLhokseumawe, Aceh Besar dan Pidie terancam gagal panen. Selain itu,

adanya serangan virus bulai yang menyebabkan penyakit kuning daun di sejumlah daerah penghasil cabai di

Lhokseumawe turut membuat pasokan cabe merah berkurang di pasar. Di sisi lain, permintaan komoditas

cabai relatif stabil, hal tersebut mengakibatkan harga di pasar mulai merangkak naik.

Sebagai peredam laju inflasi di bulan November 2016, terdapat penurunan harga pada komoditas Tongkol &

Udang seiring dengan kembali normalnya aktivitas melaut nelayan yang sempat terhambat pada bulan

September walaupun masih terhambat oleh curah hujan tinggi. Minimnya gangguan di jalan penghubung Aceh-

Sumatera Utara juga berimbas pada normalisasi barang kebutuhan pokok yang pasokannnya masih

mengandalkan Sumatera Utara seperti minyak goreng, telur ayam ras dan buah-buahan.

INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA

INFLASI BULANAN (MONTH TO MONTH /MTM)

Rata-rata laju inflasi Aceh secara bulanan pada bulan Juli, Agustus, September 2016 sebesar 0,50% jauh lebih

besar dibandingkan rata-rata inflasi bulanan di triwulan yang sama pada tahun 2015 yang tercatat sebesar

0,05%. Meningkatnya inflasi bulanan pada periode ini disumbang oleh kelompok bahan makanan yang

mengalami rata-rata inflasi bulanan sebesar 1,13%, disusul oleh kelompok pendidikan, rekreasi, & olahraga

serta kelompok makanan jadi, minuman, dan rokok masing-masing sebesar 0,60% dan 0,32% (mtm).

Berdasarkan tabel 2.1 dapat dilihat bahwa inflasi bulanan kelompok bahan makanan meningkat secara

signifikan pada bulan September 2016. Beberapa komoditas bahan makanan yang mengalami kenaikan harga

yakni Cabai Merah, tongkol dan cabai hijau. Harga cabai cenderung melonjak seiring dengan permintaan cabai

yang sangat tinggi pada event meugang dan Idul Adha di bulan September 2016. Lonjakan harga ini juga tidak

dapat diantisipasi oleh stok yang mencukupi seiring dengan mulai berhentinya musim panen pada bulan

Agustus.

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

48 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER-2016

94BAB 3

Perkembangan Inflasi Aceh

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Bulanan Aceh (mtm %)

Kelompok

2014 Rata-rata

2015 Rata-rata

2016 Rata-Rata Jul Agu Sep Jul Agu Sep Jul Agu Sep

Bahan Makanan 4,04 -0,64 0,63 1,34 1,75 -2,57 -0,63 -0,49 1,00 -1,04 3,44 1,13

Makanan jadi,

minuman, rokok 0,24 0,17 0,32 0,24 0,31 -0,69 1,21 0,28 0,36 0,39 0,21 0,32

Perumahan, air,

listrik, gas,

b.bakar

6,36 -1,35 -0,68 1,44 0,27 0,72 0,11 0,37 0,05 0,33 0,22 0,20

Sandang 0,09 0,02 -0,02 0,03 -0,03 0,13 0,28 0,13 0,77 -0,26 0,14 0,22

Kesehatan 7,34 2,54 2,31 4,06 0,34 2,73 0,18 1,08 0,19 0,53 0,23 0,32

Pendidikan,

rekreasi, olahraga 0,51 0,43 1,10 0,68 0,30 0,88 -1,02 0,06 0,62 1,12 0,07 0,60

Transpor,

komunikasi, jasa

keu.

-2,44 -8,24 4,52 -2,05 -0,03 -0,10 0,15 0,01 0,72 -0,09 -0,01 0,21

UMUM 1,41 0,21 0,50 0,71 0,55 -0,25 -0,15 0,05 0,52 0,01 0,98 0,50

Sumber: BPS Prov. Aceh, diolah BI Aceh

Lebih lanjut, Kurangnya pasokan ikan basah di Pasar Pusong, Lhokseumawe, menyebabkan harga ikan

merangkak naik di bulan September 2016. Pasca hari raya Idul Adha, mayoritas nelayan cenderung tidak

melaut salam libur lebaran, sehingga pasokan ikan di pasar cenderung berkurang. Hal tersebut juga terjadi di

beberapa pasar di kota Banda Aceh dan Meulaboh. Adanya tradisi larangan melaut selama sepekan pasca hari

Raya Idul Adha turut mempengaruhi kenaikan harga ikan di pasar-pasar Tradisional. Para nelayan baru

melakukan aktivitasnya mencari ikan pada hari ketujuh Idul Adha.

Grafik 2.3. Inflasi Kelompok Rata-Rata

Grafik 2.4. Inflasi Kelompok (mtm)

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

INFLASI TRIWULANAN (QUARTER TO QUARTER/QTQ)

Inflasi triwulanan Aceh pada periode laporan tercatat sebesar 1,51% (qtq), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 0,66% (qtq). Laju inflasi triwulanan di periode ini juga lebih tinggi bila

dibandingkan dengan laju inflasi di triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 0,15%

1,13

0,320,20 0,22

0,32

0,60

0,21

0,0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

1,2Bahan M

akanan

Makanan ja

di, m

inum

an,

rokok

Peru

mahan, a

ir, listrik

,

gas, b

.bakar

Sandang

Kesehata

n

Pendid

ikan, re

kre

asi,

ola

hra

ga

Tra

nspor, k

om

unik

asi, ja

sa

keu.

mtm

(%

)

3,44

0,21 0,22 0,14 0,230,07

-0,01-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

Bahan M

akanan

Makanan ja

di, m

inum

an,

rokok

Peru

mahan, a

ir, listrik

, gas,

b.b

akar

Sandang

Kesehata

n

Pendid

ikan, re

kre

asi,

ola

hra

ga

Tra

nspor, k

om

unik

asi, ja

sa

keu.

mtm

(%

)

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER-2016 49

BAB 3 Perkembangan Inflasi Aceh

(qtq). Sejalan dengan inflasi bulanannya, secara triwulanan nilai inflasi terbesar terjadi di kelompok Bahan

bahan makanan yang mengalami inflasi secara triwulanan sebesar 3,39%, disusul oleh kelompok pendidikan,

rekreasi, & olahraga serta kelompok makanan jadi, minuman, dan rokok masing-masing sebesar 1,81% dan

0,96% (qtq) (Grafik 2.5 & Tabel 2.2). Namun, secara umum pergerakan kenaikan harga di triwulan III 2016

masih relatif stabil untuk seluruh kelompok barang dan jasa, dengan tidak adanya lonjakan inflasi triwulanan

yang melebihi target nasional 4±1%.

Tabel 2.2. Perbandingan Inflasi Triwulanan (qtq)

Kelompok 2014 2015 2016

I II III IV I II III IV I II III

Bahan Makanan -1,65 2,02 4,02 6,50 -5,85 4,36 -1,50 3,68 1,94 1,48 3,39

Makanan jadi, minuman, rokok 1,31 0,66 0,73 0,45 1,56 0,73 1,10 0,66 1,18 2,01 0,96

Perumahan, air, listrik, gas,

b.bakar 2,66 0,80 2,05 2,55 1,38 0,36 0,02 0,76 -0,73 0,08 0,60

Sandang 2,03 1,97 2,54 0,09 1,01 2,78 0,82 -1,03 1,52 3,65 0,66

Kesehatan 0,69 0,51 0,77 0,31 2,18 0,92 0,38 1,00 0,64 0,41 0,96

Pendidikan, rekreasi, olahraga 1,78 0,38 1,96 0,07 0,63 0,22 3,27 0,04 0,40 0,11 1,81

Transpor, komunikasi, jasa

keu. 0,79 0,84 0,89 10,22 -6,21 2,38 0,16 0,02 -1,93 -2,18 0,62

UMUM 0,90 1,09 2,13 3,86 -1,66 1,86 0,15 1,21 0,30 0,66 1,51

Sumber: BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Sejalan dengan inflasi bulanan, komoditas kelompok bahan makanan yang dominan berpengaruh dalam

peningkatan laju inflasi secara triwulanan pada periode laporan adalah Cabai Merah, daging sapi & kambing,

ikan segar. Meningkatnya permintaan masyarakat seiring dengan adanya perayaan hari raya Idul Adha di

Bulan September 2016 serta minimnya pasokan menjadi faktor utama yang membuat sejumlah harga bahan

makanan tersebut merangkak naik.

Naiknya harga cabai merah terjadi di sejumlah pasar tradisional di kota pantauan inflasi yakni Banda Aceh,

Meulaboh, dan Lhokseumawe. Kenaikan harga komoditas cabai merah tersebut mencapai lebih dari 50% dari

harga normal. Naiknya harga cabai merah juga diikuti dengan kenaikan harga cabai rawit sebagai produk

barang substitusi. Fenomena tingginya harga cabai merah di pasaran disebabkan oleh berkurangnya pasokan

komoditas tersebut di pasar. Berdasarkan pemantauan harga bahan pokok di Pasar Peunayong Banda Aceh,

harga cabai merah naik mulai dari harga Rp40.000/kilogram menjadi Rp60.000/kilogram sejak minggu ke-2

September 2016. Menurut para pedagang, beberapa sentra pertanian cabai merah baik dari petani lokal

maupun luar daerah mengalami gagal agal panen akibat musim hujan, sehingga tanaman banyak yang

membusuk. Sementara itu, tingkat konsumsi masyarakat Aceh di bulan September 2016 meningkat seiring

dengan adanya perayaan hari raya idul Adha 1437 H

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

50 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER-2016

94BAB 3

Perkembangan Inflasi Aceh

Grafik 2.5. Inflasi Triwulanan Provinsi Aceh

Grafik 2.6. Inflasi Kelompok (qtq)

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Harga cabai yang naik signifikan di Bulan September 2016 justru berkebalikan dengan fenomena yang terjadi

di triwulan II tepatnya Juni 2016. Harga komoditas cabai merah di sejumlah Pasar Tradisional Banda Aceh &

Lhokseumawe sempat mengalami penurunan akibat banyaknya pasokan di pasar, sehingga walaupun

permintaan meningkat di Bulan Ramadhan, kenaikan harga komoditas cabai dapat diantisipasi. Hal tersebut

yang menyebabkan komoditas cabai memiliki andil yang besar dalam meningkatnya inflasi Aceh secara

triwulanan pada periode laporan.

Lebih lanjut, oleh karena adanya tradisi “meugang” di Aceh menjelang perayaan hari raya Idul Adha,

masyarakat Aceh cenderung mengkonsumsi daging lebih banyak dari hari-hari biasa. Tradisi meugang adalah

tradisi memasak daging dan menikmatinya bersama keluarga, kerabat dan yatim piatu oleh masyarakat Aceh,

Indonesia. Tradisi tersebut dilaksanakan setahun tiga kali yakni saat memasuki bulan Ramadhan, dan saat

perayaan hari raya Idul Adha, dan Idul Fitri.

Berdasarkan perkembangan harga sejumlah bahan makanan pokok, Harga daging sapi di Pasar Peunayong,

Banda Aceh berkisar Rp140.000/kilogram, harga ini naik Rp10.000/kilogram dari harga hari biasa. Walaupun

demikian, kenaikan harga daging sapi di Aceh diperkirakan bersifat temporer dan masih dalam tingkatan

moderat. Setelah sepekan pasca hari raya Idul Adha 1437 H, harga daging sapi tersebut kembali normal di

kisaran Rp130.000/Kilogram.

Komoditas ikan segar dan tongkol juga sempat mengalami kenaikan harga di Bulan September 2016.

Berdasarkan hasil pantauan harga di pasar tradisional Lhokseumawe, Ikan bandeng yang awalnya bertahan

Rp18.000 per kilogram naik menjadi Rp24.000 per kilogram, sedangkan harga ikan tongkol naik dari Rp29.000

per kilogram menjadi Rp24.000 per kilogram. Kenaikan harga tersebut disebabkan oleh berkurangnya pasokan

ikan di pasar pasca meugang dan perayaan hari raya Idul Adha di Aceh karena nelayan untuk tidak melaut.

Namun demikian, kenaikan harga tersebut bersifat temporer dan harga kembali normal setelah sepekan sejak

perayaan Idul Adha 1437 H.

0,901,09

2,13

3,86

-1,66

1,86

0,15

1,21

0,30

0,66

1,51

-2

-1

0

1

2

3

4

5

I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

qtq (%) 3,39

0,960,60 0,66

0,96

1,81

0,62

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

Bahan M

akanan

Makanan ja

di, m

inum

an,

rokok

Peru

mahan, a

ir, listrik

,gas, b

.bakar

Sandang

Kesehata

n

Pendid

ikan, re

kre

asi,

ola

hra

ga

Tra

nspor, k

om

unik

asi,

jasa k

eu.

qtq (%)

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER-2016 51

BAB 3 Perkembangan Inflasi Aceh

INFLASI TAHUNAN (YEAR ON YEAR/YOY)

Secara tahunan, laju inflasi Provinsi Aceh pada triwulan III 2016 mencapai 3,73% (yoy), menurun

dibandingkan triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 4,19% (yoy) (Grafik 2.7).

Namun demikian, Inflasi tahunan Aceh pada triwulan III 2016 lebih tinggi daripada inflasi nasional yang

tercatat sebesar 3,07% (yoy). Sejalan dengan inflasi bulanan dan triwulanan, tekanan inflasi pada periode ini

didorong oleh kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, serta kelompok sandang

yang masing-masing tercatat sebesar 10,89% (yoy), 4,89% (yoy), dan 4,83% (yoy).

Di sisi lain, sebagai penahan laju inflasi tahunan di bulan Juni 2016, terdapat deflasi untuk kelompok,

transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Deflasi ini terjadi terutama disebabkan adanya penyesuaian atau

penurunan tarif angkutan dan pengiriman barang oleh karena kebijakan pemerintah yang menurunkan harga

bahan bakar bensin dan solar per tanggal 1 April 2016.

Laju inflasi Aceh secara year on year untuk triwulan III 2016 yang tercatat 3,73%(yoy) masih berada dalam

target inflasi nasional 4±1%. Secara year to date Inflasi Aceh pada periode laporan mencapai 2,49% (ytd),

sehingga apabila tidak terjadi lonjakan harga yang signifikan dalam 3 (tiga) bulan terakhir, sangat

dimungkinkan inflasi Aceh akhir tahun 2016 masih berada dalam target inflasi nasional. Berdasarkan data

perkembangan inflasi Aceh terkini, risiko meningkatnya laju inflasi Aceh di akhir tahun bersumber pada

komoditas volatile foods.

Tabel 2.3. Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy)

Kelompok 2014 2015 2016

I II III IV I II III IV I II III

Bahan Makanan 2,69 1,87 6,71 11,49 6,39 8,83 3,07 0,35 8,65 5,66 10,89

Makanan jadi, minuman, rokok 5,97 5,07 3,63 2,90 3,44 3,50 3,89 4,11 3,71 5,04 4,89

Perumahan, air, listrik, gas,

b.bakar 4,96 5,43 6,07 7,99 6,95 6,48 4,36 2,54 0,41 0,13 0,71

Sandang 7,11 11,00 6,35 6,34 5,71 6,55 4,76 3,59 4,11 4,99 4,83

Kesehatan 3,45 3,97 2,75 2,10 3,81 4,24 3,84 4,55 2,97 2,45 3,04

Pendidikan, rekreasi, olahraga 5,79 6,10 4,18 3,95 3,06 2,90 4,22 4,19 3,94 3,82 2,36

Transpor, komunikasi, jasa

keu. 12,52 9,73 2,56 13,04 5,17 6,78 6,00 -3,80 0,59 -3,89 -3,45

Aceh 5,73 5,45 5,07 8,09 5,45 6,24 4,19 1,53 3,55 2,34 3,73

Nasional 7,32 6,70 4,53 8,38 6,38 7,26 6,83 3,35 4,45 3,45 3,07

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Sejalan dengan laju inflasi triwulanan dan bulanan. Meningkatnya laju inflasi Aceh untuk kelompok Bahan

Makanan untuk secara year on year utamanya disebabkan oleh kenaikan harga pada komoditas cabai merah.

Selain itu, komoditas beras, ikan segar dan cumi-cumi juga mengalami kenaikan harga di Bulan September

2016 apabila dibandingkan dengan harga yang berlaku di periode yang sama tahun lalu, namun kenaikan

harga tersebut masih berada dalam tingkatan wajar.

Meningkatnya harga cabai merah di Aceh disebabkan oleh berkurangnya pasokan komoditas tersebut di tengah

meningkatnya permintaan masyarakat seiring dengan berlangsungnya perayaan Idul Adha 1437 H. Pasokan

cabai merah berkurang oleh karena tingginya intensitas hujan di bulan September 2016 sehingga mengganggu

proses panen petani lokal. Selain itu, pasokan komoditas cabai merah dari Sumatera Utara juga turut

terganggu akibat meningkatnya aktivitas dan adanya erupsi gunung Sibanung. Permasalahan lainnya juga

timbul dari serangan virus bulai yang menyebabkan penyakit kuning daun di sejumlah daerah penghasil cabai

di Lhokseumawe. Sehingga, harga cabai merah di sejumlah pasar tradisional merangkak naik, terlebih lagi

permintaan masyarakat tengah meningkat di bulan September 2016 oleh karena perayaan Idul Adha dan

tradisi Meugang.

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

52 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER-2016

94BAB 3

Perkembangan Inflasi Aceh

Kenaikan harga secara tahunan di Aceh juga terjadi untuk komoditas beras, hal tersebut disebabkan harga

gabah dari petani lokal juga naik. Berdasarkan data yang diperoleh, selama September 2016 rata-rata harga

Gabah Kering Petani (GKP) di tingkat petani Rp 4.537 per kilogram atau naik 1,29 persen dan di tingkat

penggilingan Rp 4.621 per kilogram atau naik 1,26 persen dibandingkan harga gabah kualitas yang sama pada

Agustus 2016. Dari data Survei Pemantauan Harga Mingguan (SPHM) BI Aceh, rata-rata harga beras di Bulan

September 2016 mencapai Rp145.000 per sak, lebih tinggi dari harga beras di periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar Rp138.000 per sak.

Selanjutnya, kenaikan harga ikan segar dan cumi-cumi pada bulan September 2016 disebabkan karena

berkurangnya pasokan komoditas tersebut di pasaran. Dalam menyambut tradisi Meugang dan perayaan Idul

Adha, nelayan Aceh memiliki tradisi untuk tidak melaut, sehingga hal tersebut membuat pasokan ikan segar

dan cumi-cumi berkurang dari biasanya. Selain itu, frekuensi terjadinya angin kencang dan hujan lebat di

bulan September 2016 cukup banyak sehingga turut menghambat aktivitas nelayan dalam melaut.

Berdasarkan pantuan perkembangan harga di pasar tradisional Lhokseumawe pada triwulan laporan, harga

Ikan Bandeng naik dari semula Rp18.000 per kilogram menjadi Rp24.000 per kilogram. Sedangkan harga ikan

tongkol yang semula dapat diperoleh Rp24.000 per kilogram naik menjadi Rp29.000 per kilogram.

Perkembangan harga komoditas hasil laut di Aceh sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca. Pemanfaatan fasilitas

cold storage diharapkan mampu membantu nelayan untuk mengatur pasokan ikan segar di pasar.

Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Aceh (yoy) Grafik 2.8. Inflasi Kelompok Triwulan-III 2016 (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

DISAGREGASI INFLASI1

Pada triwulan III 2016, laju inflasi untuk komoditas Core dan Volatile Food secara year on year masing-masing

tercatat mengalami inflasi sebesar 2,44% (yoy) dan 12,24% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 2,12% (yoy) dan 6,20% (yoy). Sedangkan untuk

kelompok Administered Prices tercatat mengalami deflasi sebesar 1,30% (yoy) di triwulan laporan, atau

mengalami penurunan dibandingkan dengan deflasi komoditas Administred Prices di triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 1,70% (yoy) (grafik 2.9).

1Disamping pengelompokan berdasarkan COICOP (Classification of Individual Consumption According to Purpose), BPS juga

mempublikasikan inflasi berdasarkan pengelompokan yang lainnya yang dinamakan disagregasi inflasi. Disagregasi inflasi tersebut dilakukan untuk menghasilkan suatu indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat

fundamental.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

yoy (%) Aceh Nasional10,89

4,89

0,71

4,83

3,042,36

-3,45

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

Bahan M

akanan

Makanan ja

di,

min

um

an, ro

kok

Peru

mahan, a

ir, listrik

,gas, b

.bakar

Sandang

Kesehata

n

Pendid

ikan, re

kre

asi,

ola

hra

ga

Tra

nspor, k

om

unik

asi,

jasa k

eu.yoy(%)

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER-2016 53

BAB 3 Perkembangan Inflasi Aceh

Menurut kontribusinya tekanan inflasi tertinggi disumbang oleh kelompok volatile food sebesar 2,50%(Grafik

2.10). Komoditas pada kelompok ini yang memberikan andil inflasi tinggi antara lain Cabai Merah, Beras, Ikan

Segar, dan Tongkol. Selain itu inflasi tahunan Aceh pada triwulan laporan juga disumbang beberapa komoditas

dari kelompok administered price yaitu rokok kretek dan rokok kretek filter dengan rata-rata andil inflasi

sebesar 0,27% (yoy).

Grafik 2.9. Disagregasi Inflasi Tahunan

Provinsi Aceh

Grafik 2.10. Kontribusi Disagregasi Inflasi

Provinsi Aceh

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

Meningkatnya harga Cabai Merah di Aceh secara year on year pada Triwulan III 2016 disebabkan adanya

serangan virus bulai yang menyebabkan penyakit kuning daun di sejumlah daerah penghasil cabai di

Lhokseumawe. Berkurangnya pasokan cabai merah di pasar disaat permintaan masyarakat tengah meningkat

di bulan September 2016 menyebabkan harga komoditas tersebut merangkak naik. Di samping itu, adanya

perayaan hari raya Idul Adha, dan frekuensi terjadinya fenomena cuaca buruk, angin kencang disertai hujan

lebat di bulan September 2016 membuat nelayan enggan melaut. Hal tersebut menyebabkan pasokan ikan

segar, dan tongkol di pasar berkurang dan mengakibatkan harga turut meningkat.

Grafik 2.11. Pergerakan Harga Komoditas

Beras Premium

Grafik 2.12. Pergerakan Harga Komoditas

Daging Ayam

Sumber: http://hargapanganaceh.com/, diolah BI Aceh

Sedangkan untuk komoditas beras juga terlihat mengalami kenaikan harga bila dibandingkan dengan harga

yang berlaku di periode yang sama tahun lalu. Namun kenaikan harga tersebut masih dalam tingkat moderat.

Naiknya harga beras berasal dari naiknya harga jual Gabah Kering Panen (GKP) petani. Terjadinya fenomena

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2015 2016

%,yoy IHK Core

Volatile Adm Price

(1)

0

1

2

3

4

5

6

7

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2015 2016

%,yoyCore Volatile Adm Price

9.850

10.250

10.750 10.600

10.500

10.950

11.150

10.850 10.800

11.250 11.200

11.500

12.100

11.900

11.350

8.500

9.000

9.500

10.000

10.500

11.000

11.500

12.000

12.500

Jul Aug Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep

2015 2016

Rp/Kg

12.300

20.650

13.650

19.950

21.150

23.700

21.000 21.100

29.600

28.050

25.900 25.200

32.400

33.350

26.800

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

Jul Aug Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep

2015 2016

Rp/Kg

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

54 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER-2016

94BAB 3

Perkembangan Inflasi Aceh

inflasi yang menaikkan harga barang-barang secara umum menyebabkan petani juga menyesuaikan harga jual

gabah yang diproduksi untuk mempertahankan taraf kesejahteraan hidupnya. Harga beras di Aceh pada

triwulan III 2016 relatif masih stabil dengan kenaikan harga pada tingkat moderat.

Grafik 2.13. Pergerakan Harga Komoditas Bumbu-Bumbuan

Sumber: http://hargapanganaceh.com/, diolah BI Aceh

Menurut survei pemantauan harga yang dilakukan oleh Disperindag Provinsi Aceh pada website Pusat

Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Aceh, komoditas yang memiliki kenaikan harga secara year on year

pada Triwulan III 2016 yakni cabai merah, cabai rawit, beras (Grafik 2.11-2.13). Sementara itu untuk

komoditas Bawang Merah terpantau masih relatif stabil dengan adanya kenaikan harga yang tidak terlalu

signifikan.

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

Jul Aug Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep

2015 2016

Rp/Kg Cabe merah biasa Cabe rawit Bawang merah

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER-2016 55

BAB 3 Perkembangan Inflasi Aceh

PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA

Laju inflasi tahunan untuk masing-masing kota pantauan inflasi di triwulan III 2016 adalah Banda Aceh 3,17%,

Lhokseumawe 4,79%, dan Meulaboh 2,19% (yoy), capaian tersebut masih berada dibawah target inflasi

nasional di akhir tahun 2016 sebesar 4±1%. Capaian inflasi tahunan kota Banda Aceh di triwulan III 2016

masih lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi kota tersebut di periode yang sama tahun sebelumnya

yang tercatat sebesar 4,30% (yoy) (Grafik2.14 & 2.15).

Sedangkan untuk capaian Inflasi tahunan kota Lhokseumawe dan Meulaboh di periode triwulan III 2016

meningkat bila dibandingkan dengan inflasi tahunan kota tersebut di periode yang sama tahun sebelumnya

masing-masing tercatat sebesar 4,55%(yoy) dan 2,86%(yoy) (Tabel 2.4).

Tabel 2.4 Pergerakan Inflasi 3 Kota di Provinsi Aceh

Kota yoy,%

III-14 IV-14 I-15 II-15 III-15 IV-15 I-16 II-16 III-16

Banda Aceh 4,53 7,83 5,40 6,12 4,30 1,27 3,10 2,01 3,17

Lhokseumawe 5,12 8,53 5,44 6,36 4,55 2,44 4,63 3,03 4,79

Meulaboh 7,52 8,20 5,67 6,47 2,86 0,58 3,12 2,19 3,81

Aceh 5,07 8,09 5,45 6,24 4,19 1,53 3,55 2,34 3,73

Sumber: BPS Prov. Aceh, diolah BI Aceh

Untuk Kota Banda Aceh, komoditas Bahan Makanan menjadi kelompok yang memiliki laju inflasi tertinggi

sebesar 10,40% (yoy) disusul oleh kelompok Makanan Jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 5,29%

(yoy). Hal yang serupa juga dapat dilihat dari perkembangan inflasi tahunan kota Lhokseumawe dan Meulaboh

pada triwulan III 2016. Laju inflasi tahunan kota Lhokseumawe untuk triwulan III 2016 didorong oleh kenaikan

harga kelompok Bahan makanan sebesar 12,54% (yoy), kelompok Makanan jadi, minuman, rokok, tembakau

sebesar 3,87% (yoy), serta kelompok Sandang sebesar 4,51% (yoy). Sedangkan untuk laju inflasi kota

Meulaboh didorong oleh kelompok Bahan Makanan 9,22%(yoy), kelompok Makanan Jadi, Minuman, rokok, dan

Grafik 2.14. Pergerakan laju Inflasi Tahunan

Kota Pantauan Aceh

Grafik 2.15. Inflasi Bulanan

Kota Pantauan Aceh Triwulan-III 2016

Sumber : BPS Provinsi Aceh, diolah BI Aceh

0

1

2

3

4

5

6

Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep

2015 2016

YoY (%)

Banda Aceh Lhokseumawe

Meulaboh Aceh

3,173,81

3,73

4,79

-1,5

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep

2015 2016

Title

Banda Aceh Lhokseumawe

Meulaboh Aceh

0,78

0,83

1,44

0,98

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

56 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER-2016

94BAB 3

Perkembangan Inflasi Aceh

tembakau 5,39% (yoy). Di sisi lain, kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan mengalami deflasi

di tiga kota Pantauan Inflasi (tabel 2.5).

Tabel 2.5. Inflasi menurut kota dan kelompok barang dan jasa di Provinsi Aceh (yoy%)

Kota

Kelompok

Bahan Makanan

Makanan jadi,

minuman, rokok,

tembakau

Perumahan, air, listrik,

gas & bahan bakar

Sandang Kesehatan Pendidikan,

rekreasi, olahraga

Transpor, komunikasi,

jasa keuangan

Inflasi Total

Banda Aceh 10,40 5,29 0,41 5,57 2,72 3,06 -3,59 3,17

Lhokseumawe 12,54 3,87 1,34 4,51 4,35 0,87 -2,81 4,79

Meulaboh 9,22 5,39 0,55 2,39 1,43 2,55 -4,17 3,81

Aceh 10,89 4,89 0,71 4,83 3,04 2,36 -3,45 3,73

Sumber : BPS Provinsi Aceh

Penyebab inflasi di ketiga kota pantauan inflasi Aceh juga tergambar dalam andil komoditas-komoditas di kota

tersebut terhadap inflasi. Pada kota Banda Aceh, komoditas yang memberikan andil tertinggi adalah Cabai

Merah, Rokok Kretek Filter, dan Cumi-cumi. Sedangkan untuk kota Lhokseumawe komoditas yang memberikan

andil tertinggi adalah Daging Ayam Ras, Cabai Merah, dan Tongkol/Ambu-ambu. Untuk kota Meulaboh

komoditas yang memberikan andil tertinggi adalah Tongkol/Ambu-ambu, Mie, dan Cabai Merah. Komoditas

yang konsisten memberikan andil inflasi tahunan terbesar di 3 kota adalah Cabai Merah. Sementara itu, andil

komoditas lainnya terhadap inflasi bervariasi di antara ketiga kota pantauan inflasi tersebut (Tabel 2.6).

Tabel 2.6. Komoditas Pemberi Andil Inflasi Triwulan III Tahun 2016 (yoy%)

Banda Aceh Lhokseumawe Meulaboh

Komoditas Andil Inflasi

Komoditas Andil Inflasi

Komoditas Andil Inflasi

Cabai Merah 0,34 Daging Ayam Ras 0,41 Tongkol/Ambu-ambu 0,70

Rokok Kretek Filter 0,30 Cabai Merah 0,39 Mie 0,36

Cumi-cumi 0,28 Tongkol/Ambu-ambu 0,36 Cabai Merah 0,23

Udang Basah 0,21 Bawang Merah 0,29 Rokok Kretek Filter 0,21

Emas Perhiasan 0,18 Cabai Rawit 0,25 Beras 0,21

Rokok Kretek 0,15 Cumi-cumi 0,25 Kopi Manis 0,18

Minyak Goreng 0,14 Gula Pasir 0,21 Emas Perhiasan 0,16

Jeruk 0,13 Kacang Panjang 0,20 Bawang Merah 0,16

Beras 0,13 Minyak Goreng 0,15 Pir 0,15

Bawang Merah 0,13 Beras 0,15 Rokok Kretek 0,15

Sumber : BPS Provinsi Aceh

Bila dilihat dari 23 kota di Sumatera, pada bulan September 2016, seluruhnya mengalami inflasi tahunan.

Inflasi tertinggi terjadi di Kota Sibolga yaitu sebesar 9,12% (yoy) dan terendah di Kota Metro sebesar 2,80%.

Kota-kota pantauan inflasi di Provinsi Aceh tercatat mengalami inflasi yang relatif lebih rendah diantara kota-

kota lainnya di Sumatera (Tabel 2.7).

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER-2016 57

BAB 3 Perkembangan Inflasi Aceh

Tabel 2.7 Perbandingan Inflasi Kota

Kota Y o Y (%) Kota Y o Y (%)

SIBOLGA 9,12 BUNGO 4,11

MEDAN 7,66 MEULABOH 4,09

BUKIT TINGGI 6,14 BATAM 3,91

PADANG 6,13 TANJUNG PANDAN 3,88

BENGKULU 5,72 LUBUKLINGGAU 3,83

PANGKAL PINANG 5,69 TANJUNG PINANG 3,59

PEMATANG SIANTAR 5,5 DUMAI 3,43

PADANGSIDIMPUAN 5,36 TEMBILAHAN 3,34

JAMBI 5,09 BANDA ACEH 3,04

LHOKSEUMAWE 4,65 BANDAR LAMPUNG 2,90

PALEMBANG 4,27 METRO 2,80

PEKANBARU 4,26

Sumber : BPS Provinsi Aceh

TPID PROVINSI ACEH

Salah satu bentuk koordinasi antara Pemerintah dengan Bank Indonesia (BI) sebagai salah satu upaya dalam

pengendalian inflasi adalah melalui pembentukan Tim Pengendalian Inflasi (TPI) baik di level Pusat maupun

Daerah yang dikenal dengan sebutan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Dalam rangka menindaklanjuti

surat Instruksi Menteri Dalam Negeri atau Inmendagri Nomor 027/1696/SJ Perihal Menjaga Keterjangkauan

Barang dan Jasa di Daerah dimana pada poin ketujuh Instruksi tersebut menyebutkan bahwa “Segera

membentuk Tim Pengendalian Inflasi Daerah yang selanjutnya disingkat dengan TPID sebagai suatu wadah

koordinasi dalam menjaga agar tidak terjadi inflasi di daerah”.

Sehubungan dengan hal tersebut, sampai dengan triwulan III 2016 seluruh kabupaten/kota di Provinsi Aceh

telah memiliki TPID masing-masing, yakni dengan rincian di 23 kabupaten/kota dan 1 (satu) TPID Provinsi di

Provinsi Aceh. Kabupaten / Kota yang baru membentuk TPID pada tahun 2016 antara lain: Kabupaten Aceh

Barat Daya (24 Mei 2016), Gayo Lues (12 Maret 2016), Langsa (18 Maret 2016), Nagan Raya (29 Februari

2016).

Untuk TPID Aceh, Surat Keputusan (SK) Pembentukan TPID telah mengalami beberapa pembaharuan, dimana

TPID Aceh pertama kali dibentuk dengan adanya dasar hukum SK Gubernur Aceh No.580/703/2009 tanggal 26

November 2009 yang diperbarui dengan SK Gubernur Aceh No. 580/473/2011 tanggal 8 Agustus 2011,

selanjutnya diperbaharui melalui SK Gubernur No.580/128/2015 tanggal 29 Januari 2015 dimana jabatan

ketua TPID yang semula dijabat oleh Asisten II menjadi Sekretaris Daerah Aceh. Sementara Asisten II yang

membidangi ekonomi ditetapkan sebagai sekretaris TPID.

Dalam rangka penguatan kegiatan dan koordinasi terkait dengan stabilitas harga, TPID Provinsi Aceh juga

selalu melibatkan instansi vertikal diantaranya adalah BPS Provinsi Aceh, Bulog Sub Divre Aceh, Pertamina,

PLN, dll. Hal ini bertujuan untuk dapat meningkatkan koordinasi terutama dalam hal stabilisasi harga bahan

pangan pokok dan ketersediaan energi (BBM, Listrik, dan Gas Elpiji) serta meningkatkan kualitas asesmen

terhadap perkembangan inflasi Provinsi Aceh.

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

58 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER-2016

94BAB 3

Perkembangan Inflasi Aceh

Adapun Adapun kegiatan koordinasi TPID Provinsi Aceh sepanjang triwulan III tahun 2016 antara lain

melakukan Rapat Koordinasi TPID Provinsi dan TPID Kabupaten/Kota Se-Aceh pada tanggal 1 September 2016

di Kabupaten Aceh Tamiang. Kesimpulan dan tindak lanjut rapat adalah sebagai berikut:

a) Melaksanakan rencana pengendalian inflasi sesuai dengan roadmap pengendalian Inflasi Aceh yang telah

disahkan oleh ketua TPID Aceh pada bulan Agustus 2016

b) Melakukan Sinergi program SKPA dalam rangka pengendalian inflasi Aceh periode Tw IV-2016, antara lain:

Melaksanakan Program Toko Tani Indonesia keliling yang dilaksanakan pada minggu pertama bulan

Agustus 2016.

Membentuk tim pengawasan LPG 3 Kg.

Perbaikan irigasi & panen raya periode gadu diharapkan dapat menghambat inflasi, khususnya dari

kelompok volatile food.

Pembinaan Gabungan Kelompok Peternak yang terintegrasi dengan fungsi Rumah Potong Hewan

(RPH).

Memperlancar pelaksanaan bongkar muat kontainer barang kebutuhan pokok dari Tanjung Priok ke

pelabuhan Malahayati pada tanggal 22 Agustus 2016.

Memberikan Subsidi bagi kapal perintis untuk penanganan stagnasi transportasi laut.

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun
Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 60

BAB 4

Stabilitas Keuangan Daerah Dan

Pengembangan Akses Keuangan & UMKM

Seiring dengan perlambatan pertumbuhan perekonomian Aceh di triwulan III 2016, sektor

korporasi masih terekspos kerentanan yang bersumber dari perlambatan sektor

pertambangan, pengolahan dan pertanian berbasis ekspor. Hal ini senada dengan hasil

Survei Kegiatan Dunia Usaha yang mengindikasikan penurunan kinerja perusahaan pada

periode laporan. Kualitas kredit yang disalurkan Bank Umum ke Sektor Korporasi di Aceh

berada di level yang perlu untuk mendapat perhatian lebih khusus atau kurang baik. Hal

ini tercermin dari indikator Non Performing Loans (NPL) kredit pada sektor Korporasi di

Aceh yang berada di atas level aman 5%.

Pertumbuhan konsumsi di Aceh cenderung mengalami penurunan pertumbuhan pada

triwulan III-2016. Namun demikian kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan ke

sektor perorangan di Provinsi Aceh masih cukup baik. Hal ini tercermin dari rasio Non

Performing Loans (NPL) baik untuk kredit berupa KPR, KKB maupun multiguna di level

yang berada jauh dibawah critical point 5%. Selain itu tren penurunan tingkat

pengangguran di Aceh dapat berkontribusi pada peningkatan ketahanan sektor rumah

tangga perseorangan.

KETAHANAN SEKTOR KORPORASI

4.1.1. Kinerja Korporasi dan Penilaian Risiko

Perekonomian Aceh di triwulan III-2016 melambat dibandingkan triwulan sebelumnya karena menurunnya

kinerja di sektor-sektor utama Aceh, yakni sektor pertanian, perdagangan, administrasi pemerintahan. Hal ini

senada dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia mengindikasikan tendensi bahwa

kegiatan usaha pada triwulan III- 2016 menurun dibandingkan kondisi tahun sebelumnya. Penurunan kegiatan

usaha tersebut tercermin pada saldo bersih tertimbang (SBT) 1 kegiatan usaha sebesar -2,83%, atau lebih

rendah dibandingkan SBT akhir triwulan II 2016 yang masih tercatat positif sebesar 6,35%. Penurunan kinerja

sektor ekonomi berdasarkan SKDU didorong oleh adanya SBT negatif di sektor industri pengolahan sebesar

1,74%, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor menunjukkan SBT sebesar -

0,22%, dan sektor transportasi dan pergudangan yang menunjukkan SBT -1,79%.

Sementara itu, berdasarkan SKDU, rata-rata kapasitas produksi terpakai menurun dari 81,38% pada triwulan

III 2015 menjadi 76,21% pada triwulan laporan. Indikasi penurunan kapasitas produksi terjadi pada sektor

pertambangan yang secara rata-rata mengalami penurunan dari 90% pada tahun sebelumnya menjadi 76,88%

pada periode laporan. Penurunan ini dikonfirmasi oleh ekspor bahan bakar mineral Aceh yang mengalami

perlambatan pada periode laporan.

Namun demikian, berdasarkan hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh

dan Kota Lhokseumawe menunjukkan optimisme dari kontak yang berasal dari sektor pertanian, pengolahan

dan logistik yang berpendapat bahwa situasi ekonomi di tahun 2016 dapat menunjang penjualan dan produksi

sektor tersebut.

1Saldo Bersih Tertimbang adalah hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya. Saldo Bersih adalah selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “meningkat” dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “menurun” dan mengabaikan jawaban “sama”.

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

61 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016

BAB 4

Stabilitas Keuangan Daerah Dan Pengembangan

Akses Keuangan & UMKM

4.1.2. Eksposur Perbankan Pada Sektor Korporasi

Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan yang dimiliki oleh nasabah korporasi di Aceh pada triwulan III-2016

mencapai Rp1,46 triliun atau terkontraksi sebesar 11,53%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 25,99%. Komposisi DPK korporasi di Aceh pada triwulan laporan masih didominasi oleh jenis

simpanan Giro dengan proporsi 60,87%, kemudian diikuti dengan deposito dengan proporsi 22,19%, dan

terakhir Tabungan dengan proporsi 16,94%. Secara nominal struktur DPK Aceh tergambar pada Grafik 4.2.

Grafik 4. 1. Perkembangan DPK Korporasi Grafik 4. 2. Komposisi DPK Korporasi

Sumber : LBU, diolah BI Aceh

Penurunan tingkat pertumbuhan DPK korporasi di Provinsi Aceh terutama diakibatkan oleh penurunan

tingkat pertumbuhan Giro. Pada triwulan laporan ini, kontraksi Giro korporasi adalah sebesar 2,06% (yoy)

dengan posisi sebesar Rp894 miliar, menurun secara signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 49,75% (yoy). Penurunan giro korporasi terjadi sesuai dengan tren tahunannya

dimana pada periode ini perusahaan seringkali melakukan pembayaran untuk modal pelaksanaan proyek.

Deposito korporasi mengalami kontraksi sebesar 20,84%(yoy) dengan posisi sebesar Rp326 miliar, menurun

dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 0,72%, sedangkan Tabungan

korporasi terkontraksi sebesar 25,85% (yoy) dengan posisi sebesar Rp249 miliar atau mengalami

peningkatan kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 11,50% (yoy).

Grafik 4. 3. Perkembangan Giro Korporasi

Sumber : LBU, diolah BI Aceh

Grafik 4. 4. Perkembangan Tabungan Korporasi

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

I II III IV I II III

2015 2016

Rp M

ilyar

DPK Korporasi Pertumbuhan DPK Korporasi(yoy)

60,87%16,94%

22,19% Giro Korporasi

TabunganKorporasi

DepositoKorporasi

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

I II III IV I II III

2015 2016

Rp M

ilyar

Giro Korporasi Growth Giro Korporasi

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0

50

100

150

200

250

300

350

400

I II III IV I II III

2015 2016

Rp M

ilyar

Tabungan Korporasi Growth Tabungan Korporasi

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 62

BAB 4

Stabilitas Keuangan Daerah Dan

Pengembangan Akses Keuangan & UMKM

Pada triwulan laporan, suku bunga Giro korporasi berada pada level 1,31% atau menurun dibandingkan

suku bunga triwulan sebelumnya sebesar 1,61% (Grafik 4.8). Hal ini senada dengan suku bunga Tabungan

korporasi yang sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya dari sebesar 3,40% menjadi 2,68% pada

triwulan laporan. Suku bunga Deposito korporasi juga cenderung sedikit menurun di level 6,27%

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,27%. Penurunan suku bunga DPK Korporasi di Aceh sejalan

dengan rangkaian penyesuaian BI-7 Days Repo Rate2 sejak awal tahun 2016, dari sebelumnya 5,50% pada

bulan April 2016 menjadi 5,25% pada bulan Juni 2016 hingga mencapai 5% pada bulan September 2016.

Grafik 4. 5. Perkembangan Deposito Korporasi Grafik 4. 6. Perkembangan Suku Bunga DPK Korporasi

Sumber : LBU, diolah BI Aceh

Pembiayaan sektor Korporasi oleh perbankan berdasarkan lokasi proyek pada Triwulan-III 2016 menunjukkan

penurunan kontraksi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Posisi kredit Bank Umum yang diterima oleh

sektor korporasi di Aceh pada akhir Triwulan-III 2016 mencapai Rp32,78 triliun, terkontraksi sebesar 2,07%

(yoy) atau mengalami perlambatan kontraksi dibandingkan dengan kontraksi kredit korporasi pada Triwulan-II

2016 sebesar 2,10% (yoy) (Grafik 4.7).

Grafik 4. 7. Perkembangan Kredit ke Korporasi Grafik 4. 8. Perkembangan NPL Kredit ke Korporasi

Sumber : LBU,diolah BI Aceh

2 Penggunaan BI 7 Day Repo Rate sebagai suku bunga acuan berlaku mulai tanggal 19 Agustus 2016. Sebelum periode tersebut suku bunga acuan menggunakan BI Rate

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

I II III IV I II III

2015 2016

Rp M

ilyar

Deposito Korporasi Growth Deposito Korporasi

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II III

2015 2016

%

Giro Tabungan Deposito

-10%

-8%

-6%

-4%

-2%

0%

2%

4%

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III

2015 2016

Rp T

riliun

Kredit Ke KorporasiKredit TotalGrowth Kredit Korporasi (yoy, Kiri))

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

5

I II III IV I II III

2015 2016

%

Rp T

riliun

Kredit Ke Korporasi NPL Kredit ke Korporasi

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

63 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016

BAB 4

Stabilitas Keuangan Daerah Dan Pengembangan

Akses Keuangan & UMKM

Kredit yang disalurkan oleh Bank Umum di Aceh tersebut diterima oleh tiga sektor korporasi utama di Aceh yaitu

sektor Perdagangan Besar & Eceran, Pertanian, Kehutanan & Perikanan serta sektor Industri Pengolahan yang

mencapai 50,08% dari total kredit yang disalurkan ke sektor Korporasi di Aceh.

Kredit yang diterima oleh korporasi pada sektor pertanian di Aceh mencapai Rp1,24 triliun atau mengalami

kontraksi pada triwulan laporan, yaitu sebesar 26,10% (yoy). Tingkat pertumbuhan tersebut menurun

dibandingkan dengan pertumbuhan kredit triwulan sebelumnya yang mencapai sebesar 19,37% (yoy).

Seiring dengan perlambatan perekonomian pada sektor industri pengolahan, posisi kredit yang disalurkan

kepada sektor industri pengolahan mengalami kontraksi sebesar 14,02% (yoy) pada triwulan laporan dengan

baki debet sebesar Rp306,70 miliar, tingkat kontraksi tersebut menurun dibandingkan triwulan II-2016 yang

terkontraksi hingga 31,90% (yoy). Kredit ke sektor perdagangan di Aceh mencapai Rp594,71 miliar dan masih

mengalami kontraksi sebesar 36,03% (yoy), tingkat kontraksi tersebut mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 22,04%.

Grafik 4. 9. Komposisi Kredit Perbankan Di Aceh

Grafik 4. 10. Perkembangan Kredit dan NPL

Sektor Industri Pertanian

Sumber : LBU,diolah BI Aceh

Grafik 4. 11. Perkembangan Kredit dan NPL Korporasi Sektor

Perdagangan

Grafik 4. 12. Perkembangan Kredit dan NPL Korporasi

Sektor Pengolahan

Kualitas kredit yang disalurkan Bank Umum ke Sektor Korporasi meningkat. NPL kredit Bank Umum yang

disalurkan kepada sektor Korporasi di Aceh pada akhir Triwulan-III 2016 tercatat sebesar 6,51% (yoy), sedikit

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,18 % (yoy) (Grafik 4.18). Jika dilihat berdasarkan

sektor Korporasi utama, NPL Kredit yang disalurkan sektor Perdagangan di Aceh pada akhir Triwulan-III 2016

masih berada pada level yang tinggi yaitu sebesar 13,75%. Kondisi tersebut berbeda dengan rasio NPL kredit

yang disalurkan Bank Umum ke korporasi di sektor industri pengolahan dan pertanian yang masih terjaga rendah

di bawah level 5% yaitu masing-masing hanya sebesar 0,04% dan 2,58%.

7%

14%

29%

50%

Perdagangan

IndustriPengolahan

Pertanian

Sektor Lainnya

0

0,5

1

1,5

2

2,5

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1,8

2

I II III IV I II III

2015 2016

%

Rp T

riliun

Kredit Ke Pertanian NPL Pertanian (kanan)

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

0

200

400

600

800

1000

1200

I II III IV I II III

2015 2016

%

Rp M

ilia

r

Kredit Ke Perdagangan NPL PHR (kanan)

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

I II III IV I II III

2015 2016

%

Rp M

ilyar

Kredit Ke Industri Pengolahan

NPL Industri Pengolahan (kanan)

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 64

BAB 4

Stabilitas Keuangan Daerah Dan

Pengembangan Akses Keuangan & UMKM

Grafik 4.13. Perkembangan Suku Bunga Kredit Korporasi Di Aceh

Sumber : LBU,diolah BI Aceh

Tingkat suku bunga kredit korporasi

terus menunjukkan tren penurunan

seiring dengan rangkaian

penyesuaian BI-7 Days Repo Rate

sejak awal tahun 2016. Pada triwulan

laporan, suku bunga kredit korporasi

berada pada level 11,30% atau

sedikit menurun dibandingkan suku

bunga triwulan sebelumnya sebesar

12,27% (Grafik 4.13).

KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA

4.2.1. Sumber kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga

Konsumsi di Aceh cenderung mengalami penurunan pada triwulan III-2016. Hal ini juga terkonfirmasi dari

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) di triwulan III-2016 masing-masing

sebesar 121,44 dan 144,0, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yaitu masing-masing sebesar 121,9 dan

115,2. Namun demikian Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tercatat sebesar 128,89, lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 128,7 yang menunjukkan bahwa optimisme konsumen terhadap

situasi perekonomian di tahun 2016 masih terjaga. Selain itu penurunan tingkat pengangguran di Aceh hingga

mencapai level 7,57% pada bulan Agustus 2016 dari 9,93% pada periode yang sama sebelumnya juga dinilai

dapat menjadi indikasi peningkatan stabilitas keuangan rumah tangga perorangan di Aceh.

4.2.2. Eksposur Perbankan Terhadap Sektor Rumah Tangga

Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan yang dimiliki oleh nasabah perorangan di Aceh pada triwulan III-2016

mencapai Rp24,71 triliun atau tumbuh sebesar 43%, meningkat dibandingkan tingkat pertumbuhan triwulan

sebelumnya sebesar 23,31%. Komposisi DPK perorangan di Aceh pada triwulan laporan masih didominasi oleh

jenis simpanan Tabungan dengan proporsi 62,41%, kemudian diikuti dengan deposito dengan proporsi 28,48%,

dan terakhir giro dengan proporsi 9,11%. Secara nominal struktur DPK Aceh tergambar pada Grafik 4.15.

Grafik 4. 14. Perkembangan DPK Perseorangan Grafik 4. 15. Komposisi DPK Perseorangan

Sumber : LBU,diolah BI Aceh

Peningkatan tingkat pertumbuhan DPK perorangan di Provinsi Aceh terutama diakibatkan oleh peningkatan

tingkat pertumbuhan tabungan. Pada triwulan laporan ini, pertumbuhan tabungan perorangan adalah

0

2

4

6

8

10

12

14

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

5

I II III IV I II III

2015 2016

%

Rp T

riliun

Jumlah Kredit Korporasi (kanan)

BI 7 D RR

Suku Bunga Kredit Korporasi

0%

10%

20%

30%

40%

50%

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III

2015 2016

Rp T

riliun

DPK Perseorangan Pertumbuhan DPK Perseorangan(yoy)

9,11%

62,41%

28,48% Giro

Perseorangan

Tabungan

Perseorangan

Deposito

Perseorangan

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

65 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016

BAB 4

Stabilitas Keuangan Daerah Dan Pengembangan

Akses Keuangan & UMKM

sebesar 15,90% (yoy) dengan posisi sebesar Rp15,42 triliun atau menurun dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 24,40% (yoy). Pertumbuhan Deposito perorangan adalah sebesar

109,66%(yoy) dengan posisi sebesar Rp7,04 triliun, meningkat signifikan dibandingkan dengan

pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 17,29%, sedangkan pertumbuhan Giro perorangan adalah

sebesar 264,35% (yoy) dengan posisi sebesar Rp2,25 triliun atau meningkat secara signifikan dibandingkan

tingkat pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 36,95% (yoy).

Grafik 4. 16. Perkembangan Tabungan Perseorangan Grafik 4. 17. Perkembangan Deposito Perseorangan

Sumber : LBU,diolah BI Aceh

Pada triwulan laporan, suku bunga Deposito perorangan berada pada level 6,62% atau sedikit meningkat

dibandingkan suku bunga triwulan sebelumnya sebesar 6,51% (Grafik 4.8). Namun demikian suku bunga

tabungan perorangan menurun dibanding triwulan sebelumnya dari sebesar 1,73% menjadi 1,61% pada

triwulan laporan. Suku bunga giro perorangan juga cenderung menurun di level 1,13% dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 1,53%.

Grafik 4. 18. Perkembangan Giro Perseorangan Grafik 4. 19. Perkembangan Suku Bunga DPK

Perseorangan

Sumber : LBU,diolah BI Aceh

Kredit berdasarkan lokasi proyek yang disalurkan oleh perbankan kepada sektor Rumah Tangga perorangan di

Aceh memiliki proporsi sebesar 55,31% dari total kredit. Pembiayaan kredit yang disalurkan kepada individu

perorangan di Provinsi Aceh mengalami peningkatan pertumbuhan (Grafik 4.20). Pada akhir Triwulan-III 2016

kredit yang disalurkan perbankan kepada perorangan mencapai Rp18,13 triliun atau tumbuh sebesar 35,57%

(yoy), meningkat signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan kredit rumah tangga di Triwulan-II 2016 sebesar

35,57 % (yoy). Kredit rumah tangga terdiri dari Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) sebesar Rp2,55 triliun

(14,08%), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) Rp1,66 triliun (9,16%), dan Multiguna sebesar Rp13,37 triliun

(73,56%)

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

I II III IV I II III

2015 2016

Rp T

riliun

Tabungan Perseorangan

Pertumbuhan Tabungan Perseorangan (YoY, Kanan)

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III

2015 2016

Rp T

riliun

Deposito Perseorangan

Pertumbuhan Deposito Perseorangan (YoY, Kanan)

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

0

500

1000

1500

2000

2500

I II III IV I II III

2015 2016

Rp M

ilyar

Giro Perseorangan

Pertumbuhan Giro Perseorangan (YoY, Kanan)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III

2015 2016

%

Giro Tabungan Deposito

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 66

BAB 4

Stabilitas Keuangan Daerah Dan

Pengembangan Akses Keuangan & UMKM

Mayoritas kredit perorangan di Aceh disalurkan untuk skim multiguna yang pada triwulan III-2016 mencapai

Rp13,37 triliun, atau tumbuh sebesar 49,02% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 10,28%. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) yang disalurkan Bank Umum ke sektor Rumah Tangga di

Aceh di Triwulan-III 2016 mencapai Rp1,66 triliun, dimana tingkat pertumbuhannya meningkat dibandingkan

triwulan lalu yang terkontraksi sebesar 2,24%, menjadi tumbuh sebesar 19,53% (yoy) pada triwulan laporan.

Selain dalam bentuk KKB, kredit Bank Umum yang diterima oleh sektor Rumah Tangga di Aceh juga berupa KPR

sebesar Rp2,57 triliun pada Triwulan-III 2016 . Kredit dalam bentuk KPR yang diterima oleh sektor rumah tangga

mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan laporan sebesar 5,69% (yoy) atau sedikit meningkat

dibandingkan tingkat pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,60% (yoy).

Grafik 4. 20. Perkembangan Kredit Perorangan Grafik 4. 21. Perkembangan Kredit Multiguna

Sumber : LBU,diolah BI Aceh

Grafik 4. 22. Perkembangan KKB Grafik 4. 23. Perkembangan KPR

Sumber : LBU,diolah BI Aceh

Kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan ke sektor perorangan di Provinsi Aceh masih cukup baik. Hal ini

tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPL) baik untuk kredit berupa KPR, KKB maupun multiguna di level

yang berada dibawah critical point 5%. NPL KPR pada Triwulan-III 2016 sebesar 2,57% atau sedikit meningkat

dari triwulan sebelumnya sebesar 2,53%, sedangkan NPL KKB pada periode laporan mencapai 1,07%, sedikit

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,06% sedangkan NPL kredit multiguna hanya sebesar

0,43% atau sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya dengan tingkat NPL 0,45% (Grafik 4.24).

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III

2015 2016

Rp T

riliun

Kredit Perorangan Kredit Total

Pertumbuhan (yoy,kanan)

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III

2015 2016

Rp T

riliun

Multiguna Pertumbuhan yoy Multiguna (kanan)

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

0

0,5

1

1,5

2

I II III IV I II III

2015 2016

Rp T

riliun

KKB Pertumbuhan yoy KKB (kanan)

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

18%

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

I II III IV I II III

2015 2016

Rp T

riliun

KPR Pertumbuhan yoy KPR (kanan)

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

67 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016

BAB 4

Stabilitas Keuangan Daerah Dan Pengembangan

Akses Keuangan & UMKM

Grafik 4. 24. Perkembangan NPL Kredit Perorangan Grafik 4. 25. Perkembangan Suku Bunga Kredit

Perorangan

Sumber : LBU,diolah BI Aceh

Tingkat suku bunga kredit perorangan terus menunjukkan tren penurunan seiring dengan rangkaian

penyesuaian BI-7 day repo rate sejak awal tahun 2016. Pada triwulan laporan, suku bunga kredit perorangan

berada pada level 10,87% atau menurun dibandingkan suku bunga triwulan sebelumnya sebesar 11,99%

(Grafik 4.25).

PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

4.3.1. Asesmen Penyaluran Pembiayaan UMKM

Penyaluran kredit UMKM berdasarkan lokasi proyek di Provinsi Aceh pada Triwulan-III 2016 mengalami

peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Posisi kredit yang disalurkan perbankan kepada UMKM

di triwulan pelaporan ini mencapai Rp9,73 triliun, atau tumbuh sebesar 15,73% (yoy), meningkat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,42% (yoy).

Namun demikian, hingga akhir Triwulan-III 2016 pangsa penyaluran kredit UMKM hanya mencapai 29,68% dari

total kredit yang disalurkan perbankan ke Provinsi Aceh. Kondisi ini mengindikasikan bahwa penyaluran kredit

kepada usaha mikro, kecil, dan menengah di Aceh masih cukup rendah. Apabila dilihat berdasarkan skala

usahanya, kredit UMKM masih didominasi oleh kredit skala kecil (Grafik 4.27). Kredit UMKM skala kecil (Rp 50juta

– Rp500 juta) yang disalurkan pada Triwulan-III 2016 mencapai Rp4,72 triliun, disusul oleh kredit skala mikro

(di bawah Rp50 juta) dengan baki debet sebesar Rp2,92 triliun dan kredit skala menengah (Rp500 juta – Rp5

miliar) senilai Rp2,08 triliun.

Grafik 4. 26. Perkembangan Kredit UMKM Grafik 4. 27. Komposisi Kredit UMKM

Sumber : LBU,diolah BI Aceh

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III

2015 2016

%

Giro Tabungan Deposito

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0

5

10

15

20

I II III IV I II III

2015 2016

%

Rp T

riliun

Posisi Kredit Perorangan

BI 7D RR (kanan)

Suku Bunga Kredit Perorangan (kanan)

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

18%

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III

2015 2016

Rp T

riliun

Total Pembiayaan UMKM (kiri) Pertumbuhan (yoy)

Menengah

21%

Kecil49%

Mikro30%

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 68

BAB 4

Stabilitas Keuangan Daerah Dan

Pengembangan Akses Keuangan & UMKM

Terkait dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR), outstanding Kredit Untuk Rakyat (KUR) dengan total baki debet

tercatat sebesar Rp500,62 miliar (Grafik 4.23) dengan jumlah debitur sebanyak 11.615 debitur (Grafik 4.24).

Penyaluran KUR (total baki debet) Provinsi Aceh tersebut tumbuh sebesar 22,53% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang telah terkontraksi sebesar 7% (yoy) (Grafik 4.24).

Grafik 4. 28. Perkembangan Penyaluran

KUR Aceh

Grafik 4. 29. Perkembangan

Debitur KUR Aceh

Sumber : LBU,diolah BI Aceh

4.3.2. Program Akses Keuangan dan Pengembangan UMKM

Daging sapi merupakan komoditas yang pola konsumsinya cukup unik di Aceh. Setiap tiga kali dalam setahun,

masyarakat Aceh merayakan hari raya Idul Adha, Idul Fitri dan menjelang Ramadhan dengan tradisi Meugang.

Meugang adalah tradisi memasak daging dan menikmatinya bersama keluarga, kerabat dan yatim piatu oleh

masyarakat Aceh. Selain pola konsumsinya yang unik, preferensi masyarakat Aceh terhadap daging sapi juga

cenderung sangat spesifik. Mayoritas masyarakat Aceh kurang menyukai daging beku dan lebih memilih untuk

mengkonsumsi daging segar dari varietas sapi Aceh.

Sapi Aceh merupakan salah satu rumpun sapi lokal Indonesia yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui

Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 2907/Kpts/OT.140/6/2011, yang mempunyai sebaran asli geografis di

Provinsi Aceh yang dibudidayakan secara turun temurun. Sapi Aceh umumnya diternakkan oleh masyarakat

sebagai penghasil daging. Sapi Aceh yang dijumpai di beberapa kabupaten di Provinsi Aceh memiliki fisik lebih

besar dari sapi Sumatera karena lebih banyak disilangkan dengan sapi Benggala (Zebu) Penampilan Produksi

Berat Lahir Berat lahir pedet betina sapi Aceh 14,75 kg dan pedet jantan 15,9 kg dengan angka kelahiran rata-

rata 65-85% Produksi Daging Berat karkas sapi Aceh jantan berkisar 129,9 kg dan sapi Aceh betina 109,8 kg.

Sedangkan persentase karkas rata-rata 49-51%.

Sayangnya, permintaan sapi varietas Aceh yang tinggi, seringkali tidak dapat dipenuhi oleh pasokan yang ada

dan hal ini berdampak pada fluktuasi harga daging sapi di tingkat konsumen, khususnya saat hari raya

keagamaan. Pada hari biasa, harga daging sapi Aceh dapat mencapai Rp120.000/kg sedangkan pada saat

menjelang meugang dapat melonjak hingga Rp160.000/kg.

Oleh karena itu, dalam menjalankan tugasnya mengawal kebijakan stabilitas sistem keuangan dan pengendalian

inflasi daerah, KPwBI Provinsi Aceh bekerjasama dengan pemerintah Daerah melakukan berbagai

pengembangan UMKM dan sosialisasi akses keuangan. Salah satu program unggulan yang dilaksanakan oleh

Bank Indonesia sejak tahun 2014 adalah pengembangan program pengendalian inflasi klaster sapi pada salah

satu sentra sapi di Provinsi Aceh, yaitu Kabupaten Pidie dan Aceh Barat. Dalam pengembangan program klaster

-60%

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

0

100

200

300

400

500

600

700

I II III IV I II III

2015 2016

Rp M

ilia

r

Total Pembiayaan KUR (Kiri) Pertumbuhan (yoy)

-70%

-60%

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

I II III IV I II III

2015 2016

Jumlah Debitur KUR (kiri) Pertumbuhan (yoy)

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

69 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016

BAB 4

Stabilitas Keuangan Daerah Dan Pengembangan

Akses Keuangan & UMKM

ini KPw BI Provinsi Aceh menyasar 3 permasalahan utama dari budidaya sapi, yaitu pakan, pembibitan dan

kelembagaan.

Gambar 4.1 Sapi Indukan Yang Diberikan Inseminasi

Buatan

Gambar 4.2. Anakan Sapi Hasil Inseminasi Buatan

Salah satu kendala dalam budidaya sapi pedaging di Aceh adalah keterbatasan pasokan bibit sapi. Proses

pengembangbiakan sapi masih mengandalkan proses kawin alami, selain itu peternak sapi tidak memiliki target

tertentu untuk penambahan jumlah sapi – anakan. Issue yang berkembang saat ini, adalah ketersediaan sapi

bakalan yang berkurang sehingga harga sapi-bakalan sudah cukup tinggi yang berakibat harga jual sapi siap

potong juga tinggi. Hal ini berakibat harga sapi Aceh tidak kompetitif untuk di ekspor keluar Aceh. Hal ini menjadi

salah satu sebab ketersediaan sapi yang siap potong tidak mencukupi.

Untuk mengatasi hal tersebut sejak tahun 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Aceh melaksanakan program

sinkronasi birahi dan pelaksanaan program inseminasi buatan. Salah satu kendala yang sering dihadapi dalam

program inseminasi buatan adalah ketidaksesuaian antara waktu ovulasi dengan pemberian /injeksi sperma.

Melalui upaya terapi hormon / sinkronasi birahi diharapkan masalah tersebut dapat teratasi.

Program inseminasi buatan ini dilaksanakan pada semester II-2015 kepada 62 indukan sapi dan sembilan bulan

kemudian 54 anakan baru telah lahir dalam periode yang tidak terlalu berjauhan. Melalui program inseminasi

buatan ini peternak dapat memperoleh berbagai keuntungan antara lain memperoleh bibit yang unggul seperti

yang diinginkan, mendapatkan anak yang unggul dengan cepat, meningkatkan nilai jual, mengatur kelahiran

yang serentak apabila peternak memiliki induk yang banyak, mudah untuk melakukan perawatan induk dan

anak, menentukan jenis kelamin anakan, serta mempermudah pemasaran.

Dengan adanya pemanfaatan teknologi tepat guna dalam bentuk sinkronisasi birahi dan inseminasi buatan, maka

diharapkan permasalahan minimnya bibit sapi unggul di Aceh dapat teratasi dan menjadi model percontohan

yang dapat direplikasi oleh peternak sapi lain di Provinsi Aceh. Melalui metode ini diharapkan diperoleh dua

manfaat, di satu sisi petani menjadi lebih sejahtera dikarenakan memiliki target pertambahan jumlah sapi anakan

dari sapi betina yang dimilikinya, selain itu apabila pasokan daging sapi terjaga dan dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat, maka diharapkan fluktuasi harga daging sapi di Aceh dapat diminimalisir.

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun
Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

71 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

BAB 5

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan

Pengelolaan Uang Rupiah

Aliran uang kartal melalui Bank Indonesia di Banda Aceh dan Lhokseumawe menunjukkan

adanya net outflow, namun leebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kegiatan sistem pembayaran nontunai yang diselenggarakan Bank Indonesia melalui

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukan penurunan dibandingkan

triwulan sebelumnya, baik dari sisi volume maupun nominal

KINERJA SISTEM PEMBAYARAN

Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai

Seiring dengan momen Idul Adha 1437H, Aliran uang kartal melalui Bank Indonesia di Banda Aceh dan

Lhokseumawe menunjukkan adanya net outflow, atau cenderung keluar dari Bank Indonesia ke perbankan dan

masyarakat. Posisi netflow mengalami pertumbuhan negatif sebesar 95,6% (qtq). Kondisi netflow ini lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami outflow sebesar Rp3,42 miliar menjadi outflow

sebesar Rp149,23 milyar pada triwulan laporan. Pertumbuhan tahunan netflow mencatat peningkatan outflow

sebesar 12% (yoy), menurun signifikan apabila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh sebesar

191,9%.

Aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) mengalami pertumbuhan sebesar 129,8% (qtq) dari

sebesar Rp967,77 miliar pada triwulan II 2016 menjadi Rp2,23 triliun pada triwulan III 2016. Sebaliknya, aliran

uang kartal dari Bank Indonesia menuju perbankan dan masyarakat (outflow) pada triwulan pelaporan tercatat

sebesar Rp2,37 triliun atau menurun 45,9% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp4,39 triliun. Posisi net

outflow yang tinggi saat triwulan III sejalan dengan pola historisnya. Hal ini didorong

oleh peningkatan aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan/masyarakat seiring dengan masuknya

hari raya Idul Adha 1437 H.

Secara tahunan, pertumbuhan posisi inflow pada triwulan laporan mengalami perlambatan dari 105,39% (yoy)

pada triwulan II 2016 menjadi 134,6% (yoy) pada triwulan III 2016. Namun demikian pertumbuhan posisi

outflow sebesar 81,8% (yoy) tidak sebesar triwulan sebelumnya yang mencapai 162,5% (yoy).

Dalam rangka meningkatkan kualitas uang beredar di masyarakat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Aceh secara rutin melaksanakan kegiatan kas keliling baik di dalam kota (Banda Aceh dan sekitarnya), luar kota,

maupun remote area (daerah terpencil). Pada periode triwulan II-2016 telah dilaksanakan kegiatan kas keliling

di Kota Banda Aceh sebanyak 20 kali, dan di Kabupaten Aceh Barat pada tanggal 27 s.d 30 Mei 2016 dan di Kota

Sabang tanggal 8 s.d 10 Juni 2016 yang seluruhnya terserap ke masyarakat. Selain itu untuk memenuhi

kebutuhan uang layak edar masyarakat di wilayah pesisir barat Aceh, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Grafik 5. 1. Perkembangan Inflow Outflow Grafik 5. 2. Perkembangan Uang Tidak Asli

Sumber : BI Aceh

-4000

-3000

-2000

-1000

0

1000

2000

3000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016

Outflow Inflow Netflow

27

71

118

44

210

17

0

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III

2015 2016

Lem

bar

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 72

BAB 5

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan

Pengelolaan Uang Rupiah

Aceh juga telah membuka kas titipan sejak 25 Februari 2016 bertempat di PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk,

Cabang Blangpidie.

Penemuan uang palsu di Provinsi Aceh pada triwulan laporan meningkat menjadi

sebanyak 10 lembar dari triwulan sebelumnya sebanyak 2 lembar (grafik 5.2). Penemuan tersebut antara lain

berasal dari hasil setoran bank, setoran masyarakat melalui loket penukaran, serta dari temuan perbankan yang

dilaporkan ke Bank Indonesia. Secara nominal, uang palsu yang ditemukan berada dalam pecahan Rp100.000

sebanyak 5 lembar, 4 lembar dalam pecahan Rp50.000 dan 1 lembar pecahan Rp5.000.

Perkembangan Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)

Kegiatan sistem pembayaran nontunai yang diselenggarakan Bank Indonesia melalui Sistem Kliring Nasional

Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik dari sisi volume

maupun nominal (Grafik 5.).

Secara triwulanan, pada triwulan III-2016 penyelesaian transaksi ritel melalui SKNBI tercatat sebesar 84.306

Data Keuangan Elektronik (DKE) atau menurun sebesar 8,13% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

sebesar 91.770 DKE. Nilai transaksi yang diproses melalui SKNBI sebesar Rp3,56 triliun atau menurun 22,83%

(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp4,62 triliun.

Penurunan aktivitas transaksi melalui SKNBI tersebut sejalan dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga

sebagaimana terkonfirmasi dari penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) hasil Survei Konsumen Bank

Indonesia. IKK pada triwulan berjalan berada pada level optimis dan tercatat sebesar 121,44 atau sedikit lebih

rendah dibandingkan IKK triwulan sebelumnya sebesar 121,9.

Secara tahunan, volume transaksi ritel melalui SKNBI pada periode triwulan III-2016 tercatat meningkat sebesar

49,91% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 56.237 DKE. Nilai transaksi yang

diproses melalui SKNBI sebesar meningkat 86,28% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar Rp1,91 triliun.

Grafik 5. 3. Perkembangan Nilai Kliring Grafik 5. 4. Perkembangan Volume Kliring

Sumber : BI Aceh

Aktivitas kliring yang meningkat signifikan pada triwulan laporan didorong oleh implementasi Peraturan Bank

Indonesia No.17/9/PBI/2015 tanggal 5 Juni 2015 tentang Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal

oleh Bank Indonesia yang berlaku efektif per 1 Januari 2016. Dengan adanya peraturan tersebut, SKNBI Generasi

II melayani transfer dana masyarakat melalui sistem kliring sebanyak 5 kali dalam sehari (sebelumnya 4 kali),

sementara Layanan Kliring Warkat Debit ditingkatkan menjadi 4 kali dalam sehari (sebelumnya 1 kali) dengan

jam layanan 9,5 jam (sebelumnya 8 jam) dan nilai maksimal transaksi Rp500 juta pertransaksi (sebelumnya Rp

-1

0

1

2

3

4

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

I II III IV I II III

2015 2016

%

Rp

Milia

r

Nominal (Kiri) g_NomKliring(QtQ)

g_NomKliring(YoY)

-1

-0,5

0

0,5

1

1,5

2

2,5

0

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

I II III IV I II III

2015 2016

%

Volume (kiri)

g_VolKliring(QtQ)

g_VolKliring(YoY)

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

73 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

BAB 5

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan

Pengelolaan Uang Rupiah

100 juta). Selain itu, penyempurnaan dalam SKNBI Generasi II juga mencakup perluasan akses kepesertaan

terhadap Penyelenggaraan Transfer Dana Selain Bank Umum, yaitu menambah juga Penyelenggara Transfer

Dana (PTD) Non Bank khusus untuk Layanan Transfer Dana (Kliring Kredit). Hal ini memungkinkan masyarakat

melakukan transfer dana ke seluruh wilayah Indonesia secara aman, murah dan efisien.

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun
Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

75 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016

BAB 6 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Aceh hingga bulan Agustus 2016 mencapai

64,26%, atau meningkat dibanding bulan Agustus 2015 yang mencapai 63,44%.

Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Aceh berada pada level 7,57%,

menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,93%.

Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh berdasarkan data terakhir bulan Maret 2016 tercatat

sebesar 16,73%. Angka tersebut menurun dibandingkan dengan kondisi kemiskinan pada

bulan Maret 2015 yang mencapai 17,08%. menurunnya tingkat kemiskinan di Aceh

tersebut diakibatkan oleh adanya penurunan tingkat kemiskinan di daerah pedesaan

sebesar 0,73%, sementara itu tingkat kemiskinan di daerah perkotaan cenderung

meningkat sebesar 1,22%.

KETENAGAKERJAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Aceh

berdasarkan survei tenaga kerja BPS per Agustus

2016 menunjukkan jumlah angkatan kerja di

Provinsi Aceh mencapai 2.258 juta orang, atau

meningkat sebanyak 75 ribu orang dari jumlah

angkatan kerja di bulan Agustus 2015 sebanyak

2.183 juta orang.

Namun demikian, Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT) di Provinsi Aceh pada Agustus 2016

mencapai 7,57%, lebih rendah dibandingkan TPT

bulan Agustus 2015 sebesar 9,93%. Hal ini

mengindikasikan pertumbuhan jumlah angkatan

kerja selama periode tahun 2015 hingga tahun

2016 masih dapat diserap oleh pasar tenaga kerja

terkait dengan peningkatan berbagai aktivitas

ekonomi dan proyek di Aceh.

Grafik 4. 1. Perkembangan Kondisi Ketenagakerjaan Aceh (%)

Jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2015, jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2016 di sektor

pertanian mengalami penurunan, namun penduduk yang bekerja di industri pengolahan dan sektor jasa-jasa

masing-masing mengalami peningkatan.

Sektor pertanian masih merupakan sektor utama yang mempengaruhi keadaan ketenagakerjaan di Provinsi

Aceh. Pekerja di sektor pertanian mencapai 735 ribu orang, menurun sebanyak 147 ribu orang dibandingkan

dengan bulan Agustus 2015 sebanyak 882 ribu orang. Penurunan ini dapat terjadi sebagai dampak penurunan

harga komoditas pertanian yang mengakibatkan preferensi masyarakat Aceh untuk bekerja di sektor pertanian

berkurang & lebih memilih untuk bekerja di sektor industri dan jasa/perdagangan.

Sedangkan pekerja di sektor industri adalah sebanyak 289 ribu orang atau meningkat sebesar 39 ribu orang

dibandingkan dengan bulan Agustus 2015 sebanyak 250 ribu orang. Hal ini selaras dengan data Produksi Industri

Manufaktur Sedang (IBS) yang dirilis oleh BPS Aceh yang mengalami kenaikan sebesar 10,10% dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya, walaupun produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil cenderung

menurun Sehingga berdasarkan data ini dapat diindikasikan bahwa tenaga kerja Aceh di sektor industri diserap

oleh sektor Industri Manufaktur Sedang.

Feb Agu Feb Agu Feb Agu

2014 2015 2016

TPAK 65,32 63,06 66,37 63,44 64,24 64,26

TPT (rhs) 6,75 9,02 7,73 9,93 8,13 7,57

0

2

4

6

8

10

12

61

62

63

64

65

66

67%%

TPAK TPT (rhs)

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016 76

BAB 6 Perkembangan Ketenagakerjaan &

Kesejahteraan Masyarakat

Pekerja di sektor Jasa-Jasa meningkat sebanyak 229 ribu orang dari 834 ribu orang pada bulan Agustus 2015

menjadi 1063 ribu pada bulan Agustus 2016. Peningkatan ini dapat disebabkan karena beralihnya pekerja di

sektor pertanian ke sektor perdagangan dan jasa kemasyarakatan (Grafik 4.2).

Grafik 4. 2. Perkembangan Tenaga Kerja Aceh menurut Lapangan Kerja

Utama (dalam ribu jiwa)

Grafik 4. 3 Porsi Tenaga Kerja menurut Status Pekerjaan Utama

Secara sederhana, pendekatan kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat diidentifikasi

berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pekerja formal mencakup kategori

berusaha dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sedangkan selebihnya termasuk pekerja informal.

Berdasarkan identifikasi ini, maka pada bulan Agustus 2016 sebesar 895 ribu orang (42,88%) bekerja pada

kegiatan formal dan 1,2 juta orang (57,12%) bekerja pada kegiatan informal. Situasi ini menggambarkan bahwa

sebagian besar tenaga kerja di Provinsi Aceh adalah tenaga kerja di sektor informal, yang artinya tenaga kerja

di Provinsi Aceh mayoritas tidak memiliki perlindungan yang memadai bagi tenaga kerja. Karena pekerja di

sektor informal tidak dilindungi dengan hak-hak yang didapatkan oleh tenaga kerja di sektor formal.

Status pekerjaan utama yang terbanyak adalah sebagai buruh/karyawan/pegawai sebesar 0,35% diikuti oleh

berusaha sendiri sebesar 0,19% kemudian pekerja keluarga/tidak dibayar 0,11% lalu berusaha dibantu buruh

tidak tetap sebesar 0,03%. Pekerja dengan status berusaha sendiri mengalami penurunan paling banyak

dibanding yang lain yakni sebanyak 118 ribu orang. Hal ini senada dengan penurunan jumlah tenaga kerja di

sektor jasa-jasa, karena mayoritas pekerja di sektor jasa-jasa adalah pekerja yang berusaha sendiri.

4.2. KESEJAHTERAAN

Sampai dengan periode bulan Maret 2016,

tingkat kemiskinan di Provinsi Aceh mengalami

penurunan dibandingkan dengan bulan Maret

2015. Jumlah penduduk miskin di Aceh pada

bulan Maret 2016 mencapai 848 ribu jiwa

(16,73%) atau menurun sebanyak 3 ribu orang

jika dibandingkan dengan periode Maret 2015

yang mencapai 852 ribu orang (17,08%) (Grafik

4.4).

Grafik 4. 4. Perkembangan Kemiskinan Aceh

Jika dibandingkan dengan persentase penduduk miskin pada Maret 2015 yaitu 17,08%, terdapat penurunan

persentase penduduk miskin sebesar 0,37%. Penurunan jumlah penduduk miskin tersebut bersumber dari

0

200

400

600

800

1000

1200

Feb Agu Feb Agu Feb Agu

2014 2015 2016

Pertanian

Ind.pengolahan

Jasa-jasa

421

288

88

807

200

283

Berusaha Sendiri

Berusaha dibantuburuh tdktetap/Buruh tdkdibayarBerusaha dibantubutuh tetap

Buruh/Karyawan/Pegawai

15

16

17

18

19

20

750

800

850

900

950

Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar

2011 2012 2013 2014 2015

%

Rib

u J

iwa

Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Orang)

Angka Kemiskinan (rhs)

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

77 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016

BAB 6 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

penurunan angka kemiskinan di daerah pedesaan sebesar 3,57% sedangkan di daerah perkotaan meningkat

sebesar 1,22%. Peningkatan dana desa yang diimplementasikan dalam berbagai proyek pembangunan

diperkirakan menjadi faktor pendorong adanya penurunan angka kemiskinan kemiskinan di Aceh, khususnya di

pedesaan (Grafik 4.5).

Grafik 4. 5. Perkembangan Angka Kemiskinan

Grafik 4. 6. Angka Kemiskinan Nasional Menurut Provinsi

Tingkat kemiskinan di Aceh saat ini menduduki urutan ke-7 tertinggi dibandingkan 33 Provinsi lainnya (Grafik

4.6). Adapun 10 provinsi yang memiliki tingkat kemiskinan tertinggi lainnya dari rendah ke tinggi berturut-turut

adalah Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Gorontalo, Bengkulu, Aceh, Nusa Tenggara Barat,

Sulawesi Tengah dan Lampung (grafik 4.7).

Nilai Tukar Petani (NTP) Aceh yang mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani yang mayoritas

tinggal di pedesaan pada triwulan III-2016 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, dari

sebesar 95,83 menjadi 95,1. Angka realisasi NTP subsektor tanaman pangan, hortikultura, perikanan, tanaman

perkebunan rakyat pada triwulan III-2016 masing-masing mengalami mengalami penurunan dibandingkan

dengan angka NTP pada triwulan sebelumnya, kecuali sektor peternakan (Grafik 4.7 dan 4.9). Apabila

dibandingkan dengan provinsi lainnya di wilayah Sumatera, NTP Aceh berada di posisi ke-4 terendah (Grafik

4.8).

Grafik 4. 7. Perkembangan NTP Aceh Grafik 4. 8. NTP Tiap Provinsi di Wilayah

Sumatera

Sumber: BPS Prov Aceh diolah BI Aceh Sumber BPS Prov Aceh diolah BI Aceh

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar

2011 2012 2013 2014 2015 2016

%

Kota Desa

0

5

10

15

20

25

30

DKIJ

Kals

el

Bante

n

Ria

u

Kalu

t

Sum

bar

Ria

u

Jam

bi

Suls

el

Sulb

ar

Sultengg

DIY

Lam

bung

NTB

Bengkulu

Malu

ku

PapBar

80

85

90

95

100

105

110

115

120

125

130

I II III IV I II III

2015 2016

It Ib NTP

88

90

92

94

96

98

100

102

104

106

Aceh (16,73%)

Nasional 10,86%

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016 78

BAB 6 Perkembangan Ketenagakerjaan &

Kesejahteraan Masyarakat

Grafik 4. 9. NTP Aceh Menurut Sub Sektor

Sumber: BPS Prov Aceh diolah BI Aceh

Dimensi lain yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi kemiskinan adalah tingkat kedalaman dan keparahan

dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan

kemiskinan juga sekaligus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

Pada periode Maret 2016, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan sebesar 0,33. Indeks

Keparahan Kemiskinan mengalami penurunan dari 19,44 pada Maret 2015 menjadi 19,11 pada Maret 2016. Hal

ini serupa dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) yang penurunan sebesar 0,31. Indeks ini mengalami

penurunan dari 11,13 pada Maret 2015 menjadi 10,82 pada Maret 2016.

Grafik 4. 10. Indeks Kedalaman Kemiskinan & Indeks Keparahan Kemiskinan Aceh

Grafik 4. 11. Indeks Kedalaman Kemiskinan & Indeks Keparahan Kemiskinan Nasional

Sumber BPS Prov Aceh diolah BI Aceh

Indikator lain untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM

merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia di suatu wilayah.

Pembangunan manusia di Provinsi Aceh terus mengalami perbaikan. Data terakhir pada tahun 2015 mencatat

bahwa IPM Aceh mencapai 69,45, atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

namun demikian masih lebih rendah daripada IPM nasional sebesar 69,55. Capaian IPM yang terus meningkat

dari tahun ke tahun merupakan indikasi positif bahwa kualitas manusia di Aceh semakin membaik dari aspek

kesehatan, pendidikan, dan ekonomi (Grafik 4.12).

Aspek terakhir yang menggambarkan kualitas hidup manusia yaitu standar hidup layak yang digambarkan

melalui indikator pengeluaran per kapita. Indikator ini memperlihatkan tingkat kesejahteraan yang dapat

dinikmati oleh penduduk dan sensitif terhadap perubahan kondisi perekonomian. Data publikasi BPS terakhir

mencatat selama periode 5 tahun (2011-2015) pengeluaran per kapita Aceh menunjukkan peningkatan dari

80

85

90

95

100

105

110

I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

T.Pangan Hortikultura Perikanan

TP Rakyat Peternakan

0

1

2

3

4

Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar

2011 2012 2013 2014 2015 2016

%

Indeks Kedalaman Kemiskinan

Indeks Keparahan Kemiskinan

0

1

2

3

Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar

2011 2012 2013 2014 2015 2016

% Indeks Kedalaman Kemiskinan

Indeks Keparahan Kemiskinan

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

79 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016

BAB 6 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

tahun ke tahun. Pengeluaran per kapita Aceh tahun 2015 tercatat sebesar Rp8,53 juta, atau telah mengalami

peningkatan sebesar Rp235,57 ribu dibandingkan tahun 2014 sebesar Rp8,3 Juta (Grafik 4.13).

Grafik 4. 12. Indeks Pembangunan Manusia Aceh

Grafik 4. 13. Pengeluaran Per Kapita Aceh (Dalam Ribu Rp)

Sumber BPS Prov Aceh diolah BI Aceh

67,09

67,45

67,81

68,30

68,81

69,45

66,53

67,09

67,70

68,31

68,90

69,55

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Aceh Nasional

7.933,73

8.043,67 8.134,01

8.288,79 8.297,48

8.533,05

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun
Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016 81

BAB 7 Prospek Perekonomian Daerah

Perekonomian Aceh pada tahun 2016 diperkirakan tumbuh meningkat pada kisaran

2,4% - 3,4% (yoy).

Dari sisi penawaran, sektor pertanian diperkirakan mengalami pertumbuhan yang

cukup signifikan sementara itu sektor pertambangan dan industri pengolahan

diperkirakan masih mengalami kontraksi. Dari sisi permintaan, peningkatan konsumsi

diperkirakan memberikan andil utama dalam pertumbuhan namun defisit neraca

perdagangan daerah Aceh masih menjadi penghambat.

Pada tahun 2016 inflasi Aceh diperkirakan masih berada pada level antara 2,39% -

3,39% (yoy). Tekanan diperkirakan bersumber dari inflasi kelompok volatile food.

7.1. PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH

Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III 2016 sebesar 2,22% atau berada di bawah proyeksi pada

triwulan sebelumnya yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 3,62% – 4,62%. Perekonomian

Aceh tumbuh dibawah potensi optimumnya dikarenakan terjadi perlambatan ekspor, terutama ekspor

batubara, bahan kimia anorganik dan ekspor produk pertanian serta perlambatan konsumsi pemerintah

yang terjadi karena penundaan Dana Alokasi Umum di 4 Kabupaten / Kota di Aceh.

Tabel 7. 1. Perkembangan dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Aceh (yoy,%)

2015 2016 2017

I II III IIIP IVP 2016P IP

(0,72) 3,66 3,54 2,22 3,2-4,2 2,26-3,26 2,4-3,4 3,69-4,69

Sumber : BPS Provinsi Aceh

*) Angka perkiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh

Perekonomian Aceh pada triwulan IV 2016 diperkirakan akan tumbuh positif antara 2,26% dan 3,26% sehingga

secara keseluruhan di tahun 2016 diperkirakan tumbuh sebesar 2,4% sampai 3,4%, lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan perekonomian Aceh tahun 2015 yang mengalami kontraksi 0,72%.

Sumber pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan-IV 2016 diperkirakan masih akan berasal dari pengeluaran

konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah seiring dengan peningkatan konsumsi menjelang persiapan

pilkada serentak 2017, peningkatan alokasi dana desa serta percepatan realisasi belanja pemerintah di akhir

tahun. Sementara itu, dari sisi penawaran sektor pertanian, kehutanan dan perikanan diperkirakan masih

menjadi sektor yang memacu pertumbuhan ekonomi Aceh di tengah risiko penurunan harga komoditas dunia.

Tabel 7. 2. Hasil Proyeksi PDRB Aceh Sisi Permintaan (yoy, %)

Sektor 2016

2016P 2017

I II III IVP IP

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

3,80% 4,53% 2,52% 3,53% 3,59% 1,72%

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 4,97% 8,31% 9,46% 5,82% 8,14% 5,03%

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah -7,75% 7,65% -13,25% -3,41% -4,22% 17,20%

Pembentukan Modal Tetap Bruto 8,72% 12,04% 11,79% -2,01% 7,29% 6,39%

Net Ekspor 6,80% 47,91% 5,71% -9,01% 6,26% 17,61%

Total 3,65% 3,01% 2,22% 2,76% 2,90% 4,19%

Sumber : Proyeksi BI Aceh

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

82 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016

BAB 7 Prospek Perekonomian Daerah

Dari sisi permintaan, keseimbangan internal dan eksternal yang baru diperkirakan kembali terbentuk seiring

dengan permintaan domestik yang masih tetap kuat serta meningkatnya ekspor komoditas non migas.

Permintaan domestik yang kuat diperkirakan ditandai dengan peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah

tangga dan realisasi proyek-proyek pemerintah di Provinsi Aceh.

Agenda pilkada serentak di Aceh pada tahun 2017 merupakan salah satu faktor yang mendorong peningkatan

pertumbuhan komponen konsumsi di tahun 2016, karena berdasarkan historisnya, kegiatan kampanye dan

persiapan pilkada akan memberikan dampak terhadap peningkatan konsumsi. Dengan kondisi optimis ini

pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan pemerintah pada tahun 2016 masing-masing diperkirakan sebesar

5,04% dan 1,71%. Namun, disisi lain, pilkada serentak ini juga memiliki risiko menghambat pertumbuhan jika

konsentrasi pilkada membuat proyek-proyek pemerintah pada tahun 2016 menjadi terbengkalai. Alokasi dana

desa dari pemerintah pusat kepada Provinsi Aceh sebesar Rp3,8 Triliun atau meningkat sebesar 123,5%

dibandingkan tahun sebelumnya diperkirakan dapat memberikan stimulus perekonomian bagi masyarakat

Aceh, khususnya di daerah pedesaan apabila serapannya dapat dimaksimalkan.

Kinerja neraca perdagangan Aceh tahun 2016 diperkirakan masih belum pulih jika dibandingkan dengan era

sebelum habisnya ekspor gas Aceh pada triwulan IV 2014. Namun demikian, dengan semakin besarnya concern

pemerintah pada upaya peningkatan daya saing komoditas unggulan, diharapkan terjadi perbaikan kinerja

ekspor sehingga net ekspor Aceh diperkirakan akan tumbuh positif hingga 6,26%. Ketergantungan Aceh

terhadap pasokan barang dari daerah lain (Sumatera Utara) masih menjadi faktor utama dalam pertumbuhan

ekonomi Aceh pada tahun 2016. Peningkatan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah diperkirakan

akan meningkatkan defisit neraca perdagangan Aceh sebesar 13,44%. Selain itu, proyek-proyek infrastruktur

yang terlaksana pada tahun 2016 diperkirakan juga akan meningkatkan impor luar negeri Aceh.

Sementara itu, seiring dengan realisasi megaproyek infrastruktur listrik & pengairan serta pengembangan

sumber pertumbuhan ekonomi baru, investasi pada tahun 2016 diperkirakan akan meningkat. Dana investasi

yang masuk terkait beberapa megaproyek yang diselenggarakan di Provinsi Aceh serta pembangunan pabrik

semen baru di Kabupaten Pidie pada tahun 2016 juga diharapkan dapat mendorong perekonomian Aceh dari

sisi permintaan. Investasi masih tetap akan tumbuh positif pada tahun 2016 sebesar 7,29%. Program

pemerintah untuk meningkatkan daya saing daerah lewat pengembangan kawasan strategis, agropolitan,

minapolitan serta kawasan industri; peningkatan realisasi investasi serta pertambahan nilai tambah produk

komoditas unggulan yang dikonkritkan melalui sinergi program SKPA pada tahun 2016 dapat pemenuhan

pasokan bahan pangan dan beberapa komoditas inti yang saat ini masih dipenuhi lewat antar-daerah. Upaya

pemerintah untuk memperbaiki kondisi keamanan, serta mempromosikan investasi akan semakin memperkuat

peran investasi dalam pertumbuhan.

Dari sisi penawaran, sektor utama yang diperkirakan akan menjadi penyangga ekonomi Aceh pada tahun 2016

adalah sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor konstruksi. Sektor pertanian diproyeksikan mengalami

peningkatan seiring dengan tren membaiknya harga komoditas seperti sawit, kakao dan kopi. Namun demikian,

menurunnya produksi beberapa komoditas unggulan Aceh seperti kopi pada musim panen triwulan III-2016

menghambat peningkatan pertumbuhan sektor pertanian lebih jauh. Dengan kondisi tersebut, sektor pertanian

diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan sebesar 2,97%.

Seiring dengan meningkatnya investasi di Aceh terkait dengan megaproyek nasional, pembangunan kawasan

industri dan kawasan khusus serta pembangunan pabrik semen baru, sektor konstruksi diharapkan dapat

menyumbang andil pertumbuhan yang cukup tinggi. Pada tahun 2016 sektor konstruksi diperkirakan tumbuh

sebesar 9,45%, jauh lebih tinggi daripada tahun sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 4,53%.

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016 83

BAB 7 Prospek Perekonomian Daerah

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Aceh masih terhambat sektor pertambangan dan industri pengolahan yang

terkontraksi cukup dalam. Penghentian ekspor mineral mentah dan morotarium tambang serta berhentinya

produksi gas masih menjadi pemicu utama menurunnya kinerja sektor ini. Berhentinya ekspor batubara di Aceh

juga turut menyumbang terkontraksinya sektor pertambangan yang diperkirakan dapat mencapai 13,69% pada

tahun 2016.

Dari sisi eksternal, terdapat beberapa risiko yang masih perlu diwaspadai, antara lain: lemahnya pertumbuhan

ekonomi global, ketidakpastian ekonomi Tiongkok yang meningkat serta risiko dampak lanjutan dari langkah

peningkatan suku bunga acuan federal reserve. Namun demikian harga komoditas dunia berada dalam tren

peningkatan pada tahun 2016 sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produk unggulan Aceh

yang mayoritas masih berupa bahan mentah.

Pada triwulan I-2017 perekonomian aceh diperkirakan dapat tumbuh positif dengan rentang 3,69-4,69%

beberapa faktor yang dapat mendorong pertumbuhan perekonomian Aceh antara lain kelanjutan megaproyek

pemerintah di sektor air, energi dan transportasi serta mulai berjalannya berbagai proyek pemerintah daerah

seperti Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Industri Aceh dan kawasan perhatian investasi yang diharapkan

dapat mendorong pertumbuhan investasi hingga 6,39%. Selain itu membaiknya ekspor Aceh seiring dengan

perbaikan harga komoditas dunia juga diharapkan mampu mengurangi defisit neraca perdagangan Aceh.

Dengan kondisi tersebut, beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah Aceh untuk dapat menjaga

pertumbuhan ekonomi Aceh antara lain:

1. Memberikan stimulus perekonomian berupa percepatan realisasi APBA, tren peningkatan pertumbuhan

pengeluaran pemerintah terutama untuk proyek pembangunan harus dipertahankan karena merupakan

sumber utama penopang pertumbuhan Aceh.

2. Merumuskan kebijakan untuk menurunkan defisit neraca perdagangan Aceh, diantaranya melalui upaya

pembuatan model kerjasama perdagangan antar daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten / kota

yang memprioritaskan pemenuhan komoditas strategis dari Aceh sendiri, selain itu percepatan

pembangunan pabrik-pabrik pengolahan harus dilakukan agar produk dengan nilai tambah yang terbesar

berada di Aceh.

3. Melakukan penguatan daya saing daerah. Tren peningkatan ekspor non migas Aceh saat ini harus

dipertahankan dan bahkan ditingkatkan melalui upaya: (i) Peningkatan nilai tambah komoditas pertanian

dan perkebunan seperti gabah, kopi, CPO, karet, dan kokoa melalui integrasi dengan industri pengolahan

pertanian sebagai sektor unggulan baru Aceh; (ii) Meningkatkan kemudahan dalam berusaha dan

berinvestasi di Aceh melalui pembentukan kawasan khusus seperti kawasan industri maupun kawasan

ekonomi khusus; (iv) Menumbuhkan sektor perdagangan & akomodasi melalui peningkatan infrastruktur,

regulasi maupun tata kelola pariwisata potensial di Aceh; (v) pembentukan forum peningkatan daya saing

daerah dan Regional Investment Relation Unit untuk meningkatkan awareness Aceh sebagai daerah

berpotensi, baik dan terpercaya.

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

84 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH NOVEMBER 2016

BAB 7 Prospek Perekonomian Daerah

7.2. INFLASI PROVINSI ACEH

Tabel 7. 3. Perkembangan dan Perkiraan Inflasi Aceh (yoy, %)

2015 2016 2017

I II III IV I II III IIIP IVP IP

5,44 6,24 4,18 1,53 3,55 2,34 3,73 1,74 – 2,74% 2,96-3,96 3,16-4,16

Sumber : BPS Provinsi Aceh

*) Angka perkiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh

Laju inflasi Aceh pada triwulan laporan yaitu 3,73%, berada di atas range proyeksi KPw BI Provinsi Aceh namun

masih lebih rendah sasaran inflasi nasional sebesar 4±1%. Deviasi proyeksi ini terjadi akibat lonjakan harga

komoditas cabai merah akibat menurunnya pasokan dari Sumatera Utara sebagai dampak gangguan hama.

Secara keseluruhan inflasi Aceh pada tahun 2016 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015

dengan kisaran 2,96% - 3,96% (yoy). Faktor utama penyebab peningkatan inflasi Aceh pada tahun 2016 adalah

kebijakan pemerintah dalam penghapusan subsidi tarif listrik secara bertahap, serta risiko cuaca buruk pada

akhir tahun.

Kedepan, pada triwulan I-2017, inflasi Aceh diperkirakan berada pada kisaran 3,16% - 4,16% (yoy) atau

berpotensi lebih tinggi dibandingkan inflasi Aceh pada triwulan I-2016 sebesar 3,55%. Penyesuaian tarif listrik

rumah tangga sebagai dampak pencabutan subsidi listrik golongan 900Va mulai pada bulan Januari 2017

diprediksi dapat menjadi sumber tekanan inflasi di tahun 2017.

Koordinasi intensif antara BI dan pemerintah dalam Tim pengendalian inflasi Daerah (TPID) Aceh diperlukan

untuk menjaga laju inflasi sehingga inflasi Aceh pada akhir tahun 2016 agar berada dalam kisaran target yaitu

4±1%. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga laju inflasi antara lain:

1. Senantiasa memonitor perkembangan harga, stok dan produksi komoditas bahan makanan sebagai dasar

dalam pelaksanaan intervensi pengendalian harga melalui program operasi pasar, beras sejahtera dan

pasar murah.

2. Sinergi program kerja SKPA untuk pengendalian inflasi di Aceh sesuai dengan dokumen roadmap TPID

Aceh.

3. Pengalokasian APBN dan APBD dalam memperbaiki konektivitas perhubungan dan energi untuk

mendukung kelancaran distribusi barang dan mendukung peningkatan ketersediaan pasokan.

4. Mendorong upaya pengembangan infrastruktur dan antisipasi kerusakan infrastruktur khususnya

infrastruktur yang mendukung produksi bahan pangan dan terkait transportasi untuk menjamin

kelancaran pasokan barang.

5. Melakukan diseminasi dan komunikasi terkait inflasi untuk menjaga ekspektasi harga di masyarakat.

6. Meningkatkan kelancaran distribusi barang ke masyarakat melalui pasar alternatif, seperti Toko Tani

Indonesia atau optimalisasi pasar induk.

7. Melakukan upaya untuk meningkatkan kecukupan dan kemandirian pangan Aceh melalui upaya

pengembangan agroindustri, pemanfaatan bibit unggul, serta aplikasi metode dan teknologi tepat guna.

8. Melaksanakan kerjasama perdagangan antar provinsi/kabupaten/kota terkait pemenuhan stok komoditas

strategis di Aceh secara tepat waktu dan tepat guna.

9. Mendorong peningkatan stok untuk menjaga ekspektasi pasar, salah satunya melalui optimalisasi program

Sistem Resi Gudang (SRG) dan pemanfaatan cold storage serta cold chain.

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun
Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 86

LAMPIRAN

DAFTAR ISTILAH

Administered price Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan

harganya diatur oleh pemerintah.

Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota

terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.

APBA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan

pemerintah Aceh yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah

dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi

secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi

masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung

pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian

otonomi daerah.

Faktor Fundamental Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh

kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap,

eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat

Faktor Non Fundamental Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar

kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan

(volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah

(administered price)

Indeks Ekspektasi Konsumen Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan

konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan

skala 1–100.

Indeks Harga Konsumen

(IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan

jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan

konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1–100.

Indeks Keyakinan Konsumen

(IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi

saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala

1–100.

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui

peningkatan modal.

Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental

Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan

kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada

pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan

cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan

Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri

minyak dan gas.

Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan

sebelumnya.

Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.

Pendapatan Asli Daerah

(PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil

pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil

pengelolaan kekayaan daerah.

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

87 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016

LAMPIRAN

Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah

negara

Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya.

Sektor ekonomi dominan Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai

pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan

harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH … · Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROV. ACEH AGUSTUS 2016 88

LAMPIRAN

TIM PENYUSUN

PENANGGUNG JAWAB

Ahmad Farid

KOORDINATOR PENYUSUN

Handoko

EDITOR

Akhmad Ginulur

TIM PENULIS

Akhmad Ginulur

Ridwan Sobirin

Fadhil Muhammad

Muhamad Yoga Pranata

KONTRIBUTOR

Unist Statistik, Survei & Liaison

Unit Operasional Kas

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI ACEH

JL. Cut Mutia No.15, Banda Aceh

Telp. (0651) 32320 ext. 8205| Fax. (0651) 34116

Softcopy dapat diunduh pada tautan:

http://www.bi.go.id/web/id/publikasi/ ekonomi_regional/aceh/