kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi … · mendorong realisasi anggaran apbd dan apbn...
TRANSCRIPT
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI BENGKULU
Triwulan III Tahun 2015
Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara
triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, untuk menganalisis
perkembangan perekonomian Provinsi Bengkulu secara komprehensif. Analisis dalam buku ini
mencakup perkembangan makro, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah dan
prospek perekonomian Provinsi Bengkulu. Penerbitan buku ini bertujuan sebagai : (1) Laporan
kepada Kantor Pusat Bank Indonesia tentang kondisi perkembangan ekonomi dan keuangan di
Provinsi Bengkulu, dan (2) Informasi kepada stakeholders di daerah mengenai perkembangan
ekonomi dan keuangan terkini.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
Bambang Himawan : Kepala Perwakilan
Christin R. Sidabutar : Deputi Kepala Perwakilan
Dhony Iwan Kristanto : Analis Ekonomi
Deded Tuwanda Prima : Analis Ekonomi
Muhammad Fajar A. : Analis Ekonomi
Softcopy buku ini dapat di-download dari website Bank Indonesia dengan alamat
http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/bengkulu/Default.aspx
Visi Bank Indonesia
Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-
nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil
Misi Bank Indonesia
Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber
pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas
perekonomian nasional.
Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi
terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan
memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.
Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi
nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang
berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia
Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau
berperilaku yaitu Trust (kepercayaan), Integrity (integritas), Professionalism (profesionalisme),
Excellence (kesempurnaan), Public Interest (kepentingan publik), Coordination & Teamwork
(koordinasi & kerjasama)
III
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi
Bengkulu Triwulan III 2015 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank
Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional diterbitkan secara triwulanan oleh Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai
keadaan ekonomi makro, moneter, perbankan dan prospek ekonomi Provinsi Bengkulu
kedepan.
Kami sampaikan bahwa perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2015 tumbuh
sebesar 5,17% (yoy). Sementara itu, dari sisi harga, inflasi Provinsi Bengkulu tercatat sebesar
8,65% (yoy). Terkait kajian dimaksud kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat
menjadi salah satu referensi dalam pembelajaran dan/atau proses pengambilan kebijakan
beberapa pihak terkait.
Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam
buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran membangun dari pengguna/pembaca demi penyempurnaan di masa yang akan datang.
Akhirnya, besar harapan kami semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan melindungi setiap langkah kita.
Bengkulu, 12 November 2015
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI BENGKULU
Bambang Himawan
Kepala perwakilan
V
KATA PENGANTAR III
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI V
DATAR TABEL VII
DAFTAR GRAFIK VIII
RINGKASAN EKSEKUTIF 3
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI 5 3.1.4 Risiko Stabilitas Sistem Keuangan 50
TABEL MAKRO EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015
5
3.1.5 Perkembangan Kredit Korporasi 51
1.1 Produk Domestik Regional Bruto Sisi Permintaan
8
3.1.6 Perkembangan Kredit Rumah Tangga 52
1.1.1 Konsumsi 8
3.1.7 Perkembangan Kredit UMKM 54
1.1.2 Investasi 11
3.2 Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
56
1.1.3 Ekspor dan Impor 13
3.3 Bank Perkreditan / Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
58
1.2 Produk Domestik Regional Bruto Sisi Sektoral
16
3.4 Sistem Pembayaran 59
1.2.1 Sektor Pertambangan dan Penggalian
16
3.4.1 Sistem Pembayaran Tunai 59
1.2.2 Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
17
3.4.1.1 Pemusnahan Uang Kartal 50
1.2.3 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil; dan Sepeda Motor
18
3.4.1.2 Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli 60
1.2.4 Sektor Konstruksi 20
3.4.2 Sistem Pembayaran Non Tunai 61
1.2.5 Sektor Industri Pengolahan 21
3.4.2.1 Perkembangan Kliring Lokal 61
BOKS 1. Dampak Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Serta Ketahanan Daya Saing Industri
22
3.4.2.2 Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS)
62
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 25
3.4.2.3 Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB)
62
2.1 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa
29
BAB 4 KENERJA KEUANGAN DAERAH 65
2.2 Perkembangan Inflasi Non-Fundamental
36
4.1 Pendapatan APBD Pemerintah Provinsi
65
2.3 Perkembangan Inflasi Fundamental 38
4.2 Belanja APBD Pemerintah Provinsi 67
2.4 Perbandingan Inflasi antar Provinsi/Kota di Sumatera
39
4.3 Belanja APBN Provinsi Bengkulu 68
BOKS 2. Progres Roadmap Pengendalian Inflasi Provinsi Bengkulu
41
BOKS 3. Perekonomian Kabupaten/Kota Di Provinsi Bengkulu Tahun 2011-2014
69
BAB 3 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
45
BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH
71
3.1 Perkembangan Bank Umum 47
5.1 Ketenagakerjaan 71
3.1.1 Aset Bank Umum 47
5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) 72
3.1.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK)
48
5.3 Perkembangan Kemiskinan 74
3.1.3 Perkembangan Kredit Lokasi Bank 49
VI
BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
6.1 Pertumbuhan Triwulan IV 2015 77
6.2 Inflasi Daerah Triwulan IV 2015 79
6.3 Rekomendasi Kebijakan 80
VII
INDIKATOR MAKRO EKONOMI PROVINSI BENGKULU
6
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Ekspor Luar Negeri Provinsi Bengkulu
14
INDIKATOR INFLASI PROVINSI BENGKULU
26
Tabel 2.1 Andil Inflasi Kelompok Barang dan Jasa
28
Tabel 2.2 Inflasi Kelompok Barang dan Jasa 29
Tabel 2.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan 30
Tabel 2.4 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi , dan Jasa Keungan
31
Tabel 2.5 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Gas, dan Bahan Bakar
32
Tabel 2.6 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok , dan Tembakau
32
TEBEL INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI BENGKULU
46
Tabel 3.1 Kredit Korporasi dan Kredit Rumah Tangga di Provinsi Bengkulu
53
Tabel 3.2 Kredit UMKM di Provinsi Bengkulu 55
Tabel 3.3 Netflow Uang Kartal 59
Tabel 3.4 Perkembangan Kliring dan Penolakan Cek/Bilyet Prov. Bengkulu
61
Tabel 3.5 Perkembangan Transaksi RTGS 62
Tabel 4.1 Realisasi Penerimaan APBD Pemprov. Bengkulu
66
Tabel 4.2 Realisasi Belanja APBD Pemprov. Bengkulu
67
Tabel 4.3 Realisasi Belanja APBN Pemprov. Bengkulu
68
Tabel 5.1
Perkembangan Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran terbuka di Provinsi Bengkulu
71
Tabel 5.2 Angkatan kerja yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama
72
Tabel 5.3 Kemiskinan di Provinsi Bengkulu 74
Tabel 5.4 Tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan di Provinsi Bengkulu
75
VIII
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu
7
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.2 Harga Komoditas Lokal dan Nilai Tukar Petani
8
Grafik 1.3 Indikator Survei Konsumen Bank Indonesia
9
Grafik 1.4 Kredit Konsumsi dan Kredit Kendaraan Bermotor
10
Grafik 1.5 Perkembangan Belanja Daerah 10
Grafik 1.6 Perkembangan Relaisasi PMA dan PMDN
12
Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit, Risiko Kredit, dan Pangsa Kredit Rumah Tangga
53
Grafik 1.7 Perkembangan Kredit Baru Investasi & Belajan Modal APBD/N
12
Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit dan Risiko Kredit UMKM
55
Grafik 1.8 Perkembangan Volume Barang Keluar
13
Grafik 3.8
Perkembangan Rasio Pemusnahan Uang terhadap Inflow Provinsi Bengkulu
60
Grafik 1.9 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Provinsi Bengkulu
14
Grafik 3.9
Penemuan Jumlah Lembar Uang Rupiah Tidak Asli di Provinsi Bengkulu
60
Grafik 1.10 Perkembangan Impor Provinsi Bengkulu
15
Grafik 3.10 Perkembangan TUKAB di Provinsi Bengkulu
63
Grafik 1.11 Indikator Ekspor Batubara 16
Grafik 5.1 Nilai Tukar Petani 73
Grafik 1.12 Indikator Ekspor Karet 18
Grafik 6.1 Pertumbuhan Ekonomi 77
Grafik 1.13 Indikator Sektor Perdagangan 19
Grafik 6.2 Indikator Perkiraan Perekonomian Triwulan IV 2015
78
Grafik 1.14 Indikator Sektor Konstruksi 20
Grafik 6.3 Inflasi Daerah Triwulan IV 2015 79
Grafik 1.15 Indikator Sektor Industri Pengolahan
21
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi 27
Grafik 2.2 Event Analysis Inflasi 29
Grafik 2.3 Pola Seasonal Inflasi Bulanan 34
Grafik 2.4 Harga Komoditas Deflatoir 35
Grafik 2.5 Perkembangan Disagregasi Inflasi Bengkulu
36
Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Volatile Food dan Administered Prices
37
Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Inti dan Hasil Survei Konsumen
38
Grafik 2.8 Inflasi Kota-kota di Sumatera 40
Grafik 3.1 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga 48
Grafik 3.2 Pertumbuhan Deposito, Tabungan, Giro
49
Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit Konsumsi, Investasi, dan Modal Kerja
50
Grafik 3.4 Risiko Kredit dan Risiko Likuiditas 51
Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit, Risiko Kredit, dan Pangsa Kredit Korporasi
52
PEREKONOMIAN BENGKULU
RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN III 2015
PERTUMBUHAN EKONOMI INFLASI
Perekonomian triwulan III 2015 melambat.Perlambatan terutama didorong konsumsi rumahtangga, Investasi dan kinerja Ekspor. Sementarakonsumsi Pemerintah mengalami peningkatan.
Tekanan inflasi melambat, bersumber dari volatile fooddan administered price. Penurunan inflasi seiringkenaikan pasokan pangan dan penyesuaian tarif listrik,BBM non subsidi, dan LPG
Q3 2015 : 11.69
Q2 2015 : 13.99
Q3 2015 : 6.55
Q2 2015 : 6.47
Q3 2015 : 10.55
Q2 2015 : 14.14
PERBANKAN & SIST. PEMBAYARAN
KEUANGAN DAERAH
Stabilitas sistem keuangan daerah terjaga. NonPerforming Loan sebesar 2.57%; sementara LDR tercatat128%, penurunan LDR lebih didorong kenaikan GiroPemerintah dampak dari serapan anggaranTransaksi tunai mengalami net outflow sebesar Rp 777Miliar, terkait kebutuhan uang tunai dr pembayaranproyek pemerintah menjelang akhir tahun.
NPL : 2.57 %
LDR : 128 % Net Outflow : Rp777 M
Realisasi pendapatan daerah terhadap targetanggaran menurun dibandingkan triwulan III 2014.Realisasi PAD dan Pendapatan Transfer menurun.Penyerapan belanja daerah menurun. Penurunanbersumber dari serapan belanja modal yang tidakoptimal
Anggaran : Rp 2.2 T
Realisasi : Rp 1.3 T
60.67%
Anggaran : Rp 2.2 T
Realisasi : Rp 1.0 T
48.25%
OUTLOOK TRIWULAN III 2015
3.0-3.5% yoy
4.8-5.3% yoyEkonomi Tumbuh
pada kisaran
Inflasi pada kisaran
FAKTOR PERLAMBATAN
Tren permintaan komoditas globalmasih belum membaik.
Harga Komoditas masih menurun Serapan APBD/N belum optimal Resiko Nilai Tukar
FAKTOR RESIKO INFLASI
Potensi elnino mempengaruhiketersediaan supply beras
Resiko imported inflation akibatketidakpastian FED dalam menaikkansuku bunga acuannya.
REKOMENDASI EKONOMI DAERAH
Mengawal implementasi Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Pusat didaerah Mendorong daya beli masyarakat melalui : implementasi raskin 13 & 14, dan penyerapan dana Desa Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal
dan pos belanja barang dan jasa, termasuk pendampingan aparatur desa dalam penyerapan Dana Desa Menjaga stabilitas politik dan keamanan menjelang Pilkada
5.235.17
Q.2 Q.3
9.908.65
Q2 Q3
1
RINGKASAN
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015
PERTUMBUHAN EKONOMI
Perekonomian Bengkulu triwulan III 2015 tumbuh 5.17% (yoy) lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5.23% (yoy).
Di sisi permintaan, perlambatan ekonomi bersumber dari Konsumsi
Rumah Tangga, Investasi dan Ekspor. Daya beli masyarakat Bengkulu
selama triwulan III 2015 masih menunjukkan tren penurunan. Hal ini
terkonfirmasi dari indeks keyakinan konsumen dan nilai tukar petani
yang cederung menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Tekanan
daya beli tersebut seiring penurunan harga komoditas dan melambatnya
permintaan ekspor. Melambatnya pertumbuhan investasi terutama
bersumber dari investasi swasta. Pelaku usaha cenderung menunda
kegiatan investasinya yang didorong oleh melambatnya tendensi bisnis
serta fluktuasi nilai tukar. Sementara penyerapan belanja modal APBD/N
menjelang akhir tahun anggaran belum mampu meredam perlambatan
yang terjadi.
Di sisi sektoral, perlambatan bersumber dari Sektor Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan; serta Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Perlambatan yang
terjadi di sektor pertanian memberikan dampak lanjutan pada sektor
perdagangan. Hasil liaison kepada beberapa pelaku usaha sektor
perdagangan di Bengkulu mencatat bahwa penurunan omzet retail rata-
rata berkisar 5-25%. Faktor Hari Raya Idul Fitri belum mampu
memberikan dorongan secara signifikan di sektor ini.
PERKEMBANGAN INFLASI
Tekanan inflasi pada triwulan III 2015 melambat. Inflasi tercatat
8,65% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 9,90% (yoy). Kondisi ini didorong oleh meredanya tekanan
Inflasi pada kelompok administered prices dan volatile food. Hampir
seluruh kelompok komoditas barang/jasa mengalami penurunan laju
inflasi kecuali kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga yang
mengalami peningkatan. Sementara itu Perkembangan inflasi bulanan
Ekonomi Tumbuh 5.17%
melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya
sebesar 5.23%
Tekanan Inflasi melambat
yang didorong oleh
penurunan harga pada
komoditas Administered
Prices dan Volatile Food.
2
pada triwulan III 2015 diwarnai dengan volatilitas yang tinggi. Setelah
terjadi Inflasi pada Bulan Juli dan Agustus masing-masing sebesar
1,38% (mtm) dan 1,99% (mtm), kemudian pada bulan September Kota
Bengkulu mengalami deflasi sebesar 0,22% (mtm). Komoditas yang
mendorong deflasi pada bulan September antara lain: Angkutan Udara
(andil: -0,50), Daging Ayam Ras (andil:-0,28), dan Cabai Merah (-0,05).
Secara keseluruhan tahun hingga bulan September 2015 Inflasi Kota
Bengkulu tercatat 2,87% (ytd), masih berada dalam sasarannya 4±1%.
PERBANKAN dan SISTEM PEMBAYARAN
Ditengah kondisi perlambatan ekonomi, kegiatan usaha perbankan
di Bengkulu masih menunjukkan optimisme. Hal ini tercermin dari
Pertumbuhan Aset Perbankan dan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
yang meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Dampak
perlambatan ekonomi direspon secara terbatas pada pertumbuhan
kredit yang relatif stagnan dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun
demikian, stabilitas sistem keuangan masih terjaga. Tingkat LDR pada
triwulan III 2015 mencapai 128% menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 136%. Sementara tingkat NPL masih berada di level
yang wajar 2,57%, membaik dibandingkan periode sebelumnya sebesar
2,75%.
Sementara pada sistem pembayaran, posisi pengedaran uang kartal
di Bank Indonesia mengalami netcash outflow dan transaksi RTGS
secara agregat mengalami penurunan. Turunnya transaksi RTGS
sejalan dengan lesunya aktivitas perekonomian ditengah perlambatan
ekonomi yang terjadi di triwulan III 2015. Penurunan transaksi RTGS
paling besar bersumber dari transaksi yang masuk ke Bengkulu. Tercatat
nominal transaksi yang masuk ke Provinsi Bengkulu hanya 59,5 Triliun,
lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu yang mencapai 78,5
Triliun.
KEUANGAN DAERAH
Realisasi pendapatan terhadap target anggaran APBD Pemerintah
Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2015 menurun dibandingkan
triwulan III 2014. Penurunan bersumber dari Pendapatan Asli Daerah
maupun Dana Perimbangan. Realisasi Pendapatan mencapai 60.67%
pada triwulan laporan, sementara pada periode yang sama tahun
sebelumnya mencapai 80.20%. Demikian halnya dengan realiasi belanja
Asset perbankan tumbuh
19,01% (yoy) meningkat
dibandingkan triwulan
sebelumnya 18,47%
(yoy)
Realisasi Pendapatan
Daerah lebih rendah
dibandingkan dengan
periode yang sama di
tahun lalu
Pengedaran uang kartal
pada triwulan III 2015
mengalami netcash
outflow sebesar 777,75
Miliar dan transaksi RTGS
terkontraksi sebesar
24,2%.
3
terhadap target anggaran APBD 2015 juga menunjukkan penurunan
dibandingkan triwulan III 2014. Tercatat realisasi belanja mencapai
48.25% menurun dibandingkan triwulan III 2014 sebesar 51.95%
KETENAGAKERJAAN dan KESEJAHTERAAN
Perkembangan ketenagakerjaan sampai dengan periode Agustus 2015
menunjukkan bahwa tingkat pengangguran mengalami kenaikan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tercatat Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) pada bulan Agustus 2015 sebesar 4,91%.
Sementara itu perkembangan nilai tukar petani pada triwulan II 2015
masih mengalami tekanan dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga
komoditas yang belum membaik menjadi sumber pelemahan nilai tukar
petani di Provinsi Bengkulu.
PROSPEK EKONOMI TRIWULAN IV 2015
Perekonomian Triwulan IV 2015 diperkirakan tumbuh sebesar 4.8
5.3 % (yoy) melambat dibandingkan triwulan III 2015. Disisi
permintaan perlambatan diperkirakan didorong oleh Konsumsi Rumah
Tangga dan Ekspor-Impor seiring masih berlanjutnya tekanan harga
komoditas global dan belum pulihnya daya beli masyarakat. Meskipun
demikian, kegiatan pilkada serentak yang dilaksanakan pada triwulan IV
2015 diharapkan mampu sedikit meredam efek perlambatan ekonomi.
Sementara itu kegiatan investasi pada triwulan IV 2015 diperkirakan
tumbuh cukup baik yang ditunjukkan oleh tren peningkatan
pertumbuhan kredit konsumsi dan percepatan penyerapan belanja
modal APBD/N
Sampai dengan akhir tahun 2015, inflasi Provinsi Bengkulu
diperkirakan dalam kisaran 3.0-3.5% (yoy) atau berada didalam
koridor target inflasi nasional sebesar 4±1%(yoy). Sampai dengan
bulan Oktober 2015, inflasi tahun kalender tercatat sebesar 2.34%.
Inflasi Administered Price diperkirakan melambat, hal ini seiring dengan
kebijakan Pemerintah Pusat untuk menurunkan biaya energi seiring
dengan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid III. Begitupun dengan Inflasi Inti
dan Inflasi Volatile food diperkirakan melambat, seiring dengan
ekspektasi konsumsi masyarakat yang masih tertahan dengan daya beli
yang diperkirakan belum pulih sepenuhnya dan terkendalinya dampak
elnino di Provinsi Bengkulu.
Pertumbuhan Ekonomi
diperkirakan melambat
yang didorong oleh
melambatnya daya beli
masyarakat dan
berlanjutnya tekanan
harga komoditas.
Inflasi diperkirakan
melambat, seiring
dengan meredanya
tekanan inflasi inti,
volatile food, dan
administerd price.
Tingkat
Pengangguran
Terbuka (TPT) meningkat
PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
BAB I
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015
INDIKATOR MAKRO
Pertumbuhan Ekonomi Bengkulu
Triwulan II 2015 Triwulan III 2015
5.23
5.17
12.36
4.08
41.93
39.86
600.01
511.90
1.96
1.79
52.88
50.95
93.11
84.67
6
TABEL INDIKATOR MAKRO EKONOMI PROVINSI BENGKULU
TRIWULAN III 2015
Indikator
2014 2015
II III II III
PDRB ADHK Penggunaan (Rp Miliar) 8,929.49 9,114.78 9,396.89 9,585.62
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,620.16 5,780.51 5,934.02 6,016.25
Pengeluaran Konsumsi LNPRT 259.16 261.71 238.48 250.19
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,757.98 1,818.15 1,906.56 1,993.00
Pembentukan Modal Tetap Bruto 3,911.36 4,045.74 4,025.16 4,158.97
Perubahan Inventori 198.10 199.65 224.56 227.92
Ekspor Barang dan Jasa 3,011.72 3,139.66 3,358.22 3,467.51
Impor Barang dan Jasa 5,828.99 6,130.64 6,290.11 6,528.21
PDRB ADHK Sektoral (Rp Miliar) 8,929.49 9,114.78 9,396.89 9,585.62
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,713.69 2,744.01 2,801.64 2,817.62
Pertambangan dan Penggalian 359.38 362.72 362.57 364.58
Industri Pengolahan 563.12 572.15 586.19 598.60
Pengadaan Listrik, Gas 7.27 7.47 6.70 6.65
Pengadaan Air 21.36 21.65 22.32 21.88
Konstruksi 397.81 406.55 411.15 427.29
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1,271.74 1,309.15 1,347.34 1,381.68
Transportasi dan Pergudangan 686.60 707.79 738.74 765.69
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 129.36 133.89 140.48 145.21
Informasi dan Komunikasi 374.87 385.86 397.38 409.28
Jasa Keuangan 316.02 324.58 327.70 336.53
Real Estate 398.93 404.73 419.22 427.19
Jasa Perusahaan 194.15 198.21 206.47 212.84
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 749.95 769.60 819.85 837.29
Jasa Pendidikan 553.71 569.04 599.72 618.29
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 129.34 134.13 142.05 145.73
Jasa lainnya 62.16 63.25 67.36 69.29
Pertumbuhan PDRB (% yoy) 5.16 5.57 5.23 5.17
Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 64.41 62.77 41.93 39.86
Volume Ekspor Non Migas (Juta ton) 688.31 714.52 502.24 453.60
Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 3.34 2.20 0.30 0.13
Volume Impor Non Migas (Juta ton) 15.21 26.85 3.69 0.00
Menggunakan ADHK Tahun 2010
Sumber : BPS,Cognos BI
7
PERTUMBUHAN EKONOMI
TRIWULAN III 2015
Tren perlambatan ekonomi pada triwulan III 2015 masih terus berlanjut, perekonomian tumbuh
sebesar 5,17% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 5,23% (yoy). Disisi lain
perekonomian Sumatera dan Nasional telah menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Masih berlanjutnya tren perlambatan ekonomi di Bengkulu diperkirakan sebagai
dampak belum membaiknya daya beli masyarakat serta belum membaiknya ekspor. Hal ini
dikonfirmasi oleh ekspektasi konsumen yang masih melanjutkan tren penurunannya pada
triwulan III 2015. Namun demikian pertumbuhan ekonomi Bengkulu masih tercatat lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan Nasional maupun Sumatera.
Di sisi permintaan, perlambatan ekonomi bersumber dari
Konsumsi Rumah Tangga, investasi dan Ekspor. Harga batubara
dan sawit masih melanjutkan tren perlambatannya sementara harga
karet masih stagnan. Adapun permintaan ekspor Bengkulu untuk
ketiga komoditas tersebut cenderung turun.
Kondisi tersebut mendorong pendapatan masyarakat Bengkulu masih berada dalam tren menurun,
hal ini dikonfirmasi oleh Hasil Survei Konsumen dan Nilai Tukar Petani yang menunjukkan penurunan
dibandingkan triwulan lalu. Disisi lain serapan belanja modal pemerintah yang belum maksimal serta
ekspektasi pelaku usaha untuk menunda kegiatan investasi di tengah gejolak kurs mendorong
pertumbuhan investasi selama triwulan laporan menurun dibandingkan sebelumnya.
5.58
5.16
5.57 5.665.38
5.23 5.175.16
4.66 4.59
4.18
3.55
2.883.04
5.14 5.03 4.92 5.014.72 4.67 4.73
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
5.50
6.00
8,400
8,600
8,800
9,000
9,200
9,400
9,600
9,800
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3
2014 2015
% y
oy
Rp
Mili
ar
PDRB Bengkulu gPDRB Bengkulu - rhsgPDRB Sumatera - rhs gPDRB Nasional - rhs
Grafik 1.1 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu ADHK 2010, angka sementara (diolah)
PERTUMBUHAN EKONOMI BENGKULU (% yoy)
TW II 2015 5.23 TW III 2015 5.17
SUMATERA (% yoy)
TW II 2015 2.85 TW III 2015 3.04
NASIONAL (% yoy)
TW II 2015 4.67 TW III 2015 4.73
8
Di sisi sektoral, perlambatan bersumber dari Sektor
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Sektor
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor; serta Sektor Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib.
Perlambatan pada sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan diperkirakan sebagai dampak dari
beberapa faktor yaitu (i) Harga sawit/karet masih melanjutkan penurunannya dengan permintaan
komoditas yang masih stagnan, dan (ii) dampak elnino dirasakan walupun terbatas khususnya untuk
pertanian tanaman pangan.
Sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil, dan sepeda motor masih melanjutkan tren
perlambatannya sejak triwulan I 2015 dengan faktor daya beli masyarakat menjadi pemicu
utama. Hasil liaison kepada beberapa pelaku usaha sektor perdagangan di Bengkulu mencatat
bahwa penurunan omzet retail rata-rata berkisar 5-25%. Faktor Hari Raya Idul Fitri belum mampu
memberikan dorongan secara signifikan di sektor ini. Perlambatan dikonfirmasi pula oleh indeks
survei dunia usaha sektor perdagangan yang menurun dari 1.02% pada triwulan II 2015 menjadi
0.98% pada triwulan III 2015.
1.1 Produk Domestik Regional Bruto
Sisi Permintaan
1.1.1. Konsumsi
Konsumsi Rumah Tangga (RT) masih melanjutkan tren
perlambatannya. Konsumsi RT tumbuh 4,08% (yoy) melambat
signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar
5,58% (yoy). Tekanan konsumsi RT yang bersumber dari penurunan
pendapatan masyarakat diperkirakan masih terus berlanjut pada
triwulan III 2015. Pelemahan harga komoditas sawit dan batubara
mendorong daya beli masyarakat menurun. Nilai Tukar Petani
Perkebunan sudah mengkhawatirkan.
80.00
85.00
90.00
95.00
100.00
105.00
110.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2014 2015
Indeks NILAI TUKAR PETANI
NTP Umum NTP Perkebunan 3,000
8,000
13,000
18,000
23,000
400
900
1,400
1,900
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2012 2013 2014 2015
KARETRp/kg
TBSRp/kg HARGA LOKAL
SAWITKARET
Grafik 1.2 HARGA KOMODITAS LOKAL & NILAI TUKAR PETANI Sumber : BPS, Dinas Perkebunan (diolah)
SUMBER PERLAMBATAN SISI PENAWARAN
KONSUMSI RUMAH TANGGA BENGKULU (% yoy)
TW II 2015 5.58 TW III 2015 4.08
9
Realisasi gaji ke-13 PNS yang telah dilaksanakan pada bulan Juli 2015, dampaknya belum
signifikan untuk meredam perlambatan konsumsi Rumah Tangga. Hal ini diperkirakan karena
56% lapangan usaha terkonsentrasi di sektor pertanian dan pertambangan yang terdampak langsung
oleh penurunan harga komoditas, sementara sektor jasa kemasyarakatan hanya memiliki porsi 17%.
Menurunnya konsumsi RT ditunjukkan oleh indeks ekspektasi konsumsi yang terus menurun hingga
triwulan III 2015 serta indeks konsumsi barang tahan lama yang juga menunjukkan kondisi serupa.
Survei Konsumen Bank Indonesia pada Triwulan III 2015 menunjukkan
pesimisme pada kegiatan konsumsi RT di Provinsi Bengkulu :
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) TW III 2015 sebesar 84.67 menurun
dibandingkan IKK TW II 2015 sebesar 93.11
Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama pada TW III 2015 sebesar 50.00
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 62.00
Indeks Penghasilan Saat ini, pada TW III 2015 sebesar 108.67 menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 112.00
Melambatnya konsumsi RT juga dikonfirmasi oleh pelaku usaha di sektor riil. Pelaku usaha di
sektor otomotif menyatakan bahwa pembelian otomotif pada triwulan III 2015 lebih didominasi
konsumen dari unsur pemerintahan dibandingkan konsumen ritel. Sementara pelaku usaha
pembiayaan/leasing menyatakan permintaan booking kredit sepeda motor menurun disertai potensi
kenaikan kredit bermasalah. Pertumbuhan kredit pemilikan kendaraan bermotor pada bulan
September tercatat sebesar 3.31% (yoy), menurun signifikan dibandingkan pertumbuhan kredit pada
bulan Juni 2015 yang tercatat sebesar 16.43% (yoy).
Faktor hari Raya Idul Fitri pada bulan Agustus 2015 diperkirakan belum memberikan dorongan
signifikan bagi pertumbuhan konsumsi RT. Hasil liaison dengan beberapa pelaku usaha ritel
modern mencatat bahwa omzet penjualan selama Hari Raya Idul Fitri menurun bervariasi antara 5-
10% dibandingkan pencapaian tahun lalu. Beberapa pelaku usaha ritel berusaha mempertahankan
penurunan omzet usaha melalui kebijakan pemotongan harga (diskon) dan paket promosi lainnya.
70.0080.0090.00
100.00110.00120.00130.00140.00150.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2012 2013 2014 2015
Indeks
Sumber : BI
Survei Konsumen
Kondisi Ekonomi Ekspektasi Konsumsi
Keyakinan Konsumen
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2012 2013 2014 2015
Indeks
Sumber : BI
Konsumsi Barang Tahan Lama
Konsumsi Barang Tahan Lama Penghasilan Saat Ini
Grafik 1.3 INDIKATOR SURVEI KONSUMEN BANK INDONESIA Sumber : Bank Indonesia (diolah)
INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN
TW II 2015 93.11 TW III 2015 84.67
10
Konsumsi Pemerintah meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya, tercatat pertumbuhan konsumsi pemerintah sebesar
9,62% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 8,45% (yoy). Upaya percepatan penyerapan anggaran
belanja terus ditingkatkan pada triwulan III 2015 baik yang
bersumber dari APBN maupun APBD. Peningkatan penyerapan
belanja Pemerintah pada triwulan III 2015 terutama bersumber dari
penyerapan dana desa dan penyerapan belanja pegawai untuk gaji
ke-13 PNS.
05101520253035
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2012 2013 2014 2015
yoyRp Miliar Kredit KonsumsiBerdasarkan Lokasi Proyek
Nominal (Rp Miliar) Pertumbuhan (yoy)-rhs
-50
0
50
100
150
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2012 2013 2014 2015
yoyRp Miliar Kredit Pemilikan KendaraanBerdasarkan Lokasi Proyek
Nominal (Rp Miliar) Pertumbuhan (yoy)-rhs
10.17
29.75
51.95
92.48
9.68
29.88
48.25
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2014 2015
% PENYERAPAN BELANJA APBD PROVINSI
17.42
44.34
71.30
96.90
20.67
41.83
68.51
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2014 2015
% PENYERAPAN BELANJA APBN
20
.99
41
.72
72
.89
94
.48
20
.45
42
.11
65
.28
19
.05
40
.25
69
.30
95
.63
17
.59
38
.10
52
.29
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2014 2015
% PENYERAPAN BELANJA PEGAWAI APBD APBN
-
28.52
80.00
Q1 Q2 Q3
2015
% PENYERAPAN DANA DESA
PDB KONSUMSI PEMERINTAH
BENGKULU (% yoy)
TW II 2015 8.45 TW III 2015 9.62
Grafik 1.5 PERKEMBANGAN BELANJA DAERAH Sumber : Kanwil Perbendaharaan Provinsi Bengkulu
Grafik 1.4 KREDIT KONSUMSI & KREDIT KENDARAAN BERMOTOR Sumber : Bank Indonesia (diolah)
11
9,000
10,000
11,000
12,000
13,000
14,000
15,000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2013 2014 2015
Rp/US$
Sumber : BI
KURS RUPIAH/USD
Realisasi Dana Desa yang bersumber dari APBN saat ini mencapai Rp 290,4 Miliar dari
pagu anggaran sebesar Rp 362,9 Miliar atau sebesar 80% dari pagu. Dana desa tersebut
dialokasikan untuk 1.341 desa di Provinsi Bengkulu dengan komposisi : Bengkulu Selatan (142
desa); Bengkulu Utara (215 desa); Seluma (182 desa); Bengkulu Tengah (142 desa); Lebong
(93 desa); Mukomuko (148 desa); Rejang Lebong (122 desa); Kepahiang (105 desa); Kaur (192
desa). Alokasi rata-rata per desa mencapai Rp 270 juta.
1.1.2 Investasi
Pertumbuhan Investasi melambat, Investasi yang
tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
(PMTDB) tumbuh sebesar 2,80% (yoy) sedikit melambat
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2.91%
(yoy). Sumber perlambatan investasi berasal dari PMA/PMDN
sementara investasi Pemerintah melalui Belanja Modal APBD/N
belum mampu mendorong signifikan kenaikan investasi pada
triwulan III 2015.
Realisasi investasi PMA pada triwulan III 2015 sebesar US$4.08 juta menurun dibandingkan realisasi
PMA triwulan sebelumnya sebesar US$12.36 juta. Sementara investasi PMDN hanya tercatat Rp 9.02
Miliar turun signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp 118.3 Miliar.
Berdasarkan hasil liaison, secara umum pelaku usaha di
Bengkulu menunda kegiatan investasi pada triwulan III
2015. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal : (i) Fluktuasi nilai
tukar cukup tinggi sehingga pelaku usaha melihat peningkatan
resiko dalam berinvestasi, (ii) menurunnya daya beli masyarakat
yang masih terus berlanjut sehingga mempengaruhi
pendapatan omzet usaha, (iii) Proses replanting di sektor
Perkebunan secara umum masih berlanjut, namun dengan
penurunan harga komoditas yang masih berlanjut maka pelaku
usaha menghitung ulang besaran investasi yang dilakukan.
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
% PENYERAPAN APBD
2014 2015
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
% PENYERAPAN APBN
2014 2015
PDRB INVESTASI BENGKULU (% yoy)
TW II 2015 2.91 TW III 2015 2.80
12
Meningkatnya kehati-hatian pelaku usaha dalam merealisasikan investasi pada triwulan laporan
tercermin dari semakin dalamnya kontraksi kredit baru untuk investasi. Pada triwulan III 2015,
realisasi kredit baru investasi terkontraksi hingga -58,63% (yoy) lebih dalam dibandingkan kontraksi
yang terjadi pada triwulan sebelumnya sebesar -3.34%(yoy). Sektor Pertambangan dan Penggalian
khususnya Batubara saat ini mulai mengurangi investasinya dan cenderung meningkatkan efisiensi
pada kegiatan usahanya di tengah kondisi permintaan dan harga jual yang stagnan. Rekalkulasi
besaran investasi untuk kegiatan replanting terkait penurunan omzet usaha. Dalam kondisi normal
besaran alokasi investasi mencapai 4-10% dari laba tahun berjalan.
Meskipun demikian, perlambatan investasi yang terjadi pada triwulan III 2015 sedikit diredam
oleh peningkatan investasi pemerintah yang bersumber dari belanja modal. Tercatat belanja
modal yang bersumber dari APBN tumbuh 43.84% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 11.31% (yoy). Sementara itu belanja modal yang bersumber dari APBD
Pemerintah Provinsi relatif melambat pertumbuhannya.
13.21
3.75 5.35
0.00
1.70 1.88 1.84
13.92
2.90
12.36
4.08
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2013 2014 2015
REALISASI PMA (US$ JUTA)
27.63
81.97
- - - - 7.80 -
211.50
118.31
9.02
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2013 2014 2015
REALISASI PMDN (Rp Miliar)
-80-60-40-20020406080
0
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2013 2014 2015
yoyRp Miliar
Sumber : BI
REALISASI KREDIT BARU
KREDIT BARU gKREDIT (% yoy - rhs)
-100
-50
0
50
100
0
100
200
300
400
500
1 2 3 4 1 2 3
2014 2015
yoyRp MiliarBELANJA MODAL
APBN (Rp Miliar) APBD (Rp Miliar)
gAPBN(%yoy) gAPBD(% yoy)
Grafik 1.6 PERKEMBANGAN REALISASI PMA & PMDN Sumber : BKPM (diolah)
Grafik 1.7 PERKEMBANGAN KREDIT BARU INVESTASI & BELANJA MODAL APBD/N Sumber : Bank Indonesia (diolah); Kanwil Perbendaharaan Prov. Bengkulu, Biro Keuangan Pemprov Bengkulu
13
1.1.3 Ekspor Impor
Kinerja ekspor melambat, perlambatan tersebut bersumber
dari ekspor antar provinsi sementara ekspor luar negeri masih
melanjutkan tren kontraksinya. Ekspor tumbuh 10,44% (yoy)
melambat dibandingkan triwulan II 2015 yang tumbuh sebesar
11,51% (yoy). Melambatnya ekspor antar provinsi dikonfirmasi oleh
data jembatan timbang Dishub Prov. Bengkulu yang mencatat
volume barang keluar selama triwulan III 2015 terkontraksi hingga -
13.42% (yoy) sementara pada triwulan sebelumnya volume barang
keluar dari Prov. Bengkulu masih tercatat tumbuh 3.65% (yoy).
Penurunan ekspor antar provinsi bersumber dari Sawit dan Batubara
Sementara ekspor luar negeri masih melanjutkan kontraksinya pada triwulan III 2015, tercatat
volume ekspor luar negeri sebesar -36,52% (yoy) lebih dalam dibandingkan triwulan
sebelumnya yang terkontraksi -27,03% (yoy). Sumber penurunan ekspor luar negeri berasal
dari komoditas Batubara dan Karet. Penurunan ekspor batubara didorong oleh menurunnya
permintaan Filipina sebagai tujuan ekspor terbesar batubara bengkulu. Kontraksi ekspor batubara ke
Filipina mencapai -53.57% (yoy) lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai -
5.85% (yoy). Perlambatan tersebut merupakan dampak dari penurunan permintaan negara tujuan
ekspor, berlanjutnya penurunan harga internasional, serta ketatnya persaingan dengan negara
pemasok lainnya yaitu Australia dan Afrika Selatan.
Penurunan harga karet yang masih berlanjut mendorong kontraksi ekspor karet lebih dalam
pada triwulan laporan. Harga karet internasional rata-rata triwulan III 2015 sebesar US$1.79/kg
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar US$1.96/kg. Depresiasi nilai tukar belum
mampu meredam dampak penurunan harga komoditas internasional. Penurunan harga karet yang
terus berlanjut berdampak pada pasokan karet di pabrik pengolahan yang terus menurun. Petani
menunda waktu penyadapan karet dengan pertimbangan kenaikan harga di masa mendatang.
Kontraksi volume ekspor luar negeri karet pada triwulan III 2015 sebesar -18.77% (yoy) lebih dalam
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai -10.99% (yoy).
-20
-10
0
10
20
30
40
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
1 2 3
2015
yoyTONVOLUME BARANG KELUAR
Volume (ton) gVOL(%)
-100
-50
0
50
100
150
200
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
1 2 3
2015
yoyTON KOMODITAS UTAMA
Sawit (ton) Batubara (ton)gSAWIT(yoy) gBATUBARA (yoy)
EKSPOR BENGKULU (% yoy)
TW II 2015 11.51 TW III 2015 10.44
Grafik 1.8 PERKEMBANGAN VOLUME BARANG KELUAR Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Bengkulu
14
PERIODE VOLUME EKSPOR (TON) NILAI EKSPOR (US$ JUTA)
CPO RUBBER COAL LAIN TOTAL CPO RUBBER COAL LAIN TOTAL
2014Q1 20.00 4.84 647.90 48.56 721.3 17.43 10.33 34.46 2.17 64.4
2014Q2 19.38 6.77 639.75 22.41 688.3 17.61 12.00 33.11 1.68 64.4
2014Q3 19.00 6.58 663.10 25.83 714.5 15.13 11.16 34.73 1.75 62.8
2015Q1 13.00 4.41 441.31 27.24 486.0 8.46 6.41 24.84 1.85 41.6
2015Q2 11.30 6.03 451.20 33.71 502.2 7.11 8.72 23.83 2.26 41.9
2015Q3 19.50 5.35 384.90 43.84 453.6 10.42 7.89 18.40 3.16 39.9
PERTUMBUHAN TAHUNAN (% YOY)
2015Q1 -35.00 -8.84 -31.89 -43.91 -32.63 -51.48 -38.00 -27.90 -15.01 -35.47
2015Q2 -41.69 -10.99 -29.47 50.42 -27.03 -59.62 -27.33 -28.02 34.41 -34.90
2015Q3 2.63 -18.77 -41.95 69.73 -36.52 -31.13 -29.32 -47.03 80.15 -36.49
Keterangan : CPO = Kelapa Sawit, Rubber = Karet, Coal = Batubara
PERIODE VOLUME EKSPOR (TON) NILAI EKSPOR (US$ JUTA)
USA PHIL INDIA UE MAL LAIN TOTAL USA PHIL INDIA UE MAL LAIN TOTAL
2014Q1 2.77 133.67 270.29 20.30 37.06 257.21 721.3 5.82 8.29 13.20 18.06 2.38 16.63 64.4
2014Q2 3.07 98.26 304.05 19.40 80.68 182.86 688.3 5.79 5.71 14.46 17.66 5.11 15.68 64.4
2014Q3 2.89 155.58 320.40 19.34 73.56 142.75 714.5 4.93 9.34 14.64 15.70 4.57 13.59 62.8
2015Q1 2.56 150.94 86.64 7.40 64.77 173.65 486.0 3.72 8.99 4.07 5.25 3.99 15.54 41.6
2015Q2 3.69 92.52 111.54 9.62 45.67 239.20 502.2 5.31 5.38 4.92 6.38 2.75 17.20 41.9
2015Q3 3.48 72.24 107.80 19.50 54.80 195.78 453.6 5.08 4.18 3.99 10.42 3.09 13.11 39.9
PERTUMBUHAN TAHUNAN (% YOY)
2015Q1 -7.61 12.92 -67.94 -63.54 74.78 -32.49 -32.63 -36.13 8.33 -69.18 -70.93 67.57 -6.55 -35.47
2015Q2 20.33 -5.85 -63.32 -50.40 -43.39 30.81 -27.03 -8.33 -5.78 -66.00 -63.87 -46.27 9.69 -34.90
2015Q3 20.37 -53.57 -66.36 0.81 -25.51 37.15 -36.52 2.99 -55.27 -72.75 -33.63 -32.39 -3.54 -36.49
Keterangan : USA = Amerika Serikat, Phil = Filipina, UE = Uni Eropa, MAL = Malaysia
- 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50
50.00
250.00
450.00
650.00
850.00
1,050.00
1,250.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2012 2013 2014 2015
KARETUS$/KG
SAWITUS$/MT HARGA INTERNASIONAL
SAWIT KARET
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2012 2013 2014 2015
US$/MTHARGA INTERNASIONAL
BATUBARA
Grafik 1.9 PERKEMBANGAN EKSPOR LUAR NEGERI PROV. BENGKULU Sumber : COGNOS BI
Tabel 1.2 EKSPOR LUAR NEGERI PROVINSI BENGKULU Sumber : BI (diolah)
15
Kinerja Impor Bengkulu pada triwulan III 2015
melambat. Perlambatan terutama bersumber dari impor
antar provinsi, sementara kontraksi impor luar negeri masih
terus berlanjut. Impor tumbuh sebesar 6,48% (yoy), melambat
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar
7,91% (yoy). Perlambatan impor antar provinsi tercermin dari
menurunnya perdagangan ritel selama triwulan laporan. Hal ini
sebagai dampak masih belum pulihnya daya beli masyarakat
akibat penurunan harga komoditas.
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
0
20
40
60
80
100
120
140
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3
2014 2015
% yoyRp Miliar LUAR NEGERI
PDRB Impor LN gIMPOR LN
-4
-2
0
2
4
6
8
10
5,000
5,200
5,400
5,600
5,800
6,000
6,200
6,400
6,600
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3
2014 2015
% yoyRp MiliarANTAR PROVINSI
PDRB Antar Provinsi gIMPOR AP
IMPOR BENGKULU (% yoy)
TW II 2015 7.91
TW III 2015 6.48
Grafik 1.10 PERKEMBANGAN IMPOR PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu
16
1.2 Produk Domestik Regional Bruto
Sisi Sektoral
1.2.1 Sektor Pertambangan dan Penggalian.
Sektor Pertambangan dan Penggalian mengalami
perlambatan, pertumbuhan pada triwulan laporan tercatat
0,51% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
triwulan sebelumnya yang mencapai 0,89% (yoy).
Menurunnya kinerja sektor ini terutama dampak dari penurunan
sektor usaha batubara. Hal ini tercermin tren kontraksi ekspor
yang terus berlanjut hingga triwulan III 2015.
Kontraksi ekspor batubara mencapai -47,03%(yoy) semakin dalam dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar -28.02%(yoy). Penurunan permintaan ekspor batubara terutama berasal dari
Filipina. Terkonfirmasi dari volume ekspor ke negara tersebut yang mengalami kontraksi sebesar -
83,79% (yoy). Kendala bisnis batubara pada triwulan III 2015 dipengaruhi beberapa faktor yaitu
melambatnya permintaan Filipina, berlanjutnya penurunan harga internasional, serta ketatnya
persaingan dengan negara pemasok lainnya yaitu Australia dan Afrika Selatan. Rendahnya kalori
batubara yang dihasilkan di Bengkulu relatif kurang kompetitif ditengah penurunan harga
internasional.
Depresiasi nilai tukar Rupiah pada triwulan III
2015 belum mampu mengimbangi penurunan
harga internasional. Harga batubara berada
dikisaran US$48,62/mt menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya yang berkisar US$52.84/mt.
Menurunnya kinerja sektor usaha batubara menjadi
faktor pendorong masih tingginya NPL kredit
mencapai 65.69%.
-60
-40
-20
0
20
40
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2013 2014 2015
yoyTON
Sumber : BI
NILAI EKSPOR BATUBARA
Nilai (US$) g - Nilai (%yoy - rhs)
40
45
50
55
60
65
70
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2013 2014 2015
US$/mt
Sumber : Bloomberg
HARGA INTERNASIONALBATUBARA
Grafik 1.11 INDIKATOR EKSPOR BATUBARA Sumber : BI (diolah); Bloomberg
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW II 2015 0.89 TW III 2015 0.51
17
1.2.2 Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan.
Sektor pertanian mengalami perlambatan, pada
triwulan laporan Sektor Pertanian hanya tumbuh sebesar
2,68% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 3,24% (yoy). Hal ini bersumber dari usaha di sektor
perkebunan karet. Kontraksi ekspor karet kembali menunjukkan
penurunan pada triwulan III 2015. Dilihat dari volumenya ekspor
karet mengalami kontraksi yang semakin dalam dari -10,99%
(yoy) menjadi -18,77% (yoy). Begitupun dengan nilai ekspor
karet yang juga mengalami kontraksi yang semakin dalam dari -
27,33% (yoy) menjadi -29,32% (yoy).
Sejalan dengan itu harga lokal karet masih berada pada level yang cukup rendah. Diketahui harga di
tingkat petani pada kisaran Rp5.000/kg. Harga tersebut dalam dua triwulan terakhir menunjukkan
kecenderungan semakin menurun. Harga karet internasional saat ini diperdagangkan rata-rata US$
1,66/kg menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada kisaran US$ 2,02/mt.
Produksi karet pada triwulan III 2015 juga dipengaruhi kondisi elnino. Dampak Elnino
menyebabkan kenaikan suhu dari suhu normal 26- -
produksi karena tiap pohon terhambat proses fotosintesisnya (frekuensi gelombang cahaya matahari
ke daun menurun 5-10% sehingga secara nasional produksi ikut turun 5-10 %).
Berdasarkan hasil liaison, penurunan harga internasional saat ini dengan nilai tukar yang
bergejolak menimbulkan kekhawatiran pelaku usaha. Pelaku usaha menyatakan bahwa margin
usaha sudah menurun signifikan. HPP produksi dihitung sebesar US$ 1,1/kg pada kurs Rp 13.500 per
dollar untuk kualitas karet 100%, sementara harga jual karet terus menurun mendekati HPP. Untuk
mensiasatinya saat ini pelaku usaha perkebunan memundurkan leadtime penyadapan karet dari
sistem sadap per 2 hari menjadi sistem sadap per 3 hari, upaya ini dilakukan untuk menekan ongkos
tenaga kerja.
Sementara kinerja sektor usaha sawit pada triwulan laporan masih stagnan, karena permintaan
yang belum menunjukkan perbaikan. Faktor lain tertahannya sektor usaha sawit adalah kualitas TBS
yang menurun karena kurangnya curah hujan. Harga TBS yang ditetapkan Dinas Perkebunan
mencapai Rp1000/kg menurun dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai Rp1300/kg. Harga
riil di petani diperkirakan lebih rendah karena rantai tata niaga melibatkan pengepul sebagai
pemasok pabrik.
Perlambatan pada komoditas sawit dan karet sedikit diredam oleh peningkatan produksi sayur.
Berdasarkan data jembatan timbang, pengiriman sayur keluar Bengkulu meningkat 51,75% (yoy)
meningkat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,46% (yoy). Hal ini dikonfirmasi
pula oleh NTUP Hortikultura rata-rata pada triwulan III 2015 meningkat, mencapai 110.32 lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 104.37.
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW II 2015 3.24 TW III 2015 2.68
18
Menurunnya kinerja pada sektor ini tercermin
dari hasil survei kegiatan dunia usaha pada sub
sektor perkebunan, dimana terdapat penurunan
indeks realisasi kinerja pada pelaku usaha dari
triwulan sebelumnya 1,21 menjadi -0,51%.
1.2.3 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil, Sepeda Motor
Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor mengalami perlambatan.
Tercatat pertumbuhannya hanya sebesar 5,54% (yoy), lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,94%.
Perlambatan sektor ini terutama disebabkan oleh tertahannya
pertumbuhan di sektor usaha otomotif. Berdasarkan data
Dispenda Provinsi Bengkulu terjadi kontraksi jumlah kendaraan
baru yang mengajukan balik nama. Kontraksi pada kendaraan
roda empat mencapai -20.03% (yoy) lebih dalam dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar -13.57% (yoy).
Meskipun pada triwulan III 2015 terdapat faktor seasonal Hari Raya Idul Fitri, namun
dampaknya belum signifikan mendorong kenaikan sektor ini. Hasil liaison kepada pelaku usaha
ritel mencatat bahwa penurunan omzet rata-rata pada triwulan III 2015 berkisar 5-25%. Hal ini
dikonfirmasi pula oleh indeks penjualan barang tahan lama Survei Konsumen Bank Indonesia yang
mencatat level 50.00 dibawah indeks triwulan sebelumnya di level 62.00. Masih melemahnya daya
beli masyarakat merupakan faktor utama pendorong perlambatan di sektor ini.
-80
-60
-40
-20
0
0
10
20
30
40
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2013 2014 2015
yoyTON
Sumber : BI
NILAI EKSPOR
Nilai (US$) g Nilai (%yoy) - rhs
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2013 2014 2015
US$/KG
Sumber : Bloomberg
HARGA INTERNASIONAL KARET
Int'l Price Rubber (US$)
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW II 2015 5.94 TW III 2015 5.54
Grafik 1.12 INDIKATOR EKSPOR KARET Sumber : BI (diolah); Bloomberg
19
Perlambatan di sektor ini dikonfirmasi pula oleh konsumsi listrik untuk golongan bisnis dan
Kualitas kredit Perdagangan. Pertumbuhan konsumsi listrik untuk golongan ini mengalami
perlambatan dari 7,78% (yoy) menjadi 6,24% (yoy) pada triwulan III 2015. Sementara kualitas kredit
pada sektor ini masih berada di level yang cukup tinggi. Tercatat rasio NPL pada kredit perdagangan
berada di angka 6,42% (diatas level wajar 5%). Dua indikator tersebut mengindikasikan bahwa
terjadi penurunan aktivitas bisnis dan kemampuan membayar debitur dari sektor perdagangan.
-100
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
0
200
400
600
800
1,000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2014 2015
yoyUnit
Sumber : Dispenda
MOBIL
Kendaraan Roda 4 growth (yoy) - rhs
-60
-40
-20
0
20
40
60
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2014 2015
yoyUnit
Sumber : Dispenda
SEPEDA MOTOR
Kendaraan Roda 2 Growth (yoy) - rhs
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2013 2014 2015
yoyRp Miliar
Sumber : BI
KREDIT PEMILIKAN KENDARAANKredit Pemilikan Kendaraan
gKredit (yoy)-rhs
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2012 2013 2014 2015
Indeks
Sumber : BI
KONSUMSI BARANG TAHAN LAMA
Konsumsi Barang Tahan Lama
Penghasilan Saat Ini
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2012 2013 2014 2015
yoyMWh
Sumber : PLN
LISTRIK BISNIS
Listrik Bisnis (mwh) growth (yoy)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2012 2013 2014 2015
yoyRp Miliar
Sumber : BI
NPL KREDIT PERDAGANGANBerdasarkan Lokasi Proyek
NPL % NPL
Grafik 1.13 INDIKATOR SEKTOR PERDAGANGAN Sumber : Dispenda Provinsi, Bank Indonesia
20
1.2.4 Sektor Konstruksi
Pertumbuhan Sektor Konstruksi meningkat, tercatat
tumbuh sebesar 5,10% (yoy), meningkat signifikan
dibandingkan triwulan lalu yang hanya tumbuh 3.60% (yoy).
Peningkatan terutama didorong oleh realisasi pengerjaan fisik
pemerintah. Indikator tersebut ditunjukkan oleh penyerapan
belanja modal yang meningkat baik dari APBN maupun APBD
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Membaiknya kinerja
sektor konstruksi dikonfirmasi survei SKDU sektor konstruksi yang
menunjukkan kenaikan. Kenaikan pada sektor ini juga dikonfirmasi
oleh peningkatan penjualan semen pada triwulan III 2015.
Penjualan semen tumbuh 33.59% (yoy) lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar -10.15% (yoy)
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
0
50,000
100,000
150,000
200,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2012 2013 2014 2015
yoyTon
Sumber : BI
REALISASI SEMEN
Volume (ton) Pertumbuhan (yoy)-rhs -4.00
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3
2014 2015
SKDU KONSTRUKSI
Realisasi Ekspektasi
0100200300400500600700800900
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2014 2015
Rp MiliarREALISASI APBN/D
Belanja Modal APBD (Miliar) Belanja Modal APBN (miliar)
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW II 2015 3.60 TW III 2015 5.10
Grafik 1.14 INDIKATOR SEKTOR KONSTRUKSI Sumber : BI (diolah); Bloomberg
21
1.2.5 Sektor Industri Pengolahan
Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan mengalami
peningkatan. Pada triwulan III 2015 sektor ini tumbuh
sebesar 4,62% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 4,10 (yoy). Peningkatan sektor industri
pengolahan terutama bersumber dari industri makanan minuman.
Hal ini dikonfirmasi oleh Indeks Industri Manufaktur Besar dan
Sedang, dimana industri makanan minuman tumbuh sebesar
7,60% (yoy) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh hanya 3.47% (yoy).
Sejalan dengan hal tersebut, Meningkatnya pertumbuhan sektor ini juga terkonfirmasi dari
meningkatnya penyaluran kredit investasi pada Industri. Tercatat penyaluran kredit investasi pada
triwulan laporan sebesar Rp335,7 Miliar lebih besar daripada triwulan II 2015 yang hanya mencapai
Rp318,8 Miliar. Peningkatan penyaluran kredit ini juga diikuti dengan kualitas kredit yang membaik.
Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan) untuk kredit investasi pada industri membaik dari
1,39% pada triwulan II 2015 menjadi 1,14 di triwulan III 2015.
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
1 2 3 4 1 2 3
2014 2015
YOY SURVEI INDUSTRI MANUFAKTUR
Makanan Karet
-60
-40
-20
0
20
40
0
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2012 2013 2014
yoyRp Miliar Kredit InvestasiBerdasarkan Lokasi Proyek
Kredit Investasi (Miliar Rp)
g Kredit Investasi (%yoy)
Grafik 1.15 INDIKATOR SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Sumber : BPS , BI (diolah)
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW II 2015 4.10 TW III 2015 4.62
22
BOKS 1. Dampak Pelemahan Nilai Tukar Rupiah serta
Ketahanan Daya Saing Industri
A. Dampak Pelemahan Nilai Tukar Rupiah
Berdasarkan kegiatan liaison1 dan quick survei terhadap pelaku usaha yang memiliki kontribusi
besar terhadap perekonomian Provinsi Bengkulu, menyatakan bahwa pelemahan nilai tukar
berpengaruh positif terhadap meningkatnya nilai penjualan yang berasal dari selisih nilai tukar.
Namun demikian pelaku usaha menyatakan bahwa kestabilan nilai tukar lebih utama dalam
menciptakan kondisi iklim usaha yang kondusif. Bagi pelaku usaha ekspor yang bergerak pada
komoditas perkebunan (karet dan sawit pada Provinsi Bengkulu), harga komoditas dirasa lebih
berpengaruh terhadap kinerja penjualan dibandingkan dengan nilai tukar. Hal ini terkonfirmasi dari
hasil quick survei terkait dampak nilai tukar yang dilaksanakan KPwBI Provinsi Bengkulu. Hasil survei
menggambarkan bahwa seluruh responden menyatakan penurunan harga komoditas
internasional lebih dominan dalam mempengaruhi kinerja penjualan perusahaan dibandingkan
dengan gejolak nilai tukar.
Terkait dengan kebutuhan pembiayaan maupun pinjaman luar negeri, sebanyak 75%
responden menyatakan kebutuhan akan pinjaman luar negeri masih tetap. Ditengah gejolak nilai
tukar yang terjadi, mayoritas contact memilih untuk tidak melakukan restrukturisasi atas pinjaman
luar negeri yang diambil oleh perusahaan.
Mayoritas pelaku usaha menyatakan adanya kenaikan biaya produksi dan penurunan
margin usaha, namun belum ada yang menyatakan akan melakukan Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK). Dalam mengatasi kenaikan biaya produksi, salah satu strategi yang ditempuh oleh
pelaku usaha adalah dengan meningkatkan produksi bahan baku dari kebun sendiri dan
mengevaluasi biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku dari luar. Sementara contact lain
memilih untuk mempertahankan jalinan kerjasama yang baik dengan pemasok agar tidak terjadi
gesekan (terutama dengan petani) disaat harga komoditas semakin terpuruk. Dalam menekan biaya
produksi, pelaku usaha menerapkan efisiensi internal melalui penekanan biaya tenaga kerja
dan operasional mesin pabrik. Salah satu strategi efisiensi internal yang dilakukan oleh perusahaan
dalam menekan biaya produksi adalah pengurangan waktu/shift kerja dan meniadakan lembur bagi
seluruh karyawannya.
Rata-rata level nilai tukar ideal yang diharapkan oleh responden berada pada level Rp. 11.375.
Sementara rata-rata level nilai tukar rupiah yang dapat mengganggu secara signifikan pada level Rp.
14.500.
1 Liaison adalah suatu kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang dilaksanakan secara periodik melalui
wawancara langsung/tidak langsung kepada pelaku usaha/institusi mengenai perkembangan dan arah kegiatan usaha.
23
B. Daya Saing Industri
Berkaitan dengan daya saing industri, mayoritas pelaku usaha menyatakan bahwa
perizinan, infrastruktur dan insentif fiskal sebagai faktor yang lebih utama dibandingkan
faktor-faktor lainnya seperti teknologi, kualitas SDM, logistik maupun energi. Dalam hal
infrastruktur diperlukan akses transportasi darat yang baik. Pelaku usaha menyatakan perlu dilakukan
perbaikan kualitas jalan terutama di daerah Bengkulu Utara dan Mukomuko yang saat ini kondisinya
banyak yang rusak. Hal ini untuk mendukung efisiensi biaya tranportasi dari lokasi perkebunan ke
lokasi pabrik maupun dari lokasi pabrik ke pelabuhan Pulau Baai.
Pelaku usaha juga berpendapat bahwa dalam menghadapi kondisi persaingan bebas,
perlu percepatan hilirisasi industri karet di Indonesia. Tidak hanya dibatasi pada produk setengah
jadi namun juga diharapkan industri barang jadi seperti ban. Sementara terkait rendahnya harga
komoditas karet di pasar global saat ini dipengaruhi melimpahnya stok, terutama di Thailand dan
terkait masih rendahnya harga minyak dunia.
Mayoritas pengusaha memandang sektor industri kelapa sawit masih dapat bertahan terhadap
kondisi harga internasional yang terus menurun dan dinamika persaingan di pasar global jika
pemerintah dapat mendorong permintaan dalam negeri dengan jalan serius berkomitmen untuk
menerapkan mandatori biodesel 15%. Menurut pelaku usaha sampai dengan saat ini belum terlihat
upaya-upaya pemerintah dalam merealisasikan mandatori biodiesel tsb.
Nama Industri
Indikator Pengolahan Kelapa Sawit Pengolahan Karet Pengolahan Teh
Pangsa pasar
Domestik (%) 10 12,5 15
Ekspor (%) 90 87,5 85
Tujuan Ekspor India (40%); China (35%); Lainnya (25%)
Amerika (50%); Eropa (30%); Asia (20%)
Eropa (60%); Asia (12%); Rusia (9%); Amerika (3%); Australia (1%).
Pesaing Utama
Negara Lain Malaysia & Thailand Thailand & Malaysia China & India
Provinsi Lain Medan, Riau, Jambi dan Sumatera Selatan
Sumatera Selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, Kayu Aroe (Jambi), Pagar Alam (Sumsel)
Regulasi Pendukung
Mandatori biodesel 15%, CPO Fund
Hilirisasi produk karet
Regulasi Penghambat
Keb. Nasional Kebijakan moratorium hutan primer; bea keluar CPO yang tinggi; kebijakan PPn atas produk primer TBS
Kebijakan moratorium hutan primer
-
Keb. Luar Negeri
Kampanye anti sawit; kampanye RSPO (Roundtable for Sustainable Palm Oil)
- -
24
Nama Industri
Indikator Pengolahan Kelapa Sawit Pengolahan Karet Pengolahan Teh
Persepsi pengusaha terhadap industri
Mayoritas pengusaha memandang sektor industri kelapa sawit masih dapat bertahan terhadap kondisi harga internasional yang terus menurun dan dinamika persaingan di pasar global jika pemerintah dapat mendorong permintaan dalam negeri dengan jalan serius berkomitmen untuk menerapkan mandatori biodesel 15%. Menurut pelaku usaha sampai dengan saat ini belum terlihat upaya-upaya pemerintah dalam merealisasikan mandatori biodiesel tsb.
Menurut pelaku usaha menghadapi kondisi persaingan bebas, perlu percepatan hilirisasi industri karet di Indonesia. Tidak hanya dibatasi pada produk setengah jadi namun juga diharapkan industri barang jadi seperti ban. Sementara terkait rendahnya harga komoditas karet di pasar global saat ini dipengaruhi melimpahnya stok, terutama di Thailand dan terkait masih rendahnya harga minyak dunia.
Menghadapi persaingan bebas, pelaku usahaa melihat potensi industri pengolahan teh di Bengkulu masih terbuka, namun terapat tantangan keterbatasan lahan yang hanya kondusif di beberapa wilayah, salah satunya di Kab. Kepahiang & Rejang Lebong yang merupakan daerah dataran tinggi.
BAB II
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015
25
INDIKATOR MAKRO
Perkembangan Inflasi Bengkulu
Triwulan II 2015 Triwulan III 2015
9.90
8.65
6.47
6.55
13.99
11.69
14.14
10.55
13.313
14.383
26
TABEL INDIKATOR INFLASI PROVINSI BENGKULU
TRIWULAN III 2015
Sumber : BPS (diolah)
I II III IV I II III
Indeks Harga Konsumen 113.29 113 117.93 124.55 121.96 124.19 128.13
Kelompok Barang
Bahan Makanan 11.25 4.55 7.44 17.76 8.31 14.03 10.48
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 5.86 6.23 6.55 6.64 7.14 8.07 6.51
Perumahan, Air, Listrik, Has dan Bahan Bakar 4.38 3.08 4.76 8.24 9.8 9.52 7.42
Sandang 4.18 6.71 4.69 3.82 4.11 4.11 3.71
Kesehatan 8.69 5.49 5.27 6.53 10.9 9.82 9.08
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 3.88 4.37 5.45 5.62 6.14 6.08 10.73
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 15.46 11.02 6.15 13.97 5.86 10.17 9.95
Disagregasi
Volatile Food 10.93 4.25 7.34 17.72 8.23 14.14 10.55
Administered Prices 15.4 11.52 8.65 16.57 9.8 13.99 11.69
Core 4.72 4.35 4.47 5.54 6.55 6.47 6.55
Indeks Ekpektasi Konsumen
Nilai Tukar 11,404 11,969 12,212 12,440 13,084 13,313 14,383
108.44
Indikator
2014
8.35 5.79 6.05
2015
9.90
100.44
7.65
113.33
8.6510.85
109.33 116.78 110.67 108.33
27
Grafik 2.1 PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
PERKEMBANGAN INFLASI
TRIWULAN III 2015
Inflasi Kota Bengkulu pada triwulan III tahun 2015 sebesar 8,65% (yoy) menurun
dibandingkan inflasi triwulan II tahun 2015 sebesar 9,90% (yoy). Kondisi ini didorong oleh
meredanya tekanan Inflasi pada kelompokadministered prices dan volatile food.Hampir seluruh
kelompok komoditas barang/jasa mengalami penurunan laju inflasi kecuali kelompok
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga yang mengalami peningkatan.Dengan perkembangan
tersebut maka laju inflasi Kota Bengkulu pada triwulan III 2015 masih berada diatas inflasi
nasional (6,83% yoy) maupun inflasi rata-rata Sumatera (6,79% yoy). Meskipun demikian laju
tekanan inflasi tahun kalender di Kota Bengkulu sampai dengan triwulan III 2015 tercatat
sebesar 2.87% (ytd) atau masih berada didalam koridor sasaran inflasi nasional 4±1%.
Sementara itu, perkembangan inflasi bulanan di triwulan III
2015 diwarnai dengan volatilitas yang tinggi. Setelah terjadi
Inflasi selama dua bulan berturut-turut dari bulan Juli
hingga Agustus sebesar 1,38% (mtm) dan 1,99% (mtm),
kemudian pada bulan September kota Bengkulu mengalami
deflasi sebesar 0,22% (mtm).
Secara umum tekanan inflasi yang meningkat pada bulan Juli dan Agustus disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya: (i)Pola seasonal peningkatan permintaan masyarakat H-14 menjelang
Hari Raya Idul Fitri mendorong pelaku usaha untuk menaikkan profit margin usaha, (ii) Siklus bisnis
penerbangan yang memasuki peak season mendorong maskapai penerbangan meningkatkan harga
tiket mendekati batas atas yang telah ditetapkan oleh pemerintah; (ii) Meningkatnya biaya
pendidikan khususnya Sekolah Dasar dan Perguruan Tinggi seiring dengan penyesuaian biaya yang
dilakukan oleh beberapa sekolah memasuki tahun ajaran baru.
DISAGREGASI INFLASI Provinsi Bengkulu
INFLASI INTI (% yoy)
TW II 2015 6.47 TW III 2015 6.55
ADMINISTERED PRICES (% yoy)
TW II 2015 13.99 TW III 2015 11.69
VOLATILE FOOD (% yoy)
TW II 2015 14.14 TW III 2015 10.55
28
Tabel 2.1 ANDIL INFLASI KELOMPOK BARANG DAN JASA PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
Sementara itu, meredanya tekanan inflasi pada bulan September hingga mencatatkan deflasi
disebabkan oleh tiga faktor, yaitu: (i) Mulai normalnya pasokan daging ayam setelah mengalami
kendala pada dua bulan sebelumnya, hal ini juga terjadi pada harga cabai merah yang mulai panen
di bulan September; (ii) Penyesuaian tarif angkutan udara menuju batas bawah setelah melewati
peak season pada dua bulan sebelumnya. (iii) Turunnya harga bahan bakar minyak, khususnya
bahan bakar non-subsidi seiring dengan penurunan harga minyak dunia.
Kemudian apabila dilihat andil inflasi tahunannya, maka dapat dianalisis bahwa :
Kelompok pendorong kenaikan inflasi bersumber dari Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga.
Kelompok penahan kenaikan inflasi bersumber pada Bahan Makanan; Makanan Jadi,
Minuman, Rokok dan Tembakau; Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar; Sandang;
Kesehatan; serta Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
NO KELOMPOK BARANG DAN JASA 2014 2015
I II III IV I II III
INFLASI TAHUNAN 8.35 5.79 6.05 10.85 7.66 9.90 8.65
1 BAHAN MAKANAN 2.72 1.12 1.85 4.38 2.06 3.42 2.63
2 MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 0.98 1.02 1.07 1.08 1.16 1.33 1.07
3 PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR 0.98 0.69 1.03 1.79 2.12 2.08 1.59
4 SANDANG 0.25 0.39 0.28 0.22 0.24 0.24 0.22
5 KESEHATAN 0.35 0.23 0.21 0.26 0.44 0.40 0.36
6 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 0.35 0.39 0.48 0.49 0.53 0.53 0.94
7 TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 2.71 1.95 1.14 2.62 1.10 1.89 1.84
Berdasarkan perkembangan event analysis terhadap inflasi di Kota Bengkulu, tampak bahwa
kenaikan tarif angkutan udara dan biaya pendidikan pada pertengahan Agustus 2015
mendorong inflasi Bengkulu meningkat signifikan terhadapinflasi nasional yang bergerak
lebih stabil. TarifAngkutan Udara memberi andil terhadap inflasi tahunan di bulan Agustus
sebesar 0,74% yoy dan biaya Akademi/Perguruan Tinggi memberi andil terhadap inflasi tahunan di
bulan Agustus sebesar 0,36% yoy
INFLASI BULANAN (% mtm)
JULI 2015 AGT 2015 SEPT 2015
1.38 1.99 -0.22
29
Grafik 2.2 EVENT ANALYSIS INFLASI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
Tabel 2.2 INFLASI KELOMPOK BARANG/JASA Sumber : BPS (diolah)
2.1 INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG/JASA
Berdasarkan kelompok barang dan jasa, secara umum andil inflasi kelompok barang dan
jasa mengalami penurunan, kecuali Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga. Berturut-turut
kelompok barang dan jasa yang memiliki andil terbesar terhadap inflasi tahunan pada triwulan III
2015 adalah Kelompok Bahan Makanan (2,63% yoy); Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa
Keuangan (1,84% yoy); Kelompok Perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (1,59% yoy); serta
Kelompok Makanan jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau (1,07% yoy).
Andil Andil Andil
(% yoy) (% yoy) (% yoy)
Bahan makanan 129.23 8.31 2.06 136.45 14.03 3.42 138.58 10.48 2.63
Makanan Jadi, Minuman,
Rokok & Tembakau118.47 7.14 1.16 120.42 8.07 1.33 123.46 6.51 1.07
Perumahan,Air,Listrik,Gas &
Bahan Bakar117.38 9.80 2.12 118.02 9.52 2.08 118.28 7.42 1.59
Sandang 110.29 4.11 0.24 113.55 4.11 0.24 113.95 3.71 0.22
Kesehatan 123.42 10.90 0.44 124.78 9.82 0.40 125.53 9.08 0.36
Pendidikan, Rekreasi dan Olah
Raga 117.04 6.14 0.53 118.37 6.08 0.53 128.48 10.73 0.94
Transportasi, Komunikasi dan
Jasa Keuangan127.81 5.86 1.10 135.75 10.17 1.89 136.85 9.95 1.84
Inflasi Umum 121.96 7.65 7.65 125.91 9.90 9.90 128.13 8.65 8.65
IHK
II-2015
IHKInflasi
(% yoy)
Inflasi
(% yoy)IHKKelompok Barang/Jasa
III-2015I-2015
Inflasi
(% yoy)
30
Tabel 2.3 INFLASI KELOMPOK BAHAN MAKANAN Sumber : BPS (diolah)
Inflasi Kelompok Bahan Makanan menurun signifikan
dari 14,03% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 10,48% (yoy)
pada triwulan III 2015 dengan andil inflasi menurun dari 3.42%
(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 2.63% (yoy) pada triwulan
III 2015. Berdasarkan andilnya penurunan bersumber pada sub
kelompok Bumbu-bumbuan; Buah-buahan; Lemak dan
minyak;Daging dan hasil-hasilnya; Ikan segar; daging dan hasil-
hasilnya; Telur, susu dan hasil-hasilnya; Ikan diawetkan; dan Bahan
Makanan Lainnya. Komoditas yang memberikan
penurunanterhadap andil inflasi tahunan yaitu: Cabai Merah,
Tomat Buah,Teri; Bawang Merah,dan Minyak Goreng. Hal ini
terutama didorong masuknya periode panen untuk sayuran. Sumber
pasokan Cabai Merah,dan Tomat berasal dari daerah Rejang
Lebong.Sementara penurunan minyak goreng mengikuti turunnya
harga CPO
Meningkatnya pasokan sayur dikonfirmasi pula oleh laporan jembatan timbang yang mencatat
bahwa volume sayur keluar Bengkulu pada triwulan III 2015 tumbuh signifikan hingga 54%
dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 9.46% (yoy).
Sementara penurunan harga Teri merupakan dampak dari meningkatnya hasil tangkapan nelayan
pada triwulan laporan. Elnino pada triwulan III 2015 memberikan dampak positif terhadap
tangkapan ikan nelayan karena proses pendinginan air lautmendorong penumbuhan klorofil
terutama di Pantai Barat Sumatera dan Jawa, sehingga faktor potensi tangkapan Ikan bertambah.
II III II III Perubahan II III II III Perubahan
Bumbu - bumbuan 58.50 8.57 1.22 0.27 -0.95 CABAI MERAH 113.34 7.18 0.97 0.14 -0.82
Buah - buahan 9.23 3.85 0.21 0.09 -0.12 TOMAT BUAH 42.43 -20.31 0.11 -0.09 -0.19
Lemak dan Minyak 3.06 -2.66 0.05 -0.05 -0.10 TERI 1.70 7.03 0.04 -0.07 -0.11
Daging dan Hasil-hasilnya 6.71 5.78 0.19 0.16 -0.03 BAWANG MERAH 28.35 7.17 0.12 0.03 -0.09
Ikan Segar 5.01 4.00 0.18 0.15 -0.03 MINYAK GORENG 1.55 -6.22 0.02 -0.07 -0.09
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 11.74 10.69 0.26 0.24 -0.03
Ikan Diawetkan 8.83 7.01 0.06 0.04 -0.01
Bahan Makanan Lainnya 24.12 15.64 0.02 0.02 -0.01
Kacang - kacangan 2.82 2.51 0.02 0.02 0.00
Padi-padian, Umbi-umbian 17.75 21.23 0.99 1.17 0.18
Sayur-sayuran 8.19 20.68 0.23 0.54 0.31
Inflasi Kelompok >>>>>>>>> 14.03 10.48 3.42 2.63 -0.79
Keterangan :
Perubahan merupakan selisih perubahan andil inflasi pada triwulan laporan
terhadap andil inflasi pada triwulan sebelumnya. Tanda (-) berarti terjadi
penurunan terhadap andil inflasi demikian sebaliknya.
KOMODITAS
2015
yoy (%) Andil yoy (%)
2015
yoy (%) Andil yoy (%)SUB KELOMPOK KOMODITAS
INFLASI KELOMPOK BAHAN MAKANAN
INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW II 2015 14.03 TW III 2015 10.48
KOMODITAS DENGAN ANDIL INFLASI YANG MENGALAMI PENURUNAN TERTINGGI
Cabai Merah
Tomat Sayur
Teri
Bawang Merah
Minyak Goreng
31
Tabel 2.4 INFLASI KELOMPOK TRANSPORTASI, KOMUNIKASI, DAN JASA KEUANGAN PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa
Keuanganmengalami penurunan dari 10,17% (yoy) pada
triwulan II 2015 menjadi 9,95% (yoy) di triwulan III 2015
dengan andil inflasi menurun dari 1.89% (yoy) pada triwulan II
2015 menjadi 1.84% (yoy) pada triwulan III 2015. Berdasarkan
andilnya penurunan bersumber pada sub kelompok Sarana
penunjang Transpor dan sub kelompok Transpor. Komoditas yang
memberikan penurunan terhadap andil inflasi tahunan yaitu : tarif
angkutan udara,bensin dan tarif angkutan dalam kota. Penurunan
tarif angkutan udara merupakan respon siklus bisnis yang memasuki
low seasons di bulan September 2015 paska arus balik.
Menurunnya jumlah penumpang pesawat udara terkonfirmasi dari jadwal penerbangan beberapa
maskapai yang mengurangi frekuensi penerbangan dari dan ke Bandara Fatmawati Soekarno1.
Sementara itu, penurunan harga bensin seiring dengan penyesuaian harga Pertamax paska koreksi
harga sebesar 3,7% juga memberikan sumbangan yang berarti.
Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan
Bahan Bakar mengalami penurunan yang signifikan dari
9,52% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,42% (yoy) di
triwulan III 2015dengan andil inflasi menurun dari 2.08% (yoy)
pada triwulan II 2015 menjadi 1.59% (yoy) pada triwulan III
2015.Berdasarkan andilnya penurunan bersumber pada sub
kelompok Biaya Tempat Tinggal; Bahan Bakar, Penerangan, dan Air;
serta Penyelenggaraan Rumah Tangga. Komoditas yang
memberikan penurunan terhadap andil inflasi tahunan yaitu tarif
listrik, Tukang Bukan Mandor dan Bahan Bakar Rumah Tangga.
Menurunnya inflasi tarif listrik seiring dengan penyesuaian tarif yang
dilakukan oleh PLN2.
1 Berdasarkan data Jadwal keberangkatan dan kedatangan di Bandara Fatmawati Soekarno 2 Berdasarkan pengumuman Tariff Adjusment PT PLN (persero) pada 30 Agustus 2015
II III II III Perubahan II III II III Perubahan
Sarana dan Penunjang Transpor 3.38 2.13 0.07 0.04 -0.03 ANGKUTAN UDARA 39.30 16.25 0.58 0.34 -0.24
Transpor 14.52 14.19 1.81 1.79 -0.02 BENSIN 11.39 10.96 0.43 0.40 -0.03
Komunikasi Dan Pengiriman -0.07 -0.16 0.00 -0.01 0.00 ANGKUTAN DALAM KOTA 16.67 16.67 0.32 0.30 -0.01
Jasa Keuangan 7.02 7.02 0.02 0.02 0.00 PERBAIKAN RINGAN KENDARAAN 7.89 0.00 0.01 0.00 -0.01
Inflasi Kelompok >>>>>>>>> 10.17 9.95 1.89 1.84 -0.05 PEMELIHARAAN/SERVICE 1.77 0.00 0.01 0.00 -0.01
SUB KELOMPOK KOMODITAS
2015
KOMODITAS
2015
yoy (%) Andil yoy (%) yoy (%) Andil yoy (%)
INFLASI KELOMPOK TRANSPORTASI, KOMUNIKASI,
JASA KEUANGAN
INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW II 2015 10.17 TW III 2015 9.95
KOMODITAS DENGAN ANDIL INFLASI YANG MENGALAMI PENURUNAN TERTINGGI
Angkutan Udara
Bensin
Angkutan Dalam Kota
INFLASI KELOMPOK PERUMAHAN, AIR,
LISTRIK,GAS, DAN BAHAN BAKAR
INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW II 2015 9.52 TW III 2015 7.42
KOMODITAS DENGAN ANDIL INFLASI YANG MENGALAMI PENURUNAN TERTINGGI
Tarif Listrik
Tukang Bukan Mandor
Bahan Bakar Rumah
Tangga
32
Tabel 2.6 INFLASI KELOMPOK MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK DAN TEMBAKAU Sumber : BPS (diolah)
Tabel 2.5 INFLASI KELOMPOK PERUMAHAN, AIR, LISTRIK,GAS, DAN BAHAN BAKAR Sumber : BPS (diolah)
Beberapa golongan yang mengalami penyesuaian tarif diantaranya: Tegangan Rendah (TR) dengan
daya 3500 VA, golongan Tarif (R-2) tegangan 3500 5500 VA, golongan tarif (R-3) tegangan di
atas 6600 VA, tegangan menengah (TM) di atas 200 KVA dan tegangan tinggi (TT) dengan daya
30.000 KVA. Sementara itu PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga elpiji 12 kilogram
(kg) menjadi Rp135.300 per tabung rata-rata nasional atau turun rata-rata Rp6.700 per tabung dari
harga sebelumnya sebesar Rp142.000 per tabung. Penurunan harga bervariasi antara Rp6.400 per
tabung sampai dengan Rp17.900 per tabung. Demikian juga harga di tingkat agen di berbagai
daerah juga bervariasi antara Rp132.800 per tabung hingga Rp157.400 per tabung, bergantung
pada jarak Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) terhadap supply point-nya3.
Inflasi Kelompok Makanan jadi, Minuman, Rokok, dan
Tembakau mengalami penurunan yang signifikan dari
8,07% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,51% (yoy) di
triwulan III 2015dengan andil inflasi menurun dari 1.33% (yoy)
pada triwulan II 2015 menjadi 1.07% (yoy) pada triwulan III
2015.Berdasarkan andilnya penurunan bersumber pada sub
kelompok Makanan Jadi; Minuman yang Tidak Beralkohol; dan
Tembakau dan Minuman Beralkohol. Komoditas yang memberikan
penurunan terhadap andil inflasi tahunan yaitu Rokok Kretek Filter,
Rokok Kretek, Kopi Manis dan Rokok Putih. Produsen Rokok
melakukan penyesuain terhadap harga paska peningkatan yang
cukup tinggi di triwulan sebelumnya.
3 Berdasarkan Siaran pers PT Pertamina (persero) pada tanggal 15 September 2015
II III II III Perubahan II III II III Perubahan
Biaya Tempat Tinggal 8.36 6.63 1.14 0.88 -0.26 TARIP LISTRIK 14.60 9.52 0.41 0.27 -0.14
Bahan Bakar, Penerangan dan Air 14.68 10.31 0.70 0.49 -0.21 TUKANG BUKAN MANDOR 4.38 0.00 0.08 0.00 -0.08
Penyelenggaraan Rumahtangga 7.54 6.01 0.14 0.11 -0.03 BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA 20.96 15.42 0.27 0.20 -0.07
Perlengkapan Rumahtangga 6.56 6.93 0.11 0.12 0.00 SENG 3.24 -0.31 0.04 0.00 -0.04
Inflasi Kelompok >>>>>>>>> 9.52 7.42 2.08 1.59 -0.49 KONTRAK RUMAH 8.27 7.21 0.25 0.22 -0.04
2015
KOMODITAS
2015
yoy (%) Andil yoy (%) yoy (%) Andil yoy (%)SUB KELOMPOK KOMODITAS
II III II III Perubahan II III II III Perubahan
Makanan Jadi 6.62 7.01 0.64 0.67 -0.26 ROKOK KRETEK FILTER 11.46 4.77 0.26 0.11 -0.15
Minuman yang Tidak Beralkohol 7.45 5.39 0.19 0.13 -0.21 ROKOK KRETEK 12.47 8.65 0.16 0.11 -0.05
Tembakau dan Minuman Beralkohol 11.69 6.08 0.50 0.27 -0.03 KOPI MANIS 32.25 0.92 0.05 0.00 -0.05
Inflasi Kelompok >>>>>>>>> 8.07 6.51 1.33 1.07 -0.50 ROKOK PUTIH 11.01 5.65 0.08 0.04 -0.04
2015
yoy (%) Andil yoy (%) KOMODITAS
2015
yoy (%) Andil yoy (%)SUB KELOMPOK KOMODITAS
INFLASI KELOMPOK MAKANAN JADI, MINUMAN,
ROKOK, DAN TEMBAKAU
INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW II 2015 8.07 TW III 2015 6.51
KOMODITAS DENGAN ANDIL INFLASI YANG MENGALAMI PENURUNAN TERTINGGI
Rokok Kretek Filter
Rokok Kretek
Rokok Putih
33
Disamping itu, Satu-satunya Kelompok barang dan jasa yang mengalami peningkatan andil
Inflasi adalah kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga. Tercatat Inflasi Kelompok ini
meningkat signifkan dari 6,08% (yoy) menjadi 10,73% (yoy) pada Triwulan III 2015. Kenaikan
tersebut bersumber dari sub kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Kursus-kursus/ Pelatihan yang
disebabkan oleh biaya Sekolah Dasar dan Akademi/ Perguruan Tinggi. Meningkatnya biaya
pendidikan ini didorong oleh penyesuain biaya yang dilakukan oleh beberapa sekolah dan
Perguruan Tinggi memasuki tahun ajaran baru.
Berdasarkan pola seasonal, inflasi bulanan selama triwulan III 2015 menunjukkan
pergerakan yang menurun dibanding tiga tahun sebelumnya. Hal ini terutama terjadi pada bulan
Juli dan September 2015 yang mengalami inflasi lebih rendah dibandingkan historis selama 3 tahun
sebelumnya. Terkendalinya harga beberapa harga bahan makanan pada saat hari Raya Idul Fitri di
Bulan Juli menjadi kunci terkendalinya inflasi pada periode tersebut. kondisi ini tak terlepas dari
tindakan pre-emptive TPID di Provinsi Bengkulu menjelang Hari Raya Idul Fitri dengan melakukan
sidak gudang dan sidak pasar untuk mengetahui kecukupan stock komoditas bahan makanan serta
operasi pasar di seluruh kecamatan sabagai upaya stabilisasi harga menjelang hari raya idul fitri.
Sementara itu, Rendahnya tekanan inflasi pada bulan September dipicu oleh penurunan harga pada
ANDIL INFLASI BAHAN MAKANAN
ANDIL INFLASI TRANSPORTASI, KOMUNIKASI, DAN JASAKEUANGAN
ANDIL INFLASI MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK, DAN TEMBAKAU
ANDIL INFLASI PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, RUMAH, DAN BAHAN BAKAR
34
Grafik 2.3 POLA SEASONAL INFLASI BULANAN PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
beberapa komoditas administered prices dan volatile food. Akan tetapi, inflasi bulan Agustus 2015
tampak meningkat dan berbeda dengan pola historisnya. Hal ini didorong oleh meningkatnya harga
tiket angkutan udara karena arus balik dan meningkatnya biaya Sekolah saat memasuki tahun
ajaran baru.
Pada bulan Juli 2015 tercatat inflasi sebesar 1,38 %
(mtm), signifikan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya
sebesar 0,89% (mtm). Namun jauh lebih rendah dibandingkan
pola historisnya (2012-2014). inflasi ini bersumber dari
peningkatan harga beberapa komoditas administered prices seperti
angkutan udara dan angkutan antar kota. Kenaikan tarif pada dua
jasa ini merupakan dampak dari peningkatan jumlah penumpang
saat mudik menjelang perayaan hari raya Idul fitri. Disamping itu,
juga terjadi peningkatan harga pada komoditas kelompok inti,
dintaranya: Baju muslim, Baju Kaos, dan Gaun. Meningkatnya
permintaan terhadap komoditas ini menjelang lebaran merupakan
faktor yang mendorong kenaikan harga. Meskipun demikian,
berbagai program yang dilakukan TPID di Provinsi Bengkulu menjadi
faktor yang menahan laju kenaikan inflasi sehingga berada di
bawah pola historisnya.
-2.00
0.00
2.00
4.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12Infl
asi (
mtm
)
2012 2013 2014 2015
INFLASI JULI 2015
1.38%
KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)
- Angkutan Udara 0.41 - Cabai Merah 0.32 - Ang. Antar kota 0.11
KOMODITAS DEFLATOIR (Andil %mtm)
- Teri -0.13 - Jengkol -0.07 - Bawang Merah -0.06
35
Grafik 2.4 HARGA KOMODITAS DEFLATOIR PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
Pada bulan Agustus 2015 Inflasi meningkat menjadi
sebesar 1,99% (mtm). Inflasi bersumber dari komoditas core
diantaranya: Biaya akademi/Perguruan Tinggi, Sekolah Dasar, dan
Lauk. Peningkatan pada biaya pendidikan khususnya
Akademi/perguruan tinggi karena beberapa melakukan penyesuaian
biaya memasuki tahun ajaran baru. Sejalan dengan itu, inflasi pada
bulan ini juga didorong oleh kenaikan yang cukup tinggi tarif
angkutan udara. Tercatat memberikan andil sebesar 0,54% (mtm).
Peningkatan tarif angkutan udara sejalan dengan siklus bisnis
industri penerbangan yang masih peak saat memasuki arus balik
paska Lebaran Idul Fitri. Sehingga maskapai penerbangan
menetapkan harga tiket mendekati tarif atas yang telah ditetapkan
oleh Pemerintah melalui Menteri Perhubungan.
Kontradiktif dengan kondisi dua bulan sebelumnya,
bulanSeptember 2015 tercatat terjadi deflasi. Deflasi pada bulan
ini tercatat sebesar -0,22% (mtm). Deflasi didorong oleh
penurunan harga pada komoditas volatile food yaitu: Daging Ayam
Ras, Cabai Merah, dan Minyak goreng. Mulai normalnya pasokan
daging ayam ras dan masuknya masa penen kedua komoditas Cabai
Merah di tahun ini menarik harga lebih rendah dibandingkan bulan
sebelumnya. Sejalan dengan itu, penurunan tarif tiket angkutan
udara dan harga bensin juga menjadi faktor penarik indeks harga
konsumen lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Penurunan tarif angkutan udara merupakan penyesuaian terhadap
siklus bisnis normal penerbangan yang memasuki low seasons paska
melewati periode peak saat perayaan hari raya.
-100
-50
0
50
100
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2014 2015
CABAI MERAH
Rp/Kg %mtmP
-30
-20
-10
0
10
20
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2014 2015
HARGA DAGING AYAM
Rp/Kg %mtmP
INFLASI AGT 2015
1.99%
KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)
- Angkutan Udara 0.54 - Akademi/PT 0.34 - Beras 0.19
KOMODITAS DEFLATOIR (Andil %mtm)
- Tulang Sapi -0.05 - Bawang Merah -0.04 - Nila -0.03
INFLASI SEPT 2015
-0.22%
KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)
- Beras 0.15 - Mobil 0.07 - Rokok Kretek 0.05
KOMODITAS DEFLATOIR (Andil %mtm)
- Angkutan Udara -0.50 - Daging Ayam Ras -0.28 - Cabai Merah -0.05
36
2.2 PERKEMBANGAN INFLASI NON FUNDAMENTAL
Secara umum Inflasi Non Fundamental menunjukkan penurunandibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, baik disisi Inflasi Administered Prices maupun Inflasi Volatile Food.
Inflasi Kelompok Administered Prices (AP) melambat,
pada triwulan III 2015 tercatat sebesar 11,69% (yoy) lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
hanya sebesar 13,99% (yoy). Beberapa komoditas yang menarik
realisasi inflasi lebih rendah dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya antara lain : Tarif Angkutan Udara, Rokok Kretek Filter,
Tarif Listrik, dan harga LPG.
PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga elpiji 12
kilogram (kg) menjadi Rp135.300 per tabung rata-rata nasional atau
turun rata-rata Rp6.700 per tabung dari harga sebelumnya sebesar
Rp142.000 per tabung.
Penurunan tarif angkutan udara merupakan penyesuaian yang dilakukan oleh maskapai
penerbangan memasuki low seasons. Beberapa maskapai penerbangan juga mengurangi frekuensi
penerbangan karena menurunnya permintaan. Sementara itu, penyesuaian tarif listrik dilakukan
oleh PLN seiring dengan menurunnya harga minyak dunia yang merupakan salah satu faktor yang
dijadikan patokan dalam menentukan tarif dasar Listrik. Penurunan tarif listrik diterapkan mulai dari
pelanggan dengan kategori tegangan rendah (TR) dengan daya 3500 VA, golongan Tarif (R-2)
tegangan 3500 5500 VA, golongan tarif (R-3) tegangan di atas 6600 VA, tegangan menengah
(TM) di atas 200 KVA dan tegangan tingg (TT) dengan daya 30.000 KVA. Rata-rata penurunan tari
untuk setiap kategori tersebut adalah sebesar Rp23,17 per KWh.
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2012 2013 2014 2015
Infl
asi (
yoy)
Inflasi (IHK) Volatile (yoy) adm. Price (yoy) Core (yoy)
NON FUNDAMENTAL ADMINISTERED PRICE
INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW II 2015 13.99 TW III 2015 11.69
KOMODITAS SUMBER PERLAMBATAN
Tarif Angkutan
Udara Rokok Kretek Filter Tarif Listrik
Grafik 2.5 PERKEMBANGAN DISAGREGASI INFLASI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
37
Inflasi volatile foods (VF) menurun signifikan, pada
triwulan laporan tercatat sebesar 10,55% (yoy), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 14,14%
(yoy). Penurunan didorong oleh koreksi harga cabai merah secara
konsisten selama 2 bulan berturut-turut. Koreksi harga ini seiring
dengan masuknya masa panen kedua di sentra-sentra produksi
cabe di Provinsi Bengkulu, antara lain: Kab. Rejang Lebong dan
Kab. Kepahiang . Komoditas lain juga menunjukkan penurunan
terhadap andil inflasi volatile food adalah Tomat Buah dan Bawang
Merah
Berdasarkan pola seasonalnya, inflasi VF bergerak sesuai dengan polanya selama kurun
waktu tiga tahun terakhir. Pada triwulan III 2015 inflasi volatile foodkonsisten mengalami
penurunan dari bulan Juli hingga September. Bahkan realisasi pada bulan September 2015 lebih
rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Penyebabnya adalahpenurunan harga
beberapa komoditas utama Bengkulu, diantaranya: Cabai Merah, Tomat Buah, dan Bawang Merah.
Sementara inflasi Adm. Prices masih bergerak sesuai pola musimannya dengan magnitude
yang menurun dibandingkan dengan 2 tahun terakhir. Secara seasonal inflasi Adm. Prices
menunjukkan peningkatan pada bulan Juli. Namun demikian pada Juli 2015 pola tekanan inflasi AP
lebih rendah. Penurunan tarif angkutan udara, tarif listrik dan harga jual LPG merupakan faktor
kunci yang menahan laju inflasi lebih rendah dari pola historisnya.
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Infl
asi (
mtm
)
Volatile Food (mtm)
2012 2013 2014 2015
Grafik 2.6 PERKEMBANGAN INFLASI VOLATILE FOOD DAN ADMINISTERED PRICES Sumber : BPS Prov. Bengkulu (diolah dengan pendekatan sub-kelompok)
NON FUNDAMENTAL VOLATILE FOOD
INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW II 2015 14.14 TW III 2015 10.55
KOMODITAS SUMBER INFLASI
Cabai Merah
Tomat Buah
Bawang Merah
38
2.3 PERKEMBANGAN
INFLASI FUNDAMENTAL
Inflasi Inti pada triwulan III 2015 menunjukkan peningkatan
dengan tekanan yang lebih moderat. Inflasi inti (core) pada
triwulan laporan sebesar 6,55% (yoy), meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 6,47% (yoy).
Peningkatan inflasi inti ini seiring dengan depresiasi nilai tukar
Rupiah yang berdampak pada imported inflation. Pelaku usaha
merespon depresiasi nilai tukar dengan penyesuaian pada harga
jual produk untuk mempertahankan margin usaha yang diperoleh.
Berdasarkan pola seasonalnya, inflasi Inti bergerak sesuai dengan pola bulanannya (2012-
2014). Namun demikian pada bulan September 2015 berada pada level yang lebih rendah
dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya. Rendahnya realisasi inflasi inti pada bulan
September 2015 dibandingkan dengan data historisnya tergambar dari hasil survei Konsumen.
Dimana ekspektasi konsumsi yang menjadi salah satu pendorong inflasi inti masih menunjukkan
pesimisme dengan tren indeks yang terus menurun.
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12Infl
asi (
mtm
)
Adm. Prices (mtm)
2012 2013 2014 2015
-1.00
0.00
1.00
2.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12Infl
asi (
mtm
)
Inflasi Inti (mtm)
2012 2013 2014 2015
FUNDAMENTAL CORE INFLATION
INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW II 2015 6.47 TW III 2015 6.55
FAKTOR PENDORONG INFLASI
Imported Inflation
Penyesuaian harga
jual produk
Grafik 2.7 POLA PERKEMBANGAN INFLASI INTI & SURVEI KONSUMEN PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
39
2.4 PERBANDINGAN INFLASI
ANTAR PROVINSI/KOTA DI SUMATERA
Secara agregat laju inflasi tahunan Pulau Sumatera pada
triwulan III 2015 tercatat sebesar 6,79% (yoy), di bawah laju
inflasi nasional sebesar 6,83% (yoy). Laju inflasi triwulan III 2015
di Pulau Sumatera lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya.
Provinsi Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, dan Jambi memiliki laju inflasi
lebih rendah daripada inflasi nasional. Sementara Provinsi Bengkulu,
Lampung, Sumsel, Kepri, dan Babel memiliki laju inflasi di atas
Nasional. Sama halnya dengan triwulan sebelumnya Inflasi Bengkulu
tercatat yang paling tinggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau
Sumatera. Namun demikian, secara year to date inflasi Provinsi
Bengkulu masih berada dalam range sasaran inflasi yaitu sebesar
2,87% (ytd).
4.1H
6.6
6.2
5.7
5.3
7.0
7.7
8.6
8.31
7.3
Diatas Nasional
Dibawah Nasional
PERBANDINGAN INFLASI TAHUNAN
NASIONAL (% yoy)
TW II 2015 7.26 TW III 2015 6.83
SUMATERA (% yoy)
TW II 2015 7.74 TW III 2015 6.79
40
2.86
4.30 4.55
5.59 5.87
6.87
4.52
6.42
5.00 4.71
5.70 6.21
5.37 5.29
6.84
8.33 8.65
8.04
5.90
7.11 7.46
8.55
6.81
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
NASIONAL: 6,83
Grafik 2.8 INFLASI KOTA-KOTA DI SUMATERA Sumber : BPS (diolah)
41
Boks 2 : Progress Roadmap Pengendalian Inflasi Provinsi Bengkulu
Berbagai upaya telah dilakukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bengkulu dalam menekan laju
inflasi di Provinsi Bengkulu. Salah satu langkah strategis yang diambil oleh TPID Provinsi Bengkulu agar program
pengendalaian inflasi agar lebih terarah dan terukur adalah dengan menyusun roadmap (peta jalan) program
pengendalian inflasi. Program yang tertuang dalam roadmap pengendalian Inflasi daerah ini disusun berdasarkan
identifikasi masalah pada komoditas yang mempunyai bobot tinggi dalam perhitungan inflasi Bengkulu dan secara
frekuensi peningkatannya sering berulang. Dari hasil identifikasi tersebut maka diperoleh kelompok komoditas yang
menjadi pendorong peningkatan inflasi di Bengkulu,seperti berikut:
Kemudian diidentifikasi permasalahan pada tiap-tiap komoditas tersebut agar dapat menyusun program yang tepat
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Root causeanalysis persoalan pada komoditas tersebut dapat dapat
digambarkan sebagaimana fishbone diagram berikut:
42
Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut TPID Provinsi Bengkulu telah menetapkan beberapa program yang
dibagi pada periode waktu jangka pendek dan jangka panjang untuk menjawab berbagai persoalan yang telah
diidentifikasi. Program ini sudah mendapat persetujuan Gubernur Bengkulu semenjak tanggal 18 Mei 2015 dan
disampaikan kepada seluruh TPID Kabupaten/kota untuk dijadikan pedoman dalam menyusun program
pengendalian infasi di daerahnya masing-masing.Dari pertemuan tim teknis pada bulan September 2015 dapat
diketahui progres beberapa program strategis dalam roadmap pengendalian inflasi Bengkulu, berikut:
PERMASALAHAN PROGRAM 2015-2016 PROGRESS s.d. September 2015
1. Produktifitas lahan masih
rendah
Pencetakan Sawah Baru seluas 5000
hektar
Baru terealisasi 1600 hektar
Tahun 2015 akan diselesaikan Survei
Investigasi Desain
Tahun 2016 akan dilakukan
penambahan realisasi pencetakan
sawah baru di Kabupaten Bengkulu
Selatan, Rejang Lebong, Bengkulu
Tengah, dan Kaur untuk mencapai
target 5000 hektar.
Pembangunan Jaringan Irigasi Cawang
Kidau seluas 1.500 hektar di Kab. Kaur
dan Pengembangan Daerah Irigasi
Manjuto seluas 9.130 hektar di Kab.
Mukomuko
Bendungan Irigasi Cawang Kidau sudah
selesai dikerjakan dan saat ini masih
dalam proses pembangunan saluran air.
Diharapkan awal tahun 2017 irigasi ini
sudah dapat beroperasi.
2. Distribusi pupuk, benih
dan saprodi masih ada
yang belum tepat
sasaran (masih ada yang
belum sesuai RDKK
Rencana Distribusi
Kebutuhan Kelompok.
MoU dengan TNI untuk pengawasan
distribusi pupuk, bibit, dan Saprodi
lainnya. Dinas bekerjasama dengan
Babinsa dalam penyaluran distribusi
pupuk, bibit, saprodi.
Sudah selesai MoU pada minggu ke tiga
September 2015 dan saat ini dalam
pengawalan dan pemantauan
3. Distribusi pupuk, benih,
dan saprodi masih ada
yang belum tepat jadwal
Pendataan Jalan Usaha Tani dan
Pembangunan Jalan Usaha tani
sebanyak 11 paket proyek.
Sudah dilakukan pendataan di Kab.
Seluma ada 6 titik (Ds Sukarami, Padang
Merbau, Sengkuang, Rimbo Kedui,
Tanjung Seruh, dan Tanah Abang), di
Kab. Lebong terdapat 4 titik (Ds Puguk
Kadaro, Tabo Dipoa, Kel. Amen, Ds
Sumelako), Kab Mukomuko terdapat 1
titik yaitu Ds Tirta Makmur, Air
Manjunto.
Pembentukan 3 LDPM baru (Lembaga
Distribusi Pangan Masyarakat) tahun
2015.
Sudah dilakukan di 3 titik yaitu di Ds
Tanjung Harapan Kab. Bengkulu Utara,
Ds Air Latak Kab. Seluma, dan Ds
Seginim Kab. Bengkulu Selatan
4. Program diversifikasi
pangan belum berjalan
optimal
Kampanye program pangan pengganti
beras dengan icon tokoh masyarakat.
Gubernur Sudah menyebarkan surat
edaran agar menggunakan pangan
alternatif non beras.
43
PERMASALAHAN PROGRAM 2015-2016 PROGRESS s.d. September 2015
5. Belum optimalnya fungsi
terminal agri yang dimiliki
Provinsi Bengkulu
Revitasliasi Stasiun Terminal Agri (STA)
di Kabupaten Rejang Lebong sebagai
pusat distribusi holtilkultura untuk
Provinsi Bengkulu.
Belum ada tindak lanjut dari SKPD
terkait.
6. Konsumsi BBM yang
masih tinggi karena
angkutan umum masih
terbatas
Bekerjasama dengan Pertamina dalam
rangka kampanye Bike to work dan
bike to school
Belum ada tindak lanjut dari SKPD
terkait dengan Pertamina.
Optimaliasai fungsi Bus Sekolah gratis.
Dimana terdapat bantuan Pemerintah
Pusat sebanyak 20 bus di tahun 2015.
Sudah diserahterimakan pada
pemerintah Kabupaten/Kota.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN
SISTEM PEMBAYARAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015
BAB III
45
INDIKATOR MAKRO
Perbankan dan Sistem Pembayaran
Triwulan II 2015 Triwulan III 2015
17.39
+ 18.47% yoy
17.74
+ 19.01% yoy
13.52
+ 13.02% yoy
13.88
+ 13.15% yoy
10.08
+ 18.47% yoy
10.81
+ 19.01% yoy
5.08
+ 8.35% yoy
5.10
+ 8.79% yoy
134
128
2.75
2.57
46
Indikator Perbankan (Rp Miliar)
2014 2015
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Total Asset 13,237.01 14,686.32 14,914.50 14,849.93 16,141.39 17,398.75 17,749.23
DPK 7,996.75 8,938.85 9,255.46 8,556.08 9,240.54 10,089.72 10,819.00
Tabungan 4,196.55 4,400.16 4,762.57 5,067.46 4,340.35 4,586.02 5,096.11
Giro 2,194.29 2,704.61 2,586.32 1,470.33 2,666.28 3,112.87 3,201.79
Deposito 1,605.91 1,834.09 1,906.57 2,018.29 2,233.91 2,390.83 2,521.11
Kredit Berdasarkan Penggunaan 11,438.88 11,968.28 12,270.14 12,614.04 12,941.07 13,526.35 13,884.07
Modal Kerja 3,624.03 3,807.87 3,824.87 3,859.36 3,854.32 3,994.05 3,949.22
Investasi 1,393.09 1,389.16 1,392.73 1,419.43 1,489.14 1,575.59 1,647.63
Konsumsi 6,421.77 6,771.25 7,052.54 7,335.25 7,597.60 7,956.72 8,287.21
Kredit Korporasi 6,624.14 6,755.78 6,824.87 6,810.08 6,676.56 6,965.85 7,006.19
PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 1,614.31 1,517.35 1,581.79 1,602.93 1,758.90 1,863.87 1,906.85
PERIKANAN 123.76 189.19 225.78 246.43 245.06 246.56 247.63
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 76.84 70.38 108.70 87.73 77.85 74.13 78.34
INDUSTRI PENGOLAHAN 554.16 545.72 522.90 574.53 321.47 318.86 335.70
LISTRIK, GAS DAN AIR 214.51 141.59 141.08 23.35 24.80 24.62 20.95
KONSTRUKSI 194.73 225.83 388.87 357.82 390.15 425.86 424.49
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 2,861.76 3,100.98 3,046.79 3,091.04 3,101.41 3,213.55 3,180.49
PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM
122.12 128.60 122.86 126.18 131.02 143.14 144.37
TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
109.43 210.82 92.39 89.72 55.51 71.11 64.93
PERANTARA KEUANGAN 153.51 191.07 169.51 159.92 144.18 132.02 123.97
REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN
398.97 176.12 178.66 193.78 184.01 191.19 183.15
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
0.84 1.10 0.88 1.07 0.46 2.70 10.04
JASA PENDIDIKAN 34.97 39.01 36.59 25.44 24.96 25.80 34.89
JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 21.61 22.74 25.46 29.26 31.42 41.75 56.50
JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA
133.21 147.87 133.50 135.62 157.50 170.02 175.01
JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA
6.21 6.66 7.22 8.22 8.43 8.90 9.43
BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA
0.02 0.01 0.01 0.01 0.00 - -
KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 3.17 40.74 41.88 57.04 19.44 11.77 9.45
Kredit Rumah Tangga 7,737.77 8,030.47 8,472.09 8,795.96 9,036.25 9,371.08 9,712.30
KREDIT PEMILIKAN RUMAH/APARTEMEN 1,150.44 1,327.89 1,302.39 1,346.42 1,417.98 1,476.51 1,516.59
KREDIT KENDARAAN BERMOTOR 933.19 964.68 1,109.54 1,141.44 1,133.92 1,123.22 1,146.31
KREDIT PERALATAN RUMAH TANGGA 5.18 8.07 8.49 6.84 9.15 7.95 7.28
KREDIT MULTIGUNA 2,345.51 2,564.67 2,717.44 3,609.54 3,734.91 3,719.14 3,756.12
LAINNYA 3,303.46 3,165.17 3,334.23 2,691.73 2,740.29 3,044.27 3,286.00
Kredit UMKM 4,291.56 4,690.10 4,695.47 4,805.15 4,887.50 5,081.84 5,108.16
LDR 143.04 133.89 132.57 147.43 140.05 134.06 128.33
NPL 1.94 2.32 2.61 2.24 2.67 2.75 2.57
TABEL INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI BENGKULU
TRIWULAN III 2015
47
PERBANKAN dan SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN III 2015
Ditengah kondisi perlambatan ekonomi, kegiatan usaha perbankan di Bengkulu masih
menunjukkan optimisme. Hal ini tercermin dari Pertumbuhan Aset Perbankan, dan Penghimpunan
Dana Pihak Ketiga yang meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Dampak perlambatan
ekonomi hanya direspon secara terbatas pada pertumbuhan kredit yang relatif stagnan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian stabilitas sistem keuangan masih terjaga.
Tingkat LDR pada triwulan III 2015 mencapai 128% menurun dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 136%. Meskipun dalam hal ini penurunan LDR lebih didorong oleh peningkatan Giro
Pemerintah sebagai dampak belum optimalnya penyerapan anggaran belanja daerah. Sementara
Resiko kredit yang tercermin pada tingkat NPL masih berada di level wajar 2,57% dan membaik
dibandingkan periode sebelumnya sebesar 2,75%. Kondisi ini menunjukkan kehati-hatian
perbankan dalam pengelolaan resiko kredit bermasalah terus ditingkatkan menghadapi kondisi
perlambatan ekonomi.
3.1 Perkembangan Bank Umum
3.1.1 Aset Bank Umum
Pertumbuhan aset perbankan menunjukkan peningkatan, Pada
triwulan III 2015 aset tumbuh 19,01% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 18,47% (yoy).
Pertumbuhan tersebut bersumber dari Bank Umum Pemerintah
yang tumbuh lebih tinggi yaitu sebesar 24,69% (yoy), dibanding
triwulan sebelumnya sebesar 23,78% (yoy). Sementara Bank
Swasta melambat sebesar 1,68% (yoy) dibanding triwulan lalu
sebesar 2,24% (yoy). Akselerasi pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
sebagai salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan aset.
Disisi lain, pertumbuhan kredit tercatat lebih baik dibandingkan
triwulan sebelumnya yang diimbangi dengan non-performing loan
yang juga membaik.
Berdasarkan pangsanya, 94,87% Aset Bank Umum masih didominasi oleh Bank Konvensional
sementara 5,13% merupakan aset Bank Syariah. Dilihat dari kepemilikannya 78,89% aset dimiliki
oleh BUMN/D.
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW II 2015 18.47 TW III 2015 19.01
PANGSA ASSET (%) TW III 2015
48
2.57 128.33 13.15 19.01
3.1.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga
Pertumbuhan penghimpunan dana pihak
ketiga mengalami peningkatan. Pada triwulan III
2015, DPK tumbuh sebesar 16,89% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 12,87% (yoy).
Pertumbuhan DPK bersumber dari tabungan dan giro,
sementara pertumbuhan Deposito relatif stabil. Pertumbuhan
tabungan lebih didorong oleh tertahannya ekspektasi
konsumsi masyarakat. Sementara pertumbuhan Giro lebih
bersumber pada lambatnya penyerapan belanja APBD/N
sehingga saldo Giro Pemda di Bank Umum meningkat.
Berdasarkan pangsanya, Tabungan mengalami kenaikan
sementara Giro dan Deposito tercatat menurun.
Rp 2.521 Miliar
+ 32.23% yoy
Rp 5.096 Miliar
+ 7.00 % yoy
Rp 3.201 Miliar
+ 23.80 % yoy
0%5%10%15%20%25%30%35%
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
TWIII
TW I TWIII
TW I TWIII
TW I TWIII
TW I TWIII
2012 2013 2014 2015
Rp
Rib
u
DPK g DPK (yoy)
Grafik 3.1 PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA Sumber : Bank Indonesia
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW II 2015 12.87 TW III 2015 16.89
PANGSA DPK (%) di TW III 2015
-50%
0%
50%
100%
TWIII
TWIV
TWI
TWII
TWIII
TWIV
TWI
TWII
TWIII
TWIV
TWI
TWII
TWIII
TWIV
TWI
TWII
TWIII
2012 2013 2014 2015
g Giro (yoy)
g Tabungan (yoy)
g Deposito Berjangka (yoy)
49
Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum di Provinsi
Bengkulu pada triwulan laporan masih terkonsentrasi di
bank pemerintah dengan porsi mencapai 82,13%,
sedangkan 17,87% berada di bank swasta. DPK bank
umum pemerintah tumbuh sebesar 17,98% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
13,60% (yoy). Sementara DPK bank umum swasta tumbuh
12,16% (yoy), juga meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 9,63% (yoy).
Pada bank umum pemerintah seluruh komponen DPK mencatatkan peningkatan. Sementara
pada Bank Umum Swasta, komponen deposito melambat. Pertumbuhan penghimpunan
tabungan dan giro Bank Umum disebabkan berkurangnya konsumsi masyarakat sejalan dengan
perlambatan kondisi perekonomian. Sementara percepatan penghimpunan deposito pada Bank
Umum Pemerintah bersumber dari dana APBD/N yang belum terealisasi. Sebanyak 87,98% dana
milik Pemerintah Pusat maupun Daerah ditempatkan di Bank Pemerintah Daerah.
3.1.3 Perkembangan Kredit Lokasi Bank
Pertumbuhan kredit relatif stagnan, tercatat
sebesar 13,15% (yoy), relatif stabil dengan triwulan
sebelumnya sebesar 13,02% (yoy). Pertumbuhan kredit
terutama bersumber dari Kredit Investasi sementara kredit
Modal Kerja tercatat melambat. Kredit Konsumsi pada
triwulan laporan pertumbuhannya relatif sama dibandingkan
triwulan sebelumnya.
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoy TABUNGAN
Bank Swasta
Bank Pemerintah
-40.00
-20.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoy GIROBank Swasta
Bank Pemerintah
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoy DEPOSITOBank Swasta
Bank Pemerintah
KONSENTRASI DPK TW III 2015
BUMN/D 82.13% SWASTA 17.87%
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW II 2015 13.02 TW III 2015 13.15
PANGSA KREDIT (%) TW II 2015
Grafik 3.2 PERTUMBUHAN DEPOSITO, TABUNGAN, GIRO Sumber : Bank Indonesia
50
Peningkatan kredit investasi dikonfirmasi pelaku usaha sektor pertanian melalui kegiatan liaison1
dimana mayoritas melakukan kegiatan replanting. Melambatnya pertumbuhan kredit modal kerja
seiring dengan kondisi perlambatan ekonomi Sementara stagnasi kredit konsumsi terdampak oleh
perlambatan ekonomi dan konsumsi masyarakat.
Berdasarkan strukturnya, 59.69% pembiayaan masih didominasi kredit konsumsi diikuti
kredit/pembiayaan modal kerja 28,44% dan kredit/pembiayaan investasi 11,87%.
Rp 8.287 Miliar
Tumbuh 17.51% yoy
Rp 1.647 Miliar
Tumbuh 18.30 % yoy
Rp 3.949 Miliar
Tumbuh 3.25 % yoy
3.1.4 Risiko Stabilitas Sistem Keuangan
Resiko kredit masih terjaga pada level wajar,
tercatat Non Performing Loan mencapai 2.57% membaik
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2.75%.
Bank Umum masih berada dalam batas wajar <5%.
Penurunan mbaiknya kondisi
keuangan dunia usaha selama triwulan laporan.
pada kelompok Bank Syariah masih tinggi sebesar 5,56%
sementara Bank Konvensi 38%.
1 Liaison adalah suatu kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang dilaksanakan secara periodik melalui wawancara
langsung/tidak langsung kepada pelaku usaha/institusi mengenai perkembangan dan arah kegiatan usaha.
TW II 2015 2.75 TW III 2015 2.57
GRAFIK 3.3 PERTUMBUHAN KREDIT KONSUMSI, INVESTASI, DAN MODAL KERJA Sumber : BI
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3
2013 2014 2015
% y
oy
Modal Kerja Investasi
Konsumsi
51
Risiko likuiditas masih cukup tinggi, dengan tren
penurunan yang masih berlanjut tercatat Loan to
Deposit Ratio mencapai 128.33% menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 134.06%. Penurunan LDR ini
lebih didorong peningkatan pertumbuhan dana ditengah
pertumbuhan kredit yang mengalami stagnasi. Disisi lain
permasalahan tingginya LDR masih memberikan tekanan
resiko bagi stabilitas sistem keuangan daerah, karena
tingginya net inflow kredit dari luar dan kurang diimbangi
penghimpunan dana domestik.
3.1.5 Perkembangan Kredit Korporasi
Pertumbuhan kredit korporasi melambat, tercatat
tumbuh sebesar 2.66% (yoy), lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3.11% (yoy).
Pertumbuhan ini bersumber dari perlambatan kredit pada
sektor pertanian, dan sektor pertambangan. Hal ini sejalan
dengan perlambatan pertumbuhan PDRB pada sektor tersebut
selama triwulan laporan. Penyaluran kredit sektor pertanian
tercatat sebesar 20,55% (yoy) menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 22,84% (yoy), demikian pula
untuk kredit sektor pertambangan terkontraksi hingga -
27,93% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang masih
tumbuh 5,32% (yoy). Harga batubara yang menurun
berdampak pada menurunnya permintaan kredit modal kerja
dari pelaku usaha, karena menurunnya omset usaha.
0
1
2
3
4
5
6
7
TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3
2013 2014 2015
% Y
oY
NON PERFORMING LOAN
Non Performing Loan Syariah
Konvensional
0
0.5
1
1.5
2
2.5
TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3
2013 2014 2015
% Y
oY
LDR BANK UMUM
LDR Syariah Konvensional
TW II 2015 134.06 TW III 2015 128.33
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW II 2015 3.11 TW III 2015 2.66
NON PERFORMING LOAN (%)
TW II 2015 7.74 TW III 2015 7.46
GRAFIK 3.4 RISIKO KREDIT DAN RISIKO LIKUIDITAS Sumber : BI (diolah)
52
Pangsa kredit korporasi masih terkonsentrasi pada sektor perdagangan besar dan eceran
disusul sektor pertanian perburuan dan kehutanan. Pada triwulan laporan, pangsa dua kredit
terbesar tersebut relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya.
Resiko kredit korporasi masih tinggi meskipun menunjukkan perbaikan pada
triwulan III 2015, tercatat NPL berada di level 7.46% membaik dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 7.74%. NPL terbesar terjadi sektor pertambangan dan penggalian serta sektor
konstruksi yang masing-masing sebesar 66,12% dan 43,84%. Penurunan permintaan luar negeri
terhadap komoditas batubara mendorong penurunan kinerja perusahaan di sektor tambang, selain
karena masih rendahnya harga komoditas.
3.1.6 Perkembangan Kredit Rumah Tangga
Pertumbuhan kredit rumah tangga melambat. Pada
triwulan III 2015 kredit rumah tangga tumbuh sebesar
14.64% (yoy), menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 16.69% (yoy). Sumber perlambatan
berasal dari kredit multiguna dan kredit kendaraan bermotor
yang menunjukkan penurunan. Faktor penyebab adalah masih
rendahnya daya beli masyarakat dan kenaikan harga otomotif
paska melemahnya nilai tukar.
Pertumbuhan kredit kendaraan bermotor hanya sebesar
3.31% (yoy) menurun signifikan dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 16,43% (yoy).
Sementara itu pertumbuhan kredit pemilikan rumah mengalami peningkatan. KPR tumbuh
16,45% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,19% (yoy). Peningkatan
KPR tersebut sejalan dengan relaksasi ketentuan LTV dari Bank Indonesia pada 18 Juni 2015 (PBI
No.17/10/PBI/2015), dimana terdapat penurunan down payment untuk KPR.
Pertanian27.22%
Perikanan3.53%Perdaganga
n45.40%
Industri Pengolahan…
Konstruksi6.06%
Lainnya13.00%
PANGSA KREDIT KORPORASI
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW II 2015 16.69 TW III 2015 14.64
NON PERFORMING LOAN (%)
TW II 2015 0.98 TW III 2015 0.92
GRAFIK 3.5 PERTUMBUHAN KREDIT, RESIKO KREDIT & PANGSA KREDIT KORPORASI Sumber : BI (diolah)
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3
2013 2014 2015
NP
L (%
)
yoy
PERTUMBUHAN KREDIT & NPLKREDIT KORPORASI
PERTUMBUHAN (yoy) NON PERFORMING LOAN
53
Pangsa penyaluran terbesar kredit rumah tangga terkonsentrasi pada kredit multiguna dan
kredit pemilikan rumah dengan pangsa kredit yang relatif sama dibandingkan triwulan
sebelumnya.
Resiko kredit rumah tangga relatif stabil, tercatat NPL pada triwulan III 2015 sebesar 0.93%
realtif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0.98%. Secara umum hampir seluruh
komponen kredit rumah tangga seperti Kredit Pemilikan Rumah, Kredit Pemilikan Kendaraan, dan
Kredit Multiguna memiliki tingkat NPL yang stabil.
SEKTOR NOMINAL (Rp M) GROWTH (yoy) SHARE (%)
2015 2015 2015
TW 2 TW 3 TW 2 TW 3 TW 2 TW 3
KREDIT KORPORASI 6,965.85 7,006.19 3.11 2.66 PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN
1,863.87 1,906.85 22.84 20.55 26.76 27.22
PERIKANAN 246.56 247.63 30.33 9.68 3.54 3.53
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 74.13 78.34 5.33 -27.93 1.06 1.12
INDUSTRI PENGOLAHAN 318.86 335.70 -41.57 -35.80 4.58 4.79
LISTRIK, GAS DAN AIR 24.62 20.95 -82.61 -85.15 0.35 0.30
KONSTRUKSI 425.86 424.49 88.58 9.16 6.11 6.06
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 3,213.55 3,180.49 3.63 4.39 46.13 45.40
PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM
143.14 144.37 11.31 17.51 2.05 2.06
TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
71.11 64.93 -66.27 -29.72 1.02 0.93
PERANTARA KEUANGAN 132.02 123.97 -30.91 -26.87 1.90 1.77
REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN
191.19 183.15 8.56 2.51 2.74 2.61
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
2.70 10.04 145.48 1036.85 0.04 0.14
JASA PENDIDIKAN 25.80 34.89 -33.87 -4.65 0.37 0.50
JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 41.75 56.50 83.60 121.92 0.60 0.81
JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA
170.02 175.01 14.98 31.09 2.44 2.50
0.70
0.75
0.80
0.85
0.90
0.95
1.00
1.05
1.10
1.15
1.20
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3
2013 2014 2015
NP
L (%
)
yoy
PERTUMBUHAN KREDIT & NPLKREDIT RUMAH TANGGA
PERTUMBUHAN (yoy) NON PERFORMING LOAN
Pemilikan Rumah15.62%
Kendaraan Bermotor11.80%
Peralatan Rumah Tangga0.07%
Multiguna38.67%
Lainnya33.83%
PANGSA KREDIT RUMAH TANGGA
Tabel 3.1 KREDIT KORPORASI dan KREDIT RUMAH TANGGA di PROVINSI BENGKULU Sumber : Bank Indonesia
GRAFIK 3.6 PERTUMBUHAN KREDIT, RESIKO KREDIT & PANGSA KREDIT RUMAH TANGGA Sumber : BI (diolah)
54
JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA
8.90 9.43 33.62 30.68 0.13 0.13
BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA
0.00 0.00 -100.00 -100.00 0.00 0.00
KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA
11.77 9.45 -71.12 -77.44 0.17 0.13
KREDIT RUMAH TANGGA 9,371.08 9,712.30 16.69 14.64
KREDIT PEMILIKAN RUMAH/APARTEMEN
1,476.51 1,516.59 11.19 16.45 15.76 15.62
KREDIT KENDARAAN BERMOTOR 1,123.22 1,146.31 16.43 3.31 11.99 11.80
KREDIT PERALATAN RUMAH TANGGA 7.95 7.28 -1.38 -14.25 0.08 0.07
KREDIT MULTIGUNA 3,719.14 3,756.12 45.01 38.22 39.69 38.67
KREDIT RUMAH TANGGA LAINNYA 3,044.27 3,286.00 -3.82 -1.45 32.49 33.83
3.1.7 Perkembangan Kredit UMKM
Perkembangan kredit UMKM meningkat, tercatat
pertumbuhannya sebesar 8.79%, lebih tinggi
dibandingkan triwulan II sebesar 8.35%. Pertumbuhan
tersebut didorong oleh kredit investasi UMKM sementara
kredit modal kerjanya mengalami perlambatan. Kredit
investasi UMKM tumbuh 20,82% (yoy), meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 15,56% (yoy).
sementara kredit modal kerja UMKM tumbuh 4,30% (yoy),
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
5,68% (yoy).
Dari segi pangsanya, kredit UMKM didominasi oleh kredit modal kerja yang mencapai 69,84% dari
total kredit UMKM atau senilai Rp3,56 triliun. Sedangkan kredit investasi berkontribusi sebesar
30,16% atau senilai Rp1,54 triliun.
Sementara secara pangsa sektoralnya, kredit UMKM disalurkan kepada sektor perdagangan
besar dan eceran serta sektor pertanian dengan pangsa masing-masing sebesar 58,69% dan
21,20%. Pada sektor perdagangan, penyaluran kredit UMKM utamanya diserap oleh sub sektor
perdagangan eceran. Perdagangan eceran didominasi perdagangan makanan,minuman dan
tembakau sebesar Rp620,97 miliar atau sebesar 20,54% dari total kredit UMKM sektor
perdagangan. Terbesar kedua berasal dari sub sektor perdagangan eceran komoditi lainnya (bukan
makanan, minuman, atau tembakau) sebesar Rp620,00 miliar atau 12,14% dari total kredit
UMKM. Sementara itu pada sektor pertanian, masih didominasi oleh sub sektor perkebunan kelapa
sawit yang menyerap kredit/pembiayaan UMKM sebesar Rp780,30 miliar atau 15,28% dari total
kredit UMKM, diikuti oleh sub sektor perkebunan karet dan penghasil getah lainnya sebesar
Rp219,74 miliar atau 4,30% dari total kredit UMKM sektor pertanian.
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW II 2015 8.35%
TW III 2015 8.79%
55
Resiko kredit UMKM mengalami perbaikan meskipun
masih berada diatas level wajar. Kondisi ini terlihat dari
rasio NPL s kredit UMKM pada triwulan laporan sebesar
5,66% (yoy), membaik dari triwulan sebelumnya sebesar
5,84% (yoy). NPL terbesar terjadi pada sektor
pertambangan serta real estate. Resiko di sektor
Pertambangan masih cukup tinggi seiring dengan
penurunan usaha di sektor ini.
KREDIT UMKM NOMINAL (Rp M) GROWTH (yoy) SHARE (%)
2015 2015 2015
TW 2 TW 3 TW 2 TW 3 TW 2 TW 3
BERDASARKAN PENGGUNAAN 5,081.84 5,108.16 8.35 8.79
Modal Kerja 3,614.40 3,567.47 5.68 4.30 71.12 69.84
Investasi 1,467.44 1,540.69 15.56 20.82 28.88 30.16
BERDASARKAN SEKTORAL 5,081.84 5,108.16 8.35 8.79 PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN
1,068.12 1,083.17 23.90 18.97 21.02 21.20
PERIKANAN 25.16 26.43 12.67 24.80 0.50 0.52
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 17.74 19.01 -57.41 -63.90 0.35 0.37
INDUSTRI PENGOLAHAN 104.47 114.28 11.02 19.44 2.06 2.24
LISTRIK, GAS DAN AIR 22.35 20.95 -8.22 -12.30 0.44 0.41
KONSTRUKSI 228.64 222.07 24.60 10.39 4.50 4.35
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 3,023.82 2,997.98 3.94 4.45 59.50 58.69
PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM
102.31 104.92 13.01 17.29 2.01 2.05
TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
62.15 62.86 24.05 26.19 1.22 1.23
PERANTARA KEUANGAN 22.03 19.43 -57.82 -15.18 0.43 0.38
REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN
156.34 151.61 25.84 26.27 3.08 2.97
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
2.46 9.25 349.83 2448.99 0.05 0.18
TW II 2015 : 5.84%
TW III 2015 : 5.66%
NPL PER SEKTOR TERBESAR
Pertambangan dan penggalian
Real estate, persewaan dan jasa perusahaan
Tabel 3.2 KREDIT UMKM di PROVINSI BENGKULU Sumber : Bank Indonesia
GRAFIK 3.7 PERTUMBUHAN KREDIT, RESIKO KREDIT KREDIT UMKM Sumber : Bank Indonesia (diolah)
8.79
5.66
0.70
1.70
2.70
3.70
4.70
5.70
6.70
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2014 2015
NP
L (%
)
yoy
Kredit Penggunaan
Non Performing Loan
56
JASA PENDIDIKAN 22.32 26.63 14.89 86.86 0.44 0.52
JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 41.88 57.70 74.90 132.61 0.82 1.13
JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA
163.46 174.19 10.70 33.94 3.22 3.41
JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA
8.92 9.46 34.41 31.13 0.18 0.19
BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA
0.00 0.00 -100.00 -100.00 0.00 0.00
KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA
9.69 8.22 -74.22 -78.90 0.19 0.16
3.2 Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Perkembangan Bank Syariah secara umum melambat, perlambatan terjadi pada Asset
dan Pembiayaan. Pada triwulan laporan pertumbuhan aset yang dikelola oleh Bank Syariah di
Provinsi Bengkulu mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,94% (yoy) atau menjadi Rp909,95 miliar,
Turun signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,38% (yoy).
Growth
(yoy)
Q2 2015 4.38 7.18 -0.18 180 5.79
Q3 2015 0.94 12.64 -6.87 154 5.56
Sementara penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada
Triwulan III 2015 tumbuh 12,64% (yoy), meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,18%. Hal
ini bersumber dari peningkatan pertumbuhan giro yang
signifikan, diikuti pertumbuhan tabungan dan deposito.
Giro perbankan syariah meningkat hingga 17,79% (yoy),
lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang
terkontraksi hingga -1,72% (yoy). Kontraksi giro di
perbankan syariah telah berlangsung sejak bulan Januari
hingga berlanjut sampai dengan triwulan II 2015.
Tabungan66%
Giro6%
Deposito28%
KomposisiDana Pihak Ketiga
57
Growth
(yoy)
Q2 2015 7.26 8.92 -1.72
Q3 2015 8.37 23.15 17.79
Pembiayaan perbankan syariah pada triwulan Laporan
terkontraksi sebesar -6,87% (yoy) lebih dalam dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar -0,18% (yoy). Hal ini
terdampak dari perlambatan ekonomi, mengingat sebagian
besar pembiayaan syariah (54%) terkonsentrasi di
pembiayaan produktif (modal kerja dan investasi masing-
masing mengambil porsi sebesar 27,30% dan 26,68%)
Growth
(yoy)
Q2 2015 -26.64 46.04 4.97
Q3 2015 -36.20 38.75 1.45
Resiko likuiditas dan resiko pembiayaan
menunjukkan perbaikan meskipun berada diatas
level wajar. Non Performing Financing (NPF) membaik
dari 5,79% di triwulan sebelumnya menjadi 5,56%
pada triwulan III 2015. Sumber penurunan NPF berasal
dari sektor perdagangan yang memiliki porsi 51,22%
dari total NPF. Sektor yang berkontribusi terbesar dalam
membaiknya NPF adalah sektor perdagangan.
Sementara Finance to Deposit Ratio berada pada posisi
154%, menurun dibandingkan posisi triwulan
sebelumnya yang mencapai 180%.
Modal Kerja27%
Investasi27%
Konsumsi46%
KomposisiPembiayaan
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3
2013 2014 2015
NP
F
FDR
FDR & NPF
FDR NPF
58
3.3 Bank Perkreditan / Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Kegiatan usaha BPR/BPRS di Bengkulu pada triwulan III 2015 meningkat.
Pada periode laporan, aset BPR/BPRS Provinsi Bengkulu tumbuh sebesar 10,75% (yoy), lebih tinggi
dari laju pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -1,59% (yoy).
Sementara DPK BPR/BPRS juga mencatatkan perlambatan sebesar 21,71% (yoy), lebih tinggi dari
triwulan sebelumnya sebesar 10,99% (yoy). Peningkatan DPK ini terutama didorong oleh
pertumbuhan deposito berjangka pada triwulan III 2015 yang tercatat sebesar 18,81% (yoy) dari
7,10% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Posisi tabungan juga tercatat meningkat dari posisi triwulan
sebelumnya. Pada triwulan III 2015 pertumbuhan tabungan sebesar 29,64% (yoy) dari triwulan
sebelumnya yang tercatat negatif 21,68% (yoy).
Sementara itu, pertumbuhan penyaluran kredit/pembiayaan tercatat menurun. Pertumbuhan
kredit/pembiayaan BPR/BPRS terkontraksi hingga -0,92% (yoy). Dampak perlambatan ekonomi
dirasakan cukup signifikan mempengaruhi penyaluran kredit BPR/BPRS.
Growth
(yoy)
Q2 2015 -1.59 10.99 1.85 118.02
Q3 2015 10.75 21.71 -0.92 104.28
Resiko likuiditas mengalami perbaikan meskipun masih diatas taraf wajar. LDR/FDR
pada triwulan III 2015 mencapai 104,28% menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
118,02%. Penurunan rasio LDR/FDR tersebut lebih didorong oleh pertumbuhan dana pihak
sementara penyaluran kredit / pembiayaan terkontraksi.
59
3.4 Sistem Pembayaran
3.4.1 Sistem Pembayaran Tunai
Pada triwulan III 2015, posisi pengedaran uang kartal di Bank Indonesia Bengkulu
mengalami net cash outflow. Net cash outflow mencapai Rp777,75 miliar, sedikit meningkat
dibandingkan dengan net cash outflow triwulan sebelumnya sebesar Rp701,62 miliar. Pola net cash
outflow tersebut merupakan siklus tahunan seiring dengan mulai pencairan proyek-proyek
infrastruktur APBD/N.
Apabila dicermati, data aliran uang kartal di
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Bengkulu selalu mencatatkan net cash outflow.
Hal ini merupakan indikasi bahwa ekonomi di
Provinsi Bengkulu mengalami pertumbuhan.
Keterangan
2013 2014 2015 YoY %
II III II III II III III 2014 III 2015
Inflow 107,185 544,058 149,431 748,707 101,272 523,074 37.62% -30.14%
Outflow 754,227 1,090,522 1,011,170 1,160,143 802,896 1,300,830 6.38% 12.13%
Netflow -647,043 546,464 -861,739 -411,437 -701,624 -777,756 -175.29% 89.03%
3.4.1.1 Pemusnahan Uang Kartal
Dalam rangka menjaga kualitas uang yang beredar di masyarakat (clean money policy
and fresh for circulation), maka Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
melakukan kegiatan pemusnahan Uang yang Tidak Layak Edar (UTLE) dengan menggunakan
Mesin Racik Uang Kertas (MRUK) secara berkala. Rasio jumlah pemusnahan uang kartal terhadap
inflow pada triwulan III 2015 adalah sebesar 44,26%. Rasio ini masih lebih tinggi dibandingkan rata-
rata rasio pemusnahan triwulan III pada 5 (lima) tahun terakhir sebesar 29%. Sementara
pemusnahan uang kartal periode laporan meningkat 60,44% (qtq) dan 10,18% (yoy), disaat inflow
uang kartal tumbuh 416,50% (qtq) dan -30,14% (yoy).
Tabel 3.3 NETFLOW UANG KARTAL Sumber : BI
Grafik 3.8 INFLOW-OUTFLOW UANG KARTAL Sumber : BI
(8,000)
(6,000)
(4,000)
(2,000)
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2014 2015
dal
am M
iliar
Rp
.
Pembayaran Tunai
Netflow Inflow Outflow
60
3.4.1.2 Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli
Jumlah uang yang diragukan ciri keasliannya yang dilaporkan ke Bank Indonesia
Bengkulu pada triwulan III 2015 tidak mengalami perubahan yang berarti. Selama triwulan III
2015 Bank Indonesia Provinsi Bengkulu menerima pelaporan uang yang diragukan ciri keasliannya
sebanyak 56 lembar. Jumlah ini sama dibandingkan penemuan uang rupiah yang diragukan
keasliannya pada periode triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 56 lembar. Jenis pecahan
uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan selama periode laporan adalah pecahan Rp100.000,00
sejumlah 10 lembar, pecahan Rp50.000,00 sejumlah 4 lembar, pecahan Rp20.000,00 sejumlah 40
lembar dan pecahan Rp.10.000,00 sejumlah 2 lembar. Persentase jumlah uang palsu terhadap
jumlah cash inflow pada triwulan laporan sangat kecil yaitu hanya sebesar 0.0000042%.
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
140.00%
160.00%
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
dal
am J
uta
Rp
Pemusnahan Uang Inflow Rasio PPTB/Inflow
23 5 6
37 28
4 6 13 9 18 23
112
56
24 38 36
67 56 56
-
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013 2014 2015
Grafik 3.8 PERKEMBANGAN RASIO PEMUSNAHAN UANG TERHADAP INFLOW PROVINSI BENGKULU Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu
Grafik 3.9 PENEMUAN JUMLAH LEMBAR UANG PALSU DI PROVINSI BENGKULU Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu
61
3.4.2 Sistem Pembayaran Non Tunai
3.4.2.1 Perkembangan Kliring Lokal
Pada triwulan III 2015, transaksi kliring secara nominal mengalami peningkatan dari
Rp565,243 miliar pada triwulan II 2015 menjadi Rp1,004,426 miliar pada triwulan III 2015
atau tumbuh 77,70% (qtq). Kondisi tersebut seiring peningkatan transaksi non-tunai terkait
realisasi proyek pemerintah menjelang akhir tahun. Sejalan dengan meningkatnya nominal kliring,
jumlah warkat kliring meningkat sebesar 16,42% (qtq). Demikian halnya rata-rata kliring per hari,
mengalami kenaikan 122,63 (qtq) dari Rp7,39 miliar per hari menjadi Rp16,46 miliar per hari.
Sementara itu jumlah penolakan warkat cek dan bilyet giro relatif sama dibandingkan
triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, jumlah warkat cek dan bilyet giro yang tertolak
sebanyak 2,04% dari total warkat yang ditransaksikan. Kondisi ini relatif sama dibandingkan
periode triwulan sebelumnya sebesar 2,02%. Penolakan cek dan bilyet giro berdasarkan nominal
mencapai 2,19% dari total transaksi kliring, meningkat dibandingkan rata-rata triwulan sebelumnya
yang sebesar 2,71% (qtq). Penolakan transaksi kliring dapat terjadi antara lain karena tidak
dipenuhinya syarat-syarat administrasi bank penerima pada fisik warkat, rekening tutup, dan saldo
tidak cukup.
Keterangan
2014 2015 Pertumbuhan
QtQ I II III IV I II III
Bank Peserta Kliring 19 20 20 20 20 20 20
Perputaran Kliring
Nominal (juta Rp.) 944,066 836,741 755,008 738,621 829,960 565,243 1,004,426 77.70%
Warkat (lembar)
33,182
31,174
29,129
26,189
35,250
28,263
32,904 16.42%
Rata-Rata Perputaran Kliring per Hari
Nominal (juta Rp.) 15,734 13,717 12,178 11,191 13,492 7,396 16,466 122.63%
Warkat (lembar) 553 511 470 397 570 491 539 9.87%
% Penolakan Cek dan Bilyet Giro
Nominal 3.50% 2.96% 2.84% 4.56% 2.09% 2.71% 2.19%
Warkat 1.87% 2.21% 2.36% 3.07% 2.11% 2.02% 2.04%
Tabel 3.4 PERKEMBANGAN KLIRING DAN PENOLAKAN CEK/BILYET PROV. BENGKULU Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu
62
Tabel 3.5 PERKEMBANGAN TRANSAKSI RTGS Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu
3.4.2.2 Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS)
Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) secara agregat mengalami penurunan. Penurunan
terjadi pada transaksi keluar dan masuk daerah Bengkulu, sementara transaksi antar nasabah
di daerah Bengkulu mencatatkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara
nominal transaksi keluar daerah Bengkulu tumbuh sebesar -3,3% (qtq) atau menurun menjadi
15.385 Miliar pada triwulan laporan. Sejalan hal tersebut, transaksi masuk Bengkulu juga
mengalami penurunan sebesar -24,2% (qtq), dari Rp 78.500 Miliar menjadi sebesar 59.484 Miliar.
Jumlah warkat juga mengalami penurunan sebesar -7,1% menjadi 3.731 lembar selama triwulan
laporan. Sementara transaksi antar nasabah di daerah Bengkulu mengalami peningkatan sebesar
33,1% menjadi 898 warkat dari sebelumnya sebanyak 675 warkat. Sebaliknya jika dilihat dari
jumlah warkat, transaksi antar nasabah di dalam Bengkulu justru mengalami penurunan dari 1.101
lembar menjadi 1.077 lembar.
Keterangan
2013 2014 2015 Pertumb.
QtQ II III II III II III
Transaksi Keluar Daerah (from)
Nominal (miliar Rp.) 15,275 12,411 18,428 10,973 15,910 15,385 -3.3%
Warkat (lembar) 9,172 9,298 10,613 10,599 4,195 4,607 9.8%
Transaksi Masuk Bengkulu (to)
Nominal (miliar Rp.) 30,761 25,528 35,865 43,103 78,500 59,484 -24.2%
Warkat (lembar) 7,843 7,401 8,483 7,976 4,018 3,731 -7.1%
Transaksi Antar Nasabah di Dalam Bengkulu (from-to)
Nominal (miliar Rp.) 4,023 2,319 2,458 2,426 675 898 33.1%
Warkat (lembar) 2,760 2,545 3,449 3,359 1,101 1,077 -2.2%
3.4.2.3Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB)
Jumlah TUKAB pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan, baik secara kuartalan (qtq)
maupun secara tahunan (yoy). Transaksi uang kartal antar bank pada triwulan laporan mencapai
Rp916,00 Miliar, lebih tinggi 33,12% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tercatat
sebesar Rp686,10 Miliar. Secara tahunan jumlah TUKAB pada triwulan laporan juga mengalami
peningkatan sebesar 34,91% (yoy) dibandingkan triwulan III 2014 atau meningkat dari Rp678,95
Miliar menjadi Rp916,00 Miliar. Pada Agustus 2015 tercatat pertumbuhan TUKAB meningkat
signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sebesar 163,35% (yoy). Hal ini disebabkan
transaksi TUKAB Agustus 2014 tercatat cukup rendah sebesar Rp112,40 Miliar. Meningkatnya
volume TUKAB dapat mencerminkan meningkatnya kebutuhan uang kartal dimasyarakat. Kondisi ini
searah dengan pergerakan inflow-outflow uang kartal di Bank Indonesia yang telah dipaparkan
pada bagian sebelumnya. Jika volume TUKAB meningkat, pada waktu yang sama perbankan
meningkatkan penarikan uang kartal dari Bank Indonesia (outflow), maka mengindikasikan
kebutuhan uang tunai pada periode tersebut sedang tinggi.
63
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
450,000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2012 2013 2014 2015
TUKAB g (yoy)
Grafik 3.10 PERKEMBANGAN TUKAB DI PROVINSI BENGKULU Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu
BAB IV
KINERJA DAN KEUANGAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015
65
KINERJA KEUANGAN DAERAH
TRIWULAN III 2015
Realisasi pendapatan terhadap target anggaran APBD Pemerintah Provinsi Bengkulu pada
triwulan III 2015 menurun dibandingkan triwulan III 2014. Penurunan bersumber dari
Pendapatan Asli Daerah maupun Dana Perimbangan. Realisasi Pendapatan mencapai 60.67%
pada triwulan laporan, sementara pada periode yang sama tahun sebelumnya mencapai
80.20%. Demikian halnya dengan realiasi belanja terhadap target anggaran APBD 2015 juga
menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan III 2014. Tercatat realisasi belanja mencapai
48.25% menurun dibandingkan triwulan III 2014 sebesar 51.95%
4.1 Pendapatan APBD Pemerintah Provinsi
Realisasi pendapatan terhadap target APBD Pemerintah Provinsi Bengkulu pada Triwulan III
2015 lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun 2014. Realisasi pendapatan
mencapai Rp1.335,99 miliar atau 60,67% dari pagu APBD sebesar Rp2.202,19 miliar. Sementara
pada periode yang sama tahun 2014, realisasi pendapatan sebesar Rp1.519,36 Miliar dari pagu
anggaran sebesar Rp1894,36 Miliar atau sebesar 80,20%.
Penurunan bersumber dari realisasi PAD yang hanya mencapai
43,93% terhadap anggaran. Penurunan tersebut terutama
didorong penurunan penghimpunan pajak daerah yang hanya
mencapai 52.67% lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya
yang mencapai 75.89%.
Realisasi pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat mencapai
60,60% dari pagu juga menurun dibandingkan tahun
sebelumnya yang mencapai 81,31%. Secara nominal pendapatan
transfer Triwulan III 2015 yang sudah terealisasi sebesar Rp904,50
miliar dari pagu anggaran sebesar Rp 1.492,7 miliar. Penurunan
realisasi bersumber Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil Pajak,
Dana Bagi Hasil Pajak Bukan Pajak, dan Dana Penyesuaian.
Realisasi Pendapatan Asli Daerah mencapai 43,93% dari pagu, menurun dibandingkan tahun
sebelumnya sebesar 78.00%. Secara nominal Pendapatan Asli Daerah Triwulan III 2015 yang
sudah terealisasi sebesar Rp305,34 miliar dari pagu anggaran Rp695,03 miliar. Penurunan realisasi
PAD terutama bersumber dari Pendapatan Pajak Daerah; Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yg dipisahkan; dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
Anggaran Pendapatan APBD Triwulan III 2015
PAD Rp 695 M Transfer Pusat Rp1.492 M Lain-lain Rp 14 M
Total Rp2.202 M
Realisasi Pendapatan APBD Triwulan III 2015
PAD Rp 305 M Transfer Pusat Rp 904 M Lain-lain Rp 126 M
Total Rp 1.335 M
66
APBD Provinsi Pagu Realisasi % Realisasi % Pangsa
2014P 2015P III-2014 III-2015 III-2014 III-2015 III-2014 III-2015
Pendapatan Asli
Daerah 608.98 695.03 475.01 305.34 78.00 43.93 31.26 22.85
Pendapatan Pajak
Daerah 458.74 497.00 348.16 261.77 75.89 52.67 22.91 19.59
Pendapatan
Retribusi Daerah 4.21 4.19 3.12 1.68 73.95 39.95 0.21 0.13
Pendapatan Hasil
Pengelolaan
Kekayaan Daerah yg
dipisahkan
16.65 16.65 16.78 17.81 100.79 106.96 1.10 1.33
Lain-lain
Pendapatan Asli
Daerah yang Sah
129.38 177.19 106.95 24.08 82.66 13.59 7.04 1.80
Pendapatan
Perimbangan/Transfer 1282.87 1492.70 1043.09 904.50 81.31 60.60 68.65 67.70
Dana Bagi Hasil
Pajak 45.57 52.28 32.15 21.65 70.57 41.41 2.12 1.62
Dana Bagi Hasil
Bukan Pajak
(Sumber Daya Alam)
21.57 63.44 43.07 38.47 199.63 60.64 2.83 2.88
Dana Alokasi Umum 955.10 1046.08 795.91 610.21 83.33 58.33 52.38 45.67
Dana Alokasi
Khusus 53.93 63.89 16.18 35.14 30.00 55.00 1.06 2.63
Dana Penyesuaian 206.71 267.00 155.78 199.03 75.36 74.54 10.25 14.90
Lain-lain Pendapatan
yang Sah 2.51 14.46 1.25 126.15 50.05 872.29 0.08 9.44
Total Pendapatan 1894.36 2202.19 1519.36 1335.99 80.20 60.67 100.00 100.00
Penurunan PAD tersebut bersumber dari penurunan penghimpunan pajak kendaraan bermotor
sebagai dampak dari menurunnya penjualan otomotif selama tahun 2015. Hasil liaison
menyatakan bahwa pelaku usaha otomotif rata-rata mengalami penurunan omzet 10-30 % selama
tahun 2015 akibat daya beli masyarakat yang belum pulih. Data Dinas Perhubungan, Komunikasi
dan Informatika Provinsi Bengkulu mencatat bahwa pertumbuhan jumlah kendaraan R4 terus
mengalami kontraksi sejak awal tahun. Pada triwulan III 2015 pertumbuhan kendaraan R4 sebesar -
37.2% (yoy) sementara pada triwulan III 2014, pertumbuhan kendaraan R4 masih mencapai 1.6%
(yoy). Sementara data Bank Indonesia mencatat bahwa pertumbuhan kredit pemilikan kendaraan
bermotor pada triwulan III 2015 melambat cukup signifikan. Apabila pada triwulan III 2014 kredit
pemilikan kendaraan bermotor mampu tumbuh 23.37% (yoy), maka pada triwulan laporan kredit
hanya tumbuh 3.31% (yoy).
Berdasarkan strukturnya, pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Bengkulu masih bergantung
pada Pemerintah Pusat yang ditunjukkan oleh masih besarnya pangsa Pendapatan Transfer
(67.70%) dibandingkan Pendapatan Asli Daerah (22.85%). Pada triwulan III 2015, pangsa
pendapatan transfer mengalami penurunan dibandingkan triwulan III 2014. Penurunan terutama
bersumber dari Dana Alokasi Umum.
TABEL 4.1 REALISASI PENERIMAAN APBD PEMPROV BENGKULU Sumber : Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Bengkulu
67
4.2 Belanja APBD Pemerintah Provinsi
Persentase Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Bengkulu pada Triwulan III 2015 lebih rendah
dibandingkan triwulan III 2014. Realisasi mencapai Rp1.025,11 miliar atau 48,25% dari pagu
sebesar Rp2.125,34 miliar. Sementara pada periode yang sama tahun sebelumnya realisasi mencapai
Rp1.086,93 miliar atau 51.95% dari pagu sebesar Rp2.092,06 miliar.
Menurunnya persentase realisasi penyerapan belanja bersumber
dari belanja operasi dan belanja modal. Penurunan realisasi
belanja yang cukup signifikan terjadi pada belanja modal terutama
yang bersumber untuk belanja pembangunan gedung dan
bangunan.
Realisasi penyerapan belanja operasi sampai dengan Triwulan III
2015 mencapai 58,09% relatif sama dibandingkan tahun
sebelumnya sebesar 58.56%. Secara nominal belanja operasi
Triwulan III 2015 yang sudah terealisasi sebesar Rp840.84 miliar dari
pagu anggaran sebesar Rp 1.447.52 miliar. Penurunan penyerapan
belanja operasi terjadi pada hampir seluruh komponen kecuali
belanja hibah.
APBD
Provinsi
Pagu Realisasi % Realisasi % Pangsa
2014P 2015P III-2014 III-2015 III-2014 III-2015 III-2014 III-2015
Belanja Operasi 1520.15 1447.52 890.18 840.84 58.56 58.09 81.90 82.00
Belanja Pegawai 579.13 635.72 422.14 415.00 72.89 65.28 38.84 40.47
Belanja Barang 646.90 533.54 288.94 177.26 44.66 33.22 26.58 17.29
Belanja Hibah 268.44 273.86 177.30 248.58 66.05 90.77 16.31 24.24
Belanja Bantuan
Keuangan 25.68 4.40 1.80 0.00 7.01 0.00 0.17 0.00
Belanja Modal 330.15 450.66 157.69 174.71 47.76 38.77 14.51 17.04
Belanja Tanah 5.30 11.02 0.09 1.06 1.60 9.59 0.01 0.10
Belanja
Peralatan dan
Mesin
45.70 67.77 17.04 27.83 37.30 41.06 1.57 2.71
Belanja Gedung
dan Bangunan 42.91 63.29 16.96 14.88 39.52 23.51 1.56 1.45
Belanja Jalan,
Irigasi dan
Jaringan
234.17 305.32 123.42 129.81 52.70 42.52 11.35 12.66
Belanja Aset
Tetap Lainnya 2.07 3.26 0.19 1.13 9.23 34.80 0.02 0.11
Belanja Tidak
Terduga 13.05 9.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Transfer 228.70 218.16 39.06 9.88 17.08 4.53 3.59 0.96
Total Belanja 2092.06 2125.34 1086.93 1025.42 51.95 48.25 100.00 100.00
TABEL 4.2 REALISASI BELANJA APBD PEMPROV BENGKULU Sumber : Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Bengkulu
Anggaran Belanja APBD Triwulan III 2015
Belanja Operasi Rp 1.447 M Belanja Modal Rp 451 M Tidak Terduga Rp 9 M Transfer Rp 218 M
Total Rp 2.125 M
Realisasi Belanja APBD Triwulan III 2015
Belanja Operasi Rp 840 M Belanja Modal Rp 175 M Tidak Terduga Rp 0 M Transfer Rp 10 M
Total Rp1.025 M
68
Realisasi penyerapan belanja modal sampai dengan Triwulan III 2015 mencapai 38,77%, lebih
rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 47.76%. Secara nominal belanja modal
Triwulan III 2015 yang sudah terealisasi sebesar Rp174.71 miliar dari pagu anggaran sebesar
Rp450,66 miliar. Sumber penurunan realisasi penyerapan belanja berasal dari Belanja Gedung dan
Bangunan. Menurunnya realisasi penyerapan belanja modal dikonfirmasi pula oleh menurunnya
kegiatan di sektor konstruksi selama triwulan III 2015, seperti perlambatan perlambatan kredit
konstruksi perbankan. Berdasarkan strukturnya, belanja daerah Pemerintah Provinsi Bengkulu
masih didominasi belanja rutin yang ditunjukkan oleh masih besarnya pangsa Belanja Operasi
(82.00%) dibandingkan Belanja Modal (17.04%).
4.3 Belanja APBN Provinsi Bengkulu
Realisasi penyerapan belanja APBN Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2015 lebih rendah
dibandingkan triwulan III 2014. Pada triwulan III 2015 penyerapan sebesar 51.12% sementara
pada periode yang sama tahun sebelumnya mencapai 71.30%. Rendahnya penyerapan belanja
APBN terjadi pada pos belanja negara maupun belanja transfer ke daerah/desa. Pada Belanja
Negara, penurunan penyerapan APBN terutama terjadi pada belanja barang, belanja modal dan
belanja bantuan sosial. Hal ini diperkirakan sebagai dampak tertundanya proses pengadaan di awal
tahun akibat penyesuaian nomenklatur kementerian. Sementara pada bos belanja transfer ke
daerah/desa, penurunan penyerapan APBN terutama terjadi pada realisasi dana perimbangan dan
dana otonomi khusus/penyesuaian.
BELANJA
APBN
PAGU ANGGARAN Realisasi Akumulasi % Realisasi % Pangsa
2014 2015 2014 2015 2014 2015
2014P 2015 Q3 Q3 Q3 Q3 Q3 Q3
Belanja Negara 3,589.52 4,699.58 2,076.20 2,188.43 57.84 32.50 27.22 23.57
Belanja Pegawai 1,152.11 1,424.95 798.43 960.44 69.30 52.29 10.47 10.34
Belanja Barang 1,236.67 1,477.12 699.18 587.12 56.54 26.47 9.17 6.32
Belanja Modal 860.52 1,434.30 396.45 505.96 46.07 21.19 5.20 5.45
Belanja Bantuan
Sosial 340.22 363.21 182.14 134.90 53.54 24.05 2.39 1.45
Transfer Ke Daerah
dan Dana Desa 7,109.38 8,853.35 5,551.65 7,097.20 78.09 61.01 72.78 76.43
Transfer ke Daerah 7,109.38 8,490.39 5,551.65 6,806.83 78.09 61.19 72.78 73.31
a. Dana
Perimbangan 6,211.57 7,466.55 4,852.34 6,001.43 78.12 61.99 63.61 64.63
b. Dana Otonomi
Khusus dan
Penyesuaian
897.81 1,023.84 699.31 805.40 77.89 55.30 9.17 8.67
Transfer Dana Desa - 362.96 - 290.37 - 56.79 - 3.13
Total Belanja 10,698.90 13,552.93 7,627.85 9,285.62 71.30 51.12 100.00 100.00
TABEL 4.3 REALISASI BELANJA APBN PROVINSI BENGKULU Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bengkulu
69
Boks 3 : PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di BENGKULU
TAHUN 2011-2014
Selama kurun waktu 2011 sd 2014 alokasi anggaran dana transfer Pemerintah Pusat ke
Pemerintah Provinsi/Kab/Kota di Bengkulu meningkat hingga 50%. Pada tahun 2011, jumlah
alokasi dana perimbangan sebesar Rp 4,3 Triliun kemudian terus berkembang hingga mencapai Rp
6,5 Triliun di tahun 2014. Namun demikian peningkatan dana transfer tersebut tidak serta merta
mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota mengingat dampak eksternal
pelemahan harga komoditas dirasakan lebih kuat mendorong perlambatan ekonomi regional.
Berdasarkan grafik dibawah ini tampak bahwa sebagian besar perekonomian kabupaten/kota pada
periode 2011-2014 mengalami perlambatan, sementara itu pangsa APBD terhadap PDRB terus
mengalami kenaikan.
Sumber Data : BPS Provinsi Bengkulu dan DJPK Kemenkeu.
Namun untuk Kabupaten Muko-muko relatif dikecualikan karena justru menunjukkan peningkatan
pertumbuhan dibandingkan kabupaten lainnya. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Muko-muko
untuk mendorong peningkatan alokasi belanja modal selama kurun 2011-2014 memberikan
dorongan multiplier bagi pertumbuhan ekonomi. Tercatat selama kurun waktu lima tahun terakhir
Pemkab Muko-muko mengalokasikan 32,06% APBD untuk belanja modal atau yang tertinggi
dibandingkan Pemerintah Daerah lainnya.
4.50
5.00
5.50
6.00
6.50
7.00
7.50
5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00
Per
tum
bu
ha
n E
kon
om
i
Share APBD Terhadap PDRB Harga Berlaku
PERTUMBUHAN EKONOMI & SHARE APBD
Kab. Bengkulu Selatan Kab. Bengkulu Utara Kab. Rejang Lebong Kota Bengkulu Kab. Kaur
Kab. Seluma Kab. Mukomuko Kab. Lebong Kab. Kepahiang Kab. Bengkulu Tengah
32.0629.03 28.70 27.51
23.87 23.0821.45
17.88 17.30 16.7514.06
Mukomuko Seluma Kepahiang Lebong BengkuluTengah
Kaur RejangLebong
Prov.Bengkulu
BengkuluUtara
BengkuluSelatan
KotaBengkulu
ALOKASI BELANJA MODAL KUMULATIFAPBD TA. 2011 sd 2014 (%)
70
Upaya peningkatan sisi investasi dalam mendorong perekonomian di Muko-muko juga
direspon positif oleh swasta yang dikonfirmasi oleh peningkatan pertumbuhan kredit investasi.
Berdasarkan lokasi proyek, pertumbuhan kredit investasi di Muko-muko mencapai 195,2% (yoy) di
tahun 2011 dan mencapai 102.78% (yoy) di tahun 2014. Pertumbuhan tersebut merupakan yang
tertinggi dibandingkan kabupaten lainnya diwilayah Provinsi Bengkulu. Hal ini mengindikasikan
upaya Pemerintah Daerah dalam perbaikan proyek infrastruktur daerah akan direspon positif oleh
dunia usaha, mengingat infrastruktur sendiri merupakan permasalahan utama dalam menghambat
arus investasi.
Dengan memperhatikan data peningkatan investasi selama tahun 2011 sd 2014 baik yang
bersumber dari Investasi Pemerintah Daerah maupun Investasi Swasta, berdampak pada
peningkatan pertumbuhan ekonominya dalam jangka menengah.
-50 0 50 100 150 200
Mukomuko
Seluma
Bengkulu Utara
Kota Bengkulu
Bengkulu Selatan
Kepahiang
Lebong
Kaur
Rejang Lebong
% yoy
PERTUMBUHAN KREDIT INVESTASI(LOKASI PROYEK)
2014 2011
4.00
4.50
5.00
5.50
6.00
6.50
7.00
7.50
BengkuluSelatan
RejangLebong
BengkuluUtara
Kaur Seluma Mukomuko Lebong Kepahiang BengkuluTengah
KotaBengkulu
yoyPERTUMBUHAN EKONOMI
2011 & 20142011 2014
KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015
BAB V
71
KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
PROVINSI BENGKULU
Perkembangan ketenagakerjaan sampai dengan periode Agustus 2015 menunjukkan bahwa
tingkat pengangguran mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu
perkembangan nilai tukar petani pada triwulan III 2015 masih mengalami tekanan yang
semakin memburuk. Harga komoditas yang belum membaik menjadi sumber pelemahan nilai
tukar petani di Provinsi Bengkulu.
5.1 Ketenagakerjaan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi
Bengkulu meningkat, tercatat Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) pada Agustus 2015 sebesar 4,91%, lebih
tinggi dibandingkan Agustus 2014 yang hanya 3,47%.
Sementara itu, jumlah angkatan kerja tercatat sebesar 951
ribu orang atau meningkat sebesar 5.67% (yoy). Dari total
angkatan kerja tersebut, sebanyak 904,3 ribu telah bekerja
dan 46,7 ribu orang belum bekerja.
Kenaikan Tingkat Pengangguran Terbuka didorong oleh peningkatan jumlah penduduk yang tidak
bekerja. Hal ini sejalan dengan perlambatan ekonomi yang terjadi di Provinsi Bengkulu hingga
triwulan III 2015. Pada triwulan III 2014 pertumbuhan ekonomi mencapai 5,57%, sementara pada
triwulan III 2015 pertumbuhan ekonomi hanya 5.17%.
Pengangguran
2013 2014 2015
Aug Aug Aug
Jumlah Angkatan Kerja (orang)
Bekerja (Ribu orang) 832 868.8 904.3
Pengangguran (Ribu orang) 40.2 31.3 46.7
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Persentase TPAK (%) 67.59 68.29 70.67
Tingkat Pengangguran Terbuka
TPT (%) 4.61 3.47 4.91
Aug 2014 3.47 Aug 2015 4.91
TABEL 5.1 PERKEMBANGAN JUMLAH PENGANGGURAN DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) DI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu
72
Berdasarkan struktur lapangan pekerjaan, sektor pertanian menyerap tenaga kerja terbesar
mencapai 54.21%; diikuti sektor jasa kemasyarakatan sebesar 16,76%; kemudian sektor
perdagangan, rumah makan, dan akomodasi sebesar 14,50% (Tabel 5.2). Besarnya penyerapan
tenaga kerja pada sektor-sektor tersebut karena merupakan sektor utama yang menopang
perekonomian Bengkulu. Diantara tiga sektor utama tersebut porsi penyerapan tenaga kerja di
Sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan meningkat dari 50,62% pada
bulan Agustus 2014 menjadi 54,21% pada bulan Agustus 2015. Sementara porsi penyerapan
tenaga kerja pada dua sektor lainnya menurun. Sektor Jasa Kemasyarakatan turun dari 18,08%
menjadi 16,76% pada Agustus 2015, kemudian sektor Perdagangan, Rumah Makan, dan
Akomodasi turun dari 17,19% menjadi 14,50% pada Agustus 2015.
SEKTOR
Aug-14 Aug-15
Ribu Orang % Porsi Ribu Orang % Porsi
1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan 439.8 50.62 490.2 54.21
2. Pertambangan dan Penggalian 9.9 1.14 11.3 1.25
3. Industri 27 3.11 35.4 3.92
4. Listrik, Gas & Air Minum 3.2 0.36 1.6 0.17
5. Konstruksi 41.6 4.79 42.4 4.69
6. Perdagangan, Rumah makan & Akomodasi 149.3 17.19 131.1 14.50
7. Transportasi, pergudangan & komunikasi 27.8 3.20 23.3 2.57
8. Keuangan 13.2 1.52 17.4 1.93
9. Jasa Kemasyarakatan 157.1 18.08 151.5 16.76
T O T A L 868.8 100 904.3 100.00
5.2 Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani triwulan III 2015 masih
mengalami tekanan dengan tren yang menurun.
Tercatat Nilai Tukar Petani (NTP) masih dibawah 100, yaitu
sebesar 92,48. NTP dibawah 100 merupakan indikasi petani
belum sejahtera sebab harga hasil produksi pertanian yang
diterima petani lebih rendah dibandingkan dengan indeks
harga yang dibayar petani, terutama terjadi pada sub sektor
tanaman pangan, perikanan, dan tanaman perkebunan.
TABEL 5.2 ANGKATAN KERJA YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA Sumber : BPS Prov. Bengkulu
NILAI TUKAR PETANI
TW II 2015 94.43 TW III 2015 92.48
NILAI TUKAR
USAHA PETANI (NTUP)
TW II 2015 101.2 TW III 2015 99.2
73
Tekanan harga CPO dan karet di pasar global turut mendorong pelemahan harga tandan buah
segar (TBS) sawit dan getah karet di tingkat lokal yang berdampak pada penurunan penghasilan
petani. Di sisi lain, biaya yang harus dikeluarkan oleh petani terus mengalami peningkatan karena
inflasi.
Sementara itu NTP kelompok holtikultura dan peternakan menunjukkan perbaikan.
Peningkatan permintaan pada komoditas holtikultura dan peternakan diperkirakan menjadi salah
satu faktor membaiknya pendapatan masyarakat petani di sektor tersebut.
Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) pada triwulan laporan tercatat sebesar 99.92, lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 101.28. Indeks NTUP menggambarkan keuntungan
yang diperoleh petani dari selisih antara indeks harga pengeluaran yang terkait dengan keperluan
produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) dengan indeks harga yang diterimanya. Sehingga
dengan indeks NTUP di bawah 100 dapat diartikan bahwa petani mengalami kerugian dalam
menjalankan usahanya saat ini. Nilai tukar usaha pertanian pada Subsektor Perkebunan menjadi
faktor yang menarik nilai NTUP di bawah 100. Tercatat NTUP sektor ini sebesar 87,69 pada triwulan
III 2015, terus menurun dibandingkan dengan triwulan II 2015 sebesar 94,06. Hal ini merupakan
dampak dari masih rendahnya harga komoditas di pasar global, terutama karet dan sawit yang
menjadi komoditas utama perkebunan di Provinsi Bengkulu.
GRAFIK 5.1 NILAI TUKAR PETANI Sumber : BPS Prov. Bengkulu
74
5.3 Perkembangan Kemiskinan
Jika dibandingkan dengan posisi September 2014, tingkat
kemiskinan meningkat dari 17,09% menjadi 17,88%.
Apabila dicermati jumlah penduduk miskin meningkat baik
di daerah perkotaan maupun di daerah Pedesaan. Jumlah
penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2015
sebanyak 103,13 ribu jiwa atau 17,79% dari total penduduk
perkotaan. Sejalan dengan itu, jumlah penduduk miskin di
daerah pedesaan pada Maret 2015 juga meningkat, dari
216,91 pada September 2014 menjadi 230,94 ribu jiwa atau
17,93% dari total penduduk pedesaan.
Apabila dibandingkan, peningkatan jumlah penduduk miskin bersumber dari pedesaan yaitu
meningkat sebesar 6,47% pada bulan Maret 2015, angka tersebut lebih besar dibandingkan
dengan daerah perkotaan yang hanya meningkat 3,55%. Dampak dari penurunan kinerja sektor
Pertanian dan inflasi Bengkulu yang masih tinggi ditengarai menjadi penyebab meningkatnya
tingkat kemiskinan di Pedesaan.
Kemiskinan 2012 2013 2014 2015
Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar
Jumlah Penduduk Miskin
Jumlah (000) 311.66 310.47 327.35 320.41 320.95 316.5 334.07
%* 17,70 17,51 18,34 17,75 17.48 17.09 17.88
Garis Kemiskinan naik sebesar 4,91% dari Rp378.881/kapita/bulan pada bulan September
2014 menjadi Rp397.489/kapita/bulan pada bulan Maret 2015. Garis Kemiskinan terutama
bersumber dari pengeluaran makanan yang terlihat dari besaran nilai Garis Kemiskinan Makanan
(GKM) yang berkontribusi sebesar 78,55%. Sedangkan pengeluaran bukan makanan yang
diindikasikan oleh Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) berkontribusi sebesar 21,45%. Jika
dibandingkan dengan posisi September 2014, porsi Garis Kemiskinan Makanan (GKM) meningkat,
baik di perkotaan maupun pedesaan. Hal ini karena kenaikan harga yang membuat pengeluaran
masyarakat meningkat padahal jumlah barang yang dikunsumsi relatif tetap.
KEMISKINAN (%)
SEPT 2014 17.09 MAR 2015 17.88
KEDALAMAN KEMISKINAN
SEPT 2014 2.85 MAR 2015 3.48
KEPARAHAN KEMISKINAN
SEPT 2014 0.75 MAR 2015 0.97
TABEL 5.3 KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu
75
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada Maret 2015
mengalami peningkatan dibandingkan dengan September 2014. P1 naik dari 2,85 pada
September 2014 menjadi 3,48 pada Maret 2015. Sementara P2 naik dari 0,75 pada September
2014 menjadi 0,97 pada Maret 2015. Peningkatan nilai indeks P1 mengindikasikan bahwa rata-rata
pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan yang didorong oleh
meningkatnya garis kemiskinan. Sementara peningkatan nilai indeks P2 menunjukkan ketimpangan
pengeluaran di antara penduduk miskin semakin melebar.
Daerah
2013 2014 2015
Mar Sep Mar Sep Mar
P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2
Perkotaan 2,29 0,51 3,11 0,82 2,90 0,73 2.69 0.75 3.93 1.21
Pedesaan 3,32 0,84 3,30 0,92 2,72 0,68 2.92 0.75 3.28 0.86
Perkotaan+Pedesaan 3,00 0,74 3,24 0,89 2,78 0,70 2.85 0.75 3.48 0.97
TABEL 5.4 TINGKAT KEDALAMAN DAN KEPARAHAN KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu
PROSPEK EKONOMI DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015
BAB VI
77
PROSPEK PEREKONOMIAN
TRIWULAN IV 2015
Perekonomian Triwulan IV2015 diperkirakan tumbuh
sebesar 4.7 5.2 % (yoy) melambat dibandingkan triwulan
III 2015.Masih melambatnya daya beli masyarakat dan
berlanjutnya tekanan harga komoditas mendorong
perkiraan pertumbuhan ekonomi keseluruhan tahun 2015
berada pada kisaran 4.9 5.4% (yoy) atau rendah
dibandingkan tahun 2014 sebesar 5.49% (yoy).
Disisi permintaan perlambatan diperkirakan didorong oleh
Konsumsi Rumah Tangga dan Ekspor-Impor seiring masih
berlanjutnya tekanan harga komoditas global dan belum
pulihnya daya beli masyarakat.Hal ini tercermin dari perkiraan
indeks tendensi konsumsi RT pada triwulan IV 2015 sebesar
97.34dibawah realisasi indeks tendensi konsumen pada triwulan III
2015. Ketidakpastian global yang masih cukup tinggi dan tekanan
harga komoditas utama Bengkulu (sawit dan Karet) yang belum
mereda mendorong pesimisme terhadap ekspektasi konsumsi
masyarakat. Hal ini tercermin pula dari indeks perkiraan pendapatan
konsumen triwulan IV 2015 sebesar 90.02 dibawah realisasi indeks
pendapatan konsumen triwulan III 2015 sebesar 108.41.
6.1 PERTUMBUHAN TRIWULAN IV 2015
Indikator Perekonomian Sisi Permintaan
Indeks Tendensi Konsumen1)
TW III 2015107.07 TW IV2015 97.34
Pendapatan Konsumen)
TW III 2015108.41 TW IV2015 90.02
Sumber :BPS Prov Bengkulu
5.58
5.16
5.57 5.665.43
5.23 5.17
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4P
2014 2015P
Optimis = 5.2 Baseline = 5.0 Pesimis = 4.7
Grafik 6.1 PERTUMBUHAN EKONOMI Sumber : BPS, BI (diolah)
78
Meskipun demikian, kegiatan pilkada serentak yang dilaksanakan pada triwulan IV 2015
diharapkan mampu sedikit meredam efek perlambatan ekonomi. Belanja kampanye yang
dilakukan di 7 wilayah kabupaten ( Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara, Kaur, Lebong, Mukomuko,
Rejang Lebong, dan Seluma) serta 1 Provinsi Bengkulu diperkirakan akan meningkatkan PDRB
khususnya pada komponen konsumsi LNPRT (lembaga non profit yang melayani rumah tangga).
Sementara itu kegiatan investasi pada triwulan IV 2015 diperkirakan tumbuh cukup baik yang
ditunjukkan oleh tren peningkatan pertumbuhan kredit konsumsi dan percepatan penyerapan
belanja modal APBD/N. Hal ini dikonfirmasi pula oleh meningkatnya penjualan semen pada bulan
September 2015 setelah pada beberapa periode sebelumnya terus mencatatkan kontraksi.
Meredanya tekanan nilai tukar pada bulan Oktober 2015 direspon positif oleh pelaku usaha
khususnya dalam merealisasikan kegiatan investasi. Hasil liaison dengan beberapa pelaku usaha
menyatakan bahwa pada periode saat ini merupakan waktu yang tepat untuk melakukan belanja
investasi karena fluktuasi nilai tukar sudah mulai mereda.
Survei Kegiatan Dunia Usaha menunjukkan bahwa, pada triwulan IV 2015 ekspektasi dunia
usaha cenderung menurun dibandingkan triwulan III 2015. Beberapa sektor usaha yang
menunjukan penurunan tendensi bisnis yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa,
dan sektor industri pengolahan. Di sektor jasa, hasil liaison kepada beberapa pelaku usaha jasa dan
industri pengolahan menyatakan bahwa daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih sehingga
80.00
85.00
90.00
95.00
100.00
105.00
110.00
115.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2013 2014 2015
Indeks
Sumber : BI
INDEKS TENDENSI KONSUMEN
Indeks Tendensi Konsumsi
Indeks Pendapatan
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
0
50,000
100,000
150,000
200,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2012 2013 2014 2015
yoyTon
Sumber : BI
REALISASI SEMEN
Volume (ton) Pertumbuhan (yoy)-rhs
10.50
18.31
9.0912.10
19.8722.39
14.32
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4
2014 2015
SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
Ekspektasi Realiasi
Grafik 6.2 INDIKATOR PERKIRAAN PEREKONOMIAN TRIWULAN IV 2015 Sumber : Bank Indonesia, BPS (diolah)
79
rata-rata omzet usaha menurun hingga akhir tahun 2015. Hal ini dikonfirmasi pula oleh kapasitas
usaha sektor industri pengolahan sampai dengan akhir triwulan III 2015 menunjukkan penurunan
hingga mencapai 69% dari kapasitas normal rata-rata sebesar 70-75%.
Perkiraan harga karet pada triwulan IV 2015 diperkirakan belum akan menunjukkan
perbaikan. Sampai dengan bulan Oktober 2015 harga internasional karet telah terkoreksi 2%
dibandingkan bulan sebelumnya. Menurut perkiraan IRSG produksi karet nasional diperkirakan
masih akan mengalami penurunan -1.5% pada Okt-Des 2015 dibandingkan Okt-Des 2014.
Penurunan produksi tersebut diperkirakan merupakan dampak dari Elninoyang mempengaruhi
produksi karena tiap pohon terhambat proses fotosintesisnya. Permintaan karet alam pada
triwulan IV 2015 diperkirakan akan mengalami kenaikan khususnya untuk pasar Uni Eropa,
India dan Jepang. Sementara permintaan China diperkirakan masih mengalami penurunan. Sebagai
catatan, ekspor karet luar negeri Bengkulu sebagian besar dikirim ke pasar UE, AS dan Jepang.
Komoditi 2014 2015 QtQ
I II III IV I II III IVP Q4-Q3
Kelapa Sawit (US$/mt) 813.7 794.7 695.9 653.3 627.9 599.9 513.3 488.4 -4.85
Karet (cts/lb) 102.1 96.1 83.4 73.5 78.6 81.2 81.6 77.9 -4.56
Batubara (cts/lb) 82.6 77.9 72.7 67.4 65.6 63.2 63.6 66.7 4.89
Kopi (cts/lb) 102.0 107.9 106.0 106.6 101.4 96.7 77.5 75.5 -2.54
Sampai dengan akhir tahun 2015, inflasi Provinsi Bengkulu
diperkirakan dalam kisaran 3.0-3.5% (yoy) menurun
signifikan dibandingkan triwulan III 2015 atau berada
didalam koridor target inflasi nasional sebesar 4±1%(yoy).
Sampai dengan bulan Oktober 2015, inflasi tahun kalender
tercatat sebesar 2.34%.
8.35
5.79 6.05
10.85
7.65 9.90
8.65
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2014 2015
6.2 INFLASI DAERAH TRIWULAN IV 2015
Grafik 6.3 INFLASI Sumber : BPS, BI (diolah)
Indikator Ekspektasi Inflasi
Perkiraan Pendapatan
TW III2015113.93 TW IV201590.02
Pembelian Barang Tahan Lama
TW III2015102.71 TW IV2015110.14 Sumber : BPS Prov. Bengkulu
Optimis = 3.00 Baseline = 3.25 Pesimis = 3.50
Tabel 6.1 PERKIRAAN HARGA KOMODITAS PADA TRIWULAN IV 2015 Sumber : IMF
80
Inflasi Administered Price diperkirakan melambat, hal ini seiring dengan kebijakan Pemerintah
Pusat untuk menurunkan biaya energi seiring dengan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid III .
Beberapa biaya energi yang mengalami penurunan yaitu harga Avtur, LPG 12 kg, Pertamax, dan
Pertalite yang akan efektif turun pada 1 Oktober 2015.
Harga BBM jenis solar juga diturunkan sebesar Rp. 200 per liter, sehingga harga eceran BBM jenis
solar bersubsidi akan menjadi Rp. 6.700 per liter. Penurunan harga BBM jenis solar juga akan
berlaku untuk BBM jenis solar non-subsidi.Sementara Tarif listrik untuk pelanggan industri I3 dan I4
akan mengalami penurunan sebesar Rp12 - Rp13 per kWh mengikuti turunnya harga minyak bumi
(Automatic Tariff Adjustment)
Inflasi Inti diperkirakan melambat,seiring dengan ekspektasi konsumsi masyarakat yang masih
tertahan dengan daya beli yang diperkirakan belum pulih sepenuhnya. Nilai tukar Rupiah yang
membaik pada bulan Oktober 2015 diharapkan menurunkan tekanan terhadap imported inflation.
Inflasi Volatile Fooddiperkirakan melambat, sesuai informasi BMKG Provinsi Bengkulu bahwa
dampak elnino di Provinsi Bengkulu diperkirakan minimal. Disisi lain, kebijakan Pemerintah Pusat
untuk membuka izin impor beras melalui BULOG terkait dampak elnino nasional diperkirakan
mampu meredam tekanan harga.
6.3 REKOMENDASI KEBIJAKAN
Untuk mendukung optimisme atas perkiraan ekonomi dan pengendalian inflasi di triwulan IV 2015,
diperlukan langkah-langkah strategis dari Pemerintah Daerah yaitu :
1. Mengawal implementasi Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Pusat didaerah :
- Mendorong kemudahan investasi melalui simplifikasi perizinan di daerah sebagaimana
yang tertuang dalam paket kebijakan ekonomi jilid I dan II.
- Mendorong SKPD dalam penumbuhan wirausaha produktif. Hal ini terkaitpaket
kebijakan jilid III untuk menurunkan suku bunga KUR dari 22% menjadi 12% setahun
serta perluasan penerima KUR kepada keluarga yang memiliki pendapatan tetap (seperti
PNS yang memiliki usaha produktif).
Perluasan KUR dan kebijakan suku bunga KUR diharapkan mendorong SKPD teknis
terkait untuk meningkatkan pendampingan kepada UMKM dan bekerjasama dengan
KKMB maupun Perbankan dalam menjembatani kebutuhan UMKM.
- Implementasi formulasi kebijakan pengupahan yang adil, sederhana dan terproyeksi
sebagaimana mendukung kebijakan ekonomi jilid IV.
2. Mendorong pelaksanaan program-program pengendalian Inflasi yang telah disepakati dalam
Roadmap TPID yang telah disetujui Gubernur pada tanggal 18 Mei 2015 dapat terlaksana
dengan baik, khususnya program kerja yang bernaung di bawah SPKD teknis.
5.5
81
3. Meskipun dampak elnino diperkirakan minimal dibandingkan Provinsi Sumsel dan Provinsi
Lampung namun demikian perlu kiranya antisipasi kurangnya pasokan air di lahan-lahan
pertanian produktif melalui bantuan pompa air kepada petani.
4. Daya beli masyarakat belum pulih, sehingga perlunya mengawal implementasi Raskin 13 dan
14 sesuai Surat Menko Kesra Nomor B-84/MENKO/PMK/IX/2015 untuk stabilitas harga
pangan di akhir tahun.
5. Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun
khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang dan jasa. Sampai dengan triwulan III
2015 serapan APBD Pemprov untuk belanja modal dan belanja barang jasa masih berkisar
38%, sementara serapan belanja modal APBN masih berkisar 35%. Namun ke depan
penyerapan APBD/N diharapkan dapat merata sepanjang tahun sesuai sasaran program
pemerintah.
6. Pendampingan Aparatur Desa dalam rangka implementasi Dana Desa. Berdasarkan hasil
liaison diketahui bahwa jumlah dana desa yang tertahan di Rekening Kas Desa masih cukup
besar. Hal ini terkait kurangnya kompetensi dan pengalaman dari aparatur desa dalam
penyusunan APBDes dan penyusunan laporan pertanggungjawaban kegiatan dana desa.
7. Belanja kampanye pilkada pada bulan Desember 2015 diharapkan mampu memberikan
dorongan bagi pertumbuhan ekonomi, namun demikian stabilitas politik dan keamanan
diharapkan tetap terjaga.
8. Mendukung Upaya Pemerintah Pusat dalam penerapan UU Mata Uang khususnya dalam
transaksi pengadaan barang dan jasa oleh Pemerintah Daerah dengan menggunakan Rupiah
sebagai alat pembayaran yang sah.
83
LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH
Administered price
Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif
dasar listrik.
Aktiva Produktif
Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan
penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan dana antar bank,
penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.
Andil inflasi
Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat
inflasi secara keseluruhan.
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah
yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh
pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Bank Pemerintah
Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero)
yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI. Dalam buku ini bank pemerintah daerah (Bank
Bengkulu) juga dikelompokkan dalam bank pemerintah.
BI Rate
Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap
bulannya.
BI-RTGS
Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian kewajiban
bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi
transfer dana.
Bobot inflasi
Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara
keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap
komoditas tersebut.
Cash inflows
Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dan
penukaran uang masyarakat dalam periode tertentu.
84
Cash Outflows
Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dan penukaran uang
masyarakat dalam periode tertentu.
Clean Money Policy
Merupakan kebijakan untuk menyediakan uang layak edar.
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan
kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Ekspor
Keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun
bukan komersil.
Financing to deposit ratio (FDR) atau loan to deposit ratio (LDR)
Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam
rupiah dan valas. Terminologi FDR untuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank
konvensional.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan
ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100.
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang
dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunujukkan level keyakinan konsumen terhadap
kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap
ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.
Indeks Pembangunan Manusia
Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas
hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli.
85
Inflasi
Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persisten).
Inflasi IHK
Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks
harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi
oleh masyarakat luas.
Inflasi Inti
Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered price.
Impor
Keseluruhan barang yang masuk dari suatu wilayah /daerah baik yang bersifat komersil maupun
bukan komersil.
Investasi
Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.
Kliring
Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar kliring baik atas nama peserta
maupun atas nama nasabah.
Kredit
Adalah penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk :
1. Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement (NPA)
2. Pengembalian tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.
Kualitas Kredit
Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran
bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam Perhatian Khusus
(DPK), kurang lancar, diragukan dan macet.
Liaison Bank Indonesia
Salah satu kegiatan rutin untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi aktual
sektor riil/usaha beserta prospeknya melalui wawancara langsung antara Bank Indonesia
dengan pelaku usaha/sumber data.
m-t-m
Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.
86
Net Cashflows
Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari
Netcash Outflows bila terjadi cash outlows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash
Inflows bila terjadi sebaliknya.
Non Performing Loans (NPL)
Kredit/pembiayaan yang bermasalah atau non-lancar yang terdiri dari kredit dengan klasifikasi
kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas
aktiva produktif.
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Kegiatan pemusnahan uang bagi uang yang sudah tidak layak edar.
Pertumbuhan ekonomi
Perubahan nilai PDRB atas harga konstan dalam suatu periode tertentu (triwulanan atau
tahunan).
Porsi Ekonomi
Konstribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau
merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu
wilayah.
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku
Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga di periode tersebut sebagai dasar
perhitungan.
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan
Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga pada satu waktu tertentu sebagai
dasar perhitungan.
Produk Domestik Regional Bruto satu tahun
Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau
merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu
wilayah dalam satu tahun.
Produk Domestik Regional Bruto triwulanan
Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau
merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu
wilayah dalam satu triwulan tertentu.
87
qtq
Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.
Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)
Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio ini
juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi
bank ybs.Terminologi NPL untuk bank konvensional, sedangkan NPF untuk bank syariah.
Rasio Non Performing Loans (NPLs) NET
Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit.
Sektor Ekonomi Dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan
pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Surat berharga atas unjuk yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia sebagai
pengakuan utang.
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)
Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan
mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah
pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)
Sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian
akhirnya dilakukan secara nasional.
Uang giral
Uang terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah
jatuh waktu, yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam rupiah dan sistem
moneter.
Uang kartal
Uang yang terdiri atas uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas
pada KPKN dan bank umum.
Volatile foods
Komponen inflasi IHK yang mencakup beberapa bahan makanan yang harganya sangat
fluktuatif.
yoy
Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.