kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi … · mendorong realisasi anggaran apbd dan apbn...

97
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III Tahun 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, untuk menganalisis perkembangan perekonomian Provinsi Bengkulu secara komprehensif. Analisis dalam buku ini mencakup perkembangan makro, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek perekonomian Provinsi Bengkulu. Penerbitan buku ini bertujuan sebagai : (1) Laporan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia tentang kondisi perkembangan ekonomi dan keuangan di Provinsi Bengkulu, dan (2) Informasi kepada stakeholders di daerah mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Bambang Himawan : Kepala Perwakilan Christin R. Sidabutar : Deputi Kepala Perwakilan Dhony Iwan Kristanto : Analis Ekonomi Deded Tuwanda Prima : Analis Ekonomi Muhammad Fajar A. : Analis Ekonomi Softcopy buku ini dapat di-download dari website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/bengkulu/Default.aspx

Upload: lamthuan

Post on 02-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI BENGKULU

Triwulan III Tahun 2015

Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara

triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, untuk menganalisis

perkembangan perekonomian Provinsi Bengkulu secara komprehensif. Analisis dalam buku ini

mencakup perkembangan makro, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah dan

prospek perekonomian Provinsi Bengkulu. Penerbitan buku ini bertujuan sebagai : (1) Laporan

kepada Kantor Pusat Bank Indonesia tentang kondisi perkembangan ekonomi dan keuangan di

Provinsi Bengkulu, dan (2) Informasi kepada stakeholders di daerah mengenai perkembangan

ekonomi dan keuangan terkini.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

Bambang Himawan : Kepala Perwakilan

Christin R. Sidabutar : Deputi Kepala Perwakilan

Dhony Iwan Kristanto : Analis Ekonomi

Deded Tuwanda Prima : Analis Ekonomi

Muhammad Fajar A. : Analis Ekonomi

Softcopy buku ini dapat di-download dari website Bank Indonesia dengan alamat

http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/bengkulu/Default.aspx

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-

nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Misi Bank Indonesia

Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu

bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber

pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas

perekonomian nasional.

Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi

terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan

memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi

nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang

berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

Nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia

Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau

berperilaku yaitu Trust (kepercayaan), Integrity (integritas), Professionalism (profesionalisme),

Excellence (kesempurnaan), Public Interest (kepentingan publik), Coordination & Teamwork

(koordinasi & kerjasama)

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

III

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi

Bengkulu Triwulan III 2015 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank

Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional diterbitkan secara triwulanan oleh Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai

keadaan ekonomi makro, moneter, perbankan dan prospek ekonomi Provinsi Bengkulu

kedepan.

Kami sampaikan bahwa perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2015 tumbuh

sebesar 5,17% (yoy). Sementara itu, dari sisi harga, inflasi Provinsi Bengkulu tercatat sebesar

8,65% (yoy). Terkait kajian dimaksud kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat

menjadi salah satu referensi dalam pembelajaran dan/atau proses pengambilan kebijakan

beberapa pihak terkait.

Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam

buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan

saran membangun dari pengguna/pembaca demi penyempurnaan di masa yang akan datang.

Akhirnya, besar harapan kami semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga

Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan melindungi setiap langkah kita.

Bengkulu, 12 November 2015

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI BENGKULU

Bambang Himawan

Kepala perwakilan

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang
Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

V

KATA PENGANTAR III

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI V

DATAR TABEL VII

DAFTAR GRAFIK VIII

RINGKASAN EKSEKUTIF 3

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI 5 3.1.4 Risiko Stabilitas Sistem Keuangan 50

TABEL MAKRO EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015

5

3.1.5 Perkembangan Kredit Korporasi 51

1.1 Produk Domestik Regional Bruto Sisi Permintaan

8

3.1.6 Perkembangan Kredit Rumah Tangga 52

1.1.1 Konsumsi 8

3.1.7 Perkembangan Kredit UMKM 54

1.1.2 Investasi 11

3.2 Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

56

1.1.3 Ekspor dan Impor 13

3.3 Bank Perkreditan / Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

58

1.2 Produk Domestik Regional Bruto Sisi Sektoral

16

3.4 Sistem Pembayaran 59

1.2.1 Sektor Pertambangan dan Penggalian

16

3.4.1 Sistem Pembayaran Tunai 59

1.2.2 Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

17

3.4.1.1 Pemusnahan Uang Kartal 50

1.2.3 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil; dan Sepeda Motor

18

3.4.1.2 Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli 60

1.2.4 Sektor Konstruksi 20

3.4.2 Sistem Pembayaran Non Tunai 61

1.2.5 Sektor Industri Pengolahan 21

3.4.2.1 Perkembangan Kliring Lokal 61

BOKS 1. Dampak Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Serta Ketahanan Daya Saing Industri

22

3.4.2.2 Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS)

62

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 25

3.4.2.3 Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB)

62

2.1 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa

29

BAB 4 KENERJA KEUANGAN DAERAH 65

2.2 Perkembangan Inflasi Non-Fundamental

36

4.1 Pendapatan APBD Pemerintah Provinsi

65

2.3 Perkembangan Inflasi Fundamental 38

4.2 Belanja APBD Pemerintah Provinsi 67

2.4 Perbandingan Inflasi antar Provinsi/Kota di Sumatera

39

4.3 Belanja APBN Provinsi Bengkulu 68

BOKS 2. Progres Roadmap Pengendalian Inflasi Provinsi Bengkulu

41

BOKS 3. Perekonomian Kabupaten/Kota Di Provinsi Bengkulu Tahun 2011-2014

69

BAB 3 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

45

BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH

71

3.1 Perkembangan Bank Umum 47

5.1 Ketenagakerjaan 71

3.1.1 Aset Bank Umum 47

5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) 72

3.1.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK)

48

5.3 Perkembangan Kemiskinan 74

3.1.3 Perkembangan Kredit Lokasi Bank 49

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

VI

BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

6.1 Pertumbuhan Triwulan IV 2015 77

6.2 Inflasi Daerah Triwulan IV 2015 79

6.3 Rekomendasi Kebijakan 80

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

VII

INDIKATOR MAKRO EKONOMI PROVINSI BENGKULU

6

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Ekspor Luar Negeri Provinsi Bengkulu

14

INDIKATOR INFLASI PROVINSI BENGKULU

26

Tabel 2.1 Andil Inflasi Kelompok Barang dan Jasa

28

Tabel 2.2 Inflasi Kelompok Barang dan Jasa 29

Tabel 2.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan 30

Tabel 2.4 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi , dan Jasa Keungan

31

Tabel 2.5 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Gas, dan Bahan Bakar

32

Tabel 2.6 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok , dan Tembakau

32

TEBEL INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI BENGKULU

46

Tabel 3.1 Kredit Korporasi dan Kredit Rumah Tangga di Provinsi Bengkulu

53

Tabel 3.2 Kredit UMKM di Provinsi Bengkulu 55

Tabel 3.3 Netflow Uang Kartal 59

Tabel 3.4 Perkembangan Kliring dan Penolakan Cek/Bilyet Prov. Bengkulu

61

Tabel 3.5 Perkembangan Transaksi RTGS 62

Tabel 4.1 Realisasi Penerimaan APBD Pemprov. Bengkulu

66

Tabel 4.2 Realisasi Belanja APBD Pemprov. Bengkulu

67

Tabel 4.3 Realisasi Belanja APBN Pemprov. Bengkulu

68

Tabel 5.1

Perkembangan Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran terbuka di Provinsi Bengkulu

71

Tabel 5.2 Angkatan kerja yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama

72

Tabel 5.3 Kemiskinan di Provinsi Bengkulu 74

Tabel 5.4 Tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan di Provinsi Bengkulu

75

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

VIII

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu

7

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.2 Harga Komoditas Lokal dan Nilai Tukar Petani

8

Grafik 1.3 Indikator Survei Konsumen Bank Indonesia

9

Grafik 1.4 Kredit Konsumsi dan Kredit Kendaraan Bermotor

10

Grafik 1.5 Perkembangan Belanja Daerah 10

Grafik 1.6 Perkembangan Relaisasi PMA dan PMDN

12

Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit, Risiko Kredit, dan Pangsa Kredit Rumah Tangga

53

Grafik 1.7 Perkembangan Kredit Baru Investasi & Belajan Modal APBD/N

12

Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit dan Risiko Kredit UMKM

55

Grafik 1.8 Perkembangan Volume Barang Keluar

13

Grafik 3.8

Perkembangan Rasio Pemusnahan Uang terhadap Inflow Provinsi Bengkulu

60

Grafik 1.9 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Provinsi Bengkulu

14

Grafik 3.9

Penemuan Jumlah Lembar Uang Rupiah Tidak Asli di Provinsi Bengkulu

60

Grafik 1.10 Perkembangan Impor Provinsi Bengkulu

15

Grafik 3.10 Perkembangan TUKAB di Provinsi Bengkulu

63

Grafik 1.11 Indikator Ekspor Batubara 16

Grafik 5.1 Nilai Tukar Petani 73

Grafik 1.12 Indikator Ekspor Karet 18

Grafik 6.1 Pertumbuhan Ekonomi 77

Grafik 1.13 Indikator Sektor Perdagangan 19

Grafik 6.2 Indikator Perkiraan Perekonomian Triwulan IV 2015

78

Grafik 1.14 Indikator Sektor Konstruksi 20

Grafik 6.3 Inflasi Daerah Triwulan IV 2015 79

Grafik 1.15 Indikator Sektor Industri Pengolahan

21

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi 27

Grafik 2.2 Event Analysis Inflasi 29

Grafik 2.3 Pola Seasonal Inflasi Bulanan 34

Grafik 2.4 Harga Komoditas Deflatoir 35

Grafik 2.5 Perkembangan Disagregasi Inflasi Bengkulu

36

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Volatile Food dan Administered Prices

37

Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Inti dan Hasil Survei Konsumen

38

Grafik 2.8 Inflasi Kota-kota di Sumatera 40

Grafik 3.1 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga 48

Grafik 3.2 Pertumbuhan Deposito, Tabungan, Giro

49

Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit Konsumsi, Investasi, dan Modal Kerja

50

Grafik 3.4 Risiko Kredit dan Risiko Likuiditas 51

Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit, Risiko Kredit, dan Pangsa Kredit Korporasi

52

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

PEREKONOMIAN BENGKULU

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN III 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INFLASI

Perekonomian triwulan III 2015 melambat.Perlambatan terutama didorong konsumsi rumahtangga, Investasi dan kinerja Ekspor. Sementarakonsumsi Pemerintah mengalami peningkatan.

Tekanan inflasi melambat, bersumber dari volatile fooddan administered price. Penurunan inflasi seiringkenaikan pasokan pangan dan penyesuaian tarif listrik,BBM non subsidi, dan LPG

Q3 2015 : 11.69

Q2 2015 : 13.99

Q3 2015 : 6.55

Q2 2015 : 6.47

Q3 2015 : 10.55

Q2 2015 : 14.14

PERBANKAN & SIST. PEMBAYARAN

KEUANGAN DAERAH

Stabilitas sistem keuangan daerah terjaga. NonPerforming Loan sebesar 2.57%; sementara LDR tercatat128%, penurunan LDR lebih didorong kenaikan GiroPemerintah dampak dari serapan anggaranTransaksi tunai mengalami net outflow sebesar Rp 777Miliar, terkait kebutuhan uang tunai dr pembayaranproyek pemerintah menjelang akhir tahun.

NPL : 2.57 %

LDR : 128 % Net Outflow : Rp777 M

Realisasi pendapatan daerah terhadap targetanggaran menurun dibandingkan triwulan III 2014.Realisasi PAD dan Pendapatan Transfer menurun.Penyerapan belanja daerah menurun. Penurunanbersumber dari serapan belanja modal yang tidakoptimal

Anggaran : Rp 2.2 T

Realisasi : Rp 1.3 T

60.67%

Anggaran : Rp 2.2 T

Realisasi : Rp 1.0 T

48.25%

OUTLOOK TRIWULAN III 2015

3.0-3.5% yoy

4.8-5.3% yoyEkonomi Tumbuh

pada kisaran

Inflasi pada kisaran

FAKTOR PERLAMBATAN

Tren permintaan komoditas globalmasih belum membaik.

Harga Komoditas masih menurun Serapan APBD/N belum optimal Resiko Nilai Tukar

FAKTOR RESIKO INFLASI

Potensi elnino mempengaruhiketersediaan supply beras

Resiko imported inflation akibatketidakpastian FED dalam menaikkansuku bunga acuannya.

REKOMENDASI EKONOMI DAERAH

Mengawal implementasi Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Pusat didaerah Mendorong daya beli masyarakat melalui : implementasi raskin 13 & 14, dan penyerapan dana Desa Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal

dan pos belanja barang dan jasa, termasuk pendampingan aparatur desa dalam penyerapan Dana Desa Menjaga stabilitas politik dan keamanan menjelang Pilkada

5.235.17

Q.2 Q.3

9.908.65

Q2 Q3

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

1

RINGKASAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI

Perekonomian Bengkulu triwulan III 2015 tumbuh 5.17% (yoy) lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5.23% (yoy).

Di sisi permintaan, perlambatan ekonomi bersumber dari Konsumsi

Rumah Tangga, Investasi dan Ekspor. Daya beli masyarakat Bengkulu

selama triwulan III 2015 masih menunjukkan tren penurunan. Hal ini

terkonfirmasi dari indeks keyakinan konsumen dan nilai tukar petani

yang cederung menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Tekanan

daya beli tersebut seiring penurunan harga komoditas dan melambatnya

permintaan ekspor. Melambatnya pertumbuhan investasi terutama

bersumber dari investasi swasta. Pelaku usaha cenderung menunda

kegiatan investasinya yang didorong oleh melambatnya tendensi bisnis

serta fluktuasi nilai tukar. Sementara penyerapan belanja modal APBD/N

menjelang akhir tahun anggaran belum mampu meredam perlambatan

yang terjadi.

Di sisi sektoral, perlambatan bersumber dari Sektor Pertanian,

Kehutanan, dan Perikanan; serta Sektor Perdagangan Besar dan

Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Perlambatan yang

terjadi di sektor pertanian memberikan dampak lanjutan pada sektor

perdagangan. Hasil liaison kepada beberapa pelaku usaha sektor

perdagangan di Bengkulu mencatat bahwa penurunan omzet retail rata-

rata berkisar 5-25%. Faktor Hari Raya Idul Fitri belum mampu

memberikan dorongan secara signifikan di sektor ini.

PERKEMBANGAN INFLASI

Tekanan inflasi pada triwulan III 2015 melambat. Inflasi tercatat

8,65% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai 9,90% (yoy). Kondisi ini didorong oleh meredanya tekanan

Inflasi pada kelompok administered prices dan volatile food. Hampir

seluruh kelompok komoditas barang/jasa mengalami penurunan laju

inflasi kecuali kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga yang

mengalami peningkatan. Sementara itu Perkembangan inflasi bulanan

Ekonomi Tumbuh 5.17%

melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya

sebesar 5.23%

Tekanan Inflasi melambat

yang didorong oleh

penurunan harga pada

komoditas Administered

Prices dan Volatile Food.

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

2

pada triwulan III 2015 diwarnai dengan volatilitas yang tinggi. Setelah

terjadi Inflasi pada Bulan Juli dan Agustus masing-masing sebesar

1,38% (mtm) dan 1,99% (mtm), kemudian pada bulan September Kota

Bengkulu mengalami deflasi sebesar 0,22% (mtm). Komoditas yang

mendorong deflasi pada bulan September antara lain: Angkutan Udara

(andil: -0,50), Daging Ayam Ras (andil:-0,28), dan Cabai Merah (-0,05).

Secara keseluruhan tahun hingga bulan September 2015 Inflasi Kota

Bengkulu tercatat 2,87% (ytd), masih berada dalam sasarannya 4±1%.

PERBANKAN dan SISTEM PEMBAYARAN

Ditengah kondisi perlambatan ekonomi, kegiatan usaha perbankan

di Bengkulu masih menunjukkan optimisme. Hal ini tercermin dari

Pertumbuhan Aset Perbankan dan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga

yang meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Dampak

perlambatan ekonomi direspon secara terbatas pada pertumbuhan

kredit yang relatif stagnan dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun

demikian, stabilitas sistem keuangan masih terjaga. Tingkat LDR pada

triwulan III 2015 mencapai 128% menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 136%. Sementara tingkat NPL masih berada di level

yang wajar 2,57%, membaik dibandingkan periode sebelumnya sebesar

2,75%.

Sementara pada sistem pembayaran, posisi pengedaran uang kartal

di Bank Indonesia mengalami netcash outflow dan transaksi RTGS

secara agregat mengalami penurunan. Turunnya transaksi RTGS

sejalan dengan lesunya aktivitas perekonomian ditengah perlambatan

ekonomi yang terjadi di triwulan III 2015. Penurunan transaksi RTGS

paling besar bersumber dari transaksi yang masuk ke Bengkulu. Tercatat

nominal transaksi yang masuk ke Provinsi Bengkulu hanya 59,5 Triliun,

lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu yang mencapai 78,5

Triliun.

KEUANGAN DAERAH

Realisasi pendapatan terhadap target anggaran APBD Pemerintah

Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2015 menurun dibandingkan

triwulan III 2014. Penurunan bersumber dari Pendapatan Asli Daerah

maupun Dana Perimbangan. Realisasi Pendapatan mencapai 60.67%

pada triwulan laporan, sementara pada periode yang sama tahun

sebelumnya mencapai 80.20%. Demikian halnya dengan realiasi belanja

Asset perbankan tumbuh

19,01% (yoy) meningkat

dibandingkan triwulan

sebelumnya 18,47%

(yoy)

Realisasi Pendapatan

Daerah lebih rendah

dibandingkan dengan

periode yang sama di

tahun lalu

Pengedaran uang kartal

pada triwulan III 2015

mengalami netcash

outflow sebesar 777,75

Miliar dan transaksi RTGS

terkontraksi sebesar

24,2%.

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

3

terhadap target anggaran APBD 2015 juga menunjukkan penurunan

dibandingkan triwulan III 2014. Tercatat realisasi belanja mencapai

48.25% menurun dibandingkan triwulan III 2014 sebesar 51.95%

KETENAGAKERJAAN dan KESEJAHTERAAN

Perkembangan ketenagakerjaan sampai dengan periode Agustus 2015

menunjukkan bahwa tingkat pengangguran mengalami kenaikan

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tercatat Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) pada bulan Agustus 2015 sebesar 4,91%.

Sementara itu perkembangan nilai tukar petani pada triwulan II 2015

masih mengalami tekanan dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga

komoditas yang belum membaik menjadi sumber pelemahan nilai tukar

petani di Provinsi Bengkulu.

PROSPEK EKONOMI TRIWULAN IV 2015

Perekonomian Triwulan IV 2015 diperkirakan tumbuh sebesar 4.8

5.3 % (yoy) melambat dibandingkan triwulan III 2015. Disisi

permintaan perlambatan diperkirakan didorong oleh Konsumsi Rumah

Tangga dan Ekspor-Impor seiring masih berlanjutnya tekanan harga

komoditas global dan belum pulihnya daya beli masyarakat. Meskipun

demikian, kegiatan pilkada serentak yang dilaksanakan pada triwulan IV

2015 diharapkan mampu sedikit meredam efek perlambatan ekonomi.

Sementara itu kegiatan investasi pada triwulan IV 2015 diperkirakan

tumbuh cukup baik yang ditunjukkan oleh tren peningkatan

pertumbuhan kredit konsumsi dan percepatan penyerapan belanja

modal APBD/N

Sampai dengan akhir tahun 2015, inflasi Provinsi Bengkulu

diperkirakan dalam kisaran 3.0-3.5% (yoy) atau berada didalam

koridor target inflasi nasional sebesar 4±1%(yoy). Sampai dengan

bulan Oktober 2015, inflasi tahun kalender tercatat sebesar 2.34%.

Inflasi Administered Price diperkirakan melambat, hal ini seiring dengan

kebijakan Pemerintah Pusat untuk menurunkan biaya energi seiring

dengan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid III. Begitupun dengan Inflasi Inti

dan Inflasi Volatile food diperkirakan melambat, seiring dengan

ekspektasi konsumsi masyarakat yang masih tertahan dengan daya beli

yang diperkirakan belum pulih sepenuhnya dan terkendalinya dampak

elnino di Provinsi Bengkulu.

Pertumbuhan Ekonomi

diperkirakan melambat

yang didorong oleh

melambatnya daya beli

masyarakat dan

berlanjutnya tekanan

harga komoditas.

Inflasi diperkirakan

melambat, seiring

dengan meredanya

tekanan inflasi inti,

volatile food, dan

administerd price.

Tingkat

Pengangguran

Terbuka (TPT) meningkat

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

BAB I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

INDIKATOR MAKRO

Pertumbuhan Ekonomi Bengkulu

Triwulan II 2015 Triwulan III 2015

5.23

5.17

12.36

4.08

41.93

39.86

600.01

511.90

1.96

1.79

52.88

50.95

93.11

84.67

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

6

TABEL INDIKATOR MAKRO EKONOMI PROVINSI BENGKULU

TRIWULAN III 2015

Indikator

2014 2015

II III II III

PDRB ADHK Penggunaan (Rp Miliar) 8,929.49 9,114.78 9,396.89 9,585.62

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,620.16 5,780.51 5,934.02 6,016.25

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 259.16 261.71 238.48 250.19

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,757.98 1,818.15 1,906.56 1,993.00

Pembentukan Modal Tetap Bruto 3,911.36 4,045.74 4,025.16 4,158.97

Perubahan Inventori 198.10 199.65 224.56 227.92

Ekspor Barang dan Jasa 3,011.72 3,139.66 3,358.22 3,467.51

Impor Barang dan Jasa 5,828.99 6,130.64 6,290.11 6,528.21

PDRB ADHK Sektoral (Rp Miliar) 8,929.49 9,114.78 9,396.89 9,585.62

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,713.69 2,744.01 2,801.64 2,817.62

Pertambangan dan Penggalian 359.38 362.72 362.57 364.58

Industri Pengolahan 563.12 572.15 586.19 598.60

Pengadaan Listrik, Gas 7.27 7.47 6.70 6.65

Pengadaan Air 21.36 21.65 22.32 21.88

Konstruksi 397.81 406.55 411.15 427.29

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1,271.74 1,309.15 1,347.34 1,381.68

Transportasi dan Pergudangan 686.60 707.79 738.74 765.69

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 129.36 133.89 140.48 145.21

Informasi dan Komunikasi 374.87 385.86 397.38 409.28

Jasa Keuangan 316.02 324.58 327.70 336.53

Real Estate 398.93 404.73 419.22 427.19

Jasa Perusahaan 194.15 198.21 206.47 212.84

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 749.95 769.60 819.85 837.29

Jasa Pendidikan 553.71 569.04 599.72 618.29

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 129.34 134.13 142.05 145.73

Jasa lainnya 62.16 63.25 67.36 69.29

Pertumbuhan PDRB (% yoy) 5.16 5.57 5.23 5.17

Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 64.41 62.77 41.93 39.86

Volume Ekspor Non Migas (Juta ton) 688.31 714.52 502.24 453.60

Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 3.34 2.20 0.30 0.13

Volume Impor Non Migas (Juta ton) 15.21 26.85 3.69 0.00

Menggunakan ADHK Tahun 2010

Sumber : BPS,Cognos BI

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

7

PERTUMBUHAN EKONOMI

TRIWULAN III 2015

Tren perlambatan ekonomi pada triwulan III 2015 masih terus berlanjut, perekonomian tumbuh

sebesar 5,17% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 5,23% (yoy). Disisi lain

perekonomian Sumatera dan Nasional telah menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Masih berlanjutnya tren perlambatan ekonomi di Bengkulu diperkirakan sebagai

dampak belum membaiknya daya beli masyarakat serta belum membaiknya ekspor. Hal ini

dikonfirmasi oleh ekspektasi konsumen yang masih melanjutkan tren penurunannya pada

triwulan III 2015. Namun demikian pertumbuhan ekonomi Bengkulu masih tercatat lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan Nasional maupun Sumatera.

Di sisi permintaan, perlambatan ekonomi bersumber dari

Konsumsi Rumah Tangga, investasi dan Ekspor. Harga batubara

dan sawit masih melanjutkan tren perlambatannya sementara harga

karet masih stagnan. Adapun permintaan ekspor Bengkulu untuk

ketiga komoditas tersebut cenderung turun.

Kondisi tersebut mendorong pendapatan masyarakat Bengkulu masih berada dalam tren menurun,

hal ini dikonfirmasi oleh Hasil Survei Konsumen dan Nilai Tukar Petani yang menunjukkan penurunan

dibandingkan triwulan lalu. Disisi lain serapan belanja modal pemerintah yang belum maksimal serta

ekspektasi pelaku usaha untuk menunda kegiatan investasi di tengah gejolak kurs mendorong

pertumbuhan investasi selama triwulan laporan menurun dibandingkan sebelumnya.

5.58

5.16

5.57 5.665.38

5.23 5.175.16

4.66 4.59

4.18

3.55

2.883.04

5.14 5.03 4.92 5.014.72 4.67 4.73

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

5.50

6.00

8,400

8,600

8,800

9,000

9,200

9,400

9,600

9,800

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3

2014 2015

% y

oy

Rp

Mili

ar

PDRB Bengkulu gPDRB Bengkulu - rhsgPDRB Sumatera - rhs gPDRB Nasional - rhs

Grafik 1.1 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu ADHK 2010, angka sementara (diolah)

PERTUMBUHAN EKONOMI BENGKULU (% yoy)

TW II 2015 5.23 TW III 2015 5.17

SUMATERA (% yoy)

TW II 2015 2.85 TW III 2015 3.04

NASIONAL (% yoy)

TW II 2015 4.67 TW III 2015 4.73

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

8

Di sisi sektoral, perlambatan bersumber dari Sektor

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Sektor

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor; serta Sektor Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib.

Perlambatan pada sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan diperkirakan sebagai dampak dari

beberapa faktor yaitu (i) Harga sawit/karet masih melanjutkan penurunannya dengan permintaan

komoditas yang masih stagnan, dan (ii) dampak elnino dirasakan walupun terbatas khususnya untuk

pertanian tanaman pangan.

Sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil, dan sepeda motor masih melanjutkan tren

perlambatannya sejak triwulan I 2015 dengan faktor daya beli masyarakat menjadi pemicu

utama. Hasil liaison kepada beberapa pelaku usaha sektor perdagangan di Bengkulu mencatat

bahwa penurunan omzet retail rata-rata berkisar 5-25%. Faktor Hari Raya Idul Fitri belum mampu

memberikan dorongan secara signifikan di sektor ini. Perlambatan dikonfirmasi pula oleh indeks

survei dunia usaha sektor perdagangan yang menurun dari 1.02% pada triwulan II 2015 menjadi

0.98% pada triwulan III 2015.

1.1 Produk Domestik Regional Bruto

Sisi Permintaan

1.1.1. Konsumsi

Konsumsi Rumah Tangga (RT) masih melanjutkan tren

perlambatannya. Konsumsi RT tumbuh 4,08% (yoy) melambat

signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar

5,58% (yoy). Tekanan konsumsi RT yang bersumber dari penurunan

pendapatan masyarakat diperkirakan masih terus berlanjut pada

triwulan III 2015. Pelemahan harga komoditas sawit dan batubara

mendorong daya beli masyarakat menurun. Nilai Tukar Petani

Perkebunan sudah mengkhawatirkan.

80.00

85.00

90.00

95.00

100.00

105.00

110.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2014 2015

Indeks NILAI TUKAR PETANI

NTP Umum NTP Perkebunan 3,000

8,000

13,000

18,000

23,000

400

900

1,400

1,900

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2012 2013 2014 2015

KARETRp/kg

TBSRp/kg HARGA LOKAL

SAWITKARET

Grafik 1.2 HARGA KOMODITAS LOKAL & NILAI TUKAR PETANI Sumber : BPS, Dinas Perkebunan (diolah)

SUMBER PERLAMBATAN SISI PENAWARAN

KONSUMSI RUMAH TANGGA BENGKULU (% yoy)

TW II 2015 5.58 TW III 2015 4.08

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

9

Realisasi gaji ke-13 PNS yang telah dilaksanakan pada bulan Juli 2015, dampaknya belum

signifikan untuk meredam perlambatan konsumsi Rumah Tangga. Hal ini diperkirakan karena

56% lapangan usaha terkonsentrasi di sektor pertanian dan pertambangan yang terdampak langsung

oleh penurunan harga komoditas, sementara sektor jasa kemasyarakatan hanya memiliki porsi 17%.

Menurunnya konsumsi RT ditunjukkan oleh indeks ekspektasi konsumsi yang terus menurun hingga

triwulan III 2015 serta indeks konsumsi barang tahan lama yang juga menunjukkan kondisi serupa.

Survei Konsumen Bank Indonesia pada Triwulan III 2015 menunjukkan

pesimisme pada kegiatan konsumsi RT di Provinsi Bengkulu :

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) TW III 2015 sebesar 84.67 menurun

dibandingkan IKK TW II 2015 sebesar 93.11

Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama pada TW III 2015 sebesar 50.00

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 62.00

Indeks Penghasilan Saat ini, pada TW III 2015 sebesar 108.67 menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 112.00

Melambatnya konsumsi RT juga dikonfirmasi oleh pelaku usaha di sektor riil. Pelaku usaha di

sektor otomotif menyatakan bahwa pembelian otomotif pada triwulan III 2015 lebih didominasi

konsumen dari unsur pemerintahan dibandingkan konsumen ritel. Sementara pelaku usaha

pembiayaan/leasing menyatakan permintaan booking kredit sepeda motor menurun disertai potensi

kenaikan kredit bermasalah. Pertumbuhan kredit pemilikan kendaraan bermotor pada bulan

September tercatat sebesar 3.31% (yoy), menurun signifikan dibandingkan pertumbuhan kredit pada

bulan Juni 2015 yang tercatat sebesar 16.43% (yoy).

Faktor hari Raya Idul Fitri pada bulan Agustus 2015 diperkirakan belum memberikan dorongan

signifikan bagi pertumbuhan konsumsi RT. Hasil liaison dengan beberapa pelaku usaha ritel

modern mencatat bahwa omzet penjualan selama Hari Raya Idul Fitri menurun bervariasi antara 5-

10% dibandingkan pencapaian tahun lalu. Beberapa pelaku usaha ritel berusaha mempertahankan

penurunan omzet usaha melalui kebijakan pemotongan harga (diskon) dan paket promosi lainnya.

70.0080.0090.00

100.00110.00120.00130.00140.00150.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2012 2013 2014 2015

Indeks

Sumber : BI

Survei Konsumen

Kondisi Ekonomi Ekspektasi Konsumsi

Keyakinan Konsumen

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2012 2013 2014 2015

Indeks

Sumber : BI

Konsumsi Barang Tahan Lama

Konsumsi Barang Tahan Lama Penghasilan Saat Ini

Grafik 1.3 INDIKATOR SURVEI KONSUMEN BANK INDONESIA Sumber : Bank Indonesia (diolah)

INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN

TW II 2015 93.11 TW III 2015 84.67

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

10

Konsumsi Pemerintah meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya, tercatat pertumbuhan konsumsi pemerintah sebesar

9,62% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 8,45% (yoy). Upaya percepatan penyerapan anggaran

belanja terus ditingkatkan pada triwulan III 2015 baik yang

bersumber dari APBN maupun APBD. Peningkatan penyerapan

belanja Pemerintah pada triwulan III 2015 terutama bersumber dari

penyerapan dana desa dan penyerapan belanja pegawai untuk gaji

ke-13 PNS.

05101520253035

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2012 2013 2014 2015

yoyRp Miliar Kredit KonsumsiBerdasarkan Lokasi Proyek

Nominal (Rp Miliar) Pertumbuhan (yoy)-rhs

-50

0

50

100

150

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2012 2013 2014 2015

yoyRp Miliar Kredit Pemilikan KendaraanBerdasarkan Lokasi Proyek

Nominal (Rp Miliar) Pertumbuhan (yoy)-rhs

10.17

29.75

51.95

92.48

9.68

29.88

48.25

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2014 2015

% PENYERAPAN BELANJA APBD PROVINSI

17.42

44.34

71.30

96.90

20.67

41.83

68.51

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2014 2015

% PENYERAPAN BELANJA APBN

20

.99

41

.72

72

.89

94

.48

20

.45

42

.11

65

.28

19

.05

40

.25

69

.30

95

.63

17

.59

38

.10

52

.29

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2014 2015

% PENYERAPAN BELANJA PEGAWAI APBD APBN

-

28.52

80.00

Q1 Q2 Q3

2015

% PENYERAPAN DANA DESA

PDB KONSUMSI PEMERINTAH

BENGKULU (% yoy)

TW II 2015 8.45 TW III 2015 9.62

Grafik 1.5 PERKEMBANGAN BELANJA DAERAH Sumber : Kanwil Perbendaharaan Provinsi Bengkulu

Grafik 1.4 KREDIT KONSUMSI & KREDIT KENDARAAN BERMOTOR Sumber : Bank Indonesia (diolah)

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

11

9,000

10,000

11,000

12,000

13,000

14,000

15,000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2013 2014 2015

Rp/US$

Sumber : BI

KURS RUPIAH/USD

Realisasi Dana Desa yang bersumber dari APBN saat ini mencapai Rp 290,4 Miliar dari

pagu anggaran sebesar Rp 362,9 Miliar atau sebesar 80% dari pagu. Dana desa tersebut

dialokasikan untuk 1.341 desa di Provinsi Bengkulu dengan komposisi : Bengkulu Selatan (142

desa); Bengkulu Utara (215 desa); Seluma (182 desa); Bengkulu Tengah (142 desa); Lebong

(93 desa); Mukomuko (148 desa); Rejang Lebong (122 desa); Kepahiang (105 desa); Kaur (192

desa). Alokasi rata-rata per desa mencapai Rp 270 juta.

1.1.2 Investasi

Pertumbuhan Investasi melambat, Investasi yang

tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

(PMTDB) tumbuh sebesar 2,80% (yoy) sedikit melambat

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2.91%

(yoy). Sumber perlambatan investasi berasal dari PMA/PMDN

sementara investasi Pemerintah melalui Belanja Modal APBD/N

belum mampu mendorong signifikan kenaikan investasi pada

triwulan III 2015.

Realisasi investasi PMA pada triwulan III 2015 sebesar US$4.08 juta menurun dibandingkan realisasi

PMA triwulan sebelumnya sebesar US$12.36 juta. Sementara investasi PMDN hanya tercatat Rp 9.02

Miliar turun signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp 118.3 Miliar.

Berdasarkan hasil liaison, secara umum pelaku usaha di

Bengkulu menunda kegiatan investasi pada triwulan III

2015. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal : (i) Fluktuasi nilai

tukar cukup tinggi sehingga pelaku usaha melihat peningkatan

resiko dalam berinvestasi, (ii) menurunnya daya beli masyarakat

yang masih terus berlanjut sehingga mempengaruhi

pendapatan omzet usaha, (iii) Proses replanting di sektor

Perkebunan secara umum masih berlanjut, namun dengan

penurunan harga komoditas yang masih berlanjut maka pelaku

usaha menghitung ulang besaran investasi yang dilakukan.

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

% PENYERAPAN APBD

2014 2015

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

% PENYERAPAN APBN

2014 2015

PDRB INVESTASI BENGKULU (% yoy)

TW II 2015 2.91 TW III 2015 2.80

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

12

Meningkatnya kehati-hatian pelaku usaha dalam merealisasikan investasi pada triwulan laporan

tercermin dari semakin dalamnya kontraksi kredit baru untuk investasi. Pada triwulan III 2015,

realisasi kredit baru investasi terkontraksi hingga -58,63% (yoy) lebih dalam dibandingkan kontraksi

yang terjadi pada triwulan sebelumnya sebesar -3.34%(yoy). Sektor Pertambangan dan Penggalian

khususnya Batubara saat ini mulai mengurangi investasinya dan cenderung meningkatkan efisiensi

pada kegiatan usahanya di tengah kondisi permintaan dan harga jual yang stagnan. Rekalkulasi

besaran investasi untuk kegiatan replanting terkait penurunan omzet usaha. Dalam kondisi normal

besaran alokasi investasi mencapai 4-10% dari laba tahun berjalan.

Meskipun demikian, perlambatan investasi yang terjadi pada triwulan III 2015 sedikit diredam

oleh peningkatan investasi pemerintah yang bersumber dari belanja modal. Tercatat belanja

modal yang bersumber dari APBN tumbuh 43.84% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 11.31% (yoy). Sementara itu belanja modal yang bersumber dari APBD

Pemerintah Provinsi relatif melambat pertumbuhannya.

13.21

3.75 5.35

0.00

1.70 1.88 1.84

13.92

2.90

12.36

4.08

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2013 2014 2015

REALISASI PMA (US$ JUTA)

27.63

81.97

- - - - 7.80 -

211.50

118.31

9.02

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2013 2014 2015

REALISASI PMDN (Rp Miliar)

-80-60-40-20020406080

0

20

40

60

80

100

120

140

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2013 2014 2015

yoyRp Miliar

Sumber : BI

REALISASI KREDIT BARU

KREDIT BARU gKREDIT (% yoy - rhs)

-100

-50

0

50

100

0

100

200

300

400

500

1 2 3 4 1 2 3

2014 2015

yoyRp MiliarBELANJA MODAL

APBN (Rp Miliar) APBD (Rp Miliar)

gAPBN(%yoy) gAPBD(% yoy)

Grafik 1.6 PERKEMBANGAN REALISASI PMA & PMDN Sumber : BKPM (diolah)

Grafik 1.7 PERKEMBANGAN KREDIT BARU INVESTASI & BELANJA MODAL APBD/N Sumber : Bank Indonesia (diolah); Kanwil Perbendaharaan Prov. Bengkulu, Biro Keuangan Pemprov Bengkulu

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

13

1.1.3 Ekspor Impor

Kinerja ekspor melambat, perlambatan tersebut bersumber

dari ekspor antar provinsi sementara ekspor luar negeri masih

melanjutkan tren kontraksinya. Ekspor tumbuh 10,44% (yoy)

melambat dibandingkan triwulan II 2015 yang tumbuh sebesar

11,51% (yoy). Melambatnya ekspor antar provinsi dikonfirmasi oleh

data jembatan timbang Dishub Prov. Bengkulu yang mencatat

volume barang keluar selama triwulan III 2015 terkontraksi hingga -

13.42% (yoy) sementara pada triwulan sebelumnya volume barang

keluar dari Prov. Bengkulu masih tercatat tumbuh 3.65% (yoy).

Penurunan ekspor antar provinsi bersumber dari Sawit dan Batubara

Sementara ekspor luar negeri masih melanjutkan kontraksinya pada triwulan III 2015, tercatat

volume ekspor luar negeri sebesar -36,52% (yoy) lebih dalam dibandingkan triwulan

sebelumnya yang terkontraksi -27,03% (yoy). Sumber penurunan ekspor luar negeri berasal

dari komoditas Batubara dan Karet. Penurunan ekspor batubara didorong oleh menurunnya

permintaan Filipina sebagai tujuan ekspor terbesar batubara bengkulu. Kontraksi ekspor batubara ke

Filipina mencapai -53.57% (yoy) lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai -

5.85% (yoy). Perlambatan tersebut merupakan dampak dari penurunan permintaan negara tujuan

ekspor, berlanjutnya penurunan harga internasional, serta ketatnya persaingan dengan negara

pemasok lainnya yaitu Australia dan Afrika Selatan.

Penurunan harga karet yang masih berlanjut mendorong kontraksi ekspor karet lebih dalam

pada triwulan laporan. Harga karet internasional rata-rata triwulan III 2015 sebesar US$1.79/kg

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar US$1.96/kg. Depresiasi nilai tukar belum

mampu meredam dampak penurunan harga komoditas internasional. Penurunan harga karet yang

terus berlanjut berdampak pada pasokan karet di pabrik pengolahan yang terus menurun. Petani

menunda waktu penyadapan karet dengan pertimbangan kenaikan harga di masa mendatang.

Kontraksi volume ekspor luar negeri karet pada triwulan III 2015 sebesar -18.77% (yoy) lebih dalam

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai -10.99% (yoy).

-20

-10

0

10

20

30

40

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

1 2 3

2015

yoyTONVOLUME BARANG KELUAR

Volume (ton) gVOL(%)

-100

-50

0

50

100

150

200

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

1 2 3

2015

yoyTON KOMODITAS UTAMA

Sawit (ton) Batubara (ton)gSAWIT(yoy) gBATUBARA (yoy)

EKSPOR BENGKULU (% yoy)

TW II 2015 11.51 TW III 2015 10.44

Grafik 1.8 PERKEMBANGAN VOLUME BARANG KELUAR Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Bengkulu

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

14

PERIODE VOLUME EKSPOR (TON) NILAI EKSPOR (US$ JUTA)

CPO RUBBER COAL LAIN TOTAL CPO RUBBER COAL LAIN TOTAL

2014Q1 20.00 4.84 647.90 48.56 721.3 17.43 10.33 34.46 2.17 64.4

2014Q2 19.38 6.77 639.75 22.41 688.3 17.61 12.00 33.11 1.68 64.4

2014Q3 19.00 6.58 663.10 25.83 714.5 15.13 11.16 34.73 1.75 62.8

2015Q1 13.00 4.41 441.31 27.24 486.0 8.46 6.41 24.84 1.85 41.6

2015Q2 11.30 6.03 451.20 33.71 502.2 7.11 8.72 23.83 2.26 41.9

2015Q3 19.50 5.35 384.90 43.84 453.6 10.42 7.89 18.40 3.16 39.9

PERTUMBUHAN TAHUNAN (% YOY)

2015Q1 -35.00 -8.84 -31.89 -43.91 -32.63 -51.48 -38.00 -27.90 -15.01 -35.47

2015Q2 -41.69 -10.99 -29.47 50.42 -27.03 -59.62 -27.33 -28.02 34.41 -34.90

2015Q3 2.63 -18.77 -41.95 69.73 -36.52 -31.13 -29.32 -47.03 80.15 -36.49

Keterangan : CPO = Kelapa Sawit, Rubber = Karet, Coal = Batubara

PERIODE VOLUME EKSPOR (TON) NILAI EKSPOR (US$ JUTA)

USA PHIL INDIA UE MAL LAIN TOTAL USA PHIL INDIA UE MAL LAIN TOTAL

2014Q1 2.77 133.67 270.29 20.30 37.06 257.21 721.3 5.82 8.29 13.20 18.06 2.38 16.63 64.4

2014Q2 3.07 98.26 304.05 19.40 80.68 182.86 688.3 5.79 5.71 14.46 17.66 5.11 15.68 64.4

2014Q3 2.89 155.58 320.40 19.34 73.56 142.75 714.5 4.93 9.34 14.64 15.70 4.57 13.59 62.8

2015Q1 2.56 150.94 86.64 7.40 64.77 173.65 486.0 3.72 8.99 4.07 5.25 3.99 15.54 41.6

2015Q2 3.69 92.52 111.54 9.62 45.67 239.20 502.2 5.31 5.38 4.92 6.38 2.75 17.20 41.9

2015Q3 3.48 72.24 107.80 19.50 54.80 195.78 453.6 5.08 4.18 3.99 10.42 3.09 13.11 39.9

PERTUMBUHAN TAHUNAN (% YOY)

2015Q1 -7.61 12.92 -67.94 -63.54 74.78 -32.49 -32.63 -36.13 8.33 -69.18 -70.93 67.57 -6.55 -35.47

2015Q2 20.33 -5.85 -63.32 -50.40 -43.39 30.81 -27.03 -8.33 -5.78 -66.00 -63.87 -46.27 9.69 -34.90

2015Q3 20.37 -53.57 -66.36 0.81 -25.51 37.15 -36.52 2.99 -55.27 -72.75 -33.63 -32.39 -3.54 -36.49

Keterangan : USA = Amerika Serikat, Phil = Filipina, UE = Uni Eropa, MAL = Malaysia

- 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50

50.00

250.00

450.00

650.00

850.00

1,050.00

1,250.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2012 2013 2014 2015

KARETUS$/KG

SAWITUS$/MT HARGA INTERNASIONAL

SAWIT KARET

50.00

55.00

60.00

65.00

70.00

75.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2012 2013 2014 2015

US$/MTHARGA INTERNASIONAL

BATUBARA

Grafik 1.9 PERKEMBANGAN EKSPOR LUAR NEGERI PROV. BENGKULU Sumber : COGNOS BI

Tabel 1.2 EKSPOR LUAR NEGERI PROVINSI BENGKULU Sumber : BI (diolah)

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

15

Kinerja Impor Bengkulu pada triwulan III 2015

melambat. Perlambatan terutama bersumber dari impor

antar provinsi, sementara kontraksi impor luar negeri masih

terus berlanjut. Impor tumbuh sebesar 6,48% (yoy), melambat

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar

7,91% (yoy). Perlambatan impor antar provinsi tercermin dari

menurunnya perdagangan ritel selama triwulan laporan. Hal ini

sebagai dampak masih belum pulihnya daya beli masyarakat

akibat penurunan harga komoditas.

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

0

20

40

60

80

100

120

140

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3

2014 2015

% yoyRp Miliar LUAR NEGERI

PDRB Impor LN gIMPOR LN

-4

-2

0

2

4

6

8

10

5,000

5,200

5,400

5,600

5,800

6,000

6,200

6,400

6,600

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3

2014 2015

% yoyRp MiliarANTAR PROVINSI

PDRB Antar Provinsi gIMPOR AP

IMPOR BENGKULU (% yoy)

TW II 2015 7.91

TW III 2015 6.48

Grafik 1.10 PERKEMBANGAN IMPOR PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

16

1.2 Produk Domestik Regional Bruto

Sisi Sektoral

1.2.1 Sektor Pertambangan dan Penggalian.

Sektor Pertambangan dan Penggalian mengalami

perlambatan, pertumbuhan pada triwulan laporan tercatat

0,51% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

triwulan sebelumnya yang mencapai 0,89% (yoy).

Menurunnya kinerja sektor ini terutama dampak dari penurunan

sektor usaha batubara. Hal ini tercermin tren kontraksi ekspor

yang terus berlanjut hingga triwulan III 2015.

Kontraksi ekspor batubara mencapai -47,03%(yoy) semakin dalam dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar -28.02%(yoy). Penurunan permintaan ekspor batubara terutama berasal dari

Filipina. Terkonfirmasi dari volume ekspor ke negara tersebut yang mengalami kontraksi sebesar -

83,79% (yoy). Kendala bisnis batubara pada triwulan III 2015 dipengaruhi beberapa faktor yaitu

melambatnya permintaan Filipina, berlanjutnya penurunan harga internasional, serta ketatnya

persaingan dengan negara pemasok lainnya yaitu Australia dan Afrika Selatan. Rendahnya kalori

batubara yang dihasilkan di Bengkulu relatif kurang kompetitif ditengah penurunan harga

internasional.

Depresiasi nilai tukar Rupiah pada triwulan III

2015 belum mampu mengimbangi penurunan

harga internasional. Harga batubara berada

dikisaran US$48,62/mt menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang berkisar US$52.84/mt.

Menurunnya kinerja sektor usaha batubara menjadi

faktor pendorong masih tingginya NPL kredit

mencapai 65.69%.

-60

-40

-20

0

20

40

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2013 2014 2015

yoyTON

Sumber : BI

NILAI EKSPOR BATUBARA

Nilai (US$) g - Nilai (%yoy - rhs)

40

45

50

55

60

65

70

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2013 2014 2015

US$/mt

Sumber : Bloomberg

HARGA INTERNASIONALBATUBARA

Grafik 1.11 INDIKATOR EKSPOR BATUBARA Sumber : BI (diolah); Bloomberg

PERTUMBUHAN (% yoy)

TW II 2015 0.89 TW III 2015 0.51

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

17

1.2.2 Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan.

Sektor pertanian mengalami perlambatan, pada

triwulan laporan Sektor Pertanian hanya tumbuh sebesar

2,68% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 3,24% (yoy). Hal ini bersumber dari usaha di sektor

perkebunan karet. Kontraksi ekspor karet kembali menunjukkan

penurunan pada triwulan III 2015. Dilihat dari volumenya ekspor

karet mengalami kontraksi yang semakin dalam dari -10,99%

(yoy) menjadi -18,77% (yoy). Begitupun dengan nilai ekspor

karet yang juga mengalami kontraksi yang semakin dalam dari -

27,33% (yoy) menjadi -29,32% (yoy).

Sejalan dengan itu harga lokal karet masih berada pada level yang cukup rendah. Diketahui harga di

tingkat petani pada kisaran Rp5.000/kg. Harga tersebut dalam dua triwulan terakhir menunjukkan

kecenderungan semakin menurun. Harga karet internasional saat ini diperdagangkan rata-rata US$

1,66/kg menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada kisaran US$ 2,02/mt.

Produksi karet pada triwulan III 2015 juga dipengaruhi kondisi elnino. Dampak Elnino

menyebabkan kenaikan suhu dari suhu normal 26- -

produksi karena tiap pohon terhambat proses fotosintesisnya (frekuensi gelombang cahaya matahari

ke daun menurun 5-10% sehingga secara nasional produksi ikut turun 5-10 %).

Berdasarkan hasil liaison, penurunan harga internasional saat ini dengan nilai tukar yang

bergejolak menimbulkan kekhawatiran pelaku usaha. Pelaku usaha menyatakan bahwa margin

usaha sudah menurun signifikan. HPP produksi dihitung sebesar US$ 1,1/kg pada kurs Rp 13.500 per

dollar untuk kualitas karet 100%, sementara harga jual karet terus menurun mendekati HPP. Untuk

mensiasatinya saat ini pelaku usaha perkebunan memundurkan leadtime penyadapan karet dari

sistem sadap per 2 hari menjadi sistem sadap per 3 hari, upaya ini dilakukan untuk menekan ongkos

tenaga kerja.

Sementara kinerja sektor usaha sawit pada triwulan laporan masih stagnan, karena permintaan

yang belum menunjukkan perbaikan. Faktor lain tertahannya sektor usaha sawit adalah kualitas TBS

yang menurun karena kurangnya curah hujan. Harga TBS yang ditetapkan Dinas Perkebunan

mencapai Rp1000/kg menurun dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai Rp1300/kg. Harga

riil di petani diperkirakan lebih rendah karena rantai tata niaga melibatkan pengepul sebagai

pemasok pabrik.

Perlambatan pada komoditas sawit dan karet sedikit diredam oleh peningkatan produksi sayur.

Berdasarkan data jembatan timbang, pengiriman sayur keluar Bengkulu meningkat 51,75% (yoy)

meningkat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,46% (yoy). Hal ini dikonfirmasi

pula oleh NTUP Hortikultura rata-rata pada triwulan III 2015 meningkat, mencapai 110.32 lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 104.37.

PERTUMBUHAN (% yoy)

TW II 2015 3.24 TW III 2015 2.68

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

18

Menurunnya kinerja pada sektor ini tercermin

dari hasil survei kegiatan dunia usaha pada sub

sektor perkebunan, dimana terdapat penurunan

indeks realisasi kinerja pada pelaku usaha dari

triwulan sebelumnya 1,21 menjadi -0,51%.

1.2.3 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil, Sepeda Motor

Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor mengalami perlambatan.

Tercatat pertumbuhannya hanya sebesar 5,54% (yoy), lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,94%.

Perlambatan sektor ini terutama disebabkan oleh tertahannya

pertumbuhan di sektor usaha otomotif. Berdasarkan data

Dispenda Provinsi Bengkulu terjadi kontraksi jumlah kendaraan

baru yang mengajukan balik nama. Kontraksi pada kendaraan

roda empat mencapai -20.03% (yoy) lebih dalam dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar -13.57% (yoy).

Meskipun pada triwulan III 2015 terdapat faktor seasonal Hari Raya Idul Fitri, namun

dampaknya belum signifikan mendorong kenaikan sektor ini. Hasil liaison kepada pelaku usaha

ritel mencatat bahwa penurunan omzet rata-rata pada triwulan III 2015 berkisar 5-25%. Hal ini

dikonfirmasi pula oleh indeks penjualan barang tahan lama Survei Konsumen Bank Indonesia yang

mencatat level 50.00 dibawah indeks triwulan sebelumnya di level 62.00. Masih melemahnya daya

beli masyarakat merupakan faktor utama pendorong perlambatan di sektor ini.

-80

-60

-40

-20

0

0

10

20

30

40

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2013 2014 2015

yoyTON

Sumber : BI

NILAI EKSPOR

Nilai (US$) g Nilai (%yoy) - rhs

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2013 2014 2015

US$/KG

Sumber : Bloomberg

HARGA INTERNASIONAL KARET

Int'l Price Rubber (US$)

PERTUMBUHAN (% yoy)

TW II 2015 5.94 TW III 2015 5.54

Grafik 1.12 INDIKATOR EKSPOR KARET Sumber : BI (diolah); Bloomberg

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

19

Perlambatan di sektor ini dikonfirmasi pula oleh konsumsi listrik untuk golongan bisnis dan

Kualitas kredit Perdagangan. Pertumbuhan konsumsi listrik untuk golongan ini mengalami

perlambatan dari 7,78% (yoy) menjadi 6,24% (yoy) pada triwulan III 2015. Sementara kualitas kredit

pada sektor ini masih berada di level yang cukup tinggi. Tercatat rasio NPL pada kredit perdagangan

berada di angka 6,42% (diatas level wajar 5%). Dua indikator tersebut mengindikasikan bahwa

terjadi penurunan aktivitas bisnis dan kemampuan membayar debitur dari sektor perdagangan.

-100

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

0

200

400

600

800

1,000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2014 2015

yoyUnit

Sumber : Dispenda

MOBIL

Kendaraan Roda 4 growth (yoy) - rhs

-60

-40

-20

0

20

40

60

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2014 2015

yoyUnit

Sumber : Dispenda

SEPEDA MOTOR

Kendaraan Roda 2 Growth (yoy) - rhs

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2013 2014 2015

yoyRp Miliar

Sumber : BI

KREDIT PEMILIKAN KENDARAANKredit Pemilikan Kendaraan

gKredit (yoy)-rhs

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2012 2013 2014 2015

Indeks

Sumber : BI

KONSUMSI BARANG TAHAN LAMA

Konsumsi Barang Tahan Lama

Penghasilan Saat Ini

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2012 2013 2014 2015

yoyMWh

Sumber : PLN

LISTRIK BISNIS

Listrik Bisnis (mwh) growth (yoy)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0

50

100

150

200

250

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2012 2013 2014 2015

yoyRp Miliar

Sumber : BI

NPL KREDIT PERDAGANGANBerdasarkan Lokasi Proyek

NPL % NPL

Grafik 1.13 INDIKATOR SEKTOR PERDAGANGAN Sumber : Dispenda Provinsi, Bank Indonesia

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

20

1.2.4 Sektor Konstruksi

Pertumbuhan Sektor Konstruksi meningkat, tercatat

tumbuh sebesar 5,10% (yoy), meningkat signifikan

dibandingkan triwulan lalu yang hanya tumbuh 3.60% (yoy).

Peningkatan terutama didorong oleh realisasi pengerjaan fisik

pemerintah. Indikator tersebut ditunjukkan oleh penyerapan

belanja modal yang meningkat baik dari APBN maupun APBD

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Membaiknya kinerja

sektor konstruksi dikonfirmasi survei SKDU sektor konstruksi yang

menunjukkan kenaikan. Kenaikan pada sektor ini juga dikonfirmasi

oleh peningkatan penjualan semen pada triwulan III 2015.

Penjualan semen tumbuh 33.59% (yoy) lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar -10.15% (yoy)

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

0

50,000

100,000

150,000

200,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2012 2013 2014 2015

yoyTon

Sumber : BI

REALISASI SEMEN

Volume (ton) Pertumbuhan (yoy)-rhs -4.00

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3

2014 2015

SKDU KONSTRUKSI

Realisasi Ekspektasi

0100200300400500600700800900

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2014 2015

Rp MiliarREALISASI APBN/D

Belanja Modal APBD (Miliar) Belanja Modal APBN (miliar)

PERTUMBUHAN (% yoy)

TW II 2015 3.60 TW III 2015 5.10

Grafik 1.14 INDIKATOR SEKTOR KONSTRUKSI Sumber : BI (diolah); Bloomberg

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

21

1.2.5 Sektor Industri Pengolahan

Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan mengalami

peningkatan. Pada triwulan III 2015 sektor ini tumbuh

sebesar 4,62% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 4,10 (yoy). Peningkatan sektor industri

pengolahan terutama bersumber dari industri makanan minuman.

Hal ini dikonfirmasi oleh Indeks Industri Manufaktur Besar dan

Sedang, dimana industri makanan minuman tumbuh sebesar

7,60% (yoy) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh hanya 3.47% (yoy).

Sejalan dengan hal tersebut, Meningkatnya pertumbuhan sektor ini juga terkonfirmasi dari

meningkatnya penyaluran kredit investasi pada Industri. Tercatat penyaluran kredit investasi pada

triwulan laporan sebesar Rp335,7 Miliar lebih besar daripada triwulan II 2015 yang hanya mencapai

Rp318,8 Miliar. Peningkatan penyaluran kredit ini juga diikuti dengan kualitas kredit yang membaik.

Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan) untuk kredit investasi pada industri membaik dari

1,39% pada triwulan II 2015 menjadi 1,14 di triwulan III 2015.

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

1 2 3 4 1 2 3

2014 2015

YOY SURVEI INDUSTRI MANUFAKTUR

Makanan Karet

-60

-40

-20

0

20

40

0

100

200

300

400

500

600

700

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2012 2013 2014

yoyRp Miliar Kredit InvestasiBerdasarkan Lokasi Proyek

Kredit Investasi (Miliar Rp)

g Kredit Investasi (%yoy)

Grafik 1.15 INDIKATOR SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Sumber : BPS , BI (diolah)

PERTUMBUHAN (% yoy)

TW II 2015 4.10 TW III 2015 4.62

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

22

BOKS 1. Dampak Pelemahan Nilai Tukar Rupiah serta

Ketahanan Daya Saing Industri

A. Dampak Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Berdasarkan kegiatan liaison1 dan quick survei terhadap pelaku usaha yang memiliki kontribusi

besar terhadap perekonomian Provinsi Bengkulu, menyatakan bahwa pelemahan nilai tukar

berpengaruh positif terhadap meningkatnya nilai penjualan yang berasal dari selisih nilai tukar.

Namun demikian pelaku usaha menyatakan bahwa kestabilan nilai tukar lebih utama dalam

menciptakan kondisi iklim usaha yang kondusif. Bagi pelaku usaha ekspor yang bergerak pada

komoditas perkebunan (karet dan sawit pada Provinsi Bengkulu), harga komoditas dirasa lebih

berpengaruh terhadap kinerja penjualan dibandingkan dengan nilai tukar. Hal ini terkonfirmasi dari

hasil quick survei terkait dampak nilai tukar yang dilaksanakan KPwBI Provinsi Bengkulu. Hasil survei

menggambarkan bahwa seluruh responden menyatakan penurunan harga komoditas

internasional lebih dominan dalam mempengaruhi kinerja penjualan perusahaan dibandingkan

dengan gejolak nilai tukar.

Terkait dengan kebutuhan pembiayaan maupun pinjaman luar negeri, sebanyak 75%

responden menyatakan kebutuhan akan pinjaman luar negeri masih tetap. Ditengah gejolak nilai

tukar yang terjadi, mayoritas contact memilih untuk tidak melakukan restrukturisasi atas pinjaman

luar negeri yang diambil oleh perusahaan.

Mayoritas pelaku usaha menyatakan adanya kenaikan biaya produksi dan penurunan

margin usaha, namun belum ada yang menyatakan akan melakukan Pemutusan Hubungan

Kerja (PHK). Dalam mengatasi kenaikan biaya produksi, salah satu strategi yang ditempuh oleh

pelaku usaha adalah dengan meningkatkan produksi bahan baku dari kebun sendiri dan

mengevaluasi biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku dari luar. Sementara contact lain

memilih untuk mempertahankan jalinan kerjasama yang baik dengan pemasok agar tidak terjadi

gesekan (terutama dengan petani) disaat harga komoditas semakin terpuruk. Dalam menekan biaya

produksi, pelaku usaha menerapkan efisiensi internal melalui penekanan biaya tenaga kerja

dan operasional mesin pabrik. Salah satu strategi efisiensi internal yang dilakukan oleh perusahaan

dalam menekan biaya produksi adalah pengurangan waktu/shift kerja dan meniadakan lembur bagi

seluruh karyawannya.

Rata-rata level nilai tukar ideal yang diharapkan oleh responden berada pada level Rp. 11.375.

Sementara rata-rata level nilai tukar rupiah yang dapat mengganggu secara signifikan pada level Rp.

14.500.

1 Liaison adalah suatu kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang dilaksanakan secara periodik melalui

wawancara langsung/tidak langsung kepada pelaku usaha/institusi mengenai perkembangan dan arah kegiatan usaha.

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

23

B. Daya Saing Industri

Berkaitan dengan daya saing industri, mayoritas pelaku usaha menyatakan bahwa

perizinan, infrastruktur dan insentif fiskal sebagai faktor yang lebih utama dibandingkan

faktor-faktor lainnya seperti teknologi, kualitas SDM, logistik maupun energi. Dalam hal

infrastruktur diperlukan akses transportasi darat yang baik. Pelaku usaha menyatakan perlu dilakukan

perbaikan kualitas jalan terutama di daerah Bengkulu Utara dan Mukomuko yang saat ini kondisinya

banyak yang rusak. Hal ini untuk mendukung efisiensi biaya tranportasi dari lokasi perkebunan ke

lokasi pabrik maupun dari lokasi pabrik ke pelabuhan Pulau Baai.

Pelaku usaha juga berpendapat bahwa dalam menghadapi kondisi persaingan bebas,

perlu percepatan hilirisasi industri karet di Indonesia. Tidak hanya dibatasi pada produk setengah

jadi namun juga diharapkan industri barang jadi seperti ban. Sementara terkait rendahnya harga

komoditas karet di pasar global saat ini dipengaruhi melimpahnya stok, terutama di Thailand dan

terkait masih rendahnya harga minyak dunia.

Mayoritas pengusaha memandang sektor industri kelapa sawit masih dapat bertahan terhadap

kondisi harga internasional yang terus menurun dan dinamika persaingan di pasar global jika

pemerintah dapat mendorong permintaan dalam negeri dengan jalan serius berkomitmen untuk

menerapkan mandatori biodesel 15%. Menurut pelaku usaha sampai dengan saat ini belum terlihat

upaya-upaya pemerintah dalam merealisasikan mandatori biodiesel tsb.

Nama Industri

Indikator Pengolahan Kelapa Sawit Pengolahan Karet Pengolahan Teh

Pangsa pasar

Domestik (%) 10 12,5 15

Ekspor (%) 90 87,5 85

Tujuan Ekspor India (40%); China (35%); Lainnya (25%)

Amerika (50%); Eropa (30%); Asia (20%)

Eropa (60%); Asia (12%); Rusia (9%); Amerika (3%); Australia (1%).

Pesaing Utama

Negara Lain Malaysia & Thailand Thailand & Malaysia China & India

Provinsi Lain Medan, Riau, Jambi dan Sumatera Selatan

Sumatera Selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, Kayu Aroe (Jambi), Pagar Alam (Sumsel)

Regulasi Pendukung

Mandatori biodesel 15%, CPO Fund

Hilirisasi produk karet

Regulasi Penghambat

Keb. Nasional Kebijakan moratorium hutan primer; bea keluar CPO yang tinggi; kebijakan PPn atas produk primer TBS

Kebijakan moratorium hutan primer

-

Keb. Luar Negeri

Kampanye anti sawit; kampanye RSPO (Roundtable for Sustainable Palm Oil)

- -

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

24

Nama Industri

Indikator Pengolahan Kelapa Sawit Pengolahan Karet Pengolahan Teh

Persepsi pengusaha terhadap industri

Mayoritas pengusaha memandang sektor industri kelapa sawit masih dapat bertahan terhadap kondisi harga internasional yang terus menurun dan dinamika persaingan di pasar global jika pemerintah dapat mendorong permintaan dalam negeri dengan jalan serius berkomitmen untuk menerapkan mandatori biodesel 15%. Menurut pelaku usaha sampai dengan saat ini belum terlihat upaya-upaya pemerintah dalam merealisasikan mandatori biodiesel tsb.

Menurut pelaku usaha menghadapi kondisi persaingan bebas, perlu percepatan hilirisasi industri karet di Indonesia. Tidak hanya dibatasi pada produk setengah jadi namun juga diharapkan industri barang jadi seperti ban. Sementara terkait rendahnya harga komoditas karet di pasar global saat ini dipengaruhi melimpahnya stok, terutama di Thailand dan terkait masih rendahnya harga minyak dunia.

Menghadapi persaingan bebas, pelaku usahaa melihat potensi industri pengolahan teh di Bengkulu masih terbuka, namun terapat tantangan keterbatasan lahan yang hanya kondusif di beberapa wilayah, salah satunya di Kab. Kepahiang & Rejang Lebong yang merupakan daerah dataran tinggi.

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

BAB II

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

25

INDIKATOR MAKRO

Perkembangan Inflasi Bengkulu

Triwulan II 2015 Triwulan III 2015

9.90

8.65

6.47

6.55

13.99

11.69

14.14

10.55

13.313

14.383

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

26

TABEL INDIKATOR INFLASI PROVINSI BENGKULU

TRIWULAN III 2015

Sumber : BPS (diolah)

I II III IV I II III

Indeks Harga Konsumen 113.29 113 117.93 124.55 121.96 124.19 128.13

Kelompok Barang

Bahan Makanan 11.25 4.55 7.44 17.76 8.31 14.03 10.48

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 5.86 6.23 6.55 6.64 7.14 8.07 6.51

Perumahan, Air, Listrik, Has dan Bahan Bakar 4.38 3.08 4.76 8.24 9.8 9.52 7.42

Sandang 4.18 6.71 4.69 3.82 4.11 4.11 3.71

Kesehatan 8.69 5.49 5.27 6.53 10.9 9.82 9.08

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 3.88 4.37 5.45 5.62 6.14 6.08 10.73

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 15.46 11.02 6.15 13.97 5.86 10.17 9.95

Disagregasi

Volatile Food 10.93 4.25 7.34 17.72 8.23 14.14 10.55

Administered Prices 15.4 11.52 8.65 16.57 9.8 13.99 11.69

Core 4.72 4.35 4.47 5.54 6.55 6.47 6.55

Indeks Ekpektasi Konsumen

Nilai Tukar 11,404 11,969 12,212 12,440 13,084 13,313 14,383

108.44

Indikator

2014

8.35 5.79 6.05

2015

9.90

100.44

7.65

113.33

8.6510.85

109.33 116.78 110.67 108.33

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

27

Grafik 2.1 PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)

PERKEMBANGAN INFLASI

TRIWULAN III 2015

Inflasi Kota Bengkulu pada triwulan III tahun 2015 sebesar 8,65% (yoy) menurun

dibandingkan inflasi triwulan II tahun 2015 sebesar 9,90% (yoy). Kondisi ini didorong oleh

meredanya tekanan Inflasi pada kelompokadministered prices dan volatile food.Hampir seluruh

kelompok komoditas barang/jasa mengalami penurunan laju inflasi kecuali kelompok

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga yang mengalami peningkatan.Dengan perkembangan

tersebut maka laju inflasi Kota Bengkulu pada triwulan III 2015 masih berada diatas inflasi

nasional (6,83% yoy) maupun inflasi rata-rata Sumatera (6,79% yoy). Meskipun demikian laju

tekanan inflasi tahun kalender di Kota Bengkulu sampai dengan triwulan III 2015 tercatat

sebesar 2.87% (ytd) atau masih berada didalam koridor sasaran inflasi nasional 4±1%.

Sementara itu, perkembangan inflasi bulanan di triwulan III

2015 diwarnai dengan volatilitas yang tinggi. Setelah terjadi

Inflasi selama dua bulan berturut-turut dari bulan Juli

hingga Agustus sebesar 1,38% (mtm) dan 1,99% (mtm),

kemudian pada bulan September kota Bengkulu mengalami

deflasi sebesar 0,22% (mtm).

Secara umum tekanan inflasi yang meningkat pada bulan Juli dan Agustus disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya: (i)Pola seasonal peningkatan permintaan masyarakat H-14 menjelang

Hari Raya Idul Fitri mendorong pelaku usaha untuk menaikkan profit margin usaha, (ii) Siklus bisnis

penerbangan yang memasuki peak season mendorong maskapai penerbangan meningkatkan harga

tiket mendekati batas atas yang telah ditetapkan oleh pemerintah; (ii) Meningkatnya biaya

pendidikan khususnya Sekolah Dasar dan Perguruan Tinggi seiring dengan penyesuaian biaya yang

dilakukan oleh beberapa sekolah memasuki tahun ajaran baru.

DISAGREGASI INFLASI Provinsi Bengkulu

INFLASI INTI (% yoy)

TW II 2015 6.47 TW III 2015 6.55

ADMINISTERED PRICES (% yoy)

TW II 2015 13.99 TW III 2015 11.69

VOLATILE FOOD (% yoy)

TW II 2015 14.14 TW III 2015 10.55

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

28

Tabel 2.1 ANDIL INFLASI KELOMPOK BARANG DAN JASA PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)

Sementara itu, meredanya tekanan inflasi pada bulan September hingga mencatatkan deflasi

disebabkan oleh tiga faktor, yaitu: (i) Mulai normalnya pasokan daging ayam setelah mengalami

kendala pada dua bulan sebelumnya, hal ini juga terjadi pada harga cabai merah yang mulai panen

di bulan September; (ii) Penyesuaian tarif angkutan udara menuju batas bawah setelah melewati

peak season pada dua bulan sebelumnya. (iii) Turunnya harga bahan bakar minyak, khususnya

bahan bakar non-subsidi seiring dengan penurunan harga minyak dunia.

Kemudian apabila dilihat andil inflasi tahunannya, maka dapat dianalisis bahwa :

Kelompok pendorong kenaikan inflasi bersumber dari Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga.

Kelompok penahan kenaikan inflasi bersumber pada Bahan Makanan; Makanan Jadi,

Minuman, Rokok dan Tembakau; Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar; Sandang;

Kesehatan; serta Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

NO KELOMPOK BARANG DAN JASA 2014 2015

I II III IV I II III

INFLASI TAHUNAN 8.35 5.79 6.05 10.85 7.66 9.90 8.65

1 BAHAN MAKANAN 2.72 1.12 1.85 4.38 2.06 3.42 2.63

2 MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 0.98 1.02 1.07 1.08 1.16 1.33 1.07

3 PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR 0.98 0.69 1.03 1.79 2.12 2.08 1.59

4 SANDANG 0.25 0.39 0.28 0.22 0.24 0.24 0.22

5 KESEHATAN 0.35 0.23 0.21 0.26 0.44 0.40 0.36

6 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 0.35 0.39 0.48 0.49 0.53 0.53 0.94

7 TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 2.71 1.95 1.14 2.62 1.10 1.89 1.84

Berdasarkan perkembangan event analysis terhadap inflasi di Kota Bengkulu, tampak bahwa

kenaikan tarif angkutan udara dan biaya pendidikan pada pertengahan Agustus 2015

mendorong inflasi Bengkulu meningkat signifikan terhadapinflasi nasional yang bergerak

lebih stabil. TarifAngkutan Udara memberi andil terhadap inflasi tahunan di bulan Agustus

sebesar 0,74% yoy dan biaya Akademi/Perguruan Tinggi memberi andil terhadap inflasi tahunan di

bulan Agustus sebesar 0,36% yoy

INFLASI BULANAN (% mtm)

JULI 2015 AGT 2015 SEPT 2015

1.38 1.99 -0.22

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

29

Grafik 2.2 EVENT ANALYSIS INFLASI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)

Tabel 2.2 INFLASI KELOMPOK BARANG/JASA Sumber : BPS (diolah)

2.1 INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG/JASA

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, secara umum andil inflasi kelompok barang dan

jasa mengalami penurunan, kecuali Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga. Berturut-turut

kelompok barang dan jasa yang memiliki andil terbesar terhadap inflasi tahunan pada triwulan III

2015 adalah Kelompok Bahan Makanan (2,63% yoy); Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa

Keuangan (1,84% yoy); Kelompok Perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (1,59% yoy); serta

Kelompok Makanan jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau (1,07% yoy).

Andil Andil Andil

(% yoy) (% yoy) (% yoy)

Bahan makanan 129.23 8.31 2.06 136.45 14.03 3.42 138.58 10.48 2.63

Makanan Jadi, Minuman,

Rokok & Tembakau118.47 7.14 1.16 120.42 8.07 1.33 123.46 6.51 1.07

Perumahan,Air,Listrik,Gas &

Bahan Bakar117.38 9.80 2.12 118.02 9.52 2.08 118.28 7.42 1.59

Sandang 110.29 4.11 0.24 113.55 4.11 0.24 113.95 3.71 0.22

Kesehatan 123.42 10.90 0.44 124.78 9.82 0.40 125.53 9.08 0.36

Pendidikan, Rekreasi dan Olah

Raga 117.04 6.14 0.53 118.37 6.08 0.53 128.48 10.73 0.94

Transportasi, Komunikasi dan

Jasa Keuangan127.81 5.86 1.10 135.75 10.17 1.89 136.85 9.95 1.84

Inflasi Umum 121.96 7.65 7.65 125.91 9.90 9.90 128.13 8.65 8.65

IHK

II-2015

IHKInflasi

(% yoy)

Inflasi

(% yoy)IHKKelompok Barang/Jasa

III-2015I-2015

Inflasi

(% yoy)

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

30

Tabel 2.3 INFLASI KELOMPOK BAHAN MAKANAN Sumber : BPS (diolah)

Inflasi Kelompok Bahan Makanan menurun signifikan

dari 14,03% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 10,48% (yoy)

pada triwulan III 2015 dengan andil inflasi menurun dari 3.42%

(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 2.63% (yoy) pada triwulan

III 2015. Berdasarkan andilnya penurunan bersumber pada sub

kelompok Bumbu-bumbuan; Buah-buahan; Lemak dan

minyak;Daging dan hasil-hasilnya; Ikan segar; daging dan hasil-

hasilnya; Telur, susu dan hasil-hasilnya; Ikan diawetkan; dan Bahan

Makanan Lainnya. Komoditas yang memberikan

penurunanterhadap andil inflasi tahunan yaitu: Cabai Merah,

Tomat Buah,Teri; Bawang Merah,dan Minyak Goreng. Hal ini

terutama didorong masuknya periode panen untuk sayuran. Sumber

pasokan Cabai Merah,dan Tomat berasal dari daerah Rejang

Lebong.Sementara penurunan minyak goreng mengikuti turunnya

harga CPO

Meningkatnya pasokan sayur dikonfirmasi pula oleh laporan jembatan timbang yang mencatat

bahwa volume sayur keluar Bengkulu pada triwulan III 2015 tumbuh signifikan hingga 54%

dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 9.46% (yoy).

Sementara penurunan harga Teri merupakan dampak dari meningkatnya hasil tangkapan nelayan

pada triwulan laporan. Elnino pada triwulan III 2015 memberikan dampak positif terhadap

tangkapan ikan nelayan karena proses pendinginan air lautmendorong penumbuhan klorofil

terutama di Pantai Barat Sumatera dan Jawa, sehingga faktor potensi tangkapan Ikan bertambah.

II III II III Perubahan II III II III Perubahan

Bumbu - bumbuan 58.50 8.57 1.22 0.27 -0.95 CABAI MERAH 113.34 7.18 0.97 0.14 -0.82

Buah - buahan 9.23 3.85 0.21 0.09 -0.12 TOMAT BUAH 42.43 -20.31 0.11 -0.09 -0.19

Lemak dan Minyak 3.06 -2.66 0.05 -0.05 -0.10 TERI 1.70 7.03 0.04 -0.07 -0.11

Daging dan Hasil-hasilnya 6.71 5.78 0.19 0.16 -0.03 BAWANG MERAH 28.35 7.17 0.12 0.03 -0.09

Ikan Segar 5.01 4.00 0.18 0.15 -0.03 MINYAK GORENG 1.55 -6.22 0.02 -0.07 -0.09

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 11.74 10.69 0.26 0.24 -0.03

Ikan Diawetkan 8.83 7.01 0.06 0.04 -0.01

Bahan Makanan Lainnya 24.12 15.64 0.02 0.02 -0.01

Kacang - kacangan 2.82 2.51 0.02 0.02 0.00

Padi-padian, Umbi-umbian 17.75 21.23 0.99 1.17 0.18

Sayur-sayuran 8.19 20.68 0.23 0.54 0.31

Inflasi Kelompok >>>>>>>>> 14.03 10.48 3.42 2.63 -0.79

Keterangan :

Perubahan merupakan selisih perubahan andil inflasi pada triwulan laporan

terhadap andil inflasi pada triwulan sebelumnya. Tanda (-) berarti terjadi

penurunan terhadap andil inflasi demikian sebaliknya.

KOMODITAS

2015

yoy (%) Andil yoy (%)

2015

yoy (%) Andil yoy (%)SUB KELOMPOK KOMODITAS

INFLASI KELOMPOK BAHAN MAKANAN

INFLASI TAHUNAN (% yoy)

TW II 2015 14.03 TW III 2015 10.48

KOMODITAS DENGAN ANDIL INFLASI YANG MENGALAMI PENURUNAN TERTINGGI

Cabai Merah

Tomat Sayur

Teri

Bawang Merah

Minyak Goreng

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

31

Tabel 2.4 INFLASI KELOMPOK TRANSPORTASI, KOMUNIKASI, DAN JASA KEUANGAN PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)

Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa

Keuanganmengalami penurunan dari 10,17% (yoy) pada

triwulan II 2015 menjadi 9,95% (yoy) di triwulan III 2015

dengan andil inflasi menurun dari 1.89% (yoy) pada triwulan II

2015 menjadi 1.84% (yoy) pada triwulan III 2015. Berdasarkan

andilnya penurunan bersumber pada sub kelompok Sarana

penunjang Transpor dan sub kelompok Transpor. Komoditas yang

memberikan penurunan terhadap andil inflasi tahunan yaitu : tarif

angkutan udara,bensin dan tarif angkutan dalam kota. Penurunan

tarif angkutan udara merupakan respon siklus bisnis yang memasuki

low seasons di bulan September 2015 paska arus balik.

Menurunnya jumlah penumpang pesawat udara terkonfirmasi dari jadwal penerbangan beberapa

maskapai yang mengurangi frekuensi penerbangan dari dan ke Bandara Fatmawati Soekarno1.

Sementara itu, penurunan harga bensin seiring dengan penyesuaian harga Pertamax paska koreksi

harga sebesar 3,7% juga memberikan sumbangan yang berarti.

Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan

Bahan Bakar mengalami penurunan yang signifikan dari

9,52% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,42% (yoy) di

triwulan III 2015dengan andil inflasi menurun dari 2.08% (yoy)

pada triwulan II 2015 menjadi 1.59% (yoy) pada triwulan III

2015.Berdasarkan andilnya penurunan bersumber pada sub

kelompok Biaya Tempat Tinggal; Bahan Bakar, Penerangan, dan Air;

serta Penyelenggaraan Rumah Tangga. Komoditas yang

memberikan penurunan terhadap andil inflasi tahunan yaitu tarif

listrik, Tukang Bukan Mandor dan Bahan Bakar Rumah Tangga.

Menurunnya inflasi tarif listrik seiring dengan penyesuaian tarif yang

dilakukan oleh PLN2.

1 Berdasarkan data Jadwal keberangkatan dan kedatangan di Bandara Fatmawati Soekarno 2 Berdasarkan pengumuman Tariff Adjusment PT PLN (persero) pada 30 Agustus 2015

II III II III Perubahan II III II III Perubahan

Sarana dan Penunjang Transpor 3.38 2.13 0.07 0.04 -0.03 ANGKUTAN UDARA 39.30 16.25 0.58 0.34 -0.24

Transpor 14.52 14.19 1.81 1.79 -0.02 BENSIN 11.39 10.96 0.43 0.40 -0.03

Komunikasi Dan Pengiriman -0.07 -0.16 0.00 -0.01 0.00 ANGKUTAN DALAM KOTA 16.67 16.67 0.32 0.30 -0.01

Jasa Keuangan 7.02 7.02 0.02 0.02 0.00 PERBAIKAN RINGAN KENDARAAN 7.89 0.00 0.01 0.00 -0.01

Inflasi Kelompok >>>>>>>>> 10.17 9.95 1.89 1.84 -0.05 PEMELIHARAAN/SERVICE 1.77 0.00 0.01 0.00 -0.01

SUB KELOMPOK KOMODITAS

2015

KOMODITAS

2015

yoy (%) Andil yoy (%) yoy (%) Andil yoy (%)

INFLASI KELOMPOK TRANSPORTASI, KOMUNIKASI,

JASA KEUANGAN

INFLASI TAHUNAN (% yoy)

TW II 2015 10.17 TW III 2015 9.95

KOMODITAS DENGAN ANDIL INFLASI YANG MENGALAMI PENURUNAN TERTINGGI

Angkutan Udara

Bensin

Angkutan Dalam Kota

INFLASI KELOMPOK PERUMAHAN, AIR,

LISTRIK,GAS, DAN BAHAN BAKAR

INFLASI TAHUNAN (% yoy)

TW II 2015 9.52 TW III 2015 7.42

KOMODITAS DENGAN ANDIL INFLASI YANG MENGALAMI PENURUNAN TERTINGGI

Tarif Listrik

Tukang Bukan Mandor

Bahan Bakar Rumah

Tangga

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

32

Tabel 2.6 INFLASI KELOMPOK MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK DAN TEMBAKAU Sumber : BPS (diolah)

Tabel 2.5 INFLASI KELOMPOK PERUMAHAN, AIR, LISTRIK,GAS, DAN BAHAN BAKAR Sumber : BPS (diolah)

Beberapa golongan yang mengalami penyesuaian tarif diantaranya: Tegangan Rendah (TR) dengan

daya 3500 VA, golongan Tarif (R-2) tegangan 3500 5500 VA, golongan tarif (R-3) tegangan di

atas 6600 VA, tegangan menengah (TM) di atas 200 KVA dan tegangan tinggi (TT) dengan daya

30.000 KVA. Sementara itu PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga elpiji 12 kilogram

(kg) menjadi Rp135.300 per tabung rata-rata nasional atau turun rata-rata Rp6.700 per tabung dari

harga sebelumnya sebesar Rp142.000 per tabung. Penurunan harga bervariasi antara Rp6.400 per

tabung sampai dengan Rp17.900 per tabung. Demikian juga harga di tingkat agen di berbagai

daerah juga bervariasi antara Rp132.800 per tabung hingga Rp157.400 per tabung, bergantung

pada jarak Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) terhadap supply point-nya3.

Inflasi Kelompok Makanan jadi, Minuman, Rokok, dan

Tembakau mengalami penurunan yang signifikan dari

8,07% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,51% (yoy) di

triwulan III 2015dengan andil inflasi menurun dari 1.33% (yoy)

pada triwulan II 2015 menjadi 1.07% (yoy) pada triwulan III

2015.Berdasarkan andilnya penurunan bersumber pada sub

kelompok Makanan Jadi; Minuman yang Tidak Beralkohol; dan

Tembakau dan Minuman Beralkohol. Komoditas yang memberikan

penurunan terhadap andil inflasi tahunan yaitu Rokok Kretek Filter,

Rokok Kretek, Kopi Manis dan Rokok Putih. Produsen Rokok

melakukan penyesuain terhadap harga paska peningkatan yang

cukup tinggi di triwulan sebelumnya.

3 Berdasarkan Siaran pers PT Pertamina (persero) pada tanggal 15 September 2015

II III II III Perubahan II III II III Perubahan

Biaya Tempat Tinggal 8.36 6.63 1.14 0.88 -0.26 TARIP LISTRIK 14.60 9.52 0.41 0.27 -0.14

Bahan Bakar, Penerangan dan Air 14.68 10.31 0.70 0.49 -0.21 TUKANG BUKAN MANDOR 4.38 0.00 0.08 0.00 -0.08

Penyelenggaraan Rumahtangga 7.54 6.01 0.14 0.11 -0.03 BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA 20.96 15.42 0.27 0.20 -0.07

Perlengkapan Rumahtangga 6.56 6.93 0.11 0.12 0.00 SENG 3.24 -0.31 0.04 0.00 -0.04

Inflasi Kelompok >>>>>>>>> 9.52 7.42 2.08 1.59 -0.49 KONTRAK RUMAH 8.27 7.21 0.25 0.22 -0.04

2015

KOMODITAS

2015

yoy (%) Andil yoy (%) yoy (%) Andil yoy (%)SUB KELOMPOK KOMODITAS

II III II III Perubahan II III II III Perubahan

Makanan Jadi 6.62 7.01 0.64 0.67 -0.26 ROKOK KRETEK FILTER 11.46 4.77 0.26 0.11 -0.15

Minuman yang Tidak Beralkohol 7.45 5.39 0.19 0.13 -0.21 ROKOK KRETEK 12.47 8.65 0.16 0.11 -0.05

Tembakau dan Minuman Beralkohol 11.69 6.08 0.50 0.27 -0.03 KOPI MANIS 32.25 0.92 0.05 0.00 -0.05

Inflasi Kelompok >>>>>>>>> 8.07 6.51 1.33 1.07 -0.50 ROKOK PUTIH 11.01 5.65 0.08 0.04 -0.04

2015

yoy (%) Andil yoy (%) KOMODITAS

2015

yoy (%) Andil yoy (%)SUB KELOMPOK KOMODITAS

INFLASI KELOMPOK MAKANAN JADI, MINUMAN,

ROKOK, DAN TEMBAKAU

INFLASI TAHUNAN (% yoy)

TW II 2015 8.07 TW III 2015 6.51

KOMODITAS DENGAN ANDIL INFLASI YANG MENGALAMI PENURUNAN TERTINGGI

Rokok Kretek Filter

Rokok Kretek

Rokok Putih

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

33

Disamping itu, Satu-satunya Kelompok barang dan jasa yang mengalami peningkatan andil

Inflasi adalah kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga. Tercatat Inflasi Kelompok ini

meningkat signifkan dari 6,08% (yoy) menjadi 10,73% (yoy) pada Triwulan III 2015. Kenaikan

tersebut bersumber dari sub kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Kursus-kursus/ Pelatihan yang

disebabkan oleh biaya Sekolah Dasar dan Akademi/ Perguruan Tinggi. Meningkatnya biaya

pendidikan ini didorong oleh penyesuain biaya yang dilakukan oleh beberapa sekolah dan

Perguruan Tinggi memasuki tahun ajaran baru.

Berdasarkan pola seasonal, inflasi bulanan selama triwulan III 2015 menunjukkan

pergerakan yang menurun dibanding tiga tahun sebelumnya. Hal ini terutama terjadi pada bulan

Juli dan September 2015 yang mengalami inflasi lebih rendah dibandingkan historis selama 3 tahun

sebelumnya. Terkendalinya harga beberapa harga bahan makanan pada saat hari Raya Idul Fitri di

Bulan Juli menjadi kunci terkendalinya inflasi pada periode tersebut. kondisi ini tak terlepas dari

tindakan pre-emptive TPID di Provinsi Bengkulu menjelang Hari Raya Idul Fitri dengan melakukan

sidak gudang dan sidak pasar untuk mengetahui kecukupan stock komoditas bahan makanan serta

operasi pasar di seluruh kecamatan sabagai upaya stabilisasi harga menjelang hari raya idul fitri.

Sementara itu, Rendahnya tekanan inflasi pada bulan September dipicu oleh penurunan harga pada

ANDIL INFLASI BAHAN MAKANAN

ANDIL INFLASI TRANSPORTASI, KOMUNIKASI, DAN JASAKEUANGAN

ANDIL INFLASI MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK, DAN TEMBAKAU

ANDIL INFLASI PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, RUMAH, DAN BAHAN BAKAR

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

34

Grafik 2.3 POLA SEASONAL INFLASI BULANAN PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)

beberapa komoditas administered prices dan volatile food. Akan tetapi, inflasi bulan Agustus 2015

tampak meningkat dan berbeda dengan pola historisnya. Hal ini didorong oleh meningkatnya harga

tiket angkutan udara karena arus balik dan meningkatnya biaya Sekolah saat memasuki tahun

ajaran baru.

Pada bulan Juli 2015 tercatat inflasi sebesar 1,38 %

(mtm), signifikan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya

sebesar 0,89% (mtm). Namun jauh lebih rendah dibandingkan

pola historisnya (2012-2014). inflasi ini bersumber dari

peningkatan harga beberapa komoditas administered prices seperti

angkutan udara dan angkutan antar kota. Kenaikan tarif pada dua

jasa ini merupakan dampak dari peningkatan jumlah penumpang

saat mudik menjelang perayaan hari raya Idul fitri. Disamping itu,

juga terjadi peningkatan harga pada komoditas kelompok inti,

dintaranya: Baju muslim, Baju Kaos, dan Gaun. Meningkatnya

permintaan terhadap komoditas ini menjelang lebaran merupakan

faktor yang mendorong kenaikan harga. Meskipun demikian,

berbagai program yang dilakukan TPID di Provinsi Bengkulu menjadi

faktor yang menahan laju kenaikan inflasi sehingga berada di

bawah pola historisnya.

-2.00

0.00

2.00

4.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12Infl

asi (

mtm

)

2012 2013 2014 2015

INFLASI JULI 2015

1.38%

KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)

- Angkutan Udara 0.41 - Cabai Merah 0.32 - Ang. Antar kota 0.11

KOMODITAS DEFLATOIR (Andil %mtm)

- Teri -0.13 - Jengkol -0.07 - Bawang Merah -0.06

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

35

Grafik 2.4 HARGA KOMODITAS DEFLATOIR PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)

Pada bulan Agustus 2015 Inflasi meningkat menjadi

sebesar 1,99% (mtm). Inflasi bersumber dari komoditas core

diantaranya: Biaya akademi/Perguruan Tinggi, Sekolah Dasar, dan

Lauk. Peningkatan pada biaya pendidikan khususnya

Akademi/perguruan tinggi karena beberapa melakukan penyesuaian

biaya memasuki tahun ajaran baru. Sejalan dengan itu, inflasi pada

bulan ini juga didorong oleh kenaikan yang cukup tinggi tarif

angkutan udara. Tercatat memberikan andil sebesar 0,54% (mtm).

Peningkatan tarif angkutan udara sejalan dengan siklus bisnis

industri penerbangan yang masih peak saat memasuki arus balik

paska Lebaran Idul Fitri. Sehingga maskapai penerbangan

menetapkan harga tiket mendekati tarif atas yang telah ditetapkan

oleh Pemerintah melalui Menteri Perhubungan.

Kontradiktif dengan kondisi dua bulan sebelumnya,

bulanSeptember 2015 tercatat terjadi deflasi. Deflasi pada bulan

ini tercatat sebesar -0,22% (mtm). Deflasi didorong oleh

penurunan harga pada komoditas volatile food yaitu: Daging Ayam

Ras, Cabai Merah, dan Minyak goreng. Mulai normalnya pasokan

daging ayam ras dan masuknya masa penen kedua komoditas Cabai

Merah di tahun ini menarik harga lebih rendah dibandingkan bulan

sebelumnya. Sejalan dengan itu, penurunan tarif tiket angkutan

udara dan harga bensin juga menjadi faktor penarik indeks harga

konsumen lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Penurunan tarif angkutan udara merupakan penyesuaian terhadap

siklus bisnis normal penerbangan yang memasuki low seasons paska

melewati periode peak saat perayaan hari raya.

-100

-50

0

50

100

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2014 2015

CABAI MERAH

Rp/Kg %mtmP

-30

-20

-10

0

10

20

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2014 2015

HARGA DAGING AYAM

Rp/Kg %mtmP

INFLASI AGT 2015

1.99%

KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)

- Angkutan Udara 0.54 - Akademi/PT 0.34 - Beras 0.19

KOMODITAS DEFLATOIR (Andil %mtm)

- Tulang Sapi -0.05 - Bawang Merah -0.04 - Nila -0.03

INFLASI SEPT 2015

-0.22%

KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)

- Beras 0.15 - Mobil 0.07 - Rokok Kretek 0.05

KOMODITAS DEFLATOIR (Andil %mtm)

- Angkutan Udara -0.50 - Daging Ayam Ras -0.28 - Cabai Merah -0.05

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

36

2.2 PERKEMBANGAN INFLASI NON FUNDAMENTAL

Secara umum Inflasi Non Fundamental menunjukkan penurunandibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, baik disisi Inflasi Administered Prices maupun Inflasi Volatile Food.

Inflasi Kelompok Administered Prices (AP) melambat,

pada triwulan III 2015 tercatat sebesar 11,69% (yoy) lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

hanya sebesar 13,99% (yoy). Beberapa komoditas yang menarik

realisasi inflasi lebih rendah dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya antara lain : Tarif Angkutan Udara, Rokok Kretek Filter,

Tarif Listrik, dan harga LPG.

PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga elpiji 12

kilogram (kg) menjadi Rp135.300 per tabung rata-rata nasional atau

turun rata-rata Rp6.700 per tabung dari harga sebelumnya sebesar

Rp142.000 per tabung.

Penurunan tarif angkutan udara merupakan penyesuaian yang dilakukan oleh maskapai

penerbangan memasuki low seasons. Beberapa maskapai penerbangan juga mengurangi frekuensi

penerbangan karena menurunnya permintaan. Sementara itu, penyesuaian tarif listrik dilakukan

oleh PLN seiring dengan menurunnya harga minyak dunia yang merupakan salah satu faktor yang

dijadikan patokan dalam menentukan tarif dasar Listrik. Penurunan tarif listrik diterapkan mulai dari

pelanggan dengan kategori tegangan rendah (TR) dengan daya 3500 VA, golongan Tarif (R-2)

tegangan 3500 5500 VA, golongan tarif (R-3) tegangan di atas 6600 VA, tegangan menengah

(TM) di atas 200 KVA dan tegangan tingg (TT) dengan daya 30.000 KVA. Rata-rata penurunan tari

untuk setiap kategori tersebut adalah sebesar Rp23,17 per KWh.

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2012 2013 2014 2015

Infl

asi (

yoy)

Inflasi (IHK) Volatile (yoy) adm. Price (yoy) Core (yoy)

NON FUNDAMENTAL ADMINISTERED PRICE

INFLASI TAHUNAN (% yoy)

TW II 2015 13.99 TW III 2015 11.69

KOMODITAS SUMBER PERLAMBATAN

Tarif Angkutan

Udara Rokok Kretek Filter Tarif Listrik

Grafik 2.5 PERKEMBANGAN DISAGREGASI INFLASI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

37

Inflasi volatile foods (VF) menurun signifikan, pada

triwulan laporan tercatat sebesar 10,55% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 14,14%

(yoy). Penurunan didorong oleh koreksi harga cabai merah secara

konsisten selama 2 bulan berturut-turut. Koreksi harga ini seiring

dengan masuknya masa panen kedua di sentra-sentra produksi

cabe di Provinsi Bengkulu, antara lain: Kab. Rejang Lebong dan

Kab. Kepahiang . Komoditas lain juga menunjukkan penurunan

terhadap andil inflasi volatile food adalah Tomat Buah dan Bawang

Merah

Berdasarkan pola seasonalnya, inflasi VF bergerak sesuai dengan polanya selama kurun

waktu tiga tahun terakhir. Pada triwulan III 2015 inflasi volatile foodkonsisten mengalami

penurunan dari bulan Juli hingga September. Bahkan realisasi pada bulan September 2015 lebih

rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Penyebabnya adalahpenurunan harga

beberapa komoditas utama Bengkulu, diantaranya: Cabai Merah, Tomat Buah, dan Bawang Merah.

Sementara inflasi Adm. Prices masih bergerak sesuai pola musimannya dengan magnitude

yang menurun dibandingkan dengan 2 tahun terakhir. Secara seasonal inflasi Adm. Prices

menunjukkan peningkatan pada bulan Juli. Namun demikian pada Juli 2015 pola tekanan inflasi AP

lebih rendah. Penurunan tarif angkutan udara, tarif listrik dan harga jual LPG merupakan faktor

kunci yang menahan laju inflasi lebih rendah dari pola historisnya.

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Infl

asi (

mtm

)

Volatile Food (mtm)

2012 2013 2014 2015

Grafik 2.6 PERKEMBANGAN INFLASI VOLATILE FOOD DAN ADMINISTERED PRICES Sumber : BPS Prov. Bengkulu (diolah dengan pendekatan sub-kelompok)

NON FUNDAMENTAL VOLATILE FOOD

INFLASI TAHUNAN (% yoy)

TW II 2015 14.14 TW III 2015 10.55

KOMODITAS SUMBER INFLASI

Cabai Merah

Tomat Buah

Bawang Merah

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

38

2.3 PERKEMBANGAN

INFLASI FUNDAMENTAL

Inflasi Inti pada triwulan III 2015 menunjukkan peningkatan

dengan tekanan yang lebih moderat. Inflasi inti (core) pada

triwulan laporan sebesar 6,55% (yoy), meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 6,47% (yoy).

Peningkatan inflasi inti ini seiring dengan depresiasi nilai tukar

Rupiah yang berdampak pada imported inflation. Pelaku usaha

merespon depresiasi nilai tukar dengan penyesuaian pada harga

jual produk untuk mempertahankan margin usaha yang diperoleh.

Berdasarkan pola seasonalnya, inflasi Inti bergerak sesuai dengan pola bulanannya (2012-

2014). Namun demikian pada bulan September 2015 berada pada level yang lebih rendah

dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya. Rendahnya realisasi inflasi inti pada bulan

September 2015 dibandingkan dengan data historisnya tergambar dari hasil survei Konsumen.

Dimana ekspektasi konsumsi yang menjadi salah satu pendorong inflasi inti masih menunjukkan

pesimisme dengan tren indeks yang terus menurun.

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12Infl

asi (

mtm

)

Adm. Prices (mtm)

2012 2013 2014 2015

-1.00

0.00

1.00

2.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12Infl

asi (

mtm

)

Inflasi Inti (mtm)

2012 2013 2014 2015

FUNDAMENTAL CORE INFLATION

INFLASI TAHUNAN (% yoy)

TW II 2015 6.47 TW III 2015 6.55

FAKTOR PENDORONG INFLASI

Imported Inflation

Penyesuaian harga

jual produk

Grafik 2.7 POLA PERKEMBANGAN INFLASI INTI & SURVEI KONSUMEN PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

39

2.4 PERBANDINGAN INFLASI

ANTAR PROVINSI/KOTA DI SUMATERA

Secara agregat laju inflasi tahunan Pulau Sumatera pada

triwulan III 2015 tercatat sebesar 6,79% (yoy), di bawah laju

inflasi nasional sebesar 6,83% (yoy). Laju inflasi triwulan III 2015

di Pulau Sumatera lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya.

Provinsi Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, dan Jambi memiliki laju inflasi

lebih rendah daripada inflasi nasional. Sementara Provinsi Bengkulu,

Lampung, Sumsel, Kepri, dan Babel memiliki laju inflasi di atas

Nasional. Sama halnya dengan triwulan sebelumnya Inflasi Bengkulu

tercatat yang paling tinggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau

Sumatera. Namun demikian, secara year to date inflasi Provinsi

Bengkulu masih berada dalam range sasaran inflasi yaitu sebesar

2,87% (ytd).

4.1H

6.6

6.2

5.7

5.3

7.0

7.7

8.6

8.31

7.3

Diatas Nasional

Dibawah Nasional

PERBANDINGAN INFLASI TAHUNAN

NASIONAL (% yoy)

TW II 2015 7.26 TW III 2015 6.83

SUMATERA (% yoy)

TW II 2015 7.74 TW III 2015 6.79

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

40

2.86

4.30 4.55

5.59 5.87

6.87

4.52

6.42

5.00 4.71

5.70 6.21

5.37 5.29

6.84

8.33 8.65

8.04

5.90

7.11 7.46

8.55

6.81

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

NASIONAL: 6,83

Grafik 2.8 INFLASI KOTA-KOTA DI SUMATERA Sumber : BPS (diolah)

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

41

Boks 2 : Progress Roadmap Pengendalian Inflasi Provinsi Bengkulu

Berbagai upaya telah dilakukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bengkulu dalam menekan laju

inflasi di Provinsi Bengkulu. Salah satu langkah strategis yang diambil oleh TPID Provinsi Bengkulu agar program

pengendalaian inflasi agar lebih terarah dan terukur adalah dengan menyusun roadmap (peta jalan) program

pengendalian inflasi. Program yang tertuang dalam roadmap pengendalian Inflasi daerah ini disusun berdasarkan

identifikasi masalah pada komoditas yang mempunyai bobot tinggi dalam perhitungan inflasi Bengkulu dan secara

frekuensi peningkatannya sering berulang. Dari hasil identifikasi tersebut maka diperoleh kelompok komoditas yang

menjadi pendorong peningkatan inflasi di Bengkulu,seperti berikut:

Kemudian diidentifikasi permasalahan pada tiap-tiap komoditas tersebut agar dapat menyusun program yang tepat

dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Root causeanalysis persoalan pada komoditas tersebut dapat dapat

digambarkan sebagaimana fishbone diagram berikut:

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

42

Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut TPID Provinsi Bengkulu telah menetapkan beberapa program yang

dibagi pada periode waktu jangka pendek dan jangka panjang untuk menjawab berbagai persoalan yang telah

diidentifikasi. Program ini sudah mendapat persetujuan Gubernur Bengkulu semenjak tanggal 18 Mei 2015 dan

disampaikan kepada seluruh TPID Kabupaten/kota untuk dijadikan pedoman dalam menyusun program

pengendalian infasi di daerahnya masing-masing.Dari pertemuan tim teknis pada bulan September 2015 dapat

diketahui progres beberapa program strategis dalam roadmap pengendalian inflasi Bengkulu, berikut:

PERMASALAHAN PROGRAM 2015-2016 PROGRESS s.d. September 2015

1. Produktifitas lahan masih

rendah

Pencetakan Sawah Baru seluas 5000

hektar

Baru terealisasi 1600 hektar

Tahun 2015 akan diselesaikan Survei

Investigasi Desain

Tahun 2016 akan dilakukan

penambahan realisasi pencetakan

sawah baru di Kabupaten Bengkulu

Selatan, Rejang Lebong, Bengkulu

Tengah, dan Kaur untuk mencapai

target 5000 hektar.

Pembangunan Jaringan Irigasi Cawang

Kidau seluas 1.500 hektar di Kab. Kaur

dan Pengembangan Daerah Irigasi

Manjuto seluas 9.130 hektar di Kab.

Mukomuko

Bendungan Irigasi Cawang Kidau sudah

selesai dikerjakan dan saat ini masih

dalam proses pembangunan saluran air.

Diharapkan awal tahun 2017 irigasi ini

sudah dapat beroperasi.

2. Distribusi pupuk, benih

dan saprodi masih ada

yang belum tepat

sasaran (masih ada yang

belum sesuai RDKK

Rencana Distribusi

Kebutuhan Kelompok.

MoU dengan TNI untuk pengawasan

distribusi pupuk, bibit, dan Saprodi

lainnya. Dinas bekerjasama dengan

Babinsa dalam penyaluran distribusi

pupuk, bibit, saprodi.

Sudah selesai MoU pada minggu ke tiga

September 2015 dan saat ini dalam

pengawalan dan pemantauan

3. Distribusi pupuk, benih,

dan saprodi masih ada

yang belum tepat jadwal

Pendataan Jalan Usaha Tani dan

Pembangunan Jalan Usaha tani

sebanyak 11 paket proyek.

Sudah dilakukan pendataan di Kab.

Seluma ada 6 titik (Ds Sukarami, Padang

Merbau, Sengkuang, Rimbo Kedui,

Tanjung Seruh, dan Tanah Abang), di

Kab. Lebong terdapat 4 titik (Ds Puguk

Kadaro, Tabo Dipoa, Kel. Amen, Ds

Sumelako), Kab Mukomuko terdapat 1

titik yaitu Ds Tirta Makmur, Air

Manjunto.

Pembentukan 3 LDPM baru (Lembaga

Distribusi Pangan Masyarakat) tahun

2015.

Sudah dilakukan di 3 titik yaitu di Ds

Tanjung Harapan Kab. Bengkulu Utara,

Ds Air Latak Kab. Seluma, dan Ds

Seginim Kab. Bengkulu Selatan

4. Program diversifikasi

pangan belum berjalan

optimal

Kampanye program pangan pengganti

beras dengan icon tokoh masyarakat.

Gubernur Sudah menyebarkan surat

edaran agar menggunakan pangan

alternatif non beras.

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

43

PERMASALAHAN PROGRAM 2015-2016 PROGRESS s.d. September 2015

5. Belum optimalnya fungsi

terminal agri yang dimiliki

Provinsi Bengkulu

Revitasliasi Stasiun Terminal Agri (STA)

di Kabupaten Rejang Lebong sebagai

pusat distribusi holtilkultura untuk

Provinsi Bengkulu.

Belum ada tindak lanjut dari SKPD

terkait.

6. Konsumsi BBM yang

masih tinggi karena

angkutan umum masih

terbatas

Bekerjasama dengan Pertamina dalam

rangka kampanye Bike to work dan

bike to school

Belum ada tindak lanjut dari SKPD

terkait dengan Pertamina.

Optimaliasai fungsi Bus Sekolah gratis.

Dimana terdapat bantuan Pemerintah

Pusat sebanyak 20 bus di tahun 2015.

Sudah diserahterimakan pada

pemerintah Kabupaten/Kota.

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN

SISTEM PEMBAYARAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015

BAB III

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

45

INDIKATOR MAKRO

Perbankan dan Sistem Pembayaran

Triwulan II 2015 Triwulan III 2015

17.39

+ 18.47% yoy

17.74

+ 19.01% yoy

13.52

+ 13.02% yoy

13.88

+ 13.15% yoy

10.08

+ 18.47% yoy

10.81

+ 19.01% yoy

5.08

+ 8.35% yoy

5.10

+ 8.79% yoy

134

128

2.75

2.57

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

46

Indikator Perbankan (Rp Miliar)

2014 2015

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Total Asset 13,237.01 14,686.32 14,914.50 14,849.93 16,141.39 17,398.75 17,749.23

DPK 7,996.75 8,938.85 9,255.46 8,556.08 9,240.54 10,089.72 10,819.00

Tabungan 4,196.55 4,400.16 4,762.57 5,067.46 4,340.35 4,586.02 5,096.11

Giro 2,194.29 2,704.61 2,586.32 1,470.33 2,666.28 3,112.87 3,201.79

Deposito 1,605.91 1,834.09 1,906.57 2,018.29 2,233.91 2,390.83 2,521.11

Kredit Berdasarkan Penggunaan 11,438.88 11,968.28 12,270.14 12,614.04 12,941.07 13,526.35 13,884.07

Modal Kerja 3,624.03 3,807.87 3,824.87 3,859.36 3,854.32 3,994.05 3,949.22

Investasi 1,393.09 1,389.16 1,392.73 1,419.43 1,489.14 1,575.59 1,647.63

Konsumsi 6,421.77 6,771.25 7,052.54 7,335.25 7,597.60 7,956.72 8,287.21

Kredit Korporasi 6,624.14 6,755.78 6,824.87 6,810.08 6,676.56 6,965.85 7,006.19

PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 1,614.31 1,517.35 1,581.79 1,602.93 1,758.90 1,863.87 1,906.85

PERIKANAN 123.76 189.19 225.78 246.43 245.06 246.56 247.63

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 76.84 70.38 108.70 87.73 77.85 74.13 78.34

INDUSTRI PENGOLAHAN 554.16 545.72 522.90 574.53 321.47 318.86 335.70

LISTRIK, GAS DAN AIR 214.51 141.59 141.08 23.35 24.80 24.62 20.95

KONSTRUKSI 194.73 225.83 388.87 357.82 390.15 425.86 424.49

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 2,861.76 3,100.98 3,046.79 3,091.04 3,101.41 3,213.55 3,180.49

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM

122.12 128.60 122.86 126.18 131.02 143.14 144.37

TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI

109.43 210.82 92.39 89.72 55.51 71.11 64.93

PERANTARA KEUANGAN 153.51 191.07 169.51 159.92 144.18 132.02 123.97

REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN

398.97 176.12 178.66 193.78 184.01 191.19 183.15

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB

0.84 1.10 0.88 1.07 0.46 2.70 10.04

JASA PENDIDIKAN 34.97 39.01 36.59 25.44 24.96 25.80 34.89

JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 21.61 22.74 25.46 29.26 31.42 41.75 56.50

JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA

133.21 147.87 133.50 135.62 157.50 170.02 175.01

JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA

6.21 6.66 7.22 8.22 8.43 8.90 9.43

BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA

0.02 0.01 0.01 0.01 0.00 - -

KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 3.17 40.74 41.88 57.04 19.44 11.77 9.45

Kredit Rumah Tangga 7,737.77 8,030.47 8,472.09 8,795.96 9,036.25 9,371.08 9,712.30

KREDIT PEMILIKAN RUMAH/APARTEMEN 1,150.44 1,327.89 1,302.39 1,346.42 1,417.98 1,476.51 1,516.59

KREDIT KENDARAAN BERMOTOR 933.19 964.68 1,109.54 1,141.44 1,133.92 1,123.22 1,146.31

KREDIT PERALATAN RUMAH TANGGA 5.18 8.07 8.49 6.84 9.15 7.95 7.28

KREDIT MULTIGUNA 2,345.51 2,564.67 2,717.44 3,609.54 3,734.91 3,719.14 3,756.12

LAINNYA 3,303.46 3,165.17 3,334.23 2,691.73 2,740.29 3,044.27 3,286.00

Kredit UMKM 4,291.56 4,690.10 4,695.47 4,805.15 4,887.50 5,081.84 5,108.16

LDR 143.04 133.89 132.57 147.43 140.05 134.06 128.33

NPL 1.94 2.32 2.61 2.24 2.67 2.75 2.57

TABEL INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI BENGKULU

TRIWULAN III 2015

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

47

PERBANKAN dan SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN III 2015

Ditengah kondisi perlambatan ekonomi, kegiatan usaha perbankan di Bengkulu masih

menunjukkan optimisme. Hal ini tercermin dari Pertumbuhan Aset Perbankan, dan Penghimpunan

Dana Pihak Ketiga yang meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Dampak perlambatan

ekonomi hanya direspon secara terbatas pada pertumbuhan kredit yang relatif stagnan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian stabilitas sistem keuangan masih terjaga.

Tingkat LDR pada triwulan III 2015 mencapai 128% menurun dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 136%. Meskipun dalam hal ini penurunan LDR lebih didorong oleh peningkatan Giro

Pemerintah sebagai dampak belum optimalnya penyerapan anggaran belanja daerah. Sementara

Resiko kredit yang tercermin pada tingkat NPL masih berada di level wajar 2,57% dan membaik

dibandingkan periode sebelumnya sebesar 2,75%. Kondisi ini menunjukkan kehati-hatian

perbankan dalam pengelolaan resiko kredit bermasalah terus ditingkatkan menghadapi kondisi

perlambatan ekonomi.

3.1 Perkembangan Bank Umum

3.1.1 Aset Bank Umum

Pertumbuhan aset perbankan menunjukkan peningkatan, Pada

triwulan III 2015 aset tumbuh 19,01% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 18,47% (yoy).

Pertumbuhan tersebut bersumber dari Bank Umum Pemerintah

yang tumbuh lebih tinggi yaitu sebesar 24,69% (yoy), dibanding

triwulan sebelumnya sebesar 23,78% (yoy). Sementara Bank

Swasta melambat sebesar 1,68% (yoy) dibanding triwulan lalu

sebesar 2,24% (yoy). Akselerasi pertumbuhan Dana Pihak Ketiga

sebagai salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan aset.

Disisi lain, pertumbuhan kredit tercatat lebih baik dibandingkan

triwulan sebelumnya yang diimbangi dengan non-performing loan

yang juga membaik.

Berdasarkan pangsanya, 94,87% Aset Bank Umum masih didominasi oleh Bank Konvensional

sementara 5,13% merupakan aset Bank Syariah. Dilihat dari kepemilikannya 78,89% aset dimiliki

oleh BUMN/D.

PERTUMBUHAN (% yoy)

TW II 2015 18.47 TW III 2015 19.01

PANGSA ASSET (%) TW III 2015

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

48

2.57 128.33 13.15 19.01

3.1.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga

Pertumbuhan penghimpunan dana pihak

ketiga mengalami peningkatan. Pada triwulan III

2015, DPK tumbuh sebesar 16,89% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 12,87% (yoy).

Pertumbuhan DPK bersumber dari tabungan dan giro,

sementara pertumbuhan Deposito relatif stabil. Pertumbuhan

tabungan lebih didorong oleh tertahannya ekspektasi

konsumsi masyarakat. Sementara pertumbuhan Giro lebih

bersumber pada lambatnya penyerapan belanja APBD/N

sehingga saldo Giro Pemda di Bank Umum meningkat.

Berdasarkan pangsanya, Tabungan mengalami kenaikan

sementara Giro dan Deposito tercatat menurun.

Rp 2.521 Miliar

+ 32.23% yoy

Rp 5.096 Miliar

+ 7.00 % yoy

Rp 3.201 Miliar

+ 23.80 % yoy

0%5%10%15%20%25%30%35%

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

TWIII

TW I TWIII

TW I TWIII

TW I TWIII

TW I TWIII

2012 2013 2014 2015

Rp

Rib

u

DPK g DPK (yoy)

Grafik 3.1 PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA Sumber : Bank Indonesia

PERTUMBUHAN (% yoy)

TW II 2015 12.87 TW III 2015 16.89

PANGSA DPK (%) di TW III 2015

-50%

0%

50%

100%

TWIII

TWIV

TWI

TWII

TWIII

TWIV

TWI

TWII

TWIII

TWIV

TWI

TWII

TWIII

TWIV

TWI

TWII

TWIII

2012 2013 2014 2015

g Giro (yoy)

g Tabungan (yoy)

g Deposito Berjangka (yoy)

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

49

Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum di Provinsi

Bengkulu pada triwulan laporan masih terkonsentrasi di

bank pemerintah dengan porsi mencapai 82,13%,

sedangkan 17,87% berada di bank swasta. DPK bank

umum pemerintah tumbuh sebesar 17,98% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

13,60% (yoy). Sementara DPK bank umum swasta tumbuh

12,16% (yoy), juga meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 9,63% (yoy).

Pada bank umum pemerintah seluruh komponen DPK mencatatkan peningkatan. Sementara

pada Bank Umum Swasta, komponen deposito melambat. Pertumbuhan penghimpunan

tabungan dan giro Bank Umum disebabkan berkurangnya konsumsi masyarakat sejalan dengan

perlambatan kondisi perekonomian. Sementara percepatan penghimpunan deposito pada Bank

Umum Pemerintah bersumber dari dana APBD/N yang belum terealisasi. Sebanyak 87,98% dana

milik Pemerintah Pusat maupun Daerah ditempatkan di Bank Pemerintah Daerah.

3.1.3 Perkembangan Kredit Lokasi Bank

Pertumbuhan kredit relatif stagnan, tercatat

sebesar 13,15% (yoy), relatif stabil dengan triwulan

sebelumnya sebesar 13,02% (yoy). Pertumbuhan kredit

terutama bersumber dari Kredit Investasi sementara kredit

Modal Kerja tercatat melambat. Kredit Konsumsi pada

triwulan laporan pertumbuhannya relatif sama dibandingkan

triwulan sebelumnya.

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% yoy TABUNGAN

Bank Swasta

Bank Pemerintah

-40.00

-20.00

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% yoy GIROBank Swasta

Bank Pemerintah

-10.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% yoy DEPOSITOBank Swasta

Bank Pemerintah

KONSENTRASI DPK TW III 2015

BUMN/D 82.13% SWASTA 17.87%

PERTUMBUHAN (% yoy)

TW II 2015 13.02 TW III 2015 13.15

PANGSA KREDIT (%) TW II 2015

Grafik 3.2 PERTUMBUHAN DEPOSITO, TABUNGAN, GIRO Sumber : Bank Indonesia

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

50

Peningkatan kredit investasi dikonfirmasi pelaku usaha sektor pertanian melalui kegiatan liaison1

dimana mayoritas melakukan kegiatan replanting. Melambatnya pertumbuhan kredit modal kerja

seiring dengan kondisi perlambatan ekonomi Sementara stagnasi kredit konsumsi terdampak oleh

perlambatan ekonomi dan konsumsi masyarakat.

Berdasarkan strukturnya, 59.69% pembiayaan masih didominasi kredit konsumsi diikuti

kredit/pembiayaan modal kerja 28,44% dan kredit/pembiayaan investasi 11,87%.

Rp 8.287 Miliar

Tumbuh 17.51% yoy

Rp 1.647 Miliar

Tumbuh 18.30 % yoy

Rp 3.949 Miliar

Tumbuh 3.25 % yoy

3.1.4 Risiko Stabilitas Sistem Keuangan

Resiko kredit masih terjaga pada level wajar,

tercatat Non Performing Loan mencapai 2.57% membaik

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2.75%.

Bank Umum masih berada dalam batas wajar <5%.

Penurunan mbaiknya kondisi

keuangan dunia usaha selama triwulan laporan.

pada kelompok Bank Syariah masih tinggi sebesar 5,56%

sementara Bank Konvensi 38%.

1 Liaison adalah suatu kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang dilaksanakan secara periodik melalui wawancara

langsung/tidak langsung kepada pelaku usaha/institusi mengenai perkembangan dan arah kegiatan usaha.

TW II 2015 2.75 TW III 2015 2.57

GRAFIK 3.3 PERTUMBUHAN KREDIT KONSUMSI, INVESTASI, DAN MODAL KERJA Sumber : BI

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3

2013 2014 2015

% y

oy

Modal Kerja Investasi

Konsumsi

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

51

Risiko likuiditas masih cukup tinggi, dengan tren

penurunan yang masih berlanjut tercatat Loan to

Deposit Ratio mencapai 128.33% menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 134.06%. Penurunan LDR ini

lebih didorong peningkatan pertumbuhan dana ditengah

pertumbuhan kredit yang mengalami stagnasi. Disisi lain

permasalahan tingginya LDR masih memberikan tekanan

resiko bagi stabilitas sistem keuangan daerah, karena

tingginya net inflow kredit dari luar dan kurang diimbangi

penghimpunan dana domestik.

3.1.5 Perkembangan Kredit Korporasi

Pertumbuhan kredit korporasi melambat, tercatat

tumbuh sebesar 2.66% (yoy), lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3.11% (yoy).

Pertumbuhan ini bersumber dari perlambatan kredit pada

sektor pertanian, dan sektor pertambangan. Hal ini sejalan

dengan perlambatan pertumbuhan PDRB pada sektor tersebut

selama triwulan laporan. Penyaluran kredit sektor pertanian

tercatat sebesar 20,55% (yoy) menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 22,84% (yoy), demikian pula

untuk kredit sektor pertambangan terkontraksi hingga -

27,93% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang masih

tumbuh 5,32% (yoy). Harga batubara yang menurun

berdampak pada menurunnya permintaan kredit modal kerja

dari pelaku usaha, karena menurunnya omset usaha.

0

1

2

3

4

5

6

7

TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3

2013 2014 2015

% Y

oY

NON PERFORMING LOAN

Non Performing Loan Syariah

Konvensional

0

0.5

1

1.5

2

2.5

TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3

2013 2014 2015

% Y

oY

LDR BANK UMUM

LDR Syariah Konvensional

TW II 2015 134.06 TW III 2015 128.33

PERTUMBUHAN (% yoy)

TW II 2015 3.11 TW III 2015 2.66

NON PERFORMING LOAN (%)

TW II 2015 7.74 TW III 2015 7.46

GRAFIK 3.4 RISIKO KREDIT DAN RISIKO LIKUIDITAS Sumber : BI (diolah)

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

52

Pangsa kredit korporasi masih terkonsentrasi pada sektor perdagangan besar dan eceran

disusul sektor pertanian perburuan dan kehutanan. Pada triwulan laporan, pangsa dua kredit

terbesar tersebut relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya.

Resiko kredit korporasi masih tinggi meskipun menunjukkan perbaikan pada

triwulan III 2015, tercatat NPL berada di level 7.46% membaik dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 7.74%. NPL terbesar terjadi sektor pertambangan dan penggalian serta sektor

konstruksi yang masing-masing sebesar 66,12% dan 43,84%. Penurunan permintaan luar negeri

terhadap komoditas batubara mendorong penurunan kinerja perusahaan di sektor tambang, selain

karena masih rendahnya harga komoditas.

3.1.6 Perkembangan Kredit Rumah Tangga

Pertumbuhan kredit rumah tangga melambat. Pada

triwulan III 2015 kredit rumah tangga tumbuh sebesar

14.64% (yoy), menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 16.69% (yoy). Sumber perlambatan

berasal dari kredit multiguna dan kredit kendaraan bermotor

yang menunjukkan penurunan. Faktor penyebab adalah masih

rendahnya daya beli masyarakat dan kenaikan harga otomotif

paska melemahnya nilai tukar.

Pertumbuhan kredit kendaraan bermotor hanya sebesar

3.31% (yoy) menurun signifikan dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 16,43% (yoy).

Sementara itu pertumbuhan kredit pemilikan rumah mengalami peningkatan. KPR tumbuh

16,45% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,19% (yoy). Peningkatan

KPR tersebut sejalan dengan relaksasi ketentuan LTV dari Bank Indonesia pada 18 Juni 2015 (PBI

No.17/10/PBI/2015), dimana terdapat penurunan down payment untuk KPR.

Pertanian27.22%

Perikanan3.53%Perdaganga

n45.40%

Industri Pengolahan…

Konstruksi6.06%

Lainnya13.00%

PANGSA KREDIT KORPORASI

PERTUMBUHAN (% yoy)

TW II 2015 16.69 TW III 2015 14.64

NON PERFORMING LOAN (%)

TW II 2015 0.98 TW III 2015 0.92

GRAFIK 3.5 PERTUMBUHAN KREDIT, RESIKO KREDIT & PANGSA KREDIT KORPORASI Sumber : BI (diolah)

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3

2013 2014 2015

NP

L (%

)

yoy

PERTUMBUHAN KREDIT & NPLKREDIT KORPORASI

PERTUMBUHAN (yoy) NON PERFORMING LOAN

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

53

Pangsa penyaluran terbesar kredit rumah tangga terkonsentrasi pada kredit multiguna dan

kredit pemilikan rumah dengan pangsa kredit yang relatif sama dibandingkan triwulan

sebelumnya.

Resiko kredit rumah tangga relatif stabil, tercatat NPL pada triwulan III 2015 sebesar 0.93%

realtif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0.98%. Secara umum hampir seluruh

komponen kredit rumah tangga seperti Kredit Pemilikan Rumah, Kredit Pemilikan Kendaraan, dan

Kredit Multiguna memiliki tingkat NPL yang stabil.

SEKTOR NOMINAL (Rp M) GROWTH (yoy) SHARE (%)

2015 2015 2015

TW 2 TW 3 TW 2 TW 3 TW 2 TW 3

KREDIT KORPORASI 6,965.85 7,006.19 3.11 2.66 PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN

1,863.87 1,906.85 22.84 20.55 26.76 27.22

PERIKANAN 246.56 247.63 30.33 9.68 3.54 3.53

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 74.13 78.34 5.33 -27.93 1.06 1.12

INDUSTRI PENGOLAHAN 318.86 335.70 -41.57 -35.80 4.58 4.79

LISTRIK, GAS DAN AIR 24.62 20.95 -82.61 -85.15 0.35 0.30

KONSTRUKSI 425.86 424.49 88.58 9.16 6.11 6.06

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 3,213.55 3,180.49 3.63 4.39 46.13 45.40

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM

143.14 144.37 11.31 17.51 2.05 2.06

TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI

71.11 64.93 -66.27 -29.72 1.02 0.93

PERANTARA KEUANGAN 132.02 123.97 -30.91 -26.87 1.90 1.77

REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN

191.19 183.15 8.56 2.51 2.74 2.61

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB

2.70 10.04 145.48 1036.85 0.04 0.14

JASA PENDIDIKAN 25.80 34.89 -33.87 -4.65 0.37 0.50

JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 41.75 56.50 83.60 121.92 0.60 0.81

JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA

170.02 175.01 14.98 31.09 2.44 2.50

0.70

0.75

0.80

0.85

0.90

0.95

1.00

1.05

1.10

1.15

1.20

10.00

11.00

12.00

13.00

14.00

15.00

16.00

17.00

18.00

19.00

20.00

TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3

2013 2014 2015

NP

L (%

)

yoy

PERTUMBUHAN KREDIT & NPLKREDIT RUMAH TANGGA

PERTUMBUHAN (yoy) NON PERFORMING LOAN

Pemilikan Rumah15.62%

Kendaraan Bermotor11.80%

Peralatan Rumah Tangga0.07%

Multiguna38.67%

Lainnya33.83%

PANGSA KREDIT RUMAH TANGGA

Tabel 3.1 KREDIT KORPORASI dan KREDIT RUMAH TANGGA di PROVINSI BENGKULU Sumber : Bank Indonesia

GRAFIK 3.6 PERTUMBUHAN KREDIT, RESIKO KREDIT & PANGSA KREDIT RUMAH TANGGA Sumber : BI (diolah)

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

54

JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA

8.90 9.43 33.62 30.68 0.13 0.13

BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA

0.00 0.00 -100.00 -100.00 0.00 0.00

KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA

11.77 9.45 -71.12 -77.44 0.17 0.13

KREDIT RUMAH TANGGA 9,371.08 9,712.30 16.69 14.64

KREDIT PEMILIKAN RUMAH/APARTEMEN

1,476.51 1,516.59 11.19 16.45 15.76 15.62

KREDIT KENDARAAN BERMOTOR 1,123.22 1,146.31 16.43 3.31 11.99 11.80

KREDIT PERALATAN RUMAH TANGGA 7.95 7.28 -1.38 -14.25 0.08 0.07

KREDIT MULTIGUNA 3,719.14 3,756.12 45.01 38.22 39.69 38.67

KREDIT RUMAH TANGGA LAINNYA 3,044.27 3,286.00 -3.82 -1.45 32.49 33.83

3.1.7 Perkembangan Kredit UMKM

Perkembangan kredit UMKM meningkat, tercatat

pertumbuhannya sebesar 8.79%, lebih tinggi

dibandingkan triwulan II sebesar 8.35%. Pertumbuhan

tersebut didorong oleh kredit investasi UMKM sementara

kredit modal kerjanya mengalami perlambatan. Kredit

investasi UMKM tumbuh 20,82% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 15,56% (yoy).

sementara kredit modal kerja UMKM tumbuh 4,30% (yoy),

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

5,68% (yoy).

Dari segi pangsanya, kredit UMKM didominasi oleh kredit modal kerja yang mencapai 69,84% dari

total kredit UMKM atau senilai Rp3,56 triliun. Sedangkan kredit investasi berkontribusi sebesar

30,16% atau senilai Rp1,54 triliun.

Sementara secara pangsa sektoralnya, kredit UMKM disalurkan kepada sektor perdagangan

besar dan eceran serta sektor pertanian dengan pangsa masing-masing sebesar 58,69% dan

21,20%. Pada sektor perdagangan, penyaluran kredit UMKM utamanya diserap oleh sub sektor

perdagangan eceran. Perdagangan eceran didominasi perdagangan makanan,minuman dan

tembakau sebesar Rp620,97 miliar atau sebesar 20,54% dari total kredit UMKM sektor

perdagangan. Terbesar kedua berasal dari sub sektor perdagangan eceran komoditi lainnya (bukan

makanan, minuman, atau tembakau) sebesar Rp620,00 miliar atau 12,14% dari total kredit

UMKM. Sementara itu pada sektor pertanian, masih didominasi oleh sub sektor perkebunan kelapa

sawit yang menyerap kredit/pembiayaan UMKM sebesar Rp780,30 miliar atau 15,28% dari total

kredit UMKM, diikuti oleh sub sektor perkebunan karet dan penghasil getah lainnya sebesar

Rp219,74 miliar atau 4,30% dari total kredit UMKM sektor pertanian.

PERTUMBUHAN (% yoy)

TW II 2015 8.35%

TW III 2015 8.79%

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

55

Resiko kredit UMKM mengalami perbaikan meskipun

masih berada diatas level wajar. Kondisi ini terlihat dari

rasio NPL s kredit UMKM pada triwulan laporan sebesar

5,66% (yoy), membaik dari triwulan sebelumnya sebesar

5,84% (yoy). NPL terbesar terjadi pada sektor

pertambangan serta real estate. Resiko di sektor

Pertambangan masih cukup tinggi seiring dengan

penurunan usaha di sektor ini.

KREDIT UMKM NOMINAL (Rp M) GROWTH (yoy) SHARE (%)

2015 2015 2015

TW 2 TW 3 TW 2 TW 3 TW 2 TW 3

BERDASARKAN PENGGUNAAN 5,081.84 5,108.16 8.35 8.79

Modal Kerja 3,614.40 3,567.47 5.68 4.30 71.12 69.84

Investasi 1,467.44 1,540.69 15.56 20.82 28.88 30.16

BERDASARKAN SEKTORAL 5,081.84 5,108.16 8.35 8.79 PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN

1,068.12 1,083.17 23.90 18.97 21.02 21.20

PERIKANAN 25.16 26.43 12.67 24.80 0.50 0.52

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 17.74 19.01 -57.41 -63.90 0.35 0.37

INDUSTRI PENGOLAHAN 104.47 114.28 11.02 19.44 2.06 2.24

LISTRIK, GAS DAN AIR 22.35 20.95 -8.22 -12.30 0.44 0.41

KONSTRUKSI 228.64 222.07 24.60 10.39 4.50 4.35

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 3,023.82 2,997.98 3.94 4.45 59.50 58.69

PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM

102.31 104.92 13.01 17.29 2.01 2.05

TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI

62.15 62.86 24.05 26.19 1.22 1.23

PERANTARA KEUANGAN 22.03 19.43 -57.82 -15.18 0.43 0.38

REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN

156.34 151.61 25.84 26.27 3.08 2.97

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB

2.46 9.25 349.83 2448.99 0.05 0.18

TW II 2015 : 5.84%

TW III 2015 : 5.66%

NPL PER SEKTOR TERBESAR

Pertambangan dan penggalian

Real estate, persewaan dan jasa perusahaan

Tabel 3.2 KREDIT UMKM di PROVINSI BENGKULU Sumber : Bank Indonesia

GRAFIK 3.7 PERTUMBUHAN KREDIT, RESIKO KREDIT KREDIT UMKM Sumber : Bank Indonesia (diolah)

8.79

5.66

0.70

1.70

2.70

3.70

4.70

5.70

6.70

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2014 2015

NP

L (%

)

yoy

Kredit Penggunaan

Non Performing Loan

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

56

JASA PENDIDIKAN 22.32 26.63 14.89 86.86 0.44 0.52

JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 41.88 57.70 74.90 132.61 0.82 1.13

JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA

163.46 174.19 10.70 33.94 3.22 3.41

JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA

8.92 9.46 34.41 31.13 0.18 0.19

BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA

0.00 0.00 -100.00 -100.00 0.00 0.00

KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA

9.69 8.22 -74.22 -78.90 0.19 0.16

3.2 Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Perkembangan Bank Syariah secara umum melambat, perlambatan terjadi pada Asset

dan Pembiayaan. Pada triwulan laporan pertumbuhan aset yang dikelola oleh Bank Syariah di

Provinsi Bengkulu mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,94% (yoy) atau menjadi Rp909,95 miliar,

Turun signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,38% (yoy).

Growth

(yoy)

Q2 2015 4.38 7.18 -0.18 180 5.79

Q3 2015 0.94 12.64 -6.87 154 5.56

Sementara penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada

Triwulan III 2015 tumbuh 12,64% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,18%. Hal

ini bersumber dari peningkatan pertumbuhan giro yang

signifikan, diikuti pertumbuhan tabungan dan deposito.

Giro perbankan syariah meningkat hingga 17,79% (yoy),

lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang

terkontraksi hingga -1,72% (yoy). Kontraksi giro di

perbankan syariah telah berlangsung sejak bulan Januari

hingga berlanjut sampai dengan triwulan II 2015.

Tabungan66%

Giro6%

Deposito28%

KomposisiDana Pihak Ketiga

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

57

Growth

(yoy)

Q2 2015 7.26 8.92 -1.72

Q3 2015 8.37 23.15 17.79

Pembiayaan perbankan syariah pada triwulan Laporan

terkontraksi sebesar -6,87% (yoy) lebih dalam dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar -0,18% (yoy). Hal ini

terdampak dari perlambatan ekonomi, mengingat sebagian

besar pembiayaan syariah (54%) terkonsentrasi di

pembiayaan produktif (modal kerja dan investasi masing-

masing mengambil porsi sebesar 27,30% dan 26,68%)

Growth

(yoy)

Q2 2015 -26.64 46.04 4.97

Q3 2015 -36.20 38.75 1.45

Resiko likuiditas dan resiko pembiayaan

menunjukkan perbaikan meskipun berada diatas

level wajar. Non Performing Financing (NPF) membaik

dari 5,79% di triwulan sebelumnya menjadi 5,56%

pada triwulan III 2015. Sumber penurunan NPF berasal

dari sektor perdagangan yang memiliki porsi 51,22%

dari total NPF. Sektor yang berkontribusi terbesar dalam

membaiknya NPF adalah sektor perdagangan.

Sementara Finance to Deposit Ratio berada pada posisi

154%, menurun dibandingkan posisi triwulan

sebelumnya yang mencapai 180%.

Modal Kerja27%

Investasi27%

Konsumsi46%

KomposisiPembiayaan

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3

2013 2014 2015

NP

F

FDR

FDR & NPF

FDR NPF

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

58

3.3 Bank Perkreditan / Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Kegiatan usaha BPR/BPRS di Bengkulu pada triwulan III 2015 meningkat.

Pada periode laporan, aset BPR/BPRS Provinsi Bengkulu tumbuh sebesar 10,75% (yoy), lebih tinggi

dari laju pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -1,59% (yoy).

Sementara DPK BPR/BPRS juga mencatatkan perlambatan sebesar 21,71% (yoy), lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya sebesar 10,99% (yoy). Peningkatan DPK ini terutama didorong oleh

pertumbuhan deposito berjangka pada triwulan III 2015 yang tercatat sebesar 18,81% (yoy) dari

7,10% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Posisi tabungan juga tercatat meningkat dari posisi triwulan

sebelumnya. Pada triwulan III 2015 pertumbuhan tabungan sebesar 29,64% (yoy) dari triwulan

sebelumnya yang tercatat negatif 21,68% (yoy).

Sementara itu, pertumbuhan penyaluran kredit/pembiayaan tercatat menurun. Pertumbuhan

kredit/pembiayaan BPR/BPRS terkontraksi hingga -0,92% (yoy). Dampak perlambatan ekonomi

dirasakan cukup signifikan mempengaruhi penyaluran kredit BPR/BPRS.

Growth

(yoy)

Q2 2015 -1.59 10.99 1.85 118.02

Q3 2015 10.75 21.71 -0.92 104.28

Resiko likuiditas mengalami perbaikan meskipun masih diatas taraf wajar. LDR/FDR

pada triwulan III 2015 mencapai 104,28% menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

118,02%. Penurunan rasio LDR/FDR tersebut lebih didorong oleh pertumbuhan dana pihak

sementara penyaluran kredit / pembiayaan terkontraksi.

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

59

3.4 Sistem Pembayaran

3.4.1 Sistem Pembayaran Tunai

Pada triwulan III 2015, posisi pengedaran uang kartal di Bank Indonesia Bengkulu

mengalami net cash outflow. Net cash outflow mencapai Rp777,75 miliar, sedikit meningkat

dibandingkan dengan net cash outflow triwulan sebelumnya sebesar Rp701,62 miliar. Pola net cash

outflow tersebut merupakan siklus tahunan seiring dengan mulai pencairan proyek-proyek

infrastruktur APBD/N.

Apabila dicermati, data aliran uang kartal di

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Bengkulu selalu mencatatkan net cash outflow.

Hal ini merupakan indikasi bahwa ekonomi di

Provinsi Bengkulu mengalami pertumbuhan.

Keterangan

2013 2014 2015 YoY %

II III II III II III III 2014 III 2015

Inflow 107,185 544,058 149,431 748,707 101,272 523,074 37.62% -30.14%

Outflow 754,227 1,090,522 1,011,170 1,160,143 802,896 1,300,830 6.38% 12.13%

Netflow -647,043 546,464 -861,739 -411,437 -701,624 -777,756 -175.29% 89.03%

3.4.1.1 Pemusnahan Uang Kartal

Dalam rangka menjaga kualitas uang yang beredar di masyarakat (clean money policy

and fresh for circulation), maka Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

melakukan kegiatan pemusnahan Uang yang Tidak Layak Edar (UTLE) dengan menggunakan

Mesin Racik Uang Kertas (MRUK) secara berkala. Rasio jumlah pemusnahan uang kartal terhadap

inflow pada triwulan III 2015 adalah sebesar 44,26%. Rasio ini masih lebih tinggi dibandingkan rata-

rata rasio pemusnahan triwulan III pada 5 (lima) tahun terakhir sebesar 29%. Sementara

pemusnahan uang kartal periode laporan meningkat 60,44% (qtq) dan 10,18% (yoy), disaat inflow

uang kartal tumbuh 416,50% (qtq) dan -30,14% (yoy).

Tabel 3.3 NETFLOW UANG KARTAL Sumber : BI

Grafik 3.8 INFLOW-OUTFLOW UANG KARTAL Sumber : BI

(8,000)

(6,000)

(4,000)

(2,000)

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2014 2015

dal

am M

iliar

Rp

.

Pembayaran Tunai

Netflow Inflow Outflow

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

60

3.4.1.2 Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli

Jumlah uang yang diragukan ciri keasliannya yang dilaporkan ke Bank Indonesia

Bengkulu pada triwulan III 2015 tidak mengalami perubahan yang berarti. Selama triwulan III

2015 Bank Indonesia Provinsi Bengkulu menerima pelaporan uang yang diragukan ciri keasliannya

sebanyak 56 lembar. Jumlah ini sama dibandingkan penemuan uang rupiah yang diragukan

keasliannya pada periode triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 56 lembar. Jenis pecahan

uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan selama periode laporan adalah pecahan Rp100.000,00

sejumlah 10 lembar, pecahan Rp50.000,00 sejumlah 4 lembar, pecahan Rp20.000,00 sejumlah 40

lembar dan pecahan Rp.10.000,00 sejumlah 2 lembar. Persentase jumlah uang palsu terhadap

jumlah cash inflow pada triwulan laporan sangat kecil yaitu hanya sebesar 0.0000042%.

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

120.00%

140.00%

160.00%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

dal

am J

uta

Rp

Pemusnahan Uang Inflow Rasio PPTB/Inflow

23 5 6

37 28

4 6 13 9 18 23

112

56

24 38 36

67 56 56

-

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015

Grafik 3.8 PERKEMBANGAN RASIO PEMUSNAHAN UANG TERHADAP INFLOW PROVINSI BENGKULU Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu

Grafik 3.9 PENEMUAN JUMLAH LEMBAR UANG PALSU DI PROVINSI BENGKULU Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

61

3.4.2 Sistem Pembayaran Non Tunai

3.4.2.1 Perkembangan Kliring Lokal

Pada triwulan III 2015, transaksi kliring secara nominal mengalami peningkatan dari

Rp565,243 miliar pada triwulan II 2015 menjadi Rp1,004,426 miliar pada triwulan III 2015

atau tumbuh 77,70% (qtq). Kondisi tersebut seiring peningkatan transaksi non-tunai terkait

realisasi proyek pemerintah menjelang akhir tahun. Sejalan dengan meningkatnya nominal kliring,

jumlah warkat kliring meningkat sebesar 16,42% (qtq). Demikian halnya rata-rata kliring per hari,

mengalami kenaikan 122,63 (qtq) dari Rp7,39 miliar per hari menjadi Rp16,46 miliar per hari.

Sementara itu jumlah penolakan warkat cek dan bilyet giro relatif sama dibandingkan

triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, jumlah warkat cek dan bilyet giro yang tertolak

sebanyak 2,04% dari total warkat yang ditransaksikan. Kondisi ini relatif sama dibandingkan

periode triwulan sebelumnya sebesar 2,02%. Penolakan cek dan bilyet giro berdasarkan nominal

mencapai 2,19% dari total transaksi kliring, meningkat dibandingkan rata-rata triwulan sebelumnya

yang sebesar 2,71% (qtq). Penolakan transaksi kliring dapat terjadi antara lain karena tidak

dipenuhinya syarat-syarat administrasi bank penerima pada fisik warkat, rekening tutup, dan saldo

tidak cukup.

Keterangan

2014 2015 Pertumbuhan

QtQ I II III IV I II III

Bank Peserta Kliring 19 20 20 20 20 20 20

Perputaran Kliring

Nominal (juta Rp.) 944,066 836,741 755,008 738,621 829,960 565,243 1,004,426 77.70%

Warkat (lembar)

33,182

31,174

29,129

26,189

35,250

28,263

32,904 16.42%

Rata-Rata Perputaran Kliring per Hari

Nominal (juta Rp.) 15,734 13,717 12,178 11,191 13,492 7,396 16,466 122.63%

Warkat (lembar) 553 511 470 397 570 491 539 9.87%

% Penolakan Cek dan Bilyet Giro

Nominal 3.50% 2.96% 2.84% 4.56% 2.09% 2.71% 2.19%

Warkat 1.87% 2.21% 2.36% 3.07% 2.11% 2.02% 2.04%

Tabel 3.4 PERKEMBANGAN KLIRING DAN PENOLAKAN CEK/BILYET PROV. BENGKULU Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

62

Tabel 3.5 PERKEMBANGAN TRANSAKSI RTGS Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu

3.4.2.2 Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS)

Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) secara agregat mengalami penurunan. Penurunan

terjadi pada transaksi keluar dan masuk daerah Bengkulu, sementara transaksi antar nasabah

di daerah Bengkulu mencatatkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara

nominal transaksi keluar daerah Bengkulu tumbuh sebesar -3,3% (qtq) atau menurun menjadi

15.385 Miliar pada triwulan laporan. Sejalan hal tersebut, transaksi masuk Bengkulu juga

mengalami penurunan sebesar -24,2% (qtq), dari Rp 78.500 Miliar menjadi sebesar 59.484 Miliar.

Jumlah warkat juga mengalami penurunan sebesar -7,1% menjadi 3.731 lembar selama triwulan

laporan. Sementara transaksi antar nasabah di daerah Bengkulu mengalami peningkatan sebesar

33,1% menjadi 898 warkat dari sebelumnya sebanyak 675 warkat. Sebaliknya jika dilihat dari

jumlah warkat, transaksi antar nasabah di dalam Bengkulu justru mengalami penurunan dari 1.101

lembar menjadi 1.077 lembar.

Keterangan

2013 2014 2015 Pertumb.

QtQ II III II III II III

Transaksi Keluar Daerah (from)

Nominal (miliar Rp.) 15,275 12,411 18,428 10,973 15,910 15,385 -3.3%

Warkat (lembar) 9,172 9,298 10,613 10,599 4,195 4,607 9.8%

Transaksi Masuk Bengkulu (to)

Nominal (miliar Rp.) 30,761 25,528 35,865 43,103 78,500 59,484 -24.2%

Warkat (lembar) 7,843 7,401 8,483 7,976 4,018 3,731 -7.1%

Transaksi Antar Nasabah di Dalam Bengkulu (from-to)

Nominal (miliar Rp.) 4,023 2,319 2,458 2,426 675 898 33.1%

Warkat (lembar) 2,760 2,545 3,449 3,359 1,101 1,077 -2.2%

3.4.2.3Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB)

Jumlah TUKAB pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan, baik secara kuartalan (qtq)

maupun secara tahunan (yoy). Transaksi uang kartal antar bank pada triwulan laporan mencapai

Rp916,00 Miliar, lebih tinggi 33,12% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tercatat

sebesar Rp686,10 Miliar. Secara tahunan jumlah TUKAB pada triwulan laporan juga mengalami

peningkatan sebesar 34,91% (yoy) dibandingkan triwulan III 2014 atau meningkat dari Rp678,95

Miliar menjadi Rp916,00 Miliar. Pada Agustus 2015 tercatat pertumbuhan TUKAB meningkat

signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sebesar 163,35% (yoy). Hal ini disebabkan

transaksi TUKAB Agustus 2014 tercatat cukup rendah sebesar Rp112,40 Miliar. Meningkatnya

volume TUKAB dapat mencerminkan meningkatnya kebutuhan uang kartal dimasyarakat. Kondisi ini

searah dengan pergerakan inflow-outflow uang kartal di Bank Indonesia yang telah dipaparkan

pada bagian sebelumnya. Jika volume TUKAB meningkat, pada waktu yang sama perbankan

meningkatkan penarikan uang kartal dari Bank Indonesia (outflow), maka mengindikasikan

kebutuhan uang tunai pada periode tersebut sedang tinggi.

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

63

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2012 2013 2014 2015

TUKAB g (yoy)

Grafik 3.10 PERKEMBANGAN TUKAB DI PROVINSI BENGKULU Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

BAB IV

KINERJA DAN KEUANGAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

65

KINERJA KEUANGAN DAERAH

TRIWULAN III 2015

Realisasi pendapatan terhadap target anggaran APBD Pemerintah Provinsi Bengkulu pada

triwulan III 2015 menurun dibandingkan triwulan III 2014. Penurunan bersumber dari

Pendapatan Asli Daerah maupun Dana Perimbangan. Realisasi Pendapatan mencapai 60.67%

pada triwulan laporan, sementara pada periode yang sama tahun sebelumnya mencapai

80.20%. Demikian halnya dengan realiasi belanja terhadap target anggaran APBD 2015 juga

menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan III 2014. Tercatat realisasi belanja mencapai

48.25% menurun dibandingkan triwulan III 2014 sebesar 51.95%

4.1 Pendapatan APBD Pemerintah Provinsi

Realisasi pendapatan terhadap target APBD Pemerintah Provinsi Bengkulu pada Triwulan III

2015 lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun 2014. Realisasi pendapatan

mencapai Rp1.335,99 miliar atau 60,67% dari pagu APBD sebesar Rp2.202,19 miliar. Sementara

pada periode yang sama tahun 2014, realisasi pendapatan sebesar Rp1.519,36 Miliar dari pagu

anggaran sebesar Rp1894,36 Miliar atau sebesar 80,20%.

Penurunan bersumber dari realisasi PAD yang hanya mencapai

43,93% terhadap anggaran. Penurunan tersebut terutama

didorong penurunan penghimpunan pajak daerah yang hanya

mencapai 52.67% lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya

yang mencapai 75.89%.

Realisasi pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat mencapai

60,60% dari pagu juga menurun dibandingkan tahun

sebelumnya yang mencapai 81,31%. Secara nominal pendapatan

transfer Triwulan III 2015 yang sudah terealisasi sebesar Rp904,50

miliar dari pagu anggaran sebesar Rp 1.492,7 miliar. Penurunan

realisasi bersumber Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil Pajak,

Dana Bagi Hasil Pajak Bukan Pajak, dan Dana Penyesuaian.

Realisasi Pendapatan Asli Daerah mencapai 43,93% dari pagu, menurun dibandingkan tahun

sebelumnya sebesar 78.00%. Secara nominal Pendapatan Asli Daerah Triwulan III 2015 yang

sudah terealisasi sebesar Rp305,34 miliar dari pagu anggaran Rp695,03 miliar. Penurunan realisasi

PAD terutama bersumber dari Pendapatan Pajak Daerah; Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yg dipisahkan; dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.

Anggaran Pendapatan APBD Triwulan III 2015

PAD Rp 695 M Transfer Pusat Rp1.492 M Lain-lain Rp 14 M

Total Rp2.202 M

Realisasi Pendapatan APBD Triwulan III 2015

PAD Rp 305 M Transfer Pusat Rp 904 M Lain-lain Rp 126 M

Total Rp 1.335 M

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

66

APBD Provinsi Pagu Realisasi % Realisasi % Pangsa

2014P 2015P III-2014 III-2015 III-2014 III-2015 III-2014 III-2015

Pendapatan Asli

Daerah 608.98 695.03 475.01 305.34 78.00 43.93 31.26 22.85

Pendapatan Pajak

Daerah 458.74 497.00 348.16 261.77 75.89 52.67 22.91 19.59

Pendapatan

Retribusi Daerah 4.21 4.19 3.12 1.68 73.95 39.95 0.21 0.13

Pendapatan Hasil

Pengelolaan

Kekayaan Daerah yg

dipisahkan

16.65 16.65 16.78 17.81 100.79 106.96 1.10 1.33

Lain-lain

Pendapatan Asli

Daerah yang Sah

129.38 177.19 106.95 24.08 82.66 13.59 7.04 1.80

Pendapatan

Perimbangan/Transfer 1282.87 1492.70 1043.09 904.50 81.31 60.60 68.65 67.70

Dana Bagi Hasil

Pajak 45.57 52.28 32.15 21.65 70.57 41.41 2.12 1.62

Dana Bagi Hasil

Bukan Pajak

(Sumber Daya Alam)

21.57 63.44 43.07 38.47 199.63 60.64 2.83 2.88

Dana Alokasi Umum 955.10 1046.08 795.91 610.21 83.33 58.33 52.38 45.67

Dana Alokasi

Khusus 53.93 63.89 16.18 35.14 30.00 55.00 1.06 2.63

Dana Penyesuaian 206.71 267.00 155.78 199.03 75.36 74.54 10.25 14.90

Lain-lain Pendapatan

yang Sah 2.51 14.46 1.25 126.15 50.05 872.29 0.08 9.44

Total Pendapatan 1894.36 2202.19 1519.36 1335.99 80.20 60.67 100.00 100.00

Penurunan PAD tersebut bersumber dari penurunan penghimpunan pajak kendaraan bermotor

sebagai dampak dari menurunnya penjualan otomotif selama tahun 2015. Hasil liaison

menyatakan bahwa pelaku usaha otomotif rata-rata mengalami penurunan omzet 10-30 % selama

tahun 2015 akibat daya beli masyarakat yang belum pulih. Data Dinas Perhubungan, Komunikasi

dan Informatika Provinsi Bengkulu mencatat bahwa pertumbuhan jumlah kendaraan R4 terus

mengalami kontraksi sejak awal tahun. Pada triwulan III 2015 pertumbuhan kendaraan R4 sebesar -

37.2% (yoy) sementara pada triwulan III 2014, pertumbuhan kendaraan R4 masih mencapai 1.6%

(yoy). Sementara data Bank Indonesia mencatat bahwa pertumbuhan kredit pemilikan kendaraan

bermotor pada triwulan III 2015 melambat cukup signifikan. Apabila pada triwulan III 2014 kredit

pemilikan kendaraan bermotor mampu tumbuh 23.37% (yoy), maka pada triwulan laporan kredit

hanya tumbuh 3.31% (yoy).

Berdasarkan strukturnya, pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Bengkulu masih bergantung

pada Pemerintah Pusat yang ditunjukkan oleh masih besarnya pangsa Pendapatan Transfer

(67.70%) dibandingkan Pendapatan Asli Daerah (22.85%). Pada triwulan III 2015, pangsa

pendapatan transfer mengalami penurunan dibandingkan triwulan III 2014. Penurunan terutama

bersumber dari Dana Alokasi Umum.

TABEL 4.1 REALISASI PENERIMAAN APBD PEMPROV BENGKULU Sumber : Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Bengkulu

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

67

4.2 Belanja APBD Pemerintah Provinsi

Persentase Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Bengkulu pada Triwulan III 2015 lebih rendah

dibandingkan triwulan III 2014. Realisasi mencapai Rp1.025,11 miliar atau 48,25% dari pagu

sebesar Rp2.125,34 miliar. Sementara pada periode yang sama tahun sebelumnya realisasi mencapai

Rp1.086,93 miliar atau 51.95% dari pagu sebesar Rp2.092,06 miliar.

Menurunnya persentase realisasi penyerapan belanja bersumber

dari belanja operasi dan belanja modal. Penurunan realisasi

belanja yang cukup signifikan terjadi pada belanja modal terutama

yang bersumber untuk belanja pembangunan gedung dan

bangunan.

Realisasi penyerapan belanja operasi sampai dengan Triwulan III

2015 mencapai 58,09% relatif sama dibandingkan tahun

sebelumnya sebesar 58.56%. Secara nominal belanja operasi

Triwulan III 2015 yang sudah terealisasi sebesar Rp840.84 miliar dari

pagu anggaran sebesar Rp 1.447.52 miliar. Penurunan penyerapan

belanja operasi terjadi pada hampir seluruh komponen kecuali

belanja hibah.

APBD

Provinsi

Pagu Realisasi % Realisasi % Pangsa

2014P 2015P III-2014 III-2015 III-2014 III-2015 III-2014 III-2015

Belanja Operasi 1520.15 1447.52 890.18 840.84 58.56 58.09 81.90 82.00

Belanja Pegawai 579.13 635.72 422.14 415.00 72.89 65.28 38.84 40.47

Belanja Barang 646.90 533.54 288.94 177.26 44.66 33.22 26.58 17.29

Belanja Hibah 268.44 273.86 177.30 248.58 66.05 90.77 16.31 24.24

Belanja Bantuan

Keuangan 25.68 4.40 1.80 0.00 7.01 0.00 0.17 0.00

Belanja Modal 330.15 450.66 157.69 174.71 47.76 38.77 14.51 17.04

Belanja Tanah 5.30 11.02 0.09 1.06 1.60 9.59 0.01 0.10

Belanja

Peralatan dan

Mesin

45.70 67.77 17.04 27.83 37.30 41.06 1.57 2.71

Belanja Gedung

dan Bangunan 42.91 63.29 16.96 14.88 39.52 23.51 1.56 1.45

Belanja Jalan,

Irigasi dan

Jaringan

234.17 305.32 123.42 129.81 52.70 42.52 11.35 12.66

Belanja Aset

Tetap Lainnya 2.07 3.26 0.19 1.13 9.23 34.80 0.02 0.11

Belanja Tidak

Terduga 13.05 9.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Transfer 228.70 218.16 39.06 9.88 17.08 4.53 3.59 0.96

Total Belanja 2092.06 2125.34 1086.93 1025.42 51.95 48.25 100.00 100.00

TABEL 4.2 REALISASI BELANJA APBD PEMPROV BENGKULU Sumber : Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Bengkulu

Anggaran Belanja APBD Triwulan III 2015

Belanja Operasi Rp 1.447 M Belanja Modal Rp 451 M Tidak Terduga Rp 9 M Transfer Rp 218 M

Total Rp 2.125 M

Realisasi Belanja APBD Triwulan III 2015

Belanja Operasi Rp 840 M Belanja Modal Rp 175 M Tidak Terduga Rp 0 M Transfer Rp 10 M

Total Rp1.025 M

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

68

Realisasi penyerapan belanja modal sampai dengan Triwulan III 2015 mencapai 38,77%, lebih

rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 47.76%. Secara nominal belanja modal

Triwulan III 2015 yang sudah terealisasi sebesar Rp174.71 miliar dari pagu anggaran sebesar

Rp450,66 miliar. Sumber penurunan realisasi penyerapan belanja berasal dari Belanja Gedung dan

Bangunan. Menurunnya realisasi penyerapan belanja modal dikonfirmasi pula oleh menurunnya

kegiatan di sektor konstruksi selama triwulan III 2015, seperti perlambatan perlambatan kredit

konstruksi perbankan. Berdasarkan strukturnya, belanja daerah Pemerintah Provinsi Bengkulu

masih didominasi belanja rutin yang ditunjukkan oleh masih besarnya pangsa Belanja Operasi

(82.00%) dibandingkan Belanja Modal (17.04%).

4.3 Belanja APBN Provinsi Bengkulu

Realisasi penyerapan belanja APBN Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2015 lebih rendah

dibandingkan triwulan III 2014. Pada triwulan III 2015 penyerapan sebesar 51.12% sementara

pada periode yang sama tahun sebelumnya mencapai 71.30%. Rendahnya penyerapan belanja

APBN terjadi pada pos belanja negara maupun belanja transfer ke daerah/desa. Pada Belanja

Negara, penurunan penyerapan APBN terutama terjadi pada belanja barang, belanja modal dan

belanja bantuan sosial. Hal ini diperkirakan sebagai dampak tertundanya proses pengadaan di awal

tahun akibat penyesuaian nomenklatur kementerian. Sementara pada bos belanja transfer ke

daerah/desa, penurunan penyerapan APBN terutama terjadi pada realisasi dana perimbangan dan

dana otonomi khusus/penyesuaian.

BELANJA

APBN

PAGU ANGGARAN Realisasi Akumulasi % Realisasi % Pangsa

2014 2015 2014 2015 2014 2015

2014P 2015 Q3 Q3 Q3 Q3 Q3 Q3

Belanja Negara 3,589.52 4,699.58 2,076.20 2,188.43 57.84 32.50 27.22 23.57

Belanja Pegawai 1,152.11 1,424.95 798.43 960.44 69.30 52.29 10.47 10.34

Belanja Barang 1,236.67 1,477.12 699.18 587.12 56.54 26.47 9.17 6.32

Belanja Modal 860.52 1,434.30 396.45 505.96 46.07 21.19 5.20 5.45

Belanja Bantuan

Sosial 340.22 363.21 182.14 134.90 53.54 24.05 2.39 1.45

Transfer Ke Daerah

dan Dana Desa 7,109.38 8,853.35 5,551.65 7,097.20 78.09 61.01 72.78 76.43

Transfer ke Daerah 7,109.38 8,490.39 5,551.65 6,806.83 78.09 61.19 72.78 73.31

a. Dana

Perimbangan 6,211.57 7,466.55 4,852.34 6,001.43 78.12 61.99 63.61 64.63

b. Dana Otonomi

Khusus dan

Penyesuaian

897.81 1,023.84 699.31 805.40 77.89 55.30 9.17 8.67

Transfer Dana Desa - 362.96 - 290.37 - 56.79 - 3.13

Total Belanja 10,698.90 13,552.93 7,627.85 9,285.62 71.30 51.12 100.00 100.00

TABEL 4.3 REALISASI BELANJA APBN PROVINSI BENGKULU Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bengkulu

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

69

Boks 3 : PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di BENGKULU

TAHUN 2011-2014

Selama kurun waktu 2011 sd 2014 alokasi anggaran dana transfer Pemerintah Pusat ke

Pemerintah Provinsi/Kab/Kota di Bengkulu meningkat hingga 50%. Pada tahun 2011, jumlah

alokasi dana perimbangan sebesar Rp 4,3 Triliun kemudian terus berkembang hingga mencapai Rp

6,5 Triliun di tahun 2014. Namun demikian peningkatan dana transfer tersebut tidak serta merta

mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota mengingat dampak eksternal

pelemahan harga komoditas dirasakan lebih kuat mendorong perlambatan ekonomi regional.

Berdasarkan grafik dibawah ini tampak bahwa sebagian besar perekonomian kabupaten/kota pada

periode 2011-2014 mengalami perlambatan, sementara itu pangsa APBD terhadap PDRB terus

mengalami kenaikan.

Sumber Data : BPS Provinsi Bengkulu dan DJPK Kemenkeu.

Namun untuk Kabupaten Muko-muko relatif dikecualikan karena justru menunjukkan peningkatan

pertumbuhan dibandingkan kabupaten lainnya. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Muko-muko

untuk mendorong peningkatan alokasi belanja modal selama kurun 2011-2014 memberikan

dorongan multiplier bagi pertumbuhan ekonomi. Tercatat selama kurun waktu lima tahun terakhir

Pemkab Muko-muko mengalokasikan 32,06% APBD untuk belanja modal atau yang tertinggi

dibandingkan Pemerintah Daerah lainnya.

4.50

5.00

5.50

6.00

6.50

7.00

7.50

5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00

Per

tum

bu

ha

n E

kon

om

i

Share APBD Terhadap PDRB Harga Berlaku

PERTUMBUHAN EKONOMI & SHARE APBD

Kab. Bengkulu Selatan Kab. Bengkulu Utara Kab. Rejang Lebong Kota Bengkulu Kab. Kaur

Kab. Seluma Kab. Mukomuko Kab. Lebong Kab. Kepahiang Kab. Bengkulu Tengah

32.0629.03 28.70 27.51

23.87 23.0821.45

17.88 17.30 16.7514.06

Mukomuko Seluma Kepahiang Lebong BengkuluTengah

Kaur RejangLebong

Prov.Bengkulu

BengkuluUtara

BengkuluSelatan

KotaBengkulu

ALOKASI BELANJA MODAL KUMULATIFAPBD TA. 2011 sd 2014 (%)

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

70

Upaya peningkatan sisi investasi dalam mendorong perekonomian di Muko-muko juga

direspon positif oleh swasta yang dikonfirmasi oleh peningkatan pertumbuhan kredit investasi.

Berdasarkan lokasi proyek, pertumbuhan kredit investasi di Muko-muko mencapai 195,2% (yoy) di

tahun 2011 dan mencapai 102.78% (yoy) di tahun 2014. Pertumbuhan tersebut merupakan yang

tertinggi dibandingkan kabupaten lainnya diwilayah Provinsi Bengkulu. Hal ini mengindikasikan

upaya Pemerintah Daerah dalam perbaikan proyek infrastruktur daerah akan direspon positif oleh

dunia usaha, mengingat infrastruktur sendiri merupakan permasalahan utama dalam menghambat

arus investasi.

Dengan memperhatikan data peningkatan investasi selama tahun 2011 sd 2014 baik yang

bersumber dari Investasi Pemerintah Daerah maupun Investasi Swasta, berdampak pada

peningkatan pertumbuhan ekonominya dalam jangka menengah.

-50 0 50 100 150 200

Mukomuko

Seluma

Bengkulu Utara

Kota Bengkulu

Bengkulu Selatan

Kepahiang

Lebong

Kaur

Rejang Lebong

% yoy

PERTUMBUHAN KREDIT INVESTASI(LOKASI PROYEK)

2014 2011

4.00

4.50

5.00

5.50

6.00

6.50

7.00

7.50

BengkuluSelatan

RejangLebong

BengkuluUtara

Kaur Seluma Mukomuko Lebong Kepahiang BengkuluTengah

KotaBengkulu

yoyPERTUMBUHAN EKONOMI

2011 & 20142011 2014

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015

BAB V

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

71

KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN

PROVINSI BENGKULU

Perkembangan ketenagakerjaan sampai dengan periode Agustus 2015 menunjukkan bahwa

tingkat pengangguran mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu

perkembangan nilai tukar petani pada triwulan III 2015 masih mengalami tekanan yang

semakin memburuk. Harga komoditas yang belum membaik menjadi sumber pelemahan nilai

tukar petani di Provinsi Bengkulu.

5.1 Ketenagakerjaan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi

Bengkulu meningkat, tercatat Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) pada Agustus 2015 sebesar 4,91%, lebih

tinggi dibandingkan Agustus 2014 yang hanya 3,47%.

Sementara itu, jumlah angkatan kerja tercatat sebesar 951

ribu orang atau meningkat sebesar 5.67% (yoy). Dari total

angkatan kerja tersebut, sebanyak 904,3 ribu telah bekerja

dan 46,7 ribu orang belum bekerja.

Kenaikan Tingkat Pengangguran Terbuka didorong oleh peningkatan jumlah penduduk yang tidak

bekerja. Hal ini sejalan dengan perlambatan ekonomi yang terjadi di Provinsi Bengkulu hingga

triwulan III 2015. Pada triwulan III 2014 pertumbuhan ekonomi mencapai 5,57%, sementara pada

triwulan III 2015 pertumbuhan ekonomi hanya 5.17%.

Pengangguran

2013 2014 2015

Aug Aug Aug

Jumlah Angkatan Kerja (orang)

Bekerja (Ribu orang) 832 868.8 904.3

Pengangguran (Ribu orang) 40.2 31.3 46.7

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Persentase TPAK (%) 67.59 68.29 70.67

Tingkat Pengangguran Terbuka

TPT (%) 4.61 3.47 4.91

Aug 2014 3.47 Aug 2015 4.91

TABEL 5.1 PERKEMBANGAN JUMLAH PENGANGGURAN DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) DI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

72

Berdasarkan struktur lapangan pekerjaan, sektor pertanian menyerap tenaga kerja terbesar

mencapai 54.21%; diikuti sektor jasa kemasyarakatan sebesar 16,76%; kemudian sektor

perdagangan, rumah makan, dan akomodasi sebesar 14,50% (Tabel 5.2). Besarnya penyerapan

tenaga kerja pada sektor-sektor tersebut karena merupakan sektor utama yang menopang

perekonomian Bengkulu. Diantara tiga sektor utama tersebut porsi penyerapan tenaga kerja di

Sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan meningkat dari 50,62% pada

bulan Agustus 2014 menjadi 54,21% pada bulan Agustus 2015. Sementara porsi penyerapan

tenaga kerja pada dua sektor lainnya menurun. Sektor Jasa Kemasyarakatan turun dari 18,08%

menjadi 16,76% pada Agustus 2015, kemudian sektor Perdagangan, Rumah Makan, dan

Akomodasi turun dari 17,19% menjadi 14,50% pada Agustus 2015.

SEKTOR

Aug-14 Aug-15

Ribu Orang % Porsi Ribu Orang % Porsi

1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan 439.8 50.62 490.2 54.21

2. Pertambangan dan Penggalian 9.9 1.14 11.3 1.25

3. Industri 27 3.11 35.4 3.92

4. Listrik, Gas & Air Minum 3.2 0.36 1.6 0.17

5. Konstruksi 41.6 4.79 42.4 4.69

6. Perdagangan, Rumah makan & Akomodasi 149.3 17.19 131.1 14.50

7. Transportasi, pergudangan & komunikasi 27.8 3.20 23.3 2.57

8. Keuangan 13.2 1.52 17.4 1.93

9. Jasa Kemasyarakatan 157.1 18.08 151.5 16.76

T O T A L 868.8 100 904.3 100.00

5.2 Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani triwulan III 2015 masih

mengalami tekanan dengan tren yang menurun.

Tercatat Nilai Tukar Petani (NTP) masih dibawah 100, yaitu

sebesar 92,48. NTP dibawah 100 merupakan indikasi petani

belum sejahtera sebab harga hasil produksi pertanian yang

diterima petani lebih rendah dibandingkan dengan indeks

harga yang dibayar petani, terutama terjadi pada sub sektor

tanaman pangan, perikanan, dan tanaman perkebunan.

TABEL 5.2 ANGKATAN KERJA YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA Sumber : BPS Prov. Bengkulu

NILAI TUKAR PETANI

TW II 2015 94.43 TW III 2015 92.48

NILAI TUKAR

USAHA PETANI (NTUP)

TW II 2015 101.2 TW III 2015 99.2

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

73

Tekanan harga CPO dan karet di pasar global turut mendorong pelemahan harga tandan buah

segar (TBS) sawit dan getah karet di tingkat lokal yang berdampak pada penurunan penghasilan

petani. Di sisi lain, biaya yang harus dikeluarkan oleh petani terus mengalami peningkatan karena

inflasi.

Sementara itu NTP kelompok holtikultura dan peternakan menunjukkan perbaikan.

Peningkatan permintaan pada komoditas holtikultura dan peternakan diperkirakan menjadi salah

satu faktor membaiknya pendapatan masyarakat petani di sektor tersebut.

Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) pada triwulan laporan tercatat sebesar 99.92, lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 101.28. Indeks NTUP menggambarkan keuntungan

yang diperoleh petani dari selisih antara indeks harga pengeluaran yang terkait dengan keperluan

produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) dengan indeks harga yang diterimanya. Sehingga

dengan indeks NTUP di bawah 100 dapat diartikan bahwa petani mengalami kerugian dalam

menjalankan usahanya saat ini. Nilai tukar usaha pertanian pada Subsektor Perkebunan menjadi

faktor yang menarik nilai NTUP di bawah 100. Tercatat NTUP sektor ini sebesar 87,69 pada triwulan

III 2015, terus menurun dibandingkan dengan triwulan II 2015 sebesar 94,06. Hal ini merupakan

dampak dari masih rendahnya harga komoditas di pasar global, terutama karet dan sawit yang

menjadi komoditas utama perkebunan di Provinsi Bengkulu.

GRAFIK 5.1 NILAI TUKAR PETANI Sumber : BPS Prov. Bengkulu

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

74

5.3 Perkembangan Kemiskinan

Jika dibandingkan dengan posisi September 2014, tingkat

kemiskinan meningkat dari 17,09% menjadi 17,88%.

Apabila dicermati jumlah penduduk miskin meningkat baik

di daerah perkotaan maupun di daerah Pedesaan. Jumlah

penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2015

sebanyak 103,13 ribu jiwa atau 17,79% dari total penduduk

perkotaan. Sejalan dengan itu, jumlah penduduk miskin di

daerah pedesaan pada Maret 2015 juga meningkat, dari

216,91 pada September 2014 menjadi 230,94 ribu jiwa atau

17,93% dari total penduduk pedesaan.

Apabila dibandingkan, peningkatan jumlah penduduk miskin bersumber dari pedesaan yaitu

meningkat sebesar 6,47% pada bulan Maret 2015, angka tersebut lebih besar dibandingkan

dengan daerah perkotaan yang hanya meningkat 3,55%. Dampak dari penurunan kinerja sektor

Pertanian dan inflasi Bengkulu yang masih tinggi ditengarai menjadi penyebab meningkatnya

tingkat kemiskinan di Pedesaan.

Kemiskinan 2012 2013 2014 2015

Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar

Jumlah Penduduk Miskin

Jumlah (000) 311.66 310.47 327.35 320.41 320.95 316.5 334.07

%* 17,70 17,51 18,34 17,75 17.48 17.09 17.88

Garis Kemiskinan naik sebesar 4,91% dari Rp378.881/kapita/bulan pada bulan September

2014 menjadi Rp397.489/kapita/bulan pada bulan Maret 2015. Garis Kemiskinan terutama

bersumber dari pengeluaran makanan yang terlihat dari besaran nilai Garis Kemiskinan Makanan

(GKM) yang berkontribusi sebesar 78,55%. Sedangkan pengeluaran bukan makanan yang

diindikasikan oleh Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) berkontribusi sebesar 21,45%. Jika

dibandingkan dengan posisi September 2014, porsi Garis Kemiskinan Makanan (GKM) meningkat,

baik di perkotaan maupun pedesaan. Hal ini karena kenaikan harga yang membuat pengeluaran

masyarakat meningkat padahal jumlah barang yang dikunsumsi relatif tetap.

KEMISKINAN (%)

SEPT 2014 17.09 MAR 2015 17.88

KEDALAMAN KEMISKINAN

SEPT 2014 2.85 MAR 2015 3.48

KEPARAHAN KEMISKINAN

SEPT 2014 0.75 MAR 2015 0.97

TABEL 5.3 KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

75

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada Maret 2015

mengalami peningkatan dibandingkan dengan September 2014. P1 naik dari 2,85 pada

September 2014 menjadi 3,48 pada Maret 2015. Sementara P2 naik dari 0,75 pada September

2014 menjadi 0,97 pada Maret 2015. Peningkatan nilai indeks P1 mengindikasikan bahwa rata-rata

pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan yang didorong oleh

meningkatnya garis kemiskinan. Sementara peningkatan nilai indeks P2 menunjukkan ketimpangan

pengeluaran di antara penduduk miskin semakin melebar.

Daerah

2013 2014 2015

Mar Sep Mar Sep Mar

P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2

Perkotaan 2,29 0,51 3,11 0,82 2,90 0,73 2.69 0.75 3.93 1.21

Pedesaan 3,32 0,84 3,30 0,92 2,72 0,68 2.92 0.75 3.28 0.86

Perkotaan+Pedesaan 3,00 0,74 3,24 0,89 2,78 0,70 2.85 0.75 3.48 0.97

TABEL 5.4 TINGKAT KEDALAMAN DAN KEPARAHAN KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

PROSPEK EKONOMI DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015

BAB VI

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

77

PROSPEK PEREKONOMIAN

TRIWULAN IV 2015

Perekonomian Triwulan IV2015 diperkirakan tumbuh

sebesar 4.7 5.2 % (yoy) melambat dibandingkan triwulan

III 2015.Masih melambatnya daya beli masyarakat dan

berlanjutnya tekanan harga komoditas mendorong

perkiraan pertumbuhan ekonomi keseluruhan tahun 2015

berada pada kisaran 4.9 5.4% (yoy) atau rendah

dibandingkan tahun 2014 sebesar 5.49% (yoy).

Disisi permintaan perlambatan diperkirakan didorong oleh

Konsumsi Rumah Tangga dan Ekspor-Impor seiring masih

berlanjutnya tekanan harga komoditas global dan belum

pulihnya daya beli masyarakat.Hal ini tercermin dari perkiraan

indeks tendensi konsumsi RT pada triwulan IV 2015 sebesar

97.34dibawah realisasi indeks tendensi konsumen pada triwulan III

2015. Ketidakpastian global yang masih cukup tinggi dan tekanan

harga komoditas utama Bengkulu (sawit dan Karet) yang belum

mereda mendorong pesimisme terhadap ekspektasi konsumsi

masyarakat. Hal ini tercermin pula dari indeks perkiraan pendapatan

konsumen triwulan IV 2015 sebesar 90.02 dibawah realisasi indeks

pendapatan konsumen triwulan III 2015 sebesar 108.41.

6.1 PERTUMBUHAN TRIWULAN IV 2015

Indikator Perekonomian Sisi Permintaan

Indeks Tendensi Konsumen1)

TW III 2015107.07 TW IV2015 97.34

Pendapatan Konsumen)

TW III 2015108.41 TW IV2015 90.02

Sumber :BPS Prov Bengkulu

5.58

5.16

5.57 5.665.43

5.23 5.17

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4P

2014 2015P

Optimis = 5.2 Baseline = 5.0 Pesimis = 4.7

Grafik 6.1 PERTUMBUHAN EKONOMI Sumber : BPS, BI (diolah)

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

78

Meskipun demikian, kegiatan pilkada serentak yang dilaksanakan pada triwulan IV 2015

diharapkan mampu sedikit meredam efek perlambatan ekonomi. Belanja kampanye yang

dilakukan di 7 wilayah kabupaten ( Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara, Kaur, Lebong, Mukomuko,

Rejang Lebong, dan Seluma) serta 1 Provinsi Bengkulu diperkirakan akan meningkatkan PDRB

khususnya pada komponen konsumsi LNPRT (lembaga non profit yang melayani rumah tangga).

Sementara itu kegiatan investasi pada triwulan IV 2015 diperkirakan tumbuh cukup baik yang

ditunjukkan oleh tren peningkatan pertumbuhan kredit konsumsi dan percepatan penyerapan

belanja modal APBD/N. Hal ini dikonfirmasi pula oleh meningkatnya penjualan semen pada bulan

September 2015 setelah pada beberapa periode sebelumnya terus mencatatkan kontraksi.

Meredanya tekanan nilai tukar pada bulan Oktober 2015 direspon positif oleh pelaku usaha

khususnya dalam merealisasikan kegiatan investasi. Hasil liaison dengan beberapa pelaku usaha

menyatakan bahwa pada periode saat ini merupakan waktu yang tepat untuk melakukan belanja

investasi karena fluktuasi nilai tukar sudah mulai mereda.

Survei Kegiatan Dunia Usaha menunjukkan bahwa, pada triwulan IV 2015 ekspektasi dunia

usaha cenderung menurun dibandingkan triwulan III 2015. Beberapa sektor usaha yang

menunjukan penurunan tendensi bisnis yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa,

dan sektor industri pengolahan. Di sektor jasa, hasil liaison kepada beberapa pelaku usaha jasa dan

industri pengolahan menyatakan bahwa daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih sehingga

80.00

85.00

90.00

95.00

100.00

105.00

110.00

115.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2013 2014 2015

Indeks

Sumber : BI

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

Indeks Tendensi Konsumsi

Indeks Pendapatan

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

0

50,000

100,000

150,000

200,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

2012 2013 2014 2015

yoyTon

Sumber : BI

REALISASI SEMEN

Volume (ton) Pertumbuhan (yoy)-rhs

10.50

18.31

9.0912.10

19.8722.39

14.32

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4

2014 2015

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Ekspektasi Realiasi

Grafik 6.2 INDIKATOR PERKIRAAN PEREKONOMIAN TRIWULAN IV 2015 Sumber : Bank Indonesia, BPS (diolah)

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

79

rata-rata omzet usaha menurun hingga akhir tahun 2015. Hal ini dikonfirmasi pula oleh kapasitas

usaha sektor industri pengolahan sampai dengan akhir triwulan III 2015 menunjukkan penurunan

hingga mencapai 69% dari kapasitas normal rata-rata sebesar 70-75%.

Perkiraan harga karet pada triwulan IV 2015 diperkirakan belum akan menunjukkan

perbaikan. Sampai dengan bulan Oktober 2015 harga internasional karet telah terkoreksi 2%

dibandingkan bulan sebelumnya. Menurut perkiraan IRSG produksi karet nasional diperkirakan

masih akan mengalami penurunan -1.5% pada Okt-Des 2015 dibandingkan Okt-Des 2014.

Penurunan produksi tersebut diperkirakan merupakan dampak dari Elninoyang mempengaruhi

produksi karena tiap pohon terhambat proses fotosintesisnya. Permintaan karet alam pada

triwulan IV 2015 diperkirakan akan mengalami kenaikan khususnya untuk pasar Uni Eropa,

India dan Jepang. Sementara permintaan China diperkirakan masih mengalami penurunan. Sebagai

catatan, ekspor karet luar negeri Bengkulu sebagian besar dikirim ke pasar UE, AS dan Jepang.

Komoditi 2014 2015 QtQ

I II III IV I II III IVP Q4-Q3

Kelapa Sawit (US$/mt) 813.7 794.7 695.9 653.3 627.9 599.9 513.3 488.4 -4.85

Karet (cts/lb) 102.1 96.1 83.4 73.5 78.6 81.2 81.6 77.9 -4.56

Batubara (cts/lb) 82.6 77.9 72.7 67.4 65.6 63.2 63.6 66.7 4.89

Kopi (cts/lb) 102.0 107.9 106.0 106.6 101.4 96.7 77.5 75.5 -2.54

Sampai dengan akhir tahun 2015, inflasi Provinsi Bengkulu

diperkirakan dalam kisaran 3.0-3.5% (yoy) menurun

signifikan dibandingkan triwulan III 2015 atau berada

didalam koridor target inflasi nasional sebesar 4±1%(yoy).

Sampai dengan bulan Oktober 2015, inflasi tahun kalender

tercatat sebesar 2.34%.

8.35

5.79 6.05

10.85

7.65 9.90

8.65

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2014 2015

6.2 INFLASI DAERAH TRIWULAN IV 2015

Grafik 6.3 INFLASI Sumber : BPS, BI (diolah)

Indikator Ekspektasi Inflasi

Perkiraan Pendapatan

TW III2015113.93 TW IV201590.02

Pembelian Barang Tahan Lama

TW III2015102.71 TW IV2015110.14 Sumber : BPS Prov. Bengkulu

Optimis = 3.00 Baseline = 3.25 Pesimis = 3.50

Tabel 6.1 PERKIRAAN HARGA KOMODITAS PADA TRIWULAN IV 2015 Sumber : IMF

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

80

Inflasi Administered Price diperkirakan melambat, hal ini seiring dengan kebijakan Pemerintah

Pusat untuk menurunkan biaya energi seiring dengan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid III .

Beberapa biaya energi yang mengalami penurunan yaitu harga Avtur, LPG 12 kg, Pertamax, dan

Pertalite yang akan efektif turun pada 1 Oktober 2015.

Harga BBM jenis solar juga diturunkan sebesar Rp. 200 per liter, sehingga harga eceran BBM jenis

solar bersubsidi akan menjadi Rp. 6.700 per liter. Penurunan harga BBM jenis solar juga akan

berlaku untuk BBM jenis solar non-subsidi.Sementara Tarif listrik untuk pelanggan industri I3 dan I4

akan mengalami penurunan sebesar Rp12 - Rp13 per kWh mengikuti turunnya harga minyak bumi

(Automatic Tariff Adjustment)

Inflasi Inti diperkirakan melambat,seiring dengan ekspektasi konsumsi masyarakat yang masih

tertahan dengan daya beli yang diperkirakan belum pulih sepenuhnya. Nilai tukar Rupiah yang

membaik pada bulan Oktober 2015 diharapkan menurunkan tekanan terhadap imported inflation.

Inflasi Volatile Fooddiperkirakan melambat, sesuai informasi BMKG Provinsi Bengkulu bahwa

dampak elnino di Provinsi Bengkulu diperkirakan minimal. Disisi lain, kebijakan Pemerintah Pusat

untuk membuka izin impor beras melalui BULOG terkait dampak elnino nasional diperkirakan

mampu meredam tekanan harga.

6.3 REKOMENDASI KEBIJAKAN

Untuk mendukung optimisme atas perkiraan ekonomi dan pengendalian inflasi di triwulan IV 2015,

diperlukan langkah-langkah strategis dari Pemerintah Daerah yaitu :

1. Mengawal implementasi Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Pusat didaerah :

- Mendorong kemudahan investasi melalui simplifikasi perizinan di daerah sebagaimana

yang tertuang dalam paket kebijakan ekonomi jilid I dan II.

- Mendorong SKPD dalam penumbuhan wirausaha produktif. Hal ini terkaitpaket

kebijakan jilid III untuk menurunkan suku bunga KUR dari 22% menjadi 12% setahun

serta perluasan penerima KUR kepada keluarga yang memiliki pendapatan tetap (seperti

PNS yang memiliki usaha produktif).

Perluasan KUR dan kebijakan suku bunga KUR diharapkan mendorong SKPD teknis

terkait untuk meningkatkan pendampingan kepada UMKM dan bekerjasama dengan

KKMB maupun Perbankan dalam menjembatani kebutuhan UMKM.

- Implementasi formulasi kebijakan pengupahan yang adil, sederhana dan terproyeksi

sebagaimana mendukung kebijakan ekonomi jilid IV.

2. Mendorong pelaksanaan program-program pengendalian Inflasi yang telah disepakati dalam

Roadmap TPID yang telah disetujui Gubernur pada tanggal 18 Mei 2015 dapat terlaksana

dengan baik, khususnya program kerja yang bernaung di bawah SPKD teknis.

5.5

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

81

3. Meskipun dampak elnino diperkirakan minimal dibandingkan Provinsi Sumsel dan Provinsi

Lampung namun demikian perlu kiranya antisipasi kurangnya pasokan air di lahan-lahan

pertanian produktif melalui bantuan pompa air kepada petani.

4. Daya beli masyarakat belum pulih, sehingga perlunya mengawal implementasi Raskin 13 dan

14 sesuai Surat Menko Kesra Nomor B-84/MENKO/PMK/IX/2015 untuk stabilitas harga

pangan di akhir tahun.

5. Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun

khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang dan jasa. Sampai dengan triwulan III

2015 serapan APBD Pemprov untuk belanja modal dan belanja barang jasa masih berkisar

38%, sementara serapan belanja modal APBN masih berkisar 35%. Namun ke depan

penyerapan APBD/N diharapkan dapat merata sepanjang tahun sesuai sasaran program

pemerintah.

6. Pendampingan Aparatur Desa dalam rangka implementasi Dana Desa. Berdasarkan hasil

liaison diketahui bahwa jumlah dana desa yang tertahan di Rekening Kas Desa masih cukup

besar. Hal ini terkait kurangnya kompetensi dan pengalaman dari aparatur desa dalam

penyusunan APBDes dan penyusunan laporan pertanggungjawaban kegiatan dana desa.

7. Belanja kampanye pilkada pada bulan Desember 2015 diharapkan mampu memberikan

dorongan bagi pertumbuhan ekonomi, namun demikian stabilitas politik dan keamanan

diharapkan tetap terjaga.

8. Mendukung Upaya Pemerintah Pusat dalam penerapan UU Mata Uang khususnya dalam

transaksi pengadaan barang dan jasa oleh Pemerintah Daerah dengan menggunakan Rupiah

sebagai alat pembayaran yang sah.

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

83

LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH

Administered price

Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif

dasar listrik.

Aktiva Produktif

Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan

penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan dana antar bank,

penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

Andil inflasi

Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat

inflasi secara keseluruhan.

APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah

yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh

pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bank Pemerintah

Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero)

yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI. Dalam buku ini bank pemerintah daerah (Bank

Bengkulu) juga dikelompokkan dalam bank pemerintah.

BI Rate

Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap

bulannya.

BI-RTGS

Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian kewajiban

bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi

transfer dana.

Bobot inflasi

Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara

keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap

komoditas tersebut.

Cash inflows

Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dan

penukaran uang masyarakat dalam periode tertentu.

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

84

Cash Outflows

Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dan penukaran uang

masyarakat dalam periode tertentu.

Clean Money Policy

Merupakan kebijakan untuk menyediakan uang layak edar.

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan

kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.

Ekspor

Keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun

bukan komersil.

Financing to deposit ratio (FDR) atau loan to deposit ratio (LDR)

Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam

rupiah dan valas. Terminologi FDR untuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank

konvensional.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan

ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100.

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang

dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunujukkan level keyakinan konsumen terhadap

kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap

ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.

Indeks Pembangunan Manusia

Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas

hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli.

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

85

Inflasi

Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persisten).

Inflasi IHK

Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks

harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi

oleh masyarakat luas.

Inflasi Inti

Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered price.

Impor

Keseluruhan barang yang masuk dari suatu wilayah /daerah baik yang bersifat komersil maupun

bukan komersil.

Investasi

Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.

Kliring

Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar kliring baik atas nama peserta

maupun atas nama nasabah.

Kredit

Adalah penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi

hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk :

1. Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement (NPA)

2. Pengembalian tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.

Kualitas Kredit

Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran

bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam Perhatian Khusus

(DPK), kurang lancar, diragukan dan macet.

Liaison Bank Indonesia

Salah satu kegiatan rutin untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi aktual

sektor riil/usaha beserta prospeknya melalui wawancara langsung antara Bank Indonesia

dengan pelaku usaha/sumber data.

m-t-m

Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

86

Net Cashflows

Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari

Netcash Outflows bila terjadi cash outlows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash

Inflows bila terjadi sebaliknya.

Non Performing Loans (NPL)

Kredit/pembiayaan yang bermasalah atau non-lancar yang terdiri dari kredit dengan klasifikasi

kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas

aktiva produktif.

Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)

Kegiatan pemusnahan uang bagi uang yang sudah tidak layak edar.

Pertumbuhan ekonomi

Perubahan nilai PDRB atas harga konstan dalam suatu periode tertentu (triwulanan atau

tahunan).

Porsi Ekonomi

Konstribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau

merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu

wilayah.

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku

Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga di periode tersebut sebagai dasar

perhitungan.

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan

Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga pada satu waktu tertentu sebagai

dasar perhitungan.

Produk Domestik Regional Bruto satu tahun

Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau

merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu

wilayah dalam satu tahun.

Produk Domestik Regional Bruto triwulanan

Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau

merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu

wilayah dalam satu triwulan tertentu.

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang

87

qtq

Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)

Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio ini

juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi

bank ybs.Terminologi NPL untuk bank konvensional, sedangkan NPF untuk bank syariah.

Rasio Non Performing Loans (NPLs) NET

Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Penghapusan

Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit.

Sektor Ekonomi Dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan

pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Surat berharga atas unjuk yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia sebagai

pengakuan utang.

Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)

Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan

mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah

pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)

Sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian

akhirnya dilakukan secara nasional.

Uang giral

Uang terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah

jatuh waktu, yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam rupiah dan sistem

moneter.

Uang kartal

Uang yang terdiri atas uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas

pada KPKN dan bank umum.

Volatile foods

Komponen inflasi IHK yang mencakup beberapa bahan makanan yang harganya sangat

fluktuatif.

yoy

Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.