kajian ekonomi dan keuangan regional · pdf filekajian ekonomi dan keuangan regional ......
TRANSCRIPT
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI SULAWESI UTARA
TRIWULAN II TAHUN 2015
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur
A. Yusnang : Deputi Kepala Perwakilan /Deputi Direktur
Ignatius Adhi N. : Kepala Tim Ekonomi dan Keuangan /Asisten Direktur
Lukman Hakim : Kepala Tim Sistem Pembayaran dan MI /Asisten Direktur
Neldy Syafrizal : Analis Ekonomi /Manajer
Curie Rantung : Analis /Manajer
Jeanny Jeans Legoh : Analis /Manajer
Wahyu Sihati : Analis /Manajer
Ayub Pelita Hati : Kepala Unit Distribusi Uang
Noula T. Sondakh : Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring
Heru Prasetyo : Kasir Senior /Manajer
Nanang Surachmat : Kepala Unit Sumber Daya
Connie T. Tumewu : Sekretaris /Manajer
Ali Albaar : Kepala Unit Sekretariat, Protokol dan Pengamanan
Donny Pratama : Analis Ekonomi/Asisten Manajer
Rivo Mandey : Analis /Asisten Manajer
Iona H. Rombot : Analis /Asisten Manajer
Hendro B. Sirait : Analis/Asisten Manajer
Adhi Nugroho : Pengawas Sistem Pembayaran /Asisten Manajer
Softcopy buku ini dapat di-download di website Bank Indonesia dengan alamat :
http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/sulut/
Halaman ini sengaja dikosongkan
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA
TRIWULAN II TAHUN 2015
iii
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi
Sulawesi Utara Triwulan II 2015 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders
Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan
secara periodik setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang
perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang
kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses
pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait.
Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari
berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat
Statistik, pelaku usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan
sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak
tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang
telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.
Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini
ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa
mengharapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan
datang.
Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat
bagi semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.
Manado, Agustus 2015
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI SULAWESI UTARA
Peter Jacobs
Direktur
Halaman ini sengaja dikosongkan
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA
TRIWULAN II TAHUN 2015
v
Daftar Isi
KATA PENGANTAR halaman i
DAFTAR ISI halaman v
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI UTARA halaman vi
RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 1
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO halaman 11
Sisi Permintaan halaman 12
Sisi Penawaran halaman 18
Box I.Pariwisata di Sulawesi Utara
BAB II PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 35
Pendapatan Daerah halaman 36
Dana Transfer Halaman 37
Belanja Daerah Provinsi Sulut halaman 37
BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 44
Inflasi Tahunan (yoy) halaman 44
Inflasi Triwulanan (qtq)
Inflasi Bulanan (mtm)
halaman 45
halaman 46
BAB IV STABILITAS SISTEM KEUANGAN halaman 56
Kondisi Sektor Rumah Tangga halaman 56
Dana Pihak Ketiga Dan Kredit Perseorangan Di Perbankan halaman 57
Kinerja Sektor Korporasi halaman 61
Eksposur Perbankan Pada Sektor Korporasi halaman 62
Asesmen Sektor Perbankan halaman 62
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68
Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69
Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai
Box II .Akselerasi Transaksi Non Tunai di Sulawesi Utara
halaman 74
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
halaman 91
Perkembangan Ketenagakerjaan Sulawesi Utara halaman 91
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat halaman 95
BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN halaman 103
Prospek Ekonomi Makro halaman 103
Prakiraan Inflasi
Prospek Perbankan
halaman 107
halaman 110
Daftar Istilah dan Singkatan halaman 115
vi
INDIKATOR
I. MAKRO NASIONAL TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
A PDB Nasional (yoy) 5,21 5,12 4,92 5,01 4,71 4,67
B Inflasi Nasional (yoy) 7,32 6,70 4,53 8,36 6,38 7,26
II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
A 1. Laju Inflasi (ytd) % 1,15 1,97 2,55 9,68 (0,40) 2,14
2. Laju Inflasi (yoy) % 5,67 6,27 4,00 9,67 7,99 8,73
3. Laju Inflasi (mtm) % 0,31 0,67 (0,03) 3,83 0,50 0,49
4. Inflasi Bahan Makanan (mtm) % 1,30 1,43 (1,25) 9,31 0,59 1,21
4. Inflasi Makanan Jadi (mtm) % 0,12 0,05 0,13 0,70 0,07 0,07
5. Inflasi Perumahan (mtm) % 0,15 0,14 0,68 1,42 0,44 0,05
6. Inflasi Sandang (mtm) % (0,19) 0,96 (0,18) 1,16 (0,12) 0,36
7. Inflasi Kesehatan (mtm) % 0,08 0,12 0,21 0,38 0,27 0,17
8. Inflasi Pendidikan (mtm) % 0,07 0,33 0,11 0,71 0,31 0,27
9. Inflasi Transportasi (mtm) % (0,20) 1,47 0,15 7,22 1,28 0,94
B PDRB Penggunaan *** 6,72 6,25 6,19 6,12 6,42 6,27
- Konsumsi Rumah Tangga 6,89 6,96 6,37 6,47 6,16 6,04
- Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga 11,48 1,93 1,06 2,50 (11,86) (1,55)
- Konsumsi Pemerintah 10,52 5,62 6,74 10,20 7,19 8,32
- Pembentukan Modal Tetap Bruto (3,50) 0,89 2,27 6,50 4,68 6,14
- Perubahan Persediaan (28,12) (8,03) 66,18 31,38 (77,76) (81,84)
- Ekspor Luar Negeri 30,82 75,11 32,99 2,09 (2,49) (14,13)
- Impor Luar Negeri 83,83 (16,30) (22,42) 18,37 (0,42) (35,21)
- Net Ekspor Antardaerah 1,19 69,88 31,18 5,76 (5,78) (8,13)
C PDRB Sektoral *** 6,72 6,25 6,19 6,12 6,42 6,27
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,92 2,77 5,16 3,75 4,90 4,83
Pertambangan dan Penggalian 4,78 6,87 6,77 9,10 12,10 7,61
Industri Pengolahan 4,14 3,28 3,18 3,15 4,00 3,01
Pengadaan Listrik dan Gas 2,40 3,50 3,16 30,21 40,03 9,36
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,21 2,12 4,04 6,47 8,21 8,36
Konstruksi 7,40 7,67 3,72 5,15 5,86 6,79
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 11,77 10,05 7,90 7,56 6,88 5,79
Transportasi dan Pergudangan 11,29 9,86 9,98 10,52 8,79 8,52
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9,19 12,43 11,93 9,94 5,68 7,20
Informasi dan Komunikasi 9,33 8,31 9,75 9,64 8,38 9,53
Jasa Keuangan dan Asuransi 1,84 (1,13) 1,73 8,78 5,71 2,35
Real Estate 9,08 9,18 8,51 8,56 7,98 7,56
Jasa Perusahaan 9,19 8,41 7,31 7,82 8,21 8,33
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 9,51 7,03 9,58 9,52 8,90 9,52
Jasa Pendidikan 4,47 7,04 3,70 0,97 2,19 5,60
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 10,98 8,32 7,17 0,19 4,52 9,39
Jasa lainnya 8,39 4,84 2,05 3,52 6,24 7,49
II. MONETER TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
BI Rate (%) 7,50 7,50 7,50 7,75 7,50 7,50
Kurs (Rp/USD - posisi akhir) 11.427 11.893 11.899 12.447 13.084 13.313
III. PERDAGANGAN LUAR NEGERI TW I TW II TW III TW IV TW I TW II*
1. Ekspor (ribu USD) 290.623 351.209 295.563 245.558 274.885 290.886
2. Impor (ribu USD) 46.377 22.612 12.977 27.864 17.027 10.714
IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
A. Jumlah Bank 45 45 45 46 46 46
1. Bank Umum 24 24 24 24 24 24
1.1. Bank Pemerintah 6 6 6 6 6 6
1.2. Bank Swasta 18 18 18 18 18 18
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 17 17 17 18 18 18
3. Bank Syariah 4 4 4 4 4 4
B. Jaringan Kantor (Termasuk Unit) 324 324 330 347 347 350
1. Bank Umum 272 272 278 292 292 295
1.1. Konvensional 258 258 262 276 276 279
1.2. Syariah 16 16 16 16 16 16
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 52 52 52 55 55 55
2.1. Konvensional 52 52 52 55 55 55
2.2. Syariah - - - - - -
C. Total Asset (Rp miliar) 30.547 32.749 34.255 34.491 35.839 37.037
1. Bank Umum 29.085 31.305 32.824 32.992 34.381 35.566
2. BPR 906 899 926 985 973 977
3. Bank Syariah 556 546 505 515 485 494
Keterangan :
* Angka sementara
** Berdasarkan lokasi bank pelapor
***Menggunakan tahun dasar 2010
2014
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN
PROVINSI SULAWESI UTARA
2015
vii
INDIKATOR
IV. PERBANKAN (berdasarkan bank pelapor) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
D. Indikator Kinerja Bank Umum Konvensional
1. Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rp miliar) 17.600 19.176 19.627 19.596 20.368 20.905
1.1. Giro 3.298 3.807 3.702 3.272 3.855 4.281
1.2. Deposito 5.954 7.009 7.228 6.576 7.752 7.975
1.3. Tabungan 8.348 8.359 8.697 9.748 8.762 8.649
2. Kredit (Rp miliar) 23.022 24.027 24.606 26.018 26.398 27.490
2.1. Berdasarkan Jenis Penggunaan
- Modal Kerja 6.543 6.923 6.974 7.378 7.309 7.538
- Investasi 2.520 2.692 2.710 2.888 3.022 3.743
- Konsumsi 13.959 14.412 14.922 15.752 16.067 16.209
2.2. Berdasarkan Sektor Ekonomi
- Pertanian 463 482 465 484 485 506
- Pertambangan 44 50 49 57 38 733
- Industri 610 670 652 723 769 798
- Listrik, Gas & Air 4 4 4 5 5 6
- Konstruksi 616 707 775 743 732 839
- Perdagangan 6.021 6.305 6.317 6.561 6.636 6.687
- Angkutan 219 234 236 275 313 335
- Jasa Dunia Usaha 686 731 693 784 658 655
- Jasa Sosial 399 433 493 614 688 723
- Lainnya 13.959 14.412 14.921 15.772 16.076 16.209
2.3. Kredit untuk Debitur UMKM 6.560 6.871 6.741 7.190 7.472 7.446
2.4. Loan to Deposit Ratio (LDR) % 130,81 125,30 125,37 132,77 129,61 131,50
2.5. Non Performing Loan (NPL)
- Nominal (Rp miliar) 676 809 897 788 894 988
- Rasio (%) 2,94 3,37 3,65 3,03 3,39 3,60
V. SISTEM PEMBAYARAN TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
1. Kas (Rp miliar)
- Inflow 2.422 1.129 2.185 1.045 2.303 1.077
- Outflow 869 1.298 2.352 2.611 670 1.391
2. Kliring
- Volume Kliring (Lembar) 82.527 93.703 123.665 99.232 90.235 91.718
- Nominal Kliring (Rp Miliar) 2.446 2.593 2.536 2.842 2.668 2.345
- Rata2 Volume Kliring/hari (Lembar) 1.375 1.487 1.974 1.566 1.477 1.558
- Rata2 Nominal Kliring/hari (Rp Miliar) 41 41 41 45 44 40
- Rata2 Lembar Tolakan Kliring/hari (%) 2,15 1,97 1,70 1,75 2,10 2,37
- Rata2 Nominal Tolakan Kliring/hari (%) 2,19 2,33 2,52 2,17 1,87 2,59
Keterangan :
* Angka sementara
** Berdasarkan lokasi bank pelapor
***Menggunakan tahun dasar 2010
2014
PROVINSI SULAWESI UTARA
2015
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN
Halaman ini sengaja dikosongkan
RINGKASAN
EKSEKUTIF
RINGKASAN EKSEKUTIF
x
Halaman ini sengaja dikosongkan
RINGKASAN EKSEKUTIF
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Makro Ekonomi Regional
Memasuki triwulan II tahun 2015, perkembangan perekonomian Sulut
menunjukkan sedikit perlambatan kendati masih memiliki tingkat
pertumbuhan di atas nasional. Kondisi tersebut sejalan dengan
perkembangan perekonomian di level nasional yang memang tengah
melambat. Pada triwulan laporan, perekonomian Sulut tercatat
tumbuh sebesar 6,27% (yoy), atau melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 6,41% (yoy). Namun, tingkat pertumbuhan
tersebut sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya dimana perekonomian Sulut tumbuh sebesar
6,25% (yoy). Perekonomian Sulut juga tercatat masih mampu tumbuh
di atas tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 4,67%
(yoy).
Secara sektoral, melambatnya perekonomian Sulut di triwulan laporan
dipengaruhi oleh deselerasi yang terjadi pada dua sektor utama Sulut
yaitu sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. Sementara
itu, pertumbuhan impresif dari sektor pertanian yang dipengaruhi
panen raya tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan di
sebagian wilayah, serta terakselerasinya sektor konstruksi menjadi
penopang pertumbuhan ekonomi Sulut sekaligus menahan pelemahan
lebih lanjut. Sejalan dengan perkembangan di sisi sektoral,
perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulut dipengaruhi oleh
melambatnya konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor
internasional. Sementara itu, peningkatan kinerja investasi dan
konsumsi pemerintah yang ditopang oleh cukup baiknya serapan
anggaran khususnya APBD menjadi penopang pertumbuhan ekonomi
Sulut di triwulan laporan.
Perkembangan Inflasi Daerah
Tekanan inflasi Provinsi Sulawesi Utara meningkat di triwulan II 2015
dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi Provinsi Sulawesi Utara
yang diwakili oleh Kota Manado tercatat sebesar 0.49% (mtm) atau
secara tahunan sebesar 8,73% (yoy) di akhir triwulan II 2015.
Memasuki triwulan II tahun 2015,
perkembangan perekonomian
Sulut menunjukkan sedikit
perlambatan kendati masih
memiliki tingkat pertumbuhan di
atas nasional. Kondisi tersebut
sejalan dengan perkembangan
perekonomian di level nasional
yang memang tengah melambat.
Pada triwulan laporan,
perekonomian Sulut tercatat
tumbuh sebesar 6,27% (yoy), atau
melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 6,41%
(yoy)...
Mengawali tahun 2015, laju inflasi
tahunan Provinsi Sulawesi Utara pada
triwulan I yang diwakili oleh kota
Manado mengalami perlambatan..
RINGKASAN EKSEKUTIF
2
Tekanan inflasi secara tahunan bersumber dari menguatnya tekanan
inflasi kelompok volatile foods dan kelompok barang yang harganya
diatur pemerintah (administered price). Sementara kelompok inti
(core inflation) cenderung stabil.
Stabilitas Sistem Keuangan
Stabilitas sistem keuangan di Sulawesi Utara pada triwulan laporan
masih relatif baik. Faktor-faktor yang cenderung dapat mempengaruhi
stabilitas sitem keuangan di Sulawesi Utara tidak memberikan dampak
negatif pada perbankan di Sulawesi Utara. Faktor-faktor itu antara
lain perlambatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan risiko kredit,
turunnya ekspor akibat harga komoditas turun, daya beli RT menurun,
realisasi anggaran Pemerintah yang lamban, dan pelemahan nilai
tukar rupiah.
Ketahanan sektor Rumah Tangga, ketahanan sektor korporasi dan
juga kondisi serta kinerja perbankan di Sulawesi Utara masih dalam
level yang baik sehingga tidak rentan untuk mengalami shock pada
sistem keuangannya.
Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)
Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II 2015 sebesar Rp2,64
triliun meningkat 10.76% dari periode yang sama tahun
sebelumnya. Realisasi pendapatan fiskal cukup baik mengingat
telah tercapai sebesar 52,6% atau senilai Rp1.345 Miliar dari
total target Rp2,56 triliun. Sementara itu realisasi belanja
mencapai 36,8% atau senilai Rp971 Miliar dari total target
belanja.
Dukungan fiskal dari pemerintah pusat untuk pengembangan
ekonomi daerah terlihat dari transfer dana yang diberikan
kepada Provinsi dan 15 (lima belas) Kabupaten/Kota di Wilayah
Sulawesi Utara. Sampai dengan triwulan II 2015 alokasi dana
pusat ke daerah sebesar Rp158,67 triliun (Provinsi dan 15
Alokasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Provinsi
Sulawesi Utara pada triwulan II 2015
sebesar Rp2,64 triliun meningkat
10.76% dari periode yang sama
tahun sebelumnya. Realisasi
pendapatan fiskal cukup baik
mengingat telah tercapai sebesar
52,6% atau senilai Rp1.345 Miliar
dari total target Rp2,56 triliun....
Stabilitas sistem keuangan di Sulawesi
Utara pada triwulan laporan masih
relatif baik. Faktor-faktor yang
cenderung dapat mempengaruhi
stabilitas sitem keuangan di Sulawesi
Utara tidak memberikan dampak
negatif pada perbankan di Sulawesi
Utara...
RINGKASAN EKSEKUTIF
3
Kab/Kota) sebesar 43,05%. Peningkatan alokasi tersebut di
tujukan untuk mendorong percepatan pembangun daerah
selaras dengan program pembangunan pemerintah pusat.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Dari sisi sistem pembayaran tunai, meningkatnya aktivitas ekonomi
masyarakat terutama jelang Hari Besar Keagamaan memicu
peningkatan kebutuhan uang kartal sepanjang triwulan II 2015.
Aktivitas setoran-bayaran uang tunai pada periode laporan
menunjukkan posisi net outflow sebesar Rp 314 miliar, meningkat
sebesar 84,61 (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya. Kondisi net outflow juga terjadi pada Layanan Jasa Kas
Titipan, yaitu sebesar Rp 129 miliar, menurun sebesar 30,63% (yoy).
Dari sisi sistem pembayaran non-tunai, kebijakan penetapan nilai
nominal per transaksi di atas Rp 100 juta pada BI-RTGS melalui Surat
Edaran No.16/18/DPSP tanggal 28 November 2014 yang berlaku sejak
15 Desember 2014, memiliki pengaruh terhadap perkembangan
sistem pembayaran non-tunai di Sulawesi Utara. Aktivitas kliring debet
melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) tercatat tumbuh
positif. Nilai dan volume transaksi kliring debet tumbuh sebesar 7,25%
(yoy) dan 16,20% (yoy). Hal yang sebaliknya terjadi pada
perkembangan transaksi Bank Indonesia Real Time Gross Settlement
(BI-RTGS). Nilai dan volume transaksi mengalami penurunan, secara
berturut-turut sebesar 13,31% (yoy) dan 55,90% (yoy). Sejalan
dengan kebijakan tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara terus mendorong peningkatan transaksi non tunai di
melalui penandatanganan Nota Kesepahaman dalam rangka
mendukung Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) dengan Pemerintah
Provinsi Sulawesi Utara, Pemerintah Kota Manado, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Utara.
Dari sisi pengawasan terhadap penyelenggaraan Jasa Sistem
Pembayaran, aktivitas Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan
Bank terpantau meningkat sepanjang triwulan II 2015. Total
pembelian dan penjualan Uang Kertas Asing sepanjang periode
Sejalan dengan siklusnya, kebutuhan
uang kartal meningkat sepanjang
triwulan II 2015. Di sisi lain,
kebijakan penetapan nilai nominal
per transaksi di atas Rp 100 juta
pada BI-RTGS berpangaruh terhadap
meningkatnya aktivitas pembayaran
non tunai melalui kliring. Dalam
rangka mendorong masyarakat
Sulawesi Utara untuk bertransaksi
secara non tunaI, Bank Indonesia
dan Pemerintah Daerah
berkomitmen untuk mendukung
Gerakan Nasional Non Tunai di
Sulawesi Utara...
RINGKASAN EKSEKUTIF
4
tersebut secara berturut-turut sebesar Rp 3,30 miliar (meningkat
16,95%, yoy) dan Rp 3,38 miliar (meningkat sebesar 16,78, yoy).
Perkembangan Ketenagakerjaan& Kesejahteraan Masyarakat
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tercatat mengalami
perlambatan seiring dengan perlambatan pertumbuhan perekonomian
Sulawesi Utara. Hal ini tercermin dari jumlah tenaga kerja regional
yang tumbuh moderat yang diikuti dengan peningkatan tingkat
pengangguran. Jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat hanya
tumbuh 0,23% (yoy) diikuti oleh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) yang terkoreksi ke angka 0,15%. Disisi lain, baik secara
tahunan maupun dibanding periode sebelumnya, tingkat
pengangguran menunjukkan peningkatan. Kelesuan dunia usaha
dimana penjualan mengalami penurunan akibat daya beli masyarakat
yang juga menurun berdampak pada pengurangan jumlah tenaga
kerja dan kebijakan untuk tidak akan melakukan penambahan tenaga
kerja yang masa kontraknya habis dan/atau pensiun pada mayoritas
perusahaan di Sulawesi Utara.
Sementara penurunan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara
terindikasi dari berbagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat.
Kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor utama
pendorong perekonomian Sulawsi Utara menunjukkan pelemahan
yang tercermin dari NTP dan NTUP. Kendati demikian, optimisme
peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum masih terjaga
diatas titik optimis, namun persepsi atas nilai tukar yang terus
melemah dan ketidaksiapan atas pemberlakukan MEA pada akhir
tahun membuat ekspektasi penghasilan kedepan tercatat mengalami
penurunan.
Outlook Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2015 diperkirakan
tumbuh pada kisaran 6,26% - 6,66% (yoy), atau mengalami akselerasi
dibandingkan pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2015 . Sumber
pertumbuhan diperkirakan masih berasal dari sektor utama
perekonomian Sulut yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan dan
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi
Utara tercatat mengalami
perlambatan seiring dengan
perlambatan pertumbuhan
perekonomian Sulawesi Utara. Hal ini
tercermin dari jumlah tenaga kerja
regional yang tumbuh moderat yang
diikuti dengan peningkatan tingkat
pengangguran. Jumlah tenaga kerja
Sulawesi Utara tercatat hanya tumbuh
0,23% (yoy) diikuti oleh Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
yang terkoreksi ke angka 0,15%....
Perekonomian Sulawesi Utara
pada triwulan III 2015 diperkirakan
tumbuh pada kisaran 6,26% -
6,66% (yoy), atau mengalami
akselerasi dibandingkan
pertumbuhan ekonomi di triwulan
II 2015 . Sumber pertumbuhan
diperkirakan masih berasal dari
sektor utama perekonomian Sulut
yaitu sektor pertanian, sektor
perdagangan dan sektor
konstruksi .....
RINGKASAN EKSEKUTIF
5
sektor konstruksi serta beberapa sektor lain yang memiliki potensi
peningkatan pertumbuhan di triwulan mendatang seperti sektor
akomodasi, sektor transportasi serta sektor informasi dan komunikasi.
Sesuai pola historis, sektor pertanian diperkirakan akan mencapai
puncak pertumbuhannya pada periode triwulan III 2015 seiring panen
raya pada tanaman perkebunan rakyat seperti cengkih, pala dan
kelapa. Kondisi tersebut juga didukung prebaikan di sektor perikanan
pasca relaksasi peraturan transhipment kendati masih dibayangi risiko
cuaca yang kurang kondusif. Sementara itu, sektor perdagangan
diperkirakan tumbuh lebih baik di triwulan mendatang dengan
dorongan belanja masyarakat menyambut hari raya Idul Fitri dan hari
pengucapan. Di sisi lain, realisasi belanja modal pemerintah
diperkirakan mampu mendorong perkembangan sektor konstruksi ke
arah yang lebih tinggi. Sesuai siklusnya, belanja modal pemerintah
diperkirakan mulai mengalami peningkatan di paruh ke dua setiap
tahunnya. Kondisi ini juga didukung oleh fakta bahwa realisasi belanja
modal pemerintah khususnya APBN yang disalurkan di Sulut (instansi
vertikal) cenderung masih rendah di kisaran 20% sampai dengan
semester I 2015 sehingga optimalisasi penyerapan anggaran tersebut
akan terjadi di semester II 2015. Selanjutnya, beberapa sektor lain
seperti sektor akomodasi, sektor transportasi dan sektor informasi
akan turut terdorong seiring tingginya aktifitas perdagangan,
maraknya penyelenggaraan MICE, persiapan pilkada dan peningkatan
mobilitas masyarakat menyambut hari raya keagamaan. Dengan
memperhatikan perkembangan terkini, maka pertumbuhan ekonomi
keseluruan tahun 2015 diperkirakan berada pada interval 6,27% -
6,67% (yoy) atau lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.
Outlook Inflasi
Cukup tingginya tekanan inflasi di triwulan II 2015 diperkirakan masih
akan berlanjut di triwulan III 2015. Pada triwulan III 2015 inflasi
diperkirakan berada pada kisaran 9,04±1% (yoy). Namun, pada akhir
tahun 2015 inflasi diperkirakan mampu mendekati sasarannya dan
berada di kisaran 4,4±1% (yoy). Kondisi tersebut dipengaruhi based
point effect tingginya inflasi di Desember 2014.
Cukup tingginya tekanan inflasi di
triwulan II 2015 diperkirakan
masih akan berlanjut di triwulan III
2015. Pada triwulan III 2015 inflasi
diperkirakan berada pada kisaran
9,04±1% (yoy). Namun, pada
akhir tahun 2015 inflasi
diperkirakan mampu mendekati
sasarannya dan berada di kisaran
4,4±1% (yoy). Kondisi tersebut
dipengaruhi based point effect
tingginya inflasi di Desember
2014...
RINGKASAN EKSEKUTIF
6
Risiko inflasi diperkirakan berasal dari kelompok Administrated Prices
dan Volatile Food. Risiko yang berasal dari kelompok Administrated
Prices terutama terkait dengan tibanya hari raya keagamaan Idul Fitri
dan Pengucapan Syukur, adanya realisasi gaji ke-13 PNS, tibanya
musim liburan sekolah, dan dampak kenaikan tarif batas bawah
angkutan udara. Sementara dari kelompok volatile food tekanan
diperkirakan stabil karena adanya normalisasi harga dan permintaan
dan adanya panen di sebagian daerah pertanian sehubungan panen
beras. Namun, risiko peningkatan harga akibat fenomena El Nino yang
menyebabkan kekeringan masih patut diwaspadai. Selanjutnya, inflasi
inti diperkirakan relatif terkendali meskipun dengan resiko yang
moderat dengan adanya tekanan yang bersumber dari kenaikan
harga emas perhiasan, bahan bangunan dan pengaruh volatilitas nilai
tukar.
Outlook Perbankan
Secara umum kinerja bank umum masih menunjukkan pertumbuhan
positif sampai dengan triwulan laporan. Kredit pada triwulan
berikutnya diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan
laporan. Perkiraan tersebut didukung oleh hasil Survei Perbankan
triwulan laporan yang menunjukkan optimisme persepsi perbankan
bahwa kredit akan meningkat pada triwulan yang akan datang.
Optimisme peningkatan permintaan kredit didukung oleh perkiraan
meningkatnya prospek usaha nasabah dan dukungan permodalan
bank yang cukup.
Secara umum kinerja bank umum
masih menunjukkan pertumbuhan
positif sampai dengan triwulan
laporan. Kredit pada triwulan
berikutnya diperkirakan tumbuh
lebih tinggi dibandingkan triwulan
laporan...
RINGKASAN EKSEKUTIF
7
Halaman ini sengaja dikosongkan
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO BAB I
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
11
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Memasuki triwulan II tahun 2015, perkembangan perekonomian Sulut menunjukkan sedikit
perlambatan kendati masih memiliki tingkat pertumbuhan di atas nasional. Kondisi tersebut
sejalan dengan perkembangan perekonomian di level nasional yang memang tengah
melambat. Pada triwulan laporan, perekonomian Sulut tercatat tumbuh sebesar 6,27% (yoy),
atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,41% (yoy). Namun, tingkat
pertumbuhan tersebut sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya dimana perekonomian Sulut tumbuh sebesar 6,25% (yoy). Perekonomian Sulut
juga tercatat masih mampu tumbuh di atas tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang
sebesar 4,67% (yoy).
Secara sektoral, melambatnya perekonomian Sulut di triwulan laporan dipengaruhi oleh
deselerasi yang terjadi pada dua sektor utama Sulut yaitu sektor perdagangan dan sektor
industri pengolahan. Sementara itu, pertumbuhan impresif dari sektor pertanian yang
dipengaruhi panen raya tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan di sebagian
wilayah, serta terakselerasinya sektor konstruksi menjadi penopang pertumbuhan ekonomi
Sulut sekaligus menahan pelemahan lebih lanjut. Sejalan dengan perkembangan di sisi sektoral,
perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulut dipengaruhi oleh melambatnya konsumsi rumah
tangga dan kinerja ekspor internasional. Sementara itu, peningkatan kinerja investasi dan
konsumsi pemerintah yang ditopang oleh cukup baiknya serapan anggaran khususnya APBD
menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulut di triwulan laporan.
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi (TD 2010)
Provinsi Sulawesi Utara (% yoy)
Sumber: BPS, diolah
5.61 5.58 5.14 5.03 4.92 5.01 5.02 4.72 4.67
6.53 6.386.72
6.25 6.19 6.12 6.31 6.41 6.27
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
IV Total I II III IV Total I II
2013 2014 2015
Nasional (%) Sulawesi Utara (%)
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
12
Sumber: BPS, diolah
1.1 SISI PERMINTAAN
Secara keseluruhan, kegiatan konsumsi masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulut
pada triwulan laporan. Perkembangan kegiatan konsumsi yang memiliki tingkat pertumbuhan
lebih baik dibanding triwulan sebelumnya didorong oleh akselerasi konsumsi pemerintah di
tengah konsumsi rumah tangga yang mengalami sedikit perlambatan. Di sisi lain, kegiatan
ekspor internasional yang juga merupakan salah saktu faktor penyebab perlambatan
pertumbuhan ekonomi tercatat mengalami kontraksi yang lebih dalam dibanding triwulan
sebelumnya. Kondisi ini tidak terlepas dari belum adanya hasil positif yang signifikan terkait
penerapan kebijakan moratorium dan transhipment. Namun demikian, kontraksi pertumbuhan
yang juga terjadi pada impor internasional maupun net impor antar daerah berhasil menjadi
penahan pelemahan lebih lanjut di komponen neraca perdagangan bersih Sulut.
Tabel 1.1.
Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy)
1.1.1 Konsumsi
Kegiatan konsumsi pada triwulan II 2015 mencatat pertumbuhan sebesar 6,36% (yoy) dengan
kontribusi sebesar 4,27% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan konsumsi pada
periode laporan tersebut lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat tumbuh
sebesar 5,77% (yoy).
Pertumbuhan konsumsi ditopang oleh terakselerasinya konsumsi pemerintah di tengah
konsumsi LNPRT yang masih terkontraksi dan konsumsi rumah tangga yang mengalami sedikit
perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, konsumsi pemerintah
tercatat tumbuh sebesar 8,32% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
sebesar 7,19% (yoy). Akselerasi pada konsumsi pemerintah tidak terlepas dari dukungan fiskal
yang lebih baik di 2015 serta realisasi belanja APBD yang lebih baik dibandingkan triwulan lalu
maupun tahun sebelumnya. Sampai dengan tengah tahun 2015, realisasi belanja APBD provinsi
Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb. Q4 Sumb. Q1 Sumb. Q2 Sumb.
Konsumsi 7.93 5.50 6.45 4.32 6.30 4.21 7.32 4.83 5.77 4.05 6.36 4.27
Konsumsi Rumah Tangga 6.89 3.45 6.96 3.34 6.37 3.05 6.47 3.02 6.16 3.09 6.04 2.92
Konsumsi LNPRT 11.48 0.28 1.93 0.04 1.06 0.02 2.50 0.05 -11.86 -0.30 -1.55 -0.03
Konsumsi Pemerintah 10.52 1.77 5.62 0.94 6.74 1.14 10.20 1.76 7.19 1.25 8.32 1.38
Investasi -3.58 -1.41 0.86 0.32 2.36 0.87 6.51 2.37 4.49 1.60 5.88 2.10
PMTB -3.50 -1.38 0.89 0.33 2.27 0.83 6.50 2.36 4.68 1.67 6.14 2.19
Perubahan Inventori -28.12 -0.04 -8.03 -0.01 66.18 0.03 31.38 0.01 -77.76 -0.07 -81.84 -0.09
Neraca Perdagangan Bersih -29.72 2.63 -34.55 1.61 -31.20 1.11 46.96 -1.07 -13.06 0.76 3.28 -0.09
Ekspor 30.82 5.10 75.11 10.27 32.99 4.83 2.09 0.31 -2.49 -0.51 -14.13 -3.18
Impor 83.83 2.20 -16.30 -0.78 -22.42 -0.82 18.37 0.58 -0.42 -0.02 -35.21 -1.33
Net Ekspor Antar Daerah 1.19 -0.27 69.88 -9.45 31.18 -4.53 5.76 -0.80 -5.78 1.25 -8.13 1.76
PDRB 6.72 6.72 6.25 6.25 6.19 6.19 6.12 6.12 6.41 6.41 6.27 6.27
Jenis Penggunaan2014 2015
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
13
tercatat sebesar 34,77% atau meningkat sebesar 20,47% dibanding posisi triwulan sebelumnya
dimana realisasi APBD tercatat sebesar 14,3%. Realisasi belanja tersebut juga lebih baik
dibandingkan periode tahun sebelumnya yang sebesar 27,28%.
Di sisi lain, kondisi pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang cenderung melambat tercermin
dari persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi pada triwulan laporan yang menunjukkan
penurunan dibandingkan triwulan lalu maupun periode yang sama tahun sebelumnya. Angka
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan laporan tercatat sebesar 114,83 mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan periode triwulan lalu dimana IKK tercatat sebesar 137,11
maupun tahun sebelumnya yang sebesar 150,44. Penurunan tingkat keyakinan konsumen
disebabkan beberapa faktor seperti tingkat harga yang tinggi dan pelemahan kurs Rupiah.
Kedua hal tersebut menjadi dasar presepsi rumah tangga atas penurunan kondisi
perekonomian.
Grafik 1.2.
Serapan APBN Provinsi 5 Tahun Terakhir
Grafik 1.3.
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Sumber: Biro Ekonomi, Pemprov, Sulut Sumber: Survei Konsumen (SK) KPw BI Prov. Sulut
Selanjutnya, kinerja konsumsi yang cenderung melambat juga dapat dilihat dari perkembangan
penjualan ritel beberapa kelompok usaha di kota Manado. Berdasarkan hasil Survei Penjualan
Eceran (SPE) yang dilakukan oleh KPw BI Prov. Sulawesi Utara, terlihat adanya indikasi
perlambatan pertumbuhan penjualan yang tercermin dari perlambatan pertumbuhan Indeks Riil
Penjualan (IRP) dari 7,93% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi 5,59% pada triwulan II 2015.
Secara angka indeks, IRP juga mengalami penurunan dari 258,75 di triwulan lalu menjadi
254,13 pada triwulan laporan. Berdasarkan hasil liaison, para pelaku usaha juga
mengkonfirmasi turunnya tingkat konsumsi masyarakat yang tercermin dari menurunnya
tingkat penjualan. Lickert Scale penjualan domestik berdasarkan hasil liaison, tercatat
mengalami penurunan dari 0,57 pada triwulan lalu menjadi -2.29 pada triwulan laporan.
Kondisi melambatnya konsumsi rumah tangga juga dipengaruhi oleh pembayaran gaji ke-13
PNS dan pembayaran THR yang mayoritas diberikan pada bulan Juli 2015 sehingga peningkatan
belanja masyarakat terfokus pada bulan tersebut.
38.77%35.27%
31.91%
35.43%
27.28%
34.77%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
Juni 2010 Juni 2011 Juni 2012 Juni 2013 Juni 2014 Juni 2015
Serapan Belanja APBN Prov. Sulut
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
14
Grafik 1.4.
Indeks Penjualan Eceran & Lickert Scake Liaison
Grafik 1.5.
Perkembangan Kredit Konsumsi
Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) & Liaison KPw BI Prov. Sulut Sumber: LBU, Lokasi Proyek
Di sisi lain, sejalan dengan melambatnya konsumsi rumah tangga, dukungan perbankan
terhadap kegiatan konsumsi juga tengah mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari tingkat
penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan di Sulawesi Utara yang tumbuh 13,07% (yoy) pada
triwulan laporan atau melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh
15,2% (yoy). Namun demikian, kredit konsumsi tercatat masih memiliki pangsa terbesar dalam
penyaluran kredit perbankan di Sulut dengan share sebesar 58% dari total kredit. Adapun total
penyaluran kredit konsumsi pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp.17,7 Triliun.
1.1.2 Investasi
Kegiatan investasi yang tercermin dari angka PMTB dan perubahan inventori pada triwulan II
2015 tercatat tumbuh 5,88% (yoy) dengan kontribusi sebesar 2,10% terhadap laju
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada
periode sebelumnya yang tercatat 4,49% (yoy). Laju impresif pertumbuhan investasi menjadi
salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan laporan. Tingginya
pertumbuhan investasi pada triwulan laporan selain didorong oleh masih berjalannya proyek
yang bersifat multiyears, juga didorong oleh berbagai program pemerintah pusat maupun
daerah yang mulai diinisiasi pada awal tahun 2015. Serapan belanja modal pada APBD yang
relatif lebih baik juga menjadi salah satu fakotr pendukung akselerasi pertumbuhan investasi
pada triwulan laporan.
7.93
5.59
0.57
-2.29-2.5
-2
-1.5
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
-5
0
5
10
15
20
25
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2014 2015
Pertumbuhan Indeks Riil Penjualan
Likert Scale Penjualan Domestik (sb.kanan)
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
YoYRp. Triliun
Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
15
Grafik 1.6.
Perkembangan Penjualan Semen
Grafik 1.7.
Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : LBU, Lokasi Proyek
Jenis proyek multiyears yang masih berjalan baik oleh pemerintah maupun swasta pada
triwulan laporan adalah pembangunan jalan tol Manado-Bitung, perbakikan jalan-jembatan di
beberapa daerah, pembangunan infrastruktur pendukung transportasi (bandara dan
pelabuhan), pembangunan pusat perbelanjaan, pembangunan beberapa hotel baru di Kota
Manado serta masih maraknya proyek pembangunan hunian vertikal maupun horizontal. Lebih
lanjut lagi, realisasi APBD dan APBN juga mengindikasikan sudah dimulainya beberapa proyek
strategis dengan pencapaian realisasi anggaran di atas 50% sampai dengan triwulan II 2015
untuk proyek pembangunan waduk (Lolak dan Kuwil) serta proyek pembangunan pelabuhan
perikanan. Indikator pertumbuhan investasi juga tercermin dari realisasi penjualan semen yang
menunjukkan angka penjualan maupun tingkat pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan
triwulan sebelumnya. Sampai dengan triwulan laporan realisai penjualan semen tercatat sebesar
163 ribu ton atau meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 158 ribu ton.
Sejalan dengan pertumbuhan sektor investasi, perkembangan kredit investasi yang disalurkan
oleh bank umum di Sulawesi Utara juga menunjukkan peningkatan pertumbuhan dari 12.7%
(yoy) pada triwulan lalu menjadi 18,65% (yoy) pada triwulan laporan. Dilihat dari nilainya,
jumlah penyaluran kredit investasi pada triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp. 4,04 Triliun.
1.1.3 Ekspor Impor
Kinerja perdagangan internasional pada triwulan laporan menjadi salah satu faktor penahan
laju pertumbuhan ekonomi Sulut. Hal ini tercermin dari terkontraksinya pertumbuhan ekspor
dan impor Sulut pada triwulan laporan. Ekspor tercatat mengalami kontraksi lebih dalam
sebesar 14,13% dimana pada triwulan sebelumnya tercatat terkontraksi 2,49% (yoy). Di sisi
lain, impor juga tercatat melanjutkan pelemahannya setelah mencetak pertumbuhan negatif
35,21% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh negatif 0,42% (yoy).
-40
-20
0
20
40
60
80
100
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014 2015
Volume Semen (ton) gSemen (%) - sb. kanan
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
16
Sementara itu, perdagangan antar daerah pada triwulan laporan masih mencatatkan kondisi
net impor.
Pada triwulan laporan kinerja ekspor komoditas Sulut mencatatkan pertumbuhan negatif
17.18% (yoy) dengan nilai ekspor sebesar 291,04 juta USD. Melemahnya kinerja ekspor pada
triwulan laporan masih dipengaruhi oleh menurunya ekspor produk ikan dan olahannya sebagai
dampak belum adanya hasil positif yang signifikan terkait penerapan kebijakan moratorium dan
transhipment. Berdasarkan hasil liaison, pelaku usaha ekspor ikan menyatakan kinerja ekspor
produk tersebut masih menghadapi masalah seiring kondisi pasokan bahan baku yang terbatas.
Tabel 1.2.
Perkembangan Ekspor Sulawesi Utara (Juta USD)
Sampai dengan pertengahan tahun 2015, dilihat berdasarkan pangsa komoditi utama ekspor
Sulawesi Utara, komoditi yang menjadi unggulan ekspor masih berasal dari produk olahan
lemak dan minyak nabati dengan komposisi sebesar 65%, diikuti oleh produk
perhiasan/permata (14%), sementara ikan dan ikan olahan tecatat hanya memiliki pangsa 4%
dan 5% seiring menurunnya volume ekspor. Sementara itu, berdasarkan negara tujuan, ekspor
Sulawesi Utara sampai dengan triwulan II 2015 didominasi oleh Belanda (27%), Amerika Serikat
(21%) dan Singapura (14%). Perlambatan ekspor juga tidak terlepas dari kondisi harga
internasional komoditas ekspor utama Sulut yaitu minyak kelapa dan minyak kelapa sawit yang
terpantau masih rendah pada triwulan laporan.
Grafik 1.7.
Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulawesi Utara
Grafik 1.8.
Harga Komoditas International
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sumber : World Bank Commodity Price Data
Kinerja ekspor luar negeri yang mengalami kontraksi dan situasi perekonomian yang tengah
melambat diikuti oleh melemahnya arus perdagangan antar daerah. Ekspor antar daerah Sulut
yang tercermin dari kegiatan muat barang melalui pelabuhan Bitung tercatat mengalami
pertumbuhan negatif atau terkontraksi lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Total Ekspor (Juta USD) 183.00 166.90 211.87 229.91 285.53 351.43 296.02 242.70 274.10 291.04 -17.18%
Uraian2013 2014
Growth (yoy)2015
Lemak&Minyak65%
Ikan4%
Daging&Ikan Olah5%
Ampas4%
Perhiasan14%
Lainnya8%
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2013 2014 2015
USD/Metric Ton
CPO Price CNO Price
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara,
diolah
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
17
triwulan II 2015, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar domestik
tercatat hanya sebanyak 64 ribu ton atau tumbuh negatif 64,44% (yoy).
Grafik 1.9.
Negara Tujuan Ekspor Sulawesi Utara
Grafik 1.10.
Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : PT Pelindo IV, Bitung
Sejalan dengan kondisi ekspor luar negeri yang terkontraksi, aktivitas impor juga mengalami
pertumbuhan negatif pada triwulan laporan. Pada triwulan II 2015, nilai impor tercatat hanya
sebesar 12,04 juta USD atau mengalami kontraksi cukup dalam mencapai 63,29% (yoy).
Terkontraksinya impor Sulut yang mayoritas merupakan barang modal menggambarkan
melemahnya kegiatan investasi non bangunan khususnya bagi perusahaan industri berorientasi
ekspor yang tengah mengalami kendala bahan baku.
Berdasarkan komoditinya, impor besi dan baja merupakan komoditi impor terbesar dengan
pangsa 22% dari total nilai impor, disusul oleh komoditas mesin-mesin (18%), benda besi baja
(14%), bahan bakar mineral (13%), dan kapal laut (7%). Komoditas impor tersebut digunakan
untuk mendukung kinerja ekspor terutama oleh perusahaan di sektor industri pengolahan.
Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan Juni 2015 lebih dominan
didatangkan dari negara Tiongkok (26%), Australia (20%), Taiwan (19%), dan Singapura
(14%).
Belanda27%
Tiongkok10%
Amerika Serikat
21%
Korea Selatan
8%
Singapura14%
Lainnya20%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Total Impor (Juta USD) 10.00 46.20 30.53 23.50 42.59 32.80 17.48 29.19 18.79 12.04 -63.29%
Uraian2013 2014
Growth (yoy)2015
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi
Utara, diolah
Tabel 1.3.
Impor Sulawesi Utara (Juta USD)
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
18
Grafik 1.11.
Pangsa Komoditi Utama Impor Sulawesi Utara
Grafik 1.12.
Negara Asal Impor Sulawesi Utara
Sumber : BPS Prov. Sulawesi Utara, diolah Sumber : BPS Prov. Sulawesi Utara, diolah
Di sisi lain, aktivitas impor antar daerah juga
menunjukkan penurunan. Pada triwulan laporan, total
barang yang masuk ke Sulut tecatat sebesar 493 ribu
ton atau tumbuh negatif 20,83% (yoy), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
tumbuh negatif 18,95% (yoy). Melemahnya kegiatan
bongkar pelabuhan tersebut mengkonfirmasi kondisi
net impor antar daerah pada PDRB yang mengalami
pelemahan tingkat pertumbuhan pada triwulan
laporan.
1.2 SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2015 ditopang oleh akselerasi pada
sektor pertanian dan sektor konstruksi di tengah perlambatan yang terjadi pada sektor
perdagangan dan sektor industri pengolahan. Akselerasi pada sektor pertanian dipengaruhi
peningkatan produksi seiring panen raya tanaman bahan makanan (tabama) dan panen
tanaman perkebunan tahunan di beberapa daerah. Sementara itu, akselerasi pada sektor
konstruksi ditopang oleh kelanjutan proyek bangunan pemerintah maupun swasta.
Di sisil lain, perlambatan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh
deselerasi yang terjadi pada sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan.
Melambantnya pertumbuhan sektor perdagangan dipengaruhi oleh berbagai faktor dan relatif
sejalan dengan pelemahan yang terjadi pada konsumsi rumah tangga pada sisi penggunaan.
Hal tersebut tidak terlepas dari daya beli masyarakat yang cenderung melemah akibat tingkat
Mesin-mesin18%
Kapal Laut7%
Bahan Bakar Mineral
13%
Benda Besi Baja14%
Besi dan Baja22%
Lainnya26%
Tiongkok26%
Australia20%
Singapura
14%
Filipina 7%
Taiwan19%
Lainnya14%
Grafik 1.13.
Perkembangan Kegiatan Bongkar Pelabuhan
Sumber : PT Pelindo IV, Bitung
-30
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014 2015
Bongkar (Ribu ton) - left axis gBongkar (% yoy) - right axis
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
19
harga yang tinggi serta penurunan harga komoditas utama perekebunan rakyat seperti cengkih
dan pala. Selain itu, pembayaran gaji ke-13 PNS dan Tunjangan Hari Raya (THR) yang mayoritas
direalisasikan pada bulan Juli 2015 menyebabkan belanja rumah tangga terfokus pada triwulan
III 2015. Tren peningkatan jumlah angka pengangguran terbuka (TPT) sejak tahun lalu serta
pengaruh regulasi seperti pajak progresif kendaraan bermotor juga turut memberi pengaruh
terhadap laju sektor perdagangan. Selanjutnya, pada sektor industri pengolahan, perlambatan
diperkirakan dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku terutama untuk komoditas perikanan
seiring kondisi cuaca yang kurang mendukung serta oleh belum adanya hasil positif yang
signifikan terkait penerapan kebijakan moratorium dan transhipment.
Secara keseluruhan, sumbangan terbesar pada pertumbuhan ekonomi Sulut periode triwulan II
2015 bersumber dari sektor pertanian yang tumbuh 4,83% (yoy) dengan sumbangan sebesar
1,05%. Sektor lain yang memberikan kontribusi cukup besar pada pertumbuhan ekonomi Sulut
adalah sektor konstruksi dan sektor transportasi dengan sumbangan masing-masing sebesar
0,86% dan 0,71%. Sementara itu, kendati melambat, sektor perdagangan masih memberikan
kontribusi cukup besar pada perekonomian Sulut dengan sumbangan sebesar 0,74%.
Tabel 1.4.
Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Lapangan Usaha (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb. Q4 Sumb. Q1 Sumb. Q2 Sumb.
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.92 0.42 2.77 0.62 5.16 1.14 3.75 0.82 4.00 0.83 4.83 1.05
Pertambangan dan Penggal ian 4.78 0.23 6.87 0.33 6.77 0.33 9.10 0.44 12.10 0.58 7.61 0.37
Industri Pengolahan 4.14 0.46 3.28 0.37 3.18 0.35 3.15 0.34 4.00 0.44 3.01 0.33
Pengadaan Lis trik, Gas dan Produks i Es 2.40 0.00 3.50 0.00 3.16 0.00 30.21 0.03 38.87 0.04 9.36 0.01
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.21 0.00 2.12 0.00 4.04 0.01 6.47 0.01 8.21 0.01 8.36 0.01
Konstruks i 7.40 0.93 7.67 0.95 3.72 0.48 5.15 0.67 5.92 0.75 6.79 0.86
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparas i Mobi l dan Sepeda Motor 11.77 1.45 10.05 1.24 7.90 0.99 7.56 0.96 7.38 0.96 5.79 0.74
Transportas i dan Pergudangan 11.29 0.93 9.86 0.80 9.98 0.81 10.52 0.85 9.18 0.78 8.52 0.71
Penyediaan Akomodas i dan Makan Minum 9.19 0.20 12.43 0.25 11.93 0.24 9.94 0.20 5.68 0.12 7.20 0.15
Informas i dan Komunikas i 9.33 0.41 8.31 0.36 9.75 0.42 9.64 0.41 8.50 0.38 9.53 0.42
Jasa Keuangan dan Asurans i 1.84 0.08 -1.13 -0.04 1.73 0.06 8.78 0.31 5.71 0.22 2.35 0.09
Real Estate 9.08 0.33 9.18 0.33 8.51 0.30 8.56 0.30 7.98 0.29 7.56 0.28
Jasa Perusahaan 9.19 0.01 8.41 0.01 7.31 0.01 7.82 0.01 8.21 0.01 8.33 0.01
Adminis tras i Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sos ia l Wajib 9.51 0.62 7.03 0.47 9.58 0.66 9.52 0.68 8.90 0.59 9.52 0.64
Jasa Pendidikan 4.47 0.12 7.04 0.18 3.70 0.10 0.97 0.02 2.69 0.07 5.60 0.14
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sos ia l 10.98 0.41 8.32 0.31 7.17 0.26 0.19 0.01 5.98 0.23 9.39 0.35
Jasa la innya 8.39 0.13 4.84 0.08 2.05 0.03 3.52 0.06 6.24 0.10 7.49 0.12
PDRB 6.72 6.72 6.25 6.25 6.19 6.19 6.12 6.12 6.41 6.41 6.27 6.27
2014Lapangan Usaha
2015
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
20
Sumber : Survei Penjualan Eceran, KPw BI Prov.Sulut
1.2.1. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Kendati tumbuh melambat, Sektor
Perdagangan Besar dan Eceran: Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor masih menjadi salah satu
penopang perekonomian Sulawesi Utara pada
triwulan laporan yang ditunjukkan dengan
kontribusi terhadap pertumbuhan sebesar
0,74%. Pada triwulan II 2015, sektor
Perdagangan Besar dan Eceran tumbuh 5,79%
(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan I
2015 yang tercatat tumbuh sebesar 7,38%
(yoy) maupun periode yang sama tahun
sebelumnya dimana sektor ini mampu tumbuh mencapai 10,05% (yoy). Dilihat dari pangsanya
terhadap total perekonomian Sulut, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor menempati posisi kedua di bawah sektor pertanian dengan pangsa mencapai
12,7% dari total perekonomian Sulut pada triwulan laporan.
Perlambatan pertumbuhan sektor perdagangan dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang
cenderung melemah akibat tingkat harga yang tinggi serta penurunan harga komoditas utama
perekebunan rakyat seperti cengkih dan pala. Selain itu, pembayaran gaji ke-13 PNS dan
Tunjangan Hari Raya (THR) yang mayoritas direalisasikan pada bulan Juli 2015 menyebabkan
belanja rumah tangga terfokus pada triwulan III 2015. Tren peningkatan jumlah angka
pengangguran terbuka (TPT) sejak tahun lalu serta pengaruh regulasi seperti pajak progresif
kendaraan bermotor juga turut memberi pengaruh terhadap laju sektor perdagangan.
Melambatnya kinerja sektor PHR tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI
Provinsi Sulawesi Utara yang menunjukkan adanya penurunan angka Indeks Riil Penjualan
Eceran dari 258,75 pada triwulan I 2015 menjadi 254,13 pada triwulan II 2015. Penurunan
terutama didorong oleh turunnya indeks penjualan riil di kelompok barang makanan dan
tembakau serta kelompok kerajinan, seni dan mainan terutama pada awal triwulan laporan.
Kelompok lain yang mengalami penurunan indeks adalah kelompok pakaian dan
perlengkapannya.
Seiring dengan melemahnya perdagangan, data penjualan kendaraan di Sulawesi Utara juga
menunjukkan perkembangan serupa. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pelaku usaha,
penjualan kendaraan di Sulut pada triwulan laporan kembali mengalami kontraksi cukup dalam
sebesar negatif 41,77% (yoy). Berdasarkan hasil liaison, pelaku usaha menyatakan bahwa
kondisi penurunan penjualan sampai triwulan II 2015 sudah berada di luar ekspektasi. Namun
Grafik 1.14.
Indeks Penjualan Eceran
0
50
100
150
200
250
300
350
400
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
2013 2014 2015
Makanan & tembakau Pakaian & perlengkapannya Indeks Riil Penjualan (s.b. Kanan)
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
21
demikian, pelaku usaha masih cukup optimis bahwa tingkat penjualan akan kembali
terdongkrak pada paruh ke dua tahun 2015.
Grafik 1.15.
Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan
Grafik 1.16.
Penjualan Kendaraan
Sumber : LBU, Lokasi Proyek Sumber : Pelaku Usaha
Sejalan dengan perkembangan sektor perdagangan, dukungan perbankan terhadap sektor
tersebut juga relatif menurun. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit kepada sektor
perdagangan yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, kredit
yang disalurkan pada sektor perdagangan mencapai Rp.6,7 Triliun, tumbuh 12,44% (yoy).
Angka pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dimana kredit
perdagangan tumbuh sebesar 14,32% (yoy).
1.2.2. Konstruksi
Pada triwulan laporan, sektor konstruksi kembali menjadi salah satu pendorong utama
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Sektor konstruksi tercatat mengalami akselerasi pada
triwulan II 2015 dengan pertumbuhan sebesar 6,79% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 5,92% (yoy). Sumbangan sektor Konstruksi pada laju
pertumbuhan ekonomi Sulut secara keseluruhan pada triwulan laporan mencapai 0,86% atau
meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 0,75%.
Memasuki pertengahan tahun 2015, bebrapa proyek baru milik pemerintah tercatat mulai
berjalan. Hal ini tercermin dari realisasi anggaran yang diperuntukan bagi proyek strategis
sampai dengan Juni 2015. Kondisi tersebut didukung oleh masih berlangsungya proyek bersifat
multiyears baik oleh swasta maupun pemerintah menjadi pendorong utama perkembangan
sektor konstruksi. Di sisi pemerintah, beberapa proyek strategis bahkan telah mencapai
penyerapan anggaran di atas 50% yaitu proyek pembangunan waduk Lolak dan Kuwil serta
proyek pembangunan pelabuhan perikanan. Namun demikian, masih terdapat beberapa proyek
yang masih belum berjalan seperti proyek perpanjangan jaringan (listrik pedesaan) dan proyek
pembangunan pasar rakyat. Sementara itu, proyek investasi bangunan pihak swasta seperti
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara,
diolah
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
22
pembangunan pusat perbelanjaan, hotel, hunian vertikal dan kompleks perumahan terpantau
masih marak dan terus berlangsung tanpa mengalami hambatan berarti.
Tabel 1.4.
Perkembangan Realisasi Anggaran Proyek Strategis 2015
Sumber : DJPBN Sulawesi Utara
Tingginya pertumbuhan sektor konstruksi juga tidak terlepas dari derasnya dukungan pihak
perbankan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit konstruksi yang terus menanjak sejak
peruh kedua tahun 2014. Kredit konstruksi di Sulut pada triwulan laporan tercatat sebesar
Rp.1,05 Triliun atau mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 35,87% (yoy) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 31,86% (yoy). Di sisi lain, tingginya
pertumbuhan sektor konstruksi juga tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran KPw BI Sulut
dimana indeks penjualan bahan konstruksi mengalami peningkatan dari 250,06 pada Maret
2015 menjadi 274,17 pada posisi Juni 2015. Perkembangan sektor konstruksi yang semakin
baik, diperkirakan dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi Sulut di sepanjang tahun 2015.
Perkembangan pembangunan terutama untuk jenis proyek infrastruktur transportasi,
diharapkan dapat memberi multiplier effect pada perkembangan sektor lain yang terkait seperti
sektor perdagangan dan sektor transportasi di masa mendatang.
No Proyek Strategis Pagu (Rp.) Realisasi Juni (Rp.)
1 Pelebaran Jalan (Pelabaran jalan di Manado dan sekitarnya, Kotamobagu dan sekitarnya,
serta di Kabupaten Sangihe Talaud dan sekitarnya 699,630,344,000 106,820,105,547
2 Pembangunan Jalan Bebas Hambatan (Jalan tol Manado-Bitung) 635,095,000,000 11,746,053,100
3 Penggantian Jembatan (Pembangunan dan pelebaran berbagai jembatan di Sulawesi
Utara) 246,845,293,000 36,231,882,840
4 Pembangunan Fasilitas pelabuhan (Lanjutan pembangunan fasilitas pelabuhan laut
bitung) 245,685,948,000 8,433,950,161
5 'Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan 222,750,000,000 35,657,125,800
6 Waduk yang dibangun (Pembangunan bendungan Lolak dan Bendungan Kuwil) 179,384,905,000 104,598,266,860
7 Landas Pacu (Runway) (Bandar Udara Naha Tahuna dan Bandar Udara Miangas) 163,742,560,000 -
8 Pembangunan Jembatan Baru (antara lain rekonstruksi/rehabilitasi Jembatan
Tambulinas) 154,572,000,000 17,050,051,800
9 Sarana/prasarana pengaman pantai yang dibangun (di beberapa wilayah di Sulawesi
Utara) 118,521,200,000 20,282,605,900
10 Sarana/prasarana pengendalian banjir yang dibangun (di beberapa wilayah di Sulawesi
Utara) 111,685,662,000 16,131,958,500
11 Pembangunan Jalan Baru 81,301,000,000 6,650,071,200
12 SPAM Perkotaan (di berbagai wilayah di Sulawesi Utara) 66,806,800,000 4,387,687,600
13 Panjang Jaringan Distribusi (listrik pedesaan) sepanjang 204,9 KMS 66,710,842,000 0
14 Pasar Rakyat (Type A/B) (pembangunan beberapa pasar rakyat di beberapa wilayah di
Sulawesi Utara) 59,309,243,000 0
15 Jumlah pengembangan dan pembangunan pelabuhan perikanan UPT Pusat (lokasi) pada
Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung 46,098,818,000 29,908,939,000
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
23
Grafik 1.17.
Perkembangan Kredit Konstruksi
Grafik 1.18.
Indeks Penjualan Bahan Konstruksi
Sumber : LBU, Lokasi Proyek Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE)
1.2.3. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan merupakan sektor dengan pangsa terbesar pada
struktur perekonomian Sulawesi Utara. Porsi sektor ini mencapai 21,42% terhadap nilai
perekonomian Sulut di triwulan laporan. Sektor ini juga sekaligus menjadi motor utama
pertumbuhan ekonomi Sulut dengan sumbangan tertinggi dibandingkan sektor lainnya yaitu
mencapai 1,05% pada triwulan laporan, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 0,83%.
Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada triwulan II 2015 tumbuh 4,83% (yoy),
meningkat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I 2015 yang tercatat sebesar
4% (yoy). Tingginya pertumbuhan sektor pertanian didorong oleh pertumbuhan yang signifikan
pada subsektor tanaman perkebunan dan akselerasi pada subsektor tanaman bahan makanan.
Di sisi lain, subsektor perikanan tercatat masih mengalami kontraksi dipengaruhi penetapan
regulasi moratorium dan transhipment oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan.
Akselerasi pada subsektor tanaman bahan makanan (tabama) didorong oleh peningkatan
produksi seiring panen raya beras yang terjadi pada periode April Mei 2015 di sentra
penghasil beras Sulut di wilayah Bolaang Mongondow dan sekitarnya. Kondisi ini juga ditandai
dengan menurunnya harga beras pada periode tersebut. Subsektor tabama mencatatkan
tingkat pertumbuhan sebesar 1,48% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami
kontraksi 4,87% (yoy). Sementara itu, pada triwulan laporan, subsektor tanaman perkebunan
juga mencatatkan pertumbuhan cukup tinggi mencapai 16,68% (yoy) didukung panen raya
komoditas cengkih dan pala di beberapa daerah terutama daerah kepulauan.
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
YoYRp. Triliun
Kredit Konstruksi gKredit Konstruksi
-20
-10
0
10
20
30
40
0
50
100
150
200
250
Jan
Ma
r
Me
i
Jul
Sep
No
p
Jan
Ma
r
Me
i
Jul
Sep
No
p
Jan
Ma
r
Me
i
2013 2014 2015
Bahan Konstruksi g Bahan Konstruksi (%) - right axis
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
24
Grafik 1.19.
Perkembangan Produksi Ikan
Grafik 1.20.
Perkembangan Kredit Sektor Pertanian
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Prov, Sulut
Sumber : LBU, Lokasi Proyek
Di sisi lain, kontraksi pada subsektor perikanan tercermin dari pertumbuhan produksi ikan
tangkap yang masih mengalami tingkat pertumbuhan negatif kendati cenderung membaik
dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Prov.
Sulut, jumlah produksi ikan tangkap tercatat mengalami pertumbuhan negatif 1,6% (yoy) pada
triwulan laporan atau mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya dimana
pertumbuhan terkontraksi sebesar 3,7% (yoy). Di sisi lain, dukungan perbankan terhadap
perkembangan sektor pertanian terus menunjukkan perbaikan. Hal ini tercermin dari tingkat
pertumbuhan kredit yang lebih baik dibandingkan triwulan lalu kendati masih mengalami
kontraksi. Pembiayaan perbankan terhadap sektor pertanian tercatat sebesar Rp.308 Miliar
pada triwulan laporan atau mencatatkan pertumbuhan negatif 2,15% (yoy). Kondisi ini relatif
lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya dimana tingkat pertumbuhan kredit pertanian
mencatatkan angka negatif 3,22% (yoy).
1.2.4. Sektor lainnya
A. Sektor Indsutri Pengolahan
Sektor Industri Pengolahan merupakan sektor dengan pangsa cukup besar pada perekonomian
Sulut pada posisi setelah sektor Pertanian, sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan sektor
Konstruksi dengan pangsa sebesar 10,55% terhadap total perekonomian Sulut di triwulan
laporan. Sektor industri pengolahan menunjukkan kinerja yang kurang menggembirakan pada
triwulan laporan dipengaruhi permasalahan yang menerpa subsektor industri pengolahan ikan
serta industri berskala kecil dan menengah di berbagai subsektor. Pada triwulan laporan sektori
industri pengolahan tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 3,01% (yoy) atau melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4% (yoy). Adapun kontribusi sektor
industri pengolahan terhadap laju pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan laporan adalah
sebesar 0,33%.
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014 2015
Ikan Tangkap (ton) gIkan Tangkap - sb. kanan (%)
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
YoYRp. Triliun
Kredit Pertanian gKredit Pertanian
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
25
Melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan terkait erat dengan perkembangan
harga khususnya pada komoditas kelapa sawit dan turunannya. Berdasarkan hasil liaison
kepada pelaku usaha, kondisi harga kelapa sawit dan turunannya cenderung melemah pada
triwulan laporan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan menahan tingkat produksinya.
Sementara itu, permasalahan bahan baku pada sektor industri pengolahan ikan juga masih
mengemuka dipicu oleh cuaca buruk yang terjadi di penghujung triwulan laporan. Di sisi lain,
lesunya perekonomian yang berpengaruh pada tingkat perdagangan serta pelemahan kurs
Rupiah diperkirakan menjadi penyebab turunnya kinerja industri berskala kecil dan menengah di
berbagai subsektor.
Penurunan produksi pada industri pengolahan minyak nabati tercermin dari nilai ekspor produk
tersebut yang pada triwulan II 2015 mengalami tingkat pertumbuhan negatif 19,3% (yoy) atau
lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar negatif 11,23% (yoy). Sejalan
dengan melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan, dukungan pihak perbankan
terhadap sektor tersebut dirasa masih belum optimal. Penyaluran kredit terhadap sektor industri
pengolahan pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp.1,07 Triliun dengan tingkat
pertumbuhan yang terkontraksi 22,15% (yoy).
Grafik 1.22.
Perkembangan Kredit Industri Pengolahan
Grafik 1.23.
Perkembangan Ekspor Minyak Nabati
Sumber : LBU, Lokasi Proyek
Sumber : Bea Cukai, diolah
B. Sektor Transportasi dan Pergudangan
Pada triwulan laporan, sektor transportasi dan pergudangan mencatatkan tingkat pertumbuhan
yang cukup tinggi kendati melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor transportasi
dan pergudangan tercatat tumbuh sebesar 8,52% (yoy) melambat dibandingkan triwulan lalu
yang tumbuh sebesar 9,18% (yoy). Kontribusi sektor transportasi dan pergudangan terhadap
laju pertumbuhan ekonomi Sulut tercatat sebesar 0,71% (yoy). Perlambatan pada sektor
transportasi dan pergudangan relatif sejalan dengan melambatnya sektor perdagangan yang
menjadi motor kegiatan transportasi maupun pergudangan.
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
YoYRp. Triliun
Kredit Industri gKredit Industri
157.2
196.4
151.8
97.2
134.9 127.9119.9
149.6
200.0
239.5
193.3
135.4
177.6193.3
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
0
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
Ekspor Minyak Nabati (Juta USD) gEkspor Minyak Nabati (%)
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
26
Tabel 1.5.
Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi
Grafik 1.24.
Perkembangan Kredit Sektor Transportasi
Grafik 1.25.
Perkembangan Ekspor Emas Sulut
Sumber : Bea Cukai, diolah
Melambatnya pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan pada triwulan II 2015
tercermin dari data arus kargo datang dan berangkat di bandara Sam Ratulangi. Jumlah kargo
yang masuk ke Sulawesi Utara pada triwulan II 2015 tercatat sebanyak 2.197 ton atau
mengalami tingkat pertumbuhan negatif 3,79% (yoy). Penurunan juga tercermin dari jumlah
kargo berangkat dari bandara Sam Ratulangi yang tercatat mengalami pertumbuhan negatif
12,51% (yoy) pada triwulan laporan. Namun demikian, jumlah penumpang datang maupun
berangkat dari bandara Sam Ratulangi tercatat masih mengalami pertumbuhan kendati pada
level yang terbatas. Peningkatan arus penumpang dipengaruhi oleh pembukaan rute baru oleh
maskapai dan persiapan menjelang hari raya Idul Fitri yang jatuh di bulan Juli 2015
Sejalan dengan pertumbuhan sektor transportasi
dan pergudangan yang mengalami perlambatan,
dukungan kredit perbankan terhadap sektor ini juga
menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan.
Kredit sektor transportasi pada triwulan II 2015
tercatat tumbuh 25,52% (yoy), melambat
dibandingkan triwulan I 2015 yang tumbuh 26,79%
(yoy). Secara nominal, jumlah kredit yang disalurkan
pada sektor transportasi di triwulan II 2015 tercatat
mencapai Rp.418 Miliar.
C. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Setelah sempat mengalami pertumbuhan yang cukup
tinggi pada triwulan I 2015, sektor pertambangan
dan penggalian tercatat tumbuh melambat pada
triwulan laporan. Sektor ini mengalami pertumbuhan
sebesar 7,61% (yoy) pada triwulan laporan atau
mengalami perlambatan dibanding triwulan
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Penumpang Datang (orang) 162,888 276,516 392,437 290,689 216,336 236,018 261,756 273,686 218,078 244,715 3.68%
Penumpang Berangkat (orang) 262,609 278,629 390,053 277,150 228,609 239,743 257,766 257,305 231,366 246,111 2.66%
Kargo Datang (kg) 1,754,492 1,845,718 1,770,487 2,440,699 2,208,863 2,284,495 2,081,959 2,722,161 1,850,804 2,197,998 -3.79%
Kargo Berangkat (kg) 1,005,130 1,075,263 932,232 935,385 877,551 782,141 669,406 786,022 783,384 684,294 -12.51%
2015
Kargo
Penumpang
Jenis
PengangkutanKeterangan
2014Growth
(YoY)
2013
Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara
Sumber : LBU, Lokasi Proyek
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
0.2
0.4
0.6
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
YoYRp. Triliun
Kredit Transportasi gKredit Transportasi
-100
-50
0
50
100
150
200
250
300
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
Ekspor Emas (Juta USD) gEkspor Emas - sb.kanan (%)
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
27
Grafik 1.26.
Perkembangan NTB Bank Umum
Sumber : KPw BI Prov. Sulut
sebelumnya yang tumbuh 12,1 % (yoy). Adapun kontribusi sektor ini terhadap total
pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 0,37%.
Melambatnya pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian tidak terlepas dari
perkembangan produksi pertambangan emas yang merupakan usaha pertambangan utama di
Sulawesi Utara. Berdasarkan hasil liaison kepada pelaku usaha, produksi emas pada triwulan
laporan memang sedikit menurun yang disebabkan oleh kendala cuaca dan perkembangan
harga emas yang cenderung melemah di bawah ekspektasi peaku usaha. Penurunan produksi
emas juga tercermin dari nilai ekspor emas Sulut yang mengalami perlambatan pada triwulan
laporan. Ekspor emas tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 35,44% (yoy) atau melambat
dibanding triwulan sebelumnya yang mampu mencatatkan angka pertumbuhan sebesar
175,13% (yoy).
D. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi
Kinerja sektor Jasa Keuangan dan Asuransi pada
triwulan II 2015 tumbuh 2,35% (yoy) dengan
sumbangan 0,09%, melambat dibandingkan periode
sebelumnya yang tercatat tumbuh 5,71% (yoy)
dengan sumbangan sebesar 0,22% terhadap laju
total perekonomian Sulut. Namun demikian, kinerja
sektor jasa keuangan dan asuransi pada triwulan
laporan relatif lebih baik jika dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya dimana sektor
ini mengalami kontraksi sebesar 1,13% (yoy).
Kinerja sektor ini terutama dipengaruhi oleh kinerja sektor perbankan yang memegang peranan
penting dalam perkembangan sektor Jasa Keuangan. Sesuai dengan pola historisnya, kinerja
perbankan cenderung belum optimal di paruh pertama setiap tahunnya. Melambatnya kinerja
perbankan tercermin dari Nilai Tambah Bruto (NTB) bank umum di Sulut yang tercatat
mengalami pertumbuhan negatif 1,16% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan perode
sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 0,6% (yoy). Penurunan kinerja perbankan sendiri
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara keseluruhan yang tengah melambat. Akibatnya,
perbankan menjadi lebih selektif dalam melakukan penyaluran kredit karena faktor risiko yang
dinilai semakin meningkat.Hal tersebut tentunya memberikan pengaruh kepada produktifitas
perbankan secara keseluruhan. Sementara itu, indikator pertumbuhan sektor Jasa Keuangan
dan Asuransi lainnya yaitu perkembangan jumlah perbankan yang beroperasi di Sulawesi Utara
mulai menunjukkan adanya peningkatan meskipun tidak signifikan. Jumlah kantor bank umum
tercatat mengalami peningkatan dari 282 di triwulan lalu menjadi 285 pada triwulan laporan.
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
420,000
430,000
440,000
450,000
460,000
470,000
480,000
490,000
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
NTB Bank Umum Sulut (Rp.Juta)
gNTB Bank Umum Sulut - sb.kanan (%yoy)
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
28
Kondisi ini diharapkan memberi pengaruh positif pada perkembangan sektor jasa keuangan di
triwulan mendatang.
E. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum pada triwulan laporan tercatat tumbuh
sebesar 7,2% (yoy) atau mengalami akselerasi jika dibandingkan triwulan sebelumnya dimana
pertumbuhan tercatat sebesar 5,68% (yoy). Secara kontribusi, sektor penyediaan akomodasi
dan makan minum memberi sumbangan sebesar 0,15% terhadap laju pertumbuhan ekonomi
Sulut pada triwulan laporan.
Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum memiliki kaitan yang erat dengan
perkembangan bisnis perhotelan serta sektor pariwisata di Sulawesi Utara. Relaksasi kebijakan
pemerintah mengenai pelaksanaan rapat di hotel bagi PNS memberi pengaruh positif pada
bisnis perhotelan di triwulan laporan. Kondisi tersebut tercermin dari tingkat penghunian kamar
(TPK) hotel berbintang yang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Secara rata-rata TPK hotel berbintang tercatat sebesar 56,15% atau mengalami peningkatan
dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 42,9%. Di sisi lain, setelah tumbuh sangat tinggi
di triwulan lalu, kunjungan wisman ke Sulawesi Utara tercatat mengalami penurunan. Jumlah
wisman yang berkunjung ke Sulut selama triwulan laporan tercatat sebanyak 3.062 orang atau
jauh lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat sebanyak 6.791 orang. Kondisi TPK
yang meningkat di tengah menurunnya kunjungan wisman menggambarkan ketergantungan
yang tinggi bisnis perhotelan terhadap belanja dari sektor domestik terutama pemerintahan.
Grafik 1.27.
Perkembangan Kunjungan Wisman
Grafik 1.28.
Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar
Sumber : BPS Sumber : BPS
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Jumlah Bank Umum*) 26 27 27 27 28 28 28 28 28 28
Jumlah Kantor Bank Umum 264 268 271 272 272 272 278 282 282 285
Jumlah BPR 17 17 17 17 17 17 17 18 18 18
Jumlah kantor BPR 49 51 50 51 52 52 52 55 55 55
Ket: *) Konvensional dan Syariah
201520142013
Data Bank
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
-
2,000
4,000
6,000
8,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014 2015
Wisman (org) - left axis
gWisman (% yoy) - right axis
Sumber : OJK, diolah
Tabel 1.6.
Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
29
F. Sektor Real Estate
Pada triwulan laporan, sektor real estate tercatat tumbuh sebesar 7,56% (yoy) atau mengalami
perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,98% (yoy). Secara kontribusi,
sumbangan sektor real estate terhadap laju pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan laporan
adalah sebesar 0,28% atau sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
sebesar 0,29%.
Grafik 1.29.
Perkembangan IHPR Kota Manado
Grafik 1.30.
Perkembangan Kredit Real Estate
Sumber : Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Sumber : LBU, Lokasi Proyek
Perlambatan pada sektor real estate terkonfirmasi dari perkembangan Indeks Harga Properti
Residensial (IHPR) di Kota Manado yang mengalami perlambatan pertumbuhan dari 13,67%
pada triwulan lalu menjadi 6,23% pada triwulan laporan. Kondisi ini mencerminkan turunnya
tingkat permintaan terhadap properti residensial di pasar primer yang berpengaruh pada
tingkat harga seiring melemahnya situasi perekonomian secara keseluruhan. Berdasarkan
penelusuran kepada pelaku usaha, kebijakan LTV yang diterapkan beberapa waktu lalu masih
menjadi salah satu faktor penghambat penjualan rumah terutama untuk tipe rumah menengah
dan besar. Namun demikian, dukungan perbankan terhadap sektor ini terpantau kembali
mengalami perbaikan di triwulan laporan walaupun masih mencatatkan pertumbuhan negatif
2,59% (yoy). Kondisi tersebut lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya dimana kredit
sektor real estate mengalami kontraksi sebesar 16,44% (yoy).
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
IHPR Kota Manado gIHPR Kota Manado - sb.kanan
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
YoYRp. Triliun
Kredit Real Estate gKredit Real Estate
Box I
Pariwisata Sulawesi Utara
Harapan mencipatakan industri
pariwisata sebagai industri pendorong
perekonomian di Provinsi Sulawesi Utara,
dapat dikatakan relevan. Hal tersebut
merujuk pada potensi pariwisata yang
cukup besar, baik daya tarik alam,
kekayaan budaya, maupun hasil cipta
masyarakat yang unik dan beragam.
Selain taman bawah laut Bunaken, dan
Danau Tondano, juga terdapat
underwater volcano Mahangetang,
taman laut di kabupaten kepaulaun,
seperti Pulau Sitaro dan Sangihe, serta
pantai manawan yang menghadap
perairan laut Maluku. Selain kekayaan alam, budaya dan beragam kreasi masyarakat
seperti pesta adat Tulude, Manee hingga Tomohon International Flower Festival juga
turut menopang daya tarik pariwisata Sulawesi Utara.
Meskipun daya tarik cukup beragam, namun jumlah kunjungan wisatawan, khususnya
wisatawan mancanegara masih dapat dikatakan minimal, apabila dibandingkan dengan
kunjungan wisatawan di daerah pariwisata Utama seperti Bali, Jogjakarta dan Jakarta.
Dari data lima tahun terakhir, rata-rata tahunan kunjungan wisatawan manca negara
kurang dari 20.000 jiwa setiap tahunnya. Namun pada 2008 dan 2009, kunjungan
wisatawan sempat mencapai masing-masing 156.726 dan 158.076 orang. Kunjungan
yang sangat tinggi ini ditengarai didorong oleh penyelenggaraan event berskala
internasional yaitu Coco-tech Meeting pada 2008 dan World Ocean Conference (WOC)
serta Coral Triangle Initiative (CTI) Summit pada 2009.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa industry pariwisata dapat didorong oleh pariwisata
jenis Meetings, Incentives, Conferencing, and Exhibitions (MICE). Selain itu, industri
pariwisata Sulawesi Utara juga dianggap masih perlu didukung infrastruktur yang
memadai. Khususnya infrastruktur yang mampu mempermudah akses wisatawan ke
daerah tujuan wisata tersebut, hal tersebut perlu diperhatikan mengingat letak
geografis destinasi wisata yang relatif berjauhan. Kemudahan akses ini diharapkan
mampu mempercepat jarak tempuh dan menekan biaya perjalanan. Selain itu,
infrastruktur pendukung lain yang dianggap mampu menambah kenyamanan dan
kepuasan wisatawan seperti sanitary, akomodasi, serta pusat-pusat informasi dan
pengaduan juga dianggap perlu untuk ditingkatkan.
Halaman ini sengaja dikosongkan
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN
KEUANGAN DAERAH BAB II
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
35
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Utara pada
triwulan II 2015 sebesar Rp2,64 triliun meningkat 10.76% dari periode yang sama tahun
sebelumnya. Realisasi pendapatan fiskal cukup baik mengingat telah tercapai sebesar 52,6%
atau senilai Rp1.345 Miliar dari total target Rp2,56 triliun. Sementara itu realisasi belanja
mencapai 36,8% atau senilai Rp971 Miliar dari total target belanja.
Dukungan fiskal dari pemerintah pusat untuk pengembangan ekonomi daerah terlihat dari
transfer dana yang diberikan kepada Provinsi dan 15 (lima belas) Kabupaten/Kota di Wilayah
Sulawesi Utara. Sampai dengan triwulan II 2015 alokasi dana pusat ke daerah sebesar Rp158,67
triliun (Provinsi dan 15 Kab/Kota) sebesar 43,05%. Peningkatan alokasi tersebut di tujukan
untuk mendorong percepatan pembangun daerah selaras dengan program pembangunan
pemerintah pusat.
2.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Dalam rangka melaksanakan pelayanan publik di daerah, instrumen utama yang digunakan
dalam kebijakan fiskal adalah melalui APBD. Pelaksanaan APBD dimaksud diharapkan dapat
menjadi salah satu mesin pendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, APBD juga sebagai
salah satu penentu tercapainya target dan sasaran makro ekonomi daerah yang diarahkan
untuk mengatasi berbagai kendala dan permasalahan pokok dalam mewujudkan agenda
masyarakat yang sejahtera dan mandiri. Periode triwulan II 2015 nilai APBD Provinsi Sulawesi
Utara meningkat jika dibandingkan dengan nilai APBD tahun Sebelumnya.
Tabel 2.1
Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara s.d 30 Juni 2015
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah
Nominal % Nominal %
I Pendapatan 2,329 1,012 43.4 2,557 1,345 52.6
Pendapatan Asli Daerah 944.6 361.1 38.2 1028.5 493.0 47.9
Dana Perimbangan 1384.2 515.7 37.3 1191.7 683.4 57.3
Lain-lain PAD yang Sah 0.5 134.7 0.0 337.0 168.1 49.9
II Belanja 2,453 670 27.3 2,641 971 36.8
Belanja Operasi 1570.6 522.9 33.3 1623.0 591.6 36.5
Belanja Modal 509.8 70.8 13.9 651.0 220.8 33.9
Belanja Tidak Terduga 10.0 1.6 15.9 5.0 0.0 0.0
Transfer (Ke Kab/Kota/Desa) 362.3 74.5 20.6 362.3 158.7 43.8
III Pembiayaan 123 249 0.0 84 291 345.2
Penerimaan Daerah 148.3 249.4 168.2 109.2 290.7 266.2
- SILPA 148.3 249.4 168.2 109.3 0.0 0.0
Pengeluaran Daerah 25 0 0 25 0 0
- Penyertaan Modal (Investasi) Pemda 25 0 0 25 0 0
APBD 2015
(Rp Miliar)
Realisasi APBD
Tw. II-2015No UraianAPBD 2014
(Rp Miliar)
Realisasi APBD
Tw. II-2014
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
36
Realisasai APBD, baik komponen pendapatan maupun belanja sampai dengan triwulan II 2015
tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu. Dari sisi
pendapatan, realisasi tercatat 52,63%, lebih tinggi dibanding realisasi pada tahun sebelumnya
43,41%. Disisi belanja, realisasi tercatat mencapai 36,8% lebih tinggi dibandingkan periode
yang sama tahun lalu sebesar 27,3%. Berdasarkan perhitungan rasio belanja terlihat bahwa
sebagian besar dana direalisasikan untuk belanja rutin, rata rata rasio belanja rutin lebih besar
dibandingkan dengan belanja pembangunan yaitu sebesar 36,5,4% atau senilai Rp591,6
Miliar, sedangkan untuk rasio aktivitas belanja modal/pembangunan tercatat 33,9% atau
sebesar Rp220,8 Miliar
Perkembangan surplus/defisit APBD Provinsi Sulawesi Utara realisasi sampai dengan triwulan II
2015 tercatat surplus senilai Rp373,4 Miliar dengan rasio surplus/defisit terhadap agregat
pendapatan 27,7%.
2.1.1. Pendapatan Daerah
Pendapatan Asli Daerah dan Transfer Dana ke daerah sampai dengan triwulan II 2015 realisasi
pendapatan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara tercatat 52,6% dari total target, lebih tinggi
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 43,4%.
Tabel 2.2
Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d 30 Juni 2015
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah
Secara komposisi realisasi PAD triwulan II 2015 yang memiliki kontribusi tertinggi yaitu pajak
daerah sebesar Rp384 miliar dari target, pencapaian ini lebih tinggi dari periode yang sama
tahun lalu.
Untuk realisasi transfer dana triwulan II 2015 tercatat dana perimbangan mencapai Rp.683
miliar atau 57,3% dari target, pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan dengan periode tahun
sebelumnya sebesar Rp.515,7 miliar atau 46,9%. Realisasi penyaluran tertinggi dari dana
Nominal % Nominal %
PENDAPATAN 2,329 1,012 43.4 2,557 1,345 52.6
Pendapatan Asli Daerah 945 361 38.2 1,028 493 47.9
- Pajak Daerah 821 325 39.6 911 384 42.1
- Retribusi Daerah 38 6 16.8 40 19 47.9
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 40 0 0.0 30 33 110.0
- Lain-lain 46 30 65.3 48 57 119.8
Dana Perimbangan 1,110 516 46.5 1,192 683 57.3
- Dana Bagi Hasil Pajak 93 19 20.2 79 36 45.8
- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 7 4 60.6 19 9 44.8
- Dana Alokasi Umum 950 475 50.0 1,027 599 58.3
- Dana Alokasi Khusus 60 18 30.0 67 40 59.4
Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 275 135 49.0 337 168 49.9
Realisasi APBD
Tw. II-2015UraianAPBD 2014
(Rp Miliar)
Realisasi APBD
Tw. II-2014APBD 2015
(Rp Miliar)
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
37
perimbangan yaitu dana alokasi khusus yang mencapai 59,4%. Sementara itu realisasi dana
penyesuaian & otonomi khusus tercatat Rp168% miliar atau 49,9%, lebih tinggi dibanding
tahun lalu yang belum memiliki realisasi.
2.1.2. Dana Transfer
Porsi Dana Perimbangan terhadap keseluruhan dana transfer relatif lebih besar dibandingkan
porsi Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus. Porsi Dana Perimbangan sebesar Rp9,04 triliun atau
mencapai 85.96% dari total Dana transfer/pendapatan transfer, sementara itu Dana
Penyesuaian & Otonomi Khusus tercatat sebesar Rp1,48 triliun atau 14,04%. Komponen Dana
Perimbangan terutama berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) dengan nilai sebesar Rp7,65
triliun atau 85%, diikuti oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp973 miliar atau 11%,
sementara porsi terkecil adalah Dana Bagi Hasil (DBH) senilai Rp411 miliar atau 4% dari total
dana perimbangan.
Tabel 2.3
Perkembangan Transfer Dana Pusat ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara
*) Data update per Juni 2015
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah
2.1.3. Belanja Daerah Provinsi Sulut
Sampai dengan triwulan II 2015 realisasi belanja operasi mencapai 36,4% dari target, lebih
tinggi dari pencapaian tahun sebelumnya sebesar 27,3%. Sedangkan untuk belanja modal
tercatat telah terealisasi 34.1% atau senilai Rp.222 miliar, lebih tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya yang mencapai 13,9% atau senilai Rp.71 miliar. Peningkatan realisasi belanja
modal yang tinggi tersebut dipicu oleh realisasi belanja jalan, irigasi, dan jaringan yang pada
periode yang sama tahun 2014 belum terdapat realisasi. Sejalan dengan kondisi ini
mengindikasikan adanya upaya percepatan belanja modal untuk mengoptimalkan fungsi fiskal
bagi kesejahteraan.
Dana Perimbangan 4.376 5.283 5.462 5.998 6.993 7.941 8.138 9.038
Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 274 336 331 325 356 378 340 411
Dana Alokasi Umum (DAU) 3.428 4.059 4.431 4.964 5.947 6.725 6.917 7.653
Dana Alokasi Khusus (DAK) 674 887 700 709 689 838 881 973
Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus 280 394 221 1.153 434 703 1.092 1.477
TOTAL 4.656 5.676 5.683 7.150 7.427 8.644 9.231 10.514
201520142011 2012 2013Dana 2008 2009 2010
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
38
Tabel 2.4
Kinerja Belanja Daerah (Operasi-Modal) Provinsi Sulawesi Utara s.d 30 Juni 2015
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah
Nominal % Nominal %
BELANJA 2,453 670 27.3 2,642 972 36.8
Belanja Operasi 1,571 523 33.3 1,623 591 36.4
- Belanja Pegawai 591 231 39.1 573 239 41.7
- Belanja Barang 570 143 25.1 497 144 29.0
- Belanja Hibah 317 144 45.5 520 208 39.9
- Belanja Bantuan Sosial 20 4 21.5 2 0 0.0
- Belanja Bantuan Keuangan 72 0 0.0 31 0 0.0
Belanja Modal 510 71 13.9 651 222 34.1
- Belanja Tanah 98 14 13.9 33 7 19.8
- Belanja Peralatan dan Mesin 76 10 13.9 75 26 34.7
- Belanja Bangunan dan Gedung 150 21 13.9 152 24 15.8
- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 184 25 13.9 389 163 41.9
- Belanja Aset Tetap Lainnya 3 0 13.9 3 3 86.3
Belanja Tak Terduga 10 2 15.9 5 0 0.0
Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 362 75 20.6 362 159 43.8
UraianAPBD 2014
(Rp Miliar)
Realisasi APBD
Tw. II-2014APBD 2015
(Rp Miliar)
Realisasi APBD
Tw. II-2015
Halaman ini sengaja dikosongkan Halaman ini sengaja dikosongkan
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN EKONOMI MA
PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH BAB III
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
43
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
44
Grafik 3.1
Laju Inflasi Kota Manado, KTI dan Nasional (yoy)
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Tekanan inflasi Provinsi Sulawesi Utara meningkat di triwulan II 2015 dibandingkan triwulan
sebelumnya. Inflasi Provinsi Sulawesi Utara yang diwakili oleh Kota Manado tercatat sebesar
0.49% (mtm) atau secara tahunan sebesar 8,73% (yoy) di akhir triwulan II 2015. Tekanan
inflasi secara tahunan bersumber dari menguatnya tekanan inflasi kelompok volatile foods dan
kelompok barang yang harganya diatur pemerintah (administered price). Sementara kelompok
inti (core inflation) cenderung stabil.
3.1 PERKEMBANGAN INFLASI
3.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy)
Tekanan inflasi tahunan Kota Manado tercatat
meningkat pada triwulan II 2015 dibandingkan
triwulan sebelumnya. Angka inflasi bergerak dari
7,99% (yoy) di triwulan I 2015 menjadi 8,73%
(yoy) pada triwulan laporan. Tekanan inflasi Kota
Manado terutama bersumber dari inflasi volatile
food terutama komoditas tomat sayur dan aneka
cabai yang harganya melambung akibat
terbatasnya produksi oleh faktor cuaca. Selain
dari kelompok volatile food, tekanan juga berasal dari inflasi administrated price yang
disumbang oleh komoditas angkutan udara. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,
kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa, Keuangan tercatat memberikan tekanan inflasi terbesar
di triwulan II 2015. Inflasi pada kelompok ini didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara
seiring naiknya permintaan selama musim liburan.
Sementara itu, kelompok Bahan Makanan turut memberikan tekanan inflasi meskipun turun
dibanding triwulan sebelumnya disebabkan kenaikan harga beberapa komoditas seperti tomat
sayur dan aneka cabai. Kelompok lain yang juga tercatat turut mendorong naiknya inflasi di
triwulan ini adalah kelompok Perumahan, Air, Listrk, Gas & Bahan Bakar yang dengan adanya
penyesuaian pada tarif listrik.
Empat kelompok barang dan jasa lainnya (Makanan Jadi, Sandang, Kesehatan, Pendidikan)
tercatat mengalami inflasi dalam level moderat. (Tabel 3.1)
8.73%
7.41%
6.27%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Manado (yoy) KTI (yoy) Nasional (yoy)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
45
Dilihat dari komoditasnya, cabai rawit merupakan komoditas yang mengalami inflasi tahunan
terbesar dengan mencapai 139,15% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,66% terhadap inflasi
tahunan. Melambungnya harga cabai rawit tak lepas dari turunnya pasokan dari produksi di
Minahasa. Di sisi lain, harga tomat sayur yang kembali normal di triwulan laporan berperan
menahan laju inflasi dengan sumbangan -0,17% terhadap inflasi tahunan (Tabel 3.2).
Tabel 3.2.
Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Kota Manado (%)
Grafik 2.2
Inflasi & Sumbangan per Kelompok Juni 2015
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
3.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq)
Inflasi triwulanan Kota Manado menguat di triwulan II 2015. Inflasi pada triwulan laporan
tercatat sebesar 1,51% (qtq), atau lebih tinggi dibanding triwulan II 20145 yang mengalami
deflasi 0,40% (qtq). Tekanan inflasi pada triwulanan ini disebabkan oleh tekanan inflasi
kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan serta Kelompok Sandang dan Kelompok
Kesehatan.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
1 Bahan Makanan -5.19 3.01 8.63 11.51 16.54 7.60 12.92 13.33 3.89 9.45 2.79 11.52 11.38 10.99
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 2.95 3.36 3.89 3.71 2.97 3.06 2.24 2.67 2.61 2.27 3.42 4.57 5.10 5.27
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 4.73 5.70 5.64 5.29 3.27 2.48 4.13 4.73 7.90 7.76 6.83 10.95 8.41 8.13
4 Sandang 5.68 4.52 1.29 2.57 1.19 -0.20 0.55 -0.04 2.67 3.76 2.31 2.52 2.18 2.35
5 Kesehatan 4.48 2.52 2.08 1.61 0.95 2.03 2.82 2.96 2.48 2.84 3.31 4.16 4.65 4.58
6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 9.22 9.41 8.46 8.59 8.56 8.47 0.70 1.15 1.66 2.26 2.32 4.16 2.49 2.19
7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0.35 0.17 0.81 0.85 1.45 8.46 18.02 17.92 11.71 7.37 2.73 2.43 11.11 16.74
0.95 3.73 5.23 6.04 6.83 4.95 7.73 8.12 5.67 6.27 4.00 9.67 7.99 8.73
2015No Kelompok
Umum
2012 2013 2014
KOMODITAS Inflasi Andil (%)
CABAI RAWIT 139,15 0,66
JAHE 77,58 0,03
EKOR KUNING 64,77 0,11
KUNYIT 56,94 0,01
ANGKUTAN DALAM KOTA 53,07 1,91
CAKALANG/SISIK 45,69 0,50
KOREK API GAS 40,48 0,01
CABAI MERAH 39.00 0,03
DAUN PAKU/PAKIS 37,96 0,03
BUNCIS 36,93 0,01
KOMODITAS Deflasi Andil (%)
JAGUNG MANIS -39.25 -0,03
KEMBANG KOL -36.25 -0,01
NANAS -27.52 -0,01
KENDARAAN CARTER/RENTAL -27.01 -0,11
KENTANG -15.47 -0,01
KANGKUNG -13.87 -0,06
TOMAT SAYUR -10.11 -0,17
DAUN SINGKONG -8.73 -0,01
TAUGE/KECAMBAH -8.71 -0,01
AYAM HIDUP -8.31 -0,01
10.99
5.27
8.13
2.35
4.58
2.19
16.74
2.39
0.88
2.38
0.14
0.19
0.15
2.60
0 5 10 15 20
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Andil Inflasi (yoy) Juni 2015
Tabel 3.1.
Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
46
Grafik 3.3
Laju Inflasi Kota Manado, KTI dan Nasional (mtm)
Sumber: BPS Prov.Sulawesi Utara, diolah
Inflasi pada kelompok Transpor terutama disumbang oleh inflasi yang terjadi pada komoditas
Bensin, Angkutan Dalam Kota dan Angkutan Udara sebagai dampak kenaikan BBM yang terjadi
pada awal triwulan.
Sementara inflasi pada kelompok Sandang terjadi seiring liburan sekolah dan masuknya tahun
ajaran baru. Selain kelompok-kelompok tersebut, inflasi pada kelompok lainnya memberi
sumbangan yang relatif terbatas terhadap inflasi triwulanan, yaitu berkisar 0,4-0,9%.
3.1.3 INFLASI BULANAN (mtm)
Laju inflasi bulanan Kota Manado selama
triwulan II 2015 menunjukkan peningkatan di
tengah triwulan namun kembali melandai di
akhir triwulan. Pada bulan April 2015 inflasi
Kota Manado tercatat sebesar 0,06% (mtm)
disebabkan oleh tekanan dari kelompok
administrated prices. Inflasi kembali terjadi di
bulan Mei dengan kenaikan IHK yang cukup
tinggi mencapai 0,95% (mtm) terjadi seiring
naiknya harga tomat sayur dan aneka cabai
rawit. Tekanan inflasi melandai di bulan Juni
2015 yang mencatat inflasi sebesar 0,49% (mtm) disebabkan oleh masih bertahannya harga
tomat sayur, kenaikan tariff transportasi udara dan tariff listrik, meskipun harga cabai rawit
mulai turun namun belum mampu menahan laju inflasi.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
1 Bahan Makanan 6.45 -5.21 6.70 5.27 -2.19 1.28 -0.51 13.15 -2.31 0.92
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.78 0.59 0.42 0.85 1.21 0.26 1.41 1.62 1.73 0.42
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 1.30 0.54 1.96 0.85 4.22 0.31 1.43 4.64 1.83 0.05
4 Sandang -0.84 -1.33 2.55 -0.37 0.97 0.90 -0.03 0.65 0.64 1.07
5 Kesehatan 0.32 1.12 1.24 0.25 0.56 1.23 1.28 1.03 1.03 1.17
6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.13 0.06 0.45 0.51 0.31 0.66 0.38 1.07 0.37 0.36
7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0.22 7.52 9.66 0.24 0.82 1.69 -0.37 15.10 -4.72 6.84
Umum 2.34 -0.51 4.09 2.01 1.15 0.82 0.56 6.95 -0.40 1.51
No2013 2014 2015
Kelompok
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Tabel 3.3
Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
0.49%0.54%
0.42%
-3%
-2%
-1%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2013 2014 2015
mtm Manado mtm KTI mtm Nasional
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
47
Grafik 3.4
Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado April 2015
Menurut Kelompok Barang & Jasa
Grafik 3.5.
Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado April 2015
Menurut Kelompok Barang & Jasa
APRIL2015
Pada bulan April 2015 Kota Manado tercatat
mengalami inflasi sebesar 0,06% (mtm) dengan
laju inflasi tahunan yang meningkat menjadi
sebesar 7,73% (yoy).
Inflasi Kota Manado bersumber dari kelompok
Transportasi yang tercatat mengalami inflasi
sebesar 6,43% (mtm) dengan andil sebesar
1,02%. Empat kelompok mengalami inflasi
dengan sumbangan yang terbatas (0,01-0,03%),
antara lain kelompok Pendidikan, kelompok
Kesehatan, kelompok Sandang, dan kelompok
Makanan Jadi. Sementara itu kelompok Bahan Makanan dan kelompok Perumahan masing-
masing mengalami deflasi sebesar 4.29% (mtm) dan 0,17% (mtm) dengan sumbangan masing-
masing terhadap inflasi bulan April sebesar -0,96% dan -0,05%. Komoditas utama yang
memicu inflasi yaitu angkutan dalam kota, bensin, dan daging babi sedangkan komoditas
utama yang mengalami penurunan harga yaitu bayam, daging ayam ras dan wortel.
Tekanan inflasi bulan April bersumber dari kelompok Transportasi sebagai dampak dari
kenaikan harga BBM yang berlaku pada awal bulan. Namun tekanan tersebut diredam oleh
turunnya indeks pada kelompok bahan makanan, yang tercatat deflasi pada bulan ini.
Penurunan pada kelompok bahan makanan disebabkan oleh telah berakhirnya gangguan cuaca
yang mengakibatkan terjadinya peningkatan suplai komoditas sayuran di pasar.
MEI 2015
Pada bulan Mei 2015 tekanan inflasi Kota Manado
kembali meningkat, dengan kenaikan indeks sebesar
0,95% (mtm), atau secara tahunan sebesar 8,92%
(yoy).
Setelah mengalami deflasi pada awal triwulan,
kelompok Bahan Makanan beralih menjadi
kelompok yang menyumbang inflasi terbesar di
bulan ini. Kelompok Bahan Makanan mengalami
inflasi sebesar 4,18% (mtm), dengan andil sebesar
0,89%. Komoditas tomat sayur, aneka cabai dan
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
-4.29
0.13
-0.17
0.01
0.47
0.07
6.43
-0.96
0.02
-0.05
0.00
0.02
0.01
1.02
-5 0 5 10
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Andil Inflasi (mtm)Apr 2015
4.18
0.22
0.17
0.70
0.52
0.01
-0.55
0.89
0.04
0.05
0.04
0.02
0.00
-0.09
-2 0 2 4 6
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Andil Inflasi (mtm) Mei 2015
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
48
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
bawang yang pada bulan sebelumnya tercatat deflasi, di bulan ini mengalami kenaikan harga
yang cukup signifikan. Kenaikan harga tersebut disebabkan karena pasokan yang terbatas dari
daerah supply sementara permintaan konsumen tetap, sehingga menyebabkan harga
terdongkrak naik.
Di sisi lain, deflasi yang terjadi pada kelompok Transportasi tidak mampu menahan inflasi yang
juga terjadi pada seluruh kelompok lainnya yang memberikan sumbangan inflasi meskipun
relatif terbatas.
JUNI 2015
Tekanan inflasi Kota Manado sedikit mereda
setelah mengalami inflasi yang cukup tinggi pada
pertengan triwulan II 2015 setelah mengalami
deflasi di pertengahan triwulan. Realisasi inflasi
bulan Juni 2015 mencapai 0,497% (mtm), dengan
inflasi tahunan yang turut meningkat ke angka
8,73% (yoy).
Kelompok Bahan Makanan menjadi penyumbang
utama inflasi bulan Juni dengan inflasi sebesar
1,21% (mtm) dan sumbangan 0,27%, yang
terutama bersumber dari sub kelompok bumbu-
bumbuan dan sayur-sayuran, disusul kelompok Transportasi yang mengalami inflasi 094%
(mtm) dengan sumbangan 0,15% terhadap inflasi bulanan. Sementara itu kelima kelompok
lainnya tercatat mengalami inflasi dengan sumbangan relatif minim.
Inflasi bulan Juni terutama didorong oleh tren kenaikan harga tomat sayur yang terus berlanjut,
dipengaruhi oleh berkurangnya produksi di sentra produksi tomat di Minahasa. Komoditas
angkutan udara juga tercatat menjadi salah satu komoditas penyumbang terbesar, seiring
dengan kenaikan tariff angkutan udara selama musim liburan. Di sisi lain, inflasi yang terjadi
pada komoditas- komoditas tersebut, relatif tertahan dengan koreksi yang terjadi pada
komoditas cabai rawit dan beras. Inflasi secara umum juga bersumber dari kenaikan harga
sandang seiring liburan sekolah dan kenaikan kelas, serta kenaikan tarif listrik rumah tangga
kelompok tertentu, meski sumbangan keduanya relatif terbatas.
3.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan bersumber
dari menguatnya tekanan inflasi kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile
Grafik 3.6.
Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Juni 2015
Menurut Kelompok Barang dan Jasa
1.21
0.07
0.05
0.36
0.17
0.27
0.94
0.27
0.01
0.01
0.02
0.01
0.02
0.15
0 1 1 2
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Andil Inflasi (mtm) Jun 2015
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
49
foods) akibat gangguan produksi dan kelompok barang yang harganya diatur pemerintah
(administered price). Sementara kelompok inti (core inflation) cenderung stabil.
3.2.1 INFLASI INTI
Tekanan inflasi inti (core inflation) relatif terjaga sepanjang triwulan II 2015. Inflasi inti pada
akhir triwulan II 2015 tercatat sebesar 3,12% (yoy) dengan sumbangan 1,84% terhadap inflasi
umum, atau cenderung stabil dari angka triwulan I 2015 yang sebesar 3,02% (yoy).
Grafik 3.7.
Sumbangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Faktor Penyebabnya
Grafik 3.8
Pergerakan Inflasi Bulanan Berdasarkan Faktor Penyebabnya
Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah. Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.
Terjaganya inflasi inti pada triwulan laporan sejalan dengan perlambatan ekonomi domestik,
dan ekspektasi inflasi yang relatif terkendali, meskipun terdapat tekanan dari faktor eksternal
yang meningkat seiring depresiasi nilai tukar rupiah yang disertai peningkatan harga emas
domestik Berdasarkan hasil Survei Konsumen, ekspektasi harga untuk 3 bulan kedepan
menunjukkan penurunan sejalan dengan koreksi harga pasa perayaan Idul Fitri, meskpun dari
sisi pedagang ekspektasi harga untuk 3 bulan mengalami kenaikan tercermin dari hasil Survei
Pedagang Eceran.
Grafik 3.9.
Ekspektasi Inflasi Konsumen
Grafik 3.10
Ekspektasi Inflasi Pedagang
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Prov.Sulut. Sumber: Survei Penjualn Eceran Bank Indonesia Prov.Sulut.
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2012 2013 2014 2015
CORE ADMINISTERED VOLATILE INFLASI (YOY)
-8.00
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2012 2013 2014 2015
INFLASI (MTM) CORE ADMINISTERED VOLATILE
0
2
4
6
8
10
12
-
50
100
150
200
250
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2012 2013 2014 2015
Inflasi IHK (yoy) -Sb Kanan
Indeks Ekspektasi harga konsumen 3 bulan y.a.d.
Indeks ekspektasi harga konsumen 6 bulan y.a.d.
0
2
4
6
8
10
12
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2012 2013 2014 2015
Inflasi IHK (yoy) -Sb Kanan
Indeks Ekspektasi harga pedagang 3 bulan y.a.d.
Indeks ekspektasi harga pedagang 6 bulan y.a.d.
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
50
Sementara itu, berdasarkan hasil survey Liaison yang dilakukan selama triwulan II 2015, tekanan
permintaan yang melemah direspon perusahaan dengan menurunkan kapasitas terpakainya.
Pada triwulan laporan, rata-rata kapasitas terpakai seluruh contact berada pada level
64,13%, lebih rendah dibandingkan 91,25% pada triwulan sebelumnya.
3.2.2 Volatile foods
Tekanan inflasi volatile foods mereda pada triwulan II 2015. Pada bulan Juni 2015 inflasi
kelompok ini tercatat sebesar 11,01% (yoy) dengan sumbangan 2,34% terhadap inflasi umum,
atau turun tipis dibandingkan akhir triwulan I 2015 yang sebesar 11,77% (yoy) dengan
sumbangan 3,64% (yoy) terhadap inflasi umum.
Meningkatnya tekanan inflasi volatile foods didorong oleh supply shock komoditas tomat sayur
selama 2 (dua) bulan terakhir triwulan laporan akibat berkurangnya pasokan dari sentra
produksi lokal di Minahasa. Terganggunya produksi berdampak pada melambungnya harga
tomat sayur di pasaran hingga mencapai dua kali lipat harga normal. Sementara itu di sisi lain,
tekanan inflasi volatile foods tertahan oleh koreksi harga cabai rawit dan beras di bulan Mei-
Juni 2015 setelah sempat melonjak dari triwulan I hingga awal triwulan II 2015.
Grafik 3.11.
P di Kota Manado
Grafik 3.12.
Perkembangan Harga Beras di Kota Manado
Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw BI Prov. Sulut Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw BI Prov. Sulut
Hasil Survei Pemantauan Harga KPw BI Provinsi Sulawesi Utara turut menunjukkan tren
(Grafik 2.10 & Grafik 2.11).
Pergerakan harga beberapa komoditas penyumbang inflasi Manado juga terpantau secara
harian melalui Pusat Informasi Harga Bahan Pokok Strategis (PIHBS) Sulawesi Utara, yang
berfungsi sebagai peringatan dini bagi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Provinsi Sulut
(Grafik 2.12).
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
200,000
I IV III II V III II I IV II I IV II I IV III II I IV III II V III II I IV II V III II I IV II I IV III II V III II V
MaretApr Mei Juni Juli Agt SeptOkt NovDec Jan FebMarApr Mei Jun Jul Agt Sep OktNov Des Jan FebMarAprilMei Juni
Bawang Merah Cabai Rawit Merah Tomat Sayur (sb. Kanan) Bawang Putih
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
I IV III II I IV III I IV III II V III II V III II I IV III II I IV III I IV III II V III I IV III II V III II I IV III I IV III
Jan FebMaretApr Mei JuniJuli Agt SeptOkt NovDecJan FebMarApr Mei Jun Jul Agt Sep OktNov Des Jan FebMarAprilMei Juni
Sultan Superwin Rojolele Membramo
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
51
Grafik 3.13
Data Pergerakan Harga PIHBS Sulut (komoditas terpilih)
Sumber : Pusat Informasi Harga Bahan Pokok Strategis (PIHBS) Sulawesi Utara
3.2.3. Administered Price
Tekanan inflasi administered pricese menguat di triwulan laporan sebagai dampak kenaikan
BBM di pertengahan triwulan. Penyesuaian harga BBM berimbas pada kenaikan tariff angkutan
dalam kota, angkutan udara dan tariff kendaraan carter/sewa. Inflasi administered prices pada
triwulan II 2015 tercatat sebesar 23,06% (yoy) dengan sumbangan 4,55% terhadap inflasi
umum, atau naik dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 18,58% (yoy) dengan
sumbangan 3,64%.
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
1-Ja
n
5-Ja
n
9-Ja
n
13-J
an
17-J
an
21-J
an
25-J
an
31-J
an
4-Fe
b
8-Fe
b
12-F
eb
16-F
eb
20-F
eb
24-F
eb
28-F
eb
4-M
ar
8-M
ar
12-M
ar
16-M
ar
20-M
ar
24-M
ar
28-M
ar
1-A
pr
5-A
pr
9-A
pr
13-A
pr
17-A
pr
8-M
ay
14-M
ay
6-Ju
n
10-J
un
14-J
un
18-J
un
22-J
un
26-J
un
30-J
un
2015
Bawang Merah Tomat Sayur Rica/Cabe Rawit Beras Superwin Telur Ayam
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
52
Halaman ini sengaja dikosongkan
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
54
STABILITAS SISTEM
KEUANGAN BAB IV
STABILITAS SISTEM KEUANGAN
55
Halaman ini sengaja dikosongkan
STABILITAS SISTEM KEUANGAN
56
STABILITAS SISTEM KEUANGAN
Stabilitas sistem keuangan di Sulawesi Utara pada triwulan laporan masih relatif baik. Faktor-
faktor yang cenderung dapat mempengaruhi stabilitas sitem keuangan di Sulawesi Utara tidak
memberikan dampak negatif pada perbankan di Sulawesi Utara. Faktor-faktor itu antara lain
perlambatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan risiko kredit, turunnya ekspor akibat harga
komoditas turun, daya beli RT menurun, realisasi anggaran Pemerintah yang lamban, dan
pelemahan nilai tukar rupiah.
Ketahanan sektor Rumah Tangga, ketahanan sektor korporasi dan juga kondisi serta kinerja
perbankan di Sulawesi Utara masih dalam level yang baik sehingga tidak rentan untuk
mengalami shock pada sistem keuangannya.
4.1. KONDISI SEKTOR RUMAH TANGGA
Pada triwulan laporan, tingkat konsumsi RT mengalami penurunan. Menurunnya tingkat
konsumsi diindikasikan oleh Indeks Penjualan Riil yang tumbuh melambat pada triwulan laporan
sebesar 5,92% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,93% (yoy). Penurunan
penjualan riil terjadi pada sebagian besar kelompok, kecuali kelompok kerajinan, seni dan
mainan, serta kelompok peralatan tulis. Faktor penyebab penurunan penjualan berasarkan hasil
Survei Penjualan Eceran yaitu penghematan RT yang disebabkan oleh kenaikan harga barang-
barang akibat kebijakan kenaikan harga BBM.
Tingkat keyakinan konsumen pada triwulan laporan kembali tumbuh negatif sebesar -23,67%
(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -2,72% (yoy). Menurunnya
tingkat keyakinan konsumen disebabkan oleh turunnya persepsi RT terhadap kondisi ekonomi
saat ini dan juga terhadap ekspektasi akan 6 (enam) bulan mendatang. Berdasarkan hasil Survei
Konsumen, faktor penyebab penurunan adalah kurangnya ketersediaan lapangan kerja sebagai
imbas efisiensi pelaku bisnis dalam investasi maupun penggunaan tenaga kerja. Perilaku pelaku
bisnis tersebut merupakan dampak dari kenaikan harga BBM dan peraturan/ketentuan
pemerintah lainnya ditengah kondisi perekonomian yang lesu. Di sisi lain, penghasilan RT juga
mengalami penurunan sebagaimana hasil Survei Konsumen. Selain sejalan dengan perlambatan
ekonomi, sebagian pelaku usaha mengalami penurunan kapasitas produksi yang berdampak
pada penurunan penghasilan pekerja/RT. Persepsi kurangnya lapangan kerja dan penurunan
penghasilan juga terindikasi dari likert scale liaison penggunaan tenaga kerja dan nilai Saldo
Bersih Tertimbang (SBT) jumlah tenaga kerja yang menurun pada triwulan laporan. Beberapa
penyedia lapangan kerja melakukan pembatasan bahkan pengurangan tenaga kerja di tengah
kondisi bisnis yang lesu dan kenaikan UMP pada awal tahun. Kurangnya lapangan pekerjaan
STABILITAS SISTEM KEUANGAN
57
Grafik 4.1.
Perkembangan LDR Perseorangan
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
dan menurunnya penghasilan RT menyebabkan pembelian barang tahan lama RT juga menurun
atau RT melakukan penghematan dalam berkonsumsi.
Ekspektasi konsumen juga mengalami penurunan yang disebabkan oleh persepsi RT atas nilai
tukar Rupiah yang terus melemah, persepsi ketidaksiapan Sulawesi Utara menyambut
pemberlakuan MEA pada akhir tahun 2015, dan juga kondisi bisnis yang masih belum
membaik. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan RT memiliki ekspektasi rendah atas ekonomi
kedepannya. Meskipun demikian, tingkat ekspektasi konsumen yang lebih besar dari angka 100
menunjukkan masih adanya optimisme masyarakat, antara lain yaitu realisasi proyek-proyek
Pemerintah yang cenderung mendorong peningkatan jumlah lapangan kerja.
4.2. DANA PIHAK KETIGA DAN KREDIT PERSEORANGAN DI PERBANKAN
Dalam perekonomian Sulawesi Utara
pada triwulan laporan, secara umum RT
berperan sebagai defisit unit (net
borrowing) yaitu secara agregat jumlah
kredit lebih besar dibandingkan
simpanan. Kredit perseorangan di
perbankan Sulawesi Utara mencapai
Rp23,55 Trilyun, sementara itu DPK
perseorangan di perbankan Sulawesi
Utara tercatat sebesar Rp14,88 Trilyun.
Dengan demikian, perseorangan
memiliki net borrowing di perbankan Sulawesi Utara sebesar Rp8,67 Trilyun atau tingkat LDR
perseorangan sebesar 158,25%. Tingkat LDR tersebut menunjukkan tren peningkatan sampai
dengan triwulan laporan.
Secara nasional, RT berperan sebagai surplus unit (net saving) yaitu secara agregat jumlah
simpanan lebih besar dibandingkan kredit. Kredit perseorangan mencapai Rp1.718 Trilyun,
sementara itu DPK di perbankan nasional tercatat sebesar Rp2.332 Trilyun. Dengan demikian,
perseorangan di nasional memiliki net saving sebesar Rp614 Trilyun atau dengan level LDR
perseorangan sebesar 73,66%.
Tingginya tingkat LDR perseorangan pada perbankan di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa RT
di Sulawesi Utara masih memilih perbankan sebagai sumber dana utamanya. Selain itu, kondisi
tersebut juga mencerminkan bahwa akses mendapatkan kredit dan penyaluran kredit di
111.10%
118.33%
125.89%128.01%
135.49%
139.89% 140.83%143.31% 143.54%
140.79% 140.19%
144.39%
155.46%158.25%
80%
90%
100%
110%
120%
130%
140%
150%
160%
170%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
LDR Perseorangan
STABILITAS SISTEM KEUANGAN
58
Grafik 4.2.
Perkembangan DPK Perseorangan
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Sulawesi Utara tidak memiliki kendala berarti. Namun di sisi lain, tren peningkatan LDR
perseorangan mengindikasikan bahwa RT mengalami penurunan pendapatan yang biasanya
digunakan untuk simpanan/DPK.
DPK perbankan dari sektor perseorangan masih dominan di Sulawesi Utara. Pada triwulan
laporan, pangsa DPK perseorangan mencapai 70,53%, sementara itu pangsa DPK bukan
perseorangan sebesar 29,47%. Dibandingkan dengan nasional, pangsa DPK perseorangan
perbankan di Sulawesi Utara relatif lebih tinggi dibandingkan 54% pangsa DPK perseorangan
secara nasional.
Pangsa DPK perseorangan pada perbankan di Sulawesi Utara menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 72,30%. DPK perseorangan tumbuh negatif pada triwulan
laporan sebesar -1,08% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,48%
(yoy). Menurunnya DPK perseorangan disebabkan oleh pengurangan simpanan atau penarikan
simpanan oleh RT untuk memenuhi kebutuhan perayaan Idul Fitri, liburan, tahun ajaran baru
penurunan DPK perseorangan memiliki tren sejalan dengan perlambatan pertumbuhan total
DPK.
Di sisi suku bunga, tren penurunan
pertumbuhan DPK perseorangan
juga sejalan dengan tren penurunan
suku bunga DPK perseorangan. Pada
triwulan laporan, suku bunga DPK
perseorangan menurun menjadi
4,1% dari 4,3% pada triwulan
sebelumnya.
Preferensi masyarakat dalam
menabung pada perbankan di
Sulawesi Utara didominasi oleh tabungan. Pada triwulan laporan, mayoritas DPK perseorangan
berupa tabungan dengan porsi sebesar 56,07%, diikuti dalam bentuk deposito (38,80%) dan
sisanya berupa giro (5,13%). Di sisi lain, DPK perseorangan dalam bentuk deposito pada
triwulan laporan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -7,14% (yoy) dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 8,23% (yoy). Hal tersebut sejalan dengan
penurunan suku bunga deposito perseorangan pada triwulan laporan menjadi 7,56% dari
7,97% pada triwulan sebelumnya. Penurunan suku bunga dana mahal berpotensi mengurangi
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
Suku Bunga DPK Perseorangan (sb.kanan)
g Total DPK
g DPK Perseorangan
STABILITAS SISTEM KEUANGAN
59
risiko suku bunga pada perbankan dan juga berpotensi meningkatkan profitabilitas perbankan
di Sulawesi Utara.
Berdasarkan jangka waktu DPK perseorangan, DPK dengan jangka waktu kurang dari 6 (enam)
bulan cenderung mengalami penurunan pertumbuhan pada triwulan laporan. Kondisi ini
sejalan dengan perlambatan perekonomian saat ini. Perseorangan bersikap wait & see dalam
mengambil keputusan bisnis sepanjang tahun 2015 sehingga mendorong perseorangan
melakukan penyimpanan dana dalam bentuk simpanan jangka panjang atau minimal diatas 6
bulan.
Berdasarkan nilai, DPK dengan nilai simpanan dibawah Rp100 Juta cenderung meningkat
dibandingkan DPK dengan nilai diatas Rp100 Juta. Kondisi bisnis yang lesu yang menyebabkan
menurunnya daya beli RT berakibat pada simpanan RT yang cenderung tidak bernominal besar.
DPK perseorangan dengan nilai dibawah Rp100 Juta tumbuh meningkat sebesar 6,59% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,27% (yoy). Sementara itu, DPK
perseorangan dengan nilai diatas Rp100 Juta tumbuh negatif sebesar -4,10% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,92% (yoy).
Secara spasial, DPK perseorangan masih didominasi oleh Kota Manado dengan pangsa sebesar
75,15% sebagaimana merupakan pusat aktivitas bisnis dan perekonomian di Sulawesi Utara. Di
sisi kelompok bank, pangsa DPK perseorangan masih didominasi oleh kelompok bank
persero/BUMN sebesar 50,34%, kemudian diikuti kelompok bank swasta, asing & campuran
(39,44%) dan BPD (10,22%). Pada triwulan laporan, perlambatan terbesar pertumbuhan DPK
perseorangan terjadi pada kelompok bank persero/BUMN yang tumbuh 4,40%, dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 12,76%.
Berdasarkan kegiatan bank, DPK perseorangan bank konvensional tumbuh negatif sebesar -
1,20% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh positif sebesar 3,47% (yoy).
Sementara itu, bank syariah mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 9,54% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,04% (yoy). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
potensi bisnis atau penghimpunan dana bank syariah mulai tumbuh lebih baik di Sulawesi
Utara.
Berdasarkan valutanya, DPK perseorangan Rupiah masih mendominasi pangsa DPK dengan
porsi 95%. Namun, pada triwulan laporan DPK perseorangan Rupiah mengalami penurunan
pertumbuhan sebesar -1,81% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 3,07% (yoy). Sementara
itu, DPK perseorangan valas mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 13,93% (yoy)
STABILITAS SISTEM KEUANGAN
60
Grafik 4.3.
Perkembangan Kredit Perseorangan
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Grafik 4.4.
Perkembangan Kredit Berdasarkan Penggunaanya
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,13% (yoy). Meningkatnya simpanan dalam
bentuk valas juga menjadi salah satu faktor meredam risiko nilai tukar.
Mayoritas kredit perbankan di Sulawesi Utara diberikan kepada perseorangan dengan pangsa
sebesar 84,22% dari total kredit pada triwulan laporan. Dibandingkan dengan nasional,
penyaluran kredit perbankan di Sulawesi Utara kepada perseorangan lebih tinggi dibandingkan
nasional yang hanya 44,50% dari total kredit. Pangsa kredit perseorangan Sulawesi Utara
tersebut mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 86,72%.
Kredit perbankan di Sulawesi Utara
kepada perseorangan tumbuh
melambat sebesar 11,18% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 12,07% (yoy). Sebaliknya, total
kredit perbankan di Sulawesi Utara
mengalami peningkatan pertumbuhan
sebesar 13,89% (yoy) dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 12,12%
(yoy). Meningkatnya total kredit
didorong oleh peningkatan kredit ke
sektor bukan perseorangan atau sektor produktif yang tumbuh signifikan sebesar 17,05% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,98% (yoy). Stagnannya suku bunga
kredit ditengah penurunan suku bunga simpanan berpotensi mengurangi risiko suku bunga
serta meningkatkan profitabilitas bagi
perbankan.
Mayoritas kredit perseorangan digunakan
untuk konsumsi (69,26%) dan sisanya untuk
keperluan produktif yaitu untuk modal kerja
(22,77%) dan investasi (7,97%). Di sisi
pertumbuhan, kredit modal kerja dan kredit
konsumsi mengalami perlambatan,
sementara itu kredit investasi mengalami
peningkatan.
12.8
13
13.2
13.4
13.6
13.8
14
14.2
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
g Kredit g Kredit Perseorangan Suku Bunga
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
g KMK g KI g KK
STABILITAS SISTEM KEUANGAN
61
Kredit yang disalurkan untuk sektor RT pada triwulan laporan mencapai Rp16,48 Trilyun atau
memiliki pangsa pasar 58,94% dari total kredit. Dari sisi penggunaan, kredit kepada RT
terutama digunakan untuk keperluan Multiguna (38,41%), kredit RT lainnya (37,83%), dan
Kredit Pemilikan Rumah (22,23%), kemudian diikuti Kredit Kendaraan Bermotor (1,30%) dan
Kredit Perlengkapan (0,23%).
Sementara dari sisi pertumbuhan, kredit ke sektor RT pada triwulan laporan tumbuh melambat
sebesar 12,19% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar
13,48% (yoy). Melambatnya pertumbuhan kredit RT disebabkan oleh pertumbuhan Kredit
Pemilikan Rumah yang cenderung melambat pada triwulan laporan dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 5,44% (yoy). Hal tersebut sejalan dengan kebijakan Loan to Value
(LTV) tahun 2013 yang menyebabkan pertumbuhan KPR cenderung melambat. Kebijakan LTV
yang baru pada pertengahan tahun 2015 belum memberikan pengaruh pada triwulan laporan.
Dilihat dari indikator risiko kredit, sektor RT mengalami penurunan kualitas kredit. Hal ini
terlihat dari tren peningkatan rasio NPL sektor RT sampai dengan triwulan laporan menjadi
sebesar 2,75% dibandingkan rata-rata rasio NPL sepanjang 1 (satu) tahun terakhir yang berada
pada level 2,69%. Rasio NPL sektor RT pada triwulan laporan juga meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,41%. Meskipun masih terjaga 5%, namun perlu
dicermati tren peningkatan NPL ke depan akibat lambatnya pemulihan perekonomian global,
turunnya harga komoditas dunia, perlambatan ekonomi domestik dan Sulawesi Utara,
penghapusan subsidi BBM dan lambatnya realisasi anggaran Pemerintah Daerah yang dapat
mempengaruhi kemampuan membayar sektor RT atas semua kewajibannya, terutama kepada
perbankan.
4.3. KINERJA SEKTOR KORPORASI
Selama triwulan laporan, kegiatan usaha korporasi mengalami penurunan. Hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kegiatan usaha pada triuwlan laporan tumbuh melambat
dibandingkan triwulan sebleumnya. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar
-13,41%, lebih rendah dari SBT triwulan sebelumnya sebesar 7,15%. Perlambatan kegiatan
usaha terutama terjadi pada subsektor perkebunan tahunan yang sejalan dengan perlambatan
pertumbuhan ekonomi subsektor tersebut pada triwulan laporan sebesar 16,86% (yoy)
dibandingkan 17,18% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Selain subsektor tersebut, penurunan
kegiatan usaha yang tercermin dari nilai SBT juga terjadi di sektor industri pengolahan, PHR dan
jasa-jasa.
STABILITAS SISTEM KEUANGAN
62
4.4. EKSPOSUR PERBANKAN PADA SEKTOR KORPORASI
Kredit produktif perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar
Rp11,5 Trilyun atau meningkat sebesar 16,95% (yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 9,89% (yoy). Peningkatan terjadi pada 5 (lima) sektor
produktif, sedangkan 4 (empat) sektor produktif lainnya mengalami perlambatan atau
penurunan pertumbuhan. Sektor produktif yang mengalami peningkatan penyaluran
kredit merupakan sektor utama Sulawesi Utara yaitu sektor pertanian, pertambangan,
LGA, konstruksi, dan perbaikan pertumbuhan jasa dunia usaha. Porsi kredit perbankan
yang disalurkan kepada sektor produktif sekitar 40,26% dari total kredit perbankan,
meningkat dibandingkan 38,31% pada triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Meningkatnya pertumbuhan kredit di sektor korporasi tidak diimbangi oleh kualitas
kredit. Kualitas kredit sektor korporasi pada triwulan laporan mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari rasio NPL yang tercatat
sebesar 3,96%, meningkat dibandingkan 3,55% pada triwulan sebelumnya.
4.5. ASESMEN SEKTOR PERBANKAN
Sepanjang triwulan laporan, intermediasi perbankan tumbuh meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan DPK menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat menjadi 131%
pada triwulan laporan dari 128,12% pada triwulan sebelumnya. Berdasarkan kelompok
bank, peningkatan LDR terjadi pada ketiga kelompok bank yaitu Bank Persero (BUMN),
Bank Swasta, dan BPR, namun pada Bank Pemerintah Daerah LDR mengalami
penurunan.
Pertumbuhan DPK industri perbankan pada triwulan laporan melambat menjadi 9,11% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 14,30% (yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan
melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan laporan dibandingkan
triwulan sebelumnya.
Dari sisi kelompok bank, perlambatan pertumbuhan DPK terjadi pada kelompok bank persero,
bank swasta, dan BPD, sedangkan BPR mengalami pertumbuhan DPK. Perlambatan terbesar
terjadi pada kelompok bank persero yang tumbuh melambat sebesar 8,46% (yoy) pada
triwulan laporan dibandingkan 18,31% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Di sisi lain, BPR
tumbuh sebesar 13,80% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 11,97% (yoy).
STABILITAS SISTEM KEUANGAN
63
Di sisi pangsa, kelompok bank persero masih mendominasi DPK dengan pangsa 43,75% diikuti
oleh bank swasta (29,13%), BPD (23,57%) dan BPR (3,55%).
Dari sisi spasial, perlambatan maupun penurunan pertumbuhan DPK terjadi hampir di seluruh
kabupaten/kota di Sulawesi Utara, kecuali di Kabupaten Minahasa Utara dan Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur yang mengalami peningkatan pertumbuhan DPK. Di sisi pangsa,
Kota Manado masih mendominasi DPK dengan pangsa 69,33%, diikuti oleh Kota Bitung
(7,32%), Kab. Minahasa (5,29%) dan Kab. Kepulauan Sangihe (4,57%). Hal ini sejalan dengan
konsentrasi kegiatan ekonomi dan bisnis yang terpusat di Kota Manado.
Dari sisi kepemilikan DPK, perlambatan pertumbuhan DPK terjadi pada sektor pemerintah dan
sektor swasta. DPK sektor pemerintah tumbuh melambat sebesar 58,81% (yoy) dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat 79,15% (yoy), sedangkan sektor swasta tumbuh melambat
0,50% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 5,25% (yoy). Penurunan tertinggi
terjadi pada sektor swasta khususnya perseorangan yang terkontraksi sebesar -1,08% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,48% (yoy). Menurunnya pertumbuhan DPK
perseorangan menyebabkan total DPK mengalami penurunan karena DPK perseorangan masih
mendominasi pangsa DPK sebesar 70,53%. Faktor penyebab penurunan yaitu perayaan hari
yang memicu penarikan dana oleh perseorangan.
Dari sisi jenis valuta, DPK Rupiah masih mendominasi dengan pangsa 95%. Perlambatan
pertumbuhan DPK terjadi pada DPK Rupiah yang tumbuh 8,83% (yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 14,65% (yoy), sedangkan DPK valuta asing tumbuh meningkat sebesar
11,10% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,92% (yoy).
Berdasarkan jenis simpanan, perlambatan pertumbuhan DPK pada triwulan laporan terjadi pada
giro dan deposito. Giro tumbuh melambat sebesar 12,41% (yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 16,50% (yoy), dan deposito tumbuh melambat sebesar 13,66% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 28,93% (yoy). Sebaliknya, tabungan mengalami
peningkatan pertumbuhan sebesar 3,47% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
3,27% (yoy).
Dari sisi pangsa, struktur DPK masih didominasi oleh tabungan (41,63%), kemudian diikuti oleh
deposito (38,03%) dan giro (20,35%).
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN
SISTEM PEMBAYARAN BAB V
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
67
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
68
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional merupakan salah satu tugas
Bank Indonesia yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun
1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan perubahan terakhir yaitu
Undang-undang Republik Indonesia No.6 tahun 2009. Sebagai representasi Bank Indonesia di
daerah, fungsi mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran baik tunai, nontunai,
maupun pengawasan terhadap penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran di Provinsi Sulawesi
Utara dan Provinsi Gorontalo dijalankan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara.
Dari sisi sistem pembayaran tunai, meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat terutama jelang
Hari Besar Keagamaan memicu peningkatan kebutuhan uang kartal sepanjang triwulan II 2015.
Aktivitas setoran-bayaran uang tunai pada periode laporan menunjukkan posisi net outflow
sebesar Rp 314 miliar, meningkat sebesar 84,61 (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya. Kondisi net outflow juga terjadi pada Layanan Jasa Kas Titipan, yaitu sebesar
Rp 129 miliar, menurun sebesar 30,63% (yoy). Dalam upaya menjaga ketersediaan Uang Layak
Edar bagi masyarakat Sulawesi Utara dan Gorontalo, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara meningkatkan Layanan Kas Keliling. Sepanjang periode laporan, Layanan Kas
Keliling diselenggarakan sebanyak 31 kali dengan modal kerja sebesar Rp 14,72 miliar dan
tingkat penyerapan sebesar 80,14%. Sejalan dengan hal tersebut, Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Sulawesi Utara bersama dengan seluruh Bank Umum di Sulawesi Utara
menyepakati upaya peningkatan layanan penukaran uang lusuh dan pecahan kecil bagi
masyarakat melalui Kantor Bank Umum sejak tanggal 4 Mei 2015. Melalui upaya ini,
masyarakat Sulawesi Utara dapat menikmati layanan penukaran uang lusuh dan pecahan kecil
di Kantor Bank terdekat.
Dari sisi sistem pembayaran non-tunai, kebijakan penetapan nilai nominal per transaksi di atas
Rp 100 juta pada BI-RTGS melalui Surat Edaran No.16/18/DPSP tanggal 28 November 2014
yang berlaku sejak 15 Desember 2014, memiliki pengaruh terhadap perkembangan sistem
pembayaran non-tunai di Sulawesi Utara. Aktivitas kliring debet melalui Sistem Kliring Nasional
Bank Indonesia (SKNBI) tercatat tumbuh positif. Nilai dan volume transaksi kliring debet tumbuh
sebesar 7,25% (yoy) dan 16,20% (yoy). Hal yang sebaliknya terjadi pada perkembangan
transaksi Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). Nilai dan volume transaksi
mengalami penurunan, secara berturut-turut sebesar 13,31% (yoy) dan 55,90% (yoy). Kondisi
ini sesuai dengan tujuan ditetapkannya kebijakan, yaitu dalam rangka meningkatkan efisiensi
sistem pembayaran serta mendorong penggunaan SKNBI oleh masyarakat untuk transaksi yang
bersifat retail value. Sejalan dengan kebijakan tersebut, Bank Indonesia terus melakukan upaya
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
69
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
Rp Triliun
Sumber : KPwBI Prov. Sulut
Inflow Outflow Netflow
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0
1
2
3
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
%Rp Triliun
Sumber : KPwBI Prov. Sulut
Inflow UTLE Rasio UTLE terhadap Inflow
penyempurnaan terhadap sistem pembayaran non-tunai melalui implementasi SKNBI Generasi II
sejak 5 Juni 2015, serta mendorong peningkatan transaksi non-tunai di Sulawesi Utara melalui
penandatanganan Nota Kesepahaman dalam rangka mendukung Gerakan Nasional Non Tunai
(GNNT) antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dengan Pemerintah
Provinsi Sulawesi Utara, Pemerintah Kota Manado, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi Sulawesi Utara pada tanggal 23 Juni 2015.
Dari sisi pengawasan terhadap penyelenggaraan Jasa Sistem Pembayaran, aktivitas Kegiatan
Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank terpantau meningkat sepanjang triwulan II 2015.
Total pembelian dan penjualan Uang Kertas Asing sepanjang periode tersebut secara berturut-
turut sebesar Rp 3,30 miliar (meningkat 16,95%, yoy) dan Rp 3,38 miliar (meningkat sebesar
16,78, yoy).
5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow)
Sejalan dengan siklus selama dua tahun terakhir, aktivitas perkembangan aliran Uang Kartal
sepanjang triwulan II 2015 diwarnai dengan meningkatnya aktivitas outflow. Pada periode
tersebut, posisi aliran Uang Kartal berada pada net-outflow sebesar Rp 313,83 miliar
(meningkat sebesar 84,61%, yoy), yang terdiri dari inflow sebesar Rp 1,08 triliun dan outflow
sebesar Rp 1,39 triliun. Kondisi tersebut terutama dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan
Uang Kartal di masyarakat seiring dengan mulai berjalannya aktivitas ekonomi masyarakat dan
transaksi keuangan daerah pada periode tersebut.
Grafik 5.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Grafik 5.2 Perkembangan Rasio UTLE Terhadap Inflow
Sepanjang triwulan II 2015, rasio Uang Tidak Layak Edar (UTLE) terhadap inflow yang
menggambarkan tingkat kelusuhan Uang Kartal yang masuk ke khazanah Kantor Perwakilan
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
70
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2014 2015
Sumber : KPwBI Prov. Sulut
Rp Juta
Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara berada pada level 18,14%. Jumlah tersebut mengalami
peningkatan dibandingkan dengan semester sebelumnya (10,85%, qtq) maupun dibandingkan
dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya (17,27%, yoy).
Untuk menjamin ketersediaan uang layak edar di masyarakat Bank Indonesia menerapkan
kebijakan clean money policy. Dalam rangka penerapan strategi clean money policy, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan kegiatan pemusnahan Uang
Tidak Layak Edar (UTLE). Proses pemusnahan tersebut dilakukan dengan prosedur dan
pengawasan yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan.
5.1.2. Perkembangan Layanan Penukaran Uang dan Penggantian Uang Rusak
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Sulawesi Utara terhadap kebutuhan
Uang Layak Edar, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dan Bank Umum di
wilayah Sulawesi Utara menyepakati bahwa seluruh kantor Bank Umum di wilayah Sulawesi
Utara memberikan pelayanan penukaran Uang lusuh dan pecahan kecil bagi masyarakat
Sulawesi Utara sejak tanggal 4 Mei 2015. Dengan adanya kesepakatan ini, maka masyarakat
dapat menikmati layanan penukaran Uang lusuh dan pecahan kecil di kantor Bank Umum
terdekat di wilayah Sulawesi Utara. Sementara itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara tetap memberikan layanan penukaran Uang pecahan kecil melalui kegiatan Kas
Keliling dan Jasa Kas Titipan. Layanan penggantian Uang rusak tetap dapat dinikmati oleh
masyarakat melalui loket Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara.
Dengan adanya kesepakatan tersebut, jumlah penukaran Uang dan penggantian Uang rusak
kepada masyarakat melalui loket Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
sepanjang triwulan II 2015 terpantau mengalami penurunan. Total nilai layanan tersebut
tercatat sebesar Rp 5,79 miliar, menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (60,10%,
qtq) maupun periode yang sama di tahun sebelumnya (84,64%, yoy).
Grafik 5.3 Perkembangan Layanan Penukaran Uang dan Penggantian Uang Rusak
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
71
-1.500
-1.000
-500
0
500
1.000
1.500
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
Rp Miliar
Sumber : KPwBI Prov. Sulut
Inflow Outflow Netflow
-1.000
-500
0
500
1.000
1.500
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
Rp Miliar
Sumber : KPwBI Prov. Sulut
Inflow Outflow Netflow
5.1.3. Perkembangan Layanan Jasa Kas Titipan
Dalam rangka penyediaan kebutuhan uang kartal kepada masyarakat, Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menyelenggarakan pelayanan Jasa Kas Titipan. Jasa Kas
Titipan bertujuan untuk melayani kebutuhan uang beredar masyarakat, terutama di daerah-
daerah yang relatif jauh dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Jasa Kas
Titipan diselenggarakan melalui kerjasama dengan bank umum di wilayah Kabupaten
Kepulauan Sangihe, Kota Kotamobagu dan diluar wilayah Sulawesi Utara yaitu Provinsi
Gorontalo.
Sejalan dengan siklus net outflow yang terjadi sepanjang triwulan II 2015, kondisi yang sama
juga mewarnai perkembangan aliran Uang Kartal pada layanan Jasa Kas Titipan. Secara total,
posisi net outflow dari seluruh layanan Jasa Kas Titipan adalah Rp 129 miliar yang terdiri dari
inflow sebesar Rp 440 miliar dan outflow sebesar Rp 569 miliar. Dibandingkan dengan periode
yang sama tahun sebelumnya, posisi net outflow mengalami penurunan sebesar 30,63% (yoy).
Grafik 5.4 Perkembangan Aliran Uang Kartal
Pada Seluruh Layanan Jasa Kas Titipan
Grafik 5.5 Perkembangan Aliran Uang Kartal
Pada Layanan Jasa Kas Titipan Provinsi Gorontalo
Kondisi aliran uang kartal pada layanan Jasa Kas Titipan di Provinsi Gorontalo sepanjang
triwulan II 2015 tercatat berada pada posisi net outflow sebesar Rp 12 miliar, dengan inflow
sebesar Rp 324 miliar dan outflow sebesar Rp 336 miliar. Dibandingkan dengan periode yang
sama pada tahun sebelumnya, posisi net inflow mengalami penurunan sebesar 84,46% (yoy).
Kondisi yang sama ditunjukkan pada Layanan Jasa Kas Titipan di Kabupaten Kepulauan
Sangihe. Sepanjang triwulan II 2015, perkembangan aliran uang kartal tercatat berada pada
posisi net outflow sebesar Rp 21 miliar, yang terdiri dari inflow sebesar Rp 93 miliar dan outflow
sebesar Rp 114 miliar. Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, posisi
net inflow mengalami penurunan sebesar 30,82% (yoy).
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
72
-300
-200
-100
0
100
200
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
Rp Miliar
Sumber : KPwBI Prov. Sulut
Inflow Outflow Netflow
-200
-100
0
100
200
I II III IV I II
2014 2015
Rp Miliar
Sumber : KPwBI Prov. Sulut
Inflow Outflow Netflow
Grafik 5.6 Perkembangan Aliran Uang Kartal
Pada Layanan Jasa Kas Titipan Kab. Kep. Sangihe
Grafik 5.7 Perkembangan Aliran Uang Kartal
Pada Layanan Jasa Kas Titipan Kota Kotamobagu
Sementara itu, perkembangan aliran uang kartal sepanjang triwulan II 2015 pada layanan Jasa
Kas Titipan Kotamobagu yang beroperasi sejak bulan November tahun 2013, tercatat berada
pada posisi net outflow sebesar Rp 96 miliar. Jumlah tersebut terdiri dari inflow sebesar Rp 23
miliar dan outflow sebesar Rp 120 miliar. Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun
sebelumnya, posisi net outflow mengalami peningkatan sebesar 21,91% (yoy).
5.1.4. Perkembangan Layanan Kas Keliling
Sejalan dengan kesepakatan layanan penukaran Uang lusuh dan pecahan kecil bagi masyarakat
oleh Bank Umum sejak tanggal 4 Mei 2015, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi
Utara berkomitmen untuk tetap memberikan layanan penukaran Uang lusuh dan pecahan kecil
melalui kegiatan layanan Kas Keliling khususnya di pusat bisnis maupun remote area.
Penyelenggaraan layanan Kas Keliling sepanjang triwulan II 2015 tercatat mengalami
peningkatan yang jauh signifikan dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Modal kerja Layanan Kas Keliling sepanjang periode tersebut tercatat sebesar Rp 14,72 Miliar
atau meningkat 146,48% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dan 211,76%
(yoy). Peningkatan modal kerja tersebut juga diikuti dengan peningkatan jumlah frekuensi
kegiatan, yaitu sebanyak 31 kali atau meningkat 210% (qtq) dan 520% (yoy). Tingkat
penyerapan modal kerja Layanan Kas Keliling sepanjang triwulan II 2015 berada di level
80,14%.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
73
0
20
40
60
80
100
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
%Rp Juta
Sumber : KPw BI Prov. Sulut
Modal Kerja % Penyerapan
1
5
3
12
5
9
3
10
31
0
5
10
15
20
25
30
35
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
Sumber : KPw BI Prov. Sulut
77%
3%
7%
7%
3%
3%
23%
Sumber : KPw BI Prov. Sulut
Kota Manado Kepuluan Nusa Utara (Sitaro, Talaud, Sangihe)
Bolaang Mongondow Raya Provinsi Gorontalo
Kab. Minahasa Kota Tomohon
Grafik 5.8 Jumlah Modal Kerja
dan Tingkat Penyerapan Layanan Kas Keliling
Grafik 5.9 Jumlah Frekuensi Kegiatan Layanan Kas
Keliling
Berdasarkan wilayah penyelenggaraannya, sepanjang triwulan II 2015 sebanyak 24 kegiatan
Layanan Kas Keliling (77%) diselenggarakan di dalam Kota Manado dan 7 kegiatan (23%)
diselenggarakan di luar Kota Manado. Penyelenggaraan Layanan Kas Kelliling di Luar Kota
Manado meliputi daerah Kabupaten Minahasa sebanyak 1 kegiatan, Kepulauan Nusa Utara
(Kabupaten Kepuluan Talaud, Sangihe, dan Sitaro) sebanyak 1 kegiatan, Bolaang Mongondow
Raya (Kabupaten Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow
Selatan, dan Bolaang Mongondow Utara) sebanyak 2 kegiatan, Kota Tomohon sebanyak 1
kegiatan, dan Provinsi Gorontalo sebanyak 2 kegiatan.
Grafik 5.10 Layanan Kas Keliling Berdasarkan Wilayah Penyelenggaraan Periode Triwulan II-2015
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
74
I II III IV I II III IV I II
Rp 100.000,- 29 30 24 51 140 118 203 187 67 56
Rp 50.000,- 37 34 10 15 9 6 12 24 12 11
Rp 20.000,- 3 0 0 0 0 0 4 2 0 0
Rp 10.000,- 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
Rp 5.000,- 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
Rp 1.000,- 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 69 64 34 67 149 124 219 214 79 67
Pecahan2013 2014 2015
5.1.5. Perkembangan Temuan Uang Palsu
Bank Indonesia sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang mengeluarkan, mengedarkan,
dan menarik uang untuk menjaga ketersediaan Uang Layak Edar di masyarakat juga berperan
aktif dalam upaya pemberantasan uang palsu. Hal ini dilakukan dengan melakukan sosialisasi
keaslian Rupiah dengan tag line 3D (dilihat, diraba, dan diterawang). Melalui upaya sosialisasi
ini diharapkan masyarakat dapat mengenali Rupiah asli dan diharapkan dapat mengurangi
jumlah uang palsu yang beredar. Di sisi lain, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi
Utara juga terus meningkatkan kerjasama dengan pihak kepolisian, salah satunya melalui
penandatanganan Pokok-Pokok Kesepahaman Dalam Rangka Mendukung Pelaksanaan Tugas
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dengan Kepolisian Daerah Sulawesi
Utara pada tanggal 23 Juni 2015. Salah satu cakupan materi kesepahaman tersebut adalah
mengenai koordinasi Tata Cara Pelaksanaan Penanganan Dugaan Pelanggaran Kewajiban
Penggunaan Uang Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Dugaan
Tindak Pidana terhadap Uang Rupiah.
Tabel 5.1 Jumlah Temuan Uang Palsu per Pecahan
di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Sumber : KPw BI Prov. Sulut
Berdasarkan pecahannya, sepanjang triwulan II 2015 terdapat 67 temuan Uang Palsu yang
terdiri dari 56 lembar pecahan Rp 100 ribu dan 11 lembar pecahan Rp 50 ribu. Dengan
demikian, sepanjang semester I 2015, total temuan Uang Palsu telah mencapai 146 lembar
yang terdiri dari 123 lembar pecahan Rp 100 ribu dan 23 lembar pecahan Rp 50 ribu.
5.2. Perkembangan Sistem Pembayaran Non-Tunai
Perkembangan kebutuhan masyarakat mengenai transaksi pembayaran secara non-tunai
menuntut Bank Indonesia untuk melakukan berbagai upaya penyempurnaan. Upaya
penyempurnaan ini salah satunya diwujudkan melalui implementasi SKNBI Generasi II sejak 5
Juni 2015. Di sisi lain, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara juga terus
lembar
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
75
No.Nama Wilayah
KliringJenis KPWD Koordinator
Jumlah Peserta
Kliring
1. Manado Bank Indonesia KPw BI Provinsi Sulawesi Utara 28
2. Bitung Non Bank Indonesia PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk KC
Bitung
12
3. Sangihe Non Bank Indonesia PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk KC Tahuna 5
4. Kotamobagu Non Bank Indonesia PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk KC
Kotamobagu
8
5. Gorontalo Non Bank Indonesia PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk KC Gorontalo 16
mendorong upaya peningkatan transaksi non-tunai di Sulawesi Utara melalui penandatanganan
Nota Kesepahaman dalam rangka mendukung Gerakan Nasional Non Tunai antara Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara,
Pemerintah Kota Manado, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Utara pada
tanggal 23 Juni 2015.
5.2.1. Perkembangan Kliring
5.2.1.1. Perkembangan Kliring di Provinsi Sulawesi Utara
Sejalan dengan penetapan kebijakan nilai nominal per transaksi di atas Rp 100 juta pada BI-
RTGS, transaksi kliring secara umum menunjukan perkembangan positif pada tahun 2015.
Implementasi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) Generasi II pada tanggal 5 Juni
2015 secara umum dapat dilaksanakan dengan baik oleh seluruh peserta kliring di wilayah kerja
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Dalam pelaksanaan tugas terkait
kliring, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menjalankan fungsi sebagai
Kantor Penyelenggara Pertukaran Warkat Debet (KPWD) wilayah Manado dan melaksanakan
supervisi dan monitoring terhadap 4 (empat) wilayah kliring lainnya sebagaimana ditampilkan
dalam tabel berikut.
Tabel 5.2 Daftar Wilayah Kliring KPw BI Provinsi Sulawesi Utara
Sumber : KPw BI Prov. Sulut
Sepanjang triwulan II 2015, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet tercatat
sebesar Rp 2.781,06 miliar dan 108,88 ribu lembar warkat. Dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, nilai transaksi kliring mengalami penurunan sebesar 11,28% (qtq). Sebaliknya,
volume transaksi terpantau meningkat sebesar 1,40% (qtq). Dibandingkan dengan periode
yang sama pada tahun sebelumnya, ativitas kliring terpantau mengalami pertumbuhan baik dari
sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 7,25% (yoy) dan 16,20% (yoy). Tingkat nilai dan volume
tolakan sepanjang periode tersebut adalah 2,81% dan 2,57%.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
76
0
20
40
60
80
100
120
140
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
Ribu LembarRp Miliar
Sumber : KPw BI Prov. Sulut
Nilai Volume (Sisi Kanan)
0
1
2
3
4
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
%
Sumber : KPw BI Prov. Sulut
Persentase Volume Tolakan Persentase Nilai Tolakan
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
TransaksiRp Miliar
Sumber : www.bi.go.id
Nominal Volume (Sisi Kanan)
Grafik 5.11 Perkembangan Transaksi
Layanan Kliring Warkat Debet
Grafik 5.12 Perkembangan Tingkat Tolakan
Layanan Kliring Warkat Debet
Pada periode yang sama, aktivitas transaksi layanan kliring transfer dana (sebelumnya dikenal
dengan istilah layanan kliring kredit) tercatat sebesar Rp 287,70 miliar yang terdiri dari 12.001
transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aktivitas kliring transfer dana terpantau
mengalami penurunan baik dari sisi nilai (22,03%, qtq) maupun volume (23,66%, qtq).
Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, aktivitas layanan kliring transfer
dana juga terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar
3,74% (yoy) dan 2,55% (yoy).
Grafik 5.13 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Transfer Dana
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
77
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
LembarRp Miliar
Sumber : KPw BI Prov. Sulut
Volume (Sisi Kanan) Nilai
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
TransaksiRp Miliar
Sumber : www.bi.go.id
Volume (Sisi Kanan) Nominal
5.2.1.2. Perkembangan Kliring di Wilayah Kliring Manado
Sepanjang triwulan II 2015, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet di wilayah
kliring Manado tercatat sebesar Rp 2.150,43 miliar yang terdiri dari 85.078 lembar warkat.
Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai transaksi kliring mengalami penurunan
sebesar 11,44% (qtq). Sebaliknya, volume transaksi terpantau meningkat sebesar 2,47% (qtq).
Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, ativitas kliring terpantau
mengalami pertumbuhan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 12,85% (yoy) dan
22,91% (yoy).
Grafik 5.14 Perkembangan Transaksi
Layanan Kliring Warkat Debet di Wilayah Kliring Manado
Grafik 5.15 Perkembangan Transaksi
Layanan Kliring Transfer Dana di Wilayah Kliring Manado
Pada periode yang sama, aktivitas transaksi layanan kliring transfer dana tercatat sebesar Rp
275,55 miliar yang terdiri dari 11.404 transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,
aktivitas kliring transfer dana terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai (19,99%, qtq)
maupun volume (22,55%, qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya,
aktivitas layanan kliring transfer dana juga terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai
maupun volume, yaitu sebesar 3,38% (yoy) dan 3,57% (yoy).
5.2.1.3. Perkembangan Kliring di Wilayah Kliring Gorontalo
Sepanjang triwulan II 2015, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet di wilayah
kliring Gorontalo tercatat sebesar Rp 436,52 miliar yang terdiri dari 17.169 lembar warkat.
Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai transaksi kliring mengalami penurunan
sebesar 6,36% (qtq). Sebaliknya, volume transaksi terpantau meningkat tipis sebesar 0,10%
(qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, ativitas kliring
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
78
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
0
100
200
300
400
500
600
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
LembarRp Miliar
Sumber : KPw BI Prov. Sulut
Volume (Sisi Kanan) Nilai
0
5
10
15
20
25
30
35
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
TransaksiRp Miliar
Sumber : www.bi.go.id
Volume (Sisi Kanan) Nominal
terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 6,04% (yoy)
dan 0,88% (yoy).
Grafik 5.16 Perkembangan Transaksi
Layanan Kliring Warkat Debet di Wilayah Kliring Gorontalo
Grafik 5.17 Perkembangan Transaksi
Layanan Kliring Transfer Dana di Wilayah Kliring Gorontalo
Sementara itu, aktivitas transaksi layanan kliring transfer dana tercatat sebesar Rp 25,29 miliar
yang terdiri dari 787 transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aktivitas kliring
transfer dana terpantau mengalami pertumbuhan baik dari sisi nilai (27,02%, qtq) maupun
volume (63,96%, qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, aktivitas
layanan kliring transfer dana juga terpantau mengalami pertumbuhan baik dari sisi nilai
maupun volume, yaitu sebesar 18,28% (yoy) dan 266,05% (yoy).
5.2.1.4. Perkembangan Kliring di Wilayah Kliring Bitung
Sepanjang triwulan II 2015, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet di wilayah
kliring Bitung tercatat sebesar Rp 113,51 miliar yang terdiri dari 4.089 lembar warkat.
Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai transaksi kliring mengalami penurunan
sebesar 31,54% (qtq) dan volume transaksi mengalami penurunan sebesar 16,65% (qtq).
Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, ativitas kliring juga
terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 5,83% (yoy)
dan 9,01% (yoy).
Sementara itu, aktivitas transaksi layanan kliring transfer dana tercatat sebesar Rp 3,20 miliar
yang terdiri dari 44 transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aktivitas kliring
transfer dana terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai (37,19%, qtq) maupun
volume (52,17%, qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, aktivitas
layanan kliring transfer dana juga terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai maupun
volume, yaitu sebesar 37,55% (yoy) dan 39,73% (yoy).
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
79
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
LembarRp Miliar
Sumber : KPw BI Prov. Sulut
Volume (Sisi Kanan) Nilai
0
1
2
3
4
5
6
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
TransaksiRp Miliar
Sumber : www.bi.go.id
Volume (Sisi Kanan) Nominal
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
LembarRp Miliar
Sumber : KPw BI Prov. Sulut
Volume (Sisi Kanan) Nilai
0
5
10
15
20
25
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1.000
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
TransaksiRp Miliar
Sumber : www.bi.go.id
Volume (Sisi Kanan) Nominal
Grafik 5.18 Perkembangan Transaksi
Layanan Kliring Warkat Debet di Wilayah Kliring Bitung
Grafik 5.19 Perkembangan Transaksi
Layanan Kliring Transfer Dana di Wilayah Kliring Bitung
5.2.1.5. Perkembangan Kliring di Wilayah Kliring Kotamobagu
Sepanjang triwulan II 2015, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet di wilayah
kliring Kotamobagu tercatat sebesar Rp 71,23 miliar yang terdiri dari 2.364 lembar warkat.
Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai transaksi kliring mengalami pertumbuhan
sebesar 23,68% (qtq) dan volume transaksi terpantau tumbuh sebesar 14,87% (qtq).
Sebaliknya, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, ativitas kliring
terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 10,62% (yoy)
dan 2,60% (yoy).
Grafik 5.20 Perkembangan Transaksi
Layanan Kliring Warkat Debet di Wilayah Kliring Kotamobagu
Grafik 5.21 Perkembangan Transaksi
Layanan Kliring Transfer Dana di Wilayah Kliring Kotamobagu
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
80
0
50
100
150
200
250
300
0
5
10
15
20
25
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
LembarRp Miliar
Sumber : KPw BI Prov. Sulut
Volume (Sisi Kanan) Nilai
Sementara itu, aktivitas transaksi layanan kliring transfer dana tercatat sebesar Rp 8,95 miliar
yang terdiri dari 553 transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aktivitas kliring
transfer dana terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai (54,07%, qtq) maupun
volume (38,76%, qtq). Sebaliknya, dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya, aktivitas layanan kliring transfer dana juga terpantau mengalami pertumbuhan
baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 4,54% (yoy) dan 32,93% (yoy).
5.2.1.6. Perkembangan Kliring di Wilayah Kliring Sangihe
Sepanjang triwulan II 2015, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet di wilayah
kliring Sangihe tercatat sebesar Rp 9,37 miliar yang terdiri dari 187 lembar warkat.
Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai transaksi kliring mengalami penurunan
sebesar 43,43% (qtq) dan volume transaksi terpantau tumbuh sebesar 23,05% (qtq).
Sebaliknya, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, ativitas kliring
juga terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 58,81%
(yoy) dan 23,36% (yoy).
Grafik 5.22 Perkembangan Transaksi
Layanan Kliring Warkat Debet di Wilayah Kliring Sangihe
5.2.2. Perkembangan BI-RTGS
Secara umum, volume transaksi BI-RTGS pada tahun 2015 terpantau menurun dibandingkan
dengan tahun 2014 dan 2013. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kebijakan penetapan nilai
nominal per transaksi di atas Rp 100 juta pada BI-RTGS melalui Surat Edaran No.16/18/DPSP
tanggal 28 November 2014 yang berlaku sejak 15 Desember 2014. Sejalan dengan tujuan
penetapan kebijakan tersebut, yaitu dalam rangka meningkatkan efisiensi sitem pembayaran
serta mendorong penggunaan SKNBI untuk transaksi yang bersifat retail value, pada periode
yang sama transaksi kliring menunjukan perkembangan yang positif.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
81
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
0
1
2
3
4
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
TransaksiRp Triliun
Sumber : www.bi.go.id
Volume (Sisi Kanan) Nilai
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
0
1
2
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
TransaksiRp Triliun
Sumber : www.bi.go.id
Volume (Sisi Kanan) Nilai
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
0
1
2
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
TransaksiRp Triliun
Sumber : www.bi.go.id
Volume (Sisi Kanan) Nilai
0
50
100
150
200
250
300
350
400
0
1
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
TransaksiRp Triliun
Sumber : www.bi.go.id
Volume (Sisi Kanan) Nilai
Grafik 5.23 Perkembangan Total Transaksi BI-RTGS Grafik 5.24 Perkembangan Transaksi
Outgoing Transfer BI-RTGS
Sepanjang triwulan II 2015 total transaksi BI-RTGS (incoming transfer, outgoing transfer, dan
internal transfer) sebesar Rp 2,85 triliun yang terdiri atas 2.981 transaksi. Dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, nilai transaksi tercatat mengalami penurunan sebesar 2,85% (qtq),
sedangkan volume transaksi terpantau tumbuh sebesar 3,99% (qtq). Dibandingkan dengan
periode yang sama pada tahun sebelumnya, baik nilai maupun volume transaksi mengalami
penurunan, secara berturut-turut sebesar 13,31% (yoy) dan 55,90% (yoy).
Dilihat berdasarkan tujuannya, sepanjang triwulan II 2015 total transaksi outgoing transfer
tercatat sebesar Rp 1,16 triliun dan terdiri dari 1.688 transaksi. Dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, nilai dan volume transaksi terpantau mengalami penurunan sebesar 7,12% (qtq)
dan 4,95% (qtq). Sementara itu, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun
sebelumnya, nilai dan volume transaksi juga terpantau mengalami penurunan, yaitu sebesar
11,52% (yoy) dan 54,17% (yoy).
Grafik 5.25 Perkembangan Transaksi
Incoming Transfer BI-RTGS
Grafik 5.26 Perkembangan Transaksi
Internal Transfer BI-RTGS
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
82
Transaksi BI-RTGS dari daerah di luar Sulawesi Utara ke daerah Sulawesi Utara (incoming
transfer) sepanjang triwulan II-2015 tercatat sebesar Rp 1,41 triliun dan terdiri dari 1.154
transaksi. Berbeda dengan outgoing transfer, aktivitas incoming transfer mengalami
peningkatan baik dari sisi nilai (0,69%, qtq) maupun volume (20,59%, qtq) dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Namun demikian, dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya, aktivitas incoming transfer menunjukan penurunan baik dari sisi nilai
(15,67%, yoy) maupun volume (58,79%, yoy).
Sepanjang triwulan II 2015, nilai dan volume transaksi internal transfer (dari dan ke daerah
Sulawesi Utara) tercatat sebesar Rp 0,29 triliun dan 139 transaksi. Dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, nilai transaksi mengalami penurunan sebesar 22,88% (qtq), sedangkan
volume transaksi tercatat meningkat sebesar 3,73% (qtq). Dibandingkan dengan periode yang
sama pada tahun sebelumnya, nilai dan volume transaksi terpantau mengalami penurunan,
yaitu sebesar 8,17% (yoy) dan 49,82% (yoy).
5.3. Perkembangan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB)
Penyelenggaraan kegiatan usaha penukaran valuta asing berfungsi sebagai penunjang sektor
keuangan dan memiliki peran strategis dalam mendukung pencapaian stabilitas nilai Rupiah.
Dalam rangka menciptakan tata kelola yang baik dan mencegah dimanfaatkannya kegiatan
usaha penukaran valuta asing sebagai sarana pencucian uang dan pendanaan terorisme, serta
memberikan kepastian dan perlindungan bagi masyarakat, Bank Indonesia memiliki
kewenangan dalam melakukan supervisi terhadap Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing
Bukan Bank (KUPVA BB).
Sampai dengan triwulan II 2015, terdapat tiga Penyelenggara KUPVA BB berizin yang berkantor
pusat di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, dengan data
sebagaimana ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel 5.3 Daftar Penyelenggara KUPVA BB yang Berkantor Pusat di Wilayah Kerja KPw BI Provinsi Sulawesi Utara
Sumber : KPw BI Prov. Sulut
No. Nama KUPVA BB Nomor Izin Usaha Alamat
1. PT Manado Inter Mc 5/1/KEP.PBI.MO/2003 tanggal 6
Juni 2003
Jl. Wolter Monginsidi No. 62,
Manado
2. PT Napele Indah 6/1/KEP.PBI/2004 tanggal 9
Februari 2004
Jl. Bailang II No.133 Bailang -
Molas, Manado
3. PT Sentralindo Valutama 9/1/KEP.GBI/KBI.MO/2007 tanggal
16 Januari 2007
Jl. Sisingamangaraja No. 12,
Manado
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
83
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2014 2015
Sumber : Laporan Kegiatan Usaha KUPVA BB
Rp Juta Pembelian UKA Penjualan UKA (RHS)
Secara umum aktivitas penyelenggara KUPVA BB yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara terpantau meningkat sepanjang triwulan II
2015. Hal tersebut tercermin dari peningkatan aktivitas pembelian dan penjualan Uang Kertas
Asing (UKA). Total pembelian UKA sepanjang periode tersebut adalah sebesar Rp 3,30 miliar,
meningkat sebesar 34,91% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dan 16,95% (yoy)
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, total pembelian UKA
tercatat sebesar Rp 3,38 miliar, atau meningkat sebesar 35,25% (qtq) dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, dan 16,78% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya.
Grafik 5.27 Perkembangan Kegiatan Jual Beli Uang Kertas Asing
Dalam rangka menjaga tata kelola yang baik dan mencegah dimanfaatkannya kegiatan usaha
penukaran valuta asing sebagai sarana pencucian uang dan pendanaan terorisme, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara juga terus melakukan berbagai upaya salah
satunya melalui penandatanganan Pokok-Pokok Kesepahaman Dalam Rangka Mendukung
Pelaksanaan Tugas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dengan Kepolisian
Daerah Sulawesi Utara pada tanggal 23 Juni 2015. Salah satu cakupan materi kesepahaman
tersebut adalah mengenai koordinasi Tata Cara Pelaksanaan Penanganan Dugaan Tindak
Pidana di Bidang Sistem Pembayaran dan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA).
Box II
Akselerasi Transaksi Non Tunai di Sulawesi Utara
Sarana pembayaran tunai masih menjadi top of
mind dan perilaku bagi masyarakat Indonesia
dalam bertransaksi. Hal tersebut terbukti dari hasil
survei Bank Indonesia (2013) yang
menggambarkan bahwa lebih dari 95% transaksi
pembayaran yang digunakan di merchants masih
menggunakan sarana pembayaran tunai. Survei
McKinsey (2013) mengatakan bahwa sebanyak
99,40% transaksi pembayaran di Indonesia masih
menggunakan Uang kartal, tertinggi
dibandingkan dengan beberapa negara di ASEAN
lainnya seperti Thailand (97,20%), Malaysia
(92,30%), dan Singapura (55,50%). Padahal, bertransaksi dengan menggunakan Uang kartal memiliki
beberapa kelemahan, diantaranya adalah biaya pengelolaan uang yang mahal, kurang aman, tidak
terekam dan tercatat, mendorong perilaku konsumtif, bahkan dapat menjadi sarana korupsi dan sarana
pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang dicanangkan oleh Bank Indonesia bersama dengan Pemerintah
Pusat dan Daerah pada 14 Agustus 2014 mencoba menjawab tantangan tersebut. GNNT memiliki tujuan
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non tunai serta mendorong
terciptanya sistem keuangan yang inklusif. Upaya akselerasi penggunaan instrumen non tunai bagi
masyarakat di tingkat daerah salah satunya dapat diwujudkan melalui implementasi elektronifikasi
transaksi keuangan Pemerintah Daerah. Dengan kapasitasnya sebagai perumus kebijakan bagi
masyarakat di daerah, tentunya upaya ini dapat mendorong kesadaran dan perilaku masyarakat dalam
melakukan transaksi secara non tunai.
Sebagai langkah awal dalam rangka akselerasi transaksi non tunai di Sulawesi Utara, Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan penandatanganan Nota Kesepahaman mengenai
Program Elektronifikasi dan Keuangan Inklusif dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Utara, dan Pemerintah Kota Manado pada 23 Juni 2015. Hal ini
sejalan dengan kebijakan Pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No.32/PMK.05/2014 tentang Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik. Kebijakan tersebut ditempuh
dalam rangka meningkatkan kualitas penatausahaan dan pertanggungjawaban penerimaan negara,
dengan menerapkan Sistem Penerimaan Negara secara elektronik yang memanfaatkan teknologi
informasi. Penyempurnaan ini dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam hal
pembayaran dan penerimaan negara, serta mewujudkan tata kelola yang baik (good governance).
Selanjutnya, upaya tersebut perlu didukung oleh perumusan strategi yang tepat untuk mengubah sistem
transaksi tunai menjadi non tunai. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah : (1) meningkatkan adopsi
terhadap kebiasaan non tunai dengan dukungan teknologi dan inovasi; (2) regulasi yang mengakomodasi
inovasi dan pembayaran elektronik; dan (3) membangun ekosistem dan infrastruktur yang handal,
terpercaya, dan interoperable.
Komposisi Pembayaran Yang Digunakan di Merchants
95,50%
2,50%
1,60%
0,30%
0,10%
4,50%
Sumber : Bank Indonesia, Survey of Payment Behavioral Pattern in Indonesia (2013)
Tunai Kartu Debit Kartu Kredit Uang Elektronik Voucher
95,50%
2,50%
1,60%
0,30%
0,10%
4,50%
Sumber : Bank Indonesia, Survey of Payment Behavioral Pattern in Indonesia (2013)
Tunai Kartu Debit Kartu Kredit Uang Elektronik Voucher
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN
KETENAGAKERJAAN
DAERAH DAN
KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT
BAB VI
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
91
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tercatat mengalami perlambatan seiring dengan
perlambatan pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara. Hal ini tercermin dari jumlah tenaga
kerja regional yang tumbuh moderat yang diikuti dengan peningkatan tingkat pengangguran.
Jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat hanya tumbuh 0,23% (yoy) diikuti oleh Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang terkoreksi ke angka 0,15%. Disisi lain, baik secara
tahunan maupun dibanding periode sebelumnya, tingkat pengangguran menunjukkan
peningkatan. Kondisi makroekonomi dan kondisi bisnis yang cenderung melemah membuat
pelaku bisnis cenderung pesimis dalam memandang kondisi perusahaannya dari beberapa
aspek seperti penjualan domestik, penjualan LN, investasi, termasuk tenaga kerja.
Sementara penurunan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara terindikasi dari berbagai
indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan
sektor utama pendorong perekonomian Sulawsi Utara menunjukkan pelemahan yang tercermin
dari NTP dan NTUP. Kendati demikian, optimisme peningkatan kesejahteraan masyarakat secara
umum masih terjaga diatas titik optimis, namun persepsi atas nilai tukar yang terus melemah
dan ketidaksiapan atas pemberlakukan MEA pada akhir tahun membuat ekspektasi penghasilan
kedepan tercatat mengalami penurunan.
6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tercatat mengalami perlambatan sejalan dengan
melambatnya pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara. Perlambatan tersebut tercermin dari
peningkatan jumlah tenaga kerja yang tidak signifikan diikuti dengan peningkatan tingkat
pengangguran. Data bulan Februari 2015 mencatat pertumbuhan angkatan kerja sebesar
1,78% (yoy) dengan peningkatan tipis Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 0,15%
(yoy). Sejalan dengan kedua hal tersebut, jumlah tenaga kerja juga mengalami peningkatan
moderat yaitu sebesar 0,23% (yoy) menjadi sebanyak 1.078 ribu jiwa. Disisi lain, tingkat
pengangguran menunjukkan peningkatan baik secara tahunan tahunan yaitu sebesar 19,7%
maupun dibanding periode sebelumnya sebesar 15,29%.
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
92
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 6.1.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara
Angka indeks ketersediaan lapangan kerja yang diperoleh dari Survei Konsumen (SK) pada
triwulan laporan menunjukkan optimisme terhadap ketersediaan lapangan kerja meskipun
secara tahunan pertumbuhannya mengalami perlambatan sebesar 18,05%. Nilai rata-rata
indeks ketersediaan lapangan kerja pada triwulan II 2015 hanya tercatat sebesar 134,17
tumbuh di bawah nilai rata-rata triwulan I 2014 sebesar 190,83.
Kondisi makroekonomi dan kondisi bisnis yang cenderung melemah membuat pelaku bisnis
cenderung pesimis dalam memandang kondisi perusahaannya dari beberapa aspek seperti
penjualan domestik, penjualan LN, investasi, dan tenaga kerja. Berdasarkan liaison yang
dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara ke sejumlah
perusahaan di Sulawesi Utara, mayoritas perusahaan menyatakan telah melakukan
pengurangan jumlah tenaga kerja. Hal tersebut dapat dilihat dari likert scale jumlah tenaga
kerja pada triwulan laporan sebesar -0,29, menurun dibandingkan 0,13 pada triwulan
sebelumnya. Penurunan tersebut sejalan dengan kenaikan biaya tenaga kerja yang tercermin
dari likert scale biaya tenaga kerja.
Grafik 6.1.
Likert Scale Ketenagakerjaan
Grafik 6.2.
Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerj a
Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara
Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara
2015
Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb
Angkatan Kerja (ribu jiwa) 1.115 1.038 1.089 1.015 1.159 1.061 1.180 1,78%
Bekerja 1.022 957 1.011 947 1.075 981 1.078 0,23%
Pengangguran 93 81 78 68 84 80 103 21,85%
TPAK (%) 66,82 61,94 64,63 59,76 66,14 59,99 66 0,15%
TPT (%) 8,32 7,78 7,19 6,67 7,26 7,54 8,69 19,73%
Growth
(yoy)Jumlah Bekerja
201420132012
50,00
70,00
90,00
110,00
130,00
150,00
170,00
190,00
Jan
Mar
May Ju
l
Sep
No
v
Jan
Mar
May Ju
l
Sep
No
v
Jan
Mar
May Ju
l
Sep
No
v
Jan
Mar
Mei
Juli
2012 2013 2014 2015
Ketersediaan Lap. Kerja Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja
Titik Optimis
Grafik 13. Likert Scale
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
93
Disisi lain, kondisi pengangguran di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan di tengah
kondisi pengangguran nasional yang cenderung mengalami perbaikan. Data bulan Februari
2015 menunjukkan angka pengangguran mengalami peningkatan hingga 19,73% (yoy),
dimana Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tercatat sebesar 8,69%. Menurunnya jumlah
serapan tenaga kerja di sektor industri (29,97% yoy) utamanya industri perikanan menjadi salah
satu faktor penyebab peningkatan angka pengangguran di Sulawesi Utara. Peningkatan biaya
operasional utamanya bongkar muat yang dipengaruhi faktro kebijakan pada sektor industri
perikanan menjadi penyebab menurunnya penyerapan serapan tenaga kerja pada sektor
tersebut.
Penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Utara masih didominasi oleh sektor pertanian sebesar
32%. Hal ini sejalan dengan struktur perekonomian utama Sulut yang memang didominasi oleh
sektor pertanian. Jika dikaitkan dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk Sulawesi
Utara yang terus bergerak naik yang berdampak pada peningkatan kebutuhan pangan,
dominasi sektor pertanian baik dalam penyediaan lapangan kerja maupun sektor utama
pendorong perekonomian Sulut merupakan suatu potensi dalam mendukung pemenuhan
kebutuhan pangan utama daerah.
Di sisi lain, penyerapan tenaga kerja pada sektor perdagangan (termasuk hotel dan restoran)
masih cukup baik kendati mengalami perlambatan. Sementara sektor jasa (termasuk jasa
pemerintahan) masih merupakan sektor terbesar ketiga dengan pangsa 17% dan 25% tenaga
kerja lainnya terbagi ke sektor pertambangan, listrik, angkutan, konstruksi, keuangan dan
sektor lainnya.
Tabel 6.2.
Jumlah Penduduk yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Lapangan Usaha (ribu jiwa)
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
2015
Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb
Pertanian 347 322 328 333 343 321 372 8,50%
Industri 74 59 68 52 73 71 51 -29,97%
Perdagangan 213 193 209 191 224 196 249 11,04%
Jasa 169 186 202 185 209 180 190 -9,05%
Lainnya 219 217 229 205 226 212 283 25,06%
Jumlah 1.062 977 1.036 965 1.075 981 1.145 6,49%
Sektor Pekerjaan (ribu jiwa)Growth
(yoy)
2012 2013 2014
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
94
Grafik 6.3.
Share Penduduk Yang Bekerja di Sulut Menurut Lapangan Usaha
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan status pekerjaannya, dari seluruh penduduk yang bekerja di Sulawesi Utara,
sebanyak 34% berprofesi sebagai buruh/karyawan dan 29% penduduk berwiraswasta
sementara 11% merupakan pekerja bebas. Pada Februari 2015 pekerja informal di Sulawesi
Utara masih lebih banyak dibanding pekerja formal, dengan komposisi 61,6% berbanding
38,4%. Porsi jumlah pekerja informal yang mendominasi perlu menjadi perhatian bersama,
mengingat pekerja sektor informal lebih rentan untuk terkonversi menjadi kelompok
pengangguran mengingat kerentanannya terhadap shocks apabila terjadi gejolak ekonomi.
Tabel 6.3.
Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Belum banyaknya peluang lapangan kerja di sektor formal menjadi salah satu penyebab
meningkatnya pangsa pengangguran terdidik. Tingkat pengangguran tenaga kerja
berpendidikan universitas mengalami kenaikan dari 7,61% Februari 2013 menjadi 9,64% pada
Februari 2014. Meningkatnya pengangguran terdidik ini mengindikasikan fenomena
pemborosan intelektual dimana peningkatan lulusan terdidik universitas tidak dapat diimbangi
dengan peningkatan peluang lapangan kerja formal. Hal tersebut mengakibatkan perekrutan
tenaga kerja terdidik untuk pekerjaan yang sebenarnya tidak membutuhkan spesifikasi
pendidikan tinggi yang seharusnya diperuntukkan untuk angkatan kerja yang tidak mengenyam
Pertanian32%
Industri4%
Perdagangan 22%
Jasa17%
Lainnya25%
2015
Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb
Berusaha Sendiri 280 261 279 270 280 272 312 11,34% 28,94%
Berusaha Dibantu Buruh Tidak
Tetap - Buruh Tidak Dibayar127 92 115 70 117 83 106 -9,10% 9,86%
Berusaha Dibantu Buruh Tetap-
Buruh Dibayar39 39 52 35 43 34 48 10,49% 4,42%
Buruh/Karyawan 349 380 370 383 382 380 369 -3,44% 34,22%
Pekerja Bebas Pertanian 48 52 43 74 43 85 98,12% 7,93%
Pekerja Bebas Non Pertanian 57 54 59 46 88 39 -55,62% 3,62%
Pekerja Bebas 105 106 103 121 131 132 124 -4,99% 11,55%
Pekerja Tak Dibayar 121 99 117 87 122 79 119 -2,86% 11,02%
Jumlah 1.127 977 1.036 965 1.075 981 1.078 0,23% 100,00%
2012 2013 2014 Growth
(yoy)ShareStatus Pekerjaan (ribu jiwa)
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
95
Sumber: Survei Konsumen Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
pendidikan tinggi. Dengan demikian fenomena ini akan menyebabkan peluang angkatan kerja
yang tidak mengenyam pendidikan tinggi untuk mendapatkan pekerjaan menjadi lebih kecil
dan menjadi salah satu faktor meningkatnya tingkat pengangguran. Sementara itu, tingkat
pengangguran tertinggi masih didominasi oleh tenaga kerja berpendidikan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), Diploma I/II/III, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan persentase masing-
masing sebesar 17,23%, 12,28% dan 12,63%.
Tabel 6.4.
Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
6.2 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara pada triwulan laporan yang tercermin dari berbagai
indikator tingkat kesejahteraan masyarakat tercatat mengalami penurunan. Sebagai salah satu
sektor penyerap tenaga kerja terbesar, kesejahteraan di sektor pertanian tercatat mengalami
kontraksi yang terus berlanjut sejak triwulan IV 2014 jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha
Pertanian (NTUP) yang mengalami penurunan pada triwulan laporan. Meski mengalami
perlambatan, Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) sebagai salah satu indikator lain yang
digunakan untuk mengukur kesejahteraan petani yang hanya memperhitungkan komponen
pengeluaran di usaha petanian tercatat masih surplus dan cukup menguntungkan (indeks NTUP
di atas 100). Dengan dikeluarkannya konsumsi rumah tangga dari komponen indeks harga
yang dibayar petani (IB), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena
yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Indeks NTUP pada triwulan
laporan tercatat sebesar 104,64.
2015
Februari Agustus Februari Agustus Februari
SD ke bawah 4,75 3,34 4,75 3,54 4,52
Sekolah Menengah Pertama 4,8 6,24 6,54 5,55 5,71
Sekolah Menengah Atas 13,57 9,21 10,72 10,65 12,28
Sekolah Menengah Kejuruan 10,12 15,34 9,19 14,07 17,23
Diploma I/II/III 2,92 5,22 10,56 6,29 12,63
Universitas 8,54 5,87 7,61 11,35 9,64
2013 2014Tingkat Pendidikan
(Persen)
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
96
Tabel 6.5.
Komponen Indeks Dibayar Petani (IB)
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah menggunakan tahun dasar 2012
Menggunakan tahun dasar yang baru (2012), rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara
selama triwulan II 2015 tercatat sebesar 97,52 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya
yang sebesar 98,01. Jika dilihat secara tahunan, pada triwulan laporan NTP juga tercatat
mengalami pelemahan (-2,33%yoy) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (-1,02%)
Pelemahan NTP utamanya didorong oleh kenaikan biaya hidup petani yang peningkatannya
tidak sebesar dengan peningkatan pendapatan pertanian. Indeks yang Diterima Petani (IT) yang
mencerminkan pendapatan usaha petani tercatat hanya tumbuh sebesar 2,85% (yoy)
dibandingkan dengan Indeks yang Dibayar Petani (IB) yang merupakan indikator pengeluaran
usaha petani mengalami peningkatan mencapai 5,31%.
Kenaikan IB didorong oleh naiknya pengeluaran baik dari sisi konsumsi rumah tangga maupun
input produksi yang masing-masing mengalami kenaikan sebesar 6,02% (yoy) dan 3,12% (yoy).
Pengeluaran dari konsumsi rumah tangga utamanya didorong oleh pengeluaran bahan
makanan yang sejalan dengan gejolak inflasi Kota Manado pada akhir triwulan laporan.
Dilihat dari subsektornya, petani pada subsektor tanaman hortikultura dan perikanan
merupakan yang paling sejahtera, hal ini terlihat dari angka NTP yang lebih besar dibandingkan
dengan subsektor lainnya. Sementara indeks NTP subsektor peternakan terus tumbuh tipis di
atas threshold minimum sejahtera, dengan angka 100,71 pada akhir triwulan laporan.
Dengan menggunakan ukuran yang sama, petani di subsektor tanaman pangan dan
perkebunan masih berada di bawah batas sejahtera. NTP pada subsektor tanaman pangan terus
terperosok kebawah yang terlihat dari berlanjutnya pertumbuhan negatif pada triwulan
sebelumnya (-1,02% yoy) hingga triwulan ini (-3,68%). Fenomena El Nino yang terjadi
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Indeks Diterima Petani 102,19 103,52 105,90 106,27 109,12 111,16 111,83 113,67 114,82 114,34 2,85% -0,42%
Indeks Dibayar Petani 102,73 103,50 107,30 108,43 110,20 111,33 112,07 115,04 117,15 117,25 5,31% 0,09%
Konsumsi Rumah Tangga 103,09 104,28 108,67 109,97 112,06 113,42 114,27 117,59 120,16 120,25 6,02% 0,08%
Bahan Makanan 104,43 105,93 111,84 112,70 114,94 117,14 118,63 123,23 126,92 126,83 8,27% -0,07%
Makanan Jadi 103,64 103,98 105,09 106,16 107,46 108,49 108,80 110,70 112,31 112,64 3,83% 0,29%
Perumahan 101,66 102,11 104,17 107,01 110,30 111,20 111,78 113,59 115,87 116,16 4,46% 0,25%
Sandang 101,93 102,09 102,54 103,40 104,94 105,28 105,69 107,41 109,44 109,29 3,81% -0,14%
Kesehatan 101,86 102,11 103,79 104,71 104,42 105,39 105,68 106,77 109,49 110,02 4,39% 0,48%
Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 100,55 100,66 100,96 101,44 102,47 102,94 103,49 104,36 105,59 105,50 2,49% -0,09%
Transportasi dan Komunikasi 100,58 100,67 113,98 116,86 120,94 121,13 121,13 126,56 126,99 127,24 5,04% 0,19%
BPPBM 100,59 100,70 102,30 103,46 105,44 105,96 106,47 108,30 109,14 109,27 3,12% 0,11%
Bibit 99,88 100,07 100,13 102,39 106,70 106,80 107,04 108,31 109,05 108,83 1,90% -0,20%
Obat-obatan & Pupuk 100,35 100,55 101,10 101,91 103,79 104,30 104,85 105,92 106,52 106,40 2,01% -0,11%
Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 100,53 100,74 100,97 102,09 104,60 104,81 105,23 105,88 107,01 107,17 2,25% 0,15%
Transportasi 100,75 100,94 107,38 110,44 116,39 116,98 117,13 126,73 125,23 125,42 7,21% 0,15%
Penambahan Barang Modal 101,07 101,05 101,45 102,37 104,31 104,89 105,24 106,01 106,44 106,55 1,58% 0,10%
Upah Buruh Tani 100,42 100,52 101,87 103,14 104,71 105,50 106,26 107,31 109,29 109,74 4,02% 0,41%
Nilai Tukar Petani (indeks) 99,47 100,02 98,69 98,00 99,02 99,85 99,78 98,83 98,01 97,52 -2,33% -0,51%
Nilai Tukar Usaha Pertanian (indeks) 103,49 104,91 105,04 104,97 105,20 104,65 -0,25% -0,53%
qtq
Rincian
Growth (%)
2013 yoy2014 2015
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
97
beberapa bulan terakhir diindikasi menjadi salah satu penyebab merosotnya NTP pada
subsektor tanaman pangan. Ketersediaan air yang minim menjadi salah satu faktor
berkurangnya kualitas maupun kuantitas produksi sawah di wilayah lumbung sawah utama
Sulawesi Utara yakni Kab. Bolaang Mongondow dan sekitarnya. Disisi lain, kesejahteraan Petani
pada subsektor perkebunan perlu menjadi perhatian khusus mengingat komoditas unggulan
Sulawesi Utara umumnya berasal dari sektor perkebunan diantaranya kelapa, cengkeh dan pala.
Grafik 6.5.
Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)
Grafik 6.6.
Nilai Tukar Petani Berdasarkan Subsektor
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, tahun dasar 2012
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Melaui pendekatan dari hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara, tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum yang tercermin dari
penghasilan masih berada diatas titik optimis meski mengalami kontraksi sebesar 16,1% dari
triwulan sebelumnya. Indeks penghasilan terkoreksi pada awal triwulan II 2015, seiring
perlambatan dunia usaha dan ketidakpastian kondisi bisnis yang sejalan dengan perlambatan
perekonomian Sulawesi Utara. Kondisi tersebut turut memengaruhi ekspektasi penghasilan ke
depan yang juga tercatat mengalami penurunan berdasarkan oleh persepsi atas nilai tukar yang
terus melemah dan ketidaksiapan atas pemberlakukan MEA pada akhir tahun.
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
96
97
98
99
100
101
102
103
104
Jan
Mar
Mei
Ju
l
Sep
No
v
Jan
Mar
Mei
Ju
l
Sep
No
v
Jan
Mar
Mei
Ju
l
Sep
No
v
Jan
Mar
Mei
2012 2013 2014 2015
Nilai Tukar Petani (indeks) batas minimum sejahtera
Indeks Dibayar Petani (sk. kanan) Indeks Diterima Petani (sk. kanan) 96,17 94,69102,78
88,10
100,71
105,74
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
NTP Pangan Holtikultura Perkebunan Peternakan Perikanan
Batas Minimum Sejahtera
Grafik 6.7.
Perkembangan Indeks Penghasilan Saat ini & Ekspektasi Penghasilan
Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
98
Data terakhir pada bulan September 2014 menunjukkan tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi
Utara secara umum masih berada di bawah angka nasional. Hasil Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) menunjukkan jumlah penduduk miskin Sulut sampai dengan September
2014 mencapai 197,56 ribu jiwa (8,26% dari total penduduk). Jumlah tersebut berkurang dari
Maret 2014 yang berjumlah 208,23 ribu jiwa (8,75% dari total penduduk) atau turun 0,49
persen jika dibandingkan Maret 2014.
Grafik 6.8.
Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Sulut
Grafik 6.9.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov. Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Juli 06Mar 07Mar 08Mar 09Mar 10Mar 11Mar 12Sep 12Mar 13Sep 13Mar 14Sep-14
(%)
Kota Desa
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Juli 06 Mar
07
Mar
08
Mar
09
Mar
10
Mar
11
Mar
12
Sep
12
Mar
13
Sep
13
Mar
14
Sep-
14
Sulut Nasional
%
Halaman ini sengaja dikosongkan
Halaman ini sengaja dikosongkan
PROSPEK PEREKONOMIAN
101
PROSPEK
PEREKONOMIAN BAB VII
102
Halaman ini sengaja dikosongkan
PROSPEK PEREKONOMIAN
103
PROSPEK PEREKONOMIAN
7.1. Prospek Ekonomi Makro
Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2015 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,26% -
6,66% (yoy), atau mengalami akselerasi dibandingkan pertumbuhan ekonomi di triwulan II
2015 . Sumber pertumbuhan diperkirakan masih berasal dari sektor utama perekonomian Sulut
yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor konstruksi serta beberapa sektor lain
yang memiliki potensi peningkatan pertumbuhan di triwulan mendatang seperti sektor
akomodasi, sektor transportasi serta sektor informasi dan komunikasi. Sesuai pola historis,
sektor pertanian diperkirakan akan mencapai puncak pertumbuhannya pada periode triwulan III
2015 seiring panen raya pada tanaman perkebunan rakyat seperti cengkih, pala dan kelapa.
Kondisi tersebut juga didukung prebaikan di sektor perikanan pasca relaksasi peraturan
transhipment kendati masih dibayangi risiko cuaca yang kurang kondusif. Sementara itu, sektor
perdagangan diperkirakan tumbuh lebih baik di triwulan mendatang dengan dorongan belanja
masyarakat menyambut hari raya Idul Fitri dan hari pengucapan. Di sisi lain, realisasi belanja
modal pemerintah diperkirakan mampu mendorong perkembangan sektor konstruksi ke arah
yang lebih tinggi. Sesuai siklusnya, belanja modal pemerintah diperkirakan mulai mengalami
peningkatan di paruh ke dua setiap tahunnya. Kondisi ini juga didukung oleh fakta bahwa
realisasi belanja modal pemerintah khususnya APBN yang disalurkan di Sulut (instansi vertikal)
cenderung masih rendah di kisaran 20% sampai dengan semester I 2015 sehingga optimalisasi
penyerapan anggaran tersebut akan terjadi di semester II 2015. Selanjutnya, beberapa sektor
lain seperti sektor akomodasi, sektor transportasi dan sektor informasi akan turut terdorong
seiring tingginya aktifitas perdagangan, maraknya penyelenggaraan MICE, persiapan pilkada
dan peningkatan mobilitas masyarakat menyambut hari raya keagamaan.
Di sisi lain, secara penggunaan, sumber pertumbuhan masih akan berasal dari kegiatan
konsumsi dan investasi. Hal tersebut sejalan dengan perkembangan pada sektor perdagangan
dan sektor konstruksi. Sementara itu, kegiatan ekspor-impor diperkirakan akan mengalami
perbaikan kendati pada level terbatas.
Secara keseluruhan tahun 2015, perekonomian Sulawesi Utara diproyeksikan mampu tumbuh
lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini didukung akselerasi pertumbuhan
ekonomi pada paruh ke dua tahun laporan, seiring realisasi proyek strategis pemerintah.
Dengan memperhatikan perkembangan terkini, pertumbuhan ekonomi Sulut di tahun 2015
diperkirakan berada pada interval 6,27% - 6,67% (yoy).
PROSPEK PEREKONOMIAN
104
Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor diperkirakan masih
akan menjadi salah satu sumber pertumbuhan utama dengan tingkat pertumbuhan yang
terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan instensitas perdagangan tersebut
didorong oleh peningkatan penghasilan masyarakat dengan masuknya musim panen beberapa
tanaman perkebunan rakyat (cengkih, pala dan kelapa), pembayaran gaji ke-13 PNS dan
pembagian tunjangan hari raya pada bulan Juli 2015. Selain itu, momen hari besar keagamaan
yaitu Idul Fitri dan hari pengucapan menjadi pemicu meningkatnya aktifitas konsumsi yang
didukung oleh peningkatan di sisi penghasilan.
Indikator peningkatan aktivitas ekonomi di sektor Perdagangan Besar dan Eceran tercermin dari
hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh KPw BI Sulut yang menunjukkan adanya
peningkatan angka Indeks Penjualan Eceran yaitu sebesar 286,61 pada Juli 2015 atau lebih
tinggi dibandingkan posisi Juni 2015 yang tercatat sebesar 274,17.
Grafik 7.1.
Indeks Penjualan Eceran
Grafik 7.2.
Penjualan Kendaraan
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Sulut Sumber : Pelaku Usaha, diolah
Perkiraan akselerasi sektor perdagangan juga tercermin dari optimisme pelaku usaha di bidang
perdagangan besar terkait peningkatan penjualan kendaraan di triwulan mendatang.
Optimisme didorong oleh tren penjualan kendaraan yang cenderung meningkat pasca panen
raya komoditas perkebunan. Faktor lain yang mendukung adalah kegiatan pra pilkada yang
juga diperkirakan berpengaruh positif terhadap tingkat penjualan kendaraan. Namun demikian,
pertumbuhan dan volume penjualan kendaraan tersebut diperkirakan masih lebih rendah
dibanding tahun sebelumnya.
0
50
100
150
200
250
300
350
400
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
Jan
Ma
r
Me
i
Jul
Sep
No
p
Jan
Ma
r
Me
i
Jul
Sep
No
p
Jan
Ma
r
Me
i
Jul*
2013 2014 2015
Makanan & tembakau Pakaian & perlengkapannya Indeks Riil Penjualan (s.b. Kanan)
-50.00%
-40.00%
-30.00%
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014 2015
Total Sales (Unit) - left axis gSales (% yoy) - right axis
PROSPEK PEREKONOMIAN
105
Sektor Konstruksi
Dengan melihat perkembangan terkini, sektor konstruksi diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi
di triwulan mendatang. Hal ini didorong oleh masih berjalannya proyek multiyears pemerintah
dan swasta serta dimulainya proyek-proyek baru tahun 2015. Sektor konstruksi juga didukung
besarnya anggaran infrastruktur yang mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya
baik untuk tingkat APBD Provinsi, APBD Kab/Kota maupun APBN.
Sesuai siklusnya, belanja modal pemerintah diperkirakan mulai mengalami peningkatan di
paruh ke dua setiap tahunnya. Kondisi ini juga didukung oleh fakta bahwa realisasi belanja
modal pemerintah khususnya APBN yang disalurkan di Sulut (instansi vertikal) cenderung masih
rendah di kisaran 20% sampai dengan semester I 2015 sehingga optimalisasi penyerapan
anggaran tersebut akan terjadi di semester II 2015
Berdasarkan data terkini, beberapa proyek strategis pemerintah terpantau mulai mengalami
perkembangan hingga periode awal Agustus 2015. Kendati demikian, masih terdapat beberapa
proyek yang perkembangannya cenderung lambat seperti proyek pembangunan Jalan Tol
Manado-Bitung yang hingga awal Agustus realisasi anggarannya baru mencapai 2%.
Tabel 7.1.
Perkembangan Realisasi Anggaran Proyek Strategis 2015
Sumber : DJPBN Sulawesi Utara
Pertumbuhan sektor Konstruksi juga akan disumbang oleh lanjutan aktivitas pembangunan fisik
maupun non fisik oleh pihak swasta dalam bentuk pembangunan kawasan bisnis (mall dan
hotel) dan permukiman di kota Manado dan sekitarnya.
No Proyek Strategis Pagu (Rp.) Realisasi Juni (Rp.)
Persentase
Realisasi
Juni
Realisasi sd. 7
Agustus (Rp.)
Persentase
Realisasi sd. 7
Agustus
1 Pelebaran Jalan (Pelabaran jalan di Manado dan sekitarnya, Kotamobagu
dan sekitarnya, serta di Kabupaten Sangihe Talaud dan sekitarnya 699,630,344,000 106,820,105,547 15% 190,771,296,601 27%
2 Pembangunan Jalan Bebas Hambatan (Jalan tol Manado-Bitung) 635,095,000,000 11,746,053,100 2% 11,746,053,100 2%
3 Penggantian Jembatan (Pembangunan dan pelebaran berbagai jembatan
di Sulawesi Utara) 246,845,293,000 36,231,882,840 15% 72,296,641,552 29%
4 Pembangunan Fasilitas pelabuhan (Lanjutan pembangunan fasilitas
pelabuhan laut bitung) 245,685,948,000 8,433,950,161 3% 25,403,989,580 10%
5 'Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan 222,750,000,000 35,657,125,800 16% 48,579,258,350 22%
6 Waduk yang dibangun (Pembangunan bendungan Lolak dan Bendungan
Kuwil) 179,384,905,000 104,598,266,860 58% 105,085,358,060 59%
7 Landas Pacu (Runway) (Bandar Udara Naha Tahuna dan Bandar Udara
Miangas) 163,742,560,000 - 0% 16,662,956,800 10%
8 Pembangunan Jembatan Baru (antara lain rekonstruksi/rehabilitasi
Jembatan Tambulinas) 154,572,000,000 17,050,051,800 11% 44,196,840,200 29%
9 Sarana/prasarana pengaman pantai yang dibangun (di beberapa wilayah
di Sulawesi Utara) 118,521,200,000 20,282,605,900 17% 23,368,301,945 20%
10 Sarana/prasarana pengendalian banjir yang dibangun (di beberapa
wilayah di Sulawesi Utara) 111,685,662,000 16,131,958,500 14% 20,778,061,174 19%
11 Pembangunan Jalan Baru 81,301,000,000 6,650,071,200 8% 15,266,940,000 19%
12 SPAM Perkotaan (di berbagai wilayah di Sulawesi Utara) 66,806,800,000 4,387,687,600 7% 6,415,803,600 10%
13 Panjang Jaringan Distribusi (listrik pedesaan) sepanjang 204,9 KMS 66,710,842,000 0 0% 2,733,402,900 4%
14 Pasar Rakyat (Type A/B) (pembangunan beberapa pasar rakyat di
beberapa wilayah di Sulawesi Utara) 59,309,243,000 0 0% - 0%
15 Jumlah pengembangan dan pembangunan pelabuhan perikanan UPT
Pusat (lokasi) pada Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung 46,098,818,000 29,908,939,000 65% 29,994,662,000 65%
PROSPEK PEREKONOMIAN
106
Grafik 7.3.
Proyeksi Produksi Perikanan
Sumber : DKP Prov. Sulut
Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Kinerja sektor Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan pada triwulan III 2015 diperkirakan
masih akan melanjutkan perkembangan
positifnya. Pendorong utama peningkatan
pertumbuhan sektor pertanian diperkirakan
datang dari subsektor tanaman perkebunan
seiring masuknya masa panen raya tanaman
perkebunan utama Sulut seperti cengkih, pala
dan kelapa serta perbaikan yang terjadi pada
sektor perikanan seiring relaksasi pada
regulasi transhipment oleh pemerintah. Namun
demikian, risiko cuaca masih mengemuka pada triwulan mendatang dipengaruhi badai siklon
yang menerpa Filipina dan serta pengaruh fenomena El Nino.
Indikasi peningkatan kinerja pada subsektor perikanan tercermin dari perkiraan hasil produksi
ikan tangkap yang meningkat pada triwulan III 2015. Jumlah produksi ikan tangkap pada
triwulan III 2015 diperkirakan mampu mencapai 87 ribu ton dengan angka pertumbuhan
sebesar 13,6% (yoy) atau lebih baik dibandingkan triwulan laporan yang tercatat mengalami
kontraksi 1,6% (yoy).
Sektor Akomodasi, Makan Minum , Sektor Transportasi dan Sektor Informasi
Peningkatan aktivitas perekonomian, perdagangan dan mobilitas masyarakat menyambut hari
raya keagamaan diperkirakan mampu mendorong sektor transportasi dan sektor akomodasi ke
arah yang lebih baik. Selain itu, aktifitas pra pilkada serta kegiatan MICE yang cukup marak di
triwulan III 2015 seperti kegiatan Tomohon International Flower Festival, Festival Bunaken dan
Rangkaian Acara Ulang Tahun Prov.Sulut diyakini mampu membawa pengaruh positif pada
kedua sektor tersebut. Sementara itu, perkembangan sektor informasi dan telekomunikasi juga
didukung pengembangan jaringan 4G LTE di Sulut serta pengoprasian jaringan broadband
kabel optik.
Dilihat berdasarkan Penggunaan, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2015
diperkirakan masih akan didorong oleh aktivitas konsumsi dan investasi. Pertumbuhan konsumsi
diperkirakan akan didorong terutama oleh aktifitas konsumsi pemerintah dengan optimalisasi
serapan anggaran di paruh ke dua tahun 2015. Sementara itu, konsumsi rumah tangga juga
diperkirakan dapat tumbuh lebih tinggi didorong peningkatan konsumsi menyambut hari raya
Idul Fitri dan hari raya pengucapan.
Indikator pertumbuhan konsumsi juga tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) KPw Bank
Indonesia Prov. Sulawesi Utara yang menunjukkan masih optimisnya masyarakat dengan nilai
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014 2015
Ikan Tangkap (ton) gIkan Tangkap - sb. kanan (%)
PROSPEK PEREKONOMIAN
107
indeks yang masih berada di atas 100 pada bulan Juli 2015. Namun demikian, kondisi IKK yang
menurun dibanding periode sebelumnya menunjukan peningkatan level konsumsi masyarakat
masih akan terbatas seiring tingkat harga yang masih cenderung tinggi.
Grafik 7.4.
Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 7.5.
Perkembangan Harga Komoditas CPO & CNO
Sumber : Survei Konsumen KPw BI Prov.Sulut
Sumber : World Bank Comodity Prices
Di sisi lain, pertumbuhan investasi memasuki pertengahan tahun diperkirakan kembali
mengalami akselerasi sejalan dengan pertumbuhan positif sektor konstruksi. Selain itu,
dimulainya proyek-proyek baru tahun 2015 pada triwulan III 2015 turut menjadi faktor positif
pertumbuhan sektor ini. Sementara itu, kegiatan perdagangan internasional khususnya ekspor
pada triwulan III 2015 diperkirakan dapat tumbuh lebih baik seiring peningkatan produksi pada
industri pengolahan minyak nabati khususnya pada produk kelapa dan turunannya.
Peningkatan produksi didukung oleh cukup lancarnya pasokan bahan baku kelapa yang juga
diperkirakan mengalami peningkatan produksi pada triwulan mendatang serta tingkat
permintaan luar negeri yang meningkat. Namun demikian, pergerakan harga internasional
komoditas minyak nabati (CPO dan CNO) yang masih dalam tren menurun menjadi risiko
tersendiri dalam perbaikan pertumbuhan ekspor. Pada triwulan mendatang, kondisi net impor
antar daerah juga diperkirakan masih akan terjadi sehingga menjadi faktor penahan kontribusi
neraca perdagangan bersih pada laju perekonomian secara keseluruhan. Terdongkraknya impor
antar daerah di triwulan mendatang selaras dengan peningkatan kebutuhan barang konsumsi
masyarakat jelang hari besar keagamaan yang mayoritas masih didatangkan dari luar daerah
Sulut.
60
80
100
120
140
160
180
200
JanFebM
arA
prM
ayJuneJulA
ugSepO
ctN
ovD
ecJanFebM
arA
prM
ayJunJulA
ugSepO
ctN
ovD
ecJanFebM
arA
prM
eiJuniJuli
2013 2014 2015
Indeks Keyakinan KonsumenKondisi Ekonomi Saat IniEkspektasi Konsumen
PROSPEK PEREKONOMIAN
108
7.2. Prakiraan Inflasi
Cukup tingginya tekanan inflasi di triwulan II 2015 diperkirakan masih akan berlanjut di
triwulan III 2015. Pada triwulan III 2015 inflasi diperkirakan berada pada kisaran 9,04±1% (yoy).
Namun, pada akhir tahun 2015 inflasi diperkirakan mampu mendekati sasarannya dan berada
di kisaran 4,4±1% (yoy). Kondisi tersebut dipengaruhi based point effect tingginya inflasi di
Desember 2014.
Pada triwulan III 2015, risiko inflasi diperkirakan berasal dari kelompok Administrated Prices dan
Volatile Food. Risiko yang berasal dari kelompok Administrated Prices terutama terkait dengan
tibanya hari raya keagamaan Idul Fitri dan Pengucapan Syukur yang menyebabkan naiknya
harga angkutan, adanya realisasi gaji ke-13 PNS, tibanya musim liburan sekolah, dan dampak
kenaikan tarif batas bawah angkutan udara. Sementara dari kelompok volatile food tekanan
diperkirakan stabil karena adanya normalisasi harga dan permintaan pasca hari raya serta
adanya panen di sebagian daerah pertanian sehubungan panen beras. Namun, risiko
peningkatan harga akibat fenomena El Nino yang menyebabkan kekeringan masih patut
diwaspadai. Selanjutnya, inflasi inti diperkirakan relatif terkendali meskipun dengan resiko yang
moderat dengan adanya tekanan yang bersumber dari kenaikan harga emas perhiasan, bahan
bangunan dan pengaruh volatilitas nilai tukar.
1. Volatile Food
Tekanan Inflasi volatile foods diperkirakan
stabil akibat adanya normalisasi harga dan
pemintaan bahan pangan selama triwulan
III seiring dengan adanya panen beras di
sebagian daerah pertanian juga karena
pasokan yang memadai. Gejolak inflasi
volatile foods diperkirakan bersumber dari
lonjakan harga cabai rawit di pasaran
akibat pasokan yang kurang dari sentra
produksi . Berdasarkan pemantauan harga
beberapa komoditas melalui Pusat
Informasi Harga Bahan Pokok Strategis
(PIHBS) Sulawesi Utara serta hasil Survei Pemantauan Harga (SPH), terlihat lonjakan harga
cabai rawit (rica) dan bawang merah yang cukup tajam di bulan Juni 2015 (Grafik 7.14).
Sementara itu harga beras diperkirakan terjaga stabil bahkan dapat terkoreksi seiring
berlangsungnya panen raya padi di triwulan II 2015.
Grafik 7.14
Perkembangan Harga Pokok Strategis
Sumber : PIHBS Sulut
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000Minyak Goreng Curah Rp./Kg Beras Superwin Rp./Kg
Telur Ayam Rp./Kg Rica/Cabe Rawit Rp./Kg
Bawang Merah Rp./Kg Gula Pasir Curah Rp./Kg
Tepung Curah Kompas Rp./Kg Bawang Putih Rp./Kg
Ikan Cakalang Rp./ekor Ikan Deho Rp./ekor
PROSPEK PEREKONOMIAN
109
2. Administrated Prices
Resiko inflasi dari kelompok ini diperkirakan terjadi seiring dengan tibanya hari raya
keagamaan Idul Fitri dan Pengucapan Syukur, adanya realisasi gaji ke-13 PNS yang
diperkirakan akan memicu terjadinya peningkatan konsumsi masyarakat, dan tibanya musim
liburan sekolah yang akan memicu peningkatan permintaan terhadap transportasi darat,
laut, dan udara.
3. Core Inflation
Inflasi inti pada triwulan III 2015
diperkirakan terjaga pada level
moderat. Dari sisi eksternal, tekanan
inflasi diperkirakan menguat seiring
pergerakan nilai tukar yang
diperkirakan masih berfluktuasi dan
harga emas/perhiasan cenderung
menguat. Selain itu risiko tekanan
eksternal juga bersumber dari tekanan
harga komoditas global yang
meningkat. Dari sisi domestik diperkirakan akan terjadi normalisasi harga dan permintaan,
sebagaimana tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Prov. Sulawesi Utara,
terjadi kenaikan angka perkiraan indeks penjualan eceran pada triwulan III 2015 yang
mengindikasikan penurunan konsumsi masyarakat. Tingkat ekspektasi inflasi masyarakat
Sulut naik di triwulan III 2015, tercermin dari hasil Survei Konsumen periode Juli 2015 yang
menunjukkan turunnya indeks ekspektasi konsumen terhadap harga (Grafik 7.15). Dari sisi
pedagang, ekspektasi terhadap tingkat harga jangka pendek pada triwulan III 2015
menunjukkan peningkatan (grafik 7.16), yang disebabkan persepsi pedagang terhadap
musim liburan sekolah, pengucapan syukur dan perayaan idul fitri.
Dalam rangka pengendalian inflasi di daerah Bank Indonesia terus berkoordinasi dengan Pemda
melalui forum TPID yang membahas mengenai perkembangan inflasi, faktor-faktor pemicu
inflasi dan upaya/langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengendalikan laju inflasi
khususnya inflasi supply side.
60
80
100
120
140
160
180
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12
1 2 3 4 5 6
2013 2014 2015
Indeks Keyakinan Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini Ekspektasi Konsumen
Grafik 7.15
Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen
Terhadap Barang dan Jasa di Kota Manado
Sumber : Suvei Konsumen KPwBI Sulut
PROSPEK PEREKONOMIAN
110
Beberapa upaya yang telah dilakukan TPID sepanjang triwulan laporan antara lain sebagai
berikut.
1. Mengadakan rapat koordinasi di kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara pada April
2015 dengan beberapa hasil rapat yaitu : Peningkatan Gerakan Rumah Pangan Lestari,
dan implementasi teknologi pada pertanian dalam rangka peningkatan produksi
pertanian, pengawasan di lapangan oleh Dinas Terkait terhadap angkutan dalam kota,
pemantauan harga-harga setiap hari di pasar tradisional dan modern, dan optimalisasi
penggunaan PIHPS.
2. Mengadakan Rakorwil di Bali dan Rakornas di Jakarta pada Mei 2015 dalam rangka
meningkatkan peran dan komitmen daerah serta memperkuat kebijakan pusat-daerah
khususnya dalam mendukung terciptanya stabilitas harga di daerah dan upaya
pencapaian sasaaran inflasi Nasional.
3. Mengadakan Rakor TPID pada Juni 2015 dalam rangka Stabilisasi Pangan dan Inflasi
Menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 2015, melakukan sidak pasar pada 17 Juni 2015 di
pasar karombasan dan pasar bersehati untuk pengawasan ketersediaan pasokan, dan
pemantauan keterjangkauan harga serta untuk menginspeksi keberadaan produk-
produk bahan makanan yang telah kadaluwarsa.
PROSPEK PEREKONOMIAN
111
7.3. PROSPEK PERBANKAN
Secara umum kinerja bank umum masih menunjukkan pertumbuhan positif sampai dengan
triwulan laporan. Kredit pada triwulan berikutnya diperkirakan tumbuh lebih tinggi
dibandingkan triwulan laporan. Perkiraan tersebut didukung oleh hasil Survei Perbankan
triwulan laporan yang menunjukkan optimisme persepsi perbankan bahwa kredit akan
meningkat pada triwulan yang akan datang. Optimisme peningkatan permintaan kredit
didukung oleh perkiraan meningkatnya prospek usaha nasabah dan dukungan permodalan
bank yang cukup. Proyek-proyek pembangunan infrastruktur pada semester II 2015 dan
kecenderungan membaiknya perekonomian dunia juga menjadi faktor pendukung
pertumbuhan kredit tetap tumbuh stabil. Survei Perbankan juga menunjukkan penggunaan
kredit pada triwulan yang akan datang dominan pada Kredit Modal Kerja diikuti oleh Kredit
Konsumsi dengan sektor PHR masih diproyeksikan akan banyak menyerap kredit dari
perbankan. Sementara NPL, diperkirakan akan mengalami sedikit penurunan pada triwulan
yang akan datang. Prospek usaha yang membaik dan didukung oleh kebijakan internal dalam
pemilihan debitur yang lebih selektif diperkirakan menjadi penopang dalam penurunan NPL
triwulan yang akan datang.
Grafik 7.11.
Jenis Penggunaan Kredit Triwulan YAD
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Grafik 7.12.
Sektor-Sektor Penyaluran Kredit YAD
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
PROSPEK PEREKONOMIAN
112
Halaman ini sengaja dikosongkan
PROSPEK PEREKONOMIAN
113
Halaman ini sengaja dikosongkan
115
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan
hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu
mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya.
qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya.
yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
Indeks Keyakinan
Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi
saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala
1-100
Indeks Harga
Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan
jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi
Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi
Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil
pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah.
Dana
Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung
pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian
otonomi.
Indeks
Pembangunan
Manusia (IPM)
Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata
3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat
persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan
harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti
tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor
penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari
permintaan.
Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan
harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Administered
Price
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan
harganya diatur pemerintah.
M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari
uang kartal dan uang giral
116
M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indikator
tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang
kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).
Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di
dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan
masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank
sentral.
Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas
negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka
dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann
penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang
diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan
kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
Restrukturisasi
kredit
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur
dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui :
restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.
UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala
pinjaman antara Rp50 juta s/d Rp5 miliar.
UYD
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang berada
dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.
Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh
bank umum.
Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum
dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Netflow Selisih antara outflow dan inflow.
PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik
uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI
tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk
bertransaksi.